Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI MUTHMAINNAH

NIM : 191210018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
adalah keadaan gangguan kesadaraan yang dapat bangun dikarakterisasikan
dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu
keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan
istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan
istirahat untuk bagian tubuh tertentu. Istirahat adalah suatu keadaan dimana
kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar
(Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola
istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau menggangu gaya hidup
yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012:522). Gangguan pola tidur adalah
gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA
NIC-NOC, 2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang
menghambat fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur.

2. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan didalam sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otaknya sangat lambat, atau disebut tidur Nonrapid Eye Movement (NREM).
Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal
dari dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis
tidur yang kedua disebut juga jenis tidur paradox atau Rapid Eye Movement
(REM).
a. Tidur gelombang lambat atau NREM, jenis tidur ini dikenal degan tidur yang
dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak
adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri
lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan
darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat,
mimpi berkurang dan metabolisme menurun.
b. Tidur paradox atau REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam
yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama
timbul 80-100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka
awal tidur sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM
adalah sebagai berikut:
1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyanyak NREM.
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sengat tertekan, menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis-jenis gangguan tidur:
a) Insomnia
Insomnia adalah suatu kedaan yang menyebabkan individu tidak
mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur.
b). Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur
berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari,
yang disebabkan oleh kemungkinan masalah psikologis, depresi, cemas,
gangguan susunan sistem saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan
metabolisme.
c). Parasomia
Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan pola tidur. Misalnya somnambulisme yang banyak terjadi pada
anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.
d). Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu
tidur.
e). Somnambulisme
Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti
membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi,
termasuk tingkahlaku bejalan dalam beberapa menit kemudian kembali
tidur.
f). Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa narkolepsi
adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur
pada saat dimana serangan tidur tersebut datang.

3. Etiologi
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berdeda-beda. Ada
yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami
gangguan. Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruh oleh beberapa faktor,
di antaranya sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat kemungkinan dia dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga
ia tidak dapat tidur dengan nyenya. Mislnya, pada klien yang menderita
pada gangguan sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas,
maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi sesorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak
aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan
sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stres psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatik.
Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
mempengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretik yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein
yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan
untuk tidur, golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia,
dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhnya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan
mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan
merupakan asam amino hasi pencernaaan protein yang dapat membantu
kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang
dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

4. Faktor Risiko
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal namun demikian keadaan sakit menjadikan psien kurang
tidur atau tidak dapat tidur, misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronchitis dan penyakit pernapasan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat
tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan ngantuk.
4. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama
dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga menggangu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan Insomnia.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a. membangunkan seseorang pada malam hari san menyebabkan kesulitan
untuk kembali tidur Diuretic: menyebabkan nokturia.
b. Anti depresan: menekan REM menurunkan total waktu REM.
c. Kafein: meningkatkan saraf simpatis atau mencegah orang tidur.
d. Beta Bloker: menimbulkan Insomnia, mimpi buruk.
e. Narkotika: mensupensi REM menimbulkan kantuk siang hari.
f. Alkohol: mengganggu tidur REM.
8. Stres Psikologi.
Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa,
hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis
mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
9. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur. Protein yang tingga dapat mempercepat terjadinya proses tidur kerena
adanya Tryptophan yang merupakan Asam Amino dari protein yang di
cerna demikian sebaliknya kebutuhan Gizi yang kurang dapat juga
mempengaruhi proses tidur.

5. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara pergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat
otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh
sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkat
kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating
sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepinerprin . selain itu,
RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum
serotonim dari sel khusu yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan
demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
a. Prenuruna tekanan darah dan denyut nadi.
b. Dilatasi pembuluh darah perifer.
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal.
d. Relaksasi otot-otot rangka.
e. Basal matabolsme rate menurun 10-30%.
6. Pathway Faktor Gangguan
Faktor Lingkungan Fisiologis eliminisasi
Faktor psikologis
urin
Cemas
Merangsang Merangsang
Merangsang sistem Hipertermi
sensori perifer kortek serebral
limbik (pengatur sistem
untuk untuk
meningkatkan
meningkatkan meningkatkan
pengeluaran
pengeluaran pengeluaran
katekolamin
serotonin seroton

Merangsang Sistem
Aktivitas Retikuler
(SAR) untuk
menurunkan
pengeluaran
serotonin

Bangun 3 kali atau lebih


dimalam hari, Insomnia,
ketidakpuasan tidur,
Gangguan
total waktu tidur kurang,
Pola Tidur
kebiasaan buruk saat
tidur dan keluhan verbal
Nyeri akut lainnya.

7. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja,
mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain:
1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.
2. Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM.
3. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retukularis.
4. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur.
5. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mangalami
gangguan atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap:
1. Pola tidur penderita.
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang.
3. Tingkatan stress psikis.
4. Riwayat medis.
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromeogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat
ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga dimalam hari .

9. Penatalaksaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilhan utama sebelum menggunakan obar-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain:
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor kerumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasan tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur penderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau tress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli atau dokter psikiatri.
2. Terapi Farmakologi
Mengikat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang kompeten di bdangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik.
b. Golongan obat antidepresan.
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien
gangguan tidur yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif
misalnya: Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam,
Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat tersebut mengakibatkan
inkoordinasi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan
koordinasi berpikir, mulut kerig, dsb.

10. Komplikasi
1. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan konsentrasi,
irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
2. Efek fisik atau somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
3. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
4. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalang. Hal
ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindukasi insomnia
yang memperpendek angka harapan hidup atau kerena high arousal state
yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau
mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang
menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal

11. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung
jawab.Data dasar pengkajian penerima manfaat tergantung pada
keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata,
jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan berat badan munurun, kelelahan dan muntah.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Lemas, muntah, berat badan turun, hipotensi dan hipoglikemi.
c) Riwayat Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis maupun Ca
paru.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
Turunan.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut.
2. Gangguan pola tidur.
3. Ketidak seimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh.
c. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


. KEPERAWATAN
1. Nyeri akut  Tingkat nyeri  Pengurangan
kecemasan
Setelah dilakukan tindakan selama
3x24 jam pasien mampu mencapai 1. Gunakan pendekatan
kriteria hasil: yang tenang dan
menyakinkan
1. Nyeri yang dilaporkan (4)
2. Jelaskan semua
2. Ekspresi wajah (4)
prosedur termasuk
3. Kehilangan nafsu makan (4)
sensasi yang akan
dirasakan yang
mungkin akan dialami
klien selama prosedur
3. Bantu klien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
4. Atur penggunaan
obat-obatan untuk
mengurangi
kecemasan
5. Kaji untuk tanda
verbal dan non verbal
kecemasan.

2. Gangguan pola tidur  Tidur  Teknik


menenangkan

Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan sikap


selama 3x24 jam pasien mampu yang tenang dan hati-
mencapai kriteria hasil: hati
1. Jam tidur (4) 2. Kurangi stimuli yang
2. Pola tidur (4) menciptakan perasaan
3. Kualitas tidur (5) takut maupun cemas.
3. Indentifikasi orang-
orang terdekat klien
yang bisa membantu
klien.
4. Instruksikan klien
untuk menggunakan
metode mengurangi
kecemasan
( misalnya, teknik
bernafas dalam,
distraksi, visualisasi,
meditasi, relaksasi
otot progresif,
mendengar musik
musik lembut)
3. Ketidak seimbangan  Status nutrisi : asupan nutrisi  Bantuan
nutrisi dari kebutuhan peningkatan berat
Setelah dilakukan tindakan
tubuh badan
selama 3x24 jam pasien mampu
mencapai kriteria hasil: 1. Jika diperlukan
1. Asupan karbohidrat (3) lakukan pemeriksaan
2. Asupan protein (3) diagnostik untuk
3. Asupan lemak (3) mengetahui penyebab
4. Asupan vitamin (3) penurunan berat badan.
5. Asupan serat (3) 2. Diskusikan
6. Asupan mineral (3) kemungkinan
penyebab berat badan
berkurang.
3. Kaji penyebab mual
muntah dan tangani
dengan tepat.
4. Berikan obat-obatan
untuk meredakan mual
dan nyeri sebelum
makan.
5. Monitor asupan kalori
setiap hari.
6. Dukung peningkatan
asupan kalori.
7. Kaji makanan
kesukaan pasien, baik
itu kesukaan pribadi
atau yang dianjurkan
budaya dan agamanya
8. Lakukan perawatan
mulut sebelum makan
9. Berikan istirahat yang
cukup.
10. Berikan makanan
yang sesuai dengan
intruksi dokter untuk
paien.
11. Ajarkan pasien dan
keluarga
merencanakan
makan.
d. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan mencangkup tindakan
mandiri dan kolaborasi tindakan mandiri: aktivitas perawat yang dilakukan
atau yang didasarkan pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan
perintah tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi: tindakan yang
dilaksanakan atas hasil keputusaan bersama dengan dokter dan petugas
kesehatan lain.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah


sebuah kegiatan atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan
berhasil mencapai tujuan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan hasil akhir dengan apa yang seharusnya dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet,Lynda Jual.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardi.2013Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis&NANDANIC-NOC.Yogyakatra:Mediaction

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta:EGC

Potter, Patricia A.,Perry, Anne G.2009.Fundemental Keperawatan, Edisi 7 Buku


3.Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundemental Keperawatan: Konsep, Proses, dan


Praktik, Edisi 4.Jakarta:EGC.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta:MedikaSalemba.

Vaughans, Bennita W.2011. keperawatan Dasar Yogyakarta:Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai