Anda di halaman 1dari 15

BEST PRACTICE

PENGGUNAAN GOOGLE CLASSROOM DAN WHATSAPP SEBAGAI


MEDIA PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMIC COVID
19 DI SMPIT AL-MULTAZAM KUNINGAN

Disusun Oleh:

MOH. DHARMAWAN HIDAYAT, S.Pd.I

SMPIT AL-MULTAZAM
(Qur’ani, Akhlak Mulia, Prestasi, dan Terampil Berbahasa)

Desa Maniskidul – Kec. Jalaksana – Kab. Kuningan – Prov. Jawa Barat 45551
Website: www.smpit.almultazam.sch.id - E-mail: smpit@almultazam.sch.id
Telp. (0232) 613805 Fax. (0232) 614349

0
PENGGUNAAN GOOGLE CLASSROOM DAN WHATSAPP SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMIC COVID 19 DI SMPIT AL-
MULTAZAM KUNINGAN

Oleh: Moh. Dharmawan Hidayat, S.Pd.I

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Penerapan Google Classroom dan WhatsApp
sebagai Media Pembelajaran Daring di SMPIT Al-Multazam pada masa pandemic COVID
19 dengan semangat Merdeka Belajar. Pendekatan penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis data interaktif. Berdasarkan penelitian penggunaan Google
Classroom dan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi santri SMPIT Al-
Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan semangat Merdeka Belajar
berjalan lancar didukung oleh lembaga yang menfasilitasi proses pembelajaran daring dan
orang tua santri yang mensuport anak-anaknya sehingga pembelajaran daring berjalan dengan
baik.

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tam dan El Azar (2020) menyatakan pandemi virus corona menyebabkan tiga
perubahan mendasar di dalam pendidikan global. Pertama, mengubah cara jutaan
orang dididik. Kedua, solusi baru untuk pendidikan yang dapat membawa inovasi
yang sangat dibutuhkan. Ketiga, adanya kesenjangan digital menyebabkan
pergeseran baru dalam pendekatan pendidikan dan dapat memperluas kesenjangan.
Luthra & Mackenzi (2020) menyebut ada empat cara COVID-19 mengubah
cara kita mendidik generasi masa depan. Pertama, bahwa proses pendidikan di
seluruh dunia semakin saling terhubung. Kedua, pendefinisian ulang peran pendidik.
Ketiga, mengajarkan pentingnya keterampilan hidup di masa yang akan datang. Dan,
keempat, membuka lebih luas peran teknologi dalam menunjang pendidikan.
UNICEF, WHO dan IFRC (2020) dalam COVID-19 Prevention and Control
in School menyebut bahwa ketika situasi persebaran virus semakin cepat maka
sekolah harus ditutup dan proses pendidikan harus tetap berjalan melalui kegiatan
pembelajaran online dengan menggunakan berbagai media. Data UNESCO (2020)

