Peserta didik juga mengkaji kasus-kasus pelanggaran terhadap norma dan aturan
dengan berdasarkan ketentuan normatif dalam konstitusi dapat mencari solusi
dan inovasi untuk memecahkan kasus tersebut; mengevaluasi pelaksanaan
kesepakatan bersama di sekolah; serta menghubungkannya dengan konstitusi dan
norma sebagai kesepakatan bersama, sehingga muncul kesadaran untuk
mematuhi konstitusi dan norma; mengklasifikasi dan mensimulasikan
musyawarah para pendiri bangsa berdasarkan ide- ide yang lebih kompleks
tentang rumusan Pancasila dan UUD 1945; serta menganalisis secara kritis
hubungan satu regulasi dengan regulasi turunannya. Peserta didik juga mengkaji
secara kritis kasus wilayah yang sering diperebutkan, secara kreatif dan inovatif
terlibat mempromosikan perlunya menjaga keutuhan wilayah Indonesia
sebagai satu kesatuan; mengampanyekan praktik baik dan sikap menjaga
keutuhan NKRI dan kerukunan bangsa di lingkungan lokal dan regional;
mengidentifikasi tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai negara kesatuan;
serta menganalisis peran Indonesia sebagai negara kesatuan dalam pergaulan
antarbangsa dan negara di dunia. Peserta didik juga dapat menganalisis
secara kritis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; menganalisis perdebatan para pendiri bangsa tentang rumusan dan
isi Pancasila; mempresentasikan peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan global; serta menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta
didik.
256
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi
genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu: penjelasan untuk membangun
konteks (explaining, building the context),pemodelan (modelling), pembimbingan (joint
construction), dan pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi
genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan model- model lain
sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu.
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi
genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu: penjelasan (explaining, building the
context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan
pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi genre,
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan model-model lain
sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu.
Indonesia diapit oleh Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan
Pasifik, sehingga secara geografis Indonesia menempati lokasi strategis dalam
jalur lalu lintas masyarakat dunia. Sudah sejak lama Indonesia menjadi tempat
persinggahan berbagai bangsa, dengan turut membawa ragam budaya dari
tanah asalnya, dan berinteraksi dengan ragam budaya asli Indonesia. Proses ini
yang melahirkan berbagai bentuk budaya baru yang bercampur dalam balutan
kearifan lokal, kemudian membentuk model Indonesia dengan karakteristik
Indonesia dan citarasa Indonesia. Selain itu posisi Indonesia sebagai pusat
persemaian dan penyerbukan silang budaya ikut melahirkan kultur masyarakat
yang inklusif, plural, serta mampu mengembangkan berbagai corak
kebudayaan yang lebih banyak dibandingkan dengankawasan dunia manapun.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menggunakan sumber primer dan
sekunder untuk melakukan penelitian sejarah sejarah lokal secara
diakronis atau sinkronis kemudian
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain.
Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk
menjelaskan dan menganalisis peristiwa sejarah serta memaknai nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber sekunder dan sumber
primer untuk melakukan penelitian sejarah nasional, sejarah dunia, dan/atau
sejarah tematis, secara sinkronis atau diakronis kemudian
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain
itu mereka juga mampu
menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan dan menganalisis
peristiwa sejarah dari berbagai perspektif dan mengaktualisasikan minat
bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi lanjutan atau kegiatan
kesejarahan di luar sekolah.
Melalui pendidikan seni musik, manusia diajak untuk berpikir dan bekerja artistik-
estetik secara kreatif, memiliki daya apresiasi, menerima perbedaan, menghargai
kebhinekaan global, sejahtera secara utuh (jasmani, mental-psikologis, dan rohani),
yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia (diri sendiri
dan orang lain) dan pengembangan pribadi setiap orang dalam proses
pembelajaran yang berkesinambungan (terus menerus).
2. Peserta didik peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar.
3. Peserta didik mampu mengasah dan mengembangkan musikalitas, terlibat
dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai, tepat, dan
bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab tantangan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Secara sadar dan bermartabat peserta didik mengusahakan perkembangan
kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk diri sendiri maupun
untuk sesama dan alam sekitar.
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
Secara Artistik menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
(Thinking and Working berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
Artistically) maupun usai berpraktik musik untuk
perkembangan dan perbaikan kelancaran serta
keluwesan bermusik, serta memilih,
memainkan, menghasilkan, dan menganalisa
karya-karya musik secara aktif, kreatif,
artistik, musikal, dan mengandung nilai-nilai
kearifan lokal baik secara individu maupun
secara berkelompok.
Menciptakan Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
(Creating) menghasilkan gagasan hingga menjadi karya
musik yang otentik dalam sebuah sajian
dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-
musik baik intrinsik maupun ekstrinsik,
keragaman konteks, baik secara terencana
maupun situasional sesuai dan sadar akan
kaidah tata bunyi/musik.
Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, Peserta didik mampu
bagi diri sendiri dan menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
orang lain berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan-
kegiatan bermusik lewat bernyanyi,
memainkan media bunyi-musik dan
memperluas ragam praktik musiknya serta
terus mengusahakan mendapatkan
pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi
perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara
utuh dan bersama.
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
Secara Artistik menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
(Thinking and Working berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
Artistically) maupun usai berpraktik musik dengan
kesadaran untuk perkembangan dan
perbaikan kelancaran serta keluwesan
bermusik, serta memilih, memainkan,
menghasilkan, menganalisa, dan merefleksi
karya-karya musik secara aktif, kreatif,
artistik, dan musikal secara bebas dan
bertanggung jawab, serta sensitif terhadap
fenomena kehidupan manusia.
Menciptakan Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
(Creating) menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
melibatkan praktik-praktik selain musik
(bentuk seni yang lain) baik secara terencana
maupun situasional yang berguna bagi
perbaikan hidup diri sendiri, sesama,
lingkungan, dan alam semesta.
Pembelajaran seni rupa memperlihatkan seni rupa sebagai kekuatan adidaya yang
dapat membentuk sejarah, budaya dan peradaban sebuah bangsa maupun
seluruh dunia. Peserta didik Indonesia harus menghargai dan melestarikan budaya,
terutama budaya Indonesia. Karena melalui budaya peserta didik Indonesia akan
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dapat melihat, merasakan dan
mengalami sebuah keindahan sehingga dengan kesejahteraan jiwanya itu, peserta
didik dapat memberikan kemampuan terbaik yang dimiliki dirinya pada
lingkungan dan masyarakat.
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase D, peserta didik mampu berkarya
Artistik (Thinking and dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati
Working Artistically) dan penilaian pada karya seni secara ekspresif,
produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik
mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan
pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan
gagasan untuk memecahkan masalah, menjawab
tantangan dan peluang yang ada di lingkungan
sekitarnya. Peserta didik mampu melihat
keterhubungan dengan bidang keilmuan lainnya.
minat pada bidang kreatif, akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang.
Seni Rupa merupakan wahana untuk melatih berpikir kreatif, terlepas dari
kemampuan dan minat peserta didik. Di akhir fase E, peserta didik diharapkan
memiliki nalar kritis, menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam
proses kreatif dalam merespon lingkungannya secara mandiri dan/atau
berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut, peserta didik telah memahami
ruang, proporsi, gesture dan menentukan bahan, alat, teknik, teknologi dan
prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya. Selain itu, peserta didik juga
dapat menyampaikan pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang
karya seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya, secara
efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni rupa yang tepat.
Fase E Berdasarkan Elemen
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkarya
Artistik (Thinking and dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati
Working Artistically) dan penilaian pada karya seni secara ekspresif,
produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik
mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan
pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan
gagasan dan menggunakan berbagai sudut
pandang untuk mendapatkan gagasan,
menciptakan peluang, menjawab tantangan dan
menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik juga mampu bekerja secara mandiri,
Seni teater dapat menjawab potensi manusia sebagai homo Socius (makhluk sosial).
Bagaimana teater dapat mengajarkan cara berkomunikasi baik secara verbal
maupun nonverbal agar peserta didik dapat berinteraksi dan menyampaikan pesan
dengan lebih baik dan menarik lagi dengan lingkungan sekitar. Hal ini dapat
dipraktekkan dalam bentuk eksperimen pertunjukan di kelas, di mana peserta
didik dapat bekerja sama dalam permainan peran, menulis naskah, atau latihan
repetisi dalam gladi bersih. Kerja teater adalah kerja ansambel sehingga semua
bidang adalah penting dan setiap orang memiliki peran untuk bersama mencapai
tujuan bersama (gotong royong).
Manusia sebagai makhluk yang mampu berinovasi (homo creator) dapat diarahkan
untuk dapat melihat persoalan- persoalan di sekitarnya, mencari lebih jauh
permasalahan, dan menggunakan media seni teater untuk berkreasi dan berinovasi
untuk mengulik, menyampaikan atau mencari alternatif jawaban terhadap
persoalan tersebut (berpikir kritis, kreatif dan asas berkebhinekaan global). Untuk
mengasah potensi homo creator, peserta didik dapat berperan serta dalam
proses membuat dan mempersiapkan pertunjukan menurut kemampuan
masing-masing. Seni teater dapat mengajarkan empati dan tanggung jawab kepada
sesama, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali dan
mengeksplorasi potensi individu, kerjasama, dan unity menuju kreativitas estetis,
berdasarkan norma yang berlaku (beriman dan bertaqwa pada Tuhan yang Maha
Esa).
Oleh karena itu, mata pelajaran seni teater dapat membentuk profil Pelajar
Pancasila dengan sikap beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, kritis
(mengasah daya pikir, memahami persoalan di
Berpikir dan Bekerja Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan
Secara Artistik bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari
mengeksplorasi, merancang, dan memproduksi, dan
memainkan tata artistik panggung. Konsep ini
dilakukan dengan kerja ansambel untuk melatih
peserta didik bertanggung jawab atas peran masing
masing dalam pertunjukan baik secara artistik
maupun non-artistik, mengusung dan mensukseskan
pertunjukan bersama.
Berpikir dan Bekerja Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan
Secara Artistik bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari
mengeksplorasi, merancang, memproduksi, dan
memainkan dan mengkritisi konsep tata artistik
panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja
ansambel untuk melatih peserta didik bertanggung
jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan
baik secara artistik maupun non-artistik,
serta mengusung dan
mensukseskan pertunjukan bersama.
Mata Pelajaran Matematika membekali peserta didik tentang cara berpikir, bernalar,
dan berlogika melalui aktivitas mental tertentu yang membentuk alur berpikir
berkesinambungan dan berujung pada pembentukan alur pemahaman terhadap
materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi,
masalah, dan solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental
tersebut dapat memperkuat disposisi peserta didik untuk merasakan makna dan
manfaat matematika dan belajar matematika serta nilai- nilai moral dalam belajar
Mata Pelajaran Matematika, meliputi kebebasan, kemahiran, penaksiran,
keakuratan, kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian, kedisiplinan,
ketekunan, ketangguhan, kepercayaan diri, keterbukaan pikiran, dan kreativitas.
Dengan demikian relevansinya dengan profil pelajar Pancasila, Mata Pelajaran
Matematika ditujukan untuk mengembangkan kemandirian, kemampuan bernalar
kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun materi pembelajaran pada Mata Pelajaran
Matematika di setiap jenjang pendidikan dikemas melalui bidang kajian Bilangan,
Aljabar, Pengukuran, Geometri, Analisis Data dan Peluang.
154
Elemen Capaian Pembelajaran
cara, termasuk faktorisasi dan melengkapkan kuadrat
sempurna.
Pengukuran Di akhir fase D peserta didik dapat menemukan cara untuk
menentukan luas permukaan dan volume bangun berdimensi
tiga (prisma, tabung, bola, limas dan kerucut)dan
menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikan masalah.
Mereka dapat menerapkan rasio pada pengukuran dalam
berbagai konteks antara lain: perubahan ukuran (faktor skala)
unsur-unsur suatu bangun terhadap panjang busur, keliling,
luas dan volume; konversi satuan pengukuran dan skala pada
gambar.
Fungsi -
Pengukuran -
Geometri Di akhir fase E, peserta didik dapat menentukan
perbandingan trigonometri dan memecahkan masalahyang
melibatkan segitiga siku-siku.
Analisis Di akhir fase E, peserta didik dapat menampilkan dan
Data dan menginterpretasi data menggunakan statistik yang sesuai
Peluang bentuk distribusi data untuk membandingkan nilai tengah
(median, mean) dan sebaran (jangkauan interkuartil, standar
deviasi) untuk membandingkan duaatau lebih himpunan data.
Mereka dapat meringkas datakategorikal untuk dua kategori
dalam tabel frekuensi dua arah, menafsirkan frekuensi relatif
dalam konteks data (termasuk frekuensi relatif bersama,
marginal, dan kondisional), dan mengenali kemungkinan
asosiasi dan tren dalam data. Mereka dapat membedakan
antara korelasi dan sebab-akibat. Mereka dapat
membandingkan distribusi teoretis diskrit dan distribusi
eksperimental, dan mengenal peran penting dari ukuran
sampel. Mereka dapat menghitung peluang dalam situasi
diskrit.
Pengukuran -
Geometri Di akhir fase F, peserta didik menerapkan teorema tentang
lingkaran, dan menentukan panjang busur danluas juring
lingkaran.
Analisis Di akhir fase F, peserta didik dapat merumuskan
Data dan pertanyaan, mengumpulkan informasi, menyajikan,
Peluang menganalisis, hingga menarik kesimpulan dari suatu data
dengan membuat rangkuman statistik deskriptif.
mengevaluasi proses acak yang mendasari percobaan
statistik,. Mereka menggunakan peluang bebas dan
bersyarat untuk menafsirkan data.
Fungsi -
Kalkulus -
Pengukuran -
Geometri Di akhir fase F, peserta didik dapat menyatakan sifat- sifat
geometri dari persamaan (garis singgung, lingkaran, elips,
parabola, hiperbola). Mereka menggunakan sistem koordinat
untuk membuktikan sifat geometri sederhana secara aljabar.
Fungsi -
Kalkulus Di akhir fase F, peserta didik menerapkan konsep dasar
kalkulus, yaitu limit, turunan dan integral dalam penyelesaian
masalah.
CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Pembelajaran bahasa Inggris umum di jenjang Sekolah Dasar dan Menengah dalam
kurikulum nasional memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membuka
wawasan yang berkaitan dengan diri sendiri, hubungan sosial, kebudayaan, dan
kesempatan kerja yang tersedia secara global. Mempelajari bahasa Inggris
memberikan peserta didik kemampuan untuk mendapatkan akses ke dunia luar
dan memahami cara berpikir yang berbeda. Pemahaman mereka terhadap
pengetahuan sosial-budaya dan interkultural ini meningkatkan kemampuan berpikir
kritis. Dengan memahami budaya lain dan interaksinya dengan budaya Indonesia,
mereka mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia,
memperkuatidentitas dirinya, dan dapat menghargai perbedaan.
1
memberikan pendapat, membuat perbandingan dan menyampaikan preferensi.
Mereka menjelaskan dan memperjelas jawaban mereka menggunakan struktur
kalimat dan kata kerja sederhana.
By the end of Phase D, students use English to interact and exchange ideas,
experiences, interests, opinions and views with teachers, peers andothers in an
increasing variety of familiar formal and informal contexts.
With some repetition and rewording, they comprehend the main ideas and
relevant details of discussions or presentations on a variety of general interest
topics. They engage in discussion such as giving opinions, makingcomparisons
and stating preferences. They explain and clarify their answers using basic
sentence structure and verb tenses.
Pada akhir fase D, peserta didik membaca dan merespon teks familiar dan tidak
familiar yang mengandung struktur yang telah dipelajari dan kosakata yang
familiar secara mandiri. Mereka mencari dan mengevaluasi ide utama dan
informasi spesifik dalam berbagai jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak
atau digital, termasuk diantaranya teks visual, multimodal atau interaktif.
Mereka mengidentifikasi tujuan teks dan mulai melakukan inferensi untuk
memahami informasi tersiratdalam sebuah teks.
By the end of Phase D, students independently read and respond to familiar and
unfamiliar texts containing predictable structures and familiar vocabulary. They
locate and evaluate main ideas and specific information in texts of different
genres. These texts may be in the form of print or digital texts, including visual,
multimodal or interactive texts. Theyidentify the purpose of texts and begin to
make inference to comprehend implicit information in the text.
By the end of Phase D, students communicate their ideas and experience through
simple, organized paragraphs, demonstrating a developing use of specific
vocabulary and simple sentence structures. Using models, they plan, create and
present informative, imaginative and persuasive texts in simple and compound
sentences to structure arguments and to explain or justify a position. They include
basic information and detail, and also varytheir sentence construction in their
writing. Students express ideas in the present, future, and past tenses. They use
time markers, adverbs of frequency and common conjunctions to link ideas. Their
attempts to spell new words are based on known English letter-sound
relationships and they use punctuation and capitalization with consistency.
Pada akhir fase E, peserta didik membaca dan merespon berbagai macam
teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, eksposisi, recount, danreport. Mereka
membaca untuk mempelajari sesuatu atau untuk mendapatkan informasi.
Mereka mencari dan mengevaluasi detil spesifik dan inti dari berbagai
macam jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk
diantaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Pemahaman mereka
terhadap ide pokok, isu-isu atau pengembangan plot dalam berbagai macam
teks mulai berkembang. Mereka mengidentifikasi tujuan penulis dan
mengembangkan keterampilannya untuk melakukan inferensi sederhana
dalam memahami informasi tersirat dalam teks.
By the end of Phase E, students read and respond to a variety of texts, such as
narratives, descriptions, procedures, expositions, recount and report. They read
to learn or to find information. They locate and evaluate specific details and main
ideas of a variety of texts. These texts may be inthe form print or digital texts,
including visual, multimodal or interactive texts. They are developing
understanding of main ideas, issues or plot development in a variety of texts.
They identify the author’s purposes and
are developing simple inferential skills to help them understand implied
information from the texts.
Pada akhir fase E, peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan non-
fiksi, melalui aktivitas yang dipandu, menunjukkan kesadaran peserta didik
terhadap tujuan dan target pembaca. Mereka membuat perencanaan, menulis,
mengulas dan menulis ulang berbagai jenis tipeteks dengan menunjukkan
strategi koreksi diri, termasuk tanda baca dan huruf besar. Mereka
menyampaikan ide menggunakan kosa kata dan kata kerja umum dalam
tulisannya. Mereka menyajikan informasi menggunakan berbagai mode
presentasi untuk menyesuaikan dengan pembaca/pemirsa dan untuk
mencapai tujuan yang berbeda-beda, dalam bentuk cetak dan digital.
By the end of phase E, students write a variety of fiction and non-fiction texts,
through guided activities, showing an awareness of purpose and audience. They
plan, write, review and redraft a range of text types with some evidence of self-
correction strategies, including punctuation and capitalization. They express
ideas and use common/daily vocabulary andverbs in their writing. They present
information using different modes of presentation to suit different audiences and
to achieve different purposes, in print and digital forms.
Pada akhir fase F, peserta didik membaca dan merespon berbagai macam teks
seperti narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi,dan diskusi secara
mandiri. Mereka membaca untuk mempelajari sesuatu dan membaca untuk
kesenangan. Mereka mencari, membuat sintesa dan mengevaluasi detil spesifik
dan inti dari berbagai macam jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau
digital, termasuk diantaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka
menunjukkan pemahaman terhadap ide pokok, isu-isu atau pengembangan
plot dalam berbagai macam teks. Mereka mengidentifikasi tujuan penulis dan
melakukan inferensi untuk memahami informasi tersirat dalam teks.
By the end of Phase F, students independently read and respond to a wide range
of texts such as narratives, descriptives, expositions, procedures, argumentatives
and discussions. They read to learn and read for pleasure. They locate, synthesize
and evaluate specific details and gistfrom a range of text genres. These texts may
be in the form of print or digital texts, including visual, multimodal or interactive
texts. They demonstrate an understanding of the main ideas, issues or plot
development in a range of texts. They identify the author’s purpose and make
inference to comprehend implicit information in the text.
Pada akhir fase F, peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan faktual
secara mandiri, menunjukkan kesadaran peserta didik terhadaptujuan dan
target pembaca. Mereka membuat perencanaan, menulis, mengulas dan
menulis ulang berbagai jenis tipe teks dengan menunjukkan strategi koreksi
diri, termasuk tanda baca, huruf besar dan tata bahasa. Mereka
menyampaikan ide kompleks dan menggunakan berbagai kosa kata dan tata
bahasa yang beragam dalamtulisannya. Mereka menuliskan kalimat utama
dalam paragraf-paragraf mereka dan menggunakan penunjuk waktu untuk
urutan, juga konjungsi, kata penghubung dan kata ganti orang ketiga untuk
menghubungkan atau membedakan ide antar dan di dalam paragraf.
Mereka menyajikan informasi menggunakan berbagai mode presentasi
untuk menyesuaikan dengan pemirsa dan untuk mencapai tujuan yang
berbeda-beda, dalam bentuk cetak dan digital.
By the end of Phase F, students independently write an extensive range of
fictional and factual text types, showing an awareness of purpose andaudience.
They plan, write, review and redraft a range of text types with some evidence of
self-correction strategies, including punctuation, capitalization and tenses. They
express complex ideas and use a wide range of vocabulary and verb tenses in
their writing. They include topic sentences in their paragraphs and use time
markers for sequencing, alsoconjunctions, connectives and pronoun references
for linking or contrasting ideas between and within paragraphs. They present
information using different modes of presentation to suit different audiences
and to achieve different purposes, in print and digital forms.
V.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS TINGKAT LANJUT
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut
Bahasa Inggris Tingkat Lanjut adalah program di luar pengajaran bahasa Inggris
wajib, yang diberikan di kelas 11 dan 12 untuk memfasilitasi peserta didik yang betul-
betul berminat untuk mempelajari bahasa Inggris dengan lebih komprehensif dan
terfokus. Program ini diharapkan dapat membantu peserta didik berhasil
mencapai kemampuan akademik yang ditargetkan serta ‘’life skills’’ yang diperlukan
untuk dapat hidup dalam tatanan dunia dan teknologi yang berubah dengan cepat.
Selain life skills, di dalam pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut juga
menekankan pada keterampilan Abad 21 (berpikir kritis, kreatifitas, komunikasi,
dan kolaborasi),pengembangan karakter, dan literasi sesuai kebutuhan.
DSI Pada akhir fase D, peserta didik menyadari keberadaan dunia digital
disekitarnya, ketersediaan data dan informasi lewat aplikasi media
sosial, serta memahami keterbukaan informasi,memilih informasi
yang bersifat publik atau privat, menjaga keamanan dirinya dalam
masyarakat digital dan menerapkan
etika dunia maya.
