Disusun Oleh:
KOKI ANIMUSTIKA
(1806103010097)
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjantkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya, makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas Biologi, dan semoga makalah ini dapat memberikan
mengenai narkoba.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan kami. Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, dan semoga makalah ini
Penyusun
1
DAFTAR ISI
i. Kata Pengantar 1
1. Pendahuluan 3
1.2. Tujuan 3
1.3. Manfaat 4
2. Landasan Teori 5
4.1. Pencegahan 26
4.2. Pengobatan 27
5. Daftar Pustaka 32
2
I. PENDAHULUAN
Selain itu, faktor lainnya yaitu tidak adanya atau kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai efek samping atau akibat yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan obat terlarang tersebut mendorong maraknya penggunaan narkoba.
Maraknya penggunaan narkoba saat ini tidak hanya tren di kalangan para
pemuda yang sudah tidak menduduki bangku sekolah lagi, saat ini penggunaan
narkoba telah merajalela di kalangan para pelajar, orang dewasa dan bahkan pada usia
lanjut. Semua itu dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai bahaya narkoba dan
kurangnya sosialisasi dampak-dampak penggunaan narkoba bagi kesehatan. Oleh
karena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai dampak penggunaan
narkoba terhadap sistem saraf manusia.
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
3
II. LANDASAN TEORI
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seseorang
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku seseorang jika masuk kedalam
tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, disuntik, intravena dan
lain-lain sebagainya.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok
senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut
pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun, kini narkoba mengalami pergeseran arti dan umumnya
mengacu pada pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
A. OPIOID (OPIAD)
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver
somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama
4
Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan
narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium.
Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin
(diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
a. Candu
b. Morfin
c. Heroin ( putaw )
5
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada
akhir-akhir ini. Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan
orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun
pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin
tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan
euforik-nya yang baik.
d. Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
e. Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau
dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
f. Methadon
6
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis
opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah
dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin),
dan propocyphene (Darvon).
Kontraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan
satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah
pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau
daya ingat.
7
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis
terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu
atau pemberian antagonis narkotik.
Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau
ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala
mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama.
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea
lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi
temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia.
B. KOKAIN
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat
yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan efek stimulan.
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin
dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.
8
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam
bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti
agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan
kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia
Hipertensi Midriasis .
Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh
diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri
gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam
( Valium ).
C. KANABIS (GANJA)
Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman Cannabis sativa. Semua bagian
dari tanaman mengandung kanabioid psikoaktif. Tanaman kanabis biasanya dipotong,
dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan digulung menjadi rokok disebut joints.
Bentuk yang paling poten berasal dari tanaman yang berbunga atau dari eksudat
resin yang dikeringkan dan berwarna coklat-hitam yang berasal dari daun yang
disebut hashish atau hash.
9
Nama populer untuk Kanabis :
Nama yang umum untuk Kanabis adalah, marijuana, grass, pot, weed, tea, Mary
Jane. Nama lain untuk menggambarkan tipe Kanabis dalam berbagai kekuatan adalah
hemp, chasra, bhang, dagga, dinsemilla, ganja, cimenk.
Efek euforia dari kanabis telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah
sebagai analgesik, antikonvulsan dan hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil
digunakan untuk mengobati mual sekunder yang disebabkan terapi kanker dan untuk
menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindroma imunodefisiensi sindrom
(AIDS). Kanabis juga digunakan untuk pengobatan glaukoma. Kanabis mempunyai
efek aditif dengan efek alkohol, yang seringkali digunakan dalam kombinasi dengan
Kanabis.
D. PSIKOTROPIKA
Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan narkotika, yang
bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabjan perubahankahas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf
pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi
(mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat
menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para
pemakainya.
a. Ecstasy
10
Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine
(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu.
Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami
kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah
periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20
sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh
akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta
mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.
Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan
bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar).
Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul
perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu
menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini,
kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang
dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
b. Shabu-Shabu
11
Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai
dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang
dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia
mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of Diminishing
Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan.
Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang
mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang
drastis selama memakai Sabu.
a. Depresant
yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat
(Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon,
Valium, Mandrak (MX).
b. Stimulant
yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine,
MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.
c. Hallusinogen
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-
sel khusus dan dibedakan menjadi dua,Sel neuron dan sel Neoroglia.
Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf.
Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat
susunan saraf dan sebaliknya.
Sel neuron terdiri atas tiga bagian 1) Badan sel yang mengandung nukleus dan
nukleolus serta berwarna kelabu, 2) Dendrit merupakan lanjutan plasma yang
berfungsi menyampaikan impuls saraf (informasi) menuju ke badan sel dan 2) akson,
berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain.
12
Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel
schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan
selpenyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantaraneuron dari
sistem safaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh
neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susmsum tulang
belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.
Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu
otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari
sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis
adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah
akson dari sel saraf motorik dan sensorik.
13
Depolarisasi yang timbul hanya paba bagian yang dirangsang dinamakan
depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan
yang diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasi
akan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat,
sehingga sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini
menunjukkan penjalaran impuls.Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang terjadi
akibat adanya rangsangan.
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari.
Terdapat dua macam refleks:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya
refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
Rangkaian jalus saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung
refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar: (1) reseptor (2) saraf eferen (3) pusat
pengintegrasi (4) saraf eferen (5) efektor.
14
III. PENGARUH NARKOBA TERHADAP SISTEM SARAF
Efek lain dari penggunaan obat-obatan terlarang adalah hilangnya kendali otot
gerak, kesadaran, denyut jantung melemah, hilangnya nafsu makan, terjadi kerusakan
hati dan lambung, kerusakan alat respirasi, gemetar terus-menerus, terjadi kram perut
dan bahkan mengakibatkan kematian.
Patofisiologi
Efek akut
15
pelabuhan pengaruh terbesar dan tindakan yang ditandai. DA mengikat ke reseptor
D1, memicu kaskade sinyal dalam sel. cAMP-dependent protein kinase (PKA)
phosphorylates respon cAMP elemen protein mengikat (CREB), suatu faktor
transkripsi, yang menginduksi transkripsi gen tertentu termasuk C-Fos.
Reward Circuit
Ketika memeriksa dasar biologis dari kecanduan obat, yang pertama harus
memahami jalur di mana obat bertindak dan bagaimana narkoba dapat mengubah jalur
tersebut. Reward Circuit, juga disebut sebagai sistem mesolimbic, dicirikan oleh
interaksi beberapa area otak.
16
Peran dopamin
Hampir semua obat adiktif, secara langsung atau tidak langsung, menyerang
sistem imbalan otak dengan membanjiri sirkuit dengan dopamin. Sebagai orang yang
terus overstimulate di "sirkuit hadiah", menyesuaikan otak ke besar lonjakan dopamin
dengan memproduksi kurang dari hormon atau dengan mengurangi jumlah reseptor di
sirkuit pahala. Akibatnya, dampak kimia di sirkuit pahala berkurang, mengurangi
kemampuan pelaku untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan.
Penurunan ini memaksa mereka kecanduan dopamin untuk meningkatkan konsumsi
obat dalam rangka upaya untuk membawa hormon "merasa-baik" mereka ke tingkat
normal - efek yang dikenal sebagai toleransi. Pengembangan toleransi dopamin
akhirnya dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam neuron dan sirkuit otak,
dengan potensi untuk sangat membahayakan kesehatan jangka panjang dari otak.
Antipsikotik modern dirancang untuk memblokir fungsi dopamin. Sayangnya,
pemblokiran ini juga bisa menyebabkan kambuh dalam depresi, dan dapat
meningkatkan perilaku adiktif.
Respon Stress
Perilaku
17
Memahami bagaimana perilaku kerja di sirkuit pahala dapat membantu
memahami tindakan obat adiktif. Kecanduan narkoba ditandai dengan perilaku
mencari obat pecandu secara terus-menerus haus, meski sudah mengetahui
konsekuensinya. Obat Addictive menghasilkan pahala, yang adalah perasaan gembira
yang dihasilkan dari konsentrasi dopamin berkelanjutan di celah sinaptik neuron di
otak. Instrumental AC dipamerkan pada pecandu narkoba serta tikus laboratorium,
tikus, dan primata, mereka dapat mengasosiasikan suatu tindakan atau perilaku, dalam
hal ini mencari obat, dengan hadiah, yang merupakan efek dari obat. Bukti
menunjukkan bahwa perilaku ini kemungkinan besar akibat dari perubahan sinaps
yang telah terjadi akibat paparan obat berulang. Perilaku pencarian obat ini
disebabkan oleh proyeksi glutamatergic dari korteks prefrontal ke NAC. Ide ini
didukung dengan data dari percobaan menunjukkan perilaku mencari obat dapat
dicegah mengikuti penghambatan reseptor glutamat AMPA dan melepaskan glutamat
dalam NAC.
