Edisi Kesatu
Cetakan pertama, April 2007 Cetakan kesebelas, April 2014
Cetakan kedua, Maret 2009 Cetakan kedua belas, September 2014
Cetakan kelima, Agustus 2010
Cetakan ketujuh, November 2011
Cetakan kedelapan, April 2012
658.154
NAF NAFARIN, M.
m Materi pokok penganggaran; 1 – 9; EKMA4570/
3 sks/ M. Nafarin. -- Cet.12; Ed 1--. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014.
667 hal; ill.; 21 cm
ISBN: 979-011-141-X
1. anggaran
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi dan Macam Anggaran .........................................................
...........................................................
.. 1.29
Latihan …………………………………………............................... 1.38
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 1.39
Tes Formatif 2 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 1.40
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Jualan .............................................
............................................................
............... 2.49
Latihan …………………………………………............................... 2.57
Rangkuman 2.60
iv
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Bahan Baku ...............................................
...................................................
.... 3.22
Latihan …………………………………………............................... 3.38
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 3.39
Tes Formatif 2 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 3.40
Kegiatan Belajar 3:
Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya
Overhead Pabrik ................................................
......................................................................
.................................
........... 3.43
Latihan …………………………………………............................... 3.55
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 3.56
Tes Formatif 3 ……………………………..……..............................
……………………………..…….............................. 3.57
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Beban Administrasi dan Anggaran Rugi
Laba .......................................................
..................................................................................................
............................................. 4.26
Latihan …………………………………………............................... 4.47
Rangkuman …………………………
………………………………….....................
………..................... ............... 4.49
Tes Formatif 2 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 4.50
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Piutang ..............................................
...........................................................
............. 5.45
Latihan …………………………………………............................... 5.58
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 5.59
Tes Formatif 2 ……………………………..……..................
……………………………..…….................. ............ 5.60
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Utang dan Neraca .......................................... 6.36
Latihan
Lati han …………………………………………............................... 6.60
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 6.63
Tes Formatif 2 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 6.63
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Perusahaan Dagang ....................................... 7.50
Latihan …………………………………………............................... 7.61
Rangkuman ………………………………
………………………………….........................
…....................................
........... 7.68
Tes Formatif 2 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 7.69
vii
Kegiatan Belajar 3:
Penyusunan Anggaran Perusahaan Jasa ............................................. 7.72
Latihan …………………………………………............................... 7.94
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 7.97
Tes Formatif 3 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 7.98
Kegiatan Belajar 2:
Kerancuan dalam Akunting ....................................................
................................................................
............ 8.18
Latihan …………………………………………............................... 8.65
Rangkuman …………………………………....................................
………………………………….................................... 8.67
Tes Formatif 2 ……………………………..……...................
……………………………..……..............................
........... 8.68
MODUL 9: PENGANGGARAN
PENGANGGARAN NIRLABA 9.1
Kegiatan Belajar 1:
Gambaran Umum Penganggaran Nirlaba ........................................
...........................................
... 9.3
Latihan …………………………………………............................... 9.35
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
……….....................................
............ 9.36
viii
Kegiatan Belajar 2:
Penyusunan Anggaran Negara di Indonesia ....................................... 9.41
Latihan …………………………………………............................... 9.67
Rangkuman …………………………
………………………………….........................
………....................................
........... 9.69
Tes Formatif 2 ……………………………..……..............................
……………………………..…….............. ................ 9.70
dagang, dan anggaran perusahaan jasa dalam bentuk anggaran variabel dan
anggaran tetap.
Modul 8 akan membahas tentang Analisis Keuangan dan Akunting
dalam Penyusunan Anggaran. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar
mengerti dan mampu menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis masa
resisi untuk menyusun anggaran, serta mengerti tentang istilah dalam
akunting yang tidak rancu untuk digunakan dalam penyusunan anggaran.
Modul 9 akan membahas tentang Penganggaran Nirlaba. Tujuan pokok
bahasan ini adalah agar mengerti tentang gambaran umum penganggaran
nirlaba, dan mengerti tentang penyusunan anggaran negara di Indonesia.
Mata kuliah ini membahas tentang anggaran perusahaan yang meliputi
gambaran umum penganggaran, anggaran jualan, anggaran produksi,
anggaran biaya komersial, anggaran utang-piutang, anggaran kas, anggaran
sediaan, anggaran variabel dan anggaran tetap, analisis keuangan dan
akuntansi dalam penyusunan anggaran, serta penyusunan penganggaran
nirlaba.
Orientasi penyajian modul ini adalah untuk memudahkan bagi
mahasiswa. Di mana pada setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan soal dan
latihan. Semua ini bertujuan untuk mengikhtisarkan materi yang kompleks
serta memperjelas dan memperkuat konsep-konsep yang mendasar.
Pelajarilah modul ini sungguh-sungguh, kemudian cobalah
menyelesaikan sendiri soal tanpa melihat kunci jawabannya, kecuali sudah
selesai mengerjakan. Bila masih terdapat kesalahan cobalah terus sampai
jawaban Anda mendekati
mendekati kesempurnaan.
Sebaiknya modul ini dipelajari dari modul ke modul berikutnya secara
bertahap, karena modul yang satu selalu berkaitan dengan modul yang lain,
anggaran yang satu selalu berkaitan dengan anggaran yang lain. Hal ini
disebabkan penganggaran adalah suatu proses yang saling berkaitan antara
proses yang satu dengan
dengan proses yang lain.
Sebelum mempelajari Modul 2 dan modul seterusnya pelajarilah lebih
dahulu Modul 8 Kegiatan Belajar 2 agar Anda mendapat pemahaman tentang
istilah dalam akunting yang mendalam untuk penyusunan anggaran.
Untuk memudahkan memahami perhitungan anggaran sangat diperlukan
pemahaman dasar akunting dan statistik, karena penganggaran merupakan
bidang dari akunting dan termasuk bagian dari akunting manajemen.
Akunting, penganggaran, dan statistik bukanlah ilmu pasti, tetapi
xi
menggunakan ilmu pasti, ilmu hitung, aljabar, dan matematika. Oleh karena
itu, untuk mempelajari penganggaran diperlukan pemahaman ilmu pasti.
Secara ringkas, arus pembelajaran BMP Penganggaran ini dapat dilihat
seperti bagan berikut ini:
Peta Kompetensi
Penganggaran/EKMA4570
Penganggaran
Keuangan Penganggaran
Variabel dan
Tetap
Penganggaran
Operasional
PENGANGGARAN
Modul 1
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar 1
A. DEFINISI PERENCANAAN
merupakan tahap terpendek jangka waktunya di antara tahap yang lain dalam
proses perencanaan. Tahap perencanaan sebelumnya - perumusan strategi,
perencanaan strategik, penyusunan program - memiliki jangka waktu ke
depan yang jauh lebih panjang dengan jangka waktu yang dicakup oleh
anggaran.
Hubungan perencanaan dengan penganggaran perusahaan dapat
dijelaskan dengan Gambar l.1.
PERENCANAAN RENCANA
(PLANNING) (PLAN )
BUKAN
NIRLABA
PERUSAHAAN
ATURAN
PROGRAM
PELAKSANAAN
(ACTUATING) PROSEDUR
METODE
PENGAWASAN
STRATEGI
(CONTROLLING)
STANDAR
JADWAL
RENCANA
LAINNYA
Gambar 1.1.
Hubungan Penganggaran Perusahaan dengan Perencanaan
B. JENIS RENCANA
1. Tujuan
Sebelum menetapkan tujuan, terlebih dahulu manajemen puncak
(Direktur Utama) menilai variabel relevan, kekuatan, dan kelemahan
perusahaan.
Variabel relevan terdiri dari variabel terkendali dan variabel tak
terkendali.
Variabel terkendali adalah variabel yang dapat direncanakan dan diusahakan
dengan efektif oleh manajemen, misalnya penetapan harga jual per unit,
jumlah karyawan, biaya, dan lain-lain. Variabel tak terkendali adalah
variabel; yang tak dapat dipengaruhi oleh manajemen, misalnya.
perkembangan penduduk, kegiatan saingan, kebijakan pemerintah, dan lain-
lain.
Variabel terkendali dan variabel tak terkendali harus dimanfaatkan oleh
manajemen bila dinilai menguntungkan-dan dihindari bila dinilai merugikan.
Kekuatan utama perusahaan, misalnya kualitas karyawan, kesehatan
keuangan perusahaan, keunggulan peralatan, sikap partisipasi yang dipelihara
dengan baik oleh manajemen.
Kelemahan perusahaan, misalnya strategi pemasaran kurang inovatif dan
kurang agresif, kurang terlibat dalam problem sosial jangka panjang.
Setelah diadakan penilaian terhadap variabel yang relevan dan diketahui
kekuatan sera kelemahan perusahaan kemudian ditetapkan tujuan. Tujuan
adalah arah untuk mencapai hasil akhir dalam suatu kegiatan. Kegiatan
(aktivitas) ada yang bertujuan mencari laba, ada juga yang tidak mencari
laba. Kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba biasanya bukan perusahaan.
Tujuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan tingkat pengambilan
keputusan yang terpenting dalam perencanaan. Tujuan dapat dibedakan atas
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum ( goal ) adalah tujuan yang menyatakan secara luas keadaan
atau kedudukan di waktu yang akan datang dan hasil akhir dari aktivitas
perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan umum suatu perusahaan misalnya:
a. untuk menciptakan dan memelihara suatu lingkungan perusahaan yang
memotivasi seluruh karyawannya;
b. untuk pertumbuhan produk yang dijual dengan cara mengusahakan
produk baru dan memasuki daerah pasar yang baru;
c. untuk memperbaiki kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat lebih luas.
EKMA4570/MODUL 1 1.7
Komisaris
Direktur
Gambar 1.2.
Struktur Organisasi
5. Program
Program menggariskan tindakan yang akan dilakukan, oleh pihak mana,
bilamana dan di mana. Ditetapkan juga asumsi, komitmen, dan bidang yang
akan dipengaruhi. Sebuah program dapat meliputi: tujuan, kebijakan,
prosedur, metode, standar, dan anggaran, tetapi tidak semua kategori rencana
tersebut perlu termasuk di dalamnya. Program adalah suatu kegiatan yang
berfungsi untuk membahas dan menentukan kegiatan yang harus dilakukan
dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program
disusun terlebih dahulu sebelum anggaran disusun. Suatu program biasanya
disusun dalam beberapa tahun, sedangkan anggaran disusun dalam satu tahun
(anggaran jangka pendek). Dalam program perlu ditetapkan asumsi
(anggapan) yang mendasari perencanaan, contohnya seperti: (1) inflasi tidak
lebih dari 10%, (2) politik, sosial, budaya, keamarian stabil, (3) tidak
dikeluarkan peraturan baru oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi
perencanaan, (4) bahan baku tidak naik di atas 10%.
1.10 Penganggaran
6. Prosedur
Prosedur merupakan urut-urutan serf tugas yang saling berhubungan dan
diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam. Prosedur
biasanya terdiri dari: bagan alur ( flowchart ), formulir, uraian tugas. Contoh
dari prosedur penyusunan anggaran perusahaan industri dapat dijelaskan
dengan Gambar 1.3. Tahap penyusunan anggaran pada Gambar 1.3 dapat
dijelaskan dalam empat tahap.
EKMA4570/MODUL 1 1.11
Gambar 1.3.
Bagan Alur Prosedur Penyusunan Anggaran pada Perusahaan Industri
1.12 Penganggaran
Y = na + Xb
2
XY = Xa + X b
Dengan demikian Y = a + bX
Y =102 + 10X
Tabel 2.12.
Pengaruh Korelasi
Mengenai korelasi yang positif dan negatif dapat dijelaskan melalui Gambar
2.2 dan 2.3.
Gambar 2.2
Korelasi Positif
Gambar 2.3
Korelasi Negatif
Gambar 2.4
Tidak Ada Korelasi
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
2.28 Penganggaran
nΣXY ΣXΣY
R
2 2
nΣX 2 ΣX nΣX 2 ΣXY
Berdasarkan Tabel 2.11 juga dapat dihitung koefisien korelasi (R) sebagai
berikut.
X X Y Y
R
2 2
X X Y Y
100
R 0,98533
101,030
2
Bila koefisien determinan (R ) sudah diketahui, maka koefisien korelasi
(R) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
2
R = R
2
R = koefisien determinan
2
Misalkan diperoleh R sebesar 97,08752% maka
EKMA4570/MODUL 2 2.29
R 0,9708752
0,98533
Tabel 2.13.
Trend Garis Lurus
n Tahun Y X XY X2
1 2011 3 0 0 0
2 2012 4 1 4 1
3 2013 5 2 10 4
4 2014 6 3 18 9
5 2015 7 4 28 16
25 10 60 30
Ramalan jualan biskuit susu (Y) dengan metode trend garis lengkung
(parabola kuadrat) dibuat dengan menggunakan Tabel 2.14.
Tabel 2.14.
Trend Garis Lengkung
Tahun Y X XY X2 X2 Y X4
2011 3 -2 -6 4 12 16
2012 4 -1 -4 1 4 1
2013 5 0 0 0 0 0
2014 6 1 6 1 6 1
2015 7 2 4 4 28 16
25 0 10 10 50 24
2
Y = na + X c
2 2 4
Xc = a+ X c
25 = 5 a + 10c …. x3,4 25 = 5 a + 10c
50 = 10 a + 34c 25 = 5 (5) + 10c
25 = 25 + 10
85 = 17 a + 34c 25 - 25 = l0c
50 = 10 a + 34c c =0
35 = 7a
a = 35 : 7 = 5
Tabel 2.15.
Ramalan Jualan Trend Garis Lurus dan Trend Garis Lengkung
Ramalan Jualan
Jualan
Tahun Trend Garis Trend Garis
Nyata
Lurus Lengkung
2011 3 3 3
2012 4 4 4
2013 5 5 5
2014 6 6 6
2015 7 7 7
.
Dari data perbandingan jualan nyata dan ramalan jualan seperti Tabel
2.32 Penganggaran
metode trend garis lurus atau trend garis lengkung (parabola kuadrat).
Dengan demikian metode peramalan yang sesuai dengan kenyataan, dapat
menggunakan metode trend garis lurus atau metode trend garis lengkung
(parabola kuadrat).
Ramalan jualan dengan trend garis lurus sangat jarang terjadi sama
dengan trend garis lengkung dan apalagi sama dengan jualan nyata.
Seandainya ramalan jualan dengan trend garis lurus sama dengan jualan
nyata, sedangkan dengan trend garis lengkung berbeda dengan jualan nyata,
berarti metode trend garis lurus adalah yang paling sesuai digunakan untuk
ramalan jualan. Sebaliknya bila ramalan jualan dengan trend garis lurus tidak
sama dengan jualan nyata, berarti metode trend garis lengkung (parabola
kuadrat) adalah yang paling sesuai digunakan untuk ramalan jualan.
Akan tetapi, yang sering terjadi jualan nyata tidak sama dengan
perhitungan ramalan jualan, baik ramalan jualan dengan metode garis lurus,
maupun dengan metode garis lengkung. Apabila ramalan jualan tidak sama
dengan jualan nyata maka masing-masing metode yang dipergunakan dalam
menghitung ramalan jualan akan diperhitungkan dengan standar kesalahan
peramalan (SKP) seperti yang telah diuraikan terdahulu. Untuk menentukan
metode ramalan jualan yang mana yang paling sesuai, ditentukan oleh SKP
yang terkecil.
Dalam kasus ini karena ramalan jualan sama dengan jualan nyata, baik
ramalan jualan dengan metode trend garis lurus maupun dengan metode trend
garis lengkung (parabola kuadrat) berarti metode ramalan jualan tersebut
sesuai keduanya, sehingga terserah memilih salah satu yang akan
dipergunakan. Misalnya kita pilih metode trend garis lurus, maka ramalan
jualan biskuit susu tahun 2016 (X = 5) sebagai berikut.
Y = 3+ IX
Ramalan jualan 2016 = 3 + 1(5)
= 8 unit
Ramalan jualan biskuit susu tahun 2016 sebesar 8 unit merupakan X dari
ramalan jualan susu tahun 2016.
Persamaan trend garis lurus Y = a + bX
Y = 102 + 10X
Ramalan jualan 2016 = 102 + 10 (8) = 182 unit
EKMA4570/MODUL 2 2.33
b. Koefisien Determinan
2
Koefisien determinan (R ) baru saja dikemukakan pada analisis korelasi.
Koefisien determinan bila diakarkan akan menjadi koefisien korelasi,
sebaliknya koefisien korelasi (R) bila dikuadratkan menjadi koefisien
2
determinan (R ). Koefisien korelasi (R) sebesar 0,98533 maka koefisien
2 2 2
determinan (R ) sebesar (0,98533) = 97,0875%. Koefisien determinan (R )
mengukur persentase variabilitas Y yang dapat dijelaskan oleh variabel be bas
X. Dalam analisis regresi, koefisien determinan ini merupakan nilai paling
penting, karena koefisien determinan menggambarkan seberapa jauh
variabilitas Y dipengaruhi oleh variabilitas X.
2
Rumus koefisien determinan (R ) dapat dihitung dengan menggunakan
Tabel 2.11 dan hasil perhitungan metode kuadrat terkecil sebagai berikut.
2
2 aΣY bΣXY nY
R
2 2
ΣY nY
2
2 102760 103.900 5152
R
2
116.550 5152
77.520 39.000 5 23.104
116.550 115.520
1.000
97,09%
1.030
Nilai koefisien determinan (R2) sebesar 97,09% artinya: (a) 97,09% dari
variabilitas jualan susu (Y) dapat dijelaskan oleh variabilitas jualan biskuit
susu (X), dan (b) variabilitas yang tidak dapat dijelaskan jualan biskuit susu
mungkin dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan
regresi tersebut misalnya jualan susu pesaing, tingkat kelahiran, iklan, harga
jual, dan lain-lain.
r n 2
to
2
1 r
a1
Σx yΣx Σx yΣx x
1
2
2 2 1 2 10017, 2 191
Σx Σx Σx x
2
1
2
2 1 2
2
1017, 2 1
2
1.720 19
9,94737
172 1
Bila X2 diramalkan tahun 2016 menggunakan analisis trend garis lurus
perhitungannya seperti Tabel 2.17.
Tabel 2.17.
Trend Garis Lurus
Tahun X2 X X2X X2 2 X2
2011 7 0 0 49 0
2012 3 1 3 9 1
2013 2 2 4 4. 4
2014 4 3 12 16 9
2015 6 4 24 36 16
22 10 - 43 114 30
b. Koefisien Korelasi
Seperti halnya pada analisis regresi sederhana, untuk mengetahui kuat
atau lemah hubungan variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X)
diperlukan perhitungan koefisien korelasi. Pada analisis regresi sederhana
hanya satu perhitungan koefisien korelasi, karena variabel bebasnya juga
satu. Pada analisis regresi berganda perhitungan koefisien korelasi dihitung
secara parsial dan secara berganda.
