Anda di halaman 1dari 20

NAMA : M.

Arsyat Rohimakumullah
NPM : 186210941
KELAS :4A
MATA KULIAH : Wacana Bahasa Indonesia
DOSEN PENGAMPU : Hermaliza, S.Pd.,M.Pd

Dongeng “Arti Persahabatan”


Karya : Irmida Indri E
SUMBER : Majalah Bobo

Sumber : Majalah Bobo


Cerpen “SAYEMBARA”
Karya : Leti Armilah
1. Latar (setting dan scene)

Pada “cerpen sayembara” latar yang ditunjukkan adalah latar tempat (ruang spece) hal ini
telihat pada percakapan berikut

Anto : “ E,e… cat warna merah saya habis, Bu. Boleh saya pinjam”?

Bu guru : “bukanlah masing masing harus menyediakan alat alat sendiri? Maaf anto, kali ini
ibu tidak dapat menolongmu”

Pada dialog diatas latar yang ditunjukkan adalah latar tempat (ruang spece) yang terdapat
disekolah. Dimana anto yang ingin meminjam sebuah cat yang berwarna merah yang habis akan
tetapi seorang ibu guru tidak bisa membantu akan hal itu. Ini menunjukkan bahwasanya cerpen
sayembara diatas adalah latar tempat (ruang spece).

Pada dongeng “Arti Persahabatan” latar yang ditunjukkan adalah latar tempat (ruang
spece) hal ini telihat pada percakapan berikut

Doka : “punga, kau ternyata sudah bermetafosis, ya”?

Punga : “Oh, doka! Kau juga sudah berubah ya”?

Doka : “aku sudah menanti saat-saat menjadi katak dewasa”

Pada dialog diatas latar yang ditunjukkan adalah latar tempat (ruang spece) yang terdapat
disebuah daratan. Dimana doka bertanya kepada punga bahwasanya mereka sudah bermetafosis.
ini menunjukkan bahwasanya dongeng diatas menunjukkan sebuah latar tempat (ruang spece).

1. Peserta (participants)

Dikataka bahwa yang dimaksud dengan peserta dalam konteks wacana adalah peserta
percakapan yang terdapat didalam sebuah wacana yaitu pembicara (penyapa) dan (pendengar)
atau kawan bicara (pesapa).
Bu guru: “Belum juga mulai” (agak heran)

Anto : “segera Bu!” (gelisah)

(dengan lambat anto mulai membuat cairan warna hijau dan coklat)

Pada penggalan dialog diatas tergambar jelas bahwa adanya peserta pecakapan yakni
pembicara (penyapa) yaitu Ibu guru dan pendengar atau kawan bicara (pesapa) yaitu anto.
terlihat jelas bahwasanya ini sebagai peserta didalam sebuah konteks wacana. Karna, adanya
sebuah percakapan anatara pembicara (penyapa) dan pendengar atau kawan bicara (pesapa).

Sedangkan pada dongeng “Arti Persahabatan” berikut penggalan dialog yang menyatakan
partisipant atau peserta!

Doka : “punga, kau ternyata sudah bermetafosis, ya”?

Punga : “Oh, doka! Kau juga sudah berubah ya”?

Doka : “aku sudah menanti saat-saat menjadi katak dewasa. Aku ingin segera melihat dunia
lain dan mempunyai teman teman baru. Punga siapa saja teman barumu? Ayo ceritakan!”

Punga : “aku belum terbang kemanapun.aku masih teringat kana dan dunia air”

Pada penggalan dialog diatas tergambar jelas bahwa adanya peserta pecakapan yakni
pembicara (penyapa) yaitu doka dan pendengar atau kawan bicara (pesapa) yaitu punga. terlihat
jelas bahwasanya ini sebagai peserta didalam sebuah konteks wacana. Karna, adanya sebuah
percakapan anatara pembicara (penyapa) dan pendengar atau kawan bicara (pesapa).

2. Hasil (ends)

Yang dimkasud dengan hasil dalam konteks wacana adalah hasil percakapan dan tujuan
percakapan. Berikut kutipan percakapan yang merujuk kepada hasil suatu percakapan pada
cerpen Sayembara!

