Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................4
2.1 Definisi..................................................................................................................................4
2.2 Etiologi..................................................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis..................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................12
2.5 Pemeriksaan diagnostik......................................................................................................14
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................................20
2.7 Komplikasi...........................................................................................................................26
BAB III........................................................................................................................................28
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN.......................................................................................28
DENGAN GANGGUAN KLIMAKTERIUM...........................................................................28
3.1 Pengkajian...........................................................................................................................28
BAB IV........................................................................................................................................36
PENUTUP...................................................................................................................................36
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................36
4.2 Saran...................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................37

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap


reproduksi dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65
tahun. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan
vegetatif. Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi
ovarium. Gejala menurunnya fungsi ovarium adalah berhentinya menstruasi
pada seorang wanita yang dikenal sebagai menopause. Menopause merupakan
suatu peristiwa fisiologis yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang
mengarah pada penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang
dihasilkan dari ovarium. Kekurangan hormon ini menimbulkan berbagai
gejala somatik, vasomotor, urogenital, dan psikologis yang mengganggu
kualitas hidup wanita secara keseluruhan (Chuni dkk, 2015).
Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10%
lansia dimana jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-
laki. Sekitar separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45-
50 tahun seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati sebelum usia
45 tahun (kuswita, 2015).
Keluhan-keluhan klimakterik yang dapat timbul pada masa
klimakterium adalah panas pada kulit (hot flushes), keringat pada malam hari,
kelelahan, sakit kepala, vertigo, jantung berdebar-debar, berat badan
bertambah, sakit dan nyeri pada persendian, osteoporosis, kekeringan kulit dan

2
rambut, kulit genitalia dan uretra menipis dan kering (Hillegas, 2016). Selain
itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa klimakterium, yaitu
mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan sebagainya (Baziad,
2016).
Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang
terjadi pada wanita menopause (WHO, 2017). Yoga dapat menyeimbangkan
perubahan hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang
dan mencegah kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta
meningkatkan daya tahan tubuh (Francina, 2017).
Menurut Nina (2017), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan
kapasitas aerobik, kekuatan, flexibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis,
olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah
depresi. Secara sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang
lain, mendapat banyak teman dan meningkatkan produktivitas.
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
Hubungan antara Aktifitas Fisik tingkat keluhan Klimakterium pada wanita
usia 45-65 tahun Di Desa Tlingsing, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja definisi dari klimakterium?

2. Bagaimana etiologi dari klimakterium?

3. Bagaimana manifestasi klinis klimakterium?

4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik klimakterium?

5. Bagaimana penatalaksana pada klimakterium?

6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada klimakterium?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini di bagi menjadi 2 yaitu
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara aktifitas fisik dengan tingkat keluhan
klimakterium pada wanita usia 45-65 tahun di Desa Tlingsing, Kecamatan
Cawas, Kabupaten Klaten.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui Problematika kesehatan wanita tentang Hubungan
Aktifitas Fisik dengan tingkat keluhan Klimakterium pada wanita usia 45-65
tahun Di Desa Tlingsing, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase
usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun
endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2015, hal 1)
Klimakterium yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause.
(Baziad, 2015, hal 1)
Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode
reproduktif ke periode non reproduktif. (Kasdu, 2016, hal 2 )
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi sampai
awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40 – 65 tahun.

2.2 Etiologi
Menurut Kasdu (2016) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu:
1. Usia saat haid pertama sekali
Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama
ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada
usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopase lebih dini.
2. Faktor Psikis
Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan
psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa
menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja.
3. Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita
melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi
wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh.
4. Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki
usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan
memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses
penuaan tubuh.

4
5. Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang
menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal
ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur.
6. Merokok
Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini
dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.
7. Genetik
Menopause dikarenakan adanya Terapi Kanker seperti radiasi dan kemoterapi
8. Infeksi seperti TB, gondok
9. Menopause akibat Pembedahan seperti pembedahan karena endometriosis, kanker
ovarium, kanker rahim, polip.

2.3 Manifestasi Klinis


1. Perubahan pola haid
a. Siklus menjadi pendek (2-7 hari) :
 Siklus memanjang
 Haid tak teratur
b. Perubahan bentuk perdarahan
 Mula-mula banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian menjadi
sedikit
 Spotting
 Perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual
Gejala yang paling umum pada wanita perimenopause adalah perubahan dari
pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan mengalami perubahan dalam
siklus haid. Siklus yang memendek antara 2-7 hari sangatlah khas. Sebagai contoh,
wanita dengan siklus haid yang teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan
mengalami siklus haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase
folikel. Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25 atau
26 hari dan pada waktu terjadi perimenopause kejadian oligomenore meningkat.
Perdarahan yang tidak teratur dapat terjadi karena tidak adekuatnya fase luteal
atau sesudah puncak estradiol yang tidak diikuti ovulasi dan pembentukan korpus

5
luteum. Pemanjangan siklus mungkin juga terjadi seperti halnya haid yang tidak
teratur.
Banyak juga wanita yang mengalami perubahan dalam banyaknya perdarahan.
Perdarahan biasanya lebih banyak pada awal perimenopause yang disebabkan oleh
siklus anovulasi. Kemudian menjadi lebih sedikit. Beberapa wanita dilaporkan
mengalami spotting 1 atau 2 hari segera sebelum haid. Kombinasi dari spotting, siklus
haid yang pendek dan perdarahan yang banyak memberikan kesan secara subjektif
wanita tersebut “selalu berdarah”.
Meskipun perdarahan tidak teratur sangat umum dan dianggap normal selama
perimenopause, berat dan lamanya perdarahan atau perdarahan diantara siklus haid
bukanlah hal yang normal. Adanya perdarahan mengharuskan klinikus untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut, sepeti biopsi endometrium untuk menegakkan
diagnosis, terutama untuk penderita dengan faktor risiko yang lain untuk terjadinya
karsinoma endometrium seperti oligoovulatoar, obesitas atau riwayat infertilitas.
Untuk kasus-kasus yang dicurigai, sebelum melakukan biopsi, mungkin berharga bila
ditanyakan pada penderita riwayat perdarahan secara lengkap untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat mengenai pola perdarahan.
Tanda awal dari perimenopause adalah perubahan pada pola perdarahan haid.
Keadaan ini diakibatkan defisiensi atau berfluktuasinya estrogen dan progesteron.
Didapatkan sekitar 33% dari seluruh konsultasi ginekologi berhubungan dengan
perdarahan abnormal, dan meningkat menjadi 69% pada wanita perimenopause dan
postmenopause. Penelitian klinik pada wanita perimenopause menunjukkan bahwa
lebih kurang 90% wanita selama perimenopause mengalami ketidakteraturan haid;
hanya 10-12% dari wanita premenopause yang mengalami amenore mandadak.
Insiden kelainan organik pada uterus mencapai puncaknya pada saat
perimenopause. Oleh karena siklus haid pada periode ini kemungkinan anovulatoar,
risiko untuk terjadinya hiperplasi endometrium akibat unopposed estrogen menjadi
lebih tinggi.
2. Ketidakstabilan vasomotor
 Hot flushes
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan sensasi rasa
panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat timbul pada dada bagian
atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini timbul karena adanya peningkatan

6
aliran darah kulit yang bersifat sementara. Jenis fisiologis flushing yang paling
banyak ditemukan adalah flushing yang timbul pada wanita menopause,
disebut dengan menopausal atau klimakterik flushing atau lebih dikenal
dengan "Hot flash".
Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing selama menjelang
menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan oophorektomi dan merupakan
keluhan yang dianggap paling mengganggu. Timbul rasa panas yang
mendadak pada wajah, leher, disertai rasa tidak nyaman dan berkeringat.
Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit, walaupun
intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada beberapa orang
keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa berdenyut pada kepala dan
leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas. Perubahan fisilologis yang
dapat terlihat adalah peningkatan temperatur tubuh, denyut nadi dan nafas.
Hot flash juga bisa diprovokasi oleh minuman panas, alkohol, stress
emosional dan kegiatan fisik yang berlebihan. Meskipun demikian, dapat
timbul setiap saat tanpa didahului oleh suatu keadaan tertentu dan dapat juga
menimbulkan gangguan tidur.
Pada dasarnya penyebab hot flash masih belum diketahui, tapi data yang
berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan
vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di
hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang
merupakan termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan
vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.
Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause
alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang
mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan
berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun meningkatnya sekresi
gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul
karena interaksi antara hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada
masa perimenopause. Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar
estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor
muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen.
Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot
flushes, namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam

7
patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar neurotransmiter akan
mempersempit zona termoregulasi di hipotalamus dan menurunkan
pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun
dapat memicu mekanisme pelepasan panas.
Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit
titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran
panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui,
estrogen mengatur reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada saat
menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di
hipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps akan memicu
peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan gejala
vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan
memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran
panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.
Pada beberapa wanita berhubungan dengan adanya pelepasan dari
Luteinizing hormon (LH), kemungkinan akibat dari rendahnya kadar estrogen
yang beredar sehingga terjadi kegagalan dari mekanisme feedback.
Flushing bisa timbul juga setelah dilakukan hipofisektomi. Dugaan lain
adalah karena adanya mekanisme yang berhubungan dengan penurunan kadar
katekolamin hipotalamus dan kegagalan dari pusat termoregulator yang bekerja
melalui neuron yang dipengaruhi oleh LH.
 Keringat malam
 Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita
pada masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan dapat
menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur
diantaranya :
- Susah untuk jatuh tidur
- Terbangun tengah malam dan sukar untuk kembali tidur
- Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan kelelahan, insomnia, depresi, iritabilitas dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Harus dapat dibedakan apakah

8
gangguan tidur tersebut skunder akibat hot flushes malam hari,
berhubungan dengan depresi atau timbul karena faktor lain, seperti:
- Gangguan hipotalamus; hampir selalu menyebabkan tidur yang
terlambat.
- Kebiasaan sehari-hari seperti tidur sebentar atau jadwal tidur yang tidak
teratur, sehingga menyebabkan gangguan tidur tengah malam.
- Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain
yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan
gangguan emosional.
- Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan kesulitan memulai
atau mempertahankan tidur.
- Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause adalah
memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benar-
benar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
3. Gangguan psikologis/kognitive
 Depresi
 Irritabilitas
 Perubahan mood
 Kurang konsentrasi, pelupa.
Seperti diketahui bahwa kejadian depresi kira-kira 2 kali lebih sering pada
wanita dibandingkan pria. Risiko depresi mayor adalah 7-12% untuk pria dan
20-25% untuk wanita. Usia rata-rata terjadinya depresi adalah 40 tahunan.
Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja susunan
saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila timbul perubahan
pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis dan perubahan fungsi
kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak juga mempersulit konsentrasi
sehingga mudah lupa. Pada akhirnya, akibat berkurangnya hormon steroid seks
ini, pada wanita perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah
tersinggung, cepat marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi
pada pria dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi
dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan.

9
Oleh karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi
terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya aktivitas
serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim monoamin
oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan serotonin dan noradrenalin.
Berkurangnya jumlah estrogen akan berdampak pada berkurangnya jumlah
MAO dalam plasma. Pemberian serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan
depresi pada wanita pascamenopause.
Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural yang kompleks
sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor psikososial dapat
mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif.
Data laboratorium menyatakan bahwa hormon ovarium sangat berkhasiat,
dimana sinyal kimiawi perifer secara umum mempengaruhi aktivitas neuronal.
Perubahan level estrogen dan progesteron menunjukkan sejumlah pengaruh
neurotransmiter SSP seperti dopamin, norepinefrin, asetilkolin dan serotonin
yang kesemuanya diketahui sebagai modulator untuk mood, tidur, tingkah laku
dan kesadaran.
Selama perimenopause, fluktuasi hormon terutama fluktuasi estrogen dapat
mengubah level neurotransmiter di SSP yang dapat mempengaruhi tidur, daya
ingat dan mood.
4. Gangguan seksual
 Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi dan
meningkat dengan bertambahnya umur.
 Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido,
dispareuni dan vaginismus
Selama masa transisi ke menopause, dimana kadar estrogen menurun,
frekuensi gangguan seksual dilaporkan meningkat. Kejadian gangguan ini
cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
Gejala-gejala dari gangguan seksual ini antara lain : berkurangnya lubrikasi
vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus. Perubahan ini harus
dijelaskan karena banyak dari para wanita tidak mengetahui adanya pengaruh
hormonal. Mereka harus diyakinkan dan belajar bahwa perubahan-perubahan
tersebut merupakan bagian normal pada masa transisi perimenopause.
a. Kekeringan vagina (vaginal dryness)

10
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang
elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga
menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat
kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit.
Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi
buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama
pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.
b. Keinginan seksual yang berubah
Dennerstein dkk melaporkan dalam penelitian di Australia, meskipun
sebagian besar wanita tidak menunjukkan perubahan dalam sexual interest
selama menopause, sebanyak 31% mengalami penurunan seksual dan 7%
sexual interest-nya meningkat. Hanya 6% dari wanita yang mengalami
penurunan seksual tersebut mengatakan menopause sebagai alasan.
Penurunan ini mungkin disebabkan oleh faktor fisiologi yang membuat
hubungan seks menjadi sulit (seperti vaginal dryness, hot flashes,
inkontinensia urine) atau oleh faktor sosial dan lingkungan.
c. Gejala-gejala somatik
 Sakit kepala
 Pembesaran mammae dan nyeri
 Palpitasi
 Pusing
d. Gejala Urogenital
Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan
organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor estrogen
dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung kemih, uretra, otot
dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur tersebut memilki sebuah
persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan hormonal sebagaimana
pada kondisi menopause dan nifas.
Kekurangan estrogen akan mengakibatkan atrofi dan penipisan pada
sel mukosa uretra dan kandung kemih serta berkuranganya sirkulasi darah
ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini

11
akan menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan
inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga
gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih
hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan atrofi
mukosa uretra.
Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi,
berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar
endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi
berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan kehilangan
kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan cairan.dinding
vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan nampak merah muda
pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga beberapa lapis sel sehingga
mengurangi rasio sel permukaan dan sel basal. Pada akhirnya, vagina
menjadi lebih rapuh, kering dan mudah berdarah dengan trauma minimal.
Pembuluh darah di vagina menyempit sehingga seiring berjalannya waktu
vagina akan terus menegang dan kehilangan fleksibilitasnya.
Saat seorang wanita memasuki usia perimenopause, pH vagina akan
meningkat karena menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada
masa post menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi
oleh bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta
bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen akan membuat pH
vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis Nitrit oksid (NO) yang
memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi bilamana pH vagina
kurang dari 4,5. Selain bersifat bakterisid, NO di vagina juga bersifat
radikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker. Akibat perubahan ini, maka
terjadi kekeringan vagina, iritasi, dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran
kemih.

2.4 Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara
hipotalamus hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum. Kemudian
turunnya fungsi steroitovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik

12
negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari
kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.

PATOFISIOLOGI KLIMAKTERIUM

Usia lanjut

Menurun Fungsi Ovarium

Menurun kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin

Terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofise

Kegagalan fungsi luteum

Turunnya fungsi steroid ovarium

Berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus

Peningkatan produksi FSH

Hiperseksi folikel

Menurunnya Jumlah folikel

Sedikitnya sel telur yang dilepaskan

Keluaran estrogen dan progesteron Menurun

Lapisan rahim berhenti menebal

Perdarahan menstruasi berhenti

13
Rahim & ovarium mengerut

Klimakterium

Stres psikologi
Pola koping tidak efektif Keluaran estrogen dan
Ketidakberdayaan progesteron sedikit
Cemas dan gelisah
Berkeringat banyak Kurang pengetahuan tentang Produksi cairan vagina
proses penuaan berkurang
Insomnia Sakit saat bersenggama
Informasi tetangga Libido seks terganggu
Gangguan Pola Tidur Kurang percaya diri
Ansietas
Disfungsi seksual

2.5 Pemeriksaan diagnostik


a. Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi terhadap indeks
pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan cara pengambilan sel
pada batas atas dan sepertiga tengah dinding samping vagina menggunakan sikat.
Dibuat slide dan dilakukan pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian
persentase dari sel parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun
indeks maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen,
diagnosis tidak dapat membandingkan indeks maturasi dengan karakteristik siklus
haid.
b. pH vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,0-7,5) dimana
tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya penurunan kadar estradiol
serum. Uji ini dilakukan secara langsung dengan kertas pH pada dinding lateral
vagina. Perubahan pH dapat diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi
vagina yang menyertai atropi.
c. Ketebalan kulit

14
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes pembentukan
kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan vaskularisasi kulit bertambah.
Selama klimakterik, berkurangnya kadar estrogen mengakibatkan epidermis
menjadi tipis dan atropi.
d. Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba
mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH yang
tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada ovarium. Ketika
ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi FSH dari kelenjar pituitari
(produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari meningkatkan produksi FSH untuk
mencoba merangsang ovarium menghasilkan estrogen lebih banyak.
Bagaimanapun, banyak klinikus dan peneliti meragukan nilai klinik dari
pengukuran FSH pada wanita perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi
considerably setiap bulan yang tergantung pada adanya ovulasi.
e. Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita dengan early
perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar estradiol premenopause
terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut (tidak haid dalam 3-11 bulan
sebelumnya) dan wanita postmenopause terjadi penurunan secara bermakna dari
kadar estradiol. Estradiol dapat diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti
halnya FSH, kadar estradiol mempunyai variasi yang tinggi selama
perimenopause.
f. Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti estradiol, exert
umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari, menurunkan sekresi FSH dan LH.
Kurangnya inhibin menyebabkan peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium
senescence. Kadar inhibin B menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A
tidak mengalami perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan
berhenti. Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan
inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang dan
sejumlah folikel berkurang karena umur.
Rekomendasi program skrining untuk wanita usia 40 sampai 65 tahun setiap 1
sampai 3 tahun. (Bobak dkk, 2004)
g. Pemeriksaan fisik

15
- Tinggi dan berat badan
- Pemeriksaan payudara
- Pemeriksaan pelvis
- Pemeriksaan vulva
- Pemeriksaan rektum
h. Periksa tekanan darah
i. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik
- Pap smear
- Mamogram
Massa payudara yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh SADARI atau
oleh petugas kesehatan bisa dideteksi dengan mamografi, suatu pemeriksaan
sinar-X dengan dosis rendah. Mamografi dilakukan dengan mengambil dua
kali sinar-X pada setiap payudara, satu penyinaran dengan payudara ditekan
dari atas ke bawah dan penyinaran yang lain adalah payudara ditekan dari satu
sisi ke sisi lain untuk memperoleh gambaran jaringan payudara yang jelas.
Prosesur berlangsung sekitar 15 menit dan menyebabkan sedikit
gangguan rasa nyaman. Perawat harus membahas manfaat mamografi dengan
wanita tersebut (ketenangan pikiran dan deteksi dini), menjelaskan prosedur
kepadanya, dan menjelaskan persiapan pemeriksaan: pada hari pemeriksaan ia
harus mengenakan pakain yang bagian atasnya dapat dibuka dengan mudah, ia
harus mandi, tetapi tidak menggunakan deodoran atau krim, salep atau bedak
badan pada area payudara atau dibawah lengan, dan ia harus menghindari
pengobatan lain atau minuman, seperti kopi, asupan kafein selama seminggu
menjelang pemeriksaan karena kafein memperbesar pembuluh darah dan dapat
mengacaukan hasil.
- Kolesterol darah total tidak puasa
- Urinalisis
- Stool guiac
- Hgb/Hct

Rekomendasi sesuai kebutuhan wanita setengah baya yang beresiko


1. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan kulit

16
- Pemeriksaan rongga mulut
2. Pemeriksaan laboratorium/uji diagnostik
- Tes tuberkulin
- VDRL
- Pemeriksaan klamida
- Kultur gonorea
- Pemeriksaan HIV
- Elektrokardiogram
- Biopsi endometrium
- Skrining densitas tulang
- Pemeriksaan prostoskopik
- Glukosa plasma puasa

A. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan kepada para ibu menopause diantaranya
a) Masalah : Penurunan Kesuburan
Ini berkaitan dengan kualitas dari sel telur yang dihasilkan oleh tubuh seorang wanita.
Proses ini dimulai sekitar usia 35 sampai 38, sekitar 10 sampai 15 tahun sebelum
menopause terjadi.
Pendkes :
Aturlah kehamilan. Semakin tua saat mengandung, semakin besar resiko melahirkan
bayi dengan ketidaknormalan genetik. Tetap gunakan alat kontrasepsi. Tidak berarti
dengan penurunan kesuburan, ibu terlindung dari kehamilan.
b) Masalah : Perubahan Siklus Haid
Perubahan yang terjadi sangat bervariasi antar individu. Ada yang jarak antar
siklusnya memendek, ada yang memanjang, ada pula pendarahan yang terjadi menjadi
lebih banyak atau hanya sedikit (spotting). Bahkan sebagian wanita akan mengalami
haid yang tiba-tiba berhenti dan tidak haid lagi untuk selamanya.
Pendkes :
Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak atau lama
perdarahan yang lebih lama atau juga pendarahan yang terjadi antara masa haid,
segeralah kunjungi dokter untuk mendapatkan tindak lanjut agar hal-hal yang
berbahaya dapat dihindari.

17
c) Masalah : Hot Flashes
Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas sekujur tubuh yang
terjadi secara mendadak terutama pada daerah dada, muka dan kepala sebagai akibat
dari melebarnya pembuluh darah. Gejala-gejala lain yang mengikutinya seperti
berkeringat, peningkatan jumlah nadi serta peningkatan detak jantung.
Pendkes :
Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot flashes ini seperti
ruangan yang hangat, emosi, minuman panas, makanan tertentu, kopi, alkohol, rokok.
Gunakan baju yang sejuk, gunakan kipas angin serta tidur di ruangan yang sejuk.
Ketika hot flashes muncul, tariklah nafas yang dalam dan lambat untuk menenangkan
diri. Olah raga rutin dapat mengurangi stress atau dapat juga dengan meditasi, yoga
atau pijat.
d) Masalah : Perubahan Emosional
Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes sering kejadiannya
berlangsung pada malam hari, yang menyebabkan wanita yang mengalaminya akan
mengalami kesulitan tidur. Kurangnya waktu tidur ini dapat menyebabkan keletihan
serta perubahan emosional seperti mudah marah. Perubahan hormonal juga ikut
berpengaruh. Selain itu, banyak peristiwa kehidupan yang terjadi pada masa ini yang
terjadi yang sedikit banyak juga berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum
muda, takut menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi yang bekerja
dan sebagainya.
Pendkes :
Ikutlah aktivitas yang menyenangkan. Perbanyak kawan bicara. Makanlah secara
teratur dan yang bergizi, kurangi lemak, alkohol dan kafein. Olah raga secara teratur.
Cobalah teknik mengurangi stress seperti nafas yang dalam, meditasi. Lakukan
aktivitas bagi diri Anda sendiri seperti pijat, manicure. Tidurlah yang cukup setiap
malam. Tertawalah sebanyak-banyaknya . Carilah pihak-pihak yang berkompeten
untuk membantu.
e) Masalah : Perubahan Vagina dan Inkontinensia
Pada masa ini vagina akan memendek serta menyempit. Dinding vagina menjadi tipis
dan kehilangan elastisitasnya. Gejala-gejala yang akan timbul seperti rasa panas,
gatal, pendarahan serta sakit pada saat bersenggama. Sedangan pada saluran kemih
akan timbul apa yang disebut inkontinensia, yang artinya pengeluaran urin secara

18
tidak sadar atau ngompol. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan sosial serta
higienitas personal.
Pendkes :
Untuk perubahan pada vagina : Gunakan vaginal moisturizer untuk melembutkan
vagina. Gunakan lubrikan vagina yang bersifat larut air atau water-soluble untuk
melembabkan vagina. Lakukan Pap's smear serta pemeriksaan kebidanan lainnya
secara berkala.
Untuk inkontinesia : Atur jumlah minuman yang diminum secukupnya . Kurangi
kafein dan makanan yang asam karena akan mengiritasi kandung kemih. Jaga
kebersihan sehingga terbebas dari infeksi. Lakukan latihan otot dasar panggul (Kegel
Exercise). Kurangi berat badan.
f) Masalah : Perubahan Aktivitas Seksual
Pada usia tua aktivitas seksual akan berubah pada kedua belah pihak pasangan, baik
sang wanita maupun sang pria. Banyak faktor yang mendasarinya seperti, perubahan
usia, hormonal serta kejiwaan masing-masing pasangan. Perubahan-perubahan yang
terjadi meliputi berkurangnya respon seksual, aktivitas seksual yang menurun, hasrat
seksual yang berkurang, pasangan seksual yang menjadi disfungsional (misal difungsi
ereksi) dan sebagainya.
Pendkes :
Perpanjang masa foreplay, hal ini akan memperpanjang orgasme. Ubah kebiasaan
seksual, misal dengan melakukan hubungan senggama pada pagi hari saat tingkat
energi lebih tinggi. Lakukan pendekatan dengan pasangan sehingga hubungan yang
lebih baik dapat terbangun. Cobalah saling membantu dalam mengatasi masalah
seksual masing-masing pasangan.
g) Masalah : Bertambahnya berat badan
Bertambahnya berat badan akan muncul akibat bertambahnya lemak dan
berkurangnya massa otot tubuh. Selain itu detak jantung akan cenderung lebih cepat.
Hal ini dicetuskannya antara lain oleh faktor hot flashes seperti yang telah dijelaskan
di atas serta perubahan emosional. Sakit kepala pun akan ikut muncul pada wanita
yang rentan terhadap perubahan hormonal. Serta hal-hal yang lain yang mengikuti
dengan penurunan usia wanita tersebut.
Pendkes :
Mengkonsumsi makanan gizi seimbang dengan rendah kalori. Olah raga secara
teratur. Hindari pencetus stress. Lakukan hal-hal yang meredakan ketegangan.

19
Minumlah air yang cukup. Gunakan sun-block untuk mencegah kanker kulit. Bila
perlu konsumsi makanan tambahan.

h) Lakukan olahraga secara teratur dan terukur.


Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan
antioksidan yang berkeliaran di dalam tubuh.
Beberapa jenis olahraga yang bisa dilakukan pada saat menopause antara lain jalan
cepat, dan senam. Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, dianjurkan untuk
melakukan senam aerobik dan senam osteoporosis.
i) Berpikir positif.
Wanita yang baru atau belum lama memasuki masa menopause biasanya akan
dirundung kegalauan dan kegelisahan. Mereka merasa sudah tidak cantik dan menarik
lagi, sehingga takut ditinggalkan suami dan sebagainya. Ketakutan semacam ini justru
akan makin memperburuk keadaan. Sebab pikiran negatif akan menimbulkan hal
yang negatif pula.

2.6 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Terapi sulih hormon (TSH)
TSH atau HRT (Hormon Replacement Terapy) merupakan pilihan untuk
mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau sindroma menopause
dalam masa premenopause dan postmenopause. Selain itu, TSH juga berguna
untuk menjaga berbagai keluhan yang muncul akibat menopause, seperti keluhan
vasomotor, vagina yang kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Penggunaan TSH juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari
kehilangan hormon estrogen, seperti osteoporosis dan jantung koroner. Jadi,
tujuan pemberian TSH adalah sebagai suatu usaha untuk mengganti hormon yang
ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang
bertambah tua (Kasdu, 2015).
Syarat minimal sebelum pemberian estrogen dimulai :
- Tekanan darah tidak boleh tinggi.
- Pemeriksaan sitologi uji Pap normal.

20
- Besar uretus normal ( tidak ada mioma uterus ).
- Tidak ada varises di ekstremitas bawah.
- Tidak terlalu gemuk / tidak obesitas.
- Kelenjar tiroid normal.
- Kadar normal : Hb, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, fungsi hati.
- Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes militus perlu
dikonsulkan terlebih dahulu ke spesialis penyakit dalam
Kontraindikasi :
- Troboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis.
- Sindrom Dubin Johnson / Botor yaitu gangguan sekresi bilirubin konjugasi.
- Riwayat ikterus dalam kehamilan.
- Kanker endometrium, kanker payudara, riwayat gangguan penglihatan, anemia
berat.
- Varises berat, tromboflebitis
Prinsip dasar pemberian Terapi Sulih Hormon :
- Wanita yang memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus selalu
dikombinasikan dengan progesteron. Tujuan penambahan progesteron adalah
untuk mencegah kanker endometrium.
- Wanita tanpa uterus, maka cukup pemberian estrogen saja dan estrogen
diberikan secara kontinue (tanpa istirahat).
- Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan
haid, TSH diberikan secara sekuensial. Wanita paska menopause yang masih
ingin haid diberikan secara sekuensia, kecuali jika tidak terjadi haid diberikan
secara kontinyu.
- Jenis estrogen yang diberikan adalah estrogen dan progesteron alamiah.
- Pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah.
- Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang
memiliki sifat androgenik.
Jenis Pemberian :
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk
wanita yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan
progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen

21
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi.
Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron
diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap siklus
dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai
diberikan pada perempuan pada usia pra atau perimenopause yang masih
menginginkan siklus haid.
Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa terputus.
Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama dapat saja
terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada perempuan
pascamenopause.
Cara pemberian TSH :
 Oral
 Transdermal
 Semprot hidung
 Implan (susuk)
 Pervaginam (krem vagina)
 Sublingual
Dosis:

Jenis Kontinue Dosis


Estrogen konjugasi Oral 0.3-0.4 mg
Oral 1-2 mg
Transdermal 50-100 mg
17β estradiol Subkutan 25 mg
Estradiol valerate Oral 1-2 mg
0,625-1,25
Estradiol Oral mg

Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen

22
Jenis Sekuensial Kontinyu
Progesteron 300 mg 100 mg
Medroksiprogesteron
asetat (MPA) 10 mg 2,5-5 mg
Siproteon asetat 1 mg 1 mg
Didrogesteron 10-20 mg 10 mg
Normogestrol asetat 5-10 mg 2,5-5 mg
Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron

Lama Penggunaan :
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini  ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
Efek Samping :
- Meningkatkan resiko kanker payudara
- Meningkatkan resiko penyakit tromboemboli
- Peningkatan berat badan
- Meningkatkan frekuensi dan derajat sakit kepala pada pasien migrain
- Perdarahan
-

23
b. Pengobatan Alternatif
- Vitamin B6 dalam dosis kurang dari 200 mg dapat meredakan beberapa gejala
yang menegangkan.
- Vitamin E efektif mengurangi rasa panas.
- Androgen digunakan bersama estrogen pada beberapa wanita untuk
meningkatkan libido, mengurangi nyeri payudara, dan mengurangi migrain.

2. Non Farmakologi
a. Olahraga
Olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang, biasanya ini juga
membawa dampak positif, seperti :
- Menguatkan tulang
- Meningkatkan kebugaran
- Menstabilkan berat badan
- Mengurangi keluhan menopause
- Mengurangi stres akibat menopause
Olahraga bagi wanita yang mengalami menopause tentu saja berbeda dengan wanita
yang masih dalam usia reproduktif karena biasanya beberapa organ tubuhnya sudah tidak
berfungsi sempurna, selain itu beberapa penyakit sudah dideritanya.
Tujuan olahraga bagi wanita menopause adalah selain menjaga kebugaran juga untuk
mengurangi atau mengobati penyakit.
Jenis-jenis olahraga yang bisa dilakukan untuk wanita usia menopause yaitu jalan
cepat, senam, dan berenang.
Gerakan yang dilarang:
– Melompat
– Membungkuk dengan punggung ke depan seperti gerakan mengambil sesuatu di
lantai
– Menggerakkan kaki ke samping atau ke depan melawan beban
b. Nutrisi (Diet)
Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan proses perbaikan
(remodelling) diri lagi, misalnya masa tulang tidak melakukan pembentukan kembali.
Selain itu, semakin tua aktivitas gerak yang dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga
kalori yang dikeluarkan juga berkurang sehingga kalori yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh juga menurun dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan

24
juga berkurang. Sehingga setiap orang tetap membutuhkan makanan bergizi seimbang
yang berfungsi untuk memenuhi zat – zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral (Kasdu, 2002).
c. Fitoestrogen
Fito artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur kimia dan
khasiat biologik seperti estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar bukan
steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid.
Fitoestrogen terdiri dari :
a. Isoflavon (banyak ditemukan dalam kacang kedelai, kacang hitam, lentil, red
clover, chickpea, terutama kedelai dengan produk olahannya : susu, tofu, tempe,
tauco, kecap)
Khasiat: bisa mengatasi osteoporosis dan hot flush, serta mencegah kanker payudara dan
kandung kemih.
b. Coumestan (terdapat pada daun semanggi, kacang kedelai, kacang hijau,
kecambah kedelai, red clover)
Khasiat: efektif mencegah kanker bila dikombinasikan isoflavon.  
c. lignan (Terdapat dalam: gandum, sayuran (buncis), buah-buahan (pepaya,
bengkuang), biji bunga matahari).
Khasiat: menurunkan kadar kolesterol dan kepekaan insulin, serta risiko kanker payudara.
d. Kalsium
 Kebutuhan 1200mg/hari
 Dapat diperoleh pada: susu,keju,daun pepaya,bayam, teri, tahu, singkong, daun
melinjo,kedelai, apel, kangkung, kacang ijo dan pepaya,kacang tanah kupas, ikan segar,
beras giling, roti putih, ayam, dan daging sapi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan mendatang.
Perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada wanita, salah satu dgn
mengurangi atau kalau mungkin menghentikan merokok termasuk minum minuman
beralkohol.
Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah masalah makanan dan olahraga, pola
makanan yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan gizi usia tersebut serta aktivitas.

f. Pemberian Konseling

25
Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor psikis,
wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya diri dan khawatir
bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi. Alasan bahwa badan lemah dan
tidak bergairah hanyalah alasan untuk menutupi ketakutan dan kekhawatiran tersebut.
Banyak wanita yang mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya
menghilang perlahan dan tidak mengakibatkan kematian. Namun tak jarang
mengakibatkan rasa tidak nyaman dan terkadang menyebabkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari.
Konseling yang diberikan pada wanita yang memasuki masa klimakterium meliputi
penjelasan dan pemahaman kesehatan reproduksi wanita yang mencakup perubahan-
perubahan fisik dan psikologis serta berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai
masa kehidupan wanita. Perubahan itu dimulai dari masa bayi, masa kanak-kanak,
pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-masing masa
mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan keadaan tubuhnya
dalam menghadapi masa tersebut. Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang wajar
dan pasti terjadi dalam siklus kehidupan wanita. Pada masa sekarang ini tanggung jawab
kesehatan reproduksi wanita bukan saja berada pada istri, namun melibatkan peran
suami. Oleh karena itu maslah kesehatan reproduksi wanita sudah merupakan tanggung
jawab bersama antara suami dan istri.

2.7 Komplikasi
Kekurangan estrogen yang terus terjadi dapat menyebabkan efek jangka panjang, yaitu:
a. Atrofi vagina dan mukosa uretra
Menyebabkan penurunan keasaman vagina, yang meningkatkan resiko infeksi,
kekeringan vagina dan dispareunia, serta gejala perkemihan, seperti desakan untuk
berkemih, sering berkemih dan sistitis.
b. Prolaps uterovagina
Menyebabkan atrofi dan perubahan otot dasar panggul dan ligamen penopangnya.
c. Osteoporosis, penurunan masa tulang menyebabkan wanita lebih rentan mengalami
fraktur.
d. Penyakit kardiovaskular, terdapat peningkatan insidens penyakit jantung koroner
dan stroke secara bermakna pada wanita setelah mengalami menopause.
e. Perubahan rambut dan kulit, dan atrofi payudara.

26
f. Defek kognitif, dimensia, dan cedera sistem saraf pusat
Mekanisme yang diajukan meliputi disregulasi berbagai neurotransmiter, penurunan
faktor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak, peningkatan kejadian
iskemia serebral secara laten, dan perubahan pola tidur (misal : tidur yang
berhubungan dengan gangguan pernapasan, insomnia). (Chris Brooker, 2015)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

27
DENGAN GANGGUAN KLIMAKTERIUM

3.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
a. Nama : Ny. N
b. Umur : 49 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Diagnosa Medis : Klimakterium
2) Keluhan Utama :
Klien mengeluh menstruasi tidak teratur
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Timbul gatal pada vagina, nyeri saat bersenggama, sering merasa gejolak panas
sehingga berkeringat sehingga tidak nyaman dan sulit tidur, mudah tersinggung,
gelisah, dan lekas marah.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : -
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : -
d. Riwayat Lingkungan : -
e. Riwayat pengobatan : -
f. Riwayat Bio Psiko Sosial Spirutual
Biologis :-
Psikologis : Mudah tersinggung, gelisah, dan lekas marah padahal biasanya sabar
apalagi setelah anaknya menikah dan pindah sehingga merasa anaknya tidak lagi
peduli dengan dia dan anaknya lebih memikirkan istri dan anaknya, jarang ke
rumah, telpon tidak di anggap. Sudah merasa suami tidak memperhatikannya lagi
suami lebih memperhatikan mobil. Klien jadi takut jika suami tidak menyukai dia
lagi apalagi dia sering menolak berhubungan suami istri karena nyeri.
Sosial : Mendengar dari tetangga dengan pertambahan usia kehidupan seksual
berakhir dimana tidak ada gairah lagi, tetangga juga mengatakan akan mulai sakit-
sakitan dibandingkan laki-laki yang selalu terlihat lebih sehat dan gagah.
Spiritual :-
4) Kebutuhan Dasar

28
a. Pola makan :-
b. Pola napas :-
c. Pola eliminasi :-
d. Aktivitas :-
e. Pola tidur : Sulit tidur
f. Pola seksual : nyeri saat senggama, sering menolak ketika suami mengajak
berhubungan seksual
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : -
b. Kesadaran : -
c. Antropometri :
- BB : -
- TB : -
d. TTV (Tanda-Tanda Vital)
 RR : 20 x/mt
 TD : 130/80 mmHg
 HR : 88 x/mt
 S : 37,2oC
e. Pemeriksaan Persistem
 Sistem Respirasi : -
 Sistem Reproduksi : menstruasi tidak teratur, nyeri saat senggama, gatal pada
vagina
 Sistem Kardiovaskular : -
 Sistem Neurobehaviour : -
 Sistem Imun dan Hematologi : -
 Sistem Integumen : terasa gatal pada vagina
f. Pemeriksaan Fokus
 Inspeksi :-
 Palpasi :-
 Perkusi :-
 Auskultasi :-
6) Pemeriksaan yang dilakukan : -
7) Terapi yang di berikan : -
A. Analisa Data

29
N Data Etiologi Masalah
o
1. DO: Usia lanjut Disfungsi seksual
 Nyeri saat senggama
 Gatal pada vagina Menurunnya Fungsi Ovarium

DS: Sedikitnya sel telur yang


 Sering menolak saat dilepaskan
di ajak berhubungan
seksual Estrogen dan progesteron menurun
 Nyeri saat senggama
Rahim dan Ovarium mengerut

Klimakterium

Estrogen dan progesteron menurun

Produksi Cairan Vagina Berkurang

Sakit Saat Senggama

Libido Seks Terganggu

Tidak terpenuhi kebutuhan seksual

Disfungsi seksual
2. DO: Usia lanjut Gangguan pola tidur
 Merasa gejolak panas
sehingga tidak Menurunnya Fungsi Ovarium
nyaman
Sedikitnya sel telur yang
dilepaskan
DS:

30
 Pasien menyatakan Estrogen dan progesteron menurun
sulit tidur
 Gejolak panas Rahim dan Ovarium mengerut
sehingga tidak
nyaman
Klimakterium

Perubahan pada organ reproduksi


dan tubuh

Stress Psikologis

Pola koping tidak efektif

Ketidakberdayaan

Cemas dan Gelisah, Hotflases

Perasaan tidak nyaman

Gangguan pola tidur


3. DO: Usia lanjut Ansietas

Menurunnya Fungsi Ovarium
DS:
 Gelisah Sedikitnya sel telur yang
 Merasa anak dan dilepaskan
suami sudah tidak
memeperhatikan Estrogen dan progesteron menurun
 Takut suami tidak
menyukai nya lagi Rahim dan Ovarium mengerut
 Mendengar dari
tetangga jika semakin Klimakterium
tua gejolak seksual

31
berkurang Perubahan pada organ reproduksi
dan tubuh

Stress Psikologis

Pola koping tidak efektif

Ketidakberdayain

Cemas dan Gelisah

Kurang Pengetahuan Tentang


Proses Penuaan

Informasi Tetangga

Ansietas

32
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi seksual di tandai
dengan klien mengeluh nyeri saat senggama, klien sering menolak berhubungan suami
istri karena adanya nyeri.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, klien dapat menjalankan aktivitas
seksual alternatif yang memuaskan dengan kriteria : Nyeri hilang saat
berhubungan, klien tidak menolak bila diajak berhubungan suami istri.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, disfungsi seksual teratasi.

Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dan biasanya klien kesulitan untuk berbicara
beri kesempatan kepada klien untuk tentang subjek sensitive, tapi dengan
menggambarkan masalahnya dalam kata- terciptanya rasa saling percaya dapat
kata sendiri menentukan/mengetahui apa yang dirasakan
pasien yang menjadi kebutuhannya
2. Beri informasi tentang kondisi individu informasi akan membantu klien memahami
situasinya sendiri
3. Anjurkan klien untuk berbagi komunikasi terbuka dapat mengidentifikasi
pikiran/masalah dengan pasangan/orang area penyesuaian atau masalah dan
dekat meningkatkan diskusi dan resolusi
4. Diskusikan dengan klien tentang mengurangi kekeringan vagina yang dapat
penggunaan cara/teknik khusus saat menimbulkan rasa sakit dan iritasi, sehingga
berhubungan (misalnya: penggunaan meningkatkan kenyamanan dalam
minyak vagina) berhubungan
5. Kolaborasi :  memulihkan atrofi genetalia, kekeringan
- Dengan dokter : Beri obat sesuai vagina, uretra
indikasi (Estrogen pengganti)  mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
- Dengan konselor/ahli seksualitas untuk meningkatkan kepuasan hasil

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan produksi keringat yang berlebihan akibat hot
flash di tandai dengan klien mengeluh merasa panas dan sering berkeringat

33
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, keseimbangan istirahat dan aktivitas
klien optimal KH : Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk memudahkan
tidur, klien dapat tidur.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, kebutuhan istirahat/tidur klien
terpenuhi.

Intervensi Rasional
1. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
yang terjadi intervensi yang tepat
2. Kurangi kebisingan dan lampu saat tidur Memberikan situasi yang kondusif untuk
tidur
3. Anjurkan klien untuk memakai pakaian Pakaian yang menyerap keringat
yang menyerap keringat mengurangi ketidaknyamanan akibat
keringat berlebih
4. Anjurkan klien untuk menghindari Mengurangi rasa tidak nyaman
makanan berbumbu, pedas, dan goreng-
gorengan, alkohol
5. Anjurkan klien untuk menghindari Menghindari trigger yang mencetuskan hot
beraktivitas di cuaca yang panas flash
6. Anjurkan klien untuk mencuci muka saat Mengurangi rasa panas dan keringat
hot flashes terjadi berlebih
7. Kolaborasi : Berikan sedatif sesuai Dapat membantu klien tidur/istirahat
dengan indikasi

3. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai perjalanan proses penyakit di


tandai dengan klien mengeluh merasa cemas memikirkan keadaannya.
Tupen : Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam, cemas yang dirasakan klien
hilang/berkurang dengan kriteira klien merasa rileks, dapat menerima dirinya apa
adanya.
Tupan : Setelah dilakukan perawatan 7x24 jam, ansietas tidak lagi dirasakan oleh klien.

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ketakutan dengan cara Hubungan saling percaya mempermudah
pendekatan dan bina hubungan saling klien dalam megungkapkan perasaannya
percaya
2. Pertahankan lingkungan yang tenang Lingkungan yang nyaman dan aman dapat

34
dan aman serta menjauhkan benda- mencegah terjadi hal-hal yang tidak
benda berbahaya diinginkan
3. Libatkan klien dan keluarga dalam Keterlibatan keluarga dapat meningkatkan
prosedur pelaksanaan dan perawatan kerja sama klien dan penyesuaian positif
terhadap keadaannya
4. Ajarkan penggunaan relaksasi Teknik relaksasi dapat meningkatkan
perasaan kontrol klien terhadap tubuhnya
pada keadaan stress
5. Beritahu tentang penyakit klien dan Membantu klien dalam kegaitan mandiri
tindakan yang akan dilakukan secara
sederhana

35
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap
reproduksi dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65 tahun.
Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif.
Keluhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala
menurunnya fungsi ovarium adalah berhentinya menstruasi pada seorang wanita
yang dikenal sebagai menopause. Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis
yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada penurunan
produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan dari ovarium.
Kekurangan hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik, vasomotor,
urogenital, dan psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita secara
keseluruhan (Chuni dkk, 2015).

4.2 Saran
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari kata
sempurna maka dari situ kami mengharapkan pesan dan kritik dari para pembaca.

36
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali.2014. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pramihardjo
Brooker,Chris. 2016. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21262/4/Chapter%20II.pdf

37

Anda mungkin juga menyukai