PELATIHAN
PELAKSANA MADYA PERAWATAN
GEDUNG
(SITE SUPERVISOR OF BUILDING
MAINTENANCE)
2005
KATA PENGANTAR
Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan Pelaksana Madya
Perawatan Bangunan Gedung adalah mengenai Perlengkapan dan Metode Kerja. Modul ini
menjelaskan Perlengkapan dan Metode Kerja dalam suatu Pekerjaan Perawatan Bangunan
Gedung.
Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para
Peserta Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of
Building Maintenance) ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan
Perawatan Bangunan Gedung.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan
modul ini.
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Pengujian................................................................................. III-4
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pelaksana Madya Perawatan
Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) dibakukan dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan
unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan
Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) unit-unit tersebut menjadi Tujuan
Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang
dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan
untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SSBM – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
9 SSBM – 09 Komputer
PANDUAN INSTRUKTUR
RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan
BAB I
PERALATAN TETAP DAN SEMENTARA
Untuk menjamin pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan target yang
direncanakan, maka diperlukan perlengkapan dan metoda kerja yang sesuai.
Peralatan tetap merupakan peralatan yang sering digunakan secara rutin yang
biasanya dimiliki oleh manejemen pemeliharaan bangunan gedung. Biasanya
peralatan ini disimpan dan dicatat secara rapi dan dikelola oleh suatu unit kerja
khusus sehingga selalu siap dan diketahui keberadaannya pada saat diperlukan.
BAB II
PERALATAN BANTU KERJA (TOOLS)
Dalam pekerjaan perawatan diperlukan peralatan bantu kerja atau biasa disebut
tools. Para tenaga perawatan atau teknisi dalam menggunakan peralatan bantu kerja
atau tools tersebut dapat menghabiskan waktu cukup banyak, sehingga
mempengaruhi produktifitas kerjanya. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi
waktu penggunaan alat bantu kerja (tools) adalah metoda penggunaan alat bantu
kerja, tempat penyimpanan seberapa jauh dari lokasi kerja dan cara penyimpanan
alat-alat bantu kerja atau tools tersebut.
Gambar 2.1
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab II: Peralatan Bantu Kerja (Tools)
Pada contoh gambar tersebut, alat-alat bantu kerja seperti mesin bor, ”reamer”, ”tap”,
biasanya ditempatkan 3 (tiga) barus dari jendela gudang.
Dengan penempatan peralatan bantu kerja tersebut mudah dijangkau maka akan
mengurangi waktu untuk mengeluarkannya dari gudang. Karena penggunaan
peralatan bantu kerja tersebut sangat atau sering digunakan maka akan diperoleh
penghematan waktu yang cukup besar juga.
Catatan pengukuran peralatan bantu kerja harus disiapkan untuk setiap alat bantu
kerja yang mahal harganya. Contoh bentuk ”store withdrawal record” dapat dilihat
pada Gambar 2.2 dibawah ini.
Beberapa alat bantu kerja digunakan setiap hari oleh beberapa pekerja yang
berbeda dan hanya alat-alat bantu kerja tersebut tidak mahal. Dalam kondisi
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab II: Peralatan Bantu Kerja (Tools)
demikian maka waktu yang digunakan untuk mengisi dan menulis pada slip / formulir
pengeluaran peralatan bantu kerja tersebut menjadi terlalu digunakan sistem ”tool
tag”. Pada sistem ini tiap pekerja diberi sejumlah plastik merah yang diberi nomor
disebut ”red, plastic numbered tag”. Petugas gudang alat bantu kerja harus menjaga
atau memelihara daftar nama tiap pekerja dan nomor tag yang diberikannya, seperti
ditunjukkan dibawah ini.
1. .........................
2. .........................
3. .........................
4. ......+...................
5. .........................
........ .........................
......... .........................
......... .........................
45. .........................
46. .........................
Misalkan suatu alat kerja bantu dipinjam, lalu peminjaman mengembalikan 1 (satu)
platik merah (”red plastics numberd tag”). Tag ini mengandung nomor peminjaman
yang digantung pada papan yang disebut ”the charge board”, pada gantungan yang
diperuntukkan untuk alat bantu kerja tersebut.
Perbaikan atas kerusakan alat-alat Bantu kerja tadi dapat dilakukan dibengkel
dalam perusahaan sendiri tetapi kalau tidak bias, perbaikannya dilakukan diluar.
