ID Strategi Pengembangan Usaha Peternakan S
ID Strategi Pengembangan Usaha Peternakan S
14 (1)
ISSN 1907-1760
ABSTRACT
The main objectives of this research were identifying internal and external factors in developing
beefcattle and giving to determined strategies for the developing beefcattle implemented in Pesisir Selatan.
A survey was conducted in 6 sub distric in Pesisir Selatan and the sampling technique used was purposive
sampling. The data were analized using Internal Factor Evaluation (IFE), External factor Evaluation (EFE)
and SWOT. The result showed that strategy that could be implemented in developing beefcattle was
optimalization land function, increasing the beefcattle population, integrated farming areas, increasing
agriculture production,giving better servicer on financial institutional for society optimalization.
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 249
Vol. 14 (1)
potong di Kabupaten ini guna untuk me- usaha pokok para peternak masih terbentur
menuhi permintaan. pada permasalahan manajemen dan per-
Usaha peternakan merupakan suatu modalan, untuk meningkatkan volume usaha,
keterpaduan antara manajemen produksi para peternak memerlukan tambahan biaya
dengan manajemen keuangan, dimana ma- yang relatif besar.
najemen produksi melihat tentang pemakaian Disamping itu masyarakat yang tinggal
input dan output. Bila semakin efektif dan didaerah terpencil kurang mengetahui in-
efesien peternak dalam menjalankan hal formasi pasar produk-produk peternakan.
tersebut maka semakin besar keuntungan yang Kurangnya informasi menyebabkan ternak
diperoleh dan semakin kuat posisinya untuk budidaya ternak tidak berkembang. Produksi
berkompetisi di pasar serta tercapainya tujuan ternak yang dihasilkan suatu daerah hanya
usaha. Didalam mengelola usaha efesiensi dapat mensuplai pasar-pasar didaerah yang
sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersangkutan maupun pasar daerah terdekat.
namun hal ini mungkin saja bisa gagal karena Berdasarkan permasalahan diatas, maka
strategi utamanya tidak tepat. Perumusan tujuan penelitian ini adalah untuk :
strategi yang tepat bagi suatu usaha dapat 1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan
dilakukan dengan memantau lingkungan usaha peternakan secara internal dan
melalui teknik-teknik analisa lingkungan yang eksternal di Kabupaten Pesisir selatan
dapat menentukan dimana posisi usaha 2. Merumuskan strategi pengembangan
berada, dan apa saja yang menjadi kekuatan, usaha sapi potong di Kabupaten Pesisir
kelemahan, peluang dan ancaman yang Selatan.
dihadapi peternakan sapi potong di Kabupaten
Pesisir Selatan ini sehingga dapat meng- METODE
antisipasi semua permasalahan. Untuk itu
perlu suatu konsep yang terukur dan terarah Lokasi, Waktu, Data dan Sampel Penelitian
untuk menetapkan strategi dalam rangka
mengembangkan usaha peternakan sapi Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
potong di Kabupaten Pesisir Selatan. Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat.
Secara Umum program pengembangan Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara
usaha peternakan di Kabupaten Pesisir Selatan purposive (sengaja) dengan pertimbangan,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan bahwa di Kabupaten Pesisir Selatan sektor
asal ternak, meningkatkan mutu genetik, pertanian merupakan ciri dominan per-
populasi dan produksi daging sehingga ekonomian. Kondisi geografi dan sumberdaya
mampu menyediakan protein hewani asal alamnya mendukung kegiatan sektor ini,
ternak untuk memenuhi kebutuhan daerah dan dalam menghadapi pelaksanaan otonomi
daerah tetangga. Beberapa upaya telah daerah kegiatan sektor pertanian merupakan
dilakukan oleh pemerintah setempat dalam salah satu sektor yang diprioritaskan untuk
meningkatkan populasi dengan menggunakan meningkatkan pendapatan masyarakat di
teknologi, namun sampai saat ini usaha pedesaaan.
tersebut belum dapat memenuhi tingkat
kesejahteraan peternak jika kita lihat dari Pengumpulan Data
pendapatan yang diterima oleh peternak. Hal
ini terlihat dari kemampuan budidaya sapi Pengumpulan data dilakukan dengan
potong yang sebagian besar masih dilakukan menggunakan metode survey. Metode survey
sebagai tipe usaha sambilan dengan sistem adalah metode mengumpulkan informasi dari
pemeliharaan yang sangat sederhana dan sebagian sampel untuk mewakili seluruh
terpencar-pencar. Skala kepemilikan baru populasi (Singarimbun dan Effendi, 1989).
mencapai 1 sampai 3 ekor setiap petani. Untuk Metode ini dipilih karena dinilai lebih tepat
meningkatkan struktur usaha menjadi cabang dan mampu mengumpulkan informasi yang
250 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)
lebih dalam dari para peternak yang menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
responden penelitian ini. Para responden akan
diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk Sumber Daya Manusia
daftar pertanyaan (kuesioner) yang nantinya
akan dipandu oleh tenaga pencacah (sur- Elastisitas kesempatan kerja di sektor
veyor). peternakan di Pesisir Selatan ini dapat
Data yang akan digunakan dalam dihitung dengan membandingkan perubahan
penelitian ini adalah data primer dan data struktur dan laju pertumbuhan kesempatan
sekunder sesuai dengan kebutuhan penelitian. kerja di sektor peternakan dengan perubahan
Data primer digunakan untuk mengidentifikasi strktur dan laju pertumbuhan ekonomi. Dari
usaha peternakan sapi potong dan penggunaan hasil penelitian Suresti (2010) dapat diketahui
sumberdaya ditingkat peternak. Sementara itu bahwa elastisitas kesempatan kerja sektor
data sekunder diperoleh dari literatur, BPS, peternakan di pesisir selatan sebesar 0,24
Dinas peternakan dan instansi terkait lainnya. artinya jika terjadi kenaikan PDRB sebesar
1% maka elastisitas kesempatan kerja sektor
Populasi dan Sampel Penelitian peternakan akan meningkat sebesar 0,24 atau
sebaliknya. Dari nilai elastisitas yang didapat,
Populasi dalam penelitian sebanyak 10 kita bisa menghitung laju pertumbuhan ke-
orang yang dipilih secara porposive (sengaja) sempatan kerja sektor peternakan dengan
dan meliputi : menggunakan perkalian nilai elastisitas
1. Birokrasi yang terdiri dari : dengan laju pertumbuhan sektor peternakan
a. Dinas peternakan Provinsi 2 orang atas dasar harga konstan 2000 (PDRB sub
b.Dinas peternakan kabupaten Pesisir Selatan sektor peternakan atas dasar harga konstan
2 orang 2000), didapatkan nilai laju pertumbuhan
2. Akademisi yang terdiri dari : Dosen sebanyak kesempatan kerja sektor peternakan sebesar
1 orang 3,65. Dari nilai laju pertumbuhan kerja
3. Pelaku (peternak) sebanyak 5 orang nantinya bisa juga memproyeksikan besarnya
kesempatan kerja pada tahun berikutnya
Metode Analisis Data dengan asumsi menggunakan laju per-
tumbuhan nilai sektor peternakan atas dasar
Untuk menjawab tujuan penelitian maka harga konstan tahun 2000 dan memakai angka
metoda dan data yang digunakan dalam kesempatan kerja sektor peternakan tahun
penelitian ini adalah sebagai berikut : 2000 sebagai kesempatan kerja dasar, hasilnya
x Analisis internal dilakukan untuk mem- seperti tabel diatas.
peroleh faktor kekuatan yang dapat Berdasarkan hasil survey tentang penye-
dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang rapan tenaga kerja untuk pemeliharaan ternak
harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dapat diketahui bahwa rata-rata peternak
dengan menggunakan matrix IFE (internal memiliki ternak sapi sebanyak 4 ekor dengan
factor evaluation) dengan langkah sebagai curahan waktu untuk pemeliharaannya se-
berikut (David, 2002). banyak 3 jam dalam satu hari. Ini berarti satu
x Analisis eksternal ini menggunakan matriks ekor ternak hanya membutuhkan waktu 0,75
EFE (External Factor Evaluation) dengan jam/ekor/hari untuk pemeliharaannyan yang
langkah-langkah berikut (David, 2002). meliputi kegiatan menyabit rumput, mem-
x Untuk menentukan alternatif strategi bersihkan kandang, memandikan sapi dan
pengembangan usaha sapi potong di memberi makan. Dari sini dapat kita hitung
Kabupaten Pesisir Selatan digunakan seorang pekerja yang biasanya bekerja 8 jam
analisis faktor internal dan eksternal yang dalam satu hari bila jam kerjanya di
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan alokasikan untuk pemeliharaan sapi, maka
metode analisis SWOT . pekerja itu bisa memelihara 10 ekor sapi
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 251
Vol. 14 (1)
dalam satu hari kerja. Jadi dari total populasi Sumber daya ternak
yang ada di Pesisir Selatan ini sebesar 116.860
ST bisa menyerap tenaga kerja lebih kurang Jumlah populasi ternak memperlihatkan
sebanyak 11.686 orang. peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan
Tingkat pendidikan peternak di Kabu- data tahun 2010, terlihat bahwa jumlah ternak
paten Pesisir Selatan sebesar 20,2% menye- sapi potong di Kabupaten ini adalah 93.581
lesaikan pendidikan formalnya. Peternak yang ekor.
tidak tamat Sekolah Dasar/sederajat sebesar Populasi ternak sapi potong di
5% dan peternak yang melanjutkan ke Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2005 ± 2010
perguruan tinggi sebesar 12,1%. Sedangkan mengalami peningkatan, dapat dilihat pada
sisanya 62,9% peternak tidak tamat SD, Tabel 1. Dari tabel ini terlihat bahwa populasi
35,36% hanya sampai tingkat SD dan 27,28% sapi potong di kabupaten Pesisir Selatan selalu
hanya menyelesaikan hingga tingkat SLTP. mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Hal ini menunjukkan bahwa peternak sapi Umumnya sapi potong yang dipelihara
potong di Kabupaten Pesisir Selatan mem- di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Sapi
punyai tingkat pendidikan yang rendah se- Pesisir, Sapi Bali, dan Sapi Simmental.
hingga mengakibatkan peternak sukar meng- Populasi ternak sapi potong menyebar secara
adopsi inovasi teknologi untuk meningkatkan merata di semua kecamatan yang ada di
usahanya. Kabupaten Pesisir Selatan yaitu Kecamatan
Pengalaman dalam beternak sapi potong Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang,
di Kabupaten Pesisir Selatan rata-rata besar Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Batang
dari 10 tahun yakni berkisar 44,45%. Adapun Kapas, Kecamatan Sutera, Kecamatan Lenga-
yang beternak kisaran 6 ± 10 tahun adalah yang, Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan
sebesar 26,27%. Semakin lama peternak Linggo Sari Baganti, Kecamatan Pancung
menjalankan usahanya maka akan semakin Soal, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, dan
banyak pula pengalaman yang mereka peroleh Kecamatan Lunang Silaut dan Kecamatan
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam yang memiliki populasi terbesar adalah
menghadapi permasalahan dalam menjalankan Kecamatan Ranah Pesisir sebanyak 15.890
usaha ternak sapi potong. Dari data diatas ekor.
dapat kita simpulkan bahwa tingkat kese- Sebagai salah satu daerah yang
jahteraan yang antara lain dicerminkan dari berpotensi sebagai pengembangan agribisnis
daya beli petani relatif rendah. Artinya, (sentra produksi) sapi potong, Pesisir Selatan
meskipun kontribusi sektor pertanian (sub memiliki populasi ternak terbesar di Sumatera
sektor peternakan) sangat besar terhadap Barat (±20 persen dari total populasi).
perekonomian daerah, namun kesejahteraan Berdasarkan angka statistik peternakan tahun
petani tidak mengalami perubahan. Sekitar 2009, populasi sapi potong tercatat 91.777
70% kelompok masyarakat (petani) termasuk ekor, kerbau 32.502 ekor, kambing 48.451
golongan miskin dengan usaha yang masih ekor, ayam buras 793.529 ekor, itik 113.406
tradisional dan bersifat sub sistem. Minimnya ekor dan puyuh 284.621 ekor. Populasi sapi
akses terhadap informasi dan sumber per- mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini
modalan menyebabkan masyarakat petani disebabkan oleh peningkatan kelahiran ternak
tidak dapat mengembangkan usahanya secara (baik melalui program Kawin Alam maupun
layak ekonomi. Kondisi ini terutama dise- melalui program IB) dan masuknya ternak
babkan oleh karena sebagian besar petani rata- dari kabupaten atau propinsi lain ke
rata tingkat pendidikannya adalah sekolah Kabupaten Pesisir Selatan. Disamping itu,
dasar (SD) atau bahkan tidak tamat SD, kenaikan tersebut terjadi karena menurunnya
sehingga sulit untuk mengadopsi upaya-upaya angka kematian ternak.
pengembangan teknologi dan perbaikan usaha
yang diberikan.
252 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 253
Vol. 14 (1)
tanaman perkebunan hanya 13,04% saja dari ada sebahagian kelompok di satu kawasan
luas wilayah. Kecamatan Bayang yang secara berkelanjutan
Berdasarkan alokasi penggunaan lahan mendapatkan bantuan hingga dapat mengem-
ini terlihat bahwa perkebunan, tegalan dan balikan dan menggulirkan ternaknya ke
Padang rumput luasnya cukup besar, baik kelompok lain.
untuk menghasilkan hijauan. Jadi dapat di- Tersedianya KCD yang merupakan
simpulkan bahwa potensi lahan yang ada di perwakilan Dinas Peternakan dan petugas IB
Kabupaten ini untuk pengembangan usaha di kecamatan-kecamatan, walaupun secara
sapi potong hanya bisa untuk usaha sapi optimal belum tampak perannya, namun
potong sistem intensif sedangkan untuk walaupun demikian, peran petugas juga sangat
pemeliharaan sapi sistem ektensif tidak bisa membantu peternak seperti petugas IB yang
hal ini dikarenakan tidak tersedianya lahan berjumlah 15 orang orang itu selain bertugas
yang benar-benar khusus untuk pemeliharaan sebagai inseminator, juga banyak memberikan
sapi potong. Namun untuk pemeliharaan sapi arahan kepada para peternak dalam men-
dapat dilakukan pada lahan sawah. Lahan jalankan usaha ternaknya. Selain itu juga
perkebunan, hutan negara, hutan rakyat dan tersedia pula petugas PPL yang berjumlah 11
tegalan mempunyai potensi untuk peme- orang. Walaupun jumlahnya masih sedikit
liharaan sapi potong. Kemudian di Kabupaten dimana rata-rata per kecamatan memiliki 1
ini masih Adanya lahan tidur (±9.000 Ha) PPL, namun hal ini memberikan kesempatan
berpotensi dijadikan lahan pengembalaan bagi yang besar oleh peternak untuk mendapatkan
ternak rakyat. informasi usaha peternakan.
Tersedianya Poskeswan, RPH dan pasar
Teknologi Peternakan yang Aplikatif ternak. Fasilitas yang telah ada ini akan sangat
membantu bagi peternak yang berminat
Upaya pembibitan ternak sapi potong mengembangkan usahanya sehingga perlu
secara khusus sudah dilakukan, upaya melalui dilakukan perbaikan fasilitas yang telah ada.
inseminasi buatan (IB) untuk membudi- Kelembagaan lainnya adalah adanya
dayakan dalam memperbaiki mutu ternak lembaga pelayanan yang mendukung usaha
telah diupayakan secara terus menerus. Hal ini pengembangan sapi potong diantaranya
menjadi kekuatan dalam upaya pengembangan seperti paramedis (16 orang), medis (6 orang),
walaupun belum semua peternak mau meman- poskeswan yang ditunjang oleh bantuan
faatkan teknologi IB. dokter hewan, adapun di Kabupaten Pesisir
Selatan fasilitas pelayanan tersebut masih
Kelembagaan sangat minim sekali yakni hanya ada 6 jumlah
poskeswan yang ada di Kecamatan Koto XI
Dukungan lain yang dapat menunjang Tarusan, Kecamatan Sutera, Kecamatan
wilayah pengembangan usaha peternakan Ranah Pesisir, Kecamatan Pancung Soal, dan
adalah adanya kelembagaan ternak yang harus Kecamatan Lunang Silaut dengan hanya ada 3
terus dibangun untuk dapat mendukung pe- orang tenaga dokter hewan dan di tempatkan
ngembangan usaha sapi potong di Kabupaten di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan
Pesisir Selatan. Kelembagaan ternak yang Sutera, Kecamatan Ranah Pesisir, sedangkan
mendukung adalah adanya kelompok tani di Kabupaten Pesisir ada 12 kecamatan yang
ternak, lembaga pelayanan, dan program- seharusnya memiliki fasilitas poskeswan
program pemerintah baik pusat maupun tersebut masing-masingnya.
daerah. Adapun kelompok tani ternak di Kelembagaan yang bersifat bantuan dari
Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan pemerintah pusat yang juga turut membantu
bantuan permodalan dan adapula berupa pengembangan usaha sapi potong di
bakalan sapi potong, namun dalam prakteknya Kabupaten Pesisir sekarang ini seperti halnya
bantuan tersebut belum merata pemberiannya, SMD (Sarjana Membangun Desa) yang
254 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)
merupakan program pemerintah pusat berupa konsentrat yang diberikan berupa dedak dan
bantuan permodalan kepada kelompok ternak ampas tahu. Sedangkan ternak yang dipelihara
sapi potong. Di Kabupaten Pesisir Selatan secara semi intensif frekuensi pemberian
tahun 2009 ada 7 kelompok yang men- pakannya tidak tercatat, sapi di lepaskan pada
dapatkan program tersebut yakni kelompok pagi hari dan masuk ke kandang pada sore
yang tersebar di tiga kecamatan diantaranya 3 hari.
kelompok di Kecamatan Koto XI Tarusan, 1
kelompok di Kecamatan IV Jurai, 1 kelompok Tata Laksana Pemeliharaan Ternak. Dari
di Kecamatan Bayang, 1 kelompok di hasil wawancara dengan peternak, peme-
Kecamatan Ranah Pesisir dan 1 kelompok di liharaan ternak di daerah ini 74% sudah
Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan. mengukuti standar operasional yang dite-
Kelemahan dalam usha sapi potong tapkan oleh dinas peternakan, baik dalam hal
adalah sumber permodalan usaha masih pemberian pakan, ukuran kandang, dan
kurang, kelembagaan kelompok masih kurang pencegahan penyakit. Pencegahan terhadap
bagus. Sumber permodalan yang masih penyakit dilakukan melalui sanitasi kandang
kurang menjadi penghambat peternak dalam dan lingkungan serta melaukan vaksinasi.
melakukan usaha ini, modal yang diperlukan Penyakit yang sering menyerang ternak sapi
dalam usaha ini cukup tinggi. Kelembagaan terdiri dari scabies, cacing, diare, kembung.
kelompok yang masih lemah (Koperasi) di
kabupaten Pesisir Selatan belum dilaksanakan Pemasaran Hasil Ternak. Produk yang
dengan baik. Tidak adanya koperasi untuk dihasilkan berupa sapi bibit, sapi bakalan dan
memasarkan produk dan penyediaan sapronak ternak sapi yang siap potong. Pada umumnya
menjadi penghambat, pada umumnya peternak SHWHUQDN PHQMXDO DQDN VDSL SDGD XPXU ”
menjual langsung di rumahnya atau tahun, dengan pertimbangan supaya segera
membawanya ke pasar. memberikan penghasilan. Namun demikian
kebiasaan ini sebenarnya justru merugikan
Aspek Teknis peternak karena bila dilihat dari aspek nilai
tambah yang dihasilkan belum mencapai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat optimal. Dari sisi lain manfaat IB yang
jenis sapi yang dipelihara terdiri dari Sapi sebenarnya di harapkan dapat meningkatkan
Pesisir (31%), Sapi Simmental (43,3%), Sapi nilai tambah aset dengan meningkatkan
Bali (25,7%). Responden memilih sapi Sim- kualitas yang lebih baik menjadi tidak
mental dengan alasan antara lain pertumbuhan terwujud, justru yang banyak menikmati nilai
cepat dan harga dipasaran tinggi. Sebahagian tambah IB adalah pedagang atau peternak
responden yang memelihara sapi secara penggemukkan yang membesarkannya men-
intensif melekukan sistem perkawinan ternak jadi induk atau menjualnya sebagai ternak
dengan cara IB dan responden yang me- potong. Pemasaran biasanya dilakukan
melihara ternaknya secara semi intensif melalui : 1) pedagang pengumpul (80%), dan
perkawinan pada ternak terjadi secara alamiah. 2) bantuan kelompok tani-ternak (20%).
Pemasaran melalui pedagang pengum-
Jenis dan Sistem Pemberian Pakan. Jenis pul dilakukan dengan cara : pedagang
pakan yang diberikan pada ternak sapi terdiri langsung mendatangi peternak kekandang,
dari hijauan, konsentrat, dan limbah pertanian pembayaran umumnya dilakukan secara tidak
berupa jerami yang diberikan pada saat panen. tunai (61,61%), dilunasi 1-2 bulan kemudian,
Ternak yang dipelihara dengan sistem intensif, dan pembayaran secara tunai (38,39%),
hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, namun harga tidak terlalu rendah dari harga
benggala, raja dan rumput lapangan. Rata-rata pasar (selisih 100 ribuan per ekor), ini
pemberian 40 kg/ekor/hr dengan frekuensi menggambarkan posisi tawar menawar
pemberian 2 kali per hari yakni pagi dan sore,
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 255
Vol. 14 (1)
Tabel 2. Matrik Evaluation Faktor Internal Strategis Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten
Pesisir Selatan
256 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)
Tabel 3. Matrik Evaluation Faktor Eksternal Strategis Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten
Pesisir Selatan
Tingginya minat konsumen untuk bahwa usaha pengembangan sapi perah berada
mengkonsumsi daging dengan sendirinya akan pada posisi mendekati kuat (3,0 ± 4,0).dalam
memacu semangat peternak untuk mening- memanfaatkan semua kekuatan yang ada pada
katkan produksinya, hal ini terbukti dengan daerah ini, dengan kekuatan terbesar teletak
terjadinya peningkatan produksi daging pada pada tersedianya lahan berupa Padang rumput
tahun 2009 sebesar 1.179,765 kg menjadi dan Padang pengembalaan.
1.180.130 kg pada tahun 2010. Dengan
Hasil analisis faktor eksternal (Tabel 3)
adanya peningkatan produksi daging tersebut menunjukkan nilai positif dimana diperoleh
sangat memungkinkan sekali untuk mela- skor tertimbang faktor lingkungan eksternal
kukan pengembangan pasar dimasa men-
adalah 2,675, kondisi ini menunjukkan bahwa
datang, disamping pasar lokal yang permin- secara eksternal, Kabupaten Pesisir Selatan
taannya selalu meningkat setiap tahunnya.
berada di atas rata-rata dalam kekuatan
eksternal secara keseluruhan, artinya respon
Internal Faktor Evaluation (IFE) dan dari kabupaten ini terhadap peluang dan
Eksternal Faktor Evaluation (EFE) ancaman dalam pengembangan ternak sapi
potong saat ini sudah cukup baik tapi skor
Berdasarkan hasil analisis matrik IFE tersebut menunjukkan bahwa usaha pengem-
diperoleh total skor tertimbang untuk bangan sapi perah sudah berada pada posisi
keseluruhan faktor lingkungan internal menuju kuat (3,0 ± 4,0). Dimana skor peluang
mencapai 2.825 yang berarti secara internal lebih besar dari pada ancaman. artinya
kabupaten pesisir Selatan dalam rangka kabupaten Pesisir Selatan belum bisa
pengembangan ternak sapi potong saat ini sepenuhnya mengatasi ancaman yang ada, hal
sudah cukup baik atau boleh disimpulkan
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 257
Vol. 14 (1)
ini terlihat pada nilai skor tertimbang yang Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengem-
didapat lebih kecil dari peluang. bangkan usaha peternakan sapi potong,
Peluang terbesar diperoleh karena didapat beberapa alternatif strategi yaitu : (1).
tingginya permintaan pasar terhadap sapi Mengoptimalkan fungsi lahan yang tersedia
potong sehingga usaha ini harus lebih di untuk pengembangan sapi potong (S1, S2, S3,
tingkatkan, selain Pesisir Selatan merupakan O1), (2). Ciptakan usaha peternakan dengan
daerah yang ditetapkan sebagai show window memanfaatkan tenaga kerja yang tersedia, (3).
kawasan agropolitan, PDRB sub sektor Penerapan kawasan peternakan terpadu
peternakan mengalami peningkatan dari tahun (cluster) (S4, O1, O3).
ketahun, harga produk yang relatif stabil Dengan melihat peluang yang dimiliki
terbukanya pasar lokal dan regional meru- saat ini yaitu menjadikan kabupaten ini
pakan peluang besar untuk dapat menyokong sebagai show window kawasan agropolitan
pengembangan ternak sapi potong di berbasis peternakan memungkinkan daerah ini
Kabupaten Pesisir Selatan. Terdapat beberapa menerapkan strategi kawasan peternakan
ancaman yang dapat menjadi faktor kendala terpadu yang ditunjang oleh tersedianya
dalam pengembangannya sehingga perlu subsistem-subsistem dalam usaha peternakan
diperhatikan yakni gencarnya alih fungsi sapi potong dari hulu hingga hilir serta jasa
lahan, gangguan reproduksi dan kesehatan penunjang. Pengembangan dan peningkatan
ternak kawasan peternakan terpadu sapi potong ini
Dari análisis situasi diatas dapatlah kita dilakukan secara bertahap dan berkesinam-
menentukan alternatif strategi pengembangan bungan, sehingga mengarah kepada wilayah
usaha sapi potong dilakukan dengan analisa yang berkembang, mandiri dan memiliki nilai
SWOT yang merupakan lanjutan dari analisis ekonomis
IFE dan EFE. Perumusan alternatif strategi
dengan analisis SWOT dilakukan dengan Strategi W-O. Strategi ini dihasilkan dari
penggabungan antara kedua faktor internal kelemahan dan peluang yang dimiliki oleh
dengan faktor eksternal. Secara lebih jelas Kabupaten Pesisir Selatan. Alternatif
hasil analisis matriks SWOT dalam peru- strateginya antara lain : (1). Mempermudah
musan strategi alternatif dapat dilihat pada jangkauan pelayanan sistem kelembagaan
Tabel 4. keuangan bagi masyarakat (W1,W4,O2,O3)
(2). Menambah sarana dan prasaran
Alternatif Strategi Pengembangan Sapi (W3,W5,O2,O6,O4). (3). Pengembangan sum-
Potong di Kabupaten Pesisir Selatan berdaya manusia (SDM) dalam penguasaan
teknologi, kewirausahaan, dan kemampuan
Dengan mengetahui hal-hal yang team work (W3,O3). Dari data yang ada
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan sebelumnya hal ini memberikan gambaran
ancaman bagi usaha sapi potong di Pesisir bagi kita bahwa untuk meningkatkan usaha
Selatan ini, maka dapat disusun strategi kearah yang besar lagi, peternak terkendala
pengembangan kedepan yang diupayakan dalam mendapatkan modal, salah satu
pada : Pengembangan Kualitas sumber daya dikarenakan jauhnya jangkauan pelayan
peternak yang berorientasi agribisnis. Opti- sistem kelembagaan keuangan, hal ini
malisasi pemanfaatan dan perlindungan tentunya menjadi perhatian kita bersama untuk
sumber daya alam, Pengembangan kelem- mempermudah mendapatkan pelayanan ke-
bagaan peternak dan kemitraan, pengem- lembagaan keuangan ini.
bangan wilayah berdasarkan ternak unggulan
dan strategi pendekatan agibisnis dengan Strategi S-T. Strategi ini dirumuskan dari
subsistem dari hulu ke hilir. kekuatan dan ancaman yang dimiliki oleh
Kabupaten Pesisir Selatan. Alternatif stra-
Strategi S-O. Strategi ini dihasilkan dari
teginya yaitu : (1). Perbaikan sistem dan
kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh
258 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 259
Vol. 14 (1)
Tabel 4. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kabupaten Pesisir Selatan
6. Ciptakan pasar yang memadai untuk meningkat kekuatan tawar menawar ditingkat
pemasaran hasil ternak peternak.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa
usaha sapi potong sebagai usaha sambilan dan KESIMPULAN
berskala kecil bisa mendatangkan keuntungan
yang besar, bila usaha ini ditingkatkan ke 1. Dari hasil penelitian didapat evaluasi
skala yang lebih besar lagi pasti nantinya akan faktor internal dalam pengembangan
mendatangkan keuntungan yang besar juga usaha peternakan sapi potong di Kabu-
dengan syara tersedianya pasar untuk penyalur paten Pesisir Selatan berupa kekuatan dan
hasil produksi usaha sapi potong ini dan kelemahan, dimana Kekuatan yang
260 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)
Vol. 14 (1)
Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati) 261
Vol. 14 (1)
262 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong (A. Suresti dan R.Wati)