PLB Pada akhir fase D, peserta didik mampu bergotong royong untuk
mengidentifikasi persoalan, merancang, mengimplementasi, menguji,
dan menyempurnakan artefak komputasional yang merupakan solusi
dari persoalan tersebut,serta mengomunikasikan secara lisan
maupun tertulisproduk dan proses pengembangan solusinya dalam
bentuk karya
kreatif yang menyenangkan.
PLB Pada akhir fase E, peserta didik mampu bergotong royong dalam tim
inklusif untuk mengerjakan proyek bertema informatika sebagai
solusi persoalan masyarakat, mulai dari mengidentifikasi persoalan,
merancang, mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan
program komputer didasari strategi algoritma yang sesuai, dan
mengkomunikasikan secaralisan maupun tertulisproduk, proses
pengembangan solusi dan
manfaat solusinya bagi masyarakat.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA)
Pada akhir fase F, peserta didik: a) mampu mengkaji berbagai strategi
algoritmik yang menghasilkan lebih dari satu solusi persoalan,
menganalisis setiap solusi, serta menentukan solusiyang paling efisien dan
optimal untuk dikembangkan menjadi program komputer, mengkritisi kasus-
kasus terkini terkait informatika di masyarakat, merancang dan
mengimplementasi struktur data abstrak yang lebih kompleks menggunakan
beberapa library standar termasuk library untuk kecerdasan buatan
(Artificial Intelligence) dan pengolahan data bervolume besar,
mengembangkan, melakukan pemeliharaan, dan penyempurnaan kode
sumber program dengan tetap memperhatikan kualitasnya serta menuliskan
dokumentasi dan menjelaskan aspek statik dan dinamik dari program
komputer, menerjemahkan sebuah program dalam satu bahasa yang sudah
dikenalnya ke bahasa lain berdasarkan kaidah translasi yang diberikan,
memahami jaringan komputer dari sisi teknis, termasuk cyber security, dan
tata kelola untuk mengontrol akses data ke sistem, mampu melakukan
konfigurasi dan setting komputer ke jaringan komputer dan internet
untuk menjamin keamanan dirinya dan b) mampu bergotong royong
dengan menggunakan berbagai perkakas TIK untuk merancang,
mengimplementasi, menguji, memperbaiki, menghasilkan prototipe
perangkat lunak yang berinteraksi dengan single board computer/controller
atau kit elektronika untuk edukasi yang bisa diprogram atau
mengembangkan program untuk mengolah data bervolume besar serta
mampu mengkomunikasikan produk dan proses pengembangan perangkat
lunak yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak aplikasi
DSI Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengkaji secara kritis
kasus-kasus sosial terkini terkait produk TIK dan sistem
komputasi, menganalisis kasus, memberikan berbagaiargumentasi
dan rasionalnya.
PLB Pada akhir fase F, peserta didik mampu bergotong royong dalam tim
inklusif untuk mengerjakan proyek pengembangan sistem komputasi
mulai dari menganalisis, mengidentifikasi persoalan, merancang,
mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan sistem
komputasi yang merupakan solusi dari persoalan tersebut, serta
mengkomunikasikan secara lisandan tertulis produk, proses
pengembangan solusi serta
manfaat dari solusi tersebut.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PROJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN
SOSIAL (IPAS)
A. Rasional
Ilmu adalah terjemahan dari science (sains). Kata Sains diambil dari bahasa
latin yaitu “Scientia“, secara etimologi (bahasa) kata sains memiliki arti
“Pengetahuan”, dalam hal ini pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu
kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi, didapatkan dan
dibuktikan melalui metode ilmiah.
Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berfungsi untuk
membekali peserta didik agar mampu menyelesaikan permasalahan di
kehidupan nyata pada abad 21 ini yang berkaitan dengan fenomena alam
dan sosial di sekitarnya secara ilmiah dengan menerapkan konsep sains.
Atau dengan kata lain, setelah mempelajari mata pelajaran Projek Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial, peserta didik dapat memperoleh kecakapan
untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah agar dapat hidup lebih
nyaman, lebih sehat, dan lebih baik.
Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial meliputi integrasi antara social
sciences dan natural sciences menjadi kunci keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Bagaimana segala aspek kehidupan bersosial dalam
kebhinekaan, keberagaman agama, dan saling bergotong royong mencakup
dalam social sciences. Interaksi antara manusia dengan alam, serta melihat
berbagai fenomena yang terjadi dengan alam, mampu dijelaskan secara logis
dan ilmiah dengan natural science. Sehingga kita mampu memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam dengan arif dan bijaksana.
B. Tujuan
Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial bertujuan untuk
membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan,
dan sikap (hard skills dan soft skills):
1. Menerapkan pola pikir, perilaku, dan membangun karakter peserta didik
untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan
alam semesta, serta permasalahan yang dihadapi.
2. Mampu menelaah manfaat potensial dan risiko dari penggunaan Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial.
3. Mampu membuat keputusan yang lebih berdasar dengan menggunakan
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial serta teknologi.
4. Mampu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi melalui sains baik
masalah individu maupun masyarakat.
C. Karakteristik
Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial memiliki objek
kajian berupa benda konkret yang terdapat di alam dan dikembangkan
berdasarkan pengalaman empirik, yaitu pengalaman nyata yang dirasakan
oleh setiap orang dan memiliki langkah-langkah sistematis serta
menggunakan cara berpikir yang logis.
Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga
menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimana berperan di
masyarakat. Keterampilan yang ditumbuhkan dalam PjBL diantaranya
keterampilan komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen
organisasi dan waktu, keterampilan penelitian dan penyelidikan,
keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi kelompok dan
kepemimpinan, dan pemikiran kritis.
Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial terdiri dari tiga elemen kompetensi
yang mengacu pada kompetensi literasi saintifik, yaitu menjelaskan
fenomena secara ilmiah, mendesain dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah,
menerjemahkan data dan bukti-bukti secara ilmiah. Ketiga elemen tersebut
disampaikan dalam bentuk projek. Dalam satu tahun peserta didik
diharapkan mempelajari ketujuh aspek dan melakukan projek terkait aspek
tersebut. Dalam satu projek dapat terdiri dari satu aspek atau gabungan dari
beberapa aspek. Masing-masing aspek mempunyai lingkup yang berbeda
disesuaikan dengan rumpun bidang keahliannya (Rumpun Teknologi;
Rumpun Kesehatan dan Pekerjaan Sosial, Agribisnis dan Agriteknologi, serta
Kemaritiman; dan Rumpun Bisnis dan Manajemen, Pariwisata, serta Seni
dan Ekonomi Kreatif). Rumpun bidang keahlian dibagi menjadi tiga. Berikut
adalah deskripsi aspek IPAS berdasarkan rumpun bidang keahlian.
1. Rumpun Teknologi
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik diharapkan dapat memahami dan membuat
teks informasi, mendeskripsikan kejadian dan fenomena, melaporkan
percobaan, menyajikan dan mengevaluasi data, memberikan penjelasan, dan
menyajikan opini atau klaim sesuai dengan lingkup bidang keahliannya.
Mereka juga dapat memahami serta membuat teks multimedia seperti bagan,
grafik, diagram, gambar, peta, animasi, dan media visual. Peserta didik
menggunakan struktur bahasa untuk menghubungkan informasi dan ide,
memberikan deskripsi dan penjelasan, merumuskan hipotesis, dan
mengkonstruksi argumen yang didasarkan pada bukti-bukti sehingga dapat
mengekspresikan posisinya.
Peserta didik memahami ketujuh aspek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial
yang terdiri dari makhluk hidup dan lingkungannya; zat dan perubahannya;
energi dan perubahannya; bumi dan antariksa; keruangan dan konektivitas
antar ruang dan waktu; interaksi, komunikasi, sosialisasi, institusi sosial
dan dinamika sosial; serta perilaku ekonomi dan kesejahteraan sesuai
dengan karakteristik bidang keahliannya.
E. Referensi
OECD (PISA Scientific Literacy)
ACARA (Science Literacy General Capabilities) & (Humanities and Social
Sciences Learning Area)
https://adoc.pub/ilmu-pengetahuan-bumi-dan-antariksa.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/23/070000169/energi-
dan-perubahannya
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf
/pengantar_5.pdf
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung:
Rosdakarya.
Mar’at (1981). Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya. Jakarta;
Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia.
Figriyana, Afridatul. 2017. Alam Semesta (Tata Surya).
http://mybloghaenes.blogspot.com/2017/11/v-
behaviorurldefaultvmlo.html. Diunduh pada 2021.
Fitrianti, Nadya. 2015. Optimalisasi Penggunaan Sumber Energi Non-
Konvensional Sebagai Upaya Mengurangi Tingkat Penggunaan Bahan
Bakar Minyak Untuk Pembangkit Listrik Di Indonesia.
http://nadya14009.blogspot.com/2015/11/optimalisasi-penggunaan-
sumberenergi.html. Diunduh pada 2021.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
A. Rasional
Dasar-dasar Teknika Kapal Penangkap Ikan merupakan mata pelajaran yang
berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan tentang teknika
kapal penangkap ikan, yaitu kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu
atau keseluruhan cara melayarkan sebuah kapal dari suatu tempat ke
tempat lainnya dengan cepat, tepat, selamat, aman dan ekonomis dalam
usaha penangkapan ikan dan menjadi landasan bagi peserta didik untuk
mendalami tentang teknika kapal penangkap ikan secara utuh. Teknika
kapal penangkap ikan merupakan komponen penting dalam bidang
pelayaran kapal penangkap ikan, karena itu penting dipelajari guna
memahami daerah, metode/teknik penangkapan ikan, dan menjaga hasil
tangkapan di laut secara berkelanjutan.
1
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-dasar Teknika Kapal Penangkap Ikan bertujuan
membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft
skills dan hard skills):
1. Memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang teknika kapal
penangkap ikan;
2. Memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan
isu-isu global di bidang teknika kapal penangkap ikan;
3. Memahami technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/
profesi di bidang teknika kapal penangkap ikan;
4. Memahami lingkup kerja dasar teknika kapal penangkap ikan;
5. Memahami prosedur darurat/SAR;
6. Memahami tata laksana perikanan yang bertanggung-jawab/Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF);
7. Memahami bangunan dan stabilitas kapal penangkap Ikan;
8. Memahami teknik penangkapan, penanganan, dan penyimpanan ikan
hasil tangkapan;
9. Memahami mesin penggerak kapal penangkap ikan.
C. Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-dasar Teknika Kapal Penangkap Ikan memiliki
karakteristik dasar tersendiri. Pada hakikatnya mata pelajaran ini
berkonsentrasi pada kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh calon pelaut
perikanan, yaitu dasar-dasar kompetensi dalam menghadapi keadaan
darurat dan memanfaatkan sumber daya perikanan secara bertanggung-
jawab dengan mengindahkan hukum maritim dan peraturan perikanan.
2
5. Kunjungan ke lapangan atau industri penangkapan ikan, yang berskala
kecil dan besar;
6. Pencarian informasi melalui media digital.
Tahap pengembangan soft skill ini membutuhkan porsi dominan (75%) dari
alokasi waktu yang disediakan di kelas X, sebelum mempelajari aspek hard
skills sebagaimana tercantum pada elemen mata pelajaran. Pengembangan
soft skills pada mata pelajaran ini adalah untuk menumbuhkembangkan
passion (renjana), vision (visi), imajinasi, kreativitas, motivasi, rasa percaya
diri, dan membangun etos kerja.
Elemen Deskripsi
3
Elemen Deskripsi
4
Elemen Deskripsi
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran utuh
mengenai program keahlian Teknika Kapal Penangkap Ikan melalui
penguatan wawasan dunia kerja dan kewirausahaan serta penguasaan
elemen-elemen pembelajaran lainnya sehingga mampu menumbuhkan
passion (renjana), vision (visi) yang dapat memotivasi dalam merencanakan
serta melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya.
Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-dasar
Teknika Kapal Penangkap Ikan dapat diuraikan sebagai berikut.
5
Elemen Capaian Pembelajaran
Prosedur darurat dan SAR Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang materi kesehatan dan
keselamatan awak kapal penangkap ikan,
respons situasi darurat kapal penangkap ikan,
identifikasi jenis-jenis keadaan darurat,
prosedur-prosedur darurat, penanggulangan
keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya,
pengorganisasian tindakan dalam keadaan
darurat, pemberian bantuan pada situasi
darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong
orang dan kapal lain sesuai SOP.
Tata laksana perikanan yang Pada akhir fase E, peserta didik dapat
bertanggung jawab/ Code of memahami tentang CCRF (Code of Conduct for
Conduct for Responsible Responsible Fisheries), kerusakan habitat ikan
Fisheries (CCRF) akibat operasi penangkapan, efek samping
kerusakan habitat akibat alat tangkap liar,
pemeliharaan daya dukung sumber daya laut
dan manfaat ikan sebagai bahan makanan yang
baik, selektivitas alat tangkap, ukuran alat
tangkap dan faktor-faktor yang mempengaruhi,
tanggung jawab pemerintah mengoptimalkan
energi yang digunakan dalam perikanan
industri, tanggung jawab pemerintah atas kapal
dan awak kapal penangkap ikan, dan identifikasi
tindakan yang dapat dilakukan oleh Unit
Pelaksana Pelabuhan setempat.
6
Elemen Capaian Pembelajaran
E. Referensi
1. Kepmenakertrans Nomor KEP.191/MEN/VIII/2005 tentang SKKNI
Sektor Perikanan Sub Sektor Nautika Perikanan Laut.
2. International Maritime Organization (IMO) Model Course 7.05 Skipper on a
Fishing Vessel 2008 edition.
3. Buku Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan (ATKAPIN) Tingkat II BPRSDM
Tahun 2020 Kementerian Kelautan dan Perikanan.
4. Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:
330/D.D5/KEP/KR/2017 tentang KI dan KD SMK.