Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATERI Al-BAQARAH AYAT 275 (LARANGAN RIBA)

TAFSIR dan HADIS AHKAM MUAMALAH

DOSEN PENGAMPU

Muhammad Rofiq Junaidi, M. Hum.

DISUSUN OLEH

Putri Yuliani

205211077

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SURAKARTA

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS ISLAM

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada dasarnya transaksi riba dapat terjadi dari transaksi hutang piutang, namun bentuk dari
sumber tersebut bisa berupa qard dan lain sebagainya. Para ulama menetapkan dengan tegas
dan jelas tentang pelarangan riba, disebabkan riba mengandung unsur eksploitasi yang
dampaknya merugikan orang lain, hal ini mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul serta
ijma' para ulama. Bebarapa pemikir Islam berpendapat bahwa riba tidak hanya dianggap
sebagai sesuatu yang tidak bermoral akan tetapi merupakan sesuatu yang menghambat
aktifitas perekonomian masyarakat, sehingga orang kaya akan semakin kaya sedangkan orang
miskin akan semakin miskin dan tertindas. Manusia merupakan makhluk yang "rakus",
mempunyai hawa nafsu yang bergejolak dan selalu merasa kekurangan sesuai dengan watak
dan karakteristiknya, tidak pernah merasa puas, sehingga transaksi-transaksi yang halal
susahdidapatkan karena disebabkan keuntungannya yang sangat minim, maka harampun jadi
(riba). Ironis memang, justru yang banyak melakukan transaksi yang berbau riba adalah
dikalangan umat Muslim. Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal, biasanya
transaksi riba sering dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana peminjam meminta
tambahan dari modal asal kepada yang dipinjami. Tidak dapat dinafikkan bahwa dalam jual
beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang yang tidak sejenis, melebihkan
atau mengurangkan timbangan atau dalam takaran.

BAB 2

ISI
Secara makna istilah (terminologi) riba adalah kelebihan/tambahan dalam pembayaran utang
piutang/jual beli yang disyaratkan sebelumnya oleh salah satu pihak. Ditambahkan bahwa
pihak yang melakukan riba disebut dengan murbin. Murbin telah melakukan usaha
penambahan harta secara kontan maupun dengan menggunakan tempo waktu tertentu. Maka,
bisa dikatakan bahwa terjadinya riba diawali karena ada tambahan yang ditetapkan sebelum
berlakunya proses jual beli atau pinjam meminjam.

Hukum riba,

Pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2):275, Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah [2]: 275).

Riba dalam Islam hukumnya haram. Ada banyak efek negatif dari riba yang dipraktikkan
selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, agama samawi semuanya melarang praktik
riba. Mendapatkan keuntungan dari riba dapat menghilangkan sikap tolong menolong,
memicu permusuhan, dan sangat menyusahkan apabila pemberi riba menentukan bunga yang
sangat tinggi. Dalam surat al-Baqarah ayat 275 menjelaskan bahwa orang-orang yang
memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan
karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang memakan
riba itu dia kehidupannya di dunia ini dia tidak akan tenteram, tidak akan tenang. Karena
apa? Karena di dalam pikirannya itu selalu harta dan tahta.

Macam-macam Riba:

Berdasarkan keterangan dari buku Fikih terbitan Kementerian Agama RI tahun 2014, riba
dibagi menjadi 4 macam sebagaimana hasil ijtima para ulama. Di antaranya adalah Fadl,
Nasi’ah, Qardi, dan Yad.

1. Riba Fadl

Riba Fadl yakni jual beli (tukar menukar) dua barang yang sama jenisnya. Akan tetapi, tidak
sama ukurannya. Artinya, dalam proses tersebut mengandung adanya tambahan pada salah
satu jenis benda yang disyaratkan.

Contoh: tukar menukas antara beras dengan beras, namun ada kelebihan pada salah satu
pihak lantaran tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Maka, transaksi ini bisa disebut sebagai
riba fadl.

2. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah adalah mengambil keuntungan dari proses pinjam meminjam atau tukar
menukar barang sejenis maupun berbeda yang disebabkan karena ada keterlambatan dalam
masalah pembayaran.

3. Riba Qardi

Yaitu meminjamkan sesuatu dengan disertai keuntungan atau semacam tambahan dari pihak
yang memimjam. Jika meminjam uang 1 juta dan wajib dikembalikan semisal adalah 1 juta
100 ribu, maka hal ini dapat dikatakan sebagai riba qardi.

4. Riba Yad

Merupakan pengambilan keuntungan dari hasil jual beli yang disertai dengan penundaan
serah terima barang. Makna lainnya, proses jual beli terjadi ketika penjual dan pembeli sudah
berpisah.

Riba Yad terjadi ketika seseorang membeli sebuah barang dan sebelum adanya serah terima,
ia dengan sang penjual telah berpisah.

.
BAB 3
PENUTUP

Riba merupakan hal yang diharamkan atau dilarang keras dalam agama Islam karena riba
sendiri sangat merugikan bagi orang yang berhutang, sedangkan yang menghutangi akan
semakin kaya dan menginjak-injak orang yang miskin. Dari riba tersebut tidak memakai
konsep etika atau moralitas. Allah mengharamkan transaksi yang mengandung unsur ribawi,
hal ini disebabkan mendholimi orang lain dan adanya unsur ketidakadilan. Islam
mengharamkan riba selain telah tercantum secara tegas dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat
278-279 yang merupakan ayat terakhir tentang pengharaman riba, juga mengandung unsur
eksploitasi. Dalam surat al-baqarah disebutkan tidak boleh menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya, maksudnya adalah tidak boleh melipat gandakan uang yang telah dihutangkan, juga
karena dalam kegiatannya cenderung merugikan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
https://youtu.be/Q2V1fKr4Dcg

https://amp.tirto.id/apa-itu-riba-dalam-islam-pengertian-macam-hingga-hikmahnya-
gihv#aoh=16328189579724&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s

Anda mungkin juga menyukai