Anda di halaman 1dari 14

Referat

MIGRAIN PADA ANAK

Oleh:

M. Riefky Kusdhany

Pembimbing:

dr. Msy. Rita Dewi, Sp.A(K)


dr. R.M. Indra, Sp.A(K)

DEPARTEMEN ILMU ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................................2

BAB III.........................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN

Cephalgia atau nyeri kepala merupakan gejala yang paling sering dijumpai
dalam kehidupan sehari - hari, sekitar 90% dari setiap individu pernah mengalami
minimal 1 kali per tahun. Nyeri kepala menduduki komposisi jumlah pasien
terbanyak yang datang berobat jalan ke dokter saraf, hasil pengamatan yang
didapatkan bahwa insidensi jenis penyakit dari praktek klinik di medan pada tahun
2003 didapatkan 10 besar penyakit yang berobat jalan, dimana cephalgia
menduduki peringkat pertama dengan presentase jumlah 42% (Sjahrir Hasan).
Migrain sendiri merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang

diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan merupakan

penyebab nyeri kepala primer kedua setelah Tension Type Headache (TTH).

Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya unilateral dengan sifat nyeri

yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah frontotemporal (Price).

Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri

kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya

unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan

diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia

(IHCD).

Migren merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik

serangan nyeri kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas, frekuensi

dan lamanya yang berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral,

umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah (IHCD).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anak


Seorang anak bukan merupakan seorang dewasa dalam bentuk kecil,
karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa (Abdul Latief, 2007).
Menurut (Department of Child and Adolscent Health and Development)
mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun.
Sedangkan menurut (The Convention of The Right of The Child) mendifinisikan
anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. (World Health Organisation ,
2003) mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun.
Menurut (Surabaya Media Centre, 2009) UU RI No.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Pasal 1 ditegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

2.2 Nyeri Kepala


Nyeri kepala adalah kelainan neurologis yang umum dan ditandai dengan
simptom yang bersifat jinak. Walau bagaimanapun, bisa diakibatkan oleh penyakit
kronis misalnya tumor otak, meningitis, dan giant cell arteritis.
Terdapat juga nyeri kepala berulang yang bersifat kronis tetapi tidak
berhubungan dengan kelainan struktural atau penyakit sistemik misalnya migrain,
kluster, hemikrania paroksimal dan tension-type headache (J.Boss, 2010).

2.3 Migrain
2.3.1 Definisi dan etiologi
Kata ‘migrain’ berasal dari bahasa Greek hemikrania. Kata ini kemudian
di ubah kepada bahasa Latin hemigranea, dimana mendapat persetujuan dari
translasi French sebagai migrain (Chaula, 2010).
Pendapat (World Health Organisation, 2012) migrain merupakan
gangguan sakit kepala primer. Onset migrain sering terjadi sewaktu seseorang
mulai pubertas. Nyeri migrain di karenakan adanya mekanisme aktivasi di dalam
otak dan terjadi pengeluaran substansi yang merangsang nyeri sekitar saraf dan
pembuluh darah di kepala.
Migrain merupakan gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik
serangan nyeri kepala yang episiodik (berulang-ulang) dengan intensitas,
frekuensi dan lamanya yang berbeda-beda (Ferrari, 2007). Nyeri kepala biasanya
bersifat unilateral (walaupun 1/3 dari serangan migrain yang berlaku bersifat
lateral), umumnya disertai satu atau lebih gejala seperti gangguan penglihatan,
mual, muntah, hoyong, hipersensitif terhadap bunyi, cahaya, sentuhan, bau, kaku
pada ekstrimitas atau wajah (Headache Classification Committee of The
International Headache Society, 2004)
Menurut (DW, 2007) etiologi migrain masih belum diketahui. Nyeri
migrain melibatkan pembuluh darah di otak, inervasi pembuluh darah trigeminal
dan refleks trigeminal vaskular dengan sistem parasimpatetik di kranial. Menurut
(H.Ropper, 2005) investigasi yang dilakukan bertahun-tahun oleh Harold Wolff,
sakit kepala pada migrain adalah disebabkan oleh dilatasi arteri di ekstrakranial.

2.3.2 Tipe Migrain


Menurut (Headache Classification Committee of The International Headache
Society, 2004) mengklasifikasikan migrain kepada dua yaitu migrain dengan aura
dan migrain tanpa aura. Pada umumnya migrain pada anak diklasifikasikan
menjadi lima, yaitu:

(a) Migrain dengan aura (classic migraine)


Migrain jenis ini tidak sering ditemukan dan hanya terjadi 15%
sampai 30% dari keseluruhan kejadian serangan migrain. Migrain ini tidak
jelas penyebabnya (idiopatik), bentuk serangan gejala neurologis berasal
dari kors serebri dan batang otak. Manifestasi sakit kepala biasanya
disertai mual dengan atau tanpa fotofobia. Onset migrain pada anak sering
terjadi pada siang hari dan semakin meningkat usia, serangan migrain
terjadi pada awal pagi.
(b) Migrain tanpa aura (common migraine)
Migrain yang paling sering pada anak sekitar 75% sampai 80%
dari keseluruhan kejadian serangan migrain. Sakit kepalanya hampir sama
dengan migrain dengan aura tetapi etiologinya lebih idiopatik dan banyak
berhubungan dengan tension type-headache. Nyerinya dapat digambarkan
oleh denyutan-denyutan pada salah satu bagian sisi kepala. Kepala terasa
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat disertai mual, fotofobia
dan fonobia. Bersifat kronis dengan manifestasi nyeri kepala 4 jam sampai
72 jam.
(c) Complicated migraine
Migrain dengan serangan yang berhubungan dengan gejala
neulorogis atau gejala menyerupai sakit kepala. Misalnya migrain
hemiplegik dan migrain opthalmoplegik (OP). Migrain hemiplegik
mengakibatkan kelemahan pada satu sisi tubuh. OP adalah kelainan yang
jarang berlaku dan di tandai dengan sakit kepala unilateral yang parah
dikarenakan kelumpuhan saraf okular. OP melibatkan saraf okulomotor
yang mengakibatkan dilatasi pupil dan kekambuhan bisa menyebabkan
penurunan fungsi saraf.

(d) Migrain basilar (Bickerstaff migraine)


Migrain yang sering dijumpai pada gadis remaja. Sakit kepala pada
bagian occipital yang disertai aura berterusan pada batang otak, occipital
dan atau disfungsi serebelar misalnya ataksia, masalah pendengaran,
gangguan kesadaran, diplopia, hoyong, gangguan penglihatan dan lemah.
Pemicu tersering kepada serangan migrain ini di karenakan trauma minor
kepala. Gejala neurologik biasanya berlaku dalam durasi yang singkat.

(e) Migrain konfusional


Migrain ini jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada dekade
kedua hidup. Serangan nyeri dikarenakan trauma kepala minor dengan
karakteristik bingung dan agitasi yang berkembang dengan cepat. Pada
anak yang menderita migrain konfusional akan terlihat resah, seakan
mengigau dan tampak dalam keadaan nyeri tetapi tidak mengeluhkan sakit
kepala. Setiap serangan berlangsung kurang dari 6 jam dan diikuti dengan
tidur yang lena. Anak akan kembali normal setelah bangun dari tidur.

2.3.3 Patofisologi dari migrain pediatrik


(a) Teori dari migrain
Teori pembuluh darah (vaskular) yang di kemukakan Graham dan
Wolff pada tahun 1938 menerangkan gangguan sensorik dan motorik pada
migrain yang disertai aura. Terdiri atas dua fase, fase pertama (prodromal
phase) yang ditandai adanya vasospasm yang menyebabkan iskemik
serebral yang fokal dan simptom neurologis yang sementara. Manakala
fase kedua berlaku akibat vasodilatasi dari pembuluh darah intrakranial
dan ekstrakranial. Otak mengalami asidosis dan rangsangan serabut nyeri
pada dinding arteri mengakibatkan sakit kepala yang dahsyat.
(b) Serotonin
Serotonin adalah neurotransmiter yang terlibat untuk memicu
seseorang untuk tidur, depresi dan memori. Hormon yang dikeluarkan
secara intermiten dari neuron seratogernik di pons bisa memicu
pengeluaran serotonin (5-hydroxytryptamine) pada satu sisi korteks
occipital. Ini kemudian menyebabkan tersebarnya gelombang eksititasi
yang diikuti oleh depresi oleh aktivitas neuronal.

(c) Nitrogen monoksida (nitric oxide)


Kajian terbaru menemukan nitric oxide (NO) dipercayai pencetus
dilatasi arterial serebri dan menunda sakit kepala pada penderita migrain
tetapi ianya tidak menimbulkan aura. NO meregulasi tekanan darah,
menginhibisi fungsi platelet dan bertindak sebagai neurotransmitter. Ia
bekerja di pusat nyeri, meregulasi vasodilatasi pada sistem saraf pusat dan
dihasilkan oleh NO sintase di neuron.

(d) Disfungsi mitokondria


Kelainan pada metabolisma energi di otak karena disfungsi
mitokondria mengenai sebagian besar penderita migrain dengan aura
maupun tanpa aura.

(e) Kalsium kanalopati


Kanal ion mengontrol dan menstabilkan potensi listrik sepanjang
membran sel. Apabila terjadi mutasi gen di kanal ion ianya akan
mengakibatkan pelbagai kelainan neurologis.

(f) Inflamasi steril


Proses inflamasi steril mengakibatkan terjadinya pelepasan
vasoaktif neuropeptida misalnya substensi P dan neurokinin A dari saraf
trigeminal. Ini menyebabkan vasodilatasi dari arteri dan arteriol, dimana ia
akan mengaktifkan sel-sel endotel, sel mast dan platelet. Akibatnya
terjadilah pelepasan mediator-mediator inflamasi seperti histamin,
peptikinin, prostaglandin dan ketakolamin. Mediator-mediator ini
mengakibatkan kontraksi dan relaksasi otot polos dan terjadinya simptom-
simptom migrain.
2.3.4 Fase serangan migrain
Serangan migrain memiliki 4 fase potensi yaitu:

(a) Prodome
Fase ini dimiliki oleh migrain dengan aura maupun migrain
tanpa aura. Gejala bisa timbul 24 jam sebelum sakit kepala. Antara
gejala yang bakal timbul adalah sifat cepat marah, kemurungan,
penurunan atau peningkatanvnafsu makan, anoreksia, gangguan
waktu tidur dan retensi cairan. Secara umum fase ini merupakan
amaran serangan daripada simptom-simptom yang dinyatakan.
(Rohkamm, 2004)

(b) Aura
Aura adalah gangguan fokal cerebral yang muncul seiring
dengan onset sakit kepala. Aura bisa timbul tanpa rasa sakit kepala
ataupun lebih parah dan mengganggu dari sakit kepala. Hanya 10%
sampai 20% anak dengan migrain mengalami aura. Sering durasi
aura bertahan dari 5 menit sampai 20 menit dan kurang dari 30
menit.

(c) Sakit kepala


Fase sakit kepala pada serangan migrain anak biasanya
lebih singkat durasinya dibandingkan pada orang dewasa. Sakit
kepala pada anak bisa berlangsung selama 30 menit sampai 48 jam
tetapi sering kurang dari 4 jam. Antara simptom pada fase ini
adalah ekstrimitas teraba dingin, mual, muntah, anoreksia,
diarrhea, konstipasi, hoyong, keringat berlebihan, kebas, fotofobia,
fonofobia.

(d) Postdrome
Selapas fase sakit kepala pasien bisa merasakan bahawa dia
lebih bertenaga atau lebih lelah dan letargi. Fase ini bisa
berlangsung dari jam sampai berhari.
2.3.5 Simptom migrain
Walaupun simptom pada setiap individu mungkin berbeda tetapi beberapa
simptom umum dari migrain adalah:
(a) nyeri kepala yang berdenyut. Pada anak, nyeri biasanya mengenai
daerah anterior atau bilateral kepala. Manakala pada dewasa nyeri kepala
sering pada satu sisi kepala
(b) kulit yang pucat
(c) sensitif terhadap bunyi
(d) sensitif terhadap cahaya
(e) kurang nafsu makan
(f) mual dan muntah, nyeri abdominal.

2.3.6 Perkara yang mencetuskan migrain


Pada kebanyakan penderita migrain pada anak dan dewasa, nyeri migrain ini di
cetuskan oleh faktor eksternal. Pencetus pada setiap individu itu berbeda.
Antaranya adalah:
(a) Stress
(b) Kurang waktu tidur
(c) Menstruasi
(d) Perubahan pola atau corak makan
(e) Kafein
(f) Perubahan cuaca
(g) Obat-obat
(h) Diet

2.3.7 Diagnosis dan Pemeriksaan


Mendiagnosis tipe nyeri kepala secara benar diperlukan bagi membisakan
pasien mendapat perawatan yang efektif. Evaluasi yang paling penting ialah
ditanyakan riwayat nyeri kepala pasien beserta riwayat keluarga pasien. Riwayat
nyeri kepala pasien ini termasuklah serangan nyeri kepala dini dan sebelumnya
terutama saat, ketika, dan selepas nyeri kepala. Frekuensi, durasi dan yang
berkaitan dengan simptom dari nyeri kepala tersebut juga ditanyakan. Riwayat
obat-obat masa lalu, ketika ini yang di konsumsi (Chaula, 2010)
Pada pemeriksaan neurologis pemeriksa akan menanyakan apakah adanya
gangguan pergerakan, koordinasi maupun sensasi. Sekiranya anak hanya
mengalami masalah simptom, pemeriksaan neurologis lanjutan tidak akan
dilakukan.
Terdapat kemungkinan perlu dilakukan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) dan atau Computerized Tomography Scan (CT scan) bagi menyingkirkan
diagnosis lainnya seperti tumor, stroke, aneurism, infeksi dan pelbagai masalah
medis lainnya yang juga bisa menyebabkan nyeri kepala.

2.3.8 Komplikasi
Penderita migrain mempunyai resiko yang tinggi untuk mendapat epilepsi,
depresi, gangguan ansietas dan stroke (Ferrari, 2007)

2.3.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan migrain tanpa aura (common migraine) bergantung
kepada frekuensi dan tingkat keparahan dari serangan. Apabila serangan migrain
jarang berlaku atau akut, rawatan biasanya tidak diperlukan (Mumenthaler, 2006)
Penatalaksanaan migrain pada anak mempunyai 3 fase. Pertama,
mengedukasi pasien dan atau orang tua pasien tentang pencetus migrain. Kedua,
menyusun planat perawatan sekiranya berlaku serangan akut. Yang terakhir
mempertimbangkan profilaksis pada pasien yang sering terkena serangan migrain.

(a) Penerangan dan edukasi


Menjelaskan kepada pasien dan orang tua pasien bahwa ia
bukanlah tumor otak maupun perkara mengancam jiwa lainnya. Waktu
tidur dan waktu makan yang reguler serta jadwal harian yang tidak padat
seharusnya diterapkan. Mengenal pasti pencetus migrain pada anak dapat
mengurangkan kejadian serangan migrain. Merobah gaya hidup bisa
membantu mengontrol migrain karena migrain sering dipacu oleh faktor
eksternal. Menurut kajian yang dilakukan, berolahraga selama 40 menit 3
kali seminggu selama 3 bulan dapat mengurangkan serangan migrain
dengan kadar rata-rata sebanyak 0.93 pada bulan terakhir pengobatan.
Lakukan diet yang benar bagi mengontrol pencetus migrain misalnya
kafein, cokolat, monosodium glutamat, kacang-kacangan dan buah-buahan
misalnya jeruk, pisang, alpokat dan buah yang telah mengalami proses
pengeringan seharusnya dielakkan.
(b) Serangan akut
Saat terjadinya serangan migrain minta anak untuk berbaring di
ruangan yang gelap dan sunyi dan sebaiknya tidur disaat serangan. Bisa
diberikan analgesik acetaminofen atau ibuprofen. Promethazine dapat
menghilangkan mual, rasa hoyong dan sepertinya dapat mengurangkan
nyeri. Oleh karena itu ianya sering digunakan pada perawatan awal. Secara
umumnya, semakin cepat penanganan awal diberikan, semakin kurang
tingkat keparahan nyeri terjadi.

(c) Profilaksis
Tujuan utama pemberian profilaksis adalah untuk mencegah
serangan migrain dan mengurangkan frekuensi dan keparahan daripada
serangan. Setengah dari pasien mengalami 50% pengurangan migrain.
Kebanyakan profilaksis mempunyai efek yang pelbagai. Oleh karena itu,
dipertimbangkan kepada pasien yang mendapat serangan 1-2 kali
seminggu untuk diberi profilaksis. Antara obat profilaksis yang diresepkan
adalah amitriptilin, propranolol, selective seratonin reuptake inhitor
(SSRIs), antikonvulsan, riboflavin dan anti-depresi tricyclic. Penggunaan
obat ini efektif pada awalnya dan menjadi inefektif setelah penggunaan
berlama-lama. Withdrawal drug haruslah dilakukan secara berperingkat
bagi mengelakkan kejadian migrain semakin parah. Menurut Rohkamm
(2004) pemilihan pertama diberikan beta-bloker (metoprolol, propanolol).
Yang kedua flunarizin atau valproate.

(d) Perawatan status migrainosus


Perawatan agresif diperlukan dan bisa juga dilakukan pada passien
rawat jalan. Terdapat 5 prinsip perawatan: hidrasi, analgesia, anti-migrain
yang spesifik, anti-emetics dan sedasi. Oleh karena migrain bisa
menyebabkan muntah dan berkurangnya nafsu makan, rawatan rehidrasi
dimulakan sebagai rawatan paling awal. Di berikan cairan Ringer Laktat
secara intravena diikuti dengan pemberian cairan Dekstrosa 5% sampai
10% sekiranya perlu. Pemberian analgesia seperti ketarolak secara
intramuskulus atau naproxen atau indometasin secara rektal supositoria
(Jr.C, 2010)

2.3.10 Prognosis
Pengobatan berhasil pada kebanyakan anak yang mengalami
migrain. 50% dari anak yang dilaporkan migrain pulih dalam masa 6 bulan
paska perawatan.
BAB 3
KESIMPULAN

Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala

dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,

sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh

aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

Merupakan penyebab nyeri kepala primer kedua terbanyak setelah Tension

Type Headache (TTH). Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya

unilateral dengan sifat nyeri yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah

frontotemporal.

Migrain secara umum dibagi menjadi 2 yaitu migren tanpa aura atau

common migraine dan migren dengan aura atau classic migraine. Yang paling

sering terjadi adalah migren tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua pengidap

migren.

Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 –

40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun.

Diagnosis migraine dapat ditegakkan dengan anamnesis yang cermat

dengan memperhatikan ciri-ciri khusus dari beberapa klasifikasi migraine

menggunakan kriteria diagnosis International Headache Socety

Penatalaksanaan mencakup penatalaksanaan abortif dan

preventif/profilaktif baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Prinsip

pengobatan adalah untuk mengurangi serangan migraine dan mencegah serangan

berikutnya..
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahrir, Hasan. Nyeri Kepala. Kelompok Studi Nyeri Kepala.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004

2. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta :

EGC.2003.

3. Headache Classification Subcommitee of the International Headache

nd
Society. The International Headache Classification Disorder: 2

Edition. Cephalgia 2004; 24 Suppl 1:1-160.

4. Abdul Latief, S. T. (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan Jasmani.

Dalam Ilmu Kesehatan Anak (7 ed., Vol. 1, hal. 146).

5. DW, L. (2007). Headache in Children and Adolscents. Dalam Curr

Probl Pediatr Addesc Health Care (6th ed., hal. 207).

6. EA, M. (2008). Menstrual Migraine. Dalam Curr Opin Neurol (hal. 309).

7. Ferrari, G. P. (2007). Migraine as a cerebral ionopathy with abnormal

central sensory prosessing. Dalam Neurobiology of disease. Elsivier.

8. H.Ropper, A. (2005). Headache and other craniofacial pain.Migraine.

Dalam Adams and Victor's Principles of Neurology (8th ed., hal. 159).

McGraw Hill.

9. Headache Classification Committee of The International Headache

Society. (2004).

10. J.Boss, B. (2010). Disorders of the central and peripheral nervous

systems and the neuromuscular junction. Dalam S. E. Kathryn L.

McCance, Pathophysiology The Biologic Basis for Diseasein Adults and

Children (6 ed., hal. 609).

Anda mungkin juga menyukai