Karena itu jenis-jenis peralatan bantu kerja juga mengikuti bidang-bidang pekerjaan
tersebut. Adapun yang dimaksud alat-alat bantu kerja adalah alat-alat kerja yang
bukan alat kerja utama tetapi diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan
dan memperkuat produktifitas pekerja.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab II: Peralatan Bantu Kerja (Tools)
Contoh alat-alat bantu kerja untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Lampiran I adalah contoh gambar-gambar alat kerja atau alat bantu kerja untuk
pekerjaan cleaning service atau housekeeping.
b. Alat-alat Bantu Kerja untuk Bidang Arsitektur dan Sipil/Struktur yang bukan
untuk pekerjaan kebersihan atau cleaning service
Alat bantu kerja untuk pekerjaan penyambungan atau pemotongan benda kerja
lembaran-lembaran logam atau metal (sheetmetal hand tools).
BAB III
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PENGUJIAN
Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemilik bangunan gedung adalah
melakukan pemeriksaan berkala terhadap bangunan gedungnya.
1. Pasal 72
2. Pasal 79
Selain dari pasal-pasal tersebut diatas, Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga
mengatur masalah pengkajian teknis seperti tercantum dalam Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1503 tahun 1997 tentang
Ketentuan Pemeliharaan dan Pengkajian Teknis Bangunan Dalam Wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Pada Bab III Surat Keputusan Gubernur DKI tersebut diterangkan sebagai berikut :
1. Pasal 11
2. Pasal 12
a. Ayat (1): Pengkajian Teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1)
meliputi pengkajian bidang arsitektur, struktur serta instalasi dan
perlengkapan bangunan.
b. Ayat (2): Pengkajian Teknis harus dilakukan oleh pengkaji teknis yang
memiliki Surat Izin Bekerja sesuai dengan bidang dan golongannya.
c. Ayat (3): Untuk pengkajian teknis yang lebih dari satu bidang pekerjaan,
harus ditunjuk salah satu pengjaki sebagai koordinator.
3. Pasal 14
b. Ayat (2): Hasil pengkajian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini merupakan dasar bagi Dinas untuk persyaratan teknis proses pemberian
rekomendasi/perizinan dalam rangka penilai tingkat kelayakan bangunan.
Alat Hammer Test ini (Gambar 3.1) digunakan untuk memeriksa kekuatan beton.
Dilakukan pada pekerjaan beton yang diragukan hasilnya.
Jika pemeriksaan dengan alat ini masih diragukan hasilnya, biasanya dilakukan
pengambilan contoh dengan ’cored drill’, dan selanjutnya dilakukan pengujian
dilaboratorium untuk mengetahui tegangan beton hancurnya.
Mutu dan ketebalan beton dapat pula diperiksa dengan menggunakan teknis
pemantulan suara dengan menggunakan peralatan seperti Gambar 3.2.
Pada hasil pengecoran beton yang diperkirakan keropos atau terdapat retakan
atau tidak homogen, maka alat yang terlihat pada Gambar 3.3 dapat
mendeteksinya dengan menggunakan getaran ultra sonik.
b. Kekuatan Angkur
Kekuatan angkur pada beton dan retakan dua bahan yang berbeda digunakan
alat seperti pada Gambar 3.5.
Lokasi tulangan dalam beton dan besar diameternya sulit diperiksa, jika
pengecoran sudah dilakukan, demikian pula ketebalan selimut beton yang
melindungi tulangan. Namun dengan alat seperti terlihat pada Gambar 3.6, dapat
mendeteksi lokasi dan ukuran tulangan serta ketebalan kulit pelindung betonnya.
Sedang untuk memeriksa tingkat korosi tulangan beton dan memetakannya,
dapat menggunakan alat pada Gambar 3.7.
Data hasil pemeriksaan dapat dicatat secara langsung atau jika dihubungkan
dengan komputer dapat disimpan dan digunakan sebagai bahan laporan.
c. Merger Test
Alat ini digunakan untuk memeriksa instalasi jaringan listrik untuk memastikan
tidak adanya hubungan pendek. Alat ini dilengkapi dengan kabel data yang dapat
dihubungkan dengan komputer untuk keperluan penyimpan data dan laporan.
