Anda di halaman 1dari 5

UJI KOMPETENSI

1. Bagaimana apabila seorang muslim tidak pernah belajar fikih? Jelaskan!


2. Bagaimana apabila seorang muslim tidak pernah belajar ushul fikih? Jelaskan!
3. Bandingkan seorang muslim yang pernah belajar fikih tanpa mengetahui ushul fikih
dengan yang mengetahui ushul fiqih!
4. Bandingakan seorang muslim yang mengetahui fikih dengan orang yang tidak
mengetahui fikih!
5. Bandingkan tujuan belajar fikih dengan tujuan belajar ushul fikih!
6. Bandingkan pertumbuhan dan perkembangan fikih dari masa ke masa!
7. Klasifikasikan periodisasi pertumbuhan dan perkembangan fikih?
8. Klasifikasikan secara singkat pertumbuhan dan perkembangan ushul fikih dari masa
ke masa?
9. Mengapa fikih merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh peserta didik madrasah
aliyah? jelaskan!
10. Mengapa ushul fikih merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh peserta didik
madrasah aliyah? Jelaskan!

JAWABAN
1. Apabila seseorang muslim tidak pernah belajar ilmu fikih maka:
a. Ia tidak dapat menjalankan ajaran islam sesuai aturan dan syariatnya.
b. Ia akan bingung atau salah dalam melakukan ibadah atau kewajiban-
kewajibannya dalam kehidupan yang sesuai islam.
c. Tidak dapat memutuskan perkara atau masalah yang dihadapi karena tidak
mempunyai ilmu. Misalnya tidak bisa mengurusi masalah warisan dari orang
tua (pembagian yang tidak adil).
d. Dapat bertindak tidak benar dalam kehidupan sehari-hari karena tidak bisa
membedakan mana perbuatan wajib, sunah, makruh, haram, mubah, dan sah
atau tidaknya.
e. Akan mudah terjerumus dalam pertengkaran atau konflik akibat salah dalam
mengatasi masalah atau mengambil keputusan. Misalnya ketimpangan dalam
pembagian warisan yang tidak sesuai porsinya, membuat adik dan kakak
berselisih.
f. Tidak percaya, ragu dan menyalahkan fatwa yang dibuat oleh Ulama terhadap
sesuatu perkara.
2. Apabila seseorang muslim tidak pernah belajar ilmu ushul fikih maka:
a. Ia tidak mampu menerapkan kaidah-kaidah dalil syara’ yang terinci agar
sampai kepada hukum-hukum syara’ yang bersifat amali.
b. Tidak dapat dapat memahami nash-nash syara’ dan hukum yang terkandung
didalamnya.
c. Tidak mampu memahami secara baik dan tepat apa-apa yang dirumuskan
ulama mujtahid dan bagaimana mereka sampai kepada rumusan itu.
3. Jika seseorang yang tidak mempelajari ushul fiqih, bisa jadi ia akan menjadi seorang
Muslim yang sekadar ikut-ikutan (muqallid) tanpa mengetahui dasar hukumnya
(taklid buta, yang penting ikut apa kata mereka, atau pokoknya kata si A, B, C, dan
lainnya). Sedangkan seseorang yang tahu ushul fiqih maka mengerti dari dasar.
Bahkan dari perintah yang bersumber dari Alquran. Sebab, semua pentunjuk
bersumber dari Alquran dan hadits.
4. Orang yang belajar fiqih akan mengerti panduan-pandun dan hukum melaksanakan
ibadah atau mengetahui batas larangan. Sedangkan orang yang tidak belajar fiqih
maka bisa terancam dalam kebodohan dalam menjalankan hukum agama. Misal ia
tidak mengerti syarat sholat dan atau apa saja yang membatalkan sholat.
5. Tujuan belajar ilmu fiqih adalah penerapan hukumhukum syariat terhadap perbuatan
mukallaf itu sendiri. Misalnya hukum puasa di bulan Ramadhan adalah wajib,
sehingga menuntut setiap mukallaf untuk mengerjakannya. Sedangkan tujuan belajar
ilmu usul fiqih adalah untuk menerapkan kaidah-kaidah yang dikandung di dalamnya
terhadap nash (teks) atau dalil-dalil syariat, agar dapat mengambil kesimpulan suatu
hukum. Misalnya ada permasalahan baru yang harus dicarikan hukumnya berdasarkan
hukum Islam. Maka kaidahkaidah atau metode di dalam Usul Fikih dapat digunakan
untuk menyimpulkan hukum atas permasalahan baru tersebut.
6. Tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai masalah yang terjadi dalam perkembangan
ilmu fiqih sangatlah rumit, tetapi Nabi Muhammad Saw selalu berusaha memecahkan
dan menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi pada waktu itu. Dengan di bantu
oleh para sahabat sahabat nabi dan para fuqaha, mereka berusaha menemukan titik
permasalahan dan menemukan solusi secara bersama sama. Setelah Nabi Muhammad
Saw wafat maka bergantilah pemegangan kekuasaan atas ilmu fiqih kepada para
sahabat tabi'in yang menggantikam posisi nabi Muhammad Saw dan pada saat itulah
problematika semakin banyak terjadi yang mengakibatkan banyaknya
kesalahpahaman di antara para tabi'in dan para fuqaha dalam menyelesaikan
problematika sampai pada akhirnya terjadilah suatu masa dimana masa itu adalah
masa kehancuran ilmu fiqih yang di karenakan ketidak becusan dan terjadinya salah
pandangan yang berkepanjangan terhadap para fuqaha fuqaha ilmu fiqih.
Seiring dengan berjalannya waktu para quhaha terus berusaha menemukan titik
permasalahan dan solusi sampai pada akhirnya bangkitlah kembali ilmu fiqih yang
telah melemah sehingga kembali kokoh lagi berkat peejuangan para sahabat dan para
fuqaha pada waktu itu.  Sehingga ilmu fiqih dapat berkembang dengan baik dan
sangat pesat hingga saat ini.
7. Sebagaimana dijelaskan oleh Jadul Haq Ali Jadul Haq bahwa pertumbuhan dan
perkembangan fikih itu dapat dibagi menjadi lima periode. Pertama, periode Nabi dan
masa kedatangan Islam; kedua, periode sahabat dan tâbî’in; ketiga, periode kodifikasi
(tadwin) fikih dan kematangannya; keempat, periode berhentinya ijtihad; dan kelima,
merupakan periode kebangkitan.
8. Perkembangan ushul fiqih dari masa ke masa diantaranya sebagai berikut.
a. Masa Nabi Muhammad SAW
Sejak masa Rasulullah bibit-bibit ilmu ushul fiqh sudah terbentuk dan tumbuh.
Pada sat itu, segala perkara ilmu fiqh dikembalikan kepada Rasul.
Pembentukan dan pertumbuhan ilmu Ushul Fiqh berakar kepada Al-Qur’an
dan Sunnah. Perlu di perhatikan bahwa ijtihad Nabi tidak dapat disamakan
dengan ijtihad sahabat dan lainnya, karena ijtihad Nabi sangat terjamin
kebenarannya.
b. Masa Sahabat
Pasca wafatnya Rasulullah, para Sahabat Nabi berperan besar dalam
pertumbuhan dan pembentukan hukum Islam.
c. Masa Tabi’in
Saat masa Tabi’in daerah Islam semakin meluas dan menimbulkan
permasalahan baru yang membuat metode istinbath semakin meluas dan jelas.
Dikarenakan adanya perbedaan dalam menetapkan hukum, yaitu dari sebuah
maslahat atau melalu Qiyas maka timbullah tiga kelompok utama, yakni
Madrasah Al-Irak, Madrasah Al-Kaufah atau biasa disebut Madrasah Al-
Ra’yu dan Madrasah Al-Madinah atau disebut juga Madrasah Al-Hadits. Pada
masa Tabi’in Uahul Fiqh belum dibukukan.
d. Masa Imam-imam Mujtahid sebelum Imam Syafi’i
Pada masa ini, banyak tambahan metode pengalihan hukum dan tentu saja
diikuti dengan bertambahnya kaidah-kaidah istinbath hukum serta teknis
penerapannya.
e. Pembukuan Ushul Fiqh
Pada saat akhir abad kedua dan juga awal abad ketiga, pendiri mazhab Syafi’I,
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (150-204H) meramu dan
mensistemasi serta membukukan Ushul Fiqh. Kitab berjudul Al-Risalah
(sepucuk surat) adalah bukti jika beliau telah membukukan ilmu Ushul Fiqh.
f. Ushul Fiqh Pasca Syafi’i
Pada abad ketiga banyak karya ilmiah dalam bidang Ushul Fiqh, karena kitab
Al-Risalah menjadi bahan bahasan oleh para ulama Ushul Fiqh. Hal ini
dibahas dengan tanpa mengurangi atau mengubah apa yang dkemukakan oleh
Imam Syafi’i dan ada pula yang menganalis pendapat Imam Syaf’I ini. Contoh
karya ilmiah yang dimaksud adalah buku Al-Nasikh wa Al-Mansukh yang
diciptakan oleh Ahmad bin Hanbal(164-241H), yaitu pendiri mazhab Hanbali.
Ulama ilmu Ushul Fiqh mengungkapkan bahwa Ushul Fiqh telah
mendapatkan bentuknya yang sempurna. Hal ini menyebabkan generasi-
generasi setelahnya cenderung akan menggunakan metode yang dapat sesuai
dengan masalah yang ada pada zaman masing-masing.
9. Fikih merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh peserta didik madrasah aliyah
karena pembelajaran fiqih merupakan bagian dari pendidikan agama Islam yang
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik
dalam aspek hukum baik yang berupa ajaran ibadah maupun muamalah sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
10. Ushul fikih merupakan ilmu yang wajib dipelajari oleh peserta didik madrasah Aliyah
karena ushul fiqih adalah salah satu disiplin ilmu penting dalam islam. Ilmu ini
berkenaan dengan teori-teori penggalian hukum umum yang digali dari dalil-dalil
yang terperinci. Sederhananya, ilmu ini mengkaji dalil-dalil atau kaidah umum yang
diambil dari Al-Qur’an dan sunnah yang mengarah ke sebuah hukum umum, seperti
kaidah ‘sebuah perintah bisa mengarah ke sebuah kewajiban’. Melihat hal tersebut,
betapa pentingnya mempelajari ilmu ini, karena ilmu ini membahas asal-usul sebuah
hukum.

Anda mungkin juga menyukai