Anda di halaman 1dari 13

ESI DIMI EMAYA TM 6

25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
KARIES GIGI
parah. Namun karena remineralisasi terjadi
saat stadium dini, maka penyakit ini dapat
dihentikan)
 Kawasan yang mudah diserang karies gigi:
pit & fisur pada permukaan oklusal molar
dan premolar (pit bukal molar, pit palatal
insisif), permukaan halus di daerah
aproksimal sedikit di bawah titik kontak,
email di tepian daerah leher gigi di atas tepi
gingiva, permukaan akar yang terbuka, tepi
tumpatan, dan permukaan gigi dekat gigi
tiruan & jembatan.

PENGERTIAN
KLASIFIKASI
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan
keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
BENTUK KARIES GIGI
dalam karbohidrat yang dapat diragikan
A. BERDASARKAN KEDALAMANNYA
(Listrianah et al., 2019).
1. Karies Superfisialis
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi Karies baru mengenai email gigi, belum
yang disebabkan oleh asam yang dihasilkan oleh mengenai dentin.
interkasi mikroorganisme, saliva, dan sisa 2. Karies Media
makanan (Aprilia, 2019). Karies telah mengenai dentin tetapi
 Penyebab utama : bakteri Streptococcus belum melebihi setengahnya.
mutans dan Lactobacilli. 3. Karies Profunda
Bakteri mengubah glukosa dan karbohidrat Karies telah mengenai lebih dari setengah
lainnya menjadi asam melalui proses dentin dan kadang-kadang sudah
fermentasi. Asam terus diproduksi oleh mengenai pulpa. Profunda dibagi
bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi menjadi:
sedikit demi sedikit. Plak dan bakteri mulai  K. Profunda Stadium I : karies telah
bekerja 20 menit setelah makan. mengenai setengah dentin, belum
 Ditandai dengan terjadinya demineralisasi terjadi radang pulpa
(tampak coklat dan berlubang) pada jaringan  K. Profunda Stadium II : masih
keras gigi yang kemudian diikuti dengan dijumpai lapisan tipis yang
kerusakan bahan organiknya sehingga terjadi membatasi karies dengan pulpa,
invasi bakteri, kematian pulpa, dan biasanya telah terjadi radang pulpa.
penyebaran infeksi ke jaringan paeriapeks  K. Profunda Stadium III : pulpa
yang dapat menyebabkan nyeri. telah terbuka dan dijumpai
 Sifat penyakit : progresif & kumulatif (jika bermacam-macam radang pulpa
dibiarkan tanpa perawatan dalam kurun
waktu tertentu kemungkinan akan bertambah B. BERDASARKAN LAMA JALANNYA
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
1. Karies Akut  Karies pada gigi anterior di foramen
Proses karies berjalan cepat sehingga caecum.
tubuh tidak sempat melawan. Karies terus 2. Kelas II
berjalan sampai ke ruang pulpa.  Karies pada bagian aproksimal dari
2. Karies Kronis gigi posterior (gigi molar dan
Proses karies berjalan lambat sehingga premolar), baik bagian mesial atau
tubuh masih sempat membuat pertahanan distal yang umumnya meluas sampai
dengan adanya daerah berwarna ke bagian keoklusal.
kehitaman dan keras karena adanya 3. Kelas III
endapan kapur.  Karies pada bagian aproksimal dari
3. Karies Senil (Senile Caries) gigi anterior (insisif dan kaninus),
Terjadi pada orang tua pada bagian baik bagian mesial maupun distal
servikal gigi karena atrofi (fisiologis) tetapi belum mengenai tepi insisal
gusi sehingga akan mudah terjadi karies (margo-insisalis/sepertiga insisal
gigi. gigi).
4. Karies Rampan (Rampant Caries) 4. Kelas VI
Proses karies tidak dapat dikontrol karena  Karies pada bagian aproksimal
sangat cepat. (insisif dan kaninus), baik bagian
mesial maupun distal dan telah
C. BERDASARKAN CARA MELUASNYA mengenai tepi insial (margo-
1. Karies Berpenetrasi insisalis/sepertiga insisal gigi)
Karies meluas dari email ke dentin dalam sehingga dapat melemahkan sudut
bentuk kerucut dengan jalan perluasan insisal edgenya & menyebabkan
secara penetrasi yaitu merembes ke arah fraktur gigi.
dalam. 5. Kelas V
2. Karies Nonpenetrasi  Karies pada sepertiga servikal gigi
Karies meluas dari email ke dentin posterior dan anterior pada
dengan jalan meluas ke arah samping permukaan labial, lingual, palatal,
sehingga membentuk periuk. maupun bukal gigi.
Gigi terdiri dari 3 bagian, yaitu
(Listrianah et al., 2019)
sepertiga insisal, sepertiga tengah,
D. BERDASARKAN LOKASI KARIES dan sepertiga servikal.
G.V. Black (1924), mengklasifikasikan 6. Kelas VI
kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda  Karies pada bagian puncak cusp gigi
romawi. Pengklasifikasian berdasarkan posterior dan tepi insisal gigi insisif.
permukaan gigi yang terkena karies.
(Listrianah et al., 2019)(Aprilia, 2019)
E. BERDASARKAN BANYAKNYA
PERMUKAAN GIGI YANG TERKENA
KARIES
1. Karies Simpel
Karies yang dijumpai pada satu
permukaan saja, missal labial, bukal,
lingual, mesial, distal, atau oklusal.
2. Karies Kompleks
1. Kelas I
Karies yang telah meluas dan mengenai
 Karies pada bidang oklusal (ceruk/pit
lebih dari satu bidang permukaan gigi,
dan fisura/fissure) gigi posterior (gigi
missal mesio-distoinsisal, mesio-oklusal.
premolar dan molar).
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
F. BERDASARKAN KEPARAHAN
KARIES
1. Karies Insipen
Karies mengenai kurang dari setengah
ketebalan email.
2. Karies Moderat
Karies mengenai lebih dari setengah
ketebalan email tetapi tidak mencapai
pertemuan dentin-email.
3. Karies Lanjutan
Karies mengenai pertemuan dentin-email
dan kurang dari setengan jarak pulpa.
4. Karies Parah
Karies mengenai lebih dari setengah
jarak ke pulpa.

G. BERDASARKAN WHO
(Bentuk dan Kedalaman Lesi)
1. D1 : secara klinis dideteksi lesi email
2. D2 : kavitas pada email
3. D3 : kavitas mengenai dentin
4. D4 : lesi meluas ke pulpa
(Ratnahsari, 2017)

SIGNIFIKASI Menurut Riskesdas (2013), terjadi


peningkatan prevalensi karies gigi, yaitu
Berdasarkan The Global Burden of meningkat 5,1% dari 67,2% pada tahun 2007
Disease (2016), masalah kesehatan gigi dan naik menjadi 72,3% pada tahun 2013. Sedangkan
mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit pada 2018, penderita karies gigi mengalami
yang dialami hamper setengah dari populasi penurunan sebesar 14,7% dari 57,6%.
penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Penyakit Menurut Riskesdas (2018), pervalensi
pada gusi (periodontal) menjadi urutan ke-11 karies di Indonesia sebesar 88,8% dengan
penyakit yang paling banyak terjaadi di dunia. prevalensi karies akar sebesar 56,6%. Prevalensi
Sementara di Asia Pasifik, kanker mulut menjadi karies cenderung tinggi (di atas 70%) pada
urutan ke-3 jenis kanker yang paling banyak semua kelompok umur dengan prevalensi
diderita. tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun
Hasil Riskesdas (2018), menyatakan (96,8%). Prevalensi karies akar cenderung
bahwa proporsi terbesar masalah gigi di meningkat sejalan dengan meningkatnya umur.
Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit Prevalensi karies akar tertinggi adalah kelompok
(45,3%). Sedangkan masalah kesehatan mulut umur 35-44, kemudian kembali turun pada
yang mayoritas dialami penduduk Indonesia kelompok umur setelahnya.
adalah gusi bengkak dan/atau keluar bisul
(abses) (14%).
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
Pada karies dentin yang baru mulai, yang
terlihat hanya lapisan keempat (lapisan
transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik,
kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme, dan enzim) dan lapisan kelima
(lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam
tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan
gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast).
Setelah terjasi kavitasi, bakteri akan menenbus
(Kementerian kesehatan RI, 2019) tulang gigi. Pada proses karies yang dalam, tidak
terdapat lapisan ketiga (lapisan demineralisasi,
suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
PATOFISIOLOGI diserang), lapisan keempat, dan lapisan kelima.
(Nurjanah, 2019)

Karies gigi bisa terjadi karena 4 faktor


utama yaitu gigi, mikroorganisme, substrat,
dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat seperti
KELOMPOK RISIKO
sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan TINGGI
oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH plak akan turun sampai di
bawah 5 dalam 3-5 menit. Penurunan pH  Wanita lebih sering terkana karies gigi
yang berulang-ulang dalam waktu tertentu  Seseorang dengan oral hygiene yang buruk
mengakibatkan demineralisasi permukaan  Seseorang yang suka mengkonsumsi
gigi. makanan yang mengandung banyak gula
 Seseorang dengan tingkat saliva bakterisida
rendah
Proses terjadinya karies dimulai dengan
adanya plak di permukaan gigi. Plak terbentuk  Seseorang dengan pengetahuan kesehatan
dari campuran bahan-bahan air ludah (saliva) gigi dan mulut yang rendah
seperti musin, sisa sel jaringan mulut, leukosit,  Seseorang dengan kesadaran perawatan gigi
limposit, sisa makanan, dan bakteri. Awalnya yang rendah
plak agak cair lama kelamaan menjadi kelat dan
sebagai tempat bertumbuhnya bakteri.
Karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa
(gula) sisa makanan dan bakteri yang berubah
menjadi asam laktat yang menurunkan pH mulut DISTRIBUSI GEOGRAFIS
menjadi kritis (5,5) yang dapat menyebabkan
demineralisasi email berlanjut manjadi karies
Proporsi Masalah Gigi dan Mulut
gigi.
Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun
Secara perlahan, demineralisasi internal
2007 dan 2013
berjalan ke arah dentin melalui lubang focus
tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan
lubang). Kavitasi timbul jika dentin terlibat
dalam proses terssebut. Namun kadang-kadang
banya mineral yang hilang dari inti lesi sehingga
permukaan mudah rusak secara mekanis yang
menghasilkan kavitasi makroskopis (dapat
dilihat).
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
Menurut Riskesdas (2018), pervalensi
karies di Indonesia sebesar 88,8% dengan
EMD Berdasarkan Provinsi di Indonesia
prevalensi karies akar sebesar 56,6%.
Tahun 2007 dan 2013

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko karies gigi adalah faktor dalam
individu (host, mikroorganisme,substrat, dan
waktu) dan faktor luar individu (usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi,
Berdasarkan Riskesdas (2013), provinsi lingkungan, sikap, dan perilaku)
dengan prevalensi masalah gigi yang cukup
tinggi (>35%) adalah Sulawesi Selatan,
FAKTOR DALAM INDIVIDU
Kalimantan Selatan, dan Sulaweai Tengah 1. Mikroorganisme
dengan EMD masing-masing 10,3%, 8%, dan  Faktor penting dalam proses awal
6,4%. terjadinya karies.
 Penyebab utama : bakteri Streptococcus
Provinsi dengan peningkatan masalah mutans dan Lactobacilli.
gigi dan mulut tertinggi adalah Sulawesi Selatan  Mikroorganisme (bakteri) di plak gigi
(10,9%), DI Yogyakarta (8,5%), dan Jawa Timur memfermentasi karbohidrat (sakar diet)
(8,3%). Sedangkan provinsi dengan penurunan untuk memproduksi asam. Asam
masalah gigi dan mulut adalah Jambi (8,3%), terbentuk dari hasil fermentasi sakar diet
Riau (6,6%) dan Bengkulu (6,3%). oleh bakteri dengan sumber utama
(Kementerian Kesehatan RI, 2014) glukosa. Sedangkan sumber utama
glukosa adalah s.ukrosa
 Penyebab utama terbentuknya asam
adalah S. mutans serotipe c di plak yang
memetabolisme sukrosa menjadi asam
lebih cepat daripada kuman lainnya.

2. Host (Saliva dan Gigi)


 Karies gigi diawali dengan adanya plak
yang mengandung bakteri pada gigi
individu
(Badan Penelitian dan Pengembangan  Variasi morfologi gigi mempengaruhi
Kesehatan, 2019) resistensi gigi terhadap karies. Pit dan
fisur merupakan daerah rentan karies
karena sisa-sisa makanan dan bakteri
TREN WAKTU TERJADI dapat menumpuk di sini.
 Saliva merupakan sistem pertahanan
utama terhadap karies. Saliva
Menurut Riskesdas (2013), terjadi berpengaruh terutama pada kekerasan
peningkatan prevalensi karies gigi, yaitu email gigi. Sekresi saliva (oleh glansula
meningkat 5,1% dari 67,2% pada tahun 2007 parotid, glandula sub mandibularis,
naik menjadi 72,3% pada tahun 2013. Sedangkan glandula sublingualis, dan beberapa
pada 2018, penderita karies gigi mengalami kelenjar saliva kecil) akan membasahi
penurunan sebesar 14,7% dari 57,6%. gigi dan mukosa mulut. Saliva
membersihkan rongga mulut (termasuk
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
melarutkan gula & mengurangi potensi
kelengketan makanan) dari debris-debris
makanan sehingga bakteri tidak dapat
tumbuh dan berkembang biak.
 Mineral dalam saliva membantu proses
remineralisasi email gigi. Enzim mucine,
zidine, dan lysozyme dalam saliva bersifat
bakteri ostatis yang membuat bakteri
mulut menjadi tidak berbahaya.
 Efek buffer saliva membuat saliva
mengurangi keasaman plak dan dapat
mempertahankan pH agar konstan pada
pH 6-7

3. Substrat/Diet
 Substrat dapat mempengaruhi
pembentukan plak karena membantu FAKTOR LUAR INDIVIDU
perkembangbiakan & kolonisasi 1. Ras
mikroorganisme yang ada di permukaan  Keadaan tulang rahang suatu ras bangsa
email gigi serta mempengaruhi mungkin berhubungan dengan persentase
metabolisme bakteri dalam plak dengan karies yang semakin meningkat atau
menyediakan bahan-bahan untuk menurun.
produksi asam & bahan aktif yang  Ex: pada ras tertentu dengan rahang
menyebabkan karies.
sempit membuat gigi pada rahang sering
 Makanan dan minuman yang bersifat tumbuh tidak teratur yang dapat
germentasi karbohidrat lebih signifikan mempersulit pembersihan gigi dan
memproduksi asam, diikuti dengan meningkatkan persentase karies ras
demineralisasi email gigi. tersebut.
 Tidak semua karbohidrat benar-benar
kariogenik.
2. Jenis Kelamin
 Sukrosa merupakan gula paling
 Persentase karies gigi pasa wanita lebih
kariogenik daripada glukosa, fruktosa,
tinggi dibandingkan dengan pria.
laktosa, dll.
 Persentase karies molar kiri lebing tinggi
karena faktor pengunyahan dan
4. Waktu pembersihan gigi.
 Waktu mencakup kecepatan terbentuknya
karies serta alam & frekuensi substrat
3. Usia
yang menempel di permukaan gigi.
 Pada periode gigi campuran, molar 1
 Lamanya waktu untuk karies berkembang
paling sering terkena karies
menjadi kavitas bervariasi, diperkirakan
 Anak usia 6-12 tahun masih kurang
6-48 bulan.
mengetahui dan mengerti cara
 Kemampuan sukrosa untuk
memelihara kebersiihan gigi dan mulut.
mendepositkan kembali mineral selama
proses karies berlangsung menandakan
bahwa proses karies terdiri dari saliva.
4. Oral Higyene
Karies baru dapat menghancurkan gigi Insiden karies dapat dikurangi dikurangi
dalam hitungan bulan atau tahun dengan penyingkiran plak secara mekanis
sehingga ada kesempatan untuk dari permukaan gigi. Namun masih banyak
mengentikannya. orang yang tidak melakukannya dengan
efektif.
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
Perilaku menyikat gigi : rutin sikat gigi,
frekuensi sikat gigi. waktu sikat gigi, teknik
sikat gigi, dan jenis pasta gigi.

5. Makanan
Komposisi diet atau kebiasaan makan seperti
kandungan sukrosa, sisa makanan dalam
mulut, dan frekuensi makan merupakan
faktor terjadinya karies gigi.
Pengaruh makanan pada gigi dan mulut:
 Komposisi makanan yang menghasilkan
energi
 Ex : karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral yang
berpengattuh pada masa pre-erupsi
serta pasca-erupsi gigi-geligi. 7. Unsur Kimia
 Fungsi mekanis makanan yang dimakan Unsur kimia yang paling berpengaruh pada
 Makanan yang bersifat persentasi karies gigi adalah fluor
membersihkan gigi → “penggosok
gigi alami” yang akan mengurangi Pengaruh Unsur Kimia terhadap
kerusakan gigi. Terjadinya Karies Gigi
Ex: apel, jambu ait, bengkuang, dll.
 Makanan lunak dan melekat pada gigi
dapat merusak gigi.
Ex: bonbon, coklat, biskuit, dll.
Perilaku menkonsumsi makanan kariogenik
8. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan
dapat menyebabkan karies,
Kesehatan Gigi dan Mulut
Karies terjadi ketika proses remineralisasi Dapat berupa tindakan saat ada keluhan gigi
menjadi lebih lambat dibandingkan proses dan mendapatkan perawatan.
demineralisasi.
Remineralisasi gigi terjadi pada pH 9. Fasilitas Sikat Gigi
lingkungan yang bersifat : Pilih sikat gigi yang berbulu halus/lunak
 Jumlah bakteri kariogenik sedikit untuk mencegah terjadinya iritasi pada gigi
 Keberadaan fluoride dan gusi, mudah digenggam, bagian kepala
menyempit agar mudah menjangkau bagian
 Substansi penyebab metabolisme bakteri
dalam rongga mulut, Gunakan pasta gigi
gagal
berflouride.
 Sekresi saliva meningkat
 Kemampuan buffer tinggi

6. Vitamin
Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya
karies gigi, terutama pada periode
pembentukan gigi.

Pengaruh Vitamin terhadap Kerusakan


Gigi dan Gusi
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM

FAKTOR RISIKO  Melakukan kontrol ke tenaga kesehatan gigi


6 bulan sekali
1. Keturunan (Listrianah et al., 2019)(Aprilia, 2019)
2. Ras
3. Jenis Kelamin PENCEGAHAN PRIMER
4. Usia Ditujukan pada tahap pre-patogenesis untuk
5. Makanan mencegah timbulnya penyakit.
6. Vitamin a. Promosi Kesehatan
7. Unsur Kimia  Pemberian informasi mengenai
8. Saliva kebersihan dan perawatan gigi &
mulut
(Listrianah et al., 2019)(Aprilia, 2019)(Nurjanah,  Pemberian informasi mengenai cara
2019) menyingkirkan plak yang efektif
 Pemberian informasi mengenai cara
menyikat gigi dan menggunakan
benang gigi (flossing)
PENCEGAHAN &  Pendidikan mengenai gizi dan
PENGENDALIAN kebiasaan makan selama
pertumbuhan dan perkembangan gigi
b. Perlindungan Khusus
 Membangun penghalang untuk
PENCEGAHAN
melawan mikroorganisme
Tujuan : mempertinggi taraf hidup dan
 Aplikasi topical fluor di daerah yang
memperpanjang kegunaan gigi
sulit dijangkau
 Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan  Fluoridasi air minum
cara menghalangi pembentukan dan  Penutupan fisura
menghilangkan penyebab utamanya yaitu  Imunisasi aktif
plak. Caranya :
 Menyikat gigi secara rutin minimal 2 kali
PENCEGAHAN SEKUNDER
sehari
Ditujukan pada tahap awal patogenesis untuk
 Flossing untuk mengendalikan
menghambat atau mencegah penyakit agar
pembentukan plak
tidak berkembang atau kambuh dalam
 Mempertinggi resistensi gigi terdapat
program kesehatan gigi.
deklasifikasi dengan cara:
a. Diagnosis dini
 Menambahkan flour dalam jumlah yang
b. Pengobatan yang tepat
sesuai di dalam air minum terutama
 Penambalan pada lesi karies dapat
sebelum gigi erupsi
mencegah kehilangan struktur gigi
 Aplikasi fluor topikal dengan
yang luas
menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor atau berkumur dengan
larutan fluor

Fluoride dapat menguatkan gigi dengan cara


memasuki struktur gigi

 Melakukan fissure sealant


 Memperbanyak makan makanan yang
menyehatkan gigi yaitu jenis makanan yang
membantu menyehatkan dan membersihkan
gigi, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM

PENCEGAHAN TERSIER aksi upaya kesehatan giggi dan mulut,


Ditujukan pada tahap akhir patogenesis melakukan advokasi dengan stakeholder
untuk mencegah kehilangan fungsi gigi. lainnya, melakukan monitoring dan
a. Pembatasan Ketidakmampuan/ evaluasi, dan memberikan rekomendasi
Kecacatan
penyelesaian masalah terkait pelaksanaan
 Perawatan saluran akar
 Pencabutan gigi
upaya kesehatan gigi dan mulut. Komite
b. Rehabilitasi yang diluncurkan pada 10 Desember 2019
 Gigi tiruan ini terdiri dari unsur Kemenkes,
 Implan gigi (penggantian akar gigi Pendidikan Kedokteran Gigi, kolegium,
dengan sekrup titanium yang ditanam organisasi profesi, dan pakar.
pada tulang rahang)
 Penempatan gigi pada posisi yang
tepat
STRATEGI DALAM MENCAPAI
INDONESIA BEBAS KARIES 2030
(Nurjanah, 2019)
1. Meningkatkan upaya promotif dan
preventif pelayanan kesehatan gigi
PENGENDALIAN dan mulut
 Melakukan penambalan (filling) Upaya yang dilakukan adalah
Untuk mencegah sekaligus mengendalikan meningkatkan kemandirian malalui
terjadinya karies yang lebih parah
peran serta masyarakat dalam
 Melakukan perawatan saluran akar
Upaya dilakukan saat karies gigi telah
memelihara kesehatan gigi dan mulut
menyerang bagian pulpa gingga terjadi dari janin hingga lansia (continuum of
pulpitis/peradangan untuk mengurangi rasa care), peningkatan Usaha Kesehatan
sakit san mencegah karies yang lebih parah Gigi Sekolah (UKGS), dan
 Melakukan pencabutan gigi peningkatan usaha kesehatan gigi
Upaya paling terakhir jika gigi sudah masyarakat melalui Upaya Kesehatan
terjangkit karies yang terlalu parah hingga
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
tidak bisa diobati atau ditolong lagi.
2. Meningkatkan aksesiblitas terhadap
pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Upaya yang dilakukan adalah
METODE PENCEGAHAN memastikan tersediaanya pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas
& PENGENDALIAN Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
dan mengoptimalisasi pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas
Dalam rangka mewujudkan Indonesia Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL).
Bebas Karies 2030, Kemenkes 3. Meningkatkan kualitas pelayanan
menetapkan Komite Kesehatan Gigi dan kesehatan gigi dan mulut
Mulut melalui Keputusan Menteri Upaya yang dilakukan adalah dengan
Kesehatan No. 189 Tahun 2019 tentang memastikan tersedianya sarana dan
Komite Kesehatan Gigi dan Mulut yang prasarana sesuai standar, tenaga
bertugas membantu Kemenkes dalam kesehatan gigi dan mulut yang
Menyusun rencana strategis dan rencana berkompeten dan berbudaya kinerja,
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
serta mengoptimalisasi pelayanan
melalui program Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) di
fasilitas kesehatan.
4. Meningkatkan peran serta
stakeholders terkait pelayanan
kesehatan gigi dan mulut
Upaya yang dilakukan adalah dengan
melalui dukungan dan regulasi,
peningkatan kompetensi tenaga
kesehatan gigi dan mulut,
mewujudkan kemitraan yang berdaya
guna tinggi, dan memastikan
ketersediaan dana yang proporsional
antara program UKM dan UKP.
(Kementerian kesehatan RI, 2019)

AREA PENELITIAN &


PENGEMBANGAN
Terlihat dengan adanya teknologi yang
semakin berkembang terkait penelitian dan
pengembangan pada karies gigi. Adanya
teknologi yang berkembang saat ini, yaitu
teknologi true nanofiller dimana proses
penambalan gigi dilakukan dengan memberikan
ambalam berupa pasta ke dalam gigi lalu akan
mengeras setelah disinari. Teknologi X- Ray
Digital dapat mengetahui apakah ada gigi yang
berlubang, melihat kekuatan tulang penyokong
gigi, dan melihat tempat meletakkan implant.
Selain itu, juga ada teknologi laser yang
digunakan untuk melihat apakah ada kerusakan
pada gigi pasien sehingga dapat dilakukan
perawatan lebih lanjut.
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM

BERHENTI MEROKOK

CARA BERHENTI 
Menurunkan angka perokok aktif dan pasif
Meningkatkan kesadaran hidup sehat bebas
MEROKOK asap rokok
 Mencegah dan menurunkan risiko terkena
penyakit akibat merokok yang lebih serius
A. DARI KELUARGA  Meningkatkan pengetahuan mengenai rokok
 Persiapkan diri, dengan menjalin dan dampak buruknya terutama bagi
komunikasi dengan anak kesehatan
 Perhatikan pergaulan anak  Memulai kebiasaan hidup lebih sehat
 Edukasi bahaya merokok  Melindungi orang di sekitar agar terhindar
 Kaitkan dengan finansial, buka pikiran dari dampak buruk rokok
anak tentang uang yang dikeluarkan
untuk membeli rokok dan uang yang
ditabung
 Cari tahu alasan anak merokok dan
nasihati pelan-pelan
B. DARI DIRI SENDIRI
 Mengelola stress
 Menghindari faktor pemicu kebiasaan
merokok
 Mencoba terapi pengganti nikotin
 Mengkonsumsi makanan sehat

7M
 Menghindari kebiasaan merokok
 Mengurangi jumlah rokok yang dihisap
tiap harinya
 Mengkonsumsi makanan yang sehat
 Melakukan olahraga atau aktivitas fisik
 Mengalihkan kebiasaan merokok dengan
makan permen atau mengunyah permen
karet
 Meminta bantuan orang di sekitar kita
supaya mengingatkan kita untuk tidak
merokok
 Mendapat dukungan positif dari
lingkungan sekitar kita dan informasi
tentang dampak merokok

TUJUAN BERHENTI
MEROKOK
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, K. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Karies Gigi dengan Jumlah Karies pada
Anak TK Masyithoh Maesan Lendah Kulon Progo [Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta]. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1202/1/KARYA TULIS ILMIAH.pdf
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2019, April 11). Hasil Utama Riskesdas 2018. Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. https://www.litbang.kemkes.go.id/hasil-utama-riskesdas-
2018/
Kementerian kesehatan RI. (2019). Info DATIN Kesehatan Gigi Nasional September 2019. In Pusdatin
Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Info DATIN Situasi Kesahatan Gigi dan Mulut.
https://doi.org/10.1109/TDEI.2009.5211872
Listrianah, Zainur, R. A., & Hisata, L. S. (2019). Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada
Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes
Palembang), 13(2), 136–149. https://doi.org/10.36086/jpp.v13i2.238
Nurjanah, M. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Ibu dalam Pencegahan
Karies Gigi di TK Dharmawanita dan Nawakartika Desa Sumberbening Kabupaten Ngawi [Stikes
Bhakti Husada Mulia Madiun]. http://repository.stikes-bhm.ac.id/603/1/1.pdf
Ratnahsari, Y. (2017). Hubungan Motivasi Ibu terhadap Anak tentang Perawatan Gigi dengan Kejadian
Karies Gigi pada Anak Usia 6-12 Tahun di SDN Cermo 06 Kecamatan Kare Kabupaten Madiun
[Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun]. http://repository.stikes-bhm.ac.id/250/1/81.pdf

c. Host (saliva dan gigi)


SOAL d. Oral hygiene
e. Substrat/diet

3. Upaya pencegahan karies gigi dengan


1. Jenis karies berdasarkan lokasi karies
melakukan perawatan saluran akar dan
menurut G. V. Black yang terjadi pada
pencabutan gigi termasuk dalam upaya ….
bagian aproksimal dari gigi anterior baik
a. Perlindungan khusus
bagian mesial maupun distal tetapi belum
b. Diagnosis dini
mengenai sepertiga insisal gigi yaitu karies
c. Pengobatan yang tepat
….
d. Pembatasan kecacatan
a. Kelas I
e. Rehabilitasi
b. Kelas II
c. Kelas III
4. Upaya memastikan tersedianya sarana dan
d. Kelas IV
prasarana sesuai standar, tenaga kesehatan
e. Kelas V
gigi dan mulut yang berkompeten dan
berbudaya kinerja, serta mengoptimalisasi
2. Faktor risiko yang paling penting dalam
pelayanan melalui program Upaya Kesehatan
proses awal terjadinya karies gigi adalah ….
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
a. Makanan
Perorangan (UKP) di fasilitas kesehatan
b. Mikroorganisme
merupakan strategi untuk ….
ESI DIMI EMAYA TM 6
25000120120041 / 3A FKM 2020 EPTM
a. Meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan gigi dan mulut
b. Meningkatkan aksesiblitas terhadap
pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c. Meningkatkan peran serta stakeholders
terkait pelayanan kesehatan gigi dan
mulut
d. Meningkatkan upaya promotif pelayanan
kesehatan gigi dan mulut
e. Meningkatkan upaya preventif pelayanan
kesehatan gigi dan mulut

5. Bakteri yang merupakan penyebab utama


terjadinya karies gigi yaitu ….
a. Escherichia coli
b. Clostridium tetani
c. Salmonella typhi
d. Treponema pallidum
e. Streptococcus mutans

Anda mungkin juga menyukai