1
menyebutkan 1,5 miliar siswa dan 63 juta guru di tingkatan sekolah dasar hingga
menengah di 191 negara yang terdampak pandemi Covid-19, sesuatu yang tidak
pernah terjadi sebelumnya. Dunia pendidikan kemudian “terpaksa” putar haluan
untuk mengubah cara belajar berbasis perjumpaan tatap muka menjadi pembelajaran
daring. Transformasi digital secara terpaksa ini adalah cara yang paling aman untuk
memutus penyebaran wabah akibat virus corona, sebab hak para siswa untuk
mendapatkan pendidikan tetap menjadi prioritas tanpa mengabaikan kesehatan dan
keselamatan jiwa.
Di Indonesia, pembelajaran daring/jarak jauh diatur melalui Surat Edaran
Kemdikbud No. 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Ada tiga poin kebijakan terkait
pembelajaran daring. Pertama, pembelajaran daring/jarak jauh untuk memberi
pengalaman belajar yang bermakna, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh
capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan. Kedua, dapat difokuskan
pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi Covid-19. Ketiga,
aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa sesuai minat dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas
belajar di rumah. Ketiga hal tersebut merupakan strategi Merdeka Belajar dalam hal
membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi yang berpusat pada
siswa, interdisipliner, relevan, berbasis proyek, dan kolaboratif.
Terkait pembelajaran daring, sarana pendukung pembelajaran daring/jarak
jauh banyak sekali platform-platform bermunculan guna membantu dan menunjang
proses pembelajaran daring/PJJ agar dapat terlaksana dengan baik. Salah satunya
adalah Google Classroom yang dapat menyediakan kelas online, sehingga
memudahkan bagi siswa untuk mengakses konten pembelajaran dimana saja (Hakim,
2016). Selain itu, menggunakan Google Classroom dapat menghemat penggunaan
kertas dan juga membuat pembelajaran lebih interaktif sehingga minat siswa untuk
belajar tetap tinggi.
Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan
terciptanya ruang kelas di dunia maya. Selain itu, Google Classroom bisa menjadi
sarana distribusi tugas, submit tugas, bahkan menilai tugas-tugas yang dikumpulkan.
Google Classroom dapat mempermudah guru dan siswa dalam melakukan proses
pembelajaran. Salah satu keunggulan dari Google Classroom adalah siswa dapat

2
melakukan diskusi secara online, baik dengan guru atau siswa lainnya dengan
menggunakan aplikasi tersebut.
Selain platform kelas online, keberadaan social media juga membantu pada
pelaksanaan pembelajaran daring. Siswa pada saat ini sudah banyak yang
mempunyai social media berupa WhatsApp, Instagram, Facebook, Youtube, dan
sebagainya. Penggunaan media sosial dari siswa tersebut hanya sebatas untuk
berkomunikasi dengan teman-teman yang lain saja. Salah satu media sosial yang
sering digunakan yaitu WhatsApp. Mengenai mengapa siswa/remaja lebih banyak
menghabiskan waktunya hanya untuk bermedia sosial, seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Hoechsmann dan Poyntz (2012), dengan semua pilihan media
yang tersedia saat ini, tidak mengejutkan apabila remaja atau siswa saat ini menjadi
seorang yang bisa menguasai banyak media karena lebih bisa menghabiskan waktu
dengan media sosial, dibandingkan dengan remaja atau siswa yang lain.
WhatsApp memiliki berbagai fungsi, di antaranya adalah bisa mengirim
pesan, chat grup, berbagi foto, video, dan dokumen. Namun, penggunaan media
sosial tersebut tidak terlalu dimanfaatkan sebagai media literasi oleh siswa. Siswa
hanya meluangkan waktu dengan Whatsapp sebagai media sosial sebatas berkirim
pesan, foto, maupun dokumen yang tidak memuat literasi sama sekali. Akibatnya,
siswa cenderung apatis terhadap keberadaan WhatsApp sebagai media sosial yang
bisa digunakan untuk media literasi.
Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang artinya tengah,
perantara, atau pengantar. Media adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sehingga terjadilah proses
pembelajaran (Sardiman, 2010). Hal tersebut dapat dipahami bahwa media adalah
sebuah alat bantu yang dijadikan sebagai penyalur pesan untuk mencapai sebuah
tujuan pembelajaran (Komsiah, 2012).
Pembelajaran daring di masa pandemic COVID 19 sesuai dengan panduan
pembelajaran jarak jauh/daring bagi guru dengan cara 5 M dalam semangat Merdeka
Belajar, yaitu: 1) Memanusiakan hubungan, yaitu praktik pembelajaran yang
dilandasi orientasi pada anak berdasarkan relasi positif yang saling memahami antara
guru, siswa, dan orang tua. 2) Memahami konsep, yaitu praktik pembelajaran yang
memandu siswa bukan sekedar menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep
yang dapat diterapkan di beragam konteks. 3) Membangun keberlanjutan, yaitu

3
praktik pembelajaran yang memandu siswa-siswa mengalami rute pengalaman
belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui umpan balik dan berbagai praktik. 4)
Memilih tantangan, yaitu praktik pembelajaran yang memandu siswa menguasai
keahlian melalui proses yang berjenjang dengan pilihan tantangan yang bermakna. 5)
Memberdayakan konteks, yaitu praktik pembelajaran yang memandu siswa
melibatkan sumber daya dan kesempatan di komunitas sebagai sumber belajar
sekaligus kesempatan berkontribusi terhadap perubahan.
SMPIT Al-Multazam Kuningan, sebagai lembaga pendidikan yang ikut
melaksanakan pembelajaran daring juga menggunakan platform Google Classroom
dan WhatsApp sebagai media pembelajaran dengan fasilitas memadai berupa fasilitas
hotspot, dan juga setiap siswa memiliki smartphone untuk bisa mengakses internet.
Maka dari itu perlu diketahui, Bagaimana penggunaan Google Classroom dan
WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi siswa SMPIT Al-Multazam
Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan semangat Merdeka Belajar?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan serta alternatif solusi yang telah
dipaparkan, maka rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bagaimana penggunaan Google Classroom sebagai media pembelajaran daring
bagi siswa SMPIT Al-Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan
semangat Merdeka Belajar?
b. Bagaimana penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi
siswa SMPIT Al-Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan
semangat Merdeka Belajar?
3. Tujuan
Tujuan disusunnya laporan best practice tentang penggunaan Google
Classroom dan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi siswa SMPIT Al-
Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan semangat Merdeka
Belajar ini adalah:
a. Mengetahui penggunaan Google Classroom sebagai media pembelajaran daring
bagi siswa SMPIT Al-Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan
semangat Merdeka Belajar.
b. Mengetahui penggunaan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi
siswa SMPIT Al-Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan
semangat Merdeka Belajar.

4
4. Manfaat
Dengan disusunnya best practice tentang penggunaan Google Classroom dan
WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi siswa SMPIT Al-Multazam
Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan semangat Merdeka Belajar ini
diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Bagi guru yaitu memberikan gambaran mengenai penggunaan Google Classroom
dan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring bagi siswa SMPIT Al-
Multazam Kuningan di masa pandemic COVID 19 dengan semangat Merdeka
Belajar.
b. Bagi siswa yaitu memberikan pengalaman dalam penggunaan Google Classroom
dan WhatsApp sebagai media pembelajaran daring di masa pandemic COVID 19
dengan semangat Merdeka Belajar.
c. Bagi sekolah yaitu meningkat kualitasnya. Dari materi pengajaran yang tentu
lebih luas, serta siswa yang dapat dengan mudah mencari materi-materi baru.
Sekolah tentu akan menjadi sekolah favorit dan menjadi tujuan bagi siswa untuk
belajar di sekolah tersebut.

B. Metode
Pendekatan penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Metode penelitian pada
penelitian ini adalah simak, catat, dan kajian pustaka. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan
teknik analisis data interaktif.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Penggunaan Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran Daring
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran daring yang dilaksanakan pada santri
SMPIT Al-Multazam Kuningan adalah sebagai berikut: Persiapan pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan Google Classroom sebagai media pembelajaran.
Guru-guru mengunggah untuk memberikan materi, tugas atau penilaian yang dapat
dilakukan dengan materi yang sudah diunggah. Dengan menggunakan Google
Classroom memberikan kemudahan kepada guru-guru karena bisa memberikan
materi baik itu berupa buku, video, atau PPT agar bisa diunduh dan dibaca oleh
siswa, dengan tidak lupa memberikan tugas penilaian bagi siswa. Setelah itu
memberikan kode kelas online melalui grup WhatsApp.

5
Berdasarkan hasil penelitian dapat dirangkum bahwa penggunaan media
pembelajaran menggunakan Google Classroom memberikan kemudahan kepada
pengguna untuk mendapatkan banyak materi dari internet. Pembelajaran berbasis
virtual membuat kegiatan berlangsung secara interaktif antara guru dan siswa.
Penggunaan Google Clasroom tidak perlu melakukan proses instalasi yang rumit.
Setelah seorang administrator melakukan setup account Google, guru dan siswa bisa
menggunakan Google Classroom dengan akun email Google masing-masing. Kelas
virtual dapat dibuat dengan Google Classroom. Cara mudah membuat Google
Classroom dan menggunakannya untuk proses belajar mengajar adalah:
1. Masuk ke aplikasi Google Classroom atau akses lewat peramban di PC Anda.
2. Klik Get Started, dan pilih alamat surel (email) Google yang ingin digunakan
untuk bergabung di Google Classroom.
3. Tekan tanda plus (+) di pojok kanan.
4. Ada dua pilihan, yaitu Join Class dan Create Class. Pilih Create Class.
5. Ada dua pilihan role, yaitu teacher/student. Anda bisa memilih salah satunya.
6. Isi kolom class name, section, subject, dan room.
7. Setelah kelas dibuat, Google Classroom akan otomatis generate class code. Anda
bisa membagikan class code ini kepada para siswa agar bisa Join Class.
8. Pada bagian Classwork, Anda bisa mengunggah materi, memberikan tugas, atau
mengadakan kuis.
9. Agar lebih mudah dan hemat waktu, pertanyaan kuis tidak perlu diketik satu per
satu di bagian question/pertanyaan. Jadikan satu file, kemudian unggah dengan
klik Add.
10. Jangan lupa tetapkan skor maksimum yang bisa didapat pelajar dan tenggat waktu
(due). Kemudian klik Assign.
11. Lakukan hal yang sama untuk memberikan tugas berupa daftar pertanyaan.
Jadikan satu file, kemudian unggah dengan klik Add.
12. Jangan lupa tetapkan skor maksimum yang bisa didapat pelajar dan tenggat waktu
(due). Kemudian klik Ask.

Google Classroom menghadirkan kemudahan layaknya aplikasi Google


lainnya, seperti G Drive, G Docs, Sheets dan Slides. Meski begitu, hadirnya Google
Classroom memberikan berbagai fitur yang akan menunjang proses pembelajaran
secara online dengan cara menggunakan yang mudah.

6
1. Fitur Tugas
Tugas yang diunduh akan tersimpan lalu kemudian dapat dinilai dengan
sinkronisasi yang telah Google buat dengan memberi akses ke Google Drive.
Cara ini akan memberikan kemudahan, sebab file Drive milik Pendidik dapat
dijadikan sebagai template (format baku) tugas, dengan begitu para murid atau
siswa dapat mengedit dan mengerjakan tugas tanpa perlu repot membuat format
yang serupa. Dan setelah selesai, para murid dapat mengirim tugas kemudian
akan diberikan nilai.
2. Fitur Penilaian
Google Classroom mendukung berbagai macam cara untuk memberikan
penilaian. Pendidik memiliki opsi untuk memantau kemajuan setiap siswa dengan
tugasnya menggunakan komentar serta mengeditnya. Tugas yang telah murid
ubah sebagai bentuk pengerjaannya dapat dinilai oleh pendidik lalu dikembalikan
beserta komentar agar murid dapat merevisi tugasnya dan dikembalikan lagi
kepada pendidik.
Perlu untuk diketahui bahwa setelah mendapatkan nilai, tugas hanya dapat
diedit oleh pendidik kecuali beliau mengembalikan tugas untuk diedit murid
kembali.
3. Fitur Komunikasi
Pendidik dapat membuat pengumuman yang bisa dilihat serta dikomentari
oleh para siswa, dengan begitu kemungkinan komunikasi dua arah antara siswa
dan guru akan terbangun. Siswa pun juga bisa membuat posting di kelas, namun
prioritasnya tak seperti postingan dari guru.
Berbagai jenis media dari anakkan Google layaknya YouTube dan Google
Drive bisa juga dilampirkan ke dalam pengumuman dan post demi kemudahan
dan kenyaman dalam proses pembelajaran. Gmail juga menyediakan opsi email
bagi guru untuk mengirim email ke satu atau lebih siswa di antarmuka Google
Classroom. Kelas pun bisa dengan mudah diakses melalui web ataupun aplikasi
seluler Android dan iOS.
4. Fitur Laporan
Fitur Laporan orisinalitas ini diperkenalkan pada bulan Januari 2020, fitur
ini memungkinkan guru dan siswa untuk mengkoreksi bagian dari karya tulis
yang diajukan yang berisi kata-kata yang persis atau mirip dengan karya dari
sumber lain. Bagi siswa, fitur ini akan memberikan sorotan bahan dari sumber

7
dan juga tanda kutip yang hilang untuk membantu murid dalam meningkatkan
kualitas karya tulis mereka. Guru juga dapat melihat laporan orisinalitas,
memungkinkan kemudahan bagi para guru dalam memverifikasi integritas
akademik dari karya tulis siswa yang disampaikan.
5. Fitur Arsip Materi
Ruang Kelas memungkinkan guru untuk mengarsipkan materi pada akhir
semester atau akhir tahun. Ketika sebuah materi diarsipkan, maka materi tersebut
akan dihapus dari beranda lalu ditempatkan di menu Arsip Kelas, demi membantu
para guru mengatur kelas mereka. Saat sebuah materi diarsipkan, guru dan siswa
dapat melihatnya, namun mereka tidak akan bisa mengubah sampai materi itu
dikembalikan terlebih dahulu.
6. Aplikasi seluler
Aplikasi seluler Google Classroom, diperkenalkan pada Januari 2015,
Google menyediakan untuk perangkat iOS dan juga Android. Aplikasi ini
memungkinkan pengguna untuk mengambil foto dan melampirkannya ke dalam
tugas, berbagi file dari aplikasi lain, dan juga mendukung akses secara offline.
7. Keamanan Pribadi
Berbeda dengan layanan konsumen Google, Google Classroom, sebagai
bagian dari G Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun dalam
antarmuka untuk murid, dosen, guru, dan para pengguna. Data pengguna pun
tidak dipindai layaknya layanan Google yang lainnya untuk digunakan sebagai
acuan target periklanan.

Menggunakan aplikasi dari salah satu layanan Google ini menjadi pilihan bagi
banyak sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan lainnya di tengah pandemi
COVID-19 saat ini. Karena para peserta kelas tidak lagi perlu untuk keluar dari rumah
untuk beraktivitas belajar ke kelas. Selain itu, Google Classroom masih memiliki
banyak fitur yang praktis, efisien dan terjamin keamanannya.

Kelas pembelajaran akan tetap tersimpan meski berjalan secara online, dan
interaksi guru serta siswa juga dapat terjalin dengan baik. Pembelajaran akan jauh
lebih mudah, mengingat Google Classroom juga dapat diakses dimana saja dan kapan
saja.

Pembagian materi pembelajaran juga akan lebih ringkas, rapih, dan tertata.
Tugas kerja siswa dan penilaian pun akan lebih transparan. Para siswa juga dapat

8
menyapa dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas dengan teman sekelas mereka,
layaknya saat berada di kelas yang sebenarnya. Setelah bergabung, akan muncul
tampilan halaman kelas serta mata pelajaran. Di sini, siswa dapat melihat materi,
tugas, atau informasi lain dari guru. Halaman tersebut akan menampilkan judul mata
pelajaran yang sedang diikuti dan nama guru pengampu. Di sisi kiri terdapat kolom
tugas yang akan datang dan tugas apa yang sudah masuk batas pengumpulan hari ini
(deadline).

Di atas header atau judul mata pelajaran, ada tiga menu utama yakni Forum
(Stream), Tugas (Classwork), dan Anggota (People).

Menu Forum bisa digunakan sebagai wadah diskusi antara guru dan murid.
Guru juga bisa melempar suatu topik dan para siswa bisa melempar pendapatnya
melalui kolom komentar. Di menu ini, siswa juga bisa mengunduh materi yang
dibagikan guru.