Dapat dilihat pada gambar berikut.
Selanjutnya, hasil seperti terlihat pada Gambar 3.11, dibukukan sebagai bahan
laporan untuk keperluan ’testing & commissioning’ serta dijadikan dasar bagi
realisasi serah terima pekerjaan.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
BAB IV
GONDOLA DAN PERANCAH
4.1 UMUM
2. Jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian, pemberi kerja atau majikan harus
melengkapi alat dan aturan yang memadai untuk mencegah agar pekerja tidak
jatuh yang berakibat luka ataupun meninggal dunia (misalnya dengan
menggunakan pengaman tertentu (guard rail))
3. Pemberi kerja (majikan) harus memberi aturan yang cocok dan memadai pada
jarak minimum dan akibat-akibat dari jatuh (misalnya menggunakan jaring-jaring
pengaman atau safety net.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
Akses yang aman jalan ke luar dari dan ke tempat kerja sangat penting untuk bekerja
pada ketinggian tertentu. Semua tempat pijakan kerja (platforms), tangga-tangga,
perancah (scaffolds), jalan-jalan sempit, dan alat-alat angkut material atau
penumpang/orang harus aman digunakan dan mengikuti peraturan-peraturan serta
secara berkala diperiksa. Selain dari pada itu pijakan/landasan tempat kerja tersebut
harus bersih untuk mencegah tergelincir/terpeleset yang mengakibatkan kecelakaan
tenaga kerja maupun rusaknya material karena jatuh ke lantai dasar.
4.2.2 Tipe Pekerjaan dan Kecelakaan karena jatuh dari ketinggian tempat kerja
Bentuk khusus kegiatan yang sangat berbahaya adalah penggunaan dari salah kerja
(false-work). False-work adalah struktur sementara yang digunakan untuk
mendukung suatu pekerjaan batu bata (brickwork) yang sedang dibangun. False-
work sering roboh, hal ini karena pekerja tidak kompeten sehingga menimbulkan
kecelakaan.
4.3 GONDOLA
Untuk bangunan bertingkat tinggi perlu disiapkan alat untuk membersihkan kulit
bangunan dari debu-debu yang melekat pada bangunan tersebut. Gondola dipasang
didinding setiap bangunan bertingkat, sebagai tempat mengangkut orang yang akan
membersihkan dinding bangunan tersebut.
Perjalanan gondola sepanjang atap puncak (roof top) dapat dilakukan dengan
atau tanpa menggunakan rail. Untuk mencegah kerusakan pada permukaan
dinding selama gondola bekerja keliling dinding gedung maka digunakan karet
yang padat.
Ada 2 (dua) tipe kabel kawat (wire ropes) yang menahan pijakan tempat kerja
(platform). Kabel-kabel kawat (wire ropes) dan pijakan tempat kerja (platforms)
dirancang untuk memastikan atau menjamin keselamatan semua item.
Gambar 4.1: Gondola Model Jib Arm– Drum Winding Type (2-wire)
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
Model ini cocok untuk gedung tinggi. Empat kabel digunakan pada tempat pijakan kerja
(platform) untuk memperkuat keselamatna dan kestabilan pekerja ketika sedang bekerja
pada gedung-gedung yang tinggi.
Merubah panjang lengan dapat memenuhi kebutuhan perawatan seperti bekerja pada
area-area kerja yang mundur atau menggantung.
Gambar 4.2: Gondola Model Jib Arm – Drum Winding Type (4-wire)
Rancangan atau desain yang kompak dan tidak kompleks secara fungsi membuat
gondola ini paling populer untuk gedung-gedung dengan hambatan-hambatan tambahan.
Gambar 4.3: Gondola Model Sliding Arm – Drum Winding Type (2-wire)
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
Gondola model ini cocok untuk gedung dengan ketinggian menengah atau
sedang dan tinggi dengan hambatan-hambatan tambahan. Adanya 4 (empat)
kabel kawat pada pijakan tempat kerja (plat-form) menjamin atau memastikan
untuk memperkuat kestabilan. Gondola ini juga dilengkapi alat untuk
menyesuaikan pijakan tempat kerja (plat-form) yang digerakkan secara horisontal
tanpa merubah level.
