Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah sekelompok penutur bahasa Jawa Medan , penutur
bahasa jawa Tengah, bahasa Jawa Timur, bahasa Sunda, dan bahasa Melayu Riau Kepri.
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini berupa kata-kata dari nama bilangan,
tumbuhan, binatang, organ tubuh, keluarga, kata sifat, kerja, dab juga nama benda alam.

2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di lima daerah yang berbeda sesuai dengan tempat tinggal
masing-masing peneliti. Pada penelitian bahasa Jawa Medan ini dilakukan di Kampung
Empang Baru, Kabupaten Siak. Kemudian penelitian bahasa Sunda dilakukan di Desa
Babussalam Rokan, Kec. Pujud Kab. Rokan Hilir, selanjutnya penelitian bahasa Melayu
Riau Kepri dilakukan di Kampung Bedan, Kec. Moro, Kab. Karimun, Kepulauan Riau,
selanjutnya penelitian bahasa Jawa Timur dilakukan di Kecamatan Balam, Kabupatan
Rokan Hilir, dan yang terakhir penelitian bahasa Jawa Tengah dilakukan di Desa Tanjung
Gading, Kec. Pasir Putuh Kabupaten INHU.
3. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini kami lakukan di bulan Mei tahun 2021.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Temuan Penelitian
Berdasarkan penelitian bahasa nusantara yang terdiri dari 5 bahasa daerah yang
berbeda yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Medan, Jawa Barat, dan Melayu Kepri
terdapat bentuk yang relatif sama dan bentuk yang berbeda. Data tersebut didapat dari
pengelompokkan mahasiswa yang dari daerah tersebut. kata-kata bahasa Indonesia ialah kata-
kata yang tidak berasal dari bahasa asing sedangkan kata-kata bahasa nusantara adalah kata-
kata yang dalam banyak bahasa keturunannya bentuknya mempunyai banayak persamaan.
Kata-kat tersebut hasil konstruksi dari kata-kata bahasa keturunannya.
Agar memudahkan kata-kata dibawah ini dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok. Deretan sebalah kiri dalam daftar dibwah ini adalah kata-kata bahasa Indonesia
dan disebelah kanan kata-kata bahasa nusantara. Dibawah ini adalah deretan kata-kata dengan
keterangan sekadarnya, dengan tujuan menjelaskan perubahan bentuk dari bentuk semula.
Berikut data yang di peroleh dari kelima bahasa daerah tersebut :

2. Nama Bilangan
a. Bentuk yang relatif sama
Untuk melihat bentuk yang relatif sama antara bahasa Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Medan, Jawa Barat Dan Melayu Riau Kepri Kita dapat melihatnya pada data di atas.
Jika ditilik kembali ternyata untuk nama bilangan ini khusus bahasa nusantara yang berasal
dari pulau jawa cenderung memiliki kemiripan bunyi katanya. Sedangkan yang paling
menonjol berbeda adalah pada bahasa Melayu Kepri.
Adapun bentuk yang relatif sama dalam penyebutan nama bilangan dari ke-5 bahasa ini
adalah penyebutan kata “Tiga, Enam,Sebelas,Tiga Belas”. Nah sekarang kita bandingkan
penyebutan nama bilangan dari ke-5 bahasa nusantara ini, dilihat dari skema dibawh ini!

Tiga
(Bahasa Indonesia)

Tigo Tigo Telu Tilu Tige


Dari skema di atas dapat dilihat bahwa penyebutan kata Tiga pada bahasa Jawa
Tengah kata tiga disebut dengan Tigo, Kemudian pada bahasa Jawa Timur penyebutannya
Tigo, Pada bahasa Jawa Medan penyebutannya menjadi Telu, selanjutnya pada bahasa
Jawa Barat penyebutannya menjadi Tilu, dan yang terakhir pada bahasa Melayu Kepri
penyebutan kata Tiga menjadi Tige.
Singkatnya persamaan penyebutan nama bilangan ini dari ke-5 bahasa dapat dipetakan
sebagai berikut : Tiga-Tigo-Tigo-Telu-Tilu-Tige Jika ditilik kembali yang membedakan
penyebutan kata Tiga ini adalah akibat Perubahan Fonem saja, begitu juga untuk kata
Enam, Sebelas dan Tiga belas.

b. Bentuk yang relatif berbeda


Untuk nama-nama billangan yang memiliki kecenderungan berbeda dari bahasa
Indonesia seperti kata Satu, Dua, Empat, Lima, Tujuh, Delapan, Sembilan,
Sepuluh, Dua belas, Empat belas, dan Lima belas. Perbedaan ini dapat terlihat
pada skema berikut !

Satu
(Bahasa Indonesia)

Setunggal Setunggel Siji Hiji Satu


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Tujuh
(Bahasa Indonesia)

Pitu Pitu Pitu Tujuh Tujoh


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Sembilan
(Bahasa Indonesia)

Sanga Sanga Songo Salapan Sembilan


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Dari contoh kata yang telah dipetakan di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan
yang signifikan antara bahasa Indonesia dengan 5 bahasa daerah ini. Misalnya saja pada kata
Sembilan. Dapat dillihat dan diamati bersama bahwa bahasa daerah sembilan ini banyak
sekali variasi bahasanya. Mulai dari Sanga, Songo, Salapan. Namun perlu diketahui untuk
penyebutan nama bilangan ini penutur bahasa Melayu Kepri cenderung memiliki kesamaan
bentuk dan bunyi bahasa dengan bahasa Indonesia. Berbbeda dengan penutur bahasa rumpun
Jawa yang cenderung melenceng atau bertolak belakang dari bahaasa Indonesia itu sendiri.
Begitu juga dengan kata yang lainnya, yang telah disebutkan di atas yang cenderung memiliki
bentuk yang rellatif berbeda.

3. Nama tumbuh-tumbuhan dan bagiannya


a. Bentuk Yang Relatif Sama
Untuk nama-nama tumbuhan yang cenderung memiliki kesamaan adalah seperti
Terong,Bayam,Nanas, Padi, Jagung, Jahe, Karet, Padi, Jamur Kita lihat pada
kata yang pertama yaitu Terong.
Terong
(Bahasa Indonesia)

Terong Terong Torong Terong Terong


(Jte) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Jika ditilik kembali kiranya contoh kata-kata di atas memiliki bentuk yang relatif
sama dengan kata Bahasa Indonesianya. Misalnya pada kata Terong. Yang membedakan kata
terong dari kelima bahasa Nusantara ini adalah hanya perubahan fonem saja. Hal ini terlihat
dalam penggunaan bahasa Jawa Medan yang menyebut kata Terong menjadi Torong.
Perubahan fonemnya adalah fonem /e/  /o/.
Bayam
(Bahasa Indonesia)

Bayem Bayem Bayem Bayem Bayam


(Jte) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Sama halnya dengan kata Terong di atas, kata Bayam ini juga memiliki kesamaan
yang signifikan dengan bahasa Indonesianya. Yang membedakannya hanya perubahan fonem
saja, kecuali pada bahasa Melayu Kepri yang memeliki kesamaan bunyi maupun bentuk
katanya dengan bahasa Indonesia yaitu Bayam. Sedangkan pada bahasa rumpun Jawa kata
bayam berubah menjadi Bayem. Hal ini menunjukkan adanya perubahan fonem /a/  /e/.

Nanas
(Bahasa Indonesia)

Nanas Nanas Nanas Danas Nenas


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Kata Nanas ternyata juga memiliki kesamaan bentuk dengan kata bahasa Indonesianya. Dari
kelima rumpun bahasa Nusantara di atas yang membedakan kata Nanas dengan bahasa
Indonesianya hanya terletak pada perubahan fonemnya saja. Hal ini dapat terlihat pada
bahasa Jawa Barat yang menyebut kata Nanas menjadi Danas. Hal ini menunjukkan adanya
perubahan Fonem /n/  /d/. Selain itu perubahan Fonem ini juga terlihat pada penggunaan
bahasa Melayu Kepri yang menyebutkan kata nanas menjadi nenas, /a/  /e/.

Jahe
(Bahasa Indonesia)

Jahe Jae Jahe Jahe Halie


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Ketika diperhatikan secara saksama penyebutan kata Jahe memiliki bentuk yang
relatif sama dengan penggunaan Bahasa Indonesianya. Kesamaan penyebutan ini cenderung
pada penggunaan rumpun bahasa Jawa yang memiliki kesamaan bunyi dan penyebutan. Nah
perbedaan muncul pada bahasa Melayu Kepri yang menyebut kata Jahe menjadi Halie. Hal
ini dikarekan letak geografis melayu kepri yang berbeda dari keempat bahasa lainnya.
b. Bentuk yang relatif berbeda
Untuk nama-nama tumbuhan yang cenderung memiliki perbedaan adalah seperti Pepaya,
kelapa, labu,bambu, Ubi, Cabe. Hal ini dapat terlihat dalam skema di bawah ini.
Kelapa
(Bahasa Indonesia)

Krambil Kambel Kelopo Kalapa Nio


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Pepaya
(Bahasa Indonesia)