Lalu di menu Classwork, siswa bisa melihat tugas-tugas apa saja yang
diberikan guru. Seperti menjawab kuis yang diberikan atau mengumpulkan tugas.
Apabila ingin mengirim tugas, klik opsi “tambah atau buat” yang ada di sisi kanan
layar. Kemudian pilih opsi sesuai format file tugas yang akan dikirim, apakah
berbentuk tautan, atau lampiran file atau membagikannya via Google Drive. Sebelum
tugas diunggah, siswa bisa mengecek lebih dulu tugasnya dengan mengklik lampiran.
Jika sudah yakin, klik hand in atau “serahkan” untuk mengirimkan tugas. Siswa bisa
membatalkan kiriman tugas apabila mendadak ragu atau file yang diunggah keliru.
Apabila ada yang kurang jelas terkait tugas, siswa bisa bertanya di kolom komentar
kelas. Jika malu-malu, bisa bertanya kepada guru di kolom komentar privat.

Terakhir adalah menu People. Di sini, siswa bisa melihat siapa saja teman-
teman kelas dan guru yang bergabung. Dengan cara ini siswa dapat menggunakan
segenap fitur yang disuguhkan oleh Google melalui platformnya yang diberi judul
Classroom ini. Siswa bisa mengirimkan e-mail ke salah satu anggota dengan
mengklik logo amplop putih di sisi kanan. Logo tersebut akan mengarah ke laman
Gmail, di mana siswa bisa mengirim e-mail pribadi ke teman atau guru. Mudah
bukan?

9
2. Penggunaan Media Sosial WhatsApp Sebagai Media Pembelajaran Daring
Dalam pelaksanaan pembelajaran, selain dalam Google Classroom, berbagi
materi pelajaran (menggunakan fitur Forward) dalam WhatsApp Group yang bisa
menyimpan dokumen dalam bentuk pdf, microsoft word, excel, dan powerpoint.
Maka dari itu, apabila menggunakan WhatsApp, berbagi dokumen dengan
format/bentuk di atas jauh lebih mudah. Selain bisa digunakan menyimpan dokumen
dengan bentuk atau format di atas, WhatsApp juga bisa meneruskan pesan, sehingga
memudahkan apabila siswa ingin berbagi dengan teman yang lain.
Namun kekurangan dalam penerapannya adalah ketika seorang siswa memiliki
materi yang sudah dirangkum atau dicatat ketika di sekolah, apabila ada teman yang
membutuhkan karena catatannya belum lengkap, bisa dibagikan kepada teman-teman
yang lain menggunakan fitur forward. Fitur forward memudahkan untuk mengirim
atau melanjutkan ke teman yang lain, tanpa harus membuka pada manajer file di
gawai. Dan perlu diperhatikan bahwa fitur forwad bisa menyebabkan terjadinya
penyebaran berita bohong atau hoaks itu cepat tersebar. Maka dari itu, fitur forward
pada WhatsApp digunakan seperlunya saja, tidak asal-asalan membagikan sesuatu
yang belum jelas kebenarannya. Peran orang tua siswa di sini sangat penting. Orang
tua harus memantau apa saja yang didapatkan siswa dari WhatsApp yang
digunakannya, sehingga orang tua bisa mewaspadai penyebaran berita yang tidak
benar.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring (menggunakan fitur Voice Note)
bisa dilakukan oleh guru dan siswa yang tergabung dalam satu grup tertentu.
Pembelajaran ini bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan dari guru
dan siswanya. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bisa terjadi apabila ada pertemuan yang
guru itu tidak bisa untuk mengajar, kemudian memberikan pengumuman kepada
siswa supaya nanti malam untuk bisa melangsungkan PJJ tersebut. Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) bisa menggunakan media sosial WhatsApp. WhatsApp digunakan
sebagai media untuk berdiskusi. Awalnya guru memberikan materi kepada para
siswanya yang ada di grup tersebut, kemudian guru memberikan instruksi untuk
mengerjakan soal atau berpendapat mengenai materi tersebut. Ketika siswa
mengemukakan gagasan atau pendapatnya, harus disertai dengan nama dan nomor
absen, supaya guru bisa memberikan penilaian kepada seluruh siswa yang
berpartisipasi di dalam grup secara langsung. Pembelajaran ini akan lebih menarik
apabila semua siswa aktif dalam pembelajaran tersebut. Guru di sini dituntut harus

10
kreatif dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan melalui Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) menggunakan WhatsApp. Fitur dari WhatsApp yang lain adalah bisa
mengirim Voice Note atau perekam suara. Perekam suara bisa digunakan oleh siswa
dalam mengemukakan pendapatnya. Apabila ada tes kemampuan berbicara, siswa
bisa menggunakan fitur Voice Note. Penilaian dari guru bisa berupa bagaimana siswa
mengutarakan pendapatnya tersebut secara lisan menggunakan fitur Voice Note
(perekam suara).
WhatsApp memungkinkan guru untuk bisa membagikan materi melalui status.
Guru bisa membagikan materi pelajaran atau pengetahuan yang lain dengan
menggunakan fitur di WhatsApp, yaitu WhatsApp Story atau status di WhatsApp.
Guru bisa berbagi foto, video, atau link website menggunakan status. Status di
WhatsApp bisa dilihat apabila guru dan siswa saling menyimpan nomor teleponnya,
sehingga bisa saling melihat status yang dibuat satu sama lainnya. WhatsApp Story
merupakan salah satu media untuk berbagi dan menyimak siswa di luar grup chat
yang dimiliki siswa. Berbagi foto, video, atau link website yang mungkin belum
diketahui banyak orang, sehingga apabila ada siswa lain yang melihat status tersebut
bisa memberikan komentar.
Membalas di status atau memberikan komentar pada status siswa yang lain
merupakan salah satu bentuk kemampuan berbahasa siswa. Apabila status tersebut
sudah ditanggapi oleh siswa yang lain, maka akan terjadi diskusi, sehingga status di
WhatsApp bisa menjadi penting sebagai saran literasi digital siswa.
Pada tahap evaluasi, pemerintah melalui Kemendikbud kembali meniadakan
UN di tahun 2021 dan menggantinya dengan Asesmen Nasional yang salah satu
bagiannya adalah Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). AKM ini dirancang untuk
mengukur hasil belajar kognitif (literasi dan numerasi) peserta didik. Kemampuan
literasi di sini erat kaitannya sama kemampuan kita dalam memahami suatu
informasi dari bacaan. Sedangkan untuk numerasi sendiri berkaitan dengan
kemampuan mencerna informasi dalam bentuk angka atau kuantitatif. AKM dapat
menjadi penilaian yang lebih komprehensif untuk mengukur kemampuan minimal
siswa. Nantinya, AKM akan berisi materi yang meliputi tes kemampuan literasi,
numerasi dan pendidikan karakter. Sistem pelaksanaan AKM ini menggunakan CBT
(Computer Based Test). Oleh karena itu, siswa perlu dilatih agar terbiasa dengan
soal-soal berbasis komputer. Hal ini juga dapat diterapkan pada Penilaian Harian
(PH), Penilaian Tengah Semester (PTS), bahkan Penilaian Akhir Semester (PAS).

11
Langkah pembuatan kuis jenis pilihan ganda pada google classroom antara lain:
membuat tugas kuis selanjutnya klik “Blank Quiz” untuk membuat kuis.
Guru dapat membuat pertanyaan secara online dan masing-masing siswa dapat
memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut untuk membuat kelas menjadi
lebih interaktif. Google Classroom adalah sistem manajemen pembelajaran yang di
tawarkan oleh Google untuk pendidik. Aplikasi ini menyediakan lokasi sentral untuk
berkomunikasi dengan peserta didik, mengajukan pertanyaan, dan membuat tugas
(Sudarsana, Putra, dan Astawa, 2019). Google Classroom membantu memfasilitasi
pembelajaran online untuk siswa pada saat pandemic covid 19 ini. Selain itu, Google
Classroom memiliki potensi untuk menghemat sebagian besar waktu bagi guru dan
siswa karena proses menyiapkan Google Classroom sangat cepat dan nyaman untuk
digunakan. Waktu tidak akan terbuang sia-sia untuk mendistribusikan dokumen fisik
karena tugas yang telah diberikan kepada siswa oleh guru dapat diselesaikan tepat
waktu secara online. Hal tersebut membuat kendala waktu yang kurang ketika
pembelajaran tatap muka berlangsung dapat teratasi.
Namun demikian, secara empirik realisasi pembelajaran daring tersebut sangat
bergantung pada berbagai faktor. Pertama, pemerintah pusat mesti menjamin dengan
menyediakan koneksi internet yang lancar dan stabil, subsidi kuota, bantuan
perangkat digital, dan peningkatan kapasitas digital juga meminimalisir ketimpangan
akses di berbagai wilayah. Kedua, harus ada alokasi anggaran secara khusus utuk
mendukung lancarnya kegiatan pembelajaran daring tersebut. Ketiga, pembelajaran
daring tidak dapat dilakukan jika sekolah maupun orang tua tidak memiliki kapital
memadai untuk mengakses perangkatnya. Keempat, pembelajaran ini tidak akan
terjadi ketika guru dan siswa sama-sama tidak memiliki komputer, handphone, kuota,
dan jaringan internet yang memadai.

12
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian penggunaan Google Classroom dan WhatsApp sebagai
media pembelajaran daring bagi siswa SMPIT Al-Multazam Kuningan di masa
pandemic COVID 19 dengan semangat Merdeka Belajar berjalan lancar, didukung
oleh lembaga yang menfasilitasi proses pembelajaran daring dan orang tua siswa
yang mensuport anak-anaknya sehingga pembelajaran daring berjalan dengan baik.
2. Saran
Diharapakan dalam penggunaan Google Classroom dan WhatsApp sebagai
media pembelajaran daring, kususnya untuk mata pelajaran yang mengacu pada
aspek psikomotor (gerak) agar memperhatikan timbal balik proses pembelajaran
tersebut, misalnya terkait pemberian materi-materi yang bersifat praktikum (praktik),
pemberian tugas, dan cara mengevaluasi hasil praktikum tersebut.

E. Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Surat Edaran Kemdikbud No. 4 Tahun


2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-
19). Jakarta: Kemendikbud.

Sumber: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-
tentangpelaksanaanpendidikan-dalam-masa-daruratcovid19.

Fahad Achmad Sadat (2020). Tsaqafatuna: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol 3, No 1,
Juni 2020.

Komsiah, 2012: 73. https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/panduan-


pembelajaran-jarak-jauh/. Diakses pada tanggal 15 November 2020.

Luthra, Poornima & Mackenzie, Sandy. 2020. 4 Ways Covid-19 Education Future
Generations. Sumber: https://www.weforum.org/agenda/2020/03/4-ways-covid-19-
education-futuregenerations/.

Sudarsana, K., Putra, M. A., Astawa, N. T., & Yogantara, W. L. 2019. The Use of
Google Classroom in The Learning Process. Journal of Physics.

Tam, Gloria & El-Azar, Diana. 2020. 3 ways the coronavirus pandemic could reshape
education. Sumber: https://www.weforum.org/agenda/2020/03/3-wayscoronavirus-is-

13
reshapingeducation-and-what-changesmight-be-here-to-stay/. Diakses pada tanggal 15
November 2020.

UNICEF, IRC, & WHO. 2020. Key Messages and Actions for COVID-19 Prevention
and Control in Schools. Sumber: https://www.who.int/docs/default-
source/coronaviruse/keymessages-and-actions-for-covid-19-prevention-and-control-in-
schoolsmarch-2020.pdf?sfvrsn=baf81d52_4.

https://djonews.com/mengenal-fitur-fungsi-keunggulan-serta-cara-menggunakan-
google-classroom/. Diakses pada tanggal 19 November 2020

https://www.merdeka.com/sumut/cara-menggunakan-google-classroom-kenali-fitur-
dan-fungsinya-kln.html?page=5. Diakses pada tanggal 19 November 2020

14

Anda mungkin juga menyukai