Anda di halaman 1dari 20

88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

URGENSI BELAJAR DALAM ALQURAN


Fawziah
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
e-mail:evafawziah@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa belajar dari segi teori dan tujuannya,
aspek moral dalam belajar, serta belajar dalam perspektif Alquran. Dengan
menggunakan metode kepustakaan, penelitian ini mengungkap bahwa
belajar merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia.
Belajar sudah harus dimulai dan dilakukan sejak anak masih dini. Dalam
Islam, wahyu pertama yang turun adalah Iqra, perintah untuk membaca
ayat-ayat Allah yang baik qauliyah maupun yang kauniyah. Tujuan belajar
dalam Islam agar bisa melaksanakan peran dan fungsinya, yaitu; sebagai
hamba Allah dan sebagai khalifatullah fil ardh Dalam Islam, hasil belajar
berupa ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari aspek moral. Moral
dan pengetahuan keduanya harus menjadi perilaku dalam keseharian.
Ada beberapa metode pembelajaran dalam Alquran yang bisa dipelajari
oleh manusia di antaranya melalui proses berpikir, meniru, dan melatih
(trial and eror). Sumber belajar dalam Alquran bisa didapatkan dalam
bentuk kisah kisah nabi, dialog-dialog, perumpamaan-perumpamaan,
dan lainnya. Itu semua merupakan bentuk dan sumber belajar yang bisa
digunakan oleh manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Pada
akhir tulisan ini disimpulkan bawah belajar merupakan aktifitas pikir (olah
otak) dan juga aktifitas fisik (perilaku) harus memiliki dampak terhadap
bertambanya pengetahuan dan pengalaman. Belajar tidak bisa dilepaskan
dari aspek moral karena dalam belajar ada nilai perilaku dan kebaikan
yang ditanamkan. Aspek moralitas dalam belajar menurut Islam sangat
penting karena semua ilmu pengetahuan pada hakekatnya milik Allah, dan
tujuan belajar bukan semata untuk mendapatkan ilmu, tapi juga untuk bisa
mendekatkan diri kepada Allah, mengabdi beribadah kepada-Nya, dan
untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi
Kata Kunci: belajar, moralitas, metode pembelajaran, Alquran, Islam.

ABSTRACT
This paper aims to analyze learning in terms of theory and objectives, moral
aspects in learning, and learning in the perspective of Islam. By using the

132 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

method of literature, this study reveals that learning is something that is


important in human life. Learning has to be started and done since the child is
still early. In Islam, the first revelation that comes down is Iqra, the command
to read the good verses of Allah qauliyah and the kauniyah. The purpose of
learning in Islam in order to carry out its roles and functions, namely; as a
servant of Allah and as khalifatullah fil ardh In Islam, learning outcomes in
the form of science can not be separated from the moral aspect. The morale
and knowledge of both must be behavioral in everyday life. There are several
methods of learning in the Qur’an that can be learned by humans through
the process of thinking, imitating, and training (trial and error). Sources of
learning in the Qur’an can be obtained in the form of stories of prophets,
dialogues, parables, and others. They are all forms and learning sources that
can be used by humans to gain knowledge. At the end of this paper, it is
concluded that learning is an activity of thought (as if the brain) and also
physical activity (behavior) must have an impact on the accumulation of
knowledge and experience. Learning can not be separated from the moral
aspect because in learning there are values of behavior and goodness that
is inculcated. The aspect of morality in learning according to Islam is very
important because all knowledge is essentially belonging to God, and the
purpose of learning is not merely to gain knowledge, but also to be able to
draw closer to God, to serve Him, and to perform the duties of His khalifah
face of the earth.
Keywords: learning, morality, learning methods, Alquran, Islam.

PENDAHULUAN oleh mereka yang mengendalikan


informasi dan pengetahuan baru.
enghadapi situasi peru-

M bahan yang semakin


cepat,
mengalami perkembangan se-
masyarakat
Untuk mengejar ketertinggalan,
manusia harus terus menerus
belajar dan mempelajari semua
hal baru yang berkembang di
cara terus-menerus. Sebuah
sekitarnya.
pengetahuan baru datang silih
berganti. Dari sisi nilai dan norma Belajar dalam Islam merupakan
sosial, norma dan nilai yang lama sesuatu yang sangat penting
masih ada, sudah muncul pula nilai- dan harus dilakukan secara terus
nilai baru yang akan menggantikan menerus (long live education for
nilai-nilai lama tersebut yang all), sejak dari buaian sampai
dianggap tidak relevan. Mereka masuk ke liang kubur. Bagi Islam,
yang tidak mengikuti dinamika belajar adalah hal yang wajib baik
perkembangan informasi dan ilmu laki-laki maupun perempuan,
pengetahuan, akan tergilas dan anak-anak maupun dewasa. Hal ini
tertinggal kemajuan zaman. Dunia menekankan betapa belajar sudah
masa depan hanya akan dikuasasi menjadi kebutuhan hidup. Belajar

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 133


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

juga tidak dibatasi pada formalitas teori dan tujuannya, aspek moral
(sekolah), tapi juga belajar secara dalam belajar, serta belajar dalam
nonformal melalui kursus, latihan, perspektif Alquran. Ada beberapa
pengalaman dan sebagainya. Islam definisi dan teori yang digunakan
juga mendorong kepada umatnya baik menurut kacamata barat
untuk belajar kepada siapapun maupun dalam perspektif Islam.
dan dari manapun, lintas agama, Tujuannya agar ada satu perspektif
serta lintas etnis dan budaya. yang lebih komprehensif dalam
Selama belajar itu membawa melihat persoalan belajar.
perkembangan kemajuan pada
ilmu pengetahuan, disitulah METODE
umatnya didorong untuk belajar.
Bahkan, Nabi Muhammad Saw. Metode yang digunakan pada
sendiri mendorong umatnya untuk penelitian ini adalah penelitian
belajar sampai ke negeri china kepustakaan (library research),
(uṭlub al ilma wa law bi al-ṣīn). yaitu serangkaian kegiatan yang
Dalam Alquran, ternyata berkenaan dengan metode
banyak ayat-ayat Alquran yang pengumpulan data pustaka.
mendorong dan mengajak umat Menurut Abdul Rahman Sholeh
Islam untuk melakukan aktifitas (2005: 63), “Penelitian kepustakaan
belajar terutama menggunakan (library research) ialah penelitian
akal dan berpikir dalam memahami yang mengunakan cara untuk
realitas proses perisitwa alam yang
terjadi. Semua ayat-ayat kebesaran mendapatkan data informasi
Allah tidak hanya yang terulis (teks), dengan menempatkan fasilitas
tapi juga yang tidak tertulis berupa yang ada di perpustakaan, seperti
alam dunia dan seisinya merupakan buku, majalah, dokumen, catatan
sumber ilmu pengetahuan. Mereka kisah-kisah sejarah, atau penelitian
yang mau menggunakan akal kepustakaan murni yang terkait
pikiran untuk merenungi dan dengan obyek penelitian”. Adapun
memikirkan proses pergantian dalam kaitannya dengan hal
siang dan malam, penciptaan ini, penulis paparkan prosedur
langit dan bumi akan mendorong
manusia itu untuk memperoleh penelitian yang tersusun sebagai
sumber pengetahuan yang pada berikut.
akhirnya mengantarkan mereka Penelitian ini merupakan
menjadi seorang intelektual (ulu studi mengenai keterkaitan antara
al-albāb). Di sisi lain, pengetahuan
isi kandungan Alquran yang
sebagai hasil proses belajar tidak
bisa dilepaskan dari aspek moral dikaitkan dengan pendapat para
karena pada dasarnya ilmu harus ahli tentang bagaimana urgensi
memiliki basis moral sehingga belajar dalam Alquran. Karena
tidak membawa kerusakan. yang diteliti adalah teks tertulis
Tulisan ini bertujuan untuk yang berupa korpus (data yang
menganalisis belajar dari segi dipakai sebagai sumber bahan

