Andrew Stefano
Program Studi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Email: andrew_itb2001@yahoo.co.id
ABSTRACT
Coastal areas/coast has specific character compared to other areas. This region is an
aggregation of the various components of the ecological and physical interrelated and interact with
each other. Development by utilizing coastal resources without regard to ecological principles will
be able to damage the coastal ecosystem functions.Regional development in coastal areas as the
development of the region in other regions, has the main objective to improve the welfare of the
community. These activities are carried out through the planning development in a process in
which there are various approaches that must be considered.Today the development of the coastal
region is growing very rapidly and demonstrated the presence of multiple activities, such as
farming, fishing, industry entrepreneurs, hotel and tourist recreation, and businesses. By increasing
and complexity of the activities in which it is necessary to plan the development of coastal
areas/coast. An integrated coastal zone management (Integrated Coastal Zone Management) is the
key to development through problem solving and conflict in coastal areas which is very
complicated and complex.
fase yang berbeda, yaitu dari fase yang meningkatnya kompleksitas didalamnya
merefleksikan kemajuan ekonomi dari suatu perlu diperhatikan melakukan perencanaan
ekonomi agraris yang sederhana menuju pengembangan kawasan pantai/pesisir.
suatu sistem perindustrian yang kompleks. Tekanan yang keras dari proses
Fase pertama memperlihatkan wilayah formal pembangunan di wilayah pantai akan
(menyangkut uniformitas, dan didefinisikan berakibat pada gangguan atau dampak yang
melalui homogenitas), sementara fase kedua merusak pada fungsi dan integritas dari
menunjukkan perkembangannya sebagai ekosistem pantai. Akibat yang timbul adalah
wilayah fungsional menyangkut degradasi lingkungan dan menurunnya
interdependen, interrelationship dan tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi
didefinisikan berdasarkan hubungan masyarakat pesisir. Upaya yang efektif untuk
internasional (Kawik Sugiana, 2003). meminimalkan dampak negatif pembangunan
Di dalam prakteknya wilayah formal ekonomi dan intergritas ekosistem pantai
dan wilayah fungsional jarang berimpit, adalah menekankan usaha konservasi sumber
sehingga identifikasi wilayah-wilayah daya alam pantai untuk menunjang
perencanaan kemudian dikompromikan ( pembangunan jangka panjang dan
Patton, V.P. & Sawicki, D.S., 2006). Adapun berkelanjutan.
untuk wilayah pesisir, penentuan batas fisik Adanya kecenderungan yang nyata
ruang wilayah dalam kaitannya dengan usaha dari konflik antara pengguna/pemakai sumber
pengelolaannya dilakukan secara berbeda daya alam pantai, pada prinsipnya karena
pada berbagai negara, dan bahkan tiap-tiap masalah eksternalitas dan overuses. Masalah
daerah di Indonesia juga berbeda. ekseternalitas adalah dampak yang terjadi
Wilayah pantai/pesisir mempunyai pada pihak ketiga diluar proses transaksi
karakter yang spesifik. Wilayah ini ekonomi.
merupakan agregasi dari berbagai Problem dan konflik yang cenderung
komponen ekologi dan fisik yang saling terjadi akibat adanya “multiple management
terkait dan saling mempengaruhi, serta entities” adalah fragmentasi di dalam
secara ekologis sangat rapuh. Sebagaimana pengambilan keputusan,
telah disinggung di depan bahwa duplikasi/overlapping kewenangan/yuridiksi
pembangunan sumberdaya alam yang tidak adalah tidak efektif dan tidak efisien. Agar
memperhatikan prinsip-prinsip ekologi menjadi efektif dan efisien, maka problem
akan sangat mudah merusak proses atau tersebut harus dipecahkan. Konflik kadang
berfungsinya ekosistem pantai ( Patton, V.P. mempunyai dampak positif di dalam
& Sawicki, D.S., 2006). merangsang kreatifitas pemecahan masalah
Beberapa komponen dari ekosistem di dalam managemen publik. Namun konflik
pantai berfungsi sebagai unit yang kewenangan dan kepentingan yang
menyimpan “energy supply”. Cadangan berkepanjangan akan menghambat
energi berfungsi menstabilisasikan pencapaian tujuan untuk meningkatkan
ekosistem dan sebagai “buffer” terhadap kualitas lingkungan wilayah dan ekosistem
kebutuhan energi yang besar yang terjadi pantai.
pada musim atau periode waktu tertentu. di
wilayah pantai. Perencanaan Wilayah Pantai Secara
Disamping itu ditunjukkan juga Terpadu
adanya komunitas dan multi kegiatan pada Para Ahli Di Bidang pengelolaan
wilayah pantai misalnya petambak, nelayan wilayah pantai berpendapat bahwa
petani, pengusaha industri, hotel dan rekreasi pengelolaan wilayah pantai secara terpadu
wisata, dan usaha-usaha yang berhubungan (Intergrated Coastal Zone Management)
dengan laut pesisir. Dalam hal ini, merupakan kunci bagi pemecahan problem
99
Media Sains, Volume 10 Nomor 1, April 2017 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136
dan konflik di wilayah pantai yang sangat Instrumen hukum dan peraturan
pelik dan kompleks ( Patton, V.P. & Sawicki, mempunyai konsep atau ide dasar adanya
D.S., 2006). hukum dan peraturan beserta penegakannya.
Konsepsi pengembangan wilayah Instrumen ini antara lain berupa hukum dan
dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan peraturan-peraturan seperti ijin lokasi, ijin
dan selalu terdapat isue-isue yang lebih bangunan, AMDAL dan sebagainya.
menonjol tergantung dari kondisi wilayah Instrumen ekonomi mempunyai konsep atau
pesisir bersangkutan. Pendekatan-pendekatan ide dasar adanya pengaruh ekonomi pasar
ini meliputi: (1) pendekatan ekologis; (2) yang sangat signifikan terhadap
pendekatan fungsional/ ekonomi; (3) pengembangan wilayah.
pendekatan sosio-politik; (4) pendekatan Contoh-contoh dari penerapan
behavioral dan kultural. instrumen ini antara lain meliputi pelatihan,
Pendekatan ekologis menekankan pendidikan, partisipasi masyarakat, adanya
pada tinjauan ruang wilayah sebagai kesatuan proyek-proyek percontohan, penghargaaan
ekosistem. Pendekatan ini sangat efektif kepada pelaku masyarakat dan swasta atau
untuk mengkaji dampak suatu pembangunan pelaku pembangunan lainnya.
secara ekologis, akan tetapi kecenderungan
mengesampingkan dimensi sosial, ekonomis METODE PENELITIAN
dan politis dari ruang wilayah. Pendekatan Penelitian di lakukkan di Kota
fungsional ekonomi, menekankan pada ruang Balikpapapn Provinsi Kalimantan Timur.
wilayah sebagai wadah fungsional berbagai Kota Balikpapan merupakan kota yang
kegiatan, dimana faktor jarak atau lokasi sedang berkembang baik secara ekonomi
menjadi penting. Pendekatan sosial politis, maupun pertumbuhan penduduknya.
menekankan pada aspek “penguasaan” Menurut survey BPS setempat, kebutuhan
wilayah. Pendekatan ini melihat wilayah hidup layak (KHL) di Kota Balikpapan cukup
tidak saja dilihat dari berbagai sarana tinggi, yakni mencapai Rp4,5 juta per bulan,
produksi namun juga sebagai sarana untuk dengan rata-rata per kapita mencapai Rp1,2
mengakumulasikan power. Konflik-konflik juta per rumah tangga per bulan. Biaya hidup
yang terjadi dilihat sebagai konflik yang tersebut, dapat dikategorikan bahwa
terjadi antar kelompok. Pendekatan ini juga Balikpapan tidak hanya mencatat anga
melihat wilayah sebagai teritorial, yakni
tertinggi untuk biaya hidup di Kalimantan
mengaitkan ruang-ruang bagian wilayah Timur, tetapi juga sebagai kota termahal di
tertentu dengan satuan-satuan organisasi
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang
tertentu. Pendekatan behavioral dan kultural, sangat pesat tersebut mengakibatkan
menekankan pada keterkaitan antara wilayah Balikpapan melakukan pembangunan secara
dengan manusia dan masyarakat yang besarbesaran.
menghuni atau memanfaatkan ruang wilayah Dengan terus meningkatnya jumlah
tersebut. penduduk, yang saat ini penduduk
Disamping pendekatan-pendekatan Balikpapan berjumlah sekitar 630.000 jiwa,
yang bersifat substansial seperti diatas,
satu kebutuhan bila pengembangan kota di
terdapat beberapa pendekatan yang bersifat masa mendatang mengarah pada reklamasi
instrumental. Pendekatan instrumental ini pantai dengan merealisasikan Balipapan
dapat dikategorikan dalam 4 (empat) Innercity Waterfront Area. Hal ini untuk
kelompok besar, yaitu (1) instrumen hukum menyeimbangkan demand akibat
dan peraturan; (2) instrumen ekonomi; (3)
pertumbuhan penduduk dengan terbatasnya
instrumen program dan proyek; dan (4) lahan perkotaan gambar 1.
instumen alternatif.
100
Media Sains, Volume 10 Nomor 1, April 2017 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136
- Pengambilan contoh tanah dengan SPT Proses dan langkah-langkah dasar dalam
pada setiap interval kedalaman 1.5m. perencanaan dapat ditunjukkan seperti
- Pengambilan contoh tanah asli gambar dibawah yang terdiri dari 6 langkah
(undisturbed sampling), satu tabung per (Bakti Setiawan, 2004) yaitu: definisi
titik. problem, menetapkan kriteria evaluasi,
- Pengujian tanah dilaboratorium. identifikasi alternatif-alternatif, evaluasi
- Analisa data tanah. alternatif-alternatif, pembandingan
alternatif- alternatif, dan penilaian out-come.
Tabel 2. Nilai N-SPT Tiap Titik Bor Dalam Hal yang demikian adalah merupakan
peneyelidikan data tanah ini nilai N- langkah-langkah umum dalam proses, dan
SPT dikoreksi dengan perumusan tiap langkah dapat dijabarkan ke dalam
sebagai berikut: N’=15+0.5(N-15) komponen yang lebih detail. Perlu diketahui
bahwa dalam perencanaan, para perencana
boleh jadi menggunakan bermacam jalur,
dikarenakan perbedaan dalam training.