Lapoan Penyelidikan Geoteknik PLTM
Lapoan Penyelidikan Geoteknik PLTM
DRAFT LAPORAN
1
I PENDAHULUAN
PLTM Ciarinem
PLTM Ciarinem terletak sungai Ciarinem dengan kapasitas 3MW dengan perencanaan
terdiri dari 4 bagian utama yaitu : Bendungan, Water-Way. Kolam Penstock dan Power
House.
2
II PENGUJIAN GEOTEKNIK
Penyelidikan geoteknik dilakukan dengan menggunakan alat CPT atau uji sondir dengan
kapasitas 2.5 ton pada daerah Water-Way dengan panjang ± 2.2 km, dengan pengaturan
bahwa setiap ± 100m diadakan tes sondir atau CPT kapasitas 2.5 ton. Gambar 2 adalah
tipikal alat sondir atau CPT 2.5 ton.
Untuk mengetahui kondisi perlapisan tanah atau profil tanah di daerah PLTM.
Menyediakan data untuk analisa kestabilan lereng dan aspek geoteknik lainnya.
Penyelidikan geoteknik dilakukan dengan melakukan uji penetrasi CPT atau sondir pada 21
lokasi seperti pada gambar 3 untuk mengukur tahanan ujung konus (q c) dan tahanan selimut
lokal (fs). Dari kedua nilai akan dapat dihasilkan parameter-parameter untuk menstratifikasi
tanah, menghitung daya dukung tanah dan aspek geoteknik lainnya.
Dari proses uji CPT juga bisa dijadikan acuan sederhana untuk mendefinikan berapa dalam
perkiraan muka air tanah dengan melihat indikasi basahnya permukaan bidang rod / pipa baja
ketika tes berlangsung, meskipun indikasi ini belumlah merupakan sebuah data aktual dengan
tingkat keakuratannya tinggi tentang kedalaman pasti dari muka air tanah (m.a.t) namun
umumnya tetap bisa dijadikan sebagai informasi awal.
Kriteria yang umumnya dipakai sebagai syarat untuk terminasi atau selesainya tes CPT
adalah :
3
Telah mencapai kapasitas tahanan ujung (qc) > 250 kg/cm2 atau kriteria tahanan ujung
maksimum.
Ketika dilihat bahwa tes CPT tidak memungkinkan untuk dilanjutkan dengan alasan-
alasan misalnya : kemiringan batang baja didalam tanah atau alasan-alasan yang
berhubungan dengan keselamatan alat dan personil.
Meskipun pada umumnya CPT atau uji sondir sangat populer karena praktis dan efisien
namun uji ini memiliki keterbatasan karena tidak adanya identifikasi langsung dari material
tanah itu sendiri dan kurang sesuai untuk tanah-tanah lempung lunak dan kerikil-berbatu.
Tabel 1 Kedalaman penetrasi uji CPT, kriteria terminasi dan identifikasi muka air tanah (m.a.t)
Kedalaman Kriteria Identifikasi m.a.t
No. tes Nama tes
penetrasi (m) terminasi dari permukaan (m)
1 S-1 2.4 qc Maksimum -
2 S-2 2.0 qc Maksimum -
3 S-3 2.0 qc Maksimum -
4 S-4 3.8 qc Maksimum -
5 S-5 2.4 qc Maksimum -
6 S-6 4.8 qc Maksimum -
7 S-7 5.4 qc Maksimum -
8 S-8 6.2 qc Maksimum -
9 S-9 5.4 qc Maksimum -
10 S-10 4.8 qc Maksimum -
11 S-11 6.2 qc Maksimum -
12 S-12 6.6 qc Maksimum -
13 S-13 4.4 qc Maksimum -
14 S-14 3.6 qc Maksimum -
15 S-15 3.2 qc Maksimum -
16 S-16 11.8 qc Maksimum 10
17 S-17 3.2 qc Maksimum -
18 S-18 6.6 qc Maksimum -
19 S-19 5.0 qc Maksimum -
20 S-20 2.0 qc Maksimum -
21 S-21 4.4 qc Maksimum -
Dari hasil diatas bisa diambil kesimpulan awal yaitu dari terminasi yang ada yaitu telah
mencapai tahanan ujung maksimum yang kemungkinan adalah lapisan tanah kompeten atau
lapisan tanah keras, m.a.t. hanya bisa terdeteksi pada tes S-16 yaitu pada kedalaman 10m.
4
S-14
S-13
S-12
S-20 S-19 S-17 S-15 S-1
S-21
S-16 dir
son
tes
S-09
r 3.
mba
Ga
S-08
S-05 S-04
S-06
S-02 S-01
S-03
S-07
5
III KONDISI TOPOGRAFI
Kondisi topografi pada lokasi PLTM Ciarinem adalah sangat penting karena akan
berhubungan langsung dengan adanya kemungkinan bahaya atau masalah dari sisi kestabilan
lereng.
