Skripsi Aviolita Kartika Putri
Skripsi Aviolita Kartika Putri
SKRIPSI
SKRIPSI
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip, maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 1671511150
Tanda Tangan :
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Budi Luhur, saya yang bertanda tangan
dibawah ini;
Dengan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif ini Universitas Budi Luhur Berhak
menyimpan, mengalihmediakan/dalam format lain, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (Database), merawat, dan mepublikasikan Tugas Akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 3 Juni 2020
Yang Menyatakan ;
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Dosen Pembimbing,
iv
v
ABSTRAK
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sampai saat ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Representasi Rasisme Terhadap
Etnis Tionghoa Dalam Film Ngenest Karya Ernest Prakasa”.
1. Dr. Ir. Wendi Usino, M,Sc., M.M., Selaku Rektor Universitas Budi Luhur
2. Dr. Nawiroh Vera, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Budi Luhur
3. Bintarto Wicaksono, S.P.T, M.Sn., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Budi Luhur
4. Rini Lestari, S.Sos., M.I.Kom., selaku Kepala Sekretariat Program Studi Ilmu
Komunikasi Universitas Budi Luhur
5. Haronas Kutanto, S.P.T., M.I.Kom., selaku Kepala Konsentrasi Broadcast
Journalism Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur
6. Shinta Kristanty, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi
7. Doddy Wihardi, S.IP., M.I.Kom., selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu selama
masa perkuliahan
9. Serta teman-teman yang telah memberikan masukan untuk penulis selama
berlangsungnya penulisan skripsi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik
bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Penulis berharap dengan kehadiran
skripsi ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 6
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan........................................................................................... 85
5.2 Saran.. ............................................................................................... 86
5.2.1 Saran Teoritis ........................................................................... 86
5.2.2 Saran Praktis ............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Dewasa ini film menjadi salah satu alat hiburan yang menyatu dengan
masyarakat ditengah banyaknya kesibukan. Film sendiri dimaknai sebagai salah
satu bagian dari media massa karena film dapat menyampaikan informasi kepada
khalayak secara massal. 1 Film juga memiliki peran sebagai sumber informasi
tentang fenomena sosial dan kondisi masyarakat dari berbagai penjuru dunia.
Perkembangan dunia perfilman di Indonesia pun sudah mampu untuk
menampilkan film yang lebih dekat dengan bangsa Indonesia, segala perbedaan
suku, agama, ras dan budaya diolah menjadi karya yang menarik dan sarat dengan
kritikan dan pesan ditangan sineas Tanah Air.
Film karya sineas Tanah Air yang mampu mengulas tentang keberagaman
di Indonesia salah satunya adalah Ngenest karya Ernest Prakasa, film komedi
yang diproduksi oleh Starvision Plus ini diangkat dari buku karya Ernest Prakasa,
didalam film yang dirilis tanggal 31 Desember 2015 dengan durasi 95 menit ini
menceritakan tentang seorang laki-laki bernama Ernest (Ernest Prakasa) yang
merupakan seorang minoritas dari keluarga keturunan etnis Tionghoa yang hidup
di ibukota. Saat ia tumbuh di masa orde baru dimana bau rasisme akan etnis
Tionghoa memuncak, Ernest sering kali mendapatkan perlakuan yang berbeda
oleh orang-orang di lingkungannya bahkan sejak ia masih duduk dibangku
sekolah dasar. Untuk menghilangkan kerasisan tersebut, Ernest mencoba berbaur
dengan teman– teman pribuminya meski ditentang oleh sahabat dekatnya sendiri,
Patrick (Morgan Oey). Namun dengan segala macam usaha yang telah dilakukan
Ernest ternyata semuanya sia-sia, sehingga Ernest berpikir bahwa cara terbaik
adalah dengan mencari seorang gadis pribumi dan menikahinya.
1
Inka Mayang, Skripsi: “Analisis Representasi Pluralisme Agama dan Budaya dalam Film Cinta Tapi Beda”, (Lampung:
Universitas Lampung), Hlm. 15.
2
Hoon Chang Yau. Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Budaya, Politik dan Media, terjemahan, Budiawan, (Jakarta:
Yayasan Nabil dan LP3ES, 2012), Hlm.12.
3
Usman R. Etnis Cina Perantauan di Aceh, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009), Hlm. 1.
4
Tan G, Etnis Tionghoa di Indonesia, (Jakarta. Yayasan Obor Indonesia, 2008), Hlm. 273-275.
5
Suryadinata L, Negara dan Etnis Tionghoa, (Jakarta: LP3ES, 2002), Hlm. 101.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
pihak yang berkompeten, sehingga menjadi pertimbangan atau masukan bagi para
praktisi film dalam menghasilkan karya film yang lebih baik. Melalui penelitian
ini juga semoga dapat memberikan konstribusi dalam memahami makna pesan
yang terdapat dalam sebuah film.
6
Soelistyarini, “Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah”
(http://www.academia.edu/7304163/Pedoman_Penyusunan_Tinjauan_Pustaka_dalam_Penelitian_dan_Penulisan_Ilmiah/,
Diakses 28 Maret 2020, 2020)
Tabel 2.1
Tinjauan Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu
dengan Penelitian yang dilakukan
7
Afdjani Hadiono, Ilmu Komunikasi Proses & Strategi, (Tangerang : Indigo Media Agung, 2015), Hlm. 142.
8
Romli Khomsahrial, Komunikasi Massa, (Jakarta: PT.Grasindo,2016)
Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan, sedangkan dimensi hubungan
menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu
Stimulasi alat indra pada media massa tergantung pada jenis media
yang digunakan. Contoh : media cetak hanya melihat, radio hanya
mendengar dan lain sebagainya
2.2.2 Film
A. Definisi Film
9
Wibowo Fred, Teknik Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2006), Hlm. 196.
C. Jenis Film
Film cerita adalah jenis film yang menyajikan kepada publik sebuah
cerita. Film jenis ini lazim dipertontonkan di bioskop dengan para
pemain bintang film terkenal. Film cerira didistribusikan layaknya
barang dagangan, untuk semua kalangan masyarakat dimanapun ia
berada
Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis. Satu persatu
gambar dilukis dengan seksama untuk kemudian dipotret satu per satu
pula
D. Karakteristik Film
b) Pengambilan Gambar
c) Konsentrasi Penuh
11
Nugroho Garin, Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, (Yogyakarta: Rymah Sinema, 2015)
d) Identifikasi Psikologis
E. Unsur-Unsur Film
Unsur film berkaitan dengan karakteristik utama, yaitu audio visual. Unsur
audio visual dikategorikan dalam dua bidang, yaitu sebagai berikut:
a) Unsur Naratif
Materi atau bahan olahan dalam film cerita unsur naratif adalah
pencitraanya
b) Unsur Sinematik
Cara atau dengan gaya seperti apa bahan olahan itu digarap atas
beberapa aspek seperti mise en scene, sinematografi, editing dan
suara. Untuk mise en scene sendiri berasal dari Perancis yang secara
sederhana bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang ada didepan
kamera dan 4 elemen penting dari mise en scene antara lain adalah
setting, tata cahaya, kostum, make up, akting dan pergerakan pemain
Sudut kamera atau camera angle adalah letak lensa kamera pada sudut
pengambilan gambar yang tepat dan mempunyai motivasi tertentu untuk
membentuk kedalaman gambar atau dimensi dan menentukan titik pandang
penonton dalam menyaksikan suatu adegan dan membangun kesan psikologis
gambar, sudut kamera tersebut antara lain, seperti:
a) High Angle
b) Eye level
Tinggi kamera sejajar dengan garis mata objek yang dituju. Kesan
psikologis yang diasjikan adalah kewajaran, kesetaraan atau sederajat
c) Low Angle
G. Ukuran Gambar
a) Medium Close up
Pada jarak ini tubuh manusia diperlihatkan dari dada ke atas. Biasanya
digunakan untuk adegan percakapan normal
b) Close up
Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek
c) Very Close up
d) Extreme Close up
Pada jarak ini mampu memperlihatkan lebih mendetail bagian dari
wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari
sebuah objek
e) Medium Shot
Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas
g) Long Shot
Jarak long shot, tubuh fisik manusia telah tampak jelas, namun latar
belakang masih dominan. Teknik ini digunakan sebagai establishing
shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak
lebih dekat
Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umunya untuk
menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang
luas
Dalam proses pengambilan gambar tersebut pun ada pula istilah shot, scene
dan sequence. Shot adalah suatu rangkaian gambar hasil rekaman kamera tanpa
intetupsi. Satu shot terbentuk saat tombol rec pada kamera ditekan (yang
menandakan mulai merekam gambar) hingga tombol rec ditekan lagi
(menandakan gambar itu selesai direkan) atau bisa juga disebut satu take.
Scene adalah tempat atau setting dimana kejadian itu berlangsung, dalam
satu scene bisa terdiri dari satu shot atau bahkan gabungan beberapa shot yang
disusun sedemikian rupa, sesuai dengan jalan cerita.
2.2.3 Semiotika
A. Definisi Semiotika
Semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda.
Semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penyelidikan
simbol-simbol dan membentuk tradisi pemikiran yang penting dalam teori
12
Biran,M Y, Lima Jurus SinematografI Joseph V Mascelli, (Jakarta : FFTV-IKJ PRESS, 2010)
13
Indiwan, Semiotika Komunikasi; Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta : Mitra
Wacana Media, 2013), Hlm.33.
14
Littlejohn, Teori Komunikasi Theories of Human Communication edisi 9, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), Hlm. 53.
15
Kriyantono Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), Hlm. 261.
16
Fiske John, Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, (Yogyakarta: Jalasutra,
2004), Hlm.282.
17
Trivosa Pah, Rini Darmastuti. “Analisis Semiotika John Fiske Dalam Tayangan Lentera Indonesia Episode Membina
Potensi Para Penerus Bangsa Di Kepulauan Sula” Journal of Communication Studies Vol. 06 No.1. 2019, Hlm. 3.
2.2.4 Representasi
18
Vera Nawiroh, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014), Hlm.96.
Ras adalah turunan dari pemahaman identitas yang berpusat pada biologi,
genetika dan fisiologi. Oleh karena itu, identitas biologi, genetika, dan fisiologi
dipahami sebagai sesuatu yang tergantung pada geneologi dan dasar biologis
menjadi alat untuk membedakan antara ras secara tajam. 21
2.2.6 Rasisme
A. Definisi Rasisme
22
(Def.1), Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online (https://kbbi.web.id/bangsa/ Diakses 29 Maret 2020, 2020)
23
(Def.1), Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online (https://kbbi.web.id/rasisme/ Diakses 29 Maret 2020, 2020)
Apa pun yang diajarkan oleh orangtua pada anaknya, pasti akan
melekat dalam diri anaknya, apa itu baik atau buruk. Ironisnya,
orangtualah yang menjadi salah satu faktor penyebab rasisme muncul,
sehingga hal ini akan terjadi rantai kebencian yang tidak putus karena
terus didoktrin antargenerasi
24
dosendosiologi.com, “Pengertian Rasisme, Penyebab, dan Contohnya”
(https://www.dosensosiologi.com/pengertian-rasisme/, Diakses 29 Maret 2020, 2020)
Budaya serta adat istiadat setiap pelosok daerah atau bangsa tentu
berbeda-beda yang otomatis mempengaruhi pikiran serta pemahaman
juga perasaan yang tentu mempengaruhi kultur atau pandangan
penanganan dalam suatu fenomena sosial di masyarakat
Ras yang "unggul" mendapat posisi atau berada pada level yang
nyaman dalam bersosialisasi. Mereka dapat berinteraksi dengan bebas
di dalam kelompoknya, dapat mengekspresikan ide-idenya dengan
bebas, mengembangkan potensi secara maksimal tanpa rasa takut akan
dihalang-halangi. lntinya, status sosial mereka berada dalam payung
"kemerdekaan," bebas dari tekanan atau penguasaan pihak lain
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
25
Yenita Irab.”Rasisme”. Jurnal Jaffray Vol. 05 No.1, 2007, Hal. 55.
26
Gunawan Iman, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Pratik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Hlm. 52.
a) Latar alamiah
c) Metode kualitatif
27
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Hlm. 53.
28
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2016), Hlm. 8-13.
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah tiap scene yang ada dalam film
Ngenest yang akan diteliti untuk mengetahui representasi atau pemaknaan
tandanya.
3.5.1 Film
3.5.2 Representasi
29
Vera, Op.Cit., Hlm. 35.
3.5.3 Rasisme
30
Widoyoko Eko Putro, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) Hlm. 46.
Menurut Sugiono, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga
dipahami orang lain. 32
Langkah pertama yang akan peniliti lakukan untuk menganalisis data adalah
melakukan pengumpulan data baik itu dari buku maupun internet. Kedua, peneliti
akan mengobeservasi tiap scene dalam film Ngenest untuk dianalisis sehingga
dapat mengungkapkan makna yang terdapat dalam adegan tersebut. Ketiga, dari
beberapa scene yang telah dipilah kemudian dihubungkan dengan teori semiotika
John Fiske dengan 3 level analisisnya sehingga peneliti dapat menemukan
31
Indrawan Rully, Yaniawati, R. Poppy, Metodologi Penelitian, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014) Hlm. 139.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013)
Hlm. 267.
Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian. 33
a) Triangulasi Sumber
b) Triangulasi Teknik
33
Ibid.
Gambar 4.1
Poster Film Ngenest
Durasi : 95 menit
Fiaz Servia
Reza Servia
Mithu Nisar
Meira Anatasia
Indra W Kurnia
Anel Silverboys
Tabel 4.1
Penghargaan Film Ngenest
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dalam film Ngenest
yang berdurasi selama 95 menit tersebut terdapat kurang lebih 111 scene dengan
13 scene didalamnya yang menunjukan tindakan rasisme terhadap etnis Tionghoa
baik itu secara langsung (non verbal) maupun tidak langsung (verbal), antara lain
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Penelitian Film Ngenest
No Potongan Gambar
SCENE 1
00:00:17
Gambar 4.2
Potongan Gambar Scene 1
Kode Sosial Deskripsi
00:01:51
Gambar 4.3
Potongan Gambar Scene 3
00:01:55
Gambar 4.4
Potongan Gambar Scene 3
35
Ibid.
No Potongan Gambar
SCENE 4
00:02:27
Gambar 4.5
Potongan Gambar Scene 4
00:02:32
Gambar 4.6
Potongan Gambar Scene 4
00:05:14
Gambar 4.7
Potongan Gambar Scene 10
00:05:15
Gambar 4.8
Potongan Gambar Scene 10
36
Ibid.
00:05:32
Gambar 4.9
Potongan Gambar Scene 11
00:05:55
Gambar 4.10
Potongan Gambar Scene 13
00:05:58
Gambar 4.11
Potongan Gambar Scene 13
Gambar 4.12
Potongan Gambar Scene 13
00:06:19
Gambar 4.13
Potongan Gambar Scene 13
No Potongan Gambar
SCENE 15
00:06:52
Gambar 4.14
Potongan Gambar Scene 15
Gambar 4.15
Potongan Gambar Scene 15
37
Ibid
00:10:34
Gambar 4.16
Potongan Gambar Scene 19
38
Ibid.
No Potongan Gambar
SCENE 23
00:13:27
Gambar 4.17
Potongan Gambar Scene 23
39
Ibid.
Ernest : “Sorry..sorry..gue
terlambat. Eh gue udah
mirip kan sama Billy
Joe?”
Bowo : “Lu mah lebih mirip sama
vampir Cina kesetrum
genset Hahahah”
Dialog
Jika direpresentasikan dari dialog
menit ke 00:13:34, tindakan
Representasi tersebut termasuk ke dalam
rasisme tidak langsung dimana
saat Bowo mengejek Ernest
dengan sebutan “vampir Cina
kesetrum genset”
No Potongan Gambar
SCENE 56
10
00:32:27
Gambar 4.19
Potongan Gambar Scene 56
11
00:34:50
Gambar 4.20
Potongan Gambar Scene 59
No Potongan Gambar
SCENE 69
12
00:42:15
Gambar 4.21
Potongan Gambar Scene 69
13
00:56:49
Gambar 4.22
Potongan Gambar Scene 79
4.3 Pembahasan
Pada level realitas, tindakan rasisme yang terjadi dalam film Ngenest
terlihat dari kode gestur, lingkungan dan penampilannya. Pada kode gestur,
tindakan rasisme yang terjadi terhadap etnis Tionghoa diperlihatkan dari cara
kaum pribumi yang merampas barang milik orang Tionghoa (ditampilkan dalam
scene 4), kaum pribumi yang memalak uang kepada orang Tionghoa (ditampilkan
dalam scene 13, scene 15 dan scene 19), serta kaum pribumi yang
mendiskriminasi secara fisik terhadap orang Tionghoa seperti menginjak
(ditampilkan dalam scene 10), menjambak (ditampilkan dalam scene 13),
mendorong (ditampilkan dalam scene 19) dan memukul (ditampilkan dalam scene
11 dan scene 79).
5.1 Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan tentang representasi rasisme terhadap
etnis Tionghoa dalam film Ngenest karya Ernest Prakasa dengan menggunakan
teori semiotika John Fiske melalui kode-kode realitas, representasi, dan ideologi
dapat disimpulkan bahwa rasisme yang diperlihatkan dalam film tersebut yaitu
berupa tindakan rasisme secara langsung (non verbal) dan tidak langsung (verbal),
dimana tindakan rasisme secara langsung (non verbal) yaitu sebuah tindakan yang
dilakukan melalui perlakuan secara fisik, dalam film Ngenest perlakuan secara
fisik yang mengandung ungkapan rasisme sering dilakukan oleh pribumi kepada
etnis Tionghoa seperti memalak uang, menginjak sepatu, menjambak rambut
hingga memukul sampai terluka, sedangkan tindakan rasisme secara tidak
langsung (verbal) yaitu sebuah tindakan yang dilakukan melalui ucapan, dalam
film Ngenest ucapan yang mengandung ungkapan rasisme paling sering
dilontarkan oleh pribumi kepada etnis Tionghoa salah satunya sebutan kata
“Cina” sebagai pengganti nama panggilan.
Pada film Ngenest juga memperlihatkan gestur orang beretnis Tionghoa
yang selalu terdiam dan menundukan kepala saat menjadi korban rasisme oleh
kaum pribumi karena mereka sadar bahwa mereka hanya kaum minoritas yang
akan kalah dengan mayoritas yakni kaum pribumi, serta tindakan rasisme tersebut
membuat etnis Tionghoa juga merasa kesulitan untuk berbaur dengan masyarakat
etnis non-Tionghoa, sehingga menimbulkan sifat isolasi diri yang menjadikan
warga etnis Tionghoa hanya bergaul dengan lingkungan kelompoknya saja (satu
etnis).
Sumber Buku
Afdjani, Hadiono. 2015. Ilmu Komunikasi Proses & Strategi. Tangerang: Indigo
Media Agung
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Garin Nugroho dan Dyna Herlina S. 2015. Krisis dan Paradoks Film Indonesia.
Yogyakarta: Rymah Sinema
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Hoon, Chang Yau. 2012. Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Budaya, Politik dan
Media, terjemahan, Budiawan. Jakarta: Yayasan Nabil dan LP3ES
Wibowo, Fred. 2006. Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher
Sumber Jurnal
Trivosa Pah, Rini Darmastuti. 2019. “Analisis Semiotika John Fiske Dalam
Tayangan Lentera Indonesia Episode Membina Potensi Para Penerus
Bangsa Di Kepulauan Sula”. Journal of Communication Studies. 06(1).
3.
Sumber Online
Dictio. (2017). Semiotika. Retrieved March 29, 2020, from.https://www.dictio.id/
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2020). Bangsa. Retrieved March 29,
2020, from.https://kbbi.web.id/
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2020). Etnisitas. Retrieved March 29,
2020, from.https://kbbi.web.id/
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2020). Rasisme. Retrieved March 29,
2020, from.https://kbbi.web.id/
Gambar 4.2
Potongan Gambar Scene 1
Gambar 4.3
Potongan Gambar Scene 3
91
Gambar 4.4
Potongan Gambar Scene 3
Gambar 4.5
Potongan Gambar Scene 4
Gambar 4.6
Potongan Gambar Scene 4
92
Gambar 4.7
Potongan Gambar Scene 10
Gambar 4.8
Potongan Gambar Scene 10
Gambar 4.9
Potongan Gambar Scene 11
93
Gambar 4.10
Potongan Gambar Scene 13
Gambar 4.11
Potongan Gambar Scene 13
Gambar 4.12
Potongan Gambar Scene 13
94
Gambar 4.13
Potongan Gambar Scene 13
Gambar 4.14
Potongan Gambar Scene 15
Gambar 4.15
Potongan Gambar Scene 15
95
Gambar 4.16
Potongan Gambar Scene 19
Gambar 4.17
Potongan Gambar Scene 23
Gambar 4.18
Potongan Gambar Scene 23
96
Gambar 4.19
Potongan Gambar Scene 56
Gambar 4.20
Potongan Gambar Scene 59
Gambar 4.20
Potongan Gambar Scene 59
97
Gambar 4.22
Potongan Gambar Scene 79
98
99
Email Permohonan Ijin Penelitian
Kepada PH Starvision Plus
100
Balasan Email Permohonan Izin Penelitian
dari Sekretaris Bapak Chand Parwez Servia Selaku Produser Film Ngenest
dan Presiden Director PH Starvision Plus
101
102
103
104
105
106