Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
ROMBEL G
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
ANALISIS MASALAH PASAR DAN STRATEGI PENYELESAIAN : MADU ASLI
PENDAHULUAN
Berbagai kekayaan alam di Indonesia, salah satunya adalah madu. Data Badan Pusat Statistik
(BPS), madu yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 67.606 liter dan pada tahun
2013 mencapai 29.000 liter (BPS, 2013).Tingkat konsumsi madu di negara- negara maju seperti
Jerman, Jepang, Inggris, dan Perancis mencapai 700-1500 g/kapita/tahun, untuk Indonesia kurang
dari 20 g/kapita/tahun. Produksi madu di Provinsi Bengkulu didominasi oleh madu hutan (Madu
Sialang) dan madu Budidaya A. Cerana (Saepudin, 2013).
Konsumen akan memilih produk yang memiliki kualitas baik, mengingat belum adanya
jaminan dan kualitas madu yang banyak dijual di pasaran, sehingga membuat masyarakat menjadi
ragu dan kurang percaya untuk membeli madu, terutama dalam menentukan keaslian sebuah
produk madu. Pada awalnya konsumen lebih menekankan pada kualitas yang berhubungan
langsung dengan produk madu, karena produk yang dibuat harus dapat memenuhi kepuasan
konsumen (Suranto, 2005).
Madu memiliki pangsa pasar yang luas dan prospek yang baik, sehingga banyak peternak
lebah madu berkompetisi dalam persaingan di bidang usaha ternak lebah madu. Produk hasil lebah
sangat menjanjikan jika digunakan sebagai peluang usaha,sehingga masih banyak peternak lebah
madu yang menjual madunya tanpa memikirkan kualitasnya yang membuat posisi petani lebah
menjadi lemah. Pemasaran madu yang sering dilakukan peternak di Blora adalah menjual
produknya secara langsung kepada konsumen. Madu tersebut dijual secara curah/botolan yang
tidak menggunakan merek dengan bentuk dan ukuran kemasan tertentu. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan produsen madu mengenai serapan teknologi pengolahan dan pemasaran
produk yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan dalam pemasaran madu.
Dalam hal pemasaran, kondisi yang paling sulit adalah mempertahankan konsumen untuk selalu
menggunakan produk unggulannya, dengan menciptakan loyalitas bagi pelanggan dan menjaga
ketersediaan serta konsistensi kualitas produk madu. Penerapan strategi pemasaran yang tepat
dibutuhkan untuk meningkatkan penjualan produk di pasar.
MATERI DAN METODE
Secara umum dapat dikatakan bahwa pasar madu di Kota Blora merupakan salah satu
peluang usaha yang sangat baik dan menjanjikan, pengembangan dan potensi pasar memiliki posisi
strategis dalam pemenuhan permintaan konsumen. Hal ini dapat dilihat dari permintaan konsumen
yang sangat signifikan terhadap produk madu yang beredar di pasar Kota Blora.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang
memiliki validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional
(teoritis) telah mencerminkan yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrument itu. Instrument
yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-
fakta empiris. Koefisien validitas dianggap valid jika r hitung > r tabel α=0.05 (Santoso, 2004;
Suherman, 2007).
Hasil penelitian yang valid terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur yang seharusnya diukur (Eureka, 2015).
PEMBAHASAN
Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan
ancaman) dalam hal strategi pemasaran madu di Kota Blora, dapat dilakukan identifikasi dan
evaluasi untuk mengetahui kemampuan internal yang dimiliki guna menentukan strategi dan
memanfaatkan peluang yang ada,sehingga secara bersamaan menghindari ancaman. Analisis
tersebut, berguna untuk mengetahui posisi dan kesesuaian strategi saat ini. Strategi saat ini sesuai
dengan kemampuan yang ada, serta mengantisipasi persoalan yang kemungkinan dapat muncul
pada masa yang akan datang.
Untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran madu di Kota Blora yang terkandung
didalamnya, maka dilakukan pendekatan melalui analisis SWOT. Hal terpenting yang terlebih
dahulu dilakukan dalam analisis SWOT adalah menentukan besarnya bobot masing- masing item
pertanyaan. Besarnya bobot ditetapkan berdasarkan tingkat kepentingan masing- masing item
pertanyaan untuk setiap variabel faktor penentu dalam lingkungan strategis yang ada, dengan
melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Semakin besar kekuatan dan peluangnya,
maka nilai rating-nya akan semakin tinggi, sehingga semakin kecil kekuatannya dan peluangnya
akan semakin rendah rating-nya.
Tabel 3 pada poin peluang menunjukkan bahwa nilai total pertanyaan paling tinggi sebesar 5
orang responden/konsumen yang terdapat pada pertanyaan no 3 dan no. 1. Hal ini menunjukkan
bahwa responden/konsumen di Kabupaten Blora masih sadar akan manfaat kesehatan serta
menghendaki madu asli, serta menghendaki disetiap pembelian madu agar menyediakan madu asli,
sehingga konsumen akan percaya dan memiliki loyalitas tinggi dalam membeli atau
mengkonsumsi madu setiap harinya. Penolakan terjadi karena mutu madu yang dinilai tidak baik,
seperti masih adanya kaki lebah dan kotoran sarang lebah. Namun menurut ukuran industri
mutunya tidak memenuhi standar, penawaran harganya lebih rendah dibanding penjualan langsung
kekonsumen lokal (Sri, 2015; Suherman, 2006).
Nilai total terendah untuk faktor kekuatan terdapat pada no. 2 sebesar 2 orang
responden/konsumen. Kecilnya poin dari pertanyaan tersebut disebabkan di Blora banyak memiliki
varian madu yang tidak berlebel, sedangkan madu lokal kalah bersaing dalam hal promosi,
sehingga konsumen hanya mengetahui bahwa varian madu yang beredar di Blora merupakan madu
yang bermerek dagang. Konsumen menginginkan madu lokal memiliki lebel dagang agar lebih
mudah dalam memilih varian madu, dan tidak bergantung pada merek madu yang sudah dijual
komersil di Blora. Banyak sekali produk madu yang tidak mencantumkan informasi secara lengkap
pada label kemasannya, seperti tidak mencantumkan izin dari departemen kesehatan, tidak
mencantukan logo halal, dan komposisi madu. Hal ini sangat merugikan konsumen yang umumnya
masih awam dengan kualitas madu yang baik (Firmansyah, 2006).
Tabel 3 pada poin kelemahan memiliki nilai tertinggi dan terendah dari pertanyaan, nilai
tertinggi terdapat pada no 2 sebesar 5 orang responden/konsumen, hal ini dapat disimpulkan bahwa
konsumen madu di Blora masih sangat mudah terpengaruh pada pendapat oranglain dan masih
sangat melakukan pertimbangan harga produk. Walaupun memang benar, harga menetukan
kualitas, namun sebagai pedagang yang bekompeten kita harus senantiasa memanfaatkan peluang.
Yang terpenting dari bisnis madu ini adalah bisnis berkelanjutan walaupun keuntungan per-item
kecil namun jika ditotal memiliki income yang besar.
Nilai total terendah untuk faktor kelemahan terdapat pada pertanyaan no 4 dengan nilai total
0 orang responden/konsumen. Hal ini menunjukkan responden masih sadar akan manfaat yang
didapat, bukan melulu soal kuantitas produk atau jaminan degan harga yang murah namun produk
tidak original.
Untuk itu, strategi yang harus dilakukan dalam rangka usaha pemasaran madu di Kota Blora,
yaitu mendukung kebijakan yang agresif (growth Strength – Opportunity (Strategi SO). Sektor dan
sub sektor tersebut, memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapakan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif (growth oriented strategy) (Rangkuti, 2009).
Tabel 5. Matrik SWOT IFAS – EFAS serta strategi yang harus dilakukan untuk pemasaran madu di
Kota Bengkulu.
Kekuatan (Strength)
1. Gaya hidup sehatakan meningkatkan 1. Perlunya pengetahuan sejak dini mengenai madu sebagai
konsumsi madu obat tradisyonal yang masih banyak digunakan
2. Beralihnya penggunaan obat- obatan 2. Petani harapnya membuat lisensi lebel merek dagang dan
kimia ke obat- obatan alami dan herbal dipatenkan untuk memberikan ruang pasar yang luas
termasuk madu 3. Pedangang seharusnya lebih banyak mempromosikan madu
3. Akses pasar makin mudah dijangkau lokal karena keasliannya, diharapkan agar konsumen
banyak membeli produk lokal
KESIMPULAN
Berdasarkan pilihan strategi (strategic choice) dalam pemasaran maka dirumuskan; Strategi
pemasaran dalam meningkatkan volume penjualan produk madu, memaksimal promosi produk
unggulan, terutama madu lokal, lebih aktif mendekati segmen pasar dan calon pembeli potensial,
serta kerja keras menjaga dan mempertahankan kepercayaan konsumen.Strategi pemasaran di
masa akan datang, antara lain meningkatkan penjualan produk dan kegiatan promosi serta
distribusi pemasaran, membuat layanan konsumen (customer care), dan menambah varians produk.
DAFTAR PUSTAKA
1
Pendahuluan
Sudah menjadi trend di masyarakat saat ini untuk ber- konsultasi ke klinik-
klinik kecantikan (beautician), agar wajah tampak mulus atau bebas dari jerawat,
flek, atau komedo yang dirasakan mengganggu penampilan diri, sehingga
menimbulkan rasa malu atau kurang percaya diri.
Kulit wajah putih, bersih tanpa jerawat selalu menjadi idaman baik wanita
maupun pria. Karena di jaman modern ini baik wanita maupun pria dituntut untuk
lebih memperhatikan penampilannya. Kecenderungan ini ditegaskan dengan studi
AARP (American Asso- ciation of Retired Persons) pada tahun 2001 studi
menyatakan bahwa para wanita pada usia dewasa ingin tetap terlihat atraktif dan
fit serta terlihat cantik, mereka melakukan perawatan wajah, menggunakan
kosmetik untuk menyembunyikan tanda-tanda usia mereka (Health World: Suara
Pembaharuan 2002).
Berbagai kelebihan dan daya tarik produk ditawarkan oleh setiap pemasar
untuk memberikan kepuasan terhadap konsumen. Salah satu skincare yang saat ini
tengah viral yakni skincare dengan merk E-GLOW. Sampai saat ini pasar
konsmen Natasha Skin Care tidak hanya wanita tetapi juga pria baik remaja
maupun dewasa. Tetapi belum diketahui siapa konsumen yang sebenarnya (target
pasar) untuk mengetahui target pasar diperlukan segmentasi pasar terlebih dahulu
yaitu mengelompokan pasar yang heterogen kedalam kelompok pasar yang
homogen berdasarkan faktor geografi, demografi, psikografi dan perilaku
konsumen.
Metode Penelitian
2
HASIL WAWANCARA SEGMENTASI PASAR : SKINCARE E GLOW
2
P3 : Pendapat saya juga sama dengan pendapat narasumber sebelumnya.
Bahaw dalam pemilihan produk, konsumen pastinya menginginkan
perawatan yang mruah, lengkap, aman dan hasil dapat dilihat secara nyata.
P4 : Sudah disebutkan oleh narasumber 1,2 dan . Saya sangat stuju degan
pendapat tersebut dan itu pasi juga dirasakan para konsumen lainnya.