Sebuah variabel bebas yang baik adalah variabel bebas yang
berhubungan erat dengan variabel terikatnya, dan tidak berhubungan erat
dengan variabel bebas lainnya. Misalkan volume jualan susu mempunyai
hubungan (korelasi) positif yang sangat tinggi dengan biskuit. Susu
ditunjukkan oleh koefisien korelasi (R) sebesar 0,98740. Sementara dengan
variabel bebas lainnya, misalnya tingkat harga jual mempunyai korelasi
negatif, yaitu R - 0,39739. Berarti dengan tambahan variabel bebas (harga
jual) persentase simpangan yang dapat dijelaskan bertambah besar.
Berdasarkan data yang terdapat pada persamaan regresi berganda yang
baru saja dijelaskan dapat dihitung koefisien korelasi parsial dan koefisien
korelasi berganda. Sebelum menghitung koefisien korelasi berganda terlebih
dahulu dihitung koefisien korelasi parsial dengan menggunakan Tabel 2.16
dan perhitungannya, kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Σx1y 100 100
R 12
Σx12 Σy 2 10 1.030 3,1622832,09361
100
0,98533
101, 48898
EKMA4570/MODUL 2 2.41
Σx 2 y 100 100
R 13
Σx 22 Σy 2 17, 2 1.030 4,1472932,09361
19
0,14275
133,10151
Artinya jualan susu (Y) dipengaruhi oleh jualan biskuit susu (X 1) dengan
korelasi yang positif 0,98740 (sangat kuat) bila tingkat harga jual (X 2)
konstan (tetap). Dengan koefisien korelasi RX 2 sebesar -0,39739 pengaruh
harga jual (X 2) berkorelasi negatif lemah terhadap jualan susu (Y), bila jualan
biskuit susu (X1) konstan (tetap).
Adapun koefisien korelasi berganda (R) dapat dihitung setelah diperoleh
koefisien determinasi berganda (R) sebagai berikut.
R R 2
2
Bila R (koefisien determinasi berganda) sebesar 0,975473 maka R =
0,975473 = 0,98766
Oleh karena R (koefisien korelasi berganda) sebesar 0,98766 mendekati
angka I positif berarti terdapat hubungan yang sangat erat antara Y (jualan
susu) dengan variabel bebas X 1 (jualan biskuit susu) dan X 2 (harga jual).
Mengenai koefisien determinasi berganda sebesar 0,975473 dijelaskan
perhitungannya seperti berikut ini.
e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi parsial dihitung berdasarkan perhitungan koefisien
korelasi parsial yang dikuadratkan sebagai berikut.
2 2
R x1 (0,98740) = 0,97496 = 97,50%, artinya bila X 2 konstan (tetap),
maka hubungan X terhadap variabilitas Y sebesar 97,50%.
2 2
R x2 = (-0,39739) = 0,15792 = 15,79%, artinya bila X, konstan (tetap)
maka sumbangan X 2 terhadap variabilitas Y sebesar 15,79%.
2.42 Penganggaran
2
R = 97,55% artinya bahwa variabel X 1 dan X2 dapat menjelaskan
variabilitas Y secara bersama-sama 97,55%, sedangkan yang tidak dapat
dijelaskan 2,45%. Sebesar 2,45% tersebut dijelaskan oleh faktor lain selain
X1 dan X2.
2
R (koefisien determinasi berganda) juga dapat dihitung dengan cara
perhitungan seperti Tabel 2.18.
Tabel 2.18.
Koefisien Determinasi Berganda
Residual Kuadrat
Residual
X1 X2 Y YR Kuadrat Y - Y Total
(Y-YR) 2
(Y-YR )2 Y- Y
1 3 7 130 130,73683 -0,73683 0,54292 -22 484
2 4 3 145 142,78948 2,21052 4,88640 -7 49
3 5 2 150 153,26317 -3,26317 10,64828 -2 4-
4 6 4 165 162,15790 2,84210 8,07753 13 169
5 7 6 170 171,05263 -1,05263 1,10803 18 324
25 22 760 760 0 25,26316 0 1.030
Y = 760: 5 = 152
YR = nilai taksiran Y = 104,57896 + 9,94737 X 1 - 0,52632 X2
1 = 104,57896 + 9,94737 (3) - 0,52632 (7) = 130,73683
2. = 104,57896 + 9,94737 (4) - 0,52632 (3) = 142,78948
3 = 104,57896.+ 9,94737 (5) - 0,52632 (2) = 153,26317
4 = 104,57896 + 9,94737 (6) - 0,52632 (4) = 162,15790
5 = 104,57896 + 9,94737 (7) - 0,52632 (6) = 171,05263
2 2 2
Σ Y Y = Σ Y Y + Σ Y Y
1.030 = 1.004,73684 + 25,26316
2
Σ YR Y 1.004,73684
R2 2
97,5% atau
Σ Y Y 1.030
2
Σ Y YR 25,26316
R2 1
2
1 0,975473 97,55%
Σ Y Y 1.030
Jadi, persamaan regresi menjelaskan 97,55% dari variabilitas jualan susu (Y).
LATIHAN
dan metode momen. Trend bukan garis lurus, antara lain: trend parabola
kuadrat, trend eksponensial, dan trend eksponensial yang diubah.
3) Guna metode Standar Kesalahan Peramalan (SKP) terutama untuk
menentukan/memilih metode ramalan yang paling sesuai dengan cara
membandingkan beberapa metode ramalan dan dipilih SKP yang paling
kecil.
4) Produk permintaan turunan adalah produk yang permintaannya memiliki
ketergantungan dengan permintaan produk lain.
5) Beda utama analisis regresi sederhana dengan regresi berganda adalah
dalam hal variabel bebas. Dalam analisis regresi sederhana variabel
bebas (X) hanya satu. sedangkan dalam analisis regresi berganda
variabel bebas lebih dari satu.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
Metode trend bukan garis lurus (bukan linear) antara lain metode
parabola kuadrat dengan persamaan trend garis lengkung (parabola)
sebagai berikut: Y = a + bX - cX. Pada persamaan tersebut a adalah ….
A. 76,62
B. 13,00
C. 0,40
D. 162,02
C. 0,40
D. 162,02
8) Kuantitas produk terjual (Y) dan perkembangan harga jual per unit (X)
selama sepuluh bulan sebagai berikut.
Bulan (Y) (X)
1 10 unit Rp1,30
2 6 2,00
3 5 1,70
EKMA4570/MODUL 2 2.47
Kegiatan Belajar 2
P
ada Kegiatan Belajar 2 dijelaskan tentang pengertian anggaran jualan,
kegunaan anggaran jualan, faktor yang mempengaruhi anggaran jualan,
dan penyusunan anggaran jualan.
Misalnya semula harga pokok barang terjual per unit (beban) Rp6,00 dapat
ditekan menjadi Rp5,00. Dengan cara demikian laba dapat ditingkatkan
seperti perhitungan pada Tabel 2.19.
Tabel 2.19.
Usaha Meningkatkan Laba
Jadi, kegunaan anggaran jualan yang utama ada dua, yaitu (a) anggaran
jualan sebagai dasar penyusunan anggaran lainnya, dan (b) anggaran jualan
sebagai ujung tombak dalam mencapai tujuan perusahaan memperoleh laba.
1. Faktor Pemasaran
Faktor pemasaran yang perlu dipertimbangkan, seperti: (a) luas pasar,
apakah bersifat lokal, regional, nasional, (b) keadaan persaingan, apakah
bersifat monopoli, oligopoli, bebas, (c) keadaan konsumen, bagaimana selera
2.52 Penganggaran
2. Faktor Keuangan
Apakah modal kerja perusahaan mampu mendukung pencapaian target
jualan yang dianggarkan, seperti untuk membeli bahan baku, membayar
upah, biaya promosi produk, dan lain-lain.
3. Faktor Ekonomi
Apakah dengan meningkatnya jualan akan meningkatkan laba
(rentabilitas) atau sebaliknya.
Misalnya saat ini perusahaan mampu menjual 1.000 unit dengan harga
jual per unit Rp100,00, harga pokok per unit Rp80,00, dan beban usaha
sebulan Rp15.000,00, modal usaha yang diperlukan Rp20.000,00.
Setelah itu perusahaan ingin meningkatkan jualan menjadi 1.200 unit,
modal usaha menjadi meningkat Rp25.000,00 dan beban usaha meningkat
menjadi Rp18.000,00. Harga jual dan harga pokok tidak berubah.
Pertanyaannya apakah dengan meningkat jualan dapat meningkatkan
rentabilitas ekonomis?
5.000
Rentabilitas ekonomis = 25%
20.000
Perhitungan rentabilitas ekonomis setelah jualan meningkat sebagai berikut.
6.000
Rentabilitas ekonomis = 24%
25.000
4. Faktor Teknis
Apakah kapasitas terpasang, seperti mesin dan alat mampu memenuhi
target jualan yang dianggarkan. Apakah bahan baku dan tenaga kerja mudah
dan murah.
6. Faktor Penduduk
Perkembangan penduduk juga mempengaruhi anggaran, misalnya
peningkatan kelahiran dapat meningkatkan konsumsi susu, pakaian, mainan,
dan lain-lain.
7. Faktor Kondisi
Faktor kondisi politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan juga
mempengaruhi jualan. Misalnya dalam keadaan perang (tidak aman) akan
menghambat barang yang dijual karena harus melalui pemeriksaan yang
ketat, bahkan dirampas dan mengalami kecelakaan perang. Barang yang
dijual apakah tidak bertentangan dengan sosial dan budaya masyarakat,
apakah tidak mengganggu lingkungan, apakah tidak dibatasi oleh peraturan
2.54 Penganggaran
8. Faktor Lainnya
Apakah pada musim tertentu anggaran jualan ditambah. Sampai berapa
lama anggaran yang disusun masih dapat dipertahankan.
Banjarmasin
Kecap sedang 50% 121 = 61 botol
Kecap manis 30% 121 = 36 botol
Kecap asin 20% 121 = 24 botol
+
Jumlah 121 botol
Martapura
Kecap sedang 50% 61 = 31 botol
Kecap manis 30% 61 = 18 boto1
Kecap asin 20% 61 = 12 botol
+
Jumlah 61 botol
Total 182 botol
Banjarmasin
Triwulan I
Kecap sedang (23,68% 61 = 14 botol) Rp500,00 = Rp7.000,00
Kecap manis (23,68% 36 = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (23,68% 24 = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah I 29 botol = Rp15.400,00
EKMA4570/MODUL 2 2.55
Triwulan II
Kecap sedang (24,34% 61 = 15 botol) Rp500,00 = Rp7.500,00
Kecap manis 24,34% 36 = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (24,34% 24 = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah II = 30 botol = Rp15.900,00
Triwulan III
Kecap sedang (25,66% 61 = 16 botol) Rp500,00 = Rp8.000,00
Kecap manis (25,66% 36 = = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (25,66% 24 = = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah III = 31 botol = Rp16.400,00
Triwulan IV
Kecap sedang (26,32% x 61 = 16 botol) x Rp500,00 = Rp8.000,00
Kecap manis (26,32% 36 = 9 botol) Rp600,00 = Rp5.400,00
Kecap asin (26,32% 24 = 6 botol) Rp500,00 = Rp3.000,00
Jumlah IV = 30 botol = Rp16.400,00
Martapura
Triwulan I
Kecap sedang (23,68% x 31 = = 7 botol) x Rp600,00 = Rp4.200,00
Kecap manis (23,68% 18 = 4 botol) Rp750,00 = Rp3.000,00
Kecap asin (23,68% 12 = 3 botol) Rp600,00 = Rp1.800,00
Jumlah I 14 botol = Rp9.000,00
Triwulan II
Kecap sedang (24,34% x 31 = 8 botol) x Rp600,00 = Rp4.800,00
Kecap manis (24,34% 18 = 4 botol) Rp750,00 = Rp3.000,00
Kecap asin (24,34% 24 = 3 botol) Rp600,00 = Rp1.800,00
Jumlah I 15 botol = Rp9.600,00
EKMA4570/MODUL 3 3.23
Harga pokok bahan baku meliputi harga beli bahan baku dan ongkos
untuk memperoleh bahan baku, seperti: ongkos perjalanan dan angkut bahan
baku, ongkos dokumen bahan baku, ongkos bongkar muat bahan baku, dan
ongkos bahan baku lainnya.
Ada beberapa elemen yang terdapat dalam penyusunan anggaran bahan
baku, yaitu: biaya bahan baku, sediaan bahan baku, bahan baku siap dipakai,
dan belian bahan baku.
Adapun dasar penyusunan anggaran bahan baku bersumber dari
anggaran produksi, rencana persediaan bahan baku, dan standar bahan baku
dipakai.
Apabila sediaan bahan baku awal sama dengan akhir maka belian bahan
baku sama dengan biaya bahan baku (bahan baku dipakai). Sediaan bahan
baku awal datanya dapat diperoleh dari laporan keuangan periode yang lalu,
karena sediaan bahan baku akhir periode lalu sama dengan sediaan bahan
baku awal periode akan datang.
EKMA4570/MODUL 3 3.25
Dari data tersebut dapat dihitung bahan baku yang dipakai setahun
sebanyak = 182 unit 2 ons
ons = 364 ons.
ons. Setelah itu dapatlah
dapatlah disusun
disusun anggaran
bahan baku seperti
seperti Tabel 3.11.
Tabel 3.11.
Anggaran Bahan Baku
belian yang satu dengan saat belian yang lain, sehingga dalam akunting
keuangan perlu menentukan harga pokok per unit bahan baku yang dipakai.
Dalam penyusunan anggaran harga bahan baku per unit dianggap tidak
berubah pada periode anggaran, yaitu sesuai dengan harga per unit bahan
baku standar.
Anggaran bahan baku terdiri dari: anggaran bahan baku dipakai,
anggaran sediaan bahan baku, dan anggaran belian bahan baku.
Anggaran belian bahan baku disusun untuk keperluan penyusunan
anggaran kas, yaitu untuk menentukan anggaran kas keluar untuk belian
bahan baku (bila bahan baku dibeli tunai) dan untuk menentukan anggaran
utang (bila bahan baku dibeli secara kredit). Anggaran belian bahan baku
disusun berdasarkan anggaran sediaan bahan baku dan anggaran bahan baku
dipakai. Anggaran bahan baku dipakai disusun berdasarkan anggaran
produksi. Anggaran bahan baku dipakai, anggaran sediaan bahan baku, dan
anggaran belian bahan baku disusun menggunakan standar bahan baku
dipakai.
Contoh:
Untuk memproduksi kecap diperlukan bahan baku berupa kedelai dan gula
merah. Misalkan untuk memproduksi per botol kecap diperlukan bahan baku
berupa kedelai dan gula merah sebagai berikut.
berikut.
Kedelai Gula Merah
Kecap sedang 2 ons 2 ons
Kecap manis 1 ons 3 ons
Kecap asin 2 ons 1 ons
Contoh:
Harga beli bahan baku kedelai 10.000 ons @ Rp90,00 = Rp900.000,00
Ongkos angkut..........................
angkut.............................................................
................................... = Rp190.000,00
Potongan beli bahan baku ........................................... = (Rp 90.000,00)
Tabel 3.12.
Standar Bahan Baku Dipakai (Biaya Bahan Baku) Per Unit
Tabel 3.13.
Anggaran Bahan Baku Dipakai Dalam Unit
Tabel 3.14.
Anggaran Bahan Baku Dipakai Dalam Unit
Tabel 3.15.
Anggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran biaya bahan baku dapat juga disusun seperti Tabel 3.16.
3.1 6.
EKMA4570/MODUL 3 3.33
0 0 0 0 0
0
, 0
, 0
, 0
, 0
,
h a n 0 0 0 0 0
a u
l y a k 2 0 4 4 4
m a h
i a 0
a B . 6
. 9
. 8
. 1
.
u B B 3 3 3 4 3
J 1 1 1 1 5
p p p p p
R R R R R
i 0 0 0 0 0
s ) 0
, 0
, 0
, 0
, 0
,
k t 0 0 0 0 0
u i 4 0 4 0 8
d n 3
. 6
. 3
. 6
. 8
.
r U
o ( 2 2 2 2 9
n P p p p p p
i R R R R R
s
A
p h 0 0 0 0 0
a a 0
, 0
, 0
, 0
, 0
,
c l B 0 0 0 0 0
e m B 6 6 6 6 6
K u B 2 2 2 2 2
J p p p p p
R R R R R
n n
a
l u
u h
w a
t
i e
3.34 Penganggaran
BBB
Sbb 2 Sb
Sbba
TPSBB
Dari data
data tersebut
tersebut dapat dibuat
dibuat anggaran
anggaran sediaan
sediaan bahan baku akhir
seperti Tabel 3.17.
EKMA4570/MODUL 3 3.35
Sediaan bahan baku akhir dalam ons diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut.
Sediaan bahan bakuakhirdalamRp
Harga per ons bahan baku
Belian bahan baku = Sediaan bahan baku akhir + Biaya bahan baku
Sediaan bahan baku awal
Berdasarkan anggaran biaya bahan baku pada Tabel 3.15. dan data
anggaran sediaan bahan baku akhir pada Tabel 3.17. ditambah data sediaan
bahan baku awal seperti dikemukakan terdahulu pokok bahasan Anggaran
Sediaan Bahan Baku, kemudian dapatlah disusun anggaran belian bahan baku
seperti Tabel 3.18.
EKMA4570/MODUL 3 3.37
0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
0 0 . 5 2 7 5 2 .
p 0 4 5 2 7 0 0
0 0 7
. 4
. 1 2
. 0 2 2
. 4
. 6
. 0
. 9 9
2
. 5
. 1
n R 2 3 . .
1 1
.
2 3 4 7 1
.
1 2 3 .
u 3 2 3 3 2 5 3 2 3
h 5 5
a
t
e
S 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
s 0
, 0
, 0
, 5 5
, 0
, 5 5
, 0 5
n 0 0 0 , 0
, 5
, ,
2 7 9
0
, 0
, 0
, ,
2 2
,
4
O 2 9 1 2 7 9 3 0 3 0 5 5 2 9 1
3 3 7 1 1 2 3 4 7 1 1 2 3 3 7
0
0 0
4
0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
.
p 0 . 8 5 2 7 5 6 1
1
0 0 4 5 2 6
V
I R . 1
6 . 2
. 0
. 2
. 8
. 2
. . 0 4 4
. 9
. 7
. 1
8 2
. 4
1 1 1 2 9 7 7
1
9 5 1 8 6 .
3
n 3 1
a
l
u
w
i
r 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
T s
n 0 0
, ,
0
, 5
, 0
, 5
, 5
,
0
, 5
, 0 0 5 0
, ,
5
,
6 4 0 2 7 9 8 1 9 , 0
, , 9 2 1
O 8 0 9 1 1 2 2 1
9 1 2 9 9 8
1 8 1 0
1 1 1 2
0
0 0 0 0 0 0 8 0 5 5 0 5 5
I p 0 4 4
9
0 0 4 0 8 .
. 3 0 4 0 3
. 3
3
I 0 0 4 3 1 4 5
I R . 9
. .
3 9 5
4
. 9
. 2 . 1
. 9 0
. 8
. 1 .
3
n 8 5 1 1 8 . 3 1 2 7 . 1
a 3 1 3
l
u
w
i
r 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0 5 5
T s 0 0 0 0 0
, 0 2
u 6 n , 0
, ,
9 0
, 0
,
0
, 0
, 8 , 0
, 7
, 7
, 0
, 2
, ,
u
k k 1 O 0 9 7 9 9 8 9 0 7
9 1 5 6 8 2 0
7
a i a 0
l 2 8 9 1 1 8 1 1 1 1 2 7 9 1
B s B n
n A n u
a a h
p h 5
h .
. a a a 0 5
8 a c T 0 0 0
0 0 5 0 5 3
2 5 5 6 0
9
1
. B e B a I p
I 0 . 6 0 5 4 0 4 . 5 0 5 2 . 2
7 4 7 8 3 0
3 n K n d R 9
. . 1
. 9 0
. 0 . 3
. 6 8 4 . 1
. .
l i
a a a
n i n 7 1
. 3
1 1 2 9 6 1
. 1 8 2
. 4
1
e l a l p a
l 3 3 3
b e a e n u 1
a B h B l
T n a n a
u
w
i
r
a s T s 0 0 0 0 5 5 0 5 5 5 5 0
r u a w
r r i 0 0 7
, 7 5 0 5 7 0
a e a r n , 0
, ,
4
0
, 7
, 7
, 0
, 0 , 7
, 0
7
, 2
, , ,
g 9 5 1 5 6 0 1 0 , 6 1 2 4
g P g T O 7 9 7 1 1 2 9 1 0 8 8 1 8 0 8
n g p 1 2 1 1
A a
n i
A T
0 0
2
0
2 5 5 0 5 0 0 5 0
0
5
p 0 . 0
5 0 5 7 0 7
3 0 0 0 7 . 7
4
5 5 . 7 8 3 3 0 9 1
I R . 1 3 8 4 . . 0
. . 0
. 9 . 3
. 1 .
n 7 . 1 1 8 6 4
1 1 1 7 . 2
1
3 3
a
l
u
w
i
r 0 0 0 5 5 0 5 0 0 0 5 0 5
T s 0 0 5 0 0
, 7 7
n , 0
, ,
7 7
, 0
,
7
, 7
, 0 , 0
, 0
, 0
, 7
, 0
, ,
O 5 2 6 8 8 6 3 0 3
8 0 5 5 3 5 8
5 4
7 9 1 1 8 1 1 1 1 2 7 8 1 2 h
h l
a
a
m m
u
u J
j
+
1 3
n a
i h h
a u d u a l
l a
g k e k
n a s
r a m m
a
r b r e l b u u
i t n J J
e
t n h h h h a h h
a a k a u a w a a a = =
e r r k r r h r
K h i e 1 a 2 a i e 3 a 4 a i e 5 3 5
a a i e b
i e
h n a
b l m a a l m a h a h n a
l m a a l m a h b l m h
a h h
e a l a e a l n e a l e a l n e a l a a l
l a
a d l i d l a d l a
i d l a d l
y e u m m m m i m m m
a
i u d e u u h e u u d e u u l e u u u u
K G J e K G J a K G J e K G J e K G J J J
B S B S B
3.38 Penganggaran
Tabel 3.19.
Laporan Belian Bahan Baku
Persentase realisasi dalam ons kolom (7) dan realisasi dalam Rp kolom
(9) yang terdapat pada Tabel 3.19 diperoleh dengan cara data kolom (6)
dibagi data kolom (2) menghasilkan persentase realisasi dalam ons kolom
(7), sedangkan untuk memperoleh persentase realisasi dalam Rp kolom (9)
dengan cara data kolom (8) dibagi data kolom (3). Tampak pada Tabel 3.19
kolom (7) kedelai 66% dan kolom (9) 65%, hal ini menunjukkan terdapat
penghematan harga kedelai 1%, sebaliknya, gula merah kolom (7) sebesar
62% dan kolom (9) sebesar 63%, hal ini berarti terdapat pemborosan harga
gula merah 1%. Pemborosan harga gula merah 1% tersebut tentu saja tidak
dapat dibenarkan, terkecuali tidak menganggu arus kas dan dalam keadaan
darurat.
LATIHAN
1) Bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk. Biaya bahan baku
yang diperlukan dalam satu unit produk relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan lainnya.
2) Elemen untuk menyusun anggaran bahan baku adalah biaya bahan baku,
sediaan bahan baku, bahan baku siap dipakai, dan belian bahan baku.
3) Tujuan utama disusunnya anggaran bahan baku adalah untuk menjaga
kelancaran produksi.
4) Bila sediaan bahan baku awal sama dengan sediaan bahan baku akhir
maka biaya bahan baku sama dengan belian bahan baku.
5) Standar bahan baku dipakai adalah taksiran sejumlah unit bahan baku
yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
Kegiatan Belajar 3
P
ada Kegiatan Belajar 3 ini diuraikan tentang pengertian anggaran biaya
tenaga kerja langsung, faktor yang mempengaruhi anggaran biaya
tenaga kerja langsung, manfaat anggaran biaya tenaga langsung, penyusunan
anggaran biaya tenaga kerja langsung, pengertian anggaran biaya overhead
pabrik, tujuan penyusunan anggaran biaya overhead pabrik, rincian yang
mencakup anggaran biaya overhead pabrik, faktor yang mempengaruhi
anggaran biaya overhead pabrik, dan penyusunan anggaran biaya overhead
pabrik.
Biaya bahan baku (BBB) dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL)
disebut biaya produk langsung (direct product cost) , sedangkan biaya
overhead pabrik (BOP) disebut biaya produk tak langsung (indirect product
cost). Biaya produk langsung disebut dengan biaya primer (biaya utama).
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) dan biaya overhead pabrik (BOP)
disebut biaya konversi.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang bekerja langsung
mengolah produk. Untuk perusahaan yang memproduksi kursi rotan yang
disebut tenaga kerja langsung, seperti: tukang potong rotan, tukang ukur kursi
rotan, tukang rakit kursi rotan, tukang ketam (pelicin) kursi rotan, tukang
warna kursi rotan. Adapun tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja
manusia yang ikut membantu menyelesaikan produk, seperti: mandor,
manajer produksi, penyelia, dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga kerja langsung
(BTKL), sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut biaya
tenaga kerja tak langsung (BTKTL) . Biaya tenaga kerja tak langsung
merupakan salah satu unsur dari biaya overhead pabrik (BOP). Upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja yang memelihara alat produksi (seperti:
3.44 Penganggaran
1. Produk Dianggarkan
Sebelum menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung terlebih
dahulu disusun anggaran produk. Semakin besar produk yang dianggarkan
semakin besar anggaran biaya tenaga kerja langsung, sebaliknya semakin
kecil produk yang dianggarkan semakin kecil anggaran biaya tenaga kerja
langsung.
Misalkan saat ini produk yang dianggarkan 1.000 unit dan upah per unit
Rp10,00, berarti anggaran biaya tenaga kerja langsung 1.000 unit Rp10,00
= Rp10.000,00. Kemudian produk yang dianggarkan diturunkan menjadi 900
unit, berarti anggaran biaya tenaga kerja langsung 900 unit Rp10,00 =
Rp9.000,00. Setelah itu produk yang dianggarkan dinaikkan menjadi 1.100
unit, berarti anggaran biaya tenaga kerja langsung 1.100 unit Rp10,00 =
Rp11.000,00. Dengan demikian anggaran produk yang kecil 900 unit
menghasilkan anggaran biaya tenaga kerja langsung Rp9.000,00, lebih kecil
daripada perusahaan yang menganggarkan produk 1.100 unit dengan
anggaran biaya tenaga kerja langsungnya Rp11.000,00.
Misalkan standar jam tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol
kecap diperlukan waktu 0,1 jam, produk dianggarkan 1.000 unit, dan upah
perjam kerja langsung Rp500,00 maka anggaran biaya tenaga kerja langsung
1.000 unit 0,1 jam Rp500,00 = Rp50.000,00. Bila standar jam tenaga
kerja langsung dinaikkan menjadi 0,2 jam maka anggaran biaya tenaga kerja
langsung naik menjadi 1.000 unit 0,2 jam Rp500,00 = Rp100.000,00.
Sebaliknya bila standar jam tenaga kerja langsung diturunkan menjadi 0,05
jam maka anggaran biaya tenaga kerja langsung turun menjadi 1.000 unit
0,05 jam Rp500,00 = Rp25.000,00.
Seperti halnya biaya bahan baku sebagai salah satu unsur harga pokok
produk dalam suatu produksi, demikian juga dengan biaya tenaga kerja
langsung merupakan unsur dari harga pokok produk.
1. Anggaran biaya tenaga kerja langsung bermanfaat untuk menentukan
harga pokok produk dan besarnya biaya pabrik.
2. Dengan diketahui anggaran biaya tenaga langsung dapat dianggarkan kas
yang disediakan untuk membayar tenaga kerja langsung pada suatu
3.46 Penganggaran
Standar tarif upah tenaga kerja langsung dapat ditentukan atas dasar:
a. perjanjian dengan organisasi karyawan;
b. data upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata;
c. perhitungan tarif upah dalam operasi normal.
tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol kecap = 0,1 jam @
Rp500,00 = Rp50,00.
Setelah standar tenaga kerja langsung ditetapkan, kemudian disusun
anggaran jam tenaga kerja langsung terpakai.
Standar jam tenaga kerja langsung untuk membuat satu botol kecap
diperlukan waktu 0,1 jam.
JTKLT = P SJTKL
Dari data tersebut di atas dapat disusun anggaran jam tenaga kerja
langsung terpakai seperti Tabel 3.20.
3.48 Penganggaran
Tabel 3.20.
Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung Terpakai
Misalkan dari data pada Tabel 3.20. dan data standar upah tenaga kerja
langsung per jam Rp500,00 maka dapatlah disusun anggaran biaya tenaga
kerja langsung seperti Tabel 3.21.
EKMA4570/MODUL 3 3.49
Tabel 3.21.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Kecap
Triwulan Kecap Manis Kecap Asin Total
Sedang
I Rp1.100,00 Rp650,00 Rp450,00 Rp2.200,00
II Rp1.150,00 Rp650,00 Rp500,00 Rp2.300,00
III Rp1.200,00 Rp700,00 Rp450,00 Rp2.350,00
IV Rp1.300,00 Rp700,00 Rp500,00 Rp2.500,00
Setahun Rp4.750,00 Rp2.700,00 Rp1.900,00 Rp9.350,00
Total = Rp9.350,00
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terjadi untuk
membiayai produksi, artinya bila perusahaan tidak melakukan kegiatan
produksi maka biaya tersebut tidak terjadi. Besar kecilnya biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung bergantung pada tingkat produksi. Oleh
karena itu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung termasuk unsur
biaya variabel . Biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya variabel bila
sistem upah yang digunakan sistem upah per jam atau per unit, tetapi bila
sistem upah yang digunakan sistem upah tetap, seperti upah harian, upah
bulanan maka biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya tetap. Dalam
buku ini biaya tenaga kerja langsung dianggap sebagai biaya variabel.
Mengenai biaya variabel akan dibahas lebih lanjut pada Modul 9.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan
3.50 Penganggaran
di pabrik periode ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya
variabel dan biaya tetap.
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi, sedangkan biaya overhead
pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi.
4. Menggunakannya sebagai dasar otorisasi kas. Kas masuk dan kas keluar
diotorisasi berdasarkan mekanisme anggaran agar tidak mengganggu
likuiditas.
5. Menggunakannya dalam menentukan kemampuan perusahaan membayar
deviden kepada pemegang saham.
6. Menggunakannya dalam meningkatkan kemampuan membayar
kewajiban jangka pendek.
7. Menggunakannya dalam memperkuat posisi dalam penawaran.
Anggaran kas masuk dan anggaran kas keluar besar kecilnya dipengaruhi
oleh faktor kegiatan perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi,
dan kegiatan pendanaan.
1. Kegiatan Operasi
Kegiatan operasi adalah kegiatan perusahaan yang bersifat rutin dan
terus-menerus dilakukan. Kegiatan operasi utama dari perusahaan adalah
membeli dan menjual barang/jasa. Semakin banyak kegiatan membeli
barang/jasa semakin besar jumlah kas keluar yang diperlukan, sebaliknya
semakin sedikit kegiatan membeli barang/jasa semakin kecil jumlah kas
keluar yang diperlukan. Pada sisi lain, semakin banyak menjual barang/jasa
semakin besar kas masuk yang diterima, sebaliknya semakin sedikit kegiatan
menjual barang/jasa semakin kecil kas masuk yang diterima.
2. Kegiatan Investasi
Kegiatan investasi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan dan
menurunkan harta tak lancar yang digunakan perusahaan. Kegiatan investasi
seperti menjual dan membeli surat berharga jangka panjang. Menjual dan
membeli harta tetap (tanah, bangunan, hak cipta).
Semakin banyak membeli surat berharga dan harta tetap semakin besar
kas keluar yang diperlukan, sebaliknya semakin sedikit membeli surat
berharga dan harta tetap semakin kecil kas keluar yang diperlukan. Pada sisi
lain, semakin banyak menjual surat berharga dan harta tetap semakin besar
kas masuk yang diterima, sebaliknya semakin sedikit menjual surat berharga
dan harta tetap semakin kecil kas masuk yang diterima.
EKMA4570/MODUL 5 5.7
3. Kegiatan Pendanaan
Kegiatan pendanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan utang dan
modal sendiri. Kegiatan pendanaan seperti menerima uang dalam bentuk
utang yang berasal dari kreditor dan membayar pokok utang kepada kreditor
menerima uang dari pemodal atas saham yang dijual (setoran modal), dan
membayar kepada pemodal atas saham bendahara yang dibeli (prive untuk
badan usaha yang bukan perseroan terbatas).
Semakin banyak modal yang disetor (saham dijual) dan semakin banyak
utang yang diterima semakin besar kas masuk, sebaliknya semakin sedikit
modal disetor (saham dijual) dan- semakin sedikit utang yang diterima
semakin kecil kas masuk. Pada sisi lain, semakin banyak saham bendahara
yang dibeli (prive dibayar) dan semakin banyak pokok utang dibayar semakin
besar kas keluar, sebaliknya semakin sedikit saham bendahara dibeli (prive
dibayar) dan semakin sedikit pokok utang dibayar semakin kecil kas keluar.
KAS
Gambar 5.1.
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar
Kas masuk dari kegiatan investasi, seperti kas diterima dari hasil
menjual harta tak lancar, seperti harta tetap berwujud dan harta tetap tak
berwujud, surat berharga jangka panjang, pendanaan kas yang diterima dari
angsuran pokok pinjaman yang diberikan juga termasuk arus kas masuk dari
kegiatan investasi, dan hasil menjual segmen (pangsa) perusahaan.
Kas masuk dari kegiatan pendanaan meliputi kegiatan untuk
memperoleh kas dari pemodal (investor) dan kreditor, seperti saham disetor
(modal disetor), jual saham bendahara, pinjam uang dengan mengeluarkan
surat wesel/promes, obligasi, dan hipotik (utang jangka panjang).
Setelah menyusun anggaran kas masuk, kemudian langkah kedua adalah
EKMA4570/MODUL 5 5.11
kelebihan kas atau saldo kas awal dikurangi dengan kekurangan kas,
ditambah dengan tambahan pinjaman, dikurang dengan angsuran (bayar)
pinjaman dan bunga.
Perubahan harta
Harta
lancar di luar kas
+
Perubahan harta
Neraca Utang
lancar di luar kas
+
Modal
Dapatan
disesuaikan
Dapatan menjadi kas
(Revenues ) masuk
Arus kas
Ikhtisar Laba dari
Rugi-Laba bersih kegiatan
operasi
Beban
Beban
disesuaikan
(Expenses)
menjadi kas
keluar
Gambar 5.2.
EKMA4570/MODUL 5 5.13
Pada Gambar 5.2 tampak laba bersih yang diperoleh perusahaan karena
dapatan lebih besar daripada beban. Laba bersih yang diperoleh dari ikhtisar
rugi-laba yang dihasilkan akunting keuangan yang biasanya menggunakan
dasar akrual diubah menjadi dasar kas.
Kas masuk dimulai dari laba bersih ditambah beban dipresiasi, ditambah
beban amortisasi ditambah beban depresi, ditambah beban penghapusan
piutang, ditambah rugi menjual harta tak lancar, ditambah piutang dan
sediaan (harta lancar di luar kas) yang turun, ditambah utang jangka pendek
yang naik.
Kas keluar dimulai rugi bersih ditambah laba dari jual harta tak lancar,
ditambah harta lancar di luar kas (piutang dan sediaan) yang naik, ditambah
utang jangka pendek yang turun.
Pada dasarnya dalam metode ini arus kas dimulai dari laba bersih,
penyesuaian terhadap laba bersih dibuat untuk transaksi yang tidak
mempengaruhi kas. Laba bersih dari dasar akrual diubah menjadi dasar kas
sehingga diperoleh arus kas dari kegiatan operasi. Arus kas dari kegiatan
investasi dan kegiatan pendanaan seperti hasil menjual harta tetap,
menambah harta tak lancar, melunasi utang, membayar dividen, dihitung
sama seperti pendekatan kas masuk dan kas keluar (metode langsung).
Sebagai contoh laba bersih dari dasar akrual diubah menjadi dasar kas,
terlihat seperti Tabel 5.1.
Pada Tabel 5.1 tampak arus kas masuk bersih dari kegiatan operasional
adalah laba bersih Rp225.000,00 ditambah penyusutan Rp100.000,00, yaitu
berjumlah Rp325.000,00, atau laba usaha sebelum penyusutan Rp350.000,00
dikurang pajak Rp25.000,00 sehingga arus kas masuk bersih berjumlah
Rp325.000,00.
5.14 Penganggaran
Tabel 5.1.
Dasar Akrual Diubah Menjadi Dasar Kas
Keterangan Dasar Akrual Dasar Kas
Jualan Rp1.100.000,00 -
Ilarga pokok barang terjual Rp 600.000,00 -
Laba kotor Rp 500.000,00 -
Beban usaha tidak termasuk penyusutan Rp 150.000,00
Laba usaha sebelum penyusutan Rp 350.000,00
Penyusutan Rp 100.000,00 -
Laba scbelum pajak Rp 250.000,00 -
Pajak 10% Rp 25.000,00 -
Laba bersih Rp 225.000,00 Rp 225.00,00
Penyusutan Rp100.000,00
Arus kas masuk bersih Rp325.000,00
Atau
Kegiatan operasi:
1. Terima tagihan dari pelanggan Rp27.000,00
2. Terima dari bunga piutang Rp1.000,00
3. Terima-dividen dari investasi saham Rp900,00
4. Bayar utang kepada pemasok Rp13.000,00
5. Bayar gaji dan upah Rp5.600,00
6. Bayar bunga utang Rp1.600,00
7. Bayar pajak Rp1.500,00
EKMA4570/MODUL 5 5.15
Kegiatan investasi:
8. Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
9. Bayar pinjaman diberikan untuk perusahaan lain Rp1.100,00
10. Terima dari hasil jual harta tetap Rp6.200,00
Kegiatan pendanaan:
11. Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000,00
12. Terima dari hasil jual obligasi (utang jangka panjang) Rp9.500,00
13. Bayar dividen Rp1.700,00
14. Bayar utang jangka panjang Rp9.000,00
Adapun data dari anggaran rugi-laba tahun 2007 berupa pendapatan dan
beban sebagai berikut.
Pendapatan berjumlah Rp31.200,00, terdiri atas, dapatan jualan
Rp28.500,00, dapatan bunga Rp1.100,00, dapatan dividen Rp900,00, laba
jual harta tetap Rp700,00.
Beban berjumlah Rp27.100,00, terdiri atas; harga pokok barang terjual
Rp15.100,00, beban gaji dari upah Rp5.400,00, beban penyusutan
Rp1.800,00, beban usaha lainnya Rp1.700,00, beban pajak Rp1.500,00, dan
beban bunga Rp1.600,00. Laba bersih Rp4.100,00, yaitu dapatan
Rp31.200,00, beban Rp27.100,00.
Adapun data anggaran neraca komparatif dari PT Tamara tahun 2006
dan 2007 tampak seperti Tabel 5.2
Berdasarkan data kegiatan operasi, kegiatan investasi, kegiatan
pendanaan, anggaran rugi-laba tahun 2007, dan Tabel 5.2 dapat disusun
anggaran kas dalam dua pendekatan, (1) pendekatan kas masuk dan kas
keluar, (2) pendekatan akunting keuangan. Tiap pendekatan dapat dibuat dua
macam anggaran kas, yaitu (1) bentuk tunggal dan (2) bentuk campuran.
5.16 Penganggaran
Tabel 5.2.
Anggaran Neraca Komparatif
PT Tamara
Anggaran Neraca Komparatif
31 Desember 2006 dan 2007 (Dalam Rp)
Naik
Keterangan 2006 2007
(Turun)
Kas 12.700 8.200 (4.500)
Piutang usaha 8.000 9.500 1.500
Piutang bunga 150 250 100
Sediaan 13.600 13.500 (100)
Beban bayar di muka 600 650 50
Aktiva lancar 35.050 32100 (2.950)
Pinjaman diberikan 0 1.100 1.100
Harta tetap bersih 21.900 45.200 23.300
Harta tak lancar 21.900 46.300 24.400
HARTA 56.950 78.400 21.450
Tabel 5.3.
Anggaran Kas Bentuk Tunggal
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar (Metode Langsung)
PT Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kas Masuk
Kas masuk dari kegiatan operasi
Terima tagihan dari pelanggan Rp27.000,00
Terima dari bunga piutang 1.000,00
Terima dividen dari investasi saham 900,00
Rp28.900,00
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap Rp 6.200,00
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000,00,00
Terima dari utang jangka panjang 9.500,00
Jumlah Kas masuk Rp24.500,00
+
Rp59.600,00
2. Kas Keluar
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Bayar utang usaha kepada pemasok Rp13.000,00
Bayar gaji dan upah 5.600,00
Bayar bunga uang 1.600,00
Bayar pajak 1.500,00
Rp21.700,00
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar pinjaman diberikan 1.100,00
Rp31.700,00,00
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan
Bayar. dividen Rp 1.700,00
Bayar utang jangka panjang 9.000,00
Rp10.700,00
Jumlah kas keluar Rp64.100,00
3. Defisit (kekurangan) kas 1-2 (Rp 4.500,00)
4. Saldo kas awal l Januari 2007 Rp12.700,00
5. Saldo kas akhir 31 Desember 2007 Rp 8.200,00
Anggaran kas pada Tabel 5.3 dapat dibuat ringkasnya sebagai berikut.
5.18 Penganggaran
Tabel 5.4.
Anggaran Kas Bentuk Campuran
Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar (Metode Langsung)
PT Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kas Masuk
Kas masuk dari kegiatan operasi
Terima tagihan dari pelanggan Rp27.000,00
Terima dari bunga piutang 1.000,00
Terima dividen dari investasi saham 900,00
Rp28.900,00
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Bayar utang usaha kepada pemasok Rp 13.000,00
Bayar gaji dan upah 5.600,00
Bayar bunga utang 1.600,00
Bayar pajak 1.500,00 Rp21.700,00
-
Kas masuk untuk kegiatan operasi Rp 7.200,00
2. Kegiatan Investasi
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap 6.200,00
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar pinjaman diberikan 1.100,00
Rp31.700,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi (Rp25.500,00)
3. Kegiatan Pendanaan
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000,00
Terima dari utang jangka panjang 9.500,00
Rp24.500,00
EKMA4570/MODUL 5 5.19
Anggaran kas pada Tabel 5.4 dapat dibuat ringkasnya sebagai berikut.
Kas masuk bersih dari kegiatan operasi Rp 7.200,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi Rp(25.500,00)
Kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan Rp13.800,00
Kekurangan kas (Rp 4.500,00)
Saldo kas awal Rp12.700,00
Saldo kas-akhir Rp8.200,00
Bayar bunga utang sebesar Rp1.600,00 seperti tampak pada Tabel 5.3
dan Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
Beban bunga (anggaran rugi-laba) Rp1.600,00
Utang bunga naik Rp 0,00
-
Bayar beban bunga Rp1.600,00
Bayar pajak sebesar Rp1.500,00 seperti tampak pada Tabel 5.3 dan
Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
Beban pajak (anggaran rugi-laba) Rp1.500,00
Utang pajak turun Rp 0,00 +
Bayar beban pajak Rp1.500,00
Bayar beli harta tetap sebesar Rp30.600,00 seperti tampak pada Tabel
5.3 dan Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
Harta tetap bersih akhir (Tabel 5.2) Rp45.200,00
Beban penyusutan (anggaran rugi-laba) Rp 1.800,00
Nilai buku harta tetap yang dijual Rp 5.500,00
+
Rp52.500,00
Harta tetap bersih awal (Tabel 5.2) Rp21.900,00
-
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar gaji dan upah sebesar Rp5.600,00 seperti tampak pada Tabel 5.3
dan Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut,
Beban gaji & upah (anggaran rugi-laba) Rp5.400,00
Utang gaji & upah awal (Tabel 5.2) Rp 700,00 +
Rp6.100,00
Utang gaji & upah akhir (Tabel 5.2) Rp 500,00
-
Bayar gaji dan upah Rp5.600,00
Bayar gaji dan upah Rp5.600,00 dapat juga dihitung sebagai berikut.
Beban gaji dan upah Rp5.400,00
Utang gaji dan upah turun (Tabel 5.1) turun Rp 200,00
+
Bayar gaji dan upah Rp5.600,00
Terima hasil dari jual saham biasa sebesar Rp15.000,00 seperti tampak
pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 dapitt dihitung sebagai berikut.
Modal saham biasa akhir (Tabel 5.2) Rp56.700,00
Modal saham biasa awal (Tabel 5.2) Rp41.700,00
Terima hasil jual saham biasa Rp15.000,00
Bayar dividen sebesar Rp1.700,00 seperti tampak pada Tabel 5.3 dan
Tabel 5.4 dapat dihitung sebagai berikut.
EKMA4570/MODUL 5 5.23
Tabel 5.5.
Anggaran Kas Bentuk Tunggal
Pendekatan Akunting Keuangan (Metode Tak Langsung)
PT. Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kas Masuk
Kas masuk dari kegiatan operasi
Laba bersih Rp4.100,00
Penyusutan Rp1.800,00
Sediaan turun Rp 100,00
Utang usaha naik Rp3.800,00
Jumlah kas masuk dari kegiatan operasi Rp9.800,00
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap Rp6.200,00
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari jual saham biasa Rp15.000,00
Terima dari utang jangka panjang Rp 9.500,00
Rp 4.500,00
Jumlah kas masuk Rp40.500,00
2. Kas Keluar
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Laba menjual harta tetap Rp 700,00
Piutang usaha naik Rp 1.500,00
Piutang bunga naik Rp 100,00
Beban bayar di muka naik Rp 50,00
Beban terutang turun Rp 50,00
Gaji dan upah terutang tunai Rp 200,00
+
Jumlah kas keluar untuk kegiatan operasi Rp2.600,00
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600,00
Bayar pinjaman diberikan 1.100,00
+
Jumlah kas keluar untuk kegiatan investasi Rp31.700,00
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan
Bayar dividen Rp 1.700,00
Bayar utang jangka panjang Rp 9.000,00
-
Rp10.700,00
Jumlah kas keluar Rp45.000,00
3. Defisit (kekurangan) kas 1 - 2 (Rp 4.500,00)
4. Saldo kas awal 1 Januari 2007 Rp12.700,00
5. Saldo kas akhir 3-1 Desember 2007 Rp 8.200,00
EKMA4570/MODUL 5 5.25
Tabel 5.6.
Anggaran Kas Bentuk Campuran
Pendekatan Akunting Keuangan (Metode Tak Langsung)
PT. Tamara
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2007
1. Kegiatan Operasi
Kas masuk dari kegiatan operasi
Laba bersih Rp4.100,00
Penyusutan Rp1.800,00
Sediaan turun Rp 100,00
Utang usaha naik Rp3.800,00
+
Jumlah kas masuk dari kegiatan operasi Rp9.800,00
Kas keluar untuk kegiatan operasi
Laba menjual harta tetap Rp 700,00
Piutang usaha naik Rp1.500,00
Piutang bunga naik Rp 100,00
Beban bayar di muka naik Rp 50,00
Beban terutang turun Rp 50,00
Gaji dan upah terutang turun Rp 200,00
+
Jumlah kas keluar untuk kegiatan operasi Rp2.600,00
+
Kas masuk bersih dari kegiatan operasi Rp7.200,00
2. Kegiatan Investasi
Kas masuk dari kegiatan investasi
Terima dari hasil jual harta tetap Rp6.200
Kas keluar untuk kegiatan investasi
Bayar beli harta tetap Rp30.600
Bayar pinjaman diberikan Rp 1.100
+
Rp31.700,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi (Rp25.500,00)
3. Kegiatan Pendanaan
Kas masuk dari kegiatan pendanaan
Terima dari hasil jual saham biasa Rp15.000
Terima dari utang jangka panjang Rp 9.500
Rp24.500,00
Kas keluar untuk kegiatan pendanaan
Bayar dividen Rp 1.700
Bayar utang jangka panjang Rp 9.000
Rp10.700,00
Kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan Rp13.800,00
4. Defisit (kekurangan) kas 1 + 2 + 3 (Rp 4.500,00)
5. Saldo kas awal 1 Januari 2007 Rp12.700,00
6. Saldo kas akhir 31 Desember 2007 Rp 8.200,00
5.26 Penganggaran
Anggaran kas pada Tabel 5.5 dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut.
Kas masuk Rp40.500,00
Kas keluar Rp45.000,00
Kekurangan kas (Rp4.500,00)
Saldo kas awal Rp12.700,00
Saldo kas akhir Rp 8.200,00
Anggaran kas pada Tabel 5.6 dapat dibuat ringkasannya sebagai berikut.
Kas masuk bersih dari kegiatan operasi Rp7.200,00
Kas keluar bersih untuk kegiatan investasi (Rp25.500,00)
Kas masuk bersih dari kegiatan pendanaan Rp13.800,00
Kekurangan kas (Rp4.500,00)
Saldo kas awal Rp12.700,00
Saldo kas akhir Rp 8,00
Kas masuk dari kegiatan operasi sebesar Rp9.800,00 dan kas keluar dari
kegiatan operasi sebesar Rp2.600,00 dalam anggaran kas metode tak
langsung seperti pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 bukan menggambarkan jumlah
kas masuk dan jumlah kas keluar semestinya. Oleh karena itu, jumlah kas
masuk kegiatan operasi sebesar Rp28.900,00, dan jumlah kas keluar kegiatan
operasi sebesar Rp21.700,00 pada anggaran kas metode langsung (Tabel 5.3
dan Tabel 5.4) jumlahnya tidak sama dengan metode tak langsung Tabel 5.5
dan Tabel 5.6. Jumlah kas masuk dari jumlah kas keluar dari kegiatan operasi
semestinya adalah seperti pada anggaran kas yang menggunakan metode
langsung. Kas masuk dari kegiatan operasi pada metode tak langsung lebih
menggambarkan laba tunai daripada kas masuk. Anggaran kas metode tak
langsung disusun berdasarkan data yang terdapat pada anggaran rugi-laba
dan neraca komparatif Tabel 5.2.
BERHENTI DAN BERPIKIR. Coba Anda amati anggaran kas dari PT Tamara
yang terdapat pada Tabel 5.6.
1. Apakah PT Tamara terlihat semakin berkembang atau justru
semakin mengecil?
2. Darimana kas yang diperoleh PT Tamara untuk ekspansi?
3. Misalkan piutang usaha meningkat bukan Rp1.500,00, tetapi
Rp4.000,00 selama tahun berjalan. Hal ini menandakan apa?
EKMA4570/MODUL 5 5.27
Jawaban
1. PT Tamara terlihat semakin berkembang, karena hartanya semakin
bertambah, hal ini disebabkan beli harta tetap dari kegiatan
investasi sebesar Rp30.600,00.
2. Kas yang diperoleh PT Tamara untuk ekspansi beli harta tetap
sebesar Rp30.600,00. antara lain hasil menjual saham biasa
Rp15.000,00, tambahan utang jangka panjang Rp9.500,00 yang
berasal dari kegiatan pendanaan.
3. Bila piutang usaha meningkat Rp4.000,00, bukan Rp1.500,00,
berarti PT Tamara memiliki kas semakin sedikit, yaitu Rp2.500,00
atau Rp4.000,00 – Rp1.500,00. Kenaikan piutang usaha yang
semakin besar dapat berarti pertanda tidak baik, bila disebabkan
kesulitan menagih piutang, tetapi pertanda balk bila hal ini
disebabkan barang yang dijual naik sangat besar dibandingkan
tahun lalu.
Kuantitas bahan baku dipakai (KBBD) untuk gula merah dihitung sebagai
berikut.
Triwulan I = 45,00 unit 2,04 ons = 92 ons
II = 47,00 unit 2,04 ons = 95 ons
III = 48,30 unit 2,04 ons = 99 ons
IV = 51,20 unit 2,04 ons = 104 ons
Setelah diketahui kuantitas bahan baku dipakai (KBBD) untuk kedelai dan
gula merah, kemudian dibuat anggaran biaya bahan baku (BBB) seperti
Tabel 6.5.
Tabel 6.5.
Anggaran Biaya Bahan Baku
Berdasarkan anggaran biaya bahan baku pada Tabel 6.5, dan data
perputaran sediaan bahan baku, serta data sediaan bahan baku awal dapat
disusun anggaran sediaan bahan baku akhir seperti Tabel 6.6.
EKMA4570/MODUL 6 6.19
Tabel 6.6.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Sediaan bahan baku akhir dalam ons diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut.
Sediaan produk jadi awal Januari 2015 sebanyak 100 unit. Perusahaan
mengutamakan stabilitas produk dalam menyusun anggaran produk dengan
anggaran produk jadi dihasilkan selama 3 bulan sebanyak 6060 unit.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung sediaan produk jadi dianggarkan
akhir Maret 2015 sebagai berikut.
Produk jadi dihasilkan 6.000 unit
Sediaan produk jadi awal 160 unit
+
Produk siap dijual 6.160 unit
Jualan 3 bulan 6.000 unit
-
Sediaan produk jadi akhir 160 unit
Tabel 6.7.
Anggaran Produk
PT Tibung
Anggaran Produk
Triwulan I Tahun 2015
(Dalam Unit)
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
Jualan 1.000 2.000 3.000 6.000
Sediaan akhir 1.120 1.140 160 160
Produk siap jual + 2.120 3.140 3.160 6.160
Sediaan awal - 100 1.120 1.140 100
Produk 2.020 2.020 2.020 3.060
Pada Tabel 6.5 tampak anggaran sediaan produk jadi akhir: Januari
sebanyak 1.120 unit, Februari sebanyak 1.140 unit, dan Maret sebanyak 160
unit.
Anggaran sediaan produk jadi dalam rupiah dapat dibuat bila diketahui
anggaran harga pokok produk per unit produk jadi. Misalkan harga pokok
produk jadi variabel dianggarkan (standar) Rp10,00 per unit, harga jual
EKMA4570/MODUL 6 6.21
produk jadi Rp12,00 per unit, beban usaha variabel Rpl per unit, dan beban
tetap per bulan Rp2.000,00.
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat anggaran rugi-laba metode
penentuan harga pokok variabel bentuk panjang yang di dalamnya terdapat
anggaran sediaan produk jadi akhir seperti pada Tabel 6.8.
Tabel 6.8.
Anggaran Rugi-Laba Bentuk Panjang
Metode Penentuan Harga Pokok Variabel
PT Tibung
Anggaran Rugi-Laba
Triwulan I Tahun 2015 (dalam Rp)
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
1. Jualan 12.000 24.000 36.000 72.000
2. Harga pokok produk jadi 20.200 20.200 20.200 .60.600
3. Sediaan produk jadi awal 1.000 11.200 11.400 1.000
4. Produk siap jual 21.200 31.400 31.600 61.600
5. Sediaan produk jadi akhir 11.200 11.400 1.600 1.600
6. Harga pokok jualan 10.000 20.000 30.000 60.000
7. Margin kontribusi kotor 2.000 4.000 6.000 12.000
8. Beban usaha variabel 1.000 2.000 3.000 6.000
9. Margin kontribusi bersih 1.000 2.000 3.000 - 6.000
10. Beban tetap 2.000 2.000 2.000 6.000
11. Laba (rugi) (1.000) 0 1.000 0
Berdasarkan data pada Tabel 6.7 dan data per unit dapat dihitung:
Anggaran jualan triwulan 1 2015 sebagai berikut
Januari 1.000 unit Rp12,00 = Rp12.000,00
Februari 2.000 unit Rp12,00 = Rp24.000,00
Maret 3.000 unit Rp12,00 = Rp36.000,00
Triwulan I 6.000 unit Rp12,00 = Rp72.000,00
Sediaan produk jadi awal Januari 2015 = 100 unit Rp10,00 = Rp1.000,00
Anggaran sediaan produk jadi akhir:
Januari = 1.120 unit Rp10 = Rp11.200,00
Februari = 1.140 unit Rp10 = Rp11.400,00
Maret = 160 unit Rp10 = Rp 1.600,00
6.22 Penganggaran
Tabel 6.8 merupakan anggaran rugi-laba bentuk panjang, dan bila ingin
membuat anggaran rugi-laba bentuk pendek dapat dibuat seperti Tabel 6.9.
Sebelum membuat anggaran rugi-laba bentuk pendek terlebih dahulu dibuat
perhitungan biaya variabel per unit sebagai berikut.
Harga pokok produk jadi variabel per unit Rp10,00
Beban usaha variabel per unit Rp 1,00
Biaya variabel per unit Rp1l,00
Tabel 6.9.
Anggaran Rugi-Laba Bentuk Singkat
Metode Penentuan Harga Pokok Variabel
PT Tibung
Anggaran Rugi-Laba
Triwulan I Tahun 2015
Januari Februari Maret Triwulan I
Keterangan
Rp Rp Rp Rp
Jualan 12.000 24.000 36.000 72.000
Biaya variabel 11.000 22.000 33.000 66.000
Margin kontribusi 1.000 2.000 3.000 6.000
Biaya tetap 2.000 2.000 2.000 6.000
Laba (rugi) (1.000) 0 1.000 0
impas impas
Anggaran sediaan bahan baku akhir seperti Tabel 6.6 yang dibuat dengan
menggunakan tingkat perputaran sediaan bahan baku, cocok bila metode
pencatatan sediaan bahan baku menggunakan metode perpetual, tetapi bila
bahan baku menggunakan pencatatan metode fisik dalam akunting keuangan
maka anggaran sediaan bahan baku akhir dihitung dengan cara membuat
anggaran belian bahan baku dengan rumus sebagai berikut.
EKMA4570/MODUL 6 6.23
Tabel 6.10.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Bentuk Formulir
Pada Tabel 6.10 tampak sediaan bahan baku akhir belum diketahui
dalam bentuk tanda tanya, yaitu berapa sediaan bahan baku-akhir yang
dianggarkan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dibuat anggaran sediaan bahan
baku seperti Tabel 6.11.
Tabel 6.11.
Anggaran Sediaan Bahan Baku Akhir
Bentuk Terisi
Triwulan
Setahun
Keterangan I II III IV
Rp
Rp Rp Rp Rp
Biaya bahan baku 13.020 13.600 13.940 14.840 55.400
Sediaan bahan baku 1.900 1.355 1 2.045 1.440 1.900
Bahan baku siap dipakai 14.920 14.955 15.985 16.280 57.300
Belian bahan baku 13.565 12.910 14.545 14.010 55.030
Sediaan bahan baku akhir 1.355 2.045 1.440 2.270 2.270
2 R S
KPE
P 1
EKMA4570/MODUL 6 6.25
2 364 728
KPE 91ons
160 0, 40
SBDX = 91 ons – 26 ons = 65 ons
HPBT
TPSBD
RSBD
HPBT
SBDX 2 SBDA
TPSBD
130.000
Maret = 2 -12.500 = Rp20.000,00
8
120.000
Februari = = 8 kali
17.500 12.500 : 2
130.000
Maret = = 8 kali
12.500 20.000 : 2
Tabel 6.12.
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir
Bentuk Formulir
Tabel 6.13
Anggaran Sediaan Barang Dagangan Akhir
Bentuk Terisi
Berdasarkan data pada Toko Dagang Daging terdahulu juga dapat dibuat
anggaran rugi-laba seperti Tabel 6.14.
EKMA4570/MODUL 6 6.29
Tabel 6.14.
Anggaran Rugi-Laba Bentuk Panjang
Metode Penentuan Harga Pokok Variabel
Jualan barang dagangan dan beban usaha variabel seperti yang terdapat
pada Tabel 6.14 dihitung sebagai berikut.
Jualan barang dagangan bulan
Januari 1.100 kg Rp120,00 = Rp132.000,00
Februari 1.200 kg Rp120,00 = Rp144.000,00
Maret 1.300 kg Rp120,00 = Rp156.000,00
+
Rp432.000,00
LATIHAN
Sediaan produk dalam proses akhir seperti data yang terdapat pada soal
2. Hitunglah besarnya biaya pabrik bila unit ekuivalen menggunakan
metode MPKP.
4) Berdasarkan data pada soal 3 hitunglah berapa besarnya harga pokok
produk jadi dihasilkan periode ini sebanyak 750 kg?
5) Kuantitas bahan baku yang diperlukan sebulan 1.200 ton, biaya pesanan
tiap kali pesan Rp15, harga bahan baku per ton Rp1, biaya penyimpanan
40%, dan sediaan bahan baku awal 50 ton. Hitunglah berapa sediaan
bahan baku akhir?
6) Berdasarkan Tabel 6.14 buatlah anggaran rugi-laba bentuk singkat!
2 1.200 15
5) KPE 300 ton
1 0, 40
Sediaan bahan baku akhir = 300 ton - 50 ton
= 250 ton
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
4) Berikut yang bukan sinonim dari produk jadi dihasilkan periode ini ….
A. produk selesai ditransfer ke gudang
B. produk jadi dipindahkan ke gudang
C. produk jadi diproduksi periode ini
D. produk jadi masuk produksi periode ini
5) Produk jadi dihasilkan periode ini 400 ton, sediaan produk dalam proses
awal 100 ton dengan tingkat penyelesaian BBB (biaya bahan baku) 75%,
biaya konversi 25%, dan sediaan produk dalam proses akhir 50 ton
dengan tingkat penyelesaian BBB 80%, dan biaya konversi 40%. Unit
ekuivalen menggunakan metode MPKP (masuk pertama keluar
pertama), unit ekuivalen produk untuk BBB adalah ....
A. 395 ton
B. 385 ton
C. 375 ton
D. 365 ton
6.34 Penganggaran
10) Biaya bahan baku Rp5.520,00, tingkat perputaran sediaan bahan baku 8
kali, sediaan bahan baku awal Rp900,00, sediaan bahan baku akhir
adalah ....
A. Rp840,00
B. Rp845,00
C. Rp480,00
D. Rp548,00
EKMA4570/MODUL 6 6.35
Kegiatan Belajar 2
P
ada Kegiatan Belajar 2 tentang penyusunan Anggaran Utang dan Neraca
dijelaskan mengenai: pengertian anggaran utang, kegunaan anggaran
utang, faktor yang mempengaruhi anggaran utang, menyusun anggaran
utang, dan menyusun anggaran neraca.
dengan kredit (simpanan giro murni), saldo rekening korannya yang dibuat
bank bersaldo kredit, artinya bank sebagai debitor dan giran sebagai kreditor.
Sebaliknya kredit dalam bentuk rekening koran bersaldo debit, artinya bank
sebagai kreditor dan giran sebagai debitor.
Beban terutang merupakan pos akrual, yaitu utang sebagai akibat
pengakuan beban (expenses) pada saat terjadinya walaupun belum dibayar.
Beban terutang seperti: utang gaji dan upah, utang bunga, utang pajak. utang
sewa, dan lain-lain.
Wesel bayar adalah utang wesel yang merupakan kebalikan piutang
wesel. Utang wesel terjadi karena suatu perusahaan mengeluarkan surat'
pengakuan utang yang berisikan kesanggupan membayar sejumlah uang
tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu, biasanya berjangka
waktu kurang dari satu tahun. Perusahaan dapat mendiskontokan wesel bayar
kepada bank, artinya perusahaan yang mendiskontokan wesel ke bank
mendapat uang dari bank atas wesel tersebut sebesar nilai nominal wesel
dikurang bunga sampai hari jatuh tempo wesel. Jadi, bunga bayar di muka.
Oleh karena wesel berdiskonto ini bunga bayar di muka maka harga jual
wesel bila diperjualbelikan selalu di bawah nilai nominal. Bagi bank yang
membeli wesel tersebut merupakan wesel tagih atau piutang wesel,
sedangkan bagi perusahaan yang menjual wesel tersebut ke bank merupakan
utang wesel atau wesel bayar.
Utang obligasi adalah utang uang untuk jangka waktu lebih dari satu
tahun yang dikeluarkan debitor (peminjam) dalam bentuk surat pengakuan
utang yang mempunyai nilai nominal tertentu. Utang obligasi biasanya
digunakan untuk membeli harta tetap (bangunan, mesin, dan alat). Untuk
memperoleh jaminan yang lebih besar atas pembayaran kembali utang
obligasi, biasanya pemegang obligasi (kreditor) mengenakan hipotik terhadap
harta tetap yang dibeli dari utang obligasi. Artinya pemegang obligasi
(kreditor) bila dirasa perlu dapat menarik/menjual/melelang harta tetap
tersebut untuk pelunasan utang obligasi.
Ada bermacam obligasi, antara lain: (a) obligasi biasa ialah obligasi yang
bunganya tetap dibayar oleh debitor dalam waktu tertentu, tanpa memandang
debitor memperoleh laba atau menderita rugi, (b) obligasi hasil ialah obligasi
yang bunganya dibayar debitor bila debitor memperoleh laba, tetapi kreditor
mempunyai hak kumulatif atas bunga, (c) obligasi yang dapat ditukarkan
adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang obligasi
6.38 Penganggaran
20%. Dengan demikian bila utang dikelola dengan baik dapat meningkatkan
laba dan yang terpenting dapat meningkatkan rentabilitas, baik rentabilitas
ekonomis, maupun rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas modal sendiri
sebelum ada utang 90 : 1000 = 9% dan setelah ada utang 270: 1000 = 27%.
Sebaliknya bila utang tidak dikelola dengan baik, bukannya untung yang
diperoleh, tetapi justru buntung yang diderita, bukannya laba yang besar yang
diterima, tetapi justru rugi yang besar yang diderita.
Tabel 6.15.
Perbandingan Laba Sebelum Ada Utang dengan
Setelah Ada Utang
Jawaban
Dijalankannya ekspansi oleh suatu perusahaan dapat memperbesar
kemungkinan untuk dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut.
Oleh karena itu, anggaran utang sangat penting dalam rangka usaha
meningkatkan laba dan rentabilitas. Dengan anggaran utang dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, dapat dijadikan alat pengawasan
dalam hal pembayaran utang.
Faktor yang mempengaruhi anggaran utang antara lain ada dua faktor,
yaitu ekspansi dan struktur modal.
1. Ekspansi
Tidak ada sesuatu yang konstan selain daripada perubahan itu sendiri.
Tidak ada kehidupan politik, kehidupan sosial, dan kehidupan ekonomi yang
tidak berubah. Demikian pula halnya dalam kehidupan perusahaan selalu ada
perubahan. Setiap perusahaan yang ingin tetap hidup terus dan sukses,
haruslah berusaha agar dapat selalu berkembang. Berkembangnya atau makin
besarnya perusahaan selalu menyangkut masalah pembelanjaan. Perusahaan
yang mengadakan ekspansi selalu membutuhkan tambahan modal.
Kebutuhan modal untuk keperluan ekspansi adalah berangsur-angsur
semakin besar, karena sifat ekspansi perusahaan yang dilakukan secara
lambat dan berangsur-angsur.
Pada tingkat ekspansi ini hanya dibutuhkan tambahan modal kerja,
karena perusahaan bekerja dengan kapasitas produksi yang tersedia. Tetapi
kemudian apabila perusahaan harus menambah alat produksi tahan lama, atau
membangun pabrik baru maka kebutuhan modalnya akan bertambah dengan
melonjak. Pada tingkat ekspansi ini selain dibutuhkan tambahan modal kerja
adalah juga tambahan modal tetap. Dengan demikian maka pengertian
ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal
kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan
terus-menerus di dalam perusahaan. Perluasan modal ini dapat memperbesar
utang.
Apabila ekspansi perusahaan didasarkan pada pertimbangan untuk
EKMA4570/MODUL 6 6.43
didasarkan pada motif ekonomi. Hal ini terjadi misalnya karena semakin
besarnya permintaan terhadap produk atau jasa oleh suatu perusahaan. Makin
luas pasar bagi produknya mendorong perusahaan tersebut untuk
memperbesar produksinya untuk mengimbangi tambahan permintaan atau
tambahan luas pasar bagi produknya. Makin besar jumlah produksi yang
dapat dijual, berarti makin besar kemungkinan untuk mendapatkan laba yang
lebih besar sehingga dengan demikian setiap pemimpin perusahaan
mempunyai harapan dan keinginan untuk dapat selalu mengembangkan dan
meluaskan perusahaannya.
Di samping motif ekonomi atau motif rasional sebagaimana diuraikan di
atas, di dalam ekspansi pun terdapat motif lainnya, yaitu apa yang disebut
“motif psikologis”, yaitu ekspansi yang didasarkan pada “ambisi personal”
dari pemilik atau pemimpin perusahaan untuk memperoleh “ prestise” dan
“kekuasaan” yang lebih besar.
Masalah yang penting dalam ekspansi ialah masalah penentuan
“ besarnya perusahaan yang paling baik ” atau besarnya optimum perusahaan.
Besarnya optimum perusahaan berbeda bagi setiap perusahaan, dan dalam
satu perusahaan pun efisiensi maksimum dari tenaga kerja, modal dan
manajemen adalah berubah pada tingkat pertumbuhan yang berbeda.
Besarnya optimum perusahaan mungkin tercapai sebelum tercapainya
efisiensi maksimum dari tenaga kerja, tetapi sesudah tenaga kerja itu
mencapai imbangan yang optimum dengan modal. Imbangan yang paling
baik antara pekerja ahli dengan pekerja kasar mungkin terdapat pada luas
produksi yang berbeda-beda. Besarnya optimum perusahaan selalu berubah,
dan hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya besarnya dan watak dari
persaingan, berubahnya kesukaan konsumen, kemajuan teknologi atau
konjungtur.
2. Struktur Modal
Dalam hubungannya dengan struktur keuangan dan struktur kekayaan,
dikenal adanya pedoman atau aturan. struktur keuangan yang konservatif,
baik vertikal maupun yang horizontal. Aturan struktur finansial (struktur
keuangan) konservatif yang vertikal memberikan batas imbangan yang harus
dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (utang)
dengan modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang
sehat itu pertama-tama harus dibangun atas dasar modal sendiri, yaitu modal
6.44 Penganggaran
modal asing (utang) juga dapat besar, tetapi tidak melebihi besarnya modal
sendiri.
Sebagai ilustrasi perusahaan X mempunyai modal sendiri Rp100.000,00,
harta lancar Rp20.000,00, dan harta tak lancar Rp80.000,00, sementara
perusahaan Y mempunyai modal sendiri Rp60.000,00, harta lancar
Rp10.000,00, harta tak lancar Rp50.000,00. Perusahaan X dapat menambah
utang maksimal Rp100.000,00, sementara perusahaan Y dapat menambah
utang maksimal Rp60.000,00.
Contoh 6.1.
Belian dianggarkan dari PT Bulehai selama tiga bulan sebagai berikut.
6.46 Penganggaran
Januari Rp20.000,00
Februari Rp30.000,00
Maret Rp40.000,00 +
Jumlah Rp90.000,00
Dari data tersebut dapat dihitung utang usaha yang dibayar sebagai
berikut.
Februari 50% Rp20.000,00 = Rp10.000
Potongan 5% Rp10.000,00= Rp 500 -
Rp 9.500
30% Rp20.000 = Rp 6.000 +
Rp15.500
Seandainya pajak hasilan 10% berapakah laba bersih setelah pajak yang
dianggarkan pada tahun 2019. Berdasarkan data tersebut dapat disusun
anggaran tetap tahunan berupa: anggaran jualan, anggaran produk, anggaran
biaya tenaga kerja langsung, anggaran biaya bahan baku dan belian bahan
baku, anggaran harga pokok jualan, anggaran laba-rugi, anggaran kas, dan
anggaran neraca.
1. Anggaran Operasional
Anggaran operasional yang pertama kali disusun adalah anggaran jualan
seperti Tabel 7.1.
Tabel 7.1.
Anggaran Jualan
PT Imma
Anggaran Jualan
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Jenis Produk dan Kuantitas Harga Jual
Jualan
Daerah Jualan (Unit) Per Unit
Produk X
Daerah A 208.000 Rp9,90 Rp2.059.200,00
Daerah B 320.000 Rp9,90 Rp3.168.000,00
Jumlah Prod. X 528.000 Rp9,90 Rp5.227.200,00
Produk Y
Daerah A 111.600 Rp16,50 Rp1.841.400,00
Daerah B 168.400 Rp16.50 Rp2.778.600,00
Jumlah produk 280.000 Rp16,50 Rp4,620.000,00
Produk X & Y 808.000 Rp9.847.200,00
Tabel 7.2.
Anggaran Produk
PT Imma
Anggaran Produk
Tahun Berakhir 31 Desember 2019 (Dalam Unit)
Keterangan Produk X Produk Y
1. Jualan 528.000 280.000
2. Sediaan produk jadi akhir + 80.000 60.000 +
3. Produk slap dijual 608.000 340.000
4. Sediaan produk jadi awal - 70.000 50.000 -
5. Harga pokok produk jadi 538.000 290.000
6. Sediaan produk dalam proses akhir + 10.000 5.000 +
7. Produk dihasilkan 548.000 295.000
8. Sediaan produk dalam proses awal - 9.000 4.000 -
9. Produk masuk proses produksi 539.000 291.000
Tabel 7.3.
Anggaran Biaya Bahan Baku & Belian Bahan Baku
PT Imma
Anggaran Biaya Bahan Baku & Belian Bahan Baku
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Tabel 7.4.
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
PT Imma
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Keterangan Departemen I Departemen II Jumlah
1. Produk x untuk Departemen
I 539.400 0,10 jam 53.940 jam - 53.940 jam
II 539.400 0,20 jam - 107.880 jam 107.880 jam
2. Produk Y untuk Departemen
I 290.900 0,15 jam 43.635 jam - 43.635 jam
II 290.900 0,40 jam - 116.360 jam 116.360 jam
3. Jam kerja terpakai (1 + 2) 97.575 jam 224.240 jam 321.815 jam
4. Upah per jam Rp10,00 Rp8,00
5. Biaya tenaga kerja langsung Rp975.750,00 Rp1.793.920,00 Rp2.769.670,00
(3 4)
Untuk menghitung sediaan produk jadi dan sediaan produk dalam proses
diperlukan perhitungan harga pokok produk per unit sebagai berikut.
7.10 Penganggaran
Biaya bahan baku per unit produk X = Rp937.860,00 : 539.000 unit = Rp1,74
Biaya bahan baku per unit produk Y = Rp774.060,00 : 291.000 unit = Rp2,66
Jumlah Rp73.250,00
Tabel 7.5.
Anggaran Harga Pokok Jualan
PT Imma
Anggaran Harga Pokok Jualan
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Tabel Keterangan Jumlah
3 Belian bahan baku Rp1.697.120,00
Sediaan bahan baku awal + Rp 250.800,00
Bahan baku siap dipakai Rp1.947.920,00
Sediaan bahan baku akhir - Rp 236.000,00
Biaya bahan baku (BBB) Rp1.711.920,00
4 Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp2.769.670,00
Biaya overhead pabrik (BOP) + Rp1.988.952,00
Biaya pabrik Rp6.470.542,00
Sediaan produk dalam proses awal Rp 55.294,00
+
Produk masuk dalam proses Rp6.525.836,00
Sediaan produk dalam proses akhir - Rp 73.250,00
Harga pokok produk jadi Rp6.452.586,00
Sediaan produk jadi awal + Rp 968.700,00
Produk siap dijual Rp7.421.286,00
Sediaan produk jadi akhir - Rp1.138.400,00
Harga pokok jualan Rp6.282.886,00
Tabel 7.6.
Anggaran Laba-rugi
PT Imma
Anggaran Laba-rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Tabel Keterangan Jumlah
1 Jualan Rp9.847.200,00
5 Harga pokok jualan Rp6.282.886,00 -
Laba kotor Rp3.564.314,00
Beban usaha
Beban penjualan Rp1.190.000,00
Beban administrasi & umum Rp 695.000,00 +
Jumlah beban usaha Rp1.885.000,00 -
Laba usaha Rp1.679.314,00
Dapatan bunga Rp 98.000,00
Beban bunga Rp 90.000,00 -
Laba bukan usaha Rp 8.000,00
Laba bersih sebelum pajak Rp1.687.314,00
Pajak hasilan 10% Rp 168.731,00 -
Laba bersih setelah pajak Rp1.518.583,00
2. Anggaran Keuangan
Berdasarkan anggaran laba-rugi pada Tabel 7.6 laba bersih setelah pajak
sebesar Rp1.518.583,00 yang akan menambah laba ditahan sebagai berikut.
Perhitungan laba ditahan:
Laba ditahan awal Rp 674.794,00
Laba tahun 2019 Rp1.518.583,00
Laba ditahan akhir Rp2.193.377,00
Tabel 7.7.
Anggaran Kas
PT Imma
Anggaran Kas
Tahun Berakhir 31 Desember 2019
Keterangan Jumlah
1. Kas masuk
Jualan Rp9.847.200,00
Dapatan bunga Rp 98.000,00
Jumlah kas masuk Rp9.945.200,00
2. Kas keluar
Beli bahan baku Rp1.697.120,00
Upah tenaga kerja langsung Rp2.769.670,00
Overhead pabrik Rp1.988.952,00
Beban usaha Rp1.885.000,00
Beban bunga Rp 90.000,00
Pajak hasilan Rp 168.731,00
Jumlah kas keluar Rp8.599.473,00
3. Surplus kas (1-2) Rp1.345.727,00
4. Saldo kas awal Rp 600.000,00
5. Saldo kas akhir ( 3+4) Rp1.945.727,00
Tabel 7.8.
Anggaran Neraca
PT Imma
Anggaran Neraca
Per 31 Desember 2019
Keterangan Jumlah
Kas Rp1.945.727,00
Sediaan produk jadi Rp1.138.400,00
Sediaan produk dalam proses Rp 73.250,00
Sediaan bahan baku Rp 236.000,00
AKTIVA Rp3.393.377,00
Modal saham Rp1.200.000,00
Laba ditahan Rp2.193.377,00
PASIVA Rp3.393.377,00
Metode penentuan harga pokok penuh ( full ( full costing ) dan metode
penentuan harga pokok variabel ( variable costing ) disebut dengan metode
penentuan harga pokok tradisional ( traditional costing ) atau metode
penentuan harga pokok konvensional ( conventional costing ). ). Metode
penentuan harga pokok penuh ( full costing ) disebut juga dengan metode
penentuan harga pokok fungsional. Disebut metode penentuan harga pokok
fungsional, karena dalam metode ini biaya (beban) digolongkan berdasarkan
fungsi yang terdapat dalam organisasi, seperti pada fungsi produksi (pabrik)
terdapat biaya pabrik yang menjadi tanggung jawab manajer pabrik, pada
fungsi penjualan terdapat biaya penjualan yang menjadi tanggung jawab
manajer penjualan (manajer pemasaran), pada fungsi umum terdapat biaya
administrasi dan umum yang menjadi tanggung jawab manajer umum.
Dikatakan metode penentuan harga pokok penuh, karena seluruh unsur harga
pokok produk diakui sebagai harga pokok produk, yaitu meliputi biaya bahan
baku (BBB), biaya tenaga kerja langsung (BTKL), biaya overhead pabrik,
BOP, baik BOP tetap maupun BOP variabel. Metode penentuan harga pokok
penuh biasanya digunakan pada akunting keuangan financial accounting ), ),
7.16 Penganggaran
accounting ).
). Metode penentuan harga pokok variabel ( variable costing )
disebut juga dengan metode penentuan harga pokok langsung ( direct
costing ),
), metode ini biasanya hanya digunakan pada akunting manajemen
(managerial accounting ).
).
Gambar 7.1.
Beda Metode Penentuan Harga Pokok Penuh dengan Metode Penentuan
Harga Pokok Variabel
berubah selama periode yang dianalisis, (c) penentuan harga pokok variabel
(anggaran variabel) tidak dapat digunakan untuk laporan pihak ekstern.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu, tetapi biaya per unit berubah bila volume kegiatan berubah.
Contoh:
Saat ini perusahaan mempunyai satu buah mesin seharga
Rp10.000.000,00. Mesin ini ditaksir berumur 5 tahun tanpa nilai residu.
Mesin ini disusut dengan metode garis lurus sebagai berikut.
Biaya depresiasi mesin setahun = Rp10.000.000,00
Rp10.000.000,00 : 5 tahun
= Rp2.000.000,00
3. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, tetapi biaya per unit tidak berubah walaupun
volume kegiatan berubah.
Contoh:
Biaya bahan baku (BBB) per unit produk Rp1.000,00
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) per unit produk Rp1.100,00
Biaya overhead pabrik (BOP) variabel
variabel per unit
unit produk
produk Rp1.380,00
+
EKMA4570/MODUL 7 7.19
Gambar 7.2.
Grafik Biaya Variabel dan Biaya Tetap
c. Metode korelasi
Metode korelasi menitikberatkan pada data masa lampau dengan
menggunakan salah satu alat analisis statistik. Metode korelasi dapat
disajikan secara grafik dan secara matematik.
1) Secara grafik
Biaya pemeliharaan mesin tiap bulan selama 6 bulan seperti Tabel 7.9.
Tabel 7.9.
Data Biaya Pemeliharaan Mesin
Biaya
Jam
No. Bulan Pemeliharaan
Mesin
(Rp)
1. Januari 30 600
2. Februari 40 700
3. Maret 50 800
4. April 60 900
5 Mei 80 1.100
6. Juni 100 1.300
Jumlah 360 5.400
7.42 Penganggaran
PT Rifqi
Anggaran Laba-rugi
Triwulan I tahun 2015
No Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
1 Jualan Rp60.000,00 Rp66.600,00 Rp67.200,00 Rp193.800,00
2 Biaya bahan baku Rp36.000,00 Rp33.600,00 Rp33.900,00 Rp103.500,00
3 Biaya tenaga kerja langsung Rp12.000,00 Rp11.200,00 Rp11.300,00 Rp 34.500,00
4 Biaya overhead pabrik variabel Rp 3 .600,00 Rp 3 .360,00 Rp 3 .390,00 Rp 1 0.350,00
5 Biaya pabrik 2 + 3 + 4 Rp51.600,00 Rp48.160,00 Rp48590,00 Rp148.350,00
6 Sediaan produk jadi awal 0 Rp 8.600,00 Rp 9.030,00 0
7 Produk siap dijual 5 + 6 Rp51.600,00 Rp56.760,00 Rp57.620,00 Rp148.350,00
8 Sediaan produk jadi akhir Rp 8.600,00 Rp 9.030,00 Rp 9.460,00 Rp 9.460,00
9 Harga pokok produk terjual 7 - 8 Rp43.000,00 Rp47.730,00 Rp48.160,00 Rp138.890,00
10 Margin kontribusi kotor 1 – 9 Rp17.000,00 Rp18.870,00 Rp19.040,00 Rp 54.910,00
11 Komisi penjualan Rp 4.500,00 Rp 5.011,00 Rp 5.054,00 Rp 14.565,00
12 Margin kontribusi bersih 10 - 11 Rp12.500,00 Rp13.859,00 Rp13.986,00 Rp 40.345,00
13 Biaya overhead pabrik tetap Rp 2.400,00 Rp 2.400,00 Rp 2.400,00 Rp 7.200,00
14 Gaji dan lainnya Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 6.000,00
15 Laba 12 – (13 + 14) Rp 8.100,00 Rp 9.459,00 Rp 9.586,00 Rp 27.145,00
12. Selisih laba metode penentuan harga pokok (PHPP) dengan metode
penentuan harga pokok variable (PHPV) sebagai berikut.
PT Rifqi
Anggaran Kas
Triwulan I tahun 2015
Keterangan Januari Februari Maret
1. Kas masuk dari jualan tunai Rp60.000,00 Rp 66.600,00 Rp 67.200,00
2. Kas keluar untuk
Bahan baku - Rp39.000,00 Rp 33.900,00
Tenaga kerja langsung Rp12.000,00 Rp 11.200,00 Rp 11.300,00
Overhead pabrik variabel Rp 3.600,00 Rp 3.360,00 Rp 3.390,00
Overhead pabrik tetap Rp 2.200,00 Rp 2.200,00 Rp2.200,00,00
Komisi penjualan Rp 4.500,00 Rp5.011,00,00 Rp5.054,00,00
Gaji dan lainnya Rp 2.000,00 Rp 2.000,00 Rp 2.000,00
Rp24.300,00 Rp 62.771,00 Rp 57.844,00
3. Saldo kas awal Rp10.000,00 Rp 45.700,00 Rp 49.529,00
4. Saldo kas akhir 1 + 3 - 2 Rp45.700,00 Rp 49.529,00 Rp 58.885,00
7.44 Penganggaran
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
b. Kapasitas normal tiap triwulan 2.500 unit atau 625 jam kerja.
c. Beban usaha variabel per unit Rp50,00.
d. Beban usaha tetap tiap triwulan Rp800.000,00 termasuk penyusutan.
e. Harga jual per unit produk jadi Rp5.530,00.
f. Penjualan triwulan:
g. Produksi dianggarkan tahun 2011 triwulan: I 2.200 unit, II 2.100 unit, III
2.400 unit, dan IV 2.400 unit.
h. Diperkirakan sediaan produk dalam proses akhir triwulan: I 10 unit, II 20
unit, III 25 unit, dan IV 15 unit. Tingkat penyelesaian sediaan produk
dalam proses akhir tiap triwulan masing-masing biaya bahan baku
(BBB) 100% dan biaya konversi (BK) 50%.
i. Perhitungan unit ekuivalen menggunakan metode MPKP.
j. Dari data neraca per 31 Desember 2010 terdapat kas Rp5.000.000,
piutang usaha Rp4.192.800,00, sediaan bahan baku 1.000 kg @
Rp500,00 = Rp500.000,00, alat pabrik bersih Rp30.000.000,00, alat
kantor bersih Rp10.000.000,00, utang usaha Rp2.500.000,00, modal
saham Rp47.000.000,00, laba ditahan Rp192.800,00.
k. Sediaan bahan baku akhir dianggarkan untuk triwulan:
I 400 kg @ Rp500,00 = Rp200.000,00
II 500 kg @ Rp500,00 = Rp250.000,00
III 600 kg @ Rp500,00 = Rp300.000,00
IV 700 kg @ Rp500,00 = Rp350.000,00
Bahan baku dibayar triwulan berikutnya setelah beli.
l. Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, beban usaha
seluruhnya dibayar tunai pada triwulan bersangkutan.
j. Penyusutan tiap triwulan dengan menggunakan metode garis lurus untuk
alat pabrik Rp500.000,00, dan alat kantor Rp100.000,00
Berdasarkan data tersebut pilih satu jawaban yang paling tepat dari
beberapa alternatif jawaban yang disediakan dari soal berikut ini!
Kegiatan Belajar 2
P
ada Kegiatan Belajar 2 ini akan dijelaskan tentang penyusunan anggaran
tetap perusahaan dagang, dan penyusunan anggaran variabel perusahaan
dagang.
Tabel 7.14.
Neraca
Toko Banjar
Neraca
Per 31 Desember 2016
Kas Rp 50.000,00 Utang dagang Rp 79.750,00
Piutang dagang Rp 59.800,00 Modal saham Rp100.000,00
Sediaan barang Rp110.000,00 Laba ditahan Rp190.050,00
EKMA4570/MODUL 7 7.51
Jualan sesungguhnya (aktual) dua bulan terakhir pada tahun 2016 dan
taksiran (estimasi) jualan lima bulan pada tahun 2017 yang akan datang
sebagai berikut.
Sesungguhnya : November 2016 Rp120.000,00
Desember 2016 Rp100.000,00
Anggaran Januari 2017 Rp120.000,00
Februari 2017 Rp130.000,00
Maret 2017 Rp115.000,00
April 2017 Rp120.000,00
Mei 2017 Rp130.000,00
a. Anggaran jualan
Anggaran jualan ( sales budget ) yang disusun beserta anggaran kas masuk
dari dapatan jualan seperti Tabel 7.15.
Tabel 7.15.
Anggaran Jualan
Toko Banjar
Anggaran Jualan
Tiap Bulan untuk Triwulan Pertama Tahun 2017
(Dalam Rp)
Kas masuk bulan Januari, Februari, dan Maret seperti tampak pada Tabel
7.14 dihitung sebagai berikut.
Kas masuk bulan Januari
a. 50% Rp120.000,00 (jualan bulan Januari) = Rp 60.000,00
b. 40% Rp100.000,00 (jualan
(jualan bulan Desember)
Desember) = Rp 40.000,00
c. 9% Rp120.000,00 (jualan bulan November) = Rp 10.800,00 +
Jumlah Rp110.800,00
b. Anggaran belian
Anggaran belian yang disusun seperti Tabel 7.16 dilengkapi dengan
anggaran sediaan dan harga pokok jualan.
Tabel 7.16.
Anggaran Belian
Toko Banjar
Anggaran Belian
Tiap Bulan untuk Triwulan Pertama Tahun 2017
(Dalam Rp)
Harga pokok jualan seperti tampak pada Tabel 7.15 dihitung sebagai
berikut:
Januari 65% Rp120.000,00 (jualan bulan Januari) = Rp78.000,00
Februari 65% Rp130.000,00 (jualan bulan Februari) = Rp84.500,00
Maret 65% Rp115.000,00 (jualan bulan Maret) = Rp74.750,00
Tabel 7.17.
Anggaran Beban Penjualan dan Administrasi
Toko Banjar
Anggaran Beban Penjualan dan Administrasi
Tiap Bulan untuk Triwulan Pertama Tahun 2017
(Dalam Rp)
Keterangan Januari Februari Maret
a. Jualan 120.000 130.000 115.000
b. Beban jualan dan administrasi:
Variabel (10% jualan) 12.000 13.000 11.500
Tetap 25.000 25.000 25.000
Beban penghapusan piutang 1.200 1.300 1.150
Jumlah beban usaha 38.200 39.300 37.650
c. Beban penghapusan piutang 1.200 1.300 1.150
d. Beban depresiasi 6.000 6.000 6.000
e. Beban usaha tidak tunai 7.200 7.300 7.150
f. Beban usaha tunai (b - e) 31.000 32.000 30.500
d. Anggaran laba-rugi
Anggaran laba-rugi merupakan tujuan dari penyusunan anggaran
operasional. Oleh karena itu, dalam penyusunan anggaran laba-rugi
diperlukan beberapa unsur dari anggaran operasional, seperti: anggaran
jualan pada Tabel 7.15 anggaran belian pada Tabel 7.16, anggaran beban
jualan dan administrasi pada Tabel 7.17. Di samping itu juga untuk
menyusun anggaran laba-rugi diperlukan juga perhitungan bunga pinjaman di
bank.
Anggaran laba-rugi yang disusun dari beberapa perhitungan dan
anggaran yang baru disebutkan tadi disusun seperti Tabel 7.18.
Tabel 7.18.
Anggaran Laba-rugi
Toko Banjar
Anggaran Laba-Rugi
Tiap Bulan untuk Triwulan Pertama Tahun 2017
(Dalam Rp)
Tabel Keterangan Januari Februari Maret Triwulan
7.15 1. Jualan 120.000 130.000 115.000 365.000
7.16 2. Harga pokok jualan 78.000 84.500 74.750 237.250
3. Laba kotor (1 - 2) 42.000 45.500. 40.250 127.750
7.17 4. Beban usaha 38.200 39.300 37.650 115.150
5. Laba usaha (3 - 4) 3.800 6.200 2.600 12.600
6. Bunga 100 !00 100 300
7. Laba sebelum pajak 3.700 6.100 2.500 12.300
Pada Tabel 7.18 tampak beban bunga tiap bulan sebesar Rp100,00
dihitung berikut.
12% Rp10.
Rp10.000
000,, 00
Rp100,00
12
7.56 Penganggaran
Tabel 7.19.
Anggaran Kas
Toko Banjar
Anggaran Kas
Tiap Akhir Bulan untuk Triwulan Pertama tahun 2017
(Dalam Rp)
Tabel Keterangan Januari Februari Maret
1. Saldo kas awal 50.000 60.050 60.175
7.15 2. Kas masuk dari jualan 110.800 122.000 120.300
3. Kas tersedia (1 + 2) 160.800 182.050 180.475
4. Bayar sebelum pinjaman:
7.16 Belian 79.750 89.875 76.375
7.17 Beban usaha tunai 31.000 32.000 30.500
Bayar sebelum pinjaman 110.750 121.875 106.875
5. Kas minimum 60.000 60.000 60.000
6. Jumlah kas diperlukan 4 + 5 170.750 181.875 166.875
7. Surplus (defisit) 3 - 6 (9.950) 175 13.600
8. Terima pinjaman bank 10.000 0 0
9. Bayar bunga 0 0 300
10. Bayar pinjaman bank 0 0 10.000
11. Saldo kas akhir seluruhnya* 60.050 60.175 63.300
EKMA4570/MODUL 7 7.57
b. Anggaran neraca
Menyusun anggaran neraca merupakan tujuan dari anggaran keuangan.