Gandul Ketes Kates Gedang Betik

Dari contoh di atas terlihat sekali perbedaan bentuk kata maupun bunyi dilihat dari
penggunaan Bahasa Indonesianya. Artinya apa, disini terlihat sekali variasi bahasa yang
ditimbulkan dari 5 bahasa yang berbeda.
4. Nama Binatang dan Bagiannya
a. Bentuk Relatif Sama
Pada nama binatang ini bentuk yang relatif sama adalah Kerbau, Semut, Kucing,
Nyamuk, Bebek,Lalat, Elang, Persamaan ini dapat dilihat sebagai berikut!
Kucing
(Bahasa Indonesia)

Kucing Kuceng Kuceng Ucing Kuceng


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Lalat
(Bahasa Indonesia)

Laler Laler Laler Laleur Lalat


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Dari Skema di atas kiranya dapat dilihat bahwa kata Kucing dan Lalat (dalam bahasa
Indonesia) memiliki kesamaan bunyi dan bentuk kata pada bahasa Nusantaranya. Misalnya
pada kata Kucing. Yang membedakan kata kucing dari kelima bahasa Nusantara ini adalah
hanya perubahan fonem dan penghilangan fonem. Untuk perubahan fonem dapat dilihat kata
Kuceng yang mengalami perubahan dari fonem /i/ menjadi /e/. Selanjutnya untuk
penghilangan fonem dapat dillihat pada kata Ucing dalam bahasa Jawa Barat, dimana
fonem /k/ yang dihilangkan. Terlepas dari itu semua antara bentuk kata dan bunyinya
memiliki kemiripan yanng signifikat. Begitu juga dengan kata yang lainnya, seperti Kerbau,
Semut, Nyamuk, Bebek,Lalat, dan Elang.
b. Bentuk yang relatif berbeda
Untuk nama-nama binatang yang cenderung memiliki perbedaan adalah seperti
kata Monyet, Burung, Kambing, Sapi.

Monyet
(Bahasa Indonesia)

Kethek Ketek Ketek Monyet Monyet


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Burung
(Bahasa Indonesia)

Manuk Manuk Manuk Manuk Burong


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)
Dari skema di atas kiranya kita dapat melihat bahwa Monyet maupun Burung (dalam
bahasa Indonesia) memiliki perbedaan yang signifikan baik bunyi maupun bentuk katanya
dengan 5 bahasa Nusantara itu sendiri. Begitu juga dengan kata Sapi, dan Kambing.
5. Nama Organ Tubuh
a. Bentuk yang relatif sama
Untuk nama-nama organ tubuh yang cenderung memiliki kesamaan adalah seperti
Rambut, Kuku, Kulit, Dada. Hal ini dapat dilihat dari skema di bawah ini!

Kulit
(Bahasa Indonesia)

Kulit Kulet Kulet Kulit Kulet


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Jika ditilik kembali kata kullit ini memiliki kesamaan bunyi maupun bentuk kata
yanng signifikan dengan bahasa indonesia. Yang membedakannya hanya terletak pada
perubahan fonem saja yaitu fonem /i/ /e/.

Dada

(Bahasa Indonesia)

Dada Dodo Dodo Dada Dade

(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MlY Kpr)

Sama halnya dengan kata kulit di atas, kata dada kuga memiliki kesamaan bentuk dan
bunyi, dan membedakannya juga terletak pada perubahan fonemnya, seperti Dada menjadi
Dodo yang berarti terjadi perubahan fonem /a/  /o/ dan kata Dada menjadi Dade yang
berarti fonem / a/ /e/.

b. Bentuk yang relatif berbeda


Untuk nama organ tubuh yang memiiki bentuk yang relatif berbeda terdapat pada kata-
kata berikut : Kepala, Mata, Kaki, Wajah, Gigi, Paha, Perut, Mulut, Telinga. Berikut
contoh skema untuk mengetahui bentuk yang relatif berbeda itu!

Paha

(Bahasa Indonesia)

Pupu Kempol Pupu Pingping Pehe

(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Perut

(Bahasa Indonesia)

Weteng Madarau Weteng Beuteung Perot


(JTe) (JTi) (JM) (JB) (MLY Kpr)

Dari skema di atas kiranya dapat dilihat bahwa kata perut dan paha memiliki bentuk
dan bunyi yang sangat bertolak belakangn dengan penggunaan Bahasa Indonesia. Begitu juga
dengan kata-kata yang lain yang disebutkan di atas tadi Kepala, Mata, Kaki, Wajah, Gigi,
Telinga dan Mulut.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai