Khutbah Pertama
َق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون
َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Al-Quran,
Surat Ali Imran, ayat 102)
Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Sidang salat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Dalam wacana keislaman, kita mengenal trilogi ukhuwwah, yaitu ukhuwwah Islamiyah
(persaudaraan antarumat Islam), ukhuwwah wathaniyah (persaudaraan antarsesama warga
Negara), dan ukhuwwah insaniyah (persaudaraan antarsesama anak manusia). Islam sangat
meniscayakan persaudaraan sejati, dengan dasar pemikiran bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri
melainkan membatuhkan uluran tangan orang lain, karena manusia sediri adalah mahluk sosial (zoon
politicon), sebagaimana dicetuskan oleh filosof Yunani bernanama Aristoteles.
Masalah kemiskinan dianggap sebagai bagian dari masalah penting yang memiliki pengaruh besar
terhadap kehidupan manusia. Terdapat ungkapan bahwa orang dengan kemiskinan adalah kelompok
masyarakat yang berada pada tingkat yang paling rendah. Kemiskinan dianggap pendorong pelbagai
tindak kejahatan. Menurut Mahmud Ahmad Sa’id al-Athrasy, dalam buku Hikmah di Balik
Kemiskinan, menjelaskan bahwa kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok (makanan) adalah
pendorong terkuat manusia melakukan tindak kejahatan.
Dengan demikian, ukhuwah (persaudaraan) adalah satu terobosan penting agama ini. Islam dengan
ajarannya yang suci selalu memberikan jalan keluar bagaimana seharusnya menghadapi kemiskinan.
Umat Islam yang kaya diperintahkan untuk menyantuni mereka yang hidupnya serba kekurangan
(miskin). Mencintai sesama adalah ukuran terhadap pelaksanaan agama itu sendiri. Dalam sebuah
hadist dikatakan: “Layadkhul al jannah hatta tu’minu, wa laa tu’minu hatta tahabbu”. Tidak akan
masuk surga, orang yang belum beriman, tidak dikatakan beriman jika belum mencintai.
Al-Quran mencap (label) mereka yang enggan berpartisipasi (walau dalam bentuk minimal) sebagai
orang yang telah mendustakan agama dan hari kiamat. Seperti yang tertuang dalam surat al-Ma’un
ayat 1-3 yang artinya:
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan
tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.” (Q. S. Al-Ma’un (107): 1-3)
Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.
Islam memerintahkan umatnya untuk saling membantu dan saling menolong antar sesama. Salah
satunya dengan infak ( sedekah), antara lain melalui ayat Al-Quran dan hadit ssebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Quran) dan melaksanakan shalat
dan menginfakkan sebagian rejeki yang kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi”. (QS 35:29)
Para jumhur mufasir dan ulama menyepakati suatu kondisi sosial yang mewajibkan orang untuk
peduli. Pada banyak riwayat dikatakan bahwa infak dan sedekah bukan mengurangi harta, bahkan
sebaliknya, menjadi banyak dan berkah. Dalam hal lain juga disampaikan bahwa infak dan sedekah
dapat menghindarkan orang dari bala dan kesempitan.
Dengan demikian hakikat shodaqoh adalah mengemban amanah sosial, meniscayakan kehidupan
seimbang, dan meminimalisir kejahatan. Situasi sosial yang seimbang akan berdampak kenyamanan
kepada individu,
Akhirnya, semoga kita menjadi hamba Allah yang berhasil dalam mempersiapkan kehidupan kita,
yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dan Allah menjadikan
kita sebagai orang-orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah.
ت َوال ِّذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّلْ ِمن ِّي َو ِم ْن ُك ْمِ َ م بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاآلياKْ ني َوإِيَّا ُك
ِ َونَفَ َع،آن ال َع ِظي ِْم ِ ْفي القُر ِ ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم َ ار
َ َب
تِالَ َوتَهُ َإِنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم.
فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ إِنَّهُ ه َُو ت ِ ت َوال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُم ْؤ ِمنَاKِ لي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما
ِ َلي ه َذا أَ ْستَ ْغفِ ُر هللا ِ ْأَقُوْ ُل قَو
ِ ال َغفُوْ ُر الر.
َّح ْي ُم
Khutbah II