Anda di halaman 1dari 75

INSTITUT TEKNOLOGI - PLN

ANALISIS PEMASANGAN ARCING HORN PADA SALURAN


TRANSMISI 150 KV DI GARDU INDUK BEKASI - HARAPAN INDAH

PROYEK AKHIR

DISUSUN OLEH :
PANDRI SETIAWAN
2017-71-043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK


FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA, 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Proyek Akhir dengan Judul

ANALISIS PEMASANGAN ARCING HORN PADA SALURAN


TRANSMISI 150 KV DI GARDU INDUK BEKASI – HARAPAN INDAH

Disusun Oleh :
PANDRI SETIAWAN
NIM : 2017-71-043

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Jakarta, 23 Juli 2020


Mengetahui,
Kepala Program Studi Diploma III Disetujui,

Teknologi Listrik Pembimbing Utama


Digitally signed by
Retno Aita
Diantari, S_T_, M_T
Date: 2020-09-14
21:38:02
(Retno Aita Diantari, S.T., M.T.) (Dr. Ir. Pawenary, M.T., IPM., MPM)

Pembimbing Pendamping
Digitally signed by Muchamad
Nur Qosim
Muchamad DN: OU=Fak. K.E.T, O=Jur
Elektro, CN=Muchamad Nur
Qosim, E=m.qosim@itpln.ac.id
Nur Qosim Reason: I am the author of this
document
Date: 2020-07-23 01:09:58
(M. Nur Qosim, S.T., M.T.)

i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Pandri Setiawan


NIM : 2017-71-043
Prodi : DIII Teknologi Listrik
Judul Proyek Akhir : Analisis Pemasangan Arcing Horn Pada Saluran Transmisi
150 kV di Gardu Induk Bekasi – Harapan Indah

Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Proyek Akhir pada Program Studi
Diploma III Teknologi Listrik Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Institut Teknologi - PLN pada tanggal 10 Agustus 2020.

Tim Penguji Jabatan Tanda Tangan


1. Erlina, S.T., M.T. Ketua Sidang Digitally signed by Erlina, ST.,
MT
DN: C=ID, OU=Fakultas
Ketenagalistrikan & Energi
Terbarukan, O=ITPLN, CN="
Erlina, ST., MT",
E=erlina@itpln.ac.id
Location: Jakarta
Date: 2020-08-15 10:00:10

2. Retno Aita Diantari, S.T., M.T. Sekretaris Sidang Digitally signed


by Retno Aita D
Date: 2020-08-17
14:40:35

3. Suwarno, IR., M.T. Anggota Sidang Digitally signed by Suwarno, Ir,


MT
DN: C=ID, OU=Teknik Elektro,
O=Institut Teknologi PLN, CN="
Suwarno, Ir, MT",
E=suwarno@itpln.ac.id
Reason: I have reviewed this
document
Location:
Date: 2020-08-14 12:15:18

Mengetahui :
Kepala Program Studi Diploma III Teknologi Listrik
Digitally signed by
Retno Aita Diantari,
S_T_, M_T
Date: 2020-09-14
21:38:33
(Retno Aita Diantari, S.T., M.T.)

ii
ANALISIS PEMASANGAN ARCING HORN PADA SALURAN
TRANSMISI 150 KV GARDU INDUK BEKASI – HARAPAN INDAH

Pandri Setiawan, 2017-71-043


Dibawah bimbingan Dr. Ir Pawenary, M.T., IPM., MPM. dan
M. Nur Qosim, S.T., M.T.

ABSTRAK

Saluran udara Tegangan Tinggi (SUTT) dari pusat pembangkit ke pusat gardu induk
apabila melewati daerah yang potensi sambaran petirnya sangat tingi, maka
peluang terkena sambaran petir akan besar. Peralatan proteksi listrik pada saluran
udara tegangan tinggi yang ekonomis dan sederhana yang dapat mengamankan
surja petir adalah Arcing horn yang mampu memotong tegangan implus petir secara
pasif tetapi tidak dapat memadamkan dengan sendirinya. Maka diperlukan sebuah
recloser untuk pengaman arus lebih, dikarenakan hubung singkat , dimana recloser
ini memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan waktu yang dapat
diatur dengan setting interval recloser untuk mengamankan sistem dari ganguan
yang bersifat temporer. Maka dari itu dilakukan penelitian analisis pemasangan
arcing horn pada saluran transmisi 150 kV gardu induk bekasi – harapan indah.
Jenis penulisan proyek akhir ini adalah metode kuantitatif dengan tahap penelitian
studi literatur, pengambilan data, pengolahan data, analisa dan pembuatan proyek
akhir. Jarak antara Isolator dengan arcing horn adalah 75% - 85% dengan jarak 1
keping 13 cm dengan total satu renceng 9 keping jadi jarak arcing horn yang
dizinkan adalah 0,877 meter – 0,994 meter dan pentanahan pada tower D 11
sebesar 1,17 ohm.

Kata Kunci : Transmisi, Arcing horn, Recloser, Pentanahan.

iv
ANALYSIS OF ARCING HORN INSTALLATION IN 150 KV
TRANSMISSION LINE OF BEKASI - HARAPAN INDAH
SUBSTATION

Pandri Setiawan, 2017-71-043


Under Guidance of Dr. Ir Pawenary, M.T., IPM., MPM
and M. Nur Qosim, S.T., M.T.

ABSTRACT

High Voltage Power Line from the power plant to the substation, if it passes through
an area with a very high potential for lightning strikes, then the chance of being hit
by a lightning strike will be great. An economical and simple electrical protection
device in high-voltage overhead lines that can secure a lightning surge is an arcing
horn that is able to passively cut the lightning implant voltage but cannot extinguish
itself. So a recloser is needed for overcurrent protection, due to a short circuit, where
this recloser cuts the current and closes automatically with a time that can be
adjusted with the recloser interval setting to secure the system from temporary
disturbances. Therefore, an analysis of the installation of arcing horns was carried
out on the 150 kV transmission line at the Bekasi substation - Harapan Indah. This
type of final project writing is a quantitative method with the research stage of
literature study, data collection, data processing, analysis and final project creation.
The distance between the isolator and the arcing horn is 75% - 85% with a distance
of 1 piece 13 cm with a total of one plan 9 pieces so the permissible distance arcing
horn is 0.877 meters - 0.994 meters and grounding on tower D 11 is 1.17 ohms.

Keywords : Transmission, Arcing horn, Recloser, Grounding.

v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai civitas akademika Institut Teknologi – PLN, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Pandri Setiawan
NIM : 201771043
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Program Studi : Diploma III Teknologi Listrik
Jenis Karya : Proyek Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya berjudul :
ANALISIS PEMASANGAN ARCING HORN PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV
DI GARDU INDUK BEKASI – HARAPAN INDAH beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan hak bebas royalti non ekslusif ini InstitutTeknologi – PLN
berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat, dan mempublikasikan Proyek Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 21 Juli 2020


Yang menyatakan,

Pandri Setiawan
(NIM : 2017-71-043)

vi
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu, yang diberi Judul “Analisis
Pemasangan Arcing Horn pada Saluran Transmisi 150 kV di Gardu Induk Bekasi –
Harapan Indah.
Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini guna memenuhi salah satu syarat
untuk bisa menyelsaikan program studi dan mendapat gelar Ahli Madya di Program
Studi Diploma III Teknologi Listrik, Fakultas Ketenagalistrikan dan Energi
Terbarukan, Institut Teknologi PLN, Jakarta.
Didalam pengerjaan Tugas Akhir ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat
membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima
kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Pawenary, MT., IPM,. MPM selaku dosen pembimbing utama
2. Bapak Muchamad Nur Qosim, ST.,MT selaku dosen pembimbing kedua
3. Bapak Ahmad Junaidi, Mas Jery, Abang Yudha dan Abang Dede selaku
karyawan PT PLN (Persero) Pusat sertifikasi
4. Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta yang tiada
henti memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.
Jakarta, 23 Juli 2020

Pandri Setiawan
NIM : 201771043

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.............................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR ..................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vi
KATA PENGHANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR RUMUS .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................ 1
1.2.1 Identifikasi Masalah ...................................................................... 2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah ............................................................... 2
1.2.3 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 2
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
1.3.2 Manfaat Penilitian ......................................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 4
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 4
2.2 Landasan Teori ....................................................................................... 4
2.2.1 Saluran Transmisi......................................................................... 4
2.3 Current Carrying (Pembawa Arus) .......................................................... 5
2.4 Penghantar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ............................. 5
2.4.1 Konduktor ACSR .......................................................................... 5

viii
2.4.2 Konduktor TACSR ........................................................................ 6
2.4.3 Konduktor ACCC .......................................................................... 6
2.5 Keunggulan Konduktor ACCC ................................................................ 7
2.6 Jumper Joint ........................................................................................... 8
2.7 Jumper Konduktor ................................................................................... 8
2.8 Isolator .............. .................................................................................... 9
2.8.1 Karakteristik Elektrik ..................................................................... 9
2.8.2 Karakteristik Mekanik ................................................................... 9
2.9 Isolator keramik ....................................................................................... 9
2.10 Non keramik .......................................................................................... 10
2.10.1 Isolator kaca .............................................................................. 10
2.10.2 Isolator Polymer......................................................................... 10
2.11 Isolasi Udara (Ground Clearance)......................................................... 11
2. 12 Struktur ...... ......................................................................................... 12
2.12.1 Besi Siku Tower.......................................................................... 12
2.12.2 Tiang Penegang (Tension Tower) .............................................. 12
2.12.3 Tiang Sudut (Angle Tower) ......................................................... 12
2.12.4 Tiang Akhir (Dead End Tower) ................................................... 13
2.12.5 Tiang Penyangga (Suspension Tower) ...................................... 13
2.12.6 Tiang Penyekat (Section Tower) ................................................ 13
2.12.7 Tiang Transposisi ....................................................................... 13
2.12.8 Tiang Gatry ................................................................................ 14
2.12.9 Tower Kombinasi ....................................................................... 14
2.13 Jenis - jenis Tower ................................................................................ 14
2.13.1 Tiang Pole .................................................................................. 14
2.13.2 Tower latice ................................................................................ 15
2.14 Baut dan Mur Pada Tower .................................................................... 17
2.15 Penghubung (Juction) ........................................................................... 17
2.15.1 Suspension Clamp ..................................................................... 17
2.15.2 Strain Clamp .............................................................................. 18

ix
2.15.3 Dead End Compression ............................................................. 18
2.15.4 Socket Clevis ............................................................................. 18
2.15.5 Bolt Clevis .................................................................................. 19
2.15.6 Triangle Plate ............................................................................. 19
2.15.7 Triangle Plate Link ..................................................................... 19
2.15.8 Square Plate .............................................................................. 20
2.15.9 Shackle ...................................................................................... 20
2.15.10 Link Adjuster ............................................................................ 20
2.16 Pengaman Getaran yang disebakan oleh angin ................................... 21
2.16.1 Spacer ........................................................................................ 21
2.16.2 Armour Rod ................................................................................ 21
2.16.3 Counter Weight .......................................................................... 21
2.16.4 Vibration Damper ....................................................................... 22
2.17 Penghalang bahaya dari mahluk hidup ................................................. 22
2.17.1 Penghalang Panjat ..................................................................... 22
2.17.2 Plat Rambu Bahaya ................................................................... 23
2.18 Pengaman dari Kemungkinan Gangguan Luar .................................... 23
2.18.1 Bola Rambu ............................................................................... 23
2.18.2 Lampu Penerbangan (Aviation Lamp)........................................ 24
2.19 Pengaman urat konduktor ..................................................................... 24
2.91.1 Repair Sleeve .......................................................................... 24
2.19.2 Armour Rod Span .................................................................... 25
2.20 Pengontrol ............................................................................................ 25
2.20.1 Papan informasi ......................................................................... 25
2.20.2 Tangga Panjat (Step Bolt) .......................................................... 25
2.21 Pengaman Dari Gangguan Petir ........................................................... 26
2.22 Arcing Horn ........................................................................................... 26
2.23 Gandengan Arcing Horn ....................................................................... 27
2.24 Proses Terjadinya Petir ......................................................................... 27
2.24.1 Ganguan Akibat Petir ................................................................. 28

x
2.25 Spesifikasi Dari Suatu Gelombang Berjalan ......................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 31
3.1 Perancangan penelitian ........................................................................ 31
3.1.1 Penepatan GSW (Ground Steel Wire) dan OPGW .................... 31
3.1.2 Jenis Isolator ............................................................................... 31
3.1.3 Karakteristik Mekanik ................................................................. 32
3.1.4 Karakteristik listrik....................................................................... 32
3.2 Arcing Horn Sebagai Pengaman Surja ................................................. 32
3.2.1 Pengertian Arcing Horn .............................................................. 33
3.2.2 Cara Kerja Arcing Horn .............................................................. 33
3.2.3 Karakteristik Arcing Horn ............................................................ 33
3.2.4 Keuntungan dan Kerugian Arcing Horn ...................................... 34
3.2.5 Perbedaan Arcing Horn Dengan Arrester ................................... 34
3.3 Teknik Analisis ...................................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 37
4.1 Hasil ........ ............................................................................................ 37
4.1.1 Data Pendukung SUTT Bekasi – Harapan Indah ....................... 38
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 38
4.2.1 Pemasangan Arcing Horn Pada Isolator .................................... 38
4.2.2 Analisis Hasil Pemasangan Arcing Horn Sebelum Pengujian .... 39
4.2.3 Analisis Hasil Pemasangan Arcing Horn Sesudah Pengujian .... 41
4.2.4 Analisis Pengukuran Pembumian pada Tower ........................... 42
4.2.5 Analisis Peran Dari Recloser Pada SUTT .................................. 43
4.3 Implikasi Penelitian ............................................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 45
5.1 Kesimpuan ............................................................................................ 45
5.2 Saran .... .............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 47

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar Jarak Aman/ ROW................................................................... 11


Tabel 4. 1 Saluran Udara Tegangan Tinggi G.I Bekasi - Harapan Indah................ 38
Tabel 4. 2 Data pemasangan arcing horn sebelum pengujian ............................... 39
Tabel 4. 3 Data pemasangan arcing horn sesudah pengujian ............................... 41
Tabel 4. 4 Data Hasil Pentanahan tower ............................................................... 42

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Konduktor ACSR ................................................................................. 6
Gambar 2. 2 Konduktor TACSR............................................................................... 6
Gambar 2. 3 Konduktor ACCC................................................................................. 7
Gambar 2. 4 Jumper Joint ....................................................................................... 8
Gambar 2. 5 Jumper Konduktor ............................................................................... 8
Gambar 2. 6 Isolator Keramik .................................................................................. 9
Gambar 2. 7 Isolator Kaca ..................................................................................... 10
Gambar 2. 8 Isolator Polimer ................................................................................. 10
Gambar 2. 9 Tower Tension .................................................................................. 12
Gambar 2. 10 Tiang Sudut ..................................................................................... 12
Gambar 2. 11 Tiang Transposisi ............................................................................ 13
Gambar 2. 12 Tiang Gatry ..................................................................................... 14
Gambar 2. 13 Tiang Kombinasi ............................................................................. 14
Gambar 2. 14 Tiang Pole ....................................................................................... 15
Gambar 2. 15 Tower Delta ..................................................................................... 15
Gambar 2. 16 Tower Ziq - Zaq ............................................................................... 16
Gambar 2. 17 Tower Piramid ................................................................................. 16
Gambar 2. 18 Baut dan Mur pada Tower ............................................................... 17
Gambar 2. 19 Suspension Clamp .......................................................................... 17
Gambar 2. 20 Strain Clamp ................................................................................... 18
Gambar 2. 21 Dead End Compression .................................................................. 18
Gambar 2. 22 Socket Clevis .................................................................................. 18
Gambar 2. 23 Bolt Clevis ....................................................................................... 19
Gambar 2. 24 Triangle Plate .................................................................................. 19
Gambar 2. 25 Triang Plate Link ............................................................................. 19
Gambar 2. 26 Square Plate ................................................................................... 20
Gambar 2. 27 Shackle ........................................................................................... 20
Gambar 2. 28 Link Adjuster ................................................................................... 20
Gambar 2. 29 Spacer............................................................................................. 21

viii
Gambar 2. 30 Armour Rod ..................................................................................... 21
Gambar 2. 31 Counter Weight ............................................................................... 21
Gambar 2. 32 Damper ........................................................................................... 22
Gambar 2. 33 Penghalang Panjat .......................................................................... 22
Gambar 2. 34 Plat Rambu Bahaya ........................................................................ 23
Gambar 2. 35 Bola Lampu ..................................................................................... 23
Gambar 2. 36 Lampu Penerbangan pada Malam Hari .......................................... 24
Gambar 2. 37 Repair Sleeve ................................................................................. 24
Gambar 2. 38 Armour Rod Span ........................................................................... 25
Gambar 2. 39 Plat Informasi Tower ....................................................................... 25
Gambar 2. 40 Tangga Panjat ................................................................................. 25
Gambar 2. 41 Bagian yang Bertegangan ............................................................... 26
Gambar 2. 42 Bagian yang Tidak Bertengan ......................................................... 26
Gambar 2. 43 Gandengan Arcing Horn ................................................................. 27
Gambar 2. 44 Spesifikasi Gelombang Berjalan ..................................................... 28
Gambar 2. 45 Macam-macam Gelombang Surja................................................... 30
Gambar 3. 1 Penepatan GSW dan OPGW.............................................................31
Gambar 3. 2 Karakteristik Isolasi ......................................................................... 32
Gambar 3. 3 Flowchart Penelitian .......................................................................... 35
Gambar 4. 1 Single Line Diagram SUTT Bekasi – Harapan indah.........................37
Gambar 4. 2 Arah Arcing horn dan Konduktor ....................................................... 39
Gambar 4. 3 Arcing horn sebelum pengujian ......................................................... 40
Gambar 4. 4 Arcing horn sesudah pengujian ......................................................... 42
Gambar 4. 5 Penutup Balik Otomatis pada SUTT ................................................. 43

ix
DAFTAR RUMUS

Rumus 2. 1 Gelombang berjalan ........................................................................ 30


Rumus 2. 2 Gelombang sinus teredam ............................................................... 30
Rumus 4. 1 Perhitungan jarak arcing horn dengan isolator .................................. 38

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar konsultasi ............................................................................. 46


Lampiran 2 Single Line Diagram SUTT Bekasi – Harapan Indah ....................... 50
Lampiran 3 Surat keterangan Rekomendasi Laik Beroperasi .............................. 51
Lampiran 4 Hasil Pentanahan Tower ................................................................... 53
Lampiran 5 SPLN 121 : 1996 .............................................................................. 54

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini menuntut kita untuk
memperoleh energi listrik yang memadai untuk peralatan listrik yang kita gunakan
sebagai kebutuhan sehari-hari. Listrik merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan
manusia, untuk memenuhi setiap kegiatan individu maupun kelompok disuatu
negara. Dalam menjaga ketersedian listrik yang semakin meningkat diperlukan
pembangkit dengan kapasitas yang memadai, demikian pula dalam menyalurkan
tenaga listrik kepada masyarakat rumah tangga dan industri dibutuhkan jaringan
transmisi tegangan tinggi yang handal agar bisa mengalirkan tenaga listrik dari
sistem pembangkit hingga sampai ke gardu induk.
Saluran udara Tegangan Tinggi (SUTT) dari pusat pembangkit ke pusat
gardu induk apabila melewati daerah yang potensi sambaran petirnya sangat tingi,
maka peluang terkena sambaran petir akan besar. Biasa juga ganguan pada saluran
transmisi disebabkan surja petir, dengan demikian dibutuhkan korelasi antara isolasi
alat rangkaain listrik dengan pengamannya agar bisa terlindung dari tegangan lebih
dan tidak terjadi ganguan pada peralatan. Peralatan proteksi listrik pada saluran
udara tegangan tinggi yang ekonomis dan sederhana yang dapat mengamankan
surja petir adalah Arcing horn yang mampu memotong tengangan implus petir
secara pasif tetapi tidak dapat memadamkan dengan sendirinya. Pada saluran
udara tengan tinggi (SUTT) arcing horn terpasang pada isolator yang terletak pada
ujung kawat saluranya yang bertegangan dan ujung tower yang tidak bertengan.
1.2 Permasalahan Penelitian
Pemasangan arcing horn (tanduk api) di tower transmisi kadang tidak sesuai
standar yang telah di tetapkan PT PLN (persero) sehingga arcing horn (tanduk api)
tidak bisa berfungsi dengan semestinya dan akan merusak peralatan. Penilitian kali
ini untuk menganalisis pemasangan arcing horn (tanduk api) pada isolator saluran

1
udara tegangan tinggi sebagai proteksi tegangan lebih dari sambaran petir di saluran
transmisi Bekasi – Harapan Indah.
1.2.1 Identifikasi Masalah
Arcing horn (tanduk api) merupakan pelindung pada isolator di saluran udara
tegangan tinggi, sehingga apabila terjadi lompatan api (flashover) yang terjadi pada
gandengan isolator transmisi agar isolator tidak rusak karena busur apinya dapat
mengakibatkan gangguan operasional. Penyebab lompatan api (flashover) yaitu
surja petir pada saluran transmisi.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penyusunan proyek akhir ini dibatasi beberapa hal :
1. Menjelaskan arcing horn (tanduk api) pada isolator saluran transmisi
2. Menjelaskan pengaruh pemasangan arcing horn (tanduk api) pada isolator
saluran transmisi
3. Menjelaskan penentuan jarak arcing horn (tanduk api) dengan isolator
untuk mencegah lompatan api (flashover) di saluran transmisi
1.2.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan-permasalahan yang
akan di bahas pada tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Apa fungsi dan prinsip kerja arcing horn (tanduk api) ?
2. Bagaimana pengaruh pemasangan arcing horn (tanduk api) pada isolator
saluran transmisi ?
3. Bagaimana penentuan jarak arcing horn (tanduk api) dengan isolator untuk
mencengah lompatan api (flashover) di saluran transmisi ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami fungsi dan prinsip kerja arcing horn (tanduk api) di
saluran transmisi.
2. Untuk memahami pengaruh pemasangan arcing horn (tanduk api) pada
isolator saluran transmisi.

2
3. Untuk memahami penentuan jarak arcing horn (tanduk api) dengan isolator
untuk mencengah lompatan api (flashover).
1.3.2 Manfaat Penilitian
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang fungsi dan prinsip kerja
arcing horn (tanduk api) di saluran transmisi.
2. Dapat mengetahui pengaruh pemasangan arcing horn (tanduk api) pada
isolator saluran transmisi.
3. Dapat mengetahui penentuan jarak arcing horn (tanduk api) dengan
isolator untuk mencegah bunga api bergerak ke isolator.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang akan digunakan pada penulisan ini disusun
seperti dibawah ini :
Bab I Pendahuluan pada bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah
dan memberikan batasan yang jelas terhadap permasalahan yang ada, menentukan
rumusan masalah, dan juga menjelaskan tujuan serta manfaat yang akan dicapai
dari penelitian serta mengurakan sistematika penulisan penelitian. Bab II Landasan
Teori pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang berasal dari literatur-literatur
baik jurnal maupun buku yang mendukung dalam penyusunan penelitian ini. Bab III
Metode Penelitian pada bab ini akan menjelaskan kerangka pemikiran dengan
diagram alur yang merupakan seluruh kegiatan penelitian. Dimulai dari tahap
perencanaan, pengumpulan data, Analisa sampai pada hasil dari Analisa. Bab IV
Hasil dan Pembahasan pada bab ini akan menjelaskan isi dari hasil akhir dari semua
tahap penelitian, dimulai dari perhitungan jarak arcing horn dengan isolator sampai
peran dari recloser yang digunakan. Bab V Penutup pada bab ini akan berisikan
kesimpulan yang diperoleh dari proyek akhir ini.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Bonggas I Tobing “Peralatan Tegangan Tinggi“ Medan Desember 2003.
Yang membahas mahasiswa sekarang wajib mempelari peralatan listrik tegangan
tinggi karena perkembangan listrik semakin cepat dan semakin modern. (Buku
Pedoman saluran udara tegangan tinggi dan ekstra tinggi).
T.S Hutauruk “Ganguan pada SUTT 150 kV” Jakarta 1985 : 3. Faktor- Faktor
penyebab terjadinya ganguan pada SUTT 150 kV adalah : Petir, Polusi, Burung,
Pohon dan keretakan pada Isolaor. (PLN : Pusdiklat).
Aulia Muhammad “ Studi Penepatan Tanduk Api pada Isolator Transmisi
Muara Karang baru – Duri Kosambi yang Masuk ke Gardu Induk 150 kV Duri
Kosambi” Jakarta 2017. Arcing horn untuk melindungi isolator dan gardu induk dari
kerusakan akibat lompatan api (flashover) yang di akibatkan oleh sambaran petir.
(Perpustakan ITPLN).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Saluran Transmisi
Saluran transmisi biasanya dibedakan menjadi dua jenis yaitu saluran bawah
tanah (underground) dan saluran udara (overhead line). Sistem transmisi
menyalurkan daya dengan tegangan tinggi yang digunakan untuk mengurangi
adanya rugi-rugi akibat dari jatuh tegangan. Tenaga listrik pada saluran udara
tagangan tinggi dan ekstra tinggi pada umumnya menggunakan kawat yang tidak
diisolasi sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasinya antara kawat
pengantar dengan lingkungan sekitar, dalam menyanggah kawat penghantar pada
ketinggian dan dari jarak yang aman dari mahluk hidup, tower atau menara yang
terpasang terdapat kawat penghantar di batasi oleh isolator
Kerusakan pada alat utama dan aksesoris lainnya sebakan oleh akibat dari
sambaran surja petir baik secara langsung maupun tidak langsung. Sistem transmisi

4
tenaga listrik yang handal dengan tingkat keamanan yang memadai memiliki
peranan sangat penting dalam proses penyaluran daya dari pusat pembangkit
hingga ke gardu induk untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau negara. Dengan
demikian saluran udara tegangang tinngi (SUTT) samapai gardu induk sangat
dibutuhkan perlindungan dari gangguan surja petir. Agar pada saat terjadi sambaran
petir atau terdapat surja arcing horn dan arrester bisa langsung bekerja
menyalurkannya ketanah.
2.3 Current Carrying (Pembawa Arus)
Merupakan Komponen yang berfungsi sebagai pembawa arus dari pusat
pembangkit untuk sampai ke gardu induk hingga sampai ke beban-beban.
2.4 Penghantar Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Merupakan konduktor yang terdapat pada jaringan transmisi dengan jumlah
arus sesuai spesifikasi atau ratingnya. Di pasang pada tiap tower atau menara yang
melalui isolator sebagai pembatas kawat konduktor dengan tiang. Pada tower
suspension dipegang oleh suspension clamp.
Sedangkan pada tower tension, konduktor dipegang oleh strain clamp compression
dead end clamp.
Pada konduktor saluran energi listrik yang digunakan umumnya memiliki sifat :
A. Ekonomis
B. Lentur/ tidak mudah patah
C. Rendahnya beban jenis
D. Konduktivitas tinggi
E. Tingginya kekuatan mekanik
Pada umumnya kawat konduktor pada saluran udara tegangan tinggi (SUTT)
memiliki kapasitas yang besar agar mudah pemasangannya, dan konduktor serabut
yang dipilin atau berkas (stranded).
2.4.1 Konduktor ACSR
Alumunium conduktor steel reinforced (ACSR) adalah penghantar aluminium
dengan memiliki konduktivitas tinggi, sedangkan bagian dalamnya berupa steel
yang memiliki kuat mekanik tinggi, pada jaringan transmisi tegangan tinggi dan

5
ekstra tinggi lebih memilih konduktor jenis ini, dan sifat elektron yang lebih menyukai
bagian luar konduktor dari pada bagian sebelah dalam konduktor.
Konduktor ACSR steelnya dilapisi dengan aluminium dengan wilayah udara
yang mengandung kadar belerang tinggi cocok memakai tipe jenis ini.

Gambar 2. 1 Konduktor ACSR

2.4.2 Konduktor TACSR


Thermal Aluminium Conductor Steel Reinforced (TACSR) merupakan
penghantar yang memiliki muatan yang lebih tinggi, berpengaruh terhadap sagging
namun berat konduktor tidak mengalami perubahan yang banyak.

TAL Gavanized Alumnium Stell

Gambar 2. 2 Konduktor TACSR

2.4.3 Konduktor ACCC


Alumunium Condutor Composite Core (ACCC) merupakan penghantar yang

6
memiliki kuat mekanik yang tinggi, bagian dalamnya berupa composite, tidak
mengalami korosi, cocok dengan daerah pinggir pantai dan udara yang berdebu
tinggi, bahan ini tidak mengalami pemuaian saat dibebani tegangan maupun dialiri
arus.

Gambar 2. 3 Konduktor ACCC

2.5 Keunggulan Konduktor ACCC


1. Daya Hantar:
A. Core yang ringan memungkinkan penambahan luas aluminium sampai 28
% tanpa penambahan berat
B. Dapat menyalurkan arus dua kali lipat dibanding Konduktor konvensional.
2. Mengurangi Losses
A. Pada saat beban sama mengurangi losses 30 sampai 40% dibanding
konduktor dengan diamater dan berat yang sama
3. Bentang lebih Panjang
A. Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan dari steel
core/ inti baja
B. Lebih kuat dan dimensi yang stabil memungkinkan span lebih panjang atau
tower yg lebih rendah Kekuatan Berat

7
2.6 Jumper Joint
Merupakan sebagai pembagi arus pada titik sambungan konduktor.

Gambar 2. 4 Jumper Joint

2.7 Jumper Konduktor


Jumper konduktor dipergunakan dalam menghubungkan tower tension.
Dengan konduktor, jumlah konduktor, jenis bahan, besar penampang dengan
penghantar saluran udara .

Konduktor

Gambar 2. 5 Jumper Konduktor

Pada tiang tertentu perlu dipasang insulator support untuk menjaga agar jarak
antara konduktor penghubung dengan tiang tetap terpenuhi. Untuk menjaga jarak
dan pemisah antar Jumper Conductor pada konfigurasi 2 konduktor atau 4
konduktor perlu dipasang twin spacer ataupun quad spacer Jarak Jumper conductor
dengan tiang diatur sesuai tegangan operasi dari SUTT/SUTET konduktor pada
tiang tension SUTET umumnya dipasang counter weight sebagai pemberat agar
posisi dan bentuk konduktor penghubung tidak berubah.

8
2.8 Isolator
Isolator pada saluran transmisi berfungsi untuk mengisolasi bagian
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan, baik pada saat terjadi ganguan
maupun pada saat normal.
2.8.1 Karakteristik Elektrik
Kapasitansi diperbesar dari polutan maupun kelembaban udara di
permukaannya. Apabila nilai isolasi menurun akibat dari kerusakan maupun polutan
maka akan tejadi kegagalan isolasi yang dapat menimbulkan gangguan. Isolator
memiliki tahanan tegangan impuls petir pengenal dan tegangan kerja, tegangan
tembus minimum sesuai tegangan kerja.
2.8.2 Karakteristik Mekanik
Isolator memiliki kuat mekanik agar dapat menanggung beban tarik konduktor
penghantar maupun beban berat dari isolator.
Isolator di Jaringan transmisi :
A. Isolator Porselen
B. Isolator Kaca
2.9 Isolator keramik
Isolator yang terbuat dari bahan porselen tahan terhadap cuaca dan tidak
mudah pecah, sebagai pembatas sisi tidak bertegangan dengan bertegangan
secara mekanik maupun dialektrix. Hal itu juga berlaku untuk daerah dimana glasur
lebih tipis dan lebih terang, sebagai contoh pada bagian tepi dengan radius kecil.
wilayah yang di glasur harus dilingkupi glasur halus dan mengkilat, bebas dari retak
dan cacat.

Gambar 2. 6 Isolator Keramik

9
2.10 Non keramik
2.10.1 Isolator kaca
merupakan Isolator gelas yang mudah dideteksi saat ada gelembung dalam
gelas, cacat pada seperti berlubang dan sebagainya, biasanya yang digunakan
berwarna hijau muda.

Gambar 2. 7 Isolator Kaca

2.10.2 Isolator Polymer

Gambar 2. 8 Isolator Polimer

10
Pada mechanical load-bearing fiberglass rod, yang diselimuti oleh weather
shed polimer untuk mendapatkan nilai kekuatan eletrik yang tinggi.
2.11 Isolasi Udara (Ground Clearance)
Isolasi udara adalah mengisolasi antara bagian yang bertegangan dengan
bagian yang tidak bertegangan/ ground. (Peraturan Menteri Pertambangan dan
Energi No. 01.P/47/MPE/1992 tanggal 07 Februari 1992, pasal 1 ayat 9).
Tabel 2. 1 Standar Jarak Aman

11
2. 12 Struktur
Merupakan konstruksi bangunan yang kokoh untuk menyangga / merentang
konduktor penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman dari lingkungan dan
manusia. Yang terbagi menjadi tiga baqgian sebagai berikut :
2.12.1 Besi Siku Tower
Berfungsi untuk menjaga dan mempertahankan kawat penghantar pada
jarak ground clearance tertentu sehingga proses transmisi energi berlajan normal.
2.12.2 Tiang Penegang (Tension Tower)
Tiang penegang untuk menahan tarikan dari konduktor saluran udara
tegangan tinggi (SUTT) dan juga menahan gaya berat konduktor.

Gambar 2. 9 Tower Tension

2.12.3 Tiang Sudut (Angle Tower)


Berfungsi untuk perubahan arah konduktor pada saluran udara tegangan
tinggi dan ekstra tinggi (SUTT/SUTET).

Gambar 2. 10 Tiang Sudut

12
2.12.4 Tiang Akhir (Dead End Tower)

Tiang akhir merupakan tiang penegang untuk menahan gaya tarik konduktor-
konduktor dari satu arah saja. Tiang akhir terdapat pada ujung saluran udara
tegangan tinggi (SUTT) yang akan masuk ke gardu induk.
2.12.5 Tiang Penyangga (Suspension Tower)
Tiang untuk menyangga dan harus kuat menahan gaya berat pada saluran
udara tegangan tinggi (SUTT).
2.12.6 Tiang Penyekat (Section Tower)
Berfungsi antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower
penyangga lainnya muda pada saat pembangunan dan mempunyai sudut belokan
yang kecil.
2.12.7 Tiang Transposisi
Merupakan tiang penegang yang berfungsi sebagai tempat perpindahan letak
susunan phasa konduktor-konduktor Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) .

Gambar 2. 11 Tiang Transposisi

13
2.12.8 Tiang Gatry
Merupakan tiang portal yang dipakai untuk persilangan antara dua saluran
transmisi yang membutuhkan ketinggian yang lebih rendah.

Gambar 2. 12 Tiang Gatry


2.12.9 Tower Kombinasi
Merupakan menara transmisi yang berfungsi untuk dua saluran yang berbeda
arah dan berbeda tegangan oparasinya.

Gambar 2. 13 Tiang Kombinasi

2.13 Jenis - jenis Tower


2.13.1 Tiang Pole
Pada jaringan transmisi tower jenis ini berbentuk tower baja dan beton
biasanya berada lahan sempit seperti kota padat penduduk.

14
Gambar 2. 14 Tiang Pole

2.13.2 Tower latice


Merupakan tower yang terbuat dari baja biasa teletak pada lahan yang cukup
luas yang memiliki 3 jenis sebagai berikut :
2.15.2.1 Tower delta

Gambar 2. 15 Tower Delta

15
2.13.2.2 Tower Ziq-Zaq

Gambar 2. 16 Tower Ziq - Zaq

2.13.2-3 Tower piramid

Gambar 2. 17 Tower Piramid

16
2.14 Baut dan Mur Pada Tower
Baut dan mur pada tower berfungsi untuk membentuk tower jenis menara dan
menahan bracing pada tower.

Gambar 2. 18 Baut dan Mur pada Tower


2.15 Penghubung (Juction)
Merupakan komponen pendukung penghantar yang berfungsi
menghubungkan sistem Konduktor, sistem struktur dan sistem isolasi. Macam –
macam juction
2.15.1 Suspension Clamp
merupakan alat yang berfungsi untuk memegang konduktor pada tiang
suspension, yang digunakan pada konduktor penghantar ke perlengkapan insulator
gantung.

Gambar 2. 19 Suspension Clamp

17
2.15.2 Strain Clamp
Berfungsi memegang konduktor di tiang tower tension biasanya dipasang ke
perlengkapan di isolator penegang pada konduktor.

Gambar 2. 20 Strain Clamp


2.15.3 Dead End Compression
Berfungsi sebagai pemegang konduktor pada tower tension.

Gambar 2. 21 Dead End Compression

2.15.4 Socket Clevis


Berfungsi untuk menghubungkan hot yoke dengan bolt insulator pada tower
suspension dan tension.

Gambar 2. 22 Socket Clevis

18
2.15.5 Bolt Clevis
Berfungsi untuk menghubungkan link dengan socket isolator.

Gambar 2. 23 Bolt Clevis


2.15.6 Triangle Plate
Berfungsi sebagai penahan / penegang konduktor pada tower suspension.

Gambar 2. 24 Triangle Plate

2.15.7 Triangle Plate Link


Berfungsi sebagai penghubung antara suspension clamp dengan triangle
plate .

Gambar 2. 25 Triang Plate Link

19
2.15.8 Square Plate
Berfungsi untuk penahan / pemegang konduktor pada tower tension dan
suspension double.

Gambar 2. 26 Square Plate


2.15.9 Shackle
Berfungsi sebagai penggabung tower dengan link

Gambar 2. 27 Shackle
2.15.10 Link Adjuster
Berfungsi sebagai penghubung konduktor dengan yoke untuk
memperoleh saging yang sesuai. menghubungkan yoke dengan

Gambar 2. 28 Link Adjuster

20
2.16 Pengaman Getaran yang disebakan oleh angin
2.16.1 Spacer
Berfungsi untuk memisahkan perdam getaran konduktor agar konduktor
seirama dalam satu bundle.

Gambar 2. 29 Spacer
2.16.2 Armour Rod
Berfungsi sebagai pengaman kondukor pada tower tension dari stress
mekanis dititik isolator dengan penghubung.

Armour rod
Gambar 2. 30 Armour Rod

2.16.3 Counter Weight


Berfungsi sebagai penjaga jumper konduktor posisinya stabil pada saat ada
goncangan konduktor tidak terkena tower.

Gambar 2. 31 Counter Weight

21
2.16.4 Vibration Damper
Berfungsi sebagai peredam getaran di titik titik terminasi antar konduktor
dengan isolator.

Gambar 2. 32 Damper

2.17 Penghalang bahaya dari mahluk hidup


2.17.1 Penghalang Panjat
Berfungsi sebagai peringatan agar manusia tidak memanjat tower dan
dipasang pada setiap kaki menara , terdapat penghalang yang dibuat runcing.

Gambar 2. 33 Penghalang Panjat

22
2.17.2 Plat Rambu Bahaya
Berfungsi untuk memberitahu bahwa tower ini berbahaya bagi manusia.

Gambar 2. 34 Plat Rambu Bahaya

2.18 Pengaman dari Kemungkinan Gangguan Luar (Pesawat Udara, Terjun


Payung)
2.18.1 Bola Rambu
Bola lampu dipasang pada kawat OPW/ GSW yang berfungsi untuk memberi
tanda pada pesawat yang melintas diudara.

Gambar 2. 35 Bola Lampu

23
2.18.2 Lampu Penerbangan (Aviation Lamp)
Lampu yang terpasang disuplai dari tegangan rendah yang berfungsi sebagai
tanda kepada pesawat yang melitas pada saat malam hari.

Gambar 2. 36 Lampu Penerbangan pada Malam Hari


2.19 Pengaman urat konduktor
2.91.1 Repair Sleeve
Berfungsi mengamankan konduktor alumunium yang akan terputus lebih dari
4 urat.

Gambar 2. 37 Repair Sleeve

24
2.19.2 Armour Rod Span
Berfungsi mengamankan konduktor alumunium yang akan terputus lebih dari
3 urat.

Gambar 2. 38 Armour Rod Span

2.20 Pengontrol
2.20.1 Papan informasi
Berfungsi memberikan informasi bahwa jaringan transmisi akan diadakan
pengecekan.

Gambar 2. 39 Plat Informasi Tower


2.20.2 Tangga Panjat (Step Bolt)
Dipasang pada sepanjang badan tower hingga traves OPGW/GSW yang
berfungsi agar petugas dapat menaikki tower saluran udara tegangan tinggi (SUTT)

Gambar 2. 40 Tangga Panjat

25
2.21 Pengaman Dari Gangguan Petir
Jaringan transmisi 150 kV sering mengalami ganguan akibat sambaran petir
sehingga bisa merusak peralatan terutama pada isolasi sehingga dibuatkan suata
peralatan yang mampu menahan dan mengalirkan surja petir ke tanah.

2.22 Arcing Horn


Berfungsi untuk melindungi isolator dan memotong tegangan implus secara
pasif, harganya ekonomis dan sederhana, yang terletak pada konduktor yang
bertegangan dan pada tower yang tidak betegangan tidak bisa memadamkan
dengan sendiri.

Gambar 2. 41 Bagian yang Bertegangan

Gambar 2. 42 Bagian yang Tidak Bertengan

26
2.23 Gandengan Arcing Horn

Gambar 2. 43 Gandengan Arcing Horn

Arcing horn ini teletak pada ujung kawat penghantar bertengan dan ujung
isolator yang berhubungan langsung dengan ground yang tidak bertengan (tanah).
Arcing horn diletakkan pada ujung isolator gantung (suspension insulator) atau
isolator batang panjang (long rod insulatormaka busur api tidak akan mengenai
isolator saat terjadi loncatan api. Batas antara tanduk atas dan bawah diatur sekitar
75-85 % dari panjang isolator keseluruhan.
2.24 Proses Terjadinya Petir
Proses Terjadinya petir pada keadaan tertentu, dalam atmosfer bumi terdapat
gerakan angin ke atas membawa udara lembab. Mungkin tinggi dari muka bumi,
makin rendah tekanan dan suhunya. Uap air mengkondensasikan menjadi
titik air dan membentuk awan. Angin keras yang meniup ke atas membawa awan
lebih tinggi pada ketinggian 5 km, membeku menjadi kristal es yang turun karena
adanya gravitasi bumi. Karena tetesan air mengalami pergeseran horizontal
maupun vertikal, maka terjadilah pemisahan muatan listrik. Tetesan air yang
bermuatan positif biasanya berada di bagian atas, dan yang bermuatan negatif
berada di bawah. Dengan adanya awan yang bermuatan akan timbul muatan induksi
pada muka bumi, sehingga timbul medan listrik. Mengingat dimensinya, bumi
dianggap rata terhadap awan, sehingga awan dan bumi dapat dianggap sebagai
kedua plat kondensator. Jika medan listrik yang terjadi melebihi medan tembus

27
udara, maka akan terjadi pelepasan muatan. Pada saat itulah terjadi petir. Kondisi
ketidakmampuan di dalam atmosfer, dapat saja timbul akibat pemisahan tidak
seperti di atas. Misalnya muatan yang terjadi bekisar ke arah horizontal, yang
kemudian menimbulkan pelepasan muatan antara dua awan atau pemisahan
muatan vertikal tersebut terjadi sebaliknya, sehingga arah discharge muatan atau
petir yang terbalik. Bentuk umum suatu gelombang berjalan adalah sebagai berikut
:
Puncak

ekor
ekor

kaki
Waktu udet Waktu udet
(a) Gelombang sebelum ada gangguan (b) Gelombang saat ganguan
Gambar 2. 44 Spesifikasi Gelombang Berjalan

Keterangan :
E : Puncak Gelombang
T1 : Muka Gelombang
T2 : Panjang Ekor Gelombang
Muka gelombang didefenisikan sebagai bagian gelombang yang dimulai dari
titik nol (nominal) sampai titik puncak, sedangkan bagian dibelakang puncak disebut
ekor gelombang. Setengah pucak gelombang adalah titik-titik pada muka dan ekor
dimana tegangannya adalah setengah puncak (titik 0.5 pada gambar 2.4). Menurut
standar IEC lamanya muka gelombang didefinisikan sebagai hasil bagi antara
lamanya tegangan naik dari 30% sampai 90% dari puncak.
2.24.1 Ganguan Akibat Petir
Pada saluran udara tegangan tinggi, ganguan akibat petir terdiri dari
gangguan sambaran tidak langsung dan sambaran langusung.

28
2.24.1.1 Sambaran tidak Langsung
Sambaran tidak langsung merupakan sambaran petir yang terjadi di dekat
sistem tenaga. Sambaran ini dapat berupa sambaran petir dari awan ke tanah
ataupun sambaran petir dari awan ke awan. Biasanya sambaran petir ini
berpengaruh pada saluran tengangaan menengah di bandingkan tengangan tinggi.
Akibat adanya sambaran ini, akan timbul medan elektromagnetik yang dapat
menginduksikan tegangan pada saluran sistem tenaga..
2.24.1.2 Sambaran Langsung
Sambaran langsung merupakan sambaran petir ke arah fasa konduktor
dan penunjang fasa konduktor. Hal ini disebabkan karena probabilitas dari
sambaran petir menuju fasa konduktor lebih besar. Kabel fasa yang memanjang
inilah yang mengakibatkan kemungkinan ini terjadi dibandingkan tiang penyangga
yang hanya berdiri di titik tertentu. Apabila sambaran petir menuju fasa konduktor
terjadi, gelombang tegangan yang di bangkitkan oleh sambaran petir akan mengalir
di sepanjang fasa konduktor hingga ke terminal dari peralatan fasa konduktor, atau
bahkan sering menuju isolator antara fasa konduktor dan lengan tiang. Sehingga
meningkatkan tegangan yang terdapat di lengan-lengan tiang penyanga dan
kemudian menggangu isolasi. Isolasi ini akan menyambar balik (back flash) jika
tegangan transien melebihi batas kemampuan isolasi.
2.25 Spesifikasi Dari Suatu Gelombang Berjalan
Keterangan :
A. Puncak (crest) gelombang, E (Kv), yaitu amplitudo maksimum dari
gelombang.
B. Muka gelombang t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai
puncak. Diambil dari 10% sampai 90% E.
C. Ekor gelombang, yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada
ekor gelombang.
D. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negatif.
E= t1 / t2
Dengan :

29
E = Tegangan puncak
t1/t2 = Rasio muka gelombang Jadi suatu gelombang polaritas positif,
puncak 1000 Kv, muka 3 mikrodetik, dan panjang 21 mikrodetik
dinyatakan + 1000,3 x 21.
Ekspresi dasar dari gelombang berjalan secara sistematis dinyatakan
dengan persamaan dibawah ini :
e (t) = E (e-a t – e-bt) (2.1)
Dimana E, a dan b adalah konstanta. Dari variasi a dan b dapat dibentuk
berbagai macam bentuk gelombang yang dapat dipakai sebagai
pendekatan dari gelombang berjalan.
Gelombang sinus teredam :
a = α – jω
b = α – jω
E = E0/2j
E = E0/2j e-αt(ejωt- e-jωt)
= e-αt sin ω (2.2)

Gambar 2. 45 Macam-macam Gelombang Surja

30
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Perancangan penelitian


3.1.1 Penepatan GSW (Ground Steel Wire) dan OPGW (Optik Ground Wire)

GSW

OPGW

Gambar 3. 1 GSW dan OPGW pada SUTT

Ground Steel Wire (GSW) adalah kawat tanah baja yang berfungsi sebagai
pengaman konduktor pada saluran transmisi 150 kV yang terletak pada sisi atas
tower, apabila ada sambaran petir maka akan dialirkan langsung ke bagian
pentanahan bawah tower dan Optik Ground Wire (OPGW) berfungsi sebagai
saluran fiber optik untuk telekomunikasi, telemeterik dan teleproteksi.
3.1.2 Jenis Isolator
Isolator pada saluran udara tegangan tinggi diklarifikasikan menurut
konstrkusi dan kegunaannya menjadi isolator jenis batang panjang (long-rod) dan
gantung (suspension), jenis pos saluran (line post) jenis pasak (pin-type). Insulator
batang panjang digunakan pada tempat udara berdebu dan bergaram. isolator
gantung gandegan biasanya dipakai pada saluran transmisi tegangan tinggi sesuai
kebutusan isolasi.

31
Gambar 3. 2 Karakteristik Isolasi

3.1.3 Karakteristik Mekanik


Isolator harus mempunyai kuat mekanik guna menangung beban tarik
konduktor penghantar maupun beban isolator dan konduktor penghantar.
3.1.4 Karakteristik listrik
Tegangan lebih atau lompatan api (flashover voltage) pada isolator terdiri dari
tegangan lompatan api basah yang merupakan tegangan lompatan api bila
tegangan diterapkan pada kedua elektroda di isolator yang basah karena hujan dan
lompatan api frekuensi yang rendah (bolak-balik) pada kedua elektroda isolator yang
bersih dan kering permukaannya bila tegangan diterapkan.
Pada saat lompatan api frekuensi rendah maka akan terjadi tegangan
tembus, disaat isolator dalam keadaan baik, dan nilainya pada isolator gantung 250
mm sedangkan tegangan tembus (puncture) frekuensi rendah kira-kira 140 kV.
Kekuatan dielektrik isolator, akan terjadi bila tegangan frekuensi rendah diterapkan
antara kedua elektroda isolator yang dicelup dalam minyak sampai isolator tembus.

3.2 Arcing Horn Sebagai Pengaman Surja


Pengaman peralatan listrik dari surja petir dan surja hubung adalah dengan
menahan tegangan lebih pada saluran transmisi kemudian diteruskan pada arcing
horn sisi tower yang ke tanah.

32
3.2.1 Pengertian Arcing Horn
Merupakan suatu peralatanan pengaman yang ekonomis dan paling
sederhana pada sistem transmisi listrik terhadap surja petir dan surja hubung. Arcing
horn harus dapat menahan tegangan dari surja hubung dan surja petir dan harus
melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Biasanya dipasang
pada sisi tegangan dan pada sisi tower yang tidak dengan cara pararel. Jenis arcing
horn sedemikian rupa sehingga busur api yang disebabkan oleh surja hubung dan
surja petir bisa alirkan ke tanah dan masih mampu ditahan oleh isolator.
3.2.2 Cara Kerja Arcing Horn
Dengan melindungi isolator atau bushing pada trafo. Apabila sebuah surja
petir sampai pada kawat, maka terjadilah percikan api antara kawat dan elektroda
atas kemudian diteruskan ke elektroda bawah. Panas yang disebabkan oleh
mengalirnya arus surja menguapkan sebagian dari dinding tabung serat, sehingga
gas menyembur api dan mematikannya pada waktu arus susulan mencapai titik nol.
Tegangan frekuensi rendah yang tetep menyebabkan adanya api pada arcing horn
sehingga menyebakan Arus susulan.
Tabung pelindung di pakai untuk melindungi isolator saluran transmisi,
pemisah (disconnnect switch) dan isolator ril (bus). Dan juga dipakai untuk
melindungi tiang transmisi di dekat gardu induk untuk mengurangi besarnya surja
yang datang pada kawat sehingga dapat membantu tugas arrester. Tetapi masih
dianggap tidak mampu untuk melindungi trafo berkapasitas besar.

3.2.3 Karakteristik Arcing Horn


Arcing horn yang di gunakan pada saluran transmisi dengan tegangan diatas
66 kV, atau diatas 110 kV, di wilayah dengan isokeronik yang tinggi, peralatan ini
digunakan untuk melindungi dari tegangan surja akibat sambaran petir dan surja
hubung. Namun sekali terjadi percikan karena tegangan lebih, api (arc) timbul akan
terus - menerus walaupun tegangan lebihnya sudah tidak ada, maka itu sirkuit harus
diputuskan lebih dahulu agar menghentikan percikan api tersebut. Sehingga
dibutuhkan sela yang sempit untuk gelombang yang curam, kecuali tegangan

33
gagalnya naik lebih tinggi dari pada isolasi yang di lindunginya untuk gelombang
berwaktu pendek.
3.2.4 Keuntungan dan Kerugian Arcing Horn
Kentungan arcing horn adalah harganya yang ekonomis dan bentuknya yang
sederhana, kuat, dan mudah dibuat. Kerugiannya adalah apabila sekali terjadi
percikan karena tegangan lebih, api (arc) timbul terus - menurus walaupun tegangan
lebihnya sudah tidak ada, maka sebab itu sirkuit harus diputuskan terlebih dahulu
agar menghentikan percikan api tersebut, saat ini arcing horn masih gunakan pada
CB (circuit breker) untuk melindungi dari sambaran akibat petir.
3.2.5 Perbedaan Arcing Horn Dengan Arrester
Arcing horn tidak mampu memutuskan arus susulan, untuk memutuskan arus
susulan diperlukan Arrester sebagai alat pelindung tegangan lebih. Agar mudah
paham pada penelitian ini, maka digunakan flow chart perancangan penelitian
sebagai berikut :

34
Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka Studi Lapangan

Pengolahan Data

Tidak

Analisis Data

Data
Sesuai

Ya

Selesai

Gambar 3. 3 Flowchart Penelitian

35
3.3 Teknik Analisis
Berikut ini dijelaskan teknis analisis pada penelitian :
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah untuk upaya memecahkan masalah yang ada,
mulai dari awal sampai pada tahap analisis. Tujuannya adalah untuk
memahami teori dengan konsep yang berkaitan dengan hasil penelitian
lapangan. Studi pustaka dengan membaca pedoman buku PLN, Website dan
Jurnal.
2. Metode pengumpulan data
Studi literatur adalah dengan mengumpulkan teori dari website dan jurnal
yang relevan dengan permasalahan yang ada pada penelitian.
a. Wawancara
Dengan mengajukan pertanyaan pada saat penelitian di lapangan dengan
tulisan maupun lisan baik teori maupun data yang ada.
b. Dokumentasi
Dengan melakukan pemeriksaan visual atau pengamatan langsung maka
didapatkan dokumentasi penelitian yang dibutuhkan.
3. Pengambilan data dan penelitian
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data di SUTT Bekasi – Harapan Indah.

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada tugas akhir ini, akan menganalisis pengaruh pemasangan arcing horn
pada Isolator di Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV, agar pada saat
terjadi ganguan akibat surja petir, arcing horn, islotar, pentahanan tower, dan
recloser bisa bekerja pada mestinya agar dapat mengamanankan sistem dari
gangguan dengan cepat, sehingga peralatan yang beroperasi di transmisi 150 kV
Bekasi – Harapan Indah masih bisa berjalan normal. Berikut Sigline Line Diagram
SUTT Bekasi – Harapan Indah :

Gambar 4. 1 Single Line Diagram SUTT Bekasi – Harapan indah

37
4.1.1 Data Pendukung SUTT Bekasi – Harapan Indah
Tabel 4. 1 Saluran Udara Tegangan Tinggi G.I Bekasi - Harapan Indah
No Jenis Jumlah
1 Konstruksi Tiang Baja 20 Tower
2 Konduktor ACCC -
3 Panjang Penghantar 6,147 kms

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemasangan Arcing Horn Pada Isolator
Arcing horn terdapat pada ujung-ujung Isolator yaitu ujung konduktor yang
bertegangan dan ujung tower yang tidak bertengan dengan meneruskan tegangan
lebih ke tanah yang disebabkan oleh loncatan api pada SUTT. Jarak antara sisi
arcing horn atas dan sisi bawah diatur 75% - 85% dari panjang isolator (Berdasarkan
SPLN 121 : 1996).
1 keping isolator X jumlah keping isolator X 75% -85% (4.1)
Pada umumnya pemasangan arcing horn pada Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) harus sesuai Standar PLN yang berlaku yaitu sisi bagian konduktor
yang bertegangan dan sisi bagian tower yang tidak bertegangan harus simetris,
dalam artinya simetris adalah sisi arcing horn yang bertegangan dan arcing horn sisi
tower yang tidak bertegangan harus mengikuti arah konduktor, Seperti Konduktor
dari arah Barat keTimur, jadi arcing horn harus dari arah Barat ke Timur juga di
Saluran Udara Teganga Tinggi (SUTT).

38
Arcing horn
Sisi tower

Jarak 75% - 85%

Arcing horn
Sisi konduktor bertegangan

Konduktor

Arah konduktor

Gambar 4. 2 Arah Arcing horn dan Konduktor

4.2.2 Analisis Hasil Pemasangan Arcing Horn Sebelum Pengujian


Tabel 4. 2 Data pemasangan arcing horn sebelum pengujian

No Jenis arcing horn Keterangan


1 Pabrikan PT. Preformed Line Product Indonesia
2 Merk Nanjing terui power
3 Material Baja Galvanis
4 Kisaran Harga $ 1,00 - $ 10,00
5 Berat Ringan
6 Horn Gap ±1235 mm
7 Jumlah yang 6 Buah
terpasang
8 Pada Tower D 11
9 Kondisi 3 arcing horn tidak mengikuti arah konduktor

39
10 Kinerja 3 arcing horn tidak bisa bekerja
11 Pemasangan Bagian atas sisi tower yang tidak
bertegangan tidak mengikuti arah konduktor
sehingga arcing horn tidak bekerja

Dengan mengunakan persamaan 4.1 dapat di hitung sebagai berikut :


Isolator dengan merk (Nanjing Electric) dengan jarak 1 keping 13 cm
Dengan jumlah 9 keping maka panjang isolator adalah 117 cm
Jarak batas minimum untuk 9 keping Isolator adalah :
= 75% X 1,17 m = 0,877 meter
Jarak batas maksimum untuk 9 keping Isolator adalah :
= 85% X 1,17 m =0,994 meter
Jadi jarak batas yang dizinkan untuk pemasangan arcing horn pada
isolator adalah = 0,877 meter – 0,994 meter

Gambar 4. 3 Arcing horn sebelum pengujian

40
4.2.3 Analisis Hasil Pemasangan Arcing Horn Sesudah Pengujian
Tabel 4. 3 Data pemasangan arcing horn sesudah pengujian

No Jenis arcing horn Keterangan


1 Pabrikan PT. Preformed Line Product Indonesia
2 Merk Nanjing terui power
3 Material Baja Galvanis
4 Kisaran Harga $ 1,00 - $ 10,00
5 Berat Ringan
6 Horn Gap ±1235 mm
7 Jumlah yang 6 Buah
terpasang
8 Pada Tower D 11
9 Kondisi Simetris ( Lurus dari arah Barat ke Timur)
mengikuti arah konduktor

10 Kinerja 6 arcing horn berkerja maksimal


11 Pemasangan Bagian arcing horn dengan konduktor yang
bertengan dan bagian arcing horn sisi tower
yang tidak bertegangan mengikuti arah
konduktor (sesuai prosedur) sehingga arcing
horn bekerja maksimal

Dengan mengunakan persamaan 4.1 dapat di hitung sebagai berikut :


Isolator dengan merk (Nanjing Electric) dengan jarak 1 keping 13 cm
Dengan jumlah 9 keping maka panjang isolator adalah 117 cm
Jarak batas minimum untuk 9 keping Isolator adalah :
= 75% X 1,17 m = 0,877 meter
Jarak batas maksimum untuk 9 keping Isolator adalah :
= 85% X 1,17 m =0,994 meter

41
Jadi jarak batas yang dizinkan untuk pemasangan arcing horn pada isolator
adalah = 0,877 meter – 0,994 meter

28 Feb 2020 11.33.59


-6°10'40'S 106°59'46'E
2 Jalan Taman Harapan Baru
Pejuang
Kecamatan Medan Satria
Kota Bekasi
Jawa Barat

Gambar 4. 4 Arcing horn sesudah pengujian

4.2.4 Analisis Pengukuran Pembumian pada Tower


Tabel 4. 4 Data Hasil Pentanahan tower
No Tower Grounding Lokasi Kondisi
1 1C 0, 54 Darat Kering
2 A3 0, 93 Darat Kering
3 D5 1, 34 Darat Kering
4 D 11 1, 17 Darat Kering
5 D 12 1, 00 Darat Kering
6 D 14 1, 10 Darat Kering
Berdasarkan data diatas pada pentahanan tower sangatlah baik sehingga
apabila terjadi ganguan yang disebabkan oleh surja petir arus yang masuk bisa
langsung ditanahkan ke sisi bawah tower, maka tidak akan terjadi back flashover
pada isolator Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Bekasi – Harapan Indah.