Anto : “aku harus meraihnya. Harus ! Alat melukis paling top dewasa ini, aku punya alat
sendiri nanti ! aku akan melukis sepuas hati” (sebuah senyum terlukis diwajahnya)
Bu guru : “sayembara akan dimulai gambarlah sebaik mungkin. Tulis nama da kelas dibagian
belakang gambar. Lama menggambar setengah jam. Selamat bekerja!”

Pada dialog diatas terlihat jelas bahwasanya adannya sebuah hasil dan tujuan percakapan
yang dilakukan oleh anto dan Bu guru. dimana seorang Bu guru memberi tujuan percakapan
dengan memberikan sayembara menggambar, kemudian anto bisa menyimuplkan dengan
sebuah hasil percakapannya sendiri. Yang kemudian terdapat didalam sebuah hasil konteks
wacana

3. Amanat (message)

Yang dikatan amanat mengacu kepada bentuk dan isi amanat. Pada cerepen sayembara karya
leti armilah ini, mengandung amanat bahwa “jangan pernah menyerah terhadap setiap kesulitan
dan rintangan untuk mencapai sebuah tujuan”. Berikut kutipan dialog percakapan yang
menunjukkan amanat dalam cerpen sayembara karya leti armilah.

Bapak guru : “juara pertama : anto stiawan, murid kelas V”. (mengucap selamat)

Anto : “suatu kelak aku akan menjadi pelukis terkenal di Indonesia bahkan diseluruh
dunia”. (bangga atas hasil yang tak kenal menyerah pada kesulitan dan rintangan)

Sama halnya dengann cerpen Sayembara, dongeng Arti persahabatan ini juga memiliki sebuah
pesan yang terselipkan dalam penggalan-penggalan dialog antar pesertanya, berikut kutipan
dialog yang merujuk kepada amanat pada dongeng Arti Peersahabatan

Doka : “aku sudah menanti saat-saat menjadi katak dewasa. Aku ingin segera melihat dunia
lain dan mempunyai teman teman baru. Punga siapa saja teman barumu? Ayo ceritakan!”

Punga : “aku belum terbang kemanapun.aku masih teringat kana dan dunia air” (sedih
bercampur malu)

Doka : “kau menunggu kana ya? Kana sudah lama mencarimu. Mengapa kau tak
mengucapkan selamat tinggal padanya?”
Punga : “aku tak ingin membuat kana bersedih. Lagipula, waktu aku mau pamit padanya, aku
sudah bermetafosis”

Doka : “kana berpesan padaku. Katanya kau harus mencari teman baru diduniamu saat ini”

Punga : (terdiam) didalam hati ia sadar, kana memang benar ia harus mencari teman baru

Pada dialog diatas terlihat jelas bahwasanya adannya sebuah hasil dan tujuan percakapan
yang dilakukan oleh doka dan punga. dimana doka memberi tujuan percakapan kepada punga
dengan memberikan pesan kepada punga bahwasanya ia harus mencari teman baru, kemudian
punga bisa menyimuplkan dengan sebuah hasil percakapannya dengan doka bahwasanya ia harus
mencari teman baru. jadi Dialog Ini menunjukkan hasil dalam konteks wacana adalah yang
memperlihatkan adanya hasil percakapan dan tujuan percakapan

4. Cara (key)
Cara ini mengacu pada semangat melaksanakan percakapan. Pada cerpen sayembara cara
yang digunakan oleh penulis adalah menyala nyala. Hal ini terdapat pada kutipan dialog
dibawah.

Anto : “aku harus meraihnya. Harus ! Alat melukis paling top dewasa ini, aku punya alat
sendiri nanti ! aku akan melukis sepuas hati” (sebuah senyum terlukis diwajahnya)

Pada dialog diatas terlihat jelas bahwasanya semangat yang dimiliki oleh anto begitu
menyala nyala terlihat jelas anto begitu semangat untuk meraih apa yang ia inginkan dengan
menyatakan “aku harus meraihnya. Harus!”

. Pada dongeng arti persahabatan cara yang digunakan oleh penulis adalah dengan cara
santai. Hal ini terdapat pada kutipan dialog dibawah.

Doka : “aku sahabat baikmu juga?”

Punga : “iya aku baru menyadari itu sekarang, maafkan, dulu aku tak mau bersahabat
denganmu”

Doka : (tersenyum) “aku sudah meupakan itu”


Pada dialog diatas terlihat jelas bahwasanya penulisannya begitu tenang meyakinkan dimana
punga menyadari bahwa doka adalah sahabat baiknya meskipun dulu punga tidak mau berteman
dengan doka, akan tetapi doka hanya membalas dengan senyuman serta berkata “aku sudah
melupakan itu”. Jadi sangat lah terlihat bahwasanya dongeng arti persahabatan yang ditulis oleh
Irmida Indri E ini ditulis dengan cara “santai dan meyakinkan”.

5. Sarana (instrument)

Sarana mengacu kepada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulis dan
mengacu pada variasi bahasa yang digunakan. Pemakaian bahasa dalama cerpen sayembara ini
bersifat lisan ini dapat dibuktikan dengan penggalan perckapan berikut!

Tapi anto mau mencoba lagi. Siapa tahu hari ini dia mujur

Anto : “Mar” (bisiknya) “pinjam yang merah”

Mardi : “mau dipakai”(jawab mardi singkat, tanpa mengangkat kepala)

Anto : “kalau begitu yang jingga aja”

Pemakaian bahasa dalama dongeng arti persahabatan ini bersifat lisan ini dapat dibuktikan
dengan penggalan perckapan berikut!

Doka : “punga, kau ternyata sudah bermetafosis, ya”?

Punga : “Oh, doka! Kau juga sudah berubah ya”?

Doka : “aku sudah menanti saat-saat menjadi katak dewasa. Aku ingin segera melihat dunia
lain dan mempunyai teman teman baru. Punga siapa saja teman barumu? Ayo ceritakan!”

6. Norma (noms)

Norma mengacu pada prilaku peserta percakapan norma yang digunakan dalam konteks
wacana pada cerpen sayembara cenderung menggunakan norma diskusi yaitu terjadinya
komunikasi dua arah antara peserta percakapan. Berikut contoh kutipan dialog norma
diskusipada cerpen sayembara:

Anto : “ E,e… warna merah saya habis, Bu. Boleh saya pinjam”?
Bu guru : “bukanlah masing masing harus menyediakan alat alat sendiri? Maaf anto, kali ini
ibu tidak dapat menolongmu”

Pada dialog diatas terlihat jelas bahwasanya norma yang digunakan menggunakan norma
diskusi, yaitu terjadinya komunikasi dua arah antara peserta percakapan. komunikasi dua arah
antara anto dengan Bu guru sangat terlihat pada percakapan ini, jadi percakapan dua arah ini bisa
dikatan sebagai norma yanng mengacu pada prilaku peserta percakapan

Norma mengacu pada prilaku peserta percakapan norma yang digunakan dalam konteks
wacana pada dongeng arti persahabatan cenderung menggunakan norma diskusi yaitu terjadinya
komunikasi dua arah antara peserta percakapan. Berikut contoh kutipan dialog norma diskusi
pada dongeng Arti Persahabatan!

Doka : “punga, kau ternyata sudah bermetafosis, ya”?

Punga : “Oh, doka! Kau juga sudah berubah ya”?

Doka : “aku sudah menanti saat-saat menjadi katak dewasa. Aku ingin segera melihat dunia
lain dan mempunyai teman teman baru. Punga siapa saja teman barumu? Ayo ceritakan!”

Punga : “aku belum terbang kemanapun.aku masih teringat kana dan dunia air”

Pada dialog diatas terlihat jelas bahwasanya norma yang digunakan menggunakan norma
diskusi, yaitu terjadinya komunikasi dua arah antara peserta percakapan. komunikasi dua arah
antara doka dan punga sangat terlihat pada percakapan ini, jadi percakapan dua arah ini bisa
dikatan sebagai norma yanng mengacu pada prilaku peserta percakapan.