P5 : Saya juga sangat setuju dengan pendapat ke-empat narasumber
sebelumnya. Dengan harga yang terjangkau diharapkan penggunaan dapat
dilakukan secara continue dan tidak harus gonta ganti produk lagi. Selain itu
tambahan sedikit bahwa selain hal yang disebutkan diatas, kriteria lainnya
yakni mudah ditemui dipasaran.
4. Apa saja kemungkinan yang tidak diinginkan dalam penggunaan produk
skincare?
Jawab :
P1 : Kemungkinan yang tidak saya harapkan yakni yang berefek jangka
panjang sesperti kulit menipis hingga kanker kulit. Selain itu, jika ditinjau
dari segi harga, kemungkinan yang tidak saya harapkan yakni produk dengan
harga yang mahal, lama dalam proses atau bahkan tidak membuahkan hasil
dan berujung pada rusaknya kulit wajah.
P2,P3,P4,P5 : jawaban sama (boleh diimprove)
3
P3 : Saya juga merasakan hal yang sama dengan narasumber 2. Bahwasannya
pada minggu pertama kulit saya teasa lebih sehat dan glowing sehingga saya
sangat antusias untuk melanjukan penggunaanya.
P4 : Saya memilih produk ini dikarenakan rekomendasi dari teman saya
karena beliau sembuh dari masalah kulit yang selama ini snagat
mengganggunya yakni masalah kulit terkait jerawat hormone. Walaupun
tidak langsung sembuh tetapi wajah beliau terlihat berangsur-angsur
membaik. Bahkan saat ini beliau sangat jarang timbul jrawat serta maslah
kulit lainnya.
P5 : Saya tertarik karena kelengkapan produk degan harga yang relative
murah, sudah BPOM dan sangat mudah ditemukan dipasaran.
Kesimpulan :
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawacara
responden/konsumen, kelima dari mereka peduli dengan kesehatan kulit.
Menurut mereka memiliki kulit yang sehat, cerah dan glowing mampu
menumbuhkan rasa percaya diri dan menimbukan jiwa positif sehingga
mampu menambah semangat mereka daam menjalankan aktifitas.
Adapun kriteria dari produk skincare yang diharapkan
responden/konsumen yakni produk skincare yang memiliki harga murah,
lengkap, aman, dapat digunakan secara continue, serta mudah ditemukan
dipasaran.
Dari ke-lima kiteria tersebut responden berpendapat bahwa skincare
E-GLOW memenuhi seluruh kriteria. Menurut mereka dari segi harga,
skincare E-GLOW memiliki harga yang relatif terjangkau jika dibandingkan
4
produk serupa lainnya. Dengan harga Rp 115.000,00 sudah mendapatkan
kelengkapan 4 item yang terdiri dari facial Wash, toner, krim siang dan krim
malam. Mereka juga mengaku sudah mulai merasakan manfaat sejak
pemakaian minggu pertama yakni wajah mulai terlihat sehat, cerah dan
glowing. Sedangkan pada tingkat keamanaan skincare E-GLOW tebukti
sudah aman. Hal ini dibuktikan dengan label BPOM yang sudah tertera secara
jelas dikemasan produk sehingga mereka tidak lagi ragu dengan pemakaian
jangka panjang dan takut akan akan terjadinya dampak buruk pada kulit
mereka. Skincare E-GLOW juga sudah banyak ditemukan dipasaran baik
secara online maupun offline sehingga mereka juga tidak perlu khawatir jika
kehabisan skincare dan kesulitan dalam pencarian.
Melalui data yang sudah diperoleh, maka tindakan yang dapat
dilakukan seller yakni terkait penggunaan media penjualan, seller lebih dapat
memanfaatkan situs online sehingga leibh banyak orang yang mengakses dan
lebih memiliki kemungkinan meningkatnya produk penjualan. Selain itu dai
segi orisinalitas dan kualitas produk juga tetap harus diperhatikan. Kepuasan
konsumen serta kesan yang diberikan konsumen terhadap outlet kita juga
dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen lain untuk
membelinya.