42
4.2.5 Analisis Peran Dari Recloser Pada SUTT
Dikarenakan arcing horn tidak bisa memadamkan arus ac ikutan yang
disebabkan oleh lompatan api (flashover) dengan sendirinya maka diperlukan
sebuah recloser untuk menormalkan kembali Pemutus Tenaga (PMT) yang Trip
sehingga dalam waktu yang singkat Pemutus Tenaga (PMT) masuk beroperasi
kembali dan recloser siap bekerja apabila terjadi ganguan kembali.
Recloser merupakan pengaman arus lebih, karena hubung singkat ,dimana
recloser ini diatur otomatis bisa menutup kembali dan memutus arus dengan waktu
yang dapat diatur dengan setting interval recloser untuk mengamankan sistem dari
ganguan yang bersifat temporer.

Recloser

Gambar 4. 5 Penutup Balik Otomatis pada SUTT


Apabila terjadi ganguan temporer maka rele akan bekerja dan memberikan
perintah trip kepada PMT pada saat itu juga recloser akan mulai bekerja saat
mendapatkan tegangan positif. Apabila terjadi ganguan kondisi normal Switch S
Recloser menutup, elemen rele, maka elemen yang start adalah :

43
1. Elemen Dead Time (DT) setelah beberapa waktu elemen DT menutup kontaknya
Dan memberi perintah PMT untu masuk, bersamaan itu juga mengenergize
elemen BT (Blocking Time)
2. PMT tidak akan reclose apabila Elemen BT segera membuka rangkaian closing
coil PMT.
2. Apabila setting waktu elemen BT sesuai sehingga terlampaui maka elemen BT
akan reset kembali, dan elemen DT siap kembali untuk melakukan reclose PMT
bila terjadi ganguan lagi.
Setting Dead Time (DT) secara umum 1 detik dan Bloking Time 40 detik.
Setting recloser yang digunakan adalah Sigle Pole Autoreclose (SPAR).
4.3 Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan diatas mengenai Analisis
Pemasangan Arcing Horn pada saluran transmisi 150 kV di bekasi maka dapat
disimpulkan :
1. Pemasangan arcing horn sisi bagian konduktor yang betengan dan sisi bagian
tower yang tidak betegangan harus lurus mengikuti arah konduktor (dari arah
barat ke arah timur ) / simetris dengan jarak celah arcing horn dengan isolator
75% - 85 % jadi dengan 1 keping isolator 13 cm dengan jumlah 1 renceng
(9 Keping) maka jarak celah yang dizinkan adalah 0,877 meter – 0,994 meter.
2. Dengan hasil pentanahan tower D 11 yang sangat baik ( 1,17 ohm) maka
tidak akan terjadi back flasover pada isolator Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) Bekasi – Harapan Indah.
3. Reclocser akan bekerja sangat cepat dalam menormalkan kembali Pemutus
Tenaga (PMT) yang trip yang disebakan oleh lompatan api (flashover) /arus
ikutan dari surja petir yang tidak bisa di padamkan oleh arcing horn dan
setelah ganguan hilang recloser siap beroperasi kembali apabila terjadi
ganguan.

44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpuan
Berdasarkan Hasil dan analisa diatas maka didapat beberapa kesimpulan :
1. Pemasangan arcing horn sisi bagian konduktor yang betengan dan sisi bagian
tower yang tidak betegangan harus lurus mengikuti arah konduktor (dari arah
barat ke arah timur ) / simetris dengan jarak celah arcing horn dengan isolator
75% - 85 % jadi dengan 1 keping isolator 13 cm dengan jumlah 1 renceng
(9 Keping) maka jarak celah yang dizinkan adalah 0,877 meter – 0,994 meter.
2. Dengan hasil pentanahan tower D 11 yang sangat baik ( 1,17 ohm) maka
tidak akan terjadi back flasover pada isolator Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) Bekasi – Harapan Indah.
3. Reclocser akan bekerja sangat cepat dalam menormalkan kembali Pemutus
Tenaga (PMT) yang trip yang disebakan oleh lompatan api (flashover) /arus
ikutan dari surja petir yang tidak bisa di padamkan oleh arcing horn dan
setelah ganguan hilang recloser siap beroperasi kembali apabila terjadi
ganguan.
5.2 Saran
Adapun saran pada tugas akhir ini mengenai Analisis pemasangan arcing
horn pada saluran transmisi 150 kV di Bekasi - Harapan Indah yaitu diharapkan
setiap pemasangan arcing horn pada Isolator harus mengikuti standar yang berlaku
pada tower transmisi 150 kV, agar terhindar dari ganguan yang bersifat temporer.

45
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tobing I Bonggas “Peralatan Tegangan Tinggi“ Medan Desember 2003.
[2] Buku Pedoman SPLN Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi.
[3] T. S Hutauruk Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja Erlangga Jakarta 1989.
[4] Aulia Muhammad Studi Penepatan Tanduk Api pada Isolator
[5] SPLN 121 : 1996, “Konstruksi Saluran Udara Tegangan Tinggi Dengan Tiang
Beton/Baja
[6] Permen Mentri Pertambangan dan Energi No.01.P/47/MPE/1992 Tentang
Jarak Keselamatan Manusia dan Mahluk Hidup
[7] SPLN 692 : 1987 Standarisisai Peralatan Uji Akseseoris SUTT-SUTET
[8] Buku Pengawasan dan Assement SUTT/SUTET
[9] Koordinasi isolasi Electrical Enginering Dept FPTK UPI
[10] https//:izal.wordpress.com

46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Personal
Nim : 2017-71-043
Nama : Pandri Setiawan
Tempat / Tgl. Lahir : Negara Ratu / 14 Juli 1998
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : DIII Teknologi Listrik
Alamat Rumah : Jl. Raya Negara Ratu RT 03 RW 02 Kec. Batang Hari Nuban
Kabupaten Lampung Timur
Hp : 081316071367
Email : pandri1771043@sttpln.ac.id
Personal Web : -
B. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN 1 Negara Ratu - 2011
SMP SMPN 2 BatangHari Nuban - 2014
SMA SMAN 2 Metro IPA 2017
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 18 Juli 2020

(Pandri Setiawan)

47
Lampiran 1 Konsultasi Dengan Pembimbing

INSTITUT TEKNOLOGI PLN


LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama Mahasiswa : Pandri Setiawan
NIM : 201771043
Program Studi : Diploma III Teknologi Listrik
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Pawenary, M.T., IPM., MPM
Judul Proyek Akhir : Analisis Pemasangan Arcing Horn Pada Saluran
Transmisi 150 kV Gardu Induk Bekasi – Harapan
Indah
Tanggal Materi Konsultasi Paraf

06 Februari 2020 Diskusi Judul

14 Februari 2020 Progres Bab I

24 Februari 2020 Identifikasi Masalah

27 Februari 2020 Pengajuan Perumusan Masalah

30 Februari 2020 Progres Bab II

48
03 Maret 2020 Landasan Teori Arcing Horn

06 Maret 2020 Permasalahan dilapangan

09 Maret 2020 Fokus Pada Arcing Horn

11 Maret 2020 Isi Bab III

21 Maret 2020 Pengecekan Proposal dan PPT Sidang

20 April 2020 Hasil Revisi dan Fokus Bab IV

17 Mei 2020 Pemutusan Arus Ikutan dan PBO

30 Juni 2020 Perhitungan dan pembahasan

17 Juli 2020 Penetapan Seluruh Isi TA

49
Lampiran 2 Single Line Diagram SUTT Bekasi – Harapan Indah

50
Lampiran 3 Surat keterangan Rekomendasi Laik Beroperasi

51
52
Lampiran 4 Hasil Pentanahan Tower

53
Lampiran 5 SPLN 121 : 1996

54
55
56
57
58

Anda mungkin juga menyukai