134 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

penelitian), maka pendekatan yang proses adaptasi atau penyesuaian


digunakan berdasarkan penelitian tingkah laku dan berlangsung
kepustakaan (library research). secara progresif. Progresif
Studi kepustakaan (library research) yang dimaksud adalah adanya
adalah serangkaian kegiatan perubahan ke arah yang lebih baik
(Muhibbin, 2017: 88).
yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, Skinner merumuskan adanya
membaca dan mencatat serta tiga kondisi, yaitu: (i) adanya
mengolah bahan penelitiannya. kesempatan atau peristiwa yang
menimbulkan proses belajar;
Ia merupakan suatu penelitian
(ii) respons si pelajar; dan (iii)
yang memanfaatkan sumber konsekuensi respons baik dan
perpustakaan untuk memperoleh buruk berupa hadiah atau
data penelitiannya. hukuman (reward or punishment).
Untuk menentukan apakah
PEMBAHASAN proses perubahan perilaku itu
menimbulkan pengaruh dari sisi
1. Belajar: Definisi, Teori dan kognitif atau tidak, menurut skinner
Tujuan guru harus harus memperhatikan
Belajar merupakan bagian dua hal penting, yaitu pemilihan
proses penting dalam sebuah stimulus dalam proses belajar
aktifitas pendidikan. Belajar anak, yaitu (i) pemilihan stimulus
sesungguhnya tidak hanya yang bersifat diskriminatif, dan (ii)
sekadar proses perubahan penggunaan penguatan (reinforce),
tingkah laku, seperti menghafal yaitu untuk memperkuat proses
atau mengumpulkan sebuah perubahan perilaku anak dalam
fakta, tapi juga juga melibatkan menghasilkan nilai kognitif (Sagala,
aspek kognitif (menghasilkan 2005:14).
pengetahuan). Menurut Muhibbin, Reinforcement atau penguat
proses perubahan yang hanya merupakan konsekuensi untuk
sekadar menghasilkan tingkah laku meningkatkan durasi sebuah
dan menimbulkan kematangan prilaku. Ada dua sifat penguat
tanpa melibatkan aspek kognitif (reinforce) yang bisa menguatkan
maka itu tidak dinamakan belajar perilaku, yaitu penguat positif dan
seperti keadaan gila, mabuk, lelah, negatif. Penguat positif bermakna
stres, jenuh dan lainnya (Muhibbin, adanya peningkatan frekuensi atau
2017:90). Pandangan ini sejalan durasi dari sebuah perilaku sebagai
dengan pendapat beberapa ahli akibat adanya penguatan. Contoh
yang mendefinisikan pengertian bagi guru, pertanyaan siswa atau
belajar yang mencakup fisik dan nilai ujian yang bagus bisa menjadi
kognitif dan dilakukan secara reinforce positif. Sedangkan
terus menerus. Seperti pandangan reinforce negatif, yaitu penguat
Skinner yang dikutip Barlow dalam yang tidak memberikan dampak
Educational Psychology: The untuk meningkatkan durasi
Teaching Learning Process yang perubahan, maka yang terjadi justru
mendefinisikan belajar sebagai

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 135


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

hanya proses pemindahan atau suatu perilaku, dan hukuman


penghindaran suatu peningkatan menurunkan terjadinya perilaku
stimuli. Reinforce justru menjadi (Suralaga, 2010:58-59).
penghambat bukan untuk
Sejalan dengan itu, Arthur T
menaikkan atau meningkatkan
Jersild dalam Saiful Sagala (2005),
durasi perubahan.
juga James O Whittaker dalam Saiful
Selanjutnya, hukuman Bahri (2015) mendefinisikan belajar
(punishment) sebagai konsekuensi sebagai upaya untuk memodifikasi
buruk terhadap perubahan perilaku melalui pengalaman dan
memiliki dua bentuk, yaitu pertama, pelatihan (modification of behaviour
presentation punishment yaitu through experience and training).
sebuah hukuman dalam bentuk Jadi menurutnya, proses belajar itu
mengurangi perilaku. Contoh: nilai akan membawa perubahan tingkah
ujian jelek, maka punishment-nya laku karena ia melalui proses
tidak boleh menonton televisi. berpengalaman dan pelatihan.
Hukuman ini akan memberikan Seorang anak yang sedang belajar,
efek atau dampak bagi anak akan terus menerus mengalami
untuk mendorong lebih rajin proses perubahan dari sisi tingkah
belajar sehingga dia terhindar laku melalui berpengalaman
dari hukuman. Kedua, removal berinteraksi dengan lingkungannya
punishment, yaitu memberikan (Sagala, 2010:12). Sedangkan
hukuman memindahkan sesuatu Wingkel, melengkapi pandangan
untuk mengurangi perilaku. Arthur TJ bahwa proses belajar
Contoh seorang siswa yang tidak tidak hanya sekadar proses
mengerjakan PR (pekerjaan rumah), interaksi dengan lingkungan
ia diminta menulis dua puluh melalui proses berpengalaman
halaman penuh yang berisi janji dan pelatihan, akan tetapi proses
untuk tidak melakukannya. Dalam belajar itu sendiri bersifat silent
hal ini, hukuman perilaku menulis (tidak kelihatan). Menurut Wingkel,
dua puluh halaman (punishment kegiatan belajar adalah kegiatan
presentation) di gunakan untuk mental yang tidak bisa disaksikan
mengurangi perilaku kebiasaan dan dinilai orang luar. Seseorang
tidak meengerjakan PR. tidak bisa menilai dan mengamati
proses bahwa seseorang sedang
Berdasarkan penguatan dan
belajar hanya dengan melihatnya
hukuman (reward and punishment),
dari luar semata. Proses belajar
dapat ditemukan adanya kemiripan
juga harus dilihat bagaimana
antara reinforcement negative dan
orang itu menampakkan hasil
punishment. Perbedaan antara
dan kemampuan yang diperoleh
keduanya, yaitu karena dalam
selama proses belajar (Wingkel,
reinforce negative, ada sesuatu
2014:58). Jadi, kalau Arthur T
yang ditambahkan atau diperoleh.
Jersild lebih melihat belajar dari
Sedangkan dalam punishment ada
sisi proses, maka Wingkel melihat
yang perubahan yang dikurangi
belajar dari sisi hasil dari proses
atau dihilangkan. Penguatan
berupa kemampuan baik aspek
negatif meningkatkan terjadinya
kognitif (pengetahuan) maupuan

136 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

behaviour (perubahan kearah lebih fungsional. Artinya perubahan


baik). yang terjadi dalam individu
bersifat terus menerus, tidak statis
Menurut Winkel, orang yang
serta berfungsi dan bermanfaat
belajar juga harus ada bekasnya
bagi lingkungan sosialnya atau
berupa perubahan perilaku dan
bermanfaat kelangsungan
pengetahuan. Proses perubahan
kehidupan berikutnya. (iii)
perilaku tanpa ada hasil yang
perubahan bersifat aktif dan positif.
baik dan tidak berdampak
Bersifat aktif artinya perubahan
terhadap aspek kogntif, tidak
individu terjadi karena atas inisiatif
dinamakan belajar. Di sini, Winkel
atau upaya individu itu sendiri.
selain menekankan proses
Bersifat positif, artinya perubahan
juga menekankan hasil berupa
itu membawa hasil yang lebih
perubahan dalam pengetahuan
baik ketimbang sebelumnya. (iv)
dan pengalaman. Bagi Winkel, ada
perubahan memiliki tujuan atau
empat perubahan yang dianggap
terarah. Artinya, perubahan yang
tidak menjadi bagian dari proses
terjadi memiliki tujuan yang akan
belajar, yaitu perubahan akibat
dicapai. Ada target atau sasaran
kelelahan fisik, perubahan akibat
yang lebih jelas dan terukur.
mengkonsumsi obat, perubahan
Misalnya orang belajar mengetik,
akibat penyakit parah atau
maka sasaran atau targetnya adalah
trauma fisik, dan perubahan
ia bisa mengetik secara lebih baik
akibat pertumbuhan fisik jasmani.
dan lebih cepat. Ukurannya jelas,
Keempat perubahan tersebut bukan
yaitu tidak ada kesalahan dalam
bagian dari proses belajar karena
hasil ketikan. (v) perubahan tidak
tidak menghasilkan perubahan
bersifat sementara. Dalam proses
pada sisi kognitif, yaitu tidak
belajar, maka perubahan yang
adanya pengetahuan baru, tidak
diharapkan bersifat tetap dan
menimbulkan perubahan kejiwaan
permanen, tidak hilang begitu saja
baru, dan tidak mempengaruhi
ketika proses belajar selesai. (vi)
perubaha tingkah laku (Djamarah,
perubahan mencakup keseluruhan
2015:14).
aspek tingkah laku. Misalnya,
Ada 6 (enam) ciri-ciri sebuah seorang anak yang belajar naik
perubahan termasuk kategori sepeda. Maka hasil perubahannya
belajar, yaitu: (i) perubahan tidak semata anak menjadi lebih
yang dilakukan secara sadar. mahir bermain sepeda, tapi juga
Artinya, individu yang melakukan memahami dan mengerti cara
perubahan itu menyadari kerja sepeda, jenis-jenis sepeda,
bahwa dirinya telah mengalami pengetahuan tentang alat sepeda,
perubahan melalui proses belajar. cita cita untuk memiliki sepeda, dan
Misalnya, ia menyadari bahwa kebiasaan membersihkan sepeda
dirinya menjadi tambah pintar, dan lainnya (Djamarah, 2015:16).
tambah pengetahuan, tambah
Beberapa pendapat lain juga
pengalaman, tambah keterampilan,
hampir serupa seperti pendapat
serta ada perubahan sikap dan
Cronbach dalam Educational
perilaku. (ii) perubahannya bersifat
Psychology dalam Suryabrata