7. Jenis (genre)

Jenis wacana di atas temasuk kepada golongan Wacana cerita anak.

B. Rincian Konteks
Dikatakan bahwa Rincian Konteks ini dapat memberikan tanda keterangan bagi
eksistensinya, dan hubungannya dengan pembicara yang memperkenalkannya pada percakapan
tersebut.

1. Rincian Fisik (Ciri Luar)

Jika ditilik dari namanya mungkin sudah tergambar dibenak kita bahwa rincian fisik ini
adalah ciri-ciri luar yang dimiliki suatu manusia,benda. Dalam hal ini adalah peserta percakpan
atau ciri luar yang menyangkut milik atau ciri luar bagian dari tubuh yang menonjol secara fisik.

Dari pengertian di atas berikut berikut penggalan dialog percakapan yang menunjukkan Rincian
Fisik pada Cerpen Sayembara:

Mata Anto bersinar gembira melihat tube-tube yang baru dan penuh-penuh isinya itu! Montok-
montok, gemuk seperti ibu jari. Lengkap 12 warna.

Dari penggalan dialog di atas jelas sekali terlihat bahwa fisik yang digambarkan pada dialog
diatas adalah ciri fisik BENDA. Dimana ia menggambarkan Tube-tube itu moontok serta gemuk.

Sedangkan pada dongeng “Arti Persahabatan” berikut cuplikan percakapan yang menerangkan
Rincian Fisik!

Punga dan Kana adalah dua sahabat karib. Mereka selalu terlihat bersama, walaupun sebenarnya
mereka dari bangsa yang berbeda. Punga adalah nimfa dari bangsa capung. Sedangkan Kana
adalah seekor ikan.

Dari kutipan di atas jelas sekali tergambar dibenak kita bahwa punga yang dicirikan sebagai
nimfa capung sedangkan Kana adalah seekor ikan.

2. Rincian Emosional

Rincian Emosional cenderung berhubungan erat dengan makna feeling di dalam semantik.
Makna feeling (perasaan) berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan.

berikut penggalan dialog percakapan yang menunjukkan Rincian Emosional pada Cerpen
Sayembara:
Anto : “Kok berantakan begini! Tube merah kosong,”(ia mencurahkan seluruh isi tas di atas
mejanya.)

“Apa-apaan ini, uh....” (gumamnya dengan lesu dihempaskannya badannya di atas


bangku)

Terlihat jelas dari penggalan dialog di atas bahwa rincian emosional yang ditimbulkan adalah
Anto Kesal.

Sedangkan pada dongeng Arti persahabatan rincian emosional yang ditimbulkan adalah :

(suatu hari punga tampak sedih. Ia teringat perkataan temannya, pungi. ) “Kita dari bangsa
capung hidup didua alam. Ketika mmasih nimfa, kita hidup di air tetapi setelah bermetamorfosis
kita hidup di darat” begitu kata Pungi.

3. Rincian Perbuatan

Yang dikatakan Rincian perbuatan adalah suatu hal yang menyangkut upaya ragam tindakan
yang dilakukan atau dialami oleh pelaku di dalam konteks wacana. Nah, Rincian Perbuatan ini
mengacu pada unsur sebagai ciri atau pewatas.

Berikut kutipan dialog yang menunjukkan Rincian Perbuatan pada cerpen Sayembara:

Tak salah lagi, (pikir Anto) “ Lukisan Tetesan Celaka!”

Kepala sekolah : Juara pertama

Sedangkan pada Dongeng Arti Persahabatan yang termasuk Rincian Perbuatan pada dialog
percakpannya adallah sebagai berikut :

“Aku ada di atasmu. Namaku Kupa, aku berasal dari bangsa kupu-kupu”

4. Rincian Campuran

Rincian Campuran adalah rincian yang terjadi antara rincian emosional dan perbuatan. Nah
upaya yang digunakkan merupakan campuran dari Rincian fisik, Perbuatan, dan emosional oleh
karena itu disebut Campuran.
Berikut penggalan dialog percakapan yang menyatakan Rincian Campuran dari Cerpen
Sayembara.

