Anda di halaman 1dari 14

Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata

Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WISATA CIBUNTU


KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

Titing Kartika(1), Lia Afriza(2), Khoirul Fajri(3)


(1)(2)(3) STIEPAR YAPARI BANDUNG
nengtiting_kartika@yahoo.co.id
lia.afriza@gmail.com
khoirul.fajri@yahoo.com

ABSTRAK
Desa Cibuntu merupakan salah satu Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kuningan dan
menjadi prioritas jangka panjang pembangun Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggali potensi wisata di Desa Wisata Cibuntu serta membantu dalam upaya
peningkatan pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat akan merasakan dampak positif
dengan adanya pengembangan Desa Wisata tersebut. Dampak yang diharapkan dari
pemberdayaan tersebut tidak hanya berdampak secara ekonomi namum juga secara sosial dan
budaya. Dengan demikian pembangunan bariwisata yang berorientasi pada masyarakat
tersebut akan menjadikan pariwisata yang berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data meliputi kegiatan wawancara,
observasi dan kajian literatur yang kemudian dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan Fokus
Grup Diskusi. Kegiatan penelitian akan melibatkan pemerintah, swasta (industri), asosiasi,
masyarakat (petani, seniman/budayawan, pengelola desa, pemilik homestay serta kelompok
penggerak pariwisata) serta pihak-pihak lain yang memiliki keterkaitan erat dalam
pengembangan Desa Wisata Tersebut. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa pengembangan desa wisata di Cibuntu belum dapat dikatakan optimal dengan belum
terbangunnya sinergitas antara masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian pola
pemberdayaan berkelanjutan di Desa Cibuntu masih memerlukan dorongan yang kuat.

Kata Kunci: Desa Wisata Cibuntu, Pariwisata Berkelanjutan, Pemberdayaan Masyarakat

COMMUNITY EMPOWERMENT IN CIBUNTU TOURISM VILLAGE


KUNINGAN DISTRICT WEST JAVA PROVINCE
ABSTRACT
Cibuntu Village is one of the Tourism Villages in Kuningan Regency and is a priority for long
term goals of West Java province.The purpose of this research is to explore tourism potential
in Cibuntu Tourism Village and help in efforts to increase community empowerment so that
the community will feel a positive impact with the development of the Tourism Village. The
expected impact of empowerment does not only affect economically but also socially and
culturally. Thus the development of community-oriented tourism will make sustainable
tourism.The research method used is qualitative descriptive with data collection techniques
including interviews, observation and literature review which can then be followed up with
the Focus Group Discussion activity. Research activities will involve the government, private
(industry), associations, communities (farmers, artists/ cultural observers, village managers,
homestay owners and tourism activists) as well as other parties that have close links in the
development of the Tourism Village. Based on the results of the study it can be concluded that

11
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

the development of tourist villages in Cibuntu cannot be said to be optimal with the lack of
synergy between the community and the government. Thus the pattern of sustainable
empowerment in Cibuntu Village still requires strong encouragement.

Keywords: Cibuntu Tourism Village, Sustainable Torusim, Community Empowerment .

PENDAHULUAN diresmikan sesuai dengan pemenuhan


Pariwisata saat ini sudah menjadi bagian kriteria dan potensi yang dimiliki
penting dari pembangunan nasional diantaranya Desa Wisata Pasanggrahan di
Indonesia, bahkan sudah menjadi program Purwakarta, Desa Wisata Saribunihayu di
prioritas selain bidang industri dan kawasan Kabupaten Subang, Desa Wisata Cibuntu di
ekonomi khusus, energi, maritim, dan Kabupaten Kuningan, Desa Wisata
pangan. Indonesia adalah negara yang kaya Wangunharja Kabupaten Subang. Pada
akan keberagaman seni, budaya serta alam. penelitian ini Desa Wisata Cibuntu menjadi
Kekayaan tersebut telah menjadi potensi lokus penelitian karena Kuningan
dalam pengembangan parwisata termasuk merupakan salah satu wilayah
pembangunan desa. pengembangan pembangunan Jawa Barat
Saat ini keberadaan Desa Wisata di mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Barat
Indonesia mengalami perkembangan yang 2013-2018 yakni masuk pada wilayah
cukup pesat. Berdasarkan data pada tahun Ciayumajakuning (Kabupaten dan Kota
2009 terdapat terdapat sekitar 144 Desa Cirebon, Kabupaten Indramayu, Majalengka
Wisata. Sementara itu pada tahun 2014 dan Kuningan). Sementara itu Desa Wisata
tercatat terdapat 978 Desa Wisata (PNPM Cibuntu merupakan salah satu daya tarik
Mandiri, 2014). Program Desa Wisata yang menjadi magnet pariwisata Kabupaten
merupakan program yang dibangun oleh Kuningan. Dari sisi penegelolaan, Desa
pemerintah sebagai upaya untuk Wisata Cibuntu belum mengoptimalkan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. pemberdayaan masyarakat sehingga
Masyarakat diberikan hak sepenuhnya untuk penelitian ini dinilai sangat penting untuk
mengelola kekayaan baik yang masih mengetahui pola pemberdayaan apa yang
menjadi potensi maupun sudah menjadi daya seharusnya dilakukan di Desa Wisata
tarik wisata. Namun pada prakteknya, belum Cibuntu sehingga masyarakat dapat
semua masyarakat lokal dapat menerima merasakan dampak positif dari kegiatan
manfaat dari keberadaan Desa Wisata yang wisata tersebut.
ada di daerahnya. Dengan kata lain mereka
belum dilibatkan maupun diberdayakan LANDASAN TEORI
secara optimal. Konsep Pariwisata
Jika mengacu pada Undang-Undang Menurut WTO (World Tourism
Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009 pasal Organization, 1999) pariwisata didefiniskan
4 dinyatakan bahwa tujuan dari sebagai kegiatan manusia yang melakukan
keparwisataan diantaranya adalah untuk perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, luar lingkungan kesehariannya. Kegiatan
meningkatkan kesejahteraan rakyat, tersebut didorong oleh beberapa keperluan
menghapus kemiskinan, mengatasi tanpa bermaksud untuk mencari nafkah,
pengangguran serta melestarikan alam, namun didasarkan pada kebutuhan untuk
lingkungan dan sumber daya. mendapatkan kesenangan dan disertai untuk
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan menikmati berbagai hiburan yang dapat
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (2016), melepaskan lelah dan menghasilkan suatu
terdapat beberapa Desa Wisata yang sudah travel experience dan hospitality service.

12
Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata
Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

Pariwisata merupakan kegiatan dinamis keaslian baik dari segi sosial budaya, adat
yang melibatkan banyak manusia serta istiadat, keseharian, arsitektur tradisional
menghidupkan berbagai bidang usaha dan struktur tata ruang desa yang disajikan
(Ismayati, 2010). dalam suatu bentuk integrasi komponen
Dalam praktisnya kegiatan parwisata pariwisata antara lain seperti atraksi,
perlu didukung oleh berbagai fasilitas serta akomodasi dan fasilitas pendukung
layanan yang disediakan oleh masyarakat, (Darsono, 2005).
pengusaha, pemerntah dan pemerintah Sementara itu Sastrayuda (2010),
daerah seperti yang tertuang dalam Undang- mengungkapkan bahwa ramuan utama desa
Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang wisata diwujudkan dalam gaya hidup dan
kepariwisataan. Berkenaan dengan kualitas hidup masyarakatnya yang
pernyataan tersebut, maka masyarakat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, fisik dan
memiliki peran yang sangat penting terhadap sosial daerah pedesaan tersebut. Keaslian
pembangunan pariwisata baik di tingkat suatu pedesaan akan memperkuat identitas
daerah maupun nasional. diantaranya meliputi ruang, warisan budaya,
Selain itu kegiatan pariwisata juga kegiatan pertanian, bentangan alam,
melibatkan komponen-komponen yang akan pariwisata sejarah dan budaya, serta
saling terkait dalam mendukung suatu pengalaman yang unik dan eksotis khas
pengembangan suatu kawasan. Terdapat dua daerah. Pemodelan desa wisata harus
komponen pariwisata yakni komponen dikembangkan secara kreatif agar dapat
penawaran (supply) dan komponen membangun identitas atau ciri khas daerah
permintaan (demand) dari parwisata. pedesaan tersebut. Selain itu juga Desa
Komponen penawaran merupakan segala Wisata dapat didefiniskan sebagai suatu
sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan bentuk integrasi antara akomodasi dan
meliputi atraksi wisata, akomodasi, fasilitas pendukung yang disajikan dalam
transportasi, infrastruktur, fasilitas suatu struktur kehidupan masyarakat yang
pendukung. Sedangkan permintaan atau menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
demand pariwisata adalah segala sesuatu berlaku. ( Nuryanti, 1993)
yang berhubung dalam permintaan Pengembangan Desa Wisata
pariwisata yaitu pengunjung dan masyarakat Prinsip dasar dari pengembangan desa
(Yoeti, 2008) wisata adalah sebagai satu produk wisata
Indonesia adalah negara yang memiliki alternatif yang dapat memberikan dorongan
keragaman dan keunikan budaya, salah bagi pembangunan pedesaan yang
satunya adalah terdapatnya kawasan desa berkelanjutan (Sastrayuda, 2010). Prinsip
yang memiliki keunikan dan keaslian serta pengelolaan tersebut meliputi:
nilai kearifan lokal. Masyarakat desa yang 1. memanfaatkan sarana dan prasarana
otentik dan kebudayaan yang khas masyarakat setempat
mendorong untuk menjadikannya sebagai 2. menguntungkan masyarakat setempat
daerah tujuan wisata dengan 3. berskala kecil untuk memudahkan
mengembangkan potensi lokal yang ada terjalinnya hubungan timbal balik
tanpa merubah tatanan sosial masyarakat. dengan masyarakat setempat
Dengan demikian pariwisata dan 4. melibatkan masyarakat setempat
pengembangan potensi desa menjadi bagian 5. menerapkan pengembangan produk
yang tak dapat dipisahkan, dengan harapan wisata pedesaan
masyarakat dapat mengetahui dan Kriteria dasar lainnya harus
memberdayakan potensi yang dimilikinya. mencakup penyediaan fasilitas dan prasarana
Desa Wisata yang dimiliki masyarakat lokal, adanya
Desa wisata merupakan suatu dorongan dalam upaya peningkatan
wilayah pedesaan yang menawarkan pendapatan sari sektor pertanian dan

13
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

kegiatan ekonomi tradisional lainnya, dapat dibangun berbagai fasilitas dan


adanya kesempatan bagi penduduk setempat kegiatan sebagai berikut: (Soemarno, 2010)
untuk memiliki peranan yang efektif dalam 1) Eco-lodge : Renovasi homestay agar
proses pembuatan keputusan tentang bentuk memenuhi persyaratan akomodasi
pariwisata yang memnafaatkan kawasan wisatawan, atau membangun guest
lingkungan serta mendorong perkembangan house berupa, bamboo house,
kewirausahaan masyarakat setempat. traditional house, log house, dan lain
Hal lain yang harus dipertimbangkan sebagainya.
dalam menentukan konsep Desa Wisata 2) Eco-recreation : Kegiatan pertanian,
adalah dengan melihat beberapa aspek pertunjukan kesenian lokal,
sebagai berikut: memancing ikan di kolam, jalan-
1. Keunikan, keaslian, dan sifat khusus jalan di desa (hiking), biking di desa
2. Letak geografis yang berdekatan dan lain sebagainya.
dengan daerah alam yang luar biasa 3) Eco-education: Mendidik wisatawan
dan tidak dimiliki oleh daerah mengenai pendidikan lingkungan dan
kawasan pedesaan lain memperkenalkan flora dan fauna
3. Berkaitan dengan kelompok atau yang ada di desa yang bersangkutan.
masyarakat berbudaya yang secara 4) Eco-research : Meneliti flora dan
hakiki menarik minat para fauna yang ada di desa, dan
pengunjung mengembangkan produk yang
4. Memiliki peluang untuk berkembang dihasilkan di desa, serta meneliti
baik dari sarana dasar maupun sarana keadaan sosial ekonomi dan budaya
lainnya masyarakat di desa tersebut, dan
Sementara itu menurut Putra dalam sebagainya.
Zakaria (2014), komponen Desa Wisata 5) Eco-energy : Membangun sumber
adalah: energi tenaga surya atau tenaga air
1. Memiliki potensi pariwisata, seni, untuk Eco-lodge.
dan budaya khas daerah setempat 6) Eco-development : Menanam jenis-
2. Lokasi desa masuk dalam lingkup jenis pohon yang buahnya untuk
daerah pengembangan pariwisata makanan burung atau binatang liar,
setidaknya dalam koridor dan rute tanaman hias, tanaman obat, dll, agar
paket perjalanan wisata yang sudah bertambah populasinya.
dijual 7) Eco-promotion : Promosi lewat
3. Diutamakan telah tersedia tenaga media cetak atau elektronik, dengan
pengelola, pelatih dan pelaku-pelaku mengundang wartawan untuk
pariwisata, seni dan budaya meliput mempromosikan kegiatan
4. Aksesbilitas dan infrstruktur yang desa wisata.
mendukung program Desa Wisata Pemberdayaan Masyarakat
5. Terjaminnya keamanan, ketertiban Dalam pola pembangunan pariwisata
dan kebersihan yang berkelanjutan, peran masyarakat
Prasiasa (2011), menjelaskan bahwa menjadi sangat penting. “Pembangunan
komponen lain yang harus ada dalam pariwisata harus didasarkan pada kriteria
pengembangan Desa Wisata adalah adanya keberlanjutan yang artinya bahwa
partisipasi masyarakat lokal, sistem norma pembangunan dapat didukung secara
setempat, sistem adat istiadat dan budaya ekologis dalam jangka panjang sekaligus
setempat. layak secara ekonomi, adil secara etika dan
Untuk memperkaya Obyek dan Daya sosial terhadap masyarakat” (Piagam
Tarik Wisata (ODTW) di suatu desa wisata, Pariwisata Berkelanjutan, 1995). Sementara
itu Adiyoso (2009) menegaskan bahwa

14
Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata
Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

keterlibatan partisipasi masyarakat 2. D2 – Discovering capacities


merupakan komponen terpenting dalam (Menemukan kapasitas)
upaya pertumbuhan kemandirian dan proses Pada tahap ini masyarakat mencoba
pemberdayaan. mengenali dan menyadari prestasi
Model Pemberdayaan masyarakat mereka di masa lalu dan juga
menurut Dhamotharan (2009) diantaranya mengetahui masalah-masalah yang
melalui pendekatan 7D yang dimulai dengan mereka hadapi pada saat itu, bagaimana
memberikan penghargaan terhadap potensi mereka dapat memecahkannya, serta
dan prestasi masyarakat serta nilai-nilai struktur organisasi apa yang mereka
murni yang ada dalam masyarakat tersebut. gunakan. Masyarakat mencoba
Dilanjutkan kemudian dengan mendorong menemukan dan memahami apa yang
mereka untuk menyadari ketersediaan telah mereka miliki, apa kekuatan dan
sumberdaya yang mereka miliki serta kelemahan mereka, dan apa potensi
menganalisis kekuatan dan kelemahan sumberdaya yang dapat mereka gunakan.
mereka. Pendekatan 7D terdiri dari tahapan 3. D3 – Dreaming of community future
sistematis sebagai berikut: (Membangun cita-cita masyarakat)
D1–Developing relation Pada tahap ini masyarakat didorong
(Mengembangkan hubungan) untuk menyatakan cita-cita mereka. Cita-
D2–Discovering capacities (Menemukan cita adalah suatu gambaran kreatif
kapasitas) tentang masa depan yang positif. Setelah
D3–Dreaming of community future memiliki cita-cita, mereka kemudian
(Membangun cita-cita masyarakat) mengembangkannya menjadi visi. Visi
D4–Directions of community actions adalah terjemahan sebuah cita-cita
(Arah tindakan masyarakat) menjadi gambaran jangka panjang yang
D5–Designing community actions menarik dan jelas, yang mampu
(Merancang tindakan masyarakat) menumbuhkan suatu komitmen yang
D6–Delivering Planned Activities kuat serta motivasi dan arah untuk
(Melaksanakan kegiatan) bertindak.
D7–Documenting Outputs, Outcomes 4. D4 – Directions of community
and Learning (Mendokumentasikan actions (Arah tindakan masyarakat)
hasil dan hal yang dipelajari) Pada tahap ini masyarakat menetapkan
Berikut ini adalah penjelasan dari masing- tujuan yang jelas bagi kegiatan-kegiatan
masing tahapan. masyarakat. Tujuan hendaknya
1. D1 – Developing relation dirumuskan dengan jelas dan disetujui
(Mengembangkan hubungan) oleh masyarakat.
Pada tahap ini adanya suatu hubungan 5. D5 – Designing community actions
yang saling percaya di antara anggota (Merancang tindakan masyarakat)
kelompok masyarakat dan antara Pada tahap ini masyarakat merancang
masyarakat dengan pihak luar seperti tindakan dengan menerjemahkan visi,
fasilitator, narasumber, pejabat tujuan dan kegiatan-kegiatan ke dalam
pemerintah dan lain-lain. Untuk suatu rencana dengan struktur yang jelas
mewujudkan hal ini perlu disediakan dan logis. Selama proses pembuatan
waktu yang cukup bagi semua orang rencana, masyarakat harus mencoba
saling mengenal lebih dalam tentang diri untuk menggunakan sumberdaya internal
masing-masing sehingga bisa di samping juga sumberdaya eksternal,
menghargai kemampuan masing-masing misalnya yang berasal dari pemerintah
untuk memberikan kontribusi terhadap dan organisasi non pemerintah.
pembangunan masyarakat. 6. D6 – Delivering Planned Activities
(Melaksanakan kegiatan)

15
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

Masyarakat melaksanakan rencana yang 5. Makna merupakan perhatian utama


telah disusun. Pada tahap ini input dalam pendekatan penelitian.
internal dan eksternal harus diatur Sumber data yang digunakan dalam
sehingga kegiatan yang telah dirancang penelitian ini adalah sumber data primer dan
dapat dilaksanakan dengan sukses. sekunder. Sumber data primer didapatkan
Pengawasan yang ketat penting untuk langsung dari informan yang dijadikan
meyakinkan bahwa kegiatansebagai sumber informasi yang disesuikan
dilaksanakan dan perubahan-perubahan dalam kegiatan penelitian serta observasi
yang diperlukan telah dibuat. mengenai kondisi sosial masyarakat Desa
7. D7 – Documenting Outputs, Wisata, potensi wisata Desa Wisata Cibuntu.
Outcomes and Learning Sementara itu sumber sekunder merupakan
(Mendokumentasikan hasil dan data yang berasal dari statistik dan laporan
hal yang dipelajari) kegiatan masyarakat maupun data lainnya
Dalam tahap ini masyarakat melakukan yang memiliki relevansi dengan kegiatan
refleksi terhadap “proses perjalanan” dan penelitian seperti Dinas Pariwisata
hasil yang telah dicapai. Refleksi Kabupaten Kuningan, maupun data dari para
dilakukan oleh kelompok masyarakat kelompok sadar wisata.
beserta semua pihak luar yang terlibat. Teknik pengumpulan data pada
Dokumentasi merupakan evaluasipenelitian ini meliputi:
terhadap proyek dan rencana aksi untuk 1. Wawancara secara mendalam (in-
menilai keberhasilan perencanaan dan depth interview) dengan pihak-pihak
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan visi yang memiliki keterkaitan dengan
dan tujuan yang telah ditetapkan. kegiatan pariwisata, diantaranya
Dokumentasi terdiri dari analisis, pengelola, perwakilan tokoh
berbagi pengalaman, dan merangkum masyarakat, perwakilan kelompok
semua pengetahuan dan pengalaman penggerak pariwisata di Desa Wisata
yang dipelajari dari tahapan-tahapan Cibuntu.
sebelumnya. 2. Observasi lapangan terhadap
(Adaptasi dari Dhamotharan,2009) kegiatan masyarakat di Desa Wisata
Cibuntu untuk melihat keterkaitan
METODE kegiatan wisata dan pemberdayaan
Metode yang digunakan dalam penelitian masyarakat yang sudah dilakukan.
ini adalah metode deskriptif kualitatif. 3. Kajian dokumentasi melalui
Dengan analisis seperti ini, menurut Bungin pengumpulan data literatur, jurnal
(2006:34) paradigma penelitian ini adalah penelitan, Kabupaten Kuningan
interpretivisme dengan tujuan untuk dalam Angka.
memahami fenomena sosial. Sementara itu, 4. Fokus Group Diskusi yang terdiri
menurut Prastowo (2010) bahwa penelitian dari berbagai pemangku kepentingan
kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: dalam pengelolaan Desa Wisata
1. Sumber data langsung berupa data Cibuntu baik dari pemerintah,
situasi alami dan peneliti merupakan masyarakat, media, akademisi
instrumen kunci maupun komunitas.
2. Bersifat deskriptif Model yang digunakan untuk penelitian ini
3. Lebih menekankan pada makna adalah dengan menggunakan pendekatan
proses aripada hasil pemberdayaan 7D hasil adaptasi dari
4. Analisis datanya bersifat induktif Dhamotharan (2009)
No Tahap Indikator
1. D1 – Developing relation (Mengembangkan Masyarakat Membangun Hubungan
hubungan)

16
Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata
Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

No Tahap Indikator
2. D2 – Discovering capacities (Menemukan Masyarakat Mengetahui potensi yang
kapasitas) dimiliki
3. D3 – Dreaming of community future Masyarakat mempunyai cita-cita dan
(Membangun cita-cita masyarakat) visi yang ingin dicapai
4. D4 – Directions of community actions (Arah Masyarakat mempunya arah tindakan
tindakan masyarakat) dari apa yang dicita-citakan
5. D5 – Designing community actions Masyarakat mampu merancang
(Merancang tindakan) kegiatan dari visi yang sudah dibuat
6. D6 – Delivering Planned Activities Masyarakat melakukan kegiatan sesuai
(Melaksanakan kegiatan) visi yang telah ditetapkan
7. D7 – Documenting Outputs, Outcomes and Masyarakat merefleksikan,
Learning (Mendokumentasikan hasil dan hal mendokumentasikan dan
yang dipelajari) mengeavaluasi hasil kegiatannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai responnya, dibutuhkan pembenahan


Desa Cibuntu merupakan sebuah desa yang bersifat berkelanjutan agar wisatawan
berbasis wisata yang terletak di kaki Gunung tidak mengalami rasa bosan saat berkunjung
Ciremai Kecamatan Pasawahan Kabupaten dengan tetap mempertahankan nuansa lokal.
Kuningan Jawa Barat. Desa tersebut terletak
kurang lebih 20 KM dari pusat Kota Pola Pemberdayaan Masyarakat
Kuningan. Desa Cibuntu memiliki ragam Berdasarkan hasil wawancara dan
keunikan yang dimiliki baik secara alam, observasi lapangan pola pemberdayaan
budaya maupun sejarah. Desa Cibuntu masyarakat di Desa Wisata Cibuntu dapat
dinyatakan sebagai Desa Wisata tertuang digambarkan sebagai berikut:
dalam Surat Keputusan Kepala Dinas D1–Developing relation (Mengembangkan
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten hubungan)
Kuningan Nomor 55631/KPTS.178.A Pada tahap ini, pemerintah dalam hal ini
Disparbud/2012 tentang penetapan Desa Dinas Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Cibuntu sebagai Objek dan Daya Tarik Kuningan menjalankan tugas pokok dan
Wisata (Desa Wisata). fungsinya dengan melakukan beberapa
Seiring dengan perkembangan Desa pendekatan kepada masyarakat untuk
Cibuntu sebagai Desa Wisata, tren jumlah menggali, membina serta
pengunjung mengalami kenaikan dari tahun mengembangkannya. Salah satu upaya yang
ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 dilakukan adalah dengan memperluas daerah
berikut ini. tujuan wisata dengan mengidentifikasi
Tabel 1: Kunjungan Wisatawan ke Desa potensi yang dimiliki oleh masyarakat sesuai
Cibuntu dengan kriteria yang ada untuk
No Tahun Jumlah Kunjungan dikembangkan menjadi desa wisata. Setelah
1 2012 2.457 tahap identifikasi Desa Cibuntu memiliki
2 2013 3.385 keunikan dengan letak geografis yang
3 2014 5.772 berada di pinggiran kaki Gunung Ciremai
4 2015 11.276 yang diperkaya dengan situs purbakala yang
5 2016 11.381 tersebar di beberapa tempat.
6 2017 32.804 Masyarakat memiliki komitmen untuk
Sumber : Desa Cibuntu (2017) membangun desa wisata dengan keunikan
Kenaikan ini dapat dipahami karena tersebut sebagai ciri utama dari desa.
adanya promosi baik secara mulut ke mulut Dengan azas gotong royong dan sinergitas
(word of mouth) maupun referensi media. yang dibangun antara masyarakat,

17
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

pemerintah dan akademisi/perguruan tinggi mengadakan bimbingan dan pelatihan


serta dibantu oleh media dalam terutama tentang sadar wisata. Dengan
menginformasikan dan mempromosikan memahami ini maka masyarakat semakin
Cibuntu sebagai desa wisata. Hal ini juga antusias untuk meningkatkan kapasitas
sebagai bentuk implementasi dari sinegitas hidup dan lingkungannya.
Pentahelik. Peran serta masyarakat dalam Adanya kesadaaran masyarakat dengan
komitmen membangun Cibuntu sebagai desa mengelola desa sebagai desa wisata mampu
wisata, masyarakat di klasifikasikan pada meningkatkan kualitas hidup diantaranya
jenis matapencahariannya seperti petani, mampu menciptakan peluang kegiatan dan
peternak dll. Keunikan lain dalam mengelola usaha baru. Hal ini berdampak kepada
ternak menjadi satu daya tarik tersendiri. peningkatan pendapatan masyarakat.
Masyarakat yang memiliki ternak terutama Keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat
kambing tidak berada di pemukiman tetapi yang ikut serta menjadi pelaku dalam
mereka dipisahkan menjadi satu tempat yang berkegiatan di desa secara langsung
semua isinya ternak dari masyarakat yang memberi tambahan pendapatan. Dengan
dikenal dengan Kampung Kambing. berbagai kegiatan yang sudah biasa
Hubungan yang baik antara masyarakat dilakukan seperti bertani dan beternak lalu
dan akademisi/perguruan tinggi menjadi dikemas dengan baik dapat dijadikan
modal dasar dalam mewujudkan Cibuntu sebagai daya tarik yang diminati oleh
sebagai Desa Wisata. Tentu hal ini wisatawan.
memberikan dampak positif bagi masyarakat Berikut adalah beberapa potensi yang
sehingga adanya penambahan wawasan dari ada di desa Cibuntu:
para peneliti maupun yang melaksanakan a. Kampung Kambing
pengabdian kepada masyarakat. Sistem peternakan di desa Cibuntu memiliki
D2 – Discovering capacities (Menemukan keunikan karena ternak yang dimiliki tidak
kapasitas) disimpan di samping rumah melainkan
Pada tahap ini masyarakat mencoba disimpan di satu tempat bernama Kampung
mengenali dan menyadari potensi mereka Kambing. Kampung Kambing ini berisi
sebagai salah satu unsur yang bisa rumah-rumah ternak para warga, dan
mewujudkan desa wisata. Masyarakat sekaligus memberikan keunikan tersendiri.
dibantu oleh pengelola desa dan pemerintah,

Sumber : Tim peneliti (2018)


Gambar 1. Kampung Kambing
b. Kaki gunung Ciremai dan Persawahan melakukan kegiatan wisatanya dengan
Pemandangan kaki Gunung Ciremai dan swafoto atau hanya sekedar berjalan
sawah dengan sistem terasering memberikan melintas pematang sawah. Keindahan ini
suasana alam yang indah. Wisatawan dapat pula didukung oleh cuaca yang sejuk

18
Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata
Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

sehingga kegiatan berwisata semakin terasa Gambar 3. Sumber Air Kahuripan


senang

Sumber : Tim peneliti (2018)


Gambar 2. Persawahan
c. Mata Air dan Air Terjun Sumber: Tim Peneliti
Mata air dan air terjun Kahuripan adalah Gambar 4. Air Terjun di Desa Cibuntu
potensi alam yang ada di Desa Cibuntu. d. Situs Purbakala
Wisatawan sangat menikmati Mata Air Situs purbakala yang banyak terdapat di
Kahuripan yang bersih dan jernih. Adanya Desa Wisata Cibuntu merupakan salah satu
kepercayaan bahwa jika seseorang keistimewaan daya tarik wisata. Situs
membasuh mukanya dengan air tersebut purbakala tersebut merupakan rangkaian
maka akan terlihat bersih. Kepercayaan ini lokus napak tilas para Wali ketika dalam
pula yang mendorong para wisatawan untuk perjalanan menuju Gunung Ciremai. Situs-
tidak melewati kawasan Mata Air Kahuripan situs purbakala yang banyak ditemui di
jika berkunjung ke Desa Cibuntu. Sementara pekarangan rumah warga kebanyakan
itu, keindahan lain yang dapat dinikmati berupa kuburan batu yang berasal dari jaman
adalah air terjun. Airnya yang jernuh dengan megalithikum.
suhu udara yang sejuk memperkuat desa Situs-situs purbakala tersebut antara lain
Cibuntu sebagai tempat yang banyak sebagai berikut:
diminati pengunjung khususnya pecinta a) Situs Bujal Dayeuh;
alam. b) Situs Hulu Dayeuh;
c) Situs Sahurip Kaler;
d) Situs Sahurip Kidul;
e) Situs Cikahuripan;
f) Curug Bongsreng.

Sumber: Tim Peneliti (2016)

19
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

5(a) 5(b)
Sumber : desacibuntu.blogspot
Gambar 5(a) dan 5(b). Situs Purbakala

e. Upacara Adat mengambil sendiri makanan dan lauk-


Upacara adat Sedekah Bumi sebagai pauknya yang dibawa oleh rombongan.
daya tarik wisata budaya, bagi masyarakat
Cibuntu adalah tradisi turun-temurun dari
luluhur. Acara hajat bumi di desa ini, sejak
dahulu kala rutin digelar masyarakat setahun
sekali setiap menjelang musim tanam pada
saat-saat menjelang musim hujan tiba.
Biasanya, acara ini dilaksanakan antara
bulan September atau bulan Oktober. Makna
lain dari sedekah bumi adalah sebagai
bentuk syukuran masyarakat Desa Cibuntu
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas hasil panen yang telah diperoleh dan
sekaligus memohon kepada Allah agar
tanaman pertanian khususnya padi
masyarakat Cibuntu pada musim-musim
tanam berikutnya, lebih subur dengan Sumber: Tim Peneliti (2016)
produksi panen jauh lebih baik. Gambar 6. Foto: Saat tim peneliti
Hal yang menarik di acara Sedekah menghadiri upacara adat Sedekah Bumi
Bumi adalah pada saat makan bersama. di Desa Cibuntu
Dalam sesi penutup tersebut, masyarakat f. Pengolahan Gerabah
maupun pengunjung dapat makan bersama Pengolahan gerabah di Desa Cibuntu
tanpa memandang status sosial dan ekonomi, menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat
benar-benar dibebaskan memilih dan setempat terlibat dalam pembuatan
cinderamata. Tidak hanya itu, pengunjung

20
Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata
Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

bisa melakukan interaksi langsung dengan Cibuntu.Tempat ini juga dapat disewakan
pembuat gerabah dan mempelajarinya. untk pertunjukan, pernikahan dan
Interaksi ini pula menjadi bagian dari sarana pertemuan.
edukasi yang efektif bagaimana
menstransfer pengetahuan pembuatan
gerabah dari masyarakat lokal kepada
pengunjung.

Sumber: Tim Peneliti (2016)


Gambar 8. Sanggar Seni
h. Kolam renang dan Camping Ground
Tempat ini juga dapat digunakan oleh
para wisatawan sehingga dapat memberikan
pendapatan tambahan bagi masyarakat.
Pembuatan tenda-tenda di alam terbuka yang
juga digunakan sebagai penginapan para
Sumber: Tim Peneliti (2016) pengunjung menjadi keunikan tersendiri.
Gambar 7. Pusat Kerajinan Gerabah Pengunjung menikmati suasana alam secara
g. Sanggar Seni langsung.
Tempat ini dijadikan tempat berlatih seni
tradisional yang dilakukan oleh masyarakat

Sumber: Tim Peneliti dan Desa Cibuntu (2016)


Gambar 9. Camping Ground

i. Pembuatan Kerajinan Suling Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat


Pembuatan kerajinan suling adalah salah selain digunakan pada acara acar seni di
satu kreatifitas yang tumbuh karena memiiki Desa Cibuntu, suling ini pun dapat dijual di
kebun bambu sehingga masyarakat tergerak beberapa daerah bahkan sudah
untuk bisa memanfaatkan bambu untuk jadi diikutsertakan dalam pameran-pameran baik
alat musik tradisional Tatar Sunda (suling). di Kuningan maupun di luar daerah.

21
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

Sumber: Desa Cibuntu (2018)


Gambar 10. Penjualan Suling

j. Homestay adalah dengan pengembangan atau


Homestay di Desa Cibuntu merupakan diversifikasi produk wisata. Hal yang
rumah penduduk dengan menyisihkan 1 diharapkan kedepan mereka mampu
sampai dengan 5 kamar yang dimiliki mendaur ulang limbah sampah. Setelah
masyarakat. Wisatawan yang menginap menjadi daerah tujuan wisata, desanya jadi
dapat menikmati dan melakukan suasana pusat kunjungan wisatawan yang kaitan erat
kehidupan masyarakat Cibuntu dan mereka membawa dan meninggalkan
berinteraksi dengan pemilik rumah tersebut. sampah di desanya. Desa dan masyarakat
Homestay di Cibuntu sudah mendapatkan berharap mampu mendaur ulang sampah
penghargaan sampai ke tingkat ASEAN menjadi biogas yang bermanfaat buat
dengan pengelolaan dan promosi dilakukan lingkungannya.
oleh pemilik dan kelompok pengelola desa D4 – Directions of community actions
wisata. (Arah tindakan masyarakat)
Pada tahap ini masyarakat Cibuntu
cenderung melaksanakan ragam kegiatannya
didasarkan pada keinginan individu dan
bergotong royong dengan masyarakat dalam
membangun potensi yang dimiliki untuk
menjadi satu atraksi yang unik. Begitu juga
dengan pengembangannya lebih bersifat
ototidak. Dengan arah tindakan yang
dibangun berprinsip dari masyarakat oleh
masyarakat dan untuk masyarakat. Arahan
dari pemerintah desa belum dirasakan secara
optimal. Dengan demikian bantuan pihak
Sumber: Tim Peneliti (2018) luar seperti peneliti, akademisi, investor
Gambar 11. Homestay yang memiliki waawasan lingkungn dan
D3 – Dreaming of community future pariwisata sangat diperlukan.
(Membangun cita-cita masyarakat) D5 – Designing community actions
Masyarakat Desa Cibuntu memiliki (Merancang tindakan masyarakat)
keinginan untuk maju dan sejahtera. Mereka Belum adanya ketentuan desa dalam
bersama-sama dengan berbagai pihak pengelolaan desa Wisata menjadikan
memiliki komitmen, walaupun secara masyarakat bergerak karena inisiatif
realitas memiliki keterbatasan. Harapan lain individu atau kelompok. Kelompok yang

22
Titing Kartika, Lia Afriza dan Khoirul Fajri: Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Wisata
Cibuntu Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

dibangun yaitu dengan adanya organisasi 3) Pemenang homestay terbaik tingkat


Kompepar yang mengelola desa wisata ASEAN 2017
dalam merangkaikan (mengemas) kegiatan
masyarakat sehingga memiliki nilai jual atau Pengembangan Obyek dan Daya Tarik
diminati wisatawan sebagai suatu daya tarik Wisata (ODTW)
yang unik dalam kehidupan desa yang sudah Sebagai desa yang sudah memenuhi
jarang dilihat diperkotaan. Masyarakat saat syarat sebagai Desa Wisata, Desa Cibuntu
ini merasakan senang jika desanya telah melakukan upaya dalam memperkaya
dikunjungi tanpa memikirkan nilai uang Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dari
yang diterima. Dengan kata lain, pemikiran berbagai aspek, diantaranya:
masyarakat belum terbangun untuk terlalu a. Eco-lodge : Telah berdirinya
mengkomersilkan atas potensi yang homestay sebagai fasilitas akomodasi
dimilikinya. Misalnya ketika mereka bagi para wisatawan yang datang ke
menyewakan kamarnya untuk wisatawan dg Desa Cibuntu.
harga X tapi apa yang mereka nikmati b. Eco-Creation : Adanya sistem
kadang melebihi apa yang disajikan lokalisasi peternakan kambing yang
masyarakat karena mereka merasa apa yang disebut sebagai Kampung Kambing,
dimiliki dan dimakan adalah apa yang memberi makan kambing, hiking,
dimiliki oleh masyarakat. olah raga bersepeda.
D6 – Delivering Planned Activities c. Eco-Education: Adanya wawasan
(Melaksanakan kegiatan) sejarah melalui situs yang tersebar di
Sebagaimana disampaikan bahwa belum Desa Cibuntu.
adanya ketentuan (Perdes) dalam d. Eco-reserach : Adanya penelitian
pengelolaan Desa Cibuntu, maka masyarakat mengenai analisis potensi, pola
tidak memiliki acuan standar dalam pengembangan, kehidupan
melaksanakan kegiatannya. Masyarakat masyarakat, serta dampak sosial
melaksanakan aktivitasnya karena didorong ekonomi yang dilakukan oleh para
oleh suatu kebutuhan bukan karena tuntutan peneliti maupun bagian dari kegiatan
sebuah peraturan. Dalam hal ini pemerintah pengabdian kepada masyarakat yang
sendiri belum memiliki perencanaan jangka bekerjasama dengan perguruan
panjang yang dituangkan secara tertulis tinggi, akademisi maupun asosiasi.
secara komprehensif. Namun demikian e. Eco-Promotion : Promosi telah
inisiasi para tokoh masyarakat, budayawan, dilakukan melalui media sosial
sejarawan, komunitas mampu mendorong maupun media cetak atau elektronik.
terwujudnya Cibuntu sebagai Desa Wisata. Hal ini membantu dalam hal
D7 – Documenting Outputs, Outcomes and mempromosikan Desa Cibuntu
Learning (Mendokumentasikan hasil dan sebagai destinasi Desa Wisata yang
hal yang dipelajari) ada di Kabupaten Kuningan Provinsi
Semangat masyarakat Cibuntu bersama Jawa Barat
berbagai pihak yang membantu telah
menghasilkan hal yang positif. Tentu hal ini KESIMPULAN
berdampak untuk kemajuan Desa Cibuntu Berdasarkan hasil wawancara dan
kedepan. Berbagai prestasi telah diraih baik pengamatan maka dapat disimpulkan
tingkat nasional maupun internasional sebagai berikut:
diantaranya: a. Pengembangan Desa Wisata Cibuntu
1) Desa wisata terbaik base on CBT No di Kabupaten Kuningan belum dapat
2 - 2017 tingkat nasional dikatakan optimal dengan belum
2) Pemenang sapta pesona No 1 tingkat terbangunnya sinergitas antara
Kabupaten Kuningan masyarakat dan pemerintah.
Walaupun demikian inisiasi
23
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

masyarakat yang kuat telah mampu Nurdiansyah, D.Sejarah Singkat Desa


menjadikan Desa Cibuntu sebagai Cibuntu. [Online] Diakses dari
salah satu Desa Wisata yang cukup Desawisatacibuntu.blogspot.co.id/2015/04/s
berprestasi di Indonesia. ejarah-singkat-desa-cibuntu.html#more
b. Pemberdayaan masyarakat jika Diunduh Februari 2018
mengacu pada pendekatan pola 7D, Nuryanti, W. (1993). Concept, Perspective
belumlah terwujud seutuhnya. Hal and Challenges. (Makalah). Laporan
ini dikarenkan oleh keterbatan Konferensi Internasional mengenai
sumber daya manusia baik dari sisi Pariwisata Budaya.: Gadjah Mada
masyarakat maupun pemerintah. University Press, Yogyakarta
Pada pola D1 dan D2 masyarakat Prasiasa, Putu Oka. (2012). Destinasi
sudah dapat melaksanakannya pariwisata, berbasis masyarakat.
dengan baik. Sementara itu pola D3- Jakarta: Salemba Empat.
D7, masih menghadapi beberapa Prastowo, A. (2010). Metode Penelitian
kendala pada tataran Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
implementasinya. Program Nasional Pemberdayaan
c. Pola pemberdayaan berkelanjutan di Masyarakat (PNPM ) Mandiri. (2014).
Desa Cibuntu masih memerlukan [Online]. Diakses dari
dorongan yang kuat khususnya dari http://www.pnpm-mandiri.org/
pemerintah. Begitu juga dengan Diunduh April 2017.
bantuan pihak luar seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah
pendampingan dari para akademisi Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat
maupun praktisi mutlak diperlukan 2013-2018
guna mengoptimalkan potensi yang Sastrayuda , G.S. (2010). Konsep
dimiliki oleh Desa Wisata Cibuntu. Pengembangan Desa Wisata, Hand
Out Mata Kuliah Concept Resort and
DAFTAR PUSTAKA Leisure, Strategi Pengembangan dan
Adiyoso, W. (2009). Menggugat Pengelolaan Resort and Leisure
Perencanaan Partisipatif dalam Soemarno. (2010). Desa Wisata. Piagam
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Pariwisata Berkelanjutan.
ITS Press. Surat Keputusan Kepala Dinas Pariwisata
Darsono. (2005). Pengertian Desa. [Online]. dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan
Diakses dari: Nomor 55631/KPTS.178.A
http://desasentonorejo.wordpress.com/ Disparbud/2012 tentang Penetapan
bab-ii/ Diunduh tanggal 20 Mei 2016 Desa Cibuntu sebagai Objek dan Daya
Dhamotharan, Mohan. (2009). Hand Book Tarik Wisata (Desa Wisata).
on Integrated Community Development UU RI No. 10 Tahun 2009 Tentang
– Seven D Approach to Community Kepariwisataan
Capacity Development. Asian Word Tourism Organization. (1999).
Productivity Organization, Tokyo Definiton of Tourism
Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi Yoeti, O.A. (2008). Perencanaan dan
Jawa Barat, 2016 Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
Ismayati. (2010). Pengantar Pariwisata. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Zakaria, F dan Supriharjo R.D. (2014).
Indonesia,. Jurnal Teknik Pomits, 3(2), hlm. 2337-
Kementrian Pariwisata RI, 2014. Pesona 3520 (2301-9271 Print)
Desa Wisata di Indonesia. Kemenpar.

24

Anda mungkin juga menyukai