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 137


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

(2007) yang mendefeinisikan luar. Melalui dua percobaan terlihat,


belajar sebagai proses perubahan kucing lapar akan memperlihakan
perilaku yang menghasilkan reaksi berupa upaya untuk keluar
sebuah pengalaman (learning is dari kotak dengan cara mencakar
shown by change in behaviour as atau menggigi palang penutup. Ia
a result of experience). Sedangkan melakukannya berkali-kali dengan
Harold Spears menyatakan berbagai cara, hingga tanpa
bahwa belajar adalah proses sengaja ia menginjak palang yang
mengamati, membaca, meniru, kemudian bisa membuka pintu
mencoba sesuatu, mendengar penutup kotak. Pada percobaan
dan mengikuti secara langsung berikutnya, kucing itu kembali di
(learning is t observe, to read, masukkan kotak dan ia kembali
to imitative, to try something melakuan hal yang sama untuk
themselves, to listen dan follow bisa keluar. Pada percobaan ketiga,
direction). Beberapa pendapat di sudah mulai berkurang gerakan
atas intinya menyimpulkan bahwa kucing karena ia sudah mulai
belajar sebagai sebuah proses tahu pijakan yang harus diinjak
perubahan perilaku, dilakukan sehingga bisa memudahkan untuk
dengan sengaja dan ada kecakapan keluar. Untuk kucing dalam kondisi
atau pengetahuan baru yang kenyang, ia tidak berupaya untuk
didapatkan (Sumadi, 2007:232). keluar karena tidak berhubungan
dengan kebutuhannya (tidak lapar).
Adapun teori-teori belajar
yang biasa digunakan dalam Berdasarkan percobaan itu,
melihat sebuah proses belajar, di Edward Thorndike menyimpulkan
antaranya Teori Koneksionisme bahwa proses belajar terjadi jika
Edward Thorndike, Teori Belajar respons mengandung efek tertentu
Sosial Kogntifi, Teori Asosisasi dari terhadap lingkungan. Prinisip teori
Sarbond. Teori Koneksionisme koneksionisme melihat hukum
yang dikembangkan oleh efek (effect law). Jika efeknya baik
Edward Thorndike (1879-1949) dan menyenangkan, maka proses
seorang psikolog dari Amerika. Ia belajar terjadi dengan baik dan
merupakan psikolog pertama yang menyenangkan. Jika respons tidak
melakukan eksperimen belajar baik dan tidak menyenangkan,
pada seekor hewan yaitu kucing, maka proses belajar menjadi
yang kemudian dibukukan dalam melemah. Pandangan
karyanya yang terkenal Animal Thorndike disebut dengan teori
Inteligence ( Kecerdasan Hewan). koneksionsime karena ia mencoba
Ia melakukan uji coba terhadap menghubungkan dan mengaitkan
kucing yang dimasukkan ke kotak antara Stimulus and Respons (SR).
dalam kondisi lapar. Lalu, di sisi Jika asosiasi antara S dan R tepat,
lain ia juga memasukkan kucing akan menghasilan proses belajar
dalam kondisi kenyang ke kotak. yang kuat. Namun sebaliknya,
Kemudian, eksperimen kedua asosiasi S dan R tidak tepat, maka
tentang makanan. Terhadap kucing proess belajar akan melemah. Hal
yang lapar dan dimasukkan dalam ini terjadi sebagai konsekuensi
kotak, ia meletakkan makanan di tindakan organisme.

138 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

Selain menghasilkan hukum conditioning, stimulus itu


dampak (law of effect), teori memang dibuat secara sengaja
koneksionisme juga menghasilkan untuk menimbulkan respons
dua hukum yang lain, yaitu: (i) secara refleks. Sisi kelemahan,
Hukum kesiapan ( law of readiness), pendekatan koneksionisme lebih
jika respons atas stimulus didukung mengedepankan pendekatan
oleh kesiapan (readiness) untuk mekanistik, kaku dan agak formal.
bereaksi atau bertindak, maka Respons muncul jika terjadi
hasilnya menjadi lebih memuaskan. stimulus. Akibatnya, kurang
(ii) Hukum latihan (law of exercise) ada kepekaan senstifitas karena
dalam arti jika S dan R lebih sering selalu mengandalkan stimulus
dipraktikkan atau digunakan, untuk menimbulkan respons.
maka hubungan itu akan semakin Koneksionisme juga lebih
kuat. Untuk itu perlu ada reward mengedepankan pembelajaran
terhadap S dan R yang dianggap yang terpusat kepada guru (teacher
berhasil (Suralaga, 2010:52-53). oriented), sehingga membuat
siswa menjadi lebih pasif serta
Teori koneksionisme
lebih mengedepankan materi,
Thorndike melalui uji coba kepada
sedangkan anak didik perlu banyak
hewan, juga memiliki kemiripan
dimasukkan materi pengetahuan
dengan teori conditioning yang
baru sehingga anak menjadi
dikembangkan oleh Ivan Pavlov
lebih punya banyak pengetahuan
melalui penelitiannya, yaitu uji
(intelektualistik).
coba kepada hewan anjing. Teori ini
sebut conditioning (pengkondisian) Demikian juga dengan teori
karena memang perilaku diciptakan condisioning sama dengan teori
atau dikondisikan sebelumya. koneksionisme, juga memiliki
Misalnya, orang yang sedang beberapa kelemahan, yaitu
berkendara motor, akan berhenti adanya perbedaan antara yang
ketika lampu lalu lintas berwarna di laboratorium dengan keadaan
merah dan akan berjalan ketika yang sebenarnya, antara das
sudah berwarna hijau. Untuk ibu- sein (idealitas) dengan das sollen
ibu hamil yang mengidam buah- (realitas) tidak sama. Subyektifitas
buahan, mereka akan otomatis individu pribadi (interes,
keluar air liurnya ketika melihat kepentingan, cita cita, minat emosi)
buah-buah asam. Keluar air liur dapat mempengaruhi proses dan
ini terjadi secara reflekss, tidak hasil eksperimen. Respons yang
sengaja atau terjadi karena refleks muncul juga sangat mungkin
secara bersyarat. Jadi, kondisi ini dipengaruhi oleh stimulus yang
diciptakan sebagai syarat untuk mungkin tidak dikenal atau tidak
memunculkan sebuah refleks direncanakan dulu. Ada beberapa
(Djamarah, 2015:26). hal proses belajar yang tidak
mungkin bisa dijelaskan dengan
Kedua teori di atas memiliki
hanya menggunakan pendekatan
kesamaan, yaitu sama-sama
teori kondisi karena persoalan
mengandalkan stimulus dan
belajar terlalu kompleks (Djamarah,
respons (SR). Dalam teori
2015:27).

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 139


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

Selanjutnya, teori belajar Kedua, perilaku mempengaruhi


sosial kognitif yang dikembangkan kognisi. Artinya, proses perilaku
oleh Albert Bandura. Teori ini belajar yang membuatnya dapat
termasuk bagian dari teori perilaku memperoleh pengetahuan baru.
(behaviour theory). Teori ini juga Ketiga, lingkungan mempengaruhi
dikenal dengan nama teori belajar perilaku. Sekolah tempat siswa
pengamatan (observational belajar mengembangkan program
learning). Prinsip utama dalam percontohan untuk mendukung
teori ini adalah (i) siswa belajar keterampilan belajar yang bisa
melalui pengamatan terhadap membantu siswa dalam membuat
orang lain. (ii) belajar merupakan catatan, mengelola waktu, dan
proses internal, tidak selalu terlihat mengerjakan ujian. Keempat,
malah terkadang terefleksikan perilaku mempengarui lingkungan.
oleh perilaku siswa. Orang luar Perilaku siswa yang mengalami
mungkin tidak bisa mengamati proses perubahan berdampak
dan menilai seseorang sedang terhadap kondisi lingkungan
melakukan belajar, tapi hal itu bisa sekitarnya. Kelima, kognisi
diketahui melalui perilaku anak mempengaruhi lingkungan.
yang memperlihatkan adanya Temuan-temuan dalam bidang
perubahan dari sisi pengetahuan pengetahuan bisa digunakan
dan kemampuan. (iii) perilaku untuk merubah dan memperbaiki
diarahkan untuk mencapai sebuah kondisi lingkungan sekitar. Keenam,
tujuan. lingkungan mempengaruhi
kognisi. Kondisi lingkugan sekolah
Pandangan teori ini
tempat siswa belajar dapat
berangkat dari sebuah hipotesis
menjadi sumber pengetahuan
bahwa perilaku, lingkungan
bagi siswa dalam mempelajari
serta kejadian-kejadian internal
sebuah pengetahuan baru baik
yang terjadi pada pembelajar,
sosial humaniora maupun eksakta
mempengaruhi persepsi dan aksi
(Suralaga, 2005:65-66).
yang merupakan hubungan saling
berpengaruh. Artinya, lingkungan Berdasarkan pandangan
sosial menjadi bagian penting dari beberapa ahli tentang teori belajar,
proses perubahan terhadap kognisi dapat disimpulkan bahwa belajar
seseorang. Pandangan pada teori bukan semata proses fikiran atau
ini menimbulkan apa yang disebut kerja otak, tapi juga kerja yang
sebagai determinisme resiprokal sifatnya non otak namun bukan
(ketergantungan yang saling kerja fisik, yaitu membentuk sebuah
mempengaruhi). Ada 6 (enam) perilaku melalui pembiasaan,
determinisme resiprokal dalam pelatihan untuk membentuk
sebuah proses belajar, yaitu pertama, sebuah pengetahuan sebagai
kognisi yang mempengaruhi tujuan dari belajar.
perilaku. Contohnya, siswa
Selanjutnya untuk melihat
berpikir merumuskan sebuah
tujuan belajar, menurut Winkel,
strategi (strategi kognisi) dalam
belajar untuk menghasilkan
menyelesaikan masalah dalam
perubahan dalam pengetahuan,
bentuk perubahan tingkah laku.

140 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

pemahaman, keterampilan, nilai proses belajar. Moral tidak hanya


dan sikap yang bersifat secara penting bagi pendidik (guru),
relative konstan dan berbekas tapi juga penting bagi anak didik
(Wingkel, 2014:59). (siswa). Keduanya (guru dan
siswa) juga harus sama-sama
2. Aspek Moral dalam Belajar
mengedepankan moralitas dalam
Belajar tidak sekadar transfer belajar. Menurut Thomas Lickona
ilmu pengetahuan, atau sekadar dalam bukunya Education for
perubahan perilaku sebelum Character How Our Schools Can
dan sesudah proses. Akan tetapi, Teach Respect and Responssibility
belajar juga harus memperhatikan menyatakan bahwa pendidikan
sisi etika dan moralitas. Dalam nilai-nilai moral perlu ditanamkan
belajar, etika dan moral harus selalu kepada siswa dalam proses belajar.
menjadi panduan dan tuntunan. Alasannya, pendidikan memiliki
Etika dan moralitas dalam belajar dua tujuan sekaligus, yaitu cerdas
merupakan sesuatu yang tidak dan perilaku berbudi (Lickona,
terpisah. Proses belajar sebagian 1991:7). Pandangan Thomas
bagian dari pendidikan tidak Lickona ini memiliki relevansi terkait
hanya mendidik anak untuk pintar dengan kondisi dan situasi dengan
(kognisi) tapi juga agar anak didik kehidupan anak-anak pelajar
menjadi lebih beretika, bermoral, di Kota New York yang identik
dan berakhlak. Proses belajar yang dengan tindakan kekerasan, tidak
hanya mengedepankan kecerdasan bermoral, vandalisme dan lainnya.
intelektual (pengetahuan)
Urgensi moralitas dalam
tapi mengabaikan kecerdasan
pendidikan tidak lepas dari kondisi
emosional (akhlak/moral), maka
dunia pelajar saat ini yang rentan
proses belajar tersebut masih belum
dengan tindakan dan aksi-aksi
utuh, hanya sebagian saja. UU No.
kekerasan. Menurunnya gejala
20 Tahun 2003 tentang Sistem
moralitas dalam dunia pendidikan,
Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menurut Thomas Lickona tidak
juga menegaskan bahwa tujuan
lepas dari perkembangan dunia
pendidikan adalah untuk mencetak
barat yang sejak tahun 1960-an
manusia selain berilmu juga
telah mucul dan mulai merebak
beriman, bertakwa, dan berakhlak
sikap individualisme, yaitu: berupa
mulia. Hal ini menegaskan bahwa
penghargaan, penghormatan
pendidikan tidak bisa dilepaskan
dan kewenangan terhadap hak-
antara kecerdasan intelektual dan
hak yang bersifat individual.
kecerdasan emosional.
Termasuk subyektifitas dan rasa
Urgensi moral sangat memiliki yang lebih individualis.
ditekankan karena misi utama Ada beberapa tren negatif
diutusnya Nabi Muhammad Saw. yang terjadi di kalangan remaja
Adalah untuk menyempurnakan sehingga perlunya penanaman
akhlak yang mulia (innamā bu‘ithtu moralitas dalam proses pengajaran
li utammima makārim al akhlāq). di antaranya banyaknya tindak
Sangat jelas sekali bahwa akhlak kekerasan/anarki pelajar seperti
dan moral sangat penting dalam tawuran, fenomena narkoba pelajar,

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 141


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

tindakan bullying, kriminalitas moral, pengetahuan nilai moral,


pelajar, kematangan seksual yang penentuan perspektif moral,
terlalu dini dan penyimpangannya, pemikiran moral, pengambilan
serta penggunaan bahasa yang keputusan, dan pengetahuan
tidak sopan dan lainnya (Lickona, pribadi. Pengetahuan moral
1991:23). diperoleh melalui proses
pembelajaran dan pengajaran baik
Urgensi moral dalam proses
di sekolah maupun di lingkungan
pengajaran karena masa usia
keluarga dan masyarakat. Perasaan
psikologis anak ketika dalam
moral (moral feeling) mencakup hati
proses pembelajaran berada pada
nurani, harga diri, empati, mencintai
masa transisi saat ia sudah mulai
hal yang baik, kendali diri dan
meningggalkan masa kanak-kanak
kerendahan hati. Perasaan moral
masuk masa remaja. Masa transisi
berasal dari subyektifitas individu
biasanya akan diikuti dengan
sebagai akibat dari pengetahuan
proses menuju kematangan secara
moral yang dimilikinya. Adapun
emosi. Di sinilah seorang anak
tindakan atau perilaku moral
terkadang memiliki kegamangan,
(moral action or moral behaviour)
mudah terpengaruh, dan mudah
mencakup kompetensi, keinginan,
meniru hal-hal yang kurang
dan kebiasaan. Tindakan moral ini
baik di lingkungan sekitarnya.
merupakan hasil atau output dari
Lawrence Kohlbergh membagi 3
pengetahuan moral dan perasaan
(tiga) tahap perkembangan moral
moral yang dimilikinya. Seseorang
pada anak, yaitu pra konvensional,
akan memiliki tindakan bermoral
konvensional, dan pasca
jika ia memiliki pengetahuan moral
konvensional. Penanaman moral
dan perasaan moral (Lickona,
anak pada usia prakonvensional,
1991:84-85).
yaitu sekitar usia kanak-kanak, tentu
perbeda intervensi pendekatan Dalam pandangan Thomas
moral untuk anak-anak usia pasca Lickona, ada dua nilai pendidikan
konvensional (usia 13 tahun). Hal moral dasar yang wajib ada perlu
ini karena usia pasca konvensional ditanamkan kepada anak dalam
saat anak menjadi lebih mandiri proses pendidikan di sekolah, yaitu
dan otonom dalam menentukan sikap hormat dan bertanggung
dan merumuskn nilai moral anak jawab. Rasa hormat berarti
(Nida, 2013). menunjukkan sikap penghargaan
terhadap diri sendiri, orang
Menurut Thomas Lickona,
lain maupun lingkungan sosial
ada tiga komponen yang harus
yang saling menjaga satu sama
terpenuhi dalam pendidikan moral
lain. Adapun sikap tanggung
di sekolah, yaitu pengetahuan
jawab sebagai kelanjutan dari
tentang moral (moral knowing),
rasa hormat, yaitu setelah kita
perasaan moral (moral feeling),
menghargai dan menghormati
dan tindakan atau perilaku yang
mereka, maka selanjutnya adalah
bermoral (moral action or moral
kita bertanggung jawab untuk
behaviour). Pengetauan moral
memberikan perhatian dan
mencakup pentingnya kesadaran
kepedulian dalam arti positif untuk

142 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

saling melindungi satu sama lain. Pendidik dan peserta didik harus
Rasa tanggung jawab berarti aktif sama-sama mengedepankan
memberikan respons terhadap apa dan memiliki nilai moral dalam
yang mereka ingin. proses belajar. Moral tidak hanya
menjadi materi yang diajarkan,
Urgensi kedua nilai moral
tapi moral juga harus menjadi ruh,
tersebut (rasa hormat dan
habitus, dan nilai yang melekat
tanggung jawab) diberikan
dalam semua perilaku siswa
kepada anak didik di sekolah,
dan guru. Beberapa nilai moral
alasannya karena kedua nilai
yang perlu dimiliki oleh peserta
tersebut mewakili dasar moralitas
didik di antaranya berperilaku
yang berlaku secara universal,
sopan terhadap guru baik ucapan
baik sebagai individu maupun
maupun tingkah laku selama di
sebagai bagian warga masyarakat.
kelas maupun di luar kelas, fokus
Kedua nilai moral tersebut sangat
memperhatikan materi pelajaran
diperlukan dengan alasan untuk
yang diajarkan guru, menaati
pengembangan jiwa yang sehat,
semua perintah dan larangan guru,
kepedulian akan hubungan
mengamalkan ilmu yang didapat
personal, untuk mewujudkan
dari guru, tidak meremehkan dan
sebuah masyarakat yang humanis
merendahkan guru dihadapan
dan demokratis, serta dunia yang
orang lain. Sedangkan nilai moral
adil dan damai.
yang perlu dimiliki oleh pendidik
Di samping itu, Thomas (guru) di antaranya guru harus
Lickona tidak mengabaikan nilai bertindak sesuai normal agama,
moral lainnya. Menurutnya, nilai- sosial dan budaya yang berlaku.
nilai moral lain seperti kejujuran, Guru juga harus berakhlak dan bisa
keadilan, toleransi, kebijaksanaan, menjadi teladan bagi muridnya,
kedisiplinan juga penting untuk harus bisa mengontrol dan
diajarkan kepada anak didik. mengendalikan emosinya tidak
Sedangkan nilai moral lainnya melakukan tindakan bullying atau
selain dua hal di atas adalah sikap kekerasan yang mengakibatkan
kejujuran, keadilan, toleransi, gangguan fisik dan psikis. Guru
kebijaksaan dan kedisiplinan, dan juga harus menampilkan diri
lainnya (Lickona, 1991:74). Nilai- sebagai sosok yang stabil tidak
nilai tersebut juga sangat penting emosional, berwibawa, arif,
untuk diajarkan dan menjadi bijaksana, bertanggungj awab dan
bagian tidak terpisahkan dari dua menjunjung tinggi kode etik guru
nilai aspek moral utama yang (Marzuki, 2013).
pertama di atas; rasa hormat dan
3. Belajar dalam Perspektif
tanggung jawab. Jika kedua sikap
Alquran
tersebut ada, maka nilai moral
lainnya akan mengikutinya. Wahyu pertama yang
diturunkan Allah kepada Nabi
Aspek moral dalam belajar
Muhammad adalah perintah
tidak hanya dimiliki oleh peserta
membaca (iqra’). Allah tidak
didik (murid) tapi juga harus
memerintahkan manusia
dimiliki oleh pendidik (guru).

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 143


َ َ‫ َخل‬١ ‫ك َّٱ�ِي َخلَ َق‬ َ َّ ۡ َۡۡ
‫ـق‬ ِ �‫ٱقرأ بِٱس ِم ر‬
ۡ ۡ ۡ
َ ‫ ٱق‬٢ ‫ِـن َعلَـق‬
88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis
َ ٰ َ �‫ٱ‬
‫ـرأ َو َر ُّ�ـك‬ ٍ
ۡ ‫�� َن م‬
ِ
َ َ ۡ َّ
َ ‫ ٱ�ِي َع َّل‬٣ ‫� َر ُم‬ ۡ ۡ َ
٤ ‫ـم بِـٱلقل ِم‬ �‫ٱ‬
dalam wahyu pertamanya
untuk menyembah-Nya. Hal ini
َ َ ۡ َ َّ َ
٥ ‫�� َن َما ل ۡم َ� ۡعل ۡم‬ ٰ َ �‫ٱ‬
memperlihatkan betapa aktifitas
intelektual, yaitu kegiatan
pembelajaran lebih penting dan
ِ ‫ع لم‬
ketimbang kegiatan ibadah.
Alasannya karena dari kegiatan “Bacalah dengan menyebut nama
intelektual, yaitu membaca akan Tuhan-mu yang terlah menciptakan.
didapat banyak pengetahuan Dia yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Rabb-
karena membaca sebagai
Mu ُ adalah
َّYang َ َّ ُ yang
ٓ َ ۡ Maha َ ۡ َ َ Pemurah.
َ ‫َو َع َّلـ‬
jendela ilmu pengetahuan, akan
‫هـــا �ـــم‬telah َ
� ‫ســـماء‬mengajarkanmu �‫ــم َءادم ٱ‬
memberikan informasi berbagai
َ َ َ apa َ yang
dengan kalam. Dia telah َ َ iamengajari
َ َ ۡ tidak ۡ ‫ـــه‬ َ ََ
ُketahui”.
ٰٓ
macam pengetahuan termasuk
pengetahuan tentang agama, ‫ـــال‬
manusia‫ق‬� ‫ة‬
ِ ‫ـــ‬‫ك‬ ِ �� ‫م‬ ‫ٱل‬ � ‫م‬ ‫ض‬ ‫عر‬
ٓ َ dengan َ ٓ َ ۡ َ aktifitasَ
(Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
yang didalamnya berisikan tentang
ُ Jadi,
ۡ‫نـتم‬ ُ ُ ٰٓ
hukum-hukum, sejarah, kisah- ‫ُو� بِأسماءِ �ـؤ�ءِ إِن ك‬ ِ ฀ٔ‫�ب‬ ِ ‫أ‬
َ ‫ َ� ع ِۡل‬sesungguhnya
َ َ ٰ َ ۡ ُ ْ ُ َ Allahَ telah
kisah, aturan soal ibadah dan intelektualitas yaitu membaca,
َ
‫م‬ ‫ك‬ ‫�ن‬banyak‫ قالوا سب‬hal ٣١ di�ِdunia �‫� ٰ ِد‬
lainnya. maka
mengajarkan
Istilah Iqra’ yang bermakna
ۡ َ َ yang َ َّ ٓ awalnya َّ َ َ tidak َّ ٓ َ
ُdiketahui َ ‫ا عل ۡم َت َنا ۖ إِنك‬menjadi ‫�َا إِ� م‬
ini hal-hal
bacalah, sebuah kata perintah
‫أنـت ٱلعل ِـيم‬manusia,
lebih َ banyak yang diketahui.
yang berarti wajib. Artinya Allah
mewajibkan kepada seluruh
‫م‬ ‫ه‬ ۡ ‫اد ُم أ�بـ‬
ُ ‫ـئ‬ َ ٔ َ ٰٓ َ َ َ (iqra’)ُ yang
‫ـ‬‫ـ‬ � ‫ـال‬ ‫ـ‬‫ق‬ ٣٢ ‫ـيم‬ ‫ـ‬ ‫ك‬ِ �‫ٱ‬َۡ
manusia untuk Iqra’, membaca Perintah
ِ dengan nama ketuhanan
membaca
tidak hanya yang tertulis (qawliyah) dikaitkan
ۡ‫ـما�هم‬ ٓ َ ُ َ َ َbermakna
َ ‫ ۡس‬rabbika) ٓ َّ َ َ ۡ ٓ agar َ ۡ َ
‫ـأهم بِأ‬ ‫ فلمـا أ�ب‬terhadap ۖ‫بِأسما� ِ ِهم‬
(bismi
tapi juga yang tidak tertulis berupa
ِِ
pembacaan manusia
ۡ َ ٓ konteks ُ َ ۡ َ harusَ َ َ
fenomena alam (kawniyah) berupa
َ ‫ـم َ� ۡي‬
fenomena
ُ َ‫ل‬ilmu ّ pengetahuan
ۡ� ُ َّ ketuhanan,
‫ـب‬ ‫� أع‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ل‬� ‫قال‬
kejadian, perisitiwa, kisah-kisah
dan seluruh alam jagat raya dibaca dalam
yaitu untuk َ mendekatkan
ِِ
َ ۡ menambah
َ ُ ۡ ُ َ Allah ُ َ‫ َوأ ۡعل‬Swt,
diri
‫ت َو‬ َ َ َّ
ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬
merupakan ayat-ayat Allah yang
perlu dilakukan Iqra’, membaca ‫ون‬
kepada
keimanan ‫د‬ ‫ب‬ � ‫ا‬‫م‬ ‫م‬ ِ
dan �‫ٱ‬ketakwaan.
‫�ض‬
َ ۡ َ ۡ ُ ُ ilmu
‫ُت ُمون‬Islam ‫َو َما‬
dan menganalisa, mempelajari
Inilah hakikat mempelajari
sehingga kita bisa mendapatkan
ilmu pengetahuan di dalamnya. pengetahuan ٣٣dalam �‫م ت‬agar ‫ كنت‬kita
Allah menyuruh manusia untuk semakin beriman, dekat kepada
membaca semua tanda tanda Tuhan, bukan malah sebaliknya
kekuasaanya merupakan sebuah menjauhkan dari Tuhan.
ilmu pengetahuan yang sangat Hal ini karena pada hakekatnya
besar. Semuanya harus dibaca, Allah-lah yang tetap Maha Berkuasa,
dipelajari, dipahami dalam konteks Maha Pandai karena Allah-lah
ketuhanan. Firman Allah: yang menciptakan kita manusia.
َ‫ َخلَـق‬١ ‫ك َّٱ�ِي َخلَ َق‬ َ َّ ۡ َۡۡ َّ َ ۡ َ
Ayat diatas yang memerintahkan
َّ �‫ٱ‬ۡ ُ
ِ �‫ٱقرأ بِٱس ِم ر‬ kepada kita untuk membaca �ِ‫�ــس إ‬�‫ٱ‬
ِ ‫و‬ ‫ــن‬ ِ ‫قــت‬
َ ۡ ۡ َ َ ۡ َ َٰ ۡ dalam konteks Ketuhanan
‫ـرأ َو َر ُّ�ـك‬َ ‫ٱق‬ ٢ ‫ـق‬ ٍ ‫ٱ���ن مِـن عل‬ ِ
(bismi rabbika) yang kemudian
٥٦
َ
dilanjutkan dengan penjelasan
َ َ ۡ َ َّ َ َّ ۡ ۡ
٤ ‫ ٱ�ِي علـم بِـٱلقل ِم‬٣ ‫ٱ�� َر ُم‬
bahwa Allah-lah yang menciptakan

ۡ َ‫�� َن َما ل َ ۡم َ� ۡعل‬ ٰ َ ۡ َ َّ َ


٥ ‫م‬
144 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember �‫ٱ‬
ِ ‫م‬2018
‫عل‬

َ ۡ ‫ك إ َّ� َر‬
َ ‫� ٗة ّل ِ ۡل َ�ٰلَم‬ َ
١٠٧ � ِ ِ ٰ�
ُ ‫أنـت ۡٱل َعل‬ َ َّ ٓ َّ َ ٓ َ
‫ِـيم‬ َ ‫�َا إِ� َما عل ۡم َت َنا ۖ إِنك‬
ُ‫ـئهم‬ ۡ ‫اد ُم أَ�بـ‬ َ َٔ ٰٓ َ َ َ
‫ قــال �ــ‬٣٢ ‫كــيم‬ ُ َ ۡ
ِ ِ �‫ٱ‬
ۡ‫ـمآ�هم‬ َ َ َ ‫بأ َ ۡس َمآ�ه ۡمۖ فَلَ َّمـا ٓ أ‬
َ
Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77
َ ‫�بـأ ُهم بأ ۡس‬
ِِ ِ ِِ ِ
َ َ َ
manusia dari segumpal darah dan
mengajarkan manusia banyak hal ‫ـب‬ َ ‫ـم َ� ۡي‬ ُ َ‫� أ ۡعل‬ ٓ ّ ِ ِ ‫� ۡم إ‬ ُ َّ ُ ۡ َ َ َ
‫قال �لم أقل ل‬
َ ُ َۡ َ َ ۡ َ َ َّ
‫�ض َوأعل ُم َما � ۡب ُدون‬ ِ �‫ت َوٱ‬ ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬
yang sebelumnya tidak diketahi,
bermakna bahwa agar manusia
َ ۡ َ ُ ُ ََ
tetap menyadari kekurangan dan
kelemahan dirinya, karena masih
adanya Dzat yang lebih besar
٣٣ ‫نت ۡم ت� ُت ُمون‬ ‫وما ك‬
dan lebih berkuasa dari dirinya.
Tujuannya agar manusia yang “Dan Dia mengajarkan kepada
belajar ilmu pengetahuan (iqra’) adam seluruh nama-nama,
tidak lupa akan Tuhannya, sadar kemudian Dia mengemukakan
akan keterbatasan dan kekurangan kepada para malaikat seraya
dirinya sehingga dia harus berfirman,’ beritahukanlah kepada-
berendah hati dan tidak sombong Ku nama-nama ini semua sekiranya
dengan ilmu yang dimilikinya karna kalian benar. Para malaikat berkata,
pada hakekatnya ilmu manusiaۡ itu “Mahasuci engkau kami tidak
َ َ
َ‫ـق‬sangat َّ َ ّ َ ۡ ilmu
َ َ‫ٱ�ِي َخل‬ ۡ
َ ‫ٱق‬ memiliki pengetahuan selain َّ apa َ ۡ ‫ــن َو‬ َّ �‫ٱ‬ ۡ ُ
‫ل‬ ‫خ‬ ١ ‫ق‬
sedikit,
‫ك‬ � ‫ر‬
sedangkan
Allah sangat banyak. ِ ‫م‬
ِ ‫ٱس‬ِ ‫ب‬ ‫أ‬‫ر‬ yang telah engkau ajarkan�kepadaِ ‫ٱ��ــس إ‬ِ ِ ‫ت‬
ۡ ۡ
َ ُّ َ Menurut َ َ Najati ۡ kami. Sesungguhnya engkau
‫ـك‬ � ‫ر‬ َ
‫و‬ ‫أ‬ َ ‫ ٱق‬٢Ustman
‫ـر‬ ‫ـق‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ِـن‬ ٰ َ �‫ٱ‬
ۡ ‫ َن م‬dalam
�� ِ Maha Tahu lagi Maha Bijaksana. ٥٦
ٍ dalam Alquran,
َ Allah berfirman, “Hai Adam,
bukunya Psikologi
َ َ ۡ َ َّ َ bahwa َّ ۡ ۡ
٣ ‫ َر ُم‬sudah
menyebutkan dalam beritahukanlah kepada mereka
‫ بِـٱلقل ِم‬proses
٤Alquran ‫ٱ�ِي علـم‬ belajar ��‫ٱ‬ ikhwal nama-nama tersebut”.
dilakukan manusia
ۡ َ ۡ َ ۡ َ َdalamَ ۡ َ َّ َ
َ proses Ketika Adam memberitahukan
٥ ‫ٱ���ن ما لم �علم‬
hidup kesehariannya. ٰ ِ ‫ع لم‬
Pengajaran kepada para Malaikat nama-nama
tersebut dilakukan oleh Allah Swt. tersebut, Allah berfirman,”Bukankah
َ ۡ ‫ك إ َّ� َر‬
َ ‫� ٗة ّل ِ ۡل َ�ٰلَم‬
kepada hamba-Nya yang bernama sudah aku katakan kepadamu,
Adam AS, tatkala diusir oleh Allah
Swt dari surga dan diturunkan ke
sesungguhnya Aku
١٠٧
Mengetahui hal-hal yang gaib yang
� ِ
Maha
ِ
bumi. Dalam surat al-Baqarah, ayat ada di langit dan di bumi. Aku pun

َ ‫اد َم ۡٱ�َ ۡسـ‬


31-33 disebutkan: mengetahui segala apa yang kalian
َّ ‫ــما ٓ َء ُ�َّ َهـــا ُ�ـ‬
‫ــم‬
َ َ َ َّ َ َ
‫وعلـــم ء‬
tampakkan dan segala apa yang
kalian sembunnyikan.”
َ ََ َ ٰٓ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ
‫��ِكـــةِ �قـــال‬ ‫عرضـــهم � ٱلم‬ Ayat ini menjelaskan bahwa

ُ ٰٓ َ ِ ٓ َ ۡ َ َ
manusia pertama kali belajar

‫نـت ۡم‬ ُ ‫ـؤ َ�ٓءِ إن ُك‬ � ‫ء‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫أ‬ ‫ب‬ �‫ُو‬ ٔ ฀
tentang bahasa. Dalam ayat di atas
ِ ِ ِ ِ ‫أ‬ ‫�ب‬ diterangkan Allah Swt. mengajarkan
ۡ َ َ َ ُۡ ْ ُ َ َ �‫َ� ٰ ِد‬
‫�ٰ َنك � عِل َم‬
kepada Adam beberapa nama-
‫ قالوا سب‬٣١ �ِ nama bahasa, kata-kata yang

ُ‫نـت ۡٱل َعل ِـيم‬ َ َ‫ك أ‬ َ َّ ٓ َ َ ۡ َّ َ َ َّ ٓ َ َ


melambangkan beberapa konsep
‫�ا إِ� ما علمتنا ۖ إِن‬
tertentu. Itulah sebabnya dalam
ayat di atas disebutkan “dan Dia
ُ‫ـئهم‬ ۡ ‫اد ُم أَ�بـ‬ َ ٔ َ ٰٓ َ َ َ
‫ قــال �ــ‬٣٢ ‫كــيم‬ ُ َ ۡ mengajarkan kepada Adam seluruh
ِ ِ �‫ٱ‬ nama-nama”. Seluruh nama-

ۡ‫ـمآ�هم‬ َ
َ ‫�بـأ ُهم بأ ۡس‬ َ َ ‫بأ َ ۡس َمآ�ه ۡمۖ فَلَ َّمـا ٓ أ‬
َ nama yang dimaksud adalah Allah
ِِ ِ ِِ ِ
mengajari Adam nama-nama
َ َ َ
‫ـب‬ َ ‫ـم َ� ۡي‬ ُ َ‫� أ ۡعل‬ ٓ ّ ِ ِ ‫� ۡم إ‬ ُ َّ ُ ۡ َ َ َ
‫قال �لم أقل ل‬
َ ُ َۡ َ َ ۡ َ َ َّ
‫�ض َوأعل ُم َما � ۡب ُدون‬ ِ �‫ت َوٱ‬
Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 145
ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬
َ ُُۡ َ ُۡ ُ ََ
88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

yang melambangkan konsep- memang pada awalnya manusia


konsep (Najati, 2005:254). Melalui pada fase awal kehidupannya
keunggulan dan kemampuan belajar dari hasil meniru orang
menguasai bahasa (konsep- lain. Alquran menceritakan
konsep) inilah yang akhirnya bagaimana proses manusia belajar
membuat Adam menjadi lebih dengan meniru dari kasus Qabil
unggul dibandingkan makhluk anak Nabi Adam. Qabil ketika itu
lainnya sehingga Allah menyuruh belajar meniru perilaku burung
kepada semua malaikat untuk sujud gagak yang menggali tanah untuk
menyembah Adam. Atas alasan menguburkan bangkai burung
itulah kemudian Allah mengangkat gagak yang mati setelah habis
Adam sebagai khalifah di muka bertarung dengannya. Qabil
bumi. mengamati apa yang dilakukan
burung gagak tersebut dan
Dengan demikian, belajar
kemudian menirunya. Melalui hasil
dalam Alquran menduduki porsi
mengamati dan meniru inilah,
dan posisi yang sangat penting.
Qabil bisa belajar mendapatkan
Jadi, belajar adalah fondasi dasar
ilmu pengetahuan baru, yakni
dari ilmu pengetahuan. Belajar
cara membuat liang lahat untuk
tidak hanya di kelas, tidak hanya
menguburkan saudaranya (Q.S.. Al-
membaca buku tapi juga belajar
Mā’idah, ayat: 31).
bisa di mana saja dan kapan
saja karena pada hakekatnya Ada banyak ayat-ayat Alquran
semua proses yang dijalani yang menekankan pentingnya
dalam kehidupan manusia adalah manusia supaya meneladani,
belajar. Kehidupan manusia pada meniru, dan mengikuti apa yang
dasarnya adalah universitas ilmu orang lain lakukan atau ajarkan.
pengetahuan jika benar-benar Bahkan Rasulullah Saw. sendiri
mau mengambil manfaatnya. merupakan suri tauladan yang
Alam dan lingkungan sekitar di wajib dan layak ditiru oleh umatnya
mana kita hidup, tinggal, dan (uswatun ḥasanah). Termasuk
berinteraksi merupakan ayat-ayat dalam hal ini adalah gerakan dan
ilmu pengetahuan (ayat kawniyah) tata cara nabi melakukan ibadah
yang perlu kita ambil hikmah dan salat, agar ditiru dan dipedomani
pelajaran di dalamnya. Semuanya oleh umatnya.
bertujuan sebagai bekal manusia
Kedua, belajar melalui proses
dalam rangka menjadi Abdullah
pengalaman trial and eror. Artinya
(hamba Allah) untuk menyembah
dalam prose belajar, tidak sekadar
dan beribadah kepada-Nya, serta
teori atau baca buku, tapi juga
dalam rangka menjadi khalifatullah
perlu praktik lapangan. Jika
(wakil Allah di muka bumi).
terjadi kesalahan atau kekeliruan,
Utsman Najati juga itu hal biasa untuk kemudian
menjelaskan adanya 3 (tiga) model bisa dijadikan bahan evaluasi
atau bentuk belajar dalam Alquran. dalam pembelajaran agar tidak
Pertama, meniru (imitation). Proses mengulang kesalahan yang sama.
meniru dalam belajar karena Nabi Muhammad Saw. bahkan

