Anda di halaman 1dari 73

Tangerang, 26 Februari 2021

‫كيف تكون مفتاحاً للخير‬


Kaifa Takunu Miftahan Lil Khair

(Bagaimana Caranya Agar Engkau Menjadi Kunci


Kebaikan)

Oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr ‫حفظه هللا تعالى‬

Syarh/Penjelasan Pemateri :

Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc ‫حفظه هللا تعالى‬

Materi Pengantar

Bimbingan Islam MATERI BiAS N09 G-03

Penyusun : Syam Kelana Aas


Member Bimbingan Islam MATERI BiAS N09 G-03
DAFTAR ISI
Cover
Daftar Isi ----------------------------------------------------------------------------------- i
Muqaddimah ----------------------------------------------------------------------------- iii

Bagian 1 Kunci Pertama Bersandar Kepada Al Fattah ------------------------------ 1


Bagian 2 Kunci Kedua Tauhīd Dan Ikhlas -------------------------------------------- 6
Bagian 3 Kunci Ketiga Ilmu Yang Bermanfaat ------------------------------------- 11
Bagian 4 Kunci Keempat Perhatian Dengan Hal-Hal Yang Wajib Dalam Agama
Islām --------------------------------------------------------------------------------------- 17
Bagian 5 Kunci Kelima Usaha Maksimal Menjauh Dari Dosa ------------------ 22
Bagian 6 Kunci Keenam Do'Alaihissalam ------------------------------------------ 26
Bagian 7 Kunci Ketujuh Menjauh Dari Sumber Fitnah Dan Syubhat Lalu
Berhati-Hati Darinya -------------------------------------------------------------------- 31

Bagian 8 Kunci Kedelapan Lemah Lembut Dan Berakhlaq Mulia Dengan


Seluruh Manusia ------------------------------------------------------------------------- 34

Bagian 9 Kunci Kesembilan: Terdepan Dalam Kebaikan------------------------- 38

Bagian 10 Kunci Kesepuluh: Mengingat Hari Akhir Dan Mengingat Saat-Saat


Berdiri Di Hadapan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla ----------------------------------- 40

Bagian 11 Kunci Kesebelas Bersahabat Dengan Orang-Orang Pilihan Dan


Bermajelis Dengan Orang-Orang Shalih --------------------------------------------- 44

Bagian 12 Semangat Menyebarkan Kebaikan -------------------------------------- 47

Bagian 13 Kunci Ketigabelas Pintu Kebaikan Itu Saling Berhubungan -------- 50

Bagian 14 Jangan Meremehkan Kebaikan Yang Allāh Bukakan Untuk Orang


Lain ---------------------------------------------------------------------------------------- 53

Bagian 15 Mengobati Penyakit Jiwa ------------------------------------------------- 58

i
Bagian 16 Cinta Kebaikan Dan Suka Menjadi Orang Yang Bermanfaat Untuk
Manusia ----------------------------------------------------------------------------------- 61

PENUTUP ----------------------------------------------------------------- 65

ii
MUQADDIMAH

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة اما بعد‬

Teman-teman Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga


selalu di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. In syā Allāh, pada pertemuan
ini dan beberapa pertemuan selanjutnya kita akan membahas sebuah kitāb yang
berasal dari sebuah muhadharah yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al
Badr hafizhahullāhu ta'āla.

Sebuah kitāb yang sangat penting, sebuah kitāb yang seharusnya dibaca oleh
seorang muslim (seorang yang beriman) agar dia menjadi orang yang penuh
keberkahan. Kitāb tersebut diberikan judul oleh beliau: ‫كيف تكون مفتاحا للخير‬
(Bagaimana Caranya Agar Engkau Menjadi Kunci Kebaikan), menjadikan orang
penyebab kebaikan. Ini adalah judul kitāb yang akan kita baca.

Di sini posisi pemateri hanya akan menerjemahkan apa yang beliau sampaikan
dan apabila nanti ada sesuatu yang penting, InsyaaAllah nanti akan ada
pemberian garis bawah atau sesuatu penekanan, sehingga kita bersama dapat
lebih memahami kitāb ini.

Salah satu yang kita akan bacakan perkataan beliau dalam terjemahan pemateri.
Berikut terjemah dari kitāb Syaikh Abdurrazaq Al Badr yang berjudul:

‫كيف تكون مفتاحا للخير‬

Bagaimana Engkau Menjadi Kunci Kebaikan.

iii
Beliau berkata:

Segala puji hanya milik Allāh, kita memuji, memohon pertolongan, dan bertaubat
kepada-Nya. Kita juga berlindung kepada Allāh dari keburukan jiwa dan
keburukan amalan. Barangsiapa yang diberika petunjuk oleh Allāh maka tidak
akan ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, begitu juga barangsiapa yang
dibiarkan sesat oleh Allāh, maka tidak akan ada seorang pun yang dapat
memberikan petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allāh (Esa),
tidak ada sekutu bagi Nya. Saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan rasūl Allāh. Semoga shalawat dan salam, selalu tercurahkan kepada
keluarganya dan seluruh sahabatnya. Amma ba'du.

Imam Ibnu Mājah dalam kitāb Sunnan beliau, begitu juga Ibnu Abī Ashim dalam
kitāb As Sunnah beliau, begitu juga imam-imam selain keduanya telah
meriwayatkan sebuah hadīts dari shahabat Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu,
bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda, (perhatikan! Ini
hadīts penting) yang akan menjadi dasar pondasi kitāb ini:

"Sungguh diantara manusia ada orang-orang yang menjadi pembuka


pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Begitu juga sebaliknya
diantara manusia ada orang-orang yang menjadi pembuka pintu
keburukan dan penutup pintu kebaikan. Maka tubā (alangkah
beruntungnya) orang-orang yang Allāh jadikan kunci kebaikan berada
ditangannya dan alangkah celakanya orang-orang yang Allāh jadikan
kunci keburukan berada ditangannya."

Sungguh hadīts ini sangat luar biasa dan di sana ada beberapa hadīts yang serupa
dengan hadīts ini. Hadīts-hadīts tersebut dapat menguatkan makna hadīts dari

iv
shahabat Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu, terkait seorang insan pembuka pintu
kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Hadīts-hadīts yang mendukung adalah:

✓ Sebuah hadīts yang dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzī dalam kitāb


Sunnan, dari shahabat Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata,
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah melewati beberapa orang yang
sedang duduk-duduk, maka Beliau pun berkata:

"Mau kah aku kabarkan kepada kalian tentang orang terbaik dan
orang terburuk dari kalian?"

Para shahabat pun terdiam, kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam


mengulang pertanyaannya kembali hingga tiga kali. Setelah Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam mengulang pertanyaannya tiga kali, para
shahabat pun menjawab:

"Tentu wahai Rasūlullāh, kabarkanlah kepada kami tentang orang


terbaik dan orang terjelek dari kami.'

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata: "Orang terbaik di


antara kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan orang-
orang merasa aman dari keburukannya. Ada pun orang terburuk
kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan orang-
orang pun tidak merasa aman dari keburukannya."

(Hadīts ini adalah pendukung yang pertama).

v
✓ Hadīts yang dikeluarkan oleh Imam Al Bukhāri dalam Shahīh Bukhāri,
begitu juga Imam Muslim di dalam kitāb Shahīh Muslim dan selain
keduanya. Sebuah hadīts dari sahabat Abū Musa Al Asy'ari radhiyallāhu
'anhu bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti
penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi
mungkin akan memberikan minyak wanginya secara cuma-cuma
kepada anda atau anda akan membeli darinya atau anda akan
mendapatkan bau wangi darinya. Adapun pandai besi bisa jadi
bajumu akan terbakar karena percikan apinya atau anda akan
mendapatkan bau tidak sedap darinya."

Hadīts ini merupakan hadīts yang sudah sangat terkenal. Setiap muslim pasti
sangat ingin menggapai kebahagiaan, keberuntungan dan kesuksesan baik di
dunia maupun di akhirat. Ketika ia mendengar hadīts Anas radhiyallāhu 'anhu dan
hadīts-hadīts yang mendukung, tanpa diragukan lagi pasti hatinya tergerak dan
sangat ingin masuk ke dalam golongan orang-orang yang menjadi pembuka pintu
kebaikan dan sangat tidak ingin menjadi pembuka pintu-pintu keburukan.

Tidak ragu lagi ini pasti merupakan keinginan setiap muslim. Karena tidak ada
seorang muslim pun yang tidak ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dan
penutup pintu-pintu keburukan. Setiap muslim pasti ingin menjadi orang yang
mendapatkan at tubā (keberuntungan). Dan pasti sangat tidak ingin menjadi orang
yang mendapatkan al wail (kecelakaan) sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts Anas yang telah disebutkan.

Al wail artinya adalah hukuman keras, sangat menyakitkan, yang telah Allāh
siapkan bagi orang-orang yang menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup

vi
pintu kebaikan. Ketika jiwa seorang insan telah berhasrat ingin menjadi pembuka
pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan maka mau tidak mau ia
harus berusaha keras untuk mengusahakan sebab-sebabnya dengan amal nyata.

Hasrat baik ini tidak cukup hanya diangan-angankan namun harus dipahami
hakikatnya dengan sebaik-baiknya. Lalu berusaha melaksanakan sebab-sebabnya
dengan optimal. Bersamaan dengan ini semua, ia juga harus bersandar meminta
pertolongan dengan extra maksimal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, agar
Allāh mewujudkan harapan dan cita-citanya ini.

Adapun, kita akan segera masuk kedalam pembahasan tema kita hari ini. Yang
berangkat dari satu pertanyaan: Bagaimana caranya menjadi seorang insan
pembuka pintu kebaikan?

Jawaban dari soal penting dan soal yang bernilai tinggi ini mencakup banyak hal.
Pada kesempatan ini pemateri akan sebutkan hal-hal penting tersebut satu persatu.
Demikianlah ini pembukaan (muqaddimah) dari Syaikh Abdurrazaq Al Badr
hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Engkau
Menjadi Seorang Insan Pembuka Pintu Kebaikan).

vii
Bagian 1 Kunci Pertama Bersandar Kepada Al Fattah
Pada kesempatan kali ini, kita akan membaca kunci (langkah) pertama yang
disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb:
‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Langkah Langkah Anda Menjadi Seorang
Pembuka Pintu Kebaikan).

Kunci atau langkah pertama adalah kita harus tahu bahwa Allāh adalah sebaik-
baik pembuka ( َ‫) َخيْر ا ْلفَاتِ ِحين‬. Allāh adalah sebaik-baik pembuka yang membukakan
pintu-pintu kebaikan untuk kita. Perlu kita ketahui bahwa Al Fattah ( ‫) الفتَّاح‬, Yang
Maha Pembuka, adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga Allāh-lah yang
merupakan sebaik-baik pembuka.

Al Fattah (‫ )الفتَّاح‬merupakan salah satu nama Allāh. Setiap muslim yang beriman
kepada Allāh dan Asmaul Husna-Nya, wajib menggunakan nama ini untuk
mendekatkan diri kepada Allāh. Sebagaimana firman-Nya:

‫لِل ٱ أۡل َ أس َمآء ٱ ألح أسنَى فَٱ أدعوه ِب َها‬


ِ َّ ِ ‫َو‬

"Dan Allāh memiliki Asmaul Husna, maka berdo'alah kalian dengan


menggunakannya." (QS.ًAlًArāf:ً180)

Do'a yang diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menggunakan


nama-Nya mencakup dua jenis do'a, yaitu do'a ibadah dan do'a permintaan.

Do'a ibadah adalah dengan memahami nama Allāh tersebut, memahami apa saja
kandungannya, kemudian menetapkan bahwa Allāh memiliki sifat sesuai dengan
nama tersebut. Lebih dari itu semua ia berusaha mewujudkan peribadahan yang
merupakan konsekuensi dari iman kepada nama-nama Allāh Subhānahu wa
Ta'āla ini.

1
Nama Allāh Al Fattah (‫ )الفتَّاح‬merupakan nama yang sangat agung, sampai-sampai
disebut dalam Al Qur'ān hingga dua kali.

1. Ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan do'a Nabi Syu'aib di


dalam surat Al A'rāf ayat 89:

َ‫ق َوأَنتَ خ أَير ٱ ألفَتِ ِحين‬


ِ ‫َربَّنَا ٱ أفتَ أح بَ أينَنَا َوبَ أينَ قَ أو ِمنَا ِبٱ أل َح‬

"Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan
hak (adil), Engkau-lah pemberi keputusan terbaik."

َ‫َوأَنتَ خ أَير ٱ ألفَتِ ِحين‬

"Engkau adalah pembuka yang terbaik."

2. Firman Allāh Ta'āla dalam surat Saba' ayat 26. Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berfirman:

‫ق َوه َو ٱ ألفَتَّاح ٱ أل َع ِليم‬


ِ ‫ق أل َي أج َمع َب أينَنَا َربُّنَا ث َّم َي أفتَح َب أينَنَا ِبٱ أل َح‬

Katakanlah, "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia


memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia lah yang Maha
Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui." (QS Saba': 26)

Nama Allāh Al Fattah (‫ )الفتَّاح‬menunjukkan bahwa Allāh memiliki sifat pembuka,


memiliki sifat pemberi keputusan. Diantara makna yang terkandung di dalam
makna Al Fattah (‫ )الفتَّاح‬ini adalah:

1) Allāh membuka pengetahuan syari'at-Nya kepada para hamba.


2) Allāh membuka pahala dari amalan hamba.
3) Allāh membuka pengetahuan tentang beberapa ketetapan Allāh yang
berlaku di alam ini tentang beberapa ketetapan Allāh yang berlaku di alam
ini kepada para hamba.

2
Hal ini sebagaimana firman Allāh Ta'āla di dalam al-Qurán. Allāh Subhānahu wa
Ta'āla berfirman:

‫اس ِمن َّر أح َمة فَ َال ممأ سِكَ َل َها َو َما ي أمس أِك فَ َال م أر ِس َل َلهۥ ِمن بَعأ ِد ِهۦ َوه َو ٱ أل َع ِزيز ٱ أل َح ِكيم‬
ِ َّ‫َّما يَ أفت َِح ٱ َّلِل ِللن‬

"Apa saja yang Allāh bukakan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada
seorang pun yang dapat menahannya. Dan apa saja yang ditahan oleh Allāh, maka
tidak ada seorang pun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah
yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana." (Qs. Fathir : 2)

Inilah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang memiliki nama Al Fattah (‫)الفتَّاح‬.

Jadi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang ingin
menjadi seorang pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah
dengan merendah, bertawassul kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan nama
ini. Dan bersandar kepada Al Fattah (‫ )الفتَّاح‬yang merupakan sebaik-baik pemberi
keputusan.

Tidak lupa seseorang perlu meninggikan harapan (raja') nya kepada Allāh dan
perlu bersikap jujur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Allāh Subhānahu wa
Ta'āla tidak mungkin mengecewakan hamba-Nya yang berdo'a, Allāh juga tidak
akan mengecewakan hamba-Nya yang menaruh harapan kepada-Nya.

Semua anugerah itu berada ditangan Allāh, baik anugerah itu berupa ilmu yang
bermanfaat, amal shalih maupun akhlak yang mulia. Hal ini sebagaimana
perkataan sebagian ulama salaf,

"Sesungguhnya akhlak yang baik adalah anugerah. Apabila Allāh


mencintai seorang hamba maka Allāh akan menganugerahkan sebagian
akhlak mulia tersebut kepadanya."

3
Jadi Allāh adalah pembagi akhlak, Allāh pembagi rezeki, Allāh pembagi amal,
Allāh pembagi umur dan Allāh pembagi segala hal untuk hamba.

Sehingga langkah pertama yang harus ditapakkan untuk menjadi seorang insan
yang membawa kebaikan adalah penyandaran yang sempurna kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Anda tidak mungkin akan memperoleh ilmu, memperoleh pemahaman,


melakukan akhlak yang mulia, tidak akan mungkin semuanya itu terjadi kecuali
apabila Allāh membukakan pintunya untuk anda. Begitu juga anda tidak akan
mampu melaksanakan suatu ibadah dan berbagi hal lainnya kecuali apabila Allāh
membukakan pintunya untuk anda.

Alangkah indahnya perkataan Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir rahimahullāh


terkait permasalahan ini. Beliau adalah salah seorang ulama tabi'in. Beliau
mengucapkan kalimat yang sangat indah:

"Seandainya hatiku dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiriku kemudian


seluruh kebaikan didatangkan dan diletakkan ditangan kananku, maka aku
tidak akan mampu meletakkan sedikitpun kebaikan pada hatiku kecuali
apabila Allāh yang meletakkannya," demikian perkataan beliau.

Seluruh perkara itu hanya ditangan Allāh. Oleh karena inilah terkadang ada
manusia yang mendengarkan nasehat, mendengarkan pelajaran yang berharga
untuk urusan dunia dan agama, mendengarkan pintu-pintu kebaikan,
mendengarkan pintu-pintu keta'atan, disebutkan pintu-pintu kemenangan, namun
malah jiwanya lari menjauh, amal tetap sedikit sedekah tetap sedikit. Memang
taufiq itu hanya di tangan Allāh, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
pertolonganNya Azza wa Jalla.

4
Demikian yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq dalam kunci pertama, kalau
kita boleh memberikan kesimpulan bahwa kunci pertama ini adalah seorang
bersandar kepada Al Fattah (‫ )الفتَّاح‬seseorang harus meminta kepada Al Fattah
(‫)الفتَّاح‬, seseorang harus berdo'a menggunakan nama Allāh (Al Fattah /‫ )الفتَّاح‬Yang
Maha Pembuka, agar kita dimudahkan untuk menjadi pembuka pintu kebaikan
dan penutup pintu keburukan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Mutharif bin Abdillāh bin Syikhir tadi.

‫لو أخرج قلبي و جعل في يساري وجيء بالخيرات كلها‬

"Seandainya hatiku ini dikeluarkan lalu diletakkan ditangan kiri kemudian


didatangkan seluruh kebaikan

‫وجعلت في يميني‬

lalu diletakkan di tangan kanan

‫لم أستطع أن أجعل شيئا من هذه الخيرات في قلبي‬

maka aku tidak akan mampu meletakkan sedikitpun dari kebaikan ini pada hatiku

‫إال أن يكون هللا الذي يضعه‬

kecuali apabila Allāh yang meletakkannya."

Jadi kita harus bersandar kepada Al Fattah (‫)الفتَّاح‬, Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Bagi yang ingin menjadi insan pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan
dia harus bersandar yang sempurna kepada Al Fattah (‫)الفتَّاح‬, Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.

5
Bagianً2ًKunciًKeduaًTauhīdًDanًIkhlas
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu
dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan membaca kunci kedua yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq
Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana
Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan).

Kunci Kedua Mentauhīdkan Allāh Dan Mengikhlaskan Ibadah


Kepada-Nya.

Ketahuilah! Pintu kebaikan terbesar yang tidak ada duanya adalah mentauhīdkan
(meng-Esa-kan) Allāh Azza wa Jalla. Dan mengikhlaskan agama untuk-Nya.
Tauhīd adalah kunci seluruh kebaikan.Tauhīd adalah kunci surga. Al Hafizh Al
Bazzar rahimahullāh dalam kitāb Musnadnya, meriwayatkan sebuah hadīts dari
Mu'ādz bin Jabbal radhiyallāhu 'anhu bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
bersabda:

"Kunci surga adalah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
untuk disembah selain Allāh."

Keshahīhan sanad hadīts ini, diperbincangkan oleh para ulama, akan tetapi makna
yang terkandung di dalam hadīts ini benar dan shahīh tanpa keraguan sedikitpun.
Di sana juga ada hadīts-hadīts pendukung lain dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa
sallam yang sangat banyak namun kita tidak perlu memperpanjang pembicaraan
tentang hal ini. Cukup saya sebutkan satu hadīts saja yang paling jelas
mendukung hadīts ini.

6
Hadīts ini (hadīts pendukung) diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat
Umar bin Khaththāb radhiyallāhu 'anhu, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa
sallam bersabda:

"Setiap ada seorang hamba yang berwudhu, lalu dia menyempurnakan wudhu
tersebut kemudian membaca do'a, 'Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allāh dan Muhammad adalah hamba dan rasūl-Nya,
maka pasti ke-8 pintu surga akan dibukakan untuknya dan ia boleh masuk dari
pintu mana saja yang ia inginkan'. (Hadītsًshahīhًriwayat Muslim nomor 234)

Jadi tauhīd adalah kunci surga, barangsiapa tidak membawa kunci ini, maka ia
tidak akan masuk surga. Atas dasar inilah Allāh Ta'āla berfirman tentang orang-
orang kafir. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ِ ‫س ِم ٱ أل ِخ َي‬
‫اط‬ َ ‫س َما ٓ ِء َو َال َي أدخلونَ ٱ أل َجنَّةَ َحتَّى َي ِل َج ٱ أل َج َمل فِي‬
َّ ‫َال تفَتَّح َله أم أَ أب َوب ٱل‬

"Tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan
masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum..." (QS. Al A'rāfً:ً40)

Jadi surga itu tidak mungkin dimasuki kecuali dengan Tauhīd. Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam juga bersabda: "Surga hanya akan dimasuki oleh jiwa yang
beriman."

َّ ‫ ) َال إ َل َه َّإال‬itulah kalimat tauhīd. Ini adalah kunci surga,


Ucapan Lā ilāha illallāh (‫َللا‬
sebagaimana telah berlalu penjelasannya. Tetapi perlu diketahui bahwa kunci ini
tidak akan berfungsi dan tidak akan membantu seseorang masuk surga kecuali
apabila seorang hamba melaksanakan syarat-syaratnya.

Atas dasar inilah Imam Al Bukhāri dalam kitāb Shahīhnya menyebutkan bahwa
Wahhab bin Munabih salah seorang ulama tabi'in pernah di tanya.

7
َّ ‫ ) َال إ َلهَ َّإال‬adalah kunci
Penanya ini berkata: "Bukankah Lā ilāha illallāh (‫َللا‬
surga?"

Wahhab bin Munabih menjawab: "Iya, tentu tetapi sebuah kunci pasti
memiliki gigi-gigi. Apabila engkau datang membawa kunci yang memiliki
gigi, maka pintu akan terbuka, namun apabila engkau datang dengan kunci
yang tidak bergigi maka pintu tidak akan terbuka."

Demikian perkataan beliau.

Dari sini Wahhab bin Munabih sedang mengisyaratkan tentang syarat Lā ilāha
َّ ‫) َال إ َلهَ َّإال‬, di mana kalimat ini tidak akan dapat membuka pintu surga
illallāh (‫َللا‬
kecuali apabila syarat-syaratnya yang disebutkan oleh Allāh dalam Al Qur'ān
maupun oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadīts hadītsnya,
dilaksanakan terlebih dahulu.

Dan syarat kalimat ini ada 7 (tujuh), telah disebutkan dan dijelaskan oleh para
ulama dalam Kitāb Tauhīd. Di sini saya tidak akan memperpanjang penjelasan
hal ini lagi, tapi syarat kalimat tersebut secara ringkas adalah:

1. Ilmu tentang maknanya, ilmu tentang apa yang dinafi'kan dari kalimat
tersebut, ilmu tentang apa yang ditetapkan dari kalimat tersebut. Dan lawan
dari syarat pertama ini (ilmu) adalah bodoh.
2. Yaqin, lawannya adalah ragu.
3. Jujur, lawannya dusta.
4. Ikhlas, lawannya syirik dan riyā'.
5. Cinta, lawannya benci.
6. Melaksanakan ketaatan, lawannya meninggalkan ketaatan.
7. Menerima sepenuh hati, lawannya adalah menolaknya.

8
Ketujuh syarat ini dapat diringkas menjadi satu bait syair.

‫محبة وانقياد والقبول لها‬, ‫علم يقين وإخالص وصدقك مع‬

"Ilmu, yaqin, ikhlas, jujur, dengan cinta, ketaatan dan menerimanya."

Syaikh Al Alāmah Hafizh Al Hakamiy rahimakumullāh dalam Mandzūmat


Sullam al Wusūl merangkai syarat-syarat ini dalam bait yang indah. Beliau juga
telah menjelaskan syarat-syarat ini dengan penjelasan yang bagus.

Dalam kitāb Ma'ārij Al Qabul beliau berkata:

"Dengan tujuh syarat telah diikat, sungguh dalam Al Qurān telah terdapat
pengucapnya, tidak akan mendapat manfaat sampai ia menyempurnakan
syarat. Ilmu yakin menerima dan taat, pahamilah apa yang ku ucap, jujur
ikhlas dan cinta semoga Allāh memberimu taufīq pada apa yang Ia cinta."

َّ ‫ ) َال إ َلهَ َّإال‬yang menjadi kunci surga ini,


Jadi kalimat tauhīd Lā ilāha illallāh (‫َللا‬
wajib dipenuhi syarat-syaratnya bagi orang yang ingin menjadi pembuka pintu
kebaikan bagi dirinya maupun pintu kebaikan bagi orang lain. Ia harus
merealisasikan tauhīd mengikhlaskan semuanya untuk Allāh, meniatkan seluruh
amal dan ketaatannya untuk wajah Allāh Azza wa Jalla semata.

Ia mendekat kepada Allāh dengan ibadah, ia beribadah kepada Allāh dengan


berbuat baik kepada manusia dan dia berbuat baik kepada seluruh muamalahnya.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ِ َّ ‫ِإنَّ َما ن أط ِعمك أم ِل َو أج ِه ٱ‬


‫لِل َال ن ِريد ِمنك أم َجزَ آء َو َال شكورا‬

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena


mengharapkan keridhaan Allāh, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih
dari kamu." (QS.ًAlًInsān:ً9)

9
Jadi, orang dalam ayat ini, yang beramal dan melaksanakan amal shalih semata-
mata hanya ingin pahala dan apa yang dijanjikan oleh Allāh untuk orang-orang
yang ikhlas dalam beribadah. Demikian yang disampaikan oleh Syaikh
Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla, pada kunci kedua, yaitu:
"Mentauhīdkan Allāh dan Mengikhlaskan Ibadah kepadanya".

Jadi, ketika kita ingin menjadi pembuka kebaikan dan penutup pintu keburukan,
tentu niat kita ingin menggapai surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla (mendapatkan
apa yang dijanjikan oleh Allāh). Kita tidak ingin terima kasih dari orang-orang,
kita hanya ingin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi dasar ini harus dimiliki oleh orang yang ingin menjadi pembuka pintu
kebaikan. Kemudian bagi orang yang ingin menjadi pintu kebaikan setelah dia
mentauhīdkan Allāh, dia harus melaksanakan syarat-syaratnya. Syarat-syaratnya
apa, itu dipenuhi semua.

َّ ‫ ) َال إ َلهَ َّإال‬harus dipenuhi agar dia menjadi orang yang


Syarat Lā ilāha illallāh (‫َللا‬
bisa mendapatkan surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena sama saja, dia
menjadi pembuka pintu kebaikan untuk orang lain, tetapi dia tidak merealisasikan
tauhīdnya sendiri, mungkin dia malah akan terhalangi dari surga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

10
Bagian 3 Kunci Ketiga Ilmu Yang Bermanfaat
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu
dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan membaca kunci atau langkah ketiga yang disebutkan oleh Syaikh
Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam dalam Kitāb: ‫كيف تكون مفتاحا للخير‬
(Bagaimana Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan).

Beliau Berkata:

"KUNCI KETIGA: ILMU YANG BERMANFAAT."

Yang dimaksud ilmu yang bermanfaat di sini adalah ilmu yang bersumber dari
Al Qur'ān dan Sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Ilmu adalah pondasi
yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi pintu bagi kebaikan.

Orang yang tidak memiliki ilmu, tidak akan mungkin bisa membedakan antara
pintu kebaikan dengan pintu keburukan. Ia tidak akan mampu membedakan
antara yang benar dan salah. Ia tidak akan mampu membedakan antara yang
sunnah dan bid'ah. Ia tidak akan mampu membedakan jalan petunjuk dan jalan
kesesatan. Ia tidak akan mampu menghindarkan diri dari kesalahan, hal ini terjadi
karena ia tidak memiliki ilmu.

Dulu pernah ada pepatah, "Bagaimana mungkin orang yang tidak tahu apa yang
harus dihindari dapat terhindar darinya?" Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berfirman:

‫يرة‬
َ ‫ص‬ِ َ‫ع َلى ب‬ ِ َّ ‫ي أَ أدع ٓو ْا ِإ َلى ٱ‬
َ ‫لِل‬ َ ‫ق أل َه ِذ ِهۦ‬
ٓ ‫سبِي ِل‬

Katakanlah wahai Muhammad, "Ini adalah jalanKu, aku berdakwah kepada Allāh
di atas bashirah." (QS. Yusuf: 108)

Bashīrah (‫يرة‬
َ ‫ص‬ِ َ‫ )ب‬adalah ilmu yang bermanfaat. Maka barangsiapa yang tidak
memiliki ilmu yang bermanfaat maka ia tidak akan mampu membedakan mana

11
yang benar dan mana yang salah. Dia tidak akan mampu membedakan mana yang
merupakan jalan petunjuk dan mana yang merupakan jalan kesesatan. Allāh
Ta'āla berfirman :

ِ ‫ع َلى‬
‫ص َرط ُّم أستَ ِقيم‬ َ ‫ى أَ َّمن يَمأ شِي‬
َ ‫س ِويًّا‬ ٓ َ‫ع َلى َو أج ِه ِهٓۦ أَ أهد‬
َ ‫أَفَ َمن يَمأ شِي م ِكبًّا‬

"Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih


terbimbing (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan
yang lurus?" (QS. Al Mulk: 22)

ِ َ‫نز َل ِإ َل أيكَ ِمن َّر ِبكَ ٱ أل َح ُّق َك َم أن ه َو أَ أع َم ٓى ِإنَّ َما يَتَذَ َّكر أ ْولو ْا ٱ أۡل َألب‬
‫ب‬ ِ ‫أَفَ َمن يَعأ َلم أَنَّ َما ٓ أ‬

"Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan
kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran." (QS. Ar Ra'd : 19)

َ‫ق أل ه أَل َي أستَ ِوي ٱ َّلذِينَ َيعأ َلمونَ َوٱ َّلذِينَ َال َيعأ َلمون‬

Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang


yang tidak mengetahui?" (QS. Az Zumar: 9)

Barangsiapa yang ingin menjadikan dirinya sebagai pembuka pintu-pintu


kebaikan maka hendaknya dia bersemangat mencari ilmu yang bermanfaat,
hendaknya ia sangat perhatian dan teliti dengan ilmu-ilmu tersebut. Ada sebuah
hadīts yang menjelaskan hal ini, hadīts ini diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi
bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa berangkat di pagi hari dalam rangka menuntut ilmu maka


Allāh akan bukakan satu pintu surga baginya."

Sanad hadīts ini lemah. Cukuplah bagi kita hadīts yang shahīh dari Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagaimana yang disebutkan oleh Abū Darda

12
radhiyallāhu 'anhu dan selain beliau. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
bersabda:

"Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka


Allāh akan mudahkan baginya satu jalan menuju surga."

Jadi, ilmu adalah pondasi dasar yang sangat penting, sebuah modal besar dalam
permasalahan ini. Agar seseorang dapat menjadi pembuka pintu kebaikan dan
penutup pintu-pintu keburukan ia harus sangat perhatian dengan ilmu yang
bermanfaat ini. Ketika seseorang tidak memiliki ilmu, bisa jadi ia akan masuk
dalam hal-hal yang merupakan kesesatan, merupakan kebid'ahan, merupakan
hawa nafsu dalam keadaan ia merasa telah melakukan kebaikan.

Saya tidak akan panjang lebar dalam hal ini tapi saya akan cukupkan dengan satu
kisah yang disebutkan oleh Ad Darini rahimahullah dalam kitāb Sunnan beliau.
Sebuah hadīts dengan sanad yang hasan dari Amr bin Salamah Al Hamdani.

Amr bin Salamah Al Hamdani berkata: “Suatu saat sebelum shalat dhuhur
kami pernah duduk-duduk di depan pintu Abdullāh bin Mas'ūd. Kami akan
berjalan bersama beliau ke masjid ketika beliau ke luar rumah.

Tiba-tiba Abū Musa Al Asy'ari datang dan berkata, "Apakah Abū


Abdurrrahman ibnu Mas'ūd, sudah keluar?" Kami jawab, "Belum." Maka
Abū Musa Al Asy'ari pun ikut duduk bersama kami menunggu Ibnu
Mas'ūd keluar.

Ketika Ibnu Mas'ūd keluar kami langsung berdiri bersamaan, Abū Musa
Al Asy'ari pun langsung berkata, "Wahai Abū Abdurrrahman (Ibnu

13
Mas'ud), di masjid aku melihat sesuatu yang asing tapi Alhamdulillāh
menurutku perbuatan mereka adalah suatu kebaikan."

(Garis bawahi perkataan Abū Musa Al Asy'ari di sini, "Tapi Alhamdulillāh


menurutku perbuatan mereka adalah suatu kebaikan.")

Ibnu Mas'ūd pun bertanya, "Apa yang mereka lakukan?" Abū Musa Al
Asy'ari menjawab, "Apabila umur anda panjang, anda akan melihatnya
sendiri." Di sana aku melihat sekelompok orang duduk melingkar di masjid
untuk menunggu waktu shalat. Setiap lingkaran ada pemimpinnya. Di
depan setiap orang dari mereka ada batu-batu kerikil, pemimpin mereka
berkata, "Bertakbirlah 100 kali." Orang-orang pun bertakbir 100 kali.
"Bertahlillah 100 kali." "Bertasbihlah 100 kali." orang-orang pun bertasbih
100 kali.

Ibnu Mas'ūd bertanya, "Apa yang engkau katakan kepada mereka?" Abū
Musa Al Asy'ari berkata, "Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, aku
menunggu pendapat atau perintah darimu."

Ibnu Mas'ūd berkata, "Apakah kamu tidak perintahkan kepada mereka agar
mereka menghitung dosa-dosa mereka saja dan kamu jamin bahwa
kebaikan mereka tidak akan hilang sia-sia di sisi Allāh?"

Lalu beliaupun akhirnya berjalan menuju mereka dan kami pun mengikuti
beliau hingga sampai tempat mereka berkumpul. Beliau berdiri dihadapan
mereka lalu berkata, "Perbuatan apa yang kalian lakukan ini?" Mereka
menjawab, "Wahai Abū Abdillāh (Ibnu Mas'ud), ini hanya batu kerikil
yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih kami."

14
Ibnu Mas'ūd pun berkata, "Hitung saja dosa-dosa kalian, saya jamin amal
baik kalian tidak akan hilang walau pun hanya sedikit."

"Celaka wahai kalian umat Muhammad, cepat sekali kalian binasa. Para
shahabat Nabi masih sangat banyak, pakaian Nabi belum hancur, bejana-
bejana Beliau belum pecah. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya,
kalian ini sedang melakukan hal yang lebih baik dari apa yang dicontohkan
Nabi atau kalian membuka pintu kesesatan?" Tanya Ibnu Mas'ūd yang
tinggi nadanya beliau sedang mengingkari.

Mereka pun menjawab, "Wahai Abū Abdillāh, kami hanya menginginkan


kebaikan dari ini semua."

Ibnu Mas'ūd berkata, "Sungguh alangkah banyaknya orang-orang yang


menginginkan kebaikan namun dia tidak akan pernah mendapatkannya."
Selesai kisah beliau.

Jadi seseorang tidak akan mendapatkan kebaikan kecuali orang-orang yang


mengetahui kebaikan, mengetahui ilmu, mengetahui kebenaran dan mengetahui
sunnah. Bahkan Ibnu Mas'ūd sendiri pernah berkata dalam sebuah hadīts yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitāb Musnad,

"Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diajarkan oleh


Allāh kunci-kunci kebaikan, penutup kebaikan dan sesuatu yang dapat
menggabungkan semua kebaikan." (HR. Ahmad nomor 4160)

Sehingga apabila anda ingin menjadi orang yang dapat membuka pintu-pintu
kebaikan maka belajarlah kuncinya, belajarlah penutupnya, belajarlah
penggabungnya, kepada sosok tauladan bagi seluruh insan yang telah

15
menggabungkan seluruh hal ini pada sabdanya, yaitu Nabi kita Muhammad bin
Abdillāh. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan atas Beliau.

Demikian kunci ketiga yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr


hafizhahullāhu ta'āla yang pada intinya ketika kita ingin menjadi pembuka pintu
kebaikan, penutup pintu keburukan kita harus berilmu, kita harus tahu mana yang
merupakan kebaikan dan mana yang merupakan keburukan, mana yang
merupakan kesesatan mana yang merupakan hidayah.

Jangan sampai kita salah, tadi contohnya Abū Musa Al Asy'ari memandang
perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang tadi kebaikan tetapi Ibnu Mas'ūd
memandang itu adalah suatu hal yang membinasakan. Jadi kita harus belajar,
mana yang berupa kebaikan mana yang berupa keburukan, mana yang sunnah
mana yang merupakan bid'ah, mana yang merupakan jalan hidayah mana yang
merupakan jalan kesesatan.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memudahkan kita untuk terus belajar


sehingga kita bisa menjadi seorang insan pembuka pintu kebaikan penutup pintu
keburukan.

16
Bagian 4 Kunci Keempat Perhatian Dengan Hal-Hal Yang Wajib Dalam
AgamaًIslām

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu


dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana
Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan) yang ditulis oleh
Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla.

Dan pada kesempatan kali ini kita akan membaca kunci atau langkah keempat
yang berjudul "Perhatian Dengan Hal-hal Yang Wajib Dalam Agama Islām".

Kunci keempat adalah perhatian dengan hal-hal yang wajib dalam agama Islām
lalu berusaha melaksanakannya dengan baik. Hal ini karena ketika anda perhatian
dan menjaga hal-hal yang wajib maka pintu-pintu kebaikan agar terbuka dan
pintu-pintu keburukan tidak akan terbesit dalam hatimu.

Bukti dan dalīl terkait dengan hal ini sangat banyak (saya akan sebutkan sebagian
saja).

1. Hadīts yang disebutkan dalam Shahīh Al Bukhāri dari Ummu Salamah


radhiyallāhu 'anhā, beliau adalah ibu kaum mukminin dan beliau juga
merupakan istri Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Beliau berkata:

Pada suatu malam Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terbangun dari


tidurnya lalu beliau berkata, "Lā ilāha illallāh (dalam riwayat yang lain:
Subhānallāh), ujian (fitnah) apa yang Allāh turunkan pada malam ini. Pintu
perbendaharaan apa ini yang Allāh buka pada malam ini?"

17
Demikian yang disebutkan oleh ummul mukminin (Ummu Salamah
radhiyallāhu 'anhā).

Pembaca yang budiman, coba perhatikan apa arahan Nabi shallallāhu


'alayhi wa sallam ketika ada ujian atau fitnah yang Allāh turunkan dan
ketika ada pintu perbendaharaan yang Allāh buka? Apa yang diarahkan
oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Siapa yang mampu membangunkan para penghuni kamar (maksudnya


istri-istri Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam) itu agar mereka shalat?

Siapa yang mampu membangunkan istri-istriku sehingga mereka shalat?


Dalam makna lain seperti itu. Sehingga ketika anda ingin melindungi diri
anda dari ujian atau fitnah, ingin dibukakan pintu-pintu kebaikan, ingin
memperoleh kunci-kunci kebaikan maka semuanya ada di dalam shalat.

Mungkin saat ini kita perlu mengingat sedikit tentang amalan rutin yang
dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika Beliau masuk ke
dalam masjid. Amalan ini disebutkan dalam Shahīh Muslim dari hadīts
Abū Usaid dan Abū Humaid radhiyallāhu 'anhumā, bahwa Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid hendaknya ia


mengucapkan, 'Yaa Allāh, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-
Mu,' dan apabila hendak keluar hendaknya mengucapkan, 'Yaa
Allāh, hamba memohon kepadamu sebagian dari karunia-Mu'."

Dalam riwayat yang lain, "Bukakanlah bagi hamba pintu karunia-


Mu."

18
Kesimpulan dari hadīts ini:
✓ Amalan yang dilakukan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah
datang ke masjid untuk melaksanakan shalat merupakan pembuka
pintu rahmat.
✓ Melaksanakan shalat dengan sempurna merupakan pembuka pintu
rezeki.
Jadi bagaimana mungkin orang yang tertidur saat shalat (berat dalam
mengerjakan shalat) akan terbuka pintu-pintu kebaikan untuknya?

2. Sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzī dalam kitāb


Jamīnya dari shahabat Abū Darda dan Abū Dzar radhiyallāhu 'anhumā,
dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, dari Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Allāh Ta'āla berfirman:

"Wahai manusia lakukan rukuk kepadaku di pagi hari sebanyak


empat raka'at pasti aku akan mencukupimu hingga akhirnya."

Hadīts yang serupa dengan hadīts ini tadi juga diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Imam Abū Dawud dengan sanad yang shahīh dari hadīts
Nu'aim bin Hamar Al Qathafani, sehingga hadīts ini tadi menjadi hadīts
yang shahīh dan valid.

Pembaca yang budiman. Coba perhatikan kalimat ini!

"Wahai manusia lakukan rukuk kepadaku di pagi hari sebanyak empat


raka'at."

19
Perlu diketahui Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak butuh dengan rukukmu,
tidak butuh dengan sujudmu tetapi amalan ini akan menjadi pintu kebaikan
dan sebab terbukanya pintu tersebut untukmu.

Dalam hadīts ini Allāh, Rabb semesta alam, sedang memanggilmu.


Kemudian terkait makna 4 raka'at, Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah
rahimahullāh berkata, "Menurut pendapatku 4 raka'at yang dimaksud
dalam hadīts ini adalah shalat subuh dan sunnah rawatibnya." Demikian
perkataan Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah.

Jadi menurut Syaikhul Islām ibnu Taimiyyah, 4 raka'at tersebut adalah 2


raka'at sebelum subuh dan 2 raka'at shalat subuh itu sendiri, yang anda
lakukan di permulaan hari. Dengan amal ini lah anda akan mendapatkan
kebaikan yang banyak dan pintu-pintu kebaikan yang besar akan terbuka.

Alangkah banyaknya orang yang terhalangi dari kebaikan karena ia tertidur


dari shalat subuh, ia melaksanakan shalat subuh dengan kondisi
sebagaimana yang disebutkan dalam hadīts:

َ‫خبيث النَّفس كسالن‬

"Jiwa yang buruk lagi malas."

Orang yang seperti ini pintu-pintu kebaikan itu akan tertutup, pintu-pintu
rezeki akan tersumbat. Pagi hari merupakan pondasi dan tali kekang bagi
sisanya. Saat itulah rezeki dan berbagai keberkahan itu di turunkan.
Sebagian ulama salaf berkata,
"Harimu itu seperti untamu, apabila kamu tarik depannya
belakangnya akan mengikuti."

20
Jadi orang yang tidak menjaga awal harinya dengan shalat maka apakah
yang dapat ia harapkan pada sisa harinya?, Atas dasar inilah diantara hal
penting atau modal terbesar untuk menjadi insan pembuka pintu kebaikan
baik bagi dirimu sendiri maupun bagi orang lain adalah dengan menjaga
dan melaksanakan kewajiban agama Islām. Dan yang paling pertama dari
ini semua adalah shalat.

Coba kita perhatikan ibadah puasa dalam membuka pintu-pintu kebaikan,


diantaranya adalah sebuah hadīts yang agung yang disampaikan oleh Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam berikut ini. Pada malam pertama bulan
Ramadhān pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka di tutup, syaithan
-syaithan dibelenggu, ada penyeru yang berseru, "Wahai orang-orang yang
menginginkan kebaikan sambutlah dan wahai orang-orang yang
menginginkan keburukan berhentilah."

Perhatian dengan berbagai ibadah dan kewajiban kemudian menjaganya


merupakan salah satu sebab terbesar yang mendatangkan pertolongan agar
anda menjadi pembuka pintu kebaikan baik untuk diri sendiri maupun
untuk orang lain.

Demikian kunci atau langkah keempat yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq
Al Badr hafizhahullāhu ta'āla. Yang pada intinya beliau menyarankan bagi
seseorang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dia harus perhatian, dia
harus melaksanakan, dia harus menyempurnakan kewajiban-kewajibannya dalam
agama. Karena dengan hal tersebut pintu-pintu kebaikan akan terbuka untuknya
dan pintu-pintu keburukan tidak akan terbesit di dalam hatinya.

21
Bagian 5 Kunci Kelima Usaha Maksimal Menjauh Dari Dosa
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu
dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada kesempatan kali ini kita akan
melanjutkan membaca Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana anda menjadi
pembuka pintu kebaikan) yang dibawakan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr
hafizhahullah ta'ala

Dan kita akan membaca kunci kelima. Kunci kelima Ini judulnya adalah Usaha
Maaksimal Menjauh dari Dosa. Kita tidak usah berlama-lama langsung saja kita
baca penjelasan beliau.

Diantara sebab yang dapat membuat seorang hamba menjadi pembuka pintu
kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah berusaha maksimal melawan jiwa
untuk jauh dari dosa, untuk jauh dari keharaman, untuk jauh dari kemaksiatan.
Imam Ahmad dalam Musnadnya membawakan sebuah hadits dari Nawwas bin
Sam'an radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Allah membuat sebuah perumpamaan dengan sebuah jalan yang lurus, di


kedua sisi jalan tersebut ada pintu-pintu pada masing-masing pintu ada tirai
yang menutupinya. Pada pangkal jalan itu ada penyeru yang berseru,
"Wahai hamba Allah lewatilah jalan ini dan jangan keluar darinya."

Dalam lafazh yang lainnya, di atas jalan tersebut juga ada penyeru lain
yang berseru, "Wahai hamba Allah, jangan kalian buka pintu-pintu tersebut
karena kalau kalian membukanya pasti kalian akan masuk ke dalamnya."

22
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan lebih lanjut. "Jalan
yang dimaksud adalah Islam. Pagar yang dimaksud adalah batasan-batasan Allah.
Pintu yang bertirai adalah hal-hal yang Allah haramkan. Penyeru yang menyeru
di pangkal pintu adalah Al Quran. Penyeru yang berada di atas jalan adalah
nasihat Allah yang berada pada hati nurani setiap muslim." Demikian hadits
tersebut.

Ini adalah karunia dari Allah ada sebuah alarm nasihat dari Allah pada setiap hati
orang Islam. Setiap kali jiwanya mengajak untuk membuka pintu keharaman
masuk ke dalam jendela kebatilan, alarm ini berdering memperingatkannya:

"Wahai hamba Allah, jangan engkau buka pintunya karena kalau engkau
buka pasti engkau akan masuk ke dalamnya."

Sehingga barangsiapa yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup
pintu keburukan hendaknya dia paham betul hadits ini, dengan begitu ia akan
dimudahkan untuk menelusuri jalan yang lurus yang mengantarkannya ke syurga
yang penuh kenikmatan. Kemudian di setiap sisi jalan tadi baik disisi kanan
maupun disisi kiri ada banyak pintu. Pintu-pintu ini tidak ada gemboknya, tidak
ada kuncinya hanya tertutup dengan kain tirai.

Pintu ini yang akan mengantarkan kepada hal-hal yang diharamkan. Dan sudah
dimaklumi bersama bahwa pintu yang hanya tertutup dengan tirai, tidak
menyusahkan orang yang hendak memasukinya baik dari sisi waktu maupun sisi
tenaga. Gampang, cukup dengan pundak ia sudah bisa memasukinya dengan
cepat. Berbeda dengan pintu yang terkunci, dibutuhkan kunci dan dibutuhkan
usaha untuk membukanya, sehingga memerlukan waktu dalam membukanya.

Adapun pintu yang hanya tertutup dengan tirai maka orang dapat memasukinya
dengan cepat. Anda sekarang berada di atas jalan yang lurus, disamping jalan ini

23
ada banyak pintu yang dapat menjerumuskan kepada keharaman dengan hanya
tertutup tirai saja. Maka setiap insan, setiap manusia yang ingin menjadi pembuka
pintu kebaikan wajib berhati-hati dengan kehati-hatian tingkat tinggi terhadap
pintu-pintu keburukan ini.

Pintu-pintu keburukan yang berada disisi kanan maupun disisi kiri jalan tersebut
apabila ia membuka salah satu pintu untuk dirinya, maka pada akhirnya ia akan
membukakan nya untuk orang lain juga.

Saya ulangi, "Apabila ia membuka salah satu pintu untuk dirinya maka
pada akhirnya ia akan membukakannya untuk orang lain juga."

Hal ini karena setiap orang yang sudah masuk dalam keharaman, nyaman dengan
perbuatan itu, maka ia tidak ingin sendiri disana. Setelah ia menjadi pelaku
keharaman ia akan menjadi da'i dan motivator kepada keharaman. Inilah
kebiasaan orang-orang yang rusak, para penyeru kesesatan, orang-orang yang
fasik, yang ada pada zaman ini. Di awalnya Ia hanya melakukan sendiri kemudian
ia akan menjadi da'inya

Terkait hal ini salah satu khalifah Ar Rasyidin Utsman bin Affan radhiallahu
'anhu berkata:

‫نية لو الزنى النساء كل هن‬

"Seorang pezina itu menginginkan seandainya seluruh wanita itu berzina."

Orang yang masuk ke dalam pintu keharaman maka ia tidak ingin sendirian di
sana. Tadinya ia hanya sebatas pelaku keharaman, namun akhirnya ia
bermetamorfosis menjadi da'i pengajak ke dalam keharaman. Sehingga ia malah
akan menjadi pembuka pintu keburukan dan penutup pintu kebaikan

Demikian yang dibawakan oleh Syaikh Abdul Rozak Al Badar dalam kunci
(langkah) kelima, seseorang hendaknya menjauh dari keharaman. Kenapa?

24
Karena ketika seseorang masuk ke dalam keharaman dia tidak ingin bersendirian
di sana, dia akan mengajak orang lain, dia akan menjadi motivator untuk orang
lain, agar ikut masuk ke dalam keharaman. Jadi apabila seseorang ingin menjadi
pembuka pintu kebaikan penutup pintu keburukan, dia harus menjauh dari pintu
keharaman ini, begitu. Wallahu Ta'ala A'lam bishawab

25
Bagian 6 Kunci Keenam Do'a
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu
dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada kesempatan kali ini kita akan
melanjutkan membaca Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana anda menjadi
pembuka pintu kebaikan) yang dibawakan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr
hafizhahullah ta'ala.

Pada kesempatan kali ini diantara kunci yang disebutkan oleh Beliau, yaitu kunci
ke-6 (langkah ke-6) adalah doa. Baik kita langsung saja membaca penjelasan
beliau.

KUNCI KEENAM: DO'A

Doa adalah kunci segala sesuatu. Salah seorang ulama Salaf berkata tentang hal
ini:

"Aku memperhatikan seluruh amal kebaikan ternyata pintu-pintu kebaikan


itu sangat banyak. Shalat adalah kebaikan, puasa adalah kebaikan, haji
adalah kebaikan. Ada banyak pintu kebaikan aku temukan. Aku temukan
sebuah kesimpulan bahwa seluruh kebaikan tersebut di tangan Allah
Subhanahu wa Ta'ala, maka aku pun yakin bahwa do'a adalah kunci
semua kebaikan." Demikian kata beliau.

Anda tidak akan mampu menunaikan shalat kecuali apabila Allah menolong
Anda, Anda tidak akan mampu menunaikan haji kecuali apabila Allah menolong
Anda, Anda tidak akan mampu berpuasa kecuali apabila Allah menolong Anda,
Anda tidak akan mampu bersedekah kecuali apabila Allah menolong Anda, Anda
tidak akan mampu menjadi anak yang berbakti kecuali apabila Allah menolong
Anda, Anda tidak akan mampu melakukan amal kebaikan lainnya kecuali apabila
Allah menolong Anda.

26
Oleh karena inilah pada saat perang ahzab, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mendendangkan sebuah syair:

‫ص َّل ْينَا‬ َ َ‫ َو َال ت‬،‫َوهللاِ َل ْو َال أَ ْنتَ َما ا ْهتَدَ ْينَا‬


َ ‫صدَّ ْقنَا َو َال‬

"Demi Allah, seandainya bukan karena Allah kita tidak akan mungkin
mendapatkan hidayah, kita tidak mungkin melakukan puasa, kita tidak mungkin
mendirikan shalat." (HR Bukhari no 4104 dan Muslim no 1803)

Allah Ta'ala pun juga telah berfirman yang artinya: "Kalau bukan karena karunia
Allah dan rahmat-Nya kepadamu niscaya tidak seorangpun diantara kalian
bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya tetapi Allah
membersihkan siapa yang dia kehendaki." (QS An Nur: 21)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka inilah orang-orang
yang mengikuti jalan yang lurus sebagai karunia dan nikmat dari Allah." (QS Al
Hujurat: 7-8)

Jadi apabila anda ingin menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan, ingin menjadi
golongan orang-orang yang mulia, ingin menjadi ahli ilmu yang unggul, ingin
menjadi ahli ibadah yang agung, maka mintalah kepada Allah Azza wa Jalla. Hal
ini karena seluruh perkara itu tadi berada di tangan-Nya (Azza wa Jalla).

Atas dasar inilah lebih dari satu ulama berkata:

‫الدعاء مفتاح كل خير من أعطي التوفيق الستخدام هذا المفتاح فقد أعطي التوفيق لكل خير ومن منع من‬
‫هذا المفتاح منع من الخير‬

"Doa adalah kunci seluruh kebaikan, barangsiapa yang diberi taufik untuk
menggunakan kunci ini maka ia telah diberi taufik kepada seluruh kebaikan dan
barangsiapa yang terhalangi dari kunci ini maka ia terhalangi dari kebaikan."

27
Berdoalah kepada Allah, bersandarlah kepada Allah, jujurlah kepada Allah,
perhatianlah dengan adab doa, dengan syarat doa, dengan kaidah-kaidah yang
berkaitan dengan doa sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an dan hadist.
Semua hal ini menjadi pondasi penting dalam bab ini.

Saat Anda menghadap kepada Allah dengan sepenuh hati sangat terdesak dengan
limpahan karunia-Nya, sangat butuh dengan karunia-Nya, maka Allah akan
mengabulkan do'amu. Anda akan menjalani seluruh kehidupan di dunia ini
dengan predikat pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

Do'a dalam permasalahan ini sangat banyak. Saya tidak perlu panjang lebar
membahasnya. Saya hanya akan mengisyaratkan dengan do'a yang pernah dibaca
oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada setiap akan keluar rumah. Beliau
biasa berdo'a:

َ ‫ض ًَّل أَ ًو أَ ِز ًَّل أَوً أ ُ َز ًَّل أَوً أَظ ِل ًَم أَوً أُظلَ ًَم أَوً أَج َه ًَل أَوً يُج َه ًَل‬
ًَّ َ‫عل‬
‫ى‬ َ ُ ‫ن أَ ِض ًَّل أَوً أ‬
ً َ‫اللَّ ُه ًَّم ِإ ِنى أَعُو ًذُ ِبكًَ أ‬

"Ya Allah hamba berlindung kepadaMu dari menyesatkan orang lain dan
disesatkan oleh orang lain. Hamba berlindung kepada-Mu dari mengelincirkan
orang lain atau tergelincirkan oleh orang lain. Hamba berlindung kepada-Mu dari
mendzalimi orang lain atau dizhalimi orang lain. Hamba berlindung kepada-Mu
dari berbuat kebodohan kepada orang lain atau diperlakukan dengan bodoh oleh
orang lain."

(HR. Abu Dawud 2/746 no: 5094, An Nasa’iy 8/268 no: 5486, Ibnu Majah 2/1278
no: 3884, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dan dishahihkan Syeikh Al
Albany)

Perhatikanlah do'a yang sangat agung, sangat indah, dan sangat diperlukan ketika
keluar rumah ini. Apabila Allah memudahkan anda dengan terkabulnya do'a ini
maka anda akan menjadi insan dengan predikat pembuka pintu kebaikan, penutup
pintu keburukan. Dahulu sebagian ulama Salaf ada yang berdo'a:

28
"Ya Allah selamatkanlah diriku dan selamatkan orang lain dariku."

Tapi do'a Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tadi lebih luas cakupannya, lebih
indah kata-katanya, dan lebih sempurna maknanya. Setiap orang yang ingin
menyandang predikat sebagai pembuka pintu kebaikan wajib bersandar kepada
Allah Azza wa Jalla, wajib meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan
rengekan agar Allah memuliakan dirinya dengan dibukakannya pintu-pintu
kebaikan untuknya.

Kemudian diantara do'a yang agung yang selalu diamalkan oleh Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam setiap hari setelah salat subuh beliau berdo'a:

‫ع َمال متَقَبَّال‬ َ ‫ َو ِر ْزقا‬،‫اَ َّلله َّم ِإنِي أَسْأَلكَ ِع ْلما نَافِعا‬


َ ‫ َو‬،‫ط ِيبا‬

"Ya Allah hamba memohon kepadaamu ilmu yang bermanfaat, amal yang
diterima dan rezeki yang halal." (HR Ibnu Majah no 925 dan Ahmad 6: 305)

Kemudian do'a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
ibunda 'Aisyah radhiyallahu 'anha:

‫اج ِل ِه‬
ِ ‫ع‬ َ ‫ش ِر ك ِل ِه‬َّ ‫ع ِل ْمت ِم ْنه َو َما َل ْم أَ ْع َل ْم َوأَع ْوذ ِبكَ ِمنَ ال‬
َ ‫آج ِل ِه َما‬ ِ ‫اج ِل ِه َو‬ َ ‫ي أَسْأَلكَ ِمنَ ْال َخي ِْر ك ِل ِه‬
ِ ‫ع‬ َّ
ْ ‫الله َّم ِإ ِن‬
‫عبْدكَ َونَ ِبيُّكَ َوأَع ْوذ ِبكَ ِم ْن ش َِر َما‬ َ َ‫سأ َ َلك‬ َ ‫ي أَسْأَلكَ ِم ْن َخي ِْر َما‬ َّ ‫ع ِل ْمت ِم ْنه َو َما َل ْم أَ ْع َل ْم‬
ْ ‫الله َّم ِإ ِن‬ َ ‫آج ِل ِه َما‬ ِ ‫َو‬
ِ ‫ع َمل َوأَع ْوذ ِبكَ ِمنَ ال َّن‬
‫ار َو َما‬ َ ‫ب ِإ َل ْي َها ِم ْن َق ْول أَ ْو‬َ ‫ي أَسْأَلكَ ْال َج َّن َة َو َما َق َّر‬ َّ َ‫عبْدكَ َونَ ِبيُّك‬
ْ ‫الله َّم ِإ ِن‬ َ ‫عاذَ ِب ِه‬ َ
‫ي َخيْرا‬
ْ ‫ض ْيتَه ِل‬ َ َ‫ع َمل َوأَسْأَلكَ أَ ْن تَ ْجعَ َل ك َّل ق‬
َ َ‫ضاء ق‬ َ ‫ب ِإ َل ْي َها ِم ْن قَ ْول أَ ْو‬
َ ‫قَ َّر‬

"Ya Allah hamba memohon kepada-Mu seluruh jenis kebaikan, baik yang segera
maupun yang tertunda, baik yang hamba tahu maupun yang hamba tidak tahu.
Hamba juga berlindung kepada-Mu dari seluruh keburukan, baik yang segera
maupun yang tertunda, baik yang hamba tahu maupun yang hamba tidak tahu. Ya
Allah hamba memohon kepada-Mu segala kebaikan yang diminta oleh hamba
dan Nabi-Mu. Hamba juga berlindung dari keburukan yang hamba dan Nabi-Mu

29
berlindung darinya. Ya Allah hamba memohon kepada-Mu surga dan segala hal
yang mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun perbuatan. Hamba juga
berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala hal yang mendekatkan kepada
adanya, baik ucapan maupun perbuatan. Hamba juga memohon kepada-Mu agar
seluruh takdir-Mu menjadi kebaikan untukku." (HR Ibnu Majah)

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr hafizhahullah


ta'ala dalam kunci ke-6 yaitu do'a. Kita perlu berdo'a meminta kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Setiap orang yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan
penutup pintu keburukan, dia harus memintanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala karena semuanya adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala.

30
Bagian 7 Kunci Ketujuh Menjauh Dari Sumber Fitnah Dan Syubhat Lalu
Berhati-Hati Darinya

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu


dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā Allāh)
kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Anda
Menjadi Seorang Pembuka Kunci Kebaikan) yang merupakan ceramah dari
Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla. Dan kita sampai pada kunci
ketujuh atau langkah ketujuh bagi orang yang ingin menjadi pembuka pintu
kebaikan penutup pintu keburukan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
orang lain.

KUNCI KETUJUH: MENJAUH DARI SUMBER FITNAH DAN SYUBHAT


LALU BERHATI-HATI DARINYA

Di antara hal yang menjadi sebab seseorang memperoleh predikat pembuka pintu
kebaikan adalah ia menjauh dari sumber-sumber fitnah dan syubhat lalu berhati-
hati darinya. Jalan ini akan menyelamatkan dirinya dan akan menyelamatkan
orang lain dari terbukanya pintu-pintu keburukan. Abdullāh bin Mas'ūd
radhiyallāhu 'anhu berkata:

َ‫الرج َل يَكون تَابِعا فِي ا ْل َخي ِْر َخيْر ِم ْن أَ ْن تكون‬


َّ ‫ فَإِنَّك أن تكون‬، ِ‫ فَعَ َليْك ْم بِالت َؤدَة‬، ‫ستَكون أمور م ْشتَبِ َهة‬ َ ‫ِإنَّ َها‬
‫َر ْأسا فِي الشرالضَّال َل ِة‬

"Suatu saat nanti akan ada permasalahan-permasalahan yang syubhat, maka


berhati-hatilah. Anda menjadi pengikut kebaikan itu lebih baik daripada
pemimpin dalam keburukan."

Jadi barangsiapa yang ingin menjadikan dirinya sebagai pembuka pintu kebaikan
dan penutup pintu keburukan hendaknya dia berhati-hati dari syubhat dan

31
berbagai fitnah yang ada. Jangan menjadi orang yang cerobah dan sembrono,
karena hal ini dapat menenggelamkan seseorang dan orang lain ke dalam
kebinasaan.

Jadilah orang yang berhati-hati dan penuh pertimbangan. Hubungi ulama-ulama


besar, ajak mereka berdiskusi, minta bimbingan mereka. Jangan tergesa-gesa
mengikuti pikiran atau hawa nafsu yang dikagumi. Begitu juga jangan tergesa-
gesa mengikuti pendapat orang lain yang ada dalam masalah tersebut. Jangan
tergesa-gesa!

Apabila seseorang tergesa-gesa tanpa pertimbangan tanpa kehati-hatian, maka ia


akan memasukkan dirinya pada kondisi yang sulit bahkan bisa jadi dia akan
menjadi pembuka pintu keburukan bagi orang lain juga. Sehingga seorang insan,
seorang manusia wajib untuk:

1. Berhati-hati, pelan-pelan dan penuh ketenangan dalam memutuskan


perkara.
2. Berdiskusi atau mendiskusikan masalahnya dengan para ulama.
3. Memperbanyak do'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar dijauhkan
dari keburukan.
4. Tidak tergesa-gesa, lalu ikut masuk ke dalam arus fitnah dan syubhat.
5. Tidak sembrono, tidak ceroboh dalam hal-hal yang merupakan fitnah dan
syubhat, supaya ia tidak menjadi pembuka pintu keburukan untuk dirinya
dan orang lain.

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr dalam kunci


ketujuh yaitu seseorang hendaknya menjauh dari sumber fitnah dan syubhat. Lalu
berhati-hati darinya. Jangan sok pintar, jangan sok berani, jangan sembrono
karena hal tersebut bisa memasukkan dia ke dalam bahaya dan bisa jadi bahaya
tersebut juga akan terbuka untuk orang lain karena sebab dirinya.

32
Jadi semua orang (setiap orang) yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan,
penutup pintu keburukan dia hendaknya menjauh dari sumber fitnah dan syubhat
lalu berhati-hati darinya. Wallāhu Ta'āla A'lam bishawab.

33
Bagian 8 Kunci Kedelapan Lemah Lembut Dan Berakhlaq Mulia Dengan
Seluruh Manusia

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu


dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana
Anda Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan) yang disampaikan oleh Syaikh
Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla. Pada kesempatan kali ini kita sudah
berada di kunci atau langkah kedelapan yang beliau sebutkan.

LANGKAH KEDELAPAN: LEMAH LEMBUT DAN BERAKHLAQ MULIA


DENGAN SELURUH MANUSIA.

Beliau mengatakan diantara hal yang dapat menjadikan seorang insan menggapai
predikat pembuka pintu kebaikan adalah lemah lembut dalam setiap
permasalahan dan memperlakukan manusia dengan akhlak mulia. Ini adalah
salah satu kunci penting yang dapat menjadikan anda meriah predikat sebagai
pembuka pintu kebaikan.

Saudaraku, yakinlah bahwa orang yang memperlakukan orang lain dengan buruk,
orang yang berakhlak keras kepada orang lain, tidak akan menjadi pembuka hati
manusia. Allāh Subhānahu wa Ta'āla pernah berfirman tentang nabi yang
menjadi pemimpin manusia yaitu Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa
sallam. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َ‫ضو ْا ِم أن َح أولِك‬ ِ ‫ظ ٱ ألقَ أل‬


ُّ َ‫ب َلَنف‬ َ ‫غ ِلي‬ ًّ َ‫لِل لِنتَ َله أم َو َل أو كنتَ ف‬
َ ‫ظا‬ ِ َّ ‫فَبِ َما َر أح َمة ِمنَ ٱ‬

"Berkat rahmat Allāh, engkau wahai Muhammad, berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka
menjauh dari sekitarmu." (QS.ًĀliًImrān:ً159)

34
Jiwa akan lari dari sikap kasar, jiwa akan lari sikap keras, jiwa akan lari dari sikap
kejam, jiwa akan lari dari akhlak yang buruk. Kaidah ini tetap berlaku walaupun
yang disampaikan adalah kebaikan. Hal ini karena sikap yang keras, tindakan
yang buruk, cara yang kasar membuat manusia lari darinya. Sehingga seorang
insan ketika ingin menjadi pembuka pintu kebaikan ia harus memperlakukan
manusia dengan lembut.

Ia berbicara dengan mereka dengan sopan dan tenang. Berbicara dengan rendah
hati tidak meninggikan diri sendiri, tidak sombong, tidak congkak. Apabila saya
sebutkan contoh tentang hal ini dari sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
yang banyak itu, tentu buku ini akan menjadi panjang. Tapi akan saya sebutkan
satu contoh yang sangat luar biasa dan sangat menakjubkan ketika Nabi kita
Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam masuk ke Mekkah pada peristiwa
Fathu Mekkah. Posisi Beliau saat itu adalah sebagai penakluk (penguasa).

Beliau mendatangi sebuah kota yang dahulu penduduknya sangat keras


siksaannya kepada Beliau. Saat itu (setelah penaklukan selesai) Abū Bakar Ash
Shidiq radhiyallāhu 'anhu datang menggandeng tangan ayahnya yang belum
masuk Islām menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Rambut, jenggot dan alis ayah beliau sudah putih (sudah lanjut usia) Abū Bakar
Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu membawa beliau kepada Nabi shallallāhu 'alayhi
wa sallam. Anda tahu apa yang dikatakan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu?

Apa kata Nabi kepada Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallāhu 'anhu?

‫!ه َّال تركتَ الشيخ في بيته حتى أكون أنا آتيه فيه؟‬

"Kenapa kamu tidak biarkan kakek ini tetap tinggal di rumahnya saja, biar aku
yang mendatangi beliau?"

35
Kenapa kakek ini tidak dibiarkan duduk saja , tidak usah dibawa ke sini, biar saya
yang ke sana mendatangi Beliau?

Inilah akhlak yang sangat tinggi, akhlak yang sangat mulia dari seorang penakluk
yang baru saja memasuki kota Mekkah, sebuah kota di mana Beliau pernah
disiksa dengan sangat pedih di sana. Maka saat itupun Nabi shallallāhu 'alayhi
wa sallam meletakkan tangan Beliau pada dada ayah Abū Bakar Ash Shidiq
radhiyallāhu 'anhu. Lalu beliau berkata, "Apakah anda bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allāh dan saya adalah utusan Allāh?"

Ayah Abū bakar pun menjawab, "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allāh dan anda adalah utusan Allāh."

Contoh lain:

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga pernah meletakkan tangan Beliau pada
pundak salah seorang shahabat junior yang masih sangat muda (Mu'ādz bin
Jabbal radhiyallāhu 'anhu). Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada
Mu'ādz, "Sungguh aku mencintaimu, jangan pernah tinggalkan do'a ini pada akhir
shalatmu.

َ ‫الله َّم أَ ِعنِى‬


َ‫ع َلى ِذ ْك ِركَ َوش ْك ِركَ َوحس ِْن ِعبَادَتِك‬ َّ

"Ya Allāh, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-
Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.” (Hadītsً shahīhً riwayatً Abuً Daudً
dan Ahmad)

Sungguh beda sekali cara seperti ini dengan cara orang yang berbicara kepada
anak kecil, seakan-akan berbicara kepada anak kecil. Dia mengatakan, "Hai anak

36
kecil, hai orang bodoh, hai...." Dan lain sebagainya. Kata-kata yang kasar akan
membuat hati tertutup dan jiwa akan lari. Sehingga orang yang ingin menggapai
predikat sebagai pembuka pintu kebaikan hendaknya menghiasi diri dengan
akhlak yang mulia, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji. Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam sendiri telah bersabda:

ِ ‫إنما بعثت ۡلتَ ِم َم صال َح اۡلخال‬


‫ق‬

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Demikian yang disampaikan oleh syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu


ta'āla pada kunci ke-8 ini. Yaitu "seseorang memiliki akhlak yang mulia kepada
seluruh manusia."

Ketika berbicara seseorang hendaknya merendah, tidak meninggikan diri sendiri,


tidak mengotot, dan akhlak-akhlak buruk lainnya. Hendaknya dia merendah
ketika berbicara kepada orang lain. Karena walaupun kebaikan yang kita
sampaikan ketika disampaikan dengan cara kasar dan keras, akan membuat jiwa
lari dan membuat hati tertutup. Seseorang tidak akan tergerak untuk mengikuti
apa yang kita sarankan kepadanya.

Belajarlah menjadi orang yang bisa merendah dihadapan orang lain, walaupun
orang yang kita hadapi adalah orang yang sangat banyak kesalahannya (yang
sangat bahaya kesalahannya). Tetap harus merendah, apalagi yang kita hadapi
adalah masyarakat awam yang mereka ngaji saja terkadang tidak bisa. Mereka
akan melihat yang pertama kali akan melihat kepada akhlak yang menyampaikan,
kalau akhlaknya baik dia akan tergerak mengikuti, tapi kalau yang
menyampaikan kebenaran akhlaknya tidak baik, orang awam yang kadang
membaca Al Qur'ān saja tidak tahu tidak akan tergerak mengikutinya.

37
Bagian 9 Kunci Kesembilan: Terdepan Dalam Kebaikan
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu
dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan melanjutkan membaca langkah-langkah atau kunci-kunci yang
disebutkan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla dalam Kitāb:
‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Anda Menjadi Seseorang Yang Membuka Pintu
Kebaikan Dan Menutup Pintu Keburukan).

KUNCI KESEMBILAN: TERDEPAN DALAM KEBAIKAN

Seorang hamba tidak akan mencapai predikat yang sempurna sebagai pembuka
pintu kebaikan bagi manusia sampai ia perhatian dengan kebaikan. Sampai ia
menjadi pelaku kebaikan dan sampai ia menjadi terdepan dalam kebaikan. Coba
perhatikan perkataan Nabi Syu'aib 'alayhissallām ketika sedang berdialog dengan
kaumnya:

‫ع ْنه ا‬
َ ‫َّو َما ٓ ا ِريْد اَ ْن اخَا ِلفَك ْم اِلى َما ٓ اَ ْنهىك ْم‬

"Aku tidak bermaksud menyalahi kalian terhadap apa yang aku larang darimu."
(QS Hud: 88)

Kata beliau, "Aku tidak termasuk menyalahi kalian terhadap apa yang aku larang
darimu." Jadi orang yang ingin mengajak manusia kepada kebaikan harus
menjadi orang yang terdepan dalam kebaikan tersebut. Allāh Subhānahu wa
Ta'āla berfirman:

َ َّ ‫لِل َوٱ أليَ أو َم ٱ أۡلٓ ِخ َر َوذَك ََر ٱ‬


‫لِل َكثِيرا‬ َ َّ ‫سنَة ِل َمن َكانَ يَ أرجو ْا ٱ‬ ِ َّ ‫َّلقَ أد َكانَ َلك أم فِي َرسو ِل ٱ‬
َ ‫لِل أ أس َوة َح‬

"Sungguh telah ada pada diri Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam suri
tauladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allāh,
mengharap datangnya hari kiamat dan orang yang banyak mengingat Allāh."
(QS.ًAlًAhzāb:ً21)

38
Seorang da'i tidak cukup menjadi pembicara kebaikan namun meremehkan dan
menyepelekan kebaikan tersebut dengan tingkah lakunya. Bahkan ia harus
menjadi orang yang dapat dicontoh. Pada titik ini ada masalah yang sangat bahaya
yaitu ketika seorang insan mengajak manusia kepada kebaikan namun tingkah
lakunya justru mengajak manusia kepada keburukan (ini sangat berbahaya).

Ibnu Al Qayyim rahimahullāh berkata:

"Ulama su' (ulama yang buruk) dia duduk di pintu surga lalu mengajak
manusia ke dalamnya dengan lisannya, lalu mereka mengajak manusia ke
dalam neraka dengan tingkah lakunya."

Ketika mereka berbicara maka kalimatnya, "Ayo, mari," tetapi tingkah lakunya
(seakan-akan) berkata, "Jangan kalian dengarkan ucapan itu."

Apabila mereka ini benar-benar mengajak manusia kepada surga dengan


sungguh-sungguh, tentu ia akan menjadi orang terdepan dalam melaksanakan
kebaikan. Ulama su' ini, mereka menjelma dalam bentuk seorang da'i yang
menyeru kepada surga, tapi sebenarnya ia adalah pemotong jalan dari surga
(penghalang jalan menuju surga). (Al Fawaid halaman 85)

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr hafizhahullāhu


terkait kunci ke-9 yaitu: "Terdepan dalam kebaikan." Karena sering kali ketika
seseorang berdakwah dengan contoh (dengan amal nyata) akan lebih membekas
di dalam hati manusia.

39
Bagian 10 Kunci Kesepuluh: Mengingat Hari Akhir Dan Mengingat Saat-
SaatًBerdiriًDiًHadapanًAllāhًSubhānahuًWaًTa'ālaً

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu


dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan membaca kunci kesepuluh atau langkah yang kesepuluh yang
disebutkan dalam Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Anda Menjadi Pembuka
Pintu Kebaikan) yang dibawakan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr
hafizhahullāhu ta'āla.

KUNCI KESEPULUH: MENGINGAT HARI AKHIR DAN MENGINGAT


SAAT-SAAT BERDIRI DI HADAPAN ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA

Diantara hal yang dapat membantu seorang insan untuk menggapai predikat
pembuka pintu kebaikan adalah ingat akhirat.

➢ Ia ingat saat-saat ia berdiri di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


➢ Ia ingat hari dibalasnya amal perbuatan.
➢ Ia ingat bahwa seluruh ucapan dan perbuatan akan dibawa untuk bertemu
Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada hari kiamat.

Kemudian hendaknya ia juga perlu mengingat bahwa surga itu memiliki 8 pintu
dan neraka memiliki 7 pintu. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

‫َو ِسيقَ ٱ َّلذِينَ َكفَر ٓو ْا ِإ َلى َج َهنَّ َم ز َمرا َحتَّ ٓى ِإذَا َجآءوهَا فتِ َح أت أَ أب َوب َها َوقَا َل َله أم خَزَ نَت َها ٓ أَ َل أم يَ أأتِك أم رسل‬
‫ع َلى‬ ِ ‫ت َربِك أم َوينذِرونَك أم ِلقَا ٓ َء يَ أو ِمك أم َهذَا قَالو ْا بَ َلى َو َل ِك أن َحقَّ أت َك ِل َمة ٱ ألعَذَا‬
َ ‫ب‬ َ َ‫ِمنك أم يَ أتلون‬
ِ َ‫ع َل أيك أم َءاي‬
َ‫ٱ أل َك ِف ِرين‬

Orang-orang yang kafir digiring ke neraka Jahanam secara berombongan.


Sehingga apabila mereka sampai dipintu-pintu tersebut (neraka), pintu-pintunya
dibukakan dan para penjaga berkata kepada mereka, “Apakah belum pernah

40
datang kalian rasul-rasul dari kalangan kalian yang membacakan ayat-ayat Tuhan
kalian, rasul-rasul yang memperingatkan kepada kalian akan pertemuan (dengan)
hari ini?” Mereka menjawab, “Benar, ada,” tetapi ketetapan azab pasti berlaku
terhadap orang-orang kafir." (QS. Az Zumar: 71)

Dikatakan kepada mereka, "Masukilah pintu-pintu neraka jahannam itu, kamu


kekal di dalamnya, maka neraka jahannam itulah seburuk-buruk tempat tinggal
bagi orang-orang yang menyombongkan diri."

Dan orang-orang yang bertakwa kepada tuhannya diantar ke dalam surga secara
berombongan sampai ketika mereka sudah berada di pintu-pintu surga, pintu-
pintu tersebut dibukakan kepadanya. Penjaga-penjaga berkata kepada mereka,
"Kesejahteraan dilimpahkan atas kalian, berbahagialah kalian, maka masuklah
(kalian) ke dalamnya kekal di dalamnya."

Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allāh, yang telah memenuhi janjinya
kepada kami dan telah memberikan tempat ini kepada kami, sedang kami
diperkenankan menempati surga di mana saja yang kami kehendaki," maka surga
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.

Jadi surga itu memiliki pintu dan kunci, neraka juga memiliki pintu dan kunci.
Kunci surga dan kunci neraka ini adanya di dunia bukan di akhirat. Di akhirat
nanti hanya akan ada pembalasan dan hisab saja. Di dunia inilah keberadaan
kunci surga dan kunci neraka. Kunci surga adalah tauhīd, shalat, puasa, taat
kepada Allāh dan menjalankan perintah-Nya. Neraka juga memiliki kunci,
kuncinya adalah kesyirikan, kekufuran, kemaksiatan dan dosa. Orang yang
melakukan kesyirik dan kekufuran maka pintu neraka akan terbuka baginya dan
dia kekal di dalamnya selama-lamanya.

Adapun dosa dan kemaksiatan yang berada di bawah tingkat kekufuran dan
kesyirikan maka apabila pelakunya masuk ke dalam neraka dia akan di adzab di
sana sesuai kadar dosanya, tetapi dia tidak kekal. Hanya orang musyrik dan kafir

41
yang kekal di sana. Ada sebuah hadīts di dalam Shahīh Bukhāri dan Muslim dari
hadīts dari shahabat Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, Nabi shallallāhu 'alayhi
wa sallam bersabda:

َّ ‫فَ َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل ال‬. ‫ َهذَا َخيْر‬، ‫َللا‬


ِ‫صالَة‬ َ ‫ب ا ْل َجنَّ ِة يَا‬
ِ َّ َ‫ع ْبد‬ ِ ‫ِى ِم ْن أَب َْوا‬ َ ‫َم ْن أَ ْنفَقَ زَ ْو َجي ِْن فِى‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬
َ ‫َللا نود‬
َ ‫ َو َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل ا ْل ِج َها ِد د ِع‬،‫َّان‬
‫ى‬ ِ ‫الري‬ ِ ‫ى ِم ْن بَا‬
َّ ‫ب‬ َ ‫الصيَ ِام د ِع‬ ِ ‫ َو َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل‬، ِ‫صالَة‬
َّ ‫ب ال‬ ِ ‫ى ِم ْن بَا‬ َ ‫د ِع‬
‫صدَ َق ِة‬ ِ ‫ى ِم ْن بَا‬
َّ ‫ب ال‬ َّ ‫ َو َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل ال‬،ِ‫ب ا ْل ِج َهاد‬
َ ‫صدَقَ ِة د ِع‬ ِ ‫ِم ْن بَا‬

Barangsiapa menginfaqkan dua jenis kebaikan di jalan Allāh, maka pada hari
kiamat kelak dia akan di panggil dari pintu surga, "Wahai hamba Allāh, ini adalah
pintu terbaikmu." Orang yang ahli shalat akan dipanggil dari pintu shalat, orang
yang ahli puasa akan dipanggil dari pintu ar rayyan, orang yang ahli jihad akan
dipanggil dari pintu jihad, orang yang ahli sedekah akan dipanggil dari pintu
sedekah."

Abū Bakar radhiyallāhu 'anhu saat itu berkata, "Wahai Rasūlullāh, apakah setiap
insan pasti akan dipanggil dari pintu-pintu ini? Lalu apakah ada orang yang di
panggil dari seluruh pintu ini semua?" Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun
menjawab, "Iya ada, dan aku berharap kamu termasuk orang yang dipanggil dari
seluruh pintu itu." (HR Muttafaqun 'Alaih)

Jadi, penjagaan seorang hamba atas ibadah dan ketaatan ini (shalat, puasa,
sedekah, dan lainnya), akan menjadi kunci surga baginya. Begitu juga berdakwah
mengajak kepada kebaikan akan menjadi kunci surga karena dalam sebuah hadīts
dikatakan:

‫فَ َله ِمثْل أَج ِْر فَا ِع ِل ِه‬, ‫ع َلى َخيْر‬


َ ‫َم ْن دَ َّل‬

"Orang yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia seperti pelaku kebaikan


tersebut." (HR. Muslim)

42
Ini merupakan karunia yang sangat besar anda mengajak manusia kepada
ketaatan lalu orang itu melakukan ketaatan tersebut maka anda akan dituliskan
pahala seperti orang itu. Derajat anda akan meninggi di surga yang penuh
kenikmatan saat anda menjadi penunjuk kebaikan maka saat itu anda juga
menjadi pembuka pintu kebaikan.

Kesimpulannya:

Di antara hal yang sangat berpengaruh untuk menjadikan anda sebagai pembuka
pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan adalah anda ingat surga, anda ingat
neraka dan anda ingat saat-saat berdiri di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian yang disampaikan oleh syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāh ta'āla
pada kunci ke-10 yaitu seseorang mengingat surga, neraka, saat-saat dibalasnya
amal ibadah. Dengan itu dia akan berusaha untuk menjadi seorang insan yang
membuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan, baik bagi dirinya sendiri
maupun untuk orang lain. Karena saat ini dia melakukan hal ini menjadi pembuka
pintu kebaikan bagi orang lain, Allāh akan memberikan pahala sebagaimana
pelaku kebaikan tersebut.

Semoga Allāh menjadi kita seorang insan yang berbarakah, di manapun kita
berada semoga kita dimudahkan untuk menjadi pembuka pintu kebaikan dan
penutup pintu keburukan.

43
Bagian 11 Kunci Kesebelas Bersahabat Dengan Orang-Orang Pilihan Dan
Bermajelis Dengan Orang-Orang Shalih

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu


dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana
Langkah Anda Menjadi Seorang Pembuka Pintu Kebaikan), sebuah kitāb yang
berasal dari muhadarrah (ceramah) Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu
ta'āla.

Langkah atau kunci yang ke-11 bagi seorang insan yang ingin menggapai
predikat sebagai pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan.

KUNCI KESEBELAS: BERSAHABAT DENGAN ORANG-ORANG


PILIHAN DAN BERMAJELIS DENGAN ORANG-ORANG SHALIH

Dalam kitāb Shahīh Al Bukhāri dan Muslim, Abu Musa Al Asy'ari radhiyallāhu
'anhu, meriwayatkan sebuah hadīts dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Nabi
shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

ِ ‫خ ْال ِك‬
‫ير‬ ِ ‫يس الس َّْو ِء َك َحا ِم ِل ْال ِمس‬
ِ ‫ْك َونَا ِف‬ ِ ‫ح َو ْال َج ِل‬
ِ ‫صا ِل‬ ِ ‫ِإنَّ َما َمثَل ْال َج ِل‬
َّ ‫يس ال‬

"Sesungguhnya permisalan teman yang baik (shalih) dan teman yang buruk itu
seperti permisalan penjual minyak wangi dan pandai besi."

َ ‫ع ِم ْنه َو ِإ َّما أَ ْن ت َِجدَ ِم ْنه ِريحا‬


‫طيِبَة‬ َ ‫ْك ِإ َّما أَ ْن يحْ ِذيَكَ َو ِإ َّما أَ ْن تَ ْبتَا‬
ِ ‫فَ َحا ِمل ا ْل ِمس‬

"Penjual minyak wangi bisa jadi dia akan memberimu secara cuma-cuma atau
mungkin kamu akan membeli darinya atau setidaknya kamu akan mendapatkan
bau wangi (harum) darinya."

44
‫ير ِإ َّما أَ ْن يح ِْرقَ ثِيَابَكَ َو ِإ َّما أَ ْن ت َِجدَ ِريحا َخبِيثَة‬
ِ ‫َونَافِخ ا ْل ِك‬

"Adapun pandai besi mungkin kamu akan mendapatkan percikan apinya sehingga
bajumu berlubang atau setidaknya kamu akan mendapatkan bau yang tidak
sedap."

Barangsiapa yang berkeinginan menjadi pembuka pintu kebaikan hendaknya ia


bersabar membersamai ahli kebaikan, membersamai orang-orang mulia,
membersamai para ahli ketaatan. Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َ‫ع أنه أم ت ِريد ِزينَة‬ َ ‫سكَ َم َع ٱ َّلذِينَ يَ أدعونَ َربَّهم ِبٱ ألغَدَوةِ َوٱ أل َعشِي ِ ي ِريدونَ َو أج َههۥ َو َال تَعأ د‬
َ َ‫ع أينَاك‬ َ ‫َوٱصأ ِب أر ن أَف‬
‫عن ذ أِك ِرنَا َوٱتَّبَ َع ه ََوىه َو َكانَ أَ أمرهۥ فرطا‬ َ ‫ٱ أل َحيَوةِ ٱلد أُّنيَا َو َال ت ِط أع َم أن أَ أغف أَلنَا قَ ألبَهۥ‬

"Dan bersabarlah engkau wahai Muhammad, bersama orang yang menyeru


Tuhannya pada pagi dan sore hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka, karena mengharap perhiasan
kehidupan dunia dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah kami
lalaikan dari mengingat kami, serta menuruti keinginannya dan keadaanya sudah
melewati batas" (QS. Al Kahfi: 28)

Berhati-hatilah dengan kehati-hatian tingkat tinggi. Jangan sampai berteman


dengan orang-orang yang buruk, orang-orang yang dapat menyebabkan
penyesalan pada hari kiamat. Padahal saat itu sudah tidak bermanfaat lagi sebuah
penyesalan. Allāh Ta'āla berfirman:

‫سبِيال يَ َو أي َلتَى َل أيتَنِي َل أم أَتَّ ِخ أذ ف َالنا َخ ِليال َّلقَ أد‬َ ‫لرسو ِل‬ َّ ‫ع َلى يَدَ أي ِه يَقول يَ َل أيتَنِي ٱتَّخ أَذت َم َع ٱ‬َ ‫ظا ِلم‬ َّ ‫ض ٱل‬ ُّ َ‫َويَ أو َم يَع‬
َ‫ع ِن ٱلذ أِك ِر بَعأ دَ ِإ أذ َجا ٓ َءنِي َو َكان‬ َ ‫ض َّلنِي‬ َ َ‫س ِن خَذوال َّلقَ أد أ‬
َ ‫ۡلن‬ ِ ‫طن ِل أ‬ َّ ‫ع ِن ٱلذ أِك ِر بَعأ دَ ِإ أذ َجا ٓ َءنِي َو َكانَ ٱل‬
َ ‫ش أي‬ َ ‫ض َّلنِي‬
َ َ‫أ‬
‫س ِن خَذوال‬ ِ ‫طن ِل أ‬
َ ‫ۡلن‬ َ ‫ش أي‬
َّ ‫ٱل‬

Dan ingatlah pada hari ketika orang-orang zhalim menggigit kedua tangannya
(menyesali perbuatannya), mereka mengatakan, "Wahai sekiranya dulu aku

45
mengambil jalan bersama Rasul. Wahai celakalah diriku, sekiranya dulu aku
tidak menjadikan si fulan teman akrab ku. Sungguh, dia telah menyesatkanku dari
peringatan Al Qur'ān ketika Al Qur'ān telah datang kepadaku dan syaithan
memang pengkhianat manusia." (QS.ًAlًFurqān:ً27-29)

Demikian yang dibawakan oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāh ta'āla


pada kunci ke-11 ini. Bersahabat dengan orang-orang pilihan dan bermajelis
dengan orang-orang shalih, karena hal tersebut akan membuat kita memiliki efek
baik, kita akan ikut tergerak (akan mengikuti atmosfer mereka). Ketika kita
melihat kebaikan mereka kita ingin menirunya dan setidaknya nama kita tidak
akan jelek jika bersama mereka.

Berbeda dengan orang-orang yang buruk, walaupun kita misalnya selamat dari
keburukan mereka, setidaknya kita akan ikut tercoreng nama baiknya. Bahkan
kalau keadaannya semakin parah dia akan menjadi orang yang disebutkan dalam
surat Al Furqān ayat 27 sampai 29. Dia menyesal karena teman dekatnya tersebut
telah memalingkan dia dari Al Qur'ān padahal Al Qur'ān telah datang kepadanya.
Dan pada hari itu (hari kiamat) penyesalan sudah tidak ada lagi.

Semoga kita dimudahkan untuk memilih teman yang baik dalam bersahabat
maupun bermajelis sehingga kita dapat menjadi pembuka pintu kebaikan dan
penutup pintu keburukan.

46
Bagian 12 Semangat Menyebarkan Kebaikan
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu
dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Pada kesempatan kali ini (in syā
Allāh) kita masih membahas (membaca) Kitāb ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana
Anda Menjadi Pembuka Kunci Kebaikan), yang merupakan muhadarrah
(ceramah) Syaikh Abdurrazaq Al-Badr hafidzahullāhu ta'āla. In syā Allāh kita
akan membaca kunci (langkah) ke-12 yang disebutkan oleh Syaikh.

KUNCI KEDUABELAS: SEMANGAT MENYEBARKAN KEBAIKAN

Orang yang berbaur dan bermasyarakat hendaknya menginginkan kebaikan untuk


para hamba Allāh dengan mengarahkan mereka kepada kebaikan dan
memalingkan mereka dari keburukan. Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri
telah bersabda:

‫ثَ َالثا‬...... ‫صي َحة‬


ِ َّ‫اَلدِين اَلن‬

"Agama adalah berkehendak baik untuk orang lain....3 Kali" (Hadītsً riwayatً
Muslim nomor 55)

Seseorang tidak akan menyandang predikat sebagai pembuka pintu kebaikan,


kecuali apabila ia bersemangat menyebarkan kebaikan pada setiap majelis yang
ia duduki. Ketika Ibnu Al-Qayyim rahimahullāh menjelaskan firman Allāh Ta'āla
yang berbunyi,

‫اركا أَ أينَ َما كنت‬


َ َ‫َو َجعَ َلنِي مب‬

Sebuah ayat perkataan nabi Isa 'alayhissalām pada surat Maryam ayat 31,

"Dan aku dijadikan sebagai orang yang berbarakah di manapun aku


berada...."

Saat menjelaskan ayat ini Ibnu Al-Qayyim berkata, maksud barakah adalah:

47
‫عيموا علم الخير داء الى هللا مدكر به مرقبان في طعته فا هذا من براكة رجل‬

"Dia adalah pengajar kebaikan dai kepada Allāh pengingat orang lain untuk
mengingat Allāh, motivator kebaikan (ketaatan) kepada Allāh dan hal-hal seperti
ini adalah kategori manusia berbarakah.

‫ومن خال من هذا فقد خال من البركة‬

Dan barangsiapa tidak memiliki sifat-sifat seperti ini dia tidak memiliki
keberkahan.

‫محقد بركة لقعه واإلجتماء به‬

Hilang keberkahan bertemu dengan orang yang tidak memiliki sifat seperti ini
dan hilang keberkahan berkumpul dengan orang yang tidak memiliki sifat seperti
ini."

Demikian yang disampaikan oleh Ibnu Al-Qayyim rahimahullāh dalam Risalah


Ibnu Al-Qayyim ilā ahadi ikwanihi halaman 5.

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri pernah bersabda pada


hadīts yang telah berlalu:

‫شره‬ ْ ‫خيركم‬
ُّ ‫من يرجى خيره ويؤمن‬

"Sebaik-baik kalian (orang yang terbaik dari kalian) adalah orang yang paling
diharapkan kebaikannya dan orang lain paling merasa aman dari keburukannya".
Inilah orang yang paling baik. (HadītsًriwayatًAt-Tirmidzīًnomorً2263)

Inilah yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr pada kunci ke-12
yaitu "semangat menyebarkan kebaikan", karena ketika seseorang ingin menjadi
pembuka pintu kebaikan tetapi dia tidak semangat dalam menyebarkan kebaikan.
Bagaimana mungkin ia membuka pintu tersebut untuk orang lain?

Orang yang membukakan pintu kebaikan untuk orang lain dia harus bersemangat
menyebarkan kebaikan tersebut untuk orang lain. Jadi kunci ke-12 adalah kita

48
bersemangat menyebarkan kebaikan dengan cara yang hikmah dan dengan cara
baik sebagaimana di beberapa pertemuan yang lalu kita harus memiliki sifat yang
lembut, berakhlak mulia kepada manusia, agar manusia tersebut terbuka hatinya
dengan apa yang kita sampaikan. Karena kebaikan itu ketika caranya salah dia
tidak akan masuk ke dalam hati manusia bahkan hati manusia akan tertutup jiwa
manusia akan lari. Caranya harus benar dan dia harus semangat menyebarkan
kebaikan tersebut kepada orang lain.

49
Bagian 13 Kunci Ketigabelas Pintu Kebaikan Itu Saling Berhubungan
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu
dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Alhamdulillāh, kita bersyukur atas
nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang terlimpahkan kepada kita semua. Pada
kesempatan kali ini (in syā Allāh) kita akan melanjutkan membaca Kitāb: ‫كيف‬
‫( تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Anda Menjadi Pembuka Kunci Kebaikan) yang ditulis
(disampaikan ceramah) oleh Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafizhahullāhu ta'āla.
Langkah (kunci) ke-13 yang disebutkan oleh Syaikh:

KUNCI KETIGA BELAS: PINTU KEBAIKAN ITU SALING


BERHUBUNGAN

Pintu kebaikan itu saling berhubungan. Barang siapa yang dibukakan satu pintu
kebaikan untuknya maka akan terbuka baginya pintu-pintu kebaikan yang lain.
Ini adalah salah satu satu dari nikmat Allāh. Para ulama berkata:

‫إن الحسنة منادى أختها و تدعوها‬

"Kebaikan itu memanggil dan mengajak saudaranya yang lain,"

Ketika ada satu pintu kebaikan yang terbuka untukmu, lalu engkau
menyambutnya, maka ini adalah nikmat Allāh yang sedang dianugerahkan
kepadamu. Hal ini karena kebaikan akan menyeret kebaikan yang lainnya Allāh
Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

َ ‫س ِن ِإ َّال ٱ أ ِإل أح‬


‫سن‬ َ ‫ه أَل َجزَ آء ٱ أ ِإل أح‬

"Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)." (QS. Ar Rahman:
60)

Apabila engkau mendapatkan kesempatan untuk menyambut pintu kebaikan


dengan penuh semangat maka gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya
sebelum engkau terhalangi darinya. Ketika engkau memasuki pintu kebaikan itu,

50
meskipun kebaikan itu hanya remeh pasti engkau akan dapati kebaikan yang
remeh (sedikit) itu mendatangkan kebaikan yang lainnya. Akan ada pintu
kebaikan lain yang terbuka untukmu. Kebaikan akan menyeret kebaikan yang
lain. Begitu juga keburukan ia akan menyeret keburukan yang lain.

Allāh Ta'āla berfirman:

‫ى‬ َٓ َ‫ع ِقبَةَ ٱ َّلذِينَ أ‬


ٓ َ‫س ُٔـو ْا ٱلس ُّٓوأ‬ َ َ‫ث َّم َكان‬

"Kemudian, azab yang lebih buruk adalah kesudahan bagi orang-orang yang
mengerjakan kejahatan." (QS. Ar Rum: 10)

Di antara hadīts yang berkaitan dengan hal ini adalah hadīts yang datang dari
sahabat Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Beliau bersabda:

َ ‫ َّإال زادَه هللا تعالى بها‬، ‫ص َلة‬


‫كثرة‬ َ ‫ع‬
ِ ‫طيَّة بصدَقَة ْأو‬ َ ‫باب‬
َ ‫ما فتح رجل‬

"Tidaklah seorang membuka pintu berian dengan sedekah atau melakukan


silaturahmi kecuali pasti Allāh akan menambah yang lebih banyak untuk
dirinya."

Sehingga seharusnya seorang insan manusia memanfaatkan kesempatan dan


menyambut kebaikan dengan sebaik-baiknya dengan penuh semangat. Jiwa itu
bisa menyambut dan lari. Apabila engkau menyambut salah satu pintu kebaikan
lalu engkau benar-benar memasukinya, walaupun kebaikan itu hanya remeh,
tetap kebaikan yang remeh tersebut akan menarikmu kepada kebaikan yang lain

Dengan cara seperti inilah engkau akan menaiki pintu-pintu kebaikan selangkah
demi selangkah.

Sekali lagi! Jangan sia-siakan sebuah kebaikan meskipun remeh. Karena bisa jadi
engkau akan terhalangi dari kebaikan itu. Allāh dapat menghalangi seorang

51
hamba dari hatinya, maka sambutlah kebaikan itu, maka ia akan menarikmu
kepada kebaikan yang lainnya.

Demikian yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al Badr hafizhahullāhu


ta'āla pada kunci ke-13 ini yaitu "Pintu-pintu kebaikan itu saling berhubungan".
Maka ketika kita ingin menjadi pembuka pintu kebaikan bagi manusia, kita
jangan meremehkan pintu-pintu yang kecil. Ajak dengan yang kecil. Bahkan
kalau kita melihat definisi atau membaca definisi dari ulama rabbani (para ulama
yang mendidik umat dari ilmu-ilmu kecil sebelum ilmu-ilmu besar), ketika kita
ingin menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup keburukan, mulailah dari
pintu-pintu yang kecil agar hal tersebut ringan. Orang lain (yang kita dakwahi
atau ajak) dan agar kita menjadi seorang yang rabbani (seorang yang mendidik
umat dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar).

52
Bagianً 14ً Janganً Meremehkanً Kebaikanً Yangً Allāhً Bukakanً Untuk
Orang Lain

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu


dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Alhamdulillāh kita masih membahas Kitāb
‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana Anda Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan), yang
disusun oleh Syaikh Abdurrazaq Al-Badr hafidzahullāhu ta'āla dalam
ceramahnya. Pada kesempatan kali ini, kita akan membaca kunci ke-14.

KUNCI KEEMPAT BELAS: JANGAN MEREMEHKAN KEBAIKAN YANG


ALLĀH BUKAKAN UNTUK ORANG LAIN

Seorang insan yang Allāh bukakan baginya suatu pintu kebaikan, jangan pernah
meremehkan kebaikan lain yang Allāh bukakan untuk orang lain. Ketika ada satu
pintu kebaikan yang terbuka untukmu seperti shalat misalkan. Engkau diberi
taufīq untuk mudah melakukan shalat atau mudah untuk melakukan puasa
sunnah, atau mudah melakukan amal bakti dan amal kebaikan lainnya, maka
jangan meremehkan pintu-pintu kebaikan yang Allāh bukakan untuk orang lain.

Engkau dibukakan pintu puasa, orang lain Allāh bukakan pintu menolong agama
Allāh (pintu menolong agama Islām) Allāh bukakan amal ibadah indah yang
lainnya. Mungkin orang lain ini tidak seperti shalat malammu, tidak berpuasa
seperti puasamu, tidak bersedekah sebanyak sedekahmu. Tapi bisa jadi amalan
orang lain ini lebih besar nilainya pahalanya dan lebih berharga di sisi Allāh dari
amalanmu.

Pada intinya siapapun yang dibukakan untuknya pintu kebaikan jangan sampai
meremehkan pintu kebaikan lain yang Allāh bukakan untuk orang lain. Engkau
berada di atas kebaikan dan orang lain juga di atas kebaikan, sekali lagi jangan
pernah meremehkan pintu kebaikan yang Allāh bukakan untuk orang lain.

53
Sebagian orang dan ini adalah masalah yang sudah banyak terjadi di tengah-
tengah kita, sebagian orang itu ketika ia diberi taufīq oleh Allāh untuk melakukan
sebuah ketaatan seperti puasa atau shalat malam, ia akan melihat orang lain yang
tidak beramal seperti amalannya dengan pandangan merendahkan dengan
pandangan menyepelekan. Padahal bisa jadi orang lain yang tidak seperti dirinya
ini memiliki amal rahasia dengan Allāh yang sangat bernilai tinggi. Lebih besar
daripada ketaatan yang manfaatnya hanya terpusat pada satu orang saja. Jadi
jangan pernah sekali-kali merendahkan amal kebaikan orang lain.

Di antara kisah yang sangat menarik terkait hal ini adalah sebuah kisah indah
Imam Mālik bin Anas rahimahullāh dan salah satu ahli ibadah. Kisah beliau ini
disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar dalam kitāb At-Tamhid, lalu Imam Adz-
Dzahabi dalam Siyar A'lamin Nubala' juga meriwayatkan kisah ini dari jalur
beliau juga (jalur Ibnu Abdil Bar).

Kisahnya seperti ini:

Abdullāh bin Abdul Azīz Al-Umari salah seorang ahli ibadah, pernah
menulis surat kepada Imam Mālik. Isi suratnya adalah memotivasi Imam
Mālik untuk menyendiri lalu banyak beramal, jangan banyak berkumpul
untuk membicarakan ilmu (membicarakan hadīts).

Kemudian Imam Mālikpun menulis balasan yang isinya adalah:

‫إن هللا عزوجل قسم اۡلعمال كما قسم اۡلرزاق‬

"Sesungguhnya Allāh Azza wa Jalla itu membagi amal ketaatan seperti


Allāh membagi rezeki"

‫ ولم يفتح له في الصوم‬،‫فرب رجل فتح له في الصالة‬

"Mungkin ada orang yang dibukakan pintu shalat untuknya, tetapi dia tidak
dibukakan pintu puasa"

54
‫وآخر فتح له في الصدقة ولم يفتح له في الصوم‬

"Dan orang lain yang mungkin dibukakan pintu sedekah tetapi tidak
dibukakan pintu puasa"

‫وآخر فتح له في الجهاد ولم يفتح له في الصالة‬

"Dan orang lain mungkin Allāh bukakan pintu jihad untuknya, tetapi tidak
dibukakan pintu shalat sunnah untuknya"

‫ون ْشر العلم من أفضل أعمال البر‬

"Menyebarkan ilmu dan mengajarkan ilmu termasuk amal kebaikan yang


paling afdhal"

‫وقد رضيت بما فتح هللا لي فيه من ذلك‬

"Dan akupun ridha kepada Allāh atas dibukakannya pintu tersebut


untukku"

‫وما أظن ما أنا فه بدون ما أنت فيه‬

"Dan saya pun tidak menyangka bahwa saya lebih rendah amalannya
daripada amalanmu, (Saya perpandangan bahwa amalku ini tidak lebih
rendah daripada amalmu).

‫وأرجو أن يكون كالنا على خير‬

"Dan saya berharap kita berdua di atas kebaikan"

‫ويجب على ك ِل واحد منَّا أن يرضى بما قس َِم له وسلم‬

"Dan masing-masing kita wajib untuk ridha dengan pembagian Allāh


Subhānahu wa Ta'āla" Wassalam.

Demikian surat dari Imam Mālik.

Perhatikanlah perkataan ahli ilmu ini (rahimahullāh)!

55
Beliau mengatakan, "Aku berharap kita berdua di atas kebaikan". Beliau tidak
mengatakan, "Kamu itu tidak paham, kamu tidak memiliki ilmu seperti yang aku
miliki, amalanmu lebih rendah dari amalku", beliau tidak mengatakan seperti itu.

Beliau mengatakan kalimat yang sopan dan rendah hati, beliau mengatakan, "Aku
juga berharap kita berdua di atas kebaikan", dalam artian beliau ini berkata, "Aku
berada di atas kebaikan dan engkau juga berada di atas kebaikan, tapi aku melihat
bahwa kebaikan yang aku lakukan lebih tinggi nilainya, karena dari sisi manfaat
kebaikanku lebih banyak karena menyebarkan ilmu itu lebih banyak
dibandingkan beribadah untuk dirinya sendiri."

Berbeda dengan seorang ahli ibadah, manfaat yang di dapat hanya terbatas
kepada dirinya sendiri atas dasar inilah ada sebuah hadīts dari Abū Darda
radhiyallāhu 'anhu, bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

‫ب‬
ِ ‫سائر الكواك‬
ِ ‫القمر ليلةَ البد ِر على‬
ِ ‫العالم على العاب ِد كفض ِل‬
ِ ‫فض َل‬

"Keutamaan ahli ilmu dibandingkan ahli ibadah itu, seperti perbandingan antara
keutamaan rembulan saat purnama dengan seluruh bintang"

(Hadīts riwayat Imam Ahmad, Abū Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Mājah, Ibnu
Hibban dan di shahīhkan oleh Syaikh Al-Albanīy rahimahullāh)

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullāhu


ta'āla pada kunci ke-14 yaitu Jangan sampai merendahkan amal kebaikan yang
dilakukan oleh orang lain.

✓ Ketika kita dimudahkan untuk shalat malam, kita jangan rendahnya orang
lain yang tidak bisa shalat malam.
✓ Ketika kita dimudahkan untuk berpuasa senin kamis, jangan rendahnya
orang yang tidak bisa puasa senin kamis.

56
✓ Ketika kita dimudahkan untuk shalat sunnah, kita jangan rendahnya orang
lain yang tidak shalat sunnah.
✓ Ketika kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk berjihad,
kita jangan rendahnya orang lain yang tidak bisa berjihad.
✓ Ketika kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk
berdakwah, jangan merendahkan orang lain yang tidak bisa berdakwah.

Karena sebagaimana perkataan Imam Mālik, bahwa amalan itu seperti rezeki,
Allāh bukakan, Allāh bagi-bagi kepada hamba-Nya sesuai dengan kehendak
Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan yang terpenting bagi kita adalah jangan sampai
merendahkan sebagaimana Imam Mālik, beliau tidak merendahkan Abdullāh bin
Abdul Azīz yang mengajak untuk menyendiri lalu beribadah kepada Allāh.

Tidak direndahkan, Imam Mālik mengatakan, "Kita berdua berada di atas


kebaikan", jadi kunci ke-14 yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr
adalah "Jangan sampai kita merendahkan (meremehkan) amal ibadah orang lain."
Ketika kita ingin menjadi pembuka pintu kebaikan orang lain maka kita jangan
meremehkan amalan yang dilakukan oleh orang lain. Mungkin mereka memiliki
amal rahasia yang mungkin hanya diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla saja
yang nilainya sangat besar dibandingkan amal-amal kita.

57
Bagian 15 Mengobati Penyakit Jiwa
Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu
dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Alhamdulillah kita masih membahas
Kitāb ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana anda menjadi pembuka pintu-pintu
kebaikan) yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah
ta'ala.

Pada kesempatan kali ini kita akan membaca Kunci kelima belas (Langkah
kelima belas) yang beliau sebutkan bagi orang yang ingin menjadi pembuka pintu
kebaikan dan penutup pintu keburukan. Kunci kelima belas dari penjelasan
beliau. Beliau hafidzahullahu ta'ala berkata,

KUNCI KELIMA BELAS: MENGOBATI PENYAKIT JIWA

Kunci kelima belas adalah sebuah perkara yang sangat penting sekali, yaitu
mengobati penyakit jiwa. Barangsiapa ingin menjadi pembuka pintu kebaikan
hendaknya ia berusaha untuk mengobati jiwanya dari berbagai penyakit hati.
Penyakit hati sangat berbahaya dan merusak. Contohnya adalah hasad, dengki,
dendam dan penyakit lain yang tertanam dan terkumpul dalam hati.

Barangsiapa yang ingin menjadi seorang insan pembuka pintu kebaikan maka
hendaknya ia bersungguh-sungguh mengobati hatinya. Berusaha membersihkan
hatinya dari berbagai penyakit ini dengan memohon pertolongan kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memiliki doa-doa
yang agung dalam masalah ini. Diantara doa-doa yang agung yang penuh berkah
yang diajarkan oleh beliau adalah,

‫واسلل سخيمة صدري‬

"Dan cabutlah dendam kesumat yang ada dalam hatiku".

58
Ketika masih ada dendam dan kedengkian dalam hati bagaimana mungkin
seorang insan akan menjadi pembuka pintu kebaikan bagi orang lain? Hatinya
saja terselimuti dan dikelilingi keburukan, ada hasad, ada dengki, bagaimana
mungkin akan terpancar dalam hati sifat seperti ini, sifat pembuka pintu kebaikan
bagi orang lain.

Seorang yang hatinya dipenuhi dengan hasad, dipenuhi dengan kedengkian


mungkin akan terlihat memperbaiki orang lain? tapi sebenarnya ia sedang
merusaknya. Silahkan ambil contoh dengan pemimpin kedengkian, iblis. Ketika
ia dengki dengan ayah kita Adam, apa yang ia perbuat?

Ia datang dengan wajah penasehat yang menyakinkan. Ia mulai menghasud, ia


sebutkan hal-hal yang menyakinkan ayah kita bahwa, dia adalah seorang
penasehat yang jujur. Allah mengisahkan,

ٓ‫ش َج َرةِ ِ َّاال‬ َ ‫ع ْنه َما ِم ْن‬


َ ‫س ْواتِ ِه َما َوقَا َل َما نَهىك َما َربُّك َما‬
َّ ‫ع ْن ه ِذ ِه ال‬ َ ‫ِي َله َما َما و ِر‬
َ ‫ي‬ َّ ‫س َله َما ال‬
َ ‫شيْطن ِلي ْبد‬ َ ‫فَ َوس َْو‬
َ‫اَ ْن تَك ْونَا َم َل َكي ِْن اَ ْو تَك ْونَا ِمنَ ْالخ ِل ِديْن‬.

ِ ّٰ‫ي َلك َما َل ِمنَ الن‬


َ‫ص ِحيْن‬ ْ ‫س َمه َما ٓ ا ِِن‬
َ ‫َوقَا‬

‫فَدَلّٰىه َما ِبغرور‬

"Kemudian syaitan membisikan pikiran jahat kepada mereka agar menampakan


aurat mereka yang selama ini tertutup. Dan syaitan berkata, 'Tuhanmu melarang
kamu berdua mendekati pohon ini agar kalian berdua tidak menjadi makhluk
malaikat atau menjadi makhluk yang kekal dalam syurga'. Dan syaitan
bersumpah kepada keduanya, "Sungguh aku ini benar-benar termasuk para
penasehatmu". Dia syaitan membujuk mereka dengan tipu daya". (QS Al-'Araf:
20-22)

59
Seseorang yang memiliki kedengkian, ada hasad pasti akan melakukan hal seperti
ini. Orang seperti ini tidak bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bahkan ia akan
menjadi pembuka pintu keburukan. Jadi perlu mengobati hati secara terus
menerus, secara kontinyu, kemudian berharap dan memohon kepada Allah agar
dijauhkan dari kedengkian, memohon kepada Allah agar dibersihkan dari sifat
seperti ini.

Dalam sebuah doa disebutkan

‫ أَ ْنتَ َو ِليُّ َها َو َم ْوالَهَا‬،‫ َوزَ ِك َها أَ ْنتَ َخيْر َم ْن زَ َّكا َها‬،‫ي تَ ْق َواهَا‬
ْ ‫ت نَ ْف ِس‬
ِ ‫الله َّم آ‬

"Ya Allah, Anugerahkan ketaqwaan pada jiwaku, sucikanlah jiwaku, Engkau


adalah sebaik-baik yang mensucikannya. Engkau adalah pelindung dan
pemeliharanya". [HR. Muslim]

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah


ta'ala pada kunci kelima belas ini, yaitu "Mengobati Penyakit Jiwa".

Jadi kita semua apabila ingin menjadi orang yang membuka pintu kebaikan,
menutup pintu keburukan maka kita harus menghilangkan rasa hasad, sifat hasad,
kedengkian yang ada dalam hati. Kita harus berusaha membersihkan hati kita dari
penyakit-penyakit hati sehingga kita bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi
orang lain dan menutup pintu keburukan bagi mereka. Wallahu ta'ala a'lam
semoga bermanfaat

60
Bagian 16 Cinta Kebaikan Dan Suka Menjadi Orang Yang Bermanfaat
Untuk Manusia

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh yang semoga selalu


dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada kesempatan kali ini kita akan
membaca kunci ke enam belas yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-
Badr hafizhahullah ta'ala dalam Kitāb ‫( كيف تكون مفتاحا للخير‬Bagaimana anda
menjadi insan pembuka pintu kebaikan).

Dan pertemuan kali ini Insya Allah akan menjadi pertemuan terakhir kita, karena
ini adalah materi terakhir yang beliau sampaikan. Kita langsung saja membaca
kunci ke-16 yang beliau bawakan. Beliau berkata,

KUNCI KEENAM BELAS: CINTA KEBAIKAN DAN SUKA MENJADI


ORANG YANG BERMANFAAT UNTUK MANUSIA

Kunci ke-16 ini adalah penutup dari seluruh kunci yang telah disebutkan:

✓ Kunci ke-16 ini menjadi pondasi dasar dari semua kunci lainnya.
✓ Kunci ke-16 ini adalah seorang hamba cinta kebaikan dan suka
memberikan manfaat untuk sesama manusia.

Ketika keinginan seseorang:

o Telah mengakar niat telah teguh,


o Tekad telah kokoh,
o Permohonan dan permintaan pertolongan kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah dilakukan,
o Sebab-sebab telah diusahakan,

Maka ia akan menjadi seorang insan dengan predikat sebagai pembuka pintu
kebaikan dan penutup pintu keburukan.

61
Ini adalah kunci ke-16 yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr
hafidzahullahu ta'ala. Dan dalam sebuah muhadhoroh nya Beliau pernah
menyampaikan tentang pondasi akhlak mulia itu apa?

Pondasinya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari


nomor 13 dan Imam Muslim nomor 45:

‫الَ يؤْ ِمن أَ َحدك ْم َحتَّى ي ِحبَّ ِۡل َ ِخ ْي ِه َما ي ِحبُّ ِلنَ ْف ِس ِه‬

"Tidak sempurna iman seorang hamba sampai dia mencintai untuk


saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri".

Yang dituntut dalam hadits ini adalah kesucian, kebersihan, dan kebeningan hati
ada perasaan yang sama dalam hati untuk memberikan kebaikan padanya,
kebersihan hati inilah yang dituntut. Oleh karena inilah ketika seorang memiliki
perasaan ini ia sama-sama senang untuk memberikan kebaikan bagi saudaranya
sebagaimana untuk dirinya sendiri pasti tidak akan mungkin ada rasa hasad, ada
rasa dendam, ada rasa benci, ada rasa dengki pada dirinya.

Oleh karena inilah saya sebut bahwa perasaan inilah yang menjadi sumber dan
pondasi akhlaq mulia. Yaitu kebeningan dan kesucian hati, tidak ada perasaan
dalam hatinya kecuali hanya ingin kebaikan untuk manusia, sebagaimana ia ingin
hal tersebut untuk dirinya sendiri. Apabila hati penuh dengan perasaan ingin
seperti ini, ingin kebaikan untuk manusia sebagaimana ia menginginkannya
untuk dirinya sendiri, maka tindak tanduknya, muamalahnya kepada manusia
adalah hasil dari pancaran perasaan ingin kebaikan untuk manusia ini.

Sehingga ia benar-benar akan merealisasikan isi hadits nabi yang lainnya yang
diriwayatkan oleh imam muslim,

"Dan engkau memperlakukan manusia dengan sikap yang engkau suka


untuk disikapi seperti itu".

62
Apabila dia senang ada kebaikan bagi saudaranya sebagaimana saat ia
mendapatkannya pasti ia akan mampu memperlakukan manusia sebagaimana ia
ingin diperlakukan oleh orang lain, karena memang hatinya hanya ada rasa cinta
kebaikan untuk orang lain.

Oleh karena inilah Subhanallah, dari perasaan cinta kebaikan untuk orang lain
sebagaimana Ia cinta kebaikan tersebut untuk dirinya sendiri akan:

✓ Tumbuh sifat kasih sayang,


✓ Tumbuh sifat simpati,
✓ Tumbuh lapang dada,
✓ Tumbuh memaafkan,
✓ Tumbuh kelembutan,
✓ Tumbuh penghormatan,
✓ Tumbuh kemurahan hati,
✓ Tumbuh cinta sedekah,
✓ Tumbuh pengampunan

Dan silahkan sebutkan sifat baik lainnya yang engkau inginkan. Hal ini karena ia
cinta kebaikan untuk orang lain sebagaimana ia cinta kebaikan untuk dirinya
sendiri, sehingga ketika ia menghadapi suatu kondisi tindakan atau respon yang
akan ia lakukan pada situasi tersebut adalah hasil dari pancaran cinta kebaikan
untuk manusia sebagaimana Ia cinta kebaikan untuk dirinya sendiri sehingga
dalam setiap kondisi dan dalam setiap keadaan ia berpikir apa yang saya inginkan
ketika menghadapi kondisi seperti ini? Kemudian ia pun melakukan untuk orang
lain sebagaimana ia ingin diperlakukan. Ia akan memperlakukan manusia
sebagaimana ia ingin diperlakukan oleh orang lain.

Sungguh hadits ini tadi merupakan dalil yang sangat agung untuk memperkuat
dan memperkokoh akhlak mulia, oleh karenanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa

63
Sallam memasukkan ke dalam salah satu konsekuensi iman yang wajib. Apa
alasannya?

Karena setiap akhlak dan adab dalam Islam hanya akan terwujud ketika ada
perasaan ini dalam hati yaitu perasaan apa? perasaan cinta kebaikan untuk orang
lain sebagaimana cinta kebaikan tersebut untuk diri kita sendiri. Ini disampaikan
oleh Syaikh Abdurrozzaq dalam ceramahnya yang lain.

Jadi kunci ke-16 ini adalah cinta kebaikan, suka menjadi orang yang bermanfaat
untuk manusia. Ini yang menjadi pondasi dari seluruh langkah di awal tadi.
Demikian kunci ke-16.

64
PENUTUP

Sebagai penutup buku ini saya memohon kepada Allah dengan seluruh nama dan
sifat-Nya yang mulia, begitu juga dengan sifat-Nya yang menjadi pembuka (Al
Fattah) dan Maha Mengetahui (Al Alim), bahkan Ia adalah sebaik-baik membuka
(Khoirul Fatihin) saya memohon kepada-Nya untukku, untuk kedua orang tuaku,
untuk guru-guruku, dan untuk seluruh kaum muslimin, agar Allah
mengaruniakan kepada kita semua karunia yang agung dan pemberian yang
banyak. Saya memohon kepada-Nya agar menjadikan kita semua sebagai seorang
insan yang memiliki predikat sebagai pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu
keburukan. Begitu juga agar Allah memberikan hidayah dan petunjuk kepada
kita, lalu menjadikan kita sebagai sebab hidayah dan sebab petunjuk bagi orang
lain, lalu memudahkan petunjuk-Nya kepada kita semua.

Sebagai akhir do'a ini segala puji bagi Allah Rabb semesta alam semoga shalawat
dan salam keberkahan dan nikmat selalu tercurahkan atas hamba Allah dan
rasulNya nabi kita Muhammad beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

Demikian wallahu ta'ala a'lam bish-showab mohon maaf atas segala kekurangan.
Jazakumullah khoiron atas perhatiannya, semoga kitab ini menjadi ilmu yang
bermanfaat untuk kita, dan semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya.

‫سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

________

65

Anda mungkin juga menyukai