Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

OTITIS MEDIA AKUT ATAU KRONIS

Kelompok 3 :

Anggota

1. Antika Popy Rosalina


2. Muhammad sholeh syaifudin
3. Siti Muthmainnah
4. Nadya Febriyanti
5. Xena Puspita Afriani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahma dan hidayah-nya kami dapat menyelasaikan tugan dalam
bentuk makalh dengan judul: “OTITIS MEDIA AKUT ATAU KRONIS”

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang sangat
membangun sangan penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah yang akan datang.

Kami juga berharap maklah ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk
menambah ilmu dan wawasan bagi para pembaca.

Jombang, 08 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian 2
2.2 Etiologi 3
2.3 Klarifikasi 3
2.4 Manifestasi Klinis 3
2.5 Komplikasi 4
2.6 Patofisiologi 4
2.7 Pathway 5
2.8 Pemeriksaan Penunjang 6
2.9 Penatalaksaan 6
2.10 HE 8

BAB III KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian 9
3.2 Diagnosa Keperawatan 9
3.3 Rencana Keperawatan 10
3.4 Implementasi 14
3.5 Evaluasi 14

BAB IV PENUTUP

5.1 Kesimpulan 15
5.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang
otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi
menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya
mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum
penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam
jiwa.
Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut
telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan
kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga
yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi
kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan
pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane
timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk
kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus.
Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak
ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis
nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/
atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

1.2 Tujuan
Dapat memahami tentang pengertian, penyebab, tand gejala, proses
perjalanan pemyakit, pemeriksaan penunjang serta penatalaksaaan dari
penyakit Otitis media akut atau kronis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media
sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di
bawah usia 15 tahun. Ada 3( tiga ) jenis otitis media yang paling umum
ditemukan di klinik, yaitu :
● Otitis media viral akut
● Otitis media bakterial akut
● Otitis media nekrotik akut

Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam


telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi. 

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam


telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan
ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan
oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab
definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih
banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan
biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa,penyebab
lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi
telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan
barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba
eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan


patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang
otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi
menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya
mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum
penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam
jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut
telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan
kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga
yang tak ditangani.

2.2 Etiologi

2
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke
dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila
terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis,
hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang
umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus
peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan
Moraxella catarrhalis.

2.3 Klarifikasi

Otitis media terbagi atas :

1).  Otitis Media Superatif

a. Otitis media superatif akut, atau otitis media akut

b. Otitis media superatif kronik

2). Otitis Media Non Superatif

a. Otitis media serosa akut

b.Otitis media serosa kroniks

2.4 Manifestasi Klinis


● Otitis Media Akut :

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.

● Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan


tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic (
pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan
insulator balon yang dikaitkan ke otoskop), dapat mengalami
perforasi.
●  Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
● Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
●  Demam
● Anoreksia
● Limfadenopati servikal anterior

3
● Otitis Media Kronik :

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan


pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau
busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut,
dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi,
dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane
timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli
otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering
memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

2.5 Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi,


yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses
otak).

Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya


didapatkan sebagian komplikasi dari OMSK.

2.6 Patofisiologi

Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti


obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul
tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase
cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah
ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada kebanyakan
pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret
dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi
membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan
mengakibatkankehilangan pendengaran konduktif.

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga


tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi
bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini
dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian
faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.

4
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan
eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi
sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan
menentukan progresivitas penyakit.

2.7 Pathway

5
2.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Anamnesis 

Keluhan utama dapat berupa :

1) Gangguan pendengaran/pekak.
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan :
a) Apakah keluhan tersebut pada suatu telinga atau kedua telinga,
timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa
lamanya.
b) Apakah ada riwayat trauma kepal, telinga tertampar, trauma
akustik atau pemakaian obat ototoksik sebelumnya.
c) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus
seperti parotitis, influensa berat meningitis.
d) Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi, atau pada
tempat yang bising atau pada tempat yang tenang.

b. Otoskopi Pneumatik

Merupakan (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat


gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai
respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara.

Tujuan: untuk melihat berkurangnya atau tidak ada sama sekali gerakan
gendang telingan. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekuatan
membran timpani

Kultur dan uji sensitifikasi dilakukan timpani sintesis ( aspirasi jarum dari
telingatengah melalui membran timpani)

2.9 Penatalaksanaan

OMA umurnya adalah penyakit yang sembuh dengan sendirinya dalam 3


hari tanpa antibiotik (80% OMA). Jika gejala tidak membaik dalam 48-72
jam atau terjadi perburukan gejala, antibiotik diberikan. American Academic
of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi harus
segera di terapi dengan antibiotik.

Jika nyeri menetap atau hebat, demam, muntah, atau diare, dan tau jika
genang telinga menonjol. Dilakukan miringotomi.

Terapi tergantung stadium penyakit.

6
1. Stadium Oklusi untuk membuka kembali tuba eustachius, agar tekanan
di telinga telah hilang. Obat tetes telinga HCL efedrin 0,5% (anak <12
tahun) atau HCl efedrin 1%dalam fisiologis (anak >12 tahun dan
dewasa). Antibiotik jika penyebabnya kuman.
2. Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, (golongan penisilin / eritromisin) tetes hidung,
analgesic. Miringotomi jika, membrane timpani sudah terlihat
hiperemis difus.  Pada anak diberikan ampisilin 4 x 40 mg/ kg BB/
hari, amoxilin 4x40mg/kgBB/hari, atau eritromisin 4 x 40 mg/kg
BB/hari.
3. Stadium Peforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik adekuat
sampai tiap minggu.
4. Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi
bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan
terjadi ruptus.
5. Stadium Resolus
Bila tidak terjadi perbaikan/ pemulihan/ kesembuhan berikan antibiotik
dilanjutkan sampai 3 minggu.

Bila terdapat abses Subperiosteal Retroaurikuler maka insisi abses


sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum dilakukan tindakan operasi
Timpanoplasti dengan pendekatan Ganda (Combined Approach
Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan


pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dnegan jaringan
granulasi yang luas. Tujuan opeasi ini untuk menyembuhkan penyakit
serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik matoidektomi
radikal (tampa meruntuhkan dinding posterior liang telinga.

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani di


kerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Tehnik
operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli
karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

Tujuan operasi ini untuk membuang semua jaringan patologik dan


mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak
diperbaiki. Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan

7
berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk
kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali
sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada


rongga operasi serta membuat meatal-plasty yang lebar, sehingga rongga
operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar
liang telinga menjadi lebar.

2.10 HE

a. Edukasi pasien

Edukasi bagi pasien otitis media, termasuk keluarga atau orangtua,


dengan penjelasan mengenai kondisi yang merupakan infeksi telinga dalam
yang berbeda dengan otitis eksterna. Etiologi, faktor risiko, rencana terapi,
dan kemungkinan komplikasi dari otitis media juga harus dijelaskan.

Pemberian penjelasan kepada pasien dan keluarga bahwa otitis


media ringan-sedang dapat sembuh sendiri tanpa antibiotik. Watchful
waiting adalah menunggu 2‒3 hari sebelum peresepan antibiotik, dan anak
hanya diberikan analgesik untuk meringankan gejala. Selama terapi anak
dianjurkan untuk istirahat dan banyak asupan cairan.

8
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
● Identifikasi pasien
Dengan cara mengetahui Identitas Pasien.Nama, Umur, Alamat, Tempat
Tgl. Lahir, Jenis Kelamin, Agama, Suku Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan,
Status Perkawinan, Tanggal Masuk dan Nomor Identitas.
● Riwayat kesehatan
Keluhan utama biasanya klien mengeluh nyeri di dalam telinga.
● Riwayat kesehatan / Keperawatan sekarang
Biasanya klien merasa nyeri didalam telinga, gangguan pendengaran
berupa rasa penuh ditelinga dan suhu tubuh tinggi.
● Riwayat kesehatan / Keperawatan yang lalu
Biasanya klien mengalami penyakit pilek dan batuk.
● Pola istirahat dan tidur
Biasanya pol aktivitas klien tergannggu karena merasakan nyeri.
● Pemeriksaan Fisik.
● Pemeriksaan Umum.
● Keadaan Umum Lemah.
● Tingkat Kesadarn pasien sadar.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan :Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil : Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
Menerima pesan melalui metode pilihan (missal : kemunikasi tulisan, bahasa
lambang berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

9
3.3 Rencana Keperawatan

Nanda Noc Nic


1. Gangguan  Kompensasi Tingkah  Peningkatan
komunikasi Laku Pendengaran Komunikasi: Defisit
berhubungan Indikator: Pendengaran
● Pantau gejala Aktivitas:
dengan efek
kerusakan ● Janjikan untuk
kehilangan
pendengaran mempermudah
pendengaran
● Menggunakan pemeriksaan
layananan pendukung pendengaran
untuk pendegaran sebagaimana
yang lemah mestinya
● Menghilangkan ● Memfasilitasi
gangguan penggunaan alat
● Menggunakan bahasa bantu sewajarnya
isarat ● Beritahu pasien
● Membaca gerakan bahwa suara akan
bibir terdengar berbeda
● Memperoleh alat dengan memakai alat
bantu pendengaran bantu
● Mengingatkan yang ● Jaga kebersihan alat
lain untuk bantu
menggunakan teknik ● periksa secara rutin
yang menguntungkan baterai alat bantu
pendengaran ● Mendengar dengan
● Memakai alat bantu penuh perhatian
pendengaran (misal, ● Menahan diri dari
lampu pada telepon, berteriak pada pasien
alarm kebakarab, bel yang mengalami
pintu, TDD gangguan komunikasi
● Menggunakan alat ● Memfasilitasi lokasi
bantu dengar dengan penggunaan alat
benar bantu
● Memfasilitasi letak
  Gambaran tubuh telepon bagi
Indikator: gangguan
Gambaran internal
Pribadi pendengaran
sebagaimana
mestinya

10
● Sesuai antara ●  Pembentukan
kenyataan, ideal, dan kognisi
perilaku tubuh
● Deskripsi pada Aktivitas:
● Bantu pasien untuk
bagian tubuh yang
menerima kenyataan
terkena dampak
bahwa statemen diri
● Menyesuaikan diri
berada di
dengan berubahnya
tengah-tengah
penampilan fisik
timbulnya emosi
● Menyesuaikan diri
● Bantu pasien
dengan berubahnya
memahami akan
fungsi tubuh
ketidakmapuannya
● Menyesuaikan diri
untuk menggapai
dengan berubahnnya
perilaku yang
status kesehata
diinginkan sering
● Kesediaan untuk
disebabkan oleh
menggunakan strategi
statemen diri yang
untuk meningkatkan
tidak masuk akal
penampilan dan
● Tunjukkan
fungsi tubuh
bentuk-bentuk
kelainan fungsi
berpikir (misal,
pikiran yang
bertentangan, terlalu
banyak
menggeneralisasi,
penguatan, dan
personalisasi)
● Bantu pasien
mengenali emosi
yang
menyakitkan yang ia
rasakan
● Bantu pasien
mengenal pemicu
yang diterima
(misal, situasi,
kejadian, dan
interaksi dengan

11
orang lain) yang
membuat stress
● Bantu pasien untuk
mengenal
interpretasi pribadi
yang salah mengeni
faktor pemicu yang
diterima
● Bantu pasien untuk
mengganti
interpretasi yang
salah dengan yang
lebih realistis
berdasarkan situasi
yang membuat stres,
kejadian, dan
interaksi

2. Nyeri akut  Tingkat kenyamanan  Manajemen nyeri


berhubungan Indikator: Aktivitas :
dengan Serangan ● ü Melaporkan kondisi ● Kaji tipe intensitas,
mendadak atau fisik yang membaik karakteristik dan
perlahan dari ● Melaporkan kondisi lokasi nyeri
intensitas ringan psikologis ● Kaji tingkatan skala
yang
sampai berat membaik nyeri untuk
● Mengekspresikan menentukan dosis
Batasan karakteristik kegembiraan terhadap analgesik
● peningkatan tekanan lingkungan sekitar ● Anjurkan istirahat
intra okuler (TIO) ● Mengekspresikan ditempat tidur dalam
yang ditandai kepuasan dengan ruangan yang tenang
dengan mual dan control nyeri ● Atur sikap fowler
muntah. 300atau dalam posisi
● Adanya laporan     Kontrol Nyeri nyaman.
nyeri secara verbal  Indikator:
● Mengenal factor ● Ajarkan klien teknik
dan non verbal relaksasai dan nafas
penyebab
● Nafsu makan dalam
● Mengenal serangan
menurunMual, ● Anjurkan klien
nyeri
munta menggunakan
● Mengenal gejala
nyeri mekanism koping

12
● Melaporkan control yang baik disaat nyeri
nyeri terjadi
● Hindari mual, muntah
    Tingkat Nyeri karena ini akan
  Indikator:
● Melaporkan nyeri meningkatkan TIO
● Frekuensi nyeri ● Alihkan perhatian
● Ekspresi wajah pada hal-hal yang
karena nyeri menyenangkan
● Perubahan ● Hilangkan atau
tanda-tanda vital kurangi sumber nyeri
● Pemberian analgesik
● Berikan analgesik
sesuai order dokter.
● Perhatikan resep obat,
nama pasien, dosis
dan rute pemberian
secara benar sebelum
pemberian obat

3.4 Implementasi
1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana
perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
a. Tulisan.
b. Berbicara.
c. Bahasa isyarat.
2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan
dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik
daripada berbicara dengan keras).
1) Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan
pintu.
2) Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
3) Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan
pemahaman.
a. Bicara dengan jelas, menghadap individu.

13
b. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicara.
c. Gunakan rabaan dan isyarat untuk menigkatkan kemunikasi

3.5 Evaluasi
Untuk eveluasi hasil yang diharapkan dan respons terhadap asuhan
keperawatan, dibandingkan hasil yang didapatkan pada klien saat ini dengan
hasil yang diharapkan saat perencanaan: seperti kemampuan klien untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesejajaran tubuh, meningkatkan
mobilisasi, dan melindungi klien dari bahaya imobilisasi.

Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan.

14
BAB IV

PENUTUP

3.1 Ksimpulan

Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media


sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di
bawah usia 15 tahun. Ada 3( tiga ) jenis otitis media yang paling umum
ditemukan di klinik, yaitu :

● Otitis Median akut


● Otitis Media Serosa ( Otitis media dengan efusi )
● Otitis Media Kronik

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke


dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila
terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh
infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis,
hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang
umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus
peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan
Moraxella catarrhalis.

Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri
serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai
serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya
tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada
membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga
tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah
mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran
berkurang.

3.2 Saran

Dengan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu


pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada
pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahajoe,N. 2012 Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Balai Penerbit IDAI

Alimul Aziz,H .2007 Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika

3. Ramakrishnan K, Sparks RA, Berryhill WE. Diagnosis and Treatment of Otitis


Media. University of Oklahoma Health Sciences Center, Oklahoma City,
Oklahoma. Am Fam Physician. 2007 Dec 1;76(11):1650-1658.

12. Donaldson JD. Acute Otitis Media. Medscape. Updated 2019. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/859316-overview#a1.

17. Ear Infection. Central Disease Control. 2019. Available from:


https://www.cdc.gov/antibiotik-use/community/downloads/Preventing-and-Treatin
g-Ear-Infections-H.pdf.

16

Anda mungkin juga menyukai