Anggaran neraca yang disusun berasal dari anggaran kas dan anggaran
operasional terdahulu tampak seperti Tabel 7.19. Pada Tabel 7.19 tampak
piutang dagang bersih bulan Januari sebesar Rp67.800,00, Februari sebesar
Rp74.500,00, dan Maret sebesar Rp68.050,00 dihitung sebagai berikut.
* Piutang dagang bersih 9% jualan bulan lalu + 49% jualan bulan
bersangkutan.
Januari = 9% Rp100.000,00 + 49% Rp120.000,00 = Rp67.800,00
Februari = 9% Rp120.000,00 + 49% Rp130.000,00 = Rp74.500,00
Maret = 9% Rp130.000,00 + 49% Rp115.000,00 = Rp68.050,00
Pada Tabel 7.19 tampak aktiva tetap bersih bulan Januari sebesar
Rp144.000,00, Februari sebesar Rp138.000,00, dan Maret sebesar
Rp132.000,00 dihitung sebagai berikut:
** Aktiva tetap bersih = aktiva
aktiva tetap awal
awal depresiasi
depresiasi
Januari = Rp150.000,00 - Rp6.000,00 = Rp144.000,00
Februari = Rp144.000,00 - Rp6.000,00 = Rp138.000,00
Maret = Rp138.000,00 - Rp6.000,00 = Rp132.000,00
Tabel 7.20.
Anggaran Neraca
Toko Banjar
Anggaran Neraca
Tiap Akhir Bulan untuk Triwulan Pertama Tahun 2017
Tabel Keterangan Januari Februari Maret
AKTIVA
7.19 Kas 60.050 60.175 63.300
Piutang dagang bersih* 67.800 74.500 68.050
7.16 Sediaan barang dagangan 121.875 113.750 120.250
Aktiva tetap bersih** 144.000 138.000 132.000
Jumlah aktiva 393.725 386.425 383.600
PASIVA
Utang bank 10.000 10.000 0
7.16 Utang dagang 89.875 76.375 81.250
Utang bunga 100 200 0
7.14 Modal saham 100.000 100.000 100.000
Laba ditahan*** 193.750 199.850 202.350
Jumlah pasiva 393.725 386.425 383.600
disusun seperti Tabel 7.21. Pada Tabel 7.21 tampak perusahaan akan
menderita rugi sebesar Rp10.000,00 bila barang yang dijual hanya 5.000 kg.
Apabila perusahaan menginginkan laba maka harus menjual di atas 10.000
kg. Karena pada jualan 10.000 kg perusahaan akan mengalami break even
point (titik impas), artinya perusahaan tidak menderita rugi atau mendapatkan
laba atau impas (laba = 0).
Tabel 7.21.
Anggaran Variabel Laba-rugi
Bentuk Panjang
Tabel 7.22.
Anggaran Variabel Laba-Rugi
Bentuk Panjang
LATIHAN
Jualan tahun 2019 dari bulan April sampai Juli ditaksir naik 5% dari
masing-masing bulan jualan tahun 2018, dengan harga jual per kg
Rp25,00.
2. Data neraca per 31 Maret 2019 sebagai berikut.
Kas Rp50.000,00, piutang dagang Rp175.000,00, sediaan barang
dagangan Rp126.000,00, aktiva tetap kotor Rp480.000,00, cadangan
depresiasi aktiva tetap Rp90.000,00, utang dagang Rp156.000,00, utang
segera lainnya Rp12.000,00, utang jangka panjang Rp200.000,00, modal
saham Rp235.000,00, dan laba ditahan Rp138.000,00.
3. Belian dibayar tunas pada bulan berikutnya dan utang dagang per 31
Maret 2019 dibayar bu lan April 2019. Sediaan barang dagangan akhir
ditaksir 80% dari penjualan bulan akan datang. Harga pokok barang
dagangan per kg Rp 15.
4. Komisi penjualan sebesar 12,5% dari penjualan. Gaji penjualan untuk
bulan April Rp3.500,00, bulan Mei dan Juni masing-masing Rp4.000,00.
5. Gaji administrasi tiap bulan Rp8.000,00, depresiasi aktiva tetap tiap
bulan Rp5.000,00.
6. Syarat pembayaran penjualan 30% tunai dan 70% bulan berikutnya.
Piutang per 31 Maret 2019 sebesar Rp175.000,00 diterima seluruhnya
bulan April 2019.
7. Bunga pinjaman jangka panjang per bulan Rp1.800,00 dan bunga utang
segera lainnya 1% per bulan dibayar lunas pada akhir bulan April 2019,
tapi pada akhir bulan Mei 2019 pinjam lagi sebesar Rp6.099,00 yang
akan dibayar akhir bulan Juni 2019 sebesar Rp2.732,00 dan sisanya
dibayar akhir bulanJuli 2019. Bulan Mei 2019 akan dibayar dividen
sebesar Rp100.000,00. Akhir bulan Juni 2019 akan dibeli tunai aktiva
tetap sebesar Rp55.000,00.
8. Pajak hasilan 35% yang akan dibayar lunas bulan Juli 2019.
Dari data tersebut buatlah anggaran tiap bulan selama tiga bulan, terdiri
dari:
a) Anggaran jualan.
b) Anggaran belian dan utang dagang.
c) Anggaran beban penjualan.
d) Anggaran beban administrasi.
e) Anggaran kas masuk.
f) Anggaran kas.
EKMA4570/MODUL 7 7.63
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
Jenis kredit di bank menurut fungsinya dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.
Kredit modal kerja adalah kredit yang dipergunakan untuk keperluan
usaha sehari-hari, seperti membeli barang dagangan. Kredit modal kerja
biasanya berjangka pendek (satu tahun ke bawah).
Kredit investasi adalah kredit yang dipergunakan untuk keperluan
mendapatkan barang modal, seperti keperluan relokasi pabrik, modernisasi
alat, ekspansi, rehabilitasi alat, dan lain-lain. Kredit investasi biasanya
berjangka panjang (lebih dari satu tahun). Kredit modal kerja dan kredit
investasi disebut juga dengan kredit usaha atau kredit produksi.
Kredit konsumsi adalah kredit yang dipergunakan bukan untuk
keperluan produksi, tetapi untuk dipakai sendiri, seperti kredit profesi guru
untuk beli kendaraan, kredit perumahan untuk dipakai sendiri.
Pada perusahaan industri dan dagang pada umumnya pengakuan
terhadap dapatan (revenue) dan beban (expense) dalam akuntansi
menggunakan dasar akrual ( accrual basis). Dasar akrual artinya pengakuan
dilakukan atas dasar terjadinya transaksi. Dasar kas ( cash basis) pengakuan
dilakukan tidak berdasarkan terjadinya transaksi, tapi berdasarkan terjadinya
pembayaran. Saat ini akuntansi perusahaan jasa bank, pengakuan dapatan
(revenue) didasarkan atas terjadinya pembayaran ( cash basis), sedangkan
beban (expense) diakui atas dasar akrual.
EKMA4570/MODUL 7 7.75
Tabel 7.23.
Anggaran Laba-rugi
Bank Iqra
Anggaran Laba-Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2011
1. Dapatan usaha:
Dapatan bunga kredit modal kerja =
Rp10.000,00 + (10% Rp20.000,00) 24% Rp 2.880,00
Dapatan bunga kredit konsumsi =
Rp5.000,00 + (10% Rp10.000,00) 18% Rp 1.080,00
Dapatan bunga kredit investasi =
Rp40.000,00 + (10% Rp5.000,00) 20% Rp 8.100,00
Dapatan bunga giro di Bank Indonesia & lainnya
(Rp2.000,00 + Rp1.500,00) 4% Rp 140,00
+
Jumlah dapatan usaha Rp12.200,00
2. Beban usaha:
Beban bunga simpanan giro =
(Rp20.000,00 + 10% Rp20.000,00) 4% Rp 880,00
Beban bunga simpanan tabungan =
(Rp10.000,00 + 10% Rp10.000,00) 14% Rp 1.540,00
Beban bunga simpanan deposito =
(Rp5.000,00 + 10% Rp5.000,00) 12% Rp 660,00
Beban bunga kewajiban segera lainnya
10% Rp5.000,00 Rp 500,00
Beban depresiasi= 10% Rp30.500,00 Rp 3.050,00
Tabel 7.24.
Anggaran Neraca
Bank Iqra
Anggaran Neraca
Per 31 Desember 2011
d. Beban usaha lainnya 100% tunai tiap bulan Rp3.000,00 tidak termasuk
penyusutan. Penyusutan taksi tiap bulan Rp1.000,00.
Dari data tersebut dapat disusun anggaran tetap berupa anggaran induk
terdiri atas: anggaran laba-rugi (anggaran operasional), dan anggaran
keuangan, meliputi; anggaran kas dan anggaran neraca. Anggaran
operasional berupa anggaran laba-rugi disusun seperti Tabel 7.25.
Tabel 7.25.
Anggaran Laba-Rugi
PT Taksi Andir
Anggaran Laba-rugi
Triwulan I Tahun 2010
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
Dapatan taksi Rp10.000,00 Rp11.000,00 Rp12.000,00 Rp33.000,00
Bahan bakar 25% Rp 2.500,00 Rp 2.750,00 Rp 3.000,00 Rp 8.250,00
Komisi sopir 20% Rp 2.000,00 Rp 2.200,00 Rp 2.400,00 Rp 6.600,00
Penyusutan Rp 1.000,00 Rp 1.000,00 Rp 1.000,00 Rp 3.000,00
Beban usaha lain Rp 3.000,00 Rp 3.000,00 Rp 3.000,00 Rp 9.000,00
Beban usaha Rp 8.500,00 Rp 8.950,00 Rp 9.400,00 Rp26.850,00
Laba Rp 1 .500,00 Rp 2.050,00 Rp 2.600,00 Rp 6.150,00
Tabel 7.26.
Anggaran Kas
PT Taksi Andir
Anggaran Kas
Triwulan Pertama 2010
Keterangan Januari Februari Maret
1. Dapatan taksi Rp10.000,00 Rp11.000,00 Rp12.000,00
a. Bahan bakar 25% Rp 2.500,00 Rp 2.750,00 Rp 3.000,00
b. Komisi sopir 20% Rp 2.000,00 Rp 2.200,00 Rp 2.400,00
c. Lainnya (+) Rp 3.000,00 Rp 3.000,00 Rp 3.000,00
2. Kas keluar a + b + c Rp 7.500,00 Rp 7.950,00 Rp 8.400,00
3. Saldo kas awal Rp 1.000,00 Rp 3.500,00 Rp 6.550,00
4. Saldo kas akhir 1 + 3 - 2 Rp 3.500,00 Rp 6.550,00 Rp10.150,00
Tabel 7.27.
Anggaran Neraca
PT Taksi Andir
Anggaran Neraca
Triwulan Pertama 2010
Keterangan Januari Februari Maret
Kas Rp 3.500,00 Rp 6.550,00 Rp10.150,00
Mobil taksi bersih Rp49.000,00 Rp48.000,00 Rp47.000,00
AKTIVA Rp52.500,00 Rp54.550,00 Rp57.150,00
Modal saham Rp51.000,00 Rp51.000,00 Rp51.000,00
Laba ditahan Rp 1.500,00 Rp 3.550,00 Rp 6.150,00
PASIVA Rp52.500,00 Rp54.550,00 Rp57.150,00
Tabel 8.1.
Anggaran Neraca
PT Igra
Anggaran Neraca (Neraca Proforma)
Per 31 Desember 2010
(Dalam Rp)
Aktiva lancar Utang
Kas ………………………………. 12.000,00 Utang jangka pendek ........ 22.000,00
Piutang ………………………….. 10.000,00 Utang jangka panjang …... 11.000,00
Sediaan produk jadi …………… 9.000,00 Total utang ………….. 33.000,00
Sediaan produk dalam proses .. 7.600,00 Modal
Sediaan bahan baku ………….. 3.750,00 Modal saham ……………... 100.000,00
Total aktiva lancar …………….. 42.350,00 Laba ditahan ……………… 10.000,00
Aktiva tetap ………………………. 100.650,00 Total modal ……………….. 110.000,00
TOTAL AKTIVA 143.000,00 TOTAL PASIVA 143.000,00
EKMA4570/MODUL 8 8.7
Tabel 8.2.
Anggaran Laba-rugi
PT Iqra
Anggaran Laba-rugi
Tahun Berakhir 3l Desember 2010
Keterangan Rp
1. Jualan ………………………………………. 120.000,00
2. Biaya bahan baku …………………………. 30.000,00
3. Biaya tenaga kerja langsung …………….. 40.000,00
4. Biaya overhead pabrik ……………………. + 9.600,00
5. Biaya pabrik (2 + 3 + 4) ……………………. 79.600,00
6. Sediaan produk dalam proses awal ……… + 4.000,00
7. Biaya produksi (5 + 6) ……………………... 83.600,00
8. Sediaan produk dalam proses akhir …….. - 7.600,00
9. Harga pokok produk jadi (7 - 8) ………….. 76.000,00
10. Sediaan produk jadi awal …………………. + 5.000,00
11. Produk siap dijual (9 +10) ……………….. 81.000,00
12. Sediaan produk jadi akhir ………………… - 9.000,00
13. Harga pokok jualan (11 - 12) ……………. 72.000,00
14. Laba kotor (1 - 13) ………………………… 48.000,00
piutang Rp10.000, 00
b. Rasio piutang = =
utang jangka pendek Rp22.000,00
= 45%
1. Pengantar
Dalam masa resisi laba yang merupakan arus kas masuk akan menurun
dan kemungkinan untuk memenuhi keperluan kas dari sumber lain sangat
terbatas. Lebih berbahaya lagi apabila terjadi penciutan karena adanya
kerugian dan hal ini umumnya terjadi pada masa resisi.
Untuk mengantisipasi keadaan masa resisi sangat penting bagi suatu
perusahaan membuat anggaran pada masa sebelum resisi dan pada masa
resisi yang kemungkinan akan terjadi.
Hal yang perlu diperhatikan untuk dianalisis oleh manajemen dalam
masa resisi, antara lain:
a. memperkirakan berapa lama masa resisi tersebut akan terjadi;
b. menentukan tingkat risiko yang dapat diterima pada masa resisi;
c. menentukan kemampuan perusahaan dalam bersaing, baik dalam hal
jualan maupun dalam hal menekan biaya.
2. Penyusunan Anggaran
Berikut ini contoh penyusunan anggaran pada masa resisi. Misalkan
perusahaan PT Palantingan mempunyai data neraca per 31 Desember 2010
yang terdiri dari: kas Rp2.000,00, piutang Rp10.000,00, sediaan
Rp20.350,00, aktiva tetap bersih Rp27.650,00, utang dagang Rp8.000,00,
utang dividen Rp10.000,00, utang jangka panjang Rp12.000,00, modal
saham Rp20.000,00, laba ditahan Rp 10.000,00.
Untuk memperluas daerah pemasaran dan dalam rangka mengungguli
persaingan, PT Palantingan bermaksud pada tahun 2011 mengadakan
perluasan perusahaan dengan cara membeli mesin baru seharga
EKMA4570/MODUL 8 8.19
Istilah dalam neraca yang rancu, seperti: aktiva tidak berwujud dan
aktiva tetap tidak berwujud, kewajiban dan modal sendiri. Istilah dalam
neraca meliputi istilah harta (aktiva), utang dan modal. Aktiva (harta) adalah
kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda berwujud dan
benda tidak berwujud yang dapat dikuasai oleh yang berhak akibat transaksi.
tra nsaksi.
Aktiva terdiri atas: aktiva lancar dan aktiva tak lancar. Aktiva lancar adalah
aktiva yang mempunyai umur ekonomis paling lama setahun dalam siklus
kegiatan yang normal. Aktiva tak lancar adalah harta yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun dalam siklus kegiatan yang normal.
HARTA
Gambar 8.1.
Bagan Harta
rekening yang lain dalam neraca dapat menggunakan istilah saldo kas, saldo
piutang, saldo utang, dan sebagainya. Tidak perlu menggunakan kata saldo
dalam istilah saldo kas, saldo piutang, saldo utang, dan sebagainya. Hanya
cukup menggunakan istilah kas, piutang, utang, karena angka dalam satuan
uang dari suatu akun yang terdapat dalam laporan keuangan (neraca) sudah
pasti saldonya, sudah mengandung arti saldo. Jadi, tidak perlu menggunakan
istilah saldo kas, saldo piutang, saldo laba, saldo dana dalam penyajian di
neraca. Begitu juga dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 27 menggunakan istilah sisa hasil usaha (SHU) untuk istilah laba dan
SHU yang belum dibagikan untuk istilah laba ditahan. Kata hasil
mengandung arti yang sangat luas. Hasil yang diperoleh pegawai berupa gaji,
hasil yang diperoleh perusahaan berupa laba. Jadi, sisa hasil usaha dapat
berarti sisa laba usaha, lantas bagaimana dengan laba sebagai akibat
sampingan usaha, yang disebut laba lainnya atau laba bukan usaha, apakah
juga termasuk sisa hasil usaha, padahal terdapat kata bukan usaha. Mestinya
koperasi diperlakukan seperti badan usaha lainnya, karena koperasi pada
hakikatnya badan usaha. H.Z.A. Moechtar (1993,18) mengemukakan, bahwa
selain dari empat bentuk perusahaan (perusahaan perseorangan, perseroan
firma, perseroan komanditer, perseroan terbatas) di Indonesia banyak pula
dijumpai bentuk usaha lain, yang disebut koperasi. Jadi, istilah sisa hasil
usaha (SHU) tidak tepat. begitu juga dengan sisa hasil usaha yang belum
dibagikan merupakan istilah yang tidak tepat, karena menggunakan kata sisa
(saldo) seperti telah diuraikan bahwa kata sisa (saldo) merupakan kata yang
berlebihan bila dicantumkan dalam neraca, apalagi menggunakan kata hasil
usaha, juga tidak tepat, karena yang termuat dalam sisa hasil usaha tidak
hanya hasil usaha, tetapi terdapat juga hasil bukan usaha (hasil lainnya). Jadi,
SHU belum dibagikan sebaiknya diganti dengan istilah dengan laba ditahan
seperti sama halnya dengan jenis badan usaha lainnya. Laba ditahan
merupakan salah satu unsur modal sendiri pada suatu saat wajib dibayarkan
oleh perusahaan kepada pemilik modal (investor) dalam bentuk dividen. Pada
saat perusahaan dibubarkan (dilikuidasi), perusahaan wajib mengembalikan
hasil harta yang dilikuidasi kepada pemilik modal bila masih ada sisanya
setelah seluruh utang kepada pihak ekstern dibayar. Modal sendiri tidak
mempunyai batas waktu, begitu juga utang kepada pemilik modal biasanya
tidak mempunyai batas waktu. Oleh karena tidak punya batas waktu maka
modal sendiri dan utang kepada pemilik modal setiap saat dapat berubah.
