Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2012 Vol.

14 (1)
ISSN 1907-1760

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Pesisir Selatan

Business Development Strategies of Beefcattle in Pesisir Selatan

A. Suresti dan R. Wati

Fakultas Peternakan Universitas Andalas


Kampus Unand Limau Manis Padang, 25163
e-mail: amnareres@yahoo.com
(Diterima: 12 Agustus 2011; Disetujui: 23 Januari 2013)

ABSTRACT
The main objectives of this research were identifying internal and external factors in developing
beefcattle and giving to determined strategies for the developing beefcattle implemented in Pesisir Selatan.
A survey was conducted in 6 sub distric in Pesisir Selatan and the sampling technique used was purposive
sampling. The data were analized using Internal Factor Evaluation (IFE), External factor Evaluation (EFE)
and SWOT. The result showed that strategy that could be implemented in developing beefcattle was
optimalization land function, increasing the beefcattle population, integrated farming areas, increasing
agriculture production,giving better servicer on financial institutional for society optimalization.

Keywords : strategi, beefcattle, SWOT, IFE, EFE

PENDAHULUAN Sebagai salah satu Kabupaten di


Sumatera Barat memiliki jumlah populasi
Pengembangan usaha ternak ditujukan yang cukup besar, ini dibuktikan dengan total
untuk meningkatkan ketahanan pangan dan populasi sapi potong Kabupaten Pesisir
peningkatan daya beli masyarakat melalui Selatan pada tahun 2009 adalah 91.778 ekor,
perbaikan pendapatan. Agar dapat mencapai yang dipelihara oleh rumah tangga peternak
tujuan tersebut strategi yang dipakai adalah sebanyak 33.579 tahun 2009. Jumlah ini
meningkatkan partisipasi masyarakat secara menunjukan Kabupaten Pesisir Selatan se-
aktif, mendorong investasi usaha ternak di bagai kabupaten dengan total populasi urutan
pedesaan serta pemberdayaan masyarakat terbanyak di Propinsi Sumatera Barat se-
petani-ternak (Sudaryanto dan Jamal, 2000). hingga menjadi salah satu daerah basis sapi
Untuk mengatasi masalah permodalan bagi potong Sumatera Barat.
masyarakat petani, pemerintah telah meng- Sebagai salah satu daerah basis sapi
implementasikan model pemberdayaan ma- potong di Sumatera Barat, Kabupaten Pesisir
syarakat petani ± ternak melalui program Selatan memiliki jumlah pemotongan sapi
Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat potong sebanyak 6.479 ekor pada tahun 2009.
(BPLM) (Yuwono et al., 2006). Pada Umumnya pemotongan meningkat pada
Kabupaten Pesisir Selatan yang bulan Idul Fitri sebanyak 291 ekor. Dan pada
merupakan salah satu sentra produksi sapi bulan Idul Adha sebanyak 2.236 ekor. Dari
potong di Sumatera Barat, memiliki distribusi perbandingan tersebut memang terlihat bahwa
persentase pada PDRB-nya dari tahun 2007 jumlah populasi jauh lebih tinggi dari tingkat
dan 2008 sebesar 3,38% dan 3,35%. Hal ini pemotongan. Sedangkan produksi daging di
menunjukkan bahwa peternakan di pesisir Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009
selatan memberikan sumbangan yang semakin sebanyak 1.255.980 kg dan konsumsi daging
lama semakin sedikit, sementara kita punya sapi 10.466.001 kg. Gap yang jauh antara
potensi untuk pengembangan usaha peter- produksi dan konsumsi menunjukkan suatu
nakan ini jika ditinjau dari segi sumber daya hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
manusia, dan sumber daya alam. daerah untuk mencari upaya bagaimana
strategi usaha pengembangan peternakan sapi

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 249
Vol. 14 (1)

potong di Kabupaten ini guna untuk me- usaha pokok para peternak masih terbentur
menuhi permintaan. pada permasalahan manajemen dan per-
Usaha peternakan merupakan suatu modalan, untuk meningkatkan volume usaha,
keterpaduan antara manajemen produksi para peternak memerlukan tambahan biaya
dengan manajemen keuangan, dimana ma- yang relatif besar.
najemen produksi melihat tentang pemakaian Disamping itu masyarakat yang tinggal
input dan output. Bila semakin efektif dan didaerah terpencil kurang mengetahui in-
efesien peternak dalam menjalankan hal formasi pasar produk-produk peternakan.
tersebut maka semakin besar keuntungan yang Kurangnya informasi menyebabkan ternak
diperoleh dan semakin kuat posisinya untuk budidaya ternak tidak berkembang. Produksi
berkompetisi di pasar serta tercapainya tujuan ternak yang dihasilkan suatu daerah hanya
usaha. Didalam mengelola usaha efesiensi dapat mensuplai pasar-pasar didaerah yang
sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersangkutan maupun pasar daerah terdekat.
namun hal ini mungkin saja bisa gagal karena Berdasarkan permasalahan diatas, maka
strategi utamanya tidak tepat. Perumusan tujuan penelitian ini adalah untuk :
strategi yang tepat bagi suatu usaha dapat 1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan
dilakukan dengan memantau lingkungan usaha peternakan secara internal dan
melalui teknik-teknik analisa lingkungan yang eksternal di Kabupaten Pesisir selatan
dapat menentukan dimana posisi usaha 2. Merumuskan strategi pengembangan
berada, dan apa saja yang menjadi kekuatan, usaha sapi potong di Kabupaten Pesisir
kelemahan, peluang dan ancaman yang Selatan.
dihadapi peternakan sapi potong di Kabupaten
Pesisir Selatan ini sehingga dapat meng- METODE
antisipasi semua permasalahan. Untuk itu
perlu suatu konsep yang terukur dan terarah Lokasi, Waktu, Data dan Sampel Penelitian
untuk menetapkan strategi dalam rangka
mengembangkan usaha peternakan sapi Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
potong di Kabupaten Pesisir Selatan. Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat.
Secara Umum program pengembangan Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara
usaha peternakan di Kabupaten Pesisir Selatan purposive (sengaja) dengan pertimbangan,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan bahwa di Kabupaten Pesisir Selatan sektor
asal ternak, meningkatkan mutu genetik, pertanian merupakan ciri dominan per-
populasi dan produksi daging sehingga ekonomian. Kondisi geografi dan sumberdaya
mampu menyediakan protein hewani asal alamnya mendukung kegiatan sektor ini,
ternak untuk memenuhi kebutuhan daerah dan dalam menghadapi pelaksanaan otonomi
daerah tetangga. Beberapa upaya telah daerah kegiatan sektor pertanian merupakan
dilakukan oleh pemerintah setempat dalam salah satu sektor yang diprioritaskan untuk
meningkatkan populasi dengan menggunakan meningkatkan pendapatan masyarakat di
teknologi, namun sampai saat ini usaha pedesaaan.
tersebut belum dapat memenuhi tingkat
kesejahteraan peternak jika kita lihat dari Pengumpulan Data
pendapatan yang diterima oleh peternak. Hal
ini terlihat dari kemampuan budidaya sapi Pengumpulan data dilakukan dengan
potong yang sebagian besar masih dilakukan menggunakan metode survey. Metode survey
sebagai tipe usaha sambilan dengan sistem adalah metode mengumpulkan informasi dari
pemeliharaan yang sangat sederhana dan sebagian sampel untuk mewakili seluruh
terpencar-pencar. Skala kepemilikan baru populasi (Singarimbun dan Effendi, 1989).
mencapai 1 sampai 3 ekor setiap petani. Untuk Metode ini dipilih karena dinilai lebih tepat
meningkatkan struktur usaha menjadi cabang dan mampu mengumpulkan informasi yang

250 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)

lebih dalam dari para peternak yang menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
responden penelitian ini. Para responden akan
diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk Sumber Daya Manusia
daftar pertanyaan (kuesioner) yang nantinya
akan dipandu oleh tenaga pencacah (sur- Elastisitas kesempatan kerja di sektor
veyor). peternakan di Pesisir Selatan ini dapat
Data yang akan digunakan dalam dihitung dengan membandingkan perubahan
penelitian ini adalah data primer dan data struktur dan laju pertumbuhan kesempatan
sekunder sesuai dengan kebutuhan penelitian. kerja di sektor peternakan dengan perubahan
Data primer digunakan untuk mengidentifikasi strktur dan laju pertumbuhan ekonomi. Dari
usaha peternakan sapi potong dan penggunaan hasil penelitian Suresti (2010) dapat diketahui
sumberdaya ditingkat peternak. Sementara itu bahwa elastisitas kesempatan kerja sektor
data sekunder diperoleh dari literatur, BPS, peternakan di pesisir selatan sebesar 0,24
Dinas peternakan dan instansi terkait lainnya. artinya jika terjadi kenaikan PDRB sebesar
1% maka elastisitas kesempatan kerja sektor
Populasi dan Sampel Penelitian peternakan akan meningkat sebesar 0,24 atau
sebaliknya. Dari nilai elastisitas yang didapat,
Populasi dalam penelitian sebanyak 10 kita bisa menghitung laju pertumbuhan ke-
orang yang dipilih secara porposive (sengaja) sempatan kerja sektor peternakan dengan
dan meliputi : menggunakan perkalian nilai elastisitas
1. Birokrasi yang terdiri dari : dengan laju pertumbuhan sektor peternakan
a. Dinas peternakan Provinsi 2 orang atas dasar harga konstan 2000 (PDRB sub
b.Dinas peternakan kabupaten Pesisir Selatan sektor peternakan atas dasar harga konstan
2 orang 2000), didapatkan nilai laju pertumbuhan
2. Akademisi yang terdiri dari : Dosen sebanyak kesempatan kerja sektor peternakan sebesar
1 orang 3,65. Dari nilai laju pertumbuhan kerja
3. Pelaku (peternak) sebanyak 5 orang nantinya bisa juga memproyeksikan besarnya
kesempatan kerja pada tahun berikutnya
Metode Analisis Data dengan asumsi menggunakan laju per-
tumbuhan nilai sektor peternakan atas dasar
Untuk menjawab tujuan penelitian maka harga konstan tahun 2000 dan memakai angka
metoda dan data yang digunakan dalam kesempatan kerja sektor peternakan tahun
penelitian ini adalah sebagai berikut : 2000 sebagai kesempatan kerja dasar, hasilnya
x Analisis internal dilakukan untuk mem- seperti tabel diatas.
peroleh faktor kekuatan yang dapat Berdasarkan hasil survey tentang penye-
dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang rapan tenaga kerja untuk pemeliharaan ternak
harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dapat diketahui bahwa rata-rata peternak
dengan menggunakan matrix IFE (internal memiliki ternak sapi sebanyak 4 ekor dengan
factor evaluation) dengan langkah sebagai curahan waktu untuk pemeliharaannya se-
berikut (David, 2002). banyak 3 jam dalam satu hari. Ini berarti satu
x Analisis eksternal ini menggunakan matriks ekor ternak hanya membutuhkan waktu 0,75
EFE (External Factor Evaluation) dengan jam/ekor/hari untuk pemeliharaannyan yang
langkah-langkah berikut (David, 2002). meliputi kegiatan menyabit rumput, mem-
x Untuk menentukan alternatif strategi bersihkan kandang, memandikan sapi dan
pengembangan usaha sapi potong di memberi makan. Dari sini dapat kita hitung
Kabupaten Pesisir Selatan digunakan seorang pekerja yang biasanya bekerja 8 jam
analisis faktor internal dan eksternal yang dalam satu hari bila jam kerjanya di
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan alokasikan untuk pemeliharaan sapi, maka
metode analisis SWOT . pekerja itu bisa memelihara 10 ekor sapi

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 251
Vol. 14 (1)

