Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS PERFORMA ENGINE TIPE JF02E

PADA RANCANG BANGUN ENGINE CUTTING


SEPEDA MOTOR

ANALISIS DAN DESAIN OTOMOTIF

diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah


Analisis dan Desain Otomotif

oleh:
Muhammad Syukroniam
NIM.1500770

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS


PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pesatnya perkembangan teknologi khususnya di bidang otomotif
mendorong manusia untuk terus melakukan inovasi. Sepeda motor sebagai
salah satu produk dari industri otomotif dikenal sebagai kendaraan harian
yang dianggap praktis dan ekonomis. Sepeda motor pada umumnya
menggunakan motor pembakaran dalam (internal combustion engine)
sebagai penghasil tenaga gerak. Proses pembakaran internal combustion
engine dilakukan di ruang terutup dilengkapi dengan karburator sebagai
pencampur bahan bakar-udara dan busi sebagai pemicu terbakarnya
campuran tersebut di ruang bakar yang menjadi bagian penting dalam
sistem kerja engine. Sepeda motor dengan engine tipe JF02E merupakan
kendaraan roda dua yang menggunanakan engine 4 Langkah, OHC yang
berkapasitas 110 cc dengan perbandingan kompresi 9,2:1 pada kondisi
campuran ekonomis. Engine tipe JF02E pada kondisi prima seharusnya
menghasilkan kecepatan daya maksimum 6.38 kW (8,67 PS) pada putaran
8000 rpm, dan torsi maxsimum 8.89N.m(0,91kgf.m) pada putaran 6500 rpm
sebagai indikator performa engine.
Pembakaran campuran bahan bakar-udara yang sempurna pada
internal combustion engine sangat penting karena hal ini akan
mempengaruhi performa dalam sistem kerja engine secara keseluruhan serta
efisiensi pembakaran pada engine tersebut. Namun jika, pembakaran
campuran bahan bakar-udara tidak sempurna di dalam ruang bakar maka
dapat mengakibatkan efek knocking pada engine.
Indikator performa engine merupakan tolak ukur kerja sebuah engine
meliputi daya yakni laju energi yang dihantarkan selama melakukan usaha
dalam periode waktu tertentu dan torsi merupakan kemampuan engine untuk
menggerakkan kendaraan dari kondisi diam hingga bisa berjalan, dimana
torsi lebih berpengaruh ke akselerasi.

1
2

Pada engine tipe JF02E penulis menemukan masalah bahwa terdapat


pola gesekan yang tidak wajar pada dinding silinder tempat piston bekerja
naik turun secara berulang serta mengakibatkan piston menjadi aus sehingga
kompresi bocor serta performa engine meliputi daya dan torsi menurun
drastis. Maka dari itu penulis bermaksud mengangkat permasalahan tersebut
menjadi sebuah tugas analasis dan desain otomotif (tugas akhir) yang
berjudul, “ANALISIS PERFORMA ENGINE TIPE JF02E PADA
RANCANG BANGUN ENGINE CUTTING SEPEDA MOTOR”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalahan sebagai berikut:
1.2.1. Berapa daya aktual engine tipe JF02E pada rancang bangun
engine cutting sepeda motor?
1.2.2. Berapa torsi aktual pada engine tipe JF02E pada rancang bangun
engine cutting sepeda motor?

1.3. Batasan Masalah


Agar tidak terjadi kerancuan dan melebarnya pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah, yang akan dibahas pada penelitian ini hanya
seputar:
1.3.1. Daya pada engine
1.3.2. Torsi
1.3.3. Konsumsi bahan bakar

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas , dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian sebagai berikut:
1.4.1. Mengetahui rasio daya aktual engine tipe JF02E pada rancang
bangun engine cutting sepeda motor
3

1.4.2. Mengetahui torsi aktual pada engine tipe JF02E pada rancang
bangun engine cutting sepeda motor

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini selain memiliki tujuan yang telah dijelaskan
sebelumnya, juga memiliki beberapa manfaat, yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca
dan menjadi salah satu referensi mengenai uji analisis berkaitan
dengan performa yakni daya dan torsi sepeda motor.
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Bagi pihak Departemen
Sebagai media informasi tentang uji analisis berkaitan dengan
performa yakni daya dan torsi sepeda motor.
2. Bagi pihak Program Studi
Sebagai bahan dan sarana pembelajaran mata kuliah yang berkaitan
dengan berkaitan dengan performa yakni daya dan torsi sepeda motor
agar mengikuti perkembangan dunia otomotif.
3. Bagi rekan-rekan mahasiswa
1) Sebagai referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
2) Sebagai media pembelajaran berkaitan dengan performa yakni
daya dan torsi sepeda motor.
4

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan merupakan gambaran menyeluruh mengenai
penulisan Analisis dan Desain Otomotif (Tugas Akhir) ini, adapun
sistematikanya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI


Bab ini akan mengemukakan tentang teori-teori yang mendukung
dalam proses analisis engine tipe JF02E berkaitan dengan performa yakni
daya dan torsi sepeda motor.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini akan memuat metode perancangan, prosedur analisis engine
tipe JF02E berkaitan dengan performa yakni daya dan torsi sepeda motor.

BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang analisis perhitungan engine tipe
JF02E berkaitan dengan performa yakni daya dan torsi sepeda motor.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi, jawaban dari
tujuan tugas akhir dan saran dari hasil analisis untuk pengembangan lebih
lanjut.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Motor Bakar


Motor bakar adalah suatu perangkat atau mesin yang mengubah energi

panas menjadi energi mekanik.“ Proses pembakaran adalah secara fisik terjadi di

dalam silinder selama pembakaran terjadi. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan temperatur dan tekanan di dalam silinder” Wardan Suyanto (1989:

252)

Menurut Winarno dan Karnowo(2008:65), “motor bakar merupakan salah

satu jenis mesin penggerak yang banyak dipakai dengan memanfaatkan energi

kalor dari proses pembakaran menjadi energi mekanik.Motor bakar adalah suatu

mesin yang mengkonversi energi dari energi kimia yang terkandung pada bahan

bakar menjadi energi mekanik pada poros motor bakar, jadi daya yang berguna

akan langsung dimanfaatkan sebagai penggerak adalah daya pada poros”.Pada

penelitian kali ini kita menggunakan mesin bensin 4 tak.

2.1.1. Proses pembakaran

Menurut Soenarta dan Furuhama (1995:8) dalam proses pembakaran setiap

macam bahan bakar selalu membutuhkan sejumlah udara tertentu agar bahan

bakar tadi dapat terbakar sempurna. Ini dapat ditelusuri dari persamaan reaksi

kimia pada pembakaran iso oktan (C8H18).

C8H18 + 12,5 O2+ 12,5 (3,76)N2→ 8 CO2+ 9H2O + 47 N2

7
8

Pembakaran diawali dengan loncatan bunga api dari busi pada akhir

langkah kompresi. Loncatan bunga api terjadi sebelum torak mencapai titik mati

atas (TMA) sewaktu langkah kompresi. Saat loncatan bunga api biasanya

dinyatakan dalam derajat sudut engkol sebelum torak mencapai titik mati atas

(TMA).(Soenarta dan Furuhama, 1995:26).

Ada dua kemungkinan yang terjadi pada pembakaran motor bensin yaitu :

a. Pembakaran normal

Pembakaran normal terjadi apabila bahan bakar dapat terbakar seluruhnya

pada saat dan keadaan yang dikehendaki. Mekanisme pembakaran normal dalam

motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi beberapa

derajat sebelum TMA, kemudian api membakar gas bakar yang berada di

sekitarnya sehingga semua partikelnya terbakar habis. Dengan timbulnya energi

panas, maka tekanan dan temperatur naik secara mendadak, sehingga piston

terdorong bergerak menuju TMB.

b. Pembakaran tidak normal

Pembakaran tidak normal terjadi apabila bahan bakar terbakar terlebih

dahulu sebelum saat yang ditentukan. Pada pembakaran tidak normal ini maka

akan timbul ledakan yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan

(knocking noise) yang memungkinkan timbulnya gangguan pada proses

pembakaran pada motor bensin. Detonasi terjadi apabila bahan bakar terbakar

sebelum penyalaan percikan api dari busi karena tekanan dan temperatur pada

mesin yang sangat tinggi sehingga menjadikan suhu ruang bakar menjadi sangat

tinggi yang akan membuat bahan bakar mudah sekali untuk terbakar.
Detonasi yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang dapat

mengakibatkan kerusakan pada komponen mesin sepeda motor.Detonasi pada

motor bensin sangat merugikan karena hal ini dapat mengurangi daya dan

efisiensi panas yang akan berdampak menurunkan performa mesin.

Proses pembakaran dalam sebuah mesin terjadi beberapa tingkatan yang

digambarkan dalam sebuah grafik dengan hubungan antara tekanan dan perjalanan

engkol. Berikut adalah gambar dari grafik tingkatan pembakaran :

Proses atau tingkatan pembakaran dalam sebuah mesin terbagi menjadi

tiga periode yang terpisah. Menurut Suyanto, (1989:253-254) Periode-periode

tersebut adalah :

1. Keterlambatan Pembakaran (Delay Period)

Periode keterlambatan pembakaran dimulai dari titik (1-2) yaitu mulai memerciknya busi.

Selama periode ini campuran bahan bakar dan udara belum terbakar karena setiap benda

yang bisa terbakar (dalam hal ini bahan bakal bensin), memiliki sifat tidak langsung

terbakar jika dinyalakan melainkan akan terbakar beberapa saat setelah benda tersebut

diberikan penyalaan.

1. Penyebaran api

Periode penyebaran api ditunjukkan pada titik (2-3) adalah saat dimana

campuran bahan bakar dan udara mulai terbakar. Pada fase ini tekanan dalam

silinder meningkat drastis dikarenakan adanya pembakaran campuran bahan bakar

dan udara didalam silinder dan gerakan piston yang semakin mendekati TMA.
2. Puncak pembakaran (pembakaran akhir)

Puncak pembakaran akhir pada proses pembakaran dimulai

pada titik (3-4) Tekanan pembakaran puncak terjadi pada titik fase

ini. Puncak pembakaran akan ditentukan oleh saat pengapian dan

nilai oktan dari bahan bakar. Semakin maju saat pengapian maka

puncak pembakarannya pun akan terjadi semakin maju pula dan bila

puncak pembakaran terlalu maju maka dapat menyebabkan

terjadinya knocking, dan bila saat pengapian terjadi terlambat maka

puncak pembakaran akan menjadi semakin jauh dari TMA yang

menyebabkan tenaga yang dihasilkan menjadi berkurang. Begitu

juga dengan nilai oktan bahan bakar, semakin tinggi nilai oktan pada

bahan bakar maka akan semakin lama proses pembakarannya.

(Suyanto, 1989:252-265)

Motor pembakaran dalam (internal combustion engine) diadaptasi dari


Rahma (2019:5) “adalah motor bakar (motor yang mengubah energi panas
dari hasil pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanis) yang proses
pembakaran bahan bakarnya di ruang tertutup, dimana gas hasil
pembakarannya merupakan fluida kerja langsung”.
Internal combustion engine yang sering digunakan pada transportasi
darat ada dua jenis, yaitu:
1. Motor Otto (spark plug ignition engine)
2. Motor Diesel (compression ignition engine)

Pembahasan yang akan penulis lakukan, pada kajian teori mengenai


internal combustion engine akan dibatasi mengenai motor Otto empat
langkah (four stroke) saja dengan tujuan agar pembahasan terfokus dan
tidak meluas.

` 1
0
Arismunandar (1998:12) menyatakan bahwa motor empat langkah
adalah motor bakar yang memerlukan 4 langkah torak atau 2 putaran poros
engkol untuk menghasilkan satu kali usaha. Adapun langkah-langkah torak
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Urutan Kerja Motor 4 Langkah


Sumber: (Arismunandar, 1988)

2.1.1 Langkah hisap - cara kerja motor 4 tak


Bertujuan untuk memasukkan campuran udara dan bahan bakar
kedalam silinder. Langkah hisap ini juga disebut dengan intake stroke. Pada
saat mesin mengalami langkah ini maka yang terjadi adalah :
 Katup hisap terbuka dan katup buang tertutup

 Piston bergerak turun dari TMA (Titik mati atas) ke TMB (Titik
mati bawah)

 Campuran udara dan bahan bakar akan masuk kedalam ruang bakar
dalam silinder

Pada langkah hisap ini katup hisap dalam kondisi membuka, dan
torak bergerak turun sehingga campuran udara dan bahan bakar akan
terhisap yang kemudian masuk kedalam ruang bakar (silinder mesin).
Kenapa udara dan bahan bakar bisa masuk kedalam ruang bakar? Alasannya
adalah ketika kondisi katup terbuka dan piston atau torak ini bergerak turun
maka ruangan yang berada di atas piston menjadi vakum (tekanannya

` 1
1
rendah/dibawah 1 atm) sehingga campuran udara dan bahan bakar yang
memiliki tekanan lebih tinggi (kurang lebih 1 atmosfir) akan masuk
kedalam silinder. Ada juga yang mengatakan terhisap masuk ke dalam
silinder. Ini juga sesuai dengan hukum alam bahwa udara akan berhembus
dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Logikanya hampir sama dengan pada
saat anda minum air dengan sedotan.

2.1.2 Langkah hisap


Langkah selanjutnya setelah langkah hisap adalah langkah kompresi.
Langkah ini bertujuan agar tekanan dari campuran dan bahan bakar
meningkat, sehingga akan lebih mudah terbakar dan tenaga yang dihasilkan
dapat lebih besar / maksimal. Pada langkah kompresi yang terjadi adalah :

 Kedua katup (katup hisap dan buang) dalam keadaan menutup

 Piston bergerak naik dari TMB ke TMA

 Campuran udara dan bahan bakar ditekan (dimampatkan) sehingga


tekanannya naik

Poros engkol sudah berputar satu kali (360 derajat) untuk melakukan 2
langkah (langkah hisap dan langkah kompresi).

2.1.3 Langkah usaha - cara kerja motor 4 tak


Setelah langkah kompresi maka akan lanjut kedalam langkah usaha.
Langkah ini merupakan langkah yang akan menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan kendaraan. Pada langkah ini yang terjadi adalah :

 Kedua katup dalam keadaan menutup

 Busi (spark plug) memercikkan bunga api

 Terjadi ledakan yang membuat piston bergerak turun dari TMA ke


TMB

` 1
2
Di dalam kendaraan teruama pada sistem pengisian dikenal
komponen yang namanya busi. Busi atau spark plug ini berfungsi untuk
memercikkan bunga api guna membakar campuran udara dan bahan bakar
yang telah dikompresi. Busi akan memercikkan bunga api sesaat beberapa
derajat sebelum piston mencapai TMA (sebelum akhir langkah kompresi).
Setelah busi meloncatkan bunga api, maka campuran udara dan
bahan bakar akan meledak dan menghasilkan usaha yang besar, piston pun
bergerak turun. Dari langkah usaha ini tenaga yang dihasilkan akan dirubah
sedemikian rupa untuk menggerakkan kendaraan. Tenaga yang dihasilkan
juga membuat piston dapat bergerak naik turun untuk menyelesaikan satu
siklusnya (artinya dalam langkah hisap, langkah kompresi, langkah buang
piston bergerak karena adanya tenaga yang dihasilkan pada saat langkah
usaha).
2.1.4 Langkah buang
Setelah melakukan langkah usaha maka selanjutnya adalah langkah
buang. Langkah ini bertujuan untuk membuang sisa-sisa gas hasil
pembakaran. Dalam langkah ini yang terjadi adalah :

 Katup hisap menutup dan katup buang membuka

 Piston bergerak naik dari TMB ke TMA

 Gas buang sisa hasil pembakaran akan keluar dan dibuang melalui
knalpot.

Dalam langkah ini gas sisa hasil pembakaran akan disalurkan melalui
exhaust manifold dan akhirnya akan keluar ke udara bebas melalui knalpot. 
(sumber: https://www.bisaotomotif.com)
2.2 Jenis-Jenis Camshaft
Camshaft dibagi menjadi dua jenis yaitu SOHC dan DOHC. Berikut
pengertiannya:

2.2.1 SOHC

SOHC adalah singkatan dari Single OverHead Camshaft


yaitu merupakan mesin yang menggunakan satu Camshaft atau yang

` 1
3
bisa dikenal dengan noken as, jadi setiap silinder terdapat satu noken
as dengan 2 katup, yaitu katup isap (intake valves) yang mempunyai
fungsi sebagai menghisap campuran udara dan bahan bakar kedalam
ruang bakar dan katup buang (exhaust valves) yang berfungsi
sebagai mengisap sisa pembakaran ke knalpot.

Pada tipe ini batang penekan tidak ada, sehingga gerakan


balik dapat dinetralisir. Posisi cam berada diatas silinder yaitu
ditengahnya, cam digerakkan oleh rantai penggerak yang langsung
memutar cam sehingga cam menekan rocker arm. Poros cam
berfungsi untuk menggerakkan katup masuk (IN) dan katup buang
(EX), agar membuka dan menutup sesuai dengan proses yang terjadi
dalam ruang bakar mesin. Tipe ini komponennya sedikit sehingga
pada putaran tinggi tetap stabil. Disebut single over head camshaft
karena hanya menggunakan satu cam pada desainnya. Atau SOHC
adalah system poros tunggal di kepala silinder.

2.2.2 DOHC

DOHC adalah singkatan dari Double Over Head Camshaft,


adalah Camshaft yang mempunyai Over Head double atau lebih
jelasnya yaitu mesin yang dalam satu piston mempunyai dua pasang
over head. Sehingga mesin tersebut mempunyai empat klep, dimana
dua klep untuk mengatur masukan bahan bakar dan dua klep untuk
mengatur keluaran gas buang (menuju knalpot). Dan juga pada
mesin jenis ini menggunakan dua noken as yang terletak pada kepala
silinder.

Langkah pertama piston bergerak dari titik mati atas ke titik


mati bawah, posisi katup masuk terbuka dan katup keluar tertutup,
mengakibatkan udara atau gas terhisap masuk ke dalam ruang bakar.
Proses udara atau gas sebelum masuk ke ruang bakar dapat dilihat
pada sistem pemasukan.

Selanjutnya piston bergerak dari titik mati bawah ke titik


mati atas, posisi katup masuk dan keluar tertutup, mengakibatkan
udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi. Beberapa saat
sebelum piston sampai pada posisi titik mati atas, waktu penyalaan
(timing ignition) terjadi pada mesin bensin berupa nyala busi.
Dan gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan
tekanan dalam ruang bakar, mengakibatkan piston terdorong dari
titik mati atas ke titik mati bawah. Langkah ini adalah proses yang
akan menghasilkan tenaga.

` 1
4
Proses terakhir yaitu piston bergerak dari titik mati bawah
dan titik mati atas, posisi katup masuk tertutup dan katup keluar
terbuka, mendorong sisa gas pembakaran menuju ke katup keluar
yang sedang terbuka untuk diteruskan ke lubang pembuangan.

Gambar 2.2
(Sumber: https://www.hondacengkareng.com)

2.3 Indikator Performa Engine


Indikator performa engine merupakan tolak ukur kerja sebuah engine
meliputi daya dan torsi.
Heywood (1988:22) menyatakan bahwa torsi dan daya dari motor
bakar yang diperoleh dari hasil pengkonversian energi termal (panas) hasil
pembakaran menjadi energi mekanik. Torsi didefinisikan sebagai besarnya
momen putar yang terjadi pada poros output engine akibat adanya
pembebanan dengan sejumlah massa (kg), sedangkan daya didefinisikan
sebagai besarnya tenaga yang dihasilkan engine tiap satu satuan waktu.
Pengukuran torsi dapat dilakukan dengan meletakkan mesin yang akan
diukur torsinya pada engine testbed dan poros keluaran dihubungkan
dengan rotor dinamometer.
Arismunandar, (1988:19) menyatakan bahwa performa engine (engine
performance) adalah:
Prestasi kinerja suatu engine, dimana prestasi tersebut erat
hubungannya dengan daya engine yang dihasilkan serta daya guna
dari engine tersebut. Kinerja dari suatu engine kendaraan umumnya
ditunjukkan dalam tiga besaran, yaitu tenaga yang dapat dihasilkan,
torsi yang dihasilkan, dan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi.
Tenaga bersih yang dihasilkan dari poros keluar engine disebut “brake

` 1
5
horse power” (Bhp). Tenaga total yang dapat dihasilkan dari piston
mesin disebut “indicated horse power” (Ihp). Sebagian dari indicated
horse power ini hilang akibat gesekan dan energi kelembaban dari
massa yang bergerak dan disebut friction horse power.

` 1
6
17

2.3.1 Daya (Power)


Daya engine merupakan salah satu indikator dalam menentukan  performa
engine. Pengertian dari daya menurut Arends dan Berenschot (1980:20) adalah
“besarnya kerja engine  selama kurun waktu tertentu”. Sebagai  satuan daya
dipilih Nm/s (watt).
1. Daya Efektif (brake horse power/bhp) atau Daya Poros (P)
Hendri (2012:9) menyatakan bahwa:
Daya efektif atau daya poros merupakan daya output engine yang diukur,
dinamai brake horse power/bhp karena berasal dari peralatan pengereman
yang digunakan untuk menahan penurunan kecepatan engine
sehingga menghasilkan daya yang diukur. Sebagai contoh, ketika engine
pada laju 300hp (224 kW) maka angka tersebut merupakan daya efektif
sesungguhnya, merupakan jumlah daya guna yang dihasilkan pada
kecepatan tertentu dengan throttle yang terbuka lebar, sehingg untuk
menghitung daya poros dapat diketahui menggunakan rumus
2. π .n . T
P= (hp)
75 x 60

Dimana=
P =daya poros(hp)
T =torsi(N.m)
N =putaran mesin (rpm)
1/75 = factor konversi satuan kgf.m menjadi hp
1/60 = factor konversi satuan rpm menjadi kecepatan traslasi (m/s)
1hp = 0,7355KW dan 1 KW =1,36 hp

Cara umum untuk menghitung laju engine menggunakan dyno meter


(gambar 2.1.), peralatan ini mempunyai penyerap daya, seperti generator
elektrik atau pengereman air, yang dapat mengambil perbedaan beban pada
engine. Oleh karena itu, dyno meter dapat mengukur jumlah daya yang
dihasilkan dibawah sejumlah kondisi operasi.
Beberapa dyno meter digunakan untuk menguji engine yang telah diambil
dari kendaraan bermotor. Bahkan, dyno meter digunakan dalam bengkel
perbaikan engine kendaraan bermotor. Jenis unit disebut chasis dyno meter.
Dengan alat ini, roda penggerak kendaraan ditempatkan pada roller.
Kemudian, motor menggerakkan roda, dan roda menggerakkan roller.
18

Roller dapat dibebani dengan sejumlah variasi sehingga daya engine dapat
dibebani dengan sejumlah variasi sehingga daya engine dapat diukur.
Penggunaan chasis dyno meter menjadi umum pada bengkel servis
otomotif. Alat ini dapat memberikan laporan yang sangat cepat pada kondisi
engine (dengan mengukur daya pada sejumlah kecepatan beban). Jenis dyno
meter ini juga digunakan untuk menguji transmisi otomatis dalam bengkel
dimana pengujian jalan tidak dijalankan.

Gambar 2.1. Kendaraan bermotor ditempat pada chasis dynamometer.


Sumber: (Hendri, 2012:12)
2.3.2 Daya Indikator (indicated horse power/ihp)

Daya indikator (indicated horse power/ihp) adalah daya yang


dikembangkan/dihasilkan engine di dalam ruang bakar selama proses
pembakaran. Peralatan khusus dibutuhkan untuk mengukur ihp berupa
tekanan dalam silinder engine (gambar 2.1.).
Grafik dibawah menunjukkan tekanan di dalam silinder selama empat
langkah torak membutuhkan dua putaran poros engkol (setiap 360 derajat)
sehingga rotasi total 720 derajat. Perubahan kecepatan dan pembukaan
throttle akan merubah grafik daya mesin. Tekanan digunakan
menggambarkan ihp. Daya indikator selalu lebih tinggi dari pada bhp. Hal
ini disebabkan daya yang dihasilkan engine digunakan untuk mengatasi
gesekan internal engine.
19

Gambar 2.2. Tekanan di dalam silinder selama empat langkah torak.


Sumber: (Arismunandar, 1988:54)

2.3.3 Daya Gesekan (friction horse power/fhp)

Daya gesekan (friction horse power/fhp) adalah daya yang dibutuhkan untuk
mengatasi gesekan bagian yang bergerak dalam engine. Salah satu penyebab
utama kerugian gesekan (fhp) adalah gesekan cincin torak. Pada beberapa
kondisi, gesekan yang bergerak pada dinding silinder sekitar 75% dari
semua kerugian gesekan di dalam engine. Salah satu tantangannya
(solusinya) adalah langkah pendek (short-stroke), engine oversquer. Dengan
langkah pendek, cincin torak bergerak tidak terlalu panjang. Oleh karena itu,
gesekan torak lebih rendah.

2.4 Torsi (torque)

Pengertian torsi menurut Hendri (2012:8) adalah “gaya putar”. Ketika torak
bergerak ke bawah pada langkah usaha, akan menerapkan torsi pada poros engkol engine
(melalui batang torak). Dorongan yang lebih besar pada torak, torsi yang lebih besar
diterapkan. Oleh karena itu, tekanan pembakaran yang lebih tinggi, akan menghasilkan
jumlah torsi yang lebih besar. Dyno meter biasanya digunakan untuk mengukur torsi
mesin. Torsi dapat diukur pada saat yang sama dengan daya dyno meter.
Adapun rumus untuk torsi:
20

T=Nx

r
(TAM, 1995:1-8)

Dimana:
T = Torsi (kgf.m, N.m, lbf.ft)
N = Gaya (N, kgf, lbf)
r = Panjang lengan (m, ft)
1 kgf.m = 9,807 N.m = 7,233 lbf.ft.
1m = 3,281 ft

1. Hubungan antara Torsi dengan Daya Efektif

Torsi pada sebuah engine dapat berkembang berubah dengan kecepatan engine

(gambar 2.3.). Selama kecepatan menengah, efisiensi volumetrik cukup tinggi. Ada

banyak waktu untuk mengisi silinder dengan baik. Ini artinya, bahwa pengisian penuh

dengan campuran bahan bakar. Tekanan pembakaran yang lebih tinggi, torsi engine

menjadi tinggi. Tetapi, pada kecepatan tinggi, efisiensi volumetrik menurun. Silinder

tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi penuh campuran udara dan bahan bakar.

Ketika campuran udara dan bahan bakar miskin dibakar, tekanan pembakaran tidak

maksimal. Ada penurunan dorongan pada torak. Oleh karena itu, torsi engine menjadi

rendah. Gambar 2.3. menunjukkan bagaimana torsi menurun pada saat kecepatan mesin

ditingkatkan. Grafik bhp pada engine sangat berbeda dengan grafik torsi. Gambar

tersebut membandingkan bhp pada engine yang sama dengan grafik torsi. Grafik bhp

(brake horse power) mulai dari rendah dan terus meningkat sampai kecepatan tinggi.

Namun pada kecepatan yang lebih tinggi bhp menurun.

Penurunan bhp terjadi karena torsi berkurang pada kecepatan tinggi. Di sisi lain fhp

(friction horse power) meningkat disetiap pada kecepatan tinggi.


21

Gambar 2.3. Kurva torsi-bhp-ihp pada engine


Sumber: Arismunandar (1988:34)

Catatan bahwa grafik pada gambar 2.3. hanya untuk mesin particular. Setiap mesin
memiliki grafik torsi, bhp, dan fhp yang berbeda-beda. Titik puncak pada kecepatan
rendah dan tinggi tidak ditunjukkan pada gambar 2.16.
22

BAB III
RANCANG BANGUN

3.1 Metode Pembuatan

Metode pembuatan engine cutting sepeda motor ini melalui beberapa


tahapan. Metode pembuatan engine cutting sepeda motor ini dapat dilihat dari
diagram di bawah:

Start

Ide pembuatan

Penentuan kriteria model

Penentuan ukuran model

Pembelian bahan baku

Pembuatan engine cutting sepeda motor

Engine cutting sepeda motor selesai dibuat

Finish
23

Alur rancang bangun engine cutting sepeda motor

2.3. Ide Pembuatan


Penulis memulai perkuliahan Analisis dan Desain Otomotif dengan
mengambil kontrak mata kuliahnya terlebih dahulu. Penulis melakukan
observasi ke workshop otomotif dan dikonsultasikan dengan dosen pengampu
mata kuliah. Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pengampu penulis
melanjutkan dengan mencari studi literatur dan mengajukan ERPTA.
2.4. Kriteria Model
Penentuan kriteria model dalam proses pembuatan engine cutting sepeda
motor ini yaitu dengan cara berdiskusi dengan anggota kelompok tugas akhir.
Model yang digunakan dalam rancang bangun ini yaitu berupa engine cutting.
2.5. Penentuan Ukuran Model
Ukuran model pembuatan engine cutting sepeda motor ini di sesuaikan
dengan ukuran engine sepeda motor tipe JF02E. Dimana engine mounting
dari engine sepeda motor tipe JF02E menjadi dudukan pada rangka model
engine cutting yang akan dibuat.
2.6. Penentuan Banyaknya Bahan
Penentuan banyaknya bahan disesuaikan dengan yang telah
direncanakan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan engine cutting
sepeda motor ini tercantum pada Tabel 3.1 alat dan bahan yang digunakan.

2.7. Pembelian Bahan Baku


Pembelian bahan baku disesuaikan dengan yang telah direncanakan.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan engine cutting sepeda motor
ini tercantum pada Tabel 3.1 alat dan bahan yang digunakan.
2.8. Pembuatan Engine Cutting Sepeda Motor
Pembuatan engine cutting sepeda motor ini dilakukan di Workshop
Otomotif FPTK UPI dengan waktu yang disesuaikan oleh perjanjian dengan
dosen penanggung jawab mata kuliah Analisis dan Desain Otomotif. Proses
24

pengerjaan engine cutting sepeda motor ini dilakukan setiap hari Senin –
Jumat jam 08.00 WIB – 16.00 WIB.
2.2.1. Prosedur Pembuatan Engine Cutting Sepeda Motor Tipe
JF02E Sepeda Motor Honda Spacy Tahun 2010
Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pembuatan engine cutting, yaitu
kesehatan dan keselamatan kerja, alat dan bahan yang digunakan, dan proses
pembuatan engine cutting sepeda motor. Pembuatan rangka simulator harus
disesuaikan dengan fungsi dari simulator itu sendiri yaitu media pembelajaran
baik untuk praktik pengenalan komponen ataupun fungsi komponen. Prosedur
pembutan engine cutting sepeda motor tipe JF02E sepeda motor honda spacy
tahun 2010 adalah sebagai berikut:

2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam suatu pekerjaan di workshop
adalah sesuatu hal yang sangat penting. Pembuatan engine cutting sepeda
motor ini mempunyai standar K3 yang disusun dengan melihat kondisi
workshop, jenis pekerjaan dan alat-alat yang digunakan. Standar K3 dalam
pengerjaan engine cutting sepeda motor ini adalah sebagai berikut:
2. Berdoa sebelum melakukan aktifitas dalam workshop.
3. Persiapkan alat dan bahan kerja dengan baik dan benar.
4. Memakai baju praktik.
5. Menggunakan sepatu kerja bengkel.
6. Rambut pendek tidak melebihi alas mata dan telinga.
7. Menggunakan kacamata las (welding helmet) ketika mengelas.
8. Menggunakan sarung tangan las (glove) ketika mengelas.
9. Menggunakan kacamata bening (safety googles) ketika menggerinda.
10. Menggunakan masker ketika mengecat.
11. Tidak menyimpan peralatan tajam di saku baju praktik.
12. Menyiapkan kotak obat apabila terjadi suatu kecelakaan kerja.
13. Bertanya kepada orang yang lebih kompeten jika kita tidak bisa
menggunakan alat kerja.
14. Bersihkan tempat praktik setelah melakukan praktik.
25

3. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan engine cutting sepeda
motor ini adalah sebagai berikut
Tabel
Alat dan Bahan Pembuatan Engine Cutting Sepada Motor
No Nama Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah
1 Tang potong Sedang 1 buah
2 Tang kombinasi Sedang 1 buah
3 Scrab Kecil dan besar 2 buah
4 Mistar Siku 50 cm 1 buah
5 Mistar Baja 30 cm 1 buah
6 Penggores Sedang 1 buah
7 Penitik Sedang 1 buah
8 Palu Besi Sedang 1 buah
9 Palu Plastik Sedang 1 buah
10 Mesin Gerinda Duduk 1 buah
11 Mesin Gerinda Tangan 1 buah
12 Mata Gerinda 1 buah
13 Mesin Bor Duduk 1 buah
14 Mata Bor 6 mm : 1 buah 4 buah
8 mm : 1 buah
9 mm : 1 buah
10 mm : 1 buah
15 Baki Plastik 1 buah
16 Mesin Las Listrik 1 buah
17 Kedok Las 2 buah
18 Kaca Mata Gerinda 2 buah
19 Ragum Sedang 1 buah
20 Meteran 5 Meter 1 buah
21 Kuas Kecil dan sedang 2 buah
22 Kunci T (8, 10, 12) mm 3 buah
23 Kunci Ring (6-7, 8-9, 10-11, 12- 8 buah
13, 14-15, 16-17, 18-
20, 22-24) mm
24 Kunci Pas (6-7, 8-9, 10-11, 12- 8 buah
13, 14-15, 16-17, 18-
20, 22-24) mm
25 Obeng + Sedang 1 buah
26 Obeng - Sedang 1 buah
27 Penutup Telinga headphone 1 buah
28 Adjustable wrench 15 in 1 buah
29 Vernier kaliper 1 buah
30 Kunci L (allen wrench) 5,6,8 3 buah
31 Sikat kawat 1 buah
26

32 Air gun 1 buah


33 Sealer kecil 1 buah
34 Mur 24 buah
35 Baut 24 buah
36 Besi hollow 3 cm x 3cm x 6m 2 Buah
37 Roda 3 inch 4 Buah
38 Engine 1 Buah
39 CVT 1 Buah
40 Stiker 60 x 50 cm 1 Buah
41 Multipleks 60 x 50 cm 1 Buah
42 Cat besi Orange 1 buah
Kuning
Biru
43 Dempul 250 gram 1 buah
44 Amplas 500,800 100 cm dan
50 cm
45 Tinner 600 ml 1 buah
46 Elektroda 2,5 mm 1 kg

4. Proses Pembuatan Engine Cutting Sepeda Motor


Proses pembuatan engine cutting sepeda motor yaitu dengan merancang
tata letak dari komponen, sehingga jarak antara komponen dapat terlihat rapi
dan mudah dalam memasang dan melepas alat peraga CVT. Tahapan proses
pembuatan alat peraga sebagai berikut :

3. Pembongkaran Engine dan CVT


Pembongkaran engine dan CVT dengan melepas baut dan melepas
komponen-komponen penggerak.

4. Pemotongan Engine dan CVT


Pemotongan engine dan CVT dipotong menggunakan gurinda tangan. Pola
pemotongan telah di tentukan.
5. Pembersihan Komponen
Komponen dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
pemasangan kembali komponen dan proses pengecatan.
6. Pemasangan Komponen.
27

Komponen yang telah dibersihkan dipasang kembali.