146 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

memberikan kebebasan kepada al-Islāmiyah wa Asālibuha


umatnya untuk banyak melakukan menjelaskan bahwa tujuan belajar
percobaan trial and eror dalam dalam Islam adalah sesuai dengan
urusan-urusan keduniawian. Hal tujuan diciptakannya manusia di
ini karena doktrin ajaran agama muka bumi, yaitu untuk beribadah
dalam kitab suci tidak semuanya kepada Allah. Sebagaimana
memberikan penjelasan detil pada dijelaskan dalam surat Ad-Dzariyat

ۡ ‫ٱق َرأۡ ب‬
soal-soal urusan duniawi. Nabi ayat 56:
َ َ َّ َ ۡ َّ َ ۡ َ َّ ۡ ُ ۡ َ َ
‫ ِم َر ّ�ِك ٱ�ِي خل َق‬a‘lamu ََ
Muhammad bersabda, ”antum
‫ٱس‬ ِ bi umūri dunyākum (kamu �ِ‫�ــس إ‬�‫ٱ‬
ِ ‫ٱ�ــن و‬
ِ ‫ومــا خلقــت‬
ۡ َ َ ۡ kehidupan َ ۡ ُُۡ
lebih tahu urusan dunia). Alasannya,
َ
‫ ٱقـ‬٢ ‫ـق‬ ٍ ‫مِـن عل‬sehingga ‫ٱ���ن‬ٰ ِ
dunia sangat dinamis,
ِ ‫ِ�َعبد‬
٥٦ ‫ون‬
َّ َ َّ
َ ‫ ٱ�ِي عل‬٣ ‫ٱ�� َر ُم‬ ۡ َ ۡ
manusia diberikan
‫ـم بِـ‬
kebebasan untuk menentukannya. Dan tidaklah aku ciptakan jin dan
Islam hanya memberikan rambu- manusia kecuali untuk beribadah
َ َ ۡ َ َّ َ pedoman, yaitu sepanjang
٥ ‫�� َن َما ل ۡم َ� ۡعل ۡم‬ ٰ َ hal
rambu kepada-Ku.
�‫ٱ‬
ِ itu ‫علم‬tidak bertentangan dengan
hukum-hukum Allah yang lain. Makna ibadah tidak semata
Ketiga, belajar melalui
aktifitas ritual salat lima waktu,
akan َ tetapi ٗ َ ۡ َ َّ ibadah
َ ٰ َ ۡ ّ makna ۡ َََٓ
َ ٰ َ ۡ َ adalah
proses berpikir. Belajar adalah ١٠٧ � ‫م‬
ِ
keseluruhan‫ل‬ � ‫ل‬ ِ ‫ل‬ ‫ة‬ � ‫ر‬ �
aktifitas ‫إ‬ ‫ك‬ � ‫ل‬
ِ kehidupan‫س‬ ‫ر‬ ‫وما أ‬
proses mendayagunakan dan yang dijalani manusia yang
memaksimalkan kemampuan
َّ ُ َ ٓ َ ۡ ۡ َ َ َ berpikir. َ intelektual
َ َّ َ َ Aktifitas berpikir aktifitas
otaknya melalui
mampu mendekatkan diri dan
membawa ketundukan kepada-
‫وعلـــم ءادم ٱ�ســـماء �ه‬ seperti Nya (An-Nahlwai, 1989: 162). Jadi,
َ ٰٓ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ akanَ َ َ mendorong munculnya
berdialog, bertanya, berkonsulltasi tujuan akhir pendidikan dalam
‫��ِكـــة‬ ‫ـــهم � ٱلم‬ ‫عرض‬pengetahuan yang baru. Islam adalah untuk merealisasikan
َ
ٓ َ ُ ٰٓ َ ٓ َ ۡ Banyak َ ayat-ayat Alquran yang
ilmu ibadah baik dalam konteks individu
‫ بِأسماءِ �ـؤ�ءِ إ‬mendorong �‫ُو‬ ِ ฀ ٔ‫�ب‬
ِ ‫ أ‬kepada umatnya untuk
maupun kemasyarakatan dalam
kehidupan sosial umat manusia.
َ ٰ َ ۡ ُ ْ ُ َ َ
senantiasa
ٰ َ
bepikir dan berpikir. Ilmu sebagai hasil proses belajar
‫ قالوا سب�نك‬٣١ ketika �ِ�‫ � ِد‬menjelaskan
Seringkali ayat-ayat Alquran yang didapatkan dalam semua
َ‫ك أَنـت‬ َ َّ ٓ َ َ ۡ َّ َ kejadian َّ ٓ َ alam, proses penciptaan
fenomena aktifitas harus bermakna dan
‫ �َا إِ� َم‬cerita terhadap kisah-
‫ا علمتنا ۖ إِن‬manusia, bernilai ibadah, yakni mendekatkan

َ ٰٓ َ َ َ َ ۡ seruan-seruan intelektual,
diri kepada Allah, membawa kita
‫�ــَٔادم‬ ُkisah masa lalu selalu diakhiri
‫ قــال‬٣٢ ‫ـيم‬ ‫كـ‬ ِ �‫ٱ‬
kepada sikap rendah hati karena
dengan adanya sebuah kesadaran bahwa
ُ َ َ َ ٓ َّ َ َ ۡ berpikir ٓ َ ۡ َ seperti
mengajak manusia untuk selalu ilmu yang kita dapatkan dari
‫مۖ فلمـا أ�بـأهم بِأ‬ta‘qilūn, ‫ بِأسما� ِ ِه‬afalā tatafakkarūn, ungkapan afalā
afalā
Allah ini masih sangat sedikit. Ada
َ ۡ َ ٓ ّ ۡ ُ َّ ُ َ tatadhakkarūn. ۡ ََ َ َ Tujuannya agar
banyak ilmu Allah di luar sana
‫أقل ل�م إ ِ ِ� أعلـ‬manusia ‫ قال �لم‬bisa mengambil intisari yang masih belum kita ketahui

َ ۡ ََ َ ۡ َ َ َ َّ sehingga tidak ada alasan untuk


ُ
pengetahuan dari sebuah peristiwa
‫�ض وأعلم م‬ ِ �‫ت وٱ‬ ِ ٰ ��‫ٱلس‬
atau ٰ kejadian (Najati, 2005:258).
tetap menyombongkan diri kepada
sesama manusia.
َ ۡ َ ُ ُ Abdurrahman
‫ َو َما كنت‬bukunya Uṣūl al-Tarbiyat
٣٣ ‫ ۡم ت� ُت ُمون‬dalam
an-Nahlawi Belajar, selain bertujuan
mewujudkan misi manusia

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 147


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

sebagai Abdullah (hamba Allah ditanamkan sejak dini.


untuk menyembah dan beribadah
Pandangan Imam Ghazali
kepada Allah) dan khalīfat Allah fi
tentang tujuan pendidikan sangat
al-Arḍ (wakil Allah dimuka bumi),
bersifat sufistik. Al-Ghazali sangat
َّ َ dan ۡ ُ Islam
ۡ َ َّ tujuan
juga harus mampu mewujudkan
ۡ َ َ yang
‫َو َمــا‬
menekankan pentingnya hati
�ِ‫ٱ��ــس إ‬ ‫ٱ�ــن‬ِ ‫ــت‬
ِ ‫و‬kebaikan ‫خلق‬
cita-cita
dalam tujuan pendidikan yaitu
membawa bagi seluruh
untuk mendekatkan diri kepada
‫ِ�َ ۡع ُب‬
‫ ُد‬Nabi
alam semesta. Hal ini sesuai dengan
٥٦ ‫ون‬
Allah. Tujuan pendidikan semata
visi kerasulan sejak zaman
Adam alaihissalam sampai dengan
ِ untuk mencari ridha Allah, bukan
untuk mencari materi, kedudukan
Nabi Muhammad Saw. yaitu
dan jabatan. Tujuan belajar yang
mewujudkan ajaran Islam yang
bukan untuk mencari ridha Allah,
rahmatan lil alamin (membawa
hanya akan menimbulkan rasa
kebaikan universal dan kebaikan
dengki, iri hati, kebencian dan
bagi seluruh alam semesta).
َ ٰ َ ۡ ّ ٗ َ ۡ َ َّ َ َ ۡ َ ۡ َ ٓ َ َ
permusuhan. Rumusan yang
َ
١٠٧ �‫وما أرسل�ٰك إِ� ر�ة ل ِل�ل ِم‬
sangat sufistik ini berangkat dari
pandangan Al-Ghazali dalam
melihat dunia. Menurutnya,
Dan tidaklah kami mengutusmu dunia ini bukanlah tujuan tapi
(wahai Muhammad) melainkan hanya transit semata. Dunia tidak
agar engkau menjadi rahmat bagi kekal, hanya sementara sebagai
alam semesta (Q.S. Al-Anbiyā’:107) tempat transit kita untuk menuju
Imam al-Ghazali, salah keabadian yaitu alam akhirat.
seorang ulama sufi terkemuka Meski demikian bukan berarti Al-
dalam kitabnya yang terkenal Ihya Ghazali menafikan adanya dunia.
Ulumiddin mengemukakan bahwa Tidak sama sekali. Al-Ghazali hanya
belajar sangat penting dalam Islam. menekankan bahwa dunia hanya
Islam mengajarkan pentingnya sebagai alat, bukan tujuan akhir
belajar sejak masak kanak kanak. (Nata, 2005:213).
Lingkungan sosialah yang selama Sebagai perwujudan
ini banyak memberikan warna tujuan tersebut, Imam Ghazali
dan pengaruh dalam membentuk mensyaratkan beberapa kriteria
karakter anak ketika dewasa kelak. tertentu yang harus dimiliki oleh
Menurut Imam Ghazali, sesuai seorang pendidik (guru) harus
dengan Hadis Rasulullah bahwa seorang yang memiliki rasa cinta
seorang anak pada dasarnya dalam dalam mengajar, tidak terlalu
kondisi fitrah (suci), keluarga dan mengharapkan imbalan materi,
lingkunganlah yang akan banyak kalaupun mengharap upah maka
berpengaruh memberikan warna itu bukan tujuan utama dan
ketika dewasa kelak apakah ia pertama. Guru juga harus bisa
akan menjadi Yahudi, Nasrani atau menjadi contoh atau teladan
Majusi. Oleh sebab itu, proses bagi muridnya. Dalam mengajar,
pendidikan melalui pembiasaan guru juga harus memperhatikan
pembelajaran terhadap nilai-nilai perkembangan kemampuan
kebaikan, perlu diajarkan dan intelektual muridnya. Guru juga

148 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

harus mampu memberikan motivasi amsal (perumpamaan) dengan


dan dorongan semangat belajar menggunakan perumpamaan
kepada muridnya. Sedangkan untuk nama hewan seperti nyamuk untuk
muridnya, al-Ghazali mensyaratkan (Q.S. al-Baqarah; 26), laba-laba
perlunya murid memiliki nilai untuk perumpamaan orang yang
moralitas dalam belajar (rendah mengambil pelindung selain Allah
hati, sungguh sungguh, saling yaitu sangat rapuh kayak sarang
menyayangi sesama murid). Murid laba-laba (Q.S. Al-‘Ankabūt: 41),
juga tidak hanya mempelajari satu lalat untuk perumpamaan terhadap
ilmu pengetahuan saja, tapi ilmu orang yang menyeru selain Allah
yang lain. tidak ada kekuasaan menciptakan
mahkluk sejenis lalat meskipun kecil
Ada banyak metode pendidikan
sekalipun (Q.S. Al-Ḥajj; 73), keledai/
dalam Islam yang baik yang
khimār untuk perumpamaan orang
terdapat dalam Alquran maupun
yang membawa kitab tapi tidak
Hadits yang bisa diterapkan untuk
pernah membacanya sehingga
mendapatkan ilmu pengetahuan
tetap bodoh (Q.S. Al-Jumu‘ah ayat
dalam rangka kita untuk beribadah
5) dan beberapa contoh lainnya.
kepada Allah, melaksanakan
tugas tugas sebagai wakil Allah di Keempat; belajar dengan
muka bumi (khalifatullah fil ardh), model contoh atau keteladanan.
maupun untuk mencapai ridha Seperti contoh keteladanan Nabi
Allah (mardhatilah). An-Nahlawi Ayyub atas segala cobaan yang
mencatat ada 7 metode pendidkan dideritanya, keteladanan atas
dalam Alquran yaitu; Pertama; Nabi Yunus yang harus dimakan
metode ḥiwār (percakapan) Qurani ikan, Keteladanan Nabi Ibrahim
dan Nabawi, dimana Alquran banya yang harus dihukum dibakar
menggunakan bentuk bentuk karena mempertahankan prinsip
dialog atau percakapan seperti keimanan. Kelima.; belajar dengan
yang terjadi pada kisah kisah nabi model latihan dan pengamalan.
sebelum Muhammad dan juga Belajar dengan model ini misalnya
pada zaman Nabi Muhammad tentang ayat ayat perintah
Saw., baik yang sifatnya deskriptif, melakukan amar makruf nahi
qiṣāṣī (kisah-kisah), jadalī (debat mungkar, maka itu tidak cukup
atau dialektis). Seperti Debat Nabi hanya dengan membaca tapi
Ibrahim yang berdebat dengan juga perlu praktik. Keenam;
kaumnya soal penghancuran pelajaran dan nasehat (‘ibrah wa
berhala, dialog Nabi Musa dalam al-maw‘iḍah) yaitu perintah agar
Mencari Tuhannya, dan lainnya. kita mampu mengambil ibrah dan
Model ḥiwāri ini memiliki banyak pelajaran dari semua kisah, cerita,
pesan pesan yang bisa langsung pengalaman yang terjadi di masa
diserap oleh pembacanya. Kedua; lalu untuk dijadikan pelajaran di
mendidk dengan kisah kisah Qurani masa sekarang. Tujuannya agar
dan Nabawi, seperti kisah Nabi tidak mengulang kejadian dulu
Yusuf, Kisah Nabi Ibrahim, Kisah pada masa sekarang. Ketujuh;
Nabi Luth, Kisah Nabi Adam dan belajar melalui kabar gembira dan
lainnya. Ketiga; mendidik dengan kabar ketakutan/ ancaman (targhīb

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 149


88 Andragogi Jurnal Diklat Teknis

wa al-tarhīb). Alquran seringkali Moral menjadi penting dalam


menggunakan kalimat targhīb dan proses pembelajaran tidak
tarhīb, kabar gembira dan harapan hanya bagi murid tapi juga
seperti janji surga, kesenangan, bagi guru
kenikmatan akhirat berupa janji
c) Aspek moralitas dalam
kehidupan surga, bidadari yang
belajar menurut Alquran
cantik, keindahan surga dengan
sangat penting karena semua
sungai sungai yang mengalir
ilmu pengetahuan pada
di dalamnya yang itu semua
hakekatnya milik Allah, dan
dijanjikan untuk mereka yang
tujuan belajar bukan semata
beriman dan bertakwa. Sedangkan
untuk mendapatkan ilmu, tapi
tarhīb berupa kabar ketakutan,
juga untuk bisa mendekatkan
ancaman, siksa neraka dan hal hal
diri kepada Allah, mengabdi
menakutkan lainnya untuk mereka
beribadah kepada-Nya, dan
yang melanggar aturan Allah, tidak
untuk melaksanakan tugas
beriman atau kafir terhadap ayat
sebagai khalifah-Nya di muka
ayat Allah (An-Nahlawi, 1989:282).
bumi
PENUTUP d) Menurut Alquran, belajar
merupakan tugas pokok dan
1. Simpulan kewajiban setiap muslim, baik
Berdasarkan uraian di atas, laki-laki maupun perempuan.
ada beberapa hal yang bisa Belajar dalam Islam
disimpulkan, yaitu: berlangsung sepanjang waktu
sejak dalam buaian sampai
a) Belajar sebagai aktifitas pikir masuk kubur.
(olah otak) dan juga aktifitas
fisik (perilaku) harus memiliki e) Wahyu pertama dalam
dampak terhadap bertambanya Alquran adalah Iqra’ (bacalah)
pengetahuan dan pengalaman. yaitu perintah manusia untuk
Perilaku yang tidak membawa membaca ayat ayat Allah yang
perubahan kearah yang baik tekstual (qawliyah) maupun
dan tidak mengandung unsur yang kontekstual (kawniyah).
nilai pengetahuan, tidak f) Urgensi belajar dalam Alquran
dsebut belajar akan tetapi juga ditegaskan melalui proses
cuma kebiasaan biasa atau pengajaran Allah kepada Nabi
aktifitas fisik yang tidak bernilai Adam AS melalui pembelajaran
belajar. Proses belajar yang bahasa, untuk mengenal
menghasilkan pengetahuan konsep dan nama nama yang
didapatkan dari pelatihan dan ada sehingga Adam menjadi
pengalaman. manusia yang lebih unggul
b) Belajar tidak bisa dilepaskan ketimbang dan sempurna
dari aspek moral karena dalam ketimbang makhluk Allah
belajar ada nilai nilai perilaku lainnya ( jin dan malaikat).
dan kebaikan yang ditanamkan.

150 8 Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018


Andragogi Jurnal Diklat Teknis 77

2. Saran kita sepanjang hayat. Melalui kajian


penelitian ini penulis harapkan
Melalui hasil penelitian ini,
ada peneliti-peneliti lain yang
dapat disarankan pada setiap
dapat menggali lebih dalam lagi
individu bahwasanya dalam
tentang keilmuan yang sehingga
kehidupan ini tidak ada kata
menemukan teori motivasi belajar
berhenti untuk belajar. Belajar
yang baru untuk memperkaya
hendaknya menjadi rutinitas hidup
khasanah literasi.

DAFTAR PUSTAKA
An-Nahlwai, Abdurrahman. 1989. Prinsip Prinsip dan Metode Pendidikan
Islam: Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Bandung: CV
Diponegoro
Djamarah, Saiful Bahri. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta.
Lickona, Thomas. 1991. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta:
Bumi Aksara.
Marzuki. 2013. (Makalah) Etika Moral dalam Pembelajaran. FIS, UNY
Nida, Fatma Laila Khairun. 2013. Intervensi Perkembangan Teori Moral
Lawrence Kohlbergh Dalam Dinamika Pendidikan Karakter, Jurnal
Eduakasi, Penelitian Pendidikan Islam STAIN Kudus
Najati, Muhammad Utsman. 2005. Psikologi dalam Alquran: Terapi Qurani
dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan. Bandung: Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media
Pratama
Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sholeh, Abdul Rahman. 2005. Pendidikan Agama dan Pengembangn untuk
Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala, Saiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suralaga, Fadhilah. 2010. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Lemlit UIN Syarif
Hidayatullah.
Wingkel, W.S. 2014. Psikologi Pengajaran: Yogyakarta: Sketsa.
Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Volume: VI No. 2 Juli – Desember 2018 7 151

Anda mungkin juga menyukai