Gambar 4.4: Gondola Model Sliding Arm – Drum Winding Type (4-wire)
Gambar 4.5: Gondola Model Sliding Arm – Drum Winding Type (Multi)
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
Fixed Arm Model ini dirancang untuk merawat area-area yang tidak dapat
dikerjakan dengan model gondola yang lain. Gondola ini digunakan untuk
perawatan gedung-gedung dengan permukaan yang melengkung, demikian juga
gedung yang mempunyai ketinggian sedang dan tinggi.
Desain atau rancangan gondola ini memungkinkan untuk digunakan bekerja pada
posisi menggantung atau bahkan didalam gedung. Dengan rancangan mono-rail
atau double-rail menjadikan gondola ini dipasang pada posisi-posisi yang
diinginkan dan mudah dipindah sesuai dengan lokasi yang dikehendaki. Selain itu
juga mudah digerakkan secara vertikal dan horisontal.
Unit pengankat dan penurun dipasang menjadi satu pada pijakan tempat kerja
(plat-form) sehingga secara dramatis memudahkan pemasangan kebutuhan-
kebutuhan dan memperkuat kepandaian atau kefleksibilitas untuk bekerja.
Gondola ini cocok untuk gedung dengan ketinggian medium atau menengah
dengan secara relatif jumlah permukaan gelas kecil.
Perancah atau scaffold adalah rangka yang disusun secara sementara dari bahan
aluminium alloy atau baja yang dijepit atau dipasang bersama untuk memenuhi cara-
cara akses (hubungan) ke area kerja dengan tingkat ketinggian tertentu maupun
memenuhi pijakan tempat kerja tempat kerja yang aman dari atau ke tempat
pekerjaan.
1. Sling Scaffolds
Perancah ini ditahan dengan kabel kawat atau rantai dan tidak dilengkapi dengan
peralatan untuk menaikkan, untuk menurunkan. Penggunaan utamanya adalah
untuk memperoleh akses jalan ke plafond atau langit-langit yang tinggi atau
permukaan dibawah atap-atap yang tinggi. Pijakan tempat kerja disusun dengan
konstruksi terdiri dari papan pembaring (ledgers), kayu palang (transom), dan
papan-papan kayu perancah dengan kayu lintang-lintang (rails) pengaman dan
papan-papan jari (toe board).
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
2. Truss-out Scaffolds
Perancah ini adalah bentuk independen yang diikat sepenuhnya pada bangunan
gedung untuk mendukung dan digunakan dimana mungkin atau tempat yang
diinginkan untuk mendirikan perancah dari lantai atau tingkat dasar.
3. Suspended Scaffolds
Perancah ini terdiri dari pijakan tempat kerja (working platform) ditahan dari
dukungan-dukungan seperti ”out-riggers”. Penggunaan suspended scaffolds ini
biasanya untuk membersihkan gedung dan perawatan pencahayaan pada posisi
tinggi suatu gedung.
5. Birdcage Scaffolds
Perancah tipe bird cage digunakan untuk melengkapi pijakan tempat kerja
(working platform) pada tingkat yang tinggi diatas area yang luas. Pada dasarnya
perancah tipe ini terdiri dari dua arah pengaturan yang standar, papan pembaring
(ledgers) dan kayu palang (transoms) untuk mendukung pijakan tempat kerja
pada ketinggian yang diinginkan. Untuk memastikan standar kestabilan harus
ditempatkan tidak lebih 2.400 titik (centres) pada ke-dua arah dan seluruh
pengaturan yang diikat secara tepat atau kuat.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab IV: Gondola dan Perancah
6. Gantries
7. System Scaffolds
DAFTAR PUSTAKA
Phil Huges, MSc., FIOSH, RSP and Ed Ferret, PhD, BSc. MIEE, Introduction To
Health and Safety in Construction.
BAB V
METODE DAN PROSEDUR KERJA
Berikut ini akan dibahas tentang, lingkup pekerjaan, cara pelaksanaan, peralatan
yang digunakan dan bahan-bahan yang diperlukan, tata cara pelaksanaan,
pengakhiran pekerjaan, dan pelaporannya.
Bagian Bangunan yang menggunakan bahan ini biasanya pada konstruksi kuda-
kuda atau konstruksi atap bangunan atau tiang dan bagian pelengkapnya seperti
batang diagonal antar tiang.
Bagian bangunan yang menggunakan bahan ini biasanya pada konstruksi tiang,
lantai/plat lantai atau atap. Biasanya kebocoran yang terjadi pada plat lantai karena
adanya retak rambut pada konstruksi plat, sehingga air kamar mandi atau air hujan
meresap ke dalamnya dan keluar ke bagian lain bangunan sebagai kebocoran.
Dinding berfungsi hanya sebagai partisi atau dapat bersifat pula sebagai penahan
beban (wall bearing). Di lapangan kondisi dinding bata berbeda-beda. Kadang
ditemui dinding yang selalu dalam keadaan basah sehingga memungkinkan
tumbuhnya lumut dipermukaannya. Kondisi ini kerap terjadi di daerah dengan muka
tanah tinggi atau letak dinding bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah
seperti diperbukitan (misal: villa/rumah peristirahatan). Hal tersebut disebabkan
mortar dinding yang diletakkan di antara batu bata, tidak menggunakan mortar yang
kedap air.
2) Bila dinding retak : diperiksa terlebih dahulu, apakah keretakan disebabkan oleh
faktor muai susut plesteran dinding atau akibat dampak kegagalan struktur
bangunan gedung).
Bila keretakan diakibatkan oleh muai susut plesteran dinding, maka:
a) Buat celah dengan pahat sepanjang retakan
b) Isi celah dengan spesi atau mortar kedap air (campuran: 1 PC : 3 Pasir)
c) Kemudian rapikan dan setelah mengering plamur serta cat dengan bahan
yang serupa
3) Bila dinding basah karena saluran air bocor : perbaiki saluran terlebih dahulu.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab V: Metode dan Prosedur Kerja
Dinding batu kali biasanya hanya digunakan pada bagian bangunan dibagian luar
sebagai pelengkap (mis: untuk taman). Agar penampilan bangunan tetap terjaga
maka bagian luar pondasi taman ini harus dilakukan pemeliharaan.
Pada bangunan yang menggunakan expose concrete seperti pada dinding luar
bangunan, lapisan luar kolom.
2) Periksa semua karet atau sealent perekat kaca yang bersangkutan, bila terdapat
kerusakan sealent atau karet perekat kaca perbaiki dengan sealent baru dengan
tipe yang sesuai.
3) Bersihkan kaca dengan bahan deterjen dan bersihkan dengan sikat karet. Jangan
menggunakan bahan pembersih yang mengandung tinner atau benzene karena
akan merusak elasititas karet atau sealent.
1) Periksa sealant dan backup pada sambungan komponen, bila ada bagian yang
mengelupas perbaiki dengan sealant yang sama.
2) Pemeriksaan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.
3) Bersihkan permukaan komponen dengan sabun dan deterjen kemudian bilas
dengan air bersih dengan alat penyemprot manual.
4) Keringkan permukaan dengan menggunakan karet pengering permukaan yang
masih rata ujungnya.
Cara perbaikannya :
a) Keroklah seluruh lapisan cat, dan permukaannya dihaluskan dengan kertas
ampelas kemudian bersihkan
b) Beri lapisan cat baru
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab V: Metode dan Prosedur Kerja
1) Bersihkan setiap 6 (enam) bulan permukaan atap dari kotoran agar jamur atau
tumbuhan tidak melekat.
2) Gantilah sirap yang telah rapuh atau pecah-pecah dengan yang baru dengan
ukuran yang sama.
1) Bersihkan setiap sebulan sekali permukaan atap dari kotoran yang melekat,
2) Beri lapisan anti bocor dengan kuas atau dengan cara semprot secara merata,
3) Bila menggunakan lapisan aspal-pasir sebagai lapisan atas permukaan atap,
periksa aspal yang mengelupas karena perubahan cuaca, dan berikan aspal cair
baru setebal 5 (lima) milimeter.
1) Periksa saluran tegak air kotor pada bangunan, terutama saluran yang
menggunakan bahan PVC, periksa pada setiap sambungan yang menggunakan
lem sebagai penyambungnya. Bila ditemui terdapat kebocoran segera tutup
kembali.
Cara perbaikannya:
(1) Ampelas atau buat kasar permukaan yang retak atau pada ujung sambungan
(2) Beri lem PVC pada daerah yang ingin disambung
(3) Sambungkan kembali bagian tersebut.
2) Bersihkan saluran terbuka air kotor pada sekitar bangunan dari barang-barang
yang dapat menggangu aliran air dalam saluran, sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sekali.
3) Pada saluran tertutup air kotor, periksa melalui bak kontrol saluran, beri jeruji dari
batang besi sebagai penghalang sampah agar saluran tidak tersumbat.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Bab V: Metode dan Prosedur Kerja
1) Saluran air bersih yang memerlukan pengamatan adalah saluran PVC yang tidak
terlindung dari panas matahari.
2) Tambahkan penggantung pada dinding untuk menopang atau menyanggah pipa
PVC bila ada sebagian penggantung yang lepas.
3) Bila terjadi kebocoran pada sambungan pipa PVC, maka lakukan hal-hal :
(1) Matikan aliran air dari stop kran yang ada
(2) Lem kembali dengan lem PVC sejenis dengan pipa atau balut dengan karet
bekas ban dalam motor untuk kondisi darurat (bersifat sementara) sehingga
kebocoran dapat dihentikan.
(3) Jalankan kembali aliran air bersih yang ada.
1) Talang datar pada atap bangunan harus diperiksa setiap 1 (satu) tahun sekali
2) Bersihkan dari kotoran yang terdapat pada talang datar, bersihkan dari bahan
yang dapat menimbulkan korosif pada seng talang datar
3) Berikan lapisan meni setiap 2 (dua) tahun sekali agar seng talang tetap dapat
bertahan dan berfungsi baik.
4) Talang tegak yang terbuat dari pipa besi atau PVC sebaiknya dicat kembali
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun sekali.
5) Bila talang tegak PVC pecah atau retak karena sesuatu benturan, perbaiki
dengan melapis bahan yang sama dengan menggunakan perekat atau lem
dengan bahan yang sama.
RANGKUMAN
Untuk menjamin pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan target yang
direncanakan, maka diperlukan perlengkapan dan metoda kerja yang sesuai.
Pekerjaan perawatan diperlukan peralatan bantu kerja atau biasa disebut tools. Para
tenaga perawatan atau teknisi dalam menggunakan peralatan bantu kerja atau tools
tersebut dapat menghabiskan waktu cukup banyak, sehingga mempengaruhi
produktifitas kerjanya.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi waktu penggunaan alat bantu kerja (tools)
adalah metoda penggunaan alat bantu kerja, tempat penyimpanan seberapa jauh
dari lokasi kerja dan cara penyimpanan alat-alat bantu kerja atau tools tersebut
Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemilik bangunan gedung adalah
melakukan pemeriksaan berkala terhadap bangunan gedungnya. Kewajiban tersebut
tertuang dalam beberapa pasal peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 36
tahun 2002 tentang Undang-Undang Bangunan Gedung.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Rangkuman
Untuk bangunan bertingkat tinggi perlu disiapkan alat untuk membersihkan kulit
bangunan dari debu-debu yang melekat pada bangunan tersebut, oleh karena
Gondola sangat dibutuhkan dalam pekerjan pembersihan pada bangunan bertingkat
sebagai tempat mengangkut orang yang akan membersihkan dinding bangunan
tersebut.
Sedang Perancah atau scaffold adalah rangka yang disusun secara sementara dari
bahan aluminium alloy atau baja yang dijepit atau dipasang bersama untuk
memenuhi cara-cara akses (hubungan) ke area kerja dengan tingkat ketinggian
tertentu maupun memenuhi pijakan tempat kerja tempat kerja yang aman dari atau
ke tempat pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996
7. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.
11. Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius Yogyakarta, 1996
13. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005
17. Mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Daftar Pustaka
18. Phil Huges, MSc., FIOSH, RSP and Ed Ferret, PhD, BSc. MIEE, Introduction To Health
and Safety in Construction.
19. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta
22. Soeharto, Imam, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, 1995,
Penerbit Erlangga
23. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001
26. Vincent Gaspersz, Statiscal Process Contral (Penerapan teknik – Teknik Statistikal
Dalam Manajemen Bisnis Total).
28. Waskita Karya PT, Manual Perencanaan dan Pengendalian Proyek 1999.
Modul SSBM-11: Perlengkapan dan Metode Kerja Lampiran 1
LAMPIRAN 1
CONTOH GAMBAR-GAMBAR ALAT BANTU KERJA