7. Pembuatan Rangka Engine Cutting
Tata letak engine cutting terlebih dahulu dirancang agar penggunaan bahan
lebih efisien, rapih dan mudah dalam perancangan.
2.2.3. Pengukuran Besi
Besi hollow digunakan sebagai rangka dari alat peraga engine cutting. Besi
hollow yang digunakan adalah besi dengan lebar 4 cm dan panjang 6 m
sebanyak 2 buah. Besi hollow di tandai sesuai rancangan yang telah di
tentukan kemudian dilakukan proses pemotongan sesuai kebutuhan.
2.2.4. Pemotongan Besi
Besi yang telah diukur dan ditandai sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dipotong menggunakan gerinda duduk.
2.2.5. Pengelasan
Besi yang telah dipotong kemudian disambung dengan las listrik.
Pengelasan dilakukan dengan menitik bagian ujung-ujungnya terlebih dahulu
dengan bentuk yang telah ditektukan. Setelah bentuk sesuai dengan desain
dan las titik setiap sambungan kuat, kemudian dilakukan pengelasan
permanen. Hasil pengelasan dirapihkan kembali dengan gerinda tangan.
2.2.6. Pengeboran
Proses pengeboran dilakukan pada rangka dan plat untuk dudukan roda.

2.2.7. Persiapan permukaan


Proses persiapan permukaan merupakan bagian awal dalam proses
pengecatan. Tujuan dilakukannya persiapan permukaan adalah untuk
menghasilkan hasil pengecatan yang baik.
2.2.8. Pendempulan
Proses pendempulan mempunyai tujuan untuk mengembalikan permukaan
yang tidak rata karena kerusakan dengan menutu permukaan dengan
menggunakan dempul. Campuran dempul dengan hardener harus sesuai
dengan kebutuhan. Takaran hardener pada campuran dempul akan
mempengaruhi waktu mengerasan. Dempul yang sudah mengeras dan kering
kemudian dilakukan penghamplasan.
28

2.2.9. Pengecatan
Setelah proses pengelasan dan pendempulan, selanjutnya dilakukan
proses pengecatan. Pengecatan dilakukan agar rangka terlihat rapi dan
mencegah rangka berkarat.

BAB IV
PERHITUNGAN

4.1 Bahan Bakar


29

Winarno dan Karnowo (2008: 37) mengatakan bahwa “Adapun defisnisi


dari bahan bakar adalah material, zat atau benda yang digunakan dalam proses
pembakaran untuk menghasilkan energi panas”. Pengertian definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahan bakar adalah material yang digunakan untuk
menghasilkan energi panas pada motor bakar untuk menghasilkan energi
mekanik. Banyak jenis bahan bakar yang kita kenali dalam kehidupan sehari-hari.
Secara teori bahan bakar dapat dibedakan dari jenis asal bahan bakar dan bentuk
fisik bahan bakar tersebut. Bahan bakar menurut asalnya dibagi menjadi tiga
yaitu: bahan bakar nabati, bahan bakar fosil dan bahan bakar mineral. Sedangkan
untuk bahan bakar menurut bentuk dikategori menjadi tiga yaitu : bahan bakar
padat, cair dan gas. Banyak masyarakat menggunakan bahan bakar gas sebagai
bahan bakar untuk menyalakan kompor dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
untuk bahan bakar padat dulu digunakan sebagai pemanas boiler pada kereta api.
Lalu untuk yang cair sendiri biasanya digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor baik bensin maupun solar (untuk kendaraan bermesin diesel). Bahan
bakar yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah bahan bakar pertamax dan
pertamax plus karena kendaraan yang digunakan menggunakan mesin bensin atau
motor bensin (spark ignition engine). Untuk bahan bakar pertamax dan pertamax
plus kualitasnya dipengaruhi oleh bilangan oktan (octan number). “Setiap bahan
bakar memiliki karakteristik dan nilai pembakaran yang berbeda-beda.
Karakteristik ini lah yang menentukan sifat-sifat dalam proses pembakaran,
dimana sifat yang kurang mengtungkan dapat di sempurnakan dengan jalan
menambah bahan-bahan kimia ke dalam bahan bakar tersebut”. Kemudian
“Untuk bahan bakar cair khususnya bensin atau solar biasanya ditambahkan
bahan-bahan aditif dengan harapan akan mempengaruhi daya anti knocking atau
daya letup dari bahan atau daya letup dari bahan bakar, dan dalam hal ini
menunjukkan apa yang dinamakan dengan bilangan oktan (octane number) atau
angka cetan pada solar” (Rahardjo dan Karnowo, 2008: 39).

Tabel 4.1 Berat Jenis Bahan Bakar Premium, Pertalite, dan Pertamax
30

a. Bahan bakar bensin

Bahan bakar bensin atau dalam bahasa Inggris gasoline adalah bahan
bakar yang digunakan untuk motor bakar bensin atau spark ignition engine.
Menurut Winarno dan Karnowo (2008: 43) “Bensin adalah hasil pemurnian
neptha yang komposisinya dapat digunakan untuk bahan bakar pada motor
bakar.Yang disebut neptha adalah semua minyak ringan dengan komposisi karbon
yang sedang yaitu 5 sampai 11 ikatan tak jenuh”.Lalu untuk senyawanya “Bensin
pada dasarnya adalah persenyawaan jenuh dari hidro karbon, dan merupakan
komposisi isooctane dan normal-heptana.Serta senyawa molekulnya tergolong
dalam kelompok senyawa hidrokarbon alkana”. Seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya kualitas bensin dilihat dari bilangan oktan yang dimiliki
oleh varian bahan bakar teresebut. “Angka oktan adalah prosentase volume
isooctane di dalam campuran antara isooctane dengan normal heptane yang
menghasilkan intensitas knocking atau daya ketokan dalam proses pembakaran
ledakan dari bahan bakar yang sama dengan bensin yang bersangkutan”(Winarno
dan Karnowo, 2008: 44). Jadi dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi bilangan
oktan maka kualitas bahan bakar tersebut akan lebih baik, karena bahan bakar
tersebut akan lebih tahan terhadap knocking yang merugikan bagi mesin. Sifat-
sifat dari Bensin dijelaskan sebagai berikut:
“Bensin mengandung hidrokarbon hasil sulingan dari produksi minyak
mentah.Bensin mengandung gas yang mudah terbakar, umumnya bahan
bakar ini dipergunakan untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang
dimiliki bensin antara lain : (1) Mudah menguap pada temperatur normal,
(2) Titik nyala rendah (-10º sampai-15º C), (3) Berat jenis rendah (0,60 s/d
0,78), (4)Dapat melarutkan oli dan karet, (5) Menghasilkan jumlah panas
yang besar (9,500 s/d 10,500 kcal/kg), dan (6) Setelah dibakar sedikit
meninggalkan karbon. (Supraptono, 2004:19)”.
31

Untuk di Indonesia varian bahan bakar bensin yang dijual di masyarakat cukup
banyak. Produsen yang memproduksi bahan bakar jenis ini ada 3 yaitu Shell,
Total, dan Pertamina. Indonesia produsen bahan bakar yang sering kita temui
adalah Pertamina karena produsen ini adalah perushaan milik bangsa. Sehingga
sangat umum digunakan oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu pada penelitian ini
peneliti menggunakan bahan bakar Pertmax 92 dan Pertamax Plus95.

b. Pertamax Plus

Pertamax Plus adalah bahan bakar jenis bensin dengan nilai oktan 95
berwarna merah yang diproduksi oleh Pertamina.Pertamina merekomendasikan
bahan bakar tipe ini untuk kendaraan dengan perbandingan campuran bahan bakar
dan udara lebih dari 10:1.Menurut peraturan Direktorat Jendral Minyak dan Gas
(Ditjen Migas) No.3674.K/24/DJM/2006, tanggal 17Maret 2006 tentang

c. Pertamax

Pertamax adalah bahan bakar jenis bensin dengan nilai oktan 92 berwarna
biru yang diproduksi oleh Pertamina. Pertamina merekomendasikan bahan bakar
tipe ini untuk kendaraan dengan perbandingan campuran bahan bakar dan udara
9:1 hingga 10:1.Menurut peraturan Direktorat Jendral Minyak dan Gas (Ditjen
Migas) No.3674.K/24/DJM/2006, tanggal 17Maret 2006 tentang spesifikasi bahan
bakar minyak jenis bensin 92 adalah sebagai berikut :

4.2 Metode Perhitungan Performa

Ada beberapa hal yang mempengaruhi performa motor bakar beberapa


diantaranya adalah kualitas bahan bakar dan efisiensi volumetrik dari mesin
tersebut. Pada dasarnya cara mengetahui kinerja suatu mesin dapat diketahui dari
membaca dan menganalisa parameter yang ditulis dalam sebuah laporan atau
media lain. Dari membaca parameter-parameter tersebut biasanya kita dapat
mengetahui daya, torsi,dan konsumsi bahan bakar dari kendaraan tersebut.Secara
umum daya berbanding lurus dengan luas torak sedangkan torsi berbanding lurus
dengan lankah torak. Mesin kendaraan adalah daya yang digunakan untuk
menggerakkan beban. Sedankan daya poros didapat dari daya indikator yang
didapatkan dari proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang
dikompresikan oleh piston kemudian mengadakan gerakan translasi kemudian
memutarkan poros engkol. Kemudian gaya atau tenaga perputaran dari poros
enkol tersebut disebut dengan torsi.
32

a. Daya
Daya adalah besarnya kerja motor persatuan waktu. (Arends dan
Berenschot, 1980:18). Satuan daya yaitu hp (horse power). Daya pada sepeda
motor dapat diukur dengan menggunakan alat dynamometer, sehingga untuk
menghitung daya poros dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
2x π N xT
P=
4500
Dimana =

P = daya poros (hp)


T = torsi (N.m)
N = putaran mesin (rpm)
1/75 = faktor konversi satuan kgf.m menjadi hp
1/60 = faktor konversi satuan rpm menjadi kecepatan translasi (m/s)
1hp = 0,7355 KW dan 1KW = 1,36 hp

2x π x N xT
 P=
4500
2 x 3,14 x 8500 x 1,121
= 4500
= 13,3 HP

b. Torsi
Gaya tekan putar pada bagian yang berputar disebut torsi, sepeda motor
digerakkan oleh torsi dari crankshaft. (Jama, 2008 : 23). Torsi adalah ukuran
kemampuan mesin untuk melakukan kerja. Besaran torsi adalah besaran
turunan yang biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari
benda yang berputar pada porosnya. (Raharjo dan Karnowo, 2008 : 98).
Satuan torsi biasanya dinyatakan dalam N.m (Newton meter). Adapun
perumusannya adalah sebagai berikut :
P x 4500
T = 2 πN
13,3 x 4500
=
2 x 3,14 x 8500
59850
= 53380
33

= 1,121 Kg-m
c. Konsumsi bahan bakar.
Konsumsi bahan bakaradalah jumlah bahan bakar per waktunya untuk
menghasilkan daya sebesar 1 HP. Jadi Konsumsi bahan bakaradalah ukuran
ekonomi pemakaian bahan bakar (Winarno dan Karnowo, 2008 : 115). Untuk
konsumsi bahan bakar hanya volume bahan bakar per satuan waktu (kg/jam).
Mf
SFC =
Ne
v x p bahan bakar
Mf = t

Dimana:
SFC = Konsumsi bahan bakar spesifik (kg/jam.kW)
Mf = Jumlah bahan bakar persatuan waktu (kg/jam)
V = volume bahan bakar yang digunakan
P = berat jenis bahan bakar yang digunakan
t = waktu yang diperlukan untuk konsumsi bahan bakar
Ne = daya yang dihasilkan (kW)
Perhitungan :
v x p baha n bakar
Mf = t
0,9 x 0,723
Mf = 1
= 0,65 (kg/jam.kw)

Mf
SFC di Rpm 1000 =
Ne
0,65
= 1,147

= 0,566 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 2000 =
Ne
0,65
=
2,29
34

= 0,283 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 3000 =
Ne
0,65
=
3,44
= 0,188 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 4000 =
Ne
0,65
= 4,59

= 0,141 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 5000 =
Ne
0,65
= 5,75

= 0,113 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 6000 =
Ne
0,65
= 6,89

= 0,094 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 7000 = N
e

0,65
= 8,05

= 0,08 Kg/jam.kw
Mf
SFC di Rpm 8500 = N
e

0,65
= 9,782

= 0,066 Kg/jam.kw
35

Anda mungkin juga menyukai