Allostasis
Neuroplastisitas
Neuroplastisitas adalah mekanisme putatif balik belajar dan memori. Hal ini
melibatkan perubahan fisik dalam sinaps antara dua neuron berkomunikasi, ditandai
18
dengan peningkatan ekspresi gen, sel diubah sinyal, dan pembentukan sinapsis baru
antara neuron berkomunikasi. Ketika obat adiktif yang hadir dalam sistem, mereka
muncul untuk membajak mekanisme ini dalam sistem penghargaan sehingga motivasi
diarahkan untuk pengadaan obat, dan bukan manfaat alami. Tergantung pada sejarah
penggunaan narkoba, sinapsis rangsang dalam nucleus accumbens (NAC) mengalami
dua jenis neuroplastisitas: potensiasi jangka panjang (LTP) dan depresi jangka
panjang (LTD). Dengan menggunakan tikus sebagai model, Kourrich et al.
menunjukkan bahwa paparan kronis kokain meningkatkan kekuatan sinapsis dalam
NAC setelah periode penarikan 10-14 hari, sementara Synapses tampaknya tidak
diperkuat dalam waktu penarikan 24 jam setelah paparan kokain berulang. Dosis
tunggal kokain tidak menimbulkan apapun atribut dari sinaps diperkuat. Ketika tikus
obat-berpengalaman ditantang dengan satu dosis kokain, depresi synaptic terjadi. Oleh
karena itu, tampaknya sejarah paparan kokain bersama dengan kali penarikan
mempengaruhi arah plastisitas glutamatergic di NAC.
19
dari penggunaan obat untuk kecanduan, pelepasan DA di NAC menjadi tidak perlu
untuk menghasilkan nafsu, melainkan, penurunan transmisi DA sementara aktivitas
metabolisme meningkat pada korteks orbitofrontal berkontribusi mengidam. Pada saat
ini seseorang mungkin mengalami tanda-tanda depresi jika kokain tidak digunakan.
Mekanisme pasti dibalik efek molekul obat di plastisitas sinaps masih belum
jelas. Namun, dalam proyeksi glutamatergic neuroplastisitas tampaknya merupakan
hasil utama dari paparan obat berulang. Jenis keliatan hasilnya sinaptik dalam LTP,
yang memperkuat hubungan antara dua neuron; awal ini terjadi dengan cepat dan
hasilnya adalah konstan. Selain glutamatergic neuron, neuron dopaminergik hadir
dalam merespon VTA glutamat dan dapat direkrut awal selama adaptasi syaraf yang
disebabkan oleh paparan obat berulang. Seperti yang ditunjukkan oleh Kourrich, et
al., Riwayat paparan obat dan waktu penarikan dari paparan terakhir tampaknya
memainkan peran penting dalam arah plastisitas di neuron sistem imbalan.
Sebuah aspek pembangunan neuron yang mungkin juga berperan dalam obat-
neuroplastisitas induksi keberadaan molekul-molekul bimbingan akson seperti
semaphorins dan ephrins. Setelah pengobatan kokain diulang, ekspresi diubah
(kenaikan atau penurunan tergantung pada jenis molekul) dari molekul mRNA coding
untuk panduan akson terjadi pada tikus. Hal ini dapat memberikan kontribusi pada
perubahan dalam karakteristik sirkuit pahala kecanduan narkoba.
Neurogenesis
20
Pertama, neurogenesis menurun sebagai akibat dari paparan berulang terhadap
obat adiktif. Daftar studi menunjukkan bahwa penggunaan opiat kronis,
psikostimulan, nikotin, dan alkohol neurogenesis penurunan pada tikus dan tikus.