Muka Anto pucat lesu. Badannya terasa lemas. Kedua kakinya terasa kaku bagaikan terpaku. “O
tidakk, tidak aku tidak akan menangis!” (dikuatkannya hatinya).

Tampak jelas terlihat bahwa kutipan dialog di atas merupakan Campuran antara Fisik dan
Emosional.

Sedangkan pada Dongeng Arti Persahabatan yang termasuk Rincian Campuran adalah sebagai
berikut !

Doka pun tersenyum “Aku sudah melupakan itu!” kata Doka riang. Ia lalu menyelam ke dalam
air, menyampaikan pesan Punga kepada Kana.

kutipan dialog di atas merupakan Campuran antara Perbuatan dan Emosional.


a. Peta Konsep Referensi dan Inferensi

REFERENSI & INFERENSI

REFERENSI

Referensi dalam B.I pada kalimat yang


adalah unsur yang panjang biasanya Pronominalisasi
disebut nama diri, muncul beberapa dapat terjadi bila
pronomina Persona predikat dengan ada unsur yang
(orangan), dan unsur subjek yang sama harus ditegaskan
kosong (sifat).unsur dan subjeknya bahwa topik tetap
ini digunakan untuk
menjadi topik juga. sama atau untuk
memperkenalkan atau
Nah, topik tidak meletakkan tingkat
menegaskan bahwa
selamanya selalu fokus yang lebih
topik masih sama
berada di depan tinggi pada topik itu.
kalimat

INFERENSI

Membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks


penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu
a. Kohesi dan Koherensi
mempertimbangkanimplikatur. Implikatur adalah makna
tidak langsung atau makna yang tersirat oleh apa yang
dikatakan (eksplikatur)
Kohesi & Koherensi

Koherensi
Kohesi

Hubungan antarproposisi dalam sebuah


teks tidak selamanya diwujudkan dalam
hubungan yang nyata, yang ditandai
secara lahir oleh bentuk lingual
sebagaimana dinyatakan dalam hubungan
Dalam wacana, kohesi merupakan salah kohesi. Oka dan Suparno (1994: 266)
satu aspek yang dapat menjadikan sebuah menyatakan koherensi merupakan
hubungan semantis antarkalimat atau
teks menjadi wacana. Keutuhan wacana
antarbagian wacana, yakni hubungan yang
akan banyak ditentukan oleh adanya
serasi antara proposisi satu dengan
hubungan kohesi. Kohesi merupakan
proposisi yang lain, atau antara makna
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan makna yang lain. suatu
satu dengan unsur yang lain dalam wacana. tuturan akan koheren atau tidak koheren
Secara sederhana, kohesi merupakan tidak didasarkan pada ada atau tidaknya
hubungan perkaitan antarproposisi yang hubungan antartuturan, tetapi lebih
dinyatakan secara eksplisit oleh unsur- didasarkan pada adanya hubungan reaksi
unsur gramatikal dan semantik dalam tindak tutur dengan tuturan sebelumnya.
Untuk mencapai hubungan yang koheren
kalimat yang membentuk wacana Penanda
dalam sebuah teks, dapat dicapai dengan
perkaitan itu dinyatakan secara eksplisit.
berbagai piranti, salah satu pirantinya
Oleh karena itu, kohesi merupakan
adalah kohesi. Dengan kata lain, kohesi
hubungan formal (hubungan yang tampak
dengan segala pierantinya merupakan
pada bentuk lingualnya).
peranti yang dapat digunakan untuk
b. Referensi (Endofora dan Eksof
mencapai kekoherenan wacana.
Namun, tidak berarti ada tidaknya
hubungan kohesi dalam sebuah teks
menentukan koherensi sebuah teks.
REFERENSI

EKSOFORA
ENDOFORA

Bersifat Bersifat situasional


tekstual,referensi (acuan atau
(acuan),ada di dalam referensi) dan
teks. berada di luar teks

Anafora
Katafora (ke
(ke arah yang arah yang
disebutkan disebutkan)
lebih dahulu)
Fiksi

judul cerpen : Arti Persahabatan

A. Endofora anafora

‘Suatu hari punga tampak sedih. ia teringat perkataan temannya’

Pada tulisan diatas kata ‘nya’ mengacu kepada ‘sedih’ yang memiliki refrensi yang
bersifat endofora yang anafora karena merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu. unsur
‘nya’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada kata ‘suatu hari punga tampak sedih’
yang dijadikan sebagai unsur yang disebutkan terdahulu karena ‘nya’ tersebut merujuk pada kata
yang pertama yaitu ‘suatu hari punga tampak sedih’

kemudian pada kalimat ‘ia’ merujuk silang pada unsur diluar konteks (bahasa) yang
bersifat eksofora karena dalam kalimat tersebut tidak di dapatkan unsur yang merujuk silang
pada ‘ia’ sebagai pronominal persona III

‘punga marah. Ia kecewa dan iri ternyata kana begitu mudah melupakanya’

Pada tulisan diatas kata ‘nya’ mengacu kepada kata ’marah’ yang memiliki refrensi yang
bersifat endofora yang anafora karena merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu. unsur
‘nya’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada kata ‘marah’ yang dijadikan sebagai
unsur yang disebutkan terdahulu karena ‘nya’ tersebut merujuk pada kata yang pertama yaitu
‘punga marah’

kemudian pada kalimat ‘ia’ diatas merujuk silang pada unsur diluar konteks (bahasa)
yang bersifat eksofora karena pada kalimat tersebut sehingga tidak di dapatkan unsur yang
merujuk silang pada ‘ia’ sebagai pronominal persona III.

B. Endofora katafora

‘punga dan kana adalah dua sahabat karib. Mereka selalu terlihat bersama’

Pada tulisan diatas ‘adalah’termasuk endora yang bersifat katafora karena merujuk silang
pada unsur yang disebutkan kemudian ‘dua sahabat karib’. Akan tetapi berbeda dengan ‘mereka
selalu’ yang bersifat anafora karena pada kalimat tersebut merujuk silang pada kata ‘terlhat
bersama’ yang disebutkan terdahulu.

‘punga adalah nimfa dari bangsa capung. Sedangkan kana seekor ikan’

Pada tulisan diatas ‘adalah’ termasuk endora yang bersifat katafora karena merujuk silang
pada unsur yang disebutkan kemudian ‘nimfa dari bangsa capung’. Akan tetapi berbeda dengan
kalimat selanjutnya ‘sedangkan kana’ yang terlihat pada kalimat diatas merupakan sifat anafora
karena pada kalimat tersebut merujuk silang kepada kata ‘seekor ikan’ yang disebutan terdahulu
Non fiksi ( berita )

Cirebon Bangun BRT dan Real Layang

A. Endofora katafora.

‘Salah satu upaya mengatasi kemacetan di cerebon adalah mengoperasikan sistem


transportasi berbasis jalan raya’

Pada tulisan diatas ‘adalah’ termasuk endora yang bersifat katafora karena merujuk silang
pada unsur yang disebutkan kemudian ‘mengoperasikan sistem transportasi berbasis jalan raya’.

B. Eksofora

‘kami sudah mengusulkan ini sejak 2017 alhamdulillah sudah direspons kemenhub’

Pada tulisan diatas ‘kami’ mengacu kepada unsur eksofora (diluar konteks) yang terdapat
diluar bahasa karena mengacu kepada sebuah keadaan yang terjadi.

C. Endofora anafora
‘aziz mengatakan belum mengetahui sistem oprasional BRT. Namun pihaknya menjamin,
kehadiran BRT merupakan salah satu solusi angkutan ekonomis sekaligus mengatasi
kemacetan’

pada kalimat diatas ‘nya’ mengacu kepada ‘sistem oprasi BRT’ yang memiliki refrensi
yang bersifat endofora yang anafora karena merujuk silang pada unsur yang disebut terdahulu.
unsur ‘nya’ sebagai unsur anafora dapat merujuk silang pada kata ‘sistem oprasi BRT’ yang
dijadikan sebagai unsur yang disebutkan terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai