Anda di halaman 1dari 2

2.

Tujuan Kode Etik

Tujuan dibuatnya kode etik guru adalah untuk menjamin agar tugas dan
pekerjaan keprofesian guru dapat terwujud sebagaimana diamanahkan dalam
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2003 tentag guru dan dosen dengan
mengedepankan kepentingan semua pihak.

Tujuan ditetapkan kode etik guru adalah:

a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


Dengan adanya kode etik, maka setiap profesi tidak dipandang rendah atau
remeh terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik
suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya.
Dalam kode etik, umumnya terdapat larangan-larangan kepada anggotanya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
d. Untuk mningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran-anjuran agar para anggota
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi para anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.1
Sedangkan menurut Ordi Saondi dan Aris Suherman ada 5 tujuan kode etik
guru, yakni:

1
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan, (Sukabumi: Jejak, 2017), 24-25.
a. Agar guru mempunyai rambu-rambu yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari sebagai pendidik.
b. Agar guru-guru dapat bercermin diri mengenai tingkah lakunya, apakah
sudah sesuai dengan profesi yang disandangnya atau belum.
c. Agar guru-guru dapat menjaga (mengambil langkah preventif), jangan
sampai tingkah lakunya dapat menurunkan martabatnya sebagai seorang
profesional yang bertugas utama sebagai pendidik
d. Agar guru secepatnya dapat kembali (mengambil langkah kuratif), jika
ternyata apa yang mereka lakukan selama ini bertentangan atau tidak
sesuai dengan norma-norma yang telah dirumuskan dan disepakati sebagai
kode etik guru
e. Agar segala tingkah laku guru senantiasa selaras atau paling tidak, tidak
bertentangan dengan profesi yang disandangnya ialah sebagai seorang
pendidik.2

2
Ordi Saondi dan Naris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: Rafika Ditama, 2010), 13.

Anda mungkin juga menyukai