Kedua, penurunan ini jelas dalam neurogenesis tampaknya tidak tergantung pada
aktivasi HPA axis. faktor lingkungan lainnya selain paparan obat seperti usia, stres
dan olahraga, juga dapat memiliki efek pada neurogenesis dengan mengatur (HPA)
hipotalamus-hipofisis-adrenal axis. Mount bukti menunjukkan ini untuk 3 alasan:
dosis kecil opiat dan psikostimulan meningkatkan konsentrasi coricosterone dalam
serum tetapi tanpa efek neurogenesis, walaupun neurogenesis menurun mirip antara
self-administered dan dipaksa asupan obat, aktivasi HPA axis lebih besar dalam diri-
administrasi subyek, dan bahkan setelah penghambatan meningkat akibat candu
corticosterone, penurunan neurogenesis terjadi. Ini, tentu saja, perlu diteliti lebih
lanjut. Terakhir, obat-obatan adiktif tampaknya hanya mempengaruhi proliferasi
dalam zona subgranular (SGZ), daripada daerah lain yang terkait dengan
neurogenesis. Penelitian penggunaan narkoba dan neurogenesis mungkin memiliki
implikasi pada biologi sel induk.
Sistem reward ikut bertanggung jawab untuk bagian psikologis toleransi obat.
Protein CREB, suatu faktor transkripsi diaktifkan oleh adenosin monofosfat siklik
(cAMP) segera setelah tinggi, memicu gen yang memproduksi protein seperti
dinorfin, yang memotong pelepasan dopamin dan sementara menghambat sirkuit
imbalan. Pada pengguna narkoba kronis, aktivasi berkelanjutan CREB sehingga
memaksa dosis yang lebih besar yang harus diambil untuk mencapai efek yang sama.
Selain itu meninggalkan pengguna umumnya merasa tertekan dan tidak puas, dan
tidak dapat menemukan kesenangan dalam kegiatan sebelumnya menyenangkan,
sering mengarah ke kembali ke obat untuk "memperbaiki" tambahan.
21
Sensitasi
Depressants
22
morfin dan bekerja heroin dengan meniru endorphins-bahan kimia yang diproduksi
secara alami oleh tubuh yang memiliki efek mirip dengan dopamin-atau dengan
menonaktifkan neuron yang biasanya menghambat pelepasan dopamin dalam sistem
imbalan. Zat-zat (kadang-kadang disebut "Downers") biasanya memfasilitasi relaksasi
dan pereda nyeri.
Stimulan
23
IV. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
4.1. Pencegahan
Oleh karena itu peranan semua sektor terkait, termasuk para orang tua, para guru,
tokoh-tokoh masyarakat dan agama, kelompok remaja, dan LSM-LSM di masyarakat,
dalam pencegahan narkoba sangat penting.
- Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang, seperti: kegiatan olah raga,
kesenian, dll.
- Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang dan
komunikasi terbuka.
24
C. Peran Tokoh Masyarakat
4.2. Pengobatan
• Pengobatan Narkoba:
1. Pengobatan adiksi (detoks)
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri
• Pencegahan Narkoba:
1. Memperkuat keimanan
2. Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan
makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari
narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan
bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan
hilang.
25
1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari
tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau
dengan penurunan dosis obat pengganti.
Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit.
Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga
minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.
Berikut ini beberapa alamat rumah sakit yang menerima pasien untuk detoksifikasi:
26
5. Rumah Sakit Ongko Mulyo
Jl. Pulomas Barat VI, Jakarta Timur
Tel: 62021-4723332, 4722719
Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh secara
fisik memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan kangen
terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan sang
pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu
dan terjerumus lagi.
Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan
pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan
mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.
27
5. Yayasan Dharma Kasih Ibu Puri Kinasih
Komplek Cilember desa Jogjogan, Bogor, Jawa Barat
Tel: 62-251-252379
6. Wisma Adiksi
Jl. Jati Indah I No. 23
Pangkalan Jati, Podok Labu, Jakarta Selatan
Tel: 62-21-7690455; 7540604
8. Permadi Siwi
Jl. MT Haryono, Jarkarta Timur
9. Wisma Dulos
Jl. Tugu No. 4, Cilangkap, Jakarta Timur
11. Wisma Siloam
Jl. Semplak No. 345, Bogor
Tel: 62-251-505159
12. Pesantren Al Ihya
Jl. Batu Tapak, Pasir Jaya, Ciomas, Bogor
Tel: 62-251-311964, 312272, 312055
28
14. Yayasan Podok Bina Kasih
Puncak Cipanas
Sekretariat: Citra I ext. Blok AE V/1, Kalideres, Jakarta Barat
Tel: 62-21-5418993; 5459815
15. Pesantren Inabah XV
Jl. Raya Perjuangan No. 15, Cipanas, Ciawi 46157
Tel: 62-265-455228
29
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Substance_dependence
http://www.bnpjabar.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=350:pencegahan-narkoba-secara-
terpadu&catid=71:artikel&Itemid=172
http://www.jombangkab.go.id/e-gov/Narkoba/apa2.htm
http://www.iapw.info/home/index.php?
option=com_content&view=article&id=143:bahaya-
narkoba&catid=32:ragam&Itemid=45
http://blog.bukukita.com/users/warnet/?postId=5995
http://nusaindah.tripod.com/pengobatannarkoba.htm
30
Penyakit Stroke
Pengertian Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu
atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh
darah (stroke hemoragik).
Hipertensi.
Diabetes.
Kolesterol tinggi.
Obesitas.
Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi
jantung, atau aritmia.
Sleep apnea.
Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
Merokok.
Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
Konsumsi obat-obatan terlarang.
Kecanduan alkohol.
Faktor lainnya:
Penyebab Stroke:
Stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga
menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga
dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke
trombotik dan stroke embolik.
31
Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak
pecah dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh
beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut
meliputi hipertensi yang tidak terkendali, melemahnya dinding pembuluh
darah, dan pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terdiri dari
dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid.
Gejala Stroke
Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga
gejala stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya.
Itulah mengapa gejala atau tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun,
umumnya stroke muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama stroke yang mudah
untuk dikenali, yaitu:
Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum
karena mulut atau mata terkulai.
Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati
rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga
mengalami kelemahan.
Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali
meskipun penderita terlihat sadar.
Diagnosis Stroke
Bila mengalami gejala seperti di atas, segera ke rumah sakit untuk mendapat
penanganan. Agar bisa menentukan jenis penanganan yang paling tepat bagi pengidap
stroke, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang
mengalami stroke.
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter bertanya kepada pasien atau anggota
keluarga pasien tentang beberapa hal, yang meliputi:
Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pasien
lakukan ketika gejala tersebut muncul.
Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Apakah pasien pernah mengalami cedera di bagian kepala.
Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga pengidap terkait penyakit
jantung, stroke ringan (TIA), dan stroke.
32
Tanda dan Gejala Arteriovenous Malformation
AVM otak
Bila terjadi pada otak, gejala AVM yang umumnya dialami oleh penderita meliputi:
2. Aneurysm
Aneurisma otak adalah kondisi di mana pembuluh darah di otak
menggelembung akibat melemahnya dinding pembuluh darah di suatu titik.
Aneurisma otak disebut juga aneurisma serebral atau aneurisma intrakranial.
Aneurisma otak merupakan aneurisma yang paling sering terjadi selain aneurisma
pada aorta abdominal. Jika aneurisma pada otak pecah, hal tersebut bisa
menyebabkan hal yang lebih buruk, seperti kerusakan otak, stroke hemoragik
(diakibatkan perdarahan di otak), koma, bahkan kematian.
33
Faktor Risiko Aneurisma Otak
Aneurisma otak disebabkan oleh dinding pembuluh darah yang melemah atau
menipis, namun belum dapat dipastikan penyebab pasti penyebab pelemahannya.
Umumnya, tidak akan ada gejala yang muncul jika aneurisma pada otak tidak
pecah. Hal tersebut membuat pengidapnya seringkali tidak menyadari adanya
kelainan ini. Aneurisma otak umumnya diketahui dari pemeriksaan medis rutin
(medical check up). Akan tetapi, aneurisma yang cukup besar dapat menekan jaringan
atau saraf sekitar sehingga akan timbul berbagai keluhan, seperti:
Sakit kepala.
Pandangan buram atau ganda.
Nyeri diatas dan di belakang mata.
Sulit bicara.
Kelemahan dan baal pada sebagian wajah.
Aneurisma otak dapat menimbulkan gejala yang serius dan menjadi kondisi yang
gawat darurat jika pecah, seperti:
34
35