Disusun Oleh :
Nama : Rizki Nur Fajar
NIM : 201612010
Arranged By :
Name : Rizki Nur Fajar
NIM : 201612010
Nurhasa
Teknologi dan Bisnis Energi, CN=Roswati
Nurhasanah, E=roswati@itpln.ac.id
Reason: I am the author of this document
Location: your signing location here
Date: 2020-09-12 16:14:21
Foxit Reader Version: 10.0.0
nah
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
Nur E=rizkinurfaja19@gmai
l.com
Reason: I am the
author of this document
Fajar
Location: Jakarta
Date: 2020-09-12 14:
30:41
Foxit Reader Version:
9.7.2
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi PLN, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Rizki Nur Fajar
NIM : 201612010
Program Studi : Sarjana Teknik Mesin
Fakultas : Teknologi Dan Bisnis Energi
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non – exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencatumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 31 Agustus 2020
Yang menyatakan
Rizki Nur
Fajar
Digitally signed by Rizki Nur Fajar
DN: C=ID, OU=S1 Teknik Mesin,
O=Institut Teknologi PLN, CN=Rizki Nur
Fajar, E=rizkinurfaja19@gmail.com
Reason: I am the author of this document
Location: Jakarta
Date: 2020-09-12 14:31:29
Foxit Reader Version: 9.7.2
v
ANALISIS EFEKTIVITAS AIR PREHEATER B
SEBELUM DAN SESUDAH OVERHAUL DI PLTU BANTEN 3
LONTAR OMU UNIT 3
Rizki Nur Fajar, 201612010
Dibawah bimbingan Roswati Nurhasanah, S.T.,M.T.
ABSTRAK
Air preheater B jenis Ljungstrom Trisector digunakan pada PLTU Banten 3
Lontar OMU Unit 3, fungsi air preheater ini untuk memanaskan udara
pembakaran di dalam boiler dengan menfaatkan flue gas pembakaran dari
boiler. Air preheater juga berfungsi untuk menurunkan temperatur flue gas
pembakaran dari boiler agar tidak mencemari lingkungan. Penggunaan air
preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3 dipakai secara kontinyu
selama bertahun-tahun, hal ini akan mempengaruhi efektivitas dari air
preheater meskipun sudah dilakukan pemeliharaan. Untuk memperbaiki agar
efektivitas air preheater tetap tinggi maka perlu dilakukan overhaul. Kegiatan
yang dilakukan pada saat overhaul yaitu penggantian radial seal. Dari data
operasi dapat dikaji mengenai kegiatan overhaul terhadap efektivitas air
preheater dengan variasi beban 213 MW, beban 254 MW, dan beban 295 MW.
Kegiatan overhaul mempengaruhi efektivitas air preheater. Dari data analisa
yang didapat bahwa nilai efektivitas air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar
OMU unit 3 pada beban 213 MW sebelum overhaul sebesar 0.9023 dan setelah
overhaul sebesar 0.9132, pada beban 254 MW sebelum overhaul sebesar
0.9112 dan setelah overhaul sebesar 0.9132, dan pada beban 295 MW
sebelum overhaul sebesar 0.9138 dan setelah overhaul sebesar 0.9317.
Setelah dilakukan overhaul terjadi peningkatan efektivitas air preheater B di
PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3.
vi
ANALYSIS EFFECTIVENESS AIR PREHEATER B
BEFORE AND AFTER OVERHAUL IN PLTU BANTEN 3
LONTAR OMU UNIT 3
Rizki Nur Fajar, 201612010
Under the guidance of Roswati Nurhasanah,S.T.,M.T.
ABSTRACT
Air preheater B type Ljungstrom Trisector is used in PLTU Banten 3 Lontar
OMU unit 3, the function of the air preheater is to heat the combustion air in the
boiler by utilizing the combustion flue gas from the boiler. The air preheater also
functions to reduce the flue gas temperature of the combustion from the boiler
so as not to pollute the environment. The use of air preheater B in PLTU Banten
3 Lontar OMU unit 3 has been used continuously for many years, this will affect
the effectiveness of the air preheater even after maintenance. To improve the
effectiveness of the air preheater, it is necessary to overhaul it. Activities carried
out during the overhaul were replacing the radial seal. From the operating data,
it can be studied about the overhaul activity on the effectiveness of the air
preheater with a load variation of 213 MW, a load of 254 MW, and a load of 295
MW. Overhaul activities affect the effetiveness of the air preheater. From the
analysis data obtained that the effectiveness value of air preheater B in PLTU
Banten 3 Lontar OMU unit 3 at a load of 213 MW before overhaul is 0.9023 and
after overhaul is 0.9132, at a load of 254 MW before overhaul is 0.9112 and
after overhaul is 0.9132, and a load of 295 MW before overhaul is 0.9138 and
after overhaul is 0.9317. After the overhaul was carried out, there was an
increase in the effectiveness of air preheater B at PLTU Banten 3 Lontar OMU
unit 3.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berupa kesehatan, kesempatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan Skripsi.
Skripsi ini berjudul Analisis Efektivitas Air Preheater B Sebelum Dan
Sesudah Overhaul Di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3. Skripsi ini merupakan
tugas yang harus diselesaikan oleh Mahasiswa Fakultas Teknologi dan Bisnis
Energi Program Studi Sarjana Teknik Mesin di Institut Teknologi PLN.
Tujuan utama dari Skripsi ini adalah untuk memantapkan teori dan
praktek yang telah dipelajari di kampus dan dapat diselesaikan serta
diaplikasikan di lapangan. Dalam proses pembuatan Skripsi ini tak lupa saya
menghaturkan sujud kepada Ibu saya yang telah banyak memberikan dorongan
semangat dari awal hingga selesainya Skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan lancar.
2. Ibu saya Sudarsih, yang senantiasa mendidik, mengasuh dan
memberikan do’a serta dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Prof.Dr.Ir. Iwa Garniwa M., MT. selaku Rektor Institut Teknologi
PLN.
4. Bapak Drs. Prayudi, MM.,MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi Dan
Bisnis Energi Institut Teknologi PLN.
5. Ibu Roswati Nurhasanah, S.T.,M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik
Mesin Institut Teknologi PLN dan selaku dosen pembimbing saya yang
telah dengan tulus membimbing dan mengarahkan anak didiknya atas
kesalahan yang ada dalam proses belajar.
6. Bapak Agus Marjuki selaku pihak bagian pelaksana senior kepegawaian
dan diklat di PLTU Banten 3 Lontar OMU.
7. Bapak Danang selaku pihak bagian rendal operasi di PLTU Banten 3
Lontar OMU.
viii
8. Bapak Fauzan selaku pihak bagian engineering team di PLTU Banten 3
Lontar OMU.
9. Bapak Okta selaku pihak bagian HAR pemeliharaan area boiler di PLTU
Banten 3 Lontar OMU.
10. Seluruh pegawai HAR Mekanik Pemeliharan area Boiler yang telah
memberikan ilmunya.
11. Seluruh dosen dan staff Fakultas Teknologi Dan Bisnis Energi.
12. Seluruh Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Mesin Angkatan
2016.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses belajar dan
menyusun Skripsi ini.
Penulis,
Rizki Nur
Fajar
Digitally signed by Rizki Nur Fajar
DN: C=ID, OU=S1 Teknik Mesin,
O=Institut Teknologi PLN, CN=Rizki Nur
Fajar, E=rizkinurfaja19@gmail.com
Reason: I am the author of this document
Location: Jakarta
Date: 2020-09-12 14:32:13
Foxit Reader Version: 9.7.2
ix
DAFTAR ISI
x
2.2 Prinsip Kerja PLTU .................................................................................. 14
xi
4.2 Perhitungan Data .................................................................................... 43
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 75
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Boiler PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 ........................ 8
Tabel 2.2 Spesifikasi Turbine PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 ..................... 9
Tabel 2.3 Spesifikasi Generator PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 ............... 11
Tabel 2.4 Spesifikasi Kondensor PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 .............. 12
Tabel 2.5 Spesifikasi Air Preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 ...... 21
Tabel 3.1 Data-data yang dibutuhkan (PLTU Banten 3 Lontar Unit 3) ............. 37
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan sebelum dan sesudah overhaul Air Preheater B . 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Siklus Rankine sederhana dan diagram T-S Siklus Rankine ........ 15
Gambar 3.2 Lokasi PT. Indonesia Power PLTU Banten 3 Lontar .................... 40
xiv
Gambar 4.10 Grafik efektivitas ......................................................................... 65
Gambar 4.12 Nilai antara number transfer unit (NTU), kapasitas panas (C), dan
efektivitas (ϵ) sebelum overhaul pada beban 213 MW, beban 254 MW, dan
beban 295 MW .................................................................................................. 70
Gambar 4.13 Nilai antara number transfer unit (NTU), kapasitas panas (C), dan
efektivitas (ϵ) sesudah overhaul pada beban 213 MW, beban 254 MW, dan
beban 295 MW .................................................................................................. 70
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Meningkatnya kebutuhan listrik di era modern menuntut produksi
listrik yang handal. Oleh sebab itu, digunakan alat-alat pembangkitan
dengan efisiensi yang tinggi dalam proses generasi listrik. Dalam sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) digunakan boiler untuk merubah
fase air menjadi fase uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar
turbin. Boiler PLTU Banten 3 Lontar OMU menggunakan bahan bakar
batubara dan juga bahan bakar minyak diesel / high speed diesel (HSD)
untuk awal mulai menjalankan PLTU sebagai sumber kalor yang berguna
untuk memanaskan air di dalam boiler. Boiler PLTU Banten 3 Lontar OMU
modern berkapasitas besar meggunakan air preheater yang merupakan
komponen tambahan penting dari boiler yang digunakan untuk
meningkatkan efisiensi(G.Shruti, Ravinarayan Bhat, 2014). Selain air
preheater, ada juga komponen lainnya yaitu fan. PLTU Banten 3 Lontar
OMU Unit 3 menggunakan air preheater type ljungstrom type rotary
regenerative trisector.
Fungsi utama air preheater untuk memanaskan udara pembakaran
di dalam boiler dengan memanfaatkan flue gas pembakaran dari boiler.
Jika udara yang masuk untuk pembakaran tidak memiliki panas yang
sesuai maka konsumsi bahan bakar akan lebih banyak untuk mencapai
pembakaran sempurna dan ini akan meningkatkan biaya dan mengurangi
efisiensi(Praveen & Kishore, 2016). Fan digunakan sebagai peningkatan
efisiensi pembangkit karena fan dapat memaksimalkan penghematan
bahan bakar dan membantu proses pembakaran agar sempurna. Karena
tanpa adanya fan, efisiensi thermal pada boiler akan sulit didapatkan.
Pemasokan udara diperoleh dari dua sumber utama, yaitu forced draft fan
yang menghasilkan udara sekunder dan primary air fan yang menghasilkan
udara primer. Hasil keluaran udara dari kedua fan sebelum masuk kedalam
boiler dari force draft fan yaitu melewati air preheater untuk dinaikkan
1
temperatur sehingga tercapai temperatur yang diingikan sebelum masuk ke
boiler begitupun udara dari primary air fan sebagian melewati air preheater
untuk dinaikkan suhunya kemudian akan masuk ke pulverizer dan sebagian
udara dari primary air fan akan langsung ke pulverizer tanpa melewati air
preheater sebagai pengontrol temperatur apabila pulverizer mengalami
kelebihan temperatur.
Penggunaan air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3
dipakai secara kontinyu selama bertahun-tahun, hal ini dapat
mempengaruhi efektivitas dari air preheater meskipun sudah dilakukan
pemeliharaan. Alasan memilih pokok bahasan tersebut yaitu untuk
mengetahui efektivitas air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3
dengan kondisi sebelum dan sesudah overhaul dengan variasi tiga beban
yaitu beban 213 MW, beban 254 MW dan 295 MW. Overhaul yang
dilakukan pada air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3 yaitu
overhaul simple inspection yang dilaksanakan pada bulan mei 2020.
Kegiatan overhaul yang dilakukan yaitu penggantian radial seal sisi
horizontal air preheater.
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari uraian pada latar belakang, maka dapat di identifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pengaruh overhaul terhadap efektivitas air preheater B di
PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3.
2. Faktor yang mempengaruhi efektivitas air preheater B di PLTU
Banten 3 Lontar OMU unit 3.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Penulisan skripsi ini terfokus dalam pada pembahasan
tentang analisis efektivitas air preheater B sebelum dan sesudah
overhaul dengan variasi beban 213 MW, beban 254 MW, dan
beban 295 MW di PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3. Agar hasil
penelitian dapat diterima seperti yang diharapkan serta agar
2
pembahasan objek analisis tidak melebar, maka ditentukan
batasan-batasan penelitian, yaitu :
1. Penelitian ini hanya membahas terbatas pada air preheater B
di PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3.
2. Penelitian melakukan perbandingan nilai efektivitas pada air
preheater B sebelum dan sesudah overhaul pada beban 213
MW, beban 254 MW, dan 295 MW di PLTU Banten 3 Lontar
OMU Unit 3.
3. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data sebanyak 2 kali
yaitu sebelum dan sesudah overhaul pada beban 213 MW,
beban 254 MW, dan 295 MW.
4. Dalam perhitungan, air preheater dianggap terdiri dari heat
stored element tanpa adanya menghitung element basket,
seal, dan komponen lain.
1.2.3 Rumusan Masalah
Apakah overhaul mempengaruhi efektivitas air preheater B di
PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 ?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui efektivitas air preheater B sebelum dan sesudah overhaul
dengan variasi beban 213 MW, beban 254 MW, dan beban 295 MW di
PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3.
b. Mengetahui perubahan efektivitas air preheater B sebelum dan sesudah
overhaul dengan variasi beban 213 MW, beban 254 MW, dan beban 295
MW di PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Dapat mengetahui efektivitas air preheater B sebelum dan sesudah
overhaul pada beban 213 MW, beban 254 MW, dan beban 295 MW di
PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3.
b. Dapat mengetahui perubahan efektivitas air preheater B sebelum dan
sesudah overhaul dengan variasi beban 213 MW, beban 254 MW, dan
beban 295 MW di PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3.
3
c. Sebagai referensi untuk yang mau mengkaji terkait efektivitas air
preheater.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Efektivitas
Air Preheater B Sebelum Dan Sesudah Overhaul Di PLTU Banten 3
Lontar OMU Unit 3” dimaksudkan untuk mempermudah dalam
pembacaan dan memberikan gambaran mengenai pembahasan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang
penelitian, permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
4
BAB V Penutup
Pada bab penutup ini, berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan
yang telah diuraikan serta saran dari penulis.
5
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Teori Dasar Sistem PLTU
Pembangkit listrik thermal yang memiliki kapasitas yang besar yaitu
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), karena beban dasar dalam sistem
kelistrikan penyuplainya dari pembangkit listrik tenaga uap. Dari segi
ekonomis PLTU merupakan pembangkit listrik yang investasi awalnya
sangat mahal, tetapi pembangkit listrik ini hemat sehingga banyak
digunakan. Besarnya kapasitas dan faktor ketersediaan mempengaruhi
kualitas PLTU terhadap produksi selama setahun. Pertambahan konsumen
yang semakin meningkat sehingga pembangkit sering mengalami
pelepasan beban, hal ini perlu dilakukan evaluasi agar produksi listrik
optimal dan kebutuhan listrik konsumen terpenuhi(Supramani & Kumar,
2017). Dan kuantitas PLTU sangat dipengaruhi oleh evaluasi kerja dari
setiap komponen-komponen yang beroperasi dalam unit PLTU.
Permasalahannya yang sering terjadi dalam PLTU yaitu pada saat
PLTU akan dioperasikan mengalami kegagalan start. Yang menyebabkan
terjadi kegagalan start adalah adanya kerusakan/kegagalan pada
komponen-komponen yang ada di dalam unit PLTU. Dampak dari
kegagalan tersebut menyebabkan PLTU tidak dapat memproduksi listrik.
Sehingga evaluasi kinerja komponen unit PLTU perlu dilakukan(Vulloju,
2013). Evaluasi tersebut dilakukan agar mengetahui kinerja dan lifetime
komponen, sehingga bisa diperkirakan waktunya komponen tersebut harus
dilakukan pemeliharaan dan pergantian.
PLTU adalah pembangkit listrik tenaga uap, yang merubah energi
kimia yang terdapat di dalam bahan bakar menjadi energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) banyak digunakan di Indonesia
dikarenakan biaya bahan bakarnya yang murah dan dapat menghasilkan
daya yang besar. Bahan bakar pada PLTU yaitu batubara dan minyak
diesel / HSD untuk start awal PLTU.
6
Proses konversi energi pada PLTU melewati 3 tahapan, yaitu :
7
uap / uap basah, dan superheater untuk pemanasan uap basah
menjadi uap lanjut.
Pressure
Inlet /
Reheat 0C 329/541 324/541
Outlet
Temperature
8
ed Flue
g 0C
Steam 131 131
as
Temperature
{Corrected)
Feed
0C 281 278
Wat
er
Temperature
Drum Pressure MPa 18,77 18,58
Design
% 93,26 93,71
Efficiency
2. Turbin uap
Turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang
terdapat dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran
turbin. Uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi dialirkan
melalui nozzle sehingga kecepatan uapnya meningkat dan
diarahkan tepat menuju sudu-sudu turbin yang dipasang pada
poros. Sehingga poros turbin bergerak menghasilkan putaran.
9
Manufacturer Dongfang Turbine Co.,Ltd
Subcritical, Single Reheating,
condensing
Type
turbine with two casings and double
exhaust – hoods
Rated Output 315 MW
Initial Steam 16,7 Mpa
Pressure
Initial Steam
538 0C
Temperature
Reheated Steam
3.379 Mpa
Pressure
Reheated Steam
538 0C
temperature
Exhaust Pressure
8,7 Kpa
( absolute pressure )
Direction Rotor Clockwise, when looking from steam
turbines
Of
to generators
Rotation
Steam
Distributi Throttle governing, nozzle governing
on
Method
Governing System DEH
3. Generator
Generator berfungsi untuk merubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Generator menghasilkan listrik dikarenakan ada
penggerak awal. Turbin uap adalah penggerak awal dari
generator.
10
Gambar 2.4 Generator pada PLTU
(Sumber : ilmudasar.id)
Tabel 2.3 Spesifikasi Generator PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
Type QFSN - 300 - 2 - 20B
Manufacturer Dongfang Electric Machinery
Co.,Ltd
Maximum Continous 316 MW ( 371.7 MVA )
Output
Rated Voltage 20 kV
Rated Power Factor 0,85
Rated Frequency 50 Hz
Rated Rotary Speed 3000 r/min
Rated Current 10.732 kA
Number Of Phases 3 phases
Stator Winding Y
Connection
Number Of Terminals 6
Insulation Class F (temp.limit.B class)
Colling Mode H2O-H2-H2
Rated H2 Pressure 0,3 MPa (g)
Excitation Type Static Thyristor Excitation
11
4. Kondensor
Kondensor adalah alat untuk merubah phasa uap menjadi cair,
yang berfungsi untuk mengkondensasikan/mengembunkan uap
keluaran turbin. Uap keluaran dari turbin akan langsung menuju
kondensor untuk dirubah menjadi air dengan proses
kondensasi/pengembunan, proses kondensasi uap menjadi air
terjadi karena uap akan bersentuhan langsung dengan pipa-pipa
kondensor yang didalamnya dialiri air pendingin.
