Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

KELOMPOK 1 :

1. ANTIKA POPY ROSALINA (191210003)


2. AVITA DYAH NINGTIAS (191210004)
3. DEVI AYU OKTAVIANTI (191210005)
4. M. SHOLEH SYAIFUDIIN (191210011)
5. THERESIA MIDOP (191210002)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021

I
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jombang, 22 Oktober 2021

II
DAFTAR ISI
Halaman Judul I
Kata Pengantar II
Daftar Isi 111
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
Bab 2 Tinjaun Teori
2.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) 3
2.2 Komponen Kelompok 3
2.3 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) 4
2.4 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) 5
2.5 Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) 5
2.6 Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) 8
2.7 Proses Terapi Aktivitas Kelompok 9
2.8 Dampak Terapeutik dari Kelompok 10
2.9 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) 12
Bab 3 Pengorganisasian
3.1 Definisi 13
3.2 Tujuan 13
3.3 Aktivitas dan Tindakan 13
3.4 Tugas dan Wewenang 13
3.5 Peraturan Kegiatan 14
3.6 Setting 15
3.7 Alat 15
3.8 Metode 15
3.9 Langkah kegiatan 15
3.10Evaluasi dan Dokumentasi 16
Daftar Pustaka IV

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah
membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat
didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling
berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama.

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan,
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
TAK untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota
kelompok sesuai dengan stimulus yang diberikan
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat
b. Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat
c. Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat.
d. Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
e. Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat

1
1.3 Manfaat
A. Manfaat Bagi Klien
Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan gangguan jiwa agar
mempunyaikemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan yang jelas, ringkas
dan relevan.
B. Manfaat Bagi Terapis
a) Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic.
b) Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi
Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien
C. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk pihak akademisi,pengelola dan sebagai bahan kepustakaan,
khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai aplikasi dari pelayanan Mental
Health Nurse yang optimal pada klien dengan Gangguan jiwa.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain, saling
bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari
berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua
kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan
menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling
bergantung dan mempunyai norma yang sama.  
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok  untuk 
memberikan  stimulasi  bagi  pasien  dengan  gangguan interpersonal. Terapi kelompok
merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompokpasien bersama-sama dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih.

2.2 Komponen Kelompok


a. Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan
keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas
dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur
dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,
sedangkan keputusan diambil secara bersama.
b. Besar kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya
berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua
anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya.
Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).

3
c. Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung
pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan
sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).

2.3 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada pada
konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat untuk
mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku
yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh
anggota kelompok yang lain.
Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai
berikut:
a. Tujuan Umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan
cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan
terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku
defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa
diri tidak berharga atau ditolak.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi
kognitif dan afektif.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri
tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.

4
2) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu
bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh
anggota kelompok lainnya.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari, terdapat
kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan
peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.

2.4 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :
a. Umum
1) Meningkatkan  kemampuan  menguji  kenyataan (reality  testing)  melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Membentuk sosialisasi
3) Meningkatkan  fungsi  psikologis,  yaitu  meningkatkan  kesadaran  tentang hubungan
antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap
stress) dan adaptasi.
4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan
afektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri.
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang
masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.

2.5 Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)


TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi seseorang serta
meningkatkan respon social dan harga diri.Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam
kelompok yaitu membaca puisi, musik, menari, dan literature.

5
Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas
kelompokstimulasipersepsi adalah membantupasien yang  mengalami  kemunduran 
orientasi  dengan  karakteristik:  pasien  dengan gangguan persepsi; halusinasi, menarik
diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat
berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).Terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi melatih mempersiapkan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan
menjadi adaptif.
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai
kemampuan  untuk  menyelesaikan  masalah  yang  diakibatkan  oleh  paparan stimulus
kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang
dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalahyang timbul dari stimulus
yang dialami (Darsana, 2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam
kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu :
1)   Sesi pertama : mengenal halusinasi
2)   Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
3)   Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
4)   Sesi keempat :  cara minum obat yang benar
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK stimulasi sensori
adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga
terjadi perubhan perilaku.TAK orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada
kenyataan yang ada disekitar klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk
membantu klien melakukan stimulasi sensori dengan individu yang ada disekitar klien.
Bentuk stimulus :

6
1)      Stimulus suara: musik
2)      Stimulus visual: gambar
3)      Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1)      Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2)      Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3)      Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
1)      TAK Stimulasi Suara
2)      TAK Stimulasi Gambar
3)      TAK Stimulasi Suara dan Gambar
c. Terapi aktivitas orientasi realita
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya
untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/ tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami
penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali
tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa
asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala
ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien
tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas
lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai
dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1) Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2) Klien mengenal waktu dengan tepat.
3) Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan
waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi,
dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan
waktu.Tahapan kegiatan :
1)  Sesi I      : Orientasi Orang

7
2)  Sesi II    : Orientasi Tempat
3)  Sesi III   : Orientasi Waktu

2.6 Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK)


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh
dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok;
fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok
a. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria
anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Jumlah anggota kelompok
yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan
maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah :
sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu
b. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran
baru. Fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Tiga fase lainnya
yaitu forming, storming, dan norming. 
1) Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
2) Tahap Konflik
Merupakan  masa  sulit  dalam  proses  kelompok.  Pemimpin  perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali
penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif
(Purwaningsih & Karlina, 2009).
3) Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
satu sama lain.

8
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari,produktivitas  dan  kemampuan  yang 
bertambah  disertai  percaya  diri  dan kemandirian.
d. Fase Terminasi
Terminasi  yang  sukses  ditandai  oleh  perasaan  puas  dan  pengalaman
kelompok  akan  digunakan  secara  individual  pada  kehidupan  sehari-hari. Terminasi
dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir.

2.7 Proses Terapi Aktifitas Kelompok


Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi
individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam psikoterapi
individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan
kepada kelompok.
Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat
kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak menimbulkan
atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas
kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang
belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan kemudian
mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada anggota yang
tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud dan
tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam
kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan
bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis.
Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan
sebagai perintah.
Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking
yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis
perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa

9
klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang
banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis
membantu mengatasi kemacetan.
Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan
dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan
kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari anggota
diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis
bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator.
Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok
tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu.
Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan
yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan
kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya.

2.8 Dampak Terapeutik dari Kelompok


Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat memberikan
dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985) dalam tulisannya
mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik
dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah :
1) Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yan mempunyai masalah
dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh
orang lain.
2) Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain yang telah
dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang diberikan oleh
kelompok lainnya.
3) Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan satu sama
lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide dari yang lainnya.
4) Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien
merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien reaksi
tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.

10
5) Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk menghubungkan
dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat memperoleh umpan balik dan
mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru berinteraksi.
6) Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi tentang ganguan
seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku orang dan pengaruhnya
terhadap anggota kelompok lainnya.
7) Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota
lainnya memberikan model peran yang baik.
8) Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan
seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan
persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang
dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.
9) Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi,
bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman
memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.
10) Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan
emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok.
11) Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan seseorang,
keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.

11
2.9 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok adalah :
a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok
kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak
terkontrol, mudah bosan.
b. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok
antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah,
agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan
tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.
c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan
pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien
dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara,
sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.

12
BAB III
PENGORGANISASIAN

3.1 Definisi
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan terapi yang menggunakan
aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok.
3.2 Tujuan
A. Tujuan umum
TAK untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan kemampuan
dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota kelompok sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
B. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat
b. Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat
c. Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat.
d. Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
e. Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat

3.3 Aktivitas dan Tindakan


Aktivitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan klien dalam menyelesaikan
masalah akibat paparan stimulus. Klien yang mempunyai indikasi adalah klien dengan
gangguan persepsi sensorik, ilusi, delusi, halusinasi, dang gangguan proses pikir.

3.4 Tugas dan Wewenang


1. Tugas Leader dan Co-Leader
a. Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.
b. Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan peserta.
c. Memberikan motivasi kepada peserta.
d. Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan.
e. Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta.

13
2. Tugas Fasilitator
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
b. Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi peserta.
c. Menghindarkan peserta dari distraksi selama kegiatan berlangsung.
d. Memberikan stimulus/motivasi pada peserta lain untuk berpartisipasi
e. Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan peserta lainnya.
f. Membantu melakukan evaluasi hasil.
3. Tugas Observer
a. Mengamati dan mencatat respon klien.
b. Mencatat jalannya aktivitas terapi.
c. Melakukan evaluasi hasil.
d. Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co leader, dan
fasilitator).
4. Tugas Peserta
a. Mengikuti seluruh kegiatan.
b. Berperan aktif dalam kegiatan.
c. Mengikuti proses evaluasi.

3.5 Peraturan Kegiatan


a. Peserta diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir.
b. Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh
memotong pembicaraan orang lain.
c. Peserta dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan.
d. Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
1) Peringatan lisan.
2) Dihukum : menyanyi, menari, atau menggambar.
3) Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit.
4) Dikeluarkan dari ruangan/kelompok

14
3.6 Setting

L O
P P

F F

P P

Keterangan : Co
L : Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien (Klien)
3.7 Alat
a. Beberapa gambar
b. Buku catanan dan pulpen
c. Jadwal kegiatan klien.
3.8 Metode
a. Melihat gambar
b. Menceritakan dan mempersepsikan sesuai gambar yang dilihat
c. Diskusi dan tanya jawab
3.9 Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan persepsi :
halusinasi
b) Membuatkontrakdenganklien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a) Salam terapis kepada klien
b) Perkenalkan nama dan nama panggilan terapis
c) Menanyakan nama dan nama panggilan semua klien

15
3. Evaluasi/validasi
a) Menanyakanperasaankliensaatini
b) Kontrak
1) Terapismenjelaskantujuankegiatan yang akandilaksanakan, yaitu melihat
gambar
2) Terapismenjelaskanaturan main, sebagaiberikut:
- Jikaadaklien yang inginmeninggalkankelompok, harusmintaijinkepada terapis
- Lamanyakegiatan 30menit
- Setiapklienmengikutikegiatandariawalsampaiselesai.
4. Tahap Kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu melihat gambar
b) Terapis meminta klien menyebutkan
- nama gambar yang dilihat
- peran gambar yang dilihat
- menceritakan gambar yang dilihat.
- menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat
- memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat
5. TahapTerminasi
a) Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b) TindakLanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan manfaat makna cerita dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Kontrak yang akandatang
1) Menyepakati TAK yang akan datang
2) Menyepakati waktu dan tempat.

16
3.10 Evaluasi dan Dokumentasi
3.10.1 Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK.Data tersebut kemudian masukkan kedalam formulir evaluasi pada tabel 1.
3.10.2 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap
Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental.Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,
Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children
with Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating
Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung
Seto, Jakarta.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.

18

Anda mungkin juga menyukai