Anda di halaman 1dari 37

Pedoman Laboratorium Kateterisasi

Jantung dan Pembuluh Darah


PENDAHULUAN
Dasar Hukum
1. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 640 tahun 2003 tentang Teknisi
Kardiovaskular.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 984 tahun 2007 tentang Rumah Sakit
Penerima Bantuan Alat Kesehatan Baloon dan Stent Untuk Pelayanan
Kesehatan Masyarakat.
5. Keputusan Bersama Kepala BATAN dan Menteri Kesehatan
No.171/MENKES/2008 dan 028/KA/II/2008 tentang Pemanfaatan Tenaga
Nuklir untuk kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 854 tahun 2009 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1250 tahun 2009 tentang Pedoman
Kendali Mutu (Quality Control) peralatan radiodiagnostik.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438 tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
Tujuan Pedoman
UMUM:
• Terwujudnya pelayanan Kateterisasi jantung yang bermutu baik dan
berorientasi pada keselamatan / keamanan pasien di Indonesia.

KHUSUS:
1. Terbentuk peraturan dan standarisasi mengenai kegiatan pelayanan
Kateterisasi jantung
2. Terbentuk pedoman mengenai administrasi dan proses perijinan
penyelenggaraan pelayanan Kateterisasi jantung
3. Terbentuk pedoman untuk menjamin mutu penyelenggaraan pelayanan
Kateterisasi jantung
4. Terbentuk pola pembiayaan pelayanan Kateterisasi jantung
5. Terbentuk pedoman untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
sistem penyelenggaraan pelayanan Kateterisasi jantung
Ruang Lingkup Pelayanan
• Pelayanan medis di Kateterisasi jantung pada Rumah Sakit
Pemerintah maupun Swasta yang hendak/telah memiliki
sarana Kateterisasi jantung, yang meliputi tindakan
diagnostik, terapetik, proses pendidikan, pelatihan dan
penelitian.
Sasaran
1. Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular dan/atau SMF
Jantung dan Pembuluh Darah di Rumah Sakit.
2. Anggota organisasi profesi yang terkait dengan pelayanan
Kateterisasi jantung (PERKI).
3. Profesi Kedokteran dan Kesehatan.
4. Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota.
5. Pelayanan Kateterisasi jantung di Rumah Sakit.
6. Lembaga Pendidikan dan Penelitian yang berhubungan dengan
penyakit jantung dan pembuluh darah.
7. Institusi/RS yang ingin membuka Kateterisasi jantung.
8. Masyarakat yang ingin menggunakan fasilitas pelayanan Kateterisasi
jantung untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
Klasifikasi
(berdasarkan struktur rongga jantung yang dituju)
Kateterisasi Jantung Kiri

Kateterisasi Jantung Kanan


(Right Heart Catheterization)
(Left Heart Catheterization)

• Arteriography • Venography
• Aortography • RV-graphy
• LV-graphy • PA-graphy
• Transseptal
catheterization
• Electrophysiologic
studies (EPS)
• TPM & PPM
Klasifikasi
(berdasarkan tujuan kateterisasi)

Intervensi Invasif
Diagnostik Invasif
Non-Bedah
• Pemasangan pacu jantung
• Peripheral vascular angiography • Ablasi
• Selective vessel and heart chamber • Pericardiocentesis
pressure recording • Balloon atrial septostomy
• Oximetry • PTCA/PCI
• PTA
• Drug response studies
• Percutaneous Transluminal Venoplasty (PTV)
• Cardiac output studies • Pemasangan Vena Cava Filter
• Shunt detection studies • Balloon Valvuloplasty
• Electrophysiologic studies (EPS) • IABP
• Selective contrast angiography • Direct catheter trombolysis
• Fractional Flow Reserve (FFR) • Evakuasi benda asing di pembuluh darah atau
jantung
• Selective heart chamber and vessel studies
• Pemasangan alat occluder atau embolisasi atau
for congenital heart disease device lain
• Biopsi miokard. • Endovaskular Terapetik
• Intravascular Ultrasound (IVUS) • TAVR (Transcatheter Aortic Valve Replacement)/
TAVI (Transcatheter Aortic Valve Implantation)
Topik Latihan Emergensi di Cath Lab
Topik Latihan Elemen dalam Latihan
Komplikasi • Protokol reversal antikoagulan
• Protokol untuk bantuan segera dari kardiologi intervensi, bedah atau radiologi
Vaskular intervensional
• Protokol untuk CT tanpa kontras darurat apabila dicurigai terjadi perdarahan
retroperitoneal
dan tidak responsif terhadap langkah-langkah suportif
• Protokol angiografi tomografi segera untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan
• Protokol untuk angiografi invasif, balon tamponade atau stent segera pada
pendarahan pembuluh jika ada