12
Number Of Tube
(Air Colling Zone 1.420
and Exhaust)
13
2.2 Prinsip Kerja PLTU
14
Gambar 2.7 Prinsip Kerja PLTU Sederhana
2.2.1 Siklus Rankine
Pada pembangkit listrik tenaga uap, fluidanya mengalami
beberapa proses yaitu kompresi, pemanasan, penguapan,
ekspansi, dan pendinginan. Siklus pada pembangkit listrik tenaga
uap yaitu siklus Rankine. Siklus rankine sederhana memiliki 4
komponen utama, terdiri dari pompa, boiler, turbin, dan
kondensor. Gambar siklus Rankine sederhana ditunjukkan pada
gambar dibawah ini(Cengel, 2004) :
15
Siklus yang mengkonversi energi panas menjadi energi
gerak adalah siklus rankine. Siklus rankine pada diagram T-S
terdiri dari 4 proses, yaitu(Antono, 2016) :
1. Proses (1-2) : Di pompa, terjadi proses kompresi
isentropic.
2. Proses (2-3) : Di boiler, terjadi proses penguapan pada
tekanan tetap.
3. Proses (3-4) : Di turbin uap, terjadi proses ekspansi
isentropic.
4. Proses (4-1) : Di kondensor, terjadi proses kondensasi uap
pada tekanan tetap.
16
2) Proses 1’-2 : Proses pemanasan air di dalam LPH (Low Pressure
Heater)
3) Proses 2-2’ : Proses menaikkan tekanan air dengan BFPT (Boiler Feed
Pump Turbine).
4) Proses 2’-3 : Proses pemanasan air di dalam HPH (High Pressure
Heater) dan economizer.
5) Proses 3-4 : Proses pemanasan air menjadi uap air pada wall tube dan
downcomer di dalam boiler.
6) Proses 4-5 : Proses pemanasan uap air menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) pada superheater.
7) Proses 5-6 : Proses ekspansi uap di dalam high pressure turbine.
8) Proses 6-7 : Proses pemanasan kembali uap yang keluar dari high
pressure turbine yang terjadi di dalam reheater.
9) Proses 7-7’ : Proses ekspansi uap yang keluar dari reheater di dalam
intermediate pressure turbine.
10) Proses 7’-8 : Proses ekspansi uap di dalam low pressure turbine tanpa
pemanasan ulang.
11) Proses 8-1 : Proses kondensasi uap menjadi air di dalam kondensor.
2.3 Perpindahan Panas
Pada dasarnya perpindahan panas terjadi dikarenakan adanya
perbedaan temperatur. Untuk menganalisa proses perpindahan panas
diperlukan ilmu perpindahan panas. Perpindahan panas dibagi menjadi 3,
yaitu perpindahan panas secara konduksi, perpindahan panas secara
konveksi, dan perpindahan panas secara radiasi(Cengel, 2004).
2.3.1 Perpindahan Panas Secara Konduksi
Proses perpindahan panas secara konduksi terjadi antara
benda-benda yang berkontak langsung, menempel satu dengan
yang lainnya, dan tidak ada pergerakan diantara benda-benda
tersebut. Misalnya batang logam yang salah satu ujungnya
dipanaskan, panas tersebut akan merambat/berpindah ke ujung
logam yang tidak dipanaskan.
17
2.3.2 Perpindahan Panas Secara Konveksi
Proses perpindahan panas secara konveksi terjadi pada
sebuah benda padat dengan fluida (cair atau gas) yang saling
berinteraksi. Misalnya fluida panas yang mengalir melewati pipa
logam, dinding pipa logam akan terasa panas.
2.3.3 Perpindahan Panas Secara Radiasi
Proses perpindahan panas secara radiasi terjadi diantara
dua permukaan tanpa yang kejadiannya tanpa media perantara.
Misal perpindahan panas antara matahari dengan orang yang
sedang berjemur di tempat yang terik. Orang tersebut akan
langsung merasakan panas dari matahari, hal ini terjadi karena
temperatur di tempat orang yang sedang berjemur temperaturnya
lebih rendah. Udara bukan merupakan perantara dalam
perpindahan panas.
2.4 Air Preheater
2.4.1 Pengertian Air Preheater
Air Preheater (APH) merupakan salah satu alat bantu pada
boiler. Air Preheater (APH) adalah alat yang berfungsi sebagai
penukar panas (heat exchanger) antara gas buang (flue gas)
dengan udara pembakaran. Sumber panas berasal dari flue gas
yang dimanfaatkan untuk memanaskan udara pembakaran yang
diambil dari udara atmosfer dengan bantuan alat yaitu primary air
fan (PA Fan) dan force draft fan (FD Fan). Udara pembakaran ada
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Udara Primer / Primary Air
18
batubara yang ditransfer sehingga mempercepat proses
pembakaran batubara di furnace.
2. Udara Sekunder / Secondary Air
Udara sekunder dihisap dari udara atmosfer
menggunakan secondary air fan (SA Fan). Udara sekunder
ini digunakan untuk memasok/mensuplai udara
pembakaran di furnace sehingga dihasilkan pembakaran
sempurna, kesesuaian volume udara dan bahan bakar.
Heat Transfer APH dalam PLTU mempunyai 2 fungsi :
1. Meningkatkan efisiensi pembakaran
2. Menurunkan temperatur gas buang
Semakin baik kinerja heat transfer APH semakin baik pula
efisiensi PLTU, demikian pula temperatur keluaran gas buang
juga dikendalikan agar aman untuk lingkungan dan komponen
APH.
2.4.2 Jenis-Jenis Air Preheater
Jenis-jenis air preheater yang sering digunakan di PLTU
terdapat 2 jenis :
1. Tubular Air Preheater
Jenis Tubular Air Preheater merupakan air preheater
yang tidak berputar (stationer). Perpindahan panas terjadi
melalui pertukaran dari flue gas yang dilewatkan melalui pipa-
pipa dengan udara yang dilewatkan dari sisi luar pipa flue gas.
19
Gambar 2.10 Diagram Air Preheater Jenis
Tubular(PT.Indonesia Power, 2016)
2. Rotating-Plate Regenerative Air Preheater
Jenis Rotating-Plate Regenerative Air Preheater
(RAPH) merupakan air preheater yang komponennya berputar
(Rotary Equipment). Rotary equipment berupa plat-plat elemen
yang disusun vertikal diletakkan dalam basket elemen radial
dan dikaitkan pada poros sebagai pusat putaran. Plat-plat
elemen merupakan media perpindahan panas pada Rotating-
Plate Regenerative Air Preheater (RAPH).
Secara vertikal, ruang-ruang dalam Rotating-Plate
Regenerative Air Preheater (RAPH) dibagi menjadi beberapa
sektor yang tersekat untuk memisahkan antara laluan flue gas
dan udara pembakaran. Jumlah sektor dalam Rotating-Plate
Regenerative Air Preheater (RAPH) bisa 2(bi-sector), 3(tri-
sector) atau 4(quad-sector), dan dilengkapi dengan seal di
seputar elemen dan di setiap antar sektor. Flue Gas mengalir
melalui sisi laluan gas melewati celah-celah/rongga-rongga
sekaligus memanaskan elemen RAPH, elemen RAPH yang
20
merupakan bagian dari Rotary Equipment RAPH diputar dan
mentransfer panas ke sisi laluan udara pembakaran. Siklus
(putaran) perpindahan panas berulang dan berlanjut sehingga
RAPH disebut Regenerative.
21
5 Height of heat-transfer
mm 600+800
element at hot end of APH
6 Area of heat-transfer elemen
m2 23699(single side)
at hot end of APH
7 Material of heat-transfer
Enamel
element at cold end of APH
8 Thickness of heat-transfer
mm 0.6
element at cold end of APH
9 Height of heat-transfer
mm 300
element at cold end of APH
10 Area of heat-transfer elemen
m2 (Single side)
at cold end of APH
11 Rotor diameter of APH mm 10320
12 Weight/total weight of rotor t 250/350
13 Rotor speed of rotation of
Rpm/min 1.14
APH
14 Number of water washing Flue gas side
Piece
tubes of APH 1/1(hot/cold)
15 Pressure of flushing water of
Mpa P=0.59
APH
16 Flushing water tube volume
kg/min 2590
per tube of APH
17 Flushing water temperature of 0
C 60~70
APH (recommended)
22
2.4.3 Prinsip Kerja Air Preheater
Dalam hal ini Rotating-Plate Regenerative Air Preheater
(RAPH) 3 Sector disajikan melalui gambar berikut,
23
dengan aliran PA dan SA, maka sisi atas RAPH disebut Hot End
dan sisi bawah RAPH disebut Cold End.
Adanya perbedaan tekanan udara antara sisi Flue Gas, sisi
Primary Air, dan sisi Secondary Air berpotensi menyebabkan
terjadinya kebocoran/ air leakage dari sisi udara ke gas atau
sebaliknya, potensi kebocoran juga terjadi dari dalam ke luar
RAPH. Untuk menguranginya pada RAPH dilengkapi dengan Seal
Air System(PT.Indonesia Power, 2016).
2.4.4 Komponen Utama Air Preheater
Air Preheater tersusun dari beberapa komponen, berikut
komponen utama pada air preheater :
1. Motor, berfungsi sebagai pemutar APH, terdiri dari
Main dan Auxiliary motor.
2. Gearbox, berfungsi sebagai menaikkan / menurunkan
putaran motor APH.
3. Rotor, berfungsi sebagai poros yang diputar oleh motor
dengan kecepatan yang telah diatur oleh Gearbox.
4. Guide / Radial Bearing, berfungsi sebagai bantalan
Rotor sisi atas.
5. Support / Block / Trust Bearing, berfungsi sebagai
Rotor sisi bawah.
6. Elemen Air Heater, berfungsi sebagai media
perpindahan panas antara flue gas dengan udara
pembakaran yang dipanaskan sebelum ke pemakaian.
7. Sector Plate APH, berfungsi sebagai pemisah antara
sisi gas dan sisi udara.
8. Seal Air System, berfungsi untuk mengurangi
kebocoran udara / air leakage.
9. Soot Blower, berfungsi sebagai pembersih jelaga yang
menempel pada elemen APH dengan menggunakan
Auxiliary Steam.
24
10. Water Wash, berfungsi sebagai pembersih elemen
APH dengan menggunakan air / water.
25
Gambar 2.14 Komponen-komponen APH (Bagian 2)(PT.Indonesia Power,
2016)
2.4.5 Pemeliharaan Air Preheater
Pemeliharaan yaitu tindakan yang dilakukan terhadap
suatu alat atau produk agar alat atau produk tersebut tidak
mengalami kerusakan. Tindakan yang dilakukan meliputi
penyetelan, pelumasan, pengecekan pelumasan, dan
penggantian komponen yang sudah tidak layak lagi. Adapun jenis
– jenis pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Terencana (Planned Maintenance) memiliki
beberapa jenis diantaranya adalah :
PM (Preventive Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan rutin yang dilakukan dalam interval
weekly, sesuai dengan yang sudah disusun 52 weekly
planning PM.
OH (Overhoul) adalah kegiatan pemeliharaan periodik.
26
b. Pemeliharaan Tak Terencana (Unplanned Maintenance)
memiliki beberapa jenis diantaranya adalah :
CM (Corrective Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan untuk perbaikan peralatan berdasarkan
temuan dari operator patrol. Dimana peratan tersebut
tidak bekerja atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Namun tidak menyebabkan unit pembangkit atau sistem
peralatan tidak trip.
EM (Emergency Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang harus segera dieksekusi karena
sudah terjadi gangguan atau trip. Harus segera
dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih serius. Pemeliharaan emergency harus dilakukan
pada prioritas tinggi.
2.5 Efektivitas Air Preheater
Efektivitas pada air preheater mengalami penurunan dikarenakan
berbagai macam faktor, faktor diantaranya adalah penurunan penyerapan
panas.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas dari air preheater antara lain
sebagai berikut:
1. Kesetimbangan Energi (Energy Balance)
Hukum termodinamika 1, dikenal sebagai konservasi prinsip
energi, menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan melainkan hanya bisa diubah bentuknya. Untuk itu
selama perhitungan energi harus diperhitungkan setiap prosesnya.
27
̇ : Laju aliran panas (kJ/s).
ṁ : Laju aliran masa (kg/s).
Cp : Panas jenis pada tekanan konstan (kJ/kg0C).
To : Temperatur outlet (0C).
Ti : Temperatur inlet (0C).
............................................(2.2)
Keterangan :
ϵ : Efektivitas.
NTU : Number Transfer Unit.
C : Kapasitas panas.
Nilai ̇ dipengaruhi oleh nilai laju aliran massa pendingin dikalikan
dengan panas spesifik minimum. Nilai perkalian antara laju aliran
massa pendingin dengan panas spesifik disebut laju kapasitansi
panas (Ch dan Cc). Laju kapasitansi panas minimum (Cmin) adalah
nilai terkecil dari laju kapasitansi panas untuk fluida panas dan fluida
dingin (Ch dan Cc). Pemilihan laju kapasitansi minimum diperlukan
untuk menentukan perpindahan panas maksimum yang terjadi
28
diantara kedua fluida kerja. Persamaan untuk menghitung laju
perpindahan panas sebagai berikut(Cengel, 2004):
̇ maks = (ṁC)c(Th,in - Tc,in)....................................................(2.3)
Keterangan :
̇ maks : Laju aliran panas (kJ/s).
ṁ : Laju aliran massa (kg/s).
C : Kapasitas panas.
Th,in : Temperatur inlet sisi panas/flue gas (0C).
Tc,in : Temperatur inlet sisi dingin/udara (0C).
Persamaan untuk menghitung laju aliran panas flue gas sebagai
berikut(Cengel, 2004):
̇ h = (ṁCp)h(Th,in – Th,out).....................................................(2.4)
Keterangan :
̇h : Laju aliran panas flue gas (kJ/s).
ṁ : Laju aliran massa (kg/s).
Cp : Panas jenis pada tekanan konstan (kJ/kg0C).
Th,in : Temperatur inlet sisi panas/flue gas (0C).
Th,out : Temperatur outlet sisi panas/flue gas (0C).
Persamaan untuk menghitung laju aliran panas udara sebagai
berikut(Cengel, 2004):
̇ c = (ṁ x Cp)h x (Tc,out – Tc,in)..............................................(2.5)
Keterangan :
̇c : Laju aliran panas udara (kJ/s).
ṁ : Laju aliran massa (kg/s).
Cp : Panas jenis pada tekanan konstan (kJ/kg0C).
Tc,out : Temperatur outlet sisi dingin/udara (0C).
Tc,in : Temperatur inlet sisi dingin/udara (0C).
Persamaan untuk menghitung laju aliran kapasitas panas per detik
dari fluida panas sebagai berikut(Cengel, 2004):
Ch = (ṁCp)h.............................................................................(2.6)
Keterangan :
Ch : Laju kapasitas panas flue gas (kJ/s0C).
29
ṁ : Laju aliran massa (kg/s).
Cp : Panas jenis pada tekanan konstan (kJ/kg0C).
Persamaan untuk menghitung laju aliran kapasitas panas per detik
dari fluida dingin sebagai berikut(Cengel, 2004):
Cc = (ṁCp)c...........................................................................(2.7)
Keterangan :
Cc : Laju kapasitas panas udara (kJ/s0C).
ṁ : Laju aliran massa (kg/s).
Cp : Panas jenis pada tekanan konstan (kJ/kg0C).
.............................................................................(2.8)
Keterangan :
C : Kapasitas panas.
Cc : Laju kapsitas panas udara (kJ/s0C).
Ch : Laju kapsitas panas flue gas (kJ/s0C).
30
dingin. Persamaan untuk menghitung LMTD sebagai
berikut(Cappenberg, 2017):
........................................(2.9)
Keterangan :
LMTD : Log Mean Temperature Difference (0C).
Th,in : Temperatur inlet flue gas (0C).
Th,out : Temperatur outlet flue gas (0C).
Tc,in : Temperatur inlet udara (0C).
Tc,out : Temperatur outlet udara (0C).
4. Luas permukaan air preheater (A)
Untuk menghitung luas permukaan dapat ditentukan secara tepat
menggunakan dimensi dari heat exchanger, maka harus mengetahui
dimensi radius atau diameter (diameter=2 kali radius) dan tinggi dari
air preheater B. Persamaan untuk menghitung luas permukaan air
preheater B yang berbentuk silinder sebagai berikut(Cengel, 2004):
.....................................................................(2.10)
Keterangan :
A : Luas permukaan air preheater (m2).
r : Jari-jari (m).
h : Ketinggian (m).
5. Number of Transfer Unit (NTU)
Metode Number of Transfer Unit (NTU) digunakan untuk menghitung
laju perpindahan panas pada penukar panas (Heat Exchanger) jika
tidak ada informasi yang cukup Log Mean Temperature Difference
(LMTD). Dalam analisis penukar panas, jika temperatur masukan
dan keluaran fluida diketahui dengan menggunakan keseimbangan
energi sederhana, maka metode LMTD dapat digunakan. Jika
temperatur tersebut tidak diketahui, maka digunakan metode NTU
atau Efektivitas. Persamaan untuk menghitung efektivitas pada
udara dengan aliran counter flow(Cappenberg, 2017) :
...........................................................................(2.11)
31
Keterangan :
NTU : Number Transfer Unit.
U : Konduktansi termal (W/m2 0C).
Cc : Laju kapsitas panas udara (kJ/s0C).
A : Luas Permukaan (m2).
Nilai konduktansi termal dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut(Cappenberg, 2017) :
̇
.........................................................................(2.12)
Keterangan :
U : Konduktansi termal (W/m2 0C).
̇ : Laju aliran panas (kJ/s).
A : Luas Permukaan (m2).
LMTD : Log Mean Temperature Difference (0C).
2.6 Overhaul
Overhaul adalah kegiatan perusahaan untuk memperbaiki
mesin/alat secara keseluruhan agar kinerja mesin/alat bekerja dengan
baik seperti awalnya pada saat komisioning. Overhaul terdiri beberapa
macam, yaitu Simple Inspection, Mean Inspection, Serious Inspection.
1. Simple Inspection (SI), dilaksanakan ketika unit telah beroperasi
8000 jam sesudah pelaksanaan Serious Inspection (SE).
Overhaul dikerjakan selama 15-20 hari.
2. Medium/Mean Inspection (ME), dilaksanakan ketika unit telah
beroperasi 16.000 jam sesudah pelaksanaan Serious Inspection
(SE). Overhaul dikerjakan selama 30-35 hari.
3. Seroius Inspection (SE), dilaksanakan ketika unit telah beroperasi
32.000 jam. Overhaul dikerjakan selama 45-50 hari.
32
Simple inspection difokuskan pada pembersihan peralatan yang
menyebabkan efisiensi turun. Mean inspection difokuskan pada
peralatan steam generator / boiler dan alat. Serious inspection yaitu
overhaul yang dilakukan pada seluruh komponen peralatan pembangkit.
33
2.8.2 Analisis Efisiensi Air Preheater Sebelum Overhaul Dan
Sesudah Overhaul Di UJP PLTU Banten 3 Lontar Unit 3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ismail
Darmawan dan Vendy Antono mengenai analisis efisiensi air
preheater sebelum overhaul dan sesudah overhaul di UJP PLTU
Banten 3 Lontar Unit 3 didapatkan hasil bahwa kegiatan overhaul
UJP Banten 3 Lontar pada air preheater secara efektif telah
menurunkan kebocoran udara sebesar 17,71 %, energi panas
meningkat sebesar 6,01 %, efisiensinya meningkat sebesar 0,563
%, dan efektivitasnya meningkat sebesar 0,275 %. Menurut hasil
analisa faktor yang mempengaruhi efisiensi air preheater
identifikasi yaitu faktor kebocoran udara dan pengotoran pada
heating elemen air preheater(Antono, 2016).
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian
kualitatif yang didasarkan pada studi kasus lapangan pada air preheater B
di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3 dan diperkuat dengan beberapa
referensi teori dan jurnal ilmiah. Data yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan dari beberapa pihak terkait yaitu HAR Boiler, Rendal Operasi,
dan Engineering Team di PLTU Banten 3 Lontar. Selain itu data-data dan
informasi didapat dari studi literatur dari manual book, maupun jurnal ilmiah
yang berkaitan dengan efektivitas air preheater.
Semua data tersebut akan disesuaikan dengan pengamatan yang
dilakukan agar penellitian ini terselesaikan. Dimana metode kualitatif yang
digunakan oleh penulis bertujuan untuk menganalisis efektivitas air
preheater B sebelum dan sesudah overhaul dengan variasi beban di PLTU
Banten 3 Lontar OMU unit 3.
35
3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk mempermudah penyelesaian masalah penelitian tentang
Analisis Efektivitas Air Preheater B Sebelum Dan Sesudah Overhaul
di PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3, maka digunakan flowchart atau
kerangka pemecahan masalah sebagai berikut :
Mulai
Buku referensi,
jurnal dan
Penentuan Judul internet
mengenai
efektivitas air
Studi Literatur preheater
Pengumpulan Data :
Data Spesifikasi Air Preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU
Unit 3.
Data Overhaul Air Preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU
Unit 3.
Data Teknis Air Preheater B Sebelum dan Sesudah Overhaul
PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3.
Data Operasi Air Preheater B Sebelum dan Sesudah
Overhaul PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3 pada beban
213 MW, beban 254 MW, dan 295 MW.
Selesai
Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian
36
3.2 Teknik Analisis
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Agar mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan data-data
yang akurat sebagai dasar penelitian. Data-data yang diperoleh
penulis bersumber dari HAR Boiler, Rendal Operasi, dan
Engineering Team di PLTU Banten 3 Lontar OMU. Sehingga
penulis dapat mengumpulkan data-data dari air preheater B yang
akan diolah untuk menyelesaikan penelitian mengenai analisis
efektivitas air preheater B sebelum dan sesudah overhaul dengan
variasi beban di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3.
37
Metode ini penulis mempelajari literatur-literatur yang
berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, antara
lain dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan sumber referensi yang lain
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan yaitu
analisis efektivitas air preheater sebelum dan sesudah overhaul.
3. Metode Wawancara
Penulis mengajukan pertanyaan kepada mekanik pemeliharaan
air preheater, rendal operasi air preheater, dan engineering team
di PLTU Banten 3 Lontar OMU.
3.2.2 Teknik Pengolahan Data
Pada bagian ini penulis memaparkan bagaimana cara
mengolah data yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini
dan dapat menganalisis efektivitas air preheater B, cara
pengolahan datanya seperti berikut :
1. Mengolah data menggunakan data sebelum dan sesudah
overhaul pada beban 213 MW, beban 254 MW, dan 295
MW yang berisi parameter air preheater B. Data-data
tersebut digunakan untuk mencari nilai efektivitas air
preheater B.
2. Perhitungan efektivitas air preheater B :
a. Menghitung kesetimbangan energi dengan
menggunakan rumus (2.1) :
Mencari CPh dengan menggunakan interpolasi.
Mencari CPc dengan menggunakan interpolasi.
Mencari ṁ dengan rumus.
b. Menghitung laju kapasitas panas flue gas (Ch) dengan
menggunakan rumus (2.6).
c. Menghitung laju kapasitas panas udara (Cc) dengan
menggunakan rumus (2.7).
d. Menghitung laju aliran panas ( ̇ maks) dengan
menggunakan rumus (2.3).
38
e. Menghitung laju aliran panas flue gas ( ̇ h) dengan
menggunakan rumus (2.4).
f. Menghitung laju aliran panas udara ( ̇ c) dengan
menggunakan rumus (2.5).
g. Menghitung Log Mean Temperature Difference (LMTD)
dengan menggunakan rumus (2.9).
h. Menghitung luas permukaan air preheater B (A) dengan
menggunakan rumus (2.10).
i. Menghitung konduktansi termal (U) dengan
menggunakan rumus (2.12).
j. Menghitung Number Transfer Unit (NTU) dengan
menggunakan rumus (2.11).
k. Menghitung kapasitas panas (C) dengan menggunakan
rumus (2.8).
l. Menghitung efektivitas (ϵ) dengan menggunakan rumus
(2.2).
3.2.3 Teknik Analisis Data
Analisis data yang sudah didapatkan sesuai dengan
literatur yang sudah dibuat. Analisis yang dilakukan yaitu
menghitung perpindahan panas pada air preheater sebelum dan
sesudah overhaul pada beban 213 MW, 254 MW, dan 295 ,
sebagai berikut :
1. Analisa laju aliran panas maksimum ( ̇ maks).
2. Analisa laju aliran panas udara ( ̇ c).
3. Analisa laju aliran panas flue gas ( ̇ h).
4. Analisa kapasitas panas (C).
5. Analisa Log Mean Temperature Difference (LMTD).
6. Analisa Konduktansi termal (U).
7. Analisa Number Transfer Unit (NTU).
8. Analisa efektivitas (ϵ).
39
3.3 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Indonesia Power (PT. IP) PLTU
Banten 3 Lontar Operation Maintenance Unit terletak di jalan Insinyur
Sutami, Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten. Waktu penelitian dilakukan pada :
Tanggal Mulai : 03 Februari 2020
Tanggal Selesai : 03 Mei 2020
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Parameter
Data parameter buat perhitungan efektivitas air preheater B unit 3
dihitung berdasarkan data hasil trending di rendal operasi. Perhitungan
dilakukan dengan mengambil data sebelum dan sesudah overhaul, hal
ini bertujuan agar bisa mengetahui seberapa besar efektivitas air
preheater B sebelum dan sesudah overhaul . Data diambil pada tanggal
20 april 2020 jam 00.00 sampai dengan 26 april 2020 jam 00.00 untuk
data sebelum overhaul dan tanggal 20 juli 2020 jam 00.00 sampai
dengan 26 juli 2020 jam 00.00 untuk data sesudah overhaul. Data yang
dipakai yaitu pada beban 213 MW, 254 MW dan 295 MW.
41
APH Inlet
9 Tcin °C 38.7550 39.2099 38.4479
Temperature
APH Outlet
10 Tcout °C 341.1450 343.9202 338.4491
Temperature
Total Secondary
11 ṁtotsa Ton/h 876.6100 850.4384 841.3518
Air Flow
Secondary Air
12 ṁsa Ton/h 438.3050 425.2192 420.6759
Flow
Total Primary
13 ṁtotpa Ton/h 364.5100 436.1259 423.1433
Air Flow
14 Primary Air Flow ṁpa Ton/h 182.2550 218.0630 211.5717
15 Total Air Flow ṁc Ton/h 620.5600 643.2822 632.2476
16 Diameter D m 10.32 10.32 10.32
17 Tinggi h m 2.2 2.2 2.2
18 Jari-jari r m 5.16 5.16 5.16
42
APH Inlet
9 Tcin °C 38.9031 38.9508 38.8911
Temperature
APH Outlet
10 Tcout °C 326.7170 325.8548 332.8366
Temperature
Total Secondary
11 ṁtotsa Ton/h 814.1799 809.7197 820.7265
Air Flow
Secondary Air
12 ṁsa Ton/h 407.0900 404.8599 410.3633
Flow
Total Primary Air
13 ṁtotpa Ton/h 440.7000 439.2460 441.4095
Flow
14 Primary Air Flow ṁpa Ton/h 220.3500 219.6230 220.7048
Mencari Tcin
Mencari Tcout
Mencari Cph
Diketahui K
43
Didapat nilai Cp dari lampiran 1, sebagai berikut:
Mencari Cpc
Diketahui
Didapat nilai Cp dari lampiran 1, sebagai berikut:
Mencari ṁh
44
b. Laju Kapasitas Panas Gas (Ch), menggunakan rumus
(2.6)
( )
( )
( )
( )
̇ ( )
̇ ( )
45
̇
300
250
200
Flue gas
150 158.93
Udara
100
ΔT2
50 38.755
0
0 238.4993 m²
Luas Permukaan(A)
46
i. Konduktansi Termal (U), menggunakan rumus (2.12)
̇
47
̇ ̇
Mencari Tcin
Mencari Tcout
Mencari Cph
Diketahui
Didapat nilai Cp dari lampiran 1, sebagai berikut:
Mencari Cpc
Diketahui
Didapat nilai Cp dari lampiran 1, sebagai berikut:
48
Mencari ṁh
( )
( )
( )
( )
49
d. Laju Aliran Panas Maksimum ( ̇ maks), menggunakan
rumus (2.3)
̇
̇ ( )
̇ ( )
50
Grafik APH Beban 213 MW
400
ΔT1
350 354.0705
326.717
300
Temperatur(°C)
250
200
Flue gas
150 154.4821
Udara
ΔT2
100
50
38.9031
0
0 238.4993 m²
Luas Permukaan(A)
51
k. Kapasitas Panas (C), menggunakan rumus (2.8)
52
4.2.2 Hasil Perhitungan sebelum dan sesudah overhaul Air Preheater B
Dengan menggunakan persamaan yang sama seperti perhitungan pada beban 213 MW, didapat untuk hasil perhitungan pada
beban 254 MW dan beban 295 MW adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan sebelum dan sesudah overhaul Air Preheater B
No Parameter Notasi Satuan Sebelum Overhaul Sesudah Overhaul
1 Time - - 20-26 April 2020 20-26 Juli 2020
2 Load - MW 213 254 295 213 254 295
Temperatu
Th
r sisi
3 rata- °C 266.4150 269.1322 265.6917 254.2763 253.5246 255.0555
panas
rata
rata-rata
Temperatu Tc
4 r sisi dingin rata- °C 189.9500 191.5651 188.4485 182.8101 182.4028 185.8639
rata-rata rata
Temperatu
5 r sisi Th K 539.4150 542.1322 538.6917 527.2763 526.5246 528.0555
panas
Temperatu
6 Tc K 462.9500 464.5651 461.4485 455.8101 455.4028 458.8639
r sisi dingin
Kalor
kJ/kg
7 Spesifik Cph 1.0377 1.0383 1.0375 1.0350 1.0348 1.0352
°C
Gas
Kalor
kJ/kg
8 Spesifik Cpc 1.0223 1.0226 1.0221 1.0210 1.0210 1.0216
°C
Udara
Laju aliran
9 ṁh Ton/h 860.0131 924.0095 924.4141 892.5925 887.3612 921.3786
Gas
10 Kapasitas Ch kJ/S°C 247.8919 266.4918 266.4141 256.6205 255.0758 264.9404
53
Panas Gas
Kapasitas
11 Panas Cc kJ/S°C 176.2271 182.7318 179.4987 177.9569 177.1055 179.0823
Udara
Laju Aliran ̇ maks 59061.64 61103.89 58930.85 56086.218
12 kJ/s 55642.3228 56501.9465
Panas 68 85 42 1
Laju Aliran
̇c 53289.32 55680.25 53849.82 51218.475
13 panas kJ/s 50812.2931 52640.4255
67 40 79 6
Udara
Laju Aliran
̇h 53289.32 55680.25 53849.82 51218.475
14 panas Flue kJ/s 50812.2931 52640.4255
67 40 79 6
Gas
15 ΔT1 ΔT1 °C 32.7550 29.6809 28.3068 27.3535 27.2720 21.5628
16 ΔT2 ΔT2 °C 120.1750 125.4533 126.1796 115.5790 114.9714 116.8205
17 LMTD LMTD °C 67.2517 66.4426 65.4841 61.2205 60.9522 56.3766
Luas
18 Permukaa A m² 238.4993 238.4993 238.4993 238.4993 238.4993 238.4993
n
Konduktan W/m²°
19 U 3.3224 3.5137 3.4480 3.5079 3.4954 3.9150
si Termal C
20 NTU NTU - 4.4964 4.5861 4.5813 4.7013 4.7070 5.2140
Kapasitas
21 C - 0.7109 0.6857 0.6738 0.6935 0.6943 0.6759
Panas
22 Efektivitas ϵ - 0.9023 0.9112 0.9138 0.9132 0.9132 0.9317
54
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisa laju aliran panas maksimum ( ̇ maks)
60000
59000 59601.6468
58930.8542
58000
57000 Sebelum Overhaul
55
temperatur udara dan flue gas setelah overhaul sebesar 314.1761
°C. Terjadi penurunan sebesar 20.2152 °C sekitar 6.0454%.
Pada beban 295 MW nilai laju aliran panas maksimum
( ̇ maks) sebelum overhaul sebesar 58930.8542 kJ/s. Nilai laju
aliran panas maksimum ( ̇ maks) setelah overhaul sebesar
56501.9465 kJ/s. Nilai laju aliran panas maksimum ( ̇ maks)
mengalami penurunan sebesar 2428.9078 kJ/s sekitar 4.1216 %.
Hal ini terjadi karena temperatur udara dan flue gas sebelum
overhaul sebesar 328.3079 °C lebih besar dibandingkan
temperatur setelah overhaul sebesar 315.5083 °C. Terjadi
penurunan sebesar 12.7996 °C sekitar 3.8987%.
Jadi penurunan ̇ maks tertinggi terjadi pada beban 254
MW dan yang terendah terjadi pada beban 295 MW. Nilai ̇ maks
dipengengaruhi oleh temperatur masuk flue gas dan temperatur
masuk udara.
4.3.2 Analisa laju aliran panas udara ( ̇ c)
55000 55680.254
54000
53849.8279
53000
53289.3267 Sebelum Overhaul
52000 52640.4255
Sesudah Overhaul
51000
51218.4756
50000 50812.2931
49000
48000
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
56
aliran panas udara ( ̇ c) mengalami penurunan sebesar
2070.8510 kJ/s sekitar 3.8861 %. Hal ini terjadi karena temperatur
udara sebelum overhaul sebesar 302.3900 °C lebih besar
dibandingkan temperatur udara setelah overhaul sebesar
287.8139 °C. Terjadi penurunan sebesar 14.5761 °C sekitar
4.8203%.
Pada beban 254 MW nilai laju aliran panas udara ( ̇ c)
sebelum overhaul sebesar 55680.2540 kJ/s. Nilai laju aliran panas
udara ( ̇ c) setelah overhaul sebesar 50812.2931 kJ/s. Nilai laju
aliran panas udara ( ̇ c) mengalami penurunan sebesar
4867.9609 kJ/s sekitar 8.7427 %. Hal ini terjadi karena temperatur
udara sebelum overhaul sebesar 304.7103 °C lebih besar
dibandingkan temperatur udara setelah overhaul sebesar
286.9041 °C. Terjadi penurunan sebesar 17.8062 °C sekitar
5.8437 %.
Pada beban 295 MW nilai laju aliran panas udara ( ̇ c)
sebelum overhaul sebesar 53849.8279 kJ/s. Nilai laju aliran panas
udara ( ̇ c) setelah overhaul sebesar 52640.4255 kJ/s. Nilai laju
aliran panas udara ( ̇ c) mengalami penurunan sebesar
1209.4025 kJ/s sekitar 2.2459 %. Hal ini terjadi karena temperatur
udara sebelum overhaul sebesar 300.0012 °C lebih besar
dibandingkan temperatur udara setelah overhaul sebesar
293.9455 °C. Terjadi penurunan sebesar 6.0557 °C sekitar 2.0186
%.
Jadi penurunan ̇ c tertinggi terjadi pada beban 254 MW
dan yang terendah terjadi pada beban 295 MW. Nilai ̇c
dipengengaruhi oleh temperatur udara keluar, temperatur udara
masuk dan laju aliran udara.
57
4.3.3 Analisa laju aliran panas flue gas ( ̇ h)
56000
Laju aliranpanas (kJ/s)
55000 55680.254
54000
53849.8279
53000
53289.3267 Sebelum Overhaul
52000 52640.4255
Sesudah Overhaul
51000
51218.4756
50812.2931
50000
49000
48000
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
58
199.2047 °C. Terjadi penurunan sebesar 9.733 °C sekitar
4.6584%.
Pada beban 295 MW nilai laju aliran panas flue gas ( ̇ h)
sebelum overhaul sebesar 53849.8279 kJ/s. Nilai laju aliran panas
flue gas ( ̇ h) setelah overhaul sebesar 52640.4255 kJ/s. Nilai laju
aliran panas flue gas ( ̇ h) mengalami penurunan sebesar
1209.4025 kJ/s sekitar 2.2459 %. Hal ini terjadi karena temperatur
flue gas sebelum overhaul sebesar 202.1283 °C lebih besar
dibandingkan temperatur flue gas setelah overhaul sebesar
198.6878 °C. Terjadi penurunan sebesar 3.4405 °C sekitar
1.7021%.
Jadi penurunan ̇ h tertinggi terjadi pada beban 254 MW
dan yang terendah terjadi pada beban 295 MW. Nilai ̇h
dipengengaruhi oleh temperatur flue gas masuk, temperatur flue
gas keluar dan laju aliran flue gas..
4.3.4 Analisa kapasitas panas (C)
0.71
0.7109
Kapasitas panas
0.7
0.67 0.6759
0.6738
0.66
0.65
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
59
panas flue gas (Ch) dan kapasitas panas udara (Cc). Semakin
besar nilai kapasitas panas udara (Cc), semakin kecil nilai
kapasitas panas flue gas (Ch), semakin besar nilai kapasitas
panas (C). Nilai kapasitas panas udara (Cc) dan nilai kapasitas
panas flue gas (Ch) dipengaruhi nilai kalor spesifik udara (Cpc)
dan nilai kalor spesifik flue gas (Cph). Nilai kalor spesifik udara
(Cpc) dan nilai kalor spesifik flue gas (Cph) dipengaruhi
temperatur rata-rata udara dan temperatur rata-rata flue gas.
Pada beban 254 MW nilai kapasitas panas (C) sebelum
overhaul sebesar 0.6857. Nilai kapasitas panas (C) sesudah
overhaul sebesar 0.6943. Terjadi kenaikan sebesar 0.0086 sekitar
1.2431 %. Kapasitas panas (C) dipengaruhi kapasitas panas flue
gas (Ch) dan kapasitas panas udara (Cc). Semakin besar nilai
kapasitas panas udara (Cc), semakin kecil nilai kapasitas panas
flue gas (Ch), semakin besar nilai kapasitas panas (C). Nilai
kapasitas panas udara (Cc) dan nilai kapasitas panas flue gas
(Ch) dipengaruhi nilai kalor spesifik udara (Cpc) dan nilai kalor
spesifik flue gas (Cph). Nilai kalor spesifik udara (Cpc) dan nilai
kalor spesifik flue gas (Cph) dipengaruhi temperatur rata-rata
udara dan temperatur rata-rata flue gas.
Pada beban 295 MW nilai kapasitas panas (C) sebelum
overhaul sebesar 0.6738. Nilai kapasitas panas (C) sesudah
overhaul sebesar 0.6759. Terjadi kenaikan sebesar 0.0022 sekitar
0.3219 %. Kapasitas panas (C) dipengaruhi kapasitas panas flue
gas (Ch) dan kapasitas panas udara (Cc). Semakin besar nilai
kapasitas panas udara (Cc), semakin kecil nilai kapasitas panas
flue gas (Ch), semakin besar nilai kapasitas panas (C). Nilai
kapasitas panas udara (Cc) dan nilai kapasitas panas flue gas
(Ch) dipengaruhi nilai kalor spesifik udara (Cpc) dan nilai kalor
spesifik flue gas (Cph). Nilai kalor spesifik udara (Cpc) dan nilai
kalor spesifik flue gas (Cph) dipengaruhi temperatur rata-rata
udara dan temperatur rata-rata flue gas.
60
Jadi kapasitas panas pada beban 213 MW mengalami
penurunan 2.4532 % sedangkan pada beban 254 MW dan beban
295 MW mengalami kenaikan 1.2431 % dan 0.3219 %. Kapasitas
panas dipengaruhi oleh laju aliran panas udara dan laju aliran
panas flue gas.
4.3.5 Analisa Log Mean Temperature Difference (LMTD)
62
60 61.2205 Sebelum Overhaul
60.9522
58 Sesudah Overhaul
56
56.3766
54
52
50
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
61
Semakin besar nilai ΔT1 semakin besar nilai LMTD. Semakin
besar nilai ΔT2 semakin kecil nilai LMTD.
Pada beban 295 MW nilai LMTD sebelum overhaul
sebesar 65.4841 °C. Nilai LMTD sesudah overhaul sebesar
56.3766 °C. Terjadi penurunan sebesar 9.1075 °C sekitar 13.9097
%. Nilai LMTD dipengaruhi nilai ΔT1 dan ΔT2. ΔT1 yaitu
perbedaan temperatur di sisi atas/panas air preheater dan ΔT2
yaitu perbedaan temperatur di sisi bawah/dingin air preheater.
Semakin besar nilai ΔT1 semakin besar nilai LMTD. Semakin
besar nilai ΔT2 semakin kecil nilai LMTD.
Jadi penurunan LMTD tertinggi terjadi pada beban 295 MW
dan yang terendah terjadi pada beban 254 MW. LMTD
dipengengaruhi oleh perbandingan antara temperatur flue gas
masuk dengan temperatur udara keluar dan perbandingan antara
temperatur flue gas keluar dengan temperatur udara masuk.
4.3.6 Analisa Konduktansi termal (U)
3.9
3.915
3.8
3.7
3.6
3.5 Sebelum Overhaul
3.5079 3.5137
3.4954
3.4 3.448 Sesudah Overhaul
3.3
3.3324
3.2
3.1
3
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
62
sebesar 0.1855 W/m²°C sekitar 5.2875 %. Nilai LMTD
mempengaruhi nilai konduktansi termal (U), jika Nilai LMTD kecil
maka nilai konduktansi termal (U) meningkat.
Pada beban 254 MW nilai konduktansi termal (U) sebelum
overhaul sebesar 3.5137 W/m²°C. Nilai konduktansi termal (U)
sesudah overhaul sebesar 3.4954 W/m²°C. Terjadi penurunan
sebesar 0.0184 W/m²°C sekitar 0.5225 %. Nilai LMTD
mempengaruhi nilai konduktansi termal (U), jika Nilai LMTD kecil
maka nilai konduktansi termal (U) meningkat. Nilai konduktansi
termal (U) juga dipengaruhi laju aliran panas udara (Qc). Semakin
kecil nilai laju aliran panas udara (Qc) maka nilai konduktansi
termal (U) menurun.
Pada beban 295 MW nilai konduktansi termal (U) sebelum
overhaul sebesar 3.4480 W/m²°C. Nilai konduktansi termal (U)
sesudah overhaul sebesar 3.9150 W/m²°C. Terjadi kenaikan
sebesar 0.4671 W/m²°C sekitar 11.9300 %. Nilai LMTD
mempengaruhi nilai konduktansi termal (U), jika nilai LMTD kecil
maka nilai konduktansi termal (U) meningkat.
Jadi konduktansi termal (U) pada beban 254 MW terjadi
penurunan 0.5225 % sedangkan pada beban 213 MW dan 295
MW terjadi kenaikan 5.2875 % dan 11.9300 %. konduktansi
termal (U) dipengengaruhi oleh laju aliran panas udara/flue gas,
luas permukaan bidang perpindahan panas, dan LMTD.
63
4.3.7 Analisa Number Transfer Unit (NTU)
5.2
5.214
5
4.8
NTU
Sebelum Overhaul
4.6 4.7013 4.707
Sesudah Overhaul
4.5861 4.5813
4.4 4.4964
4.2
4
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
64
sebesar 0.6327 sekitar 12.1343 %. Nilai Konduktansi termal (U)
mempengaruhi nilai Number Transfer Unit (NTU), semakin besar
nilai Konduktansi termal (U) maka nilai Number Transfer Unit
(NTU) semakin meningkat.
Jadi kenaikan NTU tertinggi terjadi pada beban 295 MW
dan yang terendah terjadi pada beban 254 MW. NTU dipengaruhi
oleh luas permukaan bidang perpindahan panas, konduktansi
termal, dan laju kapasitas panas udara.
Efektivitas (ϵ)
0.935
0.93 0.9317
0.925
0.92
Efektivitas
0.915
0.91 0.9132 0.9132 0.9138 Sebelum Overhaul
0.9112
0.905 Sesudah Overhaul
0.9 0.9023
0.895
0.89
0.885
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
65
0.9132. Terjadi kenaikan sebesar 0.0020 sekitar 0.2142 %. Nilai
Number Transfer Unit (NTU) mempengaruhi nilai efektivitas (ϵ),
semakin besar nilai Number Transfer Unit (NTU) maka nilai
efektivitas (ϵ) semakin meningkat.
Pada beban 295 MW nilai efektivitas (ϵ) sebelum overhaul
sebesar 0.9138. Nilai efektivitas (ϵ) sesudah overhaul sebesar
0.9317. Terjadi kenaikan sebesar 0.0179 sekitar 1.9188 %. Nilai
Number Transfer Unit (NTU) mempengaruhi nilai efektivitas (ϵ),
semakin besar nilai Number Transfer Unit (NTU) maka nilai
efektivitas (ϵ) semakin meningkat.
Jadi kenaikan efektivitas tertinggi terjadi pada beban 295
MW dan yang terendah terjadi pada beban 254 MW. Efektivitas
dipengaruhi oleh NTU dan kapasitas panas.
4.3.9 Identifikasi masalah dengan menggunakan Diagram Fishbone
Pada saat penelitian ini, overhaul yang dilakukan pada air
preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3 yaitu overhaul
simple inspection. Kegiatan yang dilakukan yaitu penggantian
radial seal air preheater.
Berdasarkan hasil perhitungan efektivitas air preheater
dengan pengambilan data sebelum dan sesudah overhaul pada
beban 213 MW, 254 MW, dan 295 MW. Dapat diketahui bahwa
efektivitas air preheater meningkat setelah dilakukan overhaul
dikarenakan nilai dari number transfer unit (NTU) meningkat
dibandingkan sebelum overhaul pada beban 213 MW, 254 MW,
dan 295 MW. Untuk mengetahui penyebab terjadinya nilai
efektivitas air preheater perlu dilakukan analisa menggunakan
fishbone diagram sebagai berikut :
66
Sumber Daya Machine
Manusia Metode
Periode
Pengoperasi Maintenance
an (Kerja Air (Overhaul)
Preheater)
Standar
Kemampuan Operasional
(Kompetensi) Prosedur
Pemeliharaan
(SOP)
Efektivitas (ϵ)
Menurun
Temperatur Kebocoran
Gas Buang udara
Temperatur
Udara Umur
Masuk
Lingkungan Material
67
sudah terkikis dikarenakan
terkena flue gas terus -
menerus. Apabila tidak
diganti akan menyebabkan
banyak terjadi kebocoran
udara ataupun kebocoran
flue gas, sehingga perlu
dilakukan penggantian
radial seal pada saat
overhaul.
Efektivitas air preheater Bukan
dipengaruhi oleh temperatur penyebab
gas buang/flue gas.
Semakin tinggi temperatur
Temperatur
gas buang maka semakin
gas buang
tinggi efektivitas air
preheater. Hal ini bisa
terjadi karena kapasitas
panas (C) meningkat.
Efektivitas air preheater juga Penyebab
dipengaruhi oleh temperatur
udara. Semakin rendah
temperatur udara maka
semakin tinggi efektivitas air
Lingkungan preheater. Hal ini bisa
terjadi karena nilai number
transfer unit (NTU)
meningkat. Udara
Temperatur lingkungan juga
udara berpengaruh terhadap
efektivitas air preheater B
PLTU Banten 3 Lontar OMU
unit 3, seperti pada malam
hari kelembapan udara
lingkungan meningkat, hal
ini nanti bisa menyebabkan
efektivitas dari air preheater
B PLTU Banten 3 Lontar
OMU unit 3 menurun.