8.24 Penganggaran
Kreditor
Harta
Utang
lancar
(modal
asing)
Hak Hak
Guna Guna
(harta) (harta)
dana dana
organisasi organisasi
Investor
Modal
(modal
Harta sendiri)
tak lancar
Gambar 8.2.
Hubungan Hak dan Kewajiban Organisasi
dari kata hasil. Karena kata berhasil berkaitan dengan mencapai tujuan dan
laba merupakan tujuan perusahaan maka income
income lebih tepat diterjemahkan
penghasilan dan revenue diterjemahkan
revenue diterjemahkan pendapatan. Tetapi dari segi struktur
bahasa Indonesia, penghasilan berarti proses memperoleh hasil, dan
pendapatan berarti proses memperoleh yang didapat. Mestinya income
diterjemahkan hasilan, dan revenues diterjemahkan
revenues diterjemahkan dapatan. Hasilan artinya
hasil proses memperoleh hasil, dan dapatan artinya hasil memperoleh yang
didapat. Income dan
Income dan revenue merupakan
revenue merupakan output (hasil) bukan proses. Objek
pajak adalah hasil (benda), bukan proses. Oleh karena itu, income sebaiknya
income sebaiknya
diterjemahkan hasilan (benda), bukan penghasilan (proses). Laporan laba-
rugi merupakan output dari akunting. Oleh karena itu, revenue
revenue sebaiknya
diterjemahkan dapatan (benda atau hasil), bukan pendapatan (proses).
Contoh lain, misalnya pembuatan spanduk untuk promosi periode itu sebesar
Rp8.000,00 transpor dan izin untuk memasang spanduk sebesar Rp100,00.
Dengan demikian promosi sebesar:
Beban (expense
(expense)) adalah nilai sesuatu yang secara langsung dikorbankan
yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh hasilan. Beban merupakan
arus harta keluar dari kegiatan normal perusahaan yang mengakibatkan
modal berkurang dan tidak berasal dari penarikan pribadi pemilik modal.
Dengan kata lain, beban adalah harga pokok ( cost ) yang telah memberikan
manfaat dan sekarang telah habis. Beban merupakan pengurang dapatan
(revenue)
revenue) untuk memperoleh hasilan atau laba ( income).
income). Kata beban untuk
terjemahan expense mungkin
expense mungkin dirasakan tidak begitu tepat, misalnya: provisi
inkaso dengan Tuan A agar dibebankan ke rekening kami. Sekalipun provisi
inkaso ada kaitannya dengan beban ( expense),
expense), namun kata dibebankan
artinya bukan beban sebagai pengurang dapatan melainkan sebagai
pengurang rekening simpanan atau penambah rekening pinjaman. Contoh
lain, misalnya beban pikiran artinya memberati pikiran atau menambah
pikiran. Sekalipun kata beban untuk padanan kata expense dirasakan
expense dirasakan kurang
tepat, namun masih banyak benarnya. Karena expense
expense bagaimanapun juga
merupakan beban yang harus dipikul oleh perusahaan dalam memperoleh
income
income (hasilan). Beban ada yang berasal dari belanja harta ( capital
expenditure)
expenditure) dan ada juga yang berasal dari belanja dapatan ( revenue
expenditure).
expenditure).
Beban yang berasal dari belanja harta ( capital expenditure)
expenditure ) terdiri atas:
a. Harga pokok yang dicatat sebagai harta dan setelah harta dipakai
(dikeluarkan) maka harta yang dipakai (dikorbankan) ini berubah
menjadi beban. Misalnya harga pokok barang yang tersedia
te rsedia sebagai harta
sebesar Rp11.000,00 kemudian dijual (dipakai) seluruhnya maka
berubahlah harga pokok berupa harta sediaan barang menjadi beban
berupa harga pokok barang terjual sebesar Rp11.000,00.
Rp11.000,00.
b. Nilai yang dikorbankan diukur dengan menurunnya harta (aktiva).
Misalnya beban depresiasi mesin akan menurunkan nilai harta berupa
EKMA4570/MODUL 8 8.31
mesin, beban promosi bila dibayar tunai akan menurunkan nilai harta
berupa kas.
Adapun beban yang berasal dari belanja dapatan ( revenue expenditure)expenditure )
berupa korban yang langsung dijadikan beban sebagai pengurang dapatan.
Misalnya: potongan jualan merupakan beban yang langsung mengurangi
dapatan jualan.
Biaya (cost
(cost ) dapat diartikan dalam arti sempit dan luas. Biaya dalam arti
sempit hanya meliputi pengertian harga pokok ( cost ), ), sedangkan biaya dalam
arti luas meliputi pengertian harga pokok ( cost ) dan beban (expense
( expense)) seperti
tampak pada Gambar 8.3.
Biaya
Dapatan Harta
Laba Beban
Dapatan
Gambar 8.3.
Bagan Biaya
Biaya dalam arti luas digunakan untuk akunting manajemen dan ilmu
ekonomi lainnya, kecuali akunting keuangan. Ilmu ekonomi lainnya seperti
teori mikro ekonomi yang dikemukakan Dominick Salvatore pada halaman
139 menggunakan istilah total fixed cost (TFC), diterjemahkan biaya tetap
total, total variable cost (TVC)
(TVC) atau biaya variabel total, dan
total, dan total cost (TC)
(TC)
atau biaya total. Total cost dalam
dalam hal ini cost diterjemahkan
diterjemahkan biaya yang sama
maknanya dengan beban (expenses ( expenses).
). Jadi, menurut penulis cost
diterjemahkan biaya atau harga pokok sudah tepat, tidak perlu cost diserap
menjadi kos. Kos (indekos) berarti memondok makan dan minum ditempat
orang lain dengan membayar (seperti: anak kos). Saat ini sudah banyak
8.32 Penganggaran
expenses) terdapat beban penjualan dan beban administrasi & umum ( general
& administrative expenses). Bila menggunakan istilah beban pokok
penjualan berarti ada beban sekunder penjualan karena beban pokok artinya
beban primer atau beban utama. Bila ada beban utama berarti ada beban tidak
utama (sekunder). Lantas bagaimana dengan beban penjualan yang terdapat
pada beban usaha, apakah beban penjualan diganti dengan beban pemasaran.
Istilah pemasaran berbeda dengan penjualan. Pengertian pemasaran meliputi
pengertian penjualan, tetapi penjualan tidak meliputi pengertian pemasaran.
Pengertian pemasaran meliputi kegiatan marketing mix: product , price, place,
promotion. Bila menggunakan istilah beban pemasaran berarti harga pokok
barang terjual juga termasuk beban pemasaran, karena harga pokok barang
terjual termasuk marketing mix yang pertama, yaitu product , dan product
tidak termasuk kegiatan penjualan. Product sudah tersedia dalam bentuk apa
adanya sebelum dilakukan penjualan (produk adalah hasil produksi). Oleh
karena itu, menurut penulis istilah beban pokok penjualan kurang tepat.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akunting Keuangan 1994
pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
paragraf 95 menggunakan istilah beban pokok penjualan ( cost or expense of
goods sold ) padahal dalam Framework for the Preparation and Presentation
of Financial Statement , paragraf 95 menggunakan istilah cost of goods sold ,
tidak menggunakan istilah cost or expense of goods sold . Dengan demikian
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akunting Keuangan menganggap
cost sama dengan expense, mengapa demikian?
Kalau menggunakan istilah beban barang yang terjual apakah istilah ini
tidak rancu? Beban artinya harga pokok yang memberi manfaat habis
dipakai, barang yang terjual artinya barang yang memberi manfaat habis
dipakai karena dijual. Jadi, istilah beban barang yang terjual berarti harga
pokok yang habis dipakai barang yang habis dipakai. Karena beban barang
yang terjual, artinya harga pokok yang memberi manfaat habis dipakai
berupa barang yang memberi manfaat habis dipakai karena dijual. Bukankah
artinya istilah ini rancu? Mestinya cukup dengan arti kalimat, harga pokok
yang memberi manfaat habis dipakai karena dijual.
Sebaiknya khusus untuk perusahaan industri menggunakan istilah harga
pokok produk terjual dan istilah harga pokok barang terjual digunakan untuk
beberapa macam perusahaan, seperti: perusahaan dagang, perusahaan
industri, perusahaan agraris, perusahaan ekstraktif.
EKMA4570/MODUL 8 8.35
Tabel 8.6.
Pola Pikir Pengimbuhan dalam Struktur Bahasa Indonesia
1. Anggaran Tradisional
Dalam sistem anggaran tradisional yang pertama diperkirakan adalah ke
mana sumber yang tersedia itu dapat dibelanjakan. Untuk itu diperlukan
pengumpulan data atau daftar kebutuhan dari masing-masing unit dalam
suatu organisasi. Pada setiap organisasi, misalnya organisasi pemerintah akan
selalu membutuhkan dana untuk membiayai kelengkapan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
Kebutuhan tersebut meliputi: (a) belanja pegawai; (b) belanja barang;
(c) belanja pemeliharaan; (d) belanja perjalanan dinas; (e) belanja lain-lain.
Dalam istilah anggaran, belanja tersebut dikenal sebagai objek belanja.
Hasil penyusunan anggaran ini pertama-tama akan menggambarkan sejumlah
sumber dan ke mana objek belanjanya.
Bagaimana hubungan antara kegiatan dengan maksud dan tujuan yang
akan dicapai, tidak dengan serta merta dapat diketahui. Hubungan itu
nantinya dapat diketahui setelah mempelajari tugas pokok dan fungsi
organisasi yang menyusun anggaran tradisional itu. Anggaran tradisional
adalah cara menyusun data kebutuhan anggaran yang tidak didasarkan atas
pikiran dan analisis tentang rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi, penyusunannya lebih didasarkan
pada kebutuhan untuk belanja barang, belanja pegawai, perjalanan dinas dan
sebagainya. Dalam anggaran tradisional yang terpenting adalah
pertanggungjawaban pelaksana anggaran. Sistem tradisional ini pernah
dipakai di Indonesia dan telah ditinggalkan sejak diterapkannya sistem
penganggaran kinerja dengan metode Daftar Usulan Kegiatan (DUK), Daftar
Isian Kegiatan (DIK) untuk anggaran rutin dan Daftar Usulan Proyek (DUP)
dan Daftar Isian Proyek (DIP) untuk anggaran pembangunan. Sistem
tradisional memusatkan perhatiannya pada pelaksanaan dan pengawasan
anggaran. Para penyelenggara anggaran akan berusaha sedemikian rupa agar
dana yang diperoleh dapat dibelanjakan seluruhnya asal dapat
dipertanggungjawabkan menurut bukti yang ada dan diperkenankan oleh
peraturan yang berlaku.
Berapa banyak jumlah dana yang dipakai oleh setiap unit organisasi
pemerintahan bergantung pada dua hal: -(a) masing-masing unit organisasi
EKMA4570/MODUL 9 9.15
a. Bersifat tambahan
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional
bersifat tambahan, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah
pada bagian anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data
tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan
atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Pendekatan
semacam ini tidak saja belum menjamin terpenuhinya kebutuhan, namun juga
dapat mengakibatkan kesalahan yang terus berlanjut. Hal ini disebabkan
karena kita tidak pernah tahu apakah pengeluaran periode sebelumnya yang
EKMA4570/MODUL 9 9.59
dan dari hasil pemeriksaan tersebut pemerintah akan menerima Nota Hasil
Pemeriksaan atas PAN dari BPK. Nota Hasil Pemeriksaan atas pemerintah
akan ditanggapi dengan mengeluarkan nota tanggapan hasil pemeriksaan atas
PAN dan bila perlu memperbaiki PAN itu sendiri.
Tabel 9.3.
Perbedaan antara SPA dan PAN
terdahulu, dan pada pembahasan ini dapat dijelaskan secara ringkas melalui
Gambar 9.2
Penyusunan anggaran negara di Indonesia seperti tampak pada Gambar
9.2 dapat dijelaskan dalam lima tahap berikut ini.
Tahap pertama adalah tahap penyusunan rancangan anggaran yang
ditandai dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Keuangan yang
ditujukan kepada para pemimpin Departemen dan Ketua Lembaga Negara
yang berisi untuk memasukkan rancangan anggaran (RA) Departemen atau
Lembaga Negara yang bersangkutan. Karena pengaturan anggaran
menggunakan metode DIK (Daftar Isian Kegiatan) untuk anggaran rutin dan
Daftar Isian Proyek (DIP) untuk anggaran pembangunan maka tiap
Departemen atau Lembaga Negara harus menggunakan DUK (Daftar Usulan
Kegiatan) untuk anggaran rutin dan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk
anggaran pembangunan bagi masing-masing Departemen atau Lembaganya.
DUK diajukan untuk dibahas Menteri Keuangan sedangkan DUP diajukan
kepada Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas untuk dibahas. DUK dan
DUP diolah lebih lanjut dan dihimpun menjadi rancangan anggaran (RA)
untuk diajukan kepada DPR agar mendapat pengesahan.
Tahap kedua, adalah tahap pengesahan rancangan anggaran negara
(RAN) oleh DPR diadakan pembahasan terhadap rancangan anggaran. Bila
DPR menyetujui rancangan anggaran tersebut maka Presiden akan
menetapkan RUU (Rancangan Undang-Undang) anggaran negara menjadi
UU (Undang-Undang) Anggaran Negara (AN). Tetapi bila DPR menolak
rancangan anggaran negara (RAN) berarti dipakai anggaran tahun lalu
sebagai anggaran negara (AN).
Tahap ketiga, adalah setelah RUU Anggaran Negara ditetapkan oleh
Presiden menjadi UU Anggaran Negara, kemudian tahap pelaksanaan
anggaran dimulai dari pengesahan DUK dan DUP menjadi DIK dan DIP oleh
Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas. Setelah itu barulah DIK dan DIP
diserahkan ke masing-masing Departemen dan Lembaga Negara yang
bersangkutan, dan selanjutnya diteruskan kepada Bendaharawan yang
berkepentingan, yaitu untuk dipakai sebagai dasar dalam membuat SPP
(Surat Permintaan Pembayaran). Di samping itu juga tembusan DIK dan DIP
disampaikan kepada KPKN, BPK, Unit Departemen atau Lembaga negara
yang bersangkutan, dan khusus DIP disampaikan kepada Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas dan Gubernur Kepala
9.62 Penganggaran
Dept
Dept/Lembaga Dirjen
Tahap Keuangan Presiden DPR BPK
Negara Anggaran
I DUK DUK
II AN AN AN
DIK/ DIK/
DIP DIP
III
&
IV LKKA LKKA
P6
P7
DU
V
Nota PAN Nota PAN
Nota PAN
HP HP
BPK BPK
PAN PAN
Gambar 9.2.
Bagan Arus Siklus Anggaran Negara
Keterangan singkatan:
DUK = Daftar Usulan Kegiatan
DUP = Daftar Usulan Proyek
RAN = Rancangan Anggaran Negara
EKMA4570/MODUL 9 9.63
Tabel 9.4
Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2006*)
Nomor Uraian Jumlah (Rp)
I PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah 9.504.038505,00
1.1.1 Pajak Daerah 1.769.432.500,00
1.1.2 Retribusi Daerah 3.022.715.600,00
1.1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan 567.190.405,00
EKMA4570/MODUL 9 9.81
Lampiran 5
Perhitungan Anggaran Belanja Pembangunan (Tanpa Bantuan
Proyek/Teknis)
Tahun:
Bagian : …………….
Departemen/lembaga : …………….
NOMOR DIP
KODE Realisasi Realisasi
Penjelasan
Sektor/ Jumlah Setelah Di
Pos Realisasi
Sub Uraian DIP Revisi DIP Realisasi Dikurangi Atas/Di
Koreksi Di atas
Sektor/ Semula DIP Setelah Pos Bawah
DIP
Program/ Revisi Koreksi DIP
Proyek
1 2 3 4 5 6 7 8-(6-7) 9-(8-5) 10
Lampiran 6
Perhitungan Anggaran Belanja Pembangunan
(Bantuan Proyek/Teknis)
Tahun:
Lampiran 7
LAMPIRAN IV A
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2005
TANGGAL 13 JUNI 2005
Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH PUSAT
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO URAIAN (%)
20XI 20X1 20X0
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN PERPAJAKAN
3. Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx
4. Pendapatan Pajak Pertambahan xxx xxx xx xxx
Nilai dan Penjualan Barang
Mewah
5. Pendapatan Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx
6. Pendapatan Dan Perolehan Hak xxx xxx xx xxx
atas Tanah dan Bangunan
7. Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx
8. Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx
9. Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx
10. Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
11. Jumlah Pendapatan Perpajakan xxx xxx xx xxx
(3 s/d 10)
12.
13. PENDAPATAN NEGARA BUKAN
PAJAK
14. Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
15. Pendapatan Bagian Pemerintah xxx xxx xx xxx
Atas Laba
16. Pendapatan Negara Bukan Pajak xxx xxx xx xxx
Lainnya
17. Jumlah Pendapatan Negara xxx xxx xx xxx
Bukan Pajak (14 s/d 10)
18.
19. PENDAPATAN HIBAH
20. Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
21. Jumlah Pendapatan Hibah (20 xxx xxx xx xxx
s/d 20)
22. JUMLAH PENDAPATAN (11 xxx xxx xx xxx
+ 17 + 21)
23.
24. BELANJA
EKMA4570/MODUL 9 9.83
ttd
Dr. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Lampiran 8
LAMPIRAN IV B
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2005
TANGGAL 13 JUNI 2005
Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO URAIAN (%)
20XI 20X1 20X0
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD)
3. Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4. Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5. Pendapatan Hasil Pengelolaan xxx xxx xx xxx
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
6. Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xx xxx
7. Jumlah Pendapatan xxx xxx xx xxx
Perpajakan (3 s/d 10)
8.
9.86 Penganggaran
Lampiran 9
LAMPIRAN IV C
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2005
TANGGAL 13 JUNI 2005
Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO URAIAN (%)
20XI 20X1 20X0
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD)
3. Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4. Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5. Pendapatan Hasil Pengelolaan xxx xxx xx xxx
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
6. Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xx xxx
7. Jumlah Pendapatan xxx xxx xx xxx
Perpajakan (3 s/d 10)
8.
9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT- DANA PERIMBANGAN
11. Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12. Dana Bagi Hasil Sumber Daya xxx xxx xx xxx
Alam
13. Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14. Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15. Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xx xxx
Dana Perimbangan (11 s/d
14)
16.
17. TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT-LAINNYA
18. Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19. Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20. Jumlah Pendapatan Transfer xxx xxx xx xxx
Pemerintah Pusat Lainnya
(18 s/d 19)
21. xxx xxx xx xxx
22. TRANSFER PEMERINTAH
PROVINSI
9.90 Penganggaran