Stroke Akut • Protokol untuk memanggil dan mengaktifkan tim stroke (termasuk ahli saraf, ahli
intervensi saraf, dan akses neuroimaging)
• Protokol untuk transfer segera ke institusi lain untuk tingkat perawatan yang lebih
tinggi yang sesuai

Pacu Emergensi • Protokol untuk transkutan darurat dan alat pacu transvena

Ventrikel Fibrilasi/ • Protokol untuk defibrilasi darurat


• Protokol untuk mendapatkan perawatan anestesi dan intubasi di KATETERISASI
Henti Jantung JANTUNG
• Protokol untuk inisiasi resusitasi jantung paru standar atau mekanik (misalnya, alat
Lukas)
Topik Latihan Emergensi di Cath Lab
Topik Latihan Elemen dalam Latihan
Perforasi koroner • Protokol untuk ketersediaan dan penempatan lokasi penempatan covered
stent
• Protokol untuk pemasangan covered stent (termasuk lokasi akses kedua,
guide kateter yang lebih besar dll)
• Protokol untuk echocardiografi darurat
• Protokol untuk pericardiocentesis darurat

Reaksi Kontras • Protokol untuk perawatan reaksi anafilaktik temasuk cairan IV, steroid IV,
dan epinefrin (1: 10.000 (1ml¼0.1 mg) IV setiap menit sampai denyut nadi
kembali)

Tamponade Syok • Protokol untuk mendapatkan perawatan anestesi segera dan intubasi di
KATETERISASI JANTUNG
Kardiogenik • Protokol untuk pericardiocentesis darurat
• Protokol untuk operasi jantung darurat seperti CABG darurat atau ECMO
• Protokol untuk mendapatkan perawatan anestesi segera dan intubasi di
KATETERISASI JANTUNG
• Protokol untuk IABP darurat atau LVAD perkutan (misalnya. Impella)
ORGANISASI
STRUKTUR ORGANISASI
• Kateterisasi jantung adalah unit pelayanan non-struktural yang
menyediakan fasilitas serta menyelenggarakan kegiatan pelayanan
diagnostik dan terapetik, pendidikan/pelatihan dan penelitian.
• Rumah Sakit yang diperbolehkan adalah RS Umum dan Khusus kelas
A, B dan C yang memiliki dokter Sp.JP dengan kompetensi
melakukan prosedur diagnostik invasif dan intervensi non-bedah.
• Unit Kateterisasi jantung berada di bawah tanggung jawab Direktur
Pelayanan Medik Rumah Sakit dan dipimpin oleh seorang Kepala
Kateterisasi jantung.
STANDAR KETENAGAAN
1. Kualifikasi SDM (persyaratan umum & etika)
2. Kepala kateterisasi jantung dan pembuluh darah
3. Kredensial (sesuai Komite Medik RS)
4. Distribusi ketenagaan (memiliki tanggung jawab,
kompetensi & tugas masing2):
1. Kepala kateterisasi jantung
2. Perawat kateterisasi jantung
3. Penanggung jawab administrasi, keuangan, dan pelaporan
4. Pemeliharaan alat cathlab dan radiasi proteksi
Kualifikasi SDM
Persyaratan Umum Persyaratan Etika
1. Dokter yang bekerja di Kateterisasi 1.Tugas utama dokter = melakukan yang
jantung adalah Sp.JP dengan: sertifikat terbaik untuk pasien.
kompetensi kolegium PERKI, kegiatan 2.Pasien harus diberikan kebebasan dan
ilmiah rutin, pelatihan sedasi ringan & pilihan yang terbaik
memiliki pengetahuan proteksi radiasi 3.Menyediakan informasi akurat dan tidak
2. Semua SDM wajib BLS & ACLS bias
3. Semua perawat harus melalui pendidikan 4.Bertanggung jawab dalam informed
kardiologi dasar. consent dan menjelaskan potensi risiko,
4. Radiografer & teknisi KV sudah keuntungan, dan alternatif dari strategi
mendapat pelatihan tambahan tentang diagnostik dan atau terapetik.
kateterisasi jantung. 5.Bertanggung jawab untuk
mendokumentasikan indikasi dan
mengkaji ulang data-data yang tidak
sesuai.
6.Dokter harus bersikap transparan
Kepala Lab. Kateterisasi Jantung &
Pembuluh Darah
1. Merupakan dokter Sp.JP yang memiliki kompetensi di bidang intervensi
kardiovaskular atau elektrofisiologi.
2. Harus merupakan dokter yang berpengalaman baik dalam hal
manajemen medik dan mampu mengawasi dan mengatur lingkungan
laboratorium serta memiliki pengetahuan mengenai semua prosedur
utama yang dilakukan di Kateterisasi jantung.
3. Harus memiliki sertifikat kompetensi di bidang kardiologi intervensi atau
elektrofisiologi dari kolegium ilmu penyakit jantung dan pembuluh
darah.
STANDAR FASILITAS
Peralatan
1. PERSYARATAN MINIMAL
a. Persyaratan meja operasi
b. Persyaratan Pencitraan X-ray
c. Persyaratan monitor fisiologi dan hemodinamik
d. Persyaratan keselamatan
2. Ketersediaan Peralatan
a. Transduser tekanan dan sistem manifold
b. Vaskular akses set
c. Kateter diagnostik dan intervensi
d. Wire catheter dan wire intervention
e. Balloon, stent, dan lain-lain sesuai kebutuhan di masing-masing
rumah sakit
TATALAKSANA
PELAYANAN
Konsep Pelayanan Medis Kateterisasi Jantung
1. Tugas primer dari seorang dokter adalah terhadap pasien tanpa
memandang finansial,atau tekanan sosial.
2. Pelayanan kateterisasi jantung harus dilakukan sesuai standar profesi
kedokteran dan etika kedokteran.
3. Pelayanan harus mengutamakan keselamatan pasien.
4. Prosedur atau tindakan yang dilakukan harus memiliki kualitas tertinggi.
5. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik.
6. Harus ada evaluasi dan sistem kendali mutu.
7. Prosedur atau tindakan yang dilakukan harus mengikuti protokol tertulis
Protokol (Preprosedur)
a. Pencegahan infeksi untuk tenaga medis:
Harus menerapkan pencegahan universal berupa penggunaan baju operasi,
sarung tangan, topi, masker, pelindung mata, penutup sepatu
b. Persiapan Pasien:
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dokumentasi data penunjang, dan informed
consent
c. Sedatif dan Relaksan
Sedasi biasanya tidak diperlukan pada kebanyakan tindakan, dapat diberikan
sesuai indikasi.
d. Pasien hamil
Setting fluoroskopi rendah, mengurangi waktu paparan, mengurangi frame
rate, mengurangi jumlah kontras, menghindari angulasi atau magnifikasi
gambar sebisa mungkin, dan penggunaan apron.
Protokol (Durante Prosedur)
a. Saat pasien tiba, tim harus meninjau ceklis pra-tindakan
b. Tanda vital hemodinamik dan oksimetri pasien harus dipantau secara kontinyu.
c. Pemilihan obat yang sesuai harus didasarkan pada individu pasien & kondisi
klinis.
d. Paparan Radiasi. Dosis serendah mungkin, memakai alat pelindung diri,
termasuk lencana radiasi. Menggunakan " fluoro store " bila memungkinkan
e. Kontrasi Angiografi. Jumlah dipantau, volume maksimum: 3,7 x eGFR
f. Protokol Universal dan Prosedur “Time Out”.
g. Teknis Selama Prosedur Berlangsung. Semua larutan diberi label pembeda.
Injeksi kontras ke dalam arteri koroner sebaiknya koaksial dengan ujung kateter.
Syringe harus dibilas bersih dari darah.
h. Komunikasi Dokter – Pasien dan Laporan Tindakan
Protokol (Pasca Prosedur)
• Pasien dipantau setelah prosedur selesai sampai dipindahkan ke ruang
perawatan.
• Pemantauan tanda – tanda vital dan lokasi akses vaskular selama pemulihan.
• Pasien pasca prosedur diagnostik dapat dipulangkan setelah menjalani
pemantauan minimal 2 – 6 jam dan dapat dilanjutkan perawatan sesuai indikasi.
• Pasien pasca prosedur intervensi dapat dipulangkan setelah menjalani
pemantauan minimal 6 – 12 jam dan dapat dilanjutkan perawatan sesuai
indikasi.
Protokol
Post Tindakan: Instruksi Pemulangan & Informasi Pasien
• Pada saat pemulangan, lama pemberian dual anti-platelet harus
didiskusikan dengan pasien dan kepatuhan pasien harus ditekankan.
• Pasien di informasikan batasan aktivitas fisik, mengemudi, dan pertemuan
selanjutnya untuk kontrol atau pemeriksaan lanjutan.
• Pasien dengan risiko CIN harus memeriksakan serum kreatininnya dalam
waktu 3 -5 hari.
Post Tindakan: Rekonsiliasi Obat
• Rekonsiliasi obat diperlukan sebelum pasien pulang untuk memperbarui
obat – obatan, termasuk obat yang dihapus atau ditambahkan selama
rawat inap dan harus dicatat dengan jelas pada instruksi pemulangan
pasien yang akan diberikan kepada dokter yang merujuk.
Alur Pasien
Keselamatan Pasien
Mencakup area berikut:
a. Organisasi dan sistem keamanan kateterisasi jantung
secara umum
b. Kredibilitas operator dan seluruh staf
c. Quality control peralatan dan emergency back-up
d. Risk stratification sebelum tindakan
e. Risk-benefit ratios, agar pasien mendapatkan manfaat
yang optimal
f. Timing pelaksanaan: tingkat kedaruratan pasien
g. Kesiapan sarana pendukung untuk emergensi
Informed Consent
1. Persetujuan atau penolakan tindakan medik diberikan untuk
tindakan medik yang dinyatakan secara spesifik.
2. Diberikan tanpa paksaan.
3. Diberikan oleh seseorang yang sehat mental dan berhak
memberikannya dari segi hukum.
4. Dilaksanakan setelah terlebih dahulu pasien/keluarga diberikan
informasi/penjelasan yang cukup (adekuat)
5. Persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan
medis yang berisiko tinggi.
Keselamatan Kerja
Efek radiasi harus diminimalisasi menggunakan prinsip ALARA
(as low as reasonably achieveable)

• Sedapat mungkin frame rate < 15 fps


• Menjaga arus tube (mA) rendah
Meminimalkan:
• Menjaga potensial tube (kVp) setinggi mungkin
• Beam “on time” tanpa merusak gambar
• Frame rate • Menggunakan collimation & konfigurasi gantry
• Waktu & dosis fluoroscopy yang tepat
• Angka acquisition runs • Mengoptimalkan jarak sumber ke kulit
• Magnifikasi geometri/elektronik • Menggunakan konfigurasi rotasi dan kemiringan
multiple
• Jarak sumber ke detector
• Menghindari bekerja pada satu pandangan
secara eksklusif, menyimpan gambar “fluoro
save”
Keselamatan Kerja
Maksimal batas radiasi yang diperbolehkan untuk tenaga medis:
1. Seluruh tubuh 5 REM/tahun (50 mSv/tahun)
2. Kulit 50 rad/tahun (500 mGy/tahun)
3. Lensa mata 2 rad/tahun (20 mGy/tahun)
4. Fetus (untuk tenaga medis hamil) 0,5 rad (5mGy) untuk total
kehamilan atau 0,05 rad/bulan (0,5 mGy/bulan)
5. Dosis kumulatif 1 REM x usia (10 mSv x usia)
Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Data Dasar Untuk Program
Procedural Outcome
Peningkatan Mutu
1. Kesesuaian indikasi 1. Jumlah tindakan masing-masing
2. Ketersediaan dokumen operator & tingkat komplikasi mayor.
PPK/Guideline/Protokol/SPO seluruh 2. Angka komplikasi seluruh prosedur.
prosedur tindakan 3. Data demografis dan klinis yang
3. Pelaksanaan informed consent berkaitan.
4. Angka hasil diagnostik normal 4. Verifikasi akurasi data yang ada.
5. Angka komplikasi mayor untuk 5. Hubungan pasien dan dokter.
diagnostik 6. Data outcome sudah dibandingkan
6. Angka kejadian diseksi koroner untuk dengan sentra lain.
diagnostik 7. Ada sistem yang berjalan tentang
7. Angka kejadian komplikasi mayor PCI stratifikasi risiko terhadap pasien
•Angka major complication: 3%
Penilaian Kemampuan Pelayanan Intervensi Koroner
TERIMA
KASIH
REKOMENDASI PENDIRIAN LABORATORIUM
KATERISASI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Pendirian laboratorium katerisasi jantung dan
pembuluh darah berdasarkan surat rekomendasi
oleh Pengurus Pusat PERKI setelah dilakukan
kredensialing oleh PIKI.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan Lab. Kateterisasi jantung dan pembuluh darah dilakukan
oleh PIKI bekerjasama dengan RS. Meliputi bidang:
1. Sumber daya manusia
2. Sistem kerja
3. Pemeliharaan peralatan, dan kendali mutu.
4. Training, Seminar, Workshop dan Case Management.

Pengawasan Lab. kateterisasi jantung pembuluh darah dilakukan oleh


instansi terkait, meliputi :
1. Kompetensi SDM
2. Prosedur
3. Peralatan
4. Pencemaran lingkungan
5. Pencatatan dan pelaporan

Anda mungkin juga menyukai