Sumber daya manusia Bukan
sudah memiliki kompetensi penyebab
Sumber
Kemampuan yang cukup untuk
daya
(Kompetensi) mengoperasikan dan
manusia
merawat PLTU Banten 3
Lontar OMU
Pengoperasian Operator beserta Har Bukan
Machine (Kerja Air mekanik sudah mempunyai penyebab
Preheater) kompetensi untuk
68
mengoperasikan PLTU
Banten 3 Lontar OMU
sesuai standar operasional
prosedur (SOP)
Pemeliharaan dilakukan Bukan
sudah dilakukan sesuai penyebab
jadwal yang sudah dibuat
Pemeiharaan
oleh bagian Rendal Har
Pemeliharaan PLTU Banten
3 Lontar OMU
Periode maintenance sudah Bukan
terjadwal dari bagian Rendal penyebab
Har Pemeliharaan PLTU
Banten 3 Lontar OMU.
Pada penelitian ini
Periode
dilaksanakan overhaul
maintenance
simple inspection pada
(Overhaul)
bulan mei 2020. Salah satu
Metode
kegiatan yang dilakukan
pada saat overhaul adalah
penggantian radial seal
pada air preheater B.
Standar Maintenance dilakukan Bukan
Operasional sesuai standar operasional penyebab
Prosedur prosedur (SOP) yang ada di
(SOP) PLTU Banten 3 Lontar OMU
69
4.4 Pembahasan
Gambar 4.12 Nilai antara number transfer unit (NTU), kapasitas panas (C), dan
efektivitas (ϵ) sebelum overhaul pada beban 213 MW, beban 254 MW, dan
beban 295 MW
3
5.214
4.7013 4.707
2
1
0.69350.9132 0.69430.9132 0.67590.9317
0
Beban 213 MW Beban 254 MW Beban 295 MW
Sesudah Overhaul
Gambar 4.13 Nilai antara number transfer unit (NTU), kapasitas panas (C), dan
efektivitas (ϵ) sesudah overhaul pada beban 213 MW, beban 254 MW, dan
beban 295 MW
70
Dapat dilihat pada gambar diatas, sesudah dilakukan overhaul terjadi
peningkatan efektivitas air preheater. Sebelum dilakukan overhaul, untuk
menjaga agar efektivitas air preheater tetap tinggi yaitu memanfaatkan
sootblower untuk membersihkan elemen air preheater dari sisa pembakaran di
boiler. Pembersihan menggunakan sootblower dilakukan pada malam hari,
dikarenakan pada malam hari udara lingkungan yang dihembuskan oleh
primary air fan dan secondary air fan kelembapan udara lingkungannya
meningkat. Pada saat dilakukan overhaul untuk menjaga agar efektivitas air
preheater meningkat, kegiatan yang dilakukan yaitu pengecekan terhadap
sealing air system dan elemen air preheater. Jika sealing air system ataupun
elemen air preheater kotor maka dilakukan pembersihan, apabila sealing air
system ataupun elemen air preheater rusak maka dilakukan penggantian. Yang
mempengaruhi nilai efektivtas air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU
unit 3 yaitu kebocoran udara, kondisi elemen air preheater, dan kondisi udara
lingkungan. Semakin besar kebocoran udara maka akan berpengaruh terhadap
nilai kapasitas panas (C) yang akan menurun, kemudian kondisi elemen air
preheater kotor maka akan berpengaruh terhadap nilai number transfer unit
(NTU) yang akan menurun juga, dan kondisi udara lingkungan juga
berpengaruh terhadap nilai efektivitas air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar
OMU unit 3 seperti udara lingkungan pada malam hari yang nilai kelembapan
udaranya meningkat, hal ini akan menyebabkan nilai efektivitas air preheater B
di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3 menurun, untuk menghindari turunnya
efektivitas maka dilakukan pembersihan menggunakan sootblower yang ada di
air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada beban 213 MW nilai efektivitas (ϵ) sebelum overhaul sebesar
0.9023 dan nilai efektivitas (ϵ) sesudah overhaul sebesar 0.9132. Pada
beban 254 MW nilai efektivitas (ϵ) sebelum overhaul sebesar 0.9112 dan
nilai efektivitas (ϵ) sesudah overhaul sebesar 0.9132. Pada beban 295
MW nilai efektivitas (ϵ) sebelum overhaul sebesar 0.9138 dan nilai
efektivitas (ϵ) sesudah overhaul sebesar 0.9317.
2. Efektivitas air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar unit 3 mengalami
peningkatan setelah dilakukan overhaul. Pada beban 213 MW terjadi
peningkatan efektivitas sebesar 0.0109 sekitar 1.198 %. Pada beban 254
MW terjadi peningkatan efektivitas sebesar 0.0020 sekitar 0.2142 %.
Pada beban 295 MW terjadi peningkatan sebesar 0.0179 sekitar 1.9188
%.
5.2 Saran
Untuk selalu menjaga heating elemen dan seal dalam kondisi yang baik
agar performa air preheater B di PLTU Banten 3 Lontar OMU unit 3 baik.
72
DAFTAR PUSTAKA
Antono, V. (2016). Analisis Efisiensi Air Preheater Sebelum Overhaul Dan
Sesudah Overhaul Di Ujp Pltu Banten 3 Lontar Unit 3. Jurnal Power Plant,
4, 174–182.
Beerel, P. A., Ozdag, R. O., Ferretti, M., Beerel, P. A., Ozdag, R. O., & Ferretti,
M. (2017). Performance analysis and optimization. International Research
Journal of Engineering and Technology (IRJET), 4(3), 1767–1770.
https://doi.org/10.1017/cbo9780511674730.005
Cappenberg, A. D. (2017). Analisa kinerja alat penukar kalor jenis pipa ganda.
Jurnal Teknik Mesin, 1(2), 69–82.
Cengel, Y. A. (2004). Heat Transference a Practical Approach. MacGraw-Hill,
4(9), 874. https://doi.org/10.1007/978-3-642-20279-7_5
G.Shruti, Ravinarayan Bhat, G. S. (2014). PERFORMANCE EVALUATION
AND OPTIMIZATION OF AIR PREHEATER IN THERMAL POWER
PLANT. INTERNATIONAL JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING,
5(9), 22–30.
Praveen, M., & Kishore, P. S. (2016). Effectiveness of Rotary Air Preheater in a
Thermal Power Plant Effectiveness of Rotary Air Preheater in a Thermal
Power Plant. International Journal of Scientific Engineering and
Technology, 5(12), 526–531.
PT.Indonesia Power, P. M. (2016). PEMELIHARAAN AIR HEATER. Modul
Akselerasi Kompetensi Pemeliharaan Pembangkit.
Supramani, S., & Kumar, C. R. (2017). A Review on Air Preheater Elements
Design and Testing A Review on Air Preheater Elements Design and
Testing. Journal Mechanics, Materials Science & Engineering.
https://doi.org/10.2412/mmse.86.90.615
Vulloju, S. (2013). Analysis of Performance of Ljungstrom Air Preheater
Elements. International Journal of Current Engineering and Technology,
2(2), 501–505. https://doi.org/10.14741/ijcet/spl.2.2014.94
Wahyono, R. N. P. (2013). Pengaruh Unjuk Kerja Air Heater Type Ljungstorm
Terhadap Perubahan Beban Di Pltu Tanjung Jati B. Jurnal Teknik Energi,
9(3), 97–103.
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. Data Personal
NIM : 201612010
Nama : Rizki Nur Fajar
Tempat/Tgl.Lahir : Mojokerto, 30 Mei 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Alamat Rumah : Dusun Panjer RT002/RW002, Desa Tunggalpager,
Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto,
Provinsi Jawa Timur
Hp : 082298239192
Email : rizkinurfajar19@gmail.com
b. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN Tunggalpager - 2009
SMP SMPN 2 Pungging - 2012
SMA SMAN 1 Bangsal IPA 2015
Rizki
Nur Fajar
DN: C=ID, OU=S1
Teknik Mesin, O=Institut
Teknologi PLN,
CN=Rizki Nur Fajar,
Nur
E=rizkinurfaja19@gmail.
com
Reason: I am the author
of this document
Location: Jakarta
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Appendix property and charts
75
Lampiran 2 Lembar bimbingan skripsi
76
No Hari, Tanggal Materi Bimbingan
Bimbingan mengenai kesiapan proposal meliputi
Sabtu,
6 seluruh bab beserta kelengkapan lainnya dicek
2 Mei 2020
penulisannya.
Bimbingan mengenai revisi proposal kesalahan
Senin,
7 penulisan dan penambahan teori dan kajian
11 Mei 2020
pustaka.
Selasa, Bimbingan mengenai bab 4 meliputi proses
8
26 Mei 2020 perhitungan.
77
Lampiran 3 Pengambilan data operasi beban 213 MW sebelum overhaul air preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
78
Lampiran 4 Pengambilan data operasi beban 213 MW sesudah overhaul air preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
79
Lampiran 5 Pengambilan data operasi beban 254 MW sebelum overhaul air preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
80
Lampiran 6 Pengambilan data operasi beban 254 MW sesudah overhaul air preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
81
Lampiran 7 Pengambilan data operasi beban 295 MW sebelum overhaul air preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
82
Lampiran 8 Pengambilan data operasi beban 295 MW sesudah overhaul air preheater B PLTU Banten 3 Lontar OMU Unit 3
83
Lampiran 9 Lembar Perbaikan Skripsi
84
85
86
87