dalam satu hari kerja. Jadi dari total populasi Sumber daya ternak
yang ada di Pesisir Selatan ini sebesar 116.860
ST bisa menyerap tenaga kerja lebih kurang Jumlah populasi ternak memperlihatkan
sebanyak 11.686 orang. peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan
Tingkat pendidikan peternak di Kabu- data tahun 2010, terlihat bahwa jumlah ternak
paten Pesisir Selatan sebesar 20,2% menye- sapi potong di Kabupaten ini adalah 93.581
lesaikan pendidikan formalnya. Peternak yang ekor.
tidak tamat Sekolah Dasar/sederajat sebesar Populasi ternak sapi potong di
5% dan peternak yang melanjutkan ke Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2005 ± 2010
perguruan tinggi sebesar 12,1%. Sedangkan mengalami peningkatan, dapat dilihat pada
sisanya 62,9% peternak tidak tamat SD, Tabel 1. Dari tabel ini terlihat bahwa populasi
35,36% hanya sampai tingkat SD dan 27,28% sapi potong di kabupaten Pesisir Selatan selalu
hanya menyelesaikan hingga tingkat SLTP. mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Hal ini menunjukkan bahwa peternak sapi Umumnya sapi potong yang dipelihara
potong di Kabupaten Pesisir Selatan mem- di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Sapi
punyai tingkat pendidikan yang rendah se- Pesisir, Sapi Bali, dan Sapi Simmental.
hingga mengakibatkan peternak sukar meng- Populasi ternak sapi potong menyebar secara
adopsi inovasi teknologi untuk meningkatkan merata di semua kecamatan yang ada di
usahanya. Kabupaten Pesisir Selatan yaitu Kecamatan
Pengalaman dalam beternak sapi potong Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang,
di Kabupaten Pesisir Selatan rata-rata besar Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Batang
dari 10 tahun yakni berkisar 44,45%. Adapun Kapas, Kecamatan Sutera, Kecamatan Lenga-
yang beternak kisaran 6 ± 10 tahun adalah yang, Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan
sebesar 26,27%. Semakin lama peternak Linggo Sari Baganti, Kecamatan Pancung
menjalankan usahanya maka akan semakin Soal, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, dan
banyak pula pengalaman yang mereka peroleh Kecamatan Lunang Silaut dan Kecamatan
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam yang memiliki populasi terbesar adalah
menghadapi permasalahan dalam menjalankan Kecamatan Ranah Pesisir sebanyak 15.890
usaha ternak sapi potong. Dari data diatas ekor.
dapat kita simpulkan bahwa tingkat kese- Sebagai salah satu daerah yang
jahteraan yang antara lain dicerminkan dari berpotensi sebagai pengembangan agribisnis
daya beli petani relatif rendah. Artinya, (sentra produksi) sapi potong, Pesisir Selatan
meskipun kontribusi sektor pertanian (sub memiliki populasi ternak terbesar di Sumatera
sektor peternakan) sangat besar terhadap Barat (±20 persen dari total populasi).
perekonomian daerah, namun kesejahteraan Berdasarkan angka statistik peternakan tahun
petani tidak mengalami perubahan. Sekitar 2009, populasi sapi potong tercatat 91.777
70% kelompok masyarakat (petani) termasuk ekor, kerbau 32.502 ekor, kambing 48.451
golongan miskin dengan usaha yang masih ekor, ayam buras 793.529 ekor, itik 113.406
tradisional dan bersifat sub sistem. Minimnya ekor dan puyuh 284.621 ekor. Populasi sapi
akses terhadap informasi dan sumber per- mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini
modalan menyebabkan masyarakat petani disebabkan oleh peningkatan kelahiran ternak
tidak dapat mengembangkan usahanya secara (baik melalui program Kawin Alam maupun
layak ekonomi. Kondisi ini terutama dise- melalui program IB) dan masuknya ternak
babkan oleh karena sebagian besar petani rata- dari kabupaten atau propinsi lain ke
rata tingkat pendidikannya adalah sekolah Kabupaten Pesisir Selatan. Disamping itu,
dasar (SD) atau bahkan tidak tamat SD, kenaikan tersebut terjadi karena menurunnya
sehingga sulit untuk mengadopsi upaya-upaya angka kematian ternak.
pengembangan teknologi dan perbaikan usaha
yang diberikan.

252 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)

Tabel 1. Peningkatan Populasi Ternak Sapi Potong di Kabupaten Pesisir Selatan

Tahun Populasi Penambahan Perkembangan (%)


(Ekor) (Ekor)
2010 93.581 1.804 1,92
2009 91.777 1.782 1,94
2008 89.995 5.795 1,06
2007 84.200 1.803 6,43
2006 82.397 974 1,18
2005 81.423
Sumber: BPS Kabupaten Pesisir Selatan (2010)

Adanya Potensi Lahan katkan pendapatan dan kesejahteraan ma-


syarakat. Upaya ini menghendaki adanya
Sebagai daerah yang sebagian besar dukungan prasarana dan sarana yang me-
masyarakatnya (±63% dari total jumlah madai, SDM yang mengetahui dan mampu
penduduk) berusaha di sektor pertanian, mengaplikasikan teknologi peternakan secara
Kabupaten Pesisir Selatan dengan potensi efisien dan efektif, kelembagaan usaha yang
sumber daya alam dan keanekaragaman hayati baik dan kokoh serta dukungan teknologi
merupakan daerah agraris yang menjadikan aplikasi yang sesuai dengan kondisi dan
sektor pertanian memiliki keunggulan kom- karakteristik peternakan yang diusahakan oleh
paratif yang tinggi pula. Potensi dan masyarakat.
keunggulan komparatif ini perlu dikembang- Aktifitas penduduk secara langsung ikut
kan dengan keunggulan kompetitif melalui mempengaruhi lingkungan sekitar melalui
pengembangan system dan usaha yang akan kegiatan pemanfaatan lahan, selain itu setiap
menghasilkan produk dan jasa pertanian yang penggunaan lahan memiliki faktor pembatas
memiliki daya saing tinggi. seperti kemiringan lahan, kepekaan jenis tanah
Pembangunan peternakan merupakan terhadap erosi dan lain sebagainya yang
upaya terencana untuk mengubah usaha apabila melewati ambang batas dapat meng-
peternakan dengan berbagai keterbatasan, ganggu fungsi lingkungan. Luas wilayah
kendala dan permasalahanya menjadi usaha Kabupaten Pesisir Selatan adalah 574.989 Ha,
yang andal dan tangguh dalam perekonomian 30.466 Ha di antaranya merupakan lahan
masyarakat. Pembangunan peternakan tidak pertanian yang tergolong ke dalam lahan
hanya meliputi pembangunan fisik dan sawah, dan 237.871 Ha merupakan lahan
prasarana, tetapi juga aspek sumberdaya pertanian bukan sawah yaitu berupa tegal,
manusia, kelembagaan dan teknologi. ladang, perkebunan, hutan rakyat, tambak,
Pembangunan peternakan di Kabupaten kolam/tebet/empang, dan padang rumput,
Pesisir Selatan memerlukan program yang serta 306.652 Ha merupakan lahan bukan
terencana dan berkesinambungan untuk pertanian yang terdiri dari lahan rumah/
mempercepat dan memberdayakan usaha bangunan dan halaman sekitar, hutan negara,
peternakan dari usaha yang bersifat tradisional rawa-rawa dan lainnya. Bila dirinci melalui
sampai semi intensif menjadi usaha yang luas tanah di Kabupaten Pesisir Selatan
intensif dan berorientasi pada agribisnis. menurut penggunaannya, komposisinya
Program pembangunan peternakan pada adalah terdiri dari 5,16% lahan sawah dan
hakekatnya adalah rangkaian upaya untuk 94,84% lahan bukan sawah. Luas kawasan
memfasilitasi, melayani dan mendorong ber- hutan mencapai 71,15%, dan 52,82%
kembangnya system dan usaha peternakan diantaranya merupakan hutan lebat. Se-
yang berdaya saing, berkerakyatan, berke- dangkan lahan yang dimanfaatkan untuk
lanjutan dan desentralistis untuk mening-

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 253
Vol. 14 (1)

tanaman perkebunan hanya 13,04% saja dari ada sebahagian kelompok di satu kawasan
luas wilayah. Kecamatan Bayang yang secara berkelanjutan
Berdasarkan alokasi penggunaan lahan mendapatkan bantuan hingga dapat mengem-
ini terlihat bahwa perkebunan, tegalan dan balikan dan menggulirkan ternaknya ke
Padang rumput luasnya cukup besar, baik kelompok lain.
untuk menghasilkan hijauan. Jadi dapat di- Tersedianya KCD yang merupakan
simpulkan bahwa potensi lahan yang ada di perwakilan Dinas Peternakan dan petugas IB
Kabupaten ini untuk pengembangan usaha di kecamatan-kecamatan, walaupun secara
sapi potong hanya bisa untuk usaha sapi optimal belum tampak perannya, namun
potong sistem intensif sedangkan untuk walaupun demikian, peran petugas juga sangat
pemeliharaan sapi sistem ektensif tidak bisa membantu peternak seperti petugas IB yang
hal ini dikarenakan tidak tersedianya lahan berjumlah 15 orang orang itu selain bertugas
yang benar-benar khusus untuk pemeliharaan sebagai inseminator, juga banyak memberikan
sapi potong. Namun untuk pemeliharaan sapi arahan kepada para peternak dalam men-
dapat dilakukan pada lahan sawah. Lahan jalankan usaha ternaknya. Selain itu juga
perkebunan, hutan negara, hutan rakyat dan tersedia pula petugas PPL yang berjumlah 11
tegalan mempunyai potensi untuk peme- orang. Walaupun jumlahnya masih sedikit
liharaan sapi potong. Kemudian di Kabupaten dimana rata-rata per kecamatan memiliki 1
ini masih Adanya lahan tidur (±9.000 Ha) PPL, namun hal ini memberikan kesempatan
berpotensi dijadikan lahan pengembalaan bagi yang besar oleh peternak untuk mendapatkan
ternak rakyat. informasi usaha peternakan.
Tersedianya Poskeswan, RPH dan pasar
Teknologi Peternakan yang Aplikatif ternak. Fasilitas yang telah ada ini akan sangat
membantu bagi peternak yang berminat
Upaya pembibitan ternak sapi potong mengembangkan usahanya sehingga perlu
secara khusus sudah dilakukan, upaya melalui dilakukan perbaikan fasilitas yang telah ada.
inseminasi buatan (IB) untuk membudi- Kelembagaan lainnya adalah adanya
dayakan dalam memperbaiki mutu ternak lembaga pelayanan yang mendukung usaha
telah diupayakan secara terus menerus. Hal ini pengembangan sapi potong diantaranya
menjadi kekuatan dalam upaya pengembangan seperti paramedis (16 orang), medis (6 orang),
walaupun belum semua peternak mau meman- poskeswan yang ditunjang oleh bantuan
faatkan teknologi IB. dokter hewan, adapun di Kabupaten Pesisir
Selatan fasilitas pelayanan tersebut masih
Kelembagaan sangat minim sekali yakni hanya ada 6 jumlah
poskeswan yang ada di Kecamatan Koto XI
Dukungan lain yang dapat menunjang Tarusan, Kecamatan Sutera, Kecamatan
wilayah pengembangan usaha peternakan Ranah Pesisir, Kecamatan Pancung Soal, dan
adalah adanya kelembagaan ternak yang harus Kecamatan Lunang Silaut dengan hanya ada 3
terus dibangun untuk dapat mendukung pe- orang tenaga dokter hewan dan di tempatkan
ngembangan usaha sapi potong di Kabupaten di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan
Pesisir Selatan. Kelembagaan ternak yang Sutera, Kecamatan Ranah Pesisir, sedangkan
mendukung adalah adanya kelompok tani di Kabupaten Pesisir ada 12 kecamatan yang
ternak, lembaga pelayanan, dan program- seharusnya memiliki fasilitas poskeswan
program pemerintah baik pusat maupun tersebut masing-masingnya.
daerah. Adapun kelompok tani ternak di Kelembagaan yang bersifat bantuan dari
Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan pemerintah pusat yang juga turut membantu
bantuan permodalan dan adapula berupa pengembangan usaha sapi potong di
bakalan sapi potong, namun dalam prakteknya Kabupaten Pesisir sekarang ini seperti halnya
bantuan tersebut belum merata pemberiannya, SMD (Sarjana Membangun Desa) yang

254 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)