Gambar 4 adalah gambar profil topografi umum dari lokasi PLTM Ciarinem yang
menunjukkan bahwa lokasi PLTM terletak pada topografi berbukit-bukit, bergunung-gunung
dan berlereng-lereng tepatnya disebelah selatan gunung Papandayan.
Lokasi
Lokasi
Gambar 5 memberikan perkiraan umum dari ketinggian rata-rata permukaan tanah pada
daerah PLTM yang terletak pada daerah antara 500-1000m dari permukaan laut.
6
Dari peta topografi didaerah proyek PLTM ini terdapat beberapa lokasi dengan kondisi
permukaan tanah yang memiliki tipikal cukup curam dengan yaitu misalnya pada S-18.
Gambar 6 menunjukkan plot eleavasi permukaan tanah.
S-18
IV KONDISI GEOLOGI
Dari peta geologi diatas dapat disimpulkan bahwa lokasi PLTM Ciarinem berada pada
formasi geologi Tpv dan Qpv. Endapan gunung api Tpv yang terdiri dari breksi, tuf dan batu
pasir pada periode geologi tertiary-pliocene. Lalu endapan ini ditutup dengan tidak selaras
dengan endapan gunung api tua yaitu Qpv pada periode quertenary yang terdiri dari tuf,
breksi tuf dan lava. Dari informasi geologi juga dinyatakan bahwa pada daerah Garut-
7
Pameungpeuk terdiri dari lipatan, sesar dan kekar, maka investigasi lanjutan untuk
mengidentifikasi terutama letak sesar adalah penting.
Dari hasil CPT yang terlampir baik dengan metode I (Metode Douglas) atau metode II
(Metode Zhang-Tumay), secara umum perlapisan tanah pada daerah PLTM khususnya pada
daerah water way terdiri dari 3 lapisan utama yaitu :
Lapisan Sand-1 adalah Lapisan kompeten yaitu lapisan dengan daya dukung utama sebagai
pemikul beban, lapisan ini memiliki kedalaman bervariasi yaitu antara 2 – 12m dengan nilai
dominan 2 – 6m. Lapisan ini memiliki nilai qc > 200 kg/cm2 dengan nilai sudut dalam tanah
pasir lanau yaitu 35 - 43º.
Dengan asumsi bahwa galian akan dilakukan dengan kedalaman galian bisa 3 – 6m maka
diharapkan akan mencapai lapisan kompeten Sand-1 atau minimal mencapai lapisan Silt-1
juga cukup memiliki daya dukung dengan qc antara 30 – 50 kg/cm2
VI DAYA-DUKUNG TANAH
Daya dukung pondasi terhadap saluran water way dengan asumsi galian tanah sudah
mencapai tahanan qc ≈ 30 kg/cm2.
8
FS atau FK diambil 3, qc(av) diambil rata-rata sedalam B (Lebar pondasi), B = 4m, D = 3m, γ s
= 1.6 ton/m3. Gambar 7 adalah korelasi daya dukung ultimate qf = qult versus dimensi pondasi.
Daya Dukung Terhadap Beban WATER-WAY
K= 0.17
2
qc(ave) = 30 kg/cm
2
qult = 5.1 kg/cm
2
qall = 1.54 kg/cm
2
= 15.4 ton/m
2
≈ 15 ton/m
Karena kondisi topografi yang berbukit-bukit dan lokasi PLTM khususnya water way terletak
pada daerah lereng maka analisa stabilitas lereng menjadi krusial. Potongan S-18 diambil
sebagai contoh karena dianggap adalah potongan yang memiliki kemiringan paling curam.
Dari data CPT pada S-18, data tanah hanya didapatkan sedalam 6m, maka diasumsikan
bahwa data tanah yang lebih dalam adalah lapisan kompeten. Lapisan tanah dibagi menjadi 4
lapisan yaitu : Clay-1, Silt-1, Sand-1a dan Sand-1.
Gambar 8 menunjukkan tipikal bidang gelincir yang mungkin terjadi dan dari hasil
perhitungan memperlihatkan bahwa potensi kelongsoran cukup besar, maka penting untuk
melakukan investigasi lanjutan untuk bisa melakukan tindakan-tindakan dengan maksud
memperkecil potensi longsor.
9
Didalam MANUAL KESTABILAN LERENG (UNPAR) disebutkan bahwa terdapat 3
kategori prosedur yang dapat dilakukan untuk penanggulangan longsoran yaitu :
A. Mengeliminasi masalah :
Relokasi lereng
Memberikan sub-drain
Mengurangi berat
Memberikan sub-drain
Pemasangan jangkar
10