2/10/2020
HALAMAN PENGESAHAN
Modul Praktikum Laboratorium Manajemen Patient Safety program studi D.III Keperawatan
Makassar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar disahkan dan
disetujui untuk digunakan pada tahun 2019-2020.
Makassar, 2020
Mengetahui,
Ketua jurusan keperawatan Ketua prodi D.III Keperawatan makassar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya
dalam praktikum klinik dan diharapkan nantinya dapat di jadikan bahan acuan
dapat menjadi salah satu rujukan dalam melaksanakan tindakan yang akan di
ambil.
Tim Mata Ajar menyadari bahwa Modul ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati Tim Mata Ajar mengharapkan saran, dan
kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Modul
Penulis
Halaman
SAMPUL ........................................................................................................................ i
PASIEN ...................................................................................... 10
Persiapan Bahan :
1. Kertas
2. Form isian
1
Prosedur Kerja 1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP
Ciptakan kepemimpinan & budaya yg
terbuka & adil.
RS:
• Kebijakan : tindakan staf segera
setetelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien -
keluarga
• Kebijakan : peran & akuntabilitas
individual pada insiden
• Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar
dari insiden
• Lakukan asesmen dengan
menggunakan survei penilaian KP.
Tim:
• Anggota mampu berbicara, peduli &
berani lapor bila ada insiden
• Laporan terbuka & terjadi proses
pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan / solusi yg tepat.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen & fokus yang kuat &
jelas tentang KP di RS Anda.
RS:
• Ada anggota Direksi yg bertanggung
jawab atas KP
• Di bagian2 ada orang yg dapat menjadi
”penggerak” (champion) KP
• Prioritaskan KP dalam agenda rapat
Direksi / Manajemen
• Masukkan KP dalam semua program
2
latihan staf
Tim:
• Ada ”penggerak” dalam tim untuk
memimpin Gerakan KP
• Jelaskan relevansi & pentingnya, serta
manfaat gerakan KP
• Tumbuhkan sikap kesatria yg
menghargai pelaporan insiden.
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS
PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi &
asesmen hal yang potensial bermasalah.
RS:
• Struktur & proses mjmn risiko klinis &
non klinis, mencakup KP
• Kembangkan indikator kinerja bagi
sistem pengelolaan risiko
• Gunakan informasi dari sistem
pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien.
Tim:
• Diskusi isu KP dalam forum2, untuk
umpan balik kepada mjmn terkait
• Penilaian risiko pada individu pasien
• Proses asesmen risiko teratur, tentukan
akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb
3
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta RS
mengatur pelaporan kpd KKP-RS.
RS:
• Lengkapi rencana implementasi sistem
pelaporan insiden, ke dalam maupun ke
luar - yg harus dilaporkan ke KPPRS -
PERSI.
Tim:
• Dorong anggota untuk melapor setiap
insiden & insiden yg telah dicegah tetapi
tetap terjadi juga, sebagai bahan
pelajaran yg penting.
Tim:
• Hargai & dukung keterlibatan pasien &
4
kel. bila telah terjadi insiden
• Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien
& kel. bila terjadi insiden
• Segera setelah kejadian, tunjukkan
empati kpd pasien & kel.
5
perubahan pada sistem pelayanan.
RS
• Tentukan solusi dengan informasi dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, audit serta analisis
• Solusi mencakup penjabaran ulang
sistem, penyesuaian pelatihan staf &
kegiatan klinis, penggunaan instrumen
yg menjamin KP.
• Asesmen risiko untuk setiap perubahan
• Sosialisasikan solusi yg dikembangkan
oleh KKPRS - PERSI
• Umpan balik kepada staf ttg setiap
tindakan yg diambil atas insiden
Tim
• Kembangkan asuhan pasien menjadi
lebih baik & lebih aman.
• Telaah perubahan yg dibuat tim &
pastikan pelaksanaannya.
• Umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yg dilaporkan.
6
tindakan sesuai kasus.
Referensi Hasibuan, M. (2009). Manajemen sumber daya
manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Joint Commission, The. (2007). National patient
safety goals - facts about the 2007 National
Patient Safety Goals.
Kozier, B.E.G & Erb’s.G., Berman, A. & Snyder,
S. (2012). Fundamentals nursing: Concepts,
process & practice. Ninth edition. New Jersey:
Pearson Education Inc.
KKP-RS. (2008). Pedoman pelaporan insiden
keselamatan pasien (IKP). Jakarta: KKP-RS.
7
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 2
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM SASARAN KESELAMATAN PASIEN RS
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu mengetahui sasaran keselamatan pasien RS
Tujuan Agar mampu mengetahui dan menerapkan keselamatan pasien RS
Teori Singkat Sasaran keselamatan pasien RS
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efekltif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.
Persiapan Persiapan Alat :
1. Alat tulis
Persiapan Bahan :
1. Kertas
2. Form isian
8
Latihan Diskusikan tentang 6 sasaran keselamatan
pasien RS
Tugas 1. Berikan laporan resume hasil pada
kasus tersebut
2. Berikan evaluasi hasil tindakan dan
tindak lanjut dari pengukuran
3. Laporan kewaspadaan perawat yang
harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan sesuai kasus.
Referensi Hasibuan, M. (2009). Manajemen sumber daya
manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Joint Commission, The. (2007). National patient
safety goals - facts about the 2007 National
Patient Safety Goals.
Kozier, B.E.G & Erb’s.G., Berman, A. & Snyder,
S. (2012). Fundamentals nursing: Concepts,
process & practice. Ninth edition. New Jersey:
Pearson Education Inc.
KKP-RS. (2008). Pedoman pelaporan insiden
keselamatan pasien (IKP). Jakarta: KKP-RS
9
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR
PERTEMUAN 3
OPERASIONAL
MATERI PRAKTIKUM PERAN PERAWAT DALAM KEGIATAN KESELAMATAN
PROSEDUR
PASIEN
Kompetensi Mahasiswa mampu mengetahui dan mencatat insiden keselamatan pasien
Program Studi
Tujuan 1. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
Teori Singkat Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien,terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,
Kejadian Nyaris Cedera, KejadianTidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera
1. Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :
10
c. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif, monitoring atau followup yang
tidak sesuai pada suatu pengobatan
d. Other : gagal melakukan komunikasi, gagal alat atau sistem lain
Persiapan Alat :
a. AlatTulis
b. Bukudan Format laporan KTD,KPC, KNC
11
7. Contoh hal yang perlu dilaporkan : salah diagnosa dan
berakibat buruk bagi pasien, kejadian yang terkait dengan
pembedahan, kejadian yang terkait pengobatan dan
prosedur, kejadian yang terkait dengan darah, kejadian
yang terkait dengan IV, follow up yang tidak memadai,
pasien jatuh, benda asing yang tertinggal di tubuh pasien,
lain-lain kejadian yang berakibat pasien / pengunjung
cedera.
12
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 4
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM DTT PADA PERALATAN KESEHATAN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu melakukan DTT dengan cara merebus
Teori Singkat Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara
untuk menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau
benda-benda yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril.
Prinsip menjaga daerah yang harus digunakan untuk prosedur pada area
tindakan dengan kondisi disinfeksi tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara
kondisi steril dengan memisahkan benda-benda steril atau mungkin
gunakan baju, sarung tangan steril dan sediakan atau pertahankan
lingkungan yang steril.
13
Persiapan Persiapan Alat :
1. Sterilisator basah
2. Alat kesehatan
Persiapan Bahan :
1. Air
Prosedur Kerja DTT dengan Cara Merebus
1. Gunakan panci dengan penutup yang
rapat
2. Ganti air setiap kali mendesinfeksi
peralatan
3. Rendam peralatan di dalam air sehingga
semuanya terendam air
4. Mulai panaskan air
5. Mulai hitung waktu saat air mendidih
6. Jangan tambahkan benda apapun ke
dalam air mendidih setelah penghitungan
waktu dimulai
7. Rebus selama 20 menit
8. Catat lama waktu perebusan peralatan di
dalam buku khusus
9. Biarkan peralatan kering dengan cara
diangin-anginkan sebelum digunakan
14
tindakan sesuai kasus.
Referensi Unit pelayanan jaminan mutu. (2011). Buku saku
quality & safety. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
WHO. (2007). WHO collaborating center for
patient safety. Joint commission & Joint
commission international solution.
http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient
safety. Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV.
Bandung. 14-16 November 2006.
15
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 5
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM DTT PADA PERALATAN KESEHATAN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu membuat larutan klorin
Teori Singkat Klorin adalah senyawa klorin yang biasanya banyak digunakan sebagai
pemutih dan desinfektan. Sumber utama klorin adalah air laut. Dalam air
laut klorin berbentuk ion klorida. Pada proses pembuatan garam, ion
klorida akan berikatan dengan unsur Natrium membentuk garam Natrium
klorida atau garam dapur.
16
Contoh :
Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan
klorin 5,25%
1. Jumlah bagian air = (5,25% : 0,5%) – 1
= 10,5 – 1 = 9,5
2. Tambahkan 9 bagian (pembulatan
kebawah dari 9,5) air ke dalam 1
bagian larutan klorin 5,25 %
Air tidak perlu dimasak
Rumus untuk membuat larutan klorin
0,5% dari bubuk klorin kering :
Jumlah bagian air = (% larutan yang
diinginkan : % konsentrat) x 1000
Contoh :
Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari
bubuk klorin yang bisa
melepaskan klorin (seperti kalsium
hipoklorida) yang mengandung 35%
klorin
3. Gram/liter = (0,5% : 35%) x 1000 = 14,3
gram/liter
4. Tambahkan 14 gram (pembulatan
kebawah dari 14,3) bubuk klorin 35% ke
dalam 1 liter air bersih.
Latihan Lakukan cara membuat larutan klorin
17
3. Laporan kewaspadaan perawat yang
harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan sesuai kasus.
18
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 6
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM DTT PADA PERALATAN KESEHATAN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu melakukan DTT dengan cara kimiawi
Teori Singkat Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan
glutaraldehid (Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan
sebagai disinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan
spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan
tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan jika disinfektan yang
dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5%
atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan tidak
dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin
hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan
tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung
tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup
tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan
bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai
disinfektan.
Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak
mahal adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan
proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit makan peralatan
yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas
dengan air matang. Lihat gambar rumus yang digunakan dalam membuat
larutan.
19
Persiapan Bahan :
1. Larutan kimia klorin dan glutaraldehid
(Cidex®)
20
Tugas 1. Berikan laporan resume hasil pada
kasus tersebut
2. Berikan evaluasi hasil tindakan dan
tindak lanjut dari pengukuran
3. Laporan kewaspadaan perawat yang
harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan sesuai kasus.
21
STANDAR MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
OPERASIONAL PERTEMUAN 7
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM DTT PADA PERALATAN KESEHATAN
Kompetensi Program Mahasiswa mampu melakukan pencucian dan pembilasan
Studi
Tujuan Agar peralatan kesehatan steril
Teori Singkat Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan/ perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan.
Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses
pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera
setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan
menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.
Seperti yang diperlihatkan pada tabel, sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme
yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui
proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan jumlah endospora bakteri yang
menyebabkan tetanus dan gangren, pencucian ini penting karena residu bahan-bahan
organik bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme (termasuk endospora) dan
melindungi mikroorganisme dari proses sterilisasi atau disinfeksi kimiawi. Sebagian
contoh virus hepatitis B bisa tetap hidup pada darah yang hanya 10-8 ml (yang tidak bisa
dilihat dengan mata biasa) dan bisa menyebabkan infeksi jika terpercik ke mata. Jika
perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama
merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.
Dekonta Pencucian Pencucian DTT1 Sterilisasi1
minasi (hanya air) (deterjen dan
bilas)
Efektifias (meng Membunu Hingga 50% Hingga 80% 95% 100%
hilangkan atau h virus
menonaktifkan AIDS dan
mikroorganisme Hepatitis
Waktu yang Rendam Cuci hingga Cuci hingga Rebu Kukus: 20-
diperlukan agar selama 10 bersih terlihat bersih s, 30 menit
proses berjalan menit kuku 106kPa 121
efektif s 0C
atau Panas
22
secar kering 60
a menit pada
kimia suhu
: 20 1700 C
menit
23
c. Sikat dengan seksama terutama di bagian
sambungan dan sudut peralatan
d. Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang
tertinggal pada peralatan
e. Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih
jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen
f. Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih
5. Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain
6. Jika peralatan didisinfeksi tingkat tinggi secara
kimiawi (misalkan dalam larutan klorin 0,5%)
tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan
biarkan kering sebelum memulai proses DTT
Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan
menjadi kurang efektif
7. Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi
dengan dikukus atau direbus, atau disterilisasi di
dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu
dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi
dimulai
8. Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung
tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas
dengan seksama menggunakan air bersih
9. Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering
dengan cara diangin-anginkan.
24
3. Laporan kewaspadaan perawat yang harus
diperhatikan dalam melakukan tindakan sesuai
kasus.
Referensi Unit pelayanan jaminan mutu. (2011). Buku saku quality &
safety. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
WHO. (2007). WHO collaborating center for patient safety.
Joint commission & Joint commission international solution.
http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient safety.
Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV. Bandung. 14-16
November 2006.
25
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 9
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM STERILISASI
Kompetensi Program Studi Mampu melakukan tindakan sterilisasi
Teori Singkat Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apathogen beserta
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan merebus,
stoom, panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia
26
8. peralatan yang terbuat dari tenun
misalnya : kain kasa, tempon, doek
operasi, baju, spie, sarung bantal, dii.
Pengemasan
Langkah kedua setelah instrument dilakukan
pencucian dan pengeringan, pada fase ini
instrument dikemas sesuai denan kebijakan dan
standart, pada fase ini pergunakan internal
indicator pada setiap kemasan dan
ekstenal indicator.
STERILISASI
Langkah ketiga pada proses sterilisasi pada
proses ini instrument kemasan terpapar oleh
sterilian ( steen/uap panas/ethylin oxide).
Monioring ecara rutin pada pross steilisasi
diperlukan untuk memastikan kualitas sterilisasi.
Pada pross ini monitoring dilakukan dngan
menggunakan bowie dick biological indicator.
27
PENYIMPANAN
Pada langkah ke empat instrument dilakukan dari
mesin untuk selanjutnyan disimpan pada ruang
penyimpanan sesuai dengan ketentuan dan
rekomendasi sehingga mampu menjamin
instrument masih terjaga sterilisasinya sampai
instrument dipergunakan. Dokumentasi dilakukan
untuk memastikan proses sterilisasi setelah
dilakukan sesuia prosdur, hasil bowie disk tes,
biological indicator, serta eksternal indicator
menjadi salah satu parameter document.
ISSUE
Langkah kelima, ketika instrument dipergunakan
operator menggunakan hasil perubahan warna
eksternal indicator dan pada akhirnya indicator
internal menjadi parameter penetrasi sterilant
kedalam pengemas
28
Philadelphia: Lippincott.
Departemen Kesehatan R.I (2006). Panduan
nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient
safety): Utamakan keselamatan pasien. Jakarta:
Depkes RI.
29
MODUL MANAJEMEN PATIENT SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 10
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM DESINFEKSI
Kompetensi Program Studi Mampu melakukan tindakan desinfeksi
Teori Singkat Suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen atau apatogen, tetapi
tidak termasuk sporanya pada peralatan perwatan dan kedokteran atau
permukaan jaringan tubuh dengan menggunakanbahan dsinfektan atau
dengan mencuci, mengoleskan, merendam dan menjemur.
30
Kulit
Cuci kulit atau jaringan tubuh yang akan
dioperasi dengan larutan alcohol 70% adan
dilanjutkan betadine 10%
Vulva
Cuci vulva dengan larutan larutan sublimate 1:
1000 atau PK 1 : 1000
31
pot, dll
32
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR
PERTEMUAN 11
OPERASIONAL
PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM
PASIEN
Kompetensi Program Mahasiswa mampu memberikan obat dengan cara IC
Studi
Tujuan Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
-Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
-Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya
tuberculin tes).
Teori Singkat Pemberian obat dengan cara intracutan adalah pemberian obat dengan
caramemasukkan obat kedalam permukaan kulit. Tempat penting yang banyak
dipakai untuk melakukan suntikan intrakutan adalah bagian atas dari lengan
bawah
33
- Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila
menggunakan baju lengan panjang buka dan ke
ataskan.
- Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang
disuntik.
- Ambil obat untuk tes alergi kemudian
larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan pelarut)
kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai
kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak injeksi atau
steril.
- Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang
akan dilakukan suntikan.
- Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang
akan disuntik.
- Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke
atas dengan sudut 50 – 150 dengan permukaan kulit.
- Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
- Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test
obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya
setelah penyuntikan.
34
Referensi Craven, R.F. & Hirnle, C.J. (2000). Fundamental of
nursing: Human health & function third edition.
Philadelphia: Lippincott.
Departemen Kesehatan R.I (2006). Panduan nasional
keselamatan pasien rumah sakit (patient safety):
Utamakan keselamatan pasien. Jakarta: Depkes RI
Unit pelayanan jaminan mutu. (2011). Buku saku quality
& safety. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
WHO. (2007). WHO collaborating center for patient
safety. Joint commission & Joint commission
international solution. http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient safety.
Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV. Bandung. 14-16
November 2006.
35
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL PERTEMUAN 11
PROSEDUR PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
MATERI PRAKTIKUM
PASIEN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu memberikan obat dengan cara SC
Tujuan Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau
obat pada jaringan subcutan di bawah kulit untuk di absorbsi
Teori Singkat Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat kedalam
bagianbawah kulit.
Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki
bagian atas,dan daerah disekitar pusar.
36
- beri tahu klien prosedur kerjanya
- atur klien pada posisi yang nyaman
- pilih area penusukan
- pakai sarung tangan
- bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol
- pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada
tangan non dominan
- buka tutup jarum
- tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan
jari tangan non dominan dengan ujung jarum
menghadap ke atas dan menggunakan tangan
dominan,masukkan jarum dengan sudut 450 atau
900 .
- lepaskan tarikan tangan non dominan
- tarik plunger dan observasi adanya darah pada
spuit.
- jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-
lahan.jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit
tekan tempat penusukan selama 2menit,dan
observasi adanya memar, jika perlu berikan
plester,siapkan obat yangbaru.
- cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum
di masukan,sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
- jika ada perdarahan,tekan area itu dengan
menggunakan kasa steril sampai perdarahan
berhenti.
- kembalikan posisi klien
- buang alat yang sudah tidak dipakai
- buka sarung tangan
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/
37
test obat, tanggal waktu dan jenis obat, serta
reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)
38
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL PERTEMUAN 11
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu memberikan obat dengan cara IM
Tujuan Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang
diberikan obat secara intramuscular
Teori Singkat Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot
(muskulus)
Persiapan Peralatan
Ø Sarung tangan 1 pasang
Ø Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
Ø Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci
untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci untuk
anak-anak)
Ø Bak spuit 1
Ø Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
Ø Perlak dan pengalas
Ø Obat sesuai program terapi
Ø Bengkok 1
Ø Buku injeksi/daftar obat
39
B. Tahap Orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik
- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien
- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
- Mengatur posisi klien, sesuai tempat
penyuntikan
- Memasang perlak dan alasnya
- Membebaskan daerah yang akan di injeksi
- Memakai sarung tangan
- Menentukan tempat penyuntikan dengan benar (
palpasi area injeksi terhadap adanya edema,
massa, nyeri tekan. Hindari area jaringan parut,
memar, abrasi atau infeksi.
- Membersihkan kulit dengan kapas alkohol
(melingkar dari arah dalam ke luar \diameter
±5cm)
- Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk
mereganggkan kulit
- Memasukkan spuit dengan sudut 900, jarum
masuk 2/3
- Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak
masuk spuit
- Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan
0,1 cc/detik)
- Mencabut jarum dari tempat penusukan
- Menekan daerah tusukan dengan
40
kapas desinfektan
- Membuang spuit ke dalam bengkok
C. Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan
- Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
- Berpamitan dengan klien
- Membereskan alat-alat
- Mencuci tangan
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
41
Mangunkusumo.
WHO. (2007). WHO collaborating center for patient
safety. Joint commission & Joint commission
international solution. http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient
safety. Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV.
Bandung. 14-16 November 2006.
42
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR
PERTEMUAN 11
OPERASIONAL
PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM
PASIEN
Kompetensi Program Mahasiswa mampu memberikan obat dengan cara IV
Studi
Tujuan Tujuan dan manfaat
1. Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
- Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien
yang sedaang gawat darurat .
- Menghindari kerusakan jaringan .
- Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat injeksi intravena :
-pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
-pada tungkai (vena safena)
-pada leher (vena jugularis)
-pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
Teori Singkat Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit
43
- Kasa steril
- Bengkok
- Perlak pengalas
- Pembendung vena (torniket)
- Kasa steril
- Betadin
- Cuci tangan.
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara
membebaskan daerah yang akan dilakukan
penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka
atau ke ataskan.
- Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai
dengan dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada
dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan
pelarut (aquades steril).
- Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang
akan dilakukan penyuntikan.
- Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada
bak injeksi.
- Desinfeksi dengan kapas alkohol.
- Lakukan pengikatan dengan karet pembendung
(torniquet) pada bagian atas daerah yang akan
dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan
tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena
yang akan dilakukan penyuntikan.
- Ambil spuit yang berisi obat.
- Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke
44
atas dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan
sudut penyuntikan 150 - 300
- Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet
pembendung dan langsung semprotkan obat hingga
habis.
- Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan
lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan
kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan
ke dalam bengkok.
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test
obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya
setelah penyuntikan (jika ada)
45
WHO. (2007). WHO collaborating center for patient
safety. Joint commission & Joint commission
international solution. http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient safety.
Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV. Bandung. 14-16
November 2006.
46
STANDAR MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
OPERASIONAL PERTEMUAN 12
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN
Kompetensi Program Mahasiswa mampu melakukan pemberian obat pada saluran vagina
Studi
Tujuan Untuk mendapatkan efek terapi obat saluran vagina
Teori Singkat Pemberian obat yang melalui vagina bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat
dan mengobati saluran vagina/ servix.
Persiapan Peralatan
1. Obat dalam tempatnya.
2. Sarung tangan
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Pelicin/pelumas.
6. Pengalas/handuk bawah.
7. Bengkok
47
9. Masukan obat sepanjang dinding kanal
vagina posterior sampai 8-10 cm atau sedalam mungkin.
10. Mengeluarkan jari tangan dan membuka
sarung tangan.
11. Memberikan supine selama 5-10 menit,
meninggikan panggul dengan 1 bantal.
12. Cuci tangan.
13. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
48
Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV. Bandung. 14-16
November 2006.
49
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL PERTEMUAN 12
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu memberikan obat dengan cara Topikal
Teori Singkat Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan
mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi
kulit, atau mengatasi infeksi. Obat ini dapat berupa krem, lotion, aerosol,
dan sprey.
Persiapan Peralatan
1. Obat yang diperlukan
2. Kapas lidi steril
3. Kasa steril
4. Bengkok.
50
.
Peralatan
1. Bengkok.
2. Kapas.
3. Obat
4. K/P pipet.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Sikap psien duduk atau tidur terlentang
dengan kepala ditengadahkan.
4. Membuka kelopak mata bawah dengan
telunjuk jari kiri.
5. Meneteskan obat tetes mata pada
permukaan konjungtiva kelopak mata
bawah.
6. Membersihkan air mata yang keluar
dengan kapas.
7. Apabila obat mata jenis salep, pegeng
aplikator salep di atas pinggir kelopak
mata kemudian tekan salep sehingga obat
keluar dan berikan obat pada kelopak
mata bawah.. Setelah selesai anjurkan
pasie untuk melihat ke bawah, secara
bergantian dan berikan obat pada kelopak
mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan
mengerakkan kelopak mata.
8. Membereskan alat.
9. Cuci tangan.
51
Latihan Lakukan cara pemberian obat dengan cara
topical
52
MODUL MANAJEMEN PATIENT SAFETY
STANDAR
PERTEMUAN 12
OPERASIONAL
PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM
PASIEN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu memberikan obat dengan cara Topikal
Teori Singkat Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan obat pada hidung. Pada
umumnya dilakukan pada seseorang yang mengalami keradangan hidung
(rhinitis) atau naso pharing.
Persiapan Peralatan
1. Handuk
2. Kapas/tisu.
3. Bengkok.
4. K/P pipet.
53
ditentukan.
5. Menetesi hidung :
a. Menetesi obat ke dalam lubang
hidung sesuai dosis yang ditentukan.
b. Pasien dianjurkan untuk
tengadah atau berbaring selama 5-10 menit supaya
obat tidak mengalir keluar.
6. Membersihkan tetesan dengan kapas /
tisu
7. Merapikan dan mengembalikan alat.
8. Cuci tangan.
9. Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian
54
quality & safety. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
WHO. (2007). WHO collaborating center for patient
safety. Joint commission & Joint commission
international solution. http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient safety.
Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV. Bandung. 14-16
November 2006.
55
MODUL MANAJEMEN PATIENT SAFETY
STANDAR OPERASIONAL PERTEMUAN 12
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM PENERAPAN SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu memberikan obat secara topical
Persiapan Peralatan
1. Kapas bulat.
2. Handuk.
3. Obat yang sudah ditentukan.
4. Lidi kapas steril.
5. Bengkok.
56
yang sudah disediakan.
7. Menarik daun telinga dan di
angkat ke atas dengan hati-hati.
8. Menetesi obat melalui sisi atau
dinding telinga untuk mencegah terhalang oleh
gelembung udara, sesuai dosis yang ditentukan.
9. Membersihkan bekas cairan
obat dengan kapas bulat.
10. Merapikan pasien, lingkungan,
dan alat.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, tanggal, dan dosis
pemberian.
57
Jakarta: Depkes RI
Unit pelayanan jaminan mutu. (2011). Buku saku
quality & safety. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
WHO. (2007). WHO collaborating center for
patient safety. Joint commission & Joint
commission international solution.
http://www.who.int.com.
Yahya, A.A. (2006). Konsep & program patient
safety. Konvensi Nasional Mutu RS ke- IV.
Bandung. 14-16 November 2006.
58
STANDAR MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
OPERASIONAL PERTEMUAN 13
PROSEDUR MATERI PRAKTIKUM EARLY WARNING SISTEM
Kompetensi Program
Mahasiswa mampu menerapkan Eary Warning Score di ruang perawatan.
Studi
Tujuan Untuk mengetahui gangguan fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilan fisik
pasien sehingga dapat kode.
Teori Singkat Early Warning System (EWS) adalah system peringatan dini yang dapat
diartikan sebagai rangkaiansistem komunikasi informasi yang dimulai dari
deteksi awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya. Deteksi dini merupakan
gambaran dan isyarat terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau
ketidakstabilan fisik pasien sehingga dapat menjadi kode dan atau
mempersiapkan kejadian buruk dan meminimalkan dampaknya, penilaian untuk
mengukur peringatan dini ini menggunakan Early Warning score
59
kesehatan primer, Puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi
pasien sebelum direrima rumah sakit tujuan.
60
perawat terdaftar yang
kompeten harus
memutuskan apakah
perubahan frekuensi
pemantauan klinis
atau wajib eskalasi
perawatan klini
5-6 sedang Harus segera perawat berkolaborasi dengan min 1
melakukan tinjauan tim/pemberian assesmen
mendesak oleh klinisi kegawatan/meningkatkanperawata n
yang terampil dengan dengan fasilitas monitor yang lengkap
kompetensi dalam
penilaian penyakit
akut di bangsal
biasanya oleh dokter
atau perawat dengan
mempertimbangka n
apakah eskalasi
perawatan ke tim
perawatan kritis
diperlukan (yaitu tim
penjangkauan
perawatan kritis)
>7 tinggi harus segera berkolaborasi dengan tim Bed
memberikan penilaian medis/pemberian assesmen monito
darurat secara klinis kegawatan/pindah ruang HCU very ti
oleh tim
penjangkauan/ critical
care outreach dengan
kompetensi
penanganan pasien
kritis dan biasanya
terjadi transfer pasien
61
ke area perawatan
dengan alat bantu
62
b. Tabel parameter Pediatrik Early Warning Score
Paramete 3 2 1 0 1 2
r
Pernapas <10 11-15 16-29 30-39 40-49
an
Retraksi normal ringan sedang
dinding
dada
Alat bantu no < 2L >2 L
O2
Saturasi <85 86-89 90-93 >94
oksigen
Denyut <50 50-69 70-110 110-129 130-149
jantung
Kapilla <2
reffil
Tekanan <80 80-89 90-119 120-129 130-139
sistolik
Tingkat A V
kesadara
n
Suhu <35
Total
Latihan Kasus melakukan penerapan EWS
63
Departemen Kesehatan R.I (2011). Peraturan menteri kesehatan RI
Nomor1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah
sakit. Jakarta: Depkes RI.
64
MODUL MANAJEMEN PASIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 14
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM CUCI TANGAN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu melakukan tindakan cuci tangan
Teori Singkat Suatu tindakan membersihkan kotoran dengan sabun atau antiseptic dan
dibilas dengan air mengalir.
65
Prosedur Kerja P Pesiapan :
1. Mengalirkan air, hindari percikan pada
pakaian.
2. Membasahi tangan dan lengan
bawah, mempertahankannya lebih
rendah dari siku.
3. Menaruh sedikit sabun / antiseptic (2
– 4 cc). Untuk sabun batang, pegang
dan gosok sampai berbusa.
4. Menggosok kedua tangan telapak
tangan dengan cepat, selama 10 – 15
detik.
5. Menggosok punggung tangan secara
bergantian.
6. Menggosok sela-sela jari secara
melingkar bergantian.
7. Menggosok buku-buku jari secara
bergantian.
8. Menggosok ibu jari secara
bergantian.
9. Menggosok ujung-ujung jari secara
bergantian.
10. Membilas lengan dan tangan dengan
air bersih yang mengalir.
11. Menutup kran dengan siku.
12. Mengeringkan tangan dengan
handuk atau pengering.
66
Tugas 1. Berikan laporan resume hasil pada kasus
tersebut
2. Berikan evaluasi hasil tindakan dan tindak
lanjut dari pengukuran
3. Laporan kewaspadaan perawat yang
harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan sesuai kasus.
67
STANDAR MODUL MANAJEMEN PASIENT SAFETY
OPERASIONAL PERTEMUAN 14
PROSDUR MATERI PRAKTIKUM ALAT PELINDUNG DIRI
Kompetensi
Mahasiswa mampu mengetahui alat pelindung diri
Program Studi
Tujuan Untuk mencegah penularan infeksi
Teori Singkat Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
Persiapan Persiapan Alat
1. Apron (baju/gaun)
Apron plastik digunakan saat kontak langsung dengan pasien
atau lingkungan : saat membersihkan /merapikan tempat tidur
pasien
2. Sepatu pelindung : sepatu harus menutupi seluruh ujung dan
telapak kaki, terbuat dari karet atau plastik agar mudah dicuci
dan tahan tusukan. Sepatu pelindung dipakai di ruang khusus :
kamar bedah , laboratorium, ICU, ruang isolasi, pemulasaraan
jenazah, kamar bayi, kamar bersalin, ruang hemodialisa.
3. Sarung Tangan (Gloves) :
sarung tangan steril digunakan pada tindakan /
prosedur invasive
Sarung tangan bersih dan baik boleh digunakan s
etiap akan melakukan kontak dengan bahan / benda
yang infeksius (darah atau substansi tubuh lainnya)
atau bersifat kotor
4. Masker
Masker N95 hanya digunakan untuk penyakit infeksi saluran
pernapasan seperti TBC paru, SARS, Avian Flu. Harus
digunakan sebelum masuk kamar pasien dan dilepas sebelum
meninggalkan ruangan. Masker bedah (surgical mask) dapat
digunakan sesuai kebutuhan / prosedur berpotensi terjadi
paparan langsung pada tubuh yang akan dilakukan
5. Penutup kepala
Pelindung wajah dan mata : harus digunakan saat melakukan
tindakan yang akan berisiko timbul percikan pada wajah, mata
dan mulut seperti saat perawatan pasien trakheostomi,
tindakan operasi dll
1. Cuci tangan
2. Kenakan baju sebagai sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung
3. Kenakan sepatu bot karet
4. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
5. Kenakan gaun luar
6. Kenakan celemek plastik
7. Kenakan sepasang sarung tangan kedua
8. Kenakan masker
9. Kenakan penutup kepala
10. Kenakan pelindung kaca mata
13.
Latihan Lakukan tindankan pemasangan APD
Tugas 1. Berikan laporan resume hasil pada kasus tersebut
2. Berikan evaluasi hasil tindakan dan tindak lanjut dari
pengukuran
3. Laporan kewaspadaan perawat yang harus diperhatikan dalam
melakukan tindakan sesuai kasus.
Referensi Kozier, B.E.G & Erb’s.G., Berman, A. & Snyder, S. (2012).
Fundamentals nursing: Concepts, process & practice. Ninth edition.
New Jersey: Pearson Education Inc
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental of nursing: Concepts,
process & practice. St. Louis: Mosby Year Book. Inc
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 15
PROSEDUR
MATERI PRAKTIKUM PEMAKAIAN APD SARUNG TANGAN
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan sarung tangan
Teori Singkat Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai fungsi untuk melindungi petugas dari risiko infeksi.
68
bagian lubang jari-jari tangannya terbuka.
Masukkan tangan (jaga sarung tangan
supaya tetap tidak menyentuh permukaan(3)
6. Ambil sarung tangan kedua dengan cara
menyelipkan jari-jari tangan yang sudah
memakai sarung tangan ke bagian lipatan
yaitu bagian yang tidak akan bersentuhan
dengan kulit tangan saat dipakai (4)
69
MODUL MANAJEMEN PATIEN SAFETY
STANDAR OPERASIONAL
PERTEMUAN 15
PROSDUR
MATERI PRAKTIKUM PEMAKAIAN APD MASKER
Kompetensi Program Studi Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan masker
Teori Singkat Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai fungsi untuk melindungi petugas dari risiko infeksi.
Persiapan Persiapan :
- Masker bedah
- Masker N95
70
Cara melepas Masker Bedah
1. Lepaskan ikatan tali masker bawah
2. Lepaskan ikatan tali masker atas
3. Lipat masker menjadi dua bagian
(bagian yang terkontaminasi dilipat di
bagian dalam) kemudian lipat kembali
menjadi dua bagian kemudian ditali
Masker N95
71
3. Laporan kewaspadaan perawat yang
harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan sesuai kasus.
72