merupakan program pemerintah pusat berupa konsentrat yang diberikan berupa dedak dan
bantuan permodalan kepada kelompok ternak ampas tahu. Sedangkan ternak yang dipelihara
sapi potong. Di Kabupaten Pesisir Selatan secara semi intensif frekuensi pemberian
tahun 2009 ada 7 kelompok yang men- pakannya tidak tercatat, sapi di lepaskan pada
dapatkan program tersebut yakni kelompok pagi hari dan masuk ke kandang pada sore
yang tersebar di tiga kecamatan diantaranya 3 hari.
kelompok di Kecamatan Koto XI Tarusan, 1
kelompok di Kecamatan IV Jurai, 1 kelompok Tata Laksana Pemeliharaan Ternak. Dari
di Kecamatan Bayang, 1 kelompok di hasil wawancara dengan peternak, peme-
Kecamatan Ranah Pesisir dan 1 kelompok di liharaan ternak di daerah ini 74% sudah
Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan. mengukuti standar operasional yang dite-
Kelemahan dalam usha sapi potong tapkan oleh dinas peternakan, baik dalam hal
adalah sumber permodalan usaha masih pemberian pakan, ukuran kandang, dan
kurang, kelembagaan kelompok masih kurang pencegahan penyakit. Pencegahan terhadap
bagus. Sumber permodalan yang masih penyakit dilakukan melalui sanitasi kandang
kurang menjadi penghambat peternak dalam dan lingkungan serta melaukan vaksinasi.
melakukan usaha ini, modal yang diperlukan Penyakit yang sering menyerang ternak sapi
dalam usaha ini cukup tinggi. Kelembagaan terdiri dari scabies, cacing, diare, kembung.
kelompok yang masih lemah (Koperasi) di
kabupaten Pesisir Selatan belum dilaksanakan Pemasaran Hasil Ternak. Produk yang
dengan baik. Tidak adanya koperasi untuk dihasilkan berupa sapi bibit, sapi bakalan dan
memasarkan produk dan penyediaan sapronak ternak sapi yang siap potong. Pada umumnya
menjadi penghambat, pada umumnya peternak SHWHUQDN PHQMXDO DQDN VDSL SDGD XPXU ”
menjual langsung di rumahnya atau tahun, dengan pertimbangan supaya segera
membawanya ke pasar. memberikan penghasilan. Namun demikian
kebiasaan ini sebenarnya justru merugikan
Aspek Teknis peternak karena bila dilihat dari aspek nilai
tambah yang dihasilkan belum mencapai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat optimal. Dari sisi lain manfaat IB yang
jenis sapi yang dipelihara terdiri dari Sapi sebenarnya di harapkan dapat meningkatkan
Pesisir (31%), Sapi Simmental (43,3%), Sapi nilai tambah aset dengan meningkatkan
Bali (25,7%). Responden memilih sapi Sim- kualitas yang lebih baik menjadi tidak
mental dengan alasan antara lain pertumbuhan terwujud, justru yang banyak menikmati nilai
cepat dan harga dipasaran tinggi. Sebahagian tambah IB adalah pedagang atau peternak
responden yang memelihara sapi secara penggemukkan yang membesarkannya men-
intensif melekukan sistem perkawinan ternak jadi induk atau menjualnya sebagai ternak
dengan cara IB dan responden yang me- potong. Pemasaran biasanya dilakukan
melihara ternaknya secara semi intensif melalui : 1) pedagang pengumpul (80%), dan
perkawinan pada ternak terjadi secara alamiah. 2) bantuan kelompok tani-ternak (20%).
Pemasaran melalui pedagang pengum-
Jenis dan Sistem Pemberian Pakan. Jenis pul dilakukan dengan cara : pedagang
pakan yang diberikan pada ternak sapi terdiri langsung mendatangi peternak kekandang,
dari hijauan, konsentrat, dan limbah pertanian pembayaran umumnya dilakukan secara tidak
berupa jerami yang diberikan pada saat panen. tunai (61,61%), dilunasi 1-2 bulan kemudian,
Ternak yang dipelihara dengan sistem intensif, dan pembayaran secara tunai (38,39%),
hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, namun harga tidak terlalu rendah dari harga
benggala, raja dan rumput lapangan. Rata-rata pasar (selisih 100 ribuan per ekor), ini
pemberian 40 kg/ekor/hr dengan frekuensi menggambarkan posisi tawar menawar
pemberian 2 kali per hari yakni pagi dan sore,

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 255
Vol. 14 (1)

peternak tidaklah lemah, seperti terlihat pada Terjadinya peningkatan terhadap


gambar 2 di atas. konsumsi daging perkapita di Kabupaten
Pesisir Selatan ini merupakan konsekuensi
Permintaan Pasar dari semakin tinginya kesadaran masyrakat
dalam meningkatkan nilai gizi yang pada
Berdasarkan data statistik peternakan akhirnya terjadi peningkatan kesehatan
diketahui bahwa pada umumnya konsumsi masyarakat secara menyeluruh, kenyataan ini
daging masyarakat Pesisir Selatan mengalami menjadi peluang bagi sub sektor peternakan
peningkatan antara 1-10%. Peningkatan untuk meningkatkan produksinya juga.Pesisir
tertinggi terjadi pada konsumsi daging sapi Selatan merupakan daerah yang ditetapkan
yaitu meningkat sebesar 10,01%. Hal ini sebagai show window kawasan agropolitan
disebabkan oleh meningkatnya produksi berbasis peternakan oleh Pemerintah Propinsi
daging akibat meningkatnya pemotongan Sumatera Barat, Departemen Pertanian dan
ternak sapi di RPH. Sementara itu, konsumsi Departemen PU. Hal ini dapat ditunjukkan
daging asal ternak lainnya juga menunjukkan oleh perhitungan LQ, didapat bahwa Ka-
peningkatan yang signifikan. Secara umum bupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu
konsumsi daging masyarakat Pesisir Selatan sektor basis untuk pengembangan sapi potong
mengalami peningkatan sebesar 1,43%. di Sumatera Barat yang merupakan daerah
percontohan bagi daerah lainnya di Sumatera

Tabel 2. Matrik Evaluation Faktor Internal Strategis Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten
Pesisir Selatan

Faktor Internal Bobot Ranking Skor


Kekuatan Ketersediaan Tenaga kerja 0,100 4 0,500
Tersedianya lahan berupa padang 0,125 4 0,500
rumput dan padang pengembalann
Tersedianya teknologi peternakan yang 0,075 3 0,225
aplikatif (IB, ET, dll)
Fasilitas pendukung( kelembagaan) 0,100 3 0,300
Aspek teknis terpenuhi (75%) 0,100 4 0,400
Sub Total 1,925
Kelemahan Keterbatasan modal dan jangkauan 0,125 2 0,250
pelayanan sistem kelembagaan
keuangan bagi masyarakat
Terbatasnya Sumber daya manusia 0,075 2 0,150
(SDM) peternakan (paramedis, medis,
ATR, PKB dan penyuluh peternakan)
baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya
Rendahnya pengetahuan dan 0,125 2 0,250
keterampilan peternak
Kurangnya diversifikasi produk 0,075 2 0,150
pengolahan hasil.
Terbatasnya prasarana (Poskeswan, 0,100 2 0,200
pasar ternak, Tempat Pemotongan
Hewan dan PPL) dan sarana pendukung
peternakan
Sub Total 1,000
Total 1,000 2,825
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2011)

256 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)

Tabel 3. Matrik Evaluation Faktor Eksternal Strategis Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten
Pesisir Selatan

Faktor Eksternal Bobot Ranking Skor


Peluang Permintaan pasar 0,125 4 0,500
Pesisir Selatan merupakan daerah yang 0,100 4 0,400
ditetapkan sebagai show window kawasan
agropolitan
Jumlah KK pemelihara ternak mencapai 0,100 3 0,300
117.488 KK
PDRB sub sektor peternakan mengalami 0,075 4 0,300
peningkatan dari tahun ketahun
Adanya lahan tidur 0,100 3 0,300
Sub Total 1,800
Ancaman Sebagian besar peternak merupakan keluarga 0,125 2 0,250
miskin dengan tingkat pendidikan yang relatif
rendah
Alih fungsi lahan 0,075 2 0,150
Penyebaran penyakit SE (ngorok) pada sapi 0,100 2 0,200
dan kerbau secara sporadis
Belum adanya teknologi pasca panen 0,125 1 0,125
Penurunan produksi pertanian 0,075 2 0,150
Sub Total 0,875
Total 1,000 2,675
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2011)

Tingginya minat konsumen untuk bahwa usaha pengembangan sapi perah berada
mengkonsumsi daging dengan sendirinya akan pada posisi mendekati kuat (3,0 ± 4,0).dalam
memacu semangat peternak untuk mening- memanfaatkan semua kekuatan yang ada pada
katkan produksinya, hal ini terbukti dengan daerah ini, dengan kekuatan terbesar teletak
terjadinya peningkatan produksi daging pada pada tersedianya lahan berupa Padang rumput
tahun 2009 sebesar 1.179,765 kg menjadi dan Padang pengembalaan.
1.180.130 kg pada tahun 2010. Dengan
Hasil analisis faktor eksternal (Tabel 3)
adanya peningkatan produksi daging tersebut menunjukkan nilai positif dimana diperoleh
sangat memungkinkan sekali untuk mela- skor tertimbang faktor lingkungan eksternal
kukan pengembangan pasar dimasa men-
adalah 2,675, kondisi ini menunjukkan bahwa
datang, disamping pasar lokal yang permin- secara eksternal, Kabupaten Pesisir Selatan
taannya selalu meningkat setiap tahunnya.
berada di atas rata-rata dalam kekuatan
eksternal secara keseluruhan, artinya respon
Internal Faktor Evaluation (IFE) dan dari kabupaten ini terhadap peluang dan
Eksternal Faktor Evaluation (EFE) ancaman dalam pengembangan ternak sapi
potong saat ini sudah cukup baik tapi skor
Berdasarkan hasil analisis matrik IFE tersebut menunjukkan bahwa usaha pengem-
diperoleh total skor tertimbang untuk bangan sapi perah sudah berada pada posisi
keseluruhan faktor lingkungan internal menuju kuat (3,0 ± 4,0). Dimana skor peluang
mencapai 2.825 yang berarti secara internal lebih besar dari pada ancaman. artinya
kabupaten pesisir Selatan dalam rangka kabupaten Pesisir Selatan belum bisa
pengembangan ternak sapi potong saat ini sepenuhnya mengatasi ancaman yang ada, hal
sudah cukup baik atau boleh disimpulkan

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 257
Vol. 14 (1)

ini terlihat pada nilai skor tertimbang yang Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengem-
didapat lebih kecil dari peluang. bangkan usaha peternakan sapi potong,
Peluang terbesar diperoleh karena didapat beberapa alternatif strategi yaitu : (1).
tingginya permintaan pasar terhadap sapi Mengoptimalkan fungsi lahan yang tersedia
potong sehingga usaha ini harus lebih di untuk pengembangan sapi potong (S1, S2, S3,
tingkatkan, selain Pesisir Selatan merupakan O1), (2). Ciptakan usaha peternakan dengan
daerah yang ditetapkan sebagai show window memanfaatkan tenaga kerja yang tersedia, (3).
kawasan agropolitan, PDRB sub sektor Penerapan kawasan peternakan terpadu
peternakan mengalami peningkatan dari tahun (cluster) (S4, O1, O3).
ketahun, harga produk yang relatif stabil Dengan melihat peluang yang dimiliki
terbukanya pasar lokal dan regional meru- saat ini yaitu menjadikan kabupaten ini
pakan peluang besar untuk dapat menyokong sebagai show window kawasan agropolitan
pengembangan ternak sapi potong di berbasis peternakan memungkinkan daerah ini
Kabupaten Pesisir Selatan. Terdapat beberapa menerapkan strategi kawasan peternakan
ancaman yang dapat menjadi faktor kendala terpadu yang ditunjang oleh tersedianya
dalam pengembangannya sehingga perlu subsistem-subsistem dalam usaha peternakan
diperhatikan yakni gencarnya alih fungsi sapi potong dari hulu hingga hilir serta jasa
lahan, gangguan reproduksi dan kesehatan penunjang. Pengembangan dan peningkatan
ternak kawasan peternakan terpadu sapi potong ini
Dari análisis situasi diatas dapatlah kita dilakukan secara bertahap dan berkesinam-
menentukan alternatif strategi pengembangan bungan, sehingga mengarah kepada wilayah
usaha sapi potong dilakukan dengan analisa yang berkembang, mandiri dan memiliki nilai
SWOT yang merupakan lanjutan dari analisis ekonomis
IFE dan EFE. Perumusan alternatif strategi
dengan analisis SWOT dilakukan dengan Strategi W-O. Strategi ini dihasilkan dari
penggabungan antara kedua faktor internal kelemahan dan peluang yang dimiliki oleh
dengan faktor eksternal. Secara lebih jelas Kabupaten Pesisir Selatan. Alternatif
hasil analisis matriks SWOT dalam peru- strateginya antara lain : (1). Mempermudah
musan strategi alternatif dapat dilihat pada jangkauan pelayanan sistem kelembagaan
Tabel 4. keuangan bagi masyarakat (W1,W4,O2,O3)
(2). Menambah sarana dan prasaran
Alternatif Strategi Pengembangan Sapi (W3,W5,O2,O6,O4). (3). Pengembangan sum-
Potong di Kabupaten Pesisir Selatan berdaya manusia (SDM) dalam penguasaan
teknologi, kewirausahaan, dan kemampuan
Dengan mengetahui hal-hal yang team work (W3,O3). Dari data yang ada
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan sebelumnya hal ini memberikan gambaran
ancaman bagi usaha sapi potong di Pesisir bagi kita bahwa untuk meningkatkan usaha
Selatan ini, maka dapat disusun strategi kearah yang besar lagi, peternak terkendala
pengembangan kedepan yang diupayakan dalam mendapatkan modal, salah satu
pada : Pengembangan Kualitas sumber daya dikarenakan jauhnya jangkauan pelayan
peternak yang berorientasi agribisnis. Opti- sistem kelembagaan keuangan, hal ini
malisasi pemanfaatan dan perlindungan tentunya menjadi perhatian kita bersama untuk
sumber daya alam, Pengembangan kelem- mempermudah mendapatkan pelayanan ke-
bagaan peternak dan kemitraan, pengem- lembagaan keuangan ini.
bangan wilayah berdasarkan ternak unggulan
dan strategi pendekatan agibisnis dengan Strategi S-T. Strategi ini dirumuskan dari
subsistem dari hulu ke hilir. kekuatan dan ancaman yang dimiliki oleh
Kabupaten Pesisir Selatan. Alternatif stra-
Strategi S-O. Strategi ini dihasilkan dari
teginya yaitu : (1). Perbaikan sistem dan
kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh

258 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)

ketetapan aturan dalam penggunaan lahan (S2, Implikasi Manajerial


S3, T2) (2). Mengatasi gangguan kesehatan
ternak (S3,S4,S5, T3). (3). Peningkatan Berdasarkan hasil analisis yang
produksi pertanian (S2,T5). (4). Meman- dilakukan pada penelitian ini, terdapat
faatkan lahan yang tidak produktif untuk beberapa implikasi manajerial yang dapat
usaha peternakan (S2,T2,T5). dijadikan sebagai strategi pengembangan
Potensi yang dimiliki adalah adanya usaha ternak sapi potong di daerah pesisir
lahan tidur (± 9.000 Ha) berpotensi dijadikan selatan. Adapun pendekatan perencanaan
lahan penggembalaan bagi ternak rakyat. Hal pengembangan usaha peternakan sapi potong
ini tentunya dalam pengembangan usaha di Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut :
peternakan sangat dimungkinkan strategi 1. Dalam menjalankan strategi pengem-
untuk menggunakan lahan tidur menjadi lahan bangan kawasan terpadu peternakan sapi
yang produktif, khususnya yang menunjang potong, terlebih dahulu dilakukan sosia-
usaha peternakan sapi potong, karena dari lisasi kegiatan dan identifikasi peternak
pengukuran tahun 2010 mengenai hijauan dan lokasi pengembangan, identifikasi
makanan ternak sudah sangat minim sekali pasar sasaran, dan membuat monografi
bahkan ada pengurangan populasi dikarenakan kawasan pengembangan. Sosialisasi ke-
terbatasnya HMT, oleh sebab itu sangatlah giatan yang dilakukan terutama mengenai
tepat lahan tidur dijadikan lahan untuk usaha manfaat penerapan konsep kawasan
peternakan sapi potong terutama dalam peternakan terpadu. Monitoring dan
menyediakan pakan. evaluasi harus rutin dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi
Strategi W-T. Strategi ini dirumuskan dari berupa umpan balik yang berkelanjutan
kelemahan dan ancaman yang dimiliki dari kegiatan pengembangan kawasan
kabupaten Pesisir Selatan. Alternatif strategi peternakan terpadu sapi potong, meng-
yaitu : identifikasi keberhasilan dan perma-
Pelatihan dan pemberdayaan peternak salahan sekaligus memberikan pembinan
dan sdm dinas peternakan. Usaha budidaya agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
sapi potong oleh sebagian besar peternak berjalan lancar dan mencapai output yang
masih bersifat usaha sambilan dengan skala diharapkan.
usaha 1- 4 ekor sapi per peternak. Orientasi 2. Dalam Pengembangan usaha sapi potong
peternak yang menghasilkan ternak sesuai perlu meningkatkan pengetahuan dan
kebutuhan permintaan pasar masih rendah. ketrampilan pengelolaan dan tata laksana
Pengembangan kualitas sumber daya manusia budidaya yang harus ditetapkan dalam
peternak dapat dilakukan melalui pelatihan usaha peternakan sapi potong.
dalam rangka meningkatkan pengetahuan
peternak dalam hal beternak sapi potong. 3. Apabila usaha sapi potong dikembangkan
Dalam melakukan pembinaan terhadap di daerah ini, maka pemerintah daerah
kelembagaan yang ada dapat dilakukan setempat segera melakukan evaluasi
dengan prinsip pendekatan kelompok dengan terhadap rencana Tata Ruang Wilayah,
cara melakukan bimbingan dan pembinaan karena kemungkinan adanya rencana
petani peternak. Pada peternak yang tergabung usaha lain selain usaha peternakan sapi
dalam kelompok usaha, akan meningkatkan potong.
kekuatan posisi tawar peternak dan sekaligus 4. Perlu dikembangkan usaha tradisional ke
dapat meningkatkan skala usahanya menjadi sistem usaha agribisnis maupun kearah
usaha ternak sapi potong yang berorientasi agroindustri
agribisnis.
5. Perlu adanya strategi yang terpadu antara
pemerintah, perguruan tinggi dan swasta
untuk pengembangan usaha sapi potong.

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 259
Vol. 14 (1)

Tabel 4. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Pesisir Selatan

Faktor Internal Kekuatan (S) W1 = Keterbatasan modal dan


S1 = Sumber daya manusia tersedia jangkauan pelayanan sistem kelem-
S2 = Tersedianya lahan dan padang bagaan keuangan bagi masyarakat
pengembalaan W2 = Terbatasnya Sumber daya
S3 = aspek teknis terpenuhi manusia (SDM) peternakan (para-
S4 = tersedianya teknologi medis, medis, ATR, PKB dan penyuluh
S5 = Adanya fasilitas pendukung peternakan) baik dari segi kuantitas
(kelembagaan) maupun kualitasnya
W3 = Rendahnya pengetahuan dan
keterampilan peternak
W4 = keterbatasan sarana dan pra-
Faktor Eksternal sarana
W5 = kurangnya diversifikasi peng-
olahan hasil

Adanya lahan tidur Strategi S-O Strategi W-O

1. Mengoptimalkan fungsi lahan 1. Mempermudah jangkauan pela-


yang tersedia untuk yanan sistem kelembagaan ke-
pengembangan sapi potong (S2, uangan bagi masyarakat (W1,O1)
S3, O1) 2. Menambah sarana dan prasaran
2. Ciptakan usaha peternakan (W5, O2,)
dengan memanfaatkan tenaga 3. Pengembangan sumber
kerja yg tersedia (S1,O1,O3) daya manusia (SDM) dalam
3. Penerapan kawasan peternakan penguasaan teknologi,
terpadu (cluster) (S1 S2, O1,O2 kewirausahaan, dan kemampuan
O3) team work (W2 W3,O3, O1)

T1= Sebagian besar peternak Strategi S-T Strategi W-T


merupakan keluarga miskin
dengan tingkat pendidikan yang 1. Perbaikan sistem dan ketetapan 1. Pelatihan dan pemberdayaan
relatif rendah aturan dalam penggunaan lahan peternak dan sdm dinas peternakan
T2= Alih fungsi lahan (, S2, , T2)
T3= Penyebaran penyakit SE 2. Mengatasi gangguan kesehatan
(ngorok) pada sapi dan kerbau ternak (S1, S4,S3 , T3)
secara sporadis 3. Peningkatan produksi pertanian
T4= Belum adanya teknologi (S2,T5)
pasca panen 4. Memanfaatkan lahan yang tidak
T5= Penurunan produksi produktif untuk usaha
pertanian peternakan( S2,T2,T5)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer (2010)

6. Ciptakan pasar yang memadai untuk meningkat kekuatan tawar menawar ditingkat
pemasaran hasil ternak peternak.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa
usaha sapi potong sebagai usaha sambilan dan KESIMPULAN
berskala kecil bisa mendatangkan keuntungan
yang besar, bila usaha ini ditingkatkan ke 1. Dari hasil penelitian didapat evaluasi
skala yang lebih besar lagi pasti nantinya akan faktor internal dalam pengembangan
mendatangkan keuntungan yang besar juga usaha peternakan sapi potong di Kabu-
dengan syara tersedianya pasar untuk penyalur paten Pesisir Selatan berupa kekuatan dan
hasil produksi usaha sapi potong ini dan kelemahan, dimana Kekuatan yang

260 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)

dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Selatan c. Penerapan kawasan peternakan terpadu


adalah : (1). Ketersediaan tenaga kerja, (cluster)
(2). Ketersedian lahan, (3). Aspek teknis d. Mempermudah jangkauan pelayanan
terpenuhi, (4). Tersedianya teknologi, (5). sistem kelembagaan keuangan bagi
Adanya fasilitas pendukung (kelemba- masyarakat
gaan), (6). Adanya kebijakan pemda. e. Menambah sarana dan prasaran .
Sedangkan kelemahan yang dimiliki f. Pengembangan sumber daya manusia
adalah : (1). Keterbatasan jangkauan (SDM) dalam penguasaan teknologi,
pelayanan sistem kelembagaan keuangan kewirausahaan, dan kemampuan team
bagi masyarakat, (2). Terbatasnya Sumber work .
daya manusia (SDM) peternakan (para- g. Perbaikan sistem dan ketetapan aturan
medis, medis, ATR, PKB dan penyuluh dalam penggunaan lahan
peternakan) baik dari segi kuantitas h. Mengatasi gangguan kesehatan ternak
maupun kualitasnya, (3). Rendahnya i. Peningkatan produksi pertanian (S2,T5)
pengetahuan dan keterampilan peternak, j. Memanfaatkan lahan yang tidak
(4). Keterbatasan modal, (5). Keter- produktif untuk usaha peternakan
batasan sarana dan prasarana, (6). k. Pelatihan dan pemberdayaan peternak
Minimnya perusahaan sarana produksi. dan sdm dinas peternakan.
2. Faktor eksternal yang terdiri dari peluang
dan ancaman, Kabupaten ini memiliki DAFTAR PUSTAKA
beberapa peluang yaitu (1). Permintaan
Agustar. 2006. Potensi Sapi lokal Dalam
pasar. (2). Pesisir Selatan merupakan
Upaya Mewujudkan Kecukupan Daging
daerah yang ditetapkan sebagai show
dan Pengembangan Kawasan Peter-
window kawasan agropolitan, (3).
nakan. Jurnal Peternakan Indonesia.
Perkembangan IPTEK, (4). PDRB sub
2006.
sektor peternakan mengalami peningkatan
dari tahun ketahun, (5). Harga produk $UID¶L 3RWHQVL GDQ 6WUDWHJL
yang relatif stabil, (6). Terbukanya pasar Pengembangan Usaha Sapi Potong di
regional dan ancamannya yaitu : (1). Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera
Sebagian besar peternak merupakan Barat. Disertasi. Program Pasca Sarjana
keluarga miskin dengan tingkat pendi- Institut Pertanian Bogor.
dikan yang relatif rendah, (2). Alih fungsi Darmono. 1992. Tata Laksana Usaha Sapi
lahan, (3). Penyebaran penyakit SE Kereman. Penerbit Kanisius, Jakarta
(ngorok) pada sapi dan kerbau secara
sporadis, (4). Belum adanya teknologi Dinas Peternakan Proopinsi Sumatera Barat.
pasca panen, (5). Penurunan produksi 2005. Populasi Ternak Sapi Potong dan
pertanian, (6). Tingginya pemotongan Jumlah Pemotongan Ternak. Dinas
ternak betina produktif Peternakan Propinsi Sumatera Barat,
Padang.
3. Strategi yang dapat digunakan untuk
pengembangan usaha peternakan sapi Direktorat Jenderal Peternakan. 1998. Kajian
potong di Kabupaten Pesisir Selatan Pola Pengembangan Peternakan Rakyat
adalah: Berwawasan Agribisnis. Direktorat
Jendral Peternakan, Jakarta.
a. Mengoptimalkan fungsi lahan yang
tersedia untuk pengembangan sapi Kasim, Sirajuddin, dan Irmayani. 2011.
potong Startegi pengembangan usaha sapi perah
b. Ciptakan usaha peternakan dengan di Kab. Enrekang. Jurnal Agribisnis Vol.
memanfaatkan tenaga kerja yg tersedia X (3) September 2011. P:81.

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 261
Vol. 14 (1)

Yetmaneli. 2007. Potensi Wilayah Kota Terhadap Pendapatan Keluarga. Jurnal


Bukittinggi dalam Pengembangan Usaha Peternakan Indonesia. 2007
Ternak Sapi Potong dan Kontribusinya

262 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)

Anda mungkin juga menyukai