Anda di halaman 1dari 2371

615.

1
Ind
f

FARMAKOPE
INDONESIA
EDISI VI

2020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

615.1
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
f Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Farmakope Indonesia Edisi VI.— Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2020

ISBN 978-623-301-017-7

1. Judul I. PHARMACOPOEIAS
II. FORMULARIES
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
Farmakope Indonesia Edisi VI ini dapat diselesaikan dan diterbitkan.
Sehubungan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, khususnya
terkait dengan standardisasi, metode, dan prosedur analisis obat dan bahan obat, dan sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang semakin tinggi untuk mendapat obat yang berkualitas, maka keberadaan
Farmakope Indonesia Edisi VI sangat diperlukan sebagai standar dan persyaratan bahan obat dan obat
yang beredar di Indonesia.
Farmakope Indonesia Edisi VI berisi ketentuan umum, monografi sediaan umum, monografi bahan
obat dan obat. Disamping itu, terdapat lampiran yang merupakan informasi dan penjelasan dari
metode analisis dan prosedur pengujian yang terdapat dalam monografi, mencakup pengujian dan
penetapan secara umum, mikrobiologi, biologi, kimia, dan fisika.
Penyusunan Farmakope Indonesia Edisi VI ini dilakukan oleh Panitia Penyusun Farmakope Indonesia
Edisi VI yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan RI, dan anggotanya adalah perwakilan dari Kementerian
Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta para pakar dari berbagai perguruan tinggi farmasi
negeri dan swasta.
Dengan diterbitkannya Farmakope Indonesia Edisi VI, diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait
untuk menjamin mutu bahan obat dan obat di Indonesia, sehingga dapat memberikan perlindungan bagi
masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan sampai diterbitkannya Farmakope Indonesia Edisi VI.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi upaya kita semua dalam pembangunan kesehatan.

Jakarta, 8 Oktober 2020


Direktur Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan,

ttd.

Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt., M.Biomed.


NIP. 196101191988032001

-iii-
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................................. .............. iii
Daftar Isi .................................................................................................................................................... v
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/29/2020 Tahun
2020 tentang Pembentukan Panitia Penyusun Farmakope Indonesia Edisi VI …..................................... vii
Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.04.01.23.01.17.0037 Tahun 2017 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana Penyusunan Farmakope
Indonesia Edisi VI ...................................................................................................................................... xv
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/626/2020 Tahun
2020 Tentang Farmakope Indonesia Edisi VI............................................................................................ 1
Sejarah Farmakope Indonesia .................................................................................................................... 4
Daftar Sediaan Umum ................................................................................................................................ 11
Daftar Monografi ....................................................................................................................................... 11
Daftar Lampiran .................................................................................................................. ....................... 25
Daftar Monografi Baru .............................................................................................................................. 27
Daftar Lampiran Baru ................................................................................................................................ 29
Daftar Monografi FI V yang Dihapus ........................................................................................................ 29
Ketentuan Umum ....................................................................................................................................... 31
Sediaan Umum ........................................................................................................................ ................... 44
Monografi .................................................................................................................................................. 67
Lampiran .................................................................................................................................................... 1808
Pereaksi, Indikator dan Larutan ................................................................................................................. 2180
Daftar Tabel ............................................................................................................................................... 2273
Tabel Alkoholometrik ............................................................................................................................. 2275
Tabel Bobot Molekul .............................................................................................................................. 2278
Tabel Kesetaraan Termometrik ............................................................................................................... 2291
Tabel Larutan Isotonik .............................................................................................................. .............. 2294
Indeks ......................................................................................................................................................... I.1

-v-
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/39/2020
TENTANG
PANITIA PENYUSUN FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 105 ayat (1) Undang-


Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
perlu menetapkan Farmakope Indonesia;
b. bahwa Farmakope Indonesia Edisi V Tahun 2014, yang
telah dilengkapi dengan Suplemen I, Suplemen II, dan
Suplemen III, perlu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kefarmasian;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Panitia Penyusun Farmakope Indonesia Edisi VI;

Mengingat : 1. Ordonansi Obat Keras (Staatsblad Nomor 419 Tahun


1949);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5062);
- viii -

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508) sebagaimana diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PANITIA
PENYUSUN FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI.
KESATU : Susunan Keanggotaan Panitia Penyusun Farmakope
Indonesia Edisi VI yang selanjutnya disebut Panitia,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KEDUA : Panitia sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU
bertugas:
1. memberikan arahan penyusunan Farmakope
Indonesia Edisi VI;
2. membahas dan menetapkan seluruh naskah yang
akan dimuat dalam Farmakope Indonesia Edisi VI; dan
3. memberikan rekomendasi kepada Direktur Jenderal
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan atas hasil
- ix -

pembahasan seluruh naskah Farmakope Indonesia


Edisi VI.
KETIGA : Panitia dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur
Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
KEEMPAT : Biaya yang timbul dalam pelaksanaan tugas Panitia
dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Januari 2020

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO


-x-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/39/2020
TENTANG
PANITIA PENYUSUN FARMAKOPE
INDONESIA EDISI VI

PANITIA PENYUSUN FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI

Pelindung : Menteri Kesehatan


Pengarah : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Ketua I : Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Ketua II : Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Zat Adiktif, Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Sekretaris I : Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Sekretaris II : Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Zat Adiktif, Badan Pengawas Obat dan
Makanan

I. Seksi-seksi:
a. Tata Nama, Farmasi Umum dan Perundang-undangan
Ketua : Dra. Togi J. Hutadjulu, Apt., M.P.H.
Anggota : 1. Drs. Richard Pandjaitan, Apt., S.K.M.
2. Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D.
3. drg. Arianti Anaya, M.K.M.
4. Riati Anggriani, S.H., M.A.R.S., M.Hum.
5. Dra. Ratna Irawati, Apt., M.Kes.
6. Dr. Lucia Rizka Andalusia, Apt., M.Pharm., M.A.R.S.
7. Dra. Nurma Hidayati, Apt., M.Epid.
8. Dra. Augustine Zaini, Apt., M.Si.
9. Reni, S.Si., Apt.
10. Daryani, S.Si., M.Sc.
11. Drs. Hariyadi, Apt.
12. Sugeng Riyanto, S.H.
- xi -

13. Sundoyo, S.H., M.K.M., M.Hum.

b. Biologi/Mikrobiologi
Ketua : Dr. Debbie S. Retnoningrum, Apt.
Anggota : 1. Prof. Dr. Ernawati Sinaga, Apt., M.S.
2. Dr. Isnaeni, Apt., M.S.
3. Drs. Wusmin Tambunan, Apt., M.Si.
4. Dra. Kusmiaty, Apt., M.Pharm.
5. Dra. Sumaria Sudian, Apt.
6. Juliati, S.Si., Apt., M.Biomed.
7. Dra. Elizabeth Ika Prawahyu, M.Biomed.
8. Dra. Wiwik Ambarwati, Apt., M.Epid.
9. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Si.
10. Elza Gustanti, S.Si., Apt., M.H.
11. Desi Eka Putri, S.Si., Apt., M.Pharm.
12. Andi Asnayanti, S.Si., M.Sc.
13. Sri Hayanti, S.Si, Apt.

c. Farmasetika/Teknologi Farmasi
Ketua : Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA, Apt.
Anggota : 1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt.
2. Dr. Iskandarsyah, Apt., M.S.
3. Dr. Maria Immaculata Iwo, Apt.
4. Dra. Anny Sulistyowati, Apt.
5. Dr. Sherley, Apt., M.Si.
6. Dra. Herlina Boedhi, Apt., M.Si.
7. Dra. Ernawati Mangunatmaja, Apt.
8. Drs. Irmanto Z. Ganin, Apt., M.Si.
9. Roni Syah Putra, S.Farm., Apt., M.K.M.

d. Farmakokinetik/Biofarmasi
Ketua : Prof. Dr. Yeyet Cahyati Sumirtapura, Apt.
Anggota : 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S.
2. Dra. Hermini Tetrasari, Apt., M.Si.
3. Dra. Ati Setiawati, Apt., M.Si.
4. Drs. Siam Subagyo, Apt., M.Si.
- xii -

5. Dra. Mirawati Siregar, Apt.


6. Nova Emelda, S.Si., Apt., M.S.
7. Dra. Neviyenti, Apt.
8. Nina Rustiana, S.Si., Apt.
9. Dra. Rosalyn, Apt.
10. Dra. Hariati Wiratningrum, Apt., M.Si
11. Anggrida Saragih, S.Si., Apt.
12. Sofiana Sari, S.Farm., Apt.

e. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding


Ketua : Prof. Dr. Slamet Ibrahim, DEA, Apt.
Anggota : 1. Prof. Sudibyo Martono, Apt., M.S.
2. Prof. Dr. rer. nat. M. Yuwono, Apt., M.S.
3. Prof. Harmita, Apt.
4. Dr. rer. nat. Rahmana Emran K., Apt., M.Sc.
5. Drs. Janahar Murad, Apt.
6. Dra. Nani Sukasediati, Apt., M.Sc.
7. Dra. Dini Prapti Karyati, Apt., M.Si.
8. Tanti Yulianti, M.Si., Apt.
9. Dwi Damayanti, M.Si., Apt.
10. Ilma Yulianita, M.Si., Apt.
11. Dra. Arum Prasetyaningtias, Apt., M.Si.
12. Dra. Sri Murhandini, M.Si.
13. Dra. Lince Yarni, M.Si.
14. Fajar Kurniyati, M.Si.

II. Dewan Redaksi


Ketua : Dr. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., M.A.R.S.
Wakil Ketua : drg. Arianti Anaya, M.K.M.
Sekretaris : Elza Gustanti, S.Si., Apt., M.H.
Anggota : 1. Drs. Richard Pandjaitan, Apt., S.K.M.
2. Dra. Augustine Zaini, Apt., M.Si.
3. Dra. Nani Sukasediati, Apt., M.Sc.
4. Drs. Janahar Murad, Apt.
5. Drs. Wusmin Tambunan, Apt., M.Si.
6. Drs. Siam Subagyo, Apt., M.Si.
- xiii -

III. Sekretariat
Ketua : Elza Gustanti, S.Si., Apt., M.H.
Wakil Ketua : Roni Syah Putra, S.Farm., Apt., M.K.M.
Anggota : 1. Wenny Indriasari, M.Si., Apt.
2. Eduward Gunawan, S.Si., Apt.
3. Mutiara Djayanis Tia, S.Farm., Apt.
4. Arie Restiati, S.ST., M.Si.
5. Mariza Isriani, S.Si., Apt.
6. Rr. Alvira Widjaya, S.Farm., Apt.
7. Hasti Ristina Sari, S.Farm., Apt.
8. Annisa Hayatunnufus, B.Pharm.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO


- xvi -
- xvii -
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/626/2020
TENTANG
FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 2 ayat (2) Peraturan


Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, perlu menetapkan
Farmakope Indonesia;
b. bahwa Farmakope Indonesia Edisi V Tahun 2014, yang
telah dilengkapi dengan Suplemen I, Suplemen II, dan
Suplemen III, perlu disesuaikan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Farmakope
Indonesia Edisi VI;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Ordonansi Obat Keras (Staatsblad Nomor 419 Tahun
1949);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671);
2

4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5062);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG FARMAKOPE
INDONESIA EDISI VI.

KESATU : Menetapkan Farmakope Indonesia Edisi VI sebagai standar


yang harus dipenuhi dalam produksi obat dan bahan baku
obat sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.
KEDUA : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
108/MENKES/SK/IV/2014 tentang Pemberlakuan
Farmakope Indonesia Edisi V;
3

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/MENKES/366/2015 tentang Pemberlakuan
Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi V;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/664/2017 tentang Pemberlakuan
Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi V; dan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/457/2018 tentang Pemberlakuan
Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi V;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 September 2020

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO


-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/626/2020
TENTANG FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI

SEJARAH FARMAKOPE INDONESIA

Farmakope Indonesia jilid I edisi I merupakan 7. Seksi Kedokteran Gigi Ketua: Drs. Nazir Alwi;
farmakope nasional yang diterbitkan untuk pertama Anggota: Drs. Soedarmadi dan Drs. Oei Hong Kian.
kalinya pada tahun 1962 dan diberlakukan oleh 8. Seksi Veteriner Ketua: Dr. I. Titus; Anggota:
Menteri Kesehatan RI pada tanggal 20 Mei 1962 Prof. Dr. D.A Tisnaamidjaja dan Dr. Asoengpranoto.
tepat pada hari Kebangkitan Nasional, berdasarkan Dalam penyusunan jilid I edisi I tahun 1962 ini,
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Panitia Farmakope Indonesia menggunakan naskah
No.652/Kab/4 dan merupakan pelaksanaan Undang- persiapan yang diusulkan oleh Ikatan Apotheker
Undang No.9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Indonesia dengan mengacu pada Pharmacopoea
Kesehatan, yaitu undang-undang yang menjadi International Editio Prima yang diterbitkan oleh
pedoman dan landasan bagi semua kegiatan dalam WHO pada tahun 1955. Dalam melaksanakan tugas
usaha pembinaan dan pemeliharaan serta peningkatan menyusun dan memelihara Farmakope ini, Panitia
kualitas di bidang kesehatan. Sejarah penyusunan Farmakope Indonesia telah mendapat bantuan yang
Farmakope Indonesia tersebut telah dimulai sebelum sangat besar dari Institut Teknologi Bandung,
berlakunya Undang-Undang Pokok Kesehatan, khususnya departemen ilmu kimia dan ilmu hayat.
diawali dengan Keputusan Kongres Ikatan Apotheker Pada tahun 1965 diterbitkan Farmakope Indonesia
Indonesia pada tahun 1958, yang mengusulkan jilid II edisi I yang merupakan pelengkap bagi jilid I
kepada Pemerintah untuk membentuk suatu panitia dan memuat sediaan-sediaan galenika dan sediaan
penyusun. Pada tahun 1959 dibentuklah Panitia farmasi lainnya yang belum dimasukkan dalam jilid
Farmakope Indonesia dengan Surat Keputusan pertama. Farmakope Indonesia jilid II, edisi pertama
Menteri Kesehatan RI No.115772/U.P. tanggal 4 Juni ini oleh Menteri Kesehatan diberlakukan pada
1959, kemudian diubah dan ditambah anggotanya, tanggal 20 Mei 1965, tepat pada Hari Kebangkitan
terakhir dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri
RI No.3/Pd/61 tanggal 3 Nopember 1961, dengan Kesehatan RI No.16001/Kab/54 tanggal 10 April
susunan sebagai berikut: Ketua: Prof. Soetarman; 1965.
Wakil Ketua: Drs. E. Looho, Wakil Ketua I: Drs. Dalam Farmakope Indonesia jilid kedua ini, telah
Sunarto Prawirosujanto; Sekretaris I: Drs. diadakan perubahan Panitia dengan Surat Keputusan
Poernomosinggih; Sekretaris II: Drs. Marisi P Menteri Kesehatan RI No.25943/Kab/139 tanggal 3
Sihombing. Mei 1962, dengan susunan sebagai berikut : Ketua :
Seksi-seksi: Drs. Sunarto Prawirosujanto;Wakil Ketua I : Drs. E.
1. Seksi Tatanama dan Istilah Ketua: Dr.Med. A. Looho; Wakil Ketua II: Drs. R.Hartono
Ramali; Anggota: Drs. Poernomosinggih dan Drs. Wignjodisastro; Sekretaris I : Drs. Poernomosinggih;
Marisi P. Sihombing. Sekretaris II: Drs.Marisi P. Sihombing.
2. Seksi Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof. Dr. Seksi-seksi:
A.J. Darman; Anggota: Prof. Dr. M.A. Hanafiah 1. Seksi Tatanama dan Istilah Ketua: Dr.Med. A.
S.M., Dr. Med. A. Ramali, Drs. Tan Tjoen Gwan dan Ramali; Anggota: Drs. Poernomosinggih dan Drs.
Drs. Kwee Tin Boh. Marisi P. Sihombing.
3. Seksi Farmakognosi Ketua: Drs. Soetarto 2. Seksi Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof. Dr. A.J.
Mangunkawotjo; Anggota: Dr. Tan Tik Poen dan Darman; Anggota: Dr. Med. A. Ramali, Drs.Kwee
Drs. Raslim Rasjid. Tin Boh dan Drs.Oei Hong Kian.
4. Seksi Biologi Ketua: Prof. Soetarman; Anggota: 3. Seksi Farmakognosi Ketua: Drs. Soetarto
Dra. Sri Sugati Syamsuhidajat dan Drs. Soendoro Mangunkawotio; Anggota: Dra. Sri Sugati
Kartosoehardjo. Sjamsuhidajat.
5. Seksi Kimia Umum, Analisa dan Tetapan Ketua: 4. Seksi Kimia Umum, Analisa dan Tetapan Ketua:
Prof. Dr. Poey Seng Bouw; Anggota: Drs. Kosasih Prof. Dr. Poey Seng Bouw; Anggota: Drs. Kosasih
Satyadarma dan Drs. Kho Han Yao. Satyadarma, Drs.Raslim Rasjid.
6. Seksi Farmasi Ketua: Prof. Dr. H.T. Liem; 5. Seksi Farmasi Ketua: Prof. Dr. H.T. Liem;
Anggota: Drs. Sunarto Prawirosujanto, Drs. R. Anggota: Drs. R. Hartono Wignjodisastro, Drs. E.
Hartono, Drs. E. Looho, Dr. Nanizar Zaman Joenoes, Looho dan Drs. Sirad Atmodjo.
Pharm.D. 6. Seksi Biologi Ketua: Prof. Dr. I. Titus; Anggota:
Prof. Dr. D. A.Tisnaamidjaja.
-5-

Selain Panitia telah dibentuk pula Dewan Redaksi Rahardja, Drs. Santosoatmodjo, Drs. M. Soemitro,
dengan Surat Keputusan Direktur Lembaga Farmasi Drs. Zainal Arifin, Drs. P.S.M Simatupang, Drs.
Nasional Departemen Kesehatan RI No.413/LFN/64 Farouq, Drs. Dzulkarnain Benny. Farmakope
dengan susunan sebagai berikut: Ketua: Drs. Martono Indonesia Edisi II ini, oleh Menteri Kesehatan
Winotopradjoko; Anggota: Drs. Soebandono, Dr. diberlakukan pada tanggal 12 Nopember 1972,
Marisi P. Sihombing, Drs. M. Soemitro, Drs. R. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Bambang Soetrisno, Drs. Zainal Arifin, Drs. Hamdi No.7/Kab/B.VII/72, tertanggal 8 Januari 1972.
Mahmud, Drs. Lie Kian Kie, Drs. Tan Liang Gie, Ekstra Farmakope Indonesia sebagai pelengkap
Drs.Tjoe Kian Kie, Dra. Aminah Abdulsalam, Dra. Farmakope Indonesia edisi II diterbitkan pada tahun
Jo Tjoan Swan Nio dan Soedarsono B.Sc. 1974 dan diberlakukan pada tanggal 1 Agustus 1974,
Untuk menyesuaikan dengan perkembangan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
dengan ilmu pengetahuan dan agar penerapan No.5/I/Kab/B.VII/74, tertanggal 1 Juni 1974 untuk
Farmakope Indonesia dapat diperluas, maka memenuhi kebutuhan akan standar yang berisi
dilakukan revisi Farmakope Indonesia edisi I oleh persyaratan mutu obat yang mencakup zat, bahan
Panitia dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan obat dan sediaan farmasi yang tidak tercantum dalam
RI No.72/Kab/B/VII/70 tanggal 21 Februari 1970. Farmakope Indonesia edisi II. Berdasarkan Surat
Adapun susunan Panitia Farmakope Indonesia Edisi Keputusan Menteri Kesehatan RI
II adalah sebagai berikut: Ketua: Drs. Sunarto No.8/Kab/B.VII/72, tertanggal 8 Januari 1972
Prawirosujanto; Wakil Ketua I: Drs. E. Looho; Wakil dibentuk susunan Panitia Ekstra Farmakope
Ketua II: Drs. Heman; Sekretaris I: Drs. R. Bambang Indonesia dengan susunan sebagai berikut: Ketua:
Soetrisno; Sekretaris II: Drs. M. Bambang Lesmono. Drs. Sunarto Prawirosujanto; Wakil Ketua I : Drs. E.
Seksi-seksi: Looho; Wakil Ketua II: Drs. Heman; Sekretaris I:
1. Tatanama dan Istilah Ketua: Drs. Marisi P. Drs. R. Bambang Soetrisno; Sekretaris II: Drs.M.
Sihombing; Anggota: Drs. Martono Winotopradjoko; Bambang Lesmono.
Drs. Heman. Seksi-seksi:
2.Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof. Dr. Djoewari; 1.Tatanama dan Istilah Ketua: Drs. Marisi P.
Anggota: DR. dr. Jap Tjiang Beng, Drs. Zainal Sihombing; Anggota: Drs. Martono Winotopradjoko;
Arifin, Dr. B. Setiawan. Drs. Heman.
3.Farmakognosi Ketua: DR. Midian Sirait; Anggota: 2.Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof.Dr.Djoewari;
Drs. R. Bambang Soetrisno, Drs. Sutarjadi, Drs. R. Anggota: DR. dr. Jap Tjiang Beng, Drs. Zainal
M. Taroeno, Drs. R. Sidik. Arifin, Dr. B. Setiawan.
4.Kimia Umum, Analisa dan Tetapan Ketua: Prof. 3. Farmakognosi Ketua: DR. Midian Sirait; Anggota:
DR. Sasongko Adisewojo; Anggota: Drs. M. Drs. R. Bambang Soetrisno, Drs. Sutarjadi, Drs. R.
Soemitro, Drs. Kosasih Satyadarma MSc., Drs. M. Taroeno, Drs. R. Sidik, Suryati BSc.
Sardjoko, Drs. Abdulkadir, Drs. M. Bambang 4. Kimia Umum, Analisa, dan Tetapan Ketua: Prof.
Lesmono, Dra. Nazly Helmi. DR. Sasongko Adisewejo; Anggota: Drs. M.
5.Farmasi Ketua: Drs. Munazir; Anggota: Drs. Sirad Soemitro, Drs. Kosasih Satyadarma MSc., Drs.
Atmodjo, Drs. Charles Siregar MSc., Dra. Aminah Sardjoko, Drs. Abdulkadir, Drs.M.Bambang
Abdulsalam, Drs. Moh. Anief, Drs.Sukartono, Dr. Lesmono, Dra.Nazly Helmi, Dra. Sugati
Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D, Dra. J. R. Syamsuhidayat, Dra. Sjamsimar, Dra. Tjuk Sudiarti,
Wattimena MSc. Drs. Farouq.
6. Biologi Ketua: Prof. Dr. Soetarman; Anggota: Dr. 5. Farmasi Ketua: Drs. Munazir; Anggota: Drs.Sirad
Slamet Djais, Drs. M.S. Nasution, Drs. Atmodjo, Drs. Charles Siregar MSc., Dra.Aminah
Koesdarminto, Drs. P.S.M. Simatupang, Drs. Abdulsalam, Drs. Moh.Anief, Drs.Sukartono, Dr.
Santosoatmodjo. Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D, Dra. J. F.
7.Posologi Ketua: Prof. Dr. Sudjono D. Wattimena MSc, Drs. Sjahrir.
Poesponegoro; Anggota: Agusnama Garnama, Drs. 6. Biologi Ketua: Prof. Dr. Soetarman; Anggota: DR.
Kirana Rahardja. Slamet Djais, Drs. M.S. Nasution, Drs.
Susunan Dewan Redaksi Farmakope Indonesia Koesdarminto, Drs. P.S.M. Simatupang, Drs.
Edisi II tahun 1972 berdasarkan keputusan Panitia Santosoadmojo, Drs. Dzulkarnaen Benny.
Farmakope Indonesia tanggal 23 September 1970 7. Posologi Ketua: Drs. Kirana Rahardja; Anggota:
No.035/PFI/SK/10/70, dan tanggal 5 November 1971 Agusnama Garmana.
No.094/PFI/10/71 adalah sebagai berikut: Ketua: Disamping itu, untuk melaksanakan pekerjaan
Drs. Marisi P. Sihombing; Wakil Ketua I: Drs. harian, Panitia Ekstra Farmakope Indonesia, telah
Heman; Wakil Ketua II: Drs. Martono dibentuk Pelaksana Harian dengan Surat Keputusan
Winotopradjoko; Sekretaris I: Drs. R. Bambang Ketua Panitia Ekstra Farmakope Indonesia tanggal 24
Soetrisno; Sekretaris II: Drs.M. Bambang Lesmono; Januari 1972, No.01/SK/E/I/7. Adapun susunan
Anggota: Dra. Aminah Abdulsalam, Drs. Kirana Pelaksana Harian adalah sebagai berikut: Ketua:
-6-

Drs. Heman; Sekretaris I: Drs. Respati Bambang terjadi dalam dunia farmasi, Indonesia harus dapat
Soetrisno; Sekretaris II: Drs. M. Bambang Lesmono; menangkap peluang bersaing di pasaran bebas dunia
Anggota: Drs. Zainal Arifin, Drs. M. Soemitro, Dra. dengan menghasilkan produk-produk farmasi yang
Sugati Syamsuhidayat, Dra. Sjamsimar, Dra. Tjuk bermutu tinggi. Untuk itu Indonesia perlu
Sudiarti, Drs. Farouq, Dra. Aminah Abdulsalam, Drs. mengadakan harmonisasi standarisasi dalam bidang
Sjahrir, Drs. P.S.M. Simatupang, Drs. farmasi sesuai dengan perkembangan di negara maju.
Santosoatmodjo, Surjati BSc., Drs. Dzulkarnaen Oleh karena itu pada tahun 1990 dibentuk suatu
Benny. Tim Revisi Farmakope Indonesia edisi III untuk
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan mengkaji dasar-dasar revisi Farmakope Indonesia
RI No.1858/II/SK/78, tanggal 21 September 1978 edisi III yang terdiri atas Ketua: Drs. Slamet Soesilo;
dibentuk Panitia Farmakope Indonesia untuk Wakil Ketua: Prof. DR. Charles J. P. Siregar, MSc.,
menyusun Farmakope Indonesia edisi III sebagai Dra. Andajaningsih, MSc., Sekretaris: Drs. Richard
revisi Farmakope Indonesia edisi II dan diberlakukan Panjaitan, SKM, DR. Emilia Devi; Anggota: Prof.
oleh Menteri Kesehatan RI, berdasarkan Surat DR. H. Raslim Rasyid, Prof. DR. Kosasih
Keputusan No. 395/Menkes/SK/X/79, tertanggal 9 Satyadarma, Prof. Drs. Soemadi, Prof. DR. J.
Oktober 1979. Adapun susunan Panitia Farmakope Wattimena, MSc., DR. Marchaban, DR. Sriwoelan
Indonesia edisi III adalah sebagai berikut: Ketua: Soebito, DR. Daniel Santoso, Drs. J. A. Kawira, Dra.
DR. Midian Sirait; Wakil Ketua I: Drs. E. Looho; Sri Sugati Sjamsuhidajat, Drs. Soemitro, Drs. H.
Wakil Ketua II: Drs. Djasman; Sekretaris I: Drs. M. Tjetje, Drs. Darodjatun, Dra. Maria Setioseputro.
Bambang Lesmono; Sekretaris II: Drs. A. Fadilla Sebagai tindak lanjut, dibentuk Panitia Farmakope
Rivai. Indonesia untuk pelaksanaan revisi dengan Surat
Seksi-seksi: Keputusan Menteri Kesehatan RI
1.Tatanama dan Istilah Ketua: Drs. Marisi P. No.468/Men.Kes/SK/VIII/1991 tanggal 19 Agustus
Sihombing; Anggota: Drs. Heman; Drs. Martono 1991, dengan susunan sebagai berikut: Ketua Umum:
Winotopradjoko. Drs. Slamet Soesilo; Ketua Pelaksanan: Prof. DR.
2.Farmakologi dan Klinis Ketua: Dr. B. Setiawan; Charles J. P. Siregar, MSc.; Wakil Ketua Pelaksana:
Anggota: DR. dr. Yap Tjiang Beng, Drs. Sjarifuddin Dra. Andajaningsih, MSc; Sekretaris: Drs. Richard
Djalil, Dr. Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D. Panjaitan, SKM.
3.Farmakognosi Ketua: Drs. Sunarto Prawirosujanto; Seksi-seksi:
Anggota: Drs. R. Bambang Soetrisno, Dra. Titi 1. Tatanama, Farmasi Umum dan Perundang-
Wirahardja, Drs. R.M. Taroeno, Drs.Indiarto. undangan Ketua: Drs. Soemitro; Anggota: Drs.
4. Kimia Umum Analisa dan Tetapan Ketua: Prof. Wisnu Katim, Drs. Richard Panjaitan, SKM, Drs.
DR. Sasongko Adisewojo; Anggota: Dra. Sugati Ading Suryana, Drs. H. Nawawi, SKM, Drs. A.
Syamsuhidajat, Drs. M. Soemitro, Drs. Iswandi, Drs. Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D., DR.Virginia.
Kosasih Padmawinata, Drs. Sardjoko, Drs. Nazly 2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Slamet
Helmy, Drs. Farouq. Djais; Anggota: DR. Sudana, Drs. P.S.M.
5. Farmasi Ketua: Drs. Munazir Sadjad; Anggota: Simatupang, DR. Elin Yulinah, Dra. Lamria Siregar,
Drs. Sirad Atmodjo, Drs. Arifin I. Hidayat, DR. Drs. Wusmin Tambunan, DR. Iwan Soemara.
Fauzi Syuib, Drs. Charles Siregar, MSc; DR. Emilia 3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR.
Devi Logawa, Dra. Sofina I. Nasution. Charles J.P. Siregar, MSc; Anggota: Prof. DR.
6. Biologi Ketua: Prof. Dr.Soetarman; Anggota: DR. Goeswin Agoes, Prof. Drs. Moh. Anif, DR. Uluan
Slamet Djais, Drs. M.S. Nasution, Drs. P.S.M. Sitorus, DR. Uu Mar’u.
Simatupang, Drs. B. Dzulkarnain, Drs. Rivai 4. Farmakokinetika/Biofarmasi Ketua: Prof. DR.
Muhibat. Fauzi Syuib; Anggota: Prof. DR. A.Aziz Hubeis, DR.
7. Posologi Ketua: Drs. Kirana Rahardja; Anggota: Yeyet Cahyati S, Drs. Lukman Hakim, M.Sc, Ph.D.,
Drs. Soepardi, Drs. Hamdi Mahmud. Dra. Arini Setiawati, Ph.D., Dra. Sri Suryawati, MS,
Selain Panitia telah dibentuk pula Dewan Redaksi Dra. Syamsiah, Drs. Ibrahim Koatma.
yang susunannya sebagai berikut: Drs. M. P. 5. Farmakologi/Posologi/Toksikologi Ketua: Prof.
Sihombing; Wakil Ketua: Drs. M. Bambang DR. J.R. Wattimena, M.Sc; Anggota: Prof. Ma’arifin
Lesmono; Sekretaris: Drs.Soepardi; Anggota: Drs. Husin, Dra. Andajaningsih, MSc, DR. Sarjono O
Martono Winotopradjoko, Drs. Iswandi, Prof. DR. Santoso, Dr. Budiono Santoso, Ph.D, Dra. Maria
Slamet Djais. Setioseputro, Dra. Sri Endreswari, Drh. Thamrin P.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan 6. Farmakognosi/Fitokimia Ketua: Prof. DR.
teknologi secara pesat dalam selang waktu yang Sutaryadi; Anggota: Prof. DR. Kosasih Padmawinata,
relatif panjang, yaitu tahun 1979 sampai tahun 1995, Prof. DR. Iwang Soediro, Drs. Sudjaswadi
kebutuhan untuk merevisi Farmakope Indonesia edisi Wiryowidagdo, Drs. Djoko Hargono, DR. Suwijiyo
III tahun 1979 merupakan hal yang sangat mendesak. Pramono.
Untuk mengantisipasi era globalisasi yang akan
-7-

7. Imunologi/Serologi Ketua: DR. Kusdarminto; DR. Iwang Soediro, Drs. Djoko Hargono, DR.
Anggota: Drs. Darodjatun, Dr. Sutaryo, Prof. DR. Suwijiyo Pramono, Drs. Sudjaswadi Wiryowidagdo.
Karnen Baratawidjaja, Ir. Pudjoprajitno, Dra. Mulyati 7. Imunologi/Serologi Ketua: DR. Kusdarminto;
Prijanto, Dr. Lina Herlina Soemara, Dra. Peggy Anggota: Prof. DR. Karnen Baratawidjaja, Drs.
Sunotoredjo, Dra. Sri. Kusmartini. Darodjatun, DR. Sutaryo, Dra. Sri Endeswari, Dra.
8. Klinis Ketua: Prof. DR. Karyadi; Anggota: Prof. Mulyati Prijanto, Dra. Peggy Sunotoredjo.
DR. Suyono Hadi, Prof. Dr. Widjoseno Gardjito, Dr. 8. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan
Armen Muchtar, Dr. Hanafi B. Trisnohadi. Pembanding Ketua: Prof. DR. Kosasih Satyadarma;
9. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Anggota: Prof. DR. Soekeni Soedigdo, Prof. Drs.
Pembanding Ketua: Prof. DR. Sasongko Adisewojo; Sarjoko, Prof. DR. Raslim Rasjid, DR. Sriwoelan
Anggota: Prof. DR. Kosasih Satyadarma, Prof. DR. Soebito, DR. Makin Ibnu Hajar, DR. Kurnia Firman,
Soekeni Soedigdo, Prof. Drs. Sarjoko, Prof. DR. M.Sc, DR. Daniel Santoso, Drs. Swasono R. Tamat,
Raslim Rasjid, Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat, DR. MSc., PhD, Drs. Kawira, DR. Emelia Devi Logawa,
Sriwoelan Soebito, DR. Makin Ibnu Hajar, DR. Drs. Syahrial Tahir, Dra. Wayan Rediatning Suparna,
Daniel Santoso, Drs. Kawira, Drs. Swasono R. MSc.
Tamat, MSc., PhD, DR. Emelia Devi Logawa, Drs. Untuk memeriksa naskah Farmakope Indonesia
Syahrial Tahir, Dra. Wayan Rediatning Suparna, edisi IV dibentuk Dewan Redaksi Panitia Farmakope
MSc. Indonesia edisi IV berdasarkan SK Dirjen
Selanjutnya dibentuk kembali Panitia Farmakope Pengawasan Obat dan Makanan No.
Indonesia berdasarkan SK Men.Kes RI No. HK.00.06.2.01494, dengan susunan sebagai berikut:
695/Men.Kes/SK/VIII/1992 untuk melanjutkan Pengarah: Drs. Wisnu Katim; Ketua: Dra.
penyusunan Farmakope Indonesia edisi IV yang Andajaningsih, MSc; Wakil Ketua Pelaksana: Drs.
susunannya sebagai berikut: Ketua: Drs. Slamet Richard Panjaitan, SKM; Sekretaris: Dra. Lucky S.
Soesilo; Ketua Pelaksana: Dra. Andajaningsih, MSc; Slamet, M.Sc, DR. Emelia Devi Logawa; Anggota:
Wakil Ketua Pelaksana: Drs. Richard Panjaitan, Prof. DR. Charles J.P. Siregar, MSc, DR. Kurnia
SKM; Sekretaris: 1. Drs. Tjartim Hasan, 2. Dra. Firman, M.Sc, DR. Makin Ibnu Hajar, Drs.
Lucky S. Slamet, M.Sc. Sudjaswadi Wiryowidagdo, Drs. Soemitro, DR.
Seksi-seksi: Sriwoelan Soebito, Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat,
1. Tatanama, Farmasi Umum dan Perundang- Drs. A. Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D., DR. Daniel
undangan Ketua: Drs. Soemitro; Anggota: Drs. Santoso.
Ading Suryana, Drs. Richard Panjaitan, SKM, Dra. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 36
Sri Sugati Sjamsuhidajat, Drs. A. Hadyana Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 105 “Sediaan
Pudjaatmaka, Ph.D., Dra. Siti Nurhayati, Drs. Janahar Farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus
Murad. memenuhi syarat Farmakope Indonesia atau buku
2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: DR. Sudana standar lainnya”, Farmakope memegang peranan
Atmawijaya; Anggota: Drs. P.S.M. Simatupang, DR. penting dalam jaminan mutu obat pada saat proses
Elin Yulinah, Dra. Lamria Siregar, Drs. Wusmin produksi dan saat sudah menjadi sediaan obat jadi
Tambunan, DR. Iwan Soemara, DR.Virginia. serta menjadi acuan utama untuk pengawasan mutu
3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR. obat beredar, dalam upaya perlindungan kesehatan
Charles J.P. Siregar, MSc; Anggota: Prof. DR. masyarakat dari risiko obat yang tidak memenuhi
Goeswin Agoes, Prof. Drs. Moh. Anif, Drs. Munazir, syarat, palsu, substandar dan ilegal. Oleh sebab itu,
Drs. Tjetje, DR. Uluan Sitorus, DR. Uu Mar’u, Dra. dalam rangka up date Farmakope Indonesia Edisi IV
Maria Setioseputro, Drs. Syarif Bastaman, Drs. sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, maka
Soekismono. disusun Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV
4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. yang diberlakukan pada tanggal 27 Januari 2010 oleh
Fauzi Syuib; Anggota: Prof. DR. A. Aziz Hubeis, Menteri Kesehatan melalui Surat Keputusan Menteri
DR. Yeyet Cahyati S, Drs. Lukman Hakim, M.Sc, Kesehatan RI Nomor
Ph.D., Dra. Sri Suryawati, MS, Drs. Ibrahim Koatma. HK.03.01/MENKES/150/I/2010. Suplemen I
5. Farmakologi/Posologi/Toksikologi Ketua: Prof. Farmakope Indonesia Edisi IV memuat 105
DR. J.R. Wattimena, M.Sc; Anggota: Dra. monografi baru, 85 monografi dengan perubahan, 2
Andajaningsih, MSc, Prof. Dr. Karyadi, Prof. DR. lampiran baru dan 12 lampiran dengan perubahan.
Suyono Hadi, Prof. Dr. Widjoseno Gardjito, Dr. Adapun susunan Panitia Suplemen I Farmakope
Budiono Santoso, Ph.D, DR. Sarjono O Santoso, Dra. Indonesia Edisi IV sesuai Keputusan Menteri
Maria Setioseputro, Dra. Sri Endreswari, Drh. Kesehatan RI Nomor 712/MENKES/SK/IX/2009
Thamrin P, Dr. Armen Muchtar, Dr. Hanafi B. tanggal 1 September 2009 adalah sebagai berikut :
Trisnohadi, Dra. Azizi Nuraini. Pelindung: Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
6. Farmakognosi/Fitokimia Ketua: Prof. DR. Ketua 1: Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kosasih Padmawinata Prof. DR. S; Anggota:, Prof. Kesehatan, Ketua 2: Deputi Bidang Pengawasan
-8-

Produk Terapetik dan NAPZA, Wakil Ketua: Dalam penyusunan Suplemen II Farmakope
Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Indonesia Edisi IV, panitia penyusunan Suplemen
Kesehatan, Sekretaris 1: Direktur Bina Penggunaan Kedua (II) Farmakope Indonesia Edisi IV disahkan
Obat Rasional, Sekretaris 2: Direktur Standardisasi melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Produk Terapetik dan PKRT, Badan POM. 1390/MENKES/SK/IX/2010 tanggal 21 September
Seksi-seksi: 2010 dengan Susunan panitia sebagai berikut:
1. Tata nama, farmasi, umum dan perundang- Pelindung: Menteri Kesehatan, Pengarah: Direktur
undangan Ketua: Dra. Lucky S.Slamet, MSc; Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
Anggota: Dra. Reri Indriani, Apt; Drs. T. Bahdar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan; Deputi
Johan Hamid, Apt, M.Pharm; Dra. Siti Aisyah, M.Si; Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA,
Prof. DR. Ernawati Sinaga; Drs. Udjianto, Apt; Drs. Ketua: Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional,
Janahar Murad, Apt; Dra. Nani Sukasediati, Apt, Sekretaris: Direktur Standardisasi Produk Terapetik
MSi; Dra. Ema Viaza, Apt. dan PKRT.
2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Sudana Seksi-seksi:
Atmawidjaja; Anggota: DR. Isnaeni, MS; DR. Marlia 1. Tatanama, farmasi, umum dan perundang-
Singgih; Drs. Wusmin Tambunan, MSi; Dra. Sumaria undangan Ketua: Dra.Nasirah Bahaudin, Apt, MM;
Sudan, Apt; dr. Zorni Fadia; Erie Gusnellyanti, S.Si, Anggota: Drs. Richard Pandjaitan, Apt, SKM; DR.
Apt; Faiq Bahfen, SH, LLM; Dra. Lucky S. Slamet, MSc,
3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: DR. Yudi Apt; Drs. Purwadi, Apt, MM, ME; Dra. Reri Indriani,
Padmadisastra, MSc; Anggota: DR. Hasan Rachmat, Apt, MSi; Drs. Janahar Murad, Apt; Dra. Anggraini
M; Drs. Richard Panjaitan, Apt, SKM; Dra. Armyn, Apt, MM; Budi Djanu Purwanto, SH, MH;
Augustine Zaini, MSi; Dra. Rahmaniar Ulfah. MSi; Dra. Ema Viaza, Apt.
Dra. Ani Sulistyowati, Apt; Drs. Purwadi, Apt, 2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Wahyono,
MKes; Dra. Dettie Yulia, Apt, MSi. SU, Apt; Anggota: Prof. DR. Ernawati Sinaga, Apt;
4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. DR. Isnaeni, Apt, MS; DR. Debbie S. Retroningrum,
Yeyet Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. Apt; Dra. Sumaria Sudian, Apt; Dra. Kusmiaty, Apt,
Lukman Hakim, MSc; Drs. Didik Hasmono, MS; dr. M.Pharm; Dra. Dwi Retno, MSi; Drs. Wusmin
Abdullah Akhmad, MARS; Dra. Hermini Tetrasari, Tambunan, M.Si; Drs. Adriansyah; dr. Zorni Fadia;
MSi; Dita Novianti, S.Si, Apt, MM; Rohayati Dra. Dara Amelia, Apt, MM.
Rahafat, S.Si, Apt. 3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR.
5. Kimia analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding Achmad Fudholi, DEA, Apt; Anggota: Prof. DR.
Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim DEA; Anggota: Yudi Padmadisastra, MSc, Apt; DR. Hasan Rachmat,
DR. M. Yuwono; DR. Made Harmita, Apt; Drs. Siam Apt; DR. Marlin Abdassah, Apt; Dra. Esti Hendradi,
Subagyo, MSi; Drs. Ketut Kartawijaya, Apt; Drs. Apt, PhD; Dra. Augustine Zaini, Apt, MSi; Dra.
Syahrial Tahir, Apt; Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo, Rahmaniar Ulfah, Apt, MSi; Dra. Ani Sulistyowati,
Apt; Drs. JA. Kawira, Apt. Apt; Liza Fetrisiani, S.Si, Apt.
Susunan Dewan Redaksi Suplemen Pertama (I) 4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR.
Farmakope Indonesia Edisi IV terdiri dari: Ketua: Yeyet Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR.
Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm; Wakil Lukman Hakim, MSc, Apt; Drs. Didik Hasmono,
Ketua: Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM dan Dra. MS; Dra. Hermini Tetrasari, MSi, Apt; Dra. Ati
Reri Indriani, MSi; Sekretaris: Dra. Siti Aisyah, MSi; Setiawati, M.Si, Apt; Dra. Ketut Kartawijaya, Apt;
Dra. Augustine Zaini, MSi; dr. Abdullah Akhmad, Dra. Engko Sosialine, Apt, M.Biomed; Dra. R. Dettie
MARS; Anggota: Prof. Dr. Budi Sampurna, SH; Drs. Yuliati, Apt, MSi.
Purwadi, Apt, MKes; Dra. Nani Sukasediati, Apt, 5. Kimia analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding
MSi; Sekretariat: Drs. Rahbudi Helmi, Apt, MKes; Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim DEA; Anggota:
Tyaswening, SH, MM; Arsil Rusli, SH, MH; Drs. DR. M. Yuwono; Prof. DR. Sudibyo Martono, MS,
Riza Sultoni, Apt, MM; dr. Zorni Fadia; Dra. Nurma Apt; Drs. Siam Subagyo, MSi; Drs. T. Bahdar J.
Hidayati, M.Epid; Dra. Tuning Nina, Apt; Dra. Frida Hamid, Apt, M.Pharm; Drs. JA. Kawira, Apt; DR.
Tri Hadiati, Apt; Dra. Sumaria Sudian; Dra. Harmita, Apt; Drs. Janahar Murad; Drs. Syahrial
Kusmiaty MPharm; Dra. Herlina Budi, MSi; Dra. Tahir, Apt; Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt; Dra.
Hotma Limbong; Dra. Ati Setiawati, MSi; Dra. Nani Sukasediati, M.Si, Apt.
Neviyenti, Apt; Dra. Dini Prapti, MSi; Dra. Mirawati Selain panitia, telah dibentuk pula Dewan Redaksi
Siregar, MSi; Dra. Hariati Wiratningrum, MSi; Dra. Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi IV sesuai
Rita Aritonang; Dra. Rosalyn, MSi; Dra. Lucky Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes Nomor
Hayati, MSi; Dra. Moriana Hutabarat, MSi; Dra. HK.03.05/III/873.1/2010 tanggal 29 Oktober 2010
Muhti Okayani, MEpid; Setyo Utami, SSi; dengan Ketua: Drs. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm;
Lusitawati, SSi, MSi; Daryani, SSi, Apt. Wakil Ketua: Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM dan
Dra. Augustine Zaini, Apt, M.Si; Sekretaris:Dita
-9-

Novianti, SSi, Apt, MM; Anggota: Drs. Richard DR. M. Yuwono; Prof. DR. Sugeng Riyanto, Apt,
Pandjaitan, Apt, SKM; Drs. Janahar Murad, Apt; Drs. MS; Drs. JA. Kawira, Apt; DR. Harmita, Apt; Drs.
Syahrial Tahir, Apt, MM; Drs. Sudjaswadi Siam Subagyo, MSi; Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt,
Wirjowidagdo, Apt; Drs. Ketut Kartawijaya, Apt; M.Pharm; Drs. Janahar Murad; Drs. Syahrial Tahir,
Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSi. Apt; Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt; Dra. Nani
Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi IV terdiri Sukasediati, M.Si, Apt.
dari 103 monografi baru, 103 monografi dengan Selain panitia, telah dibentuk pula Dewan Redaksi
perbahan, 2 lampiran baru dan 4 lampiran dengan Suplemen Ketiga (III) Farmakope Indonesia Edisi IV
perubahan. sesuai Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes
Dalam rangkaian pemutakhiran Farmakope Nomor HK.03.05/V/424.1/2011 tanggal 5 Agustus
Indonesia Edisi IV secara berkesinambungan, maka 2011 dengan Ketua: Drs. Bahdar J. Hamid, Apt,
selanjutnya disusun Suplemen III Farmakope M.Pharm; Wakil Ketua: Dra. Augustine Zaini, Apt,
Indonesia Edisi IV dengan susunan panitia yang M.Si; dan dr.Setiawan Soeparan, MPH; Sekretaris:
disahkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No. Dra. Detti Yuliati, Apt, M.Si; Anggota: Drs. Richard
1396/MENKES/SK/VII/ 2011 tanggal 4 Juli 2011 Pandjaitan, Apt, SKM; Drs. Janahar Murad, Apt; Drs.
dengan susunan sebagai berikut: Pelindung: Menteri Syahrial Tahir, Apt, MM; Drs. Sudjaswadi
Kesehatan RI, Pengarah: Kepala Badan Pengawas Wirjowidagdo, Apt; Drs. Ketut Kartawijaya, Apt;
Obat dan Makanan, Ketua 1: Direktur Jenderal Bina Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSi.
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Ketua II: Deputi Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi IV yang
Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan NAPZA, terdiri dari 107 monografi baru, 97 monografi dengan
Sekretaris I: Direktur Bina Produksi dan Distribusi perubahan, 3 lampiran baru dan 7 lampiran dengan
Kefarmasian, Sekretaris II: Direktur Standardisasi perubahan, diberlakukan melalui Keputusan Menteri
Produk Terapeutik dan PKRT Kesehatan RI Nomor 006/MENKES/SK/I/2012
Seksi-seksi: tanggal 12 Januari 2012.
1. Tatanama, farmasi, umum dan perundang- Farmakope Indonesia Edisi IV yang telah
undangan Ketua: Dra. Lucky S.Slamet, MSc; dilengkapi dengan Suplemen I, Suplemen II, dan
Anggota: Drs. Richard Pandjaitan, Apt, SKM; Dra. Suplemen III perlu direvisi untuk disesuaikan dengan
Augustine Zaini, MSi; Dra. Endang Woro T, Apt, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
MSc; Dra. Reri Indriani, Apt; Dra. Nasirah Bahaudin, bidang kefarmasian. Penyusunan Farmakope
Apt, MM; Drs. Purwadi, Apt, MM, ME; Budi Djanu Indonesia Edisi V didahului dengan Pembentukan
Purwanto, SH, MH; Dra. Anggraini Armyn, Apt, Panitia Penyusun Farmakope Indonesia Edisi V
MM; Elza Gustanti, S.Si, Apt. melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Wahyono, Nomor: 006/MENKES/SK/I/2014 tanggal 13 Januari
SU, Apt; Anggota: Prof. DR. Ernawati Sinaga, Apt; 2014 dengan Susunan panitia sebagai berikut:
DR. Isnaeni, Apt, MS; DR. Debbie S. Retroningrum, Pelindung: Menteri Kesehatan, Pengarah: Kepala
Apt; Drs. Roland Hutapea, M.Sc; Drs. Wusmin Badan Pengawas Obat dan Makanan, Ketua I:
Tambunan, Apt, MSi; Dra. Kusmiaty, Apt, M.Pharm; Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Dra. Dwi Retno, MSi; Drs. Riza Sultoni, Apt, MM; Kesehatan, Ketua II: Deputi Bidang Pengawasan
Drs. Elon Sirait, Apt, MScPH. Produk Terapetik dan NAPZA, Sekretaris I: Direktur
3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR. Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Sekretaris
Achmad Fudholi, DEA, Apt; Anggota: Prof. DR. II: Direktur Standardisasi Produk Terapetik dan
Yudi Padmadisastra, MSc, Apt; DR. Hasan Rachmat, PKRT.
M; DR. Marlin Abdassah, Apt; Dra. Esti Hendradi, I. Seksi-seksi:
Apt, PhD; Dra. A. Retno Tyas Utami, Apt, M.Epid; 1. Tata nama, Farmasi Umum dan Perundang-
Dra. Muhti Okayani, Apt, M.Epid; Dra. Anny undangan
Sulistyowati, Apt; Dra. Rahmaniar Ulfah, Apt, MSi; Ketua: Dra. A. Retno Tyas Utami, Apt, M.Epid;
Dita Novianti S.A, S.Si, Apt; Ikka Tjahyaningrum, Anggota: Dra. Kustantinah, Apt, M.App.Sc; Drs.
S.Si, Apt. Richard Pandjaitan, Apt, SKM; Drs. T. Bahdar J.
4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Hamid, Apt, MPharm; Drs. Purwadi, Apt., MM.,
Yeyet Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. ME.; Dra. Endang Woro T, Apt. MSc; Dra.
Lukman Hakim. MSc, Apt; Drs. Didik Hasmono, Augustine Zaini, Apt, M.Si; Budi Djanu Purwanto,
MS; Dra. Siti Aisyah, Apt, MSi; Dra. Engko SH, MH; Dra. Moriana Hutabarat, Apt, MSi.; Dra.
Sosialine, Apt, M.Biomed; Drs. Ketut Kartawijaya, Hotma Limbong, Apt.; Dra. Hesti Kusuma, Apt.;
Apt; Dra. Hermini Tetrasari, Apt, MSi; Dra. Elis Dra. Loise Riani Sirait, Apt, MSi.; Aan Risma Uli
Sukmawati, Apt; Dra. Ati Setiawati, Apt, M.Si; Dra. Nainggolan, S.Si. Apt., MSi.; Sri Haryanti, S.Si.,
R. Dettie Yuliati, Apt, MSi. Apt.; Daryani, S.Si., M.Sc.
5. Kimia analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding 2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Wahyono,
Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim DEA; Anggota: SU, Apt.; Anggota: Prof. DR. Ernawati Sinaga, Apt.;
- 10 -

DR. Isnaeni, Apt, MS; DR. Debbie S. Retnoningrum, Parrangan; Ika Mahmudah, S.Si., Apt; Mutiara
Apt; Drs. Wusmin Tambunan, Apt, MSi; Dra. Djayanis Tia, S.Farm., Apt.
Kusmiaty, Apt, MPharm; Dra. Sumaria Sudian, Apt.; Farmakope Indonesia Edisi V ditetapkan sebagai
Dra. Dwi Retno, MSi; Dra. Muhti Okayani, Apt, standar mutu obat di Indonesia oleh Menteri
MEpid; Dina Sintia Pamela, Apt, MFarm.; Dra. Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Sutanti Namtini, PhD.; Dra. Ika Prawahyu, RI Nomor: 108/MENKES/SK/IV/2014 tanggal 7
MBiomed.; Dra. Herlina Budi, Apt., MSi.; Henny April 2014 tentang Pemberlakuan Farmakope
Setiawati, S.Si., Apt.; Yulia Karyani Dewi, S.Si. Indonesia Edisi V.
3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR. Farmakope Indonesia Edisi V kemudian dilengkapi
Achmad Fudholi, DEA, Apt.; Anggota: Prof. DR. dengan terbitnya Suplemen I melalui Keputusan
Yudi Padmadisastra, Apt, MSc; DR. Hasan Rachmat, Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.02.02/MENKES/
Apt; DR. Marline Abdassah, Apt; Dra. Esti Hendradi, 366/2015 tanggal 15 September 2015. Disusul
Apt, PhD; Drs. Basuki Hadi, Apt, MM; Dra. Anny dengan Suplemen II dengan Keputusan Menteri
Sulistyowati, Apt; Dra. Rahmaniar Ulfah, Apt, MSi; Kesehatan RI Nomor: HK.01.07/MENKES/664/2017
Ikka Tjahyaningrum, S.Si., Apt; Nurul Hidayah., tanggal 28 Desember 2017 dan Suplemen III dengan
Apt., MSi.; Yudit Liske Kadang, S.Farm.,Apt; Attin Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
Rachmawati,S.Si.; Lusitawati,S.Si.,Apt; Dra. Berlian HK.01.07/MENKES/457/2018 tanggal 24 Agustus
Hatulusan Hutagalung. 2018.
4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Perkembangan jenis dan sediaan obat beredar di
Yeyet Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. Indonesia serta perkembangan standar mutu agar
Yahdiana Harahap, Apt, MS; Prof. DR. Lukman terharmonisasi dengan standar internasional
Hakim, MSc; Drs. Didik Hasmono, Apt, MS; Drs. mendorong untuk disusunnya Farmakope Indonesia
Ketut Kartawijaya, Apt; DR. Iskandarsyah, MS, Apt; Edisi VI.
Dra. Hermini Tetrasari, Apt, MSi; Dra. Ati Setiawati, Untuk itu dibentuk Panitia Penyusun Farmakope
Apt, MSi; Drs. Siam Subagyo, MSi; Dra. Mirawati Indonesia Edisi VI melalui Surat Keputusan Menteri
Siregar, Apt; Dra. Neviyenti, Apt; Dra. T. Rosalin, Kesehatan RI Nomor: HK.01.07/MENKES/39/2020
Apt; Dra. Rita Aritonang, Apt; Diah Lestari, S.Si.; tanggal 10 Januari 2020.
Anggrida Saragih, S.Si., Apt; Sofiana Sari, S.Farm., Farmakope Indonesia Edisi VI ditetapkan sebagai
Apt. standar mutu obat di Indonesia oleh Menteri
5. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Pembanding Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim, DEA; RI ini.
Anggota: Prof. DR. M. Yuwono; Prof. DR. Sudibyo
Martono, MS; Prof. DR. Sugeng Riyanto, Apt., MS;
Drs. JA. Kawira,Apt; DR. Harmita, Apt; Drs.
Syamsudin, Apt, Msi; Drs. Janahar Murad, Apt; Drs.
Syahrial Tahir, Apt; Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo,
Apt; Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSc; Dra.
Anggraini Armyn, Apt, MM; Dita Novianti, Apt,
MM; Dra. Dini Prapti Karyani, Apt., MSi.; Dra.
Hariati Wiratningrum, Apt., MSi; Nenden Solihatul
Zannah, S.Si., Apt; Lilik Budiarti, S.Si., Apt.
II. Dewan Redaksi Ketua: Dra. Engko Sosialine,
Apt., MBiomed; Wakil Ketua I: Dra. Augustine
Zaini, Apt., MSi; Wakil Ketua II: Drs. Purwadi, Apt.,
MM., ME; Sekretaris I: Dra. R. Dettie Yuliati, Apt.,
MSi; Sekretaris II: Dra. Nadirah Rahim, Apt., MKes;
Anggota: Drs. Richard Pandjaitan, Apt., SKM; Drs.
Janahar Murad, Apt; Drs. Syahrial Tahir, Apt., MM;
Dra. Nani Sukasediati, Apt., MSi; Drs. Wusmin
Tambunan, MSi. Drs. Siam Subagyo, MSi; Dra.
Tuning Nina Diyanti, Apt.
III. Sekretariat Ketua: Dra. Nadirah Rahim, Apt.,
MKes; Wakil Ketua: Dra. Muhti Okayani, Apt,
MEpid; Anggota: Dina Sintia Pamela, Apt., MFarm;
Ikka Tjahyaningrum, S.Si., Apt; Isnaeni Diniarti,
S.Farm., Apt; Helfi Yanti Alit Rahayu, S.Si.,Apt; Ari
Ariefah H., S.Farm., Apt; Nofiyanti; Damaris
- 11 -

DAFTAR SEDIAAN UMUM

1 Aerosol 12 Larutan
2 Emulsi 13 Pasta
3 Ekstrak dan Ekstrak Cair 14 Plester
4 Gel 15 Sediaan Obat Mata
5 Implan 16 Serbuk
6 Imunoserum 17 Supositoria
7 Inhalasi 18 Suspensi
8 Injeksi 19 Salep
9 Irigasi 20 Tablet
10 Kapsul 21 Vaksin
11 Krim

DAFTAR MONOGRAFI

1 Agar 29 Tablet Kunyah Alumina, Magnesia dan


2 Serbuk Agar Simetikon
3 Air Murni 30 Gel Aluminium Hidroksida
4 Air Steril untuk Injeksi 31 Gel Aluminium Hidroksida Kering
5 Air Steril untuk Irigasi 32 Amfoterisin B
6 Air untuk Injeksi 33 Salep Amfoterisin B
7 Akarbosa 34 Amfoterisin B untuk Injeksi
8 Tablet Akarbosa 35 Amikasin
9 Albendazol 36 Amikasin Sulfat
10 Tablet Albendazol 37 Injeksi Amikasin Sulfat
11 Alendronat Natrium 38 Amilorida Hidroklorida
12 Tablet Asam Alendronat 39 Tablet Amilorida Hidroklorida
13 Alfa Tokoferol 40 Aminofilin
14 Aloksiprin 41 Injeksi Aminofilin
15 Tablet Aloksiprin 42 Tablet Aminofilin
16 Alopurinol 43 Tablet Lepas Tunda Aminofilin
17 Tablet Alopurinol 44 Amiodaron Hidroklorida
18 Alprazolam 45 Injeksi Amiodaron Hidroklorida
19 Tablet Alprazolam 46 Amitriptilin Hidroklorida
20 Suspensi Oral Alumina dan Magnesia 47 Tablet Amitriptilin Hidroklorida
21 Tablet Alumina dan Magnesia 48 Amlodipin Besilat
22 Suspensi Oral Alumina dan Magnesium 49 Tablet Amlodipin Besilat
Karbonat 50 Amodiakuin Hidroklorida
23 Tablet Alumina dan Magnesium Karbonat 51 Tablet Amodiakuin Hidroklorida
24 Suspensi Oral Alumina dan Magnesium 52 Amoksisilin
Trisilikat 53 Kapsul Amoksisilin
25 Tablet Alumina dan Magnesium Trisilikat 54 Tablet Amoksisilin
26 Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan 55 Amoksisilin untuk Suspensi Oral
Kalsium Karbonat 56 Amoksisilin Natrium
27 Tablet Kunyah Alumina, Magnesia dan 57 Tablet Amoksisilin dan Kalium Klavulanat
Kalsium Karbonat 58 Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk
28 Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Suspensi Oral
Simetikon 59 Amonia
60 Amonium Klorida
- 12 -

61 Ampisilin 111 Krim Asam retinoat


62 Kapsul Ampisilin 112 Asam Salisilat
63 Tablet Ampisilin 113 Salep Asam Salisilat
64 Ampisilin untuk Injeksi 114 Asam Sitrat Anhidrat
65 Ampisilin untuk Suspensi Oral 115 Asam Sitrat Monohidrat
66 Ampisilin Natrium 116 Asam Sorbat
67 Ampisilin dan Sulbaktam untuk Injeksi 117 Asam Sulfat
68 Anastrozol 118 Asam Tartrat
69 Tablet Anastrozol 119 Asam traneksamat
70 Antazolin Hidroklorida 120 Injeksi Asam traneksamat
71 Antipirin 121 Tablet Asam traneksamat
72 Arang Jerap 122 Asam Undesilenat
73 Aripiprazol 123 Asam Ursodeoksikolat
74 Tablet Aripiprazol 124 Kapsul Asam Ursodeoksikolat
75 Artemeter 125 Asam Valproat
76 Injeksi Artemeter 126 Kapsul Asam Valproat
77 Tablet Artemeter dan Lumefantrin 127 Larutan Oral Asam Valproat
78 Artesunat 128 Asebutolol Hidroklorida
79 Artesunat untuk Injeksi 129 Kapsul Asebutolol Hidroklorida
80 Asam Alginat 130 Tablet Asebutolol Hidroklorida
81 Asam Aminokaproat 131 Asetazolamida
82 Tablet Asam Aminokaproat 132 Tablet Asetazolamida
83 Asam Aminosalisilat 133 Asetazolamida untuk Injeksi
84 Tablet Asam Aminosalisilat 134 Asetilkolin Klorida
85 Asam Asetat 135 Asetilsistein
86 Asam Asetat Glasial 136 Larutan Asetilsistein
87 Asam Asetilsalisilat 137 Aseton
88 Tablet Asam Asetilsalisilat 138 Asiklovir
89 Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar 139 Krim Asiklovir
90 Tablet Eferversen Asam Asetilsalisilat 140 Salep Asiklovir
91 Tablet Lepas Tunda Asam Asetilsalisilat 141 Tablet Asiklovir
92 Asam Askorbat 142 Asiklovir untuk injeksi
93 Injeksi Asam Askorbat 143 Astemizol
94 Tablet Asam Askorbat 144 Tablet Astemizol
95 Asam Benzoat 145 Atenolol
96 Salep Asam Benzoat dan Salisilat 146 Tablet Atenolol
97 Asam Folat 147 Atorvastatin Kalsium
98 Tablet Asam Folat 148 Tablet Atorvastatin Kalsium
99 Asam Fosfat 149 Atrakurium Besilat
100 Asam Fusidat 150 Injeksi Atrakurium Besilat
101 Tetes Mata Asam Fusidat 151 Atropin Sulfat
102 Asam Hidroklorida 152 Injeksi Atropin Sulfat
103 Asam Mefenamat 153 Tablet Atropin Sulfat
104 Kapsul Asam Mefenamat 154 Tetes Mata Atropin Sulfat
105 Tablet Asam Mefenamat 155 Azatadin Maleat
106 Asam Nalidiksat 156 Azatioprin
107 Tablet Asam Nalidiksat 157 Tablet Azatioprin
108 Asam Nitrat 158 Azitromisin
109 Asam retinoat 159 Kapsul Azitromisin
110 Gel Asam retinoat 160 Tablet Azitromisin
- 13 -

161 Azitromisin untuk Injeksi 210 Bismut Subkarbonat


162 Azitromisin untuk Suspensi Oral 211 Bismut Subnitrat
163 Barium Sulfat 212 Bisoprolol Fumarat
164 Barium Sulfat untuk Suspensi 213 Tablet Bisoprolol Fumarat
165 Basitrasin 214 Bleomisin Sulfat
166 Basitrasin Zink 215 Bleomisin untuk Injeksi
167 Beklometason Dipropionat 216 Brinzolamida
168 Belerang Endap 217 Suspensi Tetes Mata Brinzolamida
169 Bentonit 218 Bromfeniramin Maleat
170 Benzalkonium Klorida 219 Bromheksin Hidroklorida
171 Benzatin Benzilpenisilin 220 Bromokriptin Mesilat
172 Suspensi untuk Injeksi Benzatin 221 Tablet Bromokriptin Mesilat
Benzilpenisilin 222 Budesonid
173 Benzetonium Klorida 223 Bupivakin Hidroklorida
174 Benzil Alkohol 224 Injeksi Bupivakin Hidroklorida
175 Benzil Benzoat 225 Bupivakin Hidroklorida dalam Injeksi
176 Benzoil Peroksida Hidrat Dekstrosa
177 Gel Benzoil Peroksida 226 Buprenorfin Hidroklorida
178 Benzokain 227 Buspiron Hidroklorida
179 Besi(II) Fumarat 228 Tablet Buspiron Hidroklorida
180 Tablet Besi(II) Fumarat 229 Busulfan
181 Tablet Besi(II) Fumarat dan Asam Folat 230 Tablet Busulfan
182 Besi(II) Glukonat 231 Butil Hidroksianisol
183 Tablet Besi(II) Glukonat 232 Butil Hidroksitoluen
184 Besi(II) Sulfat 233 Butilparaben
185 Larutan oral Besi(II) Sulfat 234 Daktinomisin
186 Tablet Besi(II) Sulfat 235 Daktinomisin untuk Injeksi
187 Betahistin Hidroklorida 236 Dapson
188 Tablet Betahistin Hidroklorida 237 Tablet Dapson
189 Betaksolol Hidroklorida 238 Daunorubisin Hidroklorida
190 Tetes Mata Betaksolol Hidroklorida 239 Daunorubisin Hidroklorida untuk Injeksi
191 Betametason 240 Deferoksamin Mesilat
192 Tablet Betametason 241 Deferoksamin Mesilat untuk Injeksi
193 Tetes Mata Betametason 242 Deksametason
194 Betametason Dipropionat 243 Gel Deksametason
195 Krim Betametason Dipropionat 244 Injeksi Deksametason
196 Salep Betametason Dipropionat 245 Tablet Deksametason
197 Betametason Natrium Fosfat 246 Deksametason Asetat
198 Injeksi Betametason Natrium Fosfat 247 Deksametason Natrium Fosfat
199 Betametason Valerat 248 Injeksi Deksametason Natrium Fosfat
200 Krim Betametason Valerat 249 Deksbromfeniramin Maleat
201 Salep Betametason Valerat 250 Deksklorfeniramin Maleat
202 Bikalutamida 251 Larutan Oral Deksklorfeniramin Maleat
203 Tablet Bikalutamida 252 Tablet Deksklorfeniramin Maleat
204 Biperiden 253 Dekspantenol
205 Injeksi Biperiden Laktat 254 Dekstran 40
206 Bisakodil 255 Injeksi Dekstran 40 dalam Dekstrosa
207 Supositoria Bisakodil 256 Injeksi Dekstran 40 dalam Natrium Klorida
208 Tablet Lepas Tunda Bisakodil 257 Dekstran 70
209 Bismut Subgalat 258 Injeksi Dekstran 70 dalam Dekstrosa
- 14 -

259 Injeksi Dekstran 70 dalam Natrium Klorida 309 Injeksi Diltiazem


260 Dekstrometorfan 310 Kapsul Lepas Lambat Diltiazem
261 Dekstrometorfan Hidrobromida Hidroklorida
262 Dekstrosa 311 Tablet Diltiazem Hidroklorida
263 Injeksi Dekstrosa 312 Dimenhidrinat
264 Dekualinium Klorida 313 Tablet Dimenhidrinat
265 Demeklosiklin Hidroklorida 314 Dimerkaprol
266 Kapsul Demeklosiklin Hidroklorida 315 Dimetikon
267 Deslanosida 316 Dinatrium Edetat
268 Injeksi Deslanosida 317 Tetes Mata Dinatrium Edetat
269 Desogestrel 318 Dipiridamol
270 Tablet Desogestrel 319 Tablet Dipiridamol
271 Tablet Desogestrel dan Etinil Estradiol 320 Disiklomin Hidroklorida
272 Desoksimetason 321 Disopiramida
273 Gel Desoksimetason 322 Disopiramida Fosfat
274 Krim Desoksimetason 323 Kapsul Disopiramida Fosfat
275 Salep Desoksimetason 324 Dobutamin Hidroklorida
276 Diazepam 325 Injeksi Dobutamin
277 Injeksi Diazepam 326 Dobutamin untuk Injeksi
278 Tablet Diazepam 327 Doksazosin Mesilat
279 Dibekasin Sulfat 328 Tablet Doksazosin
280 Dibukain Hidroklorida 329 Doksilamin Suksinat
281 Didanosin 330 Doksisiklin
282 Didanosin untuk Larutan Oral 331 Doksisiklin Hiklat
283 Didrogesteron 332 Kapsul Doksisiklin Hiklat
284 Tablet Didrogesteron 333 Tablet Doksisiklin Hiklat
285 Dietilkarbamazin Sitrat 334 Doksorubisin Hidroklorida
286 Tablet Dietilkarbamazin Sitrat 335 Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi
287 Dietilstilbestrol 336 Suspensi oral Domperidon
288 Difenhidramin Hidroklorida 337 Domperidon Maleat
289 Injeksi Difenhidramin Hidroklorida 338 Tablet Domperidon
290 Larutan Oral Difenhidramin Hidroklorida 339 Donepezil Hidroklorida
291 Difenoksilat Hidroklorida 340 Tablet Donepezil Hidroklorida
292 Tablet Digitalis 341 Dopamin Hidroklorida
293 Digitoksin 342 Injeksi Dopamin Hidroklorida
294 Tablet Digitoksin 343 Droperidol
295 Digoksin 344 Edrofonium Klorida
296 Injeksi Digoksin 345 Efavirenz
297 Larutan Oral Digoksin 346 Kapsul Efavirenz
298 Tablet Digoksin 347 Efedrin
299 Dihidroergotamin Mesilat 348 Efedrin Hidroklorida
300 Dihidrostreptomisin Sulfat 349 Tablet Efedrin Hidroklorida
301 Diklofenak Kalium 350 Efedrin Sulfat
302 Tablet Diklofenak Kalium 351 Injeksi Efedrin Sulfat
303 Diklofenak Natrium 352 Ekonazol Nitrat
304 Tablet Lepas Tunda Diklofenak Natrium 353 Krim Ekonazol Nitrat
305 Dikloksasilin Natrium 354 Emetin Hidroklorida
306 Kapsul Dikloksasilin Natrium 355 Injeksi Emetin Hidroklorida
307 Dikloksasilin Natrium untuk Suspensi Oral 356 Enapril Maleat
308 Diltiazem Hidroklorida 357 Tablet Enapril Maleat
- 15 -

358 Enfluran 408 Tablet Famotidin


359 Epinefrin Bitartrat 409 Feksofenadin Hidroklorida
360 Injeksi Epinefrin 410 Kapsul Feksofenadin Hidroklorida
361 Tetes Mata Epinefrin 411 Tablet Feksofenadin Hidroklorida
362 Epirubisin Hidroklorida 412 Felodipin
363 Injeksi Epirubisin Hidroklorida 413 Fenazopiridin Hidroklorida
364 Epirubisin Hidroklorida untuk Injeksi 414 Fenilbutazon
365 Ergokalsiferol 415 Tablet Fenilbutazon
366 Ergometrin Maleat 416 Fenilefrin Hidroklorida
367 Injeksi Ergometrin Maleat 417 Fenilmerkuri Asetat
368 Tablet Ergometrin Maleat 418 Fenilmerkuri Nitrat
369 Ergotamin Tartrat 419 Fenilpropanolamin Hidroklorida
370 Ergotamin Tartrat Injeksi 420 Feniramin Maleat
371 Tablet Ergotamin Tartrat 421 Fenitoin
372 Tablet Ergotamin Tartrat dan Kofein 422 Suspensi Oral Fenitoin
373 Eritromisin 423 Tablet Kunyah Fenitoin
374 Salep Eritromisin 424 Fenitoin Natrium
375 Tablet Eritromisin 425 Injeksi Fenitoin Natrium
376 Eritromisin Etilsuksinat 426 Kapsul Fenitoin Natrium
377 Suspensi Oral Eritromisin Etilsuksinat 427 Fenobarbital
378 Tablet Eritromisin Etilsuksinat 428 Tablet Fenobarbital
379 Eritromisin Etilsuksinat untuk Suspensi Oral 429 Fenobarbital Natrium
380 Eritromisin Stearat 430 Injeksi Fenobarbital Natrium
381 Tablet Eritromisin Stearat 431 Fenobarbital Natrium untuk Injeksi
382 Estradiol 432 Fenofibrat
383 Estradiol Benzoat 433 Kapsul Fenofibrat
384 Estradiol Sipionat 434 Tablet Fenofibrat
385 Estriol 435 Fenol
386 Estrogen Terkonjugasi 436 Fenol Cair
387 Tablet Estrogen Terkonyugasi 437 Fenolftalein
388 Etakridin Laktat 438 Fenoterol Hidrobromida
389 Etambutol Hidroklorida 439 Fentanil Sitrat
390 Tablet Etambutol Hidroklorida 440 Injeksi Fentanil Sitrat
391 Etanol 441 Finasterid
392 Etanol Absolut 442 Tablet Finasterid
393 Etanol Encer 443 Fitonadion
394 Etoksibenzamida 444 Injeksi Fitonadion
395 Eter 445 Tablet Fitonadion
396 Etil Klorida 446 Fludarabin Fosfat
397 Etilmorfin Hidroklorida 447 Fludarabin Fosfat untuk Injeksi
398 Etilparaben 448 Fludrokortison Asetat
399 Etinil Estradiol 449 Flufenazin Dekanoat
400 Tablet Etinil Estradiol 450 Flufenazin Enantat
401 Etionamida 451 Flufenazin Hidroklorida
402 Tablet Etionamida 452 Tablet Flufenazin Hidroklorida
403 Etoposida 453 Flukloksasilin Natrium
404 Injeksi Etoposida 454 Flukonazol
405 Kapsul Etoposida 455 Injeksi Flukonazol
406 Etosuksimida 456 Kapsul Flukonazol
407 Famotidin 457 Tablet Flukonazol
- 16 -

458 Fluokortolon Heksanoat 508 Serbuk Gom Akasia


459 Fluokortolon Pivalat 509 Gonadotropin Korionik
460 Fluoksetin Hidroklorida 510 Gonadotropin Korionik untuk Injeksi
461 Kapsul Fluoksetin 511 Griseofulvin
462 Tablet Fluoksetin 512 Tablet Griseofulvin
463 Fluoksimesteron 513 Guaifenesin
464 Fluorometolon 514 Tablet Guaifenesin
465 Suspensi Tetes Mata Fluorometolon 515 Haloperidol
466 Fluoresein Natrium 516 Injeksi Haloperidol
467 Fluorourasil 517 Larutan Oral Haloperidol
468 Injeksi Fluorourasil 518 Tablet Haloperidol
469 Fluosinolon Asetonida 519 Halotan
470 Krim Fluosinolon Asetonida 520 Halsinonida
471 Salep Fluosinolon Asetonida 521 Heksaklorfen
472 Flurazepam Hidroklorida 522 Hidralazin Hidroklorida
473 Flurbiprofen Natrium 523 Hidrogen Peroksida Pekat
474 Furosemida 524 Larutan Topikal Hidrogen Peroksida
475 Injeksi Furosemida 525 Hidrokuinon
476 Tablet Furosemida 526 Krim Hidrokuinon
477 Gabapentin 527 Hidroklorotiazida
478 Kapsul Gabapentin 528 Tablet Hidroklorotiazida
479 Gansiklovir 529 Hidrokortison
480 Gansiklovir untuk Injeksi 530 Injeksi Suspensi Hidrokortison
481 Garam Oralit 531 Salep Hidrokortison
482 Gelatin 532 Tablet Hidrokortison
483 Gemfibrosil 533 Hidrokortison Asetat
484 Kapsul Gemfibrosil 534 Krim Hidrokortison Asetat
485 Tablet Gemfibrosil 535 Hidrokortison Butirat
486 Gemsitabin Hidroklorida 536 Hidroksiprogesteron Kaproat
487 Gemsitabin untuk Injeksi 537 Injeksi Hidroksiprogesteron Kaproat
488 Gentamisin Sulfat 538 Hidroksizin Hidroklorida
489 Injeksi Gentamisin 539 Hidroksokobalamin
490 Krim Gentamisin Sulfat 540 Hiosiamin Sulfat
491 Salep Gentamisin Sulfat 541 Hiosin Butilbromida
492 Salep Mata Gentamisin Sulfat 542 Injeksi Hiosin Butilbromida
493 Tetes Mata Gentamisin Sulfat 543 Tablet Hiosin Butilbromida
494 Gentian Violet 544 Hiosin Hidrobromida
495 Glibenklamida 545 Injeksi Hiosin Hidrobromida
496 Tablet Glibenklamida 546 Tablet Hiosin Hidrobromida
497 Gliklazida 547 Homatropin Hidrobromida
498 Tablet Gliklazida 548 Tetes Mata Homatropin Hidrobromida
499 Glimepirida 549 Ibuprofen
500 Tablet Glimepirida 550 Suspensi Oral Ibuprofen
501 Glipizida 551 Tablet Ibuprofen
502 Tablet Glipizida 552 Idoksuridin
503 Gliserin 553 Salep Mata Idoksuridin
504 Larutan Oral Gliserin 554 Ifosfamida
505 Tetes mata Gliserin 555 Ifosfamida untuk Injeksi
506 Glisin 556 Ioheksol
507 Gom Akasia 557 Injeksi Ioheksol
- 17 -

558 Iopamidol 607 Kalsium Sulfat


559 Injeksi Iopamidol 608 Kamfer
560 Iopromida 609 Kanamisin Sulfat
561 Injeksi Iopromida 610 Injeksi Kanamisin Sulfat
562 Ikhtamol 611 Kapsul Kanamisin Sulfat
563 Imipramin Hidroklorida 612 Kanamisin Sulfat untuk Injeksi
564 Indometasin 613 Kandesartan Sileksetil
565 Kapsul Indometasin 614 Tablet Kandesartan Sileksetil
566 Indometasin Natrium 615 Kaolin Ringan
567 Indometasin untuk Injeksi 616 Kapesitabin
568 Inositol Nikotinat 617 Tablet Kapesitabin
569 Iodum 618 Kapreomisin Sulfat
570 Iodum Tingtur 619 Kapreomisin Sulfat untuk Injeksi
571 Irbesartan 620 Kaptopril
572 Tablet Irbesartan 621 Tablet Kaptopril
573 Tablet Irbesartan dan Hidroklorotiazida 622 Karbamazepin
574 Irinotekan Hidroklorida 623 Suspensi Oral Karbamazepin
575 Injeksi Irinotekan Hidroklorida 624 Tablet Karbamazepin
576 Isoksuprin Hidroklorida 625 Karbidopa
577 Injeksi Isoksuprin Hidroklorida 626 Karbinoksamin Maleat
578 Isoniazid 627 Karboksimetilselulosa Natrium
579 Tablet Isoniazid 628 Karbon Dioksida
580 Isosorbid Dinitrat Encer 629 Karboplatin
581 Tablet Isosorbid Dinitrat 630 Injeksi Karboplatin
582 Tablet Lepas Lambat Isosorbid Dinitrat 631 Karboplatin untuk Injeksi
583 Tablet Sublingual Isosorbid Dinitrat 632 Karvedilol
584 Isosorbid Mononitrat Encer 633 Tablet Karvedilol
585 Tablet Isosorbid Mononitrat 634 Ketamin Hidroklorida
586 Tablet Lepas Lambat Isosorbit Mononitrat 635 Injeksi Ketamin Hidroklorida
587 Kalamin 636 Ketokonazol
588 Kalium Iodida 637 Krim Ketokonazol
589 Kalium Klorida 638 Tablet Ketokonazol
590 Kalium Klorida dalam Injeksi Natrium 639 Ketoprofen
Klorida 640 Kapsul Ketoprofen
591 Kalium Permanganat 641 Ketorolak Trometamin
592 Kalium Guaiakolsulfonat 642 Injeksi Ketorolak Trometamin
593 Kalsitriol 643 Tablet Ketorolak Trometamin
594 Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat 644 Kimotripsin
595 Kalsium Glukonat 645 Klaritromisin
596 Injeksi Kalsium Glukonat 646 Klaritromisin untuk Suspensi Oral
597 Kalsium Hidroksida 647 Tablet Klaritromisin
598 Larutan Topikal Kalsium Hidroksida 648 Tablet Lepas Lambat Klaritromisin
599 Kalsium Karbonat 649 Klavulanat Kalium
600 Suspensi Oral Kalsium Karbonat 650 Klemastin Fumarat
601 Tablet Kalsium Karbonat 651 Tablet Klemastin Fumarat
602 Kalsium Klorida 652 Klidinium Bromida
603 Injeksi Kalsium Klorida 653 Klindamisin Fosfat
604 Kalsium Laktat 654 Gel Klindamisin Fosfat
605 Tablet Kalsium Laktat 655 Injeksi Klindamisin
606 Kalsium Pantotenat 656 Larutan Topikal Klindamisin Fosfat
- 18 -

657 Suspensi Topikal Klindamisin Fosfat 705 Klorobutanol


658 Klindamisin untuk Injeksi 706 Klorobutanol Anhidrat
659 Klindamisin Hidroklorida 707 Kloroform
660 Kapsul Klindamisin Hidroklorida 708 Klorokresol
661 Klindamisin Palmitat Hidroklorida 709 Klorokuin
662 Klobazam 710 Klorokuin Fosfat
663 Tablet Klobazam 711 Tablet Klorokuin Fosfat
664 Klobetasol Propionat 712 Injeksi Klorokuin Hidroklorida
665 Krim Klobetasol Propionat 713 Klorokuin Sulfat
666 Klofazimin 714 Klorpromazin Hidroklorida
667 Kapsul Klofazimin 715 Injeksi Klorpromazin Hidroklorida
668 Kloksasilin Natrium 716 Sirup Klorpromazin Hidroklorida
669 Klomifen Sitrat 717 Tablet Klorpromazin Hidroklorida
670 Tablet Klomifen Sitrat 718 Klorpropamida
671 Klomipramin Hidroklorida 719 Tablet Klorpropamida
672 Kapsul Klomipramin Hidroklorida 720 Klortalidon
673 Klonazepam 721 Tablet Klortalidon
674 Tablet Klonazepam 722 Klorzoksazon
675 Klonidin Hidroklorida 723 Tablet Klorzoksazon
676 Injeksi Klonidin Hidroklorida 724 Klotrimazol
677 Tablet Klonidin Hidroklorida 725 Krim Klotrimazol
678 Klopidogrel Bisulfat 726 Larutan Topikal Klotrimazol
679 Tablet Klopidogrel 727 Tablet Vaginal Klotrimazol
680 Kloral Hidrat 728 Klozapin
681 Klorambusil 729 Tablet Klozapin
682 Tablet Klorambusil 730 Kodein
683 Kloramfenikol 731 Kodein Fosfat
684 Kapsul Kloramfenikol 732 Tablet Kodein Fosfat
685 Krim Kloramfenikol 733 Kodein Hidroklorida
686 Salep Mata Kloramfenikol 734 Kofein
687 Tetes Mata Kloramfenikol 735 Injeksi Kofein Sitrat
688 Tetes Telinga Kloramfenikol 736 Kolekalsiferol
689 Kloramfenikol Natrium Suksinat 737 Resin Kolestiramin
690 Kloramfenikol Natrium Suksinat untuk 738 Resin Kolestiramin untuk Suspensi Oral
Injeksi 739 Kolistin Sulfat
691 Kloramfenikol Palmitat 740 Kolkhisin
692 Suspensi Oral Kloramfenikol Palmitat 741 Tablet Kolkhisin
693 Klordiazepoksida 742 Koloidal Atapulgit Teraktivasi
694 Tablet Klordiazepoksida 743 Injeksi Kortikotropin
695 Klordiazepoksida Hidroklorida 744 Kortikotropin untuk Injeksi
696 Kapsul Klordiazepoksida Hidroklorida 745 Kortison Asetat
697 Tablet Klordiazepoksida Hidroklorida 746 Suspensi Steril Kortison Asetat
698 Kapsul Klordiazepoksid Hidroklorida dan 747 Kuinidin Sulfat
Klidinium Bromida 748 Tablet Kuinidin Sulfat
699 Klorfenamin Maleat 749 Kuinin Etilkarbonat
700 Injeksi Klorfenamin Maleat 750 Kuinin Hidroklorida
701 Tablet Klorfenamin Maleat 751 Kuinin Sulfat
702 Klorheksidin Asetat 752 Tablet Kuinin Sulfat
703 Larutan Klorheksidin Glukonat 753 Laktosa Anhidrat
704 Klorheksidin Hidroklorida 754 Laktosa Monohidrat
- 19 -

755 Laktulosa Pekat 805 Lopinavir


756 Larutan Laktulosa 806 Tablet Lopinavir dan Ritonavir
757 Lamivudin 807 Loratadin
758 Tablet Lamivudin 808 Larutan Oral Loratadin
759 Tablet Lamivudin dan Zidovudin 809 Tablet Loratadin
760 Lamotrigin 810 Lorazepam
761 Tablet Lamotrigin 811 Tablet Lorazepam
762 Lansoprazol 812 Losartan Kalium
763 Kapsul Lepas Tunda Lansoprazol 813 Tablet Losartan Kalium
764 Leflunomida 814 Lovastatin
765 Tablet Leflunomida 815 Tablet Lovastatin
766 Lemak Bulu Domba 816 Lumefantrin
767 Letrozol 817 Magnesium Hidroksida
768 Tablet Letrozol 818 Magnesium Karbonat
769 Leukovorin Kalsium 819 Magnesium Oksida
770 Injeksi Leukovorin Kalsium 820 Magnesium Stearat
771 Tablet Leukovorin Kalsium 821 Magnesium Sulfat
772 Leuprorelin 822 Injeksi Magnesium Sulfat
773 Leuprorelin untuk Injeksi 823 Magnesium Trisilikat
774 Levamisol Hidroklorida 824 Malam Kuning
775 Tablet Levamisol Hidroklorida 825 Malam Putih
776 Levetirasetam 826 Mangan Sulfat
777 Tablet Levetirasetam 827 Manitol
778 Levodopa 828 Injeksi Manitol
779 Levofloksasin 829 Maprotilin Hidroklorida
780 Infus Levofloksasin 830 Tablet Maprotilin Hidroklorida
781 Larutan Oral Levofloksasin 831 Mebendazol
782 Tablet Levofloksasin 832 Suspensi Oral Mebendazol
783 Levonorgestrel 833 Tablet Mebendazol
784 Tablet Levonorgestrel dan Etinil Estradiol 834 Medroksiprogesteron Asetat
785 Levotiroksin Natrium 835 Injeksi Suspensi Medroksiprogesteron Asetat
786 Tablet Levotiroksin Natrium 836 Tablet Medroksiprogesteron Asetat
787 Lidokain Hidroklorida 837 Meksiletin Hidroklorida
788 Gel Lidokain Hidroklorida 838 Melfalan
789 Injeksi Lidokain Hidroklorida 839 Tablet Melfalan
790 Larutan Oral-Topikal Lidokain Hidroklorida 840 Meloksikam
791 Injeksi Lidokain Hidroklorida dan Dekstrosa 841 Suspensi Oral Meloksikam
792 Injeksi Lidokain Hidroklorida dan Epinefrin 842 Tablet Meloksikam
793 Linestrenol 843 Menadion
794 Linkomisin Hidroklorida 844 Injeksi Menadion
795 Injeksi Linkomisin Hidroklorida 845 Menadion Natrium Bisulfit
796 Kapsul Linkomisin Hidroklorida 846 Mentol
797 Lisin Asetat 847 Mepiramin Maleat
798 Lisinopril 848 Meprobamat
799 Tablet Lisinopril 849 Merkaptopurin
800 Litium karbonat 850 Tablet Merkaptopurin
801 Tablet Litium karbonat 851 Meropenem
802 Loperamida Hidroklorida 852 Meropenem untuk Injeksi
803 Kapsul Loperamida Hidroklorida 853 Mestranol
804 Tablet Loperamida Hidroklorida 854 Metadon Hidroklorida
- 20 -

855 Larutan Oral Metadon Hidroklorida 904 Minosiklin Hidroklorida


856 Tablet Metadon Hidroklorida 905 Minyak Ikan
857 Metamizol Natrium 906 Minyak Jarak
858 Tablet Metamizol Natrium 907 Minyak Mineral
859 Metaproterenol Sulfat 908 Minyak Permen
860 Metenamin 909 Minyak Zaitun
861 Metenamin Mandelat 910 Mitomisin
862 Tablet Metenamin Mandelat 911 Mitomisin untuk Injeksi
863 Metformin Hidroklorida 912 Moksifloksasin Hidroklorida
864 Tablet Metformin Hidroklorida 913 Tetes Mata Moksifloksasin
865 Metildopa 914 Mometason Furoat
866 Tablet Metildopa 915 Krim Mometason Furoat
867 Metilergometrin Maleat 916 Morfin Hidroklorida
868 Injeksi Metilergometrin Maleat 917 Morfin Sulfat
869 Tablet Metilergometrin Maleat 918 Injeksi Morfin Sulfat
870 Metilfenidat Hidroklorida 919 Nadolol
871 Tablet Lepas Lambat Metilfenidat 920 Tablet Nadolol
Hidroklorida 921 Nafazolin Hidroklorida
872 Metilparaben 922 Nafazolin Nitrat
873 Metilprednisolon 923 Nalokson Hidroklorida
874 Metilprednisolon Tablet 924 Injeksi Nalokson Hidroklorida
875 Metilprednisolon Asetat 925 Nandrolon Dekanoat
876 Injeksi Suspensi Metilprednisolon Asetat 926 Injeksi Nandrolon Dekanoat
877 Metilselulosa 927 Nandrolon Fenpropionat
878 Metiltestosteron 928 Injeksi Nandrolon Fenpropionat
879 Metiltionin Klorida 929 Naproksen
880 Injeksi Metiltionin Klorida 930 Naproksen Natrium
881 Metil Salisilat 931 Tablet Naproksen Natrium
882 Metionin 932 Natamisin
883 Metoklopramida Hidroklorida 933 Suspensi Tetes Mata Natamisin
884 Injeksi Metoklopramida Hidroklorida 934 Natrium Aminosalisilat
885 Larutan Oral Metoklopramida Hidroklorida 935 Tablet Natrium Aminosalisilat
886 Tablet Metoklopramida Hidroklorida 936 Natrium Askorbat
887 Metoksalen 937 Natrium Benzoat
888 Metoprolol Tartrat 938 Natrium Fluorida
889 Injeksi Metoprolol Tartrat 939 Natrium Fusidat
890 Tablet Metoprolol Tartrat 940 Salep Natrium Fusidat
891 Metotreksat 941 Natrium Hidrogen Karbonat
892 Injeksi Metotreksat 942 Injeksi Natrium Hidrogen Karbonat
893 Tablet Metotreksat 943 Tablet Natrium Hidrogen Karbonat
894 Metronidazol 944 Natrium Hidroksida
895 Injeksi Metronidazol 945 Natrium Klorida
896 Tablet Metronidazol 946 Injeksi Natrium Klorida
897 Metronidazol Benzoat 947 Injeksi Ringer
898 Suspensi Oral Metronidazol Benzoat 948 Injeksi Ringer Laktat
899 Midazolam 949 Natrium Lauril Sulfat
900 Injeksi Midazolam 950 Natrium Metabisulfit
901 Mikonazol Nitrat 951 Natrium Nitropusida
902 Krim Mikonazol Nitrat 952 Natrium Nitropusida untuk injeksi
903 Serbuk Topikal Mikonazol Nitrat 953 Natrium Salisilat
- 21 -

954 Natrium Sitrat 999 Tablet Sub Lingual Nitrogliserin


955 Natrium Tetraborat 1000 Norepinefrin Bitartrat
956 Natrium Tiosulfat 1001 Injeksi Norepinefrin Bitartrat
957 Injeksi Natrium Tiosulfat 1002 Noretisteron
958 Neomisin Sulfat 1003 Tablet Noretisteron
959 Salep Mata Neomisin Sulfat dan Polimiksin 1004 Norgestrel
B Sulfat 1005 Nortriptilin Hidroklorida
960 Tetes Mata Neomisin Sulfat dan Polimiksin 1006 Noskapin
B Sulfat 1007 Ofloksasin
961 Salep Mata Neomisin Sulfat, Polimiksin B 1008 Tablet Ofloksasin
Sulfat dan Basitrasin Zink 1009 Oksaliplatin
962 Suspensi Tetes Mata Neomisin Sulfat, 1010 Injeksi Oksaliplatin
Polimiksin B Sulfat dan Deksametason 1011 Oksaliplatin untuk Injeksi
963 Tetes Telinga Neomisin Sulfat, Polimiksin B 1012 Oksigen
Sulfat dan Hidrokortison 1013 Oksigen 93%
964 Neomisin untuk injeksi 1014 Oksimetazolin Hidroklorida
965 Neostigmin Bromida 1015 Tetes Hidung Oksimetazolin Hidroklorida
966 Tablet Neostigmin Bromida 1016 Tetes Mata Oksimetazolin Hidroklorida
967 Neostigmin Metilsulfat 1017 Oksitetrasiklin
968 Injeksi Neostigmin Metilsulfat 1018 Oksitetrasiklin Hidroklorida
969 Nevirapin 1019 Oksitetrasiklin Hidroklorida untuk Injeksi
970 Suspensi Oral Nevirapin 1020 Salep Oksitetrasiklin Hidroklorida dan
971 Tablet Nevirapin Hidrokortison
972 Nifedipin 1021 Salep Oksitetrasiklin Hidroklorida dan
973 Kapsul Nifedipin Polimiksin B Sulfat
974 Tablet Nifedipin 1022 Oksitosin
975 Tablet Lepas Lambat Nifedipin 1023 Injeksi Oksitosin
976 Nikardipin Hidroklorida 1024 Oksprenolol Hidroklorida
977 Injeksi Nikardipin Hidroklorida 1025 Olopatadin Hidroklorida
978 Niketamida 1026 Tetes Mata Olopatadin Hidroklorida
979 Nikotinamida 1027 Omeprazol
980 Tablet Nikotinamida 1028 Kapsul Lepas Tunda Omeprazol
981 Nikotinil Alkohol Tartrat 1029 Tablet Lepas Tunda Omeprazol
982 Nimodipin 1030 Ondansetron Hidroklorida
983 Infus Nimodipin 1031 Injeksi Ondansetron
984 Tablet Nimodipin 1032 Larutan Oral Ondansetron
985 Nistatin 1033 Tablet Ondansetron
986 Krim Nistatin 1034 Orlistat
987 Losio Nistatin 1035 Kapsul Orlistat
988 Salep Nistatin 1036 Paklitaksel
989 Suspensi Oral Nistatin 1037 Injeksi Paklitaksel
990 Tablet Nistatin 1038 Pankreatin
991 Tablet Vaginal Nistatin 1039 Pankuronium Bromida
992 Nitrazepam 1040 Injeksi Pankuronium Bromida
993 Tablet Nitrazepam 1041 Papaverin Hidroklorida
994 Nitrofurantoin 1042 Injeksi Papaverin Hidroklorida
995 Kapsul Nitrofurantoin 1043 Tablet Papaverin Hidroklorida
996 Tablet Nitrofurantoin 1044 Parafin
997 Nitrogliserin Encer 1045 Paraformaldehida
998 Injeksi Nitrogliserin 1046 Parasetamol
- 22 -

1047 Injeksi Parasetamol 1097 Polimiksin B untuk Injeksi


1048 Larutan Oral Parasetamol 1098 Polisorbat 20
1049 Suspensi Oral Parasetamol 1099 Polisorbat 60
1050 Tablet Parasetamol 1100 Polisorbat 80
1051 Tablet Parasetamol dan Kofein 1101 Povidon Iodum
1052 Paromomisin Sulfat 1102 Larutan Topikal Povidon Iodum
1053 Pati Beras 1103 Pravastatin Natrium
1054 Pati Gandum 1104 Tablet Pravastatin Natrium
1055 Pati Jagung 1105 Prazikuantel
1056 Pati Kentang 1106 Tablet Prazikuantel
1057 Pati Singkong 1107 Prazosin Hidroklorida
1058 Pektin 1108 Tablet Prazosin Hidroklorida
1059 Penisilin V 1109 Prednisolon
1060 Tablet Penisilin V 1110 Krim Prednisolon
1061 Pentoksifilin 1111 Tablet Prednisolon
1062 Perak Nitrat 1112 Prednisolon Asetat
1063 Perak Sulfadiazin 1113 Suspensi Tetes Mata Prednisolon Asetat
1064 Krim Perak Sulfadiazin 1114 Prednison
1065 Perfenazin 1115 Tablet Prednison
1066 Tablet Perfenazin 1116 Primakuin Fosfat
1067 Petidin Hidroklorida 1117 Tablet Primakuin Fosfat
1068 Injeksi Petidin Hidroklorida 1118 Probenesid
1069 Pilokarpin Hidroklorida 1119 Tablet Probenesid
1070 Tetes Mata Pilokarpin Hidroklorida 1120 Progesteron
1071 Pilokarpin Nitrat 1121 Prokain Hidroklorida
1072 Tetes Mata Pilokarpin Nitrat 1122 Injeksi Prokain Hidroklorida
1073 Pindolol 1123 Prokain Penisilin G
1074 Pioglitazon Hidroklorida 1124 Prokainamida Hidroklorida
1075 Tablet Pioglitazon 1125 Prometazin Hidroklorida
1076 Piperazin 1126 Injeksi Prometazin Hidroklorida
1077 Piperazin Sitrat 1127 Larutan Oral Prometazin Hidroklorida
1078 Larutan Oral Piperazin Sitrat 1128 Tablet Prometazin Hidroklorida
1079 Tablet Piperazin Sitrat 1129 Prometazin Teoklat
1080 Pirantel Pamoat 1130 Propantelin Bromida
1081 Suspensi Oral Pirantel Pamoat 1131 Propilen Glikol
1082 Pirasetam 1132 Propiliodon
1083 Pirazinamida 1133 Propilparaben
1084 Tablet Pirazinamida 1134 Propiltiourasil
1085 Piridoksin Hidroklorida 1135 Tablet Propiltiourasil
1086 Injeksi Piridoksin Hidroklorida 1136 Propofol
1087 Tablet Piridoksin Hidroklorida 1137 Propranolol Hidroklorida
1088 Piridostigmin Bromida 1138 Injeksi Propranolol Hidroklorida
1089 Tablet Piridostigmin Bromida 1139 Tablet Propranolol Hidroklorida
1090 Pirimetamin 1140 Protamin Sulfat
1091 Piroksikam 1141 Injeksi Protamin Sulfat
1092 Kapsul Piroksikam 1142 Pseudoefedrin Hidroklorida
1093 Tablet Piroksikam 1143 Ramipril
1094 Polietilen Glikol 1144 Tablet Ramipril
1095 Polietilen Glikol 400 1145 Ranitidin Hidroklorida
1096 Polimiksin B Sulfat 1146 Injeksi Ranitidin
- 23 -

1147 Tablet Ranitidin Hidroklorida 1195 Sefazolin


1148 Repaglinida 1196 Injeksi Sefazolin
1149 Tablet Repaglinida 1197 Sefazolin Natrium
1150 Reserpin 1198 Sefazolin untuk Injeksi
1151 Tablet Reserpin 1199 Sefepim Hidroklorida
1152 Resorsinol 1200 Sefepim untuk Injeksi
1153 Ribavirin 1201 Sefiksim
1154 Tablet Ribavirin 1202 Tablet Sefiksim
1155 Riboflavin 1203 Sefiksim untuk Suspensi Oral
1156 Riboflavin Natrium Fosfat 1204 Sefoperazon Natrium
1157 Rifampisin 1205 Injeksi Sefoperazon
1158 Kapsul Rifampisin 1206 Sefoperazon untuk Injeksi
1159 Suspensi Oral Rifampisin 1207 Sefoperazon Natrium dan Sulbaktam
1160 Tablet Rifampisin Natrium untuk Injeksi
1161 Rifampisin untuk Injeksi 1208 Sefotaksim Natrium
1162 Kapsul Rifampisin dan Isoniazid 1209 Injeksi Sefotaksim
1163 Tablet Rifampisin, Isoniazid dan 1210 Sefotaksim untuk Injeksi
Pirazinamida 1211 Sefotiam Hidroklorida
1164 Tablet Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamida 1212 Sefotiam untuk Injeksi
dan Etambutol Hidroklorida 1213 Sefpodoksim Proksetil
1165 Risedronat Natrium 1214 Tablet Sefpodoksim Proksetil
1166 Tablet Risedronat Natrium 1215 Sefprozil
1167 Risperidon 1216 Tablet Sefprozil
1168 Tablet Risperidon 1217 Sefprozil untuk Suspensi Oral
1169 Ritonavir 1218 Sefradin
1170 Tablet Rosuvastatin 1219 Kapsul Sefradin
1171 Rosuvastatin Kalsium 1220 Tablet Sefradin
1172 Sakarin 1221 Sefradin untuk Injeksi
1173 Sakarin Natrium 1222 Sefradin untuk Suspensi Oral
1174 Sakarosa 1223 Seftazidim
1175 Salbutamol 1224 Injeksi Seftazidim
1176 Salbutamol Sulfat 1225 Seftazidim untuk Injeksi
1177 Injeksi Salbutamol 1226 Seftizoksim Natrium
1178 Larutan Oral Salbutamol 1227 Injeksi Seftizoksim
1179 Tablet Salbutamol 1228 Seftizoksim untuk Injeksi
1180 Salisilamida 1229 Seftriakson Natrium
1181 Sefadroksil 1230 Injeksi Seftriakson
1182 Kapsul Sefadroksil 1231 Seftriakson untuk Injeksi
1183 Tablet Sefadroksil 1232 Sefuroksim Aksetil
1184 Sefadroksil untuk Suspensi Oral 1233 Tablet Sefuroksim Aksetil
1185 Sefaklor 1234 Sefuroksim Natrium
1186 Kapsul Sefaklor 1235 Sefuroksim untuk Injeksi
1187 Sefaklor untuk Suspensi Oral 1236 Selenium Sulfida
1188 Sefaleksin 1237 Sertralin Hidroklorida
1189 Sefaleksin Hidroklorida 1238 Tablet Sertralin Hidroklorida
1190 Kapsul Sefaleksin 1239 Setil Alkohol
1191 Tablet Sefaleksin 1240 Setilpiridinium Klorida
1192 Sefaleksin untuk Suspensi Oral 1241 Setirizin Hidroklorida
1193 Sefamandol Nafat 1242 Larutan Oral Setirizin Hidroklorida
1194 Sefamandol Nafat untuk Injeksi 1243 Tablet Setirizin Hidroklorida
- 24 -

1244 Setrimida 1294 Tablet Sulfadiazin


1245 Sianokobalamin 1295 Sulfadimidin
1246 Injeksi Sianokobalamin 1296 Sulfadoksin
1247 Tablet Sianokobalamin 1297 Tablet Sulfadoksin dan Pirimetamin
1248 Siklofosfamida 1298 Sulfamerazin
1249 Tablet Siklofosfamida 1299 Sulfametizol
1250 Siklofosfamida untuk Injeksi 1300 Sulfametoksazol
1251 Sikloserin 1301 Injeksi Sulfametoksazol dan Trimetoprim
1252 Kapsul Sikloserin 1302 Suspensi Oral Sulfametoksazol dan
1253 Siklosporin Trimetoprim
1254 Injeksi Siklosporin 1303 Tablet Sulfametoksazol dan Trimetoprim
1255 Kapsul Siklosporin 1304 Sulfasalazin
1256 Larutan Oral Siklosporin 1305 Tablet Lepas Tunda Sulfasalazin
1257 Silostazol 1306 Sulfasetamida
1258 Tablet Silostazol 1307 Sulfasetamida Natrium
1259 Simetidin 1308 Salep Mata Sulfasetamida Natrium
1260 Tablet Simetidin 1309 Tetes Mata Sulfasetamida Natrium
1261 Simetikon 1310 Sumatriptan
1262 Simvastatin 1311 Sumatriptan Suksinat
1263 Tablet Simvastatin 1312 Talk
1264 Siprofloksasin Hidroklorida 1313 Tamoksifen Sitrat
1265 Siprofloksasin Injeksi 1314 Tablet Tamoksifen Sitrat
1266 Siprofloksasin Tablet 1315 Telmisartan
1267 Siprofloksasin Tetes Mata 1316 Tablet Telmisartan
1268 Siproheptadin Hidroklorida 1317 Tenoksikam
1269 Tablet Siproheptadin Hidroklorida 1318 Teofilin
1270 Sisplatin 1319 Tablet Teofilin
1271 Sisplatin untuk Injeksi 1320 Terazosin Hidroklorida
1272 Sistein Hidroklorida 1321 Tablet Terazosin
1273 Sitarabin 1322 Terbinafin Hidroklorida
1274 Injeksi Sitarabin 1323 Tablet Terbinafin
1275 Sitarabin untuk Injeksi 1324 Terbutalin Sulfat
1276 Sorbitol 1325 Injeksi Terbutalin Sulfat
1277 Spiramisin 1326 Tablet Terbutalin Sulfat
1278 Spironolakton 1327 Testosteron Enantat
1279 Tablet Spironolakton 1328 Injeksi Testosteron Enantat
1280 Spon Gelatin 1329 Testosteron Propionat
1281 Stanozolol 1330 Injeksi Testosteron Propionat
1282 Stavudin 1331 Tetrahidrozolin Hidroklorida
1283 Kapsul Stavudin 1332 Tetrakain
1284 Stavudin untuk Larutan Oral 1333 Tetrakain Hidroklorida
1285 Streptomisin sulfat 1334 Tetes Mata Tetrakain Hidroklorida
1286 Injeksi Streptomisin sulfat 1335 Tetrasiklin
1287 Streptomisin untuk Injeksi 1336 Tetrasiklin Hidroklorida
1288 Sufentanil Sitrat 1337 Kapsul Tetrasiklin Hidroklorida
1289 Injeksi Sufentanil Sitrat 1338 Salep Mata Tetrasiklin Hidroklorida
1290 Sukralfat 1339 Tiamfenikol
1291 Tablet Sukralfat 1340 Tiamin Hidroklorida
1292 Sulbaktam Natrium 1341 Injeksi Tiamin Hidroklorida
1293 Sulfadiazin 1342 Tablet Tiamin Hidroklorida
- 25 -

1343 Tiamin Mononitrat 1382 Valgansiklovir Hidroklorida


1344 Timerosal 1383 Tablet Valgansiklovir
1345 Timolol Maleat 1384 Valsartan
1346 Tetes Mata Timolol Maleat 1385 Tablet Valsartan
1347 Tiokonazol 1386 Vanilin
1348 Tiopental Natrium 1387 Vankomisin Hidroklorida
1349 Tiopental Natrium untuk Injeksi 1388 Vaselin Kuning
1350 Tobramisin 1389 Vaselin Putih
1351 Injeksi Tobramisin 1390 Vekuronium Bromida
1352 Salep Mata Tobramisin 1391 Verapamil Hidroklorida
1353 Tetes Mata Tobramisin 1392 Injeksi Verapamil Hidroklorida
1354 Tobramisin untuk Injeksi 1393 Tablet Verapamil Hidroklorida
1355 Tolbutamida 1394 Vinblastin Sulfat
1356 Tablet Tolbutamida 1395 Vinblastin Sulfat untuk Injeksi
1357 Topiramat 1396 Vinkristin Sulfat
1358 Tablet Topiramat 1397 Injeksi Vinkristin Sulfat
1359 Tragakan 1398 Vinkristin Sulfat untuk Injeksi
1360 Tramadol Hidroklorida 1399 Vinorelbin Tartrat
1361 Injeksi Tramadol Hidroklorida 1400 Injeksi Vinorelbin
1362 Tablet Tramadol Hidroklorida 1401 Vitamin A
1363 Travoprost 1402 Kapsul Vitamin A
1364 Tetes Mata Travoprost 1403 Warfarin Kalium
1365 Triamsinolon 1404 Warfarin Natrium
1366 Tablet Triamsinolon 1405 Tablet Warfarin Natrium
1367 Triamsinolon Asetonida 1406 Xilometazolin Hidroklorida
1368 Injeksi Suspensi Triamsinolon Asetonida 1407 Tetes Hidung Xilometazolin Hidroklorida
1369 Trifluoperazin Hidroklorida 1408 Zidovudin
1370 Tablet Trifluoperazin Hidroklorida 1409 Injeksi Zidovudin
1371 Triheksifenidil Hidroklorida 1410 Kapsul Zidovudin
1372 Tablet Triheksifenidil Hidroklorida 1411 Larutan Oral Zidovudin
1373 Trimetoprim 1412 Tablet Zidovudin
1374 Tablet Trimetoprim 1413 Zink Asetat
1375 Tripelenamin Hidroklorida 1414 Larutan Oral Zink Asetat
1376 Triprolidin Hidroklorida 1415 Zink Klorida
1377 Tropikamida 1416 Zink Oksida
1378 Tetes Mata Tropikamida 1417 Zink Sulfat
1379 Tubokurarin Klorida 1418 Larutan Oral Zink Sulfat
1380 Urea 1419 Tablet Zink Sulfat
1381 Krim Urea 1420 Zink Undesilenat

DAFTAR LAMPIRAN

<11> Baku Pembanding Farmakope Indonesia <71> Uji Sterilitas


<21> Peralatan Volumetrik <81> Desain dan Analisa Penetapan Hayati
<31> Termometer <91> Penetapan Aktivitas Vitamin B12
<41> Timbangan & Anak Timbangan <101> Penetapan Golongan Darah ABO Donor
<51> Uji Batas Mikroba <111> Penetapan Golongan Darah Rh Donor
<61> Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <121> Penetapan Kadar Kalsium Pentotenat
<65> Uji Kinerja Resistensi Indikator Biologi
- 26 -

<131> Penetapan Potensi Antibiotik secara <551> Penetapan Kadar Gula darah
Mikrobiologi <561> Penetapan Kadar Kalsiferol
<141> Penetapan Potensi Fraksi Faktor VIII <571> Penetapan Kadar Kobalamin secara
<151> Penetapan Potensi Fraksi Faktor IX Perunut Radioaktif
<161> Penetapan Potensi Insulin <581> Penetapan Kadar Nitrogen
<171> Penetapan Potensi Streptokinase <591> Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk
<181> Perangkat Infus dan Transfusi Darah
<191> Uji Daya Hipotensif <601> Penetapan Kadar Riboflavin
<201> Uji Endotoksin Bakteri <611> Penetapan Kadar Zink
<211> Uji Hemolisin <621> Penetapan Kadar Sineol
<221> Uji Histamin <631> Penetapan Kadar Steroid
<231> Uji Pirogen <641> Penetapan Kadar Steroid Tunggal
<241> Uji Reaktivitas Biologi secara in-vitro <651> Penetapan Kadar Tiamin
<251> Uji Reaktivitas Biologi secara in-vivo <661> Penetapan Penisilin G
<261> Identifikasi Basa Nitrogen Organik <671> Pengambilan Contoh dan Metode
<271> Identifikasi Tetrasiklin Analisis Simplisia
<281> Identifikasi secara Kromatografi Lapis <711> Titrimetri
Tipis <721> Tutup Elastomerik untuk Injeksi
<291> Uji Identifikasi Umum <731> Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
<301> Penetapan Sisa Pemijaran Imunoserum
<310> Uji batas 4-Aminofenol dalam Sediaan <741> Analisis Termal
Mengandung Parasetamol <751> Bahan Partikulat dalam Injeksi
<311> Uji Batas 4-epianhidrotetrasiklin <761> Beban Renggang Minimum
<315> Uji Batas Aluminium <771> Bobot per Satuan Luas
<321> Uji Batas Arsen <780> Daya Kait jarum Benang Bedah
<331> Uji Batas Besi <781> Daya Renggang Benang Bedah
<342> Uji Batas Etilendioksida dan Dioksan <791> Daya Rekat
<351> Uji Batas Kalsium, Kalium dan Natrium <801> Diameter Benang Bedah
<361> Uji Batas Klorida dan Sulfat <811> Difraksi Sinar-X
<362> Uji Batas Dimetilanilin <821> Elastisitas
<371> Uji Batas Logam Berat <831> Elektroforesis
<381> Uji Batas Raksa <835> Estimasi Distribusi Ukuran Partikel
<391> Uji Batas Selenium dengan Pengayak Analitik
<401> Uji Batas Timbal <841> Identifikasi Serat
<411> Uji Zat Mudah Terarangkan <851> Indeks Pengembangan
<421> Kadar Zink Oksida dalam Massa Perekat <861> Isi Minimum
<431> Kandungan Antiseptik dalam Pembalut <871> Jumlah Benang Per Satuan Panjang
<441> Kandungan Zat Antimikroba <875> Karbon Organik Total
<451> Kapasitas Penetralan asam <881> Kejernihan Larutan
<461> Kelarutan dalam Etanol <891> Kerapatan Serbuk Ruahan dan Serbuk
<471> Cemaran Senyawa Organik Mudah Mampat
Menguap <901> Kesempurnaan Melarut
<481> Cemaran Umum <911> Keseragaman Sediaan
<491> Lemak dan Minyak Lemak <921> Ketahanan terhadap Air
<501> Pembakaran dengan Labu Oksigen <925> Konduktivitas Air
<511> Penetapan Kadar Vitamin A <931> Kromatografi
<521> Penetapan Kadar Antibiotik secara <941> Osmolalitas dan Osmolaritas
Iodometri <951> Panjang Serat
<531> Penetapan Kadar Barbiturat <961> Pelepasan Obat
<541> Penetapan Kadar Garam Basa Nitrogen <971> Penetapan Batas Flokulasi Vaksin dan
Organik Toksin Difteri
- 27 -

<981> Penetapan Bobot Jenis <1221> Uji Daya Serap


<991> Penetapan Bobot per mililiter <1231> Uji Disolusi
<1001> Penetapan Indeks Bias <1241> Uji Salep Mata
<1011> Penetapan Jarak Destilasi <1251> Uji Waktu Hancur
<1021> Penetapan Jarak Lebur atau Suhu Lebur <1261> Volume Terpindahkan
<1031> Penetapan Kadar Air <1271> Wadah
<1041> Penetapan Kadar Etanol <1281> Uji Kinerja Wadah
<1051> Penetapan Kekentalan <1291> Warna dan Akromisitas
<1061> Penetapan Partikel Logam dalam Salep <1301> Zat Larut dalam Air
Mata <1311> Zat Larut dalam Eter
<1071> Penetapan pH <1321> Indikator Biologik untuk Sterilsasi
<1076> Mikroskopik Optik <1331> Pencucian Peralatan Kaca
<1081> Penetapan Rotasi Optik <1341> Pengukuran Warna dengan Instrumen
<1091> Penetapan Sifat Hablur <1342> Penimbangan pada Timbangan Analitik
<1101> Penetapan Suhu Beku <1351> Pertimbangan tentang Stabilitas dalam
<1111> Penetapan Susut Pemijaran Pemberian Obat
<1121> Penetapan Susut Pengeringan <1352> Praktek Laboratorium Mikrobiologi yang
<1131> Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah baik
<1141> Pengayak dan Derajat Halus Serbuk <1353> Prosedur Disolusi: Pengembangan dan
<1151> Permiabilitas Uap Air validasi
<1161> Polarografi <1371> Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan
<1171> Radioaktivitas Kompendia
<1191> Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1381> Validasi Prosedur dalam Farmakope
<1201> Spektrofotometri Massa <1382> Verifikasi Prosedur dalam Farmakope
<1211> Uji Aerosol

MONOGRAFI BARU

1 Air Steril untuk Irigasi 23 Bikalutamida


2 Akarbosa 24 Tablet Bikalutamida
3 Tablet Akarbosa 25 Brinzolamida
4 Amiodaron Hidroklorida 26 Suspensi Tetes Mata Brinzolamida
5 Injeksi Amiodaron Hidroklorida 27 Desogestrel
6 Anastrozol 28 Tablet Desogestrel
7 Tablet Anastrozol 29 Injeksi Diltiazem
8 Aripiprazol 30 Kapsul Lepas Lambat Diltiazem Hidroklorida
9 Tablet Aripiprazol 31 Doksazosin Mesilat
10 Tetes Mata Asam Fusidat 32 Tablet Doksazosin
11 Asam traneksamat 33 Suspensi Oral Domperidon
12 Injeksi Asam traneksamat 34 Donepezil Hidroklorida
13 Tablet Asam traneksamat 35 Tablet Donepezil Hidroklorida
14 Asam Ursodeoksikolat 36 Epirubisin Hidroklorida
15 Kapsul Asam Ursodeoksikolat 37 Injeksi Epirubisin Hidroklorida
16 Asiklovir untuk injeksi 38 Epirubisin Hidroklorida untuk Injeksi
17 Atorvastatin Kalsium 39 Tablet Etinil Estradiol
18 Tablet Atorvastatin Kalsium 40 Fludarabin Fosfat
19 Tablet Betahistin Hidroklorida 41 Fludarabin Fosfat untuk Injeksi
20 Betaksolol Hidroklorida 42 Kapsul Flukonazol
21 Tetes Mata Betaksolol Hidroklorida 43 Fluorometolon
22 Tetes Mata Betametason 44 Suspensi Tetes Mata Fluorometolon
- 28 -

45 Gansiklovir 95 Natrium Fusidat


46 Gansiklovir untuk Injeksi 96 Salep Natrium Fusidat
47 Larutan Oral Haloperidol 97 Tablet Nifedipin
48 Injeksi Hiosin Butilbromida 98 Nikardipin Hidroklorida
49 Tablet Hiosin Butilbromida 99 Injeksi Nikardipin Hidroklorida
50 Ifosfamida 100 Infus Nimodipin
51 Ifosfamida untuk Injeksi 101 Tablet Nimodipin
52 Ioheksol 102 Norepinefrin Bitartrat
53 Injeksi Ioheksol 103 Injeksi Norepinefrin Bitartrat
54 Iopamidol 104 Oksaliplatin
55 Injeksi Iopamidol 105 Injeksi Oksaliplatin
56 Iopromida 106 Oksaliplatin untuk Injeksi
57 Injeksi Iopromida 107 Olopatadin Hidroklorida
58 Irinotekan Hidroklorida 108 Tetes Mata Olopatadin Hidroklorida
59 Injeksi Irinotekan Hidroklorida 109 Paklitaksel
60 Kanamisin Sulfat untuk Injeksi 110 Injeksi Paklitaksel
61 Kandesartan Sileksetil 111 Infus Parasetamol
62 Tablet Kandesartan Sileksetil 112 Perak Sulfadiazin
63 Kapesitabin 113 Krim Perak Sulfadiazin
64 Tablet Kapesitabin 114 Pioglitazon Hidroklorida
65 Injeksi Karboplatin 115 Tablet Pioglitazon
66 Krim Ketokonazol 116 Injeksi Piridoksin Hidroklorida
67 Klobazam 117 Tablet Piridostigmin Bromida
68 Tablet Klobazam 118 Tablet Ramipril
69 Laktulosa Pekat 119 Tablet Ribavirin
70 Larutan Laktulosa 120 Tablet Rifampisin
71 Lamotrigin 121 Tablet Rosuvastatin
72 Tablet Lamotrigin 122 Rosuvastatin Kalsium
73 Leflunomida 123 Injeksi Salbutamol
74 Tablet Leflunomida 124 Larutan Oral Salbutamol
75 Letrozol Sefoperazon Natrium dan Sulbaktam Natrium
125
76 Tablet Letrozol untuk Injeksi
77 Leuprorelin 126 Sefpodoksim Proksetil
78 Leuprorelin untuk Injeksi 127 Tablet Sefpodoksim Proksetil
79 Levetirasetam 128 Sertralin Hidroklorida
80 Tablet Levetirasetam 129 Tablet Sertralin Hidroklorida
81 Infus Levofloksasin 130 Tablet Sianokobalamin
82 Litium karbonat 131 Tetes Mata Siprofloksasin
83 Tablet Litium karbonat 132 Injeksi Sitarabin
84 Tablet Maprotilin Hidroklorida 133 Sukralfat
85 Metilfenidat Hidroklorida 134 Tablet Sukralfat
86 Tablet Lepas Lambat Metilfenidat Hidroklorida 135 Sulfasalazin
87 Injeksi Metoprolol Tartrat 136 Tablet Lepas Tunda Sulfasalazin
88 Metronidazol Benzoat 137 Tablet Teofilin
89 Suspensi Oral Metronidazol Benzoat 138 Terazosin Hidroklorida
90 Midazolam 139 Tablet Terazosin
91 Injeksi Midazolam 140 Terbinafin Hidroklorida
92 Serbuk Topikal Mikonazol Nitrat 141 Tablet Terbinafin
93 Natamisin 142 Tetes Mata Tetrakain Hidroklorida
94 Suspensi Tetes Mata Natamisin 143 Topiramat
- 29 -

144 Tablet Topiramat 153 Vinblastin Sulfat untuk Injeksi


145 Injeksi Tramadol Hidroklorida 154 Vinorelbin Tartrat
146 Travoprost 155 Injeksi Vinorelbin
147 Tetes Mata Travoprost 156 Kapsul Vitamin A
148 Tablet Trifluoperazin Hidroklorida 157 Zink Asetat
149 Urea 158 Larutan Oral Zink Asetat
150 Krim Urea 159 Larutan Oral Zink Sulfat
151 Valgansiklovir Hidroklorida 160 Tablet Zink Sulfat
152 Tablet Valgansiklovir

LAMPIRAN BARU

1 Uji batas 4-Aminofenol dalam Sediaan Mengandung Parasetamol <310>

DAFTAR MONOGRAFI FI V YANG DIHAPUS

1 Akar Ipeka 32 Serbuk Daun Digitalis


2 Akar Pule Pandak 33 Eliksir Deksametason
3 Akar Manis 34 Larutan oral Dekstrometorfan Hidrobromida
4 Ekstrak Akar Manis 35 Dikloksasilin Natrium Steril
5 Larutan Albumin 36 Dikumarol
6 Injeksi Albumin Teriodinasi 125I 37 Etilestrenol
7 Injeksi Albumin Teriodinasi 131I 38 Etisteron
8 Injeksi Albumin Teriodinasi 131I 39 Eugenol
Teragregasi 40 Fenfluramin Hidroklorida
9 Alfa Tokoferol Asetat 41 Tablet Fenfluramin Hidroklorida
10 Aloe 42 Fluklortolon Asetonida
11 Alprenolol Hidroklorida 43 Fraksi Faktor VIII Kering
12 Tablet Alprenolol Hidroklorida 44 Fraksi Faktor IX Kering
13 Aluminium Kalium Sulfat 45 Fraksi Protein Plasma
14 Amantadin Hidroklorida 46 Injeksi Galium 67Ga Sitrat
15 Amfetamin Sulfat 47 Gips Pembalut
16 Injeksi Amfetamin Sulfat 48 Glutetimida
17 Tablet Amfetamin Sulfat 49 Heparin Natrium
18 Amobarbital 50 Injeksi Heparin Natrium
19 Amobarbital Natrium untuk Injeksi 51 Daun Hiosiamus
20 Apomorfin Hidroklorida 52 Ekstrak kering Hiosiamus
21 Asetofenazin Maleat 53 Imunoglobulin Campak
22 Daun Beladona 54 Imunoglobulin Hepatitis B
23 Ekstrak Beladona 55 Imunoglobulin Normal
24 Tablet Ekstrak Beladona 56 Imunoglobulin Rabies
25 Benang Bedah Terabsorpsikan 57 Imunoglobulin Tetanus
26 Benang Bedah Tidak Terabsorbsi 58 Imunoserum Botulinum
27 Injeksi Besi(II) 59 Sitrat 59 Imunoserum Difteri
28 Buah Adas Manis 60 Imunoserum Tetanus
29 Darah 61 Larutan Indium 111In Oksikuinolon
30 Darah Sedikit Plasma 62 Injeksi Indium 111In Pentetat
31 Daun Digitalis 63 Insulin
- 30 -

64 Injeksi Insulin Netral 96 Pembalut Perekat Elastis


65 Kapas Murni 97 Piperazin Adipat
66 Karisoprodol 98 Piperazin Fosfat
67 Tablet Karisoprodol 99 Tablet Piperazin Fosfat
68 Kasa Pembalut 100 Plasma Segar Beku
69 Kasa Pembalut Framisetin 101 Plester Bedah Zink Oksida
70 Kasa Pembalut Klorheksidin 102 Plester Sintetik Permeabel Tidak Ditenun
71 Kliokuinol 103 Larutan protein plasma
72 Larutan Oral Kloramfenikol 104 Rimpang Podofili
73 Kokain Hidroklorida 105 Injeksi Ros Bengal Natrium 131I
74 Kreolin 106 Sel Darah Merah Pekat
75 Kresol 107 Kapsul Sianokobalamin 57Co
76 Kulit Kina 108 Larutan Oral Sianokobalamin 57Co
77 Lanatosida C 109 Streptokinase
78 Magnesium Karbonat Berat 110 Strihnin Nitrat
79 Medazepam 111 Injeksi Talium 201Tl Klorida
80 Daun Menta 112 Temulawak
81 Minyak Anis 113 Tetrasiklin Fosfat Kompleks
82 Minyak Eukalipti 114 Kapsul Tetrasiklin Fosfat Kompleks
83 Injeksi Natrium Fosfat 32P 115 Tuberkulin PPD
84 Kapsul Natrium Iodida 123I 116 Vaksin Basil Calmette-Guerin Beku Kering
85 Larutan Natrium Iodida 123I 117 Vaksin Campak, Hidup
86 Kapsul Natrium Iodida 131I 118 Vaksin Demam Kuning, Hidup
87 Larutan Natrium Iodida 131I 119 Vaksin Difteri dan Tetanus Jerap
88 Injeksi Natrium Iodohipurat 123I 120 Vaksin Difteri, Tetanus dan Pertusis Jerap
89 Injeksi Natrium Iodohipurat 131I 121 Vaksin Hepatitis B Asal Plasma Manusia
90 Injeksi Natrium Kromat 51Cr 122 Vaksin Kolera
91 Injeksi Natrium Perteknetat 99mTc 123 Vaksin Polio Oral, Hidup
92 Oksifenbutazon 124 Vaksin Polisakarida Meningokokus
93 Opium Mentah 125 Vaksin Rabies
94 Opium Serbuk 126 Vaksin Tetanus Jerap
95 Pembalut Krep Katun 127 Vaksin Tifus
KETENTUAN UMUM
- 33 -

KETENTUAN DAN PERSYARATAN Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan tambahan
UMUM farmasi, komponen lain, atau komponen produk jadi
yang judul monografinya tidak mencakup indikasi
Ketentuan Umum dan Persyaratan Umum, untuk sifat-sifat bentuk produk jadi tersebut.
selanjutnya disebut “Ketentuan Umum” menetapkan
pedoman dasar, definisi dan kondisi umum untuk Sediaan resmi adalah produk jadi, produk setengah
penafsiran dan penerapan Farmakope Indonesia. jadi (misalnya suatu padatan steril yang harus dibuat
menjadi larutan jika hendak digunakan) atau produk
Persyaratan Umum yang dinyatakan dalam ketentuan dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang
umum diterapkan untuk semua monografi Farmakope diformulasikan untuk digunakan pasien
Indonesia dan untuk semua lampiran kecuali secara
khusus ditekankan dengan pernyataan “kecuali 2.3 Pengakuan hukum Farmakope Indonesia diakui
dinyatakan lain”. Jika terdapat pengecualian pada secara hukum di Indonesia. Peraturan perundang-
monografi terhadap persyaratan umum atau lampiran, undangan mendukung penerapan Farmakope
maka persyaratan dalam monografi digunakan sebagai Indonesia sebagai standar mutu sesuai dengan
pengganti persyaratan pada ketentuan umum atau Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
lampiran. 2009 tentang Kesehatan Pasal 105 ayat (1) bahwa
sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat
harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia atau
1. JUDUL buku standar lainnya.

Judul lengkap buku ini termasuk suplemennya, adalah


Farmakope Indonesia edisi Enam. Judul tersebut dapat 3. KESESUAIAN DENGAN STANDAR
disingkat menjadi Farmakope Indonesia edisi VI atau
FI VI. Farmakope Indonesia edisi VI menggantikan 3.1 Penggunaan standar Standar untuk suatu
edisi sebelumnya. Jika digunakan istilah FI tanpa monografi Farmakope Indonesia dinyatakan dalam
keterangan lain, selama periode berlakunya ketentuan umum, monografi, dan lampiran. Identitas,
Farmakope Indonesia ini, maka yang dimaksudkan kekuatan, kualitas dan kemurnian bahan ditetapkan
adalah FI VI dan semua suplemennya. Selanjutnya sesuai jenis pengujian, prosedur pengujian, dan
jika disebut Farmakope dalam dokumen ini, yang kriteria keberterimaan yang dinyatakan baik dalam
dimaksud adalah Farmakope Indonesia edisi VI. monografinya, dalam ketentuan umum ataupun dalam
Secara berkala FI VI menerbitkan Suplemen. lampiran, kecuali secara khusus dinyatakan lain.

Standar ketentuan umum, monografi, dan lampiran


2. STATUS “RESMI” DAN PENGAKUAN diberlakukan terhadap bahan tersebut mulai dari
HUKUM proses produksi hingga kedaluwarsa. Spesifikasi
produk dan Cara Pembuatan Obat yang Baik,
Kata “resmi” yang digunakan dalam Farmakope dikembangkan dan diterapkan untuk menjamin
Indonesia ini atau yang merujuk kepadanya, adalah kesesuaian bahan dengan Farmakope hingga batas
sinonim dengan “Farmakope Indonesia”, atau dengan waktu kedaluwarsanya dalam kondisi penyimpanan
“FI”. Pencantuman FI di belakang judul resmi dari yang sesuai, sehingga setiap bahan resmi yang diuji
suatu artikel pada etiket adalah suatu tand bahwa akan memenuhi kesesuaian dengan Farmakope.
artikel tersebut diakui memenuhi standar FI.
Beberapa pengujian, seperti Disolusi dan
2.1 Teks resmi Farmakope terdiri dari monografi, Keseragaman Sediaan, memerlukan banyak satuan uji
lampiran dan ketentuan umum. sehubungan dengan skema pengambilan keputusan.
Pengujian ini, walaupun menggunakan banyak satuan
2.2 Monografi resmi adalah monografi yang uji, sebenarnya merupakan satu penetapan, jangan
tercantum sebagai monografi dalam Farmakope. rancu dengan rencana statistik pengambilan contoh.
Pendekatan prosedur statistik dimaksudkan untuk
Judul yang tercantum dalam monografi dalam bahasa membuat kesimpulan terhadap jumlah kelompok
Indonesia dan bahasa Inggris adalah nama resmi dari satuan yang lebih besar, tetapi dalam semua kasus,
monografi tersebut. Nama-nama yang dianggap pernyataan memenuhi kesesuaian dengan Farmakope
sinonim dengan judul resmi tidak dapat digunakan ditetapkan hanya pada unit yang diuji. Pengulangan,
sebagai pengganti judul resmi. replikasi, pengabaian hasil pencilan data secara
statistik ataupun ekstrapolasi hasil terhadap kelompok
Monografi resmi meliputi bahan resmi dan sediaan uji yang lebih luas, seperti halnya frekuensi yang
resmi. sesuai untuk pengujian bets tidak dinyatakan secara
spesifik dalam Farmakope, melainkan diputuskan
- 34 -

berdasarkan tujuan pengujian. Frekuensi pengujian Beberapa lampiran menyajikan penjelasan suatu jenis
dan sampling ditetapkan sesuai pilihan atau tujuan uji atau teknik analisis. Lampiran ini dapat menjadi
pengujian kesesuaian dan kegunaan lain oleh rujukan lampiran pengujian lain yang mencantumkan
pengguna Farmakope. teknik terkait, prosedur rinci, urutan dan kriteria
keberterimaan.
Pembuatan obat dilakukan sesuai dengan prinsip
dasar Cara Pembuatan Obat yang Baik dengan
menggunakan komponen yang sesuai dengan 5. KOMPONEN MONOGRAFI
rancangan spesifikasi untuk menjamin sediaan akhir
memenuhi persyaratan monografi. 5.1 Rumus molekul Pencantuman rumus molekul
untuk bahan aktif, pada suatu monografi,
dimaksudkan untuk memperlihatkan kadar secara
4. MONOGRAFI DAN LAMPIRAN kimia, seperti disebutkan dalam nama kimia yang
lengkap dan mempunyai kemurnian mutlak (100%).
4.1 Monografi Mencantumkan nama bahan, definisi,
spesifikasi, dan persyaratan lain yang berkaitan 5.2 Bahan tambahan Bahan tambahan yang dianggap
dengan kemasan, penyimpanan dan penandaan. tidak sesuai untuk sediaan resmi, tidak boleh
Spesifikasi dalam monografi meliputi jenis pengujian, digunakan jika: 1) melebihi jumlah minimum yang
prosedur pengujian, dan kriteria penerimaan untuk dibutuhkan untuk menyebabkan efek yang
memastikan identitas, kekuatan, kualitas, dan diharapkan; 2) keberadaannya mengganggu
kemurnian bahan. Untuk ketentuan umum yang ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari
spesifik berkaitan dengan bagian monografi, lihat yang disebutkan dalam sediaan resmi; 3) mengganggu
Komponen monografi. penetapan kadar dan uji-uji lain yang dimaksudkan
untuk penentuan kesesuaian dengan Farmakope.
4.1.1 Penggunaan prosedur uji Tiap monografi
dapat mencantumkan beberapa parameter pengujian, Udara dalam wadah sediaan resmi, bila perlu,
prosedur dan atau kriteria keberterimaan, yang dihilangkan dengan karbondioksida, helium, argon,
mencerminkan variasi bahan dari tiap industri. atau nitrogen, atau campuran gas-gas tersebut. Fungsi
Misalnya tersedia beberapa alternatif untuk bentuk gas tersebut tidak perlu dicantumkan dalam etiket.
polimorf yang berbeda, cemaran, bentuk hidrat dan
disolusi. Monografi menyatakan pengujian, prosedur 5.2.1 Bahan tambahan dan eksipien dalam bahan
dan atau kriteria keberterimaan yang digunakan, dan resmi Bahan resmi hanya boleh mengandung bahan-
penandaan yang dipersyaratkan. bahan tambahan tertentu yang diperbolehkan seperti
tertera pada masing-masing monografi. Nama dan
4.1.2 Kriteria keberterimaan Meliputi kesalahan jumlah bahan tambahan tersebut harus dicantumkan
analisis dari variasi yang tidak bisa dihindari pada saat dalam etiket.
produksi dan formulasi, dan kesalahan yang masih
dapat diterima pada kondisi teknis. Nilai kriteria 5.2.2. Bahan tambahan dan eksipien dalam sediaan
keberterimaan Farmakope bukan merupakan dasar resmi Bahan tambahan dan eksipien yang sesuai
pengakuan bahwa bahan resmi dengan kemurnian seperti bahan antimikroba, bahan dasar farmasetik,
melebihi 100% adalah melebihi kualitas Farmakope. penyalut, perisa, pengawet, penstabil dan pembawa
Sama halnya, ketika bahan disiapkan dengan dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk
persyaratan kondisi yang lebih ketat dari spesifikasi meningkatkan stabilitas, manfaat atau penampilan
monografi tidak menjadi dasar pengakuan bahwa maupun untuk memudahkan pembuatan, kecuali
bahan tersebut melebihi persyaratan Farmakope. dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.

4.2 Lampiran Masing-masing lampiran menetapkan Bahan pewarna dapat ditambahkan dalam sediaan
penomoran yang dicantumkan dalam tanda kurung resmi kecuali sediaan parenteral dan sediaan untuk
setelah judul lampiran (contoh Kromatografi <931>). mata. Bahan tambahan atau eksipien lain yang sesuai
Lampiran terdiri dari : untuk sediaan parenteral, seperti tertera pada Bahan
• Uraian tentang jenis pengujian dan prosedur Tambahan dalam Injeksi.
penetapannya pada masing-masing monografi.
• Informasi umum untuk interpretasi persyaratan Komposisi bahan dasar dan penyiapan sediaan salep
Farmakope. dan supositoria dapat bervariasi untuk
• Uraian umum tentang jenis wadah dan mempertahankan konsistensi dalam kondisi iklim
penyimpanan. yang berbeda, mempertahankan kadar bahan aktif, dan
Jika monografi merujuk pada lampiran, kriteria agar ketersediaan hayati, efek terapi dan keamanan
penerimaan dicantumkan setelah judul lampiran. sediaan terjamin.
- 35 -

Produk setengah jadi yang menyebutkan komposisi menunjukkan aktivitas biologi dalam unit potensi,
secara lengkap, hanya mengandung bahan yang yang mengacu pada baku pembanding yang telah
disebutkan dalam formula, kecuali dinyatakan lain ditetapkan secara resmi.
pada masing-masing monografi. Penyimpangan dalam
proses atau metode pencampuran yang telah Unit potensi biologis didefinisikan oleh World Health
ditetapkan, jika bukan jumlah atau komposisi bahan Organization (WHO) untuk International Biological
tambahan, dapat dilakukan, asalkan menghasilkan Standards and International Biological Reference
sediaan akhir yang memenuhi standar dan mengikuti Preparations dinyatakan sebagai Unit Internasional
proses yang telah ditetapkan. (UI). Monografi mengacu pada satuan yang
dinyatakan dengan Baku Pembanding Farmakope
Jika monografi untuk produk setengah jadi Indonesia sebagai “Unit FI”. Untuk produk biologi,
menyatakan bahwa digunakan sejumlah tertentu unit potensi mengacu pada Unit Internasional.
bahan dalam bentuk kering, bahan tersebut tidak perlu
dikeringkan sebelum digunakan apabila dalam proses 5.6 Senyawa asing dan cemaran Pengujian terhadap
penyiapan sediaan digunakan air atau bahan yang adanya senyawa asing dan cemaran dimaksudkan
mudah menguap. untuk membatasi senyawa tersebut sampai pada
jumlah yang tidak mempengaruhi bahan pada kondisi
5.3 Pemerian dan kelarutan Monografi dapat penggunaan biasa. Pengujian yang tidak tertera pada
mencantumkan informasi pemerian suatu bahan. monografi dan kriteria keberterimaan yang sesuai
Informasi ini secara tidak langsung dapat membantu untuk mendeteksi dan mengendalikan cemaran yang
evaluasi pendahuluan suatu bahan, tetapi tidak merupakan hasil perubahan dari metode pembuatan
dimaksudkan sebagai standar atau uji kemurnian. atau berasal dari sumber eksternal harus dilaksanakan
Kelarutan suatu zat dapat dinyatakan sebagai berikut: sebagai uji tambahan dari yang dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
Jumlah bagian pelarut yang
Istilah kelarutan diperlukan untuk melarutkan Cemaran organik Jika monografi memuat penetapan
1 bagian zat kadar atau uji cemaran organik berdasarkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1 kromatografi selain uji sisa pelarut, dan prosedur
Mudah larut 1 sampai 10 monografi tidak dapat mendeteksi identitas dan
Larut 10 sampai 30 jumlah cemaran dalam bahan yang diketahui, maka
Agak sukar larut 30 sampai 100 harus dinyatakan sebagai cemaran organik.
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000 Cemaran organik yang tidak tercantum pada etiket
Praktis tidak larut lebih dari 10.000 bahan resmi adalah varian standar jika jumlahnya
0,1% atau lebih besar. Total cemaran organik
5.4 Identifikasi Uji di bawah judul Identifikasi pada ditambah cemaran yang dapat diidentifikasi dengan
monografi dimaksudkan sebagai suatu cara untuk metode pada monografi tidak lebih dari 2,0% (seperti
membuktikan bahwa zat mempunyai identitas yang yang tertera pada Cemaran Umum <481>), kecuali
sesuai dengan yang tertera pada etiket. dinyatakan lain dalam monografi.
Uji identifikasi dalam suatu monografi dapat terdiri
dari satu atau lebih prosedur. Ketika uji identifikasi Beberapa kategori bahan aktif berikut ini tidak perlu
dilakukan, semua persyaratan dari prosedur spesifik memenuhi uji persyaratan cemaran organik:
harus terpenuhi. Kegagalan suatu bahan untuk • Produk fermentasi dan turunan semi-sintesisnya
memenuhi persyaratan uji Identifikasi (misalnya tidak • Radiofarmaka
sesuai dengan semua persyaratan prosedur spesifik • Produk biologi
yang merupakan bagian dari uji) menunjukkan adanya • Produk turunan-bioteknologi
ketidaksesuaian dengan etiket dan/atau palsu. • Peptida
• Produk herbal
5.5 Penetapan kadar Penetapan kadar untuk produk • Bahan mentah yang berasal dari tanaman atau
setengah jadi tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi hewan
produk setengah jadi sebelum diserahkan, tetapi Bahan yang diketahui bersifat toksik tidak boleh
berfungsi sebagai uji resmi jika ada pertanyaan atau dinyatakan sebagai cemaran organik.
perdebatan mengenai pemenuhan persyaratan
terhadap standar resmi. 5.7 Uji kinerja Jika uji keseragaman kandungan
Penetapan kadar bahan dan sediaan resmi dilakukan menggunakan metode analisis yang sama
dicantumkan dalam masing-masing monografi. dengan Penetapan kadar, dengan memperhatikan
perbedaan yang dapat diterima pada prosedur
Unit potensi biologi Bahan yang tidak sepenuhnya penyiapan contoh, rata-rata dari semua hasil uji
dapat dikarakterisasi secara kimia atau fisika, perlu
- 36 -

keseragaman kandungan dapat dinyatakan sebagai masing-masing monografi. Jika kandungan air atau
kadar dari sediaan. senyawa mudah menguap mempengaruhi prosedur,
maka lakukan pengeringan bahan sebelum penetapan
5.8 Baku Pembanding FI Baku Pembanding FI seperti tertera pada masing-masing monografi.
adalah senyawa yang telah disetujui keabsahan Istilah “menggunakan zat yang telah dikeringkan” dan
penggunaannya sebagai pembanding dalam pengujian tidak ada penjelasan cara pengeringannya, maka
dan penetapan kadar berdasarkan FI (seperti tertera digunakan cara seperti tertera pada Penetapan Susut
pada Baku Pembanding Farmakope Indonesia <11>). Pengeringan <731> atau metode Gravimetri dalam
Jika suatu pengujian atau penetapan kadar monografi Penetapan Kadar Air <1031>.
perlu menggunakan baku pembanding dan bukan Apabila dinyatakan “keringkan dalam hampa udara
Baku Pembanding FI, maka dapat digunakan baku (pengurangan tekanan) di atas pengering”, maka dapat
pembanding lain yang memenuhi semua persyaratan digunakan desikator hampa, piston pengering hampa
dalam monografi. atau pengering hampa lain yang sesuai.
Penggunaan baku pembanding mengacu pada
petunjuk yang tertera pada sertifikat analisis. Pemijaran sampai bobot tetap Kecuali dinyatakan
lain “Pemijaran sampai bobot tetap” pemijaran harus
dilanjutkan pada suhu 800±25° hingga hasil dua
6. PENGUJIAN DAN PROSEDUR penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari
0,50 mg tiap g zat yang digunakan; penimbangan
6.1 Cara berlaboratorium yang baik Dalam kedua dilakukan setelah pemijaran kembali pada
melaksanakan pengujian, keamanan cara waktu yang sesuai.
berlaboratorium yang baik harus dipatuhi, termasuk
langkah pencegahan, perlengkapan pelindung dan Pengeringan sampai bobot tetap “Keringkan sampai
konsistensi tahapan pengujian bahan kimia dan bobot tetap” berarti pengeringan harus dilanjutkan
prosedur yang digunakan. Sebelum memulai hingga pada perbedaan dua kali penimbangan
pengujian, penguji harus memahami risiko terkait berturut-turut tidak lebih dari 0,50 mg tiap g zat yang
bahan kimia, serta teknik dan cara melindunginya. digunakan; penimbangan kedua dilakukan setelah
Farmakope ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan pengeringan kembali selama waktu yang sesuai.
risiko atau tahapan perlindungan.
6.5 Penyiapan larutan
6.2 Prosedur otomatis Baik prosedur otomatis dan 6.5.1 Penyaringan Jika dalam prosedur dikatakan
manual yang mempunyai prinsip dasar kimia yang “saring” tanpa penjelasan lebih lanjut, cairan disaring
sama dinyatakan setara. menggunakan kertas saring yang sesuai hingga
diperoleh filtrat yang jernih. Karena adanya
6.3 Metode dan prosedur lain Metode dan/atau kemungkinan efek dari kertas saring, sejumlah volume
prosedur lain dapat digunakan jika lebih unggul dalam filtrat awal sebaiknya dibuang.
ketepatan, kepekaan, presisi, selektifitas, atau dapat
disesuaikan terhadap otomatisasi atau penyederhanaan 6.5.2 Larutan Kecuali dinyatakan lain, semua larutan
data menggunakan komputer, atau dalam keadaan dibuat dengan air sebagai pelarut. Larutan untuk
khusus. Prosedur dan metode lain harus divalidasi pengukuran kuantitatif harus dibuat menggunakan zat
sesuai Validasi Prosedur dalam Farmakope <1381> yang ditimbang atau diukur saksama (lihat bagian
dan harus dapat dibuktikan memberikan validitas yang Lebih kurang).
setara atau lebih baik. Apabila prosedur lain, atau Pernyataan “(1 dalam 10)” mempunyai arti 1 bagian
metode alternatif memberikan hasil yang berbeda volume cairan atau 1 bagian bobot zat padat yang
dengan metode Farmakope, maka yang dianggap harus diencerkan atau dilarutkan dalam sejumlah
benar adalah hasil yang menggunakan prosedur pengencer atau pelarut yang sesuai untuk membuat
Farmakope. bagian atau volume akhir 10.
Kecuali dinyatakan lain pernyataan (20:5:2) berarti
6.4 Bahan yang dikeringkan, dipijarkan, anhidrat, campuran beberapa cairan dengan perbandingan
atau bebas pelarut Kecuali dinyatakan lain, semua volume seperti yang disebutkan.
perhitungan dalam Farmakope dilakukan sebagaimana
adanya. 6.5.3 Larutan pereaksi Penjelasan mengenai larutan
pereaksi dapat dilihat pada Larutan pereaksi dalam
Prosedur pengujian dapat menggunakan bahan yang Pereaksi, Indikator dan Larutan. Penggunaan larutan
belum dikeringkan atau dipijarkan dan hasilnya pereaksi lain atau perubahan larutan pereaksi perlu
diperhitungkan terhadap bahan yang dikeringkan, divalidasi.
dipijarkan atau anhidrat, menggunakan faktor yang
diperoleh dari hasil Penetapan Susut Pengeringan,
Sisa Pemijaran atau Kadar Air seperti tertera pada
- 37 -

6.5.4 Larutan indikator Kecuali dinyatakan lain, dari cahaya atau wadah bening yang dilapisi atau
penggunaan larutan indikator dalam suatu prosedur dibungkus agar tidak tembus cahaya.
lebih kurang 0,2 mL atau 3 tetes larutan.
6.8.3 Instrumen Penggunaan instrumen tertentu
6.6 Jumlah sediaan yang dibutuhkan untuk dalam monografi dapat digantikan instrumen lain
pengujian Kecuali dinyatakan lain, sejumlah sediaan dengan prinsip dasar pengoperasian yang sama dan
yang digunakan harus cukup untuk menjamin mempunyai sensitivitas dan ketelitian yang setara atau
kesesuaian hasil pengujian. lebih. Karakteristik ini harus disesuaikan.

Tablet Jika dalam penetapan kadar tablet disebutkan Tabung dan kolom kromatografi Yang dimaksud
“timbang dan serbukkan tidak kurang dari” sejumlah “diameter” adalah diameter dalam.
tablet, berarti tablet yang telah dihitung ditimbang
terlebih dahulu kemudian diserbukkan. Sejumlah Pipa Yang dimaksud “diameter” adalah diameter luar.
serbuk yang digunakan harus ditimbang saksama
karena mewakili seluruh tablet. Tangas Uap Apabila dinyatakan penggunaan tangas
uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas
Kapsul Jika dalam penetapan kadar kapsul disebutkan mengalir. Dapat juga digunakan pemanas lain yang
“Timbang saksama tidak kurang dari sejumlah kapsul. disertai pengatur suhu, hingga suhu setara dengan uap
Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan cangkang panas mengalir.
kapsul dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi
tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah serbuk Tangas Air Kecuali dinyatakan lain, tangas air adalah
kapsul” berarti sejumlah kapsul ditimbang saksama, tangas air yang mendidih secara stabil.
kemudian dibuka secara hati-hati dan isinya
dikeluarkan, cangkang kapsul dibersihkan, digabung,
dan ditimbang saksama. Hitung bobot rata-rata isi 7. HASIL UJI
kapsul. Sejumlah isi kapsul yang digunakan harus
ditimbang saksama karena mewakili seluruh isi 7.1 Interpretasi persyaratan Hasil analisis yang
kapsul. diamati di laboratorium (atau dihitung dari
pengukuran pengujian) dibandingkan dengan kriteria
6.7 Pereaksi Prosedur Farmakope yang valid keberterimaan untuk menentukan kesesuaian bahan
tergantung antara lain dari kualitas pereaksi yang tersebut dengan persyaratan Farmakope.
digunakan. Spesifikasi pereaksi tertera pada Pereaksi,
Indikator dan Larutan. Jika spesifikasi pereaksi tidak Nilai yang dilaporkan, umumnya adalah nilai rata-rata
tercantum, pereaksi yang digunakan harus mempunyai untuk beberapa penetapan secara individual,
mutu yang sesuai untuk tujuan pengujian. Bahan- dibandingkan dengan kriteria keberterimaan. Nilai
bahan yang ada dalam Pereaksi, Indikator dan yang dilaporkan adalah hasil akhir dari prosedur
Larutan, termasuk indikator dan larutan pereaksi, pengukuran yang lengkap, seperti yang telah
tidak boleh digunakan untuk tujuan terapi, sehingga ditetapkan.
dalam etiketnya harus tercantum istilah “pereaksi”
atau “kelas pereaksi”. Jika kriteria keberterimaan dinyatakan secara numerik
melalui spesifikasi batas atas atau batas bawah, nilai
6.8 Peralatan Kecuali dinyatakan lain, spesifikasi yang diterima termasuk nilai batas yang telah
ukuran atau tipe wadah atau perangkat tertentu dalam ditetapkan, tetapi bukan nilai diluar batas. Kriteria
prosedur hanya digunakan sebagai rekomendasi. penerimaan dianggap bermakna sampai angka terakhir
Ukuran atau tipe lain dapat digunakan jika sesuai yang ditampilkan.
dengan penggunaannya.
Kadar nominal dalam rumus Jika ”kadar nominal”
6.8.1 Alat ukur Apabila dinyatakan penggunaan labu telah ditentukan, kadar dihitung berdasarkan yang
tentukur atau alat timbang atau alat ukur jenis lain, tertera pada etiket. Pada prosedur penetapan kadar,
maka dapat digunakan alat ini atau alat ukur lain koreksi air biasanya dinyatakan dalam definisi dan
dengan ketelitian yang setara. pada etiket di Baku Pembanding Farmakope Indonesia
(BPFI). Untuk prosedur lainnya, koreksi untuk
Pipet Apabila dinyatakan penggunaan pipet, dapat pengujian kandungan, potensi, atau keduanya dibuat
digantikan dengan buret yang sesuai. Jika disebutkan terutama untuk penggunaan kadar pada persamaan
pipet, dapat digunakan labu tentukur yang sesuai. yang tertera dalam monografi.
6.8.2 Pelindung cahaya Apabila dinyatakan wadah Kesetaraan dalam prosedur titrimetri Petunjuk untuk
aktinik-rendah atau tidak tembus cahaya, dapat prosedur titrimetri disimpulkan dengan pernyataan
digunakan wadah khusus yang dapat melindungi zat bobot zat yang setara dengan tiap mL titran yang telah
dibakukan. Dalam pernyataan kesetaraan tersebut,
- 38 -

diartikan bahwa jumlah angka bermakna dalam kadar


titran sesuai dengan jumlah angka bermakna pada 8.2 Lebih kurang Pernyataan “Lebih kurang”
bobot zat yang ditetapkan. Jika diperlukan, koreksi menunjukkan kuantitas dalam rentang 10%. Jika
terhadap perhitungan yang didasarkan pada penetapan pengukuran dinyatakan dengan “diukur saksama” atau
blangko dibuat untuk semua penetapan kadar “ditimbang saksama” ikuti pernyataan dalam
titrimetri. Peralatan Volumetri <21> dan Timbangan dan Anak
Timbangan <41>.
7.2 Aturan pembulatan Nilai yang diamati atau yang
dihitung harus dibulatkan ke angka desimal yang telah 8.3 Kadar alkohol Persentase etanol, seperti pada
disepakati batasnya. Angka-angka tersebut tidak boleh judul Kadar Alkohol mengacu pada persentase volume
dibulatkan sampai perhitungan akhir untuk nilai yang C2H5OH pada suhu 15,56º. Jika suatu formula,
dilaporkan. Perhitungan antara (misalnya kemiringan pengujian, atau penetapan untuk alkohol, etil alkohol,
untuk linieritas) dapat dibulatkan untuk tujuan atau etanol, maka digunakan monografi “Etanol”. Jika
pelaporan, tapi nilai asli (yang tidak dibulatkan) harus pembanding menyebutkan “C2H5OH”, maka yang
digunakan untuk perhitungan tambahan lainnya. dimaksud adalah etanol mutlak (100%). Jika prosedur
Kriteria penerimaan adalah nilai yang sudah menyebutkan etanol dehidrat, etanol mutlak, atau
ditetapkan dan tidak dibulatkan. etanol anhidrat, maka yang harus digunakan adalah
monografi “Etanol Mutlak”.
Jika diperlukan pembulatan, pastikan hanya satu
angka pada desimal terakhir. Jika angka lebih kecil 8.4 Bobot atom Bobot atom yang digunakan sebagai
dari lima, maka dihilangkan dan angka sebelumnya dasar perhitungan bobot molekul dan faktor pada
tidak dihilangkan. Jika angka sama atau lebih besar penetapan kadar atau pada bagian lain Farmakope
dari lima, maka dihilangkan dan angka sebelumnya adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh IUPAC
bertambah sebesar satu. Commision on Atomic Weights and Isotopic
Abundances.
Ilustrasi Nilai Pembulatan Numerik
sebagai Perbandingan dengan Persyaratan 8.5 Penetapan blangko Jika diperlukan koreksi
Persyarata Nilai yang Hasil Kesesuaia terhadap suatu penetapan dengan cara penetapan
n belum pembu n blangko, penetapan dilakukan menggunakan pereaksi
Farmakope dibulatka latan yang sama, cara yang sama seperti pada larutan atau
n campuran yang mengandung zat yang ditetapkan,
Batas 97,96% 98,0% Ya tetapi tanpa zat yang ditetapkan.
penetapan 97,92% 97,9% Tidak
kadar 97,95% 98,0% Ya 8.6 Desikator Jika dinyatakan “dalam desikator”
≥ 98,0% menunjukkan penggunaan wadah tertutup rapat
Batas 101,55% 101,6 Tidak dengan ukuran yang sesuai dan desain yang dapat
penetapan 101,46% % Ya mempertahankan kelembaban rendah dengan
kadar 101,45% 101,5 Ya menggunakan pengering yang sesuai seperti kalsium
≤ 101,5% % klorida anhidrat, magnesium perklorat, fosfor
101,5 pentoksida, atau silika gel (seperti tertera pada
% Desikator Hampa).
Uji batas ≤ 0,025% 0,03% Tidak
8.8 Logaritma Yang dimaksud adalah bilangan dasar
0,02% 0,015% 0,02% Ya
10.
0,027% 0,03% Tidak
Uji batas ≤ 3,5 bpj 4 bpj Tidak
8.9 Galur mikroba Harus mengacu dan disebutkan
3 bpj 3,4 bpj 3 bpj Ya
dengan nomor katalognya, misal: ATCC dan harus
2,5 bpj 3 bpj Ya
digunakan secara langsung atau jika disubkultur harus
digunakan tidak lebih dari lima pasase dari galur asli.
8. ISTILAH DAN DEFINISI 8.10 Bobot yang dapat diabaikan Dimaksudkan
bobot yang tidak melebihi 0,50 mg.
8.1 Singkatan
BPFI : Baku Pembanding Farmakope Indonesia 8.11 Bau Pernyataan “tidak berbau”, “praktis tidak
LK : Larutan Kolorimetri berbau”, “berbau khas lemah” atau lainnya, ditetapkan
LP : Larutan Pereaksi dengan pengamatan setelah bahan terkena udara
LV : Larutan Volumetrik yang telah dibakukan sesuai selama 15 menit. Bau yang disebutkan hanya bersifat
dengan petunjuk yang tertera dalam monografi atau deskriptif dari bahan yang bersangkutan.
Pereaksi, Indikator, dan Larutan.
P : Pereaksi
- 39 -

8.12 Persen Digunakan tanpa kualifikasi berarti: Molalitas diberi simbol m, adalah jumlah gram
• Untuk campuran padat dan semi padat, persen b/b molekul zat yang dilarutkan dalam 1 kg pelarut.
• Untuk larutan atau suspensi padatan dalam cairan,
persen b/v Molaritas diberi simbol M, adalah jumlah gram
• Untuk larutan cairan dalam cairan, persen v/v molekul zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga
• Untuk larutan gas dalam cairan, persen b/v volume 1 L.

Sebagai contoh, 1 persen larutan dibuat dengan Normalitas diberi simbol N, adalah jumlah gram
melarutkan 1 g zat padat atau semi padat, atau 1 mL ekuivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga
cairan, dalam pelarut sampai volume 100 mL larutan. volume 1 L.

8.13 Persentase kadar Persentase kadar dinyatakan Satuan bobot dan ukuran serta singkatannya yang
sebagai berikut: sering digunakan dalam Farmakope adalah sebagai
• Persen bobot dalam bobot (b/b) adalah jumlah g zat berikut:
terlarut dalam 100 g larutan
• Persen bobot dalam volume (b/v) adalah jumlah g Unit Simbol Keterangan
zat terlarut dalam 100 mL larutan Panjang
• Persen volume dalam volume (v/v) adalah jumlah meter m
ml zat terlarut dalam 100 mL larutan. sentimeter cm
millimeter mm
8.14 Tekanan Ditentukan menggunakan manometer mikrometer µm Sebelumnya
atau barometer terkalibrasi sesuai dengan tekanan mengacu sebagai
yang diberikan oleh kolom air raksa dari ketinggian mikron
yang ditetapkan. nanometer nm Sebelumnya
digunakan symbol
8.15 Waktu reaksi Kecuali dinyatakan lain, waktu mµ (milimikron)
reaksi adalah 5 menit. Ångström Å Setara 0,1 nm
Bobot
8.16 Bobot jenis Adalah bobot suatu zat di udara pada kilogram kg
suhu 25º dibagi dengan bobot volume air yang setara gram g
pada suhu sama. milligram mg
mikrogram µg mikrogram juga
8.17 Suhu Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di menggunakan
dalam Farmakope dinyatakan dalam derajat Celsius penandaan “mcg”
dan semua pengukuran dilakukan pada suhu 25. Jika pada pembuatan
dinyatakan “suhu ruang terkendali” yang dimaksud resep. sedangkan
adalah suhu antara 15 dan 30. Jika digunakan “panas “gamma” atau “γ”,
sedang” menunjukkan suhu tidak lebih dari 45º. sering dipakai
sebagai penandaan
8.18 Hampa udara Kecuali dinyatakan lain istilah mikrogram dalam
“dalam hampa udara” dimaksudkan kondisi dengan pustaka biokimia.
tekanan udara kurang dari 20 mmHg. nanogram ng
pikogram pg
8.19 Desikator hampa udara Adalah desikator yang dalton Da Juga mengacu pada
dapat mempertahankan kelembaban rendah pada unit massa atom yang
tekanan tidak lebih dari 20 mmHg atau pada tekanan setara dengan 1/12
lain yang ditetapkan dalam monografi. kali massa atom
karbon 12 bebas
8.20 Air kilodalton kDa
Air sebagai bahan dalam produk resmi Sebagai bahan Volume
dalam produk resmi, harus memenuhi persyaratan air liter L 1 L setara dengan
yang sesuai dengan monografi. 1000cm3 (sentimeter
Air dalam prosedur Farmakope Kecuali dinyatakan kubik)
lain, harus digunakan “Air Murni”. Definisi untuk air desiliter dL
yang lainnya tercantum dalam Pereaksi. milliliter mL 1 mL setara dengan 1
cm3, kadang ditulis
8.30 Bobot dan ukuran Bobot dan ukuran yang sebagai cc
digunakan di dalam Farmakope adalah sistem metrik. mikroliter µL
- 40 -

Unit Simbol Keterangan Unit Simbol Keterangan


Suhu acceleration g untuk menyatakan
Celsius °C due to gravity kecepatan sentrifuga
Jumlah bahan revolusi per rpm untuk menyatakan
mol mol Secara historis menit kecepatan sentrifuga
disebut sebagai bobot
molekul atau bobot
atom gram- 9. WADAH DAN PENYIMPANAN
millimol mmol
mikromol µmol 9.1 Penyimpanan pada kondisi yang tidak
femtomol fmol ditentukan Jika tidak ada petunjuk dan pembatasan
ekuivalen Eq Juga mengacu yang khusus pada Wadah dan penyimpanan
sebagai bobot gram monografi atau pada etiketnya, kondisi penyimpanan
ekuivalen. Digunakan harus pada ruang dengan suhu terkendali, terlindung
pada perhitungan dari lembab, dan jika perlu terlindung dari cahaya.
kadar dalam unit Tanpa memperhatikan jumlah, zat tersebut harus
normalitas. terlindung dari lembab, pembekuan, dan suhu
milli ekuivalen mEq berlebih, dan jika perlu terlindung dari cahaya selama
osmol Osmol Tekanan osmotik dari pengangkutan atau distribusi.
larutan yang
ekuivalen dengan 9.2 Wadah Suatu tempat penyimpanan bahan yang
konsentrasi zat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
milliosmol mOsmol bahan. Wadah langsung adalah wadah yang langsung
Tekanan berhubungan dengan bahan sepanjang waktu. Tutup
adalah bagian dari wadah.
paskal Pa
kilopaskal kPa
Sebelum diisi wadah harus bersih. Prosedur
pounds per psi
pencegahan khusus dan pembersihan diperlukan untuk
square inch
menjamin agar tiap wadah bersih dan benda asing
millimeter mmHg setara 133,322 Pa tidak masuk ke dalamnya atau mencemari bahan.
raksa
Unit listrik Wadah dan tutup tidak boleh mempengaruhi bahan
ampere A yang disimpan di dalamnya baik secara kimia maupun
volt V secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan
millivolt mV kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak
hertz Hz Unit frekuensi memenuhi persyaratan resmi.
kilohertz kHz
megahertz MHz Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang
elektron volt eV tertera di Farmakope juga berlaku untuk wadah yang
kilo-elektron keV digunakan dalam penyerahan obat oleh Apoteker.
volt
mega-elektron MeV 9.2.1 Kemasan tahan dirusak Wadah suatu bahan
volt steril yang dimaksudkan untuk pengobatan mata atau
Radiasi telinga, kecuali yang disiapkan segera sebelum
becquerel Bq Unit Standar diserahkan atas dasar resep, harus disegel sedemikian
Internasional untuk rupa hingga isinya tidak dapat digunakan tanpa
aktivitas radionuklida merusak segel.
kilobecquerel kBq
megabecquerel MBq Bahan yang dijual tanpa resep juga harus memenuhi
gigabecquerel GBq persyaratan Kemasan tersegel dan penandaan sesuai
curie Ci Non Unit Standar dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Internasional untuk
aktivitas radionuklida Wadah tidak tembus cahaya Harus dapat melindungi
millicurie mCi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari bahan khusus
microcurie µCi yang mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan
nanocurie nCi melapisi wadah tersebut. Wadah yang bening dan
Lainnya tidak berwarna atau wadah yang tembus cahaya dapat
dibuat tidak tembus cahaya dengan cara memberi
pembungkus yang buram. Dalam hal ini pada etiket
- 41 -

harus disebutkan bahwa pembungkus buram 9.2.9 Wadah satuan ganda Adalah wadah yang
diperlukan sampai isi dari wadah habis diminum atau memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali
digunakan untuk keperluan lain. tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut.
Jika dalam monografi dinyatakan “terlindung
cahaya”, dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan 9.2.10 Wadah dosis ganda Adalah Wadah satuan
dalam wadah tidak tembus cahaya. ganda untuk bahan yang digunakan hanya secara
parenteral.
9.2.2 Wadah tidak tembus cahaya Harus dapat
melindungi isi dari pengaruh cahaya, dibuat dari bahan 9.3 Suhu dan Kelembaban Penyimpanan Beberapa
khusus yang mempunyai sifat menahan cahaya atau monografi mencantumkan ketentuan khusus mengenai
dengan melapisi wadah tersebut. Wadah yang bening suhu dan kelembaban serta distribusi bahan termasuk
dan tidak berwarna atau wadah yang tembus cahaya pengangkutan bahan kepada konsumen (jika data
dapat dibuat tidak tembus cahaya dengan cara stabilitas bahan menunjukkan penyimpanan dan
memberi pembungkus yang buram. Dalam hal ini pada distribusi pada suhu yang lebih rendah atau lebih
etiket harus disebutkan bahwa pembungkus buram tinggi dan kelembaban yang lebih tinggi menyebabkan
diperlukan sampai isi dari wadah habis diminum atau hasil yang tidak diinginkan). Ketentuan tersebut
digunakan untuk keperluan lain. digunakan kecuali jika etiket zat menyatakan suhu
Jika dalam monografi dinyatakan “terlindung penyimpanan yang berbeda berdasarkan data stabilitas
cahaya”, dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan pada formula tersebut. Jika tidak ada petunjuk
dalam wadah tidak tembus cahaya. penyimpanan khusus atau pembatasan pada
monografi, tetapi etiket zat menyatakan suhu
9.2.3 Wadah tertutup baik Harus melindungi isi penyimpanan berdasarkan data stabilitas formula
terhadap masuknya bahan padat dan mencegah tersebut, maka petunjuk penyimpanan pada etiket
kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, tersebut yang berlaku. Kondisi tersebut dijelaskan
penyimpanan dan distribusi. pada istilah-istilah berikut, walaupun untuk penandaan
pada etiket direkomendasikan untuk mencantumkan
9.2.4 Wadah tertutup rapat Harus melindungi isi suhu dimaksud.
terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap
dan mencegah kehilangan, merekat, mencair atau 9.3.1 Lemari pembeku Menunjukkan ruangan
menguapnya bahan selama penanganan, dengan suhu dipertahankan secara termostatik antara
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi, harus -25º dan -10º.
dapat ditutup rapat kembali. Wadah tertutup rapat
dapat diganti dengan wadah tertutup kedap untuk 9.3.2 Dingin Adalah kondisi suhu tidak lebih dari 8,
bahan dosis tunggal. lemari pendingin mempunyai suhu antara 2dan 8.

9.2.5 Wadah tertutup kedap Harus dapat mencegah 9.3.3 Sejuk Adalah kondisi suhu antara 8 dan 15.
menembusnya udara atau gas lain selama penanganan, Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus disimpan
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi. pada suhu sejuk dapat disimpan di dalam lemari
pendingin.
9.2.6 Wadah satuan tunggal Digunakan untuk
produk obat yang dimaksudkan untuk digunakan 9.3.4 Suhu ruang dingin terkendali Adalah suhu
sebagai dosis tunggal yang harus digunakan segera yang dipertahankan secara termostatik antara 2º dan 8º
setelah dibuka. Wadah atau pembungkusnya berdasarkan pengalaman penyimpangan antara 0º dan
sebaiknya dirancang sedemikian rupa hingga dapat 15º selama penyimpanan, pengangkutan dan distribusi
diketahui apabila wadah tersebut pernah dibuka. Tiap hingga rata-rata suhu kinetik tidak lebih dari 8º.
wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang Lonjakan suhu hingga 25º diperbolehkan jika
menyebutkan identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen memberikan keterangan demikian dan
produsen, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa. lonjakan suhu tersebut tidak lebih dari 24 jam kecuali
didukung oleh data stabilitas atau produsen
9.2.7 Wadah dosis tunggal Adalah wadah satuan menyarankan demikian.
tunggal untuk bahan yang hanya digunakan secara
parenteral. Tiap wadah dosis tunggal harus diberi 9.3.5 Suhu Ruang Adalah suhu pada ruang kerja tidak
etiket seperti pada Wadah satuan tunggal. lebih dari 30º.
9.3.6 Suhu Ruang Terkendali Adalah suhu yang
9.2.8 Wadah dosis satuan Adalah wadah satuan dipertahankan secara termostatik antara 20º dan 25º,
tunggal untuk bahan yang digunakan bukan secara dengan toleransi penyimpangan antara 15º dan 30º
parenteral dalam dosis tunggal, langsung dari wadah. hingga rata-rata suhu kinetik tidak lebih dari 25º,
berdasarkan pengalaman di apotek, rumah sakit, dan
- 42 -

gudang. Jika suhu kinetik rata-rata tetap pada rentang


yang diperbolehkan, lonjakan suhu hingga 40º Bahan pada Farmakope ini harus memenuhi
diperbolehkan selama tidak lebih dari 24 jam dengan persyaratan penandaan sesuai dengan peraturan
didukung data stabilitas. perundang-undangan sebagai persyaratan tambahan.

Suhu kinetik rata-rata adalah nilai yang digunakan Jumlah Zat Aktif Per Satuan Dosis Kekuatan obat
sebagai suhu penyimpanan isotermal yang dicantumkan pada etiket wadah dalam mikrogram,
mensimulasikan pengaruh non-isotermal dari miligram, gram atau persen senyawa atau bentuk aktif,
perubahan suhu penyimpanan. kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Nama
senyawa atau bentuk aktifnya dan jumlah
Pada etiket bahan yang harus disimpan di ruang ekuivalensinya dinyatakan pada etiket.
terkendali dapat dicantumkan “disimpan pada suhu
ruang terkendali” atau “disimpan pada suhu hingga Bahan resmi pada kapsul, tablet, atau bentuk sediaan
25º”. lainnya harus diberi etiket untuk menyatakan jumlah
masing-masing zat aktif kecuali satuan dosis larutan
Bahan yang disimpan pada suhu ruang terkendali oral atau suspensi yang disiapkan dalam bentuk cairan
dapat juga disimpan dan didistribusikan pada tempat atau perlu direkonstitusi terlebih dahulu dengan
dengan suhu antara 8º dan 15º, kecuali dinyatakan lain sejumlah pelarut. Etiket harus menyatakan jumlah zat
pada masing-masing monografi atau pada etiket. aktif yang ditentukan pada Volume terpindahkan
<1261>. Sediaan resmi yang tidak dalam bentuk
9.3.7 Hangat Adalah kondisi suhu antara 30º dan 40º. satuan dosis harus diberi etiket yang menyatakan
jumlah masing-masing zat aktif dalam tiap mililiter,
9.3.8 Panas Berlebih Adalah kondisi suhu di atas 40. tiap gram atau dalam persen masing-masing zat aktif
(seperti tertera pada Kadar dalam Persen), kecuali
9.3.9 Perlindungan dari pembekuan Disamping cairan oral atau padatan untuk rekonstitusi, dapat
risiko kerusakan isi, pembekuan zat dapat diberi etiket tiap 5 mililiter cairan rekonstitusi. Kecuali
menghilangkan kekuatan atau potensi, atau merusak dinyatakan lain dalam monografi, kekuatan atau
karakteristik zat, maka pada etiket harus dinyatakan jumlah zat aktif harus dinyatakan dalam satuan metrik
bahwa zat harus terhindar dari pembekuan. (seperti tertera pada Unit potensi biologi).

9.3.10 Tempat Kering Merupakan tempat dengan 9.4.1 Penggunaan desimal nol pada penandaan
kelembaban relatif rata-rata tidak lebih dari 40% pada Untuk meminimalkan kesalahan dalam peracikan dan
suhu ruang terkendali atau sebanding dengan tekanan penggunaan obat, jumlah zat aktif dinyatakan dalam
penguapan air pada suhu lain. Penentuan dapat angka tanpa nilai desimal yang diikuti dengan angka
dilakukan dengan pengukuran langsung pada ruangan nol [contoh: 4 mg (bukan 4,0 mg)].
berdasarkan tidak kurang dari 12 pengukuran yang
mencakup satu musim, satu tahun, atau sesuai data 9.4.2 Penandaan obat dalam bentuk garamnya
periode penyimpanan bahan. Kelembaban relatif dapat Pada prinsipnya semua bahan resmi hanya memiliki
mencapai 45% dengan kelembaban relatif rata-rata satu nama resmi. Untuk menyingkat penulisan dalam
40%. etiket, dan karena kebanyakan simbol kimia garam-
garam organik obat sudah diketahui sebagai sinonim
Penyimpanan dalam wadah yang diinginkan untuk dengan bentuk tulisan, penulisan berikut
melindungi zat dari uap lembab, termasuk diperbolehkan dalam penandaan bahan resmi, yaitu:
penyimpanan dalam bentuk ruahan, dianjurkan untuk HCl untuk hidroklorida, HBr untuk hidrobromida, Na
disimpan di tempat kering. untuk Natrium, dan K untuk kalium. Simbol Na dan K
ditujukan untuk menyingkat nama garam asam
9.4 Penandaan Ditujukan kepada seluruh etiket dan organik, ditulis pada bagian belakang nama zat
tulisan, cetakan, atau grafik yang terdapat pada wadah (contoh: Fenobarbital Na)
langsung bahan atau pada kemasan atau bungkus
lainnya kecuali wadah pemindahan lainnya. Etiket 9.4.3 Penandaan obat yang mengandung vitamin
diartikan sebagai bagian dari penandaan pada wadah Kandungan vitamin pada sediaan resmi harus
langsung. dinyatakan pada etiket dalam satuan metrik per satuan
Wadah pengangkutan yang mengandung zat tunggal, dosis. Jumlah vitamin A, D, dan E dapat dinyatakan
kecuali wadah tersebut juga merupakan wadah juga dalam unit FI. Jumlah vitamin A dinyatakan
langsung atau bagian luar dari kemasan diberi etiket dalam satuan metrik ekuivalen terhadap jumlah retinol
dengan identitas minimum dari produk (kecuali untuk (vitamin A dalam bentuk alkoholnya).
bahan yang dikendalikan) terdiri dari: nomor lot,
waktu kedaluwarsa, kondisi penyimpanan dan 9.4.4 Penandaan sediaan parenteral dan topikal
distribusi. Harus menyatakan semua nama zat yang ditambahkan
- 43 -

(Zat aktif, zat tambahan, eksipien) seperti tertera pada digunakan” dalam etiket wadah dosis ganda, untuk
Bahan tambahan juga harus dicantumkan jumlah atau membatasi penggunaan oleh pasien.
perbandingan, kecuali untuk zat yang ditambahkan
untuk mengatur pH atau isotonis. Pada etiket hanya Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
disebutkan nama dan tujuan penambahan zat tersebut. monografi atau tidak adanya data stabilitas, waktu
Penandaan Sediaan Elektrolit Kadar dan dosis boleh digunakan harus tidak melewati waktu
elektrolit untuk terapi pengganti (contohnya Natrium kedaluwarsa.
Klorida atau Kalium Klorida) harus dinyatakan pada
etiket dalam miliekuivalen (mEq). Etiket juga harus Untuk sediaan padat dan cair non-steril yang dikemas
menyatakan kadar dalam bobot atau persen. dalam wadah satuan tunggal atau satuan dosis, “waktu
boleh digunakan” 1 tahun setelah sediaan ini dikemas
9.4.5 Penandaan etanol Kandungan etanol dalam dalam satuan tunggal atau waktu kedaluwarsa pada
cairan harus dinyatakan pada etiket dalam persen (v/v) kemasan produsen, gunakan mana yang lebih singkat,
C2H5OH. kecuali data stabilitas atau penandaan produsen
menyatakan lain.
9.4.6 Tablet dan kapsul khusus Etiket sediaan
kapsul atau tablet tidak ditujukan untuk ditelan utuh Penyedia obat harus memelihara fasilitas tempat
harus menyatakan cara penggunaan secara jelas. sediaan dikemas dan disimpan, pada suhu kinetik rata-
rata tidak lebih dari 25. Kemasan plastik yang
9.4.7 Waktu Kedaluwarsa Etiket sediaan resmi harus digunakan untuk sediaan harus memberikan
mencantumkan waktu kedaluwarsa. Waktu perlindungan lebih baik dibanding polivinil klorida
kedaluwarsa harus dapat dibaca oleh setiap orang pada yang tidak memberikan perlindungan cukup terhadap
kondisi pemakaian biasa. Waktu kedaluwarsa harus permeasi lembab. Suhu ruang tempat penyimpanan
mudah dimengerti dan ditunjukkan secara jelas sediaan dan kemasan plastik yang digunakan harus
dengan latar belakang yang kontras atau dicetak selalu dicatat.
timbul (contoh: “EXP 6/08”, “Exp.Juni 08”, atau
Expires 6/08”). 9.4.8 Sediaan racikan Etiket wadah atau kemasan
sediaan racikan resmi harus menyatakan “waktu boleh
Monografi beberapa sediaan menyatakan waktu digunakan”. Waktu boleh digunakan adalah batas
kedaluwarsa harus dicantumkan pada etiket. Jika tidak waktu dimana setelah tanggal tersebut sediaan racikan
ada persyaratan khusus pada masing-masing tidak boleh digunakan lagi. Karena sediaan racikan
monografi sediaan, etiket harus menunjukkan waktu ditujukan untuk penyimpanan jangka pendek, waktu
kedaluwarsa pada sediaan dan kemasan tersebut. boleh digunakan dapat ditetapkan berdasarkan kriteria
yang berbeda dengan yang digunakan pada penentuan
Waktu kedaluwarsa menunjukkan jangka waktu bahan waktu kedaluwarsa produk jadi oleh produsen.
tersebut diharapkan memenuhi persyaratan monografi
pada kondisi penyimpanan yang ditetapkan. Waktu Monografi sediaan resmi mencantumkan persyaratan
kedaluwarsa membatasi waktu zat dapat diracik atau “waktu boleh digunakan” yang menyatakan rentang
digunakan. Jika waktu kedaluwarsa hanya dinyatakan waktu setelah disiapkan, disimpan dan dapat
dalam bulan dan tahun, maka waktu kedaluwarsa digunakan.
adalah hari terakhir bulan yang dinyatakan.
Jika tidak ada data stabilitas yang dapat digunakan,
Jika pada bahan resmi dipersyaratkan waktu kecuali dinyatakan lain, gunakan rekomendasi “waktu
kedaluwarsa, bahan tersebut harus diracik sebelum boleh digunakan” maksimum untuk sediaan non-steril
waktu kedaluwarsa yang tertera pada etiket tersebut. yang dikemas pada wadah tertutup rapat, terlindung
Waktu boleh digunakan adalah batas waktu setelah cahaya dan disimpan pada suhu ruang terkendali.
tanggal tersebut sediaan tidak boleh digunakan lagi.
Untuk bahan yang harus dikonstitusi terlebih dahulu,
waktu kedaluwarsa untuk sediaan yang telah
dikonstitusi harus dinyatakan pada etiket.

Untuk semua bentuk sediaan, dalam menentukan masa


simpan yang sesuai oleh pasien, setelah penyerahan
oleh penyedia obat harus diperhitungkan faktor-faktor
tambahan seperti sifat bahan, wadah dari pabrik dan
waktu kedaluwarsa, karakeristik kemasan, jangka
waktu terapi dan kondisi penyimpanan oleh pasien
yang sangat mungkin tidak memenuhi syarat.
Penyedia obat harus mencantumkan “waktu boleh
SEDIAAN UMUM
- 46 -

AEROSOL lain, mengubah bahan ke bentuk fisik yang


Aerosols diinginkan. Secara umum propelan diklasifikasikan
sebagai gas yang dicairkan atau gas dimampatkan;
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas umumnya mempunyai tekanan atau gas
di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik dimampatkan; umumnya mempunyai tekanan uap
yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai lebih besar dari tekanan atmosfer. Menurut definisi
ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian ini propelan meliputi berbagai hidrokarbon,
topikal pada kulit dan juga pemakaian lokal pada khususnya turunan fluoroklorometan dan etan,
hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau hidrokarbon dengan bobot molekut rendah seperti
paru-paru (aerosol inhalasi). butan dan pentan dan gas mampat seperti karbon
Istilah “aerosol” digunakan untuk sediaan dioksida, nitrogen dan nitrosa. Campuran propelan
semprotan kabut tipis dari suatu sistem bertekanan sering digunakan untuk memperoleh karakteristik
tinggi. Tetapi istilah aerosol telah disalah-artikan tekanan, pelepasan dan semprotan yang diinginkan.
pada semua jenis sediaan bertekanan, sebagian Sistem propelan yang baik harus mempunyai tekanan
diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah uap yang tepat sesuai dengan komponen aerosol
padat. Dalam hal Aerosol inhalasi, ukuran partikel lainnya.
obat harus dikontrol dan ukuran rata-rata partikel Katup Fungsi utama katup adalah mengatur aliran
harus lebih kecil dari 5 μm. Sediaan ini juga dikenal zat terapetik dan propelan dari wadah. Karakteristik
sebagai inhaler dosis terukur (lihat Inhalasi). Jenis semprotan aerosol dipengaruhi oleh ukuran, jumlah
aerosol lain dapat mengandung partikel-partikel dan lokasi lubang. Sebagian besar katup aerosol
berdiameter beberapa ratus mikrometer. dirancang untuk penyemprotan yang terus menerus
Komponen-komponen dasar sistem aerosol adalah dan digunakan pada sediaan topikal. Namun, sediaan
wadah, propelan, konsentrat mengandung zat aktif, farmasi untuk inhalasi oral atau inhalasi nasal kering
katup dan penyemprot. Sifat komponen-komponen menggunakan katup dosis terukur yang harus
ini menentukan karakteristik distribusi ukuran memberikan jumlah semprotan seragam jika katup
partikel, keseragaman pelepasan dari katup untuk ditekan. Ketepatan dan keterulangan dosis yang
katup terukur, kecepatan pelepasan, kebasahan dan dilepaskan dari katup terukur umumnya baik,
suhu semprotan, bobot jenis busa atau kekentalan sebanding dengan keseragaman bentuk sediaan padat
cairan. seperti tablet dan kapsul. Tetapi jika kemasan aerosol
tidak disimpan secara baik, atau bila sediaan sudah
Jenis aerosol Aerosol terdiri dari sistem dua fase lama tidak digunakan, fungsi katup harus dipastikan
(gas dan cair) atau sistem tiga fase (gas, cair dan sebelum digunakan. Bahan-bahan yang digunakan
padat atau cair). Sistem dua fase terdiri dari larutan untuk pembuatan katup harus inert terhadap formula
zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk yang digunakan. Komponen katup umumnya plastik,
uap. Pelarut yang digunakan terdiri dari propelan atau karet, aluminium dan baja tahan karat. Katup dosis
campuran propelan dan kosolven seperti etanol, terukur harus melepaskan dosis yang tepat dalam
propilenglikol dan polietilen glikol yang sering batas tertentu.
digunakan untuk menambah kelarutan zat aktif.
Sistem tiga fase terdiri terdiri dari suspensi atau Penyemprot Penyemprot adalah alat yang
emulsi zat aktif dan propelan bentuk uap. Suspensi dilekatkan pada batang katup aerosol yang jika
terdiri dari zat aktif yang dapat didispersikan dalam ditekan atau digerakkan, membuka katup dan
sistem propelan dengan zat tambahan yang sesuai mengatur semprotan yang mengandung obat ke
seperti zat pembasah dan atau bahan pembawa padat daerah yang diinginkan. Penyemprot umumnya
seperti talk dan silika koloidal. menunjukkan arah penyemprotan dan melindungi
Aerosol busa adalah emulsi yang mengandung tangan atau jari dari efek beku propelan. Penyemprot
satu atau lebih zat aktif, surfaktan, cairan menyatu dengan lubang penyemprotan yang ukuran
mengandung air atau tidak mengandung air dan dan bentuknya dapat sangat beragam. Ukuran lubang
propelan. Jika propelan berada dalam fase internal penyemprotan, desain wadah, sifat propelan dan
(misalnya tipe minyak dalam air), akan menghasilkan formulasi mempengaruhi karakteristik fisik
busa stabil, dan jika propelan berada dalam fase semprotan, busa atau aliran partikel padat yang
eksternal (misalnya air dalam minyak), akan dikeluarkan. Untuk aerosol inhalasi atau aerosol oral,
menghasilkan semprotan atau busa yang kurang digunakan penyemprotan yang mampu mengeluarkan
stabil. obat dalam rentang ukuran partikel yang tepat.

Propelan Dalam sistem aerosol propelan memberi Wadah Wadah aerosol biasanya dibuat dari kaca,
tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan plastik atau logam, atau kombinasi bahan-bahan ini.
dari wadah, dan dalam kombinasi dengan komponen Wadah kaca harus dirancang teliti untuk memberikan
- 47 -

keamanan tekanan maksimum dan tahan tekanan. Peringatan Gunakan hanya sesuai petunjuk;
Plastik dapat digunakan untuk melapisi wadah kaca penggunaan salah dengan sengaja menghirup isi
guna meningkatkan karakteristik keamanan atau dapat berbahaya atau berakibat fatal.
untuk melapisi wadah logam guna memperbaiki daya
tahan terhadap korosi dan memperbesar stabilitas
formula. Logam yang sesuai meliputi baja tahan EMULSI
karat, aluminium dan baja yang dilapis timah. Emulsions

Pembuatan Aerosol biasanya dibuat dengan salah Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
satu dari dua proses berikut ini. cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
Pada proses pengisian dengan pendinginan, bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan
konsentrat (umumnya didinginkan sampai suhu fase terdispersi dan larutan air merupakan fase
dibawah 0) dan propelan dingin diukur dengan pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam
wadah terbuka (biasanya didinginkan). Katup air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang
penyemprot kemudian dipasang pada wadah hingga merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan
membentuk tutup kedap tekanan. Selama interval seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini
antara penambahan propelan dan pemasangan katup disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi memiliki
terjadi penguapan propelan yang cukup untuk fase terdispersi biasanya dalam ukuran antara 0,1 dan
mengeluarkan udara dari wadah. 100 µm. Mikroemulsi mempunyai fase terdispersi
Pada metode pengisian dengan tekanan, berukuran kurang dari 0,1 µm. Emulsi dapat
konsentrat ditempatkan dalam wadah, dan propelan distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi
ditekan melalui lubang katup sesudah katup ditutup; yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes
atau propelan dibiarkan mengalir di bawah tutup kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
katup, kemudian katup ditutup (pengisian di bawah fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi
tutup), Pada kedua metode pengisian dengan (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati
tekanan, harus diusahakan agar terjadi pengosongan antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal,
udara dengan alat hampa udara atau dengan dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel
pemindahan menggunakan sejumlah kecil propelan. yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga
pemantauan formulasi yang sesuai dan bobot meningkatkan proses emulsifikasi selama
pengisian propelan serta uji tekanan dan uji pencampuran.
kebocoran pada produk akhir aerosol. Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik
dapat digunakan bersama surfaktan pada emulsi
Penandaan Pada penandaan sediaan aerosol obat minyak dalam air karena akan terakumulasi pada
dicantumkan sekurang-kurangnya peringatan- antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan
peringatan berikut sesuai peraturan yang berlaku. fase air, sehingga mengurangi kecepatan
Peringatan Hindari penghirupan. Jauhkan dari pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya
mata atau selaput lendir lain. diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat
Pernyataan ”Hindari penghirupan” tidak menjadi fase yang banyak butiran dan sedikit tetesan.
diperlukan pada sediaan yang digunakan untuk Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari
inhalasi. kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan
Pernyataan “atau selaput lendir lain” tidak agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin
diperlukan untuk sediaan yang digunakan untuk besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan
selaput lendir. dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim.
Peringatan Isi bertekanan. Wadah jangan ditusuk Tetesan air dalam emulsi air dalam minyak biasanya
atau dibakar. Hindari dari panas atau simpan pada membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang
suhu di bawah 49. Jauhkan dari jangkauan anak- lebih besar.
anak. Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari
Selain peringatan tersebut di atas, penandaan obat cairan yang mudah dituang hingga krim setengah
yang dikemas dalam wadah aerosol yang padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada
mengandung propelan, yang seluruhnya atau suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian
sebagian terdiri dari halokarbon atau hidrokarbon, didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
dicantumkan peringatan berikut sesuai peraturan akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal
yang berlaku. ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase
Peringatan Tidak boleh langsung dihirup, internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi
penghirupan secara sengaja dapat menyebabkan untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya
kematian. krim asam stearat atau krim pembersih adalah
- 48 -

setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat. yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam
karena fase air mempermudah pertumbuhan sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang
dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma
fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa
lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan
diperlukan yang bersifat fungistatik dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin
bahan pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin, homogenitas dan hal ini tertera pada etiket (lihat
dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan Suspensi).
dan gom guar. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, organik yang tersebar merata dalam suatu cairan
sebagai akibat memisahnya bahan antimikroba dari sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase
kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik
mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas sistem (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya
pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago.
Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air,
metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase
dan senyawa amonium kuaterner. pembawa. Sebagai contoh, minyak mineral dapat
dikombinasi dengan resin polietilena untuk
membentuk dasar salep berminyak.
EKSTRAK DAN EKSTRAK CAIR Gel dapat digunakan untuk obat yang
Extracts and Fluidextracts pemberiannya secara topikal atau dimasukkan ke
dalam lubang tubuh.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua IMUNOSERUM
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau Immunosera
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Imunoserum adalah sediaan mengandung
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan
mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. dengan pemurnian. Imunoserum mempunyai
Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara kekuatan khas mengikat venin atau toksin yang
destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan dibentuk oleh bakteri, atau mengikat antigen bakteri,
utama obat sesedikit mungkin terkena panas. antigen virus atau antigen lain yang digunakan untuk
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia, yang pembuatan sediaan.
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai Imunoserum diperoleh dari hewan sehat yang
pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika diimunisasi dengan penyuntikan toksin atau toksoid,
tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, venin, suspensi mikroorganisme atau antigen lain
tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g yang sesuai. Selama imunisasi hewan tidak boleh
simplisia yang memenuhi syarat. diberi penisilin. Imunoglobulin khas diperoleh dari
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan serum yang mengandung kekebalan dengan
dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang pengendapan fraksi dan perlakuan dengan enzim atau
bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh dengan cara kimia atau fisika lain.
memenuhi persyaratan Farmakope. Dapat ditambahkan pengawet antimikroba yang
sesuai dan ditambahkan serba sama bila sediaan
dikemas dalam dosis ganda. Sediaan akhir steril
GEL dibagi secara aseptik dalam wadah steril dan ditutup
Gels kedap untuk menghindari kontaminasi. Alternatif
lain, setelah sediaan dibagikan dalam wadah steril
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan dapat dibekukeringkan untuk mengurangi kadar air
sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat hingga tidak lebih dari 1,0% b/b. Kemudian wadah
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul ditutup kedap dalam hampa udara atau diisi gas
- 49 -

nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain yang sesuai Wadah dan penyimpanan Dalam wadah
sebelum ditutup kedap; pada setiap kasus wadah terlindung dari cahaya. Kecuali dinyatakan lain,
ditutup kedap sedemikian rupa untuk meniadakan sediaan cair harus disimpan pada suhu 2 sampai 8,
kontaminasi. Imunoserum direkonstitusi segera hindari pembekuan.
sebelum digunakan.
Imunoserum yang diperoleh dengan perlakuan Penandaan Pada penandaan tertera: 1) Jumlah
enzim dan pengendapan fraksi paling stabil pada pH minimum unit per ml. 2) Dosis. 3) Tanggal
6. Metode pembuatan imunoserum sedemikian rupa kedaluwarsa. 4) Kondisi penyimpanan. 5) Volume
sehingga kehilangan aktivitas tidak lebih dari 5% per rekonstitusi untuk serbuk kering. 6) Bahan tambahan.
tahun bila disimpan pada pH 6 pada suhu 20 dan 7) Nama spesies sumber imunoserum.
tidak lebih dari 20% per tahun bila disimpan pada
suhu 37.
Imunoserum berupa cairan hampir tidak berwarna IMPLAN
atau berwarna kuning pucat, tidak keruh, dan hampir Implants
tidak berbau kecuali bau pengawet antimikroba yang
ditambahkan. Sediaan kering berupa padatan atau Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa
serbuk warna putih atau kuning pucat, mudah larut padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan
dalam air membentuk larutan tidak berwarna atau kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat
warna kuning pucat, dan mempunyai sifat sesuai dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan
dengan sediaan cair. atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam
Imunoserum, bila perlu direkonstitusi seperti tubuh (biasanya secara subkutan) dengan tujuan
tertera pada label harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh pelepasan obat secara
sebagai berikut: berkesinambungan dalam jangka waktu lama. Implan
ditambahkan dengan bantuan injektor khusus yang
pH <1071> Antara 6,0 sampai 7,0. sesuai atau dengan sayatan bedah. Bentuk sediaan ini
digunakan untuk pemberian hormon seperti
Protein total Tidak lebih dari 17%; lakukan testosteron atau estradiol. Sediaan ini dikemas
penetapan seperti yang tertera pada Penetapan Kadar masing-masing dalam vial atau lembaran kertas
Nitrogen dalam Produk Darah <591> Metode I. timah steril.
Hasil yang diperoleh kalikan 6,25.

Albumin Kecuali dinyatakan lain dalam INHALASI


monografi, jika ditetapkan secara elektroforesis, Inhalations
imunoserum menunjukkan tidak lebih dari sesepora
protein yang mempunyai mobilitas albumin. Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau
suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang
Protein asing Jika ditetapkan dengan uji diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut
pengendapan menggunakan imunoserum khas, hanya untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
mengandung protein galur hewan yang digunakan. Larutan bahan obat dalam air steril atau dalam
larutan natrium klorida untuk inhalasi dapat
Fenol imunoserum yang mengandung fenol disemprotkan menggunakan gas inert. Penyemprot
sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%, lakukan hanya sesuai untuk pemberian larutan inhalasi jika
penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan memberikan tetesan dengan ukuran cukup halus dan
Tambahan dalam Vaksin dan Imunoserum <731>. seragam sehingga kabut dapat mencapai bronkioli.
Semprotan larutan dapat diisap langsung dari alat
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat. Lakukan penyemprot dapat disambungkan pada masker
uji seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi plastik, selubung atau alat pernapasan dengan
invivo <251>. tekanan positif yang terputus-putus.
Kelompok sediaan lain yang dikenal sebagai
Sterilitas Memenuhi syarat seperti yang tertera inhaler dosis terukur adalah suspensi atau larutan
pada Uji Sterilitas <71>. obat dalam gas propelan cair dengan atau tanpa
kosolven dan dimaksudkan untuk memberikan dosis
Potensi Lakukan penetapan potensi dengan obat terukur ke dalam saluran pernapasan. Inhaler
membandingkan terhadap baku menggunakan dosis terukur mengandung dosis ganda, biasanya
metode seperti yang tertera pada masing-masing lebih dari beberapa ratus. Volume dosis tunggal yang
monografi. Hasil dinyatakan dalam unit per ml. umum diberikan mengandung 25 l hingga 100 l
(dapat juga dinyatakan dalam mg) tiap kali semprot.
- 50 -

Serbuk dapat juga diberikan secara inhalasi, volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam
menggunakan alat mekanik secara manual untuk wadah bertanda volume 100 ml atau kurang.
menghasilkan tekanan atau inhalasi yang dalam bagi Definisi sediaan steril untuk penggunaan parenteral
penderita yang bersangkutan. pada umumnya tidak berlaku untuk sediaan biologik
Jenis inhalasi khusus yang disebut inhalan terdiri karena sifat khusus dan persyaratan perizinan.
dari satu atau kombinasi beberapa obat, yang karena
bertekanan uap tinggi, dapat terbawa oleh aliran Zat Pembawa Air Air sebagai zat pembawa
udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek. injeksi memenuhi syarat Uji Pirogen <231>; atau Uji
Wadah obat yang diberikan secara inhalasi disebut Endotoksin Bakteri <201> seperti yang tertera dalam
inhaler. monografi. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
pada umumnya digunakan Air untuk Injeksi sebagai
zat pembawa. Natrium klorida dapat ditambahkan
INJEKSI dalam jumlah sesuai untuk memperoleh larutan
Injections isotonik. Injeksi Natrium Klorida atau Injeksi Ringer
dapat digunakan sebagian atau keseluruhan pengganti
Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan Air untuk Injeksi kecuali dinyatakan lain dalam
untuk penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan monografi. Penggunaan bahan tambahan lain, seperti
eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan yang tertera pada Bahan Tambahan pada bab ini.
dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir
langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan. Zat pembawa lain Minyak tertentu dapat
Sediaan parenteral dibuat dengan teliti mengunakan digunakan sebagai zat pembawa injeksi bukan air
metode yang dirancang untuk menjamin bahwa adalah berasal dari tanaman; tidak berbau atau
sediaan memenuhi persyaratan Farmakope untuk hampir tidak berbau, dan tidak memiliki bau atau rasa
sterilitas, pirogen, bahan partikulat, dan kontaminan tengik. Memenuhi persyaratan uji Parafin Padat
lain dan bila perlu mengandung bahan penghambat seperti tertera pada Minyak Mineral, pada tangas
pertumbuhan mikroba. Injeksi adalah sediaan yang pendingin yang dipertahankan pada suhu 10º,
ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat mempunyai Bilangan Penyabunan antara 185 dan
dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi sediaan 200, Bilangan Iodum antara 79 dan 128 seperti yang
sebelum digunakan. tertera pada Lemak dan Minyak Lemak <491>, dan
memenuhi syarat uji sebagai berikut:
Istilah dan Definisi Istilah berikut Bahan Tak Tersabunkan Lakukan seperti tertera
menggolongkan 5 jenis tipe sediaan parenteral yang pada Lemak dan Minyak Lemak <491>; tidak lebih
umum. Sediaan dapat mengandung dapar, pengawet dari 1,5%.
atau bahan tambahan lain. Asam Lemak Bebas Lakukan seperti tertera pada
1. Injeksi [nama zat aktif]: sediaan cair yang berupa Lemak dan Minyak Lemak <491>; tidak lebih dari
bahan obat atau larutannya; 1,2.
2. [Nama zat aktif] untuk Injeksi : sediaan padat Bilangan Peroksida Lakukan seperti tertera pada
kering atau cairan pekat dengan atau tanpa Lemak dan Minyak Lemak <491>; tidak lebih dari
penambahan bahan pembawa yang sesuai, 5,0.
menghasilkan larutan yang memenuhi persyaratan Kadar Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari
untuk injeksi; 0,1%
3. Injeksi Emulsi [nama zat aktif] : sediaan cair zat Tembaga, besi, timbal dan nikel [Catatan Uji
aktif terlarut atau terdispersi pada media emulsi yang untuk nikel tidak diperlukan jika minyak tidak
sesuai; melalui proses hidrogenasi, atau tidak digunakan
4. Injeksi Suspensi [nama zat aktif] : sediaan cair dari katalis tembaga pada saat pengolahan] Lakukan
padatan tersuspensi pada media cair yang sesuai; seperti tertera pada Logam renik dalam Lemak dan
5. [Nama zat aktif] untuk Suspensi Injeksi: sediaan Minyak Lemak <491> Masing-masing untuk
padat kering yang dengan penambahan pembawa tembaga, besi, timbal dan nikel tidak lebih dari 1 bpj.
yang sesuai menghasilkan larutan yang memenuhi Monogliserida dan digliserida sintetik dari asam
persyaratan untuk suspensi injeksi. lemak dapat digunakan sebagai zat pembawa apabila
berupa cairan dan tetap jernih bila didinginkan pada
Injeksi Volume Besar dan Injeksi Volume Kecil suhu 10º dan mempunyai Bilangan Iodida tidak lebih
Dalam Farmakope, yang dimaksud dengan Larutan dari 140 (lihat Lemak dan Minyak Lemak <491>).
Intravena volume besar adalah injeksi volume besar Bahan pembawa bukan air lain dapat digunakan
dosis tunggal untuk intravena yang dikemas dalam apabila aman pemakaiannya dalam volume injeksi
wadah bertanda volume lebih dari 100 ml. Injeksi yang digunakan. Juga apabila tidak mempengaruhi
- 51 -

efek terapetik sediaan atau mempengaruhi respons komponen dalam volume tertentu, kecuali bahan
pada uji dan penetapan kadar. yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk
membuat larutan isotonik, dapat dinyatakan dengan
Bahan tambahan Bahan tambahan yang sesuai nama dan pernyataan fungsi bahan tersebut, (2) untuk
dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk injeksi sediaan kering atau sediaan yang memerlukan
untuk meningkatkan stabilitas atau efektivitas, pengenceran sebelum digunakan: jumlah tiap
kecuali dinyatakan pada masing-masing monografi, komponen, komposisi pengencer yang dianjurkan
dan bila bahan tambahan tidak berbahaya dalam (nama, bila formula disebutkan dalam masing-masing
jumlah yang digunakan dan tidak mengganggu efek monografi); jumlah cairan pengencer yang
terapetik atau respons pada uji dan penetapan kadar. ditambahkan untuk mendapatkan kadar tertentu dari
Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, kecuali bahan aktif atau volume akhir dari larutan yang
hanya untuk mewarnai sediaan akhir seperti yang diperoleh; cara penyimpanan larutan terkonstitusi;
tertera pada Bahan Tambahan dalam Ketentuan tanggal kedaluwarsa yaitu batas waktu larutan
Umum dan Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba terkonstitusi masih memenuhi syarat potensi seperti
<61>. tertera pada etiket bila disimpan seperti yang
Bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk dianjurkan.
mencegah pertumbuhan mikroba harus ditambahkan Wadah untuk injeksi yang akan digunakan untuk
dalam injeksi yang dikemas dalam wadah dosis dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi dan volume
ganda tanpa memperhatikan metode sterilisasi yang lebih dari 1 liter, diberi penandaan bahwa sediaan
digunakan, kecuali salah satu dari kondisi berikut : tidak digunakan untuk infus intravena.
(1) dinyatakan berbeda dalam masing-masing Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa
monografi; (2) bahan mengandung radionuklida sehingga sebagian wadah tidak tertutup oleh etiket,
dengan waktu paruh fisika kurang dari 24 jam; dan untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.
(3) zat aktif sudah merupakan antimikroba. Beberapa
bahan digunakan dalam kadar untuk mencegah Wadah Untuk Injeksi Wadah untuk sediaan
pertumbuhan atau membunuh mikroba dalam sediaan injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi
injeksi. Bahan tersebut harus memenuhi syarat seperti secara fisika maupun kimia dalam bentuk apapun
tertera pada Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan,
<61>. dan Kandungan Zat Antimikroba <441>. kualitas atau kemurnian di luar persyaratan resmi
Proses sterilisasi tetap dilakukan meskipun dalam kondisi penanganan, pengangkutan,
mengandung bahan tambahan tersebut (lihat Bahan penyimpanan, penjualan dan penggunaannya. Wadah
Tambahan dalam Ketentuan Umum dan Sterilisasi terbuat dari bahan yang dapat mempermudah
Jaminan Sterilitas Bahan Kompendial <1371>). pengamatan terhadap isi. Tipe kaca untuk tiap
Udara dalam wadah dapat dihilangkan atau diganti sediaan parenteral umumnya dinyatakan dalam
dengan gas inert. Bila injeksi sensitif terhadap masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain
oksigen, informasi tersebut harus tertera dalam dalam masing-masing monografi, wadah plastik
penandaan. dapat digunakan untuk pengemasan injeksi seperti
yang tertera pada Wadah <1271>.
Penandaan Pada etiket minimal tertera nama Definisi wadah dosis tunggal dan dosis ganda,
sediaan; pada sediaan cair tertera kandungan obat tertera pada Wadah dalam Ketentuan Umum. Wadah
atau jumlah obat pada volume tertentu, untuk sediaan untuk injeksi memenuhi persyaratan seperti yang
kering tertera jumlah zat aktif; cara penggunaan; tertera pada Wadah <1271>.
kondisi penyimpanan, dan tanggal kedaluwarsa; Wadah ditutup dan disegel dengan berbagai cara
nama dan alamat pabrik pembuat; pengemas atau untuk mencegah kontaminasi atau kehilangan isi.
distributor; identifikasi nomor bets/lot dan nomor Validasi integritas wadah harus menunjukkan tidak
izin edar. Nomor bets/lot harus dapat memberikan ada penetrasi kontaminasi mikroba atau cemaran
informasi tentang riwayat pengemasan spesifik kimia atau fisika. Sebagai tambahan, wadah harus
termasuk proses produksi, pengisian, sterilisasi, dan dapat mempertahankan jumlah total dan jumlah
penandaan. relatif atau kadar dari zat terlarut dan pembawa bila
Bila dalam monografi tertera berbagai kadar zat terpapar kondisi ekstrem pada proses produksi,
aktif dalam sediaan parenteral maka kadar masing- penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi. Penutup
masing komponen disebut dengan nama umum wadah dosis ganda harus memungkinkan
misalnya Injeksi Dekstrosa 5 % atau Injeksi pengambilan isi tanpa membuka atau merusak
Dekstrosa (5%) dan injeksi Natrium Klorida (0,2%). penutup. Penutup harus memungkinkan penetrasi
Penandaan mencakup informasi berikut kecuali oleh jarum suntik dan pada waktu jarum suntik
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi : (1) dicabut, segera menutup untuk melindungi wadah
untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah setiap dari kontaminasi. Validasi integritas wadah dosis
- 52 -

ganda harus termasuk verifikasi seperti pencegah yang dipindahkan dari tiap siring tidak kurang dari
kontaminasi mikroba atau hilangnya isi produk untuk volume dosis yang ditetapkan.
mengantisipasi penusukan berulang pada Larutan intravena volume besar Untuk larutan
penggunaan. intravena, pilih 1 wadah. Pindahkan isi ke dalam
Wadah untuk sediaan padat steril Wadah gelas ukur kering dengan kapasitas volume yang akan
termasuk penutup untuk sediaan padat kering yang diukur tidak kurang dari 40% volume nominal gelas
ditujukan untuk penggunaan parenteral harus tidak ukur. Ukur volume yang dipindahkan. Volume tidak
berinteraksi secara fisika maupun kimia dengan kurang dari volume nominal.
sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau
kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi Pengemasan dan Penyimpanan Volume Injeksi
penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah
dan penggunaannya. tertentu untuk pemakaian parenteral sekali pakai dan
Wadah untuk sediaan padat steril memungkinkan tidak ada yang memungkinkan pengambilan isi dan
penambahan pelarut yang sesuai dan pengambilan pemberian sebesar 1 liter.
sejumlah volume tertentu larutan atau suspensi yang Sediaan untuk pemberian intraspinal, intrasisternal
dihasilkan sedemikian rupa sehingga sterilitas produk atau pemakaian peridural dikemas hanya dalam
dapat dipertahankan. wadah dosis tunggal.
Bila Penetapan kadar dalam monografi Bila tidak dinyatakan lain dalam monografi, tidak
memberikan suatu prosedur untuk penyiapan Larutan ada wadah dosis ganda yang berisi sejumlah volume
uji, pada pengambilan isi keseluruhan dari satu Injeksi yang memungkinkan pengambilan sebesar 30
wadah dosis tunggal menggunakan alat suntik dan ml.
jarum suntik hipodermik, isi harus diambil Injeksi yang dikemas untuk digunakan sebagai
sesempurna mungkin dengan alat suntik hipodermik larutan irigasi, hemofiltrasi, dialisis atau untuk
kering dengan kapasitas tidak lebih dari tiga kali nutrisi secara parenteral dibebaskan dari pembatasan
volume yang akan diambil dan dilengkapi dengan pengemasan di atas. Wadah untuk injeksi yang
jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 dikemas untuk larutan hemofiltrasi atau larutan
cm. Dengan hati-hati keluarkan gelembung udara, irigasi dapat dirancang agar kosong dengan cepat dan
dan masukkan ke dalam wadah untuk pengenceran boleh berisi lebih dari 1 liter.
dan penetapan kadar.
Bahan Asing dan Bahan Partikulat Seluruh
Isi Wadah Setiap wadah injeksi diisi sedikit sediaan yang ditujukan untuk penggunaan parenteral
berlebih dari jumlah yang tertera pada etiket atau harus dibuat sedemikian rupa untuk mendeteksi
volume yang akan diambil. Kelebihan volume yang bahan partikulat seperti yang didefinisikan dalam
dianjurkan dalam tabel yang tertera pada Penetapan Bahan Partikulat Dalam Injeksi <751>. Setiap wadah
Volume Injeksi dalam wadah <1131>, umumnya sediaan parenteral harus diperiksa terhadap
cukup untuk memenuhi volume pengambilan dan kemungkinan adanya bahan asing dan bahan
pemakaian seperti yang tertera pada etiket. partikulat (selanjutnya disebut sebagai “partikulat
visibel”) di dalam isi. Proses pemeriksaan harus
Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah dirancang dan dikualifikasi untuk menjamin bahwa
Suspensi dan emulsi harus dikocok sebelum setiap lot dari seluruh sediaan parenteral bebas dari
pengambilan isi dan sebelum penetapan bobot jenis. partikulat visibel. Setiap wadah yang isinya
Sediaan berminyak dan kental dapat dihangatkan jika menunjukkan adanya partikulat visibel harus ditolak.
perlu, dan kocok kuat, segera keluarkan isinya. Isi Pemeriksaan partikulat visibel dapat dilakukan
kemudian didinginkan pada 20º sampai 25º sebelum dengan pemeriksaan efek kritikal lainnya seperti
pengukuran volume. Sediaan padat steril harus retak atau pecahnya wadah atau segel atau pada saat
direkonstitusi sesuai dengan yang tertera pada etiket karakterisasi penampilan fisik sediaan terliofilisasi.
sebelum mengeluarkan isinya. Kemudian ukur isi Bila sifat isi atau sistem penutup wadah
sesuai prosedur untuk suspensi, emulsi atau larutan. memungkinkan hanya pengawasan terbatas dari isi
Wadah dosis tunggal Memenuhi syarat Penetapan keseluruhan, pengawasan 100% terhadap lot harus
Volume Injeksi dalam Wadah <1131>. dilengkapi dengan pemeriksaan terhadap isi (contoh
Wadah dosis ganda Untuk wadah injeksi dosis pengeringan) atau mengeluarkan isi dari wadah
ganda dengan etiket menyebutkan jumlah dosis (contoh wadah berwarna coklat gelap) dari sebuah
dalam volume tertentu, pilih satu wadah, lakukan lot.
seperti pada Wadah dosis tunggal, menggunakan Semua injeksi volume besar untuk infus dosis
sejumlah siring terpisah berukuran sama dengan tunggal dan injeksi volume kecil harus melalui uji
ukuran disesuaikan volume yang ditetapkan. Volume pengaburan cahaya dan prosedur mikroskopik untuk
bahan partikulat subvisibel seperti tertera pada Bahan
- 53 -

Partikulat dalam Injeksi <751> kecuali dinyatakan KAPSUL


lain dalam masing-masing monografi. Capsules
Larutan untuk injeksi dengan pemberian secara
intramuskular atau subkutan harus memenuhi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari
persyaratan seperti yang tertera pada Bahan obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
Partikulat dalam Injeksi <751>. larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
Kemasan parenteral dengan penandaan khusus dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang
untuk penggunaan sebagai larutan irigasi dan sediaan sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari
radiofarmaka, dikecualikan dari persyaratan seperti nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar
yang tertera pada Bahan Partikulat dalam Injeksi (000). Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran
<751>. Sediaan parenteral yang pada etiket terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada
dinyatakan untuk penggunaan disaring terlebih juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk
dahulu pada tahap akhir sebelum digunakan, memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang
dikecualikan dari persyaratan yang tertera pada memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa
Bahan Partikulat dalam Injeksi <751>, dengan peningkatan diameter. Kapsul gelatin keras terdiri
menyediakan data ilmiah untuk mendukung atas dua bagian, bagian tutup dan induk. Umumnya,
pengecualian ini. ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk, untuk
memberikan penutupan yang baik bila bagian induk
Sterilitas Sediaan untuk injeksi memenuhi dan tutup cangkangnya diletakkan sepenuhnya, yang
persyaratan pada Uji Sterilitas <71>. mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah
diisi, selama transportasi dan penanganan. Penutupan
Larutan Terkonstitusi Pada sediaan padat kering sempurna juga dapat dicapai dengan penggabungan
yang akan dibuat menjadi larutan terkonstitusi untuk bagian tutup dan induk dengan cara pemanasan
injeksi diberi nama sesuai bentuknya [Nama zat langsung atau penggunaan energi ultrasonik. Kapsul
aktif] untuk Injeksi. Untuk menjamin mutu sediaan gelatin keras yang diisi dipabrik dapat ditutup secara
injeksi sebagaimana diberikan, uji yang tidak sempurna dengan cara dilekatkan, suatu proses
merusak sediaan injeksi seperti berikut ini dilakukan dimana lapisan gelatin dioleskan satu kali atau lebih
untuk memperlihatkan kesesuaian larutan di seluruh bagian pelekatan bagian tutup dan induk;
terkonstitusi pada saat sebelum digunakan. atau dengan proses pelekatan menggunakan cairan,
yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan air-
Kesempurnaan melarut dan kejernihan larutan alkohol yang akan merembes ke dalam rongga bagian
Konstitusi larutan seperti yang tertera pada etiket kapsul tutup dan induk yang saling tumpang tindih,
untuk sediaan kering steril. kemudian dikeringkan. Kapsul cangkang keras
A. Sediaan padat larut sempurna, tidak terdapat terbuat dari pati terdiri atas bagian tutup dan induk.
residu yang tampak sebagai bahan tak terlarut. Karena kedua bagian tersebut tidak melekat dengan
B. Kejernihan larutan terkonstitusi harus sama dengan baik, maka bagian-bagian tersebut dilekatkan
secara signifikan dari volume yang sama dengan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari
pengencer atau Air Murni dalam wadah serupa dan pemisahan. Kapsul pati dilekatkan dengan
diperiksa dengan cara yang sama. mengoleskan campuran air-alkohol pada rongga
cangkang tutup, segera sebelum dilekatkan ke
Bahan partikulat Konstitusi larutan seperti yang cangkang induk.
tertera pada etiket untuk sediaan kering steril: larutan Pelekatan kapsul gelatin cangkang keras atau
bebas dari partikel bahan asing yang dapat diamati pelekatan dengan cairan pada kapsul pati cangkang
secara visual. keras meningkatkan keamanan karena kapsul sukar
dibuka tanpa kerusakan nyata dan meningkatkan
stabilitas isi kapsul dengan membatasi masuknya
IRIGASI oksigen. Kapsul bercangkang keras yang diisi di
Irrigations pabrik sering mempunyai warna dan bentuk berbeda
atau diberi tanda untuk mengetahui identitas pabrik.
Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk Pada kapsul seperti ini dapat dicantumkan jumlah zat
mencuci atau membersihkan luka terbuka atau aktif, kode produk dan lain-lain yang dicetak secara
rongga-rongga tubuh. Pemakaiannya secara topikal, aksial atau radial. Tinta cetak kualitas farmasi
tidak boleh digunakan secara parenteral. Pada etiket memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai pigmen
diberi tanda bahwa sediaan ini tidak dapat digunakan dan zat warna yang diizinkan.
untuk injeksi. Dalam praktek pelayanan resep di apotek, kapsul
cangkang keras dapat diisi dengan tangan.
Fleksibilitas ini merupakan kelebihan kapsul
- 54 -

cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet Disintegran dapat ditambahkan ke dalam formulasi
dan kapsul cangkang lunak. Kapsul cangkang keras serbuk untuk memudahkan deagregasi dan dispersi
biasanya terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif gumpalan kapsul dalam saluran cerna. Formulasi
tinggi. Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi serbuk sering dapat dibuat melalui pencampuran
gelatin dari campuran kulit atau tulang sering kering, sedangkan formulasi ruah membutuhkan
digunakan untuk mengoptimalkan kejernihan dan densifikasi dengan teknik rol atau teknik granulasi
kekerasan cangkang. Kapsul cangkang keras dapat lain yang sesuai.
juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat
Kapsul cangkang keras dapat juga mengandung zat dimasukkan ke dalam kapsul cangkang keras, jika
warna yang diizinkan atau zat warna dari berbagai digunakan absorben, seperti magnesium karbonat,
oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, silikon dioksida koloidal, atau zat lain yang sesuai.
bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa Obat-obat yang berkhasiat keras sering dicampur
dan pengawet. Biasanya bahan-bahan ini dengan zat pengencer inert sebelum diisikan ke
mengandung air antara 10% dan 15%. dalam kapsul. Jika dua macam obat yang tak
Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu proses tercampurkan diresepkan bersama, kadang-kadang
dengan cara mencelup pin ke dalam larutan gelatin, dimungkinkan untuk menempatkan salah satunya di
kemudian lapisan gelatin dikeringkan, dirapikan dan dalam kapsul kecil dan menggabungnya dengan
dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk kapsul lebih besar yang berisi obat kedua. Obat-obat
dan tutup dilekatkan. Kapsul pati dibuat dengan yang tak tercampurkan dapat juga dipisahkan dengan
mencetak campuran pati dan air, kemudian kapsul menempatkan pelet atau tablet bersalut, atau kapsul
dikeringkan. Gunakan cetakan terpisah untuk bagian cangkang lunak yang berisi obat pertama ke dalam
tutup dan induk kapsul dan kedua bagian ini dibuat cangkang kapsul sebelum penambahan obat kedua.
secara terpisah. Kapsul kosong disimpan dalam Bahan semipadat tiksotropik dapat dibentuk
wadah tertutup rapat sampai kapsul diisi. Karena dengan cara mengubah obat cair atau zat pembawa
gelatin berasal dari hewan dan pati berasal dari menjadi bentuk gel dengan menggunakan silika
tanaman, maka kapsul ini sebaiknya terlindung dari koloidal atau serbuk polietilen glikol berbobot
sumber pencemaran yang potensial atau kontaminasi molekul tinggi. Berbagai senyawa malam atau lemak
mikroba. dapat digunakan untuk menyiapkan matriks
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan semipadat dengan peleburan.
serbuk, butiran atau granul. Butiran gula inert dapat Kapsul cangkung lunak yang dibuat dari gelatin
dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalut (kadang-kadang disebut gel lunak) atau bahan lain
yang memberikan profil lepas lambat atau bersifat yang sesuai membutuhkan metode produksi skala
enterik. Sebagai alternatif, bahan aktif bentuk pelet besar. Cangkang gelatin lunak sedikit lebih tebal
dan kemudian disalut. Bahan semipadat atau cairan dibanding kapsul cangkang keras dan dapat
dapat juga cairan dimasukkan dalam kapsul, salah diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol,
satu teknik penutupan harus digunakan untuk seperti sorbitol atau gliserin. Perbandingan bahan
mencegah terjadinya kebocoran. plastisasi kering terhadap gelatin kering menentukan
Dalam pengisian kapsul gelatin keras, bagian kekerasan cangkang dan dapat diubah untuk
tutup dan induk cangkang dipisahkan dahulu sebelum penyesuaian dengan kondisi lingkungan dan juga
diisi. Dalam pengisian kapsul pati cangkang keras, sifat isi kapsul. Seperti cangkang keras, komposisi
bagian tutup dan induk cangkang ditempatkan secara cangkang dapat mengandung pigmen atau pewarna
terpisah dan dipasang pada tempat yang berbeda dari yang diizinkan, bahan opak seperti titanium dioksida,
suatu mesin pengisi. Mesin yang menggunakan dan pengawet. Bahan pengharum dapat ditambahkan,
berbagai prinsip dosis dapat digunakan untuk selain itu sukrosa hingga 5% dapat dimasukkan
mengisikan serbuk ke dalam kapsul cangkang keras, sebagai pemanis dan untuk menghasilkan cangkang
tetapi kebanyakan mesin otomatis, membentuk yang dapat dikunyah. Cangkang gelatin lunak
sumbat serbuk dengan cara pengempaan yang umumnya mengandung 6% hingga 13% air. Kapsul
kemudian dilepaskan ke dalam bagian induk kapsul cangkang lunak juga dapat diberi kode produk,
kosong. Umumnya bagian pelengkap mesin ini jumlah zat aktif dan lain-lain dengan cara dicetak.
tersedia untuk berbagai jenis pengisian lain. Umumnya kapsul cangkang lunak diisi dengan
Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan cairan. Khususnya bahan aktif dilarutkan atau
zat pengisi, lubrikan dan glidan pada bahan aktif disuspensikan dalam bahan pembawa cair. Dahulu
untuk mempermudah proses pengisian kapsul. digunakan bahan pembawa minyak seperti minyak
Formulasi dan metode pengisian, terutama derajat nabati; sekarang ini lebih umum digunakan bahan
kepadatan, dapat mempengaruhi laju pelepasan obat. pembawa cair bukan air yang dapat bercampur
Penambahan bahan pembasah pada massa serbuk, dengan air, seperti polietilen glikol berbobot molekul
biasa dilakukan jika bahan aktif bersifat hidrofobik.
- 55 -

lebih rendah, karena mempunyai lebih sedikit ”sustained-release” juga digunakan untuk
masalah ketersediaan hayati. menggambarkan sediaan tersebut. Namun, istilah
Kapsul cangkang lunak tersedia dalam berbagai ”lepas tunda” digunakan dalam persyaratan
bentuk dan ukuran, dan dibentuk, diisi serta Farmakope untuk Pelepasan Obat <961> seperti
dilekatkan dengan menggunakan mesin yang sama; yang tertera pada masing-masing monografi.
khususnya dengan proses berputar, mekipun dapat
juga digunakan suatu proses lempeng atau proses
turun naik. Kapsul cangkang lunak dapat juga KRIM
diproduksi melalui proses gelembung yang Creams
membentuk kapsul sferik tanpa lekukan. Dengan
peralatan yang sesuai, serbuk dan zat padat kering Krim adalah bentuk sediaan setengah padat
lain dapat diisikan ke dalam kapsul cangkang lunak. mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
Kapsul berisi cairan dari setiap jenis kapsul, terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
melibatkan teknologi formulasi yang sama dan secara tradisional telah digunakan untuk sediaan
memberikan keuntungan serta keterbatasan yang setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif
sama. Sebagai contoh, kedua jenis kapsul dapat cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak
memberikan keuntungan dibandingkan kapsul berisi atau minyak dalam air. Sekarang ini batas tersebut
zat kering dan tablet dalam hal keseragaman lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi
kandungan dan disolusi obat. Homogenitas yang minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
lebih besar mungkin terjadi dalam sistem cair, dan asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,
cairan dapat diukur lebih tepat. Disolusi obat yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
mungkin lebih baik karena obat sudah dalam larutan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim
atau paling tidak tersuspensi dalam bahan pembawa dapat digunakan untuk pemberian obat melalui
hidrofilik. Namun, kontak antara cangkang lunak vaginal.
atau keras dengan isi zat cair lebih besar
dibandingkan dengan kapsul berisi serbuk kering, dan
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya LARUTAN
interaksi yang tidak diinginkan. Sifat cairan isi kapsul Solutions
menyebabkan masalah teknologi yang berbeda
dibandingkan kapsul isi zat kering dalam hal uji Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
waktu hancur dan disolusi. Ditinjau dari segi satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal:
formulasi, teknologi dan biofarmasi, kapsul berisi terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
cairan dari jenis kapsul apa saja lebih seragam sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
dibanding kapsul berisi serbuk kering dari jenis Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi
cangkang yang sama. Oleh karena itu untuk secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
penetapan standar resmi dan metode lebih bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
didasarkan pada pertimbangan sifat isi kapsul keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik
dibanding jenis cangkangnya. jika larutan diencerkan atau dicampur.
Sediaan padat secara kimia umumnya lebih stabil
Kapsul lepas tunda dibanding senyawa dalam larutan, dan dapat dikemas
Kapsul dapat disalut atau pada umumnya lebih ringkas dan ringan. Untuk semua larutan,
enkapsulasi granul disalut untuk menghambat terutama yang mengandung pelarut mudah menguap,
pelepasan obat dalam cairan lambung dimana harus digunakan wadah tertutup rapat dan terhindar
penundaan menjadi penting untuk mengurangi dari panas berlebih. Jika senyawa tidak stabil dan
masalah yang potensial yang menyebabkan obat mudah mengalami degradasi secara fotokimia,
diinaktivasi atau iritasi mukosa lambung. Istilah penggunaan wadah tahan cahaya perlu
”lepas tunda” digunakan pada masing-masing dipertimbangkan. Bentuk sediaan larutan
monografi kapsul salut enterik yang ditujukan untuk digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya
menunda pelepasan obat, temasuk uji dan spesifikasi Larutan oral, Larutan topikal, atau penggolongan
untuk Pelepasan Obat <961> seperti yang tertera didasarkan pada sistem pelarut dan zat terlarut seperti
pada masing-masing monografi. Spirit, Tingtur dan Larutan air. Larutan yang
diberikan secara parenteral disebut Injeksi.
Kapsul lepas lambat
Kapsul lepas lambat diformulasi dengan cara Larutan oral larutan oral adalah sediaan cair
tersebut untuk membuat obat tersedia selama periode yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
waktu perpanjangan setelah dikonsumsi. Istilah atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
seperti ”prolonged-action,” ”repeat-action,” dan pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
- 56 -

campuran kosolven-air. Larutan oral dapat Larutan Otik Neomisin dan Polimiksin B Sulfat dan
diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral Larutan Otik Hidrokortison.
kepada pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang
harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan. Larutan Optalmik Seperti tertera pada Sediaan
Penting untuk diketahui bahwa pengenceran larutan Obat Mata.
oral dengan air yang mengandung kosolven seperti
etanol, dapat menyebabkan pengendapan bahan Spirit Spirit adalah larutan mengandung etanol
terlarut. Jika terdapat kosolven, pengenceran larutan atau hidroalkohol dari zat mudah menguap,
pekat perlu berhati-hati. Sediaan zat padat atau umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran
campuran zat padat yang harus dilarutkan dalam bahan. Beberapa spirit digunakan sebagai bahan
pelarut sebelum diberikan secara oral disebut “... pengaroma, yang lain memiliki makna pengobatan.
untuk Larutan Oral”, misalnya : Kalium Klorida Penurunan kadar etanol dalam spirit dengan
untuk Larutan Oral. mencampurkan sediaan yang mengandung air sering
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula menyebabkan kekeruhan.
lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai Sirup. Larutan Spirit harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup tidak tembus cahaya untuk mencegah penguapan dan
atau Sirup Simpleks. Penggunaan istilah sirup juga memperkecil perubahan akibat oksidasi.
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat
dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi Tingtur Tingtur adalah larutan mengandung
oral. etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan
Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol atau senyawa kimia.
tertentu seperti sorbitol atau gliserin dapat digunakan Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak
dalam Larutan oral untuk menghambat penghabluran selalu seragam tetapi bervariasi, sesuai dengan
dan untuk mengubah kelarutan, rasa, dan sifat lain zat masing-masing standar yang telah ditetapkan. Secara
pembawa. Umumnya juga ditambahkan antimikroba tradisional tingtur tumbuhan berkhasiat obat
untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan menunjukkan aktivitas dari 10 g obat dalam tiap 100
ragi. Beberapa Larutan oral tidak mengandung gula, ml tingtur, potensi ditetapkan setelah dilakukan
melainkan bahan pemanis buatan, seperti sorbitol penetapam kadar. Sebagian besar tingtur tumbuhan
atau aspartam, dan bahan pengental seperti gom lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam 100 ml
selulosa. Larutan kental dengan pemanis buatan tingtur.
seperti ini, tidak mengandung gula; dibuat sebagai zat Cara perkolasi Campur dengan hati-hati serbuk
pembawa untuk pemberian obat kepada pasien bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut
diabetes. atau campuan pelarut tertentu secukupnya, hingga
Banyak larutan oral yang mengandung etanol rata dan cukup basah, biarkan selama 15 menit,
sebagai kosolven dinyatakan sebagai Eliksir. Banyak pindahkan ke dalam perkolator yang sesuai, dan
lainnya dinyatakan sebagai larutan oral, juga mampatkan. Tuangkan secukupnya pelarut atau
mengandung etanol dalam jumlah yang berarti. campuran pelarut tertentu sampai terendam
Karena kadar etanol tinggi dapat menimbulkan efek seluruhnya, tutup bagian atas perkolator dan jika
farmakologi jika diberikan secara oral, dapat cairan sudah hampir menetes dari perkolator, tutup
digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen lubang bawah. Perkolasi selama 24 jam atau sesuai
glikol, untuk mengurangi jumlah etanol yang dengan waktu yang tertera pada monografi. Jika
diperlukan. Untuk dapat menyatakan sebagai Eliksir, penetapan kadar tidak dinyatakan lain, lakukan
larutan harus mengandung etanol. perkolasi secara perlahan, atau pada kecepatan yang
telah ditentukan dan secara bertahap tambahkan
Larutan Topikal Larutan Topikal adalah larutan pelarut atau campurkan pelarut secukupnya hingga
yang biasanya mengandung air tetapi seringkali diperoleh 1000 ml tingtur, (untuk menetapkan
mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol, kecepatan aliran, lakukan seperti yang tertera pada
untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Ekstrak dan Ekstrak cair). Jika penetapan kadarnya
Larutan Lidokain Oral Topikal, untuk penggunaan dinyatakan, kumpulkan 950 ml perkolat, dan campur,
pada permukaan mukosa mulut. Istilah Lotio tetapkan kadar terhadap sebagian perkolat seperti
digunakan untuk larutan atau suspensi yang yang dinyatakan. Untuk memperoleh tingtur yang
digunakan secara topikal. memenuhi syarat baku, perlu pengenceran sisa tingtur
dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut
Larutan Otik Larutan Otik adalah larutan yang tertentu yang telah dihitung dari penetapan kadar.
mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan Cara maserasi Maserasi bahan obat dengan 750 ml
bahan pendispersi, untuk penggunaan dalam telinga pelarut atau campuran pelarut tertentu dalam wadah
luar misalnya Larutan Otik Benzokain dan Antipirin, yang dapat ditutup, dan letakkan ditempat hangat.
- 57 -

Diamkan selama 3 hari, sambil sering dikocok atau menyangga, dan atau untuk memberikan daya perekat
hingga terlarut. Pindahkan campuran ke dalam dan daya maserasi, dan memberikan pengobatan jika
penyaring, dan jika sebagian besar dari cairan telah melekat pada kulit. Plester yang mengandung obat,
mengalir keluar, cuci residu pada penyaringan telah lama digunakan untuk pemberian obat secara
dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut lokal atau regional sebagai bentuk dasar pemberian
tertentu secukupnya, kumpulkan filtrat, hingga obat transdermal.
diperoleh 1000 ml tingtur. Plester biasanya menempel pada kulit dengan
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertututp bantuan bahan perekat. Massa perekat harus melekat
rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya pada bahan plastik penyangga dan pada kulit (atau
matahari langsung dan panas yang berlebihan. pembalut) dengan keseimbangan daya lekat yang
tepat. Keseimbangan daya lekat seperti ini
Air aromatik Kecuali dinyatakan lain Air dimaksudkan untuk melepaskan kembali plester,
aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, sehingga bila plester diangkat, permukaan kulit
dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik tempat plester menempel tetap bersih.
atau bahan mudah menguap lain. Bau dan rasanya
mirip dengan obat atau senyawa mudah menguap
yang ditambahkan, dan bebas dari bau empirematik SEDIAAN OBAT MATA
dan bau asing lain. Air aromatik dapat dibuat secara Ophthalmic Preparations
destilasi atau dari larutan senyawa aromatik, dengan
atau tanpa menggunakan bahan pendispersi. Obat mata tersedia dalam berbagai bentuk
Air aromatik perlu disimpan terlindung cahaya sediaan, beberapa diantaranya memerlukan perhatian
dan panas berlebih. khusus.

Salep Salep mata adalah salep yang digunakan


PASTA pada mata. Pada pembuatan salep mata harus
Pastes diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari
bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
Pasta adalah sediaan semipadat yang aseptik yang ketat serta memenuhi syarat Uji
mengandung satu atau lebih bahan obat yang Sterilitas <71>. Bila bahan tertentu yang digunakan
ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara
pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air, biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi
misalnya Pasta Natrium Karboksimetilselulose, syarat Uji Sterilitas <71> dengan pembuatan secara
kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Pasta aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau
Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang
sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan
lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah
tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas bersifat bakteriostatik (lihat Bahan Tambahan seperti
terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap yang tertera pada Uji Salep Mata <1241>). Bahan
sekresi seperti serum; dan mempunyai daya penetrasi obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep
dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Oleh berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep mata harus
karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat
cenderung membentuk kerak, menggelembung atau kebocoran dan partikel logam pada Uji Salep Mata
mengeluarkan cairan. <1241>. Wadah untuk salep mata harus dalam
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
selaput lendir untuk memperoleh efek lokal (misal Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel
pasta gigi Triamsinolon Asetonida). untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi
mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata
PLESTER dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam
Plester jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan
yang tepat.
Plester adalah bahan yang digunakan untuk Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak
pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat digunakan. Beberapa bahan dasar salep yang dapat
melekat pada kulit dan menempel pada pembalut. menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air
Plester dimaksudkan untuk melindungi dan dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan
- 58 -

untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep sehingga tidak terlalu merangsang mata. Dalam
seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang beberapa hal, pH dapat berkisar antara 3,5 dan 8,5.
lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi Beberapa obat, seperti pilokarpin hidroklorida dan
pada mata. epinefrin bitartrat, lebih asam sehingga melebihi
kapasitas dapar air mata. Secara ideal larutan obat
Larutan Larutan obat mata adalah larutan steril, mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama
bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak cukup
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata larut dalam air. Sebagian besar garam alkaloid
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini.
bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan pengawet Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada
(dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan pH mendekati 7,4. Ketidakstabilan ini lebih nyata
kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga pada suhu tinggi yang digunakan pada sterilitasi
dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga. dengan pemanasan. Oleh karena itu sistem dapar
Nilai isotonisitas Cairan mata isotonik dengan harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis
darah dan mempunyai nilai isotonisitas sesuai dengan yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat
larutan natrium klorida P 0,9%. Secara ideal larutan atau mempercepat kerusakan obat.
obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, Pembuatan obat mata dengan sistem dapar
tetapi mata tahan terhadap nilai isotonis rendah yang mendekati pH fisiologis dapat dilakukan dengan
setara dengan larutan natrium klorida P 0,6% dan mencampurkan secara aseptik larutan obat steril
tertinggi setara dengan larutan natrium klorida P dengan larutan dapar steril. Walaupun demikian,
2,0% tanpa gangguan nyata. perlu diperhatikan mengenai kemungkinan
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk berkurangnya kestabilan obat pada pH yang lebih
meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar tinggi, pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selama
bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilan proses pembuatan.
efek obat yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat
seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, digunakan secara terapetik, tidak akan stabil dalam
pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga larutan untuk jangka waktu yang lama. Sediaan ini
rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara. dibeku-keringkan dan direkonstitusikan segera
Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran sebelum digunakan (misalnya Asetikolin Klorida
dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan untuk Larutan Obat Mata).
hipertonik dalam jumlah besar sebagai koliria untuk Sterilisasi Pada larutan yang digunakan untuk
membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan mata yang luka, sterilitas adalah yang paling penting.
obat mata untuk keperluan ini harus mendekati Sediaan steril dalam wadah khusus untuk
isotonik. penggunaan perorangan pada pasien harus tersedia
Pendaparan Banyak Obat, khususnya garam pada setiap rumah sakit atau instalasi lain yang
alkaloid, paling efektif pada pH optimal bagi melakukan perawatan mata karena kecelakaan atau
pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pembedahan mata. Metode untuk mencapai sterilitas
pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, terutama ditentukan oleh sifat sediaan tersebut
sehingga pH harus diatur dan dipertahankan dengan (seperti yang tertera pada Sterilisasi dan Jaminan
penambahan dapar. Salah satu maksud pendaparan Sterilitas Bahan Kompendia <1371>).
larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan Jika memungkinkan, penyaringan dengan
pH yang disebabkan pelepasan lambat ion hidroksil penyaring membran steril secara aseptik merupakan
dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu metode yang lebih baik. Jika dapat ditunjukkan
kelarutan dan stabilitas obat. Penambahan dapar bahwa pemanasan tidak mempengaruhi stabilitas
dalam pembuatan obat mata harus didasarkan pada sediaan, sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan
beberapa pertimbangan tertentu. Air mata normal otoklaf juga merupakan metode yang baik.
memiliki pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis,
kapasitas dapar tertentu. Penggunaan obat mata dapat menyebabkan obat tidak stabil pada suhu
merangsang pengeluaran air mata dan penetralan tinggi.
cepat setiap kelebihan ion hidrogen atau ion hidroksil Penyaringan menggunakan penyaringan bakteri
dalam kapasitas pendaparan air mata. Berbagai obat adalah suatu cara yang baik untuk menghindari
mata seperti garam alkaloid bersifat asam lemah dan pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam
hanya mempunyai kapasitas dapar yang lemah. Jika pemilihan, perakitan dan penggunaan alat-alat.
hanya satu atau dua tetes larutan yang mengandung Sedapat mungkin gunakan penyaring steril sekali
obat tersebut diteteskan pada mata, pendaparan oleh pakai.
air mata biasanya cukup untuk menaikan pH
- 59 -

Pengawet Larutan obat mata dapat dikemas kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam
dalam wadah takaran ganda bila digunakan secara bentuk serbuk. Sebelum digunakan, biasanya serbuk
perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat oral dapat dicampur dengan air minum.
kerusakan pada permukaan mata. Wadah larutan obat Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam
mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sediaan bentuk cair, tidak ditemukan dalam sediaan
sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil dalam suspensi
mengandung zat atau campuan zat sesuai untuk atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri atau granul. Konstitusi sediaan dapat dilakukan oleh
yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka saat apoteker dengan cara menambahkan sejumlah air
digunakan. sebelum diserahkan. Karena sediaan yang sudah
Sedangkan untuk penggunaan pada pembedahan, dikonstitusi ini mempunyai stabilitas yang terbatas,
disamping steril, larutan obat mata tidak boleh harus dicantumkan waktu kedaluwarsa setelah
mengandung bahan antibakteri karena dapat dikonstitusi dan dapat juga dipersyaratkan untuk
menimbulkan iritasi pada jaringan mata. disimpan dalam lemari pendingin.
Bahan pengental Metilselulosa khusus untuk Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi
sediaan farmasi (misal 1% bila kekentalan 25 (Pulveres) atau tidak terbagi (Pulvis). Pada umumnya
sentipois atau 0,25% bila kekentalan 4000 sentipois) serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen.
atau bahan pengental lain yang sesuai seperti Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi
hidroksipropil metilselulosa atau kadang-kadang serbuk dari pengaruh lingkungan dengan melapisi
polivinil alkohol dapat ditambahkan untuk tiap bungkus dengan kertas selofan atau sampul
meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama polietilena.
kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat
dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida,
terlihat. makanan diet dan beberapa analgesik tertentu dan
Suspensi Suspensi obat mata adalah sediaan cair pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh
steril yang mengandung partikel-partikel yang atau penakar lain. Serbuk tidak terbagi lainnya antara
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian lain, serbuk gigi, serbuk tabur. Serbuk tidak terbagi
pada mata seperti yang tertera pada Suspensi. Obat sebaiknya disimpan dalam wadah gelas, bermulut
dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi lebar, tertutup rapat, untuk melindungi pengaruh
agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada atmosfer dan mencegah penguapan senyawa yang
kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan mudah menguap.
bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan. Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk
penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah
Strip Larutan natrium fluoresin harus diracik yang bagian atasnya berlubang halus untuk
dalam wadah dosis tunggal steril atau strip kertas memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya
steril yang diimpregnasi dengan natrium fluoresin. serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat
Kertas akan melepaskan obat dalam jumlah yang halus 100 mesh seperti tertera pada Derajat Halus
cukup untuk keperluan diagnostik bila disentuhkan Serbuk <1141> agar tidak menimbulkan iritasi pada
pada mata yang diperiksa terhadap benda asing atau bagian yang peka.
abrasi kornea. Kontak antara kertas dengan mata
dapat dihindarkan dengan membilas obat dari kertas
ke mata menggunakan air steril atau larutan natrium SUPOSITORIA
klorida steril. Suppositories

Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai


SERBUK bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
Powders vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai
zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Karena sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi,
mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen
sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih polietilen glikol.
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Obat Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat
yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak
- 60 -

coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak Minyak nabati terhidrogenasi dan Lemak padat).
tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu Produk ini dapat dirancang sedemikian hingga dapat
menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada mengurangi terjadinya ketengikan. Selain itu sifat
tempat yang diobati. Polietilen glikol adalah bahan yang diinginkan seperti interval yang sempit antara
dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika suhu melebur dan suhu memadat dan jarak lebur juga
diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik dapat dirancang untuk penyesuaian berbagai
menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar formulasi dan keadaan iklim.
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum.
Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari Supositoria Gelatin Tergliserinasi Bahan obat
bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin
gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, bahan tergliserinasi, dengan menambahkan sejumlah
dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari
menghambat pelepasan. Bahan pembawa berminyak lebih kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan
seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan 10 bagian air.
vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat Supositoria ini harus disimpan dalam wadah
diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35º.
digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat.
Lemak coklat dan penggantinya (lemak keras) lebih Supositoria dengan Bahan Dasar Polietilen
baik untuk menghilangkan iritasi, seperi pada sediaan glikol Beberapa kombinasi polietilen glikol
untuk hemoroid internal. mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu badan
dan biasa digunakan sebagai bahan dasar supositoria.
Supositoria Lemak Coklat Supositoria dengan Karena pelepasan dari bahan dasar lebih ditentukan
bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah
mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit
minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dibanding masalah yang disebabkan oleh jenis
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol
dengan minyak dalam keadaan lebur dan suspensi dengan kadar tinggi dan bobot molekul lebih tinggi
yang dihasilkan didiamkan menjadi dingin di dalam dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga
cetakan. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat menghambat pelepasan. Pada etiket supositoria
ditambahkan untuk mencegah kecenderungan polietilen glikol harus tertera petujuk “Basahi dengan
beberapa obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) air sebelum digunakan”. Meskipun dapat disimpan
melunakkan bahan dasar. Yang penting, supositoria tanpa pendinginan, supositoria ini harus dikemas
meleleh pada suhu tubuh. dalam wadah tertutup rapat.
Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan
lemak coklat, dijelaskan dibawah ini. Supositoria Supositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia
bervariasi dan umumnya lebih berat daripada bobot mendekati polietilen glikol dapat digunakan sebagai
yang disebutkan dibawah ini. bahan pembawa supositoria. Contoh surfaktan ini
Supositoria rektal Supsitoria rektal untuk dewasa adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan
berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan
biasanya berbobot lebih kurang 2 g. dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan
Supositoria vaginal Umumnya berbentuk bulat supositoria lain untuk memperoleh rentang suhu
atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu
dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang keuntungan utama pembawa ini adalah dapat
dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-hati dalam
atau gelatin tergliserinasi. penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan
Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi
harus disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya dengan molekul obat, yang menyebabkan penurunan
pada suhu dibawah 30º (suhu kamar terkendali). aktivitas terapetik.

Pengganti Lemak Coklat Supositoria dengan Supositoria kempa atau Supositoria sisipan
bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai Supositoria vaginal dapat dibuat dengan cara
minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai.
kelapa sawit yang dimodifikasi dengan esterifikasi, Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin
hidrogenasi dan fraksionasi dengan esterifikasi, lunak.
hidrogenasi dan fraksionasi hingga diperoleh
berbagai komposisi dan suhu lebur (misalnya:
- 61 -

SUSPENSI suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma


Suspensions termasuk dalam kategori ini.

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung Suspensi topikal Suspensi topikal adalah sediaan
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair mengandung partikel padat yang terdispersi
cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
adalah sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang
termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam
seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. kategori ini.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan,
sedangkan yang lain berupa campuran padat yang Suspensi tetes telinga Suspensi tetes telinga
harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga
Istilah susu kadang-kadang digunakan untuk suspensi bagian luar.
dalam pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk pemakaian oral, seperti Susu Suspensi optalmik Seperti tertera pada Sediaan
Magnesia. Istilah Magma sering digunakan untuk Obat Mata.
menyatakan suspensi zat padat anorganik dalam air
seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai
kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang SALEP
menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi Ointments
tiksotropik seperti Magma Bentonit. Istilah Lotio
banyak digunakan untuk golongan suspensi topikal Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan
dan emulsi untuk pemakaian pada kulit seperti Lotio untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
Kalamin. Beberapa suspensi dibuat steril dan dapat lendir.
digunakan untuk injeksi, juga untuk sediaan mata dan Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
telinga. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa
suspensi yang siap digunakan atau yang hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang
dikonstitusikan dengan jumlah air untuk injeksi atau dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air.
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep
tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan tersebut.
intratekal.
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan Dasar salep hidrokarbon Dasar salep ini dikenal
cara tertentu harus mengandung zat antimikroba yang sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih
sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen
dan jamur seperti yang tertera pada Emulsi dengan berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini
beberapa pertimbangan penggunaan pengawet dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
antimikroba juga berlaku untuk suspensi. Sesuai obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan
mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak
Pengendapan seperti ini dapat mempermudah mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi lama.
kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat Dasar salep serap Dasar salep serap ini dapat
yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri
bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
poliol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah membentuk emulsi air dalam minyak (Parafin
bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok
digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang
yang merata dalam pembawa, hingga menjamin dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga
disimpan dalam wadah tertutup rapat. bermanfaat sebagai emolien.

Suspensi oral Suspensi oral adalah sediaan cair Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, Salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim” (lihat
dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa Cremores). Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat
- 62 -

dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit sudah jarang digunakan. Tablet hipodermik adalah
atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah
dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi melarut atau melarut sempurna dalam air, dulu
lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi
Dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar hipodermik. Diberikan secara oral atau jika
salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti
mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan halnya pada Tablet Nitrogliserin, diberikan secara
dermatologik. sublingual.
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan
Dasar salep larut dalam air Kelompok ini tablet di antara pipi dan gusi dan tablet sublingual
disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah
dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung
memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep melalui mukosa mulut. Beberapa obat mudah diserap
yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung dengan cara ini (seperti nitrogliserin dan hormon
bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin steroid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan.
anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara
disebut “gel” (lihat Gel). dikempa; selain zat aktif, juga mengandung
Pemilihan dasar salep Pemilihan dasar salep campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet
ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum
jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar pemberian. Tablet efervesen harus disimpan dalam
salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab,
yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan.
terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep
hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung Tablet kunyah Tablet kunyah dimasudkan untuk
air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam dasar salep yang mengandung air. dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet
ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak,
TABLET terutama formulasi multivitamin, antasida dan
Tablets antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan
cara dikempa, umumnya menggunakan manitol,
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan
metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan
cetak dan tablet kempa. dan rasa.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara
pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang Tablet lepas-lambat Tablet lepas-lambat dibuat
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat sedemikian sehingga zat aktif akan tersedia selama
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Istilah
granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat efek-diperpanjang, efek-pengulangan dan lepas-
dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan lambat telah digunakan untuk menyatakan kesediaan
permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet tersebut. Tetapi, istilah lepas-lambat digunakan untuk
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus tujuan farmakope dan persyaratan pelepasan obat
adalah tablet besar yang digunakan untuk obat dijelaskan dalam masing-masing monografi.
hewan, umumnya untuk hewan besar.
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa Tablet hisap (Lozenges) Tablet Hisap adalah
serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan
ikatan kristal yang terbentuk selama proses manis, yang dapat membuat tablet melarut atau
pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada hancur perlahan dalam mulut. Tablet dibuat dengan
kekuatan tekanan yang diberikan. cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan atau
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) atau dengan
kempa berbentuk kecil, umumnya silindris, cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula.
digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang Tablet hisap tuang kadang-kadang disebut sebagai
tepat untuk peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang pastiles, sedangkan tablet hisap kempa disebut
- 63 -

sebagai troches. Tablet umumnya ditujukan untuk Lubrikan mengurangi gesekan selama proses
mengobati iritasi lokal atau infeksi mulut atau pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah
tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa asam
aktif yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
ditelan. terhidrogenasi dan talkum digunakan sebagai
lubrikan. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik,
Pembuatan tablet cetak Tablet cetak dibuat dari sehingga cenderung menurunkan kecepatan
campuran bahan obat dan bahan pengisi, umumnya disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan.
berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi Polietilen glikol dan beberapa garam lauril sulfat
dengan larutan yang mengandung etanol persentase digunakan sebagai lubrikan yang larut, tetapi lubrikan
tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat seperti ini umumnya tidak memberikan sifat lubrikasi
aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut dan yang optimal, dan diperlukan dengan kadar yang
derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa lebih tinggi.
serbuk yang lembab ditekan ke dalam cetakan, Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan
dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan
rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Glidan
dan pendistribusian. yang paling efektif adalah silika pirogenik koloidal.
Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering
Formulasi tablet kempa Pada umumnya tablet ditambahkan pada formulasi tablet untuk menambah
kempa mengandung zat aktif dan bahan pengisi, nilai estetik atau untuk identitas produk. Kebanyakan
bahan pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga bahan pewarna peka terhadap cahaya dan warnanya
mengandung bahan warna dan lak (bahan warna yang akan memudar jika terpapar cahaya.
diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak
larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan Cara pembuatan Tablet dibuat dengan 3 cara
pemanis. Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering
aktif sedikit atau sulit dikempa. Bahan pengisi tablet (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung.
yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
dibasa dan selulosa mikrokristal. Tablet kunyah meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan
sering mengandung sukrosa, manitol atau sorbitol kempa.
sebagai bahan pengisi. Jika kandungan zat aktif Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan
kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi
bahan pengisi yang besar jumlahnya. Karena masalah tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian
ketersediaan hayati obat hidrofobik yang digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan
kelarutannya dalam air kecil, maka digunakan bahan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan
pengisi yang larut dalam air. granulasi kering adalah tidak diperlukan panas dan
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada kelembaban dalam proses granulasi. Granulasi kering
massa serbuk sewaktu granulasi dan pada tablet dapat juga dilakukan dengan meletakkan massa
kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada serbuk diantara mesin rol yang dijalankan secara
pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan hidrolik untuk menghasilkan massa padat yang tipis,
dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh
ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang granul dengan ukuran yang diinginkan.
umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi
povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa dan memerlukan eksipien yang memungkinkan
pasta pati terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih
paling efektif adalah selulosa mikrokristal, yang dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik
umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa khusus seperti laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau
langsung. selulosa yang mempunyai sifat aliran dan
Disintegran membantu hancurnya tablet setelah kemampuan kempa yang diinginkan. Bahan pengisi
ditelan. Disintegran tablet yang paling banyak untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan
digunakan adalah pati. Pati dan selulosa yang adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa
termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan
mikrokristal dan povidon sambung-silang juga dapat beberapa bentuk pati termodifikasi. Kempa langsung
digunakan. Campuran efervesen digunakan sebagai menghindari banyak masalah yang timbul pada
disintegran dalam sistem tablet larut. Kandungan granulasi basah dan granulasi kering. Walaupun
disintegran, cara penambahan dan derajat kepadatan demikian sifat fisik masing-masing bahan pengisi
berperan dalam efektivitas daya hancur tablet. merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat
- 64 -

mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi mengandung air sering digunakan sebelum tablet
tidak sesuai untuk dikempa langsung. gula. Jumlah penyalut yang berlebihan harus
Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik dihindarkan. Kelemahan dari penyalutan dengan gula
diuraikan dalam Pertimbangan tentang Stabilitas antara lain waktu penyalutan lama, perlu penyalut
dalam Pemberian Obat <1351>. tahan air. Hal ini dapat memperlambat disolusi dan
memperbesar bobot tablet sehingga menyebabkan
Keragaman bobot dan keseragaman penggunaan salut selaput lebih dapat diterima. Zat
kandungan Tablet harus memenuhi uji keragaman penyalut selaput berisi zat yang larut atau terdispersi
bobot seperti yang tertera pada Keseragaman dalam air seperti hidroksipropil metilselulosa,
Sediaan <911>, jika zat aktif merupakan bagian metilselulosa, hidroksi-propilselulosa, natrium
terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot karboksimetilselulosa, dan campuran selulosa asetat
dianggap cukup mewakili keseragaman kandungan. ftalat dan polietilen glikol dalam pelarut yang tidak
Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang mengandung air atau mengandung air. Penguapan
cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif pelarut akan meninggalkan lapisan tipis yang
merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet langsung melekat pada tablet sehingga bentuk aslinya
bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope dapat dipertahankan, termasuk penandaan untuk
mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet yang identifikasi.
mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot
zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus Tablet salut-enterik Jika obat dapat rusak atau
memenuhi syarat uji keseragaman kandungan seperti inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi
yang tertera pada Keseragaman Sediaan <911> yang mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enterik,
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat
sampai tablet telah melewati lambung. Istilah lepas-
Waktu hancur dan Disolusi Waktu hancur adalah tunda digunakan untuk tujuan farmakope dan
hal yang penting untuk tablet yang diberikan melalui masing-masing monografi, meliputi pengujian dan
mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum spesifikasi untuk pelepasan obat seperti yang tertera
ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat. Uji pada Pelepasan Obat <961>.
waktu hancur tertera pada Uji Waktu Hancur <1251>
dan batas waktu hancur untuk berbagai jenis tablet
tertera pada masing-masing monografi. VAKSIN
Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas, Vaccines
disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hancur.
Uji disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat
<1231> dipersyaratkan dalam sejumlah monografi antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan aktif
tablet. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari bakteria,
dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif. riketsia atau virus dan dapat berupa suspensi
Tetapi uji tersebut terutama berguna sebagai alat organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid.
untuk tapis pendahuluan formulasi dan sebagai Metode pembuatan bervariasi tergantung dari jenis
prosedur pengawasan mutu secara rutin. vaksin seperti yang tertera di bawah ini atau dalam
masing-masing monografi dan dirancang agar dapat
Penyalutan Tablet disalut untuk berbagai alasan, mempertahankan sifat antigenisitas yang sesuai,
antara lain melindungi zat aktif dari udara, membuat sediaan tidak berbahaya dan bebas dari
kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang kontaminasi senyawa asing. Jika memungkinkan
tidak enak, membuat penampilan lebih baik dan pembuatan vaksin harus menggunakan lot benih yang
mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. sudah ditetapkan dan untuk mendapatkan vaksin
yang baik, vaksin tidak boleh dibuat dari sub kultur
Tablet salut biasa Umumnya tablet disalut benih awal.
dengan gula dari suspensi dalam air mengandung Pada waktu pembuatan dapat ditambahkan
serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, penisilin pada setiap tahap pembuatan atau pada
talk atau titanium dioksida, yang disuspensikan produk akhir. Kecuali dinyatakan lain dalam
dengan gom akasia atau gelatin. Untuk tujuan monografi, streptomisin tidak boleh digunakan dalam
identifikasi dan nilai estetik, zat penyalut bagian luar pembuatan vaksin; penambahan ke dalam biakan sel
dapat diwarnai. Tablet yang sudah disalut, dilapisi yang akan digunakan dalam produksi vaksin
dengan larutan malam yang encer dalam pelarut diperkenankan, tetapi tidak boleh terdeteksi jika
seperti kloroform atau campuran serbuk. Penyalut biakan sel diinokulasi dengan virus.
tahan air berisi zat seperti syelak (shellac) atau Kemampuan menimbulkan imunitas vaksin dapat
selulosa asetat ftalat dalam pelarut yang tidak ditingkatkan dengan penjerapan pada aluminium
- 65 -

fosfat, aluminium hidroksida, kalsium fosfat atau Bila dijerap, mengandung partikel putih atau kelabu
bahan jerap lain seperti yang tertera pada monografi. yang terdispersi dalam cairan tidak berwarna atau
Zat jerap dibuat dalam kondisi yang dapat berwarna kuning pucat; partikel seperti ini dapat
memberikan bentuk fisik dan sifat jerap yang tepat. membentuk endapan pada dasar wadah.
Jika vaksin dikemas dalam wadah dosis ganda,
kecuali dinyatakan lain dalam monografi, dapat Vaksin Virus dan Riketsia Vaksin virus dan
ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang
selain antibiotik pada vaksin steril dan vaksin inaktif ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan
dan penambahannya secara bervariasi. Pengawet sel atau dalam jaringan yang sesuai dan mengandung
antimikroba tidak ditambahkan pada sediaan vaksin virus atau riketsia hidup atau yang inaktif atau
yang akan dikeringkan. komponen imunogeniknya. Umumnya tersedia dalam
Produk akhir dibagikan secara aseptik ke dalam bentuk sediaan beku kering.
wadah yang memenuhi syarat dan ditutup kedap Vaksin virus hidup umumnya dibuat dari virus
untuk mencegah kontaminasi mikroba; atau galur khas yang virulensinya telah dilemahkan.
dibagikan dalam wadah steril, kemudian Opasitas vaksin virus dapat berbeda tergantung
dibekukeringkan dengan cara yang sesuai untuk cara pembuatan, dapat berwarna bila mengandung
mengurangi kadar air hingga tidak lebih dari 2,0% indikator pH seperti merah fenol.
dalam produk akhir, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi. Wadah kemudian ditutup kedap dalam Vaksin campuran Vaksin campuran adalah
hampa udara atau dapat diisi gas nitrogen bebas campuran dua atau lebih vaksin.
oksigen atau gas inert lain yang sesuai sebelum
wadah ditutup kedap untuk menghindari kontaminasi Vaksin, bila perlu direkonstitusi, memenuhi
mikroba. Vaksin kering direkonstitusi segera sebelum syarat seperti di bawah ini, kecuali dinyatakan lain
digunakan. dalam monografi.

Vaksin bakteri Vaksin bakteri dibuat dari biakan Fenol Vaksin mengandung fenol sebagai
galur bakteri yang sesuai dalam media cair atau padat pengawet tidak lebih dari 0,25%, kecuali dinyatakan
yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti
inaktif atau komponen imunogeniknya. Sediaan yang tertera pda Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin
berupa suspensi dengan berbagai tingkat opasitas dan Immunosera <731>.
dalam cairan tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna atau berupa sediaan beku kering. Formaldehida bebas Vaksin mengandung
Vaksin bakteri inaktif mengandung bakteri atau formaldehida bebas tidak lebih dari 0,02%. Lakukan
komponen imunogenik yang diinaktivasi dengan cara penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
tertentu sehingga sifat antigenisitas dipertahankan. Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
Vaksin bakteri hidup dibuat dari galur bakteri
dengan virulensi yang telah dilemahkan dan mampu Aluminium Vaksin jerap mengandung
merangsang pembentukan kekebalan terhadap galur aluminium, tidak lebih dari 1,25 mg per dosis,
patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Lakukan
antigeniknya berhubungan. penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
Konsentrasi bakteri hidup atau inaktif dari tiap Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
varietas atau jenis bakteri dinyatakan opasitasnya
dalam Unit Internasional Opasitas, atau bila sesuai Kalsium Vaksin jerap mengandung kalsium tidak
dengan menghitung jumlah sel langsung, atau jika lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali dinyatakan lain
bakteri hidup dengan angka viabel. dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang
tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
Toksoid bakteri Toksoid bakteri diperoleh dari Immunosera <731>.
toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat
toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteki, Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji
tanpa mengurangi sifat imunogenisitas, dengan cara toksisitas abnormal seperti yang tertera pada Uji
tertentu yang dapat mencegah berubahnya kembali Reaktivitas secara Biologis in-vivo <251>, kecuali
toksoid menjadi toksin. Toksin diperoleh dari galur dinyatakan lain dalam monografi.
pilihan mikroorganisme khas yang ditumbuhkan
dalam media yang sedapat mungkin bebas dari Sterilitas Jika tidak dinyatakan lain semua vaksin
senyawa yang diketahui menyebabkan reaksi toksik, memenuhi syarat sterilitas seperti yang tertera pada
alergi atau yang tidak diinginkan pada manusia. Uji Sterilitas <71>, kecuali vaksin bakteri hidup
Toksoid bakteri dapat berupa cairan atau beku kering. diperbolehkan pertumbuhan bakteri pembuat vaksin.
- 66 -

Wadah dan penyimpanan Jika tidak dinyatakan


lain, vaksin disimpan pada suhu 2º sampai 8º,
terlindung dari cahaya, tidak boleh dibekukan.
MONOGRAFI
- 69 -

AGAR melalui penyaring kaca masir, bilas sisa dengan air


Agar-Agar panas dan keringkan pada suhu 100º - 105º.

Agar terdiri dari polisakarida yang diperoleh dengan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 20,0%;
ekstraksi berbagai spesies Rhodophyceae, terutama lakukan pengeringan pada suhu 100º sampai 105º,
yang termasuk genus Gelidium, dengan air mendidih, menggunakan 1 g zat dalam bentuk serbuk yang lewat
disaring selagi panas dan diuapkan sampai kering. pengayak nomor 270.

Pemerian Tidak berbau, atau bau lemah; berasa Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari
musilago pada lidah. 4,5%; lakukan penetapan menggunakan 1 g serbuk
yang lewat pengayak nomor 270.
Kelarutan Tidak larut dalam air dingin; larut dalam
air mendidih. Indeks pengembangan <851> Tidak kurang dari 15;
lakukan penetapan menggunakan zat dalam bentuk
Mikroskopik Gumpalan potongan memanjang serbuk yang lewat pengayak nomor 270.
dengan lebar 2 - 5 mm, kadang-kadang dalam bentuk
kepingan, tidak berwarna sampai kuning pucat, Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
bening, agak liat dan sukar dipatahkan, menjadi lebih Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0
rapuh pada pengeringan. g.

Mikroskopik Dalam iodum 0,005 M, sebagian Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
berwarna ungu kecokelatan. Menunjukkan banyak baik.
butiran kecil tidak berwarna, bulat telur atau bulat
dengan latar belakang amorf; kadang-kadang ada yang
berbentuk spora bulat atau bulat telur berwarna cokelat SERBUK AGAR
dengan ukuran sampai 60 µm dengan permukaaan Pulvis Agar
seperti jala.
Serbuk Agar adalah agar dalam bentuk serbuk.
Identifikasi
A. Larutkan 100 mg zat dalam 50 mL air dengan Pemerian Serbuk putih kekuningan; pada
pemanasan dan biarkan dingin. Pada 1 mL larutan ini pengamatan di bawah mikroskop terlihat fragmen
tambahkan 3 mL air kemudian 0,1 mL iodum 0,05 M bersudut dengan ciri-ciri yang sama seperti pada Agar
melalui dinding tabung:terjadi warna ungukecokelatan bentuk potongan atau kepingan; beberapa fragmen
diantara dua lapisan cairan. Jika dicampur, cairan berwarna ungu kecokelatan pada penambahan iodum
menjadi kuning pucat. 0,005 M.
B. Larutkan 100 mg zat dalam 50 mL air dengan
pemanasan, biarkan dingin. Panaskan 5 mL larutan ini Identifikasi Gelatin, Zat tidak larut, Susut
dengan 0,5 mL asam hidroklorida P selama 30 menit pengeringan, Sisa pemijaran, Indeks pengembangan
di dalam tangas air, kemudian tambahkan 1 mL larutan Memenuhi syarat seperti tertera pada Agar.
barium klorida P 6,1%: terjadi kekeruhan berwarna
putih dalam waktu 30 menit. Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
C. Masukkan 500 mg zat ke dalam tabung reaksi, Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g.
tambahkan air, panaskan di dalam tangas air: hanya
beberapa bagian tetap tidak larut dan pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pendinginan antara 35º dan 30º membentuk gel. Bila baik.
dipanaskan di dalam tangas air, gel tidak mencair pada
suhu dibawah 80º.
AIR MURNI
Gelatin Panaskan 1,0g zat dalam 100 mL air sampai Purified Water
larut dan biarkan dingin hingga suhu 50º. Pada 5 mL
tambahkan 5 mL larutan 2,4,6-trinitrofenol P 1%: H2O BM 18,02
tidak terjadi kekeruhan dalam waktu 10 menit.
Air Murni adalah air yang memenuhi persyaratan air
Zat tidak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan minum, yang dimurnikan dengan cara destilasi,
penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada 5 g zat penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang
yang telah diserbuk dan diayak dengan pengayak sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain.
nomor 270, tambahkan 100 mL air dan 14 mL asam [Catatan Air Murni dalam bentuk ruahan atau
hidroklorida 2 M, didihkan perlahan-lahan selama 15 kemasan, digunakan untuk pembuatan sediaan atau
menit, sambil sering diaduk. Saring selagi panas pengujian dan penetapan kadar. Bila digunakan untuk
- 70 -

sediaan steril, selain untuk sediaan parenteral, air pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
harus memenuhi persyaratan Uji Sterilitas <71>, vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
atau gunakan air murni steril yang dilindungi
terhadap kontaminasi mikroba. Tidak boleh Zat yang mudah teroksidasi Pada 100 mL
menggunakan Air Murni untuk sediaan parenteral. tambahkan 10 mL asam sulfat 2 N, panaskan hingga
Untuk keperluan ini gunakan Air untuk Injeksi, Air mendidih. Untuk Air Steril untuk Injeksi dalam wadah
Bakteriostatik untuk Injeksi atau Air Steril untuk dengan volume kurang dari 50 mL, tambahkan 0,4 mL
Injeksi. Air Murni dalam kemasan yang kalium permanganat 0,1 N dan didihkan selama 5
diperdagangkan harus memenuhi persyaratan menit; untuk volume 50 mL atau lebih tambahkan 0,2
tambahan pada Wadah dan penyimpanan, dan mL kalium permanganat 0,1 N didihkan selama 5
Penandaan seperti tertera pada monografi ini] menit. Bila terbentuk endapan, dinginkan dalam
tangas es hingga suhu ruang dan saring melalui
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. penyaring kaca masir: warna merah muda tidak hilang
sempurna.
Baku pembanding 1,4-Benzokuinon BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam Endotoksin bakteri <201> Tidak boleh lebih dari 0,25
wadah tertutup rapat dalam lemari pendingin, unit Endotoksin FI per mL.
terlindung dari cahaya. Dapat disonikasi untuk Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
melarutkan. Sukrosa BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat
rapat.
Konduktivitas air <925> Air steril memenuhi syarat.
Konduktivitas air <925> Air ruahan Memenuhi
syarat. Karbon organik total <875> Air steril Memenuhi
syarat [Catatan Persyaratan Air untuk injeksi dalam
Karbon organik total <875> Tidak lebih dari 0,5 mg bentuk ruahan atau kemasan].
per liter.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Uji batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak tunggal dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1
lebih dari 100 koloni per mL. Gunakan metoda tuang L. Wadah kaca lebih baik dari kaca tipe I atau II.
atau penyaringan membran dengan porositas tidak Penandaan Pada etiket tertera tidak mengandung
lebih besar dari 0,45µm, volume sampel 1,0 mL, antimikroba atau zat tambahan lain dan tidak
media biakan Plate Count Agar, waktu inkubasi 48-72 digunakan untuk penyuntikan intravaskular tanpa
jam dan suhu inkubasi 30-35. terlebih dahulu dibuat isotonik dengan menambahkan
zat terlarut yang sesuai.
Wadah dan penyimpanan Jika dikemas, gunakan
kemasan wadah non reaktif yang dirancang untuk
mencegah masuknya mikroba. AIR STERIL UNTUK IRIGASI
Water For Irigation
Penandaan Jika dikemas, pada etiket tertera metode
penyiapan dan tidak untuk penggunaan parenteral.
H2O BM 18,02

Air Steril untuk Irigasi dibuat dari Air untuk injeksi


AIR STERIL UNTUK INJEKSI yang disterilkan dan dikemas dalam kemasan yang
Sterile Water for Injection sesuai. Tidak mengandung zat antimikroba atau bahan
tambahan lain.
H2O BM 18,02
Baku pembanding 1,4-Benzokuinon BPFI; tidak
Air steril untuk injeksi dibuat dari Air untuk Injeksi boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
yang disterilkan dan dikemas dalam wadah yang rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
sesuai. Tidak mengandung zat antimikroba dan zat Sebelum digunakan diamkan pada suhu ruang dan
tambahan lain. sonikasi jika perlu untuk melarutkan endapan.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
dalam lemari pembeku. Sukrosa BPFI; tidak boleh
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
dikeringkan. Untuk penggunaan kuantitatif, gunakan
- 71 -

1,000 mg per mg zat. Simpan dalam wadah tertutup Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan
rapat. Lakukan pengerjaan di bawah kelembapan 60%. Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
Zat mudah teroksidasi Pada 100 ml zat, tambahkan seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin
10 ml asam sulfat 2 N, didihkan. Untuk kemasan zat dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
isi kurang dari 50 mL, tambahkan 0,4 mL kalium belum dibuka dalam lemari pembeku. 1,4-
permanganat 0,02 M, didihkan selama 5 menit; untuk Benzokuinon BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
kemasan zat isi 50 mL atau lebih, tambahkan 0,2 mL digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat dalam
kalium permanganat 0,02 M, didihkan selama 5 menit. lemari pendingin, terlindung dari cahaya. Dapat
Jika terbentuk endapan, dinginkan dalam tangas es disonikasi untuk melarutkan. Sukrosa BPFI; tidak
sampai suhu ruang, dan saring melalui penyaring kaca boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
masir: warna merah muda tidak hilang dengan wadah tertutup rapat.
sempurna. Sebagai alternatif lakukan uji Karbon
organik total <875> untuk Air steril. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit
Endotoksin FI per mL.
Karbon organik total <875> Memenuhi syarat.
Sebagai alternatif lakukan uji Zat mudah teroksidasi. Konduktivitas air <925> Air ruahan Memenuhi
syarat.
Konduktivitas air <925> Memenuhi syarat.
Karbon organik total<875> Tidak lebih dari 0,5 mg
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. per liter.

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit Uji batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak
Endotoksin FI per mL Air untuk Irigasi. lebih dari 10 koloni per 100 mL. Gunakan metoda
penyaringan membran dengan porositas tidak lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca atau besar dari 0,45 µm, volume sampel minimal 100 mL,
plastik dosis tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau media pertumbuhan Plat Count Agar, waktu inkubasi
Tipe II. Kemasan dapat berisi lebih dari 1 L dan 48-72 jam, suhu inkubasi 30 – 35 º.
dirancang untuk kosong dengan cepat.

Penandaan Pada etiket dicantumkan tidak AKARBOSA


mengandung antimikroba dan zat tambahan lain, Acarbose
cantumkan dengan jelas “hanya untuk irigasi” dan “
tidak untuk injeksi”.

AIR UNTUK INJEKSI


Water for Injection

Air untuk injeksi adalah air yang telah dimurnikan


dengan cara destilasi atau proses pemurnian lain yang O-4,6-Dideoksi-4-{[(1S,4R,5S,6S)-4,5,6-trihidroksi-
setara atau lebih baik dari destilasi untuk menurunkan 3-(hidroksimetil)-2-sikloheksan-1-il]amino}-α-D-
kontaminan mikroba dan zat kimia. Air untuk injeksi glukopiranosil-(1→4)-O-α-D-glukopiranosil-(1→4)-
diolah dari air yang memenuhi persyaratan Air Murni. D-glukosa [56180-94-0]
Tidak mengandung zat tambahan lain. [Catatan Air C25H43NO18 BM 645,60
untuk injeksi digunakan untuk penyiapan larutan
parenteral. Jika digunakan untuk penyiapan larutan Akarbosa dihasilkan dari galur Actinoplanes utahensis
parental dengan sterilisasi akhir, gunakan alat yang tertentu, mengandung tidak kurang dari 95,0% dan
sesuai yang dapat meminimalkan pertumbuhan tidak lebih dari 102,0%, C25H43NO18, dihitung
mikroba, atau air dibuat steril, dan kemudian terhadap zat anhidrat.
dilindungi dari kontaminan mikroba. Untuk larutan
parenteral yang disiapkan secara aseptik dan tidak Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
disterilkan dengan filtrasi atau dalam wadah akhir, air
dibuat steril dan kemudian dilindungi dari Kelarutan Larut dalam air.
kontaminan mikroba].
Baku pembanding Akarbosa BPFI; tidak boleh
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin, bersifat
- 72 -

higroskopis. Campuran Senyawa Sejenis Akarbosa Cemaran B 0,8 1,6 0,5


BPFI. Cemaran C 1,2 1 1,5
Cemaran D 0,5 1,33 1,0
Identifikasi Cemaran E 1,7 0,8 0,2
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Cemaran F 1,9 0,8 0,3
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Cemaran G 2,2 0,8 0,3
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Cemaran H 0,6 1 0,2
Cemaran lain - - 0,2
sama seperti pada Akarbosa BPFI.
Total cemaran - - 3,0
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan kadar.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Larutan A Buat campuran larutan kalium fosfat
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.
monobasa P dan natrium fosfat dibasa P dengan kadar
berturut-turut 0,6 mg per mL dan 0,35 mg per mL
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
dalam air.
20 bpj.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan A
(3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Rotasi jenis <1081> +168º sampai +183º. Lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
penetapan menggunakan 10 mg zat per mL dalam air.
pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan
sejumlah Campuran Kesesuaian Sistem Akarbosa
menggunakan larutan 50 mg per mL.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
lebih kurang 20 mg per mL.
Air <1031> Metode Ic, Tidak lebih dari 4,0%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Akarbosa
BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
lebih kurang 20 mg per mL.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Kromatografi <931>.
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji,
kurang 20 mg per mL.
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Penetapan kadar.
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
Enceran larutan uji Pipet lebih kurang 1 mL
4,0 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L8. Pertahankan
Larutan uji, masukkan ke dalam labu tentukur
100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. suhu kolom pada 35. Laju alir lebih kurang 2,0 mL
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan uji dan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
Enceran larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung perbandingan puncak terhadap lembah cemaran A
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan tidak kurang dari 1,2.
rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
 ri   1 
      100 kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
 rA   F 
persentase akarbosa, C25H43NO18, dalam zat dengan
rumus:

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran  rU   CS 


dalam Larutan uji; rA adalah respons puncak utama       100
akarbosa dalam Enceran larutan uji; F adalah faktor  rS   CU 
respons relatif untuk masing-masing puncak cemaran.
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
dari batas yang tertera pada Tabel. uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Akarbosa BPFI
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Tabel akarbosa dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
bobot yang ditimbang.
Nama Waktu Faktor Batas
retensi respons (%)
relatif relatif Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran A 0,9 1 0,6 rapat.
- 73 -

Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B


(40:60), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
TABLET AKARBOSA penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Acarbose Tablets pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Akarbosa
Tablet Akarbosa mengandung akarbosa, C25H43NO18, BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak
tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% hingga kadar lebih kurang 0,02 %.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Baku pembanding Akarbosa BPFI; tidak boleh setara dengan lebih kurang 50 mg akarbosa, masukkan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, ke dalam labu tentukur 250-mL, larutkan dan encerkan
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin, bersifat dengan Fase gerak sampai tanda, kocok secara
higroskopis. mekanik dan saring.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Identifikasi Waktu retensi puncak utama dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku x 25 cm berisi bahan pengisi L18, dengan ukuran
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Disolusi <1231> kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Media disolusi: 500 mL Dapar fosfat pH 3,0. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Alat tipe 1: 100 rpm penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Waktu: 30 menit Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Lakukan penetapan persentase akarbosa, C25H43NO18, volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Fase kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
gerak, Sistem kromatografi Lakukan seperti pada Hitung persentase akarbosa, C25H43NO18, dalam tablet
Penetapan kadar. dengan rumus:
Dapar fosfat pH 3,0 Timbang 1,36 gram kalium
dihidrogen fosfat P dan pipet 2 mL trietilamin P,  rU   CS 
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan      100
dan encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga  rS   CU 
3,0 dengan penambahan asam fosfat P dan saring.
Pelarut Campuran Dapar fosfat pH 3,0-asetonitril rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
P (15:85). uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Akarbosa BPFI
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Akarbosa
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pelarut hingga
akarbosa dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
kadar lebih kurang 0,002%.
jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji Encerkan sejumlah alikot dengan
Pelarut hingga kadar lebih kurang 0,002%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
cahaya dan kelembapan.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
ALBENDAZOL
persentase, C25H43NO18, yang terlarut.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Albendazole
kurang dari 70% (Q), C25H43NO18, dari jumlah yang
tertera pada etiket.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada


Tablet.
Metil5-(propiltio)-2-benzimidazolkarbamat [54965-
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 21-8]
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C12H15N3O2S BM 265,33
Kromatografi <931>.
Larutan A Timbang 0,6 g kalium dihidrogen fosfat Albendazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
P dan 0,35 g natrium dihidrogen fosfat P, masukkan tidak lebih dari 102,0%,C12H15N3O2S, dihitung
ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan, dan terhadap zat kering.
encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan B Gunakan asetonitril P. Pemerian Serbuk putih sampai kuning pucat.
- 74 -

Tiap mL asam perklorat 0,1 N


Kelarutan Larut dalam asam format anhidrat; sangat setara dengan 26,53 mg C12H15N3O2S
sukar larut dalam eter dan dalam metilen klorida;
praktis tidak larut dalam etanol dan dalam air. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang terkendali.
Baku pembanding Albendazol BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung cahaya. TABLET ALBENDAZOL
Albendazole Tablets
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Tablet Albendazol mengandung Albendazol,
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P C12H15N3O2S, tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.
gelombang yang sama seperti pada Albendazol BPFI.
B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Baku pembanding Albendazol BPFI; tidak boleh
Larutan bakuseperti yang diperoleh pada Cemaran dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
organik. terlindung cahaya. Parbendazol BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; dalam lemari pendingin.
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam.
Identifikasi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. A. Encerkan sebagian filtrat pada Larutan uji dan
Larutan baku persediaan yang diperoleh pada
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara penetapan disolusi dengan Metanol diasamkan hingga
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada diperoleh kadar albendazol lebih kurang 10 µg per mL.
Kromatografi <931>. Spektrum serapan ultraviolet larutan menunjukkan
Fase gerak Campuran kloroform P-asam asetat maksimum dan minimum pada panjang gelombang
glasial P-eter P (60:10:10). yang sama seperti pada Albendazol BPFI.
Larutan baku Timbang sejumlah Albendazol BPFI B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
larutkan dan encerkan dengan asam asetat glasial P diperoleh pada Penetapan kadar.
hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL.
Enceran larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku ke Disolusi <1231>
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan asam Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N
asetat glasial P sampai tanda. Alat tipe 2 : 50 rpm
Larutan uji Timbang lebih kurang 50 mg zat, Waktu: 30 menit
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL. Larutkan Metanol diasamkan Masukkan 50 mL metanol P ke
dalam 3,0 mL asam asetat glasial P, encerkan dengan dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 2 mL asam
asam asetat glasial P sampai tanda. hidroklorida P, encerkan dengan metanol P sampai
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing tanda.
10 μL Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 90 mg
baku pada lempeng kromatografi silika gel P setebal Albendazol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana 250-mL, tambahkan 10 mL Metanol diasamkan,
kromatograf yang telah dijenuhkan dengan Fase kocok hingga larut. Encerkan dengan asam
gerak, biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi hidroklorida 0,1 N sampai tanda. Pipet 5,0 mL larutan,
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL encerkan
biarkan mengering. Amati bercak di bawah cahaya dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai tanda.
ultraviolet 254 nm. Tidak satupun bercak lain selain Larutan uji Pipet 10 mL alikot yang telah disaring
bercak utama dari kromatogram Larutan uji lebih dengan penyaring yang sesuai, masukkan ke dalam
besar ataulebih intensif dari bercak utama labu tentukur 250-mL, encerkan dengan natrium
kromatogram Enceran larutan baku (0,5%). hidroksida 0,1 N sampai tanda.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 C12H15N3O2S, yang terlarut dengan mengukur segera
mg zat, larutkan dalam 100 mL asam asetat glasial P, serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
jika perlu hangatkan hati-hati sampai larut. Dinginkan gelombang serapan maksimum dan minimum lebih
dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan kurang 308 nm dan 350 nm menggunakan natrium
titik akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan hidroksida 0,1 N sebagai blangko. Hitung jumlah
blangko. dalam mg, C12H15N3O2S, yang terlarut dengan rumus:
- 75 -

 Au  Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100


22,5 C   mg Albendazol BPFI, masukkan ke dalam labu
 As  tentukur 50-mL. Tambahkan 5 mL Asam sulfat dalam
metanol dan 25 mL metanol P, kocok hingga larut,
C adalah kadar Albendazol BPFI dalam µg per mL encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL
Larutan baku; AU dan AS berturut–turut adalah larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
perbedaan serapan pada panjang gelombang 308 nm tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal, encerkan
dan 350 nm dari Larutan uji dan Larutan baku. dengan metanol P sampai tanda.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
kurang dari 80% (Q), C12H15N3O2S, dari jumlah yang kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
tertera pada etiket. serbuk tablet setara dengan lebih kurang 100 mg
albendazol, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat Tambahkan 5 mL asam sulfat dalam metanol dan 20
Prosedur untuk keseragaman kandungan mL metanol P, kocok dengan pengocok mekanik
Metanol diasamkan dan Larutan baku Lakukan selama lebih kurang 15 menit. Encerkan dengan
seperti tertera pada uji Disolusi. metanol P sampai tanda, saring. Buang lebih kurang
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 15 mL filtrat pertama. Pipet 5,0 mL filtrat, masukkan
500-mL, tambahkan 300 mL Metanol diasamkan, ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 5,0 mL
kocok dengan pengocok mekanik selama lebih kurang Larutan baku internal, encerkan dengan metanol P
30 menit. Encerkan dengan Metanol diasamkan sampai sampai tanda.
tanda. Saring larutan, buang lebih kurang 20 mL filtrat Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pertama. Pipet 4 mL filtrat, masukkan ke dalam labu tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
tentukur 200-mL, encerkan dengan natrium hidroksida berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
0,1 N sampai tanda. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2
Prosedur Ukur segera secara bersamaan serapan mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang gelombang Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons
maksimum dan minimum pada 308 nm dan 350 nm puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
menggunakan natrium hidroksida 0,1 N sebagai antara puncak albendazol dan parbendazol tidak
blangko. Hitung jumlah dalam mg, C12H15N3O2S, per kurang dari 2,0; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
tablet dengan rumus: efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng
teoritis dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.
 Au 
25 C   Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
 As  Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
C adalah kadar Albendazol BPFI dalam µg per mL jumlah dalam mg, Albendazol, C12H15N3O2S, dalam
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah tablet dengan rumus :
perbedaan serapan pada panjang gelombang 308 nm
dan 350 nm dari Larutan uji dan Larutan baku.
R 
500C  u 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 Rs 
Kromatografi <931>.
Fase gerak Timbang 0,5 g amonium fosfat C adalah kadar Albendazol BPFI dalam mg per mL
monobasa P, larutkan dalam 400 mL air. Tambahkan Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
600 mL metanol P, campur, dan saring. Buang 15 mL perbandingan respons puncak analit terhadap puncak
filtrat pertama, awaudarakan. Jika perlu lakukan baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Asam sulfat dalam metanol Campuran metanol P - rapat, pada suhu ruang terkendali.
asam sulfat P (99:1).
Larutan baku internal Timbang saksama lebih Penandaan Cantumkan jika hanya ditujukan untuk
kurang 150 mg Parbendazol BPFI, masukkan ke penggunaan pada kesehatan hewan.
dalam labu tentukur 50-mL. Tambahkan 5 mL asam
sulfat dalam metanol dan 25 mL metanol P, kocok
hingga larut, encerkan dengan metanol P sampai
tanda.
- 76 -

ALENDRONAT NATRIUM Larutan 9-fluoroenilmetil kloroformat Timbang


Alendronate Sodium sejumlah 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan
dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang 4 mg
per mL. Larutan dibuat segar.
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P
(17:3). Saring dan awaudarakan.
Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar
(7:3). Saring dan awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Natrium trihidrogen (4-amino-1-hidroksi butiliden)-
kromatografi.
difosfonat,trihidrat[121268-17-5]
Larutan baku persediaan Timbang saksama
C4H12NNaO7P2. 3H2O BM 325,12
sejumlah Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL.
Alendronat Natrium mengandung tidak kurang dari
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C4H12NNaO7P2,
ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 mL
dihitung terhadap zat kering.
bertutup ulir yang berisi 5 mL Larutan borat.
Tambahkan 5 mL asetonitril P dan 5 mL Larutan 9-
Pemerian Serbuk putih mudah mengalir.
fluoroenilmetil kloroformat, kocok selama 45 detik.
Biarkan pada suhu ruang selama 30 menit. Tambahkan
Kelarutan Larut dalam air; sangat sukar larut dalam
20 mL metilen klorida P, kocok kuat selama 1 menit.
dimetil sulfoksida, dalam metil alkohol dan dalam
Sentrifus selama 5-10 menit, gunakan bagian yang
propilen glikol; praktis tidak larut dalam aseton, dalam
jernih di atas lapisan air.
asetonitril, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
Enceran larutan baku Ukur saksama sejumlah
isopropil alkohol.
volume Larutan baku persediaan, encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 µg per mL.
Baku pembanding Alendronat Natrium BPFI; tidak
Pipet 5 mL larutan, lakukan seperti tertera pada
boleh dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari
Larutan baku, mulai dari ”ke dalam tabung sentrifuga
alendronat natrium. Simpan dalam wadah tertutup
polipropilen 50 mL bertutup ulir”.
rapat. Setelah dibuka, simpan dalam desikator pada
Blangko Gunakan 5 mL Pengencer, lakukan seperti
suhu ruang.
tertera pada Larutan baku, mulai dari ”ke dalam
tabung sentrifuga 50 mL polipropilen bertutup ulir”.
Identifikasi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda, kocok.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Pipet 5 mL larutan dan lakukan seperti tertera pada
sama seperti pada Alendronat Natrium BPFI.
Larutan baku, mulai dari ”ke dalam tabung sentrifuga
B. Menunjukkan reaksi nyala Natrium seperti
polipropilen bertutup ulir 50 mL”.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 16,1%
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm
dan tidak lebih dari 17,1%; lakukan pengeringan pada
x 25 cm yang berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, pada suhu 140º
kurang 1,8 mL per menit. Pertahankan suhu kolom
hingga bobot tetap.
pada 45°. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Logam berat <371> Metode V Tidak lebih dari 10 bpj.
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
(menit) (%) (%)
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
0 100 0 Kesetimbangan
lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 0-15 100 → 50 0 → 50 Gradien Linier
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi 15-25 50 → 0 50 → 100 Gradien Linier
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. 25-27 0 → 100 100 → 0 Gradien Linier
Larutan borat dan Pengencer Lakukan seperti 27-32 100 0 Isokratik
tertera pada Penetapan kadar.
Dapar Timbang 5,88 g natrium sitrat dihidrat P dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
2,84 g natrium fosfat dibasa anhidrat P masukkan ke Enceran larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
dalam labu tentukur 2000-mL, larutkan dan encerkan respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8 dengan ikutan puncak utama pada kromatogram Larutan baku
penambahan asam fosfat P. Saring melalui penyaring tidak lebih dari 2,0;puncak Enceran larutan baku pada
dengan porositas 0,5 μm atau lebih kecil. waktu retensi yang sama dengan Larutan baku harus
- 77 -

mempunyai perbandingan “signal to noise” tidak Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang dari 3. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji dan 4,1 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21. Laju alir
Blangko, rekam kromatogram dan ukur respons semua lebih kurang 1,2 mL per menit. Pertahankan suhu
puncak. Abaikan setiap puncak yang sesuai dengan kolom pada 35º. Lakukan kromatografi terhadap
puncak Blangko. Hitung persentase masing-masing Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
cemaran dalam zat dengan rumus: puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis; faktor ikutan
r  tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
100  i  penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
 rS  Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku,
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;rS Larutan uji dan Blangko, rekam kromatogram dan
adalah jumlah semua respons puncak cemaran dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
puncak utama. alendronat natrium, C4H12NNaO7P2, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada r 
Kromatografi <931>. DCS  U 
Dapar Larutkan 14,7 g natrium sitratdihidrat P dan  rS 
7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam air
hingga 1000 mL, atur pH hingga 8 dengan D adalah faktor pengenceran Larutan uji persediaan;
penambahan asam fosfat P. CS adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dihitung
Pengencer Larutkan 29,4 g natrium sitrat dihidrat sebagai bentuk anhidrat dalam mg per mL Larutan
P dalam air hingga 1000 mL. baku persediaan; rU dan rS berturut-turut adalah
Larutan borat Larutkan 19,1 g natrium borat P respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
dalam air hingga 1000 mL.
Larutan 9-Fluoroenilmetil kloroformat Timbang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
sejumlah 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan baik, pada suhu ruang.
dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg
per mL. Larutan dibuat segar.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P- TABLET ASAM ALENDRONAT
metanol P (70:25:5), saring dan awaudarakan. Jika
Alendronic Acid Tablets
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Tablet Asam Alendronat mengandung Alendronat
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Natrium, yang setara dengan asam alendronat,
sejumlah Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam
C4H13NO7P2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan
ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 mL
Baku pembanding Alendronat Natrium BPFI; tidak
bertutup ulir yang berisi 5 mL Larutan borat.
boleh dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari
Tambahkan 5 mL Larutan 9-fluoroenilmetil kloroformat
alendronat natrium. Simpan dalam wadah tertutup
dan kocok selama 30 detik. Diamkan pada suhu ruang
rapat, setelah dibuka, simpan dalam desikator pada
selama 25 menit. Tambahkan 25 mL metilen klorida P,
suhu ruang.
kocok kuat selama 1 menit. Sentrifus selama 5-10
menit. Gunakan bagian yang jernih di atas lapisan air.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Blangko Gunakan 5 mL Pengencer, lakukan seperti
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
tertera pada Larutan baku, dimulai dengan ”ke dalam
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
tabung sentrifuga polipropilen 50 mL bertutup ulir”.
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
Disolusi <1231>
kurang 25 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
Uji 1
250-mL, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
Media disolusi: 900 mL air
sampai tanda.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan,
Waktu: 15 menit.
lakukan seperti tertera pada Larutan baku dimulai
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H13NO7P2
dengan ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
mL bertutup ulir”.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 78 -

Dapar dan Fase gerak Buat seperti tertera pada Larutan uji dan Larutan baku. [Catatan: 827,1 adalah
Penetapan kadar. faktor konversi bobot molekul C4H13NO7P2/
Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,05% C4H12NNaO7P2) dikalikan dengan volume media (900
Timbang lebih kurang 100 mg 9-fluorenilmetil mL)]
kloroformat, masukkan ke dalam labu tentukur 200- Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
mL, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P kurang dari 80% (Q) C4H13NO7P2, dari jumlah yang
sampai tanda. Larutan dibuat segar. tertera pada etiket. Untuk tablet dengan etiket dosis
Dapar borat Timbang 6,2 g asam borat P, larutkan mingguan, dalam waktu 15 menit harus larut tidak
dalam lebih kurang 950 mL air, atur pH hingga 9,0 kurang dari 75% (Q) C4H13NO7P2 dari jumlah yang
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, dan tertera pada etiket.
encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Pengencer Timbang 176,4 g natrium sitrat dihidrat Uji 2
P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, Jika sediaan harus memenuhi uji ini, pada penandaan
larutkan dan encerkan dengan Media disolusi sampai dicantumkan uji disolusi 2, jika tidak menggunakan uji
tanda. disolusi 1.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Media disolusi: 900 mL air
sejumlah Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Alat tipe 2: 50 rpm.
Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika Waktu: 30 menit.
perlu bertahap dengan media disolusi hingga kadar Prosedur: Lakukan penetapan jumlah
seperti larutan disolusi. C4H12NNaO7P2.3H2O yang terlarut seperti tertera pada
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan Penetapan Kadar.
ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 mL Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
bertutup ulir yang berisi 1,0 mL Pengencer dan 5,0 mL kurang dari 80% (Q) C4H12NNaO7P2.3H2O dari
Dapar borat, campur selama lebih kurang 3 menit. jumlah yang tertera pada etiket.
Tambahkan 4,0 mL Larutan 9-Fluorenilmetil
kloroformat 0,05% dan kocok selama lebih kurang 30 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
detik. Diamkan larutan pada suhu ruang selama 25
menit. Tambahkan 25 mL metilen klorida P, dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kocok selama 40 detik. Sentrifus campuran selama 5 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
menit. Gunakan bagian yang jernih di atas lapisan air. Kromatografi <931>.
Blangko Gunakan 5 mL air, lakukan seperti tertera Pengencer Timbang 29,4 g natrium sitrat dihidrat
pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam tabung P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
sentrifuga polipropilen 50 mL bertutup ulir”. larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji Setelah 15 menit, ambil sejumlah alikot Dapar Timbang 14,7 g natrium sitrat dihidrat P dan
dan sentrifus segera. Pipet 5 mL beningan, lakukan 7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P, masukkan ke
seperti tertera pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dalam 900 mL
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 mL bertutup air, atur pH hingga 8,0 dengan penambahan asam
ulir”. fosfat P, encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,1%
Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada Timbang lebih kurang 250 mg 9-fluorenilmetil
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap kloroformat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons mL, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, Larutan dibuat segar.
k, tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku relatif Larutan borat Timbang lebih kurang 38,1 g natrium
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. borat P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku, Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
Larutan uji dan Blangko ke dalam kromatograf, rekam metanol P (75:20:5), saring dan awaudarakan. Jika
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
jumlah dalam mg asam alendronat, C4H13NO7P2, yang seperti tertera pada Kromatografi <931>.
terlarut dengan rumus: Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Alendronat Natrium BPFI, larutkan dan
r  encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
827,1C  U  kurang 0,03 mg per mL.
 rS  Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan
ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 mL
C adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dalam mg bertutup ulir yang berisi 5 mL Larutan borat, campur
per mL Larutan baku persediaan; rU dan rS berturut- selama 3 menit. Tambahkan 4 mL Larutan 9-
turut adalah respons puncak yang diperoleh dari Fluorenilmetil kloroformat 0,1%, kocok selama 30
- 79 -

detik. Diamkan larutan pada suhu ruang selama 25 d-atau dl-alfa tokoferol asam suksinat (C33H54O5).
menit. Tambahkan 25 mL metilen klorida P, dan Mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih
kocok selama 40 detik. Sentrifus larutan selama 10 dari 102,0% masing-masing C29H50O2, C31H52O3, atau
menit. Gunakan bagian yang jernih di atas lapisan air. C33H54O5.
Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang dari
10 tablet ke dalam labu tentukur 1000-mL. Pemerian Praktis tidak berbau dan tidak berasa
Tambahkan 500 mL Pengencer, kocok secara mekanik bentuk alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa
selama 30 menit dan sonikasi selama 5 menit. minyak kental jernih, warna kuning atau kuning
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda dan kehijauan. d-Alfa tokoferol asetat dapat berbentuk
sentrifus sebagian dari larutan ini. Encerkan secara padat pada suhu dingin. Alfa tokoferol asam suksinat
kuantitatif sejumlah volume beningan hingga kadar berupa serbuk warna putih; bentuk d-isomer melebur
0,02 - 0,03 mg per mL. pada suhu lebih kurang 75° dan bentuk dl-melebur
Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan, pada suhu lebih kurang 70°. Golongan alfa
lakukan seperti tertera pada Larutan baku, dimulai tokoferoltidak stabil terhadap udara dan cahaya.
dari ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 mL Bentuk ester stabil terhadap udara dan cahaya.
bertutup ulir”. Golongan alfa tokoferol dan esternya tidak stabil
Blangko Gunakan 5 mL Pengencer, lakukan seperti dalam suasana alkalis. Senyawa dengan asam suksinat
tertera pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam juga tidak stabil bila dalam bentuk leburan.
tabung sentrifuga polipropilen 50 mL bertutup ulir”.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kelarutan Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak
x 25 cm yang berisi bahan pengisi L21, pertahankan nabati. Sangat mudah larut dalam kloroform. Bentuk
suhu kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1 mL per vitamin E lain tidak larut dalam air; larut dalam etanol;
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dapat bercampur dengan eter dengan aseton dengan
dan ukur respons puncak seperti tertera pada minyak nabati dan dengan kloroform.
Prosedur: faktor kapasitas, k, tidak kurang dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Baku pembanding Alfa Tokoferol BPFI; simpan
lebih dari 2,0%. dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya; setelah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ampul dibuka segera ambil zat dan simpan ampul yang
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku, berisi sisa zat dibawah gas inert, dalam wadah tertutup
Larutan uji dan Blangko ke dalam kromatograf, rekam rapat dan terlindung cahaya, tidak boleh dikeringkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung sebelum digunakan. Alfa Tokoferol Asetat BPFI;
jumlah dalam mg asam alendronat, C4H13NO7P2 dalam simpan dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya,
tablet yang digunakan dengan rumus: tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, setelah
ampul dibuka segera ambil zat dan simpan ampul yang
r  berisi sisa zat di bawah gas inert, dalam wadah tertutup
0,919 DC  U  rapat, terlindung cahaya. Alfa Tokoferol Asam Suksinat
 rS  BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum
D adalah faktor pengenceran Larutan baku digunakan.
persediaan; C adalah kadar Alendronat Natrium BPFI
dalam mg per mL Larutan baku persediaan; rU dan rS Identifikasi
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan uji untuk alfa tokoferol asetat [Catatan
Larutan baku. [Catatan 0,919 adalah faktor konversi gunakan alat kaca aktinik rendah]. Timbang saksama
bobot molekul (C4H13NO7P2/ C4H12NNaO7P2)]. lebih kurang 220 mg d- atau dl-alfa tokoferol asetat,
masukkan kedalam labu alas bulat bersumbat kaca 150
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mL, larutkan dalam 25 mL etanol mutlak P.
rapat, pada suhu antara 15º dan 30º. Tambahkan 20 mL larutan asam sulfat P dalam etanol
P (1 dalam 7), refluks dalam alat yang semua terdiri
dari kaca selama 3 jam, terlindung cahaya matahari.
Dinginkan pindahkan ke dalam labu tentuktur 200-
ALFA TOKOFEROL
mL, encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam
Vitamin E etanol P (1 dalam 72 ) sampai tanda dan campur.
Tocopherol Larutan uji untuk alfa tokoferol asam suksinat
[Catatan gunakan alat kaca aktinik rendah]. Timbang
Vitamin E adalah bentuk dari alfa tokoferol saksama sejumlah zat uji setara dengan lebih kurang
(C29H50O2) termasuk d- atau dl-alfa tokoferol 200 mg alfa tokoferol, masukkan kedalam labu alas
(C29H50O2); d-atau dl-alfa tokoferol asetat (C31H52O3); bulat bersumbat kaca 250 mL, larutkan dalam 50 mL
- 80 -

etanol mutlak P dan refluks selama 1 menit. Bila C. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram
larutan sudah mendidih tambahkan 1 g kepingan terhadap baku internal dari larutan uji yang diperoleh
kalium hidroksida P melalui kondensor satu persatu dari penetapan kadar sama seperti pada Larutan baku.
untuk menghindari terbentuknya panas berlebihan
[Perhatian gunakan kacamata pelindung]. Lanjutkan Keasaman Alfa tokoferol asam suksinat memerlukan
refluks selama 20 menit, tanpa didinginkan, tambahkan antara 18,0 dan 19,3 mL natrium hidroksida 0,1 N:
hati-hati 2 mL asam hidroklorida P tetes demi tetes bentuk vitamin E lain memerlukan tidak lebih dari 1,0
melalui kondensor [Catatan untuk menghindari mL natrium hidroksida 0,1 N. Lakukan penetapan
oksidasi udara karena zat dalam pelarut alkali], dengan melarutkan 1,0 g zat uji dalam 25 mL
dinginkan, pindahkan isi labu kedalam corong pisah campuran sama banyak etanol P dan eter P (yang telah
500 mL bilas labu dengan 100 mL air, kemudian dinetralkan terhadap Fenolftalein dengan natrium
dengan 100 mL eter P. Masukkan bilasan dalam hidroksida 0,1 N LV), tambahkan 0,5 mL Fenolftalein
corong pisah. Kocok kuat biarkan memisah, masukkan LP titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV hingga
tiap lapisan kedalam dua corong pisah yang berbeda. terjadi warna merah muda lemah yang tidak hilang
Ekstraksi lapisan air dua kali, tiap kali dengan 50 mL setelah dikocok 30 detik.
eter P. Tambahkan ekstrak eter ini pada ekstrak eter
pertama. Kumpulan ekstrak eter dibilas empat kali, Penetapan kadar alfa tokoferol Lakukan penetapan
tiap kali dengan 100 mL air, kemudian uapkan ekstrak dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
eter diatas tangas air dibawah tekanan atau aliran gas Kromatografi <931>.
nitrogen P hingga tersisa lebih kurang 7 atau 8 mL. Larutan baku internal Timbang sejumlah
Uapkan sisa eter tanpa pemanasan. Larutkan segera heksadesil heksadekanoat P, larutkan dalam n-heksana
residu dalam larutan asam sulfat P dalam etanol P (1 P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
dalam 72), pindahkan kedalam labu tentukur 200-mL, Larutan baku [Catatan gunakan alat kaca aktinik
encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam etanol P rendah]. Timbang saksama sejumlah alfa tokoferol
sampai tanda, campur. BPFI, larutkan dalam sejumlah larutan baku internal
A. Buat larutan mengandung 10 mg alfa tokoferol hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
tak teresterifikasi dalam 10 mL etanol mutlak P atau Larutan uji [Catatan gunakan alat kaca aktinik
gunakan 10 mL larutan uji untuk alfa tokoferol asetat rendah]. Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat (d-
atau larutan uji untuk alfa tokoferol asam suksinat. atau dl alfa tokoferol), masukan ke dalam labu
Tambahkan dengan digoyang 2 mL asam nitrat P, dan tentukur 50-mL, larutkan dalam larutan baku internal,
panaskan pada suhu lebih kurang 75° selama 15 menit: encerkan dengan larutan baku internal sampai tanda.
terjadi warna merah terang atau jingga. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
B. Timbang saksama lebih kurang 100 mg alfa Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
tokoferol tak teresterifikasi larutkan dalam 50 mL eter dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca
P. Untuk ester d-tokoferol, pipet Larutan uji untuk alfa borosilikat 4 mm x 2m berisi bahan pengisi 2% - 5%
tokoferol asetat atau Larutan uji untuk alfa tokoferol fase cair G2 pada partikel penyangga S1AB80 80 - 100
asam suksinat setara dengan lebih kurang 100 mg zat mesh. Pertahankan suhu kolom pada suhu antara 245 0
uji, masukkan ke dalam corong pisah dan tambahkan dan 2650, suhu injektor dan detektor lebih kurang 10 0
200 mL air. Ekstraksi dua kali, pertama dengan 75 mL lebih tinggi dari suhu kolom; laju alir gas pembawa
eter P, kemudian dengan 25 mL eter P. Masukkan kering disesuaikan hingga diperoleh puncak
kumpulan ekstrak eter ke dalam corong pisah yang heksadesil heksadekanoat, lebih kurang 18 hingga 20
lain. Pada ekstrak eter dari bentuk tak teresterifikasi menit setelah penyuntikan larutan contoh bila
atau alfa tokoferol terhidrolisis tambahkan 20 mL digunakan kolom 2% atau 30 hingga 32 menit bila
larutan kalium heksasianoferat(III) P (1 dalam 10) dan digunakan kolom 5% [Catatan kondisikan kolom
larutan natrium hidroksida P (1 dalam 25), kocok dengan cara seperti tertera pada Kromatografi
selama 3 menit. Bilas ekstrak eter empat kali, tiap kali <931>].
dengan 50 mL air, buang cairan bilasan dan keringkan Uji zat pengganggu Timbang saksama zat uji,
dengan natrium sulfat anhidrat P. Uapkan ekstrak eter larutkan dalam n-heksana P hingga diperoleh larutan
diatas tangas air di bawah tekanan atau aliran gas dengan kadar lebih kurang 1 mg per mL. Suntikkan
nitrogen P hingga tersisa lebih kurang 7-8 mL, sejumlah volume larutan ini yang diukur saksama
kemudian lanjutkan penguapan tanpa pemanasan. hingga diperoleh kromatogram dengan puncak utama
Larutkan segera residu dalam 5,0 mL isooktana P dan tidak kurang dari 50% respon maksimum perekam.
tetapkan rotasi jenis. Hitung rotasi jenis sesuai tertera Dengan cara yang sama suntikkan sejumlah volume
pada Penetapan Rotasi Optik <1081>; c adalah jumlah larutan baku internal yang diukur saksama. Bila
gram tokoferol total yang diperoleh pada Penetapan sebuah puncak kromatogram zat uji mempunyai waktu
kadar dalam tiap 100 mL larutan uji: bentuk d-isomer retensi sama dengan heksadesil heksadekanoat, buat
mempunyai rotasi jenis tidak kurang dari +240 suatu faktor koreksi pengenceran atau atenuasi dan
sedangkan bentuk dl tidak menunjukan rotasi optik. tentukan luas yang disebabkan oleh komponen
penggangu yang harus dikurangkan dari luas puncak
- 81 -

larutan baku internal yang diperoleh pada larutan uji


seperti tertera pada Prosedur. Penandaan Pada etiket tertera bentuk kimia d- atau
Kesesuaian sistem Suntikkan sejumlah larutan dl-. Aktivitas vitamin E dapat dinyatakan sebagai
campuran dalam n-heksana P dengan kadar 1 mg per jumlah eqivalen d-alfa tokoferol dalam mg per g
mL masing-masing Alfa Tokoferol BPFI dan Alfa berdasarkan hubungan unit dan bobot.
Tokoferol Asetat BPFI seperti tertera pada prosedur
hingga diperoleh resolusi, R, tidak kurang dari 1,0.
Kalibrasi Suntikkan sejumlah larutan baku, rekam ALOKSIPRIN
luas puncak seperti tertera pada prosedur. Hitung Aloxiprin
faktor respons relatif, F, dari Larutan baku dengan
rumus: Aloksiprin [9014-67-9]

 AS  CD  Aloksiprin mengandung tidak kurang dari 7,5% dan


   tidak lebih dari 8,5% aluminium (Al) dan tidak kurang
 AD  CS  dari 79,0% dan tidak lebih dari 87,4% salisilat total,
dihitung sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4,
CD dan CS berturut-turut adalah kadar heksadesil masing-masing dihitung terhadap zat kering.
heksadekanoat P dan Alfa Tokoferol BPFI dalam mg
Pemerian Serbuk halus; putih atau agak merah muda.
per mL Larutan baku. Kemudian suntikkan berturut-
turut sejumlah sediaan baku untuk memastikan bahwa Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol,
faktor respon relatif, F, tetap sekitar 2,0%. dan dalam eter.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (2 hingga 5
μL) Larutan uji ke dalam kromatograf gas yang sesuai, Baku pembanding Asam Salisilat BPFI; tidak boleh
rekam kromatogram hingga diperoleh sekurang- dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
kurangnya 50% respon maksimum perekam. Ukur tertutup rapat.
luas dari puncak utama pertama alfa tokoferol dan luas
puncak utama kedua heksadesil heksadekanoat, rekam Identifikasi
harga berturut-turut sebagai aU dan aD. Hitung kadar A. Didihkan 1 g zat dengan 20 mL asam
dalam mg alfa tokoferol dalam vitamin E dengan hidroklorida 2 N, dinginkan, saring dan simpan filtrat.
rumus: Larutkan residu yang diperoleh dalam 10 mL natrium
hidroksida 0,1 N dan netralkan dengan asam asetat 1
N. Pada 1 mL larutan menunjukkan reaksi Salisilat cara
 50 C D  aU 
   A seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
 F  aD  B. Filtrat pada Identifikasi A menunjukkan reaksi
Aluminium sebagai berikut:
CD adalah kadar heksadisil heksadekanoat dalam mg Pereaksi tioasetamida Pada 0,2 mL tioasetamida
per mL Larutan baku; F adalah faktor respons relatif. LP tambahkan 1 mL campuran 15 mL natrium
hidroksida P 8,5%, 5 mL air dan 20 mL gliserol P
Penetapan kadar alfa tokoferol asetat Lakukan 85%, panaskan dalam tangas air selama 20 detik,
penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar alfa dinginkan dan gunakan segera.
tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol dengan alfa Prosedur Pada filtrat tambahkan 0,5 mL asam
tokoferol asetat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa hidroklorida P 7,3% dan 0,5 mL Pereaksi
Tokoferol Asetat BPFI. tioasetamida: terbentuk endapan putih gelatinous
yang akan larut dengan penambahan natrium
Penetapan kadar alfa tokoferol asam suksinat hidroksida P 8,5%. Tambahkan amonium klorida P
Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan 10,7%: endapan putih gelatinous terbentuk kembali.
kadar alfa tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol
asam suksinat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10
Tokoferol Asam Suksinat BPFI. Kromatogram yang bpj; lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat dan 2
diperoleh pada penetapan kadar menunjukkan waktu mL Larutan baku timbal (10 bpj).
retensi relatif lebih kurang 0,53 untuk alfa tokoferol,
0,62 untuk alfa tokoferol asetat, 0,54 untuk alfa Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
tokoferol asam suksinat dan 1,0 untuk heksadesil lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
heksadekanoat. tekanan tidak lebih dari 5,25 mmHg, menggunakan 1
g zat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya. Bentuk d-atau dl-alfa Salisilat terikat Tidak lebih dari 9,5% dihitung
tokoferol dilindungi dengan gas inert. sebagai asam salisilat, C7H6O3, dibandingkan terhadap
asam o-asetilsalisilat yang ditetapkan dengan cara
- 82 -

sebagai berikut: pada 100 mg zat, masukkan ke dalam Blangko Pipet 4 mL besi(III) klorida LP ke dalam
corong pisah yang sesuai, tambahkan 40 mL larutan labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai
natrium florida P 0,5% dalam asam hidroklorida 0,1 tanda.
N, kocok selama 5 menit. Diamkan 10 menit sambil Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
sering dikocok. Ekstraksi enam kali tiap kali dengan uji pada panjang gelombang serapan maksimum 530
20 mL diklorometan P, saring kumpulan ekstrak nm, menggunakan Blangko. Hitung salisilat total
diklorometan melalui natriumsulfat anhidrat P, sebagai C9H8O4.
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, bilas
natrium sulfat anhidrat P dengan 30 mL diklorometan Tiap 1 g asam salisilat
P dan encerkan bilasan dengan diklorometan P sampai setara dengan 1,305 g C9H8O4
tanda. Pipet 20 mL larutan ke dalam labu tentukur 50-
mL, encerkan dengan diklorometan P sampai tanda. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Ukur serapan larutan pada panjang gelombang serapan baik.
maksimum 308 nm. Hitung jumlah, C7H6O3, dengan
serapan jenis (1%, 1 cm) adalah 293.
TABLET ALOKSIPRIN
Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,5% di Aloxiprin Tablet
hitung terhadap salisilat total; lakukan penetapan
sebagai berikut: Pada sejumlah zat yang setara dengan Tablet Aloksipirin mengandung salisilat total tidak
1,0 g salisilat total, tambahkan 50 mL eter P kering, kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5%
kocok selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui dihitung sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, dari
kertas saring lipat, masukkan ke dalam labu tentukur jumlah yang tertera pada etiket.
100-mL, bilas kertas saring beberapa kali dengan eter
P kering, encerkan dengan eter P kering sampai tanda. Baku pembanding Asam Salisilat BPFI; tidak boleh
Serapan larutan pada panjang gelombang serapan dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
maksimum 278 nm tidak lebih dari 0,36. tertutup rapat.
Asam Salisilat Tidak lebih dari 0,15% dihitung Identifikasi Timbang 500 mg serbuk tablet, masukkan
terhadap salisilat total; serapan asam asetilsalisilat ke dalam gelas piala yang sesuai, tambahkan 5 mL
pada panjang gelombang serapan maksimum 308 nm asam hidroklorida P, didihkan dan dinginkan, saring.
tidak lebih dari 0,50. Bilas residu dengan 20 mL air, kumpulkan filtrat dan
hasil bilasan. Gunakan larutan yang diperoleh untuk
Penetapan kadar Aluminium Timbang saksama pengujian sebagai berikut:
lebih kurang 2 g zat, masukkan ke dalam krus silika A. Aluminium
yang telah ditara, panaskan perlahan-lahan sampai Pereaksi tioasetamida Pada 0,2 mL tioasetamida
senyawa organik terurai dan pijarkan sampai bobot LP tambahkan 1 mL campuran 15 mL natrium
tetap pada suhu 1000º. Tiap g sisa pemijaran setara hidroksida P 8,5%, 5 mL air dan 20 mL gliserol P
dengan 529,2 mg Al. 85%, panaskan dalam tangas air selama 20 detik,
dinginkan dan gunakan segera.
Penetapan kadar Salisilat total Prosedur Pada filtrat tambahkan 0,5 mL asam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam hidroklorida P 7,3% dan 0,5 mL Pereaksi
Salisilat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang tioasetamida: terbentuk endapan putih gelatinous
sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar yang akan larut dengan penambahan natrium
lebih kurang 0,05%. Pipet 4 mL larutan, masukkan ke hidroksida P 8,5%. Tambahkan amonium klorida P
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 4 mL besi(III) 10,7%: endapan putih gelatinous terbentuk kembali.
klorida LP, diamkan selama 30 menit, encerkan dengan B. Netralkan larutan dengan natrium hidroksida 1
air sampai tanda. N, larutan menunjukkan reaksi Salisilat Cara A seperti
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
250 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala yang
sesuai, tambahkan 50 mL larutan natrium hidroksida Salisilat bebas Tidak lebih dari 1,5%, dihitung
1 N, didihkan perlahan-lahan sampai larut. Dinginkan, terhadap Salisilat total. Penetapan dilakukan dengan
tambahkan 50 mL air, atur pH antara 2,40 dan 2,50 cara sebagai berikut:
dengan asam hidroklorida 1 N, pindahkan ke dalam Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air sampai Salisilat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur 50- sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
mL, tambahkan 4 mL besi(III) klorida LP, diamkan lebih kurang 0,036%. Pipet 5 mL larutan, masukkan
selama 30 menit, encerkan dengan air sampai tanda. ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 4,0 mL
besi(III) klorida LP, encerkan dengan dapar asetat pH
- 83 -

2,45 sampai tanda. Diamkan selama 30 menit, encerkan dengan lebih kurang 300 mg Salisilat total, masukkan
dengan air sampai tanda. ke dalam gelas piala yang sesuai, tambahkan 50 mL
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk natrium hidroksida 1 N, didihkan hati-hati selama 15
tablet setara dengan 600 mg Salisilat total, masukkan menit, sambil sesekali digoyang. Dinginkan, atur pH
ke dalam gelas piala yang sesuai, tambahkan 50 mL antara 2,40 dan 2,50 dengan penambahan asam
eter P kering, kocok selama 30 menit. Saring dengan hidroklorida 1 N, masukkan ke dalam labu tentukur
cepat melalui kertas saring lipat, bilas kertas saring 500-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Saring
beberapa kali dengan eter P kering. Tambahkan pada sebagian suspensi; pipet 5 mL filtrat ke dalam labu
kumpulan filtrat dan bilasan, 10 mL natrium tentukur 50-mL, tambahkan 35 mL dapar asetat pH
hidroksida 1 N, goyangkan dan campur, uapkan eter di 2,45 dan 4,0 mL besi (III) klorida LP, encerkan dengan
atas tangas air. Dinginkan, atur pH antara 2,40 dan air sampai tanda. Diamkam selama 30 menit.
2,50 dengan asam hidroklorida 1 N, masukkan ke Blangko Pipet 4 mL besi (III) klorida LP ke dalam
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air labu tentukur 50-mL, encerkan dengan dapar asetat
sampai tanda. Pipet 20 mL larutan, masukkan ke pH 2,45 sampai tanda.
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 4,0 mL Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
besi(III) klorida LP, encerkan dengan dapar asetat pH uji pada panjang gelombang serapan maksimum 530
2,45 sampai tanda. Biarkan selama 30 menit, bila perlu nm, menggunakan Blangko. Hitung salisilat total
saring. sebagai C9H8O4, dalam serbuk tablet yang digunakan.
Blangko Pipet 4 mL besi (III) klorida LP ke dalam
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan dapar asetat Tiap 1 g asam salisilat
pH 2,45 sampai tanda. setara dengan 1,305 g C9H8O4
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku pada panjang gelombang serapan maksimum 530 Penandaan Pada etiket tertera kandungan senyawa
nm: Serapan Larutan uji tidak boleh lebih besar dari aloksiprin dan kesetaraan jumlah salisilat dihitung
serapan Larutan baku. sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4.

Salisilat terikat Tidak lebih dari 15,0%, dihitung


sebagai asam salisilat, C7H6O3, terhadap Salisilat ALOPURINOL
total. Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: Allopurinol
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan 150 mg Salisilat total, masukkan ke dalam
corong pisah yang sesuai, tambahkan 40 mL larutan
natrium florida P 0,5% dalam asam hidroklorida 0,1
N, kocok selama 5 menit. Diamkan 10 menit sambil
sering dikocok. Ekstraksi enam kali tiap kali dengan
20 mL kloroform P, saring kumpulan ekstrak
kloroform melalui natrium sulfat anhidrat P,
1H-Pirazolo[3,4-d]pirimidin-4-ol [315-30-0]
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, bilas
C5H4N4O BM 136,11
natrium sulfat anhidrat P dengan 30 mL kloroform P
dan encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Pipet
Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
20 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL,
tidak lebih dari 102,0%, C5H4N4O, dihitung terhadap
encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Ukur
zat kering.
serapan larutan pada panjang gelombang serapan
maksimum 308 nm. Hitung jumlah asam salisilat,
Pemerian Serbuk halus putih hingga hampir putih;
C7H6O3, dengan serapan jenis (1%, 1 cm) adalah 293.
berbau lemah.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 5 menit.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
etanol; larut dalam larutan kalium hidroksida dan
Penetapan kadar
dalam natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
kloroform dan dalam eter.
Salisilat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
Baku pembanding Alopurinol BPFI; tidak boleh
lebih kurang 0,05%. Pipet 4 mL larutan, masukkan ke
dikeringkan; lakukan pengeringan dalam hampa udara
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 35 mL dapar
pada suhu 105° selama 5 jam sebelum digunakan,
asetat pH 2,45 dan 4,0 mL besi(III) klorida LP,
simpan dalam wadah tertutup rapat; Senyawa Sejenis A
encerkan dengan air sampai tanda. Diamkan selama 30
Alopurinol BPFI; Senyawa Sejenis B Alopurinol
menit.
BPFI; Senyawa Sejenis C Alopurinol BPFI; Senyawa
Larutan uji Timbang dan serbukkan 20 tablet.
Sejenis D Alopurinol BPFI; Senyawa Sejenis E
Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, setara
Alopurinol BPFI.
- 84 -

seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara


Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang benzaldehid dan benzalazin tidak kurang dari 2,0;
telah dikeringkan didispersikan dalam kalium bromida waktu retensi relatif benzaldehid dan benzalazin
P, menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang berturut-turut adalah 1,0 dan 0,8; simpangan baku
yang sama seperti pada Alopurinol BPFI. relatif untuk puncak benzalazin pada penyuntikan
ulang tidak lebih besar dari 15,0 %.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu volume sama (lebih kurang 20 μL) Blangko, Larutan
105º selama 5 jam. baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram tidak kurang dari dua kali waktu retensi
Hidrazin Tidak lebih dari 10 bpj. [Catatan Dalam puncak benzaldehid dan ukur semua respons puncak.
kondisi berikut, hidrazin dalam zat uji akan bereaksi Hitung jumlah dalam bpj hidrazin dalam zat
dengan benzaldehid membentuk benzalazin.] Lakukan menggunakan rumus:
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. 𝑟𝑈 𝐶𝑆 32,05
Larutan natrium hidroksida 2 N Timbang lebih ( )( )( ) × 1000
𝑟𝑆 𝐶𝑇 130,12
kurang 8,5 g natrium hidroksida P, larutkan dalam 100
mL air. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Pengencer Campuran Larutan natrium hidroksida 2 benzalazin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
N-metanol P (1:1). adalah kadar dalam µg per mL hidrazin sulfat dalam
Larutan benzaldehid Buat larutan benzaldehid P 40 Larutan hidrazin; CT adalah kadar dalam mg per mL
mg per mL dalam Pengencer. Buat segera sebelum alopurinol dalam Larutan uji; 32,05 dan 130,12
digunakan. berturut-turut adalah bobot molekul hidrazin dan
Larutan hidrazin Timbang saksama lebih kurang 10 hidrazin sulfat; 1000 adalah koefisien konversi dari µg
mg hidrazin sulfat P masukkan ke dalam labu tentukur per mL ke bpj.
50-mL, larutkan dengan Pengencer, sonikasi selama 2
menit dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Cemaran organik [Catatan Simpan dan masukkan
Encerkan larutan secara kuantitatif dan jika perlu Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, dan
bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang Larutan uji pada suhu 8°, menggunakan autosampler
2,0 µg per mL. berpendingin.] Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan hidrazin Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 4 Kromatografi <931>.
mL Larutan benzaldehid, campur dan diamkan selama Larutan A Larutkan lebih kurang 1,25 g kalium
2,5 jam pada suhu ruang. Tambahkan 5,0 mL heksan fosfat monobasa P dalam 1000 mL air, saring dan
P dan kocok selama 1 menit. Diamkan hingga lapisan awaudarakan.
terpisah dan gunakan lapisan atas (heksan). Larutan B Gunakan metanol P.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg Fase gerak Gunakan variasi campuran
zat, masukkan ke dalam labu yang sesuai dan larutkan Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada
dengan 5,0 mL Pengencer. Tambahkan 4 mL Larutan Sistem kromatografi.
benzaldehid, campur dan diamkan selama 2,5 jam Pengencer Campuran Larutan A–Larutan B
pada suhu ruang. Tambahkan 5,0 mL heksan P dan (90:10).
kocok selama 1 menit. Biarkan hingga lapisan terpisah Larutan baku persediaan Timbang saksama
dan gunakan lapisan atas (heksan). masing-masing lebih kurang 5 mg Alopurinol BPFI,
Blangko Buat campuran 5,0 mL Pengencer dan 4 Senyawa Sejenis A Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis
mL Larutan benzaldehid, diamkan selama 2,5 jam B Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis C Alopurinol
pada suhu ruang. Tambahkan 5,0 mL heksan P dan BPFI, Senyawa Sejenis D Alopurinol BPFI, dan
kocok selama 1 menit. Diamkan hingga lapisan Senyawa Sejenis E Alopurinol BPFI, masukkan ke
terpisah dan gunakan lapisan atas (heksan). dalam labu tentukur100-mL. Tambahkan 2,0 mL
Fase gerak Campuran heksan P -isopropil alkohol natrium hidroksida 0,1 N, segera sonikasi dengan
P (95:5). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan digoyang selama tidak lebih dari 1 menit hingga larut,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera tambahkan 80 mL Pengencer, lanjutkan sonikasi
pada Kromatografi <931>. selama 5 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi tanda. [Catatan Larutan stabil selama 48 jam jika
dilengkapi dengan detektor 310 nm dan kolom disimpan pada suhu 8°.]
berukuran 4,0 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
L10 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per sesuai, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, alopurinol lebih kurang 0,5 µg per mL dan masing-
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak masing senyawa sejenis lebih kurang 0,5 µg per mL.
- 85 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg Alopurinol 1,0 -


zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, Senyawa Sejenis D 4,4 0,2
tambahkan 5,0 mL natrium hidroksida 0,1 N untuk Alopurinol
melarutkan, segera sonikasi sambil digoyang selama Senyawa Sejenis E 4,8 0,2
Alopurinol
tidak lebih dari 1 menit, tambahkan 80 mL Pengencer Etil-(E/Z)-3-(2- 6,5 0,2
dan sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan karbetoksi-2-
Pengencer sampai tanda. sianoetenil)amino-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi 1H-pirazol-4-
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom karboksilat
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Cemaran lain - 0,1
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Total Cemaran - 1,0
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Penetapan kadar [Catatan Simpan dan masukkan
Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji
Waktu Larutan A Larutan Eluasi pada suhu 8°, menggunakan autosampler
(menit) (%) B berpendingin.] Lakukan penetapan dengan cara
(%) Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
0-30 90→70 10→30 gradien linier Kromatografi <931>.
30-35 70 30 isokratik Fase gerak Larutkan lebih kurang 1,25 g kalium
35-36 70→90 30→10 gradien linier fosfat monobasa P dalam 1000 mL air, saring dan
36-46 90 10 kesetimbangan
awaudarakan.
kembali
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis B
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Alopurinol BPFI, Senyawa Sejenis C Alopurinol
kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti
BPFI, masukkan ke dalam tiga labu tentukur terpisah
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara senyawa
yang sesuai, larutkan dengan sejumlah kecil natrium
sejenis B alopurinol dan senyawa sejenis C alopurinol
hidroksida 0,1 N dan segera encerkan secara
tidak kurang dari 0,8 dan faktor ikutan untuk puncak
kuantitatif dengan Fase gerak hingga kadar masing-
alopurinol tidak lebih dari 1,5.
maisng 0,05 mg per mL. Pipet 1 mL masing-masing
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ketiga larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
volume sama (lebih kurang 40 μL) Larutan baku dan
mL yang sama, encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
tanda, kocok.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
rumus:
yang sesuai, larutkan dengan sejumlah kecil natrium
hidroksida 0,1 N dan encerkan segera dengan Fase
𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) ( ) 100 gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Encerkan larutan secara kuantitatif dengan Fase gerak
hingga kadar alopurinol lebih kurang 0,08 mg per mL.
ri dan rs berturut-turut adalah respons puncak masing- Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
masing cemaran dalam Larutan uji dan Larutan baku; zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Cs adalah kadar masing-masing cemaran dalam mg per larutkan dalam 5,0 mL natrium hidroksida 0,1 N,
ml Larutan baku; Cu adalah kadar alopurinol dalam encerkan segera dengan Fase gerak sampai tanda dan
mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang kocok. Encerkan larutan secara kuantitatif dengan
ditimbang. [Catatan Untuk cemaran yang tidak Fase gerak hingga kadar zat lebih kurang 0,08 mg per
diketahui, rS adalah respon puncak alopurinol dalam mL.
Larutan baku.] Masing-masing cemaran dan jumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
Tabel. berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
L1.Laju alir lebih kurang 1,8 mL per menit. Lakukan
Tabel kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Waktu Retensi Batas rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak
Cemaran seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Relatif (%)
senyawa sejenis B alopurinol dan senyawa sejenis C
Senyawa Sejenis A 0,62 0,2
Alopurinol
alopurinol tidak kurang dari 1,1 dan antara senyawa
Senyawa Sejenis C 0,79 0,2 sejenis C alopurinol dan alopurinol tidak kurang dari
Alopurinol 6,0 [Catatan Untuk tujuan identifikasi, waktu retensi
Senyawa Sejenis B 0,81 0,2 relatif senyawa sejenis B alopurinol, senyawa sejenis
Alopurinol C alopurinol dan alopurinol berturut-turut 0,7, 0,8
- 86 -

dan 1,0.] Lakukan kromatografi terhadap Larutan mekanik selama lebih kurang 10 menit, encerkan
baku, rekam kromatogram dan ukur semua respons dengan Media disolusi sampai tanda.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih besar dari persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
2,0 %. encerkan dengan Media disolusi hingga diperoleh
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar mendekati kadar Larutan uji.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Media disolusi.
persentase alopurinol, C5H4N4O, dalam zat dengan Prosedur Lakukan penetapan jumlah ,C5H4N4O,
rumus: yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji
dan Larutan baku pada panjang gelombang serapan
𝑟𝑈 𝐶𝑆 maksimum lebih kurang 250 nm.
( ) ( ) 100 Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut
𝑟𝑆 𝐶𝑈
tidak kurang dari 75% (Q), C 5 H 4 N 4 O,
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji dan Larutan baku; CS dan CU berturut-
turut adalah kadar alopurinol dalam mg per mL Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan baku dan Larutan uji.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
baik, dalam suhu ruang. Kromatografi <931>. [Catatan Tidak boleh ada sisa
fase gerak dalam kolom selama semalam. Sesudah
digunakan bilas kolom dengan aliran air selama 20
TABLET ALOPURINOL menit, kemudian dilanjutkan dengan metanol P selama
20 menit.]
Allopurinol Tablets Fase gerak Buat larutan amonium fosfat monobasa
0,05 M, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Tablet Alopurinol mengandung Alopurinol, C5H4N4O,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%
pada Kromatografi <931>.
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku internal Larutkan lebih kurang 50 mg
hipoksantin P dalam 10 mL natrium hidroksida 0,1 N,
Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan
kocok dengan pengocok mekanik selama 10 menit,
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 hingga larut. Encerkan dengan air hingga 50 mL.
selama 5 jam sebelum digunakan. Simpan dalam Larutan dibuat segar.
wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
Identifikasi Timbang sejumlah serbuk halus tablet 50-mL, tambahan 10 mL natrium hidroksida 0,1 N,
setara dengan 50 mg alopurinol, triturasi dengan 10 kocok dengan pengocok mekanik selama 10 menit,
mL natrium hidroksida 0,1 N, saring. Asamkan filtrat encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 4 mL larutan
dengan asam asetat 1 N, diamkan 10 - 15 menit agar ini dan 2 mL Larutan baku internal ke dalam labu
terjadi cukup pengendapan, kumpulkan endapan. tentukur 200-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai
Bilas endapan dengan 3 mL etanol mutlak P sedikit tanda. Larutan dibuat segar.
demi sedikit dan terakhir dengan 4 mL eter P. Biarkan Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
kering di udara selama 15 menit, keringkan pada suhu kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
105 selama 3 jam. Spektrum serapan inframerah zat serbuk setara dengan lebih kurang 50 mg alopurinol,
yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
kalium bromida P menunjukkan maksimum pada 10 mL natrium hidroksida 0,1 N, kocok dengan
bilangan gelombang yang sama seperti pada pengocok mekanik selama 10 menit, encerkan dengan
Alopurinol BPFI. air sampai tanda. [Catatan Penetapan selanjutnya
tidak boleh ditunda.] Saring, buang 10 mL filtrat
Disolusi <1231> pertama. Pipet 4 mL larutan ini dan 2 mL Larutan baku
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,01 N internal ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan
Alat tipe 2: 75 rpm dengan Fase gerak sampai tanda.
Waktu: 45 menit Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku persediaan Timbang saksama 40 mg dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur berukuran 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
200-mL. Tambahkan 10 mL natrium hidroksida 0,1 N, alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
sonikasi selama 2 menit, kocok dengan pengocok kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
- 87 -

kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera A. Spektrum serapan inframerah zat yang
pada Prosedur: waktu retensi relatif dari hipoksantin didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
0,6 dan alopurinol 1,0; resolusi, R, antara puncak zat maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
uji dan baku internal tidak kurang dari 5 dan sama seperti pada Alprazolam BPFI.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
lebih dari 3,0%. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah diperoleh pada Penetapan Kadar.
volume sama (lebih kurang 15 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam.
jumlah dalam mg alopurinol, C5H4N4O, dalam serbuk
tablet yang digunakan dengan rumus: Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.

R  Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari


2,5 C  U  20 bpj.
 RS 
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara
C adalah kadar Alopurinol BPFI dalam g per mL Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan Baku; RU dan RS berturut-turut adalah Kromatografi <931>.
perbandingan respons puncak analit terhadap puncak Pengencer, Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti
baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku. tertera pada Penetapan kadar.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup sejumlah Alprazolam BPFI, Senyawa Sejenis A
baik. Alprazolam BPFI dan 2-Amino-5-Klorobenzofenon
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar masing-masing lebih kurang 20 µg per
mL.
ALPRAZOLAM Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Alprazolam Alprazolam BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,25 µg per mL.
[Catatan Larutan stabil selama 48 jam jika disimpan
dalam wadah tertutup pada suhu ruang.]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
lebih kurang 250 µg per mL, dan sonikasi selama 1
menit. [Catatan Larutan stabil selama 24 jam jika
disimpan dalam wadah tertutup pada suhu ruang.]
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-α]
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
[1,4]benzodiazepina [28981-97-7]
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
C17H13ClN4 BM 308,76
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara senyawa sejenis A alprazolam dan
Alprazolam mengandung tidak kurang dari 98,0% dan alprazolam tidak kurang dari 2,0. Lakukan
tidak lebih dari 102,0%, C17H13ClN4. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
[Perhatian hindari terhirupnya partikel Alprazolam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dan pemaparan pada kulit].
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. [Catatan
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih, Waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel.]
melebur pada suhu lebih kurang 225º. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji dan
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etil
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur semua
asetat; agak sukar larut dalam aseton; larut dalam
respons puncak. Hitung persentase masing-masing
etanol; mudah larut dalam kloroform.
cemaran dalam zat dengan rumus:
Baku pembanding Alprazolam BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat;  ri   CS  1
      100
r  C  F
Senyawa Sejenis A Alprazolam BPFI; 2-Amino-5-  S   U 
Klorobenzofenon BPFI.

Identifikasi
- 88 -

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari  rU   CS 


Larutan uji; rS adalah respons puncak alprazolam dari       100
Larutan baku; CS adalah kadar Alprazolam BPFI  rS   CU 
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
alprazolam dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
bobot yang ditimbang; F adalah faktor respons relatif. uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Alprazolam
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
dari batas yang tertera pada Tabel. alprazolam dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan
bobot yang ditimbang.
Tabel
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Nama Waktu Faktor Batas rapat dan simpan pada suhu ruang terkendali.
retensi respons (%)
relatif relatif
Senyawa sejenis A 0,8 0,76 0,15 TABLET ALPRAZOLAM
alprazolam
Alprazolam Tablets
Alprazolam 1,0 1,0 -
2-amino-5- 4,0 1,0 0,15 Tablet Alprazolam mengandung alprazolam,
klorobenzofenon C17H13ClN4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Cemaran lain - 1,0 0,10 dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Total Cemaran - - 1,0
Baku pembanding Alprazolam BPFI; tidak boleh
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi Larutkan sejumlah serbuk halus tablet,
Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1). setara dengan lebih kurang 15 mg alprazolam dalam
Dapar Timbang 1,4 g kalium fosfat monobasa P, 10 mL larutan natrium karbonat P (1 dalam 100).
larutkan dalam 1000 mL air. Tambahkan 15 mL kloroform P kocok kuat selama 30
Fase gerak Campuran asetonitril P - Dapar (1:1), menit, sentrifus, buang lapisan air, pindahkan lapisan
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan kloroform dalam wadah yang bersih. Tambahkan lebih
penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera kurang 200 mg kalium bromida P. Uapkan kloroform
pada Kromatografi <931>. dari campuran ini hingga kering, keringkan dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah hampa udara pada suhu 60º selama 24 jam. Gerus
Alprazolam BPFI, larutkan dan encerkan dengan hingga menjadi serbuk halus: taburkan 20 mg serbuk
Pengencer hingga kadar lebih kurang 25 µg per mL. ini diantara lapisan 100 mg kalium bromida kering dan
[Catatan Larutan stabil selama 48 jam jika disimpan cetak: spektrum serapan inframerah yang diperoleh
dalam wadah tertutup pada suhu ruang.] dengan cara tersebut menunjukkan maksimum hanya
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar Alprazolam BPFI yang diperlakukan sama.
lebih kurang 25 µg per mL, dan sonikasi selama 1
menit. [Catatan Larutan stabil selama 48 jam jika Disolusi <1231> [Catatan Prosedur untuk gabungan
disimpan dalam wadah tertutup pada suhu ruang.] sampel.]
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Dapar persediaan Larutkan 80 g kalium fosfat
dilengkapi dengan detektor 231 nm dan kolom 4,6 mm monobasa P dan 20 g kalium fosfat dibasa P dalam air,
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang encerkan dengan air hingga 1000 mL. Atur pH hingga
1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40°. 6,0 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P atau
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam larutan kalium hidroksida P (45 dalam 100).
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Dapar Encerkan 1 bagian Dapar persediaan dalam
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan 10 bagian air; atur pH hingga pH 6,0 ± 0,1.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Media disolusi : 500 mL Dapar.
lebih dari 2,0%. Alat tipe 1 : 100 rpm.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Waktu : 30 menit
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Lakukan penetapan persentase alprazolam,
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam C17H13ClN4, yang terlarut dengan cara Kromatografi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
persentase alprazolam, C17H13ClN4, dalam zat dengan <931>.
rumus: Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
tetrahidrofuran P (60:35:5), saring dan awaudarakan.
- 89 -

Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. puncak antara alprazolam dan baku internal dari
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
sejumlah Alprazolam BPFI, larutkan dan encerkan Alprazolam BPFI dalam mg per mL Larutan baku: V
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,05 mg adalah volume dalam mL Larutan baku internal yang
per mL. ditambahkan; L adalah jumlah alprazolam dalam mg
Larutan baku Masukkan 50 mL Dapar persediaan per tablet yang tertera pada etiket.
dan 250 mL air ke dalam labu tentukur 500-mL.
Tambahkan 5,0 mL Larutan baku persediaan untuk Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
setiap 0,25 mg alprazolam yang terkandung dalam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tablet yang diuji. Encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi <931>.
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring Fase gerak Buat campuran asetonitril P - kloroform
dengan penyaring yang sesuai. P - n-butanol P - asam asetat glasial P - air (850 : 80 :
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi 50 : 0,5 : 20), saring dan awaudarakan. Jika perlu
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem
x 10 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang seperti tertera pada Kromatografi <931>.
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons triazolam, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
puncak seperti tertera pada Prosedur: jumlah lempeng hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
teoritis tidak kurang dari 500. Simpangan baku relatif Larutan baku persediaan Timbang saksama
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. sejumlah Alprazolam BPFI larutkan dan encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan Larutan baku internal hingga kadar lebih
volume sama Larutan uji dan Larutan baku ke dalam kurang 0,25 mg per mL.
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
puncak utama. Hitung persentase alprazolam, persediaan, encerkan dengan asetonitril P hingga
C17H13ClN4, yang terlarut. kadar lebih kurang 25 µg per mL.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
kurang dari 80% (Q), C17H13ClN4, dari jumlah yang kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
tertera pada etiket. serbuk tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang
sesuai. Tambahkan air sebanyak 1% volume labu.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Tambahkan Larutan baku internal sebanyak 10%
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Cair volume labu. Kocok kuat selama 10 menit dan
Kinerja Tinggi seperti tertera pada Kromatogafi encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan
<931>. mengandung alprazolam dengan kadar lebih kurang
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan 25 µg per mL.
seperti tertera pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
triazolam, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P x 30 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang
hingga kadar lebih kurang 0,032 mg per mL. 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu, Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
tambahkan lebih kurang 0,4 mL air langsung pada puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
tablet, biarkan selama 2 menit, goyangkan labu hingga antara puncak triazolam dan alprazolam tidak kurang
tablet terdispersi. Untuk setiap kandungan 0,25 mg dari 2,0; simpangan baku relatif pada penyuntikan
alprazolam dalam tablet, tambahkan 10,0 mL Larutan ulang tidak lebih dari 2,0%.
baku internal. Kocok dan sentrifus bila perlu. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Alprazolam BPFI larutkan dan encerkan dengan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
0,025 mg per mL. alprazolam, C17H13ClN4, dalam tablet dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan  RU   CS 
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram       100
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase  RS   CU 
alprazolam, C17H13ClN4, dalam tablet dengan rumus:
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
 RU  puncak antara alprazolam dan baku internal dari
  C  V  
100 
  Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
 RS   L  Alprazolam BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU
- 90 -

adalah kadar alprazolam dalam µg per mL berdasarkan


jumlah yang tertera pada etiket. Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
penetapan dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam 5
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mL asam hidroklorida 3 N dengan pemanasan
rapat, tidak tembus cahaya dan simpan pada suhu perlahan. Dinginkan, tambahkan air hingga 250 mL,
ruang terkendali. saring: 20 mL filtrat menunjukkan sulfat tidak lebih
dari 0,4 mL asam sulfat 0,02 N.

SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam
MAGNESIA berat seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida.
Alumina and Magnesia Oral Suspension
Penetapan kadar aluminium hidroksida
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia mengandung Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang Sulfat.
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Larutan uji Kocok suspensi oral dalam kemasan
yang tertera pada etiket. Mengandung perisa dan asli, ukur saksama sejumlah volume suspensi oral
antimikroba yang sesuai. setara dengan lebih kurang 1200 mg aluminium
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala yang
Identifikasi sesuai. Tambahkan 20 mL air, aduk dan tambahkan
A. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji dalam secara perlahan 10 mL asam hidroklorida P. Jika perlu
10 mL asam hidroklorida 3 N, tambahkan 5 tetes panaskan secara perlahan hingga larut, dinginkan dan
merah metil LP. Panaskan hingga mendidih dan saring, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL.
tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga warna Bilas penyaring dengan air, masukkan ke dalam labu
larutan berubah menjadi kuning tua. Lanjutkan tentukur, encerkan dengan air sampai tanda.
pemanasan selama 2 menit, saring: filtrat Prosedur Pipet 10 mL Larutan uji, masukkan ke
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada dalam gelas piala 250 mL, tambahkan 20,0 mL air,
Uji Identifikasi Umum <291>. sambil terus diaduk, tambahkan 25,0 mL Titran
B. Bilas endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi dinatrium edetat dan 20 mL dapar asam asetat-
A dengan larutan panas amonium klorida 20 mg per amonium asetat LP. Panaskan hingga mendekati titik
mL. Larutkan endapan dalam asam hidroklorida P: didih selama 5 menit. Dinginkan, tambahkan 50 mL
larutan menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera etanol P dan 2 mL ditizon LP, campur. Titrasi dengan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. zink sulfat 0,05 M LV hingga warna berubah dari hijau
violet menjadi merah muda. Lakukan penetapan
Batas mikroba <51>Angka lempeng total tidak lebih blangko.
dari 100 unit koloni per mL. Uji Escherichia coli Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
memberikan hasil negatif. setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penetapan kadar magnesium hidroksida
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dihitung dengan rumus: kadar aluminium hidroksida.
Larutan hitam eriokrom Larutkan 200 mg hitam
0,55(0,0385 A) + 0,8(0,0343M ) eriokrom T P dalam campuran 15 mL trietanolamina
P dan 5 mL etanol mutlak P, campur.
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam
masukkan ke dalam gelas piala 400 mL, tambahkan 200
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3
mL air dan 20 mL trietanolamina P, aduk. Tambahkan
dan Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan
10 mL dapar amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes
jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan hitam eriokrom T, dinginkan larutan dalam
tangas es hingga suhu 3-4, angkat. Titrasi dengan
pH <1071> Antara 7,3 dan 8,5.
dinatrium edetat 0,05 M LV hingga warna biru.
Lakukan penetapan blangko.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; lakukan
penetapan dengan melarutkan 5,0 g zat dalam sedikit
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
mungkin volume asam nitrat P yang dibutuhkan,
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
tambahkan 1 mL asam berlebih, kemudian tambahkan
air hingga 100 mL dan saring: 10 mL filtrat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
menunjukkan klorida tidak lebih dari 1,0 mL asam
rapat, hindari dari pembekuan.
hidroklorida 0,02 N.
- 91 -

secara perlahan 30 mL asam hidroklorida 3 N.


Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar Lakukan seperti tertera pada Larutan uji pada
aluminium hidroksida setara dengan jumlah gel Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam
aluminium hidroksida kering, tiap mg gel kering setara Suspensi Oral Alumina dan Magnesia. Dimulai dari
dengan 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH) 3. “Jika perlu panaskan secara perlahan”.
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam
TABLET ALUMINA DAN MAGNESIA Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
Alumina and Magnesia Tablets
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
Tablet Alumina dan Magnesia mengandung setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium
hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang Penetapan kadar magnesium hidroksida
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
yang tertera pada etiket. kadar aluminium hidroksida.
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Identifikasi Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
A. Pada 700 mg tablet yang diserbuk haluskan Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
tambahkan 10 mL asam hidroklorida 3 N dan 5 tetes
merah metil LP, panaskan hingga mendidih dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga warna baik.
larutan berubah menjadi kuning tua, lanjutkan
pemanasan selama 2 menit, saring: filtrat Penandaan Tablet dibuat dengan menggunakan
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada Aluminium Hidroksida Gel Kering, yang dapat
Uji Identifikasi Umum <291>. dicantumkan untuk menyatakan kandungan
B.Bilas endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi aluminium hidroksida setara dengan jumlah
A dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel kering
panas, larutkan endapan dalam asam hidroklorida P: setara dengan 0,765 mg Al(OH)3.
larutan menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. MAGNESIA KARBONAT
Gunakan cairan lambung buatan LP. Alumina and Magnesia Carbonate Oral
Suspension
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan
Keragaman bobot untuk Alumina dan Magnesia. Suspensi Oral Alumina dan Magnesia Karbonat
mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3 dan
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang magnesium karbonat MgCO3 masing-masing tidak
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang jumlah yang tertera pada etiket.
dihitung berdasarkan rumus:
Identifikasi
0,55(0,0385 A) + 0,8(0,0343M ) A. Masukkan lebih kurang 1 g ke dalam labu yang
dilengkapi dengan sumbat dan pipa kaca, ujungnya
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas dicelupkan ke dalam tabung reaksi yang berisi kalsium
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam hidroksida LP. Tambahkan 5 mL asam hidroklorida 3
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 N ke dalam labu dan tutup segera: akan terbentuk gas
dan Mg(OH)2 dalam zat uji dalam mg yang dihitung dalam labu dan akan terbentuk endapan dalam tabung
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. reaksi.
B. Pada larutan 5 g dalam 10 mL asam hidroklorida
Penetapan kadar aluminium hidroksida 3 N, tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti hingga mendidih dan tambahkan amonium hidroksida
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium 6 N hingga warna larutan berubah menjadi kuning tua,
Sulfat. lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring. Filtrat
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada
kurang tablet setara dengan lebih kurang 1200 mg dari Uji Identifikasi Umum <291>.
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk C. Bilas endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi
aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala B dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50)
150 mL, tambahkan 20 mL air, aduk dan tambahkan panas, larutkan endapan dalam asam hidroklorida P:
- 92 -

larutan menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera


pada Uji Identifikasi Umum <291>.  78,00  A 
 (0,25) U 
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak  26,98   RS 
lebih dari 100 unit koloni per mL. Memenuhi syarat
uji bebas Escherichia coli, Salmonella species, 78,00 adalah bobot molekul aluminium hidroksida dan
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. 26,98 adalah bobot atom aluminium; AU adalah
serapan Larutan uji; RS adalah rata-rata tiga
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang perbandingan serapan Larutan baku terhadap masing-
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang masing kadarnya, dalam g aluminium per mL.
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
dihitung dengan rumus: Penetapan kadar magnesium karbonat
Larutan lantanum klorida Buat larutan lantanum
0,55(0,0385 A) + 0,8(0,024 M ) klorida dalam air yang mengandung 5 mg per mL.
Larutan persediaan magnesium Timbang saksama
0,0385 dan 0,024 berturut-turut adalah kapasitas penetralan 1 g logam magnesium, masukkan ke dalam labu
asam teoritis Al(OH)3dan MgCO3 dalam mEq; A dan tentukur 1000-mL yang berisi 50 mL air, tambahkan
M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan MgCO3 secara perlahan 10 mL asam hidroklorida P, encerkan
dalam mg, yang dihitung berdasarkan jumlah yang dengan air sampai tanda. Masukkan 10,0 mL larutan
tertera pada etiket. ini ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
air sampai tanda.
pH <1071> Antara 7,5 dan 9,5. Larutan baku Pada labu tentukur 100-mL terpisah
yang masing-masing berisi 10 mL Larutan lantanum
Penetapan kadar aluminium hidroksida klorida, tambahkan berturut-turut 1,70 dan 1,80 mL
Larutan kalium klorida Buat larutan yang Larutan persediaan magnesium, encerkan dengan air
mengandung 4,5 g kalium klorida per 100 mL. sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
Larutan persediaan aluminium Timbang saksama 1 mengandung magnesium lebih kurang 1,70 dan 1,80
g logam aluminium, masukkan ke dalam labu tentukur g per mL.
1000-mL, tambahkan 50 mL asam hidroklorida 6 N, Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
kocok hingga aluminium dan asam bereaksi, biarkan Larutan uji dalam Penetapan kadar aluminium
reaksi hingga aluminium larut sempurna, encerkan hidroksida, encerkan secara bertahap dan kuantitatif
dengan air sampai tanda. dengan air hingga diperoleh larutan dengan kadar
Larutan baku Pada labu tentukur 100-mL yang lebih kurang 6 g magnesium karbonat per mL.
terpisah dan masing-masing berisi 10 mL Larutan Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
kalium klorida, tambahkan berturut-turut 9,0, 10,0 dan Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
11,0 mL Larutan persediaan aluminium, encerkan Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
dengan air sampai tanda. Larutan baku ini berturut- Ukur secara bersamaan serapan Larutan baku dan
turut mengandung aluminium 90, 100 dan 110 g per Larutan uji pada garis emisi magnesium 285,2 nm,
mL. menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam dilengkapi dengan lampu “hollow cathode”
kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah suspensi oral aluminium dan nyala asetilena-udara, gunakan air
setara dengan lebih kurang 75 mg aluminium hidroksida, sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mgmagnesium
masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai. karbonat, MgCO3, dalam zat uji dengan rumus:
Tambahkan 25 mL asam hidroklorida 6 N, panaskan
di atas tangas uap selama 30 menit dengan sesekali
 84,31  V  AU 
diaduk. Biarkan dingin, masukkan dengan bantuan air    
ke dalam labu tentukur 250-mL yang berisi 25 mL  24,31  1000  RS 
Larutan kalium klorida, encerkan dengan air sampai
tanda, saring. 84,31 adalah bobot molekul magnesium karbonat;
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan 24,31 adalah bobot atom magnesium dan V adalah
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada volume pengenceran Larutan uji; AU adalah serapan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Larutan uji; RS adalah rata-rata perbandingan serapan
Ukur secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan baku terhadap masing-masing kadarnya
Larutan uji pada garis emisi aluminium 309,3 nm dalam g magnesium per mL.
menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
dilengkapi dengan lampu “hollow cathode” aluminium Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dan nyala asetilen- nitrogen oksida, gunakan air rapat, hindari dari pembekuan.
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg aluminium
hidroksida, Al(OH)3, dalam zat uji dengan rumus:
- 93 -

Larutan baku Pada labu tentukur 100-mL terpisah


masukkan berturut-turut 3,0; 4,0; 5,0 mL Larutan
TABLET ALUMINA DAN MAGNESIUM persediaan aluminium. Pada masing-masing labu
KARBONAT tambahkan 10 mL Larutan kalium klorida dan 7,5 mL
Alumina and Magnesium Carbonate Tablets Cairan pencerna, encerkan dengan air sampai tanda.
Kadar aluminium larutan baku berturut-turut lebih
Tablet Alumina dan Magnesium Karbonat kurang 30,0; 40,0 dan 50,0 g per mL.
mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3 dan Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
magnesium karbonat MgCO3 masing-masing tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari serbuk tablet setara dengan lebih kurang 30 mg
jumlah yang tertera pada etiket. aluminium hidroksida, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 25 mL Cairan pencerna,
Identifikasi dan panaskan diatas tangas air selama 30 menit atau
A. Masukkan lebih kurang 1 g serbuk tablet ke pada lempeng panas hingga volume berkurang
dalam labu yang dilengkapi dengan sumbat dan pipa setengah. Dinginkan, encerkan dengan air sampai
kaca, ujung pipa dicelupkan ke dalam tabung reaksi tanda, dan kocok. Saring, buang 20 mL filtrat pertama.
yang berisi kalsium hidroksida LP. Tambahkan 5 mL Pipet 15 mL filtrat, masukkan ke dalam labu tentukur
asam hidroklorida 3 N ke dalam labu dan tutup segera: 50-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan kalium klorida,
akan terbentuk gas dalam labu dan terbentuk endapan encerkan dengan air sampai tanda. [Catatan Simpan
dalam tabung reaksi. sebagian filtrat untuk digunakan dalam Penetapan
B. Pada 7 g serbuk tablet, tambahkan 10 mL kadar magnesium karbonat.]
asam hidroklorida 3 N mL dan 5 tetes merah metil LP, Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya <1191>.
kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 menit, Ukur secara berurutan serapan Larutan baku dan
saring: filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti Larutan uji pada garis emisi aluminium 309,3 nm
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
C. Bilas endapan yang diperoleh dari uji dilengkapi dengan lampu “hollow cathode”
Identifikasi B dengan larutan amonium klorida P (1 aluminium dan nyala asetilen-nitrogen oksida,
dalam 50) panas, larutkan endapan dalam asam gunakan air sebagai blangko. Buat kurva kalibrasi
hidroklorida P: larutan menunjukkan reaksi serapan Larutan baku terhadap kadar Al dalam µg per
Aluminium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum mL dan buat garis regresi. Dari kurva kalibrasi yang
<291>. diperoleh, tetapkan kadar aluminium, C dalam µg per
mL tiap mL Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. aluminium hidroksida, Al(OH)3, dalam serbuk tablet
Gunakan cairan lambung buatan LP sebagai yang digunakan dengan rumus:
pengganti air.
 78,00   C 
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan     

Keragaman bobot untuk aluminium hidroksida dan  26,98   3 
magnesium karbonat.
78,00 adalah bobot molekul aluminium hidroksida dan
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang 26,98 adalah bobot atom aluminium.
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
dari 5 mEq. Penetapan kadar magnesium karbonat
Larutan lantanum klorida Timbang 17,6 g
Penetapan kadar aluminium hidroksida lantanum klorida P, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan kalium klorida Buat larutan yang 1000-mL, tambahkan 500 mL air dan secara hati-hati
mengandung 38,1 g kalium klorida P per 1000 mL. tambahkan 50 mL asam hidroklorida P. Campur dan
Cairan pencerna Buat campuran 5 mL asam diamkan sampai dingin. Encerkan dengan air sampai
hidroklorida P, 10 mL asam nitrat P dan 10 mL air, tanda.
gunakan segera setelah pembuatan. Cairan pencerna Buat campuran 5 mL asam
Larutan persediaan aluminium Timbang saksama hidroklorida P, 10 mL asam nitrit P dan 10 mL air,
lebih kurang 1 g logam aluminium, masukkan ke gunakan segera setelah pembuatan.
dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 50 mL Larutan persediaan magnesium Timbang saksama
asam hidroklorida 6 N, kocok hingga aluminium dan lebih kurang 1,0 g logam magnesium, masukkan ke
asam bereaksi, biarkan reaksi hingga aluminium larut dalam labu tentukur 1000-mL yang berisi 50 mL air,
sempurna, encerkan dengan air sampai tanda. tambahkan secara perlahan 10 mL asam hidroklorida
P, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5 mL
- 94 -

larutan ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 menit,
dengan air sampai tanda. saring: filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti
Larutan baku Pada labu tentukur 100-mL terpisah tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
masukkan berturut-turut 4,0; 6,0; 8,0 mL Larutan B. Bilas padatan pada kertas saring yang diperoleh
persediaan magnesium. Pada masing-masing labu dari uji Identifikasi A dengan larutan amonium klorida
tambahkan 10 mL Larutan lantanum klorida dan 0,5 P (1 dalam 50) panas, tambahkan 10 mL asam
mL Cairan pencerna, encerkan dengan air sampai hidroklorida 3 N, saring: filtrat menunjukkan reaksi
tanda. Kadar magnesium larutan baku berturut-turut Aluminium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
lebih kurang 0,40; 0,60 dan 0,80 g per mL. <291>.
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji C. Masukkan kertas saring dan isinya yang
dalam Penetapan kadar aluminium hidroksida, setara diperoleh dari uji Identifikasi B ke cawan platina kecil,
lebih kurang 0,4 mg magnesium karbonat, masukan ke pijarkan, dinginkan dalam desikator dan timbang.
dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan 20 mL Basahkan residu dengan air, tambahkan 6 mL asam
Larutan lantanum klorida, encerkan dengan air fluorida P. Uapkan hingga kering, pijarkan selama 5
sampai tanda. menit, dinginkan dalam desikator, timbang: hilangnya
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan bobot yang tidak lebih dari 10% bobot residu pada
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada pemijaran awal menunjukkan adanya SiO2.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Ukur secara berturut-turut serapan Larutan baku dan Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
Larutan uji pada garis emisi magnesium 285,2 nm, digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
menggunakan spektrofotometer serapan atom yang dari 5 mEq.
dilengkapi dengan lampu “hollow cathode” magnesium
dan nyala asetilen-udara, gunakan air sebagai blangko. pH <1071> Antara 7,5 dan 8,5.
Buat kurva kalibrasi serapan Larutan baku terhadap
kadar Mg dalam µg per mL dan buat garis regresi. Dari Penetapan kadar aluminium hidroksida
kurva kalibrasi yang diperoleh, tetapkan kadar Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
magnesium, C dalam µg per mL tiap mL Larutan uji. tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Hitung jumlah dalam mg, magnesium karbonat, Sulfat.
(MgCO3), dalam serbuk tablet yang digunakan dengan Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral, timbang
rumus: saksama lebih kurang 10 g suspensi oral, masukkan ke
dalam gelas piala yang telah ditara. Tambahkan 50 mL
air dan 10 mL asam hidroklorida P, digesti pada tangas
 84,31   20C 
   uap selama 1 jam. Dinginkan dan saring ke dalam labu
 24,31   V  tentukur 200-mL. Bilas kertas saring dengan air, masukkan
ke dalam labu, encerkan dengan air sampai tanda.
84,31 adalah bobot molekul magnesium karbonat; Prosedur Pipet 20 mL Larutan uji, masukkan ke
24,31 adalah bobot atom magnesium; V adalah volume dalam gelas piala 250 mL, tambahkan 20 mL air,
dalam mL Larutan uji. sambil terus diaduk tambahkan 25,0 mL Titran
dinatrium edetat dan 20 mL dapar asam asetat-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup amonium asetat LP, panaskan larutan hingga
rapat. mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan,
tambahkan 50 mL etanol P dan 2 mL ditizon LP,
campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga
SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN warna larutan berubah dari hijau violet menjadi merah
MAGNESIUM TRISILIKAT muda. Lakukan penetapan blangko.
Alumina and Magnesium Trisilicate Oral
Suspension Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
Suspensi Oral Alumina dan Magnesium Trisilikat
mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3 dan Penetapan kadar magnesium trisilikat
magnesium trisilikat, Mg2Si3O8, masing-masing tidak Larutan kalium klorida Buat seperti tertera pada
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari Penetapan kadar aluminium hidroksida.
jumlah yang tertera pada etiket. Larutan hitam eriokrom T Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
Identifikasi Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
A. Pada campuran 5 mL dalam 10 mL asam Prosedur Pipet 20 mL Larutan uji, masukkan ke
hidroklorida 3 N, tambahkan 5 tetes merah metil LP, dalam gelas piala 400 mL, tambahkan 180 mL air dan
panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium 20 mL trietanolamina P, aduk. Tambahkan 10 mL
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi dapar amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes
- 95 -

Larutan hitam eriokrom T, dinginkan larutan dalam tambahkan 50 mL etanol P dan 2 mL ditizon LP,
tangas es hingga suhu 3- 4, angkat. Titrasi dengan campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga
dinatrium edetat 0,05 M LV hingga warna biru. warna larutan berubah dari hijau violet menjadi merah
Lakukan penetapan blangko. muda. Lakukan penetapan blangko.

Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M


setara dengan 6,521 mg Mg2Si3O8 setara dengan 3,900 mg Al(OH)3

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penetapan kadar magnesium trisilikat
rapat. Larutan kalium klorida Buat larutan dalam air yang
mengandung 5 g kalium klorida per 100 mL.
Larutan persediaan magnesium Masukkan 1000
TABLET ALUMINA DAN MAGNESIUM mg logam magnesium ke dalam labu tentukur 1000-
TRISILIKAT mL yang berisi 50 mL air, tambahkan secara perlahan
Alumina and Magnesium Trisilicate Tablets 10 mL asam hidroklorida P, encerkan dengan air
sampai tanda. Masukkan 5,0 mL larutan ini ke dalam
labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air sampai
Tablet Alumina dan Magnesium Trisilikat
tanda.
mengandung aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan
Larutan baku Pada labu tentukur 100-mL yang
magnesium trisilikat, Mg2Si3O8, masing-masing tidak
terpisah, tambahkan berturut-turut 16,0; 18,0 dan 20,0
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
mL Larutan persediaan magnesium. Pada masing-
jumlah yang tertera pada etiket.
masing labu tambahkan 2,0 mL Larutan kalium
klorida, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan ini
Identifikasi Lakukan uji Identifikasi seperti tertera
berturut-turut mengandung magnesium lebih kurang
pada Suspensi Oral Alumina dan Magnesium
Trisilikat. 1,6; 1,8 dan 2,0 g per mL. [Catatan Larutan dibuat
pada saat akan digunakan].
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Gunakan cairan lambung buatan LP. [Catatan Tablet kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
yang harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan, serbuk tablet setara dengan lebih kurang 5 mg
dibebaskan dari persyaratan ini]. magnesium trisilikat, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 10 mL asam sulfat 18 N.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan Panaskan di atas tangas uap selama 30 menit dengan
Keragaman bobot untuk Aluminium Hidroksida dan sesekali diaduk. Biarkan dingin, encerkan dengan air
Magnesium Trisilikat. sampai tanda. Saring, buang 20 mL filtrat pertama.
Masukkan 20,0 mL filtrat ke dalam labu tentukur 100-
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang mL kedua, tambahkan 2,0 mL Larutan kalium klorida,
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang encerkan dengan air sampai tanda.
dari 5 mEq. Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Penetapan kadar aluminium hidroksida Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya <1191>.
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti Ukur secara berurutan serapan Larutan baku dan
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium Larutan uji pada garis emisi magnesium 285,2 nm,
Sulfat. menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
Larutan uji Timbang dan serbukhaluskan tidak dilengkapi dengan lampu “hollow cathode”
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah magnesium dan nyala asetilena-nitrogen oksida,
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 600 mg gunakan air sebagai blangko. Buat kurva serapan
aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas Larutan baku terhadap kadar magnesium dalam g per
piala, tambahkan 20 mL air, aduk dan tambahkan mL, buat garis lurus dari 3 titik. Dari grafik yang
secara perlahan 40 mL asam hidroklorida 3 N. Jika diperoleh, tetapkan kadar magnesium, C dalam g per
perlu panaskan perlahan hingga larut, dinginkan dan mL Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg, magnesium
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL. Bilas gelas trisilikat, Mg2Si3O8, yang digunakan dengan rumus:
piala dengan air, masukkan ke dalam labu tentukur,
encerkan dengan air sampai tanda.  260,86 
Prosedur Pipet 10 mL Larutan uji, masukkan ke 0,5C  
 48,62 
dalam gelas piala 250 mL, tambahkan 20 mL air,
sambil terus diaduk tambahkan 25,0 mL titran
dinatrium edetat 0,05 M dan 20 mL dapar asam asetat- 260,86 adalah bobot molekul magnesium trisilikat
amonium asetat LP, panaskan larutan hingga anhidrat; 48,62 adalah dua kalinya bobot atom
mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan, magnesium.
- 96 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 0,0385; 0,0343; dan 0,02 berturut-turut adalah
baik. kapasitas penetralan asam teoritis aluminium
hidroksida, Al(OH)3; magnesium hidroksida,
Penandaan Pada etiket dicantumkan kandungan Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 dalam mEq;
aluminium hidroksida setara dengan jumlah A,M dan C berturut-turut adalah jumlah aluminium
aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel kering hidroksida, Al(OH)3; magnesium hidroksida,
setara dengan 0,765 mg aluminium hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 dalam
Al(OH)3. suspensi, dihitung berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket.

SUSPENSI ORAL ALUMINA, pH <1071> Antara 7,5 dan 8,5.


MAGNESIA DAN KALSIUM KARBONAT
Alumina, Magnesia and Calcium Carbonate Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; Lakukan
Oral Suspension penetapan dengan melarutkan 5,0 g dalam 3 mL asam
nitrat P, tambahkan air hingga 100 mL dan saring: 10
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium mL filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari 1,0 mL
Karbonat mengandung aluminium hidroksida asam hidroklorida 0,02 N.
Al(OH)3; magnesium hidroksida Mg(OH)2 dan
kalsium karbonat CaCO3 masing-masing tidak kurang Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; Lakukan
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah penetapan dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam 7
yang tertera pada etiket. mL asam hidroklorida 3 N dengan pemanasan
perlahan. Dinginkan, tambahkan air hingga 250 mL,
Identifikasi saring: 20 mL filtrat menunjukkan sulfat tidak lebih
A. Pada 5 g suspensi oral, tambahkan 25 mL asam dari 0,4 mL asam sulfat 0,02 N.
sulfat 2 N, aduk dan biarkan selama 5 menit.
Tambahkan 25 mL etanol P, aduk, masukkan dalam Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam
tangas es selama 30 menit. Saring dalam keadaan berat seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida.
dingin, simpan filtrat untuk uji Identifikasi B. Bilas
endapan dengan 50 mL asam sulfat 0,75 N, buang Penetapan kadar aluminium hidroksida
bilasan: larutkan endapan yang diperoleh dalam asam Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
hidroklorida 3 N, saring, filtrat menunjukkan reaksi tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Kalsium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Sulfat.
<291>. Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
B. Pada filtrat yang diperoleh dari uji Identifikasi A kemasan aslinya, timbang saksama sejumlah suspensi
tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan hingga oral setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium
mendidih. Tambahkan amonium hidroksida 6 N hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala yang telah
hingga warna larutan berubah menjadi kuning tua, ditara. Tambahkan 20 mL air, aduk dan tambahkan
lanjutkan pendidihan selama 2 menit, saring melalui secara perlahan 40 mL asam hidroklorida 3 N. Jika
kertas saring (simpan filtrat untuk uji Identifikasi C). perlu panaskan secara perlahan hingga larut,
Bilas endapan dengan 350 mL larutan amonium dinginkan dan masukkan ke dalam labu tentukur 200-
klorida P (1 dalam 50) panas, buang bilasan: larutkan mL. Bilas gelas piala dengan air, tambahkan bilasan ke
endapan yang diperoleh dalam asam hidroklorida 3 N, dalam labu tentukur, encerkan dengan air sampai
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada tanda.
Uji Identifikasi Umum <291>. Prosedur Pipet 10 mL Larutan uji, masukkan ke
C. Filtrat yang diperoleh dari uji Identifikasi B dalam gelas piala 250 mL, tambahkan 20 mL air,
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada sambil terus diaduk, tambahkan 25,0 mL titran
Uji Identifikasi Umum <291>. dinatrium edetat 0,05 M LV dan 20 mL dapar asam
asetat-amonium asetat LP, panaskan hingga
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan,
lebih dari 100 unit koloni per mL. Memenuhi syarat tambahkan 50 mL etanol P dan 2 mL ditizon LP,
uji bebas Escherichia coli. campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga
warna berubah dari hijau violet menjadi merah muda.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang Lakukan penetapan blangko.
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
dihitung dengan rumus: setara dengan 3,900 mg Al(OH)3

0,55(0,0385 A) + 0,8(0,0343M ) + 0,9(0,02C )


- 97 -

dan panaskan pada tangas uap selama 10 menit.


Penetapan kadar magnesium hidroksida Dinginkan dan tambahkan 50 mL etanol P, aduk:
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan campuran yang diperoleh menunjukkan reaksi seperti
kadar aluminium hidroksida. tertera pada uji Identifikasi A, B dan C dalam Suspensi
Larutan hitam eriokrom T Lakukan pembuatan Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat
seperti tertera pada Penetapan kadar magnesium dimulai dari uji Identifikasi A “Masukkan dalam
hidroksida dalam Suspensi Oral Alumina dan tangas es selama 30 menit”.
Magnesia.
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 45 menit.
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
masukkan ke dalam gelas piala 400 mL, tambahkan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan
200 mL air dan 20,0 mL trietanolamina P, aduk. Keragaman bobot untuk alumina, magnesia dan
Tambahkan 50 mL dapar amonia-amonium klorida kalsium karbonat.
LP dan 2 tetes Larutan hitam eriokrom T dinginkan
larutan dalam tangas es hingga suhu 3- 4, angkat. Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
warna biru. Lakukan penetapan blangko. dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
dihitung dengan rumus:
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2 0 ,55(0 ,0385 A) + 0 ,8( 0 ,0343 M ) + 0 ,9( 0 ,02C )

Penetapan kadar kalsium karbonat 0,0385; 0,0343 dan 0,02 berturut-turut adalah
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan kapasitas penetralan asam teoritis aluminium
kadar aluminium hidroksida. hidroksida, Al(OH)3; magnesium hidroksida,
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 dalam mEq;
dengan lebih kurang 50 mg kalsium karbonat, A, M dan C berturut-turut adalah jumlah aluminium
masukkan ke dalam gelas piala 500 mL, tambahkan hidroksida, Al(OH)3; magnesium hidroksida,
200 mL air dan 5 mL larutan natrium hidroksida P (1 Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 dalam serbuk
dalam 2) dan 250 mg biru hidroksi naftol P. Aduk tablet yang digunakan, dihitung berdasarkan jumlah
dengan pengaduk magnetik, titrasi segera dengan yang tertera pada etiket.
dinatrium edetat 0,05 M LV hingga larutan berwarna
biru. Lakukan penetapan blangko. Penetapan kadar aluminium hidroksida
Titran dinatrium edetat Lakukan seperti tertera pada
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M Penetapan Kadar dalam Suspensi Oral Alumina,
setara dengan 5,004 mg CaCO3 Magnesia dan Kalsium Karbonat.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
rapat, hindari dari pembekuan. tablet setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala,
Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan tambahkan 20 mL air, aduk dan tambahkan secara
kandungan aluminium hidroksida setara dengan perlahan 40 mL asam hidroklorida 3 N. Panaskan
jumlah aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel hingga mendidih, dinginkan dan saring, masukkan ke
kering setara dengan 0,765 mg Al(OH)3. dalam labu tentukur 200-mL. Bilas gelas piala dengan
air, masukkan air bilasan ke dalam labu tentukur,
encerkan dengan air sampai tanda.
TABLET KUNYAH ALUMINA, MAGNESIA Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
DAN KALSIUM KARBONAT Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam
Alumina, Magnesia and Calcium Carbonate Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium
Chewable Tablets Karbonat.

Tablet Kunyah Alumina, Magnesia dan Kalsium Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
Karbonat mengandung aluminium hidroksida, setara dengan3,900 mg Al(OH)3.
Al(OH)3; magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dan
kalsium karbonat, CaCO3 masing-masing tidak kurang Penetapan kadar magnesium hidroksida
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Titran dinatrium edetat dan Larutan uji Lakukan
yang tertera pada etiket. seperti tertera pada Penetapan Kadar aluminium
hidroksida.
Identifikasi Pada 3 g tablet yang diserbukhaluskan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
tambahkan 25 mL air dan 25 mL asam sulfat 2 N, aduk Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
- 98 -

Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium pemanasan selama 2 menit, saring: filtrat
Karbonat. menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>.
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M C. Bilas endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi
setara dengan2,916 mg Mg(OH)2 B dengan larutan panas amonium klorida P (1 dalam
50), larutkan endapan dalam asam hidroklorida P,
Penetapan kadar kalsium karbonat bagi menjadi 2 bagian: pada bagian pertama,
Titran dinatrium edetat dan Larutan uji Lakukan tambahkan tetes demi tetes amonium hidroksida 6 N
seperti tertera pada Penetapan Kadar aluminium hingga terbentuk endapan gelatin berwarna putih.
hidroksida. Endapan tidak larut dalam amonium hidroksida 6 N
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur berlebih. Pada bagian yang lain tambahkan tetes demi
Penetapan kadar kalsium karbonat dalam Suspensi tetes natrium hidroksida 1 N hingga terbentuk
Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat. endapan gelatin berwarna putih. Endapan larut dalam
natrium hidroksida 1 N berlebih, larutan menjadi
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M keruh.
setara dengan 5,004 mg CaCO3
Batas mikroba <51>Angka lempeng total tidak lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dari 100 unit koloni per mL. Uji Escherichia coli
baik. memberikan hasil negatif.

Penandaan Pada etiket harus tertera “Tablet dikunyah Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
terlebih dahulu sebelum ditelan”. Tablet dibuat dengan digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
menggunakan Aluminium Hidroksida Gel Kering, dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
yang dapat dicantumkan untuk menyatakan dihitung dengan rumus:
kandungan aluminium hidroksida setara dengan
jumlah aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel 0,55( FA  A) + 0,8( FM  M )
kering setara dengan 0,765 mg aluminium hidroksida,
Al(OH)3. FA dan FM berturut-turut adalah kapasitas penetralan
asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3 (0,0385)
dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2 (0,0343) dalam
SUSPENSI ORAL ALUMINA, MAGNESIA mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah aluminium
DAN SIMETIKON hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida,
Alumina, Magnesia and Simethicone Oral Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan
Suspension jumlah yang tertera pada etiket.

Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon pH <1071> Antara 7,0 dan 8,6.
mengandung aluminium hidroksida, Al(OH) 3 dan
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing Natrium
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% Larutan kalium klorida Buat larutan kalium klorida P
dan mengandung polidimetilsiloksan [-(CH3)2SiO-]6 dalam air yang mengandung 38 mg per mL.
tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% Blangko Campurkan 4,0 mL asam hidroklorida 1 N
dari jumlah yang tertera pada etiket. dan 10,0 mL Larutan kalium klorida ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Baku pembanding Polidimetilsiloksan BPFI; campur Larutan persediaan natrium klorida Timbang
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup saksama sejumlah natrium klorida P yang telah
rapat. Setelah dibuka, simpan dalam gas inert. dikeringkan pada suhu 105 selama 2 jam, larutkan
dalam air, encerkan secara bertahap dengan air hingga
Identifikasi diperoleh larutan dengan kadar 25,42 µg per mL (10 µg
A. Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan per mL natrium).
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan baku Buat pada saat akan digunakan. Ke
sama seperti pada Polidimetilsiloksan BPFI. Lakukan dalam dua labu tentukur 100-mL, masukkan masing-
penetapan menggunakan sel 0,5 mm dan Larutan uji masing 4 mL asam hidroklorida 1 N dan 10 mL
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Larutan kalium klorida. Ke dalam masing-masing labu
polidimetilsiloksan. tambahkan 5,0 dan 10,0 mL Larutan persediaan
B. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji dalam natrium klorida, encerkan dengan air hingga kadar
10 mL asam hidroklorida 3 N, tambahkan 5 tetes beturut-turut 0,5 dan 1,0 µg per mL.
merah metil LP, panaskan hingga mendidih dan Larutan uji Kocok suspensi oral dalam kemasan
tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga warna asli, masukkan 5,0 mL suspensi ke dalam labu
larutan berubah menjadi kuning tua, lanjutkan tentukur 100-mL. Tambahkan 50 mL asam klorida
- 99 -

1 N, didihkan selama 15 menit, dinginkan hingga suhu Penetapan kadar magnesium hidroksida
ruang, encerkan dengan air sampai tanda. Saring, Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
buang beberapa mL filtrat pertama, masukkan 5,0 mL kadar aluminium hidroksida.
filtrat ke dalam labu tentukur 100-mL yang berisi 10 Larutan hitam eriokrom T Lakukan seperti tertera
mL Larutan kalium klorida, encerkan dengan air pada Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
sampai tanda. Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. masukkan ke dalam gelas piala 400 mL, tambahkan
Ukur secara berurutan serapan Larutan baku dan 200 mL air dan 20 mL trietanolamina P, aduk.
Larutan uji pada garis emisi natrium 589,0 nm Tambahkan 10 mL Dapar amonia-amonium klorida
menggunakan spektrofotometer serapan atom yang LP dan 3 tetes Larutan hitam eriokrom T, dinginkan
dilengkapi dengan lampu “hollow cathode” natrium larutan dalam tangas es hingga suhu 3-4, angkat.
dan nyala asetilen-udara, lakukan penetapan blangko. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
Buat kurva linier serapan Larutan baku terhadap kadar warna biru. Lakukan penetapan blangko.
natrium dalam µg per mL. Dari grafik yang diperoleh,
tetapkan kadar natrium, C, dalam µg per mL Larutan Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
uji. Hitung jumlah dalam mg natrium yang digunakan setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
dengan rumus:
Penetapan kadar polidimetilsiloksan
CDF Blangko Campurkan 10 mL toluen P dan 0,5 g
N natrium sulfat anhidrat P, sentrifus hingga diperoleh
beningan jernih.
C adalah kadar natrium dalam µg per mL dari Larutan
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Larutan
uji; D adalah faktor pengencer dari Larutan uji (2000);
uji, dengan melarutkan lebih kurang 50 mg
F adalah faktor konversi (0,001 mg per µg); N adalah Polidimetilsiloksan BPFI yang ditimbang saksama
volume suspensi oral yang digunakan untuk membuat dalam wadah berisi 25,0 mL toluen P, tambahkan 40
Larutan uji (5 mL).
mL natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan air sejumlah
volume sama dengan suspensi oral yang digunakan.
Penetapan kadar aluminium hidroksida
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
suspensi oral setara dengan lebih kurang 50 mg
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium simetikon, masukkan ke dalam botol bulat bermulut
Sulfat. sempit dan bertutup ulir 120 mL, masukkan 40 mL
Larutan uji Kocok suspensi oral dalam kemasan
natrium hidroksida 0,1 N, goyang hingga terdispersi.
asli, ukur saksama sejumlah volume suspensi oral
Tambahkan 25 mL toluen P, tutup botol dengan
setara dengan lebih kurang 800 mg aluminium
sumbat inert, kocok selama 15 menit pada pengocok
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala.
resiprokal (lebih kurang 200 osilasi per menit dan
Tambahkan 20 mL air, aduk dan tambahkan secara
goyangan 38  2 mm). Masukkan campuran ke dalam
perlahan 10 mL asam hidroklorida P. Jika perlu
corong pisah 125 mL, biarkan mengendap. Ambil 5
panaskan secara perlahan hingga larut, dinginkan,
mL lapisan organik di bagian atas, masukkan ke dalam
saring dan masukkan air bilasan ke dalam labu
tabung reaksi 15 mL bertutup ulir yang berisi lebih
tentukur 200-mL. Bilas penyaring dengan air,
kurang 0,5 g natrium sulfat anhidrat P. Tutup tabung,
masukkan air bilasan ke dalam labu, encerkan dengan
kocok kuat-kuat, sentrifus hingga diperoleh beningan
air sampai tanda.
jernih.
Prosedur Pipet 10 mL Larutan uji, masukkan ke
Prosedur Ukur secara bersamaan serapan Larutan
dalam gelas piala 250 mL, tambahkan 20 mL air,
baku dan Larutan uji dalam sel 0,5 mm pada panjang
sambil terus diaduk tambahkan 25,0 mL Titran
gelombang serapan maksimum 7,9 µm menggunakan
dinatrium edetat dan 20 mL dapar asam asetat-
spektrofotometer inframerah. Lakukan penetapan
amonium asetat LP, panaskan hingga mendekati titik
blangko. Hitung persentase, polidimetilsiloksan, [-
didih selama 5 menit. Dinginkan, tambahkan 50 mL
(CH3)2SiO-]n, dalam suspensi oral yang digunakan,
etanol P dan 2 mL ditizon LP, campur. Titrasi dengan
dengan rumus:
zink sulfat 0,05 M LV hingga warna berubah dari hijau
violet menjadi merah muda. Lakukan penetapan
blangko.  AU   WS 
      100
 AS   WU 
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; WS adalah bobot dalam mg
Polidimetilsiloksan BPFI dari Larutan baku; WU
- 100 -

adalah bobot dalam mg simetikon dari Larutan uji dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. dihitung berdasarkan rumus:

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 0,55(0,0385 A) + 0,8(0,0343M )


rapat, hindari dari pembekuan.
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar penetralan asam teoritis aluminium hidroksida,
aluminium hidroksida setara dengan jumlah Al(OH)3 dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dalam
aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel kering mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah dalam mg,
setara dengan 0,765 mg aluminium hidroksida, aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium
Al(OH)3 serta kadar natrium, jika kadarnya lebih besar hidroksida, Mg(OH)2 dalam serbuk tablet yang
dari 1 mg per mL. digunakan, dihitung berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket.

TABLET KUNYAH ALUMINA, Natrium


MAGNESIA DAN SIMETIKON Larutan kalium klorida, Larutan baku natrium
Alumina, Magnesia and Simethicone klorida dan Larutan baku Lakukan seperti tertera pada
Chewable Tablets Natrium dalam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan
Simetikon.
Tablet Alumina, Magnesia dan Simetikon Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
mengandung aluminium hidroksida, Al(OH) 3 dan dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tablet setara dengan bobot rata-rata 1 tablet, masukkan
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% ke dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan 50 mL
dan mengandung polidimetilsiloksan, [-(CH3)2SiO-]n asam hidroklorida 1 N, didihkan selama 15 menit,
tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% dinginkan hingga suhu ruang, encerkan dengan air
dari jumlah yang tertera pada etiket. sampai tanda. Saring, buang beberapa mL filtrat
pertama, pipet 5 mL filtrat masukkan ke dalam labu
Identifikasi tentukur 100-mL yang berisi 10 mL Larutan kalium
A. Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan klorida, encerkan dengan air sampai tanda.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Prosedur Lakukan seperti tertera pada Natrium
sama seperti pada Polidimetilsiloksan. Lakukan dalam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan
penetapan menggunakan sel 0,5 mm dan Larutan Simetikon. Hitung jumlah dalam mg, natrium per
seperti tertera pada Penetapan kadar tablet dengan rumus:
polidimetilsiloksan.
B. Pada sejumlah tablet yang telah diserbuk 2C
haluskan, setara dengan lebih kurang 600 mg
magnesium hidroksida, tambahkan 25 mL asam Penetapan kadar aluminium hidroksida
hidroklorida 3 N dan 25 mL air, campur. Didihkan Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
secara perlahan selama 2 menit. Biarkan dingin dan tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
saring. Tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan Sulfat.
hingga mendidih dan tambahkan amonium hidroksida Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
6 N hingga warna larutan berubah menjadi kuning tua, kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
lanjutkan pendidihan selama 2 menit, saring: filtrat serbuk tablet setara dengan lebih kurang 800 mg
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala
Uji Identifikasi Umum <291>. 150 mL, tambahkan 20 mL air, aduk. Tambahkan
C. Bilas endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi perlahan 30 mL asam hidroklorida 3 N, aduk. Jika
B dengan larutan panas amonium klorida P (1 dalam perlu panaskan perlahan hingga larut, dinginkan
50), larutkan endapan dalam asam hidroklorida P: hingga suhu ruang, saring dan masukkan ke dalam
larutan menunjukkan reaksi seperti tertera pada uji labu tentukur 200-mL. Bilas penyaring dengan air,
Identifikasi C dalam Suspensi Oral Alumina, masukkan air bilasan ke dalam labu, encerkan dengan
Magnesia dan Simetikon. air sampai tanda.
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam
Keragaman bobot untuk aluminium hidroksida dan Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon.
magnesium hidroksida.
Penetapan kadar magnesium hidroksida
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang kadar aluminium hidroksida.
- 101 -

Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada GEL ALUMINIUM HIDROKSIDA


Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Aluminium Hydroxide Gel
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon.
Aluminium hidroksida [21645-51-2]
Al(OH)3 BM 78,00
Penetapan kadar polidimetilsiloksan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Gel Aluminium Hidroksida adalah suspensi dari
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk aluminium hidroksida bentuk amorf, sebagian
tablet setara dengan lebih kurang 33 mg simetikon, hidroksida disubstitusi dengan karbonat. Mengandung
masukkan ke dalam wadah bulat bermulut sempit dan aluminium hidroksida setara dengan tidak kurang dari
bertutup ulir 120 mL, tambahkan 40 mL natrium 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% Al(OH) 3, dari
hidroksida 0,1 N, aduk hingga terdispersi. Tambahkan jumlah yang tertera pada etiket. Dapat mengandung
20 mL toluena P, tutup wadah dengan sumbat inert minyak permen, gliserol, sorbitol, sukrosa, sakarin
kocok selama 30 menit pada pengocok resiprokal atau penambah rasa lain dan dapat mengandung bahan
(lebih kurang 200 osilasi per menit dan goyangan 38  antimikroba yang sesuai.
2 mm). Masukkan campuran ke dalam corong pisah
125 mL, biarkan memisah. Angkat lapisan organik di Pemerian Suspensi kental, putih, jika dibiarkan akan
bagian atas, masukkan ke dalam tabung sentrifuga terjadi sedikit cairan jernih yang memisah.
bertutup ulir yang berisi lebih kurang 2 g natrium
sulfat anhidrat P. Tutup tabung, kocok kuat-kuat, Identifikasi
sentrifus hingga diperoleh beningan jernih. A. Masukkan 1g zat dalam labu bersumbat
Larutan baku Lakukan seperti pada Larutan uji, dilengkapi pipa kaca yang ujungnya dicelupkan ke
menggunakan lebih kurang 33 mg Polidimetilsiloksan dalam kalsium hidroksida LP dalam tabung reaksi.
BPFI yang ditimbang saksama. Lakukan penetapan Tambahkan ke dalam labu 5 mL asam hidroklorida 3
blangko menggunakan campuran 10 mL toluen P dan N dan tutup segera: terbentuk gas dalam labu dan
1 g natrium sulfat anhidrat P, sentrifus hingga terbentuk endapan dalam tabung reaksi.
diperoleh beningan jernih. B. Larutan dalam labu yang diperoleh dari
Prosedur Ukur secara berurutan serapan Larutan Identifikasi A memberikan reaksi Aluminium cara A
baku dan Larutan uji menggunakan sel 0,5 mm pada dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
bilangan gelombang serapan maksimum 7,9 µm <291>.
(1265,8 cm-1), menggunakan spektrofotometer
inframerah. Lakukan penetapan blangko. Hitung Batas mikroba <51> Jumlah mikroba aerob tidak
jumlah dalam mg, polidimetilsiloksan, [-(CH3)2SiO-]n, lebih dari 100 per mL, dan tidak mengandung
dalam serbuk tablet yang digunakan, dengan rumus: Escherichia coli.

A  Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari


W  U  65,0% dari angka miliekuivalen yang dihitung dari
 AS  hasil Penetapan kadar yang diperoleh. Tiap mg
aluminium hidroksida, Al(OH)3 mempunyai kapasitas
W adalah bobot dalam mg, Polidimetilsiloksan BPFI penetralan asam 0,0385 miliekuivalen.
yang digunakan untuk membuat Larutan baku; AU dan
AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan pH <1071> Antara 5,5 dan 8,0; lakukan penetapan
Larutan baku. secara potensiometrik.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Klorida Tidak lebih dari 4,7% dihitung terhadap
baik. kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3. Timbang
saksama gel setara dengan 600 mg aluminium
Penandaan Pada etiket tertera “Tablet dikunyah hidroksida, Al(OH)3, masukkan ke dalam cawan
terlebih dahulu sebelum ditelan”. Pada etiket harus porselen. Tambahkan 0,1 mL kalium kromat LP dan 25
dicantumkan kadar natrium, jika kadarnya lebih besar mL air. Aduk dan tambahkan perak nitrat 0,1 N hingga
dari 5 mg per tablet. Pada etiket dapat dicantumkan terjadi warna merah muda lemah yang stabil:
kandungan aluminium hidroksida setara dengan diperlukan tidak lebih dari 8,0 mL perak nitrat 0,1 N.
jumlah aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel
keringsetara dengan 0,765 mg Al(OH)3. Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,8 % dihitung terhadap
kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3; lakukan
penetapan dengan menambahkan 5,0 mL asam
hidroklorida 3 N pada sejumlah gel yang ditimbang
saksama setara dengan 300 mg aluminium hidroksida,
Al(OH)3. Panaskan sampai larut, dinginkan, encerkan
- 102 -

dengan air sampai 250 mL dan saring bila perlu: 20 Aluminium Hidroksida [21645-51-2]
mL filtrat yang diperoleh menunjukkan sulfat tidak Al(OH)3 BM 78,00
lebih keruh dari 0,20 mL asam sulfat 0,02 N.
Gel Aluminium Hidroksida Kering adalah serbuk
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj, amorf aluminuim hidroksida, yang sebagian
dihitung terhadap kandungan aluminium hidroksida, hidroksida disubstitusi dengan karbonat. Mengandung
Al(OH)3. Buat Larutan baku seperti pada Uji Batas setara tidak kurang dari 76,5% Al(OH) 3 dan dapat
Arsen, kecuali 3 μg arsen diganti 5 μg. Buat Larutan mengandung aluminium karbonat dan aluminium
uji sebagai berikut: Timbang saksama gel setara bikarbonat basa dalam jumlah bervariasi.
dengan 500 mg aluminium hidroksida, Al(OH) 3,
larutkan dalam 20 mL asam sulfat 7 N. Pemerian Serbuk amorf, putih; tidak berbau; tidak
berasa.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 83 bpj, dihitung
terhadap kandungan aluminium hidroksida, Al(OH) 3; Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
lakukan penetapan dengan melarutkan sejumlah gel etanol; larut dalam asam mineral encer dan dalam
yang ditimbang saksama setara dengan 240 mg larutan alkali hidroksida.
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dalam 10 mL asam
hidroklorida 3 N dengan pemanasan, saring bila perlu Baku pembanding Gel Aluminium Hidroksida
dan encerkan dengan air hingga 25 mL. Kering BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan.
Penetapan kadar
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti Identifikasi
tertera pada Penetapan kadar dalam Aluminium A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Kalium Sulfat. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Prosedur Timbang saksama sejumlah gel setara maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dengan 1,5 g aluminium hidroksida, Al(OH) 3, sama seperti pada Gel Aluminium Hidroksida Kering
masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan 15 mL BPFI.
asam hidroklorida P dan panaskan perlahan-lahan B. Larutkan 500 mg zat dalam 10 mL asam
sampai larut sempurna. Dinginkan, masukkan ke hidroklorida 3 N dengan penghangatan: larutan
dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air menunjukkan reaksi Aluminium cara A dan B seperti
sampai tanda, campur. Pipet 20 mL larutan ke dalam yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
gelas piala 250 mL, tambahkan secara berurutan
sambil diaduk terus-menerus 25,0 mL Titran Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari
dinatrium edetat, dan 20 mL larutan dapar asam 25,0 miliekuivalen per gram; lakukan penetapan
asetat-amonium asetat LP. Kemudian panaskan dengan menggunakan 400 mg zat seperti pada Serbuk
larutan mendekati titik didih selama 5 menit. dalam Larutan uji pada Kapasitas penetralan asam
Dinginkan dan tambahkan 50 mL etanol P dan 2 mL <451>.
ditizon LP. Titrasi larutan dengan zink sulfat 0,05 M
LV sampai warna berubah dari hijau lembayung pH <1071> Tidak lebih dari 10,0; lakukan penetapan
menjadi merah muda. Lakukan penetapan blangko menggunakan larutan zat terdispersi dalam air (1
menggunakan 20 mL air. dalam 25).

Tiap mL titran dinatrium edetat 0,05 M Klorida <361> Tidak lebih dari 0,85%; lakukan
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3 penetapan dengan melarutkan 1,0 g zat dalam 30 mL
asam nitat 2 N, didihkan, tambahkan air hingga 100
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mL, saring. Encerkan 5,0 mL filtrat dengan air volume
rapat dan hindarkan dari pembekuan. sama: menunjukkan tidak lebih keruh dari larutan
pembanding yang mengandung 0,60 mL asam
hidroklorida 0,020 N.
GEL ALUMINIUM HIDROKSIDA
KERING Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,6%; lakukan
Dried Aluminum Hydroxide Gel penetapan dengan melarutkan 330 mg zat dalam 15
mL asam hidroklorida 3 N, didihkan, tambahkan air
hingga 250 mL dan saring: 25,0 mL filtrat
menunjukkan tidak lebih keruh dari larutan
pembanding yang mengandung 0,20 mL asam sulfat
0,020 N.
- 103 -

Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 8 bpj; lakukan dioksabisiklo [33 .3.1] nonatriakonta-19,
penetapan dengan melarutkan 1,5 g zat dalam 80 mL 21,23,25,27,29,31-heptaena-36-karboksilat [1397-
asam sulfat 7 N, encerkan dengan air hingga 220 mL; 89-3]
55 mL larutan memenuhi syarat uji batas arsen tanpa C47H73NO17 BM 924,08
penambahan 20 mL asam sulfat 7 N seperti yang
tertera pada Prosedur dalam Uji Batas Arsen <321>. Amfoterisin B mempunyai potensi tidak kurang dari
750 µg C47H73NO17 per mg, dihitung terhadap zat
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 60 bpj; kering.
lakukan penetapan dengan melarutkan 330 mg zat
dalam 10 mL asam hidroklorida 3 N dengan Pemerian Serbuk, kuning sampai jingga; tidak berbau
pemanasan, jika perlu saring, encerkan dengan air atau praktis tidak berbau.
hingga 25 mL.
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g dalam eter, dalam benzen, dan dalam toluen; larut
zat, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan 15 mL dalam dimetilformamida, dalam dimetilsulfoksida dan
asam hidroklorida P dengan pemanasan, dinginkan dalam propilen glikol; sukar larut dalam metanol.
dan masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL,
encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet 20 Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
mL larutan ke dalam gelas piala 250 mL, tambahkan pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
sambil diaduk terus menerus berturut-turut 25,0 mL lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam
Dinatrium edetat 0,05 M LV, dan 20 mL Dapar asam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
asetat-amonium asetat LP, kemudian panaskan rapat, terlindung dari cahaya pada tempat dingin.
larutan mendekati titik didih selama 5 menit. Nistatin BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa
Dinginkan, tambahkan 50 mL etanol P dan 2 mL udara dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada
ditizon LP. Titrasi larutan dengan zink sulfat 0,05 M suhu 40 selama 2 jam sebelum digunakan. Simpan
LV sampai berwarna merah muda cerah. Lakukan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
penetapan blangko menggunakan 20 mL air. pada lemari pembeku.

Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3 seperti yang diperoleh pada Amfoterisin A
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup gelombang antara 240 nm dan 320 nm sama seperti
rapat. pada Larutan baku Amfoterisin B dalam Amfoterisin
A, kemungkinan ada puncak tambahan pada lebih
Penandaan Pada etiket dicantumkan kesetaraan kurang 304 nm. Spektrum serapan ultraviolet dan
jumlah gel aluminium hidroksida kering berdasarkan cahaya tampak larutan yang diperoleh dengan
perhitungan tiap 1 mg gel kering setara dengan 0,765 pengenceran Larutan uji dengan 9 volume metanol P,
mg Al(OH)3. menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang antara 320 nm dan 400 nm sama seperti
pada Larutan baku Amfoterisin B yang diperlakukan
AMFOTERISIN B sama.
Amphotericin B
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
pada hampa udara dengan tekanan tidak lebih dari 5
mmHg pada suhu 60 selama 3 jam, menggunakan
lebih kurang 100 mg zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; pada


sisa pengarangan dibasahi dengan 2 mL asam nitrat P
dan 5 tetes asam sulfat P, pijarkan. [Catatan
Amfoterisin B yang digunakan untuk menyiapkan
sediaan dermatologi krim, losio, salep, suspensi oral
dan kapsul: hasil tidak lebih dari 3,0%.]
Asam [1R-(1R*,3S*,5R*,6R*, 9R*, 11R*, 15S*, 16R*,
17R*, 18S*, 19E, 21E, 23E, 25E, 27E, 29E, 31E,
Amfoterisin A Tidak lebih dari 5%, dihitung terhadap
33R*, 35S*, 36R*, 37S*)]-33-[(3-amino-3,6-dideoksi-
zat kering.
ß-D-manopiranosil)oksi]-1,3,5,6,9,11,17,37-
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
oktahidroksi-15,16,18-trimetil-13-okso-14,39-
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
- 104 -

dalam 10,0 mL dimetil sulfoksida P, encerkan dengan Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
metanol P sampai tanda. Pipet 4 mL larutan ini ke pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5
dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan metanol mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum
P sampai tanda. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku Nistatin Timbang saksama lebih terlindung cahaya, di lemari pembeku.
kurang 20 mg Nistatin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 200-mL, larutkan dalam 40,0 mL Isi minimum <861>Memenuhi syarat.
dimetilsukfoksida P, encerkan dengan metanol P
sampai tanda. Pipet 4 mL larutan ini ke dalam labu Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
tentukur 50-mL, encerkan dengan metanol P sampai penetapan menggunakan 20 mL campuran toluen P -
tanda. metanol P (7:3) sebagai ganti metanol P.
Larutan baku Amfoterisin B Timbang saksama lebih
kurang 50 mg Amfoterisin B BPFI, masukkan ke Penetapan kadar Lakukan penetapan amfoterisin B
dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dalam 10,0 mL seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik
dimetilsukfoksida P encerkan dengan metanol P secara Mikrobiologi <131>. Timbang saksama
sampai tanda. Pipet 4 mL larutan ini ke dalam labu sejumlah salep setara dengan 30 mg amfoterisin B,
tentukur 50-mL, encerkan dengan metanol P sampai tambahkan 10,0 mL eter P dalam labu Erlenmeyer
tanda. Larutan dibuat segar. bersumbat kaca yang sesuai, biarkan selama 1 jam
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan dengan sesekali dikocok. Tambahkan 20,0 mL dimetil
uji menggunakan sel 1-cm, pada panjang gelombang sulfoksida P, kocok secara mekanik selama 10 menit.
304 nm dan 282 nm, menggunakan dimetilsulfoksida Encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
P dalam metanol P (1 dalam 62,5) sebagai blangko. dimetil sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 20 µg
Hitung persentase Amfoterisin A dalam zat dengan per mL. Encerkan larutan dengan dapar nomor 10
rumus: hingga diperoleh Enceran larutan uji dengan kadar
yang setara dengan aras dosis tengah baku.
25 WN ( AB 282  AU 304 ) − ( AB 304  AU 282 )
WU ( AB 282  AU 304 ) − ( AB 304  AU 282 ) Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
dilipat atau dalam wadah tertutup baik.
WN adalah bobot Nistatin BPFI dalam mg; AB282 dan
AB304 berturut-turut adalah serapan Larutan baku
Amfoterisin B pada panjang gelombang 282 nm dan AMFOTERISIN B UNTUK INJEKSI
304 nm; AN282 dan AN304 berturut-turut adalah serapan Amphotericin B for Injection
Larutan uji nistatin pada panjang gelombang 282 nm
dan 304 nm; WU adalah bobot Amfoterisin B dalam Amfoterisin B untuk Injeksi adalah sediaan steril
mg, [Catatan Amfoterisin B yang digunakan dalam kompleks amfoterisin B dan natrium deoksikolat dan
sediaan dermatologi krim, losio, salep, suspensi oral satu atau lebih dapar yang sesuai. Mengandung
dan kapsul mengandung tidak lebih dari 15% Amfoterisin, C47H73NO17, tidak kurang dari 90,0%
Amfoterisin A yang dihitung terhadap zat kering.] dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti yang
tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
Mikrobiologi <131>. pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya, simpan di tempat dingin. rapat, terlindung dari cahaya pada tempat dingin.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
Penandaan Pada etiket dicantumkan petunjuk penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
penggunaan sediaan dermatologi dan oral atau sediaan menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
parenteral. simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dalam lemari pembeku.
SALEP AMFOTERISIN B
Amphotericin B Ointment Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 unit
Endotoksin FI per mg Amfoterisin B. Jika digunakan
Salep Amfoterisin B adalah Amfoterisin B dalam atau dicantumkan pada etiket untuk injeksi intratekal,
dasar salep yang sesuai,mengandung Amfoterisin B, tidak lebih dari 0,9 unit Endotoksin FI per mg
C47H73NO17,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Amfoterisin B.
dari 125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 105 -

Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan


dengan Penyaringan membran, menggunakan 50 mg
zat dari tiap wadah.

pH <1071> Antara 7,2 dan 8,0; lakukan penetapan


menggunakan larutan yang mengandung 10 mg per
mL.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 8,0%;


lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
pada hampa udara dengan tekanan tidak lebih dari 5 O-3-Amino-3-deoksi-α-D-glukopiranosil(1 4)-O-
[6-deoksi-α-D-glukopiranosil(1 6)]-N3-(4-amino-L-
mmHg pada suhu 60 selama 3 jam, menggunakan
2-hidroksi-butiril)-2-deoksi-L-streptamina [37517-
lebih kurang 100 mg zat.
28-5]
C22H43N5O13 BM 585,60
Syarat lain Memenuhi syarat Keseragaman sediaan
<911> dan Penandaan seperti yang tertera pada
Amikasin mempunyai potensi tidak kurang dari 900
Injeksi.
µg C22H43N5O13 per mg, dihitung terhadap zat
anhidrat.
Penetapan kadar
Larutan uji 1 (Jika dikemas dalam wadah dosis
Pemerian Serbuk hablur putih.
tunggal) Larutkan sesuai dengan yang tertera pada
etiket. Keluarkan seluruh isi menggunakan jarum
Kelarutan Agak sukar larut dalam air.
suntik yang sesuai. Encerkan dengan dimetil
sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL.
Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
Larutan uji 2 (Jika etiket mencantumkan jumlah
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
amfoterisin B dalam volume larutan terkonstitusi)
tertutup rapat, terlindung cahaya pada tempat sejuk.
Larutkan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Pipet
Kanamisin Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan
sejumlah volume larutan konstitusi menggunakan
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
jarum suntik yang sesuai dan encerkan dengan dimetil
rapat, terlindung cahaya pada tempat sejuk.
sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 20 µg
amfoterisin B per mL.
Identifikasi
Prosedur Lakukan penetapan seperti yang tertera
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
pada Kromatografi <931>.
Mikrobiologi <131> Pipet Larutan uji, encerkan
Fase gerak Campuran metanol P-amonium
dengan Dapar nomor 10 untuk mendapatkan Enceran
hidroksida P-kloroform P (60:30:25).
larutan uji yang mempunyai kadar setara dengan aras
Larutan baku Timbang sejumlah zat, larutkan
dosis tengah baku.
dalam air hingga kadar 6 mg per mL.
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
air hingga kadar 6 mg per mL.
padatan steril seperti yang tertera pada Injeksi.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 3
Simpan dalam lemari pendingin dan terlindung dari
μL Larutan baku, Larutan uji dan campuran dari
cahaya.
sejumlah volume sama Larutan baku dan Larutan uji
pada lempeng silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan
Penandaan Pada etiket dicantumkan hanya untuk
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang sesuai dan
penggunaan infus intravena pada pasien rawat inap,
eluasi bersinambung selama 5 jam 30 menit dengan
dan larutan harus terlindung dari cahaya selama
Fase gerak. Angkat lempeng, keringkan di udara,
pemberian.
panaskan pada suhu 110º selama 15 menit. Segera
tandai bercak dengan menyemprot lempeng dengan
larutan ninhidrin P (1 dalam 100) dalam campuran
AMIKASIN butanol P-piridina P (100:1). Amikasin tampak
Amikacin sebagai bercak berwarna merah muda. Harga Rf dan
warna bercak utama Larutan uji dan bercak utama
campuran Larutan baku dan Larutan uji sesuai dengan
yang diperoleh dari Larutan baku.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
- 106 -

Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +105º, dihitung Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
menggunakan larutan 20 mg per mL. Hitung jumlah dalam µg amikasin, C22H43N5O13,
dalam tiap mg zat dengan rumus:
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
 CE  rU 

pH<1071> Antara 9,5 dan 11,5; lakukan penetapan 2500 
menggunakan larutan 10 mg per mL.  W  rS 
Air <1031> Metode I tidak lebih dari 8,5%. C adalah kadar Amikasin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku;E adalah kadar amikasin dalam µg per
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa mg Amikasin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg
pengarangan dibasahkan dengan 2 mL asam nitrat P yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-
dan 5 tetes asam sulfat P. turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat.
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,115
N. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi AMIKASIN SULFAT
<931>.
Amikacin Sulphate
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Amikasin BPFI dan Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar berturut-turut lebih kurang
0,02 dan 0,008 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amikasin
BPFI larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang
0,02 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL,
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet
10 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL,
encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada O-3-Amino-3-deoksi α-D-glukopiranosil(1 4)-O-[6-
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi amino-6-deoksi-α-D-glukopiranosil
dilengkapi dengan detektor elektrokimia, dengan (1 6)]-N3-(4-amino-L-2-hidroksibutiril)-2-deoksi-
elektroda emas, dan elektroda pembanding pH perak- L-streptamina sulfat (1:2 atau 1:1,8) [39831-55-5]
perak klorida, kolom pelindung berisi bahan pengisi C22H43N5O13.1,8H2SO4 BM 762,15
L47, dan kolom analisis 4 mm x 25 cm berisi bahan C22H43N5O13.2H2SO4 BM 781,76
pengisi L47. Detektor elektrokimia yang digunakan
dengan model amperometrik dengan skala 300 nC, Amikasin Sulfat dengan perbandingan molar amikasin
dengan hasil 1 V pada skala penuh, waktu kenaikan dan sulfat 1:2 mengandung setara tidak kurang dari
0,5 detik, polaritas positif, potensial E = 0,04 V; t 1 = 674 µg dan tidak lebih dari 786 µg C22H43N5O13 per
200 ms; E2 = 0,8 V; t2 = 190 ms; E3 = -0,8 V; t3 = 190 mg, dihitung terhadap zat kering. Amikasin Sulfat
ms. Laju alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Lakukan dengan perbandingan molar amikasin dan sulfat 1:1,8
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, mengandung setara tidak kurang dari 691 µg dan tidak
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti lebih dari 806 µg C22H43N5O13 per mg, dihitung
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif kanamisin terhadap zat kering.
dan amikasin berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0;
resolusi, R, antara puncak kanamisin dan puncak Pemerian Serbuk hablur putih.
amikasin tidak kurang dari 3. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Kelarutan Mudah larut dalam air.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah terlindung cahaya, pada tempat sejuk. Kanamisin
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan simpan dalam
- 107 -

wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat


sejuk. INJEKSI AMIKASIN SULFAT
Amikacin Sulphate Injection
Identifikasi Lakukan penetapan seperti terterapada
Identifikasi dalam Amikasin. Injeksi Amikasin Sulfat adalah larutan steril amikasin
sulfat dalam Air untuk Injeksi atau larutan steril
Rotasi jenis <1081> Antara +76º dan +84º, dihitung amikasin dalam Air untuk Injeksi yang dibuat dengan
terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan bantuan asam sulfat, mengandung amikasin
larutan 20 mg per mL. C22H43N5O13 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
pH <1071> Antara 2,0 dan 4,0 (garam 1:2) atau antara dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
6,0 dan 7,3 (garam 1:1,8); lakukan penetapan terlindung cahaya, pada tempat sejuk. Kanamisin
menggunakan larutan 10 mg zat per mL. Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 13,0%; sejuk. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
5 mmHg pada suhu 110° selama 3 jam. menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
pengarangan dibasahkan dengan 2 mL asam nitrat P dalam lemari pembeku.
dan 5 tetes asam sulfat P.
Identifikasi
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara A. Encerkan dengan air hingga kadar 6 mg per mL.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan yang diperoleh memenuhi syarat Identifikasi
Kromatografi <931>. A seperti tertera pada Amikasin.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
baku, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
pada Penetapan kadar dalam Amikasin. diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, setara
dengan 50 mg amikasin, masukkan ke dalam labu Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
tentukur 250-mL, tambahkan lebih kurang 50 mL air Endotoksin FI per mg.
dan kocok untuk melarutkan. Encerkan dengan air
sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5.
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
kadar dalam Amikasin. tertera pada Injeksi volume kecil.
Hitung jumlah dalam μg amikasin, C22H43N5O13,
dalam tiap mg zat dengan rumus: Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
 CE  rU 

2500 
 W  rS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C adalah kadar Amikasin BPFI dalam mg per mL Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan
Larutan baku; E adalah kadar amikasin dalam µg per baku, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
mg Amikasin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg pada Penetapan kadar dalam Amikasin.
yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut- Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi,
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
baku. dengan air hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kadar dalam Amikasin.
rapat. Hitung jumlah dalam mg amikasin, C22H43N5O13,
dalam tiap mL injeksi dengan rumus:
Penandaan Pada etiket mencantumkan perbandingan
molar amikasin terhadap asam sulfat adalah 1:2 atau
1:1,8.
- 108 -

sama seperti pada Amilorida Hidroklorida BPFI yang


 L  CE  rU 

   telah dikeringkan.
 D  1000  rS  B. Buat larutan dalam air hingga kadar lebih kurang
600 µg per mL, dan encerkan secarakuantitatif dan
L adalah jumlah amikasin dalam mg per mL injeksi bertahap dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga
yang tertera pada etiket; D adalah kadar amikasin kadar lebih kurang 9,6 µg per mL. Spektrum serapan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah ultraviolet larutan ini menunjukkan maksimum dan
yang tertera pada etiket per mL dan faktor minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pengenceran. pada Amilorida Hidroklorida BPFI.
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dari kaca
Tipe I atau Tipe III. Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 100 mL
campuran metanol P-air (1:1), titrasi dengan natrium
hidroksida 0,1 N LV, Tetapkan titik akhir secara
potensiometrik: diperlukan tidak lebih dari 0,30 mL
AMILORIDA HIDROKLORIDA (0,1% sebagai HCl).
Amiloride Hydrochloride
Susut pengeringan Tidak kurang dari 11,0% dan
tidak lebih dari 13,0%; [Catatan Jumlah zat uji yang
digunakan pada penetapan jika perlu dapat
disesuaikan dengan kepekaan alat]. Lakukan
penetapan secara Analisis Termal <741> sebagai
berikut: Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat,
panaskan dengan kenaikan suhu 10º per menit antara
suhu kamar dan 225° di bawah aliran nitrogen P
N-Amidino-3,5-diamino-6-kloropirazina dengan laju alir 40 mL per menit. Dari termogram
karboksamida monohidroklorida dihidrat [17440-83- tetapkan akumulasi penyusutan bobot selama
4] pemanasan antara suhu kamar dan suhu lebih kurang
C6H8ClN7O.HCl.2H2O BM 302,12 200° saat kurva mulai mendatar.

Amilorida Hidroklorida mengandung tidak kurang Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C6H8CIN7O.HCl, dihitung terhadap zat kering. Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode V Memenuhi syarat.
Pemerian Serbuk kuning hingga kuning kehijauan; Pelarut Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P.
tidak berbau atau praktis tidak berbau.
Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis tipis
Kelarutan Sukar larut dalam air; tidak larut dalam seperti tertera pada Kromatografi <931>.
eter, dalam etil asetat, dalam aseton dan dalam Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-amonium
kloroform; mudah larut dalam dimetilsulfoksida; agak hidroksida 3 N (15:2)
sukar larut dalam metanol. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Amilorida Hidroklorida BPFI dan buat satu seri
Baku pembanding Amilorida Hidroklorida BPFI; larutan A, B, C, D, E dan F dengan melarutkan dan
lakukan Analisis termogravimetri seperti tertera pada mengencerkan dalam campuran metanol P-kloroform
Analisis Termal <741>; lakukan penetapan sebagai P (4:1) hingga kadar berturut-turut 4000, 40, 20, 8, 4
berikut: Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat, dan 2 µg per mL.
panaskan dengan kenaikan suhu 10° permenit antara Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
suhu kamar sampai 225° di bawah aliran nitrogen P larutkan dalam campuran metanol P-kloroform P (4:1)
dengan laju alir 40 mL per menit. Dari termogram hingga kadar 4 µg per mL.
tetapkan akumulasi penyusutan bobot selama Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
pemanasan antara suhu kamar dan suhu lebih kurang μL Larutan baku A, B, C, D, E dan F dan Larutan uji
200°saat kurva mulai mendatar. pada lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm
yang sebelumnya telah dibilas dengan metanol P.
Identifikasi Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah berisi Fase gerak hingga merambat lebih kurang tiga
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang batas rambat, biarkan fase gerak menguap. Amati di
bawah cahaya ultraviolet panjang gelombang 366 nm:
- 109 -

hingga Rf bercak utama dari Larutan uji sesuai dengan


Larutan baku A. Perkirakan kadar setiap bercak lain Disolusi <1231>
selain bercak utama dari Larutan uji dengan Media disolusi : 900 mL asam hidroklorida 0,1 N
membandingkan terhadap bercak utama dari Larutan Alat tipe 2 : 50 rpm
baku B, C, D, E dan F: jumlah intensitas bercak lain Waktu : 30 menit
tidak lebih dari bercak utama Larutan baku B atau Prosedur Lakukan penetapan jumlah
tidak lebih dari 1,0%. C6H8CIN7O.HCl, yang terlarut dengan mengukur
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan asam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450 hidroklorida 0,1 N bandingkan dengan serapan baku
mg zat, larutkan dalam 100 mL asam asetat glasial P, Amilorida Hidroklorida BPFI dalam media yang sama
tambahkan 10 mL raksa(II) asetat LP, dan 15 mL pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
dioksan P, campur. Tambahkan kristal violet LP dan kurang 363 nm. Sejumlah metanol, tidak lebih dari 2%
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan dari volume total Larutan baku dapat digunakan untuk
penetapan blangko. melarutkan amilorida hidroklorida.
Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Tiap mL asam perklorat 0,1 N kurang dari 80% (Q) C6H8CIN7O.HCl, dari jumlah
setara dengan26,61 mg C6H8CIN7O.HCl yang tertera pada etiket.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
baik. Penetapan keseragaman kandungan Masukkan 1
tablet yang telah diserbuk halus ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 60 mL asam
TABLET AMILORIDA HIDROKLORIDA hidroklorida 0,1 N, kocok secara mekanik selama 30
Amiloride Hydrochloride Tablet menit. Encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N
sampai tanda, campur dan sentrifus. Encerkan
Tablet Amilorida Hidroklorida mengandung sejumlah beningan hingga kadar 10 µg per mL. Ukur
Amilorida Hidroklorida, C6H8CIN7O.HCl, tidak serapan larutan ini dan larutan baku Amilorida
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0 % dari Hidroklorida BPFI 10 µg per mL dalam pelarut yang
jumlah yang tertera pada etiket. sama, pada panjang gelombang 363 nm, menggunakan
asam hidroklorida 0,1 N sebagai blangko. Hitung
Baku pembanding Amilorida Hidroklorida BPFI; jumlah dalam mg amilorida hidriklorida,
lakukan Analisis termogravimetri seperti tertera pada C6H8CIN7O.HCl, dalam tablet yang digunakan dengan
Analisis Termal <741>; lakukan penetapan sebagai rumus:
berikut: Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat,
panaskan dengan kenaikan suhu 10° per menit antara  TC   AU 

 
 D   AS
suhu kamar sampai 225o di bawah aliran nitrogen P
dengan Laju alir 40 mL per menit. Dari termogram 
tetapkan akumulasi penyusutan bobot selama
pemanasan antara suhu kamar dan suhu lebih kurang T adalah jumlah mg amilorida hidroklorida yang
200° saat kurva mulai mendatar. tertera pada etiket; C adalah kadar Amilorida
Hidroklorida BPFI dalam µg per mL Larutan baku
Identifikasi yang telah dikoreksi terhadap penyusutan bobot; D
A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram adalah kadar amilorida hidroklorida dalam µg per mL
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan Larutan uji sesuai etiket dan pengenceran; AU dan AS
baku seperti tertera pada Penetapan kadar. berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
B. Masukkan sejumlah serbuk tablet yang setara baku.
dengan 5 mg amilorida hidroklorida ke dalam labu
tentukur 25-mL, tambahkan metanol P sampai tanda, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
campur dan saring. Totolkan secara terpisah 10 μL Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
filtrat dan 10 μL larutan Amilorida Hidroklorida BPFI, Kromatografi <931>.
0,2 mg per mL dalam methanol P pada lempeng Dapar Larutkan 136 g kalium fosfat monobasa P
kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng dalam dalam 800 mL air, tambahkan asam fosfat P
bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan secukupnya hingga diperoleh pH 3,0. Encerkan
tetrahidrofuran P-amonium hidroksida 3 N (22:3), dengan air hingga 1000 mL.
biarkan merambat hingga lebih kurang tiga per empat Fase gerak Buat campuran air-metanol P-Dapar
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, (71:25:4), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
biarkan kering di udara dan amati dengan cahaya penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
ultraviolet 254 nm; harga Rf bercak utama Larutan uji pada Kromatografi <931>.
sesuai dengan bercak utama Larutan baku.
- 110 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah C16H24N10O4 BM 420,43


Amilorida Hidroklorida BPFI, larutkan dalam C16H24N10O4.2H2O [5897-66-5] BM 456,46
metanol P hingga kadar 1,0 mg per mL. Masukkan 5,0
mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, Aminofilin adalah senyawa anhidrat atau mengandung
tambahkan 10,0 mL metanol P dan 2,0 mL asam tidak lebih dari 2 molekul hidrat. Mengandung tidak
hidroklorida 0,1 N, encerkan dengan air sampai tanda. kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 87,4% teofilin
Larutan baku ini mengandung Amilorida Hidroklorida anhidrat, C7H8N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat.
BPFI, lebih kurang 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Pemerian Butir atau serbuk putih atau agak
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk kekuningan; bau amonia lemah, rasa pahit. Jika
tablet setara dengan lebih kurang 5 mg amilorida dibiarkan di udara terbuka, perlahan-lahan kehilangan
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL etilenadiamina dan menyerap karbon dioksida dengan
yang berisi 15,0 mL metanol P dan asam hidroklorida melepaskan teofilin. Larutan bersifat basa terhadap
0,1 N. Sonikasi selama 10 menit, encerkan dengan air kertas lakmus.
sampai tanda, sonikasi lagi selama 10 menit, saring.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kelarutan Tidak larut dalam etanoldan dalam eter
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan 1 g dalam 25 mL air menghasilkan larutan
dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 3,9 mm jernih; larutan 1 g dalam 5 mL air menghablur jika
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang didiamkan dan larut kembali jika ditambah sedikit
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap etilenadiamina.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum
dan faktor ikutan dari puncak utama tidak lebih dari digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan uji dan A. Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 20 mL
Larutan baku ke dalam kromatograf. Ukur respons air tambahkan sambil diaduk 1 mL asam hidroklorida
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg amilorida 3 N. Saring dan simpan filtrat. Bilas endapan dengan
hidroklorida, C6H8CIN7O.HCl, dalam serbuk tablet air dingin dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam:
yang digunakan dengan rumus: endapan teofilin yang diperoleh melebur antara 270º
dan 274º.
r  B. Pada lebih kurang 10 mg endapan kering
50 C  U  diperoleh pada Identifikasi A, masukkan ke dalam
 rS  cawan porselen, tambahkan 1 mL asam hidroklorida
P dan 100 mg kalium klorat P, uapkan di atas tangas
C adalah kadar Amilorida Hidroklorida BPFI dalam uap hingga kering, balikkan cawan di atas wadah yang
mg per mL Larutan baku yang telah dikoreksi berisi beberapa tetes amonium hidroksida 6 N: residu
terhadap penyusutan bobot; rU dan rS berturut-turut berwarna ungu yang hilang dengan penambahan
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. larutan alkali.
C. Pada filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tambahkan 0,5 mL benzensulfonil klorida P dan
baik. basakan dengan 5 mL natrium hidroksida 1 N, kocok
selama 10 menit, asamkan dengan 5 mL asam
hidroklorida 3 N, dinginkan, kumpulkan endapan
etilendiamina disulfonamida, bilas dengan air,
AMINOFILIN hablurkan kembali dari air, keringkan pada suhu 105º
Teofilin Etilendiamin selama 1 jam: endapan melebur antara 164º dan 171º.
Aminophylline
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,75%
(anhidrat) dan tidak lebih dari 7,9% (hidrat): lakukan
penetapan menggunakan 1,5 g zat, dengan campuran
25 mL kloroformP dan 25 mL metanol P sebagai
pengganti pelarut metanol.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%.

Kandungan etilenadiamina Antara 157 dan 175 mg


Senyawa teofilin dengan etilendiamina (2:1) [317-34-
per g C7H8N4O2 yang diperoleh pada Penetapan
0]
- 111 -

kadar. Lakukan penetapan sebagai berikut: timbang


saksama lebih kurang 500 mg aminofilin, larutkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam 30 mL air, tambahkan jingga metil LP, tirasi rapat.
dengan asam hidroklorida 0,1 N LV.
Penandaan Pada etiket cantumkan anhidrat atau
Tiap mL asam hidroklorida 0,1 N hidrat dan kandungan teofilin anhidrat.
setara dengan3,005 mg C2H8N2

Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja INJEKSI AMINOFILIN


tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Aminophylline Injection
Fase gerak Buat campuran 200 mL metanol P dan
960 mg natrium-1-pentanasulfonat P dan air Injeksi Aminofilin adalah larutan steril aminofilin
secukupnya hingga 1 liter. Atur dengan penambahan dalam Air untuk Injeksi atau larutan steril teofilin
asam asetat glasial P hingga pH 2,9 ± 0,1, saring dan dalam Air untuk injeksi yang dibuat dengan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut penambahan etilenadiamina. Tiap mL mengandung
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0% dan
<931>. tidak lebih dari 107,0% teofilin anhidrat,
Pengencer Buat campuran air-metanol P (4:1). C7H8N4O2,dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Teofilin aminofilin boleh mengandung etilenadiamina berlebih
BPFI, larutkan dan encerkan secara bertahap dengan tetapi tidak boleh ditambah zat lain untuk pengaturan
larutan pengencer hingga kadar lebih kurang 0,08 mg pH. [Catatan Injeksi tidak boleh digunakan jika telah
per mL. terlihat hablur yang memisah].
Larutan resolusi Larutkan sejumlah teobromin
dalam Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,08 Baku pembanding Teofilin BPFI; merupakan bentuk
mg per mL. Pipet 20 mL larutan ini ke dalam labu anhidrat dari teofilin; lakukan pengeringan pada suhu
tentukur-25 mL, encerkan dengan Pengencer sampai 105º selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
tanda. wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 24 mg Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
zat, masukkan ke dalam labu tentukur- 250 mL, hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
tanda. pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm Identifikasi Encerkan sejumlah volume injeksi yang
x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir 1 mL per setara dengan lebih kurang 500 mg aminofilin dengan
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan air hingga lebih kurang 20 mL, tambahkan 1 mL asam
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons hidroklorida 3 N atau secukupnya sambil terus diaduk
puncak seperti tertera pada Prosedur. Waktu retensi hingga teofilin mengendap sempurna. Saring, filtrat
relatif teobromin dan teofilin berturut-turut 0,65 dan menunjukkan Identifikasi C seperti tertera pada
1,0 faktor ikutan puncak teofilin tidak lebih dari 2,0 Aminofilin.
dan resolusi, R, antara puncak teobromin dan teofilin Bilas endapan dengan sedikit air dingin, keringkan
tidak kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap pada suhu 105º selama 1 jam: endapan melebur antara
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons 270º dan 274º dan menunjukkan Identifikasi B seperti
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku tertera pada Aminofilin.
relatif tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,0 unit
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Endotoksin FI per mg aminofilin.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung pH <1071> Antara 8,6 dan 9,0.
jumlah dalam mg teofilin, C7H8N4O2, dalam
aminofilin dengan rumus: Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
𝑟𝑈
( ) 250𝐶
𝑟𝑆 Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Kandungan etilendiamina Antara 166 dan 192 mg
puncak yang dihasilkan oleh Larutan uji dan Larutan per g teofilin anhidrat, C7H8N4O2, yang diperoleh pada
baku. Penetapan kadar. Lakukan penetapan sebagai berikut:
- 112 -

Ukur saksama sejumlah volume setara dengan lebih filtrat menunjukkan reaksi basa terhadap lakmus P.
kurang 500 mg aminofilin, jika perlu encerkan dengan Pada filtrat tambahkan 1 mL asam hidroklorida 3 N,
air hingga lebih kurang 30 mL. Tambahkan jingga aduk dan dinginkan jika perlu, hingga terbentuk
metil LP, titrasi dengan asam hidroklorida 0,1 N LV. endapan. Saring dan simpan filtrat. Bilas endapan
dengan sedikit air yang didinginkan dan keringkan
Tiap mL asam hidroklorida 0,1 N pada suhu 105 selama 1 jam: endapan yang diperoleh
setara dengan 3,005 mg C2H8N2 menunjukkan reaksi seperti tertera pada Identifikasi B
dalam Aminofilin, dan jika dihablurkan kembali dari
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara air dan dikeringkan pada suhu 1050 selama 1 jam,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada melebur antara 270 dan 274.
Kromatografi <931>. B. Filtrat yang diperoleh dari uji A menunjukkan
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan reaksi seperti tertera pada Identifikasi C dalam
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti Aminofilin.
tertera pada Penetapan kadar dalam Aminofilin.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi Disolusi <1231>
setara dengan lebih kurang 100 mg teofilin, masukkan Media disolusi: 900 mL air.
ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan Alat tipe 2: 50 rpm
dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 4 mL larutan Waktu: 45 menit
ini masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C7H8N4O2
dengan Pengencer sampai tanda. yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
pada Penetapan kadar dalam Aminofilin. Hitung larutan baku Teofilin BPFI dalam media yang sama
jumlah dalam mg teofilin, C7H8N4O2, dalam larutan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
injeksi yang digunakan dengan rumus: kurang 269 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
r  kurang dari 75% (Q) C7H8N4O2, dari jumlah yang
1250 C  U  tertera pada etiket.
 rS 
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per mL Penetapan keseragaman kandungan.
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Larutan baku Timbang saksama sejumlah Teofilin
puncak yang dihasilkan oleh Larutan uji dan Larutan BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
baku. lebih kurang 10 µg per mL.
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tentukur 250-mL, tambahkan 200 mL air, kocok
tunggal bebas karbon dioksida, dari kaca Tipe I, hingga hancur sempurna. Tambahkan air sampai
terlindung cahaya. tanda. Saring dan buang 20 mL filtrat pertama.
Gunakan filtrat sebagai larutan uji.
Penandaan Cantumkan kandungan teofilin anhidrat. Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku menggunakan sel 1-cm, pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 269 nm.
TABLET AMINOFILIN Gunakan air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam
Aminophylline Tablet mg, teofilin anhidrat, C7H8N4O2, dalam tablet dengan
rumus:
Aminofilin setara dengan teofilin anhidrat, C7H8N4O2,
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% 𝐴𝑈 𝑇𝐶
( )( )
dari jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan Tablet 𝐴𝑆 𝐷
Aminofilin yang disimpan dalam wadah tertutup
rapat, bila dibuka akan memberikan bau amoniak T adalah jumlah mg teofilin anhidrat per tablet yang
yang kuat. Ini disebabkan terbentuknya uap dari tertera pada etiket; C adalah kadar Teofilin BPFI
etilendiamin.] dalam µg per mL Larutan baku; D adalah kadar
teofilin dalam µg per mL Larutan uji; AU dan AS
Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji dan
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum Larutan baku.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Etilendiamin Antara 140 mg dan 190 mg etilen
Identifikasi diamin, C2H8N2 per g C7H8N4O2 yang diperoleh dari
A. Maserasi sejumlah tablet setara dengan lebih Penetapan kadar. Lakukan penetapan sebagai berikut:
kurang 500 mg aminofilin dengan 25 mL air, saring:
- 113 -

Timbang saksama sejumlah serbuk tablet seperti Waktu Larutan A Larutan B


diperoleh dari Penetapan kadar setara dengan lebih (menit) (%) (%)
kurang 350 mg aminofilin anhidrat, masukkan ke 0 98 2
dalam labu Erlemeyer 100 mL, tambahkan 20 mL air, 7 50 50
7,3 10 90
dan hangatkan hingga suhu 50º dengan pengocokan
8,3 10 90
secara berkala selama 30 menit. Dinginkan, saring. 8,31 98 2
Masukkan filtrat ke dalam Erlemeyer 250-mL dan 12 98 2
bilas dengan air hingga air pembilas bereaksi netral
terhadap lakmus P. Kumpulkan filtrat dan air Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
pembilas, tambahkan indikator jingga metil LP dan sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
titrasi dengan asam hidroklorida 0,1 N LV. seperti tertera pada Prosedur. Resolusi, R, antara
puncak aminofilin dan senyawa sejenis F aminofilin
Tiap mL asam hidroklorida 0,1 N tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
setara dengan 3,005 mg C7H8N4O2 Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja relatif tidak lebih dari 1,0%.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan A 10 mMol amonium asetat, masukkan volume sama (lebih kurang 1 μL) Larutan baku dan
770,8 mg amonium asetat P ke dalam labu tentukur 1 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
L. Larutkan dengan air sampai 80% volume labu. Atur kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
pH sampai 5,5 dengan penambahan asam asetat persentase aminofilin, C7H8N4O2, dalam serbuk tablet
glasial P, encerkan dengan air sampai tanda. Saring dengan rumus:
dengan penyaring dengan porositas 0,2 µm.
Larutan B Gunakan metanol P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran seperti  rU   CS 
     100
tertera pada Sistem kromatografi.
 rS   CU 
Larutan cemaran persediaan Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis F Aminofilin BPFI,
larutkan dan encerkan dengan air hingga 25 µg per rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
mL. aminofilin dari Larutan uji dan Larutan baku;
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama CS adalah kadar Aminofilin BPFI dalam mg per mL
sejumlah aminofilin BPFI dan Senyawa Sejenis F Larutan baku; CU adalah kadar aminofilin dalam mg
Aminofilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
hingga kadar berturut-turut 0,8 mg per mL dan 1 µg pada etiket.
per mL. Masukkan 21 mg aminofilin BPFI ke dalam
labu tentukur 25-mL, tambah 5 mL air, sonikasi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
sampai larut, dan tambahkan 1 mL Larutan cemaran rapat.
persediaan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Penandaan Pada etiket tertera jumlah aminofilin
aminofilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air anhidrat.
hingga kadar 0,17 mg per mL.
Larutan uji Serbuk haluskan tidak kurang dari 20
tablet. Timbang saksama serbuk tablet setara dengan TABLET LEPAS TUNDA AMINOFILIN
lebih kurang 34 mg zat, masukkan ke dalam labu Aminophylline Delayed-Released Tablet
tentukur 200-mL. Tambahkan 20 mL air dan aduk
selama satu menit. Tambahkan 140 mL air dan Tablet Lepas Tunda Aminofilin mengandung
sonikasi selama 30 menit, encerkan dengan air sampai aminofilin, setara dengan teofilin anhidrat, C7H8N4O2,
tanda, saring melalui penyaring dengan porositas 0,22 tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%
µm. Buang dua sampai tiga mL filtrat pertama. dari jumlah yang tertera pada etiket [Catatan Tablet
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada lepas tunda aminofilin yang disimpan dalam wadah
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi tertutup rapat, bila dibuka akan memberikan bau
dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom 2,1 mm amoniak yang kuat. Ini disebabkan terbentuknya uap
x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran dari etilendiamin].
partikel 1,7 µm. Pertahankan suhu kolom pada 40°.
Laju alir lebih kurang 0,4 mL per menit. Kromatograf Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan
diprogram sebagai berikut: pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
- 114 -

Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
untuk tablet lepas tunda (salut enterik), lakukan Uji Identifikasi Umum <291>.
penetapan seperti tertera pada Tablet Salut Enterik.
pH <1071> Antara 3,2 dan 3,8. Lakukan penetapan
Syarat lain Tablet lepas tunda menunjukkan reaksi menggunakan larutan 1,0 g zat dalam air dan panaskan
seperti tertera pada uji Identifikasi dan memenuhi pada suhu 80°, kemudian dinginkan. Encerkan dengan
syarat Keseragaman sediaan, Kandungan air hingga 20 mL.
etilendiamin dan Penetapan kadar seperti tertera pada
Tablet Aminofilin. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, keringkan
Penandaan Pada etiket tertera kandungan teofilin dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 2,25
anhidrat. mmHg, pada suhu 50º selama 4 jam.

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; warna


AMIODARON HIDROKLORIDA coklat pada Larutan uji tidak lebih intensif dari pada
Larutan baku. [Catatan Jika hasil yang didapat sulit
Amiodarone Hydrochloride
untuk dinilai, saring larutan menggunakan penyaring
membran dengan porositas 3 µm. Saring perlahan dan
seragam, gunakan tekanan konstan dan sedang.
Bandingkan bercak yang didapat pada penyaring dari
larutan berbeda.]
Dapar Timbang saksama lebih kurang 25 g amonium
asetat P, larutkan dengan 25 mL air, tambahkan 38 mL
asam hidroklorida 70%. Jika perlu, atur pH hingga lebih
kurang 3,5 dengan penambahan asam hidroklorida encer
LP atau larutan amonia encer LP. Encerkan dengan air
2-Butil-3-benzofuranil 4-[2-(dietilamino)etoksi]-3,5- hingga 100 mL.
diiodofenil keton hidroklorida [19774-82-4] Larutan baku timbal persediaan (Pb 1000 bpj)
2-Butil-3-benzofuranil 4-[2-(dietilamino)etoksi]-3,5- Timbang saksama sejumlah timbal(II) nitrat P, larutkan
diiodofenil keton [1951-25-3] dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
C25H29I2NO3.HCl BM 681,77 1,6 mg per mL.
Larutan baku timbal Pipet sejumlah Larutan baku
Amiodaron hidroklorida mengandung tidak kurang timbal persediaan, encerkan dengan air hingga kadar
dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%, lebih kurang 10 bpj. [Catatan Larutan dibuat segera
C25H29I2NO3.HCl , dihitung terhadap zat kering. sebelum digunakan.]
Larutan fenolftalein Timbang 0,1 g fenolftalein P,
Pemerian Serbuk hablur halus, putih sampai hampir larutkan dengan 80 mL etanol P, dan encerkan dengan
putih. air hingga 100 mL.
Larutan tioasetamida Timbang saksama sejumlah
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut tioasetamida P, larutkan dan encerkan dengan
dalam metilen klorida; larut dalam metanol; agak air hingga kadar lebih kurang 40 g per L. Pipet 0,2 mL
sukar larut dalam etanol. larutan ini, tambahkan 1 mL campuran gliserol 85%-
natrium hidroksida 1 N-air (4:3:1). Panaskan dalam
Baku pembanding Amiodaron Hidroklorida BPFI; tangas air selama 20 detik.
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari 1 g zat, masukkan ke dalam krus silika bersama dengan
pendingin. Senyawa Sejenis D Amiodaron BPFI. 4 mL magnesium sulfat P (timbang sejumlah magnesium
Senyawa Sejenis E Amiodaron BPFI. Senyawa Sejenis sulfat P, larutkan dan encerkan dengan asam sulfat encer
H Amiodaron BPFI. LP hingga kadar lebih kurang 250 g per L). Campur
menggunakan batang pengaduk kaca, dan panaskan
Identifikasi hati-hati. Jika campuran berbentuk cairan, uapkan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang hati-hati hingga kering dalam tangas air. Panaskan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan secara bertahap hingga berpijar, dan lanjutkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang pemanasan hingga didapatkan residu berwarna hampir
sama seperti pada Amiodaron Hidroklorida BPFI. putih atau abu-abu. Lakukan pemijaran pada suhu
tidak lebih dari 800°. Dinginkan. Basahkan residu
- 115 -

dengan beberapa tetes asam sulfat encer LP. Uapkan Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol P-
dan pijarkan kembali, dan dinginkan. Total waktu asam format anhidrat P (17:2:1).
pemijaran tidak lebih dari 2 jam. Larutkan residu dalam Larutan kalium iodobismutat Timbang saksama
dua bagian, masing-masing dengan 5 mL larutan asam 100 g asam tartrat P, larutkan dalam 400 mL air dan
hidroklorida P 20%. Tambahkan 0,1 mL Larutan tambahkan 8,5 g bismut subnitrat P. Kocok selama 1
fenolftalein dan larutan ammonia P 25% dalam air jam, tambahkan 200 mL larutan kalium iodida P
hingga terjadi warna merah muda. Dinginkan, dengan kadar 400 g per L, dan kocok. Diamkan selama
tambahkan asam asetat glasial P hingga warna larutan 24 jam, saring, dalam wadah terlindung cahaya.
hilang, dan tambahkan 0,5 mL asam asetat glasial P Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
berlebih. Jika perlu saring, bilas penyaring, dan encerkan Senyawa Sejenis H Amiodaron BPFI, larutkan
dengan air hingga 20 mL. dan encerkan dengan metilen klorida P hingga kadar
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada lebih kurang 0,02 mg per mL.
Larutan uji menggunakan 2 mL Larutan baku Larutan baku B Gunakan campuran Larutan baku A
timbal. Tambahkan 2 mL Larutan uji ke dalam dan Larutan uji (1:1).
10 mL larutan yang didapat. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan pembanding Lakukan seperti tertera pada larutkan dan encerkan dengan metilen klorida P
Larutan uji, tambahkan 2 mL Larutan baku ke dalam hingga kadar lebih kurang 100 mg per mL.
1 g zat. Prosedur Totolkan secara terpisah 50 μL Larutan
Blangko Gunakan 10 mL air dan 2 mL Larutan uji. baku A, 100 μL Larutan baku B, dan 50 μL Larutan
Prosedur Tambahkan 2 mL Dapar ke dalam masing- uji pada lempeng kromatografi Silika gel F254.
masing 12 mL Larutan baku, Larutan uji, Blangko, dan Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
Larutan pembanding, campur, kemudian tambahkan 1,2 berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat
mL Larutan tioasetamida, dan segera campur. Uji hingga tidak kurang dari dua pertiga tinggi lempeng,
larutan setelah 2 menit: uji tidak valid jika Larutan baku angkat lempeng, dan biarkan kering di udara dingin.
tidak menunjukkan warna agak coklat dibandingkan Semprot dengan Larutan kalium iodobismutat
dengan Blangko atau jika Larutan pembanding tidak bisa kemudian dengan larutan hidrogen peroksida 3%.
dibandingkan dengan Larutan baku. Segera amati bercak di bawah sinar matahari: bercak
dari Larutan baku B terlihat jelas disebabkan senyawa
Iodida Tidak lebih dari 150 bpj. sejenis H amiodaron. Setiap bercak dengan Rf yang
Larutan A Timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat, sama dengan senyawa sejenis H amiodaron dari
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan baku A.
ke dalam 40 mL air pada suhu 80°, kocok hingga larut Prosedur 2 Total cemaran tidak lebih dari 0,5%.
sempurna. Dinginkan dan encerkan dengan air sampai Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
tanda. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Larutan baku Pipet 15 mL Larutan A, masukkan ke <931>.
dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 1,0 mL asam Dapar Pipet 3 mL asam asetat glasial P, masukkan
hidroklorida 0,1 N, 1,0 mL kalium iodida LP dengan ke dalam labu tentukur 1000-mL. Tambahkan 800 mL
kadar 88,2 mg per mL, dan 1,0 mL kalium iodat 0,05 air. Atur pH hingga lebih kurang 4,9 dengan
M. Encerkan dengan air sampai tanda, diamkan selama penambahan larutan amonia encer P, dan encerkan
4 jam dan terlindung cahaya. dengan air sampai tanda.
Larutan uji Pipet 15 mL Larutan A, masukkan ke Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol P-
dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 1,0 mL asam Dapar (4:3:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu
hidroklorida 0,1 N dan 1,0 mL kalium iodat lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
0,05 M. Encerkan dengan air sampai tanda, diamkan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
selama 4 jam dan terlindung cahaya. Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).
Prosedur Pipet 15 mL Larutan A dan Larutan baku persediaan Timbang saksama
1,0 mL asam hidroklorida 0,1 N, masukkan ke dalam sejumlah sama masing-masing Senyawa Sejenis D
labu tentukur 20-mL. Encerkan dengan air sampai Amiodaron BPFI, Senyawa Sejenis E Amiodaron
tanda. Gunakan sebagai blangko. Ukur serapan BPFI, dan Amiodaron Hidroklorida BPFI, larutkan
Larutan baku dan Larutan uji pada panjang dan encerkan dalam sejumlah metanol P hingga kadar
gelombang 420 nm: serapan Larutan uji tidak lebih tertentu.
dari setengah serapan Larutan baku. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
Cemaran organik [Catatan Zat memenuhi hingga kadar Senyawa Sejenis D Amiodaron BPFI,
persyaratan untuk kedua prosedur.] Senyawa Sejenis E Amiodaron BPFI, dan Amiodaron
Prosedur 1 Tidak lebih dari 0,02%, Hidroklorida BPFI masing-masing lebih kurang 0,01
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis mg per mL.
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 116 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Dapar Timbang saksama 6,80 g kalium fosfat
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
amiodaron hidroklorida lebih kurang 5 mg per mL. mL. Tambahkan 900 mL air dan tambahkan 1,0 mL
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja trietilamin P. Atur pH hingga lebih kurang 6,0 ± 0,05
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom dengan penambahan asam fosfat P, encerkan dengan
berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi air sampai tanda.
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).
kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 1 mL per Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (1:1),
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara senyawa pada Kromatografi <931>.
sejenis D amiodaron dan senyawa sejenis E amiodaron Larutan baku persediaan Timbang saksama
tidak kurang dari 3,5. sejumlah Amiodaron Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah encerkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan 0,5 mg per mL.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
kromatogram 2 kali waktu retensi amiodaron, dan persediaan, encerkan dalam Pengencer hingga kadar
ukur semua respons puncak. Hitung persentase lebih kurang 0,1 mg per mL.
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus: Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
zat, larutkan dan encerkan dengan metanol P, hingga
 ri   CS  kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
     100 Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
 rS   CU  encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per mL.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji; rS adalah respons puncak amiodaron dari tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
Larutan baku; CS adalah kadar Amiodaron berukuran 3,9 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L26, dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
CU adalah kadar amiodaron hidroklorida dalam mg per kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi
dari batas yang tertera pada Tabel. kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor
ikutan tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif
Tabel pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0 %.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Nama Waktu Batas volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
retensi (%) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
relatif kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
Senyawa sejenis A 0,26 0,2 persentase amiodaron hidroklorida, C25H29I2NO3.HCl,
amiodaron dalam zat dengan rumus:
Senyawa sejenis D 0,29 0,2
amiodaron
 rU   CS 
Senyawa sejenis E 0,37 0,2      100
amiodaron
Senyawa sejenis B 0,49 0,2  rS   CU 
amiodaron
Senyawa sejenis C 0,55 0,2 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
amiodaron amiodaron dari Larutan uji dan Larutan baku;
Senyawa sejenis G 0,62 0,2 CS adalah kadar Amiodaron Hidroklorida BPFI dalam
amiodaron mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar amiodaron
Senyawa sejenis F 0,69 0,2 hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
amiodaron berdasarkan bobot yang ditimbang.
Amiodaron hidroklorida 1,00 -
Cemaran lain - 0,1 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%. rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 117 -

INJEKSI AMIODARON HIDROKLORIDA Larutan uji Pipet 15 mL Larutan persediaan


Amiodarone Hydrochloride Injection amiodaron, masing-masing 1 mL asam hidroklorida
0,1 N, 1 mL Larutan kalium iodat, dan 3 mL air,
Injeksi Amiodaron hidroklorida adalah campur dan diamkan selama 4 jam, terlindung cahaya.
larutan steril Amiodaron hidroklorida. Mengandung Blangko Pipet masing-masing 15 mL Larutan
Amiodaron hidroklorida, C25H29I2NO3.HCl, tidak persediaan amiodaron, 1 mL asam hidroklorida 0,1
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari N, dan 4 mL air, campur dan diamkan selama 4 jam,
jumlah yang tertera pada etiket. Dapat mengandung terlindung cahaya.
pengawet yang sesuai. Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji
dan Blangko menggunakan sel 1-cm pada panjang
Baku pembanding Amiodaron Hidroklorida BPFI; gelombang 420 nm. Hitung jumlah iodida dalam zat
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah yang digunakan, dengan rumus:
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
pendingin. Senyawa Sejenis D Amiodaron BPFI. (𝐴𝑈 − 𝐴𝐵 ) 𝐶𝑆 126,90
×( )×( )
Senyawa Sejenis E Amiodaron BPFI. Benzil alkohol (𝐴𝑆 − 𝐴𝐵 ) − (𝐴𝑈 − 𝐴𝐵 ) 𝐶𝑈 166,00
BPFI. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk AU, AB dan AS berturut-turut adalah serapan dari
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, Larutan uji, Blangko, dan Larutan baku; CS adalah
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan kadar kalium iodida dalam µg per mL Larutan baku;
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka CU adalah kadar amiodaron hidroklorida dalam g per
dalam lemari pembeku. mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket; 126,90 dan 166,00 berturut-turut adalah bobot
Identifikasi molekul iodida dan kalium iodida.
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Benzil Alkohol (Jika ada) Antara 90 dan 110 %.
diperoleh pada Penetapan kadar. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 8,33 unit Larutan baku internal Timbang sejumlah fenol P,
Endotoksin FI per mg Amiodaron hidroklorida. larutkan dan encerkan dalam isopropil alkohol P
hingga kadar 1 mg per mL.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Blangko Pipet 5 mL Larutan baku internal,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
pH <1071> Antara 3,0 dan 5,0. dengan isopropil alkohol P sampai tanda. Kadar
larutan 0,2 mg per mL.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat, seperti Larutan baku persediaan Timbang sejumlah Benzil
tertera pada Injeksi volume kecil. alkohol BPFI, larutkan dan encerkan dalam isopropil
alkohol P hingga kadar lebih kurang 1,62 mg per mL.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Larutan baku Pipet masing-masing 5 mL Larutan
Injeksi. baku internal dan 3 mL Larutan baku persediaan,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
Iodida Tidak lebih dari 250 bpj [Catatan Larutan dengan isopropil alkohol P sampai tanda.
dibuat segar dalam wadah coklat]. Lakukan Larutan uji persediaan Pipet 2 mL injeksi ke dalam
penetapan dengan cara Spektrofotometri UV-Vis labu tentukur 25-mL, encerkan dengan isopropil
seperti tertera pada Spektrofotometri dan hamburan alkohol P sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang
cahaya <1191>. 1,61 mg per mL berdasarkan jumlah yang tertera pada
Larutan kalium iodat Timbang saksama sejumlah etiket.
kalium iodat, larutkan dan encerkan dengan air hingga Larutan uji Pipet masing-masing 5 mL Larutan
kadar 10,7 gram per L. baku internal dan 3 mL Larutan uji persediaan ke
Larutan kalium iodida Timbang saksama sejumlah dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan
kalium iodida, larutkan dan encerkan dengan air isopropil alkohol P sampai tanda. Kadar fenol dan
hingga kadar 88,2 mg per L. benzil alkohol berturut-turut lebih kurang 0,2 dan 0,19
Larutan persediaan Amiodaron Pipet sejumlah mg per mL.
volume zat ke dalam labu tentukur yang sesuai, Sistem kromatografi Kromatograf gas
encerkan dengan air dengan kadar 5 mg per mL. dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala
Larutan baku Pipet masing-masing 15 mL Larutan dan kolom 0,32 mm x 30 m dilapisi 1 µm fase
persediaan amiodaron; 1 mL asam hidroklorida 0,1 diam G16, dengan split rasio lebih kurang
N; 1 mL Larutan kalium iodida, 1 mL Larutan kalium 10:1. Pertahankan suhu injektor pada 200º,
iodat dan 2 mL air, campur dan diamkan selama 4 jam, detektor pada 200º, dan suhu kolom 150º. Gunakan
terlindung cahaya. nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju
- 118 -

alir 10 mL per menit. Lakukan kromatografi 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram ulang tidak lebih dari 5%.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur: simpangan baku relatif pada volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku A,
penyuntikan ulang untuk benzil alkohol Larutan baku B, dan Larutan uji ke dalam
terhadap fenol tidak lebih dari 2,0%. kromatograf, rekam kromatogram tidak kurang dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 1,5 kali waktu retensi amiodaron dari Larutan baku,
volume sama (lebih kurang 1 L) Larutan baku dan dan tidak kurang dari 2 kali waktu retensi amiodaron
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dari Larutan uji dan ukur semua respons puncak.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Hitung persentase Senyawa sejenis D amiodaron atau
persentase benzil alkohol dalam injeksi dengan rumus: Senyawa sejenis E amiodaron dalam zat dengan
rumus:
 rU   CS 
      100  ri   CS 
 rS   CU        100
 rS   CU 
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak benzil
alkohol terhadap fenol dari Larutan uji dan Larutan ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
baku; CS adalah kadar Benzil alkohol BPFI dalam mg masing senyawa sejenis D amiodaron atau senyawa
per mL Larutan baku; CU adalah kadar benzil alkohol sejenis E amiodaron dari Larutan uji dan Larutan baku
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah B; CS adalah kadar Senyawa sejenis D Amiodaron
yang tertera pada etiket. BPFI atau Senyawa sejenis E Amiodaron BPFI dalam
mg per mL Larutan baku B; CU adalah kadar
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara amiodaron hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Hitung
Kromatografi <931>. persentase cemaran dengan rumus:
Dapar Buat larutan 3 mL per L asam asetat glasial
P yang dibuat sebagai berikut: pada sejumlah volume
 ri   CS 
asam asetat glasial P tambahkan 80% air dari volume       100
total labu tentukur yang sesuai. Atur pH hingga 4,9  rS   CU 
dengan penambahan amonia P, encerkan dengan air
sampai tanda. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
Fase gerak Campuran asetonitril P–metanol P- masing cemaran dari Larutan uji dan Larutan baku A;
Dapar (400:300:300), saring dan awaudarakan. Jika CS adalah kadar Amiodaron Hidroklorida BPFI dalam
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem mg per mL Larutan baku A; CU adalah kadar
seperti tertera pada Kromatografi <931>. amiodaron hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
Pengencer Campuran asetonitril P– metanol P- air berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Masing-
(50:30:20). masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah batas yang tertera pada Tabel.
Amiodaron Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,001 Tabel
mg per mL.
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah Cemaran Waktu Batas
Senyawa sejenis D Amiodaron BPFI dan Senyawa retensi relatif (%)
sejenis E Amiodaron BPFI larutkan dengan Pengencer (menit)
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,03 mg per Senyawa sejenis E 0,39 0,2
mL dan 2 µg per mL. Amiodaron
Larutan uji Pipet sejumlah volume zat ke dalam Senyawa sejenis D 0,55 3,0
labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan Amiodaron
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL Amiodaron 1,00 -
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Cemaran lain - 0,2
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Total cemaran - 3,5
dilengkapi dengan detektor UV 240 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pada 30 dan laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A, Dapar Timbang lebih kurang 1,36 g kalium fosfat
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1-L,
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari tambahkan 900 mL air dan 1 mL trietilamin P. atur pH
- 119 -

hingga 6,0 dengan penambahan asam fosfat P,


encerkan dengan air sampai tanda.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar
(800:200), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P–air (60:40).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Amiodaron Hidroklorida BPFI, larutkan, dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih 10,11-dihidro-N,N-dimetil-5H-
kurang 0,025 mg per mL. dibenzo[α,d]siklohepten-5,-propilamin hidroklorida.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, [549-18-8]
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih C20H23N.HCl BM 313,86
kurang 0,012 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Amitriptilin Hidroklorida mengandung tidak kurang
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C20H23N.HCl,
berukuran 4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1 dihitung terhadap zat kering.
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil; putih atau
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dalam kloroform, dan dalam metanol; tidak larut
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam eter.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Baku pembanding Amitriptilin Hidroklorida BPFI;
kromatogram dua kali waktu retensi amiodaron dan lakukan pengeringan dalam hampa udara, tidak lebih
ukur respons puncak utama. Hitung persentase dari 5mmHg, pada suhu 60 hingga bobot tetap
Amiodaron hidroklorida, C25H29I2NO3.HCl, dalam zat sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
dengan rumus: rapat. Senyawa Sejenis A Amitriptilin BPFI. Senyawa
Sejenis B Amitriptilin BPFI. Siklobenzaprin
Hidroklorida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu
 rU   CS  105º hingga bobot tetap. Simpan dalam wadah tertutup
      100
rapat. Nortriptilin Hidroklorida BPFI; tidak boleh
 rS   CU  dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Identifikasi
Amiodaron Hidroklorida BPFI dalam mg per mL A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan baku; CU adalah kadar amiodaron didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. sama seperti pada Amitriptilin Hidroklorida BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
tunggal atau ganda, tidak tembus cahaya dan panas diperoleh pada Penetapan kadar.
berlebih, pada suhu terkendali. C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Penandaan Cantumkan pada etiket untuk dilarutkan
dengan pembawa parenteral yang sesuai hingga pH <1071> Antara 5,0 dan 6,0; lakukan penetapan
mencapai kekuatan yang diinginkan sebelum menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
digunakan. Cantumkan pada etiket, jenis dan jumlah
pengawet yang digunakan, jika tidak menggunakan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
pengawet cantumkan “tidak mengandung pengawet”. lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º hingga
bobot tetap.
AMITRIPTILIN HIDROKLORIDA
Amitriptyline Hydrochloride Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.


- 120 -

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Asam fosfat encer, Dapar, Fase gerak, Kesesuaian Kromatografi <931>.
sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti Asam fosfat encer Campuran asam fosfat P - air
tertera pada Penetapan Kadar. (1:10).
Larutan baku Gunakan Larutan kesesuaian sistem Dapar Buat larutan natrium fosfat dibasa P 1,42 mg
seperti tertera pada Penetapan Kadar. per mL, atur pH hingga 7,7 dengan penambahan Asam
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, fosfat encer.
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga Fase gerak Campuran metanol P - Dapar (7:3).
kadar lebih kurang 1 mg per mL. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan pada Kromatografi <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amitriptilin
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Fase
persentase masing-masing senyawa sejenis gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
amitriptilin dalam zat yang digunakan dengan rumus: Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
 ri  C S  lebih kurang 0,2 mg per mL.
    100 Larutan persediaan kesesuaian sistem A Timbang
 rS  CU  saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Amitriptilin
BPFI, larutkan, dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar lebih kurang 1 mg per mL.
ri adalah respons puncak masing-masing senyawa
Larutan persediaan kesesuaian sistem B Timbang
sejenis amitriptilin dari Larutan uji; rS adalah respons
saksama masing-masing sejumlah Amitriptilin
puncak senyawa sejenis amitriptilin dari Larutan
Hidroklorida BPFI, Senyawa Sejenis B Amitriptilin
baku; CS adalah kadar masing-masing senyawa sejenis
BPFI, Siklobenzaprin Hidroklorida BPFI, dan
amitriptilin dalam mg per mL Larutan baku dan CU
Nortriptilin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
adalah kadar amitriptilin hidroklorida dalam mg per
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Fase gerak hingga kadar berturut-turut lebih kurang
Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
0,4 mg per mL; 0,6 mg per mL; 0,6 mg per mL; dan
rumus:
0,6 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Encerkan sejumlah
 ri  C S  volume Larutan baku, Larutan persediaan kesesuaian
    100 sistem A, dan Larutan persediaan kesesuaian sistem B
 rS  CU  dengan Fase gerak hingga kadar amitriptilin
hidroklorida, senyawa sejenis A amitriptilin, senyawa
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain sejenis B amitriptilin, siklobenzaprin hidroklorida dan
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak senyawa nortriptilin hidroklorida berturut-turut lebih kurang 1
sejenis amitriptilin dari Larutan baku; CS adalah kadar µg per mL; 0,5 µg per mL; 1,5 µg per mL; 1,5 µg per
Amitriptilin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL mL; dan 1,5 µg per mL.
Larutan baku; dan CU adalah kadar amitriptilin Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
berdasarkan bobot yang ditimbang. [Catatan: Abaikan berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L7
puncak dengan waktu retensi relatif kurang dari dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
0,22.] Masing-masing cemaran dan total cemaran 1,5 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 45 o.
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Tabel sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Waktu Retensi Batas senyawa sejenis tertera pada Tabel; resolusi, R, antara
Cemaran
Relatif (%) puncak senyawa sejenis B amitriptilin dengan puncak
Senyawa sejenis nortriptilin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
0,35 0,05
A amitriptilin kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Senyawa sejenis kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
0,52 0,15
B amitriptilin pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Nortriptilin 0,60 0,15 penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Siklobenzaprin 0,76 0,15
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Amitriptilin 1,0 -
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Cemaran lain - 0,10
Total cemaran - 1,0
Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan
- 121 -

kromatografi selama satu setengah kali waktu retensi panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
amitriptilin, rekam kromatogram, dan ukur respons 239 nm.
puncak utama. Hitung persentase amitriptilin Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
hidroklorida, C20H23N.HCl, dalam zat dengan rumus: kurang dari 75% (Q) C20H23N.HCl, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
 rU  C S 
    100 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
 rS  CU 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kromatografi <931>.
Amitriptilin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Dapar Larutkan 11,04 g natrium fosfat monobasa P
Larutan baku dan CU adalah kadar amitriptilin dalam 900 mL air, atur pH hingga 2,5 ± 0,5 dengan
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji penambahan asam fosfat P dan encerkan dengan air
berdasarkan bobot yang ditimbang. hingga 1000 mL.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup (58:42), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
baik. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Amitriptilin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
TABLET AMITRIPTILIN HIDROKLORIDA encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Amitriptyline Hydrochloride Tablet kurang 0,2 mg per mL.
Larutan uji Masukkan 20 tablet ke dalam labu
Tablet Amitriptilin Hidroklorida mengandung tentukur 500-mL, tambahkan 250 mL Fase gerak,
Amitriptilin hidroklorida, C20H23N.HCl, tidak kurang kocok selama 1 jam atau sampai tablet hancur.
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Tambahkan Fase gerak sampai tanda dan saring.
yang tertera pada etiket. Encerkan sejumlah volume filtrat (VF mL) dengan
Fase gerak (VA mL) hingga kadar amitriptilin
Baku pembanding Amitriptilin Hidroklorida BPFI; hidroklorida lebih kurang 0,2 mg per mL.
lakukan pengeringan dalam hampa udara, tidak lebih Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dari 5mmHg, pada suhu 60 hingga bobot tetap Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm
rapat. x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Identifikasi Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera
A. Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
lebih kurang 10 mg amitriptilin hidroklorida ke dalam efisiensi kolom tidak kurang dari 800 lempeng teoritis
labu tentukur 100-mL, tambahkan 50 mL metanol P, dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
kocok dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. tidak lebih dari 2,0%.
Saring larutan, pipet 10 mL filtrat dan encerkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan metanol P hingga 100 mL. Spektrum serapan volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
larutan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
gelombang yang sama seperti Amitriptilin Hidroklorida kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
BPFI. jumlah dalam mg, amitriptilin hidroklorida,
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram C20H23N.HCl, dalam tiap tablet yang digunakan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang dengan rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
 C  V  r 
Disolusi <1231> 500  A  U 
Media disolusi : 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.  20  VF  rS 
Alat tipe1 : 100 rpm.
Waktu : 45 menit. C adalah kadar Amitriptilin Hidroklorida BPFI dalam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah amitriptilin mg per mL Larutan baku; VA dan VF berturut-turut
hidroklorida, C20H23N.HCl, yang terlarut dengan adalah volume dalam mL Fase gerak dan filtrat pada
mengukur alikot, jika perlu encerkan dengan Media pengenceran Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
disolusi dan serapan larutan baku Amitriptilin adalah respons puncak amitriptilin hidroklorida dalam
Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada Larutan uji dan Larutan baku.
- 122 -

Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang
tertutup baik. 14 mg Amlodipin Besilat BPFI, masukkan ke dalam
wadah yang sesuai, larutkan dalam 0,2 mL metanol P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
AMLODIPIN BESILAT Amlodipin Besilat BPFI, larutkan dan encerkan
Amlodipine Besylate dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 7 mg per
mL.
Larutan baku 1 Pipet 3 mL Larutan baku ke dalam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
Larutan baku 2 Pipet 1 mL Larutan baku ke dalam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 140 mg
zat, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
3-Etil5-metil()-2-[(2-aminoetoksi)metil]-4-(o-kloro- kadar 70 mg per mL.
fenil)-1,4-dihidro-6-metil-3,5-piridin dikarboksilat Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
monobenzen sulfonat [111470-99-6] 10 L Larutan uji, Larutan kesesuaian sistem, Larutan
C20H25ClN2O5.C6H6O3S BM 567,05 baku, Larutan baku 1, dan Larutan baku 2 pada
lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm.
Amlodipin Besilat mengandung tidak kurang dari Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C20H25ClN2O5. yang berisi Fase gerak, dan biarkan merambat hingga
C6H6O3S, dihitung terhadap zat anhidrat. tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
tandai batas rambat dan panaskan pada suhu 80
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih. selama 15 menit. Amati di bawah cahaya ultraviolet
254 dan 365 nm. Harga Rf bercak lain selain bercak
Kelarutan Mudah larut dalam metanol; agak sukar larut utama Larutan kesesuaian sistem berturut-turut adalah
dalam etanol; sukar larut dalam 2-propanol dan dalam air. lebih kurang 0,18 dan 0,22. Intensitas bercak lain
selain bercak utama pada Larutan uji tidak lebih besar
Baku pembanding Amlodipin Besilat BPFI. dari bercak pada Larutan baku 1 (0,3%).Tidak lebih
dari dua bercak pada Larutan uji lebih besar dari
Identifikasi bercak pada Larutan baku 2 (0,1%).
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Prosedur 2
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Tidak lebih dari 0,3% masing-masing untuk
sama seperti pada Amlodipin Besilat BPFI. cemaran A amlodipin dan total cemaran lain.Lakukan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
diperoleh pada Penetapan kadar. Dapar pH 3,0 dan Fase gerak Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Rotasi optik <1081> Antara −0,10 dan +0,10; Larutan kesesuaian sistem Larutkan lebih kurang 5
lakukan penetapan pada 20 menggunakan larutan 10 mg zat dalam 5 mL hidrogen peroksida P, panaskan
mg per mL dalam metanol P. pada suhu 70 selama 45 menit.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Amlodipin Besilat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 3 µg per
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
bpj. Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda.
Cemaran organik Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Prosedur 1 dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Fase gerak Buat campuran metil isobutil keton P- Larutan kesesuaian sistem. Rekam kromatogram dan
air-asam asetat glasial P (50:25:25), kocok dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
biarkan sampai terpisah. Gunakan lapisan atas. resolusi, R, antara puncak cemaran A amLodipin (3-
etil5-metil 2-[(2-aminoetoksi) metil]-4-(2-
- 123 -

klorofenil)-6-metilpiridin-3,5-dikarboksilat] dan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung


puncak amlodipin tidak kurang dari 4,5; waktu retensi jumlah dalam persentase, amlodipin besilat,
relatif benzen sulfonat, cemaran A amlodipin dan C20H25ClN2O5.C6H6O3S, dalam zat dengan rumus:
amLodipin berturut-turut adalah lebih kurang 0,2; 0,5
dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan C  rU 
baku, ukur respons puncak seperti tertera pada 100 S  
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan  CU  rS 
ulang tidak lebih dari 10,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah CS adalah kadar Amlodipin Besilat BPFI dalam mg per
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan mL Larutan baku; CU adalah kadar amlodipin besilat
Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
kromatografi selama tiga kali waktu retensi amlodipin ditimbang; rU dan rS berturut-turut adalah respons
besilat, rekam kromatogram dan ukur respons puncak. puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung cahaya. Simpan dalam suhu
 1  C  ri  ruang.
100  S  
 F  CU  rS 
TABLET AMLODIPIN BESILAT
F adalah faktor respons relatif cemaran A amLodipin Amlodipine Besylate Tablets
dan cemaran lain berturut-turut adalah 0,5 dan 1,0; CS
dan CU berturut-turut adalah kadar amlodipin besilat Tablet Amlodipin Besilat mengandung amlodipin,
dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji; ri C20H25N2O5Cl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji dan rS adalah respons puncak amLodipin
besilat dari Larutan baku. Abaikan puncak yang lebih
Baku pembanding Amlodipin Besilat BPFI; simpan
kecil dari 0,03% dan puncak benzen sulfonat.
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
lemari pendingin. Senyawa Sejenis A Amlodipin BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Identifikasi
Kromatografi <931>.
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat dalam
Dapar pH 3,0 Larutkan 7,0 mL trietilamina P dalam
sel setebal 2 cm pada daerah panjang gelombang
800 mL air. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan
antara 200 nm dan 400 nm menunjukkan maksimum
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air dan minimum pada panjang gelombang yang sama
hingga 1000 mL. seperti pada Amlodipin Besilat BPFI. Lakukan
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 3,0-metanol
penyiapan Larutan baku dan Larutan uji seperti tertera
P-asetonitril P (50:35:15), saring dan awaudarakan.
pada uji Disolusi.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah diperoleh pada Penetapan kadar.
Amlodipin Besilat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,05 mg
Disolusi <1231> [Catatan Semua larutan yang
per mL.
mengandung amlodipin tidak boleh bersinggungan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
dengan baja tahan karat karena penguraian
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. amlodipin]
Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,01 N.
tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-
Alat tipe 2: 75 rpm. [Catatan Gunakan dayung yang
mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
dilapisi bahan teflon atau bahan inert lainnya selain
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
baja tahan karat]
dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm
Waktu: 30 menit.
x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Amlodipin Besilat BPFI, larutkan dan encerkan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar sebagai
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
berikut:
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
- 0,00695 mg per mL untuk tablet dengan kadar
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
amlodipin besilat 2,5 mg.
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
- 124 -

- 0,0139 mg per mL untuk tablet dengan kadar rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa
amlodipin besilat 5 mg. sejenis A amlodipin dalam Larutan uji dan Larutan
- 0,0278 mg per mL untuk tablet dengan kadar baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Amlodipin
amlodipin besilat 10 mg. BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
Larutan stabil selama 1 hari. kadar amlodipin dalam mg per mL Larutan uji
Larutan uji Saring alikot menggunakan penyaring berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 406,86
membran porositas 0,45 µm. dan 522,93 berturut-turut adalah bobot molekul
Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat terlarut senyawa sejenis A amlodipin dan senyawa sejenis A
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan amlodipin fumarat.
baku, pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 239 nm menggunakan sel kuarsa Hitung persentase amlodipin-glukosa/galaktosa atau
berukuran 1-cm dan Media disolusi sebagai blangko. amlodipin-laktosa, jika ada, dan produk degradasi
Hitung persentase amlodipin, C20H25N2O5Cl, yang lainnya dalam tablet dengan rumus :
terlarut dengan rumus:
𝑟𝑖 𝐶𝑆 408,88
𝐴𝑈 𝐶𝑆 408,88 ( )( )( ) 100
( )( )( ) 100𝐷𝑉 𝑟𝑆 𝐶𝑈 567,05
𝐴𝑆 𝐿 567,05
ri adalah respons puncak amlodipin-
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji glukosa/galaktosa, amlodipin-laktosa atau produk
dan Larutan baku; CS adalah kadar Amlodipin Besilat degradasi lainnya dalam Larutan uji dan rS adalah
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah kadar respons puncak amlodipin dalam Larutan baku; CS
amlodipin besilat sesuai etiket; 408,88 dan 567,05 adalah kadar Amlodipin Besilat BPFI dalam mg per
berturut-turut adalah bobot molekul amlodipin dan mL Larutan baku; CU adalah kadar amlodipin dalam
amlodipin besilat; D adalah faktor pengenceran mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Larutan uji; V adalah volume Media disolusi (500 tertera pada etiket; 408,88 dan 567,05 berturut-turut
mL). adalah bobot molekul amlodipin dan amlodipin
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak besilat. Masing-masing cemaran tidak lebih dari batas
kurang dari 75% (Q) amlodipin, C20H25N2O5Cl dari yang tertera pada Tabel sebagai berikut:
jumlah yang tertera pada etiket.
Tabel
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Nama Waktu Batas tidak
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Retensi lebih dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Relatif (%)
Kromatografi <931>. Senyawa sejenis A 0,50 1,0
Amlodipina
Dapar, Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem
Amlodipin-laktosab 0,80 0,5
kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Amlodipin- 0,90 0,5
Penetapan kadar. glukosa/galaktosa
Larutan uji Ambil sejumlah tablet masukkan ke Amlodipin besilat 1,0 -
dalam labu tentukur 25-mL sehingga diperoleh kadar Produk degradasi lain - 0,2
amlodipin 0,4 mg per mL. Tambahkan 10 mL Fase tidak spesifik
gerak. Kocok hingga tablet hancur, lanjutkan dengan
sonikasi selama 5 menit hingga larut sempurna, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
biarkan hingga suhu ruang. Encerkan dengan Fase Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
gerak sampai tanda. Kocok dengan pengocok Kromatografi <931>.
magnetik selama 15 menit, saring menggunakan Dapar pH 3,0 Larutkan 7,0 mL trietilamina P
penyaring membran porositas 0,45 μm, buang 5 mL dalam 900 mL air. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan
filtrat pertama. penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hingga 1000 mL.
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan Fase gerak Buat campuran Dapar pH 3,0-metanol
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam P-asetonitril P (50:35:15), saring dan awaudarakan.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
persentase senyawa sejenis A dalam tablet dengan sistem seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
rumus: Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Amlodipin Besilat BPFI dan Senyawa Sejenis A
𝑟𝑈 𝐶𝑆 406,86 Amlodipin Besilat BPFI, larutkan dan encerkan
( )( )( ) 100 dengan Fase gerak hingga kadar berturut-turut lebih
𝑟𝑆 𝐶𝑈 522,93
kurang 0,0275 dan 0,0025 mg per mL.
- 125 -

Larutan uji persediaan Masukkan 5 tablet dalam 4-[(7-kloro-4-kuinolil)amino]--(dietilamino)-o-


labu tentukur 500-mL. Tambahkan 50 mL Fase gerak kresol dihidroklorida dihidrat [6398-98-7].
dan kocok hingga tablet hancur. Tambahkan 300 mL C20H22ClN3O.2HCl.2H2O BM 464,81
Fase gerak, tutup dan kocok menggunakan pengocok Anhidrat BM 428,79
bolak balik selama 30 menit. Encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda dan campur. Amodiakuin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Larutan uji Encerkan sejumlah Larutan uji dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
persediaan dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar C20H22ClN3O.2HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
amlodipin lebih kurang 0,02 mg per mL. Saring
larutan menggunakan penyaring membran porositas Pemerian Serbuk hablur warna kuning; tidak berbau
0,45 µm. Buang beberapa mL filtrat pertama. dan berasa pahit.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm Kelarutan Larut dalam air; agak sukar larut dalam
× 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan ukuran etanol; sangat sukar larut dalam benzen, dalam
partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. kloroform dan dalam eter.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur [Catatan Baku pembanding Amodiakuin Hidroklorida BPFI,
Lakukan kromatografi selama tiga kali waktu retensi tidak boleh dikeringkan. Tetapkan kadar air secara
puncak amlodipin]: resolusi, R, antara puncak titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
amlodipin dan senyawa sejenis A amlodipin tidak wadah tertutup rapat.
kurang dari 8,5; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 untuk
masing-masing amlodipin dan senyawa sejenis A Kesempurnaan melarut <901> Larutan jernih;
amlodipin; simpangan baku relatif pada penyuntikan lakukan penetapan menggunakan larutan 200 mg zat
ulang tidak lebih dari 5,0% untuk senyawa sejenis A dalam 10 mL air.
amlodipin.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan A. Masukkan 20 mg zat ke dalam corong pisah,
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam larutkan dalam 10 mL air, tambahkan 1 mL amonium
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung hidroksida P, ekstraksi dengan 25 mL kloroform
persentase amlodipin, C20H25N2O5Cl dalam tablet P.Tampung dan uapkan ekstrak kloroform, kemudian
dengan rumus: keringkan residu pada 105° selama 2 jam. Spektrum
serapan inframerah residu yang didispersikan dalam
𝑟𝑈 𝐶𝑆 408,88 kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
( )( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 567,05 pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 g per
amlodipin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS mL zat dalam larutan asam hidroklorida P (1 dalam
adalah kadar Amlodipin Besilat BPFI dalam mg per 100) menunjukkan maksimum dan minimum pada
mL Larutan baku; CU adalah kadar amlodipin dalam panjang gelombang yang sama seperti pada
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
tertera pada etiket; 408,88 dan 567,05 berturut-turut C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C
adalah bobot molekul amlodipin dan amlodipin seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
besilat.
Air <1031> Metode I Tidak kurang dari 7,0% dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tidak lebih dari 9,0%.
rapat dan terlindung cahaya. Simpan dalam suhu ruang
terkendali. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


AMODIAKUIN HIDROKLORIDA Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Amodiaquine Hydrochloride Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran kloroform P yang telah
OH CH3 dijenuhkan dengan amonium hidroksida P dan etanol
N
mutlak P (9:1).
N
N CH3 Larutan baku 1 Timbang lebih kurang 20 mg
H Amodiakuin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
Cl .2HCl.2H2O tabung reaksi bersumbat kaca.Tambahkan 1 mL
kloroform P yang telah dijenuhkan dengan amonium
hidroksida P, kocok kuat selama 2 menit. Biarkan
- 126 -

padatan mengendap, tuang cairan ke dalam tabung TABLET AMODIAKUIN HIDROKLORIDA


kedua. Amodiaquine Hydrochloride Tablet
Larutan baku 2 Encerkan 1 bagian volume Larutan
baku 1 dengan kloroform P yang telah dijenuhkan Tablet Amodiakuin Hidroklorida mengandung
dengan amonium hidroksida P hingga 200 bagian Amodiakuin Hidroklorida, C20H22ClN3O.2HCl. 2H2O,
volume larutan. setara dengan Amodiakuin, C20H22ClN3O, tidak
Larutan uji Timbang lebih kurang 200 mg zat, kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%, dari
masukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat kaca. jumlah yang tertera pada etiket.
Tambahkan 10 mL kloroform P yang telah dijenuhkan
dengan amonium hidroksida P, kocok dengan kuat Baku pembanding Amodiakuin Hidroklorida BPFI,
selama 2 menit. Biarkan padatan mengendap, tuang tidak boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air
cairan ke dalam tabung reaksi bersumbat kaca kedua. secara titrimetri pada saat digunakan, simpan dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing wadah tertutup rapat.
10 L Larutan baku 1, Larutan baku 2 dan Larutan uji
pada lempeng kromatografi campuran silika gel Identifikasi
setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana A. Gerus 1 tablet atau lebih, masukkan serbuk tablet
kromatograf yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase setara dengan lebih kurang 50 mg amodiakuin ke
gerak merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. dalam corong pisah 125 mL. Tambahkan 20 mL air,
Angkat lempeng dan tandai batas rambat. Biarkan kocok selama 1 menit. Tambahkan 25 mL kloroform P
kering dan amati bercak di bawah cahaya ultraviolet dan 1 mL amonium hidroksida P, kocok selama 2
254 nm. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai menit dan setelah mengendap saring ekstrak
dengan yang diperoleh dari Larutan baku. Tidak kloroform melalui kapas yang telah dibasahi
terdapat bercak sekunder dari Larutan uji yang lebih kloroform P, tampung ekstrak ke dalam wadah yang
intensif dari bercak utama Larutan baku 2. sesuai untuk penguapan. Uapkan kloroform dan
keringkan residu pada 105 selama 1 jam. Spektrum
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> serapan inframerah residu yang didispersikan dalam
Metode V Memenuhi syarat; gunakan dimetil kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
sulfoksida LP sebagai pelarut. pada bilangan gelombang yang sama seperti
Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 B. Spektrum serapan ultraviolet larutan uji yang
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, dibuat seperti pada Penetapan kadar menunjukkan
larutkan dan encerkan dengan larutan asam maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
hidroklorida P (1 dalam 100) sampai tanda. Pipet 10 seperti pada Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
mL larutan ini ke dalam labu tentukur 1000-mL,
encerkan dengan larutan asam hidroklorida P (1 Disolusi <1231>
dalam 100) sampai tanda. Ukur serapan Larutan uji Media disolusi : 900 mL air.
dan larutan Amodiakuin Hidroklorida BPFI dalam Alat tipe 2 : 50 rpm.
larutan asam hidroklorida P (1 dalam 100) dengan Waktu : 30 menit.
kadar lebih kurang 15 g per mL pada panjang Prosedur Lakukan penetapan jumlah
gelombang serapan maksimum lebih kurang 342 nm. C20H22ClN3O.2HCl.2H2O yang terlarut dengan
Gunakan larutan asam hidroklorida P (1 dalam 100) mengukur serapan alikot, jika perlu diencerkan
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg, dengan Media disolusi dan serapan Larutan Baku
amodiakuin hidroklorida, C20H22ClN3O.2HCl, dalam Amodiakuin Hidroklorida BPFI dalam media yang
zat yang digunakan dengan rumus: sama pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 342 nm.
A  Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
20C  U  kurang dari 75% (Q), C20H22ClN3O.2HCl.2H2O, setara
 AS  dengan C20H22ClN3O dari jumlah yang tertera pada
etiket.
C adalah kadar Amodiakuin hidroklorida BPFI dalam
g per mL larutan baku; AU dan AS berturut-turut Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
rapat. serbuk tablet setara dengan lebih kurang 300 mg
amodiakuin masukkan ke dalam gelas piala 250-mL,
tambahkan 100 mL larutan asam hidroklorida P (1
dalam 100). Panaskan di atas tangas uap selama lebih
kurang 15 menit dengan sekali-sekali digoyang.
- 127 -

Dinginkan pada suhu ruang, pindahkan ke dalam labu


tentukur 200-mL, tambahkan larutan asam Pemerian Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau.
hidroklorida P (1 dalam 100) sampai tanda. Pipet 10
mL beningan ke dalam corong pisah 125-mL. Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol;
Tambahkan lebih kurang 10 mL asam hidrokloridaP tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida
(1 dalam 100), bilas dengan 20 mL kloroform P, buang dan dalam kloroform.
lapisan kloroform. Tambahkan 4,5 mL natrium
hidroksida 1 N, ekstraksi empat kali tiap kali dengan Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
25 mL kloroform P. Ekstraksi kumpulan kloroformtiga dikeringkan, merupakan bentuk trihidrat. Simpan
kali tiap kali dengan 50 mL larutan asam hidroklorida dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
P (1 dalam 100). Kumpulkan ekstrak asam dalam labu lemari pembeku. Senyawa Sejenis A Amoksisilin
tentukur 200-mL, tambahkan larutan asam BPFI. Senyawa Sejenis D Amoksisilin BPFI.
hidroklorida P (1 dalam 100) sampai tanda. Pipet 20 Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
dengan larutan asam hidroklorida P (1 dalam 100) menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
sampai tanda. Ukur serapan larutan pada panjang simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
gelombang serapan maksimum lebih kurang 342 nm, dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
gunakan larutan asam hidroklorida P (1 dalam 100) dalam lemari pembeku.
sebagai blangko. Bandingkan dengan Amodiakuin
Hidroklorida BPFI dengan kadar lebih kurang 15 µg Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
per mL yang diperlakukan sama dengan larutan uji. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Hitung jumlah dalam mg amodiakuin hidroklorida, maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
C20H22ClN3O.2HCl.2H2O, dalam serbuk tablet yang sama seperti Amoksisilin BPFI.
digunakan dengan rumus:
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25 unit
A  Endotoksin FI per mg amoksisilin, jika pada etiket
21,68C  C  tertera amoksisilin steril atau harus dilakukan proses
 AS  sterilisasi untuk pembuatan sediaan injeksi.

C adalah kadar Amodiakuin Hidroklorida BPFI dalam Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Jika pada etiket
µg per mL larutan baku dihitung terhadap zat anhidrat; dinyatakan amoksisilin steril, lakukan penetapan
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dengan Inokulasi langsung ke dalam Media seperti
dan Larutan baku. Kadar amodiakuin, C20H22ClN3O tertera pada Uji sterilitas sediaan, sebagai ganti
ditetapkan dengan cara dikalikan dengan 0,7656. menggunakan Media Cair Tioglikolat yang
mengandung larutan polisorbat 80 (5 mg per mL) dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup sejumlah penisilinase steril secukupnya untuk
rapat. menginaktivasi amoksisilin pada masing-masing
tabung, gunakan “Soybean-Casein Digest Medium”
mengandung polisorbat 80 (5 mg per mL) dan
sejumlah penisilinase steril yang cukup untuk
AMOKSISILIN
menginaktivasi amoksisilin pada masing-masing
Amoxicillin tabung dan goyang labu sampai larut sempurna
sebelum disaring.

Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.

pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan


menggunakan larutan 2 mg per mL.

Asam (2S,5R,6R)-6[(R)-(−)-2-amino-2-(p- Air <1031>Metode I Antara 11,5% dan 14,5%.


hidroksifenil)-asetamido]-3,3-dimetil-7 -okso-4-tia-1-
azabisiklo[3.2.0]heptan-2-karboksilat trihidrat Dimetilanilin <362> Memenuhi syarat.
[61336-70-7]
C16H19N3O5S.3H2O BM 419,45 Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara
Anhidrat [26787-78-0] BM 365,41 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 900 µg per Larutan A Buat larutan kalium fosfat monobasa P
mg dan tidak lebih dari 1050 µg per mg, C16H19N3O5S, 2,72 mg per mL, atur pH hingga 5,0 ± 0,1 dengan
dihitung terhadap zat anhidrat.
- 128 -

penambahan kalium hidroksida 1 N atau larutan asam cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel
fosfat P 20%, saring dan awaudarakan. dan total cemaran tidak lebih dari 5,0%.
Larutan B Gunakan metanol P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Tabel
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Waktu Retensi Batas
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Cemaran
Relatif (%)
Amoksisilin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Senyawa sejenis I amoksisilin
Larutan A hingga kadar lebih kurang 12,5 g per mL. (D-hidroksifenilglisin)
0,32 1,0
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
masing-masing sejumlah Senyawa Sejenis A Senyawa sejenis D amoksisilin 0,53 1,0
Amoksisilin BPFI dan Senyawa Sejenis D Amoksisilin (Amoksisilin cincin terbuka)
0,68 1,0
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga Senyawa sejenis A amoksisilin
0,78 0,5
kadar masing-masing 12,5 g per mL. (asam 6-aminopenisilanat)
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Senyawa sejenis B amoksisilin
0,87 -
larutkan, dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar (L-amoksisilin)
lebih kurang 1,25 mg per mL [Catatan simpan larutan Amoksisilin 1,0 -
ini pada suhu 4º dan gunakan dalam waktu 4 jam.] Senyawa sejenis G amoksisilin
(D-hidroksifenil- 2,9 0,1
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
glisilamoksilin)
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
Senyawa sejenis E amoksisilin
berukuran 4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1 (derivat amoksisilin peniloik)
4,5 1,0
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Senyawa sejenis M (N-
1,5 mL per menit. Pertahankan suhu kolom dan (penisilan-6-il) cincin terbuka 6,0 1,0
autoinjektor berturut-turut pada 40 dan 4. amoksilinamida)
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Senyawa sejenis F amoksisilin
6,3 -
(Fenilpirazinediol)
Waktu Larutan A Larutan B Senyawa sejenis C (Produk
6,4 1,0
(menit) (%) (%) penyusunan ulang amoksisilin)
0 97 3 Senyawa sejenis E amoksisilin
6,7 1,0
10 97 3 (derivat amoksisilin peniloik)
22 75 25 Senyawa sejenis J amoksisilin
26 97 3 (cincin terbuka dimer 8,8 1,0
amoksisilin)
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Senyawa sejenis L
amoksisilin(N-(penisilan-6-il) 9,0 1,0
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
amoksisilinamida)
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kedua
Cemaran lain - 1,0
puncak senyawa sejenis A amoksisilin dan senyawa Abaikan respons puncak cemaran yang lebih kecil dari
sejenis D amoksisilin tidak lebih dari 1,5. Lakukan 0,03% respons puncak amoksisilin dalam Larutan baku.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%. Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Pengencer Buat larutan kalium fosfat monobasa P
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan dengan kadar 6,8 mg per mL, atur pH hingga 5,0 ± 0,1
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan penambahan kalium hidroksida P 45%.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung Fase gerak Campuran Pengencer - asetonitril P
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan (24:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
rumus: penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
 ri  C S  Larutan baku Timbang saksama sejumlah
    F  100 Amoksisilin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
 rS  CU  Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per mL.
Gunakan larutan dalam waktu 6 jam.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga
amoksisilin dalam Larutan baku; CS adalah kadar kadar setara dengan lebih kurang 1,2 mg per mL.
Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Gunakan larutan dalam waktu 6 jam.
adalah kadar amoksisilin dalam mg per mL Larutan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
uji berdasarkan bobot yang ditimbang; dan F adalah tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
faktor konversi 0,001 mg per µg. Masing-masing berukuran 4 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
- 129 -

alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan mengukur serapan filtrat alikot, jika perlu encerkan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dengan Media disolusi dan serapan larutan baku
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Amoksisilin BPFI dalam media yang sama pada
pada Prosedur: faktor ikutan puncak utama tidak lebih panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan 272 nm.
ulang tidak lebih dari 2,0%. Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kurang dari 80% (Q), C16H19N3O5S, dari jumlah yang
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan tertera pada etiket.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Uji 2
jumlah amoksisilin, C16H19N3O5S, dalam μg per mg Media disolusi : 900 mL air.
zat dengan rumus: Alat tipe 1 : 100 rpm.
Waktu : 90 menit.
 rU  CS  Prosedur Lakukan penetapan persentase
    P amoksisilin, C16H19N3O5S, yang terlarut dengan
 rS  CU  mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan
Media disolusi dan serapan larutan baku Amoksisilin
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama BPFI dalam media yang sama pada panjang
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar gelombang serapan maksimum lebih kurang 272 nm.
Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
adalah kadar amoksisilin dalam mg per mL Larutan kurang dari 80% (Q) C16H19N3O5S, dari jumlah yang
uji berdasarkan bobot yang ditimbang; dan P adalah tertera pada etiket.
potensi amoksisilin dalam g per mg Amoksisilin
BPFI. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak lebih
rapat, pada suhu ruang terkendali. dari 103 unit koloni per g dan total kapang khamir tidak
Penandaan Jika digunakan untuk sediaan injeksi, lebih dari 102 unit koloni per g.
pada etiket tertera hanya untuk hewan dan steril atau
harus mengikuti proses selanjutnya dalam pembuatan Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
sediaan injeksi. Pada etiket amoksisilin lain harus Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dicantumkan hanya digunakan dalam pembuatan obat Kromatografi <931>.
non parenteral. Dapar Timbang saksama sejumlah kalium fosfat
monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 6,8 g per L. atur pH hingga 5,0 ±
KAPSUL AMOKSISILIN 0,1 dengan penambahan larutan kalium hidroksida P
45%.
Amoxicillin Capsules
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (1:24).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Kapsul Amoksisilin mengandung amoksisilin,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
pada Kromatografi <931>.
dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Amoksisilin BPFI larutkan dan encerkan dengan
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; dalam bentuk
Dapar hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per mL.
trihidrat, tidak boleh dikeringkan, simpan dalam
[Catatan Gunakan larutan dalam waktu 6 jam.]
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
Larutan uji Timbang isi tidak kurang dari
pembeku.
20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
200 mg amoksisilin anhidrat, masukkan ke dalam labu
seperti tertera pada Penetapan Kadar.
tentukur 200-mL, tambahkan Dapar sampai tanda.
Jika perlu sonikasi hingga larut sempurna dan gunakan
Disolusi <1231>
filtrat sebagai Larutan uji. [Catatan Gunakan larutan
Uji 1
dalam waktu 6 jam.]
Media disolusi : 900 mL air.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Alat tipe 1 : 100 rpm untuk kapsul berisi 250 mg.
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
Alat tipe II : 75 rpm, untuk kapsul berisi 500 mg.
berukuran 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
Waktu : 60 menit.
dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang
Prosedur Lakukan penetapan persentase
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
amoksisilin, C16H19N3O5S, yang terlarut dengan
- 130 -

Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
tidak lebih dari 2,5; dan simpangan baku relatif pada Keringkan lempeng dengan udara hangat selama 10
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. menit. Tandai bercak pada kromatogram dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah menyemprotkan Penampak bercak. Keringkan pada
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan 110 selama 5 menit.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Disolusi <1231>
persentase amoksisilin, C16H19N3O5S, dalam kapsul Media disolusi : 900 mL air
dengan rumus: Alat tipe 2 : 75 rpm
Waktu : 30 menit
 rU   CS  Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O5S
      P  F  100 yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
 rS   CU  tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar pH 5,0 Larutkan lebih kurang 27,2 g kalium
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan fosfat monobasa P dalam 3 liter air, atur pH hingga 5,0
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Amoksisilin ± 0,1 dengan penambahan kalium hidroksida 45%
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah (b/b). Encerkan dengan air hingga 4 liter.
kadar amoksisilin dalam mg per mL Larutan uji Fase gerak Buat campuran Dapar pH 5,0-
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah asetonitril P (3900:100), saring melalui penyaring
potensi amoksisilin dalam g per mg Amoksisilin membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 mg per µg. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan baku Timbang saksama sejumlah
rapat, pada suhu ruang terkendali. Amoksisilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Dapar pH 5,0 hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per
Penandaan Jika tidak menggunakan Disolusi mL. Gunakan larutan ini dalam waktu 6 jam setelah
Uji 1, cantumkan uji disolusi yang digunakan. pembuatan.
Larutan uji Saring sejumlah larutan disolusi melalui
penyaring membran dengan porositas 0,5 µm atau
lebih kecil. Encerkan secara kuantitatif dengan air
TABLET AMOKSISILIN
hingga kadar lebih kurang 0,045 mg per mL. Gunakan
Amoxicillin Tablet larutan dalam waktu 6 jam setelah pembuatan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tablet Amoksisilin mengandung Amoksisilin, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 3,9 mm
dari 120,0% seperti tertera pada etiket. x 30 cm berisi bahan pengisi L1 dan kolom pelindung
2 mm x 2 cm berisi bahan pengisi L2. Laju alir lebih
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh kurang 0,7 mL per menit, pertahankan suhu kolom
dikeringkan, merupakan bentuk trihidrat. Simpan
pada 40 ± 1. Lakukan kromatografi terhadap
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
Larutan baku, rekam kromatogam dan ukur respons
lemari pembeku.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas,
k’, antara 1,1 dan 2,8; efisiensi kolom tidak kurang
Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
dari 1700 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Kromatografi <931>.
ulang tidak lebih dari 1,5%.
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P-air-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
piridin P (90:80:30:10).
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Penampak bercak Larutan ninhidrin P 3 mg per mL
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dalam etanol P.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Larutan baku Timbang sejumlah Amoksisilin BPFI,
jumlah dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S terlarut
larutkan dalam asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar
dengan rumus:
lebih kurang 4 mg per mL. Gunakan dalam waktu 10
menit setelah pembuatan.
Larutan uji Pada sejumlah serbuk tablet tambahkan r 
asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar setara dengan 0,9 DCP  U 
lebih kurang 4 mg per mL. Gunakan dalam waktu 10  rS 
menit setelah pembuatan.
Volume penotolan 5 μL. D adalah faktor pengenceran Larutan uji; C adalah
kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Larutan
- 131 -

baku; P adalah kandungan amoksisilin dalam µg per µg per mg Amoksisilin BPFI; V adalah volume
mg Amoksisilin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah Pengencer dalam mL yang digunakan dalam Larutan
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 75% (Q) C16H19N3O5S dari jumlah yang
tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat dan pada suhu ruang terkendali.
Untuk tablet kunyah Lakukan Prosedur disolusi
seperti di atas. Penandaan Etiket tablet kunyah menyatakan bahwa
harus dikunyah sebelum ditelan. Tablet yang ditujukan
Untuk tablet kunyah yang mengandung 200 mg atau hanya untuk obat hewan juga harus diberi etiket, hanya
400 mg untuk penggunaan hewan.
Waktu : 20 menit
Toleransi : Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kurang dari 70% (Q) C16H19N3O5S dari jumlah yang AMOKSISILIN UNTUK SUSPENSI ORAL
tertera pada etiket. Amoxicillin for Oral Suspension
Untuk tablet kunyah yang mengandung 125 mg atau Amoksisilin untuk Suspensi Oral mengandung
250 mg amoksisilin, C16H19N3O5S tidak kurang dari 90,0%
Waktu : 90 menit dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera
Toleransi : Dalam waktu 90 menit harus larut tidak pada etiket. Mengandung satu atau lebih dapar,
kurang dari 70% (Q) C16H19N3O5S dari jumlah yang pewarna, perisa, pengawet, penstabil, pemanis dan
tertera pada etiket. pensuspensi yang sesuai.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dikeringkan, merupakan bentuk trihidrat. Simpan
Kromatografi <931>. dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, dan Sistem lemari pembeku.
kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Amoksisilin. Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet ke kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
dalam blender berkecepatan tinggi yang berisi seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
sejumlah volume Pengencer yang diukur saksama
hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL amoksisilin pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan
anhidrat. Blender selama 4 ± 1 menit, Biarkan lebih menggunakan suspensi yang dikonstitusikan seperti
kurang 5 menit dan sentrifus sebagian campuran. yang tertera pada etiket.
[Catatan Jika volume Pengencer yang tersedia lebih
dari 500 mL, masukkan 5 tablet ke dalam labu Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
tentukur dengan kapasitas tertentu hingga kadar lebih
kurang 1 mg per mL amoksisilin anhidrat, tambahkan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Pengencer lebih kurang tiga per empat kapasitas labu, untuk padatan yang dikemas dalam wadah dosis
sonikasi selama 5 menit dan encerkan dengan tunggal.
Pengencer sampai tanda dan aduk dengan pengaduk
magnetik selama lebih kurang 30 menit. Sentrifus Uji batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak
sebagian campuran].Saring melalui penyaring lebih dari 1000 koloni per g, dan angka total kapang
membran dengan porositas 1 µm atau lebih kecil. dan khamir tidak lebih dari 100 koloni per g.
Gunakan larutan ini dalam waktu 6 jam setelah
pembuatan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
pada Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung pada Kromatografi <931>.
jumlah dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S, dalam Pengencer, Fase gerak dan Larutan baku Lakukan
tiap tablet dengan rumus: seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Amoksisilin.
 V   rU 

Larutan uji Konstitusikan amoksisilin untuk
 CP
 5000   rS
suspensi oral seperti tertera pada etiket, bebas
 gelembung udara. Encerkan suspensi dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Saring melalui penyaring dengan porositas 1 µm atau
Larutan baku; P adalah kandungan amoksisilin dalam lebih kecil. Gunakan filtrat dalam waktu 6 jam.
- 132 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Baku pembanding Amoksisilin Natrium BPFI;
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Amoksisilin Trihidrat BPFI; Ampisilin Trihidrat
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm BPFI; Sefadroksil BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan
× 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari dibuka dalam lemari pembeku.
2,5; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%. Identifikasi Lakukan identifikasi A, D atau B, C, D
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Timbang 250 mg zat, larutkan dalam 5 mL air,
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan tambahkan 0,5 mL asam asetat encer LP, aduk dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam diamkan dalam tangas es selama 10 menit. Saring dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung bilas residu dengan 2 sampai 3 mL campuran air -
persentase amoksisilin, C16H19N3O5S dalam suspensi aseton P (1:9). Keringkan dalam oven pada suhu 60
dengan rumus: selama 30 menit. Spektrum serapan inframerah residu
yang didispersikan dalam kalium bromida P
𝐶𝑆 𝑟𝑈 menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
( ) ( ) × 𝑃 × 𝐹 × 100 gelombang yang sama seperti pada Amoksisilin
𝐶𝑈 𝑟𝑆
Trihidrat BPFI.
CS adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per mL B. Lakukan penetapan secara Kromatografi lapis
Larutan baku; CU adalah kadar amoksisilin dalam mg tipis seperti tertera pada Kromatografi <281>.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Fase gerak Campuran aseton P dan larutan
pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah respons amonium asetat P 15,4%, atur pH hingga 5,0 dengan
puncak Larutan uji dan Larutan baku; P adalah penambahan asam asetat glasial P (10:90).
potensi amoksisilin dalam µg per mg Amoksisilin Larutan baku A Larutkan 25,0 mg Amoksisilin
BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 mg per µg. Trihidrat BPFI dalam 10 mL larutan natrium
bikarbonat P 4,2%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan baku B Larutkan 25,0 mg Amoksisilin
rapat, pada suhu ruang terkendali. Trihidrat BPFI dan 25,0 mg Ampisilin Trihidrat BPFI
dalam 10 mL larutan natrium bikarbonat P 4,2%.
Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 10 mL
AMOKSISILIN NATRIUM larutan natrium bikarbonat P 4,2%.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Amoxicillin Sodium
1,0 μL Larutan baku A, Larutan Baku B dan Larutan
uji pada lempeng kromatografi yang dilapisi campuran
silika gel P yang tersilanisasi. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak dan
biarkan Fase gerak merambat hingga 15 cm. Angkat
lempeng, tandai batas rambat, biarkan lempeng kering
di udara dan paparkan dengan uap iodum P hingga
bercak tampak. Bercak utama yang diperoleh dari
Natrium-(2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-amino-2-(4- Larutan uji mempunyai harga Rf, warna dan ukuran
hidroksifenil asetil]amino]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia- yang sama dengan bercak utama yang diperoleh dari
1-azabisiklo[3,2,0]heptan-2-karboksilat [34642-77-8] Larutan baku A. Kromatogram Larutan baku B
C16H18N3NaO5S BM 387,4 menunjukkan dua bercak yang terpisah dengan
sempurna.
Amoksisilin Natrium mengandung tidak kurang dari C. Masukkan lebih kurang 2 mg zat ke dalam
89,0% dan tidak lebih dari 102,0% C16H18N3NaO5S, tabung reaksi dengan ukuran panjang lebih kurang 150
dihitung terhadap zat anhidrat. mm dan diameter dalam 15 mm. Basahkan dengan
0,05 mL air dan tambahkan 2 mL asam sulfat-
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih; sangat formaldehid LP goyangkan tabung: larutan praktis
higroskopik. tidak berwarna. Panaskan tabung dalam tangas air
selama 1 menit: terjadi warna kuning tua.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; agak sukar D. Menunjukkan reaksi Natrium cara B seperti
larut dalam etanol mutlak; sangat sukar larut dalam tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
aseton.
Kejernihan larutan <881> Tidak lebih opalesen dari
Suspensi padanan II; Timbang saksama lebih kurang
- 133 -

1,0 g zat, larutkan dalam 10,0 mL air: larutan tidak berukuran 4,6 mm × 25 cm, berisi bahan pengisi L1
boleh lebih keruh dari Suspensi padanan II. Larutan dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
awal berwarna merah muda, setelah 5 menit, ukur 1,0 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
serapan pada 430 nm: serapan tidak lebih besar dari berikut:
0,20.
Waktu Fase gerak A Fase gerak B
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan (menit) (%) (%)
menggunakan larutan 2,0 g zat dalam 20 mL air bebas 0 - tR 92 8
karbon dioksida P. tR – (tR + 25) 92 → 0 8 → 100
(tR + 25) - (tR + 40) 0 100
Rotasi jenis <1081> Antara +240º dan +290º dihitung (tR + 40) - (tR + 55) 92 8
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan tR adalah waktu retensi amoksisilin yang diperoleh dari
Larutan baku C.
menggunakan 62,5 mg zat yang dilarutkan dalam
larutan kalium biftalat P 0,4% hingga 25,0 mL.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku B,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
amoksisilin dan sefadroksil tidak kurang dari 2,0.
Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Dapar Larutan kalium fosfat monobasa 0,2 N, atur
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku B,
pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium
Larutan baku C, mengikuti eluasi isokratik; dan
hidroksida encer LP. Encerkan 25 mL larutan hingga
Larutan baku D, Larutan uji B, dan Blangko
100 mL.
mengikuti eluasi gradien ke dalam kromatograf,
Fase gerak A Campuran asetonitril P - Dapar
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
(1:99).
Dari kromatogram Larutan baku D lakukan
Fase gerak B Campuran asetonitril P - Dapar (1:4).
identifikasi cemaran: waktu retensi relatif cemaran C,
Fase gerak Gunakan variasi Fase gerak A dan Fase
amoksisilin dimer (cemaran J; n=1), dan amoksisilin
gerak B seperti tertera pada Sistem kromotografi.
trimer (cemaran J n=2), berturut-turut lebih kurang
Larutan baku A Timbang saksama 30,0 mg
3,4; 4,1 dan 4,5 relatif terhadap amoksisilin. Lakukan
Amoksisilin Trihidrat BPFI, masukan ke dalam labu
kromatografi terhadap Larutan baku B, rekam
tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase
kromatogram dan ukur respons puncak; resolusi, R,
gerak A sampai tanda.
antara puncak amoksisilin dan sefadroksil minimum
Larutan baku B Timbang saksama 4,0 mg
2,0; Jika perlu, atur perbandingan Fase gerak A dan
Sefadroksil BPFI, masukan ke dalam labu tentukur 50-
Fase gerak B. Masing-masing cemaran dan total
mL, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak A
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku A, Tabel
encerkan dengan dengan Fase gerak A sampai tanda.
Cemaran Batas
Larutan baku C Pipet 2 mL Larutan baku a ke
Cemaran J (n=1) Tidak lebih dari 3 kali respons
dalam labu tentukur 20-mL, encerkan dengan Fase puncak utama Larutan baku C (3 %)
gerak A sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam Cemaran lain Tidak lebih dari 2 kali respons
labu tentukur 20-mL, encerkan dengan Fase gerak A puncak utama Larutan baku C (2 %)
sampai tanda. Total cemaran Tidak lebih dari 9 kali respons
Larutan baku D Timbang saksama 200 mg puncak utama Larutan baku C (9 %)
Amoksisilin trihidrat BPFI, tambahkan 1,0 mL air, Abaikan respons puncak 0,1 kali respons puncak utama
kocok dan tambahkan tetes demi tetes natrium Larutan baku C (0,1%).
hidroksida encer LP, sampai larut. pH larutan kurang
lebih 8,5. Simpan larutan pada suhu ruang selama 4 Dimetilanilin <362> Tidak lebih dari 20 bpj.
jam. Pipet 0,5 mL larutan ke dalam labu tentukur 50-
mL, encerkan dengan Fase gerak A sampai tanda. Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 0,8%.
Blangko Gunakan Fase gerak A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas,
Larutan uji A Timbang saksama lebih kurang 30 mg seperti tertera pada Kromatografi <931>.
zat, masukan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan Larutan baku internal Larutkan 100 mg 3-asam
dan encerkan dengan Fase gerak A sampai tanda. sikloheksilpropionat dalam 100 mL sikloheksan P.
Larutan uji B Timbang saksama lebih kurang 30 Larutan baku Larutkan 75 mg asam 2-etil heksanoat
mg zat, masukan ke dalam labu tentukur 20-mL, dalam Larutan baku internal hingga 50,0 mL. Pipet
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak A sampai 1 mL larutan, tambahkan 4,0 mL asam hidroklorida P.
tanda. Buat larutan segera sebelum digunakan. Kocok kuat selama 1 menit. Biarkan lapisan memisah,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi jika perlu lakukan sentrifugasi, gunakan lapisan atas.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
- 134 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg Dapar, Fase gerak A, Fase gerak B, Larutan baku
zat, masukkan ke dalam labu tentukur, tambahkan 4,0 A, Larutan uji A, Lakukan seperti tertera pada
mL asam hidroklorida P. Kocok kuat dengan 1 mL Cemaran organik.
Larutan baku internal selama 1 menit. Biarkan lapisan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
memisah, jika perlu lakukan sentrifugasi, gunakan Cemaran organik. Lakukan kromatografi terhadap
lapisan atas. Larutan baku A, rekam kromatogram dan ukur respons
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi puncak, seperti tertera pada Prosedur: simpangan
detektor ionisasi nyala dan kolom leburan silika 0,53 baku relatif pada penyuntikan ulang 6 kali tidak lebih
mm x 10 meter dilapisi makrogol 20.000 2- dari 1,0%.
nitrotereftalat (G35) setebal 1,0 μm. Gunakan gas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir 10 mL volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku A dan
per menit. Suhu injektor 200°, suhu detektor 300° dan Larutan uji A ke dalam kromatograf, rekam
atur suhu kolom sebagai berikut: kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase Amoksisilin natrium, C16H18N3NaO5S,
waktu suhu kenaikan dalam zat yang digunakan dengan rumus:
(menit) () suhu Keterangan
(/menit)
 rU   CS   387,4 
0-2 40 - isotermal          100
2-7,3 40 → 200 30 gradien linear
 rS   CU   365,41 
7,3-10,3 200 - isotermal
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
volume sama (lebih kurang 1 μL) Larutan baku dan
Larutan uji A dan Larutan baku A; CS adalah kadar
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Amoksisilin Trihidrat BPFI setara amoksisilin dalam
kromatogram, ukur semua respons puncak. Hitung
mg per mL Larutan baku A; CU adalah kadar zat dalam
persentase asam 2-etilheksanoat dengan rumus:
mg per mL Larutan uji A berdasarkan bobot yang
ditimbang; 387,4 dan 365,41 berturut-turut adalah
 RU   CS 
     100 bobot molekul amoksisilin natrium dan amoksisilin.
 RS   CU 
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Jika bahan steril, simpan dalam wadah steril
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons tertutup rapat dan bersegel.
puncak asam 2-etilheksanoat terhadap baku internal
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 2-
etilheksanoat dalam mg per mL Larutan baku; CU TABLET AMOKSISILIN DAN KALIUM
adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji KLAVULANAT
berdasarkan bobot yang ditimbang. Amoxicillin and Potassium Clavulanate
Tablets
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 20
bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat dan 2
Tablet Amoksisilin dan Kalium Klavulanat
mL Larutan baku timbal (10 bpj).
mengandung amoksisilin, C16H19N3O5S dan asam
klavulanat, C8H9NO5, setara dengan tidak kurang dari
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%; lakukan
90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang
penetapan menggunakan 400 mg.
tertera pada etiket.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; dalam bentuk
trihidrat, tidak boleh dikeringkan, simpan dalam
Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
menggunakan dosis uji 1 mL per kg yang mengandung
pembeku. Litium Klavulanat BPFI; tidak boleh
20 mg zat uji per mL dalam air untuk injeksi P.
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya dan dalam lemari pendingin.
Endotoksin Bakteri <201> Tidak lebih dari 0,25
unit Endotoksin FI per mg, jika digunakan untuk
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
pembuatan sediaan parenteral tanpa prosedur
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
sterilisasi lebih lanjut.
seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Disolusi <1231>
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Uji 1
Kromatografi <931>.
Media disolusi : 900 mL air.
- 135 -

Alat tipe 2 : 75 rpm. kadar dalam Amoksisilin dan Kalium Klavulanat


Waktu : 30 menit; atau 45 menit untuk tablet yang untuk Suspensi Oral.
pada etiket tertera sebagai tablet kunyah. Larutan uji persediaan Larutkan tidak kurang dari
Lakukan penetapan persentase amoksisilin, 10 tablet dalam air dengan bantuan pengaduk
C16H19N3O5S dan asam klavulanat, C8H9NO5, yang mekanik, pindahkan ke dalam labu tentukur yang
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi sesuai, encerkan dengan air sampai tanda. Saring
seperti tertera pada Kromatografi <931>. sejumlah tertentu larutan ini, buang 10 mL filtrat
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem kromatografi pertama.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
Larutan uji Gunakan alikot. persediaan, encerkan hingga kadar lebih kurang 0,5
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mg per mL amoksisilin. Gunakan Larutan uji dalam
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan waktu satu jam.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama Hitung Penetapan kadar dalam Amoksilin dan Kalium
persentase amoksisilin (C16H19N3O5S) dan asam Klavulanat untuk Suspensi Oral. Hitung persentase
klavulanat (C8H9NO5), yang terlarut. amoksisilin, C16H19N3O3S, dalam tablet, dengan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak rumus:
kurang dari 85% (Q) C16H19N3O5S dan tidak kurang
dari 80% (Q) C8H9NO5 dari jumlah yang tertera pada  rU   CS 
etiket. Untuk tablet kunyah dalam waktu 45 menit       P  F  100
harus larut tidak kurang dari 80% (Q) C16H19N3O5S  rS   CU 
dan C8H9NO5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Uji 2 amoksisilin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Media disolusi, Alat tipe 2 dan Prosedur Lakukan kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Larutan
seperti tertera pada Uji 1. baku; CU adalah kadar amoksisilin dalam mg per mL
Waktu: 45 menit untuk amoksisilin dan 30 menit Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
untuk asam klavulanat. etiket; P adalah potensi Amoksisilin BPFI dalam g
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak per mg; F adalah faktor konversi 0,001 mg per µg.
kurang dari 85% (Q) C16H19N3O5S dan dalam waktu Hitung persentase, asam klavulanat (C8H9NO5) dalam
30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) tablet dengan rumus:
C8H9NO5 dari jumLah yang tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.  rU   CS 


    P 100
r  C 
 S   U 
Air <1031> Metode I

Kekuatan tablet amoksisilin Batas, tidak lebih


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
(mg per tablet) dari (%) klavulanat Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
≤250 7,5 kadar Litium Klavulanat BPFI dalam mg per mL
>250 dan ≤500 10,0 Larutan baku; CU adalah kadar asam klavulanat dalam
>500 11,0 mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
tertera pada etiket; P adalah potensi asam klavulanat
dalam mg per mg Litium Klavulanat BPFI.
Untuk tablet kunyah
Kekuatan tablet amoksisilin Batas, tidak lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
(mg per tablet) dari (%) rapat.
≤125 6,0
>125 8,0 Penandaan Pada tablet kunyah cantumkan “dapat
dikunyah sebelum ditelan”. Jika tidak menggunakan
Batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak lebih Disolusi Uji 1, cantumkan uji disolusi yang
dari 103 unit koloni per g dan total kapang khamir tidak digunakan.
lebih dari 102 unit koloni per g.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara AMOKSISILIN DAN KALIUM


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada KLAVULANAT UNTUK SUSPENSI ORAL
Kromatografi <931>. Amoxicillin and Potassium Clavulanate for
Dapar, Fase gerak, Larutan baku dan Sistem Oral Suspension
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
- 136 -

Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk Suspensi 4 mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan
Oral mengandung amoksisilin, C16H19N3O5S, setara ukuran partikel 3 sampai 10 m. Laju alir lebih kurang
dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket, dan Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera
mengandung asam klavulanat, C8H9NO5, setara pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak amoksisilin
dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari dan asam klavulanat tidak kurang dari 3,5; faktor
125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. ikutan masing-masing puncak analit tidak lebih dari
Mengandung satu atau lebih dapar, pewarna, perisa, 1,5; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
pengawet, penstabil, pemanis dan bahan pensuspensi. ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi
relatif asam klavulanat dan amoksisilin berturut-turut
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; dalam bentuk 0,5 dan 1,0.]
trihidrat, tidak boleh dikeringkan, simpan dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
pembeku. Litium Klavulanat BPFI; tidak boleh Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
terlindung cahaya dan dalam lemari pendingin. persentase amoksisilin, C16H19N3O5S, dalam suspensi
oral dengan rumus:
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
 rU   CS 
seperti diperoleh pada Penetapan kadar.       P  F  100
 rS   CU 
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
untuk serbuk kemasan tunggal.
ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak
amoksisilin Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat
kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per mL Larutan
untuk serbuk kemasan ganda.
baku; CU adalah kadar amoksisilin dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
pH <1071> Antara 3,8 dan 6,6; lakukan penetapan
menggunakan suspensi segera setelah dikonstitusi etiket; P adalah potensi amoksisilin dalam g per mg
sesuai etiket. Amoksisilin BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 mg
per µg. Hitung persentase asam klavulanat,
Batas mikroba <51> Angka lempeng total tidak lebih (C8H9NO5), dalam suspensi oral dengan rumus:
dari 103 unit koloni per g dan total kapang khamir tidak
lebih dari 102 unit koloni per g.  rU   CS 
    P 100
r  C 
 S   U 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
Dapar Larutkan 7,8 g natrium fosfat monobasa P klavulanat dari Larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Litium Klavulanat BPFI dalam mg per
dalam 900 mL air, atur pH hingga 4,4  0,1 dengan
mL Larutan baku; CU adalah kadar asam klavulanat
penambahan asam fosfat P atau natrium hidroksida 10
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
N encerkan dengan air hingga 1000 mL.
yang tertera pada etiket; P adalah potensi asam
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (19:1).
klavulanat dalam mg per mg Litium Klavulanat BPFI.
Saring melalui penyaring yang sesuai dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
rapat, pada suhu ruang terkendali.
<931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Amoksisilin BPFI dan Litium Klavulanat BPFI,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar AMONIA
berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 0,2 mg per mL. Ammonia
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
suspensi oral yang telah dikonstitusi, encerkan dengan Amonia [7664-41-7]
air hingga kadar amoksisilin lebih kurang 0,5 mg per NH3 BM 17,03
mL. Aduk dengan pengaduk mekanik selama 10 menit
dan saring. Gunakan filtrat dalam waktu 1 jam setelah Amonia adalah larutan NH3 yang mengandung tidak
suspensi dikonstitusi. kurang dari 27,0% dan tidak lebih dari 31,0% b/b NH3.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Di udara terbuka amonia cepat hilang. [Perhatian
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom ukuran Penanganan amonia harus hati-hati sebab larutan
- 137 -

bersifat kaustik dan uapnya bersifat iritasi. Dinginkan NH4Cl BM 53,49


wadah sebelum dibuka dan tutup dengan kain atau
sejenisnya pada waktu membuka. Jangan dicicipi dan Amonium Klorida mengandung tidak kurang dari
cegah penghirupan uap]. 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% NH4Cl, dihitung
terhadap zat kering.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; berbau khas,
menusuk kuat. Bobot jenis kurang dari 0,90. Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
halus atau kasar putih; dalam keadaan dingin rasa asin
Identifikasi Letakkan batang pengaduk kaca yang dan bersifat higroskopis.
telah dibasahi dengan asam hidroklorida P dekat
permukaan larutan: terbentuk kabut tebal putih. Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam gliserin;
lebih mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 0,05%; lakukan dalam etanol.
penetapan dengan menguapkan 10 mL dalam cawan
platina atau cawan porselen yang telah ditara hingga Identifikasi Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi
kering dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam. Amonium dan Klorida cara A dan B seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 13 bpj;
lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat pH <1071> Antara 4,6 dan 6,0; lakukan penetapan
sebagai berikut: uapkan 1,7 mL di atas tangas uap menggunakan larutan zat (1 dalam 20).
hingga kering. Larutkan sisa dalam 2 mL asam asetat
1 N dan encerkan dengan air hingga 25 mL. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam.
Zat mudah teroksidasi Pada campuran 4,0 dan 6,0
mL air tambahkan asam sulfat 2 N sampai sedikit asam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
dan 0,10 mL kalium permanganat 0,1 N: warna merah penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih
muda tidak hilang sempurna dalam 10 menit. kurang 2 g zat, tambahkan 1 mL asam sulfat P,
panaskan hati-hati hingga menguap sempurna; sisa
Penetapan kadar Masukkan dengan cepat sejumlah berwarna putih, kemudian pijarkan hingga bobot tetap.
zat ke dalam wadah bertutup, berdinding tebal (dapat
digunakan botol tahan tekanan) hingga tinggi cairan Tiosianat Asamkan 10 mL larutan zat (1 dalam 10)
lebih kurang 20 cm, tutup. Kemudian dinginkan dengan asam hidroklorida P, tambahkan beberapa
wadah dan isi hingga suhu 10º atau lebih rendah. tetes besi(III) klorida LP: tidak terjadi warna merah
Timbang saksama labu Erlenmeyer 125 mL bersumbat jingga.
kaca yang berisi 35,0 mL asam sulfat 1 N LV.
Masukkan pipet ukur ke dalam amonia yang telah Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj.
didinginkan, biarkan cairan naik ke dalam pipet tanpa
dihisap, angkat pipet dan bersihkan cairan yang Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100
menempel dan buang 1 mL larutan pertama. Letakkan mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan
ujung pipet tepat diatas permukaan asam sulfat 1 N larutkan dalam 10 mL air, tambahkan berturut-turut 10
dalam labu Erlenmeyer dan alirkan lebih kurang 2 mL mL asam asetat glasial LP, 75 mL metanol P dan 0,5
ke dalam labu. Tutup labu, campur dan timbang mL eosin Y LP, titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV
kembali untuk memperoleh bobot contoh. Titrasi hingga titik akhir berwarna merah muda.
kelebihan asam dengan natrium hidroksida 1 N LV
menggunakan indikator merah metil LP. Lakukan Tiap mL perak nitrat 0,1 N
penetapan blangko seperti tertera pada Titrasi residual setara dengan 5,349 mg NH4Cl
dalam Titrimetri <711>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Tiap mL asam sulfat 1 N rapat.
setara dengan 17,03 mg NH3

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup AMPISILIN


rapat pada suhu tidak lebih dari 25º. Ampicillin
COOH
H
O
CH3
AMONIUM KLORIDA H O N
CH3
Ammonium Chloride
C C N S
H

Amonium klorida [12125-02-9] NH2 H H


- 138 -

Asam(2S,5R,6R)-6-[(R)-2-Amino-2-fenilasetamido]- Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0% jika pada
3,3-dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2- etiket tertera ampisilin anhidrat. Antara 12,0% dan
karboksilat [69-53-4] 15,0% jika pada etiket tertera ampisilin trihidrat.
C16H19N3O4S (anhidrat) BM 349,41
Trihidrat [7177-48-2] BM 403,46 Dimetilanilin <362> Memenuhi syarat.

Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat. Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan
Mengandung tidak kurang dari 900 µg dan tidak lebih cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
dari 1050 µg per mg, C16H19N3O4S, dihitung terhadap pada Kromatografi <931>.
zat kering. Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-kalium
fosfat monobasa 1 M-asam asetat 1 N (909:80:10:1),
Pemerian serbuk hablur putih; praktis tidak berbau. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol; pada Kromatografi <931>.
tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida Pengencer Campur 10 mL kalium fosfat monobasa
dan dalam kloroform. 1 M dan 1 mL asam asetat 1 N, encerkan dengan air
hingga 1000 mL.
Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin
bentuk anhidrat dari ampisilin, lakukan pengeringan BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih
dalam hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada kurang 1 mg per mL, gunakan pengocokan dan
suhu ruang hingga bobot tetap sebelum digunakan. sonikasi hingga larut sempurna. Gunakan larutan
Simpan dalam wadah tertutup rapat ditempat yang segera setelah dibuat.
sejuk dan kering. Ampisilin Trihidrat BPFI; tidak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dengan lebih kurang 100 mg ampisilin anhidrat,
dan terlindung cahaya, di tempat yang dingin dan masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
kering. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat lebih kurang 75 mL Pengencer, jika perlu kocok dan
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati sonikasi hingga larut sempurna, encerkan dengan
untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh Pengencer sampai tanda. Gunakan larutan segera
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan setelah dibuat.
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum Larutan resolusi Larutkan sejumlah kafein dalam
dibuka dalam lemari pembeku. Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,12 mg per
mL.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada dilengkapi dengan detektor 254 nm, pra-kolom 4 mm
bilangan gelombang yang sama seperti pada x 5 cm dan kolom analisis 4 mm x 30 cm berisi bahan
Ampisillin BPFI . pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 hingga 10 µm.
Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
Endotoksin FI per mg ampisilin, jika pada etiket kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
menyatakan ampisilin steril atau harus dilakukan pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak kafein dan
proses lebih lanjut untuk sediaan injeksi. ampisilin tidak kurang dari 2,0. Waktu retensi relatif
ampisilin dan kafein berturut-turut lebih kurang 0,5
Sterilitas <71> Jika pada etiket menyatakan dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Ampisilin steril, maka harus memenuhi syarat jika baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dilakukan Uji Penyaringan membran seperti tertera seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’,
pada Uji sterilitas produk, kecuali larutkan 6 g zat tidak lebih dari 2,5; faktor ikutan tidak lebih dari 1,4
dalam 800 mL Cairan D yang mengandung dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
penisilinase steril yang cukup untuk menginaktivasi tidak lebih dari 2,0%.
ampisilin dan goyang labu sampai larut sempurna Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sebelum disaring. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam µg, C16H19N3O4S, dalam tiap mg
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan ampisilin dengan rumus:
menggunakan larutan 10 mg per mL.
 CP  rU 

100  
 W  rS 
- 139 -

Disolusi <1231>
C adalah kadar Ampisilin BPFI dalam mg per mL Media disolusi : 900 mL air.
Larutan baku; P adalah potensi Ampisilin BPFI dalam Alat Tipe 1 : 100 rpm.
µg per mg; W adalah bobot dalam mg ampisilin yang Waktu : 45 menit.
digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O4S,
puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan yang terlarut dengan mengukur serapan alikot secara
baku. spektrofotometri, jika perlu encerkan dengan Media
disolusi dan bandingkan dengan serapan Larutan Baku
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Ampisilin BPFI dalam media yang sama.
rapat. Toleransi Dalam 45 menit harus larut tidak kurang
dari 75% (Q) C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera
Penandaan Etiket menunjukkan bentuk anhidrat atau pada etiket.
trihidrat. Jika pada sediaan disebutkan jumlah
ampisilin maka yang dimaksud adalah ampisilin Keseragaman kesediaan <911> Memenuhi syarat.
anhidrat. Jika digunakan untuk sediaan injeksi pada
etiket disebutkan ampisilin trihidrat dan steril atau Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0% jika
memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan kapsul mengandung ampisilin anhidrat, atau antara
sediaan injeksi. 10,0% dan 15,0% jika kapsul mengandung ampisilin
trihidrat.

KAPSUL AMPISILIN Penetapan kadar


Ampicillin Capsules Larutan baku Buat seperti tertera pada Larutan
baku pada Penetapan kadar Antibiotik secara
Kapsul Ampisilin mengandung sejumlah ampisilin Iodometri <521>, menggunakan Ampisilin BPFI.
(anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 kapsul
dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% C16H19N3O4S ampisilin ke dalam tabung blender kaca berkecepatan
dari jumlah yang tertera pada etiket. tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama,
blender selama 4 ± 1 menit. Encerkan sejumlah
Baku pembanding Ampisillin BPFI; merupakan volume larutan ini yang diukur saksama secara
bentuk anhidrat dari ampisilin; lakukan pengeringan kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang
dalam hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada 1,25 mg ampisilin per mL.
suhu ruang hingga bobot tetap sebelum digunakan. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
Simpan dalam wadah tertutup rapat ditempat yang pada Penetapan Kadar Antibiotik Secara Iodometri
sejuk dan kering. <521>. Hitung jumlah dalam mg, C16H19N3O4S, pada
tiap kapsul dengan rumus:
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>.  T  F 
Fase gerak Campuran aseton P-air-toluena P-asam    (B − I )
asetat glasial P (650:100:100:25).  D  2000 
Pelarut Campuran aseton P-asam hidroklorida 0,1
N (4:1) T adalah kadar ampisilin dalam mg per kapsul seperti
Larutan baku Timbang sejumlah Ampisilin BPFI, yang tertera pada etiket; D adalah kadar ampisilin
larutkan dalam Pelarut hingga kadar 0,5%. dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah per
Larutan uji Timbang sejumlah zat larutkan dalam kapsul yang tertera pada etiket dan faktor
Pelarut hingga kadar 0,5%. pengenceran.
Penampak bercak Larutan ninhidrin P 0,3% dalam
etanol P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Prosedur Totolkan masing-masing 2 μL Larutan rapat.
baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke Penandaan Etiket pada kapsul menunjukkan
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak, biarkan ampisilin anhidrat atau trihidrat.
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering.
Semprot lempeng dengan Penampak bercak dan TABLET AMPISILIN
panaskan lempeng pada suhu 90º selama 15 menit; Ampicillin Tablet
harga, Rf, dari bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku. Tablet Ampisilin mengandung sejumlah Ampisilin
(anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang
- 140 -

dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%, C16H19N3O4S, Tabel


dari jumlah yang tertera pada etiket.
Bentuk Batas
Jenis tablet
ampisilin (%)
Baku pembanding Ampisilin anhidrat BPFI;
Bukan tablet kunyah Anhidrat Tidak lebih dari 4,0
Lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas
Bukan tablet kunyah Trihidrat 9,5-12,0
fosfor pentoksida P pada suhu ruang hingga bobot
tetap sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Tablet kunyah Anhidrat Tidak lebih dari 3,0
tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Ampisilin Tablet kunyah Trihidrat Tidak lebih dari 5,0
trihidrat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan Penetapan kadar
kelembapan, dalam lemari pendingin. Larutan baku Buat seperti tertera pada Penetapan
kadar Antibiotik secara Iodometri <521>,
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada menggunakan Ampisilin BPFI.
Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet
Fase gerak Campuran aseton P-toluena P-asam ampisilin ke dalam bejana blender kaca berkecepatan
asetat glasial P-air (650:100:25:100). tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama,
Pengencer Campuran aseton P-asam hidroklorida blender selama 4±1 menit. Pipet sejumlah volume
0,1 N (4:1). larutan ini, encerkan secara kuantitatif dan bertahap
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin hingga kadar lebih kurang 1,25 mg per mL.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL. dalam Penetapan Kadar Antibiotik secara Iodometri
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk <521>. Hitung persentase ampisilin, C16H19N3O4S,
tablet, larutkan dan encerkan dengan Pengencer pada tiap tablet dengan rumus:
hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL.
Penampak bercak Larutan ninhidrin P 3 mg per mL  1 
dalam etanol P. (B − I )   F1      F2  100
Prosedur Totolkan masing-masing 2 μL Larutan  2   CU 
baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi yang
dilapisi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan B adalah volume dalam mL natrium tiosulfat 0,01 N
lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase LV yang digunakan pada penetapan Blangko; I adalah
gerak, biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per volume dalam mL natrium tiosulfat 0,01 NLV yang
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas digunakan pada Inaktivasi dan Titrasi Larutan uji; F1
rambat, biarkan kering. Semprot lempeng dengan adalah faktor yang dihitung dalam Penetapan Kadar
Penampak bercak dan panaskan lempeng pada suhu Antibiotik secara Iodometri <521>; CU adalah kadar
90º selama 15 menit: harga Rf, bercak utama Larutan ampisilin dalam mg per mL Larutan uji seperti yang
uji sesuai dengan Larutan baku. tertera pada etiket; F2 adalah faktor konversi 0,001 mg
per µg.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL air Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Alat Tipe 1: 100 rpm rapat, simpan pada suhu ruang terkendali.
Waktu: 45 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah ampisilin Penandaan Pada etiket dicantumkan bentuk ampisilin
C16H19N3O4S, yang terlarut dengan mengukur serapan anhidrat atau trihidrat. Etiket untuk tablet kunyah
filtrat alikot jika perlu encerkan dengan Media disolusi menyatakan tablet harus dikunyah sebelum ditelan.
dan serapan larutan baku Ampisilin BPFI dalam media
yang sama secara spektorofotmetri.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak AMPISILIN UNTUK INJEKSI
kurang dari 75% (Q) ampisilin, C16H19N3O4S, dari Ampicillin for Injection
jumlah yang tertera pada etiket.
Ampisilin untuk Injeksi mengandung ampisilin
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. natrium setara denganampisilin, C16H19N3O4S, tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
Air <1031> Metode I Kadar air dalam masing-masing jumlah yang tertera pada etiket.
jenis tablet tidak lebih dari batas yang tertera pada
Tabel sebagai berikut: Baku pembanding Ampisilin Natrium BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum digunakan. higroskopis,
simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
dan kering. Ampisilin BPFI; merupakan bentuk
anhidrat dari ampisilin. Sebelum digunakan, lakukan
- 141 -

pengeringan sampai bobot tetap dalam hampa udara


dengan fosfor pentoksida P pada suhu ruang. Simpan  L  CP  rU 
dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan    
kering. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat  D  1000  rS 
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh L adalah jumlah ampisilin, C16H19N3O4S dalam mg
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan yang tertera pada etiket di wadah atau volume larutan
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum terkonstitusi yang digunakan; D berturut-turut adalah
dibuka dalam lemari pembeku. kadar ampisilin, C16H19N3O4S dalam mg per mL
Larutan uji 1 atau Larutan uji 2 berdasarkan jumlah
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan larutan yang tertera pada etiket di wadah atau dalam larutan
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera terkonstitusi yang digunakan dan faktor pengenceran;
pada Injeksi. C adalah kadar Ampisilin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; P adalah potensi Ampisilin BPFI dalam
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit µg per mg; rUdan rS berturut-turut adalah respons
Endotoksin FI per mg ampisilin. puncak Larutan uji dan Larutan baku.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Prosedur untuk keseragaman kandungan Lakukan untuk padatan steril seperti tertera pada Injeksi.
pengujian dalam wadah terpisah menggunakan Hindari larutan konstitusi dari pembekuan.
Larutan uji 1 atau Larutan uji 2 atau keduanya, jika
diperlukan.
AMPISILIN UNTUK SUSPENSI ORAL
Bahan partikulat <751> memenuhi syarat seperti Ampicillin for Oral Suspension
tertera pada Injeksi Volume Kecil.
Ampisilin untuk Suspensi Oral mengandung sejumlah
Syarat lain Memenuhi syarat uji Identifikasi, Sifat ampisilin (anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak
hablur, pH, Air seperti tertera pada Ampisilin Natrium. kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
Juga memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera pada etiket,
penandaan seperti tertera pada Injeksi. bila dikonstitusi sesuai petunjuk. Mengandung satu
atau lebih dapar yang sesuai, bahan pewarna,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara penyedap, pengawet dan pemanis.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan bentuk anhidrat dari ampisilin, lakukan pengeringan
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti dalam hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada
tertera pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. suhu ruang hingga bobot tetap sebelum digunakan.
Larutan uji 1 (Bila dianggap sebagai wadah dosis Simpan dalam wadah tertutup rapat ditempat yang
tunggal). Konstitusikan ampisilin untuk injeksi dalam sejuk dan kering.
volume Pengencer yang telah diukur saksama, sesuai
volume pelarut yang tertera pada etiket. Keluarkan Identifikasi Larutkan sejumlah zat dalam campuran
semua isi menggunakan jarum dan alat suntik aseton P-asam korida 0,1 N (4:1) hingga kadar 5 mg
hipodermik yang sesuai dan encerkan secara ampisilin per mL: larutan yang diperoleh
kuantitatif dengan Pengencer hingga kadar lebih menunjukkan uji Identifikasi seperti tertera pada l
kurang 1 mg per mL ampisilin. Gunakan larutan Kapsul Ampisilin.
segera setelah dibuat.
Larutan uji 2 (Jika pada etiket tertera jumlah Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
ampisilin dalam volume larutan terkonstitusi yang untuk zat padat terkemas dalam satuan tunggal.
ditetapkan). Konstitusikan isi 1 wadah dalam volume
Pengencer yang diukur saksama, sesuai dengan pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5 lakukan penetapan
volume pelarut yang tertera pada etiket. Encerkan menggunakan suspensi yang dibuat sesuai petunjuk
sejumlah larutan terkonstitusi yang telah diukur pada etiket.
saksama dengan Pengencer secara bertahap hingga
diperoleh kadar ampisilin lebih kurang 1 mg per mL. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,5%, atau tidak
Gunakan larutan segera setelah dibuat. lebih dari 5,0% bila mengandung ampisilin trihidrat
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera dan mengandung setara dengan 100 mg ampisilin per
pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. Hitung mL bila dikonstitusi sesuai petunjuk pada etiket.
jumlah dalam mg ampisilin, C16H19N3O4S, dalam
larutan terkonstitusi yang digunakan dengan rumus: Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
- 142 -

hati-hati untuk menghindari kontaminasi]


Penetapan kadar Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
Larutan baku Buat Larutan baku seperti tertera pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
pada Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
<521>, menggunakan Ampisilin BPFI.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Identifikasi
suspensi oral yang dibuat segar sesuai petunjuk pada A. Spektrum serapan inframerah zat yang
etiket dan bebas dari gelembung udara, encerkan didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
bertahap secara kuantitatif dengan air hingga kadar maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
lebih kurang 1,25 mg ampisilin per mL. sama seperti pada Ampisillin Natrium BPFI.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera B. Menunjukkan reaksi Natrium cara A dan B
pada Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
<521>. Hitung jumlah dalam mg, C16H19N3O4S, tiap
mL suspensi yang digunakan, dengan rumus : Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. [Catatan
Kecuali untuk Ampisilin Natrium dalam bentuk beku-
kering, tidak perlu memenuhi pesyaratan ini.]
 T  F 
   (B − I )
 D  2000  Endotoksin bakteri <201> Jika pada etiket tertera
ampisilin natrium steril, atau jika pada etiket tertera
T adalah jumah ampisilin dalam mg per mL suspensi ampisilin natrium harus diproses lebih lanjut
yang dibuat sesuai petunjuk pada etiket; D adalah untuk pembuatan sediaan injeksi, Tidak lebih dari
kadar ampisilin dalam mg per mL Larutan uji 0,15 unit Endotoksin FI per mg ampisilin.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket dan faktor
pengenceran. pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan
dengan larutan yang mengandung 10,0 mg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Air <1031> Metode 1 Tidak lebih dari 2,0%.
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan ampisilin
yang digunakan dalam bentuk anhidrat atau trihidrat. Uji Sterilitas <71> Jika pada etiket tertera ampisilin
natrium steril, memenuhi syarat.

Dimetillanilin <1071> Memenuhi syarat.


AMPISILIN NATRIUM
Ampicillin Sodium Metilen klorida Tidak lebih dari 0,2%.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas
Mononatrium D-(-)-6-(2-amino-2-fenilasetamido)-3,3- seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0] heptan-2- Larutan baku internal Buat larutan dioksan P dalam
karboksilat [69-52-3] dimetil sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 2,1 mg
per mL.
C16H18N3NaO4S BM 371,39 Larutan baku Timbang saksama sejumlah metilen
klorida P, larutkan dalam Larutan baku internal
Ampisilin Natrium mempunyai potensi setara dengan hingga kadar lebih kurang 0,33 mg per mL.
tidak kurang dari 845 µg dan tidak lebih dari 988 µg Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
ampisilin, C16H19N3O4S, per mg, dihitung sebagai zat larutkan dan encerkan dengan Larutan baku internal
anhidrat. hingga kadar lebih kurang 166,7 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai hampir putih, dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca
tidak berbau atau praktis tidak berbau, higroskopik. 4 mm x 1,8 m berisi bahan pengisi 10% G39 dengan
partikel penyangga S1A yang tidak tersilanisasi.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam Pertahankan suhu kolom, suhu injektor dan suhu
larutan natrium hidroklorida isotonik dan dalam detektor berturut-turut pada suhu lebih kurang 65°,
larutan dekstrosa. 100° dan 260°. Gunakan nitrogen P sebagai gas
pembawa, dengan laju alir lebih kurang 60 mL per
Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan menit. Suntikkan Larutan baku ke dalam kromatograf
bentuk anhidrat dari ampisilin. Sebelum digunakan, dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lakukan pengeringan sampai bobot tetap pada vakum seperti tertera pada Prosedur: Waktu retensi relatif
diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang. Simpan metilen klorida dan dioksan berturut-turut lebih
dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak metilen
Ampisilin Natrium BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan klorida dan puncak dioksan tidak kurang dari 4 dan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
- 143 -

simpangan baku relatif untuk penyuntikan ulang tidak puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
lebih dari 5%. tidak lebih dari 1,4; faktor kapasitas, k’, tidak kurang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
volume sama (lebih kurang 1 μL) Larutan baku dan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
kromatogram dan ukur respons puncak metilen klorida sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan
dan dioksan. Hitung persentase metilen klorida dalam uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ampisilin natrium yang digunakan dengan rumus: ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam g
ampisilin, C16H19N3O4S, dalam tiap mg zat uji dengan
 RU   CS  rumus:
      100
 RS   CU   rU   CS 
      P
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons  rS   CU 
puncak metilen klorida terhadap respons puncak
dioksan yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Baku; CS adalah kadar metilen klorida dalam mg per uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Ampisilin BPFI
mL Larutan baku; CU adalah kadar ampisilin natrium dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ampisilin natrium dalam mg per mL Larutan uji
ditimbang. berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
ampisilin dalam µg per mg Ampisilin BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat.
Pengencer Buat campuran air-kalium fosfat
monobasa 0,1 M-asam asetat 1 N (989:10:1). Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-kalium injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau
fosfat monobasa 0,1 M-asam asetat 1 N (80:909:10:1). memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan sediaan injeksi.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah AMPISILlN DAN SULBAKTAM UNTUK
Ampisilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan INJEKSI
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL, Ampicillin and Sulbactam for Injection
jika perlu kocok dan sonikasi untuk melarutkan.
Gunakan larutan segera setelah dibuat. Ampisilin dan Sulbaktam untuk Injeksi adalah suatu
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama campuran ampisilin natrium dan sulbaktam natrium
sejumlah kafein, larutkan dan encerkan dengan kering dan steril. Mengandung ampisilin,
Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,12 mg per C16H19N3O4S, dan sulbaktam, C8H11NO5S, setara
mL. dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Larutan uji [Catatan Ampisilin natrium bersifat 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
higroskopis, hindari paparan terhadap udara dan Perbandingan ampisilin dan sulbaktam pada etiket
timbang segera.] Timbang saksama sejumlah zat, adalah 2:1. Mengandung ampisilin dan sulbaktam,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut tidak kurang dari 563dan 280 µg per mg,
setara dengan lebih kurang 1 mg per mL ampisilin dihitung terhadap zat kering.
anhidrat. Gunakan larutan segera setelah dibuat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Baku pembanding Ampisilin BPFI bentuk anhidrat;
dilengkapi dengan detektor 254 nm, prakolom 4 mm x keringkan dalam hampa di atas fosforpentaoksida P
5 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel pada suhu ruang hingga bobot tetap sebelum
5 sampai 10 µm dan kolom 4 mm x 30 cm, berisi bahan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 sampai 10 µm. dan kering. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
kafein dengan puncak ampisilin tidak kurang dari 2,0; dibuka dalam lemari pembeku. Sulbaktam BPFI; tidak
waktu retensi relatif ampisilin dan kafein berturut- boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
turut 0,5 dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap wadah tertutup rapat dan dalam lemari pembeku.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
- 144 -

Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan, Larutan uji 1 Homogenkan isi satu wadah ampisilin
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera dan sulbaktam untuk injeksi. Timbang saksama
pada Injeksi. sejumlah serbuk, larutkan dalam Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 1 mg per mL.[Catatan Segera
Identifikasi Waktu retensi puncak utama suntikkan larutan ini].
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku Larutan uji 2 (Untuk kemasan dosis tunggal).
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. Konstitusikan satu wadah ampisilin dan sulbaktam
untuk injeksi dengan sejumlah volume air yang diukur
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 unit saksama sesuai dengan volume pelarut yang tertera
Endotoksin FI dalam zat yang setara dengan 1 mg pada etiket. Pipet semua kandungan isi wadah
campuran ampisilin dan sulbaktam (berturut-turut menggunakan alat suntik dan jarum hipodermis, jika
0.67 dan 0.33 mg). perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Fase gerak hingga kadar ampisilin dan sulbaktam
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, seperti tertera pada berturut-turut lebih kurang 0,6 dan 0,3 mg per mL.
Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas dari produk [Catatan Segera suntikkan larutan ini].
yang diuji. Larutan uji 3 (Jika pada etiket tertera jumlah
ampisilin dan sulbaktam dalam volume tertentu
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan larutan konstitusi). Konstitusikan satu wadah
menggunakan larutan yang mengandung ampisilin 10 ampisilin dan sulbaktam untuk injeksi dengan
mg per mL dan sulbaktam 5 mg per mL. sejumlah volume air yang diukur saksama sesuai
dengan volume pelarut yang tertera pada etiket. Jika
Kadar air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%. perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap larutan
yang terkonstitusi dengan Fase gerak hingga kadar
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti larutan ampisilin dan sulbaktam berturut-turut lebih
tertera pada Injeksi volume kecil. kurang 0,6 dan 0,3 mg per mL. [Catatan Segera
suntikkan larutan ini].
Syarat lain Memenuhi syarat Keseragaman sediaan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
<911> dan Penandaan pada Injeksi. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Kromatografi <931>. Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
Tetrabutilamonium hidroksida 0,005 M Encerkan respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
6,6 mL Larutan tetrabutilamonium hidroksida 40% retensi relatif untuk Ampisilin lebih kurang 0,7 dan
dengan air hingga 1800 mL. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1 untuk hasil degradasi alkali sulbaktam adalah 1,0;
dengan penambahan asam fosfat 1 M. Encerkan resolusi, R, antara ampisilin dan hasil degradasi alkali
dengan air hingga 2000 mL. sulbaktam tidak kurang dari 4,0. Lakukan
Fase gerak Buat campuran tetrabutilamonium kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
hidroksida 0,005M-asetonitril P (1650:350), saring puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian relatif Ampisilin dan sulbaktam berturut-turut lebih
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada kurang 0,35 dan 1,0; efisiensi kolom puncak
Kromatografi <931>. sulbaktam tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis;
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; dan simpangan baku
BPFI dan Sulbaktam BPFI, larutkan dalam Fase gerak relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
hingga kadar ampisilin dan sulbaktam berturut-turut Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lebih kurang 0,6dan 0,3 mg per mL. [Catatan Segera volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
suntikkan larutan ini]. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
SulbaktamBPFI, larutkan dalam natrium hidroksida jumlah dalam µg ampisilin, C16H19N3O4S, dan
0,01 N hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL, sulbaktam, C8H11NO5S, dalam serbuk injeksi yang
diamkan selama 30 menit. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1 digunakan dengan rumus:
dengan penambahan asam fosfat P. Pipet 5 mL larutan
ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 4,25 mL
 CS P  rU 
asetonitril P, encerkan dengan tetrabutilamonium
hidroksida 0,005 M sampai tanda. Pipet 1 mL larutan
  
ke dalam labu tentukur 25-mL kedua, tambahkan 15  CU  rS 
mg Ampisilin BPFI, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. [Catatan Segera suntikkan larutan ini]. CS adalah kadar Ampisilin BPFI atau Sulbaktam BPFI
dalam mg per mL Larutan baku; P adalah kandungan
- 145 -

Ampisilin BPFI atau Sulbaktam BPFI dalam µg per Identifikasi


mg; CU adalah kadar ampisilin atau sulbaktam untuk A. Spektrum serapan inframerah zat yang
injeksi dalam mg per mL Larutan uji 1; rU dan rS didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
adalah respons puncak analit dari Larutan uji 1 dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan baku. Hitung jumlah ampisilin, C16H19N3O4S, seperti pada Anastrozol BPFI.
dan sulbaktam, C8H11NO5S, dalam wadah atau dalam B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
volume larutan konstitusi dengan rumus: Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
L r 
 (Cs P ) U  Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
D  rS 
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10
L adalah jumlah ampisilin atau sulbaktam dalam mg bpj.
seperti yang tertera pada etiket, dalam wadah atau
dalam volume larutan terkonstitusi yang digunakan; D Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 0,3%
adalah kadar ampisilin atau sulbaktam dalam mg per
mL Larutan uji 2 atau Larutan uji 3, berdasarkan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
jumlah dalam mg ampisilin atau sulbaktam yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertera pada etiket; rU adalah respons puncak Larutan Kromatografi <931>.
uji 2 atau Larutan uji 3 dan rS adalah respons puncak Larutan A, Larutan B, Fase gerak, dan Sistem
Larutan baku. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam Wadah Larutan baku persediaan Timbang saksama
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. sejumlah Anastrozol BPFI, larutkan dalam asetonitril
P lebih kurang 40% dari volume akhir labu tentukur
yang sesuai, dan encerkan dengan Larutan A hingga
kadar larutan lebih kurang 0,2 mg per mL.
ANASTROZOL
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Anastrozole persediaan, encerkan dengan Larutan A hingga kadar
0,02 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
tambahkan 10 mL asetonitril P. Encerkan dengan
Larutan A sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 2
mg per mL.
Blangko Pipet 10 mL asetonitril P ke dalam labu
tentukur 25-mL, encerkan dengan Larutan A sampai
tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
α, α, α’, α’,- Tetrametil-5-(1H-1,2,4-triazol-1-ilmetil)- volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku,
m-benzendiasetonitril [120511-73-1] Larutan uji, dan Blangko ke dalam kromatograf,
C17H19N5 BM 293,37 rekam kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
Anastrozol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan dengan rumus:
tidak lebih dari 102,0%, C17H19N5, dihitung terhadap
zat anhidrat dan bebas pelarut.
 ri   CS 
      100
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.  rS   CU 

Kelarutan Sangat mudah larut dalam asetonitril; ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
mudah larut dalam metanol, dalam aseton, dalam masing cemaran dan anastrozol dalam Larutan uji dan
etanol, dan dalam tetrahidrofuran. Larutan baku; CS adalah kadar Anastrozol BPFI dalam
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar anastrozol
Baku pembanding Anastrozol BPFI; tidak boleh dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, ditimbang. Masing-masing cemaran dan total cemaran
terlindung cahaya. tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
- 146 -

Tabel kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung


persentase anastrozol, C17H19N5, dalam zat dengan
Cemaran Waktu Batas rumus:
retensi relatif (%)
(menit)
Desmetil anastrozol 0,6 0,2  rU   CS 
      100
Anastrozol 1,0 -
Anastrozol dimer 2,0 0,2  rS   CU 
5-Bromometil anastrozol 4,3 0,1
5-Dibromometil anastrozol 5,4 0,1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Cemaran lain - 0,1 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Total cemaran - 0,5 Anastrozol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Abaikan puncak yang lebih kecil dari 0,05%. [Catatan Atur adalah kadar anastrozol dalam mg per mL Larutan uji
puncak area untuk pengganggu dari Blangko.] berdasarkan bobot yang ditimbang.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baik, pada suhu ruang.
Kromatografi <931>.
Larutan A Campuran asetonitril P–metanol P-asam
trifloroasetat P-air (100:300:0,5:600). TABLET ANASTROZOL
Larutan B Campuran asetonitril P–metanol P-asam Anastrozole Tablets
trifloroasetat P-air (150:450:0,5:400).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Tablet anastrozol mengandung, C17H19N5, tidak kurang
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang
kromatografi. tertera pada etiket.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Anastrozol BPFI, larutkan dalam asetonitril P lebih Baku pembanding Anastrozol BPFI; tidak boleh
kurang 40% dari volume akhir labu tentukur yang dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
sesuai, encerkan dengan Larutan A hingga kadar terlindung cahaya.
larutan lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat Identifikasi
setara dengan lebih kurang 25 mg zat, masukkan A. Timbang saksama sejumlah serbuk halus
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 20 mL tablet setara dengan 8 mg anastrozol, masukkan ke
asetonitril P dan encerkan dengan Larutan A sampai dalam wadah yang sesuai. Tambahkan 10 mL dietil
tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL. eter P dan sonikasi selama 5 menit. Saring melalui
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi penyaring nilon dengan ukuran partikel 0,45 µm ke
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom dalam wadah yang sesuai mengandung 400 mg kalium
berukuran 3,2 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L42 bromida P. Uapkan hingga kering menggunakan gas
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang nitrogen. Keringkan pada hampa udara pada suhu 50°
0,75 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai selama 1 jam. Tambahkan kembali 400 mg kalium
berikut: bromida P untuk membuat pelet: spektrum serapan
bilangan gelombang yang diperoleh dari zat uji pada
Waktu Larutan A Larutan B
lebih kurang 2235, 1606, 1500, 1359, 1205, 1137,
(menit) (%) (%)
0 100 0
1013, dan 875 cm-1 menunjukkan bilangan gelombang
10 100 0 yang sama seperti pada Anastrozol BPFI.
40 0 100 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
41 100 0 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
56 100 0 diperoleh pada Penetapan kadar.
[Catatan Waktu elusi gradien dapat disesuaikan dengan
mengurangi waktu tunda untuk mencapai pemisahan.] Disolusi <1231>
UJI 1
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Media disolusi: 900 mL air, awaudarakan.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Alat tipe 2: 50 rpm
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,9 dan 1,4; Waktu: 15 menit
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Lakukan penetapan persentase anastrozol, C17H19N5,
lebih dari 0,73%. terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah seperti tertera pada Kromatografi <931>.
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan Fase gerak Campuran asetonitril P-air (40:60),
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
- 147 -

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera tentukur yang sesuai, tambahkan asetonitril P setara
pada Kromatografi <931>. dengan 8% volume akhir labu. Sonikasi sampai larut,
Pengencer Campuran asetonitril P-air (50:50). encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
sejumlah Anastrozol BPFI, larutkan, dan encerkan persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,2 mg diperoleh kadar (L/1000). L adalah kadar dalam mg
per mL. per tablet sesuai dengan yang tertera pada etiket.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Larutan uji Saring sejumlah alikot menggunakan
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
diperoleh kadar (L/1000). L adalah kadar dalam mg Buang beberapa mL filtrat pertama
per tablet sesuai dengan yang tertera pada etiket. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Saring sejumlah alikot menggunakan tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. 3,2 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L42 dengan
Buang beberapa mL filtrat pertama. ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,75 mL
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,9
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL dan 1,4; simpangan baku relatif pada penyuntikan
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan ulang tidak lebih dari 1,5%.
baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ulang tidak lebih dari 2,0%. kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah persentase anastrozol, C17H19N5, yang terlarut dengan
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan rumus:
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung  rU   CS 
persentase anastrozol, C17H19N5, yang terlarut dengan       V  100
rumus:  rS   L 
 rU   CS  rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
      V  100 uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Anastrozol
 rS   L  BPFI dalam mg per mL Larutan baku, koreksi kadar
air; L adalah jumlah anastrozol dalam mg per tablet
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan yang tertera pada etiket; V adalah volume Media
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Anastrozol disolusi, 1000 mL.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku, koreksi kadar Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
air; L adalah jumlah anastrozol dalam mg per tablet kurang dari 80% (Q), anastrozol, C17H19N5, dari
yang tertera pada etiket; V adalah volume Media jumlah yang tertera pada etiket.
disolusi, 900 mL.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kurang dari 80% (Q), anastrozol, C17H19N5, dari
jumlah yang tertera pada etiket. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
UJI 2 [Catatan Jika memenuhi uji ini pada etiket Kromatografi <931>.
dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 2]. Larutan A Campuran metanol P-asetonitril P-asam
Media disolusi: 1000 mL air, awaudarakan. trifluoroasetat P-air (200:100:0,7:700).
Alat tipe 2: 50 rpm Larutan B Campuran metanol P-asetonitril P-asam
Waktu: 15 menit trifluoroasetat P-air (500:250:0,7:250).
Lakukan penetapan persentase anastrozol, C17H19N5, Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi dan Larutan B.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Pengencer Campuran asetonitril P-asam
Fase gerak Campuran asetonitril P-asam trifluoroasetat P-air (200:0,8:800).
trifluoroasetat P-air (300:1:700), saring dan Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut saksama sejumlah Anastrozol BPFI dan etil-4-
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi hidroksibenzoat P, masukkan ke dalam labu tentukur
<931>. yang sesuai. Larutkan dengan Pengencer sebanyak
Larutan baku persediaan Timbang saksama 50% volume akhir labu. Sonikasi sampai larut,
sejumlah Anatrozol BPFI, masukkan ke dalam labu
- 148 -

encerkan dengan Pengencer hingga kadar berturut-


turut lebih kurang 0,5 mg per mL dan 0,3 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume  ri   CS 
Larutan kesesuaian sistem persediaan, encerkan       100
dengan Pengencer hingga kadar Anastrozol BPFI dan  rS   CU 
etil-4hidroksibenzoat P berturut-turut lebih kurang 10
µg per mL dan 6 µg per mL.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Larutan uji; rS adalah respons puncak anastrozol dari
sejumlah Anastrozol BPFI, masukkan ke dalam labu
Larutan baku; CS adalah kadar Anastrozol BPFI dalam
tentukur yang sesuai, tambahkan Pengencer sebanyak
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar anastrozol
50% volume akhir labu, sonikasi sampai larut, dan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
yang tertera pada etiket; Masing-masing cemaran dan
kurang 0,5 mg per mL.
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Tabel.
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
Anastrozol BPFI 10 µg per mL.
Tabel.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Nama Waktu retensi Batas
dari 25 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk relatif (%)
tablet setara dengan 10 mg anastrozol, masukkan ke (menit)
dalam labu tentukur 10-mL. Larutkan dan encerkan Anastrozol-diamida 0,11 0,5
dengan Pengencer sampai tanda. Sonikasi selama 30 Anastrozol monoasid 0,26 0,5
menit dan diamkan sampai dingin pada suhu ruang. monoamida
Saring melalui penyaring yang sesuai dengan Anastrozol monoamida 0,30 0,5
porositas 0,45 µm, buang beberapa mL filtrat pertama. mononitril
Jika filtrat belum jernih, saring melalui penyaring Desmetil anastrozol 0,51 -
yang sesuai dengan porositas 0,2 µm, buang beberapa Anastrozol diasid 0,71 0,5
mL filtrat pertama. Kadar larutan lebih kurang 1,0 mg Anastrozol monoasid 0,87 0,5
mononitril
per mL anastrozol.
Anastrozol 1,00 -
Sistem kromatografi Kromatografi cair kinerja
Cemaran lain - 0,5
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom Total cemaran - 1,0
3,2 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L42, dengan Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,1%.
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL
per menit. Waktu analisa lebih kurang 25 menit. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Waktu Larutan A Larutan B Fase gerak Campuran asetonitril P-air (40:60),
(menit) (%) (%)
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
0 100 0
25 100 0
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
25,1 0 100 pada Kromatografi <931>.
30 0 100 Pengencer Campuran asetonitril P-air (50:50).
31 100 0 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
40 100 0 Anastrozol BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian 40 µg per mL. Jika perlu sonikasi.
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 10 tablet ke
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan air
puncak etil 4-hidroksibenzoat dan anastrozol lebih sebanyak 40% volume akhir labu. Kocok dengan
besar dari 4; faktor ikutan puncak anastrozol antara pengocok putar selama 10 menit untuk
0,9 dan 1,3; dan simpangan baku relatif pada menghancurkan tablet. Tambahkan asetonitril P lebih
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5% untuk kurang 40% volume akhir labu, sonikasi selama 15
anastrozol. [Catatan Waktu retensi relatif etil 4- menit dengan sesekali di kocok. Atur suhu sonikator
hidroksibenzoat dan anastrozol berturut-turut adalah pada 25°. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
0,7 dan 1,0.] Sentrifus sejumlah larutan ini pada 3500 rpm selama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 10 menit. Gunakan beningan. Kadar larutan lebih
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan kurang 40 µg per mL anastrozol.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Sistem kromatografi Kromatografi cair kinerja
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
persentase masing-masing cemaran dalam tablet 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
dengan rumus: ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL
- 149 -

per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dari 2,0; simpangan baku relatif pada penyuntikan sama seperti pada Antazolin Hidroklorida BPFI.
ulang tidak lebih dari 2,0%. B. Amati Kromatogram yang diperoleh pada uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Cemaran organik. Letak, warna dan ukuran bercak
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan utama Larutan uji B sesuai dengan bercak Larutan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam baku B.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung C. Pada 5 mL larutan zat yang disiapkan sebagai
persentase anastrozol, C17H19N5, dalam tablet dengan berikut: larutkan 2,0 g zat dalam air bebas karbon
rumus: dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 60°,
dinginkan dan encerkan sampai 100 mL dengan
 rU   CS  pelarut yang sama, tambahkan natrium hidroksida P
      100 8,5% tetes demi tetes hingga larutan alkalis, saring.
 rS   CU  Bilas endapan dua kali, tiap kali dengan 10 mL air,
keringkan dengan tekanan udara rendah dalam
rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons puncak desikator, meleleh pada suhu 119° - 123°.
anastrozol Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah D. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
kadar Anastrozol BPFI dalam mg per mL Larutan Uji Identifikasi Umum <291>.
baku; CU adalah kadar anastrozol dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
etiket. penetapan menggunakan larutan yang disiapkan
sebagai berikut: larutkan 2,0 g zat dalam air bebas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup karbon dioksida P, jika perlu panaskan pada suhu 60°,
rapat, pada suhu ruang terkendali. dinginkan dan encerkan sampai 100 mL dengan
pelarut yang sama.
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang digunakan,
jika tidak menggunakan Uji 1. Warna dan Akromisitas <1291> Metode III warna
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W7;
lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam
ANTAZOLIN HIDROKLORIDA air bebas karbon dioksida P.
Antazoline Hydrochloride
Suhu lebur <1021> Metode II Lebih kurang 240º,
disertai peruraian.

Keasaman-kebasaan Pada 10 mL larutan seperti


tertera pada Kejernihan larutan, tambahkan 0,2 mL
larutan merah metil P. Dibutuhkan tidak lebih dari 0,1
mL asam hidroklorida 0,01 N atau natrium hidroksida
0,01 N untuk mengubah warna indikator.
N- benzil-N-[(4,5 dihidro-1H-imidazol-2-il)metil]
anilina hidroklorida [2508-72-7] Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
C17H19N3.HCl BM 301,8 lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam
menggunakan 1 g zat.
Antazolin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C17H19N3.HCl, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dihitung terhadap zat kering. Gunakan residu hasil susut pengeringan.

Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 20
bpj. Lakukan penetapan dengan menggunakan 1 g zat
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam dan 2 mL Larutan baku timbal 10 bpj.
etanol; sukar larut dalam metilen klorida.
Cemaran organik. Lakukan penetapan dengan cara
Baku pembanding Antazolin Hidroklorida BPFI; Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Xilometazolin Hidroklorida BPFI. Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran dietilamin P-metanol P-etil
Identifikasi asetat P (5:10:85).
Lakukan identifikasi A dan D atau B, C dan D. Penjerap Campuran silika gel P GF 254. Panaskan
pada suhu 110° selama 15 menit sebelum digunakan.
- 150 -

Penampak bercak Buat campuran besi(III) klorida Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
P 20% dan kalium besi(III) sianida P 0,5% (1:1). dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut
Larutan uji A Larutkan dan encerkan 100 mg zat dalam eter.
dalam 5,0 mL metanol P.
Larutan uji B Pipet 1 mL Larutan uji A dan Baku pembanding Antipirin BPFI; lakukan
encerkan dengan metanol P hingga 5,0 mL. pengeringan pada suhu 60 selama 2 jam sebelum
Larutan baku A Pipet 0,5 mL Larutan uji A dan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
encerkan dengan metanol P hingga 100,0 mL.
Larutan baku B Larutkan dan encerkan 20 mg Kesempurnaan melarut dan warna larutan Larutan
Antazolin Hidroklorida BPFI dalam 5,0 mL metanol zat dalam 1 bagian air dingin, jika diamati secara
P. melintang dalam tabung yang berdiameter lebih
Larutan baku C Larutkan 20 mg Xilometazolin kurang 20 mm, larutan tampak tidak berwarna atau
Hidroklorida BPFI dalam 1,0 mL Larutan uji A dan tidak lebih tua dari kuning muda.
encerkan dengan metanol P hingga 5,0 mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 Identifikasi
L Larutan uji A, Larutan uji B, Larutan baku A, Larutan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
baku B dan Larutan baku C pada lempeng kromatografi. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf yang maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat sama seperti pada Antipirin BPFI.
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat dalam
lempeng, tandai batas rambat, biarkan Fase gerak metanol P yang mengandung 20 µg per mL
menguap selama 15 menit. Amati dibawah cahaya menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
ultraviolet 254 nm: Larutan baku C harus memberikan gelombang yang sama seperti pada Antipirin BPFI;
dua bercak utama yang terpisah. Semprot dengan daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
Penampak bercak dan amati segera: bercak lain selain kering pada panjang gelombang serapan maksimum
bercak utama Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak lebih kurang 266 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
utama Larutan baku A (0,5%). C. Pada larutan zat tambahkan asam tanat LP:
terbentuk endapan putih.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
mg zat, larutkan dalam 100 mL etanol P, tambahkan Jarak lebur <1021> Antara 110 dan 112,5.
0,1 mL fenoftalein LP dan titrasi dengan kalium
hidroksida etanolat 0,1 N LV. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 60 selama 2 jam.
Tiap mL kalium hidroksida etanolat 0,1 N LV
setara dengan 30,18 mg C17H19N3.HCl Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
baik, terlindung cahaya. penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 2 mL
asam asetat 1 N, dan tambahkan air hingga 25 mL.

ANTIPIRIN Cemaran umum <481>


Antipyrine Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P.
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P.
Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P-
butil alkohol P-asam format P (60:15:15:15).
Penampak bercak Gunakan teknik penampak
nomor 1.

2,3- Dimetil-1-fenil-3-pirazolin-5-on [60-80-0] Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 150
C11H12N2O BM 188,23 mg zat, masukkan ke dalam labu iodum 250 mL,
larutkan dalam 25 mL air. Tambahkan 2 g natrium
Antipirin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan asetat P, 1 mL asam asetat encer LP dan 20,0 iodum
tidak lebih dari 100,5% C11H12N2O, dihitung terhadap 0,1 N LV, biarkan di tempat gelap dan sejuk selama 20
zat kering. menit. Tambahkan 25 mL etanol P hingga endapan
larut. Titrasi kelebihan iodum dengan natrium
Pemerian Serbuk hablur, hablur tidak berwarna atau tiosulfat 0,1 LV, menggunakan kanji LP sebagai
putih, tidak berbau dan agak pahit. Larutan netral indikator.
terhadap lakmus.
- 151 -

Tiap mL iodum 0,1 N dihubungkan dengan pendingin dilengkapi dengan


setara dengan 9,412 mg C11H12N2O adaptor yang dipasang rapat, dengan salah satu ujung
tercelup di dalam campuran 2 mL natrium hidroksida
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 1 N dan 10 mL air di dalam labu kecil yang direndam
rapat. es. Panaskan campuran di dalam labu destilasi sampai
mendidih dan diperoleh destilat lebih kurang 25 mL.
Encerkan destilat dengan air hingga 50 mL, campur.
ARANG JERAP Pada 25 mL enceran destilat, tambahkan 12 tetes
Activated Charcoal besi(II) sulfat LP, panaskan hingga hampir mendidih,
dinginkan dan tambahkan 1 mL asam hidroklorida P:
Arang Jerap adalah residu destilasi destruktif dari tidak terjadi warna biru.
beberapa bahan organik yang telah diberi perlakuan
untuk mempertinggi daya serap. Logam berat <371> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
Pemerian serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan campuran 20 mL
tidak berbau; tidak berasa. asam hidroklorida 3 N dan 5 mL brom LP selama 5
menit, saring dan bilas dengan 50 mL air mendidih.
Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam Uapkan filtrat dan air bilasan sampai kering, pada
etanol. residu tambahkan 1 mL asam hidroklorida 1 N, 20 mL
air dan 5 mL asam sulfit P. Didihkan larutan sampai
Keasaman-kebasaan Didihkan 3,0 g zat dengan 60 seluruh belerang dioksida hilang, saring jika perlu,
mL air selama 5 menit, biarkan dingin, tambahkan air encerkan dengan air hingga 50 mL. Pada 20 mL
sampai volume semula, saring: filtrat tidak berwarna larutan tambahkan air hingga 25 mL.
dan netral terhadap lakmus P.
Zat tak terarangkan Didihkan 250 mg zat dengan 10
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0% mL natrium hidroksida 1 N selama 5 detik, saring:
lakukan pengeringan pada suhu 120selama 4 jam. filtrat tidak berwarna.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 4,0% lakukan Daya jerap
penetapan menggunakan 500 mg zat. Alkaloid Kocok 1 g zat yang telah dikeringkan pada
120º selama 4 jam dengan larutan 100 mg striknin
Senyawa larut asam Tidak lebih dari 3,5%. Didihkan sulfat P dalam 50 mL air selama 5 menit, saring dan
1,0 g zat dengan campuran 20 mL air dan 5 mL asam buang 10 mL filtrat pertama. Pada 10 mL filtrat,
hidroklorida P selama 5 menit. Saring ke dalam krus tambahkan 1 tetes asam hidroklorida P dan 5 tetes
yang telah ditimbang, bilas residu dengan 10 mL air kalium raksa(II) iodida LP: tidak terjadi kekeruhan.
panas, kumpulkan bilasan dengan filtrat, tambahkan 1 Zat warna Pipet 50 mL larutan biru metilen P (1
mL asam sulfat P. Uapkan hingga kering dan pijarkan dalam 1000) masing-masing ke dalam dua labu 100
hingga bobot tetap. Residu tidak lebih dari 35 mg. mL bersumbat kaca. Tambahkan 250 mg zat yang
ditimbang saksama ke dalam salah satu labu, tutup dan
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan kocok selama 5 menit. Saring isi masing-masing labu
penetapan menggunakan 10 mL filtrat yang diperoleh melalui penyaring kering, buang 20 mL dari masing-
pada uji Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh masing filtrat pertama. Pipet 25 mL masing-masing
dibandingkan larutan pembanding yang mengandung filtrat ke dalam dua labu tentuktur 250-mL.
1,5 mL asam hidroklorida 0,020 N. Tambahkan 50 mL larutan natrium asetat P (1 dalam
10) ke dalam masing-masing labu, campur;
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan tambahkan melalui buret 35,0 mL iodum 0,1 N LV,
penetapan menggunakan 10 mL filtrat yang diperoleh sambil digoyang. Tutup labu, biarkan selama 50 menit,
pada uji Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh kocok kuat dengan selang waktu 10 menit. Encerkan
dibandingkan larutan pembanding yang mengandung masing-masing campuran dengan air sampai tanda,
1,0 mL asam sulfat 0,020 N. campur, diamkan selama 10 menit, saring melalui
penyaring kering, buang masing-masing 30 mL filtrat
Sulfida Didihkan perlahan-lahan 500 mg zat dengan pertama. Titrasi kelebihan iodum dalam masing-
20 mL air dan 5 mL asam hidroklorida P dalam labu masing 100 mL filtrat dengan natrium tiosulfat 0,1 N
Erlenmeyer kecil: terbentuk uap yang tidak LV menggunakan 3 mL kanji LP sebagai indikator.
menghitamkan kertas saring yang dibasahi dengan Hitung jumlah mL iodum 0,1 N yang diperlukan pada
timbal(II) asetat LP. masing-masing titrasi: perbedaaan antara kedua
volume tidak kurang dari 0,7 mL.
Senyawa sianogen Masukkan 5 g zat, 50 mL air dan
2 g asam tartrat P ke dalam labu destilasi yang
- 152 -

Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Larutan Kesesuaian Sistem. Lakukan seperti tertera
Salmonella sp dan Escherichia coli. pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 20 μL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baik. kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
rumus:
ARIPIPRAZOL
Aripiprazole  ri  1 
     100
 
 rS  F 
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
aripiprazol dalam Larutan uji; F adalah faktor respons
relatif. Masing-masing cemaran dan total cemaran
7-[4-[4-(2,3-Diklorofenil)-1-piperazinil]butoksi]-3,4- tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
dihidrokarbostiril [129722-12-9]
Tabel
C23H27Cl2N3O2 BM 448,39 Cemaran Waktu Faktor Batas
retensi Respons (%)
Aripiprazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan relatif Relatif
tidak lebih dari 102,0%, C23H27Cl2N3O2, dihitung (menit)
terhadap zat kering. Senyawa sejenis G 0,9 0,72 0,1
aripiprazol
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. Aripiprazol 1,0 - -
Senyawa sejenis F 1,1 1,0 0,1
aripiprazol
Kelarutan tidak larut dalam air dan dalam metanol;
Aripiprazol 4,4’- 1,3 1,0 0,1
mudah larut dalam diklorometan; agak sukar larut dimer
dalam toluen, Cemaran lain - 1,0 0,1
Total cemaran - - 0,5
Baku pembanding Aripiprazol BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
terlindung cahaya. Senyawa sejenis F Aripiprazol Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
BPFI. Kromatografi <931>. [Catatan Larutan harus
terlindung dari cahaya.]
Identifikasi Larutan A Campuran asetonitril P–asam
A. Spektrum serapan inframerah zat yang trifloroasetat P 0,05% (10:90).
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Larutan B Campuran asetonitril P–asam
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama trifloroasetat P 0,05% (90:10).
seperti pada Aripiprazol BPFI. Pengencer Campuran asetonitril P-metanol P-air-
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram asam asetat P (30:10:60:1).
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
diperoleh pada Penetapan kadar. dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Larutan baku Timbang saksama sejumlah
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam. Aripiprazol BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
10 bpj. 0,1 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara sejumlah Aripiprazol BPFI dan Senyawa sejenis F
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Aripiprazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan harus Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang
terlindung dari cahaya.] 1 µg per mL.
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer, Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku, Larutan uji, Sistem kromatografi, dan dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
- 153 -

berukuran 4,6 mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1


dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang Identifikasi
1,2 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai A. Spektrum serapan inframerah residu Baku dan Uji
berikut: yang didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Waktu Larutan A Larutan B gelombang yang sama.
(menit) (%) (%) Baku Tambahkan 30 mL etil asetat P ke dalam 30 mg
0 80 20 Aripiprazol BPFI. Kocok selama 10 menit, sentrifus
2 80 20 tidak kurang dari 5 menit, dan saring beningan melalui
10 65 35 penyaring membran yang sesuai. Tambahkan 15 mL air
20 10 90 ke dalam filtrat, kocok selama 5 menit, dan sentrifus
25 10 90
tidak kurang dari 10 menit. Pindahkan 20 mL lapisan
26 80 20
atas ke dalam wadah dan tambahkan magnesium sulfat
35 80 20
anhidrat P secukupnya. Kocok baik, saring melalui
penyaring membran yang sesuai, dan uapkan etil asetat
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
P pada tangas air di bawah tekanan rendah. Gunakan
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
residu. [Catatan Kecepatan sentrifugasi yang sesuai
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
pada 2000 rpm.]
aripiprazol dan Senyawa sejenis F Aripiprazol BPFI
Uji Timbang dan serbukkan sejumlah tablet, timbang
berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,1; resolusi, R,
saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 30 mg
antara aripiprazol dan senyawa sejenis F aripiprazol
aripiprazol, masukkan ke dalam wadah yang sesuai.
tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan untuk aripiprazol
Tambahkan 30 mL etil asetat P, kocok selama 10 menit,
tidak lebih dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
sentrifus tidak kurang dari 5 menit, dan saring beningan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
melalui penyaring membran yang sesuai. Tambahkan
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
15 mL air ke dalam filtrat, kocok selama 5 menit, dan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
sentrifus tidak kurang dari 10 menit. Pindahkan 20 mL
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lapisan atas ke dalam wadah dan tambahkan sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
magnesium sulfat anhidrat P. Kocok baik, saring
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
melalui penyaring membran yang sesuai, dan uapkan
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
etil asetat P pada tangas air di bawah tekanan rendah.
persentase aripiprazol, C23H27Cl2N3O2, dalam zat
Gunakan residu. [Catatan Kecepatan sentrifugasi yang
dengan rumus:
sesuai pada 2000 rpm].
B. Waktu retensi puncak utama krotamogram
 rU   CS  Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
      100 diperoleh pada Penetapan kadar.
 rS   CU 
Disolusi <1231>
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Media disolusi: 900 mL Dapar asam hidroklorida pH
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 1,2 yang dibuat sebagai berikut: masukkan 250 mL
Aripiprazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU larutan air kalium klorida P, (14,9 g per L ) ke dalam
adalah kadar aripiprazol dalam mg per mL Larutan uji labu tentukur 1-L, tambahkan 425 mL asam
berdasarkan bobot yang ditimbang. hidroklorida 0,2 N dan encerkan dengan air sampai
tanda. Saring dan awaudarakan melalui penyaring
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup hampa udara.
rapat dan pada suhu ruang terkendali. Alat tipe 2: 60 rpm
Waktu: 30 menit
Lakukan penetapan persentase aripiprazol,
TABLET ARIPIPRAZOL C23H27Cl2N3O2, terlarut dengan cara spektrofotometri
Aripiprazole Tablets seperti tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
Cahaya <1191> atau Kromatografi cair kinerja tinggi
Tablet Aripiprazol mengandung aripiprazol, seperti tertera pada Kromatografi <931>.
C23H27Cl2N3O2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Spektrofotometri
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Baku pembanding Aripiprazol BPFI; tidak boleh sejumlah Aripiprazol BPFI, larutkan dan encerkan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dengan etanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis F Aripiprazol mL.
BPFI; Senyawa Sejenis G Aripiprazol BPFI; Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Propilparaben BPFI. persediaan, larutkan dalam sejumlah Media hingga
- 154 -

kadar lebih kurang L per 900 mg per mL dimana L Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
adalah jumlah yang tertera pada etiket dalam mg per tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Tablet. berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Larutan uji Saring sejumlah alikot dengan penyaring L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
yang sesuai, buang 5 mL filtrat pertama. 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Blangko Gunakan Media. Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons
Prosedur Lakukan penetapan jumlah aripiprazol, puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
C23H27Cl2N3O2, yang terlarut dengan mengukur relatif aripiprazol dan propilparaben berturut-turut
serapan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang lebih kurang 1,0 dan 1,8; resolusi, R, antara aripiprazol
gelombang serapan maksimum lebih kurang 249 dan dan propilparaben tidak kurang dari 10,0; simpangan
325 nm terhadap larutan blangko. Hitung persentase baku relatif perbandingan respons puncak aripiprazol
aripiprazol, C23H27Cl2N3O2, yang terlarut dengan terhadap propilparaben tidak lebih dari 1,5%.
rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
𝐴𝑈 1 Larutan uji ke dalam kromatograf dan ukur repons
× 𝐶𝑆 × 𝑉 × × 100 puncak tidak kurang dari 2 kali waktu retensi
𝐴𝑆 𝐿
aripiprazol. Hitung persentase aripiprazol,
AU dan AS berturut-turut adalah selisih serapan pada C23H27Cl2N3O2, yang terlarut dengan rumus:
panjang gelombang 249 dan 325 nm dari Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Aripiprazol BPFI 𝑅𝑈 1
× 𝐶𝑆 × 𝑉 × × 100
dalam mg per mL Larutan baku; L adalah jumlah 𝑅𝑆 𝐿
aripiprazol dalam mg per tablet seperti tertera pada
etiket; V adalah volume Media disolusi. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak aripiprazol terhadap propilparaben Larutan uji
Kromatografi dan Larutan baku; CS adalah kadar Aripiprazol BPFI
Larutan A Gunakan natrium sulfat anhidrat P 2,8 g dalam mg per mL Larutan baku; L adalah jumlah
per L. aripiprazol dalam mg per tablet seperti tertera pada
Larutan B Timbang sejumlah asam asetat glasial P etiket; V adalah volume Media disolusi.
dan natrium asetat P, encerkan dengan air hingga kadar Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
berturut-turut lebih kurang 13,9 g per L dan 23,9 g per kurang dari 75% (Q) aripiprazol, C23H27Cl2N3O2, dari
L. jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran asetonitril P-
metanol P-Larutan A-asam asetat glasial P Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
(40:10:50:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Pengencer Campuran Larutan B-metanol P (50:50). Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi larutan dari
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah cahaya.]
Propilparaben BPFI, larutkan dan encerkan dengan Dapar Timbang sejumlah amonium sitrat dibasa P,
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,67 µg per mL. asam sitrat P, dan natrium dodesil sulfat P, larutkan
Larutan baku persediaan A Timbang saksama dan encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut
sejumlah Aripiprazol BPFI, larutkan dan encerkan lebih kurang 9,6 g per L; 1,6 g per L; dan 2,9 g per L.
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per Jika diperlukan, atur pH hingga 4,7 dengan
mL. penambahan amonia sitrat dibasa P dalam air dengan
Larutan baku persediaan B Pipet sejumlah Larutan kadar 11 g per L atau larutan asam sitrat anhidrat P
baku persediaan A, encerkan dengan Media disolusi dalam air dengan kadar 9,6 g per L.
hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL. Saring melalui Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (45:55),
penyaring dengan porositas tidak lebih dari 0,5 µm, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
buang 6 mL filtrat pertama. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Larutan baku Campurkan masing-masing 5 mL pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan B dan Larutan baku internal, Pengencer Campuran asetonitril P-air-asam asetat
hingga kadar Aripiprazol BPFI lebih kurang 1 µg per glasial P (40:60:1).
mL. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan uji persediaan Saring sejumlah alikot sejumlah Aripiprazol BPFI; Senyawa Sejenis F
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas tidak Aripiprazol BPFI, dan Senyawa Sejenis G Aripiprazol
lebih dari 0,5 µm. Buang tidak kurang dari 6 mL filtrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
pertama. hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 mg per
Larutan uji Campurkan masing-masing 2 mL mL; 0,5 µg per mL; dan 0,5 µg per mL.
Larutan uji persediaan dan Larutan baku internal.
- 155 -

Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Fase gerak Campuran asetonitril P-metanol P-
dari 20 tablet, timbang saksama sejumlah serbuk tablet Larutan A-asam asetat glasial P (33:11:56:1), saring
setara dengan tidak kurang dari 4 mg aripirazol, dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
sejumlah volume Pengencer hingga kadar larutan 0,5 Kromatografi <931>.
mg per mL. Jika perlu, kocok selama 10 menit dan Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
sentrifus. Saring beningan melalui penyaring yang Propilparaben BPFI, larutkan dan encerkan dengan
sesuai dengan porositas tidak lebih dari 0,5 µm, buang Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,33 mg per mL.
1 mL filtrat pertama, dan gunakan filtrat selanjutnya. Larutan baku persediaan Timbang saksama
Sistem kromatografi Lakukan seperti pada sejumlah Aripiprazol BPFI, larutkan dan encerkan
Penetapan kadar. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per
dilengkapi detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x 15 mL.
cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 Larutan baku Pipet masing-masing 10 mL Larutan
µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan baku persediaan dan Larutan baku internal ke dalam
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak
rekam kromatrogram, dan ukur respons puncak seperti sampai tanda. Kadar aripiprazol lebih kurang 0,2 mg
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak per mL.
senyawa sejenis G aripiprazol dan puncak aripiprazol Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
tidak kurang dari 3; perbandingan ”signal to noise” dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
untuk puncak senyawa sejenis F aripiprazol dan tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
senyawa sejenis G aripiprazol tidak kurang dari 10. Tambahkan Fase gerak 40% dan Larutan baku
[Catatan Waktu retensi relatif dapat dilihat pada internal sebanyak 20% volume labu. Kocok selama 10
Tabel.] menit dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lebih kurang 0,2 mg per mL. Sentrifus, jika perlu
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji ke saring beningan melalui penyaring yang sesuai dengan
dalam kromatograf. Rekam kromatogram 2 kali waktu porositas tidak lebih dari 0,5 µm, buang 1 mL filtrat
retensi aripiprazol dan ukur respons semua puncak. pertama, dan gunakan filtrat selanjutnya.
Hitung persentase cemaran dalam serbuk tablet yang Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
digunakan dengan rumus: tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
 ri  L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
   100 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
 rT  Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
ri adalah respons puncak tiap hasil degradasi dari relatif aripiprazol dan propilparaben berturut-turut
Larutan uji; rT adalah jumlah respons puncak dari lebih kurang 1,0 dan 1,5; resolusi, R, antara aripiprazol
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total dan propilparaben tidak kurang dari 8; faktor ikutan
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. untuk aripiprazol dan propilparaben tidak lebih dari
1,7; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Tabel ulang untuk aripiprazol dan propilparaben tidak lebih
dari 2,0%.
Nama Waktu Batas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
retensi (%)
volume sama (lebih kurang 10 L Larutan baku dan
relatif
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Senyawa sejenis F 0,54 0,3
aripiprazol kromatogram 2 kali waktu retensi aripiprazol dan ukur
Senyawa sejenis G 0,81 0,3 semua respons puncak. Hitung persentase aripiprazol,
aripiprazol C23H27Cl2N3O2, berdasarkan bobot yang tertera pada
Aripiprazol 1,0 - tablet dengan rumus:
Cemaran lain - 0,2
Total cemaran - 1,0  RU   CS 
Abaikan puncak cemaran yang kurang dari 0,1% puncak       100
aripiprazol.  RS   CU 
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak aripiprazol terhadap propilparaben dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Kromatografi <931>.
Aripiprazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Larutan A Timbang saksama sejumlah Natrium
adalah kadar aripiprazol dalam mg per mL Larutan uji
sulfat anhidrat P, larutkan dan encerkan dengan air
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
hingga kadar lebih kurang 2,8 g per L.
- 156 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Fase gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
rapat, pada suhu ruang terkendali. lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
keringkan. Semprot dengan Penampak bercak: harga
Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
ARTEMETER baku.
Artemether C. Pada 30 mg zat, tambahkan 1 mL etanol mutlak
P dan 0,1 g kalium iodida P. Panaskan campuran
dalam tangas air: terjadi warna kuning.
D. Larutkan 30 mg zat dalam 6,0 mL etanol mutlak
P. Teteskan campuran pada cawan porselen putih dan
tambahkan 1 tetes larutan vanilin P 5% dalam asam
sulfat P: terjadi warna merah muda.

Jarak lebur <1021> Antara 86,0° dan 90,0°.

Rotasi optik <1081> Antara +166º dan +173º;


lakukan penetapan menggunakan 10 mg per mL zat
(3R,5aS,6R,8aS,9R,10S,12R,12aR)-Dekahidro-10-
dalam etanol mutlak P.
metoksi-3,6,9-trimetil-3,12-epoksi-12H-pirano[4,3-
j]-1,2-benzodioksepin [71963-77-4]
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
C16H26O5 BM 298,4
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Artemeter mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan
tidak lebih dari 102,0%, C16H26O5, dihitung terhadap
tekanan tidak lebih dari 20 mmHg, di atas fosfor
zat kering.
pentoksida P.
Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih.
Cemaran organik
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah Prosedur 1
larut dalam diklorometan dan dalam aseton; mudah Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
larut dalam etil asetat dan dalam etanol mutlak. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Enceran
Baku pembanding Artemeter BPFI; tidak boleh larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertera pada Cara A dalam Penetapan kadar.
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku, Larutan uji,
Identifikasi Enceran larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
A. Spektrum serapan inframerah zat yang kromatogram dan ukur semua respons puncak. Pada
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan kromatogram Larutan uji: respons puncak selain
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang respons puncak utama tidak lebih besar dari respons
sama pada Artemeter BPFI. puncak utama Enceran larutan uji (0,5%); tidak lebih
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi dari satu respons puncak lebih besar dari 0,5 kali
lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara respons puncak utama Enceran larutan uji (0,25%);
kromatografi lapis tipis <281>. jumlah respons puncak selain respons puncak utama
Fase gerak Campuran eter minyak tanah P - etil asetat tidak lebih besar dari 2 kali respons puncak utama
P (7 : 3). Enceran larutan uji (1,0%). Abaikan respons
Larutan baku Timbang saksama sejumlah puncak kurang dari 0,1 kali respons puncak utama
Artemeter BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Enceran larutan uji.
aseton P hingga kadar lebih kurang 0,10 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Prosedur 2
larutkan, dan encerkan dengan aseton P hingga kadar
lebih kurang (a) 10 mg per mL, (b) 0,10 mg per mL, Lakukan seperti Uji B pada Identifikasi. Setiap
(c) 0,05 mg per mL, (d) 0,025 mg per mL. bercak yang diperoleh dari larutan (a) selain bercak
Penampak bercak Gunakan larutan vanilin P 5% utama tidak lebih intensif dari yang diperoleh dari
dalam asam sulfat P.[Catatan Gunakan larutan dalam larutan (b) (0,5%), tidak satupun bercak selain bercak
waktu 48 jam.] utama lebih intensif dari larutan (c) (0,25%)
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
10 L Larutan baku dan seri Larutan uji pada lempeng
kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak. Biarkan
- 157 -

Penetapan kadar
Cara A Penandaan Jika dimaksudkan untuk digunakan dalam
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus terera
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi steril atau harus dilakukan proses sterilisasi dalam
<931>. pembuatan sediaan injeksi.
Fase gerak Campuran asetonitril P – air (62:38),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera INJEKSI ARTEMETER
pada Kromatografi <931>. Artemether Injection
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Artemeter BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Fase Injeksi Artemeter adalah larutan steril dalam minyak
gerak hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. untuk injeksi yang sesuai. Mengandung artemeter,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, C16H26O5, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga 105,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
kadar lebih kurang 10 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Baku pembanding Artemeter BPFI; tidak boleh
tinggi dilengkapi dengan detektor 216 nm dan kolom dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
berukuran 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 terlindung cahaya, dalam lemari pendingin
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Identifikasi
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons A. Pada sejumlah volume injeksi setara dengan
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku lebih kurang 50 mg artemeter, tambahkan 25 mL
relatif pada lima kali penyuntikan ulang tidak lebih aseton P, campur, dan saring. Uapkan filtrat pada suhu
dari 2,0%. rendah dan keringkan residu di atas desikan silika gel
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah P selama satu malam. Spektrum serapan inframerah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan residu yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
persentase artemeter, C16H26O5, dalam zat dengan Artemeter BPFI.
rumus: B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara
 rU  C S 
    100 kromatografi lapis tipis <281>.
 rS  CU  Fase gerak Campuran eter minyak tanah P - etil asetat
P (7:3).
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Artemeter BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Artemeter BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
aseton P hingga kadar lebih kurang 0,10 mg per mL.
CU adalah kadar artemeter dalam mg per mL Larutan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
larutkan, dan encerkan dengan aseton P hingga kadar
lebih kurang (a) 10 mg per mL, (b) 0,10 mg per mL,
Cara B
(c) 0,05 mg per mL, (d) 0,025 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Penampak bercak Gunakan larutan vanilin P 5%
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
dalam asam sulfat P.[Catatan Gunakan larutan dalam
dan encerkan dengan etanol absolut P sampai tanda.
waktu 48 jam.]
Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
tambahkan asam hidroklorida-etanol 1M sampai Prosedur Totolkan secara terpisah 10 L Larutan
tanda. Sumbat labu, masukkan ke dalam tangas air baku dan seri Larutan uji pada lempeng kromatografi
pada suhu 55º selama 5 jam. Dinginkan hingga suhu silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana
ruang. kromatograf berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Artemeter merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
BPFI, lakukan seperti pada Larutan uji. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Semprot dengan Penampak bercak: harga Rf bercak
baku pada panjang gelombang maksimum lebih utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
kurang 254 nm. Hitung persentase C16H26O5 dalam zat C. Pada sejumlah volume injeksi setara 30 mg
yang digunakan dengan pembanding Artemeter BPFI artemeter, tambahkan 6 mL etanol mutlak P. Teteskan
kering. beberapa tetes pada cawan porselen dan tambahkan
satu tetes larutan vanilin P 5% dalam asam sulfat P:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup terjadi warna merah muda.
rapat, terlindung cahaya.
- 158 -

Cemaran organik [Catatan Uji tidak dapat dilakukan


jika sediaan mengandung minyak kacang.] Lakukan  rU  C S 
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja     100
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.  rS  CU 
Fase gerak, Larutan uji, dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Larutan pembanding Pipet sejumlah volume uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Artemeter BPFI
Larutan uji, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
artemeter lebih kurang 0,05 mg per mL. artemeter dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah jumlah yang tertera pada etiket.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji dan
Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Pada rapat, terlindung cahaya.
kromatogram Larutan uji: tidak ada respons puncak
selain respons puncak utama lebih besar dari respons Penandaan Pada etiket tertera minyak untuk injeksi
puncak utama Larutan pembanding (0,5%); tidak yang digunakan.
lebih dari satu respons puncak lebih besar dari 0,5 kali
respons puncak utama Larutan pembanding (0,25%);
jumlah respons puncak selain respons puncak utama TABLET ARTEMETER DAN
tidak lebih besar dari 2 kali respons puncak utama
LUMEFANTRIN
Larutan pembanding (1,0%). Abaikan puncak
cemaran kurang dari 0,1 kali respons puncak utama Arthemeter and Lumefantrine Tablets
Larutan pembanding.
Tablet Artemeter dan Lumefantrin mengandung
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti artemeter, C16H26O5, dan lumefantrin, C30H32Cl3NO
tertera pada Injeksi volume kecil. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Baku pembanding Artemeter BPFI; tidak boleh
Injeksi. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Lumefantrin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi <931>. terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Fase gerak Campuran asetonitril P-air (62:38), Senyawa Sejenis A Artemeter BPFI; Senyawa Sejenis
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan B Artemeter BPFI (Artenimol); Senyawa Sejenis C
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Artemeter BPFI; Senyawa Sejenis D Artemeter BPFI
pada Kromatografi <931>. (α-Artemeter).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Artemeter BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Fase Identifikasi
gerak hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. A. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, kromatografi lapis tipis <281>.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar artemeter Fase gerak Campuran eter minyak tanah P – etil
lebih kurang 10 mg per mL. asetat P – asam asetat glasial P (8:2:1).
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tinggi dilengkapi dengan detektor 216 nm dan kolom Artemeter BPFI dan Lumefantrin BPFI, larutkan dan
berukuran 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 encerkan dengan aseton P hingga kadar artemeter dan
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang lumefantrin berturut-turut lebih kurang 1 mg per mL
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap dan 6 mg per mL.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku tablet setara dengan lebih kurang 10 mg artemeter
relatif pada lima kali penyuntikan ulang tidak lebih (atau 60 mg lumefantrin), tambahkan 10 mL aseton P,
dari 2,0%. kocok selama 5 menit, saring dan gunakan filtrat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah jernih.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Penampak bercak 1 Secara hati-hati tambahkan 10
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam mL asam sulfat P ke dalam 90 mL metanol P,
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung pertahankan larutan sedingin mungkin, campur
persentase artemeter, C16H26O5, dalam injeksi dengan perlahan.
rumus: Penampak bercak 2 Gunakan uap iodum P.
- 159 -

Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing tambahkan 20,0 mL Pengencer, sonikasi selama 15
10 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng menit dan sentrifus. Saring sejumlah volume beningan
kromatografi yang dilapisi campuran silika gel 60 F254 melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm, buang
atau silika gel 60. Masukkan lempeng ke dalam bejana beberapa mL filtrat pertama.
kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. lebih kurang 20 μL Larutan uji, Larutan baku 1,
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan di Larutan baku 2, Larutan baku 3, Larutan baku 4 dan
udara atau gunakan aliran udara dingin. Amati Larutan baku 5 pada lempeng kromatografi silika gel
kromatogram di bawah cahaya 254 nm: bercak pada 60, keringkan dengan aliran udara dingin selama 15
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku (identifikasi menit. Masukkan lempeng ke dalam bejana
lumefantrin). Semprot lempeng dengan Penampak kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak
bercak 1 dan panaskan lempeng pada suhu 140° merambat hingga lebih kurang 12 cm dari titik awal
selama 10 menit: bercak pada Larutan uji sesuai penotolan. Angkat lempeng, keringkan di udara atau
dengan Larutan baku (identifikasi artemeter; mungkin gunakan aliran udara dingin. Masukkan lempeng ke
tampak bercak tipis lumefantrin). Jika menggunakan dalam bejana kromatograf berisi Penampak bercak.
lempeng silika gel 60, semprot dengan Penampak Panaskan lempeng pada suhu 140° selama 10 menit,
bercak 1, panaskan lempeng pada suhu 140 selama amati bercak: Larutan baku 1 menunjukkan 3 bercak
10 menit, biarkan dingin. Paparkan dengan Penampak yang terpisah sempurna. Harga Rf bercak artemeter
bercak 2 selama 20 menit, amati segera: harga Rf dari dan senyawa sejenisnya masing–masing tertera pada
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Tabel berikut:
B. Waktu retensi dua puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Tabel
diperoleh pada Penetapan kadar.
Cemaran Harga Rf
Senyawa sejenis artemeter [Catatan Lindungi zat Senyawa sejenis A artemeter 0,25
dari cahaya, juga selama proses kromatografi.] Senyawa sejenis B artemeter 0,3
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Senyawa sejenis C artemeter 0,35
Kromatografi <931>. Senyawa sejenis D artemeter 0,4
Fase gerak Campuran eter minyak tanah P – etil Artemeter 0,55
asetat P – asam asetat glasial P (8:12:1).
Penampak bercak Larutan 1 g vanilin P dalam 100 Pada kromatogram Larutan uji: bercak senyawa
mL etanol P, tambahkan 2 mL asam sulfat P tetes demi sejenis A artemeter tidak lebih intensif dari bercak
tetes secara hati-hati. [Catatan Gunakan larutan utama pada kromatogram Larutan baku 5 (1,5%);
dalam waktu 48 jam.] bercak senyawa sejenis B artemeter tidak lebih intensif
Pengencer Campuran air – asetonitril P (1:1). dari bercak senyawa sejenis B artemeter pada
Larutan baku persediaan Timbang saksama kromatogram Larutan baku 4 (1,0%); bercak senyawa
masing-masing lebih kurang 5 mg Artemeter BPFI, sejenis C artemeter tidak lebih intensif dari bercak
Senyawa Sejenis B Artemeter BPFI, dan Senyawa utama pada kromatogram Larutan baku 3 (0,5%);
Sejenis D Artemeter BPFI, masukkan ke dalam labu bercak senyawa sejenis D artemeter tidak lebih
tentukur 50-mL, larutkan, dan encerkan dengan intensif dari bercak senyawa sejenis D artemeter pada
Pengencer sampai tanda. kromatogram Larutan baku 2 (0,3%); bercak lain yang
Larutan baku 1 Pipet 2 mL Larutan baku diperoleh tidak lebih intensif dari bercak utama pada
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, kromatogram Larutan baku 1 (0,2%). Abaikan bercak
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. yang masih terdapat pada tempat penotolan.
Larutan baku 2 Pipet 3 mL Larutan baku
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku 3 Pipet 5 mL Larutan baku Kromatografi <931>.
persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, Dapar Timbang lebih kurang 5,65 g natrium
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. heksansulfonat P dan 2,75 g natrium fosfat monobasa
Larutan baku 4 Pipet 1 mL Larutan baku P, larutkan dalam 900 mL air. Atur pH hingga 2,3
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga 2,0 dengan penambahan asam fosfat P, encerkan dengan
mL. air hingga 1000 mL dan saring melalui penyaring yang
Larutan baku 5 Pipet 3 mL Larutan baku sesuai dengan porositas 0,45 µm.
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga 4,0 Fase gerak A Campuran Dapar – asetonitril P
mL. (7:3), saring dan awaudarakan.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Fase gerak B Campuran Dapar – asetonitril P
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk (3:7), saring dan awaudarakan.
tablet setara dengan lebih kurang 100 mg artemeter,
- 160 -

Pengencer Campuran 200 mL Dapar, 60 mL air dan Lumefantrin BPFI dalam mg per mL Larutan baku
200 mL 1-propanol P, masukkan ke dalam labu dan CU adalah kadar artemeter atau lumefantrin dalam
tentukur 1000-mL, encerkan dengan asetonitril P mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
sampai tanda. Buat dan simpan larutan pada suhu tidak tertera pada etiket.
di bawah 20°. [Catatan Pertahankan suhu tidak di
bawah 20° selama penyiapan dan penyimpanan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk
Larutan uji dan Larutan baku.] injeksi yang sesuai, tertutup baik, terlindung cahaya.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Artemeter BPFI dan 120 mg Lumefantrin BPFI,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. ARTESUNAT
Tambahkan lebih kurang 85 mL Pengencer, sonikasi Artesunate
sampai larut, biarkan sampai suhu ruang, encerkan
dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 20 mg artemeter
(atau 120 mg lumefantrin), masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 85 mL Pengencer,
sonikasi selama 20 menit, biarkan sampai suhu ruang
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
melalui penyaring membran dengan porositas 0,45
µm, buang beberapa mL filtrat pertama. (3R, 5aS, 6R, 8aS, 9R, 10S, 12R, 12aR)-Dekahidro-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 3,6,9-trimetil-3,12-epoksi-12H-pirano[4,3-j]-1,2-
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm untuk 28 benzodioksepin-10-ol,hidrogen suksinat. [88495-63-
menit pertama dan detektor 380 nm untuk menit 0]
selanjutnya; kolom berukuran 3,9 mm x 15 cm berisi C19H28O8 BM 384,4
bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju
alir lebih kurang 1,3 mL per menit. Kromatograf Artesunat mengandung tidak kurang dari 96,0% dan
diprogram sebagai berikut : tidak lebih dari 102,0% C19H28O8, dihitung terhadap
zat anhidrat.

Waktu Fase gerak A Fase gerak B Pemerian Serbuk hablur; putih.


(menit) (%) (%)
0 – 28 60 40 Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sangat mudah
28 – 29 60 – 0 40 – 100 larut dalam diklorometan; mudah larut dalam etanol
29 – 45 0 100 dan dalam aseton.
45 – 46 0 – 60 100 – 40
46 - 55 60 40 Baku pembanding Artesunat BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Lakukan kromatografi pada Larutan baku, rekam tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pendingin. Senyawa Sejenis A Artesunat BPFI.
pada Prosedur: waktu retensi artemeter dan Senyawa Sejenis B Artesunat BPFI. Senyawa Sejenis
lumefantrin berturut-turut lebih kurang 19 menit dan C Artesunat BPFI. Endotoksin BPFI; [Catatan
34 menit, simpangan baku relatif pada lima kali Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase artemeter, C16H26O5, dan lumefantrin, Identifikasi
C30H32Cl3NO, dalam tablet dengan rumus: A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
 rU  C S  maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
    100 sama seperti pada Artesunat BPFI.
 rS  CU  B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis <281>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Fase gerak Campuran etanol P–toluen P – ammonia
artemeter atau lumefantrin dari Larutan uji dan P (70:30:1,5).
Larutan baku; CS adalah kadar Artemeter BPFI atau
- 161 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Artesunat Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
BPFI, larutkan, dan encerkan dengan metanol P Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan uji Buat seperti tertera pada Penetapan
larutkan, dan encerkan dengan metanol P hingga kadar kadar.
lebih kurang 1,0 mg per mL. Larutan pembanding Pipet lebih kurang 1 mL
Penampak bercak Pada 55 mL metanol P, Larutan uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
tambahkan perlahan 10 mL asam asetat glasial P dan mL, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
5 mL asam sulfat P, dinginkan hingga suhu ruang. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Secara terpisah tambahkan 0,5 mL anisaldehida P sejumlah Senyawa Sejenis A Artesunat BPFI,
pada 30 mL metanol P. Campur kedua larutan segera. Senyawa Sejenis B Artesunat BPFI, dan Artesunat
Simpan larutan dalam wadah terlindung cahaya, buat BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
larutan segera sebelum digunakan. hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 mg per
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 1 mL; 0,1 mg per mL; dan 1 mg per mL.
μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng silika Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
gel 60 P. Masukkan lempeng ke dalam bejana Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan di perbandingan puncak terhadap lembah tidak kurang
udara atau gunakan aliran udara dingin. Semprot dari 5,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
lempeng dengan Penampak bercak dan panaskan ulang tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif
lempeng pada suhu 120° selama 5 menit, amati: cemaran organik terhadap artesunat tertera pada Tabel
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. berikut:
C. Larutkan lebih kurang 0,1 g zat dalam 40 mL
etanol mutlak P, kocok dan saring. Pada sebagian Tabel
filtrat, tambahkan lebih kurang 0,5 mL hidroksilamin
klorida LP dan 0,25 mL natrium hidroksida P 8%. Cemaran organik
Waktu
Didihkan di atas tangas air, dinginkan, tambahkan 5 retensi relatif
tetes asam hidroklorida 2 N dan 2 tetes besi(III) 10-epi-artenimol 0,58
klorida P 5%: terjadi warna cokelat kemerahan. Senyawa sejenis A artesunat 0,91
D. Uapkan sebagian larutan yang diperoleh pada Uji Senyawa sejenis B artesunat 1,30
C di atas tangas air hingga volume lebih kurang 5 mL. Senyawa sejenis C artesunat 2,7
Teteskan beberapa tetes larutan ke dalam cawan
porselen putih, tambahkan satu tetes larutan vanilin P Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
5% dalam asam sulfat P yang dibuat segera sebelum volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji dan
digunakan: terjadi warna merah. Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram lebih kurang 4 kali waktu retensi
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. artesunat dan ukur semua respons puncak. Pada
kromatogram Larutan uji: respons puncak 10-epi-
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5 unit artenimol dan senyawa sejenis A artesunat tidak lebih
Endotoksin FI per mg artesunat. besar dari respons puncak utama Larutan pembanding
(1,0%); respons puncak senyawa sejenis B artesunat
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. tidak lebih besar dari 0,5 kali respons puncak utama
Larutan pembanding (0,5%); respons puncak senyawa
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 sejenis C artesunat dikali dengan faktor koreksi 0,07
bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. tidak lebih besar dari 0,2 kali respons puncak utama
Larutan pembanding (0,2%); respons puncak cemaran
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 0,5%; lakukan lain selain puncak utama tidak lebih besar dari 0,2 kali
penetapan menggunakan 2,0 g zat. respons puncak utama Larutan pembanding (0,2%);
jumlah respons puncak cemaran lain selain puncak
pH <1071> Antara 3,5 dan 4,5; lakukan penetapan utama tidak lebih besar dari 2 kali respons puncak
menggunakan 10 mg per g suspensi zat dalam air. utama Larutan pembanding (2,0%). Abaikan respons
puncak kurang dari 0,05 kali respons puncak utama
Rotasi optik <1081> Antara +4,5 dan +6,5; lakukan Larutan pembanding (0,05%).
penetapan menggunakan 10 mg per mL larutan zat
dalam diklormetan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 162 -

Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P 1,36 pendingin. Senyawa Sejenis A Artesunat BPFI.
mg per L, atur pH hingga 3,0 dengan penambahan Senyawa Sejenis B Artesunat BPFI. Senyawa Sejenis
asam fosfat P. C Artesunat BPFI. Endotoksin BPFI; [Catatan
Fase gerak Campuran asetonitril P– Dapar (44:56), Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
pada Kromatografi <931>. pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
Artesunat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 10-
mL, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P Identifikasi
sampai tanda. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan maksimum pada bilangan gelombang yang sama
dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. seperti pada Artesunat BPFI.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja B. Lakukan seperti tertera pada Uji B dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 216 nm dan kolom Artesunat.
berukuran 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 C. Lakukan seperti tertera pada Uji C dalam
dengan ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu kolom Artesunat.
pada 30. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. D. Lakukan seperti tertera pada Uji D dalam
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Artesunat.
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada lima kali Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5 unit
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Endotoksin FI per mg artesunat.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram lebih kurang 4 kali waktu retensi Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
artesunat dan ukur respons puncak utama. Hitung Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
persentase artesunat, C19H28O8, dalam zat dengan Kromatografi <931>.
rumus: Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Larutan pembanding Pipet lebih kurang 1 mL
 rU  CS 
    100 Larutan uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
 rS  CU  mL, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis A Artesunat BPFI,
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Senyawa Sejenis B Artesunat BPFI dan Artesunat
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
Artesunat BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,1 mg per
CU adalah kadar artesunat dalam mg per mL Larutan
mL; 0,1 mg per mL dan 1 mg per mL.
uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
baik, terlindung cahaya, dan disegel.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
perbandingan puncak terhadap lembah tidak kurang
Penandaan Jika sesuai, pada etiket dicantumkan zat
dari 5,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
bebas bakteri endotoksin dan/atau steril.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
pada lima kali penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%. Waktu retensi relatif cemaran organik terhadap
ARTESUNAT UNTUK INJEKSI artesunat tertera pada Tabel berikut:
Artesunate for Injection
Tabel
Artesunat untuk Injeksi adalah serbuk steril
mengandung artesunat, C19H28O8, tidak kurang dari Cemaran organik Waktu retensi
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang relatif
tertera pada etiket. 10-epi-artenimol 0,58
Senyawa sejenis A artesunat 0,91
Baku pembanding Artesunat BPFI; tidak boleh Senyawa sejenis B artesunat 1,30
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Senyawa sejenis C artesunat 2,7
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
- 163 -

 rU  C S 
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah     100
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji dan  rS  CU 
Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram lebih kurang 4 kali waktu retensi rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
artesunat, dan ukur semua respons puncak. Pada Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
kromatogram Larutan uji: respons puncak 10-epi- Artesunat BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
artenimol dan senyawa sejenis A artesunat tidak lebih CU adalah kadar artesunat dalam mg per mL Larutan
besar dari respons puncak utama Larutan pembanding uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
(1,0%); respons puncak senyawa sejenis B artesunat
tidak lebih besar dari 0,5 kali respons puncak utama Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Larutan pembanding (0,5%); respons puncak senyawa tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dari kaca
sejenis C artesunat dikalikan dengan faktor koreksi Tipe I atau Tipe II, dan disegel.
0,07 tidak lebih besar dari 0,3 kali respons puncak
utama Larutan pembanding (0,3%); respons puncak
cemaran lain selain puncak utama tidak lebih besar ASAM ALGINAT
dari 0,3 kali respons puncak utama Larutan Alginic Acid
pembanding (0,3%); total cemaran tidak lebih besar
dari 2 kali respons puncak utama Larutan pembanding Asam alginat [9005-32-7]
(2,0%). Abaikan respons puncak kurang dari 0,1 kali
respons puncak utama Larutan pembanding (0,1%). Asam Alginat adalah karbohidrat koloid hidrofilik
yang diekstraksi dengan alkali encer dari berbagai
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara spesies rumput laut cokelat (Familia Phaeophyceae).
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Pemerian Serbuk berserat putih hingga putih
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P 1,36 kekuningan; tidak berbau atau praktis tidak berbau;
mg per L, atur pH hingga 3,0 dengan penambahan tidak berasa.
asam fosfat P.
Fase gerak Campuran asetonitril P–Dapar (44:56), Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam pelarut
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan organik; larut dalam larutan alkali.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Identifikasi
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg A. Pada 5 mL larutan dalam natrium hidroksida 0,1
Artesunat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 10- N (1 dalam 150), tambahkan 1 mL kalsium klorida LP:
mL, larutkan, dan encerkan dengan asetonitril P terbentuk endapan ruah menyerupai jeli.
sampai tanda. B. Pada 5 mL larutan dalam natrium hidroksida 0,1
Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang dari N (1 dalam 150), tambahkan 1 mL asam sulfat 4 N:
10 kemasan, campur homogen. Timbang saksama isi terbentuk endapan berat menyerupai jeli.
kemasan setara dengan lebih kurang 40 mg artesunat, C. Masukkan lebih kurang 5 mg ke dalam tabung
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan reaksi, tambahkan 5 mL air, 1 mL larutan segar 1,3-
7 mL asetonitril, kocok sampai larut, encerkan dengan naftalendiol P 1% dalam etanol P dan 5 mL asam
asetonitril P sampai tanda, saring. hidroklorida P. Panaskan hingga mendidih, didihkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja perlahan-lahan selama 3 menit, dinginkan hingga suhu
tinggi dilengkapi dengan detektor 216 nm dan kolom lebih kurang 15. Pindahkan ke dalam corong pisah 30
berukuran 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 mL dengan 5 mL air. Ekstraksi dengan 15 mL isopropil
dengan ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu kolom eter P: lapisan isopropil eter menunjukkan warna lebih
pada 30°. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. ungu dibandingkan warna blangko yang dibuat dengan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam cara yang sama.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada lima kali Batas mikroba <51> Jumlah angka kuman tidak lebih
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dari 200 per g: uji Salmonella sp dan Escherrichia coli
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah negatif.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam pH <1071> Antara 1,5 dan 3,5; lakukan penetapan
kromatogram lebih kurang 4 kali waktu retensi menggunakan 3% zat yang terdispersi dalam air.
artesunat, dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase artesunat dalam serbuk injeksi dengan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0%;
rumus: lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam.
- 164 -

Kadar abu Tidak lebih dari 4,0%; lakukan Penetapan


kadar abu seperti tertera pada Pengambilan Contoh Asam 6-aminoheksanoat [60-32-2]
dan Metode Analisis Simplisia <671>. Pijarkan hati- C6H13NO2 BM 131,17
hati, lebih kurang 4 g zat yang ditimbang saksama
dalam cawan platina yang sudah ditara hingga residu Asam Aminokaproat mengandung tidak kurang dari
mengarang sempurna (lebih kurang 5 menit). 98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C6H13NO2 dihitung
Kemudian pijarkan di dalam tanur pada suhu 800  terhadap zat anhidrat.
25 hingga semua arang terbakar habis (20-35 menit).
Pemerian Serbuk hablur halus putih; tidak berbau
Arsen <321> Metode II tidak lebih dari 3 bpj. atau praktis tidak berbau. Larutannya bereaksi netral
terhadap lakmus; melebur pada suhu lebih kurang
Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; tambahkan 1,0 205º.
g zat pada 20 mL asam nitrat P dalam labu Erlenmeyer
250 mL, campur dan panaskan perlahan-lahan hingga Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam asam, dalam
larut. Lanjutkan pemanasan hingga volume menjadi alkali; sukar larut dalam metanol dan dalam etanol;
lebih kurang 7 mL. Dinginkan cepat hingga suhu praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
ruang, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
encerkan dengan air sampai tanda. Pada sejumlah 50,0 Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI;
mL larutan ini tambahkan 15 mL Larutan Amonium lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 30 menit
sitrat, 3 mL Larutan kalium sianida dan 500 l sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Larutan hidrosilamina hidroklorida. Setelah ekstraksi rapat.
pertama dengan ditizon, bilas kumpulan ekstrak
kloroform dengan 5 mL air, buang lapisan air dan Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
lanjutkan penyarian dengan 20 mL asam nitrat 0,2 N. telah dikeringkan pada suhu 105º selama 30 menit dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 40 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
bpj; lakukan penetapan menggunakan krus platina dan sama seperti pada Asam Aminokaproat BPFI.
gunakan asam nitrat P sebagai pengganti asam sulfat
P. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.

Bilangan asam Tidak kurang dari 230 dihitung Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0.1%.
terhadap zat kering; lakukan penetapan sebagai
berikut: Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
suspensikan dalam campuran 50 mL air dan 30,0 mL bpj.
larutankalsium asetat P (11 dalam 250). Kocok kuat-
kuat, biarkan selama 1 jam, tambahkan fenoftalein LP, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
titrasi asam asetat yang dibebaskan dengan natrium Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko, Kromatografi <931>.
hitung bilangan asam dengan rumus: Larutan A Timbang lebih kurang 550 mg natrium 1-
heptansulfonat P, masukkan ke dalam labu tentukur
1000-mL, tambahkan air sampai tanda.
 5,611( A − B ) 
  Fase gerak Timbang lebih kurang 10 g kalium fosfat
 W  monobasa P, masukkan ke dalam gelas piala 1000 mL,
larutkan dalam 300 mL Larutan A, tambahkan 250 mL
5,611 adalah sepersepuluh bobot molekul kalium metanol P, kemudian tambahkan lagi 300 mL Larutan
hidroksida; A dan B berturut-turut adalah volume A dan campur. Atur pH campuran menjadi 2,2 dengan
dalam mL natrium hidroksida 0,1 N yang digunakan asam fosfat P. Pindahkan campuran ke dalam labu
dalam titrasi Larutan uji dan Larutan blangko; W tentukur 1000-mL, tambahkan Larutan A sampai
adalah bobot dalam g asam alginat yang digunakan. tanda dan campur. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup seperti tertera pada Kromatografi <931> .
baik. Larutan baku internal Buat larutan metionin dalam
air hingga kadar 1,25 mg per mL.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
ASAM AMINOKAPROAT sejumlah Asam Aminokaproat BPFI,larutkan dalam
Aminocaproic acid air hingga kadar 12,5 mg per mL.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 2,0 mL
- 165 -

Larutan baku internal, tambahkan air sampai tanda mL aseton P. Hilangkan sisa pelarut dalam hampa
dan campur. udara dan keringkan pada suhu 105 selama 30 menit,
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,25 g dinginkan. Spektrum serapan inframerah residu yang
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
larutkan dan encerkan dalam air sampai tanda. Pipet 5 maksimum pada bilangan gelombang yang sama
mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, seperti pada Asam Aminokaproat BPFI.
tambahkan 2,0 mL Larutan baku internal, dan
tambahkan air sampai tanda, campur. Disolusi <1231>
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Media disolusi: 900 mL air
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Alat tipe 1: 100 rpm
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm Waktu: 45 menit
x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan pada Dapar Larutkan 6,185 g asam borat P dan 7,930 g
suhu 30º. Laju alir lebih kurang 0,7 mL per menit. kalium klorida P dalam lebih kurang 1000 mL air,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur tambahkan 60 mL natrium hidroksida 1,0 N, campur.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, Encerkan dengan air hingga 2000 mL, campur dan jika
R, antara asam aminokaproat dan metionin tidak perlu atur pH hingga 9,5±0,1 dengan penambahan
kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada natrium hidroksida 1,0 N.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Aminokaproat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji ke dalam kromatograf dan biarkan Larutan uji Saring sejumlah alikot dengan
Larutan uji tereluasi tidak kurang dari dua kali waktu penyaring yang sesuai.
retensi asam aminokaproat. Rekam kromatogram dan Blangko Gunakan air
ukur semua respons puncak. Waktu retensi asam Prosedur Pipet masing-masing 1 mL Larutan uji,
aminokaproat dan metionin berturut-turut 0,76 dan Larutan baku, dan Blangko, masukkan ke dalam 3
1,0. Hitung jumlah dalam mg, C6H13NO2, dengan labu tentukur 50-mL yang terpisah. Tambahkan ke
rumus: dalam masing-masing labu 20,0 mL Dapar dan 3,0 mL
larutan segar -naftokuinon 4-natrium sulfonat P (1
R  dalam 500), goyang hingga tercampur, dan letakkan
2C   U  ketiga labu tentukur di dalam tangas air pada suhu
 RS  65±5º selama 45 menit. Dinginkan, encerkan dengan
air sampai tanda. Lakukan pentapan jumlah asam
C adalah kadar Asam Aminokaproat BPFI dalam mg aminokaproat, C6H13NO2,yang terlarut dengan
per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah mengukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada
perbandingan respons puncak asam aminokaproat panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan 460 nm terhadap larutan blangko.
baku. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) asam aminokaproat,C6H13NO2,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dari jumlah yang tertera pada etiket.
rapat, pada suhu ruang.
Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat.

TABLET ASAM AMINOKAPROAT Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak


kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
Aminocaproic Acid Tablet
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 500 mg asam
aminokaproat, masukkan ke dalam gelas piala,
Tablet Asam Aminokaproat mengandung Asam
tambahkan lebih kurang 100 mL asam asetat glasial
Aminokaproat, C6H13NO2, tidak kurang dari 95,0%
P, panaskan perlahan-lahan hingga larut dan
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
dinginkan. Tambahkan 10 tetes larutan kristal violet P
pada etiket.
dalam klorobenzen P (1 dalam 500), titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N LV dalam dioksan P hingga
Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI; tidak
terjadi warna biru. Lakukan penetapan blangko.
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
rapat.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setara dengan 13,12 mg C6H13NO2
Identifikasi Triturasi 2 tablet dengan 10 mL air, dan
saring ke dalam 100 mL aseton P. Goyang campuran,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
biarkan selama 15 menit hingga menghablur
rapat.
sempurna. Saring melalui penyaring kaca masir
dengan porositas sedang dan bilas hablur dengan 25
- 166 -

dalam 15): larutan jernih dan warna larutan tidak lebih


ASAM AMINOSALISILAT dari warna kuning lemah. Timbang 1 g zat, larutkan
Aminosalicylic Acid dalam campuran segar 50 mL asam nitrat 1,6 M yang
dibuat segar: diperoleh larutan jernih dan hampir tidak
berwarna.

pH <1071> Antara 3,0 dan 3,7; lakukan penetapan


menggunakan larutan jenuh.

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.

Asam 4-aminosalisilat [65-49-6] Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
C7H7NO3 BM 153,14
Klorida dan Sulfat <361> Klorida tidak lebih dari
Asam Aminosalisilat mengandung tidak kurang dari 0,042%. Lakukan penetapan menggunakan larutan 25
98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C7H7NO3, mg per mL dalam campuran asam nitrat P – air (1:3):
dihitung terhadap zat anhidrat. [Catatan Jangan tidak lebih keruh dari 0,30 mL asam hidroklorida
gunakan larutan jika warna larutan lebih gelap dari 0,020 N.
larutan yang dibuat segar.]
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
Pemerian Serbuk voluminus putih atau praktis putih, 30 bpj.
menjadi gelap bila terkena cahaya dan udara; tidak
berbau atau sedikit berbau cuka. m-Aminofenol Tidak lebih dari 0,25%. Lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam eter; larut tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dalam etanol; praktis tidak larut dalam benzen. Larutan A dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Baku pembanding Asam Aminosalisilat BPFI; tidak Larutan baku internal Buat larutan sulfanilamid
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup dalam Fase gerak dengan kadar lebih kurang 5 µg per
rapat, terlindung cahaya, pada suhu tidak lebih dari mL.
30º. m-Aminofenol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Larutan baku persediaan Timbang saksama
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung sejumlah m-Aminofenol BPFI, larutkan dan encerkan
cahaya, dalam lemari pendingin. dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 12 µg
per mL.
Identifikasi Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku persediaan
A. Larutkan 250 mg zat dalam 3 mL natrium dan 10 mL Larutan baku internal ke dalam labu
hidroksida 1 N, masukkan ke dalam labu tentukur 500- tentukur aktinik rendah 100-mL, encerkan dengan
mL, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 5 Fase gerak sampai tanda.
mL larutan ke dalam labu tentukur 250-mL berisi 12,5 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
mL dapar fosfat pH 7, encerkan dengan air sampai zat, masukkan ke dalam labu tentukur aktinik rendah
tanda. Ukur serapan maksimum pada panjang 100-mL, tambahkan 50 mL Fase gerak dan goyang
gelombang 265 ± 2 nm dan 299 ± 2 nm menggunakan hingga larut. Tambahkan 10,0 mL Larutan baku
larutan dapar fosfat sebagai blangko. Perbandingan internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
serapan A265/A299 antara 1,50 dan 1,56. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
B. Timbang lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
dalam labu beralas bulat kecil dan tambahkan 10 mL berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1
asam asetat anhidrat P. Panaskan labu di atas tangas dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang
uap selama 30 menit, tambahkan 40 mL air, campur, 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
saring, dinginkan, dan biarkan hingga terbentuk hablur Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons
derivat diasetil. Kumpulkan hablur pada penyaring, puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
bilas dengan air dan keringkan pada suhu 105° selama antara puncak m-aminofenol dan sulfanilamid tidak
1 jam: jarak lebur derivat diasetil antara 191 dan kurang dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
197. penyuntikan ulang tidak lebih dari 7%. Waktu retensi
C. Kocok 100 mg zat dengan 10 mL air, saring. Pada relatif sulfanilamid dan m-aminofenol masing-masing
5 mL filtrat tambahkan 1 tetes besi(III) klorida LP: adalah lebih kurang 0,66 dan 1,0.
terjadi warna ungu. Prosedur [Catatan setelah digunakan, bilas kolom
selama 30 menit dengan campuran metanol P-air-
Kejernihan dan warna larutan Timbang 1 g zat, asam fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan
larutkan dalam 10 mL larutan natrium bikarbonat P (1 diawaudarakan, kemudian bilas selama 30 menit
- 167 -

dengan campuran metanol P-air (1:1) yang telah kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
disaring dan diawaudarakan.] Suntikkan secara kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) pada Prosedur: resolusi, R, antara asam aminosalisilat
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, dan asetaminofen tidak kurang dari 1,7 dan simpangan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. baku relatif pada penyuntikan ulang dari perbandingan
Hitung persentase m-aminofenol terhadap asam respons puncak asam aminosalisilat dan asetaminofen
aminosalisilat yang digunakan dengan rumus : tidak lebih dari 1,0%. Waktu retensi relatif
asetaminofen dan asam aminosalisilat berturut-turut
 RU  C S  adalah 0,83 dan 1,0.
    100 Prosedur [Catatan setelah digunakan, bilas kolom
 RS  CU  selama 30 menit dengan campuran metanol P-air-
asam fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons diawaudarakan, kemudian bilas selama 30 menit
puncak m-aminofenol dan sulfanilamid dalam dengan campuran metanol P-air (1:1) yang telah
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar m- disaring dan diawaudarakan.] Suntikkan secara
Aminofenol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; dan terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL)
CU adalah kadar asam aminosalisilat dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase asam aminosalisilat, C7H7NO3,
Hidrogen sulfida, Belerang dioksida dan Amil dalam zat dengan rumus:
alkohol Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 5 mL
natrium hidroksida 1 N, tambahkan 6 mL asam  RU  C S 
hidroklorida 3 N dan aduk kuat: tidak berbau hidrogen     100
sulfida atau belerang dioksida dan tidak lebih dari bau  RS  CU 
lemah amil alkohol dan tidak mengubah warna kertas
saring yang dibasahi dengan larutan timbal asetat. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak asam aminosalisilat dan asetaminofen dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Aminosalisilat BPFI dalam mg per mL Larutan baku
Kromatografi <931>. dan CU adalah kadar asam aminosalisilat dalam mg per
Larutan A Timbang saksama sejumlah mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
tetrabutilamonium hidroksida P, larutkan dan
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
12,7 mg per mL. rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu tidak lebih dari
Fase gerak Buat campuran Larutan A- natrium 30.
fosfat dibasa 0,05 M-natrium fosfat monobasa 0,05 M
(150:425:425). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem TABLET ASAM AMINOSALISILAT
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Aminosalicylic Acid Tablets
Larutan baku internal Buat larutan asetaminofen
dalam Fase gerak dengan kadar lebih kurang 5 mg per Tablet Asam Aminosalisilat mengandung asam
mL. aminosalisilat, C7H7NO3, tidak kurang dari 95,0% dan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 12,5 tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
mg Asam Aminosalisilat BPFI, masukkan ke dalam etiket.
labu tentukur aktinik rendah 25-mL, tambahkan 15 mL
Fase gerak, goyang untuk melarutkan. Tambahkan 2,5 Baku pembanding Asam Aminosalisilat BPFI;
mL Larutan baku internal, dan encerkan dengan Fase lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
gerak sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg 50º selama 1 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
per mL. wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada suhu
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 12,5 mg tidak lebih dari 30º. m-Aminofenol BPFI; tidak boleh
zat. Masukkan ke dalam labu tentukur aktinik rendah dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
25-mL, tambahkan 15 mL Fase gerak, goyang untuk tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat dingin.
melarutkan. Tambahkan 2,5 mL Larutan baku
internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Identifikasi
Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL. Zat uji Larutkan sejumlah serbuk tablet setara
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dengan 2 g asam aminosalisilat dalam 50 mL
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom campuran aseton P-kloroform P (1:2), saring. Uapkan
berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1. filtrat dengan udara hangat hingga kering.
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
- 168 -

A. Timbang lebih kurang 1 g Zat uji, masukkan ke asam fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan
dalam labu beralas bulat kecil dan tambahkan 10 mL diawaudarakan, kemudian bilas selama 30 menit
asam asetat anhidrat P. Panaskan labu di atas tangas dengan campuran metanol P-air (1:1) yang telah
uap selama 30 menit, tambahkan 40 mL air, campur, disaring dan diawaudarakan.] Suntikkan secara
saring, dinginkan dan biarkan hingga terbentuk hablur terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL)
derivat diasetil. Kumpulkan hablur pada penyaring, Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
bilas dengan air dan keringkan pada suhu 105° selama rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
1 jam: jarak lebur derivat diasetil antara 191 dan Hitung persentase m-aminofenol dalam tablet dengan
197. rumus :
B. Kocok 100 mg Zat uji dengan 10 mL air, saring.
Pada 5 mL filtrat tambahkan 1 tetes besi(III) klorida  RU  C S 
LP : terjadi warna ungu.     100
 RS  CU 
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 7,5 RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Alat tipe 1: 100 rpm puncak antara m-aminofenol dan sulfanilamid dalam
Waktu: 45 menit Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar m-
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C7H7NO3 Aminofenol BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
yang terlarut seperti tertera pada Prosedur dalam CU adalah kadar asam aminosalisilat dalam mg per mL
Penetapan kadar, jika perlu lakukan modifikasi. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak etiket seperti yang dibuat pada Penetapan kadar.
kurang dari 75% (Q) C7H7NO3, dari jumlah yang
tertera pada etiket. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kromatografi <931>.
Larutan A Timbang saksama sejumlah
m-Aminofenol Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan tetrabutilamonium hidroksida P, larutkan dan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. 12,7 mg per mL.
Fase gerak Lakukan seperti yang tertera pada Fase gerak Campuran Larutan A-natrium fosfat
Penetapan Kadar. dibasa 0,05 M-natrium fosfat monobasa 0,05 M
Larutan baku internal Buat larutan sulfanilamid (150:425:425). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
dalam Fase gerak dengan kadar lebih kurang 5 µg per lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan baku internal Buat larutan asetaminofen
sejumlah m-Aminofenol BPFI, larutkan dan encerkan dalam Fase gerak dengan kadar lebih kurang 5 mg per
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 12 µg mL.
per mL. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 12,5
Larutan baku Pipet masing-masing 10 mL Larutan mg Asam Aminosalisilat BPFI, masukkan ke dalam
baku persediaan dan 10 mL Larutan baku internal, labu tentukur aktinik rendah 25-mL, tambahkan 15 mL
masukkan ke dalam labu tentukur aktinik rendah 100- Fase gerak, goyang untuk melarutkan. Tambahkan 2,5
mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. mL Larutan baku internal, dan encerkan dengan Fase
Larutan uji Buat Larutan uji seperti tertera pada gerak sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg
Penetapan kadar, kecuali menggunakan 10,0 mL per mL.
sulfanilamid sebagai Larutan baku internal. Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 500
berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 mg asam aminosalisilat. Masukkan ke dalam labu
dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang tentukur aktinik rendah 100-mL. Tambahkan 50 mL
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Fase gerak dan kocok selama 5 menit. Encerkan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons dengan Fase gerak sampai tanda, saring.
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji persediaan,
antara puncak m-aminofenol dan sulfanilamid tidak masukkan ke dalam labu tentukur aktinik rendah 100-
kurang dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada mL yang berisi 10 mL Larutan baku internal, dan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 7%. Waktu retensi encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
relatif sulfanilamid dan m-aminofenol masing-masing Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
adalah lebih kurang 0,66 dan 1,0. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Prosedur [Catatan setelah digunakan, bilas kolom berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1.
selama 30 menit dengan campuran metanol P-air- Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
- 169 -

kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Klorida <361> Pada 10 mL larutan zat (1 dalam 10)
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera tambakan 5 tetes perak nitrat LP: tidak terbentuk
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam opalesensi.
aminosalisilat dan asetaminofen tidak kurang dari 1,7
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Sulfat <361> Pada 10 mL larutan zat (1 dalam 10)
dari perbandingan respons puncak asam aminosalisilat tambahkan 5 tetes barium klorida LP: tidak terbentuk
dan asetaminofen tidak lebih dari 1,0%. Waktu retensi kekeruhan.
relatif asetaminofen dan asam aminosalisilat berturut-
turut adalah 0,83 dan 1,0. Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,005%; lakukan
Prosedur [Catatan Setelah digunakan, bilas kolom penetapan sebagai berikut: uapkan 20 mL zat dalam
selama 30 menit dengan campuran metanol P-air- cawan porselen yang telah ditara di atas tangas uap dan
asam fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan keringkan pada suhu 105 selama 1 jam.
diawaudarakan, kemudian bilas selama 30 menit
dengan campuran metanol P-air (1:1) yang telah Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
disaring dan diawaudarakan.] Suntikkan secara Metode I Memenuhi syarat.
terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan uji Buat Larutan uji
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, dengan kadar 20 mg per mL dan buat Larutan baku
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. dengan kadar dua kali kadar yang ditetapkan.
Hitung persentase asam aminosalisilat, C7H7NO3,
dalam tablet dengan rumus: Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan menggunakan 10 mL larutan yang dibuat
 RU  C S  sebagai berikut: pada sisa yang diperoleh dari sisa
    100 penguapan tambahkan 8 mL asam hidroklorida 0,1 N,
 RS  CU  hangatkan perlahan-lahan sampai larut sempurna,
encerkan dengan air hingga 100 mL.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak antara asam aminosalisilat dan asetaminofen Zat mudah teroksidasi Encerkan 4,0 mL zat dengan
dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 20 mL air dalam labu bersumbat kaca, tambahkan 0,30
Asam Aminosalisilat BPFI dalam mg per mL Larutan mL kalium permanganat 0,10 N: warna merah muda
baku dan CU adalah kadar asam aminosalisilat dalam tidak segera berubah menjadi cokelat dan cairan tidak
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang seluruhnya menjadi cokelat atau tidak menjadi merah
tertera pada etiket. muda dalam waktu kurang dari 30 detik.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 6
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu tidak mL zat dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara.
lebih dari 30. Tambahkan 40 mL air dan titrasi dengan natrium
hidroksida 1 N LV menggunakan indikator
Fenolftalein LP.
ASAM ASETAT
Tiap mL natrium hidroksida 1 N
Acetic Acid setara dengan60,05 mg C2H4O2
CH3COOH Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Asam asetat [64-10-7]
C2H4O2 BM 60,05 ASAM ASETAT GLASIAL
Glacial Acetic Acid
Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 36,0%
dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2.
CH3COOH
Pemerian Cairan jernih tidak berwana; bau khas,
menusuk; rasa asam yang tajam.
Asam Asetat [64-19-7]
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan C2H4O2 BM 60,05
etanol dan dengan gliserol.
Asam Asetat Glasial mengandung tidak kurang dari
Identifikasi Menunjukkan reaksi Asetat seperti tertera 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% b/b C2H4O2.
pada pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas,
menusuk; rasa asam jika diencerkan dengan air.
- 170 -

Mendidih pada suhu ebih kurang 118. Bobot jenis


lebih kurang 1,05.

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan


etanol dan dengan gliserol.
Asam asetilsalisilat [50-78-2]
Identifikasi Campuran 1 bagian volume zat dengan C9H8O4 BM 180,16
100 bagian volume air menunjukkan reaksi Asetat
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Asam Asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4, dihitung
Suhu beku Tidak lebih rendah dari 15,6. terhadap zat kering.

Klorida dan Sulfat <361> Encerkan 1,0 mL dengan Pemerian Hablur putih, umumnya seperti jarum atau
20 mL air dan tambahkan 5 tetes perak nitrat LP: tidak lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak
terjadi opalesensi. berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di
dalam udara lembap secara bertahap terhidrolisa
Sulfat Encerkan 1,0 mL dengan 10 mL air dan menjadi asam salisilat dan asam asetat.
tambahkan 1 mL barium klorida LP: tidak terbentuk
kekeruhan. Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
etanol; larut dalam kloroform dan dalam eter; agak
Sisa penguapan Tidak lebih dari 1,0 mg; lakukan sukar larut dalam eter mutlak.
penetapan dengan menguapkan 20 mL zat dalam
cawan yang telah ditara dan keringkan pada suhu 105º Baku pembanding Asam asetilsalisilat BPFI;
selama 1 jam. lakukan pengeringan diatas silika gel P selama 5 jam,
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Logam berat Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan rapat.
penetapan dengan menguapkan 20 mL larutan zat
yang dibuat sebagai berikut: Pada sisa yang diperoleh Identifikasi
dari Sisa penguapan tambahkan 8 mL asam A. Panaskan larutan zat selama beberapa menit,
hidroklorida 0,1 N, hangatkan perlahan-lahan sampai dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III)
larut sempurna, encerkan dengan air hingga 100 mL, klorida LP: terjadi warna merah ungu.
gunakan 20 mL larutan. B. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Zat mudah teroksidasi Encerkan 2,0 mL zat dengan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
10 mL air dalam labu bersumbat kaca dan tambahkan sama seperti pada Asam Asetilsalisilat BPFI.
0,10 mL kalium permanganat 0,10 N: warna merah
muda tidak berubah menjadi cokelat dalam waktu 2 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
jam. lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat
mL zat dalam labu bersumbat kaca yang berisi lebih dalam 5 mL asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih
kurang 20 mL air yang telah ditara. Tambahkan 20 mL intensif dari larutan padanan Q
air dan titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV
menggunakan indikator Fenolftalein LP. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.

Tiap mL natrium hidroksida 1 N Zat tidak larut dalam natrium karbonat LP


setara dengan 60,05 mg C2H4O2 Larutkan 500 mg zat dalam 10 mL larutan natrium
karbonat LP hangat: larutan jernih.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang. Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan
penetapan dengan mendidihkan 1,5 g zat dalam 75 mL
air selama 5 menit, dinginkan, tambahkan air
ASAM ASETILSALISILAT secukupnya untuk memperoleh volume semula dan
saring. Sejumlah 25 mL filtrat tidak lebih keruh dari
Asetosal
larutan pembanding yang mengandung 0,10 mL asam
Acetylsalicylic Acid hidroklorida 0,020 N.

Sulfat Tidak lebih dari 0,04%; lakukan penetapan


dengan melarutkan 6,0 g zat dalam 37 mL aseton P,
- 171 -

tambahkan 3 mL air. Titrasi secara potensiometrik Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam
dengan timbal(II) perklorat 0,02 M LV, yang dibuat Asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang dari 90,0% dan
dengan melarutkan 9,20 g timbal(II) perklorat P tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
dalam air hingga 1000 mL. Gunakan pH meter yang etiket. Tablet dengan kandungan asam asetilsalisilat
mempunyai kemampuan reprodusibilitas minimum lebih besar dari 81 mg tidak mengandung pemanis
0,1 mV, dilengkapi dengan sistem elektroda yang atau perisa lain. [Catatan Tablet salut enterik
terdiri dari elektroda timbal dan elektroda pembanding memenuhi syarat Tablet Lepas Tunda Asam
kaca perak-perak klorida yang berisi larutan Asetilsalisilat].
tetraetilamonium perklorat P dalam asam asetat
glasial P (1 dalam 44), seperti tertera pada Titrimetri Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; tidak
<711>: diperlukan tidak lebih dari 1,25 mL timbal(II) boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
perklorat 0,02 M Catatan Setelah pemakaian, bilas rapat. Asam Salisilat BPFI.
elektroda timbal dengan air, keringkan elektroda
pembanding, alirkan air, bilas dengan metanol dan Identifikasi
biarkan kering. A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan diperoleh pada Penetapan kadar.
penetapan dengan melarutkan 2 g zat dalam 25 mL B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara lebih kurang
aseton P, tambahkan berturut-turut 1 mL air, 1,2 mL 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 mL etanol P
tioasetamid-gliserin basa LP, 2 mL dapar asetat pH selama beberapa menit, sentrifus, tuang beningan dan
3,5 dan biarkan selama 5 menit: warna yang tidak uapkan hingga kering. Keringkan residu dalam hampa
lebih gelap dari warna larutan pembanding yang udara pada suhu 60 selama 1 jam: Spektrum serapan
dibuat dari campuran 25 mL aseton P dan 2 mL inframerah residu yang didispersikan dalam kalium
Larutan baku timbal yang diperlakukan sama. bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Asam
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Asetilsalisilat BPFI.
penetapan dengan melarutkan 2,5 g zat dalam etanol
P secukupnya hingga 25,0 mL. Ke dalam sepasang Disolusi <1231>
tabung pembanding warna, masukkan masing-masing Media disolusi: 500 mL Dapar asetat 0,05 M yang
48 mL air dan 1 mL larutan segar besi(III) amonium dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat
sulfat LP yang dibuat dengan cara menambahkan 1 mL trihidrat P dan 1,66 mL asam asetat glasial P dengan
asam hidroklorida 1 N ke dalam 2 mL besi(III) air hingga 1000 mL dan pH 4,500,05.
amonium sulfat LP, encerkan dengan air hingga 100 Alat tipe 1: 50 rpm
mL. Pipet 1 mL larutan baku asam salisilat dalam air Waktu: 30 menit
yang mengandung 0,10 mg per mL ke dalam salah satu Prosedur Lakukan penetapan jumlah asam
tabung. Pipet 1 mL larutan zat diatas ke dalam tabung asetilsalisilat, C9H8O4, yang terlarut dengan mengukur
kedua. Campur isi masing-masing tabung: setelah 30 serapan filtrat alikot, jika perlu diencerkan dengan
detik, warna pada tabung kedua tidak lebih intensif Media disolusi dan serapan larutan baku Asam
dari tabung pertama yang mengandung asam salisilat. Asetilsalisilat BPFI dalam media yang sama pada
panjang gelombang titik isobestik asam asetilsalisilat
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 dan asam salisilat pada 265 nm [Catatan Larutan baku
g zat, masukkan ke dalam labu, tambahkan 50,0 mL dibuat segar. Gunakan etanol P tidak lebih dari 1%
natrium hidroksida 0,5 N LV dan didihkan secara volume total untuk melarutkan baku pembanding
perlahan selama 10 menit. Tambahkan indikator sebelum diencerkan dengan Media disolusi].
fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
dengan asam sulfat 0,5 N LV. Lakukan penetapan kurang dari 80% (Q) asam asetilsalisilat, C9H8O4, dari
blangko. jumlah yang tertera pada etiket.

Tiap mL natrium hidroksida 0,5 N Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


setara dengan 45,04 mg C9H8O4
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 0,3%. Untuk
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tablet salut tidak lebih dari 3,0%. Lakukan penetapan
rapat dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
TABLET ASAM ASETILSALISILAT pada Penetapan Kadar.
Tablet Asetosal Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Acetylsalicylic Acid Tablet sejumlah Asam Salisilat BPFI dan Asam Asetilsalisilat
- 172 -

BPFI, larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Simpan
kadar berturut-turut 0,015 dan 0,5 mg per mL. sisa larutan persediaan untuk uji Asam salisilat bebas.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
mL. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan seperti kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tertera pada Penetapan Kadar. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih besar dari 2,0;
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
resolusi, R, antara asam salisilat dan asam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
asetilsalisilat tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam jumlah dalam mg asam asetilsalisilat, C9H8O4, dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
pada Prosedur: simpangan baku relatif asam salisilat
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%
[Catatan Waktu retensi relatif asam salisilat dan asam
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
asetilsalisilat berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0]. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
dalam Penetapan kadar. Hitung persentase asam rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
salisilat, C7H6O3, dalam serbuk tablet yang digunakan asetilsalisilat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
dengan rumus: adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; CU adalah kadar asam asetilsalisilat
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
𝑟𝑈 𝐶𝑆 yang tertera pada etiket.
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam rapat. Tablet salut dengan kandungan asam
salisilat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS asestilsalisilat lebih kecil atau sama dengan 81 mg
adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per mL yang diberi pemanis dan perisa, disimpan dalam
Larutan baku; CU adalah kadar asam asetilsalisilat wadah berkapasitas tidak lebih dari 36 tablet.
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket.
TABLET ASAM ASETILSALISILAT
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara DIDAPAR
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Tablet Asetosal Didapar
Kromatografi <931>.
Buffered Acetylsalicylic Acid Tablet
Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1-heptansulfonat
P dalam campuran 850 mL air dan 150 mL asetonitril
Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar mengandung
P. Atur hingga pH 3,4 dengan penambahan asam
Asam Asetilsalisilat dan bahan pendapar yang sesuai.
asetat glasial P. Saring dan awaudarakan. Lakukan
Tablet mengandung Asam Asetilsalisilat, C9H8O4,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
pada Kromatografi <931>.
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pengencer Campuran asetonitril P-asam format
P (99:1).
Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Asetilsalisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
rapat. Asam Salisilat BPFI.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Identifikasi
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 100 mg
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
asam asetilsalisilat, masukkan ke dalam wadah yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
sesuai. Tambahkan 20,0 mL Pengencer dan lebih
B. Kocok sejumlah serbuk halus tablet setara
kurang 10 manik kaca; kocok kuat selama lebih
dengan lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat
kurang 10 menit dan sentrifus.
dengan 10 mL kloroform P selama beberapa menit,
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
sentrifus, tuang beningan yang jernih dan uapkan
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
hingga kering. Keringkan residu dalam hampa udara
- 173 -

pada suhu 60 selama 1 jam: Spektrum serapan 1,0; resolusi, R, antara asam salisilat dan asam
inframerah residu yang didisperikan dalam kalium asetilsalisilat tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada relatif asam salisilat pada penyuntikan ulang tidak
bilangan gelombang yang sama seperti pada Asam lebih dari 4,0%.
Asetilsalisilat BPFI. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
dalam Penetapan kadar. Hitung persentase asam
Disolusi <1231> salisilat, C7H6O3, dalam serbuk tablet yang digunakan
Media disolusi : 500 mL Dapar asetat 0,05 M yang dengan rumus:
dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat
trihidrat P dan 1,66 mL asam asetat glasial P dengan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
air hingga 1000 mL dengan pH 4,500,05. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Alat tipe 2 : 75 rpm. [Catatan Untuk tablet multi
lapis, jika perlu gunakan baja tahan karat berbentuk rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
spiral untuk menahan tablet]. salisilat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
Waktu : 30 menit. adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per mL
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asam Larutan baku; CU adalah kadar asam asetilsalisilat
asetilsalisilat yang terlarut dengan mengukur serapan dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
alikot yang jika perlu diencerkan dengan Media yang tertera pada etiket.
disolusi pada panjang gelombang titik isobestik asam
asetilsalisilat dan asam salisilat pada 265  2 nm. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Bandingkan dengan larutan baku Asam Asetilsalisilat Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
BPFI yang telah diketahui kadarnya dalam media yang Kromatografi <931>.
sama. [Catatan Larutan baku dibuat pada saat akan Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1- heptansulfonat
digunakan. Dapat digunakan metanol tidak melebihi P dalam campuran 850 mL air dan 150 mL asetonitril
1% dari volume total untuk melarutkan baku P, tambahkan asam asetat glasial P hingga pH 3,4.
pembanding sebelum diencerkan dengan media Lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
disolusi]. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Pengencer Campuran asetonitril P dan asam format
kurang dari 80% (Q) asam asetilsalisilat, C9H8O4, dari P (99:1).
jumlah yang tertera pada etiket. Larutan baku Larutkan sejumlah Asam
Asetilsalisilat BPFI yang ditimbang saksama, dengan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
1,9 mEq asam diperlukan untuk tiap 325 mg asam sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 100 mg
asetilsalisilat dalam tablet. asam asetilsalisilat, masukkan ke dalam wadah yang
sesuai. Tambahkan 20,0 mL Pengencer dan lebih
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%. kurang 10 manik kaca; kocok kuat-kuat selama lebih
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kurang 10 menit dan sentrifus.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
<931>. persediaan encerkan dengan Pengencer hingga
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera diperoleh kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Simpan
pada Penetapan Kadar. sisa larutan persediaan untuk uji Asam salisilat bebas.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
sejumlah Asam Salisilat BPFI dan Asam Asetilsalisilat dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
BPFI, larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
kadar berturut-turut 0,015 dan 0,5 mg per mL. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
mL. simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti tertera pada Penetapan Kadar. volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem, rekam jumlah dalam mg asam asetil salisilat, C9H8O4, dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
pada Prosedur: waktu retensi relatif asam salisilat dan
asam asetilsalisilat berturut-turut lebih kurang 0,7 dan
- 174 -

𝑟𝑈 𝐶𝑆 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


( ) ( ) 100 rapat.
𝑟𝑆 𝐶𝑈

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam


asetilsalisilat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS TABLET LEPAS TUNDA ASAM
adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per ASETILSALISILAT
mL Larutan baku; CU adalah kadar asam asetilsalisilat Acetylsalicylic Acid Tablet Delayed-Release
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket. Tablet Lepas Tunda Asam Asetilsalisilat mengandung
asam asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang dari 95,0%
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
TABLET EFERVESEN ASAM Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; tidak
ASETILSALISILAT UNTUK LARUTAN boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
ORAL rapat. Asam Salisilat BPFI.
Tablet Efervesen Asetosal untuk Larutan
Oral Identifikasi
Acetylsalicylic Acid Effervescent Tablet for A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Oral Solution Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti
diperoleh pada Penetapan kadar.
Tablet Efervesen Asam Asetilsalisilat untuk Larutan B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan
Oral mengandung Asam Asetilsalisilat dan campuran lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 mL
efervesen asam organik yang sesuai dan logam alkali etanol P selama beberapa menit, sentrifus, tuang
bikarbonat dan/ atau karbonat. Tablet mengandung beningan dan uapkan hingga kering, keringkan residu
C9H8O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari dalam hampa udara pada suhu 60º selama 1 jam:
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Spektrum serapan inframerah residu yang
didisperikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; tidak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup sama seperti pada Asam Asetilsalisilat BPFI.
rapat. Asam Salisilat BPFI.
Disolusi <1231> Prosedur, Alat tipe 1 dan Alat tipe 2,
Identifikasi Sediaan Lepas Tunda, Prosedur Metode B
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Alat tipe 1 : 100 rpm.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Waktu: 2 jam, untuk Tahap asam dan 90 menit,
diperoleh pada Penetapan kadar. untuk Tahap dapar.
B. Tambahkan lebih kurang setengah tablet pada 50 Pengencer Campuran asam hidroklorida 0,1 N dan
mL air dalam labu, tutup segera dengan sumbat yang natrium fosfat tribasa 0,2 M (3:1), jika perlu atur pH
dilengkapi dengan pipa sehingga gas yang terbentuk hingga 6,80,05 menggunakan asam hidroklorida 2 N
mengalir ke dalam kalsium hidroksida LP: terbentuk atau natrium hidroksida 2 N.
endapan putih. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Asetilsalisilat BPFI, larutkan dan encerkan dalam
Waktu larut Dua tablet larut sempurna dalam asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar tertentu (untuk
180 mL air pada suhu 17,52,5º dalam waktu 5 menit. tahap asam) dan dalam Pengencer hingga kadar
tertentu (untuk tahap dapar).
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari asam hidroklorida 0,1 N (untuk tahap asam) dan
5,0 mEq asam yang diperlukan untuk 1 tablet. dengan Pengencer (untuk tahap dapar).
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H8O4 yang
Salisilat bebas Tidak lebih dari 8,0%; lakukan terlarut dengan mengukur serapan Larutan baku dan
penetapan seperti tertera pada uji Asam salisilat bebas Larutan uji pada panjang gelombang titik isobestik
dalam Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar. asam asetilsalisilat dan asam salisilat (lebih kurang
280 nm untuk Tahap asam dan lebih kurang 265 nm
Penetapan kadar Lakukan seperti tertera pada untuk Tahap dapar).
Penetapan kadar dalam Tablet Asam Asetilsalisilat Toleransi Tahap asam: larut tidak lebih dari 10%
Didapar. (Q) C9H8O4 dari jumlah yang tertera pada etiket. Tahap
dapar: harus larut tidak kurang dari 75% (Q) C9H8O4
dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 175 -

20,0 mL Pengencer dan lebih kurang 10 manik kaca,


Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kocok kuat-kuat selama lebih kurang 10 menit dan
sentrifus (Larutan persediaan). Pipet 1 bagian volume
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%; lakukan Larutan persediaan, encerkan dengan 9 bagian
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja volume Pengencer (Larutan uji). Simpan sisa Larutan
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. persediaan untuk uji Asam salisilat.
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
pada Penetapan kadar. dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
sejumlah Asam Salisilat BPFI dan Asam Asetilsalisilat 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
hingga kadar berturut-turut 0,015 dan 0,5 mg per mL. puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam relatif tidak lebih dari 2,0%; faktor ikutan tidak lebih
Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan dari 2,0.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mL. volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
seperti tertera pada Penetapan Kadar. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada jumlah dalam mg asam asetilsalisilat, C9H8O4, dalam
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 𝑟𝑈 𝐶𝑆
pada Prosedur: Waktu retensi relatif asam salisilat dan ( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
asam asetilsalisilat berturut-turut adalah 0,7 dan 1,0;
Simpangan baku relatif respons puncak asam salisilat rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
tidak lebih dari 4,0%; resolusi, R, antara puncak asam asetilsalisilat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
salisilat dan asam asetilsalisilat tidak kurang dari 2,0. adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera mL Larutan baku; CU adalah kadar asam asetilsalisilat
pada Penetapan Kadar. Hitung persentase asam dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
salisilat, C7H6O3, dalam serbuk tablet yang digunakan yang tertera pada etiket.
dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
𝑟𝑈 𝐶𝑆 rapat.
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam ASAM ASKORBAT


salisilat dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS Vitamin C
adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per mL Ascorbic Acid
Larutan baku; CU adalah kadar asam asetilsalisilat
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
yang tertera pada etiket.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1-heptansulfonat
P dalam campuran 850 mL air dan 150 mL asetonitril
P, atur pH hingga 3,4 menggunakan asam asetat L-Asam askorbat [50-81-7]
glasial P. Lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian C6H8O6 BM 176,12
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P dan asam format Asam Askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%
(99:1). dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O6.
Larutan baku Timbang sakasama sejumlah Asam
Asetilsalisilat BPFI, larutkan dalam Larutan Pemerian Hablur atau serbuk putih atau agak kuning.
pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya. Dalam
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang keadaan kering, stabil di udara. Dalam larutan cepat
dari 20 tablet. Timbang sejumlah serbuk tablet setara teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190.
dengan lebih kurang 100 mg asam asetilsalisilat,
masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan
- 176 -

Kelarutan mudah larut dalam air; agak sukar larut C6H8O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
dalam etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
dan dalam benzen.
Baku pembanding Asam Askorbat BPFI; tidak boleh
Baku pembanding Asam Askorbat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Identifikasi menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
A. Spektrum serapan inframerah zat yang simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang dalam lemari pembeku.
sama seperti pada Asam Askorbat BPFI.
B. Larutan zat (1 dalam 50) mereduksi Identifikasi
tembaga(II) tartrat alkali LP secara perlahan pada A. Pada sejumlah volume injeksi setara dengan 40
suhu ruang dan akan lebih cepat bila dipanaskan. mg asam askorbat, tambahkan 4 mL asam
hidroklorida 0,1 N kemudian 4 tetes biru metilen LP,
Rotasi jenis <1081> Antara +20,5 dan +21,5; hangatkan hingga suhu 40: warna biru tua berubah
lakukan penetapan menggunakan larutan dalam air menjadi lebih muda atau hilang dalam waktu 3 menit.
bebas karbon dioksida P dengan kadar 1 g per 10 mL. B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
Ukur segera setelah larutan disiapkan. dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan
kadar.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. C. Menunjukkan warna kuning yang intensif pada
nyala nonluminous.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 25 mL air. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,2 unit
Endotoksin FI per mg asam askorbat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
mg zat, larutkan dalam campuran 100 mL air dan 25 pH <1071> Antara 5,5 dan 7,0.
mL asam sulfat 2 N, tambahkan 3 mL indikator kanji
LP. Titrasi segera dengan iodium 0,1 N LV hingga Oksalat Encerkan dengan air sejumlah volume injeksi
berwarna biru-violet yang stabil. Lakukan penetapan setara dengan 50 mg asam askorbat hingga 5 mL.
blangko. Hitung persentase asam askorbat, C6H8O6 Tambahkan 0,2 mL asam asetat P dan 0,5 mL kalsium
dalam zat dengan rumus: klorida LP: tidak terbentuk kekeruhan dalam waktu 1
menit.
 (VS − VB )N  F 
 100 Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
 W  Injeksi.

VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
yang digunakan untuk titrasi blangko; N adalah Kromatografi <931>.
normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor Fase gerak Larutkan 15,6 g natrium fosfat dibasa P
ekivalensi (88,06 mg per mEq) dan W adalah bobot zat dan 12,2 g kalium fosfat monobasa P dalam 2000 mL
dalam mg. air, atur pH hingga 2,5+0,05 dengan penambahan
asam fosfat P. Lakukan penyesuaian menurut
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
rapat, tidak tembus cahaya. <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Askorbat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
INJEKSI ASAM ASKORBAT gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Injeksi Vitamin C [Catatan Simpan dalam lemari pendingin dan
Ascorbic Acid Injection terlindung cahaya hingga saat digunakan. Larutan
stabil selama 24 jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam
setelah diambil dari lemari pendingin].
Injeksi Asam Askorbat adalah larutan steril asam
Larutan uji Jika perlu encerkan sejumlah volume
askorbat dalam Air untuk Injeksi, yang dibuat dengan
injeksi secara bertahap dan kuantitatif dengan Fase
penambahan natrium hidroksida, natrium karbonat
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
atau natrium bikarbonat; mengandung asam askorbat,
[Catatan Simpan dalam lemari pendingin dan
- 177 -

terlindung cahaya hingga saat digunakan. Larutan LP akan tereduksi perlahan-lahan pada suhu ruang,
stabil selama 24 jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam tetapi lebih cepat bila dipanaskan.
setelah diambil dari lemari pendingin]. B. Pada 2 mL filtrat, tambahkan 4 tetes biru metilen
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi LP, hangatkan hingga suhu 40°: warna biru tua
dilengkapi dengan detektor 245 nm dan kolom 6 mm menjadi lebih muda atau hilang dalam waktu 3 menit.
x 150 mm, berisi bahan pengisi L39. Laju alir lebih C. Pada 1 mL filtrat tambahkan 15 mL larutan asam
kurang 0,6 mL per menit. Lakukan kromatografi triklorasetat P (1 dalam 20), tambahkan lebih kurang
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur 200 mg arang aktif P, kocok kuat-kuat selama 1 menit.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi Saring melalui kertas saring lipat, jika perlu
kolom tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis, faktor kembalikan filtrat ke dalam penyaring sampai jernih.
ikutan tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif Pada 5 mL filtrat tambahkan 1 tetes pirol P, goyang
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. hati-hati hingga larut, kemudian panaskan di dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tangas air pada suhu 50: terjadi warna biru.
volume sama (lebih kurang 4 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Disolusi <1231>
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Media disolusi : 900 mL air.
persentase asam askorbat, C6H8O6, dalam injeksi Alat Tipe 2 : 50 rpm.
dengan rumus: Waktu : 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumLah C6H8O6 yang
terlarut, menggunakan Prosedur yang tertera pada
 rU   CS 
      100 Penetapan kadar, lakukan segera tanpa penundaan.
Jika perlu lakukan modifikasi. Hitung persentase asam
 rS   CU  askorbat, C6H8O6 yang terlarut dengan rumus:
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak asam
  VM 
askorbat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah   
kadar Asam Askorbat BPFI dalam mg per mL Larutan (VS − VB )  F   a    100
baku; CU adalah kadar asam askorbat dalam mg per  L 
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada  
 
etiket.
VS adalah volume titran yang digunakan Larutan uji;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak VB adalah volume titran yang digunakan Blangko; F
tembus cahaya, dosis tunggal, sebaiknya dari kaca adalah kesetaraan tiap mL diklorofenol indofenol LV
Tipe I atau Tipe II. dengan asam askorbat yang diperoleh pada
pembakuan diklorofenol indofenol LV dalam mg per
mL; VM adalah volume Media, 900 mL; a adalah
TABLET ASAM ASKORBAT volume alikot yang digunakan untuk Analisis; dan L
Tablet Vitamin C adalah jumlah asam askorbat dalam mg per tablet
Ascorbic Acid Tablet seperti yang tertera pada etiket.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Tablet Asam Askorbat mengandung asam askorbat kurang dari 75% (Q) C6H8O6 dari jumlah yang tertera
dalam bentuk asam askorbat, C6H8O6, natrium pada etiket.
askorbat, C6H7NaO6, kalsium askorbat dihidrat
C12H14CaO12.2H2O, atau campurannya, setara dengan Waktu hancur <1251>: Memenuhi syarat. [Catatan
asam askorbat, C6H8O6, tidak kurang dari 90,0% dan Jika dalam etiket direkomendasikan tablet hancur di
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada mulut sebelum ditelan, lakukan uji ini.]
etiket. Media: Air
Waktu: tidak lebih dari 5 menit
Baku pembanding Asam Askorbat BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
terlindung cahaya. Simpan dalam lemari pendingin.
Penetapan kadar
Identifikasi Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang dari
Larutan uji Tirturasi sejumlah tablet hingga halus, 20 tablet ke dalam labu tentukur 1000-mL yang berisi
encerkan dengan etanol encer LP secukupnya hingga 250 mL asam metafosfat asetat LP, sumbat labu,
kadar asam askorbat lebih kurang 20 mg per mL dari kocok secara mekanik selama 30 menit atau hingga
jumlah yang tertera pada etiket, saring dan lakukan tablet hancur sempurna. Encerkan dengan air sampai
pengujian sebagai berikut: tanda.
A. Pada sejumlah filtrat Larutan uji tambahkan
tembaga(II)tartrat alkali LP: tembaga(II)tartrat alkali
- 178 -

Larutan uji Pindahkan sebagian Larutan uji


persediaan ke dalam tabung sentrifuga, sentrifus Identifikasi
hingga diperoleh beningan jernih. Jika perlu encerkan A. Buat larutan jenuh asam benzoat dalam air dan
beningan secara kuantitatif dengan air, hingga kadar lakukan dua kali penyaringan. Pada filtrat, tambahkan
lebih kurang 0,5 mg per mL. besi(III) klorida LP: terbentuk endapan merah muda.
Blangko Campuran 5,5 mL asam metafosfat asetat B. Asamkan 10 mL filtrat yang diperoleh dari uji
LP dan 15 mL air. Identifikasi A, dengan 1 mL asam sulfat 7 N, campur
Prosedur Pipet sejumlah larutan uji setara dengan dan dinginkan: dalam 10 menit akan terbentuk
lebih kurang 2 mg asam askorbat, masukkan ke dalam endapan putih yang larut dalam eter.
labu Erlenmeyer 50-mL, tambahkan 5 mL asam
metafosfat asetat LP, titrasi dengan diklorofenol Jarak lebur <1021> Antara 121 dan 123.
indofenol LV, hingga terjadi warna merah muda
selama paling sedikit 5 detik. Lakukan penetapan Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,7%; lakukan
menggunakan blangko. Hitung persentase asam penetapan menggunakan pelarut campuran metanol P-
askorbat, C6H8O6,dalam tiap tablet dengan rumus: piridina P (1:2).

 F Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.


(VS − VB )  W   100
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 25 mL
VS dan VB masing-masing adalah volume dalam mL aseton P, tambahkan 2 mL air dan 1,2 mL
diklorofenol indofenol LV pada titrasi Larutan uji dan tioasetamida-gliserin basa LP. Tambahkan 2 mL
penetapan blangko; F adalah kesetaraan tiap mL Dapar Asetat pH 3,5 dan diamkan selama 5 menit:
diklorofenol indofenol LV dengan asam askorbat yang terjadi warna yang tidak lebih gelap dari warna larutan
diperoleh pada pembakuan diklorofenol indofenol LV pembanding yang dibuat dari campuran 2,0 mL
dalam mg per mL; W adalah bobot nominal asam Larutan baku timbal dalam 25 mL aseton P yang
askorbat yang digunakan dalam mg. diperlakukan yang sama.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat
rapat, tidak tembus cahaya. dalam 5 mL asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih
intensif dari warna Larutan padanan Q.
Penandaan Jika tablet ditujukan untuk hancur di
mulut sebelum ditelan, pada etiket harus dinyatakan. Zat mudah teroksidasi Larutkan lebih kurang 1,0 g
zat dalam larutan panas yang dibuat dengan
menambahkan 1,5 mL asam sulfat P pada 100 mL air
ASAM BENZOAT dan panaskan sampai mendidih. Tambahkan kalium
Benzoate Acid permanganat 0,1 N tetes demi tetes sampai warna
merah muda tidak hilang selama 30 detik. Titrasi
dengan kalium permanganat 0,1 N LV hingga warna
merah muda tidak hilang selama 15 detik: diperlukan
tidak lebih dari 0,50 mL kalium permanganat 0,10 N.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500


Asam benzoate [65-85-0] mg zat, larutkan dalam 25 mL etanol encer P yang
C7H6O2 BM 122,12 telah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N.
Tambahkan indikator fenolftalein LP, titrasi dengan
Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% natrium hidroksida 0,1 N LV hingga berwarna merah
dan tidak lebih dari 100,5%, C7H6O2, dihitung muda.
terhadap zat anhidrat.
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
Pemerian Hablur bentuk jarum atau sisik; putih; setara dengan 12,21 mg C7H6O2
sedikit berbau, umumnya bau benzaldehid atau
benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Mudah menguap dalam uap air. baik.
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
- 179 -

klorida dan masukkan ke atas lapisan pertama. Tutup


SALEP ASAM BENZOAT DAN SALISILAT kolom dengan wol kaca.
Benzoic and Salicylic Acids Ointment Kolom B Masukkan sedikit wol kaca di atas batas
penyempitan tabung kromatografi 2,5 cm x 20 cm.
Salep Asam Benzoat dan Salisilat adalah Asam Campur 4 g tanah silika untuk kromatografi P dengan
Benzoat, C7H6O2, dan Asam Salisilat,C7H6O3, dengan 2 mL larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 12)
perbandingan lebih kurang 2 banding 1 dalam dasar sampai homogen. Masukkan campuran ke atas wol
salep yang sesuai. Mengandung asam benzoat, kaca. Tutup kolom dengan wol kaca.
C7H6O2, dan asam salisilat, C7H6O3, masing-masing Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dengan lebih kurang 100 mg asam benzoat dan 50 mg
C7H6O2 dan C7H6O3 dari jumlah tertera pada etiket. asam salisilat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-
mL, larutkan dalam lebih kurang 150 mL kloroform P
Baku pembanding Asam Benzoat BPFI; lakukan dengan penghangatan di atas tangas uap. Dinginkan,
pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam sebelum encerkan dengan kloroform P sampai tanda.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Asam Prosedur Pasang Kolom A di atas Kolom B,
Salisilat BPFI; Tidak boleh dikeringkan, simpan kemudian pipet 10 mL Larutan uji, masukkan ke
dalam wadah tertutup rapat. dalam Kolom A dan biarkan zat melewati kolom. Bilas
kolom dua kali, tiap kali dengan 40 mL kloroform P,
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti biarkan bagian pertama surut sampai mencapai bagian
tertera pada Kromatografi <931>. atas setiap kolom sebelum ditambah bagian kedua.
Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P- Buang eluat dan pisahkan kolom-kolom tersebut.
isopropil alkohol P-metanol P-amonium hidroksida P Kadar asam salisilat
(30:30:15:15:10). Pelarut Buat campuran asam asetat glasial P dalam
Pelarut Buat campuran kloroform P-metanol P kloroform P (3 dalam 100).
(1:1). Larutan uji 1 Eluasi Kolom A dengan 95 mL Pelarut
Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Benzoat kumpulkan eluat dalam labu tentukur 100-mL,
BPFI dan Asam Salisilat BPFI dalam Pelarut hingga encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
kadar masing-masing lebih kurang 2,4 dan 1,2 mg per Larutan baku asam salisilat Timbang saksama
mL. sejumlah Asam Salisilat BPFI, larutkan dalam
Larutan uji Larutkan sejumlah salep setara dengan Pelarut, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
lebih kurang 60 mg asam benzoat dan 30 mg asam bertahap dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang 20
salisilat dalam 25 mL Pelarut. µg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 Prosedur Ukur serapan Larutan uji 1 dan Larutan
μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng baku asam salisilat pada panjang gelombang serapan
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan maksimum lebih kurang 311 nm terhadap blangko
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang berisi Fase Pelarut. Hitung jumlah dalam mg asam salisilat,
gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per C7H6O3, dalam salep yang digunakan dengan rumus:
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
rambat dan biarkan kering. Amati bercak di bawah A 
cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf dan fluoresensi 2,5C  U 
dua bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan  AS 
baku.
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam µg per mL
Isi minimum <816> Memenuhi syarat. Larutan baku asam salisilat; AU dan AS berturut-turut
adalah serapan dari Larutan uji 1 dan Larutan baku
Penetapan kadar Pereaksi urea-besi(III) klorida asam salisilat.
Pada hari penggunaan, larutkan tanpa pemanasan, 18 Kadar Asam benzoat
g urea dalam campuran 2,5 mL larutan besi(III) Larutan uji 2 Eluasi Kolom B dengan 95 mL
klorida P (6 dalam 10) dan 12,5 mL asam hidroklorida Pelarut, kumpulkan eluat dalam labu tentukur 100-mL
0,05 N. dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Kolom A Masukkan sedikit wol kaca di batas Larutan baku asam benzoat Timbang saksama
penyempitan tabung kromatografi 2,5 cm x 20 cm. sejumlah Asam Benzoat BPFI, larutkan dalam Pelarut,
Campur 1 g tanah silika untuk kromatografi P dengan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
0,5 mL larutan asam fosfat P (3 dalam 10 ) sampai dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang 40 µg per
homogen. Masukkan campuran halus ke dalam tabung mL.
kromatografi, di atas wol kaca, tekan perlahan lahan. Prosedur Ukur serapan Larutan uji 2 dan Larutan
Dengan cara sama, campur 4 g tanah silika untuk baku asam benzoat pada panjang gelombang serapan
kromatografi P dengan 3 mL Pereaksi urea–besi(III) maksimum lebih kurang 275 nm terhadap blangko
- 180 -

Pelarut. Hitung jumlah dalam mg asam benzoat, Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan zat
C7H6O2, dalam salep yang digunakan dengan rumus: 10 µg per mL dalam larutan natrium hidroksida 0,1 N,
menunjukkan maksimum dan minimum hanya pada
A  panjang gelombang yang sama seperti pada Asam
2,5C  U  Folat BPFI. Perbandingan serapan pada panjang
 AS  gelombang 256 dan 365 nm adalah antara 2,80 dan
3,00.
C adalah kadar Asam Benzoat BPFI dalam µg per mL
Larutan baku asam benzoat; AU dan AS berturut-turut Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 8,5%; aduk
adalah serapan dari Larutan uji 2 dan Larutan baku pelarut metanol P sebelum dan selama penambahan
asam benzoat. zat uji dan selama titrasi.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%.
dan hindarkan dari suhu lebih dari 30°.
Cemaran organik Jumlah semua cemaran tidak lebih
Penandaan Etiket mencantumkan kadar asam besar dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
benzoat dan asam salisilat dan dasar salep berupa larut Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
air atau tidak larut air. Kromatografi <931>.
Asam fosfat 3 N, amonium hidroksida 6 N, Fase
gerak, Larutan baku internal, Larutan baku
persediaan, Larutan baku dan Sistem kromatografi.
ASAM FOLAT
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
Folic Acid Larutan uji gunakan Larutan uji persediaan seperti
tertera pada Penetapan Kadar.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 μL Larutan uji
ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi selama
tidak kurang dari 2 kali waktu retensi asam folat.
Rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase total cemaran dengan rumus:

 rU 
   100
 rT 
AsamN-[p-[[(2-Amino-4-hidroksi-6-pteridinil)
metil]amino]-benzoil]-L-glutamat [59-30-3] rU adalah jumlah semua respons puncak kecuali
C19H19N7O6 BM 441,40 puncak asam folat; rT adalah jumlah semua respons
puncak.
Asam folat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 102,0%, C19H19N7O6, dihitung Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
terhadap zat anhidrat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931> [Catatan Gunakan peralatan
Pemerian Serbuk hablur kuning, kuning kecokelatan kaca aktinik rendah].
atau jingga kekuningan; tidak berbau. Asam fosfat 3 N Larutkan 9,8 g asam fosfat P ke
dalam 100 mL air.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; segera larut Amonium hidroksida 6 N Encerkan 40 mL amonium
dalam alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat hidroksida P dengan air hingga 100 mL.
encer; larut dalam asam hidroklorida 3 N panas, dalam Fase gerak Timbang 2 g kalium fosfat monobasa P,
asam sulfat 2 N panas; larut dalam asam hidroklorida masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan
3 N panas dalam asam sulfat 2 N panas, dalam asam dengan lebih kurang 650 mL air. Tambahkan berturut-
hidroklorida dan dalam asam sulfat larutan menjadi turut 15 mL tetrabutil amonium hidroksida 0,5 M
kuning pucat; tidak larut dalam etanol, dalam aseton, dalam metanol P; 7 mL Asam fosfat 3 N dan 270 mL
dalam kloroform dan dalam eter. metanol P. Dinginkan hingga suhu ruang dan atur pH
hingga 5,0 dengan penambahan Asam fosfat 3 N atau
Baku pembanding Asam Folat BPFI; tidak boleh Amonium hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai
dikeringkan. Lakukan penetapan kadar air pada saat tanda dan saring. [Catatan Ukur pH sebelum
akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, digunakan].
terlindung cahaya. Larutan baku internal Timbang saksama lebih
kurang 50 mg metilparaben, masukkan ke dalam labu
- 181 -

tentukur 25-mL. Larutkan dengan 1 mL metanol P, Tablet Asam Folat mengandung asam folat,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. C19H19N7O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan baku persediaan Timbang saksama dari 115,0% dari jumLah yang tertera pada etiket.
sejumlah Asam Folat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per Baku pembanding Asam Folat BPFI; tidak boleh
mL. [Catatan Gunakan 1 mL amonium hidroksida P dikeringkan; lakukan penetapan kadar air pada saat
10% untuk melarutkan asam folat setiap 100 mL digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
larutan baku persediaan]. terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Asam Folat
Larutan baku Pipet 4 mL Larutan baku persediaan BPFI.
ke dalam labu tentukur 50-mL. Tambahkan 4 mL
Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak Identifikasi Larutkan sejumlah serbuk tablet setara
sampai tanda. dengan lebih kurang 100 mg asam folat dalam
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih 100 mL larutan natrium hidroksida P 0,1 N dan saring.
kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur Atur pH hingga 3,0 dengan asam hidroklorida P,
100-mL. Tambahkan lebih kurang 40 mL Fase gerak dinginkan sampai 5º, saring dan bilas endapan dengan
dan 1 mL amonium hidroksida P 10%. Encerkan air dingin sampai air bilasan terakhir tidak
dengan Fase gerak sampai tanda. mengandung klorida. Kemudian bilas dengan aseton
Larutan uji Pipet 4 mL Larutan uji persediaan ke P dan keringkan pada suhu 80 selama 1 jam. Larutkan
dalam labu tentukur 50-mL. Tambahkan 4 mL Larutan residu dalam natrium hidroksida 0,1 N hingga
baku internal, encerkan dengan Fase gerak sampai diperoleh kadar 10 µg per mL; spektrum serapan
tanda. ultraviolet larutan zat menunjukkan maksimum dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada minimum hanya pada panjang gelombang yang sama
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi seperti pada Asam Folat BPFI. Perbandingan serapan
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm pada 256 dan 365 nm adalah antara 2,80 dan 3,00.
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Disolusi <1231>
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera Media disolusi : 500 mL air.
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Alat Tipe 2 : 50 rpm.
metilparaben dan puncak asam folat tidak kurang dari Waktu : 45 menit.
3,6; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Lakukan penetapan persentase asam folat,
ulang tidak lebih dari 2,0%. C19H19N7O6, terlarut dengan cara Kromatografi cair
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Folat BPFI larutkan dan encerkan dengan Media
persentase asam folat, C19H19N7O6, dalam zat dengan disolusi hingga kadar mendekati alikot.
rumus: Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring.
Jika perlu lakukan pengenceran dengan Media
 RU  C S  disolusi.
    100 Prosedur Lakukan penetapan persentase asam folat,
 RT  CU  C19H19N7O6 yang terlarut, menggunakan Prosedur yang
tertera pada Penetapan kadar. Jika perlu lakukan
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons modifikasi. Hitung persentase asam folat, C19H19N7O6,
puncak asam folat terhadap respons puncak yang terlarut dengan rumus:
metilparaben dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
 rU  
   CS  D    100
adalah kadar Asam Folat BPFI dalam mg per mL V
Larutan baku; CU adalah kadar asam folat dalam mg 
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.  rS   L

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
baik, tidak tembus cahaya. folat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Asam Folat BPFI dalam mg per mL Larutan
baku; D adalah faktor pengenceran dari Larutan uji; V
TABLET ASAM FOLAT adalah volume Media disolusi, 500 mL; dan L adalah
Folic Acid Tablets jumlah asam folat dalam mg per tablet seperti yang
tertera pada etiket.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C19H19N7O6 dari jumLah yang
tertera pada etiket.
- 182 -

rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak asam


Keseragaman sediaan <911> memenuhi syarat. folat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kadar Asam Folat BPFI dalam mg per mL Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku; CU adalah kadar asam folat dalam mg per mL
Kromatografi <931>. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Fase gerak Timbang saksama sejumlah 35,1 g natrium etiket.
perklorat P dan 1,40 g kalium fosfat monobasa P, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL. baik.
Tambahkan 7,0 mL kalium hidroksida 1 N dan 40 mL
metanol P, encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH
hingga 7,2 dengan penambahan kalium hidroksida
ASAM FOSFAT
1 N atau asam fosfat P. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Phosphate Acid
Kromatografi <931>.
Pelarut Gunakan larutan dalam air yang mengandung Asam fosfat [7664-38-2]
2 mL amonium hidroksida P dan 1 g natrium perklorat P H3PO4 BM 98,00
tiap 100 mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Asam Fosfat mengandung tidak kurang dari 85,0%
sejumlah Asam Folat BPFI dan Senyawa Sejenis A dan tidak lebih dari 88,0% b/b H3PO4. [Perhatian
Asam Folat BPFI (kalsium formiltetrahidrofolat), Hindari kontak langsung dapat merusak jaringan
larutkan dan encerkan dengan Pelarut hingga kadar dengan cepat].
masing-masing lebih kurang 0,2 mg per mL. Saring
Pemerian Cairan kental seperti sirup, tidak berwarna;
dengan penyaring membran dengan porositas 1 m
tidak berbau. Bobot jenis lebih kurang 1,71.
atau lebih kecil, sebelum digunakan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan
Folat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pelarut
etanol.
hingga kadar lebih kurang 0,20 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Identifikasi Netralkan hati-hati dengan natrium
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
hidroksida 1 N menggunakan indikator Fenolftalein
serbuk tablet, larutkan dan encerkan dengan Pelarut
LP: menunjukkan reaksi Fosfat seperti yang tertera
hingga diperoleh kadar larutan setara dengan lebih
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
kurang 0,2 mg per mL asam folat, kocok kuat-kuat
untuk membantu kelarutan. Saring dan buang
Nitrat Encerkan zat dengan 14 bagian volume air,
sejumlah filtrat pertama.
campur 5 mL larutan dengan lebih kurang 0,1 mL
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
indigo karmin LP, kemudian tambahkan 5 mL asam
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
sulfat P: warna biru tidak hilang dalam waktu 1 menit.
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Asam fosfit atau Asam hipofosfit Encerkan zat
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
dengan 14 bagian volume air. Hangatkan hati-hati 5
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
mL larutan ini, tambahkan 2 mL perak nitrat LP:
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A asam
campuran tidak menjadi kecokelatan.
folat (kalsium formiltetrahidrofolat) dan asam folat
tidak kurang dari 3,6. Lakukan kromatografi terhadap
Sulfat <361> Encerkan zat dengan 90 bagian volume
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
air dan tambahkan 1 mL barium klorida LP: tidak
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
segera terbentuk endapan.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj.
volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Alkali Fosfat Masukkan 1 mL ke dalam gelas ukur,
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
tambahkan 6 mL eter P dan 2 mL etanol P: tidak
asam folat, C19H19N7O6, dalam serbuk tablet yang
terjadi kekeruhan.
digunakan dengan rumus:
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj.
 rU   CS 
      100
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
 rS   CU  zat dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara,
encerkan dengan air hingga lebih kurang 120 mL,
tambahkan 0,5 mL timolftalein LP dan titrasi dengan
- 183 -

natrium hidroksida 1 N LV hingga terjadi warna biru. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Lakukan penetapan blangko. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Buat larutan segera
Tiap mL natrium hidroksida 1 N sebelum digunakan.]
setara dengan 49,00 mg H3PO4 Pengencer Buat campuran metanol P-asam fosfat P
5 g per L-asetonitril P (10:40:50).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan A Buat campuran metanol P-asetonitril P-
rapat. asam fosfat P 5 g per L (20:40:40).
Larutan B Buat campuran asam fosfat P 5 g per
Liter-metanol P-asetonitril P (10:20:70).
ASAM FUSIDAT Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Fusidic Acid dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan baku A Timbang saksama lebih
kurang 2 mg Asam Fusidat untuk Identifikasi Puncak
BPFI, larutkan dan encerkan dengan 1,0 mL
Pengencer.
Larutan baku B Pipet 1 mL Larutan baku A ke
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
Larutan baku C Pipet 1 mL Larutan baku B
ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
Asam ent-(17Z)-16-(asetiloksi)-3 ,11 -dihidroksi- Pengencer sampai tanda.
4,8,14-trimetil-18-nor-5,10-kolesta-17(20),24-dien- Larutan baku D Larutkan isi dari satu vial
21-oat hemihidrat [6990-06-3] Campuran Cemaran Asam Fusidat BPFI dalam 1,0
C31H48O6.½H2O BM 525,70 mL Pengencer.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Asam Fusidat adalah zat antimikroba yang dihasilkan tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom
dari fermentasi Fusidium coccineum, mengandung 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 101,0% ukuran partikel 3,5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL
C31H48O6, dihitung terhadap zat anhidrat. per menit. Pertahankan suhu kolom pada 30º.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Pemerian Sebuk hablur putih atau hampir putih.
Waktu Larutan A Larutan B
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
(menit) (%) (%)
dalam etanol.
0-3 100 0
Baku pembanding Asam Fusidat untuk Identifikasi 3-28 100→0 0→100
Puncak BPFI; mengandung cemaran senyawa sejenis 28-33 0 100
A, B, C, D, F, G, H dan N asam fusidat. Campuran
Cemaran Asam Fusidat BPFI; mengandung cemaran Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A,
senyawa sejenis I, K, L dan M. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Identifikasi senyawa sejenis G asam fusidat dan puncak senyawa
A.Spektrum serapan inframerah larutan 10% dalam sejenis H asam fusidat tidak kurang dari 1,5; waktu
kloroform P dengan ketebalan 0,1 mm, menunjukkan retensi asam fusidat lebih kurang 18 menit.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sama seperti pada Asam Fusidat BPFI. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji,
B. Pijarkan 1 g zat; residu tidak menunjukkan Larutan baku A, Larutan baku B, Larutan baku C, dan
reaksi Natrium cara B seperti tertera pada Uji Larutan baku D ke dalam kromatograf. Rekam
Identifikasi Umum <291>. kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat. Masing-
Air <1031> Metode I Antara 1,4% dan 2,0%; lakukan masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
penetapan menggunakan 0,50 g zat. seperti yang tertera pada Tabel.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan Tabel


penetapan menggunakan 1,0 g zat.
- 184 -

Cemaran Waktu Faktor Batas Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Retensi koreksi baik, terlindung cahaya, simpan pada suhu antara
Relatif 2° dan 8°.
Cemaran A 0,4 Tidak lebih dari 3 kali
respons puncak
Larutan baku C
(0,3%)
Cemaran B 0,5 Tidak lebih dari 4 kali TETES MATA ASAM FUSIDAT
respons puncak Fusidic Acid Eye Drops
Larutan baku C
(0,4%) Tetes Mata Asam Fusidat adalah suspensi steril asam
Cemaran C 0,6 0,7 Tidak lebih dari 2 kali fusidat dalam pembawa yang sesuai. Mengandung
respons puncak asam fusidat, C31H48O6, tidak kurang dari 90,0% dan
Larutan baku C tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
(0,2%)
etiket.
Cemaran D 0,63 0,7 Tidak lebih dari 2 kali
respons puncak
Larutan baku C Baku pembanding Dietanolamin Fusidat BPFI;
(0,2%) Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang
Cemaran N 0,65 Tidak lebih dari 2 kali dengan ventilasi baik. Lakukan pengerjaan di tempat
respons puncak kering.
Larutan baku C
(0,2%) Identifikasi
Cemaran F 0,7 0,3 Tidak lebih dari 2 kali A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
respons puncak lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara
Larutan baku C kromatografi lapis tipis <281>.
(0,2%)
Fase gerak Buat campuran metanol P-asam asetat
Cemaran G 0,82 Tidak lebih dari 0,7
kali respons puncak glasial P-sikloheksan P-kloroform P (2,5:10:10:80).
Larutan baku B (0,7%) Larutan uji Masukkan sejumlah tetes mata setara
Cemaran H 0,85 - dengan 20 mg asam fusidat anhidrat, kocok, dan
Cemaran I 0,96 0,6 Tidak lebih dari 2 kali dispersikan dalam 10 mL etanol 70% P, saring dan
respons puncak gunakan filtrat.
Larutan baku C Larutan baku Timbang saksama sejumlah
(0,2%) Dietanolamin Fusidat BPFI, larutkan, dan encerkan
Cemaran K 1,18 0,6 Tidak lebih dari 2 kali dengan etanol 70% P hingga kadar lebih kurang 0,25
respons puncak mg per mL.
Larutan baku C
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
(0,2%)
Cemaran L 1,23 Tidak lebih dari 0,5
10 μL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kali respons puncak kromatografi silika gel F254. Masukkan lempeng ke
Larutan baku B (0,5%) dalam bejana kromatograf yang telah dijenuhkan
Cemaran M 1,4 Tidak lebih dari dengan Fase gerak, dan biarkan merambat sampai tiga
respons puncak per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai
Larutan baku B (1,0%) batas rambat, keringkan pada udara, amati lempeng di
bawah cahaya ultraviolet 254 nm: ukuran dan harga RF
Cemaran - - Tidak lebih dari bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
lain respons puncak dengan bercak utama Larutan baku.
Larutan baku C B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
(0,10%)
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Total - - Tidak lebih dari 2 kali
cemaran respons puncak diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan baku B (2,0%)
Abaikan respons puncak kurang dari 0,5 kali respons puncak pH <1071> Antara 5,2 dan 6,2.
Larutan baku Cs (0,05%).
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 Sediaan obat mata.
mg zat, larutkan dalam 10 mL etanol P dan titrasi
dengan natrium hidroksida 0,1 N LV menggunakan 0,5 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
mL indikator fenolftalein LP. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
1 mL natrium hidroksida 0,1 N Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
setara dengan 51,67 mg C31H48O6 pada Penetapan kadar.
- 185 -

Larutan 1 Masukkan sejumlah tetes mata ke dalam Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
labu yang sesuai, encerkan dengan Pengencer hingga tinggi dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom
kadar asam fusidat anhidrat lebih kurang 0,075 mg 4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
per mL. Kocok kuat selama 15 menit, tambahkan 0,5 ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2,5 mL
g kalium nitrat P, dan kocok selama 1 menit. Saring per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
melalui kertas saring yang sesuai, buang beberapa mL baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
filtrat pertama. Encerkan 10 bagian volume filtrat seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom x
dengan 2,5 bagian volume asam fosfat 0,05 M. puncak asam fusidat tidak kurang dari 2000 lempeng
Larutan 2 Pipet 1 mL Larutan 1, masukkan ke teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
gerak sampai tanda. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji dan
Larutan 3 Pipet 30 μL Larutan 1, masukkan ke Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
gerak sampai tanda. Hitung persentase asam fusidat, C31H48O6, dalam
Sistem kromatografi Seperti tertera pada tetes mata dengan rumus:
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan 2, rekam kromatogram dan ukur respons 𝑟𝑈 𝐶𝑆 516,72
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom ( )×( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 621,8
puncak asam fusidat tidak kurang dari 2000 lempeng
teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan 3, rekam ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Dietanolamin
pada Prosedur: perbandingan signal to noise tidak Fusidat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
kurang dari 3. [Catatan waktu retensi asam fusidat adalah kadar asam fusidat dalam mg per mL Larutan
lebih kurang 5,1 menit dan waktu retensi relatif asam uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 516,72
3-ketofusidat terhadap asam fusidat lebih kurang dan 621,8 adalah bobot molekul asam fusidat anhidrat
0,7.] dan dietanolamin fusidat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan 1, Larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
2, dan Larutan 3 ke dalam kromatograf, rekam rapat.
kromatogram 3,5 kali waktu retensi puncak utama dan
ukur semua respons puncak: total respons puncak lain Penandaan Pada etiket cantumkan jumlah zat aktif
tidak lebih besar dari 4 kali respons puncak asam setara dengan jumlah asam fusidat anhidrat.
fusidat dari Larutan 2 (4%). Abaikan respons puncak
kurang dari respons puncak Larutan 3 (0,03%).
ASAM HIDROKLORIDA
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hydrochloric Acid
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Asam hidroklorida [7647-01-0]
Fase gerak Buat campuran metanol P-asam fosfat HCl BM 36,46
0,05 M-asetonitril P (10:40:50). Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Asam hidroklorida mengandung tidak kurang dari
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 36,5% b/b dan tidak lebih dari 38,0% b/b HCl.
Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran metanol P-asam asetat Pemerian Cairan tidak berwarna; berasap; bau
glasial P 1%-asetonitril P (10:30:60). merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian volume
Larutan uji Masukkan sejumlah tetes mata ke air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18.
dalam labu yang sesuai, encerkan dengan Pengencer
hingga kadar asam fusidat anhidrat lebih kurang Identifikasi Menunjukkan reaksi Klorida cara A,B
0,075 mg per mL. Kocok kuat selama 15 menit, dan C seperti tertera pada uji Identifikasi Umum
tambahkan 0,5 g kalium nitrat P, dan kocok selama <291>.
beberapa menit. Saring melalui kertas saring yang
sesuai, buang beberapa mL filtrat pertama. Pipet 10 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 80 bpj;
mL filtrat, tambahkan 2,5 mL asam fosfat 0,05 M. lakukan penetapan menggunakan 20 mL, tambahkan 2
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tetes asam sulfat P, uapkan hingga kering dan pijarkan
Dietanolamin Fusidat BPFI, larutkan, dan encerkan sisa tidak lebih dari 2 mg.
dengan campuran Pengencer-asam fosfat 0,05 M
(40:10) hingga kadar lebih kurang 0,075 mg per mL.
- 186 -

Bromida atau iodida, Brom atau klor bebas, Sulfat C15H15NO2 BM 241,29
dan Sulfit Encerkan dengan 2 bagian volume air
untuk melakukan uji berikut : Asam Mefenamat mengandung tidak kurang dari
Bromida atau iodida Pada 10 mL enceran, 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C15H15NO2,
tambahkan 1 mL kloroform P, tambahkan dengan hati- dihitung terhadap zat kering.
hati, tetes demi tetes, klor LP yang telah diencerkan
dengan air volume sama sambil digoyang kuat-kuat: Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih;
lapisan kloroform tidak berwarna kuning, jingga atau melebur pada suhu lebih kurang 230 disertai
ungu. peruraian.
Brom atau klor bebas Pada 10 mL enceran
tambahkan 1 mL kalium iodida LP, goyang dengan Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak
kuat: lapisan kloroform P tidak berwarna ungu paling sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol
tidak selama 1 menit. dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air.
Sulfat Pada campuran 3 mL enceran dan 5 mL air,
tambahkan 5 tetes barium klorida LP: tidak terjadi Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak
kekeruhan atau endapan dalam waktu 1 jam. boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
Sulfit Pada larutan yang telah digunakan untuk uji rapat, terlindung cahaya.
Sulfat, tambahkan 2 tetes iodum 0,1 N: tidak terbentuk
kekeruhan atau hilangnya warna iodum. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan didispersikan kalium bromida P menunjukkan
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sebagai berikut: pada 2,5 mL (3g) zat, tambahkan 2,5 sama seperti pada Asam Mefenamat BPFI.
mL asam hidroklorida P, encerkan dengan air hingga B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
55mL; larutan memenuhi Uji batas arsen tanpa Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
penambahan 20 mL asam sulfat 7 N seperti tertera diperoleh pada Penetapan kadar.
pada Prosedur.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam.
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat
sebagai berikut: Uapkan 3,4 mL (4g) zat di atas Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
tangas`uap hingga kering, tambahkan 2 mL asam
asetat 1 N, kemudian encerkan dengan air hingga 25 Logam berat<371> Tidak lebih dari 20 bpj.
mL.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 lebih dari 0,1%; dan jumlah semua cemaran tidak lebih
mL zat, di dalam labu bersumbat kaca berisi lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara
kurang 20 mL air, yang telah ditara. Encerkan dengan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lebih kurang 25 mL air, titrasi dengan natrium Kromatografi <931>.
hidroksida 1 N LV menggunakan indikator merah Dapar, Fase gerak dan Sistem kromatografi
metil LP. Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Tiap mL natrium hidroksida 1 N Mefenamat BPFI, larutkan dengan Fase gerak hingga
setara dengan36,46 mg HCl kadar lebih kurang 10 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
rapat. Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ASAM MEFENAMAT volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Mefenamic acid Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
COOH persentase masing-masing cemaran dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
H
N

C   ri 
H3C CH3 100  U    
 CS   rS 
Asam N-2,3xililantrannilat [61-68-7]
- 187 -

CS adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam µg per tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
mL Larutan baku; CU adalah kadar asam mefenamat etiket.
dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang; ri adalah respons puncak masing-masing Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak
cemaran dari Larutan uji; rS adalah respons puncak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
asam mefenamat dari Larutan baku. rapat, terlindung cahaya.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Identifikasi


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada A. Masukkan isi kapsul setara dengan lebih kurang
Kromatografi <931>. 250 mg asam mefenamat ke dalam labu tentukur 250-
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa 50 mL, tambahkan lebih kurang 100 mL campuran
mM, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan kloroform P-metanol P (3:1), kocok kuat-kuat.
amonium hidroksida 3 M. Encerkan dengan campuran yang sama sampai tanda,
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar- kocok dan saring: filtrat memberikan reaksi seperti
tetrahidrofuran P (23:20:7), saring dan awaudarakan. tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Tipis <281> dengan fase gerak campuran kloroform P-
system seperti tertera pada Kromatografi <931>. etilasetat P-asam asetat glasial P (75:25:1) dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam dengan teknik penampak bercak nomor 17 seperti
Mefenamat BPFI, larutkan dalam Fase gerak jika tertera pada Cemaran Umum<481>.
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji pada
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Penetapan kadar sesuai dengan Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. Disolusi <1231>
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada Dapar tris 0,05 M Larutkan 60,5 g tris-
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi (hidroksimetil)aminometana P dalam 6000 mL air dan
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm encerkan dengan air hingga 10.000 mL. Atur pH
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang hingga 9,0±0,05 dengan penambahan asam fosfat P.
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Masukkan 6000 mL larutan ini ke dalam labu yang
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons lain, tambahkan 100 g natrium lauril sulfat P dan
puncakseperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom campur untuk melarutkan. Pindahkan kembali
tidak kurang dari 8200 lempeng teoritis; faktor ikutan campuran ke dalam larutan pertama dan campur.
tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif pada Media disolusi : 900 mL Dapar tris 0,05 M
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. Alat tipe 1 : 100 rpm
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Waktu : 45 menit
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C15H15NO2
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam yang terlarut, menggunakan Prosedur seperti tertera
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung pada Penetapan Kadar. Jika perlu lakukan modifikasi.
jumlah dalam mg asam mefenamat, C15H15NO2, dalam Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
zat dengan rumus: kurang dari 75% (Q) C15H15NO2 dari jumlah yang
tertera pada etiket.
r 
500C  U  Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 rS  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam mg per Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Asam Mefenamat.
Larutan uji Keluarkan isi tidak kurang dari 20
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kapsul, timbang dan tentukan bobot rata-rata isi
rapat, tidak tembus cahaya. kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul yang
telah dicampur, setara dengan lebih kurang 100 mg
asam mefenamat, masukkan ke dalam labu tentukur
500-mL. Tambahkan 10,0 mL tetrahidrofuran P dan
KAPSUL ASAM MEFENAMAT
sonikasi lebih kurang 5 menit dengan sekali-sekali
Mefenamic Acid Capsules diaduk. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda,
campur dan saring.
Kapsul Asam Mefenamat mengandung asam
mefenamat, C15H15NO2, tidak kurang dari 90,0% dan
- 188 -

Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan 5
seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Asam mL etanol P, encerkan dengan Media disolusi hingga
Mefenamat. Hitung jumlah dalam mg asam kadar 10 µg per mL.
mefenamat, C15H15NO2, dalam isi kapsul yang Prosedur Lakukan penetapan jumlah zat
digunakan dengan rumus: C15H15NO2 yang terlarut dengan mengukur serapan
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
r  gelombang serapan maksimum lebih kurang 286 nm.
500C  U  Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
 rS  kurang dari 60% (Q) C15H15NO2 dari jumlah yang
tertera pada etiket.
C adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat. Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran amonium dihidrogen fosfat
0,05 N (atur pH pada 5,0 dengan penambahan amonia
P)-asetonitril P-tetrahidrofuran P (40:46:14), saring
TABLET ASAM MEFENAMAT
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Mefenamic Acid Tablets menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Tablet Asam Mefenamat mengandung asam Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
mefenamat, C15H15NO2, tidak kurang dari 93,0% dan mefenamat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Fase
etiket. gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup tablet setara dengan lebih kurang 100 mg asam
rapat, terlindung cahaya. mefenamat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
mL, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Identifikasi tanda, kocok dan saring. Pipet 5 mL filtrat, masukkan
A. Larutkan sejumlah serbuk tablet setara dengan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan Fase
lebih kurang 25 mg asam mefenamat dalam 15 mL gerak sampai tanda, kocok.
kloroform P, kocok: terjadi fluoresensi hijau kuat jika Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
diamati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram berisi bahan pengisi L1. Lakukan kromatografi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
diperoleh pada Penetapan kadar. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi
C. Larutkan sejumlah serbuk tablet setara dengan kolom tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis; faktor
lebih kurang 20 mg dalam 100 mL campuran asam ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
hidroklorida 1 N-metanol P (1:99), saring. Encerkan pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
sejumlah filtrat hingga kadar 20 µg per mL. Spektrum Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
serapan ultraviolet menunjukkan maksimum pada (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan uji ke
panjang gelombang lebih kurang 279 nm dan 350 nm. dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Disolusi <1231> mefenamat, C15H15NO2, dalam zat dengan rumus:
Media disolusi: Tambahkan 40 mL etanol P dalam
sejumlah volume dapar fosfat pH 8,0 hingga 800 mL. 𝑟𝑈
Alat tipe 2: 75 rpm. ( ) 500𝐶
𝑟𝑆
Waktu: 45 menit.
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan cara
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
spektrofotometri seperti tertera pada Spektrofotometri
uji dan Larutan baku; C adalah kadar Asam
dan Hamburan Cahaya <1191>.
Mefenamat BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
Larutan uji Pipet 3 mL alikot, masukkan de dalam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Media
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
disolusi sampai tanda.
rapat. Simpan di tempat kering.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah lebih
kurang 20 mg Asam mefenamat BPFI, masukkan ke
- 189 -

ASAM NALIDIKSAT lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi


Nalidixic Acid <931>.
Fase gerak Buat campuran etanol P-kloroform P-
amonium hidroksida 5 M (70:20:10).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Nalidiksat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kloroform P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Larutan baku dalam kloroform P hingga kadar lebih
kurang 0,1; 0,04 dan 0,02 mg per mL setara dengan
Asam 1-etil-1,4-dihidro-7-metil-4-okso-1,8- kadar cemaran 0,5%; 0,2% dan 0,1%.
naftiridina-3-karboksilat [389-08-2] Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
C12H12N2O3 BM 232,24 larutkan dan encerkan dengan kloroform P hingga
kadar lebih kurang 20 mg per mL.
Asam Nalidiksat mengandung tidak kurang dari Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C12H12N2O3, 10 L Enceran larutan baku dan Larutan uji pada
dihitung terhadap zat kering. lempeng kromatografi yang dilapisi campuran silika
gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam
Pemerian Serbuk hablur putih sampai kuning sangat bejana kromatograf yang berisi Fase gerak. Biarkan
pucat; tidak berbau. Fase gerak merambat hingga lebih kurang tiga per
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam rambat, biarkan Fase gerak menguap dengan aliran
eter; larut dalam kloroform, dalam diklorometan, udara hangat. Amati bercak di bawah cahaya
dalam larutan alkali hidroksida dan dalam karbonat; ultraviolet 254 nm. Bandingkan setiap bercak lain,
sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam metanol selain bercak utama Larutan uji dengan bercak utama
dan dalam toluena. Enceran larutan baku.

Baku pembanding Asam Nalidiksat BPFI; lakukan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum mg zat, larutkan dalam 30 mL dimetilformamida P
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. yang telah dinetralkan dengan timolftalein LP. Titrasi
dengan litium metoksida 0,1 N LV dalam metanol P
Identifikasi menggunakan pengaduk magnetik dan hindari
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah penyerapan karbon dioksida dari udara.
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Tiap mL litium metoksida 0,1 N
gelombang yang sama seperti pada Asam Nalidiksat setara dengan 23,22 mg C12H12N2O3
BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
natrium hidroksida 0,01 N (1 dalam 200.000) rapat.
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Asam Nalidiksat
BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap TABLET ASAM NALIDIKSAT
zat kering pada panjang gelombang serapan Nalidixic Acid Tablets
maksimum lebih kurang 258 nm: tidak berbeda lebih
dari 3,0%. Tablet Asam Nalidiksat mengandung asam nalidiksat,
C12H12N2O3, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih
Jarak lebur <1021> Antara 225 dan 231. dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Baku pembanding Asam Nalidiksat BPFI; lakukan
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Identifikasi Waktu retensi puncak asam nalidiksat
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang
bpj. diperoleh pada Penetapan kadar.

Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Disolusi <1231>


lebih dari 0,5% dan cemaran total tidak lebih dari Media disolusi : 900 mL dapar pH 8,60; yang dibuat
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi sebagai berikut: campur 2,3 bagian volume natrium
- 190 -

hidroksida 0,2 N; 2,5 bagian volume kalium fosfat sulfanilat dan asam nalidiksat tidak kurang dari 1,
monobasa 0,2 N dan 2,0 bagian volume metanol P. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Jika perlu atur pH dengan penambahan natrium lebih dari 2%.
hidroksida 1 N hingga 8,600,05. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Alat tipe 2 : 60 rpm. volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Waktu : 30 menit Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H12N2O3, kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika jumlah dalam mg asam nalidiksat, C12H12N2O3, dalam
perlu encerkan dengan natrium hidroksida 0,01 N dan serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
serapan larutan baku Asam Nalidiksat BPFI dalam
natrium hidroksida 0,01 N pada panjang gelombang
 12.500  RU 
serapan maksimum 258 nm menggunakan blangko C  
campuran Media disolusi dan natrium hidroksida 0,01  3  RS 
N dalam perbandingan yang sama seperti larutan uji.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak C adalah kadar Asam Nalidiksat BPFI dalam mg per
kurang dari 80% (Q) C12H12N2O3 dari jumlah yang mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
tertera pada etiket.
perbandingan respons puncak asam nalidiksat dan
asam sulfanilat Larutan uji dan Larutan baku.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan 784 mg Kalium fosfat
dibasa P dalam 325 mL air, tambahkan larutan 2,62 g ASAM NITRAT
heksadesiltrimetilamonium bromida dalam 350 mL Nitrate Acid
metanol P. Tambahkan 325 mL metanol P, saring dan
awaudarakan. Larutan mempunyai pH lebih kurang Asam nitrat [7697-37-2]
10. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut HNO3 BM 63,01
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Asam Nitrat mengandung tidak kurang dari 69,0% dan
Larutan baku internal Buat larutan Asam sulfanilat tidak lebih dari 71,0% b/b HNO3
P dalam Fase gerak mengandung lebih kurang 0,8 mg [Perhatian Hindari kontak langsung, dapat merusak
per mL. jaringan dengan cepat].
Larutan baku Buat larutan Asam Nalidiksat BPFI
dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 0,18 mg Pemerian Cairan berasap; sangat korosif; bau khas,
per mL. Pipet 5 mL larutan ini dan 1,0 mL Larutan sangat merangsang. Mendidih pada suhu lebih kurang
baku internal ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan 120; bobot jenis lebih kurang 1,41. Merusak jaringan
dengan metanol P sampai tanda. hewan menjadi kuning.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Identifikasi Menunjukkan reaksi nitrat cara A,B dan
setara dengan lebih kurang 150 mg asam nalidiksat, C seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum
masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, tambahkan <291>.
lebih kurang 400 mL metanol P, sonikasi selama 30
menit. Kocok secara mekanik selama 30 menit, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5 mg (5 bpj);
sonikasi kembali selama 30 menit, encerkan dengan lakukan penetapan menggunakan 70 mL (100 g) zat
metanol P sampai tanda dan saring. Pipet 3 mL filtrat dalam krus yang telah ditara, tambahkan 2 tetes asam
jernih dan 1,0 mL Larutan baku internal ke dalam labu sulfat P, uapkan hingga kering. Pijarkan selama 15
tentukur 25-mL, encerkan dengan metanol P sampai menit.
tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Klorida <361> Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi penetapan menggunakan 35 mL larutan (50 g) zat dan
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm bandingkan kekeruhan dengan 35 μL asam
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang hidroklorida 0,020 N.
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Sulfat <361> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi penetapan sebagai berikut: Pada lebih kurang 28 mL,
relatif asam sulfanilat lebih kurang 0,7 dan asam tambahkan 10 mg natrium karbonat P. Uapkan hingga
nalidiksat 1,0; resolusi, R, antara puncak asam kering, larutkan dalam campuran 4 mL air dan 1 mL
- 191 -

larutan asam hidroklorida P (1 dalam 20) dan saring Semua trans-asam retinoat [302-79-4]
jika perlu. Bilas 2 kali, tiap kali dengan 2 mL air, C20H28O2 BM 300,44
encerkan dengan air hingga 10 mL, tambahkan 1 mL
barium klorida LP. Amati 10 menit setelah Asam Retinoat mengandung tidak kurang dari 97,0%
penambahan larutan barium klorida dan bandingkan dan tidak lebih dari 103,0%, C20H28O2, dihitung
kekeruhan dengan 40 μL asam sulfat 0,020 N. terhadap zat kering.

Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 0,1 bpj; Pemerian Serbuk hablur kuning sampai jingga muda.
lakukan penetapan menggunakan Larutan uji yang
dibuat sebagai berikut: masukkan 210 mL (300 g) zat Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam
ke dalam gelas piala 1000 mL, tambahkan 5 mL asam etanol, dalam kloroform dan dalam metanol.
sulfat P, uapkan hingga terbentuk asap tebal belerang
trioksida. Dinginkan hati-hati, tambahkan 500 mL air, Baku pembanding Isotretinoin BPFI; tidak boleh
uapkan kembali hingga terbentuk asap tebal sulfur dikeringkan sebelum digunakan. Simpan ampul pada
trioksida. Jika perlu ulangi pengenceran dan suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang
penguapan untuk menghilangkan semua asam nitrat. sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
Encerkan hati-hati dengan air hingga 35 mL. dibuka. Asam Retinoat BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan. Simpan ampul dalam lemari
Besi <331> Tidak lebih dari 0,2 bpj; lakukan pembeku, terlindung cahaya, biarkan mencapai suhu
penetapan menggunakan 35 mL (50 g) zat dan ruang sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah
encerkan dengan air hingga 47 mL. ampul dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan
cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 0,2 bpj; pada pelaksanaan prosedur berikut ini].
lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan 70 mL
(100 g) zat dalam gelas piala 250 mL, tambahkan lebih Identifikasi
kurang 10 mg natrium karbonat P, uapkan di atas A. Spektrum serapan inframerah zat yang didis-
tangas uap hingga kering, tambahkan 25 mL air. persikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Kejernihan larutan Kocok di dalam wadah sama seperti pada Asam Retinoat BPFI.
asli, pipet 10 mL ke dalam tabung reaksi berukuran 20 B. Spektrum serapan ultraviolet dari larutan 4 µg
mm x 150 mm. Bandingkan dengan air dalam tabung per mL dalam isopropil alkohol P yang diasamkan,
reaksi lain berukuran sama; cairan sama jernih dan yang dibuat dengan mengencerkan 1 mL asam
bebas dari bahan tersuspensi dan jika dilihat melalui hidroklorida 0,01 N dengan isopropil alkohol P
cahaya transmisi, tidak menunjukkan perbedaan hingga 1000 mL menunjukkan maksimum dan
warna. minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada larutan Asam Retinoat BPFI; daya serap masing-
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 masing dihitung terhadap zat kering, pada panjang
mL zat dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca yang gelombang maksimum lebih kurang 352 nm berbeda
telah ditara, tambahkan 25 mL air. Titrasi dengan tidak lebih dan 3,0%.
natrium hidroksida 1 N LV menggunakan indikator
merah metil LP. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Tiap mL natrium hidroksida 1 N ruang selama 16 jam.
setara dengan63,01 mg HNO3
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Isotretinoin Tidak lebih dari 5,0%; lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
ASAM RETINOAT Fase gerak Buat campuran isooktana P-isopropil
Tretinoin alkohol P-asam asetat glasial P (99,65:0,25:0,1)
Retinoic Acid saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931> .
Larutan kesesuaian sistem I Timbang saksama
sejumlah Asam Retinoat BPFI, larutkan dalam sedikit
metilen klorida P, tambahkan sejumlah isooktana P
hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL.
- 192 -

Larutan baku I Timbang saksama sejumlah GEL ASAM RETINOAT


Isotritinoin BPFI, larutkan dengan sedikit metilen Tretinoin Gel
klorida P, tambahkan isooktana P hingga kadar lebih Retinoic Acid Gel
kurang 250 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem II Pipet 5 mL Larutan Gel Asam Retinoat mengandung Asam Retinoat,
baku I ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan C20H28O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Larutan kesesuaian sistem I sampai tanda. 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku II Pipet 5 mL Larutan baku I ke dalam
labu tentukur 100-mL, tambahkan isooktana P sampai Baku pembanding Asam Retinoat BPFI; simpan
tanda. ampul pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg ruang sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, ampul dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan
larutkan dalam sedikit metilen klorida P, tambahkan cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah
isooktana P sampai tanda. pada pelaksanaan prosedur berikut ini].
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Identifikasi Spektrum serapan yang diperoleh antara
dilengkapi dengan detektor 352 nm dan kolom 4,0 mm panjang gelombang 300 dan 450 nm dari Larutan uji
x 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju aliran lebih pada Penetapan kadar menunjukkan maksimum dan
kurang 1 mL per menit. Suntikkan pada kromatograf minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
lebih kurang 20 μL Larutan kesesuaian sistem II, ukur pada Asam Retinoat BPFI.
respons puncak. Waktu retensi relatif isotretinoin dan
asam retinoat masing-masing lebih kurang 0,84 dan Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
1,00. Simpangan baku relatif dari respons puncak
isotretinoin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Penetapan kadar [Catatan Hindari kontak dengan
2,0% dan resolusi, R, isotretinoin dan asam retinoat cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah
tidak kurang dari 2,0. pada pelaksanaan prosedur berikut ini].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku II Retinoat BPFI, larutkan dan encerkan secara
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kuantitatif, jika perlu secara bertahap dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung kloroform P hingga kadar lebih kurang 3,75 µg per
persentase isotretinoin dengan rumus: mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
𝑟𝑈 𝐶 dengan lebih kurang 375 µg tretinoin, masukkan ke
( ) ( ) 10 dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dalam lebih
𝑟𝑆 𝑊
kurang 70 mL kloroform P, encerkan dengan
C adalah kadar Isotretinoin BPFI dalam µg per mL kloroform P sampai tanda.
Larutan baku II; W adalah bobot zat uji yang Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
digunakan dalam mg; ru dan rs berturut-turut adalah uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
respons puncak isotretinoin dalam Larutan uji dan kurang 365 nm dalam sel 1-cm, menggunakan
Larutan baku. kloroform P sebagai blangko. Hitung jumlah dalam
µg, asam retinoat, C20H28O2, dalam gel yang
Logam berat <371 >Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. digunakan dengan rumus:

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 240 A 


mg zat, larutkan dalam 50 mL dimetilformamida P, 100C  U 
tambahkan 3 tetes larutan biru timol P dalam  AS 
dimetilformamida P (1 dalam 100), titrasi dengan
natrium metoksida 0,1 N LV hingga warna kehijauan. C adalah kadar Asam Retinoat BPFI dalam µg per mL
Lakukan penetapan blangko. Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Larutan uji dan Larutan baku.
Tiap mL natrium metoksida 0,1 N
setara dengan30,04 mg C20H28O2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, lebih baik di dałam gas inert, terlindung cahaya.
- 193 -

KRIM ASAM RETINOAT dilengkapi dengan detektor 365 nm dan kolom 3,9 mm
Tretinoin Cream x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Retinoic Acid Cream partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Krim Asam Retinoat mengandung Asam Retinoat, kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
C20H28O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Baku pembanding Asam Retinoat BPFI; simpan volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku dan
ampul pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ruang sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
ampul dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan jumlah dalam mg asam retinoat, C20H28O2, dalam krim
cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah yang digunakan dengan rumus:
pada pelaksanaan prosedur berikut ini].
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
Identifikasi Waktu retensi puncak utama 𝑟𝑆 𝐶𝑈
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. CS adalah kadar Asam retinoat BPFI dalam µg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar asam retinoat dalam
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. µg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah
Penetapan kadar [Catatan Hindari kontak dengan respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah
pada pelaksanaan prosedur berikut ini. Gunakan Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
penstabil tetrahidrofuran dalam penyiapan Larutan dilipat atau wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
baku dan Larutan uji]. Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. ASAM SALISILAT
Asam fosfat encer Encerkan 10 mL asam fosfat P Salicylic Acid
dengan air hingga 100 mL.
Dapar fosfat Larutkan 1,38 mg natrium fosfat
monobasa P dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,0
dengan penambahan Asam fosfat encer. Saring dan
awaudarakan.
Pengencer Campuran air-Asam fosfat encer (9:1).
Fase gerak [Catatan Dapar fosfat dan Asam salisilat [69-72-7]
tetrahidrofuran disaring dan diawaudarakan secara C7H6O3 BM 138,12
terpisah sebelum dicampur]. Buat campuran Dapar
fosfat–tetrahidrofuran P (58:42). Jika perlu lakukan Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera 98,0%dan tidak lebih dari 102,0%, C7H6O3, dihitung
pada Kromatografi <931>. terhadap zat kering.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Retinoat BPFI, larutkan dalam tetrahidrofuran P Pemerian Hablur putih; biasanya berbentuk jarum
hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. Pipet halus atau serbuk halus putih; rasa agak manis, tajam
sejumlah volume larutan, encerkan secara kuantitatif dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan
dan jika perlu bertahap dengan campuran tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami
tetrahidrofuran P-Pengencer (3:2) hingga kadar lebih dapat berwarna kekuningan atau merah muda dan
kurang 4 µg per mL. berbau lemah mirip mint.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
dengan lebih kurang 1,0 mg asam retinoat, masukkan Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam
ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 20,0 mL benzen,larut dalam air mendidih;mudah larut dalam
tetrahidrofuran P. Kocok labu, jika perlu encerkan etanol dan dalam eter; agak sukar larut dalam
dengan tetrahidrofuran P sampai tanda, saring. Pipet kloroform.
sejumlah volume larutan, encerkan secara kuantitatif
dan jika perlu bertahap dengan campuran Baku pembanding Fenol BPFI; tidak boleh
tetrahidrofuran P-Pengencer (3:2) hingga kadar lebih dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
kurang 4 µg per mL. terlindung dari udara dan cahaya, dalam lemari
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada pendingin. Asam salisilat BPFI; Tidak boleh
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
- 194 -

Senyawa sejenis A Asam Salisilat BPFI; Senyawa Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
sejenis B Asam Salisilat BPFI. larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
50 mg per mL. Sonikasi sampai larut sempurna.
Identifikasi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan berukuran 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
seperti pada Asam salisilat BPFI. 0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku dan Larutan identifikasi puncak, rekam
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
diperoleh pada Penetapan kadar. pada Prosedur: resolusi, R, antara masing-masing
puncak terhadap Larutan baku tidak kurang dari 2,0.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Identifikasi masing-masing puncak menggunakan
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam. waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.
Tabel
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan
penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat Nama
Waktu retensi Batas
sebagai berikut: panaskan 1,5 g zat dalam 75 mL air relatif (%)
hingga larut, dinginkan, tambahkan air sampai volume Senyawa sejenis A 0,35 0,1
semula dan saring: 25 mL filtrat tidak lebih keruh dari asam salisilat
0,10 mL asam hidroklorida 0,020 N. Senyawa sejenis B 0,45 0,05
asam salisilat
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,02%; lakukan Fenol 0,50 0,02
penetapan sebagai berikut: larutkan 1,0 g zat dalam Asam salisilat 1,0 -
campuran etanol P-air (1:1): tidak lebih keruh dari 0,2 Cemaran lain - 0,05
mL asam sulfat 0,020 N. Total cemaran - 0,2

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 25 mL volume sama (lebih kurang 2 L) Larutan baku dan
aseton P, tambahkan 2 mL air. Tambahkan 1,2 mL Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tioasetamid-gliserin basa LP dan 2 mL dapar asetat kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
pH 3,5, diamkan selama 5 menit: warna yang terjadi persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
tidak lebih gelap dari larutan pembanding yang dibuat
dari 25 mL aseton P ditambah 2 mL Larutan baku 𝑟𝑖 𝐶𝑆
timbal, yang diperlakukan sama. ( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Kromatografi <931>. masing-masing cemaran dalam Larutan Uji dan
Fase gerak Campuran metanol P- asam asetat Larutan baku; CS adalah kadar baku cemaran dalam
glasial P-air (40:1:60), yang dibuat dengan mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar asam
menambahkan 10 mL asam asetat glasial P ke dalam salisilat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
larutan yang berisi 400 mL metanol P dan 600 mL air. bobot yang ditimbang. Hitung persentase masing-
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan masing cemaran lain dalam zat yang ditimbang dengan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera rumus:
pada Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran metanol P-asam asetat
𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
glasial P-air(70:4:30). 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
sejumlah Fenol BPFI, larutkan dalam Pengencer ri adalah respon puncak masing-masing cemaran lain
hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. dari Larutan uji; rS adalah respon puncak senyawa
Larutan baku Timbang saksama masing-masing sejenis B asam salisilat dari Larutan baku; CS, adalah
sejumlah Senyawa sejenis A Asam Salisilat BPFI, kadar Senyawa sejenis B asam salisilat BPFI dalam
Senyawa Sejenis B Asam Salisilat BPFI, Fenol BPFI mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar asam
dan Asam Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan salisilat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih bobot yang ditimbang.
kurang 0,05; 0,025; 0,01 dan 0,5 mg per mL.
- 195 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara M. Tambahkan asam hidroklorida 2 N: warna larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada hilang dan terbentuk endapan hablur putih.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-asam asetat Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
glasial P-air (40:1:60), yang dibuat dengan
menambahkan 10 mL asam asetat glasial P ke dalam Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah salep
larutan yang berisi 400 mL metanol P dan 600 mL air. setara dengan lebih kurang 250 mg asam salisilat,
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan larutkan dalam 20 mL etanol P yang telah dinetralkan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera dengan merah fenol LP dan tambahkan 20 mL eter P.
pada Kromatografi <931>. Titrasi dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N LV,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam menggunakan larutan merah fenol LP sebagai
Salisilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase indikator. Lakukan penetapan blangko.
gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Jika
perlu lakukan sonikasi. Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, setara dengan 13,81 mg C7H6O3
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Jika perlu lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
sonikasi. baik.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1, dengan ASAM SITRAT ANHIDRAT
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per Anhydrous Citric Acid
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
2,5; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 0,73%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan uji dan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak utama. Hitung persentase asam salisilat, Asam sitrat [77-92-9]
C7H6O3, dalam zat yang digunakan dengan rumus: C6H8O7 BM 192,1

Asam Sitrat Anhidrat mengandung tidak kurang dari


 rU   CS 
     100 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O7, dihitung
 rS   CU  terhadap zat anhidrat.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam hablur granul sampai halus; putih. Melebur pada suhu
Salisilat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU lebih kurang 153° yang disertai peruraian.
adalah kadar asam salisilat dalam mg per mL Larutan
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol; sangat sukar larut dalam eter.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
tertutup baik. Baku pembanding Asam sitrat BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam, sebelum
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Zat ini
adalah bentuk anhidrat dari asam sitrat. Endotoksin
SALEP ASAM SALISILAT BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
Salicylic Acid Ointment dan isi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan
Salep Asam Salisilat mengandung asam salisilat, dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
C7H6O3, dalam dasar salep yang dapat dibilas dengan hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
air tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari pembeku.
105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
Identifikasi Kocok 1 g salep dengan 10 mL air, saring, telah dikeringkan pada suhu 105° selama 2 jam dan
tambahkan larutan besi(II) klorida LP: terjadi warna didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan
ungu kemerahan dengan penambahan asam asetat 6
- 196 -

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan baku Campur 2,0 mL Larutan baku
sama seperti pada Asam Sitrat BPFI. aluminium, 10 mL Dapar asetat pH 6,0, dan 98 mL
air. Lakukan seperti yang tertera pada Larutan uji.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan Blangko Campur 10 mL Dapar asetat pH 6,0 dan
penetapan menggunakan 2,0 g zat. 100 mL air. Lakukan seperti yang tertera pada Larutan
uji.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Prosedur Ukur intensitas fluorosensi Larutan uji
penetapan menggunakan 1,0 g zat. dan Larutan baku pada panjang gelombang eksitasi
392 nm dan panjang gelombang emisi 518 nm:
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj. fluorosensi Larutan uji tidak lebih intensif dari
Larutan baku.
Sulfat Tidak lebih dari 0,015%.
Larutan baku sulfat A Buat larutan kalium sulfat Asam oksalat Tidak lebih dari 0,036%.
1,81 mg per mL dalam larutan etanol P 30%. Segera Larutan uji persediaan Timbang 800 mg zat,
sebelum digunakan, pipet 10 mL larutan ini, masukkan larutkan dalam 4 mL air.
ke dalam labu tentukur 1000-mL dan encerkan dengan Larutan uji Pada Larutan uji persediaan
larutan etanol P 30% sampai tanda. Larutan ini tambahkan 3 mL asam hidroklorida P dan 1 g zink
mengandung sulfat 10 μg per mL. granul. Didihkan selama 1 menit lalu diamkan selama
Larutan baku sulfat B Buat larutan kalium sulfat 2 menit. Pindahkan lapisan atas ke dalam tabung
1,81 mg per mL dalam air. Segera sebelum digunakan, reaksi yang berisi 0,2 mL larutan fenilhidrazin
pipet 10 mL larutan ini masukkan ke dalam labu hidroklorida P (1 dalam 100) dan panaskan hingga
tentukur 1000-mL dan encerkan dengan air hingga mendidih. Segera dinginkan dan pindahkan ke dalam
tanda. Larutan ini mengandung sulfat 10 μg per mL. gelas ukur. Tambahkan asam hidroklorida P dengan
Larutan uji persediaan Buat larutan asam sitrat volume sama dan 0,25 mL larutan kalium besi(III)
anhidrat dengan kadar 66,7 mg per mL. sianida P (1 dalam 20). Kocok dan diamkan selama 30
Larutan uji Pada 4,5 mL Larutan baku sulfat A menit.
tambahkan 3 mL larutan barium klorida P (1 dalam 4), Larutan baku Lakukan seperti yang tertera pada
kocok dan diamkan selama 1 menit. Pada 2,5 mL Larutan uji, kecuali Larutan uji persediaan diganti
suspensi yang terbentuk, tambahkan 15 mL Larutan dengan 4 mL larutan asam oksalat 100 μg per mL,
uji persediaan dan 0,5 mL asam asetat 5 N, campur. setara dengan asam oksalat anhidrat 71,4 μg per mL.
Larutan baku Lakukan seperti yang tertera pada [Catatan Lakukan bersamaan dengan Larutan uji]
Larutan uji, kecuali Larutan uji persediaan diganti Intensitas warna merah muda yang terjadi pada
dengan 15 mL Larutan baku sulfat B. Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan baku.
Setelah didiamkan selama 5 menit kekeruhan yang
terbentuk dari Larutan uji tidak lebih keruh dari Endotoksin bakteri <201> Sesuai dengan persyaratan
Larutan baku. yang terdapat pada monografi bentuk sediaan yang
menggunakan asam sitrat anhidrat. Jika pada penandaan
Aluminium (jika pada etiket tertera untuk dialisis) disebutkan asam sitrat anhidrat digunakan untuk diproses
Tidak lebih dari 0,2 bpj. lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, maka
Larutan baku aluminium Timbang 352 mg gunakan persyaratan pada bentuk sediaan tersebut.
aluminium kalium sulfat, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan sedikit air, goyang Sterilitas <71> (jika pada etiket tertera steril)
hingga larut. Tambahkan 10 mL asam sulfat encer LP Memenuhi syarat uji Sterilitas <71> sesuai monografi
dan encerkan dengan air sampai tanda. Segera bentuk sediaan yang mengandung asam sitrat anhidrat.
sebelum digunakan, pipet 1 mL larutan ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Kejernihan larutan
Dapar asetat pH 6,0 Timbang 50 g amonium asetat, [Catatan Larutan uji dibandingkan dengan suspensi baku
larutkan dalam 150 mL air. Atur pH hingga 6,0 dengan A yang telah terpapar sinar matahari selama 5 menit
penambahan asam asetat glasial P. Encerkan dengan setelah pembuatan suspensi baku A]
air sampai 250 mL. Larutan hidrazina sulfat Buat larutan hidrazina sulfat 10
Larutan uji Timbang 20,0 g zat, larutkan dalam 100 mg per mL dalam air, diamkan selama 4 – 6 jam sebelum
mL air dan tambahkan 10 mL Dapar asetat pH 6,0. digunakan.
Ekstraksi larutan ini tiga kali, tiap kali dengan 20, 20, Larutan metenamin Timbang 2,5 g metenamin dan
dan 10 mL larutan 8-hidroksikuinolin 0,5% dalam masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL bersumbat
kloroform P. Kumpulkan ekstrak kloroform dalam kaca. Tambahkan 25,0 mL air, tutup, dan campur hingga
labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan kloroform larut.
P sampai tanda. Suspensi opalesen primer Pindahkan 25,0 mL larutan
hidrazina sulfat ke Larutan metenamin dalam labu
Erlenmeyer 100 mL bersumbat kaca, campur dan diamkan
- 197 -

selama 24 jam [Catatan Larutan ini stabil selama 2 bulan, jumlah volume sama ke dalam tabung terpisah yang sesuai
pastikan disimpan dalam wadah gelas yang bebas cacat untuk air. Bandingkan secara visual Larutan uji dan air
pada permukaannya. Suspensi tidak boleh melekat pada dalam paparan difusi cahaya matahari, amati secara
dinding wadah dan kocok sampai tercampur dengan baik vertikal dengan latar belakang putih sesuai seperti yang
sebelum digunakan]. tertera pada Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya
Baku opalesen Encerkan 15 mL Suspensi opalesen <1191>: Larutan uji tidak menunjukkan intensitas warna
primer dengan air hingga 1000 mL [Catatan Gunakan lebih intensif dari air. Jika intensitas warna lebih intensif
larutan sebelum 24 jam]. dari air, lakukan Prosedur 2.
Suspensi baku A Encerkan 5,0 mL Baku opalesen Prosedur 2 Pindahkan sejumlah volume sama Larutan
dengan 95 mL air. baku A, Larutan baku B, dan Larutan baku C ke dalam
Suspensi baku B Encerkan 10,0 mL Baku opalesen tabung yang memiliki persyaratan tidak berwarna,
dengan 90 mL air. transparan, dari bahan kaca yang bersifat netral dengan
Larutan uji Buat larutan zat 200 mg per mL dalam air. dasar rata, dan diameter dalam 15-25 mm agar tercapai
Prosedur Pindahkan sejumlah volume Larutan uji ke kedalaman tabung sekitar 40 mm. Bandingkan secara
dalam tabung reaksi yang memiliki persyaratan tidak visual Larutan uji dari Prosedur 1 terhadap Larutan baku
berwarna, transparan, dari bahan kaca yang bersifat netral A, Larutan baku B dan Larutan baku C dalam paparan
dengan dasar rata, dan diameter dalam 15-25 mm agar difusi cahaya matahari, amati secara vertikal dengan latar
tercapai kedalaman tabung sekitar 40 mm. Pindahkan belakang putih seperti yang tertera pada Spektrofotometer
dengan jumlah volume yang sama ke tabung reaksi dan Hamburan Cahaya <1191>: Larutan uji tidak
terpisah Suspensi baku A, Suspensi baku B, dan air. menunjukkan intensitas warna lebih intensif dari Larutan
Bandingkan secara visual Larutan uji, Suspensi baku A, baku A, B, dan C.
Suspensi baku B, dan air. Di bawah paparan cahaya
matahari, amati secara vertikal dengan latar belakang Zat mudah terarangkan Masukkan 1,0 g zat yang
hitam sesuai seperti yang tertera pada Spektrofotometer sudah diserbukkan ke dalam tabung dengan ukuran 22
dan Hamburan Cahaya <1191> [Catatan Difusi cahaya × 175 mm yang telah dibilas dengan 10 mL asam
pada Suspensi baku A harus terlihat lebih jelas dari air sulfat P dan tiriskan selama 10 menit. Tambahkan 10
dan difusi cahaya pada Suspensi baku B harus terlihat mL asam sulfat P, goyang sampai larut sempurna dan
lebih jelas dari Suspensi baku A]: Larutan uji celupkan dalam tangas air pada suhu 90 ± 1 selama
menunjukkan kejernihan yang sama dengan air atau 60 ± 0,5 menit, jaga permukaan asam di bawah
opalesensinya tidak lebih dari Suspensi baku A. permukaan air selama pemanasan. Dinginkan tabung
dengan air mengalir dan pindahkan larutan asam ke
Warna larutan dalam tabung pembanding warna: warna asam tidak
Larutan baku persediaan A Buat campuran besi(III) lebih tua dari volume sama Larutan padanan K seperti
klorida LK-kobalt(I) klorida LK-asam hidroklorida P tertera pada Warna dan Akromisitas <1291> dalam
encer (10 g per liter) (2,4: 0,6: 7,0). tabung padanan, tabung diamati vertikal dengan latar
Larutan baku persediaan B Buat campuran besi(III) belakang putih.
klorida LK-kobalt(I) klorida LK-tembaga(II) sulfat LK-
asam hidroklorida P encer (10 g per liter) (2,4:1,0:0,4: Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 550
6,2). mg zat. Larutkan dalam 50 mL air, tambahkan 0,5 mL
Larutan baku persediaan C Buat campuran besi (III) indikator fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium
klorida LK-kobalt(I) klorida LK-tembaga(II) sulfat LK hidroksida 1 N LV.
(9,6:0
,2:0,2). Tiap mL natrium hidroksida 1 N
[Catatan Buat Larutan baku segera sebelum digunakan] setara dengan 64,03 mg C6H8O7
Larutan baku A Encerkan 2,5 mL Larutan baku
persediaan A dengan asam hidroklorida P encer (10 g per Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
liter) hingga 100 mL. rapat.
Larutan baku B Encerkan 2,5 mL Larutan baku
persediaan B dengan asam hidroklorida P encer (10 g per Penandaan Pada etiket tertera jika asam sitrat
liter) hingga 100 mL. anhidrat digunakan untuk larutan dialisis atau jika
Larutan baku C Encerkan 0,75 mL Larutan baku perlu diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan
persediaan C dengan asam hidroklorida P encer (10 g per injeksi yang mempersyaratkan tingkat endotoksin
liter) hingga 100 mL. bakteri. Pada etiket dinyatakan steril, harus sudah
Larutan uji Buat larutan zat 200 mg per mL dalam air. dilakukan uji sterilitas.
Prosedur 1 Pindahkan sejumlah volume Larutan uji ke
dalam tabung yang memiliki persyaratan tidak berwarna,
transparan, dari bahan kaca yang bersifat netral dengan
dasar rata, dan diameter dalam 15-25 mm agar tercapai
kedalaman tabung sekitar 40 mm. Pindahkan dengan
- 198 -

ASAM SITRAT MONOHIDRAT pipet 10 mL larutan ini masukkan ke dalam labu


Citric Acid Monohydrate tentukur 1000-mL dan encerkan dengan air sampai
tanda. Larutan ini mengandung sulfat 10 μg per mL.
Larutan uji persediaan Buat larutan asam sitrat
anhidrat dengan kadar 66,7 mg per mL.
Larutan uji Pada 4,5 mL Larutan baku sulfat A
tambahkan 3 mL larutan barium klorida P (1 dalam 4),
kocok dan diamkan selama 1 menit. Pada 2,5 mL
suspensi yang terbentuk, tambahkan 15 mL Larutan
uji persediaan dan 0,5 mL asam asetat 5 N, campur.
Asam sitrat monohidrat Larutan baku Lakukan seperti yang tertera pada
C6H8O7.H2O [5949-29-1] BM 210,14 Larutan uji, kecuali Larutan uji persediaan diganti
dengan 15 mL Larutan baku sulfat B. Setelah
Asam Sitrat Monohidrat mengandung satu molekul air didiamkan selama 5 menit kekeruhan yang terbentuk
hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak dari Larutan uji tidak lebih dari Larutan baku.
lebih dari 100,5% C6H8O7, dihitung terhadap zat
anhidrat. Aluminium (jika pada etiket tertera untuk dialisis)
Tidak lebih dari 0,2 bpj.
Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk Larutan baku aluminium Timbang 352 mg
hablur granul sampai halus; putih. Mengembang di aluminium kalium sulfat, masukkan ke dalam labu
udara kering. tentukur 100-mL, tambahkan sedikit air, goyang
hingga larut. Tambahkan 10 mL asam sulfat encer LP
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dan encerkan dengan air sampai tanda. Segera
dalam etanol; sangat sukar larut dalam eter. sebelum digunakan, pipet 1 mL larutan ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Baku pembanding Asam sitrat BPFI; lakukan Dapar asetat pH 6,0 Timbang 50 g amonium asetat,
pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam, sebelum larutkan dalam 150 mL air. Atur pH hingga 6,0 dengan
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Zat ini penambahan asam asetat glasial P. Encerkan dengan
adalah bentuk anhidrat dari asam sitrat. Endotoksin air sampai 250 mL.
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial Larutan uji Timbang 20,0 g zat, larutkan dalam 100
dan isi harus hati-hati untuk menghindari mL air dan tambahkan 10 mL Dapar asetat pH 6,0.
kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan Ekstraksi larutan ini tiga kali, tiap kali dengan 20, 20,
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 dan 10 mL larutan 8-hidroksikuinolin 0,5% dalam
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari kloroform P. Gabungkan ekstrak kloroform dalam
pembeku. labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan kloroform
P sampai tanda.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan baku Campur 2,0 mL Larutan baku
telah dikeringkan pada suhu 105° selama 2 jam dan aluminium, 10 mL Dapar asetat pH 6,0, dan 98 mL
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan air. Lakukan seperti yang tertera pada Larutan uji.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Blangko Campur 10 mL Dapar asetat pH 6,0 dan
sama seperti pada Asam Sitrat BPFI. 100 mL air. Lakukan seperti yang tertera pada Larutan
uji.
Air <1031> Metode I Antara 7,5% dan 9,0%; lakukan Prosedur Ukur intensitas fluorosensi pada panjang
penetapan menggunakan 0,5 g zat. gelombang eksitasi 392 nm dan panjang gelombang
emisi 518 nm: fluorosensi dari Larutan uji tidak lebih
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan intensif dari Larutan baku.
penetapan menggunakan 1,0 g zat.
Asam oksalat Tidak lebih dari 0,036%.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj. Larutan uji persediaan Timbang 800 mg zat,
larutkan dalam 4 mL air.
Sulfat Tidak lebih dari 0,015%. Larutan uji Pada Larutan uji persediaan
Larutan baku sulfat A Buat larutan kalium sulfat tambahkan 3 mL asam hidroklorida P dan 1 g zink
1,81 mg per mL dalam larutan etanol P 30%. Segera granul. Didihkan selama 1 menit lalu diamkan selama
sebelum digunakan, pipet 10 mL larutan ini, masukkan 2 menit. Pindahkan lapisan atas ke dalam tabung
ke dalam labu tentukur 1000-mL dan encerkan dengan reaksi yang berisi 0,2 mL larutan fenilhidrazin
larutan etanol P 30% hinga tanda. Larutan ini hidroklorida P (1 dalam 100) dan panaskan hingga
mengandung sulfat 10 μg per mL. mendidih. Segera dinginkan dan pindahkan ke dalam
Larutan baku sulfat B Buat larutan kalium sulfat gelas ukur. Tambahkan asam hidroklorida P dengan
1,81 mg per mL dalam air. Segera sebelum digunakan, volume sama dan 0,25 mL larutan kalium besi(III)
- 199 -

sianida P (1 dalam 20). Kocok dan diamkan selama 30 hitam sesuai seperti yang tertera pada Spektrofotometer
menit. dan Hamburan Cahaya <1191>. [Catatan Difusi cahaya
Larutan baku Lakukan seperti yang tertera pada pada Suspensi baku A harus terlihat lebih jelas dari air
Larutan uji, kecuali Larutan uji persediaan diganti dan difusi cahaya pada Suspensi baku B harus terlihat
dengan 4 mL larutan asam oksalat 100 μg per mL, lebih jelas dari Suspensi baku A].
setara dengan asam oksalat anhidrat 71,4 μg per mL. Larutan uji menunjukkan kejernihan yang sama dengan
[Catatan Lakukan bersamaan dengan Larutan uji] air atau opalesensinya tidak lebih dari Suspensi baku A.
Intensitas warna merah muda yang terjadi pada
Larutan uji tidak lebih intensif dari Larutan baku. Warna larutan
Larutan baku persediaan A Buat campuran besi(III)
Endotoksin bakteri <201> Sesuai dengan persyaratan klorida LK, kobalt(I) klorida LK, dan asam hidroklorida P
yang terdapat pada monografi bentuk sediaan dimana encer (10 g per liter) (2,4: 0,6: 7,0).
asam sitrat monohidrat digunakan. Jika pada penandaan Larutan baku persediaan B Buat campuran besi(III)
disebutkan asam sitrat monohidrat digunakan untuk klorida LK, kobalt(I) klorida LK, tembaga(II) sulfat LK
diproses selanjutnya dalam pembuatan injeksi, maka dan asam hidroklorida P encer (10 g per liter) (2,4:1,0:0,4:
gunakan persyaratan pada bentuk sediaan tersebut. 6,2).
Larutan baku persediaan C Buat campuran besi(III)
Sterilitas <71> (jika pada etiket tertera steril) klorida LK, kobalt(I) klorida LK dan tembaga(II) sulfat LK
Memenuhi syarat uji Sterilitas <71> sesuai monografi (9,6:0,2:0,2).
bentuk sediaan yang mengandung asam sitrat [Catatan Buat Larutan baku segera sebelum digunakan]
monohidrat. Larutan baku A Encerkan 2,5 mL Larutan baku
persediaan A dengan asam hidroklorida P encer (10 g per
Kejernihan larutan liter) hingga 100 mL.
[Catatan: Larutan uji dibandingkan dengan suspensi baku Larutan baku B Encerkan 2,5 mL Larutan baku
A yang telah terpapar sinar matahari selama 5 menit persediaan B dengan asam hidroklorida P encer (10 g per
setelah pembuatan suspensi baku A] liter) hingga 100 mL.
Larutan hidrazina sulfat Buat larutan hidrazina sulfat 10 Larutan baku C Encerkan 0,75 mL Larutan baku
mg per mL dalam air, diamkan selama 4 – 6 jam sebelum persediaan C dengan asam hidroklorida P encer (10 g per
digunakan. liter) hingga 100 mL.
Larutan metenamin Timbang 2,5 g metenamin dan Larutan uji Buat seperti pada uji Kejernihan larutan.
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL bersumbat Prosedur 1 Pindahkan sejumlah volume Larutan uji ke
kaca. Tambahkan 25,0 mL air, tutup, dan campur hingga dalam tabung yang memiliki persyaratan tidak berwarna,
larut. transparan, dari bahan kaca yang bersifat netral dengan
Suspensi opalesen primer Pindahkan 25,0 mL larutan dasar rata, dan diameter dalam 15-25 mm agar tercapai
hidrazina sulfat ke Larutan metenamin dalam labu kedalaman tabung sekitar 40 mm. Pindahkan dengan
Erlenmeyer 100 mL bersumbat kaca, campur dan diamkan jumlah volume sama ke dalam tabung terpisah yang sesuai
selama 24 jam [Catatan Larutan ini stabil selama 2 bulan, untuk air. Bandingkan secara visual Larutan uji dan air
pastikan disimpan dalam wadah gelas yang bebas cacat dalam paparan difusi cahaya matahari, amati secara
pada permukaannya. Suspensi tidak boleh melekat pada vertikal dengan latar belakang putih sesuai seperti yang
dinding wadah dan kocok sampai tercampur dengan baik tertera pada Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya
sebelum digunakan]. <1191>: Larutan uji tidak menunjukkan intensitas warna
Baku opalesen Encerkan 15 mL Suspensi opalesen lebih intensif dari air. Jika intensitas warna lebih intensif
primer dengan air hingga 1000 mL [Catatan Gunakan dari air lakukan Prosedur 2.
larutan sebelum 24 jam]. Prosedur 2 Pindahkan sejumlah volume sama Larutan
Suspensi baku A Encerkan 5,0 mL Baku opalesen baku A, Larutan baku B, dan Larutan baku C ke dalam
dengan 95 mL air. tabung yang memiliki persyaratan tidak berwarna,
Suspensi baku B Encerkan 10,0 mL Baku opalesen transparan, dari bahan kaca yang bersifat netral dengan
dengan 90 mL air. dasar rata, dan diameter dalam 15-25 mm agar tercapai
Larutan uji Buat larutan zat 200 mg per mL dalam air. kedalaman tabung sekitar 40 mm. Bandingkan secara
Prosedur Pindahkan sejumlah volume Larutan uji ke visual Larutan uji dari Prosedur 1 terhadap Larutan baku
dalam tabung reaksi yang memiliki persyaratan tidak A, Larutan baku B dan Larutan baku C dalam paparan
berwarna, transparan, dari bahan kaca yang bersifat netral difusi cahaya matahari, amati secara vertikal dengan latar
dengan dasar rata, dan diameter dalam 15-25 mm agar belakang putih seperti yang tertera pada Spektrofotometer
tercapai kedalaman tabung sekitar 40 mm. Pindahkan dan Hamburan Cahaya <1191>: Larutan uji tidak
dengan jumlah volume yang sama ke tabung reaksi menunjukkan intensitas warna lebih intensif dari Larutan
terpisah Suspensi baku A, Suspensi baku B, dan air. baku A, B, dan C.
Bandingkan secara visual Larutan uji, Suspensi baku A,
Suspensi baku B, dan air. Di bawah paparan cahaya Zat mudah terarangkan Masukkan 1,0 g zat yang
matahari, amati secara vertikal dengan latar belakang sudah diserbukkan ke dalam tabung dengan ukuran 22
- 200 -

x 175 mm yang telah dibilas dengan 10 mL asam sulfat Jarak lebur <1021> Antara 132 dan 135.
P dan tiriskan selama 10 menit. Tambahkan 10 mL
asam sulfat P, goyang sampai larut sempurna dan Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
celupkan dalam tangas air pada suhu 90 ± 1 selama
60 ± 0,5 menit, jaga permukaan asam di bawah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
permukaan air selama pemanasan. Dinginkan tabung
dengan air mengalir dan pindahkan larutan asam ke Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10
dalam tabung pembanding warna: warna asam tidak bpj.
lebih tua dari volume sama Larutan padanan K seperti
tertera pada Warna dan Akromisitas <1291> dalam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
tabung padanan, tabung diamati vertikal dengan latar mg zat, larutkan dalam campuran 50 mL metanol P
belakang putih. dan 25 mL air, yang sebelumnya telah dinetralkan
dengan natrium hidroksida 0,02 N. Tambahkan
Penetapan kadar Timbang saksama 550 mg zat, Fenolftalein LP sampai terjadi warna merah muda
larutkan dalam 50 mL air. Tambahkan 0,5 mL yang stabil selama tidak kurang dari 30 detik.
indikator fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium
hidroksida 1 N LV. Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
setara dengan11,21 mg C6H8O2
Tiap mL natrium hidroksida 1 N
setara dengan 64,03 mg C6H8O7 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya dan hindarkan dari panas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. berlebih.

Penandaan Pada etiket tertera jika asam sitrat monohidrat


digunakan untuk larutan dialisis atau jika diproses ASAM SULFAT
selanjutnya dalam pembuatan sediaan injeksi yang Sulfuric Acid
mempersyaratkan tingkat endotoksin bakteri. Jika pada
etiket dinyatakan steril, harus sudah dilakukan uji sterilitas. Asam sulfat [7664-93-9]
H2SO4 BM 98,07

ASAM SORBAT Asam Sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan
Sorbic Acid tidak lebih dari 98,0% b/b H2SO4.
[Perhatian Bila asam sulfat akan dicampur dengan
H H
cairan lain, selalu tambahkan asam kedalam cairan
pengencer dan lakukan dengan sangat hati-hati].
H3C C C
C C COOH
Pemerian Cairan jernih seperti minyak; tidak
H H berwarna; bau sangat tajam dan korosif, Bobot jenis
lebih kurang 1,84.
Asam sorbat [110-44-1]
C6H8O2 BM 112,13 Kelarutan Bercampur dengan air dan dengan etanol,
dengan menimbulkan panas.
Asam Sorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 101,0%, C6H8O2, dihitung Identifikasi Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan
terhadap zat anhidrat. C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

Pemerian Serbuk hablur putih; mengalir bebas; bau Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,005%
khas. lakukan penetapan dengan menguapkan 22 mL (40 g)
zat hingga kering dan pijarkan: residu tidak lebih dari
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol 2 mg.
dan dalam eter.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,005%; lakukan
Identifikasi penetapan menggunakan 1,1 mL (2,0 g) zat; encerkan
A. Pada larutan 200 mg zat dalam etanol P, dalam air dan bandingkan kekeruhan dengan 0,15 mL
tambahkan beberapa tetes air brom LP: warna hilang. asam hidroklorida 0,020 N.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
isopropanolol P (1 dalam 400.000) menunjukkan Arsen <321> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan
maksimum pada panjang gelombang 254 2 nm. menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai berikut:
Pada 3 mL asam nitrat P dan 20 mL air, tambahkan
- 201 -

1,6 mL (3,0 g) zat, uapkan sampai terjadi asap tebal Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
belerang trioksida. Dinginkan, bilas larutan hati-hati dalam etanol.
dengan 50 mL air ke dalam labu generator arsin.
Larutan memenuhi Uji batas arsen tanpa penambahan Identifikasi
20 mL larutan asam sulfat P (1 dalam 5) seperti tertera A. Menunjukkan reaksi Tartrat seperti tertera pada
pada Prosedur. Uji Identifikasi Umum <291>.
B. Jika dipijarkan, perlahan-lahan terurai, bau
Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan seperti gula terbakar (perbedaan dari Asam Sitrat).
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
berikut : Pada lebih kurang 10 mg natrium karbonat P Rotasi jenis <1081> Antara +12,0º dan +13,0º;
yang dilarutkan dalam 10 mL air, tambahkan 2,2 mL dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan
(4,0g) zat. Panaskan hingga hampir kering, tambahkan menggunakan larutan yang mengandung 2 g zat per 10
1 mL asam asetat 1 N pada residu dan encerkan mL.
dengan air hingga 25 mL.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Zat pereduksi Encerkan hati-hati 4,4 mL (8,0 g) zat lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P
dengan lebih kurang 50 mL air es, jaga larutan tetap selama 3 jam.
dingin selama penambahan. Tambahkan 0,10 mL
kalium permanganant 0,10 N: larutan tetap berwarna Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
merah muda selama 5 menit.
Oksalat Netralkan 10 mL larutan zat (1 dalam 10)
Penetapan kadar Timbang saksama labu bersumbat dengan amonium hidroksida 6 N dan tambahkan 10
kaca yang berisi 20 mL air, masukkan lebih kurang 1 mL kalsium sulfat LP: tidak terbentuk kekeruhan.
mL zat uji, timbang lagi untuk mendapatkan bobot zat
uji. Encerkan dengan lebih kurang 25 mL air, Sulfat <361> Pada 10 mL larutan zat (1 dalam 100)
dinginkan dan tambahkan jingga metil LP, titrasi tambahkan 3 tetes asam hidroklorida P dan 1 mL
dengan natrium hidroksida 1 N LV. barium klorida LP: tidak terbentuk kekeruhan.

Tiap mL natrium hidroksia 1N Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10
setara dengan49,04 mg H2SO4 bpj.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g
rapat. zat yang sebelumnya telah dikeringkan, masukkan ke
dalam labu Erlenmeyer. Larutkan dalam 40 mL air,
tambahkan Fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium
ASAM TARTRAT hidroksida 1 N LV.
Tartaric acid
Tiap mL natrium hidroksida 1 N
COOH setara dengan75,04 mg C4H6O6

H C OH Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

HO C H
ASAM TRANEKSAMAT
COOH Tranexamic Acid

Asam tartrat [526-83-0]


L-(+)- Asam tartrat [87-69-4]
C4H6O6 BM 150,09

Asam Tartrat yang dikeringkan di atas fosfor


pentoksida P selama 3 jam, mengandung tidak kurang
dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5%, C4H6O6.

Pemerian Hablur tidak berwarna atau bening atau Asam trans-4-(Aminometil) sikloheksankarboksilat
serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak [1197-18-8]
berbau; rasa asam dan stabil di udara. C8H15NO2 BM 157,2
- 202 -

Asam traneksamat mengandung tidak kurang dari Enceran larutan uji Pipet 5,0 mL Larutan uji,
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C8H15NO2, encerkan dengan air hingga 100,0 mL. Pipet 1,0 mL
dihitung terhadap zat kering. larutan ini, encerkan dengan air hingga 10,0 mL.
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. 20 mg Senyawa Sejenis C Asam Traneksamat BPFI,
larutkan dengan 2 mL air.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam asam Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang
asetat glasial; praktis tidak larut dalam aseton dan 12 mg Senyawa Sejenis D Asam Traneksamat BPFI,
dalam etanol. larutkan, dan encerkan dengan 100 mL air. Pipet 1 mL
larutan ini, encerkan dengan 50 mL air. Pipet 1 mL
Baku pembanding Asam Traneksamat BPFI; Simpan larutan ini, encerkan dengan air hingga 200 mL.
dalam wadah terlindung cahaya, dalam lemari Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
pendingin. Cemaran Asam Traneksamat BPFI tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
[Catatan Terutama mengandung asam traneksamat, 4,6 mm x 25 cm atau 6 mm x 25 cm berisi bahan
senyawa sejenis A asam traneksamat; senyawa sejenis pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir
B asam traneksamat; senyawa sejenis C asam lebih kurang 0,9 mL per menit. Lakukan kromatografi
traneksamat; senyawa sejenis D asam traneksamat.] terhadap Larutan baku A, rekam kromatogram, dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang resolusi, R, antara puncak asam traneksamat dan
didispersikan dalam Kalium bromida P, menunjukkan senyawa sejenis C asam traneksamat tidak kurang dari
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang 1,5. Waktu retensi asam traneksamat lebih kurang 13
sama seperti pada Asam Traneksamat BPFI. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
B, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; seperti tertera pada Prosedur: identifikasi senyawa
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam, sejenis D Asam Traneksamat.
menggunakan 1 g zat yang ditimbang saksama. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Enceran larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. kromatogram 3 kali waktu retensi asam traneksamat
dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,0; lakukan penetapan masing-masing cemaran dalam zat. Masing-masing
menggunakan larutan 2,5 g zat dalam 50 mL Air bebas cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas seperti
karbon dioksida P. yang tertera pada Tabel.

Logam berat <371> Metode II Tidak lebih dari 10 Tabel


bpj; lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat dalam
Nama Waktu Batas
20 mL air. 12 mL larutan ini memenuhi uji Metode II.
Retensi relatif* (%)
Buat Larutan pembanding menggunakan Larutan Senyawa sejenis A asam 2,1 0,1
baku timbal (1 bpj Pb). traneksamat
Senyawa sejenis B asam 1,5 0,2
Halida yang dinyatakan sebagai klorida Tidak lebih traneksamat
dari 140 bpj; lakukan penetapan seperti tertera pada Senyawa sejenis C asam 1,1 -
Uji Batas Klorida dan Sulfat <361> menggunakan 1,2 traneksamat
g zat dalam 50 mL air . Senyawa sejenis D asam 1,3 -
traneksamat
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Cemaran lain - 0,10
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Total cemaran - 0,2
Kromatografi <931>. Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,025%.
Fase gerak Timbang saksama lebih kurang * Relatif terhadap waktu retensi asam traneksamat.
11,0 g natrium dihidrogen fosfat anhidrat P, larutkan
dalam 500 mL air, tambahkan 5 mL trietilamina P dan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
1,4 g natrium laurilsulfat P. Atur pH hingga 2,5 0,140 g zat, larutkan dalam 20 mL asam asetat
dengan penambahan asam fosfat encer LP, dan anhidrat P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 M LV,
encerkan dengan air hingga 600 mL. Tambahkan 400 tentukan titik akhir secara potensiometrik. Lakukan
mL metanol P dan campur. penetapan blangko dan koreksi bila perlu.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
0,20 g zat, larutkan, dan encerkan dengan 20,0 mL air. Tiap mL asam peklorat 0,1 M
setara dengan 15,72 mg C8H15NO2
- 203 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan senyawa sejenis D Larutan Senyawa
rapat. Sejenis D Asam Traneksamat BPFI 0,001% dalam air.
Larutan Cemaran Asam Traneksamat BPFI
Larutkan Cemaran Asam Traneksamat BPFI dalam air
INJEKSI ASAM TRANEKSAMAT hingga kadar 1%.
Tranexamic Acid Injection Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
Injeksi asam traneksamat adalah larutan steril asam baja tahan karat 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi
traneksamat dalam Air untuk Injeksi. Mengandung L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, 0,9 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
C8H15NO2, dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji, rekam kromatogram 3 kali waktu retensi
asam traneksamat dan ukur respons puncak seperti
Baku pembanding Asam Traneksamat BPFI; Simpan tertera pada Prosedur: waktu retensi asam traneksamat
dalam wadah terlindung cahaya, dalam lemari lebih kurang 13 menit. Lakukan kromatografi
pendingin. Cemaran Asam Traneksamat BPFI terhadap Larutan Cemaran Asam Traneksamat BPFI,
[Catatan terutama mengandung asam traneksamat, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
senyawa sejenis A asam traneksamat; senyawa sejenis tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam
B asam traneksamat; senyawa sejenis C asam traneksamat dan senyawa sejenis C asam traneksamat
traneksamat; senyawa sejenis D asam traneksamat.] tidak kurang dari 2,0 dan identik dengan Cemaran
Asam Traneksamat BPFI.
Identifikasi Pada sejumlah volume injeksi setara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan 0,4 g asam traneksamat, tambahkan 2 mL eter volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji,
P, aduk, dan tambahkan 5 mL metanol P, aduk dan Larutan baku, dan Larutan senyawa sejenis D ke
biarkan sampai terbentuk hablur. Keringkan hablur, dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
lakukan penetapan sebagai berikut: semua respons puncak. Hitung persentase masing-
A. Spektrum serapan inframerah zat yang masing cemaran dalam zat. Masing-masing cemaran dan
didispersikan dalam Kalium bromida P, menunjukkan total cemaran tidak lebih dari batas seperti yang tertera
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang pada Tabel.
sama seperti pada Asam Traneksamat BPFI.
B. Pada 1 mL larutan zat 1%, tambahkan 1 mL Tabel
larutan ninhidrin 0,2% dalam etanol P, panaskan pada Nama Batas
tangas air selama 2 menit: terbentuk warna ungu (%)
kebiruan. Senyawa sejenis A asam traneksamat 1
C. Larutkan 0,2 g zat dalam 10 mL natrium Senyawa sejenis B asam traneksamat 0,5
hidroksida 5 M, tambahkan 0,2 mL benzoil klorida P Senyawa sejenis C asam traneksamat 0,1
dan kocok kuat selama 10 menit. Atur pH hingga 4 Senyawa sejenis D asam traneksamat 0,1
dengan penambahan asam hidroklorida 2 M, saring, Cemaran lain 0,1
bilas residu dengan 5 mL eter P, dan keringkan pada
suhu 50º dengan tekanan 15 mmHg. Titik lebur zat Penetapan kadar Pada sejumlah volume injeksi
lebih kurang 186°. setara dengan 0,1 g asam traneksamat, larutkan dalam
50 mL air, atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,0. natrium hidroksida 0,1 N atau asam hidroklorida 0,1
N. Tambahkan 25 mL formaldehida LP, atur pH
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 35 unit
hingga 7,0, dan tambahkan 20 mL natrium hidroksida
Endotoksin FI per mL injeksi asam traneksamat.
0,1 N LV. Titrasi kembali dengan asam hidroklorida
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara potensiometrik.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Lakukan penetapan blangko.
Kromatografi <931>.
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 11,0 g
setara dengan 15,72 mg C8H15NO2
natrium dihidrogen fosfat anhidrat P, larutkan dalam
500 mL air, tambahkan 5 mL trietilamin P dan 1,4 g
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
natrium dodesilsulfat P. Atur pH hingga 2,5 dengan
tunggal atau ganda, sebaiknya dari Kaca Tipe I, dalam
penambahan asam fosfat 2 M, dan encerkan dengan air
wadah tertutup rapat.
hingga 600 mL. Tambahkan 400 mL metanol P dan
campur.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume injeksi
dengan air hingga kadar asam traneksamat 1%.
Larutan baku Larutan Asam Traneksamat BPFI
0,01% dalam air.
- 204 -

TABLET ASAM TRANEKSAMAT Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam


Tranexamic Acid Tablets kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase C8H15NO2, yang terlarut dalam tablet.
Tablet Asam Traneksamat mengandung asam Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
traneksamat, C8H15NO2, tidak kurang dari 95,0% dan kurang dari 80% (Q) C8H15NO2, dari jumlah yang
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada tertera pada etiket
etiket.
Syarat lain Memenuhi persyaratan seperti tertera
Baku pembanding Asam Traneksamat BPFI; Simpan pada Tablet.
dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Identifikasi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
A. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan Kromatografi <931>.
lebih kurang 500 mg asam traneksamat dengan Larutan natrium lauril sulfat 0,23% Timbang lebih
5 mL air selama 15 menit dan saring. Pada filtrat kurang 18,3 g natrium dihidrogen fosfat P, masukkan
tambahkan 2 mL eter P dan aduk. Tambahkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 800 mL
10 mL metanol P dan aduk, biarkan menghablur. air, kocok sampai larut. Tambahkan 8,3 mL trietilamin
Saring dan keringkan hablur pada suhu 105º. Larutkan P dan 2,3 g natrium lauril sulfat P, kocok. Atur pH
lebih kurang 100 mg hablur dalam 5 mL air, hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat P,
tambahkan 10 mg ninhidrin P: secara perlahan terjadi encerkan dengan air sampai tanda.
warna ungu-kebiruan pada pemanasan. Fase gerak Buat campuran Larutan natrium lauril
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram sulfat 0,23%-metanol P (60:40). Saring dan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
diperoleh pada Penetapan kadar. Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
C. Spektrum serapan inframerah hablur yang <931>.
diperoleh pada Uji A dan didispersikan dalam kalium Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah asam
bromida P menunjukan maksimum hanya pada aminometilbenzoat dan asam traneksamat, larutkan
bilangan gelombang yang sama seperti pada Asam dan encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut
Traneksamat BPFI. lebih kurang 2 µg per mL dan 0,2 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Disolusi <1231> tablet setara 250 mg asam traneksamat, masukkan ke
Media disolusi: 1000 mL air dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dan encerkan
Alat tipe 1: 100 rpm dengan air sampai tanda, dan saring.
Waktu: 15 menit Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Lakukan penetapan persentase asam traneksamat, traneksamat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
C8H15NO2, terlarut dengan cara Kromatografi cair hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. Pipet 1 mL
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi larutan ini ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan
<931>. dengan air sampai tanda.
Larutan uji Pipet 10 mL alikot dan saring. Encerkan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
filtrat dengan air hingga diperoleh kadar asam dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom berisi
traneksamat lebih kurang 0,125 mg per mL. L1. Laju alir diatur sehingga diperoleh waktu retensi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam asam traneksamat lebih kurang 13 menit. Lakukan
Traneksamat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
hingga kadar lebih kurang 0,125 mg per mL. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah asam tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam
aminometilbenzoat dan asam traneksamat, larutkan aminometilbenzoat dan asam traneksamat tidak
dan encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut kurang dari 5,0.
lebih kurang 2 µg per mL dan 0,2 mg per mL. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom berisi Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
L1. Laju alir diatur sehingga diperoleh waktu retensi kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
asam traneksamat lebih kurang 13 menit. Lakukan persentase masing-masing cemaran dalam tablet.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dari batas yang tertera pada Tabel.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam
aminometilbenzoat dan asam traneksamat tidak
kurang dari 5,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
- 205 -

Tabel kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur


respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
Cemaran Waktu Faktor Batas R, antara puncak asam aminometilbenzoat dan asam
Retensi koreksi traneksamat tidak kurang dari 5,0.
Relatif
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sikloolefin 1,2 0,005 Tidak lebih dari
0,2 kali respons
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
puncak utama Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
(0,1%) persentase asam traneksamat, C8H15NO2, dalam tablet
Aminometil - 0,006 Tidak lebih dari dengan rumus:
benzoat 0,2 kali respons
puncak utama
 rU   CS 
Larutan       100
baku (0,1%)
Z-isomer 1,5 1,2 Tidak lebih dari  rS   CU 
respons puncak
utama Larutan rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
baku (0,5%) uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Asam
Cemaran Tidak lebih dari
lain 0,4 kali respons
Traneksamat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
puncak utama adalah kadar asam traneksamat dalam mg per mL
Larutan baku Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
(0,2%)
Total Tidak lebih dari 2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
cemaran kali respons rapat, terlindung dari cahaya.
puncak utama
Larutan baku
(1,0%)
ASAM UNDESILENAT
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan Undecylenic Acid
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. CH2=CHCH2(CH2)6CH2COOH
Larutan natrium lauril sulfat 0,23% Timbang lebih
kurang 18,3 g natrium dihidrogen fosfat P, masukkan Asam 10-undesenoat [112-38-9]
ke dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 800 mL C11H20O2 BM 184,28
air, kocok sampai larut. Tambahkan 8,3 mL trietilamin
P dan 2,3 g natrium lauril sulfat P, kocok. Atur pH Asam Undesilenat mengandung tidak kurang dari
hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat P, 97,0% dan tidak lebih dari 100,5%, C11H20O2.
encerkan dengan air sampai tanda.
Fase gerak Campuran Larutan natrium lauril sulfat Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna sampai
0,23%-metanol P (60:40). Saring dan awaudarakan. kuning pucat; bau khas.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; dapat
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama bercampur dengan etanol, kloroform, eter, benzen,
sejumlah asam aminometilbenzoat dan asam minyak lemak dan minyak atsiri.
traneksamat, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar berturut-turut lebih kurang 2 µg per mL dan 0,2 Identifikasi
mg per mL. A. Pada 1 mL tambahkan Kalium permanganat LP
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam tetes demi tetes: warna kalium permanganat hilang.
Traneksamat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air B. Panaskan 3 mL zat uji dengan 3 mL anilin P yang
hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. baru disuling, dalam tabung reaksi panjang selama 10
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang menit, atur pemanasan hingga cincin kondensasi yang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk terbentuk tetap di bawah mulut tabung. Dinginkan,
tablet setara dengan 100 mg asam traneksamat, tambahkan 10 mL etanol P dan 10 mL eter P,
masukkan dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan pindahkan ke dalam corong pisah. Bilas lapisan eter
encerkan dengan air sampai tanda, kocok dan saring. empat kali, tiap kali dengan 20 mL air, buang cairan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi bilasan. Panaskan di atas tangas uap hingga bau eter
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom berisi tak tercium lagi, kemudian tambahkan beberapa mg
bahan pengisi L1. Laju alir diatur sehingga diperoleh arang aktif P, campur dan saring. Uapkan filtrat
waktu retensi asam traneksamat lebih kurang 13 hingga hampir kering dan hablurkan kembali residu
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
- 206 -

dengan etanol P 70%, hablur anilida yang diperoleh


melebur pada suhu antara 66º dan 67,5º. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
metilen klorida; mudah larut dalam etanol; sukar larut
Suhu beku <1101> Tidak lebih dari 21º. dalam aseton.

Bobot jenis <981> Antara 0,910 dan 0,913. Baku pembanding Asam Ursodeoksikolat BPFI;
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin,
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%. dengan ventilasi baik. Lakukan pengerjaan di tempat
kering. Asam Litokolat BPFI (cemaran C). Asam
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 Senodeoksikolat BPFI (cemaran A). Asam
bpj. Ursodeoksikolat untuk Kesesuaian Sistem BPFI
(mengandung cemaran A dan H).
Indeks bias <100> Antara 1,447 dan 1,448.
Identifikasi Lakukan identifikasi A atau B dan C.
Bilangan iodum Antara 131 dan 138; lakukan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak didispersikan dalam Kalium bromida P, menunjukkan
lemak <491>. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Asam Ursodeoksikolat BPFI.
Asam larut dalam air Kocok 5 mL zat dengan 5 mL B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
air dan saring lapisan air melalui kertas saring basah. lapis tipis seperti tertera pada uji Cemaran C. Nilai Rf,
Tambahkan 1 tetes jingga metil LP, titrasi dengan warna, dan ukuran bercak utama yang diperoleh dari
natrium hidroksida 0,01 N LV: diperlukan tidak lebih Larutan uji B sesuai dengan bercak utama Larutan
dari 1,0 mL natrium hidroksida 0,01 N LV untuk baku A.
menyesuaikan warna dengan larutan 1 tetes jingga C. Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat,
metil LP dalam 5 mL air. larutkan dengan 1 mL asam sulfat P, tambahkan
0,1 mL formaldehida LP, diamkan selama 5 menit dan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 750 tambahkan 5 mL air: terbentuk suspensi biru-
mg zat, larutkan dalam 50 mL etanol P, tambahkan 3 kehijauan.
tetes Fenolftalein LP, titrasi dengan natrium
hidroksida 0,1 N LV hingga terbentuk warna merah Rotasi jenis <1081> Antara +58,0º dan +62,0º,
muda pertama yang bertahan selama tidak kurang dari lakukan penetapan menggunakan larutan 500 mg zat
30 detik. Lakukan penetapan blangko. dalam 25,0 mL etanol anhidrat P.

Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
setara dengan18,43 mg C11H20O2 lakukan pengeringan pada suhu 105º, menggunakan
1,000 g zat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

ASAM URSODEOKSIKOLAT Titik lebur <1021> Lebih kurang 202.


Ursodeoxycholic Acid
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari
20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat dan
2 mL Larutan baku timbal (10 bpj Pb) sebagai larutan
pembanding.

Cemaran C Lakukan penetapan seperti tertera pada


Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>.
Pelarut Campuran air-aseton P (10:90).
Fase gerak Campuran asam asetat gasial P-aseton
P-metilen klorida P (1:30:60).
Asam 3α,7-dihidroksi-5-kolan-24-oat [128-13-2]
C24H40O4 BM 392,6 Penampak bercak Larutkan 47,6 g per L asam
fosfomolibdat P dalam campuran asam sulfat P-asam
asetat glasial P (1:20).
Asam ursodeoksikolat mengandung tidak kurang dari
Larutan uji A Timbang saksama lebih kurang 400
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C24H40O4, dihitung
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
terhadap zat kering.
larutkan, dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Pemerian Serbuk; putih atau hampir putih.
- 207 -

Larutan uji B Pipet 1 mL Larutan uji A, masukkan capped” dengan ukuran partikel 5 µm. Suhu detektor
ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan, dan encerkan 35º ± 1º dan kolom 40º ± 1º. Laju alir lebih kurang 0,8
dengan Pelarut sampai tanda. mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang Larutan baku A, rekam kromatogram, dan ukur
40 mg Asam Ursodeoksikolat BPFI, masukkan ke respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
dalam labu tentukur 10-mL, larutkan, dan encerkan R, antara puncak cemaran H dan asam ursodeoksikolat
dengan Pelarut sampai tanda. tidak kurang dari 1,5. Waktu retensi asam
Larutan A Timbang saksama lebih kurang 20 mg ursodeoksikolat lebih kurang 14 menit.
Asam Litokolat BPFI, masukkan ke dalam labu Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tentukur 10-mL, larutkan, dan encerkan dengan volume sama (lebih kurang 150 L) Larutan uji dan
Pelarut sampai tanda. Larutan baku B ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku B Pipet 2,0 mL Larutan A ke dalam kromatogram 4 kali waktu retensi asam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pelarut ursodeoksikolat dan ukur semua respons puncak.
sampai tanda. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat.
Larutan baku C Pipet 5 mL Larutan A, masukkan Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 10 mg dari batas yang tertera pada Tabel.
Asam Senodeoksikolat BPFI, dan encerkan dengan
Pelarut sampai tanda. Tabel
Prosedur Totolkan masing-masing 5 μL Larutan Nama Waktu retensi Batas
uji A, Larutan uji B, Larutan baku A, Larutan baku B, relatif
dan Larutan baku C pada lempeng kromatografi silika Cemaran A Tidak lebih dari 10
gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana kali luas puncak
2,8
kromatograf berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak utama Larutan baku B
(1,0%)
merambat hingga dua per tiga tinggi lempeng. Angkat
Cemaran H 0,9 -
lempeng, tandai batas rambat, keringkan pada suhu
Cemaran lain Tidak lebih dari luas
120º selama 10 menit. Semprot lempeng dengan - puncak utama Larutan
Penampak bercak dan panaskan pada suhu 120º baku B (0,1%)
hingga terbentuk bercak biru: kromatogram Larutan Total cemaran Tidak lebih dari 15
baku C menunjukkan dua bercak utama terpisah. kali luas puncak
-
Kromatogram Larutan uji A menunjukkan bercak utama Larutan baku B
asam litokolat tidak lebih intensif dari bercak utama (1,5%)
asam litokolat pada kromatogram Larutan baku B Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,5 kali luas
(0,1%). puncak utama Larutan baku B (0,05%).

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 350
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada mg zat, larutkan dalam 50 mL etanol P, yang telah
Kromatografi <931>. dinetralkan dengan 0,2 mL fenolftalein P. Tambahkan
Larutan A Buat larutan natrium dihidrogen fosfat P 50 mL air dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N
dengan kadar 0,78 g per L. Atur pH hingga 3 dengan LV hingga terbentuk warna merah muda. Lakukan
penambahan asam fosfat P. penetapan blangko.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan A-
metanol P (30:37:40). Saring dan awaudarakan. Jika Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem setara dengan 39,26 mg C24H40O4.
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pelarut Campuran metanol P-Fase gerak (10:90). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg rapat.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL,
larutkan, dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Larutan baku A Larutkan sejumlah Asam KAPSUL ASAM URSODEOKSIKOLAT
Ursodeoksikolat untuk Kesesuaian Sistem BPFI Ursodeoxycholic Acid Capsules
(berisi Cemaran A dan H) dengan 1 mL Pelarut.
Larutan baku B Pipet 1 mL Larutan uji, masukkan Kapsul asam ursodeoksikolat mengandung asam
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan ursodeoksikolat, C24H40O4, tidak kurang dari 95,0%
Pelarut sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini, dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan pada etiket.
dengan Pelarut sampai tanda.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Baku pembanding Asam Ursodeoksikolat BPFI;
tinggi dilengkapi dengan detektor refraksi indeks dan Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin,
kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 “end- dengan ventilasi baik. Lakukan pengerjaan di tempat
- 208 -

kering Asam Senodeoksikolat BPFI (cemaran A). perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Cemaran Asam Ursodeoksikolat BPFI (mengandung seperti tertera pada Kromatografi <931>.
asam senodeoksikolat dan asam 7-ketolitokolat). Pelarut Campuran metanol P-Fase gerak (20:80).
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
Identifikasi isi kapsul setara dengan 250 mg asam ursodeoksikolat,
A. Ekstraksi sejumlah isi kapsul setara dengan larutkan dengan 15 mL Pelarut A dan sonikasi selama
0,1 g asam ursodeoksikolat dengan 10 mL etanol P, 15 menit. Encerkan hingga 50 mL dan saring
sentrifus, dan uapkan beningan hingga kering menggunakan penyaring PVDF dengan porositas 0,45
di bawah aliran nitrogen dalam tangas air pada suhu µm atau yang setara.
ruang dan keringkan residu dengan tekanan 5 mmHg Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan,
selama 2 jam: Spektrum serapan inframerah residu masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan
yang didispersikan dalam Kalium bromida P dengan Pelarut A sampai tanda.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Enceran larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji,
gelombang yang sama seperti pada Asam masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
Ursodeoksikolat BPFI. dengan Pelarut sampai tanda.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku Timbang saksama setotal cemaran
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Asam Ursodeoksikolat BPFI dan Asam
diperoleh pada Penetapan kadar. Senodeoksikolat BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Pelarut hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5%
Disolusi <1231> dan 0,0055%.
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 7,5 yang Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
dibuat sebagai berikut: Buat campuran kalium tinggi dilengkapi dengan detektor refraksi
dihidrogen fosfat 0,05 N-dinatrium hidrogen fosfat indeks dan kolom 2,1 mm x 10 cm berisi bahan pengisi
0,05 N (1:1). Atur pH hingga 7,5 dengan penambahan L1 dengan ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu
natrium hidroksida 1 N. kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang 0,6 mL per
Alat tipe 2: 75 rpm. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Waktu: 45 menit. rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
Lakukan penetapan persentase asam ursodeoksikolat, tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam
C24H40O4, yang terlarut dengan cara Kromatografi cair ursodeoksikolat dan asam 7-ketolitokolat tidak kurang
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi dari 2,0; waktu retensi relatif asam ursodeoksikolat
<931>. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera lebih kurang 5 menit.
pada Penetapan kadar. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji Saring sejumlah alikot dan jika perlu volume sama (lebih kurang 8 L) Larutan uji
encerkan dengan Media disolusi hingga diperoleh persediaan, Larutan uji, dan Enceran larutan uji ke
kadar larutan setara dengan asam ursodeoksikolat dalam kromatograf, rekam kromatogram 5 kali waktu
0,028%. retensi asam ursodeoksikolat dan ukur semua respons
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 28 mg puncak. Masing-masing cemaran dan total cemaran
Asam Ursodeoksikolat BPFI,masukkan ke dalam labu tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
tentukur 100-mL, tambahkan 0,7 mL natrium
hidroksida 0,1 N, encerkan dengan Media disolusi Tabel
sampai tanda, sonikasi selama 20 menit dan dinginkan
hingga suhu ruang. Nama Waktu Batas
retensi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah relatif
volume sama (lebih kurang 250 L) Larutan baku dan Asam 7-ketolitokolat 1,3 -
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Asam 2,8 Tidak lebih dari 3 kali
kromatogram, dan ukur respons puncak. Senodeoksikolat luas puncak utama
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Larutan uji (1,5%)
kurang dari 70%, asam ursodeoksikolat, C24H40O4, Cemaran lain Tidak lebih besar dari
dari jumlah yang tertera pada etiket. - luas puncak utama
Larutan uji (0,5%)
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Total cemaran Tidak lebih dari 4,2
kali luas puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada -
utama Larutan uji
Kromatografi <931>.
(2,1%)
Larutan A Timbang saksama lebih kurang 800 mg Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari luas puncak
natrium dihidrogen fosat dihidrat P, larutkan dan utama Enceran larutan uji (0,05%).
encerkan dalam 1 L air, atur pH hingga 3,0 dengan
penambahan asam fosfat P. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Fase gerak Campuran asetonitril P-metanol P- Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan A (25:34:47). Saring dan awaudarakan. Jika Kromatografi <931>.
- 209 -

Fase gerak Buat campuran asetonitril P-kalium Asam Valproat mengandung tidak kurang dari 98,0%
dihidrogen fosfat 0,001 M (40:60). Biarkan mencapai dan tidak lebih dari 102,0%, C8H16O2, dihitung
kesetimbangan pada suhu ruang, atur pH hingga 2,0 terhadap zat anhidrat.
dengan penambahan asam fosfat 85%, dan saring.
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna hingga
20 kapsul. Keluarkan semua isi kapsul, bersihkan kuning pucat; agak kental; bau khas.
cangkang kapsul, dan timbang saksama. Hitung bobot
rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
kapsul setara dengan 125 mg asam ursodeoksikolat, natrium hidroksida 1 N, dalam metanol, dalam etanol,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dalam aseton, dalam kloroform, dalam benzen, dalam
dengan 15 mL metanol P dan sonikasi selama 10 eter dan dalam n-heptan; sukar larut dalam asam
menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. hidroklorida 0,1 N.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
50 mg Asam Ursodeoksikolat BPFI, masukkan ke Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh
dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan 2 mL metanol dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam
P, dan sonikasi selama 10 menit. Encerkan dengan wadah tertutup rapat; Senyawa Sejenis A Asam
Fase gerak sampai tanda. Valproat BPFI. Senyawa Sejenis B Asam Valproat
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja BPFI.
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm
dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 Identifikasi
dengan ukuran partikel 4 µm. Pertahankan A. Spektrum serapan inframerah zat yang diteteskan
suhu kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang dalam lempeng natrium klorida P atau kalium
1,5 mL per menit. bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bilangan gelombang yang sama seperti pada Asam
volume sama (lebih kurang 30 L) Larutan baku dan Valproat BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam B Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
persentase, asam ursodeoksikolat, C24H40O4, dalam diperoleh pada Penetapan kadar.
kapsul dengan rumus:
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%.
 rU   CS 
      100 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
 rS   CU 
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20
rU dan rS berturut-turut adala respons puncak asam bpj.
ursodeoksikolat dari Larutan uji dan Larutan baku. CS
adalah kadar Asam Ursodeoksikolat BPFI dalam mg Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera 0,3%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
pada etiket. gas seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup sejumlah Senyawa Sejenis A Asam Valproat BPFI,
rapat. asam butirat dan asam valerat, masukkan ke dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan asam valproat hingga kadar berturut-turut 0,1,
ASAM VALPROAT μL per mL, 1,0 μL per mL dan 1,0 μL per mL.
Valproic Acid Larutan uji Gunakan sejumlah zat.
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 0,32 mm x
60 m berisi fase diam G25 setebal 0,3 µm.
Pertahankan suhu injektor pada 240º dan detektor pada
260º. Atur suhu kolom seperti Tabel di bawah ini :

suhu kenaikan suhu waktu


awal suhu akhir ditahan pada
() (/menit) () suhu akhir
(menit)
Asam propilvalerat [99-66-1] 145 0 145 48
C8H16O2 BM 144,21 145 5 190 -
- 210 -

Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan laju resolusi, R, antara puncak asam valproat dan puncak
alir lebih kurang 150 mL per menit. Lakukan senyawa sejenis B asam valproat tidak kurang dari 2,0.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tertera pada Prosedur: waktu retensi senyawa sejenis pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
A asam valproat antara 41 dan 50 menit; waktu retensi simpangan baku relatif tidak lebih dari 1,0%.
relatif asam butirat, asam valerat, asam valproat dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
senyawa sejenis A asam valproat berturut-turut adalah volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
0,38; 0,52; 1,0; dan 1,64; resolusi, R, antara asam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
butirat dan asam valerat tidak kurang dari kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
23,0;efisiensi kolom untuk asam valerat tidak kurang persentase asam valproat, C8H16O2 dalam zat yang
dari 100.000 lempeng teoritis; faktor ikutan asam digunakan dengan rumus:
valerat tidak lebih dari 1,5. Respons relatif puncak
senyawa sejenis A asam valproat tidak kurang dari  rU   CS 
0,01%.terhadap respons puncak asam valproat .      100
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang  rS   CU 
0,5 μL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
persentase masing-masing cemaran dalam zat yang Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
digunakan dengan rumus: Valproat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
kadar asam valproat dalam mg per mL Larutan uji
 ri  berdasarkan bobot yang ditimbang.
   100
 rT  Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca, baja
tahan karat atau polietilen, tertutup rapat.
ri adalah respon puncak masing-masing cemaran; rT
adalah total semua respon puncak.
KAPSUL ASAM VALPROAT
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Valproic Acid Capsule
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kapsul Asam Valproat mengandung asam valproat,
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P 3,5 C8H16O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
g per liter dalam air. Atur pH hingga 3,5 dengan 110,0% dari jumLah yang tertera pada etiket.
penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (50:50). Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam
penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera wadah tertutup rapat; Senyawa Sejenis B Asam
pada Kromatografi <931>. Valproat BPFI.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis B Asam Valproat BPFI dan Identifikasi
Asam Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Fase gerak hingga kadar berturut-turut 50 µg per mL diperoleh pada Penetapan kadar.
dan 0,5 mg per mL. B. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur diperoleh pada Penetapan kadar. Gunakan detektor
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak “diode array” 200 sampai 300 nm.
hingga kadar 0,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Disolusi <1231>
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Media disolusi: 900 mL larutan yang mengandung
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga natrium lauril sulfat P 5 mg per mL dalam cairan usus
kadar 0,5 mg per mL. buatan LP (dibuat tanpa enzim dan dengan natrium
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja fosfat monobasa P sebagai pengganti kalium fosfat
tinggi dilengkapi dengan detektor UV 215 nm, kolom monobasa P), atur pH hingga 7,5 dengan penambahan
4,6 mm x 15,0 cm berisi bahan pengisi L7 dengan natrium hidroksida 5 N.
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per Alat Tipe 2: 50 rpm.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Waktu: 60 menit.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Lakukan penetapan persentase asam valproat,
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: C8H16O2, terlarut dengan cara Kromatografi cair
- 211 -

kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi kapsul, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
<931>. hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Sonikasi
Dapar, Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian selama 5 menit, atau aduk selama 1 jam. Sentrifus
sistem, Sistem kromatografi dan Kesesuaian sistem sebagian larutan selama 10 menit, gunakan beningan.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku persediaan Timbang saksama dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
sejumlah Asam Valproat BPFI, larutkan dan encerkan berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7
dengan Pengencer hingga kadar 1,5 mg per mL. dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
kadar lebih kurang 0,3 mg per mL. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan uji Saring sejumlah alikot menggunakan resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B asam
penyaring dengan porositas 0,45 µm, gunakan filtrat. valproat dan asam valproat tidak kurang dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
persentase asam valproat, C8H16O2, yang terlarut lebih dari 1,0%. [Catatan Waktu retensi relatif
dengan rumus: senyawa sejenis B asam valproat dan asam valproat
berturut-turut 0,9 dan 1,0.]
 rU  Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
  C S     100
V
 sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan
 rS  L baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam persentase asam valproat, C8H16O2, dalam serbuk
valproat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kapsul yang digunakan dengan rumus:
kadar Asam Valproat BPFI dalam mg per mL Larutan
baku; V adalah volume Media disolusi, 900 mL; L  rU   CS 
adalah kadar asam valproat (mg per kapsul) seperti       100
 
yang tertera pada etiket.  rS   CU 
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
kurang dari 85% (Q), C8H16O2, dari jumLah yang rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
tertera pada etiket. valproat dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kadar Asam Valproat BPFI dalam mg per mL Larutan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
baku; CU adalah kadar asam valproat dalam mg per
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada etiket.
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Dapar Timbang saksama sejumlah natrium fosfat
rapat, pada suhu ruang terkendali.
monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 3,5 g per L. Atur pH hingga 3,5
dengan penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Campuran asetonitril P-dapar (45:55).
LARUTAN ORAL ASAM VALPROAT
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Valproic Acid Oral Solution
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Larutan Oral Asam Valproat mengandung Asam
Pengencer Campuran asetonitril P-air (45:55). Valproat, C8H16O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Asam Valproat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Sediaan ini dibuat dengan bantuan natrium hidroksida.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh
sejumlah Asam Valproat BPFI dan Senyawa Sejenis B dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam
Asam Valproat BPFI, larutkan dan encerkan dengan wadah tertutup rapat. Senyawa sejenis B Asam
Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih kurang Valproat BPFI.
0,5 mg per mL dan 50 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 Identifikasi
kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot dengan Larutan baku seperti diperoleh tertera pada
rata-rata isi tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah isi Penetapan Kadar.
- 212 -

B. Masukkan sejumlah volume larutan oral, setara persentase asam valproat, C8H16O2, dalam larutan oral
dengan lebih kurang 250 mg asam valproat ke dalam dengan rumus:
corong pisah. Tambahkan 40 mL air dan 2 mL asam
hidroklorida P, kocok dan ekstraksi dengan 40 mL n-  rU   CS 
heptan P. Saring lapisan n-heptan melalui wol kaca ke      100
dalam gelas piala dan uapkan pelarut di atas tangas uap  rS   CU 
dengan mengalirkan udara hingga pelarut
habis.Masukkan 2 tetes residu ke dalam tabung reaksi rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
yang mengandung 0,5 mL larutan kalium iodida (1 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
dalam 50) dan larutan kalium iodat (1 dalam 25): Valproat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; dan
terjadi larutan warna kuning. CU adalah kadar asam valproat dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,0. etiket.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rapat.
Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P 3,5
g per liter. Atur pH hingga 3,5 dengan penambahan ASEBUTOLOL HIDROKLORIDA
asam fosfat P. Acebutolol Hydrochloride
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-dapar
(45:55). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (45 : 55)
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Asam Valproat BPFI dan Senyawa sejenis B
Asam Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu (±)-3’-Asetil-4’-[2-hidroksi-3-(isopropilamino) propoksi]-
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan butiranilida monohidroklorida [34381-68-5]
Pengencer hingga kadar berturut-turut 0,5 mg per mL C18H28N2O4. HCl BM 372,89
dan 50 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam Asebutolol Hidroklorida mengandung tidak kurang
Valproat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
sesuai, larutkan dan encerkan dengan Pengecer C18H28N2O4.HCl, dihitung terhadap zat kering.
hingga kadar 0,5 mg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral, Pemerian Serbuk hablur putih atau agak putih.
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,5 mg per Melebur antara 141° dan 144°.
mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; sangat
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom sukar larut dalam aseton dan dalam metilen klorida;
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 praktis tidak larut dalam eter.
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI,
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A
resolusi, R, antara asam valproat dan senyawa sejenis Asebutolol BPFI; Senyawa Sejenis B Asebutolol
B asam valproat tidak kurang dari 2,0 Lakukan BPFI; Senyawa Sejenis I Asebutolol BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Identifikasi
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; A. Spektrum serapan inframerah zat yang
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
lebih dari 1,0% [Catatan Waktu retensi relatif senyawa maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sejenis B asam valproat dan asam valproat berturut- sama seperti pada Asebutolol Hidroklorida BPFI.
turut 0,9 dan 1,0]. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam C. Menunjukkan reaksi Klorida cara B seperti tertera
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung pada Uji Identifikasi Umum <291>.
- 213 -

pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
menggunakan larutan zat 10 mg per mL. menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 Waktu Larutan A Larutan B
bpj. (menit) (%) (%)
0 98 2
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; 2 98 2
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. 30,5 10 90
41 10 90
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Kromatografi <931>. asebutolol dan Senyawa Sejenis I Asebutolol BPFI
Larutan A Campur 2,0 mL asam fosfat P dan 3,0 mL tidak kurang dari 7,0. Lakukan kromatografi terhadap
trietilamin P, encerkan dengan air sampai 1 liter. Larutan baku A, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan B Buat campuran asetonitril P–Larutan A puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
(1 : 1). relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sejumlah Senyawa Sejenis A Asebutolol BPFI, volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku A,
masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan Larutan baku B, Larutan baku C, Larutan baku D dan
dengan asetonitril P lebih kurang 50% dari total Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
volume, dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. persentase senyawa sejenis A asebutolol atau senyawa
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama sejenis B asebutolol atau senyawa sejenis I asebutolol
sejumlah Senyawa Sejenis B Asebutolol BPFI, dalam zat dengan rumus:
masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
dengan asetonitril P lebih kurang 50% dari total  ri   CS 
volume, dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda       100
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.  rS   CU 
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
Asebutolol Hidroklorida BPFI, masukkan dalam labu ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan yang sesuai dalam Larutan uji; rS adalah respons
Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,002 mg per puncak masing-masing cemaran dalam Larutan baku
mL. B, Larutan baku C, dan Larutan baku D; CS adalah
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah kadar masing-masing cemaran dalam mg per mL
Senyawa Sejenis I Asebutolol BPFI, masukkan dalam Larutan baku B, Larutan baku C atau Larutan baku
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan D; CU adalah kadar asebutolol hidroklorida dalam mg
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,004 mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
per mL. Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
Larutan baku C Pipet sejumlah volume Larutan rumus:
baku persediaan 1, encerkan dengan Larutan A hingga
kadar lebih kurang 0,002 mg per mL.  ri   CS 
Larutan baku D Pipet sejumlah volume Larutan       100
baku persediaan 2, encerkan dengan Larutan A hingga  rS   CU 
kadar lebih kurang 0,004 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume
Larutan baku A dan Larutan baku B, masukkan dalam ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan Larutan A Larutan uji; rS adalah respons puncak asebutolol dari
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,4 µg per Larutan baku A; CS adalah kadar Asebutolol
mL. Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku A;
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, CU adalah kadar asebutolol hidroklorida dalam mg per
masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
kurang 2 mg per mL dari batas yang tertera pada Tabel.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
berukuran 4,0 mm × 12,5 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
- 214 -

Tabel
Cemaran Waktu retensi Batas KAPSULASEBUTOLOL HIDROKLORIDA
relatif (%) Acebutolol Hydrochloride Capsule
Senyawa sejenis B 0,72 0,2
asebutolol Kapsul Asebutolol Hidroklorida mengandung
Senyawa sejenis I 0,91 0,2 Asebutolol Hidroklorida, C18H28N2O4.HCl setara
asebutolol dengan Asebutolol, C18H28N2O4,tidak kurang dari
Asebutolol 1,00 - 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang
Senyawa sejenis A 1,48 0,1 tertera pada etiket.
asebutolol
Cemaran lain - 0,10 Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI,
Total cemaran - 0,5 lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam
Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05% sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Kromatografi <931>. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
Fase gerak Buat campuran metanol P-larutan seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
natrium dodesil sulfat 0,3%-asam asetat glasial P
(675:325:20), saring dan awaudarakan. Jika perlu Disolusi <1231>
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Media disolusi: 900 mL air.
seperti tertera pada Kromatografi <931>, hingga Alat tipe 2: 50 rpm.
waktu retensi asebutolol antara 4 dan 7 menit. Waktu: 30 menit.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Prosedur Lakukan penetapan jumlah asebutolol,
Asebutolol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan C18H28N2O4, yang terlarut dengan mengukur serapan
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,14 mg per mL. alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, serapan larutan baku Asebutolol Hidroklorida BPFI
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, dalam media yang sama pada panjang gelombang
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih serapan maksimum lebih kurang 232 nm.
kurang 0,14 mg per mL. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi kurang dari 80% (Q) C18H28N2O4,dari jumlah yang
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm tertera pada etiket.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan baku rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak lebih
tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis; faktor ikutan dari 0,5%; jumlah semua cemaran dalam Prosedur 1 dan
tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada Prosedur 2 tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%. dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tertera pada Kromatografi <931>.
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Prosedur 1
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
persentase asebutolol hidroklorida, C18H28N2O4.HCl, Kadar.
dalam zat dengan rumus: Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P
(56:44), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
 rU   CS  penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
      100 pada Kromatografi <931>.
 rS   CU  Pengencer Buat campuran Dapar-metanol P
(50:50).
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asebutolol Asebutolol Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; labu tentukur 50-mL, larutkan dalam 12 mL metanol
CU adalah kadar asebutolol hidroklorida dalam mg per P, aduk sampai larut dan encerkan dengan Pengencer
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. sampai tanda. Jika perlu encerkan sejumlah larutan ini
secara kuantitatif dan bertahap dengan Pengencer
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup hingga kadar lebih kurang 1,4 μg per mL.
rapat, pada suhu ruang terkendali. Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur.
- 215 -

Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul. masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama 25 mL metanol P, kocok secara mekanik selama 15
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 250 mg menit dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
asebutolol hidroklorida, masukkan ke dalam labu Sentrifus larutan ini, pipet 10 mL beningan ke dalam
tentukur 100-mL, tambahkan 25 mL metanol P, kocok labu tentukur 100-mL dan encerkan dengan Fase
secara mekanik selama 15 menit dan encerkan dengan gerak sampai tanda.
Pengencer sampai tanda. Sentrifus larutan ini, pipet 10 Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mL beningan ke dalam labu tentukur 100-mL dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9 mm Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam
x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran kromatogram dan ukur respons puncakseperti tertera
partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam penyuntikan ulang tidak lebih dari 6,0 %.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada volume sama (lebih kurang 70 L) Larutan baku,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 6,0 %. Larutan uji dan Fase gerak ke dalam kromatograf,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lakukan kromatografi selama dua kali waktu retensi
volume sama (lebih kurang 35 L) Larutan baku, puncak asebutolol, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji dan Pengencer ke dalam kromatograf, semua respons puncak dan abaikan semua respons
lakukan kromatografi selama dua kali waktu retensi puncak dari Fase gerak. Hitung persentase setiap
puncak asebutolol, rekam kromatogram ukur semua cemaran yang tereluasi sesudah puncak asebutolol
respons puncak dan abaikan semua respons puncak dalam kapsul dengan rumus:
dari Pengencer. Hitung persentase setiap cemaran
yang tereluasi sebelum puncak asebutolol dalam
 336,44  r 
serbuk kapsul dengan rumus:  (0,4C ) i 
 372,89   rS 
 336,44  r 
 (0,4C ) i  336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot
 372,89   rS  molekul asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C
adalah kadar Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam μg
336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot per mL Larutan baku; ri adalah respons puncak
molekul asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C masing-masing cemaran dari Larutan uji dan rS adalah
adalah kadar Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam μg respons puncak asebutolol dari Larutan baku.
per mL Larutan baku; ri adalah respons puncak
masing-masing cemaran dari Larutan uji dan rS adalah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
respons puncak asebutolol dari Larutan baku. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Prosedur 2 Dapar Larutkan lebih kurang 2,4 g natrium 1-
Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan dekanasulfonat P dalam 1000 mL air, atur pH hingga
Kadar. 3,5 dengan penambahan asam asetat glasial P.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P
(50:50), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan (40:60), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Asebutolol Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam Asebutolol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
labu tentukur 50-mL, larutkan dalam lebih kurang 12 dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,22 mg
mL metanol P, aduk sampai larut dan encerkan dengan per mL yang setara dengan asebutolol lebih kurang 0,2
Fase gerak sampai tanda. Jika perlu encerkan mg per mL.
sejumlah larutan ini secara kuantitatif dan bertahap Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1,4 μg kapsul, keluarkan semua isi kapsul. Bersihkan dan
per mL. timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata-
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul
kapsul, keluarkan semua isi kapsul,bersihkan dan setara dengan lebih kurang 200 mg asebutolol,
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata- masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan
rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul lebih kurang 180 mL metanol P, kocok secara
setara dengan lebih kurang 250 mg asebutolol, mekanik selama lebih kurang 30 menit dan encerkan
- 216 -

dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL larutan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
ini, ke dalam labu tentukur 25-mL dan encerkan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
dengan metanol P sampai tanda. Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Fase gerak Buat campuran asam asetat glasial P-
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dimetilformamida P-kloroform P (20:20:60).
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm Pelarut Buat campuran metanol P-kloroform P
x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran (50:50).
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Larutan uji 1 Kocok sejumlah serbuk tablet setara
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dengan 400 mg asebutolol dalam 20 mL Pelarut
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera selama 2 menit dan sentrifus. Gunakan beningan.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan Larutan uji 2 Encerkan 3 mL Larutan uji 1 dengan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Pelarut hingga 100 mL. Encerkan 1 mL larutan ini
lebih dari 2,0 %. dengan Pelarut hingga 10 mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji 3 Encerkan 1 mL Larutan uji 1 dengan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Pelarut hingga 100 mL. Encerkan 1 mL larutan ini
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan Pelarut hingga 10 mL.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
jumlah dalam mg asebutolol, C18H28N2O4, dalam 10 L Larutan uji 1, Larutan uji 2dan Larutan uji 3
serbuk kapsul yang digunakan dengan rumus: pada lempeng kromatografi silika gel 60 F254 dan
biarkan bercak kering. Masukkan lempeng ke dalam
r  bejana kromatograf yang berisi Fase gerak dan
 336,44 
 (1000C ) U  biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat
 372,89   rS  tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat
dan biarkan kering. Amati bercak di bawah cahaya
336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot ultraviolet 254 nm. Semua bercak sekunder dari
molekul asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C Larutan uji 1 yang tidak lebih intensif dari bercak
adalah kadar Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam mg utama Larutan uji 2 (0,3%), tidak lebih dari 2 bercak
per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah dari Larutan uji 1 yang lebih intensif dari bercak
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. utama Larutan uji 3 (0,1%).

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak
rapat, pada suhu ruang terkendali. kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 400 mg
asebutolol, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
tambahkan 25 mL air, kocok dan encerkan dengan air
TABLET ASEBUTOLOL HIDROKLORIDA sampai tanda, saring. Pipet 10 mL filtrat, masukkan ke
Acebutolol Hydrochloride Tablets dalam labu tentukur 250-mL dan encerkan dengan air
sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini, masukkan ke
Tablet Asebutolol Hidroklorida mengandung dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan 20 mL asam
Asebutolol Hidroklorida, C18H28N2O4.HCl, setara hidroklorida 0,1 M dan encerkan dengan air sampai
dengan Asebutolol, C18H28N2O4, tidak kurang dari tanda. Ukur serapan larutan uji dan larutan baku
95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang Asebutolol Hidroklorida BPFI dengan kadar yang
tertera pada etiket. sama pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 233 nm. Hitung jumlah dalam mg zat
Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI; asebutolol, C18H28N2O4, dalam serbuk tablet yang
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam digunakan dengan rumus:
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat.
 336,44  A 
 (50000C ) U 
Identifikasi Larutkan secara terpisah sejumlah serbuk  372,89 
tablet dan baku pembanding dalam sesedikit mungkin
 AS 
etanol P, saring dan uapkan filtrat di atas tangas air
hingga kering. Spektrum serapan inframerah residu 336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot
yang didispersikan dalam kalium bromida P molekul asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan adalah kadar Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam mg
gelombang yang sama seperti pada Asebutolol per mL Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
Hidroklorida BPFI. serapan Larutan uji dan Larutan baku.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rapat, pada suhu ruang terkendali.
- 217 -

jumlah sulfat tidak lebih dari 0,20 mL asam sulfat


0,020 N.
ASETAZOLAMIDA
Acetazolamide Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
penetapan menggunakan 200 mg zat.

SO2NH2 S NHCOCH3 Logam berat<371>Metode III Tidak lebih dari 20


bpj.

N N Zat mereduksi perak Basahkan 5,0 g zat dengan


etanol P. Tambahkan 125 mL air, 10 mL asam nitrat
N-(5-Sulfamoil-1,3,4-tiadiazol-2-il)asetamida [59-66- P dan 5,0 mL perak nitrat 0,1 N LV. Kocok selama 30
5] menit, saring; pada filtrat tambahkan 5 mL besi(III)
C4H6N4O3S2 BM 222,25 amonium sulfat LP dan titrasi dengan amonium
tiosianat 0,1 N LV sampai berwarna cokelat
Asetazolamida mengandung tidak kurang dari 98,0% kemerahan: diperlukan tidak kurang dari 4,8 mL
dan tidak lebih dari 102,0%, C4H6N4O3S2, dihitung amonium tiosianat 0,1 N.
terhadap zat anhidrat.
Cemaran umum <481>
Pemerian Serbuk hablur putih hingga putih Larutan uji gunakan pelarut campuran aseton P-
kekuningan; tidak berbau. metanol P (1:1).
Larutan baku Gunakan pelarut campuran aseton P-
Kelarutan Sangat larut dalam air; agak sukar larut metanol P (1:1).
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol. Fase gerak Buat campuran n-propanol P-amonium
hidroksida 1 N (88:12).
Baku pembanding Asetazolamida BPFI; lakukan Penampak bercak Gunakan teknik penampak
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum bercak nomor 1.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
Identifikasi mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah larutkan dan encerkan dengan piridina P sampai
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida tanda. Dengan cara yang sama larutkan sejumlah
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Asetazolamida BPFI dalam piridina P hingga
gelombang yang sama seperti pada Asetazolamida diperoleh larutan baku dengan kadar lebih kurang 20
BPFI. mg per mL. Ukur serapan kedua larutan dalam sel 0,1
B. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 5 mL mm pada panjang gelombang serapan maksimum
natrium hidroksida 1 N. Tambahkan 5 mL larutan yang lebih kurang 7,38 µm, dengan spektrofotometer
dibuat dengan melarutkan 100 mg hidroksilamida inframerah, menggunakan piridina P sebagai blangko.
hidroklorida P dan 80 mg tembaga(II) sulfat P dalam Hitung jumlah dalam mg asetazolamida, C4H6N4O3S2,
10 mL air. Campur dan panaskan larutan berwarna dengan rumus:
kuning pucat yang diperoleh, diatas tangas uap selama
5 menit: terjadi larutan jernih berwarna kuning cerah;
A 
tidak terbentuk endapan atau warna cokelat tua setelah 10 C  U 
pencampuran atau pemanasan.  AS 
Air<1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam µg per mL
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan uji dan Larutan baku.
Klorida <361>Tidak lebih dari 0,014%; lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penetapan dengan cara sebagai berikut: Ekstraksi 1,5
rapat, pada suhu ruang.
g zat dengan 75 mL air pada suhu lebih kurang 70
selama 5 menit. Dinginkan sampai suhu ruang, saring:
25 mL filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari
TABLET ASETAZOLAMIDA
0,10 mL asam hidroklorida 0,020 N .
Acetazolamide Tablets
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,04%; lakukan
penetapan sebagai berikut: 25 mL filtrat yang Tablet Asetazolamida mengandung asetazolamida,
diperoleh pada Uji Batas Klorida <361> menunjukkan C4H6N4O3S2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 218 -

masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan


Baku pembanding Asetazolamida BPFI; lakukan 10 mL natrium hidroksida 0,5 N dan sonikasi selama
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum 5 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. dengan air sampai tanda dan campur. Saring sebagian
larutan, buang 20 mL filtrat pertama. Pipet 10 mL
Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara filtrat ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 10
dengan lebih kurang 500 mg asetazolamida, ekstraksi mL Larutan baku internal dan 10 mL natrium
dengan 50 mL aseton P. Saring dan tambahkan hidroksida 0,5 N, encerkan dengan air sampai tanda.
heksana P secukupnya ke dalam filtrat hingga Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
terbentuk endapan berat, putih. Saring endapan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
melalui penyaring kaca masir dengan porositas dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
sedang, keringkan dengan penghisapan: residu x 25 cm berisi bahan pengisi L1.. Laju alir lebih kurang
memenuhi uji Identifikasi seperti tertera pada 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Asetazolamida. Larutan baku. Rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Disolusi <1231> antara puncak analit dan puncak baku internal tidak
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,01 N. kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Alat tipe 1:100 rpm. penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Waktu: 60 menit. Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H6N4O3S2, lebih kurang 20 μL Larutan baku dan Larutan uji ke
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, yang dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan respons puncak utama. Waktu retensi relatif
serapan larutan baku Asetazolamida BPFI dalam asetazolamida dan sulfadiazin berturut-turut lebih
media yang sama pada panjang gelombang serapan kurang 0,7 dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg
maksimum lebih kurang 265 nm. asetazolamida, C4H6N4O3S2, dalam serbuk tablet yang
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak digunakan dengan rumus:
kurang dari 75% (Q) C4H6N4O3S2, dari jumlah yang
tertera pada etiket. R 
1000 C  U 
Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat.  RS 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam mg per mL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Kromatografi <931>. perbandingan respons puncak analit terhadap puncak
Fase gerak Larutkan 4,1 g natrium asetat anhidrat baku internal yang diperoleh dari Larutan uji dan
P dalam 950 mL air, tambahkan 20 mL metanol P dan Larutan baku.
30 mL asetonitril P, campur. Atur pH sampai 4,0 
0,05 dengan penambahan asam asetat glasial P, saring Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian rapat, pada suhu ruang terkendali.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih ASETAZOLAMIDA UNTUK INJEKSI
kurang 25 mg Asetazolamida BPFI. Masukkan ke Acetazolamide for Injection
dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 2,5 mL
natrium hidroksida 0,5 N, kocok hingga larut.
Asetazolamida Untuk Injeksi dibuat dari
Encerkan dengan air sampai tanda.
Asetazolamida dengan penambahan natrium
Larutan baku internal Masukkan lebih kurang 100
hidroksida dan digunakan untuk sediaan parenteral.
mg sulfadiazin P ke dalam labu tentukur 100-mL,
Kandungan setiap wadah bila dikonstitusikan seperti
tambahkan 10 mL natrium hidroksida 0,5 N, kocok
dinyatakan pada etiket, memberikan larutan yang
hingga larut. Encerkan dengan air sampai tanda.
mengandung asetazolamida, C4H6N4O3S2, tidak
Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku persediaan
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
dan 10 mL Larutan baku internal ke dalam labu
jumlah yang tertera pada etiket.
tentukur 100-mL, tambahkan 10 mL natrium
hidroksida 0,5 N, encerkan dengan air sampai tanda
Baku pembanding Asetazolamida BPFI; lakukan
dan campur hingga diperoleh kadar asetazolamida
pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum
lebih kurang 0,1 mg per mL.
digunakan; simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk yang
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
setara dengan lebih kurang 100 mg asetazolamida,
menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
- 219 -

simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan


dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam µg per mL
dalam lemari pembeku. Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
dari Larutan uji dan Larutan baku.
Identifikasi
A. Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 5 mL Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
air, tambahkan 2 tetes asam hidroklorida P, diamkan Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi dengan kaca
selama lebih kurang 15 menit. Saring melalui Tipe III dan simpan pada suhu ruang.
penyaring kaca masir porositas halus, bilas beberapa
kali, tiap kali dengan sedikit air, keringkan dalam
hampa udara diatas silika gel P selama 3 jam. Hablur ASETILKOLIN KLORIDA
yang diperoleh memenuhi Identifikasi seperti tertera Acetylcholine Chloride
pada Asetazolamida.
B. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>. O CH3
CH3
Cl-
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit N
H3C O CH3
Endotoksin FI per mg asetazolamida.

pH <1071> Antara 9,0 dan 10,0; lakukan penetapan Kolin asetat (ester) klorida [60-31-1]
menggunakan larutan segar (1 dalam 10). C7H16ClNO2 BM 181,66

Kesempurnaan melarut <901> Larutkan 1,0 g zat Asetilkolin Klorida mengandung tidak kurang dari
dalam 10 mL air bebas karbon dioksida P: larutan 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C7H16ClNO2,
jernih. dihitung terhadap zat kering.

Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih atau
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera hampir putih.
pada Injeksi.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
Sterilitas <71>, Keseragaman sediaan <911> dan dalam etanol; tidak larut dalam eter. Terurai dalam air
Penandaan Memenuhi syarat seperti tertera pada panas dan alkali.
Injeksi.
Baku pembanding Asetilkolin Klorida BPFI;
Penetapan kadar Lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah sebelum digunakan; jika telah dibuka, simpan dalam
Asetazolamida BPFI dan larutkan dalam larutan wadah tertutup rapat dalam desikator. Bahan ini sangat
natrium hidroksida P (1 dalam 100) hingga kadar lebih higroskopis.
kurang 100 µg per mL. Pipet 10 mL larutan ini,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan Identifikasi
asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Larutan uji Larutkan isi satu wadah dosis tunggal dikeringkan dan didispersikan dalam Kalium bromida
dengan sejumlah volume air yang diukur saksama P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
sesuai dengan jumlah yang tertera pada etiket. gelombang yang sama seperti pada Asetilkolin Klorida
Encerkan sebagian larutan secara kuantitatif dan jika BPFI.
perlu bertahap hingga kadar lebih kurang 500 µg per B. Pada 5 mL larutan zat (1 dalam 10), tambahkan
mL. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur 250- 5 mL perak nitrat LP: terbentuk endapan putih seperti
mL, tambahkan 25 mL asam hidroklorida 1 N dan air dadih, yang larut dalam amonium hidroksida P, tetapi
secukupnya sampai tanda. tidak larut dalam asam nitrat P.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Jarak lebur <1021> Metode I Antara 149º dan 152.
kurang 265 nm menggunakan asam hidroklorida 0,1
N sebagai blangko. Hitung jumlah dalam µg, Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 10 mL air yang
asetazolamida, C4H6N4O3S2, dalam 5,0 mL larutan baru dididihkan, tambahkan segera 1 tetes biru
injeksi dengan rumus: bromotimol LP: diperlukan tidak lebih dari 0,50 mL
natrium hidroksida 0,010 N untuk mengubah warna
larutan.
A 
25 C  U 
 AS 
- 220 -

Susut pengeringan <1121>Tidak lebih dari 1,0%; rapat. L-Fenilalanin BPFI; lakukan pengeringan pada
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. suhu 105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,2%.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
Klorida Tidak kurang dari 19,3% dan tidak lebih dari telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
19,8% Cl dihitung terhadap zat kering; lakukan bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
penetapan sebagai berikut: Masukkan lebih kurang bilangan gelombang yang sama seperti pada
280 mg zat yang ditimbang saksama ke dalam cawan Asetilsistein BPFI.
porselen, tambahkan 140 mL air dan 1 mL
diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak Rotasi jenis <1081> Antara +21º dan +27; lakukan
nitrat 0,1 N LV sampai perak klorida terflokulasi dan penetapan sebagai berikut: Dalam labu tentukur 25-
campuran berwarna merah muda lemah. mL, campur 1,25 g zat dengan 1 mL larutan dinatrium
edetat P (1 dalam 100), tambahkan 7,5 mL larutan
Tiap mL perak nitrat 0,1 N natrium hidroksida P (1 dalam 25), campur sampai
setara dengan3,545 mg Cl larut. Encerkan sampai tanda dengan dapar pH 7,0
yang dibuat dengan mencampur 29,5 mL natrium
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 hidroksida 1 N, 50 mL kalium fosfat monobasa 1 M
mg zat, larutkan dalam 15 mL air dalam labu dan air secukupnya hingga 100 mL. Atur pH 7,0  0,1;
Erlenmeyer bersumbat kaca. Tambahkan 40,0 mL menggunakan pH meter, jika perlu dengan
natrium hidroksida 0,1 N LV dan panaskan di atas penambahan salah satu dari kedua larutan: rotasi jenis
tangas uap selama 30 menit. Tutup, biarkan dingin, dihitung terhadap zat kering, bandingkan dengan
tambahkan Fenolftalein LP dan titrasi kelebihan alkali blangko yang dibuat dengan jumlah dan pereaksi yang
dengan asam sulfat 0,1 N LV. Lakukan penetapan sama.
blangko seperti yang tertera pada Titrasi residual
dalam Titrimetri <711>. pH <1071> Antara 2,0 dan 2,8; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
setara dengan18,17 mg C7H16ClNO2 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada tekanan lebih kurang 50
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mmHg pada suhu 70º selama 4 jam.
rapat, simpan dalam suhu ruang terkendali.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
pemijaran dengan cara sebagai berikut: Timbang
ASETILSISTEIN saksama lebih kurang 2 g zat, masukkan ke dalam
Acetylcysteine cawan silika yang telah ditara, panaskan pada lempeng
pemanas hingga memijar, dinginkan, tambahkan 1 mL
SH asam sulfat P dan panaskan perlahan-lahan hingga
O
H tidak keluar asap lagi. Pijarkan pada suhu 600 hingga
O
karbon terbakar habis.
H3C N
H
Logam berat <371>Metode III tidak lebih dari 10 bpj;
OH lakukan penetapan dengan menambahkan tetes demi
tetes 2 mL asam nitrat P untuk membasahi zat dan
N-Asetil-L-sisteina [616-91-1] selanjutnya lakukan seperti pada Larutan uji. [Catatan
C5H9NO3S BM 163,20 Hati-hati saat pengerjaan, karena dapat terjadi
ledakan].
Asetilsistein mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0%, C4H9NO3S, dihitung terhadap Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
zat kering. Metode I Memenuhi syarat.
Larutan uji Buat larutan dengan kadar 20 mg per
Pemerian Serbukhablur putih; berbau asetat. mL.
Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol; dari kadar yang tertera pada penetapan.
praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Baku pembanding Asetilsistein BPFI; lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 mmHg Kromatografi <931>. [Catatan Buat larutan natrium
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
- 221 -

metabisulfit P (1 dalam 2000) pada saat akan


digunakan]. LARUTAN ASETILSISTEIN
Fase gerak Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa Acetylcysteine Solution
P dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,0 dengan
penambahan asam fosfat P. Saring melalui penyaring Larutan Asetilsistein adalah larutan steril asetilsistein
membran dengan porositas 0,45 µm dan awaudarakan. dalam air, dibuat dengan penambahan natrium
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian hidroksida. Mengandung Asetilsistein, C5H9NO3S,
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 1 g L- dari jumlah yang tertera pada etiket.
Fenilalanin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
200-mL, tambahkan larutan segar natrium metabisulfit Baku pembanding Asetilsistein BPFI; Lakukan
P (1 dalam 2000) sampai tanda. pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 mmHg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah pada suhu 70 selama 4 jam sebelum digunakan;
Asetilsistein BPFI, larutkan dalam larutan natrium simpan dalam wadah tertutup rapat. L-Fenilalanin
metabisulfit P (1 dalam 2000) hingga kadar lebih BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3
kurang 10 mg per mL. Pipet 10 mL larutan ini dan 10 jam sebelum digunakan; simpan dalam wadah tertutup
mL Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 200- rapat.
mL, encerkan dengan larutan natrium metabisulfit P
(1 dalam 2000) sampai tanda, hingga kadar Identifikasi Masukkan lebih kurang 10 mL larutan zat
Asetilsistein BPFI lebih kurang 0,5 mg per mL. ke dalam gelas piala yang sesuai; atur pH hingga lebih
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1000 kurang 2 (menggunakan kertas indikator) dengan
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, penambahan asam hidroklorida 3 N. Tambahkan
larutkan dan encerkan dengan larutan natrium sampai 2 g serbuk halus natrium klorida P, mula-mula
metabisulfit P (1 dalam 2000), sampai tanda. Pipet 10 dalam 2 bagian masing-masing lebih kurang 200 mg
mL larutan ini dan 10 mL Larutan baku internal ke dan kemudian dalam jumlah yang lebih kecil (lebih
dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan larutan kurang 25 mg), aduk setelah setiap penambahan
natrium metabisulfit P (1 dalam 2000) sampai tanda. sampai natrium klorida larut dan terbentuk endapan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada [Catatan Endapan berupa serbuk sangat halus dan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi larutan menjadi keruh. Jika tidak terbentuk endapan,
dilengkapi dengan detektor 214 nm dan kolom 3,9 mm teteskan kembali asam hidroklorida 3 N dan aduk
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang sampai terbentuk endapan]. Diamkan pada suhu
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap ruang selama 15 menit dan saring endapan dengan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons penghisapan. Lakukan pengeringan seperti tertera pada
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi Susut pengeringan dalam Asetilsistein: endapan
relatif asetilsistein dan L-fenilalanin berturut-turut memenuhi uji Identifikasi seperti tertera pada
adalah lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara Asetilsistein.
puncak asetilsistein dan puncak L-fenilalanin tidak
kurang dari 6 dan simpangan baku relatif pada pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
volume sama (lebih kurang 5 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf; rekam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
jumlah dalam mg asetilsistein, C5H9NO3S, dalam zat Kromatografi <931>.
dengan rumus: Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
R  Penetapan Kadar dalam Asetilsistein.
2000 C  U  Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
 RS  larutan setara dengan lebih kurang 1000 mg
asetilsistein, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
C adalah kadar Asetilsistein BPFI dalam mg per mL mL, encerkan dengan larutan natrium bisulfit P (1
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah dalam 2000) sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini dan
perbandingan respons puncak asetilsistein terhadap 10 mL Larutan baku internal ke dalam labu tentukur
respons puncak L-fenilalanin dari Larutan uji dan 200-mL, encerkan dengan larutan natrium bisulfit P (1
Larutan baku. dalam 2000) sampai tanda.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kurang 5 μL) Larutan baku dan Larutan ujike dalam
rapat, pada suhu ruang terkendali. kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
- 222 -

puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asetilsistein, Larutan baku Pipet 0,5 mL air ke dalam labu
C5H9NO3S, dalam tiap mL larutan dengan rumus: tentukur 100-mL yang kering, encerkan dengan
isopropanol dehidrat P sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
 C  R 
2000    U  Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
 V   RS  dengan detektor penghantar panas dan kolom kapiler
0,32 mm x 50 m berisi bahan pengisi S2 dengan tebal
C adalah kadar Asetilsistein BPFI dalam mg per mL lapisan 5,0 µm. Gas pembawa helium P, dengan laju
Larutan baku; V adalah volume dalam mL larutan alir lebih kurang 11,0 mL per menit, “split rate” 50
yang digunakan; RUdan RS berturut-turut adalah mL per menit. Atur suhu kolom pada 100º dan naikkan
perbandingan respon puncak asetilsistein terhadap L- suhu secara bertahap 25º per menit hingga 190º.
fenilalanin dari Larutan uji dan Larutan baku. Pertahankan suhu injektor dan detektor pada 250º.
Prosedur Suntikkan secara terpisah, sejumlah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis volume sama (lebih kurang 1,0 μL) Larutan baku, zat
tunggal atau ganda, tertutup rapat, yang secara efektif uji dan isopropanoldehidrat P sebagai blangko ke
mencegah masuknya oksigen dan simpan dalam suhu dalam kromatograf gas. Rekam kromatogram dan
ruang terkendali. ukur respons puncak air. Hitung persentase air dalam
zat uji berdasarkan waktu retensi relatif air dan
isopropanol dehidrat P berturut-turut 1,0 dan 1,9.
Respons puncak air dari zat uji tidak lebih besar dari
ASETON
respons puncak air Larutan baku setelah dikoreksi
Acetone terhadap respons puncak air dari blangko.

Residu yang tidak menguap Tidak lebih dari 40 bpj;


lakukan penetapan sebagai berikut: Uapkan di atas
tangas uap 50 mL dalam cawan porselen yang telah
ditara dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam:
Aseton [67-64-1] residu tidak lebih dari 2 mg.
C3H6O BM 58,08
Zat mudah teroksidasi Campur 20 mL zat dan 0,10
Aseton mengandung tidak kurang dari 99,0%, C3H6O, mL kalium permanganat 0,10 N dalam labu bersumbat
dihitung terhadap zat anhidrat.[Catatan Aseton sangat kaca: warna merah muda dari campuran tidak hilang
mudah terbakar, tidak boleh ada pada tempat yang sama sekali dalam waktu 15 menit.
ada percikan api].
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Cairan transparan; tidak berwarna; mudah Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
menguap; bau khas. Larutan (1 dalam 2) netral <931>.
terhadap kertas lakmus. Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Metanol
BPFI dan 1 mL Aseton BPFI ke dalam labu tentukur
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, etanol, eter, 50-mL, larutkan dan encerkan dengan tetrahidrofuran
kloroform, hampir semua minyak dan minyak mudah P sampai tanda.
menguap. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
Baku pembanding Metanol BPFI, Aseton BPFI. dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler
leburan silika 0,32 mm x 30 m berisi bahan pengisi
Identifikasi G43 dengan lapisan 1,8 µm. Gas pembawa helium P
A. Spektrum serapan inframerah zat yang di ukur dengan kecepatan linear 35 cm per detik dan
dalam sel natrium klorida menunjukkan maksimum perbandingan “split” 1:400. Pertahankan suhu kolom
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada 40° pada 5 menit pertama, naikkan suhu secara
pada Aseton BPFI. bertahap 20º per menit hingga 240º. Pertahankan suhu
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram injektor pada 200° dan detektor pada 280°. Lakukan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem dan
diperoleh pada Penetapan kadar. rekam kromatogram seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif aseton, metanol dan
Bobot jenis <981>Tidak lebih dari 0,789. tetrahidrofuran berturut-turut adalah 1,0; 0,6 dan 1,9;
resolusi, R, antara puncak metanol dan puncak aseton
Air Tidak lebih dari 0,5 %; lakukan penetapan dengan tidak kurang dari 15.
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Prosedur Suntikkan lebih kurang 1 μL zat ke dalam
Kromatografi <931>. kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
- 223 -

puncak. Hitung persentase aseton, C3H6O, sebagai Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-
anhidrat dalam zat yang digunakan dengan rumus: amonium hidroksida P (80:20:2).
Volume penotolan 5 L.
r  Penampak bercak Gunakan teknik penampak
100  U  bercak nomor 1.
 rT 
Penetapan kadar dan Batas Guanin Lakukan
rU adalah respons puncak aseton dari zat; rT jumlah penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
respons semua puncak. [Catatan Tidak dilakukan tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
koreksi terhadap kandungan air, karena air tidak Fase gerak Buat larutan asam asetat glasial P
memberikan respons terhadap detektor ionisasi dalam air (1 dalam 1000) saring dan awaudarakan.
nyala]. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup Larutan baku guanin Timbang saksama lebih
rapat, jauhkan dari api. kurang 8,75 mg guanin, masukkan ke dalam labu
tentukur 500-mL, larutkan dalam 50 mL natrium
hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air sampai tanda.
ASIKLOVIR Pipet 2 mL larutan ke dalam labu tentukur 50-mL,
encerkan dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai
Acyclovir
tanda. Larutan mengandung guanin lebih kurang
0,7 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
Asiklovir BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
mL, larutkan dalam 5 mL natrium hidroksida 0,1 N,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL larutan
ini dan 2 mL Larutan baku guanin ke dalam labu
tentukur 50-mL, encerkan dengan natrium hidroksida
9-[(2-Hidroksietoksi)metil]guanina [59277-89-3] 0,01 N sampai tanda, campur hingga diperoleh larutan
C8H11N5O3 BM 225,20 yang mengandung asiklovir 0,1 mg per mL dan guanin
0,7 µg per mL.
Asiklovir mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
tidak lebih dari 101,0%, C8H11N5O3, dihitung terhadap zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL,
zat anhidrat. larutkan dalam 20 mL natrium hidroksida 0,1 N,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL larutan
Pemerian Serbuk hablur putih hingga hampir putih; ini ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
natrium hidroksida 0,01 N sampai tanda.
melebur pada suhu lebih dari 250 disertai peruraian.
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama
sejumlah Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam
Kelarutan Larut dalam asam hidroklorida encer;
natrium hidroksida 0,1 N, encerkan secara kuantitatif
sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
dan jika perlu bertahap dengan air hingga diperoleh
kadar masing-masing 0,1 mg per mL.
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
sejumlah guanin, larutkan dalam natrium hidroksida
0,1 N, encerkan jika perlu secara bertahap dengan air
Identifikasi
hingga kadar 0,7 µg per mL.
A. Spektrum inframerah zat yang didispersikan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
x 25 cm berisi pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3 mL
Asiklovir BPFI.
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
kesesuaian sistem 1, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
pada Penetapan Kadar dan batas guanin.
R, antara puncak asiklovir dan guanin tidak kurang
dari 2,0; faktor ikutan untuk puncak analit tidak lebih
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 6,0%.
dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang perbandingan asiklovir tidak lebih dari 2,0%.
Cemaran umum <481> Tidak lebih dari 1%.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis
sistem 2, rekam kromatogram dan ukur respons
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Larutan uji Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P
- 224 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku, volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Larutan baku guanin dan Larutan uji ke dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatograf, ukur respons puncak. Hitung jumlah kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
dalam µg guanin, dengan rumus: persentase guanin dalam krim yang digunakan dengan
rumus:
𝑟𝑈
( ) 1000𝐶
𝑟𝑆  ri   CS 
     100
C adalah kadar guanin dalam µg per mL Larutan baku  rS   CU 
guanin; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
guanin dalam Larutan uji dan Larutan baku guanin: ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak guanin
kandungan guanin tidak lebih dari 0,7%. Hitung dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
jumlah, dalam mg asiklovir, C8H11N5O3, dengan guanin dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
rumus: kadar asiklovir dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
𝑟𝑈
( ) 1000𝐶
𝑟𝑆 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C adalah kadar AsiklovirBPFI dalam mg per mL Kromatografi <931>.
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Fase gerak Buat larutan asam asetat 0,02 N-
puncak asiklovir dalam Larutan uji dan Larutan baku. asetonitril P (98:2), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup seperti tertera pada Kromatografi <931>.
rapat, pada suhu ruang, terlindung cahaya dan lembap. Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang sejumlah
Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam asam
hidroklorida 0,1 N; jika perlu encerkan secara
KRIM ASIKLOVIR kuantitatif dan bertahap dengan asam hidroklorida 0,1
Acyclovir Cream N hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg
per mL.
Krim Asiklovir mengandung Asiklovir, C8H11N5O3, Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang sejumlah
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% guanin, larutkan dalam asam hidroklorida 0,1 N; jika
dari jumlah yang tertera pada etiket. perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh µg per mL.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
BPFI, larutkan dalam asam hidroklorida 0,1 N; jika
Identifikasi Waktu retensi puncak utama perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,1
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
Batas mikroba <51> Uji terhadap Staphylococcus dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan ke
aureus dan Pseudomonas aeruginosa memberikan dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan
hasil negatif. dengan asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Guanin Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Larutan kesesuaian sistem 1, rekam kromatogram dan
tertera pada Kromatografi <931>. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Fase gerak, Larutan uji dan Sistem kromatografi waktu retensi relatif guanin dan asiklovir berturut-
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. turut lebih kurang 0,6 dan 1,0; resolusi, R antara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah guanin, puncak guanin dan puncak asiklovir tidak kurang dari
larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, jika perlu 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi
natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2 terhadap Larutan kesesuaian sistem 2, rekam
μg per mL. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
- 225 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


 C  r 
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan 100  U 
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam  D  rS 
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase asiklovir, C8H11N5O3, dalam krim dengan C adalah kadar guanin dalam mg per mL Larutan
rumus: baku; D adalah kadar asiklovir dalam mg per mL
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
 rU   CS  puncak guanin dari Larutan uji dan Larutan baku.
     100
 rS   CU  Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan Kromatografi <931>.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Asiklovir BPFI Fase gerak Buat larutan asam asetat 0,02 M, saring
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
asiklovir dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan menurut Kesesuaian system seperti tertera pada
jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang sejumlah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam natrium
rapat, pada suhu antara 15 dan 25 di tempat kering. hidroksida 0,1 N; jika perlu encerkan secara kuantitatif
dan bertahap dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
SALEP ASIKLOVIR Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang sejumlah
Acyclovir Ointment guanin, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N; jika
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Salep Asiklovir mengandung Asiklovir, C8H11N5O3, natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% µg per mL.
dari jumlah yang tertera pada etiket, dalam dasar salep Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
yang sesuai. BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N; jika
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
Identifikasi Waktu retensi puncak utama dari Larutan dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan ke
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan
pada Penetapan kadar. dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. 3,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem 1, rekam kromatogram dan
Guanin Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti waktu retensi relatif guanin dan asiklovir berturut-
tertera pada Kromatografi <931>. turut adalah lebih kurang 0,6 dan 1,0; resolusi, R
Fase gerak, Larutan uji dan Sistem kromatografi antara puncak guanin dan puncak asiklovir tidak
lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar. kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah guanin, penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, jika perlu kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem 2,
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2 tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
μg per mL. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku, dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase guanin dengan rumus: jumlah dalam mg, asiklovir, C8H11N5O3, dalam salep
yang digunakan dengan rumus:
- 226 -

r  r 
100C  U  100 i 
 rS   rS 
C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per mL ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons adalah jumlah respons semua puncak.
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat, pada suhu antara 15 dan 25 di tempat kering. Kromatografi <931>.
Fase gerak Asam asetat 0,02 M, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
TABLET ASIKLOVIR Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
Acyclovir Tablets <931>.
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama
Tablet Asiklovir mengandung asiklovir, C8H11N5O3, tidak sejumlah Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari natrium hidroksida 0,1 N, encerkan secara kuantitatif
jumlah yang tertera pada etiket. dan jika perlu bertahap dengan air hingga diperoleh
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. sejumlah guanin larutkan dalam natrium hidroksida
0,1 N, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
Identifikasi Waktu retensi puncak utama bertahap dengan air hingga diperoleh kadar 2,0 µg per
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku mL.
yang diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Asiklovir BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat N, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika
Keragaman bobot. perlu bertahap dengan air hingga diperoleh larutan
dengan kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Disolusi <1231> Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N dari 10 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Alat tipe 2: 50 rpm tablet setara dengan lebih kurang 10 mg asiklovir,
Waktu: 45 menit masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H11N5O3 dalam 10 mL natrium hidroksida 0,1 N, encerkan
yang terlarut dengan mengukur alikot yang telah dengan air sampai tanda dan saring.
diencerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
serapan Larutan baku Asiklovir BPFI dalam media Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
yang sama pada panjang gelombang serapan dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
maksimum lebih kurang 254 nm. x 25 cm berisi bahan pengisi L1, pertahankan suhu
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kolom pada 400. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
kurang dari 80% (Q) C8H11N5O3 dari jumlah yang menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tertera pada etiket. kesesuaian sistem 1, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak asiklovir seperti tertera pada
Cemaran organik tidak lebih dari 2,0%, kandungan Prosedur: waktu retensi relatif guanin dan asiklovir
cemaran guanin dan kandungan cemaran lain tidak berturut-turut adalah lebih kurang 0,6 dan 1,0;
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara resolusi, R, antara guanin dan asiklovir tidak kurang
Kromatogafi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Kromatografi <931>. ulang tidak lebih dari 2%. Lakukan kromatografi pada
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi. Larutan kesesuaian sistem 2, rekam kromatogram dan
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
pada Penetapan Kadar. lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
20 L) Larutan uji ke dalam kromatograf. Hitung volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
persentase masing-masing cemaran pada serbuk tablet Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
yang digunakan dengan rumus: kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung jumlah
dalam mg asiklovir, C8H11N5O3, dalam serbuk tablet
yang digunakan dengan rumus:
- 227 -

r  Fase gerak Gunakan variasi campuran


100C  U  Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
 rS  kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per mL sejumlah purin dan Asiklovir BPFI, larutkan dan
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons encerkan dengan Larutan A, hingga kadar masing-
puncak Larutan uji dan Larutan baku. masing lebih kurang 0,5 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Larutan A, hingga
kadar lebih kurang 5 µg per mL.
rapat, antara suhu 15 dan 25. Terlindung cahaya dan
Larutan baku A Encerkan sejumlah Larutan baku
lembap.
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,5 µg per
mL.
Larutan guanin Timbang saksama lebih kurang
ASIKLOVIR UNTUK INJEKSI 25 mg guanin, masukkan ke dalam labu tentukur
Acyclovir for Injection 500-mL, larutkan dengan 50 mL natrium hidroksida 0,1
N, encerkan dengan air sampai tanda. Kadar larutan
Asiklovir untuk Injeksi mengandung asiklovir, lebih kurang 0,05 mg per mL.
C8H11N5O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Larutan baku B Encerkan sejumlah Larutan guanin
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 5 µg per
mL.
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh Larutan uji Rekonstitusi isi tidak kurang dari 10 vial
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. masing-masing dengan pelarut seperti tertera pada
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, etiket, campur. Encerkan sejumlah campuran dengan
penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, Sistem kromatografi. Kromatograf cair kinerja tinggi
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka × 25 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
dalam lemari pembeku. 1,0 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
berikut:
Identifikasi
Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan Waktu Larutan A Larutan B
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh (menit) (%) (%)
pada Penetapan kadar. 0 100 0
15 100 0
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. 45 65 35
46 100 0
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,174 unit 56 100 0
Endotoksin FI per mg asiklovir.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
pH <1071> Antara 11,0 dan 12,5; Lakukan penetapan sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
menggunakan larutan 50 mg asiklovir per mL. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara purin
dan asiklovir tidak kurang dari 2,0; Lakukan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,5%. kromatografi terhadap Larutan baku A dan Larutan
baku B, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
Syarat lain Memenuhi syarat Penandaan seperti untuk puncak asiklovir dan guanin tidak lebih dari 1%.
tertera pada Injeksi. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku A,
Cemaran Organik Guanin tidak lebih dari 1,0%; Larutan baku B, dan Larutan uji ke dalam
Cemaran dengan waktu retensi 0,7 tidak lebih dari kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur respons
0,15%; masing-masing cemaran lain tidak lebih dari puncak utama. [Catatan Waktu retensi guanin dan
0,5%; total cemaran tidak lebih dari 1,0%. asiklovir berturut-turut adalah 5,8 dan 14 menit.]
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Hitung persentase guanin dalam larutan injeksi dengan
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. rumus:
Larutan A Campuran asam asetat 0,17 M–metanol P
(125:8).  rU   CS 
Larutan B Gunakan metanol P.       100
 rS   CU 
- 228 -

guanin dan asiklovir berturut-turut adalah 0,6 dan


1,0.]
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak guanin Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
guanin dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah yang tertera pada etiket. Hitung persentase persentase asiklovir, C8H11N5O3, dalam serbuk untuk
masing-masing cemaran dalam serbuk untuk injeksi injeksi dengan rumus:
dengan rumus:

 rU   CS 
 rU   CS       100
      100
 rS   CU 
 rS   CU 
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
rU adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
adalah respons puncak asiklovir dari Larutan baku; CS Asiklovir BPFI dalam mg per mL Larutan baku; dan
adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per mL CU adalah kadar asiklovir dalam mg per mL Larutan
Larutan baku; CU adalah kadar asiklovir dalam mg per uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya. Simpan pada suhu antara 15°
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dan 25°.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Asam asetat 0,02 M, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut ASTEMIZOL
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Astemizole
<931>.
Larutan kesesuaian sistem A Timbang saksama
sejumlah Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dan
encerkan dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
Laruan kesesuaian sistem B Timbang saksama
sejumlah guanin, larutkan dan encerkan dengam
natrium hidroksida 0,1 N, hingga kadar lebih kurang
2,0 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
BPFI, larutkan, dan encerkan dengan natrium
hidroksida 0,1 N, hingga kadar lebih kurang 0,1 mg 1-(p-Fluorobenzil)-2-[[1-(p-metoksifenetil)-4-
per mL. piperidil]amino]-benzimidazol [68844-77-9]
Larutan uji Rekonstitusi isi tidak kurang dari 1 vial C28H31FN4O BM 458,58
dengan air. Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan ke Astemizol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air tidak lebih dari 102,0%, C28H31FN4O, dihitung
sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,1 mg per terhadap kering.
mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
4,2 mm × 25 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, mudah larut
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi dalam metilen klorida dan dalam metanol, larut dalam
terhadap Larutan kesesuaian sistem A, rekam etanol.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara guanin dan asiklovir Baku pembanding Astemizol BPFI; lakukan
tidak kurang dari 2,0; simpangan baku relatif untuk pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105
puncak asiklovir tidak lebih dari 2,0%. Lakukan selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem B, wadah tertutup rapat.
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi relatif untuk didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
- 229 -

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang penyuntikan berikutnya. Lakukan kromatografi
sama seperti pada Astemizol BPFI. terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Jarak lebur <1021> Antara 175 dan 178. resolusi, R, antara puncak astemizol dan ketokonazol
tidak kurang dari 1,5.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
105 selama 4 jam. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur seluruh respons puncak.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
rumus:
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10
bpj. r 
0,25 i 
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,25% untuk  rS 
masing-masing cemaran dan tidak lebih dari 0,5%
untuk cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada adalah respons puncak Larutan baku.
Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan dalam air yang mengandung Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
17 g tetrabutilamonium hidrogen sulfat P per liter, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Kromatografi <931>.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium
pada Kromatografi <931>. asetat 0,13 M-asetonitril P-dietilamina P
Larutan B Gunakan asetonitril P, saring dan (470:300:230:1), atur pH hingga 7,5 dengan asam
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut asetat glasial P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
<931>. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Larutan baku Timbang saksama sejumlah Astemizol
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem BPFI, larutkan dalam Fase gerak, encerkan secara
kromatografi. kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Astemizol hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
BPFI, larutkan dalam metanol P, encerkan secara Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan metanol P zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
hingga kadar lebih kurang 25 g per mL. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah tanda.
Astemizol BPFI dan ketokonazol, larutkan dalam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
bertahap dengan metanol P hingga kadar berturut- dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm
turut lebih kurang 25 dan 250 g per mL. x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
10-mL, larutkan dan encerkan dengan metanol P puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
sampai tanda. tidak kurang dari 4000 lempeng teoritis, faktor ikutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada tidak lebih dari 1,8 dan simpangan baku relatif pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
dilengkapi dengan detektor 278 nm dan kolom 4,6 mm Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
x 10 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
dengan basa dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
lebih kurang 1 mL per menit. Buat keseimbangan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
sistem dengan asetonitril P dan kemudian dengan 95% jumlah dalam mg astemizol, C28H31FN4O, dalam zat
Larutan A dan 5% Larutan B, pertahankan komposisi uji dengan rumus:
ini selama 5 menit sebelum penyuntikan. Setelah
penyuntikan lakukan perubahan komposisi secara r 
berangsur menjadi 80% Larutan A dan 20% Larutan 50C  U 
B dalam waktu 15 menit dan pertahankan komposisi  rS 
ini selama 3 menit. Bilas kolom dengan 100% Larutan
B selama 5 menit, kemudian buat keseimbangan
sistem ke komposisi awal selama 5 menit sebelum
- 230 -

C adalah kadar Astemizol BPFI dalam mg per mL Cemaran organik Tidak lebih dari 0,25% untuk
Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons cemaran tunggal dan tidak lebih dari 1,0% untuk
puncak Larutan uji dan Larutan baku. cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi <931>.
rapat. Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Astemizol.
Larutan uji Gunakan Larutan uji pada Penetapan
TABLET ASTEMIZOL
kadar.
Astemizole Tablets Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
10 L) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tablet Astemizol mengandung astemizol,
kromatogram dan ukur seluruh respons puncak.
C28H31FN4O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
rumus:
Baku pembanding Astemizol BPFI; lakukan r 
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 100 i 
 rS 
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
adalah jumlah seluruh respons puncak.
Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji Pindahkan sejumlah serbuk tablet setara
Kromatografi <931>.
dengan lebih kurang 100 mg astemizol ke dalam labu
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
tentukur 100-mL, tambahkan metanol P sampai tanda
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
dan saring.
Astemizol.
Larutan baku Buat larutan Astemizol BPFI dalam
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg astemizol,
10 L Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Tambahkan
kromatografi yang dilapisi campuran silika gel setebal
25 mL Fase gerak, kocok selama 30 menit, encerkan
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dengan Fase gerak sampai tanda, sentrifus. Gunakan
kromatograf yang berisi campuran fase gerak toluena
cairan beningan sebagai Larutan uji.
P–dioksan P-metanol P-amonium hidroksida P
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(60:30:10:1) dan biarkan fase gerak merambat hingga
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tandai batas rambat, keringkan di udara dan amati di
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
bawah sinar ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak utama
jumlah dalam mg, astemizol, C28H31FN4O dalam
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Disolusi <1231>
Media disolusi: 800 mL cairan lambung buatan LP r 
(tanpa enzim).
50C  U 
Alat tipe 2:100 rpm.  rS 
Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah astemizol, C adalah kadar Astemizol BPFI dalam mg per mL
C28H31FN4O terlarut dengan mengukur serapan alikot, Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons
jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
serapan larutan baku Astemizol BPFI dalam media
yang sama pada panjang gelombang serapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
maksimum lebih kurang 285 nm. rapat.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C28H31FN4O dari jumlah yang
tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


- 231 -

ATENOLOL Fase gerak dan Sistem kromatografi lakukan seperti


Atenolol tertera pada Penetapan Kadar.
Larutan uji Masukkan lebih kurang 10 mg ke dalam
OH
labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
H
O N CH3

Enceran larutan uji Pipet 0,50 mL Larutan uji ke


O

CH3 dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase


H2N
gerak sampai tanda.
2-[p-[2-Hidroksi-3- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(isopropilamino)propoksi]fenil]asetamida [29122-68- volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan uji dan
7] Enceran larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
C14H22N2O3 BM 266,34 kromatogram dan ukur respons seluruh puncak.
[Catatan Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji
Atenolol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan dengan periode 6 kali waktu retensi puncak atenolol].
tidak lebih dari 102,0%, C14H22N2O3,, dihitung Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
terhadap zat kering. rumus:
r 
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih, tidak 0,5 i 
berbau. Suhu lebur 146° -148, kristal dari etil asetat.  rA 

Kelarutan Mudah larut dalam metanol; agak sukar ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
larut dalam etanol; sukar larut dalam air dan dalam kromatogram Larutan uji; rA adalah respons
isopropanol. puncak utama atenolol pada kromatogram Enceran
Larutan uji.
Baku pembanding Atenolol BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Identifikasi Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium 1-
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah heptansulfonat P dan 0,71 g natrium fosfat dibasa
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida anhidrat P dalam 700 mL air. Tambahkan 2 mL
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan dibutilamina P dan atur pH hingga 3,0 dengan asam
gelombang yang sama seperti pada Atenolol BPFI. fosfat 0,8 M. Tambahkan 300 mL metanol P, campur
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 g per mL dan saring melalui penyaring membran dengan
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan porositas 0,5 m atau lebih kecil. Awaudarakan larutan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti ini sebelum digunakan. Jika perlu lakukan
pada Atenolol BPFI. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Jarak lebur <1021> Metode 1 Antara 152- 156,5. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atenolol
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% kurang 0,01 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
tetap.
tambahkan 50 mL Fase gerak dan sonikasi selama 5
menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
5 mL larutan ke dalam labu tentukur 50-mL kedua dan
penetapan sebagai berikut; larutan 1,0 g zat dalam 100
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
mL asam nitrat 0,15 N dengan 1 mL perak nitrat LP
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tidak lebih keruh dibandingkan dengan larutan 1,4 mL
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
asam hidroklorida 0,020 N dalam 100 mL asam nitrat
dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 3,9 mm
0,15 N yang ditambah 1 mL perak nitrat LP.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
0,6 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,25% untuk
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
cemaran tunggal dan tidak lebih dari 0,5% untuk
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara
tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis, faktor ikutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Kromatografi <931>.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
- 232 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Lakukan penetapan jumlah atenolol terlarut
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan menggunakan cara berikut:
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak, dan Sistem kromatografi lakukan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Atenolol.
jumlah dalam mg, atenolol, C14H22N2O3, dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atenolol
rumus: BPFI ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
r  kurang 0,01 g per mL.
10.000C  U  Larutan uji Encerkan sejumlah filtrat larutan uji
 rS  dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01
mg per mL.
C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per mL Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Kadar. Hitung jumlah dalam mg atenolol, C14H22N2O3,
puncak Larutan uji dan Larutan baku. terlarut dengan rumus:

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup r 


baik, pada suhu ruang. 900CD  U 
 rS 

TABLET ATENOLOL C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per mL


Larutan baku; D adalah faktor pengenceran Larutan
Atenolol Tablets
uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku.
Tablet Atenolol mengandung atenolol, C14H22N2O3,
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
kurang dari 80% (Q) C14H22N2O3 dari jumlah zat yang
dari jumlah yang tertera pada etiket.
tertera pada etiket.
Baku pembanding Atenolol BPFI; lakukan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Identifikasi
Kromatografi <931>.
A. Panaskan sejumlah serbuk tablet setara dengan
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
lebih kurang 100 mg atenolol dalam 15 mL metanol P
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
hingga suhu 50, kocok selama 5 menit, saring dan Atenolol.
uapkan filtrat di atas tangas air hingga kering. Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu
Tambahkan 10 mL asam hidroklorida 0,1 N pada tentukur 1000-mL. Tambahkan 500 mL Fase gerak
residu, hangatkan, kocok dan saring. Tambahkan dan sonikasi selama 15 menit untuk menghancurkan
natrium hidroksida 1 N pada filtrat hingga basa, tablet. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
ekstraksi dengan 10 mL kloroform P. Keringkan Sentrifus, encerkan sejumlah volume cairan beningan
ekstrak kloroform dengan natrium sulfat anhidrat P. yang telah diukur saksama dengan Fase gerak hingga
Saring dan uapkan filtrat di atas tangas air hingga kadar atenolol lebih kurang 0,01 mg per mL.
kering dan panaskan residu pada suhu 105 selama 1 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
jam. Spektrum serapan infamerah residu hasil volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
pemurnian yang telah didispersikan dalam kalium Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung jumlah
bilangan gelombang yang sama seperti pada Atenolol dalam mg atenolol, C14H22N2O3, dalam zat uji dengan
BPFI. rumus:
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang
diperoleh pada Penetapan kadar.  L  r 
C   U 
 D  rS 
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL dapar asetat 0,1 N pH 4,6
C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per mL
yang dibuat dengan mencampur 44,9 bagian (v/v)
Larutan baku; L adalah jumlah atenolol dalam mg,
natrium asetat 0,1 N dengan 55,1 bagian (v/v) asam
pada tiap tablet seperti yang tertera pada etiket; D
asetat 0,1 N.
adalah kadar atenolol dalam mg per mL Larutan uji
Alat tipe 2: 50 rpm.
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket dan faktor
Waktu: 30 menit.
- 233 -

pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah respons Identifikasi


puncak Larutan uji dan Larutan baku. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
tertutup baik. seperti pada Atorvastatin Kalsium BPFI. [Catatan Jika
spektrum serapan inframerah analit dan baku
menunjukkan hasil yang berbeda, larutkan jumlah yang
ATORVASTATIN KALSIUM sama pada masing-masing zat dan baku pembanding
Atorvastatin Calcium dalam sejumlah metanol P yang sama, uapkan larutan
hingga kering dalam wadah yang umum dibawah
kondisi identifikasi, dan ulangi pengujian pada residu.]
B. Kalsium
Pengencer Buat campuran metanol P-air-asam
hidroklorida P (75:25:2).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,05 mg per mL.
Blangko Gunakan Pengencer.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
secara bersamaan pada garis emisi kalsium 422,7 nm
dengan spektrofotometer serapan atom seperti tertera
Asam[(3R,5R)-7-[3-(Fenilkarbamoil)-5-(4- pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>,
fluorofenil)-2-isopropil-4-fenil-1H-pirrol-1-il]-3,5- nyala asetilen– udara. Ukur serapan Larutan blangko
dihidroksiheptanoat, garam kalsium. dan lakukan koreksi. Kriteria keberterimaan serapan
Anhidrat [134523-03-8] Larutan uji sesuai dengan garis emisi kalsium 422,7 nm.
C66H68CaF2N4O10 BM 1155,36
Trihidrat [344423-98-9] Air <1031> Metode Ia Antara 3,5% dan 5,5% untuk
C66H68CaF2N4O10 .3H2O BM 1209,41 bentuk trihidrat. Jika pada etiket tercantum bentuk
Propilen glikol solvate amorf atau semi hablur, tidak lebih dari 6,0%. Jika pada
C66H68CaF2N4O10 .C3H8O2 BM 1231,46 etiket tercantum propilen glikol solvate, tidak lebih dari
1,0%.
Atorvastatin kalsium mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C66H68CaF2N4O10, Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj.
dihitung terhadap zat anhidrat bebas pelarut. Jika pada Pengencer Campuran metanol P-air (9:1).
etiket tercantum propilen glikol solvate, mengandung Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat,
atorvastatin kalsium tidak kurang dari 98,0% dan tidak larutkan dalam 30 mL Pengencer.
lebih dari 102,0%, C66H68CaF2N4O10, dihitung terhadap Larutan baku timbal Lakukan seperti tertera pada
zat anhidrat bebas propilen glikol dan bebas pelarut. Logam berat <371>.
Mengandung antioksidan yang sesuai. Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku timbal,
encerkan dengan Pengencer hingga 30,0 mL.
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih. Blangko Gunakan 20 mL Pengencer.
Larutan pembanding Timbang saksama lebih kurang
Kelarutan Tidak larut hingga sangat sukar larut dalam 250 mg zat, larutkan dalam 0,5 mL Larutan baku timbal
air, dalam dapar fosfat pH 7,4 dan dalam asetonitril; dan encerkan dengan Pengencer hingga 30,0 mL.
larut hingga mudah larut dalam metanol; sukar larut Prosedur Pada masing-masing Larutan uji, Larutan
dalam etanol; tidak larut dalam larutan pH 4 dan lebih baku, Blangko dan larutan pembanding, tambahkan 2 mL
kecil. Dapar asetat pH 3,5 yang dibuat seperti tertera pada
Logam berat <371>. Aduk, tambahkan 1,2 mL
Baku pembanding Atorvastatin Kalsium BPFI; tidak tioasetamida-gliserin basa LP dan aduk segera. Saring
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup larutan melalui penyaring membran dengan porositas
rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali. 0,45 µm. Bandingkan titik filtrat yang diperoleh dengan
Senyawa Sejenis A Atorvastatin BPFI; Senyawa larutan yang berbeda. Warna coklat pada titik Larutan
Sejenis B Atorvastatin BPFI; Senyawa Sejenis C uji tidak lebih intensif dari Larutan baku. Pengujian
Atorvastatin BPFI; Senyawa Sejenis D Atorvastatin tidak valid jika Larutan baku tidak menunjukkan warna
BPFI; Senyawa Sejenis E Atorvastatin BPFI; agak coklat dibandingkan dengan Blangko, atau jika
Senyawa Sejenis H Atorvastatin BPFI; Senyawa warna Larutan monitor tidak kurang intensif dari warna
Sejenis I Atorvastatin BPFI . Larutan baku.
- 234 -

Kadar propilen glikol (jika pada etiket tercantum Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
sebagai propilen glikol solvate). Antara 5,4% sampai saksama sejumlah Atorvastatin Kalsium BPFI
7,3%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi dan Senyawa Sejenis E Atorvastatin BPFI, larutkan
gas seperti tertera pada Kromatografi <931>. dan encerkan dengan metanol P hingga kadar berturut-
Pengencer Gunakan dimetilsulfoksida P. turut lebih kurang 5 mg per mL dan 37,5 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah propilen [Catatan Senyawa sejenis E atorvastatin adalah 3S,5S
glikol, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga enansiomer atorvastatin.]
kadar lebih kurang 0,125 mg per mL. Larutan kesesuaian sistem Pipet 2,0 mL Larutan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat (sebagai kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu tentukur
propilen glikol solvate), larutkan dan encerkan dengan 10-mL, tambahkan 2,0 mL etanol mutlak P dan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per mL. encerkan dengan heksan P sampai tanda.
Sonikasi untuk membantu kelarutan. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 0,53 mm x 75 dalam 2,0 mL metanol P, tambahkan 2,0 mL etanol
m berisi bahan pengisi G43 dengan tebal lapisan 3 µm. mutlak P dan encerkan dengan heksan P sampai tanda.
Pertahankan suhu injektor dan detektor berturut-turut Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pada suhu lebih kurang 230° dan 250°. Atur suhu kolom tinggi dilengkapi dengan detektor 244 nm dan kolom
seperti pada tabel berikut: 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L51. Laju alir
lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
Suhu Kecepatan Suhu akhir Waktu terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
(°C) (° C /menit) (°C) (menit) kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
100 0 100 1 pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
100 10 140 5 sejenis E atorvastatin dan atorvastatin tidak kurang
140 30 225 3 dari 2,0. [Catatan Urutan elusi puncak adalah
senyawa sejenis E atorvastatin diikuti atorvastatin.]
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan laju Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
alir lebih kurang 6,0 mL per menit. Lakukan 20 μL) Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera persentase senyawa sejenis E atorvastatin dalam zat
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; dengan rumus:
simpangan baku relatif pada penyutikan ulang tidak
lebih dari 5,0%.
 rU 
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah    100
volume sama (lebih kurang 1 μL) Larutan uji dan  rT 
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
rU adalah respons puncak senyawa sejenis E
persentase propilen glikol dalam atorvastatin kalsium
atorvastatin; dan rT adalah jumlah semua respons
sebagai propilen glikol solvate dengan rumus:
puncak senyawa sejenis E atorvastatin dan atorvastatin.

 rU   CS  Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


      100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 rS   CU  Kromatografi <931>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Prosedur 1 [Catatan Berdasarkan rute sintesis atau
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar sifat padat zat obat, lakukan Prosedur 1 atau Prosedur
propilen glikol dalam mg per mL Larutan baku; dan 2. Prosedur 2 sesuai untuk atorvastatin lakton, analog
CU adalah kadar atorvastatin kalsium (sebagai atorvastatin epoksi tetrahidrofuran dan atorvastatin
propilen glikol solvate) dalam mg per mL Larutan uji asetonid adalah senyawa sejenis yang tersedia, dan
berdasarkan bobot yang ditimbang. sesuai untuk zat dalam bentuk amorf.]
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak,
Kemurnian enansiomer Tidak lebih dari 0,3%. Pengencer, dan Larutan kesesuaian sistem Lakukan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair seperti tertera pada Penetapan kadar.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
<931>. Sejenis A Atorvastatin BPFI, Senyawa Sejenis B
Fase gerak Buat campuran heksan P-etanol mutlak Atorvastatin BPFI, Senyawa Sejenis C Atorvastatin
P-asam trifluoroasetat P (940:60:1), saring dan BPFI, dan Senyawa Sejenis D Atorvastatin BPFI,
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi masing-masing lebih kurang 1,5 µg per mL.
<931>.
- 235 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan sebagai berikut: Timbang lebih kurang 2,84 g amonium
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih format P dan 0,35 g amonium asetat P, larutkan dalam
kurang 1 mg per mL. [Catatan Sonikasi jika perlu.] 950 mL air. Atur pH hingga 5,0 dengan penambahan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asam format 20%, dan encerkan dengan air hingga 1 L.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Larutan A Buat campuran asetonitril P-Dapar pH
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan 5,0 (33:67).
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan B Gunakan asetonitril P.
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B Larutan C Gunakan tetrahidrofuran P bebas
atorvastatin dan atorvastatin tidak kurang dari 1,5. stabilisator.
Waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel 1. Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan B, dan Larutan C seperti tertera pada Sistem
sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan kromatografi.
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan Pengencer Buat campuran asetonitril P-
ukur semua respons puncak. Hitung persentase masing- tetrahidrofuran P bebas stabilisator-Dapar pH 5,0
masing senyawa sejenis A, B, C, D dalam zat dengan (60:5:35).
rumus: Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
sejumlah Atorvastatin Kalsium BPFI, Senyawa Sejenis
 ri   CS  A Atorvastatin BPFI, Senyawa Sejenis B Atorvastatin
      100 BPFI, Senyawa Sejenis H Atorvastatin BPFI, Senyawa
 rS   CU  Sejenis I Atorvastatin BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar atorvastatin kalsium
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari BPFI lebih kurang 0,5 mg per mL dan kadar masing-
Larutan uji; rS adalah respons puncak senyawa sejenis masing senyawa sejenis atorvastatin lainnya lebih
atorvastatin dari Larutan baku; CS adalah kadar kurang 2,5 µg per mL.
Senyawa Sejenis Atorvastatin BPFI yang sesuai dalam Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar atorvastatin larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
kalsium dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan lebih kurang 0,5 mg per mL. sonikasi untuk
bobot yang ditimbang. Hitung persentase cemaran lain melarutkan. [Catatan Larutan stabil selama 3 jam
dalam zat dengan rumus: pada suhu ruang dan selama 24 jam pada suhu 2°
sampai 8°, simpan terlindung dari cahaya.]
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
 ri 
  100 tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
r 
 T  4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L11 dengan
ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1,1 mL
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40° dan suhu
dari Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons “autosampler” pada 4°. Kromatograf diprogram
puncak dari Larutan uji. Masing-masing cemaran dan sebagai berikut:
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Tabel 1. Waktu Larutan A Larutan B Larutan C
(menit) (%) (%) (%)
Tabel 1 0 91 0 9
15 91 6 3
Nama Waktu Retensi Batas 20 82 16 2
Relatif (%) 25 82 16 2
Senyawa sejenis A 50 32 66 2
0,8 0,3
atorvastatin
55 32 66 2
Senyawa sejenis B
0,9 0,3
atorvastatin
Atorvastatin 1,0 - Lakukan kromatografi terhadap Larutan identifikasi
Senyawa sejenis C puncak, rekam kromatogram, dan ukur respons
1,2 0,3
atorvastatin puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
Senyawa sejenis D puncak dan lembah antara senyawa sejenis B
2,1 0,2
atorvastatin atorvastatin dan atorvastatin tidak kurang dari 2.
Cemaran lain - 0,1
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih
Total cemaran - 1,0
kurang 15 μL) Larutan uji ke dalam kromatograf,
Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%.
rekam kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
Prosedur 2 Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
Dapar pH 5,0 Campuran larutan amonium format dengan rumus:
0,045 M dan amonium asetat 0,0045 M yang dibuat
- 236 -

 ri  1 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama


      100 sejumlah Atorvastatin Kalsium BPFI dan Senyawa
 rT  F Sejenis B Atorvastatin BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari kurang 0,05 mg per mL dan 0,06 mg per mL.
Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons puncak, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
masing-masing dibagi dengan nilai yang sesuai pada Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan dan encerkan
faktor respons relatif yang tertera pada Tabel 2; F dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
adalah faktor respons relatif seperti tertera pada Tabel 0,4 mg per mL. [Catatan Sonikasi jika perlu.]
2. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
lebih dari batas yang tertera pada Tabel 2. larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
lebih kurang 0,4 mg per mL. [Catatan Sonikasi jika
Tabel 2 perlu.]
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Nama Waktu Faktor Batas tinggi dilengkapi dengan detektor 244 nm dan kolom
retensi Respons (%) 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
relatif Relatif ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
Atorvastatin diamino 0,58 0,74 0,15 35°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
Senyawa sejenis A 0,86 1,0 0,3 Kromatograf diprogram sebagai berikut:
atorvastatin
Senyawa sejenis B 0,94 1,0 0,3
Waktu Larutan A Larutan B
atorvastatin
(menit) (%) (%)
Atorvastatin 1,0 - -
0 100 0
Senyawa sejenis C 1,1 1,0 0,3
40 100 0
atorvastatin (jika ada)
Asam Atorvastatin 3- 1,45 1,0 0,10 70 20 80
deoksihept-2- enoat 85 0 100
Senyawa sejenis H 1,90 1,0 0,15 100 0 100
atorvastatin
105 100 0
Analog atorvastatin 2,00 0,71 0,15
epoksi tetrahidrofuran 115 100 0
Atorvastatin etil ester 2,08 1,0 0,15
Senyawa sejenis D 2,18 1,3 0,15 Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
atorvastatin
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
Senyawa sejenis I 2,75 1,0 0,15
atorvastatin
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Cemaran lain - 1,0 0,10 puncak senyawa sejenis B atorvastatin dan
Total cemaran - - 1,0 atorvastatin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Abaikan puncak yang terelusi sebelum 2 menit dan puncak kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
yang kurang dari 0,05%. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,6; dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada lebih dari 0,6%. [Catatan Jika puncak senyawa sejenis
Kromatografi <931>. B atorvastatin dan atorvastatin berhadapan, gunakan
Dapar Timbang saksama sejumlah amonium asetat Pengencer campuran asetonitril-tetrahidrofuran
P, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih bebas stabilisator-air (1:1:2) untuk menyiapkan
kurang 3,9 g per L. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1 dengan Larutan uji, Larutan baku, dan Larutan kesesusian
penambahan asam asetat glasial P. sistem.]
Larutan A Buat campuran asetonitril P– Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tetrahidrofuran P bebas stabilisator-Dapar volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
(21:12:67). Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan B Buat campuran asetonitril P-tetra kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
hidrofuran bebas stabilisator-Dapar (61:12:27). persentase atorvastatin kalsium, C66H68CaF2N4O10
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan dalam zat dengan rumus:
Larutan B. [Catatan Jika perlu, sesuaikan Fase gerak
dengan meningkatkan atau menurunkan persentase  rU   CS 
asetonitril P atau pH larutan amonium asetat untuk       100
mencapai waktu retensi 26-34 menit untuk puncak  rS   CU 
atorvastatin.]
Pengencer Gunakan N,N-dimetilformamida P.
- 237 -

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Larutan uji Gunakan sejumlah alikot, encerkan
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dengan Media disolusi jika diperlukan.
Atorvastatin Kalsium BPFI dalam mg per mL Larutan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
baku dan CU adalah kadar zat dalam mg per mL Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan dalam metanol P
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. dan encerkan secara kuantitatif dengan Media disolusi
hingga kadar lebih kurang sama dengan larutan uji.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baik dan simpan pada suhu ruang untuk bentuk volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
trihidrat. Jika pada etiket dicantumkan amorf atau Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
semi hablur atau sebagai propilen glikol sulvate, kromatogram, dan ukur respons puncak atorvastatin.
simpan sesuai seperti tertera pada etiket. Kondisi Hitung persentase, C33H35FN2O5, yang terlarut.
wadah dan penyimpanan termasuk sebagai berikut: Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
simpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari kurang dari 70% (Q) C33H35FN2O5 dari jumlah yang
cahaya dan kelembapan, atau dalam wadah tertutup tertera pada etiket.
rapat; simpan pada suhu ruang, pada suhu ruang
terkendali atau pada suhu antara 2° dan 8°; simpan Keseragaman sediaan (untuk tablet 10 mg atau
dalam gas nitrogen atau dalam wadah dengan kurang) Lakukan penetapan dengan cara
penyerap oksigen; dan simpan dalam gas nitrogen, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dalam wadah dengan silika gel dan penyerap oksigen. Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Penandaan Jika bentuk amorf, bentuk semi hablur Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
dan bentuk propilen glikol solvate harus dicantumkan tentukur 50-mL, tambahkan 3 mL air, dan diamkan
pada etiket. Jika tidak menggunakan Prosedur 1, pada hingga tablet terdispersi dalam air, tambahkan 20 mL
etiket dicantumkan prosedur Cemaran yang metanol P dan sonikasi, tambahkan metanol P sampai
digunakan. Pada etiket cantumkan nama dan jumlah tanda dan saring. Pipet 10 mL filtrat, encerkan dengan
antioksidan yang ditambahkan. 25,0 mL Pelarut.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada


TABLET ATORVASTATIN KALSIUM Tablet.
Atorvastatin Calcium Tablets
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Tablet Atorvastatin Kalsium mengandung atorvastatin,
Kromatografi <931>.
tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0%,
Pelarut Campuran asetonitril P-air (40:60).
C33H35FN2O5, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Dapar Larutkan 5,78 g amonium dihidrogen fosfat
P dalam 1000 mL air.
Baku pembanding Atorvastatin Kalsium BPFI; tidak
Larutan A Campuran asetonitril P-tetrahidrofuran
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
P (92,5:7,5).
rapat, terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Larutan B Campuran Dapar-Larutan A (58:42).
Larutan C Buat campuran Dapar-Larutan A-
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
metanol P (20:20:60).
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan B
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
dan Larutan seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
Disolusi <1231>
Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan dalam 5 mL
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,8 yang
metanol P, dan encerkan dengan 50,0 mL Pelarut
dibuat sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
6,8 g kalium dihidrogen fosfat P dan 0,9 g natrium
Larutan baku B Pipet 1 mL Larutan baku A,
hidroksida P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
encerkan dengan Pelarut hingga 100,0 mL.
mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Atur pH hingga 6,8 dengan penambahan asam fosfat
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
P atau natrium hidroksida P, saring.
tablet setara dengan 50 mg atorvastatin, larutkan
Alat tipe 1: 75 rpm.
dalam 10 mL metanol P, tambahkan 20 mL Pelarut,
Waktu: 30 menit.
sonikasi jika perlu dan encerkan dengan Pelarut
Lakukan penetapan jumlah, C33H35FN2O5, yang
hingga 100,0 mL.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak
tinggi dilengkapi dengan detektor 246 nm dan kolom
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Penetapan kadar.
- 238 -

ukuran partikel 5 µm. Kromatogram diprogram 0,16 mg per mL, sonikasi jika perlu dan saring.
sebagai berikut: Encerkan secara kuantitatif sejumlah filtrat dengan
Pelarut hingga kadar lebih kurang 0,08 mg per mL.
Waktu Laju alir Larutan B Larutan C Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
(menit) (mL per menit) (%) (%) tinggi dilengkapi dengan detektor 246 nm dan kolom
0 1,8 100 0 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
20 1,8 100 0 ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2,0 mL
35 1,5 25 75 per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
40 1,5 25 75 baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
55 1,5 0 100 seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
60 1,8 100 0 kurang dari 2000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak
lebih dari 1,5; dan simpangan baku relatif pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A, penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
dari 5000 lempeng teoritis; dan faktor ikutan tidak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
lebih dari 1,5. kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Hitung persentase atorvastatin, C33H35FN2O5, dalam
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku B serbuk tablet dengan rumus:
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak: 𝑟𝑈 𝐶𝑆 558,64
respons puncak lain tidak lebih dari respons puncak ( ) × ( ) × [𝑀] × ( )
𝑟𝑆 𝐶𝑈 1155,36
utama Larutan baku B (1,0%); total respons puncak
lain tidak lebih dari 4 kali respons puncak utama
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Larutan baku B (4,0%); abaikan respons puncak
kurang dari 0,05 kali respons puncak utama Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Atorvastatin
baku B (0,05%). Kalsium BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
adalah kadar atorvastatin dalam mg per mL Larutan uji
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. M adalah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada jumlah molekul atorvastatin per molekul atorvastatin
Kromatografi <931>. kalsium (2); 558,64 dan 1155,36 berturut-turut adalah
Pelarut Timbang saksama lebih kurang 6,8 g kalium bobot molekul atorvastatin dan atorvastatin kalsium.
dihidrogen fosfat P dan 0,9 g natrium hidroksida P,
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dan encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga terlindung dari kelembapan pada suhu tidak lebih dari
6,8 dengan penambahan asam fosfat P atau natrium 30°.
hidroksida P.
Dapar Timbang saksama lebih kurang 1,54 gram Penandaan Pada etiket dicantumkan kandungan
amonium asetat P, masukkan ke dalam labu tentukur atorvastatin kalsium setara dengan jumlah
1000-mL, larutkan, dan encerkan dengan air sampai atorvastatin.
tanda. Atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam
asetat glasial P.
Larutan A Campuran asetonitril P-tetrahidrofuran ATRAKURIUM BESILAT
P (92,5:7,5). Atracurium Besylate
Fase gerak Campuran Dapar-Larutan A (50:50),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Atorvastatin Kalsium BPFI, larutkan, dan encerkan
dalam metanol P hingga kadar atorvastatin lebih
kurang 0,8 mg per mL. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam
labu tentukur 50-mL, tambahkan 20 mL metanol P dan
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Kadar Ester 2-(2-karboksietil)-1,2,3,4-tetrahidro-6,7-
atorvastatin lebih kurang 0,08 mg per mL. dimetoksi-2-metil-1-veratrilisokuinolinium
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang benzensulfonat, pentametilen [64228-81-5]
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk C65H82N2O18S2 BM 1243,48
setara dengan lebih kurang 80 mg atorvastatin,
larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang
- 239 -

Atrakurium Besilat mengandung tidak kurang dari


96,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C65H82N2O18S2, Waktu Larutan A Larutan B
dihitung terhadap zat anhidrat. Mengandung isomer (menit) (%) (%)
trans-trans tidak kurang dari 5,0% dan tidak lebih dari 0 80 20
6,5%, isomer cis-trans tidak kurang dari 34,5% dan 5 80 20
tidak lebih dari 38,5%, isomer cis-cis tidak kurang dari 15 75 25
55,0% dan tidak lebih dari 60,0%. 25 75 25
30 55 45
38 0 100
Baku pembanding Atrakurium Besilat BPFI; tidak
45 0 100
boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
titrimetri pada saat digunakan. Simpan dalam wadah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertutup rapat dan tempat dingin.
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Pemerian Serbuk; putih atau kekuningan; sedikit kromatogram dan ukur respons puncak metil
higroskopis. benzensulfonat; respon puncak metil benzensulfonat
dalam Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
Kelarutan Larut dalam air; sangat mudah larut dalam
asetonitril, dalam etanol, dan dalam metilen klorida. Cemaran organik Lakukan Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Identifikasi <931>.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang pada Penetapan Kadar.
sama dengan Atrakurium Besilat BPFI. Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku yang
B. Waktu retensi respons puncak tiga isomer utama diperoleh dari Penetapan kadar, masukkan ke dalam
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Larutan A
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Larutan Atrakurium
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%. Besilat BPFI dalam Larutan A dengan kadar 1 mg per
mL.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
bpj. ukur semua respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: resolusi, R, antara isomer trans-trans dan
Metil benzensulfonat Tidak lebih dari 0,01%. isomer cis-trans tidak kurang dari 1,5; dan juga antara
Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti cis-trans dan isomer cis-cis tidak kurang dari 1,5.
tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Dapar, Larutan A, Larutan B dan Fase gerak volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku Buat larutan metil benzensulfonat kromatogram dan ukur semua respons puncak kecuali
dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg tiga puncak utama isomerik. Hitung persentase
per mL. Pipet sejumlah volume larutan, encerkan masing-masing cemaran terhadap atrakurium besilat
dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 1 µg per dengan rumus:
mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg  ri  C S  1 
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan      100
dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda. Pipet 1  rT  CU  F 
mL Larutan uji dan 5 mL larutan yang mengandung
metil benzensulfonat dalam asetonitril 0,2 mg per mL ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Larutan uji dan rT adalah respons puncak isomer cis-
larutan A sampai tanda. cis, isomer trans-trans dan isomer cis-trans dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku; CS adalah kadar Atrakurium Besilat
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
dilengkapi dengan detektor 217 nm dan kolom 4,6 mm atrakurium besilat dalam mg per mL Larutan uji
x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 yang berdasarkan bobot yang ditimbang; F adalah faktor
dideaktivasi dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir respons relatif. Masing-masing cemaran dan total
lebih kurang 1mL per menit. Kromatograf diprogram cemaran tidak lebih dari batas seperti yang tertera pada
sebagai berikut: Tabel.
- 240 -

45 0 100
Tabel 50 80 20

Nama Waktu retensi Faktor Batas Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
relatif respons (%) kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
relatif pada Prosedur: resolusi, R, antara isomer trans-trans
Cemaran E 0,2 1,0 1,5
dengan isomer cis-trans dan antara isomer cis-trans
Cemaran F 0,25 1,0 1,0
dengan isomer cis-cis tidak kurang dari 1,5 dan
Cemaran G 0,3 2,0 1,0
(laudanosina) simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang isomer
Cemaran D 0,45 dan 0,5 1,0 1,5 cis-cis tidak lebih dari 2,0.
Atrakurium 0,8 - - Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Isomer trans-trans volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Atrakurium 0,9 - - Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Isomer cis-trans kromatogram dan ukur respons puncak tiga isomer.
Atrakurium 1,0 - - Hitung persentase atrakurium besilat, C65H82N2O18S2,
Isomer cis-cis dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Cemaran A 1,04 dan 1,08 1,0 1,5
Cemaran I 1,07 dan 1,12 1,0 1,0
Cemaran H 1,07 dan 1,12 1,0 1,0  rU  C S 
    100
Cemaran K 1,09 dan 1,12 1,0 1,0  rS  CU 
Cemaran B 1,15 1,0 0,1
Cemaran C 1,2 dan 1,3 1,0 1,0
Cemaran lain - 1,0 0,1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak isomer
Total cemaran - - 3,5 trans-trans, trans-cis dan cis-cis dari Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar Atrakurium besilat
BPFI dalam mg per mL dalam Larutan baku; CU
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
adalah kadar atrakurium besilat dalam mg per mL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dalam Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 10,2 g kalium fosfat monobasa P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam lebih kurang 950 mL air dalam labu tentukur
rapat dan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
1000-mL. Sambil diaduk, atur pH hingga 3,1 dengan
[Catatan Atrakurium besilat tidak stabil dalam suhu
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air
ruang]
hingga 1000 mL.
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P-
metanol P (75:20:5). Saring dan awaudarakan.
Larutan B Buat campuran Dapar-asetonitril P- INJEKSI ATRAKURIUM BESILAT
metanol P (50:30:20). Saring dan awaudarakan. Atracurium Besylate Injection
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Injeksi Atrakurium besilat adalah larutan steril yang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mengandung Atrakurium besilat, C65H82N2O18S2,
Atrakurium besilat BPFI, larutkan dalam Larutan A tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0%
hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. dari jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg isomer trans-trans tidak kurang dari 5,0% dan tidak
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, lebih dari 6,5% dari jumlah atrakurium besilat yang
larutkan dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda. tertera pada etiket, mengandung isomer cis-trans tidak
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kurang dari 34,5% dan tidak lebih dari 38,5% dari
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi jumlah atrakurium besilat yang tertera pada etiket,
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm mengandung isomer cis-cis tidak kurang dari 55,0%
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi dan tidak lebih dari 60,0% dari jumlah atrakurium
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 besilat yang tertera pada etiket. [Catatan Injeksi tidak
mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai stabil pada suhu ruang. Simpan semua sampel dalam
berikut: lemari pendingin. Penyiapan untuk semua analisis
sesegera mungkin atau gunakan injektor dengan
Waktu Larutan A Larutan B (%) pendingin].
(menit) (%)
0 80 20 Baku pembanding Atrakurium Besilat BPFI; tidak
5 80 20 boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
15 40 60 titrimetri pada saat digunakan. Simpan dalam wadah
25 40 60 tertutup rapat dan tempat dingin. Endotoksin BPFI;
30 0 100 [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
- 241 -

harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi] C  ri 



Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari 100 
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan M  rS 
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per
mL Enceran Larutan baku; M adalah kadar atrakurium
Identifikasi Waktu retensi puncak utama besilat dalam mg per mL Larutan uji; ri adalah respons
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku puncak setiap cemaran dalam Larutan uji; rS adalah
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. jumlah semua respons puncak Enceran Larutan baku.

Endotoksin bakteri <201>Tidak lebih dari 5,56 Unit Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Endotoksin FI per mg atrakurium besilat. Injeksi.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat jika diuji seperti Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
yang tertera pada Penyaringan membran dalam Uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sterilitas dari produk yang di uji. Kromatografi <931>.
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan
pH <1071> Antara 3,0 dan 3,65. Larutan baku. Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Atrakurium besilat.
Cemaran organik Senyawa asam tidak lebih dari Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume
6,0%, senyawa basa isomer cis dan trans tidak lebih injeksi setara dengan lebih kurang 50 mg atrakurium
dari 6,0%, laudanosin tidak lebih dari 3,0%, besilat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
kombinasi monoakrilat isomer cis dan trans tidak Larutkan dan encerkan dengan Larutan A sampai
lebih dari 3,0%; cemaran sintesis lain yang diketahui tanda.
tidak lebih dari 2,0%; cemaran lain tidak lebih dari Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair
0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 15,0%. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi
tertera pada Kromatografi <931>. dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan yang berisi bahan pengisi L1yang dideaktivasi. Laju
baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada alir lebih kurang 1 mL per menit. Kromatograf di
Penetapan kadar. program sebagai berikut:
Larutan kesesuaian sistem Panaskan sebagian
Larutan baku pada suhu 90º selama 30 menit, Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
kemudian dinginkan segera hingga suhu 5º. (menit) (%) (%)
Enceran larutan baku Ukur saksama sejumlah 0 80 20 Kesetimbangan
volume Larutan baku; encerkan secara kuantitatif dan 0-5 80 20 Isokratik
jika perlu bertahap dengan Larutan A hingga kadar 5-15 80→40 20→60 Gradien Gradien Linier
lebih kurang 0,02 mg per mL. 15-25 40 60 Isokratik
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 25-30 40→0 60→100 Gradien Gradien Linier
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem dan Enceran Larutan baku Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rekam kromatogram dan ukur respons puncak hasil kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
degradasi dengan membandingkan respons puncak pada Prosedur:waktu retensi relatif isomer trans-
Larutan kesesuaian sistem terhadap Enceran Larutan trans, isomer cis-trans dan isomer cis-cis berturut-
baku seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi turut adalah lebih kurang 0,8; 0,9 dan 1,0; resolusi, R,
relatif atrakurium besilat isomer cis-cis lebih kurang antara puncak isomer trans-trans, isomer cis-trans,
0,22 untuk senyawa asam; 0,29 untuk laudanosin; 0,44 antara puncak isomer cis-trans dan isomer cis-cis tidak
dan 0,50 berturut-turut untuk isomer trans dan cis kurang dari 2,0. Simpangan baku relatif penyuntikan
senyawa hidroksi; dan lebih kurang 1,28 dan 1,33 ulang tidak lebih dari 2,0%.
berturut-turut untuk isomer trans dan cis monoakrilat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
volume sama (lebih kurang 20 L) Enceran Larutan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tiga isomer.
kromatogram dan ukur respons puncak kecuali Hitung jumlah dalam mg atrakurium besilat,
respons puncak asam benzensulfonat dengan waktu C65H82N2O18S2, dalam tiap mL injeksi dengan rumus:
retensi relatif lebih kurang 0,08 terhadap isomer cis-
cis atrakurium besilat. Hitung persentase setiap
 C  r 
cemaran pada Larutan uji dengan rumus: 50  U 
 V  rS 
- 242 -

C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per Timbang saksama 1 g zat, larutkan dalam air pada
mL Larutan baku; V adalah volume injeksi dalam mL suhu 25º, hingga 20 mL. Tetapkan rotasi optik
yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut- menggunakan tabung polarimeter yang sesuai pada
turut adalah jumlah respons puncak isomer trans- suhu 25º. Hasil pembacaan rotasi dalam derajat,
trans, isomer trans-cis dan isomer cic-cis dari Larutan dikalikan 200 dan dibagi panjang tabung polarimeter
uji dan Larutan baku. dalam mm merupakan rotasi optik.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 20 mL air,
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca tipe 1, dalam tambahkan 1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan
lemari pendingin, hindarkan pembekuan dan natrium hidroksida 0,020 N LV hingga warna kuning:
terlindung cahaya. diperlukan tidak lebih dari 0,30 mL.

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%.


ATROPIN SULFAT
Atropine Sulfate Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

Garam Sulfat (2.1)monohidrat 1αH,5αH-tropan-3-α- Alkaloida lain Larutkan 150 mg zat dalam 10 mL air.
ol(±)-tropat(ester) [5908-99-6] Pada 5 mL larutan tambahkan beberapa tetes
(C17 H23NO3)2.H2SO4.H2O BM 694,83 platina(IV) klorida LP: tidak terbentuk endapan. Pada
Anhidrat [55-48-1] BM 676,83 5 mL sisa larutan, tambahkan 2 mL amonium
hidroksida 6 N, kocok kuat-kuat: dapat terjadi
Atropin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,5% opalesensi lemah tetapi tidak terjadi kekeruhan.
dan tidak lebih dari 101,0%, (C17H23NO3)2.H2SO4,
dihitung terhadap zat anhidrat. Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
[Perhatian Atropin Sulfat perlu penanganan khusus Metode I Memenuhi syarat.
karena sangat beracun].
Penetapan kadar Timbang sakasama lebih kurang 1
Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur g zat, larutkan dalam 50 mL asam asetatglasial P,
putih; tidak berbau; mengembang di udara kering: titrasi dengan asam perklorat 0,1 NLV, Tetapkan titik
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya. akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan
blangko.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah Tiap mL asamperklorat 0,1 N
larut dalam gliserin. setara dengan 67,68 mg(C17 H23NO3)2.H2SO4

Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI, tidak boleh Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara rapat.
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
INJEKSI ATROPIN SULFAT
Identifikasi Atropine Sulfate Injection
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam Kalium bromida P menunjukkan Injeksi Atropin Sulfat adalah larutan steril Atropin
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Sulfat dalam Air untuk Injeksi. Mengandung Atropin
sama seperti pada Atropin Sulfat BPFI. Sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari
B. Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan reaksi 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang
Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji tertera pada etiket.
Identifikasi Umum <291>.
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; Tidak boleh
Suhu lebur <1021> Metode III tidak lebih rendah dari dikeringkan, tetapkan kadar air dengan titrimetri pada
187º; lakukan penetapan setelah dikeringkan pada saat akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
suhu 120º selama 4 jam. rapat, terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan
[Catatan Atropin Sulfat anhidrat bersifat Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
higroskopis, setelah dikeringkan segera masukkan ke hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
dalam pipa kapiler dan segera lakukan penetapan Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
suhu lebur]. pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
Rotasi optik <1081> Antara -0,60º dan + 0,05º (batas
hiosiamin); lakukan penetapan sebagai berikut:
- 243 -

Identifikasi Lakukan penetapan seperti yang tertera resolusi, R, antara puncak asam p-hidroksibenzoat dan
pada Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis atropin tidak kurang dari 2,2.
<281>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Penjerap Campuran silika gel P. volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
Fase gerak Campuran kloroform P-dietilamin P Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(9:1). kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Larutan uji Gunakan 15 μL injeksi tanpa jumlah dalam mg, atropin sulfat,
pengenceran. (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O dalam tiap mL injeksi
Penampak bercak Kalium iodoplatinat LP. dengan rumus:
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
dalam Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis
 694,83   25C  rU 
<281>. Semprot lempeng dengan Penampak bercak.    
 676,83   V  rS 
Endotoksinbakteri <201> Tidak lebih dari 55,6 unit
Endotoksin FI per mg atropin sulfat. 694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot
molekul atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat
pH<1071> Antara 3,0 dan 6,5. anhidrat; C adalah kadar Atropin Sulfat BPFI dalam
mg per mL Larutan baku;V adalah volume injeksi
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada yang digunakan dalam mL; rU dan rS berturut-turut
Injeksi. adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan
baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Kromatografi <931>. tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Dapar asetat Buat larutan dalam air yang
mengandung 6,8 g natrium asetat P dan 2,9 mL asam
asetat glasial P per liter.
Fase gerak Masukkan 5,1 g tetrabutilamonium
TABLET ATROPIN SULFAT
hidrogen sulfat P ke dalam labu tentukur 1000-mL, Atropine Sulfate Tablets
tambahkan 50 mL asetonitril P, encerkan dengan
Dapar asetat sampai tanda. Atur pH hingga 5,5 ± 0,1 Tablet Atropin Sulfat mengandung atropin sulfat
dengan penambahan natrium hidroksida 5 N. Saring (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 90,0%
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada pada etiket.
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; tidak boleh
Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
kadar lebih kurang 80 µg per mL. titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
setara dengan lebih kurang 2 mg atropin sulfat,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan Identifikasi
dengan air sampai tanda. A. Gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
Larutan resolusi Buat larutan asam p- kurang 5 mg atropin sulfat dengan 10 mL air selama
hidroksibenzoat dalam air hingga kadar lebih kurang beberapa menit, saring ke dalam corong pisah kecil.
2,5 µg per mL. Encerkan 1 bagian volume larutan Basakan larutan dengan amonium hidroksida 6 N dan
dengan 4 bagian volume Larutan baku. ekstraksi dengan 50 mL kloroform P. Saring lapisan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kloroform, uapkan hingga kering: sisa memenuhi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi syarat seperti yang tertera pada Identifikasi Basa
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm Nitrogen Organik <261>.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang B. Filtrat dari larutan tablet menunjukkan reaksi
2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap terhadap Sulfat cara A, B, dan C seperti tertera pada
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera Uji identifikasi umum <291>.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. Lakukan Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 15 menit.
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pada Prosedur: waktu retensi relatif asam p-
hidroksibenzoat terhadap atropin lebih kurang 1,6, dan
- 244 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Identifikasi


Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi A. Larutan uji Uapkan sejumlah volume larutan
<931>. tetes mata setara dengan lebih kurang 36 mg atropin
Dapar pH 9,0; Larutan baku internal dan Sistem sulfat hingga kering. Masukkan residu dalam corong
kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan pisah, larutkan dengan 5 mL air.
Kadar dalam Larutan Tetes Mata Atropin Sulfat. Larutan baku Timbang saksama 36 mg Atropin
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin Sulfat BPFI, masukkan dalam corong pisah, larutkan
Sulfat BPFI, larutkan dan jika perlu encerkan secara dengan 5 mL air.
kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang 0,1 Perlakukan Larutan uji dan Larutan baku dengan
mg per mL. Pipet 10 mL larutan ke dalam corong cara yang sama sebagai berikut: Tambahkan 1,5 mL
pisah, lakukan sesuai Larutan uji seperti tertera pada natrium hidroksida 1 N dan 10 mL kloroform P. Kocok
Penetapan Kadar dalam Larutan Tetes mata Atropin selama 1 menit, diamkan sampai terpisah, saring
Sulfat mulai dari “tambahkan 2,0 mL Larutan baku ekstrak kloroform melalui natrium sulfat anhidrat P
internal ”. yang diletakkan pada wol kaca. Ekstraksi lapisan air
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dua kali, tiap kali dengan 10 mL kloroform P, saring
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk dan kumpulkan ekstrak kloroform. Uapkan ekstrak
tablet setara dengan lebih kurang 1 mg atropin sulfat, kloroform dengan pengurangan tekanan hingga
masukkan ke dalam corong pisah, selanjutnya lakukan kering. Larutkan masing-masing residu dengan 10 mL
sesuai Larutan uji seperti tertera pada Penetapan karbon disulfida P. Spektrum serapan inframerah
Kadar dalam Larutan Tetes Mata Atropin Sulfat mulai larutan dalam sel 1 mm menunjukkan maksimum
dari “tambahkan 2,0 mL Larutan baku internal”. hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan pada Atropin Sulfat BPFI.
Kadar dalam Tetes Mata Atropin Sulfat. Hitung B. Larutan tetes mata menunjukkan reaksi Sulfat
jumlah dalam mg atropin sulfat, cara A seperti tertera pada Uji identifikasi umum
(C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, dalam serbuk tablet yang <291>.
digunakan, dengan rumus:
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
 694,83   W  RU 
     pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0.
 676,83   10  RS 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
molekul atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat <931>.
anhidrat; W adalah bobot Atropin Sulfat BPFI dalam Dapar pH 9,0 Larutkan 34,8 g kalium fosfat dibasa
mg yang digunakan dalam Larutan baku; RU dan RS P dalam 900 mL air, atur pH hingga 9,0 dengan
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak penambahan asamklorida 3 N atau natrium hidroksida
atropin sulfat terhadap respons puncak homatropin 1 N.
hidrobromida dari Larutan uji dan Larutan baku. Larutan baku internal Timbang saksama lebih
kurang 25 mg homatropin hidrobromida, masukkan ke
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan
baik. dengan air sampai tanda. Buat larutan segar setiap
hari.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin
Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif
TETES MATA ATROPIN SULFAT
dan jika perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih
Atropine Sulfate Ophthalmic Solution kurang 0,1 mg per mL. Pipet 10 mL larutan ini ke
dalam corong pisah dan lakukan seperti yang tertera
Tetes Mata Atropin Sulfat adalah larutan steril dari pada Larutan uji mulai dengan “tambahkan 2,0 mL
Atropin Sulfat dalam air. Mengandung Atropin Sulfat Larutan baku internal” .
(C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 93,0% Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan tetes
dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera mata setara dengan lebih kurang 10 mg atropin sulfat,
pada etiket. Dapat mengandung bahan stabilisator dan masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
anti mikroba yang sesuai. dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam
corong pisah, tambahkan 2,0 mL Larutan baku
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; Tidak boleh internal dan 5,0 mL Dapar pH 9,0 dan atur pH hingga
dikeringkan, tetapkan kadar air dengan titrimetri pada 9,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N.
saat akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 10 mL metilen
rapat, terlindung cahaya. klorida P, saring ekstrak metilen klorida melalui 1 g
natrium sulfat anhidrat P ke dalam gelas piala 50 mL.
- 245 -

Uapkan filtrat dengan aliran nitrogen P hingga hampir Azatadin Maleat mengandung tidak kurang dari
kering, larutkan residu dalam 2,0 mL metilen klorida 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
P. C20H22N2.2C4H4O4, dihitung terhadap zat kering.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi Pemerian Serbuk putih sampai krem muda; tidak
dengan detektor ionisasi nyala, kolom kaca 2 mm x 1,8 berbau. Melebur pada lebih kurang 153º.
m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada partikel
penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom pada 225º, Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol,
suhu injektor dan detektor pada 250, gunakan dalam kloroform dan dalam metanol; praktis tidak
nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih larut dalam benzen dan dalam eter.
kurang 25 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Baku pembanding Azatadin Maleat BPFI; tidak
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
R, tidak kurang dari 4,0; faktor ikutan puncak tidak rapat.
lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 1 μL) Larutan uji dan didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung sama seperti pada Azatadin Maleat BPFI.
jumlah, dalam mg atropin sulfat, B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (40 µg
(C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, dalam tiap mL tetes mata per mL) dalam asam hidroklorida-metanol LP 0,25 N
yang digunakan dengan rumus: menunjukkan maksimum hanya pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Azatadin Maleat
BPFI.
 694,83   W  RU 
     C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
 676,83   V  RS  Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
molekul atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
anhidrat; W adalah bobot dalam mg Atropin Sulfat
60º selama 3 jam.
BPFI untuk membuat Larutan baku; V adalah volume
larutan tetes mata yang digunakan dalam mL; RU dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
RS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak
atropin sulfat terhadap homatropin hidrobromida dari
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
Larutan uji dan Larutan baku.
lebih dari 0,10%. Total cemaran tidak lebih dari 2,0%.
Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
rapat.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan A, Larutan B,dan Fase gerak Lakukan
AZATADIN MALEAT seperti tertera pada Penetapan kadar.
Azatadine Maleate Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Azatadin Maleat BPFI, masukkan dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, masukkan kedalam labu tentukur yang
sesuai, encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
0,001 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 1,0
6,11-Dihidro-11-(1-metil-4-piperidilidena)-5H- mg per mL.
benzo[5,6]siklohepta[1,2-b]piridin maleat (1:2) Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
[3978-86-7] tinggi dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom
C20H22N2.2C4H4O4 BM 522,55 berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11
dengan ukuran partikel 5 µm.Pertahankan suhu kolom
- 246 -

pada 45°. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. dengan ukuran partikel 5 µm.Pertahankan suhu kolom
Kromatograf diprogram sebagai berikut: pada 45°. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
menit.Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Waktu Larutan B
0 80 20 Larutan A (%)
(menit) (%)
7,0 70 30 0 80 20
12,0 60 40 7,0 70 30
14,0 50 50 12,0 60 40
16,0 30 70
14,0 50 50
18,0 30 70
16,0 30 70
18,1 80 20
20,0 80 20 18,0 30 70
18,1 80 20
20,0 80 20
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
volume sama (lebih kurang 3 μL) Larutan baku dan
lebih dari 0,73%.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan volume sama (lebih kurang 3 L) Larutan baku dan
rumus: Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase azatadin maleat, C20H22N2.2C4H4O4, dalam
 ri   CS  zat dengan rumus:
     100
 rS   CU   rU   CS 
      100
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari  rS   CU 
Larutan uji; rS adalah respons puncak azatadin dari
Larutan baku; CS adalah kadar Azatadin Maleat BPFI rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
dalam mg per mL Larutan baku; dan CU adalah kadar Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
azatadin maleat dalam mg per mL Larutan uji Azatadin Maleat BPFI dalam mg per mL Larutan
berdasarkan bobot yang ditimbang. baku dan CU adalah kadar azatadin maleat dalam mg
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara ditimbang.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan A Buat larutan amonium asetat P dalam air baik.
3,854 g per liter, atur pH hingga 7.6 dengan
penambahan amonium hidroksida P 25%, saring
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas 0,2 AZATIOPRIN
µm. Azathioprine
Larutan B Buat campuran asetonitril P– metanol P
(20 : 80).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatadin
Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, 6-[(1-Metil-4-nitroimidazol-5-il)tio]purina [446-86-
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih 6]
kurang 0,5 mg per mL. C9H7N7O2S BM 277,26
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11
- 247 -

Azatioprin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan azatioprin dan azatioprin dengan kadar masing-
tidak lebih dari 102,0% C9H7N7O2S, dihitung terhadap masing 0,1 mg per mL
zat kering. Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Larutan
kesesuaian sistem persediaan A dan 2 mL Larutan
Pemerian Serbuk kuning pucat; tidak berbau. kesesuaian sistem persediaan B ke dalam labu
tentukur 100-mL. Tambahkan 35 mL Pengencer dan
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam larutan encerkan dengan Dapar sampai tanda.Larutan
alkali hidroksida encer; agak sukar larut dalam asam mengandung senyawa sejenis A azatioprin,
mineral encer; sangat sukar larut dalam etanol dan merkaptopurin, senyawa sejenis G azatioprin dan
dalam kloroform. azatioprin dengan kadar masing-masing 0,002 mg per
mL.
Baku pembanding Azatioprin BPFI; tidak boleh Larutan baku persediaan Timbang saksama
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah sejumlah Azatioprin BPFI ke dalam labu tentukur
tertutup rapat, terlindung cahaya dan pada suhu ruang yang sesuai. Tambahkan Pengencer hingga 35%
terkendali. Senyawa Sejenis A Azatioprin BPFI; volume labu dan encerkan dengan Dapar sampai
Merkaptopurin BPFI; Senyawa Sejenis G Azatioprin. tanda.Larutan mengandung azatioprin dengan kadar
Identifikasi 0,1 mg per mL.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan persediaan, encerkan dengan Dapar hingga kadar
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang azatioprin lebih kurang 0,1 g per mL.
sama seperti pada Azatioprin BPFI. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat ke
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram dalam labu tentukur yang sesuai. Tambahkan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang Pengencer hingga 35% volume labu dan encerkan
diperoleh pada Penetapan kadar. dengan Dapar sampai tanda.Larutan mengandung
azatioprin dengan kadar 0,1 mg per mL.
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%; Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
105º selama 5 jam. 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%. 30°. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
Kromatogram diprogram sebagai berikut:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Waktu Larutan A Larutan B
Kromatografi <931>. (menit) (%) (%)
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P 2,76 0 100 0
gram per liter. Atur pH hingga 2,5 dengan 5 100 0
penambahan asam fosfat P. 15 0 100
Larutan A Buat campuran metanol P-Dapar (5:95). 20 0 100
Larutan B Buat campuran metanol P-Dapar
(60:40). Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem seperti tertera pada Prosedur:resolusi, R, antara
Kromatografi. senyawa sejenis A azatioprin dan merkaptopurin tidak
Pengencer Buat larutan natrium hidroksida P 0,8 g kurang dari 2; antara senyawa sejenis G azatioprin dan
per liter dalam air. azatioprin tidak kurang dari 2.
Larutan kesesuaian sistem persediaan A Timbang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Azatioprin BPFI volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
dan Merkaptopurin BPFI ke dalam labu tentukur yang Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
sesuai. Tambahkan Pengencer hingga 35% volume kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
labu dan encerkan dengan Dapar sampai tanda. persentase masing-masing cemaran lain, dalam zat
Larutan mengandung senyawa sejenis A azatioprin dengan rumus:
dan merkaptopurin dengan kadar masing-masing 0,2
mg per mL.  ri   CS 
Larutan kesesuaian sistem persediaan B Timbang       100
saksama sejumlah Senyawa Sejenis G Azatioprin  rS   CU 
BPFI dan Azatioprin BPFI ke dalam labu tentukur
yang sesuai. Tambahkan Pengencer hingga 35% ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
volume labu dan encerkan dengan Dapar sampai
Larutan uji; rs adalah respons puncak azatioprin dari
tanda.Larutan mengandung senyawa sejenis G
Larutan baku; CS adalah kadar Azatioprin BPFI
- 248 -

dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
ditimbang. Masing-masing cemaran dan total Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
cemaran tidak lebih dari batas seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Tabel. persentase azatioprin, C9H7N7O2S, pada zat dengan
rumus:
Tabel
Cemaran Waktu Batas  rU   CS 
retensi relatif (%)       100
(menit)  rS   CU 
Senyawa sejenis A
0,3 0,15
azatioprin
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Merkaptopurin 0,4 0,15
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Senyawa sejenis G
0,97 0,10 Azatioprin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
azatioprin
Azatioprin 1,0 - adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji
Cemaran yang tidak berdasarkan bobot yang ditimbang.
- 0,10
diketahui
Total cemaran - 0,5 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05%. rapat, tidak tembus cahaya.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada TABLET AZATIOPRIN
Kromatografi <931>. Azathioprine Tablets
Larutan A Buat larutan natrium 1-heptansulfonat P
1,6 g per liter dalam air. Tablet Azatioprin mengandung azatioprin
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A C9H7N7O2S, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih
(30:70). Atur pH hingga 3,5 ± 0,1 dengan penambahan dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
asam hidroklorida 1 N. Saring dan awaudarakan. Jika
perlu, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Baku pembanding Azatioprin BPFI; lakukan
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931> pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
Larutan baku persediaan Timbang saksama selama 5 jam sebelum digunakan.
sejumlah Azatioprin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai. Tambahkan metanol P hingga Identifikasi Memenuhi Uji Identifikasi Kromatografi
25% volume labu dan 1% amonium hidroksida P. Lapis Tipis <281>.
Goyang dan sonikasi selama 2 menit sampai larut. Fase gerak Butanol P yang telah dijenuhkan dengan
Encerkan dengan metanol P sampai tanda.Larutan amonium hidroksida 6 N.
mengandung azatioprin dengan kadar 0,5 mg per mL. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Azatioprin BPFI larutkan dalam amonium hidroksida
persediaan, encerkan dengan air hingga kadar 6 N hingga kadar 200 µg per mL.
azatioprin 0,1 mg per mL. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg larutkan dalam amonium hidroksida 6 N hingga kadar
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. 20 mg per mL.
Tambahkan 25 mL metanol P dan 1,0 mL amonium Prosedur Totolkan masing-masing 5 μL Larutan
hidroksida P ke dalam labu, goyang dan sonikasi baku dan Larutan uji pada lempeng kromatograf
selama 2 menit sampai larut. Encerkan dengan selulosa mikrokristal setebal 0,25 mm. Masukkan
metanol P sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam lempeng ke dalam bejana berisi Fase gerak dan
labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan air sampai biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat
tanda. Larutan mengandung azatioprin dengan kadar tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat
0,1 mg per mL. dan keringkan lempeng: harga Rf bercak utama yang
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baku.
3,9 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1,8 mL Disolusi <1231>
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Media disolusi: 900 mL air.
baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak Alat tipe 2: 50 rpm.
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih Waktu: 30 menit.
dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H7N7O2S,
ulang tidak lebih dari 0,73%. yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
- 249 -

larutan baku Azatioprin BPFI dalam media yang sama C adalah kadar Azatioprin BPFI dalam mg per mL
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
kurang 280 nm. puncak azatioprin pada Larutan uji dan Larutan baku.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 75%(Q) C9H7N7O2S, dari jumlah yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
tertera pada etiket. cahaya.

Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat.


AZITROMISIN
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Azithromycin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium 1-
heptansulfonat P dalam 700 mL air, tambahkan 300
mL metanol P dan campur. Atur pH hingga 3,5 dengan
asam hidroklorida 1 N, saring melalui membran 0,8
µm yang sesuai dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian sistem menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
Azatioprin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
50-mL. Tambahkan lebih kurang 15 mL metanol P dan
0,5 mL amonium hidroksida P, goyang dan sonikasi
selama 2 menit. Encerkan dengan metanol P sampai
tanda. Masukkan 10,0 mL larutan ini ke dalam labu 9-Deokso-9a-aza-9a-metil-9a-homoeritromisin A
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. C38H72N2O12 [83905-01-5] BM 748,98
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang C38H72N2O12.H2O [121470-24-4] BM 767,00
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk C38H72N2O12.2H2O [117772-70-0] BM 785,02
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg azatioprin,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan Azitromisin adalah zat anhidrat atau mengandung satu
25 mL metanol P dan 1,0 mL amonium hidroksida P, atau dua molekul air. Azitromisin mengandung tidak
goyang dan sonikasi selama 2 menit. Encerkan dengan kurang dari 945 µg per mg dan tidak lebih dari 1030
metanol P sampai tanda, biarkan bahan pembantu µg per mg C38H72N2O12, dihitung terhadap zat
memisah. Masukkan 10,0 mL beningan ke dalam labu anhidrat.
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang larut dalam etanol mutlak dan dalam metilen klorida.
2,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh
puncakseperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
tidak kurang dari 800 lempeng teoritis, faktor ikutan tertutup rapat, dalam lemari pembeku. Azaeritromisin
puncak azatioprin tidak lebih dari 1,5 dan simpangan A BPFI; N-Demetilazitromisin BPFI
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Desosaminilazitromisin BPFI; Senyawa Sejenis F
2,0%. Azitromisin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Identifikasi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
jumlah dalam mg azatioprin, C9H7N7O2S, dalam maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: sama seperti pada Azitromisin BPFI. Jika spektrum zat
dan baku menunjukkan perbedaan, larutkan zat dan
r  baku pembanding secara terpisah dalam metanol P,
500 C  U  uapkan hingga kering pada tangas air dan keringkan
 rS  pada suhu 80º dalam hampa udara selama 30 menit.
Gunakan residu untuk penetapan.
- 250 -

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Prosedur 1


Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Larutan A Buat larutan kalium fosfat dibasa P 20
diperoleh pada Penetapan kadar. mM.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A-
Rotasi jenis <1081> Antara -45 dan -49; lakukan asetonitril P (750:250), atur pH hingga 10,55 ± 0,05
penetapan menggunakan larutan zat 20 mg per mL dengan penambahan kalium hidroksida 5 M. Saring
dalam etanol mutlak P pada suhu 20. dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; kecuali jika Kromatografi <931>.
pada etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf, sebagian Larutan baku persediaan Timbang saksama
besar partikel tidak menunjukkan refraksi ganda dan sejumlah Desosaminilazitromisin BPFI, N-
posisi ekstinksi. Demetilazitromisin BPFI, Azaeritromisin A BPFI dan
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
pH <1071> Antara 9,0 dan 11,0; lakukan penetapan asetonitril P hingga kadar berturut-turut lebih kurang
menggunakan larutan zat 2 mg per mL dalam 45; 105; 150; dan 160 µg per mL. Jika perlu sonikasi
campuran metanol P-air (1:1). sampai larut.
Larutan baku Pipet 4 mL Larutan baku persediaan
Air <1031> Metode I Jika pada etiket tertera: anhidrat, ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan
tidak lebih dari 2,0%; dihidrat, antara 4,0 dan 5,0%; Fase gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung
monohidrat, antara 1,8 dan 4,0%, kecuali jika Desosaminilazitromisin BPFI, Demetilazitromisin
memenuhi syarat Susut pengeringan antara 4,0 dan BPFI, Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI
6,5%. dengan kadar berturut-turut lebih kurang 0,9; 2,1;3,0;
dan 3,2 µg per mL.
Susut pengeringan Jika pada etiket dinyatakan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
sebagai azitromisin monohidrat dengan kadar air masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
antara 4,0 dan 6,5%; lakukan penetapan dengan cara tambahkan asetonitril P hingga 5% volume total labu,
Analisis termal <741>[Catatan Jumlah zat yang jika perlu sonikasi untuk meningkatkan kelarutan.
digunakan untuk penetapan dapat disesuaikan dengan Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan
kepekaan alat]. Tetapkan persentase zat mudah ini mengandung lebih kurang 0,33 mg per mL
menguap dengan alat analisis termogravimetri yang azitromisin.
sesuai dan telah dikalibrasi menggunakan lebih kurang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
10 mg zat yang ditimbang saksama. Panaskan antara dilengkapi dengan detektor elektrokimia
suhu ruang dan 150 dengan kenaikan suhu 10 per amperometrik dengan elektroda ganda karbon seperti
menit dengan aliran gas nitrogen P 35 mL per menit. kaca dengan cara elektroda satu yang diatur pada
Dari termogram yang diperoleh tetapkan titik infleksi +0,70 V dan elektroda dua yang diatur pada +0,82 V
dari dua tahap kehilangan bobot pada 70 dan 130: lebih kurang 28, suhu autosampler 5°.Kolom
antara suhu ruang dan titik infleksi pada 70 berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L49
kehilangan bobot tidak lebih dari 4,5% dan antara titik dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih kurang 1
infleksi antara 70 dan 130 kehilangan bobot antara mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
1,8 dan 2,6%. Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%; lakukan antara puncak azitromisin dan azaeritromisin A tidak
penetapan dengan cara: pada zat yang telah kurang dari 3,0; faktor ikutan untuk azitromisin tidak
diarangkan, basahkan dengan 2 mL asam nitrat P dan lebih dari 2,0 dan N-demetilazitromisin tidak lebih
5 tetes asam sulfat P. dari 2,5; simpangan baku relatif untuk azitromisin,
azaeritromisin A, N-demetilazitromisin dan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 25 desosaminilazitromisin pada penyuntikan ulang tidak
bpj. lebih dari 10,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Cemaran organik Catatan Lakukan Prosedur 1 jika volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
terdapat cemaran senyawa eritromisin A oksim dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan
eritromisin A iminoeter. kromatografi selama tidak kurang dari 3,3 kali waktu
[Catatan Gunakan air dengan tahanan tidak kurang eluasi puncak azitromisin dari Larutan baku, rekam
dari 18 Mohm-cm]. kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair persentase desosaminilazitromisin dan N-
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi demetilazitromisin dalam zat dengan rumus:
<931>.
- 251 -

 ri   CS  Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A


      F  100 dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
 rS   CU  kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama secara
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran terpisah sejumlah Senyawa Sejenis F Azitromisin
yang sesuai dari Larutan uji; rS adalah respons puncak BPFI dan Desosaminilazitromisin BPFI, larutkan dan
senyawa sejenis yang sesuai dari Larutan baku; CS encerkan dengan Larutan D hingga kadar berturut-
turut lebih kurang 0,0165 dan 0,027 mg per mL.
adalah kadar baku pembanding yang sesuai dalam g
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg
Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang
Larutan D hingga kadar lebih kurang 86 g per mL.
dan F adalah faktor konversi (0,001 mg per g).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
larutkan dan encerkan dengan Larutan D hingga kadar
rumus:
lebih kurang 8,6 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
 ri   CS  dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
      F  100
 rS   CU  berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
L1 dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain kolom pada 60. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dari Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin BPFI
dalam g per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
0 50 50
ditimbang dan F adalah faktor konversi (0,001 mg per
25 45 55
g). Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak 30 40 60
lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1. 80 25 75
81 50 50
Tabel 1 93 50 50

Cemaran Waktu Batas Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian


retensi relatif (%) sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
(menit) seperti tertera pada Prosedur: perbandingan puncak
Eritromisin A iminoeter 0,19 0,5
terhadap lembah tidak kurang dari 1,4. Hitung
Desosaminilazitromisin 0,29 0,3
perbandingan puncak terhadap lembah menggunakan
Eritromisin A oxime 0,37 0,5
N-demetilazitromisin 0,49 0,7
rumus:
Azaeritromisin A 0,80 1,0
 HP 
Azitromisin 1,0 -  
3-Deoksiazitromisin
2,33 1,0  HV 
(azitromisin B)
Total cemaran - 3,0
Hp adalah tinggi puncak desosaminilazitromisin
dihitung dari garis dasar; dan HV adalah kurva
Prosedur 2 terendah yang memisahkan desosaminilazitromisin
Catatan Lakukan Prosedur 1 jika terdapat cemaran dan puncak senyawa sejenis F azitromisin. Lakukan
senyawa eritromisin A oksim dan eritromisin A kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
iminoeter kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan A Buat larutan kalium fosfat dibasa P 1,8 pada Prosedur: faktor ikutan puncak azitromisin
mg per mL, atur pH hingga 8,9 dengan penambahan antara 0,8 dan 1,5.
natrium hidroksida 1 N atau asam fosfat 10 %, saring Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan awaudarakan. volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
Larutan B Buat campuran asetonitril P-metanol P Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(3:1), saring dan awaudarakan. kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
Larutan C Buat larutan amonium fosfat monobasa persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
P 1,73 mg per mL, atur pH hingga 10,0 ±0,05 dengan
penambahan amonia LP.
Larutan D Buat campuran metanol P-asetonitril P-  ri   CS   100 
      P  F1   
Larutan C (7:6:7).
 rS   CU   2 
F
- 252 -

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Larutan B Buat larutan kalium fosfat dibasa P 6,7 g
Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin per liter, atur pH hingga 11,0 dengan penambahan
dalam Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin Larutan A.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah Larutan C Buat larutan kalium fosfat dibasa P 6,7 g
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan per liter, atur pH hingga 8,0 dengan penambahan asam
bobot yang ditimbang; P adalah potensi Azitromisin fosfat P.
BPFI dalam µg per mg; F1 adalah unit faktor konversi Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan B
dalam 0,001 mg per µg dan F2 adalah faktor respons (60:40). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
relatif seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang pada Kromatografi <931>.
tertera pada Tabel 2. Pengencer Campuran asetonitril P-Larutan C
(60:40).
Tabel 2
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
Waktu Faktor
Komponen Retensi Respons
Batas yang sesuai. Larutkan dengan asetonitril P sejumlah
(%) 2% volume labu, encerkan dengan Pengencer sampai
Relatif Relatif
Azitromisin-N-oksida 0,29 0,43 0,5 tanda. Larutan mengandung 0,53 mg azitromisin per
3’-(N,N-Didemetil)-3’- mL.
0,37 1,7 0,5 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
N-formilazitromisin
3’-(N,N- masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
Didemetil)azitromisin( 0,43 1,0 0,5 Larutkan dengan asetonitril P sejumlah 2% volume
aminoazitromisin) labu, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Senyawa sejenis F Larutan mengandung 0,53 mg azitromisin per mL.
0,51 3,8 0,5
azitromisin Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Desosaminilazitromisin 0,54 1,0 0,3
sejumlah Azitromisin BPFI dan Azaeritromisin A
3’-N-{4-
BPFI , masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
(asetilamino)fenilsulfo
0,55 12 0,15 Larutkan dengan asetonitril P sejumlah 5% volume
nil}-3’, 3’-
didemetilazitromisin labu, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
N-Demetilazitromisin 0,61 1,0 0,7 Larutan mengandung azitromisin dan azaeritromisin A
Azitromisin C (3’’-O- masing-masing 0,5 mg per mL.
0,73 1,0 0,5 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
demetilazitromisin)
3’-De(dimetilamino)- dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
0,76 1,5 0,5
3’-oksoazitromisin berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
3’-N-{4- L67 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
(asetilamino)fenilsulfo kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 mL per
0,79 10 0,5
nil}-3’- menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
demetilazitromisin kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Azaeritromisin A 0,83 1,0 0,5 respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
Cemaran P Azitromisin 0,92 1,0 0,2 R antara puncak azaeritromisin A dan azitromisin
Azitromisin 1,0 - -
tidak kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap
2-Desetil-2-
propilazitromisin
1,23 1,0 0,5 Larutan baku rekam kromatogram dan ukur respons
3’-N-Demetil-3’-N-[(4- puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
metilfenil)sulfonil]azitr 1,26 5 0,5 puncak azitromisin antara 0,8 dan 1,5; simpangan
omisin baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
3-Deoksiazitromisin 1,10% untuk azitromisin. [Catatan Waktu retensi
1,31 1,0 1,0
(azitromisin B) relatif untuk azaeritromisin A dan azitromisin
Cemaran yang tidak
- 1,0 0,2
berturut-turut adalah 0,7 dan 1,0].
diketahui Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Total cemaran - - 3,0 volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
[Catatan Abaikan puncak yang tereluasi sebelum Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
azitromisin N-oksida dan sesudah 3- kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Deoksiazitromisin (Azitromisin B). Abaikan puncak jumlah dalam g azitromisin, C38H72N2O12 dalam tiap
dengan respons puncak kurang dari 0,1 kali respons mg zat dengan rumus:
puncak azitromisin dalam Larutan baku (0,1%)].

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara  rU   CS 


      P
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
 rS   CU 
Larutan A Buat larutan kalium hidroksida P 10 M.
- 253 -

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama tanda. Pipet 4 mL larutan ke dalam labu tentukur 25-
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar mL kedua, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Azitromisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Larutan uji Saring sejumlah larutan disolusi melalui
adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
berdasarkan bobot yang ditimbang dan P adalah Pipet 2 mL filtrat ke dalam labu tentukur 25-mL,
potensi Azitromisin BPFI dalam µg per mg encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.Pipet 4 mL
azitromisin. larutan ke dalam labu tentukur 25-mL kedua, encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Prosedur Lakukan penetapan jumlah azitromisin,
rapat. C38H72N2O12, yang terlarut seperti tertera pada
Prosedur dalam Penetapan kadar. Hitung jumlah
Penandaan Pada etiket tertera anhidrat, monohidrat dalam mg azitromisin, C38H72N2O12 yang terlarut
atau dihidrat. Bentuk amorf juga dicantumkan. Jika dengan rumus:
pada etiket sediaan tertera mengandung azitromisin,
maka yang dimaksud adalah azitromisin anhidrat, r 
C38H72N2O12. Pada etiket harus dicantumkan prosedur 70,31(CP) U 
cemaran organik yang digunakan jika tidak  rS 
menggunakan Prosedur 1.
C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; P adalah potensi dalam µg per mg
KAPSUL AZITROMISIN Azitromisin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah
Azithromycin Capsules respons puncak azitromisin dari Larutan uji dan
Larutan baku.
Kapsul Azitromisin mengandung Azitromisin, Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih kurang dari 75% (Q) C38H72N2O12, dari jumlah yang
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. tertera pada etiket.

Baku pembanding Azitromisin BPFI,tidak boleh Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
simpan dalam lemari pembeku. Azaeritromisin A Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
BPFI, tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
tertutup rapat. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Kromatografi <931>.
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku Fase gerak Larutkan 5,8 g kalium fosfat monobasa
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. P dalam 2130 mL air, tambahkan 870 mL asetonitril
P. Atur pH hingga 11,0 ± 0,1, dengan penambahan
Disolusi <1231>[Catatan Gunakan air dengan lebih kurang 6 mL kalium hidroksida 10 N, saring
tahanan tidak kurang dari 18 Mohm–cm]. melalui penyaring dengan porositas 0,5 m atau lebih
Dapar natrium fosfat pH 6,0 Buat sejumlah 6000 kecil dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
mL natrium fosfat dibasa 0,1 M, atur pH hingga 6,0 + penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
0,05 dengan penambahan lebih kurang 40 mL asam tertera pada Kromatografi <931>.
hidroklorida P, tambahkan 600 mg tripsin P. Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
Media disolusi: 900 mL Dapar natrium fosfat pH kurang 16,5 mg Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam
6,0. labu tentukur 100-mL. Tambahkan 10 mL asetonitril
Alat tipe 2: 100 rpm. P, larutkan dengan bantuan pengadukan dan sonikasi
Waktu: 45 menit. secara singkat. Encerkan dengan asetonitril P sampai
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair tanda.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan baku Pipet 2 mL Larutan baku persediaan
<931>. ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan Fase gerak sampai tanda hingga kadar Azitromisin
seperti tertera pada Penetapan Kadar. BPFI lebih kurang 0,0033 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15 mg Larutan resolusi Timbang lebih kurang 8 mg
Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Azaeritromisin A BPFI, masukkan ke dalam labu
50-mL. Tambahkan 25 mL Media disolusi dan tentukur 50-mL, tambahkan 5 mL asetonitril P
sonikasi hingga larut. Encerkan dengan Media disolusi larutkan dengan menggoyang dan menggunakan
sampai tanda.Pipet 2 mL larutan ke dalam labu bantuan sonikasi secara singkat. Encerkan dengan
tentukur 25-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai Fase gerak sampai tanda. Pipet 2 mL larutan ini dan 2
- 254 -

mL Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
100-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. baik.
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
kapsul, keluarkan isi semua kapsul. Bersihkan dan
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata- TABLET AZITROMISIN
rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul Azithromycin Tablet
setara dengan lebih kurang 250 mg azitromisin
anhidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, Tablet Azitromisin mengandung Azitromisin,
tambahkan lebih kurang 175 mL asetonitril P, kocok C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
secara mekanik selama 30 menit, encerkan dengan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
asetonitril P sampai tanda. Masukkan lebih kurang 40
mL suspensi tersebut ke dalam tabung sentrifuga dan Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh
sentrifus. Pipet 2 mL beningan ke dalam labu tentukur dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tertutup rapat, dalam lemari pembeku. Azaeritromisin
tanda.Pipet 2 mL larutan ke dalam labu tentukur 25- A BPFI; Senyawa Sejenis F Azitromisin BPFI;
mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Desosaminilazitromisin BPFI.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja Identifikasi Waktu retensi puncak utama
tinggi dilengkapi dengan detektor elektrokimia kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
amferometer dengan elektroda ganda karbon seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kaca dengan cara elektroda satu yang diatur pada
+0,70 ± 0,05 V dan elektroda dua yang diatur pada Disolusi
+0,82 ± 0,05 V dengan latar belakang arus optimal 85 Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,0
± 15 nanoamperdan kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm Alat tipe 2: 75 rpm
yang berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel Waktu: 30 menit
5-m dan kolom analitik 4,6 mm x 15 cm yang berisi Lakukan penetapan jumlah azitromisin yang
bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5-m atau terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
L49 dengan ukuran partikel 3-m tanpa kolom seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pelindung. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Larutan A Buat campuran kalium fosfat dibasa P 4,4
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi dan mg per mL dan natrium 1-oktansulfonat P0,5 mg per
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti mL dan atur pH hingga 8,20 ± 0,05 dengan
yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif pada penambahan asam fosfat P.
kolom L29 berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0 Fase gerak Gunakan campuran asetonitril P-
untuk azaeritromisin A dan azitromisin. dan pada metanol P-Larutan A (9:3:8). Saring dan
kolom L49 lebih kurang 0,8 dan 1,0; dan resolusi, R, awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
antara puncak azaeritromisin A dan puncak Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
azitromisin tidak kurang dari 2,5. Lakukan <931>.
kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam Pengencer Buat larutan kalium fosfat dibasa P 17,5
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang mg per mL, atur pH hingga 8,00 ± 0,05 dengan
tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak penambahan asam fosfat P. Buat campuran larutan ini-
azitromisin tidak kurang dari 0,9 dan tidak lebih dari asetonitril P (80:20).
1,5; efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng Larutan baku persediaan Timbang saksama
teoritis; simpangan baku relatif pada penyuntikan sejumlah Azitromisin BPFI, larutkan dalam Media
ulang tidak lebih dari 2,0%. disolusi hingga kadar L/1000 mg per mL. L adalah
Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera jumlah dalam mg per tablet yang tertera pada etiket.
pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin. Hitung Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
jumlah dalam mg azitromisin anhidrat, C38H72N2O12, denganPengencer hingga diperoleh kadar L/2000 mg
dalam isi kapsul yang digunakan dengan rumus: per mL. L adalah jumlah dalam mg per tablet yang tertera
pada etiket.
 CP  rU  Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui
312,5   penyaring dengan porositas 0,45 μm. Encerkan filtrat
 4  rS  dengan Pengencer hingga kadar L/2000 mg per mL.
Ladalah jumlah dalam mg per tablet yang tertera pada
C adalah kadarAzitromisin BPFI dalam mg per mL etiket diasumsikan terlarut sempurna.
Larutan baku; P adalah potensi dalam µg per mg Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Azitromisin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah dilengkapi detektor 210 nm dan kolom berukuran 4,6
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 5μm. Pertahankan suhu kolom pada 50°. Laju
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
- 255 -

kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera persediaan, encerkan dengan Pengencer A hingga
pada Prosedur: faktor ikutan azitromisin tidak lebih kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
dari 2,0; dan simpangan baku relatif puncak Larutan sensitivitas sistem Encerkan Larutan baku
azitromisin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari secara kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar
2,0%. lebih kurang 0,004 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tablet yang setara dengan 1335 mg Azitromisin,
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
persentase dari azitromisin, C38H72N2O12, yang terlarut Tambahkan 75 mL asetonitril P dan sonikasi selama
dengan rumus: lebih kurang 15 menit. Kocok kuat selama tidak
kurang dari 15 menit. Biarkan dingin hingga suhu
 rU   CS  ruang, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda,
      V  100 campur. Sentrifus selama 15 menit. Pipet 3 mL
 rS   L  beningan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
dengan Pengencer B sampai tanda. Larutan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan mengandung lebih kurang 4 mg azitromisin per mL.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dalam mg per Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm.
mL Larutan baku; L adalah jumlah azitromisin dalam Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair
mg per tablet yang tertera pada etiket; V adalah volume kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Media disolusi, 900 mL. <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi
kurang dari 80% (Q), azitromisin C38H72N2O12 dari bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5μm. Laju
jumlah yang tertera pada etiket. alir lebih kurang 0,8 mL per menit. Pertahankan suhu
kolom pada 60° dan suhu “autosampler” pada 4°.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kromatograf diprogram sebagai berikut:

Waktu Larutan A Larutan B Eluasi


Cemaran organik Lakukan Kromatografi cair
(menit) (%) (%)
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
0-25 50 50 Isokratik
<931>.[Catatan Gunakan alat gelas aktinik rendah.
25-30 50→45 50→55 Gradien Linier
Dinginkan Larutan baku dan Larutan uji segera
30-40 45→40 55→60 Gradien Linier
setelah pembuatan dan selama analisa, gunakan
40-55 40→35 60→65 Gradien Linier
autosampler yang telah didinginkan diatur pada suhu
55-60 35 65 Isokratik
4°. Larutan harus dianalisa tidak lebih dari 24 jam
60-61 35→50 65→50 Gradien Linier
setelah disiapkan].
61-70 50 50 Kesetimbangan
Dapar Amonium fosfat pH 10, Pengencer A dan
Larutan resolusi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas
Larutan A Masukkan 1,8 gnatrium fosfat dibasa P system, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dengan air seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan “signaltonoise” untuk puncak azitromisin tidak
porositas 0,45 μm dan awaudarakan. kurang dari 10. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan B Buat campuran asetonitril P dan metanol Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
P (75:25) saring dan awaudarakan. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
Fase gerak Gunakan variasi campuran antara R, antara puncak azaeritromisin A dan azitromisin
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem tidak kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap
kromatografi. Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera
Pengencer A Buat campuran Dapar amonium- pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
fosfat pH 10- metanol P -asetonitril P (35:35:30). penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
Pengencer B Buat campuran dapar amonium fosfat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pH 10 dan metanol P (1:1). volume sama (lebih kurang 100 μL) Blangko dan
Blangko Gunakan Pengencer A. Larutan uji ke dalam kromatograf dan ukur respons
Larutan baku persediaan Timbang saksama semua puncak. Hitung persentase masing-masing
sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu senyawa sejenis dalam serbuk tablet yang digunakan
tentukur yang sesuai, tambahkan Pengencer A hingga dengan rumus:
75% dari volume labu tentukur, lakukan sonikasi
hingga larut dan encerkan dengan Pengencer A hingga
kadar azitromisin lebih kurang 4 mg per mL.
- 256 -

C   ri   P  1 Fase gerak Gunakan variasi campuran antara


100   S         Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
 CU   rS   1000   F  kromatografi.
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa P 1,7
CS adalah kadar Azitromisin dalam mg per mL gram per liter, atur pH hingga 10 dengan penambahan
Larutan baku; CU adalah kadar Azitromisin dalam mg amonium hidroksida P.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera Pengencer A Buat campuran metanol P-asetonitril
pada etiket; ri adalah respons puncak dari masing- P-Dapar (35:30:35).
masing cemaran yang diperoleh dalam Larutan uji; rS Pengencer B Buat campuran metanol P-Dapar (1:1)
adalah respons puncak untuk Azitromisin yang Larutan baku persediaan Timbang saksama
diperoleh dari Larutan baku; (P/1000) adalah potensi sejumlah Azitromisin BPFI larutkan dan encerkan
dari Azitromisin, dikonversi dari μg per mg menjadi dengan asetonitril P hingga kadar 0,4 mg per mL.
mg per mg Azitromisin BPFI; dan F adalah faktor Aduk dan sonikasi sampai larut.
respons relatif seperti yang tertera pada Tabel. Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
Cemaran spesifik dan yang tidak diketahui memenuhi persediaan, encerkan dengan Pengencer A hingga
batas yang tertera pada Tabel. Abaikan respons puncak kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
yang sesuai dengan puncak Blangko. Larutan sensitivitas Encerkan Larutan baku secara
kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar lebih
Tabel kurang 0,004 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
Waktu Faktor saksama secara terpisah sejumlah Senyawa Sejenis F
Batas Azitromisin BPFI dan Desoaminilazitromisin BPFI,
Komponen Retensi Respons
(%)
Relatif Relatif larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
Azitromisin 3’-N-oksida 0,28 0,45 0,5 kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
3’-(N,N-didemetil)-3’-N- Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
0,38 1,9 1,0 volumeLarutan kesesuaian sistem persediaan,
formilazitromisin
3’-(N,N- encerkan dengan Pengencer A hingga kadar senyawa
didemetil)azitromisin 0,40 0,52 0,5 sejenis F azitromisin dan desoaminilazitromisin lebih
(aminoazitromisin) kurang 0,028 mg per mL.
Desosaminilazitromisin 0,47 1,1 0,5 Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
Senyawa sejenis tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
0,53 4,8 0,5
Azitromisin F1 sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 1430 mg
3’-N-Demetilazitromisin 0,57 0,53 0,7 azitromisin, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
3’-De(dimetilamino)-3’-
0,78 1,6 0,5 mL. Tambahkan 75 mL asetonitril P dan sonikasi
oksoazitromisin
selama tidak kurang dari 15 menit. Kocok secara
6-Demetilazitromisin
0,82 - - mekanik selama tidak kurang dari 15 menit. Biarkan
(azaeritromisin A)2
Azitromisin 1,0 - - dingin hingga suhu ruang, encerkan dengan asetonitril
3-Deoksiazitromisin P sampai tanda, campur.
1,3 - - Larutan uji Sentrifus Larutan uji persediaan selama
(azitromisin B)2
3’-N-demetil-3’-N-[(4- tidak kurang dari 15 menit. Pipet 7 mL beningan ke
metilfenil)sulfonil]azitro 1,4 - - dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan
misi2 Pengencer B sampai tanda. Larutan mengandung lebih
Cemaran yang tidak
- 1,0 0,2
kurang 4 mg azitromisin per mL.
spesifik Blangko Gunakan Pengencer A
Total cemaran - - 3,0 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 15
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3,5
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada μm. Pertahankan suhu kolom pada 50° dan suhu
Kromatografi <931>. [Catatan larutan azitromisin “autosampler” pada 4°. Laju alir lebih kurang 1,2 mL
terlindung cahaya sebelum digunakan. Dinginkan per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Larutan baku dan Larutan uji segera setelah
pembuatan dan selama analisa, gunakan autosampler Waktu Larutan A Larutan B
berpendingin diatur pada suhu 4°. Larutan harus (menit) (%) (%)
dianalisa tidak lebih dari 24 jam setelah disiapkan]. 0 54 46
Larutan A Buat campuran air dan amonium 20 54 46
hidroksida (2000:1,2), atur pH hingga 10,5. 35 10 90
Larutan B Buat campuran asetonitril P-metanol P- 35,1 54 46
amonium hidroksida P (1800:200:1,2). 40 54 46
- 257 -

Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, 3’-N-demetil-3’-N-[(4-


rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti metilfenil)sulfonil]azitro 1,11 - -
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” misin
untuk puncak azitromisin tidak kurang dari 10. 3-Deoksiazitromisin
1,14 - -
(azitromisin B)
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Cemaran yang tidak
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak - 1,0 0,2
spesifik
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Total cemaran - - 5,0
puncak desoaminilazitromisin dan senyawa sejenis F
azitromisin tidak kurang dari 1. Lakukan kromatografi
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Kromatografi cair kinerja tinggiseperti tertera pada
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Kromatografi <931>.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Dapar Masukkan 4,6 gram kalium fosfat monobasa
lebih dari 2,0%.
anhidrat P ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
larutkan dengan air sampai 900 mL. Atur pH hingga
volume sama (lebih kurang 100 μL) Blangko dan
7,5 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N,
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
encerkan dengan air sampai tanda.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar
persentase masing-masing cemaran dalam serbuk
(65:35). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
tablet yang digunakan dengan rumus:
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
 ri   CS   100  Larutan baku Timbang saksama sejumlah
      P  F1    Azitromisin BPFI larutkan dan encerkan dengan
 rS   CU   F2  Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Kocok dan sonikasi untuk melarutkan.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin BPFI tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan yang tertera kadar azitromisin lebih kurang 1 mg per mL. Kocok
pada etiket; P adalah potensi Azitromisin BPFI dalam dan sonikasi untuk melarutkan.
µg per mg; F1 adalah unit faktor konversi dalam 0,001 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
mg per µg dan F2 adalah faktor respons relatif seperti dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm
yang tertera pada Tabel. Cemaran spesifik dan yang x 25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan ukuran
tidak diketahui memenuhi batas yang tertera pada partikel 5 μm. Pertahankan suhu kolom pada 50°.Laju
Tabel. Abaikan respons puncak yang sesuai dengan alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
puncak Blangko. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Waktu Faktor lebih dari 2,0%.
Batas
Nama Retensi Respons
(%) Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Relatif Relatif
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
Azitromisin N-oksida 0,20 0,42 1,0
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
3’-(N,N-didemetil)-3’-N- kromatogram dan ukur respons puncak utama.
0,29 1,7 1,0
formilazitromisin
Hitungpersentase azitromisin, C38H72N2O12dalam
3’-(N,N-
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
didemetil)azitromisin 0,34 0,49 0,5
(aminoazitromisin)
Senyawa sejenis F  ru   CS 
azitromisin
0,42 4,3 1,0       P  F  100
Desosaminilazitromisin 0,46 1,1 0,5  rS   CU 
N-Demetilazitromisin 0,50 0,54 0,7
3’-De(dimetilamino)-3’- rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak azitromisin
0,87 1,4 1,0
oksoazitromisin
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku. CS
Azaeritromisin A 0,94 - -
adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per mL
Azitromisin 1,0 - -
Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg
2-Desetil-2-
1,10 - - per mL Larutan uji berdasarkan yang tertera pada
propilazitromisin
etiket; P adalah potensi Azitromisin BPFI dalam μg
- 258 -

per mg; F adalah adalah faktor konversi (0,001 mg per penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
g). pada Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran Dapar kalium fosfat 0,02
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah M-asetonitril P (76,5:23,5). Atur pH hingga 8,0
tertutup rapat pada suhu ruang terkendali. dengan penambahan asam fosfat encer P.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Azitromisin BPFI, larutkan dalam asetonitril
AZITROMISIN UNTUK INJEKSI P hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL.
Azithromycin for Injection Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan,
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
Azitromisin Untuk Injeksi adalah campuran steril Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,006 mg per
serbuk kering Azitromisin dan zat penstabil yang mL.
sesuai. Azitromisin untuk injeksi mengandung Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
Azitromisin, C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% Azitromisin N-oksid BPFI, larutkan dalam Larutan
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera baku hingga kadar azitromisin N-oksid dan
pada etiket. azitromisin berturut-turut lebih kurang 0,0015 dan
0,45 mg per mL.
Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI tidak Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
rapat; Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan, dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik
simpan dalam wadah tertutup rapat dalam lemari menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang
pembeku; Azitromisin N-Oksid BPFI; N-Demetil- dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan elektroda
azitromisin BPFI; Desosaminilazitromisin BPFI, pertama yang diatur pada +0,70  0,05 V dan elektroda
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah kedua yang diatur pada +0,82  0,05 V dan arus latar
tertutup rapat dalam lemari pendingin; Endotoksin belakang dioptimasi hingga 95  25 nA; dan kolom 4,6
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial mm x 15 cm berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran
dan isi harus hati-hati untuk menghindari partikel 5 μm, serta kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm
kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 μm.
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 Laju alir lebih kurang 0,4 mL per menit. Pertahankan
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan kromatografi
pembeku. terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Identifikasi Waktu retensi puncak utama waktu retensi relatif azitromisin N-oksid dan
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku azitromisin berturut-turut lebih kurang 0,38 dan 1,0.
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. Lakukan kromatografi Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,7 unit pada Prosedur, efisiensi kolom tidak kurang dari 1000
endotoksin FI per mg azitromisin. lempeng teoritis; faktor ikutan tidak kurang dari 0,9
dan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%.
dengan prosedur uji menggunakan Penyaringan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
membran seperti tertera pada Uji sterilitas. volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kromatogram dan ukur respons semua puncak. Hitung
persentase azitromisin N-oksid dalam Injeksi
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 2,0%. Azitromisin dengan rumus:

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat.


 P  CS   ri 
  
100 
Azitromisin N-oksid Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan 1000  CU   rs 
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. P/1000 adalah potensi azitromisin, dikonversikan dari
Dapar kalium fosfat 0,02 M dan Larutan uji μg per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS
Lakukan seperti tertera pada Cemaran organik. adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per mL
Fase gerak Buat campuran antara Dapar kalium Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg
fosfat 0,02 M-asetonitril P (76,5: 23,5). Atur pH per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
hingga 11,0 dengan penambahan kalium hidroksida P pada etiket; ri adalah respons puncak azitromisin N-
5 N, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan oksid dari Larutan uji; dan rS adalah respons puncak
azitromisin dari Larutan baku.
- 259 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


Cemaran organik Masing-masing cemaran spesifik, volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku,
cemaran tidak spesifik dan jumlah seluruh cemaran Blangko dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tidak melebihi batas yang tertera pada Tabel. Lakukan kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja persentase dari Desosaminilazitromisin dalam Injeksi
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Azitromisin dengan rumus:
Dapar kalium fosfat 0,02 Larutkan 3,48 g Kalium
fosfat dibasa P dalam air hingga 1000 mL, saring C  ri 
melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm. 100 P S  
Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat  CU  rS 
0,02 M -asetonitril P (54:46). Atur pH hingga 11,0
dengan penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring P adalah potensi, dalam mg per mg,
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Desosaminilazitromisin BPFI; CS adalah kadar
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Desosaminilazitromisin BPFI dalam mg per mL
Kromatografi <931>. Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (54:46). per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Blangko Gunakan Pengencer. pada etiket; ri dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan baku persediaan Timbang saksama puncak desosaminilazitromisin Larutan uji dan
sejumlah Desosaminilazitromisin BPFI, N-Demetil- Larutan baku. Hitung persentase dari N-
azitromisin BPFI, Azitromisin BPFI, larutkan dan demetilazitromisin dalam injeksi azitromisin dengan
encerkan dengan asetonitril P hingga kadar berturut- rumus:
turut lebih kurang 0,09; 0,21 dan 0,30 mg per mL.
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan C  ri 
100 P S  
Pengencer hingga kadar Desosaminilazitromisin BPFI,  CU  rS 
N-Demetilazitromisin BPFI, Azitromisin BPFI
berturut-turut lebih kurang 1,8; 4,2 dan 0,6 µg per mL.
Larutan uji Secara terpisah rekonstitusi 3 vial, P adalah potensi N-Demetilazitromisin BPFI dalam
seperti yang tertera pada etiket. Campurkan isi dari mg per mg; CS adalah kadar N-Demetilazitromisin
semua vial yang telah direkonstitusi. Encerkan larutan BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
terkonstitusi dan jika perlu secara bertahap dengan kadar azitromisin dalam mg per mL Larutan uji
Pengencer hingga kadar azitromisin 0,6 mg per mL, berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; ri dan rS
berdasarkan yang tertera pada etiket. Larutan ini harus berturut-turut adalah respons puncak N-
segera disuntikkan. demetilazitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi lain, termasuk cemaran yang tidak diketahui dalam
dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik injeksi azitromisin dengan rumus:
menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang
dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan elektroda
pertama yang diatur pada +0,70  0,05 V dan elektroda
 P  CS  ri



100 
kedua yang diatur pada +0,82  0,05 V dan arus latar  1000  CU  rS 
belakang dioptimasi hingga 95  25 nA; dan kolom 4,6
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran P/1000 adalah potensi Azitromisin BPFI
partikel 5 μm, serta kolom pelindung 4,6 mm x 1 cm dikonversikan dari μg per mg menjadi mg per mg
berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran partikel 5 μm. Azitromisin BPFI; CS adalah kadar Azitromisin BPFI
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
suhu kolom pada 40°, suhu “autosampler” pada 15°. azitromisin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan jumlah yang tertera pada etiket; ri adalah respons
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji; dan
waktu retensi relatif seperti ditunjukkan pada Tabel; rS adalah respons puncak azitromisin dari Larutan
resolusi, R, antara puncak desosaminilazitromisin dan baku. Cemaran spesifik dan yang tidak diketahui
N-demetilazitromisin tidak lebih dari 1,5; faktor ikutan memenuhi batas yang tertera pada Tabel. Abaikan
untuk puncak desosaminilazitromisin, N- setiap puncak yang setara dengan puncak Blangko.
demetilazitromisin dan azitromisin tidak lebih dari
1,5; efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng
teoritis untuk puncak azitromisin; dan simpangan baku
relatif untuk puncak desosaminilazitromisin, N-
demetilazitromisin dan azitromisin pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 5%.
- 260 -

Tabel rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti


tertera pada Prosedur: waktu retensi puncak
Waktu
Batas
azaeritromisin A dan azitromisin berturut-turut lebih
Komponen Retensi kurang 0,68 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
(%)
Relatif azaeritromisin A dan azitromisin tidak kurang dari 2,5.
3’-(N,N-didemetil)azitromisin 0,25 1,0 Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
(aminoazitromisin)+3’-(N,N-
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur;
didemetil)-3’-N-
formilazitromisin
efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng
Desosaminilazitromisin 0,31 0,3 teoritis; faktor ikutan tidak kurang dari 0,9 dan tidak
3’-N-demetil-3’-N- 0,32 1,0 lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
formilazitromisin penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
N-Demetilazitromisin 0,35 1,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
3’-De(dimetilamino)-3’- 0,72 1,0 volume sama (lebih kurang 15 μL) Larutan baku dan
oksoazitromisin Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Azitromisin 1,00 - kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Cemaran yang tidak diketahui - 0,20 persentase azitromisin, C38H72N2O12, dari jumlah yang
Total cemaran - 3,0 tertera pada etiket dalam injeksi azitromisin dengan
rumus:
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi  P  CS  rU



cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi 100 
<931>.  1000  CU  rS 
Dapar kalium fosfat Larutkan lebih kurang 6,7 g
Kalium fosfat dibasa P dalam 1000 mL air. Saring P/1000 adalah potensi azitromisin, dikonversikan dari
melalui penyaring dengan porositas 0,45μm. μg per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS
Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat - adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per mL
asetonitril P (52:48), atur pH hingga 11,0 dengan Larutan baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg
penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring dan per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi puncak azitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku.
<931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (52:48). Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah untuk padatan steril seperti tertera pada Injeksi dan
Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI, simpan pada suhu ruang terkendali.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
Larutkan dalam asetonitril P hingga 52% volume labu Penandaan Memenuhi syarat seperti tertera pada
dan encerkan dengan air hingga kadar masing-masing Injeksi.
lebih kurang 1 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur AZITROMISIN UNTUK SUSPENSI ORAL
yang sesuai. Larutkan dalam asetonitril P hingga 52% Azithromycin for Oral Suspension
volume labu danencerkan hingga kadar lebih kurang 1
mg per mL. Azitromisin untuk Suspensi Oral adalah campuran
Larutan uji Rekonstitusi 3 vial secara terpisah, kering dari Azitromisin dan satu atau lebih dapar,
seperti yang tertera pada etiket. Campurkan isi dari pemanis, pengencer, zat anti kempal dan perisa.
semua vial yang telah direkonstitusi. Encerkan larutan Azitromisin untuk Suspensi Oral mengandung
terkonstitusi secara kuantitatif jika perlu bertahap azitromisin, C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0%
dengan Pengencer hingga diperoleh larutan dengan dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
kadar azitromisin lebih kurang 1 mg per mL, sesuai pada etiket.
yang tertera pada etiket.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm tertutup rapat dalam lemari pembeku. Azaeritromisin
x 15 cm berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran A BPFI.
partikel 5 μm serta kolom pelindung 4,6 mm x 1 cm
berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran partikel 5 μm. Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
suhu kolom pada 40° dan suhu “autosampler” pada 15°. seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi,
- 261 -

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. labu tentukur dan kocok secara mekanik selama 30
Untuk sediaan padat dalam wadah dosis tunggal. menit, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan mengandung azitromisin lebih kurang 0,4 mg
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. per mL. Masukkan lebih kurang 40 mL suspensi ke
dalam tabung sentrifuga bersumbat dan sentrifus
pH <1071>Antara 9,0 dan 11,0 untuk sediaan padat selama lebih kurang 20 menit. Gunakan beningan.
yang dikemas dalam wadah dosis tunggal: lakukan Larutan uji 2 Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi seperti 2 ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan
yang tertera pada etiket; antara 8,5 dan 11,0 untuk Fase gerak hingga kadar lebih kurang 4 µg per mL.
sediaan padat yang dikemas dalam wadah dosis ganda: Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
lakukan penetapan menggunakan suspensi saksama sejumlah Azaeritromisin A BPFI, larutkan
terkonstitusi seperti yang tertera pada etiket. dalam asetonitril P sejumlah 10% volume labu,
kemudian goyang dan sonikasi sampai larut, encerkan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada mengandung 0,16 mg azaeritromisin A per mL.
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan air dengan Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
tahanan tidak kurang dari 18 Mohm-cm]. uji persediaan dan Larutan kesesuaian sistem
Fase gerak Larutkan 5,8 g kalium fosfat monobasa persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
P dalam 2130 mL air, tambahkan 870 mL asetonitril encerkan dengan Fase gerak hingga kadar azitromisin
P. Atur pH hingga 11,0 ± 0,1 dengan penambahan dan azaeritromisin A berturut-turut lebih kurang 3,3
lebih kurang 6 mL kalium hidroksida 10 N, saring µg per mL dan 3,2 µg per mL.
melalui penyaring yang sesuai dan awaudarakan. Jika Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem dilengkapi dengan detektor elektrokimia amferometer
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dengan elektroda ganda karbon seperti kaca dengan
Pengencer Larutkan 2,2 g kalium fosfat monobasa cara elektroda satu yang diatur pada +0,70 ± 0,05 V
P dalam 1590 mL air, tambahkan berturut-turut 600 dan elektroda dua yang diatur pada +0,82 ± 0,05 V
mL isopropil alkohol P, 480 mL etanol P dan 330 mL dengan arus latar belakang optimal 85 ± 15 nanoamper
asetonitril P. Atur pH hingga 8,4  0,1 dengan dan kolom pelindung berukuran 4,6 mm x 5 cm yang
penambahan kalium hidroksida 10 N dan kocok secara berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 m
mekanik selama 30 menit. dan kolom analitik berukuran 4,6 mm x 15 cm yang
Larutan baku persediaan Timbang saksama berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 m.
sejumlah Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu Atau menggunakan kolom berisi bahan pengisi L49
tentukur yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan dengan ukuran partikel 3 m tanpa kolom pelindung.
asetonitril P hingga kadar 0,165 mg per mL. [Catatan Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Jika perlu, lakukan sonikasi]. kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih azaeritromisin A dan puncak azitromisin tidak kurang
kurang 3,3 µg per mL. dari 2,5; waktu retensi relatif azaeritromisin A dan
Larutan uji persediaan 1 (bila dikemas dalam azitromisin pada kolom L29 berturut-turut lebih
wadah dosis tunggal) Masukkan isi wadah azitromisin kurang 0,7 dan 1,0 dan pada kolom L49 lebih kurang
untuk suspensi oral ke dalam labu tentukur yang 0,8 dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sesuai. Tambahkan sejumlah volume Pengencer baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak
hingga lebih kurang 70% volume labu dan kocok seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
secara mekanik selama 30 menit. Encerkan dengan azitromisin antara 0,9 dan 1,5; efisiensi kolom tidak
Pengencer sampai tanda. Larutan ini mengandung kurang dari 1000 lempeng teoritis dan simpangan baku
azitromisin lebih kurang 2 mg per mL. Masukkan 40 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
mL suspensi tersebut ke dalam tabung sentrifuga Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
bersumbat dan sentrifus selama lebih kurang 20 menit. volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
Gunakan beningan. Larutan uji 1 atau Larutan uji 2 ke dalam kromatograf,
Larutan uji 1 Pipet sejumlah Larutan uji persediaan rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
1 ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan Bila dikemas dalam wadah dosis tunggal. Hitung
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 3,2 µg per mL. persentase azitromisin C38H72N2O12 dalam azitromisin
Larutan uji persediaan 2 (bila dikemas dalam untuk suspensi oral dengan rumus:
wadah dosis ganda) Konstitusikan azitromisin untuk
suspensi oral seperti yang tertera pada etiket. Ukur
 rU   CS 
saksama suspensi segar dan bebas gelembung udara ke       P  F  100
dalam labu tentukur yang sesuai Tambahkan sejumlah
 rS   CU 
volume Pengencer hingga lebih kurang 70% volume
- 262 -

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan Sulfida Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan penetapan
uji 1 dan Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin sebagai berikut: Masukkan 10 g zat ke dalam labu
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah Erlenmeyer 500 mL tambahkan 100 mL asam
kadar azitromisin dalam mg per mL Larutan uji 1 hidroklorida 0,3 N. Tutup mulut labu dengan kertas
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah saring yang telah dibasahi dengan 0,15 mL timbal(II)
potensi azitromisin dalam µg per mg Azitromisin asetat LP, ikat rapat kertas saring sepanjang leher
BPFI; F adalah faktor konversi, 0,001 mg per µg. Bila labu. Didihkan campuran perlahan-lahan selama 10
dikemas dalam wadah dosis ganda. Hitung persentase menit, jaga agar larutan tidak memercik pada kertas:
azitromisin C38H72N2O12 dalam azitromisin untuk warna gelap yang terjadi pada kertas tidak lebih gelap
suspensi oral dengan rumus: dari warna yang ditimbulkan oleh pembanding yang
diperlakukan dengan cara yang sama terdiri dari 100
 rU   CS  mL asam hidroklorida 0,3 N mengandung 0,5 g
      P  F  100 sulfida (S).
 rS   CU 
Zat larut dalam asam Tidak lebih dari 0,3%; lakukan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan penetapan sebagai berikut: Dinginkan campuran yang
uji 2 dan Larutan baku; CS adalah kadar Azitromisin diperoleh dari pengujian Sulfida, tambahkan air
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah sampai lebih kurang volume semula. Saring melalui
kadar azitromisin dalam mg per mL Larutan uji 2 kertas saring yang telah dibilas dengan campuran 10
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah mL asam hidroklorida 3 N dan 90 mL air, jika perlu
potensi azitromisin dalam µg per mg Azitromisin masukkan kembali filtrat pertama untuk memperoleh
BPFI; F adalah faktor konversi, 0,001 mg per µg. filtrat jernih. Uapkan 50 mL filtrat di atas tangas uap
hingga kering, tambahkan 2 tetes asam hidroklorida P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dan 10 mL air panas. Saring melalui kertas saring yang
rapat. telah dibilas dengan asam, yang disiapkan dengan cara
seperti di atas, bilas penyaring dengan 10 mL air
panas. Uapkan kumpulan filtrat dan cairan bilasan
BARIUM SULFAT dalam cawan yang telah ditara di atas tangas uap
hingga kering. Keringkan residu pada suhu 105º
Barium Sulfate
selama 1 jam, timbang: bobot tidak lebih dari 15 mg.
Barium sulfat (1:1) [7727-43-7]
Garam barium larut Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
BaSO4 BM 233,39
penetapan sebagai berikut: Pada residu yang diperoleh
dari Zat larut dalam asam, tambahkan 10 mL air,
Barium Sulfat mengandung tidak kurang dari 97,5%
saring melalui kertas saring yang telah dibilas dengan
dan tidak lebih dari 100,5% BaSO4.
100 mL asam hidroklorida 0,3 N, tambahkkan 0,5 mL
asam sulfat 2 N: kekeruhan yang terjadi dalam waktu
Pemerian Serbuk ruah halus, tidak mengandung
30 menit tidak lebih keruh dari pembanding yang
butiran; putih; tidak berbau; tidak berasa.
terdiri dari 10 mL air yang mengandung 50 µg barium
dan 0,5 mL asam sulfat 2 N yang diperlakukan dengan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam pelarut
cara sama.
organik, dalam larutan asam dan dalam larutan alkali.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Identifikasi
penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat
A. Campur 500 mg zat dengan 2 g natrium
sebagai berikut: Didihkan 4,0 g zat dalam campuran 2
karbonat anhidrat P dan 2 g kalium karbonat anhidrat
mL asam asetat glasial P dan 48 mL air selama 10
P, panaskan dalam krus hingga zat melebur sempurna,
menit. Encerkan dengan air hingga 50 mL, saring.
tambahkan air panas dan saring: filtrat yang telah
Gunakan 25 mL filtrat.
diasamkan dengan asam hidroklorida P menunjukkan
reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
Penetapan kadar Timbang saksama tidak kurang dari
Identifikasi Umum <291>.
580 mg zat dan tidak lebih dari 620 mg zat di dalam
B.Larutkan sebagian residu yang telah dibilas yang
krus platina yang telah ditara, tambahkan 10 g natrium
diperoleh dari Identifikasi A dalam asam asetat6 N:
karbonat anhidrat P, campur dengan memutar krus.
larutan menunjukkan reaksi Barium seperti tertera
Lebur di atas api besar hingga leburan jernih, lanjutkan
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
pemanasan selama 30 menit. Dinginkan, letakkan krus
dalam gelas piala 400 mL, tambahkan 250 mL air,
pH <1071> Antara 3,5 dan 10,0. Lakukan penetapan
aduk dengan batang pengaduk kaca, panaskan hingga
menggunakan suspensi 10% dalam air.
leburan melepas. Angkat krus dari gelas piala, bilas
dengan air, kumpulkan cairan bilasan di dalam gelas
- 263 -

piala. Bilas bagian dalam krus dengan 2 mL asam Logam berat <371>Metode V Tidak lebih dari 10
asetat 6 N kemudian dengan air, kumpulkan cairan bpj; lakukan penetapan sebagai berikut: Didihkan 2,0
bilasan di dalam gelas piala, lanjutkan pemanasan dan g dengan campuran 1 mL asam asetat glasial P dan 24
pengadukan hingga leburan hancur. Dinginkan gelas mL air selama 10 menit. Saring selagi panas melalui
piala dalam tangas es hingga endapan mengendap, penyaringan membran dengan porositas 0,45 m, bilas
tuangkan beningan hati-hati melalui kertas saring dengan sedikit air panas, kumpulkan filtrat dan cairan
Whatman nomor 40 atau yang setara, jaga sesedikit bilasan, tambahkan setengah dari campuran 8 mL
mungkin adanya endapan masuk ke dalam kertas asam sulfat P dan 10 mL asam nitrat P. Hangatkan
saring. Bilas endapan dua kali dengan cara enaptuang hati-hati, lanjutkan penetapan seperti tertera pada
sebagai berikut: Bilas bagian dalam gelas piala dengan Larutan uji. Bila zat berupa padatan mulai
lebih kurang 10 mL larutan natrium karbonat P (1 dari ”tambahkan sejumlah sama campuran asam”.
dalam 50) dingin sambil digoyang, biarkan endapan
mengendap, tuang beningan melalui kertas saring Syarat lain Memenuhi syarat uji Sulfida dan Arsen
yang sama, dengan sesedikit mungkin adanya endapan seperti tertera pada Barium Sulfat.
masuk ke dalam kertas saring. Letakkan gelas piala
berisi endapan barium karbonat di bawah corong, bilas Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah
kertas saring lima kali, tiap kali dengan 1 mL asam suspensi setara dengan lebih kurang 600 mg BaSO 4
hidroklorida 3 N, kemudian bilas dengan air. [Catatan dalam krus platina yang telah ditara, panaskan dengan
Larutan mungkin agak berkabut]. Tambahkan 100 mL nyala api kecil hingga mengarang sempurna.
air; 5,0 mL asam hidroklorida P; 10,0 mL larutan Dinginkan, tambahkan hati-hati 0,5 mL asam nitrat P
amonium asetat P (2 dalam 5); 25 mL larutan kalium dan 0,5 mL asam sulfat P. Lanjutkan pemanasan
bikromat P (1 dalam 10) dan 10,0 g urea P. Tutup dengan nyala api kecil hingga sisa berwarna abu-abu,
gelas piala dengan kaca arloji, digesti pada suhu 80- kemudian pijarkan dengan suhu tinggi, biarkan dingin
85 selama tidak kurang dari 16 jam. Saring selagi hingga suhu ruang.
panas melalui krus penyaring kaca masir berpori halus Catatan 1 Jika sampel mengandung silikat seperti
yang telah ditara dan pindahkan semua endapan bentonit, lanjutkan penetapan sebagai berikut:
dengan pertolongan pengaduk berujung karet. Bilas Tambahkan10 mL air dan 1 mL asam sulfat P pada sisa
endapan dengan larutan kalium bikromat P (1 dalam di dalam krus, campur, tambahkan 10 mL asam
200) dan akhirnya dengan lebih kurang 20 mL air. fluorida P. Panaskan hati-hati di atas nyala api kecil
Keringkan pada suhu 105 selama 2 jam, dinginkan, hingga timbul asap belerang trioksida. Tambahkan lagi
timbang: bobot barium kromat yang diperoleh 5 mL asam fluorida P, panaskan dengan nyala api
dikalikan dengan 0,9213 menunjukkan bobot BaSO4. kecil hingga timbul asap tebal, kemudian lanjutkan
pemanasan hingga asam sulfat menguap sempurna,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup biarkan dingin.
baik. Catatan 2 Jika sampel mengandung silikat, lakukan
penetapan tanpa penambahan asam fluorida P dan
asam sulfat P.
BARIUM SULFAT UNTUK SUSPENSI Pada residu dalam krus platina, baik yang diperlakukan
dengan asam sulfat P dan asam fluorida P atau tidak,
Barium Sulfate for Suspension
tambahkan 10 g natrium karbonat anhidrat P, lebur di
atas suhu tinggi hingga diperoleh leburan jernih,
Barium Sulfat untuk Suspensi adalah campuran kering
lanjutkan pemanasan selama 30 menit. Lanjutkan
dari Barium Sulfat dengan satu atau lebih bahan
penetapan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
pendispersi yang sesuai dan atau lebih bahan
Barium Sulfat, mulai dari ”Dinginkan, letakkan krus
pendispersi yang sesuai dan atau bahan pensuspensi,
dalam gelas piala 400 mL”.
mengandung tidak kurang dari 90,0% BaSO4. Dapat
mengandung satu atau lebih bahan pewarna,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
penyedap, pengencer dan pengawet yang sesuai.

Identifikasi Pijarkan 1 g zat hingga bobot tetap, sisa


pemijaran memenuhi Identifikasi A dan B seperti
tertera pada Barium Sulfat.

pH <1071> Antara 4,0 dan 10,0; lakukan penetapan


menggunakan suspensi 60% b/b dalam air.

Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%;


lakukan pengeringan ada suhu 105 selama 4 jam.
- 264 -

BASITRASIN Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;


Bacitracin lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 5
mmHg, pada suhu 60 selama 3 jam, menggunakan
lebih kurang 100 mg zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.

Komposisi Basitrasin A tidak kurang dari 40,0% total


respons; basitrasin aktif (basitrasin A, B1, B2, B3)
tidak kurang dari 70% total respons; jumlah semua
respons puncak yang tereluasi sebelum puncak
basitrasin B1 tidak lebih dari 20,0% dan basitrasin F
Basitrasin [1405-87-4] tidak lebih dari 5,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Basitrasin adalah campuran polipeptida yang Kromatografi <931>.
dihasilkan dari pertumbuhan organisme kelompok Larutan kalium fosfat monobasa Timbang lebih
Licheniformis dari Bacillus subtilis (Familia kurang 27,2 g kalium fosfat monobasa P, larutkan dan
Bacillaceae). Komponen utama terdiri dari basitrasin encerkan dengan air hingga 1000 mL.
A, basitrasin B1, basitrasin B2 dan basitrasin B3. Dapar Larutkan lebih kurang 34,8 g kalium fosfat
Potensi tidak kurang dari 65 unit per mg, dihitung dibasa P dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 6,0
terhadap zat kering. dengan penambahan Larutan kalium fosfat monobasa.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-Dapar-
Pemerian Serbuk putih hingga kekuningan; tidak asetonitril P (26:15:5:2), saring dan awaudarakan.
berbau atau berbau lemah; higroskopis; larutan terurai Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
dengan cepat pada suhu ruang; mengendap dan tidak sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
aktif oleh garam dari beberapa logam berat. Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Basitrasin Zink BPFI, larutkan dalam air, tambahkan
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol, asam hidroklorida encer LP lebih kurang 2% dari
larut dalam metanol dan larut dalam asam asetat volume akhir dan encerkan dengan air hingga kadar
glasial; larutan dalam pelarut organik biasanya lebih kurang 2 mg per mL.
menunjukkan sisa yang tidak larut; tidak larut dalam Larutan ambang pelaporan Encerkan secara
aseton, tidak larut dalam kloroform dan tidak larut kuantitatif Larutan kesesuaian sistem dengan Fase
dalam eter. gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL.
Larutan dinatrium edetat Buat larutan dinatrium
Baku pembanding Basitrasin zink BPFI; lakukan edetat P dengan kadar 40 mg per mL. Atur pH hingga
pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak 7,0 dengan penambahan larutan natrium hidroksida P
lebih dari 5 mmHg, pada suhu 60 selama 3 jam encer.
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
rapat, terlindung cahaya, pada tempat dingin. sejumlah Basitrasin Zink BPFI, larutkan dalam
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, Larutan dinatrium edetat hingga kadar lebih kurang 2
penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk mg per mL. Panaskan di atas tangas air mendidih
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, selama 30 menit. Diamkan hingga suhu ruang.
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang
dalam lemari pembeku. 2 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur dilengkapi dengan detektor panjang gelombang
untuk Basitrasin, Neomisin, dan Polimiksin B dalam bervariasi dan kolom “end-capped” 4,6 mm x 25 cm
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>: berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
memenuhi syarat. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Atur panjang
B. Memenuhi persyaratan prosedur uji Komposisi. gelombang detektor pada 300 nm. Suntikkan sejumlah
volume (lebih kurang 100 μL) Larutan identifikasi
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan puncak, untuk identifikasi letak puncak basitrasin F
menggunakan larutan yang mengandung 10.000 unit yang merupakan cemaran. Gunakan waktu retensi
per mL. relatif yang tertera pada Tabel. Ubah panjang
gelombang pada 254 nm. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
- 265 -

kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera rA, rB1, rB2 dan rB3 berturut-turut adalah respons puncak
pada Prosedur: lakukan identifikasi puncak basitrasin A, B1, B2 dan B3 dari Larutan uji.
komponen aktif basitrasin (basitrasin A, basitrasin B1, Hitung persentase semua puncak yang tereluasi
basitrasin B2 dan basitrasin B3), puncak senyawa sebelum puncak basitrasin B1 dengan rumus:
peptida yang tereluasi awal dan basitrasin F,
menggunakan waktu retensi relatif pada Tabel. Hitung  rpreB1 
perbandingan puncak terhadap lembah dengan rumus:  100
 rT 
 HP 
  rpreB1 adalah jumlah semua respons puncak yang
 L
H tereluasi sebelum puncak basitrasin B1 dari Larutan
uji.
HP adalah tinggi dari garis dasar ke puncak basitrasin Hitung persentase basitrasin F dengan rumus:
B1dan HL adalah tinggi dari garis dasar ke titik
terendah dari kromatogram yang memisahkan puncak  rF 
basitrasin B1 dan basitrasin B2. Perbandingan puncak  100
terhadap lembah tidak kurang dari 1,2.  rA 
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μL) Fase gerak, rF dan rA berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan ambang pelaporan ke dalam basitrasin F dan basitrasin A dari Larutan uji.
kromatograf, lakukan kromatografi selama lebih
kurang tiga kali waktu retensi basitrasin A, rekam Syarat lain Jika pada etiket tertera basitrasin steril,
kromatogram dan ukur respons semua puncak dari memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan Endotoksin
Larutan uji. Lakukan identifikasi puncak berdasarkan bakteri <201> seperti tertera pada Basitrasin untuk
waktu retensi relatif seperti pada Tabel. [Catatan Injeksi. Jika pada etiket tertera basitrasin harus
Abaikan respons puncak pada Larutan uji yang lebih diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi,
kecil dari respons puncak basitrasin A dari Larutan memenuhi syarat Endotoksin bakteri <201> seperti
ambang pelaporan; dan abaikan puncak yang tertera pada Basitrasin untuk Injeksi.
terdapat pada Fase gerak].
Penetapan potensi lakukan penetapan seperti tertera
Tabel pada penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi
Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
Waktu Retensi Relatif
Nama Komponen
(perkiraan)
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Basitrasin C1 0,5
Basitrasin C2 0,6
rapat dan di tempat sejuk.
Basitrasin C3 0,6
Basitrasin B1 0,7 Penandaan Jika untuk pembuatan sediaan non steril,
Basitrasin B2 0,7 pada etiket tercantum tidak steril dan potensinya tidak
Basitrasin B3 0,8 dapat dijamin lebih dari 60 hari setelah wadah dibuka
Basitrasin A 1,0 dan nyatakan jumlah unit basitrasin per mg. Jika
Basitrasin F 2,4 digunakan untuk pembuatan injeksi atau sediaan steril
lain, pada etiket harus dinyatakan steril atau harus
Hitung persentase basitrasin A dengan rumus: diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.

 rA 
   100 BASITRASIN ZINK
 rT  Bacitracin Zinc

rT adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan Kompleks basitrasinzink [1405-89-6]
uji; rA adalah respons puncak basitrasin A.
Hitung persentase basitrasin aktif (basitrasin A, Basitrasin Zink adalah kompleks basitrasin zink,
basitrasin B1, basitrasin B2 dan basitrasin B3) dengan dengan komponen utama terdiri dari basitrasin A, B1,
rumus: B2 dan B3. Potensi tidak kurang dari 65 unit basitrasin
per mg, mengandung tidak kurang dari 4,0% dan tidak
lebih dari 6,0% Zn, dihitung terhadap zat kering.
 rA + rB1 + rB 2 + rB 3 
 100
 rT  Pemerian Serbuk putih hingga cokelat muda; tidak
berbau atau berbau lemah; higroskopis.
- 266 -

Larutan kalium fosfat monobasa Timbang lebih


Kelarutan Agak sukar larut dalam air. kurang 27,2 g kalium fosfat monobasa P, larutkan dan
encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Baku pembanding Basitrasin Zink BPFI; lakukan Dapar Larutkan lebih kurang 34,8 g kalium fosfat
pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak dibasa P dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 6,0
lebih dari 5 mmHg, pada suhu 60 selama 3 jam dengan penambahan larutan kalium fosfat monobasa P
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup 27,2 g per liter.
rapat, terlindung cahaya, pada tempat yang sejuk. Fase gerak Buat campuran metanol P-air-Dapar-
asetonitril P (26:15:5:2), campur dan awaudarakan.
Identifikasi Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Pengencer Larutkan 40 g natrium edetat P dalam
Fase gerak Buat campuran metanol P-isopropil 1000 mL air. Atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
alkohol P-metilen klorida P-amonium hidroksida P- larutan natrium hidroksida P encer.
air (4:2:2:2:1,5). Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Larutan baku Timbang sejumlah Basitrasin zink Basitrasin zink BPFI, larutkan dan encerkan dengan
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asam Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
hidroklorida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 500 unit Larutan ambang pelaporan Encerkan secara
basitrasin FI per mL. kuantitatif sejumlah Larutan kesesuaian sistem
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL.
encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
kadar lebih kurang 500 unit basitrasin FI per mL. sejumlah Basitrasin zink BPFI, larutkan dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
10 L Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Panaskan diatas tangas uap yang mendidih selama 30
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan menit. Diamkan hingga suhu ruang.
lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
gerak dan biarkan Fase gerak merambat hingga tiga larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang
per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai 2 mg per mL.
batas rambat dan keringkan pada suhu 105º selama Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lebih kurang 10 menit, semprot lempeng dengan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
larutan ninhidrin P 0,2% dalam butil alkohol P. dilengkapi dengan detektor panjang gelombang
Panaskan lempeng pada suhu lebih kurang 105 bervariasi dan kolom “end-capped”4,6 mm x 25 cm
selama lebih kurang 5 menit: harga Rf bercak utama berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0 mL
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan per menit. Atur panjang gelombang detektor pada 300
baku. nm. Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 100
B. Memenuhi syarat uji Komposisi. μL) Larutan identifikasi puncak, untuk identifikasi
letak puncak basitrasin F yang merupakan cemaran.
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan Gunakan waktu retensi relatif yang tertera pada Tabel.
menggunakan larutan jenuh yang mengandung lebih Atur panjang gelombang pada 254 nm. Lakukan
kurang 100 mg per mL. kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Susut pengeringan <1112> Tidak lebih dari 5,0%; lakukan identifikasi puncak komponen aktif basitrasin
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler (basitrasin A, B1, B2 dan B3); puncak senyawa
dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam, peptida yang tereluasi awal dan cemaran basitrasin F
menggunakan lebih kurang 100 mg zat. menggunakan waktu retensi relatif yang tertera pada
Tabel. Hitung perbandingan puncak terhadap lembah
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan dengan rumus:
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
Sterilitas dari produk yang diuji, kecuali  HP 
menggunakan Cairan A untuk tiap liter ditambahkan  
20 g dinatrium edetat P; jika pada etiket dinyatakan  L
H
steril.
HP adalah tinggi dari garis dasar ke puncak basitrasin
Komposisi Basitrasin A, basitrasin aktif (basitrasin A, B1 dan HL adalah tinggi dari garis dasar ke titik
B1, B2, B3), senyawa peptida yang tereluasi sebelum terendah dari kromatogram yang merupakan titik awal
basitrasin B1 dan untuk basitrasin F berturut-turut puncak basitrasin B2. Perbandingan puncak terhadap
tidak lebih dari 40,0%; 70,0%; 20,0% dan 6,0%; lembah tidak kurang dari 1,2.
lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. volume sama (lebih kurang 100 μL) Pengencer,
- 267 -

Larutan uji dan Larutan ambang pelaporan ke dalam secara Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
kromatograf, lakukan kromatografi selama tiga kali <1191> sesuai dengan batas kerja alat.]
waktu retensi basitrasin A. Rekam kromatogram dan Larutan baku Timbang saksama 3,11 g zink oksida
ukur respons semua puncak Larutan uji. Lakukan masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan
identifikasi puncak berdasarkan waktu retensi relatif 80 mL asam hidroklorida 1 N, hangatkan hingga larut,
seperti pada Tabel. [Catatan Abaikan respons puncak dinginkan, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan
pada Larutan uji yang lebih kecil dari respons puncak ini mengandung 10 mg zink per mL. Buat satu seri
basitrasin A dari Larutan ambang; dan abaikan pengeceran Larutan baku dalam asam hidroklorida
puncak yang terdapat pada Fase gerak]. 0,001 N hingga kadar 0,5; 1,5 dan 2,5 g zink per mL.
Hitung persentase basitrasin A dengan rumus: Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
 rA  larutkan dalam asam hidroklorida 0,01 N dan
 100 encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda.
 rT  Pipet 2 mL larutan ke dalam labu tentukur 200-mL dan
encerkan dengan asam hidroklorida 0,001 N sampai
rA adalah respons puncak basitrasin A; rT adalah tanda.
jumlah semua respons puncak dari Larutan uji. Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
Hitung persentase basitrasin aktif (basitrasin A, B1, uji pada panjang gelombang 213,8 nm, menggunakan
B2 dan B3) dengan rumus: spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi lampu
tabung katode dan nyala udara asetilena P, gunakan
 rA + rB1 + rB 2 + rB 3  asam hidroklorida 0,001 N sebagai blangko. Buat
 100 kurva serapan larutan baku terhadap kadar zink dalam
 rT  g per mL, tarik garis lurus yang paling baik melalui
ketiga titik larutan baku tersebut. Dari kurva yang
rA,rB1,rB2 dan rB3 berturut-turut adalah respons puncak diperoleh tentukan kadar zink dalam Larutan uji.
basitrasin A, B1, B2 dan B3 dari Larutan uji. Hitung jumlah zink dalam persen, dengan rumus:
Hitung persentase semua puncak yang tereluasi
sebelum puncak basitrasin B1 dengan rumus:
C
1000 
 rpreB1  W 
 100
 rT  C adalah kadar zink dalam g per mL Larutan uji; W
adalah bobot zat uji dalam mg.
rpreB1 adalah jumlah semua respons puncak yang
tereluasi sebelum puncak basitrasin B1 dari Larutan uji. Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
Hitung persentase basitrasin F dengan rumus: pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
Mikrobiologi<131>.
 rF 
 100 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
 rA  rapat dan di tempat sejuk.

rF dan rA berturut-turut adalah respons puncak Penandaan Cantumkan keterangan yang


basitrasin F dan A dari Larutan uji. menunjukkan hanya digunakan untuk obat
nonparenteral. Jika dikemas untuk pemakaian resep,
Tabel tidak steril dan potensi tidak dijamin lebih dari 60 hari
Nama Komponen Waktu setelah dibuka, cantumkan jumlah basitrasin dalam
Retensi Relatif unit per mg. Jika digunakan untuk sediaan steril, pada
Basitrasin C1 0,5 etiket dinyatakan steril atau memerlukan proses lebih
Basitrasin C2 0,6 lanjut untuk penggunaan sediaan steril.
Basitrasin C3 0,6
Basitrasin B1 0,7
Basitrasin B2 0,7
Basitrasin B3 0,8 BEKLOMETASON DIPROPIONAT
Basitrasin A 1,0 Beclomethasone Dipropionate O
Basitrasin F 2,4
H3C O
O
H CH3

Kandungan zink [Catatan Larutan baku dan Larutan HO O


CH3
H

uji diencerkan secara kuantitatif dengan asam CH3 H


CH3 O

hidroklorida 0,001 N, jika perlu buat kadar larutan Cl H


H2O

hingga diperoleh kurva linier. Lakukan penetapan O


- 268 -

9-Kloro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4- internal hingga kadar beklometason dipropionat 0,7


diena-3,20-dion 17,21-dipropionat [5534-09-8] mg per mL dan kadar testosteron propionat 0,6 mg per
C28H37ClO7 BM 521,04 mL.
C28H37ClO7.H2O BM 539,07 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 70 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
Beklometason Dipropionat berbentuk anhidrat atau dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
mengandung satu molekul air. Mengandung tidak Masukkan 4,0 mL larutan ini ke dalam vial yang sesuai
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari dan tambahkan 4,0 mL Larutan baku internal.
103,0%,C28H37ClO7, dihitung terhadap zat kering. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Pemerian Serbuk putih sampai putih krem; tidak dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 4 mm x 30
berbau. cm berisi bahan pengisi L1 dan pompa yang dapat
dijalankan pada tekanan kolom hingga 3500 psi.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sangat mudah Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
larut dalam kloroform; mudah larut dalam aseton dan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
mudah larut dalam etanol. pada Prosedur: atur jumlah contoh yang disuntikkan
dan parameter lainnya hingga puncak baku internal
Baku pembanding Beklometason Dipropionat BPFI; yang diperoleh lebih kurang 0,6 - 0,9 dari skala penuh.
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam Waktu retensi beklometason dipropionat lebih kurang
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup 6 menit dan testosteron propionat lebih kurang 10
rapat.Testosteron Propionat BPFI; lakukan menit; simpangan baku relatif pada lima kali
pengeringan dalam hampa udara di atas silika gel P penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. volume sama (antara 5 dan 25 L) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung jumlah
telah dikeringkan dan didispersikan dalam minyak dalam mgbeklometason dipropionat, C28H37ClO7,
mineral P, menunjukkan maksimum hanya pada dalam zat yang digunakan dengan rumus:
bilangan gelombang yang sama seperti pada
Beklometason Dipropionat BPFI. R 
100 C  U 
R 
Rotasi jenis <1081> Antara +88 dan +94, dihitung  S 
terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan
larutan dalam dioksan P yang mengandung 10 mg per C adalah kadar Beklometason Dipropionat BPFI
mL. dalam mg per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-
turut adalah perbandingan respons puncak
Susut pengeringan <1121> Bentuk anhidrat, tidak beklometason dipropionat terhadap testosteron
lebih dari 0,5%. Bentuk monohidrat, antara 2,8% dan propionat dari Larutan uji dan Larutan baku.
3,8%; lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3
jam. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara BELERANG ENDAP


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Precipitated Sulfur
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (3:2),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Sulfur [7704-34-9]
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera S BA 32,06
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah Belerang Endap mengandung tidak kurang dari 99,5%
Testosteron Propionat BPFI, larutkan dan encerkan dan tidak lebih dari 100,5%, dihitung terhadap zat
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,2 mg anhidrat.
per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik;
Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dan sangat halus; warna kuning pucat; tidak berbau dan
encerkan denganmetanol P hingga kadar lebih kurang tidak berasa.
1,4 mg per mL. Masukkan 4,0 mL larutan ini ke dalam
vial yang sesuai dan tambahkan 4,0 mL Larutan baku
- 269 -

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah Identifikasi Tambahkan sedikit demi sedikit 2 g
larut dalam karbon disulfida; sukar larut dalam minyak serbuk ke dalam 100 mL air sambil dikocok kuat.
zaitun; praktis tidak larut dalam etanol. Biarkan selama 12 jam agar terhidrasi sempurna.
Masukkan 2 mL campuran yang diperoleh di atas kaca
Identifikasi Terbakar diudara membentuk belerang objek yang sesuai, biarkan mengering pada suhu ruang
dioksida, berbau khas. sampai terbentuk selaput. Letakkan kaca objek di atas
etilen glikol dengan permukaan bebas di dalam
Keasamaan-kebasaan Kocok kuat-kuat 2,0 g zat desikator vakum. Vakumkan desikator dan tutup kran
dengan 10 mL air, saring; filtrat bereaksi netral sehingga desikator jenuh etilen glikol. Biarkan selama
terhadap lakmus P. 12 jam, catat pola difraksi sinar-X seperti tertera pada
Difraksi Sinar-X<811> dan hitung harga d: puncak
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5 %. terbesar sesuai dengan harga d antara 15,0 - 17,2
satuan Angstrom. Siapkan secara acakserbuk bentonit,
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,3%. catat pola difraksi sinar-X dan tetapkan harga d pada
rentang antara 1,48 dan 1,54 satuan Angstrom: puncak
Bentuk belerang lain Kocok 1,0 g zat dengan 5 mL terletak antara 1,492 dan 1,504 satuan Angstrom.
karbon disulfida P: larut dengan cepat, kecuali
sejumlah kecil zat yang biasanya tidak larut. Batas mikroba <51> Tidak mengandung
Escherichiacoli.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 60
mg zat, lakukan penetapan seperti tertera pada pH <1071> Antara 9,5 dan 10,5; lakukan penetapan
Pembakaran dengan Labu Oksigen <501> dengan mendispersikan 4,0 g zat dalam 200 mL air
menggunakan labu 1000 mL dan campuran 10 mL air sambil dikocok kuat untuk memudahkan pembasahan.
dan 5,0 mL hidrogen peroksida LP sebagai cairan
penjerap. Jika pembakaran telah sempurna tambahkan Susut pengeringan <1121> Antara 5,0% dan 8,0%;
air ke dalam labu, longgarkan sumbat. Bilas sumbat, lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
pemegang zat dan dinding labu dengan air kemudian
buka sumbat. Panaskan labu hingga mendidih selama Arsen <321> Tidak lebih dari 5 bpj.
lebih kurang 2 menit. Dinginkan hingga suhu ruang Larutan uji Masukkan 8,0 g zat ke dalam gelas piala
kemudian titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV 250 mL yang mengandung 100 mL larutan asam
menggunakan indikator Fenolftalein LP. Lakukan hidroklorida P (1 dalam 25), campur dengan kaca
penetapan blangko. arloji dan didihkan dengan hati-hati selama 15 menit,
dengan sekali diaduk, untuk mencegah terbentuknya
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N busa yang berlebihan. Saring beningan panas melalui
setara dengan 1,603 mg S kertas saring aliran cepat ke dalam labu tentukur 200-
mL, bilas empat kali, tiap kali dengan 25 mL larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup asam hidroklorida P (1 dalam 25) panas, kumpulkan
baik. bilasan ke dalam labu tentukur. Dinginkan kumpulan
filtrat hingga suhu ruang, tambahkan larutan asam
hidroklorida P (1 dalam 25) sampai tanda.
BENTONIT Prosedur Gunakan 25 mL alikot Larutan uji.
Bentonite Serapan yang disebabkan oleh setiap warna merah dari
Larutan uji tidak lebih dari serapan yang dihasilkan
Bentonit [1302-78-9] oleh 5,0 mL Larutan baku (5 g As) yang diperlakukan
dengan pereaksi dan cara yang sama.
Bentonit adalah koloidal alam dari aluminium silikat
terhidrasi. Timbal <401> Tidak lebih dari 40 bpj.
[Catatan Jika perlu Larutan baku dan Larutan uji
Pemerian Serbuk sangat halus bebas dari butiran dapat dimodifikasi untuk memperoleh larutan dengan
kasar, warna kekuningan pucat sampai krem atau kadar yang sesuai dengan linearitas dan rentang kerja
keabu-abuan; tidak berbau; rasa agak seperti tanah; alat.]
higroskopis. Larutan baku Pada saat digunakan, encerkan 3,0
mL Larutan persediaan timbal(II) nitrat seperti tertera
Kelarutan Tidak larut dalam air, tetapi mengembang pada Uji Batas Logam Berat <371> dengan air hingga
sampai hampir dua belas kali volume jika ditambah 100 mL. Tiap mL Larutan baku mengandung setara
air; tidak larut dan tidak mengembang dalam pelarut dengan 3 g timbal.
organik. Larutan uji Masukkan 3,75 g zat ke dalam gelas
piala 250 mL yang mengandung 100 mL larutan asam
hidroklorida P (1 dalam 25), aduk, tutup dengan kaca
- 270 -

arloji dan didihkan selama 15 menit. Dinginkan R adalah campuran alkil, termasuk semua atau
hingga suhu ruang, saring melalui kertas saring aliran beberapa gugus dimulai dengan n-C8H17 sampai ke
cepat ke dalam gelas piala 400 mL. Bilas penyaring homolog lebih tinggi, dengan bagian utama n-C12H25,
empat kali, tiap kali dengan 25 mL air panas, n-C14H29 dan n-C16H33. Pada zat anhidrat, kadar
kumpulkan ekstrak dengan pendidihan perlahan-lahan homolog n-C12H25 tidak kurang dari 40,0% dan kadar
hingga mendekati 20 mL. Jika timbul endapan, dari homolog n-C14H29 tidak kurang dari 20,0%, dari
tambahkan 2 - 3 tetes asam nitrat P, panaskan hingga kandungan total alkilbenzildimetilamonium klorida.
mendidih dan dinginkan hingga suhu ruang. Saring Jumlah komponen homolog n-C12H25, n-C14H29 tidak
ekstrak pekat melalui kertas saring aliran cepat ke kurang dari 70,0%, dari kandungan total
dalam labu tentukur 50-mL. Masukkan sisa isi dari alkilbenzildimetilamonium klorida. Kandungan total
gelas piala ke dalam labu tentukur melalui kertas alkilbenzildimetilamonium klorida sisa pemijaran,
saring dengan bantuan air sampai tanda. tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan [C6H5CH2N(CH3)2R]C1, bobot molekul rata-rata 360.
baku pada panjang gelombang 284 nm dengan
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi Pemerian Gel kental atau potongan seperti gelatin,
dengan lampu timbal tabung katode deuterium dengan putih atau kekuningan. Biasanya berbau aromatik
koreksi latar belakang dan pembakar bercelah tunggal lemah. Larutan dalam air berasa pahit, jika dikocok
menggunakan nyala pengoksidasi udara dan asetilena. sangat berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan
baku. Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol; bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan
Pembentukan gel Campur 6 g zat dengan 300 mg agak sukar larut dalam eter.
magnesium oksida P. Masukkan campuran ini sedikit
demi sedikit ke dalam 200 mL air di dalam blender Baku pembanding Benzalkonium klorida BPFI;
dengan kapasitas 500 mL. Campur selama 5 menit setelah ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup
pada kecepatan tinggi, pindahkan 100 mL campuran rapat.
ke dalam gelas ukur 100 mL dan biarkan tanpa
diganggu selama 24 jam: tidak lebih dari 2 mL Identifikasi
beningan timbul pada permukaan. A. Pada larutan zat (1 dalam 100) tambahkan asam
nitrat 2 N atau raksa(II) klorida LP: terbentuk endapan
Daya mengembang Ke dalam 100 mL air di dalam putih yang larut dalam etanol P.
gelas ukur bersumbat dengan kapasitas 100 mL, B. Larutkan lebih kurang 200 mg zat dalam 1 mL
tambahkan 2 g zat sedikit demi sedikit ke permukaan asam sulfat P, tambahkan 100 mg natrium nitrat P,
air dan biarkan tiap bagian mengendap sebelum panaskan di atas tangas air hingga 10 mL, tambahkan
penambahan berikutnya. Massa pada dasar 500 mg serbuk zink P dan hangatkan di atas tangas uap
perlahanlahan mengembang hingga pada akhir selama 5 menit. Pada 2 mL beningan tambahkan 1 mL
periode 2 jam, volume tidak kurang dari 24 mL. larutan natrium nitrit P (1 dalam 20), dinginkan dalam
air es, kemudian tambahkan 3 mL larutan 2-naftol P
Derajat halus serbuk Taburkan 2 g zat di atas 20 mL dalam 10 mL amonium hidroksida 6 N: terjadi warna
air di dalam lumpang. Biarkan mengembang, merah jingga.
dispersikan dengan alu dan encerkan dengan air C. Larutan dalam campuran air dan etanol P volume
hingga 100 mL. Tuang suspensi melalui pengayak sama, menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C
baku nomor 200 dan bilas pengayak dengan air. Tidak seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
ada butiran kasar yang jatuh pada saat jari-jari
digosokkan pada kawat pengayak. Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 15,0%.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,0%.

Zat tidak larut dalam air Larutan zat (1 dalam 10)


BENZALKONIUM KLORIDA tidak menunjukkan kekeruhan dan zat tak larut.
Benzalkonium Chloride
Amina asing Pada 5 mL larutan zat (1 dalam 50)
Alkilbenzildimetilamonium klorida [8001-54-5] tambahkan 3 mL natrium hidroksida 1 N: tidak
terbentuk endapan. Panaskan hingga mendidih: tidak
Benzalkonium Klorida adalah campuran terbentuk uap amina.
alkilbenzildimetilamonium klorida dengan rumus
umum: Perbandingan komponen alkil
[C6H5CH2N(CH3)2R]C1 Fase gerak Buat campuran natrium asetat 0,1 M
dengan asam asetat glasial P, atur pH hingga 5,0.
- 271 -

Campur 55 bagian larutan ini dengan 45 bagian jumlah kalium iodat yang setara bobot benzalkonium
asetanol nitril P, saring dan awaudarakan. Kadar klorida yang digunakan.
asetonitril bervariasi antara 40 - 60 bagian hingga
memenuhi Kesesuaian sistem. Tiap mL kalium iodat 0,05 M
Larutan baku Timbang saksama sejumlah setara dengan 36,0 mg benzalkonium klorida
Benzalkonium Klorida BPFI, larutkan dalam air
hingga kadar lebih kurang 4 mg per mL. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
masukkan dalam labu tertukur 50-mL, larutkan dan
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5,0 mL BENZATIN BENZILPENISILIN
larutan ini ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan Benzatin Penisilin G
dengan air sampai tanda. Penicillin G Benzathine
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom berisi
bahan pengisi L10. Laju alir lebih kurang 2 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukurrespons puncak seperti
tertera pada Prosedur; jumlah lempeng teoritis puncak
C12 tidak kurang dari 1000, resolusi antara puncak C12 Asam (2S,5R,6R)-3,3-dimetil-7-okso-6-(2-
dan C14 tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku fenilasetamido)-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% karboksilat senyawa dengan N,N’-
untuk puncak C12. dibenziletilendiamina (2:1), tetrahidrat [41372-02-5]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (C16 H18N2O4S)2.C16H20N2.4H2O BM 981,18
Anhidrat [1538-09-6] BM 909,15
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Benzatin Benzilpenisilin mempunyai potensi tidak
kromatogram dan ukur respons puncak. Puncak-
kurang dari 1090 unit benzilpenisilin dan tidak lebih
puncak homolog dapat diketahui dengan
dari 1272 unit benzilpenisilin per mg.
membandingkan waktu retensi. Hitung persentase
amonium kuarterner homolog dengan rumus:
Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau.

 A Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar


100 
B larut dalam etanol.

A adalah hasil perkalian luas homolog C10,C12,C14 dan Baku pembanding Kalium Benzilpenisilin BPFI;
C16 berturut-turut adalah 312, 340, 368 dan 396. tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dalam lemari
Penetapan kadar alkibenzildimetilamonium pendingin. Benzatin Benzilpenisilin BPFI; tidak boleh
klorida total Timbang saksama setara dengan lebih dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
kurang 500 mg benzalkonium klorida anhidrat dan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
masukkan dengan bantuan 35 mL air ke dalam corong Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
pisah 250 mL bersumbat kaca yang berisi 25 mL penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
kloroform P. Tambahkan 10,0 mL larutan kalium menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
iodida P (1 dalam 20) yang dibuat segar, kocok dan simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
biarkan memisah, buang lapisan kloroform. Bilas dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
lapisan air 3 kali, tiap kali dengan 10 mL kloroform P dalam lemari pembeku.
dan buang lapisan kloroform. Masukkan lapisan air ke
dalam labu Erlenmeyer 250 mL bersumbat kaca dan Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan zat
bilas corong pisah 3 kali, tiap kali dengan 5 mL air. 0,05% dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
Tambahkan 40 mL asam hidroklorida P dingin ke minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
dalam labu, campur dan titrasi dengan kalium iodat pada Benzatin Benzilpenisilin BPFI; daya serap pada
0,05 M LV hingga larutan berwarna cokelat muda. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
Tambahkan 5 mL kloroform P ke dalam labu dan 263 nm antara 85,0% dan 110,0% dari Benzatin
kocok kuat. Lanjutkan titrasi tetes demi tetes, kocok Benzilpenisilin BPFI.
tiap kali penambahan hingga lapisan kloroform
menjadi tidak berwarna dan lapisan air menjadi kuning Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
terang. Lakukan penetapan blangko, menggunakan 20
mL air. Perbedaan antara dua titrasi menyatakan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,01 unit
Endotoksin FI per 100 unit Benzilpenisilin.
- 272 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 53 mg


Sterilitas <71> Jika pada etiket tertera benzatin zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
benzilpenisilin steril, harus memenuhi syarat jika diuji Tambahkan 10 mL asetonitril P dan 5 mL metanol P
dengan cara Inokulasi Langsung ke dalam Media dan goyang hingga larut. Segera encerkan dengan
seperti tertera pada Uji sterilitas sediaan kecuali Dapar fosfat sampai tanda.
menggunakan Media Cair Tioglikolat dan Soybean- Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Casein Digest Medium yang mengandung Larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Polisorbat 80 P (1 dalam 200) dan jumlah enzim dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4 mm
penisilinase steril yang cukup untuk inaktivasi zat × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
dalam setiap tabung dan kocok tabung sekali sehari. 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5; lakukan penetapan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
menggunakan larutan 50 mg zat dalam 50 mL etanol waktu retensi relatif penisilin G dan penisilin V
mutlak P dan tambahkan 50 mL air. berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R,
antara puncak penisilin G dan penisilin V tidak kurang
Air <1031> Metode I Antara 5,0% dan 8,0%. dari 2,0; efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak
analit tidak kurang dari 600 lempeng teoritis. Lakukan
Benzatin anhidrat Antara 24,0% dan 27,0%, dihitung kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
terhadap zat; lakukan penetapan sebagai berikut: kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, tambahkan 30 pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
mL larutan jenuh natrium klorida P dan 10 mL penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
natrium hidroksida 5 N, ekstraksi 4 kali, tiap kali Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan 50 mL eter P. Bilas kumpulan ekstrak eter 3 volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
kali, tiap kali dengan 10 mL air. Ekstraksi kumpulan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
air bilasan dengan 25 mL eter P dan tambahkan ke kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
dalam ekstrak eter yang telah dibilas dengan air. potensi unit Penisilin G dalam tiap mg zat yang
Uapkan kumpulan ekstrak eter hingga volume lebih digunakan dengan rumus:
kurang 5 mL, tambahkan 2 mL etanol mutlak P dan
uapkan hingga kering. Larutkan residu dalam 50 mL 𝑟𝑈 𝐶𝑃
asam asetat glasial P, tambahkan 1 mL indikator p- ( ) ( ) 50
𝑟𝑆 𝑊
naftolbenzein LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1
N LV hingga berwarna hijau. Lakukan penetapan C adalah kadar Kalium Penisilin G BPFI dalam mg per
blangko. mL Larutan baku; P adalah potensi Kalium Penisilin
G BPFI yang dinyatakan dalam unit Penisilin G per
Tiap mL asam perklorat 0,1 N mg; W adalah bobot zat dalam mg yang digunakan
setara dengan 12,02 mg benzatin (C16H20N2) dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak penisilin G dari Larutan uji dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Dapar fosfat Timbang 6,8 g kalium fosfat monobasa rapat.
P, larutkan dalam 900 mL air. Atur pH hingga 6,0
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, Penandaan Jika benzatin benzilpenisilin ditujukan
encerkan dengan air hingga 1000 mL, campur. untuk pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat-asetonitril tertera steril atau harus diproses lebih lanjut untuk
P (4:1), saring melalui membran penyaring dengan pembuatan sediaan injeksi.
porositas 5 µm atau lebih kecil dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>. SUSPENSI BENZATIN BENZILPENISILIN
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg
Kalium Penisilin G BPFI masukkan ke dalam labu
UNTUK INJEKSI
tentukur 50-mL. Tambahkan 10 mL asetonitril P dan Injeksi Suspensi Benzatin Penisilin G
5 mL metanol P dan goyang hingga larut. Segera Penicillin G Benzathine Injectable Suspension
encerkan dengan Dapar fosfat sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan dalam Fase Suspensi Benzatin Benzilpenisilin untuk Injeksi
gerak yang mengandung 1 mg kalium penisilin V per adalah suspensi steril benzatin benzilpenisilin dalam
mL. Buat larutan volume sama larutan ini dan Larutan Air untuk injeksi dengan satu atau lebih bahan
baku. pendapar, pendipersi, pengawet dan pensuspensi yang
sesuai. Mengandung penisilin tidak kurang dari 90,0%
- 273 -

dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera Penetapan kadar
pada etiket. Larutan baku Lakukan penetapan dengan cara
seperti tertera pada Penetapan kadar Antibiotik secara
Baku Pembanding Kalium Benzilpenisilin BPFI; Iodometri <521>, menggunakan Kalium
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah Benzilpenisilin BPFI.
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dalam lemari Larutan uji Dengan bantuan jarum hipodermik dan
pendingin. Benzatin Benzilpenisilin BPFI; tidak boleh siring, ambil saksama sejumlah suspensi injeksi setara
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dengan lebih kurang 300.000 unit benzatin
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. benzilpenisilin. Encerkan secara kuantitatif dengan
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, natrium hidroksida 1,0 N hingga diperoleh kadar lebih
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk kurang 2000 unit benzatin benzilpenisilin per mL.
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, Pipet 2 mL larutan ke dalam labu Erlenmeyer
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan bersumbat kaca 125 mL.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka Larutan blangko Dengan bantuan jarum
dalam lemari pembeku. hipodermik dan siring, ambil saksama sejumlah
suspensi injeksi setara dengan lebih kurang 300.000
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi unit benzatin benzilpenisilin. Encerkan secara
secara kromatografi lapis tipis <281>. kuantitatif dengan Dapar No 1 hingga diperoleh kadar
Fase gerak Campuran metanol P-asetonitril P- lebih kurang 2000 unit benzatin benzilpenisilin per
amonium hidroksida P (70:30:3). mL. Pipet 2 mL larutan ke dalam labu Erlenmeyer
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Benzatin bersumbat kaca 125 mL.
Benzilpenisilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
metanol P hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per mL. dalam Penetapan Kadar Antibiotik Secara Iodometri
Larutan uji Encerkan sejumlah zat dengan metanol <521>, kecuali pada pelaksanaan Aktivasi dan titrasi
P hingga diperoleh larutan dengan kadar 3000 unit hilangkan penambahan natrium hidroksida 0,1 N pada
benzilpenisilin per mL. Larutan uji, dan pada saat melakukan Penetapan
Penampak bercak Larutkan 20 g asam tartrat P dan blangko gunakan Larutan blangko sebagai pengganti
1,7 g bismut subnitrat P dalam 80 mL air. Tambahkan Larutan uji. Hitung jumlah dalam unit per mL
2,5 mL larutan ini; 2,5 mL larutan kalium iodida P (4 benzilpenisilin dalam suspensi untuk injeksi dengan
dalam 10) dan 10 g asam tartrat P ke dalam 50 mL air. rumus:
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
20 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng  L 
kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke  (F )(B − I )
 2D 
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak, biarkan
Fase gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, L adalah unit per mL benzilpenisilin seperti tertera
biarkan kering. Semprot lempeng dengan Penampak pada etiket; D adalah kadar benzilpenisilin dalam unit
bercak; harga Rf dari bercak utama Larutan uji sesuai per mL Larutan uji; F adalah faktor pengenceran; B
dengan Larutan baku. adalah volume dalam mL natrium tiosulfat 0,01 N
yang digunakan dalam penetapan blangko dan I adalah
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,01 unit volume dalam mL natrium tiosulfat 0,01 N yang
Endotoksin FI per 100 unit benzatin benzilpenisilin. digunakan dalam Inaktivasi dan titrasi.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
seperti tertera pada Inokulasi langsung media kultur tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dari kaca
dalam Uji sterilitas sediaan, kecuali gunakan Media Tipe I atau Tipe II, dalam lemari pendingin.
cair tioglikolat dan Soybean-casein digest medium
yang mengandung larutan polisorbat 80 P (1 dalam
200) dan penisilinase steril yang cukup untuk BENZETONIUM KLORIDA
menginaktivasi benzilpenisilin pada setiap labu. Benzethonium Chloride
Goyang labu setiap hari satu kali.
CH3
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5.
(H3C)3CH2CC OCH2CH2OCH2CH2
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
N+(CH3)2 Cl-
Injeksi. CH3

CH2
- 274 -

Benzildimetil[2-[2-[p-(1,1,3,3- BENZIL ALKOHOL


tetrametilbutil)fenoksi]etoksi]etil]amonium klorida Benzyl Alcohol
[121-54-0]
C27H42ClNO2 BM 448,09 Benzil alkohol [100-51-6]
C7H8O BM 108,14
Benzetonium Klorida mengandung tidak kurang dari
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,C27H42ClNO2, Benzil Alkohol mengandung tidak kurang dari 97,0%
dihitung terhadap zat kering. dan tidak lebih dari 100,5% C7H8O.
Pemerian Hablur putih; bau lemah; larutan (1 dalam Pemerian Cairan tidak berwarna; bau aromatik
100) bereaksi agak basa terhadap lakmus P. lemah; rasa membakar tajam. Mendidih pada suhu
206º tanpa peruraian. Netral terhadap lakmus.
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol dan dalam
kloroform; sukar larut dalam eter. Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
dalam etanol 50%; bercampur dengan etanol, dengan
Baku pembanding Benzetonium Klorida BPFI. eter dan dengan kloroform.
Identifikasi Identifikasi Tambahkan 2 atau 3 tetes zat ke dalam 5
A. Pada 1 mL larutan zat (1 dalam 100) tambahkan mL larutan kalium permanganat P (1 dalam 20) dan
2 mL etanol P; 0,5 mL asam nitrat 2 N dan 1 mL perak asamkan dengan asam sulfat 2 N; tercium bau
nitrat LP: terbentuk endapan putih, yang tidak larut benzaldehida.
dalam asam nitrat 2 N, tetapi larut dalam amonium
hidroksida 6 N. Bobot jenis <981> Antara 1,042 dan 1,047.
B. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida Indeks bias <1001> Antara 1,539 dan 1,541; lakukan
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan penetapan pada suhu 20º.
gelombang yang sama seperti pada Benzetonium
Klorida BPFI. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 50 bpj;
lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 25 mL
Jarak lebur <1021> Antara 158° dan 163°; lakukan dalam krus yang sesuai dan pijarkan hingga bobot tetap.
penetapan menggunakan zat kering.
Keasaman Netralkan 50 mL etanol P yang
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; mengandung 1 mL Fenolftalein LP dengan natrium
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam. hidroksida 0,1 N. Larutkan 10 mL zat dalam 10 mL
etanol P yang telah dinetralkan dan titrasi dengan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. natrium hidroksida 0,1 N; tidak lebih dari 1,0 mL.
Senyawa amonium Pada 5 mL larutan zat (1 dalam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1 mg zat;
50) tambahkan 3 mL natrium hidroksida 1 N, lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 2,0 g zat
panaskan sampai mendidih: tidak tercium bau sampai kering di atas tangas air dan keringkan residu
amoniak. pada suhu 105° selama 1 jam. Dinginkan dalam
desikator dan timbang.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
mg zat, larutkan dalam 75 mL air dalam labu Senyawa terhalogenisasidan halida Tidak lebih dari
bersumbat kaca 250 mL, tambahkan 0,4 mL larutan 0,03% sebagai Cl. [Catatan Semua alat kaca yang
biru bromofenol P (1 dalam 2000), 10 mL kloroform digunakan pada prosedur ini harus bebas klorida
P dan 1,0 mL natrium hidroksida1 N. Titrasi dengan dengan merendam semalam dalam campuran air dan
natrium tetrafenilboron 0,02 M LV hingga warna biru asam nitrat (1:1), bilas dengan air dan simpan dalam
hilang dari lapisan kloroform. Mendekati titik akhir keadaan penuh air].
lanjutkan titrasi tetes demi tetes, kocok kuat tiap kali Larutan baku Timbang saksama natrium klorida P,
penambahan titran. larutkan dalam dan encerkan secara kuantitatif, jika
perlu secara bertahap hingga kadar 0,0132 mg per mL.
Tiap mL natrium tetrafenilboron 0,02 M Larutan uji Larutkan 6,7 g zat dalam 50 mL etanol
setara dengan8,962 mg C27H42ClNO2 P, encerkan dengan air hingga 100,0 mL. Pada 10,0
mL larutan ini tambahkan 7,5 mL natrium hidroksida
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 2 N dan 0,125 g nikel aluminium katalis P dan
rapat, tidak tembus cahaya. panaskan campuran dalam labu Erlenmeyer di atas
tangas air selama 10 menit. Biarkan dingin hingga
- 275 -

suhu ruang, saring, kumpulkan filtrat dalam labu uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
tentukur 25- mL. Bilas tiga kali, tiap kali dengan 2 mL ukur respons puncak utama. Waktu retensi relatif
etanol P, encerkan kumpulan filtrat dan bilasan benzil alkohol, metilparaben dan benzaldehida
dengan air sampai tanda. berturut-turut lebih kurang 0,6; 0,7 dan 1,0. Hitung
Larutan blangko Buat seperti tertera pada Larutan persentase benzaldehida dengan rumus:
uji, tanpa penambahan benzil alkohol.
Larutan besi(III) amonium sulfat Kocok 30,0 g R 
besi(III) amonium sulfat P dengan 40 mL asam nitrat 0,1 U 
P, encerkan dengan air hingga 100 mL. Sentrifus atau  RS 
saring jika perlu hingga diperoleh larutan jernih.
Prosedur Pipet secara terpisah ke dalam 4 labu RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
tentukur 25-mL masing-masing 10,0 mL Larutan uji; benzaldehida terhadap metilparaben yang diperoleh
10,0 mL Larutan baku; 10,0 mL Larutan blangko dan dari Larutan uji dan Larutan baku.
10,0 mL air. Pada tiap labu tambahkan 5,0 mL Larutan
besi(III) amonium sulfat, campur dan tambahkan tetes Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
demi tetes sambil digoyang 2 mL asam nitrat P dan Metode I Memenuhi syarat.
5,0 mL larutan raksa(II) tiosianat P dalam etanol
mutlak P (0,3 dalam 100). Kocok, encerkan isi tiap Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 900
wadah dengan air sampai tanda dan biarkan larutan mg zat, tambahkan 15,0 mL campuran piridina P-
dalamtangas es pada suhu 20 selama 15 menit. Ukur anhidrida asetat P (7:1) dan refluks di atas tangas air
serapan larutan yang dibuat dari Larutan uji terhadap selama 30 menit. Dinginkan, tambahkan 25 mL air, 5
larutan yang dibuat dari Larutan blangko dan ukur tetes larutan Fenolftalein P dalam piridina P (1 dalam
serapan larutan yang dibuat dari larutan baku terhadap 100) dan titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV.
larutan yang dibuat dari air masing-masing pada Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase
panjang gelombang 460 nm. Serapan Larutan uji tidak C7H8O dengan rumus:
boleh lebih besar dari Larutan baku.

Benzaldehida Tidak lebih dari 0,20%. Lakukan  V − VU 


10,81N  B 
penetapan sebagai berikut:  W 
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (62:38)
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan VU dan VB berturut-turut adalah jumlah mL natrium
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera hidroksida 1 N LV yang digunakan untuk titrasi zat dan
pada Kromatografi <931>. blangko; W adalah bobot dalam g zat yang digunakan.
Larutan baku internal Buat larutan dalam
asetonitril P yang mengandung lebih kurang 0,2 mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
metilparaben per mL. rapat, terlindung cahaya.
Larutan baku induk Buat larutan dalam asetonitril
P mengandung 0,200 mg benzaldehida per mL.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku induk dan 5 BENZIL BENZOAT
mL Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50- Benzyl Benzoate
mL. Tambahkan asetonitril P sampai tanda.
Larutan uji Pipet 2 mL zat uji dan 10 mL Larutan O
baku internal ke dalam labu tentukur 100 mL, H2
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. C O C
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 282 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang Benzil benzoat [120-51-4]
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons C14H12O2 BM 212,24
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak benzil alkohol dan metilparaben tidak kurang Benzil Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0%
dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dan tidak lebih dari 100,5%, C14H12O2.
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif Pemerian Cairan seperti minyak, jernih; tidak
dari perbandingan respons puncak pada penyuntikan berwarna; bau sedikit aromatis; menimbulkan rasa
ulang tidak lebih dari 2,0%. tajam membakar lidah.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan
- 276 -

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam BENZOIL PEROKSIDA HIDRAT
gliserol; bercampur dengan etanol, dengan kloroform Hydrous Benzoyl Peroxide
dan dengan eter.
O
Baku pembanding Benzil Benzoat BPFI; tidak boleh
dikeringkan, ampul yang telah dibuka disimpan dalam O
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. O

Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang O

didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan


maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Benzoil peroksida [94-36-0]
sama seperti pada Benzil Benzoat BPFI. C14H10O4 BM 242,23
Bobot jenis <981> Antara 1,116 dan 1,120. Benzoil Peroksida Hidrat mengandung tidak kurang
dari 65,0% dan tidak lebih dari 82,0%, C14H10O4.
Suhu beku <1101> Tidak lebih rendah dari 18,0. Mengandung lebih kurang 26% air untuk mengurangi
Pembekuan dapat dipicu dengan penambahan sedikit sifat mudah menyala dan kepekaan terhadap
fragmen benzil benzoat yang telah dibekukan, bila goncangan.
suhu telah mencapai suhu beku yang diperkirakan. [Perhatian Benzoil peroksida hidrat dapat meledak
pada suhu lebih dari 60º atau menyala dengan adanya
Indeks bias <1001> Antara 1,568 dan 1,570; lakukan reduktor. Simpan dalam wadah asli, lakukan
penetapan pada suhu 20. pengurangan muatan statik].

Aldehida Tidak lebih dari 0,05% dihitung sebagai Pemerian Serbuk granul; putih; berbau khas.
benzaldehida; lakukan penetapan sebagai berikut:
masukkan 10,0 g zat ke dalam labu Erlenmeyer 125 Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol;
mL yang berisi 50 mL etanol P dan 5 mL larutan larut dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter.
hidroksilamin hidroklorida P (3,5 dalam 100) campur,
diamkan selama 10 menit. Tambahkan 1 mL biru Identifikasi
bromfenol LP dan titrasi dengan natrium hidroksida A. Lakukan kromatografi lapis tipis seperti tertera
0,1 N LV hingga titik akhir hijau muda. Lakukan pada Kromatografi <931>.
penetapan blangko: volume natrium hidroksida 0,1 N Fase gerak Buat campuran toluena P-diklorometan
LV yang diperlukan tidak lebih dari 0,50 mL. P-asam asetat glasial P (50:2:1).
Larutan baku Timbang sejumlah Benzoil Peroksida
Keasaman Tambahkan 2 tetes Fenolftalein LP pada Hidrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P
25 mL etanol P dan tambahkan natrium hidroksida hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. Larutan
0,020 N hingga terjadi warna merah muda. Kemudian dibuat segar pada saat akan digunakan.
tambahkan 5,0 g zat, campur. Titrasi dengan natrium Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dengan
hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak lebih dari 1,5 metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.
mL untuk terjadi warna merah muda kembali. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
L Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g kromatografi yang dilapisi campuran silika gel P
zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dilengkapi dengan pendingin refluks, tambahkan 50,0 kromatograf yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase
mL kalium hidroksidaetanol 0,5 N LV dan refluks gerak merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
selama 1 jam. Dinginkan, tambahkan Fenolftalein LP, Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan
titrasi dengan asam hidroklorida 0,5 N LV. Lakukan kering pada suhu ruang. Amati bercak di bawah
penetapan blangko seperti tertera pada Titrasi residual cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf bercak utama
dalam Titrimetri <711>. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
B. Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Tiap mL kalium hidroksidaetanol 0,5 N tertera pada Kromatografi <931>.
setara dengan 106,1 mg C14H12O2 Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Cemaran organik dalam Gel Benzoil Peroksida.
rapat, tidak tembus cahaya, terisi penuh dan hindarkan Larutan baku Timbang sejumlah Benzoil Peroksida
dari panas berlebih. Hidrat BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga
kadar lebih kurang 0,32 mg per mL. Buat segar.
- 277 -

Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam


asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,32 mg per Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
mL. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kromatografi <931>.
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan A Buat campuran asetonitril P-asam asetat
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam glasial P (1000:1), saring dan awaudarakan.
kromatogram dan ukur respons puncak. Waktu retensi Larutan B Buat campuran air-asam asetat glasial P
puncak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. (1000:1), saring dan awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Cemaran organik Hitung persentase respons tiap dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
puncak dalam kromatogram Larutan uji, seperti yang Larutan baku 1 Buat larutan asam benzoat P dalam
diperoleh padacara B dalam Identifikasi: jumlah asetonitril P hingga kadar lebih kurang 500 g per
respons semua puncak selain puncak utama tidak lebih mL.
dari 2,0% dan respons masing-masing puncak selain Larutan baku 2 Buat larutan etil benzoat P dalam
puncak utama tidak lebih dari 1,5%. asetonitril P hingga kadar lebih kurang 20 g per mL.
Larutan baku 3 Buat larutan benzaldehid P dalam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 asetonitril P hingga kadar lebih kurang 20 g per mL.
mg zat yang telah dicampur homogen, masukkan ke Larutan baku 4 Buat larutan benzoil peroksida
dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca, yang telah hidrat P dalam asetonitril P hingga kadar setara
ditimbang saksama dan timbang kembali untuk dengan lebih kurang 40 g benzoil peroksida anhidrat
mendapatkan bobot zat uji. Tambahkan 30 mL asam per mL.
asetat glasial P, yang dialiri dengan karbon dioksida Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
selama tidak kurang dari 2 menit sebelum digunakan, dengan lebih kurang 100 mg benzoil peroksida,
goyang labu perlahan-lahan hingga larut. Tambahkan masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
5 mL larutan kalium iodida P (1 dalam 2) dan campur. 25 mL asetonitril P, kocok kuat hingga terdispersi,
Diamkan selama 1 menit. Titrasi iodum bebas dengan sonikasi selama 5 menit, encerkan dengan asetonitril
natrium tiosulfat 0,1 N LV. Mendekati titik akhir P sampai tanda dan saring.
tambahkan 1 tetes pasta kanji-iodida LP dan lanjutkan Larutan resolusi Buat larutan dalam asetonitril P
titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan penetapan yang mengandung lebih kurang 100 g asam benzoat
blangko. P dan 60 g metilparaben P per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tiap mL natrium tiosulfat 0,1 N Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
setara dengan12,11 mg C14H10O4 dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1.Laju alir lebih kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah asli, pada 1,2 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
suhu ruang. [Catatan Jangan simpan benzoil berikut:
peroksida hidrat dalam wadah logam atau kaca
dengan penutup yang dapat bergeser. Jangan Waktu Larutan A Larutan B
mengembalikan zat yang tidak terpakai ke wadah asli, Eluasi
(menit) (%) (%)
tetapi musnahkan dengan larutan natrium hidroksida 0 18 82 Kesetimbangan
P (1 dalam 10) hingga dengan penambahan hablur 0-20 18→60 82→40 Gradien Linier
kalium iodida P tidak melepaskan iodum]. 20-30 60 40 Isokratik

Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi,


GEL BENZOIL PEROKSIDA rekam kromatogram dan ukur respons puncakseperti
Benzoyl Peroxide Gel tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam
benzoat dan metilparaben tidak kurang dari 2,0 dan
Gel Benzoil Peroksida adalah benzoil peroksida dalam faktor ikutan puncak asam benzoat dan metilparaben
dasar gel yang sesuai. Mengandung benzoil peroksida, tidak lebih dari 2,0.
C14H10O4,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
125,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket. volume sama (lebih kurang 10 L) semua Larutan
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Pemerian gel putih; lunak; bau khas. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Setiap
respons puncak dari Larutan uji yang sesuai dengan
Identifikasi Waktu retensi puncak utama asam benzoat, etil benzoat dan benzaldehid tidak lebih
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku besar dari respons puncak utama yang diperoleh dari
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan baku 1 (25%), Larutan baku 2 (1%), dan
Larutan baku 3 (1%). Respons puncak lain selain
pH <1071> Antara 2,8 dan 6,6. puncak utama benzoil peroksida, asam benzoat, etil
- 278 -

benzoat, benzaldehida, metilparaben, propilparaben R 


dan puncak pelarut yang diperoleh dari Larutan uji, 125C  U 
R 
tidak lebih besar dari Larutan baku 4 (2%); jumlah  S 
respons puncak dari semua cemaran selain asam
benzoat, etil benzoat dan benzaldehid tidak lebih besar C adalah kadar benzoil peroksida dalam mg per mL
dari Larutan baku 4 (2%). Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak benzoil peroksida
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara terhadap etil benzoat dari Larutan uji dan Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P dan air Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
(lebih kurang 5 dalam 10), hingga waktu retensi etil rapat.
benzoat dan benzoil peroksida berturut-turut lebih
kurang 7 dan 14 menit.
Larutan bakuinternal Larutkan etil benzoat dalam BENZOKAIN
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 3,6 mg per mL. Benzocaine
Larutan baku Masukkan sejumlah benzoil O

peroksida hidrat yang baru ditetapkan kadarnya seperti


tertera pada Penetapan Kadar dalam Benzoil O CH3

Peroksida Hidrat ke dalam Erlenmeyer bersumbat


kaca yang telah ditimbang saksama dan timbang H2N
kembali untuk mendapatkan bobot benzoil peroksida
hidrat. Larutkan secara kuantitatif dalam asetonitril P Etil p– aminobenzoat94-09-7
hingga kadar lebih kurang 0,8 mg benzoil peroksida C9H11NO2 BM 165,19
per mL. Pipet 10 mL larutan ini dan 5 mL Larutan
baku internal ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan Benzokain mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan ini tidak lebih dari 102,0%, C9H11NO2.
mengandung benzoil peroksida lebih kurang 0,32 mg
per mL. Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih. Tidak
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara berbau; stabil di udara dan memberikan anestetik lokal di
dengan lebih kurang 40 mg benzoil peroksida, lidah.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Tambahkan
40 mL asetonitril P, kocok hingga zat terdispersi Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
sempurna. Sonikasi campuran selama 5 menit, encerkan dalam alkohol, dalam kloroform dan dalam eter; agak
dengan asetonitril P sampai tanda dan saring. Pipet 10 sukar larut dalam minyak almon dan minyak zaitun; larut
mL filtrat dan 5 mL Larutan baku internal ke dalam dalam asam encer.
labu tentukur 25-mL, encerkan dengan asetonitril P
sampai tanda. Baku pembanding Benzokain BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi tertutup rapat. Asam Aminobenzoat BPFI; Etil 4-
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baja nitrobenzoat BPFI.
tahan karat 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Identifikasi
kromatografi dengan tiga kali penyuntikan Larutan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
baku dan ukur respons puncak seperti tertera pada dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam
Prosedur: perbandingan respons puncak terendah dan dan didispersikan dalam kalium bromida P
tertinggi (RS) tidak lebih dari 2,0%; resolusi, R, antara menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
puncak etil benzoat dan benzoil peroksida tidak kurang gelombang yang sama seperti pada Benzokain BPFI.
dari 2,0; dan faktor ikutan puncak etil benzoat dan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
benzoil peroksida tidak lebih dari 2,0. uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pada Penetapan kadar.
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P
jumlah, dalam mg benzoil peroksida, C14H10O4, dalam selama 3 jam.
gel yang digunakan dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
- 279 -

Klorida Ke dalam larutan 200 mg zat dalam 5 mL persentase asam aminobenzoat dan etil 4-nitrobenzoat
etanol P, yang telah diasamkan dengan beberapa tetes dengan rumus:
asam nitrat encer P, tambahkan beberapa tetes perak
nitrat LP: tidak segera terbentuk kekeruhan.  ri   CS 
      100
Logam berat <371>Metode III. Tidak lebih dari 10  rS   CU 
bpj.
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara aminobenzoat atau etil 4-nitrobenzoat dari Larutan uji
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan Larutan baku; CS adalah kadar Asam
Kromatografi <931>. Aminobenzoat BPFI atau Etil 4-nitrobenzoat BPFI
Larutan A Encerkan 1,0 mL asam trifluoroasetat P dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
dalam 1 liter air. benzokain dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Larutan B Gunakan pelarut asetonitril P. bobot yang ditimbang. Hitung persentase masing-
Fase gerak Gunakan variasi campuran antara masing cemaran lain, dengan rumus:
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi.  ri   CS 
Pengencer Buat campuran Larutan A dan Larutan       100
B (1:1).  rS   CU 
Larutan baku persediaan Timbang saksama secara
terpisah sejumlah Benzokain BPFI, Asam ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
Aminobenzoat BPFI dan Etil 4-nitrobenzoat BPFI, dari Larutan uji; rS adalah respons puncak benzokain
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar dari Larutan baku; CS adalah kadar Benzokain BPFI
masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL. Sonikasi dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
selama 2-5 menit sampai larut dan encerkan dengan benzokain dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Pengencer sampai tanda. bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Tabel 1.
benzokain, asam aminobenzoat, dan etil 4-
nitrobenzoat masing-masing lebih kurang 1 g per Tabel 1
mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Nama Waktu retensi Batas
larutkan dengan Pengencer hingga kadar 1 mg per mL. relatif (%)
Sonikasi selama 2-5 menit sampai larut, encerkan (menit)
dengan Pengencer sampai tanda. Asam aminobenzoat 0,29 0,10
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Benzokain 1,0 -
dilengkapi detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x 25 Etil 4-nitrobenzoat 2,1 0,10
cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 Cemaran yang tidak - 0,10
m. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. diketahui
Total cemaran - 1,0
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
0 90 10
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
34 50 50 Kromatografi <931>.
35 90 10 Larutan A Buat campuran air-trietilamin P-asam
38 90 10 asetat P (980:1:20). Atur pH antara 2,95 dan 3,0.
Fase gerak Buat campuran Larutan A-metanol P
(60:40). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
pada Prosedur: resolusi, R, antara 2 puncak tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kurang dari 10; simpangan baku relatif dari masing-
Benzokain BPFI, larutkan dan encerkan secara
masing puncak benzokain, asam aminobenzoat, dan
kuantitatif, jika perlu bertahap dengan Fase gerak
etil 4-nitrobenzoat tidak lebih dari 2,0% .
hingga kadar lebih kurang 0,024 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kadar lebih kurang 0,024 mg per mL.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom
- 280 -

2,0 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan dalam 2). Encerkan dengan air hingga 50 mL,
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 0,2 mL panaskan hingga larut sempurna, dinginkan. Saring
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dengan penyaring kaca masir halus, bilas endapan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak dengan enceran asam hidroklorida P (3 dalam 100),
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak simpan filtrat untuk Identifikasi B. Keringkan endapan
benzokain tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada suhu 105º: Spektrum serapan inframerah
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. endapan yang telah dikeringkan dan didispersikan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam pada Asam Fumarat BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak benzokain. B. Filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A
Hitung persentase, benzokain, C9H11NO2, dalam zat menunjukkan reaksi Besi seperti tertera pada Uji
yang digunakan dengan rumus: Identifikasi Umum <291>.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;


 rU   CS 
      100 lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam.
 rS   CU 
Sulfat Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan dengan cara sebagai berikut: Masukkan 1,0 g zat ke
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Benzokain dalam gelas piala 250-mL, tambahkan 100 mL air,
BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah panaskan di atas tangas uap, tambahkan asam
kadar benzokain dalam mg per mL Larutan uji hidroklorida P tetes demi tetes hingga larut sempurna
berdasarkan bobot yang ditimbang. [Catatan Diperlukan lebih kurang 2 mL asam]. Saring
jika perlu, dan encerkan filtrat dengan air hingga 100
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah mL. Panaskan hingga mendidih, tambahkan 10 mL
tertutup baik. barium hidroklorida LP, hangatkan di atas tangas uap
selama 2 jam, tutup dan biarkan selama 16 jam.
[Catatan Jika terbentuk hablur besi(II) fumarat,
hangatkan di atas tangas uap hingga larut]. Saring
BESI(II) FUMARAT
melalui kertas saring bebas abu, bilas residu dengan
Ferrous Fumarate air panas dengan penambahan amonium sulfida LP
hingga tidak terbentuk endapan hitam dalam filtrat,
pindahkan kertas saring yang berisi residu ke dalam
krus yang telah ditara. Arangkan kertas saring tanpa
terbakar, pijarkan pada suhu 600º hingga bobot tetap:
tiap mg residu setara dengan 0,412 mg SO4.

Besi(2+) fumarat [141-01-5] Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
C4H2FeO4 BM 169,90 penetapan dengan cara sebagai berikut: Masukkan 2,0
g zat ke dalam gelas piala, tambahkan 10 mL air dan
Besi(II) Fumarat mengandung tidak kurang dari 10 mL asam sulfat P. Hangatkan hingga terjadi
97,0% dan tidak lebih dari 101,0% C4H2FeO4, endapan sempurna asam fumarat, dinginkan,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. tambahkan 30 mL air, saring ke dalam labu tentukur
100-mL. Bilas endapan dengan air, masukkan air
Pemerian Serbuk jingga kemerahan hingga cokelat pembilas ke dalam labu tentukur sampai tanda.
merah; tidak berbau. Dapat mengandung gumpalan Masukkan 50,0 mL larutan ke dalam labu generator
lunak yang membentuk kepingan kuning bila digerus. arsin, encerkan dengan air hingga 55 mL. Lanjutkan
seperti tertera pada Metode I tanpa penambahan 20 mL
Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat sukar larut asam sulfat 7 N.
dalam etanol. Kelarutan dalam asam hidroklorida
encer terbatas karena memisahnya asam fumarat. Ion besi (III) Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
penetapan dengan cara sebagai berikut: Timbang
Baku pembanding Asam Fumarat BPFI; tidak boleh saksama 2,0 g zat masukkan ke dalam labu
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, Erlenmeyer 250 mL bersumbat kaca, tambahkan 25
dalam lemari pendingin. mL air dan 4 mL asam hidroklorida P. Panaskan di
atas lempeng pemanas hingga larut sempurna. Tutup
Identifikasi labu, dinginkan hingga suhu ruang. Tambahkan 3 g
A. Lakukan identifikasi dengan cara: pada 1,5 g zat kalium iodida P, tutup labu, goyang, diamkan di
tambahkan 25 mL enceran asam hidroklorida P (1 tempat gelap selama 5 menit. Buka sumbat labu,
- 281 -

tambahkan 75 mL air. Titrasi dengan natrium tiosulfat baku mulai dari “tambahkan 6 mL asam nitrat P”.
0,1 N LV. Mendekati titik akhir tambahkan 3 mL Lapisan pelarut organik merupakan Larutan uji.
indikator kanji LP. Lakukan penetapan blangko. Blangko Pada gelas piala 50-mL kosong, lakukan
Hitung persentase ion besi(III) dalam zat dengan prosedur seperti tertera pada Larutan baku mulai dari
rumus: “tambahkan 6 mL asam nitrat P”. Lapisan pelarut
organik merupakan Blangko yang tidak mengandung
 (VS − VB )N  F  timbal.
 100 Prosedur Ukur serapan Blangko, Larutan baku dan
 W  Larutan uji pada pita emisi timbal 283,3 nm
menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan dilengkapi dengan lampu hollow-catode timbal dan
untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL nyala udara-asetilen pada kondisi yang sesuai seperti
yang digunakan untuk titrasi blangko; N adalah tertera pada Spektrofotometer dan hamburan cahaya
normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor <1191>. Untuk mengatur posisi nol, gunakan Blangko.
ekuivalen (55,85 mg per mEq); dan W adalah bobot Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari serapan
zat dalam mg. Larutan baku.

Timbal Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan Raksa Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan penetapan
dengan cara sebagai berikut [Catatan Untuk dengan cara sebagai berikut: [Catatan Lakukan
pembuatan semua larutan dalam air dan pembilas penetapan di bawah cahaya redup, karena raksa(II)
alat kaca, gunakan air yang telah dilewatkan resin ditizonat peka terhadap cahaya.]
penukar ion, asam kuat, basa kuat. Pilih pereaksi Larutan hidroksilamin hidroklorida, Larutan baku
dengan sesedikit mungkin kandungan timbal, simpan raksa, Larutan pengekstraksi ditizon, dan Larutan
semua larutan pereaksi dalam wadah kaca borosilikat. pengekstraksi ditizon encer Lakukan penyiapan
Sebelum digunakan, rendam alat kaca bersih dalam larutan seperti yang tertera pada Uji Batas Raksa
enceran asam nitrat P (1 dalam 2) hangat selama 30 <381> Metode I.
menit, kemudian bilas dengan air demineralisata P]. Larutan pembanding Buat larutan yang
Larutan asam askorbat-natrium iodida Larutkan 20 mengandung 3,0 mL Larutan baku raksa, 30,0 mL
g asam askorbat P dan 38,5 g natrium iodida P dalam enceran asam nitrat P (1 dalam 10), 5 mL larutan
air di dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan natrium sitrat 250 mg per mL, dan 1 mL Larutan
air sampai tanda. hidroksilamin hidroklorida.
Larutan trioktilfosfin oksida [Perhatian Larutan ini Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
menyebabkan iritasi. Hindari kontak dengan mata, larutkan dalam 30 mL enceran asam nitrat P (1 dalam
kulit dan pakaian. Lakukan pembuangan larutan yang 10), di atas tangas uap. Dinginkan segera dengan
mengandung pereaksi ini dengan hati-hati]. Larutkan merendam di dalam tangas es, saring melalui
5,0 g trioktilfosfin oksida P dalam 4-metil-2-pentanon penyaring kaca masir dengan porositas halus yang
P di dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan telah dibasahi dengan enceran asam nitrat P (1 dalam
pelarut yang sama sampai tanda. 10) dan air. Pada filtrat tambahkan 20 mL larutan
Larutan baku Masukkan 5,0 mL Larutan natrium sitrat P 250 mg per mL dan 1 mL Larutan
persediaan timbal(II) nitrat yang dibuat seperti tertera hidroksilamin hidroklorida.
pada Uji Batas Logam Berat <371>, ke dalam labu Prosedur Lakukan terhadap Larutan uji dan
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan pembanding secara bersamaan sebagai
Masukkan 2,0 mL larutan ini ke dalam gelas piala 50- berikut: Atur pH hingga 1,8 untuk Larutan
mL, tambahkan 6 mL asam nitrat P dan 10 mL asam pembanding menggunakan amonium hidroksida P dan
perklorat P, uapkan dalam lemari asam hingga kering. untuk Larutan uji menggunakan asam sulfat P, secara
[Perhatian Gunakan asam perklorat dalam lemari terpisah masukkan ke dalam corong pisah. Ekstraksi
asam dengan ventilasi yang baik, secara hati-hati.] dua kali, tiap kali dengan 5 mL Larutan pengekstraksi
Dinginkan, larutkan residu dalam 10 mL asam ditizon dan 5 mL kloroform P, kumpulkan ekstrak
hidroklorida 9 N, masukkan ke dalam labu tentukur kloroform dalam corong pisah ke dua. Tambahkan 10
50-mL dengan bantuan lebih kurang 10 mL air. mL larutan asam hidroklorida P (1 dalam 2), kocok,
Tambahkan 20 mL Larutan asam askorbat-natrium biarkan lapisan memisah, buang lapisan kloroform.
iodida dan 5,0 mL Larutan trioktilfosfin oksida, kocok Bilas ekstrak asam dengan 3 mL kloroform P, buang
selama 30 detik, biarkan memisah. Tambahkan air cairan pembilas. Tambahkan 0,1 mL larutan dinatrium
hingga lapisan pelarut organik mencapai leher labu, edetat P 20 mg dalam mL dan 2 mL asam asetat 6 N,
kocok lagi, biarkan memisah. Lapisan pelarut organik campur dan tambahkan secara perlahan 5 mL
merupakan Larutan baku yang mengandung 2,0 µg amonium hidroksida P. Tutup corong pisah, dinginkan
timbal per mL. di bawah air mengalir yang dingin, keringkan permukaan
Larutan uji Masukkan 1,0 g zat ke gelas piala 50- luar corong pisah. Buka sumbat, tuang isi ke dalam
mL, lakukan prosedur seperti tertera pada Larutan gelas piala. Atur pH hingga 1,8 dengan cara yang sama
- 282 -

seperti tersebut di atas, tuang kembali larutan kedalam Disolusi <1231>


corong pisah. Tambahkan 5,0 mL Larutan Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N
pengekstraksi ditizon encer, kocok kuat-kuat, biarkan dalam natrium lauril sulfat P 0,5 %.
lapisan memisah. Gunakan Larutan pengekstraksi Alat tipe 2: 75 rpm.
ditizon encer sebagai blangko. Bandingkan warna Waktu: 45 menit.
larutan yang terjadi dalam lapisan kloroform yang Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H2FeO4
diperoleh dari kedua larutan: warna Larutan uji tidak yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
lebih intensif dari warna Larutan pembanding. perlu encerkan dengan Media disolusi dan bandingkan
dengan serapan Larutan baku mengandung besi yang
Penetapan kadar Timbang saksama 500 mg zat, sudah diketahui kadarnya, dalam media yang sama
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 mL, menggunakan spektrofotometer serapan atom pada
tambahkan 25 mL enceran asam hidroklorida P (2 panjang gelombang lebih kurang 248,3 nm.
dalam 5). Panaskan hingga mendidih, tambahkan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
larutan timah(II) klorida P tetes demi tetes hingga kurang dari 75 % (Q) C4H2FeO4 dari jumlah yang
warna kuning hilang, kemudian tambahkan 2 tetes tertera pada etiket.
berlebih. Dinginkan larutan di dalam tangas es hingga
suhu ruang. Tambahkan 10 mL larutan merkuri Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
klorida P 50 mg per mL dan diamkan selama 5 menit.
Tambahkan 200 mL air, 25 mL enceran asam sulfat P Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak
(1 dalam 2), dan 4 mL asam fosfat P, kemudian kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
tambahkan 2 tetes indikator ortofenantrolin LP. serbuk tablet setara dengan lebih kurang 500 mg
Titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV. Lakukan besi(II) fumarat, masukkan ke dalam gelas piala 250
penetapan blangko. Hitung persentase besi(II) mL. Tambahkan 25 mL air, 25 mL asam nitrat P dan
fumarat, C4H2FeO4, di dalam zat dengan rumus: 7,5 mL asam perklorat P. Tutup dengan kaca arloji
bercelah, panaskan hingga terjadi asap tebal.
 (VS − VB )N  F  Dinginkan, bilas kaca arloji dan gelas piala dengan air,
 100 uapkan dalam lemari asam hingga hampir kering.
 W  Bilas kaca arloji dan gelas piala dengan 2 mL asam
hidroklorida P, kemudian dengan sejumlah kecil air.
Larutkan residu, jika perlu hangatkan. Masukkan ke
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan dalam labu Erlenmeyer 250 mL bersumbat kaca,
untuk titrasi Larutan uji; VB adalah volume titran ulangi pembilasan dengan 2 mL asam hidroklorida P,
dalam mL yang digunakan untuk titrasi Blangko; N masukkan ke labu menggunakan tidak lebih dari 20
adalah normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah sampai 25 mL air. Tambahkan 4 g kalium iodida P,
faktor ekuivalen (169,9 mg per mEq); dan W adalah tutup, biarkan di dalam gelap selama 5 menit.
bobot zat dalam mg. Tambahkan 75 mL air, titrasi dengan natrium tiosulfat
0,1 N LV, mendekati titik akhir tambahkan 3 mL kanji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup LP.
baik.
Tiap mL natrium tiosulfat 0,1 N
setara dengan16,99 mg C4H2FeO4
TABLET BESI(II) FUMARAT
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Ferrous Fumarate Tablet
rapat.
Tablet Besi(II) Fumarat mengandung besi(II) fumarat,
C4H2FeO4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. TABLET BESI(II) FUMARAT DAN ASAM
FOLAT
Baku pembanding Asam Fumarat BPFI; tidak boleh Ferrous Fumarate and Folic Acid Tablets
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat. Tablet Besi(II) Fumarat dan Asam Folat mengandung
besi(II) fumarat, C4H2FeO4, tidak kurang dari 90,0%
Identifikasi Pada serbuk tablet setara dengan 1 g dan tidak lebih dari 105,0%; dan mengandung asam
besi(II) fumarat, tambahkan 25 mL larutan asam folat, C19H19N7O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
hidroklorida P (1 dalam 2), campur, tambahkan 25 mL lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
air. Didihkan selama beberapa menit, dinginkan dan [Catatan Gunakan peralatan kaca aktinik rendah dan
saring: filtrat menunjukkan reaksi Besi seperti tertera lindungi larutan terhadap cahaya.]
pada Uji Identifikasi Umum <291>. [Catatan 304 mg besi(II) fumarat setara dengan 100
mg Fe2+.]
- 283 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam


Baku pembanding Asam Fumarat BPFI; tidak boleh Folat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, hingga kadar asam folat 0,007 mg per mL.
dalam lemari pendingin. Asam Folat BPFI; tidak Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup tentukur 50-mL, tambahkan 40 mL Larutan A, kocok
rapat, terlindung cahaya. selama 15 menit. Encerkan dengan Larutan A sampai
tanda. Saring larutan melalui penyaring nilon dengan
Identifikasi porositas 0,45 µm.
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang tinggi dilengkapi dengan detektor 277 nm dan kolom
diperoleh pada Penetapan kadar. berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1
B. Pada serbuk tablet yang mengandung setara dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1
dengan 0,77 g besi(II) fumarat, tambahkan 25 mL mL per menit.
campuran asam hidroklorida P - air (1:1), panaskan di Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
atas tangas air selama 15 menit, dinginkan dan saring. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Pisahkan residu untuk uji Identifikasi C: filtrat Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
menunjukkan reaksi Besi seperti tertera pada Uji kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung jumlah
Identifikasi Umum <291>. dalam mg kadar asam folat, C19H19N7O6, per tablet.
C. Bilas residu yang diperoleh dari uji Identifikasi B
dengan campuran asam hidroklorida 2 N - air (1:9) Penetapan kadar besi(II) fumarat Timbang dan
keringkan pada suhu 105. Suspensikan 0,1 g residu serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang
dalam 2 mL natrium karbonat LP dan tambahkan saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 300 mg
kalium permanganat LP tetes demi tetes: warna besi(II) fumarat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
permanganat akan hilang dan terbentuk larutan yang sesuai. Larutkan dengan 7,5 mL asam sulfat 0,5
kecokelatan. N dengan sedikit pemanasan. Biarkan dingin hingga
suhu ruang. Tambahkan 25 mL air ke dalam labu.
Ion besi(III) Tidak lebih dari 5% dalam besi(II) Segera titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 M LV.
fumarat; lakukan penetapan sebagai berikut: timbang Lakukan penetapan blangko.
sejumlah serbuk tablet yang digunakan untuk
penetapan kadar mengandung setara dengan lebih Tiap mL serium(IV) sulfat 0,1 M
kurang 1,5 g besi(II) fumarat, masukkan ke dalam labu setara dengan 16,99 mg C4H2FeO4
Erlenmeyer bersumbat kaca 250 mL. Tambahkan 100
mL air dan 10 mL asam hidroklorida P. Panaskan Penetapan kadar asam folat
dengan cepat hingga mendidih. Didihkan selama 15 Tablet mengandung kurang dari 2 mg asam folat
detik, kemudian segera dinginkan hingga suhu ruang, dan atau kurang dari 2%.
tambahkan 3 g kalium iodida P, tutup labu, diamkan Gunakan rata-rata dari 10 hasil pengukuran uji
di tempat gelap selama 15 menit. Titrasi iodum yang Keseragaman kandungan.
dibebaskan dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV Tablet mengandung 2 mg atau lebih asam folat; dan
menggunakan indikator 3 mL kanji LP. Lakukan atau 2% atau lebih.
penetapan blangko. Perbedaan volume titran yang Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
digunakan untuk titrasi zat dan titrasi blangko tidak kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
lebih dari 13,4 mL natrium tiosulfat 0,1 N. <931>.
Larutan A Campuran metanol P - kalium fosfat
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dibasa P 0,57% (135:800).
Prosedur keseragaman kandungan asam folat Fase gerak Buat 800 mL larutan mengandung
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair natrium perklorat P 0,938% dan kalium fosfat dibasa
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi P 0,075% dalam air. Tambahkan 135 mL metanol P.
<931>. Atur pH hingga 7,2 dengan penambahan kalium
Larutan A Campuran metanol P - kalium fosfat hidroksida 0,1 N. Encerkan dengan air hingga 1 L.
dibasa P 0,57% (135:800). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Fase gerak Buat 800 mL larutan mengandung penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
natrium perklorat P 0,938% dan kalium fosfat dibasa pada Kromatografi <931>.
P 0,075% dalam air. Tambahkan 135 mL metanol P. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Atur pH hingga 7,2 dengan penambahan kalium Folat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
hidroksida 0,1 N. Encerkan dengan air hingga 1 L. hingga kadar lebih kurang 0,007 mg per mL.
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
pada Kromatografi <931>. tablet setara dengan 0,35 mg asam folat. Masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 40 mL
- 284 -

Larutan A. Sonikasi selama 5 menit. Kocok kembali Identifikasi


selama 15 menit. Encerkan dengan Larutan A sampai A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
tanda. Saring larutan melalui penyaring nilon dengan pada Kromatografi <931>.
porositas 0,45 µm. Fase gerak Buat campuran etanol P- etil asetat P-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja amonium hidroksida P-air (50:10:10:30).
tinggi dilengkapi dengan detektor 277 nm dan kolom Penampak bercak Timbang 2,5 g amonium
berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 molibdat P, larutkan ke dalam 50 mL asam sulfat 2 N
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu pada dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 1,0 g serium
suhu ruang. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. (IV) sulfat, goyang sampai larut, encerkan dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah asam sulfat 2 N sampai tanda.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium
Larutan uji ke dalam kromatograf. Hitung persentase Glukonat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
asam folat, C19H19N7O6, dalam tablet dengan rumus: hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan
 rU  C S  encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 10 mg
    100 per mL, jika perlu panaskan di atas tangas air pada
 rS  CU  suhu 60 sampai larut.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam L Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
folat Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar kromatografi yang dilapisi silika gel P setebal 0,25
Asam Folat BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
CU adalah kadar asam folat dalam mg per mL Larutan yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Fase gerak merambat lebih kurang tiga per empat
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup keringkan pada suhu 110 selama 20 menit. Biarkan
baik dan terlindung cahaya. dingin dan semprot dengan Penampak bercak.
Panaskan lempeng pada suhu 110 selama 10 menit.
Harga Rf, warna, dan ukuran bercak utama yang
BESI(II) GLUKONAT diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan bercak utama
Larutan baku.
Ferrous Gluconate
B. Ion Besi(II) Pada larutan 5 mg per mL zat
tambahkan kalium besi(III) sianida LP: terbentuk
endapan biru tua.

Susut pengeringan <1121> Antara 6,5% dan 10,0%;


lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 16 jam.

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,07%; lakukan


Besi(2+) glukonat (1:2) dihidrat [12389-15-0] penetapan menggunakan 1,0 g zat. Larutan zat
C12H22FeO14.2H2O BM 482,17 menunjukkan tidak lebih keruh dari larutan
Anhidrat [299-29-6] BM 446,15 pembanding yang mengandung 1,0 mL asam
hidroklorida 0,020 N.
Besi(II) Glukonat mengandung tidak kurang dari
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C12H22FeO14, Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan
dihitung terhadap zat kering. menggunakan 1,0 g zat. Larutan zat menunjukkan
tidak lebih keruh dari larutan pembanding yang
Pemerian Serbuk halus atau granul; abu-abu mengandung 1,0 mL asam sulfat 0,020 N.
kekuningan atau kuning kehijauan pucat; bau sedikit
seperti karamel. Larutan zat (1 dalam 20) bereaksi Asam oksalat Larutkan 1,0 g zat dalam 10 mL air,
asam terhadap lakmus. tambahkan 2 mL asam hidroklorida P, masukkan ke
dalam corong pisah. Ekstraksi berturut-turut dengan
Kelarutan Larut dalam air dengan sedikit pemanasan; 50 dan 20 mL eter P. Kumpulkan ekstrak eter,
praktis tidak larut dalam etanol. tambahkan 10 mL air, uapkan eter di atas tangas uap.
Tambahkan 1 tetes asam asetat 6 N dan 1 mL larutan
Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan kalsium asetat P (1 dalam 20): tidak terbentuk
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 kekeruhan dalam waktu 5 menit.
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat. Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
- 285 -

berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu alas bulat seperti tertera pada Uji Batas Logam Berat <371>, ke
100-mL dengan sambungan asah berukuran 24/40. dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
Tambahkan 40 mL asam sulfat 9 N dan 2 mL larutan sampai tanda. Masukkan 2,0 mL larutan ke dalam
kalium bromida P (3 dalam 10). Hubungkan segera gelas piala 50-mL. Ke dalam gelas piala tersebut dan
labu dengan alat destilasi yang sesuai dilengkapi gelas piala kosong lainnya yang digunakan sebagai
pencadang dengan mantel air yang didinginkan Blangko, tambahkan 6 mL asam nitrat P dan 10 mL
dengan sirkulasi air es dan panaskan labu hingga zat asam perklorat P, uapkan dalam lemari asam hingga
melarut. Lakukan destilasi, kumpulkan 25 mL destilat kering. [Perhatian Gunakan asam perklorat dalam
dan masukkan destilat ke dalam labu generator arsin. lemari asam dengan ventilasi yang baik, secara hati-
Bilas pendingin dan penampung dengan sedikit air hati.] Dinginkan, larutkan masing-masing residu
beberapa kali, tambahkan brom LP hingga larutan dalam 10 mL asam hidroklorida 9 N, masukkan secara
agak kuning, encerkan dengan air hingga 35 mL. terpisah ke dalam labu tentukur 50-mL menggunakan
Lanjutkan seperti tertera pada Prosedur dalam Uji lebih kurang 10 mL air. Pada masing-masing labu
batas arsen <321>. tambahkan 20 mL Larutan asam askorbat-natrium
iodida dan 5,0 mL Larutan trioktilfosfin oksida, kocok
Ion besi(III) Tidak lebih dari 2,0%; lakukan selama 30 detik, biarkan memisah. Tambahkan air
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih hingga lapisan pelarut organik mencapai leher labu,
kurang 5 g zat, larutkan dalam campuran 100 mL air kocok lagi, biarkan memisah. Lapisan pelarut organik
dan 10 mL asam hidroklorida P, tambahkan 3 g yang merupakan Blangko dan Larutan baku berturut-
kalium iodida P. Kocok, biarkan di tempat gelap turut mengandung 0,0 dan 2,0 µg timbal per mL.
selama 5 menit. Titrasi iodum bebas dengan natrium Larutan uji Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu
tiosulfat 0,1 N LV, mendekati titik akhir tambahkan 3 tentukur 50-mL, tambahkan 10 mL asam hidroklorida
mL indikator kanji LP. Gunakan blangko seperti 9 N, 10 mL air, 20 mL Larutan asam askorbat-
prosedur tanpa zat. Hitung persentase ion besi(III) natrium iodida dan 5,0 mL Larutan trioktilfosfin
dalam zat dengan rumus: oksida, kocok selama 30 detik, biarkan
memisah.Tambahkan air hingga lapisan organik
 (VS − VB )N  F  mencapai leher labu, kocok, biarkan memisah.
 100 Lapisan pelarut organik merupakan Larutan uji.
 W  Prosedur Ukur serapan Blangko, Larutan baku dan
Larutan uji pada pita emisi timbal 283,3 nm
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan menggunakan Spektrofotometer serapan atom yang
untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL dilengkapi dengan lampu hollow-catode timbal dan
untuk Blangko; N adalah normalitas titran dalam mEq nyala udara-asetilen, pada kondisi yang sesuai seperti
per mL; F adalah faktor ekuivalen (55,85 mg per yang tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
mEq); W adalah bobot zat dalam mg. Cahaya <1191> Untuk mengatur posisi nol, gunakan
Blangko. Serapan Larutan uji tidak lebih dari serapan
Timbal Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan Larutan baku.
sebagai berikut [Catatan Untuk pembuatan semua
larutan dalam air dan pembilas alat kaca, gunakan air Raksa <381> Tidak lebih dari 3 bpj.
yang telah dilewatkan resin penukar ion, asam kuat,
basa kuat. Pilih pereaksi dengan sesedikit mungkin Gula mereduksi Larutkan 500 mg zat dalam 10 mL
kandungan timbal, simpan semua larutan pereaksi air, hangatkan, basakan dengan 1 mL amonium
dalam wadah kaca borosilikat. Sebelum digunakan, hidroksida 6 N. Alirkan gas hidrogen sulfida P ke
rendam alat kaca bersih dalam asam nitrat P (1 dalam dalam larutan untuk mengendapkan besi, biarkan
2)hangat selama 30 menit, kemudian bilas dengan air larutan selama 30 menit untuk mengkoagulasikan
demineralisata P]. endapan. Saring dan bilas endapan dua kali tiap kali
Larutan asam askorbat-natrium iodida Larutkan 20 dengan 5 mL air. Asamkan kumpulan filtrat dan air
g asam askorbat P dan 38,5 g natrium iodida P dalam pembilas dengan asam hidroklorida P, tambahkan 2
air di dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan mL asam hidroklorida 3 N berlebih. Didihkan larutan
air sampai tanda. hingga uap tidak lagi menghitamkan kertas timbal(II)
Larutan trioktilfosfin oksida [Perhatian Larutan ini asetat P, jika perlu lanjutkan pendidihan hingga
menyebabkan iritasi. Hindari kontak dengan mata, volume lebih kurang 10 mL. Dinginkan, tambahkan 5
kulit dan pakaian. Lakukan pembuangan larutan yang mL natrium karbonat LP dan 20 mL air, saring dan
mengandung pereaksi ini dengan hati-hati]. Larutkan atur volume filtrat hingga 100 mL. Pada 5 mL filtrat
5,0 g trioktilfosfin oksida P dalam 4-metil-2-pentanon tambahkan 2 mL tembaga(II) tartrat alkali LP,
P di dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan didihkan selama 1 menit: tidak terbentuk endapan
pelarut yang sama sampai tanda. merah dalam waktu 1 menit.
Larutan baku dan Blangko Masukkan 5,0 mL
Larutan persediaan timbal(II) nitrat yang dibuat
- 286 -

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
g zat, larutkan dalam campuran 75 mL air dan 15 mL tablet, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
asam sulfat 2 N dalam labu Erlenmeyer 300 mL. besi(II) glukonat lebih kurang 10 mg per mL. Saring
Tambahkan 250 mg serbuk zink, tutup labu dengan dan gunakan filtrat.
sumbat yang dilengkapi dengan katup Bunsen, biarkan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
pada suhu ruang selama 20 menit atau sampai larutan L Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
menjadi tidak berwarna. Saring larutan melalui krus kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke
penyaring berisi lapisan tipis serbuk zink, bilas krus dalam bejana kromatograf yang telah dijenuhkan
dengan 10 mL asam sulfat 2 N dan 10 mL air [Catatan dengan Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat
Lakukan penyiapan dan penyaringan dengan krus hingga lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
dalam lemari asam berventilasi baik]. Tambahkan Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan pada
indikator ortofenantrolin LP, titrasi segera filtrat suhu 110 selama 20 menit. Dinginkan dan semprot
dalam labu penghisap dengan serium(IV) sulfat 0,1 N dengan Penampak bercak. Panaskan lempeng pada
LV. Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase suhu 110 selama 10 menit. Harga Rf, warna, dan
besi(II) glukonat, C12H22FeO14, dalam zat dengan ukuran bercak utama Larutan uji sesuai dengan
rumus: Larutan baku.
B. Pipet sejumlah Larutan uji yang diperoleh pada
 (VS − VB )N  F  uji Identifikasi A, encerkan hingga kadar lebih kurang
 100 5 mg per mL. Tambahkan kalium besi(III) sianida LP:
 W  terbentuk endapan biru tua.
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan Disolusi <1231>
untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL Media disolusi: 900 mL cairan lambung buatan LP
yang digunakan untuk titrasi Blangko; N adalah Alat tipe 2: 150 rpm.
normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor Waktu: 80 menit.
ekuivalen (446,2 mg per mEq); W adalah bobot zat Prosedur Lakukan penetapan jumlah
dalam mg. C12H22FeO14.2H2O yang terlarut dengan cara
Spektrofotometri Atom: Emisi dan Serapan seperti
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
rapat. <1191>.
Larutan baku Gunakan larutan besi yang telah
diketahui kadar besi dan encerkan dengan Media
TABLET BESI(II) GLUKONAT disolusi hingga diperoleh kadar mendekati kadar
Ferrous Gluconate Tablets Larutan uji.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
Tablet Besi(II) Glukonat mengandung besi(II) penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan
glukonat dihidrat, C12H22FeO14.2H2O, tidak kurang Media disolusi.
dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
yang tertera pada etiket. uji pada panjang gelombang 248,3 nm, menggunakan
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi lampu
Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan “hollow” katoda besi dan nyala udara asetilena P,
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 gunakan Media disolusi sebagai blangko. Tentukan
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam kadar besi dalam Larutan uji dengan membandingkan
wadah tertutup rapat. terhadap Larutan baku. Hitung persentase besi(II)
glukonat dihidrat, C12H22FeO14.2H2O yang terlarut,
Identifikasi dengan rumus:
A. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis <281>.  V  482 ,17 
Fase gerak Campuran etanol P- etil asetat P-  C  D     100
amonium hidroksida P-air (5:1:1:3).  L  55 ,85 
Penampak bercak Timbang 2,5 g amonium
molibdat P, larutkan ke dalam 50 mL asam sulfat 2 N C adalah kadar besi dalam mg per mL Larutan uji; D
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 1,0 g serium adalah faktor pengenceran Larutan uji; V adalah
(IV) sulfat P, kocok sampai larut, encerkan dengan volume Media disolusi, 900 mL; L adalah kadar
asam sulfat 2 N sampai tanda. besi(II) glukonat yang tertera pada etiket dalam mg per
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium tablet; 482,17 dan 55,85 berturut-turut adalah bobot
Glukonat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air molekul besi(II) glukonat dihidrat dan bobot atom besi
hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. (Fe).
- 287 -

Toleransi Dalam waktu 80 menit harus larut tidak besi(III) sulfat berwarna kuning kecokelatan. Larutan
kurang dari 80 % (Q), C12H22FeO14.2H2O dari jumlah zat (1 dalam 10) bereaksi asam terhadap lakmus P dan
yang tertera pada etiket. pH lebih kurang 3,7.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat mudah larut
dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol.
Penetapan kadar Timbang dan serbukhaluskan tidak
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah Identifikasi Menunjukkan reaksi Besi, Garam
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 1,5 g besi(II) Besi(II) dan Sulfat seperti tertera pada Uji Identifikasi
glukonat dihidrat, masukkan ke dalam labu Umum <291>.
Erlenmeyer 300-mL. Larutkan dalam campuran 75
mL air dan 15 mL asam sulfat 2 N. Tambahkan 250 Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
mg serbuk zink, tutup labu dengan sumbat yang penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
dilengkapi dengan katup Bunsen, biarkan pada suhu berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu alas bulat
ruang selama 20 menit atau sampai larutan menjadi 100 mL dengan sambungan asah, tambahkan 40 mL
tidak berwarna. Saring larutan melalui krus penyaring enceran asam sulfat P (1 dalam 4) dan 2 mL larutan
berisi lapisan tipis serbuk zink, bilas krus dengan 10 kalium bromida P (3 dalam 10), segera hubungkan
mL asam sulfat 2 N dan 10 mL air [Catatan Lakukan labu dengan pendingin yang sesuai dan penampung
penyiapan dan penyaringan dengan krus dalam labu yang dilengkapi dengan mantel air yang
lemari asam berventilasi baik.] Tambahkan indikator didinginkan dengan air es. Panaskan labu perlahan-
ortofenantrolin LP, segera titrasi filtrat dalam labu lahan di atas api kecil hingga zat padat larut, kemudian
penghisap dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV. lakukan destilasi sehingga diperoleh 25 mL kumpulan
Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase destilat. Pindahkan destilat ke dalam labu generator
besi(II) glukonat dihidrat, C12H22FeO14.2H2O, dalam arsin, bilas pendingin dan penampung beberapa kali,
tablet dengan rumus: setiap kali dengan sedikit air, tambahkan kumpulan air
pembilas ke dalam labu generator. Goyangkan labu,
 (VS − VB ) N  F  tambahkan brom LP hingga warna larutan sedikit
   100 kuning, encerkan dengan air hingga 35,0 mL.
 W 
Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan penetapan seperti tertera pada Timbal dalam Besi(II)
untuk titrasi zat uji; VB adalah volume titran dalam mL Glukonat.
yang digunakan untuk titrasi blangko; N adalah
normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor Raksa <381> Metode I Memenuhi syarat uji raksa
ekuivalen (482,2 mg per mEq) dan W adalah bobot seperti tertera pada Besi(II) Fumarat.
dalam mg besi(II) glukonat dihidrat berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
zat, larutkan dalam campuran 25 mL asam sulfat 2 N
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dan 25 mL air bebas karbon dioksida P. Tambahkan
rapat. indikator ortofenantrolin LP, segera titrasi dengan
serium(IV) sulfat 0,1 N LV. Lakukan penetapan
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar besi(II) blangko. Hitung persentase besi(II) sulfat heptahidrat,
glukonat dihidrat (C12H22FeO14.2H2O) dan kadar FeSO4. 7H2O, di dalam zat dengan rumus:
logam besi.
 (VS − VB )N  F 
 100
BESI(II) SULFAT  W 
Ferrous Sulfate
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan
Besi(2+) sulfat (1:1) heptahidrat [7782-63-0] untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL
FeSO4.7H2O BM 278,01 untuk Blangko; N adalah normalitas titran dalam mEq
Anhidrat[7720-78-7] BM 151,91 per mL; F adalah faktor ekuivalen (278,0 mg per
mEq); W adalah bobot zat dalam mg.
Besi(II) Sulfat mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 104,5%, FeSO4.7H2O. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
Pemerian Hablur atau granul warna hijau kebiruan,
pucat; tidak berbau, dan merekah di udara kering.
Segera teroksidasi dalam udara lembap, berbentuk
- 288 -

Penandaan Pada etiket dicantumkan tidak boleh Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet,
digunakan jika lapisan luar berwarna kuning masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
kecoklatan dari besi(III) sulfat. larutkan dan encerkan dengan air yang telah
diasamkan dengan sedikit asam hidroklorida P hingga
diperoleh kadar setara dengan 10 mg per mL besi(II)
LARUTAN ORAL BESI(II) SULFAT sulfat heptahidrat: menunjukkan reaksi Besi, Garam
Ferrous Sulfate Oral Solution Besi(II) dan Sulfat seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Larutan Oral Besi(II) Sulfat mengandung besi(II)
sulfat heptahidrat, FeSO4.7H2O tidak kurang dari Disolusi <1231>
94,0% dan tidak lebih dari 106,0%. Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N
Alat tipe 2: 50 rpm.
Identifikasi Menunjukkan reaksi Besi, Garam Waktu: 45 menit.
Besi(II) dan Sulfat seperti tertera pada Uji Identifikasi Lakukan penetapan jumlah FeSO4.7H2O yang
Umum <291>. terlarut dengan cara Spektrofotometri Serapan seperti
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
pH <1071> Antara 1,4 dan 5,3. <1191>.
Larutan baku Gunakan larutan besi yang telah
Penetapan kadar Pipet sejumlah larutan oral setara diketahui kadar besi dan encerkan dengan Media
dengan 625 mg besi(II) sulfat heptahidrat. Masukkan disolusi hingga kadar besi tertentu.
ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 25 mL Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
asam sulfat 2 N dan 75 mL air bebas karbon dioksida penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan
P, kocok baik. Tambahkan indikator ortofenantrolin Media disolusi.
LP, segera titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
sampai terjadi perubahan warna. Lakukan penetapan uji pada panjang gelombang 248,3 nm, menggunakan
blangko. Hitung persentase besi(II) sulfat heptahidrat, spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi
FeSO4.7H2O, dalam larutan oral dengan rumus: dengan lampu “hollow” katoda besi, gunakan Media
disolusi sebagai blangko. Tentukan kadar besi dalam
 (VS − VB ) N  F 
Larutan uji dengan membandingkan terhadap Larutan
   100 baku. Hitung persentase besi(II) sulfat heptahidrat,
 W  FeSO4.7H2O yang terlarut, dengan rumus:

VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan  V  278 ,02 


untuk titrasi zat uji; VB adalah volume titran dalam mL  C  D     100
yang digunakan untuk titrasi blangko; N adalah  L  55 ,85 
normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor
ekuivalen (278,0 mg per mEq) dan W adalah bobot zat C adalah kadar besi dalam mg per mL Larutan uji; D
dalam mg, besi(II) sulfat heptahidrat berdasarkan adalah faktor pengenceran Larutan uji; V adalah
jumlah yang tertera pada etiket. volume Media disolusi, 900 mL; L adalah kadar
besi(II) sulfat heptahidrat yang tertera pada etiket
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam mg per tablet; 278,02 dan 55,85 berturut-turut
rapat dan tidak tembus cahaya. adalah bobot molekul besi(II) sulfat heptahidrat dan
bobot atom besi (Fe).
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar besi(II) Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O) dan kadar logam kurang dari 75 % (Q) FeSO4.7H2O dari jumlah yang
besi. tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


TABLET BESI(II) SULFAT Penetapan kadar Timbang dan serbukhaluskan tidak
Ferrous Sulfate Tablets kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
serbuk tablet setara dengan 500 mg besi(II) sulfat
Tablet Besi(II) Sulfat mengandung besi(II) sulfat heptahidrat, larutkan dalam campuran 20 mL asam
heptahidrat, FeSO4.7H2O, tidak kurang dari 95,0% sulfat 2 N dan 80 mL air bebas karbon dioksida P.
dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera Saring segera dengan cepat menggunakan penyaring
pada etiket. [Catatan Sejumlah besi(II) sulfat kering hisap, bilas wadah dan penyaring dengan sedikit
dapat digunakan sebagai pengganti FeSO4.7H2O campuran asam sulfat 2 N - air bebas karbon dioksida
dalam pembuatan Tablet Besi(II) Sulfat.] P (1:4). Tambahkan indikator ortofenantrolin LP,
segera titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV.
- 289 -

Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO4.7H2O, dalam tablet Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
dengan rumus: diperoleh pada Penetapan kadar.

 (VS − VB ) N  F  pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan


   100 menggunakan larutan 1 dalam 10.
 W 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105°
untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL hingga bobot tetap.
yang digunakan untuk titrasi blangko; N adalah
normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%.
ekuivalen (278,0 mg per mEq) dan W adalah bobot zat
dalam mg besi(II) sulfat heptahidrat berdasarkan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Fase Gerak dan Sistem kromatografi lakukan
rapat. seperti tertera pada Penetapan Kadar.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 38 mg
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar besi(II) zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O) dan kadar logam larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
besi. tanda.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 L Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
BETAHISTIN HIDROKLORIDA respons puncak. Hitung persentase masing-masing
Betahistine Hydrochloride cemaran, dengan rumus:

r 
H
N N
CH3 100 F  i 
. 2HCl  rS 

2-[2-(Metilamino)etil]piridin dihidroklorida [5579- F adalah faktor respons relatif dari cemaran yang
84-0] tertera pada Tabel; ri adalah respons puncak masing-
C8H12N2.2HCl BM 209,12 masing cemaran; dan rS adalah jumlah semua respons
puncak, dengan memperhitungkan faktor respons
Betahistin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari relatif: Masing-masing cemaran dan jumlah semua
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C8H12N2.2HCl, cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel
dihitung terhadap zat kering. sebagai berikut :
Tabel
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir kuning;
sangat higroskopis. Melebur antara 151º dan 154º. Faktor
Waktu
Respons Batas
Cemaran Retensi
Kelarutan Sangat larut dalam air; mudah larut dalam Relatif (%)
Relatif
alkohol; praktis tidak larut dalam isopropil alkohol. (F)
2-(2-Hidroksi-etil)
0,3 0,5 0,2
Baku pembanding Betahistin Hidroklorida BPFI; piridin
2-Vinilpiridin 0,4 0,4 0,2
keringkan pada suhu 100° sampai 105° selama 4 jam
N-Metil-N,N-bis(2-
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. piridin-2-il-etil)amin
2,4 1,4 0,2
Sangat higroskopis. Terlindung cahaya. Cemaran lain - 1,0 0,1
Total cemaran - - 0,5
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Kromatografi <931>.
gelombang yang sama seperti Betahistin Hidroklorida Dapar amonium asetat Larutkan lebih kurang 0,69
BPFI. g amonium asetat P dalam 1000 mL air. Atur pH
hingga 4,7 dengan penambahan asam asetat glasial P.
- 290 -

Fase gerak Buat campuran 350 mL asetonitril P dan N-Metil-2-(piridin-2-il)-N-[2-(piridin-2-il)etil]


650 mL Dapar amonium asetat yang mengandung etanamin trihidroklorida BPFI.
2,88 g natrium lauril sulfat P. Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Identifikasi
Kesesuaian system seperti tertera pada Kromatografi A. Ekstraksi sejumlah serbuk tablet setara dengan 5
<931>. mg betahistin hidroklorida dengan 100 mL air dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah saring. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
Betahistin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan diperoleh pada panjang gelombang antara 230 nm dan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,38 mg 350 nm menunjukkan serapan maksimum pada
per mL. panjang gelombang lebih kurang 260 nm dan bahu
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 38 mg pada lebih kurang 256 nm.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
tanda. diperoleh pada Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,0 mm Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
x 15 cm, berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu Kromatografi <931>. Fase gerak, Larutan 1 dan
kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 0,5 mL per Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penetapan kadar
baku,rekam kromatogram dan ukur respons Larutan 2 Campuran Larutan 1-Fase gerak (1
puncakseperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dalam 500).
tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis; faktor ikutan Larutan 3 Larutan N-metil-2-(piridin-2-il)-N-[2-
puncak betahistin tidak lebih dari 2,0; dan simpangan (piridin-2-il)etil]ethanamine trihidroklorida BPFI
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,00064% dalam Fase gerak.
2,0%. Larutan 4 Larutan 2-vinilpiridin 0,000032% dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah asetonitril P.
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan Larutan 5 Larutan N-metil-2-(piridin-2-il)-N-[2-
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam (piridin-2-il)etil]ethanamine trihidroklorida BPFI dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Betahistin Hidroklorida BPFI dalam Fase gerak
Hitung jumlah dalam mg betahistin hidroklorida, masing-masing dengan kadar 0,00064%.
C8H12N2.2HCl, dalam zat yang digunakan dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) masing-masing
r  larutan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 4
100C  U  kali waktu retensi betahistin dan ukur semua respons
 rS  puncak. Hitung masing-masing cemaran dan total
cemaran dari kromatogram Larutan 1 tidak lebih dari
C adalah kadar Betahistin Hidroklorida BPFI dalam batas yang tertera pada Tabel.
mg per mL Larutan baku, dihitung terhadap zat
kering; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Tabel
Larutan uji dan Larutan baku.
Nama Batas
(%)
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Tidak lebih dari respons
N-metil-bis[-(2-
rapat. piridil)etil]amina puncak utama Larutan 3 (2%)
2-vinilpiridin Tidak lebih dari 2 kali
respons puncak utama
TABLET BETAHISTIN HIDROKLORIDA Larutan 4 (0,2%)
Betahistine Hydrochloride Tablets Cemaran lain Tidak lebih dari respons
puncak utama Larutan 2
Tablet Betahistin hidroklorida mengandung betahistin (0,2%)
Total cemaran Tidak lebih dari 10 kali
hidroklorida, C8H12N2.2HCl, tidak kurang dari 95,0%
respons puncak utama
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera Larutan 2 (2%)
pada etiket. Abaikan respons puncak kurang dari 0,05% respons puncak
utama Larutan 1 (0,05%).
Baku pembanding Betahistin Hidroklorida BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 100º-105º selama 4 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertutup rapat, terlindung cahaya. Bersifat higroskopis. Kromatografi <931>.
- 291 -

Fase gerak Larutkan 0,4 g heksilamin P dalam 600


mL larutan berisi natrium dihidrogen fosfat
monohidrat 0,46% dan natrium dodesil sulfat 0,27%,
tambahkan 400 mL asetonitril P, campur dan atur pH
hingga 3,5 dengan penambahan asam fosfat P. Saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
(±)-1-[p-[2-(Siklopropilmetoksi)etil]fenoksi]-3-
Kromatografi <931>.
(isopropilamino)-2-propanol hidroklorida [63659-19-
Larutan 1 Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
8]
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
C18H29NO3.HCl BM 343,89
setara dengan lebih kurang 32 mg betahistin
dihidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
Betaksolol hidroklorida mengandung tidak kurang
mL. Tambahkan 50 mL Fase gerak dan kocok selama
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
10 menit, tambahkan Fase gerak sampai tanda,
C18H29NO3.HCl, dihitung terhadap zat kering.
sentrifus, dan gunakan beningan.
Larutan 2 Larutan Betahistin Hidroklorida BPFI
Pemerian Serbuk hablur; putih.
0,032% dalam Fase gerak.
Larutan 3 Larutan N-metil-2-(piridin-2-il)-N-[2-
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam
(piridin-2-il)etil]ethanamina trihidroklorida BPFI
etanol, dalam kloroform, dan dalam metanol.
dan Betahistin Hidroklorida BPFI dalam Fase gerak
masing-masing dengan kadar 0,00064%.
Baku pembanding Betaksolol Hidroklorida BPFI;
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
rapat.
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 30º. Laju
Identifikasi
alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatografi terhadap Larutan 3, rekam kromatogram
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dan ukur respons puncak seperti tertera pada
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Prosedur: resolusi, R, antara kedua puncak tidak
seperti pada Betaksolol Hidroklorida BPFI.
kurang dari 3,0; waktu retensi relatif betahistin lebih
B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
kurang 5 menit.
Uji Identifikasi Umum <291> Lakukan penetapan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti tertera pada Alkaloida hidroklorida: memenuhi
volume sama (lebih kurang 20 L) masing-masing syarat.
larutan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 4
kali waktu retensi betahistin dan ukur respons puncak Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
utama. Hitung persentase betahistin dihidroklorida lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
dalam tablet dengan rumus: 65º selama 2 jam.

 rU   CS  Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


      100
 rS   CU  pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5. Gunakan larutan zat
20 mg per mL.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar 20 bpj.
Betahistin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar betahistin hidroklorida Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
tertera pada etiket. cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
rapat, terlindung cahaya dan kelembapan. Larutan uji, Kesesuaian sistem, dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
BETAKSOLOL HIDROKLORIDA volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Betaxolol Hydrochloride Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram lima kali waktu retensi betaksolol dan
ukur semua respons puncak. Hitung persentase
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
- 292 -

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak


 ri  betaksolol dari Larutan uji dan Larutan baku;
  100 CS adalah kadar Betaksolol Hidroklorida BPFI dalam
 rT  mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar betaksolol
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran berdasarkan bobot yang ditimbang.
selain puncak utama betaksolol; dan rT adalah total
semua respons puncak. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. TETES MATA BETAKSOLOL
Dapar Kalium fosfat monobasa 0,025 M yang Betaxolol Ophthalmic Solution
mengandung tetra butil amonium bromida 0,1%. Atur
pH hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat 0,025 Tetes mata betaksolol adalah larutan steril,
M. mengandung air dan larutan isotonik betaksolol
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (15:85), hidroklorida yang mengandung pengawet
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan antimikroba yang sesuai. Mengandung betaksolol,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera C18H29NO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
pada Kromatografi <931>. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Betaksolol Hidroklorida BPFI dan Baku pembanding Betaksolol Hidroklorida BPFI;
alprenolol hidroklorida, larutkan dan encerkan dengan tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Fase gerak hingga kadar berturut-turut lebih kurang rapat.
2,0 mg per mL dan 1,0 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Betaksolol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 2,0 mg Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
per mL. diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, B. Spektrum UV puncak utama Larutan uji sesuai
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
kadar lebih kurang 2,0 mg per mL. Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi dengan Penyaringan membran.
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap pH <1071> Antara 4,0 dan 8,0.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Cemaran organik Cemaran terbesar tidak lebih dari
resolusi, R, antara alprenolol dan betaksolol tidak 1% dan masing-masing cemaran lain tidak lebih dari
kurang dari 1,0; faktor ikutan puncak alprenolol dan 0,3%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
betaksolol tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
relatif pada penyuntikan ulang untuk puncak <931>.
betaksolol tidak lebih dari 1,0%. [Catatan Waktu Larutan A Pipet 5 mL asam fosfat P ke dalam labu
retensi relatif alprenolol dan betaksolol berturut-turut tentukur 1000-mL, tambahkan 990 mL air. Atur pH
adalah lebih kurang 0,9 dan 1,0.] hingga 3,0 dengan penambahan amonium hidroksida 2
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah M. Encerkan dengan air sampai tanda.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Larutan B Campuran Larutan A-asetonitril P (45:55).
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak Larutkan 3 g natrium dodesil sulfat P
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung dalam 450 mL Larutan B, saring dan awaudarakan. Jika
persentase betaksolol hidroklorida, C18H29NO3.HCl, perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
dalam zat dengan rumus: seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
 rU   CS  Betaksolol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
     100 dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 2,2 µg
 rS   CU  per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah tetes mata, encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
- 293 -

0,2 mg per mL betaksolol, berdasarkan jumlah yang antara 0,8 dan 2,0; dan simpangan baku relatif pada
tertera pada etiket. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi persentase betaksolol, C18H29NO3, dalam larutan tetes
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur mata dengan rumus:
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak 𝑟𝑈 𝐶𝑆 343,89
lebih dari 5%; faktor ikutan tidak lebih dari 2,5. ( )×( )× × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 307,43
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam betaksolol dari Larutan uji dan Larutan baku;
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung CS adalah kadar Betaksolol Hidroklorida BPFI dalam
persentase masing-masing cemaran dalam larutan mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar betaksolol
tetes mata dengan rumus: hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 343,89
𝑟𝑈 𝐶𝑆 343,89 dan 307,43 berturut-turut adalah bobot molekul
( )×( )× × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 307,43 betaksolol hidroklorida dan betaksolol.
( )
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan uji; rS adalah respons puncak betaksolol dari rapat, pada suhu ruang.
Larutan baku; CS adalah kadar Betaksolol
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar betaksolol hidroklorida dalam mg per BETAMETASON
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Betamethasone
etiket; 343,89 dan 307,43 berturut-turut adalah bobot
molekul betaksolol hidroklorida dan betaksolol. CH2OH

C O

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara HO OH


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada CH3

Kromatografi <931>.
Dapar Timbang saksama lebih kurang 7,1 g F
natrium fosfat dibasa anhidrat P, masukkan ke dalam
O
labu tentukur 1000-mL, larutkan dengan 800 mL air.
Atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat 9-Fluoro-11ß,17,21-trihidroksi-16ß-metilpregna-1,4-
P. Encerkan dengan air sampai tanda. diena-3,20-dion [378-44-9]
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar C22H29FO5 BM 392,46
(1:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Betametason mengandung tidak kurang dari 97,0%
pada Kromatografi <931>. dan tidak lebih dari 103,0%, C22H29FO5, dihitung
Larutan baku Timbang saksama sejumlah terhadap zat kering.
Betaksolol Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan
dengan Dapar hingga kadar lebih kurang 0,11 mg per Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih;
mL. tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 240º
Larutan uji Pipet sejumlah tetes mata, encerkan disertai sedikit peruraian.
dengan Dapar hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
mL betaksolol, berdasarkan jumlah yang tertera pada Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut
etiket. dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja metanol; sangat sukar larut dalam kloroform dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm atau dioda dalam eter.
“array” dan kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan
pengisi L1. [Catatan Gunakan detektor dioda “array” Baku pembanding Betametason BPFI; tidak boleh
untuk Identifikasi B.] Laju alir lebih kurang 1,1 mL per dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti Identifikasi
tertera pada Prosedur: faktor ikutan lebih kurang A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
- 294 -

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang mL Larutan baku internal hingga kadar betametason
sama seperti pada Betametason BPFI. lebih kurang 0,1 mg per mL dan kadar propilparaben
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara lebih kurang 0,125 mg per mL.
Kromatografi lapis tipis <281>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 80 mg
Fase gerak Buat campuran kloroform P- dietilamin zat, lakukan seperti tertera pada Larutan baku.
P (2:1). Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku Timbang sejumlah Betametason Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
BPFI, larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
encerkan dalam etanol mutlak P hingga kadar lebih Larutan bakur ekam kromatogram dan ukur respons
kurang 0,5 mg per mL. puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing relatif untuk betametason dan propilparaben berturut-
10 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng turut lebih kurang 1,0 dan 1,4; resolusi, R antara
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan puncak betametason dan propilparaben tidak kurang
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang berisi dari 3,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga ulang tidak lebih dari 2,0%.
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan sampai volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
kering.Semprot lempeng dengan larutan asam sulfat P Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(1 dalam 2) dan panaskan di atas lempeng pemanas kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
ataudi bawah lampu hingga bercak tampak: harga Rf jumlah, dalam mg betametason, C22H29FO5, dalam zat
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. yang digunakan dengan rumus:

Rotasi jenis <1081> Antara +118º dan +126º, dihitung


R 
terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan 800C  U 
larutan dalam metanol P yang mengandung 5 mg per  RS 
mL.  

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; C adalah kadar Betametason BPFI dalam mg per mL
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak betametason terhadap
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan propilparaben dari Larutan uji dan Larutan baku.
penetapan menggunakan krus platina.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Cemaran umum <481> baik, simpan pada suhu antara 2 dan 30.
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
Volume penotolan 10 μL. TABLET BETAMETASON
Fase gerak Buat campuran toluena P- aseton P- Betamethasone Tablets
metil etil keton P-asam format P (55:20:20:5) dalam
bejana tanpa penjenuhan. Tablet Betametason mengandung betametason,
Penampak bercak Gunakan penampak bercak C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
nomor 5. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Betametason BPFI; tidak boleh
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air - asetonitril P Identifikasi Uapkan 50mL Larutan uji seperti tertera
(63:37), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan pada Penetapan kadar, diatas tangas air hingga hampir
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera kering, larutkan residu dalam 1 mL kloroform P,
pada Kromatografi <931>. lakukan seperti tertera pada Identifikasi cara B dalam
Larutan baku internal Timbang sejumlah Betametason dimulai dengan “ambil 10 mL larutan”.
propilparaben, larutkan dalametanol P hingga kadar
lebih kurang 0,25 mg per mL. Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Media disolusi: 900 mL air tambahkan 1,0 mL Larutan
Betametason BPFI, larutkan dalam etanol P hingga baku internal pada masing-masing bejana disolusi.
kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Masukkan 10,0 mL Alat tipe 2:50 rpm
larutan ini ke dalam vial yang sesuai, tambahkan 10,0 Waktu: 45 menit.
- 295 -

Lakukan penetapan C22H29FO5 yang terlarut dengan


cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera  TC  AU 

  
pada Kromatografi <931>.  D  AS 
Fase gerak Buat campuran metanol P-air (60:40),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera T adalah jumlah betametason dalam mg per tablet
pada Kromatografi <931>. seperti yang tertera pada etiket; C adalah kadar
Larutan baku internal Timbang sejumlah Betametason BPFI dalam µg per mL Larutan baku; D
testosteron, larutkan dalam metanol P hingga kadar adalah kadar betametason dalam µg per mL Larutan
lebih kurang 0,5 mg per mL. uji berdasarkan jumlah per tablet yang tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah etiket dan faktor pengenceran; AU dan AS berturut-turut
Betametason BPFI, larutkan dalammetanol P hingga adalah serapan dari Larutan uji dan Larutan baku.
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Pipet 1,0 mL
larutan ini,tambahkan 1,0 mL Larutan baku internal, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
encerkan dengan air hingga 900,0 mL. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (1:2),
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Kromatografi <931>.
Larutan baku,rekam kromatogram dan ukur respons Larutan baku internal Timbang lebih kurang 25 mg
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, beklometason, masukkan ke dalam labu tentukur 200-
antara puncak betametason dan testosteron tidak mL, tambahkan metanol P sampai tanda dan kocok.
kurang dari 1,5; waktu retensi relatif betametason dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
testosteron masing-masing lebih kurang 0,5 dan 1,0 Betametason BPFI, larutkan dalam metanol P,
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
tidak lebih dari 3,0%. dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah per mL. Campur sejumlah volume sama larutan ini dan
volume sama (lebih kurang 200 μL) Larutan baku dan Larutan baku internal yang diukur saksama hingga
alikot kedalam kromatograf, rekam kromatogram dan kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah, C22H29O5, Larutan uji Timbang dan serbukan tidak kurang dari
yang terlarut. 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak setara dengan lebih kurang 0,5 mg betametason,
kurang dari 75% (Q) C22H29FO5 dari jumlah yang masukkan ke dalam corong pisah 125 mL, tambahkan
tertera pada etiket. 25 mL air dan kocok dengan pengocok mekanik
selama lebih kurang 15 menit. Tambahkan 5,0 mL
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan baku internal. Ekstraksi empat kali, tiap kali
Prosedur keseragaman kandungan. dengan 25 mL kloroform P. Saring ekstrak kloroform
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada melalui lebih kurang 4 g natrium sulfat anhidrat P
Penetapan kadar steroid <631> menggunakan yang telah dibilas dengan kloroform P. Kumpulkan
Betametason BPFI dengan kadar lebih kurang 12 µg ekstrak dalam gelas piala 150 mL. Uapkan ekstrak di
per mL. atas tangas uap dengan mengalirkan nitrogen P hingga
Larutan uji Timbang dan serbukkan 1 tablet. kering, hindarkan pemanasan berlebih. Larutkan
Masukkan ke dalam corong pisah 125 mL, tambahkan residu dalam 2 mL metanol P dan pindahkan ke dalam
20 mL air dan kocok. Ekstraksi 3 kali, tiap kali dengan labu tentukur 10-mL. Bilas gelas piala dengan sedikit
15 mL kloroform P. Saring melalui kapas yang telah metanol P, pindahkan bilasan ke dalam labu tentukur
dibilas dengan kloroform P ke dalam labu tentukur 50- yang sama.Encerkan dengan metanol P sampai tanda.
mL.Encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Pipet Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
20 mL larutan inike dalam labu Erlenmeyer 50 mL Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
bersumbat kaca, uapkan di atas tangas uap hingga dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm
hampir kering, dinginkan, larutkan residu dalam 20,0 x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
mL etanol P. 1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Penetapan kadarsteroid <631> kecuali meletakkan puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
labu dalam tangas bersuhu 45° ± 1º selama 90 menit, puncak analit dan baku internal tidak kurang dari 1,7;
tambahkan 1,0 mL asam asetat glasial P dan waktu retensi relatif beklometason dan betametason
dinginkan. Hitung jumlah dalam mg betametason, berturut-turut lebih kurang 1,4 dan 1,0 dan simpangan
C22H29FO5, dalam tablet dengan rumus: baku relatif pada penyuntikan ulang tidaklebih dari
2,0%.
- 296 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan 10 μL Larutan uji, Larutan baku, Larutan pembanding
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 1, dan Larutan pembanding 2 pada lempeng
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam kromatografi silika gel GF254. Masukkan lempeng ke
mg betametason, C22H29FO5, dalam serbuk tablet yang dalam bejana kromatograf yang berisi Fase gerak dan
digunakan dengan rumus: biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
  dan keringkan dengan aliran udara, panaskan pada
10 C  U 
R suhu 110° selama 10 menit. Amati bercak di bawah
R  cahaya ultraviolet 254 nm: harga RF , warna, dan
 S  intensitas bercak utama dari Larutan uji, Larutan
baku, dan Larutan pembanding 1 menunjukkan satu
C adalah kadar Betametason BPFI dalam mg per mL bercak yang sama.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
perbandingan respons puncak betametason terhadap Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
beklometason dari Larutan uji dan Larutan baku. diperoleh pada Penetapan kadar.
C. Pada sejumlah zat setara dengan 0,2 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup betametason natrium fosfat, tambahkan perlahan-
rapat, simpan pada suhu antara 2 dan 25, lahan 1 mL asam sulfat P dan diamkan selama 2
penyimpanan diperbolehkan antara 15 dan 30 menit: terbentuk warna kuning kecoklatan, tetapi
[Catatan Kemasan tablet terlindung cahaya dan dari tidak terbentuk warna merah atau fluorosensi hijau
kelembapan berlebih]. kekuningan.

pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5.


TETES MATA BETAMETASON
Betamethasone Eye Drops Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Tetes Mata Betametason adalah larutan steril Kromatografi <931>. [Catatan Larutan terlindung
Betametason Natrium Fosfat dalam Air murni. dari cahaya.]
Mengandung betametason natrium fosfat, Dapar fosfat-sitrat pH 5,0 Campur 48,5 mL asam
C22H28FNa2O8P, tidak kurang dari 90,0% dan tidak sitrat 0,1 M dengan larutan dinatrium hidrogen fosfat
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada 0,2 M hingga 100 mL.
etiket. Fase gerak Campuran metanol P-Dapar fosfat-
sitrat pH 5,0 (40:60), saring dan awaudarakan. Jika
Baku pembanding Betametason Natrium Fosfat perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
BPFI; lakukan penetapan kadar air secara titrimetri. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin. Larutan uji persediaan Pipet sejumlah tetes mata,
Lakukan pengerjaan di tempat kering. Prednisolon encerkan dengan air hingga kadar betametason
Natrium Fosfat BPFI. natrium fosfat lebih kurang 0,10%.
Larutan uji Pipet lebih kurang 1 mL Larutan uji
Identifikasi persediaan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera dengan air sampai tanda.
pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis Larutan baku Timbang saksama sejumlah
<281>. Betametason Natrium Fosfat BPFI dan betametason,
Fase gerak Campuran asetat anhidrat P-air-1 larutkan, dan encerkan dengan air hingga kadar
butanol P (20:20:60). Larutan dibuat segera sebelum masing-masing lebih kurang 0,0060%.
digunakan. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Pipet sejumlah zat, encerkan dengan air tinggi dilengkapi dengan detektor 241 nm dan kolom
hingga kadar betametason natrium fosfat lebih kurang 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
0,1%. ukuran partikel 10 µm. Pertahankan suhu kolom pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 60°. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan, dan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1%. kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan pembanding 1 Campuran sejumlah volume pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak betametason
sama Larutan uji dan Larutan baku. natrium fosfat dan puncak betametason tidak kurang
Larutan pembanding 2 Campuran sejumlah volume dari 3,5.
sama Larutan Baku dan larutan Prednisolon Natrium Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fosfat BPFI 0,1%. volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji
persediaan, Larutan uji, dan Larutan baku ke dalam
- 297 -

kromatograf, rekam kromatogram untuk larutan uji Hitung persentase betametason natrium fosfat,
persediaan dan larutan uji tiga kali waktu retensi C22H28FNa2O8P, dalam larutan tetes mata yang
puncak utama dan ukur semua respons puncak. Hitung digunakan dengan rumus:
persentase masing-masing cemaran. Masing-masing
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang  RU   CS 
tertera pada Tabel 1.       100
 RS   CU 
Tabel 1
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Cemaran Batas puncak betametason natrium fosfat dengan
Betametason tidak lebih dari 1,3 kali respons hidrokortison dari Larutan uji dan Larutan baku; Cs
puncak utama Larutan uji (2,6%) adalah kadar Betametason Natrium Fosfat BPFI
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Cemaran lain tidak lebih dari 1,5 kali respons
puncak utama Larutan uji (3%) betametason natrium fosfat dalam mg per mL Larutan
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Total cemaran tidak lebih dari 2,5 kali respons
puncak utama Larutan uji (5%) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
abaikan respons puncak kurang dari 0,05 kali dari respons cahaya.
puncak utama Larutan uji (0,1%).

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara BETAMETASON DIPROPIONAT


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Betamethasone Dipropionate
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat-sitrat pH 5,0 Campur 48,5 mL asam
sitrat P 0,1 M dengan larutan dinatrium hidrogen
fosfat 0,2 M hingga 100 mL.
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat-
sitrat pH 5,0 (45:55), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
hidrokortison, larutkan, dan encerkan dengan metanol
P hingga kadar lebih kurang 0,06%.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan, 9-Fluoro-11ß,17,21-trihidroksi-16β-metilpregna-1,4-
dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang diena-3,20-dion17,21-dipropionat[5593-20-4]
0,1%. C28H37FO7 BM 504,59
Larutan baku Buat campuran 5,0 mL Larutan baku
persediaan dan 10 mL Larutan baku internal, Betametason Dipropionat mengandung tidak kurang
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dari 97,0% dan tidaklebih dari 103,0%, C28H37FO7,
dengan air sampai tanda. dihitung terhadap zat kering.
Larutan uji persediaan Pipet sejumlah tetes mata
setara dengan 5 mg betametason natrium fosfat, Pemerian Serbuk putih sampai putih krem; tidak
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan berbau.
10 mL metanol P, dan encerkan dengan air sampai
tanda. Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
Larutan uji Pipet sejumlah zat setara dengan 5 mg aseton dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam
betametason natrium fosfat, masukkan ke dalam labu etanol.
tentukur 25-mL, tambahkan 10 mL Larutan baku
internal, dan encerkan dengan air sampai tanda. Baku pembanding Betametason Dipropionat BPFI;
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam
tinggi dilengkapi dengan detektor 241 nm dan kolom sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
5 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran rapat. Beklometason Dipropinat BPFI; lakukan
partikel 10 µm. Pertahankan suhu kolom pada 60°. pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam sebelum
Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Betametason Valerat BPFI; tidak boleh dikeringkan.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan uji dan Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam cahaya.
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
- 298 -

r 
Identifikasi 100  i 
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah r 
 s 
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan
gelombang yang sama seperti pada Betametason rS adalah jumlah semua respons puncak.
Dipropionat BPFI.
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatografi lapis tipis <281>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P Kromatografi <931>.
(7:1). Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (1:2),
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan hingga diperoleh waktu retensi betametason
encerkan dengan kloroform P hingga kadar lebih dipropionat dan beklometason dipropionat berturut-
kurang 1 mg per mL. turut lebih kurang 14 dan 18 menit. Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Rotasi jenis <1081> Antara +63º dan +70º; lakukan Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10 <931>.
mg per mL dalam dioksan P. Pengencer Campuran asam asetat P-Metanol P
(1:1000)
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,9 mg per mL.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
penetapan menggunakan krus platina. Betametason Dipropionat BPFI, larutkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL.
Cemaran Organik Masing-masing cemaran tidak Masukkan 5,0 mL larutan kedalam vial yang sesuai,
lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak lebih tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal hingga kadar
dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara betametason dipropionat dan beklometason
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dipropionat berturut-turut lebih kurang 0,3 dan 0,45
Kromatografi <931>. mg per mL.
Fasa gerak Buat campuran asetonitril P - air Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
(65:35) saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan larutkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera 0,6 mg per mL. Masukkan 5,0 mL larutan ini kedalam
pada Kromatografi <931>. vial yang sesuai, tambahkan 5,0 mL Larutan baku
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama internal.
sejumlah Betametason Dipropionat BPFI dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Betametason Valerat BPFI, larutkan dalam Fase gerak Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg per dilengkapi dengan detektor 254 atau 240 nm, kolom
mL. 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Lakukan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak, hingga puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
diperoleh kadar 0,3 mg per mL. relatif pada tiga kali penyuntikan ulang tidak lebih dari
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 2,0%.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm volume sama (antara 5 dan 25 L) Larutan baku dan
x 15 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam jumLah dalam mg betametason dipropionat,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera C28H37FO7, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
pada Prosedur: resolusi, R, antara betametason valerat
dan betametason dipropionat tidak kurang dari 4,0 dan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
efisiensi kolom tidak kurang dari 8000 lempeng teoritis. × × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
10 μL) Larutan uji, ke dalam kromatograf, rekam
CS adalah kadar Betametason Dipropionat BPFI
kromatogram dan ukur respons semua puncak. Hitung
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
betametason dipropionat dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang; rU dan rS berturut-
turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan
Larutan baku.
- 299 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat, simpan pada suhu 25, penyimpanan Kromatografi <931>.
diperbolehkan antara 15 dan 30. Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Betametason Dipropionat.
Pengencer Campuran asam asetat P-metanol P (1
KRIM BETAMETASON DIPROPIONAT dalam 1000)
Betamethasone Dipropionate Cream Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dengan
Krim Betametason Dipropionat mengandung Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,45 mg per mL.
betametason dipropionat, C28H37FO7, setara dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
betametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan Betametason Dipropionat BPFI. Larutkan dengan
tidak lebih dari 110,0% dari jumLah yang tertera pada Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
etiket dalam dasar krim yang sesuai. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam vial yang sesuai dan
tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal hingga kadar
Baku pembanding Betametason Dipropionat BPFI; betametason dipropionat dan beklometason
lakukan pengeringan 105o selama 3 jam sebelum dipropionat berturut-turut lebih kurang 0,133 dan 0,15
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. mg per mL.
Beklometason Dipropionat BPFI; lakukan pengeringan Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
pada suhu 105o selama 3 jam sebelum digunakan. dengan lebih kurang 2 mg betametason dipropionat.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Masukkan ke dalam tabung sentrifuga 50 mL bertutup.
Tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal dan 10,0
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi mL Pengencer. Panaskan di dalam tangas air pada
secara Kromatografi lapis tipis <281>. suhu 60 sambil sesekali dikocok hingga melebur.
Fase gerak Buat campuran kloroform P - aseton P Pindahkan dari tangas air dan kocok kuat hingga zat
(7:1). memadat kembali. Ulangi pemanasan dan
Larutan baku Timbang sejumlah Betametason pengocokan. Bekukan dalam tangas metanol-es
Dipropionat BPFI, larutkan dan encerkan dengan selama lebih kurang 15 menit dan sentrifus pada 2500
kloroform P hingga kadar lebih kurang 150 µg per mL. rpm selama lebih kurang 5 menit. Pindahkan beningan
Larutan uji Masukkan lebih kurang 1,5 g krim ke ke dalam vial yang sesuai.
dalam tabung sentrifuga 50 mL bersumbat kaca. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tambahkan 15 mL campuran 1 bagian volume larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
asam hidroklorida P (1 dalam 120) dengan 4 bagian dilengkapi dengan detektor 254 atau 240 nm, kolom
volume metanol P. Kocok sampai homogen. 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Lakukan
Tambahkan 30 mL heksan P, kocok selama 10 menit kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
dan sentrifus. Pindahkan lapisan air ke dalam tabung puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
sentrifuga kedua menggunakan alat suntik, tambahkan relatif pada tiga kali penyuntikan ulang tidak lebih dari
lebih kurang 20 mL air dan campur. Ekstraksi 2,0%.
campuran ini dengan kloroform P, dengan mengocok Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan sentrifus. Pindahkan lapisan kloroform dengan volume sama (antara 5 dan 25 L) Larutan baku dan
alat suntik. Uapkan kloroform di atas tangas uap Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dengan aliran nitrogen P sampai kering, dinginkan dan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
larutkan residu dalam kloroform P hingga kadar persentase betametason, C22H29FO5, dalam zat yang
betametason dipropionat lebih kurang 150 µg per mL. digunakan dengan rumus:
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
40 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng 𝑟𝑈 𝐶𝑆 392,46
( )×( )× × 100
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan 𝑟𝑆 𝐶𝑈 504,59
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang berisi
Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga CS adalah kadar Betametason Dipropionat BPFI
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan sampai betametason dipropionat dalam mg per mL Larutan uji
kering pada suhu ruang. Amati bercak dibawah cahaya berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; rU dan rS
ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak utama Larutan uji berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku. dan Larutan baku. 392,46 dan 504,59 berturut-turut
adalah bobot molekul betametason dan betametason
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. dipropionat

Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau wadah


tertutup rapat. Simpan pada suhu 25, penyimpanan
- 300 -

diperbolehkan antara 15 dan 30. Lindungi dari


pembekuan. 9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4-
diena-3,20-dion 21-(dinatrium fosfat) [151-73-5]
C22H28FNa2O8P BM 516,40
SALEP BETAMETASON DIPROPIONAT
Betametason Natrium Fosfat mengandung tidak
Betamethasone Dipropionate Ointment kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
C22H28FNa2O8P, dihitung terhadap zat anhidrat.
Salep Betametason Dipropionat mengandung
betametason dipropionat, C28H37FO7, setara dengan Pemerian Serbuk putih hingga praktis putih; tidak
Betametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan berbau; higroskopis.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket dalam dasar salep yang sesuai. Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metanol;
praktis tidak larut dalam aseton dan dalam kloroform.
Baku pembanding Betametason Dipropionat BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam Baku pembanding Betametason Natrium Fosfat
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup BPFI; tidak boleh dikeringkan. Lakukan Penetapan
rapat. Beklometason Dipropionat BPFI; lakukan kadar air <1031>Metode I sebelum digunakan,
pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam sebelum simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat kering.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Bahan ini bersifat higroskopis.
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi Identifikasi
dalam Krim Betametason Dipropionat. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Betametason Natrium Fosfat BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara B. Lakukan Kromatografi Lapis Tipis seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Fase gerak Butanol P jenuh dengan larutan asam
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan hidroklorida P (1 dalam 12).
Kadar dalam Betametason Dipropionat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku internal dan Larutan baku Lakukan Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dalam
seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Krim metanol P hingga kadar 1 mg per mL.
Betametason Dipropionat kecuali gunakan campuran Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
asam asetat P-etanol P (1 dalam 1000) sebagai larutkan dalam metanol P hingga kadar 1 mg per mL.
pelarut. Prosedur Totolkan masing-masing 10 μL Larutan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
dengan 2 mg betametason dipropionat, masukkan silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke
secara kuantitatif ke dalam tabung sentrifuga 50 mL dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak dan
bertutup. Tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal biarkan Fase gerak merambat hingga lebih kurang tiga
dan 10,0 mL campuran asam asetat P-etanol P (1 per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai
dalam 1000). Panaskan dalam tangas air pada suhu 70 batas rambat, biarkan fase gerak menguap, semprot
sambil sesekali dikocok hingga melebur. Pindahkan lempeng dengan campuran asam sulfat P-metanol P-
dari tangas dan kocok kuat hingga zat memadat asam nitrat P (10:10:1), panaskan pada suhu 105
kembali. Ulangi pemanasan dan pengocokan. selama 10 menit: harga Rf bercak utama Larutan uji
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam sesuai dengan Larutan baku.
Krim Betametason Dipropionat mulai dari ”Bekukan
C. Pijarkan pada suhu 800; lakukan seperti tertera
dalam tangas metanol-es”.
pada Penetapan Sisa Pemijaran<301>: sisa
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
menunjukkan reaksi Natrium dan Fosfat cara A dan B
Kadar dalam Krim Betametason Dipropionat.
seperti tertera pada Uji identifikasi umum<291>.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau wadah
Rotasi jenis <1081> Antara +99 dan +105, dihitung
tertutup rapat. Simpan pada suhu 25, penyimpanan
terhadap zat anhidrat. Lakukan penetapan
diperbolehkan antara 15 dan 30. Lindungi dari menggunakan larutan 100 mg per 10 mL air.
pembekuan.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 10,0%.
BETAMETASON NATRIUM FOSFAT Ion fosfat Tidak lebih dari 1,0%.
Betamethasone Sodium Phosphate
- 301 -

Larutan baku fosfat dan Pereaksi fosfat A Lakukan larutkan dan encerkan dengan campuran metanol P-air
seperti pada Fosfat dalam pereaksi tertera pada (3:2) sampai tanda.
Pereaksi, Indikator dan Larutan. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Pereaksi fosfat B Larutkan 350 mg p- Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
metilaminofenol sulfat P dalam 50 mL air, tambahkan dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
20 g natrium bisulfit P, campur hingga larut dan x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
encerkan dengan air hingga 100 mL. kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL dan larutkan respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
dalam campuran 10 mL air dan 5 mL asam sulfat 2 N, ikutan tidak lebih dari 2dan simpangan baku relatif
bila perlu hangatkan. Tambahkan masing-masing 1 pada 5 kali penyuntikan tidak lebih dari 3,0%.
mL Pereaksi fosfat A dan Pereaksi fosfat B, encerkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan air hingga 25,0 mL dan campur, diamkan pada volume sama (lebih kurang 20 L), Larutan uji dan
suhu ruang selama 30 menit. Dengan cara yang sama Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
buat Larutan baku menggunakan 5,0 mL Larutan baku kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
fosfat sebagai pengganti 50 mg zat uji. Dengan cara jumlah dalam mg betametason natrium fosfat,
yang sama, ukur serapan kedua larutan pada sel 1-cm C22H28FNa2O8P, dalam zat yang digunakan dengan
menggunakan spektrofotometer yang sesuai dan air rumus:
sebagai blangko pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 730 nm. Serapan larutan zat r 
uji tidak lebih dari serapan Larutan baku. 200C  U 
 rS 
Batas betametason bebas Tidak lebih dari 1,0%.
Larutan uji Larutkan 25,0 mg zat dalam air hingga C adalah kadar Betametason Natrium Fosfat BPFI,
diperoleh larutan 25,0 mL. Pindahkan 5,0 mL larutan dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-
ke dalam corong pisah, ekstraksi 3 kali, tiap kali turut adalah respons puncak betametason natrium
dengan 25 mL kloroform P, saring melalui kapas yang fosfat dalam Larutan uji dan Larutan baku.
telah dijenuhkan dengan kloroform P dan kumpulkan
ekstrak dalam labu Erlenmeyer. Uapkan kloroform di Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
atas tangas uap dengan aliran udara hingga kering dan rapat.
larutan residu dalam metanol P hingga 25,0 mL.
Larutan blangko Pindahkan 5,0 mL air ke dalam
corong pisah, selanjutnya lakukan seperti yang tertera INJEKSI BETAMETASON NATRIUM
pada Larutan uji. FOSFAT
Prosedur Ukur serapan Larutan uji (A) pada Betamethasone Sodium Phosphate Injection
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
239 nm menggunakan spektrofotometer yang sesuai Injeksi Betametason Natrium Fosfat adalah larutan
dan Larutan blangko. Hitung jumlah dalam mg steril betametason natrium fosfat dalam Air untuk
betametason bebas dengan rumus: Injeksi.Mengandung betametason natrium fosfat,
C22H28FNa2O8P, setara dengan betametason,
3,125 A C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Batas tidak lebih dari 250 µg.
Baku pembanding Betametason Natrium Fosfat
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara BPFI;tidak boleh dikeringkan, lakukan penetapan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kadar air secara titrimetri sebelum digunakan. Simpan
Kromatografi <931>. dalam wadah tertutup rapat, di tempat kering. Bahan
Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat ini sangat higroskopis. Endotoksin BPFI; [Catatan
monobasa 0,07 M (3:2). Saring dan awaudarakan. Jika Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dalam vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
campuran metanol P-air (3:2) dan jika perlu encerkan
secara kuantitatif dan bertahap dengan pelarut yang Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
sama hingga kadar lebih kurang 0,17 mg per mL. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 34 mg Fase gerak Buat campuran n-butanol P yang telah
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, dikocok dengan asam hidroklorida 1 N.
- 302 -

Penampak bercak Buat campuran asam sulfat P- kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
metanol P- asam nitrat P (10:10:1). terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan
Larutan baku Timbang sejumlah Betametason ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Dipropionat Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan resolusi, R, antara puncak analit dan baku internal
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang tidak kurang dari 5;waktu retensi relatif butilparaben
2 mg per mL. dan betametason natrium fosfat berturut-turut lebih
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi, kurang 2,4 dan 1,0; dan simpangan baku relatif pada
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
2 mg per mL. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
10 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang telah jumlah, dalam mg betametason, C22H29FO5, dalam
dijenuhkan dengan Fase gerak. Biarkan Fase gerak tiap mL injeksi dengan rumus:
merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan  392,47   25 C   RU 
biarkan sampai kering pada suhu ruang. Semprot     
lempeng dengan Penampak bercak. Panaskan  516,41   V   RS 

lempeng pada suhu 105o selama 10 menit. Amati
bercak: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai 392,47 dan 516,41 berturut-turut adalah bobot
dengan Larutan baku. molekul betametason dan betametason natrium fosfat;
C adalah kadar Betametason Natrium Fosfat BPFI
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 29,2 unit dalam mg per mL Larutan baku; V adalah volume
Endotoksin FI per mg betametason. injeksi yang digunakan dalam mL; RU dan RS berturut-
turut adalah perbandingan respons puncak
pH <1071> Antara 8,0 dan 9,0. betametason natrium fosfat terhadap butilparaben dari
Larutan uji dan Larutan baku.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
BETAMETASON VALERAT
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Betamethasone Valerate
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat
monobasa 0,05 M (1:1), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 100
mg butilparaben, masukkan ke dalam labu tentukur
100-mL, tambahkan metanol P sampai tanda, kocok.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Betametason
Natrium Fosfat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar
4 mg per mL. Masukkan 3,0 mL larutan ini ke dalam
labu tentukur 25-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku
internal, encerkan dengan air sampai tanda, campur.
Larutan mengandung betametason natrium fosfatlebih
kurang 0,5 mg per mL. 9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4-
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi diena-3,20-dion 17-valerat [2152-44-5]
setara dengan lebih kurang 9 mg betametason. C27H37FO6 BM 476,58
Masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan
5,0 mL Larutan baku internal,encerkan dengan air Betametason Valerat mengandung tidak kurang dari
sampai tanda. 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H37FO6,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dihitung terhadap zat kering.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
- 303 -

Pemerian Serbuk putih sampai praktis putih; tidak Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
berbau; melebur pada suhu lebih kurang 190 disertai sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
penguraian. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 4 mg
zat, masukkan ke dalam labu yang sesuai. Tambahkan
Kelarutan Mudah larut dalam aseton dan dalam 10 mL Fase gerak, kocok hingga larut.
kloroform; larut dalam etanol; sukar larut dalam Sistem kromatografi Lakukan penetapan seperti
benzen; praktis tidak larut dalam air. tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair
kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
Baku pembanding Betametason Valerat BPFI; tidak kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan
rapat, terlindung cahaya. Beklometason Dipropionat kromatografi terhadap Larutan uji dan ukur respons
BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah antara puncak betametason valerat dan puncak
tertutup rapat. cemaran lain tidak kurang dari 1,5; dan efisiensi kolom
tidak kurang dari 9000 lempeng teoritis.
Identifikasi Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 μL Larutan uji
A. Spektrum serapan inframerah zat yang ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan semua respons puncak. Hitung persentase masing-
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang masing cemaran dalam zat dengan rumus:
sama seperti pada Betametason Valerat BPFI.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera r 
pada Kromatografi <931>.  
100  i 
Fase gerak Campuran toluena P-etil asetat P (1:1).
 rT 
Larutan baku Timbang saksama sejumlah  
Betametason Valerat BPFI, larutkan dalam etanol P
hingga kadar 1 mg per mL. ri adalah respons puncak untuk masing-masing
Larutan ujiTimbang saksama sejumlah zat,larutkan cemaran; dan rT adalah jumLah semua respons
dalam etanol P hingga kadar 1 mg per mL. puncak.
Prosedur Totolkan masing-masing 10 μL Larutan
baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak dan Kromatografi <931>.
biarkan Fase gerak merambat hingga lebih kurang tiga Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (3:2),
per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan
fase gerak menguap. Semprot lempeng dengan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
campuran asam sulfat P-metanol P-asam nitrat P pada Kromatografi <931>.
(10:10:1) dan panaskan pada suhu 105 selama 15 Larutan baku internal Timbang saksama lebih
menit: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai kurang 40 mg Beklometason dipropionat BPFI,
dengan Larutan baku. masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
larutan asam asetat glasial P-metanol P (1 dalam
Rotasi jenis <1081> Antara +75 dan +82, dihitung 1000) sampai tanda.
terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
larutan dalam dioksan P yang mengandung 10 mg per Betametason Valerat BPFI, masukkan ke dalam labu
mL. tentukur 50-mL, encerkan dengan larutan asam asetat
glasial P-metanol P (1 dalam 1000), sampai tanda.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Campur 5,0 mL larutan ini dan 10,0 mL Larutan baku
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. internal dalam vial bersumbat yang sesuai hingga
kadar betametason valerat lebih kurang 0,2 mg per
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan mL.
penetapan menggunakan krus platina. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Cemaran Organik Masing-masing cemaran tidak tambahkan larutan asam asetat glasial P-metanolP (1
lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak lebih dalam 1000) sampai tanda. Masukkan 5,0 mL larutan
dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara ini ke dalam vial bersumbat yang sesuai, tambahkan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 10,0 mL Larutan baku internal.
Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
asetat glasial P (550:450:1), saring dan awaudarakan. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
- 304 -

1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
puncakseperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Kromatografi <931>.
antara puncak betametason valerat dan beklometason Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer A,
dipropionat tidak kurang dari 4,5 dan simpangan baku Pengencer B, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penetapan Kadar.
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Betametason BPFI, Betametason Valerat BPFI, dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu Senyawa Sejenis A Betametason Valerat BPFI,
retensi relatif beklometason dipropionat dan larutkan dan encerkan secara kuantitatif dengan
betametason valerat berturut-turut lebih kurang 1,7 Pengencer B hingga kadar masing-masing 0,25 μg per
dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg betametason valerat, mL. Lakukan sonikasi jika perlu.
C27H37FO6, dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
R  Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
300C  U  kromatogram dan ukur masing-masing respons
 RS  puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran
tertentu, dalam krim dengan rumus:
C adalah kadar Betametason Valerat BPFI dalam mg
per mL Larutan baku; Ru dan Rs berturut-turut adalah 𝑟𝑖 𝐶𝑠
( ) × ( ) × 100
perbandingan respons puncak betametason valerat dan 𝑟𝑠 𝐶𝑢
beklometason dipropionat dalam Larutan uji dan
Larutan baku. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Betametason Valerat BPFI, Betametason BPFI, atau
rapat. Senyawa Sejenis A Betametason Valerat BPFI dalam
Larutan baku; CS adalah kadar Betametason Valerat
BPFI, Betametason BPFI, atau Senyawa Sejenis A
KRIM BETAMETASON VALERAT Betametason Valerat BPFI dalam μg per mL Larutan
Betamethasone Valerate Cream baku; dan CU adalah kadar betametason dalam μg per
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Krim Betametason Valerat mengandung betametason etiket. Hitung persentase cemaran lain dalam krim
valerat, C27H37FO6, dalam dasar krim yang sesuai dengan rumus:
setara dengan betametason, mengandung tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, C22H29FO5, 𝑟𝑖 𝐶𝑠 392,46
( )×( )×( ) × 100
dari jumlah yang tertera pada etiket. 𝑟𝑠 𝐶𝑢 476,58

Baku pembanding Betametason Valerat BPFI; tidak ri adalah respons puncak dari masing-masing cemaran
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup lain dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
rapat, terlindung cahaya. Betametason BPFI. Senyawa betametason valerat dalam Larutan baku; CS adalah
Sejenis A Betametason Valerat BPFI kadar Betametason Valerat BPFI dalam μg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar betametason dalam μg
Identifikasi per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
A. Waktu retensi puncak utama dari Larutan uji pada etiket; 392,46 dan 476,58 berturut-turut adalah
sesuai dengan Larutan baku, seperti pada Penetapan bobot molekul betametason dan betametason valerat.
kadar. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
B. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama dari dari batas yang tertera pada Tabel .
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti pada
Penetapan kadar. Gunakan detektor diode array pada Tabel
panjang gelombang 200-400 nm. Waktu Batas
Nama Retensi tidak lebih dari
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Relatif (%)
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Betametason 0,30 1,0
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. Betametason
1,00 -
valerat
Senyawa
1,04 1,0
Sejenis A
- 305 -

Betametason puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,


Valerat antara betametason valerat dan senyawa sejenis A
Cemaran lain - 1,0 betametason valerat tidak kurang dari 2,0. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Total - 2,0 kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti
Abaikan respons puncak kurang dari 0,1% . tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih besar
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara ulang tidak lebih besar dari 1,0 %.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kromatografi <931>. volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
Larutan A Gunakan air. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan B Gunakan asetonitril P. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A persentase betametason, C22H29FO5, dalam krim
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. dengan rumus:
Pengencer A Campuran tetrahirdofuran P dan air
(50:50). 𝑟𝑢 𝐶𝑠 392,46
( )×( )×( ) × 100
Pengencer B Campuran asetonitril P dan air 𝑟𝑠 𝐶𝑢 476,58
(40:60).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
sejumlah Betametason Valerat BPFI dan Senyawa Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Sejenis A Betametason Valerat BPFI, larutkan dan Betametason Valerat BPFI dalam μg per mL Larutan
encerkan dengan Pengencer B hingga kadar berturut- baku; CU adalah kadar betametason dalam μg per mL
turut 25 dan 10 μg per mL. Sonikasi jika perlu. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah etiket; 392,46 dan 476,58 berturut-turut adalah bobot
Betametason Valerat BPFI, larutkan dan encerkan molekul betametason dan betametason valerat.
dengan Pengencer B hingga kadar lebih kurang 25 μg
per mL. Sonikasi jika perlu. Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara dilipat atau dalam wadah tertutup baik.
dengan lebih kurang 1,0 mg betametason, masukkan
ke dalam tabung sentrifus kaca yang sesuai.
Tambahkan 15,0 mL Pengencer A dan kocok dengan SALEP BETAMETASON VALERAT
vorteks untuk mendispersikan sampel secara Betamethasone Valerate Ointment
sempurna. Tambahkan 35,0 mL Pengencer B. Larutan
ini mengandung 20 μg per mL betametason valerat. Salep Betametason Valerat mengandung betametason
Sonikasi selama 10 menit dengan pengocokan secara valerat, C27H37FO6, dalam dasar salep yang sesuai
berulang. Sentrifus untuk memperoleh beningan. setara dengan betametason, C22H29FO5,tidak kurang
Saring dengan penyaring membran berukuran 0,2 μm, dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
gunakan siring kaca. Buang 1 mL filtrat pertama. yang tertera pada etiket.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom Baku pembanding Betametason Valerat BPFI; tidak
berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
L1 dengan ukuran partikel 3,5 μm. Laju alir lebih rapat, terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A
kurang 1,0 mL per menit. Suhu autosampler diatur 4. Betametason Valerat BPFI. Betametason BPFI
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Identifikasi
Waktu Larutan A Larutan B A. Waktu retensi puncak utama dari Larutan uji
(menit) (%) (%) sesuai dengan Larutan baku, seperti pada penetapan
0,0 63 37 kadar.
7,0 63 37 B. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama dari
15,0 30 70 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti pada
19,0 30 70 penetapan kadar. Gunakan detektor diode array pada
19,1 10 90 panjang gelombang 200-400 nm.
21,0 10 90
21,1 63 37 Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
25,0 63 37 Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons
- 306 -

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Tabel


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Waktu Batas
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer A, Nama Retensi tidak lebih dari
Pengencer B, Larutan kesesuaian sistem, dan Larutan Relatif (%)
uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar. Betametason 0,30 1,0
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Betametason BPFI, Betametason Valerat BPFI, dan Betametason
1,00 -
Senyawa Sejenis A Betametason Valerat BPFI, valerat
larutkan dan encerkan secara kuantitatif dengan Senyawa
Pengencer B hingga kadar masing-masing 0,25 μg per Sejenis A
1,04 1,0
mL. Lakukan sonikasi jika perlu. Betametason
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Valerat
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap Cemaran lain - 1,0
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Total - 2,0
ukur semua respons puncak seperti tertera pada
Prosedur: resolusi, R, antara betametason valerat dan Abaikan respons puncak kurang dari 0,1% .
senyawa sejenis A betametason valerat tidak kurang
dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku, rekam kromatogram dan ukur semua respons Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Kromatografi <931>.
tidak lebih besar dari 2,0 dan simpangan baku relatif Larutan A Gunakan air.
pada penyuntikan ulang tidak lebih besar dari 5,0 %. Larutan B Gunakan asetonitril P .
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatografi.
kromatogram dan ukur masing-masing respons Pengencer A Campuran tetrahirdofuran P dan air
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran (50:50).
tertentu, dalam krim dengan rumus: Pengencer B Campuran asetonitril P dan air
(40:60).
𝑟𝑖 𝐶𝑠 Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
( ) × ( ) × 100 sejumlah Betametason Valerat BPFI dan Senyawa
𝑟𝑠 𝐶𝑢
Sejenis A Betametason Valerat BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer B hingga kadar berturut-
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak turut 25 dan 10 μg per mL. Sonikasi jika perlu.
Betametason Valerat BPFI, Betametason BPFI, atau Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Senyawa Sejenis A Betametason Valerat BPFI dalam Betametason Valerat BPFI, larutkan dan encerkan
Larutan baku; CS adalah kadar Betametason Valerat dengan Pengencer B hingga kadar lebih kurang 25 μg
BPFI, Betametason BPFI, atau Senyawa Sejenis A per mL. Sonikasi jika perlu.
Betametason Valerat BPFI dalam μg per mL Larutan Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
baku; dan CU adalah kadar betametason dalam μg per dengan lebih kurang 1,0 mg betametason, masukkan
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada ke dalam tabung sentrifus bersumbat 50-mL.
etiket. Hitung persentase cemaran lain dalam krim Tambahkan 15,0 mL Pengencer A dan kocok dengan
dengan rumus: vorteks untuk mendispersikan sampel secara
sempurna. Tambahkan 35,0 mL Pengencer B. Larutan
𝑟𝑖 𝐶𝑠 392,46 ini mengandung 20 μg per mL betametason valerat.
( )×( )×( ) × 100 Sonikasi selama 10 menit dengan pengocokan secara
𝑟𝑠 𝐶𝑢 476,58
berulang. Sentrifus untuk memperoleh beningan.
Saring dengan penyaring membran berukuran 0,2 μm,
ri adalah respons puncak dari masing-masing cemaran
gunakan siring kaca. Buang 1 mL filtrat pertama.
lain dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
betametason valerat dalam Larutan baku; CS adalah
dilengkapi dengan detektor diode array 200-400 nm
kadar Betametason Valerat BPFI dalam μg per mL
pada panjang gelombang analisis 240 nm dan kolom
Larutan baku; CU adalah kadar betametason dalam μg
berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
L1 dengan ukuran partikel 3,5 μm. Laju alir lebih
pada etiket; 392,46 dan 476,58 berturut-turut adalah
bobot molekul betametason dan betametason valerat. kurang 1,0 mL per menit. Suhu autosampler diatur 4.
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dari batas yang tertera pada Tabel .
- 307 -

Waktu Larutan A Larutan B Bikalutamida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
(menit) (%) (%) tidak lebih dari 102,0%, C18H14F4N2O4S, dihitung
0,0 63 37 terhadap zat anhidrat bebas pelarut.
7,0 63 37
15,0 30 70 Pemerian Serbuk halus; putih hingga hampir putih.
19,0 30 70
19,1 10 90 Kelarutan Sangat mudah larut dalam tetrahidrofuran
21,0 10 90 dan dalam aseton; larut dalam asetonitril; agak sukar
larut dalam metanol; sukar larut dalam etanol.
21,1 63 37
25,0 63 37 Baku pembanding Bikalutamida BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons Bikalutamida BPFI.
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
antara betametason valerat dan senyawa sejenis A Identifikasi
betametason valerat tidak kurang dari 2,0. Lakukan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukan
kromatogram dan ukur respons puncak utama seperti maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih besar seperti pada Bikalutamida BPFI.
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
ulang tidak lebih besar dari 1,0 %. uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pada Penetapan kadar.
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase betametason, C22H29FO5, dalam salep Logam berat <371> Metode II Tidak lebih dari 10 bpj.
dengan rumus:
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,2%.
𝑟𝑢 𝐶𝑠 392,46
( )×( )×( ) × 100
𝑟𝑠 𝐶𝑢 476,58 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Kromatografi <931>.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan A, Larutan B, Pengencer, Larutan kesesuaian
Betametason Valerat BPFI dalam μg per mL Larutan sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
baku; CU adalah kadar betametason dalam μg per mL Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
etiket; 392,46 dan 476,58 berturut-turut adalah bobot Larutan baku Timbang saksama sejumlah
molekul betametason dan betametason valerat. Bikalutamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 µg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas berlebih. dan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 1 mg per mL.
Sistem Kromatografi Seperti tertera pada Penetapan
BIKALUTAMIDA kadar. Kromatogram diprogram sebagai berikut:
Bicalutamide
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
0 67 33
16,5 67 33
26,5 40 60
32,5 5 95
32,6 67 33
35 67 33
(±)-4’-siano-α,α,α-trifluoro-3-[(p-fluorofenil)
sulfonil]-2-metil-m-laktotoluidida [90357-06-5] Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
C18H14F4N2O4S BM 430,37 sistem, rekam kromatogram dan, ukur semua respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R1,
antara senyawa sejenis A bikalutamida isomer A dan
senyawa sejenis A bikalutamida isomer B tidak
- 308 -

kurang dari 0,8; resolusi, R2, antara senyawa sejenis A Larutan baku Timbang saksama sejumlah
bikalutamida isomer B dan bikalutamida tidak kurang Bikalutamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
dari 8,5. Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
persentase masing-masing cemaran dengan rumus: tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom
berukuran 4,0 mm x 10 cm, berisi bahan pengisi L1
 ri   CS  1  dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang
         100 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
 
 rS   CU  F  Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari resolusi, R, antara senyawa sejenis A bikalutamida
Larutan uji; rS adalah respons puncak bikalutamida isomer B dan bikalutamida tidak kurang dari 2,0.
dari Larutan baku; CS adalah kadar Bikalutamida [Catatan Waktu retensi relatif senyawa sejenis A
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah bikalutamida isomer A dan senyawa sejenis A
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bikalutamida isomer B berturut-turut adalah lebih
bobot yang ditimbang; F adalah faktor respons relatif kurang 0,75 dan 0,78.] Lakukan kromatografi
seperti tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran terhadap Larutan baku, rekam kromatogram , dan ukur
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Tabel lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Nama Waktu Faktor Batas volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
retensi respon (%) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
relatif relatif kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
Bikalutamida 0,30 1,4 0,1 persentase, C18H14F4N2O4S, dalam zat dengan rumus:
aminobenzonitril
senyawa sejenis A 0,64 1,0 0,1
bikalutamida isomer A  rU   CS 
senyawa sejenis A 0,67 1,0 0,1      100
bikalutamida isomer B  rS   CU 
Desfluoro bikalutamida 0,83 1,1 0,2
2-fluoro bikalutamida 0,94 1,0 0,2
Bikalutamida 1,00 - - rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Deoksibikalutamida 1,33 1,0 0,2 bikalutamida dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Bikalutamida sulfida 1,56 1,0 0,1 adalah kadar Bikalutamida BPFI dalam mg per mL
Cemaran lain - 1,0 0,1 Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL
Total cemaran - - 0,5 Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rapat, pada suhu ruang.
Kromatografi <931>.
Larutan A Pipet sejumlah asam trifluoroasetat P,
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,01% TABLET BIKALUTAMIDA
v/v. Bicalutamide Tablets
Larutan B Pipet sejumlah asam trifluoroasetat P,
encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
Tablet bikalutamida mengandung bikalutamida,
kurang 0,01% v/v.
C18H14F4N2O4S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
(52:48), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Baku pembanding Bikalutamida BPFI; tidak boleh
pada Kromatografi <931>.
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Pengencer Campuran Larutan A-Larutan B (1:2).
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.. Senyawa
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Sejenis B Bikalutamida BPFI.
sejumlah Senyawa Sejenis A Bikalutamida BPFI dan
Bikalutamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji
Pengencer hingga kadar berturut-turut 5 µg per mL
sesuai dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh
dan 50 µg per mL.
pada Penetapan kadar.
- 309 -

tetrahidrofuran P, dan sonikasi selama 30 menit


Disolusi <1231> hingga larut sempurna, dinginkan hingga suhu ruang,
UJI 1 dan encerkan dengan tetrahidrofuran P sampai tanda.
Media disolusi: 1000 mL air yang mengandung Saring alikot melalui penyaring dengan porositas 0,45
natrium lauril sulfat P 1,0%. µm.
Alat tipe 2: 50 rpm. Larutan uji Pipet 10,0 mL Larutan uji persediaan
Waktu: 45 menit. ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pengencer sampai tanda.
Bikalutamida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
yang sesuai, larutkan dengan tetrahidrofuran P setara baku pada panjang gelombang serapan maksimum
dengan 1% volume akhir, encerkan dengan Media lebih kurang 270 nm terhadap Pengencer sebagai
disolusi sampai tanda. Kadar larutan 0,05 mg per mL. blangko. Hitung persentase bikalutamida,
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring dengan C18H14F4N2O4S, dalam tablet dengan rumus:
porositas 0,45 µm.
Prosedur Lakukan penetapan persentase,  AU   CS 
C18H14F4N2O4S, yang terlarut dengan mengukur       100
serapan Larutan uji dan Larutan baku pada  AS   CU 
panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 270 nm, menggunakan Media disolusi sebagai AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
blangko. Hitung persentase bikalutamida, dan Larutan baku; CS adalah kadar Bikalutamida
C18H14F4N2O4S, yang terlarut dengan rumus: BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
kadar bikalutamida dalam mg per mL Larutan uji
 AU  1  berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
   C S  V    100
L 
 AS    4-amino-2-(trifluorometil)benzonitril Tidak lebih
dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dan Larutan baku; CS adalah kadar Bikalutamida Kromatografi <931>.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; V adalah Fase gerak dan Larutan kesesuaian sistem Lakukan
volume Media disolusi dalam mL; L adalah jumlah seperti tertera pada Penetapan kadar.
bikalutamida dalam mg per tablet seperti tertera pada Larutan baku persediaan Timbang saksama
etiket. sejumlah Bikalutamida BPFI, larutkan, dan encerkan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak dengan Tetrahidrofuran P hingga kadar lebih kurang
kurang dari 80% (Q) bikalutamida, C18H14F4N2O4S, 0,2 mg per mL.
dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
UJI 2 Jika memenuhi uji ini pada etiket lebih kurang 0,02 mg per mL.
dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 2. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Media disolusi, Alat tipe 2, Waktu, Larutan baku, dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan uji, dan Prosedur Lakukan seperti tertera tablet setara dengan lebih kurang 50 mg bikalutamida,
pada UJI 1. masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL. Tambahkan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak 2 mL Tetrahidrofuran P, diamkan selama 5 menit.
kurang dari 75% (Q) bikalutamida, C18H14F4N2O4S, Tambahkan 20 mL Fase gerak, sonikasi selama 10
dari jumlah yang tertera pada etiket. menit, dinginkan hingga suhu ruang. Encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda, dan saring menggunakan
Keseragaman sediaan <911> penyaring dengan porositas 0,2 µm.
Prosedur keseragaman kandungan Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Pengencer Timbang saksama sejumlah natrium tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
lauril sulfat P, larutkan, dan encerkan dengan air berukuran 5 mm x 12,5 cm yang berisi bahan pengisi
hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. L1 dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 1,5 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 50°.
Bikalutamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. sistem, rekam kromatogram, dan ukur semua respons
[Catatan Larutkan Bikalutamida BPFI dalam puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
sejumlah kecil tetrahidrofuran P setara dengan 1% antara bikalutamida dan senyawa sejenis B
volume akhir sebelum diencerkan dengan Pengencer.] bikalutamida lebih besar dari 1,9; faktor ikutan untuk
Larutan uji persediaan Masukkan 1 tablet ke dalam bikalutamida kurang dari 1,3; dan simpangan baku
labu tentukur 100-mL, tambahkan 10 mL air, dan relatif pada penyuntikan ulang untuk bikalutamida
sonikasi selama 30 menit. Tambahkan 80 mL tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi relatif
- 310 -

4-amino-2-(trifluorometil) benzonitril, bikalutamida Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
dan senyawa sejenis B bikalutamida berturut-turut encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
adalah lebih kurang 0,4; 1,0; dan 1,1]. kurang 0,04 mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan tinggi dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam berukuran 5 mm x 12,5 cm, berisi bahan pengisi L1
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang
persentase 4-amino-2-(trifluorometil) benzonitril 1,5 mL per menit. Pertahankan suhu kolom pada 50°.
dalam tablet dengan rumus: Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons
 rU   CS  1  puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
         100 antara bikalutamida dan senyawa sejenis B
 
 rS   CU  F  bikalutamida lebih besar dari 1,9, faktor ikutan untuk
bikalutamida tidak lebih dari 1,3, dan simpangan baku
rU adalah respons puncak 4-amino-2-(trifluorometil) relatif bikalutamida pada penyuntikan ulang tidak
benzonitril dari Larutan uji; rS adalah respons puncak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi relatif
bikalutamida dari Larutan baku; CS adalah kadar bikalutamida dan senyawa sejenis B bikalutamida
Bikalutamida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; berturut-turut adalah lebih kurang 1,0 dan 1,1.]
CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; F adalah volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
faktor respons relatif 4-amino-2-(trifluorometil) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
benzonitril, (1,4). kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase bikalutamida, C18H14F4N2O4S, dalam zat
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.  rU   CS 
Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-asetonitril      100
P-air (20:15:65), saring dan awaudarakan. Jika perlu  rS   CU 
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang bikalutamida dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
saksama sejumlah Bikalutamida BPFI dan Senyawa adalah kadar Bikalutamida BPFI dalam mg per mL
Sejenis B Bikalutamida BPFI, larutkan dan encerkan Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL
dengan Tetrahidrofuran P hingga kadar berturut-turut Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
0,8 mg per mL dan 0,4 mg per mL. etiket.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah
Larutan kesesuaian sistem persediaan, encerkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan Fase gerak hingga kadar bikalutamida dan rapat, pada suhu ruang.
senyawa sejenis B bikalutamida berturut-turut
0,04 mg per mL dan 0,02 mg per mL. Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji disolusi
Larutan baku persediaan Timbang saksama yang digunakan jika Uji 1 tidak digunakan.
sejumlah Bikalutamida BPFI, larutkan, dan encerkan
dengan Tetrahidrofuran P hingga kadar lebih kurang
0,8 mg per mL. BIPERIDEN
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku Biperiden
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
lebih kurang 0,04 mg per mL.
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih OH

kurang 50 mg bikalutamida, masukkan ke dalam labu N


tentukur 100-mL. Tambahkan 50 mL tetrahidrofuran
P, sonikasi tidak kurang dari 10 menit, diamkan hingga
suhu ruang. Encerkan dengan Tetrahidrofuran P
sampai tanda, dan saring menggunakan penyaring α-5-Norbornen-2-il-α-fenil-1-piperidinpropanol [514-65-
dengan porositas 0,45 µm. Kadar larutan 0,5 mg per 8]
mL. C21H29NO BM 311,46
- 311 -

Biperiden mengandung tidak kurang dari 98,0% dan perklorat 0,1 N LV sampai terjadi warna biru. Lakukan
tidak lebih dari 101,0%, C21H29NO, dihitung terhadap penetapan blangko jika perlu lakukan koreksi.
zat kering.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Pemerian Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau. setara dengan 31,15 mg C21H29NO

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol. rapat, terlindung cahaya.

Baku pembanding Biperiden BPFI; keringkan pada


suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan INJEKSI BIPERIDEN LAKTAT
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Biperiden Lactate Injection
Identifikasi α-5-Norbornen-2-il-α-fenil-1-piperidin-propanol
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah laktat [7085-45-2].
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P C21H29NO.C3H6O3 BM 401,54
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Biperiden BPFI. Injeksi Biperiden Laktat adalah larutan steril biperiden
B. Timbang saksama 180 mg zat yang telah laktat, C21H29NO.C3H6O3, dalam air untuk
dikeringkan, masukkan ke dalam labu tentukur 200- injeksi,dibuat dari biperiden dengan bantuan asam
mL, tambahkan 1 mL asam laktat P, encerkan dengan laktat. Mengandung biperiden laktat, C21H29NO.C3H6O3,
air sampai tanda, campur. Spektrum serapan tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
ultraviolet larutan menunjukkan maksimum dan dari jumlah yang tertera pada etiket.
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Biperiden BPFI; serapan jenis masing-masing dihitung Baku pembanding Biperiden BPFI; keringkan pada
terhadap zat kering pada panjang gelombang serapan suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan, simpan
maksimum lebih kurang 257 nm berbeda tidak lebih dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya.
dari 3,0%. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
C. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 5 mL penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
asam fosfat P: terjadi larutan berwarna hijau. menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
D. Larutkan 200 mg zat dalam 80 mL air dengan simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
bantuan 0,5 mL asam hidroklorida 3 N, jika perlu dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
hangatkan untuk membantu kelarutan dan kemudian dalam lemari pembeku.
dinginkan. Kedalam 5 mL larutan tambahkan 1 tetes
asam hidroklorida P dan beberapa tetesraksa (II) Identifikasi Gunakan sejumlah volume injeksi yang
klorida LP: terbentuk endapan putih. Ke dalam 5 mL setara dengan lebih kurang 50 mg biperiden laktat dan
larutan yang kedua tambahkantetesan brom LP: gunakan larutan dari 50 mg Biperiden BPFI dalam 25
terbentuk endapan berwarna kuning yang dapat larut mL asam hidroklorida 0,01 N, lakukan seperti tertera
kembali dengan pengocokan, penambahan brom LP pada Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>,
selanjutnya: terbentuk endapan tetap. dimulai dengan “Pindahkan larutan ke dalam corong
pisah”: injeksi memenuhi persyaratan uji.
Jarak lebur <1021> Antara 112° dan 116°.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 83,3 unit
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,1%; endotoksin FI per mg biperiden laktat.
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam.
pH <1071> Antara 4,8 dan 5,8.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Cemaran umum <481> Injeksi.
Larutan uji Gunakan Metanol P sebagai pelarut.
Larutan baku Gunakan Metanol P sebagai pelarut. Penetapan kadar
Fase gerak Buat campuran metanol P - amonium Dapar fosfat-bromkresol ungu Larutkan 38 g
hidroksida P (100:1,5). natrium fosfat monobasa P dan 2 g natrium
Penampak bercak Gunakan penampak bercak nomor fosfatdibasa anhidrat P dalam 1000 mL air. Jika perlu
17. atur pH hingga 5,3 ± 0,1 (Larutan A). Larutkan 400 mg
bromkresol ungu dalam 30 mL air, tambahkan 6,3 mL
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 natrium hidroksida 0,1 N encerkan dengan air hingga
mg zat, larutkan dalam 20 mL benzen P, tambahkan 2 500 mL (Larutan B). Campur volume sama Larutan A,
tetes kristal violet LP dan titrasi dengan asam Larutan B dan kloroform P dalam corong pisah, kocok
- 312 -

dan buang lapisan kloroform. Jika terdapat warna C22H19NO4 BM 361,39


dalam ekstrak kloroform ulangi ekstraksi sampai
ekstrak kloroform tidak berwarna. Bisakodil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 80 mg tidak lebih dari 101,0% C22H19NO4, dihitung terhadap
Biperiden BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur zat kering.[Catatan Hindari inhalasi dan kontak
100-mL, tambahkan metanol P sampai tanda, campur. dengan mata, kulit serta selaput lendir].
Pipet 5mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL,
tambahkan 25 mL air, encerkan dengan metanol P Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih;
sampai tanda dan campur untuk memperoleh Larutan terutama terdiri dari partikel dengan diameter
baku dengan kadar lebih kurang 40 µg per mL. terpanjang lebih kecil dari 50 m.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
yang setara dengan 5 mg biperiden laktat, masukkan Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 25 mL air, kloroform dan dalam benzen; agak sukar larut dalam
encerkan dengan metanol P sampai tanda, campur. etanol dan dalam metanol; sukar larut dalam eter.
Blangko Buat campuran metanol P - air (3:1).
Prosedur Pipet masing-masing 5 mL Larutan baku, Baku pembanding Bisakodil BPFI; Lakukan
Larutan uji dan Blangko ke dalam corong pisah pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
berbeda yang berisi 10,0 mL Dapar fosfat-bromkresol digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
ungu. Ekstraksi masing-masing larutan dengan 20,0
mL kloroform P selama 2 menit. Saring lapisan Identifikasi
kloroform dengan kertas saring ke dalam masing- A. Spektrum serapan inframerah larutan zat yang
masing labu tentukur 50-mL bersumbat kaca. Ulangi telah dikeringkan dalam kloroform P (1 dalam 200)
ekstraksi dengan masing-masing 20 mL kloroform P, dalam sel setebal 1,0 mm menunjukkan maksimum
saring dengan kertas saring yang sama kemudian bilas hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
kertas saring dengan 8 mL kloroform P, masukkan pada Bisakodil BPFI.
ekstrak dan kloroform bilasan ke dalam labu tentukur B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam
50-mL yang telah berisi ekstrak pertama, tambahkan hidroklorida 0,05 N (1 dalam 50.000) menunjukkan
kloroform P, sampai tanda, campur. Ukur serapan maksimum dan minimum pada panjang gelombang
masing-masing larutan pada panjang gelombang yang sama seperti pada Bisakodil BPFI; serapan
serapan maksimum lebih kurang 408 nm. Hitung masing-masing dihitung terhadap zat kering pada
jumlah dalam mg biperiden laktat, C21H29NO.C3H6O3, panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
per mL injeksi yang digunakan dengan rumus: 263 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.

 401,55  0,1C  AU  Jarak lebur <1021> Antara 131 dan 135.


   
 311,47  V  AS  Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%.
Lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
401,55 dan 311,47 adalah bobot molekul biperiden
laktat dan biperiden; C adalah kadar Biperiden BPFI Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dalam µg per mL Larutan baku; V adalah volume
injeksi dalam mL; AU dan AS berturut-turut adalah Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10
serapan Larutan uji dan Larutan baku. bpj.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
tunggal, menggunakan kaca tipe I, terlindung cahaya. mg zat, larutkan dalam 70 mL asam asetat glasial P.
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV menggunakan
3 tetes indikator p-naftolbenzein LP. Lakukan
BISAKODIL penetapan blangko.
Bisacodyl
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
H3C O O CH3 setara dengan36,14 mgC22H19NO4
O O
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik.
N

4,4’-(2-Piridilmetilen)difenol diasetat (ester) [603-50-9]


- 313 -

SUPOSITORIA BISAKODIL kumpulan ekstrak dalam labu tentukur dengan


Bisacodyl Suppositories asetonitril P sampai tanda, kocok dan saring.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Supositoria Bisakodil mengandung bisakodil, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C22H19NO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dilengkapi dengan detektor 265 nm, kolom 3,9 mm x
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 30 cm berisi bahan pengisi L1 dan kolom pelindung
berisi bahan pengisi L2. Laju alir lebih kurang 2 mL
Baku pembanding Bisakodil BPFI; lakukan per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum baku, ukur respons puncakseperti tertera pada
digunakan.Simpan dalam wadah tertutup rapat. Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
Identifikasi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
A. Masukkan sejumlah supositoria setara dengan volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
lebih kurang 150 mg bisakodil ke dalam labu Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Erlenmeyer 500 mL, tambahkan 75 mL heksana P, kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
panaskan di atas tangas uap sampai melebur. Saring jumlah dalam mg bisakodil, C22H19NO4, dalam
larutan melalui penyaring kaca masir dengan porositas supositoria yang digunakan dengan rumus:
sedang, menggunakan pompa hisap udara. Bilas residu
dengan lebih kurang 100 mL heksana P hangat hingga r 
bebas lemak, lanjutkan penghisapan hingga residu 200C  U 
kering. Larutkan residu dengan membilas saringan  rS 
dengan lebih kurang 50 mL aseton P hangat,
kumpulkan filtrat dalam gelas piala 150 mL, uapkan C adalah kadarBisakodil BPFI dalam mg per mL
di atas tangas uap sampai lebih kurang 5 mL. Pada Larutan baku; rU dan rSberturut-turut adalah respons
cairan residu tambahkan lebih kurang 75 mL air, puncak Larutan uji dan Larutan baku.
panaskan di atas tangas uap selama 15 menit,
dinginkan. Gores dinding bagian dalam gelas piala Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
untuk mempercepat penghabluran, saring hablur dan baik, pada suhu tidak lebih dari 30.
keringkan pada suhu 100 selama lebih kurang 15
menit: hablur melebur pada suhu antara 129 dan 135
dan memenuhi uji Identifikasi A pada Bisakodil. TABLET LEPAS TUNDA BISAKODIL
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Bisacodyl Delayed-Release Tablet
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar. Tablet Lepas Tunda Bisakodil mengandung bisakodil,
C22H19NO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Bisakodil BPFI; lakukan
Fase gerak Buat campuran natrium asetat 0,074 M pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
dalam air (atur pH hingga 7,4 dengan penambahan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
asam asetat P 2,5%) dengan asetonitril P (55:45),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Identifikasi
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera A. Maserasi sejumlah serbuk tablet setara dengan
pada Kromatografi <931>. lebih kurang 300 mg bisakodil dengan 100 mL aseton
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisakodil P. Panaskan di atas tangas uap hingga mendidih,
BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih saring dan uapkan hingga lebih kurang 20 mL.
kurang 0,5 mg per mL. Tambahkan 200 mL air, hangatkan di atas tangas uap,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah supositoria alirkan gas nitrogen P di atas permukaan untuk
setara dengan lebih kurang 100 mg bisakodil, menguapkan aseton. Setelah 30 menit, dinginkan,
masukkan ke dalam corong pisah 500 mL, tambahkan saring melalui penyaring kaca masir. Buang filtrat,
150 mL n-heksana P, kocok hingga supositoria larut. larutkan hablur dalam 50 mL aseton P, uapkan hingga
Tambahkan 50 mL asetonitril P, kocok selama 1 menit lebih kurang 15 mL. Tambahkan lebih kurang 75 mL
dan biarkan memisah. Alirkan lapisan bagian bawah air, panaskan di atas tangas uap selama 15 menit,
ke dalam labu tentukur 200-mL, ekstraksi lapisan n- dinginkan. Gores dinding bagian dalam gelas piala
heksana yang tersisa dalam corong pisah 2 kali, tiap untuk mempercepat penghabluran. Saring hablur dan
kali dengan 50 mL asetonitril P, kumpulkan lapisan keringkan pada suhu 100 selama 15 menit. Hablur
bawah ke dalam labu tentukur di atas. Encerkan memenuhi uji Identifikasi A pada Bisakodil.
- 314 -

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Garam basa bismut asam galat [99-26-3]
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang C7H5BiO6 BM 394,09
diperoleh pada Penetapan kadar.
Bismut Subgalat adalah garam basa yang jika
Waktu hancur <1251> Lakukan penetapan seperti dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam
tertera pada Tablet Lepas Tunda: tablet tidak hancur mengandung tidak kurang dari 52,0% dan tidak lebih
setelah 1 jam dalam Cairan lambung buatan LP, tetapi dari 57,0% Bi2O3.
larut dalam waktu 45 menit dalam Cairan usus buatan
LP. Pemerian Serbuk amorf, kuning terang; tidak berbau;
tidak berasa; stabil di udara tetapi dipengaruhi oleh
Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat. cahaya.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam kloroform dan dalam eter;mudah larut dalam
Kromatografi <931>. asam hidroklorida encer hangat, dalam asam nitrat
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi hangat atau dalam asam sulfat hangat disertai dengan
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam peruraian; mudah larut dalam larutan alkali
Supositoria Bisakodil. hidroksida, membentuk larutan jernih warna kuning
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang yang cepat berubah menjadi merah gelap; tidak larut
dari 20 tablet.Timbang saksama sejumlah serbuk dalam asam mineral sangat encer.
tablet setara dengan lebih kurang 100 mg bisakodil,
masukkan ke dalam labu tentukur200-mL, tambahkan Identifikasi
25 mL air, kocok secara mekanik selama 15 menit dan A. Jika dipanaskan sampai merah: mula-mula
sonikasi selama 15 menit. Tambahkan 100 mL mengarang, kemudian meninggalkan residu berwarna
asetonitril P, kocok secara mekanik selama 15 menit kuning. Residu menunjukkan reaksi Bismut cara A
dan sonikasi selama 15 menit. Encerkan dengan seperti tertera pada Uji Indentifikasi Umum <291>.
asetonitril P sampai tanda, saring. B. Kocok lebih kurang 100 mg zat dengan hidrogen
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sulfida LP berlebih, saring dan didihkan untuk
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan membebaskan gas terlarut. Dinginkan dan tambahkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 1 tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna biru
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam lembayung.
mg bisakodil, C22H19NO4, dalam serbuk tablet yang
digunakan dengan rumus: Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 7,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
r 
200C  U  Nitrat Campur lebih kurang 100 mg zat dengan 5 mL
 rS  asam sulfat 2 N dan 5 mL besi(II)sulfat LP, saring dan
tuangkan filtrat hati-hati melalui dinding tabung reaksi
C adalah kadar Bisakodil BPFI dalam mg per mL pada 5 mL asam sulfat P: tidak terjadi warna cokelat
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons kemerahan pada bidang batas kedua cairan.
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,5%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lakukan penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat
baik, pada suhu tidak lebih dari 30. dengan 20 mL campuran asam asetat 6 N dan air
volume sama, dinginkan dan saring. Endapkan bismut
Penandaan Pada etiket tertera tablet salut enterik. dari filtrat dengan mengalirkan hidrogen sulfida P,
didihkan dan saring. Tambahkan 5 tetes asam sulfat P
pada filtrat, uapkan hingga kering, pijarkan hingga
BISMUT SUBGALAT bobot tetap. Bobot residu tidak lebih dari 5 mg.
Bismuth Subgallate
Arsen <321> Tidak lebih dari 7,5 bpj; lakukan
OH penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat
sebagai berikut: Gerus 400 mg zat dengan kalsium
O hidroksida P bobot sama, pijarkan. Larutkan residu
BiOH dalam 5 mL asam hidroklorida 3 N: tanpa perlakuan
HO
O
lebih lanjut, larutan memenuhi Uji Batas Arsen.

O Tembaga, Timbal, Perak Pijarkan 3 g zat dalam krus


porselen, dinginkan dan tambahkan hati-hati tetes
- 315 -

demi tetes asam nitrat P secukupnya sambil Larutan uji Tambahkan 4 mL asam nitrat P pada 6,6
dihangatkan hingga larut. Uapkan larutan hingga mL Larutan persediaan dan encerkan dengan air hingga
kering, pijarkan dan dinginkan. Larutkan residu hati- 50 mL. Sejumlah 15,0 mL Larutan uji tidak lebih keruh
hati dalam asam nitrat P secukupnya dengan dari 70 μL asam hidroklorida 0,020 N, yang
pemanasan hati-hati, pekatkan larutan hingga lebih diperlakukan sama.
kurang 4 mL. Tuang ke dalam 100 mL air, saring,
uapkan filtrat di atas tangas uap hingga 20 mL, saring Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 10 mg
dan bagi filtrat menjadi beberapa bagian masing- (1,0%); lakukan penetapan sebagai berikut: didihkan
masing 5 mL. Gunakan sebagai larutan uji untuk 1,0 g zat dengan 20 mL campuran asam asetat P-air
Tembaga, Timbal dan Perak lakukanseperti tertera (1:1). Setelah 2 menit, dinginkan dan saring.
pada Bismut Subnitrat. Kumpulkan filtrat, bilas residu dengan 20 mL air dan
tambahkan air bilasan ke dalam filtrat. Tambahkan 2
Asam galat bebas Tidak lebih dari 0,5%; lakukan mL asam hidroklorida 2 N dan 20 mL air pada larutan
penetapan sebagai berikut: Kocok 1,0 g zat dengan 20 ini. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan
mL etanol P selama 1 menit, saring dan uapkan filtrat hidrogen sulfida P ke dalam larutan hingga terbentuk
hingga kering di atas tangas uap, keringkan residu endapan. Dinginkan campuran dan saring. Kumpulkan
pada suhu 105 selama 1 jam: bobot residu tidak lebih filtrat, bilas residu dengan air dan tambahkan air
dari 5 mg. bilasan ke dalam filtrat. Uapkan larutan hingga kering
di atas tangas air. Tambahkan 0,5 mL asam sulfat P
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g pada residu, keringkan perlahan, dinginkan dan
zat yang telah dikeringkan pada suhu 105 selama 3 timbang.
jam, pijarkan dalam krus porselen. Biarkan dingin,
tambahkan asam nitrat P tetes demi tetes, sambil Nitrat Tidak lebih dari 0,4%; lakukan penetapan
dihangatkan hingga larut. Uapkan hingga kering dan sebagai berikut:
pijarkan hati-hati hingga bobot tetap. Dari bobot Titran indigo karmin Larutkan 4 g indigo karmin P
residu yang diperoleh, hitung persentase, Bi2O3, dalam dalam 900 mL air, tambahkan 2 mL asam sulfat P dan
contoh yang digunakan. encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Larutan baku Buat larutan kalium nitrat P dalam air
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup yang mengandung 0,0815 mg per mL (setara dengan
rapat, tidak tembus cahaya. 0,05 mg nitrat per mL). Pipet 20 mL larutan ini ke
dalam labu Erlenmeyer 125 mL.
Larutan uji Tambahkan 20,0 mL air ke dalam labu
BISMUT SUBKARBONAT Erlenmeyer 125 mL yang berisi 250 mg bismut
Bismuth Subcarbonate subkarbonat, goyang hingga tersuspensi.
Prosedur Tambahkan 0,05 mL Titranindigo karmin ke
Bismut Subkarbonat mengandung tidak kurang dari dalam Larutan baku dan Larutan uji. Tambahkan 30 mL
97,6% dan tidak lebih dari 100,7% (BiO) 2CO3 asam sulfat P secara hati-hati dan segera titrasi dengan
dihitung terhadap zat kering. Titran indigo karmin, sampai terbentuk warna biru
stabil. Volume Titran indigo karmin yang digunakan untuk
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. Larutan uji tidak lebih banyak dari Larutan baku.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol Perak Tidak lebih dari 25 bpj; Lakukan penetapan
dan dalam eter; larut dalam asam encer, membentuk sebagai berikut: tambahkan 1 mL air dan 4 mL asam
gelembung gas. nitrat P pada 2,0 g zat, panaskan perlahan hingga larut
dan encerkan dengan air hingga diperoleh 11 mL
Identifikasi Menunjukkan reaksi Bismut cara A dan B larutan, dinginkan. Tambahkan 2 mL asam
dan Karbonat cara A dan B seperti tertera pada Uji hidroklorida 1 N, biarkan di tempat gelap selama 5
Identifikasi Umum<291>. menit: tidak lebih keruh dari campuran 10 mL larutan
yang mengandung perak nitrat 7,87 μg per mL, 1 mL
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; asam nitrat P dan 2 mL asam hidroklorida 1 N yang
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot diperlakukan sama.
tetap.
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 50 bpj.
Klorida <361>Tidak lebih dari 0,05% lakukan Lakukan penetapan menggunakan Larutan uji yang
penetapan sebagai berikut: dibuat sebagai berikut: larutkan 600 mg zat dalam 35
Larutan persediaan Campur 5,0 g zat dengan 10 mL mL asam hidroklorida 3 N.
air, tambahkan 20 mL asam nitrat P, hangatkan hingga
larut, dinginkan dan encerkan dengan air hingga 100 Tembaga Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan penetapan
mL. sebagai berikut:
- 316 -

Larutan baku Masukkan 1,34 g tembaga(II) klorida Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
P, 10 g amonium klorida P dan 3 mL larutan natrium tertutup baik dan terlindung cahaya.
metabisulfit P (275 mg per mL) ke dalam labu tentukur
100-mL. Encerkan dengan air sampai tanda. Larutan
sediaan ini setara dengan 5 mg per mL tembaga. BISMUT SUBNITRAT
Encerkan secara bertahap dan kuantitatif sejumlah Bismuth Subnitrate
volume larutan yang telah diukur saksama dengan
asam nitrat 2 N hingga kadar setara dengan 10 μg per Bismut hidroksida nitrat oksida [1304-85-4]
mL tembaga. Campur 0,25 mL larutan ini dengan 9,75 Bi5O(OH)9(NO3)4 BM 1461,99
mL air.
Larutan uji Tambahkan 2 mL amonium hidroksida Bismut Subnitrat adalah garam basa mengandung
6 N ke dalam 5 mL larutan sediaan yang diperoleh dari setara tidak kurang dari 79,0% Bi2O3 dihitung
Uji Klorida,encerkan dengan air hingga 50 mL dan terhadap zat kering.
saring.
Prosedur Tambahkan 1 mL larutan natrium Pemerian Serbukputih; agak higroskopis.
dietilditiokarbamat P (1 dalam 1000) ke dalam 10 mL
Larutan baku dan Larutan uji: warna Larutan uji tidak Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
lebih intensif dari Larutan baku. etanol; mudah larut dalam asam hidroklorida dan
dalam asam nitrat.
Timbal Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan
sebagai berikut: Identifikasi Menunjukkan reaksi Bismut cara A dan
Pengencer Gunakan Asam nitrat 6 N bebas timbal. Nitrat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
Larutan baku Buat larutan tembaga nitrat dalam Identifikasi Umum<291>.
Pengencer dengan kadar 0,1598 mg per mL. Larutan
ini mengandung timbal 100 μg per mL. Encerkan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0%;
bertahap sejumlah volume larutan yang telah diukur lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
saksama, dengan Pengencer hingga diperoleh larutan
yang mengandung timbal 1,0; 2,0 dan 3,0 μg per mL. Karbonat Tambahkan 3 g zat pada 3 mL asam nitrat
Larutan uji Larutkan 12,5 g bismut subkarbonat P hangat; tidak terjadi gelembung gas. Tuang larutan
dalam 75 mL Pengencer. Panaskan hingga mendidih ke dalam 100 mL air; terbentuk endapan putih, saring,
selama 1 menit, dinginkan dan encerkan dengan air uapkan filtrat di atas tangas uap hingga 30 mL dan
hingga 100 mL. saring. Bagi filtrat menjadi beberapa bagian masing-
Prosedur Lakukan penetapan dengan cara masing 5 mL, gunakan untuk pengujian Klorida,
Spektrofotometer serapan atomseperti tertera pada Sulfat, Tembaga, Timbal dan Perak.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.Ukur
serapan Larutan baku dan Larutan uji pada garis emisi Klorida <361> Tidak lebih dari 0,035%; lakukan
timbal 283,3 nm, menggunakan spektrofotometer penetapan menggunakan 10 mL larutan yang
serapan atom; yang dilengkapi dengan lampu “hollow diperoleh dari uji Karbonat: larutan yang diperoleh
cathode” timbal dan nyala udara asetilena menggunakan tidak lebih keruh dari 0,50 mL asam hidroklorida
Pengencer 1 : 5 sebagai blangko. Buat kurva serapan 0,020 N.
Larutan baku terhadap kadar timbal dalam μg per mL.
Hitung kadar timbal, C,μg per mL dalam Larutan uji. Sulfat <361> Pada 5 mL larutan yang diperoleh dari
Hitung persentase timbal (Pb) dalam zat uji, dengan uji Karbonat tambahkan 5 tetes barium nitrat LP:
rumus: tidak segera terjadi kekeruhan.

C Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,5%;


12.500 lakukan penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat
dengan 20 mL campuran asam asetat 6 N dan air
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 volume sama, dinginkan dan saring. Tambahkan 2 mL
mg zat, larutkan dalam 3 mL asam nitrat P, encerkan asam hidroklorida 3 N, endapkan bismut dengan
dengan air hingga 250 mL, tambahkan 0,3 mLjingga mengalirkan hidrogen sulfida P, didihkan dan saring.
xilenol LP dan titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV Pada filtrat tambahkan 5 tetes asam sulfat P, uapkan
hingga warna kuning. hingga kering dan pijarkan hingga bobot tetap: bobot
residu tidak lebih dari 5 mg.
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan12,75 mg (BiO)2 CO3. Garam amonium Didihkan lebih kurang 100 mg zat
dengan 5 mL natrium hidroksida 1 N: uap yang terjadi
tidak mengubah warna kertas lakmus merah P lembap
menjadi biru.
- 317 -

asetat glasial dan dalam alkohol; sukar larut dalam


Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 8 bpj; lakukan aseton dan dalam etil asetat.
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat
sebagai berikut: Campur 375 mg zat dengan 5 mL air, Baku pembanding Bisoprolol Fumarat BPFI, lakukan
tambahkan 2 mL asam sulfat P dengan hati-hati dan pengeringan pada suhu 60selama 3 jam sebelum
panaskan sampai terjadi asap belerang trioksida dalam digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
jumlah banyak. Dinginkan, tambahkan dengan hati-hati terlindung cahaya.
10 mL air, uapkan lagi sampai terjadi asap kuat; ulangi
jika perlu untuk menghilangkan sisa asam nitrat. Identifikasi
A.Spektrum serapan inframerah zat yang
Tembaga Pada 5 mL larutan zat yang diperoleh dari uji didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Karbonat tambahkan amonium hidroksida 6 N sedikit maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
berlebih: tidak terjadi warna kebiruan. seperti Bisoprolol Fumarat BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Timbal Pada 5 mL larutan zat yang diperoleh dari uji Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Karbonat, tambahkan 5 mL asam sulfat 2 N: larutan diperoleh pada Penetapan kadar.
tidak berkabut.
Rotasi jenis <1081> Antara -2 dan +2; lakukan
Perak Pada 5 mL larutan zat yang diperoleh dari uji penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10
Karbonat tambahkanasam hidroklorida P tetes demi mg per mL dalam metanol P.
tetes: tidak terbentuk endapan yang tidak larut dalam
asam hidroklorida P sedikit berlebih, tetapi larut dalam Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
amonium hidroksida 6 N.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj.
tambahkan 5 mL air dan 2 mL asam nitrat P, jika perlu
hangatkan agar larut. Encerkan dengan air hingga 100 Cemaran organik Jumlah semua cemaran tidak lebih
mL, tambahkan 0,3 mL indikator jingga xilenol LP. dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara
Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
warna kuning. Kromatografi <931>.
Pengencer, Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji,
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M Larutan kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi
setara dengan11,65 mg Bi2O3 lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 μL Larutan uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung persentase jumlah semua
cemaran dalam zat dengan rumus:
BISOPROLOL FUMARAT
Bisoprolol Fumarate r 
100 i 
OH
H
COOH  rS 
O N CH3
CH3

O CH3 HOOC ri adalah jumlah semua respons puncak, tidak termasuk


2
H3C O
respons puncak asam fumarat dan bisoprolol; rS adalah
jumlah semua respons puncak.
(±)-1-[[α-(2-isopropoksietoksi)-p-tolil]oksi]-3-
(isopropilamino)-2-propanol fumarat (2:1) Asam fumarat Tidak kurang dari 14,8% dan tidak
(garam)[104344-23-2] lebih dari 15,4% asam fumarat, dihitung terhadap zat
(C18H31NO4)2.C4H4O4 BM 766,96 anhidrat. Timbang saksama sejumlah lebih kurang 500
mg zat, masukkan ke dalam gelas piala dan larutkan
Bisoprolol Fumarat mengandung tidak kurang dari 97,5% dalam 70 mL etanol mutlak P. Tambahkan 8 mL
dan tidak lebih dari 102,0% (C18H31NO4)2.C4H4O4, tetrabutil amonium hidroksida 0,1 N LV dan aduk
dihitung terhadap zat anhidrat. selama 2 menit. Titrasi dengan tetrabutil amonium
hidroksida 0,1 N LV, Tetapkan titik akhir secara
Pemerian Serbuk kristal putih. potensiometrik menggunakan elektroda gelas-kalomel.
Jika perlu lakukan penetapan blangko dan koreksi.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
metanol; mudah larut dalam kloroform, dalam asam
- 318 -

Tiap mL tetrabutil amonium hidroksida 0,1 N Tablet Bisoprolol Fumarat mengandung bisoprolol
setara dengan 5,804 mg asam fumarat fumarat (C18H31NO4)2.C4H4O4 tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tertera pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Bisoprolol Fumarat BPFI,
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (35:65). lakukan pengeringan pada 60selama 3 jam sebelum
Fase gerak Tambahkan 5 mL asam digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
heptafluorobutirat P, 5 mL dietilamina P dan 2,5 mL terlindung cahaya.
asam format P ke dalam labu yang berisi 1000 mL
Pengencer. Campur, saring dan awaudarakan. Jika Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan propanolol Fase gerak Buat campuran diklormetana P-
hidroklorida dan bisoprolol fumarat dalam Pengencer metanol P-amonia P (70:10:0,8).
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1 mg Larutan baku Timbang sejumlah Bisoprolol
per mL. Fumarat BPFI, larutkan dalam campuran
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisoprolol diklormetana P-metanol P (70:30) hingga kadar lebih
Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan dengan kurang 2 mg per mL.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. Larutan uji Serbukkan tidak kurang dari 5 tablet dan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
dan masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Larutkan kurang 40 mg bisoprolol fumarat, masukkan ke dalam
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. labu 50 mL. Tambahkan lebih kurang 20 mL campuran
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada diklormetana P-metanol P (70:30), kocok selama 30
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi menit, sentrifus dan gunakan beningan.
dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom 4,6 mm x Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
12,5 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 20 μL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
Larutan kesesuaian sistem dan ukur respons puncak lempeng ke dalam bejana kromatograf yang telah
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan Fase
bisoprolol dan puncak propanolol tidak kurang dari 7,0. gerak merambat lebih kurang dua per tiga tinggi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
respons puncakseperti tertera pada Prosedur: faktor biarkan Fase gerak menguap, keringkan dengan dialiri
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif udara dingin. Amati bercak di bawah cahaya
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm. Harga Rf
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume bercak utama Larutan uji sesuai dengan yang
sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan diperoleh dari Larutan baku.
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Disolusi <1231>
Hitung jumlah dalam mg bisoprolol fumarat, Uji 1
(C18H31NO4)2.C4H4O4, dalam zat yang digunakan Media disolusi: 900 mLair.
dengan rumus: Alat tipe 2: 75 rpm.
Waktu: 20 menit.
r  Prosedur Lakukan penetapan jumlah
50C  U  (C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut dengan cara
 rS  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C adalah kadar Bisoprolol Fumarat BPFI dalam mg Pengencer Buat campuran metanol P-air-
per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah trietilamina P-asam fosfat P (160:35:5:2,5).
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Fase gerak Buat campuran trietilamina P-air-
metanol P (2:100:68), atur pH hingga 4,0  0,1 dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penambahan asam fosfat P. Saring dan awaudarakan.
rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
TABLET BISOPROLOL FUMARAT sejumlah Bisoprolol Fumarat BPFI, larutkan dalam
Bisoprolol Fumarate Tablets air hingga kadar dua kali kadar bisoprolol fumarat
dalam Larutan uji.
- 319 -

Larutan baku Campur sejumlah volume sama menit. Dinginkan dan encerkan dengan Pengencer
Larutan baku persediaan dengan Pengencer. sampai tanda. Sentrifus selama 20 menit dan gunakan
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot dan encerkan beningan.
dengan volume sama, menggunakan Pengencer. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom 4,6 mm
dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih
x 33 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap terhadap Larutan kesesuaian sistem dan ukur respons
Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada antara puncak bisoprolol dan puncak propranolol tidak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kurang dari 7,0. Lakukan kromatografi terhadap
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan pada Prosedur: faktor ikutan puncak analit tidak lebih
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
dan ukur respons puncak bisoprolol. Hitung jumlah ulang tidak lebih dari 2,0 %.
dalam mg bisoprolol fumarat, (C18H31NO4)2.C4H4O4 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
yang terlarut. volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kurang dari 80% (Q) (C18H31NO4)2.C4H4O4, dari kromatogram dan ukur respons puncak utama.
jumlah yang tertera pada etiket. Hitung jumlah, dalam mg bisoprolol fumarat,
(C18H31NO4)2.C4H4O4, dalam serbuk tablet yang
Uji 2 digunakan dengan rumus:
Jika produk memenuhi uji ini, penandaan
mencantumkan memenuhi Uji 2 Disolusi. r 
Media disolusi: 900 mL natrium klorida 0,5 M 25C  U 
Alat tipe 2: 75 rpm.  rS 
Waktu: 20 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C adalah kadar Bisoprolol Fumarat BPFI dalam mg
(C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut seperti yang per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
tertera pada Uji 1. respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) (C18H31 NO4)2.C4H4O4, dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
jumlah yang tertera pada etiket. rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang terkendali.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Penandaan Pada etiket dinyatakan Uji 2 Disolusi jika
tidak digunakan Uji 1.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (35:65).
BLEOMISIN SULFAT
Fase gerak Tambahkan berturut-turut 5 mL asam Bleomycin Sulfate
heptafluorobutirat P, 5 mL dietilamina P dan 2,5 mL
asam format P ke dalam labu yang berisi 1000 mL Bleomisin Sulfat adalah garam sulfat bleomisin, suatu
Pengencer. Campur, saring dan awaudarakan. Jika campuran glikopeptida sitotoksik yang di hasilkan dari
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem pertumbuhan Streptomyces verticillus atau dihasilkan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dengan cara lain. Potensi tidak kurang dari 1,5 unit
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan propranolol bleomisin dan tidak lebih dari 2,0 unit per mg
hidroklorida dan bisoprolol fumarat dalam Pengencer bleomisin.
hingga kadar masing-masing 0,5 dan 1 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pemerian Serbuk amorf, warna krem.
Bisoprolol Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per Kelarutan Sangat mudah larut dalam air.
mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Baku pembanding Bleomisin Sulfat BPFI; Sebelum
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk digunakan, keringkan dalam desikator berisi fosfor
tablet setara dengan lebih kurang 25 mg bisoprolol pentoksida P dalam hampa udara pada tekanan tidak
fumarat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL. lebih dari 5 mmHg pada suhu ruang selama 3 jam.
Tambahkan 10 mL Pengencer dan sonikasi selama 10 Simpan dalam lemari pembeku, terlindung cahaya dan
- 320 -

biarkan mencapai suhu ruang sebelum dibuka, sangat C


higroskopis. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati W
untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan W adalah bobot dalam mg zat uji.
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
dibuka dalam lemari pembeku. Kandungan bleomisin Kandungan bleomisin A2
adalah antara 55% dan 70%; bleomisin B2 adalah
Identifikasi antara 25% dan 32%; bleomisin B4 tidak lebih dari
A. Spektrum serapan infamerah zat yang telah 1%; persentase campuran bleomisin A2 dan bleomisin
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P B2 tidak kurang dari 90%. Lakukan Kromatografi cair
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
gelombang yang sama seperti pada Bleomisin Sulfat <931>.
BPFI. Fase gerak Timbang 960 mg natrium 1-
B. Menunjukan reaksi Sulfat cara A, Bdan C seperti pentanasulfonat P, larutkan dalam 1000 mL asam
tertera pada Uji Identifikasi Umum<291>. asetat 0,08 N yang telah diawaudarakan, atur pH
hingga 4,3 dengan penambahan amonium hidroksida
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan P, saring dan awudarakan [Catatan Untuk memperoleh
menggunakan larutan 10 unit per mL bleomisin. kromatogram yang memuaskan, dapat ditambahkan
1,86 g dinatrium edetat]. Gunakan gradien linier dari
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%; 10% sampai 40% metanol P dalam campuran larutan
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada tekanan di atas dengan waktu pencampuran gradien 60 menit
dan biarkan kromatografi berlanjut dengan campuran
tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam.
gradien terakhir selama 20 menit atau hingga dimetil
bleomisin A2 tereluasi.
Tembaga Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan uji Larutkan sejumlah zat dalam air yang
Asam nitrat encer Encerkan 20 mL asam nitrat P
telah diawaudarakan hingga kadar lebih kurang 2,5
dengan air hingga 2000 mL.
unit per mL bleomisin. Simpan larutan ini dalam
Larutan persediaan tembaga Timbang 1,0 g
lemari pendingin sebelum digunakan.
tembaga P,masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
larutkan dalam 20 mL asam nitrat P, encerkan dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
asam nitrat encer P, sampai tanda. Simpan dalam botol
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baja
polietilen. Larutan ini mengandung tembaga 1000 µg per
tahan karat 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
mL.
Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit.
Larutan baku Masukkan 5,0 mL Larutan
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 μL Larutan uji
persediaan tembaga ke dalam labu tentukur 100-mL,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
encerkan dengan asam nitrat encer P, sampai tanda.
respons dari semua puncak. Urutan eluasi adalah asam
Pipet berturut-turut 3,0; 9,0 dan 15,0 mL larutan ini ke
bleomisinat, bleomisin A2 (puncak utama), bleomisin
dalam tiga labu tentukur 100-mL yang berbeda,
A5, bleomisin B2 (puncak utama), bleomisin B4 dan
encerkan masing-masing dengan asam nitrat encer P
dimetil bleomisin A2. Hitung persentase dari bleomisin
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
A2, bleomisin B2 dan bleomisin B4 dengan rumus:
mengandung tembaga 1,5; 4,5 dan 7,5µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 75 mg
zat, larutkan dalam 10,0 mL asam nitrat encer P. r 
100 f 
Prosedur Lakukan seperti tertera pada
 rt 
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
rf adalah respons puncak bleomisin yang ditentukan
gelombang emisi 324,8 nm dengan spektrofotometer
dan rt adalah jumlah respons semua puncak.
serapan atom yang sesuai; yang dilengkapi dengan
lampu“hollow cathode”tembaga dan nyala udara
Syarat lain Jika pada etiket dinyatakan bleomisin
asetilena menggunakan asam nitrat encer P sebagai
sulfat adalah steril, harus memenuhi persyaratan
blangko. Buat kurva kalibrasi serapan Larutan baku
Sterilitas dan Endotoksin bakteri seperti yang tertera
terhadap kadar tembaga dalam µg per mL. Dari kurva
padaBleomisin untuk Injeksi. Jika pada etiket
yang diperoleh hitung kadar tembaga, C, dalam µg per
dinyatakan bleomisin sulfat harus diproses lebih lanjut
mL Larutan uji. Hitung persentase tembaga dalam
untuk penyiapan sediaan injeksi harus memenuhi
serbuk yang digunakan, dengan rumus:
syarat Endotoksin bakteri seperti yang tertera pada
Bleomisin untuk Injeksi.

Penetapan kadar
- 321 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji, Sterilitas <71> Memenuhi syarat seperti tertera pada
larutkan dalam dapar nomor 16 dan encerkan secara Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas Sediaan.
kuantitatif dengan dapar nomor 16 hingga diperoleh
larutan dengan kadar yang sesuai. Air <1031> Metode I C Tidak lebih dari 6,0% siapkan
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada zat untuk uji berikut: Gunakan jarum suntik kering
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi untuk menyuntikkan 4 mL metanol anhidrat melalui
<131> menggunakan sejumlah volume Larutan uji septum dari 2 wadah yang telah ditara berurutan dan
yang diukur saksama, encerkan secara kuantitatif dan kocok sampai larut. Gunakan jarum suntik yang sama,
bertahap dengan dapar nomor 16 hingga diperoleh aspirasi isi dari dua wadah, pindahkan ke dalam labu
Enceran larutan uji dengan kadar yang diperkirakan titrasi dan titrasi. Lakukan penetapan blangko pada 8
sama dengan aras dosis tengah baku. mL metanol anhidrat. Tetapkan berat wadah kosong
dan hitung persentase air.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
tertutup rapat. Syarat lain Memenuhi syarat uji pH, Tembaga dan
Kandungan bleomisin seperti tertera pada Bleomisin
Penandaan Jika Bleomisin sulfat digunakan untuk Sulfat. Juga memenuhi syarat Keseragaman Sediaan
penyiapan sediaan injeksi, pada etiket harus <911> dan Penandaan seperti tertera pada Injeksi.
dinyatakan steril atau harus melalui proses pembuatan
sediaan injeksi. Penetapan kadar
Larutan uji Konstitusikan isi wadah seperti yang
tertera pada etiket. Keluarkan seluruh isi
BLEOMISIN UNTUK INJEKSI menggunakan alat suntik jarum hipodermik yang
Bleomycin for Injection sesuai dan encerkan secara kuantitatif dengan dapar
nomor 16 hingga diperoleh larutan dengan kadar yang
Bleomisin untuk Injeksi mengandung bleomisin sulfat sesuai.
setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
dari 120,0% bleomisin dari jumlah yang tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
etiket. <131> menggunakan sejumlah volume Larutan uji
yang diukur saksama, encerkan secara kuantitatif dan
Baku pembanding Bleomisin Sulfat BPFI; Sebelum bertahap dengan dapar nomor 16 hingga diperoleh
digunakan keringkan dalam desikator berisi fosfor Enceran larutan uji dengan kadar yang diperkirakan
pentoksida P dalam hampa udara pada tekanan tidak sama dengan aras dosis tengah baku.
lebih dari 5 mmHg pada suhu ruang selama 3 jam.
Bersifat higroskopik. Simpan dalam wadah tertutup Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku dan padatan steril seperti tertera pada Injeksi.
biarkan mencapai suhu ruang sebelum dibuka.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk BRINZOLAMIDA
menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, Brinzolamide
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dalam lemari pembeku.

Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Bleomisin Sulfat BPFI.
B. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B, C dan D (R)-4-(Etilamino)-3,4-dihidro-2-(3-metoksipropil)-
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 2H-tieno[3,2-e]-1,2-tiazin-6-sulfonamida 1,1-
dioksida [138890-62-7]
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan C12H21N3O5S3 BM 383,51
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
pada Injeksi. Brinzolamida mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 102,0%, C12H21N3O5S3, dihitung
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari terhadap zat kering.
10,0 unit Endotoksin FI per unit bleomisin.
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih.
- 322 -

Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam senyawa sejenis A brinzolamida berturut-turut adalah
etanol dan dalam metanol. lebih kurang 1,0 dan 1,2.]
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
Baku pembanding Brinzolamida BPFI; tidak boleh 5 L) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Senyawa persentase senyawa sejenis A brinzolamida dalam zat
Sejenis A Brinzolamida BPFI. Senyawa Sejenis B dengan rumus:
Brinzolamida BPFI.
 rU 
Identifikasi   100
A. Spektrum serapan inframerah zat yang  rT 
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
sama seperti pada Brinzolamida BPFI. brinzolamida dan rT adalah jumlah semua respons
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram puncak brinzolamida dan senyawa sejenis A
Larutan uji sesuai dengan Larutan kesesuaian sistem brinzolamida.
seperti yang diperoleh pada uji batas Senyawa Sejenis
A Brinzolamida. Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 0,3% (untuk Prosedur 1). Masing-masing
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. cemaran tidak lebih dari 0,3% dan total cemaran tidak
lebih dari 1,0% (untuk Prosedur 2). Lakukan
Logam berat <371> Metode II Tidak lebih dari penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
20 bpj. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; kadar.
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu Fase gerak A Lakukan seperti tertera pada Fase
100º-105º selama 3 jam. gerak pada Penetapan kadar, saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Senyawa Sejenis A Brinzolamida Tidak lebih sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Fase gerak B Campuran asetonitril P-Dapar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada (35:65), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Kromatografi <931>. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Fase gerak Campuran etanol mutlak P-heksan P- pada Kromatografi <931>.
metanol P-dietilamin P (55:40:5:0,2), saring dan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut sejumlah Brinzolamida BPFI dan Senyawa Sejenis B
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Brinzolamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
<931> [Catatan Gunakan heksan P yang sesuai untuk Fase gerak A hingga kadar masing-masing lebih
KCKT.] kurang 0,1 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
sejumlah Brinzolamida BPFI dan Senyawa Sejenis A larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak A hingga
Brinzolamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan kadar lebih kurang 1 mg per mL.
etanol mutlak P hingga kadar berturut-turut 0,4 mg per Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
mL dan 0,02 mg per mL. tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
larutkan, dan encerkan dengan etanol mutlak P hingga L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan kesesuaian sistem menggunakan Fase gerak
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom A, rekam kromatogram, dan ukur semua respons
berukuran 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L51. puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Laju alir lebih kurang 0,75 mL per menit. Lakukan antara puncak brinzolamida dan senyawa sejenis B
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, brinzolamida tidak kurang dari 2,0; efisiensi kolom
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti puncak brinzolamida tidak kurang dari 1200 lempeng
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak teoritis; faktor ikutan puncak brinzolamida tidak lebih
brinzolamida dan senyawa sejenis A brinzolamida dari 2,0 [Catatan Waktu retensi relatif senyawa
tidak kurang dari 1,8; efisiensi kolom untuk puncak sejenis B brinzolamida dan brinzolamida berturut-
brinzolamida tidak kurang dari 2000 lempeng teoritis; turut adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0.]
faktor ikutan puncak brinzolamida tidak lebih dari 1,8
[Catatan Waktu retensi relatif brinzolamida dan
- 323 -

Prosedur 1 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


Gunakan Fase gerak A. Suntikkan sejumlah volume volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
(lebih kurang 10 L) Larutan uji ke dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatograf, lakukan kromatografi selama 20 menit, kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
rekam kromatogram, ukur semua respons puncak persentase brinzolamida, C12H21N3O5S3 dengan
kecuali puncak Fase gerak A. Hitung persentase rumus:
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
 rU   CS 
 ri       100
   100  rS   CU 
 rT 
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
rT adalah jumlah semua respons puncak. Brinzolamida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar brinzolamida dalam mg per mL
Prosedur 2 Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Gunakan Fase gerak B. Suntikkan sejumlah volume
(lebih kurang 10 L) Larutan uji ke dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kromatograf, lakukan kromatografi selama 20 menit, baik.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak
brinzolamida dan semua respons puncak dengan
retensi relatif lebih besar dari 6. Hitung persentase SUSPENSI TETES MATA
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus: BRINZOLAMIDA
Brinzolamide Ophthalmic Suspension
 ri 
   100 Suspensi tetes mata brinzolamida adalah suspensi
 rT  brinzolamida dalam air, steril, mengandung
antimikrobial yang sesuai. Mengandung tidak kurang
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, brinzolamida,
rT adalah jumlah semua respons puncak. C12H21N3O5S3, dari jumlah yang tertera pada etiket.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Brinzolamida BPFI; tidak boleh
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi <931>. terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Senyawa
Dapar Tambahkan 4,0 mL trietilamin P ke dalam Sejenis A Brinzolamida BPFI; Senyawa Sejenis B
1000 mL air, atur pH hingga 3,0 dengan penambahan Brinzolamida BPFI.
asam fosfat P.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (25:75), Identifikasi Waktu retensi puncak utama
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera A seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
Brinzolamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan dengan Penyaringan Membran.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5.
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Senyawa Sejenis A Brinzolamida Tidak lebih dari
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja 1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi <931>.
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang Fase gerak Campuran etanol mutlak P-heksan P-
1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap metanol P-dietilamin P (55:40:5:0,2), saring dan
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
puncak brinzolamida tidak kurang dari 1200 lempeng <931> [Catatan Gunakan heksan P yang sesuai untuk
teoritis; faktor ikutan brinzolamida tidak lebih dari KCKT.]
2,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
ulang tidak lebih dari 2,0%. sejumlah Brinzolamida BPFI dan Senyawa Sejenis A
Brinzolamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
- 324 -

etanol mutlak P hingga kadar berturut-turut 0,4 mg per ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
mL dan 0,02 mg per mL. Larutan uji; rS adalah respons puncak brinzolamida
Larutan uji Ukur sejumlah volume suspensi tetes dari Larutan baku B; CS adalah kadar Senyawa Sejenis
mata setara dengan 10 mg brinzolamida ke dalam labu B Brinzolamida BPFI dalam mg per mL Larutan baku
tentukur 25-mL, encerkan dengan etanol P sampai B; CU adalah kadar brinzolamida dalam mg per mL
tanda. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja etiket; 356,46 dan 445,49 berturut-turut adalah bobot
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom molekul des-etil brinzolamida dan des-etil
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi brinzolamida oksalat.
L51. Laju alir lebih kurang 0,75 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Kromatografi <931>.
puncak brinzolamida dan senyawa sejenis A Dapar Timbang sejumlah amonium asetat P,
brinzolamida tidak kurang dari 1,8; efisiensi kolom larutkan, dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
puncak brinzolamida tidak kurang dari 2000 lempeng kurang 11,75 g per L. Atur pH hingga 5,2 dengan
teoritis; faktor ikutan brinzolamida tidak lebih dari 1,8 penambahan asam asetat P.
[Catatan Waktu retensi relatif brinzolamida dan Fase gerak Campuran metanol P-Dapar (35:65),
senyawa sejenis A brinzolamida berturut-turut adalah saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
lebih kurang 1,0 dan 1,2.] penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang pada Kromatografi <931>.
5 L) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku A Timbang saksama sejumlah
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung Brinzolamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
persentase senyawa sejenis A brinzolamida dalam zat Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
dengan rumus: Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis B Brinzolamida BPFI,
 rU  larutkan, dan encerkan dengan Larutan baku A hingga
  100 kadar lebih kurang 0,06 mg per mL.
 rT  Larutan uji Ukur sejumlah volume suspensi tetes
mata setara dengan 10 mg brinzolamida ke dalam labu
rU adalah respons puncak senyawa sejenis A tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai
brinzolamida dan rT adalah jumlah semua respons tanda. Larutan mengandung 0,2 mg per mL
puncak brinzolamida dan senyawa sejenis A brinzolamida.
brinzolamida. Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
<931>. ukur semua respons puncak seperti tertera pada
Dapar, Fase gerak, Larutan baku A, Larutan Prosedur: resolusi, R, antara puncak brinzolamida dan
kesesuaian sistem, Larutan uji, Sistem kromatografi, senyawa sejenis B brinzolamida tidak kurang dari 4,5;
dan Kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada faktor ikutan puncak brinzolamida tidak lebih dari 2,0.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A,
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah rekam kromatogram, dan ukur semua respons puncak
Senyawa Sejenis B Brinzolamida BPFI, larutkan, dan seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
kurang 2,5 µg per mL. [Catatan Waktu retensi relatif senyawa sejenis B
Prosedur Suntikkan setara terpisah sejumlah brinzolamida adalah antara 0,48 dan 0,61; dan waktu
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji dan retensi relatif brinzolamida lebih kurang 1,0.]
Larutan baku B ke dalam kromatograf, rekam Prosedur Suntikkan setara terpisah sejumlah
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku A dan
persentase masing-masing cemaran dalam sediaan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dengan rumus: kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase brinzolamida, C12H21N3O5S3, dalam zat
𝑟𝑖 𝐶𝑆 356,46 dengan rumus:
( )×( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 445,49
- 325 -

 rU   CS 
     100 Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 0,5%;
 rS   CU  lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,2%.
Larutan uji dan Larutan baku A; CS adalah kadar
Brinzolamida BPFI dalam mg per mL Larutan Cemaran organik Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
baku A; CU adalah kadar brinzolamida dalam penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Kromatografi <931>.
tertera pada etiket. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat, larutkan dalam 5 mL metilen klorida P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rapat, pada suhu antara 4º dan 30º. Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm
x 1,2 m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada
BROMFENIRAMIN MALEAT partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom,
Brompheniramine Maleate injektor dan detektor masing-masing berturut-turut
pada suhu 190, 250dan 250. Gunakan helium P
kering sebagai gas pembawa, atur laju alir hingga
waktu retensi puncak utama 6 sampai 7 menit.
N
Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji, ukur
HO OH
CH3 respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
N

O O
ikutan puncak bromfeniramin maleat tidak lebih dari
Br
CH3
1,8.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
(±)-2-p-Bromo--2-(dimetilamino)etilbenzil 1 L) Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
piridin maleat (1:1) [980-71-2] kromatogam selama tidak kurang dari dua kali waktu
C16H19BrN2.C4H4O4 BM 435,31 retensi puncak bromfeniramin dan ukur masing-
masing respons puncak. Hitung persentase jumlah
Bromfeniramin Maleat dikeringkan pada suhu 105 semua respons puncak asing (kecuali puncak pelarut
selama 3 jam, mengandung tidak kurang dari 98,0% dan asam maleat jika ada).
dan tidak lebih dari 100,5%C16H19BrN2.C4H4O4.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 425
Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau. mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 mL
asam asetat glasial P, tambahkan 1 tetes indikator
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol kristal violet LP. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N
dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam eter dan LV hingga warna hijau. Lakukan penetapan blangko.
dalam benzen.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Baku pembanding Bromfeniramin Maleat BPFI; setara dengan21,77 mg C16H19BrN2.C4H4O4
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya. rapat, tidak tembus cahaya.

Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah BROMHEKSIN HIDROKLORIDA
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida Bromhexine Hydrochloride
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Br
gelombang yang sama seperti pada Bromfeniramin
Maleat BPFI. CH3
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 35 µg N . HCl
per mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan Br

minimum pada panjang gelombang yang sama seperti NH2

pada Bromfeniramin Maleat BPFI.


N-(2-Amino-3,5-dibromobenzil)-N-
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,0; lakukan penetapan metilsikloheksanamin hidroklorida [611-75-6]
menggunakan larutan zat (1 dalam 100). C14H20Br2N2.HCl BM 412,6

Jarak lebur<1021> Antara 130 dan 135.


- 326 -

Bromheksin Hidroklorida mengandung tidak kurang Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 5
dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C14H20Br2N2.HCl, mg Senyawa Sejenis C Bromheksin BPFI masukkan
dihitung terhadap zat kering. ke dalam labu tentukur 10-mL. Tambahkan 1 mL
Larutan uji. Larutkan dan encerkan dengan metanol P
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. sampai tanda.
Larutan baku 2 Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut labu tentukur 100-mL. Encerkan dengan metanol P
dalam etanol dan dalam metilen klorida. sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ke dalam labu
tentukur 10-mL, encerkan dengan metanol P sampai
Baku pembanding Bromheksin Hidroklorida BPFI; tanda.
Senyawa Sejenis C Bromheksin BPFI. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Identifikasi dilengkapi dengan detektor 248 nm dan kolom 4,6 mm
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah x 12 cm berisi bahan pengisi L1 “end capped” dengan
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida ukuran pertikel 3 m. Laju alir lebih kurang 1,0 mL
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
gelombang yang sama seperti pada Bromheksin baku 1, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Hidroklorida BPFI. Jika spektrum yang berasal dari seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
padatan menunjukkan perbedaan, larutkan zat dan puncak senyawa sejenis C bromheksin dan puncak
baku pembanding secara terpisah dalam metanol P, bromheksin hidroklorida tidak kurang dari 12,0;
uapkan hingga kering dan gunakan residu untuk waktu retensi relatif bromheksin, senyawa sejenis A
penetapan. bromheksin, senyawa sejenis B bromheksin, senyawa
B. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 1 mL sejenis C bromheksin dan senyawa sejenis D
metanol P dan tambahkan 1 mL air. Larutan bromheksin berturut turut adalah 1,0; 0,1; 0,2; 0,4 dan
menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji 0,5.
Identifikasi Umum <291>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku 2 dan
Warna dan akromisitas <1291> Larutkan 600 mg Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan
zat dalam 20 mL metanol P: Larutan jernih dan warna kromatografi selama 2,5 kali waktu retensi
tidak lebih intensif daripada larutan pembanding W6. bromheksin, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak utama. Hitung persentase cemaran
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; berdasarkan perbandingan puncak kromatogram.
Lakukan pengeringan pada suhu 100° - 105° Abaikan puncak dengan respons setengah kali respons
menggunakan 1 g zat. puncak utama Larutan baku 2.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. 300 mg zat, larutkan dalam 70 mL etanol P dan
tambahkan 1 mL asam hidroklorida 0,1 N. Titrasi
Cemaran organik Senyawa sejenis A bromheksin, dengan natrium hidroksida 0,1 N LV tentukan titik
senyawa sejenis B bromheksin, senyawa sejenis C akhir secara potensiometrik. Baca volume diantara 2
bromheksin, senyawa sejenis D bromheksin, dan titik infleksi.
senyawa sejenis E bromheksin tidak lebih dari 0,2%;
tidak lebih dari satu puncak senyawa sejenis Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
bromheksin yang lebih besar dari 0,1%; jumlah semua setara dengan 41,26 mg C14H21Br2ClN2
cemaran tidak lebih dari 0,3%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Wadah dan penyimpanan Terlindung cahaya.
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan asam fosfat pH 7,0 Pipet 0,5 mL asam
fosfat P ke dalam labu berisi 950 mL air, atur pH BROMOKRIPTIN MESILAT
hingga 7,0 dengan penambahan lebih kurang 1,5 mL Bromocriptine Mesylate
trietilamina P dan encerkan dengan air hingga 1000 mL. CH(CH3)2 OH
Fase gerak Buat campuran Larutan asam fosfat pH O
H CONH N
7,0-asetonitril P (20:80). Saring dan awaudarakan. H
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian N
O O
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. N H CH2CH(CH3)2 CH3SO3H
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg H
CH3

zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL.


Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai
tanda. HN
Br
- 327 -

2-Bromoergokriptina monometanasulfonat (garam) Asam metanasulfonat Tidak kurang dari 12,5% dan
[22260-51-1] tidak lebih dari 13,4% CH3SO3H, dihitung terhadap
C32H40BrN5O5.CH4SO3 BM 750,70 zat kering; lakukan penetapan dengan cara sebagai
berikut: Timbang saksama lebih kurang 400 mg zat,
Bromokriptin Mesilat mengandung tidak kurang dari masukkan ke dalam labu titrasi, larutkan dalam 70 mL
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C32H40BrN5O5.CH4SO3, metanol P, titrasi dengan kalium hidroksida metanol
dihitung terhadap zat kering. 0,1 N LV dengan dialiri gas nitrogen P, tentukan titik
akhir secara potensiometrik dan lakukan penetapan
Pemerian Serbuk hablur halus, putih atau sedikit blangko.
berwarna; tidak berbau atau berbau khas lemah.
Tiap mL kalium hidroksida metanol 0,1 N
Baku pembanding Bromokriptin Mesilat BPFI; setara dengan 9,61 mg CH3SO3H
higroskopis. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, pada lemari pendingin. Cemaran organik Bromokriptin tidak lebih dari
0,4%; masing-masing cemaran tidak lebih dari 0,1%;
Identifikasi jumlah semua cemaran tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang tidak penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
dikeringkan didispersikan dalam minyak mineral P tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Dapar fosfat pH 7,0
gelombang yang sama seperti pada Bromokriptin Larutan A Gunakan larutan asam sitrat 0,1 N, atur
Mesilat BPFI. pH hingga 2,0 dengan penambahan asam hidroklorida
B. Larutan dalam asam metansulfonat-metanol 0,1 P.
M: spektrum serapan ultraviolet menunjukkan Pengencer Campuran metanol P-Dapar sitrat (1:1).
maksimum dan minimum pada panjang gelombang Larutan B Campuran Dapar fosfat pH 7,0-
yang sama seperti pada Bromokriptin Mesilat BPFI. asetonitril P (60:40).
Larutan C Campuran Dapar fosfat pH 7,0-
Warna dan Akromisitas <1291> asetonitril P (40:60).
Larutan padanan Buat larutan A, B dan C yang Fase gerak Buat variasi campuran Larutan B dan
masing-masing mengandung kobalt(II) klorida LP, Larutan C seperti tertera pada Sistem kromatografi.
besi(III) klorida LP, tembaga(II) sulfat LP dan larutan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
asam hidroklorida LP (1 dalam 40) dengan sejumlah α-ergokriptin dan zat, larutkan dalam
perbandingan sebagai berikut: A. (3,0:3,0:2,4:31,6), Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang
B. (1,0:2,4:0,4:36,2) dan C. (0,6:2,4:0:37,0). 2,0 mg per mL.
Prosedur Larutkan sejumlah zat dalam metanol P Larutan baku persediaan Timbang saksama
hingga kadar 10 mg per mL, bandingkan larutan ini sejumlah Bromokriptin Mesilat BPFI masukkan
dengan 10 mL Larutan padanan dalam tabung yang dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam
jenisnya sama: larutan harus jernih dan warnanya tidak metanol P sebanyak 50% volume labu, encerkan
lebih gelap dari Larutan padanan A, B dan C. dengan Larutan A sampai tanda. Larutan ini
mengandung bromokriptin mesilat 46 µg per mL
Rotasi jenis <1081> Antara +95 dan +105; lakukan Larutan baku Pipet sejumlah larutan baku
penetapan menggunakan larutan zat dalam campuran persediaan encerkan kembali dengan Pengencer
metilen klorida P-metanol P (1:1) dengan kadar 10 mg secara kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar
per mL. lebih kurang 4,6 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%; masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
lakukan penetapan dengan cara Analisis Termal Larutkan dengan metanol P sebanyak 50% volume
<741>, tetapkan persentase zat yang menguap dengan labu dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda.
analisis termogravimetrik menggunakan lebih kurang Larutan ini mengandung bromokriptin mesilat 4,6 µg
10 mg zat yang ditimbang saksama. Panaskan zat uji per mL
dengan kenaikan 10 per menit dan dialiri nitrogen P Sistem kromatografi Lakukan penetapan seperti
dengan laju alir lebih kurang 45 mL per menit. Rekam tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair
termogram dari suhu 25 hingga 160. kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
bpj.
- 328 -

Waktu Larutan Larutan Tablet Bromokriptin Mesilat mengandung


(Menit) B (%) C (%) bromokriptin mesilat, C32H40BrN5O5.CH4SO3,
0 100 0 mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
18 100 0 dari 110,0%, C32H40BrN5O5, dari jumlah yang tertera
30 0 100 pada etiket.
40 0 100
41 100 0 Baku pembanding Bromokriptin Mesilat BPFI;
higroskopis. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian terlindung cahaya, pada lemari pendingin.
sistem, rekam kroatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif α- Identifikasi Harga Rf dan warna bercak utama
ergokriptin dan bromokriptin mesilat berturut-turut Larutan uji sesuai dengan Enceran larutan baku yang
lebih kurang 0,46 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak diperoleh pada penetapan Cemaran Organik.
α-ergokriptin dan puncak bromokriptin mesilat tidak
kurang dari 15; dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5. Cemaran Organik Jumlah senyawa sejenis tidak
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam lebih dari 5,0%; [Catatan Lakukan pengujian dengan
kroatogram dan ukur respons puncak seperti tertera segera dan terlindung dari cahaya matahari maupun
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada cahaya lampu, pembuatan Larutan uji dan penotolan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. dilakukan terakhir.] Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Kromatografi <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak Campuran metilen klorida P-dioksan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Waktu P-etanol P-amonium hidroksida P (180:15: 5:0,1).
retensi relatif bromokriptin dan bromokriptinin Larutan baku Timbang saksama sejumlah
berturut-turut adalah 1,0 dan 1,7. Hitung persentase Bromokriptin Mesilat BPFI, larutkan dalam metanol P
masing-masing cemaran dengan rumus: hingga kadar Bromokriptin lebih kurang 1 mg per mL.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1 Larutan baku dalam metanol P hingga kadar setara
( ) ( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹 dengan lebih kurang 0,10 mg; 0,30 mg dan 0,50 mg
bromokriptin per mL atau setara dengan lebih kurang
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari 1,0%; 3,0% dan 5,0%.
Larutan uji; rS adalah respons puncak bromokriptin Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari Larutan baku; CS adalah kadar Bromocriptin dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
mesilat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU tablet setara dengan lebih kurang 20 mg bromokriptin,
adalah kadar bromokriptin dalam mg per mL Larutan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 10,0
uji berdasarkan bobot yang ditimbang; F adalah faktor mL metanol P, dan campur selama 20 menit. Sentrifus
respons relatif yang setara dengan 1,4 untuk tiap pada 4000 rpm selama 10 menit biarkan memisah dan
puncak eluasi pada waktu retensi relatif 0,9 atau gunakan beningan.
kurang dan setara dengan 1,0 untuk semua puncak Prosedur Totolkan secara terpisah 10 L Larutan
lainnya. baku dan 10 L Enceran larutan baku dan 50 L
Larutan uji dalam bentuk pita 1,5 cm pada lempeng
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600 kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Keringkan
mg zat, masukkan ke dalam labu titrasi, larutkan lempeng dalam aliran udara dingin selama 5 menit.
dalam 80 mL campuran anhidrida asetat P-asam Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
asetat glasial P (7:1). Titrasi dengan asam perklorat berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga 10 cm
0,1 N LV, tentukan titik akhir secara potensiometrik di atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas
dan lakukan titrasi blangko. rambat dan keringkan dalam hampa udara pada suhu
ruang selama 15 menit. Semprot lempeng dengan
Tiap mL asam perklorat 0,1 N larutan o-ftalaldehida P 0,2% dalam asam sulfat P.
setara dengan 75,07 mg C32H40BrN5O5.CH4SO3 Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet panjang.
Bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lebih besar dan tidak lebih intensif dari bercak
rapat, tidak tembus cahaya dan di tempat sejuk. Enceran larutan baku 3,0% dan bercak sisa lain tidak
lebih besar dan tidak lebih intensif dari bercak
Enceran larutan baku 1,0%.
TABLET BROMOKRIPTIN MESILAT
Bromocriptine Mesylate Tablets Disolusi <1231>
Uji 1 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
cantumkan memenuhi Uji 1.
- 329 -

Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Alat tipe 1: 120 rpm. Bromokriptin Mesilat BPFI, larutkan dengan
Waktu: 60 menit. Pengencer hingga kadar 0,04 mg per mL.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
C32H40BrN5O5, yang terlarut secara tentukur 25-mL, tambahkan lebih kurang 15 mL
spektrofluorometri dari alikot yang baru disaring Pengencer dan kocok secara mekanik selama 30
melalui penyaring serat kaca dan larutan baku menit. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda, dan
Bromokriptin Mesilat BPFI, dalam media yang sama saring, buang beberapa mL filtrat pertama. Pipet 10
pada panjang gelombang eksitasi 315 nm dan panjang mL filtrate masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL
gelombang emisi 445 nm. Sejumlah etanol P tidak encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
lebih dari 5% volume total larutan baku dapat Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
digunakan untuk melarutkan Bromokriptin Mesilat uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
BPFI, sebelum diencerkan dengan Media disolusi. kurang 306 nm terhadap Pengencer. Hitung
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak persentase bromokriptin, C32H40BrN5O5, dalam tablet
kurang dari 80% (Q) bromokriptin, C32H40BrN5O5 dari yang digunakan dengan rumus:
jumLah yang tertera pada etiket.
𝐴𝑈 𝐶𝑆 654,59
Uji 2 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket ( )( )( ) × 100
𝐴𝑆 𝐶𝑈 750,70
cantumkan memenuhi Uji 2.
Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,1 N. Au dan As berturut-turut adalah serapan Larutan uji
Alat tipe 2: 50 rpm. dan Larutan baku. CS adalah kadar Bromocriptin
Waktu: 30 menit. mesilat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Lakukan penetapan jumlah C32H40BrN5O5 yang adalah kadar bromokriptin dalam mg per mL Larutan
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket;
seperti tertera pada Kromatografi <931>. 654,59 dan 750,70 berturut-turut adalah bobot
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-amonium molekul dari bromokriptin dan bromokriptin mesilat
karbonat 0,01 M (65:35), saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kromatografi <931>.
Bromokriptin Mesilat BPFI, larutkan dalam metanol Fase gerak Buat campuran asetonitril P-amonium
P, dan encerkan secara kuantitatif dengan Media karbonat 0,01 M (65:35), saring dan awaudarakan.
disolusi hingga kadar lebih kurang sama dengan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
larutan disolusi. sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Gunakan alikot yang telah disaring. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sistem kromatografi Lakukan penetapan seperti Bromokriptin Mesilat BPFI, larutkan dan encerkan
tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair dengan metanol P hingga kadar 0,22 mg per mL.
kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan serbuk tablet setara dengan lebih kurang 10 mg
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam bromokriptin, masukkan ke dalam wadah yang sesuai,
kroatogram dan ukur respons puncak seperti tertera tambahkan 40 mL metanol P dan aduk selama 20
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada menit, terlindung dari cahaya. Saring secara kuantitatif
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. melalui penyaring kaca masir halus ke dalam labu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tentukur 50-mL, bilas penyaring dengan metanol P,
volume sama (lebih kurang 100 μL) Larutan baku dan tambahkan cairan bilasan pada filtrat dan encerkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan metanol P sampai tanda.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
jumlah bromokriptin, C32H40BrN5O5 yang terlarut Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan membandingkan respons puncak alikot dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kolom 4 mm
terhadap Larutan baku. x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
kurang dari 80% (Q) bromokriptin, C32H40BrN5O5 dari Larutan baku, rekam kroatogram dan ukur respons
jumlah yang tertera pada etiket. puncak seperti tertera pada Prosedur: koefisien variasi
pada tiga kali penyuntikan tidak lebih dari 3,0%.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur keseragaman kandungan volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan
Pengencer Larutkan 1,0 g asam tartrat P dalam 500 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mL air, tambahkan 500 mL metanol P, campur. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
- 330 -

persentase bromokriptin, C32H40BrN5O5, dalam serbuk


tablet yang digunakan dengan rumus: Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
𝑟𝑈 𝐶𝑆 654,59 didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
( )( )( ) × 100 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
𝑟𝑆 𝐶𝑈 750,70
sama seperti pada Budesonid BPFI.
ru dan rs berturut-turut adalah respon puncak Larutan B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 25 µg per
uji dan Larutan baku. CS adalah kadar Bromocriptin mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
mesilat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
adalah kadar bromokriptin dalam mg per mL Larutan pada Budesonid BPFI.
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket;
654,59 dan 750,70 berturut-turut adalah bobot Batas mikroba <51> Total angka mikroba aerobik
molekul bromokriptin dan bromokriptin mesilat tidak lebih dari 103 unit koloni per g; total angka
kapang dan kamir tidak lebih dari 100 unit koloni per
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup g.
rapat, tidak tembus cahaya.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,3%;
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan Uji lakukan pengeringan pada suhu 105º sampai bobot
Disolusi yang digunakan. tetap.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
BUDESONID Kromatografi <931>.
Budesonide Larutan A Timbang saksama lebih kurang 0,5 mL
asam asetat glasial P, masukkan ke dalam labu
OH
tentukur 1000-mL, tambahkan air sampai tanda. Atur
O
CH3 O CH3 pH hingga 3,9 dengan penambahan kalium hidroksida
HO P.
O
CH3 H Larutan B Gunakan asetonitril P.
H H
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
O
Pengencer Campuran air-asetonitril P (7:3).
(RS)-11b,16a,17,21-tetrahidroksipregna-1,4-diena- Larutan kesesuaian sistem persediaan A Timbang
3,20-dionsiklik 16,17-asetal dengan butiraldehida. saksama sejumlah Senyawa Sejenis E Budesonid
[51333-22-3] BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL.
C25H34O6 BM 430,53 Larutan kesesuaian sistem persediaan B Timbang
saksama sejumlah Senyawa Sejenis G Budesonid
Budesonid adalah suatu campuran epimer A (C-22S) BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
dan epimer B (C-22R). Mengandung epimer A, tidak hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL.
kurang dari 40,0% dan tidak lebih dari 51,0%; dan Larutan kesesuaian sistem persediaan C Timbang
jumlah kedua epimer yang mengandung budesonid, saksama sejumlah Senyawa Sejenis L Budesonid
C25H34O6, tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
102,0% dihitung terhadap zat kering. [Catatan Semua hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL.
larutan yang mengandung budesonid disimpan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
terlindung dari cahaya]. sejumlah Budesonid BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah Larutan
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih; kesesuaian sistem persediaan A, Larutan kesesuaian
tidak berbau. sistem persediaan B, Larutan kesesuaian sistem
persediaan C, larutkan dengan asetonitril P hingga
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam lebih kurang 30% volume akhir dan encerkan dengan
heptan; mudah larut dalam kloroform; agak sukar larut air hingga diperoleh larutan mengandung Budesonid
dalam etanol. BPFI 0,6 mg per mL dan Senyawa Sejenis E
Budesonid BPFI, Senyawa Sejenis G Budesonid BPFI,
Baku pembanding Budesonid BPFI; tidak boleh Senyawa Sejenis L Budesonid BPFI masing-masing
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dengan kadar 3 µg per mL.
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Larutan baku persediaan Timbang saksama
Sejenis E Budesonid BPFI; Senyawa Sejenis G sejumlah Budesonid BPFI ke dalam labu tentukur
Budesonid BPFI; Senyawa Sejenis L Budesonid BPFI. yang sesuai, larutkan dengan asetonitril P hingga lebih
- 331 -

kurang 30% volume akhir dan encerkan dengan air  ri   CS 


hingga diperoleh larutan mengandung Budesonid      100
BPFI dengan kadar lebih kurang 0,6 mg per mL.  rS   CU 
Larutan sensitivitas Encerkan sejumlah Larutan
baku persediaan dengan Pengencer hingga kadar ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Budesonid BPFI lebih kurang 0,3 µg per mL. Larutan uji; rS adalah total respons puncak epimer
Larutan baku Encerkan sejumlah Larutan baku budesonid dari Larutan baku; CS adalah kadar
persediaan dengan Pengencer hingga kadar Budesonid BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Budesonid BPFI lebih kurang 6 µg per mL. adalah kadar budesonid dalam mg per mL Larutan uji
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
larutkan dengan asetonitril P hingga lebih kurang 30% tertera pada Tabel.
volume akhir, encerkan dengan air hingga diperoleh
larutan mengadung budesonid dengan kadar lebih Tabel
kurang 0,6 mg per mL.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Cemaran Waktu Batas
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom Retensi (%)
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Relatif
ukuran partikel 3 m. Pertahankan suhu kolom pada 16α-hidroksi prednisolon 0,12 0,2
50° dan suhu “autosampler” pada 4°. [Catatan Budesonid asetaldehid asetal
0,39; 0,40 0,10c
Resolusi antara senyawa sejenis E budesonid dan (epimer)
senyawa sejenis L budesonid dapat ditingkatkan D-homo analog budesonid 0,47 0,10
dengan menurunkan suhu, tapi tidak kurang dari 40°] Desonid 0,51 0,10
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf Budesonid glioksal (epimer) 0,76; 0,78 0,07c
diprogram sebagai berikut: Senyawa sejenis E budesonid 0,86 0,10
Senyawa sejenis L budesonid 0,88 0,2
Waktu Larutan A Larutan B Epimer B Budesonid 0,96 -
(menit) (%) (%) Epimer A Budesonid 1,00 -
0 75 25 Senyawa sejenis G budesonid
5 75 25 1,07; 1,08 0,10c
(epimer)
35 68 32 21- asetat budesonid (epimer) 1,39; 1,40 0,10c
42 59 41 21- butirat budesonid 1,48 0,10
59 25 75 Cemaran lain - 0,10
60 75 25 Total cemaran spesifik - 0,4
70 75 25 Total cemaran tidak spesifik - 0,4
Abaikan respons puncak kurang dari 0,05%, dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian abaikan puncak yang muncul setelah 60 menit.
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
senyawa sejenis E budesonid dan senyawa sejenis L Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
budesonid tidak kurang dari 1,2 dan antara epimer dari Kromatografi <931>.
senyawa sejenis G budesonid tidak kurang dari 3,0. Dapar Larutkan 0,5 mL asam asetat glasial P
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dalam 1 L air, atur pH hingga 3,9 dengan penambahan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kalium hidroksida P.
pada Prosedur: faktor ikutan puncak epimer B Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (45:55),
budesonid tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
kedua epimer budesonid pada penyuntikan ulang tidak penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem seperti
lebih dari 5,0%. Lakukan kromatografi terhadap tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur Larutan baku Timbang saksama sejumlah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Budesonid BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari 10. yang sesuai, encerkan dengan asetonitril P hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lebih kurang 30% volume labu, encerkan dengan air
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 0,06 mg per mL.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
persentase masing-masing cemaran dengan rumus: masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
encerkan dengan asetonitril P hingga lebih kurang
30% volume labu, encerkan dengan air hingga
- 332 -

diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 0,06 mg


per mL. (±)-1-Butil-2’,6’-pipekoloksilidida monohidroklorida,
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja monohidrat [73360-54-0]
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom C18H28N2O.HCl.H2O BM 342,90
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Anhidrat [18010-40-7] BM 324,90
ukuran partikel 3 m. Pertahankan suhu kolom pada
50°. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Bupivakain Hidroklorida mengandung tidak kurang
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera C18H28N2O.HCl, dihitung sebagai zat anhidrat.
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak kedua
epimer budesonid tidak kurang dari 1,2 dan simpangan Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; melebur
baku relatif semua luas puncak kedua epimer pada lebih kurang 248 disertai peruraian.
budesonid tidak lebih dari 1,0%. [Catatan Waktu
retensi relatif untuk epimer B terhadap epimer A Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol;
adalah 0,96] sukar larut dalam kloroform dan dalam aseton.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Baku pembanding Bupivakain Hidroklorida BPFI;
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung tertutup rapat.
persentase epimer A, C25H34O6, dalam zat dengan
rumus: Identifikasi
A. Larutkan lebih kurang 230 mg zat dalam 15 mL
 rUA  air masukkan ke dalam corong pisah, tambahkan 1 mL
100   amonium hidroksida 6 N, ekstraksi tiga kali, tiap kali
 (rUA + rUB )  dengan 30 mL kloroform P, uapkan kloroform pada
suhu ruang dengan mengalirkan nitrogen P dan
rUA dan rUB berturut-turut adalah respons puncak keringkan sisa dalam hampa udara. Tambahkan 2 mL
epimer A dan epimer B dari Larutan uji. Hitung kloroform P, dan larutkan: spektrum serapan
persentase budesonid, C25H34O6, dalam zat yang inframerah larutan dalam sel 0,1 mm menunjukkan
digunakan dengan rumus: maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Bupivakain Hidroklorida BPFI.
 (rUA + rUB )   C S
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 500 µg

     100 per mL dalam asam hidroklorida 0,1 N menunjukkan

 (rSA + rSB )   CU  maksimum dan minimum hanya pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Bupivakain
Hidroklorida BPFI; serapan masing-masing dihitung
rUA dan rUB berturut-turut adalah respons puncak terhadap zat anhidrat pada panjang gelombang serapan
epimer A dan epimer B yang diperoleh dari Larutan maksimum 271 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
uji; rSA dan rSB berturut-turut adalah respons puncak C. Larutkan lebih kurang 50 mg zat dalam 10 mL
epimer A dan epimer B yang diperoleh dari Larutan air, masukkan ke dalam corong pisah kecil, basakan
baku. CS adalah kadar Budesonid BPFI dalam mg per dengan amonium hidroksida 6 N, ekstraksi dengan 10
mL Larutan baku; CU adalah kadar budesonid dalam mL eter P: lapisan air menunjukkan reaksi Klorida
mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
ditimbang. Umum <291>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup pH <1071> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu ruang menggunakan larutan (1 dalam 100).
terkendali.
Air <1031> Metode I Antara 4,0% dan 6,0%.

BUPIVAKAIN HIDROKLORIDA Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Bupivacaine Hydrochloride
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.

Sisa pelarut Jumlah kandungan etanol dan isopropanol


tidak lebih dari 2%. Lakukan Kromatografi gas seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku etanol Pipet 2 mL etanol mutlak P ke
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
- 333 -

sampai tanda. Pipet 2 mL larutan ke dalam labu lempeng kromatografi Silika gel P setebal 0,25 mm.
tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
Larutan mengandung 0,08% etanol. yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak hingga
Larutan baku isopropanol Pipet 2 mL isopropanol merambat tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
P dalam labu tentukur 1000-mL, encerkan dengan air lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di udara
sampai tanda. Pipet 2 mL larutan ke dalam labu hangat. Masukkan lempeng ke dalam bejana tertutup
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. dengan cawan berisi 1 g iodum P dan biarkan selama
Larutan mengandung 0,004% isopropanol. lebih kurang 5 menit. Angkat lempeng, semprot
Larutan uji Timbang saksama 1,0 g zat masukkan lempeng dengan asam sulfat 7 N, amati kromatogram. Harga
ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan air Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
sampai tanda. baku; ukuran dan intensitas bercak lain dari Larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada uji tidak lebih dari bercak utama yang diperoleh dari
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi Enceran larutan baku (0,5%) dan jumlah, ukuran dan
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x 2 m intensitas dari semua bercak yang diperoleh dari
berisi bahan pengisi S3. Pertahankan suhu injektor, Larutan uji tidak lebih dari empat kali bercak utama
kolom dan detektor berturut-turut pada suhu 200, dari Enceran larutan baku (2,0%).
175 dan 280. Gunakan nitrogen P sebagai gas
pembawa dengan laju alir lebih kurang 40 mL per Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600
menit. mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah larutkan dalam 20 mL asam asetat glasial P,
volume sama (lebih kurang 5 L) Larutan uji, Larutan tambahkan 10 mL raksa(II) asetat LP, 3 tetes kristal
baku etanol dan Larutan baku isopropanol ke dalam violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons sampai titik akhir warna hijau. Lakukan penetapan
puncak etanol dan isopropanol. Hitung persentase blangko.
etanol dengan rumus:
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setara dengan 32,49 mg C18H28N2O.HCl
r 
2 U 
 rS  Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik.
dan hitung persentase isopropanol dengan rumus:
INJEKSI BUPIVAKIN HIDROKLORIDA
r 
0,1 U  Bupivacaine Hydrochloride Injection
 rS 
Injeksi Bupivakain Hidroklorida adalah larutan steril
bupivakain hidroklorida dalam Air untuk Injeksi.
rU dan rS berturut-turut adalah respons analit Larutan
Injeksi bupivakain hidroklorida mengandung bupivakain
uji yang bersesuaian dengan analit dalam Larutan
hidroklorida, C18H28N2O.HCl, tidak kurang dari 93,0%
baku etanol dan Larutan baku isopropanol.
dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Baku pembanding Bupivakain Hidroklorida BPFI;
Pelarut Campuran kloroform P-isopropilamina P
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
(99:1).
tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Fase gerak Campuran heksana P-isopropilamina P
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
(97:3).
untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
Bupivakain Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
Pelarut hingga kadar 20,0 mg per mL.
dibuka dalam lemari pembeku.
Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
baku dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang100 g Identifikasi
per mL. A. Encerkan sejumlah injeksi setara dengan lebih
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, kurang 50 mg bupivakain hidroklorida dengan asam
larutkan dalam Pelarut hingga kadar lebih kurang 20,0 hidroklorida 0,01 N hingga 25 mL dan lanjutkan
mg per mL. menurut cara yang tertera pada Identifikasi Basa
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Nitrogen Organik <261>, mulai dari ”Pindahkan
10 L Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan larutan ke dalam corong pisah”.
baku pada jarak yang sama, 2,5 cm dari tepi bawah
- 334 -

B. Waktu retensi puncak bupivakain dari


kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
R 
seperti diperoleh pada Penetapan kadar. W  U 
 RS 
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5 unit
Endotoksin FI per mg bupivakain hiroklorida.
W adalah bobot dalam mg Bupivakain Hidroklorida
BPFI dihitung sebagai anhidrat dalam Larutan baku;
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak bupivakain hidroklorida terhadap baku
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
internal Larutan uji dan Larutan baku.
Injeksi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. Injeksi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
yang mengandung bupivakain hidroklorida 0,5% atau
Kromatografi <931>.
kurang dapat dikemas dalam wadah dosis ganda 50
Dapar fosfat pH 6,8 Larutkan 1,94 g kalium fosfat
mL.
monobasa P dan 2,48 g kalium fosfat dibasa P dalam
1000 mL air. Jika perlu atur pH dengan kalium
hidroksida 1 N atau asam fosfat 1 M hingga pH 6,8.
BUPIVAKAIN HIDROKLORIDA DALAM
Fase gerak Buat larutan segar campuran asetonitril
INJEKSI DEKSTROSA
P-Dapar fosfat pH 6,8 (65:35). Jika perlu atur hingga
Bupivacaine Hydrochloride in Dextrose Injection
pH 7,7  0,2 dengan asam fosfat 1 M. Saring melalui
penyaring membran 1 m atau lebih kecil dan Bupivakain Hidroklorida dalam Injeksi Dekstrosa
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut adalah larutan steril bupivakain hidroklorida dan
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi dekstrosa dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
<931>. bupivakain hidroklorida, C18H28N2O.HCl dan
Larutan baku internal Buat larutan dibutil ftalat P dekstrosa, C6H12O6, masing-masing tidak kurang dari
dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 1,3 mg 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang
per mL. tertera pada etiket. Tidak mengandung pengawet.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Bupivakain Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam Baku pembanding Bupivakain Hidroklorida BPFI;
labu tentukur 100-mL, larutkan dalam 10,0 mL air, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
jika perlu sonikasi. Tambahkan 10,0 mL Larutan baku dalam wadah tertutup rapat. Dekstrosa BPFI; lakukan
internal dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam sebelum
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume setara digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
dengan lebih kurang 50 mg bupivakain hidroklorida, Higroskopis, dalam kelembapan relatif di atas 70%.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
10,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk
metanol P sampai tanda. menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dilengkapi dengan detektor 263 nm, kolom 4 mm x 30 dalam lemari pembeku.
cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir 2 mL per menit.
Suntikkan tiga kali Larutan baku, rekam kromatogram Identifikasi
dan ukur respons puncak seperti tertera pada A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
Prosedur: faktor resolusi antara bupivakain pada Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis
hidroklorida dan dibutil ftalat tidak kurang dari 2,0 dan <281>.
simpangan baku relatif perbandingan puncak Fase gerak Campuran butil alkohol P-air-etanol
bupivakain hidroklorida terhadap puncak dibutil ftalat mutlak P-asam asetat glasial P (6:2:1:1).
tidak lebih dari 1,0%. Larutan baku A Larutkan dan encerkan Bupivakain
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Hidroklorida BPFI dalam air hingga kadar seperti
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan tertera pada etiket.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku B Larutkan dan encerkan Dekstrosa
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu BPFI dalam air hingga kadar seperti tertera pada
retensi relatif dibutil ftalat dan bupivakain etiket.
hidroklorida berturut-turut adalah lebih kurang 1,2 dan Larutan baku C Campur Larutan baku A dan
1,0. Hitung jumlah dalam mg bupivakain hidroklorida, Larutan baku B hingga diperoleh kadar bupivakain
C18H28N2O.HCl, dalam volume injeksi yang hidroklorida dan dekstrosa seperti tertera pada etiket.
digunakan dengan rumus:
- 335 -

Penampak bercak 1 Larutkan 20 mg 1,3- Larutan baku internal Buat larutan dibutil ftalat P
naftalendiol P dalam 10 mL etanol mutlak P yang dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 1,3 mg
berisi 0,2 mL asam sulfat P. per mL.
Penampak bercak 2 Campurkan sejumlah volume Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
sama larutan platina klorida P (3 dalam 1000) dan Bupivakain Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
larutan kalium iodida P (6 dalam 100). labu tentukur 100-mL, larutkan dalam 10,0 mL air,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing jika perlu sonikasi. Tambahkan 10,0 mL Larutan baku
10 μL Larutan uji, Larutan baku A dan Larutan baku internal dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
C serta 1 μL masing-masing Larutan uji dan Larutan Larutan uji Pipet saksama sejumlah volume injeksi
baku B pada lempeng kromatografi yang dilapisi setara dengan 50 mg bupivakain hidroklorida,
campuran silika gel P setebal 0,25 mm, keringkan masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
dengan aliran udara hangat. Masukkan lempeng ke 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak dan metanol P sampai tanda dan campur.
biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
rambat, keringkan dengan aliran udara hangat. Amati dilengkapi dengan detektor 263 nm, kolom 4 mm x 30
lempeng di bawah sinar ultraviolet 254 nm: harga Rf cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak utama mL per menit. Suntikkan Larutan baku, rekam
Larutan baku A dan Larutan baku C yang berdekatan. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Semprot lempeng dengan Penampak bercak 1, pada Prosedur: resolusi, R, antara bupivakain
panaskan pada suhu 90º selama 5 menit, dan amati hidroklorida dan dibutil ftalat tidak kurang dari 2,0 dan
lempeng: harga Rf bercak utama Larutan uji simpangan baku relatif perbandingan puncak
berwarna ungu biru sesuai dengan bercak utama bupivakain hidroklorida terhadap puncak dibutil ftalat
Larutan baku B yang berdekatan. Dinginkan lempeng tidak lebih dari 1,0%.
semprot lempeng dengan Penampak bercak 2, amati Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lempeng: bupivakain menunjukkan bercak ungu biru volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
pada latar belakang merah muda kekuning-kuningan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dan dekstrosa menunjukkan bercak agak memudar: kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu
harga Rf bercak bupivakain pada Larutan uji sesuai retensi relatif bupivakain hidroklorida dan dibutil
dengan bercak yang diperoleh pada Larutan baku A ftalat berturut-turut adalah lebih kurang 1,0 dan 1,2.
dan Larutan baku C yang berdekatan. Hitung persentase bupivakain hidroklorida,
B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram C18H28N2O.HCl, dalam volume injeksi dengan rumus:
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar
 RU   CS 
      100
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,8 unit
 RS   CU 
Endotoksin FI per mg bupivakain hidroklorida.

pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak bupivakain hidroklorida terhadap baku
Persyaratan lain Memenuhi syarat seperti tertera internal Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
pada Injeksi. kadar Bupivakain Hidroklorida BPFI dihitung
terhadap zat anhidrat dalam mg per mL Larutan baku;
Penetapan kadar bupivakain hidroklorida Lakukan CU adalah kadar bupivakain hidroklorida dalam mg
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. pada etiket.
Dapar Larutkan 1,94 g kalium fosfat monobasa P
dan 2,48 g kalium fosfat dibasa P dalam 1000 mL air. Penetapan kadar dekstrosa Tetapkan sudut putar
Jika perlu atur pH hingga 6,8.dengan kalium injeksi menggunakan tabung polarimeter yang sesuai
hidroksida 1 N atau asam fosfat 1 M. seperti tertera pada Penetapan Rotasi <1081>. Hitung
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (65:35). persentase (g per 100 mL) dekstrosa, C6H12O6, dalam
injeksi dengan rumus:
Jika perlu atur pH hingga 7,7  0,2 dengan
penambahan asam fosfat 1 M. Saring melalui
penyaring membran 1 m atau lebih kecil dan  100 
   A R
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut  52,9 
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
100 adalah persentase; 52,9 adalah titik tengah dari
rentang rotasi jenis untuk dekstrosa anhidrat, dalam
derajat; A adalah 100 mm dibagi dengan panjang
- 336 -

tabung polarimeter dalam mm; R adalah rotasi yang pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0; lakukan penetapan
diamati, dalam derajat. menggunakan larutan 10 mg zat per mL.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,1%.

BUPRENORFIN HIDROKLORIDA Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak


Buprenorphine Hydrochloride lebih dari 0,25%; jumlah semua cemaran tidak lebih
dari 0,65%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-larutan
amonium asetat P 1%-asam asetat glasial P
(60:10:0,01), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Buprenorfin Hidroklorida BPFI dan Senyawa sejenis
A Buprenorfin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang
21-Siklopropil-7α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpropil] -6,14- 12,5 µg per mL.
endo-etano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
hidroklorida [53152-21-9] zat, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
C29H41NO4.HCl BM 504,10 kurang 5 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Buprenorfin Hidroklorida mengandung Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C29H41NO4.HCl, tidak kurang dari 98,5% dan tidak dilengkapi dengan detektor 288 nm dan kolom 4,6 mm
lebih dari 101,0% dihitung terhadap zat anhidrat. x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu
kolom pada 40 dan laju alir lebih kurang 1 mL per
Pemerian Serbuk putih, bersifat sedikit asam. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Kelarutan Sukar larut dalam air. tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
buprenorfin hidroklorida dan puncak senyawa sejenis
Baku pembanding Buprenorfin Hidroklorida BPFI, A buprenorfin hidroklorida tidak kurang dari 3,0;
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup efisiensi kolom tidak kurang dari 6500 lempeng
rapat dan tidak tembus cahaya. Senyawa Sejenis A teoritis; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Buprenorfin Hidroklorida BPFI, tidak boleh ulang tidak lebih dari 2,0%.
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
terlindung cahaya. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji. Lakukan kromatografi tidak kurang dari
Identifikasi dua kali waktu retensi buprenorfin hidroklorida.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang yang digunakan dengan rumus:
sama seperti pada Buprenorfin Hidroklorida BPFI.
B. Ke dalam 0,5 mL larutan zat dengan kadar 50 mg 𝑟𝑖 𝐶𝑆
per mL metanol P, tambahkan 0,2 mL larutan kalium ( ) ( ) × 100
besi(III) sianida P (1 dalam 10) yang dibuat segar 𝑟𝑠 𝐶𝑈
(pada saat akan digunakan) dan 0,5 mL besi(III)
klorida LP, segera terjadi warna biru. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
C. Larutan (1 dalam 100) menunjukkan reaksi Larutan uji; rS adalah respons puncak buprenorfin
Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada Uji hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar
Identifikasi Umum <291>. Buprenorfin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar buprenorfin
Rotasi jenis <1081> Antara -92 dan -98; lakukan hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
penetapan menggunakan larutan 20 mg zat per mL berdasarkan bobot yang ditimbang.
metanol P.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800
mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P,
- 337 -

tambahkan 10 mL raksa(II) asetat LP dan 2 tetes


kristal violet LP, dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
N LV hingga titik akhir berwarna hijau. Jika perlu Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lakukan penetapan blangko. Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P 1,36
Tiap mL asam perklorat 0,1 N mg per mL, atur pH hingga 7,5 dengan penambahan
setara dengan 50,41 mg C29H41NO4.HCl natrium hidroksida P 10% dan saring.
Fase gerak Campuran Dapar-asetonitril P (3:2),
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
rapat, tidak tembus cahaya. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal persediaan Buat larutan
propilparaben dalam metanol P dengan kadar 2,5 mg
BUSPIRON HIDROKLORIDA per mL.
Buspirone Hydrochloride Larutan baku internal Pipet sejumlah Larutan baku
internal persediaan, encerkan dengan air hingga kadar
lebih kurang 0,125 mg per mL.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
kurang 50 mg Buspiron hidroklorida BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dalam 25 mL
asam hidroklorida 1 N, encerkan dengan air sampai
N-[4-[4-(2-Pirimidinil)-1-piperazinil]butil]-1,1-siklo tanda.
pentanadiacetamida monohidroklorida [33386-08-2] Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku
C21H31N5O2 .HCl BM 421,96 persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
tambahkan 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan
Buspiron Hidroklorida mengandung tidak kurang dari dengan air sampai tanda.
97,5% dan tidak lebih dari 102,5%, C21H31N5O2.HCl. Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
Pemerian Serbuk hablur; putih. 100-mL, tambahkan 25 mL asam hidroklorida 1 N,
encerkan dengan air sampai tanda.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
dalam metanol dan dalam metilen klorida; agak mudah dan Larutan baku internal ke dalam labu tentukur
larut dalam etanol dan dalam asetonitril; sangat sukar yang sesuai, encerkan dengan air hingga kadar
larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam buspiron hidroklorida 0,1 mg per mL dan propil
heksana. paraben 0,025 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Baku pembanding Buspiron Hidroklorida BPFI; tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
tidak boleh dikeringkan. Setelah dibuka simpan dalam berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
desikator. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Identifikasi pada Prosedur: resolusi, R, antara buspiron hidroklorida
A. Spektrum serapan inframerah zat yang dan baku internal tidak kurang dari 4 dan simpangan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang 2,0%.
sama seperti pada Buspiron hidroklorida BPFI. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku dan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
diperoleh pada Penetapan kadar. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu
C. Memenuhi syarat Klorida seperti tertera pada Uji retensi relatif propilparaben dan buspiron hidroklorida
identifikasi umum <291>; lakukan penetapan berturut-turut 0,55 dan 1,0. Hitung persentase buspiron
menggunakan larutan 10 mg zat per mL dalam air. hidroklorida, C21H31N5O2.HCl, dalam zat dengan rumus:

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.  RU  C S 


    100
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.  RS  CU 
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
bpj.
puncak antara buspiron hidroklorida dan
- 338 -

propilparaben dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS Dapar, Fase gerak, Larutan baku persediaan,
adalah kadar Buspiron Hidroklorida BPFI dalam mg Larutan baku internal, Larutan baku dan Sistem
per mL Larutan baku dan CU adalah kadar zat dalam kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang kadar dalam Buspiron hidroklorida.
ditimbang. Larutan uji Masukkan sejumlah tablet yang setara
dengan lebih kurang 100 mg buspiron hidroklorida, ke
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah dalam labu tentukur 200-mL. Tambahkan 50 mL asam
tidak tembus cahaya, tertutup rapat, dan pada suhu hidroklorida 1 N, kocok selama 15 menit. Tambahkan
ruang terkendali. lebih kurang 100 mL air, kocok selama 30 menit.
Encerkan dengan air sampai tanda, dan saring, buang
20 mL filtrat pertama. Pipet 10 mL filtrat dan 10 mL
TABLET BUSPIRON HIDROKLORIDA Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50-mL,
Buspirone Hydrochloride Tablets encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur
Tablet Buspiron Hidroklorida mengandung buspiron seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Buspiron
hidroklorida, C21H31N5O2.HCl, tidak kurang dari hidroklorida. Hitung jumlah dalam mg, buspiron
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang hidroklorida, C21H31N5O2.HCl, dalam tablet yang
tertera pada etiket. digunakan dengan rumus:

Baku pembanding Buspiron Hidroklorida BPFI;  L  R 


tidak boleh dikeringkan. Setelah dibuka simpan dalam C   U 
 D  RS 
desikator. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam
lemari pendingin dan terlindung cahaya.
L adalah jumlah mg buspiron hidroklorida per tablet
Identifikasi yang tertera pada etiket; D adalah kadar buspiron
A. Serbukkan 20 tablet, tambahkan 50 mL hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
kloroform P, aduk selama 3 - 5 menit, saring ke dalam berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket dan faktor
labu penguapan 250 mL. Uapkan larutan dengan suatu pengenceran; C adalah kadar Buspiron Hidroklorida
evaporator yang berputar pada pemanasan rendah BPFI dalam mg per mL Larutan baku; RU dan RS
hingga kering. Spektrum serapan inframerah residu berturut-turut adalah perbandingan respons puncak
yang diperoleh dari hasil pemurnian yang didispersikan buspiron hidroklorida terhadap propilparaben Larutan
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum uji dan Larutan baku.
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Buspiron Hidroklorida BPFI. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram tidak tembus cahaya dan tertutup rapat, dan pada suhu
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang ruang terkendali.
diperoleh pada Penetapan kadar.

Disolusi <1231> BUSULFAN


Media disolusi: 500 mL asam hidroklorida 0,01 N. Busulfan
Alat tipe 2 : 50 rpm.
O O
Waktu: 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah S O
C21H31N5O2.HCl yang terlarut dengan mengukur O S
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media
O O
disolusi dan serapan larutan baku Buspiron
Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada 1,4-Butanadiol dimetanasulfonat [55-98-1]
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang C6H14O6S2 BM 246,30
235 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Busulfan mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
kurang dari 80% (Q) C21H31N5O2.HCl dari jumlah tidak lebih dari 100,5% C6H14O6S2, dihitung terhadap
yang tertera pada etiket. zat kering. [Perhatian Hati-hati jangan terhirup
partikel busulfan dan hindari kontak dengan kulit].
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Pemerian Serbuk hablur, putih.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar
Kromatografi <931>. larut dalam aseton; sukar larut dalam etanol.
- 339 -

Identifikasi udara sampai kering: residu memenuhi uji Identifikasi


A. Lebur lebih kurang 100 mg zat dengan lebih seperti tertera pada Busulfan, dan melebur pada suhu
kurang 100 mg kalium nitrat P dan lebih kurang 250 lebih kurang 115.
mg butiran kalium hidroksida P. Dinginkan, larutkan
residu dalam air, asamkan dengan asam hidroklorida Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit;
3 N, dan tambahkan beberapa tetes barium klorida LP: lakukan penetapan tanpa menggunakan cakram.
terbentuk endapan putih.
B. Pada 100 mg zat tambahkan 10 mL air dan 5 mL Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
natrium hidroksida 1 N. Panaskan hingga diperoleh
larutan jernih: terjadi bau khas asam metanasulfonat. Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak
C. Dinginkan larutan yang diperoleh pada uji kurang dari 40 tablet [Perhatian Hindari terhirupnya
Identifikasi B, dan bagi menjadi dua bagian yang serbuk halus]. Timbang saksama sejumlah serbuk
sama. Pada larutan pertama tambahkan 1 tetes kalium tablet setara dengan lebih kurang 80 mg busulfan,
permanganat LP: warna merah ungu berubah menjadi masukkan ke dalam gelas piala 100 mL. Ekstraksi
lembayung kemudian biru dan akhirnya berwarna empat kali, tiap kali dengan 20 mL aseton P sambil
hijau zamrud. Asamkan larutan kedua dengan asam diaduk, diamkan agar zat yang tidak larut mengendap,
sulfat 2 N, tambahkan 1 tetes kalium permanganat LP: kemudian tuang beningan melalui penyaring kaca
warna permanganat tidak hilang. masir ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL. Uapkan
kumpulan ekstrak aseton sampai lebih kurang 10 mL,
Jarak lebur <1021> Antara 115 dan 118. tambahkan fenolftalein LP dan netralkan dengan
natrium hidroksida 0,05 N. Uapkan sampai kering,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; tambahkan 30 mL air dan lanjutkan penetapan seperti
lakukan pengeringan pada suhu 60 dalam hampa tertera pada Penetapan kadar dalam Busulfan, mulai
udara hingga bobot tetap. dari ”Hubungkan labu”.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Tiap mL natrium hidroksida 0,05 N
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 80 setara dengan 6,158 mg C6H14O6S2
mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
Tambahkan lebih kurang 30 mL air, goyangkan, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tambahkan fenolftalein LP dan netralkan dengan baik.
natrium hidroksida 0,05 N. Hubungkan labu dengan
pendingin udara, refluks dan didihkan perlahan-lahan
selama tidak kurang dari 30 menit, tambahkan air agar BUTIL HIDROKSIANISOL
volume tetap. Dinginkan hingga suhu ruang. Titrasi Butyl hydroxyanisole
dengan natrium hidroksida 0,05 N LV, menggunakan
indikator fenolftalein LP. OH

Tiap mL natrium hidroksida 0,05 N C(CH3)3


setara dengan 6,158 mg C6H14O6S2
OCH3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Butil Hidroksianisol mengandung tidak kurang dari
98,5% C11H16O2.
Penandaan Pada etiket tercantum peringatan
penanganan secara hati-hati untuk mencegah terhirup Pemerian Padatan seperti lilin, putih atau agak
atau kontak dengan kulit. kekuningan; bau khas lemah.

Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam


TABLET BUSULFAN etanol, dalam propilenglikol, dalam kloroform, dan
Busulfan Tablets dalam eter.

Tablet Busulfan mengandung busulfan, C6H14O6S2, Baku pembanding 3-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI;


tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% simpan dalam wadah tertutup rapat; tidak boleh
dari jumlah yang tertera pada etiket. dikeringkan sebelum digunakan. 2-tert-Butil-4-
hidroksianisol BPFI; simpan dalam wadah tertutup
Identifikasi Serbukkan sejumlah tablet secukupnya, rapat; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
ekstraksi beberapa kali dengan aseton P. Uapkan
kumpulan ekstrak di atas tangas uap dengan aliran
- 340 -

Identifikasi Pada 5 mL larutan zat dalam etanol P Cs adalah kadar isomer dalam mg tiap mL isomer
72% (1 dalam 10.000) tambahkan 2 mL larutan dalam Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
natrium borat P (1 dalam 50) dan 1 mL larutan 2,6- perbandingan luas puncak tiap isomer dan baku
diklorokuinon-klorimida P dalam etanol mutlak P (1 internal dalam kromatogram Larutan baku dan
dalam 10.000): terjadi warna biru. Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg dengan
menambahkan jumlah kedua isomer.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,01%;
lakukan penetapan menggunakan 10 g. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik.
Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 BUTIL HIDROKSITOLUEN
bpj. Butyl Hydroxytoluene
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode V Memenuhi syarat. OH

Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. (H3C)3C C(CH3)3

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>. CH3

Larutan baku internal Timbang saksama 500 mg 4- 2,6-Di-tert-butil-p-kresol [128-37-0]


tert-butilfenol, larutkan dalam labu tentukur 100-mL, C15H24O BM 220,35
tambahkan aseton P sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama 3-tert-Butil-4-
Butil Hidroksitoluen mengandung tidak kurang dari
hidroksianisol BPFI, larutkan masing-masing dalam
99,0% C15H24O.
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang 9
mg 3-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI dan lebih
Pemerian Hablur padat, putih; bau khas lemah.
kurang 1 mg 2-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg,
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam
larutkan dalam labu tentukur 10-mL dengan Larutan
propilenglikol; mudah larut dalam etanol, dalam
baku internal, encerkan dengan Larutan baku internal
kloroform dan dalam eter.
sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Pada 10 mL larutan zat dalam metanol P
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
(1 dalam 100.000) tambahkan 10 mL air, 2 mL larutan
dengan detektor ionisasi nyala, kolom tahan karat 2
natrium nitrit P (3 dalam 1000) dan 5 mL larutan
mm x 1,8 m berisi bahan pengisi 10% fase cair G26
dianisidina dihidroklorida P (1 dalam 500), yang
pada partikel penyangga S1A. Pertahankan suhu
dibuat dengan melarutkan 200 mg dianisidina
kolom antara 175 - 185. Gunakan helium P kering
dihidroklorida P dalam campuran 40 mL metanol P
sebagai gas pembawa. Suntikkan beberapa kali
dan 60 mL asam hidroklorida 1 N: terjadi warna
Larutan baku dan rekam luas puncak seperti yang jingga merah dalam waktu 3 menit. Tambahkan 5 mL
tertera pada Prosedur; Simpangan baku relatif tidak kloroform P, kocok: lapisan kloroform menunjukkan
lebih dari 2% untuk 3-tert-Butil-4-hidroksianisol dan warna ungu atau warna magenta yang memudar bila
6% untuk isomer 2-tert-Butil-4-hidroksianisol;
terkena cahaya.
resolusi, R, kedua isomer tidak kurang dari 1,3 dan
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.
Suhu beku <1101> Tidak kurang dari 69,2; sesuai
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tidak kurang dari 99,0% C15H24O.
volume sama (lebih kurang 5 L) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Ukur luas puncak Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,002%;
tiap isomer dan baku internal dalam tiap kromatogram lakukan penetapan dengan cara berikut: Timbang
dan hitung jumlah dalam mg, tiap isomer butil
saksama lebih kurang 50 g zat, masukkan dalam krus
hidroksianisol, C11H16O2 yang digunakan dengan
yang telah ditara, pijarkan hingga mengarang dan
rumus:
dinginkan, basahi abu dengan 1 mL asam sulfat P dan
lanjutkan pemijaran hingga sempurna dengan
R  pemanasan pada suhu 800  25 selama 15 menit
10CS  U  sampai bobot tetap.
 RS 
Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj.
- 341 -

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 dapar fosfat pH 6,6 yang mengandung indikator
bpj. dengan perbandingan sama. Lakukan penetapan
blangko.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik. Tiap mL natrium hidroksida 1 N
setara dengan 194,2 mg C11H14O3

BUTILPARABEN Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


Butylparaben baik.

DAKTINOMISIN
HO COOCH2(CH2)2CH3 Dactinomycin

Butil-p-hidroksibenzoat [94-26-8]
C11H14O3 BM 194,23

Butilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0%


dan tidak lebih dari 100,5% C11H14O3, dihitung
terhadap zat kering.

Pemerian Hablur halus tidak berwarna atau serbuk


putih.

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam


gliserin; mudah larut dalam aseton, dalam etanol,
dalam eter dan dalam propilen glikol. Aktinomisin D [50-76-0]
C62H86N12O16 BM 1255,42
Baku pembanding Butilparaben BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Daktinomisin mengandung tidak kurang dari 950 µg
terlindung cahaya. dan tidak lebih dari 1030 µg C62H86N12O16, per mg,
dihitung terhadap zat kering. [Perhatian Penanganan
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang harus hati-hati untuk mencegah terhirupnya partikel
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan Daktinomisin dan kontak dengan kulit].
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Butilparaben BPFI. Pemerian Serbuk hablur, merah terang; agak
higroskopis; dapat dipengaruhi oleh cahaya dan panas.
Keasaman Panaskan 750 mg zat dalam 15 mL air
pada suhu 80 selama 1 menit, dinginkan dan saring: Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam air
filtrat bereaksi netral atau asam terhadap lakmus P. pada suhu 10º dan sukar larut dalam air pada suhu 37º;
Pada 10 mL filtrat, tambahkan 0,20 mL natrium sangat sukar larut dalam eter.
hidroksida 0,1 N dan 2 tetes merah metil LP: larutan
berwarna kuning. Baku pembanding Daktinomisin BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
Jarak lebur <1021> Antara 68 dan 72. lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; rapat, terlindung cahaya, di tempat sejuk. Endotoksin
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam. BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
dan isi harus hati-hati untuk menghindari
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
zat masukkan ke dalam labu, tambahkan 40,0 mL pembeku.
natrium hidroksida 1 N LV dan bilas dinding labu,
tambahkan 5 tetes biru bromotimol LP. Titrasi Identifikasi
kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 1 N A. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
LV sampai pH 6,6 dengan membandingkan warna 40.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum
- 342 -

dan minimum pada panjang gelombang yang sama 𝑟𝑈 𝐶


seperti pada Daktinomisin BPFI; serapan maksimum ( ) ( ) 25
𝑟𝑆 𝑊
pada panjang gelombang lebih kurang 445 nm tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 103,0% dari C adalah kadar Daktinomisin BPFI dalam µg per mL
Daktinomisin BPFI dihitung terhadap zat kering dan Larutan baku; W adalah bobot dalam mg daktinomisin
potensi Baku pembanding. Perbandingan serapan pada yang digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah
240 nm dan pada 445 nm antara 1,30 dan 1,50. respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
diperoleh pada Penetapan kadar. rapat, terlindung cahaya dan panas yang berlebihan.
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
DAKTINOMISIN UNTUK INJEKSI
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 100 unit
Endotoksin BPFI per mg.
Dactinomycin for Injection

Daktinomisin untuk Injeksi adalah campuran steril


Rotasi jenis <1081> Antara -293º dan -329º, dihitung
dari daktinomisin dan manitol. Mengandung
terhadap zat kering; lakukan penetapan pada suhu 20º,
daktinomisin, C62H86N12O16, tidak kurang dari 90,0%
menggunakan larutan dalam metanol P yang
dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera
mengandung 1 mg zat per mL.
pada etiket. [Perhatian Cegah terhirupnya partikel
Daktinomisin dan kontak dengan kulit.]
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
Baku pembanding Daktinomisin BPFI; lakukan
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam.
pengeringan dalam hampa udara pada tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat, terlindung cahaya pada lemari pembeku.
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan Larutan uji
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
dan Larutan baku yang dibuat segar, terlindung dari
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
cahaya].
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-natrium
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
asetat 0,04 M-asam asetat 0,07 M (46:25:25), saring
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
melalui penyaring membran dengan porositas 1 µm,
dalam lemari pembeku.
atau yang lebih kecil dan awaudarakan. [Catatan
Kadar asetonitril dapat beragam untuk memenuhi
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan
persyaratan kesesuaian sistem dan untuk
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
mendapatkan waktu eluasi daunorubisin yang sesuai].
pada Injeksi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Daktinomisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Identifikasi
Fase gerak secara kuantitatif hingga kadar lebih
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat lebih
kurang 1200 µg per mL.
kurang 25 µg per mL dalam metanol P menunjukkan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg
maksimum dan minimum pada panjang gelombang
zat larutkan dalam Fase gerak hingga 25,0 mL.
yang sama seperti pada larutan baku pembanding
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Daktinomisin BPFI dengan kadar yang sama.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Perbandingan serapan pada 240 nm dan serapan 445
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
nm adalah antara 1,30 dan 1,50.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
1,0 mL per menit. Lakukan 3 kali penyuntikan ulang
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
diperoleh pada Penetapan kadar.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif tidak lebih dari 1,0%.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 100 unit
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Endotoksin FI per mg daktinomisin.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu
seperti tertera pada Penyaringan Membran dalam Uji
retensi daktinomisin lebih kurang 25 menit. Hitung
Sterilitas Sediaan menggunakan sediaan uji yang
potensi dalam µg daktinomisin, C62H86N12O16, per mg
dibuat sebagai berikut: konstitusi secara aseptis
dengan rumus:
masing-masing wadah dengan menyuntikkan Air
untuk Injeksi melalui penutup. Sebelum disaring,
- 343 -

kumpulkan isi semua wadah secara aseptis dengan Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
penambahan 200 mL Cairan A. padatan steril tidak tembus cahaya seperti tertera pada
Injeksi.
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan terkonstitusi seperti tertera pada Penandaan Pada etiket tertera “lindungi dari cahaya”.
etiket.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%; DAPSON


lakukan pengeringan dalam hampa udara pada tekanan Dapsone
tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam.
O

H2N S NH2
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
O

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 4,4´-Sulfonildianilina [80-08-0]
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan Larutan C12H12N2O2S BM 248,30
baku dan Larutan uji yang dibuat segar, terlindung
dari cahaya.] Dapson mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Fase gerak Campuran asetonitril P - air (3:2), tidak lebih dari 102,0% C12H12N2O2S dihitung
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan terhadap zat kering.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Pemerian Serbuk hablur, putih atau putih krem; tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah berbau; rasa agak pahit.
Daktinomisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL. Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam
Larutan uji Tambahkan sejumlah volume Fase aseton dan dalam asam mineral encer; sangat sukar
gerak ke dalam satu wadah Daktinomisin untuk larut dalam air.
Injeksi hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL, jika
perlu saring untuk memperoleh larutan jernih. Baku pembanding Dapson BPFI; lakukan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
terlindung dari cahaya.
Laju alir lebih kurang 2,5 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 1200
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
lempeng teoritis; faktor ikutan puncak utama tidak
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
lebih dari 2 dan simpangan baku relatif pada
sama seperti pada Dapson BPFI.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Waktu
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
retensi daktinomisin lebih kurang 6 menit.
200.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
seperti pada Dapson BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Jarak lebur <1021> Antara 175 dan 181.
persentase daktinomisin, C62H86N12O16, dalam serbuk
untuk injeksi dengan rumus:
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,1%.

 rU  C S  Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan


    100 penetapan menggunakan campuran 100 mg zat dan
 rS  CU  100 mg magnesium oksida P.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Daktinomisin BPFI dalam µg per mL Larutan baku Kromatografi <931>.
dan CU adalah kadar zat dalam µg per mL Larutan uji Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P- n-
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. butilalkohol P-asam format P (60:15:15:10). [Catatan
Fase gerak di buat segar, jenuhkan bejana
kromatograf dengan fase gerak selama 30 menit
sebelum digunakan.]
- 344 -

Penjerap Campuran silika gel P untuk lapis tipis partikel 10 µm. Lakukan kromatografi terhadap
kinerja tinggi setebal 150 - 200 µm. Larutan baku seperti tertera pada Prosedur:
Penampak bercak Larutan 4-dimetil-amino simpangan baku relatif tidak lebih dari 2%.
sinamaldehida P 0,1% dalam campuran volume sama Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
asam asetat glasial P dan air. volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Dapson BPFI larutkan dalam metanol P hingga kadar kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
12,5 mg per mL. jumlah dalam mg dapson, C12H12N2O2S, dalam zat
Larutan baku B Encerkan sejumlah volume Larutan yang digunakan dengan rumus:
baku A dengan metanol P hingga kadar 125 µg per mL.
Larutan baku C Encerkan sejumlah volume Larutan
r 
baku B dengan metanol P hingga kadar 62,5 µg per 2C  U 
mL.  rS 
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dalam metanol P hingga kadar 12,5 mg per
C adalah kadar Dapson BPFI dalam µg per mL
mL.
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 4
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
μL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi. Keringkan dengan dialiri nitrogen P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
baik, tidak tembus cahaya.
berisi Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng biarkan kering
di udara. Semprot lempeng dengan Penampak bercak.
Amati bercak dengan segera dan bandingkan TABLET DAPSON
intensitas bercak lain selain bercak utama dari Larutan Dapsone Tablet
uji terhadap bercak utama dari Larutan baku: tidak ada
bercak lain selain bercak utama pada Larutan uji yang Tablet Dapson mengandung Dapson, C12H12N2O2S
lebih besar atau lebih intensif dari bercak utama tidak kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5%
Larutan baku C (0,5%) dan jumlah intensitas semua dari jumlah yang tertera pada etiket.
bercak lain selain bercak utama yang diperoleh dari
Larutan uji tidak lebih dari 1,0%. Baku pembanding Dapson BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> terlindung dari cahaya.
Metode V Memenuhi syarat.
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. Identifikasi
A. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara lebih kurang 100 mg dapson larutkan dalam 5 mL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada aseton P, kocok selama 5 menit, saring dan uapkan
Kromatografi <931>. filtrat hingga kering. Keringkan residu pada suhu 105
Fase gerak Masukkan masing-masing 100 mL selama 1 jam. Spektrum serapan inframerah residu
isopropil alkohol P, asetonitril P dan etil asetat P ke yang didispersikan dalam kalium bromida P
dalam labu tentukur 1000-mL. Tambahkan tanpa menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dicampur sejumlah heksana P sampai tanda, campur gelombang yang sama seperti pada Dapson BPFI .
dan biarkan dingin hingga suhu ruang. B. Triturat sejumlah serbuk halus tablet setara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dapson dengan lebih kurang 100 mg dapson dengan 50 mL
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih metanol P dan saring. Encerkan sejumlah filtrat
kurang 250 µg per mL. Pipet 5 mL larutan ke dalam dengan metanol P hingga diperoleh larutan 1 dalam
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak 200.000. Spektrum serapan ultraviolet larutan
sampai tanda. Kadar Larutan baku lebih kurang 25 µg menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
per mL. gelombang yang sama seperti pada Dapson BPF
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL. Disolusi <1231>
Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Media disolusi: 1000 mL larutan asam hidroklorida
tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur 50- P (2 dalam 100).
mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Alat tipe 1: 100 rpm.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Waktu: 60 menit.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H12N2O2S,
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm yang terlarut dengan mengukur serapan alikot yang
x 30 cm berisi bahan pengisi L3 dengan ukuran mengandung lebih kurang 0,2 mg dapson dan 5 mL
- 345 -

natrium hidroksida 1 N dan diencerkan dengan air


sampai 25,0 mL dan serapan larutan baku Dapson rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
BPFI yang diperlakukan sama pada panjang Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
gelombang serapan maksimum lebih kurang 290 nm. Dapson BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak adalah kadar dapson dalam µg per mL Larutan uji
kurang dari 75% (Q) C12H12N2O2S, dari jumlah yang berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. baik, tidak tembus cahaya.
Prosedur untuk keseragaman kandungan
Larutan Uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 2,0 mL air dan biarkan DAUNORUBISIN HIDROKLORIDA
selama 30 menit, goyang sesekali. Tambahkan lebih Daunorubicin Hydrochloride
kurang 70 mL metanol P dan sonikasi hingga
terdispersi sempurna, tambahkan metanol P sampai
tanda. Sentrifus sebagian larutan. Pipet sejumlah
volume beningan, encerkan dengan metanol P hingga
kadar lebih kurang 8 µg dapson per mL.
Larutan Baku Timbang saksama sejumlah Dapson
BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih
kurang 8 µg per mL.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 296 nm menggunakan sel 1-cm terhadap
blangko metanol P. Hitung persentase dapson,
C12H12N2O2S, dalam tablet dengan rumus: (1S,3S)-3-Asetil-1,2,3,4,6,11-heksahidro-3,5,12-
trihidroksi-10-metoksi-6,11-diokso -1-naftasenil
𝐴𝑈 𝐶𝑆 3-amino-2,3,6-trideoksi--L-likso-heksopiranosida
( ) ( ) 100 hidroklorida [23541-50-6]
𝐴𝑆 𝐶𝑈
C27H29NO10.HCl BM 563,98
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Dapson BPFI Daunorubisin Hidroklorida mempunyai potensi setara
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar dengan tidak kurang dari 842 µg dan tidak lebih dari
dapson dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan 1030 µg, C27H29NO10 per mg. [Perhatian Hati-hati
jumlah yang tertera pada etiket. jangan hirup partikel daunorubisin hidroklorida dan
hindari kontak dengan kulit].
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Pemerian Serbuk hablur, merah jingga; higroskopis.
Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku, Sistem kromatografi Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metanol;
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam sukar larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam
Dapson. kloroform; praktis tidak larut dalam aseton.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Baku pembanding Daunorubisin Hidroklorida
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg dapson BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan Untuk penggunaan kuantitatif, lakukan penetapan
150 mL metanol P, ultrasonik pada suhu 35 selama kadar air secara titrimetri pada waktu akan digunakan.
15 menit dengan sesekali dikocok. Dinginkan hingga Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
suhu ruang, tambahkan metanol P sampai tanda. cahaya, dalam lemari pembeku. Diamkan hingga suhu
Sentrifus sejumlah campuran hingga jernih. Pipet 5 ruang sebelum dibuka.
mL beningan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. Identifikasi
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kadar dalam Dapson. Hitung persentase dapson, didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
C12H12N2O2S, dalam tablet dengan rumus: maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Daunorubisin Hidroklorida BPFI.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
( ) ( ) 100 dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Penetapan kadar.
- 346 -

Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. DAUNORUBISIN HIDROKLORIDA


UNTUK INJEKSI
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5 lakukan penetapan Daunorubicin Hydrochloride for Injection
menggunakan larutan yang mengandung 5 mg per mL.
Daunorubisin Hidroklorida untuk Injeksi adalah
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. campuran steril dari daunorubisin hidroklorida dan
manitol. Mengandung daunorubisin, C27H29NO10 tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada jumlah yang tertera pada etiket.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (62:38), Baku pembanding Daunorubisin Hidroklorida
atur pH hingga 2,2 ± 0,2 dengan penambahan asam BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
fosfat P. Jumlah asetonitril dapat bervariasi untuk Untuk penggunaan kuantitatif, lakukan penetapan
memenuhi persyaratan kesesuaian sistem dan untuk kadar air secara titrimetri pada waktu akan digunakan.
mendapatkan waktu eluasi daunorubisin yang sesuai. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
Saring melalui penyaring membran dengan porositas cahaya, dalam lemari pembeku. Diamkan hingga suhu
1 µm atau lebih kecil dan awaudarakan. ruang sebelum dibuka. Endotoksin BPFI; [Catatan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
Daunourubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL. Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
Larutan resolusi Timbang sejumlah doksorubisin pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
hidroklorida larutkan dalam Larutan baku hingga vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
kadar lebih kurang 250 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan, larutan
zat masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan terkonstitusi yang dibuat dari Daunorubisin
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Hidroklorida untuk Injeksi memenuhi syarat Larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada terkonstitusi seperti tertera pada Injeksi.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap pada Penetapan kadar.
Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 4,3 unit
retensi relatif doksorubisin dan daunorubisin berturut- Endotoksin FI per mg daunorubisin.
turut lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara
puncak doksorubisin dan puncak daunorubisin tidak pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5; lakukan penetapan
kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap menggunakan larutan yang dikonstitusikan seperti
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons tertera pada etiket.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. Larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah uji dibuat seperti untuk bahan higroskopis.
volume sama (lebih kurang 5 μL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Injeksi dan Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah <1131>.
potensi dalam µg daunorubisin, C27H29NO10, tiap mg
zat dengan rumus: Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
𝑟𝑈 𝐶 Kromatografi <931>.
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝑊 Fase gerak, Larutan baku, Larutan resolusi, dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan Penetapan kadar dalam Daunorubisin Hidroklorida.
uji dan Larutan baku; C adalah kadar daunorubisin Larutan uji Pindahkan isi dari 1 vial injeksi
dalam µg per mL Larutan baku; W adalah bobot zat daunorubisin dengan bantuan Fase gerak ke dalam
dalam mg yang digunakan dalam Larutan uji. labu tentukur yang sesuai dan encerkan dengan Fase
gerak hingga kadar daunorubisin hidroklorida lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kurang 0,25 mg per mL.
rapat, terlindung cahaya dan panas berlebih. Prosedur Lakukan seperti Prosedur yang tertera
pada Penetapan kadar dalam Daunorubisin
- 347 -

Hidroklorida. Hitung jumlah dalam mg daunorubisin, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
C27H29NO10, dalam vial yang digunakan dengan rumus: Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
𝑟𝑈 𝐶𝑉
( )( ) Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
𝑟𝑆 1000
Endotoksin FI per mg deferoksamin mesilat, jika pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak etiket tertera deferoksamin mesilat steril atau harus
daunorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; C diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
adalah kadar Daunorubisin Hidroklorida BPFI dalam
µg per mL Larutan baku; V adalah volume dalam mL Sterilitas <71> Memenuhi syarat, jika pada etiket
Larutan uji. tertera deferoksamin mesilat steril.

Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0; lakukan penetapan
padatan steril seperti tertera pada Injeksi dan tidak menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
tembus cahaya.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%, lakukan


DEFEROKSAMIN MESILAT pemijaran menggunakan 2,0 g zat.
Deferoxamine Mesylate
Klorida dan Sulfat <361> Klorida, tidak lebih dari
0,012%. Lakukan penetapan menggunakan 1,2 g zat:
tidak lebih keruh dari 0,20 mL asam hidroklorida
0,020 N.

Klorida dan Sulfat <361> Sulfat, tidak lebih dari


0,04%. Lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat:
tidak lebih keruh dari 0,20 mL asam sulfat 0,020 N.
Garam monometanasulfonat dari Asam N-[15-[3-[(5-
Aminopentil)hidroksikarbamoil]propionamido]- Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
pentil]-3-[[5-(N-
hidroksiasetamido)pentil]karbamoil] Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
propionohidroksamat [138-14-7] Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C25H48N6O8.CH4O3S BM 656,79 Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer,
Deferoksamin Mesilat mengandung tidak kurang dari Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
93,0% dan tidak lebih dari 102,0%, tertera pada Penetapan kadar.
C25H48N6O8.CH4O3S, dihitung terhadap zat anhidrat. Larutan baku persediaan Gunakan Larutan baku
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Pemerian Serbuk; putih atau hampir putih. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam lebih kurang 0,01 mg per mL.
metanol. Sistem kromatografi Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Baku pembanding Deferoksamin Mesilat BPFI; respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lebih dari 5,0%.
lemari pendingin. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
dibuka dalam lemari pembeku. rumus:

Identifikasi  ri  C S 
A. Spektrum serapan inframerah zat yang     100
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan  rS  CU 
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Deferoksamin Mesilat BPFI.
- 348 -

ri adalah respons masing-masing cemaran dari Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan uji; rS adalah respons puncak utama dari kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan baku; CS adalah kadar Deferoksamin Mesilat pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
bobot yang ditimbang. Masing-masing cemaran dan volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tabel. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase deferoksamin mesilat, C25H48N6O8.CH4O3S,
Tabel dalam zat dengan rumus:

Cemaran Waktu retensi Batas


 rU  C S 
relatif
(%)
    100
 rS  CU 
Camaran A 0,85-0,87 3,0
Deferoksamin 1,0 - rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Cemaran lain - 1,0 dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Total cemaran Deferoksamin Mesilat BPFI dalam mg per mL
tereluasi sebelum - 5,0 Larutan baku; dan CU adalah kadar zat dalam mg per
deferoksamin mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Total cemaran
tereluasi setelah - 2,0
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
deferoksamin
rapat, pada suhu ruang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Penandaan Jika deferoksamin mesilat digunakan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
untuk pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus
Kromatografi <931>.
dinyatakan steril atau harus melalui proses pembuatan
Larutan A Buat larutan amonium fosfat dibasa P
sediaan injeksi.
1,32 mg per mL, atur pH hingga 3,0 dengan
penambahan asam fosfat P, saring dan awaudarakan.
Larutan B Campuran asetonitril P - Larutan A (1:1),
saring dan awaudarakan. DEFEROKSAMIN MESILAT UNTUK INJEKSI
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Deferoxamine Mesylate for Injection
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Deferoksamin Mesilat untuk Injeksi mengandung
Pengencer Campuran asetonitril P-air (3:47). deferoksamin mesilat, C25H48N6O8.CH4O3S, tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Deferoksamin Mesilat BPFI, larutkan dan encerkan jumlah yang tertera pada etiket.
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,0 mg
per mL. Baku pembanding Deferoksamin Mesilat BPFI;
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
lebih kurang 1,0 mg per mL. pendingin. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
berukuran 4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L1 isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
dengan ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
kolom pada 32, “autosampler” pada 5. Laju alir dibuka dalam lemari pembeku.
lebih kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf
diprogram sebagai berikut: Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan larutan
terkonstitusi yang disiapkan dari deferoksamin mesilat
Waktu Larutan A Larutan B untuk injeksi memenuhi syarat Larutan terkonstitusi
(menit) (%) (%) seperti tertera pada Injeksi.
0 88 12
Identifikasi Memenuhi uji Identifikasi seperti tertera
20 80 20
pada Deferoksamin Mesilat.
35 57,5 42,5
35,1 88 12
pH <1071> Antara 4,0 sampai 6,0 lakukan penetapan
40 88 12
menggunakan larutan (1 dalam 100).
- 349 -

Endotoksin bakteri <201> Tidak boleh lebih dari


0,33 unit Endotoksin FI per mg deferoksamin mesilat. Kelarutan Agak sukar larut dalam aseton, dalam
etanol, dalam dioksan dan dalam metanol; sukar larut
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,5%. dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter; praktis
tidak larut dalam air.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi dan Keseragaman sediaan <911>. Baku pembanding Deksametason BPFI; Simpan
dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar
Larutan besi(III) klorida dan Larutan baku Lakukan Identifikasi
seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Deferoksamin Mesilat. didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Larutan uji Konstitusikan isi 1 vial dengan air, dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
encerkan dengan air secara kuantitatif dan bertahap, sama seperti pada Deksametason BPFI. Jika
hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. menunjukkan perbedaan, secara terpisah larutkan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan sebagian zat uji dan baku pembanding dalam
kadar dalam Deferoksamin Mesilat. Hitung jumlah asetonitril P, uapkan masing-masing larutan hingga
dalam mg deferoksamin mesilat, C25H48N6O8.CH4O3S, kering dan residu diuji kembali.
dalam vial dengan rumus: B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
A  minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
CV  U  pada Deksametason BPFI daya serap masing-masing
 AS  dihitung terhadap zat kering pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 239 nm, berbeda
tidak lebih dari 3,0%.
C adalah kadar Deferoksamin Mesilat BPFI, dalam mg
per mL Larutan baku; V adalah volume air dalam mL
Rotasi jenis <1081> Antara +72º dan +80º, dihitung
yang digunakan dalam pembuatan Larutan uji; AU dan
terhadap zat kering; lakukan penetapan terhadap
AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
larutan yang mengandung 100 mg zat dalam 10 mL
Larutan baku.
dioksan P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan


DEKSAMETASON penetapan menggunakan 250 mg zat.
Dexamethasone
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak lebih
dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar format Larutkan 1,32 g amonium format P
dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,6 dengan
penambahan asam format P.
Fase gerak Buat campuran Dapar format-
asetonitril P (67:33), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna- seperti tertera pada Kromatografi <931>.
1,4-diena-3,20-dion [50-02-2] Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 180 mg
C22H29FO5 BM 392,47 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Larutkan dan encerkan dengan asetonitril P sampai
Deksametason mengandung tidak kurang dari 97,0% tanda. Pipet 33 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
dan tidak lebih dari 102,0% C22H29FO5 dihitung 100-mL, encerkan dengan Dapar format sampai tanda.
terhadap zat kering. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai praktis putih; dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
tidak berbau; stabil di udara. Melebur pada suhu lebih x 25 cm berisi bahan pengisi L11.. Laju alir lebih
kurang 250º disertai peruraian. kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
- 350 -

terhadap Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur Gel Deksametason mengandung deksametason,
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
kolom tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 L Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Baku pembanding Deksametason BPFI; Simpan
semua respons puncak. Hitung persentase masing- dalam wadah tertutup rapat.
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
𝑟𝑖 secara kromatografi lapis tipis <281>.
( ) 100 Fase gerak Campuran kloroform P – dietilamin P
𝑟𝑠
(2:1).
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS Larutan baku Timbang saksama sejumlah
adalah jumlah semua respons puncak. Deksametason BPFI, larutkan dan encerkan dengan
kloroform P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji Uapkan 25 mL Larutan uji seperti yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada tertera pada Penetapan kadar di atas tangas air sampai
Kromatografi <931>. kering, larutkan residu dalam 0,5 mL kloroform P.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (lebih Penampak bercak Larutan asam sulfat encer P (1
kurang 7:3), sedemikian hingga pada laju alir 2 mL per dalam 2).
menit, waktu retensi deksametason lebih kurang 7 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
menit. 10 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Deksametason BPFI, larutkan dalam metanol P kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 7,5 mg per mL. Encerkan merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi
sejumlah volume yang diukur saksama dengan Fase lempeng di atas titik penotolan. Angkat lempeng, tandai
gerak hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL. batas rambat, keringkan di udara dan amati di bawah
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg cahaya ultraviolet. Semprot hati-hati dengan
zat. Lakukan seperti tertera pada Larutan baku. Penampak bercak dan panaskan: harga Rf Larutan uji
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sesuai dengan Larutan baku.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi detektor ultraviolet 254 nm dan kolom 4 Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7, dengan
tekanan lebih kurang 1000 Psi. Atur parameter hingga Penetapan kadar
respon puncak Larutan baku 60% skala penuh, Fase gerak Encerkan 100 mL metilen klorida P
simpangan baku relatif pada lima kali penyuntikan dengan isooktan P hingga volume 1000 mL.
ulang tidak lebih dari 3,0%. Kolom kromatografi Masukkan sejumlah wol kaca
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing di batas penyempitan tabung kromatografi 1,5 cm x 30
sejumlah volume sama (antara 15 μL dan 30 μL) cm yang dilengkapi keran politef. Isi tabung dengan
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, Fase gerak hingga lebih kurang setengah tabung.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak Larutan Campurkan 8 g tanah silika untuk kromatografi P
baku dan Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg dengan 8 mL campuran metanol P - air (1:1).
deksametason, C22H29FO5, dalam zat yang digunakan Masukkan campuran sedikit demi sedikit ke dalam
dengan rumus: kolom, tambahkan Fase gerak setiap memasukkan
campuran untuk memadatkan kolom. Keluarkan Fase
𝑟𝑈 gerak hingga tersisa lebih kurang 1 cm di atas fase
( ) 100𝐶 diam. Buat kolom kromatografi kedua dengan cara
𝑟𝑆
yang sama untuk pengujian blangko.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Deksametason BPFI, masukkan ke dalam labu
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Deksametason BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
etanol P hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan lebih kurang 0,5 mg deksametason, masukkan
baik.
ke dalam gelas piala 100 mL, tambahkan 1 g tanah
silika untuk kromatografi P, campur. Pindahkan
campuran ke dalam kolom, bilas gelas piala dengan
GEL DEKSAMETASON sejumlah kecil volume Fase gerak, masukkan ke
Dexamethasone Gel dalam kolom. Atur laju alir lebih kurang 2 mL per
menit. Buang eluat, eluasi kolom sebanyak 4 kali
- 351 -

masing-masing dengan 25 mL Fase gerak, buang Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
eluat. Bilas gelas piala dua kali masing-masing dengan dengan lebih kurang 5 mg deksametason ke dalam
25 mL metilen klorida P, masukkan ke dalam kolom, corong pisah 50 mL, tambahkan 10 mL air, dan
kumpulkan eluat pada gelas piala yang sesuai. Eluasi ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 20 mL kloroform
kolom sebanyak 6 kali masing-masing dengan 25 mL P. Saring lapisan bawah melalui kapas yang telah
metilen klorida P, kumpulkan eluat, uapkan hati-hati dijenuhkan dengan kloroform P, ke dalam labu alas
dengan aliran udara sampai kering, larutkan residu bulat 50 mL dan uapkan hingga kering. Larutkan sisa
dalam etanol P, masukkan ke dalam labu tentukur 50- dalam 10 mL kloroform P.
mL, bilas gelas piala beberapa kali, masing-masing Larutan pengembang Campuran metilen klorida P-
dengan 5 mL etanol P, kumpulkan bilasan dalam metanol P (180 : 16).
wadah, encerkan dengan etanol P sampai tanda, Prosedur Amati bercak menggunakan larutan 1
campur. Sentrifius atau saring. bagian asam p-toluenasulfonat P dalam 5 bagian
Blangko kolom Buat blangko menggunakan tabung campuran etanol P-propilenglikol P (9:1) setelah
kedua, perlakukan seperti tertera pada Larutan uji pemanasan.
tanpa menggunakan zat. B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Prosedur Pipet masing-masing 10 mL Larutan uji, Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang
Larutan baku, Blangko kolom dan 10 mL etanol P diperoleh pada Penetapan kadar.
sebagai blangko. Lakukan penetapan seperti tertera
pada Prosedur dalam Penetapan kadar steroid <631>, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 21,0 unit
kecuali biarkan dalam gelap selama 45 menit. Hitung Endotoksin FI per mg.
jumlah dalam mg deksametason, C22H29FO5, dalam
gel yang digunakan dengan rumus: Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
 AU − ACB  Sterilitas dari produk yang diuji.
0 ,05C 
 A −A 

 S RB 
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5.
C adalah kadar Deksametason BPFI dalam µg per mL
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk
Larutan baku; AU, ACB, AS, ARB berturut-turut adalah
Injeksi volume kecil.
serapan Larutan uji; Blangko kolom; Larutan baku;
dan Blangko. Syarat lain Memenuhi persyaratan seperti tertera
pada Injeksi.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
dilipat, tertutup rapat, hindarkan dari panas lebih dari 30°.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
INJEKSI DEKSAMETASON Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (30:70),
Dexamethasone Injection saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Injeksi Deksametason adalah larutan steril pada Kromatografi <931>.
deksametason dalam Air untuk Injeksi. Mengandung Larutan kesesuaian sistem Buat larutan dalam
deksametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% Fase gerak mengandung lebih kurang 0,3 mg
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera Deksametason BPFI, 1,35 mg benzil alkohol, 0,27
pada etiket. mg metilparaben dan 0,03 mg propilparaben per
mL.
Baku pembanding Deksametason BPFI; lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam, sebelum Deksametason BPFI, larutkan dalam metanol P
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. hingga kadar lebih kurang 7,5 mg per mL. Masukkan
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, 4,0 mL ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk dengan Fase gerak sampai tanda hingga kadar 0,3 mg
menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, per mL.
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume larutan
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka injeksi setara dengan lebih kurang 30 mg
dalam lemari pembeku. deksametason. Masukkan ke dalam labu tentukur 100-
mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A. Lakukan penetapan Uji Identifikasi secara Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Kromatografi Lapis Tipis <281>. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
- 352 -

partikel 5 m, laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Disolusi <1231>
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Media disolusi: 500 mL larutan asam hidroklorida
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak P (1 dalam 100)
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif Alat tipe 1: 100 rpm
benzil alkohol, metilparaben, deksametason dan Waktu : 45 menit
propilparaben berturut-turut adalah lebih kurang 0,4; Larutan baku Siapkan seperti Larutan baku tertera
0,5; 1,0; dan 1,4. Resolusi, R, antara puncak benzil pada Penetapan Kadar Steroid <631> menggunakan
alkohol dan metilparaben; metilparaben dan Deksametason BPFI. Ekstraksi sejumlah alikot setara
deksametason; deksametason dan propilparaben tidak dengan 200 µg deksametason, tiga kali, tiap kali
kurang dari 3. Lakukan kromatografi terhadap menggunakan 15 mL kloroform P, kumpulkan ekstrak
Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera kloroform dan keringkan di atas tangas air, dinginkan,
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada larutkan sisa dalam 20 mL etanol P. Lakukan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Prosedur seperti tertera pada Penetapan kadar steroid
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah <631>, kecuali diamkan dalam gelap selama 45 menit.
volume sama (lebih kurang 20 L). Larutan baku dan Hitung bagian terlarut dalam mg, deksametason,
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam C22H29FO5 dengan rumus:
kromatogram dan ukur respons puncak deksametason.
Hitung jumlah dalam mg, deksametason, C22H29FO5, 𝐴𝑈 𝐶
( ) ( ) 10
dalam tiap mL injeksi yang digunakan dengan rumus : 𝐴𝑆 𝑉

𝑟𝑈 𝐶 AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji


( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝑉 dan Larutan baku; C adalah kadar Deksametason
Fosfat BPFI dalam µg per mL Larutan baku; V adalah
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan volume alikot yang diektraksi dengan kloroform
uji dan Larutan baku; C adalah kadar Deksametason dalam mL.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; V adalah Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
volume injeksi yang digunakan dalam mL. kurang dari 70% (Q) C22H29FO5, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tidak tembus cahaya. Prosedur untuk keseragaman kandungan.
Larutan baku Buat Larutan baku seperti tertera
pada Penetapan kadar steroid <631>, gunakan
TABLET DEKSAMETASON Deksametason BPFI.
Dexamethasone Tablets Larutan uji Masukkan 1 tablet dalam corong pisah
dengan 15 mL air, goyangkan hingga tablet hancur
Tablet Deksametason mengandung deksametason sempurna, ekstraksi empat kali, tiap kali
C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih menggunakan 10 mL kloroform P. Saring masing-
dari 110,0% jumlah yang tertera pada etiket. masing ekstrak kloroform melalui kapas yang telah
dibilas dengan kloroform P ke dalam labu tentukur 50-
Baku pembanding Deksametason BPFI; Simpan mL, tambahkan kloroform P sampai tanda. Pipet
dalam wadah tertutup rapat. sejumlah volume larutan, setara dengan lebih kurang
200 µg deksametason, ke dalam labu Erlemeyer 50 mL
Identifikasi Uapkan 10 mL ekstrak metanol dari bertutup kaca, uapkan kloroform di atas tangas uap
tablet yang diperoleh dari Larutan uji pada Penetapan hingga kering, dinginkan, larutkan sisa dalam 20,0 mL
kadar, di atas tangas uap hingga kering dan larutkan etanol P. Gunakan larutan ini sebagai Larutan uji.
residu dalam 1 mL kloroform P. Totolkan 10 μL Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
larutan ini dan 20 μL larutan Deksametason BPFI Prosedur dalam Penetapan kadar steroid <631>,
dalam kloroform P mengandung 500 µg per mL, pada kecuali biarkan dalam gelap selama 45 menit. Hitung
lempeng kromatografi silika gel P. Lakukan jumlah dalam mg steroid sebagai Deksametason,
kromatografi dalam Fase gerak A seperti tertera pada C22H29FO5, dalam tablet yang digunakan dengan
Penetapan Kadar Steroid Tunggal <641>. Angkat rumus:
lempeng, tandai batas rambat, keringkan di udara dan
amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf 𝐴𝑈 𝐶
( )( )
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai 𝐴𝑆 𝑉
dengan Larutan baku.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; C adalah V adalah volume dalam
- 353 -

mL alikot yang digunakan untuk penyiapan Larutan Pemerian Serbuk bening, putih sampai hampir putih;
uji. tidak berbau.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kelarutan Mudah larut dalam metanol, dalam aseton
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan dalam dioksan; praktis tidak larut dalam air.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (lebih Baku pembanding Deksametason Asetat BPFI;
kurang 1 dalam 3), hingga waktu retensi deksametason lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
antara 3 menit dan 6 menit. 105º selama 3 jam. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Deksametason BPFI, larutkan dalam larutan metanol Identifikasi
P (1 dalam 2) hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
dari 10 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
setara dengan lebih kurang 5 mg deksametason, sama seperti pada Deksametason Asetat BPFI yang
pindahkan ke dalam labu tentukur 50-mL dan tidak dikeringkan.
tambahkan 30 mL larutan metanol P (1 dalam 2). B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Sonikasi labu selama 2 menit. Kocok secara mekanik 70.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum
selama 30 menit, dan encerkan dengan pelarut yang dan minimum pada panjang gelombang yang sama
sama sampai tanda. Saring sebagian campuran melalui seperti pada Deksametason Asetat BPFI, daya serap
penyaring yang sesuai hingga diperoleh filtrat jernih. masing-masing dihitung terhadap zat kering pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
sejumlah volume sama (5 - 25 μL) Larutan uji dan 239 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Larutan baku ke dalam kromatograf cair kinerja tinggi
yang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Rotasi jenis <1081> Antara +82º dan +88º, dihitung
4,6 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Atur terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan
parameter sehingga respons puncak Larutan baku larutan yang mengandung 100 mg zat dalam 10 mL
lebih kurang 0,6 kali skala penuh, koefisien variasi dioksan P.
tidak lebih dari 3,0% pada lima kali penyuntikan
ulang. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak Susut pengeringan <1121> Bentuk hidrat antara
utama Larutan uji dan Larutan baku. Hitung jumlah 3,5% dan 4,5%, dan bentuk anhidrat tidak lebih dari
dalam mg deksametason, C22H29FO5, dalam tablet 0,4%; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada
yang digunakan rumus: suhu 105º selama 3 jam.

𝑅𝑈 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


( ) 50𝐶
𝑅𝑆
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
C adalah kadar Deksametason BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
puncak Larutan uji dan Larutan baku. lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
baik. <931>.
Dapar format Larutkan 1,32 g amonium format P
dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,6 dengan
DEKSAMETASON ASETAT penambahan asam format P.
Dexamethasone Acetate Fase gerak Buat campuran Dapar format-
asetonitril P (3:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu
9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna- lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
1,4-diena-3,20-dion 21-asetat monohidrat [55812-90- seperti tertera pada Kromatografi <931>.
3] Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
C24H31FO6.H2O BM 452,51 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Anhidrat [1177-87-3] BM 434,51 Larutkan dan encerkan dengan asetonitril P sampai
tanda. Pipet 40 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-
Deksametason Asetat mengandung satu molekul air mL, encerkan dengan Dapar format sampai tanda.
dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Mengandung tidak Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C24H31FO6.H2O dihitung terhadap zat kering. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir lebih
- 354 -

kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi


r 
terhadap Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur 250C  U 
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi  rS 
kolom tidak kurang dari 5400 lempeng teoritis.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 L Larutan uji
C adalah kadar Deksametason Asetat BPFI dalam mg
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
semua respons puncak. Hitung persentase masing-
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
r  baik dan pada suhu 25°, masih diperbolehkan pada
100 i  suhu antara 15° dan 30°.
 rS 
Penandaan Pada etiket dicantumkan hidrat atau
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS anhidrat.
adalah jumlah semua respons puncak.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara DEKSAMETASON NATRIUM FOSFAT


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Dexamethasone Sodium Phosphate
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P
(550:450), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Dapar pH 6,0 Buat campuran 3 mL natrium
hidroksida 1 N, 138 mL kalium klorida 0,5 N dan 50
mL kalium fosfat monobasa P 0,5 M, dalam labu
tentukur 1000-mL encerkan dengan air sampai tanda.
Pengencer Campuran asetonitril P-Dapar pH 6,0 Garam dinatrium 9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksi-
(1:1). 16-metilpregna-1,4-diena-3,20-dion 21-(dihidrogen
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg fosfat) [2392-39-4]
Deksametason Asetat BPFI, masukkan ke dalam labu C22H28FNa2O8P BM 516,40
tentukur 250-mL, tambahkan 100 mL Pengencer dan
sonikasi hingga larutan jernih. Encerkan dengan Deksametason Natrium Fosfat mengandung tidak
Pengencer sampai tanda. kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg C22H28FNa2O8P, dihitung terhadap zat anhidrat dan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, bebas pelarut.
tambahkan 100 mL Pengencer dan sonikasi hingga
larutan jernih. Encerkan dengan Pengencer sampai Pemerian Serbuk hablur, putih atau agak kuning;
tanda. tidak berbau atau bau lemah etanol; sangat
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada higroskopis.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x 30 Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 etanol; sangat sukar larut dalam dioksan; tidak larut
µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan dalam kloroform dan dalam eter.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Baku pembanding Deksametason BPFI; tidak boleh
pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng tertutup rapat. Deksametason Natrium Fosfat BPFI;
teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari
lebih dari 2,0%. pendingin. Higroskopis. Betametason Natrium Fosfat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah BPFI; Asetonitril Untuk Penetapan Etanol BPFI (2%
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan v/v); Etanol Untuk Penetapan Etanol BPFI (2% v/v).
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Identifikasi
jumlah dalam mg deksametason asetat, C24H31FO6, A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dalam zat yang digunakan dengan rumus: didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Deksametason Sodium Fosfat
- 355 -

BPFI.Jika spektrum menunjukkan perbedaan, larutkan relatif untuk etanol pada penyuntikan ulang tidak lebih
zat uji dan baku secara terpisah dengan sejumlah kecil dari 3,0%.
etanol, uapkan dalam tangas air hingga kering, dan Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih
ulangi pengujian. kurang 0,4 μL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
B. Sisa pemijaran menunjukkan reaksi Fosfat kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
seperti tertera pada Uji identifikasi umum <291>. puncak. Hitung persentase etanol dalam zat dengan
C. Sisa pemijaran menunjukkan reaksi Natrium rumus:
seperti tertera pada Uji identifikasi umum <291>.
 RU   CS 
Rotasi jenis <1081> Antara +74º sampai +82°,       100
dihitung terhadap zat anhidrat dan bebas pelarut.  RS   CU 
Lakukan penetapan menggunakan larutan 10
mg zat per mL. RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak etanol terhadap baku internal pada Larutan uji
pH <1071> Antara 7,5 dan 10,5. Lakukan penetapan dan Larutan baku; CS adalah kadar etanol dalam mg
menggunakan larutan 10 mg per mL. per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
deksametason natrium sulfat dalam mg per mL
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 10,0%. Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.

Etanol Kandungan C2H5OH tidak lebih dari 1,5%. Ion fosfat Tidak lebih dari 1,0% fosfat (PO4).
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas Larutan A Larutan amonium molibdat P 50 mg per
seperti tertera pada Kromatografi <931>. mL dalam asam sulfat 1 N.
Larutan baku internal Pipet 5 mL Asetonitril Untuk Larutan B Larutkan 350 mg p-metilaminofenol sulfat P
Penetapan Etanol BPFI, masukkan ke dalam labu dalam 50 mL air, tambahkan 20 g natrium bisulfit P,
tentukur 200-mL, encerkan dengan air sampai tanda. kocok sampai larut, encerkan dengan air hingga 100
Larutan mengandung asetonitril 0,4 mg per mL. mL.
Larutan baku persediaan Pipet 25 mL Etanol Untuk Larutan baku persediaan Buat larutan kalium fosfat
Penetapan Etanol BPFI, masukkan ke dalam labu monobasa P kering 1,4 mg per mL setara dengan 0,10
tentukur 2000-mL, encerkan dengan air sampai tanda. mg per mL ion fosfat (PO4).
Larutan mengandung etanol lebih kurang 0,20 mg per Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan,
mL. masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku persediaan tambahkan 10 mL air dan 5 mL asam sulfat 2 N.
dan 5,0 mL Larutan baku internal, masukkan ke Tambahkan masing-masing 1 mL Larutan A dan
dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan air Larutan B, encerkan dengan air sampai tanda.
sampai tanda. Diamkan pada suhu ruang selama 30 menit. Siapkan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 125 mg larutan ini bersamaan dengan Larutan uji.
zat, masukkan kedalam labu tentukur 25-mL, Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal, encerkan zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan
dengan air sampai tanda. Larutan mengandung dalam campuran 10 mL air dan 5 mL asam sulfat 2 N,
deksametason natrium fosfat lebih kurang 5,0 mg per jika perlu hangatkan. Tambahkan masing-masing 1
mL. mL Larutan A dan Larutan B, encerkan dengan air
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi sampai tanda dan diamkan pada suhu ruang selama 30
dengan detektor ionisasi nyala, kolom leburan silika menit.
0,53 mm x 30 m dilapisi 3,0 µm fase diam G43. Gas Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
pembawa adalah hidrogen P, dengan perbandingan uji dengan sel 1-cm pada panjang gelombang 730 nm,
split 2:1 dan kecepatan aliran gas lebih kurang 36 cm menggunakan air sebagai blangko: serapan Larutan
per detik. Pertahankan suhu injektor pada 210° dan uji tidak lebih besar dari Larutan baku .
suhu detektor 280°. Atur suhu kolom sebagai berikut:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Suhu Kenaikan Suhu Waktu suhu akhir Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
awal suhu akhir dipertahankan Kromatografi <931>.
(°) (°/menit) (menit) Dapar Buat larutan amonium asetat P dalam air
50 - 50 5 kadar 7,0 g per liter.
50 50 200 4
Larutan A Campur 300 mL Dapar dan 350 mL air,
atur pH hingga 3,8 dengan penambahan asam asetat 5
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam M, tambahkan 350 mL metanol P.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan B Atur pH 300 mL Dapar hingga 4,0
pada Prosedur:resolusi, R, antara etanol dan dengan penambahan asam asetat 5 M, tambahkan 700
asetonitril tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku mL metanol P.
- 356 -

Fase gerak Gunakan variasi campuranLarutan A Tabel


dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Waktu Faktor
Batas
sejumlah Deksametason Natrium Fosfat BPFI dan Nama retensi respons
(%)
Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan relatif relatif
encerkan dengan Larutan A hingga kadar masing- 16 (17) a-
homodeksametason 0,5 1,0 0,2
masing lebih kurang 0.02 mg per mL.
natrium fosfat
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
16 (17) a-
Deksametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan homobetametason 0,6 1,0 0,2
encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang natrium fosfat
1 µg per mL. 16 (17) a-17 R-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, homodeksametason 0,8 1,0 0,2
larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar natrium fosfat
lebih kurang 1 mg per mL. 13 (17) a-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi homodeksametason 0,92 1,0 0,2
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom natrium fosfat
berukuran 4,6 mm x 12,5 cm yang berisi bahan pengisi Betametason natrium
0,95 1,0 0,2
fosfat
L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Deksametason
kolom pada 30. Laju alir 1 mL per menit. natrium fosfat
1,00 - -
Kromatograf diprogram sebagai berikut : Deksametason etil
1,20 1,0 0,3
ester
Waktu Larutan A Larutan B Deksametason 1,37 1,2 0,5
(menit) (%) (%) Asam
0 90 10 fluoroandrostadin 1,41 1,0 0,3
3,5 90 10 karboksilat
23,5 60 40 Deksametason
34,5 5 95 2,10 1,0 0,1
natrium fosfat diester
50 5 95 Cemaran lain - 1,0 0,10
Total Cemaran - - 1,0
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
deksametason natrium fosfat dan betametason Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
natrium fosfat tidak kurang dari 2,0.Lakukan Kromatografi <931>.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Fase gerak Campur 520 mL air dengan 2 mL asam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera fosfat P. Atur suhu hingga 20,atur pH hingga 2,6
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dengan penambahan natrium hidroksida LP. Campur
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. larutan ini dengan 36 mL tetrahidrofuran P dan 364
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah metanol P. Saring dan awaudarakan. Saring dan
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan uji dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur semua menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
respons puncak. Hitung persentase masing-masing Kromatografi <931>.
cemaran dalam zat dengan rumus: Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama masing-masing lebih kurang 2 mg
 ri   CS  1 Deksametason Natrium Fosfat BPFI dan
         100 Deksametason BPFI, masukkan ke dalam labu
 rS   CU  F tentukur 100-mL, larutkan dengan 2 mL
tetrahidrofuran P, encerkan dengan Fase gerak
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari sampai tanda.
Larutan uji; rS adalah respons puncak deksametason Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
fosfat dari Larutan baku; CS adalah kadar kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Fase
Deksametason Natrium Fosfat BPFI dalam µg per mL gerak hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL.
Larutan baku; CU adalah kadar deksametason natrium Larutan baku Timbang saksama sejumlah
fosfat dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot Deksametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan
yang ditimbang; F adalah faktor respons relatif. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih kurang 0,06 mg per mL.
dari batas yang tertera pada Tabel. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,06 mg per mL.
- 357 -

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom dibuka dalam lemari pembeku.
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 7 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL Identifikasi
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan A. Lakukan penetapan seperti tertera pada
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan A Timbang lebih kurang 3,1 g asam borat
resolusi, R, antara puncak deksametason natrium P, masukkan ke dalam labu tentukur 1-L, larutkan
fosfat dan deksametason tidak kurang dari 6,0. dengan 500 mL air. Tambahkan 2,1 mL natrium
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam hidroksida 1 N dan 10 mL magnesium klorida 1 M,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera encerkan dengan air sampai tanda.
pada Prosedur:simpangan baku relatif tidak lebih dari Larutan B Encerkan sejumlah enzim basa fosfatase
2,0%. [Catatan Waktu retensi deksametason natrium P dalam Larutan A hingga kadar lebih kurang 1 mg
fosfat dan deksametason berturut-turut adalah 1,0 dan per mL.
2,0]. Penjerap Campuran Silika gel P setebal 0,25 mm
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (lempeng 20- x 20-cm).
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P-
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam air (50:50:1).
kromatogram 3 kali waktu retensi deksametason Penampak bercak Gunakan asam sulfat P encer (1
natrium fosfat dan ukur respons puncak utama. Hitung dalam 2).
persentase deksametason natrium fosfat, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
C22H28FNa2O8P, dalam zat yang digunakan dengan Deksametason BPFI, larutkan dalam metilen klorida
rumus: P hingga kadar 300 µg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, setara
 rU   CS  dengan 10 mg deksametason fosfat ke dalam labu
     100 tentukur 100-mL, tambahkan air sampai tanda. Pipet
 rS   CU  5 mL larutan ini ke dalam corong pisah125 mL, dan
bilas 2 kali masing-masing dengan 10 mL metilen
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama klorida P yang telah dijenuhkan dengan air, buang
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar larutan pembilas. Pindahkan larutan ke dalam tabung
Deksametason Natrium Fosfat BPFI dalam mg per reaksi bersumbat kaca 50-mL, dan tambahkan 5 mL
mL Larutan baku; CU adalah kadar deksametason Larutan B. Diamkan pada suhu 37º selama 45 menit
natrium fosfat dalam mg per mL Larutan uji dan ekstraksi dengan 25 mL metilen klorida P. Uapkan
berdasarkan bobot yang ditimbang. 15 mL ekstrak metilen klorida di atas tangas uap
hingga kering, dan larutkan residu dalam 1 mL metilen
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup klorida P.
baik. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
μL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi, biarkan kering. Masukkan lempeng ke
INJEKSI DEKSAMETASON NATRIUM FOSFAT dalam bejana kromatograf yang telah dijenuhkan
Dexamethasone Sodium Phosphate Injection dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
Injeksi Deksametason Natrium Fosfat adalah larutan rambat dan biarkan kering di udara. Semprot lempeng
steril deksametason natrium fosfat dalam Air untuk dengan Penampak bercak, panaskan pada suhu 105º
Injeksi. Mengandung deksametason fosfat C22H30FO8P hingga bercak berwarna cokelat atau hitam: Harga Rf
sebagai garam dinatrium, tidak kurang dari 90,0% dan bercak utama dari Larutan uji sesuai dengan harga Rf
tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada dari Larutan baku.
etiket. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Baku pembanding Deksametason BPFI; tidak boleh diperoleh pada Penetapan kadar.
dikeringakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Deksametason Natrium Fosfat BPFI; tidak boleh pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5.
dikeringkan, sangat higroskopis. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
pendingin. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat Injeksi.
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 31,3 unit
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan Endotoksin FI per mg deksametason fosfat.
- 358 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada (+)-2-[p-Bromo--[2-(dimetilamino)etil]benzil]
Kromatografi <931>. piridina maleat (1:1) [2391-03-9]
Fase gerak Buat larutan kalium fosfat monobasa C16H19BrN2.C4H4O4 BM 435,32
0,01 M dalam campuran metanol P-air (1:1). Saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Deksbromfeniramin Maleat mengandung tidak kurang
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
Kromatografi <931>. C16H19BrN2.C4H4O4 dihitung terhadap zat telah
Larutan baku [Catatan Buat larutan pada saat akan dikeringkan.
digunakan.] Timbang saksama sejumlah
Deksametason natrium fosfat BPFI, larutkan dalam Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,09 mg per mL. Mempunyai dua bentuk polimorf yang pertama
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi melebur antara 106º serta yang lain melebur antara
setara dengan lebih kurang 8 mg deksametason fosfat, 112º dan 113º. Campuran kedua bentuk tersebut dapat
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. Encerkan melebur antara 105º dan 113º.
dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom dan dalam kloroform.
4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 1,6 mL per menit. Lakukan kromatografi Baku pembanding Deksbromfeniramin Maleat
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 4
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
simpangan baku relatif tidak lebih dari 1,5%. [Catatan tertutup rapat, terlindung cahaya.
Waktu retensi puncak deksametason fosfat lebih
kurang 5 menit.] Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatograf maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase sama seperti pada Deksbromfeniramin Maleat BPFI.
deksametason fosfat, C22H30FO8P, dalam injeksi yang B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
digunakan dengan rumus: 30.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
𝑟𝑈 𝐶𝑆 472,44 seperti pada Deksbromfeniramin Maleat BPFI, daya
( )×( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 516,40 serap masing-masing dihitung terhadap zat kering
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan kurang 261 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Deksametason
Natrium Fosfat BPFI dalam µg per mL Larutan baku; pH <1071> Lebih kurang 5,0; lakukan penetapan
CU adalah kadar deksametason fosfat dalam µg per mL menggunakan larutan (1 dalam 100).
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket; 472,44 dan 516,40 berturut-turut adalah bobot Rotasi jenis <1081> Antara +35,0º dan +38,5º;
molekul deksametason fosfat dan deksametason dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan
natrium fosfat. menggunakan larutan yang mengandung 500 mg per
10 mL dimetilformamida P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca tipe I, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
terlindung cahaya. Simpan pada suhu ruang lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 4 jam.
terkendali.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

DEKSBROMFENIRAMIN MALEAT Cemaran organik Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan


Dexbrompheniramine Maleate penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat larutkan dalam 5 mL metilen klorida P.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dengan kolom kaca 4
mm x 1,2 m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3
- 359 -

pada partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu Kelarutan Mudah larut dalam air, larut dalam etanol
injektor, detektor dan kolom masing-masing pada dan kloroform, sukar larut dalam benzen dan dalam
250º, 250º dan 190º. Gunakan helium P sebagai gas eter.
pembawa dengan laju alir yang diatur hingga waktu
retensi puncak utama 6 menit hingga 7 menit. Rekam Baku pembanding Deksklorfeniramin Maleat BPFI;
kromatogram Larutan uji dan tetapkan luas puncak tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan dari tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dalam lemari
puncak deksbromfeniramin maleat tidak lebih dari 1,8. pendingin.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama lebih
kurang 1 μL Larutan uji ke dalam kromatograf. Buat Identifikasi
kromatogram selama tidak kurang dari dua kali waktu A. Spektrum serapan inframerah zat yang
retensi puncak deksbromfeniramin maleat dan hitung didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
luas puncak. Jumlah relatif luas dari seluruh puncak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
asing (kecuali puncak pelarut dan asam maleat jika sama seperti pada Deksklorfeniramin Maleat BPFI.
teramati) tidak lebih dari 2,0 %. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
25.000) menunjukkan maksimum hanya pada panjang
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> gelombang yang sama seperti pada Deksklorfeniramin
Metode I Memenuhi syarat; lakukan penetapan Maleat BPFI.
menggunakan Larutan uji dengan kadar 20 mg per mL
dan Larutan baku dengan kadar dua kali yang pH <1071> Antara 4,0 sampai 5,0; lakukan penetapan
dinyatakan. menggunakan larutan (1 dalam 100).

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 Jarak lebur <1021> Metode I Antara 110º dan 115º.
mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P,
tambahkan 1 tetes kristal violet LP dan titrasi dengan Rotasi jenis <1081> Antara +39,5º dan 43,0º, lakukan
asam perklorat 0,1 N LV hingga warna hijau. Lakukan penetapan menggunakan larutan yang mengandung 50
penetapan blangko. mg per mL dalam dimetilformamida P.

Tiap mL asam perklorat 0,1 N Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
setara dengan 21,77 mg C16H19BrN2.C4H4O4 lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 4 jam.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
rapat, tidak tembus cahaya.
Cemaran organik Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti yang
DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT tertera pada Kromatografi <931>.
Dexchlorpheniramine Maleate Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat larutkan dalam 5 mL metilen klorida P.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas
dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dengan
kolom kaca 4 mm × 1,2 m berisi bahan pengisi 3% fase
diam G3 pada partikel penyangga S1AB. Pertahankan
suhu injektor, detektor dan kolom masing-masing
pada 250º, 250º dan 190º. Gunakan helium P sebagai
(+)-2-[p-Kloro--[2- gas pembawa dengan laju alir diatur hingga waktu
(dimetilamino)etil]benzil]piridina maleat (1:1) retensi puncak utama 4 menit hingga 5 menit. Lakukan
[2438-32-6] kromatografi terhadap Larutan uji dan rekam
C16H19ClN2.C4H4O4 BM 390,86 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,8.
Deksklorfeniramin Maleat mengandung tidak kurang Prosedur Suntikkan lebih kurang 1 μL Larutan uji
dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram selama
C16H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat telah tidak kurang dari dua kali waktu retensi puncak
dikeringkan pada suhu 65º selama 4 jam. deksklorfeniramin maleat, ukur semua respons
puncak. Jumlah relatif seluruh respons puncak asing
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau. (kecuali respons puncak pelarut dan asam maleat jika
teramati) tidak lebih dari 2,0%.
- 360 -

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 ekstrak asam ke dalam labu tentukur 100-mL dan
mg zat kering, larutkan dalam 50 mL asam asetat encerkan dengan larutan asam hidroklorida P encer (1
glasial P, tambahkan 1 tetes indikator kristal violet LP dalam 20) sampai tanda. Saring, buang beberapa mL
dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga filtrat pertama, selanjutnya masukkan filtrat ke dalam
berwarna hijau. Lakukan penetapan blangko. Erlenmeyer bertutup. Kadar deksklorfeniramin maleat
dalam Larutan baku lebih kurang 40 µg per mL.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N Larutan uji Masukkan sejumlah volume larutan oral,
setara dengan 19,54 mg C16H19ClN2.C4H4O4 setara dengan lebih kurang 40 mg deksklorfeniramin
maleat, masukkan ke dalam corong pisah 250-mL,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup menggunakan pipet yang sudah dikalibrasi. Bilas pipet
rapat, tidak tembus cahaya, simpan dalam lemari menggunakan sedikit air, masukkan bilasan ke dalam
pendingin. corong pisah, atur pH hingga pH 11 dengan
penambahan larutan natrium hidroksida 1 N, dinginkan.
Ekstraksi lima kali, tiap kali dengan 70 mL heksana P,
LARUTAN ORAL campur ekstrak heksana dalam corong pisah 500-mL
DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT dan bilas larutan heksana dengan dua kali 10-mL
Dexchlorpheniramine Maleat Oral Solution larutan natrium hidroksida (1 dalam 250). Ekstraksi
campuran bilasan basa dengan dua kali 20 mL heksana
Larutan Oral Deksklorfeniramin Maleat mengandung P, dan tambahkan ekstrak ini ke dalam larutan basa
deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak hasil bilasan heksana. Saring larutan heksana melalui
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari kapas yang telah dijenuhkan dengan heksana P,
jumlah yang tertera pada etiket. masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, bilas
corong pisah dengan sejumlah heksana P, lewatkan
Baku pembanding Deksklorfeniramin Maleat BPFI, bilasan melalui saringan untuk mencukupkan volume,
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup kocok. Pipet 50 mL larutan masukkan ke dalam
rapat, terlindung cahaya dalam lemari pendingin. corong pisah (Simpan sisa ekstraksi untuk uji
Identifikasi A), dan lakukan sesuai yang tertera pada
Identifikasi Larutan baku mulai dari “Ekstraksi larutan heksana”.
A. Uapkan sejumlah ekstrak heksana yang Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
diperoleh dari Larutan uji pada Penetapan kadar di uji pada panjang gelombang 264 nm, mengunakan
atas tangas uap hingga volumenya sedikit, pindahkan larutan asam hidroklorida P encer (1 dalam 20)
ke dalam wadah yang sesuai, dan uapkan hingga uap sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg,
heksana tidak dapat diuapkan lagi. Pindahkan residu deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, dalam
ke dalam labu bertutup dengan empat kali tiap mL larutan oral yang digunakan dengan rumus:
penambahan 3 mL dimetilformamida P, encerkan
dengan dimetilformamida P hingga 15 mL. Rotasi  C  AU 

jenis <1081> Antara +0,06º dan +0,11º (berbeda  
dengan klorfeniramin maleat). Lakukan penetapan  V  AS 
menggunakan tabung 100-mm, setelah dikoreksi
terhadap blangko. C adalah kadar Deksklorfeniramin Maleat BPFI dalam
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji µg per mL Larutan baku; V adalah volume larutan oral
menunjukkan maksimum dan minimum panjang yang digunakan dalam mL; AU dan AS adalah serapan
gelombang yang sesuai dengan Larutan baku seperti Larutan uji dan Larutan baku.
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Etanol <1041> Antara 5,0% dan 7,0%. kedap udara, terlindung cahaya.

Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg TABLET DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT
Deksklorfeniramin Maleat BPFI, masukkan ke dalam Dexchlorpheniramine Maleate Tablet
labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan
air sampai tanda. Pipet 10 mL larutan dan masukkan Tablet Deksklorfeniramin Maleat mengandung
ke dalam corong pisah, atur pH hingga 11 dengan deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak
penambahan larutan natrium hidroksida 1 N, kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
dinginkan. Ekstraksi dua kali masing-masing dengan jumlah yang tertera pada etiket.
50 mL heksana P, tiap kali selama 2 menit, campurkan
ekstrak dalam corong pisah lainnya. Ekstraksi larutan Baku pembanding Deksklorfeniramin maleat BPFI;
heksana dua kali masing-masing dengan 40 mL larutan tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
asam hidroklorida P encer (1 dalam 20), campurkan
- 361 -

tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
pendingin. dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 1,8
m berisi bahan pengisi 1,2% fase G16 dan 0,5%
Identifikasi kalium hidroksida pada penyangga S1AB. Gas
A. Memenuhi syarat uji Identifikasi Basa Nitrogen pembawa helium dipertahankan pada laju alir lebih
Organik <261>. kurang 60 mL per menit. Suhu kolom, injektor dan
B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 detektor dipertahankan berturut-turut pada suhu 205º,
mg deksklorfeniramin maleat dengan 100 mL asam 250º dan 250º. Lakukan kromatografi terhadap
asetat 1 N selama 10 menit, saring melalui penyaring Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
kaca masir ke dalam labu yang sesuai. Atur pH filtrat puncak seperti pada Prosedur: waktu retensi relatif
hingga 11 dengan penambahan natrium hidroksida P deksklorfeniramin dan deksbromfeniramin berturut-
(1 dalam 10) dan ekstraksi larutan enam kali, tiap kali turut adalah lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R,
dengan 100 mL heksan P, saring setiap ekstrak heksan antara deksklorfeniramin dan deksbromfeniramin
menggunakan penyaring yang sesuai untuk tidak kurang dari 1,9 dan simpangan baku relatif pada
memberikan hasil pemisahan heksan dari fase air penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dengan baik. Pekatkan kumpulan ekstrak di atas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tangas uap, masukkan ke dalam wadah yang sesuai, volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan
dan uapkan hingga hampir kering. Masukkan residu Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
berminyak dengan penambahan empat kali, tiap kali dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
dengan 3 mL dimetilformamida P, ke dalam gelas ukur deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, yang
bersumbat kaca dan encerkan dengan terlarut dengan menggunakan perbandingan respons
dimetilformamida P hingga 15,0 mL.Campur dan jika puncak.
perlu sentrifus: rotasi optik menggunakan tabung 100- Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
mm dan dikoreksi melalui penetapan blangko larutan kurang dari 75% (Q) deksklorfeniramin maleat,
adalah antara +0,24º dan +0,35º (berbeda dari C16H19ClN2.C4H4O4, dari jumlah yang tertera pada
Klorfeniramin maleat). etiket.

Disolusi <1231> Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat.


Media disolusi: 500 mL air
Alat tipe 2: 50 rpm Penetapan kadar
Waktu: 45 menit Pengencer Asam hidroklorida encer P (1 dalam
Lakukan penetapan jumlah deksklorfeniramin maleat, 120).
C16H19ClN2.C4H4O4 yang terlarut dengan cara Larutan baku persediaan Timbang saksama
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi sejumlah Deksklorfeniramin maleat BPFI, larutkan
<931>. dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,4
Larutan A Larutan natrium hidroksida P (1 dalam mg per mL.
2). Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku persediaan
Larutan baku internal Timbang sejumlah ke dalam corong pisah. Atur pH hingga 11 dengan
deksbromfeniramin maleat, larutkan dan encerkan penambahan natrium hidroksida 1 N dan dinginkan.
dengan air hingga kadar lebih kurang 90 µg per mL. Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 50 mL heksan P.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Kocok masing-masing bagian selama 2 menit sebelum
sejumlah Deksklorfeniramin Maleat BPFI, larutkan dan fase dipisahkan, dan campurkan ekstrak heksan dalam
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap corong pisah kedua. Ekstraksi ekstrak heksan dua kali,
dengan air hingga kadar lebih kurang 12,5 µg per mL. tiap kali dengan 40 mL Pengencer, masukkan ekstrak
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan Pengencer ke dalam labu tentukur 100-mL,
ke dalam tabung sentrifuga 50 mL, tambahkan 10,0 tambahkan Pengencer sampai tanda. Saring larutan ke
mL air dan 1,0 mL Larutan baku internal, campur. dalam labu Erlemeyer bersumbat kaca. Buang
Atur pH hingga 11 ± 0,1 dengan penambahan Larutan beberapa mL filtrat pertama. Larutan ini mengandung
A, tambahkan 3,0 mL heksan P untuk kromatografi deksklorfeniramin maleat 40 µg per mL.
dan kocok menggunakan alat mekanik selama 3 menit, Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
sentrifus dan gunakan beningan lapisan heksan. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan uji Pipet 15 mL alikot ke dalam tabung halus tablet setara dengan lebih kurang 8 mg
sentrifuga 50 mL, tambahkan 1,0 mL Larutan baku deksklorfeniramin maleat, masukkan ke dalam corong
internal, campur. Atur pH hingga 11 ± 0,1 dengan pisah 250-mL. Campur dengan 50 mL air selama 10
penambahan Larutan A tambahkan 3,0 mL heksan P menit. Atur pH hingga 11 dengan penambahan larutan
untuk kromatografi dan kocok menggunakan alat natrium hidroksida P (1 dalam 10) dan dinginkan
mekanik selama 3 menit, sentrifus dan gunakan hingga suhu ruang. Ekstraksi campuran dua kali, tiap
beningan lapisan heksan. kali dengan 75 mL heksan P, campurkan ekstrak
tersebut ke dalam corong pisah kedua. Ekstraksi
- 362 -

ekstrak heksan tiga kali, tiap kali dengan 50 mL bilangan gelombang yang sama seperti pada
Pengencer, masukkan ekstrak pengencer ke dalam Dekspantenol BPFI.
labu tentukur 200-mL. Tambahkan Pengencer sampai B. Pada 1 mL larutan zat (1 dalam 10) tambahkan
tanda. Larutan ini mengandung deksklorfeniramin 5 mL natrium hidroksida 1 N dan 1 tetes tembaga(II)
maleat 40 µg per mL. sulfat LP, kocok kuat: terjadi warna biru tua.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan C. Pada 1 mL larutan zat (1 dalam 100) tambahkan
uji pada panjang gelombang serapan maksimum 264 1 mL asam hidroklorida 1 N, panaskan di atas tangas
nm menggunakan sel 1-cm. Gunakan Pengencer uap selama 30 menit. Dinginkan, tambahkan 100 mg
sebagai blangko. Hitung persentase, hidroksilamina hidroklorida P, kocok, tambahkan 5
deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, dalam mL natrium hidroksida 1 N. Biarkan selama 5 menit,
zat dengan rumus: atur pH antara 2,5 dan 3,0 dengan penambahan asam
hidroklorida 1 N, tambahkan 1 tetes besi(III) klorida
 AU   CS  LP: terjadi warna merah keunguan.
      100
 AS   CU  Rotasi jenis <1081> Antara +29,0º dan +31,5,
lakukan penetapan menggunakan larutan yang
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan mengandung 50 mg per mL.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Deksklorfeniramin Maleat BPFI dalam µg per mL Indeks bias <1001> Antara 1,495 dan 1,502; lakukan
Larutan baku; CU adalah kadar deksklorfeniramin penetapan pada suhu 20º.
maleat dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
rapat, pada suhu ruang terkendali.
Aminopropanol Tidak lebih dari 1,0%. Timbang
saksama lebih kurang 5 g zat, larutkan dalam 10 mL
DEKSPANTENOL air. Tambahkan indikator biru bromotimol LP, titrasi
Dexpanthenol dengan asam sulfat 0,1 N LV hingga berwarna kuning.
Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase
aminopropanol dalam zat dengan rumus:

 (VS − VB )N  F 
 100
D-(+)-2,4-Dihidroksi-N-(3-hidroksipropil)-3,3-  W 
dimetilbutiramida [81-13-0]
C9H19NO4 BM 205,25 VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan
untuk titrasi zat; VB adalah volume titran dalam mL
Dekspantenol mengandung tidak kurang dari 98,0% yang digunakan untuk titrasi blangko; N adalah
dan tidak lebih dari 102,0% C9H19NO4 dihitung normalitas titran dalam mEq per mL; F adalah faktor
terhadap zat anhidrat. ekivalensi (75,11 mg per mEq) dan W adalah bobot zat
dalam mg.
Pemerian Cairan kental, jernih, agak higroskopis;
sedikit berbau khas. Jika dibiarkan terjadi kristalisasi. Penetapan kadar
Kalium biftalat 0,1 M Larutkan 20,42 g kalium
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, biftalat P dalam asam asetat glasial P di dalam labu
dalam metanol dan dalam propilen glikol; larut dalam tentukur 1000-mL. Jika perlu hangatkan campuran di
kloroform dan dalam eter; sukar larut dalam gliserin. atas tangas uap hingga larut. Hindarkan penyerapan
udara lembap. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan
Baku pembanding Dekspantenol BPFI; tidak boleh dengan asam asetat glasial P sampai tanda.
dikeringkan, untuk penggunaan kuantitatif lakukan Prosedur Timbang saksama lebih kurang 400 mg
penetapan kadar air secara titrimetri. Simpan dalam zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 mL,
wadah tertutup rapat, terlindung dari kelembapan dan tambahkan 50,0 mL asam perklorat 0,1 N LV dan
dalam lemari pendingin. refluks selama 5 jam. Dinginkan, hindarkan
penyerapan udara lembap, bilas pendingin dengan
Identifikasi asam asetat glasial P kumpulkan bilasan ke dalam
A. Spektrum serapan inframerah zat yang labu Erlenmeyer. Tambahkan 5 tetes indikator kristal
didispersikan pada kalium bromida P atau natrium violet LP dan titrasi dengan Kalium biftalat 0,1 M
klorida P menunjukkan maksimum hanya pada hingga berwarna hijau biru. Lakukan penetapan
- 363 -

blangko yang diperlakukan sama seperti sampel. Identifikasi


Hitung persentase dekspantenol, C9H19NO4 dalam zat A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dengan rumus: didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
 (VB − VS )M  F  sama seperti Dekstran 40 BPFI.
 100 B. Larutkan zat dalam air untuk membuat empat
 W  larutan uji dengan kadar yang akurat dan terdistribusi
merata dalam kisaran 2%-0,5%. Gunakan viskosimeter
VB adalah volume titran dalam mL yang digunakan pipa kapiler dengan dimensi sedemikian rupa sehingga
untuk titrasi blangko; VS adalah volume titran dalam waktu alir air tidak kurang dari 100 detik; ukur waktu
mL yang digunakan untuk titrasi zat; M adalah alir air dan larutan uji pada suhu 20°. Hitung angka
molaritas titran dalam mM per mL; F adalah faktor viskositas masing-masing larutan uji dengan rumus:
ekivalensi (205,3 mg per mM) dan W adalah bobot zat
dalam mg. 
   t  

ln (RD )
t 
 
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 
   o  

rapat. C

RD adalah perbandingan kerapatan masing-masing


DEKSTRAN 40 larutan uji dibandingkan dengan air; t dan t0 berturut-
Dextran 40 turut adalah waktu alir larutan uji dan air; dan C adalah
kadar dekstran 40 dalam g per mL larutan uji. Buat
Dekstran [9004-54-0] kurva antara viskositas masing-masing larutan uji dan
kadarnya, buat garis lurus melalui titik-titik tersebut
Dekstran 40 adalah hasil hidrolisis terkendali dan dan ekstrapolasikan ke kadar nol; nilai intersep antara
fraksinasi dari polisakarida yang diperoleh dari hasil 18 sampai 23 mL per gram.
fermentasi strain tertentu Leuconostoc mesenteroides
(NRRL; B.512F; NCTC 10817) dalam substrat Warna larutan Ukur serapan larutan 1 dalam 10
sukrosa; merupakan polimer glukosa yang pengikatan menggunakan sel 4-cm pada panjang gelombang 375
antara unit-unit glukosa hampir semua -1: 6 jenis. nm dengan air sebagai blangko. Serapan larutan tidak
Bobot molekul rata-rata antara 35.000 - 45.000. lebih dari 0,20.

Pemerian Serbuk amorf, warna putih; tidak berbau Rotasi jenis <1081> Antara +195,0º dan +203,0º;
dan tidak berasa; higroskopis. lakukan penetapan menggunakan larutan 20 mg per
mL; bila perlu larutkan di atas tangas air.
Kelarutan Mudah larut dalam air panas; larut secara
bertahap dalam air; praktis tidak larut dalam etanol Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,0 unit
dan dalam eter. Endotoksin FI per mL injeksi dalam natrium klorida
10%. (Bila pada etiket tertera digunakan untuk sediaan
Baku pembanding Dekstran 40 BPFI, Dekstran 4 injeksi).
kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan
dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. Keamanan Siapkan larutan steril 10% dari Larutan
Dekstran 10 kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, Dekstran 40 10% dalam salin LP. Suntikkan secara
simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. intravena 1,0 mL larutan steril pada 5 ekor mencit
Dekstran 40 kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, dengan kisaran bobot badan 18 sampai 20 g. Lamanya
simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. penyuntikan tidak kurang dari 10 detik dan tidak lebih
Dekstran 70 kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, dari 15 detik. Memenuhi syarat apabila tidak ada
simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. kematian dalam 72 jam. Jika satu atau lebih mencit mati,
Dekstran 250 kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, lanjutkan pengujian dengan menggunakan 10 ekor
simpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. mencit dengan bobot badan 20  0,5 g. Memenuhi
Penanda Dekstran V0 BPFI; Dekstran 40 kesesuaian syarat apabila tidak ada kematian dalam 72 jam.
sistem BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; menggunakan larutan
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua 1,0 g dalam 10 mL air.
isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
yang belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 5 jam.
- 364 -

Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,03%; lakukan rusak setelah beberapa kali penyuntikan Larutan baku
penetapan menggunakan 1,5 g zat, bandingkan dan Larutan uji Perhatikan septum sebelum
kekeruhan dengan 0,45 mL asam sulfat 0,020 N. melakukan satu seri penyuntikan].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 5 bpj. volume sama (lebih kurang 1 L) Larutan uji, Larutan
baku, larutan n-propilalkohol P 0,05 % (b/v) dan air;
Nitrogen (Bila pada etiket tertera digunakan untuk rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
sediaan injeksi) Tidak lebih dari 0,010%; dihitung Setelah koreksi cemaran dalam larutan n-
sebagai N. propilalkohol dan air, respons puncak semua cemaran
Larutan sulfat Tambahkan 5 g tembaga(II) sulfat dalam Larutan uji tidak lebih besar dari respons
anhidrat P dan 500 g kalium sulfat P ke dalam 1000 puncak Larutan n-propilalkohol.
mL asam sulfat P; larutkan dengan pemanasan;
simpan pada suhu 60°. [Catatan Jika penyimpanan Cemaran antigenik (Jika pada etiket dicantumkan
pada suhu 60° tidak memungkinkan, buat Larutan penggunaan untuk sediaan injeksi)
sulfat sesuai kebutuhan pada hari pengujian]. Siapkan larutan steril yang mengandung 100 mg per
Indikator Encerkan 20 mL larutan hijau mL zat dalam Injeksi natrium klorida. Dalam interval
bromokresol P 1% dalam etanol P dan 4 mL merah lebih kurang 48 jam, suntikkan secara intraperitoneal
metil LP dengan air hingga 100 mL. tiga dosis sebesar 0,5 mL pada masing-masing dari 6
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 200 mg ekor marmut. Pada hari ke-14 setelah penyuntikan
zat; masukkan ke dalam labu Kjeldahl. Tambahkan 4 pertama, suntikkan secara intravena 0,20 mL pada 3
mL Larutan sulfat; panaskan hingga larutan berwarna ekor marmut dan pada hari ke-21 lakukan pada 3 ekor
hijau terang dan tidak tampak bekas karbon kehitaman sisanya. Amati hewan-hewan tersebut selama 30
di sekeliling permukaan labu; dinginkan; pindahkan menit setelah setiap suntikan intravena dan amati lagi
ke dalam unit destilasi uap; bilas labu Kjeldahl tiga 24 jam kemudian. Uji dinyatakan memenuhi syarat
kali, tiap kali dengan 5 mL air; tambahkan air bilasan jika hewan uji tidak menunjukkan reaksi anafilaksis
tersebut ke dalam larutan. Tambahkan 15 mL larutan seperti batuk, bulunya berdiri atau kesulitan
natrium hidroksida P 45%; tutup dan mulai proses pernafasan.
destilasi uap sesegera mungkin. Tampung destilat
dalam labu 100 mL yang telah berisi 1 mL Indikator; Antigenesitas Larutkan 10,0 g zat dalam larutan
jaga agar ujung pipa kondensasi berada di bawah natrium klorida P 0,9% hingga 100 mL, sterilkan.
permukaan larutan selama 5 menit dan berada di atas Lanjutkan penetapan seperti tertera pada Antigenisitas
permukaan larutan selama 1 menit. Setelah proses dalam Injeksi Dekstran 40.
destilasi selesai, pindahkan labu penampung dan bilas
ujung pipa kondensasi dengan sejumlah air; Distribusi bobot molekul, bobot dan jumlah rata-
tambahkan air bilasan tersebut ke dalam larutan rata bobot molekul Lakukan penetapan dengan cara
destilat; titrasi dengan asam hidroklorida 0,010 N LV Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sampai warna berubah dari biru menjadi ungu Kromatografi <931>.
kemerahan. Lakukan penetapan blangko dan jika perlu Fase gerak Larutkan 7,1 g natrium sulfat anhidrat
lakukan koreksi: volume asam hidroklorida 0,010 N P dalam 1000 mL air, saring dan awudarakan. Jika
LV terkoreksi yang digunakan untuk titrasi tidak lebih perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
dari 0,14 mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kalibrasi Larutkan secara terpisah Dekstran
Alkohol dan senyawa sejenis Lakukan penetapan 4 Kalibrasi BPFI, Dekstran 10 Kalibrasi BPFI,
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Dekstran 40 Kalibrasi BPFI, Dekstran 70 Kalibrasi
Kromatografi <931>. BPFI, dan Dekstran 250 Kalibrasi BPFI, dalam Fase
Larutan uji Larutkan tanpa pemanasan 5,0 g zat gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang 20
dalam 100 mL air; destilasi; tampung 45 mL destilat mg per mL.
pertama. Encerkan destilat dengan air hingga 50 mL. Larutan penanda Buat larutan yang mengandung 3
Larutan baku Tambahkan 0,5 mL larutan n- mg dekstrosa dan 3 mg Penanda Dekstran V0 BPFI per
propilalkohol P 2,5% (b/v) ke dalam 25,0 mL Larutan mL Fase gerak.
uji. Larutan kesesuaian sistem Buat larutan Dekstran 40
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kesesuaian Sistem BPFI dalam Fase gerak dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi kadar 20 mg per mL.
dengan detektor ionisasi nyala, dan kolom 2 mm x 1,8 Larutan uji Buat larutan zat dalam Fase gerak
m berisi bahan penyangga S3. Pertahankan suhu dengan kadar 20 mg per mL.
kolom, injektor dan detektor berturut-turut pada lebih Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang 160°, 240° dan 210°. Gunakan nitrogen P Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 25 dilengkapi dengan detektor indeks bias dan tiga kolom
mL per menit. [Catatan Septum pada injektor akan 7,5 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L38 dan suhu
- 365 -

dijaga agar tidak berubah. Lakukan kromatografi


Dengan cara yang sama, hitung M W dari dekstran
terhadap Larutan penanda, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: fraksi tinggi yang tereluasi melalui bagian n dengan
profil eluasi menunjukkan dua puncak, yang pertama rumus:
adalah penanda V0 sedangkan yang kedua adalah
n
dekstrosa. Tetapkan volume celah sistem, V0, yaitu
titik infleksi bagian menaik dari puncak pertama. yM
i =1
i i
Tentukan volume total VT, yaitu titik maksimal puncak
n
kedua; faktor ikutan, t, puncak dekstrosa tidak lebih
dari 1,3; dan simpangan baku relatif dari perbandingan y i =1
i

Vo/VT tidak lebih dari 1%. Lakukan kromatografi


terhadap masing-masing Larutan kalibrasi, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera nilai n ditentukan dengan hubungan berikut:
pada Prosedur: Bagi setiap profil menjadi paling
n
 a 
   yi  dan
sedikit 60 bagian vertikal dengan kenaikan volume
yang sebanding. (Jumlah bagian tersebut y i  0,1
dilambangkan dengan a pada persamaan di bawah). i =1  i =1 
Rekam yi, ketinggian di atas garis dasar, sesuai dengan n +1
 a 
setiap nilai vi, yaitu volume eluasi pada sesi tersebut. i =1
yi  0,1  yi 
 i =1 
Untuk tiap nilai vi, hitung koefisien distribusi Ki,
dengan rumus:
Nilai MW antara 111.000 dan 135.000.
vi − V0
Dengan cara yang sama, hitung M W dari dekstran
VT − V0
fraksi rendah yang tereluasi dalam dan setelah bagian
m dengan rumus berikut:
Cari nilai b1, b2, b3, b4 dan b5 dengan metode yang
sesuai (metode Gauss-Newton, dimodifikasi oleh a
Hartley, program kurva untuk regresi “nonlinear” juga
bisa digunakan). Kemudian, substitusikan angka- y M
i=m
i i

angka tersebut ke dalam persamaan berikut: a

y i
M i = b5 + e (b4 +b1K i +b2 K i + b3 K i 3 )
2
i=m

Nilai m ditentukan dengan:


Masukkan nilai Mi yang diperoleh dari persamaan di
a
 a 
   yi 
atas dan nilai yi ke dalam persamaan berikut:
y i  0,1 dan
a i =m  i =1 
( y M i i )
MW = i =1 a
 a 
a
 yi  0,1  yi 
y
i =1
i i = m −1 i =1 

Nilai M W antara 6.000 dan 9.000.


Nilai bobot molekul rata-rata M W tidak lebih dari
Prosedur Lakukan kromatografi terhadap 50 μL
5% dari yang tertera pada etiket untuk setiap Larutan Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons
kalibrasi dan 180 ± 2 untuk dekstrosa.
Lakukan kromatografi pada Larutan kesesuaian puncak. Hitung bobot molekul rata-rata, MW ,
sistem, rekam krimatogram dan ukur respons puncak distribusi bobot molekul dari dekstran fraksi tinggi
dan distribusi bobot molekul fraksi rendah seperti
seperti tertera pada Prosedur. Hitung MW dari
tertera pada Kesesuaian sistem pada Kromatografi
distribusi bobot molekul total dengan menggunakan
prosedur seperti tertera pada Larutan kalibrasi, dan <931>. Nilai M W berturut-turut adalah 35.000 -
masukkan nilai-nilai b1, b2, b3, b4 dan b5 yang kini telah 45.000, tidak lebih dari 120.000 dan tidak kurang dari
5.000. Dengan nilai b1, b2, b3, b4 dan b5 yang didapat
diketahui. Nilai MW antara 39.000 dan 46.000.
dari Larutan kalibrasi dan Sistem kromatografi,
hitung nilai bobot molekul rata-rata, M n , distribusi
- 366 -

bobot molekul total dari Larutan uji dengan    t  


memasukkan nilai Mi dan yi dalam persamaan:
ln(RD )  
   t0  
a

y i
C
Mn = i =1
a
yi RD adalah perbandingan kerapatan Larutan uji dengan
M
i =1
larutan dekstrosa P 4,5%; t dan t0 berturut-turut adalah
i waktu alir Larutan uji dan larutan dekstrosa P 4,5%;
C adalah kadar dekstran 40 dalam g per mL Larutan
Nilai rata-rata bobot molekul, M n antara 16.000 uji.

sampai 30.000. Jika pada etiket dinyatakan dekstran pH <1071> Antara 3,0 dan 7,0.
40 adalah untuk sediaan injeksi, rasio MW
M n adalah 1,4 sampai 1,9. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,0 unit
Endotoksin FI per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
baik. Simpan pada suhu 25° masih diperbolehkan pada dengan Penyaring membran seperti yang tertera pada
suhu antara 15° dan 30°. Uji Sterilitas dari produk yang diuji.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 5 bpj.


DEKSTRAN 40 DALAM INJEKSI
DEKSTROSA 5-hidroksimetilfurfural dan senyawa sejenis
Dextran 40 in Dextrose Injection Serapan tidak lebih dari 0,25.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Dekstran 40 dalam Injeksi Dekstrosa adalah larutan setara dengan lebih kurang 1 g C6H12O6.H2O, ke dalam
steril Dekstran 40 dan Dekstrosa dalam Air untuk labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air sampai
Injeksi. Mengandung Dekstran 40 tidak kurang dari tanda.
9,0 g dan tidak lebih dari 11,0 g per 100 mL; Prosedur Ukur serapan larutan pada panjang
mengandung Dekstrosa,C6H12O6 tidak kurang dari 4,1 gelombang 284 nm, menggunakan sel 1-cm dan air
g dan tidak lebih dari 5,0 g per 100 mL. Tidak sebagai blangko.
mengandung bakteriostatik.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada
Baku pembanding Dekstrosa BPFI; bentuk anhidrat. Injeksi dan Bahan Partikulat dalam Injeksi <751>.
Simpan dalam wadah tertutup rapat dengan
kelembapan di bawah 70%. Endotoksin BPFI; Penetapan kadar dekstrosa Lakukan penetapan
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi] yang tertera pada Kromatografi <931>.
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari Fase gerak Gunakan asam sulfat 0,01 N, saring dan
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian seperti
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. yang tertera pada Kesesuaian sistem dalam
Kromatografi <931>.
Warna larutan Serapan pada panjang gelombang 375 Larutan kesesuaian sistem Buat larutan dekstrosa
nm tidak lebih dari 0,06; lakukan penetapan dan silitol dengan kadar masing-masing lebih kurang
menggunakan air sebagai blangko. 5 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Identifikasi Viskositas intrinsik antara 18 dan 23 mL Dekstrosa BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
per g. hingga kadar dekstrosa monohidrat lebih kurang 5 mg
Larutan uji Encerkan sejumlah volume injeksi per mL.
dengan larutan dekstrosa P 4,5% hingga kadar Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
dekstran 40 lebih kurang 10 mg per mL. setara dengan lebih kurang 250 mg dekstrosa
Prosedur Ukur waktu alir Larutan uji dan larutan monohidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
dekstrosa P 4,5% pada suhu 20o menggunakan encerkan dengan air sampai tanda.
viskometer tabung kapiler dengan waktu alir air tidak Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
kurang dari 100 detik. Hitung viskositas intrinsik pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
dengan rumus: tinggi dilengkapi dengan detektor indeks refraksi dan
kolom 7,8 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L17. Jika
perlu pertahankan suhu kolom dan detektor pada lebih
- 367 -

kurang 40º. Laju alir lebih kurang 0,6 mL per menit. Air untuk Injeksi. Mengandung Dekstran 40 tidak
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian kurang dari 9,0 g dan tidak lebih dari 11,0 g per 100
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak mL; mengandung Natrium Klorida tidak kurang dari
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 0,81 g dan tidak lebih dari 0,99 g per 100 mL. Tidak
puncak dektrosa dan silitol tidak kurang dari 2,5. mengandung bakteriostatik.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
kromatogram dan ukur repons puncak dekstrosa.
Hitung kadar dekstrosa monohidrat, C6H12O6.H2O Warna larutan Serapan pada panjang gelombang 375
dalam g per 100 mL dengan rumus: nm tidak lebih dari 0,05; lakukan penetapan
menggunakan air sebagai blangko.
𝑟𝑈 198,17
( )( ) 10𝐶 Identifikasi Viskositas intrinsik antara 18 dan 23 mL
𝑟𝑆 180,16
per g.
rU dan rS adalah respons puncak dekstrosa dari Larutan uji Encerkan sejumlah volume injeksi
Larutan uji dan Larutan baku; 198,17 dan 180,16 dengan larutan natrium klorida P 0,9% hingga kadar
berturut-turut adalah bobot molekul dekstrosa dekstran 40 lebih kurang 10 mg per mL.
monohidrat dan dekstrosa anhidrat; C adalah kadar Prosedur Ukur waktu alir Larutan uji dan larutan
Dekstrosa BPFI dalam g per 100 mL Larutan baku. natrium klorida P 0,9% pada suhu 20o menggunakan
viskometer tabung kapiler dengan waktu alir air tidak
Penetapan kadar dekstran 40 Tambahkan 1 tetes kurang dari 100 detik. Hitung viskositas intrinsik
amonium hidroksida 5 N ke dalam 25 mL injeksi. dengan rumus:
Lakukan penetapan rotasi jenis seperti yang tertera
pada Rotasi optik <1081>, menggunakan polarimeter    t  
yang sesuai dan hitung kadar dekstran 40 dalam g per ln (RD )  
100 mL dengan rumus:    t0  
C
 100a  1 
   − (52,75Cd )
 l  197,5  RD adalah perbandingan kerapatan Larutan uji dengan
larutan natrium klorida P 0,9%; t dan t0 berturut-turut
adalah waktu alir Larutan uji dan larutan natrium
197,5 dan 52,75 berturut-turut adalah nilai rata-rata klorida P 0,9%; C adalah kadar dekstran 40 dalam g
rotasi jenis dekstran 40 dan dekstrosa; a adalah rotasi per mL Larutan uji.
jenis yang teramati, dalam derajat; l adalah panjang
tabung polarimeter, dalam dm dan Cd adalah kadar pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0.
dekstrosa dalam g per 100 mL Larutan uji yang
diperoleh dari Penetapan kadar dekstrosa. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 5 bpj.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Kekentalan intristik Antara 0,16 dan 0,19 pada suhu
tunggal dari kaca atau plastik. 25º ± 0,02º. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Penetapan kekentalan <1051> dengan cara sebagai
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar osmolar berikut: Pipet sejumlah 2-5 mL injeksi ke dalam labu
total dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan tentukur 100-mL, tambahkan larutan natrium klorida
kurang dari 100 mL, pada etiket dicantumkan kadar P 0,9% sampai tanda. Tetapkan kekentalan
osmolar total dalam mOsmol per mL. menggunakan larutan natrium klorida P 0,9% sebagai
pembanding, pada suhu 25º±0,02º. Hitung kadar
larutan zat uji (dalam g per 100 mL) seperti tertera
DEKSTRAN 40 DALAM INJEKSI pada Penetapan kadar.
NATRIUM KLORIDA
Dextran 40 in Sodium Chloride Injection Antigenisitas Suntikkan secara intraperitoneal 1,0 mL
zat 3 kali dengan selang waktu 2 hari, pada masing-
Dekstran 40 dalam Injeksi Natrium Klorida adalah masing dari 4 ekor marmut sehat dengan bobot tubuh
larutan steril Dekstran 40 dan Natrium Klorida dalam antara 250 - 300 g. Suntikkan secara intraperitoneal
- 368 -

0,10 mL serum kuda pada masing-masing dari 4 ekor a adalah rotasi jenis yang teramati,dalam derajat; l
marmut dari kelompok lain sebagai kontrol. Suntikkan adalah panjang tabung polarimeter, dalam dm; 197,5
0,20 mL zat secara intravena pada masing-masing dari adalah nilai rata-rata rotasi jenis dekstran 40.
2 ekor mamut dari kelompok pertama, 14 hari setelah
penyuntikan intraperitonial pertama, dan suntikkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
0,20 mL zat pada masing-masing dari 2 ekor marmut tunggal dari kaca atau plastik.
sisanya, 21 hari setelah penyuntikan intraperitonial
pertama, dan suntikkan secara intravena 0,20 mL Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar osmolar
serum kuda dengan cara yang sama pada masing- total dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan
masing marmut dari kelompok kedua. Amati gejala kurang dari 100 mL, pada etiket dicantumkan kadar
sukar bernapas, kolaps atau kematian hewan selama osmolar total dalam mOsmol per mL.
30 menit setelah masing-masing penyuntikan
intravena dan pada 24 jam sesudahnya: hewan dari
kelompok pertama tidak menunjukkan gejala-gejala DEKSTRAN 70
tersebut. Semua hewan dari kelompok kedua Dextran 70
menunjukkan gejala sukar bernapas atau kolaps dan
tidak kurang dari 3 hewan mati. Dekstran 70 adalah hasil hidrolisis dan fraksinasi yang
terkendali dari polisakarida yang diperoleh melalui
Toksisitas Suntikkan secara intravena 1,0 mL zat pada fermentasi Leuconostoc mesenteroides (NRRL,B-
masing-masing dari 5 ekor mencit, sehat dengan bobot 512F; NCTC, 10817) pada substrat sukrosa yang
tubuh lebih kurang 20 g: tidak ada seekor hewanpun merupakan polimer glukosa dengan jenis ikatan -1:6;
mati dalam waktu 72 jam sesudah penyuntikan. Jika bobot molekul rata-rata antara 63.000 dan 77.000.
ada hewan yang mati dalam waktu 72 jam setelah
penyuntikan, ulangi pengujian menggunakan 10 ekor Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
mencit dengan bobot tubuh antara 19,5-20,5 g: semua
hewan hidup selama 72 jam. Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut
dalam etanol.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,0 unit
Endotoksin FI per mL. Baku pembanding Dekstran 70 BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat pada
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan suhu ruang. Dekstran 4 Kalibrasi BPFI; simpan dalam
dengan Penyaring membran seperti yang tertera pada wadah tertutup rapat. Dekstran 10 Kalibrasi BPFI;
Uji Sterilitas dari produk yang diuji. simpan dalam wadah tertutup rapat, bersifat
higroskopik. Dekstran 40 Kalibrasi BPFI; simpan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada dalam wadah tertutup rapat. Dekstran 70 Kalibrasi
Injeksi dan Bahan Partikulat dalam Injeksi <751>. BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
tertutup rapat pada suhu ruang. Dekstran 250
Penetapan kadar natrium klorida Pipet sejumlah Kalibrasi BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat,
volume injeksi setara dengan 90 mg klorida, bersifat higroskopik. Dekstran Vo Marker BPFI; tidak
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 100 boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
mL air dan 1 mL diklorofloresen LP, kocok dan titrasi rapat. Dekstran 70 Kesesuaian Sistem BPFI; simpan
dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga terbentuk dalam wadah tertutup. Endotoksin BPFI; [Catatan
endapan perak klorida dan larutan berwarna merah Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
jambu muda. hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
Tiap mL perak nitrat 0,1 N pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
setara dengan 5,844 mg natrium klorida vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
Penetapan kadar dekstran 40 Tambahkan 1 tetes Warna larutan Serapan tidak lebih dari 0,15; ukur
amonium hidroksida 5 N ke dalam 25 mL injeksi. serapan larutan zat (6 dalam 100) menggunakan sel 4-
Lakukan penetapan rotasi jenis seperti yang tertera cm pada panjang gelombang 375 nm, menggunakan
pada Rotasi optik <1081> dan hitung kadar dekstran air sebagai blangko.
40 dalam g per 100 mL dengan rumus:
Identifikasi
𝑎 1 A. Spektrum serapan inframerah zat yang
100 ( ) ( )
𝑙 197,5 didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Dekstran 70 BPFI.
- 369 -

B. Intersep antara 24 dan 29 mL per g: lakukan Distribusi bobot molekul, bobot dan jumlah rata-
seperti yang tertera pada Identifikasi B dalam Dekstran rata bobot molekul Lakukan penetapan dengan cara
40, kecuali menggunakan Dekstran 70 untuk Larutan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
uji. pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan kalibrasi, dan Larutan
Rotasi jenis <1081> Antara +195º dan +203; penanda Lakukan seperti tertera pada Dekstran 40.
lakukan penetapan menggunakan larutan yang Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
mengandung 20 mg per mL, jika perlu panaskan pada Dekstran 70 Kesesuaian Sistem BPFI, larutkan dalam
tangas air untuk melarutkan. Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 mg per mL.
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 20 mg per mL.
menggunakan larutan (6 dalam 100). Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Dekstran 40: BM untuk distribusi bobot molekul
Endotoksin bakteri <201> (Jika pada etiket total antara 65.000 dan 74.000; BM untuk dekstran
dinyatakan untuk pembuatan sediaan injeksi). Tidak fraksi tinggi antara 180.000 dan 240.000; BM untuk
lebih dari 0,5 unit Endotoksin FI per mL, jika diuji dekstran fraksi rendah antara 7.000 dan 11.000.
dalam Injeksi Natrium klorida (0,6 dalam 10). Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 μL larutan ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Keamanan Suntikkan secara intravena larutan respons puncak. Hitung BM distribusi bobot molekul
dekstran 70 dalam Salin LP (6 dalam 100) masing- total, dekstran fraksi tinggi, dan dekstran fraksi rendah
masing pada lima ekor mencit dengan bobot 18 sampai seperti yang tertera pada Larutan kesesuaian sistem
20 gram. Waktu injeksi tidak kurang dari 10 detik dan dalam Sistem kromatografi. Nilai BM berturut-turut
tidak lebih dari 15 detik. Memenuhi syarat jika mencit antara 63.000 dan 77.000, tidak kurang dari 13.000,
tidak mati dalam 72 jam. Jika terdapat 1 atau lebih dan tidak lebih dari 195.000. Hitung bobot molekul
mencit mati, uji dilanjutkan menggunakan 10 ekor
mencit dengan bobot 20 ± 0,5 g. Memenuhi syarat jika rata-rata, M n , dari distribusi bobot molekul total
selama 72 jam semua mencit hidup. Larutan uji, Mi, menggunakan nilai b1, b2, b3, b4, dan
b5 dari Larutan kalibrasi pada Sistem kromatografi
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 5 bpj. dengan rumus:

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%; a


lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 5 jam. y i
Mn = i
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,03%; lakukan a
 yi 
penetapan menggunakan 1,5 g zat: larutan zat   M
i =1 

menunjukkan tidak lebih keruh dari larutan i 
pembanding yang mengandung 0,45 mL asam sulfat
0,020 N. Perhitungan yi dan Mi seperti yang tertera pada
Dekstran 40. M n antara 34.000 dan 48.000. Rentang
Nitrogen <581> (Jika pada etiket dinyatakan untuk
pembuatan sediaan injeksi). MW
Larutan sulfat dan indikator Lakukan seperti yang perbandingan antara 1,4 dan 1,9, jika pada
tertera pada Dekstran 40. Mn
Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada etiket dinyatakan untuk pembuatan sediaan injeksi.
Dekstran 40, kecuali gunakan 0,2 g Dekstran 70.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Etanol dan senyawa sejenis baik, pada suhu 25º, masih diperbolehkan pada suhu
Larutan baku, Sistem kromatografi dan Prosedur antara 15º dan 30º.
Lakukan seperti yang tertera pada Dekstran 40.
Larutan uji Lakukan seperti yang tertera pada Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
Dekstran 40, kecuali gunakan 5,0 g dekstran 70. injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau
memerlukan proses lebih lanjut dalam pembuatan
Antigenisitas (Jika pada etiket dinyatakan untuk sediaan injeksi.
pembuatan sediaan injeksi). Timbang sejumlah
dekstran 70, larutkan dalam Injeksi Natrium Klorida
hingga kadar lebih kurang 60 mg per mL, sterilkan dan
lakukan seperti yang tertera pada Dekstran 40, mulai
dari “Pada interval sekitar 48 jam”.
- 370 -

DEKSTRAN 70 DALAM INJEKSI 5-hidroksimetilfurfural dan senyawa sejenis


DEKSTROSA Serapan tidak lebih dari 0,25.
Dextran 70 in Dextrose Injection Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
setara dengan lebih kurang 1 g C6H12O6.H2O, ke dalam
Dekstran 70 dalam Injeksi Dekstrosa adalah larutan labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air sampai
steril Dekstran 70 dan Dekstrosa dalam Air untuk tanda.
Injeksi. Mengandung Dekstran 70 tidak kurang dari Prosedur Ukur serapan larutan pada panjang
5,4 g dan tidak lebih dari 6,6 g per 100 mL; gelombang 284 nm, menggunakan sel 1-cm dan air
mengandung Dekstrosa,C6H12O6 tidak kurang dari 4,1 sebagai blangko.
g dan tidak lebih dari 5,0 g per 100 mL. Tidak
mengandung bakteriostatik. Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada
Injeksi dan Bahan Partikulat dalam Injeksi <751>.
Baku pembanding Dekstrosa BPFI; bentuk anhidrat.
Simpan dalam wadah tertutup rapat dengan Penetapan kadar dekstrosa Lakukan penetapan
kelembapan dibawah 70%. Endotoksin BPFI; dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi yang tertera pada Kromatografi <931>.
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi] Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari baku, Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. Injeksi Dekstran 40 Dalam Dekstrosa
Larutan uji Ukur saksama volume injeksi setara
Warna larutan Serapan pada panjang gelombang 375 dengan lebih kurang 250 mg dekstrosa monohidrat ke
nm tidak lebih dari 0,05; lakukan penetapan dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air
menggunakan air sebagai blangko. sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam 25 mL air.
Perhitungan kadar menggunakan faktor pengenceran.
Identifikasi Viskositas intrinsik antara 24 dan 29 mL
per g. Penetapan kadar dekstran 70 Tambahkan 1 tetes
Larutan uji Encerkan sejumlah volume injeksi amonium hidroksida 5 N ke dalam 25 mL injeksi.
dengan larutan dekstrosa P 4,5% hingga kadar Lakukan penetapan rotasi jenis seperti yang tertera
dekstran 70 lebih kurang 10 mg per mL. pada Rotasi optik <1081> menggunakan polarimeter
Prosedur Ukur waktu alir Larutan uji dan larutan yang sesuai dan hitung kadar dekstran 70 dalam g per
dekstrosa P 4,5% pada suhu 20o menggunakan 100 mL dengan rumus:
viskometer tabung kapiler dengan waktu alir air tidak
 100a  1 
 − (52,75Cd )
kurang dari 100 detik. Hitung viskositas intrinsik
dengan rumus:  
 l  197,5 
   t  
ln (RD )  
197,5 dan 52,75 berturut-turut adalah nilai rata-rata
   t0   rotasi jenis dekstran 70 dan dekstrosa; a adalah rotasi
jenis yang teramati, dalam derajat; l adalah panjang
C tabung polarimeter, dalam dm dan Cd adalah kadar
dekstrosa dalam g per 100 mL Larutan uji yang
RD adalah perbandingan kerapatan Larutan uji dengan diperoleh dari Penetapan kadar dekstrosa.
larutan dekstrosa P 4,5%; t dan t0 berturut-turut adalah
waktu alir Larutan uji dan larutan dekstrosa P 4,5%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
C adalah kadar dekstran 70 dalam g per mL Larutan tunggal kaca atau plastik.
uji.
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar osmolar
pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0. total dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan
kurang dari 100 mL, pada etiket dicantumkan kadar
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit osmolar total dalam mOsmol per mL.
Endotoksin FI per mL.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan DEKSTRAN 70 DALAM INJEKSI


dengan Penyaring membran seperti yang tertera pada NATRIUM KLORIDA
Uji Sterilitas dari produk yang diuji. Dextran 70 in Sodium Chloride Injection
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 5 bpj. Dekstran 70 dalam Natrium Klorida adalah larutan
steril Dekstran 70 dan Natrium Klorida dalam Air
- 371 -

untuk Injeksi. Mengandung Dekstran 70 tidak kurang terbentuk endapan perak klorida dan larutan berwarna
dari 5,4 g dan tidak lebih dari 6,6 g per 100 mL; merah jambu muda.
mengandung Natrium Klorida tidak kurang dari 0,81
g dan tidak lebih dari 0,99 g per 100 mL. Tidak Tiap mL perak nitrat 0,1 N
mengandung bakteriostatik. setara dengan 5,844 mg natrium klorida

Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Penetapan kadar dekstran 70 Tambahkan 1 tetes
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus amonium hidroksida 5 N ke dalam 25 mL injeksi.
hati-hati untuk menghindari kontaminasi] Lakukan penetapan rotasi jenis seperti yang tertera
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pada Rotasi optik <1081> dan hitung kadar dekstran
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan 70 dalam g per 100 mL dengan rumus:
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
 a  1 
Warna larutan Serapan pada panjang gelombang 375 100  
nm tidak lebih dari 0,04; lakukan penetapan  l  197,5 
menggunakan air sebagai blangko.
197,5 adalah nilai rata-rata rotasi jenis dekstran 70; a
Identifikasi Viskositas intrinsik antara 24 dan 29 mL adalah rotasi jenis yang teramati, dalam derajat; l
per g. adalah panjang tabung polarimeter, dalam dm.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume injeksi
dengan larutan natrium klorida P 0,9% hingga kadar Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
dekstran 70 lebih kurang 10 mg per mL. tunggal dari kaca atau plastik.
Prosedur Ukur waktu alir Larutan uji dan larutan
natrium klorida P 0,9% pada suhu 20o menggunakan Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar osmolar
viskometer tabung kapiler dengan waktu alir air tidak total dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan
kurang dari 100 detik. Hitung viskositas intrinsik kurang dari 100 mL, pada etiket dicantumkan kadar
dengan rumus: osmolar total dalam mOsmol per mL.

   t  
ln (RD )   DEKSTROMETORFAN
   t0   Dextromethorphan
C
RD adalah perbandingan kerapatan Larutan uji dengan
larutan natrium klorida P 0,9%; t dan tO berturut-turut
adalah waktu alir Larutan uji dan larutan natrium
klorida P 0,9%; C adalah kadar dekstran 70 dalam g
per mL Larutan uji.

pH <1071> Antara 4,0 dan 7,0. 3-Metoksi-17-metil-9,13,14-morfinan [125-71-3]


C18H25NO BM 271,4
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit
Endotoksin FI per mL. Dektrometorfan mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C18H25NO, dihitung
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan terhadap zat anhidrat.
dengan Penyaring membran seperti yang tertera pada
Uji Sterilitas dari produk yang diuji. Pemerian Serbuk hablur, hampir putih sampai agak
kuning; tidak berbau. 11 mg dekstrometorfan setara
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 5 bpj. dengan 15 mg dekstrometorfan hidrobromida
monohidrat.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada
Injeksi dan Bahan Partikulat dalam Injeksi <751>. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
dalam kloroform.
Penetapan kadar natrium klorida Pipet sejumlah
volume injeksi setara dengan lebih kurang 90 mg Baku pembanding Dekstrometorfan BPFI; tidak
klorida, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, boleh dikeringkan. Lakukan Penetapan Kadar Air
tambahkan 100 mL air dan 1 mL diklorofloresen LP, <1031> Metode I sebelum digunakan. Simpan dalam
kocok dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga wadah tertutup rapat.
- 372 -

jika perlu hangatkan sebentar agar larut. Tambahkan 2


Identifikasi tetes kristal violet LP dan titrasi dengan asam
A. Spektrum serapan inframerah zat yang perklorat 0,1 N LV hingga terjadi warna hijau biru.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Lakukan penetapan blangko.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Dekstrometorfan BPFI. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1 dalam setara dengan 27,14 mg C18H25NO
10.000) dalam larutan asam hidroklorida P (1 dalam
120) menunjukkan maksimum dan minimum pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
panjang gelombang yang sama seperti pada rapat.
Dekstrometorfan BPFI. Daya serap masing-masing,
dihitung sebagai anhidrat pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 278 nm, berbeda DEKSTROMETORFAN HIDROBROMIDA
tidak lebih dari 3,0%. Dextromethorphan Hydrobromide
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 109,5º dan
112,5º.

Rotasi jenis <1081> Lakukan penetapan


menggunakan larutan 1 g zat dalam 10 mL kloroform
P dan larutan baku Dekstrometorfan BPFI yang
diperlakukan sama, sebagai anhidrat berbeda tidak
lebih dari 1,0%.
3-Metoksi-17-metil-9,13,14-morfinan
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%. hidrobromida monohidrat [6700-34-1]
C18H25NO.HBr.H2O BM 370,32
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Anhidrat [125-69-9] BM 352,32
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Dekstrometorfan Hidrobromida mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
N,N-Dimetilanilin Tidak lebih dari 0,001%. C18H25NO.HBr, dihitung sebagai anhidrat.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
N,N-dimetilanilin masukkan ke dalam labu tentukur Pemerian Hablur hampir putih atau serbuk hablur;
100-mL, tambahkan 70 mL air, tutup rapat, kocok bau lemah. Melebur pada suhu lebih kurang 126º
secara mekanik selama 20 menit, encerkan dengan air disertai peruraian.
sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 25-mL dalam etanol dan dalam kloroform; tidak larut dalam
tambahkan 19 mL air. eter.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
zat masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, Baku pembanding Dekstrometorfan Hidrobromida
tambahkan 19 mL air dan 1 mL asam hidroklorida 3 BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
N, hangatkan di atas tangas uap hingga larut dan tertutup rapat. Levometorfan BPFI.
dinginkan.
Prosedur Tambahkan 2 mL asam asetat 1 N dan 1 Identifikasi
mL larutan natrium nitrit P (1 dalam 100) ke dalam A. Serapan inframerah zat yang telah dikeringkan
Larutan uji, encerkan dengan air sampai tanda: warna pada hampa udara di atas Silika gel P selama 4 jam dan
larutan kuning sampai kuning kehijauan yang terjadi didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
pada Larutan uji tidak lebih kuat dari warna Larutan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
baku yang diperlakukan sama. sama seperti pada Dekstrometorfan Hidrobromida
BPFI.
Senyawa fenol Larutkan lebih kurang 10 mg zat B. Levometorfan Tidak lebih dari 0,10%. Lakukan
dalam 2 mL asam hidroklorida 3 N, tambahkan 2 tetes penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
besi(III) klorida LP. Campur, tambahkan 2 tetes tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
kalium heksasianoferat(III) LP, tidak terjadi warna Dapar Timbang lebih kurang 1,54 g amonium
hijau biru setelah 2 menit. asetat P, larutkan dan encerkan dengan 1 L air. Atur
pH hingga 4,1 dengan penambahan asam fosfat P.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 700 Fase gerak Campuran metanol P-Dapar(90:10),
mg zat, larutkan dalam 60 mL asam asetat glasial P, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
- 373 -

penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem seperti Larutan baku Timbang lebih kurang 50 mg N,N-
tertera pada Kromatografi <931>. dimetilanilin masukkan ke dalam labu tentukur 100-
Pengencer Campuran metanol P-air (90:10). mL, tambahkan 70 mL air, tutup rapat, kocok secara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mekanik selama 20 menit, encerkan dengan air sampai
Dekstrometorfan Hidrobromida BPFI, larutkan dan tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 1
kurang 10 µg per mL. mL larutan ini ke dalam labu tentukur 25-mL
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, tambahkan 19 mL air.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
lebih kurang 10 µg per mL. zat masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama tambahkan 19 mL air dan 1 mL asam hidroklorida 3
sejumlah Levometorfan BPFI dan Dekstrometorfan N, hangatkan di atas tangas uap hingga larut dan
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer dinginkan.
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 10 µg per mL Prosedur Tambahkan 2 mL asam asetat 1 N dan 1
dan 10,0 mg per mL. mL larutan natrium nitrit P (1 dalam 100) ke dalam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan uji, encerkan dengan air sampai tanda: warna
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom larutan kuning sampai kuning kehijauan yang terjadi
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L88 dengan pada Larutan uji tidak lebih kuat dari warna Larutan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per baku yang diperlakukan sama.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Senyawa fenol Pada lebih kurang 5 mg zat tambahkan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, 1 tetes asam hidroklorida 3 N, 1 mL air dan 2 tetes
R, antara dekstrometorfan dan levometorfan tidak besi(III) klorida LP, campur, tambahkan 2 tetes kalium
kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap heksasianoferat(III) LP, amati setelah 2 menit: tidak
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons terjadi warna hijau biru.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
[Catatan Waktu retensi relatif puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dekstrometorfan dan levometorfan adalah 1,0 dan Kromatografi <931>.
1,28.] Fase gerak Buat larutan yang mengandung natrium
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume dokusat P 0,007 M dan amonium nitrat P 0,007 M
sama (lebih kurang 4 μL) Larutan baku dan Larutan dalam campuran asetonitril P-air (70:30), saring dan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan awaudarakan, tambahkan asam asetat glasial P
ukur respons puncak utama. Hitung persentase hingga pH 3,4. [Catatan Larutkan natrium dokusat P
levometorfan dalam dekstrometorfan hidrobromida, dalam campuran asetonitril P dan air sebelum
dengan rumus: ditambahkan amonium nitrat P].
Larutan baku persediaan Timbang saksama
𝑟𝑈 𝐶𝑆 271,40 sejumlah Dekstrometorfan Hidrobromida BPFI,
( )×( )×( ) × 100 larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
𝑟𝑆 𝐶𝑈 352,32
kurang 1 mg per mL.
rU adalah respons puncak levometorfan Larutan uji; rS Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
adalah respons puncak dekstometorfan Larutan baku; persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
CS adalah kadar Dekstrometorfan Hidrobromida BPFI encerkan dengan Fase gerak sampai tanda hingga
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
dekstrometorfan hidrobromida dalam mg per mL Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
271,40 dan 352,32 berturut-turut adalah bobot 100-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai
molekul dekstrometorfan dan dekstrometorfan tanda.
hidrobromida. Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan
ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan
pH <1071> Antara 5,2 dan 6,5; lakukan penetapan Fase gerak sampai tanda hingga kadar lebih kurang
menggunakan larutan zat 10 mg per mL. 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan seperti
Air <1031> Metode I Antara 3,5% dan 5,5%. tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair
kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per
N,N-Dimetilanilin Tidak lebih dari 0,001%. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
- 374 -

tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak utama Identifikasi Tambahkan beberapa tetes larutan zat (1
tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada dalam 20) pada 5 mL tembaga(II) tartrat alkali LP
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan Warna larutan Larutkan 25 g zat dalam air hingga
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan 50,0 mL, warna larutan tidak lebih intensif dari larutan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase yang dibuat sebagai berikut: Campur 1,0 mL kobalt(II)
dekstrometorfan hidrobromida, C18H25NO.HBr, klorida LK; 3,0 mL besi(III) klorida LK dan 2,0 mL
dalam zat dengan rumus: tembaga(II) sulfat LK dengan air hingga 10 mL.
Encerkan 3,0 mL larutan dengan air hingga 50 mL.
 rU   CS  Bandingkan warna dengan mengamati larutan tegak
     100 lurus dari atas pada alas dasar warna putih dalam
 rS   CU  tabung pembanding warna yang selaras.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Rotasi jenis <1081> Antara +52,6º dan +53,2º;
dekstrometorfan Larutan uji dan Larutan baku; CS lakukan penetapan menggunakan larutan 100 mg zat
adalah kadar Dekstrometorfan Hidrobromida BPFI per mL dalam amonium hidroksida 0,012 N.
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
dekstrometorfan hidrobromida dalam mg per mL Keasaman Larutkan 5,0 g zat dalam 50 mL air bebas
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. karbon dioksida P, tambahkan fenolftalein LP, dan
titrasi dengan natrium hidroksida 0,020 N LV hingga
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup terjadi warna merah muda: diperlukan tidak lebih dari
rapat. 0,30 mL untuk netralisasi.

Air <1021> Metode III Antara 7,5% dan 9,5% untuk


DEKSTROSA bentuk hidrat dan tidak lebih dari 0,5% untuk bentuk
Glukosa anhidrat; lakukan pengeringan pada suhu 105 selama
Dextrose 16 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1% .

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,018%; lakukan


penetapan menggunakan 2,0 g zat dan bandingkan
kekeruhan dengan 0,50 mL asam hidroklorida 0,020
N.

Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,025%; lakukan


D-Glukosa monohidrat [77938-63-71] penetapan menggunakan 2,0 g zat dan bandingkan
kekeruhan dengan 0,50 mL asam sulfat 0,020 N.
C6H12O6.H2O BM 198,17
Anhidrat [50-99-7] BM 180,16 Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 1 bpj.
Dektrosa adalah suatu gula yang diperoleh dari Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan
hidrolisis pati. Mengandung satu molekul air hidrat penetapan dengan melarutkan 4,0 g zat dalam air
atau anhidrat, tidak kurang dari 97.5% dan tidak lebih hingga 25 mL.
dari 102.0% C6H12O6, dihitung terhadap zat anhidrat.
Dekstrin Refluks 1 g zat serbuk halus dengan 20 mL
Pemerian Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau etanol P: larut sempurna.
serbuk granul putih; tidak berbau; manis.
Pati larut, sulfit Larutkan 1 g zat dalam 10 mL air,
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih; tambahkan 1 tetes iodum LP: larutan berwarna kuning.
mudah larut dalam air; larut dalam etanol mendidih;
sukar larut dalam etanol. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Baku pembanding Dekstrosa anhidrat BPFI; simpan Penandaan Pada etiket dicantumkan hidrat atau
dalam wadah tertutup rapat. Bersifat higroskopik di anhidrat.
atas kelembapan relatif 70%.
- 375 -

INJEKSI DEKSTROSA sesuai pada suhu 25º seperti tertera pada Penetapan
Injeksi Glukosa Rotasi Optik dan Rotasi jenis <1081>. Hitung
Dextrose Injection persentase (g per 100 mL) dekstrosa, C6H12O6.H2O,
dalam injeksi dengan rumus:
Injeksi Dektrosa adalah larutan steril dektrosa dalam
Air untuk Injeksi. Mengandung dektrosa C6H12O6.H2O,  100  198,17 
AR  
tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%  52,9  180,16 
dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi dektrosa
tidak mengandung bahan anti mikroba. A adalah perbandingan bilangan 100 mm dibagi
dengan panjang tabung polarimeter yang digunakan,
Identifikasi Menunjukkan uji Identifikasi seperti dalam mm; R adalah rotasi yang diamati dalam
tertera pada Dektrosa. derajat; 100 adalah persentase; 52,9 adalah titik tengah
rentang rotasi jenis dekstrosa anhidrat; 198,17 dan
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan 180,16 berturut-turut adalah bobot molekul dekstrosa
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- monohidrat dan dekstrosa anhidrat.
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
semua isi; larutan bisa digunakan selama 14 hari. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Simpan larutan dan vial yang belum dibuka di dalam tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II.
lemari pendingin.
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar total
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit osmolar dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan
Endotoksin FI per mL untuk injeksi yang mengandung kurang dari 100 mL, atau jika sediaan harus
dektrosa kurang dari 5% dan tidak lebih dari 10,0 unit diencerkan sebelum digunakan, etiket dapat
Endotoksin FI per mL untuk injeksi yang mengandung mencantumkan kadar osmolar total dalam mOsmol
dektrosa antara 5% dan 70%. [Catatan Sebelum per mL.
pengujian, encerkan injeksi yang mengandung
dekstrosa lebih dari 10% hingga kadar dekstrosa
10%.] DEKUALINIUM KLORIDA
Dequalinium Chloride
pH <1071> Antara 3,2 dan 6,5; lakukan penetapan
menggunakan 100 mL zat yang telah ditambahkan
0,30 mL larutan jenuh kalium klorida P dan jika perlu
encerkan dengan air hingga kadar dektrosa tidak lebih
dari 5%.

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti


tertera pada Injeksi volume kecil.

Logam berat <371> Masukkan sejumlah volume 1,1’-(dekan-1,10-diil)bis(4-amino-2-metil


injeksi setara dengan 4,0 g dektrosa ke dalam wadah kuinolinium)diklorida [522-51-0]
yang sesuai, jika perlu uapkan atau tambahkan air C30H40Cl2N4 BM 527,6
hingga 25 mL. Batas logam berat adalah 5 bpj dalam
tiap g C6H12O6.H2O per mL injeksi seperti tertera pada Dekualinium Klorida mengandung tidak kurang dari
etiket. 95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C30H40Cl2N4,
dihitung terhadap zat kering.
5-Hidroksimetilfurlfural dan senyawa sejenis Pipet
sejumlah volume injeksi setara dengan 1,0 g dekstrosa, Pemerian Serbuk putih krem; higroskopis.
encerkan dengan air hingga 250,0 mL. Ukur serapan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol.
kurang 284 nm menggunakan air sebagai blangko:
serapan tidak lebih dari 0,25. Baku pembanding Dekualinium Klorida BPFI;
Dekualinium Klorida untuk Uji Kinerja BPFI.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Identifikasi
Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi Lakukan identifikasi B dan E atau A, C, D dan E.
setara dengan 2-5 g dekstrosa, masukkan ke dalam A. Larutkan dan encerkan lebih kurang 10 mg zat
labu tentukur 100-mL. Tambahkan 0,2 mL amonium dengan air hingga 100 mL. Pipet 10 mL larutan dan
hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda. encerkan dengan air hingga 100 mL. Ukur serapan
Ukur rotasi optik dalam tabung polarimeter yang pada panjang gelombang 230–350 nm: serapan
- 376 -

maksimum pada panjang gelombang 240 nm dan 326 tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai
nm, serta berupa bahu pada 336 nm. Perbandingan tanda.
serapan A240/A326 antara 1,56 dan 1,80; Perbandingan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg
serapan A326/A336 antara 1,12 dan 1,30. zat, masukkan dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
B. Spektrum serapan inframerah zat yang dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
sama seperti pada Dekualinium Klorida BPFI. 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
C. Larutkan 0,2 g zat dalam 90 mL air bebas karbon kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
dioksida P, bila perlu dengan pemanasan, dan terhadap Larutan baku B, rekam kromatogram dan
encerkan hingga 100 mL. Pada 5 mL larutan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
tambahkan 5 mL larutan kalium besi(III) sianida P perbandingan puncak terhadap lembah antara cemaran
5%: terbentuk endapan berwarna kuning. B dan dekualinium klorida tidak kurang dari 2,0.
D. Larutkan 0,2 g zat dalam 90 mL air bebas karbon Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dioksida P, bila perlu dengan pemanasan, dan volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku B
encerkan hingga 100 mL. Pada 10 mL larutan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tambahkan 1 mL asam nitrat encer P, terbentuk kromatogram tidak kurang dari 5 kali waktu retensi
endapan putih. Saring dan gunakan filtrat untuk uji dekualinium klorida dan ukur semua respons puncak:
identifikasi E. Cemaran A tidak lebih dari 0,5 kali respons puncak
E. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti utama Larutan baku B (1%); total cemaran selain
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. cemaran A tidak lebih dari 5 kali puncak utama
Larutan baku B (10%); abaikan respons puncak
Kejernihan larutan <881> Harus jernih dan tidak kurang dari 0,025 kali respons puncak utama Larutan
berwarna. Lakukan penetapan menggunakan larutan baku B (0,05%).
yang dibuat sebagai berikut: Larutkan 0,2 g zat dalam
90 mL air bebas karbon dioksida P, bila perlu dengan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
pemanasan, dan encerkan dengan pelarut yang sama lakukan pengeringan pada suhu 105º pada tekanan
hingga 100 mL. tidak lebih dari 5 mmHg selama 3 jam, menggunakan
1 g zat.
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III tidak
berwarna; lakukan penetapan menggunakan larutan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%,
2,0% dalam air bebas karbon dioksida P. menggunakan 1 g zat.

Keasaman-kebasaan Larutkan 0,2 g zat dalam 90 mL Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 20 mg zat
air bebas karbon dioksida P, bila perlu panaskan dan dalam 2 mL asam sulfat P: setelah 5 menit warna
encerkan hingga 100 mL. Ke dalam 5 mL larutan larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V4.
tambahkan 0,1 mL biru bromotimol LP sebagai
Penetapan kadar [Catatan Untuk menghindari
indikator: tidak lebih dari 0,2 mL asam hidroklorida
pemanasan berlebih pada media reaksi, aduk
0,01 N LV atau natrium hidroksida 0,01 N LV
sempurna dan segera hentikan titrasi setelah titik
diperlukan untuk mengubah warna larutan.
akhir.]
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Timbang saksama lebih kurang 200 mg zat, larutkan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam 5 mL asam format anhidrida P, tambahkan 50
mL anhidrat asetat P. Titrasi secara potensiometri
Kromatografi <931>.
dengan asam perklorat 0,1 N LV.
Fase gerak Buat larutan 2 g natrium heksansulfonat
P dalam 300 mL air, atur pH hingga 4,0 dengan Tiap mL asam perklorat 0,1 N
penambahan asam asetat P, tambahkan 700 mL setara dengan 26,38 mg C30H40Cl2N4
metanol P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
seperti tertera pada Kromatografi <931>. rapat.
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang 10
mg Dekualinium Klorida untuk Uji Kinerja BPFI,
masukkan dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan DEMEKLOSIKLIN HIDROKLORIDA
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Demeclocycline Hydrochloride
Larutan baku B Timbang saksama lebih kurang 10
mg Dekualinium Klorida BPFI, masukkan dalam labu 7-Kloro-4-(dimetilamino)-1,4,4a,5,5a,6,11,12a-
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase oktahidro-3,6,10,12,12a-pentahidroksi-1,11-diokso-
gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ke dalam labu 2-naftasena-karboksamida monohidroklorida [64-73-
3]
- 377 -

C21H21ClN2O8.HCl BM 501,31  WS P  (A 368 + A 430 )U


 
Demeklosiklin Hidroklorida mempunyai potensi tidak  1000  WU (A 368 + A 430 )S
kurang dari 900 µg C21H21ClN2O8.HCl per mg
dihitung terhadap zat kering. WS adalah bobot dalam mg Demeklosiklin
hidroklorida BPFI yang digunakan, dihitung terhadap
Pemerian Hablur kuning; serbuk tidak berbau; rasa zat kering; P adalah potensi dalam µg per mg
pahit. Demeklosiklin hidroklorida BPFI yang digunakan
untuk membuat Larutan baku; WU adalah bobot dalam
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, dalam larutan mg zat dalam Larutan uji dihitung terhadap bentuk
alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat; sukar anhidrat; A368U dan A430U adalah serapan Larutan uji
larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam aseton dan pada panjang gelombang 368 nm dan 430 nm; A368S
dalam kloroform. dan A430S adalah serapan Larutan baku pada panjang
gelombang 368 nm dan 430 nm. Perbandingan adalah
Baku pembanding Demeklosiklin hidroklorida BPFI; 0,9 dan 1,1.
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, di tempat dingin. pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan 10 mg zat per mL.
Identifikasi
A. Timbang saksama 40 mg zat, masukkan ke Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 2,0%;
dalam labu tentukur 250-mL, larutkan dengan 2 mL lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
asam hidroklorida 0,1 N, encerkan dengan air sampai pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º
tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
100-mL, tambahkan 75 mL air dan 5 mL larutan
natrium hidroksida 5 N, encerkan dengan air sampai Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
tanda. Spektrum serapan ultraviolet larutan ini, diukur pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
secara saksama pada menit ke-6 setelah penambahan Mikrobiologi <131>.
larutan natrium hidroksida 5 N: menunjukkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
yang sama seperti pada Demeklosiklin hidroklorida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
BPFI, dan serapan jenis dihitung terhadap zat kering, Kromatografi <931>.
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Dapar fosfat pH 9,0 Larutkan 1,74 g kalium fosfat
kurang 380 nm antara 95,8% dan 104,2% monobasa P dalam 80 mL air, atur pH hingga 9
Demeklosiklin Hidroklorida BPFI, perhitungkan dengan penambahan kalium hidroksida 1 M, encerkan
potensi baku pembanding. sampai 100 mL.
B. Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat, Fase gerak Timbang lebih kurang 80 g butil alkohol
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan tersier P masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL
100 mL asam hidroklorida 0,1 N kocok hingga larut, dan tambahkan 200 mL air, tambahkan 100 mL dapar
encerkan dengan asam hidroklorida 0,1 N sampai fosfat pH 9,0; 150 mL tetrabutil amonium hidrogen
tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam dua labu sulfat 0,02 M dan 100 mL natrium edetat 0,01 M (atur
tentukur 50-mL (Larutan 1 dan 2). Buat larutan pH hingga 9,0 dengan penambahan natrium
Demeklosiklin Hidroklorida BPFI yang sama hidroksida LP). Encerkan dengan air sampai tanda,
(Larutan 3 dan 4). Ke dalam Larutan 1 dan 3, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
tambahkan 10 mL asam hidroklorida 6 N, dan ke penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
dalam Larutan 2 dan 4, tambahkan 10 mL asam pada Kromatografi <931>. Pengurangan jumlah butil
hidroklorida 3 N. Panaskan empat labu tentukur dalam alkoholtersier P meningkatkan resolusi.
tangas air selama 20 menit, dinginkan, encerkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dengan air sampai tanda. Ukur serapan Larutan 1 dan Demeklosiklin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
3 pada panjang gelombang serapan maksimum lebih asam hidroklorida 0,01 N hingga kadar 1 mg per mL.
kurang 430 nm, menggunakan Larutan 2 dan 4 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
berturut-turut sebagai blangko. Ukur serapan Larutan zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
2 dan 4 pada panjang gelombang serapan maksimum dan encerkan dengan asam hidroklorida 0,01 N
lebih kurang 368 nm, menggunakan Larutan 1 dan 3 sampai tanda.
sebagai blangko. Hitung perbandingan: Larutan resolusi Buat larutan Demeklosiklin
Hidroklorida BPFI dalam asam hidroklorida 0,01 N
hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL dan diamkan
selama 3 jam.
- 378 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penetapan dengan cara Metode II seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Identifikasi dalam Tetrasiklin.
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L21. Pertahankan suhu Disolusi <1231>
kolom pada 60  0,5°. Laju alir lebih kurang 1 mL per Media disolusi : 900 mL air.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Alat tipe 2: 75 rpm.
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons Waktu : 45 menit
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi Prosedur Lakukan penetapan jumlah
relatif epidemetilklortetrasiklin dan demeklosiklin C21H21ClN2O8 yang terlarut dengan mengukur serapan
berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
antara puncak epidemetilklortetrasiklin dan serapan larutan baku Demeklosiklin Hidroklorida
demeklosiklin tidak kurang dari 3,0. Lakukan BPFI dalam media yang sama pada panjang
kromatogafi terhadap Larutan baku, rekam gelombang serapan maksimum lebih kurang 270 nm.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada kurang dari 75 % (Q) C21H21ClN2O8, dari jumlah yang
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. tertera pada etiket.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%
jumlah dalam µg demeklosiklin hidroklorida, kecuali isi kapsul mengandung pati tidak lebih dari
C21H21ClN2O8.HCl, dalam setiap mg zat dengan 8,0%; lakukan pengeringan dalam botol bersumbat
rumus: kapiler pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada
suhu 60º selama 3 jam, menggunakan 100 mg zat.
 CE  rU 

50  Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 W  rS  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
W adalah bobot dalam mg demeklosiklin hidroklorida Fase gerak, Larutan baku, Larutan resolusi, Sistem
yang digunakan; C adalah kadar Demeklosiklin kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; E kadar dalam Demeklosiklin Hidroklorida.
adalah kesetaraan demeklosiklin hidroklorida dalam Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 10
µg per mg Demeklosiklin Hidroklorida BPFI; rU dan kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur.
rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul.
dan Larutan baku. Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 50 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup demeklosiklin hidroklorida, masukkan ke dalam labu
rapat, tidak tembus cahaya. tentukur 50-mL, tambahkan asam hidroklorida 0,01 N
sampai tanda. Sonikasi selama 5 menit dan sentrifus
selama 5 menit. Saring beningan melalui penyaring
KAPSUL DEMEKLOSIKLIN dengan porositas 1,5 µm atau lebih kecil.
HIDROKLORIDA Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Demeklosiklin hidroklorida. Hitung
Demeclocycline Hydrochloride Capsule
jumlah dalam mg demeklosiklin hidroklorida,
C21H21ClN2O8.HCl, dalam serbuk kapsul yang
Kapsul Demeklosiklina Hidroklorida mengandung
digunakan dengan rumus:
demeklosiklina hidroklorida C21H21ClN2O8.HCl, tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 125,0% dari
r 
jumlah yang tertera pada etiket. 0 ,05CE  U 
 rS 
Baku pembanding Demeklosiklin hidroklorida BPFI;
C adalah kadar Demeklosiklin Hidroklorida BPFI
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
dalam mg per mL Larutan baku; E adalah ekivalen
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum
demeklosiklin hidroklorida dalam µg per mg
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Demeklosiklin Hidroklorida BPFI; rU dan rS berturut-
terlindung dari cahaya. Simpan pada tempat dingin. turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan
Larutan baku.
Identifikasi Timbang sejumlah isi kapsul larutkan
dalam metanol P hingga kadar demeklosiklin Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
hidroklorida lebih kurang 1,0 mg per mL, kocok dan rapat, tidak tembus cahaya.
saring. Gunakan filtrat sebagai Larutan uji, lakukan
- 379 -

Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama Deslanosida BPFI,
DESLANOSIDA larutkan dan encerkan secara bertahap dengan etanol
Deslanoside P hingga kadar lebih kurang 200 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
encerkan dengan etanol P sampai tanda.
Prosedur Pipet masing-masing 3,0 mL Larutan
baku, Larutan uji dan etanol P sebagai blangko ke
dalam labu Erlenmeyer 25 mL yang berbeda. Uapkan
masing-masing labu dengan pemanasan hati-hati dan
dengan bantuan aliran udara hingga kering. Dinginkan
Deasetillanatosida C [17598-65-1] dalam desikator pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
C47H74O19 BM 943,08 selama 30 menit. Pada masing-masing labu
tambahkan 15,0 mL asam-besi(III) klorida LP,
Deslanosida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan biarkan larutan dalam tempat terlindung dari cahaya
tidak lebih dari 103,0% C47H74O19 dihitung terhadap pada suhu tidak lebih dari 30 selama 15 menit sambil
zat kering. terus dikocok, saring melalui penyaring wol kaca
halus. Ukur secara berurutan serapan Larutan
Pemerian Hablur atau serbuk hablur putih, blangko, Larutan baku dan Larutan uji pada panjang
higroskopis. gelombang serapan maksimum lebih kurang 590 nm.
Ulangi pengukuran setiap interval selama 2 menit
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar hingga diperoleh serapan maksimum. Hitung jumlah
larut dalam etanol, pada kelembapan rendah akan dalam mg deslanosida, C47H74O19, dalam zat uji yang
kehilangan air. digunakan dengan rumus:

Baku pembanding Deslanosida BPFI lakukan A 


pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor 0,1C  U 
pentoksida P hingga bobot tetap sebelum digunakan.  As 
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya. Senyawa bersifat higroskopis. C adalah kadar Deslanosida BPFI dalam µg per mL
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti maksimum Larutan uji dan Larutan baku.
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol P- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
air (130:36:3). rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25°,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 masih diperbolehkan antara 15º dan 30º.
μL larutan dalam metanol P yang mengandung (1) zat
uji 4 mg per mL dan (2) Deslanosida BPFI 4 mg per
mL pada lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 INJEKSI DESLANOSIDA
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf Deslanoside Injection
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Injeksi Deslanosida adalah larutan steril deslanosida
Angkat lempeng, biarkan kering di udara. Semprot dalam pelarut yang sesuai. Mengandung deslanosida
lempeng dengan asam perklorat encer P (1 dalam 20), tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
panaskan pada suhu 100 selama 3 menit. Dinginkan, C47H74O19 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat
amati di bawah cahaya ultraviolet: harga Rf bercak mengandung gliserin.
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Baku pembanding Deslanosida BPFI; lakukan
Rotasi optik <1081> Antara +7,0 dan +8,5; lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
penetapan menggunakan 20 mg zat per mL dalam pentoksida P hingga bobot tetap sebelum digunakan.
piridina anhidrat P. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya. Senyawa bersifat higroskopis.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu Identifikasi Masukkan sejumlah volume injeksi setara
100 hingga bobot tetap, menggunakan 500 mg zat. dengan lebih kurang 2 mg deslanosida ke dalam corong
pisah kecil, ekstraksi dengan 25 mL campuran
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. kloroform P-etanol P (7:3). Masukkan ekstrak ke
dalam labu Erlenmeyer 10 mL, uapkan di atas tangas
- 380 -

uap hingga kering, larutkan residu dalam 500 μL


metanol P. Gunakan 5 μL larutan yang diperoleh. 13-Etil-11-metiliden-18,19-dinor-17α-pregn-4-en-20-
Lanjutkan penetapan seperti tertera pada uji yn-17-ol [54024-22-5]
Identifikasi dalam Deslanosida dimulai dengan C22H30O BM 310,5
“totolkan 5 μL larutan”.
Desogestrel mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,0. tidak lebih dari 102,0%, C22H30O, dihitung terhadap
zat kering.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi. Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.

Penetapan kadar Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada larut dalam metanol, mudah larut dalam etanol mutlak
Penetapan kadar dalam Deslanosida. dan dalam metilen klorida.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 600 µg deslanosida, masukkan Baku pembanding Desogestrel BPFI; Simpan pada
dalam corong pisah, tambahkan 50 mL air dan 1 mL suhu 5 ±3⁰, terlindung cahaya. Desogestrel untuk
asam sulfat 2 N. Lakukan ekstraksi 4 kali, masing- Kesesuaian Sistem BPFI [Catatan terutama
masing dengan 30 mL campuran kloroform P-n- mengandung cemaran A, B, C dan D].
propanol P (5:1). Bilas tiap bagian ekstraksi dalam
corong pisah lainnya yang berisi 5 mL air dan saring Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
melalui kapas yang sebelumnya dibasahi dengan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
kloroform P. Kumpulkan ekstrak dan uapkan di atas maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
tangas uap dengan bantuan aliran udara hingga kering. sama seperti pada Desogestrel BPFI.
Pindahkan residu ke dalam labu Erlenmeyer 25 mL
dengan bantuan sedikit campuran kloroform P- n- Rotasi jenis <1081> Antara +53,0° dan +57,0°;
propanol P. lakukan penetapan menggunakan larutan 250 mg dalam
Prosedur Masukkan masing-masing 3,0 mL 25 mL etanol mutlak P.
Larutan baku dan etanol P sebagai blangko ke dalam
labu Erlenmeyer 25 mL. Terhadap larutan ini dan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Larutan uji, lakukan seperti tertera pada Prosedur lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan
dalam Penetapan kadar pada Deslanosida dimulai tekanan tidak lebih dari 15 mmHg hingga bobot tetap
dengan “uapkan dengan pemanasan hati-hati”. Hitung menggunakan 1,0 g zat.
jumlah dalam µg, deslanosida, C47H74O19, dalam tiap mL
injeksi yang digunakan dengan rumus: Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
penetapan menggunakan 1,0 g zat.
 C  AU 

  Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
 V  AS  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C adalah kadar Deslanosida BPFI dalam µg per mL Fase gerak Campuran air-asetonitril P (27:73).
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
digunakan dalam mL; AU dan AS berturut-turut adalah penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
serapan maksimum Larutan uji dan Larutan baku. pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis 20 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
tunggal sebaiknya dari kaca tipe I. 50-mL. Tambahkan 25 mL asetonitril P, encerkan
dengan air sampai tanda.
Larutan baku A Timbang saksama 4 mg
DESOGESTREL Desogestrel untuk Kesesuaian Sistem BPFI
Desogestrel (berisi cemaran A, B, C dan D), masukkan ke dalam
labu tentukur 10-mL. Tambahkan 5,0 mL asetonitril
P, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan baku B Pipet lebih kurang 1 mL Larutan uji
ke dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan sejumlah
volume sama asetonitril P dan air sampa tanda.
Larutan baku C Pipet 1 mL Larutan baku B ke
dalam labu tentukur 10-mL. Tambahkan sejumlah
volume sama asetonitril P dan air sampai tanda.
- 381 -

Larutan baku D Timbang saksama sejumlah 20 mg Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Desogestrel BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur volume sama (lebih kurang 15 μL) Larutan uji dan
50-mL. Tambahkan 25 mL asetonitril P dan encerkan Larutan baku D ke dalam kromatograf, rekam
dengan air sampai tanda. kromatogram, ukur respons puncak utama. Hitung
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja persentase desogestrel C22H30O, dengan rumus:
tinggi dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan  rU   CS 
ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada       100
50°. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan  rS   CU 
kromatografi terhadap Larutan baku A, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
pada Prosedur: perbandingan puncak terhadap lembah
Larutan uji dan Larutan baku D; Cs adalah kadar
tidak kurang dari 2,0; waktu retensi relatif cemaran
terhadap desogestrel (waktu retensi lebih kurang 22 Desogestrel BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
menit) tertera pada Tabel. adalah kadar desogestrel dalam mg per mL Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah berdasarkan bobot yang ditimbang.
volume sama (lebih kurang 15 μL) Larutan uji,
Larutan baku A, Larutan baku B dan Larutan baku C Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 2,5 kali rapat, di tempat dingin.
waktu retensi desogestrel, ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat.
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih TABLET DESOGESTREL
dari batas yang tertera pada Tabel. Desogestrel Tablets

Tabel Tablet Desogestrel mengandung desogestrel, C22H30O,


tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 105,0%,
Nama Waktu retensi Batas dari jumlah yang tertera pada etiket.
relatif
Cemaran A 0,95 Tidak lebih dari 2 Baku pembanding Desogestrel BPFI; Simpan pada
kali respons puncak suhu 5 ±3⁰, terlindung cahaya. Cemaran Dexametason
utama Larutan baku C BPFI; Linestrenol BPFI; Senyawa Sejenis D Desogestrel
(0,2%)
BPFI; Senyawa Sejenis E Desogestrel BPFI.
Cemaran B 0,7 Tidak lebih dari 2
kali respons puncak
utama Larutan baku C Identifikasi
(0,2%) A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Cemaran C 1,05 Tidak lebih dari 2 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
kali respons puncak diperoleh pada Penetapan kadar.
utama Larutan baku C B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
(0,2%) lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara
Cemaran D 0,25 Tidak lebih dari kromatografi lapis tipis <281>.
respons puncak utama Fase gerak Campuran etil asetat P-toluen P
Larutan baku C (20:80).
(0,1%)
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
Cemaran E 0,2 -
Cemaran lain - Tidak lebih dari
tablet setara dengan lebih kurang 0,75 mg desogestrel,
respons puncak utama masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL. Tambahkan
Larutan baku C 8 mL diklorometan P, sonikasi dan encerkan dengan
(0,1%) diklorometan P sampai tanda dan saring.
Total cemaran - Tidak lebih dari 0,5 Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
selain kali respons puncak Desogestrel BPFI, larutkan dan encerkan dengan
cemaran A utama Larutan baku B diklorometan P hingga kadar lebih kurang 0,0075%.
(0,5%) Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah
Abaikan respons puncak 0,5 kali respons puncak utama Desogestrel BPFI dan Linestrenol BPFI, larutkan, dan
Larutan baku C (0,05%).
encerkan dengan diklorometan P hingga kadar
masing-masing lebih kurang 0,0075%.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada μL Larutan uji, Larutan baku 1 dan Larutan baku 2
Kromatografi <931>. Fase gerak, Larutan uji, pada lempeng kromatografi silika gel 60 HPTLC.
Larutan baku D, dan Sistem kromatografi Lakukan Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
penetapan seperti tertera pada Cemaran organik. yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak
- 382 -

merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. BPFI, dan Senyawa Sejenis E Desogestrel BPFI,
Angkat lempeng, tandai batas rambat, dan keringkan larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
di udara, semprot dengan asam sulfat etanolat 2% berturut-turut lebih kurang 0,00075%; 0,000015% dan
(yang dibuat dengan menambahkan 2 bagian volume 0,0000075%.
asam sulfat P dengan 98 bagian volume etanol 96 %), Sistem kromatografi Lakukan kromatografi seperti
panaskan pada suhu 110° selama 10 menit, amati tertera pada Cemaran organik dengan detektor 210
bercak di bawah cahaya ultraviolet pada panjang nm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi,
gelombang 365 nm: harga Rf ,warna dan intensitas rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
bercak utama dari Larutan uji sesuai dengan bercak tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
utama Larutan baku 1. senyawa sejenis D desogestrel dan puncak desogestrel
tidak kurang dari 1,5; waktu retensi senyawa sejenis D
Disolusi <1231> desogestrel tidak lebih dari 6 menit.
Media disolusi: 500 mL natrium lauril sulfat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
0,3 %, pada suhu 37°. volume sama (lebih kurang 125 μL) Larutan uji dan
Alat tipe 2: 50 rpm Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Waktu: 45 menit kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Lakukan penetapan persentase desogestrel, C22H30O, Hitung persentase desogestrel, C22H30O, dalam tiap
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tablet yang digunakan dengan rumus:
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (5:95).  rU   CS 
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan      100
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera  rS   CU 
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Desogestrel BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Desogestrel
campuran 2-propanol P-larutan natrium lauril sulfat P
0,3% (1:99) hingga kadar lebih kurang 0,000015%. BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Larutan uji Gunakan alikot, jika perlu encerkan desogestrel dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
dengan larutan natrium lauril sulfat P 0,3%. hingga jumlah yang tertera pada etiket.
kadar lebih kurang 0,000015%.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom 4,6 mm Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
x 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan ukuran Kromatografi <931>.
partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju Larutan A Gunakan asetonitril P.
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Larutan B Buat campuran asetonitril P-air (50:50),
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah saring dan awaudarakan.
volume sama (lebih kurang 200 μL) Larutan baku dan Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung kromatografi.
persentase, C22H30O, yang terlarut. Pengencer Campuran air-asetonitril P (20:80),
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak saring dan awaudarakan.
kurang dari 75% (Q) C22H30O dari jumlah yang tertera Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
pada etiket. serbuk tablet setara dengan lebih kurang 0,75 mg
desogestrel, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL.
Keseragaman sediaan Lakukan penetapan dengan Tambahkan 15 mL Pengencer, sonikasi, encerkan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera dengan Pengencer sampai tanda, kocok, dan saring.
pada Kromatografi <931>. [Catatan Untuk tablet Larutan uji Pipet lebih kurang 1 mL Larutan uji
yang mengandung kurang dari 2 mg dan atau kurang persediaan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
dari 2% desogestrel.] dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 2 mL larutan
Fase gerak, Pengencer, dan Sistem kromatografi ini ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
Lakukan seperti tertera pada Cemaran organik. Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Larutkan 1 tablet dalam 5,0 mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Pengencer, sonikasi. Kadar larutan lebih kurang Desogestrel BPFI, Senyawa Sejenis D Desogestrel
0,00075%. BPFI dan Senyawa Sejenis E Desogestrel BPFI,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
Desogestrel BPFI, larutkan, dan encerkan dengan berturut-turut lebih kurang 0,00375%; 0,000075%,
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,00075%. dan 0,0000375%.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Desogestrel BPFI, Senyawa Sejenis D Desogestrel tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan
210 nm, kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi
- 383 -

L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 2 mL per Desogestrel BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,00375%.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
Waktu Larutan Larutan B Desogestrel BPFI, Senyawa Sejenis D Desogestrel
Eluasi
(menit) A (%) (%) BPFI, dan Senyawa Sejenis E Desogestrel BPFI,
0-4,5 0 100 Isokratik larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga
4,5-4,6 0→100 100→0 Gradien Linier kadar berturut-turut lebih kurang 0,00375%;
4,6-10,7 100 0 Isokratik 0,000075%, dan 0,0000375%.
10,7-10,8 100→0 0→100 Gradien Linier
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi seperti
tertera pada Cemaran organik dengan detektor 210
10,8-14 0 100 Kesetimbangan nm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera senyawa sejenis D desogestrel dan puncak desogestrel
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa tidak kurang dari 1,5; waktu retensi senyawa sejenis D
sejenis E desogestrel dan puncak senyawa sejenis D desogestrel tidak lebih dari 6 menit. Lakukan
desogestrel pada panjang gelombang 210 nm tidak kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
kurang dari 1,8; waktu retensi senyawa sejenis D kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
desogestrel tidak lebih dari 6 menit. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sejenis D desogestrel dan puncak desogestrel tidak
volume sama (lebih kurang 25 L) Larutan uji kurang dari 1,5; waktu retensi senyawa sejenis D
persediaan, Larutan uji, dan Larutan baku ke dalam desogestrel tidak lebih dari 6 menit.
kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur semua Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
respons puncak. Masing-masing cemaran dan total volume sama (lebih kurang 25 μL) Larutan uji dan
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Tabel. kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Tabel Hitung persentase desogestrel, C22H30O, dalam tablet
yang digunakan dengan rumus:
Cemaran Batas
Senyawa sejenis tidak lebih besar dari respons  rU   CS 
E desogestrel* puncak utama Larutan baku (1%)      100
Cemaran lain* tidak lebih besar dari respons  rS   CU 
puncak utama Larutan uji
persediaan (0,2%) rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Senyawa sejenis tidak lebih besar dari respons uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Desogestrel
D desogestrel** puncak utama Larutan baku BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
(2%). desogestrel dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
* Pada panjang gelombang 210 nm jumlah yang tertera pada etiket.
** Pada panjang gelombang 230 nm
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara rapat, di tempat dingin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Untuk tablet yang
mengandung kurang dari 2 mg dan atau kurang dari TABLET DESOGESTREL DAN ETINIL
2% desogestrel: gunakan bobot rata-rata dari 10 hasil ESTRADIOL
uji untuk Keseragaman sediaan. Untuk tablet yang Desogestrel and Ethinyl Estradiol Tablet
mengandung 2 mg atau lebih dan 2 % desogestrel,
lakukan pengujian seperti di bawah ini.] Tablet Desogestrel dan Etinil Estradiol mengandung
Fase gerak, Pengencer, dan Sistem kromatografi Desogestrel, C22H30O, dan Etinil Estradiol, C20H24O2,
Lakukan seperti tertera pada Cemaran organik. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari jumlah yang tertera pada etiket.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
setara dengan lebih kurang 0,75 mg desogestrel, Baku pembanding Desogestrel BPFI. Tidak boleh
masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL. Tambahkan dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
10 mL Pengencer, sonikasi, encerkan dengan dalam lemari pendingin. Etinil Estradiol BPFI; Tidak
Pengencer sampai tanda, dan saring. boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
terlindung cahaya.
- 384 -

Larutan baku persediaan B Timbang saksama


Identifikasi sejumlah Etinil Estradiol BPFI, masukkan ke dalam
A. Lakukan penetapan seperti yang tertera pada labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis <281>. dengan metanol P hingga kadar 0,25 mg per mL. Pipet
Fase gerak Campuran kloroform P-etanol P (96:4). 1 mL larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
Penampak bercak Campuran metanol P-asam sulfat mL, encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
P (1:1). Larutan mengandung etinil estradiol 0,005 mg per mL.
Larutan baku timbang saksama masing-masing Larutan baku Encerkan sejumlah Larutan baku
sejumlah Desogestrel BPFI dan Etinil Estradiol BPFI, persediaan A dan Larutan baku persediaan B dengan
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Media disolusi hingga kadar desogestrel dan etinil
larutkan dan encerkan dengan eter P hingga kadar estradiol berturut-turut 0,3 µg per mL dan 0,06 µg per
masing-masing Desogestrel BPFI dan Etinil Estradiol mL.
BPFI berturut-turut adalah 0,15 mg per mL dan 0,03 Larutan uji Gunakan beningan alikot yang sudah
mg per mL. disentrifus.
Larutan uji Masukkan sejumlah tablet setara Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
dengan lebih kurang 1,5 mg desogetrel dan 0,3 mg pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
etinil estradiol ke dalam wadah yang sesuai, tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm untuk
tambahkan 50 mL air, sonikasi hingga tablet hancur desogestrel dan detektor spektroflourometri dengan
jika perlu hilangkan pelapis tablet sebelum sonikasi. panjang gelombang eksitasi 285 nm, emisi 310 nm
Masukkan larutan ke dalam corong pisah, tambahkan untuk etinil estradiol. Kolom pelindung 4,6 mm ×
25 mL eter P, kocok untuk mengekstraksi zat aktif. 12,5 mm berisi bahan pengisi L11 dan kolom analitik
Pipet 25 mL lapisan eter, masukkan ke dalam gelas 4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir
piala, uapkan sampai lebih kurang 10 mL. lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
Prosedur Totolkan masing-masing 30 μL Larutan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke waktu retensi puncak utama untuk etinil estradiol dan
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak dan desogestrel berturut-turut adalah 0,2 dan 1,0.
biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat Simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat lebih dari 3,0%.
dan biarkan kering. Semprot lempeng dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Penampak bercak, keringkan dalam oven pada suhu volume sama (lebih kurang 200 μL) Larutan baku dan
105 selama 5 menit dan amati lempeng. Harga Rf Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. kromatogram dan ukur respons puncak, hitung jumlah
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram desogestrel, C22H30O dan etinil estradiol, C20H24O2,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang terlarut dengan rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
Disolusi <1231> ( ) ( ) 100𝑉
𝑟𝑆 𝐿
Uji 1
Media disolusi: 500 mL natrium lauril sulfat P rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak analit
0,05% dengan kadar tidak kurang dari 95% yang sesuai dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Alat tipe 2: 50 rpm adalah kadar baku pembanding yang sesuai dalam mg
Waktu: 30 menit per mL Larutan baku; L adalah jumlah dalam mg per
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C22H30O, dan tablet yang tertera pada etiket; V adalah volume Media
C20H24O2 yang terlarut dengan cara Kromatografi cair disolusi, 500 mL.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut
<931>. masing-masing tidak kurang dari 80% (Q) C22H30O
Dapar Buat larutan kalium fosfat 20 mM, pH 6,0. dan C20H24O2, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (1:1).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Uji 2 Jika sediaan memenuhi uji ini, pada etiket harus
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera dicantumkan memenuhi Uji 2 Disolusi FI.
pada Kromatografi <931>. Media disolusi: 500 mL natrium lauril sulfat P
Larutan baku persediaan A Timbang saksama 0,3%
sejumlah Desogestrel BPFI, masukkan ke dalam labu Alat tipe 2: 100 rpm
tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Waktu: 30 menit
metanol P hingga kadar 0,25 mg per mL. Pipet 1 mL Prosedur Lakukan penetapan jumlah C22H30O dan
larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, C20H24O2 yang terlarut dengan cara Kromatografi cair
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. kinerja tinggi seperti yang tertera pada Uji 1.
Larutan mengandung desogestrel 0,005 mg per mL.
- 385 -

Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut adalah respons puncak analit yang sesuai dari Larutan
masing-masing tidak kurang dari 80% (Q) C22H30O uji dan Larutan baku.
dan C20H24O2, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat baik.
untuk desogestrel dan etinil estradiol.
Penandaan Jika digunakan lebih dari satu uji disolusi,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada etiket harus dicantumkan uji disolusi yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan kecuali jika hanya Uji 1.
Kromatografi <931>.
Dapar Larutan kalium fosfat 20 mM, pH 6,0.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (1:1). DESOKSIMETASON
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Desoximetasone
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera CH2OH
pada Kromatografi <931>. C O
Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1). HO
H CH3
CH3
Larutan baku persediaan A Larutkan sejumlah
Desogestrel BPFI dalam metanol P hingga kadar 0,3 CH3 H

mg per mL. F H H
Larutan baku persediaan B Larutkan sejumlah
O
Etinil Estradiol BPFI dalam metanol P hingga kadar
0,3 mg per mL.
Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan 9-Fluoro-11β,21-dihidroksi-16-metilpregna-1,4-
baku persediaan A dan Larutan baku persediaan B diena-3,20-dion [382-67-2]
dengan Pengencer hingga kadar desogestrel dan etinil C22H29FO4 BM 376,46
estradiol berturut-turut adalah 0,6 dan 0,12 µg per mL.
Larutan uji Masukkan 20 tablet ke dalam labu Desoksimetason mengandung tidak kurang dari 97,0%
tentukur 200-mL, tambahkan lebih kurang 120 mL dan tidak lebih dari 103,0% C22H29FO4, dihitung
Pengencer kocok selama 30 menit, encerkan dengan terhadap zat kering.
Pengencer sampai tanda, campur. Sentrifus sebagian
larutan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Pemerian Serbuk hablur, putih sampai praktis putih;
desogestrel 0,6 µg per mL. tidak berbau.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
dilengkapi dengan detektor 210 nm untuk Laju alir etanol, dalam aseton dan dalam kloroform.
lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Baku pembanding Desoksimetason BPFI; tidak
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
waktu retensi puncak utama untuk etinil estradiol dan terlindung cahaya.
desogestrel berturut-turut adalah 0,2 dan 1,0. Faktor
ikutan etinil estradiol dan desogestrel tidak lebih dari Identifikasi
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
ulang tidak lebih dari 2,0%. didisipersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
volume sama (lebih kurang 200 μL) Larutan baku dan sama seperti pada Desoksimetason BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
persentase desogestrel, C22H30O dan etinil estradiol, Fasa gerak Campuran kloroform P-etil asetat P
C20H24O2, dalam tablet dengan rumus: (1:1).
Pelarut Campuran kloroform P dan etanol P (3:1).
 CS  rU  Penampak bercak Larutan asam p-toluenasulfonat
  100 P dalam etanol P (1 dalam 5).
 CU  rS  Larutan baku Timbang sejumlah Desoksimetason
BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar lebih
CS adalah kadar baku pembanding yang sesuai dalam kurang 10 mg per mL.
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar analit yang Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
sesuai dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Pelarut hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL.
jumlah yang tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
20 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
- 386 -

kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan C adalah kadar Desoksimetason BPFI dalam mg per
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang berisi mL Larutan baku; HU dan HS berturut-turut adalah
Fase gerak, biarkan merambat lebih kurang 10 cm dari tinggi puncak desoksimetason dari Larutan uji dan
garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat Larutan baku .
dan keringkan di udara. Amati di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm. Semprot dengan Penampak Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
bercak: bercak utama Larutan uji menunjukkan harga tertutup baik.
Rf dan warna yang sama seperti pada Larutan baku.

Jarak lebur <1021> Antara 206º dan 218º, tetapi GEL DESOKSIMETASON
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari Desoximetasone Gel
4º.
Gel Desoksimetason mengandung desoksimetason,
Rotasi jenis <1081> Antara +107º dan +112º, C22H29FO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
menggunakan larutan dalam kloroform P yang
mengandung 5 mg per mL. Baku pembanding Desoksimetason BPFI; tidak
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; rapat, terlindung cahaya.
lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap.
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. secara kromatografi lapis tipis <281>.
Fase gerak Campuran aseton P-kloroform P (1:1).
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Desoksimetason BPFI, masukkan ke dalam labu
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
kromatografi <931>. Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-asam dengan lebih kurang 100 µg desoksimetason,
asetat glasial P (65:35:1), saring dan awaudarakan, masukkan ke dalam tabung sentrifuga 15 mL.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Tambahkan 3 mL asetonitril P, sonikasi selama lebih
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931> kurang 1 menit, sentrifus dan pindahkan beningan ke
sedemikian rupa sehingga waktu retensi dalam tabung sentrifuga 15 mL lain. Uapkan larutan
desoksimetason lebih kurang 6 menit. di bawah gas nitrogen P pada suhu antara 35º dan 45º
Larutan baku Pada hari penggunaan timbang sampai kering. Larutkan residu dalam 100 μL metanol
saksama sejumlah lebih kurang 20 mg P menggunakan sonikator.
Desoksimetason BPFI, larutkan dalam metanol P Prosedur Totolkan dalam bentuk pita secara
hingga 50,0 mL. Encerkan 10,0 mL larutan ini dengan terpisah masing-masing 100 μL Larutan baku dan
campuran metanol P-asetonitril P (1:1) hingga 100,0 Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P.
mL. Biarkan kering dan masukkan lempeng ke dalam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg bejana kromatograf berisi Fase gerak dan biarkan
zat larutkan dalam 100,0 mL metanol P, dan lakukan Fase gerak merambat hingga lebih kurang 10 cm dari
seperti tertera pada Larutan baku, mulai dengan garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
”Encerkan 10,0 mL larutan ini”. biarkan Fase gerak menguap dan amati di bawah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah cahaya ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak utama
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan uji dan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Larutan baku ke dalam kromatograf cair kinerja tinggi
yang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
baja tahan karat 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan
pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Etanol Antara 18,0% dan 24,0%. Timbang saksama
Faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku lebih kurang 2,5 g gel, masukkan ke dalam labu
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. tentukur 50-mL. Larutkan dan encerkan dengan
Hitung jumlah dalam mg, desoksimetason, C22H29FO4, metanol P sampai tanda. Lakukan penetapan dengan
dengan rumus: Metode II Cara Kromatografi Gas seperti tertera pada
Penetapan Kadar Etanol <1041> menggunakan
H  isopropil alkohol P sebagai baku internal dan metanol
1000 C  U  P menggantikan air sebagai pelarut.
 HS 
- 387 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Desoksimetason BPFI; tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat, terlindung cahaya.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-asam
asetat glasial P (65:35:1), saring dan awaudarakan. Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
Jika perlu atur perbandingan fase gerak hingga waktu secara kromatografi lapis tipis <281>.
retensi desoksimetason lebih kurang 8 menit dan Fasa gerak Campuran kloroform P - etil asetat P
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem (1:1).
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Desoksimetason BPFI larutkan dan encerkan dengan
Desoksimetason BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Larutan uji Uapkan 25 mL Larutan uji seperti
Encerkan larutan dengan larutan kalsium klorida P tertera pada Penetapan kadar di atas tangas air sampai
dalam metanol P (1,5 dalam 100) hingga kadar lebih kering, larutkan residu dalam 2 mL asetonitril P.
kurang 0,025 mg per mL. Penampak bercak Larutan asam p-toluensulfonat P
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara dalam etanol P (1 dalam 5).
dengan lebih kurang 1,25 mg desoksimetason, Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 10 μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
40 mL larutan kalsium klorida P dalam metanol P kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke
(1,5 dalam 100) dan sonikasi untuk mendispersi gel. dalam bejana kromatograf yang berisi Fase gerak,
Encerkan dengan larutan yang sama sampai tanda, biarkan Fase gerak merambat lebih kurang 10 cm dari
campur dan sentrifus. Gunakan beningan. titik penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dan keringkan di udara. Amati di bawah cahaya
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom ultraviolet 254 nm. Semprot dengan Penampak
berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. bercak: harga Rf dan warna bercak utama Larutan uji
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan sesuai dengan Larutan baku.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. pH <1071> Antara 4,0 dan 8,0; lakukan penetapan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sebagai berikut: masukkan 15 mL air mendidih ke
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan dalam 3,5 g krim dalam tabung sentrifuga 50-mL,
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tutup tabung, kocok kuat sampai krim terdispersi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung homogen, tempatkan dalam tangas uap sampai lapisan
jumlah dalam mg, desoksimetason, C22H29FO4, dalam air dan minyak terpisah sempurna. Dinginkan, ambil
gel yang digunakan dengan rumus: fase air dan ukur pH.

𝑟𝑈 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


( ) 50𝐶
𝑟𝑆 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Fase gerak Buat campuran metanol P-air-asam
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar asetat glasial P(65:35:1), saring dan awaudarakan.
Desoksimetason BPFI dalam mg per mL Larutan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
baku. sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang sejumlah etil
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat paraben, larutkan dan encerkan dengan metanol P
dilipat, pada suhu ruang terkendali. hingga kadar lebih kurang 0,04 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Desoksimetason BPFI, larutkan dan encerkan dengan
KRIM DESOKSIMETASON metanol P hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
Desoximetasone Cream Pipet 5 mL larutan, masukkan ke dalam tabung
sentrifuga 50 mL. Tambahkan 10,0 mL Larutan baku
Krim Desoksimetason adalah desoksimetason dalam internal, encerkan kuantitatif dengan metanol P
dasar krim emolien yang sesuai, mengandung hingga volume 40,0 mL, campur. Kadar larutan lebih
desoksimetason, C22H29FO4, tidak kurang dari 90,0% kurang 0,05 mg per mL.
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
pada etiket. dengan lebih kurang 2 mg desoksimetason, masukkan
ke dalam tabung sentrifuga 50 mL, tambahkan
beberapa butir manik kaca, masukkan 10,0 mL
- 388 -

Larutan baku internal dan lebih kurang 30,0 mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
metanol P, campur. Tutup rapat tabung dan rendam Desoksimetason BPFI, larutkan dan encerkan dengan
selama 10 menit di atas tangas air panas, pertahankan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
suhu pada 65°. Angkat tabung, vorteks segera pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
kecepatan tinggi selama 30 detik. Angkat tabung, dengan lebih kurang 5 mg desoksimetason, masukkan
masukkan ke dalam tangas air panas selama 5 menit, ke dalam tabung sentrifuga 50 mL. Tambahkan 20 mL
Angkat tabung, vorteks segera selama 30 detik. Ulangi heksan P, panaskan hati-hati pada suhu 60°, kocok
prosedur sekali lagi, kemudian dinginkan tabung sampai salep terdispersi sempurna. Tambahkan 8 mL
dalam tangas es pada suhu 10 sampai tidak terbentuk asetonitril P, tutup tabung, kocok kuat selama 5 menit.
lagi endapan flokulan. Sentrifus dan gunakan Dinginkan hingga suhu ruang dan sentrifus sampai
beningan. lapisan bawah jernih. Pipet lapisan bawah dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom dengan asetonitril P sampai tanda.
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7. Penampak bercak Larutan asam p-toluensulfonat P
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan dalam etanol P (1 dalam 5).
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera μL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk etilparaben kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke
dan desoksimetason berturut-turut lebih kurang 1 dan dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak, biarkan
2; resolusi, R, antara puncak analit dan baku internal Fase gerak merambat hingga lebih kurang tiga per empat
tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan puncak analit tidak tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada keringkan di udara dan amati di bawah cahaya
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. ultraviolet 254 nm. Semprot hati-hati dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penampak bercak dan panaskan pada suhu 100°
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan selama 5 menit. Amati di bawah cahaya ultraviolet 366
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam nm: harga Rf dan fluorosensi kuning kecoklatan dari
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
jumlah dalam mg desoksimetason, C22H29FO4, dalam
krim yang digunakan dengan rumus: Isi minimum <861> Memenuhi syarat.

𝑅𝑈 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


( ) 40𝐶
𝑅𝑆 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-asam
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons asetat glasial P(65:35:1), saring dan awaudarakan.
puncak etilparaben dan desoksimetason dari Larutan Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
uji dan Larutan baku; C adalah kadar Desoksimetason sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; . Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Desoksimetason BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat metanol P hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
dilipat, pada suhu ruang terkendali. Pipet 1 mL larutan ke dalam labu tentukur 10-mL,
tambahkan 9 mL campuran metanol P dan asetonitril
untuk spektrofotometri LC P yang dijenuhkan dengan
SALEP DESOKSIMETASON n-heptan P.
Desoximetasone Ointment Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
dengan lebih kurang 2 mg desoksimetason, masukkan
Salep Desoksimetason mengandung desoksimetason, ke dalam tabung sentrifuga 50-mL, tambahkan 20 mL
C22H29FO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih n-heptan P yang sudah dijenuhkan dengan asetonitril
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. untuk spektrofotometri P, panaskan hati-hati sambil
sesekali dikocok sampai salep terdispersi sempurna.
Baku pembanding Desoksimetason BPFI; tidak Biarkan sampai agak dingin, dan ekstraksi dengan 10
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup mL asetonitril untuk spektrofotometri P, kocok kuat,
rapat, terlindung cahaya. sentrifus, buang lapisan bawah asetonitril
menggunakan jarum dan siring, masukkan ke dalam
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi labu tentukur 50-mL. Gunakan jarum dan siring yang
secara kromatografi lapis tipis <281>. sama, ekstraksi desoksimetason dengan asetonitril P
Fase gerak Campuran etil asetat P - kloroform P berturut-turut 10 mL dan 8 mL. Kumpulkan semua
(4:1). lapisan asetonitril dalam labu tentukur 50-mL.
Encerkan dengan metanol P sampai mendekati tanda,
- 389 -

campur, biarkan pada suhu ruang, encerkan dengan Baku pembanding Diazepam BPFI, simpan dalam
metanol P sampai tanda. wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Sejenis A Diazepam BPFI. Senyawa Sejenis B
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Diazepam BPFI. Nordazepam BPFI.
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan Identifikasi
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak analit dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
puncak pelarut tidak kurang dari 5,0; faktor ikutan sama seperti pada Diazepam BPFI.
puncak analit tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku B. Larutan 5 mg zat per mL aseton P menunjukkan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. reaksi seperti tertera pada Identifikasi secara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kromatografi lapis tipis <281> dalam bejana
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan kromatograf yang tidak dijenuhkan dengan fase gerak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam etil asetat P- n-heptan P (1:1)
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg desoksimetason, C22H29FO4, dalam Jarak lebur <1021> Metode I Antara 131º dan 135º.
salep yang digunakan dengan rumus:
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
𝑟𝑈 lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
( ) 100𝐶
𝑟𝑆 pentoksida P pada suhu 60º selama 4 jam.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
Desoksimetason BPFI dalam mg per mL Larutan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
baku.
Cemaran organik Masing-masing cemaran dan
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat jumlah semua cemaran tidak lebih dari batas yang
dilipat, pada suhu ruang terkendali. tertera pada Tabel. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
DIAZEPAM Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem
Diazepam kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis B Diazepam BPFI, Senyawa Sejenis A
Diazepam BPFI dan Nordazepam BPFI larutkan dan
encerkan dengan metanol P secara kuantitatif dan jika
perlu bertahap hingga kadar berturut-turut lebih
kurang 1 µg per mL; 0,1 µg per mL; dan 3 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, masukkan
ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan
dengan metanol P sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1, volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
4-benzodiazepin-2-on [439-14-5] Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
C16H13ClN2O BM 284,74 dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
senyawa sejenis B diazepam, senyawa sejenis A
Diazepam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan diazepam dan nordazepam dalam zat dengan rumus:
tidak lebih dari 105,0% C16H13ClN2O dihitung
terhadap zat kering. 𝑟𝑈 𝐶𝑟
( )( )
𝑟𝑆 𝑊
Pemerian Serbuk hablur hampir putih sampai kuning;
praktis tidak berbau. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
uji dan Larutan baku; Cr adalah kadar Senyawa Sejenis
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam B Diazepam BPFI atau Senyawa Sejenis A Diazepam
etanol; mudah larut dalam kloroform; BPFI atau Nordazepam BPFI dalam µg per mL
Larutan baku; W adalah bobot dalam mg diazepam
yang digunakan untuk pembuatan Larutan uji.
- 390 -

Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan 𝑟𝑈


rumus:
( ) 100𝐶
𝑟𝑆
𝑟𝑖 𝐶𝑠
( )( )
𝑟𝑠 𝑊 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
uji dan Larutan baku; C adalah kadar Diazepam BPFI
ri adalah respons puncak cemaran lain pada Larutan dalam mg per mL Larutan baku;.
uji; dan rS adalah respons puncak senyawa sejenis B
diazepam dalam Larutan baku; CS adalah kadar Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Senyawa Sejenis B Diazepam BPFI dalam µg per mL rapat tidak tembus cahaya.
Larutan baku.

Tabel INJEKSI DIAZEPAM


Cemaran Batas (%) Diazepam Injection
Senyawa sejenis A Diazepam 0,01
Senyawa sejenis B Diazepam 0,1 Injeksi Diazepam adalah larutan steril diazepam dalam
Nordazepam 0,3 pelarut yang sesuai. Mengandung diazepam,
Cemaran lain 0,1 C16H13ClN2O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Jumlah semua cemaran 1,0
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Diazepam BPFI; tidak boleh
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi <931>. terlindung dari cahaya. .Endotoksin BPFI;[Catatan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air- Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
metanol P (2:2:1) saring dan awaudarakan. Jika perlu hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem semua isi; larutan bisa digunakan selama 14 hari.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Simpan larutan dan vial yang belum dibuka di dalam
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah lemari pendingin.
Diazepam BPFI dan Nordazepam BPFI larutkan
dalam metanol P hingga kadar masing-masing lebih Identifikasi
kurang 0,1 mg per mL, jika perlu sonikasi. A. Waktu retensi relatif puncak utama terhadap
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Diazepam baku internal dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P, secara baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kuantitatif dan jika perlu bertahap, hingga kadar lebih B. Masukkan sejumlah volume injeksi setara
kurang 0,1 mg per mL. dengan lebih kurang 10 mg diazepam ke dalam corong
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg pisah, tambahkan 20 mL air, kocok. Tambahkan 20
zat masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. mL kloroform P. Kocok kuat selama 2 menit. Saring
Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. lapisan kloroform melalui lebih kurang 5 g natrium
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sulfat anhidrat P ke dalam gelas piala. Bilas natrium
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sulfat dengan 20 mL kloroform P, kumpulkan hasil
dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 3,9 mm x bilasan dalam gelas piala. Uapkan ekstrak kloroform
15 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih diatas tangas uap dengan dialiri udara sampai volume
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi lebih kurang 5 mL. Angkat gelas piala dari tangas uap,
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam dan uapkan ekstrak kloroform dengan dialiri udara lagi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera sampai kering. Larutkan residu dalam 20 mL eter
pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk anhidrat P, saring, uapkan filtrat dengan aliran udara
nordazepam dan diazepam berturut-turut adalah 0,76 sampai kering. Kerok lapisan tipis berminyak dengan
dan 1,0; resolusi, R, antara puncak nordazepam dan spatel dan keringkan dalam hampa udara di atas fosfor
diazepam tidak kurang dari 4; efisiensi kolom tidak pentoksida P pada suhu 60º selama 4 jam. Spektrum
kurang dari 5000 lempeng teoritis; faktor ikutan serapan inframerah residu yang didispersikan dalam
diazepam tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
relatif puncak diazepam pada penyuntikan ulang tidak pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
lebih dari 2,0%. Diazepam BPFI .
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 11,6 unit
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Endotoksin FI per mg diazepam.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg, diazepam, C16H13ClN2O dalam zat pH <1071> Antara 6,2 dan 6,9.
yang digunakan dengan rumus:
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
- 391 -

TABLET DIAZEPAM
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Diazepam Tablets
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Tablet Diazepam mengandung diazepam,
Fase gerak Buat campuran metanol P-air (65:35), C16H13ClN2O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
penyesuaian menurut Kesesuaiaan sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Baku pembanding Diazepam BPFI; tidak boleh
Larutan baku internal [Catatan Larutan harus dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
dibuat segar]. Buat larutan p-tolualdehida dalam terlindung dari cahaya. Nordazepam BPFI (7-Kloro-
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,3 μL per mL. 1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on)
Larutan baku Timbang saksama sejumlah (C15H11ClN2O BM 270,72); tidak boleh dikeringkan,
Diazepam BPFI larutkan dalam metanol P, jika perlu simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
bertahap dengan metanol P, hingga kadar lebih kurang cahaya.
1 mg per mL. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu
tentukur 25-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku Identifikasi
internal, encerkan dengan metanol P sampai tanda. A. Waktu retensi relatif puncak utama terhadap
(Kadar Larutan baku lebih kurang 0,2 mg Diazepam baku internal dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
BPFI per mL). baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara B. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 10 mg diazepam, masukkan ke dengan 10 mg diazepam, masukkan ke dalam tabung
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 10,0 mL sentrifuga 50 mL, tambahkan 2 mL aseton P.
Larutan baku internal, encerkan dengan metanol P Letakkan tabung sentrifuga dalam tangas ultrasonik
sampai tanda. selama 5 menit, sentrifus. Gunakan 100 μL beningan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sebagai Larutan uji, 100 μL larutan Diazepam BPFI 5
Kromatogafi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi mg per mL dalam aseton P sebagai Larutan baku dan
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm fase gerak campuran etil asetat P- n-heptan P (1:1).
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang Lakukan seperti tertera pada uji Identifikasi B dalam
1,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Diazepam.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi Disolusi <1231>
relatif p-tolualdehida dan diazepam berturut-turut Media disolusi : 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.
adalah lebih kurang 0,5 dan 1,0; faktor ikutan puncak Alat tipe 1: 100 rpm.
diazepam tidak lebih dari 2,5; resolusi, R, antara Waktu: 30 menit.
puncak p-tolualdehida dan puncak diazepam tidak Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H13ClN2O
kurang dari 3,5 dan simpangan baku relatif pada yang terlarut dengan mengukur serapan alikot dan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. serapan larutan baku Diazepam BPFI dalam media
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah yang sama pada panjang gelombang serapan
volume sama (antara 10 μL dan 20 μL) Larutan baku maksimum lebih kurang 242 nm.
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung kurang dari 85% (Q), C16H13ClN2O, dari jumlah yang
jumlah dalam mg, diazepam, C16H13ClN2O, dalam tiap tertera pada etiket.
mL injeksi yang digunakan dengan rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
 C  R 
50  U  Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 V  RS  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C adalah kadar Diazepam BPFI dalam mg per mL Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang baku, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
digunakan dalam mL; RU dan RS berturut-turut adalah pada Penetapan kadar dalam Diazepam.
perbandingan respons puncak diazepam terhadap p- Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
tolualdehida dalam Larutan uji dan Larutan baku. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 10 mg diazepam,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I lebih kurang 50 mL metanol P, sonikasi selama 5
terlindung dari cahaya. menit, kocok secara mekanik selama 5 menit,
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Saring,
buang beberapa mL filtrat pertama.
- 392 -

Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
kadar dalam Diazepam. Hitung jumlah dalam mg larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 20 mg
diazepam, C16H13ClN2O, dalam serbuk tablet yang per mL.
digunakan dengan rumus: Penampak bercak Larutan ninhidrin P 0,2% dalam
butanol P jenuh air.
𝑟𝑈 Prosedur Totolkan masing-masing 5 μL Larutan
100𝐶 ( ) baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
𝑟𝑆
yang dilapisi campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
C adalah kadar Diazepam BPFI dalam mg per mL Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat
puncak Larutan uji dan Larutan baku. 10 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan
kering di udara.Semprot lempeng dengan Penampak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup bercak, panaskan pada suhu 100º selama 10 menit: Rf
rapat, tidak tembus cahaya. dan warna bercak (ungu coklat) dari Larutan uji sesuai
Larutan baku.
B. Tambahkan 1 tetes barium klorida LP ke dalam
DIBEKASIN SULFAT 5 mL larutan zat (1 dalam 50): terbentuk endapan
Dibekacin Sulfate putih.
CH2OH
H
H
O H
Kejernihan larutan Jernih, tidak berwarna hingga
NH2 H
HO kuning pucat; lakukan penetapan menggunakan
H HO
larutan 0,3 gram zat per mL.
CH2NH2
O H
H
H O . xH2SO4
pH <1071> 6,0 sampai 8,0; lakukan penetapan
H2N menggunakan larutan 50 mg zat per mL.
O

OH H
H Rotasi optik <1081> Antara +96º dan +106º, dihitung
H
H
NH2
terhadap zat kering. Lakukan penetapan menggunakan
NH2
0,1 gram zat per mL dalam air.
3-Amino-3-deoksi--D-glukopiranosil-(1→6)-[2,6-
diamino-2,3,4,6-tetradeoksi--D-eritro- Logam berat <371>Metode ITidak lebih dari 20 bpj.
heksapiranosil-(1→4)]-2-deoksi-D-streptamina sulfat Lakukan penetapan menggunakan 1,0 gram zat dan 2
[58580-55-5] mL Larutan baku timbal.
C18H37N5O8.xH2SO4
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
Dibekasin Sulfat adalah garam sulfat dari derivat Lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat, pada
bekanamisin. Mengandung potensi tidak kurang dari tekanan tidak melebihi 0,67 kPa, suhu 60º selama 3
640 µg (potensi) dan tidak lebih dari 740 µg (potensi) jam.
dibekasin per mg dihitung dari zat kering. Potensi
dibekasin sulfat dinyatakan sebagai potensi dibekasin Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
(C18H37N5O8: 451,52). pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
Mikrobiologi <131>, menggunakan metode lempeng
silinder.
Pemerian Serbuk putih hingga putih kekuningan; rasa
Media Gunakan MEDIA 2 seperti tertera pada
agak pahit.
Media dalam Penetapan Potensi Antibiotik secara
Mikrobiologi <131>.
Kelarutan Larut dalam air; praktis tidak larut dalam
Mikroba uji Gunakan Bacillus subtilis ATCC 6633.
etanol, aseton, dan dalam pelarut organik lain.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Baku pembanding Dibekasin Sulfat BPFI; lakukan sejumlah Dibekasin Sulfat BPFI yang telah
pengeringan, pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg dikeringkan, setara potensi 20 mg larutkan dan
pada suhu 60º tidak lebih dari 3 jam. encerkan dengan enceran dapar fosfat pH 6,0,(1 dalam
2) hingga 50,0 mL. Larutan disimpan pada suhu antara
Identifikasi 5º dan 15º dan dapat digunakan dalam waktu 30 hari.
A. Lakukan Kromatografi Lapis Tipis seperti tertera Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
pada Kromatografi <931>. persediaan, encerkan dengan dapar fosfat 0,1 M pH
Fase gerak Campuran amonium hidroksida P- 8,0 hingga diperoleh potensi 20 µg dan 5 µg per mL
metanol P (1:1). berturut-turut sebagai larutan baku kadar tinggi dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kadar rendah [Catatan Larutan dibuat segar].
Dibekasin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
air hingga kadar 20 mg per mL. potensi 20 mg dengan air hingga 50,0 mL. Pipet
- 393 -

sejumlah larutan, tambahkan dapar fosfat 0,1 M pH Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dibukain
8,0 hingga diperoleh potensi 20 µg dan 5 µg per mL Hidroklorida BPFI, larutkan dalam kloroform P
berturut-turut sebagai larutan baku kadar tinggi dan hingga kadar 40 mg per mL.
kadar rendah. Enceran larutan baku Encerkan secara kuantitatif
dan bertahap sejumlah volume Larutan baku hingga
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup diperoleh larutan dengan kadar 40 µg, 120 µg, dan 200
rapat. µg per mL yang sesuai dengan 0,1%, 0,3% dan 0,5%
Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
DIBUKAIN HIDROKLORIDA larutkan dan encerkan dalam kloroform P hingga
Dibucaine Hydrochloride kadar 40,0 mg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
2-Butoksi-N-[2-(dietilamino)etil]sinkoninamida μL Larutan baku, Enceran larutan baku dan Larutan
monohidroklorida [61-12-1] uji pada lempeng kromatografi silika gel P 20 cm x 20
C20H29N3O2.HCl BM 379,92 cm setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan
Dibukain Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Fase gerak, biarkan merambat hingga lebih kurang
97,0% dan tidak lebih dari 100,5% C20H29N3O2.HCl, tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
dihitung terhadap zat kering. biarkan kering di udara. Semprot lempeng dengan
Penampak bercak. Panaskan lempeng di dalam oven
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih hingga pada suhu 140º selama 10 menit, amati di bawah
hampir putih; tidak berbau. Agak higroskopis, menjadi cahaya ultraviolet 254 nm: harga Rf, warna dan
gelap jika terpapar cahaya. intensitas bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku; jumlah intensitas bercak lain selain
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, bercak utama dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0%
dalam aseton, dan dalam kloroform. Larutan dalam dan tidak ada satupun bercak lain lebih besar dari 0,5%
air, pH lebih kurang 5,5. bercak utama Larutan baku, dengan cara
membandingkan dengan bercak dari Enceran larutan
Baku pembanding Dibukain Hidroklorida BPFI; baku.
lakukan pengeringan pada suhu 80º selama 5 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
rapat, terlindung dari cahaya. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Identifikasi Fase gerak Larutkan 1,20 g natrium lauril sulfat P;
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 0,20 g natrium asetat P dan 2,0 mL trietilamin P
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral dalam 300 mL air. Tambahkan asam asetat glasial P
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan hingga pH 5,6 tambahkan 700 mL metanol P, campur
gelombang yang sama seperti pada Dibukain dan saring melalui penyaring yang sesuai dengan
Hidroklorida BPFI. porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Jika perlu lakukan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang pada Kromatografi <931>.
diperoleh pada Penetapan kadar. Pelarut Campuran metanol P-air (70:30).
C. Larutan zat menunjukkan reaksi Klorida cara A, Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dibukain
B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Pelarut, hingga
<291>. kadar lebih kurang 1 mg per mL. Saring melalui
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,5 µm atau
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; lebih kecil.
lakukan pengeringan pada suhu 80º selama 5 jam. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat masukkan ke dalam labu tentukur100-mL,
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. tambahkan Pelarut sampai tanda dan campur. Saring
melalui penyaring yang sesuai dengan porositas 0,5
Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis tipis µm atau lebih kecil.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Fase gerak Campuran toluena P-aseton P-metanol Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
P-amonium hidroksida P (50:30:5:1). dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
Penampak bercak Larutan kalium bikromat P (1 x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
dalam 200) dalam asam sulfat P (1 dalam 5). 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom,
- 394 -

ditetapkan dari puncak analit adalah tidak kurang dari Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2 %.
1500 lempeng teoritis, faktor ikutan untuk puncak
analit tidak lebih dari 3,0 dan simpangan baku relatif Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Rotasi jenis <1081> Antara -28 dan -24, dihitung
sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan larutan 10 mg zat per mL dalam air.
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
dibukain hidroklorida, C20H29N3O2.HCl dalam zat Cemaran organik Masing-masing cemaran dan
yang digunakan dengan rumus : jumlah semua cemaran tidak lebih dari batas yang
tertera pada Tabel. Lakukan penetapan dengan cara
r  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
100C  U  Kromatografi <931>.
 rS  Dapar amonium asetat 0,01 M Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
C adalah kadar Dibukain Hidroklorida BPFI, dalam Pengencer Atur pH Dapar amonium asetat 0,01 M
mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut hingga 9 dengan penambahan natrium hidroksida P.
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Buat campuran larutan dapar amonium asetat 0,01 M
pH 9-asetonitril P (19:1), awaudarakan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan A Buat campuran Dapar amonium asetat
rapat tidak tembus cahaya. 0,01 M-asetonitril P (19:1), saring dan awaudarakan.
Larutan B Buat campuran Dapar amonium asetat
0,01 M-asetonitril P (3:1), saring dan awaudarakan.
DIDANOSIN Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
Didanosine Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan baku persediaan A Timbang saksama
N sejumlah Senyawa Sejenis A Didanosin BPFI,
O N O larutkan dalam Pengencer dan jika perlu encerkan
HO
secara kuantitatif dan bertahap dengan Pengencer
N NH hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan baku persediaan B Timbang saksama
2’,3’-dideoksiinosin [69655-05-6] sejumlah Didanosin BPFI, larutkan dan jika perlu
C10H12N4O3 BM 236,23 encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per mL.
Didanosin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan
tidak lebih dari 102,0% C10H12N4O3, dihitung terhadap A dan 3 mL Larutan baku persediaan B ke dalam labu
zat anhidrat. tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai
tanda.
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Campuran Kesesuaian Sistem Didanosin
Kelarutan Sangat mudah larut dalam dimetil BPFI larutkan dan jika perlu encerkan secara
sulfoksida; praktis tidak larut atau tidak larut dalam kuantitatif dan bertahap dengan Pengencer hingga
aseton dan dalam metanol. kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat
Baku pembanding Didanosin BPFI; Senyawa ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan
Sejenis A Didanosin BPFI; Campuran Kesesuaian dengan Pengencer sampai tanda.
Sistem Didanosin BPFI. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Identifikasi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
A. Spektrum serapan inframerah zat yang x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Kromatograf diprogram sebagai berikut:
sama seperti pada Didanosin BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Waktu Larutan A Larutan B
Eluasi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang (menit) (%) (%)
diperoleh pada Penetapan kadar. 0 – 15 100 0 Isokratik
15 - 20 100→0 0→100 Gradien linier
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0 %. 20 - 30 0 100 Isokratik
30 - 35 0→100 100→0 Gradien linier
- 395 -

Kesetimbangan 3-deoksiinosin 0,51 0,2


35 - 45 100 0
kembali 2,3-anhidroinosin 0,59 0,2
Dideoksididehidro-inosin 0,81 0,2
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Didanosin 1,0 -
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada 2,3-dideoksiadenosin 2,1 0,2
penyuntikan ulang senyawa sejenis A didanosin tidak 5-deoksidideoksi-
3,1 0,2
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap adenosin
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Cemaran lain - 0,1
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur; Total cemaran - 1,0
resolusi, R, antara puncak didanosin dan
dideoksididehidro-inosin tidak kurang dari 3,0 dan Penetapan kadar Lakukan penetapan menggunakan
efisiensi kolom yang ditetapkan dari puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dideoksididehidro-inosin tidak kurang dari 6000 Kromatografi <931>.
lempeng teoritis. Larutan dapar amonium asetat 0,01 M Larutkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 1,54 g amonium asetat P dalam labu tentukur 2000-
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan mL, larutkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak Buat campuran Dapar amonium asetat
kromatogram sampai 30 menit, rekam kromatogram 0,01 M-asetonitril P (21:1), saring dan awaudarakan.
dan ukur respons semua puncak. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Hitung persentase senyawa sejenis A didanosin sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dengan rumus: Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Didanosin BPFI, larutkan dan encerkan secara
C  rU  kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air hingga
100 S   kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
 CU  rS  Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan
CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Didanosin BPFI dengan air sampai tanda. Kocok selama 1 jam sampai
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar larut sempurna sebelum digunakan.
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
ditimbang; rU dan rS berturut-turut adalah respons Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
puncak senyawa sejenis A didanosin dalam Larutan uji dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
dan Larutan baku. Hitung persentase beberapa senyawa x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
cemaran spesifik dan senyawa cemaran lain dalam zat kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
dengan rumus: terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
retensi didanosin antara 7 dan 11 menit, efisiensi
C  ri 
100 S   kolom tidak kurang dari 6000 lempeng teoritis; faktor
ikutan tidak lebih dari 2,5; dan simpangan baku relatif
 CU  rS  pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
CS adalah kadar Didanosin BPFI dalam mg per mL volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Larutan baku; CU adalah kadar dalam mg per mL Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; ri kromatogram dan ukur respons puncak utama.
adalah respons puncak masing-masing cemaran dalam Hitung persentase didanosin, C10H12N4O3, dengan
Larutan uji dan rS adalah respons puncak Didanosin rumus:
BPFI dalam Larutan baku.

C r 
500 (100 ) U 
W   rS 
Tabel
C adalah kadar Didanosin BPFI dalam mg per mL
Batas
Waktu Retensi Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg Larutan
Cemaran Maksimum
Relatif uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
(%)
Senyawa sejenis A Larutan uji dan Larutan baku.
0,28 0,5
Didanosin (Hipoksantin)
Inosin 0,39 0,2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
2-deoksiinosin 0,45 0,3
rapat, simpan pada suhu ruang terkendali.
- 396 -

respons puncak Senyawa Sejenis A Didanosin BPFI


DIDANOSIN UNTUK LARUTAN ORAL dalam Enceran larutan uji dan Larutan baku; V adalah
Didanosine For Oral Solution volume dalam mL didanosin untuk larutan oral yang
digunakan untuk pembuatan Larutan uji; D adalah
Didanosin untuk Larutan Oral jika dikonstitusikan faktor pengenceran Enceran larutan uji; L adalah
seperti tertera pada etiket mengandung didanosin, didanosin yang tertera pada etiket.
C10H12N4O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Baku pembanding Didanosin BPFI; Senyawa Kromatografi <931>.
Sejenis A Didanosin BPFI. Dapar amonium asetat 0,01 M Larutkan 1,54 g
amonium asetat P ke dalam labu tentukur 2000-mL,
Identifikasi encerkan dengan air sampai tanda, saring melalui
A. Larutkan secara terpisah sejumlah zat dan penyaring dengan porositas 0,45 µm.
Didanosin BPFI dalam sesedikit mungkin Fase gerak Buat campuran Dapar amonium asetat
dimetilsulfoksida P, saring dan uapkan filtrat hingga 0,01 M-asetonitril P (24:1), saring dan awaudarakan.
kering. Spektrum serapan inframerah zat yang Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
sama seperti pada Didanosin BPFI. Didanosin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL [Catatan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Gunakan larutan dalam waktu 24 jam setelah
diperoleh pada Penetapan Kadar. pembuatan].
Larutan uji Masukkan isi satu wadah didanosin
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3%. untuk larutan oral ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dalam air dan jika perlu encerkan secara
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat kuantitatif dan bertahap dengan air hingga kadar lebih
kurang 0,1 mg per mL [Catatan Gunakan larutan
Cemaran organik Tidak lebih dari 1%. Lakukan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan].
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Fase gerak, Sistem kromatografi dan Prosedur dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,4 mm
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar. x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dan kolom pelindung
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa 4,6 mm x 2 cm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit.
Sejenis A Didanosin BPFI larutkan dan jika perlu Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan air kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
hingga kadar 5 µg per mL. [Catatan Gunakan larutan pada Prosedur: waktu retensi didanosin antara 7 dan
dalam waktu 48 jam setelah pembuatan]. 11 menit; efisiensi kolom tidak kurang dari 6000
Larutan uji Masukkan isi 1 wadah didanosin untuk lempeng teoritis; dan simpangan baku relatif pada
larutan oral ke dalam labu tentukur yang sesuai, penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
larutkan dengan air hingga kadar lebih kurang 4 mg Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
per mL. [Catatan Gunakan larutan dalam waktu 24 volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
jam dari pembuatan]. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Enceran larutan uji Encerkan Larutan uji dengan kromatogram dan ukur respons puncak utama.
air secara kuantitatif dan jika perlu bertahap, hingga Hitung jumlah dalam mg, didanosin, C10H12N4O3,
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. dalam didanosin untuk larutan oral yang digunakan
Hitung jumlah dalam persen senyawa sejenis A dengan rumus:
didanosin (hipoksantin) dalam didanosin untuk larutan
oral setara dengan didanosin yang tertera pada etiket, r 
dengan rumus: CD  U 
 rS 
  C  rU  
100  VD 
 1000  rS
C adalah kadar Didanosin BPF1 dalam mg per mL
   Larutan baku; D adalah volume dalam mL didanosin
L untuk larutan oral yang digunakan untuk pembuatan
Larutan uji dikalikan faktor pengenceran Larutan uji;
C adalah kadar Senyawa Sejenis A Didanosin BPFI rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
dalam µg per mL Larutan baku; 1000 adalah faktor uji dan Larutan baku.
konversi µg ke mg; rU dan rS berturut-turut adalah
- 397 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rapat, simpan pada suhu antara 15 dan 30. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Penandaan Pada etiket cantumkan cara konstitusi dan Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20bpj.
kesetaraan didanosin, C10H12N4O3 dalam volume
tertentu. Cemaran organik Jumlah luas puncak selain puncak
utama tidak lebih dari 2,0% total luas puncak.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatogafi cair
DIDROGESTERON kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>
Dydrogesterone Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Larutan uji Buat larutan zat dalam Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 L Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama
tidak kurang dari 20 menit dan ukur respons puncak.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
9β,10-Pregna-4,6-diena-3,20-dion [152-62-5] Fase gerak Buat campuran air-etanol P-asetonitril P
C21H28O2 BM 312,45 (530:260:210), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Didrogesteron mengandung tidak kurang dari 98,0% seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan tidak lebih dari 102,0% C21H28O2, dihitung Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terhadap zat kering. Didrogesteron BPFI, larutkan dan encerkan secara
bertahap dan kuantitatif dengan Fase gerak hingga
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai kuning pucat kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg,
larut dalam etanol. masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke
Baku pembanding Didrogesteron BPFI; lakukan dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 50º selama gerak sampai tanda.
1 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Larutan kesesuaian sistem Masukkan 10 mg zat ke
tertutup rapat. dalam labu tentukur l00-mL, tambahkan 30 mL etanol
P untuk melarutkan. Tambahkan 1 mL natrium
Identifikasi hidroksida 0,2 N, panaskan campuran pada 85 selama
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 10 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, netralkan
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida dengan 1 mL asam hidroklorida 0,2 N, tambahkan
P menunjukkan maksimum hanya pada panjang 20,0 mL asetonitril P, encerkan dengan air sampai
gelombang yang sama seperti pada Didrogesteron BPFI. tanda. Larutan ini mengandung didrogesteron dan 17
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 6 g per mL - didrogesteron.
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pada Didrogesteron BPFI: daya serap masing-masing dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm
dihitung terhadap zat kering pada panjang gelombang x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
serapan maksimum lebih kurang 285 nm, berbeda partikel 3 m, pertahankan suhu kolom pada 40. Laju
tidak lebih dari 2,5%. alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap 20 l Larutan kesesuaian
Jarak lebur <1021> Antara 167º dan 171º. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Rotasi jenis <1081> Antara -442 dan -462; lakukan didrogesteron dan 17 -didrogesteron tidak kurang
penetapan menggunakan larutan trikloroetana P yang dari 5, simpangan baku relatif respons puncak
mengandung 10 mg zat per mL. didrogesteron pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
1,5%. Waktu retensi relatif didrogesteron dan 17 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% didrogesteron masing-masing adalah lebih kurang 1,0
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu dan 1,3.
50º selama 1 jam.
- 398 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan dari 20 tablet. Timbang saksama serbuk tablet setara
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dengan lebih kurang 20 mg didrogesteron, masukkan
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan lebih
mg, didrogesteron, C21H28O2 , dengan rumus : kurang 100 mL Fase gerak, sonikasi selama 10 menit.
Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan dengan Fase
r  gerak sampai tanda. Saring, buang beberapa mL filtrat
1000C  U  pertama.
 rS  Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
C adalah kadar Didrogesteron BPFI dalam mg per mL Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. jumlah, dalam mg, didrogesteron (C21H28O2) dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik. r 
200C  U 
 rS 
TABLET DIDROGESTERON
Dydrogesterone Tablets C adalah kadar Didrogesteron BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Tablet Didrogesteron mengandung tidak kurang dari puncak Larutan uji dan Larutan baku.
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% C21H28O2 dari
jumlah yang tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik.
Baku pembanding Didrogesteron BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 50 selama
1 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah DIETILKARBAMAZIN SITRAT
tertutup rapat. Diethylcarbamazine Citrate

Identifikasi Ekstraksi sejumlah serbuk tablet yang


mengandung lebih kurang 60 mg didrogesteron
dengan 20 mL metanol P, saring dan uapkan hingga
kering: residu menunjukkan reaksi seperti tertera pada
uji Identifikasi A dalam Didrogesteron.

Disolusi <1231> N,N-Dietil-4-metil-1-piperazina


Media disolusi: 500 mL air yang mengandung karboksamida sitrat (1:1) [1642-54-2]
Larutan natrium lauril sulfat 0,3%. C10H21N3O.C6H8O7 BM 391,42
Alat tipe 2: 100 rpm.
Waktu: 60 menit. Dietilkarbamazin Sitrat mengandung tidak kurang dari
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C21H28O2 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C10H21N3O.C6H8O7
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika dihitung terhadap zat anhidrat.
perlu encerkan dengan Media disolusi, dan serapan
larutan baku Didrogesteron BPFI dengan kadar dalam Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau atau
media yang sama, pada panjang gelombang serapan agak berbau; agak higroskopis. Melebur pada suhu
maksimum lebih kurang 295 nm. lebih kurang 136º disertai peruraian.
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C21H28O2 dari jumlah yang tertera Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; agak sukar
pada etiket. larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam aseton,
dalam kloroform, dan dalam eter.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Dietilkarbamazin Sitrat BPFI;
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian Identifikasi
sistem dan Sistem kromatografi Lakukan seperti A. Memenuhi syarat seperti yang tertera pada
tertera pada Penetapan kadar dalam Didrogesteron. Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>.
- 399 -

B. Menunjukkan reaksi Sitrat seperti yang tertera 900 mL larutan ini dengan 100 mL metanol P, saring
pada Uji Identifikasi Umum <291>. dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 5 mg
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Dietilkarbamazin Sitrat BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Dapar fosfat sampai tanda.
penetapan menggunakan 1,0 g zat yang dilarutkan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 5 mg
dalam 20 mL air, tambahkan 1 mL asam hidroklorida zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
0,1 N, dan encerkan dengan air hingga 25 mL. dan encerkan dengan Dapar fosfat sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
Cemaran umum <481> pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P 3,9 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 0,8 mL
hidroksida P (100:1,5). per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Penampak bercak Gunakan teknik penampak baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
bercak nomor 16. seperti yang tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
pada Kromatografi <931>. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Dapar fosfat, Fase gerak, dan Sistem kromatografi jumlah dalam mg, dietilkarbamazin sitrat,
Lakukan seperti yang tertera pada Penetapan kadar. C10H21N3O.C6H8O7, dalam zat yang digunakan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dengan rumus:
Dietilkarbamazin Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Dapar fosfat hingga kadar lebih kurang 0,003 r 
mg per mL. 50C  U 
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg  rS 
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
larutkan dan encerkan dengan Dapar fosfat sampai C adalah kadar Dietilkarbamazin Sitrat BPFI dalam
tanda, kocok. Saring atau sentrifus, gunakan filtrat mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
atau beningan. adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam rapat.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase tiap cemaran dalam zat dengan rumus:
TABLET DIETILKARBAMAZIN SITRAT
C  ri 
 Diethylcarbamazine Citrate Tablets
10.000 
W  rS  Tablet Dietilkarbamazin Sitrat mengandung
dietilkarbamazin sitrat, C10H21N3O.C6H8O7, tidak
C adalah kadar Dietilkarbamazin Sitrat BPFI dalam kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
mg per mL Larutan baku; W adalah bobot zat dalam jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan Tablet
mg dalam Larutan uji; ri adalah respons puncak dietilkarbamazin sitrat dengan penandaan hanya
masing-masing cemaran dari Larutan uji dan rs adalah untuk hewan tidak perlu dilakukan Uji Disolusi.]
respons puncak dietilkarbamazin sitrat dari Larutan
baku. Baku pembanding Dietilkarbamazin Sitrat BPFI;
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tertutup rapat.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>. Identifikasi Memenuhi syarat seperti tertera pada
Dapar fosfat Timbang lebih kurang 31,24 g kalium Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>.
fosfat monobasa P, larutkan dalam 1000 mL air.
Fase gerak Timbang lebih kurang 10 g kalium fosfat Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit,
monobasa P, larutkan dalam 1000 mL air. Campur untuk tablet dengan penandaan hanya untuk hewan.
- 400 -

Dapar fosfat, Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem


Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Media disolusi: 900 mL air. kadar dalam Dietilkarbamazin Sitrat.
Alat tipe 2: 50 rpm. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Waktu: 45 menit. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Prosedur Lakukan penetapan jumlah tablet setara dengan lebih kurang 5 mg
C10H21N3O.C6H8O7, yang terlarut seperti tertera pada dietilkarbamazin sitrat, masukkan ke dalam labu
Penetapan kadar, menggunakan larutan uji yang tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan Dapar
dibuat dengan mengencerkan alikot secara kuantitatif fosfat sampai tanda. Saring dan buang beberapa mL
dengan volume sama Dapar fosfat (dibuat dengan filtrat pertama.
melarutkan 62,48 g kalium fosfat monobasa P dalam Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
1000 mL air). kadar dalam Dietilkarbamazin Sitrat.
Toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak Hitung jumlah dalam mg, dietilkarbamazin sitrat,
kurang dari 75% (Q) C10H21N3O.C6H8O7, dari jumlah C10H21N3O.C6H8O7, dalam serbuk tablet yang
yang tertera pada etiket. digunakan dengan rumus:

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. r 


50C  U 
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak  rS 
lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C adalah kadar Dietilkarbamazin sitrat BPFI dalam
Kromatografi <931>. mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
Dapar fosfat, Fase gerak, dan Sistem kromatografi adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Dietilkarbamazin Sitrat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan asam sitrat Larutkan asam sitrat P dalam rapat.
Dapar fosfat hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dietilkarbamazin Sitrat BPFI larutkan dalam Dapar DIETILSTILBESTROL
fosfat hingga kadar lebih kurang 3 µg per mL. Diethylstilbestrol
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 300 mg HO
C2H5
dietilkarbamazin sitrat, masukkan ke dalam labu
C C
tentukur 100-mL, encerkan dengan Dapar fosfat
sampai tanda. Saring atau sentrifus, gunakan filtrat C2H5 OH

atau beningan.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah ,´-Dietil-(E)-4,4´-stilbenediol [56-53-1]
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku, C18H20O2 BM
Larutan uji dan Larutan asam sitrat ke dalam 268,35
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
respons puncak. Hitung persentase masing-masing Dietilstilbestrol mengandung tidak kurang dari 97,0%
cemaran dalam serbuk tablet yang digunakan dengan dan tidak lebih dari 100,5% C18H2O2 dihitung terhadap
rumus: zat kering.

 C  r  Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau.


100  i 
 3  rs  Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
C adalah kadar Dietilkarbamazin Sitrat BPFI dalam lemak dan dalam alkali hidroksida encer;
mg per mL Larutan baku; ri adalah respons puncak
masing-masing cemaran dalam Larutan uji, abaikan Baku pembanding Dietilstilbestrol BPFI; lakukan
semua puncak yang mempunyai waktu retensi yang pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
sesuai dengan puncak utama Larutan asam sitrat; rs digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
adalah respons puncak Larutan baku. terlindung dari cahaya.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Identifikasi


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada A. Encerkan larutan dalam etanol P yang digunakan
Kromatografi <931>. untuk pembuatan Larutan baku dan Larutan uji yang
- 401 -

tertera pada Penetapan kadar, dengan etanol P hingga dietilstilbestrol berturut-turut lebih kurang 1,00 dan
kadar masing-masing 10 µg per mL. Ukur serapan 1,33; resolusi, R, antara puncak trans-dietilstilbestrol
Larutan baku dan Larutan uji pada rentang panjang dan cis-dietilstilbestrol tidak kurang dari 4,0. Lakukan
gelombang 230-350 nm menggunakan etanol P kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sebagai blangko. Spektrum serapan Larutan uji kromatogram dan ukur respons puncak untuk trans-
menunjukkan maksimum dan infleksi tambahan pada isomer seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
panjang gelombang yang sama seperti Larutan baku tidak kurang dari 3000 lempeng teoritis; faktor ikutan
dan daya serap Larutan uji pada panjang gelombang tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
serapan maksimum berbeda tidak lebih dari 3,0% dari penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
serapan Larutan baku. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
diperoleh pada Penetapan kadar. kromatogram dan ukur respons puncak cis- dan trans-
dari dietilstilbestrol. Hitung jumlah dalam g,
Jarak lebur <1021> Antara 169º dan 175º, tetapi dietilstilbestrol, C18H20O2, dalam zat yang digunakan
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari dengan rumus:
4º.
(r
t ,U + 1,26rc ,U )
(r + 1,26rc , S )
Keasaman-kebasaan Larutan 100 mg zat dalam 5 mL C
etanol P 70% yang telah dinetralkan: bereaksi netral t,S

terhadap kertas lakmus P.


C adalah kadar Dietilstilbestrol BPFI dalam µg per
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; mL Larutan baku; rt,U dan rt,S berturut-turut adalah
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. respons puncak isomer trans- dari Larutan uji dan
Larutan baku; rc,U dan rc,S berturut-turut adalah
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. respons puncak isomer cis-dari Larutan uji dan
Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang.
Pengencer Campuran etanol P-air (1:1).
Fase gerak Campuran metanol P-air (3:1), saring
dan awudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Diphenhydramine Hydrochloride
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dietilstilbestrol BPFI, larutkan dan encerkan secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pengencer,
hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan 10 mg
Dietilstilbestrol BPFI dalam 50 mL kloroform P,
diamkan di tempat gelap tidak kurang dari 5 jam. Pipet
5 mL larutan ini, ke dalam labu tentukur 50-mL, 2-(Difenilmetoksi)-N,N-dimetiletilamina hidroklorida
uapkan sampai kering dengan aliran udara. Larutkan [147-24-0]
residu (isomer cis- dan trans- dari dietilstilbestrol) C17H21NO.HCl BM 291,82
dalam Pengencer, jika perlu sonikasi. Encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Difenhidramin Hidroklorida mengandung tidak
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu C17H21NO.HCl dihitung terhadap zat kering.
bertahap dengan Pengencer, hingga kadar lebih
kurang 20 µg per mL. Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Jika
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kena cahaya, perlahan-lahan warna zat menjadi gelap,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan zat praktis netral terhadap kertas lakmus P.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol dan
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap dalam kloroform; agak sukar larut dalam aseton;
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan sangat sukar larut dalam benzen dan dalam eter.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif trans-dietilstilbestrol dan cis-
- 402 -

Baku pembanding Difenhidramin Hidroklorida dan ukur respons puncak seperti tertera pada
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih dari
tertutup rapat terlindung cahaya. 2,0%, dan faktor ikutan untuk difenhidramin
hidroklorida tidak lebih dari 2,0.
Identifikasi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
A. Spektrum serapan inframerah zat yang volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur kromatogram
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
sama seperti pada Difenhidramin Hidroklorida BPFI. difenhidramin hidroklorida, C17H21NO.HCl dengan
B. Waktu retensi puncak utama pada rumus:
kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. 𝑟𝑈 𝐶𝑆
C. Memenuhi reaksi Klorida cara A, B dan C seperti ( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Keasaman atau Kebasaan Larutkan sejumlah zat uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Difenhidramin
dalam air bebas karbon dioksida P hingga kadar 50 Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
mg per mL. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu CU adalah kadar difenhidramin hidroklorida dalam mg
Erlenmeyer, tambahkan 0,15 mL merah metil LP dan per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
0,25 mL asam hidroklorida 0,01 N. Larutan berwarna ditimbang.
merah muda, titrasi dengan natrium hidroksida 0,01 N
LV hingga berwarna kuning: diperlukan tidak lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dari 0,5 mL natrium hidroksida 0,01 N. rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. INJEKSI DIFENHIDRAMIN
HIDROKLORIDA
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%.
Diphenhydramine Hydrochloride Injection
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera Injeksi Difenhidramin Hidroklorida adalah larutan
pada Kromatografi <931>. steril difenhidramin hidroklorida dalam Air untuk
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air- Injeksi. Mengandung Difenhidramin Hidroklorida,
trietilamina P (50:50:0,5), atur pH hingga 6,5 dengan C17H21NO.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
asam asetat glasial P, saring dan awaudarakan. Jika lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. Baku pembanding Difenhidramin Hidroklorida
Larutan baku Timbang saksama sejumlah BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3
Difenhidramin hidroklorida BPFI, larutkan dalam air jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Endotoksin
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan isi harus hati-hati untuk menghindari
dan encerkan dengan air sampai tanda, saring. kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan
Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang 5 dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
mg benzofenon, larutkan dalam 5 mL asetonitril P. hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
Encerkan dengan air hingga 100 mL dan campur. Pipet pembeku.
1 mL larutan ke dalam labu tentukur 10-mL dan
tambahkan 5 mg zat, encerkan dengan air sampai Identifikasi
tanda. A. Encerkan sejumlah volume injeksi setara dengan
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera lebih kurang 50 mg difenhidramin hidroklorida
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja dengan asam sulfat 0,03 N hingga 25 mL. Memenuhi
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom syarat uji seperti yang tertera pada Identifikasi Basa
4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir Nitrogen Organik <261> mulai dari ”Pindahkan
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi larutan ke dalam corong pisah”.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam B. Waktu retensi puncak utamapada kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan uji sesuai pada Larutan baku seperti yang
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak benzofenon diperoleh pada Penetapan kadar.
dan difenhidramin tidak kurang dari 2,0. Lakukan
penyuntikan ulang Larutan baku, rekam kromatogram
- 403 -

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,4 unit Tambahkan 5 mL air pada bagian air. Dalam corong
Endotoksin FI per mg difenhidramin hidroklorida. pisah kedua, larutkan 50 mg Difenhidramin
Hidroklorida BPFI dalam 25 mL air. Pada masing-
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5. masing larutan lakukan sebagai berikut: Tambahkan 2
mL natrium hidroksida 1 N dan ekstraksi dengan 75
Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada mL n-heptan P. Bilas ekstrak n-heptan dengan 10 mL
Injeksi. air, uapkan ekstrak sampai kering dan larutkan sisa
dalam 4 mL karbon disulfida P. Jika perlu, saring
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan melalui kertas saring kering untuk menjernihkan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang larutan, dan lanjutkan seperti tertera dalam Identifikasi
tertera pada Kromatografi <931>. Basa Nitrogen Organik <261>, mulai dengan ”Segera
Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian ukur serapan dari masing-masing filtrat”.
sistem dan Sistem kromatografi Lakukan penetapan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Difenhidramin Hidroklorida. diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
setara dengan lebih kurang 50 mg difenhidramin Etanol <1041> Antara 90,0% dan 110,0% C2H5OH
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 100- dari jumlah yang tertera pada etiket.
mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Difenhidramin Hidroklorida. Hitung jumlah dalam Kromatografi <931>.
mg, difenhidramin hidroklorida, C17H21NO.HCl Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian
dalam tiap mL injeksi yang digunakan, dengan rumus: sistem, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Difenhidramin
 C  rU 
100
hidroklorida.
  Larutan uji Pipet sejumlah sirup setara dengan lebih
 V  rS  kurang 50 mg difenhidramin hidroklorida ke dalam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai
C adalah kadar Difenhidramin Hidroklorida BPFI tanda.
dalam mg per mL Larutan baku; V adalah volume Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
injeksi yang digunakan dalam mL; rU dan rS berturut- kadar dalam Difenhidramin hidroklorida.
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan Hitung jumlah dalam mg difenhidramin hidroklorida,
baku. C17H21NO.HCl, dalam tiap mL sirup yang digunakan
dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I,  C  r 
terlindung dari cahaya. 100  U 
 V  rS 

LARUTAN ORAL DIFENHIDRAMIN C adalah kadar Difenhidramin Hidroklorida BPFI


HIDROKLORIDA dalam mg per mL Larutan baku; V adalah volume
Diphenhydramine Hydrochloride Oral Solution dalam mL sirup yang digunakan; rU dan rS berturut-
turut adalah repons puncak difenhidramin
Larutan Oral Difenhidramin Hidroklorida hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan baku.
mengandung Difenhidramin hidroklorida,
C17H21NO.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. tertutup rapat, dan tidak tembus cahaya.

Baku pembanding Difenhidramin Hidroklorida


BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 DIFENOKSILAT HIDROKLORIDA
jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup Diphenoxylate Hydrochloride
rapat dan terlindung dari cahaya.

Identifikasi
A. Masukkan sejumlah sirup setara dengan 50 mg
difenhidramin hidroklorida ke dalam corong pisah,
tambahkan 0,5 mL asam sulfat 2 N, dan ekstraksi tiga
kali, tiap kali dengan 15 mL eter P, buang ekstrak eter.
- 404 -

Senyawa Sejenis A Difenoksilat BPFI,larutkan dan


encerkan dengan Pengencer hingga kadar berturut-
turut lebih kurang 1,0 mg per mL dan 0,005 mg per
mL. Sonikasi selama 2 menit sampai larut.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Difenoksilat Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 1,0 g per mL.
Etil1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilspiperidin-4- Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
karboksilathidroklorida[3810-80-8] encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
C30H32N2O2.HCl BM 489,05 kurang 0,5 g per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Difenoksilat Hidroklorida mengandung tidak kurang larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% lebih kurang 1,0 mg per mL. Sonikasi selama 2 menit
C30H32N2O2.HCl, dihitung terhadap zat kering. sampai larut.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau. Larutan dilengkapi detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 25
jenuh mempunyai pH lebih kurang 3,3. cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
m. Laju alir lebih kurang 2,0 mL per menit.
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam Kromatograf diprogram sebagai berikut:
isopropanol; mudah larut dalam kloroform; larut
dalam metanol; agak sukar larut dalam etanol dan Waktu Larutan A Larutan B
dalam aseton; praktis tidak larut dalam eter dan dalam (menit) (%) (%)
heksan. 0 75 25
5 75 25
Baku pembanding Difenoksilat Hidroklorida BPFI; 40 15 85
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
rapat. Senyawa Sejenis A Difenoksilat BPFI. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Identifikasi puncak senyawa sejenis A difenoksilat dan puncak
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah difenoksilat tidak kurang dari 5,0. Lakukan
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
gelombang yang sama seperti pada Difenoksilat pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak
Hidroklorida BPFI. kurang dari 10.
B. Larutan jenuh menunjukkan reaksi Klorida Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
<291>. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons semua puncak. Hitung
Jarak lebur <1021> Antara 220º dan 226º. persentase masing-masing cemaran dengan rumus:

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;  ri   CS 


lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.       100
 rS   CU 
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Kromatografi <931>. Larutan uji; rS adalah respons puncak difenoksilat dari
Larutan A Atur pH 900 mL air hingga 2,3 dengan Larutan baku; CS adalah kadar Difenoksilat
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
hingga 1 liter. CU adalah kadar difenoksilat hidroksida dalam mg per
Larutan B Gunakan pelarut asetonitril P. mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Fase gerak Gunakan variasi campuran antara Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dari batas yang tertera pada Tabel .
kromatografi.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-Larutan A Tabel
(50:50).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Waktu retensi Batas
Cemaran
sejumlah Difenoksilat Hidroklorida BPFI dan relatif (%)
- 405 -

(menit) Hewan uji, Enceran larutan baku dan Enceran


Asam difenoksilat (senyawa 0,8 0,15 larutan uji, Prosedur dan Perhitungan Lakukan
sejenis A difenoksilat)
Difenoksilat 1,0 - seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Daun
Cemaran yang tidak diketahui - 0,10 Digitalis.
Total cemaran - 0,5
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
mg zat, larutkan dalam 40 mL etanol P. Tambahkan
5,0 mL asam hidroklorida 0,01 N, titrasi dengan DIGITOKSIN
natrium hidroksida etanolat 0,1 N LV seperti yang Digitoxin
tertera pada Titrimetri <711>. Tentukan titik akhir
secara potensiometri dengan membaca volume
diantara dua titik infleksi.

Tiap mL natrium hidroksida etanolat 0,1 N


setara dengan 48,91 mg C30H32N2O2.HCl

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


baik, terlindung cahaya. Simpan pada suhu ruang.
Digitoksin [71-63-6]
C41H64O13 BM 764,95
TABLET DIGITALIS Digitoksin adalah glikosida kardiotonik yang
Digitalis Tablets diperoleh dari Digitalis purpurea Linné, Digitalis
lanata Ehrhart, Familia Scrophulariaceae, dan species
Tablet Digitalis mengandung sejumlah serbuk Digitalis lainnya yang sesuai. Digitoksin mengandung
Digitalis yang mempunyai potensi setara dengan tidak tidak kurang dari 92,0% dan tidak lebih dari 103,0%
kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari C41H64O13, dihitung terhadap zat kering. [Catatan
potensi yang tertera pada etiket. Hati-hati, sangat berbahaya.]
Baku pembanding Daun Digitalis BPFI; tidak boleh Pemerian Serbuk hablur sangat halus, putih atau
dikeringkan sebelum digunakan. kuning pucat; tidak berbau.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar
larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol,
Batas mikroba Tidak boleh mengandung Salmonella sangat sukar larut dalam eter.
sp seperti tertera pada Uji Batas Mikroba <51>.
Baku pembanding Digitoksin BPFI; lakukan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
selama 1 jam sebelum digunakan.
Penetapan kadar
Larutan baku Buat seperti tertera pada Penetapan Identifikasi
kadar dalam Daun Digitalis. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dari 25 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
setara dengan tidak kurang dari 20 tablet. Masukkan sama seperti pada Digitoksin BPFI.
ke dalam wadah bersumbat kaca yang kering dengan B. Lakukan kromatografi lapis tipis seperti tertera
kapasitas tidak kurang dari 50 mL. Tambahkan pada Kromatografi <931>. Totolkan masing-masing 1
sejumlah campuran etanol P-air (4:1) hingga larutan μL larutan dalam metanol P yang mengandung (1) 1
yang diperoleh setara dengan 1 unit Digitalis FI per mg zat per mL dan (2) Digitoksin BPFI 1 mg per mL,
mL yang telah diperkirakan. Tutupkan sumbat yang pada lempeng silika gel P setebal 0,25 mm, biarkan
telah diolesi pada sepertiga bagian atasnya dengan kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
vaselin. Kocok campuran secara mekanik selama 24 ± kromatograf berisi fase gerak campuran metilen
2 jam pada suhu 25º ± 5º sedemikian sehingga bagian klorida P-metanol P (93:7) hingga fase gerak
padatnya selalu kontak dengan fase cairnya. Segera merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
pindahkan ke dalam tabung sentrifuga dan sentrifus. Angkat lempeng, keringkan pada suhu 100º untuk
Tuang fase cair ke dalam wadah gelas kering tertutup menguapkan fase gerak. Semprot lempeng dengan
rapat. Simpan dalam lemari pendingin paling lama 30 larutan asam sulfat P dalam metanol P (6 dalam 10),
hari. panaskan pada suhu 105º selama 10 menit dan amati
- 406 -

di bawah cahaya ultraviolet 366 nm: harga Rf bercak C adalah kadar Digitoksin BPFI dalam µg per mL
utama yang diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
yang diperoleh dari larutan (2). puncak Larutan uji dan Larutan baku.
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan baku Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
seperti tertera pada Penetapan kadar. rapat.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;


lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu TABLET DIGITOKSIN
105º selama 1 jam. Digitoxin Tablets
Sisa pemijaran <301> Dapat diabaikan; lakukan Tablet Digitoksin mengandung digitoksin C41H64O13,
penetapan menggunakan 100 mg. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hindarkan penggunaan zat pengabsorbsi kuat seperti
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada bentonit dalam pembuatan tablet digitoksin].
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (55:45), Baku pembanding Digitoksin BPFI; lakukan
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera selama 1 jam sebelum digunakan.
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Digitoksin BPFI, larutkan dan jika perlu encerkan A. Masukkan sejumlah serbuk halus tablet setara
secara bertahap dengan Fase gerak hingga kadar lebih dengan tidak kurang dari 1 mg digitoksin ke dalam
kurang 40 µg per mL. labu yang sesuai, tambahkan 20 mL kloroform P,
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg sonikasi. Saring dan uapkan filtrat di atas tangas uap
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, dengan aliran udara sampai kering. Larutkan residu
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai dalam 2 mL larutan yang dibuat dengan mencampurkan
tanda. Pipet 4 mL larutan ke dalam labu tentukur 0,3 mL besi(III) klorida LP dan 50 mL asam asetat
25-mL. glasial P. Tambahkan melalui dinding 2 mL asam
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah sulfat P: terjadi warna cokelat pada bidang batas kedua
digitoksin dan digoksin, larutkan dan jika perlu larutan, yang perlahan-lahan berubah menjadi warna
encerkan secara bertahap dengan Fase gerak hingga hijau muda, kemudian biru, dan akhirnya seluruh
kadar masing-masing lebih kurang 40 µg per mL. lapisan asam asetat menjadi warna biru.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan uji sesuai dengan puncak utama kromatogram
dilengkapi dengan detektor 218 nm dan kolom 3,9 mm Larutan baku seperti tertera pada Penetapan kadar.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Disolusi <1231> [Catatan Selama melakukan
Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem, rekam penetapan ini gunakan peralatan kaca yang bersih;
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera terlebih dahulu dibilas berturut-turut dengan asam
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; hidroklorida P, air, etanol P,dan keringkan hat-hati.
resolusi, R, antara puncak digoksin dan digitoksin Cegah kontaminasi dari partikel yang dapat
tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada berfluoresensi, permukaan logam dan karet.]
penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari 2,0%. Media disolusi: 500 mL larutan asam hidroklorida
Waktu retensi relatif digoksin dan digitoksin masing- P (3 dalam 500). [Catatan Gunakan media disolusi
masing lebih kurang 0,35 dan 1,0. yang yang sama untuk seluruh pengujian.]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Alat tipe 1: 120 ± 5 rpm.
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan Waktu: 30 menit; 60 menit.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Digitoksin BPFI, larutkan dengan sedikit mungkin
jumlah dalam mg, digitoksin, C41H64O13, dengan etanol P dalam labu tentukur 500-mL, tambahkan
rumus: etanol encer P (4 dalam 5) sampai tanda.
Enceran larutan baku Pada saat akan digunakan
r  encerkan 5,0 mL Larutan baku dengan Media disolusi
1,25C  U  hingga 500,0 mL. Masukkan 2,0-10,0 mL larutan ini
 rS  secara terpisah ke dalam corong pisah untuk
memperoleh Enceran larutan baku yang setara dengan
20%; 40%; 60%; 80% dan 100% digitoksin dari
- 407 -

jumlah yang tertera pada etiket per 500 mL. volume Fase gerak yang diukur saksama, seperti
Tambahkan Media disolusi hingga 10 mL, dan tertera pada Penetapan kadar dalam Digitoksin,
lakukan seperti tertera pada Prosedur, mulai dari hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 10
“Ekstraksi 3 kali, tiap kali dengan 15 mL kloroform P”. µg per mL; kocok menggunakan alat mekanik hingga
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Uji Disolusi tablet hancur sempurna (tidak kurang dari 30 menit).
<1231>. Tepat setelah 30 menit, ambil alikot pada Sentrifus dan gunakan beningan sebagai larutan uji.
bagian tengah antara batang pengaduk dan dinding Timbang saksama sejumlah Digitoksin BPFI, larutkan
bejana, dan lebih kurang pada pertengahan kedalaman dalam Fase gerak, encerkan secara bertahap dan
labu disolusi. Saring larutan dengan cepat kuantitatif dengan Fase gerak hingga diperoleh
menggunakan penyaring membran dengan porositas larutan baku dengan kadar lebih kurang 10 µg per
tidak lebih dari 0,8 µm, buang 10 mL filtrat pertama. mL. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Tanpa mengganti Media disolusi, teruskan rotasi Hitung jumlah dalam mg, digitoksin, C41H64O14 dalam
keranjang, tepat setelah 30 menit lakukan pengamblan tablet yang digunakan dengan rumus:
alikot yang lain dengan cara yang sama. Lakukan pada
masing-masing larutan tersebut sebagai berikut:  LC  rU 

 
 D  rS
Asumsikan terlarut 100% digitoksin dari jumlah yang
tertera pada etiket, pindahkan alikot setara dengan 6 
µg digitoksin ke dalam corong pisah yang sesuai.
Ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 15 mL kloroform L adalah jumlah digitoksin dalam mg yang tertera pada
P. Kumpulkan ekstrak kloroform dalam labu etiket; C adalah kadar Digitoksin BPFI dalam µg per
bersumbat kaca. Uapkan kumpulan ekstrak di atas mL larutan baku; D adalah kadar digitoksin dalam µg
tangas uap, dengan bantuan aliran udara, hingga per mL larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
kering. Dengan cara yang sama, lakukan percobaan pada etiket dan faktor pengenceran; rU dan rS berturut-
blangko menggunakan sejumlah volume Media turut adalah respons puncak digitoksin dari Larutan
disolusi yang sesuai. uji dan Larutan baku.
Pengukuran fluoresensi Buat Larutan baku, atur
semua labu dalam satu rangkaian secara urut, hingga Penetapan kadar
waktu yang digunakan dari penambahan pereaksi Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian
sampai pembacaan fluoresensi sama untuk setiap sistem, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
percobaan. Perlakukan setiap labu pada waktu yang pada Penetapan kadar dalam Digitoksin.
sama sebagai berikut: tambahkan 10 mL larutan segar Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dengan melarutkan 35 mg asam askorbat P dalam 25 dari 20 tablet. Timbang saksama serbuk tablet yang
mL metanol P dan secara hati-hati tambahkan 100 mL setara dengan lebih kurang 1 mg digitoksin, masukkan
asam hidroklorida P. Campur, tambahkan 1 mL ke dalam labu tentukur 25-mL. Tambahkan 15 mL
larutan segar dengan mengencerkan 1 mL hidrogen Fase gerak, dan sonikasi. Encerkan dengan Fase
peroksida P 30% dengan air hingga 500 mL, dan gerak sampai tanda. Saring, buang beberapa mL filtrat
encerkan 1 bagian volume larutan yang diperoleh pertama.
dengan 20 bagian volume air; campur dan tutup labu. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Setelah 45 menit, ukur fluoresensi pada lebih kurang kadar dalam Digitoksin. Hitung jumlah dalam µg,
575 nm, dan pada panjang gelombang eksitasi lebih digitoksin, C41H64O13, dalam serbuk tablet yang
kurang 395 nm. Koreksi tiap pembacaan dengan digunakan dengan rumus:
blangko dan gambarkan kurva baku fluoresensi
terhadap persentase disolusi. Dengan perhitungan dari r 
kurva baku, tentukan persentase disolusi digitoksin 25C  U 
tiap tablet dalam 30 menit dan persentase disolusi  rS 
jumlah digitoksin dalam 60 menit, dengan
memperhatikan jumlah volume alikot yang C adalah kadar Digitoksin BPFI dalam µg per mL
dipindahkan setelah 30 menit pertama. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Toleransi Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 60% C41H64O13 , dari jumlah yang tertera
pada etiket, untuk tiap tablet yang diuji, dan dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
waktu 60 menit, harus larut tidak kurang dari 85% dari baik.
jumlah yang tertera pada etiket, untuk rata-rata tablet
yang diuji.
DIGOKSIN
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Digoxin
Prosedur penetapan keseragaman kandungan
Masukkan satu tablet ke dalam labu Erlemeyer
bersumbat kaca yang sesuai. Tambahkan sejumlah
- 408 -

Fase gerak Campuran metanol P-air (7:3).


Penampak bercak Campurkan 10 mL kloramin T P
yang dibuat segar (3 dalam 100) dan 40 mL asam
trikloroasetat P (1 dalam 4) dalam etanol mutlak P.
Pengencer Campuran kloroform P-metanol P (2:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar 10 mg
per mL.
Larutan baku gitoksin Timbang saksama sejumlah
Gitoksin BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga
3β-[(O-2,6-Dideoksi- β-D-ribo-heksopiranosil- kadar 0,30 mg per mL.
(1→4)-O-2,6-dideoksi- β-D-ribo-heksopiranosili)- Larutan uji Timbang saksama 250 mg zat,
(1→4)2,6-Dideoksi- β-D-ribo-heksopiranosil)oksi]- masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dan
12 β,14-dihidroksi-5β-kard-20(22)-enolida [20830- encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
75-5] Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
C41H64O14 BM 780,94 10 μL Larutan uji, Larutan baku dan Larutan baku
gitoksin pada lempeng kromatografi yang dilapisi
Digoksin adalah glikosida kardiotonik yang diperoleh campuran Silika gel P teroktadesilsilanisasi.
dari daun Digitalis lanata Ehrhart (Fam. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
Scrophulariaceae). Mengandung tidak kurang dari berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat
95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C41H64O14 dihitung hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng,
terhadap zat kering. [Perhatian Hati-hati, sangat tandai batas rambat, biarkan Fase gerak menguap.
beracun]. Semprot lempeng dengan Penampak bercak, panaskan
lempeng pada suhu 110º selama 10 menit. Amati
Pemerian Hablur, jernih hingga putih atau serbuk bercak di bawah cahaya ultraviolet 366 nm: tidak ada
hablur putih; tidak berbau. bercak pada kromatogram Larutan uji, kecuali bercak
digoksin yang lebih intensif dari bercak Larutan baku
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam gitoksin.
eter; mudah larut dalam piridina; sukar larut dalam
etanol encer dan dalam kloroform. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
Baku pembanding Digoksin BPFI; tidak boleh pada Kromatografi <931>.
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (37:13),
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Gitoksin saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
BPFI. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
A. Spektrum serapan inframerah zat yang BPFI, larutkan dalam etanol encer P. Encerkan secara
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan bertahap hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Sonikasi hingga larut.
sama seperti pada Digoksin BPFI. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera Larutkan dalam lebih kurang 150 mL etanol encer P
pada Penetapan kadar. dengan cara sonikasi, encerkan dengan etanol encer P
C. Harga Rf bercak utama warna biru yang diperoleh sampai tanda.
dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan baku pada uji Glikosida sejenis, yang sejumlah Digoksin BPFI dan digoksigenin, larutkan
ditetapkan secara Kromatografi lapis tipis. dan encerkan dalam etanol encer P hingga kadar
masing-masing lebih kurang 40 µg per mL.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu tinggi dilengkapi dengan detektor 218 nm dan kolom
105º selama 1 jam. berukuran 4,2 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 dan
kolom pelindung berukuran 3,2 mm × 15 cm berisi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3,0 mL per
penetapan menggunakan 100 mg zat. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Glikosida sejenis Tidak lebih dari 3%, dihitung respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
sebagai gitoksin. Lakukan Kromatografi lapis tipis resolusi, R, antara puncak digoksin dan digoksigenin
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. tidak kurang dari 4,0; efisiensi kolom untuk puncak
- 409 -

digoksin tidak kurang dari 1200 lempeng teoritis; Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Glikosida
faktor ikutan puncak digoksin tidak lebih dari 2,0 dan sejenis dalam Digoksin tanpa menggunakan Larutan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak baku gitoksin. Amati lempeng di bawah cahaya
lebih dari 2,0%. ultraviolet pada 366 nm: harga Rf bercak utama
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf. Rekam dan ukur respons Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 200,0
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, digoksin, unit Endotoksin FI per mg digoksin.
C41H64O14, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Etanol Antara 9,0% dan 11,0%.
𝑟𝑈
( ) 0,2𝐶 Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
𝑟𝑆
Injeksi.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan baku dan Larutan uji; C adalah kadar Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Digoksin BPFI dalam µg per mL Larutan baku. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (37:13),
rapat dan terlindung dari cahaya. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>.
INJEKSI DIGOKSIN Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Digoxin Injection sejumlah Digoksin BPFI dan digoksigenin, larutkan
dan encerkan dalam etanol encer P hingga kadar
Injeksi Digoksin adalah larutan steril digoksin dalam masing-masing lebih kurang 40 µg per mL.
Air untuk Injeksi dan etanol P atau pelarut lain yang Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
sesuai. Mengandung digoksin, C41H64O14, tidak BPFI, larutkan dan encerkan dengan etanol encer P
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari hingga kadar lebih kurang 250 µg per mL. Lakukan
jumlah yang tertera pada etiket. sonikasi untuk membantu kelarutan. Jika perlu
encerkan hingga mendekati kadar larutan injeksi.
Baku pembanding Digoksin BPFI; tidak boleh Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah tinggi dilengkapi dengan detektor 218 nm dan kolom
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Endotoksin berukuran 4,2 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 dan
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial kolom pelindung berukuran 3,2 mm × 15 mm berisi
dan isi harus hati-hati untuk menghindari bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3,0 mL per
kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, gunakan dalam menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
waktu 14 hari dan simpan larutan dalam lemari kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
pendingin. Simpan vial yang belum dibuka dalam respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
lemari pembeku. resolusi, R, antara puncak digoksin dan digoksigenin
tidak kurang dari 4,0; efisiensi kolom untuk puncak
Identifikasi digoksin tidak kurang dari 1200 lempeng teoritis;
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram faktor ikutan puncak digoksin tidak lebih dari 2,0 dan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
diperoleh pada Penetapan kadar. lebih dari 2,0%.
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
kromatografi lapis tipis <281>. sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan larutan
Penampak bercak; Pengencer; dan Larutan baku injeksi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Lakukan seperti yang tertera pada Identifikasi B dalam dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
Larutan Oral Digoksin. µg per mL, digoksin, C41H64O14, dalam larutan injeksi
Larutan uji Pipet sejumlah larutan injeksi setara dengan rumus:
dengan 0,5 mL digoksin, masukkan ke dalam corong 𝑟𝑈
pisah, tambahkan 5 mL air, ekstraksi tiga kali, tiap kali ( )𝐶
dengan 10 mL kloroform P. Kumpulkan ekstrak dalam 𝑟𝑆
labu Erlenmeyer. Uapkan kumpulan ekstrak di atas
tangas uap dengan bantuan aliran udara sampai kering. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
[Catatan Jika masih ada sisa sedikit air atau propilen larutan injeksi dan Larutan baku; C adalah kadar
glikol, keringkan labu dalam hampa udara pada suhu Digoksin BPFI dalam µg per mL Larutan baku.
100° selama 30 menit]. Larutkan residu dalam 2 mL
Pengencer.
- 410 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Larutan uji Pipet 10,0 mL larutan oral digoksin
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I. Hindarkan dari setara dengan lebih kurang 500 µg digoksin,
panas yang berlebih. masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
dengan etanol encer P sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
LARUTAN ORAL DIGOKSIN sejumlah Digoksin BPFI dan digoksigenin
Digoxin Oral Solution bisdigitoksida, larutkan dan encerkan dengan etanol
encer P hingga kadar masing-masing lebih kurang 40
Larutan Oral Digoksin mengandung digoksin, µg per mL.
C41H64O14, tidak kurang dari 4,50 mg dan tidak lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dari 5,25 mg per 100 mL dari jumlah yang tertera pada tinggi dilengkapi dengan detektor 218 nm dan kolom
etiket. berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1,
laju alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Lakukan
Baku pembanding Digoksin BPFI; simpan dalam kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Identifikasi digoksin dan digoksigenin bisdigitoksida tidak kurang
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram dari 2,0; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan dan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
diperoleh pada Penetapan kadar. lebih dari 2,0%.
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kromatografi lapis tipis <281>. volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Penampak bercak Campurkan 10 mL kloramin T P Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
yang dibuat segar (3 dalam 100) dan 40 mL asam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
trikloroasetat P (1 dalam 4) dalam etanol mutlak P. jumlah dalam µg digoksin, C41H64O14, dalam tiap mL
Pengencer Campuran kloroform P-metanol P (2:1). larutan oral dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin 𝑟𝑈
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer ( ) 2,5𝐶
hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,25 mg per mL. 𝑟𝑆
Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan oral
digoksin setara dengan 0,5 mg digoksin, masukkan ke rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
dalam corong pisah, tambahkan sejumlah air hingga Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
lebih kurang 50 mL. Ekstraksi tiga kali, tiap kali Digoksin BPFI dalam µg per mL Larutan baku.
dengan 30 mL kloroform P. Kumpulkan ekstrak dalam
labu Erlenmeyer. Uapkan kumpulan ekstrak di atas Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tangas uap dengan bantuan aliran udara sampai kering. rapat. Hindarkan dari panas yang berlebih.
Larutkan residu dalam 2 mL Pengencer dan kocok
selama 2 menit.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Glikosida TABLET DIGOKSIN
sejenis dalam Digoksin tanpa menggunakan Larutan Digoxin Tablets
baku gitoksin. Amati lempeng di bawah cahaya
ultraviolet 366 nm: harga Rf bercak utama Larutan uji Tablet Digoksin mengandung digoksin, C41H64O14,
sesuai dengan Larutan baku. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Etanol Antara 90,0% dan 115,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket. Baku pembanding Digoksin BPFI; [Perhatian
Kardiotonik beracun.]; lakukan pengeringan dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara hampa udara pada suhu 105º selama 1 jam sebelum
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air – asetonitril P - Identifikasi
isopropil alkohol P (70:27,5:2,5), saring dan A. Penampak bercak Campur 10 mL larutan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kloramina T P (3 dalam 100) yang dibuat segar dan 40
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi mL larutan asam trikloroasetat P dalam etanol mutlak
<931>. P (1 dalam 4).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin Pelarut Etanol mutlak P.
BPFI, larutkan dan encerkan secara bertahap dalam Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
etanol encer P, hingga kadar lebih kurang 20 µg per BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar lebih
mL. kurang 0,25 mg per mL.
- 411 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk sama ketiga pereaksi berikut, secepatnya, goyang
tablet, setara dengan lebih kurang 0,5 mg digoksin, setelah setiap penambahan: 1,0 mL Larutan asam
masukkan ke dalam tabung sentrifuga 10 mL. askorbat-metanol; 5,0 mL asam hidroklorida P dan
Tambahkan 2 mL Pelarut, sonikasi selama 10 – 15 1,0 mL Larutan hidrogen peroksida-metanol. Tutup
menit, dan sentrifus, gunakan beningan. labu, ukur fluoresensi setelah 2 jam pada lebih kurang
Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Glikosida 485 nm dan panjang gelombang eksitasi lebih kurang
sejenis dalam Digoksin, kecuali abaikan penggunaan 372 nm. Untuk uji kestabilan fluorometer, ulangi
Larutan baku Gitoksin. Amati lempeng di bawah pengukuran fluoresensi pada satu atau lebih Larutan
cahaya ultraviolet 366 nm: harga Rf bercak utama baku yang digunakan. Koreksi pembacaan terhadap
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. blangko dan gambar kurva fluoresensi baku terhadap
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram persentase disolusi. Tetapkan persentase disolusi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti digoksin dalam Larutan uji dari pembacaan kurva
diperoleh pada Penetapan kadar. baku.
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Disolusi <1231> [Catatan Lakukan prosedur dengan kurang dari 80% (Q) C41H64O14, dari jumlah yang
menggunakan peralatan kaca bersih yang terlebih tertera pada etiket. Persyaratan dipenuhi jika jumlah
dahulu dibilas berturut-turut dengan asam yang terlarut memenuhi Tabel Penerimaan di bawah
hidroklorida P, air, etanol P dan keringkan hati-hati. ini:
Hindari kontaminasi dari partikel yang dapat
berfluoresensi, dan dari permukaan logam dan karet.] Tabel Penerimaan
Media disolusi:500 mL asam hidroklorida 0,1 N
[Catatan Gunakan media disolusi yang sama untuk Tahap l
Jumlah
Kriteria keberterimaan
semua pengujian.] yang diuji
Alat tipe 1: 120 rpm. L1 6 Masing-masing tidak kurang
Waktu: 60 menit. dari Q + 5%
L2 6 Rata-rata dari 12 tablet (L1 +
Larutan asam askorbat-metanol Buat larutan asam
L2) sama atau lebih dari
askorbat P dalam metanol P hingga kadar 2 mg per Q,dan tidak ada tablet yang
mL. kurang dari Q – 5%.
Larutan hidrogen peroksida-metanol Encerkan 2,0
mL hidrogen peroksida P 30% yang baru ditetapkan
kadarnya dengan metanol P hingga 100 mL. Simpan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dalam lemari pendingin. Pada waktu akan digunakan,
encerkan 2,0 mL larutan ini dengan metanol P hingga Penetapan kadar
100 mL. Fase gerak, Sistem kromatografi dan Larutan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
Digoksin BPFI, larutkan dengan sedikit mungkin Penetapan kadar dalam Digoksin.
etanol P dalam labu tentukur 500-mL, tambahkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
larutan etanol encer P (4 dalam 5) sampai tanda. BPFI, larutkan dalam etanol encer P, encerkan secara
Encerkan 10,0 mL larutan ini dengan larutan etanol bertahap dengan pelarut sama hingga kadar lebih
encer P (4 dalam 5) hingga 100,0 mL, campur. Pada kurang 40 pg per mL. Sonikasi hingga larut.
waktu akan digunakan, encerkan berturut-turut Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
sejumlah alikot dengan Media disolusi hingga 50,0 dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
mL untuk memperolah Larutan baku setara dengan tablet setara dengan lebih kurang 1 mg digoksin,
masing-masing 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% masukkan ke dalam labu erlemeyer bersumbat kaca 50
digoksin dari jumlah yang tertera pada etiket per 500 mL. Tambahkan 25,0 mL etanol encer P sambil di
mL. goyang, sonikasi selama 30 menit, dinginkan. Saring
Larutan uji Saring segera sejumlah larutan disolusi sejumlah larutan ini melalui penyaring membran
menggunakan penyaring membran dengan porositas dengan porositas 0,8 µm, buang 10 mL filtrat pertama.
tidak lebih dari 0,8 µm, buang 10 mL filtrat pertama. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Gunakan filtrat selanjutnya sebagai Larutan uji. volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan
Prosedur Masukkan masing-masing secara terpisah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ke dalam dua labu bersumbat kaca sejumlah volume kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
sama (1,0 mL) Larutan uji, Larutan baku dan Media jumlah dalam mg, digoksin, C41H64O14, dalam serbuk
disolusi sebagai blangko. Dimulai dari Larutan baku, tablet yang digunakan dengan rumus:
tempatkan semua labu dalam urutan yang sama selama
percobaan sedemikian rupa, sehingga waktu yang r 
digunakan dari penambahan pereaksi sampai 25C  U 
pembacaan fluoresensi sama untuk tiap labu dalam  rS 
satu rangkaian. Lakukan penambahan pada saat yang
- 412 -

C adalah kadar Digoksin BPFI dalam mg per mL pH <1071> Antara 4,4 dan 5,4; lakukan penetapan
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons menggunakan larutan (1 dalam 1000).
puncak digoksin dari Larutan uji dan Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
rapat. 100º hingga bobot tetap.

Alkaloid sejenis Total cemaran tidak lebih dari 2,0%.


DIHIDROERGOTAMIN MESILAT Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis
Dihydroergotamin Mesylate tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran kloroform P-etanol P
(9:1).
Penampak bercak Larutkan 800 mg p-
dimetilaminobenzaldehida P dalam campuran dingin
80 g etanol P dan 20 g asam sulfat P.
Pelarut Buat campuran kloroform P-metanol P-
amonium hidroksida P (10:10:1).
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Pelarut, hingga kadar 20 mg per mL.
Dihidroergotamin monometanasulfonat [6190-39-2] Larutan baku Timbang sejumlah Dihidroergotamin
C33H37N5O5.CH4O3S BM 679,79 Mesilat BPFI, larutkan dalam Pelarut, hingga kadar
20 mg per mL.
Dihidroergotamin Mesilat mengandung tidak kurang Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% Larutan baku dalam Pelarut hingga kadar 0,40 mg,
C33H37N5O5.CH4O3S dihitung terhadap zat kering. 0,20 mg, dan 0,10 mg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
Pemerian Serbuk putih agak kekuningan; atau serbuk μL Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan
hampir putih hingga agak kemerahan; berbau lemah. baku pada lempeng kromatografi silika gel P.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
Kelarutan Larut dalam etanol; sukar larut dalam air yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak selama 30
dan dalam kloroform. menit. Biarkan merambat hingga lebih kurang tiga per
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
Baku pembanding Dihidroergotamin Mesilat BPFI; kering di udara, semprot lempeng dengan Penampak
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu bercak. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai
100º hingga bobot tetap, sebelum digunakan. Simpan dengan harga Rf Larutan baku. Perkirakan kadar
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. bercak lain dari Larutan uji, dengan membandingkan
terhadap bercak Enceran larutan baku. Bercak yang
Identifikasi diperoleh dari larutan 0,40 mg; 0,20 mg, dan 0,10 mg
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah per mL pengenceran setara dengan berturut-turut
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida 2,0%; 1,0% dan 0,5% cemaran.
P menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang
yang sama seperti pada Dihidroergotamin Mesilat Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
BPFI. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam Kromatografi <931>.
20.000) dalam etanol P 70% menunjukkan maksimum Pengencer 1 Buat larutan 0,1 mL asam fosfat P
dan minimum pada panjang gelombang yang sama dalam 1000 mL air.
seperti pada Dihidroergotamin Mesilat BPFI dan daya Pengencer 2 Buat campuran Pengencer 1-
serap masing-masing, dihitung terhadap zat kering asetonitril P (60:40).
pada panjang gelombang serapan maksimum, lebih Larutan A Buat campuran air- air amonia P 25%-
kurang 280 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. asam format P 98% (1000:10:5), saring dan
C. Harga Rf bercak utama dari Larutan uji dalam uji awaudarakan. Atur pH hingga 8,5.
Alkaloid sejenis sesuai dengan harga Rf bercak utama Larutan B Buat campuran asetonitril P-Larutan A
Larutan baku. (80:20), saring dan awaudarakan.
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
Rotasi jenis <1081> Antara -16,7º dan -22,7º, Larutan B seperti yang tertera pada Sistem
dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan dalam kromatografi.
campuran pelarut kloroform P-etanol P-amonium Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hidroksida P (10:10:1), hingga kadar 25 mg per 1 mL. Dihidroergotamin Mesilat BPFI, larutkan dengan
asetonitril P dan encerkan dengan Pengencer 1 secara
- 413 -

kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih


kurang 0,6 mg per mL. [Catatan Perbandingan akhir
asetonitril P dan Pengencer 1 harus sama dengan
perbandingan akhir dalam Larutan uji].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
dengan 20 mL asetonitril P, encerkan dengan
Pengencer 1 sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1,5 mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
Dihidrostreptomisin sulfat (2:3) (garam) [5490-27-7]
berikut:
(C21H41N7O12)2.3H2SO4 BM 1461,44
Waktu Larutan Larutan
Eluasi Dihidrostreptomisin Sulfat mempunyai potensi setara
(menit) A (%) B (%)
dengan tidak kurang dari 650 µg dihidrostreptomisin,
0 60 40 Kesetimbangan
C21H41N7O12 per mg. Jika pada etiket dinyatakan
0-12 60→50 40→50 Gradien linier
sebagai hablur, potensinya setara dengan tidak kurang
12-20 50→15 50→85 Gradien linier
20-25 15 85 Isokratik
dari 725 µg dihidrostreptomisin per mg, atau jika pada
24-25 15→60 85→40 Gradien linier etiket dinyatakan hanya untuk penggunaan oral,
25-31 60 40 potensinya setara dengan tidak kurang dari 450 µg
Kesetimbangan
dihidrostreptomisin per mg.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Pemerian Serbuk hablur atau amorf, putih atau
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera hampir putih. Bentuk amorf bersifat higroskopis.
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan 1,5;
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut
lebih dari 2,0%. dalam aseton, dalam kloroform dan dalam metanol.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan Baku pembanding Dihidrostreptomisin Sulfat BPFI;
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung mmHg pada suhu 100º selama 4 jam sebelum
jumlah dalam mg, dihidroergotamin mesilat, digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
C33H37N5O5.CH4O3S, dalam zat yang digunakan terlindung dari cahaya, di tempat sejuk. Streptomisin
dengan rumus: Sulfat BPFI; lakukan pengeringan pada tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam
r  sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
50C  U  rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
 rS  Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
C adalah kadar Dihidroergotamin Mesilat BPFI dalam menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
baku. dalam lemari pembeku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Identifikasi
baik, tidak tembus cahaya. A. Pada larutan 4 mg zat dalam 2 mL air, tambahkan
0,5 mL asam hidroklorida 1 N, panaskan dalam tangas
air selama 20 menit. Angkat tabung dari tangas,
DIHIDROSTREPTOMISIN SULFAT tambahkan 1,0 mL larutan 1-naftol P dalam natrium
Dihydrostreptomycin Sulfate hidroksida 1 N (1 dalam 200). Panaskan lagi selama
10 menit, dinginkan sebentar dalam tangas es dan
tambahkan air hingga 25 mL: terjadi warna merah
yang terlihat jelas selama lebih kurang 10 menit.
B. Larutan (1 dalam 50) menunjukkan reaksi Sulfat
cara A, B, dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
- 414 -

Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; lakukan W adalah bobot zat dalam mg dan P adalah potensi,
pengujian bila pada etiket dinyatakan sebagai hablur. dalam µg dihidrostreptomisin per mg zat seperti
tertera pada Penetapan kadar.
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 200 mg per Syarat lain Jika pada etiket tertera
mL; kecuali jika pada etiket dinyatakan untuk dihidrostreptomisin sulfat steril, memenuhi syarat uji
penggunaan oral, maka pH adalah antara 3,0 dan 7,0. Sterilitas <71> dan Endotoksin bakteri <201> seperti
tertera pada Dihidrostreptomisin Injeksi. Jika pada
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; etiket tertera dihidrostreptomisin sulfat harus diproses
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi,
dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam memenuhi syarat uji Endotoksin bakteri <201> seperti
menggunakan lebih kurang 100 mg zat; susut tertera pada Dihidrostreptomisin Injeksi.
pengeringan tidak lebih dari 14,0%, jika pada etiket
dinyatakan untuk penggunaan oral. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
turbidimetri seperti tertera pada Penetapan Potensi
Streptomisin Tidak lebih dari 3,0%; tidak lebih dari Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
1,0% jika pada etiket dinyatakan sebagai hablur; tidak
lebih dari 5,0% jika pada etiket dinyatakan hanya Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
untuk penggunaan oral. rapat.
Larutan persediaan besi(III) klorida Larutkan 5 g
besi(III) klorida P dalam 50 mL asam hidroklorida 0,1
N. DIKLOFENAK KALIUM
Larutan besi(III) klorida Encerkan 2,5 mL Larutan Diclofenac Potassium
persediaan besi(III) klorida dengan asam
hidroklorida 0,01 N hingga 100 mL. Gunakan larutan
ini pada hari pembuatan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Streptomisin Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga
diperoleh larutan persediaan yang mengandung 1,0
mg streptomisin C21H39N7O12 per mL. Pipet masing-
masing 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL; dan 5 mL larutan ini
ke dalam lima labu tentukur 25-mL, tambahkan
berturut-turut 9,0 mL; 8,0 mL; 7,0 mL; 6,0 mL; dan Kalium [o-(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat [15307-81-0]
5,0 mL air ke dalam labu secara berurutan. C14H10Cl2KNO2 BM 334,24
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 800 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan Diklofenak Kalium mengandung tidak kurang dari
dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C14H10Cl2KNO2
larutan ini ke dalam labu tentukur 25-mL. dihitung terhadap zat kering.
Prosedur Pada masing-masing labu yang berisi
Larutan baku, Larutan uji, dan pada labu tentukur 25- Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih,
mL ke 7 yang berisi 10,0 mL air sebagai blangko, kekuningan; sedikit higroskopik.
tambahkan 2,0 mL natrium hidroksida 1 N, panaskan
dalam tangas air selama 10 menit. Dinginkan labu Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
tentukur dalam air es selama 3 menit, dan tambahkan metanol; larut dalam etanol; sukar larut dalam aseton.
pada masing-masing labu 2,0 mL asam hidroklorida
1,2 N dan 5,0 mL larutan besi(III) klorida P. Encerkan Baku pembanding Diklofenak Kalium BPFI;
dengan air sampai tanda. Ukur serapan Larutan uji dan keringkan pada suhu 105° dalam hampa udara selama
Larutan baku pada panjang gelombang serapan 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
maksimum lebih kurang 550 nm terhadap larutan tertutup rapat terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A
blangko. Buat kurva antara serapan dan kadar Diklofenak BPFI.
streptomisin dalam µg per mL dari kelima larutan
yang diperoleh dari Larutan baku. Dari kurva yang Identifikasi
diperoleh, tetapkan kadar streptomisin, C, dalam µg A. Spektrum serapan inframerah zat yang
per mL Larutan uji, Hitung persentase streptomisin didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dengan rumus: maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Diklofenak Kalium BPFI.
6250C B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
WP metanol P (0,1 mg dalam 1 mL) menunjukkan
- 415 -

maksimum dan minimum pada panjang gelombang pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
yang sama seperti pada Diklofenak Kalium BPFI. penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
C. Menunjukkan reaksi Kalium cara A dan B seperti Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291> volume sama (lebih kurang 30 L) Larutan baku dan
Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5; lakukan penetapan puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A
menggunakan larutan zat 1% dalam air. diklofenak dalam zat dengan rumus:

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 𝑟𝑈 𝐶


bpj. ( ) ( ) 10
𝑟𝑆 𝑊
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu senyawa sejenis A diklofenak kalium dari Larutan uji
105° selama 3 jam. dan Larutan baku; C adalah kadar Senyawa Sejenis A
Diklofenak BPFI dalam g per mL Larutan baku; W
Cemaran organik Senyawa sejenis A diklofenak
adalah bobot zat dalam mg yang digunakan dalam
tidak lebih dari 0,1%; masing-masing cemaran lain
Larutan uji. Hitung persentase masing-masing
tidak lebih dari 0,1% dan jumlah semua cemaran tidak
cemaran lain dalam zat dengan rumus:
lebih dari 0,3%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
𝑟𝑖 𝐶
Kromatografi <931>. ( ) ( ) 10
Pengencer Campuran air-metanol P (30:70). 𝑟𝑠 𝑊
Dapar fosfat pH 2,5 Buat campuran sejumlah
volume sama asam fosfat 0,01 M dan Larutan natrium ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
fosfat monobasa 0,01 M. Atur pH hingga 2,5 ± 0,2 yang diperoleh dari Larutan uji.
dengan penambahan salah satu komponen yang
sesuai. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P.
pH 2,5 (70:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, Tetapkan titik
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. blangko.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis A Diklofenak BPFI larutkan dan encerkan Tiap mL asam perklorat 0,1 N
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,25 mg setara dengan 33,424 mg C14H10Cl2KNO2
per mL. Encerkan larutan dengan Pengencer secara
kuantitatif hingga kadar lebih kurang 1,5 g per mL. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
Larutan resolusi Timbang sejumlah dietil ftalat, dari cahaya pada suhu ruang terkendali.
Diklofenak Kalium BPFI dan Senyawa Sejenis A
Diklofenak BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih kurang 40 TABLET DIKLOFENAK KALIUM
g per mL, 0,5 mg per mL dan 22,5 g per mL. Diclofenac Potassium Tablets
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. Tablet Diklofenak Kalium mengandung diklofenak
Larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai kalium, C14H10Cl2KNO2, tidak kurang dari 90,0% dan
tanda. tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja etiket.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih Baku pembanding Diklofenak Kalium BPFI.
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI [N-(2,6-
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan diklorofenil) indolin-2-on] (C14H9Cl2NO4 BM
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 278,14); tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
waktu retensi relatif dietil ftalat, senyawa sejenis A wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
diklofenak dan diklofenak kalium berturut-turut
adalah lebih kurang 0,5; 0,7; dan 1,0; resolusi, R, Identifikasi
antara puncak dietil ftalat dan senyawa sejenis A A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
diklofenak tidak kurang dari 4,0. Lakukan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera B. Menunjukkan reaksi Kalium cara A seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
- 416 -

ke dalam masing–masing labu tentukur, dan encerkan


Disolusi <1231> dengan air sampai tanda.
Media disolusi: 900 mL cairan usus buatan P Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Blangko
(tanpa enzim) pada panjang gelombang emisi 766,5 nm
Alat tipe 2: 50 rpm menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
Waktu: 60 menit dilengkapi dengan nyala api udara-asetilena P seperti
Prosedur Lakukan penetapan jumlah tertera pada Spektrofotometri dan hamburan cahaya
C14H10Cl2KNO2 yang terlarut dengan mengukur <1191>. Buat kurva serapan Larutan uji terhadap
serapan alikot yang telah disaring melalui penyaring kadar kalium. Hitung persentase bobot kalium dalam
membran dengan porositas 0,45 µm, jika perlu tiap tablet.
diencerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan
baku Diklofenak Kalium BPFI dalam media yang Cemaran organik Senyawa sejenis A diklofenak
sama pada panjang gelombang serapan maksimum tidak lebih dari 0,1%; masing-masing cemaran tidak
lebih kurang 276 nm. lebih dari 0,1% dan jumlah semua cemaran tidak lebih
Hitung persentase diklofenak kalium terlarut dengan dari 0,3%. Lakukan penetapan dengan cara
rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C  AU  Dapar fosfat pH 2,5, Pengencer, Fase gerak,
900 S  100 Larutan uji, Larutan resolusi, Sistem kromatografi
 L  AS  Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
CS adalah kadar Diklofenak Kalium BPFI dalam mg Sejenis A Diklofenak BPFI, larutkan dan encerkan
per mL Larutan baku; L adalah jumlah dalam mg secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
diklofenak kalium yang tertera pada etiket; AU dan AS Pengencer hingga kadar lebih kurang 50 g per mL.
berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baku; 900 adalah volume Media disolusi dalam mL; volume sama (lebih kurang 30 L) Larutan uji dan
100 adalah faktor konversi terhadap persen. Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
kurang dari 80% (Q) C14H10Cl2KNO2, dari jumlah persentase senyawa sejenis A diklofenak dalam tablet
yang tertera pada etiket. dengan rumus:

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.  C  r 


10  U 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;  A  rS 
lakukan penetapan pada suhu 105° ± 2° selama 3 jam.
C adalah kadar Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI
Kalium Tidak kurang dari 2,40% dan tidak lebih dari dalam g per mL Larutan baku; A adalah jumlah
2,94%; tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari dalam mg diklofenak kalium dalam tablet yang
110,0% dihitung terhadap jumlah teoritis kalium. digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg kalium puncak senyawa sejenis A diklofenak yang diperoleh
klorida P, masukkan ke dalam krus leburan kuarsa. dari Larutan uji dan Larutan baku.
Zat uji Timbang saksama sejumlah tidak kurang Hitung persentase cemaran lain selain dietil ftalat
dari 5 tablet (untuk tablet yang mengandung 50 mg dalam tablet dengan rumus:
diklofenak kalium), masukkan ke dalam krus leburan
kuarsa.
 C  r 
Blangko Buat pengenceran larutan kalsium klorida 10  i 
10% (1 dalam 50).  A  rS 
Larutan uji Masukkan krus berisi baku, zat uji dan
blangko ke dalam tanur, pijarkan pada suhu 550°
ri adalah respons puncak cemaran lain yang diperoleh
selama 8 jam untuk pengabuan. Tambahkan 1,0 mL
dari Larutan uji.
asam hidroklorida pekat P dan 1,0 mL asam nitrat
pekat P ke dalam masing-masing krus yang telah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
didinginkan. Panaskan masing-masing krus di atas
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lempeng pemanas untuk melarutkan residu. Pindahkan
Kromatografi <931>.
isi masing-masing krus secara kuantitatif tanpa
Pengencer Campuran air-metanol P (30:70).
disaring ke dalam labu tentukur 100-mL, dan encerkan
Dapar fosfat pH 2,5 Buat campuran sejumlah
dengan air sampai tanda. Pipet masing-masing 1 mL
volume sama asam fosfat 0,01 M dan natrium fosfat
larutan tersebut masukkan ke dalam labu tentukur 100-
mL. Tambahkan 2,0 mL larutan cesium klorida 10%
- 417 -

monobasa 0,01 M. Atur pH hingga 2,5 ± 0,2 dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak
penambahan salah satu komponen yang sesuai. tembus cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat
pH 2,5 (70:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem DIKLOFENAK NATRIUM
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Diclofenac Sodium
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Diklofenak Kalium BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap hingga kadar lebih kurang 50 g per mL.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah dietil
ftalat, Diklofenak Kalium BPFI dan Senyawa Sejenis
A Diklofenak BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar dietil ftalat P, Diklofenak Kalium BPFI Natrium[o-(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat [15307-79-6]
dan Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI berturut- C14H10Cl2NnaO2 BM 318,13
turut lebih kurang 40 g per mL; 0,5 mg per mL dan
37,5 g per mL. Diklofenak Natrium mengandung tidak kurang dari
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C14H10Cl2NnaO2,
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk dihitung terhadap zat kering.
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg Diklofenak
Kalium dan masukkan ke dalam labu tentukur 100- Pemerian Serbuk hablur putih hingga hampir putih;
mL. Tambahkan 70 mL Pengencer, aduk selama 60 higroskopik. Melebur pada suhu 284.
menit dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda,
dan sentrifus. Kelarutan Mudah larut dalam metanol; larut dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada etanol; agak sukar larut dalam air; praktis tidak larut
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam kloroform dan dalam eter.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L7 “end-capped”. Laju Baku pembanding Diklofenak Natrium BPFI;
alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera rapat dan terlindung dari cahaya. Senyawa sejenis A
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dietil ftalat Diklofenak BPFI.
dan senyawa sejenis A diklofenak tidak kurang dari
2,5 dan resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A Identifikasi
diklofenak dan Diklofenak Kalium tidak kurang dari A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
3,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada gelombang yang sama seperti pada Diklofenak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Natrium BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Waktu retensi puncak diklofenak pada Larutan
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan uji dan uji sesuai dengan Larutan resolusi yang diperoleh
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam pada Cemaran organik.
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung C. Menunjukkan reaksi Natrium cara A, B dan C
jumlah dalam mg, diklofenak kalium, C14H10Cl2KNO2 seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Warna larutan Larutan zat dalam metanol P (1 dalam
20): tidak berwarna hingga kuning pucat. Serapan
 VC  rU 
 larutan pada panjang gelombang 440 nm tidak lebih
 
 20  rS
dari 0,050. Gunakan metanol sebagai blangko.

Kejernihan larutan Larutan yang dibuat seperti
C adalah kadar Diklofenak Kalium BPFI dalam g per tertera pada Warna larutan tidak berbeda nyata
mL Larutan baku; V adalah volume labu tentukur yang kejernihannya jika dibandingkan dengan sejumlah
digunakan untuk pembuatan Larutan uji; rU dan rS metanol yang diperlakukan sama.
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
Larutan baku. pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
- 418 -

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lakukan pengeringan pada suhu 105 - 110 selama 3 jam. lebih dari 5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj; volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
buat Larutan uji menggunakan gelas piala borosilikat Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
100 mL atau krus kuarsa. Jika setelah pemijaran pada kromatogram dan ukur respons puncak utama setelah
suhu 500-600 residu tidak putih sempurna, tambahkan periode 2,5 kali waktu retensi diklofenak natrium.
hidrogen peroksida P secukupnya untuk melarutkan, Hitung persentase senyawa sejenis A diklofenak
panaskan perlahan hingga kering dan pijarkan selama 1 dalam zat uji dengan rumus:
jam. Ulangi perlakuan dengan hidrogen peroksida P dan
pijarkan hingga residu putih sempurna. Lakukan seperti 𝑟𝑈 𝐶
tertera pada Larutan uji dimulai dari “Dinginkan, ( ) ( ) 10
𝑟𝑆 𝑊
tambahkan 4 mL asam hidroklorida 6 N”.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak sejenis A diklofenak dalam Larutan uji dan Larutan
lebih dari 0,2% dan jumlah semua cemaran tidak lebih baku; C adalah kadar Senyawa Sejenis A Diklofenak
dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara BPFI dalam g per mL Larutan baku; W adalah bobot
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dalam mg, diklofenak natrium dalam Larutan uji yang
Kromatografi <931>. digunakan.
Dapar fosfat pH 2,5 Buat campuran sejumlah volume Hitung persentase masing-masing cemaran lain dalam
sama asam fosfat 0,01 M dan natrium fosfat monobasa zat dengan rumus:
0,01 M. Jika perlu atur hingga pH 2,5  0,2 dengan
penambahan komponen yang sesuai. 𝑟𝑖 𝐶
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat ( ) ( ) 10
pH 2,5 (70:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu 𝑟𝑠 𝑊
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
Menaikkan jumlah dapar akan meningkatkan resolusi]. dalam Larutan uji.
Pengencer Buat campuran metanol P-air (70:30).
Larutan resolusi Buat larutan dalam Pengencer Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450
yang mengandung 20 g dietil ftalat P, 7,5 g mg zat, larutkan dalam 25 mL asam asetat glasial P,
Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI dan 0,75 mg titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, Tetapkan titik
Diklofenak Natrium BPFI per mL. akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan
Larutan baku Buat larutan Senyawa Sejenis A blangko.
Diklofenak BPFI dalam metanol P dengan kadar lebih
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
kurang 0,75 mg per mL. Ukur saksama sejumlah
volume larutan, encerkan secara kuantitatif dengan setara dengan 31,81 mg C14H10Cl2NnaO2
Pengencer hingga diperoleh larutan dengan kadar 1,5
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
g per mL.
rapat dan tidak tembus cahaya.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 75 mg
diklofenak natrium, masukkan ke dalam labu tentukur
100-mL, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
sampai tanda. TABLET LEPAS TUNDA DIKLOFENAK
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada NATRIUM
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Diclofenac Sodium Delayed-Release Tablets
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm, berisi bahan pengisi L7 ”end-capped”. Laju Tablet Lepas Tunda Diklofenak Natrium mengandung
alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan diklofenak natrium, C14H10Cl2NnaO2, tidak kurang
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera yang tertera pada etiket.
pada Prosedur: waktu retensi relatif dietil ftalat,
senyawa sejenis A diklofenak dan diklofenak natrium Baku pembanding Diklofenak Natrium BPFI;
masing-masing adalah lebih kurang 0,5, 0,6 dan 1,0; lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
resolusi, R, antara puncak dietil ftalat dan senyawa Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
sejenis A diklofenak tidak kurang dari 2,2 dan antara dari cahaya. Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI [N-
puncak senyawa sejenis A diklofenak dan diklofenak (2,6-diklorofenil)indolin-2-on] (C14H9Cl2NO4 BM
natrium tidak kurang dari 6,5; Lakukan kromatografi 278,14), tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
- 419 -

Identifikasi Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


A. Waktu retensi puncak diklofenak natrium pada
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang Cemaran organik Senyawa sejenis A diklofenak
diperoleh pada Penetapan kadar. tidak lebih dari 0,5%, masing-masing cemaran tidak
B. Residu yang diperoleh dari pemijaran lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak lebih
menunjukkan reaksi nyala Natrium seperti tertera pada dari 1,5%. Lakukan penetapan dengan cara
Uji Identifikasi Umum <291>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pelepasan obat <961> Metode B Dapar fosfat pH 2,5, Fase gerak, Pengencer,
TAHAP ASAM Larutan resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Alat tipe 2 (dayung terbuat dari atau dilapisi Larutan baku Buat larutan Senyawa Sejenis A
politef): 50 rpm. Diklofenak BPFI dalam metanol P dengan kadar lebih
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 68 mg kurang 0,8 mg per mL. Pipet sejumlah volume larutan
Diklofenak Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu ini, encerkan dengan Pengencer hingga diperoleh
tentukur 100-mL, tambahkan 10,0 mL natrium larutan dengan kadar lebih kurang 4 g per mL.
hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan uji Gunakan Larutan uji pada Penetapan
Pipet 2 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL kadar.
kedua, encerkan dengan campuran asam hidroklorida Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
0,1 N-natrium hidroklorida 5 N (900:20) sampai volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
tanda. Larutan baku ini mengandung Diklofenak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Natrium BPFI lebih kurang 13,6 g per mL. ukur respons puncak utama setelah 40 menit. Hitung
Prosedur Setelah 2 jam, angkat tiap tablet (atau persentase senyawa sejenis A diklofenak dalam tablet
bagian terbesar tablet jika tablet tidak utuh lagi) dari dengan rumus:
masing-masing wadahnya. Terhadap tablet tersebut
lakukan uji seperti tertera pada tahap dapar.
 C  r 
Tambahkan 20,0 mL natrium hidroksida 5 N pada 10  U 
asam hidroklorida 0,1 N yang tersisa dalam tiap  A  rS 
wadah, aduk selama 5 menit. Tentukan jumlah
C14H10Cl2NnaO2, yang terlarut dengan mengukur C adalah kadar Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI
serapan alikot dan serapan Larutan baku pada panjang dalam g per mL Larutan baku; A adalah bobot dalam
gelombang serapan maksimum lebih kurang 276 nm. mg diklofenak natrium dalam tablet yang digunakan
untuk pengujian seperti tertera pada Penetapan kadar;
TAHAP DAPAR rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa
Dapar fosfat pH 6,8 Larutkan 76 g natrium fosfat sejenis A diklofenak dalam Larutan uji dan Larutan
tribasa P dalam air hingga diperoleh larutan 1000 mL. baku. Hitung persentase masing-masing cemaran lain
Campur 250 mL larutan ini dengan 750 mL asam selain dietil ftalat dalam tablet dengan rumus:
hidroklorida 0,1 N, jika perlu atur hingga pH 6,8 
 C  r 
0,05 dengan penambahan asam hidroklorida 2 N atau
natrium hidroksida 2 N. 10  i 
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,8.  A  rS 
Alat tipe 2: 50 rpm.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 68 mg ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Diklofenak Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu dalam Larutan uji.
tentukur 100-mL, tambahkan 10,0 mL natrium
hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air sampai tanda. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Masukkan 2,0 mL larutan ini kedalam labu tentukur Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
100-mL kedua, encerkan dengan Media disolusi Kromatografi <931>.
sampai tanda. Larutan baku ini mengandung Diklofenak Dapar fosfat pH 2,5 Campur sejumlah volume sama
Natrium BPFI lebih kurang 0,02 mg per mL. asam fosfat 0,01 M dan natrium fosfat monobasa 0,01
Prosedur Setelah 45 menit, lakukan penetapan M. Atur pH hingga 2,5 ± 0,2 dengan penambahan salah
jumlah C14H10Cl2NnaO2, yang terlarut dengan satu komponen yang sesuai.
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat
Media disolusi, dan bandingkan dengan serapan pH 2,5 (70:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Larutan baku pada panjang gelombang serapan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
maksimum lebih kurang 276 nm. seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
Toleransi Harus larut tidak kurang dari 75% (Q) Menaikkan jumlah dapar akan meningkatkan resolusi].
C14H10Cl2NnaO2 dari jumlah yang tertera pada etiket. Pengencer Campuran metanol P-air (70:30).
- 420 -

Larutan baku Buat larutan Diklofenak Natrium BPFI


dalam Pengencer dengan kadar lebih kurang
0,75 mg per mL.
Larutan resolusi Buat larutan dalam Pengencer
yang mengandung 20 g dietil ftalat P, 7,5 g
Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI dan 0,75 mg
Diklofenak Natrium BPFI per mL. Natrium (2S,5R,6R)-6[3-(2,6 diklorofenil)-5-metil-4-
Larutan uji Masukkan 20 tablet ke dalam labu isoksasolkarboksamido]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia-1-
tentukur dengan kapasitas yang bila diisi sampai tanda azabisiklo[3,2,0]heptan-2-karboksilat
dapat diperoleh larutan dengan kadar diklofenak Monohidrat [13412-64-1]
natrium 0,75 mg per mL. Tambahkan Pengencer C19H16Cl2N3NaO5S.H2O BM 510,32
sampai lebih kurang 70% kapasitas labu, kocok secara Anhidrat [343-55-5] BM 492,30
mekanik tidak kurang dari 30 menit untuk
menghancurkan tablet. Dinginkan hingga suhu ruang, Dikloksasilin Natrium mengandung setara dengan
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring tidak kurang dari 850 µg Dikloksasilin,
melalui penyaring dengan porositas 0,5 m. Gunakan C19H17Cl2N3O5S per mg.
filtrat sebagai Larutan uji.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm Kelarutan Mudah larut dalam air.
x 25 cm berisi bahan pengisi L7 ”end-capped”. Laju
alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan Baku pembanding Dikloksasilin Natrium BPFI;
kromatografi terhadap Larutan resolusi, ukur respons Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi cahaya, dalam lemari pembeku. Bersifat higroskopik.
relatif dietil ftalat, senyawa sejenis A diklofenak dan
diklofenak natrium masing-masing lebih kurang 0,5, Identifikasi
0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak dietil ftalat dan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
senyawa sejenis A diklofenak tidak kurang dari 2,2 didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dan antara puncak senyawa sejenis A diklofenak dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
diklofenak natrium tidak kurang dari 6,5. Lakukan sama seperti pada Dikloksasilin Natrium BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Penetapan kadar.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. C. Pijarkan lebih kurang 100 mg zat, larutan 1
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bagian sisa pemijaran dalam 20 bagian asam asetat P:
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan menunjukkan reaksi Natrium cara A, B dan C seperti
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg, diklofenak natrium, Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
C14H10Cl2NnaO2, dalam tablet yang digunakan dengan
rumus: pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan 10 mg zat per mL.
 VC  rU 

  Air <1031> Metode I Antara 3,0% dan 5,0%.
 20  rS 
Dimetilanilin Memenuhi syarat; lakukan penetapan
C adalah kadar Diklofenak Natrium BPFI dalam seperti yang tertera pada Uji Batas Dimetilanilin
mg per mL Larutan baku; V adalah volume dalam mL, <362>.
labu yang digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Cemaran organik Persentase masing-masing
cemaran tidak lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lebih dari 5,0%. Lakukan penetapan dengan cara
rapat, tidak tembus cahaya. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Pengencer, dan Sistem
DIKLOKSASILIN NATRIUM kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Dicloxacillin Sodium kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dikloksasilin Natrium BPFI, larutkan dalam
- 421 -

Pengencer, sonikasi hingga larut, encerkan dengan


Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per mL. Tabel
Simpan pada suhu 4°.
Nama Waktu Faktor
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, retensi relatif respon relatif
larutkan dalam Pengencer, sonikasi hingga larut, Senyawa sejenis A 0,07 0,20
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih amoksisilin
kurang 1 mg per mL. Simpan pada suhu 4°. Asam penisiloat 0,23 1,0
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang dikloksasilin 0,25
saksama sejumlah Senyawa Sejenis D Dikloksasilin Analog glisin 0,38 1,0
BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih dikloksasilin
kurang 0,1 mg per mL. Asam penisiloat 0,43 1,0
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama N-asetil
sejumlah Dikloksasilin Natrium BPFI, larutkan dalam dikloksasilin
Pengencer dan tambahkan sejumlah volume Larutan Asam peniloat 0,61 0,75
dikloksasilin 0,69
kesesuaian sistem persediaan secara kuantitatif
Senyawa sejenis D 0,90 1,4
hingga kadar Dikloksasilin Natrium BPFI lebih dikloksasilin
kurang 1 mg per mL dan kadar Senyawa Sejenis D Dikloksasilin 1,0 -
Dikloksasilin BPFI lebih kurang 0,01 mg per mL. Dikloksasilin 1,3 1,0
Simpan pada suhu 4°. penisilamid
Sistem Kromatografi Kromatograf diprogram
sebagai berikut. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
Waktu Larutan A Larutan B pada Kromatografi <931>.
(menit) (%) (%) Larutan A Larutkan 1,18 g natrium heksan sulfonat
0 70 30
monohidrat P dan 0,8 mL amonium hidroksida P
10 70 30
30 50 50 dalam air hingga 1 L, atur pH hingga 2,9 - 3,1
35 35 65 menggunakan asam fosfat P.
45 25 75 Larutan B Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak kromatografi.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Pengencer Campuran asetonitril P-air (50:50).
puncak senyawa sejenis D dikloksasilin dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dikloksasilin tidak kurang dari 1,5. Lakukan Dikloksasilin Natrium BPFI, larutkan dalam
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Pengencer, sonikasi hingga larut, encerkan dengan
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan 1,5; Simpan pada suhu 4°.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat larutkan
kurang dari 2,5%. dalam Pengencer, sonikasi hingga larut, encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan mL. Simpan pada suhu 4°.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung saksama sejumlah Senyawa Sejenis D Dikloksasilin
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih
rumus: kurang 0,1 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
𝑟𝑖 𝐶𝑆 𝐹1 sejumlah Dikloksasilin Natrium BPFI, larutkan dalam
( ) ( ) ( ) 100𝑃 Pengencer dan tambahkan sejumlah volume Larutan
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹2 kesesuaian sistem persediaan secara kuantitatif
hingga kadar Dikloksasilin Natrium BPFI lebih
ri adalah respons masing-masing puncak dalam kurang 1 mg per mL dan kadar Senyawa Sejenis D
Larutan uji; rS adalah respons puncak Larutan baku; Dikloksasilin BPFI lebih kurang 0,01 mg per mL.
CS adalah kadar Dikloksasilin Natrium BPFI dalam mg Simpan pada suhu 4°.
per mL Larutan baku; CU adalah kadar dikloksasilin Sistem kromatografi Lakukan penetapan secara
natrium dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
bobot yang ditimbang; F1 adalah faktor konversi 0,001 pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
mg/µg; F2 adalah faktor respon relatif seperti tertera tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom
pada Tabel; P adalah potensi dikloksasilin dalam 4,6 mm × 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju
Dikloksasilin Natrium BPFI dalam µg per mg. alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Pertahankan suhu
- 422 -

autosampler pada 4° dan suhu kolom pada 40°. Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Kromatograf diprogram sebagai berikut. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Disolusi <1231>
0 45 55 Media disolusi: 900 mL air.
2 45 55 Alat tipe 1: 100 rpm.
2,5 35 65 Waktu: 30 menit.
5 35 65
Prosedur Lakukan penetapan jumlah
C19H17Cl2N3O5S yang terlarut dengan mengukur
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media
sistem, dan rekam kromatogram dan ukur respons
disolusi, dan serapan larutan baku Dikloksasilin
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Natrium BPFI dalam media yang sama.
antara dikloksasilin dan senyawa sejenis D
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
dikloksasilin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
kurang dari 75% (Q) C19H17Cl2N3O5S, dari jumlah
kromatografi terhadap Larutan baku, dan rekam
yang tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak kurang dari
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
0,8-1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 0,73%. Waktu retensi relatif
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
dikloksasilin dan senyawa sejenis D dikloksasilin
berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,1.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Kromatografi <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan pengencer, Fase gerak, Larutan baku dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
jumlah dalam µg dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S dalam
Penetapan kadar dalam Dikloksasilin Natrium.
tiap mg dikloksasilin natrium, dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 10
kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( )( )𝑃 bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul,
𝑟𝑆 𝐶𝑈 hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 200 mg
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari dikloksasilin, masukkan ke dalam labu tentukur 200-
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar mL, encerkan dengan Larutan pengencer sampai
Dikloksasilin Natrium BPFI dalam mg per mL tanda, aduk selama 10 menit dengan pengaduk
Larutan baku; CU adalah kadar dikloksasilin natrium magnetik. Saring dan buang 5 mL filtrat pertama,
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang tampung lebih kurang 25 mL. Gunakan beningan ini
ditimbang; P adalah potensi dikloksasilin dalam sebagai Larutan uji [Catatan Gunakan Larutan uji
Dikloksasilin Natrium BPFI dalam µg per mg. segera atau simpan dilemari pendingin dan gunakan
pada hari yang sama]
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur
rapat. seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Dikloksasilin Natrium. Hitung jumlah dikloksasilin,
C19H17Cl2N3O5S dalam mg dari isi kapsul yang
KAPSUL DIKLOKSASILIN NATRIUM digunakan, dengan rumus:
Dicloxacillin Sodium Capsules
r 
Kapsul Dikloksasilin Natrium mengandung 0 ,2CE  U 
dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S, tidak kurang dari  rS 
90,0% dan tidak lebih dari 120,0% seperti tertera pada
etiket. C adalah kadar Dikloksasilin Natrium dalam mg per
mL Larutan baku; E adalah kesetaraan dikloksasilin
Baku pembanding Dikloksasilin Natrium BPFI; dalam µg per mg Dikloksasilin Natrium BPFI; rU dan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Tetapkan rs berturut-turut adalah respons puncak dikloksasilin
kadar air secara titrimetri pada waktu akan digunakan. dari Larutan uji dan Larutan baku.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin
dan terlindung dari cahaya. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
- 423 -

Larutan ini segera digunakan atau simpan di lemari


DIKLOKSASILIN NATRIUM UNTUK pendingin dan gunakan pada hari yang sama].
SUSPENSI ORAL Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
Dicloxacillin Sodium for Oral Suspension pada Penetapan kadar dalam Dikloksasilin Natrium.
Hitung jumlah dalam mg, dikloksasilin,
Dikloksasilin Natrium untuk Suspensi Oral adalah C19H17Cl2N3O5S dalam suspensi yang digunakan,
campuran kering dikloksasilin natrium dengan satu dengan rumus:
atau lebih dapar, pewarna, pengaroma dan pengawet
 rU 
yang sesuai. Mengandung dikloksasilin,
C19H17Cl2N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak (125 + V ) CE
 
 1000V  rS 
lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Baku pembanding Dikloksasilin Natrium BPFI; C adalah kadar Dikloksasilin Natrium BPFI, dalam mg
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. per mL Larutan baku; E adalah kesetaraan
dikloksasilin dalam µg per mg Dikloksasilin Natrium
Identifikasi Waktu retensi puncak utama BPFI; V adalah volume suspensi yang digunakan
dikloksasilin kromatogram Larutan uji sesuai dengan dalam mL; rU dan rS berturut-turut adalah respons
kromatogram Larutan baku seperti tertera pada puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. rapat.

pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan


menggunakan suspensi yang dibuat dengan cara DILTIAZEM HIDROKLORIDA
seperti tertera pada etiket. Diltiazem Hydrochloride

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.

Keseragaman sediaan <911> Untuk zat padat yang


dikemas dalam wadah dosis tunggal: Memenuhi
syarat.

Penetapan kadar
Pengencer, Fase gerak, Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
Dikloksasilin Natrium. (+)-5[2-(Dimetilamino)etil]-cis-2,3-dihidro-3-hidroksi-2-(p-
Larutan dapar Gunakan Dapar nomor 1 seperti metoksifenil)-1,5-benzotiazepin-4(5H)-on asetat (ester) mono
tertera pada Dapar fosfat dan Larutan lain dalam hidroklorida [33286-22-5]
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi C22H26N2O4S.HCl BM 450,98
<131>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 Diltiazem Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
mg Dikloksasilin Natrium BPFI, masukkan ke dalam 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C22H26N2O4S.HCl
labu tentukur 100-mL, tambahkan 20,0 mL dihitung terhadap zat kering.
dimetilformamida P, 5,0 mL etanol P dan 20 mL
Larutan dapar dan aduk selama 5 menit dengan Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil putih; tidak
pengaduk magnetik, encerkan dengan Larutan dapar berbau; melebur pada suhu 210 disertai peruraian.
sampai tanda. [Catatan Larutan ini segera digunakan
atau disimpan dalam lemari pendingin dan gunakan Kelarutan Mudah larut dalam kloroform, dalam
pada hari yang sama]. metanol, dalam asam format dan dalam air; agak sukar
Larutan uji Konstitusikan Dikloksasilin Natrium larut dalam etanol mutlak; tidak larut dalam eter.
untuk Suspensi Oral seperti tertera pada etiket. Ukur
saksama sejumlah volume suspensi yang dibuat segar Baku pembanding Diltiazem Hidroklorida BPFI;
bebas gelembung udara, setara dengan lebih kurang Lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
125 mg dikloksasilin, masukkan ke dalam labu sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
tentukur 200-mL, tambahkan 20,0 mL dimetilformamida P, rapat, terlindung cahaya. Desasetil Diltiazem
5,0 mL etanol P, aduk selama 15 menit, tambahkan Hidroklorida BPFI.
50,0 mL Larutan dapar, aduk selama 15 menit.
Sentrifus selama 15 menit, saring lebih kurang 30 mL Identifikasi
beningan, buang 5 mL filtrat pertama [Catatan
- 424 -

A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah C  ri 



dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida 10 
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan W  rS 
gelombang yang sama seperti pada Diltiazem
Hidroklorida BPFI. ri adalah respons masing-masing puncak lain selain
B. Waktu retensi puncak utama dari Larutan uji puncak utama.
sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
Penetapan kadar. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C. Memberikan reaksi Klorida cara A, B dan C Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 1,16 g asam d-10-kamfersulfonat P
Rotasi jenis <1091> Antara +110 dan +116, dalam 1000 mL natrium asetat 0,1 M, atur pH hingga
dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan 6,2 dengan natrium hidroksida 0,1 N.
menggunakan larutan zat dalam air (1 dalam 100). Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
metanol P (50:25:25), saring dan awudarakan. Jika
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%. perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Diltiazem Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol
P hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per mL.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 120 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Cemaran organik Desasetil diltiazem tidak lebih dari larutkan dalam metanol P, encerkan dengan metanol P
0,5%, cemaran total termasuk desasetil diltiazem sampai tanda.
hidroklorida tidak lebih dari 1,0% dan tidak boleh ada Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
satu puncak pun lebih besar dari 0,5%. Lakukan Diltiazem Hidroklorida BPFI dan Desasetil Diltiazem
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Hidroklorida BPFI larutkan dalam metanol P hingga
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. kadar masing-masing 0,012 mg per mL.
Dapar, Fase gerak, Larutan uji Lakukan seperti Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada Penetapan kadar. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku Gunakan Larutan kesesuaian sistem dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9 mm
seperti tertera pada Penetapan kadar. x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 1,6 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Penetapan kadar. Simpangan baku relatif respons Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan
puncak pada penyuntikan ulang Larutan baku tidak ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
lebih dari 10,0%. waktu retensi relatif desasetil diltiazem dan diltiazem
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah berturut turut lebih kurang 0,65 dan 1,0; resolusi, R,
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan antara puncak desasetil diltiazem dan diltiazem tidak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kurang dari 3 dan jumlah lempeng teoritis puncak
kromatogram dan ukur respons semua puncak. Waktu diltiazem tidak kurang dari 1200. Lakukan
retensi relatif desasetil diltiazem dan diltiazem kromatogafi terhadap Larutan baku, rekam
berturut-turut adalah 0,65 dan 1,0. Hitung persentase kromatogram dan ukur respon puncak seperti tertera
desasetil diltiazem hidroklorida zat yang digunakan pada Prosedur, simpangan baku relatif pada
dengan rumus: penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
C  rU 

10  Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
W  rS  kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg diltiazem hidroklorida,
C adalah kadar Desasetil Diltiazem Hidroklorida C22H26N2O4S.HCl dalam zat yang digunakan dengan
BPFI dalam g per mL larutan baku; W adalah bobot rumus:
dalam mg diltiazem hidroklorida yang digunakan; rU
dan rS berturut-turut adalah respons puncak desasetil r 
diltiazem hidroklorida yang diperoleh dari Larutan uji 100C  U 
dan Larutan baku. Hitung persentase berturut-turut  rS 
puncak lain selain puncak utama dan puncak desasetil
diltiazem hidroklorida dengan rumus: C adalah kadar Diltiazem Hidroklorida BPFI dalam
mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
- 425 -

per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
rapat, tidak tembus cahaya. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
INJEKSI DILTIAZEM volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
Diltiazem Injection arutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Injeksi Diltiazem mengandung diltiazem Hitung persentase diltiazem hidroklorida,
hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, tidak kurang dari C22H26N2O4S.HCl, dalam injeksi dengan rumus:
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.  rU   CS 
      100
Baku pembanding Diltiazem Hidroklorida BPFI;  rS   CU 
Lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
tertutup rapat, terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi Diltiazem Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] Larutan baku; CU adalah kadar diltiazem hidroklorida
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan tertera pada etiket.
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Identifikasi Waktu retensi puncak utama tunggal atau ganda, sebaiknya dari Kaca Tipe I.
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku Dalam lemari pendingin pada suhu antara 2° dan 8°.
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. Jangan sampai beku.
pH <1071> Antara 3,7 dan 4,2. Penandaan Pada etiket tertera untuk injeksi bolus
intravena langsung dan infus intravena berlanjut,
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,4 unit buang bagian yang tidak digunakan.
Endotoksin FI per mg diltiazem hidroklorida.

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat.


KAPSUL LEPAS LAMBAT DILTIAZEM
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. HIDROKLORIDA
Diltiazem Hydrochloride Extended-Release
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan Capsules
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Kapsul lepas lambat Diltiazem Hidroklorida
Fase gerak Timbang saksama asam heptan sulfonat mengandung diltiazem hidroklorida,
P, larutkan, dan encerkan dengan campuran asetonitril C22H26N2O4S.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
P-metanol P-amonium asetat P 0,46% (35:5:60), lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. Atur pH
hingga 6,0 dengan penambahan asam asetat glasial P, Baku pembanding Diltiazem Hidroklorida BPFI;
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
pada Kromatografi <931>. rapat, terlindung cahaya. Desasetil Diltiazem
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Diltiazem Hidroklorida BPFI;.
Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Identifikasi
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara 50 A. Spektrum UV puncak utama Larutan uji
mg diltiazem hidroklorida ke dalam labu tentukur 50- sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
mL. Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet pada Penetapan kadar.
5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja diperoleh pada Penetapan kadar.
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
4,6 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Disolusi <1231>
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,6 mL Untuk sediaan dengan dosis setiap 12 jam
- 426 -

UJI 1 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada UJI 5 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 1]. etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 5].
Media disolusi: 900 mL air. Media disolusi: 900 mL dapar fosfat 0,05 M,
Alat tipe 2: 100 rpm. pH 7.2
Waktu: 3 jam, 9 jam, dan 12 jam. Alat tipe 2: 50 rpm.
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida Waktu: 1 jam, 3 jam, dan 8 jam.
BPFI dalam Media disolusi. Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
Larutan uji Pipet alikot, saring, encerkan dengan BPFI dalam Media disolusi.
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
baku. Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku.
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>
237 nm. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, kurang 237 nm.
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 1. Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 3.
Tabel 1
Tabel 3
Waktu Jumlah terlarut
(jam) (%) Waktu Jumlah terlarut
3 10 – 25 (jam) (%)
9 45 – 85 1 Tidak lebih dari 15
12 Tidak kurang dari 70 3 45 – 70
8 Tidak kurang dari 80
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
UJI 4 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 4]. UJI 10 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Media disolusi: 900 mL air. etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
Alat tipe 2: 100 rpm. 10].
Waktu: 4 jam, 8 jam, 12 jam, dan 24 jam. Media disolusi: 900 mL. Dapar (larutkan lebih
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida kurang 7,1 g dinatrium fosfat anhidrat P dalam 1000
BPFI dalam Media disolusi. mL air, atur pH hingga 6,5 dengan penambahan asam
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan fosfat P).
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan Alat tipe 1: 100 rpm.
baku. Waktu: 1 jam, 6 jam, 9 jam, dan 24 jam.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada BPFI dalam Media disolusi
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
237 nm. baku.
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 2. baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
Tabel 2 panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
237 nm.
Waktu Jumlah terlarut
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
(jam) (%)
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 4.
4 10 – 25
8 35 – 60
Tabel 4
12 55 – 80
24 Tidak kurang dari 80
Waktu Jumlah terlarut
(jam) (%)
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
1 Tidak lebih dari 10
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria 6 10 – 30
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. 9 34 – 60
- 427 -

24 Tidak kurang dari 80 12 25 – 50


18 35 – 70
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, 24 Tidak kurang dari 70
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria 30 Tidak kurang dari 85
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Untuk produk dengan dosis setiap 24 jam
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
UJI 2 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 2]. UJI 6 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Media: 900 mL air. etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 6].
Alat tipe 2: 100 rpm. Media disolusi: 900 mL air.
Waktu: 1 jam, 4 jam, 10 jam, dan 15 jam. Alat tipe 1: 100 rpm.
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida Waktu: 2 jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, dan 16 jam.
BPFI dalam Media disolusi. Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan BPFI dalam Media disolusi.
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
baku. Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku.
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
237 nm. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, 237 nm.
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 5. Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 7.
Tabel 5
Tabel 7
Waktu Jumlah terlarut
(jam) (%) Waktu Jumlah terlarut
1 5 – 20 (jam) (%)
4 30 – 50 2 Tidak lebih dari 25
10 70 – 90 4 25 – 50
15 Tidak kurang dari 80 8 60 – 85
12 Tidak kurang dari 70
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, 16 Tidak kurang dari 80
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
UJI 3 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 3].
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N. UJI 7 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Alat tipe 2: 100 rpm. etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 7].
Waktu: 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam, dan 30 jam. Larutan A Pipet lebih kurang 115 mL asam asetat
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida P, masukkan ke dalam labu tentukur 10-L, larutkan,
BPFI dalam Media disolusi. dan encerkan dengan air sampai tanda dan campur.
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan Larutan B Timbang lebih kurang 165.4 g natrium
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan asetat anhidrat P, masukkan ke dalam labu tentukur
baku. 10-L, larutkan, dan encerkan dengan air sampai tanda
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan dan campur.
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada Dapar Campuran Larutan A-Larutan B
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada (4410:1590). Atur pH hingga 4,2±0,05 dengan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang penambahan Larutan A atau Larutan B.
237 nm. Media disolusi: 900 mL Dapar.
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, Alat tipe 2: 100 rpm.
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 6. Waktu: 1 jam, 4 jam, 10 jam, dan 15 jam.
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
Tabel 6 BPFI dalam Media disolusi.
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
Waktu Jumlah terlarut
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
(jam)
6 20 – 45
baku.
- 428 -

Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Waktu disolusi untuk media 1: 2 jam.
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada Waktu disolusi untuk media 2: 2 jam, 12 jam, 18 jam,
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada dan 24 jam.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
237 nm. BPFI dalam Media disolusi.
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 8. Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
Tabel 8 baku.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
Waktu Jumlah terlarut secara spektrofotometri seperti tertera pada
(jam) (%) Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
1 Tidak lebih dari 10 panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
4 15 – 35 237 nm.
10 65 – 85 Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
15 Tidak kurang dari 80 C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 10.

Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, Tabel 10


yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. Waktu Jumlah terlarut, Jumlah terlarut,
(jam) medium 1 medium 2
UJI 8 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada (%) (%)
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 8]. 2 0–5 20 – 45
Media disolusi: 900 mL air. 12 - 35 – 55
Alat tipe 2: 100 rpm. 18 - Tidak kurang dari
Waktu: 1 jam, 4 jam, 10 jam, dan 15 jam. 60
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida 24 - Tidak kurang dari
BPFI dalam Media disolusi. 80
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
baku. yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
secara spektrofotometri seperti tertera pada
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada UJI 11 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
237 nm. 11].
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 9. Alat tipe 2: 100 rpm.
Waktu: 1 jam, 6 jam, 12 jam, dan 18 jam.
Tabel 9 Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
BPFI dalam Media disolusi.
Waktu Jumlah terlarut
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
(jam) (%)
1 5 – 20
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
4 30 – 50 baku.
10 60 – 90 Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
15 Tidak kurang dari 80 baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria 237 nm.
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 11.
UJI 9 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
9][Catatan Lakukan pengujian secara terpisah,
masing-masing dalam media yang berbeda].
Media disolusi 1: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N. Tabel 11
Media disolusi 2: 900 mL cairan usus buatan LP
(dibuat tanpa enzim dan atur pH hingga 7,5±0,1). Waktu Jumlah terlarut
Alat tipe 2: 75 rpm. (jam) (%)
1 Tidak lebih dari 10
6 30 – 40
- 429 -

12 36 – 58
18 Tidak kurang dari 85 Waktu Jumlah terlarut
(jam) (%)
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, 2 Tidak lebih dari 20
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria 8 30 – 55
14 60 – 80
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. 24 Tidak kurang dari 80

UJI 12 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada


Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
12]. Lakukan penetapan seperti tertera dalam
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
Prosedur pada Sediaan lepas tunda Alat 1 dan Alat 2
Media disolusi: 900 mL air.
UJI 14 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Alat tipe 1: 100 rpm.
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
Waktu: 2 jam, 8 jam, 14 jam, dan 24 jam.
14]. Lakukan penetapan seperti tertera dalam
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
Prosedur pada Sediaan lepas tunda Alat 1 dan Alat 2.
BPFI dalam Media disolusi.
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
Alat tipe 2: 100 rpm.
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
Waktu: 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.
baku.
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
BPFI dalam Media disolusi.
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
baku.
237 nm.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 12.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
Tabel 12 panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
237 nm.
Waktu Jumlah terlarut Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
(jam) (%) C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 14.
2 Tidak lebih dari 20
8 30 – 55 Tabel 14
14 Tidak kurang dari 65
24 Tidak kurang dari 80 Waktu Jumlah terlarut
(jam) (%)
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, 6 20 – 45
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria 12 25 – 50
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. 18 35 – 70
24 Tidak kurang dari 70
UJI 13 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada 30 Tidak kurang dari 80
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
13]. Lakukan penetapan seperti tertera dalam
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Prosedur pada Sediaan lepas tunda Alat 1 dan Alat 2.
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
Media disolusi: 900 mL air.
Alat tipe 1: 100 rpm.
UJI 15 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Waktu: 2 jam, 8 jam, 14 jam, dan 24 jam.
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
15]. Lakukan penetapan seperti tertera dalam
BPFI dalam Media disolusi.
Prosedur pada Sediaan lepas tunda Alat 1 dan Alat 2.
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat 0,05 M, pH
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
7,5.
baku.
Alat tipe 2: 75 rpm.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Waktu: 2 jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, dan 16 jam.
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
Larutan baku Buat larutan Diltiazem Hidroklorida
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
BPFI dalam Media disolusi.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
Larutan uji Pipet alikot, saring. Encerkan dengan
237 nm.
Media disolusi hingga kadar sesuai dengan Larutan
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
baku.
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 13.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Tabel 13 baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
- 430 -

Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> Larutan uji Keluarkan isi tidak kurang dari 20
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kapsul. Timbang saksama sejumlah serbuk, masukkan
kurang 237 nm. ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahakan
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida, Pengencer 80% dari volume labu, kocok secara
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 15. mekanik selama 30 menit dan sonikasi selama 60
menit, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Tabel 15 Sentrifus, gunakan beningan.
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi
Waktu Jumlah terlarut
terhadap Larutan baku: resolusi, R, antara desasetil
(jam) (%)
2 Tidak lebih dari 25
diltiazem dan diltiazem tidak kurang dari 2,0.
4 20 – 40 Simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
8 60 – 85 lebih dari 3,0%.
12 Tidak kurang dari 70 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
16 Tidak kurang dari 80 volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria persentase desasetil diltiazem hidroklorida dengan
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. rumus:

UJI 16 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada  rU   CS 


etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji       100
16].  rS   CU 
Media, Alat tipe 2, Waktu, Larutan baku, dan
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Uji 3.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
desasetil diltiazem hidroklorida dari Larutan uji dan
baku secara spektrofotometri seperti tertera pada
Larutan baku; CS adalah kadar Diltiazem Hidroklorida
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pada
BPFI dalam µg per mL Larutan baku dan CU adalah
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
kadar zat dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan
238 nm.
jumlah yang tertera pada etiket. Hitung Persentase
Toleransi Persentase diltiazem hidroklorida,
masing-masing cemaran dengan rumus:
C22H26N2O4S.HCl, yang terlarut tertera pada Tabel 16.
𝑟𝑖 𝐶𝑆
Tabel 16 ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Waktu Jumlah terlarut
(jam) (%) ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
6 20 – 45 adalah respons puncak utama Larutan baku; CS adalah
12 30 – 55 kadar Diltiazem Hidroklorida BPFI dalam µg per mL
18 40 – 75 Larutan baku; dan CU adalah kadar zat dalam µg per
24 Tidak kurang dari 70 mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
30 Tidak kurang dari 80
etiket. Masing-masing cemaran dan jumlah semua
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel
Persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl,
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria Nama Waktu Batas
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. retensi (%)
relatif
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Senyawa sejenis H diltiazem 0,44 -
Senyawa sejenis G diltiazem 0,52 -
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Senyawa sejenis C diltiazem 0,58 -
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Senyawa sejenis D diltiazem 0,61 -
Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Pengencer dan Senyawa sejenis E diltiazem 0,66 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Desasetil diltiazem 0,75 1,5
Senyawa sejenis A diltiazem 0,83 -
Penetapan kadar.
Senyawa sejenis B diltiazem 0,89 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah desasetil
Diltiazem 1,0 -
diltiazem hidroklorida BPFI dan diltiazem Cemaran lain - 0,2
hidroklorida BPFI larutkan dan encerkan dengan Total cemaran - 2,0
Pengencer hingga kadar masing-masing 2,5 µg per Abaikan cemaran di bawah 0,05%.
mL.
- 431 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada  rU   CS 
Kromatografi <931>.       100
Larutan A Larutan amonium bikarbonat P 0,79 g  rS   CU 
per L dalam air, atur pH hingga 8,0 dengan
penambahan amonia encer LP atau asam asetat encer rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
LP. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan B Asetonitril. Diltiazem Hidroklorida BPFI dalam µg per mL
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Larutan baku; dan CU adalah kadar zat dalam µg per
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
kromatografi. etiket.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (40:60).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah diltiazem Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
hidroklorida BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga pada suhu terkendali.
kadar 0,05 mg per mL.
Larutan uji persediaan Timbang saksama tidak Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji disolusi
kurang dari 20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul, yang digunakan
campur, bersihkan cangkang kapsul, dan timbang
saksama. Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang
saksama sejumlah isi kapsul, masukkan dalam labu TABLET DILTIAZEM HIDROKLORIDA
tentukur yang sesuai, tambahkan Pengencer 80%
Diltiazem Hydrochloride Tablets
volume labu, kocok secara mekanik selama 30 menit
dan sonikasi selama 60 menit, encerkan dengan
Tablet Diltiazem Hidroklorida mengandung diltiazem
Pengencer sampai tanda. Sentrifus, gunakan
hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl, tidak kurang dari
beningan. Kadar larutan lebih kurang 0,5 mg per mL
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
diltiazem hidroklorida.
tertera pada etiket.
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
Baku pembanding Diltiazem Hidroklorida BPFI;
0,05 mg per mL.
Lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
Sistem kromatografi Lakukan seperti pada
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
rapat, terlindung cahaya. Desasetil Diltiazem
dilengkapi dengan detektor 240 nm. Untuk Identifikasi
Hidroklorida BPFI.
A gunakan detector “diode array” pada panjang
gelombang antara 190 dan 400 nm. Kolom 2,1 mm x
Identifikasi
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
A. Serbukkan 1 tablet, masukkan ke dalam tabung
1,7 µm. Laju alir lebih kurang 0,3 mL per menit.
reaksi bertutup ulir 15 mL, tambahkan 10 mL asam
Kromatografi diprogram sebagai berikut:
hidroklorida 0,1 N, kocok dan saring. Tambahkan 2
mL Larutan indikator pada 2 mL filtrat dan kocok.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Larutan indikator dibuat dengan memasukkan 17,4 g
0 95 5 amonium tiosianat P dan 2,8 g kobalt(II) klorida P ke
2,0 95 5 dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan lebih kurang
5,0 60 40 50 mL air, sonikasikan selama 10 menit, encerkan
13,0 60 40 dengan air sampai tanda. Tambahkan 5 mL kloroform
16,0 30 70 P; terjadi warna biru pada lapisan kloroform.
20,0 30 70 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
20,1 95 5 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
25,0 95 5
diperoleh pada Penetapan kadar.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Disolusi <1231>
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Media disolusi: 900 mL air
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan Alat tipe 2 : 75 rpm
simpangan baku relatif diltiazem pada penyuntikan Waktu: 30 menit dan 3 jam.
ulang tidak lebih dari 1,0%. Prosedur Lakukan penetapan jumlah diltiazem
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hidroklorida, C22H25N2O4S.HCl, yang terlarut dengan
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Media disolusi dan serapan larutan baku Diltiazem
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada
persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
dalam kapsul dengan rumus: 237 nm.
- 432 -

Toleransi Gunakan kriteria keberterimaan untuk Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
waktu disolusi 30 menit: Pada S1 tidak satu unit pun volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
yang lebih besar dari Q; pada S2 harga rata-rata adalah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sama atau lebih kecil dari Q dan tidak satu unit pun kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
lebih besar dari Q + 10%; pada S3 harga rata-rata persentase diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl
adalah sama atau lebih kecil dari Q dan tidak lebih dari dalam serbuk tablet dengan rumus:
2 unit yang lebih besar dari Q + 10% dan tidak satu
unit pun yang lebih besar dari Q + 25%. Gunakan  rU  C S 
kriteria dalam Tabel penerimaan pada Uji Disolusi     100
<1231> untuk waktu disolusi 3 jam. Dalam waktu 30  rS  CU 
menit harus larut tidak lebih dari 60% (Q) dan dalam
waktu 3 jam harus larut tidak kurang dari 75% (Q), rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
C22H26N2O4S.HCl, dari jumlah yang tertera pada Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
etiket. Diltiazem Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku dan CU adalah kadar Diltiazem
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat, tidak tembus cahaya.
Larutan A Buat larutan asam d-10-kamforsulfonat
P dalam natrium asetat 0,01 M hingga kadar 1,16 mg
per mL, atur pH hingga 6,2 dengan penambahan DIMENHIDRINAT
natrium hidroksida 0,1 N. Difenhidramin Teoklat
Fase gerak Campuran asetonitril P-metanol P- Dimenhydrinate
Larutan A (1:1:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Diltiazem Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,2 mg
per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang 8-Kloroteofilina, senyawa dengan 2-(difenilmetoksi)-
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk N,N-dimetiletilamina (1:1) [523-87-5]
tablet setara dengan lebih kurang 600 mg diltiazem C17H21NO.C7H7ClN4O2 BM 469,96
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 500-
mL. Tambahkan 200 mL metanol P, sonikasi selama Dimenhidrinat mengandung tidak kurang dari 53,0%
1 jam, dinginkan, encerkan dengan metanol P sampai dan tidak lebih dari 55,5% difenhidramin, C17H21NO,
tanda. Sentrifus 25 mL cairan pada 3500 rpm selama dan tidak kurang dari 44,0% dan tidak lebih dari
15 menit dan gunakan beningan. 47,0% 8-kloroteofilin C7H7ClN4O2, masing-masing
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah dihitung terhadap zat kering.
Diltiazem Hidroklorida BPFI dan Desasetil Diltiazem
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau.
metanol P hingga kadar masing-masing lebih kurang
12 µg per mL. Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom eter.
berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1.
Laju alir lebih kurang 1,6 mL per menit. Lakukan Baku pembanding Dimenhidrinat BPFI; tidak boleh
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti terlindung cahaya.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara desasetil
diltiazem dan diltiazem tidak kurang dari 3 dan efisiensi Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
kolom tidak kurang dari 1200 lempeng teoritis. Lakukan telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera bilangan gelombang yang sama seperti Dimenhidrinat
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada BPFI.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
- 433 -

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
pentoksida P selama 24 jam. rumus:

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%. 𝑟𝑖 𝐶𝑆 255,36


( )( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 291,82
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada ri adalah respons masing-masing puncak dalam
Kromatografi <931>. Larutan uji; rS adalah respons puncak difenhidramin
Larutan A Larutkan 10 g trietilamin P dalam air dalam Larutan baku; CS adalah kadar Difenhidramin
hingga 1 L (setara dengan 13,8 mL per L), atur pH Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
hingga 2,5 dengan asam fosfat P. CU adalah kadar dimenhidrinat dalam mg per mL
Larutan B Asetonitril P. Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; 255,36
Pengencer Campuran asetonitril P-air (18:82). dan 291,82 berturut-turut adalah bobot molekul
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan difenhidramin dan difenhidramin hidroklorida.
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dari batas yang tertera pada Tabel.
Difenhidramin hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Tabel
kurang 2,28 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Nama Waktu Batas, tidak
larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang retensi relatif lebih dari
1 mg per mL. (%)
Teofilin 0,3 0,2
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
8-kloroteofilin 0,47 -
sejumlah Difenhidramin hidroklorida BPFI, Senyawa Senyawa sejenis E 0,7 0,15
Sejenis A Difenhidramin BPFI, Teofilin BPFI, dan dimenhidrinat
Sejenis E Difenhidramin BPFI, larutkan dan encerkan Senyawa sejenis A 0,95 0,2
dalam Pengencer hingga kadar berturut turut lebih difenhidramin
kurang 0,114 mg; 0,1 mg; 0,1 mg; 0,1 mg per mL. Difenhidramin 1,0 -
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah volume Larutan Cemaran lain - 0,10
baku, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Total cemaran - 0,5
Difenhidramin hidroklorida BPFI lebih kurang 0,57 Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%.
µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Penetapan kadar difenhidramin Timbang saksama
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom lebih kurang 150 mg zat, larutkan dalam 75 mL asam
berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi ”end- asetat glasial P dan titrasi dengan asam perklorat 0,05
capped” L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan N LV secara potensiometrik. Lakukan penetapan
suhu kolom 30°. Laju alir seperti tertera pada Tabel. blangko.
Kromatograf diprogram sebagai berikut.
Tiap mL asam perklorat 0,05 N
Waktu Larutan A Larutan B Laju alir setara dengan 12,77 mg C17H21NO
(menit) (%) (%) (mL/menit)
0 82 18 1,2 Penetapan kadar 8-kloroteofilin Timbang saksama
2 82 18 1,2 lebih kurang 800 mg zat, masukkan ke dalam labu
15 50 50 1,2 tentukur 200-mL, tambahkan 50 mL air, 3 mL
20 20 80 2,0 amonium hidroksida 6 N, dan 6 mL larutan amonium
32 20 80 2,0 nitrat P 100 mg per mL, hangatkan di atas tangas uap
selama 5 menit. Tambahkan 25,0 mL perak nitrat 0,1
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian N LV, campur dan hangatkan di atas tangas uap selama
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak 15 menit, sambil sering dikocok. Dinginkan, encerkan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dengan air secukupnya sampai tanda, campur dan
puncak senyawa sejenis A dikloksasilin dan biarkan mengendap. Saring melalui kertas saring
difenhidramin tidak kurang dari 1,5. Lakukan kering, buang 20 mL filtrat pertama. Pipet 100 mL
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam filtrat ke dalam labu 250 mL, asamkan dengan asam
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera nitrat P, tambahkan 3 mL berlebih. Tambahkan 2 mL
pada Prosedur: perbandingan signal-to-noise dari larutan besi(III) amonium sulfat LP dan titrasi dengan
puncak difenhidramin tidak kurang dari 10. amonium tiosianat 0,1 N LV.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan Tiap mL perak nitrat 0,1 N
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 434 -

setara dengan 21,46 mg C7H7ClN4O2 Kandungan 8-kloroteofilin Jumlah 8-kloroteofilin


antara 43,4% dan 47,9% dari jumlah dimenhidrinat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup yang diperoleh pada Penetapan kadar. Lakukan
baik. penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan amonium bikarbonat, Pengencer, Larutan
TABLET DIMENHIDRINAT A, Larutan B, Fase gerak, Larutan baku internal,
Tablet Difenhidramin Teoklat Larutan baku, Larutan uji dan Sistem kromatografi
Dimenhydrinate Tablets Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tablet Dimenhidrinat mengandung dimenhidrinat, volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan
C17H21NO.C7H7ClN4O2, tidak kurang dari 90,0% dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada kromatogram, ukur respons puncak utama. Hitung
etiket. jumlah dalam mg, 8-kloroteofilin, C7H7ClN4O2, dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Baku pembanding Dimenhidrinat BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor  214 ,61   RU 
pentoksida P selama 24 jam sebelum digunakan.  W  
 469 ,97   RS 
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya.
W adalah bobot dalam mg Dimenhidrinat BPFI dalam
Identifikasi Waktu retensi relatif puncak 8- Larutan baku; 214,61 dan 469,97 berturut-turut adalah
kloroteofilin dan difenhidramin pada kromatogram bobot molekul 8-kloroteofilin dan dimenhidrinat; RU
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
diperoleh pada Penetapan kadar. puncak 8-kloroteofilin terhadap baku internal yang
diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku
Disolusi <1221>
Media disolusi: 900 mL air. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Alat tipe 2: 50 rpm. Kromatografi cair kineja tinggi seperti tertera pada
Waktu: 45 menit. Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Larutan amonium bikarbonat Larutkan 4 g
C17H21NO.C7H7ClN4O2 yang terlarut dengan amonium bikarbonat P dalam 250 mL air.
mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Pengencer Larutkan 4 g amonium bikarbonat P
Media disolusi, dan serapan larutan baku dalam 200 mL air, tambahkan 50 mL metanol P.
Dimenhidrinat BPFI dalam media yang sama pada Larutan A Larutkan 0,8 g amonium bikarbonat P
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang dalam 800 mL air, tambahkan 200 mL metanol P,
276 nm. saring dan awaudarakan.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Larutan B Larutkan 0,8 g amonium bikarbonat P
kurang dari 75% (Q) C17H21NO.C7H7ClN4O2, dari dalam 150 mL air, tambahkan 850 mL metanol P,
jumlah yang tertera pada etiket. saring dan awaudarakan.
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Larutan baku internal Buat larutan 2-hidroksibenzil
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi alkohol 2,0 mg per mL dalam metanol P.
<931>. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Larutan amonium bikarbonat, Larutan baku Dimenhidrinat BPFI, tambahkan lebih kurang 5,0 mL
internal, Pengencer Lakukan seperti tertera pada Larutan amonium bikarbonat dan 20,0 mL Larutan
Penetapan kadar. baku internal. Pipet 1 mL larutan ini, ke dalam labu
Prosedur penetapan keseragaman kandungan tentukur 10-mL, encerkan dengan Pengencer sampai
Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 50-mL, tanda.
tambahkan lebih kurang 5 mL Larutan amonium Larutan uji Masukkan 5 tablet ke dalam labu
bikarbonat, kocok hati-hati sampai terdispersi, bila tentukur 250-mL, tambahkan 25,0 mL Larutan
perlu sonikasi. Tambahkan 20,0 mL Larutan baku amonium bikarbonat, dan kocok perlahan sampai
internal, kocok secara mekanik selama 30 menit, dan terdispersi, jika perlu sonikasi. Tambahkan 100,0 mL
sentrifus. Pada 1,0 mL beningan, tambahkan lebih Larutan baku internal, kocok kuat selama 30 menit
kurang 9 mL Pengencer. Lanjutkan seperti tertera dan sentrifus. Pipet 1 mL beningan, ke dalam labu
pada Prosedur dalam Penetapan kadar. tentukur 10-mL, tambahkan Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
- 435 -

dilengkapi dengan detektor 229 nm dan kolom 4,6 mm Pemerian Cairan tidak berwarna, atau praktis tidak
x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang berwarna; bau tidak enak seperti merkaptan.
1,5 mL per menit. Kromatograf diprogram seperti
berikut: Kelarutan Larut dalam air dalam etanol, dalam benzil
benzoat dan dalam metanol.
Waktu Larutan Larutan
Eluasi
(menit) A (%) B (%) Bobot jenis <981> Antara 1,242 dan 1,244.
0 100 0 Kesetimbangan
0 – 7,0 100 0 Isokratik Jarak destilasi <1011> Metode I Antara 66º dan 68º
7,0 – 7,1 100→0 0→100 Gradien linier pada tekanan 0,2 mmHg.
7,1 – 15 0 100 Isokratik
15 – 15,1 0→100 100→0 Gradien linier Indeks bias <1001> Antara 1,567 dan 1,573.
15,1 –
22,0
100 0 Isokratik
1,2,3-trimerkaptopropana dan cemaran organik
Tidak lebih dari 1,5%.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan Penjerap Gunakan asam silikat P 100 mesh yang
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: sesuai untuk kromatografi.
waktu retensi relatif 8-kloroteofilin, baku internal dan Dapar baku Buat 100 mL dapar fosfat pH 6,0
difenhidramin berturut-turut lebih kurang 0,3; 0,5 dan seperti yang tertera pada Penetapan pH <1071>
1,0; resolusi, R, antara puncak 8-kloroteofilin dan tambahkan 100 mg natrium bisulfit P dan larutkan.
puncak baku internal tidak kurang dari 4,5; dan Pelarut heksan terbilas asam Pada 100 mL heksan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak P di dalam corong pisah tambahkan 10 mL asam sulfat
lebih dari 2,0%. P, kocok selama tidak kurang dari 12 jam. Biarkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lapisan memisah. Masukkan lapisan heksan ke dalam
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan labu destilasi, destilasi perlahan-lahan. Tampung
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam destilat yang terdestilasi pada suhu antara 35º dan 50º.
kromatogram, ukur respons puncak utama. Gunakan destilat segar.
Hitung jumlah dalam mg, dimenhidrinat, Diisopropil eter Masukkan 100 mL diisopropil eter
C17H21NO.C7H7ClN4O2, dalam tablet yang digunakan P dalam labu destilasi, destilasi. Tampung destilat
dengan rumus: yang terdestilasi pada suhu antara 68º dan 69º.
Gunakan destilat segar. [Perhatian Jangan
R  menguapkan sampai hampir kering, karena
W  U  diisopropil eter dapat membentuk peroksida yang
 RS  mudah meledak.]
Fase gerak Campur 50 mL diisopropil eter P
W adalah bobot Dimenhidrinat BPFI dalam mg, dengan 50 mL Pelarut heksan terbilas asam.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Tabung Kromatografi Tabung kromatografi ukuran
perbandingan respons puncak difenhidramin terhadap 600 mm × 13 mm, bersumbat wol kaca pada ujung
baku internal yang diperoleh dari Larutan uji dan bawahnya.
Larutan baku. Kolom kromatografi Campur 20 g Penjerap dengan
20 mL Dapar baku. Buat menjadi bubur dengan 100
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mL kloroform P. Masukkan sedikit demi sedikit
baik. sejumlah bubur ke dalam tabung kromatografi, setiap
penambahan usahakan agar selalu ada lapisan cairan
di atas kolom untuk mencegah terbentuknya rongga
DIMERKAPROL udara. Bilas kolom dengan Fase gerak hingga bebas
Dimercaprol kloroform dan biarkan cairan turun sampai lapisan
Penjerap.
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 250 mg
dimerkaprol yang dapat dibuktikan bebas hidrogen
sulfida seperti yang tertera pada Penetapan kadar;
masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, tambahkan
2,3-Dimerkapto-1-propanol [59-52-9] Fase gerak sampai tanda. Pipet 2 mL larutan ini ke
C3H8OS2 BM 124,23 dalam Kolom kromatografi, bila larutan sudah melalui
kolom, bilas dinding tabung dengan 2 mL Fase gerak
Dimerkaprol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan biarkan cairan turun sampai penjerap. Masukkan
dan tidak lebih dari 100,5% C3H8OS2 , dan tidak lebih Fase gerak ke dalam Kolom kromatografi dan
dari 1,5% 1,2,3-trimerkaptopropana, C3H8S3. kumpulkan berturut-turut dua fraksi yaitu (A) 20 mL
fraksi yang seluruhnya terdiri dari 1,2,3-
- 436 -

trimerkaptopropana, dan (B) 3 mL fraksi untuk


kontrol. Pada tiap fraksi tambahkan volume sama [(CH3)3SiO--]
etanol P dan titrasi dengan iodum 0,1 N LV hingga
terjadi warna kuning yang tetap. Lakukan penetapan n adalah nilai rata-rata yang menunjukkan viskositas
blangko terhadap 20 mL Fase gerak yang sebelumnya nominal dari tingkatan yang berbeda, antara 20 dan
sudah dilewatkan kolom sebelum contoh dimasukkan 12.500 sentistok. Mengandung tidak kurang dari
dan jika perlu lakukan koreksi. Fraksi (B) tidak 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
menghilangkan warna 1 tetes iodum 0,1 N LV. polidimetilsiloksan, [--(CH3)2SiO]n.

Tiap mL iodum 0,1 N Persyaratan Kekentalan, Bobot jenis, Indeks bias,


setara dengan 4,676 mg C3H8S3 Susut pemanasan berbeda untuk beberapa jenis
dimetikon, seperti yang tertera dalam Tabel.
Penetapan kadar Lakukan uji adanya hidrogen
sulfida pada dimerkaprol menggunakan kertas timbal Pemerian Larutan jernih tidak berwarna; tidak
(II) asetat P yang dibasahi dan diletakkan di atas zat. berbau.
Jika kertas menjadi berwarna lebih gelap, alirkan gas
kering nitrogen bebas oksigen P atau karbon dioksida Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam metanol,
P melalui zat hingga kertas timbal(II) asetat P dalam etanol dan dalam aseton; sangat larut dalam
memberikan hasil uji negatif. Masukkan lebih kurang isopropanol; larut dalam hidrokarbon terklorinasi,
2 mL zat bebas hidrogen sulfida ke dalam labu benzen, toluena, xilena, eter dan heksana.
tentukur bersumbat kaca 100-mL yang telah ditara,
timbang saksama, tambahkan metanol P sampai tanda. Baku pembanding Polidimetilsiloksan BPFI; simpan
Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu Erlemeyer 50 dalam wadah tertutup rapat; tidak boleh dikeringkan
mL dan titrasi dengan iodum 0,1 N LV hingga terjadi sebelum digunakan.
warna kuning tetap. Lakukan penetapan blangko.
Hitung persentase C3H8OS2 dengan rumus: Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan zat
dalam sel 0,5 mm yang dibuat seperti tertera pada
0,6211 V Penetapan kadar menunjukkan maksimum hanya
− 1,328 T pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
W Larutan baku yang dibuat seperti tertera pada
Penetapan kadar.
V adalah volume iodum 0,1 N yang digunakan dalam
mL; W adalah bobot zat dalam g dari alikot yang Bobot jenis <981> Dalam batas sesuai yang tertera
digunakan; T adalah persentase C3H8S3 yang diperoleh pada Tabel.
pada penetapan 1,2,3-trimerkaptopropana dan
cemaran organik. Kekentalan <1051> Dalam batas sesuai yang tertera
pada Tabel; lakukan penetapan pada suhu 25º ± 0,1º
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup menggunakan viskosimeter kapiler.
rapat, di tempat dingin.
Indeks bias <1001> Dalam batas sesuai tertera pada
Tabel.
DIMETIKON
Dimethicone Keasaman Larutkan 15,0 g zat dalam campuran 15
mL toluena P dan 15 mL butanol P, yang telah
dinetralkan terhadap biru bromofenol LP, titrasi
(CH3)3Si (CH3)2SiO CH3 dengan kalium hidroksida etanol 0,050 N LV
n menggunakan indikator biru bromofenol LP,
diperlukan tidak lebih dari 0,10 mL.
-(Trimetilsilil)-ω-metilpoli[oksi(dimetilsililena)] Susut pemanasan Tidak lebih dari persentase
[9006-65-9] maksimum seperti yang tertera pada Tabel. Lakukan
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih
Dimetikon adalah campuran polimer siloksan rantai kurang 15,0 g zat, masukkan ke dalam cawan
lurus termetilasi sempurna mengandung satuan aluminium yang telah ditara, panaskan pada suhu 200º
berulang dengan rumus: dalam oven pengering dengan sirkulasi udara selama
4 jam; biarkan dingin dalam desikator hingga suhu
[--(CH3)2SiO--]n kamar, timbang.
yang distabilkan dengan unit pembatas akhir trimetil-
siloksi dengan rumus:
- 437 -

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 blangko diperlakukan seperti tertera pada uji
bpj. Kesesuaian biologis A.

Syarat lain Dimetikon yang digunakan sebagai Penetapan kadar


pelapis wadah untuk pemakaian parenteral harus Larutan baku Timbang saksama sejumlah polidi-
memenuhi syarat tambahan seperti berikut: metilsiloksan BPFI, larutkan dalam karbon
Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan tetraklorida P hingga kadar lebih kurang 10 mg per
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai mL.
berikut: Masukkan 20,0 g zat ke dalam labu yang Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg
sesuai, tambahkan 400 mL larutan natrium klorida P zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan
0,9% apirogen dan panaskan pada suhu 85º selama 1 dan ecerkan dengan karbon tetraklorida P sampai
jam. Pipet sejumlah volme larutan ini dan dinginkan. tanda.
Kesuaian biologis Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
A. Memenuhi syarat Uji injeksi sistemik pada uji baku dalam sel 0,1 mm, pada bilangan gelombang
Reaktivitas secara Biologi in vivo <251> Bila zat serapan maksimum lebih kurang 7,9 µm
mempunyai kekentalan 1000 sentistok atau kurang, menggunakan spektrofotometer inframerah yang
suntikan zat uji, tanpa diekstraksi secara sesuai; gunakan karbontetraklorida P sebagai
intraperitoneal menggunakan minyak biji kapas P blangko. Hitung jumlah dalam mg dimetikon, [-
sebagai blangko. -(CH3)2SiO--]n dengan rumus:
Bila zat uji mempunyai kekentalan lebih besar dari
1000 sentistok, gunakan ekstrak dalam Injeksi A 
Natrium Klorida dan dalam minyak biji kapas P yang 25C  U 
dibuat dengan mencampur 4 g zat dengan 20 mL  AS 
Injeksi Natrium Klorida dan 20 mL minyak biji kapas
P dalam oven pengering pada suhu 70º selama 24 jam, C adalah kadar Polidimetilsiloksan BPFI dalam mg
sambil kadang-kadang diaduk; buat satu blangko 20 per mL Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
mL cairan eksraksi untuk tiap injeksi dan pembanding. serapan Larutan uji dan Larutan baku.
B. Memenuhi syarat Uji intrakutan pada Uji
Reaktivitas secara Biologi in-vivo <251> Zat dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.

Tabel persyaratan Kekentalan, Bobot jenis, Indeks bias dan Susut pemanasan

Kekentalan Kekentalan (sentistok) Bobot jenis Indeks bias Susut


nominal Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum pemanasan
(sentistok) Maksimum
20 18 22 0,946 0,954 1,3980 1,4020 20,0
100 95 105 0,962 0,970 1,4005 1,4045 2,0
200 190 220 0,964 0,972 1,4013 1,4053 2,0
350 332,5 367,5 0,965 0,973 1,4013 1,4053 2,0
500 475 525 0,967 0,975 1,4013 1,4053 2,0
1.000 950 1.050 0,967 0,975 1,4013 1,4053 2,0
12.500 11.250 13.750 - - 1,4015 1,4055 2,0

DINATRIUM EDETAT Pemerian Serbuk hablur, putih.


Disodium Edetate
Kelarutan Larut dalam air.
Dinatrium (etilenadinitrilo) tetraasetat dihidrat
[6381-92-6] Baku pembanding Dinatrium Edetat BPFI; tidak
C10H14N2Na2O8.2H2O BM 372,24 boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Anhidrat [139-33-3] BM 336,21 rapat.

Dinatrium Edetat mengandung tidak kurang dari Identifikasi


99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C10H14N2Na2O8 A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dihitung terhadap zat kering. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
- 438 -

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang tembaga(II) nitrat sampai tanda. Sonikasi bila perlu
sama seperti pada Dinatrium Edetat BPFI. agar larut sempurna.
B. Tambahkan 2 tetes amonium tiosianat LP dan 2 Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tetes besi(III) klorida LP pada 5 ml air dalam tabung tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
reaksi, campur: terjadi warna merah tua. Tambahkan 4,6 mm x 15 cm, berisi bahan pengisi L7. Laju alir
lebih kurang 50 mg dinatrium edetat, campur: warna lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
merah hilang dan berubah menjadi kekuningan. terhadap Larutan kesesuaian sistem, ukur respons
C. Memberikan reaksi nyala Natrium seperti tertera puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
pada Uji Identifikasi Umum <291>. antara asam nitrilotriasetat dan tembaga tidak kurang
dari 3,0. [Catatan Waktu retensi relatif asam
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0; lakukan penetapan nitrilotriasetat, tembaga, dan edetat berturut-turut
menggunakan larutan dengan kadar 50 mg per mL. lebih kurang 0,35; 0,65; dan 1,0] Lakukan
kromatografi 3 kali terhadap Larutan baku, ukur
Susut pengeringan Antara 8,7% dan 11,4%; lakukan respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
pengeringan pada suhu 150º selama 6 jam. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
Kalsium Tambahkan 2 tetes merah metil LP ke dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
larutan (1 dalam 20), netralkan dengan amonium volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan
hidroksida 6 N. Tambahkan tetes demi tetes asam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
hidroklorida 3 N hingga larutan tepat asam, kromatogram dan ukur semua respons puncak
tambahkan 1 ml amonium oksalat LP: tidak terbentuk Respons puncak asam nitrilotriasetat dari Larutan uji
endapan. tidak lebih besar dari selisih antara respons puncak
asam nitrilotriasetat yang diperoleh dari Larutan baku
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 50 dan Larutan uji.
bpj.
Penetapan kadar
Asam nitrilotriasetat Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 5 g zat,
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja larutkan dalam labu tentukur 250-mL yang berisi lebih
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. kurang 100 mL air, tambahkan air sampai tanda.
Fase gerak Tambahkan 10 mL larutan tetrabutil Prosedur Timbang saksama lebih kurang 200 mg
amonium hidroksida P dalam metanol P (1 dalam 4) baku kalsium karbonat untuk kompleksometri, yang
ke dalam 200 mL air, atur pH hingga 7,5 ± 0,1 dengan telah dikeringkan pada suhu 110º selama 2 jam dan
asam fosfat 1 M. Pindahkan larutan ke dalam labu didinginkan dalam desikator, masukkan ke dalam
tentukur 1000-mL, tambahkan 90 mL metanol P, gelas piala 400 mL, tambahkan 10 mL air, goyangkan
encerkan dengan air sampai tanda, saring melalui hingga membentuk bubur. Tutup gelas piala dengan
penyaring membran dengan porositas 0,5 µm atau kaca arloji dan tanpa memindahkan tutup tambahkan
lebih kecil dan awaudarakan. Jika perlu lakukan 2 mL asam hidroklorida 3 N dengan pipet, goyangkan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera hingga kalsium karbonat larut, encerkan dengan air
pada Kromatografi <931>. hingga lebih kurang 100 mL. Sambil diaduk, lebih
Larutan tembaga(II) nitrat Buat larutan yang baik menggunakan pengaduk magnetik, tambahkan
mengandung lebih kurang 10 mg per mL. lebih kurang 30 mL Larutan uji dengan menggunakan
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih buret 50-mL. Tambahkan 15 mL natrium hidroksida 1
kurang 100 mg asam nitrilotriasetat P masukkan ke N dan 300 mg biru hidroksinaftol P yang telah digerus,
dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,5 mL lanjutkan titrasi hingga warna biru. Hitung bobot
amonium hidroksida P, campur. Encerkan dengan air dinatrium edetat, C10H14N2Na2O8, dengan rumus:
sampai tanda.
Larutan baku Timbang 1,0 g Dinatrium Edetat 𝑉𝑇 336,21
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, ( )×𝑊×( )
𝑉𝑈 100,09
tambahkan 100 μL Larutan baku persediaan,
encerkan dengan Larutan tembaga(II) nitrat sampai
VT adalah jumlah volume dalam mL Larutan uji; VU
tanda. Sonikasi bila perlu agar larut sempurna.
adalah jumlah volume dalam mL Larutan baku yang
Larutan kesesuaian sistem Timbang 10 mg zat,
digunakan; W adalah bobot kalsium karbonat dalam
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
mg; 336,21 dan 100,09 berturut-turut adalah bobot
100 μL Larutan baku persediaan, encerkan dengan
molekul dinatrium edetat dan kalsium karbonat.
Larutan tembaga(II) nitrat sampai tanda. Sonikasi bila
perlu agar larut sempurna.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan uji Timbang 1,0 g zat, masukkan ke dalam
baik.
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Larutan
- 439 -

TETES MATA DINATRIUM EDETAT Prosedur [Catatan Sebelum penyuntikan,


Disodium Edetate Eye Drops tambahkan sejumlah larutan tembaga(II) nitrat LP
0,04% pada Larutan baku dan Larutan uji dengan
Tetes Mata Dinatrium Edetat adalah larutan steril dari volume yang sama] Suntikkan secara terpisah
dinatrium edetat dalam air. Mengandung dinatrium sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan
edetat C10H14N2Na2O8.2H2O, tidak kurang dari 95,0% uji dan Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
pada etiket. persentase dinatrium edetat, C10H14N2Na2O8.2H2O,
dalam tiap mL tetes mata dengan rumus:
Baku pembanding Dinatrium Edetat BPFI; tidak
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup  rU  C S 
rapat.     100
 rS  CU 
Identifikasi
A. Tambahkan 6 mL larutan timbal(II) nitrat P 3,3% rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
ke dalam 25 mL larutan tetes mata, aduk dan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
tambahkan 3 mL larutan kalium iodida LP: tidak dinatrium edetat dalam Dinatrium Edetat BPFI dalam
terbentuk endapan kuning. Buat alkali dengan mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar zat
amonium hidroksida 2 M terhadap lakmus merah dan dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
tambahkan 3 mL larutan amonium oksalat LP: tidak yang tertera pada etiket.
terbentuk endapan.
B. Tambahkan 0,5 mL larutan kalsium klorida LP ke Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam 10 mL larutan tetes mata. Buat alkali dengan rapat dan terlindung cahaya.
amonium hidroksida 2 M terhadap lakmus merah dan
tambahkan 3 mL larutan amonium oksalat LP: tidak
terbentuk endapan. DIPIRIDAMOL
C. Larutan tetes mata menunjukkan reaksi Natrium
Dipyridamole
cara B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran 6 bagian larutan
tetrabutilamonium hidroksida P dan 195 bagian air, 2,2´2”,2’”-[(4,8-Dipiperidinopirimido[5,4-d]
atur pH hingga 6,5 dengan penambahan asam fosfat P, pirimidina-2,6-diil)dinitrilo]tetraetanol [58-32-2]
tambahkan 200 bagian asetonitril P dan air C24H40N8O4 BM 504,63
secukupnya hingga 1000 bagian. Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Dipiridamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi tidak lebih dari 102,0% C24H40N8O4, dihitung terhadap
<931>. zat kering.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dinatrium Edetat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pemerian Serbuk hablur, kuning; bentuk jarum.
air hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah larutan tetes mata setara Kelarutan Sangat mudah larut dalam metanol, dalam
dengan lebih kurang 20 mg dinatrium edetat, etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam air;
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan sangat sukar larut dalam aseton dan dalam etil asetat.
dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Baku pembanding Dipiridamol BPFI; lakukan
dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom “end- pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
capped” berukuran 3,9 mm x 25 cm berisi bahan digunakan.
pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 μm. Laju alir
lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi Identifikasi Spektrum inframerah zat yang telah
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
respons puncak seperti tertera pada Prosedur.
- 440 -

P, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Tablet Dipiridamol mengandung Dipiridamol,


gelombang yang sama seperti pada Dipiridamol BPFI. C24H40N8O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Jarak lebur <1021> Antara 162º dan 168º, jarak
antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari 2º. Baku pembanding Dipiridamol BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,2%; terlindung cahaya.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
Identifikasi Triturat sejumlah serbuk tablet setara
Klorida Larutkan 500 mg dalam 5 mL etanol P dan 2 dengan lebih kurang 100 mg dipiridamol, dengan 10
mL asam nitrat 2 N, tambahkan 1 mL perak nitrat LP: mL asam hidroklorida 0,1 N, saring, kumpulkan filtrat
tidak terjadi kekeruhan atau tidak terbentuk endapan. dalam gelas piala. Tambahkan natrium hidroksida 0,1
N sampai larutan bereaksi alkali dan terbentuk
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. endapan. Panaskan di atas tangas uap selama 1 menit,
dinginkan dan saring. Keringkan endapan pada suhu
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 105º selama 1 jam: endapan yang diperoleh memenuhi
bpj. uji Identifikasi seperti yang tertera pada Dipiridamol.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Disolusi <1231>


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N
Kromatografi <931>. Alat tipe 2: 50 rpm
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan Waktu: 30 menit
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Tablet Prosedur Lakukan penetapan jumlah C24H40N8O4
Dipiridamol. yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
Larutan uji A Timbang saksama sejumlah zat, perlu encerkan dengan Media disolusi, dan serapan
larutkan dalam metanol P hingga kadar 1 mg per mL. larutan baku Dipiridamol BPFI dalam media yang
Larutan uji B Encerkan 1,0 mL Larutan uji A dengan sama pada panjang gelombang serapan maksimum
metanol P hingga 100 mL. lebih kurang 282 nm.
Prosedur Suntikkan 10 μL Larutan uji B ke dalam Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kromatograf. Atur sistem kromatografi hingga respons kurang dari 70% (Q) C24H40N8O4, dari jumlah yang
puncak utama lebih kurang 5% skala penuh, waktu tertera pada etiket.
retensi lebih kurang 6,5 menit. Suntikkan 10 μL
Larutan uji A dan lakukan kromatografi selama 10 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
menit: jumlah respons seluruh puncak lain selain Prosedur keseragaman kandungan Masukkan 1 tablet
puncak utama dari Larutan uji A tidak lebih besar dari ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 50 mL
respons puncak utama Larutan uji B. asam hidroklorida 1 N, panaskan di atas tangas uap
selama 5 menit dan kocok secara mekanik selama 30
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan dengan
mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL dan asam hidroklorida 1 N sampai tanda. Saring, buang 25
larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P. Aduk mL filtrat pertama. Encerkan filtrat dengan asam
selama 30 menit, tambahkan 75 mL aseton P dan aduk hidroklorida 1 N hingga kadar lebih kurang 10 µg per
lagi selama 15 menit, tambahkan 75 mL aseton P dan mL. Ukur serapan larutan ini dan larutan Dipiridamol
aduk lagi selama 15 menit. Titrasi dengan asam BPFI lebih kurang 10 µg per mL dalam media yang
perklorat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara sama pada panjang gelombang serapan maksimum
potensiometrik menggunakan elektrode kaca dan lebih kurang 282 nm dengan menggunakan asam
elektrode pembanding perak-perak klorida. Lakukan hidroklorida 1 N sebagai blangko. Hitung jumlah
titrasi blangko. dalam mg, dipiridamol, C24H40N8O4, dalam tablet
dengan rumus:
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setara dengan 50,46 mg C24H40N8O4 𝐴𝑈 𝑇𝐶
( )( )
𝐴𝑆 𝐷
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya. AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; T adalah jumlah dipiridamol dalam
mg per tablet yang tertera pada etiket; C adalah kadar
TABLET DIPIRIDAMOL Dipiridamol BPFI dalam µg per mL Larutan baku; D
Dipyridamole Tablet adalah kadar dipiridamol dalam µg per mL Larutan
uji, dari jumlah per tablet yang tertera pada etiket dan
besarnya pengenceran.
- 441 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 250 mg natrium fosfat dibasa
P dalam 250 mL air dan atur pH hingga 4,6 dengan
penambahan larutan asam fosfat P (1 dalam 3). 2-(Dietilamino)etil [bisikloheksil]-1-karboksilat
Tambahkan 750 mL metanol P, campur dan saring hidroklorida [67-92-5]
melalui penyaring membran dengan porositas 0,5 µm C19H25NO2.HCl BM 345,95
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Disiklomin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Kromatografi <931>. dari 99,0% dan tidak lebih dari 102,0%
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C19H35NO2.HCl, dihitung terhadap zat yang telah
Dipiridamol BPFI, larutkan dan encerkan dengan dikeringkan.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 15 µg per mL.
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 20 tablet ke Pemerian Serbuk hablur halus putih, praktis
dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 100 mL air tidak berbau; sangat pahit.
dan sonikasi selama 15 menit. Tambahkan lebih
kurang 750 mL metanol P dan kocok secara mekanik Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam etanol
selama 30 menit. Encerkan dengan metanol P sampai dan dalam kloroform, sangat sukar larut dalam eter.
tanda dan sentrifus. Encerkan sejumlah beningan (VS
mL) dengan Fase gerak hingga diperoleh larutan (VA Baku pembanding Disiklomin Hidroklorida BPFI;
mL) yang mengandung dipiridamol lebih kurang 15 lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam
µg per mL. sebelum digunakan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Identifikasi
yang dilengkapi dengan detektor 288 nm dan kolom A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
3,9 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir dikeringkan dan didipersikan dalam kalium bromida P
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur gelombang yang sama seperti pada Disiklomin
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: hidroklorida BPFI;
efisiensi kolom dihitung dari puncak analit tidak B. Campur lebih kurang 5 mL larutan zat (1 dalam
kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan 500) dengan lebih kurang 2 mL asam nitrat 2 N,
puncak analit tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku tambahkan lebih kurang 2 mL perak nitrat LP:
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah nitrat P tetapi larut dalam asam amonium hidroksida
volume sama (lebih kurang 50 μL) Larutan baku dan 6 N sedikit berlebih.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Jarak lebur Metode I <1021> Antara 169º dan 174º.
jumlah dalam mg, dipiridamol, C24H40N8O4, dalam
tablet yang digunakan, dengan rumus: pH <1071> Antara 5,0 dan 5,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 100).
𝑟𝑈 𝑉𝐴
( )( )𝐶
𝑟𝑆 𝑉𝑆 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat
Dipiridamol BPFI dalam µg per mL Larutan baku; VA dalam 5 mL asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih
adalah volume Larutan uji dalam mL; VS adalah intensif dari Larutan padanan D.
volume beningan yang digunakan dalam mL.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Metode I Memenuhi syarat.
rapat, tidak tembus cahaya.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600
mg zat, larutkan dalam 70 mL asam asetat glasial P,
DISIKLOMIN HIDROKLORIDA tambahkan 10 mL raksa(II) asetat LP dan 1 tetes
Dicyclomine Hydrochloride kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1
N LV sampai warna biru. Jika perlu lakukan penetapan
blangko.
- 442 -

C. Harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan uji B


Tiap mL asam perklorat 0,1 N sesuai dengan Larutan baku A seperti diperoleh pada
setara dengan 34,60 mg C19H35NO2.HCl penetapan Cemaran organik. Semprot lempeng dengan
kalium iodobismutat encer LP; Harga Rf, ukuran dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup warna bercak utama Larutan uji B sesuai dengan
baik. Larutan baku A.

Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10


DISOPIRAMIDA bpj. Lakukan penetapan dengan menggunakan 2,0 g
Disopyramide zat dan 2 mL Larutan baku timbal 10 bpj.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5 %;


lakukan pengeringan pada suhu 80º di atas fosfor
pentoksida P pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
selama 2 jam, menggunakan 1 g zat.
dan enansiomer
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2 %, lakukan
penetapan menggunakan 1 g zat.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
(2RS)-4-[bis(1-metiletil)amino]-2-fenil-2-(piridil-2- Kromatografi <931>
il)butanamida [3737-09-5] Fasa gerak Campuran amonia P-aseton P-
C21H29N3O BM 339,5 sikloheksan P (1:30:30).
Larutan uji A Timbang saksama lebih kurang 0,20 g
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
Disopiramida mengandung tidak kurang dari 98,5%
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
dan tidak lebih dari 101,5% C21H29N3O, dihitung
Larutan uji B Pipet 1 mL Larutan uji A, masukkan
terhadap zat kering.
ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
metanol P sampai tanda.
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang 20,0
mg Disopiramida BPFI, masukkan ke dalam labu
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan metanol
metilen klorida; larut dalam etanol.
P sampai tanda.
Larutan baku B Pipet 0,5 mL Larutan uji B,
Baku pembanding Disopiramida BPFI; lakukan
masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, encerkan
pengeringan pada suhu 80° di atas fosfor pentoksida P
dengan metanol P sampai tanda.
pada tekanan tidak kurang dari 5 mmHg selama 2 jam,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
sebelum digunakan.
10 μL larutan di atas pada lempeng kromatografi yang
dilapisi campuran silika gel P GF254. Masukkan
Identifikasi
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang berisi
Lakukan identifikasi B atau A dan C.
Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat sampai 15
A. Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat,
cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
dalam aliran udara hangat dan amati bercak di bawah
dan encerkan dengan asam sulfat P 5 g per liter dalam
cahaya ultraviolet 254 nm: bercak lain selain bercak
metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini,
utama Larutan uji A tidak boleh lebih intensif dari
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
bercak utama Larutan baku B.
dengan asam sulfat P 5 g per liter dalam metanol P
sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 130
antara 240 nm dan 350 nm. Larutan menunjukkan mg zat, larutkan dalam 30 mL asam asetat anhidrat P,
serapan maksimum pada 269 nm dan bahu pada 263 tambahkan 0,2 mL larutan 1-naftol-benzein P 2%
nm. Serapan jenis pada panjang gelombang maksimum dalam asam asetat anhidrat. Titrasi dengan asam
adalah 190 hingga 210. perklorat 0,1 N LV sampai terjadi perubahan warna dari
B. Buat larutan 50 g per liter dalam metilen klorida kuning ke hijau.
P. Teteskan 50 μL larutan pada cakram kalium bromida
P yang telah dikeringkan pada suhu 60° selama 1 jam.
Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara dengan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 16,97mg C21H29N3O
seperti pada Disopiramida BPFI.
- 443 -

Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tertutup baik, terlindung cahaya. Disopiramida Fosfat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar masing-masing 50 µg
per mL (Larutan baku A) dan 100 µg per mL (Larutan
DISOPIRAMIDA FOSFAT baku B).
Disopyramide Phosphate Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga kadar
lebih kurang 10 mg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
10 μL Larutan uji, Larutan baku A dan Larutan baku
B pada lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
yang berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat
(±)--[2-(Diisopropilamino)etil]--fenil-2- hingga lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
piridinasetamida fosfat (1:1) [22059-60-5] Angkat lempeng, tandai batas rambat dan keringkan di
C21H29N3O.H3PO4 BM 437,47 udara, semprot dengan Penampak bercak. Harga Rf
bercak utama pada Larutan uji sesuai dengan pada
Disopiramida Fosfat mengandung tidak kurang dari Larutan baku B. Jika terdapat bercak lain selain bercak
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C21H29N3O.H3PO4, utama pada Larutan uji, perkirakan kadar masing-
dihitung terhadap zat kering. masing dengan membandingkan terhadap bercak
utama Larutan baku A dan Larutan baku B: jumlah
Pemerian Serbuk putih atau praktis putih; tidak intensitas bercak lain selain bercak utama pada
berbau. Meleleh pada suhu lebih kurang 205º disertai Larutan uji tidak lebih besar dari bercak utama
peruraian. Larutan baku B.

Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 160
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P,
eter. titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tentukan titik
akhir secara potensiometri. Lakukan penetapan
Baku pembanding Disopiramida Fosfat BPFI; blangko.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Tiap mL asam perklorat 0,1 N
rapat, terlindung cahaya. setara dengan 21,87 mg C21H29N3O.H3PO4

Identifikasi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


A. Spektrum serapan inframerah zat yang rapat, tidak tembus cahaya.
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Disopiramida Fosfat BPFI. KAPSUL DISOPIRAMIDA FOSFAT
B. Larutan (1 dalam 200) menunjukkan reaksi Disopyramide Phosphate Capsules
Fosfat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum
<291>. Kapsul Disopiramida Fosfat mengandung disopiramida
fosfat yang setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,0; lakukan penetapan tidak lebih dari 110,0% disopiramida, C21H29N3O, dari
menggunakan larutan zat (1 dalam 20). jumlah yang tertera pada etiket.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Baku pembanding Disopiramida Fosfat BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 rapat, terlindung dari cahaya.
bpj.
Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
Cemaran organik Tidak lebih dari 1%. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti Kromatografi <931>.
tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak Campuran toluena P–etanol P–
Fase gerak Buat campuran toluen P-etanol mutlak amonium hidroksida P (170:28:2).
P-amonium hidroksida P (170:28:2). Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi kapsul
Penampak bercak Gunakan Kalium bismut iodida setara lebih kurang 125 mg disopiramida fosfat,
LP. masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan
- 444 -

20 mL metanol P, kocok selama 20 menit. Encerkan kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang 40
dengan metanol P sampai tanda, saring melalui kertas µg per mL.
saring Whatman No.2 atau yang setara, buang 10 mL Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
filtrat pertama. baku pada panjang gelombang serapan maksimum
Larutan baku Timbang saksama sejumlah lebih kurang 268 nm menggunakan Asam sulfat-
Disopiramida Fosfat BPFI, larutkan dalam metanol P metanol sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg
hingga kadar lebih kurang 6,2 mg per mL. disopiramida, C21H29N3O, dalam serbuk kapsul yang
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing digunakan dengan rumus:
10 μL Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang
sama 2,5 cm dari tepi bawah lempeng kromatografi  339,48   AU 
Silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke 3,125   C  
dalam bejana kromatograf berisi Fase gerak dan  437,47   AS 
biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, C adalah kadar Disopiramida Fosfat BPFI dalam µg
keringkan di udara. Amati bercak di bawah cahaya per mL Larutan baku; 339,48 dan 437,47 berturut-
ultraviolet 254 nm.. Harga Rf bercak utama Larutan uji turut adalah bobot molekul disopiramida dan
sesuai dengan harga Rf Larutan baku. disopiramida fosfat; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 1000 mL air. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Alat tipe 2: 50 rpm. tertutup baik.
Waktu: 20 menit.
Prosedur Saring 15 mL alikot dan pipet 10 mL ke
dalam labu tentukur 25-mL. Encerkan dengan asam DOBUTAMIN HIDROKLORIDA
sulfat 2 N sampai tanda. Lakukan penetapan jumlah Dobutamine Hydrochloride
C21H29N3O yang terlarut, dengan mengukur serapan
larutan ini dan serapan larutan baku Disopiramida OH

Fosfat BPFI dalam media yang sama pada panjang HCl


H
gelombang serapan maksimum lebih kurang 268 nm, OH N

dengan menggunakan air sebagai blangko.


Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak CH3
OH
kurang dari 80% (Q) C21H29N3O, dari jumlah yang
tertera pada etiket. (±)-4-[2-[[3-(p-Hidroksifenil)-1-metilpropil]
amino]etil]-pirokatekol hidroklorida [49745-95-1]
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. C18H23NO3.HCl BM 337,84

Penetapan kadar Dobutamin Hidroklorida mengandung tidak kurang


Asam sulfat-metanol Tambahkan secara hati-hati dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
5,4 mL asam sulfat P ke dalam lebih kurang 1800 mL C18H23NO3.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
metanol P sambil diaduk, encerkan dengan metanol P [Perhatian Penanganan harus sangat hati-hati untuk
hingga 2000,0 mL. mencegah terhirup, terpapar pada kulit dan mata].
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Disopiramida Fosfat BPFI, larutkan dan encerkan Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
dengan Asam sulfat-metanol hingga kadar lebih
kurang 40 µg per mL. Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 metanol; larut dalam etanol dan dalam piridin.
kapsul, keluarkan isi semua kapsul, bersihkan
cangkang kapsul dan timbang saksama. Hitung bobot Baku pembanding Dobutamin Hidroklorida BPFI,
rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi tetapkan kadar air secara titrimetri pada waktu akan
kapsul setara dengan lebih kurang 125 mg digunakan untuk analisis kuantitatif, simpan dalam
disopiramida fosfat, masukkan ke dalam labu wadah tertutup rapat.
bersumbat kaca 125 mL. Tambahkan 50 mL Asam
sulfat-metanol, aduk selama 30 menit. Saring melalui Identifikasi
penyaring kaca masir dengan porositas sedang dan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
bilas dengan Asam sulfat-metanol. Masukkan filtrat dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
dan bilasan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dengan Asam sulfat-metanol, sampai tanda. Encerkan gelombang yang sama dengan Dobutamin
larutan ini dengan Asam sulfat-metanol secara Hidroklorida BPFI.
- 445 -

B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada puncak tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
Uji Identifikasi Umum <291>. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%. volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. kromatogram dan ukur respons semua puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat, dengan
Logam berat <371> Metode II Tidak lebih dari 30 bpj. rumus:

Warna larutan Masukkan lebih kurang 500 mg zat ke  C  r 


dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dalam campuran 100  i 
metanol P-air (1:1) sampai tanda, jika perlu hangatkan  D  rS 
pada suhu 30º - 35º sampai zat larut. Segera dinginkan
larutan sampai suhu ruang. Ukur serapan C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam
menggunakan air sebagai blangko pada panjang mg per mL Larutan baku; D adalah kadar dobutamin
gelombang 480 nm, tidak lebih dari 0,04. hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji; ri adalah
respons puncak masing-masing cemaran dalam Larutan
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak uji dan rS adalah respons puncak dobutamin hidroklorida
lebih dari 0,5%; dan total cemaran tidak lebih dari dari Larutan baku.
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
<931>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan A Larutkan 2,60 g natrium 1-oktansulfonat Kromatografi <931>.
P dalam 1000 mL air, pipet 3 mL trietilamin P dan Dapar fosfat Masukkan lebih kurang 23 g amonium
masukkan ke dalam larutan. Atur pH larutan hingga fosfat monobasa P ke dalam labu tentukur 2000-mL,
2,5 dengan penambahan asam fosfat P, saring dan tambahkan 1900 mL air dan campur. Atur pH larutan
awaudarakan. hingga 2,2 dengan penambahan asam fosfat P,
Larutan B Buat campuran metanol P–asetonitril P encerkan dengan air sampai tanda.
(82:18), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat-asetonitril
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera P (4:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
pada Kromatografi <931>. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Pengencer Buat campuran Larutan A–Larutan B pada Kromatografi <931>.
(1:1). Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A sejumlah 5-(hidroksimetil)furfural dan Dobutamin
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara
kromatografi. kuantitatif dan jika perlu bertahap, dengan air hingga
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kadar masing-masing lebih kurang 0,01 dan 0,5 mg
Dobutamin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan per mL.
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dobutamin
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air hingga
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. [Catatan Buat
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. pada hari penetapan dan simpan pada lemari
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada pendingin sampai akan disuntikkan].
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan uji Timbang saksama 50 mg zat, masukkan
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan
x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang dengan air sampai tanda. [Catatan Simpan dalam
1 mL per menit. Kromatograf diatur sebagai berikut: lemari pendingin sebelum disuntikkan dan gunakan
sebelum 8 jam].
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
(menit) (%) (%) Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
0 65 35 Kesetimbangan dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 3,9 mm
0-5 65 35 Isokratik
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
5-20 65→20 35→80 gradien linier
20-25 20 80 Isokratik 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
25-26 20→65 80→35 gradien linier Larutan kesesuaian sistem, ukur respons puncak
26-30 65 35 Kesetimbangan seperti tertera dalam Prosedur: waktu retensi relatif untuk
5-(hidroksimetil)furfural dan dobutamin berturut-turut
Lakukan kromatografi Larutan baku, ukur respons adalah lebih kurang 0,62 dan 1,0. Waktu retensi
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan dobutamin tidak lebih dari 5,3 menit. Lakukan
- 446 -

kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
puncak tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif Kromatografi <931>.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %. Larutan pasangan ion Larutkan 3,38 g natrium 1-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume oktansulfonat P dalam 1000 mL air, pipet 3 mL
sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan trietilamin P dan masukkan ke dalam larutan. Atur pH
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur larutan hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat P.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Fase gerak Buat campuran Larutan pasangan ion-
dobutamin hidroklorida, C18H23NO3.HCl, dalam zat asetonitril P-metanol P (58:28:14). Saring dan
yang digunakan dengan rumus: awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
r  <931>. [Catatan Perbandingan asetonitril P dan
100C  U  metanol P merupakan factor kritis untuk urutan elusi
 rS  komponen dari larutan kesesuaian sistem].
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam sejumlah 4-(4-hidroksifenil)-2-butanon dan
mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut Dobutamin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. dengan Fase gerak secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap hingga kadar masing-masing lebih kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 0,3 dan 0,56 mg per mL.
rapat dan simpan dalam suhu ruang terkendali. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dobutamin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak secara kuantitatif dan jika perlu
INJEKSI DOBUTAMIN bertahap hingga kadar lebih kurang 0,56 mg per mL
(setara dengan dobutamin lebih kurang 0,5 mg per mL).
Dobutamine Injection
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 25 mg dobutamin ke dalam labu
Injeksi Dobutamin adalah larutan steril Dobutamin
tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai
Hidroklorida dalam Air untuk injeksi P. Mengandung
tanda.
sejumlah dobutamin hidroklorida setara dengan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dobutamin, C18H23NO3, tidak kurang dari 90,0% dan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm
etiket. Dapat mengandung satu atau lebih antioksidan,
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi,
bahan pengkhelat atau pengawet yang sesuai.
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Baku pembanding Dobutamin Hidroklorida BPFI;
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
tetapkan kadar air secara titrimetri pada waktu akan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
digunakan untuk analisis kuantitatif, simpan dalam
waktu retensi relatif untuk 4-(4-hidroksifenil)-2-
wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan
butanon dan dobutamin berturut-turut adalah lebih
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
kurang 0,9 dan 1,0; resolusi, R, antara 4-(4-
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
hidroksifenil)-2-butanon dan dobutamin tidak kurang
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
dari 1,5; faktor ikutan puncak dobutamin tidak lebih
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
dalam Dobutamin untuk Injeksi menggunakan 10 μL
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
larutan.
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
mg dobutamin, C18H23NO3, dalam injeksi yang
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,08 unit
digunakan dengan rumus:
Endotoksin FI per mg dobutamin.

pH <1071> Antara 2,5 dan 5,5.  301,39  rU 


50C   
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti  337,84  rS 
tertera pada Injeksi volume kecil.
C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. mg per mL Larutan baku; 301,39 dan 337,84 berturut-
turut adalah bobot molekul dobutamin dan dobutamin
- 447 -

hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet 254
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. nm. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dari kaca Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,56 unit
Tipe I. Endotoksin FI per mg dobutamin.

Penandaan Cantumkan pernyataan yang Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


menunjukkan bahwa dosis yang sesuai diencerkan
dengan pembawa parenteral yang sesuai sebelum pH <1071> Antara 2,5 dan 5,5; lakukan penetapan
digunakan. menggunakan 1 vial yang dilarutkan dalam 10 mL air.

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti


DOBUTAMIN UNTUK INJEKSI tertera pada Injeksi volume kecil.
Dobutamine for Injection
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Dobutamin untuk Injeksi adalah campuran steril
dobutamin hidroklorida dengan pengencer yang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sesuai. Mengandung sejumlah dobutamin hidroklorida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
setara dengan dobutamin, C18H23NO3, tidak kurang Kromatografi <931>.
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Larutan pasangan ion, Fase gerak, Larutan
yang tertera pada etiket. [Perhatian Penanganan harus kesesuaian sistem, Larutan baku, Sistem kromatografi
sangat hati-hati untuk mencegah terhirup, terpapar pada Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
kulit dan mata]. Injeksi Dobutamin.
Larutan uji Suntikkan lebih kurang 10 mL Fase
Baku pembanding Dobutamin Hidroklorida BPFI; gerak ke dalam 1 vial Dobutamin untuk Injeksi, jaga
tetapkan kadar air secara titrimetri pada waktu akan agar tekanan dalam vial tidak meningkat. Kocok
digunakan untuk analisis kuantitatif, simpan dalam sampai larut sempurna. Pindahkan larutan ke dalam
wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan labu tentukur yang sesuai, encerkan secara kuantitatif
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak hingga
hati-hati untuk menghindari kontaminasi] kadar dobutamin lebih kurang 0,5 mg per mL.
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Larutan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan, dobutamin, C18H23NO3, dalam setiap wadah dobutamin
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera untuk Injeksi yang digunakan dengan rumus:
pada Injeksi. Tidak boleh digunakan jika berwarna
coklat atau mengendap.
 301,39  rU 
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 10CD   
tertera pada Kromatografi <931>.  337,84  rS 
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-propanol P-
air-asam asetat glasial P (100:40:15:5). C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam
Larutan baku Timbang sejumlah Dobutamin mg per mL Larutan baku; D adalah faktor
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan pengenceran Larutan uji; 301,39 dan 337,84 berturut-
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. turut adalah bobot molekul dobutamin dan dobutamin
Larutan dibuat pada saat akan digunakan. hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan uji Larutkan sejumlah dobutamin untuk puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
injeksi dalam metanol P dan encerkan dengan metanol
P hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL, sentrifus Wadah dan penyimpanan Dalam wadah padatan
hingga jernih steril seperti tertera pada Injeksi pada suhu ruang
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing terkendali.
10 L Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
silika gel setebal 0,25 mm. Biarkan bercak sampai
kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatograf yang berisi Fase gerak, biarkan
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan di
- 448 -

DOKSAZOSIN MESILAT Larutan baku Timbang saksama sejumlah


Doxazosin Mesylate Doksazosin Mesilat BPFI, Senyawa Sejenis A
Doksazosin BPFI, Senyawa Sejenis B Doksazosin
BPFI, Senyawa Sejenis C Doksazosin BPFI, Senyawa
Sejenis D Doksazosin BPFI, Senyawa Sejenis E
Doksazosin BPFI, Senyawa Sejenis F Doksazosin
BPFI, Senyawa Sejenis A Terazosin BPFI, dan Senyawa
Sejenis C Terazosin BPFI, larutkan dalam 2 mL
Larutan D kemudian tambahkan Larutan D atau
Larutan C untuk mendapatkan perbandingan akhir
1-(4-Amino-6,7-dimetoksi-2-kuinazolinil)-4-(1,4- Larutan C dan Larutan D 9:1. Sonikasi sebentar untuk
benzodioksan-2-ilkarbonil)piperazin melarutkan. Kadar masing-masing larutan 1,5 µg per
monometansulfonat [77883-43-3] mL.
C23H25N5O5 .CH4O3S BM 547,58 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dalam 2 mL Larutan D kemudian tambahkan
Doksazosin mesilat mengandung tidak kurang Larutan D atau Larutan C untuk mendapatkan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, perbandingan akhir Larutan C dan Larutan D 9:1.
C23H25N5O5 .CH4O3S, dihitung terhadap zat kering. Sonikasi sebentar untuk melarutkan. Kadar masing-
masing larutan 0,6 mg per mL.
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir coklat. Sistem Kromatografi Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
metanol; mudah larut dalam asam format. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
sejenis A doksazosin dan senyawa sejenis B doksazosin
Baku pembanding Doksazosin Mesilat BPFI; tidak tidak kurang dari 2. Lakukan kromatografi terhadap
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons
dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis A Doksazosin puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
BPFI. Senyawa Sejenis B Doksazosin BPFI. Senyawa relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%
Sejenis C Doksazosin BPFI. Senyawa Sejenis D untuk semua puncak.
Doksazosin BPFI. Senyawa Sejenis E Doksazosin Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
BPFI. Senyawa Sejenis F Doksazosin BPFI. Senyawa volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Sejenis A Terazosin BPFI. Senyawa Sejenis C Terazosin Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
BPFI. kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
Identifikasi rumus:
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan  ri   CS   Mr1 
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang          100
sama seperti pada Doksazosin Mesilat BPFI.  rS   CU   Mr2 
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang ri adalah respons masing-masing puncak dalam
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan uji; rS adalah respons puncak masing-masing
cemaran atau doksasozin mesilat (untuk menghitung
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. cemaran lain) dari Larutan baku; CS adalah kadar
Senyawa Sejenis Doksazosin BPFI yang sesuai atau
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari Doksazosin Mesilat BPFI (untuk menghitung cemaran
20 bpj. lain) dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
doksazosin mesilat dalam mg per mL Larutan uji
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; berdasarkan bobot yang ditimbang; Mr1 dan Mr2
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu berturut-turut adalah bobot molekul cemaran dan baku
105º selama 4 jam, menggunakan 1,0 g zat. pembanding (seperti tertera pada Tabel). Masing-
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara batas yang tertera pada Tabel.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Larutan D, Fase
gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
- 449 -

Tabel dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom


pada 35°. Laju alir lebih kurang 0,8 mL per menit.
Nama Waktu Mr1 Mr2 Batas
retensi (%) Kromatograf diprogram sebagai berikut:
relatif
Senyawa Sejenis 0,20 362,25 481,55 0,3 Waktu Larutan A Larutan B Larutan C
A Terazosin (menit) (%) (%) (%)
Senyawa Sejenis 0,44 248,28 344,39 0,25 0 20 10 70
A Doksazosin 10 20 22 58
Senyawa Sejenis 0,48 222,20 222,20 0,25 35 20 50 30
B Doksazosin 40 20 50 30
Senyawa Sejenis 0,56 239,66 335,77 0,25 [Catatan Penyuntikan antar sampel dilakukan setelah
C Doksazosin sistem seimbang kembali lebih kurang 7 menit atau sampai
Senyawa Sejenis 0,61 565,45 684,75 0,25 diperoleh baseline stabil, menunjukan komposisi awal].
C Terazosin
Senyawa Sejenis 0,83 196,16 196,16 0,25 Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
D Doksazosin sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
Doksazosin 1,00 - - - seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
mesilat puncak senyawa sejenis A doksazosin dan senyawa
Senyawa Sejenis 1,45 259,09 259,09 0,25 sejenis B doksazosin tidak kurang dari 4. Lakukan
E Doksazosin kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Senyawa Sejenis 1,55 410,42 410,42 0,25 kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
F Doksazosin pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Cemaran lain - - - 0,1
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
Total cemaran - - - 1,0
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 L) Larutan baku dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
Kromatografi <931>.
persentase doksazosin mesilat, C23H25N5O5 .CH4O3S,
Larutan A Larutan asam fosfat P dalam air, 50 mg
dalam zat dengan rumus:
per mL (b/v).
Larutan B Asetonitril P.
Larutan C Air.  rU   CS 
Larutan D Larutan 2 g asam fosfat P dalam 100 mL
     100
Larutan B.  rS   CU 
Fase gerak Gunakan variasi campuran
Larutan A, Larutan B, dan Larutan C seperti tertera rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
pada Sistem kromatografi. doksazosin mesilat dari Larutan uji dan Larutan baku;
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama CS adalah kadar Doksazosin Mesilat BPFI dalam mg
sejumlah Senyawa Sejenis A Doksazosin BPFI dan per mL Larutan baku; CU adalah kadar doksazosin
Senyawa Sejenis B Doksazosin BPFI, larutkan dalam mesilat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
2,5 mL Larutan D kemudian tambahkan Larutan D bobot yang ditimbang.
atau Larutan C untuk mendapatkan perbandingan
akhir Larutan C dan Larutan D 9:1. Sonikasi sebentar Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
untuk melarutkan. Kadar masing-masing larutan 12 µg baik, pada suhu di bawah 30º
per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Doksazosin Mesilat BPFI, larutkan dalam 2 mL TABLET DOKSAZOSIN
Larutan D kemudian tambahkan Larutan D atau Doxazosin Tablets
Larutan C untuk mendapatkan perbandingan akhir
Larutan C dan Larutan D 9:1. Sonikasi sebentar untuk Tablet doksazosin mengandung doksazosin mesilat,
melarutkan. Kadar larutan 0,6 mg per mL. setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dari 110,0% doksazosin, C23H25N5O5, dari jumlah
larutkan dalam 2 mL Larutan D kemudian tambahkan yang tertera pada etiket.
Larutan D atau Larutan C untuk mendapatkan
perbandingan akhir Larutan C dan Larutan D 9:1. Baku pembanding Doksazosin Mesilat BPFI; tidak
Sonikasi sebentar untuk melarutkan. Kadar larutan 0,6 boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
mg per mL dalam lemari pendingin.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
berukuran 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7
- 450 -

Identifikasi Waktu retensi puncak utama tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku kurang dari 2,0; efisiensi kolom untuk doksazosin
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. mesilat tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis;
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
Disolusi <1231> relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,01 N. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Alat tipe 2: 50 rpm volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Waktu: 30 menit Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan cara kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
spektrofotometri seperti tertera pada Spektrofotometri persentase doksazosin, C23H25N5O5, dalam tablet
dan Hamburan Cahaya <1191>. dengan rumus:
Larutan baku Larutan Doksazosin Mesilat BPFI
dalam Media disolusi. 𝑟𝑈 𝐶𝑆 451,48
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring yang ( )×( )×( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 547,58
sesuai, encerkan dengan Media disolusi sesuai jumlah ( )
yang dibutuhkan. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Lakukan penetapan jumlah doksazosin doksazosin mesilat dari Larutan uji dan Larutan baku;
mesilat, C23H25N5O5 .CH4SO3, yang terlarut dengan CS adalah kadar Dosksazosin Mesilat BPFI dalam mg
mengukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pada per mL Larutan baku; CU adalah kadar doksazosin
panjang gelombang 246 nm. mesilat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Toleransi Dalam 30 menit harus larut tidak kurang jumlah yang tertera pada etiket; 451,48 dan 547,58
dari 70% (Q) doksazosin mesilat, C23H25N5O5 .CH4SO3, berturut-turut adalah bobot molekul dari doksazosin
dari jumlah yang tertera pada etiket. dan doksazosin mesilat.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. DOKSILAMIN SUKSINAT
Dapar Masukkan 3,4 g kalium fosfat monobasa P Doxylamine Succinate
ke dalam labu tentukur 1-L, tambahkan 800 mL air
dan 4,0 mL trietilamin P untuk melarutkan. Atur pH
hingga 4,5 dengan penambahan asam fosfat P,
CH3 O
encerkan dengan air sampai tanda. CH3
Fase gerak Campuran metanol P-Dapar (110:90), N N OH

saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan O CH3 HO

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera O


pada Kromatografi <931>.
2-[α-[2-(Dimetilamino)etoksi]-α-metilbenzil] piridin
Pengencer Campuran metanol P-asam hidroklorida
suksinat (1:1) [562-10-7]
0,1 N (90:10).
C17H22N2O. C4H6O4 BM 388,46
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Doksazosin Mesilat BPFI, larutkan, dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang Doksilamin Suksinat mengandung tidak kurang dari
49 µg per mL. 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C17H22N2O.C4H6O4,
Larutan uji persediaan Masukkan 10 tablet ke dihitung terhadap zat kering.
dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 10 mL air,
sonikasi hingga tablet hancur. Tambahkan 150 mL Pemerian Serbuk putih atau putih krem, bau khas.
Pengencer, sonikasi selama 30 menit, dan encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, etanol; mudah larut dalam kloroform; sangat sukar
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih larut dalam eter dan dalam benzen.
kurang 0,04 mg per mL.
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja Baku pembanding Doksilamina suksinat BPFI;
tinggi dilengkapi dengan detektor 245 nm dan kolom Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi cahaya.
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
kolom pada 40º. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per Identifikasi
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg per mL
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti dalam asam hidroklorida 0,1 N, menunjukkan
- 451 -

maksimum dan minimum pada panjang gelombang


yang sama seperti pada Doksilamina suksinat BPFI, Tiap mL asam perklorat 0,1 N
dan daya serap masing-masing dihitung terhadap zat setara dengan 19,42 mg C17H22N2O.C4H6O4
kering, pada panjang gelombang serapan maksimum
262 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
B. Memenuhi persyaratan Identifikasi Batas baik, terlindung dari cahaya.
Nitrogen Organik <261>.
C. Larutkan kurang lebih 500 mg zat dalam 5 mL
air, dan tambahkan amonium hidroksida 6 N sedikit DOKSISIKLIN
berlebih. Ekstraksi doksilamina bebas dengan Doxycycline
beberapa bagian eter P, buang ektrak eter P dan
uapkan larutan air pada tangas uap sampai kering.
Tambahkan 2 mL asam hidroklorida 3 N, dan uapkan
kembali pada tangas uap sampai kering. Dinginkan,
dan tambahkan lebih kurang 10 mL eter P, biarkan
beberapa menit, dan tuangkan beningan. Uapkan
larutan eter sampai kering, dan keringkan residu pada
4-(Dimetilamino)-1,4,4ª,5,5ª,6,11,12ª-oktahidro-
105º selama 30 menit: asam suksinat yang diperoleh
3,5,10,12,12ª-pentahidroksi-6-metil-1,11-diokso-2-
akan melebur antara 184º - 188º, gunakan prosedur
naftasenakarboksamida monohidrat
Metode I pada Jarak lebur <1021>.
[17086-28-1]
C22H24N2O8.H2O BM 462,45
Jarak lebur Metode I antara 103º dan 108º; jarak
Anhidrat [564-25-0] BM 444,44
antara awal sampai akhir melebur tidak lebih dari 3º.
Doksisiklin mempunyai potensi setara dengan tidak
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
kurang dari 880 µg dan tidak lebih dari 980 µg
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
C22H24N2O8 per mg.
pentoksida P selama 5 jam.
Pemerian Serbuk hablur, kuning.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Kelarutan Mudah larut dalam asam encer dan dalam
Senyawa sejenis mudah menguap Masing-masing
larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
cemaran tidak lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak
etanol; sangat sukar larut dalam air; praktis tidak larut
lebih dari 2,0%.
dalam kloroform dan dalam eter.
Lakukan penetapan dengan Kromatografi gas seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Larutkan 650 mg
Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI; tidak
zat dalam 20 mL asam hidroklorida 0,1 N pada corong
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
pisah. Basakan larutan dengan natrium hidroksida 2,5
rapat, terlindung dari cahaya dan pada tempat dingin.
N, dan ekstraksi segera sebanyak empat kali, tiap kali
Metasiklin Hidroklorida BPFI; tidak boleh
menggunakan 25 mL eter P, saring setiap ekstrak
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
melalui kapas yang sudah dijenuhkan dengan eter P.
tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan dalam lemari
Uapkan campuran ekstrak eter di atas tangas air
pembeku.
dengan bantuan aliran udara untuk pengeringan pada
suhu tidak lebih dari 50º, dan larutkan residu dalam 5
Identifikasi Larutkan sejumlah zat dalam metanol P
mL etanol P. Suntikkan lebih kurang 1 μL larutan ke
hingga diperoleh Larutan uji dengan kadar 1 mg per
dalam kromatograf gas seperti pada Kromatografi
mL. Lakukan penetapan seperti tertera pada
<931> yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala,
Identifikasi Tetrasiklin <271>.
kolom kaca 4 mm x 2 m berisi 5% bahan pengisi G16
dan 5% bahan pengisi G12 dengan ukuran partikel 60
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
– 80 mesh S1A. Pertahankan suhu kolom pada lebih
kurang 212º, suhu injektor dan detektor pada lebih
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,5; lakukan penetapan
kurang 250º, dan gunakan helium P kering sebagai gas
menggunakan suspensi dalam air yang mengandung
pembawa.
10 mg per mL.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
Air <1031> Metode I Antara 3,6% dan 4,6%.
mg zat, larutkan dalam 80 mL asam asetat glasial P.
Tambahkan kristal violet LP, titrasi dengan asam
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
perklorat 0,1 N LV sampai titik akhir titrasi berwarna
lebih dari batas yang tertera pada Tabel berikut:
hijau zamrud. Lakukan penetapan blangko.
- 452 -

Tabel Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam


Cemaran Batas kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
(%) jumlah dalam µg doksisiklin, C22H24N2O8, per mg zat
Metasiklin 2 dengan rumus:
Cemaran tereluasi sebelum
 CP   rU 

metasiklin 0,5 50  
6-epidoksisiklin 2  W   rS 
Cemaran lain yang tereluasi setelah
C adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg per
puncak utama doksisiklin 0,5
mL Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin dalam
µg per mg Doksisiklin Hiklat BPFI; W adalah bobot
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
dalam mg doksisiklin yang digunakan untuk membuat
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin Hiklat.
Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti Larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
resolusi pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin
rapat, tidak tembus cahaya.
Hiklat.
Larutan baku persediaan metasiklin, Larutan baku
1, Larutan baku 2 dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Cemaran organik dalam DOKSISIKLIN HIKLAT
Doksisiklin Hiklat. Doxycycline Hyclate
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera
pada Penetapan kadar. 4-(Dimetilamino)-1,4,4a,5,5a,6,11,12a-oktahidro -
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Cemaran 3,5,10,12,12a-pentahidroksi-6-metil-1,11-diokso -2-
organik dalam Doksisiklin Hiklat. Hitung persentase naftasenakarboksamida monohidroklorida,
metasiklin dalam zat yang digunakan dengan rumus: bersenyawa dengan etanol (2:1), monohidrat [24390-
14-5]
C   rU 
5000  M    (C22H24N2O8.HCl)2.C2H6O.H2O BM 1025,89
W   rM 
CM adalah kadar Metasiklin Hidroklorida BPFI dalam Doksisiklin Hiklat mempunyai potensi setara dengan
mg per mL Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam tidak kurang dari 800 µg dan tidak lebih dari 920 µg
mg Larutan uji; rU dan rM berturut-turut adalah respons doksisiklin, C22H24N2O8 per mg.
puncak metasiklin Larutan uji dan Larutan baku 2.
Hitung persentase masing-masing cemaran, selain Pemerian Serbuk hablur, kuning.
metasiklin, dalam zat dengan rumus:
Kelarutan larut dalam air dan dalam larutan alkali
C  ri 
5000  S   hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat; sukar
W  rS  larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform
CS adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg dan dalam eter.
per mL Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam mg
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI; tidak
cemaran dari Larutan uji; dan rS adalah respons boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
puncak doksisiklin dari Larutan baku 2. rapat, terlindung cahaya dan pada tempat dingin.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi,
Kromatografi <931>. simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Fase gerak, Pengencer, Larutan resolusi, Larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
baku, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera dalam lemari pembeku. Metasiklin hidroklorida BPFI;
pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin hiklat tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
[Catatan Selama melakukan prosedur berikut ini, tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan dalam lemari
lindungi Larutan baku dan Larutan uji dari cahaya]. pembeku.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 55 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
tambahkan 12 mL asam hidroklorida 0,1 N, goyang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
hingga larut, encerkan dengan Pengencer sampai maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 sama seperti pada Doksisiklin hiklat BPFI.
µm atau lebih kecil.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan
- 453 -

pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan C   rU 


menggunakan suspensi dalam air yang mengandung 10.000  M   
10 mg per mL. W   rM 
CM adalah kadar Metasiklin Hidroklorida BPFI dalam
Air <1031>Metode I Antara 1,4% dan 2,8%. mg per mL Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam
mg Larutan uji; rU dan rM berturut-turut adalah
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak respons puncak metasiklin dari Larutan uji dan
lebih dari batas yang tertera pada Tabel sebagai Larutan baku 2.
berikut: Hitung persentase dari masing-masing senyawa
sejenis, selain metasiklin, dengan rumus:
Tabel C   ri 
Cemaran Batas 10.000  S   
(%) W   rS 
Metasiklin 2 CS adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg
Cemaran yang tereluasi sebelum 0,5 per mL Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam mg
metasiklin Larutan uji; ri adalah respons puncak setiap cemaran
6-epidoksisiklin 2
Larutan uji; dan rS adalah respons puncak doksisiklin
Cemaran lain yang tereluasi setelah 0,5
puncak utama doksisiklin
Larutan baku 2.

Syarat lain Jika pada etiket tertera doksisiklin hiklat


Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
steril, memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
Doksisiklin untuk Injeksi. Jika pada etiket tertera
pada Penetapan kadar.
doksisiklin hiklat, harus diproses lebih lanjut untuk
Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera
pembuatan sediaan injeksi, memenuhi syarat uji
pada Larutan resolusi dalam Penetapan kadar.
Endotoksin bakteri <201> seperti tertera Doksisiklin
Larutan baku persediaan metasiklin Timbang
untuk Injeksi.
saksama Metasiklin hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer secara kuantitatif dan jika
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
perlu bertahap hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per mL.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku 1 Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku dalam Penetapan kadar.
Fase gerak Timbang dan masukkan 2,72 g kalium
Larutan baku 2 Pipet 2 mL Larutan baku 1 dan 2
fosfat P; 0,74 g natrium hidroksida P; 0,50 g
mL Larutan baku persediaan metasiklin ke dalam labu
tetrabutilamonium hidrogen sulfat P dan 0,40 g
tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer sampai
dinatrium edetat P ke dalam labu tentukur 1000-mL.
tanda. Larutan ini mengandung masing-masing lebih
Tambahkan lebih kurang 850 mL air, aduk sampai
kurang 0,024 mg per mL Doksisiklin Hiklat BPFI dan
larut. Tambahkan 60 g butil alkohol tersier P dengan
Metasiklin Hidroklorida BPFI.
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan bantuan air dan atur pH hingga 8,0  0,1 dengan
kadar. penambahan larutan natrium hidroksida 1 N. Saring
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap kecil dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pada Kromatografi <931>. Pengurangan jumlah butil
waktu retensi relatif 4-epidoksisiklin (hasil degradasi alkohol tersier akan meningkatkan waktu retensi
utama), metasiklin, 6-epidoksisiklin dan doksisiklin doksisiklin dan memperbaiki pemisahan doksisiklin
berturut-turut lebih kurang 0,4; 0,6; 0,7 dan 1,0; dari senyawa sejenisnya.
resolusi, R, antara puncak 4-epidoksisiklin dan Pengencer Buat larutan asam hidroklorida 0,01 N.
doksisiklin tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan tidak Larutan resolusi Larutkan Doksisiklin hiklat BPFI
lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dalam Pengencer hingga kadar doksisiklin lebih
baku 1, rekam kromatogram dan ukur respons puncak kurang 6 mg per mL. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif labu tentukur 25-mL, panaskan di atas tangas uap
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. selama 60 menit, uapkan sampai kering di atas
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pemanas, jaga jangan sampai hangus. Larutkan dan
encerkan residu dengan Pengencer sampai tanda.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku 2 dan
Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 atau
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
lebih kecil. Larutan ini mengandung campuran 4-
selama 1,7 kali waktu retensi doksisiklin dan ukur
epidoksisiklin, 6-epidoksisiklin, dan doksisiklin. Bila
respons puncak. Hitung persentase metasiklin dalam
disimpan di lemari es, larutan ini bisa digunakan
zat dengan rumus:
- 454 -

selama 14 hari. [Catatan Selama melakukan prosedur tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada
ini, lindungi Larutan baku dan Larutan uji dari cahaya]. etiket.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 12 mg
Doksisiklin Hiklat BPFI, masukkan ke dalam labu Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI; tidak
tentukur 10-mL, tambahkan lebih kurang 6 mL boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
Pengencer, sonikasi selama 5 menit atau sampai larut rapat, terlindung dari cahaya dan di tempat sejuk.
dan tambahkan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 120 mg Identifikasi Buat larutan uji dengan mengocok
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, sejumlah tertentu isi kapsul dengan metanol P hingga
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai diperoleh larutan dengan kadar setara dengan 1 mg
tanda. Saring melalui penyaring membran dengan doksisiklin per mL dan saring. Lakukan penetapan
porositas 0,5 µm atau lebih kecil. seperti tertera pada Identifikasi Tetrasiklin <271>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Disolusi <1231>
dilengkapi dengan detektor 270 nm, kolom 4,6 mm x Media disolusi: 900 mL air.
25 cm berisi bahan pengisi L21, pertahankan suhu Alat tipe 2: 75 rpm, jarak antara dayung dan dasar
kolom pada 60  1°. Laju alir lebih kurang 1 mL per bagian dalam wadah disolusi selama pengujian 4,5 cm
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan ± 0,5 cm.
resolusi, ukur respons puncak seperti tertera pada Waktu: 30 menit.
Prosedur: waktu retensi relatif 4-epidoksisiklin Prosedur: Lakukan penetapan jumlah C22H24N2O8
(produk utama degradasi), 6-epidoksisiklin dan yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
doksisiklin berturut-turut lebih kurang 0,4; 0,7 dan perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
1,0; resolusi, R, antara puncak 4-epidoksisiklin dan Larutan baku Doksisiklin Hiklat BPFI dalam media
puncak doksisiklin tidak kurang dari 3,0; faktor ikutan yang sama pada panjang gelombang serapan
puncak doksisiklin tidak lebih dari 2,0. Lakukan maksimum lebih kurang 276 nm.
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: simpangan kurang dari 80% (Q), C22H24N2O8, dari jumlah yang
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. tertera pada etiket.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram selama 1,7 kali waktu retensi doksisiklin Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 8,5%.
dan ukur respons puncak utama. Hitung kadar dalam
µg doksisiklin, C22H24N2O8, per mg zat yang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
digunakan, dengan rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 CP  rU 

Kromatografi <931>.
100 
 W  rS
Fase gerak, Pengencer, Larutan resolusi, Larutan
 baku, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
C adalah kadar Doksisiklin hiklat BPFI dalam mg per pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin Hiklat.
mL Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin, Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang dari
C22H24N2O8 dalam µg per mg; W adalah bobot 20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
doksisiklin hiklat dalam mg Larutan uji; rU dan rS bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama,
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
Larutan baku. sejumlah serbuk isi kapsul setara dengan lebih kurang
100 mg doksisiklin, masukkan ke dalam labu tentukur
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 100-mL, tambahkan lebih kurang 75 mL Pengencer,
rapat, terlindung dari cahaya. sonikasi selama 5 menit, kocok selama 15 menit dan
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
Penandaan Bila dimaksudkan untuk penggunaan melalui penyaring membran dengan porositas 0,5 µm
sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau atau lebih kecil.
harus diproses lebih lanjut untuk sediaan injeksi. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Doksisiklin Hiklat. Hitung jumlah dalam
mg doksisiklin, C22H24N2O8, dari serbuk isi kapsul
KAPSUL DOKSISIKLIN HIKLAT yang digunakan dengan rumus:
Doxycycline Hyclate Capsules r 
0 ,1CP  U 
Kapsul Doksisiklin Hiklat mengandung setara dengan  rS 
doksisiklin, C22H24N2O8, tidak kurang dari 90,0% dan C adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin dalam
- 455 -

µg per mg Doksisiklin Hiklat BPFI; rU dan rS berturut- Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan kadar dalam Doksisiklin Hiklat. Hitung jumlah dalam
baku. mg doksisiklin, C22H24N2O8, dalam serbuk tablet yang
digunakan dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
r 
rapat, terlindung dari cahaya. 0,1CP  U 
 rS 
C adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg per
TABLET DOKSISIKLIN HIKLAT mL Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin dalam
Doxycycline Hyclate Tablets µg per mg Doksisiklin Hiklat BPFI; rU dan rS berturut-
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
Tablet Doksisiklin Hiklat mengandung Doksisiklin baku.
Hiklat setara dengan Doksisiklin, C22H24N2O8, tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
jumlah yang tertera pada etiket. rapat, terlindung dari cahaya.
Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI, tidak
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup DOKSORUBISIN HIDROKLORIDA
rapat, terlindung dari cahaya dan di tempat sejuk.
Doxorubicin Hydrochloride
Identifikasi Kocok sejumlah serbuk tablet dengan
metanol P hingga kadar setara dengan 1 mg per mL
doksisiklin dan saring. Gunakan filtrat sebagai
Larutan uji. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi Tetrasiklin <271>.

Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL air
Alat tipe 2: 75 rpm. Pertahankan jarak antara ujung
(8S,10S)-10-[(3-Amino-2,3,6-trideoksi--L-likso-
dayung dan dasar wadah disolusi 4,5 cm + 0,5 cm.
heksopiranosil) oksi]-8-glikoloil-7,8,9,10-tetrahidro-
Waktu: 90 menit.
6,8,11-trihidroksi-1-metoksi-5,12-naftasenedion
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C22H24N2O8
hidroklorida [25316-40-9]
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
C27H29NO11.HCl BM 579,98
perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Doksisiklin Hiklat BPFI dalam media
Doksorubisin Hidroklorida mengandung tidak kurang
yang sama pada panjang gelombang serapan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
maksimum lebih kurang 276 nm.
C27H29NO11.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat,
Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
bebas pelarut. [Perhatian Hati-hati jangan terhirup
kurang dari 85% (Q) C22H24N2O8 dari jumlah yang
partikel doksorubisin hidroklorida dan hindari
tertera pada etiket.
pemaparan pada kulit].
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Pemerian Serbuk amorf atau hablur, merah jingga;
higroskopis.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
Kelarutan Larut dalam air, dalam larutan natrium
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
klorida 0,9% dan dalam metanol; praktis tidak larut
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dalam kloroform, dalam eter dan dalam pelarut
Kromatografi <931>.
organik lain.
Fase gerak, Pengencer, Larutan resolusi, Larutan
baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
Baku pembanding Doksorubisin Hidroklorida BPFI;
pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin Hiklat.
tidak boleh dikeringkan. Simpan pada lemari
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
pembeku, terlindung dari cahaya, dan diamkan pada
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
suhu ruang sebelum dibuka. Aseton BPFI;
tablet setara dengan lebih kurang 100 mg doksisiklin,
Daunorubisin Hidroklorida BPFI; Daunorubisinon
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan
BPFI; Doksorubisinon BPFI; Epirubisin Hidroklorida
lebih kurang 75 mL Pengencer, sonikasi selama 5
BPFI.
menit, kocok selama 15 menit, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda. Saring melalui penyaring
membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
- 456 -

mL Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin


Identifikasi hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti doksorubisinon dalam mg per mg Doksorubisinon
diperoleh pada Penetapan kadar. BPFI. Hitung persentase daunorubisinon dalam zat
B. Spektrum serapan inframerah zat yang dengan rumus:
didispersikan dalam kalium bromida P hanya  ri   CS 
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang       P 100
yang sama seperti pada Doksorubisin Hidroklorida  rS   CU 
BPFI. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C daunorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan baku;
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. CS adalah kadar Daunorubisinon BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
menggunakan larutan yang mengandung 5 mg per mL. berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
daunorubisinon dalam mg per mg Daunorubisinon
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%. BPFI. Hitung persentase daunorubisin dalam zat
dengan rumus:
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; kecuali jika
 ri   CS 
pada etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf, sebagian       P  F 100
besar partikel tidak menunjukkan posisi  rS   CU 
“birefringence and extinction”.
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
daunorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
adalah kadar Daunorubisin BPFI dalam mg per mL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan mengandung
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
doksorubisin harus terlindung dari cahaya].
berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
Fase gerak, Pengencer, dan Larutan kesesuaian
daunorubisin dalam µg per mg Daunorubisin
sistem. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi, 0,001
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mg per µg. Hitung persentase masing-masing cemaran
Doksorubisin Hidroklorida BPFI, Doksorubisinon
lain dalam zat dengan rumus:
BPFI, Daunorubisin Hidroklorida BPFI, dan
Daunorubisinon BPFI, masukkan dalam labu tentukur  ri   CS 
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
      P  F 100
Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang  rS   CU 
0,002 mg per mL. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar doksorubisin dalam Larutan baku; CS adalah kadar
lebih kurang 0,4 mg per mL Doksorubisin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada CU adalah kadar doksorubisin hidroklorida dalam mg
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ditimbang; P adalah potensi doksorubisin dalam µg
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: per mg Doksorubisin Hidroklorida BPFI; F adalah
resolusi, R, antara doksorubisin dan epirubisin tidak faktor konversi, 0,001 mg per µg. Masing-masing
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Tabel
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Waktu retensi Batas
Nama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah relatif (%)
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan Doksorubisin 1,0 -
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Epirubisin 1,05 -
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
Doksorubisinon 1,08 0,5
persentase doksorubisinon dalam zat dengan rumus:
Daunorubisin 1,23 0,5
 ri   CS  Daunorubisinon 1,35 0,5
      P  100 Cemaran lain - 0,5
 rS   CU  Total cemaran - 2,0
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan baku; Aseton dan Etanol Aseton tidak lebih dari 0,5%;
CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam mg per jumlah aseton dan etanol tidak lebih dari 2,5%.
- 457 -

Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas Pengencer Buat campuran Larutan A–Larutan B
seperti tertera pada Kromatografi <931>. (50:50). [Catatan Larutan mengandung doksorubisin
Larutan baku internal Buat larutan dioksan P dalam harus terlindung dari cahaya].
air dengan kadar 1 mg per mL. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Aseton sejumlah Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan
BPFI dan etanol mutlak P, masukkan dalam labu Epirubisin Hidroklorida BPFI masukkan ke dalam
tentukur yang sesuai, encerkan dengan Larutan baku labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
internal hingga kadar berturut-turut 0,2 mg dan 0,3 mg dengan Pengencer hingga kadar masing-masing lebih
per mL. kurang 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg Larutan baku Timbang saksama sejumlah
zat, larutkan dalam 3,0 mL Larutan baku internal. Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x 2 m kurang 0,1 mg per mL.
berisi bahan pengisi 8% - 10% fase cair G16 dan 2% Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
kalium hidroksida P pada penyangga S1A 100 sampai larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
120 mesh. Pertahankan suhu kolom pada lebih kurang lebih kurang 0,1 mg per mL.
60º, gunakan helium P sebagai gas pembawa. Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
[Catatan Atur suhu kolom dan laju alir gas pembawa tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
sehingga dioksan P tereluasi dalam waktu lebih berukuran 2,1 mm × 10 cm, berisi bahan pengisi L1,
kurang 6 menit]. Lakukan kromatografi terhadap dengan ukuran partikel 1,7 µm. Pertahankan suhu
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons kolom pada 35 dan suhu “autosampler” pada 4. Laju
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Kromatograf
antara puncak yang berdekatan tidak kurang dari 2,0; diprogram sebagai berikut:
faktor ikutan puncak etanol tidak lebih dari 1,5;
simpangan baku relatif perbandingan respons puncak Waktu Larutan A Larutan B
aseton dengan dioksan dan etanol dengan dioksan (menit) (%) (%)
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0 90 10
4,0%.[Catatan Waktu retensi relatif untuk aseton, 15 25 75
etanol dan dioksan berturut-turut lebih kurang 0,2; 16 25 75
0,5 dan 1,0] 16,1 90 10
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 18 90 10
sama (lebih kurang 1 μL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
ukur respons puncak utama. Hitung persentase bobot sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
aseton (CH3COCH3) dan etanol (C2H5OH) dalam zat seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
yang digunakan dengan rumus: doksorubisin dan epirubisin tidak kurang dari 1,5.
 RU   C A   DU  Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
         100 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
 RS   CD   WU  pada Prosedur: faktor ikutan antara 0,8 dan 1,5;
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan puncak simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
analit (aseton atau etanol) terhadap puncak dioksan lebih dari 0,73%.[Catatan Waktu retensi relatif
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku:CA doksorubisin dan epirubisin berturut-turut adalah 1,0
adalah kadar aseton atau etanol dalam mg per mL dan 1,05].
Larutan baku; CD adalah kadar dioksan dalam mg per Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mL Larutan baku; DU adalah bobot dioksan dalam mg volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; WU Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
adalah bobot zat dalam mg Larutan uji berdasarkan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
bobot yang ditimbang. persentase doksorubisin hidroklorida,
C27H29NO11.HCl, dalam zat dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
 rU   CS 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada       P  F  100
Kromatografi <931>.  rS   CU 
Larutan A Encerkan 1,0 mL asam trifluoroasetat P rU dan rS berturut-turut adalah respons doksorubisin
hingga 1000 mL air. dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan B Buat campuran asetonitril P – metanol P Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
– asam trifluoroasetat P (800:200:1). Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi
doksorubisin dalam µg per mg Doksorubisin
- 458 -

Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi, 0,001 pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5; lakukan penetapan
mg per µg. menggunakan larutan terkonstitusi seperti tertera pada
etiket, menggunakan air sebagai pengencer.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, pada suhu ruang terkendali, kecuali jika pada Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%; larutan uji
etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf, yang harus lakukan seperti untuk bahan higroskopis.
disimpan pada lemari pembeku.
Syarat lain Memenuhi syarat Penandaan seperti
Penandaan Jika bentuk amorf, cantumkan pada etiket. tertera pada Injeksi.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


DOKSORUBISIN HIDROKLORIDA
UNTUK INJEKSI Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara
Doxorubicin Hydrochloride for Injection Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi adalah Fase gerak, Pengencer, dan Larutan kesesuaian
campuran steril doksorubisin hidroklorida dan laktosa. sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Mengandung doksorubisin hidroklorida C27H29NO11.HCl, [Catatan Lindungi larutan yang mengandung
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% doksorubisin dari cahaya]
dari jumlah yang tertera pada etiket. [Perhatian Hati- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hati, jangan terhirup partikel doksorubisin Doksorubisin Hidroklorida BPFI, Doksorubisinon
hidroklorida dan hindari pemaparan pada kulit.] BPFI, dan Daunorubisinon BPFI, masukkan dalam
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
Baku pembanding Doksorubisin Hidroklorida BPFI; dengan Pengencer hingga kadar masing-masing lebih
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan kurang 0,002 mg per mL.
pada lemari pembeku, terlindung dari cahaya, dan Larutan uji Tambahkan 5 mL Pengencer ke dalam
diamkan pada suhu ruang sebelum dibuka. Endotoksin kemasan doksorubisin hidroklorida untuk injeksi,
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial pindahkan isi kemasan ke dalam labu tentukur yang
dan isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. sesuai, bilas kemasan tidak kurang dari tiga kali
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari dengan Pengencer, kemudian campur bilasan dalam
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan labu tentukur. Encerkan dengan Pengencer sampai
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. tanda. Larutan ini mengandung lebih kurang 0,4 mg
Daunorubisinon BPFI; Doksorubisinon BPFI; per mL berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Epirubisin BPFI. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan detektor
Identifikasi “diode array” dengan rentang 190-400 nm untuk
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Identifikasi B. Kolom berukuran 2,1 mm × 10 cm
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 1,7
diperoleh pada Penetapan kadar. µm. Pertahankan suhu kolom pada 35 dan
B. Spektrum serapan ultraviolet zat menunjukkan autosampler pada 4°. Laju alir lebih kurang 0,5 mL per
maksimum dan minimum pada panjang gelombang menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
yang sama seperti pada Doksorubisin hidroklorida
BPFI seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%)
0 90 10
Larutan Terkonstitusi Pada waktu digunakan
15 25 75
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera 16 25 75
pada Injeksi. 16,1 90 10
18 90 10
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,2 unit
Endotoksin FI per mg doksorubisin hidroklorida. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Lakukan penetapan menggunakan larutan sistem, rekam kromatogram dan ukur semua respons
Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi dengan puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
kadar 1,1 mg per mL. antara doksorubisin dan epirubisin tidak kurang dari
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
membran, menggunakan seluruh isi yang secara penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0 %. [Catatan
aseptik dilarutkan dalam 200 mL Cairan A. Waktu retensi relatif tertera pada Tabel.].
- 459 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung Larutan A Pipet 1 mL asam trifluoroasetat P,
persentase doksorubisinon dalam doksorubisin encerkan dengan air sampai 1 liter. Kadar larutan lebih
hidroklorida untuk injeksi dengan rumus: kurang 0,1%.
 ri   CS  Larutan B Buat campuran asetonitril P– metanol
      P  100 P–asam trifluoroasetat P (800:200:1).
 rS   CU  Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
doksorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan baku; kromatografi.
CS adalah kadar Doksorubisinon BPFI dalam mg per Pengencer Buat campuran Larutan A–Larutan B
mL Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin (50 : 50). [Catatan Lindungi larutan yang
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji mengandung doksorubisin dari cahaya]
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
potensi doksorubisinon dalam mg per mg sejumlah Doksorubisin Hidroklorida BPFI dan
Doksorubisinon BPFI. Hitung persentase Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
daunorubisinon dalam doksorubisin hidroklorida dengan Pengencer hingga kadar masing-masing 0,1
untuk injeksi dengan rumus: mg per mL.
 ri   CS  Larutan baku Timbang saksama sejumlah
      P  100 Doksorubisin Hidroklorida BPFI larutkan dan
 rS   CU  encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak kurang 0,1 mg per mL.
daunorubisinon dalam Larutan uji dan Larutan baku; Larutan uji Tambahkan 5 mL Pengencer ke dalam
CS adalah kadar Daunorubsisinon BPFI dalam mg per kemasan doksorubisin hidroklorida untuk injeksi,
mL Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin pindahkan isi kemasan dan masukkan ke dalam labu
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji tentukur yang sesuai. Bilas kemasan tidak kurang dari
berdasarkan yang tertera pada etiket; P adalah potensi 3 kali dengan Pengencer, kemudian campur bilasan
daunorubisinon dalam mg per mg Daunorubisinon dalam labu tentukur. Encerkan dengan Pengencer
BPFI. Hitung persentase cemaran lain dalam sampai tanda hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
doksorubisin hidroklorida untuk injeksi dengan mL berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
rumus: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
 ri   CS  dilengkapi dengan detektor 254 nm dan detektor
      P  F  100 “diode array” dengan rentang 190-400 nm untuk
 rS   CU  Identifikasi B. Kolom berukuran 2,1 mm × 10 cm
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 1,7
dalam Larutan uji; rS adalah adalah respon puncak µm. Pertahankan suhu kolom pada 35 dan
doksorubisin dalam Larutan baku; CS adalah kadar autosampler pada 4°. Laju alir lebih kurang 0,5 mL per
Doksorubisin hidroklorida BPFI dalam mg per mL menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Larutan baku; CU adalah kadar doksorubisin
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji Waktu Larutan A Larutan B
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah (menit) (%) (%)
potensi doksorubisin dalam µg per mg Doksorubisin 0 90 10
Hidroklorida BPFI; F adalah faktor konversi 0,001 mg 15 25 75
16 25 75
per µg. Masing-masing cemaran dan total cemaran
16,1 90 10
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel sebagai 18 90 10
berikut:
Tabel Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Waktu Retensi Batas
Nama sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Relatif (%)
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Doksorubisin 1,0 - doksorubisin dan epirubisin tidak kurang dari 1,5.
Epirubisin 1,05 - Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Doksorubisinon 1,08 0,5 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Daunorubisinon 1,35 0,5 pada Prosedur:faktor ikutan antara 0,8 dan 1,5 dan
Cemaran lain - 0,5 simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Total cemaran - 2,0 lebih dari 0,73%.[Catatan Waktu retensi relatif
doksorubisin dan epirubisin berturut-turut adalah 1,0
dan 1,05].
- 460 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
volume sama (lebih kurang 2 μL) Larutan baku dan sama seperti pada Domperidon Maleat BPFI.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung kromatografi lapis tipis <281>.
persentase doksokrubisin hidroklorida, Fase gerak Campuran amonium asetat P-dioksan
C27H29NO11.HCl, dalam doksorubisin hidroklorida P-metanol P (1:2:2), saring dan awaudarakan. Jika
untuk injeksi dengan rumus: perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
 rU   CS  seperti tertera pada Kromatografi <931>.
      P  F  100 Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang 20
 rS   CU  mg Domperidon Maleat BPFI, masukkan ke dalam
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan
doksorubisin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS metanol P sampai tanda.
adalah kadar Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam Larutan baku B Timbang saksama masing-masing
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam lebih kurang 20 mg Domperidon Maleat BPFI dan
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang Droperidol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
tertera pada etiket; P adalah potensi doksorubisin 10-mL, larutkan dan encerkan dengan metanol P
dalam µg per mg Doksorubisin hidroklorida BPFI; F sampai tanda.
adalah faktor konversi 0,001 mg per µg. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi, kecuali Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
wadah untuk dosis ganda untuk pengambilan tidak μL Larutan uji, Larutan baku A dan Larutan baku B
lebih dari 100 mL yang dikonstitusikan seperti tertera pada Penjerap silika gel P teroktadesilsilanisasi.
pada etiket.Simpan vial yang belum direkonstitusi Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
pada suhu ruang terkendali, terlindung dari cahaya. yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
lempeng, tandai batas rambat dan keringkan dalam
DOMPERIDON MALEAT udara hangat selama 15 menit. Masukkan lempeng ke
Domperidone Maleate dalam bejana yang berisi uap iodum hingga bercak
terlihat: harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan uji
sesuai dengan Larutan baku A. Pada Larutan baku B,
terdapat 2 bercak yang terpisah.
C. Timbang 0,1 g zat, triturasikan, dan larutkan
dalam campuran 1 mL natrium hidroksida P dan 3 mL
air. Ekstraksi tiga kali, setiap kali dengan 5 mL eter P.
5-Kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H- Ambil 0,1 mL lapisan air, tambahkan larutan 10 mg
benzimidazol-1-i1)propil]piperidin-4-i1]-1,3-dihidro- resorsinol P dalam 3 mL asam sulfat P. Panaskan di
2H-benzimidazol-2-on hidrogen (Z)-butendioat atas tangas air selama 15 menit: tidak terjadi warna.
[8389-65-1] Tambahkan 2 mL brom LP ke dalam sisa lapisan air,
C22H24ClN5O2.C4H4O4 BM 542,0 panaskan di atas tangas air selama 15 menit dan
didihkan. Dinginkan. Ambil 0,1 mL larutan ini,
Domperidon Maleat mengandung tidak kurang dari tambahkan larutan 10 mg resorsinol P dalam 3 mL
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% asam sulfat P. Panaskan di atas tangas air selama 15
C22H24ClN5O2.C4H4O4, dihitung terhadap zat kering. menit: terjadi warna ungu.

Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. Warna dan Akromisitas <1291> Metode III Warna
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6;
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar lakukan penetapan menggunakan larutan 0,2 g zat
larut dalam dimetilformamida; sukar larut dalam dalam 20,0 mL dimetilformida P.
metanol; sangat sukar larut dalam etanol.
Logam berat <371> Metode VI Tidak lebih dari 20
Baku pembanding Domperidon Maleat BPFI; bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat dengan
Droperidol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan pembanding 2 mL Larutan baku timbal.
dalam wadah tertutup rapat dengan dialiri gas
nitrogen, terlindung cahaya, pada lemari pendingin. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º menggunakan
Identifikasi 1,0 g zat.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
- 461 -

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan perubahan warna dari kuning jingga menjadi hijau.
penetapan menggunakan 1,0 g zat. Lakukan penetapan blangko.

Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara Tiap mL asam perklorat 0,1 M
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada setara dengan 54,20 mg C26H28ClN5O6
Kromatografi <931>.
Fase gerak A Buat larutan amonium asetat P 5 g per Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
L, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan cahaya.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak B Gunakan metanol P. SUSPENSI ORAL DOMPERIDON
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,10 g Domperidone Oral Suspension
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
dan encerkan dengan dimetilformamida P sampai Suspensi Domperidon mengandung domperidon maleat
tanda. setara domperidon, C22H24ClN5O2, tidak kurang dari
Larutan baku A Timbang saksama lebih kurang 10 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang
mg Domperidon Maleat BPFI dan 15 mg Droperidol tertera pada etiket.
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
larutkan dan encerkan dengan dimetilformamida P Baku pembanding Domperidon Maleat BPFI.
sampai tanda. Droperidol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan
Larutan baku B Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam dalam wadah tertutup rapat dengan dialiri gas
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan nitrogen, terlindung cahaya, pada lemari pendingin.
dimetilformamida P sampai tanda. Pipet 5 mL larutan
ke dalam labu tentukur 20-mL, encerkan dengan Identifikasi Waktu retensi puncak utama
dimetilformamida P sampai tanda. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
dilengkapi dengan detektor 280 nm, kolom berukuran
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk
ukuran partikel 3 μm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis tunggal.
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat untuk
Waktu Fase gerak A Fase gerak B suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda.
(menit) (%) (%)
0-10 70 → 0 30 → 100 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
10-12 0 100 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku A, Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti asetat P 0,5% (55:45), atur pH hingga 6,15 dengan
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak penambahan asam asetat glasial P, saring dan
domperidon dan droperidol tidak kurang dari 2,0. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku B dan <931>.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Pengencer Campuran metanol P-dimetilformamida
kromatogram dan ukur semua respons puncak. P (1:1).
Abaikan respons puncak yang lebih kecil dari 0,2 kali Larutan baku Timbang saksama sejumlah
respons puncak utama Larutan baku B (0,05%). Domperidon maleat BPFI, larutkan dan encerkan
Abaikan respons puncak asam maleat pada awal dengan Pengencer hingga kadar 1 mg per mL. Pipet 5
kromatogram dan puncak lain dari blangko. Respons mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL,
puncak masing-masing cemaran tidak lebih besar dari Tambahkan 10,0 mL air dan encerkan dengan
respons puncak utama pada Larutan baku B (0,25%). Pengencer sampai tanda.
Jumlah respons puncak semua cemaran tidak lebih Larutan uji Pipet sejumlah suspensi oral yang baru
besar dari dua kali respons puncak utama Larutan dikocok setara dengan lebih kurang 5 mg domperidon
baku B (0,5%). ke dalam labu tentukur 100-mL. Dispersikan dengan 5
mL air dan 50 mL Pengencer dengan bantuan sonikasi
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 selama lebih kurang 10 menit, sambil sesekali
mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang dikocok. Dinginkan dan encerkan dengan Pengencer
sesuai, larutkan dalam 50 asam asetat anhidrat P. sampai tanda.
Tambahkan 0,2 mL indikator naftolbenzen LP. Titrasi Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan asam perklorat 0,1 M LV hingga terjadi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm
- 462 -

x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Larutan baku Timbang saksama sejumlah
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Domperidon Maleat BPFI, larutkan dan encerkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,27 mg
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera per mL.
pada Prosedur: efesiensi kolom tidak kurang dari 3000 Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; tablet setara dengan lebih kurang 10 mg domperidon,
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan
lebih dari 2,0%. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
volume sama (lebih kurang 20 μL) Larutan baku dan 10 μL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatografi silika gel F254 atau silika gel 60 F254.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
jumlah dalam mg domperidon, C22H24ClN5O2, dalam yang berisi Fase gerak. Biarkan fase gerak merambat
suspensi dengan rumus: hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
 rU  C S  425,9  lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering.
     100 Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm.
 rS  CU   542 ,0  Semprot lempeng dengan Penampak bercak: bercak
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
dalam Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Domperidon Maleat BPFI dalam mg per mL Larutan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
baku; CU adalah kadar domperidon dalam mg per mL diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket; 425,9 dan 542,0 berturut-turut adalah bobot Disolusi <1231>
molekul domperidon dan domperidon maleat. Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.
Alat tipe 2: 50 rpm
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Waktu: 45 menit
rapat, tidak tembus cahaya. Prosedur Lakukan penetapan jumlah C22H24ClN5O2
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot yang
telah disaring melalui penyaring membran dan serapan
TABLET DOMPERIDON larutan Domperidon Maleat BPFI 0,01 mg per mL
dalam media yang sama pada panjang gelombang
Domperidone Tablets serapan maksimum lebih kurang 286 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Tablet Domperidon mengandung domperidon maleat
kurang dari 70% (Q), C22H24ClN5O2, dari jumlah yang
setara domperidon, C22H24ClN5O2, tidak kurang dari
tertera pada etiket.
95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang
tertera pada etiket. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Domperidon Maleat BPFI.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Droperidol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dalam wadah tertutup rapat dengan dialiri gas
Kromatografi <931>.
nitrogen, terlindung cahaya, pada lemari pendingin. Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi
Penetapan kadar.
A. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
kromatografi lapis tipis <281>.
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg domperidon,
Larutan A Timbang 1,36 g natrium asetat P,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan
larutkan dalam 50 mL air, atur pH hingga 4,7 dengan sejumlah Pengencer, sonikasi selama 20 menit,
penambahan asam asetat encer P, encerkan dengan air encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
hingga 100 mL.
melalui penyaring yang sesuai.
Fase gerak Buat campuran Larutan A-metanol P-
Larutan pembanding Pipet 1 mL Larutan uji ke
diklormetan P-etilasetat P (5:18:23:54), saring dan
dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Pengencer sampai tanda. Pipet 1 mL larutan,
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi tambahkan 1,0 mL Pengencer.
<931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Penampak bercak Gunakan kalium iodobismutat
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan uji dan
LP.
Larutan pembanding ke dalam kromatograf, rekam
Pengencer Campuran diklormetan P – metanol P
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Pada
(1:1). kromatogram Larutan uji: respons puncak masing-
- 463 -

masing cemaran tidak lebih besar dari respons puncak  rU  C S  425,9 


utama Larutan pembanding (0,25%); jumlah respons      100
puncak semua cemaran tidak lebih besar dari dua kali  rS  CU  542,0 
respons puncak utama Larutan pembanding (0,5%). rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Abaikan puncak dengan respons puncak kurang dari dalam Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
0,2 kali respons puncak utama Larutan pembanding Domperidon Maleat BPFI dalam mg per mL Larutan
(0,05%). baku; CU adalah kadar domperidon dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara etiket; 425,9 dan 542,0 berturut-turut adalah bobot
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada molekul domperidon dan domperidon maleat.
Kromatografi <931>.
Fase gerak A Gunakan metanol P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap
Fase gerak B Buat larutan amonium asetat P 0,5%, udara.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
DONEPEZIL HIDROKLORIDA
Pengencer Campuran asam hidroklorida 0,01 N -
metanol P (1:1). Donepezil Hydrochloride
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Domperidon Maleat BPFI dan Droperidol BPFI,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
berturut-turut 0,01% dan 0,015%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Domperidon Maleat BPFI, larutkan, dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar domperidon lebih
kurang 0,127 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang (±)-2-[(1-benzil-4-piperidil)metil]- 5,6-dimetoksi-1-
dari 10 tablet. Tambahkan sejumlah metanol P, indanon hidroklorida [120011-70-3]
sonikasi selama 20 menit, encerkan dengan metanol P Monohidrat [884740-09-4]
hingga kadar domperidon 0,2 mg per mL, saring C24H29NO3.HCl BM 415,95
melalui penyaring yang sesuai. Pipet 50 mL filtrat ke C24H29NO3.HCl.H2O BM 433,97
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 1 mL asam
hidroklorida 0,1 N, campur dan encerkan dengan air Donepezil hidroklorida mengandung tidak kurang
sampai tanda. dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja C24H29NO3.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
“end-capped” berukuran 4,6 mm x 10 cm, berisi bahan Pemerian Serbuk, hablur putih. Beberapa bentuk
pengisi L1 yang telah dideaktivasi dengan ukuran polimorfis bersifat sangat higroskopis.
partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Kelarutan Larut dalam air dan dalam asam asetat
glasial; mudah larut dalam kloroform; sukar larut
Waktu Fase gerak A Fase gerak B dalam etanol dan dalam asetonitril; praktis tidak larut
(menit) (%) (%) dalam etil asetat dan dalam n-heksan.
0 30 70
10 100 0 Baku pembanding Donepezil Hidroklorida BPFI;
12 100 0 tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Donepezil
Lakukan kromatografi terhadap Larutan BPFI.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, Identifikasi
R, antara dua puncak utama tidak kurang dari 2. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
volume sama (lebih kurang 10 μL) Larutan baku dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam sama seperti pada Donepezil Hidroklorida BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung [Catatan Jika spektrum yang berasal dari zat padat
persentase domperidon, C22H24ClN5O2, dalam tablet menunjukkan perbedaan, larutkan zat dan Donepezil
dengan rumus: Hidroklorida BPFI secara terpisah dalam
diklorometan P, uapkan hingga kering dan gunakan
residu untuk penetapan.]
- 464 -

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram


Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Tabel 1
diperoleh pada Penetapan kadar. Nama Waktu Batas
C. Larutan menunjukkan reaksi Klorida seperti retensi (%)
relatif
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Lakukan
Desbenzil donepezil 0,33 0.2
penetapan menggunakan larutan 10 mg per mL.
Hidroksidonepezil 0,54 0,2
Senyawa sejenis A donepezil 0,92 0,1
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Donepezil hidroklorida 1,0 -
Cemaran lain - 0,1
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari Total cemaran - 1,0
20 bpj.
Prosedur 2
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 0,4% untuk Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
bentuk anhidrat; tidak lebih dari 7,0% untuk bentuk L- kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
anhidrat; tidak lebih dari 7,0% untuk bentuk <931>.
monohidrat. Larutan A Masukkan 1 mL asam fosfat P ke dalam
1 L air. Atur pH hingga 6,6±0,1 dengan penambahan
Cemaran organik trietilamin P. Saring menggunakan penyaring dengan
Prosedur 1 porositas 0,45 µm atau lebih kecil.
[Catatan Pada proses sintesa gunakan salah satu Larutan B Gunakan Asetonitril P.
dari Prosedur 1 atau Prosedur 2. Prosedur 2 Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
digunakan jika terdapat cemaran yang tertera pada dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Tabel 2]. Lakukan penetapan dengan cara kromatografi.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Pengencer Campuran asetonitril P-air (25:75).
Kromatografi <931>. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji, sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI dan Senyawa
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Sejenis A Donepezil BPFI, larutkan, dan encerkan
Penetapan kadar. dengan Pengencer hingga kadar berturut-turut 1 mg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah per mL dan 2 µg per mL.
Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,8 µg Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan
per mL. dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,5 µg
Sistem Kromatografi Lakukan kromatografi per mL.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 10 µg
sejenis A donepezil dan donepezil tidak kurang dari per mL. Jika perlu lakukan sonikasi untuk melarutkan.
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. Jika perlu lakukan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. [Catatan sonikasi untuk melarutkan.
Waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel 1]. Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tinggi dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung kolom pada 50º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
rumus:
 ri   CS  Waktu Larutan A Larutan B
      100 (menit) (%) (%)
 rS   CU  0 75 25
10 40 60
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
40 40 60
Larutan uji; rS adalah respons puncak donepezil 41 75 25
hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar 50 75 25
Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar donepezil hidroklorida Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
ditimbang. Masing-masing cemaran dan total cemaran seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1.
- 465 -

puncak donepezil dan senyawa sejenis A donepezil perklorat P, saring, dan awaudarakan. Jika perlu
tidak kurang dari 2.0. Lakukan kromatografi terhadap lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons seperti tertera pada Kromatografi <931>.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI dan Senyawa
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan Sejenis A Donepezil BPFI, masukkan dalam labu
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam tentukur yang sesuai, larutkan dengan metanol P 40%
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera volume labu, encerkan dengan air sampai tanda. Kadar
pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak Donepezil Hidroklorida BPFI dan Senyawa Sejenis A
kurang dari 10. Donepezil BPFI berturut-turut 0,4 mg per mL dan 16
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah µg per mL.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,4 mg
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan per mL.
rumus: Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
 ri   CS  1
         100 kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
 rS   CU  F Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari dilengkapi dengan detektor 271 nm dan kolom
Larutan uji; rS adalah respons puncak donepezil berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,4 mL per
Larutan baku; CU adalah kadar donepezil hidroklorida menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
ditimbang; F adalah faktor respons relatif sesuai respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
dengan puncak cemaran. Masing-masing cemaran dan R, antara puncak senyawa sejenis A donepezil dan
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada donepezil tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Tabel 2. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel 2 pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Nama Waktu Faktor Batas penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
retensi respon (%) Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
relatif relatif volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Desbenzil donepezil 0,24 1,2 0,2 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Donepezil alkena piridin 0,32 2,3 0,15 kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
N-oksida persentase donepezil hidroklorida, C24H29NO3◦HCl,
Donepezil N-oksida 0,46 1,1 0,1 dalam zat dengan rumus:
Donepezil piridin analog 0,52 1,4 0,15
 rU   CS 
3-hidroksidonepezil 0,59 1,0 0,15      100
Hidroksidonepezil 0,68 0,86 0,2
Garam kuaterner 0,77 0,74 0,15
 rS   CU 
donepezil rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
(donepezilbenzil) donepezil hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan
Donepezil 1,0 - - baku; CS adalah kadar Donepezil Hidroklorida BPFI
Senyawa sejenis A 1,08 3,4 0,1 dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
donepezil donepezil hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
Donepezil inden 1,63 2,2 0,15 berdasarkan bobot yang ditimbang.
Deoksidonepezil 1,94 1,2 0,15
Cemaran lain - 1,0 0,1 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Total cemaran - - 1,0 baik, pada suhu ruang terkendali.
abaikan puncak kurang dari 0,03 %
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan bentuk
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara L-anhidrat atau bentuk dehidrat. Jika pada uji cemaran
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada organik yang digunakan selain Prosedur 1, pada etiket
Kromatografi <931>. cantumkan prosedur yang sesuai.
Dapar Larutan natrium 1-dekana sulfonat P 3,9 g
per L dalam air.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (35:65).
Atur pH hingga 1,8 dengan penambahan asam
- 466 -

TABLET DONEPEZIL HIDROKLORIDA Larutan uji Saring alikot melalui penyaring dengan
Donepezil Hydrochloride Tablets porositas 0,45 µm, buang beberapa mL filtrat pertama.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Tablet donepezil hidroklorida mengandung donepezil dilengkapi dengan detektor 271 nm dan kolom
hidroklorida, C24H29NO3.HCl, tidak kurang dari berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
tertera pada etiket. kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Baku pembanding Donepezil Hidroklorida BPFI; rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
rapat, terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Donepezil 1,5; Efisiensi kolom tidak kurang dari 5000 lempeng
BPFI. teoritis; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.
Identifikasi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan
menunjukkan maksimum pada panjang gelombang Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
230 nm, 271 nm, dan 315 nm. kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
Larutan uji Timbang sejumlah serbuk tablet setara persentase donepezil hidroklorida, C24H29NO3.HCl
dengan 10 mg donepezil hidroklorida, masukkan ke yang terlarut dengan rumus:
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 80 mL asam  rU   CS 
hidroklorida 0,1 N, sonikasi selama 5 menit.       V 100
Dinginkan hingga suhu ruang, dan encerkan dengan  rS   L 
asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda. Pipet sejumlah rU dan rS adalah respons puncak donepezil hidroklorida
volume ke dalam tabung sentrifus, dan sentrifus dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
selama 15 menit. Pipet 5 mL beningan ke dalam labu donepezil hidroklorida dalam mg per mL Larutan
tentukur 25-mL, encerkan dengan asam hidroklorida baku; L adalah kadar zat dalam mg per tablet yang
0,1 N sampai tanda. tertera pada etiket; V adalah volume Media disolusi,
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram 900 mL.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar. Metode Spektrofotometri
Lakukan penetapan jumlah donepezil hidroklorida,
Disolusi <1231> C24H29NO3.HCl, yang terlarut dengan cara
UJI 1 spektrofotometri seperti tertera pada Spektrofotometri
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida dan Hamburan Cahaya <1191>.
0,1 N. Larutan baku persediaan Timbang saksama
Alat tipe 2: 50 rpm. sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan
Waktu: 30 menit. encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,11
Lakukan penetapan jumlah donepezil hidroklorida, mg per mL.
C24H29NO3.HCl, yang terlarut dengan cara Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada persediaan, encerkan dalam Media disolusi hingga
Kromatografi <931>. diperoleh kadar Donepezil Hidroklorida BPFI (L/900)
Pengencer Campuran metanol P-asam hidroklorida mg per mL, L adalah kadar dalam mg per tablet seperti
0,1 N (75:25). yang tertera pada etiket.
Fase gerak Campuran asetonitril P-air-asam Larutan uji Saring alikot melalui penyaring dengan
perklorat P (35:65:0,1). Saring dan awaudarakan. Jika porositas 0,45 µm.
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Prosedur Lakukan penetapan jumlah
seperti tertera pada Kromatografi <931>. C24H29NO3.HCl yang terlarut dengan mengukur
Larutan baku persediaan A Timbang saksama serapan Larutan uji dan Larutan baku, pada panjang
sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan gelombang serapan maksimum lebih kurang 230 nm,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih menggunakan Media disolusi sebagai blangko. Hitung
kurang 1,1 mg per mL. persentase donepezil hidroklorida, C24H29NO3.HCl
Larutan baku persediaan B Pipet sejumlah volume yang terlarut dengan rumus:
Larutan baku persediaan A, encerkan dengan Media
 AU   CS 
disolusi hingga kadar lebih kurang 0,11 mg per mL.       V 100
Larutan baku Encerkan sejumlah Larutan baku  AS   L 
persediaan B dalam Media disolusi hingga diperoleh AU dan AS adalah serapan donepezil hidroklorida dari
kadar akhir (L/1000) mg per mL, L adalah kadar dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
mg per tablet seperti yang tertera pada etiket. Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
- 467 -

Larutan baku; L adalah kadar zat dalam mg per tablet rU dan rS adalah respons puncak donepezil dari
yang tertera pada etiket; V adalah volume Media Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
disolusi, 900 mL. Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan baku. Hitung persentase donepezil
kurang dari 80% (Q) C24H29NO3.HCl dari jumlah yang hidroklorida yang terlarut pada tiap waktu
tertera pada etiket. pengambilan sampel dengan rumus:

UJI 2 [Catatan Jika memenuhi uji ini pada etiket Hasil 1


dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 2]. Untuk tablet 1
yang mengandung 23 mg donepezil hidroklorida. C1  V     100
Media disolusi: 900 mL; Dapar fosfat pH 6,8. L
Alat tipe 2: 50 rpm. Hasil 2

C2  (V − VS ) + (C1  VS )  1  100


Waktu: 1 jam, 3 jam, dan 8 jam.
Lakukan penetapan jumlah donepezil hidroklorida,
C24H29NO3.HCl, yang terlarut dengan cara L
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Hasil 3
Kromatografi <931>.
Dapar Larutan amonium fosfat monobasa P dalam (C3  V − (2  VS )+ (C 2+C1 ) VS )  1  100
air, 5,0 g per L. Atur pH hingga 2,3 dengan L
penambahan asam fosfat P. Ci adalah kadar donepezil hidroklorida dalam mg per
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (25:75). mL yang diambil pada waktu tertentu; V adalah
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan volume Media disolusi, 900 mL; VS adalah volume
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Larutan uji dalam mL yang diambil pada tiap-tiap
pada Kromatografi <931>. waktu pengambilan sampel; L adalah kadar zat dalam
Larutan baku persediaan Timbang saksama mg per tablet seperti yang tertera pada etiket.
sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI, masukkan ke Toleransi Seperti tertera pada Tabel 1.
dalam labu tentukur yang sesuai. Tambahkan Media
disolusi hingga 70% volume labu. Sonikasi sampai Tabel 1
larut, dan encerkan dengan Media disolusi hingga Waktu Waktu Jumlah terlarut
kadar lebih kurang 0,26 mg per mL. (i) (jam) (%)
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku 1 1 Tidak lebih dari 20
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga 2 3 Antara 35-60
kadar akhir (L/900) mg per mL, L adalah kadar zat 3 8 Tidak kurang dari 80
dalam mg per tablet seperti yang tertera pada etiket.
Saring dengan penyaring yang sesuai. Buang 3 mL Persentase donepezil hidroklorida, C24H29NO3.HCl,
filtrat pertama. yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria
Larutan uji Saring alikot dengan penyaring yang Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi.
sesuai. Buang 3 mL filtrat pertama.
UJI 3 [Catatan Jika memenuhi uji ini pada etiket
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 3].
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
Media disolusi: 900 mL; Dapar fosfat pH 6,8.
berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
Alat tipe 2: 50 rpm.
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Waktu: 1 jam, 3 jam, dan 10 jam.
kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
Lakukan penetapan jumlah donepezil hidroklorida,
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
C24H29NO3.HCl, yang terlarut dengan cara
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
spektrofotometri seperti tertera pada Spektrofotometri
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari
dan Hamburan Cahaya <1191>.
1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Larutan baku persediaan Timbang saksama
ulang tidak lebih dari 2,0%.
sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI, masukkan ke
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam labu tentukur yang sesuai. Tambahkan air
volume sama (lebih kurang 50 L) Larutan baku dan hingga 70% volume labu. Sonikasi sampai larut,
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dinginkan hingga suhu ruang, dan encerkan dengan air
kromatogram 1,7 kali waktu retensi donepezil dan hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
ukur respons puncak utama. Hitung kadar donepezil Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
hidroklorida, C24H29NO3.HCl yang terlarut pada tiap persediaan, encerkan dalam Media disolusi hingga
waktu pengambilan sampel dengan rumus: diperoleh kadar Donepezil Hidroklorida BPFI (L/900)
 rU  mg per mL, L adalah kadar zat dalam mg per tablet
   CS seperti yang tertera pada etiket.
 rS  Larutan uji Saring alikot melalui penyaring dengan
porositas yang sesuai.
- 468 -

Prosedur Lakukan penetapan jumlah Pengencer, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
C24H29NO3.HCl yang terlarut dengan mengukur Larutan uji, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
serapan Larutan uji dan Larutan baku, pada panjang tertera pada Penetapan kadar.
gelombang serapan maksimum lebih kurang 315 nm, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
gunakan Media disolusi sebagai blangko. Hitung Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan
kadar (Ci) dari donepezil hidroklorida, dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,8 µg
C24H29NO3.HCl, yang terlarut pada waktu per mL.
pengambilan sampel (i) dengan rumus: Sistem Kromatografi Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
A  kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Ci =  U   CS pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
 AS  sejenis A donepezil dan donepezil tidak kurang dari
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
AU dan AS adalah serapan donepezil hidroklorida dari rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL penyuntikan ulang tidak lebih dari 8,0%. [Catatan
Larutan baku. Hitung persentase donepezil Waktu retensi relatif senyawa sejenis A donepezil dan
hidroklorida yang terlarut pada tiap waktu donepezil berturut-turut adalah 0,92 dan 1,0].
pengambilan sampel dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
Hasil 1 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
1 kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
C1  V     100 persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
L
rumus:
Hasil 2

C2  (V − VS ) + (C1  VS )  1  100  ri



  CS
  
 1
     100
L
Hasil 3
 rS   CU  F

(C3  V − (2  VS )+ (C 2+C1 ) VS )  1  100 ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
L Larutan uji; rS adalah respons puncak donepezil
Ci adalah kadar donepezil hidroklorida dalam mg per hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar
mL yang diambil pada waktu tertentu; V adalah Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
volume Media disolusi, 900 mL; VS adalah volume Larutan baku; CU adalah kadar donepezil hidroklorida
Larutan uji dalam mL yang diambil pada tiap-tiap dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
waktu pengambilan sampel; L adalah kadar zat dalam yang tertera pada etiket. F adalah faktor repons relatif
mg per tablet seperti yang tertera pada etiket. seperti tertera pada Tabel 3. Masing-masing cemaran
Toleransi Seperti tertera pada Tabel 2. tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 2 Tabel 3
Waktu Waktu Jumlah terlarut Nama Waktu faktor Batas
(i) (jam) (%) retensi repons (%)
1 1 10-30 relatif relatif
2 3 35-53 Desbenzil donepezil 0,33 1,0 0,5
3 10 Tidak kurang dari 80 Donepezil cincin 0,70 0,6 0,5
Persentase donepezil hidroklorida, C24H29NO3.HCl, terbuka
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi kriteria Donepezil hidroklorida 1,0 - -
Tabel penerimaan 2 dalam Disolusi. Donepezil N-oksida 1,2 1,0 0,5
Produk degradasi lain - - 0,2
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur 2
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Prosedur 1 kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
[Catatan Untuk bahan sintetis, lakukan penetapan <931>.
menggunakan Prosedur 1 atau Prosedur 2. Prosedur Larutan A Larutan asam fosfat P dalam air, 1 mL
2 untuk senyawa yang tercantum pada Tabel 4]. per L. Atur pH hingga 6,5 dengan penambahan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair trietilamin P. Saring melalui penyaring membran
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi dengan porositas 0,45 µm atau lebih kecil.
<931>. Larutan B Gunakan asetonitril P.
- 469 -

Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Donepezil garam 0,68 0,74 0,15
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kuartener
kromatografi. Donepezil hidroklorida 1,0 1,0 -
Pengencer Campuran asetonitril P-air (25:75). Donepezil analog inden 1,7 2,2 0,15
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Deoksidonepezil 2,1 1,3 0,15
Donepezil Hidroklorida BPFI, larutkan, dan encerkan Masing-masing produk - 1,0 0,1
degradasi lain
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,01 mg
Total cemaran - - 1,0
per mL. Jika perlu lakukan sonikasi untuk melarutkan.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tablet, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. Jika perlu Kromatografi <931>.
lakukan sonikasi untuk melarutkan. Pengencer Campuran metanol P-asam hidroklorida
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja 0,1 N (75:25)
tinggi dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom Fase gerak Larutkan lebih kurang 2,5 g natrium 1-
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi dekanasulfonat P dalam 650 mL air. Tambahkan 1,0
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu mL asam perklorat P dan 350 mL asetonitril P. Jika
kolom pada 50º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per perlu atur pH hingga 1,8 dengan penambahan 0,5 mL
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: asam perklorat P. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Waktu Larutan A Larutan B Kromatografi <931>.
(menit) (%) (%)
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
0 75 25
sejumlah Donepezil Hidroklorida BPFI dan Senyawa
10 40 60
40 40 60 Sejenis A Donepezil BPFI, masukkan dalam labu
41 75 25 tentukur yang sesuai, larutkan dengan metanol P 40%
50 75 25 volume labu, kocok, dan encerkan dengan air sampai
tanda. Kadar Donepezil Hidroklorida BPFI dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Senyawa Sejenis A Donepezil BPFI berturut-turut 0,2
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera mg per mL dan 0,008 mg per mL.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
simpangan baku relatif pada lima kali penyuntikan Donepezil Hidroklorida BPFI, masukkan dalam labu
ulang tidak lebih dari 2,0%. tentukur yang sesuai, larutkan dengan Pengencer 60%
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume labu, kocok, dan encerkan dengan Pengencer
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan sampai tanda. Kadar Donepezil Hidroklorida BPFI
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam adalah 0,4 mg per mL.
kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung Larutan uji Timbang sejumlah tablet, masukkan
persentase masing-masing cemaran spesifik atau dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan
produk degradasi lain dalam zat dengan rumus: Pengencer 75% volume labu, sonikasi dalam
penangas ultrasonik selama 20 menit. Kocok
 ri   CS  1 campuran selama 30 detik, biarkan dingin hingga suhu
        100 ruang, dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
 rS   CU  F [Catatan Jika perlu aduk dengan pengaduk magnetik
selama 10 menit untuk melarutkan]. Biarkan beberapa
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari menit hingga padatan mengendap. Saring melalui
Larutan uji; rS adalah respons puncak donepezil penyaring yang sesuai, buang lebih kurang 2-3 mL
hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar filtrat pertama. Larutan mengandung donepezil
Donepezil Hidroklorida BPFI dalam mg per mL hidroklorida 0,4 mg per mL.
Larutan baku; CU adalah kadar donepezil hidroklorida Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah dilengkapi dengan detektor 271 nm dan kolom
yang tertera pada etiket; F adalah faktor respons relatif berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
sesuai dengan puncak cemaran, seperti tertera pada L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Tabel 4. Masing-masing cemaran dan total cemaran kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1,4 mL per
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 4. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
Tabel 4 respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
Nama Waktu Faktor Batas R, antara puncak senyawa sejenis A donepezil dan
retensi respon (%) donepezil tidak kurang dari 1,5; faktor ikutan untuk
relatif relatif puncak donepezil tidak lebih dari 1,5. Lakukan
Desbenzil donepezil 0,23 1,5 0,15
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Donepezil piridin analog 0,49 1,9 0,15
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
- 470 -

pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Identifikasi


penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Waktu retensi relatif senyawa sejenis A donepezil dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
donepezil berturut-turut adalah 0,92 dan 1,0]. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sama seperti pada Dopamin Hidroklorida BPFI.
volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dalam 25.000) dalam larutan natrium bisulfit P (1
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung dalam 1000) menunjukkan maksimum dan minimum
persentase donepezil hidroklorida, C24H29NO3.HCl, hanya pada panjang gelombang yang sama seperti
dalam tablet dengan rumus: pada larutan Dopamin Hidroklorida BPFI.
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, dan C
 rU   CS  seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum
     100 <291>.
 rS   CU 
Kejernihan dan warna larutan Larutkan 400 mg zat
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dalam 10 mL larutan natrium bisulfit P (1 dalam
donepezil hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan 1000): jernih dan tidak berwarna atau praktis tidak
baku; CS adalah kadar Donepezil Hidroklorida BPFI berwarna
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
donepezil hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5; lakukan penetapan
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. menggunakan larutan zat (1 dalam 25).

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
baik, pada suhu ruang terkendali. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.

Penandaan Jika tidak menggunakan Cemaran Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
organik Prosedur 1, cantumkan uji Cemaran organik
yang digunakan. Jika tidak menggunakan uji Disolusi Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 20 bpj;
Uji 1, cantumkan uji Disolusi yang digunakan. lakukan penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam
25 mL air.

DOPAMIN HIDROKLORIDA Sulfat <361> Lakukan penetapan dengan melarutkan


Dopamine Hydrochloride 500 mg zat dalam 40 mL air: larutan tidak lebih keruh
dari larutan pembanding yang mengandung 0,10 mL
asam sulfat 0,020 N.

Zat mudah terarangkan <411> Lakukan penetapan


dengan melarutkan 100 mg zat dalam 5 mL asam
4-(2-Aminoetil)pirokatetol hidroklorida [62-31-7] sulfat LP: warna larutan tidak lebih intensif dari
C8H11NO2.HCl BM 189,64 Larutan padanan A.

Dopamin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C8H11NO2.HCl, 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
dihitung terhadap zat kering. lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>
Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai hampir putih; larutan asam asetat glasial P (3 dalam 10) (13:9:4).
bau asam hidroklorida lemah; meleleh pada suhu 240º Penampak bercak Campuran sejumlah volume
disertai peruraian. sama larutan besi(III) klorida P (1 dalam 10) dan
larutan kalium besi(III) sianida P (1 dalam 20) yang
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol dan dibuat segar.
dalam larutan alkali hidroksida; tidak larut dalam eter Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dopamin
dan dalam kloroform. Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
kadar 30 mg per mL.
Baku pembanding Dopamin Hidroklorida BPFI; Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah Larutan baku dalam metanol P hingga kadar 0,6 mg;
tertutup rapat terlindung cahaya. 0,3 mg dan 0,15 mg per mL, sesuai dengan kadar
cemaran masing-masing 2,0%; 1,0% dan 0,5%.
- 471 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 150 mg Fase gerak Campuran n-butanol P-asam asetat
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan glasial P-air (4:1:1).
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing setara dengan lebih kurang 80 mg dopamin
10 μL Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
baku pada jarak yang sama pada lempeng mL, tambahkan 10 mL metanol P, encerkan dengan air
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan sampai tanda.
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang berisi Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dopamin
Fase gerak, hingga Fase gerak merambat tiga per Hidroklorida BPFI, larutkan dalam larutan metanol P
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas (1 dalam 5) hingga kadar 1,6 mg per mL.
rambat, biarkan Fase gerak menguap, semprot Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
lempeng dengan Penampak bercak: bercak dopamin μL Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang
dan cemaran umum berwarna biru di bawah cahaya sama pada lempeng kromatografi silika gel P.
tampak. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
dengan harga Rf Larutan baku dan jumlah bercak lain yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan
selain bercak utama dari Larutan uji tidak boleh lebih merambat hingga 15 cm di atas garis penotolan.
dari tiga. Perkirakan kadar masing-masing bercak lain Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan di
selain bercak utama terhadap bercak Enceran larutan udara. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet 254
baku. nm. Harga Rf bercak utama yang diperoleh dari
Larutan uji sesuai dengan harga Rf Larutan baku.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 75
mg zat, larutkan dalam 5 mL asam format P dan pH <1071> Antara 2,5 dan 5,0.
tambahkan 25 mL anhidrat asetat P dan campur.
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV dan tentukan Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
titik akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan tertera pada Injeksi Volume Kecil.
blangko.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Tiap mL asam perklorat 0,1 N Injeksi.
setara dengan 18,96 C8H11NO2.HCl
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 16,67
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup unit Endotoksin FI per mg dopamin hidroklorida.
rapat. Simpan pada suhu ruang.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
INJEKSI DOPAMIN HIDROKLORIDA Kromatografi <931>.
Dopamine Hydrochloride Injection Fase gerak Buat campuran natrium 1-oktanasulfonat
0,005 M dalam larutan asam asetat glasial P (1 dalam
Injeksi Dopamin Hidroklorida adalah larutan steril 100) dan asetonitril P (87:13). Saring dan
dopamin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Mengandung dopamin hidroklorida, C8H11NO2 tidak Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari <931>.
jumlah yang tertera pada etiket. Dapat mengandung Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
antioksidan yang sesuai. [Catatan Tidak boleh Dopamin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Fase
digunakan bila warna larutan lebih gelap dari kuning gerak hingga kadar lebih kurang 1,6 mg per mL.
pucat atau berubah warna]. Larutan baku 2 Pipet 10 mL Larutan baku 1 ke
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan Fase gerak
Baku pembanding Dopamin Hidroklorida BPFI; sampai tanda, hingga kadar dopamin hidroklorida
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam lebih kurang 0,16 mg per mL.
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah asam
rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, benzoat P, larutkan dalam metanol P hingga kadar
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk lebih kurang 20 mg per mL. Encerkan 1 volume
menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, larutan ini dengan 3 volume Fase gerak hingga kadar
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan lebih kurang 5 mg per mL. Pipet 10 mL larutan ini dan
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka 10 mL Larutan baku 1 ke dalam labu tentukur 100-
dalam lemari pembeku. mL, tambahkan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti setara dengan lebih kurang 16 mg dopamin
tertera pada Kromatografi <931>. hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
- 472 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom baja eter.
tahan karat 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1, laju
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan Baku pembanding Droperidol BPFI; Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 70º selama
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti 4 jam sebelum digunakan. 4,4´-Bis [1,2,3,6-
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam tetrahidro-4-(2-okso-1-benzimidazolinil) -1-piridil]
benzoat dan dopamin hidroklorida adalah tidak kurang butirofenon BPFI; simpan dalam wadah tertutup
dari 4,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan rapat, terlindung cahaya; lakukan pengeringan dalam
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak hampa udara pada suhu 70º selama 4 jam sebelum
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif digunakan.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi
volume sama (lebih kurang 40 μL) Larutan baku dan A. Serapan inframerah zat kering yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
jumlah dalam mg dopamin hidroklorida, C8H11NO2.HCl, sama seperti pada Droperidol BPFI.
dalam tiap mL injeksi yang digunakan dengan rumus: B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 15 µg per
mL dalam campuran asam hidroklorida 0,1 N-
100𝐶 𝑟𝑈 isopropanol P (1 dalam 10) menunjukkan maksimum
( )( ) dan minimum pada panjang gelombang yang sama
𝑉 𝑟𝑆
seperti pada Droperidol BPFI.
C adalah kadar Dopamin Hidroklorida BPFI dalam
mg per mL Larutan baku; V adalah volume injeksi Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
yang digunakan dalam mL; rU dan rS berturut-turut lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. 70º selama 4 jam.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
tunggal, dari kaca Tipe I.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Penandaan Pada etiket dinyatakan bahwa injeksi 4,4´-bis[1,2,3,6-tetrahidro-4-(2-okso-1-benzimi
diencerkan dengan pembawa parenteral yang sesuai dazolinil)-1-piridil] butirofenon Tidak lebih dari
untuk infus intravena. 1,5%.
Larutan uji Timbang saksama 30,0 mg zat, larutkan
dalam 70 mL isopropanol P dalam labu tentukur 100-
DROPERIDOL mL. Tambahkan 10,0 mL asam hidroklorida 0,1 N,
Droperidol encerkan dengan isopropanol P sampai tanda.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 330 nm,
terhadap blangko campuran asam hidroklorida 0,1 N
dan isopropanol P (1 dalam 10), menggunakan sel 1-
cm: serapan tidak lebih dari 0,7 (setara dengan batas
1,5%).

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 240


1-[1-[3-(p-Fluorobenzoil)propil]-1,2,3,6-tetrahidro- mg zat kering, larutkan dalam 50 mL asam asetat
4-piridil]-2-benzimidazolinon [548-73-2] glasial P. Tambahkan p-naftolbenzein LP dan titrasi
C22H22FN3O2 BM 379,43 dengan asam perklorat 0,1 N LV, lakukan penetapan
blangko dan koreksi bila perlu.
Droperidol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0% C22H22FN3O2, dihitung Tiap mL asam perklorat 0,1 N
terhadap zat yang dikeringkan dalam hampa udara setara dengan 37,94 mg C22H22FN3O2
pada 70° selama 4 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pemerian Serbuk hablur atau amorf, putih sampai rapat, tidak tembus cahaya, berisi nitrogen, di tempat
agak kecoklatan. sejuk.
- 473 -

EDROFONIUM KLORIDA Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Edrophonium Chloride
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 1,0 g dalam 25 mL air.
C2H5

HO N(CH3)2 Dimetilaminofenol Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan


penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih
Cl
kurang 500 mg zat, masukkan dalam corong pisah
dan larutkan dalam 5 mL air. Tambahkan 5 mL
dapar fosfat pH 8,0 dan kocok. Ekstraksi lima kali, tiap
kali dengan 20 mL kloroform P, kumpulkan ekstrak
Etil(m-hidroksifenil) dimetil amonium klorida [116-38- dalam labu tentukur 100-mL dan tambahkan
1] kloroform P sampai tanda. Serapan larutan ini pada
C10H16ClNO BM 201,70 panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
252 nm tidak lebih dari serapan larutan
Edrofonium Klorida mengandung tidak kurang dari dimetilaminofenol (1 dalam 200.000) dalam kloroform P
98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H16ClNO, yang diukur dengan cara sama.
dihitung terhadap zat kering.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau. 175 mg, masukkan ke dalam labu yang sesuai,
larutkan dalam lebih kurang 20 mL asam asetat
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah glasial P, tambahkan 5 mL raksa(II) asetat LP dan 1
larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan tetes kristal violet LP. Titrasi dengan asam perklorat
dalam eter. 0,1 N LV. Lakukan titrasi blangko.

Baku pembanding Edrofonium Klorida BPFI; Tiap mL asam perklorat 0,1 N


lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas setara dengan 20,17 mg C10H16ClNO
fosfor pentoksida P selama 3 jam sebelum digunakan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Identifikasi baik.
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang EFAVIRENZ
sama seperti pada Edrofonium Klorida BPFI. Efavirenz
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1
dalam 20.000) dalam asam hidroklorida 0,1 N
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Edrofonium
Klorida BPFI, daya serap masing-masing dihitung
terhadap zat kering pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 273 nm berbeda tidak lebih
dari 2,0%.
C. Ke dalam 10 mL larutan zat (1 dalam 10)
tambahkan 1 tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna
biru ungu. (S)-6-Kloro-4-(siklopropiletinil)-1,4-dihidro-4-
D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C (trifluorometil)-2H-3,1-benzokasin-2-on
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. [154598-52-4]
C14H9ClF3NO2 BM 315,67
pH <1071> Antara 4,0 dan 5; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat (1 dalam 10). Efavirenz mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0% C14H9ClF3NO2, dihitung
Jarak lebur <1021> Antara 165º dan 170º, disertai terhadap zat anhidrat dan bebas pelarut.
peruraian.
Pemerian Serbuk hablur putih hingga agak merah
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; muda.
lakukan pengeringan dalam tabung pengering hampa
udara yang sesuai menggunakan fosfor pentoksida P Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
sebagai pengering selama 3 jam. metanol.
- 474 -

Baku pembanding Efavirenz BPFI; tidak boleh respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dikeringkan; simpan dalam wadah tertutup rapat dan identifikasi puncak enansiomer (S)-efavirenz.
terlindung cahaya. [Peringatan Berbahaya pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sistem reproduksi]. Senyawa Sejenis B Efavirenz kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
BPFI. Efavirenz Rasemat BPFI. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
enansiomer (R)-efavirenz dan enansiomer (S)-
Identifikasi efavirenz tidak kurang dari 3,0 dan simpangan baku
A. Spektrum serapan inframerah zat kering pada relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%
suhu 105° selama 30 menit dan didinginkan dalam untuk enansiomer (R)-efavirenz. Waktu retensi relatif
desikator, kemudian didispersikan dalam kalium enansiomer (R)-efavirenz dan enansiomer (S)-
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada efavirenz berturut-turut adalah 0,88 dan 1,00.
bilangan gelombang yang sama seperti pada [Catatan Lakukan verifikasi identifikasi puncak
Efavirenz BPFI. efavirenz berdasarkan kromatogram Larutan waktu
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per retensi.]
mL dalam metanol P menunjukkan maksimum hanya Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µL Larutan
pada panjang gelombang yang sama seperti Efavirenz uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
BPFI. ukur semua respons puncak. Hitung persentase
enansiomer (R)-efavirenz dalam zat dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%;
lakukan penetapan menggunakan krus platina.  rR 
   100
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20  rR + rS 
bpj.
rR adalah respons puncak enansiomer (R)-efavirenz
Kesempurnaan melarut <901> Memenuhi syarat; dalam Larutan uji dan rS adalah respons puncak
lakukan penetapan menggunakan larutan 50 mg per enansiomer (S)-efavirenz dalam Larutan uji.
mL dalam metanol P.
Cemaran organik
Air <1031> Metode 1c Tidak lebih dari 0,5%; Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
lakukan penetapan menggunakan larutan zat 100 mg kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
per mL dalam metanol P. <931>.
UJI 1
Kemurnian Enansiomer Tidak lebih dari 0,5% Larutan A, Larutan B, Pengencer dan Larutan uji,
enansiomer (R)-efavirenz. Lakukan penetapan Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Larutan kesesuaian sistem Gunakan Larutan baku
tertera pada Kromatografi <931>. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Fase gerak Campuran heksan P - etanol P (97:3). Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan kesesuaian sistem, encerkan dengan Pengencer
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti hingga kadar lebih kurang 1,25 µg per mL.
tertera pada Kromatografi <931>. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan waktu retensi Timbang saksama sejumlah Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Efavirenz BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah resolusi, R, antara senyawa sejenis B efavirenz dan
Efavirenz Rasemat BPFI, larutkan dan encerkan efavirenz tidak kurang dari 1,2. Lakukan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 10 µg kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
per mL. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
kadar lebih kurang 1 mg per mL. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku dan
tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm, dipasang Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
berurutan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi kromatogram dan ukur semua respons puncak.
bahan pengisi L40 dengan ukuran partikel 10 μm, dan Hitung persentase senyawa sejenis dalam zat dengan
kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan rumus:
pengisi L10 dengan ukuran partikel 5 μm.
Pertahankan suhu pada 35. Laju alir lebih kurang 1,0  ri  C S  1
       100
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap  rS  CU  F
Larutan waktu retensi, rekam kromatogram dan ukur
- 475 -

ri adalah respons puncak masing-masing senyawa Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,25 µg per
sejenis dari Larutan uji; rS adalah respons puncak mL.
efavirenz Larutan baku; CS adalah kadar Efavirenz Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar efavirenz dalam mg per mL Larutan uji dan F kadar lebih kurang 250 µg per mL.
adalah faktor respons relatif seperti yang tertera pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Tabel. Masing-masing cemaran dan total cemaran tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm dan kolom
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1. berukuran 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
Tabel 1 kolom pada 35. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Cemaran Waktu Faktor Batas
retensi respons Waktu Larutan A Larutan B
relatif relatif (%) (menit) (%) (%)
Efavirenz aminoalkohol 0,48 0,26 0,15 0 100 0
Analog efavirenz etena 0,93 0,91 0,40 40 0 100
(Senyawa sejenis B efavirenz) 45 0 100
Efavirenz penta-3-ena-1-in (cis) 1,16 1,0 0,10a 45,1 100 0
Efavirenz penta-3-ena-1-in 1,16 1,0 0,10a 50 100 0
(trans)
Efavirenz pentenein 1,16 1,0 0,10a Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Analog efavirenz pentin 1,2 1,0 0,15
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Metil efavirenz 1,28 1,0 0,10
pada Prosedur: faktor ikutan puncak utama tidak
Efavirenz amino alkohol metil 1,33 0,83 0,10
karbamat lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
N-benzilefaverinz 1,8 0,71 0,25 penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
Efavirenz benzoilaminoalkohol 1,9 0,56 0,15 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Analog kuinolin 1,45 2,0 0,10 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Efavirenz amino alkohol etil 1,53 0,83 0,10 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
karbamat kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Cemaran yang tidak 1,60 1,0 0,10 Hitung persentase tiga cemaran dalam zat dengan
teridentifikasi rumus:
Efavirenz amino alkohol 1,63 0,34 0,10
bis(etoksikarbonil)
 ri  C S  1
Cemaran yang tidak 2,1 1,0 0,10        100
teridentifikasi  rS  CU  F
Turunan siklobutenilindol 2,18 0,48 0,10
Cemaran yang tidak diketahui - 1,0 0,10 ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
lainnya (masing-masing)
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak efavirenz
Cemaran yang diabaikan - - 0,05
dari Larutan baku; CS adalah kadar Efavirenz BPFI
Total cemaran - - 1,0
a
[Catatan Jika hasil melebihi 0,10%, lakukan Uji 2 untuk dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
membagi tiga cemaran “coeluting” dan menjamin setiap cemaran efavirenz dalam µg per mL Larutan uji dan F adalah
memenuhi batas] faktor respons relatif seperti tertera pada Tabel 2.
Masing-masing cemaran tidak lebih dari batas yang
UJI 2 [Catatan Uji 2 merupakan tambahan pada tertera pada Tabel 2 sebagai berikut:
Uji 1 jika jumlah tiga cemaran pada waktu retensi
relatif 1,16 pada Uji 1 melebihi 0,10%.] Tabel 2
Pengencer Campuran asetonitril P-asam
trifluoroasetat P-air (55:0,05:45). [Catatan Gunakan Cemaran Waktu Faktor Batas
asam trifluoroasetat yang dibuka tidak lebih dari 6 retensi respons (%)
bulan.] relatif relatif
Larutan A Buat campuran asetonitril P-asam Efavirenz 1,0 1,0 -
trifluoroasetat P-air (4:0,005:6). Saring dan Efavirenz penta-3-ena-1-in 1,10 1,1 0,10
awaudarakan. (cis)
Larutan B Buat campuran asetonitril P-asam Efavirenz penta-3-ena-1-in 1,13 1,1 0,10
(trans)
trifluoroasetat P-air (8:0,005:2). Saring dan
Efavirenz pentenein 1,14 1,0 0,10
awaudarakan. Abaikan respons puncak kurang dari 0,05%.
Fase gerak Gunakan variasi Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem Kromatografi. Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah efavirenz dari cahaya. Gunakan vial polipropilen
Efavirenz BPFI, larutkan dan encerkan dengan KCKT yang direkomendasikan untuk menghindari
- 476 -

degradasi dari vial kaca tertentu.] Lakukan persentase efavirenz, C14H9ClF3NO2, dalam zat
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja dengan rumus:
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P - air (1:1).  rU  C S 
Larutan A Buat campuran metanol P - asam     100
trifluoroasetat P - air (1:0,005:9). Saring dan  rS  CU 
awaudarakan. [Catatan Gunakan asam
trifluoroasetat yang dibuka tidak lebih dari 6 bulan.] rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan B Buat campuran metanol P - asam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
trifluoroasetat P - air (9:0,005:1). Saring dan Efavirenz BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
awaudarakan. [Catatan Gunakan asam CU adalah kadar efavirenz dalam mg per mL Larutan
trifluoroasetat yang dibuka tidak lebih dari 6 bulan.] uji.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kromatografi. baik, terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Efavirenz BPFI dan Senyawa Sejenis B Efavirenz
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer KAPSUL EFAVIRENZ
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 250 µg per Efavirenz Capsules
mL dan 1,0 µg per mL. [Catatan Larutkan dengan
Pengencer lebih kurang 65% volume labu dan kocok Kapsul Efavirenz mengandung efavirenz,
selama 30 menit sampai larut sempurna. Encerkan C14H9ClF3NO2, tidak kurang dari 92,0% dan tidak
dengan Pengencer sampai tanda.] lebih dari 108,0% dari jumlah yang tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, etiket.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 250 µg per mL. [Catatan Baku pembanding Efavirenz BPFI; simpan dalam
Larutkan dengan Pengencer lebih kurang 65% wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa
volume labu dan kocok selama 30 menit sampai larut Sejenis B Efavirenz BPFI.
sempurna. Encerkan dengan Pengencer sampai
tanda.] Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja A. Masukkan isi satu kapsul ke dalam tabung
tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm, kolom bertutup. Tambahkan 5 mL asetonitril P, kocok
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L10 sampai terdispersi dengan menggunakan pengaduk
dengan ukuran partikel 5 μm. Pertahankan suhu pada vorteks, ambil 3 mL larutan ini dan sentrifus selama
40. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. 5 menit. Pindahkan 1-2 mL beningan ke dalam
Kromatograf diprogram sebagai berikut: wadah yang sesuai dan bersih, uapkan pelarut dengan
aliran nitrogen P sampai kering. Spektrum serapan
Waktu Larutan A Larutan B inframerah 0,5-1 mg residu yang telah dikeringkan
(menit) (%) (%) dan didispersikan dalam 200 mg kalium bromida P
0 60 40 menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
16 50 50 gelombang yang sama seperti pada Efavirenz BPFI.
23 35 65 B. Masukkan isi satu kapsul ke dalam tabung
28 30 70
bertutup. Tambahkan 40 mL asetonitril P, kocok
29 20 80
31 20 80
selama 30 menit, saring melalui penyaring yang
32 60 40 sesuai. Buang 2 mL filtrat pertama dan encerkan
40 60 40 filtrat dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang
10 µg per mL. Spektrum serapan ultraviolet
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang gelombang yang sama seperti pada larutan baku
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Efavirenz BPFI dalam asetonitril P dengan kadar
senyawa sejenis B efavirenz dan efavirenz tidak yang sama.
kurang dari 1,2 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0% untuk Disolusi <1231>
efavirenz. Media disolusi: 900 mL air yang mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah natrium lauril sulfat P 1,0%. [Catatan Jangan
volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku dan diawaudarakan.]
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Alat tipe 2: 50 rpm, dengan singker spiral
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Waktu : 45 menit
- 477 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Efavirenz Efavirenz BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L
BPFI (L/900), masukkan ke dalam labu tentukur yang adalah kadar efavirenz dalam mg per kapsul seperti
sesuai, larutkan dalam metanol P tidak lebih dari 10% tertera pada etiket; V adalah volume Larutan uji dan
volume labu untuk melarutkan efavirenz. Encerkan D adalah faktor pengenceran Larutan uji.
dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang
0,01 mg per mL untuk kapsul yang mengandung 50 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
mg efavirenz atau 0,02 mg per mL untuk kapsul yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
mengandung 100 mg atau 200 mg efavirenz. Kromatografi <931>.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui Pengencer, Larutan A, Larutan B dan Larutan uji
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 m. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Encerkan dengan Media disolusi hingga kadar Larutan kesesuaian sistem Gunakan Larutan baku
mendekati kadar larutan baku. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah efavirenz, Larutan baku Pipet sejumlah Larutan kesesuaian
C14H9ClF3NO2, yang terlarut dengan mengukur sistem, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang Efavirenz BPFI dan Senyawa Sejenis B Efavirenz
gelombang serapan maksimum lebih kurang 247 nm BPFI masing-masing lebih kurang 1,25 µg per mL
menggunakan Media disolusi sebagai blangko. dan 0,005 µg per mL.
Hitung persentase efavirenz yang terlarut dengan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rumus: Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
 AU  CS  ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
    D  V  100 resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B
 AS  L  efavirenz dan efavirenz tidak kurang dari 1,2.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dan Larutan baku; CS adalah kadar Efavirenz BPFI pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
dalam mg per mL Larutan baku; L adalah kadar penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0% untuk
efavirenz dalam mg per kapsul seperti tertera pada efavirenz.
etiket; D adalah faktor pengenceran Larutan uji dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
V adalah volume Media disolusi, 900 mL. volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku dan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kurang dari 80% (Q) C14H9ClF3NO2, dari jumlah kromatogram dan ukur semua respons puncak.
yang tertera pada etiket. Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur keseragaman kandungan.  ri  C S  1
Larutan baku Timbang saksama sejumlah        100
Efavirenz BPFI, larutkan dan encerkan dengan  rS  CU  F
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 10 µg per
mL. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Larutan uji Masukkan isi 1 kapsul ke dalam wadah dari Larutan uji; rS adalah respons puncak efavirenz
yang sesuai, larutkan dengan 40,0 mL asetonitril P, Larutan baku; CS adalah kadar Efavirenz BPFI dalam
kocok selama 30 menit dan saring dengan penyaring mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar efavirenz
nilon yang sesuai atau PVDF. Pipet sebagian filtrat dalam mg per mL Larutan uji dan F adalah faktor
ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan respons relatif seperti yang tertera pada Tabel.
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 10 µg per Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
mL. lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku pada panjang gelombang serapan maksimum Tabel
lebih kurang 246 nm, menggunakan asetonitril P
sebagai blangko. Hitung persentase efavirenz, Cemaran Waktu Faktor Batas
C14H9ClF3NO2 dalam tiap kapsul dengan rumus: retensi respons
relatif relatif (%)
Efavirenz aminoalkohol 0,48 0,26 0,25
 AU  C S 
    V  D  100 (produk degradasi)
 AS  L  Turunan efavirenz etena 0,93 - *
Efavirenz penta-3-ena-1-in 1,16 - *
(cis)
AU dan AS berturut-turut adalah serapan efavirenz
Efavirenz penta-3-ena-1-in 1,16 - *
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar (trans)
- 478 -

Efavirenz pentenein 1,16 - * mengkocok selama 30 menit, encerkan dengan


Turunan efavirenz pentin 1,2 - * asetonitril P hingga diperoleh kadar lebih kurang 5
Metilefavirenz 1,28 - * mg per mL efavirenz. [Catatan Simpan dalam wadah
Efavirenz aminoalkohol metil 1,33 - * terlindung cahaya.]
karbamat Larutan uji Saring sejumlah Larutan uji
N-benzilefavirenz 1,8 - * persediaan. Pipet sejumlah volume filtrat ke dalam
Efavirenz 1,9 - *
labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan
benzoilaminoalkohol
Turunan kuinolin (produk 1,45 2,0 0,20
Pengencer sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang
degradasi) 250 µg per mL. [Catatan Simpan dalam wadah
Efavirenz aminoalkohol etil 1,53 - * terlindung cahaya.]
karbamat Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Cemaran tidak teridentifikasi 1,60 - * tinggi dilengkapi dengan detektor 250 nm, kolom
Efavirenz aminoalkohol bis 1,63 - * berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L10.
(etoksikarbonil) Pertahankan suhu kolom pada 40. Laju alir lebih
Cemaran tidak teridentifikasi 2,1 - * kurang 1,5 mL per menit. Kromatograf diprogram
Turunan siklobutenilindol 2,18 - * sebagai berikut:
Masing-masing produk - 1,0 0,20
degradasi lain Waktu Larutan A Larutan B
Total cemaran - - 0,50 (menit) (%) (%)
Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%
* 0 60 40
Hanya untuk informasi. Berikut adalah cemaran proses yang
diawasi pada bahan obat dan tidak dimasukkan ke dalam total 16 50 50
cemaran. 23 35 65
28 30 70
Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan 29 20 80
efavirenz dari cahaya. Gunakan vial polipropilen 31 20 80
KCKT yang direkomendasikan untuk menghindari 32 60 40
degradasi dari vial kaca tertentu.] Lakukan 40 60 40
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Pengencer Campuran asetonitril P - air (1:1). kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
Larutan A Buat campuran metanol P - asam tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
trifluoroasetat P - air (1:0,005:9). Saring dan senyawa sejenis B efavirenz dan efavirenz tidak
awaudarakan. [Catatan Gunakan asam kurang dari 1,2 dan simpangan baku relatif pada
trifluoroasetat yang dibuka tidak lebih dari 6 bulan.] penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk
Larutan B Buat campuran metanol P - asam puncak efavirenz.
trifluoroasetat P - air (9:0,005:1). Saring dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
awaudarakan. volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku dan
Fase gerak Gunakan variasi Larutan A dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan B seperti tertera pada Sistem Kromatografi. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah persentase efavirenz dalam kapsul dengan rumus:
Senyawa Sejenis B Efavirenz BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih  rU  C S 
kurang 0,2 mg per mL.     100
Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah  rS  CU 
Efavirenz BPFI, larutkan dan encerkan dengan
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 5 mg per mL. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
[Catatan Lakukan sonikasi untuk melarutkan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
sebelum diencerkan hingga volume akhir.] Efavirenz BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku CU adalah kadar efavirenz dalam mg per mL Larutan
1 dan Larutan baku 2 ke dalam labu tentukur yang uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
sesuai, encerkan dengan Pengencer hingga kadar
efavirenz dan senyawa sejenis B efavirenz masing- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
masing 250 µg per mL dan 1 µg per mL. rapat, pada suhu ruang terkendali.
Larutan uji persediaan Timbang saksama tidak
kurang dari 10 kapsul. Keluarkan isi semua kapsul,
bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama,
hitung bobot rata-rata isi tiap kapsul. Masukkan
semua isi kapsul ke dalam labu tentukur yang sesuai,
tambahkan sejumlah asetonitril P, ekstraksi dengan
- 479 -

EFEDRIN Klorida <361> Tidak lebih dari 0,030%; lakukan


Ephedrine penetapan menggunakan 500 mg zat dan tidak lebih
keruh jika dibandingkan dengan 0,20 mL asam
hidroklorida 0,020 N.

Sulfat Larutkan 100 mg zat dalam 40 mL air,


tambahkan 1 mL asam hidroklorida 3 N dan 1 mL
barium klorida LP: tidak terjadi kekeruhan sebelum 10
menit.
(-)-Efedrin [299-42-3]
C10H15NO BM 165,23 Cemaran umum <481>
Hemihidrat [50906-05-3] BM 174,24 Larutan uji Gunakan pelarut metanol P
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P
Efedrin adalah senyawa anhidrat atau mengandung Fase gerak Buat campuran 2-propanol P-amonium
tidak lebih dari setengah molekul air hidrat; hidroksida P-kloroform P (80:15:5).
mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih Penampak bercak Gunakan teknik penampak
dari 100,5% C10H15NO, dihitung terhadap zat nomor 1 diikuti nomor 4.
anhidrat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Pemerian Zat padat menyerupai lemak, tidak 500 mg zat, larutkan dalam 10 mL etanol P netral,
berwarna, atau granul atau hablur putih. Terurai tambahkan 5 tetes indikator merah metil LP dan 40,0
secara bertahap bila terkena cahaya, melebur pada suhu mL asam hidroklorida 0,1 N LV. Titrasi kelebihan
antara 33º-40º, keragaman suhu lebur akibat asam dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Lakukan
perbedaan kandungan molekul air. Efedrin anhidrat penetapan blangko.
mempunyai suhu lebur lebih rendah dari efedrin
dengan setengah molekul air hidrat. Larutan bereaksi Tiap mL asam hidroklorida 0,1 N
alkalis terhadap lakmus P. setara dengan 16,52 mg C10H15NO

Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol, dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kloroform dan dalam eter; sedikit dan lambat larut rapat, tidak tembus cahaya, di tempat dingin.
dalam minyak mineral; larutan menjadi keruh bila
efedrin mengandung air lebih dari 1%. Penandaan Pada etiket tertera bentuk anhidrat atau
hidrat. Jika pada etiket tertera efedrin untuk
Baku pembanding Efedrin Sulfat BPFI; Simpan pembuatan sediaan yang mengandung efedrin, berarti
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. menggunakan efedrin anhidrat.
Identifikasi Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL EFEDRIN HIDROKLORIDA
tambahkan sejumlah volume asam sulfat 0,1 N Ephedrine Hydrochloride
dengan buret untuk menetralkan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Encerkan dengan air sampai tanda.
Campur 2 mL larutan dengan 10 mL etanol P,
uapkan di atas tangas uap dengan dialiri udara hingga
kering. Spektrum serapan inframerah residu yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang (-)-Efedrin hidroklorida [50-98-6]
sama seperti pada Efedrin Sulfat BPFI. C10H15NO.HCl BM 201,69

Rotasi jenis <1081> Antara –40,3° dan –43,3°; Efedrin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
lakukan penetapan dengan melarutkan sejumlah zat 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H15NO.HCl,
dalam asam hidroklorida 0,6 N hingga kadar lebih dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
kurang 25 mg per mL.
Pemerian Serbuk atau hablur halus, putih; tidak
Air <1031> Metode Ib Antara 4,5% dan 5,5% untuk berbau; terpengaruh oleh cahaya.
zat yang mengandung air hidrat; tidak lebih dari 0,5%
untuk zat anhidrat. Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol;
tidak larut dalam eter.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
- 480 -

Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI; tidak L11 dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam kurang 1,0 ml per menit.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Identifikasi seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
A. Spektrum serapan inframerah zat yang efedrin dan pseudoefedrin tidak kurang dari 2,0.
didispersikan dalam kalium bromida P hanya Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
yang sama seperti pada Efedrin Hidroklorida BPFI. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Lakukan
Uji Identifikasi Umum <291>. kromatografi terhadap Larutan sensitivitas rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Keasaman-kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 20 pada Prosedur “signal to noise” tidak kurang dari
ml air dan tambahkan 1 tetes merah metil LP. Jika 10.
larutan berwarna kuning, akan berubah menjadi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
merah pada penambahan tidak lebih dari 0,10 ml asam volume sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan
sulfat 0,02 N. Jika larutan berwarna merah muda, Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
berubah menjadi kuning pada penambahan tidak kromatogram dan ukur semua respons puncak.
lebih dari 0,20 ml natrium hidroksida 0,02 N. Hitung persentase masing-masing cemaran, dengan
rumus:
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 217° dan 220°.  ri  C S   1 
       100
Rotasi jenis <1081> Antara –33,0° dan –35,5°;  rS  CU   F 
lakukan penetapan menggunakan larutan yang
mengandung 50 mg per ml dalam air. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dalam Larutan uji; rs adalah respons puncak Efedrin
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Hidroklorida BPFI dalam Larutan baku; CS adalah
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam. kadar Efedrin hidroklorida BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar efedrin hidroklorida
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan bobot yang
ditimbang; F adalah faktor respons relatif. Lihat
Sulfat Larutkan 50 mg zat dalam 40 ml air, Tabel sebagai berikut:
tambahkan 1 ml asam hidroklorida 3 N dan 1 ml
barium klorida LP: tidak terjadi kekeruhan dalam Tabel
10 menit. Nama Senyawa Waktu Faktor Batas
retensi respons
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara relatif relatif (%)
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Efedrin 1,0 - -
Kromatografi <931>. Pseudoefedrin 1,1 - -
Dapar Larutan amonium asetat 11,60 gram per α-Asetilbenzil 1,4 2,5 0,2
liter atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam alcohol
asetat glasial P. Cemaran lain - 1,0 0,1
Fase gerak metanol P-dapar (6:94) Larutan Total cemaran - - 0,5
kesesuaian sistem. Timbang saksama sejumlah
Efedrin Hidroklorida BPFI dan Pseudoefedrin Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Hidroklorida BPFI larutkan dalam fase gerak 150 mg zat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer,
masing-masing 0,1 mg per ml. tambahkan 50 ml etanol P. Tambahkan 5 ml Asam
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah hidroklorida 0,01 N Titrasi dengan Natrium
Efedrin hidroklorida BPFI larutkan dalam fase gerak hidroklorida 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
hingga kadar 3,8 µg per ml. potensiometrik.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Efedrin
hidroklorida BPFI, larutkan dalam fase gerak hingga Tiap mL Natrium hidroksida 0,1 N setara dengan
kadar 30 µg per ml. 20,17 mg C10H15NO.HCl
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat
larutkan dan encerkan dengan fase gerak hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kadar 7,5 mg per ml. baik, tidak tembus cahaya.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 257 nm dan kolom
baja tahan karat 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi
- 481 -

TABLET EFEDRIN HIDROKLORIDA metanol P sampai tanda.


Ephedrine Hydrochloride Tablets Enceran larutan uji II Pipet 1 mL Larutan uji ke
dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan
Tablet Efedrin Hidroklorida mengandung Efedrin metanol P sampai tanda.
Hidroklorida, C10H15NO.HCl, tidak kurang dari Larutan baku Timbang saksama sejumlah Efedrin
92,5% dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P
tertera pada etiket. hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI; tidak 10 µL Larutan uji, Enceran larutan uji I, Enceran
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam larutan uji II dan Larutan baku pada lempeng
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak
Identifikasi merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
A. Kocok sejumlah tablet yang setara dengan 0,1 g Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan
efedrin hidroklorida dengan 20 mL asam kering di udara, semprot dengan Penampak bercak
hidroklorida 0,1 N, saring, bilas filtrat dua kali, dan panaskan pada suhu 110° selama 5 menit.
masing-masing dengan 20 mL kloroform P, buang Bercak lain selain bercak utama pada Larutan uji
lapisan kloroform. Basahkan lapisan air dengan tidak lebih intensif dari bercak Enceran larutan uji II.
amonia 5 N dan ekstraksi dua kali, masing-masing Abaikan bercak dengan warna lebih lemah dari warna
dengan 30 mL campuran kloroform P-etanol P (3:1), lapisan lempeng.
keringkan ekstrak dengan natrium sulfat anhidrat P,
saring dan uapkan dengan tekanan 15 mmHg sampai Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
diperoleh volume terkecil. Siapkan cakram kalium Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
bromida 0,3 g, teteskan larutan kloroform pada Kromatografi <931>.
permukaan cakram dan panaskan pada 50° selama 2 Fase gerak Campuran natrium dioktil sulfosuksinat
menit. Serapan inframerah zat menunjukkan bilangan 0,005 M dalam campuran asam asetat glasial P-air-
gelombang yang sama dengan Efedrin Hidroklorida metanol P (1:35:65) saring dan awaudarakan.
BPFI. Larutan baku Buat larutan Efedrin Hidroklorida
B. Pada uji Senyawa sejenis, bercak utama BPFI 0,1% dalam metanol P 60%.
kromatogram yang diperoleh dari Enceran larutan uji Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
I sesuai dengan Larutan baku. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
C. Sejumlah serbuk tablet setara dengan 400 mg tablet setara dengan lebih kurang 50 mg efedrin
efedrin hidroklorida digerus dua kali, tiap kali dengan hidroklorida, masukkan dalam labu tentukur 50-mL
10 mL kloroform P, buang kloroform. Maserasi tambahkan 30 mL metanol P, kocok selama 10
residu dengan 30 mL etanol P hangat selama 20 menit, tambahkan air hingga tanda. Saring melalui
menit, saring, uapkan filtrat di atas tangas air; penyaring yang sesuai, gunakan filtrat.
keringkan residu pada suhu 80º. Larutkan 10 mg Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
residu dalam 1 mL air, tambahkan 0,1 mL tinggi dilengkapi dengan detektor 263 nm dan kolom
tembaga(II) sulfat P 10% dan 1 mL natrium baja tahan karat 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi
hidroksida 5 N: terjadi warna ungu. Tambahkan 1 mL L1 dengan ukuran partikel 10 m. Laju alir lebih
eter P dan kocok: lapisan eter berwarna ungu dan kurang 2,0 mL per menit.
lapisan air berwarna biru. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Tablet. respons puncak utama. Hitung persentase efedrin
hidroklorida, C10H15NO.HCl, dalam tablet dengan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. rumus:

Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis  rU   CS 


seperti tertera pada Kromatografi <931>.      100
Penjerap Campuran silika gel G.  rS   CU 
Fase gerak Campuran isopropanol P-amonium
hidroksida 13,5 M-kloroform P (80:15:5). rU dan rS berturut turut adalah respons puncak efedrin
Penampak bercak Ninhidrin LP. hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk adalah kadar Efedrin Hidroklorida BPFI dalam mg
tablet setara dengan 100 mg efedrin hidroklorida, per mL Larutan baku dan CU adalah kadar efedrin
ekstraksi dengan 5 mL metanol P, saring. hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
Enceran larutan uji I Pipet 1 mL Larutan uji ke berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
- 482 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Fase gerak Buat campuran isopropil alkohol P-
baik, tidak tembus cahaya. amonium hidroksida P-kloroform P (80:15:5).
Penampak bercak Gunakan teknik penampak
bercak nomor 1 dan 4 secara berurutan.
EFEDRIN SULFAT
Ephedrine Sulfate Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
300 mg zat, masukkan ke dalam corong pisah dan
(-)-Efedrin sulfat (2:1) (garam) [134-72-5] larutkan dalam lebih kurang 10 mL air. Jenuhkan
(C10H15NO)2.H2SO4 BM 428,54 larutan dengan natrium klorida P (lebih kurang 3 g),
tambahkan 5 mL natrium hidroksida 1 N dan
Efedrin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,0% ekstraksi 4 kali, tiap kali menggunakan 25 mL
dan tidak lebih dari 101,0%, (C10H15NO)2.H2SO4, kloroform P. Kumpulkan dan bilas ekstrak kloroform
dihitung terhadap zat kering. dengan 10 mL larutan natrium klorida P jenuh
dengan pengocokan, dan lewatkan melalui saringan
Pemerian Serbuk atau hablur halus, berwarna putih dan kapas murni yang telah dijenuhkan dengan kloroform
tidak berbau, menjadi gelap jika terpapar cahaya. P. Larutan bilasan diekstraksi kembali dengan 10 mL
kloroform P, masukkan ekstrak ke dalam kumpulan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; sedikit ekstrak kloroform. Tambahkan merah metil LP dan
larut dalam etanol. titrasi dengan asam perklorat dioksan 0,1 N LV.
Lakukan penetapan blangko, dan jika perlu lakukan
Baku pembanding Efedrin Sulfat BPFI; Simpan koreksi.
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Identifikasi setara dengan 21,43 mg (C10H15NO)2.H2SO4
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang baik, tidak tembus cahaya.
sama seperti pada Efedrin Sulfat BPFI.
B. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B, dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. INJEKSI EFEDRIN SULFAT
Ephedrine Sulfate Injection
Keasaman-kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 20
mL air dan tambahkan 1 tetes merah metil LP. Jika Injeksi Efedrin Sulfat adalah larutan steril efedrin
larutan berwarna kuning, akan berubah menjadi sulfat dalam Air untuk Injeksi, mengandung Efedrin
merah pada penambahan tidak lebih dari 0,10 mL asam Sulfat,(C10H15NO)2.H2SO4, tidak kurang dari 95,0%
sulfat 0,02 N. Jika larutan berwarna merah muda, dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
berubah menjadi kuning pada penambahan tidak pada etiket.
lebih dari 0,20 mL natrium hidroksida 0,02 N.
Baku pembanding Efedrin Sulfat BPFI; Simpan
Rotasi jenis <1081> Antara –30,5° dan –32,5°, dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
menggunakan larutan yang mengandung 50 mg zat penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
per mL air. menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
Timbang saksama sejumlah 500 mg zat, lakukan dalam lemari pembeku.
pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
Identifikasi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. A. Campurkan 1 mL injeksi dengan 5 mL etanol P,
uapkan dengan aliran udara di atas tangas uap hingga
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; lakukan kering. Residu yang diperoleh menunjukkan reaksi
penetapan mengunakan 200 mg zat dan tidak lebih seperti tertera pada uji Identifikasi A dalam Efedrin
keruh jika dibandingkan dengan 0,40 mL asam Sulfat.
hidroklorida 0,02 N B. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B,dan C
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Cemaran umum <481>
Larutan uji Gunakan pelarut etanol P pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0.
Larutan baku Gunakan pelarut etanol P
- 483 -

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,7 unit Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Endotoksin FI per mg efedrin sulfat. diperoleh pada Penetapan kadar.
C. Kocok 10 mg zat dengan 5 mL air, dinginkan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada dalam es hingga terbentuk suspensi, tambahkan 0,4
Injeksi. mL larutan kalium klorida (1 dalam 10), 0,1 mL
difenilamin LP dan tambahkan 5 mL asam sulfat P
Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara tetes demi tetes sambil dikocok: terjadi warna biru
dengan lebih kurang 250 mg efedrin sulfat ke dalam terang.
corong pisah, jika perlu tambahkan air hingga
volume 10 mL. Lanjutkan penetapan seperti tertera Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
pada Penetapan kadar dalam Efedrin Sulfat, mulai Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dari “Jenuhkan larutan dengan natrium klorida P”. Kromatografi <931>.
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Penetapan kadar.
tunggal atau ganda, terlindung cahaya, sebaiknya Larutan baku Timbang saksama masing-masing
dari kaca Tipe I. sejumlah Senyawa Sejenis A Ekonazol BPFI;
Senyawa Sejenis B Ekonazol BPFI; Senyawa
Sejenis C Ekonazol BPFI dan Ekonazol Nitrat BPFI,
EKONAZOL NITRAT larutkandan encerkan dalam metanol P hingga kadar
Econazole Nitrate berturut-turut lebih kurang 0,02; 0,02; 0,02; dan 0,01
mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dalam metanol P hingga kadar
lebih kurang 10 mg per mL.
Sistem komatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku,rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
antara puncak Senyawa Sejenis C Ekonazol BPFI dan
ekonazol tidak kurang dari 3,0; simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang untuk senyawa sejenis A
ekonazol; senyawa sejenis B ekonazol; senyawa
(±)-1-[2,4-dikloro-ß-[(p-klorobenzil)oksi]fenetil]- sejenis C ekonazol dan ekonazol tidak lebih dari 3 %;
imidazol mononitrat [24169-02-6] Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
C18H15Cl3N2O.HNO3 BM 444,70 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Ekonazol Nitrat mengandung tidak kurang dari kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
98,0% dan tidak lebih 102,0%, C18H15Cl3N2O.HNO3, Hitung persentase senyawa sejenis A ekonazol;
dihitung terhadap zat kering. senyawa sejenis B ekonazol; atau senyawa sejenis C
ekonazol dalam zat dengan rumus:
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih,
agak berbau. 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
𝑟𝑆 𝐶𝑈
eter; sukar larut dalam etanol; agak sukar larut dalam
kloroform; larut dalam metanol. rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
ekonazol, senyawa sejenis B ekonazol atau senyawa
sejenis C ekonazol dari Larutan uji; rS adalah
Baku pembanding Ekonazol Nitrat BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam respons puncak senyawa sejenis A ekonazol,
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa senyawa sejenis B ekonazol atau senyawa sejenis C
Sejenis A Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis B ekonazol dari Larutan baku; CS adalah kadar
Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis C Ekonazol BPFI. Senyawa Sejenis A Ekonazol BPFI; Senyawa Sejenis
B Ekonazol BPFI; atau Senyawa Sejenis C Ekonazol
BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang kadar ekonazol nitrat dalam mg per mL Larutan uji
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan berdasarkan bobot yang ditimbang. Hitung
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama persentase cemaran tidak spesifik lainnya dalam zat
dengan rumus :
seperti pada Ekonazol Nitrat BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
- 484 -

𝑟𝑖 𝐶𝑆 lebih kurang 35º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per


( ) ( ) 100 menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut :
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Waktu Larutan B Larutan C
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
(menit) (%) (%)
masing cemaran dari Larutan uji dan Larutan baku;
0 60 40
CS adalah kadar Ekonazol Nitrat BPFI dalam mg per 25 10 90
ml Larutan baku; CU adalah kadar ekonazol nitrat 27 10 90
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot 27,1 60 40
yang ditimbang. 30 60 40
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; dan
Waktu retensi Batas (%) simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Nama
relatif lebih dari 0,73%.
Senyawa sejenis A 0,2 0,375 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ekonazol volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Senyawa sejenis B 0,6 0,375 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ekonazol kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Senyawa sejenis C 0,8 0,375 persentase ekonazol nitrat, C18H15Cl3N2O.HNO3,
ekonazol dalam zat dengan rumus:
Ekonazol 1,0 -
Cemaran lain - 0,10
 rU   CS 
Total cemaran - 2,0      100
 rS   CU 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
tetap. ekonazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar Ekonazol Nitrat BPFI dalam mg per mL
Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1%. Larutan baku; CU adalah kadar ekonazol nitrat dalam
mg per mL Larutan uji.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. baik, terlindung cahaya.
Larutan A Buat larutan amonium asetat P 0,77
gram per L.
Larutan B Campuran metanol P-Larutan A KRIM EKONAZOL NITRAT
(20:80). Econazole Nitrate Cream
Larutan C Campuran asetonitril P-metanol P
(60:40). Krim Ekonazol Nitrat mengandung Ekonazol Nitrat,
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A C18H15Cl3N2O.HNO3, tidak kurang dari 90,0% dan
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
kromatografi, saring dan awaudarakan. Jika perlu etiket.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi<931>. Baku pembanding Ekonazol Nitrat BPFI; tidak
Pengencer Campuran metanol P-air (40:60). boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Larutan baku Timbang saksama sejumlah rapat, terlindung cahaya.
Ekonazol Nitrat BPFI, larutkan dan encerkan dalam
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per Identifikasi
mL. Jika perlu lakukan sonikasi. A. Campur sejumlah krim setara dengan 40 mg
Larutan uji Timbang saksama sejumlah ekonazol nitrat dengan 20 mL campuran asam sulfat
zat,larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga 1 M-metanol P (1:4), ekstraksi dua kali, tiap kali
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. Jika perlu lakukan dengan 50 mL diklorometan P, buang fase organik.
sonikasi. Basakan fase air dengan amonia 2 M dan ekstraksi dua
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja kali, tiap kali dengan 40 mL diklorometan P.
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom Kumpulkan ekstrak diklorometan, kocok dengan 5 g
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan natrium sulfat anhidrat P, saring dan encerkan filtrat
ukuran partikel 3m. Pertahankan suhu kolom pada dengan diklorometan P hingga 100 mL. Uapkan 50
- 485 -

mL filtrat hingga kering dan larutkan residu dalam 50 ekonazol nitrat terhadap mikonazol nitrat dari Larutan
mL campuran asam hidroklorida 0,1 N-isopropanol uji 1 dan Larutan baku.
P (1:9). Serapan larutan pada rentang panjang
gelombang 240 nm hingga 350 nm menunjukkan Wadah dan penyimpanan Jika disimpan dalam tube
maksimum pada 265, 271 dan 280 nm. Perbandingan aluminium, permukaan dalam harus dilapisi pelapis
serapan maksimum pada 271 dan 280 nm adalah 1,55 yang sesuai.
hingga 1,77.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji 2
sesuai dengan puncak utama Larutan baku yang EMETIN HIDROKLORIDA
diperoleh pada Penetapan kadar. Emetine Hydrochloride
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat Buat campuran 2,5 g kalium fosfat
monobasa P dan 2,5 g kalium fosfat dibasa P dalam
1000 mL air.
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat- metanol P
(1:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Emetin dihidroklorida [316-42-7]
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera C29H40N2O4.2HCl BM 553,56
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Buat larutan Ekonazol Emetin Hidroklorida adalah garam hidroklorida dari
Nitrat BPFI 0,1% dalam metanol P. alkaloid yang diperoleh dari Ipecac, atau dibuat
Larutan baku internal Buat larutan mikonazol dengan metilasi sefaelin, atau secara sintetik.
nitrat 0,05% dalam metanol P . Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
Larutan baku Buat campuran 10,0 mL Larutan baku dari 101,5%, C29H40N2O4.2HCl dihitung terhadap zat
persediaan, 20,0 mL Larutan baku internal, 45 mL anhidrat.
metanol P dan 25 mL Dapar fosfat.
Larutan uji 1 Timbang saksama sejumlah krim setara Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kekuningan;
dengan lebih kurang 10 mg ekonazol nitrat, campur tidak berbau; dipengaruhi cahaya.
dengan 20,0 mL Larutan baku internal dan 55 mL
metanol P, hangatkan di atas tangas air selama 30 Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
detik dan kocok selama 1 menit. Ulangi proses
penghangatan dan pengocokan dua kali dan Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI;
tambahkan 25 mL Dapar fosfat, dinginkan dalam Untuk penetapan kuantitatif, lakukan penetapan susut
tangas es selama 15 menit dan sentrifus selama 10 pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap
menit, gunakan beningan, jika perlu saring. sebelum digunakan. Gunakan zat yang tidak
Larutan uji 2 Buat dengan cara yang sama seperti dikeringkan, lakukan koreksi terhadap hasil susut
pada Larutan uji 1 dengan menggunakan 20 mL pengeringan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
metanol P sebagai pengganti Larutan baku internal. terlindung cahaya.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Identifikasi
dilengkapi dengan detektor 232 nm dan kolom baja A. Spektrum serapan inframerah zat kering pada
tahan karat 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L1 suhu 105 selama 2 jam dan didispersikan dalam
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
2,0 mL per menit. paada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Emetin Hidroklorida BPFI.
sama Larutan baku, Larutan uji 1 dan Larutan uji 2 ke B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur mL zat dalam asam sulfat 0,5 N menunjukkan
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg ekonazol maksimum dan minimum hanya pada panjang
nitrat, C18H15Cl3N2O.HNO3 dalam krim yang digunakan gelombang yang sama seperti pada Emetin
dengan rumus: Hidroklorida BPFI.
C. Larutan 50 mg per mL zat menunjukkan reaksi
R  Klorida cara A, B, C seperti tertera pada Uji
100 C  U  Identifikasi Umum <291>.
 RS 
Air <1031>Metode I Antara 15,0% dan 19,0%.
C adalah kadar Larutan baku dalam persen; RU dan RS
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 486 -

Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 10 mL air, tertera pada Kromatografi <931>.
tambahkan 1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan Larutan baku, Penampak bercak Lakukan seperti
natrium hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak tertera pada Sefaelin dalam Emetin Hidroklorida.
lebih dari 0,5 mL agar terjadi warna kuning. Larutan uji Uapkan sejumlah volume injeksi pada
tangas uap sampai kering dengan dialiri nitrogen P.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Larutkan sisa dalam metanol P hingga kadar lebih
150 mg zat, larutkan dalam 5 mL asam asetat glasial kurang 10 mg per mL.
P, jika perlu hangatkan. Biarkan dingin, tambahkan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Sefaelin
10 mL dioksan P, 5 mL raksa(II) asetat LP dan 3 dalam Emetin Hidroklorida.
tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam perkorat
0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko dan koreksi Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,4 unit
bila perlu. Endotoksin FI per mg emetin hidroklorida.

Tiap mL asam perklorat 0,1 N Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
setara dengan 27,68 mg C29H40N2O4.2HCl Injeksi.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara
rapat, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu 25° dengan lebih kurang 120 mg emetin hidroklorida,
masih boleh disimpan pada suhu antara 15° dan 30°. masukkan dalam alat pengekstraksi yang cocok berisi
20 mL air. Tambahkan amonium hidroklorida 6 N
hingga larutan bereaksi alkalis kuat dan ekstraksi
INJEKSI EMETIN HIDROKLORIDA dengan eter P hingga 0,5 mL lapisan air yang sedikit
Emetine Hydrochloride Injection diasamkan dengan asam hidroklorida P tidak
memberikan endapan dengan penambahan beberapa
Injeksi Emetin Hidroklorida adalah larutan steril tetes kalium raksa(II) iodida LP. Uapkan kumpulan
Emetin Hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. ekstrak eter di atas tangas uap, biarkan beberapa mL
Mengandung emetin hidroklorida anhidrat, eter yang tersisa menguap secara spontan.
C29H40N2O4.2HCl, setara dengan emetin hidroklorida Tambahkan pada residu 2 mL etanol P netral, 30,0
tidak kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 94,0% mL asam sulfat 0,02 N LV, hangatkan hati-hati hingga
dari jumlah yang tertera pada etiket. larut, dinginkan, tambahkan merah metil LP dan titrasi
kelebihan asam dengan natrium hidroksida 0,02 N
Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; tidak LV.
boleh dikeringkan. Lakukan penetapan senyawa
mudah menguap dengan pemanasan pada suhu 105°
Tiap mL asam sulfat 0,02 N
hingga bobot tetap sebelum digunakan sebagai faktor
koreksi. Sefaelin Hidrobromida BPFI; lakukan setara dengan 5,536 mg C29H40N2O4.2HCl
pengeringan pada suhu 105° hingga bobot tetap
sebelum digunakan. Endotoksin BPFI; [Catatan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus tunggal, tidak tembus cahaya, sebaiknya dari kaca Tipe
hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. I.
Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku. ENALAPRIL MALEAT
Enalapril maleate
Identifikasi
H3C O
A. Uapkan 1 mL volume injeksi pada tangas uap
hingga kering. Spektrum serapan inframerah residu O H H CH3 HO OH

yang didispersikan dalam kalium bromida P, N


N
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan H
H O O
H
gelombang yang sama seperti pada Emetin O
O
Hidroklorida BPFI.
B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, C 1-[N-[(S)-1-Karboksi-3-fenilpropil]-L-alanil]-L-
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
prolin 11-etil ester, maleat (1:1)[76095-16-4]
C20H28N2O5.C4H4O4 BM 492,52
pH <1071> Antara 3,0 dan 5,0.

Sefaelin Tidak lebih dari 2%; Bercak Sefaelin dalam Enalapril Maleat mengandung tidak kurang dari
Larutan uji tidak lebih besar dan tidak lebih intensif 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
dari bercak Larutan baku [Catatan Lakukan C20H28N2O5.C4H4O4, dihitung terhadap zat kering.
pengujian dalam cahaya redup hingga eluasi
selesai.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
- 487 -

Pemerian Serbuk hablur, putih kotor, melebur pada C  ri 


suhu lebih kurang 144. 100  S  
 CT  rS 
Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut organik
non polar, sukar larut dalam pelarut organik semi CS adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per
polar, agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol, mL Larutan Baku; CT adalah kadar enalapril maleat
mudah larut dalam metanol dan dalam dalam mg per mL Larutan uji; ri adalah respons puncak
dimetilformamida. setiap cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons
puncak enalapril maleat dari Larutan baku.
Baku pembanding Enalapril Maleat BPFI; tidak
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam Cemaran senyawa organik mudah menguap
wadah tertutup rapat. <471> Metode IV Memenuhi syarat.

Identifikasi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Kromatografi <931>.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Dapar fosfat pH 6,8 Timbang lebih kurang 2,8 g
seperti pada Enalapril Maleat BPFI. natrium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram tentukur 1000-mL, larutkan dalam 900 mL air. Atur
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang pH lebih kurang 6,8 dengan penambahan larutan
diperoleh pada Penetapan kadar. natrium hidroksida 9 M, encerkan dengan air sampai
tanda.
Rotasi jenis <1081> Antara -41,0° dan -43,5°; Dapar fosfat pH 2,5 Timbang lebih kurang 2,8 g
lakukan penetapan menggunakan larutan dalam natrium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu
metanol P yang mengandung 10 mg per mL. tentukur 1000-mL, larutkan dalam 900 mL air. Atur
pH lebih kurang 2,5 dengan penambahan asam fosfat
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; P dan encerkan dengan air sampai tanda.
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada Larutan A Buat campuran dapar fosfat pH 6,8-
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg dan suhu 60° asetonitril P (19:1), saring dan awaudarakan.
selama 2 jam. Larutan B Buat campuran dapar fosfat pH 6,8-
asetonitril P (17:33), saring dan awaudarakan.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Fase gerak Gunakan campuran bervariasi Larutan A
dan Larutan B, jika perlu lakukan penyesuaian seperti
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 tertera pada Kesesuaian sistem dalam Kromatografi
bpj. <931>.
Pengencer Buat campuran dapar fosfat pH 2,5-
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 1,0% dari satu asetonitril P (95:5), saring dan awaudarakan.
cemaran dengan waktu retensi relatif 1,10, tidak lebih Larutan enalapril diketopiperazin Timbang
dari 0,3% dari cemaran lainnya dan total cemaran saksama lebih kurang 20 mg Enalapril Maleat BPFI
tidak lebih dari 2%. Lakukan penetapan dengan cara dan masukkan hati-hati pada dasar gelas piala 100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada mL hingga membentuk suatu gundukan. Letakkan
Kromatografi <931>. gelas piala tersebut diatas lempeng pemanas pada
Dapar fosfat pH 6,8, Dapar fosfat pH 2,5; Larutan A, lebih kurang setengah dari suhu maksimum lempeng
Larutan B, Fase gerak, Larutan pengencer, Larutan pemanas dan panaskan selama lebih kurang 5-10
Enalapril diketopiperazin, Larutan baku, Larutan menit hingga meleleh. Segera pindahkan gelas piala
kesesuaian sistem, Sistem kromatografi. Lakukan dari pemanas dan biarkan hingga dingin [Catatan
seperti tertera pada Penetapan kadar. Hindarkan pemanasan berlebihan untuk mencegah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah penguraian karena panas menyebabkan warna
Enalapril Maleat BPFI, larutkan dan encerkan secara cokelat]. Tambahkan 50 mL asetonitril dan sonikasi
kuantitatif dan jika perlu bertahap, dengan Larutan selama beberapa menit hingga larut. Larutan ini
pengencer hingga kadar lebih kurang 3 g per mL. mengandung enalapril diketopiperazin antara 0,2-0,4
Larutan uji Gunakan Larutan uji yang tertera pada mg per mL.
Penetapan kadar. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Enalapril Maleat BPFI, larutkan dan jika perlu
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL.
dan ukur respons puncak. Hitung persentase setiap Larutan kesesuaian sistem Tambahkan 1 mL
cemaran dengan rumus: Larutan enalapril diketopiperazin ke dalam 50 mL
Larutan baku dan campur.
- 488 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg rapat. Enalaprilat BPFI; tidak boleh dikeringkan.
enalapril maleat, masukkan dalam labu tentukur 100- Tetapkan kandungan air secara titrimetri pada saat
mL, larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai akan digunakan untuk analisa kuantitatif; jika perlu
tanda. sonikasi untuk melarutkan. Simpan dalam wadah
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada tertutup rapat.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,1 Identifikasi Waktu retensi puncak utama
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L21. Pertahankan kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
suhu kolom pada 70 dan laju alir lebih kurang 1,5 baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai
berikut : Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 6,8.
Waktu Larutan A Larutan B Alat tipe 2 : 50 rpm.
Eluasi
(menit) (%) (%) Waktu : 30 menit.
0 95 5 keseimbangan Prosedur Lakukan penetapan jumlah,
0 – 20 95 → 40 5 → 60 gradien linier C20H28N2O5.C4H4O4, yang terlarut seperti tertera pada
20 – 25 40 60 isokratik Prosedur keseragaman kandungan dalam Keseragaman
25 – 26 40 → 95 60 → 5 gradien linier sediaan kecuali gunakan dapar fosfat pH 6,8
26 - 30 95 5 isokratik menggantikan Dapar pada pembuatan Larutan baku,
gunakan alikot yang disaring dan jika perlu buat
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian modifikasi untuk kadar uji dan baku yang sesuai.
sistem dan ukur respons puncak seperti tertera pada Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Prosedur; waktu retensi relatif enalapril dan enalapril kurang dari 80% (Q), C20H28N2O5.C4H4O4, dari
diketopiperazin berturut-turut adalah 1,0 dan 2,1; jumlah yang tertera pada etiket.
resolusi, R, antara enalapril dan enalapril
diketopiperazin tidak kurang dari 3,5. Lakukan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur Prosedur keseragaman kandungan. Lakukan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
lebih dari 1,0%. Dapar dan Fase gerak Buat seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penetapan kadar.
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam mg Enalapril Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung tentukur 100-mL. Tambahkan lebih kurang 50 mL
jumlah dalam mg enalapril maleat, Dapar, kocok dan jika perlu sonikasi hingga larut.
C20H28N2O5.C4H4O4, dengan rumus: Encerkan dengan Dapar sampai tanda.
Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu
r  tentukur yang cukup untuk mendapatkan larutan
100C  U  dengan kadar 0,1 mg per mL. Buat seperti tertera
 rS 
  pada Larutan uji dalam Penetapan kadar, dimulai
dengan “Tambahkan sejumlah volume Dapar hingga
C adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per setengah dari volume nominal labu tentukur”.
mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
rapat. partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 50 dan
laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku. Rekam
TABLET ENALAPRIL MALEAT kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Enalapril Maleate Tablets pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 300
lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 2,0,
Tablet Enalapril Maleat mengandung enalapril faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari 1,5 dan
maleat, C20H28N2O5.C4H4O4 tidak kurang dari 90,0% simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera lebih dari 2,0% [Catatan Faktor ikutan puncak
pada etiket. enalapril dapat diminimumkan dengan pengaturan
suhu kolom antara 45-50 dan kenaikan pH
Baku pembanding Enalapril Maleat BPFI; tidak komponen berair Fase gerak dari pH 2,2 menjadi pH
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
- 489 -

2,6; faktor kapasitas dapat dinaikkan dengan jumlah tablet yang digunakan untuk Larutan uji; rU
menurunkan jumlah asetonitril dalam Fase gerak.] dan rS berturut-turut adalah respons puncak enalapril
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam Larutan uji dan Larutan baku; dan L adalah
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji dan jumlah enalapril maleat dalam mg pada tablet seperti
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Hitung persentase enalapril diketopiperazin (sebagai
jumlah dalam mg enalapril maleat, enalapril maleat) dalam tablet yang digunakan,
C20H28N2O5.C4H4O4, dalam tablet yang digunakan, dengan rumus:
dengan rumus:
 492,52  C 'V  rU  100 

   
 TC  rU 
  358,44  N  1,25rS  L 
 
 D  rS  C’ adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg
per mL Larutan baku senyawa sejenis; 492,52 dan
T adalah jumlah mg enalapril maleat dalam tiap tablet 358,44 berturut-turut adalah bobot molekul enalapril
seperti tertera pada etiket, C adalah kadar Enalapril maleat dan enalapril diketopiperazin; V adalah
Maleat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; D kapasitas nominal dalam mL labu tentukur yang
adalah kadar enalapril maleat dalam mg per mL mengandung Larutan uji; N adalah jumlah tablet
Larutan uji sesuai jumlah tiap tablet pada etiket dan yang digunakan untuk Larutan uji; rU adalah respons
faktor pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah puncak enalapril diketopiperazin dalam Larutan uji;
respons puncak enalapril dalam Larutan uji dan 1,25 adalah respons relatif enalapril diketopiperazin
Larutan baku. terhadap enalapril maleat; rS adalah respons puncak
enalapril dalam Larutan baku senyawa sejenis; dan L
Cemaran organik Tidak lebih dari 5,0% jumlah adalah jumlah enalapril maleat dalam mg pada tablet
semua senyawa sejenis termasuk enalaprilat dan seperti tertera pada etiket.
enalapril diketopiperazin. Lakukan penetapan dengan Hitung persentase senyawa sejenis lainnya, dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera rumus:
pada Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Larutan baku enalaprilat,
 C 'V  rR  100 
Larutan enalapril diketopiperazin, Larutan    
kesesuaian sistem, Larutan baku dan Sistem  N  rS  L 
kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar. rR adalah jumlah respons senyawa sejenis selain asam
Larutan uji Gunakan Larutan uji yang tertera pada maleat, enalapril, enalaprilat dan enalapril
Penetapan kadar. diketopiperazin dari Larutan uji; rS adalah respons
Larutan baku senyawa sejenis Pipet 1 mL Larutan puncak enalapril dari Larutan baku masing-masing
baku ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan senyawa sejenis.
dengan Dapar sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji, Larutan baku senyawa sejenis dan Kromatografi <931>.
Dapar ke dalam kromatograf, rekam kromatogram Dapar Timbang lebih kurang 1,38 g natrium fosfat
dan ukur respons semua puncak dalam larutan uji monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
yang lebih besar dari 0,1% respons puncak enalapril, mL, larutkan dalam 800 mL air. Atur pH hinggá lebih
yang tidak teramati dalam Dapar. Hitung persentase kurang 2,2 dengan penambahan asam fosfat P dan
enalapril anhidrat (sebagai enalapril maleat) dalam encerkan dengan air sampai tanda.
tablet yang digunakan, dengan rumus: Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
(5:25), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
 492 ,52  CV  rU  100  penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
     tertera pada Kromatografi <931>.
 348 ,39  N  rS  L  Larutan baku enalaprilat Timbang seksama
sejumlah Enalaprilat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per mL.
C adalah kadar Enalaprilat BPFI dalam mg per mL
Larutan enalapril diketopiperazin Timbang lebih
Larutan baku; 492,52 dan 348,39 berturut-turut
kurang 20 mg Enalapril Maleat BPFI dan masukkan
adalah bobot molekul enalapril maleat dan enalapril
hati-hati pada dasar gelas piala 100-mL hingga
anhidrat; V adalah kapasitas nominal dalam mL labu membentuk suatu gundukan. Letakkan gelas piala
tentukur yang mengandung Larutan uji; N adalah tersebut diatas lempeng pemanas pada lebih kurang
- 490 -

setengah dari suhu maksimum lempeng pemanas dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
panaskan selama lebih kurang 5-10 menit hingga volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
meleleh. Angkat segera gelas piala dari pemanas dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
biarkan hingga dingin [Catatan Hindarkan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
pemanasan berlebihan untuk mencegah penguraian jumlah dalam mg enalapril maleat
karena panas menyebabkan warna cokelat]. Setelah C20H28N2O5.C4H4O4 dalam tiap tablet yang
dingin tambahkan 50 mL asetonitril P dan sonikasi digunakan, dengan rumus:
selama beberapa menit hingga larut. Larutan ini
mengandung enalapril diketopiperazin antara 0,2 -
 CV  rU 

0,4 mg per mL.  
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20,0  N  rS 
mg Enalapril Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL. Pipet 0,5 mL Larutan baku C adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per
enalaprilat ke dalam labu tentukur tersebut, dan mL Larutan baku, V adalah kapasitas nominal dalam
tambahkan lebih kurang 50 mL Dapar hingga larut, mL labu tentukur yang berisi Larutan uji, N adalah
jika perlu sonikasi. Encerkan dengan Dapar sampai jumlah tablet yang digunakan dalam Larutan uji, rU
tanda. Larutan ini mengandung Enalapril Maleat dan rS berturut-turut adalah respons puncak enalapril
BPFI lebih kurang 0,2 mg per mL dan Enalaprilat Larutan uji dan Larutan baku.
BPFI 0,002 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 0,5 mL Larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
enalapril diketopiperazin ke dalam labu tentukur 25- baik.
mL, encerkan dengan Larutan baku sampai tanda.
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 10 tablet
ke dalam labu tentukur, tambahkan sejumlah volume ENFLURAN
Dapar lebih kurang setengah dari volume nominal Enflurane
labu tentukur, sonikasi selama 15 menit dan kocok
secara mekanik selama 30 menit. Encerkan dengan
Dapar sampai tanda, kocok dan sonikasi selama 15
menit. Saring melalui penyaring membran dengan
porositas 0,45 m atau lebih kecil dan buang filtrat
pertama. Larutan ini mengandung enalapril maleat
0,2 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
(±)-2-Kloro-1,1,2-trifluoroetil difluorometil eter
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
[13838-16-9]
yang dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
C3H2ClF5O BM 184,49
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada
Enfluran mengandung tidak kurang dari 99,9% dan
50 dan laju alir lebih kurang 2 mL per menit. tidak lebih dari 100,0% C3H2ClF5O.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem dan ukur respons puncak seperti tertera pada Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak
Prosedur; waktu retensi relatif asam maleat, berwarna, stabil; bau lemah, tidak mudah terbakar.
enalaprilat, enalapril dan enalapril diketopiperazin
berturut-turut lebih kurang 0,3; 0,5; 1,0 dan 1,5 Kelarutan Sukar larut dalam air; bercampur dengan
[Catatan Respons puncak hasil penguraian enalapril pelarut organik, pelarut lemak dan pelarut minyak.
diketopiperazin karena panas (jika ada, waktu retensi
relatifnya lebih kurang 1,2) tidak lebih besar dari Baku pembanding Enfluran BPFI; tidak boleh
15% respons enalapril diketopiperazin]; efisiensi dikeringkan, setelah ampul dibuka, simpan dalam
kolom untuk enalaprilat, enalapril dan enalapril wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya, terhindar
diketopiperazin berturut-turut tidak kurang dari 1000, dari paparan panas.
300 dan 2500 lempeng teoritis; faktor ikutan
enalapril tidak lebih dari 2,0; resolusi, R, antara Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
puncak asam maleat dan enalaprilat, antara puncak diteteskan dalam lempeng natrium klorida P atau
enalaprilat dan enalapril, antara puncak enalapril dan kalium klorida P menunjukkan maksimum hanya
enalapril diketopiperazin masing-masing tidak pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Enfluran BPFI.
Larutan baku seperti tertera pada Prosedur:
simpangan baku relatif enalapril pada penyuntikan Bobot jenis <981> Tidak kurang dari 1,516 dan tidak
ulang tidak lebih dari 2,0% dan respons puncak lebih dari 1,519.
enalaprilat tidak lebih dari 5%.
- 491 -

Indeks bias <1001> Tidak kurang dari 1,3020 dan keberulangan minimum lebih kurang 0,2 mV dan
tidak lebih dari 1,3038 pada suhu 20°. dilengkapi dengan sistem elektrode ion spesifik
fluorida-kalomel berlapis kaca. [Catatan Pada waktu
Keasaman-kebasaan Kocok 20 mL zat dengan 20 pengukuran, celupkan electrode ke dalam larutan
mL air bebas karbon dioksida P selama 3 menit dan yang telah dipindahkan ke dalam gelas piala 150 mL
biarkan lapisan terpisah: untuk menetralkan lapisan berisi pengaduk magnetik berlapis politetrafluoroetilen.
air diperlukan tidak lebih dari 0,10 mL natrium Aduk selama 1-2 menit hingga tercapai keseimbangan,
hidroksida 0,010 N atau tidak lebih dari 0,60 mL rekam potensial. Bilas dan keringkan elektrode setiap
asam hidroklorida 0,010 N dengan indikator pengukuran, hati-hati agar kristal elektrode ion
ungubromokresol LP. spesifik tidak rusak]. Buat kurva baku logaritma
kadar ion fluorida Larutan baku dalam µg per mL
Air <1031>Metode I tidak lebih dari 0,14% terhadap potensial dalam mV. Tentukan kadar ion
fluorida dalam µg per mL Larutan uji, berdasarkan
Residu tidak menguap Tidak lebih dari 2 mg; hasil pengukuran potensial Larutan uji dan kurva
uapkan 10,0 mL zat dalam cawan penguap yang telah baku.
ditara pada suhu ruang dan keringkan residu pada
suhu 50º selama 2 jam. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
Klorida <361> Kocok 25 mL zat dengan 25 mL air <931>.
selama 5 menit dan biarkan cairan terpisah sempurna. Larutan uji Gunakan enfluran.
Pisahkan lapisan air, pada lapisan air tambahkan 1 Sistem kromatografi Kromatograf gas yang
tetes asam nitrat P dan 5 tetes perak nitrat LP: dilengkapi dengan detektor penghantar panas dan
opalensensi yang dihasilkan tidak lebih keruh dari kolom baja tahan karat 4 mm x 3 m berisi bahan
yang dihasilkan oleh larutan yang mengandung 0,35 pengisi 20% fase diam G4 pada partikel penyangga
mL asam hidroklorida 0,020 N. S1A 60 - 80 mesh. Pertahankan suhu injektor pada
suhu lebih kurang 200º dan suhu kolom diatur secara
Ion fluorida Tidak lebih dari 10 µg per mL. terprogram dengan kenaikan suhu 6º per menit dari
[Catatan Untuk seluruh pengujian gunakan 60º sampai 125º. Gunakan helium P kering sebagai
peralatan plastik]. gas pembawa dengan laju alir 60 mL per menit.
Dapar Larutkan 110 g natrium klorida P dan 1 g Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji
natrium sitrat P dalam 700 mL air dalam labu (lebih kurang 30 µL) ke dalam kromatograf, rekam
tentukur 2000-mL. Tambahkan hati-hati 150 g kromatogram dan ukur semua respons puncak.
natrium hidroksida P dan kocok hingga larut. Hitung persentase enfluran dalam zat dengan rumus:
Dinginkan hingga suhu ruang, sambil diaduk,
tambahkan hati-hati 450 mL asam asetat glasial P  ri 
pada larutan dingin. Dinginkan, tambahkan 600 mL    100
isopropanol P, encerkan dengan air sampai tanda; pH  rT 
larutan antara 5,0 dan 5,5.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih ri adalah respons puncak enfluran dan rT adalah
kurang 221 mg natrium fluorida P yang telah jumlah semua respons puncak.
dikeringkan pada suhu 150º selama 4 jam, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kurang 20 mL air, kocok hingga larut. Tambahkan rapat, tidak tembus cahaya, dan terlindung dari panas
1,0 mL larutan natrium hidroksida P (1 dalam 2500), berlebih.
encerkan dengan air sampai tanda. Tiap mL larutan
mengandung 1 mg ion fluorida. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, dari bahan plastik.
EPINEFRIN BITARTRAT
Larutan baku Buat satu seri pengenceran Larutan
baku persediaan secara kuantitatif dan jika perlu Epinephrine Bitartrate
bertahap dengan Dapar hingga diperoleh larutan
dengan kadar 1, 3, 5, dan 10 µg per mL.
Larutan uji persediaan Kocok sejumlah zat dengan
air (1:1) selama 5 menit, biarkan cairan terpisah
sempurna. Gunakan lapisan air.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
encerkan dengan Dapar (1:1).
Prosedur Ukur potensial Larutan baku dan
Garam (-)-3,4-dihidroksi-α-[(metilamino)metil]
Larutan uji dalam mV seperti tertera pada Titrimetri
benzil alkohol (+)-tartrat (1:1) [51-42-3]
<711> menggunakan pH meter yang mempunyai
C9H13NO3.C4H6O6 BM 333,29
- 492 -

Epinefrin Bitartrat mengandung tidak kurang dari Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% Kromatografi<931>.
C9H13NO3.C4H6O6, dihitung terhadap zat kering. Fase gerak Campuran n-butanol P-air-asam
format P (7:2:1)
Pemerian Serbuk hablur, putih atau putih keabu- Larutan baku epinefrin Timbang saksama
abuan atau abu-abu cokelat muda perlahan menjadi sejumlah Epinefrin Bitartrat BPFI, larutkan dalam air
gelap pada paparan cahaya dan udara. Larutan dalam hingga kadar lebih kurang 200 mg per mL. Pipet
air bersifat asam terhadap lakmus, pH lebih kurang 3,5. sejumlah volume larutan ini, encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 20 mg per mL.
Kelarutan Mudah larut dalam air; sedikit larut dalam Larutan baku norepinefrin Timbang saksama
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam sejumlah Norepinefrin Bitartrat BPFI, larutkan
eter. dalam air hingga kadar lebih kurang 8,0 mg per mL.
Pipet sejumlah volume larutan ini, encerkan dengan
Baku pembanding Epinefrin Bitartrat BPFI; metanol P hingga kadar lebih kurang 0,8 mg per mL.
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
silika gel P selama 3 jam sebelum digunakan. larutan dalam 1,0 mL air dan encerkan dengan
Norepinefrin Bitartrat BPFI; tidak boleh dikeringkan metanol P hingga 10,0 mL.
sebelum digunakan. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
5 µL Larutan baku epinefrin, Larutan baku
Identifikasi Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam norepinefrin dan Larutan uji pada lempeng
20 mL air yang mengandung lebih kurang 100 mg kromatografi silika gel P. Biarkan bercak mengering
natrium bisulfit P. Tambahkan amonium hidroksida 6 dan masukkan lempeng ke dalam Bejana
N hingga larutan berbau amoniak dan dinginkan kromatograf yang tidak dijenuhkan, berisi fase gerak
dalam lemari pendingin selama 1 jam. Saring hingga merambat tiga per empat tinggi lempeng.
endapan, bilas 3 kali, tiap kali dengan 2 mL air Angkat lempeng, biarkan mengering dalam aliran
dingin, dengan 5 mL etanol P dingin dan terakhir udara hangat. Semprot dengan Folin-Ciocalteu-Fenol
dengan 5 mL eter P dingin, keringkan dalam hampa LP, kemudian dengan larutan natrium karbonat P (1
udara di atas silika gel P selama 3 jam. Epinefrin dalam 10). Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai
yang dihasilkan memenuhi Identifikasi berikut. dengan yang diperoleh dari Larutan baku epinefrin.
A. Pada 5 mL Dapar ftalat pH 4,0, tambahkan 0,5 Bercak lain dari Larutan uji tidak lebih besar dan
mL larutan agak asam epinefrin yang dihasilkan (1 intensif dari bercak yang diperoleh dari Larutan baku
dalam 1000) dan 1,0 mL iodum 0,1 N, biarkan selama norepinefrin.
5 menit, tambahkan 2 mL larutan natrium tiosulfat P
(1 dalam 40): terjadi warna merah tua. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
B. Rotasi jenis antara -50o dan –53,5o; lakukan 500 mg, larutkan dalam 20 mL asam asetat glasial P,
penetapan seperti tertera pada Penetapan Rotasi jika perlu hangatkan. Tambahkan kristal violet LP
Optik dan Rotasi Jenis <1081> menggunakan 200 dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan
mg epinefrin yang ditimbang seksama, dan dilarutkan penetapan blangko.
dalam larutan asam klorida P (1 dalam 20) hingga
10,0 mL. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setara dengan 33,33 mg C9H13NO3.C4H6O6
Jarak lebur <1021> antara 147o dan 152o, disertai
peruraian. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya.
Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas
silika gel P selama 3 jam. INJEKSI EPINEFRIN
Epinephrine Injection
Sisa pemijaran <301> dapat diabaikan; lakukan
penetapan menggunakan 100 mg zat. Injeksi Epinefrin adalah larutan steril Epinefrin
dalam Air untuk Injeksi yang disiapkan dengan
Adrenalon Daya serap pada panjang gelombang 310 bantuan asam hidroklorida atau dapar lain yang
nm tidak lebih dari 0,2; lakukan penetapan seperti sesuai, mengandung Epinefrin, C9H13NO3, tidak
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
<1191> menggunakan larutan dalam asam klorida P jumlah yang tertera pada etiket.
(1 dalam 200) yang mengandung 4 mg per mL.
Baku pembanding Epinefrin Bitartrat BPFI;
Norepinefrin bitartrat Tidak lebih dari 4,0%. lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas
silika gel P selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
- 493 -

dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik. Epinefrin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk gerak secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka setara dengan lebih kurang 1 mg epinefrin, masukkan
dalam lemari pembeku. ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
Identifikasi Larutan kesesuaian sistem Larutkan 10 mg
A. Pada 5 mL larutan dapar asam ftalat pH 4,0 dopamin hidroklorida ke dalam 100 mL Larutan
(pada 50 mL kalium biftalat 0,2 M tambahkan 0,1 mL baku.
asam hidroklorida 0,2 M, encerkan dengan air hingga Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
200 mL) tambahkan 0,5 mL injeksi dan 1 mL iodum Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
0,1 N campur dan biarkan selama 5 menit. dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6
Tambahkan 2 mL larutan natrium tiosulfat P (1 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L7. Laju alir
dalam 40): terjadi warna merah tua. lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
B.Waktu retensi puncak utama pada kromatogram terhadap Larutan baku dan Larutan kesesuaian
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang sistem. Rekam kromatogram dan ukur respons
diperoleh pada Penetapan kadar. puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
relatif epinefrin dan dopamin hidroklorida berturut-
Kejernihan dan warna larutan turut lebih kurang 1,0 dan 2,0; resolusi, R, antara
Larutan baku Pipet 2 mL larutan iodum 0,1 N ke puncak epinefrin dan puncak dopamin hidroklorida
dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air tidak kurang dari 3,5; dan simpangan baku relatif
sampai tanda. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Lakukan penetapan dengan mengamati Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sejumlah volume injeksi (Larutan uji) dalam tabung volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
kaca jernih yang sesuai dengan latar belakang putih: Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
tidak berwarna merah muda dan tidak terdapat dan ukur respons puncak utama.
endapan. Jika ada warna kuning dalam Larutan uji, Hitung jumlah dalam mg epinefrin, C9H13NO3, dalam
tentukan serapan Larutan uji dan Larutan baku dalam tiap mL injeksi yang digunakan dengan rumus:
sel 1-cm dengan spektrofotometer yang sesuai pada
panjang gelombang 460 nm: serapan Larutan uji
 183 ,20  C  rU 
tidak lebih besar dari Larutan baku. 10  
 

 333 ,29  V  rS 
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 357,0
unit Endotoksin FI per mg epinefrin. C adalah kadar Epinefrin Bitartrat BPFI dalam mg
per mL Larutan baku; 183,20 dan 333,29 berturut-
pH <1071> Antara 2,2 dan 5,0. turut adalah bobot molekul epinefrin dan epinefrin
bitartrat; V adalah volume dalam mL injeksi yang
Keasaman total Pipet 5 mL injeksi ke dalam labu digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
yang sesuai, tambahkan 10 mL air dan titrasi dengan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
natrium hidroksida 0,01 N LV hingga pH 7,40.
Lakukan penetapan blangko dan jika perlu lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
koreksi. Diperlukan tidak lebih dari 25,0 mL natrium tunggal atau ganda, tidak tembus cahaya, lebih baik
hidroksida 0,01 N LV. menggunakan wadah kaca Tipe I.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. Penandaan Etiket menyatakan injeksi tidak boleh
digunakan jika terjadi perubahan warna menjadi
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara merah muda atau lebih gelap dari kuning terang atau
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada terjadi endapan.
Kromatografi <931>.
Fase gerak ke dalam 1000 mL larutan natrium
fosfat monobasa 0,05 M, tambahkan lebih kurang 519 TETES MATA EPINEFRIN
mg natrium 1-oktanasulfonat dan lebih kurang 45 mg Epinephrine Opthalmic Solution
dinatrium edetat P. Atur pH hingga 3,8 dengan
penambahan asam fosfat P. Campur 85 bagian Tetes Mata Epinefrin adalah larutan steril epinefrin
larutan ini dengan 15 bagian metanol P. Jika perlu dalam air dengan penambahan asam hidroklorida.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Mengandung Epinefrin, C9H13NO3, tidak kurang dari
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
- 494 -

tertera pada etiket. Mengandung antibakteri dan jika lebih kurang 280 nm, menggunakan asam
diperlukan dapat mengandung antioksidan, dapar, hidroklorida 0,1 N sebagai blangko. Hitung jumlah
pengkhelat dan pengatur tonisitas yang sesuai. dalam mg epinefrin, C9H13NO3, dalam tiap mL tetes
mata yang digunakan dengan rumus:
Baku pembanding Epinefrin Bitartrat BPFI; simpan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. 𝐴𝑈 𝐶
( ) ( ) 0.5
𝐴𝑆 𝑉
Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang dan Larutan baku; C adalah kadar Epinefrin Bitartrat
gelombang yang sama seperti Larutan baku dalam BPFI dalam µg per mL Larutan baku; V adalah
Penetapan kadar. volume dalam mL tetes mata yang digunakan.
B. Larutan zat (1 dalam 2) bersifat memutar bidang
polarisasi ke arah kiri. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya.
Kejernihan dan warna larutan Lakukan seperti
tertera pada Uji kejernihan dan warna larutan dalam Penandaan Pada etiket harus tertera tetes mata tidak
Injeksi Epinefrin dengan menggunakan larutan tetes boleh digunakan jika terjadi perubahan warna
mata sebagai larutan uji. menjadi merah muda atau lebih gelap dari kuning
terang, atau terbentuk endapan.
pH <1071> Antara 2,2 dan 4,5.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat. EPIRUBISIN HIDROKLORIDA


Penetapan kadar
Epirubicin Hydrochoride
Dapar pH 5,8 Buat campuran larutan dikalium
hidrogen fosfat 1 M dan larutan kalium dihidrogen
fosfat 1 M (1:9). Atur pH hingga 5,80 ± 0,05 dengan
penambahan sejumlah kecil salah satu larutan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Epinefrin Bitartrat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar 40 µg
epinefrin per mL. (1S,3S)-3-Glikoloil-1,2,3,4,6,11-heksahidro-3,5,12-
Larutan uji Pipet sejumlah tetes mata yang setara trihidroksi-10-metoksi-6,11-diokso-1-naftasenil-3-
dengan 20 mg epinefrin ke dalam gelas piala 250 mL amino-2,3,6-trideoksi-α-L-arabino-heksopiranosid
yang berisi 2,0 mL Dapar pH 5,8. Tambahkan 9 g hidroklorida [56390-09-1]
tanah silika untuk kromatografi P dan campur. C27H29NO11.HCl BM 579,98
Masukkan campuran halus ke dalam kolom
kromatografi berukuran 2,2 cm × 45 cm yang Epirubisin hidroklorida mengandung tidak kurang
ujungnya sudah diberi wol kaca, tekan perlahan, dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
ketuk-ketuk kolom kromatografi perlahan untuk C27H29NO11.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat
memapatkan. Bilas kering gelas piala dengan 1 g bebas pelarut.
tanah silika untuk kromatografi P. Masukkan ke
dalam kolom, dan tutup bagian atas kolom dengan Pemerian Serbuk, merah jingga.
wol kaca. Bilas menggunakan 100 mL air yang telah
dibilas dengan eter P, dan buang larutan pembilas. Kelarutan Larut dalam air dan dalam metanol; sukar
Pada 100 mL eter P yang telah dibilas air tambahkan larut dalam etanol anhidrat; praktis tidak larut dalam
1 mL asam bis(2-etilheksil) fosfat P, eluasi melalui aseton.
kolom, kumpulkan eluen ke dalam corong pisah yang
berisi 10,0 mL asam hidroklorida 0,1 N. Ekstraksi Baku pembanding Epirubisin Hidroklorida BPFI;
epinefrin ke lapisan asam dan secara perlahan tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
pindahkan lapisan air ke dalam labu tentukur 500- tertutup rapat, dalam lemari pembeku. Doksorubisin
mL. Kocok lapisan eter dua kali, tiap kali dengan 50 Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan.
mL asam hidroklorida 0,1 N, tambahkan ekstrak air Terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Diamkan
yang bersifat asam ke dalam labu tentukur, encerkan sampai suhu ruang sebelum dibuka. Endotoksin
dengan asam hidroklorida 0,1 N sampai tanda, dan BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
campur. dan isi harus hati-hati untuk menghindari
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, simpan larutan
baku pada panjang gelombang serapan maksimum dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
- 495 -

hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari  ri   CS 


  P     100
1
pembeku.    
 rS   CU  F
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan dari Larutan uji; rS adalah respons puncak epirubisin
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang hidroklorida dari Larutan baku; CS adalah kadar
sama seperti pada Epirubisin Hidroklorida BPFI. Epirubisin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku; CU adalah kadar epirubisin
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji; P adalah
diperoleh pada Penetapan kadar. potensi epirubisin hidroklorida dalam mg per mg
C. Larutan menunjukkan reaksi Klorida seperti Epirubisin Hidroklorida BPFI; F adalah faktor
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Lakukan respons relatif (seperti tertera pada Tabel). Masing-
penetapan menggunakan 10 mg zat per mL campuran masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
asam nitrat P-air (1:1). batas yang tertera pada Tabel. Batas cemaran yang
dilaporkan 0,05% dalam area puncak epirubisin dari
Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 4,0%. Larutan baku.

pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan Tabel


menggunakan larutan zat 5 mg per mL. Nama Waktu Faktor Batas
retensi respons
Aseton Tidak lebih dari 1,5%. relatif relatif (%)
Doksorubisinon 0,3 1,4 1,0
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari Daunorubisinon 0,4 1,0 0,5
1,1 unit Endotoksin FI per mg epirubisin Doksorubisin 0,8 1,0 1,0
Epirubisin 1,0 - -
hidroklorida. Jika pada etiket tertera epirubisin
Dihidro daunorubisin 1,1 1,0 0,5
hidroklorida adalah steril atau harus diproses lebih
Daunorubisin 1,5 1,0 0,5
lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, memenuhi Epidaunorubisin 1,7 1,0 1,0
syarat Uji Endotoksin Bakteri <201> seperti tertera Epirubisin dimer 2,1 1,0 1,0
pada Epirubisin Hidroklorida untuk Injeksi. Cemaran lain - 1,0 0,5
Total cemaran - - 3,0
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Jika pada etiket
tertera epirubisin hidroklorida steril. Penetapan kadar [Catatan Diamkan Larutan
kesesuaian sistem, Larutan baku, dan Larutan uji
Cemaran organik [Catatan Diamkan Larutan 3 jam sebelum digunakan]. Lakukan penetapan
kesesuaian sistem, Larutan baku, dan Larutan uji, 3 dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
jam sebelum digunakan]. Lakukan penetapan dengan tertera pada Kromatografi <931>.
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Larutan A Encerkan 10 mL asam fosfat P dengan
pada Kromatografi <931>. air sampai 100 mL.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan Larutan B Larutkan 3,7 g natrium lauril sulfat P
uji, Sistem kromatografi, dan Kesesuaian sistem dalam 950 mL air. Tambahkan 28 mL Larutan A dan
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. encerkan dengan air sampai 1000 mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fase gerak Campuran asetonitril P-metanol P-
Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan, dan Larutan B (29:17:54), saring dan awaudarakan. Jika
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
kurang 0,01 mg per mL. sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan identifikasi puncak Larutkan lebih kurang Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
10 mg Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam 10 sejumlah Epirubisin Hidroklorida BPFI dan
mL campuran air-asam fosfat P (1:1), diamkan Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
selama 30 menit. Atur pH hingga 2,6 dengan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
penambahan Larutan natrium hidroksida 2 N. masing 0,1 mg per mL.
Tambahkan 15 mL asetonitril P dan 10 mL metanol P Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan campur. Epirubisin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah labu tentukur yang sesuai, larutkan, dan encerkan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku, dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg
Larutan uji, dan Larutan identifikasi puncak ke per mL.
dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
semua respons puncak. Hitung persentase masing- masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
- 496 -

larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
kadar lebih kurang 1 mg per mL. pembeku.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Identifikasi
berukuran 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L13 A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 2,5 mL per diperoleh pada Penetapan kadar.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: gelombang yang sama dengan Larutan baku seperti
resolusi, R, antara puncak doksorubisin dan epirubisin yang diperoleh pada Penetapan kadar.
tidak kurang dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah pH <1071> Antara 2,5 dan 3,5.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
kromatografi 3,5 kali waktu retensi puncak 1,61 unit Endotoksin FI per mg epirubisin.
epirubisin, rekam kromatogram, dan ukur respons
puncak utama. Hitung persentase epirubisin Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
hidroklorida, C27H29NO11.HCl, dalam zat dengan
rumus: Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
 rU   CS 
      P 100 Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
 rS   CU  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan A Larutkan 3,7 g natrium lauril sulfat P
epirubisin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan dalam 950 mL air. Tambahkan 28 mL asam fosfat P
baku; CS adalah kadar Epirubisin Hidroklorida BPFI dan encerkan dengan air hingga 1 L.
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar Larutan B Encerkan 28 mL asam fosfat P dengan
epirubisin hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji air hingga 1 L.
berdasarkan bobot yang ditimbang; P adalah potensi Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol
epirubisin hidroklorida dalam mg per mg Epirubisin P-Larutan A (29:17:54). Saring dan awaudarakan,
Hidroklorida BPFI. jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap Pengencer Buat campuran asetonitril P-metanol P-
udara, terlindung cahaya. Simpan sesuai instruksi Larutan B (29:17:27).
pelabelan. Pada suhu antara 2º dan 8º. Simpan pada Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
suhu ruang. Jika zat steril, simpan pada tempat steril, sejumlah Epirubisin Hidroklorida BPFI dan
kedap udara dan tahan dirusak. Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing-
masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
INJEKSI EPIRUBISIN HIDROKLORIDA Larutan identifikasi puncak Larutkan lebih kurang
10 mg Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam
Epirubicin Hydrochoride Injection
campuran air-asam fosfat P (5:5). Diamkan selama
30 menit. Atur pH hingga 2,6 dengan penambahan
Injeksi Epirubisin hidroklorida mengandung
natrium hidroksida 2 N. Tambahkan 15 mL
epirubisin hidroklorida, C27H29NO11.HCl, tidak
asetonitril P dan 10 mL metanol P, dan campur.
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Larutan baku persediaan Timbang saksama
jumlah yang tertera pada etiket.
sejumlah Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Baku pembanding Epirubisin Hidroklorida BPFI;
kurang 0,5 mg per mL.
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
tertutup rapat, dalam lemari pembeku. Doksorubisin
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan.
kadar Epirubisin Hidroklorida BPFI lebih kurang
Terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Diamkan
0,01 mg per mL.
sampai suhu ruang sebelum dibuka. Endotoksin
Larutan uji Pipet larutan injeksi, encerkan dengan
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
Pengencer hingga kadar 1 mg per mL. Simpan pada
dan isi harus hati-hati untuk menghindari
suhu ruang, gunakan selama 4 jam.
kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, simpan larutan
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
- 497 -

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
berukuran 4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L13 Kromatografi <931>.
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu Larutan A Larutkan 2,9 g natrium lauril sulfat P
kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 2,5 mL per dalam 950 mL air. Tambahkan 1,4 mL asam fosfat P
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dan encerkan dengan air hingga 1 L.
kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan A
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: (50:50). Saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan
resolusi, R, antara puncak epirubisin dan doksorubisin penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi tertera pada Kromatografi <931>.
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Larutan baku Timbang saksama sejumlah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg
lebih dari 5,0%. [Catatan Untuk larutan baku per mL.
lakukan kromatografi selama 2 kali waktu retensi Larutan uji Larutan zat dengan kadar 1 mg per
puncak epirubisin. Untuk larutan kesesuaian sistem, mL, berdasarkan bobot yang tertera pada etiket.
Larutan identifikasi puncak dan Larutan uji, lakukan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kromatografi selama 4,5 kali waktu retensi puncak tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm [Catatan
epirubisin. Gunakan Larutan identifikasi puncak Untuk uji identifikasi B, gunakan detektor
untuk identifikasi puncak doksorubisinon]. ”diode array” dengan rentang 200 nm – 400 nm],
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dan kolom berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
kromatogram dan ukur semua respons puncak. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan rumus: pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
 ri   CS  Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
  P     100
1
    volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
 rS   CU  F Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran Hitung persentase epirubisin hidroklorida,
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak epirubisin C27H29NO11.HCl, dalam injeksi dengan rumus:
dari Larutan baku; CS adalah kadar Epirubisin
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
 rU   CS 
CU adalah kadar epirubisin hidroklorida dalam mg       P 100
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera  rS   CU 
pada etiket; P adalah potensi epirubisin hidroklorida
dalam mg per mg Epirubisin Hidroklorida BPFI; F rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
adalah faktor respons relatif seperti tertera pada epirubisin hidroklorida dari Larutan uji dan Larutan
Tabel. Masing-masing cemaran dan total cemaran baku; CS adalah kadar Epirubisin Hidroklorida BPFI
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Tabel epirubisin hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; P adalah
Nama Waktu Faktor Batas potensi epirubisin hidroklorida dalam mg per mg
retensi respons Epirubisin Hidroklorida BPFI.
relatif relatif (%)
Doksorubisinon 0,3 1,4 1,8 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Daunorubisinon 0,4 1,0 0,5 rapat, tidak tembus cahaya, dalam lemari pendingin.
Doksorubisin 0,8 1,0 1,0
Epirubisin 1,0 - -
Dihidro daunorubisin 1,1 1,0 0,5
EPIRUBISIN HIDROKLORIDA UNTUK
Daunorubisin 1,5 1,0 0,5
Epidaunorubisin 1,7 1,0 -
INJEKSI
Epirubisin dimer 2,1 1,0 - Epirubicin Hydrochloride for Injection
Cemaran lain - 1,0 0,5
Total cemaran - - 3,9 Epirubisin Hidroklorida untuk Injeksi adalah sediaan
steril epirubisin hidroklorida terliofilisasi dengan zat
tambahan yang sesuai. Mengandung tidak kurang
- 498 -

dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
C27H29NO11.HCl dari jumlah yang tertera pada etiket. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
yang berisi bahan pengisi L13 dengan ukuran partikel
Baku pembanding Epirubisin Hidroklorida BPFI; 3-10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit dan
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah pertahankan suhu kolom pada 35°. Lakukan
tertutup rapat, dalam lemari pembeku. Doksorubisin kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem
Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan, Simpan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
di tempat terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, epirubisin dan doksorubisin tidak kurang dan 2,0;
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk faktor ikutan epirubisin antara 0,8 dan 1,4 dan
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan lebih dari 2,0.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam lemari pembeku volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Identifikasi kromatogram dan ukur semua respons puncak.
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Hitung persentase metil p-hidroksibenzoat dengan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
B. Larutkan 10 mg zat dalam 0,5 mL asam nitrat P,  rU   CS 
tambahkan 0,5 mL air dan panaskan diatas api selama 2       100
menit. Diamkan hingga dingin dan tambahkan perak  rS   CU 
nitrat LP: terbentuk endapan putih.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,0; Lakukan penetapan
menggunakan larutan 2 mg per mL. Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Metil
p-hidroksibenzoat BPFI dalam mg per mL Larutan
Kejernihan larutan <881> Harus jernih, jika baku; CU adalah kadar metil p-hidroksibenzoat dalam
terbentuk opalesen tidak lebih dari Suspensi padanan I; mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang tertera
Lakukan penetapan menggunakan larutan 2 mg per mL pada etiket.
dari masing-masing isi 5 vial.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Fase gerak dan Larutan kesesuaian sistem
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat seperti tertera pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas Produk. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Lakukan penetapan dengan melarutkan sejumlah zat kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
dalam pelarut yang sesuai, kemudian pindahkan ke Larutan pembanding Pipet sejumlah Larutan uji,
dalam sekurang-kurangnya 500 mL larutan natrium encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
klorida 0,9% steril. kurang 5 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,1 unit tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Endotoksin FI per mg epirubisin hidroklorida. yang berisi bahan pengisi L13 dengan ukuran partikel
3-10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit dan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada pertahankan suhu kolom pada 35°. Lakukan
Injeksi. kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Metil p-hidroksibenzoat Tidak kurang dari 80,0% tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera epirubisin dan doksorubisin tidak kurang dari 2,0;
pada etiket. Lakukan penetapan dengan cara faktor ikutan epirubisin antara 0,8 dan 1,4 dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Kromatografi <931>. lebih dari 2,0.
Fase gerak, Larutan uji Lakukan seperti tertera Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pada Penetapan kadar. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah metil p- pembanding dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
hidroksibenzoat, larutkan dan encerkan dengan Fase rekam kromatogram selama 3 kali waktu retensi
gerak hingga kadar lebih kurang 20 µg per mL. puncak utama dan ukur semua respons puncak.
- 499 -

Hitung kadar masing-masing cemaran kecuali  rU   CS 


cemaran metil p-hidroksibenzoat dengan       100
membandingkan respons puncak cemaran dengan  rS   CU 
respons puncak Larutan pembanding. Masing-masing
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
tertera pada Tabel. Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
Epirubisin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Tabel
Larutan baku; CU adalah kadar epirubisin hidroklorida
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
Cemaran Waktu Faktor Batas
yang tertera pada etiket.
retensi koreksi (%)
relatif
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Doksorubisinon 0,3 0,7 1,0
rapat, terlindung cahaya. Simpan dalam tempat sejuk
Doksorubisin 0,8 - 1,0 dan kering.
Cemaran lain - - 0,8
Total cemaran - - 2,5
ERGOKALSIFEROL
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Vitamin D
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Ergocalciferol
Fase gerak Campuran asetonitril P-air-metanol P-
asam fosfat P 85% (290:540:170:1), mengandung
natrium lauril sulfat P 0,2%. Saring dan
awaudarakan.
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 10 vial.
Keluarkan isi semua vial dan campur, bersihkan vial
dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi vial.
(3ß,5Z,7E,22E)-9,10-Sekoergosta-5,7,10(19),22-
Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan
tetraena-3-ol [50-14-6]
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
C28H44O BM 396,65
kurang 0,1 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Epirubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan Ergokalsiferol mengandung tidak kurang dari 97,0%
dan tidak lebih dari 103,0% C28H44O.
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
per mL.
Pemerian Hablur putih, tidak berbau; dapat
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Epirubisin Hidroklorida BPFI dan terpengaruh oleh cahaya dan udara.
Doksorubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol,
dalam kloroform, dalam eter dan dalam minyak lemak.
berturut-turut 100 µg dan 30 µg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Baku pembanding Ergokalsiferol BPFI; simpan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
yang berisi bahan pengisi L13 dengan ukuran partikel dalam lemari pembeku terlindung dari cahaya.
3-10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit dan Biarkan sampai mencapai suhu ruang sebelum
membuka ampul. Gunakan segera setelah dibuka dan
pertahankan suhu kolom pada 35°. Lakukan
buang zat yang tidak digunakan. Ergosterol BPFI.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem
Vitamin D untuk kesesuaian sistem penetapan kadar
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
BPFI.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
epirubisin dan doksorubisin tidak kurang dan 2,0;
faktor ikutan epirubisin antara 0,8 dan 1,4 dan Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
didispersikan dalam kalium bromida P pada rentang
lebih dari 2,0.
2-12 µm, menunjukkan maksimum hanya pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan bilangan gelombang yang sama seperti Ergokalsiferol
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg zat
per mL etanol P, menunjukkan maksimum dan
persentase epirubisin hidroklorida, C27H29NO11.HCl
minimum hanya pada panjang gelombang yang sama
dalam serbuk untuk injeksi dengan rumus:
seperti pada Ergokalsiferol BPFI; daya serap masing-
masing pada panjang gelombang serapan maksimum
- 500 -

lebih kurang 265 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. larutan biru tetrazolium P dalam etanol mutlak P 5
C. Ke dalam larutan yang mengandung lebih mg per mL. Tambahkan 0,5 mL larutan
kurang 0,5 mg zat dalam 5 mL kloroform P tetrametilamonium hidroksida LP-etanol mutlak P (1
tambahkan 0,3 mL anhidrida asetat P dan 0,1 mL dalam 10). Biarkan campuran selama 5 menit tepat.
asam sulfat P, kocok kuat: terjadi warna merah Tambahkan 1 mL asam asetat glasial P. Ukur
terang dan dengan cepat berubah menjadi ungu, biru serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
dan akhirnya hijau. gelombang serapan maksimum lebih kurang 525 nm,
D. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti terhadap Blangko: serapan Larutan uji tidak lebih
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Untuk besar dari Larutan baku.
Larutan baku dan Larutan uji gunakan alat gelas
aktinik rendah dan tanpa pemanasan. Gunakan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
larutan segera]. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Fase gerak Buat campuran sejumlah volume sama Kromatografi <931>.
sikloheksan P dan eter P. Heksan dehidrat Buat kolom kromatografi dengan
Penampak bercak Buat larutan asetil klorida P menggunakan tabung kromatografi berdiameter 8 cm,
dalam antimon triklorida LP (1 dalam 50). panjang 60 cm, dengan 500 g tanah silika untuk
Pengencer Buat larutan skualan dalam kloroform kromatografi P ukuran partikel 50-250 µm yang telah
P (1 dalam 100). diaktifkan dengan pemanasan pada suhu 150 selama
Larutan baku A Buat larutan Ergokalsiferol BPFI 4 jam. Lakukan dengan cara Kromatografi kolom
dalam Pengencer dengan kadar 50 mg zat per mL. adsorpsi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku B Buat larutan Ergosterol BPFI Alirkan 500 mL heksan P melalui kolom, kumpulkan
dalam Pengencer dengan kadar 100 µg zat per mL. eluat dalam labu bersumbat kaca.
Larutan uji Buat larutan zat dalam Pengencer Fase gerak Buat larutan n-amil alkohol P dalam
dengan kadar 50 mg per mL. Heksan dehidrat (3 dalam 1000).
Prosedur [Catatan Lakukan pengerjaan dalam Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang
ruang gelap] Totolkan secara terpisah masing- 250 mg Vitamin D untuk kesesuaian sistem
masing 10 µL Larutan baku A, Larutan baku B dan penetapan kadar BPFI, larutkan dalam 10 mL
Larutan uji, pada lempeng kromatografi campuran campuran toluen P-Fase gerak (1:1). Refluks pada
silika gel p setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke suhu 90 selama 45 menit dan dinginkan; larutan ini
dalam bejana kromatograf yang berisi Fase gerak mengandung kolekalsiferol, pre-kolekalsiferol dan
biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat trans-kolekalsiferol.
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat Larutan baku persediaan [Catatan Gunakan alat
dan biarkan Fase gerak menguap. Semprot lempeng kaca aktinik rendah dan buat larutan segar.]
dengan Penampak bercak: kromatogram dari Larutan Timbang saksama lebih kurang 30 mg Ergokalsiferol
uji menunjukkan bercak jingga kekuningan, BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
mempunyai harga Rf yang sama seperti Larutan baku larutkan dalam toluen P tanpa pemanasan, tambahkan
A dan dapat terlihat bercak ungu di bawah bercak toluen P sampai tanda. Larutan mengandung lebih
ergokalsiferol. Warna bercak ungu tidak lebih kurang 0.6 mg zat per mL.
intensif dari bercak ungu Larutan baku B. Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku
persediaan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
Jarak lebur <1021> Metode II Antara 115º dan dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan
119º. mengandung lebih kurang 120 µg zat per mL.
Larutan uji persediaan [Catatan Gunakan alat
Rotasi jenis <1081> Antara +103 dan +106, kaca aktinik rendah dan buat larutan segar.]
lakukan penetapan menggunakan larutan dalam Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, masukkan
etanol P yang mengandung 150 mg zat tiap 10 mL. ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dalam toluen
Buat larutan secepatnya, gunakan ergokalsiferol dari P tanpa pemanasan, tambahkan toluen P sampai
wadah yang dibuka tidak lebih dari 30 menit dan tanda. Larutan mengandung lebih kurang 0.6 mg zat
tetapkan rotasi jenis dalam 30 menit setelah per mL.
pembuatan larutan. Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji persediaan ke
dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase
Zat mereduksi gerak sampai tanda. Larutan mengandung lebih
Larutan baku Buat larutan hidrokuinon dalam kurang 120 µg zat per mL.
etanol mutlak P dengan kadar 0,2 µg per mL. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Buat larutan zat dalam etanol mutlak P Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan kadar 10 mg per mL. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
Blangko Gunakan etanol mutlak P. mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3. Lakukan
Prosedur Ke dalam masing-masing 10 mL Larutan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
baku, Larutan uji dan Blangko tambahkan 0,5 mL rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
- 501 -

tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Identifikasi


trans-kolekalsiferol dan puncak pre-kolekalsiferol A. Spektrum serapan inframerah zat yang
tidak kurang dari 1,0 dan simpangan baku relatif pada didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
penyuntikan ulang untuk puncak kolekalsiferol tidak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif pre- sama seperti pada Ergometrin Maleat BPFI.
kolekalsiferol, trans-kolekalsiferol dan kolekalsiferol B. Spektrum serapan ultraviolet 20 µg per mL
berturut-turut adalah lebih kurang 0,4; 0,5 dan 1,0. dalam etanol P menunjukkan maksimum dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
sama (5-10 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke pada Ergometrin Maleat BPFI, daya serap masing-
dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
respons puncak utama. Hitung persentase gelombang serapan maksimum 311 nm, berbeda
ergokalsiferol, C28H44O dalam zat dengan rumus: tidak lebih dari 3,0%.
C. Harga Rf bercak utama berwarna biru dari
𝑟𝑈 𝐶𝑆 Larutan uji sesuai dengan harga Rf Larutan baku
( ) ( ) 100 seperti tertera pada pengujian Alkaloida sejenis.
𝑟𝑆 𝐶𝑈

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Rotasi jenis <1081> Antara +51o dan +56o, lakukan
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar penetapan menggunakan larutan yang mengandung 5
Ergokalsiferol BPFI dalam µg per mL Larutan baku; mg per mL.
CU adalah kadar ergokalsiferol dalam µg per mL
Larutan uji. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 80o selama 3 jam.
kedap di bawah nitrogen P, di tempat sejuk
terlindung dari cahaya. Alkaloida sejenis Tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
Lakukan pengujian segera, terlindung dari cahaya
matahari dan sedikit mungkin cahaya buatan.]
ERGOMETRIN MALEAT Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Ergonovin Maleat Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-air
Ergometrine Maleate (75:25:3). Lakukan penjenuhan selama 30 menit.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
Pengencer Campuran etanol P-amonium
hidroksida P (9:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar 10 mg per mL.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
9,10-Didehidro-N-[(S)-2-hidroksi-1-metiletil]-6-
Larutan baku dalam Pengencer hingga kadar lebih
metilergolina-8ß-karboksamida maleat (1:1) (garam)
kurang 0,20; 0,10 dan 0,05 mg per mL. Gunakan
[129-51-1]
segera setelah pembuatan.
C19H23N3O2.C4H4O4 BM 441,48
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Ergometrin Maleat mengandung tidak kurang dari
kadar 10 mg per mL. Gunakan segera setelah
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
pembuatan.
C19H23N3O2.C4H4O4, dihitung terhadap zat kering.
Penampak bercak Larutkan 1 g p-dimetilamino
benzaldehid P dalam campuran dingin 50 mL asam
Pemerian Serbuk hablur halus, putih sampai putih
hidroklorida P dan 50 mL etanol P.
keabu-abuan atau kuning pucat; lama-kelamaan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
berwarna gelap jika terpapar cahaya; tidak berbau.
5 µL Larutan baku, semua Enceran larutan baku dan
Larutan uji pada lempeng kromatografi. Masukkan
Kelarutan Agak larut dalam air; sukar larut dalam
lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase
etanol; tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.
gerak, biarkan Fase gerak merambat 15 cm di atas
garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas
Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI;
rambat, biarkan fase gerak menguap. Semprot
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
lempeng dengan Penampak bercak. Segera keringkan
80o selama 3 jam sebelum digunakan, simpan dalam
dengan dialiri nitrogen P selama 2 menit. Harga Rf
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
bercak utama Larutan uji sesuai dengan harga Rf
Larutan baku. Bandingkan bercak lain selain bercak
- 502 -

utama pada Larutan uji, dengan bercak Enceran Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 700,0
larutan baku. Bercak dari Enceran larutan baku 0,20; unit Endotoksin FI per mg ergometrin maleat.
0,10 dan 0,05 mg per mL setara dengan 2,0%, 1,0%
dan 0,50% cemaran. pH <1071> Antara 2,7 dan 3,5.

Penetapan kadar Alkaloid sejenis Total cemaran tidak lebih dari 2,0%
Larutan baku Timbang saksama sejumlah [Catatan Lakukan pengujian segera, terlindung dari
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dalam air hingga cahaya matahari dan sedikit mungkin cahaya
kadar lebih kurang 40 µg per mL. buatan.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg tertera pada Kromatografi <931>.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol
tambahkan air sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini, P-air (75:25:3).
encerkan dengan air hingga 100,0 mL. Penampak bercak Larutkan 1 g p-dimetilamino
Prosedur Pipet 5,0 mL masing-masing Larutan benzaldehid P dalam campuran 50 mL etanol P dan
baku, Larutan uji dan air sebagai blangko ke dalam 50 mL asam hidroklorida P.
masing-masing Erlenmeyer. Masing-masing Campuran pelarut Buat campuran etanol P-
tambahkan 10,0 mL p-dimetilaminobenzaldehid LP, amonium hidroksida P (9:1)
aduk terus-menerus, diamkan selama 20 menit. Ukur Larutan baku Timbang saksama sejumlah
segera serapan Larutan baku dan Larutan uji pada Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dan encerkan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang dengan Campuran pelarut hingga kadar 10 mg per
555 nm. Hitung kadar dalam mg ergometrin maleat, mL.
C19H23N3O2.C4H4O4 dalam zat yang digunakan dengan Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
rumus: Larutan baku dalam Campuran pelarut hingga kadar
0,2 mg; 0,1 mg dan 0,05 mg per mL. Gunakan segera
𝐴𝑈 setelah pembuatan.
( )𝐶 Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
𝐴𝑆
dengan lebih kurang 5 mg ergometrin maleat ke
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dalam corong pisah, dan ekstraksi 3 kali, tiap kali
dan Larutan baku; C adalah kadar Ergometrin Maleat dengan 5 mL kloroform P. Buang ekstrak kloroform.
BPFI dalam µg per mL Larutan baku. Tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga bereaksi
basa terhadap kertas lakmus P dan ekstraksi 3 kali,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tiap kali dengan 5 mL kloroform P. Uapkan
rapat, tidak tembus cahaya, di tempat sejuk. kumpulan ekstrak dengan bantuan aliran gas nitrogen
P tanpa pemanasan hingga kering. Larutkan residu
dalam 0,5 mL Campuran pelarut.
INJEKSI ERGOMETRIN MALEAT Prosedur Totolkan secara terpisah masing-
masing 5 µL Larutan baku, semua Enceran larutan
Injeksi Ergonovin Maleat baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
Ergonovine Maleate injection campuran silika gel p setebal 0,25 mm. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatograf yang telah
Injeksi Ergometrin Maleat adalah larutan steril dalam dijenuhkan dengan Fase gerak selama 30 menit,
Air untuk Injeksi, mengandung Ergometrin Maleat, biarkan Fase gerak merambat 15 cm di atas garis
C19H23N3O2.C4H4O4, tidak kurang dari 90,0% dan penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera biarkan Fase gerak menguap. Semprot lempeng
pada etiket. dengan Penampak bercak. Segera keringkan dengan
bantuan aliran nitrogen P selama 2 menit. Harga Rf
Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI; bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu baku. Bandingkan intensitas bercak lain selain bercak
80º selama 3 jam sebelum digunakan, simpan dalam utama pada Larutan uji, dengan intensitas bercak
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, bersifat Enceran larutan baku. Bercak dari Enceran larutan
higroskopik. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat baku 0,20 mg; 0,10 mg dan 0,05 mg per mL setara
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati dengan 2,0%, 1,0% dan 0,50% cemaran.
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
seluruh isi, simpan larutan dalam lemari pendingin Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Injeksi.
belum dibuka dalam lemari pembeku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Identifikasi Harga Rf dan bercak utama Larutan uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
berwarna biru, sesuai dengan Larutan baku A seperti Kromatografi <931>.
yang diperoleh pada penetapan Alkaloida sejenis.
- 503 -

Dapar fosfat 0,05 M Larutkan 6,8 g kalium fosfat Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI;
monobasa P dalam 600 mL air, atur pH hingga 2,1 lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
dengan penambahan asam fosfat P, encerkan dengan 80º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
air hingga 1000 mL. wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat 0,05 M-
asetonitril P (80:20) saring dan awaudarakan. Waktu Identifikasi Harga Rf bercak utama warna biru yang
retensi ergometrin lebih kurang 3 menit dengan laju diperoleh pada Larutan uji sesuai dengan Larutan
alir 1 mL per menit. Jika perlu lakukan penyesuaian baku seperti tertera pada uji Alkaloida sejenis.
menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
Kromatografi <931>. Disolusi <1231>
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Media: 900 mL air
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dalam Fase gerak, Alat tipe 1: 100 rpm
dan tambahkan air secukupnya setara dengan 10% Waktu: 45 menit
volume akhir, encerkan dengan Fase gerak hingga Prosedur Lakukan penetapan jumlah ergonovin
kadar lebih kurang 0,02 mg per mL. maleat, C19H23N3O2.C4H4O4, yang terlarut dengan
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi pengukuran secara spektrofluorometri, jika perlu
setara dengan lebih kurang 2 mg ergometrin maleat, encerkan alikot dengan Media disolusi, dan larutan
encerkan dengan Fase gerak dan jika perlu baku Ergometrin Maleat BPFI dalam media yang
tambahkan air hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per sama pada panjang gelombang eksitasi 322 nm dan
mL. Volume injeksi dan air yang ditambahkan setara panjang gelombang emisi 428 nm.
dengan 10% volume akhir. Toleransi Dalam 45 menit harus larut tidak kurang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dari 75% (Q) ergonovin maleat,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi C19H23N3O2.C4H4O4, dari jumlah yang tertera pada
dilengkapi dengan detektor 312 nm dan kolom 3 mm etiket.
× 30 cm berisi bahan pengisi L1. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Alkaloid sejenis Tidak lebih dari 5,0% [Catatan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan pengujian segera, terlindung dari cahaya
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah matahari langsung dan sedikit mungkin cahaya
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku lampu.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam tertera pada Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Penampak bercak Larutkan secara hati-hati 800
jumlah dalam mg ergometrin maleat, mg p-dimetilaminobenzaldehid P dalam campuran
C19H23N3O2.C4H4O4, dalam tiap mL injeksi dengan etanol P-asam sulfat P (101:11).
rumus: Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-
amonium hidroksida P (75:25:1).
𝑟𝑈 𝐶𝐷 Penjerap Gunakan silika gel P setebal 0,25 mm.
( )( ) Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
𝑟𝑆 𝑉
kurang 25 mg Ergometrin Maleat BPFI, masukkan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak ke dalam corong pisah, kocok dengan 10 mL air,
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga bereaksi
Ergometrin Maleat BPFI dalam mg per mL Larutan basa terhadap kertas lakmus P. Ekstraksi 3 kali, tiap
baku; V adalah volume injeksi yang digunakan dalam kali dengan 10 mL kloroform P. Uapkan kumpulan
mL; D adalah faktor pengenceran. ekstrak dengan bantuan aliran gas nitrogen P tanpa
pemanasan, hingga kering. Larutkan dan encerkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis residu dengan 10,0 mL Fase gerak.
tunggal tidak tembus cahaya, sebaiknya dari kaca Larutan baku A, B, C dan DPipet sejumlah volume
Tipe I dan di tempat dingin. Larutan baku, encerkan dengan Fase gerak hingga
kadar seperti tertera pada Tabel berikut:
Tabel
TABLET ERGOMETRIN MALEAT Larutan Pengenceran Kadar perbandingan
Tablet Ergonovin Maleat baku (µg RS dengan
Ergonovine Maleate Tablets per mL) Larutan uji
(%)
A (1 dalam 20) 125 5,0
Tablet Ergometrin Maleat mengandung ergometrin B (1 dalam 33) 75 3,0
maleat, C19H23N3O2.C4H4O4, tidak kurang dari 90,0% C (1 dalam 100) 25 1,0
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera D (1 dalam 200) 12,5 0,5
pada etiket.
- 504 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk ERGOTAMIN TARTRAT


tablet setara dengan lebih kurang 5 mg ergometrin Ergotamine Tartrate
maleat, masukkan ke dalam corong pisah, kocok
dengan 10 mL air, tambahkan amonium hidroksida 6
N hingga bereaksi basa terhadap kertas lakmus P.
H CONH OH
Ekstraksi 3 kali, tiap kali dengan 10 mL kloroform P. CH3
O
N
Uapkan kumpulan ekstrak dengan dialiri gas nitrogen P H COOH

tanpa pemanasan, hingga kering. Larutkan residu N CH3


O
N
O
H C OH

dalam 2,0 mL Fase gerak. H H CH2 HO C H

Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing COOH

20 µL Larutan uji dan Larutan bakuA, B, C dan D HN


pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
2
dalam bejana kromatograf berisiFase gerak biarkan
Fase gerak merambat hingga tiga per empat tinggi Ergotamini tartrat (2:1) (garam) [379-79-3]
lempeng. Angkat lempeng dan biarkan Fase gerak (C33H35N5O5)2.C4H6O6 BM 1313,43
menguap dalam aliran udara dingin. Amati bercak
dibawah cahaya ultraviolet. Semprot lempeng dengan Ergotamin Tartrat mengandung tidak kurang dari
Penampak bercak dan tandai bercak utama dan 97,0% dan tidak lebih dari 100,5%
bercak lain berwarna biru. Bandingkan intensitas (C33H35N5O5)2.C4H6O6, dihitung terhadap zat kering.
bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji
dengan bercak utama Larutan baku. Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih hingga kekuningan; tidak berbau; melebur pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara suhu lebih kurang 180o disertai peruraian.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol;
Dapar fosfat 0,05 M, Fase gerak dan Sistem larut dalam 500 bagian air, dalam 500 bagian etanol.
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Injeksi Ergometrin Maleat. Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI;
Larutan baku Timbang saksama sejumlah lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Ergometrin Maleat BPFI, larutkan dalam Fase gerak 60o selama 4 jam sebelum digunakan.
hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Identifikasi Kromatogram Larutan uji yang dibuat
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk seperti tertera pada Uji Alkaloida sejenis
tablet setara dengan lebih kurang 1 mg ergometrin menunjukkan bercak utama berfluoresensi dan bercak
maleat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, utama biru sesuai dengan harga Rf bercak utama dari
tambahkan 25 mL Fase gerak, sonikasi selama 5 Larutan baku A.
menit, dinginkan pada suhu ruang, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda, dan sentrifus. Gunakan Rotasi jenis ergotamin basa <1081> Antara -155o
beningan seperti tertera pada Prosedur. dan -165o [Catatan Untuk pengujian ini, gunakan
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur kloroform P yang kandungan alkoholnya sudah
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Injeksi dihilangkan terlebih dahulu dengan pencucian
Ergometrin Maleat. Hitung jumlah dalam mg dengan air.] Larutkan lebih kurang 350 mg zat dalam
ergometrin maleat, C19H23N3O2.C4H4O4, dalam 25 mL larutan asam tartrat P (1 dalam 100) di dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: corong pisah, tambahkan 500 mg natrium bikarbonat
P, dan campur perlahan-lahan dengan saksama.
r  Tambahkan 10 mL kloroform P, kocok kuat-kuat dan
50C  U 
sesudah lapisan memisah, alirkan lapisan kloroform
 rS  melalui penyaring kecil yang telah dibasahi dengan
kloroform P ke dalam labu tentukur 50-mL. Segera
C adalah kadar Ergometrin Maleat BPFI, dalam mg lanjutkan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 20 mL
per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah kloroform P, lewatkan ekstrak melalui penyaring
respons puncak utama Larutan uji dan Larutan baku. yang sama. Tempatkan labu dalam tangas pada suhu
20o selama 10 menit. Atur volume ekstrak hingga
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 50,0 mL pada suhu 20o dengan menambahkan
baik. kloroform P. Campur larutan dan tentukan sudut
putaran pada suhu 20o. Tentukan kadar ergotamin
dalam larutan kloroform P dengan menguapkan 25,0
mL alikot pada penguap rotasi hingga kering
pertahankan suhu tangas di bawah 45o. Larutkan
- 505 -

residu dalam 25 mL asam asetat glasial P, larutkan dalam 15 mL campuan anhidrida asetat P-
tambahkan 1 tetes kristal violet LP, dan titrasi dengan asam asetat glasial P (6:100). Tambahkan 1 tetes
asam perklorat 0,05 N LV hingga warna hijau- kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat
zamrut. Lakukan penetapan blangko. Tiap mL asam 0,05 N LV menggunakan buret 10-mL. Lakukan
perklorat 0,05 N setara dengan 29,08 mg penetapan blangko.
C33H35N5O5. Dari sudut putaran larutan dan kadar
ergotamin basa. Tiap mL asam perklorat 0,05 N
setara dengan 32,84 mg (C33H35N5O5)2.C4H6O6
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
60o selama 4 jam, menggunakan lebih kurang 100 baik, tidak tembus cahaya, simpan di tempat dingin.
mg.

Alkaloida sejenis [Catatan Lakukan pengujian


terlindung dari cahaya matahari dan sekecil mungkin INJEKSI ERGOTAMIN TARTRAT
pengaruh cahaya lampu.] Lakukan penetapan dengan Ergotamine Tartrate Injection
cara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>. Injeksi Ergotamin Tartrat adalah larutan steril yang
Fase gerak Campuran eter P-dimetilformamida P- mengandung ergotamin tartrat dan epimer-epimer
kloroform P-etanol mutlak P (70:15:10:5). tartrat, ergotaminin dan senyawa alkaloid lainnya
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dalam Air untuk Injeksi dengan panambahan asam
Ergotamin Tartrat BPFI, larutkan dalam campuran tartrat dan stabilisator yang sesuai. Setiap mL
kloroform P-metanol P (9:1) hingga kadar 10,0 mg mengandung tidak kurang dari 450 g dan tidak lebih
per mL. dari 550 g alkaloid total. Kandungan ergotamin
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 tidak kurang dari
Larutan baku dalam campuran kloroform P-metanol 52,0% dan tidak lebih dari 74,0% dari kandungan
P (9:1) hingga kadar 0,2 mg; 0,1 mg; 0,05 mg dan alkaloid total. Mengandung ergotaminin tartat tidak
0,025 mg per mL berturut-turut setara dengan 2,0%; lebih dari 45,0% dari kandungan alkaloid total.
1,0%; 0,5%; 0,25% Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50,0 Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI;
mg zat larutkan dalam 5,0 mL campuran kloroform Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
P-metanol P (9:1). 60 selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Simpan
5 µL Larutan uji, Larutan baku, dan masing-masing dalam tempat dingin; Endotoksin BPFI [Catatan
Enceran larutan baku pada lempeng kromatografi Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
silika gel setebal 0,25 mm. Tempatkan setiap totolan hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi
di atas botol terbuka yang berisi amonium hidroksida semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
P, selama 20 detik, biarkan lempeng mengering pada gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
aliran udara dingin, selama 20 detik. Masukkan dibuka dalam lemari pembeku.
lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang telah
dijenuhkan selama 15 menit dengan Fase gerak, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 357,0
biarkan merambat hingga lebih kurang 17 cm. unit Endotoksin FI per mg ergotamin tartrat.
Angkat lempeng, biarkan Fase gerak menguap
dengan aliran udara dingin selama lebih kurang 2 pH <1071> Antara 3,5 dan 4,0.
menit, dan semprot lempeng dengan larutan segar Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
200 mg p-(dimetilamino) benzaldehida P dalam Injeksi.
campuran 5,5 mL asam klorida P dan 4,5 mL air.
Keringkan lempeng pada suhu 60o selama lebih Penetapan kadar
kurang 5 menit, dan bandingkan kromatogram: harga Kloroform Gunakan larutan segar kloroform P
Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak yang sudah dijenuhkan dengan air.
utama Larutan baku; dan jumlah intensitas bercak Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10
lain selain bercak utama dari Larutan uji tidak lebih mg Ergotamin Tartrat BPFI, larutkan dalam 50 mL
dari intensitas bercak utama Enceran larutan baku etanol encer P, jika perlu hangatkan, encerkan
2,0% dan tidak lebih dari satu bercak lain selain
dengan air hingga kadar 50,0 g per mL.
bercak utama yang mempunyai intensitas lebih besar
Larutan ergotamin Pipet sejumlah volume injeksi
dari baecak utama Enceran larutan baku 1,0%.
setara lebih kurang 5 mg ergotamin tartrat, masukkan
ke dalam gelas piala. Tambahkan 5 mL Kloroform
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
dan natrium karbonat kira-kira setara satu per sepuluh
200 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
bobot injeksi yang digunakan. Campur dan
- 506 -

tambahkan secukupnya tanah silika untuk dalam mg ergotamin tartat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6


kromatografi P untuk membuat halus (lebih kurang 1 dalam volume injeksi yang digunakan, dengan
g untuk setiap mL injeksi yang digunakan ditambah 3 rumus:
g). Padatkan campuran dalam tabung kromatografi
dengan diameter lebih kurang 2,5 cm x 30 cm. Bilas A 
dinding gelas piala dengan 2 mL Kloroform. 0,05C  U 
Tambahkan tanah silika untuk kromatografi P  AS 
secukupnya untuk membuat halus dan masukkan ke C adalah kadar Ergotamin Tartrat BPFI dalam g
dalam kolom. per mL Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
Siapkan kolom kedua menggunakan campuran dari serapan dari Larutan alkaloid total dan Larutan baku.
9 g tanah silika untuk kromatografi P dengan 7 mL Hitung persentase Ergotamin tartrat yang diperoleh
larutan asam sitrat P (1 dalam 4). Masukkan campuran dengan rumus:
2 g tanah silika untuk kromatografi P dan 2 mL air
melalui bagian atas kolom kedua. Masukkan sedikit  A' 
wol kaca dan pasangkan tabung yang mengandung 50 
zat supaya eluat dari saluran masuk ke dalam tabung  AU 
yang mengandung larutan asam sitrat P. Tambahkan
Kloroform 90 mL melalui bagian atas tabung dan A dan AU berturut-turut adalah serapan Larutan
tampung eluat dari bagian bawah tabung ke dalam ergotamin 1 dan Larutan alkaloid total.
labu tentukur 200-mL. Bilas ujung tabung bagian atas Hitung persentase Ergotamin tartrat yang diperoleh
dengan Kloroform. Lewatkan Kloroform secukupnya dengan rumus:
melalui bagian bawah tabung untuk mengencerkan
eluat sampai tanda. Eluat ini adalah Larutan ergotamin
 A'' 
1. 50 
Lepaskan adsorben dari kolom kedua dengan sedikit  AU 
tekanan udara ke dalam gelas piala 600 mL yang
berisi 10 g natrium bikarbonat dan campur. Dengan
A dan AU berturut-turut adalah serapan Larutan
hati-hati tambahkan 50 mL air sambil diaduk terus
ergotamin 2 dan Larutan alkaloid total.
menerus. Bilas campuran dengan air dalam corong
pisah 250 mL dan ekstraksi ergotamin empat kali,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tiap kali dengan 15 mL Kloroform. Lewatkan ekstrak
tunggal, sebaiknya dari kaca tipe 1 dan tidak tembus
melalui penyaring wool kaca, kumpulkan ekstrak
cahaya.
dalam labu tentukur 100-mL, bilas penyaring dan
encerkan dengan Kloroform sampai tanda. Larutan ini
adalah Larutan ergotamin 2.
Pipet secara terpisah 10 mL dan 20 mL Larutan
TABLET ERGOTAMIN TARTRAT
ergotamin 1 dan 2, masing-masing masukkan ke Ergotamine Tartrate Tablets
dalam labu Erlemeyer kecil dan uapkan dengan
bantuan aliran udara sampai kering. Tablet Ergotamin Tartrat mengandung ergotamin
Larutan alkaloid total Ukur saksama sejumlah tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6, tidak kurang dari
volume injeksi setara dengan lebih kurang 2,5 mg 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
ergotamin tartrat, masukkan ke dalam labu tentukur tertera pada etiket.
50-mL, tambahkan 25 mL etanol P dan encerkan
dengan larutan asam tartrat P (1 dalam 100) sampai Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI;
tanda. lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Prosedur Pipet masing-masing 5 mL Larutan baku 60 selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
dan Larutan alkaloid total ke dalam labu Erlemeyer wadah tertutup rapat terlindung cahaya, di tempat
kecil. Ke dalam residu kering dari kedua Larutan dingin.
ergotamin tambahkan 5,0 mL larutan segar campuran
etanol P dan larutan asam tartrat P (1 dalam 100) Identifikasi Sejumlah serbuk tablet setara dengan
1:1. Secara bergantian masukkan masing-masing labu lebih kurang 5 mg ergotamin tartrat digerus halus
ke dalam tangas es dan goyang terus menerus sambil dengan 10 mL heksana P selama beberapa menit,
menambahkan tetes demi tetes 10,0 mL p- diamkan dan buang ekstrak heksana P. Tambahkan
dimetilamino benzaldehid LP. Diamkan dalam suhu ke dalam residu 10 mL kloroform jenuh
ruang dengan cahaya lemah tidak kurang dari 90 amonia(dibuat dengan mengocok kloroform P dengan
menit dan tidak lebih dari 2 jam. Ukur serapan dari 4 amonium hidroksida P, kemudian ambil lapisan
larutan tersebut pada panjang gelombang serapan kloroform), gerus selama beberapa menit, saring dan
maksimum lebih kurang 545 nm dengan uapkan filtrat pada tangas uap sampai kering.
menggunakan blangko. Hitung jumlah alkaloid total Larutkan residu dalam campuran 4 mL asam asetat
- 507 -

glasial P dan 4 mL etil asetat P. Pada 1 mL larutan Larutan baku. Rekam kromatogram dan ukur respons
ini tambahkan 1 mL asam sulfat P secara perlahan puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
dan terus menerus dikocok sampai terbentuk endapan relative ergometrin maleat dan ergotamin tatrat
biru hingga kemerahan, dinginkan. Tambahkan 0,1 masing-masing lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R,
mL besi(III) klorida LP, yang sebelumnya sudah antara puncak analit dengan puncak Larutan baku
diencerkan dengan air volume sama: tampak warna internal tidak kurang dari 3,0. Efisiensi kolom tidak
kemerahan menjadi berkurang dan warna biru kurang dari 3000 lempeng teoritis dan faktor ikutan
semakin jelas. puncak analit tidak lebih dari 2,0. Simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Disolusi <1231> Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Media disolusi : 1000 mL larutan asam tartrat P (1 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
dalam 100) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Alat tipe 2: 75 rpm. dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
Waktu: 30 menit. dalam mg ergotamin tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 ,
Prosedur Lakukan penetapan jumlah dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
(C33H35N5O5)2.C4H6O6, yang terlarut dengan cara
mengukur intensitas fluoresensi alikot, jika perlu R 
encerkan dengan Media disolusi pada panjang 500C  U 
gelombang eksitasi maksimum lebih kurang 327 nm  RS 
dan panjang gelombang emisi maksimum 427 nm, C adalah kadar Ergotamin Tartrat BPFI dalam mg
jika perlu bandingkan dengan serapan larutan baku per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut
yang diketahui kadarnya dalam media yang sama . adalah perbandingan respons puncak Larutan uji dan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan baku terhadap baku internal.
kurang dari 75% (Q) (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dari
jumlah tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik dan tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. masih diperbolehkan pada suhu antara 15º dan 30º.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada TABLET ERGOTAMIN TARTRAT DAN
Kromatografi <931>. KOFEIN
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-kalium fosfat Ergotamine Tartrate and Caffeine Tablets
monobasa 0,01 M (55:45), saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Tablet Ergotamin Tartrat dan Kofein mengandung
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. ergotamin tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dan kofein,
Pelarut Campuran asetonitril P-air (55:45).
C8H10N4O2, masing-masing tidak kurang dari 90,0%
Larutan baku internal Masukkan lebih kurang 40 dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
mg ergometrin maleat ke dalam labu tentukur 250- pada etiket. [Catatan Lakukan penetapan segera, di
mL, tambahkan Pelarut sampai tanda. bawah cahaya redup atau menggunakan peralatan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 kaca aktinik rendah.]
mg Ergotamin Tartrat BPFI. Masukkan ke dalam
labu tentukur 50-mL, tambahkan Pelarut sampai
Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI;
tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu tentukur 50- Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal,
60 selama 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam
encerkan dengan Pelarut sampai tanda sehingga
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
diperoleh kadar Ergotamin Tartrat BPFI lebih
lemari pembeku, higroskopis. Kofein BPFI; tidak
kurang 0,02 mg per mL.
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
Larutan uji Masukkan sejumlah tablet setara lebih
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Ergotaminin
kurang 10 mg zat ke dalam labu tentukur 500-mL.
BPFI. Teofilin BPFI.
Tambahkan 50,0 mL Larutan baku internal, 300 mL
Pelarut dan sonikasi selama 10 menit. Encerkan
Identifikasi Waktu retensi puncak ergotamin dan
dengan Pelarut sampai tanda dan campur. Saring
kofein pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan
melalui penyaring membran dengan porositas 0,45
Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan
μm, buang 25 mL filtrat pertama.
kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Disolusi <1231>
dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 3,9 mm x
Media disolusi: 900 mL larutan 10 g per L asam
30 cm berisi bahan pengisi L1, laju alir lebih kurang
tartrat. Gunakan larutan segar d- atau l- asam tartrat
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
P. Jangan gunakan campuran rasemat.
- 508 -

Alat tipe 2: 75 rpm penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti


Waktu: 30 menit tertera pada Kromatografi <931>.
Lakukan penetapan jumlah zat terlarut dengan cara Pengencer Campuran asetonitril P-metanol P
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada (50:50).
Kromatografi <931>. Larutan baku persediaan Timbang saksama
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, sejumlah Ergotamin Tartrat BPFI, masukkan ke
Pengencer, Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem, dalam labu tentukur yang sesuai dan tambahkan
Sistem kromatografi dan Kesesuaian sistem lakukan asetonitril P sebanyak 10% volume labu. Tambahkan
seperti tertera pada Penetapan kadar. Pengencer sebanyak 66% volume akhir labu dan jika
Larutan uji Saring alikot melalui penyaring perlu sonikasi. Biarkan larutan stabil pada suhu ruang
membran yang sesuai dan buang filtrat pertama. dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan mengandung 0,4 mg per mL ergotamin
volume sama (lebih kurang 60 µL) Larutan baku dan tartrat. Simpan dalam lemari pendingin, gunakan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dalam 24 jam.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Hitung persentase kofein, C8H10N4O2yang tertera persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
pada etiket yang terlarut dengan rumus: kadar lebih kurang 0,004 mg per mL. Simpan dalam
lemari pendingin, gunakan dalam 24 jam.
 rU  Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
  CS  V     100
1
 sejumlah Ergotaminin BPFI, larutkan dan encerkan
 rS  L dengan Larutan baku hingga kadar lebih kurang
0,004 mg per mL. Simpan dalam lemari pendingin,
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kofein gunakan dalam 24 jam.
pada panjang gelombang 254 nm dari Larutan uji dan Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
Larutan baku; CS adalah kadar Kofein BPFI dalam encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
mg per mL Larutan baku; V adalah volume Media kurang 0,2 g per mL. Simpan dalam lemari
disolusi, 900 mL dan L adalah kadar kofein yang pendingin, gunakan dalam 24 jam.
tertera pada etiket dalam mg per tablet. Hitung Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
persentase ergotamin tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
yang tertera pada etiket yang terlarut dengan rumus: setara dengan lebih kurang 10 mg ergotamin tartrat,
masukkan ke dalam labu yang sesuai. Tambahkan
25,0 mL Pengencer ke dalam labu dan jika perlu
 rU 
  CS  V     100
1
 sonikasi. Biarkan larutan stabil pada suhu ruang.
 rS  L Sentrifugasi, saring beningan melalui penyaring
membran yang sesuai dan buang tidak kurang dari 3
mL filtrat pertama. Larutan mengandung 0,4 mg per
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
mL ergotamin tartrat. Simpan dalam lemari
ergotamin pada panjang gelombang 435 nm dari
pendingin, gunakan dalam 1 jam.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Ergotamin Tartrat BPFI dalam mg per mL Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
baku; V adalah volume Media disolusi, 900 mL dan L
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
adalah kadar ergotamin tartrat yang tertera pada
etiket dalam mg per tablet. ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,3 mL
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak per menit dan pertahankan suhu “autosampler” pada
kurang dari 70% (Q) ergotamin tartrat, 5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
(C33H35N5O5)2.C4H6O6 dan tidak kurang dari 75% (Q) rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
kofein, C8H10N4O2, dari jumlah yang tertera pada tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
etiket. penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara ergotamin
Ergotaminin dan cemaran senyawa sejenis dan ergotaminin tidak kurang dari 1,5. Lakukan
ergotamin lainnya Lakukan penetapan dengan cara kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Kromatografi <931>. pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak
Dapar Buat larutan amonium karbonat P 0,93 g kurang dari 10. [Catatan Waktu retensi relatif tertera
per Liter, saring melalui penyaring membran yang pada Tabel 1.]
sesuai. Tambahkan 6,7 mL per Liter dietilamin P. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar volume sama (lebih kurang 60 µL) Larutan baku dan
(50:60). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 509 -

kromatogram selama 3,9 kali waktu retensi ergotamin dan tambahkan Fase gerak sebanyak 66% volume
dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase labu. Sonikasi selama tidak kurang dari 45 menit
masing-masing cemaran dalam tablet dengan rumus: dengan sesekali kocok dan biarkan larutan stabil pada
suhu ruang. Encerkan dengan Fase gerak sampai
 ri   CS  tanda. Larutan mengandung 1 mg per mL kofein.
      100 Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
 rS   CU  encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 0,2 mg per mL. Saring melalui penyaring
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran membran yang sesuai dan buang filtrat pertama.
dari Larutan uji; rSadalah respons puncak ergotamin Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dari Larutan baku; CS adalah kadar Ergotamin tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom
Tartrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L3 dengan
adalah kadar ergotamin tartrat dalam mg per mL ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
etiket. Masing-masing cemaran dan total cemaran selama 3 kali waktu retensi kofein, rekam
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1 . kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Tabel 1 penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Lakukan
Nama Waktu Batas kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
retensi (%) rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
relatif tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kofein dan
Ergotamin 1,0 - teofilin tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi
Cemaran lain 1,55 1,5 terhadap Larutan sensitivitas, rekam kromatogram
Ergotaminin 2,85 2,0 dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Masing-masing - 0,5
Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak
cemaran
Total cemaran - 4,0
kurang dari 10. [Catatan Waktu retensi relatif tertera
pada Tabel 2.]
Teofilin dan cemaran senyawa sejenis kofein Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lainnya Lakukan penetapan dengan cara volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Kromatografi <931>. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Dapar Buat larutan natrium asetat anhidrat P 1,6 Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
g per Liter, atur pH hingga 4,5 dengan penambahan serbuk tablet dengan rumus:
asam asetat glasial P.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar  ri   CS  1
       100
r  C 
(95:5). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan  S   U  F
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Larutan baku persediaan Timbang saksama dari Larutan uji; rS adalah respons puncak kofein dari
sejumlah Kofein BPFI, masukkan ke dalam labu Larutan baku; CS adalah kadar Kofein BPFI dalam
tentukur yang sesuai dan tambahkan Fase gerak mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar kofein
sebanyak 66% volume labu. Sonikasi tidak kurang dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
dari 10 menit dan biarkan larutan stabil pada suhu yang tertera pada etiket dan F adalah faktor respons
ruang. Encerkan dengan Fase gerak sampai relatif seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing
tanda.Larutan mengandung 0,2 mg per mL kofein. cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku tertera pada Tabel 2. Abaikan puncak lebih kecil dari
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga 0,05%.
kadar lebih kurang 0,002 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Tabel 2
sejumlah Teofilin BPFI, larutkan dan encerkan Nama Waktu Faktor Batas
dengan Larutan baku hingga kadar lebih kurang retensi respon (%)
0,002 mg per mL. relatif relatif
Kofein 1,0 - -
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, Teofilin 1,3 1,2 0,1
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar kofein 1,3,9- 1,7 1,2 0,1
lebih kurang 0,1 g per mL. Trimetilxantin
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan Formil 1,3-dimetil- 2,4 1,9 0,1
tidak kurang dari 10 tablet. Timbang saksama 5,6-diaminurasil
sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 250 mg Masing-masing - 1,0 0,2
kofein, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL cemaran
- 510 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara panjang gelombang eksitasi 250 nm dan panjang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada gelombang emisi 435 nm. Kolom 4,6 mm x 25 cm
Kromatografi <931>. berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 m.
Dapar Campuran trietilamin P-asam sulfat P-air Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.Kromatograf
(4:0,5:2000). Atur pH hingga 3,0 dengan diprogram sebagai berikut:
penambahan asam sulfat P atau natrium hidroksida 1
N. Waktu Larutan A Larutan B
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (15:85). (menit) (%) (%)
Laruran B Campuran asetonitril P-Dapar (42:58). 0 100 0
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A 12 0 100
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem 17 0 100
17,5 100 0
kromatografi.
25 100 0
Pengencer Buat larutan asam tartrat P 10 g per
Liter. Gunakan larutan segar d- atau l- asam tartrat,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
jangan gunakan campuran rasemat.
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku persediaan ergotamin tartrat
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Timbang saksama sejumlah Ergotamin Tartrat BPFI,
ergotamin dan ergotaminin tidak kurang dari 1,5.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tambahkan Pengencer sebanyak 66% volume labu.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Sonikasi selama 5 menit dan biarkan larutan stabil
pada Prosedur: fakor ikutan untuk ergotamin tidak
pada suhu ruang. Encerkan dengan Pengencer sampai
lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif masing-
tanda. Larutan mengandung 0,2 mg per mL
masing untuk kofein dan ergotamin pada penyuntikan
ergotamin tartrat.
ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi
Larutan baku persediaan Timbang saksama
relatif untuk kofein, ergotamin, ergotaminin berturut-
sejumlah Kofein BPFI, masukkan ke dalam labu
turut 1,0; 2,6 dan 2,8.]
tentukur yang sesuai dan tambahkan Pengencer
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sebanyak 66% volume labu. Sonikasi selama 5 menit
volume sama (lebih kurang 60 µL) Larutan baku dan
dan biarkan larutan stabil pada suhu ruang.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tambahkan Larutan baku persediaan ergotamin
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
tartrat secukupnya dan encerkan dengan Pengencer
persentase kofein, C8H10N4O2 dalam serbuk tablet
sampai tanda. Larutan berturut-turut mengandung
yang digunakan dengan rumus:
0,01 mg per mL ergotamin tartrat dan 1 mg per mL
kofein .
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku  rU   CS 
      100
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kadar ergotamin tartrat dan kofein berturut-turut lebih  rS   CU 
kurang 0,001 mg per mL dan 0,1 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kofein
sejumlah Ergotaminin BPFI, larutkan dan encerkan pada panjang gelombang 254 nm dari Larutan uji dan
dengan Larutan baku hingga kadar lebih kurang Larutan baku; CS adalah kadar Kofein BPFI dalam
0,001 mg per mL. mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar kofein
Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah
dari 10 tablet ke dalam labu tentukur 1000-mL. yang tertera pada etiket. Hitung persentase ergotamin
Tambahkan Pengencer sebanyak 66% volume labu. tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dalam serbuk tablet
Kocok secara mekanik selama tidak kurang dari 45 yang digunakan dengan rumus:
menit untuk membantu melarutkan. Jika perlu
longgarkan dan kencangkan penutup beberapa kali  rU   CS 
selama di kocok untuk mengurangi tekanan.       100
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Gunakan  rS   CU 
dalam 9 jam.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
encerkan dengan Pengencer hingga kadar ergotamin ergotamin pada panjang gelombang 435 nm dari
tartrat dan kofein berturut-turut lebih kurang 0,001 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
mg per mL dan 0,1 mg per mL. Saring menggunakan Ergotamin Tartrat BPFI dalam mg per mL Larutan
penyaring membran yang sesuai dan gunakan filtrat baku; CU adalah kadar ergotamin tartrat dalam mg
dalam 9 jam. per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang terera
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pada etiket.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm (untuk
kofein) serangkai dengan detektor fluorometer pada
- 511 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering
baik, tidak tembus cahaya, simpan pada suhu ruang pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º
terkendali. selama 3 jam dan dilarutkan dalam kloroform P
hingga kadar lebih kurang 50 mg per mL dan diukur
dengan sel 0,1 mm, menunjukkan maksimum hanya
ERITROMISIN pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Erythromycin Eritromisin BPFI kecuali pada daerah antara 1980 cm-
1
dan 2050 cm-1.

H H3C H3C Rotasi jenis <1081> Antara -71º dan -78º, dihitung
CH3 H OH O
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
H
CH3
menggunakan larutan dalam etanol mutlak P dengan
HO HH
HO
O H CH3
O kadar 20 mg per mL, setelah didiamkan selama 30
O
H3C CH3
menit.
H O H N(CH3)2
CH2CH3 O Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
OH O OH
CH3 pH <1071> Antara 8,0 dan 10,5; lakukan penetapan
OCH3 menggunakan larutan yang dibuat dengan
mengencerkan 1 bagian volume larutan metanol P
CH3
yang mengandung 40 mg per mL dengan 19 bagian
volume air.
(3R*,4S*,5S*,6R*,7R*,9R*,11R*,12R*,13S*,
14R*)-4-[(2,6-Dideoksi-3-C-metil-3-O-metil-α-L- Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 10,0%;
ribo-hekso-piranosil)-oksi]-14-etil-7,12,13- lakukan penetapan menggunakan 20 mL larutan
trihidroksi-3,5,7,9,11,13-heksametil-6-[[3,4,6, imidazol P 10% dalam metanol P sebagai pengganti
trideoksi-3-(dimetilamino)-β-D-xilo- metanol di dalam labu titrasi.
heksopiranosil]oksi] oksasiklotetradekana-2,10-dion
[114-07-8] Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
C37H67NO13 BM 733,94
Tiosianat Tidak lebih dari 0,3%
Eritromisin terutama mengandung eritromisin A, Larutan baku [Catatan Gunakan larutan ini dalam
C37H67NO13. Jumlah eritromisin A, eritromisin B dan waktu 30 menit]. Timbang saksama lebih kurang 100
eritromisin C tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih mg kalium tiosianat P yang sebelumnya telah
dari 100,5% dihitung terhadap zat anhidrat. dikeringkan pada suhu 105 selama 1 jam dan
didinginkan. Timbang 2 kali dan masukkan masing-
Pemerian Serbuk hablur putih atau agak kuning; masing ke dalam dua labu tentukur 50-mL. Pada
tidak berbau atau praktis tidak berbau. masing-masing labu tambahkan lebih kurang 20 mL
metanol P, kocok hingga larut, encerkan dengan
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol, metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL dari masing-
dalam kloroform dan dalam eter. masing labu ke dalam dua labu tentukur 50-mL
lainnya, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan hingga Pipet 5 mL dari masing-masing labu tersebut ke
suhu ruang sebelum dibuka. Higroskopik. Setelah dalam dua labu tentukur aktinik rendah 50-mL. Pada
dibuka, timbang segera, hindari dari kelembapan masing-masing labu tambahkan 1,0 mL besi(III)
berlebih, buang sisa. Simpan ampul yang belum dibuka klorida LP, encerkan dengan metanol P sampai
dalam lemari pembeku. Kecuali dinyatakan lain tidak tanda.
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan ampul Larutan uji [Catatan Gunakan larutan ini dalam
yang tertutup dalam lemari pembeku. Eritromisin B waktu 30 menit]. Timbang saksama lebih kurang 100
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur aktinik
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari rendah 50-mL. Tambahkan 20 mL metanol P, kocok
cahaya, dalam lemari pembeku. Eritromisin C BPFI; hingga larut. Tambahkan 1,0 mL besi(III) klorida LP,
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam Larutan blangko [Catatan Gunakan larutan ini
lemari pembeku. Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI, dalam waktu 30 menit]. Masukkan 1,0 mL besi(III)
[N-demetil-eritromisin A], (C36H65NO13 BM 719,91). klorida LP ke dalam labu tentukur aktinik rendah 50-
Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan mL, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan
dalam lemari pembeku. uji pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
- 512 -

kurang 492 nm, menggunakan Larutan blangko. C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL
Hitung nilai kesesuaian, S dengan rumus: Enceran larutan baku; P adalah persentase
eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W adalah
 A1  W2  bobot zat dalam mg Larutan uji; rS adalah respons
   puncak eritromisin A pada kromatogram Enceran
 W1  A2 
larutan baku. 11 adalah faktor respons eritromisin A
enol eter terhadap eritromisin A; rE adalah respons
A1 dan A2 adalah nilai serapan dari masing-masing puncak eritromisin A enol eter pada kromatogram
Larutan baku; W1 dan W2 adalah bobot masing- Larutan uji.
masing dalam mg kalium tiosianat yang digunakan
untuk membuat Larutan baku. Nilai S tidak kurang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari 0,985 dan tidak lebih dari 1,015. Hitung Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
persentase tiosianat dalam zat uji yang digunakan Kromatografi <931>.
dengan rumus: Larutan A Larutkan 1,75 g kalium fosfat dibasa P
dalam 50 mL air, atur pH hingga 9,0 dengan
 58,08  Au   W   W 
 (0,5) 1  +  2 
penambahan asam fosfat P (1 dalam 10) atau
 natrium hidroksida 0,2 N, tambahkan 400 mL air,
 97,18  Wu   A1   A2  165 mL butil alkohol tersier P dan 30 mL asetonitril
P. Encerkan dengan air hingga 1000 mL.
58,08 dan 97,18 berturut-turut adalah bobot molekul Fase gerak Buat campuran Larutan A-asetonitril
tiosianat dan kalium tiosianat; AU adalah serapan P-air (5:2:1), jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Larutan uji; WU adalah bobot zat uji, dalam mg Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
Larutan uji; A1 dan A2 adalah nilai serapan dari <931>.
masing-masing Larutan baku; W1 dan W2 adalah Pengencer Buat campuran Dapar pH 7,0 [lihat
bobot masing-masing dalam mg kalium tiosianat pereaksi dan larutan pereaksi]-metanol P (15:1).
yang digunakan untuk membuat Larutan baku. Dapar pH 3,5 Pada 20 mL Dapar pH 7,0
tambahkan asam fosfat P hingga pH 3,5.
Cemaran organik Kadar eritromisin A enol eter, [Catatan Gunakan larutan berikut segera setelah
eritromisin B, eritromisin C yang diperoleh dari dibuat atau dalam 1 hari jika disimpan dalam lemari
Penetapan kadar berturut-turut adalah tidak lebih pendingin].
dari 3,0%; 12,0% dan 5,0%. Gunakan kromatogram Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100
Larutan uji dan enceran Larutan baku yang diperoleh mg Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu
dari Penetapan kadar. Hitung persentase senyawa tentukur 25-mL, tambahkan 5 mL metanol P, kocok
sejenis lain yang mempunyai respons terbesar, selain hingga larut, encerkan dengan Pengencer sampai
eritromisin A, eritromisin B, eritromisin C dan tanda.
eritromisin A enol eter, dalam zat yang digunakan Enceran larutan baku Masukkan 3,0 mL Larutan
dengan rumus: baku ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini
 CP  ri 

mengandung Eritromisin BPFI lebih kurang 0,12 mg
25 
 W  rS
per mL.
 Larutan baku eritromisin B dan C Timbang
saksama masing-masing lebih kurang 5 mg
C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL Eritromisin B BPFI dan Eritromisin C BPFI
Enceran larutan baku; P adalah persentase masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan
eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W adalah 5 mL metanol P, kocok hingga larut, encerkan dengan
bobot zat dalam mg Larutan uji; ri adalah respons Pengencer sampai tanda.
puncak senyawa sejenis selain eritromisin A, Larutan resolusi Masukkan lebih kurang 2 mg
eritromisin B, eritromisin C atau eritromisin A enol Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI ke dalam labu
eter pada kromatogram Larutan uji; rS adalah respons tentukur 10-mL, tambahkan 0,4 mL Larutan baku,
puncak eritromisin A pada kromatogram Enceran encerkan dengan Larutan baku eritromisin B dan
larutan baku. Senyawa sejenis lain tidak lebih dari eritromisin C sampai tanda.
3,0%. Larutan waktu retensi eritromisin A enol eter
Hitung persentase eritromisin A enol eter dalam zat Larutkan lebih kurang 10 mg Eritromisin BPFI
yang digunakan, dengan rumus: dalam 2 mL metanol P. Tambahkan 10 mL Dapar
pH 3,5 biarkan selama lebih kurang 30 menit.
 25  CP  rE 

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
  
 11  W  rS
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
 tambahkan 5 mL metanol P, kocok hingga larut.
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
- 513 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada eritromisin B dan C dari Larutan uji dan Larutan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi baku Eritromisin B dan Eritromisin C.
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21 (1000 Å) dan Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 65. Laju pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah zat
terhadap Larutan resolusi, ukur respons puncak yang ditimbang saksama larutkan dalam metanol P
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif hingga kadar lebih kurang 1 mg eritromisin per mL.
untuk senyawa sejenis N eritromisin (N-dimetil Encerkan larutan secara kuantitatif menggunakan
eritromisin A), eritromisin C, eritromisin A dan Dapar nomor 3 untuk memperoleh larutan uji dengan
eritromisin B berturut-turut adalah lebih kurang 0,56; kadar diperkirakan setara dengan aras dosis tengah
0,61; 1,0 dan 1,6; resolusi, R, antara puncak senyawa larutan baku.
sejenis N eritromisin dan puncak eritromisin C tidak
kurang dari 0,8 dan antara puncak senyawa sejenis N Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
eritromisin dan puncak eritromisin A tidak kurang rapat.
dari 5,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
waktu retensi eritromisin A enol eter, ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi SALEP ERITROMISIN
relatif puncak eritromisin A enol eter lebih kurang Erythromycin Ointment
3,2 terhadap puncak eritromisin A dari kromatogram
Larutan resolusi. Lakukan kromatografi terhadap Salep Eritromisin adalah eritromisin dalam dasar
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera salep yang sesuai. Mengandung eritromisin,
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dari 125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku, Baku pembanding Eritromisin BPFI; Biarkan
Enceran larutan baku, Larutan baku Eritromisin B hingga suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah
dan Eritroimisin C dan Larutan uji ke dalam ampul dibuka, timbang segera dan buang sisa.
kromatograf, rekam kromatogram sampai terlihat Simpan dalam lemari pembeku. Higroskopik.
puncak eritromisin A enol eter, ditetapkan dari Eritromisin B BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan
kromatogram Larutan waktu retensi eritromisin A dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
enol eter (lebih kurang 5 kali waktu retensi puncak lemari pembeku. Eritromisin C BPFI; tidak boleh
utama eritromisin A). Ukur respons puncak. Hitung dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
persentase eritromisin A dalam zat yang digunakan terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Senyawa
dengan rumus: Sejenis N Eritromisin BPFI.

 C P  r  Identifikasi
25 A  U  A. Masukkan sejumlah salep setara dengan lebih
 W  rA  kurang 5 mg eritromisin ke dalam corong pisah berisi
CA adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL 50 mL heksan P. Kocok hingga larut. Ekstraksi 3
Larutan baku; P adalah persentase eritromisin A kali, tiap kali dengan 20 mL metanol P. Kumpulkan
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam ekstrak metanol dalam gelas piala dan uapkan sampai
mg Larutan uji; rU dan rA berturut-turut adalah kering. Larutkan residu dalam 2 mL metanol P.
respons puncak eritromisin A dari Larutan uji dan Lakukan seperti tertera pada Identifikasi dalam
Larutan baku. Tablet Eritromisin, mulai dengan “Larutan baku”.
Hitung persentase eritromisin B dan eritromisin C B. Waktu retensi puncak eritromisin A, eritromisin
dalam zat yang digunakan dengan rumus: B, dan eritromisin C kromatogram Larutan uji sesuai
dengan Larutan baku, Larutan baku eritromisin B,
dan Larutan baku eritromisin C seperti diperoleh
 C P  r 
25 S  U  pada Penetapan kadar.
 W  rS 
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
Cs adalah kadar Eritromisin B BPFI dan Eritromisin
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
C BPFI dalam mg per mL dalam Larutan baku
penetapan menggunakan 20 mL campuran toluen P–
Eritromisin B dan Eritromisin C; P adalah persentase
metanol P (7:3) sebagai pengganti metanol P dalam
eritromisin B dan eritromisin C dalam Eritromisin
bejana titrasi.
BPFI; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rU
dan rS berturut-turut adalah respons puncak
- 514 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara 100 ms. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Kromatografi <931>. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan A Buat campuran asetonitril P – air seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
(90:10). Saring dan awaudarakan. Simpan dalam senyawa sejenis N-eritromisin, eritromisin C,
wadah terlindung dari udara dengan mengalirkan eritromisin A, dan eritromisin B berturut-turut lebih
helium P. kurang 0,4; 0,5; 1,0; dan 1,6; resolusi, R, antara
Larutan B Ke dalam 1000 mL air yang puncak senyawa sejenis N-eritromisin dan eritromisin
diawaudarakan, tambahkan 0,5 mL larutan natrium C tidak kurang dari 0,6, antara eritromisin C dan
hidroksida P (1 dalam 2) menggunakan siring yang eritromisin A tidak kurang dari 2,5, dan antara
sesuai dan jarum yang meminimalkan paparan udara. eritromisin A dan eritromisin B tidak kurang dari 2,5.
Awaudarakan dan simpan dalam wadah terlindung Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
dari udara dengan mengalirkan helium P. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan C Gunakan air yang diawaudarakan, pada Prosedur : faktor ikutan puncak utama tidak
simpan dalam wadah terlindung dari udara dengan kurang dari 2; simpangan baku relatif pada
mengalirkan helium P. penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%. [Catatan
Pengencer Campuran metanol P – air (50:50). Matikan detektor elektrokimia sebelum menghentikan
Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan C - aliran fase gerak.]
Larutan B (56:37:7) dari masing-masing wadah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
menggunakan sistem pompa yang sesuai, jika perlu volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku,
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Larutan baku eritromisin B dan eritroimisin C dan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Eritromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan persentase eritromisin A dalam salep yang digunakan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,66 mg per dengan rumus:
mL.
Larutan baku eritromisin B dan eritromisin C 𝑟𝑈 𝐶𝑃
Timbang saksama sejumlah Eritromisin B BPFI dan ( ) ( ) 0,1
𝑟𝑆 𝑊
Eritromisin C BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL
34 µg per mL. Larutan baku; P adalah persentase eritromisin A
Larutan kesesuaian sistem Masukkan lebih kurang dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot salep dalam
2 mg Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI ke dalam g yang digunakan untuk Larutan uji; rU dan rS
labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,4 mL Larutan berturut-turut adalah respons puncak eritromisin A
baku dan 6 mL Larutan baku eritromisin B dan dari Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
eritromisin C, campur. Encerkan dengan Larutan eritromisin B dan eritromisin C dalam salep yang
baku eritromisin B dan eritromisin C sampai tanda. digunakan dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
setara dengan lebih kurang 60 mg eritromisin, 𝑟𝑈 𝐶𝑃
masukkan ke dalam corong pisah 125 mL. ( ) ( ) 0,0001
Tambahkan 50 mL heksan P, kocok hingga larut. 𝑟𝑆 𝑊
Ekstraksi 4 kali, tiap kali dengan 20 mL Pengencer.
Kumpulkan ekstrak dalam labu tentukur 100-mL, C adalah kadar Eritromisin B BPFI dan Eritromisin
encerkan ekstrak dengan Pengencer sampai tanda. C BPFI dalam mg per mL Larutan baku eritromisin
Saring dengan penyaring yang sesuai dengan B dan eritromisin C; P adalah persentase eritromisin
porositas 0,45 µm. Gunakan filtrat jernih sebagai B dan eritromisin C dalam Eritromisin BPFI; W
Larutan uji. adalah bobot salep dalam gram pada Larutan uji; rU
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dan rS berturut-turut adalah respons puncak
tinggi dilengkapi dengan detektor elektrokimia, eritromisin B dan eritromisin C dari Larutan uji dan
dengan elektroda kaca karbon yang dilengkapi Larutan baku eritromisin B dan eritromisin C.
dengan tiga “gaskets” (pelindung), kolom pelindung Hitung persentase eritromisin dalam salep yang
berukuran 4 mm x 5 cm berisi bahan pengisi L50 digunakan dengan menjumlahkan persentase
dengan ukuran partikel 8 µm dan kolom berukuran 4 eritromisin A, eritromisin B dan eritromisin C yang
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L50 dengan ukuran diperoleh.
partikel 8 µm. Detektor elektrokimia yang digunakan
dengan model amperometrik dengan skala 10 nC, Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
dengan hasil 1 V pada skala penuh, waktu kenaikan dilipat, tertutup rapat, sebaiknya pada suhu ruang
0,6 detik, polaritas positif, potensial E = 0,9 V; t1 = terkendali.
400 ms; E2 = 0,9 V; t2 = 100 ms; E3 = -0,9 V; t3 =
- 515 -

TABLET ERITROMISIN Tambahkan 15,0 mL natrium hidroksida 0,25 N,


Erythromycin Tablets encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
Panaskan pada suhu 60o selama 5 menit, biarkan
Tablet Eritromisin mengandung eritromisin, dingin. Lakukan penetapan jumlah C37H67NO13
C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dengan mengukur serapan Larutan uji dan Larutan
dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. baku pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 236 nm menggunakan larutan blangko
Baku pembanding Eritromisin BPFI; Biarkan yang dibuat dengan cara yang sama kecuali 2,0 mL
hingga suhu kamar sebelum ampul dibuka. Setelah air diganti dengan 2,0 mL asam sulfat 0,5 N.
ampul dibuka, timbang segera dan buang sisa. Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Simpan dalam lemari pembeku. Higroskopik. kurang dari 70% (Q) eritromisin, C37H67NO13, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tipis <281>.
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
(85:15). lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dalam hampa udara pada suhu 60o selama 3 jam
Eritromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan menggunakan lebih kurang 100 mg serbuk tablet.
metanol P hingga kadar 2,5 mg per mL.
Larutan uji Serbukkan sejumlah tablet, tambahkan Penetapan potensi Masukkan tidak kurang dari 4
metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang tablet ke dalam blender berkecepatan tinggi berisi
mengandung setara dengan lebih kurang 2,5 mg 200 mL metanol P, dan campur selama 3 menit.
eritromisin per mL. Tambahkan 300 mL Dapar nomor 3 dan campur
Penampak bercak Buat campuran etanol P-4- selama 3 menit. Lakukan penetapan seperti tertera
metoksi-benzaldehid P-asam sulfat P (90:5:5). pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah volume
10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng larutan yang diukur saksama, encerkan bertahap
kromatografi silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji
lempeng ke dalam bejana kromatograf tanpa lapisan dengan kadar yang diperkirakan sama dengan aras
kertas saring yang berisi Fase gerak, biarkan Fase dosis tengah larutan baku.
gerak merambat lebih kurang 7 cm dari garis
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambaat, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
biarkan Fase gerak menguap dan semprot lempeng rapat.
dengan Penampak bercak. Panaskan lempeng pada
100o selama 10 menit dan amati kromatogram
eritromisin yang tampak sebagai bercak hitam hingga ERITROMISIN ETILSUKSINAT
ungu: harga Rf bercak utama yang diperoleh dari Erythromycin Ethylsuccinate
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.

Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat 0,05 M pH
6,8.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 60 menit.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, jika perlu
encerkan dengan Media disolusi hingga diperoleh
kadar lebih kurang 0,28 mg eritromisin per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Eritromisin BPFI, larutkan dalam metanol P (tidak
lebih dari 1 mL metanol untuk tiap 14 mg Eritromisin
Eritromisin 2’-(etilsuksinat)[1264-62-6]
BPFI) dan encerkan dengan air hingga kadar larutan
C43H75NO16 BM 862,05
lebih kurang 0,56 mg per mL. Segera sebelum
digunakan, encerkan larutan ini dengan air hingga
Eritromisin Etilsuksinat sebagian besar terdiri dari
kadar lebih kurang 0,28 mg per mL.
ester 2’-etilsuksinat dari eritromisin A, mempunyai
Prosedur Masukkan masing-masing 5,0 mL
jumlah persentase eritromisin A, eritromisin B, dan
Larutan uji dan Larutan baku ke dalam labu tentukur
eritromisin C tidak kurang dari 76,5%, dihitung
25-mL, tambahkan masing-masing 2,0 mL air,
terhadap zat anhidrat.
biarkan selama 5 menit sambil sesekali digoyang.
- 516 -

Pemerian Serbuk hablur putih atau sedikit kuning; C P  r 


tidak berbau atau praktis tidak berbau; praktis tidak 50   S 2    i 
berasa.  W   rS 2 

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut CS2 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL
dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam Larutan baku 2; P adalah persentase eritromisin A
polietilenglikol 400. dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
mg Larutan uji; ri adalah respons puncak senyawa
Baku pembanding Eritromisin BPFI; Setelah ampul sejenis selain eritromisin A, eritromisin B,
dibuka, timbang segera dan buang sisa. Simpan eritromisin C, eritromisin A enol eter, atau senyawa
dalam lemari pembeku. Higroskopik. Eritromisin B sejenis eritromisin N-etilsuksinat pada kromatogram
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah Larutan uji; rS2 adalah respons puncak eritromisin A
tertutup rapat, di tempat kering dan terlindung cahaya pada kromatogram Larutan baku 2. Hitung persentase
dalam lemari pembeku. Eritromisin C BPFI; tidak eritromisin A enol eter dalam zat yang digunakan,
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup dengan rumus:
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI tidak boleh
 50   C S 2 P   rE 

dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,   
terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.  11   W   rS 2 
Eritromisin Etilsuksinat BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, 11 adalah faktor respons eritromisin A enol eter
terlindung cahaya dalam lemari pendingin. terhadap eritromisin A; CS2 adalah kadar Eritromisin
BPFI dalam mg per mL Larutan baku 2; P adalah
Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W
dalam kloroform P (1 dalam 100) menggunakan sel adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rE adalah
1,0 mm, menunjukkan maksimum hanya pada respons puncak eritromisin A enol eter pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada kromatogram Larutan uji; rS2 adalah respons puncak
Eritromisin Etilsuksinat BPFI. eritromisin A pada kromatogram Larutan baku 2.
Hitung persentase eritromisin N-etilsuksinat dalam zat
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat, kecuali yang digunakan, dengan rumus:
dalam penandaan dinyatakan dalam bentuk amorf.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 3,0%; lakukan
 50   C S 2 P   rN 
penetapan menggunakan 20 mL metanol P yang      
mengandung 10% imidazol P sebagai pengganti  7,4   W   rS 2 
metanol P di dalam bejana titrasi.
7,4 adalah faktor respons eritromisin N-etilsuksinat
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%;
terhadap eritromisin A; CS2 adalah kadar Eritromisin
lakukan pemijaran pada suhu 550 ± 50o, basahkan
BPFI dalam mg per mL Larutan baku 2; P adalah
sisa pengarangan dengan 2 mL asam nitrat P dan 5
persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W
tetes asam sulfat P.
adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rN adalah
respons puncak eritromisin N-etilsuksinat pada
Cemaran organik Kadar eritromisin A enol eter,
kromatogram Larutan uji; rS2 adalah respons puncak
eritromisin A, eritromisin B, eritromisin C,
eritromisin A pada kromatogram Larutan baku 2.
eritromisin N-etilsuksinat adalah tidak lebih dari
3,0%; kadar senyawa sejenis lain selain dari
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
eritromisin A enol eter, eritromisin A, eritromisin B,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
eritromisin C, eritromisin N-etilsuksinat adalah tidak
Kromatografi <931>.
lebih dari 3,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Pereaksi hidrolisis Buat larutan kalium fosfat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dibasa P dalam air (2 dalam 100), atur pH hingga
Kromatografi <931>
8,0 dengan penambahan asam fosfat P.
Gunakan kromatogram Larutan uji dan Larutan
Dapar pH 8,0 Buat larutan kalium fosfat dibasa P
baku 2 yang diperoleh dari Penetapan kadar.
dalam air (3,5 dalam 100), atur pH hingga 8,0
Lakukan integrasi puncak setelah dua puncak
dengan penambahan asam fosfat P.
suksinat yang tereluasi tepat setelah puncak pelarut
Dapar pH 3,5 Pada 20 mL Dapar pH 8,0
dan hitung persentase senyawa sejenis lain yang
tambahkan asam fosfat P hingga pH 3,5.
mempunyai respons terbesar, selain eritromisin A,
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 8,0 -air
eritromisin B, eritromisin C, eritromisin A enol eter,
(50:400), tambahkan 175 mL isobutil alkohol P dan
dan eritromisin N-etilsuksinat dalam zat yang
30 mL asetonitril P. Encerkan dengan air sampai
digunakan dengan rumus:
1000 mL, saring dan awaudarakan. Jika perlu
- 517 -

lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Larutan baku 2 dan Larutan uji ke dalam
seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan kromatograf, rekam kromatogram sampai terlihat
Gunakan larutan berikut segera setelah dibuat atau puncak eritromisin A enol eter, jika ada. Ukur
dalam 1 hari jika disimpan dalam lemari pendingin]. respons puncak. Hitung persentase eritromisin A
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 50 dalam zat yang digunakan dengan rumus:
mg Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 25-mL, tambahkan 12,5 mL metanol P,  C  P   rU 
kocok hingga larut, encerkan dengan Pereaksi 50   S 1    
hidrolisis sampai tanda.  W   rS 1 
Larutan baku 2 Timbang saksama masing-masing
lebih kurang 5 mg Eritromisin B BPFI dan CS1 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL
Eritromisin C BPFI, masukkan ke dalam labu Larutan baku 1; P adalah persentase
tentukur 50-mL, tambahkan 25,0 mL metanol P, eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W adalah
kocok hingga larut. Tambahkan 2,5 mL Larutan baku bobot zat dalam mg Larutan uji; rU dan rS1 berturut-
1, encerkan dengan Pereaksi hidrolisis sampai turut adalah respons puncak eritromisin A dari Larutan
tanda. uji dan Larutan baku 1. Hitung persentase eritromisin
Larutan kesesuaian sistem Masukkan lebih kurang B dan eritromisin C dalam zat yang digunakan
2 mg Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI dalam 20 dengan rumus:
mL Larutan baku 2, campur.
Larutan eritromisin A enol eter Larutkan lebih
 C  P   rU 
kurang 10 mg Eritromisin BPFI dalam 2 mL metanol 50   S 2    
P. Tambahkan 10 mL Dapar pH 3,5, campur dan  W   rS 2 
biarkan selama lebih kurang 30 menit. Simpan
larutan di dalam lemari pendingin sebelum
CS2 adalah kadar Eritromisin B BPFI atau Eritromisin C
digunakan. Jangan gunakan larutan ini setelah 8 jam
BPFI dalam mg per mL dalam Larutan baku 2; P
dibuat.
adalah persentase eritromisin B atau eritromisin C
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 115 mg
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
mg Larutan uji; rU dan rS2 berturut-turut adalah
tambahkan 25,0 mL metanol P, kocok hingga larut.
respons puncak eritromisin B atau eritromisin C dari
Tambahkan 20 mL Pereaksi hidrolisis, campur dan
Larutan uji dan Larutan baku 2.
biarkan pada suhu ruang selama lebih kurang 12 jam
untuk hidrolisis. Encerkan dengan Pereaksi hidrolisis
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
sampai tanda.
rapat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
Penandaan Eritromisin etilsuksinat bentuk bukan
berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21
kristal harus dinyatakan dalam penandaan sebagai
(1000 Å) dan pertahankan suhu kolom pada lebih
bentuk amorf. Sediaan yang menggunakan
kurang 70. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. eritromisin etilsuksinat bentuk amorf harus diberi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian penandaan yang sesuai.
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: urutan elusi adalah
senyawa sejenis N eritromisin (N-dimetil eritromisin
SUSPENSI ORAL ERITROMISIN
A), eritromisin C, eritromisin A dan eritromisin B;
dan resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis N ETILSUKSINAT
eritromisin dan puncak eritromisin C tidak kurang Erythromycin ethylsuccinate oral suspension
dari 0,8 dan antara puncak senyawa sejenis N
eritromisin dan puncak eritromisin A tidak kurang Suspensi Oral Eritromisin Etilsuksinat adalah
dari 5,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Suspensi Eritromisin Etilsuksinat yang mengandung
eritromisin A enol eter, rekam kromatogram dan ukur satu atau lebih dapar, pewarna, pendispersi,
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: atur pengaroma dan pengawet yang sesuai. Mengandung
durasi sehingga waktu retensi relatif puncak eritromisin, C37H67NO13, setara dengan tidak kurang
eritromisin A enol eter antara 4,3 dan 4,7 waktu dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%, dari jumlah
retensi eritromisin A. Lakukan kromatografi terhadap yang tertera pada etiket.
Larutan baku 1, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak hingga suhu kamar sebelum ampul dibuka.
lebih dari 1,0%. Higroskopik. Setelah dibuka, timbang segera dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah buang sisa. Kecuali denyatakan lain, tidak boleh
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku 1, dikeringkan sebelum digunakan. Eritromisin
- 518 -

Etilsuksinat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum TABLET ERITROMISIN ETILSUKSINAT


digunakan. Erythromycin Ethylsuccinate Tablets
Identifikasi lebih kurang 30 menit. Sentrifus Tablet Eritromisin Etilsuksinat mengandung
campuran dan gunakan beningan yang jernih sebagai Eritromisin Etilsuksinat setara dengan eritromisin,
larutan uji. C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan baku Larutkan Eritromisin Etilsuksinat dari 120,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
BPFIdalam metanol P hingga kadar lebih kurang 3
mg per mL. Baku pembanding Eritromisin BPFI; Setelah ampul
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing dibuka, timbang segera dan buang sisa. Simpan
10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng dalam lemari pembeku. Higroskopik. Eritromisin
kromatografi Lakukan Kromatografi lapis tipis Etilsuksinat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dalam
Larutan uji Tambahkan metanol P secukupnya lemari pendingin.
pada sejumlah zat uji hingga kadar setara dengan
lebih kurang 2,5 mg eritromisin per mL. Kocok Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
selama silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan yang tertera pada Kromatografi <931>.
lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang tidak Larutan baku dan Prosedur Lakukan seperti tertera
lapisan kertas dengan fase metanol P-kloroform P pada Identifikasi dalam Suspensi Oral Eritromisin
(85:15) hingga merambat lebih kurang 9 cm di atas Etilsuksinat.
garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan fase gerak Larutan uji Serbukkan sejumlah tablet, tambahkan
menguap, semprot lempeng dengan campuran etanol metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang
P-p-metoksibenzaldehida P-asam sulfat P (90:5:5). mengandung setara dengan lebih kurang 2,5 mg
Panaskan lempeng pada 100o selama 10 menit dan eritromisin per mL. Kocok secara mekanik selama
amati kromatogram. Eritromisin dan asam suksinat lebih kurang 30 menit. Sentrifus campuran, dan
tampak sebagai bercak berwarna hitam hingga gunakan beningan yang jernih.
lembayun: harga Rf bercak utama yang diperoleh dari
Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Disolusi <1231>
Larutan baku. Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,01 N.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. Waktu: 45 menit.
Larutan A Buat larutan besi(III) klorida P dengan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat, kadar 25 mg per mL.
untuk suspensi yang dikemas dalam wadah dosis Larutan B Tambahkan 325 mL asam sulfat P ke
tunggal. dalam 173 mL air dingin secara perlahan dan aduk
dengan kecepatan konstan. Tambahkan 2 mL
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5. Larutan A dan 1 g p-dimetilaminobenzaldehid, aduk
hingga larut. Gunakan larutan pada hari pembuatan.
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti Simpan dalam wadah aktinik rendah.
tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah volume Eritromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
zat uji yang diukur saksama yang baru dikocok dan Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,44 mg
bebas gelembung udara , lumatkan selama 4 ± 1 per mL, jika perlu sonifikasi hingga larut. Gunakan
menit dalam blender kaca kecepatan tinggi dengan larutan dalam waktu 5,5 jam.
metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
persediaan yang mengandung setara dengan lebih penyaring yang sesuai dengan porositas 0,5 µm atau
kurang 1mg eritromisin per mL. Encerkan larutan lebih kecil. Buang 5 mL filtrat pertama.
persediaan ini secara kuantitatif dengan Dapar nomor Prosedur Ke dalam 3 labu Erlenmeyer bertutup
3 hingga diperoleh larutan uji yang mempunyai kadar kaca terpisah, tambahkan masing-masing 2,0 mL
diperkirakan setara dengan aras dosis tengah larutan baku. Larutan baku, Larutan uji dan blangko. Letakkan
labu dalam tangas es selama 15 menit. Tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 10,0 mL Larutan B ke dalam tiap labu Erlemeyer
rapat, di tempat dingin. dengan rentang waktu tepat 1 menit, dan segera
pindahkan dari tangas es dan tutup tiap labu. Biarkan
pada suhu ruang selama 30 menit. Lakukan
penetapan jumlah C37H67NO13 yang terlarut, dengan
mengukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
secara berurutan dengan rentang tepat 1 menit
menggunakan blangko pada panjang gelombang 480
- 519 -

nm. Hitung persentase eritromisin, C37H67NO13, yang Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan
terlarut dengan rumus: hingga suhu kamar sebelum ampul dibuka.
Higroskopik. Setelah ampul dibuka, timbang segera
 AU  1 dan buang sisa. Kecuali dinyatakan lain, tidak boleh
   CS  V  P  F     100 dikeringkan sebelum digunakan. Eritromisin
 AS   L Etilsuksinat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; Cs adalah kadar Eritromisin BPFI Identifikasi Pada sejumlah zat uji tambahkan
dalam mg per mL Larutan baku; V adalah volume metanol P secukupnya hingga kadar lebih kurang 2,5
Media disolusi, 900 mL; P adalah potensi mg eritromisin per mL, dan aduk selama 30 menit.
Eritromisin BPFI dalam µg per mg; F adalah faktor Sentrifus campuran dan gunakan beningan yang
konversi 0,001 mg per µg; L adalah kadar eritromisin jernih sebagai larutan uji. Lakukan seperti yang
yang tertera pada etiket dalam mg per tablet. tertera pada Identifikasi dalam Suspensi Oral
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Eritromisin Etilsuksinat, mulai dengan “Larutan baku”
kurang dari 75% (Q) C37H67NO13, dari jumlah yang
tertera pada etiket. Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat, untuk
zat padat yang dikemas dalam wadah takaran
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%; tunggal.
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 o pH <1071> Antara 7,0 dan 9,0; lakukan penetapan
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg menggunakan suspensi yang disiapkan seperti tertera
zat. [Catatan Tablet kunyah dibebaskan dari pada etiket.
persyaratan ini].
Susu pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti yang lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara dalam hampa udara pada suhu 60o selama 3 jam,
Mikrobiologi <131>, menggunakan tidak kurang dari menggunakan lebih kurang 100 mg.
4 tablet, lumatkan selama 4 ±1 menit dalam blender
kaca kecepatan tinggi dengan metanol P secukupnya Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti yang
yang diukur saksama hingga diperoleh larutan tertera pada Penetapan potensi dalam Suspensi Oral
persediaan mengandung eritromisin setara tidak lebih Eritromisin Etilsuksinat, menggunakan zat uji yang
dari 5 mg per mL. Encerkan larutan persediaan ini dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket.
secara kuantitatif dengan Dapar nomor 3 hingga
diperoleh larutan uji yang mempunyai kadar Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
diperkirakan setara dengan aras dosis tengah larutan rapat.
baku.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rapat, terlindung cahaya dan kelembapan. Simpan ERITROMISIN STEARAT
dalam suhu di bawah 30°. Erythromycin Stearate

Eritromisin stearat (garam) [643-22-1]


ERITROMISIN ETILSUKSINAT UNTUK C37H67NO13.C18H36O2 BM 1018,40
SUSPENSI ORAL
Erythromycin ethylsuccinate for oral Eritromisin Stearat adalah garam asam stearat dari
suspension eritromisin, dengan asam stearat berlebih.
Mempunyai persentase eritromisin A, eritromisin B,
Eritromisin Etilsuksinat untuk Suspensi Oral adalah dan eritromisin C tidak kurang 55,0%, dihitung
campuran kering Eritromisin Etilsuksinat dengan satu terhadap zat anhidrat.
atau lebih dapar; pewarna, pengencer, pendispersi
dan pengaroma yang sesuai. Mengandung Pemerian Serbuk atau hablur, putih agak kuning; tidak
Eritromisin, C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% berbau atau sedikit berbau tanah; dan rasa agak pahit.
dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam metanol, dan dalam eter.
- 520 -

Baku pembanding Eritromisin BPFI; Setelah ampul


 30   C S 2  P   rE 

dibuka, timbang segera dan buang sisa. Simpan   
dalam lemari pembeku. Higroskopik. Eritromisin B  11   W   rS 2 
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, di tempat kering dan terlindung cahaya 11 adalah faktor respons eritromisin A enol eter
dalam lemari pembeku. Eritromisin C BPFI; tidak terhadap eritromisin A; CS2 adalah kadar Eritromisin
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup BPFI dalam mg per mL Larutan baku 2; P adalah
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. persentase eritromisin A dalam Eritromisin BPFI; W
Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI tidak boleh adalah bobot zat dalam mg Larutan uji; rE adalah
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, respons puncak eritromisin A enol eter pada
terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. kromatogram Larutan uji; rS2 adalah respons puncak
Eritromisin Stearat BPFI; tidak boleh dikeringkan. eritromisin A pada kromatogram Larutan baku 2.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung Hitung persentase pseudoeritromisin A enol eter
cahaya, dalam lemari pendingin. dalam zat yang digunakan, dengan rumus:

Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang


 30   C S 2  P   rP 
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan      
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang  6,6   W   rS 2 
sama seperti pada Eritromisin Stearat BPFI.
6,6 adalah faktor respons pseudoeritromisin A enol
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
eter terhadap eritromisin A; CS2 adalah kadar
Eritromisin BPFI dalam mg per mL
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%; lakukan
Larutan baku 2; P adalah persentase eritromisin A
penetapan menggunakan 20 mL metanol P
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
mengandung 10% imidazol P sebagai pengganti
mg Larutan uji; rP adalah respons puncak
dalam labu titrasi.
pseudoeritromisin A enol eter pada kromatogram
Larutan uji; rS2 adalah respons puncak eritromisin A
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa
pada kromatogram Larutan baku 2.
pengarangan dibasahkan dengan 2 mL asam nitrat P
dan 5 tetes asam sulfat P.
Penetapan kadar Eritromisin B tidak lebih dari
12,0%, eritromisin C tidak lebih dari 5,0%. Lakukan
Cemaran organik Kadar pseudoeritromisin A enol
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
eter adalah tidak lebih dari 3,0%. Lakukan penetapn
tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Dapar pH 8,0 Buat larutan kalium fosfat dibasa P (2
tertera pada Kromatografi <931>.
dalam 100), atur pH hingga 8,0 dengan penambahan
Gunakan kromatogram Larutan uji dan Larutan
asam fosfat P.
baku 2 seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Dapar pH 9,0 Buat larutan kalium fosfat dibasa P
Hitung persentase senyawa sejenis lain yang
(3.5 dalam 100), atur pH hingga 9,0 dengan
mempunyai respons terbesar, selain eritromisin A,
penambahan kalium hidroksida LP atau asam fosfat P
eritromisin B, eritromisin C, eritromisin A enol eter,
encer (1 dalam 10).
dan pseudoeritromisin A enol eter dalam zat yang
Dapar pH 3.5 Pipet 20 mL Dapar pH 8,0, atur pH
digunakan dengan rumus:
hingga 3.5 dengan penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Campur 50 mL Dapar pH 9,0, 400 mL
 C  P   ri 
30   S 2     air, 175 mL butil alkohol tersier P, 30 mL
 W   rS 2  asetonitril P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
mL, encerkan dengan air sampai tanda. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
CS2 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku 2; P adalah persentase eritromisin A
[Catatan Gunakan larutan segera, atau dalam waktu
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
1 hari jika disimpan dalam lemari pendingin].
mg Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 40
masing senyawa sejenis selain eritromisin A,
mg Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu
eritromisin B, eritromisin C, eritromisin A enol eter,
Erlenmeyer, tambahkan 5,0 mL metanol P, goyang
dan pseudoeritromisin A enol eter pada kromatogram
sampai larut. Tambahkan 5,0 mL Dapar pH 8,0,
Larutan uji; rS2 adalah respons puncak eritromisin A
campur.
pada kromatogram Larutan baku 2. Hitung persentase
Larutan baku 2 Timbang saksama masing-masing
eritromisin A enol eter dalam zat yang digunakan,
6 mg Eritromisin BPFI, Eritromisin B BPFI,
dengan rumus:
Eritromisin C BPFI, dan Senyawa Sejenis N
- 521 -

Eritromisin, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 50- CS2 adalah kadar eritromisin B atau eritromisin C
mL, tambahkan 15,0 mL Dapar pH 8,0, campur. dalam mg per mL Larutan baku 2; P adalah
Larutan eritromisin A enol eter Larutkan lebih persentase eritromisin B yyatau eritromisin C dalam
kurang 5 mg Eritromisin BPFI dalam 1 mL metanol Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg
P. Tambahkan 5 mL Dapar pH 3,5, campur dan Larutan uji; rU dan rS2 berturut-turut adalah respons
biarkan selama 30 menit. puncak analit pada Larutan uji dan Larutan baku 2.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 165 mg
zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100-mL, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tambahkan 15,0 mL metanol P, goyang sampai larut. rapat.
Tambahkan 15,0 mL Dapar pH 8,0, campur. Biarkan
suspensi mengendap, saring sejumlah beningan
melalui penyaring dengan porositas 0,2 µm atau lebih TABLET ERITROMISIN STEARAT
halus. Gunakan filtrat jernih. Erythromycin Stearate Tablets
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom Tablet Eritromisin Stearat mengandung eritromisin
berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21 stearat setara dengan eritromisin, C37H67NO13, setara
(1000 Å). Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Pertahankan suhu kolom pada 70. Lakukan 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
kromatografi terhadap Larutan baku 2, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Baku pembanding Eritromisin BPFI; Setelah ampul
pada Prosedur: urutan zat terelusi adalah senyawa dibuka, timbang segera dan buang sisa. Simpan
sejenis N eritromisin, eritromisin C, eritromisin A, dalam lemari pembeku. Higroskopik. Eritromisin
eritromisin B ; resolusi, R, antara senyawa sejenis N Stearat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
eritromisin dan eritromisin C tidak kurang dari 0,8, wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
antara senyawa sejenis N eritromisin dan eritromisin lemari pendingin.
C tidak kurang dari 5,5; Lakukan
kromatografiterhadap Larutan eritromisin A enol Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
eter, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tertera pada Kromatografi <931>.
seperti tertera pada Prosedur: [Catatan Atur waktu Fase gerak Campuran Metanol P-kloroform P
kromatografi hingga meliputi waktu retensi puncak (85:15).
eritormisin A enol eter antara 4,3 - 4,7 kali puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
eritromisin A]. Lakukan kromatografi terhadap Eritromisin stearat BPFI dan larutkan dalam metanol
Larutan baku 1, rekam kromatogram dan ukur P hingga kadar lebih kurang 8 mg per mL.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan uji Pada sejumlah serbuk tablet
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak tambahkan metanol P hingga kadar setara dengan
lebih dari 2.0% lebih kurang 5 mg per mL. Kocok selama 30 menit;
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sentrifus campuran dan gunakan beningan sebagai
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku 1, Larutan uji.
Larutan baku 2, dan Larutan uji ke dalam Penampak bercak 1 Larutan 2’,7’-
kromatograf, lakukan kromatografi hingga meliputi diklorofluoresein P dalam metanol P (1 dalam 500).
waktu retensi puncak eritromisin A enol eter, rekam Penampak bercak 2 Campuran etanol dehidrat P-
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung p-metoksibenzaldehid P-asam sulfat P (90:5:5).
persentase eritromisin A dalam zat dengan rumus : Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
20 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
 C  P   rU  kromatografi silika gel setebal 0,25 mm dan biarkan
30   S 1     kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana yang
 W   rS 1  tidak dilapisi kertas, berisi Fase gerak. Biarkan Fase
gerak merambat lebih kurang 9 cm. Angkat lempeng,
CS1 adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per mL tandai batas rambat, biarkan menguap. Semprot
Larutan baku 1; P adalah persentase eritromisin A lempeng dengan Penampak bercak 1, dan amati di
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam
bawah cahaya ultraviolet pada panjang gelombang
mg Larutan uji; rS dan rS1 berturut-turut adalah
366 nm: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai
respons puncak eritromisin A pada Larutan uji dan
dengan Larutan baku. Semprot lempeng dengan
Larutan baku 1. Hitung persentase eritromisin B dan Penampak bercak 2. Panaskan pada suhu 100o
eritromisin C dalam zat dengan rumus : selama 10 menit dan amati kromatogram, eritromisin
tampak sebagai bercak ungu hingga hitam: harga Rf
 C  P   rU 
30   S 2     bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
 W   rS 2  baku.
- 522 -

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; ESTRADIOL


lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler Estradiol
dalam hampa udara pada suhu 60o selama 3 jam
menggunakan lebih kurang 100 mg serbuk tablet.

Disolusi <1231>
Media: 900 mL dapar fosfat 0,05 M pH 6,8.
Alat tipe 2: 100 rpm.
Waktu: 120 menit.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Eritromisin BPFI, larutkan dalam metanol Estra-1,3,5(10)-triena-3,17ß-diol [50-28-2]
P hingga kadar lebih kurang 14 mg per mL. Encerkan C18H24O2 BM 272,38
secara kuantitatif dengan air hingga kadar lebih Hemihidrat [35380-71-3] BM 281,39
kurang 0,56 mg per mL.
Larutan baku Pada hari digunakan, encerkan Estradiol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
25,0 mL Larutan baku persediaan dengan air hingga tidak lebih dari 103,0% C18H24O2, dihitung terhadap
50,0 mL. zat anhidrat.
Larutan uji Setelah 120 menit, ambil sejumlah
alikot, saring, dan jika perlu encerkan dengan Media Pemerian Hablur halus atau serbuk hablur, putih
disolusi hingga kadar lebih kurang 0,28 mg atau putih-krem; tidak berbau; stabil di udara;
eritromisin per mL. higroskopis.
Prosedur Pipet masing-masing 5 mL, Larutan
baku ke dalam dua labu tentukur 25-mL, satu labu Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
tentukur digunakan sebagai blangko larutan baku. etanol, dalam aseton, dalam dioksan, dalam
Dengan cara yang sama, pipet masing-masing 5 mL kloroform dan dalam larutan alkali hidroksida
Larutan uji ke dalam dua labu tentukur 25-mL, satu tertentu; agak sukar larut dalam minyak nabati.
labu tentukur digunakan sebagai blangko larutan uji.
Ke dalam labu yang digunakan sebagai blangko, Baku pembanding Estradiol BPFI; bentuk
tambahkan 2,0 mL asam sulfat 0,5 N dan ke dalam hemihidrat tidak boleh dikeringkan, simpan dalam
labu yang lain tambahkan 2,0 mL air. Biarkan selama wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Estron
5 menit sambil sekali-kali digoyang. Ke dalam semua BPFI.
labu tambahkan masing-masing 15,0 mL natrium
hidroksida 0,25 N, encerkan dengan Media disolusi Identifikasi
sampai tanda. Panaskan labu di dalam tangas air pada A. Spektrum serapan inframerah zat didispersikan
suhu 60  0,5o selama 5 menit, dan dinginkan. dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum
Lakukan penetapan jumlah C37H67NO13yang terlarut hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
dengan mengukur serapan Larutan uji dan Blangko pada Estradiol BPFI.
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 50 µg
kurang 236 nm. per mL etanol P menunjukkan maksimum dan
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut tidak minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
kurang dari 75% (Q) eritromisin C37H67NO13, dari pada Estradiol BPFI; daya serap masing-masing
jumlah yang tertera pada etiket. dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 280 nm,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. berbeda tidak lebih dari 3,0%.

Penetapan potensi Masukkan tidak kurang dari 4 Jarak lebur <1021> Metode I Antara 173o dan 179o.
tablet ke dalam blender berkecepatan tinggi berisi [Catatan Lakukan pengeringan di atas silika gel P
200 mL metanol P, dan campur selama 3 menit. selama tidak kurang dari 16 jam sebelum diuji].
Tambahkan 300 mL Dapar nomor 3 dan campur
selama 3 menit. Lakukan penetapan seperti tertera Rotasi jenis <1081> Antara +76º dan +83º, dihitung
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah volume menggunakan larutan dalam dioksan P yang
larutan yang diukur saksama, encerkan bertahap mengandung 100 mg zat per 10 mL.
dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji
dengan kadar yang diperkirakan sama dengan aras Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,5%.
dosis tengah larutan baku.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lebih dari 0,5% dan jumlah semua cemaran tidak
rapat. lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
- 523 -

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL,
pada Kromatografi <931>. [Catatan Semua larutan larutkan dan encerkaan dengan metanol P sampai
dibuat segar]. tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu tentukur
Fase gerak Buat campuran 2,2,4-trimetilpentan P - 200-mL tambahkan 5 mL Larutan baku internal dan
n-butilklorida P-metanol P (45:4:1) saring dan 100 mL metanol P, encerkan dengan air sampai
awaudarakan, jika perlu lakukan penyesuaian tanda.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Pengencer Buat campuran n-butil klorida P dan dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom 3,9
metanol P (5:1) saring dan awaudarakan. mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 70 mg kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
larutkan dalam Pengencer, kocok kuat untuk respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
membantu melarutkan, encerkan dengan Pengencer retensi relatif untuk baku internal, estron dan
sampai tanda. estradiol berturut-turut lebih kurang 0,7; 1,3 dan 1,0;
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada resolusi, R, antara puncak analit dan puncak estron,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
terhadap Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
resolusi, R, antara puncak estradiol dan puncak lain, jumlah dalam mg estradiol, C18H24O2, dalam zat yang
tidak kurang dari 1,0; efisiensi kolom tidak kurang digunakan dengan rumus:
dari 800 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih
dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan 𝑅𝑈
ulang tidak lebih dari 2,0%. ( ) 5𝐶
𝑅𝑆
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan uji
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
semua respons puncak. Hitung persentase tiap puncak estradiol terhadap puncak baku internal dari
cemaran dalam estradiol dengan rumus: Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
Estradiol BPFI dalam µg per mL Larutan baku.
𝑟𝑖
( ) 100
𝑟𝑠 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25°,
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan suhu luar yang diperbolehkan antara 15° dan 30°.
rs adalah jumlah semua respons puncak.
Penandaan Jika dalam bentuk hemihidrat harus
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dicantumkan pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air ESTRADIOL BENZOAT
(55:45) saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Estradiol Benzoate
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 300
mg etilparaben P, masukkan ke dalam labu tentukur
500-mL, larutkan dan encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Estradiol BPFI dan Estron BPFI, larutkan dalam
metanol P hingga kadar berturut-turut 0,40 mg dan Estradiol 3-benzoat [50-50-0]
0,24 mg per mL. Pipet 10 mL larutan ini dan 5 mL C25H28O3 BM 376,49
Larutan baku internal, masukkan ke dalam labu
tentukur 200-mL. Tambahkan 100 mL metanol P, Estradiol Benzoat mengandung tidak kurang dari
encerkan dengan air sampai tanda, hingga diperoleh 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C25H28O3,
larutan yang mengandung lebih kurang 20 µg dihitung terhadap zat kering.
Estradiol BPFI per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih.
- 524 -

Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam kromatografi untuk memastikan bahwa zat tidak
dietil eter; larut dalam etanol dan dalam aseton. memiliki puncak yang menganggu analisis.]
Larutan baku Pipet 50 µL diklorometan P dan 50
Baku pembanding Estradiol Benzoat BPFI; tidak µL metanol P, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup mL dan tambahkan Larutan baku internal sampai
rapat terlindung cahaya dalam lemari pendingin. tanda, campur.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Identifikasi zat, masukkan ke dalam vial gelas aktinik rendah.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutkan dalam 1,0 mL Larutan baku internal,
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida campur.
P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
gelombang yang sama seperti pada Estradiol Benzoat Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
BPFI. Jika spektrum yang diperoleh tidak sesuai, dengan detektor ionisasi nyala, dan kolom baja tahan
ulangi pengujian menggunakan aseton P. karat 3,2 mm × 1,8 m berisi bahan penyangga S3.
B. Waktu retensi puncak utama pada Pertahankan suhu injektor dan detektor pada lebih
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan kurang 165. Suhu kolom dipertahankan pada 140
baku yang diperoleh pada Penetapan kadar. selama 20 menit, kemudian diatur hingga meningkat
menjadi 250 dengan kecepatan 40 per menit dan
Rotasi jenis <1081> +57,0° sampai +63,0°; lakukan dipertahankan pada 250 selama 15 menit. Gunakan
penetapan menggunakan larutan zat kering 10 mg per Helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir 40
mL dioksan P. mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku internal dan Larutan baku, rekam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
lakukan pengeringan pada suhu antara 100° dan 105 o pada Prosedur: proses eluasi berturut-turut adalah
selama 3 jam. metanol, diklorometan dan etil asetat; tidak ada
puncak pada Larutan baku internal yang menganggu
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; integrasi puncak metanol atau diklorometan; harus
lakukan penetapan menggunakan 250 mg zat. tercapai garis dasar antara puncak pelarut dan puncak
Larutan baku internal; simpangan baku relatif pada
Ukuran Partikel Tidak lebih dari 50% partikel yang penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari
berukuran kurang dari 30 µm, dan tidak kurang dari 5,0%.
90% partikel berukuran 450 µm. Rata-rata diameter Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
serbuk halus zat adalah tidak lebih dari 100 µm, dan volume sama (lebih kurang 2,0 µL) Larutan baku dan
rata-rata diameter dari serbuk kasar zat adalah tidak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kurang dari 100 µm dan tidak lebih dari 200 µm. kromatogram, ukur respons puncak metanol,
Cairan suspensi Buat campuran gliserin P dan air diklorometan dan etil asetat. Hitung persentase tiap
(60:40) kemudian tambahkan polisorbat 20 P hingga residu pelarut (metanol dan diklorometan) dalam zat
kadar 125 µL polisorbat 20 per 100 g larutan. yang digunakan, dengan rumus:
Suspensi uji Jenuhkan Cairan suspensi dengan
menambahkan lebih kurang 100 mg serbuk halus zat 𝑅𝑈 𝐷𝐼
per 100 g Cairan suspensi, sonikasi selama lebih ( ) ( ) 100𝐶𝐼
kurang 10 menit. Saring suspensi dengan penyaring
𝑅𝑆 𝐶𝑈
nilon dengan diameter pori 0,45 µm. Tambahkan
lebih kurang 50 mg zat per mL filtrat, jenuhkan RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Cairan supensi, vorteks hingga terdispersi (lebih puncak metanol atau diklorometan terhadap puncak
kurang 1 menit). baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku; CI
Prosedur Lakukan penetapan distribusi ukuran adalah kadar diklorometan P atau metanol P dalam
partikel dalam Suspensi uji menggunakan “multi µL per mL Larutan baku; D adalah kerapatan
wavelength particle size analyzer” yang sesuai. diklorometan P atau metanol P dalam g per mL; CU
Lakukan analisis hasil dalam rentang 5 µm hingga adalah kadar dalam mg per mL estradiol benzoat
600 µm. dalam mg per mL Larutan uji.

Metanol dan diklorometan Jumlah metanol dan Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
diklorometan tidak lebih dari 0,20%. Lakukan lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
tertera pada Kromatografi <931> lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi
Larutan baku internal Buat larutan yang <931>.
mengandung etil asetat P 0,1% dalam piridina P Fase gerak Buat campuran toluen P-etil asetat P
[Catatan Suntikkan 2 µL piridina P pada (70:30).
- 525 -

Penampak bercak Timbang lebih kurang 5 g keseimbangan hingga suhu ruang, encerkan dengan
amonium molibdat P, larutkan dalam 100 mL asam air sampai tanda.
sulfat 10%. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20
Pengencer Buat campuran metilen klorida P- mg Estradiol Benzoat BPFI, masukkan ke dalam labu
etanol P (2:1). tentukur 100-mL. Tambahkan 70 mL asetonitril P
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dan sonikasi hingga larut. Tambahkan 25 mL air,
Estradiol Benzoat BPFI, larutkan dan encerkan campur dan biarkan mencapai keseimbangan hingga
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 5 mg suhu ruang, encerkan dengan air sampai tanda.
per mL. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Larutan uji 1 Timbang saksama sejumlah zat, zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga tambahkan 70 mL asetonitril P dan sonikasi hingga
diperoleh kadar lebih kurang 5 mg per mL. larut. Tambahkan 25 mL air, campur dan biarkan
Larutan uji 2 Pipet 200 µL Larutan uji 1 ke dalam mencapai keseimbangan hingga suhu ruang, encerkan
labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Pengencer dengan air sampai tanda.
sampai tanda. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Totolkan masing-masing 20 µL Larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Uji 1 dan Larutan Baku, serta berturut-turut 20 µL, dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
15 µL, 10 µL, 5 µL dan 2 µL Larutan uji 2, dan seri pelindung 4,6 mm × 4,5 cm berisi bahan pengisi L1
enceran Larutan uji 2 dengan kadar estradiol benzoat dan kolom analitik 4,6 mm × 25 cm berisi bahan
2,0%; 1,5%; 1,0%; 0,5% dan 0,2% pada lempeng pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir
kromatografi campuran silika gel p setebal 0,25 mm. lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
Biarkan kering, masukkan lempeng dalam bejana terhadap Larutan kesesuaian sistem dan Larutan
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak. Biarkan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Fase gerak merambat tiga per empat tinggi lempeng. seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Angkat lempeng, tandai batas rambat, dan biarkan estradiol 17-asetat dan estradiol benzoat berturut-
fase gerak menguap. Semprot dengan Penampak turut adalah lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R,
bercak, dan keringkan. Panaskan lempeng dalam antara puncak estradiol 17-asetat dan puncak
oven pada suhu lebih kurang 115° selama lebih estradiol benzoat, tidak kurang dari 6,0; efisiensi
kurang 10 menit. Hitung retensi relatif, Rf rel, kolom tidak kurang dari 8000 lempeng teoritis untuk
(terhadap estradiol benzoat) semua bercak dalam estradiol benzoat, faktor ikutan tidak lebih dari 2,0
deretan Larutan Uji 1 dan Larutan uji 2. Cemaran dan simpangan baku relatif untuk penyuntikan ulang
yang mungkin terdapat dalam estradiol benzoat tidak tidak lebih dari 1,5%.
terbatas pada: estradiol [estra-1,3,5(10)-triene-3, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
17b-diol], 17a-estradiol benzoat [estra-1,3,5(10)- volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
triene-3, 17a-diol 3-benzoat] dan estron [estra- Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
1,3,5(10)-triene-17-one, 3-hidroksi]; retensi relatif, Rf kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
rel, berturut-turut lebih kurang 0,84; 1,15; dan 1,21. jumlah dalam mg estradiol benzoat, C25H28O3, dalam
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan zat yang digunakan dengan rumus:
membandingkan intensitas bercak cemaran dalam
Larutan uji 1 dengan bercak utama yang diperoleh 𝑟𝑈
dari seri Larutan uji 2, dengan mengabaikan adanya
( ) 100
𝑟𝑆
cemaran yang intensitasnya lebih lemah dari bercak
utama yang ada pada Larutan uji 2 yang mengandung rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
0,2% dari jumlah estradiol benzoat dalam Larutan Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
Uji 1. Estradiol Benzoat BPFI dalam mg per mL Larutan
baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat dan terlindung cahaya.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (7:3)
saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan Penandaan Pada etiket harus dicantumkan bahwa
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti hanya digunakan pada hewan. Etiket juga harus
tertera pada Kromatografi <931>. mencantumkan berbentuk serbuk kasar atau serbuk
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama halus.
masing-masing lebih kurang 20 mg Estradiol
Benzoat BPFI dan estradiol 17-asetat, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan 70 mL
asetonitril P dan sonikasi hingga larut. Tambahkan
25 mL air, campur dan biarkan mencapai
- 526 -

ESTRADIOL SIPIONAT Kesesuaian Sistem BPFI dan Estradiol BPFI,


Estradiol Cypionate larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
kadar berturut-turut lebih kurang 1 mg per mL dan 2
g per mL.
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah
Estradiol Sipionat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5
g per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
Estradiol 17-siklopentanpropionat [313-06-4] kadar 1 mg per mL.
C26H36O3 BM 396,56 Sistem Kromatografi Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Estradiol Sipionat mengandung tidak kurang dari kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C26H36O3, pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak estradiol
dihitung terhadap zat kering. sipionat dengan puncak estradiol-9-ene sipionat tidak
kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
Pemerian Serbuk hablur putih sampai praktis putih; Larutan sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur
tidak berbau atau berbau lemah. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari 10.
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, [Catatan Waktu retensi relatif tertera pada Tabel].
dalam aseton, dalam kloroform dan dalam dioksan; Prosedur Suntikkan lebih kurang 25 µL Larutan
agak sukar larut dalam minyak nabati. uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur semua respons puncak. Hitung persentase
Baku pembanding Estradiol Sipionat BPFI; masing-masing cemaran dengan rumus:
keringkan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan  ri  1 
terlindung cahaya. Estradiol BPFI; bentuk       100
 
hemihidrat tidak boleh dikeringkan, simpan dalam  rT  F 
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Campuran
Estradiol Sipionat Untuk Kesesuaian Sistem BPFI. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rT
adalah total semua respons puncak; F adalah faktor
respon relatif seperti tertera pada Tabel. Masing-
Identifikasi masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan batas yang tertera pada Tabel.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Tabel
sama seperti pada Estradiol Sipionat BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai Nama Waktu Faktor Batas
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada retensi respon (%)
relatif relatif
Penetapan kadar. Estradiol 0,22 1,0 0,15
Estradiol-9-ene sipionat 0,93 2,5 0,15
Rotasi jenis <1081> Antara +39o dan +44o; lakukan Estradiol sipionat 1,0 - -
penetapan menggunakan larutan 20 mg zat per mL 4-Metilestradiol sipionat 1,3 1,0 0,15
Estradiol disipionatc 1,9 1,0 0,15
dioksan P. Masing-masing cemaran
- 1,0 0,10
lain
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05% terhadap
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam. puncak estradiol sipionat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan A Gunakan asetonitril P.
Kromatografi <931>. Larutan B Gunakan air.
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, dan Sistem Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kadar. kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
sejumlah Campuran Estradiol Sipionat Untuk Kromatografi <931>.
- 527 -

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama ESTRIOL


sejumlah Campuran Estradiol Sipionat Untuk Estriol
Kesesuaian Sistem BPFI, larutkan dan encerkan
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1 mg
per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Estradiol Sipionat BPFI, larutkan dan encerkan
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1 mg
per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Estriol [50-27-1]
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga C18H24O3 BM 288,38
kadar 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Estriol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tinggi dilengkapi detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm tidak lebih dari 102,0% C18H24O3, dihitung terhadap
x 25 cm berisi bahan pengisi L26 dengan ukuran zat kering.
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Pemerian Serbuk hablur putih sampai praktis putih;
tidak berbau; melebur pada suhu lebih kurang 280º.
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut
0 70 30 dalam etanol; larut dalam aseton, dalam kloroform,
25 70 30 dalam dioksan, dalam eter dan dalam minyak nabati.
30 100 0
40 100 0
Baku pembanding Estriol BPFI; Simpan dalam
41 70 30
50 70 30
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.

Identifikasi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
puncak estradiol sipionat dengan puncak estradiol-9-
sama seperti pada Estriol BPFI.
ene sipionat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 100 µg
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
zat per mL etanol P, menunjukkan maksimum dan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
pada Estriol BPFI.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,10%. [Catatan
Waktu retensi relatif tertera pada Tabel].
Kesempurnaan melarut <901> Larutkan 500 mg zat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam 10 mL piridina P: larutan jernih dan bebas dari
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
padatan tidak larut.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Rotasi jenis <1081> Antara +54o dan +62o, dihitung
persentase estradiol sipionat, C26H36O3, dalam zat
terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan
dengan rumus:
larutan 40 mg zat per 10 mL dioksan P.
 rU   CS 
     100 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
 rS   CU  lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Estradiol Sipionat BPFI dalam mg per mL Larutan Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
uji berdasarkan bobot yang ditimbang. lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi
<931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-
rapat, tidak tembus cahaya. aseton P-asam asetat P (90:5:5:5).
Penampak bercak Campuran metanol P-asam
sulfat P (7:3).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan campuran dioksan P-
- 528 -

air (9:1) hingga kadar 20 mg per mL. Mengandung zat estrogenik terkonjugasi lain dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Estriol tipe yang berasal dari kuda betina hamil, merupakan
BPFI, larutkan dan encerkan dengan campuran dispersi zat estrogenik pada serbuk pengencer yang
dioksan P-air (9:1) hingga kadar 20 mg per mL. sesuai. Estrogen terkonjugasi mengandung tidak
Enceran larutan baku Buat seri pengenceran kurang dari 52,5% dan tidak lebih dari 61,5%
Larutan baku dalam campuran dioksan P-air (9:1) natrium estron sulfat dan tidak kurang dari 22,5% dan
hingga kadar 0,40; 0,20; 0,10 dan 0,05 mg per mL. tidak lebih dari 30,5% natrium ekuilin sulfat dan total
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing natrium estron sulfat dan natrium ekuilin sulfat tidak
5 µL Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan kurang dari 79,5% dan tidak lebih dari 88,0% dari
baku pada lempeng kromatografi campuran silika gel jumlah yang tertera pada etiket. Estrogen Terkonjugasi
p setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam juga mengandung komponen natrium sulfat
bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan terkonjugasi tidak kurang dari 13,5% dan tidak lebih
200 mL Fase gerak selama 15 menit, tutup bejana dari 19,5% 17α-dihidroekuilin, tidak kurang dari
dan biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per 2,5% dan tidak lebih dari 9,5% 17α-estradiol dan
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas tidak kurang dari 0,5% dan tidak lebih dari 4,0%
rambat, biarkan kering. Semprot lempeng dengan 17β-dihidroekuilin dari jumlah yang tertera pada
Penampak bercak. Panaskan lempeng pada suhu 100° etiket.
selama 15 menit. Harga Rf bercak utama dari Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku. Jika terdapat bercak Pemerian Estrogen terkonjugasi berasal dari sumber
lain selain bercak utama Larutan uji, bandingkan alam, berupa serbuk amorf; kekuningan; tidak berbau
dengan bercak dari Enceran larutan baku. Bercak atau berbau khas lemah. Bentuk sintetis berupa
yang diperoleh dari 0,40; 0,20; 0,10 dan 0,05 mg per hablur atau serbuk amorf; putih sampai sedikit
mL Enceran larutan baku berturut-turut setara kekuningan terang, tidak berbau atau berbau lemah.
dengan 2,0%; 1,0%; 0,5% dan 0,25% cemaran.
Baku pembanding Estron BPFI; tidak boleh
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
Spektrofotometri seperti yang tertera pada terlindung cahaya. Ekuilin BPFI; Simpan dalam
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan dalam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg lemari pendingin. 17α-Dihidroekuilin BPFI; tidak
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
dan encerkan dengan etanol P sampai tanda. Pipet 10 rapat, berisi gas nitrogen, dalam lemari pembeku dan
mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, terlindung cahaya. Estradiol BPFI; bentuk
encerkan dengan etanol P sampai tanda. hemihidrat tidak boleh dikeringkan, simpan dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Estriol wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
BPFI; larutkan dan encerkan dengan etanol P hingga
kadar 50 µg per mL.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Identifikasi
baku pada panjang gelombang serapan maksimum A. Waktu retensi relatif puncak 17α-
lebih kurang 281 nm. Hitung jumlah mg estriol, dihidroekuilin, estron dan ekuilin dalam Larutan uji
C18H24O3, dalam zat yang digunakan dengan rumus: sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh dari
Penetapan kadar.
𝐴 B. Kromatogram zat dalam Larutan uji pada
( 𝐴𝑈) 𝐶 Penetapan kadar menunjukkan puncak atau berupa
𝑆
bahu tambahan 17α-estradiol dan 17ß-dihidroekuilin
C adalah kadar Estriol BPFI dalam µg per mL dengan waktu retensi relatif terhadap 3-O-metilestron
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah berturut-turut lebih kurang 0,24 dan 0,35.
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Komponen lain Kandungan 17α-dihidroekuilin; 17-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup α-estradiol; 17ß-dihidroekuilin sebagai konjugat
rapat. natrium sulfat. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
ESTROGEN TERKONJUGASI Dapar asetat pH 5,2, Larutan baku internal,
Larutan baku persediaan, Larutan baku, Larutan
Conjugated Estrogen
kesesuaian sistem, Larutan uji dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Estrogen Terkonjugasi adalah campuran natrium
kadar.
estron sulfat dan natrium ekuilin sulfat, diperoleh
[Catatan waktu retensi relatif puncak 17α-
seluruh bagian atau sebagian dari urin ekuin atau
estradiol, 17α-dihidroekuilin dan 17β-dihidroekuilin,
dibuat secara sintesa dari estron dan ekuilin.
- 529 -

berturut-turut lebih kurang 0,82; 1,00 dan 1,11]. konversi (perbandingan bobot molekul garam
Tetapkan setiap puncak 17α-estradiol, 17α- natrium terhadap estrogen bebas), 1,381.
dihidroekuilin dan 17β-dihidroekuilin dari dari
Larutan Uji. Estron, Ekuilin dan 17α-dihidroekuilin (Steroid
Prosedur Suntikan sejumlah volume sama (lebih bebas) Tidak lebih dari 1,3%. Lakukan penetapan
kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons Kromatografi <931>.
puncak 17α-estradiol, 17α-dihidroekuilin dan 17β- Dapar asetat pH 5,2, Larutan baku internal,
dihidroekuilin. Hitung persentase 17α-estradiol, 17α- Larutan baku persediaan, Larutan kesesuaian sistem
dihidroekuilin dan 17β-dihidroekuilin sebagai garam dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
natrium sulfat dalam zat dengan rumus: Penetapan kadar.
Larutan baku steroid bebas Encerkan sebanyak 10
𝑅𝑈 𝐶𝑆 kali Larutan baku persediaan. Pipet 1,0 mL larutan
( ) ( ) × 𝐹 × 100 dan 1,0 mL Larutan baku internal ke dalam tabung
𝑅𝑆 𝐶𝑈
sentrifuga bertutup ulir atau bersumbat rapat.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons Lanjutkan menurut cara yang tertera pada Larutan
puncak analit yang sesuai dengan baku internal dalam baku seperti pada Penetapan kadar mulai dengan
Larutan uji; dan perbandingan respons puncak 17α- “Uapkan campuran”.
dihidroekuilin dengan baku internal dalam Larutan Larutan uji Lakukan menurut cara yang tertera
baku; CS adalah kadar 17α-dihidroekuilin BPFI pada Larutan uji seperti pada Penetapan kadar, tanpa
dalam g per mL Larutan baku; CU adalah kadar penambahan enzim sulfatase. Masukkan 6,0 mL
larutan ke dalam tabung sentrifuga sebagai pengganti
dalam g per mL Larutan uji; F adalah faktor
3,0 mL.
konversi (perbandingan bobot molekul garam
Blangko Buat blangko pereaksi dengan cara yang
natrium terhadap estrogen bebas), 1,381.
sama seperti pada Larutan uji.
Kesesuaian sistem Lakukan menurut cara yang
17β-estradiol dan 8,9-dehidroestron Berturut-
tertera pada Penetapan kadar, dengan tambahan
turut sebagai garam natrium sulfat, tidak lebih dari
persyaratan: Pada tidak kurang dari dua kali
2,25% dan 6,25% dari jumlah estrogen terkonjugat
penyuntikan ulang, simpangan baku relatif untuk
yang tertera pada etiket. Lakukan penetapan dengan
perbandingan respons puncak estron dan baku
cara Kromatografi gas seperti tertera pada
internal dalam Larutan baku steroid bebas tidak lebih
Kromatografi <931>.
dari 5,5%.
Dapar asetat pH 5,2, Larutan baku internal,
Prosedur Suntikan sejumlah volume sama (lebih
Larutan baku persediaan, Larutan baku, Larutan
kurang 1 µL) Larutan baku steroid bebas dan
kesesuaian sistem, Larutan uji dan Sistem
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
kadar.
Hitung persentase total estron, ekuilin dan 17α-
[Catatan waktu retensi relatif 17ß-estradiol, 3-O-
dihidroekuilin (steroid bebas) dalam zat dengan
metilestron dan 8,9-dehidroestron berturut-turut
rumus:
lebih kurang 0,29; 1,0 dan 0,9]. Tetapkan setiap
puncak 17ß-estradiol, 3-O-metilestron dan 8,9-
𝑅𝑈 𝐶𝑆
dehidroestron dari dari Larutan Uji. ( ) ( ) 100
Prosedur Suntikan sejumlah volume sama (lebih 𝑅𝑆 𝐶𝑈
kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur semua RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan jumlah
respons puncak. Hitung persentase 17ß-estradiol dan respons puncak estron, ekuilin dan 17α-
8,9-dehidroestron sebagai garam natrium sulfat dihidroekuilin (setiap puncak dikoreksi terhadap
dalam zat dengan rumus : Blangko) dengan respons puncak baku internal dalam
Larutan uji dan perbandingan respons puncak estron
𝑅𝑈 𝐶𝑆 dengan respons puncak baku internal dalam Larutan
( ) ( ) × 𝐹 × 100 baku; CS dan CU berturut-turut adalah kadar Estron
𝑅𝑆 𝐶𝑈
BPFI dalam g per mL Larutan baku dan kadar
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons dalam g per mL Larutan uji.
puncak analit yang sesuai dengan baku internal dalam
Larutan uji dan perbandingan respons puncak estron 17α-dihidroekuilenin, 17β- dihidroekuilenin dan
yang sesuai dengan baku internal dalam Larutan Ekuilenin Berturut-turut sebagai garam natrium
baku; CS dan CU berturut-turut adalah kadar Estron sulfat, tidak lebih dari 3,25%; 2,75% dan 5,5% dari
BPFI dalam g per mL Larutan baku dan kadar jumlah zat yang tertera pada etiket.
Dapar asetat pH 5,2, Larutan baku internal,
dalam g per mL Larutan uji; F adalah faktor
Larutan baku persediaan, Larutan baku, Larutan
- 530 -

kesesuaian sistem, Larutan uji dan Sistem masing-masing 1 mL larutan ini, Larutan baku
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan persediaan dan Larutan baku internal ke dalam
kadar. [Catatan Waktu retensi relatif tabung sentrifuga bertutup ulir atau bersumbat rapat.
dihidroekuilenin, 17ß-dihidroekuilenin, 3-O- Lanjutkan menurut cara yang tertera pada Larutan
metilestron dan ekuilenin berturut-turut lebih kurang baku mulai dengan “Uapkan campuran”.
0,56; 0,64; 1,0 dan 1,3]. Tetapkan setiap puncak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, setara
dihidroekuilenin, 17ß-dihidroekuilenin, 3-O- dengan 2 mg estrogen terkonjugasi total, masukkan
metilestron dan ekuilenin dari dari Larutan Uji. ke dalam tabung sentrifuga 50 mL bertutup ulir
Prosedur Suntikan sejumlah volume sama (lebih berlapis politef berisi 15 mL Dapar asetat pH 5,2 dan
kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam 1 g barium klorida P. Tutup rapat tabung sentrifuga,
kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur semua kocok selama 30 menit. Jika perlu atur pH hingga 5,0
respons puncak. Hitung persentase 17α- ± 0,5 dengan penambahan asam asetat 1 N atau
dihidroekuilenin, 17ß-dihidroekuilenin, dan ekuilenin natrium asetat LP. Tempatkan pada tangas sonikator
sebagai garam natrium sulfat dalam zat dengan selama 30 detik, kemudian kocok lagi selama 30
rumus: menit. Tambahkan enzim sulfatase yang sesuai setara
dengan 2500 unit dan kocok selama 20 menit dalam
𝑅𝑈 𝐶𝑆 tangas air pada suhu 50. Tambahkan 15,0 mL
( ) ( ) × 𝐹 × 100 dikloroetan P pada campuran hangat, tutup tabung,
𝑅𝑆 𝐶𝑈
kocok secara mekanik selama 15 menit. Sentrifus
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons selama 10 menit atau sampai lapisan bawah jernih.
puncak analit yang sesuai dengan baku internal dalam Pindahkan sebanyak mungkin lapisan pelarut organik
Larutan uji dan perbandingan respons puncak estron dan saring cepat melalui corong berisi wol kaca
dengan baku internal dalam Larutan baku; CS dan CU kering dan lebih kurang 5 g natrium sulfat anhidrat
berturut-turut adalah kadar Estron BPFI dalam g P. Hindari kehilangan karena penguapan. Pipet 3 mL
per mL Larutan baku dan kadar dalam g per mL larutan ini, masukkan ke dalam tabung sentrifuga
Larutan uji; F adalah faktor konversi (perbandingan bertutup ulir atau bersumbat rapat. Tambahkan 1,0
bobot molekul garam natrium terhadap estrogen mL Larutan baku internal. Lanjutkan penetapan
bebas), 1,381. seperti yang tertera pada Larutan baku, mulai dari
“Uapkan campuran”.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Sistem kromatografi Lakukan penetapan
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi menggunakan cara Kromatografi gas seperti tertera
<931>. pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas
Dapar asetat pH 5,2 Campur 79 mL natrium dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom
asetat LP dan 21 mL asam asetat 1 N, encerkan kapiler leburan silika 0,25 mm × 15 m dilapisi
dengan air hingga 500 mL. Atur pH hingga 5,2±0,1 dengan fase diam G19 setebal 0,25 m dan suatu
dengan penambahan asam asetat 1 N atau natrium sistem injektor split. Pertahankan suhu injektor,
asetat LP. detektor dan kolom masing-masing pada 260, 260
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah dan 208. Gunakan hidrogen sebagai gas pembawa
3-O-metilestron, larutkan dan encerkan dalam dengan laju alir lebih kurang 2 mL per menit dan laju
metanol P hingga kadar lebih kurang 150 µg per mL. alir pada split adalah 40 - 60 mL per menit. Lakukan
Larutan baku persediaan Timbang saksama kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem ke
masing-masing sejumlah Estron BPFI, Ekuilin BPFI dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
dan 17 α-Dihidroekuilin BPFI, larutkan dan encerkan respons puncak: faktor ikutan puncak estron tidak
secara kuantitatif dan bertahap dalam etanol P hingga lebih dari 1,3; resolusi, R, antara puncak estron dan
kadar berturut-turut lebih kurang 160 µg, 70 µg dan ekuilin tidak kurang dari 1,2; simpangan baku relatif
50 µg per mL. perbandingan puncak estron terhadap baku internal
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku persediaan pada tidak kurang dari empat kali penyuntikan ulang
dan 1 mL Larutan baku internal ke dalam tabung tidak lebih dari 2,0%.
sentrifuga bertutup ulir atau bersumbat rapat. Uapkan [Catatan Kondisikan eluasi hingga waktu retensi
campuran tersebut dengan bantuan aliran gas puncak 3-O-metilestron antara 17 dan 25 menit]
nitrogen P pada suhu di bawah 50º hingga kering. [Catatan Waktu retensi relatif 17-estradiol, 17-
Pada residu kering tambahkan 15 µL piridina P dihidroekuilin, estron, ekuilin dan 3-O-metilestron
kering dan 65 µL bis(trimetilsilil)trifluoroasetamida berturut-turut lebih kurang 0,29;0,30;0,80;0,87 dan
P mengandung 1% trimetil klorosilan. Segera tutup 1,00]
rapat tabung sentrifuga, campur dan biarkan selama Prosedur Suntikan sejumlah volume sama (lebih
15 menit. Tambahkan 0,5 mL toluen P, campur. kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons
Estradiol BPFI (17β-estradiol), larutkan dalam etanol puncak. Hitung persentase natrium estron sulfat dan
P hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL. Pipet natrium ekuilin sulfat dalam zat dengan rumus:
- 531 -

Lakukan penetapan jumlah natrium estron sulfat


𝑅𝑈 𝐶𝑆 yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
( ) ( ) × 𝐹 × 100 tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
𝑅𝑆 𝐶𝑈
Fase gerak Buat campuran larutan kalium fosfat
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons monobasa 0,025 M-asetonitril P (3:1), saring dan
puncak analit yang sesuai dengan baku internal dalam awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Larutan uji dan perbandingan respons puncak analit menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
yang sesuai dengan baku internal dalam Larutan Kromatografi <931>.
baku; CS dan CU berturut-turut adalah kadar Estron Larutan baku Masukkan 10 tablet ke dalam labu
BPFI atau Ekuilin BPFI dalam g per mL Larutan tentukur 1000-mL, encerkan dengan air sampai
baku dan kadar dalam g per mL Larutan uji tanda, kocok kuat secara mekanik selama tidak
berdasarkan bobot yang tertera pada etiket; F adalah kurang dari 3 jam dan saring. Pipet 100 mL filtrat ke
faktor konversi (perbandingan bobot molekul garam dalam labu tentukur 900-mL, encerkan dengan air
natrium terhadap estrogen bebas), 1,381 sampai tanda.
Larutan uji Saring sejumlah alikot [Catatan Pilih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, penyaring yang digunakan berdasarkan afinitas
simpan dalam suhu ruang terkendali atau dalam lemari ikatan].
pendingin. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Penandaan Pada etiket tertera kandungan estrogen dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom 4,6
terkonjugasi dinyatakan dalam bobot per bobot. mm x 3,0 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 3 m. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
TABLET ESTROGEN TERKONJUGASI rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Conjugated Estrogens Tablets tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
ekuilin sulfat dan estron sulfat tidak kurang dari 1,5
Tablet Estrogen Terkonjugasi mengandung estrogen dan simpangan baku relatif puncak estron sulfat pada
terkonjugasi sebagai jumlah natrium estron sulfat dan penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%; waktu
natrium ekuilin sulfat, tidak kurang dari 73,0% dan retensi relatif ekuilin sulfat dan estron sulfat berturut-
tidak lebih dari 95,0% dari jumlah yang tertera pada turut adalah lebih kurang 0,9 dan 1,0; puncak estron
etiket. Perbandingan antara natrium ekuilin sulfat dan sulfat merupakan puncak utama yang terakhir pada
natrium estron sulfat dalam tablet tidak kurang dari kromatogram [Catatan Jika terdapat estron, akan
0,35 dan tidak lebih dari 0,65. tertahan dalam kolom lebih dari 50 menit dan akan
mempengaruhi kromatografi selanjutnya].
Baku pembanding 17-Dihidroekuilin BPFI; tidak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup volume sama (20 - 200 µL) Larutan baku dan
rapat, berisi gas nitrogen, dalam lemari pembeku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
terlindung cahaya. Ekuilin BPFI; Simpan dalam kromatogram, dan ukur respons puncak estron sulfat.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan dalam Hitung persentase natrium estron sulfat yang terlarut,
lemari pendingin. Estron BPFI; tidak boleh dengan rumus:
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan 𝑟𝑈
terlindung cahaya. Estradiol BPFI; bentuk ( ) 100
hemihidrat tidak boleh dikeringkan, simpan dalam 𝑟𝑆
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan uji dan Larutan baku.
uji A dan B pada Identifikasi dalam Estrogen Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang
Terkonjugasi. terlarut pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel
berikut:
Disolusi <1231> Lakukan penetapan seperti tertera
pada Sediaan Lepas Lambat. Tabel
Waktu (jam) Jumlah terlarut
Uji 1 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,3 mg, 0,45 2 antara 19% dan 49%
mg, dan 0,625 mg). [Catatan Jika produk memenuhi 5 antara 66% dan 96%
uji ini pada etiket dicantumkan produk memenuhi 8 tidak kurang dari 80%
Disolusi Uji 1].
Media disolusi: 900 mL air Uji 2 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,9 mg).
Alat tipe 2: 50 rpm [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada etiket
Waktu: 2 jam, 5 jam, dan 8 jam dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 2].
- 532 -

Media disolusi, Alat, Waktu, Fase gerak, Larutan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
baku, Larutan uji, Sistem kromatografi, dan Prosedur Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Lakukan seperti tertera pada Uji 1. dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 3,2
Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang mm x 5,0 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
terlarut pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 0,8 mL per
berikut: menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Tabel Prosedur: resolusi, R, antara puncak ekuilin sulfat
Waktu (jam) Jumlah terlarut
dan estron sulfat tidak kurang dari 1,2; simpangan
2 antara 12% dan 37% baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
5 antara 57% dan 85% 2,0%; waktu retensi relatif ekuilin sulfat dan estron
8 tidak kurang dari 80% sulfat berturut-turut lebih kurang 0,9 dan 1,0; puncak
estron sulfat merupakan puncak utama terakhir pada
Uji 3 (Untuk produk dengan etiket tablet 1,25 mg dan kromatogram [Catatan Jika terdapat estron, akan
2,50 mg). [Catatan Jika produk memenuhi uji ini tertahan dalam kolom lebih dari 50 menit dan akan
pada etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi mempengaruhi kromatografi selanjutnya].
Uji 3]. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku, sama (20 - 200 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke
Larutan uji, Sistem kromatografi, dan Prosedur dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Lakukan seperti tertera pada Uji 1. respons puncak estron sulfat. Hitung persentase
Waktu: 2, 5, 8 dan 12 jam estron sulfat yang terlarut, dengan rumus:
Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang
terlarut pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel 𝑟𝑈
( ) 100
berikut: 𝑟𝑆
Tabel
Waktu (jam) Jumlah terlarut
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
2 antara 3% dan 22% Larutan uji dan Larutan baku.
5 antara 37% dan 67% Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang
8 antara 66% dan 96% terlarut pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel
12 tidak kurang dari 80% berikut:

Uji 4 (Untuk produk dengan etiket tablet 1,25 mg). Tabel


[Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada etiket Waktu (jam) Jumlah terlarut
dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 4]. 2 antara 11% dan 31%
Media disolusi: 900 mL Dapar asetat pH 4,5 4 antara 43% dan 63%
Alat tipe 2: 50 rpm dengan pencegah 8 antara 75% dan 95%
12 tidak kurang dari 87%
mengapungnya sediaan.
Waktu: 2, 4, 8, dan 12 jam
Uji 5 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,3 mg, 0,45
Lakukan penetapan jumlah natrium estron sulfat
mg dan 0,625 mg). [Catatan Jika produk memenuhi
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
uji ini pada etiket dicantumkan produk memenuhi
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Disolusi Uji 5].
Fase gerak Buat campuran larutan kalium fosfat
Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku,
monobasa 0,025 M-asetonitril P (78:22), saring dan
Larutan uji, Sistem kromatografi dan Prosedur
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Lakukan seperti tertera pada Uji 4.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Waktu: 1, 3, dan 8 jam
Kromatografi <931>.
Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang
Larutan baku Timbang dan serbukkan 20 tablet,
terlarut pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel
tetapkan bobot rata-rata tablet. Timbang saksama
berikut:
sejumlah serbuk tablet setara dengan bobot rata-rata
tablet. Masukkan serbuk ke dalam labu tentukur 900-
Tabel
mL dan encerkan dengan Media disolusi sampai
Waktu (jam) Jumlah terlarut
tanda. Kocok kuat secara mekanik selama tidak
1 antara 6% dan 26%
kurang dari 2 jam atau sampai terlarut sempurna. 3 antara 48% dan 68%
Saring larutan melalui penyaring dengan porositas 10 8 tidak kurang dari 87%
m.
Larutan uji Saring larutan disolusi melalui Uji 6 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,9 mg).
penyaring dengan porositas 10 m [Catatan Pilih [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada etiket
penyaring yang digunakan berdasarkan afinitas dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 6].
ikatan].
- 533 -

Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku, Hitung secara terpisah persentase natrium estron
Larutan uji, Sistem kromatografi dan Prosedur sulfat dan natrium ekuilin sulfat, dalam serbuk tablet
Lakukan seperti tertera pada Uji 4. yang digunakan, dengan rumus:
Waktu: 1, 3 dan 8 jam
Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang 𝑅𝑈 𝐶𝑆
terlarut selama waktu tertentu sesuai dengan Tabel ( ) ( ) × 1,381 × 100
𝑅𝑆 𝐶𝑈
berikut:
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Tabel puncak analit yang sesuai terhadap puncak baku
Waktu (jam) Jumlah terlarut internal dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
1 antara 3% dan 23% kadar Estron BPFI atau Ekuilin BPFI dalam g per
3 antara 41% dan 61%
mL Larutan baku; CU adalah kadar estron dan ekuilin
8 tidak kurang dari 80%
dalam µg per mL berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket; 1,381 adalah faktor konversi estrogen
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
bebas terhadap garam natrium terkonjugasi.
Prosedur keseragaman kandungan Lakukan
penetapan kadar terhadap satu per satu tablet dari 10
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
tablet, seperti tertera pada Penetapan kadar. Hitung
kadar rata-rata estrogen terkonjugasi, sebagai rata-
Penandaan Tertera kandungan tablet dan Uji
rata kadar total dari natrium estron sulfat dan natrium
Disolusi yang digunakan.
ekuilin sulfat, dari 10 tablet. Penetapan memenuhi
syarat jika kadar tiap tablet tidak kurang dari 85,0%
dan tidak lebih dari 115,0% dari kadar rata-rata
estrogen terkonjugasi. Jika kadar tidak lebih dari 2
ETAKRIDIN LAKTAT
tablet berada di luar rentang 85,0%-115,0% dari Rivanol
kadar rata-rata, tetapi tidak di luar rentang 75,0%- Ethacridine Lactate
125,0%, lakukan penetapan kadar dengan NH2
menggunakan 20 tablet tambahan. Penetapan CO2H
memenuhi syarat jika kadar tidak lebih dari 2 tablet OC2H5
CH(OH).H2O
dari 30 tablet yang ditetapkan kadarnya, berada di
H2N
luar rentang 85,0%-115,0% dari kadar rata-rata, dan N CH3
tidak satupun di luar rentang 75,0%-125,0% dari
kadar rata-rata.
2-(Etoksi-6,9-diaminoakridina)monolaktat
monohidrat [1837-57-6]
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C18H21N3O4H2O BM 361,41
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Etakridin Laktat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku internal, Larutan baku persediaan,
99,0% C18H21N3O4H2O.
Dapar asetat pH 5,2; Larutan kesesuaian sistem,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
Pemerian Serbuk hablur, kuning; tidak berbau; rasa
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Estrogen
sepat dan pahit. Larutan dalam air bereaksi netral,
terkonjugasi.
jika diencerkan berfluororesensi hijau.
Larutan uji Jika tablet merupakan tablet salut gula,
hilangkan warna dan salut gula dengan hati-hati
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
menggunakan air, biarkan lapisan salut dalam, dan
dalam air panas; sukar larut dalam etanol.
keringkan dengan nitrogen P. Timbang dan
serbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Timbang
Identifikasi
saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
A. Pada 5 mL larutan 2% zat, tambahkan 2 tetes
kurang 2 mg estrogen terkonjugasi total, masukkan
larutan natrium nitrit P 10% dam 2 tetes asam
ke dalam tabung sentrifuga 50 mL bertutup ulir politef
klorida encer P: terjadi warna coklat merah tua.
yang telah diisi dengan 15 mL Dapar asetat pH 5,2
B. Pada 5 mL larutan 2% zat, tambahkan 1 mL
dan 1 g barium klorida P. Lakukan seperti Larutan
natrium hidroksida 2 N: terbentuk endapan kuning.
uji pada Penetapan kadar dalam Estrogen
C. Pada 5 mL larutan 0,1% zat, tambahkan 3 tetes
terkonjugasi, dimulai dari “tutup rapat tabung
iodum LP: terbentuk endapan hijau biru tua, jika
sentrifuga”.
ditambahkan etanol P larut.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan
Suhu lebur <1021> Lebih kurang 245°, disertai
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
peruraian.
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
- 534 -

Klorida <361> Memenuhi syarat; lakukan penetapan ETAMBUTOL HIDROKLORIDA


menggunakan 50 mL filtrat yang dibuat sebagai Ethambutol Hydrochloride
berikut: Larutkan 1,0 g dalam 7 mL asam nitrat
encer P dan air secukupnya hingga 100,0 mL,
goyangkan, saring. Bandingkan opalesensi dengan
0,35 mL asam klorida 0,01 N yang diperlakukan
sama.

Sulfat Larutkan 500 mg zat dalam 20 mL air yang


mengandung 5 mL asam klorida encer P, goyangkan, (+)-2,2’-(Etilenadiimino)-di-1-butanol
saring. Pada filtrat, tambahkan 3 tetes barium klorida dihidroklorida [1070-11-7]
LP: tidak terjadi kekeruhan. C10H24N2O2.2HCl BM 277,23

Asam lemak mudah menguap Larutkan 500 mg zat Etambutol Hidroklorida mengandung tidak kurang
dalam 20 mL air yang mengandung 5 mL asam sulfat dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
encer P, campur, saring, panaskan filtrat: tidak terjadi C10H24N2O2.2HCl, dihitung terhadap zat kering.
bau asam lemak mudah menguap.
Pemerian Serbuk hablur, putih.
Amonia Larutkan 500 mg zat dalam 20 mL air
mendidih, tambahkan 0,5 mL natrium hidroksida 2 Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol
N, saring, didihkan filtrat: tidak terjadi gas yang dan dalam metanol; sukar larut dalam eter dan dalam
dapat mengubah warna kertas lakmus merah P. kloroform.

Air <1031> Metode I Antara 4,5% dan 5,5%. Baku pembanding Aminobutanol BPFI; setelah
ampul dibuka, buang sisa. Terlindung dari cahaya
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,25%. dalam lemari pendingin. Etambutol Hidroklorida
BPFI; Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Logam berat Lakukan penetapan sebagai berikut: higroskopik. Senyawa Sejenis A Etambutol
Larutkan 500 mg zat dalam 20 mL air mendidih, Hidroklorida BPFI. Senyawa Sejenis B Etambutol
tambahkan 3 tetes asam asetat P dan 3 tetes natrium Hidroklorida BPFI.
sulfida LP: tidak terjadi perubahan warna.
Identifikasi
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
300 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100- didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
mL, tambahkan 25 mL air, 20 mL natrium asetat LP maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dan 1,25 mL asam klorida 2 N sampai larut. sama seperti pada Etambutol Hidroklorida BPFI.
Tambahkan 50,0 mL kalium bikromat 0,1 N LV dan B. Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi
air secukupnya sampai tanda. Biarkan selama 1 jam Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
sambil sesekali digoyang, saring, buang 20 mL filtrat Identifikasi Umum <291>.
pertama. Masukkan 50,0 mL filtrat ke dalam labu
iodum, tambahkan 30 mL asam klorida 2 N Rotasi jenis <1081> Antara +6,0° dan +6,7°;
kemudian 6 mL kalium iodida LP, tutup segera, lakukan penetapan menggunakan larutan 100 mg per
biarkan selama 5 menit dalam gelap. Tambahkan 50 mL.
mL air, titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV
menggunakan indikator 3 mL kanji LP. Lakukan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
penetapan blangko. lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 2 jam.

Tiap mL kalium bikromat 0,1 N Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
setara dengan 12,047 mg C18H21N3O4H2O
Aminobutanol Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penetapan sebagai berikut:
rapat dan terlindung cahaya. Larutan A Masukkan 1,24 g asam borat P dalam
labu tentukur 100-ml, larutkan dengan 90 mL air,
atur pH hingga 9,0 dengan penambahan natrium
hidroksida 5 N, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan fluoreskamina Timbang saksama sejumlah
fluoreskamina P, larutkan dan encerkan dengan
aseton P hingga kadar 0,1 mg per mL.
- 535 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah campur selama 1 menit. Encerkan dengan Larutan B
Aminobutanol BPFI, larutkan dan encerkan dengan sampai tanda.
air hingga kadar 5,0 µg per mL. Larutan kesesuaian sistem Buat campuran Larutan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, baku 1 - Larutan baku 2 (1:1).
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar 0,5 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
mg per mL. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Prosedur Pipet 10 mL Larutan uji ke dalam labu 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Erlenmeyer 100 mL bersumbat kaca, tambahkan 10 lebih kurang 1,7 mL per menit. Lakukan
mL air dan 20 mL Larutan A. Pada labu lain, kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
masukkan 10,0 mL Larutan uji, 10,0 mL Larutan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
baku dan 20 mL Larutan A. Letakkan labu di atas tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
pengaduk magnetik, tambahkan 10 mL Larutan etambutol dan senyawa sejenis A etambutol tidak
fluoreskamina dengan cepat sambil diaduk, tutup kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap
labu dan kocok sebentar. Setelah tepat 1 menit, ukur Larutan baku 1, rekam kromatogram dan ukur
intensitas fluoresensi relatif kedua larutan pada respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
panjang gelombang lebih kurang 485 nm, dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
panjang gelombang eksitasi lebih kurang 385 nm. lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif senyawa sejenis
Intensitas fluoresensi larutan yang diperoleh dari B etambutol, etambutol, dan senyawa sejenis A
Larutan uji tidak lebih besar dari perbedaan intensitas etambutol berturut-turut adalah 0,85; 1,0; dan 1,4.
kedua larutan. Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µL Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Cemaran umum <481> selama 2,3 kali waktu retensi etambutol dan ukur
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P. semua respons puncak. Hitung persentase masing-
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P. masing stereoisomer dalam zat yang digunakan
Fase gerak Campuran metanol P dan amonium dengan rumus:
hidroksida P (18:1).
 rU 
Penampak bercak Gunakan teknik penampak    100
bercak nomor 16.
 rT 
Stereoisomer total Tidak lebih dari 4,0%. Lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. etambutol atau senyawa sejenis B etambutol dari
Larutan A Buat larutan (R)-(+)--metilbenzil Larutan uji; rT adalah jumlah respons puncak
isosianat dalam asetonitril P dengan kadar 60 mg per senyawa sejenis A etambutol, senyawa sejenis B
mL. etambutol, dan etambutol dari Larutan uji. Hitung
Larutan B Campuran asetonitril P – air (1:1). jumlah persentase senyawa sejenis A etambutol dan
Fase gerak Buat campuran metanol P - air (13:7), senyawa sejenis B etambutol.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
tertera pada Kromatografi <931>. 200 mg zat, larutkan dalam campuran 100 mL asam
Larutan baku 1 Timbang saksama 13 mg asetat glasial P dan 5 mL raksa(II) asetat LP,
Etambutol Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam tambahkan kristal violet LP dan titrasi dengan asam
labu tentukur 10-mL, tambahkan 2,0 mL asetonitril P perklorat 0,1 N LV, sampai warna biru menjadi biru
dan 260 µL trietilamin P, kocok selama 1 menit. hijau. Lakukan penetapan blangko.
Tambahkan 650 µL Larutan A, campur selama 1
menit. Encerkan dengan Larutan B sampai tanda. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Larutan baku 2 Timbang saksama masing-masing setara dengan 13,86 mg C10H24N2O2.2HCl
13 mg Senyawa Sejenis A Etambutol Hidroklorida
BPFI dan Senyawa Sejenis B Etambutol Hidroklorida Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
tambahkan 2,0 mL asetonitril P dan 260 µL
trietilamin P, kocok selama 1 menit. Tambahkan 650 TABLET ETAMBUTOL HIDROKLORIDA
µL Larutan A, campur selama 1 menit. Encerkan Ethambutol Hydrochloride Tablets
dengan Larutan B sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama 13 mg zat, Tablet Etambutol Hidroklorida mengandung
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan etambutol hidroklorida, C10H24N2O2.2HCl, tidak
2,0 mL asetonitril P dan 260 µL trietilamin P, kocok kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
selama 1 menit. Tambahkan 650 µL Larutan A, jumlah yang tertera pada etiket.
- 536 -

Baku pembanding Aminobutanol BPFI; setelah gelas piala, rendam dengan aseton P selama 15
ampul dibuka, buang sisa. Terlindung dari cahaya menit. Enaptuangkan aseton, keringkan tablet, dan
dalam lemari pendingin. Etambutol Hidroklorida hilangkan penyalut. Gerus inti tablet dalam mortir,
BPFI; Simpan dalam wadah tertutup rapat, basahi dengan metanol P dan triturasi sampai
higroskopik. diperoleh pasta halus. Masukkan campuran
menggunakan metanol P ke dalam labu tentukur 100-
Identifikasi Triturasi sejumlah serbuk tablet setara mL, encerkan dengan metanol P sampai tanda. Saring
dengan lebih kurang 100 mg etambutol dengan 3 mL campuran melalui kertas saring kering yang dilipat.
metanol P dalam mortir kaca. Tambahkan 5 mL Pipet 25 mL filtrat ke dalam labu tentukur 200-mL,
metanol P hingga diperoleh suspensi, saring dengan encerkan dengan air sampai tanda. Diamkan selama
kertas saring Whatman nomor 42 atau yang sesuai 15 menit dan saring dengan kertas saring kering yang
yang telah dilembabkan dengan metanol P, dilipat, buang sebagian filtrat pertama yang keruh.
kumpulkan filtrat dalam gelas piala yang berisi 100 Gunakan filtrat jernih sebagai Larutan uji.
mL aseton P. Aduk, biarkan menghablur selama 15
menit. Enaptuangkan cairan, keringkan hablur hati- Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
hati dengan aliran udara sampai tidak berbau Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
metanol: hablur yang diperoleh menunjukkan reaksi Kromatografi <931>.
Identifikasi seperti tertera pada Etambutol Dapar Buat campuran 1,0 mL trietilamin P dengan
Hidroklorida. 1000 mL air. Atur pH hingga 7,0 dengan
penambahan asam fosfat P.
Disolusi <1231> Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P (1:1),
Media disolusi: 900 mL air. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Alat tipe 1: 100 rpm. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Waktu: 45 menit. tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan natrium fosfat monobasa P Larutan baku Timbang saksama sejumlah
38,0 g per Liter dan natrium dibasa fosfat anhidrat P Etambutol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
2,0 g per Liter. dalam air hingga kadar lebih kurang 0,30 mg per mL.
Larutan hijau bromokresol Larutkan 200 mg hijau Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
bromokresol P dalam 30 mL air dan 6,5 mL natrium dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
hidroksida 0,1 N. Encerkan dengan Dapar hingga tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
500 mL, campur dan atur pH hingga 4,6 ± 0,1 dengan larutkan dan encerkan dengan air hingga diperoleh
penambahan asam klorida 0,1 N. kadar 0,30 mg per mL etambutol hidroklorida. Saring
Larutan baku Timbang saksama sejumlah larutan dan buang 10 mL filtrat pertama.
Etambutol Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. tinggi dilengkapi dengan detektor 200 nm dan kolom
Prosedur Ke dalam masing-masing 3 tabung 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L10 yang
sentrifuga 50 mL bersumbat kaca, masukkan dideaktivasi basa, dengan ukuran partikel 5 µm. Laju
berturut-turut 1 mL alikot yang telah disaring, 1 mL alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
Larutan baku dan 1 mL air sebagai blangko. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Tambahkan 5,0 mL Larutan hijau bromokresol, 10,0 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
mL kloroform P tutup dan kocok kuat. Diamkan pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; dan
sampai terpisah, buang lapisan air dan saring lapisan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
kloroform melalui kapas. Lakukan penetapan jumlah lebih dari 2,0%.
C10H24N2O2.2HCl yang terlarut, dengan mengukur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
serapan larutan yang diperoleh dari alikot dan volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Larutan baku pada panjang gelombang serapan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
maksimum lebih kurang 415 nm. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak persentase etambutol hidroklorida, C10H24N2O2.2HCl,
kurang dari 75% (Q) C10H24N2O2.2HCl, dari jumlah dalam tablet dengan rumus:
yang tertera pada etiket.
 rU  C S 
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.     100
Aminobutanol; Tidak lebih dari 1,0%.
 rS  CU 
Larutan A, Larutan baku, Larutan fluoreskamina,
dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Aminobutanol dalam Etambutol Hidroklorida. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan uji Masukkan sejumlah tablet setara Etambutol Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
dengan 400 mg etambutol hidroklorida ke dalam Larutan baku; dan CU adalah kadar etambutol
- 537 -

hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji cawan penguap yang telah ditara di atas tangas air
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Zat tidak larut air Encerkan dengan air volume
baik. sama: campuran jernih dan tetap jernih selama 30
menit setelah didinginkan pada suhu 10º.

ETANOL Aldehida dan bahan organik asing lain Masukkan


Alcohol 20 mL zat ke dalam tabung bersumbat kaca yang
sudah dibilas dengan asam klorida P dan dibilas
CH3-CH2-OH dengan air, kemudian dibilas dengan etanol yang
akan diuji. Dinginkan sampai suhu lebih kurang 15 o,
Etil alkohol [64-17-5] tambahkan dengan pipet yang betul-betul bersih 0,10
C2H6O BM 46,07 mL kalium permanganat 0,10 N, catat saksama waktu
penambahan. Campur segera dengan membalikkan
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tabung dan diamkan pada suhu 15o selama 5 menit:
tidak lebih dari 93,8% b/b, setara dengan tidak warna merah muda tidak seluruhnya hilang.
kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v,
C2H6O, pada suhu 15,56o. Amil alkohol, bahan tidak menguap, mudah
terarangkan dan lain-lain Masukkan 25 mL zat ke
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak dalam cawan penguap porselen, terlindung dari debu,
berwarna; bau khas dan menyebabkan rasa terbakar biarkan menguap sampai permukaan cawan masih
pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu lembab, tambahkan beberapa tetes asam sulfat P:
rendah dan mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar. tidak segera terjadi warna merah atau coklat.

Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis Minyak fusal Basahi kertas penghisap yang bersih
bercampur dengan semua pelarut organik. dan tidak berbau dengan campuran 10 mL zat, 5 mL
air dan 1 mL gliserin P, biarkan menguap: tidak
Identifikasi tercium bau lain setelah alkohol habis menguap.
A. Campur 5 tetes dalam gelas piala kecil dengan 1
mL larutan kalium permanganat P (1 dalam 100) dan Aseton dan Isopropanol Pada 1,0 mL zat
5 tetes asam sulfat 2 N, tutup segera gelas piala tambahkan 1,0 mL air, 1,0 mL larutan jenuh natrium
dengan kertas saring yang dibasahi dengan larutan fosfat dibasa P dan 3,0 mL larutan jenuh kalium
segar 100 mg natrium nitroferisianida P dan 250 mg permanganat P. Hangatkan campuran pada suhu 45º
piperazina P dalam 5 mL air: terjadi warna biru - 50º, diamkan sampai warna permanganat hilang.
intensif pada kertas saring, warna akan memucat Tambahkan 3,0 mL natrium hidroksida 2,5 N, saring
setelah beberapa menit. tanpa pembilasan, dengan penyaring kaca masir.
B. Pada 5 mL larutan (1 dalam 10) tambahkan 1 Buat pembanding dengan mencampur 1,0 mL larutan
mL natrium hidroksida 1 N dan perlahan-lahan jenuh natrium fosfat dibasa P, 3,0 mL natrium
(setelah 3 menit) tambahkan 2 mL iodum 0,1 N: hidroksida 2,5 N, 8 µg aseton P dan 5,0 mL air. Pada
timbul bau iodoform dan terbentuk endapan kuning masing-masing larutan tambahkan 1 mL larutan
dalam waktu 30 menit. furfural P (1 dalam 100) diamkan selama 10 menit
dan kemudian pada 1,0 mL masing-masing larutan
Bobot jenis <981> Antara 0,812 dan 0,816; lakukan tambahkan 3 mL asam klorida P: warna merah muda
penetapan pada suhu 15,56°: menunjukkan antara yang terjadi pada larutan uji tidak lebih intensif dari
92,3% b/b dan 93,8% b/b atau antara 94,9% v/v dan pembanding.
96,0% v/v C2H6O.
Metanol Pada 1 tetes zat tambahkan 1 tetes air, 1
Keasaman Pada 50 mL zat dalam labu bersumbat tetes larutan asam fosfat P (1 dalam 20), dan 1 tetes
kaca, tambahkan 50 mL air yang baru dididihkan. larutan kalium permanganat P (1 dalam 20). Campur,
Tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan diamkan selama 1 menit, tambahkan tetes demi tetes
natrium hidroksida 0,020 N sampai terjadi warna larutan natrium bisulfit P (1 dalam 20) sampai warna
merah muda yang stabil selama 30 detik: diperlukan permanganat hilang. Jika masih ada warna cokelat,
tidak lebih dari 0,90 mL natrium hidroksida 0,020 N tambahkan 1 tetes larutan asam fosfat yang sama.
untuk menetralkan. Pada larutan yang tidak berwarna tambahkan 5 mL
asam kromatropat LP segar dan panaskan di atas
Sisa penguapan Tidak lebih dari 1 mg; Lakukan tangas air pada suhu 60o selama 10 menit: tidak
penetapan sebagai berikut: Uapkan 40 mL zat dalam terjadi warna lembayung.
- 538 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup ETANOL ENCER


rapat, jauh dari api. Diluted Alcohol

Etanol Encer adalah campuran etanol P dan air.


ETANOL ABSOLUT Dibuat dengan mencampurkan 73,7 mL etanol P dan
Etanol Mutlak air hingga 100 mL. Mengandung tidak kurang dari
Alcohol Absolute 68,0% dan tidak lebih dari 69,2% b/b C2H6O setara
dengan tidak kurang dari 69,9% dan tidak lebih dari
Etil alkohol [64-17-5] 70,8% v/v C2H6O.
C2H6O BM 46,07
Pemerian Cairan jernih, mudah menguap, tidak
Etanol mutlak mengandung tidak kurang dari 99,2% berwarna; bau khas; rasa terbakar pada lidah, mudah
b/b, setara dengan tidak kurang dari 99,5% v/v, terbakar.
C2H6O, pada suhu 15,56o.
Bobot jenis <981> Antara 0,882 dan 0,886; lakukan
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak penetapan pada suhu 25o.
berwarna; bau khas dan menyebabkan rasa terbakar
pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu Keasaman; Sisa penguapan; Aldehida dan bahan
rendah dan mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar. organik asing lain; Amil alkohol, bahan tidak
menguap, mudah terarangkan dan lain-lain;
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis Aseton dan Isopropanol; Metanol Memenuhi syarat
bercampur dengan semua pelarut organik. seperti tertera dalam Etanol.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


Identifikasi rapat, jauh dari api.
A. Campurkan 5 tetes dalam gelas piala kecil
dengan 1 mL larutan kalium permanganat P (1 dalam
100) dan 5 tetes asam sulfat 2 N, tutup segera gelas ETOKSIBENZAMIDA
piala dengan kertas saring yang dibasahi dengan Etenzamida
larutan segar 100 mg natrium nitroferisianida P dan Ethoxybenzamide
250 mg piperazina P dalam 5 mL air: terjadi warna
biru intensif pada kertas saring, warna akan memucat CONH2
setelah beberapa menit. OC2H5
B. Pada 5 mL larutan (1 dalam 10) tambahkan 1
mL natrium hidroksida 1,0 N, kemudian dengan
perlahan-lahan tambahkan 2 mL iodum 0,1 N (dalam
waktu 3 menit): timbul bau iodoform dan terbentuk
endapan kuning dalam waktu 30 menit. 2-Etoksibenzamida [938-73-8]
C9H11NO2 BM 165,19
Bobot jenis <981> Tidak lebih dari 0,7964; lakukan
penetapan pada suhu 15,56º, menunjukkan tidak Etoksibenzamida mengandung tidak kurang dari
kurang dari 99,2% b/b C2H6O. 98,0% C9H11NO2, dihitung terhadap zat kering.

Keasaman; Sisa penguapan; Zat tidak larut air; Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; tidak
Aldehida dan bahan organik asing lain; Amil berbau; tidak berasa. Larutan jenuh bereaksi netral.
alkohol, bahan tidak menguap, mudah Mulai sedikit menyublim pada suhu lebih kurang 105.
terarangkan dan lain-lain; Minyak fusal; Aseton
dan Isopropanol; Metanol Memenuhi syarat seperti Kelarutan Larut dalam etanol dan dalam aseton;
tertera dalam Etanol. sukar larut dalam eter; praktis tidak larut dalam air.
Serapan ultraviolet Rekam spektrum serapan Identifikasi
ultraviolet pada panjang gelombang antara 350 – 220 A. Pada 500 mg zat tambahkan 5 mL natrium
nm dengan air sebagai pembanding: serapan pada hidroksida 1 N dan panaskan perlahan-lahan:
220 nm tidak lebih dari 0,30; pada 230 nm 0,18; pada terbentuk gas yang membirukan kertas lakmus merah P.
240 nm 0,08 dan pada 270–350 nm 0,02. B. Pada 200 mg zat tambahkan 10 mL asam
bromida P 48% dan refluks perlahan-lahan selama 1
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup jam. Dinginkan dalam air es, kumpulkan endapan,
rapat, jauh dari api. bilas tiga kali, tiap kali dengan 5 mL air es.
- 539 -

Keringkan di atas silika gel P dalam hampa udara dibuat dengan melarutkan 150 mg hijau bromokresol
selama 2 jam. Endapan melebur antara 158 - 161. P dan 100 mg merah metil P dalam 180 mL etanol
mutlak P dan diencerkan dengan air hingga 200 mL.
Suhu lebur <1021> Metode I Antara 131 dan 134. Titrasi dengan asam sulfat 0,1 N LV hingga warna
larutan berubah dari hijau melalui biru abu-abu pucat
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; menjadi merah lembayung muda. Lakukan titrasi
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 3 blangko.
jam, menggunakan 1 g zat.
Tiap mL asam sulfat 0,1 N
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; setara dengan 16,519 mg C9H11NO2
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,050%; larutkan baik.
500 mg zat dalam 30 mL aseton P, tambahkan 6 mL
asam nitrat encer P dan encerkan dengan air hingga
50 mL. Bandingkan kekeruhan dengan larutan yang ETER
dibuat sebagai berikut: Pada 0,7 mL asam klorida Ether
0,01 N tambahkan 30 mL aseton P, 6 mL asam nirat
encer P dan encerkan dengan air hingga 50 mL.
Etil eter [60-29-7]
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,048%; larutkan 500 C4H10O BM 74,12
mg zat dalam 30 mL aseton P, tambahkan 1 mL
asam klorida encer P dan encerkan dengan air hingga Eter mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak
50 mL. Bandingkan kekeruhan dengan larutan yang lebih dari 98,0% C4H10O. Selebihnya terdiri dari
dibuat sebagai berikut: Pada 0,50 mL asam sulfat etanol dan air.
0,01 N, tambahkan 30 mL aseton P, 1 mL asam [Perhatian Eter sangat mudah menguap dan
klorida encer P dan encerkan dengan air hingga 50 terbakar. Uapnya dapat meledak jika bercampur
mL. dengan udara dan nyala api.]
[Catatan Eter untuk anestesi harus disimpan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 dalam wadah tertutup rapat dengan kapasitas tidak
bpj; lakukan penetapan menggunakan 2 g zat dan 2,0 lebih dari 3 kg, dan tidak boleh digunakan untuk
mL Larutan baku timbal sebagai pembanding. anestesi apabila telah dipindahkan dari wadah
aslinya lebih dari 24 jam. Eter untuk anestesi jika
Arsen <321> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan dikemas dalam wadah lebih besar, untuk
penetapan menggunakan alat Gambar 1 dan larutan pengemasan kembali seperti di atas, harus memenuhi
uji yang dibuat sebagai berikut: Pada 400 mg zat syarat uji seperti tertera pada Farmakope.]
tambahkan 300 mg kalium nirat P dan 500 mg
natrium karbonat anhidrat P, campur, pijarkan Pemerian Cairan mudah bergerak, mudah menguap,
perlahan dan dinginkan. Larutkan residu dalam 10 tak berwarna; berbau khas. Teroksidasi perlahan-
mL asam sulfat encer P dan panaskan hingga lahan oleh udara dan cahaya dengan membentuk
terbentuk asap putih. Dinginkan dan encerkan dengan peroksida. Mendidih pada suhu lebih kurang 35°.
air perlahan-lahan hingga 5 mL.
Kelarutan Larut dalam air; dapat bercampur dengan
Salisilamida Larutkan 200 mg zat dalam 15 mL etanol, dengan benzen, dengan kloroform, dengan
etanol encer P (2 dalam 3) dan tambahkan 2 sampai heksana, dengan minyak lemak dan dengan minyak
3 tetes besi(III) klorida LP yang diencerkan (2 dalam menguap.
100): tidak terjadi warna ungu.
Keasaman Tidak lebih dari 0,003% sebagai
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang CH3COOH; lakukan penetapan sebagai berikut: Ke
300 mg zat kering, masukkan ke dalam labu Kjeldahl dalam 10 mL air dalam labu bertutup kaca, tambahkan
500 mL, tambahkan 200 mL air dan 50 mL larutan 0,10 mL biru bromotimol LP dan natrium hidroksida
natrium hidroksida P (2 dalam 5). Panaskan hati-hati 0,010 N hingga warna biru tetap bertahan setelah
labu selama 20 menit, naikkan suhu dan destilasi ke dikocok kuat. Tambahkan 25 mL eter, kocok cepat
dalam wadah berisi 40 mL larutan asam borat P (1 untuk mencampur kedua lapisan. Jika warna biru hilang,
dalam 25) hingga diperoleh 200 mL destilat. titrasi dengan natrium hidroksida 0,010 N hingga warna
Dinginkan labu dan tambahkan 75 mL air. Lanjutkan biru kembali dan tetap bertahan beberapa menit:
destilasi hingga diperoleh 70 mL destilat. Angkat dibutuhkan tidak lebih dari 0,80 mL natrium hidroksida
ujung alat pendingin dari destilat dan bilas dengan 0,010 N. [Catatan Hindarkan kontaminasi karbon
sedikit air, tambahkan 6 tetes larutan indikator yang dioksida pada waktu menambahkan eter dan titrasi.]
- 540 -

Bobot jenis <981> Antara 0,713 dan 0,716 Larutan baku Pindahkan lebih kurang 50 mL etil
(menunjukkan 96,0% hingga 98,0% C4H10O). eter anhidrat P yang telah bebas hidrokarbon, seperti
tertera pada Prosedur, ke dalam labu tentukur 100-
Air <1031> Metode I Tidak boleh lebih dari 0,5%, mL. Tambahkan 0,20 mL pentana P, encerkan
kecuali jika pada penandaan dinyatakan untuk dengan etil eter anhidrat P sampai tanda.
anestesi, tidak lebih dari 0,2%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (1 µL) Larutan baku dan eter ke dalam
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 1 mg (0,003%); kromatograf yang dilengkapi dengan detektor ionisasi
lakukan penetapan sebagai berikut: biarkan menguap nyala dan kolom baja tahan karat 3,7 m x 2 mm berisi
50 mL zat dalam cawan penguap yang telah ditara, bahan pengisi 30% fase diam G22 pada partikel
dan keringkan pada suhu 105° selama 1 jam. penyangga S1C 30 - 60 mesh. Pertahankan suhu
injektor, kolom dan detektor berturut-turut pada suhu
Bau asing Biarkan menguap 10 mL zat dalam cawan 230°, 80°, dan 250°. Gunakan nitrogen P sebagai gas
penguap bersih dan kering hingga volume lebih pembawa dengan laju alir lebih kurang 30 mL per
kurang 1 mL: tidak ada bau asing yang jelas. menit. Tentukan jumlah luas puncak hidrokarbon
Tuangkan sisa ke atas sepotong kertas saring yang yang terdapat dalam eter (waktu retensi isopentana,
bersih dan tidak berbau: tidak ada bau asing yang pentana dan 2-metilpentana berturut-turut adalah 2,3;
jelas dari penguapan sisa akhir eter pada kertas. 2,7 dan 4,3 menit). Jumlah luas puncak hidrokarbon
tidak melebihi luas puncak pentana dari Larutan
Aldehida Masukan 20 mL zat ke dalam gelas ukur baku.
bersumbat kaca, tambahkan 7 mL campuran 1 mL Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Pereaksi Nessler dan 17 mL larutan natrium klorida rapat, tidak tembus cahaya, diisi sebagian; pada suhu
P jenuh. Tutup dan kocok kuat selama 10 detik, tidak lebih dari 30°; jauh dari api.
diamkan selama 1 menit: lapisan air tidak keruh.

Peroksida Tidak lebih dari 0,3 bpj. ETIL KLORIDA


Larutan titanium tetraklorida Dinginkan secara Ethyl Chloride
terpisah dalam gelas piala kecil di dalam tangas es,
10 mL asam klorida 6 N dan 10 mL titanium
tetraklorida P ke dalam asam yang dingin. Biarkan
campuran pada suhu tangas es hingga seluruh
padatan kuning melarut, encerkan dengan asam Kloroetan [75-00-3]
klorida 6 N hingga 1000 mL, campur. C2H5Cl BM 64,51
Larutan baku peroksida Pipet 25 mL hidrogen
peroksida P ke dalam labu tentukur 1000-mL, Etil Klorida mengandung tidak kurang dari 99,5%
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 15 mL dan tidak lebih dari 100,5% C2H5Cl.
larutan ini ke dalam labu tentukur 1000-mL, [Perhatian Etil Klorida sangat mudah terbakar.
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 15 mL Jangan digunakan di tempat yang membuatnya dapat
larutan ini ke dalam labu tentukur 1000-mL encerkan terbakar]
dengan air sampai tanda. Tiap mL mengandung 0,011
mg H2O2. Pemerian Cairan sangat mudah menguap pada suhu
Prosedur Pipet 50 mL zat ke dalam corong pisah, rendah atau di bawah tekanan; tidak berwarna;
tambahkan 5,0 mL Larutan titanium tetraklorida. mudah mengalir; bau khas eter. Mendidih pada suhu
Kocok kuat, biarkan lapisan memisah dan alirkan antara 12° dan 13°; bobot jenis pada suhu 0° lebih
lapisan bawah ke dalam gelas ukur bersumbat kaca kurang 0,921. Jika wadah terbuka pada suhu ruang
25 mL. Encerkan dengan air sampai 10,0 mL, kocok. akan segera menguap. Terbakar dengan nyala
Warna kuning yang terjadi tidak lebih kuat dari kehijauan, berasap, membentuk asam hidroklorida.
warna larutan yang dibuat dengan mencampurkan 5,0
mL Larutan titanium tetraklorida dan 1,0 mL Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
Larutan baku peroksida ke dalam gelas ukur etanol dan dalam eter.
bersumbat kaca 25 mL dan diencerkan dengan air
sampai 10,0 mL, jika diukur menggunakan Reaksi Kocok 10 mL zat dengan 10 mL air, yang
spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. masing-masing telah didinginkan hingga suhu 0°,
biarkan lapisan etil klorida menguap; cairan yang
Hidrokarbon dengan suhu didih rendah Tidak tersisa bereaksi netral terhadap lakmus P.
lebih dari 0,2%; lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi Residu tidak mudah menguap dan bau Biarkan 5
<931>. mL zat menguap dalam cawan dangkal yang telah
- 541 -

ditara: tidak terjadi bau asing selama penguapan dan Identifikasi Lakukan identifikasi A dan D atau B, C
bobot residu dapat diabaikan. dan D.
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
Klorida Tambahkan beberapa tetes perak nitrat LP didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
ke dalam 10 mL etanol P, dinginkan hingga suhu 0°. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Tambahkan ke cairan yang jernih lebih kurang 500 sama seperti pada Etilmorfin Hidroklorida BPFI.
µL etil klorida yang telah didinginkan hingga suhu B. Larutkan 500 mg zat dalam 6 mL air,
sama: tidak segera terbentuk kekeruhan. tambahkan 15 mL natrium hidroksida 0,1 N, gores
dinding tabung dengan pengaduk kaca, terbentuk
Penetapan kadar Masukkan lebih kurang 1,5 mL zat endapan hablur putih. Kumpulkan endapan, bilas dan
yang didinginkan ke dalam botol tahan tekanan larutkan dalam 20 mL air, panaskan pada suhu 80°,
bersumbat kaca yang telah ditara dan berisi 25,0 mL saring dan dinginkan dalam es. Keringkan hablur di
kalium hidroksida etanol 1 N LV, tutup segera dan dalam hampa udara selama 12 jam. Suhu lebur antara
timbang saksama. Ikat sumbat, masukkan botol ke 85° dan 89°.
dalam keranjang kawat dan celupkan dalam tangas C. Campur 10 mg zat dengan 1 mL asam sulfat P
air pada suhu ruang.[Perhatian Sebelum menaikkan dan 0,05 mL larutan besi(III) klorida heksahidrat P
suhu tangas, perhatikan agar botol tertutup dengan 1,3%. Panaskan di atas tangas air: terjadi warna biru,
baik, atau buatlah pelindung yang sesuai sebagai tambahkan 0,05 mL asam nitrat P: terjadi warna
pengaman untuk mencegah kecelakaan jika botol merah.
meledak.] Panaskan tangas air sampai mendidih, D. Larutan zat 2,0% dalam air bebas karbon
pertahankan suhu tersebut selama 30 menit dan dioksida P menunjukkan reaksi Klorida cara A
dinginkan perlahan-lahan sampai suhu ruang sebelum seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
botol dibuka. Buka tutup, tambahkan fenolftalein LP
dan titrasi kelebihan alkali dengan asam hidroklorida pH <1071> Antara 4,3 dan 5,7; lakukan penetapan
1 N LV. Lakukan penetapan blangko. menggunakan larutan 2%.

Tiap mL kalium hidroksida etanol 1 N Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
setara dengan 64,51 mg C2H5Cl penetapan menggunakan larutan zat 2,0% dalam air
bebas karbon dioksida P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Warna dan Akromisitas <1291> Metode III warna
kedap dan jauh dari api. larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6;
lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam
air bebas karbon dioksida P.
ETILMORFIN HIDROKLORIDA
Ethylmorphine Hydrochloride Keasaman-Kebasaan Pada 10 mL larutan zat 2,0%
dalam air bebas karbon dioksida P, tambahkan 0,05
mL larutan merah metil P dan 0,2 mL asam
hidroklorida 0,02 N: larutan menjadi merah.
Tambahkan 0,4 mL larutan natrium hidroksida 0,02
N: larutan menjadi kuning.

Rotasi jenis <1081> Antara -102° dan -105°;


lakukan penetapan menggunakan larutan zat 2,0%
dalam air bebas karbon dioksida P.
7,8-Didehidro-4,5α-epoksi-3-etoksi-17-
metilmorfinan-6α-ol hidroklorida dihidrat [125-30-4] Air <1031> Metode I Antara 8,0% dan 10,0%;
C19H23NO3.HCl.2H2O BM 385,9 lakukan penetapan menggunakan 250 mg zat.

Etilmorfin Hidroklorida mengandung tidak kurang Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
C19H23NO3.HCl.2H2O, dihitung terhadap zat anhidrat.
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; tidak Dapar Tambahkan 1,25 g natrium heptansulfonat
larut dalam sikloheksan. P pada campuran 12,5 mL asam asetat glasial P dan
5 mL larutan trietilamin P 20% dalam metanol P-air
Baku pembanding Etilmorfin Hidroklorida BPFI. (1:1). Encerkan hingga 1000 mL dengan air.
Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (55:45).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
- 542 -

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti cemaran puncak utama


tertera pada Kromatografi <931>. lain Larutan baku A
Larutan baku A Pipet 1 mL Larutan uji encerkan (0,1%)
dengan Fase gerak hingga 25,0 mL. Pipet 1 mL larutan Total - - Tidak lebih dari
cemaran 2,5 kali respons
ini encerkan dengan Fase gerak hingga 20,0 mL.
selain puncak utama
Larutan baku B Timbang saksama 12,5 mg Kodein cemaran C Larutan baku A
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, (0,5%)
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Abaikan respons puncak kurang dari 0,25 kali respons puncak
tanda. utama Larutan baku A (0,05%)
Larutan baku C Pipet 0,5 mL Larutan baku B
encerkan dengan Fase gerak hingga 100,0 mL. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Larutan baku D Pipet 1 mL Larutan uji tambahkan 300 mg zat, larutkan dalam campuran 5 mL asam
1 mL Larutan baku B , encerkan dengan Fase gerak hidroklorida P 0,01 N dan 30 mL etanol P. Titrasi
hingga 50,0 mL. secara potensiometri dengan natrium hidroksida 0,1
Larutan uji Larutkan 50,0 mg zat dalam 20,0 mL N LV. Catat volume titran yang digunakan antara dua
Fase gerak. titik infleksi.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
kolom berukuran 4,6 mm × 25 cm berisi bahan setara dengan 34,99 mg C19H24ClNO3
pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir
lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu Wadah dan penyimpanan Terlindung cahaya.
kolom pada 30°. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku D, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: ETILPARABEN
resolusi, R, antara puncak etilmorfin dengan puncak Ethylparaben
cemaran C tidak kurang dari 5. Waktu retensi
etilmorfin lebih kurang 6,2 menit; waktu retensi
relatif cemaran B, C, D dan A (terhadap etil morfin) HO COOC2H5
berturut-turut 0,7; 0,8; 1,3 dan 2,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku A, Etil p-hidroksibenzoat [120-47-8]
Larutan baku B, Larutan baku C, Larutan baku D C9H10O3 BM 166,18
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan
kromatografi selama empat kali waktu retensi Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
etilmorfin, rekam kromatogram dan ukur semua dari 100,5% C9H10O3, dihitung terhadap zat kering.
respons puncak. Masing-masing cemaran dan total
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
Tabel.
Tabel Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam gliserin;
mudah larut dalam aseton, dalam metanol, dalam
Nama Waktu Faktor Batas
eter, dan dalam propilen glikol.
Retensi Koreksi
Relatif Baku pembanding Etilparaben BPFI; lakukan
Cemaran A 2,5 - Tidak lebih dari pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam
respons puncak sebelum digunakan.
utama Larutan
baku A (0,2%)
Cemaran B 0,7 - Tidak lebih dari
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering
respons puncak dan didispersikan dalam minyak mineral P
utama Larutan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
baku A (0,2%) gelombang yang sama seperti pada Etilparaben
Cemaran C 0,8 - Tidak lebih dari BPFI.
respons puncak
utama Larutan Jarak lebur<1021> antara 115 dan 118.
baku C (0,5%)
Cemaran D 1,3 0,4 Tidak lebih dari Syarat lain Memenuhi syarat untuk Keasaman, Susut
respons puncak
utama Larutan
pengeringan dan Sisa pemijaran seperti tertera pada
baku A (0,2%) Butilparaben.
Masing- - - Tidak lebih dari
masing 0,5 kali respons
- 543 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera Rotasi jenis <1081> Antara -28,0º dan -29,5º,
pada Penetapan kadar dalam Butilparaben. lakukan penetapan menggunakan larutan 50 mg per
mL zat dalam piridina P tidak berwarna, diambil dari
Tiap mL natrium hidroksida 1 N wadah yang baru dibuka. Jika perlu lakukan sonikasi.
setara dengan 166,2 mg C9H10O3
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.

Kesempurnaan melarut <901> Larutkan 100 mg


zat dalam 5 mL etanol P: larutan jernih dan bebas
ETINIL ESTRADIOL dari zat padat tidak larut.
Ethinyl Estradiole
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (1:1),
saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi<931>.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
etilparaben P, larutkan dan encerkan dengan Fase
19-Nor-17-pregna-1,3,5(10)-trien-20-ina-3,17-diol gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
[57-63-6] Larutan baku Timbang saksama lebih kurang
C20H24O2 BM 296,40 10 mg Etinil Estradiol BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 50-mL, tambahkan 10 mL Fase gerak
Etinil Estradiol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan 5,0 mL Larutan baku internal. Encerkan dengan
dan tidak lebih dari 102,0% C20H24O2, dihitung Fase gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung
terhadap zat kering. lebih kurang 0,2 mg per mL.
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai putih krem; zat, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
tidak berbau. kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji persediaan ke
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 5,0 mL
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak nabati Larutan baku internal dan encerkan dengan Fase
dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu. gerak sampai tanda. Larutan mengandung lebih
kurang 0.2 mg per mL.
Baku pembanding Etinil Estradiol BPFI; tidak Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
rapat, terlindung cahaya. Lakukan penanganan pada 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
tempat kering. lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, ukur respons puncak seperti
Identifikasi tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
A. Spektrum serapan inframerah zat yang etilparaben dan puncak etinil estradiol tidak kurang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan dari 4,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi
sama seperti pada pada Etinil Estradiol BPFI. relatif etilparaben dan etinil estradiol berturut-turut
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per lebih kurang 0,6 dan 1,0.]
mL dalam etanol P menunjukkan maksimum dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
pada larutan Etinil Estradiol BPFI; daya serap Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
masing-masing dihitung terhadap zat kering pada kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang persentase etinil estradiol, C20H24O2, dalam zat
281 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. dengan rumus:

Jarak lebur <1021> Antara 180º dan 186º. Dapat  RU   CS 


juga berbentuk modifikasi polimorfik, melebur antara       100
142º dan 146º.  RS   CU 
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak etinil estradiol dan etilparaben dalam Larutan
- 544 -

uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Etinil UJI 1


Estradiol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Media disolusi: 500 mL larutan natrium lauril
adalah kadar etinil estradiol dalam mg per mL sulfat P 0,3% dalam air. Awaudarakan.
Larutan uji. Alat tipe 2: 100 rpm.
Waktu: 30 menit
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah bukan Lakukan penetapan jumlah etinil estradiol,
logam, tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. C20H24O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
TABLET ETINIL ESTRADIOL Dapar fosfat pH 6,0. Timbang lebih kurang 2,7 g
Ethinyl Estradiol Tablets kalium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu
tentukur 1000-mL, larutkan dalam 900 mL air, atur
Tablet Etinil Estradiol mengandung etinil estradiol, pH hingga 6,0 dengan penambahan natrium
C20H24O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih hidroksida 1 N, encerkan dengan air sampai tanda.
dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Fase gerak Campuran Dapar fosfat pH 6,0-
asetonitril P (1:1). Saring dan awaudarakan.
Baku pembanding Etinil Estradiol BPFI; Simpan Larutan baku persediaan Timbang saksama
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. sejumlah Etinil Estradiol BPFI, masukkan ke dalam
Lakukan penanganan pada tempat kering. Norgestrel labu tentukur yang sesuai, larutkan, dan encerkan
BPFI; Tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,25 mg
tertutup rapat, terlindung cahaya. per mL. Larutan ini stabil selama 14 hari.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. kadar lebih kurang 0,06 µg per mL. Jika perlu
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. tambahkan satu atau dua tetes metanol P untuk
Fase gerak Buat campuran kloroform P-etanol P menghilangkan gelembung. Larutan ini stabil selama
(24:1). 24 jam.
Penampak bercak Campuran metanol P-asam Larutan uji Sentrifus sejumlah alikot selama
sulfat (1:1). 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Gunakan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Etinil beningan.
Estradiol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan metanol tinggi dilengkapi detektor fluoresen dengan panjang
P hingga kadar lebih kurang 0,03 mg per mL. gelombang eksitasi 285 nm dan panjang gelombang
Larutan uji Masukkan 25 tablet ke dalam wadah emisi 310 nm, dan kolom 4,6 mm x 15 cm yang
yang sesuai, tambahkan 50 mL air, sonikasi sampai berisi bahan pengisi L11, dengan ukuran partikel 5
tablet terdisintegrasi sempurna (jika perlu buang μm, dan kolom pelindung 4,6 mm x 1,25 cm yang
bagian salut dengan air sebelum sonikasi). berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran partikel 5
Masukkan sampel ke dalam corong pisah, μm. Laju alir lebih kurang 2,0 mL per menit.
tambahkan 25 mL eter, dan kocok. Pipet lapisan eter Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
menggunakan pipet kaca, masukkan ke dalam gelas kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
piala, uapkan hingga 10 mL. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
30 µL Larutan baku dan Larutan uji pada Penjerap. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Masukkan lempeng ke dalam Bejana kromatograf volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
yang berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
merambat hingga lebih kurang tiga per empat tinggi kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan persentase etinil estradiol, C20H24O2, yang terlarut
keringkan. Semprot lempeng dengan Penampak dengan rumus :
bercak, panaskan pada suhu 105° selama 5 menit:
warna dan harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai  rU   CS 
dengan Larutan baku.       V  100
 rS   L 
Disolusi <1231>
[Catatan Lakukan secara hati-hati, larutan tidak ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak dari
boleh terpapar pada bahan plastik atau karet. Bahan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Etinil
Fluoresen mungkin akan larut dan mempengaruhi Estradiol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L
perhitungan etinil estradiol. Juga dapat terjadi adalah kadar etinil estradiol dalam mg per tablet
adsorpsi.] seperti tertera pada etiket; V adalah volume Media
disolusi, 500 mL.
- 545 -

Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak seperti tertera pada etiket; V adalah volume Media
kurang dari 80% (Q) etinil estradiol, C20H24O2, dari disolusi, 500 mL.
jumlah yang tertera pada etiket. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) etinil estradiol, C20H24O2, dari
UJI 2 jumlah yang tertera pada etiket.
[Catatan Jika produk memenuhi uji ini cantumkan
dalam etiket]. Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat.
Media disolusi: 500 mL larutan polisorbat 80
dalam air 5 bpj, dialiri dengan helium P. Cemaran organik 17 β-etinil estradiol tidak lebih
Alat tipe 2: 75 rpm. dari 0,5%; Estron tidak lebih dari 0,5%; Cemaran lain
Waktu: 45 menit tidak lebih dari 0,5%; dan total cemaran tidak lebih
Lakukan penetapan jumlah etinil estradiol, dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
C20H24O2, yang terlarut dengan cara Kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Kromatografi <931>.
<931>. Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar kalium
Fase gerak Campuran air-asetonitril P-metanol P fosfat 20 mM, pH 6,0 (1:1)
(55:40:5). Saring dan awaudarakan. Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar kalium
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih fosfat 20 mM, pH 6,0 (4 1),
kurang 10 mg Etinil Estradiol BPFI dan 50 mg Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).
Norgestrel BPFI ke dalam labu tentukur 500-mL, Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
tambahkan 250 mL asetonitril P, dan sonikasi sampai dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
larut. Dinginkan hingga suhu ruang, dan encerkan kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
dengan air sampai tanda. Kadar larutan etinil menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
esrtadiol dan norgestrel berturut-turut adalah 20 µg Kromatografi <931>.
per mL dan 100 µg per mL. Larutan ini stabil selama Larutan baku persediaan Timbang saksama
15 hari. sejumlah Etinil Estradiol BPFI, larutkan dan
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku encerkan dengan metanol P, hingga kadar lebih
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga kurang 0,3 mg per mL.
kadar etinil estradiol lebih kurang 0,02 µg per mL. Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
Larutan ini stabil selama 6 hari. persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan uji Sentrifus sejumlah alikot selama kadar etinil estradiol lebih kurang 0,12 µg per mL.
20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Gunakan Larutan uji persediaan Masukkan lebih kurang 20
beningan. Larutan ini stabil selama 12 jam. tablet ke dalam labu tentukur 200-mL, tambahkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 120 mL Pengencer, kocok selama lebih kurang 30
tinggi dilengkapi detektor 200 nm, dan kolom 4,6 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi L1, dengan Sentrifus dan gunakan beningan.
ukuran partikel 3 μm. Pertahankan suhu kolom pada 30°. Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. Lakukan persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kadar etinil estradiol lebih kurang 0,6 µg per mL.
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak etinil tinggi dilengkapi detektor 210 nm dan detektor
estradiol dan norgestrel tidak kurang dari 6,0; spektrofluorometri dengan panjang gelombang
simpangan baku relatif etinil estradiol tidak lebih dari eksitasi 285 nm dan panjang gelombang emisi
3,0%. 310 nm, kolom 4,6 mm x 15 cm yang berisi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bahan pengisi L11, dan kolom pelindung
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku 4,6 mm x 12.5 mm yang berisi bahan pengisi L11
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan laju alir seperti tertera pada Tabel. Kromatograf
kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung diprogram seperti tertera pada Tabel.
persentase etinil estradiol, C20H24O2, yang terlarut
dengan rumus : Tabel
Waktu Larutan A Larutan B Laju alir
 rU   CS  (menit) (%) (%) (mL/menit)
      V  100 0 100 0 2
 rS   L  20 100 0 2
20,1 100 0 2,5
25,0 0 100 2,5
ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak dari 25,1 0 100 3
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Etinil 30,0 0 100 3
Estradiol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L 30,1 0 100 2
32,0 100 0 2
adalah kadar etinil estradiol dalam mg per tablet 35,0 100 0 2
- 546 -

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kadar etinil estradiol lebih kurang
komatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera 0,12 µg per mL.
pada Prosedur: faktor ikutan untuk etinil estradiol Larutan uji Masukkan tidak kurang dari
tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif tidak 20 tablet, ke dalam labu tentukur yang sesuai,
lebih dari 2,0%. tambahkan sejumlah Pengencer, kocok selama lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kurang 30 menit. Sentrifus sebagian larutan dan
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan uji gunakan beningan. Tambahkan Pengencer hingga
persediaan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, kadar lebih kurang 0,12 µg per mL.
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
[Catatan Hitung puncak utama yang muncul dalam tinggi dilengkapi dengan detektor spektrofluorometri
20 menit. Gunakan respons puncak Larutan uji dengan panjang gelombang eksitasi 285 nm dan
persediaan untuk estron dan semua cemaran lain. panjang gelombang emisi 310 nm, dan kolom 4,6
Gunakan respons puncak Larutan uji untuk mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L11. Kolom
17 β-etinil estradiol]. Hitung persentase 17 β-etinil pelindung 4,6 mm x 12,5 mm yang berisi bahan
estradiol dalam tablet dengan rumus: pengisi L11. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
 rU  kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
   100 pada Prosedur: faktor ikutan untuk etinil estradiol
 rS  tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
rU adalah tinggi puncak pada waktu retensi relatif Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
1,16, menggunakan detektor spektrofluorometri; rS volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
adalah tinggi puncak etinil estradiol menggunakan dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
detektor spektrofluorometri. Hitung persentase estron kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
dalam tablet dengan rumus : persentase etinil estradiol, C20H24O2, dalam tablet
dengan rumus:
 rU  
  100 − E  rU   CS 
 rS         100
 rS   CU 
rU adalah tinggi puncak pada waktu retensi relatif
1,2, menggunakan detektor 210 nm; rS adalah tinggi
rU dan rS adalah respons puncak dari Larutan uji dan
pucak etinil estradiol menggunakan detektor 210 nm;
Larutan baku; CS adalah kadar Etinil Estradiol BPFI
E adalah persentase 17 β-etinil estradiol. Hitung
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
persentase cemaran lain dalam tablet dengan rumus :
etinil estradiol dalam µg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
 ri 
  100 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
 rS 
Penandaan Jika tidak menggunakan Disolusi Uji 1,
ri adalah tinggi puncak lain, menggunakan detektor cantumkan uji disolusi yang digunakan.
UV; rS adalah tinggi puncak etinil estradiol
menggunakan detektor 210 nm.
ETIONAMIDA
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Ethionamide
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar kalium
fosfat 20 mM, pH 6,0, (1:1). Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran asetonitril P-air (1:1).
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Etinil Estradiol BPFI, larutkan, dan 2-etiltioisonikotinamida [536-33-4]
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih C8H10N2S BM 166,24
kurang 0,3 mg per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku Etionamida mengandung tidak kurang dari 98,0%
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga dan tidak lebih dari 102,0% C8H10N2S, dihitung
terhadap zat anhidrat.
- 547 -

Pemerian Serbuk kuning terang; bau lemah sampai TABLET ETIONAMIDA


seperti bau sulfida. Ethionamide Tablets
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam kloroform Tablet Etionamida mengandung etionamida,
dan dalam eter; larut dalam metanol; agak sukar larut C8H10N2S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dalam etanol dan dalam propilen glikol. dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.

Baku pembanding Etionamida BPFI; simpan dalam Baku pembanding Etionamida BPFI; Simpan dalam
wadah tertutup rapat. wadah tertutup rapat.

Identifikasi Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang A. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji seperti
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan yang diperoleh pada Penetapan kadar menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama maksimum pada panjang gelombang 290 ± 2 nm.
seperti pada Etionamida BPFI. B. Digesti sejumlah serbuk tablet setara dengan
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji lebih kurang 1 g etionamida dengan 50 mL metanol P
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang dan saring melalui penyaring kaca masir dengan
gelombang yang sama dengan Larutan baku seperti porositas sedang. Uapkan filtrat di atas tangas uap
diperoleh pada Penetapan kadar. sampai kering: residu melebur antara 155º dan 164º.
Jarak lebur <1021> Antara 158º dan 164º.
Disolusi <1231>
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,0; lakukan penetapan Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N
menggunakan suspensi (1 dalam 100). Alat tipe 1: 100 rpm
Waktu: 45 menit
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Etionamida BPFI, larutkan dan encerkan dalam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Media disolusi hingga kadar mendekati Larutan uji.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penyaring yang sesuai, jika perlu encerkan dengan
penetapan menggunakan 200 mg zat. Media disolusi.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H10N2S
Penetapan kadar Lakukan penetapan secara yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan baku
Spektrofotometri seperti yang tertera pada dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. maksimum lebih kurang 274 nm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Etionamida BPFI, larutkan dan encerkan dengan kurang dari 75% (Q) C8H10N2S, dari jumlah yang
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL. tertera pada etiket.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga kadar Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
lebih kurang 10 µg per mL.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
baku pada panjang gelombang serapan maksimum Spektrofotometri seperti yang tertera pada
lebih kurang 290 nm menggunakan metanol P Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
sebagai blangko. Hitung persentase etionamida, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
C8H10N2S, dalam zat yang digunakan dengan rumus: Etionamida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL.
𝐴𝑈 𝐶𝑆 Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
( ) ( ) × 100
𝐴𝑆 𝐶𝑈 dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 100 mg etionamida,
masukkan ke dalam penyaring kaca masir porositas
CS adalah kadar Etionamida BPFI dalam mg per mL sedang yang dihubungkan dengan labu hisap 250 mL.
Larutan baku; CU adalah kadar etionamid dalam mg Ekstraksi beberapa kali tiap kali dengan 10 mL
per mL Larutan uji AU dan AS berturut-turut adalah metanol P dengan mengaduknya kemudian lakukan
serapan Larutan uji dan Larutan baku. penghisapan hingga volume metanol P yang
digunakan 100 mL. Pindahkan ekstrak metanol ke
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dalam labu tentukur 250-mL, encerkan dengan
rapat. metanol P sampai tanda, campur. Pipet 5 mL larutan
ini ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan dengan
- 548 -

metanol P sampai tanda. Identifikasi


Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
baku pada panjang gelombang serapan maksimum didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
lebih kurang 290 nm menggunakan metanol P maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg sama seperti pada Etoposida BPFI.
etionamida, C8H10N2S, dalam serbuk tablet yang B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
digunakan dengan rumus: Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
𝐴𝑈
( ) 10𝐶
𝐴𝑆 Rotasi jenis <1081> Antara -110º dan -118º; lakukan
penetapan pada suhu 20º menggunakan larutan 5 mg
C adalah kadar Etionamida BPFI dalam µg per mL zat per mL dalam campuran kloroform P-metanol P
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah (9:1).
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 6,0%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20


ETOPOSIDA bpj.
Etoposide
Cemaran organik Lignan P tidak lebih dari 0,5%
O O dan pikroetoposida tidak lebih dari 1,0%. Total
O OCH3 senyawa sejenis dan cemaran lain tidak lebih dari
H3C 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
O O OH
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
HO OH OCH3
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P
(80:20), saring dan awaudarakan.
O O Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar
(60:40), saring dan awaudarakan.
4’-Demetilepipodofilotoksin 9-[4,6-O-(R)-etiliden-β- Fase gerak Gunakan campuran Larutan A dan
D-glukopiranosida] [33419-42-0] Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
C29H32O13 BM 588,56 Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Etoposida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan Pengencer Buat campuran natrium asetat 0,02 M
tidak lebih dari 105,0% C29H32O13, dihitung terhadap atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam asetat-
zat anhidrat. [Perhatian Etoposida berpotensi asetonitril P (70:30).
sitotoksik, penanganan harus sangat hati-hati untuk Larutan baku persediaan Timbang saksama
mencegah terhirup, kontak dengan kulit]. sejumlah Etoposida BPFI, larutkan dalam Pengencer
hingga kadar lebih kurang 2,0 mg per mL.
Pemerian Serbuk hablur halus putih sampai hampir Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan
putih. baku persediaan secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut kurang 10 µg per mL.
dalam etanol, dalam kloroform, dalam etil asetat dan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
dalam metilen klorida; agak sukar larut dalam metanol. kurang 20 mg n-propil paraben P, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan
Baku pembanding Etoposida BPFI; tidak boleh dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 5 mL larutan
dikeringkan sebelum digunakan, tentukan kadar air ini dan 5 mL Larutan baku persediaan ke dalam labu
secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
Campuran Resolusi Etoposida BPFI; tidak boleh 100-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai
tanda.
- 549 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sejumlah Campuran Resolusi Etoposida BPFI, larutkan
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran kurang 0,3 mg per mL.
partikel kurang dari 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang100 mg
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
Larutan kesesuaian sistem menggunakan Larutan A larutkan dan encerkan dengan asetonitril P sampai
sebagai fase gerak, ukur respons puncak seperti tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
lignan P, etoposida, pikroetoposida berturut-turut Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
adalah lebih kurang 0,20; 1,0 dan 1,43; resolusi, R, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
antara propil paraben dan etoposida tidak kurang dari dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9
1,1. Kromatograf diprogram sebagai berikut: mm x 30 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir lebih
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
(Menit) (%) (%) kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
0 100 0 kesetimbangan pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak etoposida
0-15 100 0 isokratik dan puncak α-etoposida tidak kurang dari 1,35.
15-30 100→40 0→60 gradien linier Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur
30-40 40 60 isokratik respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
40-42 40→0 60→100 gradien linier simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
42-45 0 100 isokratik
lebih dari 2,0%.
45-47 0→100 100→0 gradien linier
47-50 100 0 kesetimbangan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Eluasi Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
selama tidak kurang dari 1,5 kali waktu retensi
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
etoposida. Rekam kromatogram dan ukur semua
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg etoposida,
kromatogram selama tidak kurang dari 40 menit dan
C29H32O13, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
ukur semua respons puncak. Hitung persentase
lignan P, pikroetoposida dan cemaran lain dalam zat
yang digunakan dengan rumus: r 
500C  U 
 rS 
C  ri 

5000 
W  rS  C adalah kadar Etoposida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak etoposida dari Larutan uji dan Larutan baku.
C adalah kadar Etoposida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
rapat, tidak tembus cahaya.
senyawa sejenis dan cemaran lain dalam Larutan uji;
rS adalah respons puncak etoposida dalam Larutan
baku
INJEKSI ETOPOSIDA
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Etoposide Injection
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Injeksi Etoposida adalah larutan steril etoposida
Dapar Larutkan 5,44 g natrium asetat P dalam dalam pembawa bukan air untuk diencerkan dengan
2000 mL air, atur pH hingga 4,0 dengan penambahan cairan parenteral sebelum digunakan untuk infus
asam asetat glasial P, saring. intravena. Mengandung etoposida, C29H32O13, tidak
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
(74:26), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan jumlah yang tertera pada etiket. [Perhatian Etoposida
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti berpotensi sitotoksik, penanganan harus sangat hati-
tertera pada Kromatografi <931>. hati untuk mencegah terhirup, kontak dengan kulit].
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Etoposida BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga Baku pembanding Etoposida BPFI; tidak boleh
kadar lebih kurang 2,0 mg per mL.Pipet 5 mL ke dikeringkan sebelum digunakan, tentukan kadar air
dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan
gerak sampai tanda. dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Senyawa Sejenis A Etoposida BPFI. Endotoksin
- 550 -

BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial Benzil alkohol (Jika benzil alkohol digunakan
dan isi harus hati-hati untuk menghindari sebagai pelarut) Antara 90,0% dan 110,0% dari
kontaminasi.]. Rekonstitusi semua isi, gunakan jumlah yang tertera pada etiket. Lakukan penetapan
larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan
Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A. Lakukan penetapan dengan cara Penetapan kadar dalam Etoposida.
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama 0,75 mL benzil
Kromatografi <931>. alkohol yang didestilasi segar, masukkan ke dalam
Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P- labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
etanol P-air (80:25:2,5:0,5). Fase gerak sampai tanda. Pipet 1 mL larutan,
Penampak bercak Tambahkan dengan hati-hati 10 masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
mL asam sulfat P ke dalam labu tentukur 100-mL dengan Fase gerak sampai tanda.
yang berisi 70 mL etanol mutlak P sambil Larutan uji Gunakan Larutan uji pada Penetapan
didinginkan. Encerkan dengan etanol mutlak P kadar.
sampai tanda. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Pengencer Campuran kloroform P-metanol P volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
(9:1). Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Larutan baku Timbang sejumlah Etoposida BPFI, dan ukur respons puncak benzil alkohol. Hitung
larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang jumlah dalam mg per mL benzil alkohol dengan
0,8 mg per mL. rumus:
Larutan uji Masukkan sejumlah volume injeksi
setara dengan 20 mg etoposida ke dalam labu
 C  r 
tentukur 25-mL, encerkan dengan Pengencer sampai 500  U 
tanda.  V  rS 
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng C adalah kadar benzil alkohol, dalam mg per mL
campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan Larutan baku; V adalah volume injeksi yang
lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang berisi digunakan dalam mL; rU dan rS berturut-turut adalah
Fase gerak, biarkan merambat lebih kurang 17 cm respons puncak benzil alkohol Larutan uji dan
dari garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas Larutan baku.
rambat, keringkan dalam lemari asam selama 5
menit. Masukkan kembali lempeng ke dalam Bejana Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
kromatograf dan biarkan Fase gerak merambat lebih 3,0%. Lakukan seperti tertera pada uji Senyawa
kurang 17 cm dari garis penotolan. Angkat lempeng, sejenis dalam Etoposida.
keringkan dalam lemari asam selama 20 menit.
Semprot lempeng dengan Penampak bercak, Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
panaskan lempeng dalam oven dengan udara Injeksi.
mengalir pada suhu 120 selama 15 menit. Harga Rf
bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Kromatografi <931>.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang Dapar, Fase gerak, Larutan baku, Larutan
diperoleh pada Penetapan kadar. kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
pH <1071> Antara 3,0 dan 4,0. Lakukan penetapan Etoposida.
dengan mengencerkan 5,0 mL injeksi dengan 45 mL Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
air. setara dengan lebih kurang 100 mg etoposida,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
Endotoksin bakteri <201> Gunakan larutan uji dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan,
dengan mengencerkan injeksi dengan Air steril untuk masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
injeksi hingga kadar etoposida 0,31mg per mL: Tidak dengan Fase gerak sampai tanda.
lebih dari 2,0 unit Endotoksin FI per mg etoposida. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Etoposida. Hitung jumlah dalam mg
Etanol <1041> Metode II: (Jika etanol digunakan etoposida, C29H32O13, dalam mL injeksi yang digunakan
sebagai pelarut) Antara 90,0% dan 110,0% C2H5OH dengan rumus:
dari jumlah yang tertera pada etiket, gunakan n-
propil etanol P sebagai baku internal.
- 551 -

 C  r 
500  U  Disolusi <1231>
 V  rS  Media disolusi: 900 mL dapar asetat pH 4,5.
Alat tipe 2: 50 rpm.
C adalah kadar Etoposida BPFI dalam mg per mL Waktu: 30 menit.
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang Prosedur Lakukan penetapan jumlah C29H32O13,
digunakan dalam mL; rU dan rS berturut-turut adalah yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
respons puncak etoposida dari Larutan uji dan tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku. Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Etoposida.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tunggal atau ganda dari kaca tipe I. Pada etiket Etoposida BPFI, larutkan dengan sonikasi dalam
dinyatakan harus diencerkan dengan cairan parenteral sejumlah metanol P tidak lebih dari 2% volume total
sebelum digunakan untuk infus intravena. larutan. Encerkan dengan Media disolusi hingga
kadar lebih kurang 55 µg per mL.
Larutan uji Gunakan 10 mL alikot yang telah
KAPSUL ETOPOSIDA disaring.
Etoposide Capsules Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
Kapsul Etoposida mengandung etopoksida, tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan
C29H32O13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L11.
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
[Perhatian Etoposida berpotensi sitotoksik. kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
Penanganan harus sangat hati-hati untuk mencegah puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
terhirup, kontak dengan kulit]. baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%.
Baku pembanding Etoposida BPFI; tidak boleh Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dikeringkan sebelum digunakan, tetapkan kadar air volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Senyawa Sejenis A Etoposida BPFI. jumlah etoposida, C29H32O13, yang terlarut.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Identifikasi kurang dari 80% (Q) C29H32O13, dari jumlah yang
A. Timbang sejumlah serbuk kapsul setara dengan tertera pada etiket.
100 mg etoposida, masukkan ke dalam corong pisah
berisi 100 mL air. Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
20 mL kloroform P, pisahkan dan kumpulkan lapisan
kloroform, saring melalui natrium sulfat anhidrat P. Cemaran organic Pikroetoposida tidak lebih dari
Masukkan filtrat ke dalam corong pisah kedua, 2,0% dan total cemaran tidak lebih dari 3,0%.
ekstraksi dengan 30 mL air, biarkan lapisan memisah. Lakukan penetapan seperti tertera pada Senyawa
Alirkan lapisan kloroform ke dalam labu alas bulat, sejenis dalam Etoposida.
melalui natrium sulfat anhidrat P yang diletakkan
dalam corong penyaring. Uapkan kloroform pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
suhu 30 ± 5º menggunakan penguap berputar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutkan residu seperti minyak dalam 5 mL air, Kromatografi <931>.
kocok perlahan-lahan, diamkan selama 30 menit. Dapar, Fase gerak, Larutan baku, Larutan
Saring, kumpulkan endapan yang terbentuk pada kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi Lakukan
penyaring, bilas endapan tiga kali, tiap kali dengan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
20 mL air, biarkan endapan mengering pada Etoposida.
penyaring selama lebih kurang 90 menit dalam oven Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
hampa udara pada suhu 40º. Dispersikan endapan kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan cangkang
dalam kalium bromida P dengan perbandingan 1 kapsul dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata
dalam 100. Spektrum serapan inframerah zat yang isi tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah serbuk
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan kapsul setara dengan lebih kurang 500 mg etoposida,
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL,
sama seperti pada Etoposida BPFI. tambahkan lebih kurang 400 mL Fase gerak, aduk
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram menggunakan pengaduk magnetik selama lebih
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti kurang 15 menit, lanjutkan dengan sonikasi selama
diperoleh pada Penetapan kadar. lebih kurang 1 jam sambil sesekali diaduk.
- 552 -

Dinginkan, encerkan dengan Fase gerak sampai Sianida Larutkan 1 g zat dalam 10 mL etanol P,
tanda, aduk kembali selama 5 menit, saring. Pipet 10 tambahkan 3 tetes besi(II) sulfat LP, 1 mL natrium
mL larutan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan hidroksida 1 N, dan beberapa tetes besi(III) klorida
dengan Fase gerak sampai tanda. LP. Hangatkan hati-hati dan asamkan dengan asam
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan sulfat 2 N: tidak terbentuk endapan biru atau warna
kadar dalam Etoposida. Hitung jumlah dalam mg biru dalam waktu 15 menit.
etoposida, C29H32O13, dalam serbuk kapsul yang
digunakan, dengan rumus: Asam 2-etil-2-metilsuksinat dan cemaran lain
Masing-masing cemaran tidak lebih dari 0,1% dan
 C  r  total cemaran tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
2500  U  penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
 N  rS  tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar fosfat pH 3, Fase gerak dan Larutan
C adalah kadar Etoposida BPFI, dalam mg per mL kesesuaian sistem dan sistem kromatografi Lakukan
Larutan baku; N adalah jumlah kapsul yang seperti pada Penetapan kadar.
digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons Larutan baku Timbang saksama Etosuksimida
puncak etoposida dari Larutan uji dan Larutan baku. BPFI dan asam 2-etil-2-metilsuksinat. Larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak secara kuantitatif hingga
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 0,1 mg
rapat, simpan di tempat dingin. Tidak boleh per mL.
dibekukan. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
dengan Fase gerak, sonikasi bila perlu, encerkan
ETOSUKSIMIDA dengan Fase gerak sampai tanda.
Ethosuximide Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak yang
lebih besar dari 0,1% respons puncak total, kecuali
puncak etosuksimida. Hitung persentase asam 2-etil-
(±)-2-Etil-2-metilsuksinimida [77-67-8] 2-metilsuksinat dalam zat dengan rumus:
C7H11NO2 BM 141,17
𝑟𝑖 𝐶
Etosuksimida mengandung tidak kurang dari 98,0% ( )( )
𝑟𝑠 𝑊
dan tidak lebih dari 101,0% C7H11NO2, dihitung
terhadap zat anhidrat. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam 2-
etil-2-metilsuksinat yang diperoleh dari Larutan uji
Pemerian Serbuk hablur atau padatan seperti malam, dan Larutan baku; C adalah kadar asam 2-etil-2-
putih sampai hampir putih; bau khas. metilsuksinat dalam mg per mL Larutan baku; W
adalah bobot etosuksimida dalam g Larutan uji.
Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam Hitung persentase cemaran lain dalam
kloroform; Sangat mudah larut dalam etanol dan etosuksimida dengan rumus:
dalam eter; sangat sukar larut dalam heksan.
𝑟𝑖 𝐶
Baku pembanding Etosuksimida BPFI; Simpan ( )( )
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya dan 𝑟𝑠 𝑊
dalam lemari pendingin.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan Larutan uji selain asam 2-etil-2-metilsuksinat dan rS
dalam kloroform P (1 dalam 15) yang diukur dalam respons puncak etosuksimida dalam Larutan baku; C
sel 0,1 mm, menunjukkan maksimum hanya pada adalah kadar Etosuksimida BPFI dalam mg per mL
bilangan gelombang yang sama seperti pada Larutan baku; W adalah bobot etosuksimida dalam g
Etosuksimida BPFI. Larutan uji.

Jarak lebur <1021> Antara 47 dan 52. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. Kromatografi <931>.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.


- 553 -

Dapar fosfat pH 3,0 Tambahkan 4,1 mL asam FAMOTIDIN


fosfat P ke dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,0 Famotidine
dengan penambahan natrium hidroksida LP.
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 3,0- H2N N N
S NH2
asetonitril P (90:10), saring dan awaudarakan, jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian NH2 S

sistem seperti tertera pada Kromatografi<931>. NSO2NH2

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama


masing-masing sejumlah Etosuksimida BPFI dan 3-[[2-(Diaminometilenamino)tiazol-4-il]metiltio]-N’-
asam 2-etil-2-metilsuksinat, larutkan dan encerkan sulfamoilpropanimidamida [76824-35-6]
dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar berturut- C8H15N7O2S3 BM 337,45
turut 10 mg per mL dan 2 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Famotidin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
Etosuksimida BPFI, larutkan dan encerkan dengan tidak lebih dari 101,0% C8H15N7O2S3,
Fase gerak hingga diperoleh kadar 10,0 mg per mL. dihitung terhadap zat kering.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih
kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur Pemerian Serbuk hablur putih hingga putih
10-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak kekuning-kuningan. Peka terhadap cahaya.
sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan Kesesuaian sistem Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dalam dimetilformamida dan dalam asam asetat
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan glasial; sukar larut dalam metanol; praktis tidak larut
detektor 220 nm dan kolom 3,9 mm × 30,0 cm berisi dalam aseton, dalam etanol, dalam kloroform, dalam
bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per eter, dan dalam etil asetat.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Baku pembanding Famotidin BPFI; tidak boleh
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
resolusi, R, antara puncak asam 2-etil-2-metilsuksinat terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa
dan puncak etosuksimida tidak kurang dari 6,6; Sejenis B Famotidin BPFI. Senyawa Sejenis C
efisiensi kolom tidak kurang dari 2900 lempeng Famotidin. Senyawa Sejenis D Famotidin BPFI.
teoritis untuk etoksuksimida, faktor ikutan puncak Senyawa Sejenis E Famotidin. Senyawa Sejenis F
etosuksimida tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku Famotidin BPFI.
relatif untuk penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,4%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan didispersikan dalam kalium bromida P atau minyak
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam mineral P menunjukkan maksimum hanya pada
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung bilangan gelombang yang sama seperti pada
jumlah dalam mg etosuksimida, C7H11NO2, dengan Famotidin BPFI.
rumus:
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
𝑟𝑈 lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
( ) 10𝐶
𝑟𝑆 mmHg pada suhu 80 selama 5 jam.

rU dan rS berturut-turut adalah adalah respons puncak Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,1%.
Etosuksimida dalam Larutan uji dan Larutan baku; C
adalah kadar Etosuksimida BPFI dalam mg per mL Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10
Larutan baku. bpj.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
rapat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan natrium 1-heksansulfonat P
1,882 mg per mL, atur pH hingga 3,5 dengan
penambahan asam asetat P.
Larutan A Buat Campuran asetonitril P-metanol
P-Dapar (47:3:450). Saring dan awaudarakan.
Larutan B Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Tabel 1 dalam Sistem
- 554 -

kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Kromatografi <931>. [Catatan Jika perlu, atur Fase seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
gerak untuk puncak famotidin mencapai waktu puncak famotidin dan senyawa sejenis D famotidin
retensi 19 sampai 23 menit, dan maksimum 48 menit tidak kurang dari 3,5.
untuk Senyawa Sejenis E Famotidin BPFI]. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku persediaan Timbang saksama volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji,
sejumlah Famotidin BPFI, larutkan dan encerkan Larutan baku dan Larutan identifikasi, rekam
dengan Larutan A hingga diperoleh kadar lebih kromatogram dan ukur semua respons puncak
kurang 0,5 mg per mL. berdasarkan waktu retensi pada Tabel 2. Hitung
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai, rumus:
encerkan dengan Larutan A hingga diperoleh kadar  ri   CS  1 
lebih kurang 0,5 µg per mL.       100
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang  rS   CU  F 
saksama sejumlah Senyawa Sejenis D Famotidin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,25 mg per mL. dari Larutan uji; rs adalah respons puncak famotidin
Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL Larutan dari Larutan baku; CS adalah kadar Famotidin BPFI
kesesuaian sistem persediaan dan 0,5 mL Larutan dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
baku persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur famotidin dalam mg per mL Larutan uji dan F adalah
100-mL, larutkan dan encerkan dengan Larutan A faktor respons relatif (lihat Tabel 2). Masing-masing
sampai tanda. cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, yang tertera pada Tabel 2.
larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. Tabel 2
Larutan identifikasi Timbang saksama masing-
masing sejumlah Famotidin BPFI, Senyawa Sejenis B Cemaran Waktu Faktor Batas
Famotidin BPFI, Senyawa Sejenis C Famotidin Retensi Respons (%)
BPFI, Senyawa Sejenis D Famotidin BPFI, Senyawa Relatif Relatif
Sejenis E Famotidin BPFI dan Senyawa Sejenis F Famotidin 1,0 - -
Famotidin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Senyawa sejenis D
1,1 1,0 0,3
Larutan A hingga kadar Famotidin BPFI lebih famotidin
kurang 0,5 mg per mL dan kadar masing-masing Senyawa sejenis C
1,2 0,53 0,3
senyawa sejenis B famotidin, senyawa sejenis C famotidin
Famotidin
famotidin, senyawa sejenis D famotidin, senyawa 1,4 0,71 0,2
sianoamidin
sejenis E famotidin dan senyawa sejenis F famotidin
Senyawa sejenis F
lebih kurang 1,5 µg per mL. [Catatan Untuk 1,5 0,59 0,1
famotidin
melarutkan Senyawa Sejenis F Famotidin BPFI yang Famotidin amidin 1,6 0,53 0,2
sukar larut dalam Larutan A, disarankan untuk Senyawa sejenis B
melarutkan terlebih dahulu dalam sedikit natrium 2,0 0,40 0,3
famotidin
hidroksida 0,1 N. Senyawa sejenis E
2,1 1,0 0,3
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja famotidin
tinggi dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom Cemaran lain - 1,0 0,1
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Total Cemaran - - 1,0
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu
kolom pada 50. Laju alir dan kromatograf diatur Penetapan kadar Titrimetri <711> Timbang
seperti pada Tabel 1. saksama lebih kurang 250 mg zat, larutkan dalam 80
Tabel 1 mL asam asetat glasial P. Titrasi dengan larutan
asam perklorat 0,1 N LV, menggunakan sistem
Waktu Larutan A Larutan B Laju alir elektroda anhidrat yang sesuai. Lakukan penetapan
(menit) (%) (%) (mL/menit) blangko dan buat koreksi jika perlu.
0 100 0 1
23 96 4 1 Tiap mL asam perklorat 0,1 N
27 96 4 2 setara dengan 16,87 mg C8H15N7O2S3
47 78 22 2
48 100 0 2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
54 100 0 1 baik, terlindung cahaya, pada suhu ruang.
- 555 -

TABLET FAMOTIDIN Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak


Famotidine Tablet lebih dari batas cemaran yang tertera pada Tabel dan
total cemaran tidak lebih dari 1,5%.
Tablet Famotidin mengandung famotidin, C8H15N7O2S3, Dapar, Fase gerak, Pengencer, Larutan
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji dan
dari jumlah yang tertera pada etiket. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Baku pembanding Famotidin BPFI; tidak boleh Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, volume (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
Identifikasi masing-masing cemaran dalam tablet yang
A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi digunakan, dengan rumus:
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran etil asetat P-metanol P-
 I   D  ri 
toluena P-amonium hidroksida P (40:25:20:2). 100 C  
Larutan baku Timbang sejumlah Famotidin BPFI,  F   LN  rs 
larutkan dalam asam asetat glasial P hingga kadar 4
mg per mL.
F adalah faktor respons relatif tiap puncak cemaran
Larutan uji Timbang sejumlah serbuk tablet yang
(lihat Tabel); C adalah kadar Famotidin BPFI dalam
setara dengan lebih kurang 40 mg famotidin,
mg per mL Larutan baku; L adalah jumlah famotidin
masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL. Larutkan
dalam mg per tablet; N adalah jumlah tablet yang
dalam asam asetat glasial P dengan cara sonikasi,
digunakan untuk Larutan uji; D adalah faktor
encerkan dengan asam asetat glasial P sampai tanda,
pengenceran yang digunakan dalam pembuatan
dan sentrifus untuk memperoleh larutan jernih.
Larutan uji; ri adalah luas puncak masing-masing
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
cemaran dalam Larutan uji dan rS adalah luas puncak
10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
famotidin dalam Larutan baku.
kromatografi yang dilapisi silika gel P setebal 0,25
mm, biarkan bercak mengering. Masukkan lempeng
Tabel
ke dalam Bejana kromatograf yang telah dijenuhkan Waktu Faktor Batas
dengan Fase gerak selama lebih kurang 1 jam retensi respons Cemaran Cemaran
sebelum digunakan, biarkan merambat lebih kurang relative relatif (F) (%)
15 cm dari titik penotolan. Angkat lempeng, biarkan 0,4 1,0 Cemaran A1 1,0
kering di udara. Amati bercak di bawah sinar 0,7 1,0 Cemaran B2 0,5
ultraviolet 254 nm; harga Rf dan intensitas bercak 0,8 1,0 Cemaran C3 0,5
utama Larutan uji sesuai dengan bercak Larutan 1,2 1,3 Cemaran D4 0,5
baku. 1
3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetilsulfinil]-N-
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram sulfamoil-propanamidin.
Larutan uji sesuai dengan puncak utama 2
asam 3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetiltio]-propanoat.
3
kromatogram Larutan baku seperti tertera pada 3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetiltio]-N-sulfamoil-
Penetapan kadar. propanamida.
4
3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetiltio]-propanamida.

Disolusi <1231>
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 4,50,1 M
yang dibuat dengan melarutkan 13,6 g kalium fosfat
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
monobasa P dalam 1000 mL air
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Alat tipe 2: 50 rpm
Kromatografi <931>.
Waktu : 30 menit
Dapar Larutkan 13,6 g natrium asetat trihidrat P
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H15N7O2S3
dalam 750 mL air. Tambahkan 1 mL trietilamina P,
dengan mengukur serapan alikot, jika perlu encerkan
atur pH hingga 6,0 dengan penambahan asam asetat
dengan Media disolusi, dan serapan Larutan Baku
glasial P dan encerkan dengan air hingga 1000 mL.
Famotidin BPFI dalam media yang sama, pada
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
(93:7), campur dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
265 nm.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
tertera pada Kromatografi <931>.
kurang dari 75% (Q) C8H15N7O2S3 dari jumlah yang
Pengencer Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P
tertera pada etiket.
dalam 750 mL air, atur pH hingga 6,0 dengan
- 556 -

penambahan kalium hidroksida 1 N, dan encerkan


 D  r 
dengan air hingga 1000 mL. C   U 
Larutan persediaan kesesuaian sistem Masukkan  N  rS 
10,0 mg famotidin dalam labu tentukur 50-mL,
tambahkan 1 mL asam klorida 1 N, panaskan pada C adalah kadar Famotidin BPFI dalam mg per mL
suhu 80 selama 30 menit dan dinginkan hingga suhu Larutan baku; D adalah faktor pengenceran yang
ruang. Tambahkan 2 mL natrium hidroksida 0,1 N, digunakan dalam pembuatan Larutan uji; N adalah
panaskan pada suhu 80 selama 30 menit dan jumlah tablet yang digunakan untuk Larutan uji; rU
dinginkan hingga suhu ruang dan netralkan dengan dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
penambahan 1 mL asam klorida 0,1 N. Encerkan Larutan uji dan Larutan baku.
dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 10 mL larutan
ke dalam labu tentukur 50-mL yang berisi 5 mg Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
famotidin yang dilarutkan dalam 8 mL metanol P. tertutup baik, tidak tembus cahaya dan pada suhu
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 25 ruang terkendali.
mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50 mL dan
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. [Catatan
Larutan ini stabil hingga 1 bulan].
FEKSOFENADIN HIDROKLORIDA
Larutan kesesuaian sistem Masukkan lebih kurang
1-1,5 mL Larutan persediaan kesesuaian sistem ke
Fexofenadine Hydrochloride
dalam wadah yang sesuai, tambahkan 1 mL
Pengencer dan 1 tetes larutan hidrogen peroksida,
campur. [Catatan Buat larutan segar]. OH
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10
mg Famotidin BPFI, masukkan ke dalam labu OH
HCl
tentukur 100-mL, tambahkan 20 mL metanol P dan N
O
sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
OH
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 10 tablet
H3C CH3
ke dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 200 mL
Pengencer dan goyang untuk melarutkan tablet.
Asam (±)-p-[1-Hidroksi-4-[4-(hidroksidifenilmetil)
Tambahkan 200 mL metanol P dan aduk secara
piperidino]butil]-α-metilhidratropik, hidroklorida
mekanik pada 300 rpm selama 1 jam. Encerkan
[138452-21-8].
dengan Pengencer sampai tanda, dan saring. Encerkan
secara kuantitatif sejumlah filtrat jernih dengan
C32H39NO4.HCl BM 538,12
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Feksofenadin Hidroklorida mengandung tidak kurang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom 4,6
C32H39NO4.HCl dihitung terhadap zat anhidrat.
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Suhu kolom
dipertahankan pada suhu 40. Laju alir lebih kurang Baku pembanding Feksofenadin Hidroklorida
1,4 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
Larutan kesesuaian sistem dan tandai puncak tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa Sejenis
famotidin, puncak cemaran seperti tertera pada Tabel. A Feksofenadin BPFI; tidak boleh dikeringkan,
Ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
resolusi, R, antara puncak cemaran C dan puncak cahaya. Senyawa Sejenis B Feksofenadin BPFI; tidak
famotidin tidak kurang dari 1,3; resolusi, R, antara boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
puncak famotidin dan cemaran D tidak kurang dari rapat, terlindung cahaya, bentuk monohidrat.
1,3; dan faktor kapasitas, k’, untuk puncak famotidin
tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Identifikasi
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera A. Spektrum serapan inframerah zat yang
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
penyuntikan ulang tidak kurang dari 2,0%. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sama seperti pada Feksofenadin Hidroklorida BPFI.
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung diperoleh pada Penetapan kadar.
jumlah dalam mg famotidin, C8H15N7O2S3 dalam C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti
tablet yang digunakan dengan rumus: tertera padaUji IdentifikasiUmum <291>.
- 557 -

Air <1031> Metode Ic Bentuk monohidrat: Tidak 100  Cs  rU 


lebih dari 0,5%. Bentuk hidrat: Antara 6,0% dan   
10,0%. [Catatan Hidrat ditujukan untuk bentuk 0,8  CU  rS 
campuran dihidrat dan trihidrat dari feksofenadin
hidroklorida]. 0,8 adalah faktor respons relatif dari senyawa sejenis
B feksofenadin terhadap feksofenadin; CS adalah
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; CU adalah kadar feksofenadin
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 dalam mg per mL Larutan uji; rU adalah respons
bpj. puncak senyawa sejenis B feksofenadin dari Larutan
uji dan rS adalah respons puncak feksofenadin dari
Senyawa sejenis B feksofenadin Tidak lebih dari Larutan baku.
0,2%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Cemaran organik Senyawa sejenis A feksofenadin
<931>. tidak lebih dari 0,2%; hasil urai terdekarboksilasi
Dapar amonium asetat Encerkan 2,3 mL asam tidak lebih dari 0,15%; cemaran lain tidak lebih dari
asetat glasial P dengan air hingga 2000 mL air. Atur 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 0,5%.
pH hingga 4,0 ± 0,1 dengan penambahan amonium Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
hidroksida 6 N. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Fase gerak Buat campuran Dapar amonium <931>.
asetat-asetonitril P (80:20). Saring dan awaudarakan. Dapar fosfat perklorat, Pengencer, Fase gerak,
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih Larutan pembanding Gunakan Larutan uji seperti
kurang 1,2 mg Senyawa Sejenis B Feksofenadin yang tertera pada Penetapan kadar.
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai seperti tertera pada Penetapan kadar.
tanda. Pipet 2 mL larutan ke dalam labu tentukur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
100-mL yang berisi lebih kurang 25 mg Feksofenadin volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji,
Hidroklorida BPFI yang telah ditimbang saksama. Larutan baku, Larutan pembanding dan Fase gerak
Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai (sebagai blangko) ke dalam kromatograf, rekam
tanda. kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Larutan baku Encerkan Larutan kesesuaian system persentase senyawa sejenis Afeksofenadin dalam zat
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan dengan rumus:
Fase gerak hingga kadar feksofenadin hidroklorida
lebih kurang 2,5 µg per mL.
 Cs  rU 
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 100  
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga  CU  rS 
kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Cs adalah kadar Senyawa Sejenis A Feksofenadin
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 kadar feksofenadin dalam mg per mL Larutan uji; rU
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L45. Pertahankan dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa
suhu kolom pada suhu ruang. Laju alir lebih kurang sejenis A feksofenadin dari Larutan uji dan Larutan
0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap baku.
Larutan kesesuaian sistem dan ukur respons puncak Hitung persentase hasil urai terdekarboksilasi dari
seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi [(+)-4-[1-Hidroksi-4-[4-(hidroksidifenilmetil -1-
relatif senyawa sejenis B feksofenadin dan piperidinil]-butil]-isopropilbenzene], dengan waktu
feksofenadin berturut-turut adalah lebih kurang 0,7 retensi relatif 3,2 dalam zat, dengan rumus:
dan 1,0; resolusi, R, antara puncak feksofenadin dan
puncak senyawa sejenis B feksofenadin tidak kurang
100  Cs  rU 
dari 3,0.   
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 1,1  CU  rS 
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 1,1 adalah faktor respons relatif hasil urai
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung terdekarboksilasi terhadap feksofenadin; CS adalah
persentase senyawa sejenis B feksofenadin dalam zat kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam mg per
dengan rumus: mL Larutan baku; CU adalah kadar feksofenadin
dalam mg per mL Larutan uji; rU adalah respons
- 558 -

puncak hasil urai terdekarboksilasi dari Larutan uji dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
dan rS adalah respons puncak feksofenadin dari mm x 25 cm berisi bahan pengisi L11. Pertahankan
Larutan baku. suhu kolom pada suhu ruang. Laju alir lebih kurang
Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
rumus: Larutan baku dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
C  ri  feksofenadin dan senyawa sejenis A feksofenadin
100  S   tidak kurang dari 10; faktor ikutan puncak
 CU  rS  feksofenadin tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang feksofenadin dan
CS adalah kadar feksofenadin dalam mg per mL senyawa sejenis A feksofenadin berturut-turut tidak
Larutan pembanding; CU adalah kadar feksofenadin lebih dari 2,0% dan 3,0%.
dalam mg per mL Larutan uji; ri adalah respons Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
puncak cemaran lain dalam Larutan uji; rS adalah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
respons puncak feksofenadin dalam Larutan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
pembanding. dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
dalam mg feksofenadin hidroklorida,
Klorida Tidak kurang dari 6,45% dan tidak lebih dari C32H39NO4.HCl, dalam zat yang digunakan dengan
6,75% dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan rumus:
penetapan dengan cara sebagai berikut: timbang
saksama lebih kurang 300 mg zat, larutkan dalam 50 r 
mL metanol P. Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV, 833,3C  U 
tentukan titik akhir secara potensiometri seperti  rS 
tertera pada Titrimetri <711>.
C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI
Tiap mL perak nitrat 0,1 N dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-
setara dengan 3,545 mg klorida turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. rapat tidak tembus cahaya, pada suhu ruang
Dapar fosfat perklorat Larutkan 6,64 g natrium terkendali.
fosfat monobasa P dan 0,84 g natrium perklorat P
dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 2,0 dengan Penandaan Pada etiket harus dinyatakan jika dalam
penambahan asam fosfat P. bentuk hidrat.
Pengencer Campuran asetonitril P-Dapar fosfat
perklorat (50:50).
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat perklorat- KAPSUL FEKSOFENADIN
asetonitril P (65:35). Saring dan awaudarakan. HIDROKLORIDA
Tambahkan 3 mL trietilamin P pada tiap 1 Liter Fexofenadine Hydrochloride Capsule
campuran. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Kapsul Feksofenadin Hidroklorida mengandung
<931>. feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl, tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
Feksofenadin Hidroklorida BPFI dan Senyawa jumlah yang tertera pada etiket.
Sejenis A Feksofenadin BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar berturut-turut lebih Baku pembanding Feksofenadin Hidroklorida
kurang 0,06 mg per mL dan 0,005 mg per mL. BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa Sejenis
kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur A Feksofenadin BPFI; tidak boleh dikeringkan,
50-mL, larutkan dan encerkan dengan Pengencer simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
sampai tanda. Kadar larutan ini lebih kurang 1 mg per cahaya.
mL.
Larutan uji Pipet 3 mL Larutan uji persediaan ke Identifikasi
dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
gerak sampai tanda. Kadar larutan ini lebih kurang Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
0,06 mg per mL. diperoleh pada Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada B. Timbang sejumlah isi kapsul setara dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi lebih kurang 60 mg feksofenadin hidroklorida,
- 559 -

masukkan ke dalam tabung bertutup. Tambahkan 10 Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mL campuran asetonitril P-metanol P (10:1), kocok Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
sampai terdispersi. Diamkan. Pisahkan, saring dan dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
kumpulkan beningan dalam gelas piala yang sesuai. mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Uapkan pelarut menggunakan aliran nitrogen P lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
sampai hampir kering dengan sedikit pemanasan terhadap Larutan kesesuaian sistem dan ukur semua
menggunakan pemanas yang sesuai (tangas uap atau respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
lempeng pemanas suhu rendah). Saat masih hangat, resolusi, R, antara puncak feksofenadin dan puncak
tambahkan 5 mL air dan 5 tetes asam klorida encer P senyawa sejenis Afeksofenadin tidak kurang dari 2,0.
dan aduk untuk mempercepat pengendapan. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
Dinginkan dalam tangas es selama lebih kurang 30 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
menit. Saring melalui penyaring kaca masir dengan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
porositas 10 -15 m. Keringkan endapan dalam oven lebih dari 2,0%.
pada suhu 105º selama 1 jam. Spektrum serapan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
inframerah endapan yang telah dikeringkan dan volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
sama seperti pada Feksofenadin Hidroklorida BPFI. feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl, yang
terlarut.
Disolusi <1231> Toleransi Dalam waktu 15 menit dan 45 menit
UJI 1 harus larut berturut-turut tidak kurang dari 50% dan
Media disolusi: 900 mL air. 75 % (Q) C32H39NO4.HCl, dari jumlah yang tertera
Alat tipe 2: 50 rpm. pada etiket.
Waktu : 15 dan 45 menit
Lakukan penetapan jumlah C32H39NO4.HCl yang UJI 2 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi cantumkan memenuhi Uji Disolusi 2.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Media disolusi, Alat, Dapar, Fase gerak, Larutan
Dapar Larutkan 1,0 g natrium monobasa fosfat P, kesesuaian sistem persediaan, Larutan kesesuaian
0,5 g natrium perklorat P dan 0,3 mL asam fosfat P sistem, Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan
dalam 300 mL air. penetapan seperti tertera pada Uji 1.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Waktu : 45 menit
(700:300). Saring dan awaudarakan. Jika perlu Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem kurang dari 75% (Q) C32H39NO4.HCl, dari jumlah
seperti tertera pada Kromatografi <931>. yang tertera pada etiket.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Feksofenadin Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
lebih kurang 0,44 mg per mL. [Catatan Jika perlu Cemaran organik Senyawa sejenis A feksofenadin
gunakan sejumlah kecil asam asetat glasial P, tidak tidak lebih dari 0,4%; hasil urai terdekarboksilasi
lebih dari 5% dari volume total untuk melarutkan tidak lebih dari 0,2%; cemaran lain tidak lebih dari
Senyawa Sejenis A Feksofenadin BPFI]. 0,2%; dan total cemaran tidak lebih dari 0,5%.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Larutan kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
tentukur yang berisi sejumlah Feksofenadin <931>.
Hidroklorida BPFI yang ditimbang saksama. Dapar fosfat perklorat, Pengencer, Fase gerak,
Encerkan dengan air hingga kadar Senyawa Sejenis A Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
Feksofenadin BPFI dan Feksofenadin Hidroklorida seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
BPFI berturut-turut lebih kurang 0,01 mg per mL dan Feksofenadin Hidroklorida.
0,06 mg per mL. Larutan pembanding Gunakan Larutan uji seperti
Larutan baku Timbang saksama sejumlah tertera pada Penetapan kadar.
Feksofenadin Hidroklorida BPFI, larutkan dan Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,07 seperti tertera pada Penetapan kadar.
mg per mL. [Catatan Jika perlu gunakan sejumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kecil metanol P, tidak lebih dari 0,5% dari volume volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
total, untuk melarutkan Feksofenadin Hidroklorida Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
BPFI]. dan ukur respons puncak. Hitung persentase senyawa
Larutan uji Gunakan sejumlah volume alikot yang sejenis A feksofenadin dalam isi kapsul yang
telah disaring. digunakan dengan rumus:
- 560 -

C  rU  Larutan uji Pipet 3 mL Larutan uji persediaan ke


100 S   dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase
 CU  rS  gerak sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Feksofenadin volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
kadar feksofenadin dalam mg per mL Larutan uji; rU dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
dan rSberturut-turut adalah respons puncak senyawa dalam mg feksofenadin hidroklorida,
sejenis A feksofenadin dari Larutan uji dan Larutan C32H39NO4.HCl, dalam serbuk kapsul yang
baku. digunakan dengan rumus:
Hitung persentase hasil urai terdekarboksilasi dari
[(+)- 4 - [1 - Hidroksi - 4 - [4- (hidroksidifenil metil- r 
1-piperidinil]-butil]-isopropilbenzen], dengan waktu 833,3C  U 
retensi relatif 3,2; dalam zat dengan rumus:  rS 

100  Cs  rU  C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI


  
1,1  CU  rS
dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-
 turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku.
1,1 adalah faktor respons relatif hasil urai Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
terdekarboksilasi terhadap feksofenadin; CS adalah rapat tidak tembus cahaya, pada suhu ruang
kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam mg per terkendali.
mL Larutan baku; CU adalah kadar feksofenadin
dalam mg per mL Larutan uji; rU adalah respons Penandaan Pada etiket harus dinyatakan uji disolusi
puncak hasil urai terdekarboksilasi dalam Larutan uji yang digunakan kecuali jika menggunakan Uji 1.
dan rS respons puncak feksofenadin dalam Larutan
baku.
Hitung persentase cemaran lain dalam feksofenadin TABLET FEKSOFENADIN
hidroklorida dengan rumus:
HIDROKLORIDA
Fexofenadine Hydrochloride Tablet
C  rU 
100 R  
Tablet Feksofenadin Hidroklorida mengandung
 CU  rR 
feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl, tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%, dari
CR adalah kadar feksofenadin dalam mg per mL
jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan pembanding; CU adalah kadar feksofenadin
dalam mg per mL Larutan uji; rU adalah respons
Baku pembanding Feksofenadin Hidroklorida
puncak cemaran lain dari Larutan uji; rR adalah
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
respons puncak feksofenadin dari Larutan pembanding.
tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa Sejenis
A Feksofenadin BPFI; tidak boleh dikeringkan,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
cahaya.
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat perklorat, Pengencer, Fase gerak,
Identifikasi
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
A. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
lebih kurang 60 mg feksofenadin hidroklorida,
Feksofenadin Hidroklorida.
masukkan ke dalam tabung bertutup, tambahkan 10
Larutan uji persediaan Timbang tidak kurang dari
mL campuran asetonitril P-metanol P (10:1), kocok
20 kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan
menggunakan alat vortex selama 1 - 2 menit untuk
cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot
mendispersikan. Diamkan larutan selama 10 menit
rata-rata isi tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah
atau sentrifus selama 2 - 3 menit. Saring larutan ke
isi kapsul setara dengan 50 mg feksofenadin
dalam gelas piala 50mL menggunakan penyaring
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
politetrafluoroetilen dengan porositas 0,45 µm.
mL. Tambahkan 40 mL Pengencer, kocok secara
Uapkan larutan hingga 0,5 mL menggunakan aliran
mekanik selama 60 menit dan sonikasi lebih kurang 2
nitrogen P dengan sedikit pemanasan pada suhu tidak
menit. Biarkan dingin hingga suhu ruang, encerkan
lebih dari 75º. Tambahkan 5 mL air dan 5 tetes asam
dengan Pengencer sampai tanda.
klorida encer LP, aduk untuk mempercepat
terbentuknya endapan. Dinginkan di dalam tangas es
- 561 -

lebih kurang 30 menit. Saring larutan melalui kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
penyaring kaca masir dengan porositas 10 - 15 µm. jumlah feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl,
Keringkan endapan dalam oven pada suhu 105º yang terlarut dengan rumus:
selama 1 jam. Spektrum serapan inframerah residu
yang didispersikan dalam kalium bromida P r 
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan CD  U 
gelombang yang sama seperti Feksofenadin  rS 
Hidroklorida BPFI yang diperlakukan sama
menggunakan lebih kurang 60 mg. C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram dalam mg per mL Larutan baku; D adalah faktor
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang pengenceran dalam pembuatan Larutan uji; rU dan rS
diperoleh pada Penetapan kadar. berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
Larutan baku.
Disolusi <1231> Toleransi Dalam waktu 10 menit dan 30 menit
UJI 1 harus larut berturut-turut tidak kurang dari 60% dan
Media disolusi: 900 mL asam klorida 0,001N 80% (Q) C32H39NO4.HCl, dari jumlah yang tertera
Alat tipe 2: 50 rpm. pada etiket.
Waktu : 10 dan 30 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah UJI 2 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
C32H39NO4.HCl yang terlarut dengan cara cantumkan memenuhi Uji Disolusi 2.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Media disolusi: 900 mL asam klorida 0,001 N.
Kromatografi <931>. Alat tipe 2: 50 rpm, gunakan dayung yang
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera tangkainya dilapisi teflon.
pada Uji 1 Disolusi dalam Kapsul feksofenadin Waktu : 30 menit
hidroklorida. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C32H39NO4.HCl yang terlarut dengan cara
Feksofenadin Hidroklorida BPFI, larutkan dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
encerkan dengan media disolusi hingga diperoleh Kromatografi <931>.
kadar seperti pada Larutan uji. [Catatan Gunakan Dapar Larutkan 7,0 g amonium asetat P dalam
sejumlah kecil metanol P, tidak lebih dari 0,5% dari 1000 mL air. Atur pH hingga 4,0 dengan
volume total untuk membantu melarutkan penambahan asam asetat glasial P.
feksofenadin hidroklorida]. Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah (3:2). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Senyawa Sejenis A Feksofenadin BPFI, larutkan dan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,44 tertera pada Kromatografi <931>.
mg per mL. Pipet 1 mL larutan ke dalam vial dan Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang
tambahkan 40 mL Larutan baku. [Catatan Gunakan 20 mg Feksofenadin Hidroklorida BPFI, masukkan
sejumlah kecil asam asetat P, tidak lebih dari 5% ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 3 mL
dari volume total untuk membantu melarutkan metanol P dan encerkan dengan Media disolusi
senyawa sejenis A feksofenadin]. sampai tanda.
Larutan uji Gunakan sejumlah volume alikot yang Larutan baku 2 Pipet 15 mL Larutan baku 1 ke
telah disaring melalui penyaring serat kaca dengan dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Media
porositas 0,45m. disolusi sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku 3 Pipet 7,5 mL Larutan baku 1 ke
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Media
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 disolusi sampai tanda.
mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir Larutan uji Gunakan sejumlah volume alikot yang
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi telah disaring melalui penyaring dengan porositas
terhadap Larutan resolusi seperti tertera pada 0,45 µm.
Prosedur: resolusi, R, antara puncak feksofenadin Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dan puncak senyawa sejenis A feksofenadin tidak Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap dilengkapi dengan detektor 259 nm dan kolom 4,6
Larutan baku seperti tertera pada Prosedur: mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L11. Laju alir
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
lebih dari 2,0%. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama seperti
volume sama (sehingga kolom mengandung 2 sampai tertera pada Prosedur: faktor ikutan, tidak lebih dari
3 g feksofenadin hidroklorida) Larutan baku dan 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam ulang tidak lebih dari 2,0%.
- 562 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah 30 µL Larutan retensi relatif pada penyuntikan ulang senyawa
baku 2 dan 3 serta10 µL Larutan baku 1 dan Larutan sejenis A feksofenadin dan feksofenadin berturut-
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan turut lebih kurang 1,6 dan 1,0; resolusi, R, antara
ukur respons puncak feksofenadin. Hitung persentase puncak feksofenadin dan puncak senyawa sejenis A
feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl yang feksofenadin tidak kurang dari 7; faktor ikutan tidak
terlarut dengan rumus: lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang untuk feksofenadin dan senyawa
C  rU 
100
sejenis A feksofenadin berturut-turut tidak lebih dari
900 S  2,0% dan 3,0%.
 L  rS  Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku, Larutan uji
900 adalah volume Media disolusi dalam mL; CS persediaan dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
adalah kadar Feksofenadin hidroklorida BPFI dalam rekam kromatogram dan ukur respons puncak.
mg per mL Larutan baku yang sesuai; L adalah Hitung persentase senyawa sejenis A feksofenadin
jumlah feksofenadin hidroklorida dalam mg per dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
tablet seperti tertera pada etiket; rU dan rS berturut-
turut adalah respons puncak Larutan baku dan  CD  ri 
Larutan uji dan 100 adalah faktor konversi untuk 100  
persentase. [Catatan Untuk perhitungan, gunakan  NL  rS 
Larutan baku yang respons puncaknya paling
mendekati respons puncak Larutan uji]. C adalah kadar senyawa sejenis A feksofenadin
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak dalam mg per mL Larutan baku; D adalah
kurang dari 75% (Q) C32H39NO4.HCl, dari jumlah pengenceran dari Larutan uji persediaan dalam mL;
yang tertera pada etiket. ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak
senyawa sejenis A feksofenadin dalam Larutan uji
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. persediaan dan Larutan baku; N adalah jumlah tablet
yang digunakan untuk Larutan uji persediaan; L
Cemaran organik Senyawa sejenis A feksofenadin adalah kadar feksofenadin hidroklorida dalam mg
tidak lebih dari 0,4%; hasil urai terdekarboksilasi per tablet seperti tertera pada etiket.
tidak lebih dari 0,15%;cemaran lain tidak lebih dari Hitung persentase hasil urai terdekarboksilasi dari
0,2% dan total cemaran tidak lebih dari 0,5%. [(+)-4-[1-Hidroksi-4-[4-(hidroksidifenil metil-1-
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair piperidinil]-butil]-isopropilbenzen], dengan waktu
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi retensi relatif 6,7 dalam serbuk tablet yang digunakan
<931>. dengan rumus:
Pengencer, Fase gerak, Larutan baku persediaan,
Larutan uji persediaan dan Larutan uji Lakukan  CD  ri 
seperti tertera pada Penetapan kadar.
100  
Larutan sensitifitas Pipet 4 mL Larutan baku
 NLF  rS 
persediaan, ke dalam labu tentukur 100-mL dan C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 6 dalam mg per mL Larutan baku; D adalah
mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL dan pengenceran dari Larutan uji persediaan dalam mL;
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. ri adalah respons puncak hasil urai terdekarboksilasi
Larutan senyawa sejenis Timbang saksama dalam Larutan uji persediaan; rS adalah respons
sejumlah Senyawa Sejenis A Feksofenadin puncak feksofenadin dalam Larutan baku; N adalah
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara jumlah tablet yang digunakan untuk Larutan uji
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pengencer persediaan; L adalah kadar feksofenadin hidroklorida
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. dalam mg per tablet seperti tertera pada etiket dan F
Larutan baku Encerkan Larutan senyawa sejenis adalah faktor respons relatif untuk hasil urai
dan Larutan baku persediaan dalam Fase gerak terdekarboksilasi dan semua cemaran yang diketahui
hingga kadar feksofenadin hidroklorida dan senyawa maupun yang tidak diketahui berturut-turut 1,1 dan
sejenis A feksofenadin hidroklorida berturut-turut 1,0.
lebih kurang 0,015 dan 0,0045 mg per mL. Hitung persentase cemaran lain dalam serbuk tablet
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada yang digunakan dengan rumus:
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan sensitifitas, rekam kromatogram seperti  ri 
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada 100 
penyuntikan ulang tidak lebih dari 6%. Lakukan  DrS + rU 
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram seperti tertera pada Prosedur: waktu
- 563 -

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
yang tidak diketahui dalam Larutan uji persediaan; D simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
adalah pengenceran dari Larutan uji persediaan lebih dari 2,0%.
dalam mL; rS adalah respons puncak feksofenadin Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam Larutan uji; rU adalah jumlah respons puncak volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
cemaran yang tidak diketahui dalam Larutan uji Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
persediaan. Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg feksofenadin hidroklorida,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C32H39NO4.HCl, dalam tiap tablet yang digunakan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dengan rumus:
Kromatografi <931>.
Larutan asam Encerkan 17 mL asam asetat glasial
 CD  rU 
P denganair hingga 1000 mL. Encerkan 100 mL   
larutan ini dengan air hingga 1000 mL.  N  rS 
Dapar Encerkan 15 mL campuran asetonitril P- C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI
trietilamin P (1:1) dengan Larutan asam hingga 1000 dalam mg per mL Larutan baku; D adalah faktor
mL. Atur pH hingga 5,25 dengan penambahan asam pengenceran dari Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
fosfat P. adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku;
Pengencer Campuran asetonitril P- Larutan asam N adalah jumlah tablet yang digunakan untuk
(75:25). Larutan uji.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
(64:36). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti rapat, simpan pada suhu ruang terkendali.
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Penandaan Pada etiket harus dinyatakan uji disolusi
Feksofenadin Hidroklorida BPFI, larutkan dan yang digunakan kecuali jika menggunakan Uji 1.
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,25
mg per mL. FELODIPIN
Larutan baku Ukur saksama sejumlah volume Felodipine
Larutan baku persediaan encerkan dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per mL. H3C
H
N
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
tidak kurang dari 10 tablet, masukkan ke dalam labu
H3CO
tentukur yang sesuai, tambahkan Larutan asam O CH3

(setara dengan lebih kurang 20% dari total volume


O
labu tentukur) dan kocok secara mekanik dengan Cl O
kecepatan tinggi selama lebih kurang 30 menit atau
sampai terdispersi halus. Tambahkan asetonitril P
Cl
(setara dengan lebih kurang 80% dari total volume
labu ukur) dan kocok secara mekanik selama lebih
()–Etil metil4-(2,3-diklorofenil)-1,4-dihidro-2,6-
kurang 60 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai
dimetil-3,5-piridin dikarboksilat [72509-76-3; 86189-
tanda. Saring larutan melalui penyaring membran
69-7]
politetrafluoroetilen dengan porositas 0,45 µm atau
C18H19Cl2NO4 BM 384,25
lebih kecil. Encerkan filtrat secara kuantitatif dan jika
perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih
Felodipin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
kurang 1,2 mg per mL.
tidak lebih dari 101,0% C18H19Cl2NO4, dihitung
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
terhadap zat kering.
persediaan, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
bertahap dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 0,018 mg per mL. Pemerian Serbuk hablur berwarna kuning pucat
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sampai kuning.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 Kelarutan Mudah larut dalam aseton dan dalam
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran metanol; sangat sukar larut dalam heptan; tidak larut
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per dalam air.
menit. Pertahankan suhu kolom pada 35º. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Baku pembanding Felodipin BPFI; Simpan dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya dalam
lemari pendingin.
- 564 -

Warna larutan Tidak lebih dari 0,2; buat larutan dalam mL natrium hidroksida 10 N dan netralkan dengan
metanol P dengan kadar 20 mg per mL: Tetapkan natrium hidroksida 2 N. Kocok campuran dengan 25
serapan secara spektrofotometri dalam sel 5-cm pada mL metilen klorida P dalam corong pisah. Tuang
panjang gelombang 440 nm dan gunakan metanol P lapisan bawah, dan uapkan diatas tangas air sampai
sebagai blangko. kering dengan dialiri nitrogen. Larutkan 10 mg residu
(hasil oksidasi felodipin) dan 5 mg Felodipin BPFI
Identifikasi dalam Fase gerak, encerkan dengan Fase gerak
A. Spektrum serapan inframerah zat yang hingga 100 mL dan campur.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 mL larutan ke
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase
sama seperti pada Felodipin BPFI. gerak sampai tanda.
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji sesuai dengan waktu retensi puncak Felodipin BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
utama Larutan baku seperti tertera pada Penetapan kadar lebih kurang 0,3 mg per mL. [Catatan Larutan
kadar. ini dibuat segera sebelum analisa].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. [Catatan Larutan ini dibuat segera sebelum
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. analisa].
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi kromatogram dan ukur puncak seperti tertera pada
<931>. Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari 5,0;
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Larutan efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5. Suntikkan
tertera pada Penetapan kadar. 20 µL Larutan resolusi ke dalam kromatograf dan
Prosedur Suntikkan lebih kurang 40 µL Larutan atur sensitivitas sistem hingga tinggi dua puncak pada
uji ke dalam kromatograf. Biarkan larutan uji kromatogram tidak kurang dari 20% dari skala penuh
tereluasi selama tidak kurang dari 2 kali waktu rekorder; resolusi, R, antara puncak pertama (hasil
retensi felodipin. Rekam kromatogram dan ukur luas okdidasi felodipin) dan puncak ke dua (felodipin)
puncak cemaran. Hitung persentase masing-masing tidak kurang dari 2,5.
cemaran dalam felodipin yang digunakan dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
rumus: sama (lebih kurang 40 µL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
𝑟𝑖 ukur respons puncak. Hitung persentase felodipin,
( ) 100 C18H19Cl2NO4, dalam zat yang digunakan dengan
𝑟𝑆
rumus:
ri adalah respons puncak untuk masing-masing
cemaran; rS adalah jumlah respons semua puncak.  rU  C S 
    100
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara  rS  CU 
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak dari
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-metanol Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
P-Dapar (40:20:40), saring dan awaudarakan. Jika Felodipin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem adalah kadar felodipin dalam mg per mL Larutan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Buat larutan
0,05 mg per mL Felodipin BPFI dan 0,1 mg per mL Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
hasil oksidasi felodipin dalam Fase gerak sebagai tertutup rapat dan tidak tembus cahaya, pada suhu
berikut: larutkan 150 mg felodipin dalam campuran ruang terkendali.
25 mL butil alkohol tersier P dan 25 mL asam
perklorat 1 N, tambahkan 10 mL serium sulfat 0,1 M,
campur dan biarkan selama 15 menit. Tambahkan 3,5
- 565 -

FENAZOPIRIDIN HIDROKLORIDA Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


Phenazopyridine Hydrochloride Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Pengencer
Lakukan seperti yang tertera pada Penetapan kadar.
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah
Fenazopiridin Hidroklorida BPFI dan 2,6-
2,6-Diamino-3-(fenilazo)piridin monohidroklorida diaminopiridin, larutkan dan encerkan dengan
[136-40-3] Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang
C11H11N5.HCl BM 249,70 0,25 µg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Fenazopiridin Hidroklorida mengandung tidak Fenazopiridin Hidroklorida BPFI dan 2,6-
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% diaminopiridin, larutkan dan encerkan dengan
C11H11N5.HCl, dihitung terhadap zat kering. Pengencer hingga kadar berturut-turut 0,005 mg per
mL dan 0,001 mg per mL.
Pemerian Serbuk hablur, merah muda atau merah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
tua sampai lembayung tua; tidak berbau atau agak larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 235, kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
disertai peruraian. Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Penetapan kadar kecuali detektor gunakan 240
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam etanol dan nm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dalam kloroform. sensitivitas rekam kromatogramdan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
Baku pembanding Fenazopiridin Hidroklorida “signal to noise” tidak kurang dari 30. Lakukan
BPFI; Tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam kromatografi terhadap Larutan baku rekam
wadah tertutup rapat terlindung cahaya dan dalam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
lemari pendingin. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0% dan factor
Identifikasi ikutan tidak lebih dari 1,5.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
sama seperti pada Fenazopiridin Hidroklorida BPFI. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat Hitung persentase 2,6-diaminopiridin pada zat
kering dengan kadar 5 g per mL dalam campuran dengan rumus:
asam sulfat P dalam etanol P (1 dalam 360),
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama sepeti pada Fenazopiridin 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
Hidroklorida BPFI. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 2,6-
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam. diaminopiridin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar 2,6-diaminopiridin dalam mg per mL
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL
Larutan uji. Hitung persentase senyawa fenazopiridin
Zat tidak larut dalam air Tidak lebih dari 0,1%; hidroklorida dalam zat dengan rumus:
lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat
sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 2 g 𝑟𝑈 𝐶𝑆
zat, larutkan dalam 200 mL air, panaskan hingga ( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
mendidih, kemudian panaskan dalam wadah tertutup
di atas tangas uap selama 1 jam. Saring melalui kaca rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
masir berpori halus yang telah ditara, bilas dengan fenazopiridin hidroklorida dari Larutan uji dan
air, keringkan pada suhu 105 hingga bobot tetap. Larutan baku; CS adalah kadar Fenazopiridin
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Logam berat < 371> Metode III Tidak lebih dari 20 CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji.
bpj. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
- 566 -

Tabel 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Waktu
Batas
Nama retensi
(%) rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
relatif
2,6-diaminopiridin 0,37 0,2 fenazopiridin hidroklorida dari Larutan uji dan
Fenazopiridin 1,00 - Larutan baku; CS adalah kadar Fenazopiridin
Masing-masing cemaran lain - 0,10 Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Total cemaran - 2,0 CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%. berdasarkan bobot yang ditimbang.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rapat.
Kromatografi <931>.
Larutan A Gunakan amonium asetat 20 mM.
Larutan B Campuran asetonitril P. FENILBUTASON
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Phenylbutazone
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air
(10:90). O N
Larutan baku Timbang saksama sejumlah N

Fenazopiridin Hidroklorida BPFI, larutkan dan H3CH2CH2CH2C


encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih O
kurang 0,03 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 4-Butil-1,2-difenil-3,5-pirazolidinadion [50-33-9]
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,03 mg per mL. C19H20N2O2 BM 308,37
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom Fenilbutason mengandung tidak kurang dari 98,0%
4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan dan tidak lebih dari 102,0% C19H20N2O2, dihitung
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per terhadap zat yang dikeringkan.
menit. Kromatogram diprogram sebagai berikut:
Pemerian Serbuk hablur; putih atau agak putih; tidak
Waktu Larutan A Larutan B berbau.
(menit) (%) (%)
0 95 5 Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
2 95 5 dalam aseton dan eter; larut dalam etanol.
15 50 50
20 50 50 Baku pembanding Fenilbutason BPFI; Lakukan
28 30 70
pengeringan dalam hampa udara di bawah tekanan 30
33 30 70
35 95 5 ± 10 mmHg pada suhu 80º selama 4 jam sebelum
40 95 5 digunakan.

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam Identifikasi


kromatogramdan ukur respons puncak seperti tertera A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
pada Prosedur:faktor ikutan tidak lebih dari 2 dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak maksimum pada bilangan gelombang yang sama
lebih dari 0,73%. seperti pada Fenilbutason BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan 100.000) dalam larutan natrium hidroksida P (1
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam dalam 2500) menunjukkan maksimum dan minimum
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung pada panjang gelombang yang sama seperti pada
persentase fenazopiridin hidroklorida, Fenilbutason BPFI; serapan masing-masing dihitung
C11H11NO5.HCl, dalam zat dengan rumus: terhadap zat kering, pada serapan panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 264 nm berbeda
tidak lebih dari 2,0%.
- 567 -

Jarak lebur <1021> Antara 104º dan 107º. Gunakan larutan ini dalam waktu 8 jam setelah
pembuatan]
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada Kromatografi <931>.Kromatograf cair kinerja tinggi
tekanan 30 ± 10 mmHg pada suhu 80º selama 4 jam. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dan pra kolom
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; berisi bahan pengisi L2. Laju alir lebih kurang 2,4
lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat. mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram, ukur respons
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,007%; lakukan puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
penetapan menggunakan 2,0 g zat, didihkan dengan antara puncak Larutan uji dan Larutan baku internal
60 mL air selama 5 menit, dinginkan, saring. Pada 30 tidak kurang dari 3,5 dan simpangan baku relatif pada
mL filtrat tambahkan 1 mL asam nitrat 2 N dan 1 mL penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
perak nitrat LP: filtrat tidak lebih keruh Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dibandingkan kekeruhan yang diberikan oleh 0,10 sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan Larutan
mL asam hidroklorida 0,02 N. uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur
respons puncak utama. Waktu retensi relatif
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,01%; lakukan desoksikortikosteron asetat dan fenilbutason berturut-
penetapan menggunakan 30 mL filtrat yang diperoleh turut adalah 1,0 dan 0,7. Hitung jumlah dalam mg
dari Uji batas klorida yang ditambahkan 2 mL C19H20N2O2 yang digunakan dengan rumus:
barium klorida LP: filtrat tidak lebih keruh dari
kekeruhan yang diberikan oleh 0,10 mL asam sulfat R 
0,02 N. 500C  U 
 RS 
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
C adalah kadar Fenilbutason BPFI dalam mg per mL
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar secara Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada perbandingan respons puncak fenilbutason terhadap
Kromatografi <931>. baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Dapar asetat Larutkan 2,72 g natrium asetat P
dalam gelas piala 1000 mL menggunakan lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kurang 700 mL air. Atur pH hingga 4,1 dengan asam rapat.
asetat glasial P, saring melalui penyaringan 0,5 µm,
encerkan dengan air yang telah disaring hingga 1000
mL. TABLET FENILBUTASON
Fase gerak Campur 440 mL asetonitril P dengan Phenylbutazone Tablet
560 mL Dapar asetat dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem Tablet Fenilbutason mengandung fenilbutason,
seperti tertera pada Kromatografi <931>. C19H20N2O2, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 300 dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
mg desoksikortikosteron asetat, larutkan dalam 200
mL asetonitril P, campur.
Baku pembanding Fenilbutason BPFI; lakukan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah pengeringan dalam hampa udara pada tekanan
Fenilbutason BPFI tambahkan asetonitril P, sonikasi
3010 mmHg pada 80 selama 4 jam sebelum
sampai larut, encerkan secara kuantitatif dan bertingkat
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1,4
mg per mL. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu
Identifikasi Masukkan ke dalam Erlenmeyer 250-mL
tentukur 50-mL, tambahkan 10 mL Larutan baku
sejumlah serbuk tablet, setara dengan lebih kurang
internal, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
500 mg fenilbutason, tambahkan 100 mL heksana P
[Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu 8 jam
dan refluks campuran selama 15 menit. Saring
setelah pembuatan.]
campuran dalam keadaan panas dan biarkan filtrat
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 140 mg
sampai dingin. Pisahkan hablur yang terbentuk
zat, larutkan dengan 75 mL asetonitril P dalam labu
melalui penyaringan, keringkan dalam hampa udara
tentukur 100-mL, sonikasi sampai larut. Encerkan
pada 80 selama 30 menit: fenilbutason yang
dengan asetonitril P sampai tanda. Pipet 10 mL
diperoleh menunjukkan reaksi Identifikasi A seperti
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
tertera pada Fenilbutason.
10 mL Larutan baku internal, encerkan dengan
asetonitril P sampai tanda dan campur. [Catatan
- 568 -

Disolusi <1231> dalam labu tentukur tersebut, kocok secara mekanik


Media disolusi: 900 mL cairan usus buatan LP selama 15 menit, tambahkan lebih kurang 120 mL
(tanpa enzim). asetonitril P dan sonikasi hingga bagian yang tidak
Alat tipe 1: 100 rpm. larut terdispersi menjadi partikel halus. Kocok secara
Waktu: 30 menit. mekanik selama 20 menit, encerkan dengan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C19H20N2O2 asetonitril P sampai tanda dan sentrifus. Pipet 7 mL
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika larutan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan
larutan baku Fenilbutason BPFI dalam media yang asetonitril P sampai tanda. Saring melalui penyaring
sama pada panjang gelombang serapan maksimum membran dengan porositas 0,5 µm, buang beberapa
lebih kurang 264 nm. mL filtrat pertama. [Catatan Gunakan larutan ini
Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak dalam waktu 8 jam dari pembuatannya].
kurang dari 70% (Q) C19H20N2O2 dari jumlah yang Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti
tertera pada etiket. tertera pada Penetapan kadar dalam Fenilbutason.
Hitung jumlah dalam mg fenilbutason, C19H20N2O2,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dalam zat uji yang digunakan dengan rumus:
Prosedur untuk Keseragaman kandungan
Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur 100-mL, R 
tambahkan 60 mL metanol P, kocok secara mekanik 1786 C  U 
lebih kurang 20 menit atau sampai tablet hancur  RS 
sempurna. Encerkan dengan metanol P sampai tanda,
saring, buang 10 mL filtrat pertama. Encerkan C adalah kadar Fenilbutason BPFI dalam mg per mL
sejumlah volume filtrat yang telah diukur secara Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
saksama dengan larutan natrium hidroksida (1 dalam perbandingan respons puncak fenilbutason terhadap
2500) hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih baku internal Larutan uji dan Larutan baku.
kurang 10 µg per mL. Buat larutan Fenilbutason BPFI
dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 1 mg per Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
mL. Encerkan secara kuantitatif larutan dengan larutan rapat.
natrium hidroksida P (1 dalam 2500) hingga diperoleh
Larutan baku dengan kadar lebih kurang10 µg per mL.
Ukur secara berurutan serapan Larutan uji dan Larutan FENILEFRIN HIDROKLORIDA
baku pada panjang gelombang serapan maksimum Phenylephrine Hydrochloride
lebih kurang 264 nm, gunakan larutan natrium
hidroksida P (1 dalam 2500) sebagai blangko. Hitung
jumlah dalam mg fenilbutason, C19H20N2O2, dalam
tablet yang digunakan dengan rumus:

 TC  AU 

   (-)-m-Hidroksi-α-[(metilamino)metil]benzil alkohol
 D  AS 
hidroklorida [61-76-7]
C9H13NO2.HCl BM 203,67
T adalah jumlah fenilbutason dalam mg yang tertera
pada etiket; C adalah kadar Fenilbutason BPFI dalam Fenilefrin Hidroklorida mengandung tidak kurang
µg per mL Larutan baku; D adalah kadar tablet dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
fenilbutason dalam µg per mL Larutan uji C9H13NO2.HCl, dihitung terhadap zat kering.
berdasarkan jumlah per tablet yang tertera pada etiket
dan faktor pengenceran; AU dan AS berturut-turut Pemerian Hablur putih atau praktis putih; tidak
adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku. berbau; berasa pahit.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Fenilefrin Hidroklorida BPFI;
Dapar Asetat, Fase gerak, Larutan baku internal, Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis C
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Fenilbutason. Fenilefrin BPFI; Senyawa Sejenis D Fenilefrin;
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Senyawa Sejenis E Fenilefrin; Norfenilefrin
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk, Hidroklorida BPFI.
setara lebih kurang 500 mg fenilbutason, masukkan
ke dalam labu tentukur 250-mL. Pipet 50 mL air ke
- 569 -

Identifikasi senyawa sejenis C fenilefrin, senyawa sejenis D


A. Spektrum serapan inframerah zat yang fenilefrin dan senyawa sejenis E fenilefrin tidak lebih
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan dari 5%.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sama seperti Fenilefrin Hidroklorida BPFI. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
B. Larutan zat 10 mg per mL menunjukkan reaksi Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum kromatogram dan ukur semua respons puncak.
<291>. Hitung persentase norfenilefrin sebagai basa bebas
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai pada zat dengan rumus:
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada
Penetapan kadar. 𝑟𝑈 𝐶𝑆 153,18
( )( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 189,64
Rotasi jenis <1081> Antara -43 dan -47; lakukan
penetapan menggunakan larutan 50 mg per mL rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dalam air. norfenilefrin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar Norfenilefrin Hidroklorida BPFI dalam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. mg per mL Larutan uji; 153,18 adalah bobot molekul
norfenilefrin sebagai basa bebas; 189,64 adalah bobot
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. molekul norfenilefrin sebagai garam hidroklorida.
Hitung persentase senyawa sejenis C fenilefrin
Klorida dan Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,20%; sebagai basa bebas dalam zat dengan rumus:
lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan 50 mg
zat dalam 25 mL air, kekeruhan larutan tidak lebih 𝑟𝑈 𝐶𝑆 165,19
kuat dari larutan baku 0,10 mL asam sulfat 0,020 N. ( )( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 201,65
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Kromatografi <931>. senyawa sejenis C fenilefrin dari Larutan uji dan
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis C
Pengencer Lakukan seperti yang tertera pada Fenilefrin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Penetapan kadar. adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji;
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 165,19 adalah bobot molekul senyawa sejenis C
sejumlah Fenilefrin Hidroklorida BPFI, Norfenilefrin fenilefrin sebagai basa bebas; 201,65 adalah bobot
Hidroklorida BPFI dan Senyawa Sejenis C Fenilefrin molekul senyawa sejenis C fenilefrin sebagai garam
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hidroklorida. Hitung persentase senyawa sejenis D
hingga kadar berturut-turut 1,0 mg; 10 µg; dan 10 µg fenilefrin dalam zat dengan rumus:
per mL.
 rU   CS 
Larutan baku Timbang saksama sejumlah       100
Fenilefrin Hidroklorida BPFI, Norfenilefrin  rS   CU 
Hidroklorida BPFI, Senyawa Sejenis C Fenilefrin
BPFI, Senyawa Sejenis D Fenilefrin BPFI, Senyawa
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Sejenis E Fenilefrin BPFI, larutkan dan encerkan
senyawa sejenis D fenilefrin dari Larutan uji dan
dengan Pengencer hingga kadar masing-masing
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis D
0,001 mg per mL.
Fenilefrin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Hitung persentase senyawa sejenis E fenilefrin
kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
sebagai basa bebas dalam zat dengan rumus:
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Penetapan kadar. Lakukan kromatografi
𝑟𝑈 𝐶𝑆 255,31
terhadap Larutan kesesuaian sistem rekam ( )( )( ) 100
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 𝑟𝑆 𝐶𝑈 291,77
pada Prosedur: resolusi, R antara norfenilefrin dan
fenilefrin tidak kurang dari 1,5 dan antara fenilefrin rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dan senyawa sejenis C fenilefrin tidak kurang dari senyawa sejenis E fenilefrin dari Larutan uji dan
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis E
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Fenilefrin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji;
penyuntikan ulang untuk norfenilefrin, fenilefrin, 255,31 adalah bobot molekul senyawa sejenis E
- 570 -

fenilefrin sebagai basa bebas; 291,77 adalah bobot Waktu Larutan A Larutan B
molekul senyawa sejenis E fenilefrin sebagai garam (menit) (%) (%)
hidroklorida. Hitung persentase cemaran lainpada zat 0 93 7
dengan rumus: 3 93 7
13 70 30
14 93 7
 ri   CS  16 93 7
      100
 rS   CU 
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,9 dan
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak fenilefrin simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenilefrin lebih dari 0,73%.
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase fenilefrin hidroklorida, C9H13NO2.HCl,
Tabel dalam zat dengan rumus:
Waktu
Batas  rU   CS 
Nama retensi
relatif
(%)       100
Norfenilefrin 0,9 0,10  rS   CU 
Fenilefrin 1,0 -
Senyawa sejenis C fenilefrin 1,3 0,1
Senyawa sejenis D fenilefrin 3,8 0,10 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Senyawa sejenis E fenilefrin 4,0 0,1 fenilefrin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Masing-masing cemaran lain - 0,10 adalah kadar Fenilefrin Hidroklorida BPFI dalam mg
Total cemaran - 0,2 per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%. per mL Larutan uji.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º,
Kromatografi <931>.
masih diperbolehkan pada suhu antara 15º dan 30º.
Dapar Larutkan 3,25 g garam natrium asam 1-
oktansulfonat monohidrat P ke dalam 1 Liter air, atur
pH hingga 2,8 dengan penambahan asam fosfat 3 M.
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar (10:90). FENILMERKURI ASETAT
Larutan B Campuran asetonitril P-Dapar (90:10). Fenilraksa(II) Asetat
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Phenilmercury(II) Acetate
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada H3COOCHg
Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran Larutan A-Larutan B
(80:20).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah (Asetato) fenilraksa(II) [62-38-4]
Fenilefrin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan C8H8HgO2 BM 336,74
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,4 mg
per mL. Fenilraksa(II) Asetat mengandung tidak kurang dari
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C8H8HgO2.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. Pemerian Serbuk hablur atau prisma atau lempeng
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tipis; putih hingga kem; tidak berbau.
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
4,0 mm × 5,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol
ukuran partikel 3 µm. Pertahankan suhu kolom pada dan aseton.
45. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
Kromatogram diprogram sebagai berikut:
- 571 -

Identifikasi Fenilraksa(II) Nitrat adalah campuran fenilraksa(II)


A. Pada 100 mg zat tambahkan 0,5 mL asam nitrat nitrat dan fenilraksa(II) hiroksida. Mengandung tidak
P, hangatkan perlahan-lahan sampai berwarna coklat kurang dari 87,0% dan tidak lebih dari 87,9% ion
tua dan encerkan dengan air hingga 10 mL: terjadi fenilraksa(II) (C6H5Hg+) dan tidak kurang dari
nitrobenzen yang berbau khas. 62,75% dan tidak lebih dari 63,50% raksa(II) (Hg).
B. Pada 100 mg zat tambahkan 0,5 mL asam sulfat
P dan 1 mL etanol P, hangatkan: terjadi etil asetat Pemerian Serbuk hablur; putih; dipengaruhi oleh
yang berbau khas. cahaya. Larutan jenuh memberikan reaksi asam
C. Tambahkan beberapa tetes natrium sulfida LP terhadap lakmus.
pada 5 mL larutan jenuh zat dalam air: terbentuk
endapan putih, bila didihkan dan didiamkan, berubah Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut
menjadi hitam. dalam etanol dan gliserin; lebih mudah larut dengan
adanya asan nitrat atau alkali hidroksida.
Jarak lebur <1021> Antara 149° dan 153°.
Identifikasi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. A. Pada 100 mg zat tambahan 3 mL asam sulfat P:
campuran berwarna kuning dan berbau khas
Garam raksa dan Logam berat Panaskan lebih nitrobenzen.
kurang 100 mg zat dengan 15 mL air, dinginkan dan B. Pada 5 mL larutan jenuh zat tambahkan 1 mL
saring. Tambahkan beberapa tetes natrium sulfida LP asam hidroklorida 3 N: terbentuk endapan putih.
ke dalam filtrat: endapan yang terbentuk tidak segera C. Pada 5 mL larutan jenuh zat tambahkan 5 mL
berwarna. amonium sulfida LP: dalam keadaan dingin tidak
terjadi reaksi, tetapi pada pemanasan di dalam tangas
Senyawa benzen poliraksa Tidak lebih dari 1,5%; air yang mendidih selam 10 menit, terbentuk endapan
kocok 2 g zat dengan 100 mL aseton P dan saring. hitam.
Bilas sisa secara bertahap dengan 50 mL aseton P,
keringkan sisa pada suhu 105° selama 1 jam dan Jarak lebur <1021> Antara 175° dan 185°.
timbang: bobot sisa tidak lebih dari 30 mg.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
500 mg zat, masukan ke dalam labu 100 mL, Ion raksa(II) Pada 5 mL larutan jenuh zat
tambahkan 15 mL air, 5 mL asam format P dan 1 g tambahkan 5 mL natrium hidroklorida 1 N: tidak
serbuk zink P, refluks selama 30 menit. Dinginkan, terbentuk endapan kuning (ion raksa(II)) dan larutan
saring, bilas kertas saring dan amalgam dengan air tidak menjadi gelap (ion raksa(I)).
hingga air bilasan tidak lagi bereaksi asam terhadap
lakmus P. Larutkan amalgam dengan 40 mL asam Penetapan kadar ion fenilraksa(II) Timbang
nitrat 8 N. Panaskan larutan di atas tangas uap selama saksama lebih kurang 200 mg zat, masukkan ke
3 menit dan tambahkan 500 mg urea P dan kalium dalam labu Erlenmeyer, larutan dalam 90 mL air dan
permanganate LP secukupnya sampai terjadi warna 10 mL asam nitrat P. Tambahkan 2 mL besi(III)
merah muda yang stabil. Dinginkan, tambahkan amonium sulfat LP dan titrasi dengan amonium
hidrogen peroksida LP sampai warna hilang, tiosianat 0,05 N.
tambahkan 1 mL besi(III) amonium sulfat LP dan
titrasi dengan amonuim tiosianat 0,1 N LV. Tiap mL amonium tiosianat 0,05 N
setara dengan 13,88 mg ion fenilraksa(II) C6H5Hg+
Tiap mL amonium tiosianat 0,1 N
setara dengan 16,84 mg C8H8HgO2 Penetapan kadar raksa(II) Timbang saksama lebih
kurang 400 mg zat, masukan ke dalam labu tentukur
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 100-mL, tambahkan 15 mL air, 5 mL asam format P
rapat, tidak tembus cahaya. dan 1 g serbuk zink P, kemudian refluks selama 30
menit. Dinginkan, saring, bilas kertas saring dan
amalgam dengan air sampai air bilasan tidak lagi
FENILMERKURI NITRAT bereaksi asam terhadap kertas lakmus P. Larutkan
Fenilraksa(II) Nitrat amalgam dengan 40 mL asam nitrat 8 N. Panaskan
Phenilmercury(II) Nitrate larutan di atas tangas uap selama 3 menit, kemudian
tambahkan 0,5 g urea P dan kalium permanganat LP
Nitratofenilraksa(II) [55-68-5] secukupnya sampai berwarna merah muda yang
C12H11Hg2NO4 BM 634,45 stabil. Dinginkan, buat larutan menjadi tidak
berwarna dengan hidrogen peroksida LP, tambahkan
- 572 -

1 mL besi(III) amonium sulfat LP dan titrasi dengan penyaring kaca masir porositas sedang, bilas tiga
amonium tiosianat 0,1 N LV. kali, tiap kali dengan 5 mL air es. Keringkan hablur
pada suhu 80º selama 1 jam: Jarak lebur fenil
Tiap mL amonium tiosianat 0,1 N propanolamin antara 101º dan 104º. (seperti tertera
setara dengan 10,03 mg Hg pada Penetapan Jarak Lebur atau Suhu Lebur
<1021>).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya. pH <1071> Antara 4,2 dan 5,5: lakukan penetapan
menggunakan larutan (3 dalam 100).

FENILPROPANOLAMIN Jarak lebur <1021> Metode I antara 191º dan 196º.


HIDROKLORIDA
Phenylpropanolamine Hydrochloride Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.

H
C
H
C CH3 HCl
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
OH NH2
Logam berat <371> Metode I tidak lebih dari 20
bpj; lakukan penetapan dengan melarutkan 1 g zat
dalam 5 mL air, tambahkan 1 mL asam asetat 1 N,
(±)-Norefedrin hidroklorida [154-41-6]
encerkan dengan air hingga 25 mL.
C9H13NO.HCl BM 187,67
α-Aminopropiofenon hidroklorida Tidak lebih dari
Fenilpropanolamin hidroklorida mengandung tidak
0,10%. Masukkan 2,5 g zat ke dalam labu tentukur
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
25-mL, tambahkan larutan asam klorida P (1 dalam
C9H13NO.HCl, dihitung terhadap zat kering.
120) sampai tanda. Ukur serapan larutan ini (Larutan
uji) dan Larutan baku yang mengandung 100 µg α-
Pemerian Serbuk hablur putih; bau aromatis lemah.
Aminopropiofenon hidroklorida BPFI per mL pada
Dipengaruhi oleh cahaya.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
285 nm menggunakan larutan asam klorida P (1
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol; tidak
dalam 120) sebagai blangko: serapan larutan uji tidak
larut dalam eter.
lebih besar dari larutan baku.
Baku pembanding Fenilpropanolamin Hidroklorida
Amfetamin hidroklorida Tidak lebih dari 0,001%
BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
tertutup rapat, terlindung dari cahaya. α-
<931>.
Aminopropiofenon Hidroklorida BPFI; lakukan
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-asam
pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam sebelum
fosfat P-trietilenamina P (950:50:8:5). Saring dan
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
terlindung dari cahaya. Dekstroamfetamin Sulfat
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2
Kromatografi <931>.
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah
tertutup rapat.
Fenilpropanolamin Hidroklorida BPFI dan
Dekstroamfetamin Sulfat BPFI dalam air hingga
Identifikasi kadar masing-masing lebih kurang 5 μg per mL.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Larutan persediaan amfetamin Timbang saksama
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan sejumlah Dekstroamfetamin Sulfat BPFI, larutkan
maksimum pada bilangan gelombang yang sama dan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
seperti pada Fenilpropanolamin Hidroklorida BPFI. bertahap dengan air, hingga kadar lebih kurang 2,5
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam μg per mL.
2000) menunjukkan maksimum dan minimum pada Larutan persediaan fenilpropanolamin Timbang
panjang gelombang yang sama seperti pada saksama lebih kurang 2,5 g zat, masukkan ke dalam
Fenilpropanolamin Hidroklorida BPFI; daya serap labu tentukur 10-mL. Larutkan dan encerkan dengan
masing-masing dihitung terhadap zat kering, pada air sampai tanda, jika perlu lakukan sonikasi.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Larutan baku Pipet 4 mL Larutan persediaan
256 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. fenilpropanolamin dan Larutan persediaan
C. Larutkan 1 g zat dalam 10 mL air, tambahkan amfetamin, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
10 mL larutan jenuh natrium karbonat P, campur. encerkan dengan air sampai tanda. Kadar larutan
Pisahkan endapan dengan hampa udara menggunakan
- 573 -

fenilpropanolamin dan amfetamin berturut-turut lebih FENIRAMIN MALEAT


kurang 100 mg per mL dan 1μg per mL. Pheniramine Maleate
Larutan uji Pipet 4 mL Larutan persediaan
fenilpropanolamin, masukkan ke dalam labu tentukur
10-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 206 nm dan kolom 4,6
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, ukur respons puncak seperti tertera pada Dimetil [3-fenil-3-(2 piridil)propil] amina hidrogen
Prosedur: waktu retensi relatif untuk maleat [132-20-7]
fenilpropanolamin dan amfetamin berturut-turut 1,0 C16H20N2.C4H4O4 BM 356,42
dan 2,1; resolusi, R, antara puncak fenilpropanolamin
dan puncak amfetamin tidak kurang dari 15,0 dan Feniramin Maleat mangandung tidak kurang dari
efisiensi kolom tidak kurang dari 10.000 lempeng 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C16H20N2.C4H4O4,
teoritis. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dihitung terhadap zat kering.
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih;
amfetamin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari tidak berbau atau hampir tidak berbau.
3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kelarutan Larut dalam air dan etanol.
volume sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Baku pembanding Feniramin Maleat BPFI; Simpan
kromatogram, ukur respons puncak amfetamin. dalam wadah tertutup rapat. Lakukan pengerjaan di
Hitung persentase amfetamin hidroklorida dalam zat tempat kering.
yang digunakan dengan rumus:
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering
 171,67  CS  rU  dan didispersikan dalam kalium bromida P
0 ,2   
 rS − rU
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
 368 ,49  CU  gelombang yang sama seperti pada Feniramin Maleat
BPFI.
171,67 dan 368,49 berturut-turut adalah bobot
molekul amfetamin hidroklorida dan amfetamin pH <1071> 4,5 sampai 5,5; lakukan penetapan
sulfat; CS adalah kadar Dekstroamfetamin Sulfat menggunakan larutan 10 mg per mL.
BPFI dalam μg per mL Larutan baku; CU adalah
kadar fenilpropanolamin hidroklorida dalam mg per Jarak lebur <1021> Metode I Antara 104° dan 109°.
mL Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak amfetamin dari Larutan uji dan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Larutan baku. lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
65° selama 6 jam.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
500 mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
glasial P. Tambahkan 10 mL raksa(II) asetat LP dan
2 tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam perklorat Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20
0,1 N LV hingga terjadi warna hijau. Lakukan bpj.
penetapan blangko.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
Tiap mL asam perklorat 0,1 N lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
setara dengan 18,77 mg C9H13NO.HCl 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup <931>.
rapat, tidak tembus cahaya. Asam oktan sulfonat 0,005 M Masukkan 1,08 g
natrium 1-oktan sulfonat P ke dalam labu tentukur
1000-mL. Larutkan dan encerkan dengan larutan
asam asetat P 1,5% sampai tanda, tambahkan 5,0 mL
trietilamina P, campur dan saring.
- 574 -

Fase gerak Buat campuran Asam sulfonat oktan Fenitoin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
0,005 M–asetonitril P (39:11), saring dan tidak lebih dari 102,0% C15H12N2O2, dihitung
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian terhadap zat kering.
menurut Kesesuaian Sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Pemerian Serbuk putih; tidak berbau. Melebur pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah suhu lebih kurang 295°.
feniletil alkohol dan Feniramin Maleat BPFI,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam
berturut-turut lebih kurang 3,6 dan 0,24 mg per mL. etanol panas; sukar larut dalam etanol dingin, dalam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 24 mg klorofrom dan dalam eter.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
dan encerkan dengan air sampai tanda. Baku pembanding Fenitoin BPFI; Simpan dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Senyawa Sejenis A Fenitoin BPFI; Senyawa Sejenis
dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom 3,9 B Fenitoin BPFI; Benzofenon BPFI.
mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi Identifikasi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
pada Prosedur: waktu retensi relatif feniletil alkohol maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dan feniramin maleat berturut-turut lebih kurang 0,5 sama seperti pada Fenitoin BPFI.
dan 1,0; resolusi, R, antara puncak feniletil alkohol B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
dan puncak feniramin maleat tidak kurang dari 2,0; dengan Larutan baku, seperti diperoleh pada
faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku Penetapan kadar.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
kurang 10 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran (tidak Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
termasuk puncak pelarut dan asam maleat) dalam zat
yang digunakan dengan rumus: Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
𝑟𝑖 Kromatografi <931>.
( ) 100 Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
𝑟𝑆
pada Penetapan kadar.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
rS adalah jumlah semua respons puncak. BPFI, Senyawa Sejenis A Fenitoin BPFI, Senyawa
Sejenis B Fenitoin BPFI dan Benzofenon BPFI,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
500 mg zat, larutkan dalam 25 mL asam asetat kadar berturut-turut 1; 5; 9; dan 1 g per mL.
glasial P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
menggunakan 2 tetes kristal violet LP sebagai larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
indikator. Lakukan penetapan blangko. kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tiap mL asam perklorat 0,1 N Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
setara dengan 17,82 mg C16H20N2.C4H4O4 Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. “signal-to-noise” tidak kurang dari 10 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang untuk
puncak fenitoin tidak lebih dari 5,0%. [Catatan
FENITOIN Waktu retensi relatif lihat pada Tabel.]
Phenytoin Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus:
5,5-Difenilhidantoin [57-41-0]
C15H12N2O2 BM 252,27
- 575 -

 ri   CS  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja


      100 tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
 rS   CU  4,6 mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dari Larutan uji; rs adalah respons puncak cemaran
dari Larutan baku; CS adalah kadar cemaran dalam Waktu Larutan A Larutan B
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam (menit) (%) (%)
mg per mL Larutan uji. Hitung persentase cemaran 0 60 40
laindalam zat dengan rumus: 23 60 40
38 42 58
45 30 70
 ri   CS  50 30 70
      100 51 60 40
 rS   CU  55 60 40

ri adalah respons puncak cemaran laindari Larutan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
uji; rs adalah respons puncak fenitoin dari Larutan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
baku; CS adalah kadar Fenitoin BPFI dalam mg per pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
mL Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total lebih dari 0,73%.
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tabel. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Tabel kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase fenitoin, C15H12N2O2 dalam zat dengan
Waktu rumus:
Batas
Nama retensi
(%)
relatif
Senyawa sejenis A fenitoin 0,14 0,5  rU   CS 
Senyawa sejenis B fenitoin 0,53 0,9
      100
Fenitoin 1,0 -  rS   CU 
Benzofenon 2,11 0,1
Benzil 2,23 -
Masing-masing cemaran lain - 0,10 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Total cemaran (kecuali - 0,9 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
benzofenon) Fenitoin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%. adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rapat.
Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan kalium fosfat monobasa
0,05 M. Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan TABLET KUNYAH FENITOIN
asam fosfat P. Phenytoin Chewable Tablets
Larutan B Campuran metanol P-asetonitril P
(60:40). Tablet kunyah fenitoin mengandung fenitoin,
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A C15H12N2O2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Baku pembanding Fenitoin BPFI; Tidak boleh
Kromatografi <931>. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Pengencer Buat campuran Larutan B-air (1:1). terlindung cahaya.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer Identifikasi Waktu retensi puncak utama
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Jika perlu kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
sonikasi hingga larut. baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Disolusi <1231>
kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Jika perlu Dapar Larutkan 60,5 g tris(hidroksimetil)
sonikasi hingga larut. aminometan P dalam 6 L air. Encerkan dengan air
- 576 -

hingga 10 L dan atur pH hingga 9,0 ± 0,05 dengan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
penambahan asam fosfat P. Larutkan 100 g natrium kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
dodesil sulfat P dalam 6 L larutan di atas. tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
Tambahkan larutan ini ke dalam dapar yang telah dari 6500 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
dibuat. utama tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif
Media disolusi: 900 mL Dapar. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Alat tipe 2: 100 rpm. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Waktu: 120 menit. volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
Lakukan penetapan jumlah, C15H12N2O2, yang Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
seperti tertera pada Kromatografi <931>. jumlah dalam mg, fenitoin, C15H12N2O2, dalam
Larutan trietilamin, Fase gerak, dan Sistem serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar. r 
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin 500C  U 
BPFI, larutkan, dan encerkan dengan metanol P  rS 
hingga kadar lebih kurang 3,0 mg per mL. Pipet
sejumlah larutan, encerkan dengan Media disolusi C adalah kadar Fenitoin BPFI dalam mg per mL
hingga kadar lebih kurang 0,06 mg per mL. Pipet 10 Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
mL larutan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan puncak utama Larutan uji dan Larutan baku.
dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
penyaring yang sesuai, buang 3 mL filtrat pertama. baik.
Pipet 10 mL alikot ke dalam labu tentukur 50-mL,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Penandaan Pada etiket tertera tablet kunyah.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam SUSPENSI ORAL FENITOIN
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Phenytoin Oral Suspension
Hitung persentase, C15H12N2O2, yang terlarut.
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut tidak
Suspensi Oral Fenitoin adalah suspensi fenitoin
kurang dari 70% (Q), C15H12N2O2, dari jumlah yang
dalam media yang sesuai. Mengandung fenitoin,
tertera pada etiket.
C15H12N2O2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Fenitoin BPFI; Simpan dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Senyawa
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sejenis A Fenitoin; Senyawa sejenis B Fenitoin.
Kromatografi <931>.
Larutan trietilamin Pipet 1 mL trietilamin P ke
Identifikasi
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
A. Kocok sejumlah volume suspensi oral fenitoin
sampai tanda.
setara dengan lebih kurang 100 mg fenitoin dengan
Fase gerak Buat campuran air-metanol P-
50 mL campuran eter P dan kloroform P (1 dalam 2)
asetonitril P-Larutan trietilamin-asam asetat P
dalam corong pisah. Uapkan ekstrak sampai kering,
(500:270:230:5:1), saring dan awaudarakan. Jika
dan keringkan dalam hampa udara pada suhu 105º
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
selama 4 jam. Spektrum serapan inframerah dari 2
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
sampai 4 mg residu yang didispersikan dalam 200 mg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
kalium bromida P, menunjukan maksimum hanya
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Fenitoin BPFI.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
tablet setara dengan lebih kurang 250 mg fenitoin,
diperoleh pada Penetapan kadar.
masukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, larutkan
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Disolusi<1231>
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Media disolusi: 900 mL Dapar 1
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Alat tipe 2: 35 rpm.
berukuran 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
Waktu: 60 menit.
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
- 577 -

Lakukan penetapan jumlah fenitoin terlarut dengan suspensi oral; W adalah bobot dalam gram suspensi
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera oral yang digunakan; L adalah jumlah dalam mg per
pada Kromatografi <931>. mL suspensi oral yang tertera pada etiket.
Dapar 1 Larutan 36,3 g tris (hidroksimetil) Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
aminometan P dan 60 g natrium lauril sulfat P dalam kurang dari 80% (Q) fenitoin, C15H12N2O2, dari
6000 mL air, atur pH hingga 7,5 dengan penambahan jumlah yang tertera pada etiket.
asam hidroklorida P, awaudarakan.
Dapar 2 Larutkan 2,76 g natrium fosfat monobasa Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Untuk
P dalam 1000 mL air. suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis tunggal.
Fase gerak Buat campuran metanol P-
asetonitril P-Dapar 2 (27:23:50). Atur pH hingga 3,0 Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
dengan penambahan asam fosfat P. Untuk suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin ganda.
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dalam metanol P sejumlah 3% volume labu, Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan mengandung 0,14 mg per mL. Kromatografi<931>.
Larutan uji Kocok suspensi dengan baik lebih Pengencer dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
kurang 100 kali pengocokan. [Catatan Tetapkan pada Penetapan kadar.
bobot jenis suspensi oral dan gunakan dalam Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
perhitungan jumlah dalam mg, fenitoin yang BPFI, Senyawa Sejenis A Fenitoin BPFI, dan
terlarut]. Ambil lebih kurang 5 mL suspensi Senyawa Sejenis B Fenitoin BPFI, larutkan dan
menggunakan siring 5 mL, kemudian timbang encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
saksama. Turunkan posisi dayung, kosongkan hati- dengan Pengencer hingga kadar masing-masing lebih
hati tiap siring ke bagian dasar tiap labu disolusi yang kurang 1; 9 dan 9 µg per mL.
berisi Media disolusi. Jalankan alat. Timbang Larutan uji Timbang saksama sejumlah suspensi
kembali tiap siring, hitung jumlah suspensi yang oral, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
dimasukkan ke dalam tiap labu disolusi. Pada akhir kurang 1 mg per mL.
waktu 60 menit, pipet 4 mL alikot dari tiap labu Sistem kromatografi Lakukan seperti pada
disolusi, saring melalui penyaring nilon dengan Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
porositas 0,45 µm yang sudah dibasahi dengan Media Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
disolusi. [Catatan Jika perlu encerkan dengan Media puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
disolusi hingga kadar sama dengan Larutan baku]. “signal-to-noise” tidak kurang dari 10 dan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom lebih dari 5,0% untuk puncak fenitoin. [Catatan
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir Waktu retensi relatif tertera pada Tabel].
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk Hitung persentase senyawa sejenis A fenitoin dan
fenitoin. senyawa sejenis B fenitoin, dalam suspensi oral
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan rumus:
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam  ri   CS 
kromatogram, ukur respons puncak utama. Hitung       100
persentase fenitoin,C15H12N2O2, yang terlarut dengan  rS   CU 
rumus :
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak masing-
 rU 
  CS  V  D  
d  1 masing cemaran yang sesuai dari Larutan uji dan
      100
 rS  W   L  Larutan baku; CS adalah kadar masing-masing
cemaran yang sesuai dalam mg per mL Larutan baku
dan CU adalah kadar fenitoin dalam mg per mL
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji berdasarkan yang tertera pada etiket.
fenitoin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
Hitung persentase cemaran laindalam suspensi oral
kadar Fenitoin BPFI dalam mg per mL Larutan
dengan rumus :
baku; V adalah volume Media disolusi, 900 mL; D
adalah faktor pengenceran (jika Larutan uji
diencerkan); d adalah bobot jenis dalam gram per mL
- 578 -

 ri   CS 
      100 Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
 rS   CU  kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
ri adalah respons puncak cemaran laindari Larutan lebih dari 0,73%.
uji; rS adalah respons puncak fenitoin dari Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
baku; CS adalah kadar Fenitoin BPFI dalam mg per volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
mL Larutan baku; CU adalah kadar fenitoin dalam Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mg per mL Larutan uji. Masing-masing cemaran dan kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Hitung persentase fenitoin, C15H12N2O2, dalam
Tabel. suspensi oral dengan rumus:
Tabel
 rU   CS 
      100
Nama Waktu Batas
retensi (%)  rS   CU 
relatif
Seyawa sejenis A fenitoin 0,14 0,9 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Seyawa sejenis B fenitoin 0,53 0,9 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fenitoin 1,0 - Fenitoin BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
Masing-masing cemaran lain - 0,10 CU adalah kadar fenitoin dalam mg per mL Larutan
Total cemaran - 0,9
uji.
Abaikan respons puncak cemaran kurang dari 0,05%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
rapat. Simpan dalam suhu ruang terkendali,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
terlindung cahaya dan hindari pembekuan.
Kromatografi<931>.
Larutan A Buat larutan kalium fosfat monobasa
0,05 M, atur pH hingga 2,5 dengan penambahan Penandaan Dalam etiket tertera pengguna harus
asam fosfat P. menggunakan alat pengukur yang dikalibrasi secara
Larutan B Campuran metanol P-asetonitril P akurat untuk wadah dosis ganda.
(60:40).
Pengencer Campuran Larutan B-air (1:1).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A FENITOIN NATRIUM
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Phenytoin Sodium
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian seperti
tertera pada Kesesuaian sistem dalam Kromatografi
<931> .
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
hingga diperoleh kadar 0,2 mg per mL. Jika perlu
sonikasi hingga larut.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah volume
suspensi setara dengan 20 mg fenitoin, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL. Tambahkan 20 mL 5,5-Difenilhidantoin garam natrium [630-93-3]
metanol P, larutkan dan encerkan dengan Pengencer C15H11N2NaO2 BM 274,25
sampai tanda. Jika perlu sonikasi hingga larut.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Fenitoin Natrium mengandung tidak kurang dari
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C15H11N2NaO2,
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan dihitung terhadap zat kering.
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut : Pemerian Serbuk putih; tidak berbau; agak
higroskopik; secara bertahap menyerap karbon
Waktu Larutan A Larutan B dioksida dari udara.
(menit) (%) (%)
0 60 40 Kelarutan Mudah larut dalam air, larutan biasanya
23 60 40
38 42 58 agak keruh karena terhidrolisa sebagian dan
45 30 70 menyerap karbon dioksida; larut dalam etanol;
50 30 70
51 60 40 praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.
55 60 40
- 579 -

Baku pembanding Fenitoin BPFI; Simpan dalam ukur semua respons puncak seperti tertera pada
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Prosedur: resolusi, R, antara puncak fenitoin dan
Senyawa sejenis A Fenitoin BPFI; Senyawa sejenis B benzoin tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi
Fenitoin BPFI; Fenitoin Natrium BPFI; Simpan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
dalam wadah tertutup rapat. Lakukan penanganan semua respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
pada tempat kering. Higroskopik. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
masing-masing senyawa tidak lebih dari 5,0%.
Identifikasi [Catatan Waktu retensi relatif fenitoin dan benzoin
A. Spektrum serapan inframerah zat yang berturut-turut adalah 1,0 dan 1,3].
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
sama seperti pada Fenitoin Natrium BPFI. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
B. Menunjukkan reaksi nyala api Natrium seperti kromatogram dan ukur semua respons puncak.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Hitung persentase Senyawa sejenis A Fenitoin,
Larutan A Larutkan lebih kurang 2,7 g asam Senyawa sejenis B Fenitoin dan Benzofenon dalam
metoksifenilasetat P dalam 6 mL larutan zat yang digunakan dengan rumus:
tetrametilamonium hidroksida P. Tambahkan
20 mL etanol mutlak P.  rU   CS 
Larutan B Timbang saksama sejumlah amonium       100
karbonat P, larutkan dan encerkan dengan air hingga  rS   CU 
kadar lebih kurang 158 mg per mL.
Larutan uji Pijarkan 1 g zat dan dinginkan. rU adalah respons puncak senyawa sejenis A fenitoin,
Tambahkan 2 mL air ke dalam residu, netralkan senyawa sejenis B fenitoin atau benzofenon dari
larutan dengan asam hidroklorida P. Saring dan Larutan uji; rs adalah respons puncak senyawa
encerkan filtrat dengan air hingga volume 4 mL. sejenis A fenitoin, senyawa sejenis B fenitoin atau
Prosedur Pada 0,1 mL Larutan uji tambahkan benzofenon dari Larutan baku; CS adalah kadar analit
1,5 mL Larutan A, dinginkan di dalam air es selama yang sesuai dalam g per mL Larutan baku; CU
30 menit: terbentuk endapan kristal putih,
adalah kadar fenitoin natrium dalam g per mL
voluminous. Pindahkan ke dalam air suhu 20 dan Larutan uji. Hitung persentase cemaran lain dalam zat
aduk selama 5 menit: endapan tidak menghilang. yang digunakan dengan rumus:
Tambahkan 1 mL ammonia LP: endapan terlarut
sempurna. Tambahkan 1 mL Larutan B: tidak 𝑟𝑖 𝐶𝑆 274,25
terbentuk endapan. ( )( )( ) 100
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 𝑟𝑆 𝐶𝑈 252,27
dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh pada
Penetapan kadar. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak fenitoin
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 2,5%; dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenitoin BPFI
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam. dalam g per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat
dalam dalam g per mL Larutan uji; 274,25 adalah
Logam berat<371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. bobot molekul fenitoin natrium dan 252,27 adalah
bobot molekul fenitoin. Masing-masing cemaran dan
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera Tabel.
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak dan Larutan kesesuaian sistem, Tabel
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Waktu Batas
benzofenon, Fenitoin BPFI, Senyawa sejenis A Nama retensi
Fenitoin BPFI dan Senyawa sejenis B Fenitoin BPFI, relatif (%)
larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika Senyawa sejenis A
0,5 0,5
perlu bertahap dengan Fase gerak hingga kadar fenitoin
berturut-turut lebih kurang 0,5; 1; 9 dan 9 µg per mL. Senyawa sejenis B
0,6 0,9
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, fenitoin
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Fenitoin 1,0 -
Benzofenon 2,9 0,1
kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Masing-masing
Sistem Kromatografi lakukan seperti tertera pada - 0,10
cemaran lain
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Total cemaran (kecuali
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan - 0,9
benzofenon)
- 580 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara INJEKSI FENITOIN NATRIUM


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Phenytoin Sodium Injection
Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa 0,05 Injeksi Fenitoin Natrium adalah larutan steril fenitoin
M. Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan asam natrium dengan propilen glikol dan etanol dalam air
fosfat P. untuk injeksi, mengandung fenitoin natrium,
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P- C15H11N2NaO2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
metanol P (45:35:20), saring dan awaudarakan. Jika lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian etiket.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Injeksi jangan digunakan jika keruh dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin terbentuk endapan].
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. Baku pembanding Fenitoin BPFI; Tidak boleh
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
sejumlah Fenitoin BPFI dan benzoin, larutkan dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI [Catatan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut- Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
turut lebih kurang 0,1 dan 0,15 mg per mL. hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
kadar 0,05 mg per mL. vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom Identifikasi
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan A. Pipet sejumlah volume injeksi, setara dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL lebih kurang 250 mg fenitoin natrium ke dalam
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan corong pisah yang berisi 25 mL air. Ekstraksi
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur berturut-turut dengan 50-mL, 30-mL dan 30-mL etil
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: asetat P. Bilas ekstrak dua kali, tiap kali dengan 20-
resolusi, R, antara puncak fenitoin dan puncak mL larutan natrium asetat P (1 dalam 100). Uapkan
benzoin tidak kurang dari 1,5. Lakukan kromatografi gabungan ekstrak etil asetat dan keringkan residu
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan pada suhu 105° sampai bobot tetap. Spektrum serapan
ukurrespons puncak seperti tertera pada Prosedur: inframerah residu yang didispersikan dalam kalium
faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. bilangan gelombang yang sama seperti pada Fenitoin
[Catatan waktu retensi relatif untuk fenitoin dan BPFI.
benzoin berturut-turut adalah 1,0 dan 1,3]. B. Menunjukan reaksi Natrium seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Uji Nyala <291>.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
ukur respons puncak utama. Hitung persentase dari 0,3 unit Endotoksin FI per mg Fenitoin natrium.
fenitoin natrium, C15H11N2NaO2 dalam zat dengan
rumus: pH <1071> Antara 10,0 dan 12,3.

𝑟𝑈 𝐶𝑆 274,25 Etanol dan Propilenglikol Etanol tidak kurang dari


( )( )( ) 100 9,0% dan tidak lebih dari 11,0%; Propilen glikol
𝑟𝑆 𝐶𝑈 252,27
tidak kurang dari 37,0% dan tidak lebih dari 43,0%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Lakukan penetapan dengan Kromatografi gas seperti
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar tertera pada Kromatografi <931>.
Fenitoin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Larutan baku internal Pipet 8 mL metanol P dan
CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji 20 mL etilen glikol P ke dalam labu tentukur 100-
berdasarkan bobot yang ditimbang; 274,25 adalah mL, encerkan dengan air sampai tanda, campur.
bobot molekul fenitoin natrium dan 252,27 adalah Larutan etanol Pipet 6 mL etanol mutlak P ke
bobot molekul fenitoin. dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
sampai tanda, campur.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat Larutan propilen glikol Pipet 20 mL propilen
glikol P ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
dengan air sampai tanda, campur.
Larutan baku Pipet 10 mL masing-masing Larutan
baku internal, Larutan etanol dan Larutan propilen
- 581 -

glikol ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan
dengan air sampai tanda, campur. cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
Larutan uji Pipet 5 mL injeksi dan 10 mL Larutan pada Kromatografi <931>.
baku internal ke dalam labu tentukur 100-mL, Fase gerak Buat campuran metanol P-air (55:45).
encerkan dengan air sampai tanda, campur. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi tertera pada Kromatografi <931>.
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 2,0 Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenitoin
mm x 1,8 m yang berisi bahan pengisi S3 tersilinasi BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak,
dengan ukuran partikel 50-80 mesh. Pertahankan hingga kadar lebih kurang 230µg per mL.
suhu kolom pada 140° selama 3 menit, naikkan Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
dengan kenaikan 6º per menit, hingga 190° setara dengan lebih kurang 250 mg fenitoin natrium,
pertahankan selama 6 menit. Fase gerak helium P encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
dengan laju alir lebih kurang 40 mL per menit. dengan Fase gerak hingga kadar fenitoin natrium
Pertahankan suhu injektor dan detektor pada 200°. lebih kurang 250 µg per mL.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dengan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lima kali penyuntikan dan rekam kromatogram: Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
resolusi, R antara metanol dan etanol tidak kurang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
dari 2,0; resolusi, R antara puncak etilen glikol dan x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
puncak propilen glikol tidak kurang dari 3,0 dan kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
lebih dari 2,0%. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah simpangan baku relatif puncak pada penyuntikan
volume sama (lebih kurang 2 µL) Larutan baku dan ulang tidak lebih dari 2,0% dan faktor ikutan puncak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tidak lebih dari 2,0.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Eluat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
berturut-turut metanol, etanol, etilen glikol dan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
propilen glikol. Waktu retensi relatif metanol dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
etanol, berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 2,2 kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
sedangkan untuk etilen glikol dan propilen glikol jumlah dalam mg fenitoin natrium, C15H11N2NaO2,
berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,4. Hitung per mL injeksi dengan rumus:
perbandingan respons relatif untuk puncak etanol
terhadap puncak metanol dan puncak etilen glikol  274,25  C  rU 
terhadap puncak propilen glikol. Hitung kadar etanol    
dalam persen, dengan rumus:  252,27  V  rS 

R  274,25 dan 252,27 berturut-turut adalah bobot


12 U  molekul fenitoin natrium dan fenitoin; C adalah kadar
 RS  Fenitoin BPFI dalam µg per mL Larutan baku; V
adalah volume dalam mL injeksi yang digunakan; rU
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respon dan rS berturut-turut adalah respons puncak fenitoin
puncak etanol terhadap metanol dalam Larutan uji dari Larutan uji dan Larutan baku.
dan Larutan baku. Hitung kadar propilen glikol
dalam persen, dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, pada
 R  suhu ruang terkendali.
40 U 
 RS 
KAPSUL FENITOIN NATRIUM
R’U dan R’S berturut-turut adalah perbandingan Phenytoin Sodium Capsules
respons puncak propilen glikol terhadap etilen glikol
dalam Larutan uji dan Larutan baku. Kapsul Fenitoin Natrium mengandung Fenitoin
Natrium, C15H11N2NaO2, tidak kurang dari 95,0% dan
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
tertera pada Injeksi volume kecil. etiket.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Baku pembanding Fenitoin BPFI; Tidak boleh
Injeksi. dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Fenitoin
- 582 -

Natrium BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105˚ Larutan uji persediaan Masukkan isi dari 10
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam kapsul ke dalam labu tentukur 250-mL. Tambahkan
wadah tertutup rapat. 150 mL metanol P dan sonikasi selama 20 menit.
Dinginkan hingga suhu ruang dan encerkan dengan
Identifikasi metanol P sampai tanda.
A. Isi kapsul menunjukkan reaksi seperti yang Larutan uji Encerkan sejumlah Larutan uji
tertera pada Identifikasi cara A dalam Fenitoin persediaan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Natrium. kurang 0,6 mg per mL.
B. Isi kapsul menunjukkan reaksi nyala api Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
Natrium seperti yang tertera pada Uji Identifikasi pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
Umum <291>. tinggi dilengkapi dengan detektor 229 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Disolusi <1231> lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
Media disolusi: 900 mL air terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Alat tipe 1: 50 rpm respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
Waktu: 30 menit Efisiensi kolom tidak kurang dari 3000 lempeng
Prosedur Lakukan penetapan jumlah teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
C15H11N2NaO2 yang terlarut dengan mengukur simpangan baku relatif tidak lebih dari 2,0%.
serapan alikot, jika perlu encerkan dengan Media Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
disolusi, dan larutan baku Fenitoin Natrium BPFI volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
yang sudah diketahui kadarnya dalam media yang Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sama pada panjang gelombang serapan maksimum kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
lebih kurang 258 nm. persentase fenitoin natrium, C15H11N2NaO2, dalam
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kapsul dengan rumus:
kurang dari 85% (Q) C15H11N2NaO2, dari jumlah
yang tertera pada etiket. 𝑟𝑈 𝐶𝑆 274,25
( )( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 252,27
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur untuk keseragaman kandungan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Dapar, Fase gerak, Sistem kromatografi Lakukan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
seperti yang tertera pada Penetapan kadar. Fenitoin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Larutan baku Larutkan Fenitoin BPFI dalam adalah kadar fenitoin dalam mg per mL Larutan uji
metanol P, dan encerkan dengan Fase gerak hingga berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 274,25
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. dan 252,27 berturut-turut adalah bobot molekul
Larutan uji Masukkan 1 buah kapsul utuh atau fenitoin natrium dan fenitoin.
yang telah dibuka beserta isi kapsul ke dalam wadah
yang sesuai, tambahkan 15 mL metanol P dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
panaskan di atas tangas air dengan pengocok pada rapat.
suhu 37º selama 30 menit. Sonikasi selama 60 menit
sambil sesekali dikocok. Encerkan dengan metanol P Penandaan Pada etiket tertera dengan jelas “Tidak
sampai tanda. Jika perlu encerkan dengan Fase gerak untuk dosis sehari satu kali”. Dicetak dibawah nama
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. obat dalam cetak tebal dan warna kontras atau dalam
kotak.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>.
FENOBARBITAL
Dapar Buat dapar kalium fosfat monobasa 0,05 M,
atur pH hingga 3,5 dengan penambahan asam fosfat
Luminal
P. Phenobarbital
H
Fase gerak Buat campuran metanol P dan Dapar
O N O
(55:45). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang C2H5
tertera pada Kromatografi <931>. NH
Larutan baku Timbang sejumlah Fenitoin BPFI
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga O
kadar lebih kurang 0,6 mg per mL. [Catatan
Larutkan sejumlah Fenitoin BPFI yang diperlukan
dengan sedikit metanol P sebelum diencerkan dengan Asam 5-etil-5-fenilbarbiturat [50-06-6]
Fase gerak.] C12H12N2O3 BM 232,24
- 583 -

Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98,0% menit. Saring dengan penyaring membran dengan
dan tidak lebih dari 101,0% C12H12N2O3, dihitung porositas 0,5 μm atau lebih halus, sebelum
terhadap zat kering. digunakan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Pemerian Hablur kecil atau serbuk hablur putih Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
berkilat; tidak berbau; tidak berasa; dapat terjadi dilengkapi dengan detekor 254 nm dan kolom 4 mm
polimorfisma. Stabil di udara; pH larutan jenuh lebih x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 5. kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
etanol, eter, larutan alkali hidroksida dan alkali resolusi, R, antara puncak analit dan puncak baku
karbonat; agak sukar larut dalam kloroform. internal tidak kurang dari 1,2, faktor ikutan puncak
analit dan puncak baku internal tidak lebih besar dari
Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam sebelum ulang tidak lebih dari 2,0 %.
digunakan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Identifikasi Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons
A. Spektrum serapan inframerah zat yang puncak utama. Waktu retensi relatif kafein dan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan fenobarbital berturut-turut adalah lebih kurang 0,6
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg fenobarbital,
sama seperti pada Fenobarbital BPFI. Jika ada C12H12N2O3, dalam zat yang digunakan dengan
perbedaan, larutkan masing-masing sejumlah zat dan rumus:
sejumlah Fenobarbital BPFI dalam pelarut yang
sesuai, uapkan masing-masing larutan sampai kering R 
dan ulangi pengujian menggunakan residu. W  U 
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai  RS 
dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku
internal yang diperoleh pada Penetapan kadar. W adalah bobot Fenobarbital BPFI dalam mg dalam
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Jarak lebur <1021> Antara 174° dan 178°, tetapi perbandingan respons puncak Larutan uji dan larutan
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari baku.
2°.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105˚ selama 2 jam.
TABLET FENOBARBITAL
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%. Tablet Luminal
Phenobarbital Tablet
Penetapan kadar Lakukan Kromatogarafi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Tablet fenobarbital mengandung fenobarbital,
Dapar pH 4,5 Larutkan lebih kurang 6,6 g natrium
C12H12N2O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
asetat trihidrat P dan 3,0 mL asam asetat glasial P dari 110,0% dari jumlah yang tertera dalam etiket.
dalam 1000 mL air; jika perlu, atur pH hingga 4,5 ±
0,1 dengan asam asetat glasial P. Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 4,5-metanol pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam sebelum
P (3 : 2), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan digunakan.
penyesuaian menurut Kesesuian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Identifikasi
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah A. Gerus halus sejumlah serbuk tablet setara
kafein, larutkan dalam campuran metanol P-Dapar dengan lebih kurang 60 mg fenobarbital, dengan 50
pH 4,5 (1 : 1) hingga kadar lebih kurang 125 μg per mL kloroform P, saring. Uapkan filtrat jernih hingga
mL.
kering dan keringkan pada suhu 105º selama 2 jam;
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 residu memenuhi Identifikasi A seperti tertera pada
mg Fenobarbital BPFI, larutkan dalam 15,0 mL Fenobarbital.
Larutan baku internal. Jika perlu sonikasi. B. Waktu retensi relatif puncak utama Larutan uji
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg, sesuai dengan Larutan baku, keduanya relatif
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan terhadap baku internal yang diperoleh pada
15,0 mL Larutan baku internal, sonikasi selama 15
Penetapan kadar.
- 584 -

Disolusi <1231> Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam
Media disolusi: 900 mL air etanol; praktis tidak larut dalam eter dan kloroform.
Alat tipe 2: 50 rpm
Waktu: 45 menit Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H12N2O3, pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
perlu diencerkan dengan dapar borat basa pH 9,6
dan serapan larutan baku Fenobarbital BPFI pada Kesempurnaan melarut <901> Campurkan 1,0 g
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang zat dengan 10 mL air bebas karbon dioksida P;
240 nm. setelah 1 menit, larutan jernih dan bebas dari padatan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak yang tidak larut.
kurang dari 75% (Q) C12H12N2O3 dari jumlah yang
tertera pada etiket. Identifikasi
A. Larutkan lebih kurang 50 mg zat dalam 15 mL
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. air dalam corong pisah, tambahkan 2 mL asam
klorida P, kocok, ekstraksi 4 kali, tiap kali dengan 25
Penetapan kadar mL kloroform P. Saring kumpulan ekstrak ke dalam
Dapar pH 4,5, Fase gerak, Larutan baku internal, gelas piala melalui penyaring kapas atau penyaring
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan lain yang sesuai, bilas corong pisah dan penyaring
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Fenobarbital. beberapa kali dengan sejumlah volume kecil
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang kloroform P. Uapkan 50 mL filtrat di atas tangas uap
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk dengan dialiri udara. Tambahkan 10 mL eter P,
halus tablet setara dengan lebih kurang 20 mg uapkan kembali dan keringkan residu pada suhu 105º
fenobarbital, tambahkan 15,0 mL Larutan baku selama 2 jam; spektrum serapan inframerah residu
internal, campur dan sonikasi selama 15 menit, yang didispersikan dalam kalium bromida P
saring dengan penyaring membran dengan porositas menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
0,5 µm atau lebih halus, sebelum digunakan. gelombang yang sama seperti pada Fenobarbital
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada BPFI.
Penetapan kadar dalam Fenobarbital. Hitung jumlah B. Pijarkan lebih kurang 200 mg zat: residu
dalam mg fenobarbital, C12H12N2O3, dalam serbuk berbuih dengan asam dan menunjukkan reaksi
tablet yang digunakan dengan rumus: Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
<291>.
𝑅𝑈 C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
( )𝑊 dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku
𝑅𝑆
internal yang diperoleh pada Penetapan kadar.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak Larutan uji dan Larutan baku; W adalah pH <1071> Antara 9,2 dan 10,2; lakukan penetapan
bobot Fenobarbital BPFI dalam mg dalam Larutan menggunakan larutan yang dibuat pada uji
baku. Kesempurnaan melarut <901>.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam.

Logam berat <371> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan


FENOBARBITAL NATRIUM penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
Luminal Natrium berikut: larutkan 2,0 g zat dalam 52 mL air,
Phenobarbital Sodium tambahkan perlahan-lahan sambil diaduk kuat-kuat 8
mL asam klorida 1 N dan saring, buang 5 mL filtrat
Natrium 5-etil-5-fenilbarbiturat [57-30-7] pertama. Encerkan 20 mL filtrat berikutnya dengan
C12H11N2NaO3 BM 254,22 air hingga 25 mL.

Fenobarbital natrium mengandung tidak kurang dari Syarat lain Jika pada etiket tertera fenobarbital
98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C12H11N2NaO3, natrium adalah steril, harus memenuhi syarat Uji
dihitung terhadap zat kering. Sterilitas <71> dan Endotoksin bakteri seperti tertera
pada Fenobarbital Natrium untuk Injeksi. Jika pada
Pemerian Hablur berlapis atau hablur berbentuk etiket tertera fenobarbital natrium harus diproses
granul; putih atau serbuk putih; higroskopik; tidak lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, harus
berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap memenuhi syarat Endotoksin bakteri <201> seperti
fenolftalein dan terurai bila dibiarkan. tertera pada Fenobarbital Natrium untuk Injeksi.
- 585 -

Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair Identifikasi


kinerja tinggi seperti tertera pada kromatografi A. Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan
<931>. lebih kurang 50 mg fenobarbital natrium, masukkan
Dapar pH 4,5, Fase gerak, Larutan baku internal, ke dalam corong pisah, tambahkan 15 mL air,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Buat seperti lanjutkan penetapan seperti yang tertera pada
tertera pada Penetapan kadar dalam Fenobarbital. Identifikasi dalam Fenobarbital Natrium mulai dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 22 mg “tambahkan 2 mL asam hidroklorida P”.
zat, larutkan dalam 15,0 mL Larutan baku internal di B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
dalam labu Erlenmeyer, campur dan sonikasi selama dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku
15 menit. Saring dengan penyaring membran dengan internal yang diperoleh pada Penetapan kadar.
porositas 0,5µm atau lebih halus, sebelum digunakan.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,3 unit
kadar dalam Fenobarbital. Hitung jumlah dalam mg Endotoksin FI per mg fenobarbital natrium.
fenobarbital natrium, C12H11N2NaO3, dengan rumus:
pH <1071> Antara 9,2 dan 10,2.
 254 ,22   RU 
 W   Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera
 232 ,24   RS  pada Injeksi.

254,22 dan 232,24 berturut-turut adalah bobot Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
molekul fenobarbital natrium dan fenobarbital; W Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
adalah jumlah Fenobarbital BPFI dalam mg dalam Kromatografi <931>.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Dapar pH 4,5; Fase gerak; Larutan baku internal
perbandingan respons puncak Larutan uji dan dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
Larutan baku. pada Penetapan kadar dalam Fenobarbital.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mg Fenobarbital BPFI, masukkan ke dalam labu
rapat. tentukur 50-mL, tambahkan 25 mL Fase gerak, dan
jika perlu sonikasi hingga larut. Tambahkan 15,0 mL
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,3 mg per
memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan mL.
sediaan injeksi. Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 65 mg fenobarbital natrium, ke
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase
INJEKSI FENOBARBITAL NATRIUM gerak sampai tanda. Pipet 25 mL larutan ini, ke
Phenobarbital Sodium Injection dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan 15,0 mL
Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril sampai tanda.
fenobarbital natrium dalam pelarut yang sesuai. Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada
Untuk mengatur pH, fenobarbital dapat diganti Penetapan kadar dalam Fenobarbital. Hitung jumlah
dengan jumlah setara fenobarbital natrium. Injeksi dalam mg, fenobarbital natrium, C12H11N2NaO3
Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital dalam tiap mL injeksi yang digunakan dengan rumus:
Natrium, C12H11N2NaO3 tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera 𝑅𝑈 4𝑊 254,22
( )( )( )
pada etiket. 𝑅𝑆 𝑉 232,24

Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum puncak terhadap baku internal dari Larutan uji dan
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku; W adalah bobot Fenobarbital BPFI
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, dalam mg Larutan baku; V adalah volume injeksi
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk yang digunakan dalam mL; 254,22 dan 232,24
menghindari kontaminasi] Rekonstitusi seluruh isi, berturut-turut adalah bobot molekul fenobarbital
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan natrium dan fenobarbital.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dalam lemari pembeku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
- 586 -

Penandaan Pada etiket tertera injeksi tidak boleh Pemerian Serbuk hablur; putih hingga praktis putih.
digunakan jika ada endapan.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat
mudah larut dalam metilen klorida; sukar larut dalam
FENOBARBITAL NATRIUM UNTUK etanol.
INJEKSI
Luminal Natrium untuk Injeksi Baku pembanding Fenofibrat BPFI; tidak boleh
Phenobarbital sodium for Injection dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Fenofibrat BPFI.
Fenobarbital Natrium untuk injeksi adalah Fenobarbital Senyawa Sejenis C Fenofibrat BPFI.
Natrium yang sesuai untuk penggunaan parenteral.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering
Baku pembanding Fenobarbital BPFI;Lakukan dan didispersikan dalam kalium bromida P
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
digunakan, simpan pada wadah tertutup rapat. gelombang yang sama seperti pada Fenofibrat BPFI.
Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Jarak lebur <1021> Metode III Antara 79° dan 82°.
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial Warna dan akromisitas <1291> Metode I Larutkan
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. 500 mg zat dalam 10 mL aseton P; larutan jernih dan
warna tidak lebih intensif dari campuran 5 mL
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan, Larutan padanan G dan 95 mL larutan asam
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera hidroklorida (1 dalam 40).
pada Injeksi.
Keasaman Larutkan 1 g zat dalam 50 mL etanol P
Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih yang telah dinetralkan dengan penambahan 0,2 mL
dari 0,8 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital larutan fenolftalein LP; diperlukan tidak lebih dari
natrium. 0,2 mL natrium hidroksida 0,1 N untuk mengubah
warna menjadi merah muda.
Syarat lain Memenuhi syarat batas kadar,
Identifikasi, Kesempurnaan melarut, pH, Susut Klorida <361> Timbang 5 g zat, masukkan ke dalam
pengeringan, Logam berat dan Penetapan kadar wadah yang sesuai, tambahkan 25 mL air, panaskan
seperti tertera pada Fenobarbital natrium dan 50° selama 10 menit, dinginkan dan encerkan dengan
memenuhi syarat uji Sterilitas <71>, Keseragaman air hingga 50 mL, saring; lakukan penetapan dengan
sediaan <911>, Penandaan seperti tertera pada menggunakan 10 mL larutan. Mengandung klorida
Injeksi. tidak lebih dari 0,15 mL larutan asam hidroklorida
0,020 N (0,01%).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. Sulfat <361> Lakukan penetapan dengan 10 mL
larutan yang diperoleh pada penetapan Klorida.
Mengandung sulfat tidak lebih dari 0,15 mL larutan
asam sulfat 0,020 N (0,01%).
FENOFIBRAT
Fenofibrate Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
bpj. Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%.


Lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas
fosfor pentoksida P pada suhu 60°, menggunakan 1 g
zat.

Isopropil 2-[p-(p-klorobenzoil)fenoksi]-2-metil Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


propanoat [49562-28-9] Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
C20H21ClO4 BM 360,83
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Fenofibrat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tidak lebih dari 102,0%, C20H21ClO4, dihitung Kromatografi <931>.
terhadap zat kering. Fase gerak dan Larutan uji Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
- 587 -

Larutan baku senyawa sejenis Timbang saksama klorobenzoil)fenoksi]butan-


sejumlah Fenofibrat BPFI, Senyawa Sejenis A 2-on
Fenofibrat BPFI, Senyawa Sejenis B Fenofibrat Metil 2-[4-(4- 0,65 0,1
BPFI dan Senyawa Sejenis C Fenofibrat BPFI. klorobenzoil)fenoksi]-2-
metil-propanoat
Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak dan jika
Etil 2-[4-(4- 0,80 0,1
perlu bertahap hingga kadar masing-masing lebih
klorobenzoil)fenoksi]-2-
kurang 1 µg per mL dan untuk senyawa sejenis C metil-propanoat
fenofibrat lebih kurang 2 µg per mL. (4-klorofenil)[4-(1- 0,85 0,1
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada metiletoksi)fenil]metanon
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Senyawa sejenis C fenofibrat 1,35 0,2
dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 4 mm Cemaran lain - 0,1
x 25 cm berisi bahan pengisi L1, laju alir lebih Total cemaran - 0,5
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku senyawa sejenis, rekam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa Kromatografi <931>.
sejenis A fenofibrat dan senyawa sejenis B fenofibrat Fase gerak Buat campuran air (pH 2,5 yang
tidak kurang dari 1,5. diasamkan dengan asam fosfat P)-asetonitril P
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah (30:70). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tertera pada Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak fenofibrat dan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25
puncak-puncak seperti tertera pada Tabel. Ukur mg Fenofibrat BPFI, masukkan ke dalam labu
respons puncak utama dan hitung persentase masing- tentukur 25-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase
masing senyawa sejenis dengan rumus: gerak sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
 rU  C S  zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
    100 larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
 rS  CU  Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
rU dan rS adalah respons puncak masing-masing dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 4,0 mm
senyawa sejenis fenofibrat yang diperoleh dari x 25 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Larutan uji dan Larutan baku senyawa sejenis. CS partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
adalah kadar senyawa sejenis fenofibrat dalam µg per Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
mL Larutan baku senyawa sejenis; CU adalah kadar kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
zat dalam µg per mL Larutan uji. Hitung persentase pada Prosedur: simpangan baku relatif pada enam
cemaran lain terhadap fenofibrat dengan rumus: kali penyuntikan tidak lebih dari 1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
 ri  C S  volume sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan
    100 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
 rS  CU  dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
fenofibrat, C20H21ClO4, dalam zat yang digunakan
ri adalah respons puncak cemaran lainyang diperoleh dengan rumus:
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak fenofibrat
yang diperoleh dari Larutan baku; CS adalah kadar  rU  C S 
fenofibrat dalam µg per mL Larutan baku senyawa     100
sejenis; CU adalah kadar fenofibrat dalam µg per mL  rS  CU 
Larutan uji. Masing-masing cemaran dan jumlah
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
pada Tabel sebagai berikut: dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fenofibrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
Tabel adalah kadar zat dalam µg per mL Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang.
Waktu
Cemaran Retensi Batas (%) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Relatif baik, terlindung dari cahaya pada suhu ruang.
Senyawa sejenis A fenofibrat 0,34 0,1
Senyawa sejenis B fenofibrat 0,36 0,1
(3RS)-3-[4-(4- 0,50 0,1
- 588 -

KAPSUL FENOFIBRAT rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama


Fenofibrate Capsules dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fenofibrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku; V
Kapsul Fenofibrat mengandung fenofibrat, adalah volume Media disolusi, 1000 mL dan L adalah
C20H21ClO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih kadar fenofibrat dalam mg per kapsul yang tertera
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. pada etiket.
Toleransi Dalam waktu 40 menit harus larut tidak
Baku pembanding Fenofibrat BPFI; tidak boleh kurang dari 70% (Q), C20H21ClO4, dari jumlah yang
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, tertera pada etiket.
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis B Fenofibrat
BPFI. UJI 2
Media disolusi: 900 mL Dapar fosfat pH 6,8 ± 0,1
Identifikasi Waktu retensi puncak utama mengandung pankreatin P 0,1% dan polisorbat 80 P
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan 2%. Awaudarakan dengan hampa udara.
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. Alat tipe 2: 75 rpm dengan singker.
Waktu: 120 menit.
Disolusi <1231> Larutan baku Timbang saksama sejumlah
UJI 1 Fenofibrat BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Media disolusi: 1000 mL natrium lauril sulfat 0,05 Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,001 L mg
M, awaudarakan. per mL. L adalah kadar fenofibrat dalam mg per
Alat tipe 2: 75 rpm. kapsul yang tertera pada etiket. Gunakan metanol P
Waktu: 40 menit. dengan volume tidak lebih dari 10% volume labu
Lakukan penetapan jumlah, C20H21ClO4, yang untuk melarutkan fenofibrat.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Larutan uji Pipet 20 mL alikot, saring melalui
seperti tertera pada Kromatografi <931>. penyaring PVDF dengan porositas 0,45 µm. Buang 2
Larutan A dan Fase gerak Lakukan seperti tertera mL fitrat pertama.
pada Penetapan kadar. Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C20H21ClO4,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji
Fenofibrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase dan Larutan baku pada panjang gelombang serapan
gerak hingga kadar lebih kurang 0,001 L mg per mL. maksimum lebih kurang 288 nm dengan
L adalah kadar fenofibrat dalam mg per kapsul menggunakan “flow cell” 0,1-cm dan Media disolusi
seperti tertera pada etiket. sebagai blangko. Hitung persentase, C20H21ClO4,
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui yang terlarut dengan rumus:
penyaring PVDF dengan porositas 0,45 µm.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
 AU   CS 
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom       V  100
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1  AS   L 
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Fenofibrat
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah
tidak kurang dari 4000 lempeng teoritis; faktor ikutan
kadar fenofibrat dalam mg per kapsul yang tertera
puncak utama tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
pada etiket dan V adalah volume Media disolusi, 900
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
mL.
2,0%.
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang dari 80% (Q), C20H21ClO4, dari jumlah yang
volume sama (lebih kurang 10 µL untuk kapsul
tertera pada etiket.
mengandung 67 mg; lebih kurang 5 µL untuk kapsul
mengandung 134 mg atau 200 mg) Larutan baku dan
UJI 3
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Media disolusi:1000 mL natrium lauril sulfat P
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
0,72%, awaudarakan.
Hitung persentase, C20H21ClO4, yang terlarut dengan
Alat tipe 2: 75 rpm dengan singker “three prong”.
rumus:
Waktu: 30 menit.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
 rU   CS  Fenofibrat BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
      V  100
  L 
metanol P hingga kadar lebih kurang L/10 mg per
 rS mL. L adalah jumlah fenofibrat dalam mg yang
tertera pada etiket. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu
- 589 -

tentukur 1000-mL, encerkan dengan Media disolusi 0,1-cm dan Media disolusi sebagai blangko. Hitung
sampai tanda. persentase, C20H21ClO4, yang terlarut dengan rumus:
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui
penyaring PVDF dengan porositas 0,45 µm. Jika
perlu encerkan dengan Media disolusi.  AU   CS 
Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C20H21ClO4,
      V  100
yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji  AS   L 
dan Larutan baku pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 290 nm dengan AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan
menggunakan Media disolusi sebagai blangko. uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Fenofibrat
Hitung persentase, C20H21ClO4, yang terlarut dengan BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah
rumus: kadar fenofibrat dalam mg per kapsul seperti tertera
pada etiket; dan V adalah volume Media disolusi,
1000 mL.
 AU   CS 
      D  V  100 Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
 AS   L  kurang dari 80% (Q), C20H21ClO4, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Fenofibrat Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L adalah Prosedur keseragaman kandungan
kadar fenofibrat dalam mg per kapsul yang tertera Larutan A, Fase gerak, Larutan baku, Sistem
pada etiket; D adalah faktor pengenceran Larutan uji kromatografi dan Prosedur Lakukan seperti tertera
dan V adalah volume Media disolusi, 1000 mL. pada Penetapan kadar.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Larutan uji persediaan Masukkan 1 kapsul ke
kurang dari 80% (Q). C20H21ClO4, dari jumlah yang dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan Larutan
tertera pada etiket. A lebih kurang 10 - 20% volume labu, dan aduk
selama 20 menit untuk menghancurkan kapsul.
UJI 4 Tambahkan metanol P lebih kurang 80% dari volume
Media disolusi:1000 mL natrium lauril sulfat P, labu, sonikasi selama 10 menit, aduk selama 15
awaudarakan. menit. Encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Alat tipe 2: 75 rpm dengan singker “helix” atau Kadar fenofibrat dalam larutan lebih kurang 0,4 mg
“hoseclamp”. per mL – 0,7 mg per mL.
Waktu: 30 menit untuk kapsul 67 mg, 134 mg, dan Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
200 mg; 40 menit untuk kapsul 43 mg dan 130 mg. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Larutan baku persediaan Timbang saksama kurang 60 – 70 µg per mL. Saring larutan melalui
sejumlah Fenofibrat BPFI, masukkan dalam labu penyaring PVDF dengan porositas 0,45 µm. Buang 5
tentukur yang sesuai, larutkan, dan encerkan dengan mL filtrat pertama.
metanol P, 6% dari volume labu. Encerkan dengan
Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per Cemaran organik [Catatan Untuk kapsul yang pada
mL. etiket tertera memenuhi syarat Disolusi Uji 2
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan gunakan Larutan uji 2. Untuk sediaan lain gunakan
dengan kadar seperti tertera pada Tabel. Larutan uji 1.] Senyawa sejenis B fenofibrat tidak
lebih dari 0,5%; cemaran lain tidak lebih dari 0,2%
Tabel dan total cemaran tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
Kapsul fenitoin Kadar Larutan baku penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
(mg) (mg/mL) tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
67 0,065 Larutan A Larutkan sejumlah kalium fosfat
130 dan 134 0,13 monobasa P dalam air hingga kadar lebih kurang 136
200 0,2 mg per 1000 mL. Atur pH hingga 2,9 ± 0,05 dengan
43 0,045 penambahan larutan asam fosfat P (1 dalam 10).
Fase gerak Buat campuran metanol P - Larutan A
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui (4:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Buang 3 mL filtrat pertama. tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C20H21ClO4, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji Fenofibrat BPFI dan Senyawa Sejenis B Fenofibrat
dan Larutan baku pada panjang gelombang serapan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
maksimum lebih kurang 291 nm, dalam “flow cell” hingga kadar masing-masing lebih kurang 3,35 µg
per mL.
- 590 -

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sejumlah Fenofibrat BPFI dan Senyawa Sejenis B volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Fenofibrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase Larutan uji 1 atau Larutan uji 2 ke dalam
gerak hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,67 kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur respons
mg per mL dan 3,35 µg per mL. puncak utama. Hitung persentase senyawa sejenis B
Larutan batas kuantitasi Pipet sejumlah volume fenofibrat dalam kapsul dengan rumus:
Larutan baku ke dalam labu tentukur yang sesuai.
Encerkan dengan Fase gerak hingga kadar  rU  CS 
Fenofibrat BPFI dan Senyawa Sejenis B Fenofibrat     100
BPFI masing-masing lebih kurang 0,67 µg per mL.  rS  CU 
Larutan uji 1 Timbang saksama tidak kurang dari
20 kapsul, keluarkan semua isi kapsul. Bersihkan dan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot senyawa sejenis B fenofibrat dari Larutan uji dan
rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis B
kapsul setara dengan lebih kurang 67 mg fenofibrat, Fenofibrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, CU adalah kadar fenofibrat dalam mg per mL Larutan
tambahkan 80 mL Fase gerak, sonikasi selama 10 uji. Hitung persentase cemaran lain dalam kapsul
menit dan aduk selama 15 menit. Encerkan dengan dengan rumus:
Fase gerak sampai tanda. Saring larutan melalui
penyaring PVDF dengan porositas 0,45 µm. Buang 5
 ri  CS 
mL filtrat pertama. Kadar larutan lebih kurang 0,67     100
mg per mL.  rS  CU 
Larutan uji 2 (Untuk kapsul yang pada etiket
tertera memenuhi syarat disolusi Uji 2) Timbang ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
saksama tidak kurang dari 20 kapsul, keluarkan dari Larutan uji; rS adalah respons puncak fenofibrat
semua isi kapsul. Bersihkan dan timbang saksama dari Larutan baku; CS adalah kadar Fenofibrat BPFI
cangkang kapsul. Hitung bobot rata-rata isi kapsul. dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
Campur isi kapsul dan lelehkan dalam oven pada fenofibrat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
suhu 80º selama tidak kurang dari 30 menit dan jumlah yang tertera pada etiket.
homogenisasi. Biarkan sampel memadat. Timbang
saksama sejumlah sampel padat setara dengan lebih Penetapan kadar [Catatan Untuk kapsul yang pada
kurang 67 mg fenofibrat, masukkan ke dalam labu etiket tertera memenuhi syarat Disolusi Uji 2
tentukur 100-mL, tambahkan 30 mL metanol P gunakan Larutan uji persediaan 2. Untuk sediaan
dengan bantuan pengocok mekanik selama tidak lain gunakan Larutan uji persediaan 1.] Lakukan
kurang dari 4 jam. Encerkan dengan Fase gerak penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
sampai tanda. Saring larutan melalui penyaring tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
PVDF dengan porositas 0,45 µm. Buang 1 - 2 mL Larutan A Larutkan sejumlah kalium fosfat
filtrat pertama. Kadar larutan lebih kurang 0,67 mg monobasa P dalam air hingga kadar lebih kurang 136
per mL. mg per 1000 mL. Atur pH hingga 2,9 ± 0,05 dengan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja penambahan larutan asam fosfat P (1 dalam 10).
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom Fase gerak Buat campuran metanol P – Larutan A
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 (4:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Fenofibrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
resolusi, R, antara fenofibrat dan senyawa sejenis B gerak hingga kadar lebih kurang 67 µg per mL.
fenofibrat tidak kurang dari 3,0; efisiensi kolom Larutan uji persediaan 1 Timbang saksama tidak
untuk senyawa sejenis B fenofibrat tidak kurang dari kurang dari 20 kapsul, keluarkan semua isi kapsul.
3000 lempeng teoritis, dan faktor ikutan senyawa Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul.
sejenis B fenofibrat tidak lebih dari 2,0. Lakukan Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 67 mg
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera fenofibrat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada mL, tambahkan 80 mL Fase gerak dan sonikasi
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan selama 10 menit dan aduk selama 15 menit. Encerkan
kromatografi terhadap Larutan batas kuantitasi, dengan Fase gerak sampai tanda.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan uji persediaan 2 (untuk kapsul yang pada
tertera pada Prosedur: perbandingan “signal to etiket tertera memenuhi syarat disolusi Uji 2)
noise” tidak kurang dari 10 untuk puncak fenofibrat. Timbang saksama tidak kurang dari 20 kapsul,
- 591 -

keluarkan semua isi kapsul. Bersihkan dan timbang Baku pembanding Fenofibrat BPFI; tidak boleh
saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata-rata isi dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
kapsul. Campur isi kapsul dan lelehkan dalam oven terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Fenofibrat
pada suhu 80º selama tidak kurang dari 30 menit dan BPFI. Senyawa Sejenis B Fenofibrat BPFI. Senyawa
homogenisasi. Biarkan sampel memadat. Timbang Sejenis C Fenofibrat BPFI.
saksama sejumlah isi kapsul setara dengan lebih
kurang 67 mg fenofibrat, masukkan ke dalam labu Identifikasi Waktu retensi puncak utama
tentukur 100-mL, tambahkan 30 mL metanol P kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
dengan bantuan pengocok mekanik selama tidak baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
kurang dari 4 jam. Encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Disolusi <1231>
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan UJI 1 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
1 atau Larutan uji persediaan 2, encerkan dengan etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 1].
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 67 µg per mL. Media disolusi: 1000 mL natrium duodesil sulfat
Saring larutan melalui penyaring PVDF dengan 0,025 M dalam air
porositas 0,45 µm. Buang 5 mL filtrat pertama. Alat tipe 2: 50 rpm.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Waktu: 30 menit.
tinggi dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom Prosedur Lakukan penetapan jumlah C20H21ClO4
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Air yang diasamkan Atur pH air hingga 2,5 ± 0,1
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons dengan penambahan asam fosfat P.
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Air yang
tidak kurang dari 6000 lempeng teoritis; faktor ikutan diasamkan (70:30).
puncak utama tidak lebih dari 2,0 dan simpangan Larutan baku persediaan Timbang saksama
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari sejumlah Fenofibrat BPFI, masukkan ke dalam labu
2,0%. tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah asetonitril P hingga kadar 2,5 mg fenofibrat per mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar akhir
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung lebih kurang 0,001 × L mg per mL. L adalah jumlah
persentase fenofibrat, C20H21ClO4, dalam serbuk fenofibrat yang tertera pada etiket dalam mg per
kapsul yang digunakan dengan rumus: tablet.
Larutan uji Gunakan alikot, saring melalui
 rU  CS  penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
    100 Buang beberapa mL filtrat.
 rS  CU  Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama tinggi dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 2 mm × 3 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Fenofibrat BPFI dalam µg per mL Larutan baku dan partikel 3 µm. Pertahankan suhu kolom pada 35º.
CU adalah kadar fenofibrat dalam µg per mL Larutan Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. Lakukan
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak kurang dari
baik, pada suhu ruang terkendali. 0,9 dan tidak lebih dari 1,5. Simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Penandaan Jika tertera lebih dari satu uji Disolusi, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
cantumkan uji disolusi yang digunakan, jika tidak volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
menggunakan Uji 1. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase C20H21ClO4 yang terlarut dari jumlah yang
TABLET FENOFIBRAT tertera pada etiket dengan rumus:
Fenofibrate Tablets 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100𝑉
Tablet Fenofibrat mengandung Fenofibrat, 𝑟𝑆 𝐿
C20H21ClO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
- 592 -

fenofibrat dalam mg per mL Larutan baku; L adalah Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
jumlah yang tertera pada etiket dalam mg per tablet;
V adalah volume Media disolusi dalam mL. Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang dari 80% (Q) C20H21ClO4 dari jumlah yang Kromatografi <931>.
tertera pada etiket. Air yang diasamkan, Fase gerak, Larutan
kesesuaian sistem, Larutan uji persedian dan Sistem
UJI 2 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 2]. Penetapan kadar.
Media disolusi: 1000 mL natrium duodesil sulfat Larutan baku Timbang saksama sejumlah
0,05 M dalam air Fenofibrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Alat tipe 2: 50 rpm. gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 µg per mL.
Waktu: 30 menit. Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C20H21ClO4 masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. kurang 0,5 mg per mL. Saring larutan buang
Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P beberapa filtrat pertama.
dalam air hinga kadar lebih kurang 136 mg per L. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Atur pH hingga 2,9 ± 0,05 dengan penambahan asam Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap
fosfat P. Larutan kesesuaian sistem dan Larutan baku, rekam
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
(80:20). pada Prosedur: resolusi, R, antara Senyawa Sejenis A
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenofibrat BPFI dan Senyawa Sejenis B Fenofibrat
Fenofibrat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur BPFI tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
gerak hingga kadar lebih kurang 0,001 × L mg per respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
mL. L adalah jumlah yang tertera pada etiket dalam simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
mg per tablet. lebih dari 5,0%.
Larutan uji Gunakan alikot, saring melalui Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Buang beberapa mL filtrat. Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 4,6 serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per 𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ( ) ( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
yang tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan
dari 2,0. Simpangan baku relatif pada penyuntikan rS adalah respons puncak utama Larutan baku; CS
ulang tidak lebih dari 2,0%. adalah kadar Fenofibrat BPFI dalam mg per mL
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan baku dan CU adalah kadar fenofibrat dalam
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam tertera pada etiket; F adalah faktor respons relatif dari
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung masing-masing cemaran (tertera pada Tabel).
persentase C20H21ClO4 yang terlarut dari jumlah yang Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
tertera pada etiket dengan rumus: lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 Tabel
( ) ( ) 100𝑉
𝑟𝑆 𝐿
Cemaran Waktu Faktor Batas
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama retensi respons (%)
dari Larutan uji dan Larutan baku; V adalah volume relatif relatif
Media disolusi dalam mL; CS adalah kadar fenofibrat Senyawa sejenis A 0,34 1,3 0,2
Fenofibrat
dalam mg per mL Larutan baku; L adalah jumlah
Senyawa sejenis B 0,36 1,0 0,5
yang tertera pada etiket dalam mg per tablet.
Fenofibrat
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak (3RS)-3-[4-(4- 0,50 - -a
kurang dari 80% (Q) C20H21ClO4 dari jumlah yang klorobenzoil)
tertera pada etiket. fenoksi]butan-2-on
- 593 -

Metil 2-[4-(4- 0,65 - -a 4,0 mm × 25 cm atau 4,6 mm × 25 cm berisi bahan


klorobenzoil) fenoksi]- pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 atau 4 µm.
2-metil-propanoat Pertahankan suhu kolom pada 35. Laju alir lebih
Etil 2-[4-(4- 0,80 - -a kurang 1,2 mL per menit. Lakukan kromatografi
klorobenzoil) fenoksi]-
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
2-metil-propanoat
(4-klorofenil)[4-(1- 0,85 - -a kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
metiletoksi) tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Senyawa
fenil]metanon Sejenis A Fenofibrat BPFI dan Senyawa Sejenis B
Fenofibrat 1,00 - - Fenofibrat BPFI tidak kurang dari 2,0. Lakukan
Senyawa sejenis C 1,35 - -a kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
Fenofibrat kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Masing-masing - 1,0 0,2 pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
cemaran lain penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Total cemaran - - 1,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(termasuk Senyawa volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
sejenis A Fenofibrat,
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Senyawa sejenis B
Fenofibrat dan cemaran kromatogram dan ukur semua respons puncak.
lain) Hitung persentase fenofibrat, C20H21ClO4, dalam
a
abaikan cemaran ini, merupakan cemaran pada proses dan tablet dengan rumus:
dikendalikan dalam monografi zat aktif.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara ( ) ( ) 100
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Kromatografi <931>.
Air yang diasamkan Atur pH air hingga 2,5 ± 0,1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
dengan penambahan asam fosfat P. Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Air yang Fenofibrat BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
diasamkan (70:30). CU adalah kadar fenofibrat dalam mg per mL Larutan
Larutan kesesuaian sistem persediaan Buat larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Fenofibrat BPFI, Senyawa Sejenis A Fenofibrat
BPFI; Senyawa Sejenis B Fenofibrat BPFI dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
asetonitril P hingga kadar masing-masing 0,1 mg per baik pada suhu ruang terkendali.
mL.
Larutan kesesuaian sistem Encerkan larutan Penandaan Jika digunakan lebih dari satu uji
Fenofibrat BPFI, Senyawa Sejenis A Fenofibrat disolusi, pada etiket harus dinyatakan uji disolusi
BPFI; Senyawa Sejenis B Fenofibrat BPFI dengan yang digunakan kecuali jika Uji 1 tidak dilakukan.
Fase gerak yang diperoleh dari Larutan kesesuaian
sistem persediaan dengan kadar masing-masing 0,5
µg per mL. FENOL
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Phenol
Fenofibrat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan uji persediaan Masukkan sejumlah tablet
ke dalam labu tentukur, tambahkan Air yang Fenol [108-95-2]
diasamkan hingga 30% volume akhir labu, sonikasi C6H6O BM 94,11
hingga tablet hancur. Tambahkan asetonitril P hingga
90% volume akhir labu, sonikasi sambil diaduk Fenol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
secara berkala. Encerkan dengan asetonitril P sampai lebih dari 100,5% C6H6O, dihitung terhadap zat
tanda. Kadar fenofibrat dalam larutan antara 2 sampai anhidrat. Dapat mengandung stabilisator yang sesuai.
4 mg per mL. [Peringatan Hindari kontak dengan kulit, karena
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, dapat membakar kulit].
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih Pemerian Hablur berbentuk jarum bersatu atau
kurang 0,05 mg per mL. Saring larutan, buang terpisah tidak berwarna sampai merah muda; atau
beberapa mL filtrat pertama. hablur putih sampai merah muda; bau khas; mencair
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera dengan penghangatan dan dengan penambahan 10%
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja air. Mendidih pada lebih kurang 182°, uap mudah
tinggi dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom
- 594 -

terbakar. Oleh pengaruh cahaya dan udara, warna FENOL CAIR


perlahan-lahan berubah menjadi gelap. Phenol Liquid
Kelarutan Larut dalam air; sangat mudah larut Fenol Cair adalah fenol dalam bentuk cair yang
dalam etanol, dalam gliserin, dalam kloroform, dalam mengandung lebih kurang 10% air. Mengandung
eter dan dalam minyak lemak dan minyak menguap; tidak kurang dari 89,0% C6H6O. Dapat mengandung
agak sukar larut dalam minyak mineral. stabilisator yang sesuai.
[Perhatian Hindarkan kontak dengan kulit, karena
Identifikasi dapat membakar kulit].
A. Pada larutan tambahkan brom LP: terbentuk [Catatan Bila fenol akan dicampur dengan minyak
endapan putih yang segera larut dan mengendap lemak, minyak mineral atau vaselin putih gunakan
kembali secara permanen jika ditambahkan pereaksi Fenol hablur, bukan Fenol cair].
berlebih.
B. Pada 10 mL larutan (1 dalam 100) tambahkan1 Pemerian Cairan tidak berwarna sampai merah
tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna violet. muda, dapat menjadi merah jika terpapar udara atau
cahaya. Bau khas, sedikit aromatis. Memutihkan dan
Kejernihan larutan dan reaksi larutan (1 dalam 15) membakar kulit dan membran mukosa. Bobot jenis
jernih dan bereaksi netral atau asam terhadap kertas lebih kurang 1,065.
lakmus P.
Kelarutan Campuran sama banyak fenol cair dan
Suhu beku <1101> Tidak kurang dari 39°. gliserin dapat bercampur dengan air; dapat
bercampur dengan etanol, dengan eter dan dengan
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%. gliserin.

Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,05%; lakukan Identifikasi


penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih A. Pada larutan tambahkan brom LP: terbentuk
kurang 5 g zat dalam cawan porselen yang sudah ditara, endapan putih yang segera larut dan mengendap
panaskan di atas tangas uap hingga habis menguap kembali secara permanen jika ditambahkan pereaksi
dan keringkan residu pada suhu 105° selama 1 jam. berlebih.
B. Pada 10 mL larutan (1 dalam 100) tambahkan 1
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna violet.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 20mL Kejernihan larutan dan reaksi larutan (1 dalam 15)
larutan ke dalam labu iodum, tambahkan 30,0 mL jernih dan bereaksi netral atau asam terhadap kertas
brom 0,1 N LV, tambahkan 5 mL asam hidroklorida lakmus P.
P segera tutup. Kocok labu berulang-ulang selama 30
menit, diamkan selama 15 menit, segera tambahkan 5 Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
mL larutan kalium iodida P (1 dalam 5), hati-hati penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih
terhadap uap brom yang dilepaskan segera tutup. kurang 5 g zat dalam cawan porselen yang sudah ditara,
Kocok kuat-kuat, buka sumbat, bilas sumbat dan panaskan di atas tangas uap hingga habis menguap
leher labu dengan dengan sedikit air ke dalam labu. dan keringkan residu pada suhu 105° selama 1 jam.
Tambahkan 1 mL kloroform P, kocok baik-baik dan
titrasi iodum bebas dengan natrium tiosulfat 0,1 N Jarak destilasi <1011>Metode I Tidak lebih dari
LV, tambahkan 3 mL kanji LP mendekati titik akhir 182,5º menggunakan pendingin udara.
titrasi. Lakukan penetapan blangko. Selisih titran
penetapan blangko dan uji adalah jumlah brom yang Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g
digunakan. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 20 mL
Tiap mL brom 0,1 N larutan ke dalam labu iodum, tambahkan 30,0 mL
setara dengan 1,569 mg C6H6O brom 0,1 N LV, tambahkan 5 mL asam hidroklorida
P segera tutup. Kocok labu berulang-ulang selama 30
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup menit, diamkan selama 15 menit, segera tambahkan 5
rapat, tidak tembus cahaya. mL larutan kalium iodida P (1 dalam 5), hati-hati
terhadap uap brom yang dilepaskan, segera tutup.
Penandaan Pada etiket tertera nama dan jumlah Kocok kuat, buka sumbat, bilas sumbat dan leher
stabilisator yang digunakan. labu dengan sedikit air ke dalam labu. Tambahkan 1
mL kloroform P, kocok baik dan titrasi iodum bebas
dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, tambahkan 3 mL
kanji LP mendekati titik akhir titrasi. Lakukan
- 595 -

penetapan blangko. Selisih titran penetapan blangko Suhu lebur <1021> Tidak kurang dari 258°.
dan uji adalah jumlah brom yang digunakan.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Tiap mL brom 0,1 N lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P
setara dengan 1,569 mg C6H6O selama 4 jam.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1% .
tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 8 bpj.
Penandaan Pada etiket tertera nama dan jumlah zat
tambahan yang digunakan sebagai stabilisator. Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 15
bpj; lakukan penetapan dengan memanaskan 1,3 g zat
dalam 25 mL asam asetat 1 N di atas tangas uap
FENOLFTALEIN selama 5 menit, saring, uapkan filtrat hingga kering.
Phenolphtaleine Pada residu tambahkan 1 mL asam asetat 0,1 N dan
encerkan dengan air hingga 25 mL.
O

Fluoran 500 mg Fenolftalein larut sempurna dalam


O OH
campuran 4 mL natrium hidroksida 1 N dan 50 mL
air.
OH
Cemaran secara kromatografi Tidak lebih dari
1,0% terhadap total luas puncak yang diamati.
Lakukan penetapan seperti tertera pada penetapan
3,3-bis-(p-hidroksifenil)ftalida [77-09-8] kadar dengan penyuntikan 50 µL Larutan uji. Hitung
C20H14O4 BM 318,33 luas semua puncak yang diamati selain puncak
pelarut; jumlah luas puncak selain dari puncak utama
Fenolftalein mengandung tidak kurang dari 98,0% tidak lebih dari 1,0% terhadap total semua luas
dan tidak lebih dari 101,0% C20H14O4, dihitung puncak yang diamati.
terhadap zat kering.
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Pemerian Serbuk hablur; putih atau putih <471> Metode V Memenuhi syarat.
kekuningan lemah; tidak berbau; stabil di udara. Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
etanol; agak sukar larut dalam eter. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Baku pembanding Fenolftalein BPFI; lakukan Fase gerak Buat campuran metanol P-air-asam
pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama 4 jam, asetat glasial P (50:50:1) saring dan awaudarakan.
sebelum digunakan. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25
mg Fenolftalein BPFI, masukkan ke dalam labu
Warna larutan Timbang saksama lebih kurang 3,0 g tentukur 50-mL, tambahkan 25 mL metanol P dan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan goyang sampai larut. Tambahkan larutan asam asetat
dan encerkan dengan etanol P sampai tanda. Ukur glasial P (1 dalam 100) sampai tanda.
serapan ultraviolet larutan ini pada panjang gelombang Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
serapan maksimum lebih kurang 405 nm menggunakan Fenolftalein, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
etanol P sebagai blangko: serapan kurang dari 0,15. kemudian lakukan seperti tertera pada Larutan baku.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
A. Mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6
dalam larutan alkali karbonat panas: cairan berwarna mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1, laju alir lebih
merah. Warna larutan hilang dengan penambahan kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
asam berlebih atau dengan larutan alkali hidroksida terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
pekat. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
B. Waktu retensi puncak utama fenolftalein pada efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak analit
kromatogram Larutan uji yang diperoleh pada tidak kurang dari 900 lempeng teoritis; simpangan
Penetapan kadar sesuai dengan kromatogram baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan kadar. 2% dan faktor ikutan puncak analit tidak lebih dari
2,0.
- 596 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah C. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam <281>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Fase gerak Campuran amonium hidroksida P – air –
jumlah dalam mg fenolftalein, C20H14O4, yang metanol bebas aldehid P (1,5:10:90).
digunakan dengan rumus: Larutan baku Timbang saksama 10 mg Fenoterol
Hidrobromida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
r  10,0 mL etanol P.
50 C  U  Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, larutkan
 rS  dan encerkan dengan 10,0 mL etanol P.
Penampak bercak Gunakan larutan kalium
C adalah kadar Fenolftalein BPFI dalam mg per mL permanganat P 1%.
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
puncak fenolftalein dari Larutan uji dan Larutan 2 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
baku. kromatografi campuran silika gel p. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup gerak. Biarkan Fase gerak merambat 15 cm. Angkat
baik, terlindung dari cahaya pada suhu ruang. lempeng, tandai batas rambat, keringkan. Semprot
dengan Penampak bercak: harga Rf, warna dan
ukuran bercak utama Larutan uji sesuai dengan
FENOTEROL HIDROBROMIDA Larutan baku.
Fenoterol Hydrobromide D. Larutkan 10 mg zat dalam 50 mL dinatrium
tetraborat P 2%. Tambahkan 1 mL 4-aminofenazon
P 1%, 10 mL larutan kalium besi(III) sianida P 0,2%
dan 10 mL metilen klorida P. Kocok dan biarkan
memisah: terjadi warna coklat kemerahan pada
lapisan bawah.
E. Menunjukkan reaksi Bromida cara B seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.

(1RS)-1-(3,5-Dihidroksifenil)-2-[[(1RS)-2-(4- pH <1071> Antara 4,2 dan 5,2; lakukan penetapan


hidroksifenil)-1- metiletil]amino]etanol menggunakan larutan 4% dalam air bebas
hidrobromida [1944-12-3] karbondioksida P.
C17H21NO4.HBr BM 384,3
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
Fenoterol Hidrobromida mengandung tidak kurang penetapan menggunakan larutan 4,0% dalam air
dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, bebas karbondioksida P.
C17H21NO4.HBr, dihitung terhadap zat kering.
Warna dan akromisitas <1291> Metode III Warna
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W7;
lakukan penetapan menggunakan larutan 4,0% dalam
Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol P. air bebas karbondioksida P.

Baku pembanding Fenoterol Hidrobromida BPFI; Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10
Fenoterol untuk identifikasi (berisi Cemaran B bpj; lakukan penetapan menggunakan 4 g zat dan 4
dan C). mL Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai larutan
baku.
Identifikasi
Lakukan identifikasi B dan E atau A, C, D dan E. Besi <331> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,01% penetapan menggunakan residu Sisa pemijaran yang
dalam asam hidroklorida P 7,3% pada panjang dilarutkan dalam 2,5 mL asam hidroklorida P 7,3%
gelombang antara 230 dan 350 nm menunjukkan dan encerkan dengan air hingga 10 mL.
serapan maksimum pada panjang gelombang 275 nm
dan bahu pada 280 nm. Serapan jenis antara 80 dan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
86. lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot
B. Spektrum serapan inframerah zat yang tetap menggunakan 1,0 g zat.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%;
sama seperti pada Fenoterol Hidrobromida BPFI. lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat.
- 597 -

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara cemaran Larutan baku C


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada lain (0,10%)
Kromatografi <931>. [Catatan Larutan dibuat Total - - Tidak lebih dari 1,5 kali
segar.] cemaran respons puncak utama
selain Larutan baku C (0,3%)
Fase gerak Larutkan 24 g dinatrium hidrogen
cemaran A
fosfat anhidrat P dalam 1000 mL air. Campur 69 Abaikan respons puncak 0,25 kali respons puncak utama Larutan
bagian larutan ini dengan 1 bagian larutan kalium baku C (0,05%).
dihidrogen fosfat anhidrat P 9 g per 1000 mL, atur
pH hingga 8,5 dengan penambahan asam fosfat P dan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
tambahkan 35 bagian metanol P. Saring dan 600 mg zat, larutkan dalam 50 mL air, tambahkan 5
awaudarakan. mL asam nitrat 2 N, 25 mL perak nitrat 0,1 N LV dan
Larutan uji Larutkan 24,0 mg zat dalam air hingga 2 mL amonium besi(III) sulfat LP. Kocok dan titrasi
20 mL. dengan amonium tiosianat 0,1 N LV hingga terjadi
Larutan baku A Larutkan 24,0 mg Fenoterol warna jingga. Lakukan penetapan blangko. Selisih
Hidrobromida BPFI (berisi cemaran A) dalam 20,0 titran penetapan blangko dan uji adalah jumlah perak
mL, air. nitrat yang digunakan.
Larutan baku B Larutkan isi vial baku
pembanding Fenoterol untuk identifikasi (berisi Tiap mL perak nitrat 0,1 N
Cemaran B dan C) dengan 1 mL air. setara dengan 38,43 mg C17H22BrNO4
Larutan baku C Encerkan 10,0 mL Larutan uji
dengan air hingga 50,0 mL. Encerkan 1,0 mL larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
ini dengan air hingga 100,0 mL. cahaya.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 FENTANIL SITRAT
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 Fentanyl Citrate
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku A, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak fenoterol dan cemaran A
tidak kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku B, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak cemaran B dan cemaran C
tidak kurang dari 1,5. Waktu retensi relatif cemaran N-(1-Fenetil-4-piperidil) propionanilida
terhadap fenoterol (waktu retensi lebih kurang 7 sitrat (1:1) [990-73-8]
menit) tertera pada Tabel. C22H28N2O.C6H8O7 BM 528,59
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji, Fentanil Sitrat mengandung tidak kurang dari 98,0%
Larutan baku A, Larutan baku B dan Larutan baku C dan tidak lebih dari 102,0% C22H28N2O.C6H8O7,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram 3 kali dihitung terhadap zat kering.
waktu retensi fenoterol, ukur semua respons puncak. [Perhatian Harus hati-hati untuk mencegah
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak terhirupnya partikel fentanil sitrat dan kontak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel. dengan kulit].

Tabel Pemerian Serbuk hablur putih dan putih berkilau.


Melebur pada suhu 150º disertai penguraian.
Nama Waktu Faktor Batas
retensi Koreksi Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam
relatif
metanol; sukar larut dalam kloroform.
Cemaran A 1,3 - 4,0% dihitung terhadap
Larutan baku A
Cemaran B 2,0 0,6 Tidak lebih dari respons Baku pembanding Fentanil Sitrat BPFI; tidak boleh
puncak utama Larutan dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
baku C (0,2%) wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Cemaran C 2,2 - Tidak lebih dari 1,5 kali
respons puncak utama Identifikasi
Larutan baku C (0,3%) A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Masing- - - Tidak lebih dari 0,5 kali didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
masing respons puncak utama
- 598 -

maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
sama seperti pada Fentanil Sitrat BPFI. penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 500 µg menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
per mL dalam asam hidroklorida encer-metanol P (1 simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
dalam 10) menunjukkan maksimum dan minimum dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti dalam lemari pembeku.
pada Fentanil Sitrat BPFI.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
60º selama 2 jam.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 50,0 unit
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. Endotoksin FI per mg.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. pH <1071> Antara 4,0 dan 7,5.

Cemaran umum <481> Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera
Pelarut Buat campuran kloroform P-metanol P pada Injeksi.
(4:1).
Larutan baku Larutkan sejumlah Fentanil Sitrat Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar seperti Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertera pada Larutan baku dalam Cemaran umum Kromatografi <931>.
<481> kecuali larutan dengan kadar 0,01 mg per mL Fase gerak Buat campuran 4 bagian enceran
diganti dengan larutan 0,02 mg per mL. amonium asetat P (1 dalam 100) dan 6 bagian
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Cemaran campuran metanol P-asetonitril P-asam asetat
umum <481>. glasial P (400:200:0,6). Atur pH hingga 6,6  0,1
Penjerap Campuran silika gel P dengan pengikat dengan penambahan asam asetat glasial P, saring
kalsium sulfat P. dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol P- menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
asam format P (85:10:5). Kromatografi <931> untuk memperoleh waktu
Penampak bercak Gunakan teknik penampak retensi puncak fentanil lebih kurang 5 menit.
bercak nomor 3. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fentanil
Sitrat BPFI, larutkan dalam air, hingga kadar lebih
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang kurang 80 g per mL.
500 mg zat, larutkan dalam 30 mL asam asetat Larutan uji Jika perlu, encerkan sejumlah volume
glasial P. Tambahkan 3 tetes p-naftolbenzein LP dan injeksi dengan air hingga kadar fentanil lebih kurang
titrasi dengan asam perklorat 0,05 N LV. Lakukan 50 g per mL.
penetapan blangko. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
Tiap mL asam perklorat 0,05 N tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
setara dengan 26,43 mg C22H28N2O.C6H8O7 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan
baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
diperbolehkan antara 15 dan 30. faktor ikutan puncak tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyutikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
INJEKSI FENTANIL SITRAT Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fentanyl Citrate Injections volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram
Injeksi Fentanil Sitrat adalah larutan steril Fentanil dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
Sitrat dalam Air untuk Injeksi. Mengandung Fentanil, dalam g fentanil, C22H28N2O, tiap mL injeksi yang
C22H28N2O, sebagai sitrat tidak kurang dari 90,0% digunakan dengan rumus:
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket. 𝑟𝑈 336,48
( )( ) 𝐶𝐷
𝑟𝑆 528,59
Baku pembanding Fentanil Sitrat BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
- 599 -

Fentanil Sitrat BPFI dalam g per mL Larutan baku; Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
D adalah faktor pengenceran yang digunakan untuk
memperoleh Larutan uji; 336,48 dan 528,59 berturut- Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
turut adalah bobot molekul fentanil dan fentanil lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
sitrat. 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis <931>.
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I dan terlindung Fase gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
dari cahaya. asetonitril P (8:1:1), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
FINASTERID Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (1:1).
Finasteride Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Finasterid BPFI, larutkan dan encerkan secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pengencer
O H3C hingga kadar lebih kurang1,0 mg per mL.
H CH3
CH3 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
CH3
N
H zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
H3C H
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
H H Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6
O N
H H mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
N-tert-butil-3-okso-4-aza-5α-androst-1-ena-17β- per menit. Pertahankan suhu kolom pada 60°.
karboksamid [98319-26-7] Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
C23H36N2O2 BM 372,55 rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang
Finasterid mengandung tidak kurang dari 98,5% dan dari 10.000 lempeng teoritis dan faktor ikutan tidak
tidak lebih dari 101,0% C23H36N2O2,dihitung lebih dari 1,3.
terhadap zat anhidrat. Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
kurang 15 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf,
Pemerian Hablur padat putih sampai hampir putih. rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase tiap cemaran dalam zat dengan
Kelarutan Mudah larut dalam kloroform dan etanol; rumus:
sangat sukar larut dalam air.
r 
Baku pembanding Finasterid BPFI; tidak boleh 100 i 
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam  rS 
wadah tertutup rapat.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
Identifikas adalah jumlah semua respons puncak.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sama seperti pada Finasterid BPFI. Kromatografi <931>.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Fase gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti (4:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
diperoleh pada Penetapan kadar. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Rotasi jenis <1081> Antara -56,0° dan -60,0°; Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (1:1).
Lakukan penetapan pada 405 nm menggunakan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Finasterid
larutan 10 mg per mL dalam metanol P. BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan
jika perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,3%. lebih kurang 200 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Suhu lebur <1021> Lebih kurang 257°.
- 600 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Finasterid BPFI, larutkan dan encerkan dengan
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 3,0 Pengencer hingga kadar seperti Larutan uji.
mm x 3 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran Larutan uji Gunakan alikot.
partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 3 mL per menit. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari mm × 5 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan
1800 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari suhu kolom pada 45°. Laju alir lebih kurang 2,0 mL
1,3 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
ulang tidak lebih dari 1,0%. baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’,
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan tidak kurang dari 2,0; efisiensi kolom lebih besar dari
uji, ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan kurang dari 2;
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
finasterid, C23H36N2O2, dalam zat yang digunakan lebih dari 2,0%.
dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
r  dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
100C  U  kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
 rS  jumlah C23H36N2O2, yang terlarut.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
C adalah kadar Finasterid BPFIdalam mg per mL kurang dari 75% (Q) C23H36N2O2 dari jumlah yang
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons tertera pada etiket.
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Untuk produk dengan etiket tablet 1 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Waktu : 30 menit
rapat, pada suhu ruang terkendali. Prosedur Lakukan penetapan jumlah C23H36N2O2
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
TABLET FINASTERID Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (11:9),
Finasteride Tablets saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Tablet Finasterid mengandung Finasterid, tertera pada Kromatografi <931>.
C23H36N2O2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (7:3).
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Finasterid BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Baku pembanding Finasterid BPFI; tidak boleh Pengencer hingga kadar 0,1 mg per mL. Encerkan
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam larutan dengan natrium lauril sulfat P 0,5% hingga
wadah tertutup rapat. kadar 0,001 mg per mL.
Larutan uji Gunakan alikot.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Penetapan kadar. dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
mm × 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran
Disolusi <1231> partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 45º.
Media disolusi: 900 mL air Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Alat tipe 2: 50 rpm kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Untuk produk dengan etiket tablet 5 mg pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
Waktu : 45 menit 5000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C23H36N2O2 2; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tidak lebih dari 2,0%.
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- air volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku
(29:21), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
tertera pada Kromatografi <931>. jumlah C23H36N2O2, yang terlarut.
Pengencer Buat campuran asetonitril P- air (7:3),
- 601 -

Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak FITONADION


kurang dari 80% (Q) C23H36N2O2 dari jumlah yang Fitomenadion
tertera pada etiket. Vitamin K1
Phytonadione
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>
Fase gerak Buat campuran asam fosfat 2,5 mM – Komponen E
asetonitril P (1:1), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Filokuinon [84-80-0]
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. C31H46O2 BM 450,70
Pengencer Buat campuran asetonitril P–air (7:3).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fitonadion adalah campuran isomer E dan Z,
Finasterid BPFI, larutkan dan encerkan dengan mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih
Pengencer hingga kadar lebih kurang 100 µg per mL. dari 103,0% C31H46O2. Mengandung isomer Z tidak
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang lebih dari 21,0%.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 10 mg finasterid, Pemerian Cairan sangat kental, jernih, kuning
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan sampai amber; tidak berbau atau praktis tidak berbau;
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. mempunyai bobot jenis lebih kurang 0,967. Stabil di
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada udara, tetapi terurai oleh paparan cahaya matahari.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol
mm × 10 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan mutlak, dalam benzen, dalam kloroform, dalam eter,
suhu kolom pada 45°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL dan dalam minyak nabati; sukar larut dalam etanol.
per menit. Lakukan kromatograf terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Baku pembanding Fitonadion BPFI; tidak boleh
seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, dikeringkan sebelum digunakan, terurai oleh paparan
tidak kurang dari 2,0; efisiensi kolom tidak kurang cahaya matahari. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih terlindung dari cahaya, dalam lemari pendingin.
dari 2,0; simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan diteteskan dalam lempeng natrium klorida P
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung gelombang yang sama seperti pada Fitonadion BPFI.
jumlah dalam mg finasterid, C23H36N2O2, dalam B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: kering 10 µg per mL n-heksan P menunjukkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang
𝑟𝑈 yang sama seperti pada Fitonadion BPFI; serapan
( ) 100𝐶
𝑟𝑆 jenis masing-masing dihitung terhadap zat kering
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kurang 248 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar
Finasterid BPFI dalam mg per mL Larutan baku. Indeks bias <1001> Antara 1,523 dan 1,526.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Keasaman atau kebasaan Larutan 50 mg per mL
rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu ruang etanol mutlak P bereaksi netral terhadap kertas
terkendali. lakmus P.

Menadion Campurkan lebih kurang 20 mg zat


dengan 0,5 mL campuran volume sama amonium
hidroksida 6 N dan etanol P, tambahkan 1 tetes etil
sianoasetat P, kocok perlahan-lahan: tidak terjadi
warna ungu atau biru.
- 602 -

Kandungan isomer Z Tidak lebih dari 21,0%. fitonadion berturut-turut lebih kurang 0,7; 0,9 dan
[Catatan Lindungi larutan yang mengandung 1,0. Hitung persentase fitonadion, C31H46O2, dalam
Fitonadion dari paparan cahaya.] zat dengan rumus:
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan uji,
Sistem kromatografi, dan Prosedur Lakukan seperti 𝑅𝑈 𝐶𝑆
yang tertera pada Penetapan kadar, kecuali untuk ( ) ( ) 100
𝑅𝑆 𝐶𝑈
menghitung persentase isomer Z dalam zat dengan
rumus: RU dan RS berturut-turut adalah jumlah perbandingan
respons puncak relatif isomer (Z)-fitonadion dan (E)-
 100 RZ  fitonadion terhadap baku internal dari Larutan uji dan
 
 (RZ + RE ) 
Larutan baku; CS adalah kadar Fitonadion BPFI
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
fitonadion dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan
Rz adalah perbandingan respons puncak isomer (Z)- bobot yang ditimbang.
fitonadion terhadap puncak baku internal dari
Larutan uji dan RE adalah perbandingan respons Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
puncak isomer (E)-fitonadion terhadap baku internal rapat, tidak tembus cahaya.
dari Larutan uji.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara INJEKSI FITONADION


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera Phytomenadione Injections
pada Kromatografi <931>. [Catatan Lindungi
larutan yang mengandung Fitonadion dari paparan Injeksi Fitonadion adalah sediaan steril Fitonadion
cahaya.] terdispersi dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
Fase gerak Buat campuran n-heksan P – n-amil Fitonadion, C31H46O2, tidak kurang dari 90,0% dan
alkohol P (2000:1,5), saring dan awaudarakan. Jika tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian etiket. Mengandung zat penambah kelarutan dan atau
sistem seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. zat pendispersi yang sesuai.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
kolesteril benzoat, larutkan dan encerkan dengan Baku pembanding Fitonadion BPFI; tidak boleh
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per dikeringkan sebelum digunakan. Endotoksin BPFI;
mL. [Perhatian Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 60 isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
mg Fitonadion BPFI, masukkan ke dalam labu Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu
tentukur 50-mL, tambahkan 20 mL Fase gerak, 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
campur dan encerkan dengan Fase gerak sampai dalam lemari pendingin.
tanda. Pipet 4 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji
Pipet 10 mL larutan ini dan 7 mL Larutan baku sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
internal ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan Penetapan kadar.
dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Lakukan seperti pada Larutan baku, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 14,0 unit
menggunakan zat sebagai pengganti Fitonadion Endotoksin FI per mg.
BPFI.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0.
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
4,6 mm × 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir Injeksi.
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
resolusi, R, antara puncak (Z)-fitonadion dan (E)- Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan peralatan
fitonadion tidak kurang dari 1,5; simpangan baku kaca aktinik rendah selama melakukan penetapan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kadar dan lindungi larutan terthadap cahaya].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Fase gerak Buat campuran etanol mutlak P-air
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan (95:5), saring dan awaudarakan.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu Fitonadion BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
retensi relatif baku internal, (Z)-fitonadion dan (E)- kadar lebih kurang 1 mg per mL. Pipet 1 mL larutan
- 603 -

ini ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan cahaya matahari. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Fase gerak sampai tanda hingga kadar lebih kurang terlindung dari cahaya, dalam lemari pendingin.
0,1 mg per mL.
Larutan uji untuk Injeksi yang mengadung Identifikasi
fitonadion 10 mg atau lebih per mL Pipet sejumlah A. Larutkan dan encerkan sejumlah serbuk tablet
volume injeksi setara dengan lebih kurang 10 mg dengan etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang
fitonadion ke alam labu tentukur 10-mL, encerkan 0,01 mg per mL, saring: spektrum serapan ultraviolet
dengan Fase gerak sampi tanda. Pipet 1 mL larutan filtrat menunjukkan maksimum dan minimum pada
ini ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan panjang gelombang yang sama seperti pada larutan
Fase gerak sampai tanda. Fitonadion BPFI 0,01 mg per mL dalam etanol
Larutan uji untuk Injeksi yang mengadung mutlak P.
fitonadion kurang dari 10 mg per mL Pipet sejumlah B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
volume injeksi setara dengan lebih kurang 1 mg Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
fitonadion ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan diperoleh pada Penetapan kadar.
dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dalam kolom 4 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 0,7 mL per menit. Lakukan kromatografi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pada Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan
simpangan baku relatif pada 5 kali penyutikan ulang peralatan kaca aktinik rendah selama melakukan
tidak lebih dari 1,5%. penetapan kadar dan lindungi larutan dari cahaya.]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Fase gerak Buat campuran etanol mutlak P-air
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan (95:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg fitonadion, tertera pada Kromatografi <931>.
C31H46O2, per mL injeksi yang digunakan dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
rumus: Fitonadion BPFI, larutkan dan encerkan dengan
etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang 0,10 mg
 C  r  per mL.
D  U  Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
 V  rS  dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 5 mg fitonadion,
D adalah 100 jika injeksi mengandung fitonadion 10 masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
mg atau lebih per mL, atau 10 jika injeksi 20 mL etanol mutlak P, kocok selama 15 menit.
mengandung fitonadion kurang dari 10 mg per mL; C Encerkan dengan etanol mutlak P sampai tanda,
adalah kadar Fitonadion BPFI dalam mg per mL campur dan saring. Larutan ini mengandung 0,1 mg
Larutan baku;V adalah volume dalam mL dari injeksi per mL fitonadion.
yang digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis 4 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, dan kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
terlindung dari cahaya. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak analit
TABLET FITONADION tidak kurang dari 915 lempeng teoritis; faktor ikutan
Tablet Fitomenadion tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Tablet Vitamin K1 tiga kali penyuntikan tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
Pada kromatogram Isomer E dan Isomer Z tereluasi
Phytonadione Tablets
bersamaan]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tablet Fitonadion mengandung Fitonadion,
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
C31H46O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase fitonadion, C31H46O2, dalam tablet dari
Baku pembanding Fitonadion BPFI; tidak boleh
jumlah yang tertera pada etiket dengan rumus:
dikeringkan sebelum digunakan, terurai oleh paparan
- 604 -

𝑟𝑈 𝐶𝑆 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang


( ) ( ) 100 50,0 mg zat, masukkan ke dalam tabung reaksi,
𝑟𝑆 𝐶𝑈
tambahkan 15 mL air hingga larut. Jika perlu
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak panaskan secara hati-hati.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Prosedur Tambahkan 1,0 mL asam nitrat P ke
Fitonadion BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU dalam masing-masing Larutan uji dan Larutan baku
adalah kadar fitonadion dalam µg per mL Larutan uji dalam tabung terpisah, tambahkan ke masing-masing
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. tabung 1,0 mL perak nitrat LP; Larutan uji tidak
lebih keruh dibandingkan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik, tidak tembus cahaya. Fosfat Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kalium
dihidrogen fosfat P, larutkan, dan encerkan dengan
FLUDARABIN FOSFAT air hingga kadar lebih kurang 7,16 µg per mL. Pipet
2,0 mL larutan ke dalam tabung reaksi.
Fludarabine Phosphate Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
10 mg zat, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 2,0 mL air, panaskan secara hati-hati.
Blangko Masukkan 2,0 mL air ke dalam tabung
reaksi.
Pereaksi Masukkan 4 g serbuk halus ammonium
molibdat P dan 0,1 g serbuk halus ammonium
9-β-D-Arabinofuranosil-2-fluoroadenin 5’- vanadat P ke dalam gelas piala 150-mL. Tambahkan
(dihidrogen fosfat) [75607-67-9] 70 mL air dan aduk menggunakan batang pengaduk:
C10H13FN5O7P BM 365,21 larutan jernih dalam beberapa menit. Tambahkan 20
mL asam nitrat P, diamkan pada suhu ruang dan
Fludarabin fosfat mengandung tidak kurang dari encerkan dengan air hingga 100 mL.
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C10H13FN5O7P, Prosedur Pada masing-masing tabung yang berisi
dihitung terhadap zat anhidrat bebas pelarut. Larutan baku, Larutan uji, dan Blangko, tambahkan
[Perhatian Fludarabin fosfat berpotensi sitotoksik. 2,0 mL Pereaksi: Warna Larutan baku harus lebih
Lakukan pengerjaan dengan sangat hati-hati untuk intensif dibandingkan Blangko. Lihat kembali di
mencegah terhirupnya partikel dan kontak dengan bawah sinar matahari dengan latar belakang putih:
kulit]. warna kuning Larutan uji harus tidak lebih intensif
dibandingkan Larutan baku.
Pemerian Serbuk hablur higroskopik, putih atau
hampir putih. Natrium Tidak lebih dari 0,2%.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam asam sejumlah natrium klorida P, larutkan, dan encerkan
hidroklorida 0,1 N; praktis tidak larut dalam etanol; dengan air hingga kadar lebih kurang 2,54 mg per
mudah larut dalam dimetilformamida. mL. Natrium klorida P sebelumnya dikeringkan pada
suhu 105° selama lebih kurang 2 jam.
Baku pembanding Fludarabin Fosfat BPFI; Simpan Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. persediaan, encerkan dengan air hingga kadar lebih
Lindungi dari kelembapan, dalam lemari pendingin. kurang 1 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang larutkan, dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan kurang 0,5 mg per mL fludarabin fosfat.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Blangko Gunakan air.
sama seperti pada Fludarabin Fosfat BPFI. Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku pada panjang gelombang lebih kurang 589 nm
Klorida Tidak lebih dari 0,2%. menggunakan fotometer nyala; respons emisi
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
sejumlah natrium klorida P, larutkan, dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 82,4 µg per Batas mikroba <51> Jumlah mikroba aerobik total
mL. tidak lebih dari 103 koloni per g.
Larutan baku Pipet lebih kurang 2,0 mL Larutan
baku persediaan, masukkan ke dalam tabung reaksi, Rotasi optik <1081> +10º sampai +14°. Lakukan
tambahkan 13,0 mL air, dan campur. penetapan menggunakan zat 5 mg per mL.
- 605 -

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. Isoguanin 0,34 0,40 0,2
Analog 3’,5’- 0,42 0,53 0,4
Logam berat Metode I Tidak lebih dari 20 bpj. Difosfat
Cemaran lain <1,0 1,0 0,1
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Fludarabin fosfat 1,0 - -
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Uji 2 (Cemaran elusi akhir)
Uji 1 (Cemaran elusi awal) Pelarut A Gunakan larutan kalium fosfat monobasa
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem 10 mM.
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan Fase gerak Campuran metanol P-Pelarut A (1:4),
kadar. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
10 mg zat, larutkan dalam 10 mL asam hidroklorida tertera pada Kromatografi <931>.
0,1 N. Panaskan pada tangas air dengan suhu 80° Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
selama lebih kurang 15 menit. seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, Larutan uji dan Larutan sensitivitas lakukan
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih seperti tertera pada Uji 1 dalam Cemaran organik.
kurang 0,5 µg per mL. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga Larutan sensitivitas, rekam kromatogram, dan ukur
kadar lebih kurang 1 mg per mL. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari 10.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
resolusi, R, antara puncak iso-ara-guanin monofosfat simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dan isoguanin tidak kurang dari 2,0. Lakukan lebih dari 2,0%.
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” tidak ukur semua respons puncak. Hitung persentase
kurang dari 10. Lakukan kromatografi terhadap masing-masing cemaran elusi akhir dalam zat,
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons dengan rumus:
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari  ri   1 
2,0%.       100
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan  rS   F2 
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur semua respons puncak. Hitung persentase ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
masing-masing cemaran elusi awal dalam zat, dengan Larutan uji; rs adalah respons puncak fludarabin fosfat
rumus: dari Larutan uji; F2 adalah faktor respons relatif
(seperti tertera pada Tabel 2). Masing-masing cemaran
 ri   1  dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
      100 pada Tabel 2.
 rS   F1 
Tabel 2
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan uji; rs adalah respons puncak fludarabin fosfat Nama Waktu retensi Faktor Batas
relatif respons (%)
dari Larutan uji; F1 adalah faktor respons relatif relatif
(seperti tertera pada Tabel 1). Masing-masing cemaran Fludarabin fosfat 1,0 - -
dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera 2-Fluoroadenin 1,5 2,0 0,1
pada Tabel 1. 2-Fluoro-ara-adenin 1,9 1,7 0,2
Analog 2,5 0,56 0,2
Tabel 1 2-Etoksifosfat
Cemaran lain >1,0 1,0 0,1
Nama Waktu retensi Faktor Batas Total cemaran lain - - 0,5
relatif respons (%) Total cemaran - - 1,5
relatif
Iso-ara-guanin- 0,26 0,25 0,8 Alkohol Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan
monofosfat
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
- 606 -

Kromatografi <931>. [Catatan Masukkan masing- penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
masing 2 mL larutan uji ke dalam vial, gunakan segel tertera pada Kromatografi <931>.
vial menggunakan flanged cap agar cap tidak dapat Larutan baku Timbang saksama sejumlah
bergeser. Atur suhu pada 80° selama 60 menit]. Fludarabin Fosfat BPFI, larutkan, dan encerkan
Larutan baku Buat larutan etanol P dalam dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
dimetilformamida P dengan kadar 0,50 mg per mL. 0,02 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan, dan encerkan dengan dimetilformamida P larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga
hingga kadar fludarabin fosfat lebih kurang kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.
50 mg per mL. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Blangko Gunakan dimetilformamida P. tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan kolom
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1, dengan
dengan injektor headspace, detektor ionisasi nyala ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL
dan kolom kapiler dari leburan silika per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
0,25 mm x 30 m, berisi bahan pengisi G43 dengan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
tebal lapisan 1,4 µm, Gunakan helium P sebagai gas seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
pembawa dengan laju alir lebih kurang 27 cm per pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
detik. Pertahankan suhu injektor dan detektor Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
berturut-turut pada 160° dan 250° serta atur suhu volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
kolom sebagai berikut: Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Suhu Suhu Suhu Waktu yang ditahan Hitung persentase fludarabin fosfat, C10H13FN5O7P,
(°) “ramp” akhir (°) pada suhu akhir dalam zat dengan rumus:
(°) (menit)
40 0 40 10
40 5 70 -  rU   CS 
70 30 220 -       100
 rS   CU 
Lakukan kromatografi terhadap Blangko, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
pada Prosedur: tidak ada puncak pada waktu retensi Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar
etanol. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Fludarabin Fosfat BPFI dalam mg per mL Larutan
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti baku; CU adalah kadar fludarabin fosfat dalam
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
tiga kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%. ditimbang.
[Catatan Waktu retensi etanol lebih kurang 3 menit].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
volume sama (lebih kurang 1 mL) Larutan baku dan baik, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase etanol dalam zat uji dengan rumus:
FLUDARABIN FOSFAT UNTUK INJEKSI
 rU   CS  Fludarabine Phosphate for Injection
      100
 rS   CU  Fludarabin Fosfat untuk Injeksi mengandung
fludarabin fosfat, C10H13FN5O7P, tidak kurang dari
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak etanol 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
dari Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar tertera pada etiket.
etanol dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah [Perhatian Fludarabin fosfat berpotensi sitotoksik.
kadar fludarabin fosfat dalam mg per mL Larutan uji. Lakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah
[Catatan Gunakan persentase yang diperoleh untuk terhirupnya partikel dan kontak dengan kulit.]
menghitung hasil penetapan kadar bebas pelarut].
Baku pembanding Fludarabin Fosfat BPFI; Simpan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Lindungi dari kelembapan, dalam lemari pendingin.
Kromatografi <931>. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
Larutan A Gunakan kalium fosfat monobasa penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
10 mM. menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi,
Fase gerak Campuran metanol P-Larutan A (6:94). simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
- 607 -

dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka  ri   1 


dalam lemari pembeku.       100
 rS   F1 
Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
menunjukkan maksimun dan minimum pada panjang Larutan uji; rs adalah respons puncak fludarabin fosfat
gelombang yang sama seperti pada Fluradabin
dari Larutan uji; F1 adalah faktor respons relatif (seperti
Fosfat BPFI. Gunakan larutan lebih kurang 27 µg per
mL dalam asam hidroklorida 0,1 N. tertera pada Tabel 1). Masing-masing cemaran dan total
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel 1.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Tabel 1
diperoleh pada Penetapan kadar.
Nama Waktu Faktor Batas
Larutan konstitusi Memenuhi syarat Larutan retensi respons (%)
konstitusi seperti tertera pada Injeksi. relatif relatif
Iso-ara-guanin- 0,26 0,25 1,0
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan monofosfat
dengan Penyaringan membran. Isoguanin 0,34 0,40 0,2
Analog 3’,5’- 0,42 - -
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari Difosfat
7,7 unit Endotoksin FI per mg fludarabin fosfat. Cemaran lain <1,0 1,0 0,2
Fludarabin fosfat 1,0 - -
pH <1071> Antara 7,2 dan 8,2.
Uji 2 (Cemaran elusi akhir)
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%. Pelarut A Gunakan kalium fosfat monobasa 10
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. mM.
Fase gerak Campuran metanol P-Pelarut A (1:4)
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Kromatografi <931>. tertera pada Kromatografi <931>.
Uji 1 (Cemaran elusi awal) Larutan baku Lakukan seperti tertera pada
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem Penetapan kadar.
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji dan Larutan sensitivitas lakukan
Penetapan kadar. seperti tertera pada Cemaran organik Uji 1.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
10 mg zat, larutkan dalam 10 mL asam hidroklorida Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
0,1 N. Panaskan di atas tangas air pada suhu 80° Larutan sensitivitas, rekam kromatogram, dan ukur
selama lebih kurang 15 menit. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku, perbandingan “signal to noise” tidak kurang dari 10.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kurang 0,5 µg per mL. kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
seperti tertera pada Penetapan kadar. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi lebih dari 2,0%.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak iso- ukur semua respons puncak. Hitung persentase
ara-guanin monofosfat dan isoguanin tidak kurang masing-masing cemaran elusi akhir dengan rumus:
dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sensitivitas, rekam kromatogram, dan ukur respons  ri   1 
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan       100
“signal to noise” tidak kurang dari 10. Lakukan  rS   F2 
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Larutan uji; rs adalah respons puncak fludarabin fosfat
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dari Larutan uji; F2 adalah faktor respons relatif
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µL Larutan uji
(seperti tertera pada Tabel 2). Masing-masing cemaran
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
semua respons puncak. Hitung persentase masing-
pada Tabel 2.
masing cemaran elusi awal dengan rumus:
- 608 -

Tabel 2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk


Padatan steril seperti tertera pada Injeksi, antara 2°
Nama Waktu retensi Faktor Batas dan 30° atau pada suhu ruang terkendali
relatif respons (%)
relatif
Fludarabin fosfat 1,0 - -
2-Fluoroadenin 1,5 2,0 0,2 FLUDROKORTISON ASETAT
2-Fluoro-ara-adenin 1,9 1,7 0,2 Fludrocortisone Acetate
Analog 2,5 - -
2-Etoksifosfat CH2OCOCH3

Cemaran lain >1,0 1,0 0,2 H


CO
CH3
Total cemaran - - 2,0 HO OH

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara CH3 H

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada F H

Kromatografi <931>.
O
Larutan A Gunakan kalium fosfat monobasa 10
mM.
Fase gerak Campuran metanol P-Larutan A (6:94). 9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksipregn-4-ena-3,20-
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dion 21-asetat [514-36-3]
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti C23H31FO6 BM 422,49
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fludrokortison Asetat mengandung tidak kurang dari
Fludarabin Fosfat BPFI, larutkan, dan encerkan 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C23H31FO6,
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang dihitung terhadap zat kering.
0,02 mg per mL.
Larutan uji persediaan Pipet 2,0 mL Fase gerak, Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih sampai
masukkan ke dalam masing-masing 5 vial. Keluarkan kuning pucat; tidak berbau atau praktis tidak berbau;
isi seluruh vial, masukkan ke dalam labu tentukur higroskopik.
250-mL, bilas dengan Fase gerak. Encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam
fludarabin fosfat. eter; agak sukar larut dalam etanol dan kloroform.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih Baku pembanding Fludrokortison Asetat BPFI;
kurang 0,02 mg per mL. Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 100º selama 2 jam di atas magnesium perklorat P
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan kolom sebelum digunakan.
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak maksimum hanya pada panjang gelombang yang
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif sama seperti pada Fludrokortison Asetat BPFI.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Rotasi jenis <1081> Antara +126º dan +138º,
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan dihitung terhadap zat kering; Lakukan penetapan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam menggunakan larutan dalam aseton P yang
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. mengandung 50 mg per 10 mL.
Hitung persentase fludarabin fosfat, C10H13FN5O7P,
dalam serbuk untuk injeksi dengan rumus: Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
 rU   CS  100º selama 2 jam di atas magnesium perklorat P.
      100
 rS   CU  Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Cemaran secara kromatografi Tidak lebih dari
Fludarabin Fosfat BPFI dalam mg per mL Larutan 1,0%; lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
baku; CU adalah kadar fludarabin fosfat dalam mg per Kromatografi <931>.
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Larutan uji Larutkan lebih kurang 100 mg dalam
etiket. campuran 5 mL kloroform P dan 1 mL aseton P
- 609 -

dalam labu tentukur 10-mL dan encerkan dengan FLUFENAZIN DEKANOAT


kloroform P sampai tanda. Fluphenazine Decanoate
Enceran larutan uji Encerkan 1,0 mL Larutan uji
dengan kloroform P hingga 100 mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
10 µL Larutan uji dan Enceran larutan uji dengan
jarak yang sama pada lempeng kromatografi silika
gel. Masukkan lempeng ke dalam Bejana
kromatograf berisi fase gerak kloroform P-metanol
P-air (85:14:1). Hingga fase gerak merambat 15 cm
di atas garis penotolan. Angkat lempeng, keringkan 2-[4-[3-(2-Trifluoro-metilfenotiazin-10-il)-
di udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 propil] piperazin-1-il] etil dekanoat [5002-47-1]
nm: kecuali bercak utama, tidak ada bercak dari C32H44F3N3O2S BM 591,77
Larutan uji lebih besar atau lebih intensif dari bercak
Enceran larutan uji. Flufenazin Dekanoat mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C32H44F3N3O2S,
Penetapan kadar dihitung terhadap zat kering.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25
mg Fludrokortison Asetat BPFI, larutkan dalam Pemerian Cairan kental kuning pucat atau hablur
kloroform P hingga 250 mL. Pipet 10 mL larutan ke kuning; padat berminyak; bau lemah seperti ester.
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan kloroform P
sampai tanda. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; tidak
Larutan uji Buat larutan seperti pada larutan baku tercampur dengan etanol mutlak, kloroform dan eter;
menggunakan zat uji. larut dalam minyak lemak.
Prosedur Pipet masing-masing 10 mL Larutan uji,
Larutan baku dan kloroform P (sebagai blangko), Baku pembanding Flufenazin Dekanoat
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL yang Dihidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan;
terpisah. Tambahkan ke dalam masing-masing labu lakukan Penetapan Kadar Air <1031> Metode I
1,0 mL larutan yang dibuat dengan melarutkan 50 mg sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
biru tetrazolium P dalam 10 mL metanol P. rapat dan terlindung cahaya. [Catatan Selama
Tambahkan 1,0 mL campuran tetrametilamonium melakukan prosedur berikut ini, lindungi zat uji,
hidroksida LP dan metanol P (1:4) dan diamkan Baku Pembanding dan larutan yang mengandung
selama 10 menit. Encerkan dengan larutan asam bahan tersebut dengan melakukan prosedur langsung
klorida P dalam methanol P (1 dalam 100) sampai tanpa penundaan, di bawah cahaya redup atau
tanda. Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku menggunakan peralatan kaca aktinik rendah].
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 525 nm terhadap pereaksi sebagai blangko. Identifikasi
Hitung jumlah dalam mg fludrokortison asetat, A. Masukkan lebih kurang 50 mg zat dan 50 mg
C23H31FO6, dengan rumus: Flufenazin Dekanoat Dihidroklorida BPFI masing-
masing ke dalam tabung sentrifuga kecil bersumbat
A  kaca dan perlakukan tiap tabung sebagai berikut:
1,25C  U 
 Tambahkan 1,5 mL larutan natrium hidroksida P (1
 AS  dalam 250) dan campur. Tambahkan 2 mL karbon
disulfida P, kocok kuat selama 2 menit dan sentrifus.
C adalah kadar Fludrokortison Asetat BPFI dalam µg Keringkan bagian bawah berupa lapisan bening
per mL Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah dengan menyaring melewati 2 g natrium sulfat
serapan Larutan uji dan Larutan baku. anhidrat P. Spektrum serapan inframerah zat dalam
sel 0,1 mm menunjukkan maksimum hanya pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup bilangan gelombang yang sama seperti pada
baik, terlindung dari cahaya. Flufenazin Dekanoat Dihidroklorida BPFI.
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan etanol P hingga kadar
20 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama Flufenazin
Dekanoat Dihidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan dengan etanol P hingga kadar lebih kurang
20 mg per mL.
- 610 -

Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm Flufenazin Enantat mengandung tidak kurang dari
yang telah diimpregnasi dengan larutan tetradekana 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C29H38F3N3O2S,
P dalam heksan P (1 dalam 20). dihitung terhadap zat kering.
Fase gerak Campuran metanol P-air (9:1).
Prosedur Totolkan masing-masing 1 µL Larutan Pemerian Cairan kental, jernih sampai sedikit keruh,
uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi. kuning pucat sampai kuning jingga; bau khas; tidak
Totolkan 1,0 µL natrium hidroksida 0,1 N pada stabil terhadap cahaya kuat, stabil di udara pada suhu
totolan Larutan baku. Masukkan lempeng ke dalam ruang.
bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan
Fase gerak, biarkan merambat 15 cm di atas garis Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
penotolan. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak etanol, dalamkloroform dan dalam eter.
menguap. Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet
254 nm; Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai Baku pembanding Flufenazin Enantat
dengan yang diperoleh dari Larutan baku. Dihidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan,
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; cahaya. [Catatan Selama melakukan prosedur
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu berikut ini, lindungi zat uji, Baku pembanding dan
60º selama 3 jam. larutan yang mengandung bahan tersebut dengan
melakukan prosedur langsung tanpa penundaan, di
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. bawah cahaya redup atau menggunakan peralatan
kaca aktinik rendah].
Cemaran umum <481>
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P. Identifikasi
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P. A. Masukkan lebih kurang 50 mg zat dan lebih
Volume penotolan Gunakan 10 µL. kurang 50 mg Flufenazin Enantat Dihidroklorida
Fase gerak Buat campuran aseton P-sikloheksan BPFI secara terpisah ke dalam tabung sentrifus kecil
P-amonium hidroksida P (16:6:1) dalam bejana bersumbat kaca. Perlakukan tiap tabung sebagai
kromatograf yang tidak dijenuhkan. berikut: Tambahkan 1,5 mL larutan natrium
Penampak bercak Gunakan teknik penampak hidroksida P (1 dalam 250) dan campur. Tambahkan
bercak nomor 1, kemudian semprot lempeng dengan 2 mL karbon disulfida P, kocok kuat selama 2 menit
asam sulfat P 50%. dan sentrifus. Keringkan bagian bawah berupa
Interpretasi Tidak ada cemaran umum yang lapisan bening dengan menyaring melewati 2 g
diamati lebih dari 1,0% dan total cemaran umum natrium sulfat anhidrat P. Spektrum serapan
yang diamati tidak lebih dari 2,0%. inframerah zat dalam sel 0,1 mm menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang sama seperti pada Flufenazin Enantat Dihidroklorida
500 mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat BPFI.
glasial P, tambahkan 1 tetes kristal violet LP dan B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga warna mL dalam asam metanolat hidroklorida (8,5 dalam
biru-hijau. Lakukan penetapan blangko. 1000), menunjukkan maksimum dan minimum pada
panjang gelombang yang sama seperti pada
Tiap mL asam perklorat 0,1 N Flufenazin Enantat Dihidroklorida BPFI; daya serap
setara dengan 29,59 mg C32H44F3N3O2S molar masing-masing dihitung terhadap zat kering,
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kurang 258 nm, berbeda tidak lebih dari 2,5%.
rapat, tidak tembus cahaya.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
FLUFENAZIN ENANTAT 60º selama 3 jam.
Fluphenazine Enanthate
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.

Cemaran umum <481>


Larutan uji Gunakan pelarut etanol P.
Larutan baku Gunakan pelarut etanol P.
2-[4-[3-[2-(Trifluorometil) fenotiazin-10-il]
Fase gerak Buat campuran etanol P-asam asetat
Propel]-1-piperazinil]etil heptanoat [2746-81-8] glasial P-air (3:1:1).
C29H38F3N3O2S BM 549,69
- 611 -

Penampak bercak Gunakan teknik penampak pada panjang gelombang yang sama seperti
bercak nomor 1. Flufenazin Hidroklorida BPFI, daya serap masing-
masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang gelombang serapan maksimum lebih kurang 259 nm
500 mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat berbeda tidak lebih dari 2,5%.
glasial P, tambahkan 1 tetes kristal violet LP, titrasi C. Larutan zat menunjukkan reaksi Klorida cara A,
dengan asam perklorat 0,1 N LV, sampai titik akhir B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
biru-hijau. Lakukan penetapan blangko. <291>.

Tiap mL asam perklorat 0,1 N Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
setara dengan 27,49 mg C29H38F3N3O2S lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 3 jam.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
rapat, tidak tembus cahaya.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.

FLUFENAZIN HIDROKLORIDA Cemaran senyawa organik mudah menguap


Fluphenazine Hydrochloride <471> Metode I Memenuhi syarat.

Cemaran umum <481>


Larutan uji Gunakan larutan zat dalam pelarut
CH2CH2CH2 N N CH2CH2OH
natrium hidroksida 0,1 M dalam metanol P.
N
CF3
Larutan baku Gunakan larutan zat dalam pelarut
2HCl
natrium hidroksida 0,1M dalam metanol P.
S
Fase gerak Buat campuran aseton P-sikloheksana
P- dietilamina P (40:15:1).
4-[3-[2-(Trifluorometil)fenotiazin-10-il] propil]- Penampak bercak Gunakan teknik penampak
1-piperazinetanol dihidroklorida [146-56-5] bercak nomor 1.
C22H26F3N3OS.2HCl BM 510,44
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Flufenazin Hidroklorida mengandung tidak kurang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% Kromatografi <931>.
C22H26F3N3OS.2HCl, dihitung terhadap zat kering. Pengencer Buat campuran Kalium fosfat
monobasa 0,05 M (atur pH 2,5 dengan penambahan
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; asam fosfat P)-asetonitril P-metanol P (40:30:30)
tidak berbau. Melebur dalam rentang suhu 5º pada saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
suhu di atas 225º. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam Fase gerak Buat campuran yang mengandung
aseton, etanol dan kloroform; praktis tidak larut 0,2% trietilamina P dalam Pengencer.
dalam benzen dan eter. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Flufenazin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
Baku pembanding Flufenazin Hidroklorida BPFI; Pengencer, jika perlu encerkan secara kuantitatif dan
lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 3 jam bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup kurang 0,06 mg per mL.
rapat, terlindung cahaya. [Catatan Selama melakukan Larutan uji Timbang saksama 120 mg, masukkan
prosedur berikut ini, lindungi zat uji, baku ke dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan dan
pembanding dan larutan yang mengandung bahan encerkan dengan Pengencer sampai tanda dan
tersebut dengan melakukan prosedur langsung tanpa campur. Pipet 5 mL larutan ini, masukkan ke dalam
penundaan, di bawah cahaya redup atau labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer
menggunakan peralatan kaca aktinik rendah]. sampai tanda dan campur. Saring, buang 5 mL filtrat
pertama.
Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang x 12,5 cm dan berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih
sama seperti pada Flufenazin Hidroklorida BPFI. kurang 1,0 mL per menit. Lakukan kromatografi
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
100.000) menunjukkan maksimum dan minimum ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
- 612 -

Efisiensi kolom tidak kurang dari 2000 lempeng emulsi. Masukkan ekstrak ke dalam gelas piala 150
teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan mL melalui penyaring yang diberi kapas yang telah
simpangan baku relatif untuk penyuntikan ulang dibasahi kloroform. Uapkan ekstrak pada tangas uap
tidak lebih dari 2,0%. sampai kering dan larutkan residu dalam 0,5 mL
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah campuran metanol P-air (4:1).
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah 10 mg
Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons Flufenazin Hidroklorida BPFI, lakukan prosedur
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg flufenazin seperti pada Larutan uji.
hidroklorida, C22H26F3N3OS.2HCl, yang digunakan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
dengan rumus: 10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi campuran silika gel setebal 0,25 mm.
r  Masukkan lempeng kromatografi ke dalam Bejana
2000 C  U  kromatograf yang berisi Fase gerak, biarkan hingga
 rS  fase gerak merambat lebih kurang tiga per empat
tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak
menguap. Semprot dengan semprotan ringan larutan
C adalah kadar Flufenazin Hidroklorida BPFI dalam asam sulfat P dalam metanol P (2 dalam 5), amati
mg per mL Larutan baku;rU dan rS berturut-turut bercak. Harga Rf dan warna bercak utama Larutan uji
adalah respons yang diperoleh dari Larutan uji dan sesuai dengan Larutan baku.
Larutan baku.
Disolusi <1231>
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Media disolusi: 900 mL asam klorida 0,01 N.
rapat, tidak tembus cahaya. Alat tipe 1: 100 rpm.
Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah
TABLET FLUFENAZIN HIDROKLORIDA C22H26F3N3OS.2HCl yang terlarut, menggunakan
Fluphenazine Hydrochloride Tablet prosedur yang tertera pada Penetapan kadar, dengan
perbedaan sebagai berikut: Fase gerak menggunakan
Tablet Flufenazin Hidroklorida mengandung 0,3% trietilamina P; Larutan uji, encerkan larutan zat
flufenazin hidroklorida, C22H26F3N3OS.2HCl tidak dengan sejumlah volume sama Fase gerak; Larutan
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% baku, gunakan kadar dan komposisi yang sama
jumlah yang tertera pada etiket. dengan Larutan uji; Sistem kromatografi laju alir
lebih kurang 2,0 mL per menit; Prosedur suntikkan
Baku pembanding Flufenazin Hidroklorida BPFI; sejumlah volume lebih kurang 100 µL.
lakukan pengeringan pada 65 selama 3 jam sebelum Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, kurang dari 75% (Q) C22H26F3N3OS.2HCl dari
terlindung cahaya [Catatan Selama melakukan jumlah yang tertera pada etiket.
prosedur berikut ini lindungi zat uji, Baku
pembanding dan larutan yang mengandung bahan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tersebut dengan melakukan prosedur langsung tanpa
penundaan, di bawah cahaya redup atau Penetapan kadar. Lakukan penetapan dengan cara
menggunakan peralatan kaca aktinik rendah.] Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara Larutan pengencer, Fase gerak, Larutan baku,
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Sistem kromatografi lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Penetapan kadar dalam Flufenazin Hidroklorida
Fase gerak aseton P-sikloheksana P-dietilamina P Larutan uji Masukkan 6 tablet ke dalam labu
(40:15:1) tentukur yang sesuai, tambahkan Larutan pengencer,
Larutan uji Masukkan dalam sebuah corong pisah kocok selama 1 jam dan sonikasi selama 10 menit
sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 10 mg atau hingga diperoleh suspensi yang merata. Jika
flufenazin hidroklorida, pada corong pisah kedua perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
masukkan 10 mg Flufenazin Hidroklorida BPFI, Pengencer hingga diperoleh kadar flufenazin
tambahkan 5 mL air dan 20 mL asam klorida encer P hidroklorida 0,06 mg per mL. Saring, buang 5 mL
(1 dalam 120) pada masing-masing corong pisah, filtrat pertama.
kocok selama 10 menit. Ke dalam setiap campuran Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tambahkan 20 mL larutan kloroform jenuh natrium volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
karbonat (1 dalam 10). Ekstraksi masing-masing Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
campuran lima kali, tiap kali dengan 20 mL kloroform kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
P, goyang perlahan untuk mencegah pembentukan jumlah dalam mg flufenazin hidroklorida,
- 613 -

C22H26F3N3OS.2HCl, dalam serbuk tablet dengan Fasa gerak Campuran aseton P-larutan amonium
rumus: asetat (3:7).
Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 5 mL air.
r  Larutan baku A Larutkan 25 mg Flukloksasilin
100C T  U  Natrium BPFI dalam 5 mL air.
 rS  Larutan baku B Larutkan sejumlah 25 mg masing-
masing Kloksasilin Natrium BPFI, Dikloksasilin
C adalah kadar Flufenazin Hidroklorida BPFI dalam Natrium BPFI dan Flukloksasilin Natrium BPFI
mg per mL Larutan baku; T adalah jumlah dalam mg dalam 5 mL air.
flufenazin hidroklorida dalam tablet; rU dan rS Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 1
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan µL Larutan baku A, Larutan baku B dan Larutan uji
Larutan baku. pada lempeng kromatografi campuran silika gel p
tersilanisasi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak
rapat, terlindung cahaya. merambat hingga 15 cm di atas garis penotolan.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan dan
paparkan pada uap iodin P hingga bercak terlihat:
FLUKLOKSASILIN NATRIUM harga Rf, warna dan ukuran bercak utama Larutan uji
Flucloxacillin Sodium sesuai dengan Larutan baku A. Kromatogram Larutan
baku B menunjukkan 3 bercak yang jelas terpisah.
C. Sejumlah 2 mg zat uji dalam tabung reaksi
ukuran 150 mm x 15 mm, basahi dengan 0,05 mL air
dan tambahkan 2 mL asam sulfat-formaldehid LP.
Goyang tabung untuk mencampur: terjadi warna
kuning kehijauan. Letakkan tabung reaksi pada tangas
air selama 1 menit: terjadi warna kuning.
D. Menunjukkan reaksi Natrium cara A seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Natrium (2S,5R,6R)-6-[[[3-(2-kloro-6-fluorofenil)-5-
metilisoksazol-4-il]karbonil]amino]-3,3-dimetil-7-
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; serapan
okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-karboksilat
pada panjang gelombang 430 nm tidak lebih dari
monohidrat [1847-24-1]
0,04. Lakukan penetapan menggunakan larutan 10%
C19H16ClFN3NaO5S.H2O BM 493,9
dalam air bebas karbon dioksida P.
Flukloksasilin Natrium mengandung tidak kurang
dari 95,0% dan tidak lebih dari 102,0% pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan
C19H16ClFN3NaO5S, dihitung terhadap zat anhidrat. menggunakan larutan 10% dalam air bebas karbon
dioksida P.
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih;
higroskopik. Rotasi jenis <1081> Antara +158 dan +168;
lakukan penetapan menggunakan larutan 1%.
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol
dan larut dalam etanol. N,N Dimetilanilin <362>Tidak lebih dari 20 bpj.

Baku pembanding Flukloksasilin Natrium BPFI; Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 0,8%;
Kloksasilin BPFI; Dikloksasilin BPFI. lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas,
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi Larutan baku internal Larutkan 100 mg 3-asam
Lakukan identifikasi A dan D atau B, C dan D. sikloheksilpropionat dalam 100 mL sikloheksan P.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan baku Larutkan 75 mg asam 2-etil
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan heksanoat dalam Larutan baku internal hingga 50,0
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang mL. Pipet 1 mL larutan, tambahkan 4,0 mL asam
sama seperti pada Flukloksasilin Natrium BPFI. hidroklorida 33% v/v. Kocok kuat selama 1 menit.
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Biarkan lapisan memisah, jika perlu lakukan
lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi secara sentrifugasi, gunakan lapisan atas.
kromatografi lapis tipis <281>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg
Larutan amonium asetat Buat larutan amonium zat, masukkan ke dalam labu tentukur, tambahkan 4,0
asetat P 154 g per Liter, atur pH hingga 5,0 dengan mL asam hidroklorida 33% v/v. Kocok kuat dengan 1
penambahan asam asetat glasial P. mL Larutan baku internal selama 1 menit. Biarkan
- 614 -

lapisan memisah, jika perlu lakukan sentrifugasi, gunakan Larutan baku A Larutkan 50,0 mg Flukloksasilin
lapisan atas. Natrium BPFI dalam 50,0 mL Fase gerak. Encerkan 5,0
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi mL larutan dengan Fase gerak hingga 50,0 mL.
detektor ionisasi nyala dan kolom leburan silika 0,53 mm Larutan baku B Pipet 5 mL Larutan baku A, encerkan
x 10 meter dilapisi makrogol 20.000 2-nitrotereftalat dengan Fase gerak hingga 50,0 mL.
(G35) setebal 1,0 μm. Gunakan gas helium sebagai gas Larutan baku C Larutkan 5 mg masing-masing
pembawa dengan laju alir 10 mL per menit. Suhu injektor Flukloksasilin Natrium BPFI dan Kloksasilin Natrium
200°, suhu detektor 300° dan atur suhu kolom sebagai BPFI dalam 50,0 mL Fase gerak.
berikut: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,0 mm x
waktu suhu kenaikan 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
(menit) () suhu Keterangan µm. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan
(/menit) kromatografi terhadap Larutan baku C seperti tertera pada
0-2 40 - isotermal Prosedur: resolusi, R, antara puncak kloksasilin (puncak
2-7,3 40 → 200 30 gradien linear pertama) dengan flukloksasilin (puncak kedua) tidak
7,3-10,3 200 - isotermal kurang dari 2,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji A, Larutan baku B
sama (lebih kurang 1 µL) Larutan baku dan Larutan uji dan larutan baku C ke dalam kromatograf, rekam
ke dalam kromatograf rekam kromatogram, ukur semua kromatogram 6 kali waktu retensi flukloksasilin, ukur
respons puncak. Hitung persentase asam 2-etilheksanoat semua respons puncak. Masing-masing cemaran A, B, C,
dengan rumus: D, E tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
baku B (1,0%). Total respons puncak cemaran tidak lebih
 RU   CS  dari 5 kali respons puncak utama Larutan baku B (5%).
      100
Abaikan respons puncak kurang dari 0,05 kali respons
 RS   CU 
puncak utama Larutan baku B (0,05%).

RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak asam 2-etilheksanoat terhadap baku internal dari Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 2- Kromatografi <931>.
etilheksanoat dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah Dapar, Fase gerak, Larutan baku dan Larutan uji
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Lakukan seperti pada Senyawa sejenis.
bobot yang ditimbang. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Senyawa sejenis. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Air <1031> Metode I Antara 3,0% dan 4,5%; lakukan baku A seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
penetapan menggunakan 300 mg zat. relatif pada enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari
1,0%.
Pirogen <231> Memenuhi syarat; jika digunakan untuk Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sediaan parentral lakukan penetapan menggunakan dosis sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji B dan Larutan
uji 1 mL per kg bobot kelinci yang mengandung baku A ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
flukloksasilin natrium 20 mg per mL dalam air untuk ukur respons puncak utama. Hitung persentase
Injeksi P. flukloksasilin natrium, C19H16ClFN3NaO5S, dalam zat
dengan rumus:
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada  rU   CS 
Kromatografi <931>.       100
Dapar Larutan kalium dihidrogen fosfat P 2,7 g per  rS   CU 
Liter, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan natrium
hidroksida P 8,5%. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
Fase Gerak Campuran asetonitril P-Dapar (25:75), B dan Larutan baku A; CS adalah kadar Flukloksasilin
saring dan awaudarakan. Jika Jika perlu lakukan Natrium BPFI dalam mg per mL Larutan baku A; CU
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera adalah kadar flukloksasilin natrium dalam mg per mL
Larutan uji B berdasarkan bobot yang ditimbang.
pada Kromatografi <931>.
Larutan uji A Larutkan 50 mg zat dalam Fase gerak, Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
dan encerkan dengan Fase gerak hingga 50,0 mL. pada suhu tidak lebih dari 25º. Jika akan digunakan untuk
Larutan uji B Pipet 5 mL Larutan uji A, encerkan pembuatan sediaan parenteral, wadah harus steril dan
dengan Fase gerak hingga 50,0 mL. disegel sedemikian rupa hingga dapat mencegah
masuknya mikroba.
- 615 -

FLUKONAZOL Cemaran Organik [Catatan Lakukan penetapan uji


Fluconazole cemaran organik Uji 1 atau Uji 2 dan Uji 3.]
UJI 1
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (4:1).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
2,4-Difluoro-1’,1’-bis(1H-1,2,4-triazol-1- Larutan baku Timbang saksama sejumlah
ilmetil)benzil alkohol [86386-73-4] Flukonazol BPFI, Senyawa sejenis A Flukonazol
C13H12F2N6O BM 306,27 BPFI, Senyawa sejenis B Flukonazol BPFI, dan
Senyawa sejenis C Flukonazol BPFI, larutkan dalam
Flukonazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan asetonitril P dan encerkan dengan Fase gerak
tidak lebih dari 102,0%, C13H12F2N6O, dihitung hingga kadar masing-masing 10 µg per mL.
terhadap zat kering. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. kadar lebih kurang 3 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan kolom
metanol; larut dalam etanol dan dalam aseton; agak berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
sukar larut dalam isopropanol dan dalam kloroform; dengan ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu
sangat sukar larut dalam toluen. kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 0,5 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Baku Pembanding Flukonazol BPFI; tidak boleh baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
terlindung cahaya. Senyawa sejenis A Flukonazol puncak senyawa sejenis B flukonazol dan senyawa
BPFI; Senyawa sejenis B Flukonazol BPFI; sejenis C flukonazol tidak kurang dari 1,5;
Senyawa sejenis C Flukonazol BPFI; Desasetil simpangan baku relatif untuk masing-masing puncak
Diltiazem Hidroklorida BPFI. tidak lebih dari 5,0%. [Catatan Waktu retensi
senyawa sejenis A flukonazol, senyawa sejenis B
Identifikasi flukonazol, senyawa sejenis C flukonazol dan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang flukonazol berturut-turut lebih kurang 4,9 ; 8,0 ; 8,5
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukan dan 9,9 menit.]
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sama seperti pada Flukonazol BPFI. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 200 µg Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
per mL dalam etanol P menunjukkan maksimum dan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Hitung persentase senyawa sejenis A flukonazol,
pada Flukonazol BPFI. senyawa sejenis B flukonazol, senyawa sejenis C
flukonazol dalam zat dengan rumus:
Kejernihan dan warna larutan Larutkan 5 g zat
dalam 100 mL metanol P: larutan jernih dan tidak  ri  C S 
berwarna.    x 100
 rS  CU 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. ri adalah respons puncak senyawa sejenis A
flukonazol, senyawa sejenis B flukonazol atau
Sisa Pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; senyawa sejenis C flukonazol pada Larutan uji; rS
lakukan penetapan menggunakan 0,5 g zat. adalah rata-rata respons puncak senyawa sejenis A
flukonazol, senyawa sejenis B flukonazol atau
Besi <331> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan senyawa sejenis C flukonazol dari penyuntikan ulang
penetapan menggunakan 0,5 g zat dalam 5 mL etanol Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa sejenis A
P dan tambahkan 5 mL air. Flukonazol BPFI, Senyawa sejenis B Flukonazol
BPFI atau Senyawa sejenis C Flukonazol BPFI
dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
flukonazol dalam mg per mL Larutan uji. Hitung
persentase cemaran laindalam zat dengan rumus:
- 616 -

 ri  C S  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja


   x 100 tinggi dilengkapi detektor 261 nm dan kolom
 rS  CU  berukuran 4,0 mm x 10 cm, berisi bahan pengisi L1.
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Kromatograf
ri adalah respons puncak cemaran lain dalam Larutan diprogram sebagai berikut:
uji; rS adalah rata-rata respons puncak flukonazol dari
Waktu Larutan A Larutan B Larutan C
penyuntikan ulang Larutan baku; CS adalah kadar
(menit) (%) (%) (%)
Flukonazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku 0 80 5 15
dan CU adalah adalah kadar flukonazol dalam mg per 10 80 5 15
mL Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total 20 30 55 15
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada 23 30 55 15
Tabel 1: 25 80 5 15
Tabel 1 30 80 5 15

Cemaran Waktu retensi Batas Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian


relatif (%) sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Senyawa sejenis A 0,5 0,2 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R antara
Flukonazol
puncak flukonazol dan puncak desasetil diltiazem
Senyawa sejenis B 0,81 0,1
Flukonazol
hidroklorida tidak kurang dari 10,0; efisiensi kolom
Senyawa sejenis C 0,86 0,2 puncak analit tidak kurang dari 30.000 lempeng
Flukonazol teoritis dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,4 untuk
Flukonazol 1,0 - puncak flukonazol. [Catatan waktu retensi relatif
Cemaran khusus 0,6 1,0 puncak flukonazol dan desasetil diltiazem
Masin-masing hidroklorida berturut-turut 1,0 dan 1,2.] Lakukan
- 0,1
cemaran lain kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Total cemaran yang kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
- 0,3
tidak diketahui pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Total cemaran - 1,5 penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
UJI 2 volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Larutan A Buat larutan natrium asetat anhidrat Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
0,01 M. Atur pH hingga 5,0 dengan penambahan dengan rumus:
asam asetat encer LP, saring dan awaudarakan.
Larutan B Gunakan asetonitril P. Saring dan  ri  C S  1 
awaudarakan.      x 100
Larutan C Gunakan metanol P. Saring dan  rS  CU  F 
awaudarakan
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A, ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Larutan B dan Larutan C seperti tertera pada Sistem dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian flukonazol dari Larutan baku; CS adalah kadar
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Flukonazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Kromatografi <931>. CU adalah adalah kadar flukonazol dalam mg per mL
Pengencer Campuran metanol P-Larutan A Larutan uji dan F adalah faktor respons relatif seperti
(16:84). tertera pada Tabel 2. Masing-masing cemaran dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Flukonazol BPFI, larutkan, dan encerkan dengan Tabel 2.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per Tabel 2
mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Cemaran Waktu Faktor Batas
retensi respons
sejumlah Flukonazol BPFI dan Desasetil Diltiazem relatif relatif
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Cemaran tertentu 0,17-0,37 0,72 0,1
Pengencer hingga kadar berturut-turut 0,02 mg per Cemaran tertentu 0,48-0,60 0,85 0,1
Cemaran tertentu 0,67-0,79 1,21 0,1
mL dan 6 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Cemaran tertentu 1,14-1,18 0,96 0,1
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga Cemaran tertentu 1,2-1,32 0,97 0,1
Cemaran tidak - 1,0 0,1
kadar lebih kurang 2 mg per mL. diketahui
Total Cemaran - - 0,5
- 617 -

UJI 3 INJEKSI FLUKONAZOL


Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis Flukonazole Injection
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P- Injeksi Flukonazol adalah larutan steril flukonazol
amonium hidroksida P (80:20:1). dalam pembawa yang sesuai, mengandung
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah flukonazol, C13H12F2N6O, tidak kurang dari 90,0%
Flukonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol dan tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera
P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL (2%). pada etiket.
Larutan baku B Pipet sejumlah Larutan baku A,
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang Baku pembanding Flukonazol BPFI; tidak boleh
0,1 mg per mL (0,2 %). dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
Larutan baku C Pipet sejumlah Larutan baku A, terlindung cahaya. Endotoksin BPFI [Catatan
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
0,05 mg per mL (0,1%). hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
dan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
kurang 50 mg per mL. vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
Penampak bercak A Timbang sejumlah perak nitrat P,
larutkan dan encerkan dalam air hingga kadar lebih Identifikasi Waktu retensi puncak utama
kurang 1,7 mg per mL. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Penampak bercak B (Larutan kalium iodoplatinat) baku seperti yang diperoleh pada Penetapan Kadar.
Timbang 375 mg asam kloroplatinat P, larutkan dalam 5
mL asam hidroklorida 1 N. Larutkan 5 g kalium iodida P Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
dalam 50 mL air, simpan pada wadah terlindung cahaya.
Buat campuran air-larutan kalium iodida-larutan asam Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,416
kloroplatinat (20:9:1). unit Endotoksin FI per mg.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µL Larutan baku A, Larutan baku B, Larutan baku C Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P. Injeksi.
Masukkan lempeng ke dalam Bejana kromatograf berisi
Fase gerak dan biarkan Fase gerak merambat hingga Cemaran organik [Catatan Berdasarkan proses
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai sintesa, lakukan penetapan (a) Uji 1 dan Uji 2, atau
batas rambat, keringkan. Semprot lempeng dengan (b) Uji 3, atau (c) Uji 4. Uji 3 direkomendasikan jika
penampak bercak A dan biarkan lempeng terpapar di bistriazol keton dan epoksiflukonazol (lihat Tabel 2)
bawah cahaya ultraviolet 365 nm selama 10-20 menit. merupakan cemaran potensial. Prosedur 4
Keringkan lempeng pada suhu 80-90 selama 20 menit, direkomendasikan jika flukonazol bromohidrin dan
semprot dengan Penampak bercak B. Biarkan lempeng epoksiflukonazol (lihat Tabel 3) merupakan cemaran
kering. Amati lempeng dan bandingkan intensitas bercak potensial.]
sekunder pada Larutan uji dengan bercak utama pada
Larutan baku; tidak ada bercak dari Larutan uji dengan UJI 1 Untuk cemaran nonpolar Cemaran nonpolar
harga Rf antara 0,10-0,25 dan 0,27-0,41 lebih besar dan terbesar tidak lebih dari 0,1%. Total cemaran
lebih intensif dari Larutan baku B (0,2 %). nonpolar tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Penetapan Kadar Timbang saksama lebih kurang 200 tertera pada Kromatografi <931>.
mg zat, larutkan dalam 100 mL asam asetat glasial P. Dapar dan Pengencer Lakukan seperti tertera pada
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan titik Penetapan kadar.
akhir secara potensiometrik menggunakan sistem Larutan A Campuran metanol P-Dapar (5:95).
elektroda anhidrat yang sesuai. Lakukan penetapan Larutan B Campuran asetonitril P-metanol P (3:2).
blangko. Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Tiap mL asam perklorat 0,1 N kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
setara dengan 15,31 mg flukonazol C13H12F2N6O menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan peyimpanan Simpan dalam wadah tertutup Larutan baku Timbang saksama sejumlah
rapat, pada suhu dibawah 30°. Flukonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL.
Penandaan Pada etiket cantumkan uji cemaran organik Enceran larutan baku Pipet sejumlah Larutan
yang digunakan, jika tidak menggunakan Uji 1. baku, encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 0,2 µg per mL.
- 618 -

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Larutan baku dan CU adalah kadar flukonazol dalam
sejumlah 1,4-benzokuinon dan Flukonazol BPFI, mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga tertera pada etiket dan pengenceran. Hitung
kadar berturut-turut 2,4 µg per mL dan 20 µg per mL. persentase cemaran nonpolar lain dalam injeksi
Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan injeksi, dengan rumus:
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih  rU  CS 
kurang 1,0 mg per mL.     100
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja  rS  CU 
tinggi dilengkapi dengan detektor 261 nm dan kolom
berukuran 4,0 mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi rU adalah jumlah total respons puncak lain Larutan
L1 dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih uji; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS
kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram adalah kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL
sebagai berikut: Larutan baku dan CU adalah kadar flukonazol dalam
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Waktu Larutan A Larutan B tertera pada etiket dan pengenceran.
(menit) (%) (%)
0 77 23 UJI 2 Untuk cemaran polar Cemaran polar
5 77 23 terbesar tidak lebih dari 0,1%. Total cemaran polar
30 40 60 tidak lebih dari 0,5%. Total cemaran nonpolar dan
43 77 23 polar lain Uji 1 dan Uji 2 tidak lebih dari 1,0%.
50 77 23 [Catatan Abaikan puncak yang kurang dari 0,03%.]
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Dapar, Pengencer, Fase gerak dan Larutan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
puncak 1,4-benzokuinon dan flukonazol tidak kurang Penetapan kadar.
dari 5,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 2500 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
lempeng teoritis untuk puncak flukonazol dan faktor Flukonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
ikutan tidak lebih dari 1,5 untuk puncak flukonazol. Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 µg per mL.
[Catatan Waktu retensi relatif untuk 1,4-benzokuinon Enceran larutan baku Pipet sejumlah Larutan
dan flukonazol berturut-turut lebih kurang 0,5 dan baku ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan
1,0.] Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,2 µg
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti per mL.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan injeksi,
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Lakukan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kromatografi terhadap Enceran larutan baku, rekam kurang 0,2 mg per mL.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
pada Prosedur: perbandingan respons puncak tinggi dilengkapi dengan detektor 261 nm dan kolom
flukonazol Larutan baku terhadap Enceran larutan berukuran 4,0 mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi
baku antara 8,0 dan 12,0. L1 dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
kromatogram dan ukur semua respons puncak. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak benzil
[Catatan Abaikan puncak yang tereluasi sebelum alkohol dan flukonazol tidak kurang dari 1,8;
flukonazol, cemaran dengan waktu retensi relatif efisiensi kolom tidak kurang dari 4000 lempeng
2,00-2,12 dan 3,14-3,26 dan puncak yang kurang teoritis dan faktor ikutan puncak utama tidak lebih
dari 0,02%. Cemaran yang diabaikan sudah dari 1,5. [Catatan Waktu retensi relatif untuk benzil
diperhitungkan pada monografi zat aktif.] Hitung alkohol dan flukonazol berturut-turut lebih kurang
persentase cemaran nonpolar terbesar dalam injeksi, 0,8 dan 1,0.] Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dengan rumus: baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
 rU  CS  pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
    100
Lakukan kromatografi terhadap Enceran larutan
 rS  CU 
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: perbandingan respons
rU adalah respons puncak cemaran terbesar Larutan puncak flukonazol dari Larutan baku terhadap
uji; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS Enceran Larutan baku antara 8,0 dan 12,0.
adalah kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL
- 619 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku (14:86). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
kromatogram, ukur semua respons puncak. tertera pada Kromatografi <931>.
Perhatikan waktu retensi relatif senyawa sejenis Larutan baku Timbang saksama sejumlah
flukonazol seperti pada Tabel 1. Hitung persentase Flukonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
cemaran polar terbesar dalam injeksi dengan rumus : Dapar hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
[Catatan Gunakan asetonitril kurang lebih 14%
 rU  CS  volume labu dan jika perlu lakukan sonikasi untuk
    100 melarutkan.]
 rS  CU  Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
rU adalah respon puncak cemaran terbesar Larutan kurang 1 µg per mL.
uji; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS Larutan uji Buat larutan setara dengan 0,2 mg per
adalah kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL mL flukonazol dalam larutan natrium klorida P
Larutan baku dan CU adalah kadar flukonazol dalam 0,9%.
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tertera pada etiket dan pengenceran. Hitung tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan kolom
persentase cemaran non polar dalam injeksi dengan berukuran 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi
rumus: L1 dengan ukuran partikel 3,5 m. Pertahankan suhu
kolom pada 30. Laju alir lebih kurang 1 mL per
 rU  CS  menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
    100
sensitivitas, rekam kromatogram dan ukur respons
 rS  CU 
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan
“signal to noise” tidak kurang dari 10. Lakukan
rU adalah jumlah total respons puncak lain Larutan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
uji; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
adalah kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
Larutan baku dan CU adalah kadar flukonazol dalam 3000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak utama
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
tertera pada etiket dan pengenceran. [Catatan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Abaikan Cemaran garam kuarterner Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
aminoflukonazol, isomer flukonazol dan diol volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
flukonazol pada Tabel 1 pada rumus ini, cemaran Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
yang diabaikan sudah diperhitungkan pada kromatogram dan ukur semua respons puncak.
monografi zat aktif.] Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
injeksi dengan rumus:
Tabel 1
 ri  CS 
Cemaran Waktu retensi     100
relatif  rS  CU 
Hidroksimetilfurfural (jika ada 0,22-0,28
dekstrosa)
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Garam kuarterner 0,30-0,36
Aminoflukonazol dari Larutan uji ; rS adalah respons puncak dari
Cemaran tidak teridentifikasi (jika 0,37-0,43 Larutan baku; CS adalah kadar Flukonazol BPFI
ada dekstrosa) dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
Isomer flukonazol 0,47-0,59 flukonazol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Flukonazol diol 0,68-0,74 jumlah yang tertera pada etiket.
Sikloheksanon* 0,77-0,83
Flukonazol 1,0 Tabel 2
*
Proses cemaran yang berhubungan dengan sediaan obat yang
dikemas dalam kantong. Cemaran Waktu retensi Batas
relatif (%)
UJI 3 Cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Bistriazol keton 0,13 0,2
pada Tabel 2. Total cemaran tidak lebih dari 0,5%. Isomer flukonazol 0,5 0,2
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Flukonazol 1,0 -
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Epoksiflukonazol 2,6 0,2
Dapar Timbang 0,63 g amonium format P, Cemaran lain - 0,2
larutkan dalam 1000 mL air.
- 620 -

UJI 4 Cemaran tidak lebih dari batas yang tertera Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada Tabel 3. Total cemaran tidak lebih dari 0,5%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Kromatografi <931>.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Dapar Buat larutan natrium asetat P dengan kadar
Dapar Buat larutan natrium fosfat dibasa 0,82 g per L, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan
heptahidrat P dengan kadar 13,4 g per L, atur pH asam asetat 1 N.
hingga 7,0 dengan penambahan asam fosfat P. Pengencer Campuran metanol P-Dapar (1:4).
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Larutan A Campuran metanol P-Dapar (5:95).
(26:74). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan B Campuran asetonitril P-metanol P (3:2)
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
tertera pada Kromatografi <931>. dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
Flukonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
gerak hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. Kromatografi <931>.
Larutan uji Buat larutan setara dengan 2 mg per Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mL flukonazol dalam larutan natrium klorida P Flukonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
0,9%. Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm dan kolom benzil alkohol dan Flukonazol BPFI, larutkan dan
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
L7 dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih masing 0,04 mg per mL.
kurang 0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi Larutan uji Pipet sejumlah larutan injeksi,
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor kurang 0,2 mg per mL.
ikutan puncak utama tidak lebih dari 2,0 dan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak tinggi dilengkapi dengan detektor 261 nm dan kolom
lebih dari 2,0%. berukuran 4,0 mm x 10 cm yang berisi bahan pengisi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah L1 dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam sebagai berikut:
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam Waktu Larutan A Larutan B
injeksi dengan rumus: (menit) (%) (%)
0 80 20
9 80 20
 ri  CS 
    100 15 15 85
 rS  CU  18 80 20
25 80 20
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak dari Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan baku; CS adalah kadar Flukonazol BPFI sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
flukonazol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan puncak benzil alkohol dan flukonazol tidak kurang
jumlah yang tertera pada etiket. dari 1,8; efisiensi kolom tidak kurang dari 4000
lempeng teoritis untuk flukonazol dan faktor ikutan
Tabel 3 tidak lebih dari 1,5 untuk flukonazol. [Catatan Waktu
retensi relatif untuk benzil alkohol dan flukonazol
Cemaran Waktu Faktor Batas berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0.] Lakukan
retensi respons (%) kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
relatif relatif kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Garam kuarterner 0,57 0,74 0,1 pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Aminoflukonazol penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Isomer flukonazol 0,68 0,93 0,1 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Flukonazol diol 0,91 1,3 0,1 volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku
Flukonazol 1,0 1,0 - dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Flukonazol 2,58 1,1 0,1 kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
bromohidrin persentase flukonazol, C13H12F2N6O, dalam injeksi
Epoksiflukonazol 2,59 0,90 0,1
dengan rumus:
Masing-masing - 1,0 0,1
cemaran lain
- 621 -

 rU  CS  Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak


    100 kurang dari 80% (Q), C13H12F2N6O, dari jumlah yang
 rS  CU  tertera pada etiket.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Flukonazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku Waktu hancur <1251> Memenuhi syarat
dan CU adalah kadar flukonazol dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
etiket. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan peyimpanan Simpan pada suhu ruang Fase gerak Campuran air-asetonitril P (80:20).
terkendali. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Penandaan Cantumkan pembawa yang digunakan. tertera pada Kromatografi <931>.
Jika dilakukan uji Cemaran organik selain Uji 1 dan Larutan baku persediaan Timbang saksama
Uji 2, cantumkan uji cemaran organik yang sejumlah Flukonazol BPFI, larutkan, dan encerkan
digunakan. dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg
per mL.
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku persediaan
KAPSUL FLUKONAZOL ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Fluconazole Capsule Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi kapsul
Kapsul Flukonazol mengandung flukonazol, setara dengan 100 mg flukonazol, masukkan ke
C13H12F2N6O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak dalam labu tentukur 100-mL, larutkan, dan encerkan
lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada dengan Fase gerak sampai tanda dan saring.
etiket. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi detektor 260 nm dan kolom
Baku pembanding Flukonazol BPFI; tidak boleh berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang
terlindung cahaya. 0,5 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons
Identifikasi Waktu retensi puncak utama puncak seperti tertera pada Prosedur: efesiensi kolom
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. tidak lebih dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Disolusi <1231> volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
0,1 N. kromatogram 4 kali waktu retensi puncak utama dan
Alat tipe 1: 50 rpm. ukur semua respons puncak. Masing-masing cemaran
Waktu: 45 menit. tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
Lakukan penetapan jumlah flukonazol, C13H12F2N6O, baku (1,0%) dan total respons puncak cemaran tidak
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja lebih dari 2 kali respons puncak utama Larutan baku
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Fase (2,0%).
gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, jika perlu Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
encerkan dengan Media disolusi. Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dapar Timbang saksama lebih kurang 1,36 g
Flukonazol BPFI, larutkan, dan encerkan dengan kalium dihidrogen fosfat P, masukkan ke dalam labu
Media disolusi hingga kadar mendekati kadar tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan dengan air
Larutan uji. sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (60:40),
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan atur pH hingga 3,6 dengan penambahan asam fosfat
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam P.
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hitung persentase flukonazol, C13H12F2N6O, yang Flukonazol BPFI, larutkan, dan encerkan
terlarut. dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
0,5 mg per mL.
- 622 -

Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 Disolusi <1231>


kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur, UJI 1
bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama, Media disolusi: 500 mL air (900 mL untuk tablet
hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama flukonazol dengan kadar lebih dari 100 mg).
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang Alat tipe 2: 50 rpm.
50 mg flukonazol, masukkan ke dalam labu tentukur Waktu : 45 menit
100-mL. Tambahkan 70 mL Fase gerak, sonikasi Lakukan penetapan jumlah, C13H12F2N6O, yang
selama 15 menit, dan encerkan dengan Fase gerak terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
sampai tanda dan saring. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Dapar, Fase gerak, dan Sistem kromatografi
dilengkapi dengan detektor 261 nm dan kolom 4,6 mm Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran Larutan baku Timbang saksama sejumlah
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Flukonazol BPFI, larutkan dalam Media disolusi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL, jika perlu
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera lakukan sonikasi untuk melarutkan. Encerkan
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 sejumlah larutan secara kuantitatif dengan Media
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; disolusi hingga mendekati kadar Larutan uji.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
lebih dari 2,0%. penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase flukonazol, C13H12F2N6O, dalam kapsul persentase flukonazol, C13H12F2N6O, yang terlarut
dengan rumus: dari jumlah yang tertera pada etiket, dengan rumus:

 rU   CS 
      100  rU  CS 
 rS   CU     x V x 100
 rS  L 
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Flukonazol
flukonazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar adalah kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL
flukonazol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Larutan baku; L adalah kadar flukonazol dalam mg
jumlah yang tertera pada etiket. per tablet yang tertera pada etiket; dan V adalah
volume Media disolusi, 500 mL atau 900 mL.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Toleransi Dalam waktu 45 menit, harus larut tidak
terlindung dari kelembapan. kurang dari 75% (Q), C13H12F2N6O, dari jumlah yang
tertera pada etiket.

TABLET FLUKONAZOL UJI 2


Flukonazole Tablets Media: 900 mL air (untuk semua kadar tablet).
Alat tipe 2: 50 rpm.
Tablet Flukonazol mengandung flukonazol, Waktu: 45 menit.
C13H12F2N6O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak Lakukan penetapan jumlah, C13H12F2N6O, yang
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
etiket. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (4:1).
Baku pembanding Flukonazol BPFI; tidak boleh Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
terlindung cahaya. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
Identifikasi Waktu retensi puncak utama sejumlah Flukonazol BPFI, larutkan, dan encerkan
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,1 mg
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan Kadar. per mL.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
- 623 -

kadar L/900 mg per mL dengan L adalah kadar zat Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 5
aktif yang tertera pada etiket. tablet, dan dispersikan dalam sejumlah air, jika perlu
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui sonikasi. Tambahkan sejumlah Fase gerak, sonikasi
penyaring yang sesuai. selama 5 menit dan kocok selama 30 menit. Encerkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja dengan Fase gerak hingga kadar antara 1 mg per mL
tinggi dilengkapi dengan detektor 260 nm, dan kolom dan 4 mg per mL, dan campur. [Catatan Perbandingan
berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 air dan Fase gerak lebih kurang 5:95.] Sentrifus
dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu sebagian campuran, saring dan encerkan beningan
kolom pada 40. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per secara kuantitatif dengan Fase gerak hingga kadar lebih
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, kurang 0,2 mg per mL.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak: Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng dilengkapi detektor 261 nm dan kolom 3,9 mm x 15 cm
teoritis; faktor ikutan puncak analit tidak lebih dari berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 4 µm.
1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
ulang tidak lebih dari 2,0%. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji dan pada Prosedur: efisiensi kolom puncak analit tidak
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam kurang dari 1100 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung lebih dari 3 dan simpangan baku relatif pada
persentase flukonazol, C13H12F2N6O, yang terlarut penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dari jumlah yang tertera pada etiket dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan Larutan
 rU  CS  baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
   x V x 100 ukur respons puncak utama. Hitung persentase
 rS  L  flukonazol, C13H12F2N6O, dari jumlah yang tertera pada
etiket, dengan rumus:
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
flukonazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS  rU  C S 
adalah kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL     100
Larutan baku; L adalah kadar flukonazol dalam mg  rS  CU 
per tablet seperti yang tertera pada etiket dan V
adalah volume Media disolusi, 900 mL. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Toleransi Dalam waktu 45 menit, harus larut tidak flukonazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah
kurang dari 75% (Q), C13H12F2N6O, dari jumlah yang kadar Flukonazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku
tertera pada etiket. dan CU adalah kadar flukonazol dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Wadah dan peyimpanan Simpan dalam wadah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tertutup baik, pada suhu ruang terkendali.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji disolusi
Dapar Buat larutan natrium asetat anhidrat 0,01 yang digunakan jika Uji 1 tidak dilakukan.
M, atur pH hingga 5.0 dengan penambahan asam
asetat glasial P.
Fase gerak Buat campuran metanol P-asetonitril FLUOKORTOLON HEKSANOAT
P-Dapar (2:1:7). Saring dan awaudarakan. Jika perlu Fluokortolon Kaproat
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Fluocortolone Hexanoate
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Flukonazol BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur yang sesuai, larutkan dalam air, encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. Jika perlu, lakukan
sonikasi. Larutan mengandung flukonazol 1,0 mg per
mL. [Catatan Perbandingan air dan Fase gerak
lebih kurang 5:95.]
6α-Fluoro-11β-hydroxy-16α-methyl-3,20-dioxopregna-
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
1,4-dien-21-il hexanoate [303-40-2]
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
C28H39FO5 BM 474,6
kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
- 624 -

Fluokortolon Heksanoat mengandung tidak kurang skala penuh. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C28H39FO5, baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dihitung terhadap zat kering. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dua
puncak utama tidak kurang dari 6,0.
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai putih krem. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji 1 dan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam Larutan uji 2 ke dalam kromatograf, rekam
eter; sangat sukar larut dalam etanol dan dalam kromatogram 2 kali waktu retensi fluokortolon
metanol; sukar larut dalam aseton dan dalam 1,4- heksanoat, dan ukur semua respons puncak. Respons
dioksan. puncak sekunder pada kromatogram Larutan uji 1
tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
Baku pembanding Fluokortolon Heksanoat BPFI; uji 2 (1%); total respons puncak sekunder pada
Fluokortolon Pivalat BPFI. kromatogram Larutan uji 1 tidak lebih besar dua kali
respons puncak utama Larutan uji 2 (2%). Abaikan
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang respons puncak kurang dari 0,025 kali respons
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan puncak utama Larutan uji 2 (0,025%).
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Fluokortolon Heksanoat BPFI. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
15 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
Serapan cahaya Perbandingan serapan larutan uji 100-mL, larutkan dan encerkan dengan metanol P
yang tertera dalam Penetapan kadar, pada panjang sampai tanda. Pipet 20 mL larutan ini, masukkan ke
gelombang serapan maksimum 242 nm terhadap 263 dalam labu tentukur 100-mL dan encerkan dengan
nm adalah antara 2,15 dan 2,35. metanol P sampai tanda. Ukur serapan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 242 nm.
Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +103º, lakukan Hitung jumlah dalam mg, C28H39FO5; serapan jenis
penetapan menggunakan larutan 1% dalam 1,4-dioksan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
P yang dibuat dengan bantuan pemanasan. kurang 242 nm adalah 340.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot dari cahaya.
tetap, menggunakan 1 g zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. FLUOKORTOLON PIVALAT


Fluocortolone Pivalate
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran metanol P-air- asetonitril P
(25:32:50). Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran air-asetonitril P (1:9).
Larutan uji 1 Buat larutan zat 0,04% dalam
Pengencer.
6α-Fluoro-11β-hydroxy-16α-methyl-3,20-
Larutan uji 2 Pipet 1 mL Larutan uji 1, ke dalam
dioksopregna-1,4-diena-21-il 2,2-dimetilpropanoat
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer
[29205-06-9]
sampai tanda.
C27H37FO5 BM 460,60
Larutan baku Buat larutan yang mengandung
masing-masing 0,002% Fluokortolon Pivalat BPFI
Fluokortolon Pivalat mengandung tidak kurang dari
dan Fluokortolon Heksanoat BPFI dalam Pengencer.
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H37FO5,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
dihitung terhadap zat kering.
tinggi dilengkapi dengan detektor 242 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih.
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar
uji 2, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
larut dalam etanol; mudah larut dalam metilen klorida
seperti tertera pada Prosedur: atur sensitivitas sistem
dan dalam 1,4-dioksan.
sehingga tinggi puncak utama sedikitnya 50% dari
- 625 -

Baku pembanding Fluokortolon Pivalat BPFI; alizarin natrium sulfonat LP dan 0,1 mL zirconil
Noretisteron BPFI, Prednisolon Heksanoat BPFI. nitrat LP yang dibuat segar. Campur dan diamkan
selama 5 menit. Bandingkan warna Larutan uji
Identifikasi dengan blangko yang disiapkan dengan cara yang
Lakukan identifikasi A dan B atau B, C dan D. sama. Larutan uji berwarna kuning dan blangko
A. Spektrum serapan inframerah zat yang berwarna merah.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Rotasi jenis <1081> Antara +100 dan +105, lakukan
sama seperti pada Fluokortolon Pivalat BPFI. penetapan menggunakan larutan 1% zat kering
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi dalam 1,4-dioksan P.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-metanol P-eter P-metilen Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
klorida P (1,2:8:15:77). (Tambahkan campuran air lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot
dan metanol P, ke dalam campuran eter P dan metilen tetap, menggunakan 1 g zat.
klorida P).
Pengencer Campuran metilen klorida P dan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
metanol P (9:1). Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
Larutan baku A Larutkan 20 mg Fluokortolon
Pivalat BPFI dalam 20,0 mL Pengencer. Steroid asing sejenis Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku B Larutkan 10 mg Noretisteron BPFI Fluokortolon Heksanoat, menggunakan 1 µL larutan
dalam 10,0 mL Larutan baku A. 1,5% dalam pelarut campuran kloroform P-metanol P
Larutan uji Larutkan 10 mg zat dalam 10,0 mL (9:1).
Pengencer.
Penampak bercak Buat larutan asam sulfat P dalam Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
etanol P secara hati-hati dengan mencampurkan 20 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
mL asam sulfat P dalam 60 mL etanol P, dinginkan Kromatografi <931>.
secara konstan dan encerkan dengan etanol P hingga Fase Gerak Campuran metanol P- asetonitril P -
100 mL. Buat segar. air (25:30:32).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat,
5 µL Larutan baku A, Larutan baku B dan Larutan masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan
uji pada lempeng kromatografi campuran silika gel p dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
F254. Masukkan lempeng ke dalam bejana Larutan baku A Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam
kromatograf berisi Fase gerak, biarkan Fase gerak labu tentukur 100-mL, encerkan dengan asetonitril P
merambat lebih dari 15 cm. Angkat lempeng, tandai sampai tanda.
batas rambat, keringkan di udara dan amati di bawah Larutan baku B Timbang saksama masing-masing
cahaya ultraviolet 254 nm: ukuran dan harga Rf 2 mg Fluokortolon Pivalat BPFI dan Prednisolon
bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak utama Heksanoat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
Larutan baku A. Semprot lempeng dengan Penampak 100-mL, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
bercak, panaskan pada suhu 120° selama 10 menit sampai tanda.
hingga bercak terlihat, dinginkan, amati di bawah Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
cahaya tampak dan ultraviolet 365 nm: ukuran dan tinggi dilengkapi dengan detektor 243 nm dan kolom
harga Rf warna bercak dan warna fluoresensi bercak 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
utama Larutan uji sesuai dengan bercak utama ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
Larutan baku A. per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kesesuaian sistem Pada kromatogram Larutan baku B rekam kromatogram selama dua kali waktu
baku B terdapat dua bercak yang terpisah sempurna. retensi fluokortolon pivalat seperti pada Prosedur:
C. Pada 1 mg zat, tambahkan 2 mL campuran resolusi, R, antara puncak fluokortolon pivalat dan
asam sulfat P dan asam asetat glasial P (3:2) dan prednisolon heksanoat tidak kurang dari 5,0.
panaskan diatas tangas air selama 1 menit: terjadi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
warna merah. Tambahkan 5 mL air: warna menjadi volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku A
merah lembayung. dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
D. Campurkan sejumlah lebih kurang 5 mg zat kromatogram selama tidak kurang dari dua kali waktu
dengan 45 mg logam magnesium oksida P pijarkan eluasi fluokortolon pivalat dan ukur semua respons
dalam krus sampai warna residu menjadi hampir puncak. Masing-masing cemaran tidak lebih dari
putih (biasanya kurang dari 5 menit). Dinginkan dan respons puncak utama Larutan baku A (1%); total
tambahkan 1 mL air, 0,05 mL fenolftalain LP, dan cemaran tidak lebih dari dua kali respons puncak
lebih kurang 1 mL asam hidroklorida P 7,3%, untuk utama Larutan baku A (2%); abaikan respons puncak
membuat larutan menjadi tidak berwarna. Saring dan 0,025 kali dari luas puncak utama dari Larutan baku A
tambahkan ke dalam filtrat campuran 0,1 mL (0,025%).
- 626 -

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 30 B. Larutan menunjukkan reaksi Klorida cara A, B
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P sampai <291>.
tanda. Pipet 5 mL larutan ini, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-mL dan encerkan dengan etanol mutlak Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
P sampai tanda. Ukur serapan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 242 nm. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
Hitung jumlah dalam mg fluokortolon pivalat, 30 bpj.
C27H37FO5; dengan serapan jenis pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 242 nm Cemaran organik Senyawa sejenis A fluoksetin
adalah 350. tidak lebih dari 0,15%, -[2-(metilamino)etil]
benzenmetanol tidak lebih dari 0,25%; senyawa
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung sejenis B fluoksetin tidak lebih dari 0,25% dan
cahaya. cemaran lain tidak lebih dari 0,1%. Total cemaran
tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
FLUOKSETIN HIDROKLORIDA pada Kromatografi <931>.
Fluoxetine Hydrochloride Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
O
H
N
Larutan uji 1 Timbang saksama lebih kurang 56
CH3 HCl mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
F3C tanda.
Larutan uji 2 Pipet 2 mL Larutan uji 1, masukkan
ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda.
(±)-N-metil-3-fenil-3-[(,,-trifluoro-p-tolil)oksi] Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
propilamin, hidroklorida [59333-67-4] kurang 22 mg Fluoksetin Hidroklorida BPFI,
C17H18F3NO.HCl BM 345,79 larutkan dalam 10 mL asam sulfat 1 N dan panaskan
hingga suhu 85 selama 3 jam. Dinginkan, masukkan
Fluoksetin Hidroklorida mengandung tidak kurang 0,4 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 25-mL
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% yang berisi lebih kurang 28 mg Fluoksetin
C17H18F3NO.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat. Hidroklorida BPFI, 1 mg Senyawa Sejenis A
Fluoksetin BPFI dan 1 mg Senyawa Sejenis B
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih. Fluoksetin BPFI. Encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
diklorometan; mudah larut dalam etanol dan metanol; Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
praktis tidak larut dalam eter. dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 yang
Baku pembanding Fluoksetin Hidroklorida BPFI; dideaktivasi basa dengan ukuran partikel 5 μm. Laju
Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan alir kurang lebih 1 mL per menit. Lakukan
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem
Senyawa Sejenis A Fluoksetin BPFI; Tidak boleh dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif -
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa [2-(metilamino)etil] benzenmetanol (jika ada), senyawa
Sejenis B Fluoksetin BPFI; berupa larutan yang sejenis B fluoksetin (jika ada), senyawa sejenis A
mengandung lebih kurang 2 mg senyawa sejenis B fluoksetin, fluoksetin dan 4-trifluorometilfenol
fluoksetin dalam larutan asam klorida P (lebih berturut-turut lebih kurang 0,24; 0,27; 0,94; 1,0 dan
kurang 0,01 N). Simpan dalam lemari pendingin. 2,17. Perbandingan tinggi puncak senyawa sejenis A
Setelah ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup fluoksetin terhadap kedalaman lembah antara puncak
rapat. fluoksetin dan puncak senyawa sejenis A fluoksetin
(diukur dari tinggi puncak senyawa sejenis A
Identifikasi fluoksetin) tidak lebih dari 1,1.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji 1 dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan uji 2 ke dalam kromatograf, rekam
sama seperti pada Fluoksetin Hidroklorida BPFI. kromatogram selama tidak kurang dari dua kali
waktu eluasi fluoksetin dan ukur semua respons
- 627 -

puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A C17H18F3NO.HCl, dalam zat yang digunakan dengan
fluoksetin dalam zat dengan rumus: rumus:

 rA  r 
100  100C  U 
 rA + rU   rS 

rA adalah respons puncak senyawa sejenis A C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam
fluoksetin dari Larutan uji 2 dan rU adalah respons mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
puncak fluoksetin dari Larutan uji 2. Hitung persentase adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan
cemaran lain dengan rumus: baku.

 ri  Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


100  rapat.
 rS + 5rU 

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran KAPSUL FLUOKSETIN


dari Larutan uji 1; rS adalah jumlah semua respons Fluoxetine Capsule
puncak, tidak termasuk fluoksetin dari Larutan uji 1
dan rU adalah respons puncak fluoksetin dari Larutan Kapsul Fluoksetin mengandung Fluoksetin Hidroklorida
uji 2. setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% fluoksetin, C17H18F3NO, dari jumlah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara yang tertera pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Fluoksetin Hidroklorida BPFI;
Dapar trietilamina Pipet 10 mL trietilamina P, Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
lebih kurang 980 mL air dan atur pH hingga 6,0
dengan penambahan asam fosfat P. Identifikasi Timbang sejumlah isi kapsul setara
Fase gerak Buat campuran Dapar trietilamina- dengan lebih kurang 10 mg fluoksetin, masukkan
tetrahidrofuran P bebas stabilisator-metanol P dalam wadah yang sesuai, larutkan dalam 10 mL
(6:3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan metanol P dan saring. Bilas wadah dengan 5 mL
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti metanol P dan saring bilasan, uapkan kumpulan
tertera pada Kromatografi <931>. filtrat dengan bantuan aliran udara dan pemanasan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah ringan sampai kering. Spektrum serapan inframerah
Fluoksetin Hidroklorida BPFI, larutkan dan residu yang didispersikan dalam kalium bromida P
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,11 gelombang yang sama seperti pada Fluoksetin
mg per mL. Hidroklorida BPFI.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 11 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, Disolusi <1231>
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Media disolusi: 900 mL air
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Alat tipe 2: 50 rpm
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Waktu: 30 menit
dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom Lakukan penetapan jumlah fluoksetin, C17H18F3NO
4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7 yang yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
dideaktivasi basa dengan ukuran partikel 5 μm. Laju tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>:
alir kurang lebih 1 mL per menit. Lakukan Suspensi dietilamin fosfat Masukkan 250 mL
kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam asetonitril P ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti 1,0 mL dietilamina P, campur dan atur pH hingga 3,5
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari dengan penambahan asam fosfat P [Catatan
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Dietilamin fosfat akan mengendap, karena itu simpan
ulang tidak lebih dari 2,0%. dalam keadaan tercampur baik.]
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dietilamina P (600:400:4). Atur pH hingga 3,5
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan penambahan asam fosfat P. Saring dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
jumlah dalam mg fluoksetin hidroklorida, menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 628 -

Larutan baku Buat larutan Fluoksetin Hidroklorida tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase
BPFI dengan kadar lebih kurang sama dengan Larutan gerak sampai tanda.
uji. Pipet 5 mL larutan ke dalam wadah yang sesuai, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tambahkan 2,0 mL Suspensi dietilamin fosfat dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
campur. dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6
Larutan uji Saring lebih kurang 20 mL larutan mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L10 dengan
disolusi. Pipet 5 mL filtrat ke dalam wadah yang ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 mL
sesuai, tambahkan 2,0 mL Suspensi dietilamin fosfat per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dan campur. kesesuaian sistem selama tidak kurang dari 22 menit
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 4,6 mm kurang dari 1100 lempeng teoritis dan simpangan
x 15 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir lebih baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi 2,0%.
terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 10 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
lebih dari 2,0%. persentase tiap cemaran dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan Larutan r 
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur 100 i 
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg  rS 
fluoksetin, C17H18F3NO, yang terlarut dengan rumus:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
 309,33  rU  adalah jumlah respons semua puncak.
900C   
 345,79  rS  Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam Kromatografi <931>.
µg per mL Larutan baku; 309,33 dan 345,79 berturut- Dapar trietilamin, Fase gerak, Larutan baku dan
turut adalah bobot molekul fluoksetin dan fluoksetin Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons Penetapan kadar dalam Fluoksetin Hidroklorida.
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan
kurang dari 80% (Q) C17H18F3NO dari jumlah yang cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot
tertera pada etiket. rata-rata isi tiap kapsul.Timbang saksama sejumlah isi
kapsul setara dengan lebih kurang 10 mg fluoksetin,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, campur
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak dan saring.
lebih dari 0,25%; total cemaran tidak lebih dari 0,80%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Lakukan penetapan dengan Kromatografi cair kinerja sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan Larutan
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Dapar trietilamin Lakukan seperti tertera pada ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Penetapan kadar dalam Fluoksetin Hidroklorida. fluoksetin, C17H18F3NO, dalam isi kapsul yang
Fase gerak Buat campuran Dapar trietilamin- digunakan dengan rumus:
asetonitril P (65:35), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem  309,33  rU 
seperti tertera pada Kromatografi <931>. 100C   
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama  345,79  rS 
sejumlah Fluoksetin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam
dengan Fase gerak, hingga kadar lebih kurang mg per mL Larutan baku; 309,33 dan 345,79 berturut-
0,01 mg per mL. turut adalah bobot molekul fluoksetin dan fluoksetin
Larutan uji Keluarkan isi tidak kurang dari 20 hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons
kapsul secara sempurna dan campur. Timbang puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
saksama sejumlah isi kapsul, setara dengan lebih
kurang 20 mg fluoksetin, masukkan ke dalam labu Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung cahaya.
- 629 -

TABLET FLUOKSETIN 𝑟𝑈 𝐶𝑆 309,33


( )( )( ) 100
Fluoxetine Tablet 𝑟𝑆 𝐶𝑈 345,79

Tablet Fluoksetin mengandung Fluoksetin Hidroklorida, rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
setara dengan fluoksetin, C17H18F3NO, tidak kurang Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
yang tertera pada etiket. Larutan baku; CU adalah kadar fluoksetin dalam mg
per mL Larutan uji; 309,33 adalah bobot molekul
Baku pembanding Fluoksetin Hidroklorida BPFI; fluoksetin; 345,79 adalah bobot molekul fluoksetin
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung hidroklorida.
dari cahaya. Senyawa Sejenis B Fluoksetin BPFI. Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) fluoksetin, C17H18F3NO, dari
Identifikasi jumlah yang tertera pada etiket.
A. Masukkan 1 tablet ke dalam wadah yang sesuai,
larutkan dalam 10 mL kloroform P dan saring. Bilas Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
wadah dengan 5 mL kloroform P dan saring, uapkan
kumpulan filtrat dalam lemari asam dengan bantuan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
aliran udara dan pemanasan pada suhu rendah sampai Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kering. Spektrum serapan inframerah residu yang Kromatografi <931>.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Larutan A Larutkan 6,5 g natrium 1-oktansulfonat
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang P dalam 1000 mL air, tambahkan 2,9 mL asam fosfat
sama seperti pada Fluoksetin Hidroklorida BPFI. P dan atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram natrium hidroksida 5 N.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Fase gerak Buat campuran Larutan A-asetonitril P
diperoleh pada Penetapan kadar. (57:43), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Disolusi <1231> tertera pada Kromatografi <931>.
Media disolusi: 1000 mL asam hidroklorida 0,1 N Larutan identifikasi kemurnian Timbang saksama
Alat tipe 1: 100 rpm 22 mg Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan
Waktu: 15 menit dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan asam
Lakukan penetapan jumlah fluoksetin, sulfat 1 N sampai tanda. Panaskan pada suhu lebih
C17H18F3NO, yang terlarut dengan Kromatografi cair kurang 85 selama 3 jam dan dinginkan sampai suhu
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi ruang. Kadar larutan lebih kurang 2,2 mg per mL
<931>. fluoksetin hidroklorida. [Catatan Larutan
Larutan A, Fase gerak dan Larutan kesesuaian mengandung aminometil-1-fenilpropanol atau 3-
sistem Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. metilamino-1-fenilpropan-1-ol atau α-[2-
Larutan baku Buat larutan Fluoksetin Hidroklorida (metilamino)etil]benzenemetanol.]
BPFI dalam Media disolusi hingga kadar mendekati Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Larutan uji. sejumlah Senyawa Sejenis B Fluoksetin BPFI dan
Larutan uji Gunakan 20 mL alikot yang telah Fluoksetin Hidroklorida BPFI masukkan ke dalam
disaring. labu tentukur 10-mL, tambahkan 0,2 mL Larutan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja identifikasi kemurnian dan encerkan dengan Fase
tinggi dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom gerak sampai tanda. Kadar senyawa sejenis B
4,6 mm x 7,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan fluoksetin dan fluoksetin hidroklorida berturut-turut
ukuran partikel 3,5 µm. Pertahankan suhu kolom lebih kurang 0,001 dan 0,015 mg per mL.
pada 38. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
sistem. Rekam kromatogran dan ukur respons puncak labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,015
puncak fluoksetin dan puncak 4-trifluorometilfenol mg per mL.
tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan untuk puncak Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
fluoksetin tidak lebih dari 1,7; dan simpangan baku masukkan kedalam labu tentukur yang sesuai,
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kurang 0,2 µg per mL fluoksetin hidroklorida.
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan tentukur yang sesuai, tambahkan Fase gerak lebih
ukur respons puncak utama. Hitung persentase kurang setengah dari volume akhir, sonikasi selama
fluoksetin, C17H18F3NO, yang terlarut dengan rumus: 10 menit, kocok sampai larut dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar fluoksetin lebih kurang 2
- 630 -

mg per mL. Saring dengan penyaring yang sesuai dan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
gunakan filtrat. pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan kesesuaian sistem persediaan Buat larutan
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm 4-trifluorometilfenol dalam Fase gerak dengan kadar
x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran lebih kurang 0,2 mg per mL.
partikel 3,5μm. Pertahankan suhu kolom pada 30. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan sejumlah Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan sejumlah
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera volume Larutan kesesuaian sistem persediaan,
pada Prosedur: perbandingan “signal-to-noise” tidak larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
kurang dari 10. Lakukan kromatografi terhadap kadar fluoksetin hidroklorida dan 4-trifluorometilfenol
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan berturut-turut 0,11 dan 0,02 mg per mL.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan baku Timbang saksama sejumlah
resolusi, R, antara aminometil-1-fenilpropanol dan Fluoksetin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
senyawa sejenis B fluoksetin tidak kurang dari 4,5. denganFase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam per mL.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan uji persediaan Masukkan 10 tablet ke dalam
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada labu tentukur 1000-mL. Tambahkan 500 mL Fase
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. gerak dan kocok untuk menghancurkan tablet.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda dan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan sonikasi selama 10 menit.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
kromatogram dan ukur semua respons puncak tidak persediaan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
kurang dari tiga kali waktu retensi fluoksetin. Hitung encerkan dengan Fase gerak hingga kadar fluoksetin
persentase masing-masing cemaran dalam serbuk lebih kurang 0,1 mg per mL seperti yang tertera pada
tablet yang digunakan dengan rumus: etiket. Saring dengan penyaring yang sesuai dan
gunakan filtrat.
𝑟𝑖 𝐶𝑆 309,33 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
( )( )( ) 100 dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 mm
𝑟𝑆 𝐶𝑈 345,79
x 7,5 cm berisi bahan pengisi L7dengan ukuran
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari partikel 3,5 μm. Pertahankan suhu kolom pada 38.
Larutan uji dan rS adalah respons puncak fluoksetin Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
dari Larutan baku; CS adalah kadar Fluoksetin kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem.
Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
CU adalah kadar fluoksetin dalam mg per mL Larutan tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
uji; 309,33 dan 345,79 berturut-turut adalah fluoksetin dan puncak 4-trifluorometilfenol tidak
bobotmolekul fluoksetin dan fluoksetin hidroklorida. kurang dari 4,0; faktor ikutan untuk puncak fluoksetin
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih tidak lebih dari 1,7 dan simpangan baku relatif pada
dari batas yang tertera pada Tabel. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Tabel volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Nama Waktu Batas kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
retensi relatif (%) persentase fluoksetin, C17H18F3NO, dalam tablet yang
Aminometil-1-fenilpropanol 0,19 0,25 digunakan dengan rumus:
Senyawa sejenis B fluoksetin 0,26 0,25
Fluoksetin 1,0 - 𝑟𝑈 𝐶𝑆 309,33
Masing-masing cemaran lain - 0,25 ( )( )( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 345,79
Tital cemaran - 0,80
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Kromatografi <931>. Larutan baku; CU adalah kadar fluoksetin dalam mg
Larutan A Larutkan 7,1 g natrium 1-pentansulfonat per mL Larutan uji berdasarkan yang tertera pada
P dalam 1000 mL air, tambahkan 2,9 mLasam asetat etiket; 309,33 dan 345,79 berturut-turut adalah
glasial P dan atur pH hingga 5,0 dengan penambahan bobotmolekul fluoksetin dan fluoksetin hidroklorida.
natrium hidroksida 5 N.
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
(67:33), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan rapat dan dalam suhu ruang terkendali.
- 631 -

FLUOKSIMESTERON Larutan A Buat campuran metanol P-air (55:45),


Fluoxymesterone saring dan awaudarakan.
Larutan B Gunakan metanol P, saring dan
awaudarakan.
Fase gerak Gunakan campuran Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
Blangko Gunakan Larutan B.
Larutan kesesuaian sistem Encerkan Larutan uji
9-Fluoro-11β,17β-dihidroksi-17-metilandros-
secara kuantitatif, jika perlu bertahap menggunakan
4-en-3-on [76-43-7]
metanol P hingga kadar 5 g per mL.
C20H29FO3 BM 336,44
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan Larutan B hingga
Fluoksimesteron mengandung tidak kurang dari
kadar 0,5 mg per mL.
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C20H29FO3,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dihitung terhadap zat kering.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih;
mm × 25 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan
tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 240º
disertai penguraian. suhu kolom 40. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
larut dalam etanol; sukar larut dalam kloroform.
(menit) (%) (%)
0 100 0 kesetimbangan
Baku pembanding Fluoksimesteron BPFI; lakukan 0-20 100→60 0→40 gradien linier
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum 20-40 60→0 40→100 gradien linier
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan 40-45,0 0 100 isokratik
terlindung dari cahaya. 45,0-45,1 0→100 100→0 gradien linier
45,1-60 100 0 isokratik
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji, rekam
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
sama seperti pada Fluoksimesteron BPFI. Jika ada 15000 lempeng teoritis. Lakukan kromatografi
perbedaan, larutkan zat uji dan baku pembanding terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
masing-masing dalam etanol mutlak P, uapkan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
hingga kering dan ulangi penetapan menggunakan pada Prosedur: perbandingan signal to noise pada
residu. puncak fluoksimesteron tidak kurang dari 100.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat kering Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dalam etanol mutlak P (1 dalam 10.000), sama (lebih kurang 5 µL) Larutan uji dan Blangko ke
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
gelombang yang sama seperti Fluoksimesteron BPFI; semua respons puncak yang tidak muncul dalam Blangko
daya serap masing-masing dihitung terhadap zat dan mempunyai respons puncak sama atau lebih besar
kering pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 242 nm berbeda tidak lebih dari 2,5%. dari 0,1% puncak zat. Hitung persentase tiap cemaran
dalam zat dengan rumus:
Rotasi jenis <1081> Antara +104º dan +112º,
r 
dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan 100 i 
menggunakan larutan dalam etanol P yang
mengandung 100 mg dalam 10 mL.
 rS 
ri adalah respons puncak untuk masing-masing
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; cemaran dan rs adalah jumlah respon semua puncak.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari Kromatografi <931>.
2,0%. Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi Fase gerak Buat campuran butil klorida P-butil
seperti yang tertera pada Kromatografi<931>. klorida P jenuh air-tetrahidrofuran P-metanol P-
asam asetat glasial P (475:475:70:35:30), saring dan
- 632 -

awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Fluorometolon mengandung tidak kurang dari 97,0%
menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada dan tidak lebih dari 103,0%, C22H29FO4, dihitung
Kromatografi <931>. terhadap zat kering.
Larutan baku internal Larutkan metilprednisolon
dalam campuran kloroform P-metanol P (95:5) Pemerian Serbuk hablur; putih sampai putih kuning;
hingga kadar lebih kurang 200 µg per mL. tidak berbau; melebur pada suhu lebih kurang 280°
Larutan baku Timbang saksama sejumlah disertai peruraian.
Fluoksimesteron BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang 0,25 Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar
mg per mL. larut dalam kloroform dan dalam eter; sukar larut
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg dalam etanol.
zat, larutkan dan encerkan dengan Larutan baku
internal hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per mL. Baku pembanding Fluorometolon BPFI; tidak boleh
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi terlindung cahaya. Senyawa sejenis A Fluorometolon
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baja BPFI.
tahan karat 4 mm × 30 cm dan mampu menahan
tekanan sampai 2000 psi, berisi bahan pengisi L3. Identifikasi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
fluoksimesteron dan baku internal, tidak kurang dari sama seperti pada Fluorometolon BPFI.
3,0 dan simpangan baku relatif pada empat kali B. Spektrum serapan ultraviolet larutan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. 10 µg per mL dalam metanol P menunjukkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume maksimum dan minimum pada panjang gelombang
sama Larutan baku dan Larutan uji ke dalam yang sama seperti pada Fluorometolon BPFI.
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons Serapan masing-masing dihitung terhadap zat kering
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
fluoksimesteron, C20H29FO3, dalam zat yang kurang 239 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%.
digunakan dengan rumus: C. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>.
R  Totolkan secara terpisah masing-masing 100 µL (1)
100 C  U  500 µg per mL Fluorometolon BPFI dalam metanol
 RS  P dan (2) 500 µg per mL zat dalam metanol P pada
lempeng silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
C adalah kadar Fluoksimesteron BPFI dalam mg per lempeng pada Bejana kromatograf berisi fase gerak
mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah campuran metilen klorida P-aseton P (4:1) dan
perbandingan respons puncak analit terhadap baku biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi
internal dari Larutan uji dan Larutan baku. lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, dan
keringkan dengan aliran udara kering. Amati bercak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga RF bercak
baik, terlindung dari cahaya. utama larutan (1) sesuai dengan larutan (2).

Rotasi optik <1081> +52º sampai +60°. Lakukan


penetapan menggunakan 10 mg zat per mL
FLUOROMETOLON
piridin P.
Fluorometholone
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
60º selama 3 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
9-Fluoro-11β,17-dihidroksi-6α-metilpregna-1,4- Fase gerak Campuran metanol P-air (60:40). Saring
diena-3,20-dion [426-13-1] dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
C22H29FO4 BM 376,46
- 633 -

menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada selama 5 menit. Masukkan lempeng pada Bejana
Kromatografi <931>. kromatograf berisi fase gerak campuran metilen klorida
Larutan baku Timbang sejumlah Fluorometolon BPFI, P-aseton P (4:1) dan biarkan merambat hingga tiga per
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
lebih kurang 100 µg per mL. rambat, dan keringkan dengan aliran udara kering. Amati
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga RF dan
20 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur intensitas bercak utama larutan (1) sesuai dengan larutan
200-mL, larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak (2).
sampai tanda.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 mL pH < 1071> Antara 6,0 dan 7,5.
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada enam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Kromatografi <931>.
Waktu retensi fluorometolon lebih kurang 3 menit.] Fase gerak Campuran metanol P-air (60:40). Saring
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan uji menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Kromatografi <931>.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
fluorometolon, C22H29FO4, dalam zat dengan rumus: Fluorometolon BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
r  Pipet 10 mL larutan ini, masukkan ke dalam labu
0,2C   U  tentukur 50-mL, tambahkan 5 mL air. Encerkan dengan
 rS  metanol P sampai tanda. Larutan ini mengandung
fluorometolon dengan kadar lebih kurang 100 µg per mL.
C adalah kadar Fluorometolon BPFI dalam µg per mL Larutan uji Pipet sejumlah zat yang telah dikocok baik
Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons setara dengan 5 mg fluorometolon, masukkan ke dalam
labu tentukur 50-mL. Encerkan dengan metanol P
puncak Larutan uji dan Larutan baku berdasarkan bobot
sampai tanda, kocok. Saring melalui penyaring membran
yang ditimbang.
dengan porositas 5 µm dan gunakan beningan sebagai
Larutan uji.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
terlindung cahaya.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
SUSPENSI TETES MATA baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
FLUOROMETOLON seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
Fluorometholone Ophthalmic Suspension pada enam kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
[Catatan Waktu retensi relatif fluorometolon lebih kurang
Suspensi Tetes Mata Fluorometolon adalah suspensi steril 3 menit.]
fluorometolon dalam media air. Dapat mengandung Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
stabilisator, dapar, dan pengawet antimikroba yang sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan uji,
sesuai. Mengandung fluorometolon, C22H29FO4, tidak ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
jumlah yang tertera pada etiket. fluorometolon, C22H29FO4, per mL suspensi tetes mata
dengan rumus :
Baku pembanding Fluorometolon BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, r 
terlindung cahaya. 0,05  C   U 
 rS 
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada C adalah kadar Fluorometolon BPFI dalam µg per mL
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>. Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons
Totolkan secara terpisah masing-masing 20 µL (1) 500
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
µg per mL Fluorometolon BPFI dalam metanol P-air
(3:2) dan (2) 1 mL zat dengan 2 mL campuran metanol
P-air (3:2), pada lempeng silika gel P setebal 0,25 mm, Wadah dan penyimpanan Dalam dalam wadah
yang telah diaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80° tertutup rapat.
- 634 -

FLUORESEIN NATRIUM etanol P dalam labu tentukur 100-mL. [Catatan


Fluorescein Sodium 110,7 mg Diasetilfluoresein BPFI anhidrida setara
dengan 100,0 mg fluoresein natrium.] Tambahkan 2
ONa O O mL natrium hidroksida 2,5 N, panaskan di atas
tangas uap pada suhu didih selama 20 menit sambil
sering digoyang. Dinginkan, encerkan dengan air
sampai tanda. Masukkan sejumlah larutan ke dalam
labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan air
COONa
hingga diperoleh larutan dengan kadar fluoresein
natrium 1 µg per mL. Masukkan 3,0 mL larutan
ke dalam labu tentukur 100-mL yang telah berisi 20
mL dapar borat alkali pH 9,0 dan encerkan dengan
Garam dinatrium fluoresein [518-47-8] air sampai tanda. Larutan baku mengandung
C20H10NaO5 BM 376,28 Fluoresein Natrium BPFI 0,03 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Fluoresein natrium mengandung tidak kurang dari zat, larutkan dalam air dan encerkan secara bertahap
90,0% dan tidak lebih dari 102,0% C20H10Na2O5, dengan air hingga kadar 1 µg per mL. Masukkan 3,0
dihitung terhadap zat kering. mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL yang
telah berisi 20 mL dapar borat alkali pH 9,0,
Pemerian Serbuk merah jingga; tidak berbau; encerkan dengan air sampai tanda.
higroskopik. Prosedur Tentukan intensitas fluoresein Larutan
baku dan Larutan uji, menggunakan fluorometer
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam pada panjang gelombang eksitasi 485 nm dan
etanol. panjang gelombang emisi 515 nm. Hitung jumlah
dalam mg fluoresein natrium, C20H10Na2O5, yang
Baku pembanding Diasetilfluoresein BPFI; digunakan dengan rumus:
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup I 
rapat. 3333 C  U 

 IS 
Identifikasi
A. Larutan berfluoresensi kuat, meskipun dalam C adalah kadar fluoresein natrium dalam µg per mL
larutan yang sangat encer. Fluoresensi tidak tampak Larutan baku ; IU dan IS berturut-turut adalah harga
jika larutan diasamkan dan timbul lagi jika larutan fluoresensi dari Larutan uji dan Larutan baku.
dibasakan.
B. Sisa setelah pembakaran, memberikan reaksi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Natrium cara A dan B seperti tertera pada Uji rapat.
Identifikasi Umum <291>.
C. Teteskan satu tetes larutan (1 dalam 2000) pada
kertas saring: terjadi bercak kuning dan jika selagi
FLUOROURASIL
basah dipaparkan terhadap uap brom selama 1 menit
dan kemudian pada uap amoniak akan terjadi warna
Fluorouracil
merah muda intensif. H

N O
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 17,0%.

Seng Larutkan 100 mg dalam 10 mL larutan natrium F


NH

klorida P jenuh, Tambahkan 2 mL asam klorida 3 N,


O
kocok saksama, saring dan Tambahkan 1 mL kalium
besi(II) sianida LP ke dalam filtrat: tidak terjadi 5- Fluorourasil [51-21-8]
kekeruhan. C4H3FN2O2 BM 130,08
Akriflavin Larutkan 10 mg dalam 5 mL air dan Fluorourasil mengandung tidak kurang dari 98,0%
tambahkan beberapa tetes larutan natrium salisilat P dan tidak lebih dari 102,0% C4H3FN2O2 , dihitung
(1 dalam 10): tidak terbentuk endapan. terhadap zat kering.
[Perhatian Penanganan harus hati-hati untuk
Penetapan kadar mencegah terhirupnya partikel fluorourasil dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah hindari pemaparan terhadap kulit.]
Diasetilfluoresein BPFI, larutkan dalam 10 mL
- 635 -

Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; mL isopropanol P, isi elektrode dengan beningan dan
praktis tidak berbau; terurai pada suhu lebih kurang biarkan terendam dalam sisa larutan selama tidak
282º. kurang dari 2 jam sebelum digunakan. Jika elektrode
tidak digunakan, simpan dengan cara merendam
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam campuran kalium klorida P- isopropanol P.
dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan Larutan baku persediaan Timbang saksama 2,211
eter. g natrium fluorida P yang telah dikeringkan pada
suhu 150º selama 4 jam, masukkan ke dalam labu
Baku pembanding Fluorourasil BPFI; lakukan tentukur 1000-mL dan larutkan dalam 200 mL air.
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor Tambahkan 1 mL larutan natrium hidroksida P (1
pentoksida P pada suhu 80 selama 4 jam sebelum dalam 25), encerkan dengan air sampai tanda.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Simpan dalam wadah plastik. Satu mL setara dengan
terlindung cahaya. 1 mg fluorida.
Kurva baku Encerkan 10,0 mL Larutan baku
Identifikasi persediaan dengan air hingga 100 mL. Pipet ke
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan dalam 4 buah labu tentukur 100-mL, masing-masing
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan 0,8; 1,0 ; 1,2 dan 1,6 mL larutan di atas. Tambahkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang ke dalam tiap labu 15 mL Larutan blangko, encerkan
sama seperti pada Fluorourasil BPFI. dengan Dapar sampai tanda. Gunakan berturut-turut
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam larutan tersebut yang mengandung 0,8; 1,0; 1,2 dan
100.000) dalam Dapar asetat pH4,7 (dibuat dari 8,4 1,6 µg per mL untuk membuat kurva baku: Tentukan
g natrium asetat P dan 3,35 mL asam asetat glasial potensial tiap larutan seperti tertera pada Prosedur.
P, encerkan dengan air hingga 1000 mL); Pada kertas grafik semilogaritmik, buat kurva dengan
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang kadar fluor dalam mg per 100 mL sebagai absis dan
gelombang serapan maksimum lebih kurang 266 nm potensial sebagai ordinat. Tarik garis lurus melalui
berbeda tidak lebih dari 3,0%. titik yang diperoleh.
C. Pada 5 mL larutan (1 dalam 100) Tambahkan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
1 mL air brom LP: warna brom hilang. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL,
tambahkan lebih kurang 150 mL 1,2-dimetoksietana
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; P, kocok hingga larut, encerkan dengan pelarut yang
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas sama sampai tanda. Pipet 15 mL larutan ini ke dalam
fosfor pentoksida P pada suhu 80 selama 4 jam. labu refluks alas datar 500 mL, tambahkan natrium
bifenil P dari vial 15 mL melalui corong bertangkai
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. panjang untuk mencegah percikan, goyangkan labu
dengan hati-hati dan tutup dengan kaca arloji, biarkan
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. pada suhu kamar selama 20 menit. Dengan hati-hati,
tambahkan 50,0 mL isopropanol P, sambil digoyang,
Kandungan fluor Tidak kurang dari 13,9% dan tambahkan 10,0 mL hidrogen peroksida P 30%, 4,0
tidak lebih dari 15,0%, dihitung terhadap zat kering. mL natrium hidroksida 1 N, hubungkan labu dengan
[Catatan Semua alat-alat laboratorium yang pendingin balik yang sebelumnya telah dibilas
digunakan harus benar-benar bersih dan bebas dengan air dan isopropanol P kemudian dikeringkan.
residu fluorida. Dianjurkan menggunakan alat yang Letakkan labu pada lempeng pemanas dengan suhu
terbuat dari plastik untuk membuat, menyimpan lebih kurang 245º dan refluks selama 1 jam.
larutan dan mengukur potensial.] Dinginkan hingga suhu ruang, bilas pendingin balik
Larutan isopropanol Encerkan 295 mL dengan 15 mL Larutan isopropanol, pindahkan isi
isopropanol P dengan air hingga 500 mL. labu ke dalam labu tentukur 250-mL dengan Larutan
Dapar Masukkan 55 g natrium klorida P ke dalam isopropanol sebagai pembilas, encerkan dengan
labu tentukur 1000-mL, tambahkan 500 mg natrium pelarut yang sama sampai tanda. Pipet 15 mL larutan
sitrat P, 255 g natrium asetat P dan 300 mL air. ini ke dalam labu tentukur 100-mL dan encerkan
Kocok hingga larut, Tambahkan 115 mL asam asetat dengan Dapar sampai tanda.
glasial P, dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan Prosedur Ukur potensi Larutan uji dalam mV
300 mL isopropanol P dan encerkan dengan air menggunakan pH meter dengan reprodusibilitas
sampai tanda. pH larutan antara 5,0 dan 5,5. minimum ± 0,2 mV yang dilengkapi dengan
Larutan blangko Pipet 15 mL 1,2-dimetoksietana elektrode ion fluorida spesifik dan Elektrode
P ke dalam labu refluks alas datar 500-mL dan pembanding kalomel yang termodifikasi terbungkus
lakukan seperti tertera pada Larutan uji, mulai dari kaca. Pada pengukuran, rendam elektrode dalam
“Tambahkan natrium bifenil P dari vial 15 mL”. larutan yang telah dimasukkan ke dalam gelas piala
Elektrode kalomel yang dimodifikasi Campur 70 plastik 100 mL berisi batang pengaduk berlapis
mL larutan segar kalium klorida P jenuh dengan 30 plastik yang sesuai, letakkan gelas piala di atas
- 636 -

pengaduk magnetik, hati-hati jangan sampai timbul Baku pembanding Fluorourasil BPFI; lakukan
panas, aduk selama 2 menit sebelum membaca hasil. pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
Keringkan elektrode sebelum pengukuran berikutnya, pentoksida P pada suhu 80° selama 4 jam sebelum
hati-hati jangan menggores permukaan elektrode ion digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
spesifik. Hitung jumlah fluor dalam mg per 100 mL terlindung dari cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan
Larutan uji menggunakan Kurva baku. Hasil dalam Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
persen diperoleh dengan mengalikan jumlah fluor di hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi
atas dengan faktor 138,9. seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari.
Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara lemari pendingin.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi
Fase gerak Gunakan air yang telah diawaudarakan A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
dan saring. Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan baku
Larutan baku Timbang saksama sejumlah yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Fluorourasil BPFI, larutkan dalam air. Jika perlu B. Asamkan secara hati-hati sejumlah volume injeksi
encerkan hingga kadar lebih kurang 10 g per mL. setara dengan lebih kurang 100 mg fluorourasil dengan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg asam asetat glasial P. Aduk dan dinginkan sebentar
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, larutkan hingga diperoleh endapan fluorourasil, kumpulkan
dan encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan endapan, bilas dengan 1 mL air dan keringkan dalam
sejumlah volume larutan ini dengan air hingga kadar hampa udara di atas fosfor pentoksida P pada suhu 80º
lebih kurang 10 g per mL. selama 4 jam: sisa menunjukkan reaksi seperti tertera
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada pada Identifikasi A dalam fluorourasil.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi C. Menunjukkan reaksi seperti tertera pada
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x Identifikasi C dalam Fluorourasil.
30 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan pH <1071> Antara 8,6 dan 9,4.
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
kurang dari 2500 lempeng teoritis dan simpangan baku Injeksi.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan Endotoksin FI per mg fluorourasil.
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
fluorourasil, C4H3FN2O2, dengan rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
r 
2C  U  Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
 rS  Fluorourasil.
C adalah kadar Fluorourasil BPFI dalam g per mL Larutan uji Masukkan sejumlah volume injeksi setara
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons dengan 50 mg fluorourasil ke dalam labu tentukur 100-
puncak fluorourasil dari Larutan uji dan Larutan baku. mL, encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan
sejumlah volume larutan ini dengan air hingga kadar
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup lebih kurang 10 g per mL.
rapat, tidak tembus cahaya. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
INJEKSI FLUOROURASIL ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
fluorourasil, C4H3FN2O2, dalam injeksi yang digunakan
Fluorouracil Injection
dengan rumus:
Injeksi Fluorourasil adalah larutan steril Fluorourasil
dalam Air untuk Injeksi, dibuat dengan penambahan  C  r 
natrium hidroksida. Tiap mL mengandung tidak kurang 5  U 
dari 45 mg dan tidak lebih dari 55 mg C4H3FN2O2.  V  rS 
[Catatan Jika terbentuk endapan pada suhu rendah,
larutkan kembali dengan pemanasan hingga suhu 60° C adalah kadar Fluorourasil BPFI dalam g per mL
sambil dikocok kuat dan biarkan dingin hingga suhu Larutan baku; V adalah volume injeksi yang
tubuh sebelum digunakan.]
- 637 -

digunakan dalam mL Larutan uji; rU dan rS berturut- Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%
turut adalah respons puncak fluorourasil dari Larutan untuk bentuk anhidrat dan tidak lebih dari 8,5% untuk
uji dan Larutan baku. bentuk hidrat; lakukan pengeringan dalam hampa
udara pada suhu 105º selama 3 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I, pada suhu ruang, Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
terhindar dari pembekuan dan cahaya. lebih dari 1%, tidak lebih dari 1 puncak lebih besar
dari 0,5%. Jumlah total cemaran tidak lebih dari 2,5%.
Abaikan puncak yang lebih kecil dari 0,05% dari
FLUOSINOLON ASETONIDA puncak fluosinolon asetonida dalam Larutan baku.
Fluocinolone Acetonide Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. [Catatan Pastikan larutan terlindung dari
cahaya selama pengujian berlangsung.]
Fase gerak Buat campuran asetonitril P – air
(45:55) dengan cara mencampurkan 450 mL
asetonitril P dan 500 mL air. Biarkan mencapai
kesetimbangan, tambahkan air hingga 1000 mL.
Saring dan awaudarakan.
6α,9-Difluoro-11β,16α,17,21-tetrahidroksipregna-1,4- Larutan baku Timbang saksama sejumlah da
diena-3,20-dion, siklik 16,17-asetal dengan aseton BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P
[67-73-2] hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per mL.
C24H30F2O6 BM 452,49 Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Dihidrat BM 488,53 dan encerkan dengan asetonitril P hingga kadar lebih
kurang 2,5 mg per mL.
Fluosinolon Asetonida berbentuk anhidrat atau Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
mengandung 2 molekul air; mengandung tidak kurang sejumlah Fluosinolon Asetonida BPFI dan
dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C24H30F2O6, Triamsinolon Asetonida BPFI, masukkan ke dalam
dihitung terhadap zat kering. labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam asetonitril
P sebanyak 45% volume labu dan encerkan dengan air
Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; sampai tanda hingga kadar masing-masing 0,25 mg
tidak berbau; stabil di udara. Meleleh pada suhu lebih per mL.
kurang 270º dengan peruraian. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 238 nm dan kolom 4,6 mm
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam metanol; x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
sukar larut dalam eter dan dalam kloroform. partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Baku pembanding Fluosinolon Asetonida BPFI; sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam puncak triamsinolon asetonida dan fluosinolon
wadah tertutup rapat, higroskopis, penanganan pada asetonida tidak kurang dari 2,0. [Catatan Waktu
tempat kering, terlindung cahaya. retensi relatif triamsinolon asetonida dan fluosinolon
asetonida berturut-turut 0,85 dan 1,0.] Lakukan
Identifikasi kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
sama seperti pada Fluosinolon Asetonida BPFI. Jika Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ada perbedaan, larutkan zat uji dan baku pembanding volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
masing-masing dalam etil asetat P, uapkan larutan Larutan uji ke dalam kromatograf. Lakukan
sampai kering dan ulangi penetapan menggunakan kromatografi selama 4 kali waktu retensi fluosinolon
residu. asetonida, rekam kromatogram dan ukur semua
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram respons puncak. Hitung persentase masing-masing
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang cemaran dalam zat yang digunakan dengan rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
 ri   CS 
Rotasi jenis <1081> Antara +98º dan +108º, dihitung       100
terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan  rS   CU 
larutan 10 mg per mL dalam metanol P.
- 638 -

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran KRIM FLUOSINOLON ASETONIDA


dari Larutan uji; rS adalah respon puncak fluosinolon Fluocinolone Acetonide Cream
asetonida dari Larutan baku; CS adalah kadar
Fluosinolon Asetonida BPFI dalam mg per mL Krim Fluosinolon Asetonida mengandung
Larutan baku; CU adalah kadar fluosinolon dalam mg fluosinolon asetonida, C24H30F2O6, tidak kurang dari
per mL Larutan uji. 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Baku pembanding Fluosinolon Asetonida BPFI;
Kromatografi <931>. lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Pengencer Campuran asetonitril P-tetrahidrofuran 105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
P (13:10). wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P- kelembapan. Bentuk anhidrat. Noretindron BPFI.
tetrahidrofuran P (77:13:10), saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada secara kromatografi lapis tipis <281>.
Kromatografi <931>. Fase gerak Campuran kloroform P-dietilamin P
Larutan baku Timbang saksama sejumlah (2:1).
Fluosinolon Asetonida BPFI, masukkan ke dalam Larutan baku Timbang saksama sejumlah
labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam Fluosinolon Asetonida BPFI, larutkan dan encerkan
Pengencer sebanyak 23% volume labu dan encerkan dengan kloroform P hingga kadar lebih kurang 50 µg
dengan air sampai tanda, hingga diperoleh kadar per mL.
lebih kurang 0,2 mg per mL. Larutan uji Timbang sejumlah krim setara dengan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, lebih kurang 0,5 mg fluosinolon asetonida, masukkan
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai. ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 5 mL air dan
Larutkan dalam Pengencer sebanyak 23% volume 10 mL kloroform P, kocok dan sentrifus. Ambil dan
labu dan encerkan dengan air sampai tanda hingga buang lapisan air, tambahkan 10 mL air ke dalam
kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. tabung, kocok dan sentrifus. Keringkan lebih kurang
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 2 mL ekstrak kloroform dengan bantuan 200 mg
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom natrium sulfat anhidrat P. Gunakan ekstrak
4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1, dengan kloroform kering.
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2,5 mL Volume penotolan 50 µL.
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Batas mikroba <51> Uji terhadap Pseudomonas
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak aeruginosa dan Staphylococcus aureus memberikan
lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada hasil negatif.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
persentase fluosinolon asetonida, C24H30F2O6, dalam Kromatografi <931>.
zat yang digunakan dengan rumus: Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (5:3),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
 rU   CS  penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
     100 tertera pada Kromatografi <931>.
 rS   CU  Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
Noretindron BPFI, larutkan dan encerkan dengan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama asetonitril P hingga kadar lebih kurang 200 µg per
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar mL.
Fluosinolon Asetonida BPFI dalam mg per mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku; CU adalah kadar fluosinolon asetonida Fluosinolon Asetonida BPFI, larutkan dan encerkan
dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 300
yang ditimbang. µg per mL. Pipet 5 mL larutan, 6 mL Larutan baku
internal dan 15 mL air, masukkan ke dalam labu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. tentukur 50-mL. Encerkan dengan asetonitril P
sampai tanda, campur. Larutan mengandung
Penandaan Pada etiket dicantumkan bentuk hidrat atau fluosinolon asetonida dengan kadar 30 µg per mL.
anhidrat.
- 639 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim dengan kloroform P hingga kadar lebih kurang 50 µg
setara dengan lebih kurang 0,75 mg fluosinolon per mL.
asetonida, larutkan dalam 10 mL asetonitril P dengan Larutan uji Lakukan pengeringan 10,0 mL Larutan
pemanasan di atas tangas uap. Pindahkan campuran uji seperti tertera pada Penetapan kadar hingga
ke dalam labu tentukur 25-mL dengan bantuan tiga kering, dan larutkan residu dalam 1 mL kloroform P.
kali asetonitril P tiap kali 2 mL. Tambahkan 3,0 mL Volume penotolan 50 µL.
Larutan baku internal dan 5,0 mL air, dinginkan dan
campur. Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, Batas mikroba <51> Uji terhadap Pseudomonas
campur dan dinginkan dalam tangas es. Sentrifus atau aeruginosa dan Staphylococcus aureus memberikan
saring campuran untuk mendapatkan larutan jernih. hasil negatif.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 mL
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Kromatografi <931>.
puncak noretindron dan fluosinolon asetonida tidak Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (1:1),
kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tertera pada Kromatografi <931>.
volume sama Larutan baku dan Larutan uji ke dalam Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur respons Noretindron BPFI, larutkan dan encerkan dengan
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, fluosinolon metanol P hingga kadar lebih kurang 850 µg per mL.
asetonida, C24H30F2O6, dalam krim dengan rumus: Enceran larutan baku internal Pipet 5 mL Larutan
baku internal ke dalam labu tentukur 250-mL.
R  Encerkan dengan metanol P sampai tanda.
0,025C  U  Larutan baku Timbang saksama sejumlah
 RS  Fluosinolon Asetonida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 200
C adalah kadar Fluosinolon Asetonida BPFI dalam µg per mL. Pipet 10 mL larutan, 2 mL Larutan baku
µg per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut internal ke dalam labu tentukur 100-mL. Encerkan
adalah perbandingan respons puncak fluosinolon dengan metanol P sampai tanda. Larutan
asetonida terhadap noretindron dari Larutan uji dan mengandung fluosinolon asetonida dengan kadar 20
Larutan baku. µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat setara dengan lebih kurang 700 µg fluosinolon
dilipat atau dalam wadah tertutup rapat. asetonida, masukkan ke dalam tabung sentrifuga alas
bulat 50 mL. Tambahkan 35 mL Enceran larutan
baku internal, emulsifikasi menggunakan “ultrasonic
SALEP FLUOSINOLON ASETONIDA probe” dan sentrifus. Gunakan beningan.
Fluocinolone Acetonide Ointment Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Salep Fluosinolon Asetonida mengandung 4,0 mm x 50 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
fluosinolon asetonida, C24H30F2O6, tidak kurang dari lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan
tertera pada etiket. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak noretindron dan
fluosinolon asetonida tidak kurang dari 2,0 dan
Baku pembanding Fluosinolon Asetonida BPFI;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu simpangan baku relatif pada tiga kali penyuntikan
105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam ulang tidak lebih dari 1,5%.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kelembapan; Noretindron BPFI. volume sama Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, fluosinolon
secara kromatografi lapis tipis <281>. asetonida, C24H30F2O6, dalam salep dengan rumus:
Fase gerak Campuran kloroform P-dietilamin P
(2:1). R 
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 0,035C  U 
Fluosinolon Asetonida BPFI, larutkan dan encerkan  RS 
- 640 -

C adalah kadar Fluosinolon Asetonida BPFI dalam gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm
µg per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut berbeda tidak lebih dari 3,0%.
adalah perbandingan respons puncak fluosinolon C. Lakukan penetapan seperti tertera pada
asetonida terhadap noretindron dari Larutan uji dan Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan baku. Totolkan masing-masing 10 µL larutan dalam
metanol P yang mengandung (1) zat uji 3 mg per mL
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat dan (2) Flurazepam Hidroklorida BPFI 3 mg per mL
dilipat atau dalam wadah tertutup rapat. pada lempeng kromatografi campuran silika gel P
setebal 0,25 mm, biarkan bercak mengering.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf
FLURAZEPAM HIDROKLORIDA yang telah dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat
Flurazepame Hydrochloride P-amonium hidroksida P (200:1) dan biarkan fase
gerak merambat lebih kurang tiga per empat panjang
lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak
menguap. Amati dan tandai bercak di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak utama yang
diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang
diperoleh dari larutan (2).
D. Pada 2 mL larutan (1 dalam 20) tambahkan 1
mL asam nitrat 2 N: larutan menunjukkan reaksi
Klorida cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
7-Kloro-1-[2-(dietilamino)etil]-5-(o-fluorofenil)-1,3- Identifikasi Umum <291>, menggunakan 5 tetes
dihidro-2H-1,4-benzodiazepin-2-on dihidroklorida perak nitrat LP.
[1172-18-5]
C21H23ClFN3O.2HCl BM 460,80 Air <1031>Metode IA Tidak lebih dari 0,5%

Flurazepam Hidroklorida mengandung tidak kurang Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C21H23ClFN3O. 2HCl dihitung terhadap zat kering. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.

Pemerian Serbuk hablur; agak putih sampai kuning; Batas ion fluorida Tidak lebih dari 0,05%. [Catatan
tidak berbau atau sedikit berbau. Larutan dalam air Lakukan penetapan menggunakan peralatan dari
bereaksi asam terhadaplakmus. Melebur pada lebih plastik.]
kurang 212º disertai peruraian. Dapar pH 5,25 Timbang lebih kurang 110 g
natrium klorida P dan 1 g natrium sitrat P, masukkan
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol; ke dalam labu tentukur 2000-mL, larutkan dalam 700
sukar larut dalam isopropanol dan dalam kloroform. mL air. Tambahkan dengan hati-hati 150 g natrium
hidroksida P, kocok hingga larut. Dinginkan hingga
Baku pembanding Flurazepam Hidroklorida BPFI; suhu ruang. Tambahkan dengan hati-hati 450 mL
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah asam asetat glasial P sambil diaduk dan dinginkan.
tertutup rapat, terlindung cahaya, pada desikator Tambahkan 600 mL isopropil alkohol P dan encerkan
dalam lemari pendingin. Senyawa sejenis C dengan air sampai tanda: pH larutan antara 5,0 dan 5,5.
Flurazepam BPFI. Senyawa sejenis F Flurazepam Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
BPFI kurang 221 mg natrium fluorida P, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dalam 20 mL
Identifikasi air. Tambahkan 1,0 mL larutan natrium hidroksida P
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan (1 dalam 2500) dan encerkan dengan air sampai
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan tanda. Larutan mengandung 1 mg ion fluorida per
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang mL. Simpan dalam wadah plastik tertutup rapat.
sama seperti pada Flurazepam Hidroklorida BPFI. Larutan baku Encerkan bertahap dan kuantitatif
(Catatan Tidak boleh digerus kuat, akan terjadi sejumlah Larutan baku persediaan dengan Dapar pH
peruraian). 5,25 hingga diperoleh masing-masing 100 mL larutan
B. Spektrum serapan ultraviolet 10 µg per mL dengan kadar 1; 3; 5 dan 10 µg per mL.
dalam campuran asam sulfat P-metanol P (1 dalam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,0 g
36) menunjukkan maksimum dan minimum pada zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
panjang gelombang yang sama seperti Flurazepam larutkan dan encerkan dengan Dapar pH 5,25 sampai
Hidroklorida BPFI; daya serap masing-masing tanda.
dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
Titrimetri <711> ukur segera secara bersamaan
- 641 -

potensial dalam mV Larutan bakudan Larutan uji senyawa sejenis F flurazepam dalam zat yang
menggunakan pH meter dengan reprodusibilitas digunakan dengan rumus:
minimum ± 0,2 mV, dilengkapi dengan sistem
elektroda ion spesifik kalomel fluorida berlapis kaca 𝑟𝑈 𝐶
( ) ( ) 2,5
[Catatan Pada saat pengukuran, celupkan elektroda 𝑟𝑆 𝑊
dalam larutan dengan pengaduk magnetik yang
dilapisi politetrafluoroetilen dalam gelas piala 150 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
mL, aduk dengan pengaduk magnetik yang diisolasi senyawa sejenis yang sesuai dari Larutan uji dan
bagian atas sampai tercapai keseimbangan (1 hingga Larutan baku; C adalah kadar dalam µg per mL
2 menit) dan catat potensial. Bilas dan keringkan Senyawa Sejenis C Flurazepam BPFI atau Senyawa
elektroda diantara pengukuran dengan hati-hati Sejenis F Flurazepam BPFI dari Larutan baku; W
untuk mencegah kerusakan kristal elektroda ion adalah bobot dalam mg zat yang digunakan.
spesifik] Gambarkan hubungan logaritma kadar ion
fluorida Larutan baku dalam µg per mL terhadap Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
potensial dalam mV. Dari hasil pengukuran potensial 600 mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL,
Larutan uji dan kurva baku, tentukan kadar ion larutkan dengan 80 mL asam asetat glasial P dan
fluorida larutan uji dalam µg per mL. tambahkan 20 mL raksa(II) asetat LP. Titrasi dengan
asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
Cemaran organik Senyawa sejenis C flurazepam potensiometrik menggunakan sistem elektroda
tidak lebih dari 0,1% dan Senyawa sejenis F kalomel kaca. Lakukan penetapan blangko dan
flurazepam tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan koreksi bila perlu.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium setara dengan 23,04 mg C21H23ClFN3O.2HCl
asetat P 1 % (80:20), saring dan awaudarakan, jika
perlu lakukan Kesesuaian sistem seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kromatografi <931>. rapat dan tidak tembus cahaya.
Larutan baku Timbang seksama sejumlah
Senyawa Sejenis C Flurazepam BPFI dan Senyawa
Sejenis F Flurazepam BPFI, larutkan dan encerkan FLURBIPROFEN NATRIUM
secara bertahap dengan metanol P hingga kadar Flurbiprofen Sodium
masing-masing 2 µg per mL. [Catatan Buat larutan
segar setiap akan digunakan].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL,
tambahkan metanol P sampai tanda. [Catatan Buat
larutan pada saat digunakan].
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Natrium (±)-2-(2-Fluoro-4-bifenilil) propionat dihidrat
sejumlah Flurazepam Hidroklorida BPFI dan 2- C15H12FNaO2.2H2O BM 302,27
amino-5-klorobenzofenon, larutkan dan encerkan Anhidrat BM 266,25
secara kuantitatif dan bertahap dengan metanol P
hingga kadar berturut-turut 150 dan 60 µg per mL. Flurbiprofen Natrium mengandung tidak kurang dari
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 97,0% dan tidak lebih dari 103.0%
tinggi dilengkapi dengan detektor 239 nm dan kolom C15H12FNaO2.2H2O.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan Pemerian Serbuk hablur berwarna putih.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 2-amino-5- dalam aseton, dalam dehidrat alkohol, dalam eter dan
klorobenzofenondan flurazepam tidak kurang dari 2. dalam metanol; larut dalam asetonitril.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Baku pembanding Flurbiprofen BPFI; tidak boleh
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Flurbiprofen Natrium BPFI; lakukan pengeringan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 1
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan mmHg di atas fosfor pentoksida P dalam tabung
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam pengering pada suhu 60º selama 18 jam sebelum
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
persentase senyawa sejenis C flurazepam dan Senyawa Sejenis A Flurbiprofen BPFI.
- 642 -

Identifikasi dalam mg natrium flurbiprofen yang digunakan untuk


A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan pembuatan Larutan uji.
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
seperti pada Flurbiprofen Natrium BPFI. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
B. Spektrum serapan ultraviolet 10 µg per mL dalam pada Kromatografi <931>.
dapar pH 6,0 yang mengandung 2,42 g natrium fosfat Pengencer Campuran metanol P-air (500 : 250)
monobasa P dan 660 mg natrium fosfat dibasa P dalam Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam
air hingga 1000 mL menunjukkan maksimum dan asetat glasial P (50:49:1), saring dan awaudarakan. Jika
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
pada Flurbiprofen Natrium BPFI. Serapan jenis masing- seperti tertera pada Kromatografi <931>.
masing dihitung terhadap zat kering pada panjang Larutan baku Senyawa Sejenis A Flurbiprofen
gelombang serapan maksimum lebih kurang 246 nm persediaan Timbang saksama sejumlah Senyawa
berbeda tidak lebih dari 3,0%. Sejenis A Flurbiprofen BPFI, larutkan dan encerkan
C. Residu hasil pemijaran menunjukkan reaksi dengan metanol P hingga kadar 150 µg per mL.
Natrium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum Larutan baku Senyawa Sejenis A Flurbiprofen Pipet
<291>. 1,0 mL larutan Larutan baku Senyawa Sejenis A
Flurbiprofen persediaan ke dalam labu tentukur 200-
Rotasi jenis <1081> Antara -0,45º dan + 0,45º. mL. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Lakukan penetapan menggunakan 50 mg per mL dalam Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
metanol P. Flurbiprofen BPFI larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 11,3% Larutan baku Pipet 5,0 mL Larutan baku persediaan
dan tidak lebih dari 12,5%; lakukan pengeringan dalam ke dalam labu tentukur 100-mL,encerkan dengan
hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 1 mmHg di Pengencer sampai tanda.
atas fosfor pentoksida P dalam tabung pengering pada Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
suhu 60º selama 18 jam, menggunakan lebih kurang 300 kurang 100 mg flurbiprofen natrium, masukkan ke
mg zat. dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan ecerkan
dengan metanol P sampai tanda.
Logam berat <371>Metode III 10 bpj. Larutan uji Pipet 5,0 mL Larutan uji persediaan ke
dalam labu tentukur 100-mL kedua, kocok hingga larut,
Senyawa sejenis A Flurbiprofen Tidak lebih dari encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Larutan kesesuaian sistem Pipet 5 mL Larutan
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi bakupersediaan dan 2 mL Larutan baku Senyawa
<931>. Sejenis A Flurbiprofen persediaan ke dalam labu
Pengencer, Fase gerak, Larutan uji, dan Larutan tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan dengan
kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada Pengencer sampai tanda.
Penetapan kadar. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku Gunakan sejumlah Larutan baku Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Senyawa Sejenis A Flurbiprofen, seperti tertera pada dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,0 mm
Penetapan kadar x 25 cm berisi bahan pengisi L7, dengan ukuran partikel
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
Penetapan kadar, kecuali lakukan kromatografi kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
terhadap Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan senyawa sejenis A flurbiprofen dan puncak flurbiprofen
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tidak kurang dari 1,0. Lakukan kromatografi terhadap
respons puncak utama. Hitung persentase senyawa Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
sejenis A flurbiprofen dalam natrium flurbiprofen yang puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
digunakan dengan rumus: lebih dari 2,5; simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 1,0%.
𝑟𝑈 𝐶 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
( ) ( ) 200 sama (lebih kurang 20 µL) Larutan bakudan Larutan
𝑟𝑆 𝑊
ujike dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa respons puncak utama. Hitung persentase flurbiprofen,
sejenis A flurbiprofen dari Larutan uji dan Larutan C15H12FNaO2.2H2O, dalam zat yang digunakan dengan
baku; C adalah kadar Senyawa Sejenis A Flurbiprofen rumus:
BPFI dalam µg per mL Larutan baku; W adalah bobot
- 643 -

𝑟𝑈 𝐶 302,27 yang sama seperti pada Larutan baku dalam


( )( )( ) 200 Penetapan kadar.
𝑟𝑆 𝑊 244,27

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
flurbiprofen dari Larutan uji dan Larutan baku; C lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
adalah kadar Flurbiprofen BPFI dalam µg per mL
Larutan baku; W adalah bobot dalam mg natrium Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
flurbiprofen dari Larutan uji; 302,27 dan 244,27
berturut-turut adalah bobot molekul flurbiprofen Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
natrium dihidrat dan flurbiprofen anhidrat.
Cemaran Organik Senyawa sejenis B furosemid
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. tidak lebih dari 0,5% dan senyawa sejenis A
furosemid tidak lebih dari 0,5%. [Catatan Lindungi
larutan Furosemida dari cahaya.] Lakukan
FUROSEMIDA penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
Furosemide tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan Kadar.
Larutan baku Buat larutan yang mengandung
masing-masing 5,0 μg per mL Senyawa Sejenis A
Furosemida BPFI dan Senyawa Sejenis B
Furosemida dalam Pengencer.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat [54-31-9] larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
C12H11ClN2O5S BM 330,74 kadar lebih kurang 1,0 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0% tinggi dilengkapi dengan detektor 254 dan 272 nm
dan tidak lebih dari 101,0% C12H11ClN2O5S, dihitung dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1.
terhadap zat kering. [Catatan Cemaran asam 2,4-dikloro-5-sulfamoilbenzoat
tidak memberikan respons pada 272 nm dan cemaran
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir asam 2,4-bis(furfurilamino–5-sulfamoilbenzoat
kuning; tidak berbau. memberikan serapan sangat kuat pada 254 nm.
Furosemida memberikan respons pada 254 nm] Laju
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
dalam aseton, dalam dimetilformamida dan dalam kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif luas
sangat sukar larut dalam kloroform. puncak furosemida tidak lebih dari 2,0% dan resolusi,
R, antara furosemida dan Senyawa sejenis A
Baku pembanding Furosemida BPFI; tidak boleh Furosemida tidak kurang dari 2,5.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan
Sejenis A Furosemida BPFI; Senyawa Sejenis B uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Furosemida BPFI. ukur semua respons puncak. [Catatan Waktu eluasi
tidak kurang dari 2,5 kali waktu retensi puncak
Identifikasi furosemida.] Jumlah semua respons puncak pada 254
A. Spektrum serapan inframerah zat yang nm sebelum puncak furosemida dari kromatogram
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Larutan uji tidak lebih besar dari respons puncak
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang senyawa sejenis B furosemid dari kromatogram
sama seperti pada Furosemida BPFI. Larutan baku pada 254 nm. Jumlah respons puncak
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram pada 272 nm setelah puncak furosemida dari
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang kromatogram Larutan uji tidak lebih besar dari respons
diperoleh pada Penetapan kadar. puncak senyawa sejenis A furosemid dari
C. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji yang kromatogram Larutan baku pada 272 nm.
tertera pada Penetapan kadar menunjukkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan
furosemida dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan
- 644 -

cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera INJEKSI FUROSEMIDA


pada Kromatografi <931>. Furosemide Injection
Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-asam
asetat glasial P-air (300:10:700). Saring dan Injeksi Furosemida adalah larutan steril Furosemida
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian dalam Air untuk Injeksi, dibuat dengan penambahan
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada natrium hidroksida P. Mengandung furosemida,
Kromatografi <931>. C12H11ClN2O5S tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Pengencer Masukkan 22 mL asam asetat glasial P lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
dalam labu tentukur 1000-mL. Encerkan dengan etiket.
campuran asetonitril P-air (50:50) sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah Baku pembanding Furosemida BPFI; tidak boleh
Furosemida BPFI dan Senyawa Sejenis A dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Furosemida BPFI dalam Pengencer sehingga terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
diperoleh larutan dengan kadar berturut-turut 20 dan Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
12 µg per mL. penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Larutan baku Timbang saksama sejumlah menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. dalam lemari pembeku. Senyawa Sejenis A
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Furosemida BPFI; Senyawa Sejenis B Furosemida
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, BPFI.
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
kadar lebih kurang 0,2 mg per mL. Identifikasi Masukkan ke dalam labu tentukur 100-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja mL sejumlah volume injeksi setara dengan lebih
tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm dan kolom kurang 40 mg furosemida, encerkan dengan air
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan sampai tanda. Encerkan 2,0 mL larutan ini dengan
ukuran partikel 5 µm [Catatan Untuk uji identifikasi natrium hidroksida 0,02 N dalam labu tentukur 100-
C, gunakan detektor ”diode array” dengan rentang mL kedua sampai tanda. Pada labu tentukur yang
200 nm – 400 nm]. Laju alir lebih kurang 1 mL per berbeda, larutkan lebih kurang 10 mg Furosemida
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan BPFI dalam 6,0 mL natrium hidroksida 0,1 N dalam
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur labu tentukur 25-mL, encerkan dengan air sampai
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: tanda. Encerkan secara kuantitatif 2,0 mL larutan ini
resolusi, R, antara Senyawa sejenis A Furosemida dan dengan natrium hidroksida 0,02 N untuk memperoleh
furosemida tidak kurang dari 1,5. Lakukan larutan baku dengan kadar 8 µg per mL: spektrum
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam serapan ultraviolet larutan uji menunjukkan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera maksimum dan minimum pada panjang gelombang
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada yang sama seperti pada larutan baku.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,6 unit
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan Endotoksin FI per mg furosemida.
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung persentase pH <1071> Antara 8,0 dan 9,3.
furosemida (C12H11ClN2O5S) dalam zat yang
digunakan, dengan rumus: Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Senyawa sejenis B Furosemida Tidak lebih dari
2,5%. [Catatan Lindungi larutan furosemida dari
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama cahaya.] Lakukan penetapan dengan cara
dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Furosemida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Kromatografi <931>.
CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem
berdasarkan bobot yang ditimbang. dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Cemaran organik dalam Furosemida.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25°, Sejenis B Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu
diperbolehkan disimpan pada suhu antara 15° dan 30°. tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 10,0 µg per
mL.
- 645 -

Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara Baku pembanding Furosemida BPFI; tidak boleh
dengan lebih kurang 10 mg furosemida, masukkan ke dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan Pengencer terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa
sampai tanda. Sejenis A Furosemida BPFI; Senyawa Sejenis B
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Furosemida BPFI.
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara
ukur respons puncak. Respons puncak pada Larutan dengan lebih kurang 40 mg furosemida ke dalam labu
uji tidak lebih dari respons puncak senyawa sejenis B tentukur 100-mL. Tambahkan 25 mL natrium
furosemida Larutan baku dengan waktu retensi yang hidroksida 0,1 N, biarkan selama 30 menit, dengan
sama pada 254 nm. sekali-kali dikocok. Encerkan dengan air sampai
tanda. Saring larutan, buang 10 mL filtrat pertama,
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada pipet 2,0 mL filtrat ke dalam labu tentukur 100-mL
Injeksi. kedua. Tambahkan natrium hidroksida 0,02 N sampai
tanda, lanjutkan seperti uji Identifikasi yang tertera
Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan pada Injeksi Furosemida, mulai dari “Larutkan lebih
furosemida dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan kurang 10 mg Furosemida BPFI”.
cara Kromatografi cair kinerja tinggi sepertitertera
pada Kromatografi <931>. Disolusi <1231>
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian sistem Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 5,8.
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Waktu: 60 menit.
Cemaran organik dalam Furosemida. Alat tipe 2: 50 rpm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H11ClN2O5S
Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per mL. larutan baku Furosemida BPFI dalam media yang
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara sama, pada panjang gelombang titik isosbestik lebih
dengan lebih kurang 10 mg furosemida, masukkan ke kurang 274 nm.
dalam labu tentukur 10-mL, tambahkan Pengencer Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
sampai tanda. kurang dari 80% (Q) furosemida, C12H11ClN2O5S,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dari jumlah yang tertera pada tiket.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kromatogram dan ukur respons puncak pada 254 nm.
Hitung jumlah dalam mg furosemida, Senyawa sejenis B Furosemid Tidak lebih dari
C12H11ClN2O5S, dalam tiap mL injeksi yang 0,8%. [Catatan Lindungi larutan furosemida dari
digunakan dengan rumus: cahaya]. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
𝑟𝑈 𝐶 Kromatografi <931>.
( ) ( ) 10 Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuian sistem
𝑟𝑆 𝑉
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Cemaran organik dalam Furosemida.
dari Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Furosemida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; V sejenis B Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu
adalah volume injeksi yang digunakan. tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar 8,0 µg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
tunggal atau ganda, tidak tembus cahaya, dari kaca setara lebih kurang 10 mg furosemida, masukkan ke
Tipe I. dalam labu tentukur 10-mL, larutkan dan encerkan
dengan Pengencer sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
TABLET FUROSEMIDA volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Furosemide Tablets Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Respons
puncak pada Larutan uji tidak lebih dari respons
Tablet Furosemida mengandung Furosemida,
puncak senyawa sejenis B furosemida Larutan baku
C12H11ClN2O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
dengan waktu retensi yang sama pada 254 nm.
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
- 646 -

Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan Senyawa Sejenis A Gabapentin BPFI [2-aza-
furosemida dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan spiro[4,5]dekan-3-on] (C9H15NO, BM 153,22), tidak
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
pada Kromatografi <931>. rapat. Senyawa Sejenis B Gabapentin BPFI [asam (1-
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuian sistem siano-sikloheksil)-asetat] (C9H13NO2, BM 167,21).
dan Sistem kromatografi Lakukan sepertitertera pada Senyawa Sejenis D Gabapentin BPFI [asam (1-(3-
Cemaran organik Furosemida. okso-2-aza-spiro[4,5]dek-2-ilmetil)-sikloheksil)-
Larutan baku Timbang saksama sejumlah asetat] (C18H29NO3, BM 307,43). Senyawa Sejenis E
Furosemida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Gabapentin BPFI [asam karboksimetil
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan sikloheksanakarboksilat], (C9H14O4, BM 186,21).
Pengencer hingga kadar 1,0 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Identifikasi
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk A. Spektrum serapan inframerah zat yang
tabletsetara lebih kurang 50 mg furosemida, didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
30 mL Pengencer, sonikasi selama 10 menit. sama seperti Gabapentin BPFI.
Tambahkan Pengencer sampai tanda, saring, buang B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
10 mL filtrat pertama. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah diperoleh pada Penetapan kadar.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam pH <1071> Antara 6,5 dan 8,0. Lakukan penetapan
kromatogram dan ukur respons puncak pada 254 nm. menggunakan larutan (1 dalam 50).
Hitung jumlah dalam mg furosemida,
C12H11ClN2O5S, dalam serbuk tablet yang digunakan Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
𝑟𝑈
( ) 50𝐶 Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
𝑟𝑆

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Furosemida BPFI dalam mg per mL Larutan baku. Kromatografi <931> .
A. Batas cemaran yang tereluasi awal. Masing-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup masing cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
baik, tidak tembus cahaya. pada Tabel berikut:

Tabel
GABAPENTIN Waktu Faktor
Batas
Cemaran Retensi Respons
Gabapentin Relatif1 Relatif2
(%)
Senyawa sejenis E
CH2NH2 2,9 1,0 0,10
Gabapentin
Senyawa sejenis A
CH2CO2H 3,5 5,3 0,1
Gabapentin
Senyawa sejenis B
3,8 0,35 0,06
Asam 1-(Aminometil)sikloheksanaasetat [60142-96- Gabapentin
3] Cemaran yang tidak
- 0,41 0,10
C9H17NO2 BM 171,24 dikenal
1Waktu retensi relatif dihitung terhadap waktu retensi

Gabapentin mengandung tidak kurang dari 98,0% gabapentin [Catatan:Hanya untuk identifikasi]
2 Faktor respons relatif dihitung terhadap respons senyawa
dan tidak lebih dari 102,0%, C9H17NO2,dihitung
sejenis E gabapentin berdasarkan serapan jenis rendah
terhadap zat anhidrat. dari gabapentin pada monitoring panjang gelombang (215
nm)
Pemerian Padatan hablur putih sampai hampir putih.
Pengencer, Larutan dapar, Fase gerak, Larutan
Kelarutan Mudah larut dalam air, larutan basa dan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
larutan asam. pada Penetapan kadar.
Larutan cemaran Larutkan sejumlah Senyawa
Baku pembanding Gabapentin BPFI; tidak boleh Sejenis A Gabapentin BPFI dan Senyawa Sejenis B
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
- 647 -

Gabapentin BPFI dalam metanol P hingga kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
berturut-turut lebih kurang 1,4 dan 0,84 mg per mL. Sejenis D Gabapentin BPFI, larutkan dalam sejumlah
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah kecil metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika
Gabapentin BPFI dalam Pengencer, tambahkan perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih
sejumlah volume Larutan cemaran hingga kadar kurang 2,8 µg per mL.
Gabapentin BPFI, Senyawa Sejenis A Gabapentin Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
BPFI, Senyawa Sejenis B Gabapentin BPFI berturut Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
turut lebih kurang 14,0; 0,014 dan 0,0084 mg per mL. dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm
Larutan baku Larutkan sejumlah Senyawa Sejenis x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
E Gabapentin BPFI dalam Pengencer, hingga kadar kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom
lebih kurang 8,4 µg per mL. pada 40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada baku dan rekam kromatogram dan ukur respons
Kromatografi <931> Kromatograf cair kinerja tinggi puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 dari puncak Senyawa sejenis D gabapentin tidak
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir kurang dari 13.600 lempeng teoritis dan simpangan
lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
kolom pada 40º. Lakukan kromatografi terhadap 7,0%.
Larutan kesesuaian sistemdan rekam kromatogram Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan ukur respons puncak seperti tertera pada volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Prosedur: identifikasi puncak-puncak utama dengan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel; kromatogram dan ukur respons puncak utama.
resolusi, R,antara puncak Senyawa Sejenis A [Catatan Abaikan semua puncak yang mempunyai
Gabapentin BPFI dan puncak Senyawa Sejenis B waktu retensi relatif 0,35 atau lebih kecil terhadap
Gabapentin BPFI tidak kurang dari 2,3 dan senyawa sejenis D gabapentin, karena puncak
simpangan baku relatif respons puncak gabapentin tersebut sudah dihitung pada batas cemaran yang
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. tereluasi lebih awal].Hitung persentase dari masing-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume masing cemaran dalam zat dengan rumus:
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan  1  C  ri 
ukur respons puncak utama. Hitung persentase 100  S  
masing-masing cemaran dalam zat yang digunakan,  F  CU  rS 
dengan rumus:
F adalah faktor respons relatif dari cemaran (relatif
 1  C  ri  terhadap senyawa sejenis D gabapentin) dengan nilai
100  S   1,0 untuk senyawa sejenis D gabapentin dan 0,025
 F  C U  rS  untuk semua cemaran yang lain; CS adalah kadar
Senyawa Sejenis D Gabapentin BPFI dalam mg per
F adalah faktor respons relatif dari cemaran (relatif mL Larutan baku; CU adalah kadar gabapentin
terhadap senyawa sejenis E gabapentin), seperti pada dalam mg per mL Larutan uji; ri adalah respons
Tabel; CS adalah kadar Senyawa Sejenis E puncak masing-masing cemaran dalam Larutan uji
Gabapentin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; dan rS adalah respons puncak senyawa sejenis D
CU adalah kadar gabapentin dalam mg per mL gabapentin dalam Larutan baku.
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
cemaran dalam Larutan uji dan rS adalah respons Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak Senyawa Sejenis E Gabapentin dalam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku. Kromatografi <931>.
B. Batas cemaran yang tereluasi akhir Masing- Pengencer Timbang 2,32 g amonium fosfat
masing cemaran tidak lebih dari 0,1% dan jumlah monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
semua cemaran (termasuk cemaran yang didapat dari mL, encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH
Batas cemaran yang tereluasi awal) tidak lebih dari hingga 2,0 dengan penambahan asam fosfat P.
0,5% . Dapar Timbang 0,58 g amonium fosfat monobasa
Pengencer, Larutan dapar dan Larutan uji P dan 1,83 g natrium perklorat P, masukkan ke
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar- dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 1,8 dengan
asetonitril P - metanol P (35:35:30). Saring dan penambahan asam perklorat P.
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Fase gerak Buat campuran Dapar - asetonitril P
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada (76:24). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Kromatografi <931>. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
- 648 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi


Gabapentin BPFI, larutkan dengan Pengencer, A. Keluarkan isi tidak kurang dari 10 kapsul dan
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap haluskan. Timbang sejumlah isi kapsul setara dengan
hingga kadar lebih kurang 14,0 mg per mL. 2 mg gabapentin, dispersikan dengan 200 mg kalium
Larutan kesesuaian sistem Encerkan sejumlah bromida P. Spektrum serapan inframerah zat yang
volume Larutan baku dengan Pengencer hingga telah didispersikan, menunjukkan maksimum hanya
kadar lebih kurang 2,3 mg per mL. pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 350 mg Gabapentin BPFI.
zat ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada diperoleh pada Penetapan kadar.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm Disolusi <1231>
x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Media disolusi: 900 mL asam klorida 0,06 Ny ang
kurang 1 mL per menit. Pertahankan suhu kolom dibuat dengan menambahkan 51 mL asam klorida P
pada 40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan ke dalam 10.000 mL air.
kesesuaian sistem dan rekam kromatogram dan ukur Alat tipe 2: 50 rpm.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Waktu: 20 menit.
efisiensi kolom dari puncak gabapentin tidak kurang Lakukan penetapan jumlah C9H17NO2 yang terlarut
dari 1900 lempeng teoritis. Lakukan kromatografi dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan tertera pada Kromatografi <931>.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
simpangan baku relatif puncak gabapentin pada Penetapan kadar.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan baku persediaan Timbang saksama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sejumlah Gabapentin BPFI, larutkan dalam Media
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan disolusi hingga kadar lebih kurang 1,1 g per mL.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku kerja
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Untuk kapsul yang mengandung 100 mg
Hitung persentase gabapentin, C9H17NO2, dalam zat gabapentin. Pipet 10 mL Larutan baku persediaan ke
dengan rumus: dalam labu tentukur 100-mL dan encerkan dengan
Media disolusi sampai tanda.
C  rU  Untuk kapsul yang mengandung 300 mg
100 S   gabapentin. Pipet 30 mL Larutan baku persediaan ke
 CU  rS  dalam labu tentukur 100-mL dan encerkan dengan
Media disolusi sampai tanda.
CS dan CU berturut-turut adalah kadar gabapentin Untuk kapsul yang mengandung 400 mg
dalam mg per mL Larutan baku dan Larutan uji; rU gabapentin. Pipet 20 mL Larutan baku persediaan ke
dan rS berturut-turut adalah respons puncak dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan
gabapentin dari Larutan uji dan Larutan baku. Media disolusi sampai tanda.
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup disaring melalui penyaring membran dengan
baik. Simpan pada suhu ruang. porositas 0,45µm.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar kecuali menggunakan Larutan baku
kerja sebagai pengganti Larutan baku.
KAPSUL GABAPENTIN
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Gabapentin Capsule volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku
kerja dan Larutan uji, rekam kromatogram, ukur
Kapsul gabapentin mengandung gabapentin, respons puncak utama. Hitung persentase gabapentin,
C9H17NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih C9H17NO2, yang terlarut dengan rumus:
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Baku pembanding Gabapentin BPFI, tidak boleh rU  C S  900  100


dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
rS  L
Senyawa Sejenis A Gabapentin BPFI [2-aza-
spiro[4,5]dekan-3-on] (C9H15NO BM 153,22), tidak
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
rapat. Larutan uji dan Larutan baku kerja; CS adalah kadar
Gabapentin BPFI dalam mg per mL Larutan baku
kerja; 900 adalahvolume Media disolusi dalam mL;
- 649 -

100 adalah faktor persentase; L adalah jumlah yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertera pada etiket dalam mg. volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kurang dari 80% (Q) C9H17NO2, dari jumlah yang kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
tertera pada etiket. persentase senyawa sejenis A gabapentin dengan
rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
C  rU 
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran tidak 100 S  
spesifik tidak lebih dari 0,1% dan jumlah semua  CU  rS 
cemaran tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi, seperti
CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Gabapentin BPFI
tertera pada Kromatografi <931>.
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Pengencer Lakukan seperti tertera pada
gabapentin dalam mg per mL Larutan uji
Penetapan kadar.
berdasarkan kadar gabapentin yang tertera pada
Larutan A Larutkan 1,2 g kalium fosfat monobasa
etiket; rU dan rS berturut turut adalah respons puncak
P dalam 940 mL air. Atur pH hingga 6,9 dengan
senyawa sejenis A gabapentin yang diperoleh dari
penambahan kalium hidroksida 5 N, tambahkan 60
Larutan uji dan Larutan baku.Hitung persentase
mL asetonitril P, saring dan awaudarakan.
cemaran yang tidak spesifik relatif terhadap
Larutan B Larutkan 1,2 g kalium fosfat monobasa
gabapentin dengan rumus:
P dalam 700 mL air. Atur pH hingga 6,9 dengan
penambahan kalium hidroksida 5 N, tambahkan
300 mL asetonitril P, saring dan awaudarakan. C  rU 
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A 100 S  
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem  CU  rS 
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada CS adalah kadar Gabapentin BPFI dalam mg per mL
Kromatografi <931>. Larutan baku; CU adalah kadar gabapentin dalam mg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah per mL Larutan uji berdasarkan kadar gabapentin
Gabapentin BPFI dan Senyawa Sejenis A Gabapentin yang tertera pada etiket; ri adalah respons puncak
BPFI, larutkan dengan Pengencer hingga kadar setiap cemaran tidak spesifik dalam Larutan uji dan
masing-masing lebih kurang 0,04 mg per mL. rS adalah respons puncak gabapentin dari Larutan
Larutan uji Timbang dan haluskan isi tidak kurang baku.
dari 20 kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul
setara dengan lebih kurang 500 mg gabapentin, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
larutkan dalam Pengencer, jika perlu sonikasi lebih Kromatografi<931>.
kurang 30 detik. Encerkan dengan Pengencer sampai Pengencer Larutkan 1,2 g kaliumfosfat monobasa
tanda hingga kadar lebih kurang 20 mg per mL. P dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 6,9 dengan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penambahan kalium hidroksida 5 N.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Fase gerak Larutkan 1,2 g kalium fosfat
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 monobasa P dalam 940 mL air. Atur pH hingga 6,9
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran dengan penambahan kalium hidroksida 5 N,
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per tambahkan 60 mL asetonitril P, saring dan
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Waktu Larutan A Larutan B Kromatografi <931>.
Eluasi
(menit) (%) (%) Larutan baku Timbang saksama sejumlah
0,0-4,0 100 0 Isokratik Gabapentin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
4,0-45,0 100→0 0→100 Gradien linier Pengencer hingga kadar lebih kurang 4,0 mg per mL.
45,0-45,1 0→100 100→0 Gradien linier Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari
45,1-50,0 100 0 Kesetimbangan 20 kapsul, keluarkan isi semua kapsul, campur dan
haluskan. Bersihkan cangkang kapsul dan timbang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan saksama, hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti saksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang
tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak 100 mg gabapentin, masukkan ke dalam labu
gabapentin tidak lebih dari 2,0; simpangan baku tentukur 25-mL, larutkan dalam Pengencer dan jika
relatif gabapentin dan senyawa sejenis gabapentin A perlu sonikasi lebih kurang 60 detik. Encerkan
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. dengan Pengencer sampai tanda.
- 650 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi


Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi A. Spektrum serapan inframerah zat yang
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per sama pada Gansiklovir BPFI.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak per mL dalam metanol P menunjukkan maksimum
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak dan minimum pada panjang gelombang yang sama
kurang dari 7000 lempeng teoritis; faktor ikutan seperti pada Gansiklovir BPFI.
puncak tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bpj.
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase gabapentin, C9H17NO2 dari yang tertera Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 6,0%.
pada etiket, dalam serbuk kapsul dengan rumus: [Catatan Gansiklovir sangat higroskopis.]

C  rU  Cemaran organik Senyawa sejenis A gansiklovir


100 S   tidak lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih
 CU  rS  dari 1,5%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
CS adalah kadar Gabapentin BPFI dalam mg per mL Kromatografi <931>.
Larutan baku; CU adalah kadar gabapentin dalam mg Larutan A, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
per mL Larutan uji berdasarkan kadar gabapentin Sistem kromatografi, dan Kesesuaian sistem Lakukan
yang tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut seperti tertera pada Penetapan kadar.
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan, dan encerkan dalam Fase gerak hingga
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kadar lebih kurang 0,22 mg per mL.
rapat, simpan pada suhu ruang. Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µL Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan
ukur semua respons puncak. Hitung persentase
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
GANSIKLOVIR
Ganciclovir  ri 
   100
 rT 
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji; rT adalah jumlah semua respons
puncak dalam kromatogram.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


9-[[2-Hidroksi-1-(hidroksimetil)etoksi]metil] guanin
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
[82410-32-0]
Kromatografi <931>.
C9H13N5O4 BM 255,23
Larutan A Larutan asam trifluroasetat P
(0,5 dalam 1000).
Gansiklovir mengandung tidak kurang dari 98,0%
Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan A
dan tidak lebih dari 102,0%, C9H13N5O4, dihitung
(1:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
terhadap zat anhidrat.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Gansiklovir BPFI dan Senyawa sejenis A
Baku pembanding Gansiklovir BPFI; tidak boleh
Gansiklovir BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Fase gerak hingga kadar masing-masing 0,1 mg per
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa
mL. Jika perlu lakukan sonikasi.
sejenis A Gansiklovir BPFI.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Gansiklovir BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,22 mg per
mL.
- 651 -

Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Baku pembanding Gansiklovir BPFI; tidak boleh
larutkan, dan encerkan dalam Fase gerak hingga dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
kadar 0,22 mg per mL. terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
L9. Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju alir simpan larutan dalam lemari pendingin gunakan
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, dalam lemari pembeku.
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Identifikasi Waktu retensi puncak utama
gansiklovir dan senyawa sejenis A gansiklovir tidak kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
kurang dari 1,4; efisiensi kolom tidak kurang dari baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
5000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari
1,4 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Larutan terkonstitusi Memenuhi syarat Kelarutan
ulang tidak lebih dari 1,0%. [Catatan Waktu retensi dan kejernihan larutan seperti tertera pada Injeksi.
relatif senyawa sejenis A gansiklovir dan gansiklovir
berturut-turut 0,9 dan 1,0.] Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 0,84 unit Endotoksin FI per mg Gansiklovir untuk
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Injeksi.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
persentase gansiklovir, C9H13N5O4, dalam zat dengan dengan Penyaringan membran.
rumus:
pH <1071> Antara 10,8 dan 11,4; lakukan penetapan
 rU   CS  menggunakan larutan terkonstitusi seperti tertera
      100 pada etiket.
 rS   CU 
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Lakukan seperti tertera pada lampiran, kecuali
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar perubahan berikut ini: Gunakan campuran formamida
Gansiklovir BPFI dalam mg per mL Larutan baku; anhidrat P-metanol P (1:1) sebagai pengganti
CU adalah kadar gansiklovir dalam mg per mL metanol pada pelarut pentiter. Volume pentitrasi
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang yang dibutuhkan pada kondisi pelarut dalam bejana
titrasi tidak lebih dari 10% dari volume awal pelarut.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kadar Gansiklovir untuk injeksi dalam bejana titrasi
baik, simpan pada suhu 25° masih boleh disimpan tidak lebih dari 7 mg per mL.
pada suhu antara 15° dan 30°.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
GANSIKLOVIR UNTUK INJEKSI
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Ganciclovir for Injection Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Gansiklovir untuk Injeksi adalah serbuk beku kering Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 1,4 g
gansiklovir yang dibuat melalui proses netralisasi amonium fosfat monobasa P dan 2,0 g asam fosfat P,
gansiklovir dengan bantuan natrium hidroksida. masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan
Mengandung gansiklovir, C9H13N5O4, tidak kurang dan encerkan dengan air sampai tanda, saring dan
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah awaudarakan.
yang tertera pada etiket, dihitung terhadap zat Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
anhidrat. [Peringatan Penanganan Gansiklovir untuk hipoksatin P, larutkan, dan encerkan dengan air
Injeksi harus sangat hati-hati, karena berpotensi hingga kadar lebih kurang 0,15 mg per mL.
sebagai zat sitotoksik dan diduga bersifat Larutan baku persediaan Timbang saksama
karsinogenik.] sejumlah Gansiklovir BPFI, larutkan dan encerkan
dalam air hingga kadar lebih kurang 250 μg per mL.
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih. Larutan baku Pipet 20 mL Larutan baku
persediaan dan 10 mL Larutan baku internal, ke
Kelarutan Larut dalam air. dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase
- 652 -

gerak sampai tanda. Kadar larutan lebih kurang 0,05 mg [Catatan Sebelum digunakan larutkan campuran dalam
per mL. 1 L air.]
Larutan uji persediaan Timbang sejumlah zat, Sebagai alternatif trinatrium sitrat dihidrat dapat diganti
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih dengan natrium hidrogen karbonat (NaHCO3) 2,5 g per
kurang 1 mg per mL. Liter. Untuk alasan stabilitas disarankan mengemas
Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan dan 10 natrium hidrogen karbonat dalam wadah terpisah.
mL Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 100- Glukosa anhidrat dapat diganti dengan glukosa
mL, encerkan dengan Fase gerak hingga tanda. Kadar monohidrat (C6H12O6.H2O) 14,85 g per Liter. Dapat
larutan lebih kurang 0,05 mg per mL. mengandung zat tambahan dalam jumlah minimal,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi untuk memperbaiki karakteristik aliran serbuk dan atau
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan rasa.
kolom 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1.
Laju alir lebih kurang 1,2 mL per menit. Lakukan Garam oralit mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam tidak lebih dari 110,0% jumlah ekivalen natrium Na+,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kalium K+, klorida Cl- dan sitrat C6H5O73- dari jumlah
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak hiposantin yang tertera pada etiket. Mengandung glukosa anhidrat,
dan gansiklovir tidak kurang dari 3,0, efisiensi kolom C6H12O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis, faktor ikutan 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Identifikasi
Waktu retensi relatif hiposantin dan gansiklovir adalah A. Bila dipanaskan serbuk akan meleleh, awalnya
0,7 dan 1,0.] berwarna kuning kemudian coklat, mengembang dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume hangus, menimbulkan bau gula terbakar.
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan B. Larutkan isi satu wadah dalam 250 mL air:
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada Uji
ukur respons puncak utama. Hitung persentase Identifikasi Umum <291>.
gansiklovir, C9H13N5O4, dalam serbuk untuk injeksi C. Pada 5 mL Larutan uji identifikasi B, tambahkan 4
dengan rumus: tetes natrium kobaltnitrit P 10%: terbentuk endapan
jingga kuning (kalium).
 RU   CS  D. Cuplikan 5 mL Larutan uji identifikasi B
      100 menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti tertera pada
 RS   CU  Uji Identifikasi Umum <291>.
E. Cuplikan 5 mL larutan uji identifikasi B yang telah
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons dinetralkan menunjukkan reaksi Sitrat seperti tertera
puncak gansiklovir dan baku internal dari Larutan uji pada Uji Identifikasi Umum <291>.
F. Tambahkan beberapa tetes larutan
dan Larutan baku; Cs adalah kadar Gansiklovir BPFI
uji identifikasi B pada 5 mL tembaga(II) tartrat alkali
dalam mg per mL Larutan baku; Cu adalah kadar
LP panas: terbentuk banyak endapan merah (glukosa).
gansiklovir dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
jumlah yang tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan Timbang saksama isi 20
Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu antara kemasan yang dipilih secara acak, tentukan bobot rata-
rata isi kemasan. Perbedaan bobot isi tiap kemasan
15° dan 30°. Lindungi dari kelembapan.
terhadap bobot rata-rata: tidak lebih dari 2 kemasan
lebih dari 5% dan tidak satupun kemasan lebih dari
Penandaan Pada etiket dicantumkan penanganan harus
10%.
sangat hati-hati, karena berpotensi sebagai zat sitotoksik
dan diduga bersifat karsinogenik.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 50º hingga bobot tetap.
GARAM ORALIT pH <1071> Antara 7,0 dan 8,8. Lakukan penetapan
Oral Rehydration Salts menggunakan larutan yang direkonstitusikan seperti
tertera pada etiket.
Garam oralit adalah campuran serbuk kering
mengandung: Penetapan kadar [Catatan Lakukan semua penetapan
Natrium klorida (NaCl) 2,6 g kadar menggunakan 1 kemasan. Jika jumlah tidak
Trinatrium sitrat dihidrat (C6H5Na3O7.2H2O) 2,9 g mencukupi dapat digunakan kemasan lain dari bets
Kalium klorida (KCl) 1,5 g yang sama untuk penetapan kadar sitrat dan glukosa.]
Glukosa anhidrat (C6H12O6) 13,5 g Larutan A Timbang saksama lebih kurang 8 g serbuk
oralit, larutkan dan encerkan dengan air hingga 500 mL.
- 653 -

Penetapan kadar natrium Penetapan kadar glukosa


Larutan uji Pipet 3 mL Larutan A, encerkan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 8,0 g
dengan air hingga 500 mL. serbuk oralit, larutkan dengan 40 mL air, tambahkan
Larutan baku Timbang 508,4 mg natrium klorida 0,2 mL amonium hidroksida P 10% dan encerkan
yang telah dikeringkan pada suhu 130° dengan air hingga 50 mL. Campur dan diamkan
hingga bobot tetap, larutkan dan encerkan dengan air selama 30 menit.
hingga 1000 mL (larutan mengandung 0,2 Prosedur Lakukan penetapan rotasi optik dan
mg Na+ per mL). hitung jumlah glukosa anhidrat C6H12O6 dalam g
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan dengan mengalikan hasil pembacaan rotasi optik
Spektrofotometer serapan atom yang sesuai seperti dalam derajat dengan 0,9477.
yang tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
Cahaya <1191>. Gunakan panjang gelombang emisi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dan absorpsi lebih kurang 589 nm. Tiap g natrium rapat, kedap udara. Dianjurkan kemasan berlapis
klorida dan trinatrium sitrat dihidrat setara dengan aluminium.
berturut-turut 0,3934 g dan 0,2345 g Na+.
Penandaan Mencantumkan nama dan jumlah dalam
Penetapan kadar kalium g setiap komponen dalam wadah dosis satuan atau
Larutan uji Pipet 3 mL Larutan A, encerkan jumlah dalam g garam dalam wadah dan petunjuk
dengan air hingga 500 mL. untuk konstitusi. Sisa larutan tidak digunakan setelah
Larutan baku Timbang 190,6 mg kalium 24 jam dari konstitusi. Pada etiket kemasan dosis
klorida yang telah dikeringkan pada suhu tunggal, mencantumkan tidak dibuka sampai waktu
130° hingga bobot tetap, larutkan dan encerkan digunakan.
dengan air hingga 1000 mL (larutan mengandung 0,1
mg K+ per mL).
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan GELATIN
Spektrofotometer serapan atom yang sesuai seperti Gelatin
yang tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
Cahaya <1191>. Gunakan panjang gelombang emisi Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari
dan absorpsi lebih kurang 767 nm. Tiap g kalium hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat
klorida setara dengan 0,5245 g K+. putih dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari
prekursor yang diasamkan dikenal sebagai Tipe A
Penetapan kadar klorida Titrasi 20 mL Larutan A dan yang berasal dari prekursor yang dibasakan
dengan perak nitrat 0,1 N LV menggunakan dikenal sebagai Tipe B.
kaliumkromat P 10% sebagai indikator. Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul
atau untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan
Tiap mL perak nitrat 0,1 N pewarna yang diijinkan; dapat mengandung sulfur
setara dengan 3,545 mg Cl-. dioksida tidak lebih dari 0,15% dan dapat
mengandung natrium lauril sulfat dengan kadar yang
Tiap g natrium klorida dan kalium klorida setara sesuai serta zat antimikroba yang sesuai.
dengan berturut-turut 0,6066 g dan 0,4756 g Cl-.
Pemerian Lembaran, kepingan atau potongan, atau
Penetapan kadar sitrat Larutan uji Timbang serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat
saksama lebih kurang 2,8 g serbuk oralit, tambahkan terang; warna bervariasi tergantung ukuran partikel.
80 mL asam asetat glasial P, panaskan pada suhu Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering
50°, dinginkan. Encerkan dengan asam asetat glasial stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika
P hingga 100 mL, dan diamkan selama 10 menit. lembab atau dalam bentuk larutan. Gelatin Tipe A
Prosedur Lakukan titrasi bebas air seperti tertera menunjukkan titik isoelektrik antara pH 7 dan pH 9,
pada Titrimetri <711>. Pipet 20 mL beningan gelatin Tipe B menunjukkan titik isoelektrik antara
Larutan uji, tambahkan 0,25 mL 1-naftol-benzen LP. pH 4,7 dan pH 5,2.
Titrasi Larutan uji dengan asam perklorat
0,1 N. Kelarutan Tidak larut dalam air dingin;
mengembang dan lunak bila dicelup dalam air;
Tiap mL asam perklorat 0,1 N menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10
setara dengan 6,303 g C6H5O73- kali beratnya; larut dalam air panas, asam asetat 6 N
dan campuran panas gliserin dan air; tidak larut
Tiap g natrium sitrat setara dengan 0,6430 g C6H5O73. dalam etanol, kloroform, eter, minyak lemak dan
minyak menguap.
- 654 -

Identifikasi labu generator dengan Larutan pepsin dan encerkan


A. Pada larutan (1 dalam 100) tambahkan dengan Larutan pepsin hingga 52 mL. Tambahkan 3
trinitrofenol LP atau larutan kalium dikromat P (1 mL asam klorida P dan 4 mL isopropanol P, campur.
dalam 15) yang sebelumnya telah dicampur dengan Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
asam klorida 3 N lebih kurang seperempat volume: Prosedur dalam Uji Batas Arsen <321> Metode I
terbentuk endapan kuning. tanpa penambahan 20 mL asam sulfat 7 N dan 1 mL
B. Pada larutan (1 dalam 5000) tambahkan asam isopropanol P, pada Larutan baku dan Larutan uji.
tanat LP: terjadi kekeruhan.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
Batas mikroba <51> Jumlah bakteri tidak lebih dari penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat
1000 per g; uji terhadap Salmonella sp dan sebagai berikut: Pada sisa yang diperoleh dari Sisa
Escherichiacoli memberikan hasil negatif. pemijaran tambahkan 2 mL asam klorida P dan 0,5
mL asam nitrat P, uapkan di atas tangas uap hingga
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,0%; kering. Pada sisa tambahkan 1 mL asam klorida 1 N
lakukan penetapan sebagai berikut: Pijarkan 5,0 g zat, dan 15 mL air, hangatkan selama beberapa menit.
tanpa penambahan asam sulfat P, tetapi tambahkan Saring dan bilas dengan air hingga diperoleh filtrat
1,5 sampai 2,0 g parafin P untuk menghindari sebanyak 100 mL. Encerkan 8 mL larutan tersebut
kehilangan zat akibat pengembangan. Lanjutkan dengan air hingga 25 mL.
pengabuan dalam tanur pada suhu 550º selama 15
sampai 20 jam. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik, di tempat kering.
Bau dan zat tak larut dalam air Panaskan larutan
(1 dalam 40): tidak tercium bau tidak enak dan
larutan setebal 2 cm hanya menunjukkan sedikit GEMFIBROSIL
opalesensi. Gemfibrozil
Sulfur dioksida Larutkan 20,0 g zat dalam 150 mL
air panas dalam labu alas bulat leher panjang, O O
tambahkan 5 mL asam fosfat P dan 1 g natrium
bikarbonat P, segera hubungkan labu dengan
OH
pendingin. [Catatan Busa yang berlebihan dapat
dikurangi dengan penambahan beberapa tetes zat
anti busa yang sesuai.] Destilasi hingga diperoleh 50
mL destilat yang ditampung di bawah permukaan 50
Asam 2,2-Dimetil-5-(2,5-xililoksi)valerat [25812-30-0]
mL iodum 0,1 N. Asamkan destilat dengan beberapa
C15H22O3 BM 250,33
tetes asam klorida P, tambahkan 2 mL barium
klorida LP dan panaskan di atas tangas uap hingga
Gemfibrosil mengandung tidak kurang dari 98,0%
cairan hampir tidak berwarna. Saring endapan barium
dan tidak lebih dari 102,0% C15H22O3, dihitung
sulfat bila ada, bilas dan pijarkan; bobot tidak lebih
terhadap zat kering.
dari 3 mg setara dengan tidak lebih dari 0,004%
sulfur dioksida. Lakukan penetapan blangko.Gelatin
Pemerian Hablur padat serupa lilin; putih.
yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk
penyalutan tablet, memberikan tidak lebih dari 109,3
Kelarutan Larut dalam etanol, metanol dan
mg barium sulfat yang setara dengan tidak lebih dari
kloroform; praktis tidak larut dalam air.
0,15% sulfur dioksida.
Baku pembanding Gemfibrosil BPFI; lakukan
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 0,8 bpj.
pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam
Larutan pepsin Larutkan 500 mg pepsin P dalam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
80 mL asam klorida 0,1 N, encerkan dengan asam
rapat. Senyawa Sejenis A Gemfibrosil BPFI, [2,2-
klorida 0,1 N sampai 100 mL.
dimetil-5-[2,5-dimetil-4-(propen-1-il)fenoksi] asam
Larutan baku Masukkan 3,0 mL Larutan baku
valerat] (C18H26O3 BM 290,40); tidak boleh
Arsen ke dalam labu generator arsin, encerkan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
dengan Larutan pepsin hingga 52 mL, tambahkan 3
pada suhu ruang.
mL asam klorida P dan 4 mL isopropanol P, campur.
Larutan uji Campur 3,75 g zat dengan 40 mL
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan pepsin dalam labu generator arsin. Panaskan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
hati-hati hingga suhu antara 65º dan 70º, pertahankan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
suhu selama 30 menit sambil disonikasi selama
sama seperti pada Gemfibrosil BPFI.
2 menit setiap 10 menit. Dinginkan, bilas dinding
- 655 -

Jarak lebur <1021> Antara 58º dan 61º.


C  ri 
1000 S  
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,25%. W  rS 

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 CS adalah kadar Gemfibrosil BPFI dalam mg per mL
bpj. Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg, dari
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
Cemaran organik Senyawa sejenis A gemfibrosil tidak cemaran dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
lebih dari 0,1%; cemaran tidak spesifik tidak lebih dari gemfibrosil dari Larutan baku.
0,1% dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari 0,5%.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Penetapan kadar Lakukan dengan cara Kromatografi
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Fase gerak Tambahkan 10 mL asam asetat glasial P <931>.
ke dalam labu tentukur 1000-mL yang berisi 750 mL Fase gerak Tambahkan 10 mL asam asetat glasial P
metanol P, encerkan dengan air sampai tanda dan pada 800 mL metanol P dalam labu tentukur 1000-mL,
saring. encerkan dengan air sampai tanda, campur, saring
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama melalui penyaring membran.
sejumlah Gemfibrosil BPFI, Senyawa Sejenis A Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Gemfibrosil BPFI dan 2,5-dimetilfenol, larutkan dan Gemfibrosil BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut-turut kadar lebih kurang 1 mg per mL. Pipet 5 mL larutan
lebih kurang 0,2; 0,05 dan 0,05 mg per mL. tersebut ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan
Larutan baku Timbang saksama masing-masing 10 dengan Fase gerak sampai tanda.
mg Gemfibrosil BPFI dan Senyawa Sejenis A Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Gemfibrosil BPFI. Masukkan ke dalam labu tentukur zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
100-mL, larutkan dan encerkan dengan metanol P dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5
sampai tanda. Pipet 5 mL masing-masing larutan ini ke mL larutan tersebut ke dalam labu tentukur 25-mL,
dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan Fase encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
gerak sampai tanda. Larutan kesesuaian sistem Buat larutan lebih kurang
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg 0,2 mg Gemfibrosil BPFI dan 0,05 mg 2,5-xilenol per
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, larutkan mL dalam Fase gerak.
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom 3,9 mm
dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 0,8 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada
kesesuaian sistem dan rekam kromatogram dan ukur Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi
retensi relatif untuk 2,5 dimetilfenol; gemfibrosil dan terhadap lebih kurang 10 µL Larutan kesesuaian sistem:
senyawa sejenis A gemfibrosil berturut-turut adalah resolusi, R, antara gemfibrosil dan 2,5-xilenol tidak
lebih kurang 0,35; 1,0 dan 2,1; simpangan baku relatif kurang dari 8,0.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan
sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram untuk respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
paling sedikit 3 kali waktu retensi gemfibrosil dan ukur gemfibrosil, C15H22O3, dengan rumus:
respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A
gemfibrosil dalam zat yang digunakan dengan rumus:
r 
500C  U 
C  ri   rS 
1000  
W  rS  C adalah kadar Gemfibrosil BPFI dalam µg per mL
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
C adalah kadar Senyawa sejenis A Gemfibrosil BPFI puncak Larutan uji dan Larutan baku.
dalam mg per mL Larutan baku; W adalah bobot zat
dalam mg dari Larutan uji; ri dan rS berturut-turut Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
adalah respons puncak senyawa sejenis A gemfibrosil rapat.
Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
cemaran lain dalam zat yang digunakan dengan rumus:
- 656 -

KAPSUL GEMFIBROSIL Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Gemfibrozil Capsule Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Kapsul Gemfibrosil mengandung gemfibrosil, Fase gerak, Larutan baku dan Larutan kesesuaian
C15H22O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih sistem Lakukan seperti yang tertera pada Penetapan
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kadar dalam Gemfibrosil.
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 kapsul,
Baku pembanding Gemfibrosil BPFI; lakukan keluarkan semua isi kapsul dan campur, bersihkan
pengeringan diatas silika gel P selama 4 jam sebelum cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
kapsul setara dengan lebih kurang 100 mg
Identifikasi Timbang saksama sejumlah tertentu isi gemfibrosil, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
kapsul setara dengan lebih kurang 100 mg mL, tambahkan lebih kurang 80 mL metanol P,
gemfibrosil, kocok dengan 10 mL natrium hidroksida kocok sampai larut. Encerkan dengan metanol P
0,1 N. Saring ke dalam tabung sentrifuga 50 mL dan sampai tanda, campur dan saring. Pindahkan 5,0 mL
asamkan filtrat dengan asam sulfat 3 N hingga larutan jernih ke dalam labu tentukur 25-mL,
diperoleh endapan yang sangat banyak. Sentrifus dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
buang larutan jernih. Bilas endapan dengan sedikit air Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada
dan biarkan kering di udara. Keringkan di atas silika Penetapan kadar dalam Gemfibrosil. Hitung jumlah
gel P selama 4 jam. Spektrum serapan inframerah dalam mg gemfibrosil, (C15H22O3), dalam serbuk
endapan yang didispersikan dalam kalium bromida P, kapsul yang digunakandengan rumus :
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Gemfibrosil BPFI r 
500 C  u 
yang diperlakukan sama.  rs 

Disolusi <1231> C adalah kadar Gemfibrosil BPFI dalam mg per mL


Media disolusi: 900 mL dapar fosfat 0,2 M pH 7,5 dalam Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
yang dibuat dengan melarutkan 545 g kalium fosfat respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
monobasa P dalam 5 Liter air, tambahkan 131 g
natrium hidroksida P, encerkan dengan air hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
lebih kurang 19,5 Liter, dan campur. Atur pH 7,5 rapat.
dengan asam fosfat 1 N atau natrium hidroksida 1 N
dan encerkan dengan air sampai 20 Liter.
Alat tipe 2: 50 rpm.
TABLET GEMFIBROSIL
Waktu: 45 menit.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Gemfibrozil Tablets
sejumlah Gemfibrosil BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang Tablet Gemfibrosil mengandung gemfibrosil,
0,33 mg per mL. [Catatan Mula-mula larutkan baku C15H22O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
pembanding dalam sedikit metanol yang tidak lebih 1% dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
dari volume Larutan baku persediaan.]
Larutan baku Masukkan sejumlah volume Larutan Baku pembanding Gemfibrosil BPFI; tidak boleh
baku persediaan ke dalam labu tentukur dan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
encerkan dengan natrium hidroksida 1 N hingga terlindung dari cahaya dan dalam lemari pendingin.
kadar kurang lebih sama seperti Larutan uji yang
telah disaring dan diencerkan. Identifikasi
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C15H22O3 A. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika lebih kurang 100 mg gemfibrosil. Tambahkan 10 mL
perlu diencerkan dengan natrium hidroksida 1 N dan natrium hidroksida 0,1 N, kocok. Saring ke dalam
serapan Larutan baku pada panjang gelombang tabung sentrifus 50-mL, dan asamkan dengan asam
serapan maksimum lebih kurang 276 nm. sulfat 3 N agar terbentuk endapan. Sentrifus dan
Toleransi Dalam waktu 45 menit, harus larut tidak buang beningan. Bilas endapan dengan sejumlah
kurang dari 80% (Q) C15H22O3, dari jumlah yang volume kecil air, dan biarkan kering di udara.
tertera pada etiket. Spektrum serapan endapan yang didispersikan dalam
kalium bromida P, yang sebelumnya dikeringkan di
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. atas silika gel P selama 4 jam, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Gemfibrosil BPFI.
- 657 -

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
diperoleh pada Penetapan kadar. kurang 0,005 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Disolusi <1231> tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom
Media disolusi: 900 mL dapar fosfat 0,2 M pH 7,5 berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
yang dibuat dengan melarutkan 545 g kalium fosfat dengan ukuran partikel 5µm. Laju alir lebih kurang 1
monobasa P dalam 5000 mL air, tambahkan 131 g mL per menit. Lakukan eluasi tidak kurang dari 3
natrium hidroksida P, encerkan dengan air hingga kali waktu retensi gemfibrosil. Lakukan kromatografi
lebih kurang 19,5 Liter dan campur. Atur pH hingga terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
7,5 dengan penambahan asam fosfat 1 N atau natrium kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
hidroksida 1 N, encerkan dengan air hingga 20 Liter. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak gemfibrosil
Alat tipe 2: 50 rpm. dan 2,5-silenol tidak kurang dari 8,0; simpangan baku
Waktu: 30 menit. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas,
sejumlah Gemfibrosil BPFI, larutkan dalam sejumlah rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
metanol P. Encerkan dengan Media disolusi hingga tertera pada Prosedur: Perbandingan “signal to
kadar lebih kurang 0,33 mg per mL. [Catatan noise” tidak kurang dari 10.
Larutkan baku pembanding dalam sejumlah metanol Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tidak lebih dari 1% dari volume Larutan baku volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
persediaan.] Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan kromatogram dan ukur semua respons puncak.
baku persediaan dengan larutan natrium hidroksida 1 Hitung persentase masing-masing cemaran dalam
N hingga kadar mendekati Larutan uji yang telah serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
disaring dan diencerkan.
Larutan uji Saring sejumlah alikot dengan  ri   CS 
penyaring yang sesuai, encerkan dengan natrium      100
hidroksida 1 N.  rS   CU 
Prosedur Lakukan penetapan jumlah gemfibrosil,
C15H22O3, yang terlarut dengan mengukur serapan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
alikot, jika perlu encerkan dengan natrium hidroksida dari Larutan uji; rS adalah respon puncak gemfibrosil
1 N dan serapan Larutan baku pada panjang dari Larutan baku; CS adalah kadar Gemfibrosil
gelombang serapan maksimum lebih kurang 276 nm. BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kadar zat dalam mg per mL Larutan uji.
kurang dari 80% (Q) gemfibrosil C15H22O3, dari
jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kromatografi <931>.
Fase gerak Masukkan 800 mL metanol P ke dalam
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak labu tentukur 1000-mL, tambahkan 10 mL asam
lebih dari 0,17%. Total cemaran tidak lebih dari asetat glasial P, encerkan dengan air sampai tanda.
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Saring dan awaudarakan.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
<931>. sejumlah Gemfibrosil BPFI dan 2,5-silenol,
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
Larutan baku persediaan Lakukan seperti tertera larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga
pada Penetapan kadar. kadar berturut-turut lebih kurang 0,2 dan 0,05 mg per
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku mL.
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga Larutan baku persediaan Timbang saksama
kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. sejumlah Gemfibrosil BPFI, masukkan ke dalam labu
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
tablet setara dengan 500 mg gemfibrosil, masukkan Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan lebih persediaan, masukkan ke dalam labu tentukur yang
kurang 40 mL Fase gerak, sonikasi dan kocok selama sesuai, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda
20 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
dan saring. Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama
sejumlah serbuk tablet setara dengan 100 mg
- 658 -

gemfibrosil, masukkan ke dalam labu tentukur 100- Pemerian Padatan putih hingga hampir putih.
mL, tambahkan lebih kurang 80 mL metanol P,
kocok hingga larut. Encerkan dengan metanol P Kelarutan Larut dalam air; sukar larut dalam
sampai tanda dan saring. metanol; praktis tidak larut dalam etanol dan pelarut
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan, organik polar.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 0,2 mg per mL. Baku pembanding Gemsitabin Hidroklorida BPFI;
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
tinggi dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari
berukuran 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. pendingin. Sitosin BPFI. Endotoksin BPFI [Catatan
Laju alir lebih kurang 0,8 mL per menit. Lakukan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
gemfibrosil dan 2,5-silenol tidak kurang dari 8,0. vial yang belum dibuka dalam lemari pembekuyang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Identifikasi
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. A. Spektrum inframerah zat yang didispersikan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam pada Gemsitabin Hidroklorida BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung B. Larutan menunjukkan reaksi Klorida seperti
persentase gemfibrosil, C15H22O3, dalam serbuk tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
tablet yang digunakan dengan rumus:
pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
 rU   CS  menggunakan larutan zat 10 mg per mL.
      100
 rS   CU  Rotasi optik <1081> Antara +43 dan +50; lakukan
penetapan pada suhu 20 menggunakan larutan zat 10
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak mg per mL.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Gemfibrosil BPFI dalam mg per mL Larutan baku; Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
CU adalah kadar gemfibrosil dalam mg per mL
Larutan uji. Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah bpj.
tertutup rapat.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Jika pada etiket
tertera bahwa gemsitabin hidroklorida steril, lakukan
GEMSITABIN HIDROKLORIDA penetapan seperti tertera pada Penyaringan Membran
dalam Uji Sterilitas Sediaan.
Gemcitabine Hydrochloride
Endotoksin bakteri <201> Jika pada etiket tertera
gemsitabin hidroklorida steril atau harus diproses
lebih lanjut untuk pembuatan injeksi, tidak lebih dari
0,05 unit Endotoksin FI per mg gemsitabin.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


2’-Deoksi-2’,2’-difluorositidin monohidroklorida (ß- Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
isomer) [122111-03-9] Kromatografi <931>.
C9H11F2N3O4.HCl BM 299,66 Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Gemsitabin hidroklorida mengandung tidak kurang Larutan A Gunakan Fase gerak seperti tertera pada
dari 97,5% dan tidak lebih dari 101,5%, Penetepan kadar.
C9H11F2N3O4.HCl, dihitung terhadap kadar zat yang Larutan B Gunakan metanol P.
tercantum. [Perhatian gemsitabin hidroklorida Fase gerak Gunakan variasi Larutan A dan
berpotensi sitotoksik, penanganan harus sangat hati- Larutan B saring dan awaudarakan. Jika perlu
hati untuk mencegah terhirup partikel dan terpapar lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
pada kulit.] seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 659 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Gemsitabin Hidroklorida BPFI dan Sitosin BPFI, batas yang tertera pada Tabel sebagai berikut:
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
masing-masing lebih kurang 2 µg per mL. Tabel
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih Cemaran Waktu Batas
kurang 2 mg per mL. retensi (%)
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada relatif
Penetapan kadar. Kromatogram diprogram sebagai Sitosin 0,4 0,1
berikut: Gemsitabin -anomer 0,7 0,1
Gemsitabin 1,0 -
Waktu Larutan A Larutan B Cemaran lain - 0,1
(menit) (%) (%) Total cemaran - 0,2
0 97 3
8 97 3 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
13 50 50 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
20 50 50 Kromatografi <931>.
25 97 3 Fase gerak Buat larutan natrium fosfat monobasa P
13,8 g per L, tambahkan 2,5 mL asam fosfat P.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Saring dan awaudarakan. [Catatan pH larutan ini
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons lebih kurang 2,4-2,6.]
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
antara puncak gemsitabin -anomer dan gemsitabin Gemsitabin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
tidak kurang dari 8,0; faktor ikutan tidak lebih dari encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1
1,5 untuk puncak gemsitabin. Lakukan kromatografi mg per mL.
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 10
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: mg Gemsitabin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dalam vial, tambahkan 4 mL larutan kalium
lebih dari 2,0%. hidroksida P dalam metanol P dengan kadar 168 mg
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah per mL, tutup rapat dan sonikasi. Panaskan pada suhu
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan 55° selama 6 jam-16 jam, dinginkan. Masukkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, bilas dan
kromatogram dan ukur respons semua puncak. encerkan dengan asam fosfat P 1% sampai tanda.
Hitung persentase sitosin dalam gemsitabin [Catatan Larutan mengandung gemsitabin -anomer
hidroklorida dengan rumus: dengan kadar 0,02 mg per mL.]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
 rU  CS  larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
    100 kurang 0,1 mg per mL.
 rS  CU  Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 275 nm, kolom 4,6
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sitosin mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
Sitosin BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
adalah kadar gemsitabin hidroklorida dalam mg per kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
mL Larutan uji. Hitung persentase masing-masing respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
cemaran selain sitosin dalam gemsitabin hidroklorida resolusi, R, antara puncak gemsitabin -anomer dan
dengan rumus: gemsitabin tidak kurang dari 8,0 dan faktor ikutan
tidak lebih dari 1,5 untuk gemsitabin. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
 ri  CS 
    100 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
 rS  CU  pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. [Catatan
Waktu retensi relatif gemsitabin -anomer dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
gemsitabin masing-masing lebih kurang 0,5 dan 1,0.]
Larutan uji; rS adalah respons puncak gemsitabin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
hidroklorida Larutan baku; CS adalah kadar
Gemsitabin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan baku dan CU adalah kadar gemsitabin Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji. Abaikan kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
puncak dengan respons kurang dari 0,02%. Masing-
- 660 -

persentase gemsitabin hidroklorida, pH <1071> Antara 2,7 dan 3,3; lakukan penetapan
C9H11F2N3O4.HCl, dalam zat dengan rumus: menggunakan larutan 40 mg per mL gemsitabin
dalam natrium klorida P 0,9%.
 rU  CS 
    100 Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
 rS  CU  seperti tertera pada Penyaringan membran dalam Uji
Sterilitas Sediaan.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
gemsitabin hidroklorida Larutan uji dan Larutan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,05 unit
baku; CS adalah kadar Gemsitabin Hidroklorida Endotoksin FI per mg gemsitabin.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah
kadar gemsitabin hidroklorida dalam mg per mL Bahan partikulat dalam injeksi <751> Memenuhi
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. syarat untuk injeksi volume kecil.

Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Kejernihan larutan <881> Tidak lebih dari 10
tertutup rapat. NTU.
Larutan uji Larutkan zat dengan pelarut yang
Penandaan Jika dimaksudkan untuk digunakan sesuai hingga diperoleh kadar seperti yang
dalam pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus direkomendasikan pada etiket.
tercantum steril atau harus dilakukan proses Prosedur Lakukan penetapan kekeruhan dengan
sterilisasi dalam pembuatan sediaan injeksi. membandingkan larutan injeksi tidak lebih dari 15
menit setelah direkonstitusi terhadap pembanding
seperti tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan
Cahaya <1191>.
GEMSITABIN UNTUK INJEKSI
Gemcitabine for Injection Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Keseragaman bobot.
Gemsitabin untuk Injeksi mengandung gemsitabin
hidroklorida, setara dengan gemsitabin, Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
C9H11F2N3O4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada Kromatografi <931>.
etiket. Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera
[Perhatian Gemsitabin hidroklorida berpotensi pada Penetapan kadar.
sitotoksik, penanganan harus sangat hati-hati untuk Larutan A Gunakan Fase gerak seperti tertera pada
mencegah terhirup partikel dan terpapar pada kulit.] Penetapan kadar.
Larutan B Gunakan metanol P.
Baku pembanding Gemsitabin Hidroklorida BPFI; Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan Gemsitabin Hidroklorida BPFI dan Sitosin BPFI,
dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin. larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
Sitosin BPFI. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat masing-masing 2 µg per mL.
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati Larutan uji Rekonstitusi Gemsitabin untuk injeksi
untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua dalam sejumlah volume air yang diukur saksama,
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan sesuai dengan volume pengencer yang tertera pada
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang etiket. Encerkan sejumlah volume yang diukur
belum dibuka dalam lemari pembekuyang belum saksama dengan air hingga kadar lebih kurang 2 mg
dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Penetapan kadar. Kromatogram diprogram sebagai
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 16 µg per berikut:
mL dalam Medium menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Waktu Larutan A Larutan B
pada Gemsitabin Hidroklorida BPFI. Medium dibuat (menit) (%) (%)
dengan cara melarutkan 13,8 g natrium fosfat 0 97 3
monobasa P dan 2,5 mL asam fosfat P dalam 1000 8 97 3
mL. 13 50 50
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram 20 50 50
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang 25 97 3
diperoleh pada Penetapan kadar.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
- 661 -

seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Fase gerak Buat larutan natrium fosfat monobasa
puncak gemsitabin -anomer dan gemsitabin tidak P 13,8 g per L, tambahkan 2,5 mL asam fosfat P.
kurang dari 8,0 dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
untuk puncak gemsitabin. Lakukan kromatografi penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan pH
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: larutan ini lebih kurang 2,4-2,6.]
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Larutan baku Timbang saksama Gemsitabin
lebih dari 2,0%. Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 10
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam mg Gemsitabin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
kromatogram dan ukur semua respons puncak. dalam vial kecil, tambahkan 4 mL campuran kalium
Hitung persentase sitosin dalam gemsitabin hidroksida P dalam metanol P dengan kadar 168 mg
hidroklorida dengan rumus: per mL, tutup rapat dan sonikasi. Panaskan pada suhu
55° selama 6-16 jam, biarkan dingin. Pindahkan
 rU  CS  263 ,20  larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
     100 dengan asam fosfat P 1% sampai tanda. [Catatan
 rS  CU  299 ,66  Larutan mengandung gemsitabin -anomer dengan
kadar lebih kurang 0,02 mg per mL.]
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak sitosin Larutan uji Rekonstitusi Gemsitabin untuk injeksi
dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dalam sejumlah volume air yang diukur saksama,
Sitosin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU sesuai dengan volume pengencer yang tertera pada
adalah kadar gemsitabin hidroklorida dalam mg per etiket. Pipet sejumlah volume dan encerkan dengan
mL Larutan uji; 263,20 dan 299,66 berturut-turut air hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
adalah berat molekul gemsitabin dan gemsitabin Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
hidroklorida. Hitung persentase cemaran laindalam tinggi dilengkapi dengan detektor 275 nm, kolom 4,6
larutan injeksi dengan rumus: mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
 ri  CS  263 ,20 
     100 kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
 rS  CU  299 ,66  respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak gemsitabin -anomer dan
gemsitabin tidak kurang dari 8,0 dan faktor ikutan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
tidak lebih dari 1,5. Lakukan kromatografi terhadap
dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons
gemsitabin dalam Larutan baku; CS adalah kadar
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Gemsitabin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan baku; CU adalah kadar gemsitabin
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji; 263,20 1,0%. [Catatan Waktu retensi relatif gemsitabin -
dan 299,66 berturut-turut adalah berat molekul anomer dan gemsitabin berturut-turut lebih kurang
gemsitabin dan gemsitabin hidroklorida. Abaikan 0,5 dan 1,0.]
puncak dengan respons puncak kurang dari 0,02%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
lebih dari batas yang tertera pada Tabel sebagai Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
berikut: kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase gemsitabin dalam injeksi
Tabel berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket dengan
rumus:
Cemaran Waktu Batas
retensi (%)
 rU  C S  263 ,20 
relatif      100
 299 ,66 
Sitosin 0,4 0,1
Gemsitabin -anomer 0,7 0,1
 rS  CU
Gemsitabin 1,0 -
Cemaran lain - 0,2 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Total cemaran - 0,3 gemsitabin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar Gemsitabin Hidroklorida BPFI dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada gemsitabin dalam mg per mL Larutan uji
Kromatografi <931>. berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; 263,20
- 662 -

dan 299,66 berturut-turut adalah bobot molekul Rotasi jenis <1081> Antara +107º dan +121º, dihitung
gemsitabin dan gemsitabin hidroklorida. terhadap zat kering; lakukan penetapan menggunakan
larutan yang mengandung 10 mg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk
Padatan steril seperti yang tertera pada Injeksi. pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5; lakukan penetapan
Simpan pada suhu ruang terkendali. Setelah menggunakan larutan (1 dalam 25).
direkonstitusi, tidak boleh disimpan dalam lemari
pendingin. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 18,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º
GENTAMISIN SULFAT selama 3 jam.
Gentamycin Sulfate
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%.

Metanol Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan


dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Pipet 2,5 mL n-propil alkohol
P, ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan
air sampai tanda. Larutan ini mengandung n-propil
alkohol 0,50%(v/v).
Larutan baku Pipet 1,25 mL metanol P dan 1,25
mL n-propil alkohol P, ke dalam labu tentukur 500-
mL, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan
Gentamisin sulfat [1405-41-0]
mengandung metanol 0,25% (v/v) dan n-propil alkohol
0,25%(v/v).
Gentamisin sulfat adalah garam sulfat atau campuran
Larutan kontrol Timbang lebih kurang 500 mg zat
dari antibiotik yang dihasilkan oleh pembiakan
dan larutkan dalam 2 mL air.
Micromonospora purpurea. Potensi setara dengan
Larutan uji Timbang lebih kurang 500 mg zat dan
tidak kurang dari 590 µg per mg gentamisin, dihitung
larutkan dalam 1 mL Larutan baku internal dan
terhadap zat kering.
tambahkan 1 mL air.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Pemerian Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan.
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x
Kelarutan Larut dalam air; tidak larut dalam etanol,
1,5 m berisi bahan pengisi S3. Pertahankan suhu
aseton, kloroform, eter dan benzen.
kolom pada suhu tetap antara 120° dan 140°, suhu
injektor dan detektor dipertahankan pada suhu tetap
Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
tidak kurang dari 50° lebih tinggi dari suhu kolom.
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan
lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam
kecepatan alir tetap, antara 30 dan 40 mL per menit.
sebelum digunakan. Gunakan segera zat kering dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
lakukan pengerjaan dalam lingkungan udara kering.
Larutan kontrol, rekam kromatogram dan ukur
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya,
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
di tempat dingin. Endotoksin BPFI[Catatan Bersifat
R, antara puncak n-propil alkohol dan metanol tidak
pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati
kurang dari 1,0; jika ada puncak dengan waktu retensi
untuk menghindari kontaminasi.]. Rekonstitusi semua
yang sesuai dengan waktu retensi n-propil alkohol dari
isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
Larutan kontrol, gunakan respons puncak tersebut
yang belum dibuka dan larutan dalam lemari
untuk mengkoreksi respons puncak n-propil alkohol
pendingin.
dari Larutan uji.
Prosedur Suntikkan secara terpisah, menggunakan
Identifikasi
siring dengan pengisap politef, sejumlah volume sama
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
(lebih kurang 2 mL) Larutan baku dan Larutan uji ke
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respons
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
puncak n-propil alkohol dan metanol. Hitung
sama seperti pada Gentamisin Sulfat BPFI.
persentase metanol dalam zat dengan rumus:
B. Menunjukkan reaksi Sulfat seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>.
P  RU 

1,58 
M  RS 
- 663 -

P adalah persentase (v/v) metanol dalam Larutan r 


baku; M adalah bobot zat dalam g dari Larutan uji; RU 100C  f 
adalah perbandingan respons puncak metanol terhadap  rS 
baku internal dari Larutan uji (jika perlu lakukan
koreksi melalui pengurangan respons puncak baku rf adalah respons puncak gentamisin tertentu; rs
internal dengan respons puncak pada waktu retensi adalah jumlah respons keempat puncak. Kandungan
yang sama dari Larutan kontrol); RS adalah gentamisin C1 antara 25% dan 50%, kandungan
perbandingan respons puncak metanol terhadap baku gentamisin C1a antara 10% dan 35%, jumlah
internal dari Larutan baku. kandungan gentamisin C2a dan gentamisin C2 adalah
antara 25% dan 55%.
Kandungan gentamisin Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera Penetapan potensi Lakukan penetapan potensi
pada Kromatografi <931>. seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik
Larutan o-ftaldehida Larutkan 1,0 g o-ftaldehida P secara Mikrobiologi <131>.
dalam 5 mL metanol P, tambahkan 95 mL larutan
asam borat 0,4 M yang sebelumnya telah ditambah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan kalium hidroksida 8 N sampai pH 10,4, rapat.
kemudian tambahkan 2 mL asam tioglikolat P. Atur
pH larutan hingga 10,4 menggunakan kalium Penandaan Jika Gentamisin sulfat digunakan untuk
hidroksida 8 N. penyiapan sediaan injeksi, pada etiket harus
Fase gerak Buat campuran 700 mL metanol P, dinyatakan steril atau harus melalui proses
250 mL air dan 50 mL asam asetat glasial P. pembuatan sediaan injeksi.
Larutkan 5 g natrium-1-heptansulfonat P dalam
campuran tersebut. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada INJEKSI GENTAMISIN
Kromatografi <931>. Gentamycin Injection
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Gentamisin Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga Injeksi Gentamisin mengandung gentamisin sulfat
kadar lebih kurang 0,65 mg per mL. Masukkan 10 setara gentamisin tidak kurang dari 90,0% dan tidak
mL larutan ini ke dalam tabung reaksi yang sesuai, lebih dari 125,0% dari jumlah yang tertera pada
tambahkan 5 mL isopropanol P dan 4 mL Larutan o- etiket. Dapat mengandung dapar, pengawet, dan
ftaldehida, campur, tambahkan isopropanol P hingga sekuestran yang sesuai, kecuali jika ditujukan untuk
25 mL. Panaskan pada 60º di atas tangas air selama penggunaan intratekal, hanya boleh mengandung zat
15 menit, dinginkan. pengisotonis yang sesuai.
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Larutan
baku menggunakan zat uji. Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
Sistem kromatrografi Lakukan seperti tertera pada pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan
Kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3
tinggi dilengkapi dengan detektor 330 nm dan kolom jam sebelum digunakan. Bersifat higroskopis, simpan
5 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pembeku.
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
tertera pada Prosedur. Faktor kapasitas yang gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
ditentukan dari puncak gentamisin C1 antara 2 dan 7, yang belum dibuka dan larutan dalam lemari
efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak pendingin.
gentamisin C2 tidak kurang dari 1200 lempeng
teoritis: resolusi, R, antara setiap dua puncak tidak Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
kurang dari 1,25 dan simpangan baku relatif pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Fase gerak Buat campuran kloroform P - metanol
Prosedur [Catatan Gunakan tinggi puncak jika P - amonium hidroksida P (20:13:10).
disebutkan respons puncak] Suntikkan secara Penjerap Lempeng silika gel P dengan ketebalan
terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) lempeng 0,25 mm dan ukuran pori rata-rata 6 nm.
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, Larutan baku Timbang sejumlah Gentamisin
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Sulfat BPFI larutkan hingga diperoleh larutan yang
Urutan eluasi adalah gentamisin C1, gentamisin C1a, setara dengan 1 mg per mL.
gentamisin C2a dan gentamisin C2. Hitung persentase Larutan uji Gunakan sediaan injeksi.
kandungan gentamisin C1, gentamisin C1a, Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan
gentamisin C2a dan gentamisin C2 dengan rumus: baku dan Larutan uji [Catatan Jika perlu encerkan
- 664 -

injeksi dengan air hingga diperoleh larutan uji yang Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
mengandung gentamisin 1000 µg per mL; jika injeksi
mengandung kurang dari 1000 µg per mL, totolkan Penetapan potensi Lakukan seperti tertera pada
beberapa kali, tiap kali penotolan tidak lebih dari 20 Penetapan kadar dalam Salep Gentamisin Sulfat.
µL hingga setara dengan 20 µg gentamisin. Biarkan
kering sebelum penotolan berikutnya.] Masukkan Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang berisi ditekan atau dalam wadah tertutup rapat, hindarkan
fase gerak di lapisan bawah. Eluasi hingga fase gerak dari panas berlebih.
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
keringkan di udara, paparkan lempeng pada uap SALEP GENTAMISIN SULFAT
iodum dari kristal iodum dalam bejana: intensitas dan Gentamycin Sulfate Ointment
harga Rf ketiga bercak utama yang diperoleh dari
Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Salep Gentamisin Sulfat mengandung tidak kurang
Larutan baku. dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,71 unit
Endotoksin FI per mg gentamisin. Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan
pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5. tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3
jam, sebelum digunakan. Gunakan segera zat kering
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan udara
pada Injeksi volume kecil. kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, di tempat dingin.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi. Identifikasi Kocok sejumlah salep setara dengan
lebih kurang 5 mg gentamisin dengan campuran 200
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera mL kloroform P dan 5 mL air. Biarkan memisah,
pada Penetapan potensi antibiotik secara saring lapisan air: filtrat memenuhi Identifikasi
mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah volume seperti tertera pada injeksi Gentamisin Sulfat.
injeksi yang diukur saksama, encerkan secara
kuantitatif dan bertahap menggunakan Dapar nomor Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
3 hingga diperoleh enceran Larutan uji dengan kadar
yang diperkirakan sama dengan aras dosis tengah Partikel logam <1061> Memenuhi syarat.
larutan baku (gentamisin 0,1 µg per mL).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%; gunakan
tunggal atau ganda, sebaiknya wadah kaca Tipe I. 20 mL campuran toluen P-metanol P (7:3) sebagai
pengganti metanol P dalam bejana titrasi.

KRIM GENTAMISIN SULFAT Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera


Gentamycin Sulfate Cream pada Penetapan potensi Antibiotik secara
mikrobiologi <131> menggunakan sejumlah zat yang
Krim Gentamisin Sulfat mengandung gentamisin ditimbang saksama setara dengan lebih kurang 1 mg
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin, kocok dengan lebih kurang 50 mL eter P
dari jumlah yang tertera pada etiket. dalam corong pemisah, ekstraksi 4 kali, setiap kali
dengan 20 mL Dapar nomor 3. Kumpulkan ekstrak
Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan air, encerkan bertahap dengan Dapar nomor 3 untuk
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan memperoleh larutan uji dengan kadar yang
tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 diperkirakan sama dengan aras dosis tengah larutan
jam sebelum digunakan. Segera gunakan zat yang baku.
telah kering secara cepat pada udara kering. Simpan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, di Wadah dan penyimpanan Dalam tube dan
tempat sejuk. hindarkan dari panas yang berlebihan.

Identifikasi Kocok sejumlah krim setara dengan


lebih kurang 5 mg gentamisin dengan campuran 200
mL kloroform P dan 5 mL air. Biarkan memisah,
saring lapisan air: filtrat memenuhi uji Identifikasi
dalam Injeksi Gentamisin Sulfat.
- 665 -

SALEP MATA GENTAMISIN SULFAT TETES MATA GENTAMISIN SULFAT


Gentamycin Sulfate Ophthalmic Ointment Gentamycin Sulfate Ophthalmic Solution

Salep Mata Gentamisin Sulfat mengandung tidak Tetes Mata Gentamisin Sulfat adalah larutan
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin sulfat steril yang didapar dan
gentamisin dari jumlah yang tertera pada etiket. mengandung pengawet. Mengandung tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin
Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan dari jumlah yang tertera pada etiket.
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
sebelum digunakan. Bersifat higroskopis, simpan pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan
dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pembeku. tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3
jam sebelum digunakan.Gunakan segera zat kering
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan udara
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Penjerap Campuran Silika gel P setebal 0,25 mm. terlindung cahaya, di tempat dingin.
Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol P-
amonium hidroksida P (20:13:10). Biarkan memisah pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5.
dan gunakan lapisan bawah.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Syarat lain Memenuhi syarat Identifikasi seperti
Gentamisin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan tertera pada Injeksi Gentamisin Sulfat dan memenuhi
air hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. syarat Uji Sterilitas <71>, jika diuji seperti tertera
Larutan uji Kocok sejumlah salep mata yang setara pada Penyaring membran.
dengan lebih kurang 5 mg gentamisin dengan
campuran 200 mL kloroform P dan 5 mL air. Biarkan Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
memisah, saring lapisan air. Larutan mengandung pada Penetapan potensi dalam Injeksi Gentamisin
gentamisin dengan kadar 1 mg per mL. Sulfat.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
20 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kromatografi. Biarkan bercak mengering, masukkan rapat dan terhindar dari panas yang berlebih.
lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang berisi
Fase gerak, biarkan hingga Fase gerak merambat
hingga lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. GENTIAN VIOLET
Angkat lempeng, tandai batas rambat dan keringkan di Gentian Violet
udara, paparkan lempeng pada uap iodum dari kristal
iodum dalam bejana: intensitas dan harga Rf ketiga
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
dengan yang diperoleh dari Larutan baku.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Uji


salep mata.

Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera


pada Penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi [4-[Bis[p-(dimetilamino)fenil]metilen]-2,5-
<131>. sikloheksadian-1-iliden]dimetilamonium
Larutan uji Kocok sejumlah salep mata yang klorida[548-62-9]
mengandung 1 mg gentamsin dengan 50 mL eter P, C25H30ClN3 BM 407,98
masukkan dalam corong pisah. Ekstraksi
menggunakan 4 kali 20 mL Dapar nomor 3, Gentian Violet mengandung tidak kurang dari 96,0%
kumpulkan ekstraksi dan encerkan dengan Dapar dan tidak lebih dari 100,5% C25H30ClN3, dihitung
nomor 3 hingga volume tertentu untuk memperoleh terhadap zat anhidrat.
Larutan uji yang mengandung gentamisin dengan
kadar yang diperkirakan sama dengan aras dosis Pemerian Serbuk; hijau gelap atau kepingan berkilau
tengah larutan baku. hijau; mengkilat metalik; bau lemah.

Wadah dan penyimpanan Dalam tube salep mata


yang dapat dilipat, pada suhu ruang terkendali.
- 666 -

Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam hidroksida P, tambahkan 5 mL asam nitrat P.
etanol, dalam gliserin dan dalam kloroform; tidak Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur 100-mL,
larut dalam eter. encerkan dengan air secukupnya sampai tanda.
Gunakan 20 mL larutan sebagai larutan uji. Lakukan
Identifikasi penetapan blangko.
A. Tambahkan lebih kurang 1 mg zat dalam 1 mL
asam sulfat P: larut dalam asam disertai terjadinya Zink Tidak lebih dari 0,05%.
warna jingga atau merah coklat. Bila larutan Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
diencerkan secara hati-hati dengan air, warna berubah kurang 1 g zink P masukkan ke dalam labu tentukur
menjadi coklat, kemudian hijau dan akhirnya biru. 1000-mL, tambahkan 50 mL asam nitrat P, campur
B. Larutkan 20 mg zat dalam 10 mL air dan sampai larut. Encerkan dengan air sampai tanda.
tambahkan 5 tetes asam hidroklorida P. Pada 5 mL Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
larutan tersebut teteskan asam tanat LP: terbentuk dengan air hingga kadar zink 0,50 µg per mL.
endapan biru tua. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
C. Pada sisa larutan yang diperoleh pada uji 500 mg zat dalam krus yang telah ditara. Abukan
Identifikasi B, tambahkan lebih kurang 500 mg dalam alat pengabuan suhu rendah hingga bobot
serbuk zink P, hangatkan campuran: larutan segera tetap. Pipet 10 mL asam nitrat 6 N ke dalam krus,
tidak berwarna. Tambahkan 1 tetes larutan tidak panaskan hingga abu larut. Masukkan larutan ke
berwarna tersebut ke atas kertas saring yang ditetesi dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan air
amonium hidroksida 6 N : terjadi warna biru pada sampai tanda. Buat larutan blangko pereaksi.
daerah kontak. Prosedur Ukur serapan Larutan baku, Larutan uji
dan larutan blangko pada pita emisi zink 213,9 nm
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 7,5%. menggunakan spektrofotometer serapan atom seperti
tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,5%. <1191> dilengkapi dengan lampu tabung katoda zink
dan nyala udara–asetilen, menggunakan air sebagai
Zat tidak larut dalam etanol Tidak lebih dari 1,0%; blangko: serapan Larutan uji tidak lebih besar dari
lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang saksama serapan Larutan baku yang masing-masing telah
1,0 g zat, didihkan dengan 50 mL etanol P dikoreksi terhadap larutan blangko.
menggunakan pendingin balik selama 15 menit.
Saring melalui krus penyaring yang telah ditara, bilas Cemaran Organik Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
residu pada penyaring dengan etanol P panas hingga penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis
cairan pembilas tidak berwarna ungu, keringkan krus seperti tertera kromatografi <931>.
pada suhu 105º selama 1 jam . Fase gerak Lapisan atas yang dipisahkan dari
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 10 bpj; campuran air-butil alkohol P-asam asetat glasial P
lakukan penetapan sebagai berikut: Campur 300 mg (100:80:20).
zat dengan masing-masing 2,5 g serbuk kalium nitrat Penjerap Campuran silika gel P yang telah
P dan natrium karbonat anhidrat P, panaskan dioktadesilinasi setebal 0,25 mm.
campuran dalam krus hingga zat organik teroksidasi Larutan uji A Larutan zat 1 mg per mL dalam
sempurna. Larutkan residu yang telah dingin dalam metanol P.
15 mL asam sulfat 2 N dan uapkan larutan dengan Larutan uji B Pipet sejumlah volume
pemanasan hingga timbul uap putih berlebihan, Larutan uji A, encerkan dengan metanol P hingga
larutkan residu dalam 35 mL air. kadar 0,01 mg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Timbal <401> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan 5 µL Larutan uji A dan Larutan uji B pada lempeng
penetapan menggunakan larutan uji sebagai berikut: kromatografi, biarkan mengering. Masukkan
Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu Kjeldahl kecil, lempeng ke dalam bejana kromatograf berisi Fase
tambahkan 5 mL asam sulfat P dan masukkan corong gerak dan biarkan Fase gerak merambat lebih kurang
kecil ke dalam labu. Putar labu perlahan-lahan hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
asam sulfat membasahi zat dengan sempurna, biarkan fase gerak menguap dan amati bercak: Pada
kemudian panaskan perlahan-lahan hingga Larutan uji A menunjukkan bercak utama dan jika
karbonisasi sempurna. Dinginkan residu dan ada bercak lain pada Larutan uji A tidak lebih intensif
tambahkan 5 mL asam nitrat P, panaskan perlahan- dari bercak utama Larutan uji B.
lahan hingga timbul asap putih berlebihan. Biarkan
dingin dan tambahkan 5 mL asam nitrat P, panaskan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
kembali hingga terjadi asap putih. Dinginkan, 400 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
kemudian tambahkan 25 mL air dengan hati-hati dan 300 mL, tambahkan 25 mL air dan 10 mL asam
didihkan beberapa menit. Setelah dingin, netralkan hidroklorida P. Ganti udara dalam labu dengan
larutan terhadap kertas lakmus dengan amonium karbon dioksida P, alirkan gas karbon dioksida P
- 667 -

melalui labu selama pengujian. Tambahkan 50,0 mL Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
titan(III) klorida 0,1 N LV, panaskan hingga lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 6 jam
mendidih, lanjutkan pendidihan perlahan-lahan hingga bobot tetap.
selama 10 menit sambil sesekali digoyang. Dinginkan
larutan, tambahkan 5 mL larutan amonium tiosianat Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
P (1 dalam 10) dan titrasi dengan besi(III) amonium
sulfat 0,1 N LV sampai terjadi warna merah lemah. Cemaran organik Lakukan Kromatografi cair
Lakukan penetapan blangko. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Tiap mL titan(III) kloria 0,1 N Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
setara dengan 20,40 mg C25H30ClN3 Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
10 mL asetonitril P, kocok sampai larut, tambahkan
4 mL air, campur.
GLIBENKLAMIDA Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Glyburide tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Glibenclamide 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir
lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
O O
terhadap Larutan uji, rekam kromatogram, dan ukur
O

H3C S
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
O O N
H
N
H efisiensi kolom tidak kurang dari 3500 lempeng
teoritis.
N
H
Prosedur Suntikkan sejumlah volume lebih kurang
20 µL Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Cl
kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan
1-[[p-[2-(5-Kloro-o-anisamido)etil]fenil]sulfonil]-3- rumus :
sikloheksilurea [10238-21-8]
C23H28ClN3O5S BM 494,0  ri 
   100
Glibenklamida mengandung tidak kurang dari 98,0%  rT 
dan tidak lebih dari 102,0%, C23H28ClN3O5S,
dihitung terhadap zat kering. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan
rT adalah jumlah semua respons puncak; tidak lebih
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih. dari 1,5% untuk tiap cemaran yang tereluasi sebelum
glibenklamida; cemaran laintidak lebih dari 0,5%;
Kelarutan Agak sukar larut dalam metilen klorida; jumlah semua cemaran tidak lebih dari 2,0%.
sukar larut dalam etanol dan dalam metanol; praktis
tidak larut dalam air. Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Baku pembanding Glibenklamida BPFI (Gliburida <931>.
BPFI);lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 6 Fase gerak Timbang 2,6 g amonium fosfat
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah monobasa P, larutkan dalam 450 mL air. Tambahkan
tertutup rapat. 550 mL asetonitril P. Saring dan awaudarakan. Jika
perlu, atur pH hingga 5,25 ± 0,30 dengan
Identifikasi penambahan asam fosfat P atau natrium hidroksida
A. Spektrum serapan inframerah zat yang P. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang <931>.
sama seperti pada Glibenklamida BPFI. Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram progesteron, larutkan, dan encerkan dengan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang asetonitril P hingga kadar 0,2 mg per mL.
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10
mg Glibenklamida BPFI, tambahkan 20,0 mL
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 2 Larutan baku internal, kocok kuat sampai larut.
bpj. Tambahkan 4,0 mL air, campur.
- 668 -

Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
tambahkan 20,0 mL Larutan baku internal, kocok bilangan gelombang yang sama seperti pada
kuat sampai larut. Tambahkan 4,0 mL air, campur. Glibenklamida BPFI.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir diperoleh pada Penetapan kadar.
lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan Disolusi <1231>
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: UJI 1 (“nonmicronized” glibenklamida)
waktu retensi relatif puncak glibenklamida dan Media disolusi: 500 mL dapar borat 0,05 M pH 9,5
progesteron berturut-turut adalah 0,4 dan 1,0; yang dibuat sebagai berikut: larutkan 381,5 g natrium
resolusi, R, antara puncak glibenklamida dan borat P dan 19,1 g natrium hidroksida P dalam 20 L
progesteron tidak kurang dari 5,0; dan simpangan air, atur pH hingga 9,5 ± 0,1 dengan penambahan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari asam fosfat P.
2,0%. Alat tipe 2: 75 rpm.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Waktu: 45 menit.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Lakukan penetapan jumlah, C23H28ClN3O5S, yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung seperti tertera pada Kromatografi <931>.
jumlah dalam mg Glibenklamida, C23H28ClN3O5S, Fase gerak Buat campuran asetonitril P – air (1:1)
dengan rumus : yang mengandung asam fosfat P 4,0 mL per L
larutan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
R  Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
WS  u  Kromatografi <931>.
 Rs  Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Glibenklamida BPFI, larutkan dalam Media
WS adalah bobot Glibenklamida BPFI dalam mg disolusi, sonikasi selama 25 menit. Encerkan dengan
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Media disolusi hingga kadar 0,15 mg per mL.
perbandingan respons puncak analit terhadap puncak Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku. persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
kadar 0,003 mg per mL (untuk tablet yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mengandung 1,5 mg); 0,006 mg per mL (untuk tablet
rapat. yang mengandung 3,0 mg); 0,009 mg per mL (untuk
tablet yang mengandung 4,5 mg); dan 0,012 mg per
mL (untuk tablet yang mengandung 6,0 mg).
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
TABLET GLIBENKLAMIDA penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
Glyburide Tablets Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
GlibenclamideTablet tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
4,6 mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan
Tablet Glibenklamida mengandung Glibenklamida, ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL
C23H28ClN3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
etiket. seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
utama tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif
Baku pembanding Glibenklamida BPFI (Gliburida pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
BPFI);lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 6 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
tertutup rapat. Senyawa sejenis A Glibenklamida Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
BPFI. kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Hitung persentase glibenklamida, C23H28ClN3O5S,
Identifikasi yang terlarut dengan rumus:
A. Zat uji dibuat dengan cara sebagai berikut:
timbang sejumlah serbuk halus tablet setara dengan
 rU  CS 
15 mg glibenklamida, tambahkan 30 mL asetonitril     V  100
P, kocok. Saring dn uapkan filtrat sampai kering.  rS  L 
Keringkan residu dalam hampa udara pada suhu 60°
selama 3 jam. Spektrum serapan inframerah zat uji yang
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
- 669 -

Glibenklamida BPFI dalam mg per mL Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
baku; L adalah jumlah glibenklamida dalam mg per Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah Glibenklamida BPFI dalam mg per mL Larutan
volume Media disolusi, 500 mL. baku; L adalah jumlah glibenklamida dalam mg per
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah
kurang dari 70% (Q), C23H28ClN3O5S, dari jumlah volume Media disolusi, 900 mL.
yang tertera pada etiket. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q), C23H28ClN3O5S, dari jumlah
UJI 2 (“micronized”glibenklamida) jika memenuhi yang tertera pada etiket.
uji ini cantumkan pada etiket Disolusi Uji 2.
Media disolusi: 900 mL dapar fosfat 0,05 M pH UJI 3 (“micronized”glibenklamida) jika memenuhi
8,5 yang dibuat sebagai berikut: larutkan 6,8 g kalium uji ini cantumkan pada etiket Disolusi Uji 3.
fosfat monobasa P dan 1,99 g natrium hidroksida P Media disolusi: 900 mL dapar fosfat 0,05 M pH
dalam 1 L air, atur pH hingga 8,5 ± 0,05 dengan 7,5 yang dibuat sebagai berikut: larutkan 40,8 g
penambahan larutan asam fosfat P encer dan larutan kalium fosfat monobasa P dan 9,4 g natrium
natrium hidroksida P encer. hidroksida P dalam 6 L air, atur pH hingga 7,5 ± 0,01
Alat tipe 2: 50 rpm. dengan penambahan larutan natrium hidroksida P
Waktu: 30 menit. encer.
Lakukan penetapan jumlah, C23H28ClN3O5S, yang Alat tipe 2: 50 rpm.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Waktu: 45 menit.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Lakukan penetapan jumlah, C23H28ClN3O5S, yang
Fase gerak Buat campuran asetonitril P – air yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
mengandung amonium fosfat monobasa P 5 g per L seperti tertera pada Kromatografi <931>.
(480 : 520). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Penetapan kadar. Jika perlu lakukan penyesuaian
<931>. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih Kromatografi <931>.
kurang 67 mg Glibenklamida BPFI, masukkan ke Pengencer Campuran asetonitril P – air (5:1).
dalam labu tentukur 500-mL, larutkan dalam 40 mL Larutan baku persediaan Timbang saksama
metanol P, sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan sejumlah Glibenklamida BPFI, larutkan, dan
Media disolusi sampai tanda. encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,67 mg
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku per mL.
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
diperoleh kadar 0,0017 mg per mL (untuk tablet yang persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga
mengandung 1,5 mg); 0,0034 mg per mL (untuk diperoleh kadar 6,7 µg per mL.
tablet yang mengandung 3 mg); 0,0047 mg per mL Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
(untuk tablet yang mengandung 4,5 mg); dan 0,0067 penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
mg per mL (untuk tablet yang mengandung 6 mg). Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,5 µm. 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7. Laju
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
4,0 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak volume sama (lebih kurang 75 µL) Larutan baku dan
utama tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Hitung persentase glibenklamida, C23H28ClN3O5S,
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan yang terlarut dengan rumus:
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.  rU  CS 
Hitung persentase glibenklamida, C23H28ClN3O5S,     V  100
yang terlarut dengan rumus:  rS  L 
 rU  CS  rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
    V  100 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
 rS  L  Glibenklamida BPFI dalam mg per mL Larutan
- 670 -

baku; L adalah jumlah glibenklamida dalam mg per rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
volume Media disolusi, 900 mL. Glibenklamida BPFI dalam mg per mL Larutan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak baku; L adalah jumlah glibenklamida dalam mg per
kurang dari 75% (Q), C23H28ClN3O5S, dari jumlah tablet seperti yang tertera pada etiket; V adalah
yang tertera pada etiket. volume Media disolusi, 900 mL.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
UJI 4 (“non micronized”glibenklamida) kurang dari 75% (Q), C23H28ClN3O5S, dari jumlah
Media disolusi: 900 mL dapar borat 0,05 M pH yang tertera pada etiket.
8,0 dengan setiltrimetilamonium bromida 0,014 M
yang dibuat sebagai berikut: larutkan 180,0 g UJI 5 (“micronized”glibenklamida)
setiltrimetilamonium bromida P; 55,6 g asam borat Media disolusi: 900 mL dapar fosfat 0,05 M pH
P; 67,1 g kalium klorida P dan 2,8 g natrium 7,5 yang dibuat sebagai berikut: larutkan 40,8 g
hidroksida P dalam 1500 mL air pada suhu 50° kalium fosfat monobasa P dan 9,4 g natrium
sambil diaduk selama beberapa jam, dinginkan hidroksida P dalam 6 L air, atur pH hingga 7,5 ± 0,01
hingga suhu ruang, encerkan dengan air hingga 2 L, dengan penambahan larutan natrium hidroksida P
atur pH hingga 8,0 ± 0,05 dengan penambahan asam encer.
klorida LP atau larutan natrium hidroksida P encer. Alat tipe 2: 50 rpm.
Pipet 50 mL larutan tersebut, encerkan dengan air Waktu: 30 menit.
hingga 900 mL. Lakukan penetapan jumlah, C23H28ClN3O5S, yang
Alat tipe 1: 50 rpm. terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Waktu: 45 menit. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Lakukan penetapan jumlah, C23H28ClN3O5S, yang Fase gerak, Pengencer, Sistem kromatografi, dan
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Prosedur Lakukan seperti tertera pada Uji 3.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Fase gerak Buat campuran asetonitril P – air yang Glibenklamida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
mengandung amonium fosfat monobasa P 5,2 g per 2 Media disolusi hingga kadar lebih kurang sama
L (11:9). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut dengan kadar Larutan uji.
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan
<931>. penyaring yang sesuai. Jika perlu encerkan dengan
Larutan baku persediaan Timbang saksama Media disolusi.
sejumlah Glibenklamida BPFI, larutkan dan encerkan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
dengan etanol P hingga kadar 0,27 mg per mL. Pipet kurang dari 75% (Q), C23H28ClN3O5S, dari jumlah
1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, yang tertera pada etiket.
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku Cemaran organik Tidak lebih dari 5,3%. Lakukan
persediaan, encerkan dengan Media disolusi hingga penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
diperoleh kadar 2,8 µg per mL. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring dengan Fase gerak Larutkan 0,087 g kalium fosfat dibasa
penyaring yang sesuai dengan porositas 5 µm. P dan 0,612 g kalium fosfat monobasa P dalam 550
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja mL air untuk mendapatkan larutan dengan pH 6,00 ±
tinggi dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 0,05. Tambahkan 450 mL metanol P.
4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7. Laju Pengencer Buat larutan 0,871 g kalium fosfat
alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan dibasa P dalam 550 mL air, encerkan dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam metanol P hingga 1 L.
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku persediaan Timbang saksama
pada Prosedur: faktor ikutan puncak utama tidak sejumlah Glibenklamida BPFI dan Senyawa Sejenis
lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada A Glibenklamida BPFI, larutkan, dan encerkan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dengan metanol P hingga kadar masing-masing 0,1
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mg per mL.
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung kadar masing-masing 0,0004 mg per mL. Larutan ini
persentase glibenklamida, C23H28ClN3O5S, yang stabil selama 48 jam jika disimpan pada suhu ruang.
terlarut dengan rumus: Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
 rU  CS 
tablet setara lebih kurang 20 mg glibenklamida,
    V  100 masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
 rS  L  tambahkan 80 mL Pengencer, sonikasi selama 15
- 671 -

menit, kocok selama 10 menit. Encerkan dengan Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 tablet,
Pengencer sampai tanda. Sentrifus sejumlah larutan, masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan
gunakan beningan. Larutan ini stabil selama 14 jam jika sejumlah air setara dengan 0,4 mL per mg glibenklamida.
disimpan pada suhu ruang. Goyang sampai tablet terdispersi dan basah. Tambahkan
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi asetonitril P setara dengan 2,0 mL per mg glibenklamida,
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 3,9 mm x kocok selama 30 menit. Sentrifus sejumlah suspensi,
15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 4 gunakan beningan.
m. Pertahankan suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 2
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
glibenklamida dan senyawa sejenis A glibenklamida kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons
tidak kurang dari 15; simpangan baku relatif untuk puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
senyawa sejenis A glibenklamida pada penyuntikan ulang senyawa sejenis A glibenklamida dan glibenklamida
tidak lebih dari 5 %. [Catatan Waktu retensi relatif tidak kurang dari 4,0; simpangan baku relatif untuk
senyawa sejenis A glibenklamida dan glibenklamida lebih puncak glibenklamida pada penyuntikan ulang tidak lebih
kurang 0,3 dan 1,0.] dari 2,0%. [Catatan Waktu retensi relatif senyawa sejenis
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume A glibenklamida dan glibenklamida lebih kurang 0,5 dan
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan Larutan baku 1,0.]
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
semua respons puncak. Hitung persentase senyawa sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan Larutan baku
sejenis A glibenklamida dalam serbuk tablet yang ke dalam kromatograf, rekam kromtogram, dan ukur
digunakan dengan rumus: respons puncak utama. Hitung persentase glibenklamida,
C23H28ClN3O5S, dalam tablet dengan rumus:
 ri  CS 
   100  rU  (WS / VS ) 
 rS  CU     100
 rS (
 U U 
W / V )
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa
sejenis A glibenklamida dalam Larutan uji dan Larutan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Glibenklamida Larutan uji dan Larutan baku; WS adalah bobot dalam
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar mg Glibenklamida BPFI yang digunakan dalam
glibenklamida dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan penyiapan Larutan baku; WU adalah bobot dalam mg
jumlah yang tertera pada etiket. glibenklamida yang digunakan dalam penyiapan Larutan
uji; VS adalah jumlah volume dalam mL asetonitril P dan
Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat. air yang digunakan dalam penyiapan Larutan baku; VU
adalah jumlah volume dalam mL asetonitril P dan air
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara yang digunakan dalam penyiapan Larutan uji.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- larutan Simpan pada suhu terkendali.
amonium fosfat monobasa P 2,6 g dalam 450 mL air (550
: 450), saring dan awaudarakan. Jika perlu atur pH hingga Penandaan Jika tertera lebih dari satu uji Disolusi,
5,25 ± 0,30 dengan penambahan asam fosfat P dan cantumkan uji disolusi yang digunakan.
natrium hidroksida P. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. GLIKLAZIDA
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
Gliclazide
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Glibenklamida
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga
kadar 0,1 mg per mL. O O O

Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih S N


N N
kurang 10 mg Glibenklamida BPFI, tambahkan 20,0 mL H H

Larutan kesesuaian sistem persediaan, kocok kuat hingga H3C

larut. Tambahkan 4,0 mL air.


Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg 1-(heksahidrosiklopenta[c]pirol-2(1H)-il)-3-[(4-
Glibenklamida BPFI, tambahkan 20,0 mL asetonitril P, metilfenil) sulfonil] urea [21187-98-4]
kocok kuat hingga larut. Tambahkan 4,0 mL air.
C15H21N3O3S BM 323,4
- 672 -

Gliklazida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan dalam labu tentukur 100-mL. Larutkan dengan 45
tidak lebih dari 101,0% C15H21N3O3S dihitung terhadap mL asetonitril P dan encerkan dengan air sampai
zat kering. tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
100-mL kedua, encerkan dengan Pelarut sampai
Pemerian Serbuk putih atau hampir putih. tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kelarutan Mudah larut dalam metilen klorida; agak Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
sukar larut dalam aseton; sukar larut dalam etanol; dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 4,0 mm
praktis tidak larut dalam air. x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,9 mL per
Baku pembanding Gliklazida BPFI, Cemaran B menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
Gliklazida BPFI (2-nitroso-oktahidrosiklopenta 2 dan rekam respons semua puncak seperti tertera
[c]pirol), Cemaran F Gliklazida BPFI pada Prosedur: resolusi, R, antara 2 puncak utama
(1-(heksahidrosiklopenta[c]pirol-2(1H)-il-3-(2- tidak kurang dari 1,8.
metilfenil)sulfonil]urea). Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji,
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering Larutan baku 1 dan Larutan baku 3 ke dalam
dan didispersikan dalam kalium bromida P kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan respons puncak. Lanjutkan kromatografi terhadap
gelombang yang sama seperti pada Gliklazida BPFI. Larutan uji selama dua kali waktu retensi gliklazida,
rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Logam berat <371>Metode V Tidak lebih dari 10 Respons puncak yang sesuai dengan respons cemaran
bpj; lakukan penetapan menggunakan 1,5 g zat. F gliklazida dalam Larutan uji tidak lebih besar dari
respons puncak cemaran F gliklazida dalam Larutan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,25%; baku 3 (0,1%); respons puncak selain puncak utama
lakukan pengeringan pada suhu antara 100º hingga dan puncak yang sesuai dengan cemaran F gliklazida
105 selama 2 jam, menggunakan 1 g zat. tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
baku 1 (0,1%); jumlah semua respons puncak tidak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lebih besar dari dua kali respons puncak utama
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. Larutan baku 1 (0,2%); Abaikan semua puncak yang
mempunyai respons puncak kurang dari 0,2 kali
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara respons puncak utama Larutan baku 1.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931> [Catatan Buat larutan segera Cemaran B gliklazida Tidak lebih dari 2 bpj; Lakukan
sebelum digunakan.] penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Fase gerak Buat campuran trietilamina P−asam seperti tertera pada Kromatografi <931>.
trifluoroasetat P-asetonitril P-air (0,1:0,1:45:55), Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan tertera pada Senyawa sejenis.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
tertera pada Kromatografi <931>. Cemaran B Gliklazida BPFI, masukkan ke dalam labu
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg tentukur 100-mL. Larutkan dan encerkan dengan dimetil
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. sulfoksida P sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ke dalam
Tambahkan 23 mL asetonitril P dan encerkan dengan labu tentukur 50-mL, tambahkan 12 mL dimetil
air sampai tanda. sulfoksida P dan encerkan dengan air sampai tanda.
Pelarut Buat campuran asetonitril P-air (45:55). Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL
Larutan baku 1 Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam kedua, tambahkan 12 mL dimetil sulfoksida P dan
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pelarut encerkan dengan air sampai tanda.
sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 400 mg
tentukur 100-mL kedua, encerkan dengan Pelarut zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL.
sampai tanda. Tambahkan 2,5 mL dimetil sulfoksida P dan encerkan
Larutan baku 2 Timbang saksama lebih kurang dengan air sampai tanda. Kocok selama 10 menit,
5 mg zat dan 15 mg Cemaran F Gliklazida BPFI, simpan pada suhu 4° selama 30 menit dan saring.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Larutkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dengan 23 mL asetonitril P dan encerkan dengan air sama (lebih kurang 50 µL) Larutan uji dan Larutan
sampai tanda. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
tentukur 20-mL, encerkan dengan Pelarut sampai ukur respons puncak. Respons semua puncak yang
tanda. sesuai dengan Cemaran B Gliklazida dalam Larutan uji
Larutan baku 3 Timbang saksama lebih kurang tidak lebih besar dari respons puncak yang sesuai dalam
10 mg Cemaran F Gliklazida BPFI, masukkan ke Larutan baku.
- 673 -

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
250 mg zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
anhidrat P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 M LV Kromatografi <931>. [Catatan Buat larutan segera
dan tetapkan titik akhir secara potensiometrik. sebelum digunakan.]
Fase gerak Buat campuran trietilamin P-asam
Tiap mL asam perklorat 0,1 M trifluoroasetat P-asetonitril P-air (0,1:0,1:45:55),
setara dengan 32,34 mg C15H21N3O3S saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tertera pada Kromatografi <931>.
rapat. Pelarut Buat campuran asetonitril P-air (45:55).
Larutan uji 1 Kocok sejumlah serbuk tablet setara
dengan 800 mg gliklazida dengan 200 mL asetonitril
TABLET GLIKLAZIDA P selama 1 jam dan saring. Encerkan 10,0 mL filtrat
Gliclazide Tablet dengan campuran asetonitril P-air (1:2) hingga 50
mL.
Tablet Gliklazida mengandung gliklazida, Larutan uji 2 Encerkan 1,0 mL Larutan uji 1
C15H21N3O3S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak dengan Pelarut hingga 500 mL.
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang
etiket. 5 mg Gliklazida BPFI dan 15 mg 1-(3-azabisiklo
[3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonilurea BPFI, masukkan
Baku pembanding Gliklazida BPFI. 1-(3-azabisiklo ke dalam labu tentukur 50-mL. Larutkan dalam 25
[3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonilurea BPFI. mL asetonitril P dan encerkan dengan air sampai
tanda. Pipet 1 mL larutan, masukkan ke dalam labu
Identifikasi Kocok sejumlah serbuk tablet setara tentukur 20-mL dan encerkan dengan Pelarut sampai
dengan 0,16 g gliklazida dengan 20 mL diklorometan tanda.
P, sentrifus dan uapkan beningan sampai kering. Larutan baku 2 Timbang saksama lebih kurang
Spektrum serapan inframerah residu yang 8 mg 1-(3-azabisiklo [3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonil
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan urea BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutkan dalam 25 mL asetonitril P dan encerkan
sama seperti pada Gliklazida BPFI. dengan air sampai tanda. Pipet 1 mL larutan,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL dan
Disolusi <1231> encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 7,4. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Alat tipe 2: 100 rpm. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Waktu: 45 menit. dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 4,0 mm
Larutan uji Pipet 10 mL alikot dan saring melalui x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
penyaring dengan porositas 0,5 µm. Encerkan partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 0,9 mL per
sejumlah filtrat dengan Media disolusi hingga kadar menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
lebih kurang 12,5 µg per mL. 1 dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 62 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antar
mg Gliklazida BPFI, masukkan ke dalam labu puncak tidak kurang dari 1,8.
tentukur 1000-mL. Larutkan dalam 20 mL metanol P Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dan encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji 1,
Pipet 10 mL larutan, masukkan dalam labu tentukur Larutan uji 2 dan Larutan baku 2 ke dalam
50-mL dan encerkan dengan Media disolusi sampai kromatograf. Untuk Larutan uji 1 lanjutkan eluasi
tanda. sampai dua kali waktu retensi puncak utama, rekam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah gliklazida, kromatogram dan ukur semua respons puncak.
C15H21N3O3S, yang terlarut dengan mengukur Respons setiap puncak yang sesuai dengan 1-(3-
serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang azabisiklo[3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonilurea dalam
gelombang serapan lebih kurang 226 dan 290 nm. Larutan uji 1 tidak lebih besar dari respons puncak
Gunakan Media disolusi sebagai blangko. Buat utama Larutan baku 2 (0,2%). Respons puncak lain
koreksi nilai serapan dengan cara mengurangi nilai selain puncak utama tidak lebih besar dari puncak
serapan pada 226 nm dengan nilai serapan pada utama Larutan uji 2 (0,2%) dan jumlah semua
290 nm. respons puncak selain puncak utama tidak lebih besar
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak dari dua kali respons puncak utama Larutan uji 2
kurang dari 70% (Q) C15H21N3O3S dari jumlah yang (0,4%). Abaikan puncak yang mempunyai respons
tertera pada etiket. puncak kurang dari 0,25 kali respons puncak yang
sesuai dengan gliklazida dalam Larutan uji 2
(0,05%).
- 674 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931> [Catatan Buat larutan segera Kelarutan Larut dalam dimetilformamida; sukar
sebelum digunakan.] larut dalam metanol; agak sukar larut dalam metilen
Fase gerak, Larutan baku 1 dan Sistem klorida; praktis tidak larut dalam air.
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Senyawa
sejenis. Baku pembanding Glimepirida BPFI, Senyawa
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Sejenis A Glimepirida BPFI [isomer cis-glimepirida],
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Senyawa Sejenis B Glimepirida BPFI [glimepirida
tablet setara dengan lebih kurang 800 mg gliklazida, sulfonamida], Senyawa Sejenis C Glimepirida BPFI
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL. Larutkan [glimepirida uretan], Senyawa Sejenis D Glimepirida
dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. BPFI [isomer 3-glimepirida].
Kocok selama 1 jam dan saring. Pipet 10 mL filtrat,
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
dengan campuran asetonitril P-air (2:3) sampai didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
tanda. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 sama seperti GlimepiridaBPFI.
mg Gliklazida BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 200-mL. Larutkan dalam 10 mL asetonitril Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 0,5%;
P dan encerkan dengan campuran asetonitril P-air lakukan penetapan dengan cara menimbang saksama
(2:3) sampai tanda. 0,25 g zat, keringkan diatas penyaring molekuler (2
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mm, porositas 0,4 nm), larutkan dan encerkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan dimetilformamida P hingga 5,0 mL. Gunakan 1,0 mL
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam larutan ini dan lakukan penetapan blangko
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung menggunakan 1,0 mL pelarut.
jumlah dalam mg gliklazida, C15H21N3O3S, dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

r  Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10


4000C  U  bpj.
 rS 
Isomer-cis (Senyawa Sejenis A Glimepirida) Tidak
C adalah kadar Gliklazida BPFI dalam mg per mL lebih dari 0,8% Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku, rU dan rS berturut-turut adalah respons Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
puncak Larutan uji dan Larutan baku. pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Masukkan 100 mL isopropil alkohol P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup ke dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan 1 mL
rapat. asam asetat glasial P, encerkan dengan heksana P
sampai tanda, saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
GLIMEPIRIDA seperti yang tertera pada Kromatografi<931>.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Larutkan
Glimepiride
lebih kurang 1 mg Senyawa Sejenis A Glimepirida
CH3 BPFI dalam 1 mL metilen klorida P. Tambahkan 3
O O O

S
mL Fase gerak, dan campur.
O O N
H
N
H Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
N N kurang 10 mg Glimepirida BPFI masukkan ke dalam
H
labu tentukur 20-mL, dan larutkan dalam 5 mL
H3C
H3C metilenklorida P. Encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini, masukkan ke
1-[[p-[2-(3-Etil-4-metil-2-okso-3-pirolin-1- dalam labu yang sesuai, tambahkan 50 µL Larutan
karboksamido)etil]fenil]sulfonil]-3-(trans-4- kesesuaian sistem persediaan, dan campur.
metilsikloheksil)urea [93479-97-1] Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg
C24H34N4O5S BM 490,62 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 20-mL, dan
larutkan dalam 5 mL metilen klorida P. Encerkan
Glimepirida mengandung tidak kurang dari 98,0% dengan Fase gerak sampai tanda.
dan tidak lebih dari 102,0% C24H34N4O5S, dihitung Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
terhadap zat anhidrat. pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
- 675 -

tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
3 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L20 dengan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji,
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,5 mL Enceran larutan uji 1 dan Enceran larutan uji 2 ke
per menit. [Catatan Penetapan dapat juga dilakukan dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
dengan menggunakan kolom 4,6 mm x 15 cm, 4,6 mm respon puncak glimepirida yang diperoleh dari
x 25 cm, 4 mm x 12,5 cm, atau 4 mm x 25 cm berisi Enceran larutan uji 1 dan semua respons puncak lain
bahan pengisi L20. Disarankan laju alir lebih kecuali puncak glimepirida dalam Larutan uji.
kurang1,1 mL per menit untuk kolom 4,6 mm dan Abaikan setiap puncak dengan respons kurang dari
lebih kurang 0,8 mL permenit untuk kolom 4,0 mm]. respons puncak glimepirida dalam Enceran larutan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian uji 2. Lanjutkan eluasi sampai 2,5 kali waktu retensi
sistem, dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak glimepirida. Hitung persentase dari setiap
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu senyawa sejenis dan setiap cemaran yang tidak
retensi relatif glimepirida dan isomer-cis glimepirida diketahui dalam zat dengan rumus:
berturut-turut adalah tidak lebih dari 1,0 dan 0,9;
perbandingan “signal to noise” puncak isomer-cis C  ri 
glimepirida tidak kurang dari 15. 100 S  
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10µL Larutan uji  CU  rS 
ke dalam kromatograf, dan ukur respons puncak
isomer-cis glimepirida dan glimepirida. Hitung CS adalah kadar glimepirida dalam mg per mL
persentase isomer-cis glimepirida dalam zat yang Enceranlarutan uji 1; CU adalah kadar glimepirida
digunakan dengan rumus: dalam mg per mL Larutan uji; riadalah respons
puncak dari masing-masing puncak Larutan uji; dan
rcis rS adalah respons puncak glimepirida dari Enceran
100
(rcis + rG ) larutan uji 1.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


rcisdanrGberturut-turut adalah respons puncak isomer- Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
cis glimepirida dan glimepirida. pada Kromatografi<931>.
Fase gerak Larutkan 0,5 g natrium fosfat
Cemaran organik Masing-masing cemaran dan monobasaP dalam 500 mL air. Atur pH hingga 2,1–
jumlah semua cemaran tidak lebih dari batas yang 2,7 dengan penambahan asam fosfat P dan
tertera pada Tabel sebagai berikut: tambahkan 500 mL asetonitril P. Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Tabel menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
Waktu Kromatografi <931>.
Cemaran Batas (%)
retensi relatif
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (4:1).
Senyawa Sejenis B
0,2 0,4 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Glimepirida
Senyawa Sejenis C Glimepirida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
0,3 0,1 Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
Glimepirida
Senyawa Sejenis D Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang
1,1 0,2
Glimepirida mengandung masing-masing 0,1 mg per mL Senyawa
Cemaran tidak spesifik - 0,1 Sejenis B Glimepirida BPFI, Senyawa Sejenis C
Jumlah semua cemaran - 0,5 Glimepirida BPFI, dan Senyawa Sejenis D
Glimepirida BPFI dalam Pengencer. Pipet 1 mL
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair larutan ke dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi dengan Larutan baku sampai tanda.
<931>. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang20 mg
Fase gerak, Pengencer, Larutan kesesuaian zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
sistem, Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai
seperti yang tertera pada Penetapan kadar. tanda. [Catatan Pertahankan Larutan uji pada suhu
Enceran larutan uji 1 Pipet 5 mL Larutan uji ke tidak lebih dari 12º, dan simpan tidak lebih dari 15
dalam labu tentukur 100-mL, dan encerkan dengan jam]
Pengencer sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan dengan pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
Pengencer sampai tanda. Larutan mengandung tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom
glimepirida lebih kurang 1 µg per mL. 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Enceran larutan uji 2 Pipet 1 mL Enceran larutan lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
uji 1 ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan terhadap Larutan kesesuaian sistem, dan identifikasi
Pengencer sampai tanda. puncak glimepirida dan adanya puncak senyawa
- 676 -

sejenis yang sesuai seperti yang tertera pada Tabel . Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
yang tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak [Catatan Simpan larutan yang mengandung Glimepirida
senyawa sejenis B glimepirida dan senyawa sejenis C tidak lebih dari 24 jam].
glimepirida tidak kurang dari 4,0. Lakukan kromatografi Fasa gerak dan Pengencer Buat seperti yang tertera
terhadap Larutan baku, dan rekam kromatogram dan pada Penetapan kadar
ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak mengandung 0,04 mg per mL Glimepirida BPFI dan
lebih dari 2,0%. masing-masing 0,02 mg per mL Senyawa Sejenis B
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Glimepirida BPFI dan Senyawa Sejenis C Glimepirida
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan uji BPFI dalam Pengencer. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur labu tentukur 50-mL encerkan dengan Pengencer sampai
respons puncak utama. Hitung persentase glimepirida, tanda.
C24H34N4O5S, dalam zat dengan rumus: Larutan sensitivitas Pipet 5 mL Larutan kesesuaian
sistem ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
 C  100  rU 

Pengencer sampai tanda.
10000  
 W  100 − L  rS
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
 10 tablet, masukkan sejumlah serbuk tablet ke dalam
tabung sentrifuga 50 mL. Encerkan dengan Pengencer
C adalah kadar Glimepirida BPFI dalam mg per mL hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL, berdasarkan
Larutan baku; W adalah bobot dalam mgzat yang jumlah yang tertera pada etiket. Sonikasi pada suhu tidak
digunakan untuk membuat Larutan uji; L adalah kadar air lebih dari 20° selama 5 sampai 10 menit, dengan sesekali
yang ditetapkan pada Penetapan kadar air; rUdan digoyang, sentrifus dan gunakan beningan.
rSberturut-turut adalah respons puncak glimepirida dari Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom 4 mm x
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
terlindung dari cahaya dan simpan pada suhu tidak lebih mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dari 25º. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: Resolusi, R,
antara puncak senyawa sejenis B glimepirida dan
TABLET GLIMEPIRIDA senyawa sejenis C glimepirida tidak kurang dari 4 dan
Glimepiride Tablet simpangan baku relatif puncak glimepirida pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%; waktu retensi
Tablet Glimepirida mengandung glimepirida, relatif senyawa sejenis B glimepirida, senyawa sejenis C
C24H34N4O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih glimepirida dan glimepirida berturut-turut lebih kurang
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 0,2; 0,3; dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sensitivitas, hitung perbandingan “signal-to-noise”, S/N,
Baku pembanding Glimepirida BPFI, Senyawa Sejenis untuk puncak senyawa sejenis B glimepirida dan
B Glimepirida BPFI [glimepirida sulfonamida], Senyawa senyawa sejenis C glimepirida dengan rumus:
Sejenis C Glimepirida BPFI [glimepirida uretan].
 2H 
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram  
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang  h 
diperoleh pada Penetapan kadar.
H adalah tinggi puncak dari senyawa sejenis, dan h
Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat. adalah amplitudo dari rata-rata garis dasar “noise” yang
terukur. S/N dari setiap puncak tidak kurang dari 10.
Cemaran organik Masing-masing cemaran dan jumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan uji
Tabel sebagai berikut: ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
respons puncak. Lakukan kromatografi selama tidak
Tabel kurang dari dua kali waktu retensi puncak glimepirida.
Cemaran Batas (%) Hitung persentase setiap cemaran dalam tablet dengan
Senyawa Sejenis B Glimepirida 2,5 rumus:
Masing-masing cemaran lain 0,5
 1  r 
Total cemaran (tidak termasuk senyawa 1,0
sejenis B Glimepirida) 100  U 
Jumlah semua cemaran 3,5  F  rS 
- 677 -

F adalah faktor respons relatif, 1,3 untuk senyawa C  rU 


sejenis B glimepirida dan 1,0 untuk cemaran lain; 100 S  
rUadalah respons puncak dari masing-masing  CU  rS 
cemaran dari Larutan uji; dan rS adalah jumlah
semua respons puncak dari Larutan uji. Abaikan CS adalah kadar Glimepirida BPFI dalam mg per mL
setiap puncak yang kurang dari 0,1%. Larutan baku; CU adalah kadar glimepirida dalam mg
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah mg per tablet
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara yang tertera pada etiket dan pengenceran yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera dilakuan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
pada Kromatografi <931>. [Catatan Simpan larutan puncak glimepirida dari Larutan uji dan Larutan
yang mengandung Glimepirida tidak lebih dari 24 baku.
jam].
Fasa gerak Larutkan 0,5 g natrium fosfat Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
monobasa P dalam 500 mL air. Atur pH hingga 2,1- tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali.
2,7 dengan penambahan asam fosfat 10%, tambahkan
500 mL asetonitril P.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (9:1). GLIPIZIDA
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang Glipizide
mengandung 0,1 mg per mL Glimepirida BPFI dan
masing-masing 0,02 mg per mL Senyawa Sejenis B
Glimepirida BPFI dan Senyawa Sejenis C
Glimepirida BPFI dalam Pengencer.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Glimepirida BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga
1-Sikloheksil-3-[[p-[2-(5-metilpirazin
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
karboksamido)etil]fenil]sulfonil]urea [29094-61-9]
Larutan uji Masukkan 5 tablet ke dalam labu
C21H27N5O4S BM 445,54
tentukur yang sesuai untuk memperoleh kadar 0,1 mg
per mL, berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Glipizida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Tambahkan air lebih kurang 10% volume labu.
tidak lebih dari 102,0% C21H27N5O4S, dihitung
Kocok hingga semua tablet larut. Tambahkan
terhadap zat kering.
asetonitril P lebih kurang 70% volume labu, dan
goyangkan. Sonikasi pada suhu tidak lebih dari 20°
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih.
selama 5 sampai 10 menit, dengan sesekali dikocok.
Biarkan hingga suhu ruang, tambahkan asetonitril P
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar
sampai tanda dan saring.
larut dalam metilen klorida dan aseton, praktis tidak
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
larut dalam etanol 96%. Larut dalam larutan alkali
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
hidroksida encer.
tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom
4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Baku pembanding GlipizidaBPFI; tidak boleh
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
Senyawa Sejenis A Glipizida BPFI; [N-{2-[(4-
tertera pada Prosedur: Resolusi, R, antara puncak
aminosulfonil)- fenil]etil}-5-metil-
senyawa sejenis B glimepirida dan senyawa sejenis C
pirazinkarboksamida] (C14H16N4O3S BM 320,37),
glimepirida tidak kurang dari 1,5 dan faktor ikutan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
puncak glimepirida tidak lebih dari 2,0; waktu retensi
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
relatif senyawa sejenis B glimepirida, senyawa
cahaya.
sejenis C glimepirida dan glimepirida berturut-turut
lebih kurang 0,2; 0,3 dan 1,0. Lakukan kromatografi
Identifikasi
terhadap Larutan baku, dan rekam kromatogram dan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
ukur respons puncak seperti yang tertera pada
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
ulang tidak lebih dari 2,0%.
sama seperti pada Glipizida BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg per
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
dan ukur respon puncak utama. Hitung persentase
pada Glipizida BPFI.
glimepirida, C24H34N4O5S, dalam tiap tablet dengan
rumus:
- 678 -

C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dengan Larutan baku yang diperoleh dari Penetapan volume sama (lebih kurang 35mL) Larutan baku dan
kadar. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%; persentase senyawa sejenis A glipizida dalam zat uji
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu dengan rumus:
1000 selama 3 jam.
 C  r 
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,4%. 6,25 A  A 
 W  rSA 
Logam berat<371>Metode III, tidak lebih dari 50 bpj.
CA adalah kadar Senyawa Sejenis A Glipizida BPFI
Cemaran organik Tidak lebih dari 0,5% untuk dalam g per mL Larutan baku; W adalah glipizida
masing-masing cemaran; dan tidak lebih dari 1,5% dalam mg yang digunakan untuk membuat Larutan
total cemaran [Catatan Gunakan alat gelas berkadar uji; rA dan rSA berturut-turut adalah respons puncak
aktinik rendah]. Lakukan Kromatografi cair kinerja senyawa sejenis A glipizida yang diperoleh dari
tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi<931>. Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
Larutan dapar Tambahkan 4,0 mL n-butilamin P cemaran lain dalam glipizida dengan rumus:
pada 1000 mL air. Atur pH 3,0 ± 0,05 dengan asam
fosfat P.
C  ri 
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P- 6,25 G 
metanol P (3:1:1). W  rSG 
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar-
asetonitril P-metanol P (3:1:1) saring dan CG adalah kadar Glipizida BPFI dalam g per mL
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaiaan Larutan baku; ri adalah respons puncak masing-
seperti yang tertera pada Kesesuaian sistem pada masing cemaran yang diperoleh dari Larutan uji dan
Kromatografi <931>. rSG adalah respons puncak dari glipizida yang
Larutan baku persediaan Buat larutan Glipizida BPFI diperoleh dari Larutan baku. W adalah glipizida
dalam metanol P hingga kadar 0,1 mg per mL. dalam mg yang digunakan untuk membuat Larutan
Larutan baku Buat Larutan baku Senyawa Sejenis A uji. Abaikan setiap puncak cemaran yang kurang dari
Glipizida BPFI dalam metanol P hingga kadar 0,05%.
0,1 mg per mL.Pipet 2 mL larutan ke dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 2,0 mL Larutan baku Penetapan kadar [Catatan Gunakan alat gelas
persediaan, encerkandengan Pengencer sampai tanda. berkadar aktinik rendah] Lakukan Kromatografi cair
Larutan mengandung Glipizida BPFI lebih kurang 2 kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi
g per mL dan Senyawa Sejenis A Glipizida BPFI <931>.
lebih kurang 2 g per mL. Dapar Larutkan 13,8 gram natrium fosfat
Larutan uji Timbang saksama 25 mg zat masukkan monobasa P dalam air, encerkan dengan air hingga
ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dan encerkan 1000 mL. Atur pH hingga 6,00 ± 0,05 dengan
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 mL larutan menambahkan natrium hidroksida 2,0 N.
ke dalam labu tentukur 10-mL, encerkan dengan Fase gerak Buat campuran Dapar dan metanol P
Pengencer sampai tanda. (55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tertera pada Kromatografi <931>.
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom Larutan baku Timbang saksama sejumlah
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan Glipizida BPFI, larutkan dalam metanol P dan
suhu kolom pada 300. Laju alir lebih kurang 1 mL per encerkan secara kuantitatif dengan metanol P hingga
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku kadar 0,1 mg per mL. Pipet 25 mL larutan ini ke
dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Dapar
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi puncak sampai tanda hingga diperoleh kadar lebih kurang
glipizida lebih kurang 45 menit; waktu retensi relatif 0,05 mg per mL.
senyawa sejenis A glipizida lebih kurang 0,12 dan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg
glipizida 1,0; waktu retensi relatif cemaran lain yang zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL,
diketahui, metil-N-4-[2-(5-metilpirazin-2- larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai
karboksamido)etil]benzensulfonil karbamat, lebih tanda. Pipet 25 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
kurang 0,18; dan simpangan baku relatif pada 50-mL, encerkan dengan Dapar sampai tanda hingga
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0% untuk setiap diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 0,05 mg
puncak. per mL.
- 679 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
pada Kromatografi <931>.Kromatograf cair kinerja tablet setara dengan 10 mg glipizida masukkan ke
tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom dalam tabung sentrifuga bertutup kaca, tambahkan 10
3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan mL metanol P, tutup dan kocok. Sentrifus campuran
ukuran partikel 5 µm.Laju alir lebih kurang 1 mL per ini dan gunakan larutan bening sebagai Larutan uji.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Prosedur Totolkan memanjang dengan panjang
dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak lebih kurang 7 cm secara terpisah masing-masing
seperti yang tertera pada Prosedur: simpangan baku 100 µL Larutan uji dan Larutan baku pada
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Fase gerak Biarkan Fase gerak merambat sampai
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lebih kurang 2,5 cm dari atas lempeng. Angkat
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung lempeng, tandai batas rambat dan keringkan pada
jumlah dalam mg C21H27N5O4S, dalam zat uji, suhu 80° selama 30 menit. Dinginkan, semprot
dengan rumus: lempeng dengan larutan natrium hipoklorit P 0,5%
dan biarkan kering di udara. Semprot dengan etanol
r  P, keringkan di udara dan semprot dengan campuran
400C  U  larutan kanji P 1% dan larutan kalium iodida P 1%
 rS  (1:1) yang dibuat segar: Harga RF bercak utama dari
Larutan uji sesuai dengan harga RF bercak utama
C adalah kadar Glipizida BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
dalam Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 mL, cairan usus buatanLP
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup (tanpa pankreatin).
rapat dan terlindung dari cahaya. Simpan pada suhu Alat tipe 2: 50 rpm.
ruang. Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C21H27N5O4S
yang terlarut dengan mengukur filtrat larutan uji
TABLET GLIPIZIDA dibandingkan dengan larutan baku Glipizida BPFI
Glipizide Tablet yang telah diketahui kadarnya dalam media yang
sama, pada panjang gelombang serapan maksimum
Tablet Glipizida mengandung glipizida, lebih kurang 276 nm.
C21H27N5O4S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak Toleransi Dalam waktu 45 menit, harus larut tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada kurang dari 80% (Q) C21H27N5O4S dari jumlah yang
etiket. tertera pada etiket.

Baku pembanding Glipizida BPFI; tidak boleh Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat,
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam prosedur berikut ini digunakan jika diperlukan
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. keseragaman kandungan. Lakukan penetapan dengan
Senyawa Sejenis AGlipizida BPFI [N-{2-[( 4- cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
aminosulfonil)- fenil]etil}-5-metil- tertera pada Kromatografi <931>.
pirazinkarboksamida] (C14H16N4O3S BM 320,70), Dapar, Fase gerak dan Larutan baku Lakukan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari Glipizida.
cahaya. Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
tentukur yang sesuai, tambahkan Dapar hingga
Identifikasi setengah dari total volume labu tentukur, kocok
A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai dengan pengaduk mekanik selama 10 menit, hingga
dengan Larutan baku, yang diperoleh pada tablet hancur sempurna. Encerkan dengan metanol P
Penetapan kadar. sampai tanda dan sonikasi selama 15 menit untuk
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang memperoleh larutan dengan kadar glipizida lebih
tertera pada Kromatografi<931>. kurang 0,05 mg per mL. Saring melalui penyaring
Fase gerak Campuran toluena P-etil asetat P-asam tahan pelarut.
format 98% (5:3:2). Sistem kromatografi Lakukan seperti pada
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Penetapan kadar dalam Glipizida. Lakukan
Larutan baku Timbang sejumlah Glipizida BPFI kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
dalam metanol P hingga kadar 1 mg per mL. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
- 680 -

pada Prosedur: simpangan baku relatif pada C adalah kadar Senyawa Sejenis A Glipizida BPFI
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah turut adalah respons puncak senyawa sejenis A
volume yang sama (lebih kurang 20 µL) Larutan glipizida Larutan uji dan Larutan baku.
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Penetapan kadar [Catatan Gunakan alat gelas
jumlah, dalam mg glipizida (C21H27N5O4S) dalam zat berkadar aktinik rendah] Lakukan penetapan dengan
uji, dengan rumus: cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>.
r  Dapar, Fase gerak dan Larutan baku Lakukan
CV  U  seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam
 rS  Glipizida.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
C adalah kadar Glipizida BPFI dalam mg per mL dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dalam Larutan baku, V adalah volume Larutan uji tablet setara dengan lebih kurang 5 mg glipizida,
yang digunakan dalam mL; rU dan rS berturut-turut masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
adalah respons puncak glipizida, Larutan uji dan Tambahkan 50 mL metanol P dan sonikasi selama 15
Larutan baku. menit. Encerkan dengan dapar sampai tanda dan
sonikasi kembali selama 15 menit. Saring dengan
Cemaran organik Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan penyaring tahan pelarut.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. pada Penetapan kadar dalam glipizida. Lakukan
Dapar, dan Fase gerak Lakukan seperti yang kromatografi terhadap Larutan baku, dan rekam
tertera pada Penetapan kadar dalam Glipizida. kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
Larutan baku persediaan Timbang saksama tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
sejumlah Senyawa Sejenis A Glipizida BPFI, penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
masukkan ke dalam labu tentukur dan larutkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 50 g volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
per mL. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Glipizida BPFI, larutkan dalam metanol P dan jumlah mg, Glipizida (C21H27N5O4S), dalam zat uji
tambahkan Larutan baku persediaan hingga dengan rumus:
diperoleh larutan dengan kadar Glipizida BPFI r 
lebih kurang 100 g per mL dan Senyawa Sejenis 100C  U 
A Glipizida BPFI lebih kurang 0,5 g per mL. Pipet  rS 
25 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL,
encerkan dengan Dapar sampai tanda. C adalah kadar Glipizida BPFI dalam mg per mL
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera Larutan baku; rUdan rS berturut-turut adalah respons
pada Penetapan kadar dalam Glipizida. Lakukan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif glipizida tertutup rapat.
1,0 dan senyawa sejenis A glipizida lebih kurang dan
0,2; resolusi, R, antara senyawa sejenis A glipizida
dan glipizida tidak kurang dari 1,5 dan simpangan GLISERIN
baku relatif pada penyuntikan ulang untuk senyawa Glycerin
sejenis A glipizida tidak lebih dari 5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg, N-{2-[(4-aminosulfonil)-
Gliserol [56-81-5]
fenil]etil}-5-metil-pirazinkarboksamida (Senyawa
C3H8O3 BM 92,09
sejenis A glipizida) dalam zat uji, dengan rumus:
Gliserin mengandung, C3H8O3, tidak kurang dari
r 
100C  U  99,0% dan tidak lebih dari 101,0% dihitung terhadap
zat anhidrat.
 rS 
- 681 -

Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; 0,6; 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara dietilen glikol
rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam dan gliserin tidak kurang dari 1,5.
atau tidak enak). Higroskopik; larutan netral terhadap Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji
lakmus. (lebih kurang 1 µL) ke dalam kromatograf dan rekam
kromatogram: jika pada Larutan uji terdapat puncak
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan dietilen glikol atau etilen glikol, perbandingan
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, respons puncak dietilen glikol atau etilen glikol
dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap. dengan baku internal terhadap gliserin dengan baku
internal tidak lebih dari 0,10% untuk masing-masing
Baku pembanding Gliserin BPFI; tidak boleh dietilen glikol dan etilen glikol.
dikeringkan. Setelah ampul dibuka, simpan dalam
wadah tertutup rapat. Dietilen Glikol BPFI; Etilen Bobot jenis <981> Tidak kurang dari 1,249.
Glikol BPFI.
Warna dan akromisitas <1291> Bandingkan warna
Identifikasi zat dengan warna larutan yang dibuat dengan
A. Spektrum serapan inframerah yang diukur mengencerkan 0,40 mL besi(III) klorida LK dengan
sebagai lapisan tipis zat diantara dua lempeng air hingga 50 mL dalam tabung pembanding warna
natrium klorida P atau kalium bromida P, dengan diameter sama dan amati dari atas terhadap
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan latar belakang putih: tidak lebih gelap dari larutan
gelombang yang sama seperti pada Gliserin BPFI. pembanding.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,01%;
diperoleh pada Etilen glikol dan dietilen glikol. lakukan penetapan dengan menggunakan 50 g zat dan
pembasah asam sulfat P 0,5 mL.
Etilen glikol dan dietilen glikol Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi Gas seperti tertera pada Klorida dan Sulfat <361> Klorida, tidak lebih dari
Kromatografi <931>. 0,001%; lakukan penetapan mengunakan 7,0 g zat:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah masing- tidak lebih keruh dari 0,10 mL asam hidroklorida
masing Gliserin BPFI; Etilen Glikol BPFI; Dietilen 0,020 N.
Glikol BPFI dan 2,2,2-trikloroetanol (baku internal),
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Klorida dan Sulfat <361> Sulfat, tidak lebih dari
diperoleh kadar berturut-turut adalah 2,0 mg per mL; 0,002%; lakukan penetapan menggunakan 10,0 g zat:
0,05 mg per mL; 0,05 mg per mL dan 0,01 mg per tidak lebih keruh dari 0,20 mL asam sulfat 0,020 N.
mL.
Larutan uji Buat larutan gliserin dan 2,2,2- Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan
trikloroetanol dalam metanol P hingga diperoleh penetapan dengan melarutkan 4,0 g dalam 2 mL
kadar berturut-turut 50 mg per mL dan 0,10 mg per asam hidroklorida 0,1 N dan encerkan dengan air
mL. hingga 25 mL.
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala, kolom leburan silika Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
0,53 mm x 30 m dilapisi 3,0 µm fase diam G43 dan lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 1,0
diaktivasi dengan lapisan wol kaca. Gas pembawa %. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
adalah helium P, dengan perbandingan split 10 : 1 Gas seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan kecepatan aliran gas lebih kurang 4,5 mL per Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
menit. Pertahankan suhu injektor pada 220° dan suhu masing-masing sejumlah Dietilen Glikol BPFI dan
detektor 250°. Atur suhu kolom seperti tabel di Gliserin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan air
bawah ini: hingga diperoleh kadar masing-masing lebih kurang
0,5 mg per mL.
Suhu Kenaikan Suhu Pertahankan suhu Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
awal suhu akhir akhir selama larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 50 mg
(°) (° per menit) (menit) per mL.
100 - 100 4 Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
100 50 120 10 dengan detektor ionisasi nyala dan kolom leburan
120 50 220 6
silika 0,53 mm x 30 m dilapisi dengan 3,0 µm fase
diam G43 dan “inlet liner” dengan bentuk cangkir
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
terbalik atau spiral. Gas pembawa adalah helium P,
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
dengan perbandingan split 10 : 1 dan kecepatan linier
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
lebih kurang 38 cm per detik. Pertahankan suhu
propilen glikol; 2,2,2-trikloroetanol; dietilen glikol
dan gliserin berturut-turut adalah lebih kurang 0,3;
- 682 -

injektor pada 220° dan suhu detektor pada 250°. Atur sebagai berikut: pipet 10 mL ke dalam labu tentukur
suhu kolom seperti tabel di bawah ini: 250-mL, encerkan dengan air sampai tanda (Larutan
natrium periodat encer). Timbang saksama lebih
Suhu Kenaikan suhu Suhu Pertahankan kurang 550 mg gliserin, larutkan dalam 50 mL air,
awal (° per menit) akhir suhu akhir tambahkan 50,0 mL Larutan natrium periodat encer.
(°) selama (menit) Sebagai blangko, pipet 50 mL Larutan natrium
100 - 100 - periodat encer ke dalam labu berisi 50 mL air. Biarkan
100 7,5 220 4 larutan selama 30 menit, kemudian pada masing-
masing larutan tambahkan 5 mL asam hidroklorida P
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian dan 10 mL kalium iodida LP, kocok memutar. Biarkan
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak selama 5 menit, tambahkan 100 mL air, dan titrasi
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, kocok terus
dietilen glikol dan gliserin tidak kurang dari 7,0. menerus dan tambahkan 3 mL kanji LP menjelang titik
Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji akhir. Perbandingan volume natrium tiosulfat 0,1 N LV
(lebih kurang 0,5 µL) ke dalam kromatograf dan yang diperlukan untuk campuran gliserin-periodat dan
rekam kromatogram. Hitung persentase masing- yang diperlukan untuk blangko antara 0,750 dan 0,765.
masing cemaran, kecuali puncak pelarut dan dietilen Prosedur Timbang saksama lebih kurang 400 mg
glikol dengan rumus: zat, masukkan ke dalam gelas piala 600 mL, encerkan
dengan 50 mL air, tambahkan biru bromotimol LP,
 ri  dan asamkan dengan asam sulfat 0,2 N sampai terjadi
   100 warna hijau atau kuning kehijauan. Netralkan dengan
 rT  natrium hidroksida 0,05 N hingga titik akhir berwarna
biru tanpa warna hijau. Buat blangko 50 mL air dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran netralkan dengan cara yang sama. Pipet 50 mL
dalam Larutan uji dan rT adalah jumlah semua respons Larutan natrium periodat ke dalam masing-masing
puncak dalam Larutan uji. gelas piala, campur dengan menggoyangkan hati-hati,
tutup dengan kaca arloji, dan biarkan selama 30 menit
Senyawa terklorinasi Tidak lebih dari 30 bpj Cl; pada suhu ruang (tidak lebih dari 35°) di tempat gelap
lakukan penetapan sebagai berikut: timbang saksama 5 atau cahaya redup. Tambahkan 10 mL campuran etilen
g zat, masukkan ke dalam labu alas bulat kering 100 glikol P dan air dengan volume sama, biarkan selama
mL, tambahkan 15 mL morfolin P, refluks selama 3 20 menit. Encerkan masing-masing larutan dengan air
jam. Bilas kondensor dengan 10 mL air, tampung air hingga lebih kurang 300 mL, titrasi dengan natrium
bilasan ke dalam labu, dan asamkan hati-hati dengan hidroksida 0,1 N LV hingga pH 8,1 ± 0,1 untuk larutan
asam nitrat P. Masukkan larutan ke dalam tabung uji dan pH 6,5 ± 0,1 untuk blangko, gunakan pH
pembanding yang sesuai, tambahkan 0,50 mL perak meter.
nitrat LP, encerkan dengan air hingga 50,0 mL,
campur; kekeruhan tidak lebih dari blangko yang Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N
ditambah 0,20 mL asam hidroklorida 0,020 N tanpa setara dengan 9,210 mg C3H8O3
direfluks.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Asam lemak dan ester Campur 50 g zat dengan 50 rapat.
mL air bebas karbon dioksida P dan 5,0 mL natrium
hidroksida 0,5 N LV, didihkan campuran selama 5
menit, dinginkan. Tambahkan fenolftalein LP dan LARUTAN ORAL GLISERIN
titrasi kelebihan basa dengan asam hidroklorida 0,5 N Glycerin Oral Solution
LV. Lakukan penetapan blangko seperti pada Titrasi
kembali dalam Titrimetri <711>: diperlukan tidak
Larutan Oral Gliserin mengandung gliserin, C3H8O3,
lebih dari 1 mL natrium hidroksida 0,5 N.
tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kadar air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%.

Penetapan kadar Baku pembanding Gliserin BPFI; tidak boleh


Larutan natrium periodat Larutkan 60 g natrium dikeringkan. Setelah ampul dibuka, simpan dalam
metaperiodat P dalam air yang mengandung 120 mL wadah tertutup rapat.
asam sulfat 0,1 N hingga volume 1000 mL. Untuk
melarutkan periodat tidak boleh dipanaskan. Jika Identifikasi Masukkan beberapa tetes larutan ke
larutan tidak jernih, saring melalui kaca masir. Simpan dalam tabung reaksi, tambahkan lebih kurang 500 mg
larutan dalam wadah tidak tembus cahaya dan kalium bisulfat P, panaskan: terbentuk uap menyengat
bersumbat kaca. Lakukan uji kesesuaian larutan akrolein.
- 683 -

pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5. Penetapan kadar


Larutan kalium periodat Larutkan 3 g kalium periodat
Penetapan kadar P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan
Larutan kalium periodat Larutkan 3 g kalium periodat dengan 500 mL air hangat, dinginkan hingga suhu ruang,
P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL, larutkan encerkan sampai tanda.
dengan 500 mL air hangat, dinginkan hingga suhu ruang, Prosedur Pipet sejumlah volume tetes mata setara
encerkan sampai tanda. dengan 3 g gliserin, masukkan ke dalam labu tentukur
Prosedur Pipet sejumlah volume larutan oral setara 500-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 3 mL
dengan 3 g gliserin, masukkan ke dalam labu tentukur larutan ini, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang
500-mL, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 3 mL sesuai, tambahkan 100,0 mL larutan kalium periodat P.
larutan ini, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang Goyang, diamkan sampai suhu ruang selama 10 menit.
sesuai, tambahkan 100 mL Larutan kalium periodat, Tambahkan 4 g natrium bikarbonat P dan 2 g kalium
goyang, diamkan selama 10 menit, tambahkan 4 g iodida P. Titrasi segera dengan kalium arsenit 0,1 N LV,
natrium bikarbonat P dan 2 g kalium iodida P. Titrasi tambahkan 3 mL larutan kanji LP saat mendekati titik
segera dengan kalium arsenit 0,1 N LV, tambahkan 3 mL akhir titrasi. Lakukan penetapan blangko menggunakan
larutan kanji LP saat mendekati titik akhir titrasi. air sebagai pengganti tetes mata.
Lakukan penetapan blangko menggunakan air sebagai
pengganti larutan oral. Tiap mL kalium arsenit 0,1 N
setara dengan 2,303 mg C3H8O3
Tiap mL kalium arsenit 0,1 N
setara dengan 2,303 mg C3H8O3 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca atau
plastik tertutup rapat, mengandung tidak lebih dari 15
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. mL, terlindung cahaya. Wadah atau karton disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.

TETES MATA GLISERIN


Glycerin Ophthalmic Solution GLISIN
Glycine
Tetes Mata Gliserin adalah larutan steril gliserin anhidrat
mengandung gliserin, C3H8O3, tidak kurang dari 98,5%.
Dapat mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang
sesuai. [Catatan Pada waktu penyiapan larutan tetes Glisin [56-40-6]
mata, gunakan gliserin yang mengandung kadar air C2H5NO2 BM 75,07
rendah, sehingga memenuhi syarat batas kadar Air.
Pastikan bahwa gliserin yang digunakan mempunyai Glisin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak
bobot jenis tidak kurang dari 1,2607 setara dengan lebih dari 101,5% C2H5NO2,dihitung terhadap zat kering.
kadar gliserin 99,5%.]
[Catatan Jangan gunakan sediaan jika terbentuk hablur, Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa agak
keruh, atau terjadi perubahan warna, atau mengandung manis. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
endapan.]
Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat sukar larut
Baku pembanding Gliserin BPFI; tidak boleh dalam etanol dan dalam eter.
dikeringkan sebelum digunakan. Setelah ampul dibuka,
simpan dalam wadah tertutup rapat. Baku pembanding Glisin BPFI; lakukan pengeringan
pada suhu 105° selama 2 jam sebelum digunakan.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah yang diukur Simpan dalam wadah tertutup rapat.
sebagai lapisan tipis zat diantara dua lempeng natrium
klorida P atau kalium bromida P, menunjukkan Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
seperti pada Gliserin BPFI. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Glisin BPFI.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,2%;
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam.
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
secara potensiometri dengan menambahkan 5 mL Injeksi
natrium klorida ke dalam 5 mL larutan tetes mata.
- 684 -

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,007%; larutan 1,0 g Identifikasi


zat dalam air menunjukkan tidak lebih keruh dari 0,10 A. Lakukan penetapan menggunakan Kromatografi
mL asam klorida 0,020 N. lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi
<931>.
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,0065%; larutan 3,0 g Fase gerak Campuran aseton P-n-butanol P-natrium
zat dalam air menunjukkan tidak lebih keruh dari 0,20 fosfat monobasa P 1,6% (50:40:10)
mL asam sulfat 0,020 N. Penjerap Kieselgur G dalam larutan natrium fosfat
monobasa P 1,6%.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj. Larutan baku Larutan mengandung masing-masing
10 mg D-galaktosa P, D-glukosa P, L-arabinosa P, L-
Senyawa terhidrolisis Didihkan 10 mL larutan (1 ramnosa P dalam 1 mL air, encerkan dengan metanol P
dalam 10) selama 1 menit, diamkan selama 2 jam: hingga 10 mL.
larutan jernih dan mengalir seperti 10 mL larutan yang Larutan uji Refluks 1 g serbuk dalam 25 mL asam
tidak dididihkan. sulfat P 4% di dalam tangas air selama 90 menit,
netralkan 10 mL larutan ini dengan 2 g barium karbonat
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 150 P, kocok selama lebih kurang 90 menit, saring encerkan
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, 1 mL filtrat dengan 9 mL metanol P dan sentrifus.
larutkan dalam 100 mL asam asetat glasial P, Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah volume
tambahkan 1 tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam (10 µL) sama Larutan baku dan Larutan uji pada
perklorat 0,1 N LV hingga berwarna hijau. Lakukan lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam
penetapan blangko. Bejana kromatograf yang telah dijenuhkan dengan Fase
gerak dan biarkan merambat 10 cm. Angkat lempeng,
1mL asam perklorat 0,1 N keringkan dalam aliran udara hangat selama beberapa
setara dengan 7,507 mg C2H5NO2 menit, masukkan kembali ke dalam Bejana kromatograf
yang sama dan biarkan merambat 15 cm. Angkat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. lempeng dan keringkan dalam oven pada suhu 110°
selama 10 menit dan semprot dengan asam
aminohipurat LP. Kromatogram yang diperoleh dari
GOM AKASIA Larutan baku berupa empat bercak terpisah jelas
Gom Arab menunjukkan D-galaktosa (coklat kekuningan), D-
Gum Acacia glukosa (coklat kekuningan), L-ramnosa (kuning)
dengan deretan harga RFmenaik. Kromatogram yang
Gom Akasia adalah eksudat, yang mengeras di udara diperoleh dari Larutan uji berupa tiga bercak sesuai
seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan dengan D-galaktosa, L-arabinosa dan L-ramnosa. Tidak
penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal boleh ada bercak yang sesuai dengan D-glukosa dan
L. Willdenow (Familia Leguminosae) dan spesies lain bercak lain yang tampak, terutama pada bagian atas.
acacia yang berasal dari Afrika. B. Larutkan 1 g serbuk dalam 2 mL air, tambahkan 2
mL etanol P, kocok, terbentuk musilago putih yang
Pemerian Tidak berbau. menjadi cairan encer pada penambahan 10 mL air.
C. Pada 5 mL larutan tambahkan10 mL etanol P.
Kelarutan Larut hampir sempurna dalam 2 bagian Cairan berkabut yang diperoleh, membentuk endapan
bobot air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa putih pada penambahan 0,5 mL asam asetat 5 N.
bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit; Saring, tambahkan pada filtrat jernih beberapa mL
praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter. larutan amonium oksalat P 4%: filtrat berkabut.
D. Larutkan 250 mg serbuk dalam 5 mL air sambil
Makroskopik Butiran, bentuk bulat seperti ginjal atau dikocok, tambahkan 0,5 mL larutan hidrogen peroksida
bulat telur, penampang 1 sampai 3 cm, warna putih P 3% dan 0,5 mL tingtur guaiakum LP. Kocok, biarkan
kekuningan, kuning atau coklat muda, kadang-kadang beberapa menit: terjadi warna biru tua atau beberapa
berwarna merah muda, rapuh, buram sering kali dengan menit.
permukaan yang retak, mudah pecah menjadi fragmen E. Larutan 0,01% dengan penambahan timbal(II)
bersudut tidak beraturan dengan patahan melengkung, subasetat LP: memberikan endapan dalam beberapa
berwarna agak putih atau agak kekuningan; seperti kaca menit.
dan tembus cahaya. Di dalam pusat butiran yang tidak F. Larutan 10% memutar bidang polarisasi ke kiri.
pecah sering terdapat rongga kecil.
Agar dan gom sterkulia Pada sejumlah kecil serbuk,
Mikroskopik Serbuk berupa potongan mengkilat tidak tambahkan larutan segar merah rutenium LP, tidak
beraturan, tidak berwarna terlihat sedikit pati atau terbentuk kabut pada pengocokan.
jaringan tanaman; tidak terlihat adanya lapisan
membran.
- 685 -

Agar dan tragakan Identifikasi Agar dan gom sterkulisa, Agar dan tragakan,
A. Pada 2 mL larutan 10%, tambahkan 8 mL air dan Pati dan dekstrin, Sakarosa dan fruktosa, Tanin, Zat tidak
0,2 mL timbal(II) asetat LP: tidak terbentuk kabut pada larut, Susut pengeringan dan Sisa pemijaran. Memenuhi
pengocokan syarat seperti tertera pada Gom Akasia.
B. Pada 100 mg serbuk tambahkan 1 mL iodum 0,01
M: tidak terjadi warna merah tua atau hijau zaitun. Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g
Pati dan dekstrin Didihkan 10 mL larutan 10%, zat.
dinginkan, tambahkan 0,1 mL iodum 0,05 M: tidak terjadi
warna biru atau coklat kemerahan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Sakarosa dan fruktosa Pada 1 mL larutan 10%,


tambahkan 4 mL air, 100 mg resorsinol P dan 2 mL GONADOTROPIN KORIONIK
asam klorida P, panaskan di atas tangas air: tidak terjadi Chorionic Gonadotropin
warna kuning atau merah muda.
Gonadotropin Korionik adalah hormon polipeptida
Tanin Pada 10 mL larutan 10%, tambahkan 0,1 mL stimulan gonad yang diperoleh dari urin wanita hamil.
larutan besi(III) klorida P 10,5%: terbentuk endapan Potensi tidak kurang dari 1500 unit Gonadotropin
seperti gelatin, endapan dan larutan tidak berwarna biru Korionik FI per mg, tidak kurang dari 80,0% dan tidak
tua. lebih dari 125,0% dari potensi yang tertera pada etiket.

Zat tak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan penetapan Pemerian Serbuk amorf; putih atau praktis putih.
sebagai berikut: Pada 5 g serbuk tambahkan 100 mL air
dan 14 mL asam klorida 2 N, didihkan perlahan-lahan Kelarutan Mudah larut dalam air.
selama 15 menit, sambil sering dikocok. Saring selagi
panas dengan penyaring kaca masir, bilas sisa dengan air Baku pembanding Gonadotropin Korionik Manusia
panas dan keringkan pada suhu 100° sampai 105° hingga BPFI; simpan dalam lemari pendingin dan tidak boleh
bobot tetap. dikeringkan sebelum digunakan. Gunakan ampul baku
pembanding yang baru untuk setiap penetapan kadar,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0%; buang bagian yang tidak digunakan. Endotoksin BPFI
lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105° [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
menggunakan 1 g serbuk zat. harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi];
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 5,0%; lakukan hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
penetapan menggunakan 1 g zat. lemari pendingin.

Batas mikroba<51> Tidak boleh mengandung Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih dari
Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g 0,03 unit Endotoksin FI per unit Gonadotropin Korionik
zat. FI.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Toksisitas akut Suntikkan secara intravena 0,5 mL
larutan uji yang mengandung 2000 unit Gonadotropin
Korionik FI per mL pada tiap 5 ekor mencit sehat dengan
SERBUK GOM AKASIA bobot tubuh antara 18 dan 22 g. Amati hewan selama 48
Serbuk Gom Arab jam setelah penyuntikan, jika pada akhir 48 jam semua
Acacia Gum Powder hewan hidup dan tidak lebih dari satu hewan
menunjukkan gejala reaksi toksik: memenuhi syarat. Jika
Serbuk Gom Akasia adalah gom akasia dalam bentuk lebih dari satu hewan menunjukkan gejala toksik atau jika
serbuk. tidak lebih dari dua hewan mati, ulangi pengujian
menggunakan 10 hewan tambahan yang sama: jika pada
Pemerian Serbuk; putih atau putih kekuningan; tidak uji ulang semua hewan hidup selama 48 jam dan tidak
berbau. menunjukkan gejala reaksi toksik: memenuhi syarat.

Kelarutan Larut hampir sempurna dalam air, tetapi Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman, dalam
jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan seperti Aktivitas estrogenik Suntikkan secara subkutan
musilago, tidak berwarna atau kekuningan, kental, 0,25 mL larutan uji yang mengandung setara 1000
lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap lakmus unit Gonadotropin Korionik FI per mL dalam larutan
biru; praktis tidak larut dalam etanol dan eter. natrium klorida P 0,9% pada pagi hari dan sore hari
- 686 -

selama dua hari berturut-turut, pada masing-masing dari GONADOTROPIN KORIONIK UNTUK
5 ekor tikus betina yang indung telur telah dihilangkan 2 INJEKSI
minggu sebelumnya. Pada tiap tiga hari berikutnya, Chorionic Gonadotropin for Injection
lakukan apusan vagina dari setiap hewan. Jika unsur-
unsur sel dalam apusan vagina terutama terdiri dari Injeksi Gonadotropin Korionik adalah campuran kering
leukosit dan beberapa sel epitel berinti, tetapi tanpa sel gonadotropin korionik dengan pengencer dan dapar
epitel yang mengeras: memenuhi syarat. yang sesuai, steril. Potensi tidak kurang dari 80,0% dan
tidak lebih dari 125,0% dari potensi yang tertera pada
Penetapan potensi etiket dalam unit Gonadotropin Korionik FI. Dapat
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mengandung zat antimikroba.
Gonadotropin Korionik BPFI, larutkan dalam larutan
natrium klorida P 0,9% yang dibuat segar mengandung Pemerian Padatan amorf berbentuk khas hasil dari
1 mg per mL serum albumin sapi dan atur pH antara 6,9 beku kering; putih atau hampir putih.
dan 8,0 dengan natrium hidroksida LP, hingga kadar 10
unit Gonadotropin Korionik FI per mL. Dengan Larutan terkonstitusi Memenuhi syarat; lakukan
menggunakan pelarut yang sama buat tiga enceran dari penetapan seperti tertera pada Larutan terkonstitusi
larutan ini masing-masing mengandung Gonadotropin dalam Injeksi.
Korionik BPFI secara geometrik seperti 1:1,2:1,44 atau
1:2:4, sehingga aktivitas per mL terletak dalam rentang Baku pembanding Gonadotropin Korionik BPFI;
0,1 sampai 1,0 unit. simpan dalam lemari pendingin dan tidak boleh
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Larutan dikeringkan sebelum digunakan. Gunakan ampul baru
baku, menggunakan zat uji, sehingga diperoleh tiga untuk tiap kelompok penetapan kadar dan musnahkan
Larutan uji yang sesuai. bagian yang tidak digunakan. Endotoksin BPFI
Hewan uji Tikus betina, sehat, umur 20 hingga 23 [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
hari, perbedaan bobot tubuh yang teringan dan yang harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi];
terberat tidak lebih dari 30%. Hewan dipelihara dalam Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
kondisi suhu penyinaran dan diet yang seragam, beri 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
tanda dan kelompokkan secara acak dalam jumlah dalam lemari pendingin.
sama, tidak kurang dari 10 ekor. Tentukan untuk
masing-masing tiga Larutan baku dan tiga Larutan uji. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,03 unit
Prosedur Suntikkan secara subkutan pada bagian Endotoksin FI per unit Gonadotropin Korionik FI.
punggung 0,20 mL Larutan baku dan Larutan uji yang
telah disiapkan, pada waktu hampir bersamaan setiap pH <1071> pH larutan untuk uji Aktivitas estrogenik
tiga hari berturut-turut. Pada sore hari kelima, bunuh antara 6,0 dan 8,0.
hewan, potong uterus setiap hewan dengan cara
memotong leher rahim, mengupas jaringan di sekitarnya Aktivitas estrogenik Jika dikonstitusi seperti yang
dan memotong pertemuan utero-tubal. Segera tekan, tertera pada etiket, memenuhi uji Aktivitas estrogenik
keluarkan cairan uterin pada kertas absorben basah dan dalam Gonadotropin Korionik.
timbang uterus dengan timbangan yang sesuai, bobot
uterus mendekati 0,2 mg. Syarat lain Memenuhi syarat Uji Sterilitas <71>,
Perhitungan Tabulasi hasil penimbangan uterin pada Keseragaman Sediaan <911> dan Injeksi.
masing-masing tikus, tandai dengan simbol Y untuk
tiap-tiap dosis kelompok tikus. Lakukan seperti pada Keseragaman sediaan <911> Buka 10 wadah dan
Penetapan kadar dalam Injeksi Kortikotropin mulai dari timbang saksama masing-masing wadah dan isinya, beri
“Jika data dari satu atau lebih”. Hitung log jarak identitas masing-masing wadah. Pindahkan isi wadah
keyakinan L seperti tertera pada Interval keyakinan dan bilas dengan air, keringkan pada suhu 105° sampai
untuk penetapan individual dalam Desain dan Analisis bobot tetap dan timbang kembali. Hitung bobot bersih
Penetapan Hayati <81>. Jika batas keyakinan lebih dari masing-masing wadah dan isinya dengan mengurangi
0,1938, pada P= 0,95, sampai batas keyakinan 80% dan bobot awal dengan bobot wadah kosong setelah
125% dari perhitungan potensi, ulangi penetapan hingga pengeringan. Hitung bobot isi rata-rata dan simpangan
kombinasi data dari dua penetapan atau lebih, seperti baku relatif seperti tertera pada Keseragaman sediaan
tertera pada Kombinasi dari penetapan yang berdiri <911>. Memenuhi syarat jika bobot isi masing-masing
sendiri dalam Desain dan Analisis Penetapan Hayati wadah tidak berbeda lebih dari 5,0% dari bobot rata-rata
<81>: memenuhi batas tersebut. dan simpangan baku relatif sepuluh wadah tidak lebih
dari 3,0%. Jika tidak memenuhi, lakukan uji terhadap 20
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup wadah tambahan. Memenuhi syarat jika tidak lebih dari
rapat, sebaiknya dalam kaca Tipe I dan di dalam lemari satu wadah dari 30 wadah, berbeda lebih dari 7,5% dari
pendingin. bobot rata-rata 30 isi wadah dan simpangan baku relatif
bobot isi 30 wadah tidak lebih dari 3,3%.
- 687 -

Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
pada Penetapan potensi dalam Gonadotropin
Korionik, menggunakan Larutan uji yang dibuat Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 25
dengan mengencerkan sejumlah larutan untuk uji bpj.
Aktivitas estrogenik secara bertahap dan kuantitatif
dengan larutan natrium klorida P 0,9%. Luas permukaan spesifik Antara 1,3 dan 1,7 m2 per
g. Tentukan ukuran partikel nyata dalam µm dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk metode permeasi udara, menggunakan alat yang
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. sesuai. Timbang 1,819 g ± 0,001 g zat, masukkan ke
dalam tabung kompresi dari alat. Mampatkan dengan
tekanan sedang hingga diperoleh porositas yang sama.
GRISEOFULVIN Alirkan udara mampat kering melalui tabung dan ukur
Griseofulvin tekanan udara dengan manometer air. Baca porositas
dan hitung ukuran partikel nyata dari persamaan alat.
Cl
H3CO O Ulangi pembacaan porositas, berturut-turut pada
H3CO O derajat kemampatan lebih tinggi hingga diperoleh
ukuran partikel nyata minimum. Hitung luas
H permukaan spesifik yang diamati dalam m² per g
H3C dengan rumus:
O
OCH3
6
7-Kloro-2’,4,6-trimetoksi-6’ ß-metilspiro[benzofuran- 1,455MF
2(3H),1’-[2]sikloheksena]-3,4’-dion [126-07-8]
C17H17ClO6 BM 352,77 M adalah ukuran partikel nyata minimum; F adalah
faktor yang diperoleh dari tabel berikut, jika perlu
Griseofulvin mempunyai potensi tidak kurang dari 900 gunakan interpolasi, untuk koreksi ukuran partikel
µg C17H17ClO6 per mg. nyata terhadap ukuran partikel yang sebenarnya pada
pembacaan porositas tersebut.
Baku pembanding Griseofulvin BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Pembacaan
F
terlindung cahaya, dalam lemari pembeku; Porositas
Griseofulvin Luas Permukaan Spesifik BPFI; tidak 0,80 1,3771
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat 0,76 1,4142
dan terlindung cahaya. Simpan dalam tempat dingin. 0,72 1,4573
0,68 1,5082
Identifikasi 0,64 1,5690
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan 0,60 1,6432
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan 0,56 1,7353
0,52 1,8528
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
0,48 2,0076
sama seperti pada Griseofulvin BPFI.
0,44 2,2203
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 0,40 2,5298
dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku
internal seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Tentukan secara bersamaan luas permukaan spesifik
yang diamati dari Griseofulvin Luas Permukaan
Jarak lebur <1021> Antara 217° dan 224°.
Spesifik BPFI yang dilakukan dengan cara yang sama.
Hitung luas permukaan spesifik griseofulvin dengan
Rotasi jenis <1081> Antara +348° dan +364°,
rumus:
lakukan penetapan menggunakan larutan yang
mengandung 10 mg per mL dalam dimetilformamida
P. A 
OU  S 
 OS 
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; OU adalah luas permukaan spesifik yang diamati dari
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler zat uji; AS adalah luas permukaan spesifik yang telah
dalam hampa udara tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, ditetapkan dari Griseofulvin LuasPermukaan Spesifik
pada suhu 60° selama 3 jam, menggunakan lebih BPFI; OS adalah luas permukaan spesifik yang diamati
kurang 100 mg zat yang ditimbang saksama. dari Griseofulvin Luas Permukaan Spesifik BPFI.
- 688 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara TABLET GRISEOFULVIN


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Griseofulvin Tablets
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P- Tablet Griseofulvin mengandung griseofulvin,
tetrahidrofuran P (60:35:5), saring, awaudarakan C17H17ClO6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
selama 5 menit sebelum digunakan dan aduk terus dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
menerus selama penggunaan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Baku pembanding Griseofulvin BPFI; tidak boleh
tertera pada Kromatografi <931>. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku internal Larutkan sejumlah 3- terlindung cahaya, dalam lemari pembeku.
fenilfenol dalam metanol P hingga kadar lebih kurang
1 mg per mL. Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
Griseofulvin BPFI, larutkan dalam metanol P hingga baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kadar lebih kurang 1,25 mg per mL. Pipet 5 mL
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan Disolusi <1231>
4,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan Fase UJI 1
gerak sampai tanda, kadar lebih kurang 0,125 mg per Media disolusi: 1000 mL air yang mengandung 40
mL. mg per mL natrium lauril sulfat P.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 62 mg Alat tipe 2: 75 rpm.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, Waktu: 90 menit.
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C17H17ClO6,
tanda. Pipet 5 mL, masukkan ke dalam labu yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
tentukur 50-mL, tambahkan 4,0 mL Larutan baku perlu encerkan dengan campuran metanol P-air (4:1)
internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. dan serapan larutan baku Griseofulvin BPFI dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada media yang sama, pada panjang gelombang serapan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi maksimum lebih kurang 291 nm.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir lebih kurang dari 75% (Q), C17H17ClO6, dari jumlah yang
kurang 1 mL per menit. Resolusi, R, antara griseofulvin tertera pada etiket.
dan 3-fenilfenol tidak kurang dari 3,5 % dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak UJI 2 Jika memenuhi uji ini pada etiket cantumkan
lebih dari 2,0%. memenuhi Disolusi Uji 2.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Media disolusi: 1000 mL natrium lauril sulfat P 4 %.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Alat tipe 2: 50 rpm.
Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons Waktu: 45 menit.
puncak utama. Waktu retensi relatif griseofulvin Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C17H17ClO6,
terhadap 3-fenilfenol lebih kurang 0,8. Hitung jumlah yang terlarut dengan mengukur serapan alikot yang
dalam µg griseofulvin, C17H17ClO6, dalam tiap mg telah disaring menggunakan penyaring yang sesuai ,
zat dengan rumus: jika perlu diencerkan dengan campuran metanol P-air
(4:1) dan serapan larutan baku Griseofulvin BPFI
 CP  rU  dengan kadar 10 µg per mL dalam campuran metanol
500   P – air (4:1), pada panjang gelombang serapan
 WU  rS  maksimum lebih kurang 291 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
C adalah kadar Griseofulvin BPFI dalam mg per mL kurang dari 80% (Q), C17H17ClO6, dari jumlah yang
Larutan baku; P adalah potensi griseofulvin dalam tertera pada etiket. Hitung persentase griseofulvin,
µg per mg Griseofulvin BPFI; WU adalah jumlah zat C17H17ClO6, dari jumlah yang tertera pada etiket
yang digunakan dalam mg; rU dan rS berturut-turut dengan rumus :
adalah perbandingan respons puncak griseofulvin
terhadap 3-fenilfenol dalam Larutan uji dan Larutan  AU  Cs 
baku.     D  V  100
 AS  L 
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. AU dan AS berturut-turut adalah serapan alikot dan
Larutan baku; Cs adalah kadar Griseofulvin BPFI
dalam µg per mL larutan baku; V adalah volume
Media disolusi, 1000 mL; D adalah faktor
- 689 -

pengenceran alikot dan L adalah kadar griseofulvin selama 30 menit, encerkan dengan metanol P sampai
seperti yang tertera pada etiket dalam mg per tablet. tanda, saring dengan penyaring yang sesuai. Kadar
larutan ini lebih kurang 1,25 mg per mL.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; Larutan uji Pipet 5 mL Larutan uji persediaan ke
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler, dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Fase
dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam. gerak sampai tanda. Kadar larutan ini lebih kurang
0,125 mg per mL.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Prosedur keseragaman kandungan. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir
Griseofulvin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
metanol P hingga diperoleh kadar lebih kurang 10 g terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan
per mL. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam wadah simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
yang sesuai, tambahkan metanol P yang diukur lebih dari 2,0%.
saksama hingga kadar griseofulvin tidak lebih dari 1 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mg per mL, kocok secara mekanik selama 1 jam atau volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
lebih lama, untuk mendispersikan zat uji secara Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons
sempurna dan sonikasi selama 1 menit. Sentrifus puncak utama. Hitung persentase griseofulvin,
sebagian dari larutan ini, encerkan secara kuantitatif C17H17ClO6, dari jumlah yang tertera pada etiket
sejumlah volume beningan hingga kadar griseofulvin dalam tablet dengan rumus:
lebih kurang 10 g per mL.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan  rU  CS 
baku pada panjang gelombang serapan maksimum     P  100
lebih kurang 292 nm, menggunakan metanol P  rS  CU 
sebagai blangko. Hitung persentase griseofulvin,
C17H17ClO6, dari jumlah yang tertera pada etiket rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dalam tablet dengan rumus: griseofulvin dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar Griseofulvin BPFI dalam mg per mL
 AU  CS  Larutan baku; CU adalah kadar griseofulvin dalam
    P  100 mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
 AS  CU  tertera pada etiket dan P adalah potensi griseofulvin
dalam µg per mL Griseofulvin BPFI.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; CS adalah kadar Griseofulvin BPFI Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar rapat.
griseofulvin dalam µg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket dan P Penandaan Pada etiket cantumkan mengandung
adalah potensi Griseofulvin BPFI dalam µg per mL. griseofulvin ukuran mikro. Jika uji disolusi lebih dari 1,
maka pada etiket harus dicantumkan uji disolusi yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara digunakan.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P- GUAIFENESIN
tetrahidrofuran P - air (7:1:12), saring, awaudarakan Gliseril Guaiakolat
selama 5 menit sebelum digunakan dan aduk terus Guaifenesin
menerus selama digunakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Griseofulvin BPFI, larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,25 mg
per mL.
Larutan baku Pipet 5 mL Larutan baku persediaan 3-(o-Metoksifenoksi)-1,2-propandiol [93-14-1]
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan C10H14O4 BM 198,22
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,125 mg per
mL. Guaifenesin mengandung tidak kurang dari 98,0%
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah dan tidak lebih dari 102,0% C10H14O4, dihitung
serbuk halus tablet, tambahkan metanol P, kocok terhadap zat kering.
- 690 -

Pemerian Serbuk hablur; putih sampai agak kelabu; total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
bau khas lemah; rasa pahit. Tabel.

Kelarutan Larut dalam air; etanol, kloroform dan Tabel


propilen glikol; agak sukar larut dalam gliserin.
Cemaran Waktu Faktor Batas
Baku pembanding Guaifenesin BPFI; lakukan retensi respons (%)
pengeringan dalam hampa udara, pada tekanan tidak relatif relatif
kurang dari 10 mmHg dan suhu 60° sampai bobot Isomer-β Guaifenesin 0,9 1,0 1,5
tetap, sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Guaifenesin 1,0 - -
Guaiakol 1,4 1,6 0,03
tertutup rapat. Guaiakol BPFI; Tidak boleh
Masing-masing cemaran lain - 1,0 0,5
dikeringkan; setelah ampul dibuka, simpan dalam
Total cemaran - - 1,0
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Identifikasi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
Kromatografi <931>.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Larutan A Buat campuran air-asam asetat glasial
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
P (990:10).
sama seperti pada Guaifenesin BPFI.
Larutan B Gunakan asetonitril P.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 40 g per
Fase gerak Gunakan berbagai campuran Larutan A
mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian
pada Guaifenesin BPFI.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Larutan baku Buat larutan Guaifenesin BPFI
lakukan pengeringan dalam hampa udara, pada
dalam Larutan B hingga kadarnya lebih kurang 0,5
tekanan tidak kurang dari 10 mmHg dan suhu 60°
mg per mL.
hingga bobot tetap.
Larutan uji Timbang saksama 25 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL. Larutkan
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 25
dan encerkan dengan Larutan B sampai tanda.
bpj.
Larutan resolusi Buat larutan dalam Larutan B
hingga tiap mL mengandung Guaifenesin BPFI 0,5
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
mg dan Guaiakol BPFI 0,02 mg.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan baku,
dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom 4,6
Larutan resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan
mm x 25 cm dan berisi bahan pengisi L1, dengan
seperti tertera pada Penetapan kadar.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Larutan uji Larutkan 20 mg zat dalam 10 mL Larutan
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
B.
Enceran larutan uji Masukan 1,0 mL Larutan uji ke
Waktu Larutan A Larutan B
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan (menit) (%) (%)
Larutan B sampai tanda. Larutan ini mengandung 0,02 0 80 20
mg per mL guaifenesin. 32 50 50
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 35 80 20
volume sama (lebih kurang 10 mL). Larutan uji dan
Enceran larutan uji ke dalam kromatograf dan ukur Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi dan
respons puncak utama. Hitung persentase masing- rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
masing cemaran dalam guaifenesin yang digunakan tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif isomer 
dengan rumus: guaifenesin, guaifenesin dan guaiakol berturut-turut
lebih kurang 0,9; 1,0 dan 1,3 dan resolusi, R, antara
𝑟𝑖 1 puncak guaifenesin dan puncak guaiakol tidak kurang
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐹 dari 3. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
ri adalah respons masing-masing puncak selain dari seperti tertera pada Prosedur; simpangan baku relatif
puncak utama guaifenesin pada Larutan uji; rS adalah untuk penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
respons puncak utama pada kromatogram Enceran Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji; F adalah faktor respons puncak seperti volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
yang tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 691 -

kromatogram, ukur respons puncak. Hitung persentase lakukan penyesuaian, menurut Kesesuaian sistem seperti
guaifenesin, C10H14O4, dalam zat uji dengan rumus: tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan asam benzoat Timbang saksama sejumlah asam
𝑟𝑈 𝐶𝑆 benzoat P, larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih
( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 kurang 2 mg per mL.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji guaifenesin, larutkan dalam air dengan pengocokan hingga
dan Larutan baku; CS adalah kadar Guaifenesin BPFI kadar lebih kurang 2 mg per mL. Pipet 2 mL larutan dan 5
dalam mg per mL Larutan Baku; CU adalah kadar zat mL Larutan asam benzoat ke dalam labu tentukur 100-
dalam mg per mL Larutan Uji berdasarkan bobot yang mL, tambahkan 40 mL metanol P, encerkan dengan air
ditimbang. Untuk nilai ini tambahkan persentase isomer  sampai tanda. Kadar larutan ini mengandung guaifenesin
guaifenesin yang diperoleh dari uji Cemaran organik. lebih kurang 40 µg per mL dan asam benzoat lebih kurang
100 µg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Guaifenesin
BPFI, larutkan dalam air dengan pengocokan hingga kadar
lebih kurang 2 mg per mL. Pipet 2 mL larutan ke dalam
TABLET GUAIFENESIN labu tentukur 100-mL, tambahkan 45 mL metanol P,
Guaifenesin Tablet encerkan dengan air sampai tanda. Kadar larutan lebih
kurang 40 µg per mL.
Tablet Guaifenesin mengandung guaifenesin, C10H14O4, Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari tablet.Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
jumlah yang tertera pada etiket. dengan lebih kurang 200 mg guaifenesin, masukkan ke
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan lebih kurang 60
Baku pembanding Guaifenesin BPFI; lakukan mL air, kocok selama lebih kurang 15 menit. Encerkan
pengeringan dalam hampa udara, pada tekanan tidak lebih dengan air sampai tanda, jika perlu saring untuk
dari 10 mmHg, pada suhu 60° hingga bobot tetap sebelum mendapatkan larutan yang jernih. Pipet 2 mL larutan ke
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 45 mL metanol
P, encerkan dengan air sampai tanda.
Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A.Gerus halus sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang 100 mg guaifenesin dengan 10 mL kloroform P, dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom 4,6 mm x
saring. Uapkan 1 mL filtrat pada kaca arloji. Campur residu 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10
dengan 1 tetes formaldehida P dan beberapa tetes asam µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
sulfat P: terjadi warna merah ceri tua hingga ungu. kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
B.Waktu retensi puncak guaifenesin pada kromatogram kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Prosedur: resolusi, R, antara puncak guaifenesin dan asam
diperoleh pada Penetapan kadar. benzoat tidak kurang dari 3,0; waktu retensi relatif
guaifenesin dan asam benzoat berturut-turut adalah lebih
Disolusi <1231> kurang 0,7 dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap
Prosedur gabungan sampel Larutan baku, rekam respons seperti tertera pada Prosedur:
Media disolusi: 900 mL air simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih
Alat tipe 2: 50 rpm dari 2,5%.
Waktu: 45 menit Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C10H14O4 yang sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan uji
terlarut dengan mengukur serapan alikot dan serapan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
larutan baku Guaifenesin BPFI dalam media yang sama, respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang guaifenesin, C10H14O4, dalam serbuk tablet yang digunakan
274 nm. dengan rumus:
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C10H14O4,dari jumlah yang tertera r 
pada etiket. 5C  U 
 rS 
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
C adalah kadar Guaifenesin BPFI dalam µg per mL
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-metanol P-asam asetat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
glasial P (60:40:1,5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
- 692 -

HALOPERIDOL Pelarut Buat campuran asam klorida P (1 dalam


Haloperidol 100) dan isopropil alkohol P (10:90).
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 80 mg
HO
O zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Cl N CH2CH2CH2C F tambahkan Pelarut sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Haloperidol BPFI dan Senyawa Sejenis A
4-[4-(p-Klorofenil)-4-hidroksipiperidino]- Haloperidol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur,
4’-fluorobutirofenon [52-86-8] larutkan dalam Pelarut, hingga kadar berturut-turut
C21H23ClFNO2 BM 375,86 lebih kurang 800 dan 8 µg per mL.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
Haloperidol mengandung tidak kurang dari 98,0% baku pada panjang gelombang serapan maksimum
dan tidak lebih dari 102,0% C21H23ClFNO2, dihitung lebih kurang 335 nm, terhadap blangko isopropil
terhadap zat kering. alkohol P yang mengandung 10 mL larutan asam
klorida encer P (1 dalam 100) per 100 mL larutan.
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur halus; Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari serapan
putih hingga agak kekuningan. Larutan jenuh Larutan baku.
bereaksi netral terhadap lakmus.
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam <471> Metode V Memenuhi syarat.
kloroform; agak sukar larut dalam etanol; sukar larut Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
dalam eter.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Baku pembanding Haloperidol BPFI; lakukan 125 mg zat, larutkan dalam 25 mL asam asetat
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° glasial P, tambahkan 3 tetes p-naftolbenzein LP,
selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam titrasi dengan asam perklorat 0,05 N LV. Lakukan
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa titrasi blangko.
Sejenis A Haloperidol BPFI 4,4’-Bis [4(p-
klorofenil)-4-hidroksipiperidino]butirofenon BPFI; Tiap mL asam perklorat 0,05 N
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah setara dengan 18,79 mg C21H23ClFNO2
tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Identifikasi rapat, tidak tembus cahaya.
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang INJEKSI HALOPERIDOL
sama seperti pada Haloperidol BPFI. Haloperidol Injection
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
50.000) dalam campuran larutan asam klorida P (1 Injeksi Haloperidol adalah larutan steril Haloperidol
dalam 100)-isopropil alkohol P (1:9), menunjukkan dalam air untuk injeksi, yang dibuat dengan bantuan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang asam laktat. Dapat mengandung bahan pengawet yang
yang sama seperti pada Haloperidol BPFI: daya sesuai. Mengandung Haloperidol, C21H23ClFNO2, tidak
serap masing-masing dihitung terhadap zat kering kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih jumlah yang tertera pada etiket.
kurang 245 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Baku pembanding Haloperidol BPFI; lakukan
Jarak lebur <1021> Antara 149° dan 155°; lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° selama
penetapan terhadap zat kering dalam hampa udara 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
pada suhu 60° selama 3 jam. tertutup rapat dan terlindung cahaya. Endotoksin
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; dan isi harus hati-hati untuk menghindari
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan
60° selama 3 jam. dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dan larutan, dalam lemari pendingin.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Identifikasi Larutan uji dan Larutan baku yang dibuat
Senyawa sejenis A Haloperidol Tidak lebih dari seperti tertera pada Penetapan kadar, menunjukkan
1,0%. serapan maksimum pada panjang gelombang 245±2
nm.
- 693 -

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih Baku pembanding Haloperidol BPFI; Tidak boleh
dari 71,4 Unit Endotoksin FI per mg haloperidol. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
pH <1071> Antara 3,0 dan 3,8.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
Injeksi. seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.

Penetapan kadar Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.


Larutan baku Timbang saksama sejumlah Untuk kemasan larutan oral dalam wadah dosis
Haloperidol BPFI, larutkan dan encerkan dengan ganda.
larutan asam klorida P (1 dalam 20) hingga kadar
lebih kurang 20 µg per mL. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi Untuk kemasan larutan oral dalam wadah dosis
setara dengan lebih kurang 10 mg haloperidol, tunggal.
masukkan ke dalam corong pisah dan tambahkan
20 mL larutan asam klorida P (1 dalam 20). pH <1071> Antara 2,75 dan 3,75.
Ekstraksi empat kali, tiap kali dengan 25 mL eter P.
Bilas kumpulan ekstrak empat kali, tiap kali dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
5 mL larutan asam klorida P (1 dalam 20). Buang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
fase eter, tambahkan bilasan asam pada fase Kromatografi <931>.
air.Saring fase air melalui segumpal kapas ke dalam Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P
labu tentukur 50-mL.Tambahkan larutan asam dengan kadar 6,8 g per L, atur pH hingga 4,0 dengan
klorida P (1 dalam 20) sampai tanda. Pipet 10 mL penambahan asam fosfat P.
larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan Fase gerak Campuran metanol P-Dapar (55:45).
dengan metanol P sampai tanda. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
baku pada panjang gelombang serapan maksimum tertera pada Kromatografi <931>.
lebih kurang 245 nm dengan menggunakan campuran Larutan baku persediaan Timbang saksama
larutan asam klorida P (1 dalam 20)- metanol P sejumlah Haloperidol BPFI, larutkan, dan encerkan
(1:10) sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg dengan metanol P hingga kadar lebih kurang
haloperidol, C21H23ClFNO2, dalam tiap mL injeksi 1 mg per mL. Jika perlu sonikasi untuk melarutkan.
dengan rumus: Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
persediaan, larutkan, dan encerkan dengan Fase
 C  A  gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per mL.
0,5  U  Larutan uji Pipet sejumlah volume zat, larutkan,
 V  AS  dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
kurang 0,2 mg per mL berdasarkan bobot yang tertera
C adalah kadar Haloperidol BPFI dalam µg per mL pada etiket dan saring.
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
digunakan dalam mL; AU dan AS berturut-turut adalah tinggi dilengkapi dengan detektor 247 nm dan kolom
serapan Larutan uji dan Larutan baku. berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis 0,8 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca tipe I, Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur
terlindung cahaya. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
LARUTAN ORAL HALOPERIDOL Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Haloperidol Oral Solution volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan Oral Haloperidol adalah larutan haloperidol kromatogram 2,5 kali waktu retensi haloperidol dan
dalam air, dibuat dengan penambahan asam laktat. ukur respons puncak utama. Hitung persentase
Mengandung haloperidol, C21H23ClFNO2, tidak haloperidol, C21H23ClFNO2, dalam larutan oral
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dari dengan rumus :
jumlah yang tertera pada etiket.
 rU   CS 
     100
 rS   CU 
- 694 -

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar kurang dari 80% (Q) C21H23ClFNO2, dari jumlah
Haloperidol BPFI dalam mg per mL Larutan baku; yang tertera pada etiket.
CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur keseragaman kandungan Lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penetapan sebagai berikut:
rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terkendali. Haloperidol BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
kadar lebih kurang 20 µg per mL.
Larutan uji Masukkan 1 tablet yang telah digerus
TABLET HALOPERIDOL halus ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
Haloperidol Tablet metanol P hangat, kocok selama 15 menit, encerkan
dengan metanol P sampai tanda, hingga kadar lebih
Tablet Haloperidol mengandung Haloperidol, kurang 20 µg per mL, saring, buang 20 mL filtrat
C21H23ClFNO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak pertama.
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
etiket. baku dalam sel 1-cm pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 245 nm,
Baku pembanding Haloperidol BPFI; lakukan menggunakan metanol P sebagai blangko. Hitung
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° jumlah dalam mg haloperidol, C21H23ClFNO2, dalam
selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam tablet dengan rumus:
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
 T  A 
Identifikasi Waktu retensi puncak utama C   U 
 D  AS 
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
C adalah kadar Haloperidol BPFI dalam µg per mL
Disolusi <1231> Larutan baku; T adalah jumlah haloperidol dalam mg
Media disolusi: 900 mL cairan lambung buatan per tablet yang tertera pada etiket; D adalah kadar
LP (tanpa enzim). haloperidol dalam µg per mL Larutan uji seperti
Alat tipe 1: 100 rpm. yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran; AU
Waktu: 60 menit. dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji
Lakukan penetapan C21H23ClFNO2 yang terlarut dan Larutan baku.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Fase gerak Buat campuran metanol P-dapar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kalium fosfat monobasa 0,05 M (60:40). Atur pH Kromatografi <931>.
hingga 4,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 Fase gerak Buat campuran metanol P-dapar
N atau asam fosfat P, saring dan awaudarakan. Jika kalium fosfat monobasa 0,05 M (60:40). Atur pH
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian hingga 4,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. N atau asam fosfat P, saring dan awaudarakan. Jika
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Haloperidol BPFI, larutkan dalam Fase gerak,
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: mg per mL.
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku Larutan uji Serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan lebih kurang 10 mg haloperidol, masukkan ke
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan 60 mL Fase
alikot ke dalam kromatograf, rekam kromatogram gerak, sonikasi selama 10 menit dan kocok secara
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah mekanik selama lebih kurang 1 jam. Encerkan
C21H23ClFNO2 yang terlarut dengan membandingkan dengan Fase gerak sampai tanda, saring, buang 20
dengan larutan baku Haloperidol BPFI yang telah mL filtrat pertama.
diketahui kadarnya dalam media yang sama. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
- 695 -

dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 Bobot jenis <981> Antara 1,872 dan 1,877; lakukan
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih penetapan pada suhu 20°.
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan Jarak destilasi <1011>Metode II Tidak kurang dari
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 95% terdestilasi antara 49° dan 51° dalam rentang 1°
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku dan tidak kurang dari 100% terdestilasi pada suhu
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. antara 49° dan 51°. Jika perlu lakukan koreksi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan faktor koreksi 0,040° per mm.
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Indeks bias <1001> Antara 1,369 dan 1,371;
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung lakukan penetapan pada suhu 20°.
jumlah dalam mg haloperidol, C21H23ClFNO2, dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: Keasaman atau kebasaan Kocok 20 mL zat dengan
20 mL air bebas karbon dioksida P selama 3 menit,
r  biarkan lapisan memisah: lapisan air memerlukan
100C  U  tidak lebih dari 0,1 mL natrium hidroksida 0,010 N
 rS  atau tidak lebih dari 0,6 mL asam klorida 0,010 N
untuk menetralkan, sebagai indikator gunakan ungu
C adalah kadar Haloperidol BPFI dalam mg per mL bromokresol LP.
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,03%.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Residu tidak mudah menguapLakukan penetapan
rapat, tidak tembus cahaya. sebagai berikut: Uapkan 50 mL zat dalam cawan
yang telah ditara di atas tangas uap hingga kering dan
keringkan residu pada suhu 105° selama 2 jam:
HALOTAN residu tidak lebih dari 1 mg.
Halothane
Klorida dan bromida Kocok 25 mL zat dengan 25
mL air selama 5 menit, biarkan cairan memisah
sempurna. Pada 10 mL lapisan air tambahkan 1 tetes
asam nitrat P dan 5 tetes perak nitrat LP: tidak
terbentuk kekeruhan.

Timol
()-2-Bromo-2-kloro-1,1,1-trifluoroetana [151-67-7] Larutan baku timol Timbang saksama sejumlah
timol, larutkan dalam natrium hidroksida 0,25 N
C2HBrClF3 BM 197,38 hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Dapar Gunakan dapar borat alkali pH 8,0.
Halotan mengandung timol sebagai stabilisator tidak Larutan klorimida Larutkan 100 mg 2,6-
kurang dari 0,008% dan tidak lebih dari 0,012%. dibromokinon klorimida P dalam 25 mL etanol
mutlak P. Larutan harus dibuat segar.
Pemerian Cairan berat; tidak berwarna; mudah Kurva baku timol Pipet masing-masing 1; 3 dan 5
bergerak; tidak mudah terbakar; bau khas seperti mL Larutan baku timol ke dalam 3 labu tentukur
kloroform; rasa manis dan seperti terbakar. 100-mL, tambahkan natrium hidroksida 0,25 N
hingga 5,0 mL. Buat larutan blangko dalam labu
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; bercampur tentukur100-mL ke-4 yang berisi 5,0 mL natrium
dengan etanol, kloroform, eter dan minyak lemak. hidroksida 0,25 N. Pada masing-masing labu
tambahkan 1 mL Larutan klorimida. Diamkan tepat
Baku pembanding Halotan BPFI; tidak boleh 15 menit, tambahkan 3 mL natrium hidroksida 0,25
dikeringkan, sangat mudah menguap. Setelah ampul N dan encerkan dengan air sampai tanda. Ukur serapan
dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
tembus cahaya, dalam lemari pendingin. kurang 590 nm terhadap blangko dan buat kurva
baku.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan (1 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2 mL
dalam 25) dalam karbon disulfida P menggunakan zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL yang
sel 0,1-mm, menunjukkan maksimum hanya pada berisi 5 mL natrium hidroksida 0,25 N, goyang
bilangan gelombang yang sama seperti pada Halotan perlahan-lahan. Uapkan dengan dialiri gas nitrogen
BPFI. P, tambahkan 10 mL Dapar dan 1 mL Larutan
- 696 -

klorimida. Goyang perlahan-lahan, diamkan tepat Pemerian Serbuk hablur; putih atau agak putih; tidak
selama 15 menit, tambahkan 3 mL natrium hidroksida berbau.
0,25 N dan encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Kelarutan Tidak larut dalam air dan heksana; larut
bandingkan dengan Kurva baku timol, hitung dalam aseton dan kloroform; sukar larut dalam etanol
persentase timol dalam halotan yang digunakan. dan eter.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Halsinonida BPFI; lakukan
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100°
<931>. selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Larutan baku Tambahkan 1,0 µL 1,1,2-trikloro- wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
1,2,2-trifluoroetana ke dalam 20,0 mL zat. lemari pendingin.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
ionisasi nyala dan kolom baja tahan karat 2 mm x maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
3m, berisi bahan pengisi 20% fase diam G24 pada sama seperti pada Halsinonida BPFI.
partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu injektor,
detektor dan kolom berturut-turut pada suhu 200°, Rotasi jenis <1081> Antara +150° dan +160°;
200° dan 60°. Gunakan nitrogen P sebagai gas lakukan penetapan menggunakan larutan dalam
pembawa dengan laju alir lebih kurang 15 mL per kloroform P yang mengandung 20 mg per mL.
menit. Waktu retensi 1,1,2-trikloro-1,2,2-trifluoroetana
dan halotan berturut-turut lebih kurang 5 dan 13 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
menit. lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 100° selama 3 jam.
volume sama (lebih kurang 2 µL) Larutan baku dan
zat ke dalam kromatograf gas, rekam kromatogram Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
dan ukur semua respons puncak. Jumlah semua
respons puncak (kecuali puncak halotan) tidak lebih Cemaran organik Tidak lebih dari 3,0%. Lakukan
dari respons puncak 1,1,2-trikloro-1,2,2- penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis
trifluoroetana dari Larutan baku: cemaran tidak lebih seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dari 50 bpj. Fase gerak Buat campuran kloroform P-etil asetat
P (5:1).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
rapat, tidak tembus cahaya, sebaiknya dari kaca Tipe Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
NP dan hindarkan dari panas berlebih. Diberikan zat, larutkan dalam 5,0 mL campuran kloroform P-
hanya dalam wadah asli. metanol P (1:1).
Prosedur Bagi luas lempeng kromatografi menjadi
tiga bagian yang sama, bagian ketiga untuk blangko.
HALSINONIDA Totolkan 100 µL Larutan uji pada bagian pertama
Halcinonide dan kedua, setelah penotolan keringkan masing-
masing dengan aliran udara hangat. Gunakan Bejana
CH2Cl kromatograf untuk eluasi sinambung, lakukan
C O
kromatografi selama lebih kurang 2 jam. Angkat
H
O CH3
lempeng dari bejana, keringkan dalam oven suhu 90°
CH3 C
HO O CH3 selama 15 menit, amati pita kromatogram di bawah
CH3
H cahaya ultraviolet 254 nm. Tandai pita utama dan pita
H
lain. Secara kuantitatif pindahkan lapisan silika yang
F H
mengandung pita, termasuk bagian blangko yang
O sesuai dan masukkan masing-masing ke dalam
tabung sentrifuga 50 mL bersumbat kaca, kumpulkan
21-Kloro-9-fluoro-11β,16α,17-trihidroksipregna-4- pita cemaran jika diperoleh lebih dari satu cemaran.
ena-3,20-dionsiklik 16,17-asetal dengan aseton Tambahkan 30,0 mL etanol mutlak P ke dalam
[3093-35-4] tabung yang berisi pita utama dan blangko; serta
C24H32ClFO5 BM 454,96 tambahkan 10,0 mL etanol mutlak P ke dalam tabung
yang berisi kumpulan cemaran. Tutup tabung dan
Halsinonida mengandung tidak kurang dari 97,0% kocok hati-hati dengan pengocok bolak-balik selama
dan tidak lebih dari 102,0% C24H32ClFO5. lebih kurang 60 menit. Sentrifus, encerkan cairan
pita utama dan blangko dengan volume sama etanol
- 697 -

mutlak P. Tetapkan serapan beningan dalam sel 1-cm Heksaklorofen mengandung tidak kurang dari 98,0%
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih dan tidak lebih dari 100,5% C13H6Cl6O2, dihitung
kurang 239 nm menggunakan etanol mutlak P sebagai terhadap zat kering.
blangko. Hitung persentase cemaran dalam zat dengan
rumus: Pemerian Serbuk hablur; putih hingga coklat muda;
tidak berbau atau agak berbau fenol.
 Ai 
100  Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
 Ai + 6 AU  aseton, etanol dan eter; larut dalam kloroform dan
larutan encer alkali hidroksida tertentu.
Ai adalah serapan cairan kumpulan pita cemaran
terkoreksi terhadap blangko yang sesuai dan Au adalah Baku pembanding Heksaklorofen BPFI; lakukan
serapan pita utama terkoreksi terhadap blangko yang pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum
sesuai. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, di tempat sejuk dan kering.
Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Halsinonida BPFI, larutkan dalam metanol P dan A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 15 µg per maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
mL. seperti pada Heksaklorofen BPFI.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg B. Ke dalam larutan lebih kurang 5 mg dalam 5 mL
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan etanol P, tambahkan 1 tetes besi(III) klorida LP: segera
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 terjadi warna ungu yang tidak stabil.
mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
dengan metanol P sampai tanda. Jarak lebur <1021> Metode II Antara 161° dan 167°.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku dalam sel 1-cm pada panjang gelombang serapan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
maksimum lebih kurang 239 nm menggunakan metanol lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
P sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg
halsinonida, C24H32ClFO5, dalam zat yang digunakan Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1%.
dengan rumus:
2,3,7,8-Tetraklorodibenzo-p-dioksin Tidak lebih dari
0,001 bpj. [Perhatian Karena 2,3,7,8-
A 
2C  U  tetraklorodibenzo-p-dioksin sangat beracun, perhatikan
 AS  semua peringatan yang diperlukan jika menggunakan
prosedur ini.]
C adalah kadar Halsinonida BPFI dalam µg per mL Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2,3,7,8-
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Tetraklorodibenzo-p-dioksin larutkan dalam campuran
dari Larutan uji dan Larutan baku. n-heksana P-metilen klorida P (9:1) hingga kadar lebih
kurang 0,01 µg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 g zat,
larutkan dalam 50 mL metanol P, masukkan ke dalam
corong pisah 1 Liter, tambahkan 25 mL metanol P, 25
HEKSAKLOROFEN mL litium hidroksida 2,5 N dan 225 mL air, ekstraksi
Hexachlorophene 2 kali, tiap kali dengan 200 mL n-heksana P yang baru
disuling. Keringkan kumpulan ekstrak n-heksan, saring
OH OH
melalui natrium sulfat anhidrat P dan uapkan hingga
CH2
Cl Cl volume lebih kurang 15 mL pada penguap berputar
pada suhu tangas tidak lebih dari 40°. Masukkan secara
bertahap larutan ini ke dalam tabung sentrifuga 12 mL,
Cl Cl

Cl Cl
secara bertahap dan tiap kali dipekatkan perlahan-lahan
hingga 1 mL dengan dialiri gas nitrogen P dalam tangas
2,2’-Metilenbis[3,4,6-triklorofenol] [70-30-4] air hangat. Bilas labu dengan 15 mL n-heksana P dan
uapkan dengan cara yang sama. Bilas dinding tabung
C13H6Cl6O2 BM 406,90 sentrifuga dengan 10 mL n-heksana P, uapkan lagi
hingga 1,0 mL. Dinginkan dan masukkan ke dalam
kolom mikro yang dibuat sebagai berikut: Tempatkan
segumpalan kecil wol kaca pada pipet berukuran 5
- 698 -

mm x 15 mm, tambahkan sedikit pasir dan 1,0 g Kelarutan Larut dalam air; sukar larut dalam etanol;
alumina basa P, ketuk beberapa kali: untuk sangat sukar larut dalam eter.
memampatkan alumina dan panaskan dalam oven
hampa udara pada suhu 110° selama 3 jam. Simpan Baku pembanding Hidralazin Hidroklorida BPFI;
dalam hampa udara. Eluasi kolom dengan 10 mL lakukan pengeringan pada suhu 110° selama 15 jam
campuran n-heksan P-metilen klorida P (9:1), sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
gunakan sebagian campuran untuk membilas tabung. rapat di tempat kering.
Kumpulkan eluat dalam tabung sentrifuga 12 mL
berskala dan pekatkan perlahan-lahan hingga 1,0 mL Identifikasi
dengan dialiri gas nitrogen P dalam tangas air hangat. A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
Kromatografi <931> dan Spektrofotometri Massa maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
<1201>. Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama seperti pada Hidralazin Hidroklorida BPFI.
sama (lebih kurang 2,0 µL) Larutan baku dan B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Larutan uji ke dalam kromatograf gas yang 100.000) menunjukkan maksimum dan minimum
dihubungkan dengan spektrograf massa yang pada panjang gelombang yang sama seperti
dilengkapi dengan detektor ion ganda. Kromatograf Hidralazin Hidroklorida BPFI; daya serap masing-
gas dilengkapi dengan kolom kaca 2 mm x 1 m yang masing dihitung terhadap zat kering pada gelombang
berisi bahan pengisi G1 pada partikel penyangga S1. serapan maksimum lebih kurang 260 nm: berbeda
Pertahankan suhu kolom dan injektor masing-masing tidak lebih dari 3,0%.
berturut-turut pada 250° dan 300°. Gunakan helium P C. Larutan (1 dalam 4000) menunjukkan reaksi
sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih kurang klorida cara A, B dan C seperti yang tertera pada Uji
40 mL per menit. Jumlah tinggi puncak pada harga Identifikasi Umum <291>.
massa 320, 322 dan 324 dari Larutan uji tidak lebih
dari Larutan baku. pH <1071> Antara 3,5 dan 4,2; lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 50).
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
1,5 g zat, larutkan dalam 25 mL etanol P dan titrasi Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
dengan natrium hidroksida 0,1 N LV. Tetapkan titik lakukan pengeringan pada suhu 110º selama 15 jam.
akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan
blangko. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N Zat tak larut dalam air Tidak lebih dari 0,5%;
setara dengan 40,69 mg C13H6Cl6O2 lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan 2,0 g
zat ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup 100 mL air, kocok dengan pengocok mekanik selama
rapat, tidak tembus cahaya. lebih kurang 30 menit, saring melalui penyarig kaca
masir yang telah ditara, bilas sisa tak larut yang
tertinggal dalam penyaring 3 kali, tiap kali dengan 10
mL air, keringkan pada suhu 105º selama 3 jam,
HIDRALAZIN HIDROKLORIDA dinginkan dan timbang.
Hydralazine Hydrochloride
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
NHNH2

Batas hidrazin Tidak lebih dari 0,001%. Lakukan


N penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
HCl tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi<931>.
N
Larutan benzaldehida Masukkan 1,0 mL
benzaldehida P ke dalam labu tentukur 100-mL,
1-Hidrazinoftalazin monohidroklorida [304-20-1] encerkan dengan campuran metanol P-air (9:1)
C8H8N4.HCl BM 196,64 sampai tanda.
Larutan asetonitril Masukkan 300 mL air ke dalam
Hidralazin Hidroklorida mengandung tidak kurang labu tentukur 1000-mL, encerkan dengan asetonitril
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C8H8N4.HCl, P sampai tanda.
dihitung terhadap zat kering. Dapar fosfat Larutkan 5,82 gnatrium fosfat dibasa
P dan 3,81 g kalium fosfat monobasa P dalam 1000
Pemerian Serbuk hablur putih hingga hampir putih; mL air, atur pH hingga 7,0 0,1 dengan penambahan
tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 275º natrium hidroksida 1 N atau asam fosfat 1 N.
disertai peruraian.
- 699 -

Fase gerak Masukkan 300 mg dinatrium edetat P ke 32,05 dan 104,97 adalah bobot molekul hidrazin dan
dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dalam 300 hidrazin dihidroklorida; C adalah kadarhidrazin
mL air dan encerkan dengan asetonitril P sampai dihidroklorida dalam µg per mL Larutan baku; W
tanda. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan adalah bobot hidralazin hidroklorida dalam mg
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
tertera pada Kromatografi <931>. puncak hidrazin dari Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 65
mg Hidralazin Hidroklorida BPFI, masukkan ke Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari
dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
dengan air sampai tanda, kadar lebih kurang 0,65 mg cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
per mL. Encerkan larutan ini secara kuantitatif dan Kromatografi <931>.
jika perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih Fase gerak dan Larutan resolusi Lakukan seperti
kurang 0,325 µg per mL.Pipet 1 mL larutan ke dalam yang tertera pada Penetapan kadar.
tabung reaksi 10 mL. Tambahkan 4,0 mL Larutan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg
benzaldehida, kocok secara mekanik selama 20 zat masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
menit. Pipet 2 mL larutan ini ke dalam labu tentukur Tambahkan lebih kurang 30 mL asam asetat 0,1 N,
5-mL, encerkan dengan Larutan asetonitril sampai sonikasi hingga larut. Dinginkan dan encerkan
tanda. dengan asam asetat 0,1 N sampai tanda.
Larutan uji [Catatan Kondisi kolom ekstraksi Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
spesifik untuk prosedur ini. Cuci kolom 2 kali tiap pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
kali dengan 2,0 mL heksana P, dan keringkan dengan tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
bantuan pompa vakum selama 2 menit. Setelah 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan
pengeringan, segera cuci kolom 2 kali tiap kali ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL
dengan 2,0 mL metanol P, kemudian 2 kali tiap kali per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dengan 2,0 mL air, selanjutnya 2 kali tiap kali resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons
dengan 2,0 mL Dapar fosfat pH 7,0].Timbang puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu
saksama lebih kurang 20 mg zat, masukkan ke dalam retensi relatif ftalazin dan hidralazin hidroklorida
tabung reaksi 10 mL, dan larutkan dengan 1,0 mL air. berturut-turut adalah lebih kurang 0,65 dan 1,0; dan
Tambahkan 4,0 mL Larutan benzaldehida, dan kocok resolusi, R, antara puncak ftalazin dan puncak
secara mekanik selama 20 menit. Pipet 2 mL larutan hidralazin tidak kurang dari 4,0.
ini ke dalam kolom ekstraksi fase padat yang dibuat Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µL Larutan
segar mengandung penukar kation kuat asam benzen uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan
sulfonat, dengan perbandingan massa sorben ukur semua respons puncak. Hitung persentase
terhadap volume kolom 500 mg per 3 mL atau setara, masing-masing puncak, selain puncak hidralazin,
dan eluasi ke dalam labu tentukur 5-mL. Bilas kolom dengan rumus:
dua kali,tiap kali dengan 1,5 mL Larutan asetonitril, r 
kumpulkan eluat, encerkan dengan Larutan 100 i 
asetonitril sampai tanda.  rt 
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>.Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan kolom ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;
4,0 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan dan rtadalah jumlah semua respons puncak.
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi pada Kromatografi<931>.
relatif turunan hidralazin dan turunan hidrazin Fase gerak Larutkan 1,44 g natrium dodesil sulfat
berturut-turut adalah lebih kurang1,0 dan 1,5; P dan 0,75 g tetrabutilamonium bromida P dalam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak 770 mL air, dan tambahkan 230 mL asetonitril P.
lebih dari 2,0%. Atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam sulfat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah 0,1 N, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tertera pada Kromatografi<931>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Larutan bakuTimbang saksama sejumlah
persentase hidrazin dalam zat, dengan rumus: Hidralazin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam asam
asetat 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per
 32,05  0,1C  rU  mL. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu tentukur
    100-mL, encerkan dengan asam asetat 0,1 Nsampai
 104,97  W  rS  tanda.
- 700 -

Larutan resolusi Timbang sejumlah Hidralazin 100 mL; dan mengandung tidak lebih dari 0,05%
Hidroklorida BPFI dan ftalazin, larutkan dalam asam pengawet yang sesuai.
asetat 0,1 N hingga kadar berturut-turut lebih kurang
0,25 mg per mL dan 0,05 mg per mL. Pipet 5 mL Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan atau berbau seperti ozon. Bereaksi asam terhadap
dengan asam asetat 0,1 N sampai tanda, kadar lakmus, berasa asam dan berbuih di dalam mulut. Cepat
hidralazin hidroklorida dan ftalazin berturut-turut lebih terurai jika bercampur dengan oksidator atau reduktor.
kurang 25 µg per mL dan 5 µg per mL. Segera terurai pada pemanasan cepat. Terurai oleh
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg cahaya. Bobot jenis 1,01.
zat masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL.
Larutkan dan encerkan dengan asam asetat 0,1 N Identifikasi Kocok 1 mL dengan 10 mL air yang
sampai tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu mengandung 1 tetes asam sulfat 2 N dan tambahkan 2
tentukur 100-mL, encerkan dengan asam asetat 0,1 N mL eter P, kemudian tambahkan setetes kalium
sampai tanda dan saring, buang 10 mL filtrat pertama. bikromat LP: terjadi warna biru dalam lapisan air, bila
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera dikocok dan didiamkan, warna biru akan masuk ke
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja dalam lapisan eter.
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom
4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan Keasaman Ke dalam 25 mL larutan uji, tambahkan
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per fenolftalein LP, dan titrasi dengan natrium hidroklorida
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, 0,10 N hingga netral: diperlukan tidak lebih dari 2,5 mL.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif ftalazin Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,15%; lakukan
dan hidralazin hidroklorida berturut-turut lebih kurang penetapan sebagai berikut: Uapkan 20 mL larutan uji
0,65 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak ftalazin dan yang telah dikocok, di atas tangas uap hingga kering,
puncak hidralazin tidak kurang dari 4,0. Lakukan dan keringkan residu pada suhu 105 selama 1 jam .
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang Residu tidak menguap Tidak lebih dari 30 mg per 20
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada mL larutan. Kocok larutan, pipet 20 mL ke dalam
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. cawan penguap yang telah diketahui bobotnya, uapkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume di atas tangas uap, dan keringkan residu pada 105o
sama (lebih kurang 25µL) Larutan baku dan Larutan uji selama 1 jam.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Barium Ke dalam 10 mL larutan uji tambahkan 2 tetes
hidralazin hidroklorida, C8H8N4.HCl, dalam zat yang asam sulfat 2 N: tidak terbentuk kekeruhan atau
digunakan dengan rumus: endapan dalam 10 menit.
r 
2,5C  U  Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 5 bpj;
 rS  lakukan penetapan sebagai berikut: Encerkan 4 mL
larutan uji yang dikocok dengan 20 mL air, tambahkan
2 mL amonium hidroksida 6 N, didihkan perlahan
C adalah kadar Hidralazin Hidroklorida BPFI dalam µg hingga volume lebih kurang 5 mL. Encerkan dengan air
per mL Larutan baku; rUdan rS berturut-turut adalah hingga 25 mL.
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Batas pengawet Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penetapan sebagai berikut: Ekstraksi 100 mL larutan
rapat. Simpan pada suhu 25°, masih diperbolehkan pada yang telah dikocok baik di dalam corong pisah tiga kali,
suhu antara 15°dan 30°. berturut-turut dengan 50 mL, 25 mL, dan 25 mL
campuran klorofrom P-eter P (3:2). Uapkan kumpulan
ekstrak dalam cawan kaca yang telah ditara pada suhu
LARUTAN TOPIKAL HIDROGEN ruang hingga kering, dan keringkan di atas silika gel P
PEROKSIDA selama 2 jam.
Hydrogene Peroxide Solution Topical
Penetapan kadar Pipet 2 mL ke dalam labu yang
Hidrogen peroksida [7722-84-1] sesuai berisi 20 mL air. Tambahkan 20 mL asam sulfat
H2O2 BM 34,01 2 N, titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N LV.

Larutan Topikal Hidogen Peroksida mengandung tidak Tiap mL kalium permanganat 0,1 N
kurang dari 2,5 g dan tidak lebih dari 3,5 g H2O2 per setara dengan 1,701 mg H2O2
- 701 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup HIDROKUINON


rapat, tidak tembus cahaya, dalam ruang dengan suhu Hydroquinone
terkendali.

HIDROGEN PEROKSIDA PEKAT


Hydrogen Peroxide Concentrate

Hidrogen peroksida[7722-84-1] Hidrokuinon [123-31-9]


H2O2 BM 34,01 C6H6O2 BM 110,11

Hidrogen Peroksida pekat mengandung tidak kurang Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0%
dari 29,0% dan tidak lebih dari 32,0% H2O2. dan tidak dari 100,5% C6H6O2, dihitung terhadap zat
Mengandung tidak lebih dari 0,05% pengawet yang anhidrat.
sesuai.[Perhatian Hidrogen peroksida adalah
oksidan kuat.] Pemerian Berbentuk jarum halus, putih; mudah
menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara.
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna; bereaksi
asam terhadap lakmus. Terurai secara perlahan dan Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan
dipengaruhi cahaya. dalam eter.

Keasaman Encerkan 25 g zat dengan air hingga 250 Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh
mL. Pipet 25 mL larutan ke dalam labu Erlenmeyer dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
hidroksida 0,10 N LV hingga netral: diperlukan tidak
lebih dari 2,5 mL. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Klorida <361> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
penetapan menggunakan larutan 1,5 g dalam air maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
hingga 25 mL dan bandingkan kekeruhan dengan sama seperti pada Hidrokuinon BPFI.
0,10 mL asam klorida 0,020 N. B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang
tertera pada Identifikasi secara kromatografi lapis
Syarat lain Memenuhi syarat Uji Identifikasi dan uji tipis <281>. Totolkan secara terpisah masing-masing
untuk Residu tidak menguap, Logam berat, dan Batas 5 µL larutan dalam metanol P yang mengandung 1
pengawet (gunakan 90 mL zat) seperti yang tertera mg per mL zat uji dan Hidrokuinon BPFI; pada
pada Larutan Topikal Hidrogen Peroksida. lempeng kromatografi campuran silika gel p setebal
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 kromatograf yang sebelumnya telah dijenuhkan
mL dalam labu tentukur 100-mL yang telah ditara, dengan fase gerak metanol P-kloroform P (50:50)
encerkan dengan air sampai tanda. Pada 20,0 mL dan biarkan fase gerak merambat hingga tiga per
larutan ini tambahkan 20 mL asam sulfat 2 N, titrasi empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
dengan kalium permanganat 0,1 N LV. rambat, biarkan fase gerak menguap dan panaskan di
atas lempeng pemanas atau diamkan di bawah lampu
Tiap mL kalium permanganat 0,1 N hingga timbul bercak: harga Rf bercak utama yang
setara dengan 1,701 mg H2O2 diperoleh dari larutan uji sesuai dengan yang diperoleh
dari larutan Hidrokuinon BPFI.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah berisi tidak C. Spektrum serapan larutan (1 dalam 40.000)
penuh dilengkapi dengan lubang udara kecil dan dalam metanol P menunjukkan serapan maksimum
simpan di tempat sejuk. pada panjang gelombang lebih kurang 293 ± 2 nm.

Penandaan Pada etiket dicantumkan nama dan Jarak lebur <1021> Antara 172° dan 174°.
jumlah bahan pengawet yang ditambahkan.
Cantumkan “Tidak diperkenankan untuk penggunaan Air<1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
langsung kepada manusia atau hewan”.
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,5%.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang


250 mg zat, larutkan dalam campuran 100 mL air dan
10 mL asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3 tetes
- 702 -

difenilamin LP dan titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N HIDROKLOROTIAZIDA


LV hingga warna merah lembayung. Lakukan penetapan Hydrochlorothiazide
blangko dan lakukan koreksi jika perlu.
H
Cl N
Tiap mL serium(IV) sulfat 0,1 N
setara dengan5,506 mg C6H6O2
H2N NH
S S
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya. O O O O

6-Kloro-3,4-dihidro-2H-1,2,4-benzotiadiazina-7-
KRIM HIDROKUINON sulfonamida 1,1-dioksida[58-93-5]
C7H8ClN3O4S2 BM 297,74
Hydroquinone Cream
Hidroklorotiazida mengandung tidak kurang dari 98,0%
Krim Hidrokuinon mengandung Hidrokuinon tidak
dan tidak lebih dari 102,0% C7H8ClN3O4S2 dihitung
kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0%, C6H6O2
terhadap zat kering.
dari yang tertera pada etiket.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; praktis
Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh
tidak berbau.
dikeringkan; lakukan penetapan kadar air dengan cara
titrimetri sebelum digunakan untuk pengujian kuantitatif.
Kelarutan Mudah larut dalam natrium hidroksida, n-
butilamina dan dimetilformamida; agak sukar larut dalam
Identifikasi Larutkan sejumlah krim setara dengan 50
metanol; sukar larut dalam air; tidak larut dalam eter,
mg hidrokuinon dalam campuran volume sama metanol
kloroform dan asam mineral encer.
P dan kloroform P hingga 50 mL. 5 µL bagian larutan
tersebut memberikan respons pada uji identifikasi B pada
Baku pembanding Hidroklorotiazida BPFI; lakukan
hidrokuinon.
pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam sebelum
digunakan.4-Amino-6-kloro-1,3 benzendisulfonamida
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
BPFI, lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara
rapat dan terlindung cahaya. Klorotiazida BPFI, lakukan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>
pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam sebelum
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hidrokuinon
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
tempat dingin.
kadar lebih kurang 10 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim
Identifikasi
hidrokuinon setara dengan lebih kurang 20 mg
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
hidrokuinon ke dalam gelas piala 100 mL. Gerus krim
didispersikan dalam kalium bromida P, menggunakan
dengan 50 mL metanol P, saring dan masukkan ke dalam
campuran hidroklorotiazida-kalium bromida yang telah
labu tentukur 500-mL. Ulangi langkah penggerusan dan
dipanaskan pada suhu 105° selama 2 jam, menunjukkan
penyaringan di atas dan encerkan sampai tanda. Pipet 25
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
mL larutan ini dan masukkan ke dalam labu tentukur
seperti pada Hidroklorotiazida BPFI.
100-mL, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
100.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
kurang 293 nm. Hitung jumlah dalam mg hidrokuinon,
pada Hidroklorotiazida BPFI.
C6H6O2, tiap g krim dengan rumus:
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
C   AU 
 lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam.
2000 
W   AS  Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
C adalah kadar Hidrokuinon BPFI dalam mg per mL Klorida <361> Tidak lebih dari 0,035%; lakukan
Larutan baku; W adalah bobot krim dalam gram; AU dan penetapan dengan mengocok 500 mg zat dalam 40
AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan mL air selama 5 menit dan saring: filtrat
baku. menunjukkan klorida tidak lebih dari yang
ditunjukkan oleh 0,25 mL asam klorida 0,020 N.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
tertutup baik dan terlindung cahaya.
- 703 -

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
bpj. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan Larutan natrium fosfat Timbang saksama 2,76 g
penetapan menggunakan 200 mg zat. natrium fosfat monobasa , masukkan ke dalam labu
tentukur 1000-mL, tambahkan lebih kurang 990 mL
Cemaran organik Senyawa sejenis A benzotiadiazin air. Atur pH hingga 2,7  0,1 dengan penambahan
tidak lebih dari 1,0%; cemaran lain tidak lebih dari asam fosfat P dan encerkan dengan air sampai tanda.
0,5%; jumlah semua cemaran (selain senyawa sejenis Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
A benzotiadiazin) tidak lebih dari 0,9%. Lakukan sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Pengencer Buat campuran Larutan natrium fosfat-
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. asetonitril P (7:3).
Pengencer, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan A Buat campuran asetonitril P-metanol P
Larutan uji dan Larutan kesesuaian sistem Lakukan (3:1), awaudarakan.
seperti tertera pada Penetapan kadar. Larutan B Buat campuran asam format anhidrat P
Larutan batas kuantitasi Timbang saksama dalam air (5 dalam 1000), awaudarakan.
sejumlah Hidroklorotiazida BPFI, larutkan dalam Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Pengencer, jika perlu lakukan sonikasi. Encerkan dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
dengan Pengencer secara kuantitatif dan jika perlu kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
bertahap hingga kadar lebih kurang 0,16 µg per mL. Kesesuaian system seperti tertera pada Kromatografi
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada <931>.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Larutan kesesuaian sistem dan rekam kromatogram Hidroklorotiazida BPFI, Klorotiazida BPFI dan
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Senyawa Sejenis A Benzotiadiazin BPFI, larutkan
Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis dengan Pengencer, jika perlu lakukan sonikasi.
A benzotiadiazin dan klorotiazida tidak kurang dari 2,0 Encerkan dengan Pengencer hingga kadar berturut-
dan resolusi, R, antara puncak klorotiazida dan turut lebih kurang 0,32; 3,2 dan 3,2 g per mL. Saring
hidroklorotiazida tidak kurang dari 1,5; faktor ikutan melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm atau lebih
puncak senyawa sejenis A benzotiadiazin, klorotiazida kecil.
dan hidroklorotiazida tidak lebih dari 1,5 dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang yang Hidroklorotiazida BPFI, larutkan dengan Pengencer,
ditetapkan dari puncak senyawa sejenis A jika perlu lakukan sonikasi. Encerkan dengan
benzotiadiazin dan klorotiazida tidak lebih dari 5,0%. Pengencer secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
Lakukan kromatografi dengan tiga kali penyuntikan hingga kadar lebih kurang 0,32 mg per mL. Saring
terhadap Larutan batas kuantitasi dan rekam melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm atau lebih
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kecil.
pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih dari Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 32 mg
25%. [Catatan Waktu retensi relatif senyawa sejenis A zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
benzotiadiazin, klorotiazida, hidroklorotiazida, 5- Tambahkan 70 mL Pengencer, jika perlu sonikasi
klorohidroklorotiazida dan dimer hidroklorotiazida selama 10 menit untuk melarutkan. Diamkan hingga
[6-kloro-N-[6-kloro-7-sulfamoil-2,3-dihidro-4H-1,2,4- suhu ruang. Encerkan dengan Pengencer sampai
benzotiadiazin-4-il 1,1-dioksida)metil]3,4-dihidro-2H- tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45
1,2,4-benzotiadiazin-7-sulfonamida 1,1-dioksida] µm atau lebih kecil.
berturut-turut lebih kurang 0,5; 0,8; 1,0; 2,1 dan 2,6]. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
10 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom 4,6 mm
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung x 5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
persentase masing-masing cemaran dengan rumus: 3,5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Pertahankan suhu kolom 35. Kromatograf diprogram
r  sebagai berikut:
100C  iC 
 rSC  Waktu Larutan Larutan
Eluasi
(Menit) A (%) B (%)
riC adalah perbandingan respons puncak masing- 0 3 97 Kesetimbangan
masing cemaran terhadap faktor respons dan rsC adalah 0-5 3 97 Isokratik
jumlah perbandingan semua respons puncak terhadap 5-14 3→36 97→64 Gradien Linier
semua faktor respons, faktor respons senyawa sejenis 14-18 36→3 64→97 Gradien Linier
18-20 3 97 Kesetimbangan
A benzotiadiazin, klorotiazida dan semua puncak lain
kembali
berturut-turut adalah 0,54; 0,63 dan 1,0.
- 704 -

Lakukan kromatografi terhadap Pengencer untuk beberapa mL filtrat pertama. Masukkan 5 mL filtrat ke
mengetahui adanya puncak yang disebabkan oleh dalam corong pisah 125 mL dan tambahkan 5 mL
sistem. Lakukan kromatografi terhadap Larutan larutan asam klorida P (1 dalam 10). Ekstraksi dengan
kesesuaian system dan rekam kromatogram dan ukur 50 mL eter P, saring ekstrak eter melalui kertas saring
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu lipat kecil yang kering dan uapkan hingga kering.
retensi relatif senyawa sejenis A benzotiadiazin, Tambahkan 5 mL etanol P dan uapkan kembali hingga
klortiazida dan hidroklortiazida berturut-turut lebih kering; spektrum serapan inframerah residu yang telah
kurang 0,5; 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
senyawa sejenis A benzotiadiazin dan puncak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
klorotiazida tidak kurang dari 2,0; resolusi, R, antara sama seperti pada Hidroklorotiazida BPFI yang
puncak klorotiazid dan puncak hidroklorotiazida tidak sebelumnya telah dilarutkan dalam etanol P, kemudian
kurang dari 1,5 dan faktor ikutan puncak Senyawa diuapkan hingga kering.
sejenis A benzotiadiazin, klorotiazida dan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
hidroklorotiazida tidak lebih dari 1,5. Lakukan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Disolusi <1231>
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. Media disolusi: 900 mL asam klorida 0,1 N.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Alat tipe 1: 100 rpm.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Waktu: 60 menit.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Prosedur Lakukan penetapan jumlah C7H8ClN3O4S2
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
jumlah dalam mg hidroklorotiazid, C7H8ClN3O4S2, perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
dalam zat yang digunakan dengan rumus: larutan baku Hidroklorotiazida BPFI dalam media
yang sama pada panjang gelombang serapan
r  maksimum lebih kurang 272 nm.
100C  U  Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
 rS  kurang dari 60% (Q) C7H8ClN3O4S2, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
C adalah kadar Hidroklorotiazida BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Cemaran organik Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
baik. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
TABLET HIDROKLOROTIAZIDA Penetapan kadar.
Larutan baku [Catatan Volume asetonitril P yang
Hydrochlorothiazide Tablet
digunakan untuk melarutkan baku pembanding tidak
boleh lebih dari 10% volume akhir]. Timbang
Tablet Hidroklorotiazida mengandung
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Benzotiadiazin
hidroklorotiazida, C7H8ClN3O4S2, tidak kurang dari
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
kurang 1,5 g per mL.
tertera pada etiket.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Baku pembanding Hidroklorotiazida BPFI; lakukan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam sebelum
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
digunakan.4-Amino-6-kloro-1,3-benzendisulfonamida
jumlah dalam mg senyawa sejenis A benzotiadiazin
BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
cahaya. Lakukan pengeringan di atas silika gel P
selama 4 jam sebelum digunakan.
r 
Identifikasi
0,2C  U 
A. Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan
 rS 
lebih kurang 50 mg hidroklorotiazida ke dalam labu
tentukur 50-mL. Tambahkan lebih kurang 20 mL C adalah kadar Senyawa Sejenis A Benzotiadiazin
larutan natrium hidroksida P (1 dalam 125), kocok BPFI dalam g per mL Larutan baku; rU dan rS
kuat-kuat selama 15 menit. Encerkan dengan pelarut berturut-turut adalah respons puncak senyawa sejenis
yang sama sampai tanda, campur dan saring, buang A benzotiadiazin dalam Larutan uji dan Larutan baku.
- 705 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C adalah kadar Hidroklorotiazida BPFI dalam mg
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
Kromatografi <931>. respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran natrium fosfat
monobasa P 0,1 M-asetonitril P (9:1), atur pH hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
3,0 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P, saring
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada HIDROKORTISON
Kromatografi <931>. Hydrocortisone
Larutan kesesuaian sistem [Catatan Volume
asetonitril P tidak lebih dari 10% dari volume akhir
larutan dapat digunakan untuk melarutkan Baku CH2OH

Pembanding.] Timbang sejumlah Hidroklorotiazid H CO


BPFI dan klorotiazid, larutkan dalam Fase gerak HO
CH3 OH

hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,15 mg


CH3 H
per mL.
Larutan baku [Catatan Volume asetonitril P tidak H H

lebih dari 10% dari volume akhir larutan, dapat O


digunakan untuk melarutkan baku pembanding.]
Timbang saksama sejumlah Hidroklorotiazida BPFI, (11β)-11,17,21-trihidroksipregna-4-ena-3,20-dion
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang [50-23-7]
0,15 mg per mL. C21H30O5 BM 362,46
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Hidrokortison mengandung tidak kurang dari 97,0%
tablet setara dengan lebih kurang 30 mg dan tidak lebih dari 102,0% C21H30O5, dihitung
hidroklorotiazida, masukkan ke dalam labu tentukur terhadap zat kering.
200-mL. Tambahkan lebih kurang 20 mL Fase gerak,
sonikasi selama 5 menit dan tambahkan lebih kurang Pemerian Serbuk hablur putih sampai praktis putih;
20 mL asetonitril P. Sonikasi selama 5 menit, tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 215°
tambahkan lebih kurang 50 mL Fase gerak, kocok disertai penguraian.
secara mekanik selama 10 menit. Encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda, saring, buang 10 mL filtrat Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan eter;
pertama. agak sukar larut dalam aseton dan etanol; sukar larut
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dalam kloroform.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 Baku pembanding Hidrokortison BPFI; lakukan
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum
kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
terhadap Larutan kesesuaian system dan rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Identifikasi
pada Prosedur: waktu retensi relatif klorotiazida dan A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
hidroklorotiazida berturut-turut adalah 0,8 dan 1,0; didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
resolusi, R, antara puncak klorotiazida dan puncak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
hidroklorotiazida tidak kurang dari 2,0. Lakukan sama seperti pada Hidrokorotison BPFI.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. pada Hidrokorotison BPFI. Serapan masing-masing
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dihitung terhadap zat kering pada panjang gelombang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan serapan maksimum lebih kurang 242 nm: berbeda
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam tidak lebih dari 2,5%.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg hidroklorotiazid, C7H8ClN3O4S2, Rotasi jenis <1081> Antara +150° dan +156°;
dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: lakukan penetapan menggunakan larutan dalam
dioksan P yang mengandung 10 mg per mL.
r 
200C  U  Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
 rS  lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
- 706 -

Pengencer Buat campuran metanol P-air (1:1).


Sisa pemijaran <301> Dari 100 mg zat: dapat Larutan baku internal Buat larutan propil paraben
diabaikan. P dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg
per mL.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Larutan baku persediaan Timbang saksama
lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari sejumlah Hidrokortison BPFI, larutkan dalam
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi metanol P hingga kadar lebih kurang 1mg per mL.
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan baku Pipet 2 mL Larutan baku persediaan
<931>. dan 2 mL Larutan baku internal ke dalam labu
Fase gerak Buat campuran butil klorida P- tentukur 50-mL. Encerkan dengan Pengencer sampai
tetrahidrofuran P -metanol P- asam asetat glasial P- tanda.
air (890:56:28:24:0,4), sonikasi. Saring dan awaudarakan. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai
Pengencer Buat campuran butil klorida P- tanda. Pipet 2 mL larutan dan 2 mL Larutan baku
tetrahidrofuran P -metanol P- asam asetat glasial P internal ke dalam labu tentukur 50-mL. Encerkan
(81,5:10:8:0,5). dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Hidrokortison BPFI, larutkan dalam Pengencer Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
hingga kadar lebih kurang 40µg per mL. Sonikasi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
lebih kurang 5 menit. mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tanda. Sonikasi lebih kurang 5 menit. pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada propilparaben dan hidrokortison berturut-turut lebih
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi kurang 1,8 dan 1,0; resolusi, R, antara hidrokortison
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 dan propilparaben tidak kurang dari 9,0; efisiensi
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L3 dengan ukuran kolom tidak kurang dari 3000 lempeng teoritis; faktor
partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per ikutan tidak lebih dari 1,2 dan simpangan baku relatif
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
ulang tidak lebih dari 5%. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume jumlah dalam mg hidrokortison, C21H30O5, dalam zat
sama (lebih kurang 5µL) Larutan baku, Pengencer yang digunakan dengan rumus:
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung R 
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan 1250 C  U 
rumus:  RS 
C  ri 

C adalah kadar Hidrokortison BPFI dalam mg per
1000   mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
W  rS  perbandingan respons puncak hidrokortison terhadap
propilparaben dari Larutan uji dan Larutan baku.
C adalah kadar Hidrokortison BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; W adalah bobot hidrokortison Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam mg; ri adalah respons puncak masing-masing baik, simpan pada suhu 25, masih dibolehkan antara
cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons 15 dan 30.
puncak utama dari Larutan baku.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara SALEP HIDROKORTISON


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Hydrocortisone Ointment
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P– Salep Hidrokortison adalah Hidrokortison dalam
metanol P (50:25:25), saring dan awaudarakan. Jika basis salep yang sesuai, mengandung Hidrokortison,
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian C21H30O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 707 -

Baku pembanding Hidrokortison BPFI; lakukan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C21H30O5
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
larutan baku Hidrokortison BPFI dalam media yang
Identifikasi Timbang sejumlah salep setara dengan sama, pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 5 mg hidrokortison, masukkan ke dalam lebih kurang 248 nm.
labu yang sesuai, tambahkan 10 mL metanol P dan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
panaskan di atas tangas uap selama 5 menit sambil kurang dari 70% (Q) C21H30O5, dari jumlah yang
sering dikocok. Dinginkan agar basis salep menjadi tertera pada etiket.
padat dan saring. Gunakan filtrat sebagai larutan uji,
lakukan identifikasi seperti tertera pada Identifikasi Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi
Batas mikroba <51> Memenuhi syarat, tidak <931>.
terdapat Staphylococcus aureus dan Pseudomonas Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku,
aeruginosa. Sistem kromatografi, Kesesuaian sistem, dan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. kadar.
Larutan uji Masukan 1 tablet dalam wadah yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera sesuai, tambahkan 0,3 mL air langsung pada tablet.
pada Penetapan kadar dalam Krim Hidrokortison, Biarkan selama 5 menit, kocok sampai tablet hancur,
kecuali kata krim diganti salep dan penggunaan sonikasi segera agar terjadi disintegrasi yang
etanol P diganti metanol P. sempurna. Tambahkan sejumlah manik-manik kaca
dan 50,0 mL Larutan baku internal. Kocok selama
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 30 menit. Encerkan beningan dengan Larutan baku
internal hingga diperoleh kadar hidrokortison 0,1 mg
per mL.
TABLET HIDROKORTISON Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Hydrocortisone tablets volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Tablet Hidrokortison mengandung Hidrokortison, kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
C21H30O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih persentase hidrokortison, C21H30O5, dalam tablet yang
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket. digunakan dengan rumus:

Baku pembanding Hidrokortison BPFI; lakukan 𝑅𝑈 𝐶𝑆


( ) ( ) 100
pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum 𝑅𝑆 𝐶𝑈
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Prednison BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
dalam wadah tertutup rapat. puncak analit terhadap puncak baku internal pada
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara Hidrokortison BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
dengan lebih kurang 50 mg hidrokortison, digesti CU adalah kadar hidrokortison dalam mg per mL
dengan 15 mL heksan P selama 15 menit. Enap Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
tuangkan, ekstraksi residu dengan 10 mL heksan P, etiket.
buang heksan. Kemudian ekstraksi dengan 10 mL
eter bebas peroksida P, buang eter bebas peroksida. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Digesti residu terakhir dengan 25 mL etanol mutlak P Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
selama 15 menit, dengan sesekali dikocok. Saring pada Kromatografi <931>.
dan uapkan etanol di atas tangas uap sampai kering. Fase gerak Buat campuran butil klorida P-butil
Spektrum serapan inframerah residu yang klorida P jenuh air-tetrahidrofuran P-metanol P-
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan asam asetat glasial P (95:95:14:7:6).
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
sama seperti pada Hidrokortison BPFI. Prednison BPFI, larutkan dan encerkan dalam
kloroform P jenuh air hingga kadar lebih kurang 0,06
Disolusi <1231> mg per mL.
Media disolusi: 900 mL air Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Alat tipe 2: 50 rpm Hidrokortison BPFI, larutkan dalam Larutan baku
Waktu : 30 menit internal hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
- 708 -

Larutan uji Serbuk haluskan tidak kurang dari 10 Pemerian Serbuk hablur; putih hingga praktis putih;
tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 200°
setara dengan lebih kurang 5 mg hidrokortison, disertai penguraian.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
Tambahkan 40 mL Larutan baku internal. Kocok Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam
kuat-kuat selama 30 menit, encerkan dengan Larutan etanol dan dalam kloroform.
baku internal sampai tanda. Sentrifus sebagian
larutan, gunakan beningan. Baku pembanding Hidrokortison Asetat BPFI;
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja 60° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 3.9 wadah tertutup rapat.
mm × 30 cm berisi bahan pengisi L3, laju alir lebih
kurang 0,9 mL per menit. Lakukan kromatografi Identifikasi
terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan A. Spektrum serapan inframerah zat kering yang
ukur respons puncak seperti yang tertera pada didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
Prosedur: resolusi, R, antara hidrokortison dan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
prednison tidak kurang dari 3,0; dan simpangan baku sama seperti pada Hidrokortison Asetat BPFI.
relatif pada empat kali penyuntikan ulang tidak lebih B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 10 µg
dari 2,0%. per mL metanol P menunjukkan maksimum dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan pada Hidrokortison Asetat BPFI; daya serap masing-
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung gelombang serapan maksimum lebih kurang 242 nm
persentase hidrokortison, C21H30O5, dalam tablet yang berbeda tidak lebih dari 2,5%.
digunakan dengan rumus:
Rotasi jenis <1081> Antara +158° dan +167° pada
𝑅𝑈 𝐶𝑆 20, dihitung terhadap zat kering; lakukan penetapan
( ) ( ) 100 menggunakan larutan 10 mg per mL dalam dioksan
𝑅𝑆 𝐶𝑈
P.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
puncak analit terhadap puncak baku internal pada Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Hidrokortison BPFI dalam mg per mL Larutan baku; 60° selama 3 jam.
CU adalah kadar hidrokortison dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%;
etiket. lakukan penetapan menggunakan 100 mg zat.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Cemaran Organik Masing-masing cemaran tidak
baik. lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari
2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
HIDROKORTISON ASETAT Larutan A Buat campuran air-asetonitril P (4:1).
Hydrocortisone Acetate Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan B Buat campuran asetonitril P-air (7:3).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Kortisol 21-asetat [50-03-3] dan Larutan B seperti tertera pada Tabel.
C23H32O6 BM 404,50 Pengencer Campuran asetonitril P-air-asam asetat
glasial P (700:300:1).
Hidrokortison mengandung, C23H32O6, tidak kurang Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, dihitung Hidrokortison Asetat BPFI, masukkan ke dalam labu
terhadap zat kering. tentukur yang sesuai, larutkan, dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 5 µg per mL.
- 709 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L3 dengan
tanda. ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak
ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per hidrokortison asetat tidak lebih dari 2,0 dan
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
Waktu Larutan A Larutan B Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
(Menit) (%) (%) volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
0 90 10 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
5 90 10 dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
25 10 90 hidrokortison asetat, C23H32O6, dalam zat yang
30 10 90 digunakan dengan rumus:
35 90 10
40 90 10
 rU  C S 
    100
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam  rS  CU 
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
hidrokortison asetat Larutan uji dan Larutan baku; CS
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
adalah kadar Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
per mL Larutan baku dan CU adalah kadar zat dalam
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
ditimbang.
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat
dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

 ri  C S 
    100
 rS  CU  KRIM HIDROKORTISON ASETAT
Hydrocortisone Acetate Cream
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
Krim Hidrokortison Asetat adalah hidrokortison
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
asetat dalam dasar krim yang sesuai. Mengandung
hidrokortison asetat dari Larutan baku; CS adalah
hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang dari
kadar Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg per mL
Larutan baku dan CU adalah kadar zat dalam mg per 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. tertera pada etiket.

Baku pembanding Hidrokortison Asetat BPFI;


Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
60° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran butil klorida P-butil wadah tertutup rapat.
klorida P jenuh air-tetrahidrofuran P-metanol P-
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
asam asetat glasial P (475:475:70:35:30). Saring dan
tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Tipis <281>.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Fase gerak Campuran etil asetat P-toluena P-
Larutan baku Timbang saksama sejumlah aseton P (140:40:13).
Larutan baku Timbang sejumlah Hidrokortison
Hidrokortison Asetat BPFI, masukkan ke dalam labu
Asetat BPFI , larutkan dan encerkan dengan metanol
tentukur yang sesuai, larutkan, dan encerkan dengan
P hingga kadar 250 µg per mL.
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,10 mg per
Larutan uji Pada 1 g krim tambahkan 40,0 mL
mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, campuran asetonitril P 35% dalam metanol P, kocok
larutkan, dan encerkan dengan Fase gerak hingga hingga larut. Pada 20,0 mL larutan tambahkan 10,0
mL isooktana P dan campur. Biarkan memisah,
kadar lebih kurang 0,10 mg per mL.
buang lapisan atas dan gunakan lapisan bawah.
- 710 -

Prosedur Totolkan masing-masing Larutan uji dan Pemerian Serbuk hablur; putih hingga praktis putih;
Larutan baku pada lempeng kromatografi yang telah praktis tidak berbau.
dipanaskan pada suhu 105º selama 10 menit dan
dinginkan. Masukkan lempeng kromatografi dalam Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sukar larut
Bejana kromatograf berisi Fase gerak yang dalam eter; larut dalam metanol, etanol dan aseton;
dijenuhkan dengan uap amoniak menggunakan kertas mudah larut dalam kloroform.
pelapis. Noda RF yang diperoleh dari Larutan uji
menunjukkan sama dengan noda dari Larutan baku. Baku pembanding Hidrokortison Butirat BPFI;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung 78° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas wadah tertutup rapat.
aeruginosa.
Identifikasi
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada sama seperti pada Hidrokrotison Butirat BPFI.
Kromatografi <931>. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 g per
Fase gerak, Sistem kromatografi dan Larutan baku mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Hidrokortison Asetat. pada Hidrokortison Butirat BPFI; daya serap masing-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
setara dengan lebih kurang 25 mg hidrokortison gelombang serapan maksimum lebih kurang 242 nm,
asetat, masukkan ke dalam wadah yang sesuai. berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Tambahkan 100,0 mL tetrahidrofuran P dan
kocokhingga larut. Pindahkan 10,0 mL larutan ke Rotasi jenis <1081> Antara +47° dan +54°, dihitung
dalam wadah yang lain, tambahkan 15,0 mL Fase terhadap zat kering; lakukan penetapan pada suhu
gerak dan campur. 20° menggunakan larutan dalam kloroform P dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar 10 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
hidrokortison asetat, C23H32O6, dalam bagian krim 78° selama 3 jam.
yang digunakan dengan rumus:
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
r  lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak lebih dari
250C  U  2,0%.
 rS  Larutan A Buat larutan dari 1 g kalium fosfat
monobasa P dalam 1000 mL air. Atur pH hingga 5,5
C adalah kadar Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg dengan penambahan larutan kalium hidroksida 45%.
per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
respons puncak hidrokortison asetat dalam Larutan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
uji dan Larutan baku. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan B Gunakan asetonitril P, saring dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. awaudarakan.
Fase gerak Gunakan berbagai campuran Larutan A
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
HIDROKORTISON BUTIRAT kromatografi.
Pelarut Buat campuran asetonitril P dan Larutan A
Hydrocortisone Butyrate
(80:20).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
11ß,17,21-Trihidroksi-pregna-4-ena-3,20-dion 17-
Hidrokortison Butirat BPFI, larutkan dalam Pelarut
butirat [13609-67-1]
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
C25H36O6 BM 432,56
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
Hidrokortison Butirat mengandung tidak kurang dari
dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C25H36O6,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dihitung terhadap zat kering.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
- 711 -

mm x 10 cm dan berisi bahan pengisi L1 dengan ini ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih kurang 2,0 mL Pengencer sampai tanda.
per menit. Kromatograf di program sebagai berikut: Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi larutkan dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
(menit) (%) (%) Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-
0 80 20 Setimbang mL, encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Pipet 10
0 - 12,5 80 → 35 20 → 65 Gradien Linier mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL,
12,5 - 15,5 35 65 Isokratik encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
15,5 - 20,5 35 → 80 65 → 20 Gradien Linier
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
20,5 - 22,5 80 20 Setimbang
kembali Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan 3,0 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Larutan uji. Rekam kromatogram dan ukur respons lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam respons
antara hidrokortison butirat dan cemaran tidak kurang puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
dari 1,0 dan efisiensi kolom tidak kurang dari 10.000 relatif untuk propil 4-hidroksibenzoat dan
lempeng teoritis. hidrokortison butirat berturut-turut lebih kurang 0,7
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dan 1,0; resolusi, R, antara propil 4-hidroksibenzoat
sama (lebih kurang 5 µL) Larutan uji dan Larutan dan hidrokortison butirat tidak kurang dari 4,0.
baku ke dalam kromatograf, ukur respons puncak Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
utama. Abaikan puncak yang persentasenya 0,05% kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
atau kurang. Hitung masing-masing persentase pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
cemaran dalam hidrokortison butirat dengan rumus: 4000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari
1,6 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%.
C  ri 
100  S   Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
 CU  rS  volume sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
CS adalah kadar Hidrokortison Butirat BPFI dalam
jumlah dalam mg hidrokortison butirat, C25H36O6,
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
dengan rumus:
hidrokortison butirat dalam mg per mL Larutan uji; rI
adalah luas puncak masing-masing cemaran dalam
Larutan uji dan rS adalah luas puncak utama Larutan r 
2500 C  U 
baku.
 rS 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C adalah kadar Hidrokortison Butirat BPFI dalam
Kromatografi <931>. mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-asam adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan
asetat glasial P (124:76:1), saring dan awaudarakan. baku.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Pelarut Buat campuran tetrahidrofuran P-asam
asetat glasial P (1000:1).
Pengencer Buat campuran metanol P-air-asam INJEKSI SUSPENSI HIDROKORTISON
asetat glasial P (500:500:1), saring. Hydrocortisone Injectable Suspension
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hidrokortison Butirat BPFI, larutkan dalam pelarut, Injeksi Suspensi Hidrokortison adalah suspensi steril
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap hidrokortison dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per Hidrokortison, C21H30O5, tidak kurang dari 90,0% dan
mL. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda. etiket.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah
propil 4-hidroksibenzoat dan Hidrokortison Butirat Baku pembanding Hidrokortison BPFI; lakukan
BPFI dalam Pelarut, encerkan secara kuantitatif dan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum
jika perlu bertahap dengan Pelarut hingga kadar digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
masing-masing 0,1 mg per mL. Pipet 10,0 mL larutan Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
- 712 -

menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, 𝐴𝑈


simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan ( ) 5𝐶
𝐴𝑆
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
dalam lemari pembeku. AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku; C adalah kadar Hidrokortison
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti BPFI dalam mg per mL Larutan baku.
tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis
Tipis <281>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-air tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
(180:15:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hidrokortison BPFI, larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 500 µg per mL. HIDROKSIPROGESTERON KAPROAT
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi Hydroxyprogesterone Caproate
setara dengan 5 mg hidrokortison, masukkan ke
dalam corong pisah berisi 10 mL diklorometan P,
kocok selama 1 menit, dan biarkan lapisan memisah.
Saring ekstrak diklorometan, masukkan filtrat ke
dalam kolom kromatografi yang sesuai, yang berisi 2
g magnesium silikat teraktivasi. Bilas kolom dengan
25 mL diklorometan P dengan bantuan sedikit
tekanan udara, buang cairan pembilas, dan eluasi Pregna-4-ena-3,20-dion,17-[(1-oksoheksil)oksi]-17-
hidrokortison dengan 10 mL metanol P. Hidroksipregna-4-ena-3,20-dion heksanoat [630-56-
Lanjutkan seperti tertera pada Identifikasi secara 8]
Kromatografi Lapis Tipis <281>. C27H40O4 BM 428,60

Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih Hidroksiprogesteron Kaproat mengandung tidak
dari 1,25 unit Endotoksin FI per mg hidrokortison. kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C27H40O4, dihitung terhadap zat anhidrat.
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0.
Pemerian Serbuk hablur, putih atau putih krem;
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada tidak berbau atau agak berbau.
Injeksi.
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam eter;
Penetapan kadar sukar larut dalam benzen.
Larutan baku Lakukan seperti yang tertera dalam
Penetapan kadar steroid <631>, menggunakan baku Baku pembanding Hidroksiprogesteron Kaproat
pembanding Hidrokortison BPFI. BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara di
Larutan uji Timbang saksama sejumlah injeksi atas silika gel P selama 4 jam sebelum digunakan.
suspensi setara dengan lebih kurang 50 mg Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
hidrokortison, masukkan ke dalam corong pisah cahaya.
dengan bantuan 25 mL air. Ekstraksi 4 kali, tiap kali
dengan 40 mL kloroform P, saring tiap ekstrak Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat kering
melalui penyaring kapas yang telah dibilas dengan dan didispersikan dalam kalium bromida P
kloroform P ke dalam labu tentukur 200-mL. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Encerkan dengan kloroform P sampai tanda, campur. gelombang yang sama seperti pada
Pipet 20 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI.
encerkan dengan kloroform P sampai tanda, campur.
Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu Erlenmeyer Jarak lebur <1021> Antara 120° dan 124°.
bersumbat kaca 100 mL. Uapkan di atas tangas air
sampai kering, dinginkan dan larutkan residu dengan Rotasi jenis <1081> Antara +58° dan +64°; lakukan
50,0 mL etanol P. penetapan menggunakan larutan dalam kloroform P
Prosedur Lakukan penetapan seperti yang tertera yang mengandung 10 mg per mL.
pada Prosedur dalam Penetapan kadar Steroid
<631>. Hitung kadar dalam mg, hidrokortison, Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,1%.
C21H30O5 dalam suspensi injeksi yang digunakan
dengan rumus: Asam n-kaproat bebas Tidak lebih dari 0,58%;
lakukan dengan melarutkan 200 mg zat dalam 25 mL
etanol P yang telah dinetralkan dengan penambahan
- 713 -

2 atau 3 tetes fenolftalein LP hingga warna merah atas silika gel P selama 4 jam sebelum digunakan.
muda lemah dan segera titrasi dengan natrium Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak lebih dari cahaya.
0,50 mL natrium hidroksida 0,020 N.
Identifikasi
Cemaran umum <481> A. Ukur sejumlah volume injeksi setara dengan
Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P. lebih kurang 125 mg hidroksiprogesteron kaproat,
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P. masukkan ke dalam corong pisah 60 mL yang berisi
Fase gerak Buat campuran kloroform P dan etil 10 mL heksan P, 8 mL metanol P dan 2 mL air, tutup
asetat P (3:1). corong pisah, kocok selama 2 menit dan biarkan
Penampak bercak Gunakan teknik penampak memisah. Pada 3 mL lapisan bawah tambahkan asam
bercak nomor 5 dan amati di bawah cahaya sulfat P tetes demi tetes hingga berwarna, tambahkan
ultraviolet 366 nm. 3 mL metanol P: terjadi warna ungu. Bila larutan
diamati di bawah sinar ultraviolet 366 nm
Penetapan kadar menunjukkan fluoresensi kuning muda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah B. Waktu retensi puncak utama Larutan Uji sesuai
Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI, larutkan dan dengan Larutan Baku yang diperoleh pada Penetapan
encerkan dengan etanol P hingga kadar lebih kurang Kadar.
10 µg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,2%.
zat masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
larutkan dan encerkan dengan etanol P sampai tanda. Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera
Pipet 2 mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100- pada Injeksi.
mL, encerkan dengan etanol P sampai tanda.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku menggunakan sel 1-cm pada panjang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
gelombang serapan maksimum lebih kurang 240 nm, Kromatografi <931>.
menggunakan etanol P sebagai blangko. Hitung Fase gerak Buat campuran metanol P-air (80:20),
persentase hidroksiprogesteron kaproat, C27H40O4, saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan
dalam zat dengan rumus: penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
𝐴𝑈 𝐶𝑆 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
( ) ( ) 100 Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI, larutkan dan
𝐴𝑆 𝐶𝑈
encerkan dengan methanol P hingga kadar lebih
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji kurang 0,05 mg per mL.
dan Larutan baku; CS adalah kadar Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume
Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI dalam µg per mL injeksi, encerkan dengan metanol P, hingga kadar
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam µg per mL lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dilengkapi dengan detektor 2420 nm dan kolom 4,6
baik, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
masih diperbolehkan pada suhu antara 15º dan 30º. partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
INJEKSI HIDROKSIPROGESTERON pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
4000 lempeng teoritis dan faktor ikutan tidak lebih
KAPROAT dari 1,5. Simpangan baku relatif pada penyuntikan
Hydroxyprogesterone Caproate Injection ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Injeksi Hidroksiprogesteron Kaproat adalah larutan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
steril Hidroksiprogesteron Kaproat dalam minyak Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
nabati yang sesuai. Mengandung Hidroksiprogesteron selama lebih kurang 2 kali waktu retensi puncak
Kaproat, C27H40O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak hidroksiprogesteron kaproat dan ukur respons puncak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada utama. Hitung persentase hidroksipregesteron kaproat,
etiket. C27H40O4, dalam zat dengan rumus:

Baku pembanding Hidroksiprogesteron Kaproat 𝑟𝑈 𝐶𝑆


BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa udara di ( ) ( ) 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
- 714 -

C. Pada 10 mL larutan (1 dalam 400) tambahkan


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 2 tetes asam nitrat P dan 1 mL perak nitrat LP:
hidroksizin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak larut
adalah kadar Hidroksizin Hidroklorida BPFI dalam dalam asam nitrat 2 N, tetapi larut dalam amonium
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam hidroksida 6 N (menunjukkan adanya klorida).
mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
tertera pada etiket. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis 75º selama 3 jam.
tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I atau
Tipe III. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.

Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.


HIDROKSIZIN HIDROKLORIDA
Hydroxizine Hydrocloride Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 0,3% dan total cemaran tidak lebih dari
CH2CH2OCH2CH2OH 1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
N cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
. 2HCl Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku,
N
Larutan uji persediaan dan Sistem kromatografi
C
H
Cl
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
seperti tertera pada Penetapan kadar, encerkan
(±)2-[2-[4-(p-Kloro-α-fenilbenzil)-1-piperazinil] dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1,8 µg
etoksi]etanol dihidroklorida[2192-20-3] per mL.
C21H27ClN2O2.2HCl BM 447,83 Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Hidroksizin hidroklorida mengandung tidak kurang
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
C21H27ClN2O2.2HCl, dihitung terhadap zat kering. kromatogram selama lebih kurang 1,8 kali waktu
retensi puncak hidroksizin dan ukur masing-masing
Pemerian Serbuk putih; tidak berbau. Melebur pada respons puncak. Hitung persentase masing-masing
suhu lebih kurang 200° disertai penguraian.
cemaran dengan rumus:
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam
C  rU 
kloroform; sukar larut dalam aseton; praktis tidak 100 S  
larut dalam eter.
 CU  rS 
Baku pembanding Hidroksizin Hidroklorida BPFI;
CS adalah kadar Hidroksizin Hidroklorida BPFI
[Perhatian Bahan yang kering bersifat higroskopik.]
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat
Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
dalam mg per mL Larutan uji; rU adalah respons
75° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji dan
wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin.
rS adalah respons puncak hidroksizin dari Larutan
Senyawa Sejenis A Hidroksizin BPFI (p-
baku.
Klorobenzhidrilpiperazin); tidak boleh dikeringkan,
simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Identifikasi
Kromatografi <931>.
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-asam
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
sulfat 0,12 N (90:10), saring dan awaudarakan, jika
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sama seperti pada Hidroksizin Hidroklorida BPFI.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
100.000) dalam etanol P menunjukkan maksimum
Hidroksizin Hidroklorida BPFI, larutkan dan
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
seperti pada Hidroksizin Hidroklorida BPFI; daya
kurang 0,3mg per mL.
serap masing-masing dihitung terhadap zat kering
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Hidroksizin Hidroklorida BPFI dan Senyawa Sejenis
kurang 230 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
- 715 -

A Hidroksizin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase Kobinamida dihidroksida dihidrogen fosfat (ester),
gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang 3,6 mono(garam inert), 3’-ester dengan 5,6-dimetil-1-α-D -
µg per mL. Ribofuranosilbenzimidazol [13422-51-0]
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah C62H89CoN13O15P BM 1346,36
zat, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak, hingga kadar Hidroksokobalamin mengandung tidak kurang dari
lebih kurang 0,6 mg per mL. 95,0% dan tidak lebih dari 102,0% C62H89CoN13O15P,
Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji dihitung terhadap zat anhidrat dan bebas pelarut.
persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
lebih kurang 0,3 mg per mL. Pemerian Hablur merah tua atau serbuk hablur merah;
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada tidak berbau atau sedikit berbau aseton. Bentuk anhidrat
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sangat higroskopis.
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang 1 Kelarutan Agak sukar larut dalam air, dalam etanol dan
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dalam metanol; praktis tidak larut dalam aseton, dalam
resolusi dan Larutan baku, rekam kromatogram dan eter, dalam kloroform dan dalam benzen.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A hidroksizin Baku pembanding Hidroksokobalamin Klorida BPFI;
dan puncak hidroksizin tidak kurang dari 1,5 dan Tidak boleh dikeringkan. Higroskopik, segera gunakan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan setelah ampul dibuka. Terlindung cahaya dan dalam
baku tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Untuk identifikasi, lemari pembeku.
waktu retensi relatif senyawa sejenis A hidroksizin dan
hidroksizin berturut-turut adalah 0,9 dan 1,0.] Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
lebih kurang 1,8 kali waktu retensi puncak hidroksizin seperti pada Hidroksokobalamin Klorida BPFI.
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase B. Pijarkan campuran lebih kurang 1 mg zat dengan
hidroksizin hidroklorida, C21H27ClN2O2.2HCl, dalam lebih kurang 50 mg kalium pirosulfat P dalam krus
zat dengan rumus: porselen. Dinginkan dan hancurkan massa dengan
batang pengaduk kaca, tambahkan 3 mL air dan
C  rU  didihkan hingga larut. Tambahkan 1 tetes fenolftalein
100 S   LP dan tetes demi tetes natrium hidroksida 2 N hingga
 CU  rS  terjadi warna merah muda. Tambahkan 500 mg natrium
asetat P, 0,5 mL asam asetat 1 N dan 0,5 mL larutan
CS adalah kadar Hidroksizin Hidroklorida BPFI dalam garam nitroso R P (1 dalam 100): segera terjadi warna
mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam merah atau merah-jingga. Tambahkan 0,5 mL asam
mg per mL Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah hidroklorida P, dan didihkan selama 1 menit: warna
respons puncak hidroksizin dari Larutan uji dan merah atau merah-jingga tidak berubah.
Larutan baku. C. Waktu retensi puncak utama Larutan Uji sesuai
dengan Larutan Baku yang diperoleh pada Penetapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kadar.
rapat.
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan 20 mg per mL.
HIDROKSOKOBALAMIN
Hydroxocobalamin Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Pengencer, dan Sistem
kromatografi: Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Kadar.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Hidroksokobalamin BPFI, larutkan dan
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,75 mg per
mL.
Larutan untuk kuantitasi Pipet sejumlah Larutan
kesesuaian sistem, encerkan dengan Pengencer
hingga kadar 7,5 µg per mL.
- 716 -

Larutan untuk batas yang dapat diabaikan Pipet Fase gerak Variasi campuran seperti tertera pada
sejumlah Larutan kesesuaian sistem, encerkan Sistem Kromatografi.
dengan Pengencer hingga kadar 0,75 µg per mL. Pengencer Buat campuran methanol P-dapar-air
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, (8:10:82), saring dan awaudarakan, jika perlu
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
kadar lebih kurang 0,75 mg per mL. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur Hidroksokobalamin klorida BPFI, larutkan dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: encerkan dengan Pengencer hingga kadar 0,1 mg per
perbandingan puncak terhadap lembah antara mL.
hidroksokobalamin dan cemaran terdekat tidak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
kurang dari 2,0. larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah kadar 0,1 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji ke Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
semua respons puncak. Hitung persentase masing- dilengkapi dengan detektor 351 nm dan kolom 4,6
masing cemaran dalam zat dengan rumus: mm x 10 cm dan 4,6 mm x 10 cm dipasang secara
seri, berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu
𝑟𝑖 𝐶𝑆 1 kolom pada 30°. Laju alir lebih kurang 2 mL per
( ) ( ) ( ) 100 menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
Waktu Metanol Dapar Air
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
(menit) (%) (%) (%)
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Larutan
0 8 10 82
untuk kuantitasi; CS adalah kadar Hidroksokobalamin 20 8 10 82
Klorida BPFI dalam Larutan untuk kuantitasi; CU 40 40 10 50
adalah kadar hidroksokobalamin dalam Larutan uji; 45 8 10 82
F adalah respons faktor, 0,8 untuk sianokobalamin 50 8 10 82
dan 1,0 untuk cemaran lain, dalam Larutan Uji;
1346,4 adalah bobot molekul hidroksokobalamin; Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
1382,8 adalah bobot molekul hidroksokobalamin kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
klorida. Masing-masing cemaran dan total cemaran pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan
tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 1,0%.
Tabel Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) larutan baku dan
Cemaran Waktu Retensi Batas
Relatif (%) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak utama.
Turunan B6- 0,45 0,50
Hitung persentase hidroksokobalamin,
hidroksimetil C62H89CoN13O15P, dengan rumus:
Turunan B5- 0,53 0,40
hidroksimetil 𝑟𝑖 𝐶𝑆
Cemaran 0,70 0,30
( ) ( ) 0,1
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Cemaran 0,75 0,40
Cemaran 0,82 0,40 rU adalah respons puncak masing-masing cemaran
Cemaran 0,93 1,1
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Larutan
Epimer C8 1,25 1,0
baku; CS adalah kadar Hidroksokobalamin Klorida
Cemaran 1,37-1,51 0,50
Sianokobalamin 1,90 1,0
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
Cemaran lain - 0,20 kadar hidroksokobalamin dalam mg per mL Larutan
Total cemaran - 4,0 uji; 1346,4 adalah bobot molekul hidroksokobalamin;
Abaikan puncak yang lebih kecil dari 0,7 kali dari puncak 1382,8 adalah bobot molekul hidroksokobalamin
hidroksokobalamin dalam Larutan untuk batas yang dapat klorida.
diabaikan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara rapat, tidak tembus cahaya, simpan di tempat sejuk.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan natrium dihydrogen fosfat dalam
air hingga kadar 15,6 g per L. Atur pH hingga 3,0
dengan penambahan asam fosfat P (1 dalam 100).
- 717 -

HIOSIAMIN SULFAT Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


Hyoscyamine Sulfate
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari batas yang tertera pada Tabel; cemaran
laintidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 7 g kalium fosfat monobasa P
dalam 1000 mL air, atur pH hingga 3,3 dengan
penambahan asam fosfat 0,05 M.
1H,5H-tropan-3-ol(-)-tropatester sulfat (2:1) Larutan 1 Larutkan 3,5 g natrium dodesil sulfat P
dihidrat [6835-16-1] dalam 606 mL Dapar, tambahkan 320 mL asetonitril P.
(C17H23NO3)2.H2SO4.2H2O BM 712,85 Larutan 2 Gunakan asetonitril P.
Anhidrat [620-61-1] BM 676,83 Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan 1
dan Larutan 2 seperti tertera pada Sistem
Hiosiamin Sulfat mengandung tidak kurang dari kromatografi, jika perlu lakukan penyesuaian
98,5% dan tidak lebih dari 100,5% menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
(C17H23NO3)2.H2SO4, dihitung terhadap zat kering. Kromatografi <931>.
[Perhatian Bahan beracun, tangani dengan sangat Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
hati-hati.] Hiosiamin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Larutan 1 hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per mL.
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; tidak Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
berbau. Mencair di udara, dipengaruhi cahaya. pH persediaan, encerkan dengan Larutan 1 hingga kadar
larutan (1 dalam 100) lebih kurang 5,3. lebih kurang 0,24 mg per mL.
Enceran larutan baku Pipet sejumlah volume
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah Larutan baku, encerkan dengan Larutan 1hingga
larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam eter. kadar lebih kurang 0,24 μg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Baku pembanding Hiosiamin Sulfat BPFI; lakukan Senyawa Sejenis A Hiosiamin Sulfat BPFI, larutkan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 dan encerkan dengan Larutan 1 hingga kadar lebih
selama 16 jam sebelum digunakan. Simpan dalam kurang 2,4 μg per mL. Pipet 5 mL larutan ke dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. labu tentukur 50-mL, tambahkan 10,0 mL Larutan
Senyawa Sejenis A Hiosiamin Sulfat BPFI; simpan baku persediaan, encerkan dengan Larutan 1 sampai
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg
Identifikasi zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan larutkan dan encerkan dengan Larutan 1 sampai
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan tanda. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu tentukur
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang 50-mL dan encerkan dengan Larutan 1 sampai tanda.
sama seperti pada Hiosiamin Sulfat BPFI. Larutan mengandung hiosiamin sulfat lebih kurang
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram 0,24 mg per mL.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
diperoleh pada Kemurnian kromatografi. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Sulfat dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6
cara A, B dan C seperti yang tertera pada Uji mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Identifikasi Umum <291>. partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Rotasi jenis <1081> Antara -24 dan -29 diukur
pada suhu 20o; lakukan penetapan menggunakan Waktu Larutan1 Larutan 2 Eluasi
larutan dalam air yang mengandung 500 mg per 10 (menit) (%) (%)
mL. 0-2 95 5 Isokratik
2-20 95→70 5→30 Gradien Linear
Air <1031> Metode I Antara 2,0% dan 5,5%. 20-20,1 70→95 30→5 Gradien Linear
20,1-25 95 5 Kesetimbangan
Rotasi jenis <1081> Antara -24 dan -29 diukur
pada suhu 20; lakukan penetapan menggunakan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
larutan dalam air yang mengandung 500 mg per 10 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
mL. pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
- 718 -

lebih dari 1,0%. Lakukan kromatografi terhadap Hiosin Butilbromida mengandung tidak kurang dari
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C21H30BrNO4,
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dihitung terhadap zat kering.
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
hiosiamin dan puncak hiosiamin lebih besar dari 2,0. Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Enceran larutan Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metilen
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam klorida; agak sukar larut dalam etanol anhidrat.
kromatogram dan ukur semua respons puncak utama. Baku pembanding Hiosin Butilbromida BPFI
Hitung persentase masing-masing cemaran dengan Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin.
rumus: Lakukan pengerjaan di tempat kering. Senyawa Sejenis
C  ri  E Hiosin Butilbromida BPFI.
0,1 S  
 CU  rS  Identifikasi Lakukan identifikasi A, C, dan F atau A,
B, D, E dan F.
CS adalah kadar hiosiamin sulfat dalam μg per mL A. Memenuhi syarat uji Rotasi optik.
Enceran larutan baku; CU adalah kadar hiosiamin B. Lakukan penetapan suhu lebur seperti tertera
sulfat dalam mg per mL Larutan uji; ri adalah respons pada Penetapan jarak lebur atau suhu lebur <1021>:
puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji; dan Titik lebur zat antara 139° dan 141°.
rS adalah respons puncak hiosiamin sulfat dari Enceran C. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
larutan baku. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Cemaran Waktu Retensi Batas sama seperti Hiosin Butilbromida BPFI.
Relatif (%) D. Campur lebih kurang 1 mg zat dengan 0,2 mL
DL-asam tropat 0,2 0,2
7-hidroksihiosiamin 0,67 0,2 asam nitrat P dan uapkan di atas tangas air sampai
6-hidroksihiosiamin 0,72 0,2 kering. Larutkan residu dalam 2 mL aseton P dan
Skopolamin 0,8 0,2 tambahkan 0,1 mL larutan kalium hidroksida P
(senyawa sejenis A 30 g per Liter dalam metanol P: terjadi warna ungu.
hiosiamin) 0,9 0,3
Apoatropin 1,8 0,2 E. Tambahkan 2 mL natrium hidroksida 2 N ke
Littorin 1,1 0,2 dalam 5 mL Larutan uji: tidak terbentuk endapan.
F. Menunjukkan reaksi Bromida seperti tertera pada
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 0,5 Uji Identifikasi Umum <291>.
g zat, larutkan dalam 50 mL asam asetat glasial P,
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tentukan titik Larutan uji Larutkan dan encerkan 1,25 g zat dengan
akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan 25,0 mL air bebas karbon dioksida P.
blangko.
Kejernihan larutan <881> Jernih dan tidak berwarna;
Metode II lakukan penetapan menggunakan Larutan
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
uji.
setara dengan 67,68 mg (C17H23NO3)2.H2SO4
pH <1071> Antara 5,5 dan 6,5; lakukan penetapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup menggunakan Larutan uji.
rapat, tidak tembus cahaya.
Rotasi jenis <1081> Antara -18° dan -20°; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji dihitung terhadap
HIOSIN BUTILBROMIDA zat yang kering.
Hyoscine Butylbromide
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º menggunakan
500 mg zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan


penetapan menggunakan 500 mg zat.

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
(1R,2R,4S,5S,7s,9r)-9-butil-7-[[(2S)-3-hidroksi-2- Dapar pH 3,3 Timbang lebih kurang 7,0 g kalium
fenilpropanoil]oksi]-9-metil-3-oksa-9-azoniatrisiklo dihidrogen fosfat P, larutkan dalam 1000 mL air, atur
[3.3.1.02,4]nonana bromida [149-64-4]
C21H30BrNO4 BM 440,4
- 719 -

pH hingga 3,3 dengan penambahan asam fosfat 0,05 Cemaran E 0,8 Tidak lebih respons puncak
M. Larutan baku 1 (0,2%)
Fase gerak Larutkan 5,8 g natrium dodesil sulfat P Cemaran F 0,9 Tidak lebih respons puncak
dalam campuran 410 mL asetonitril P dan Larutan baku 1 (0,2%)
605 mL Dapar pH 3,3. Saring dan awaudarakan. Jika Cemaran G 3,0 0,6 Tidak lebih respons puncak
Larutan baku 1 (0,2%)
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Masing- - - Tidak lebih respons puncak
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. masing Larutan baku 2 (0,1%)
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang cemaran
50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL, lain
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai Total - - Tidak lebih dari 2 kali
tanda. cemaran respons puncak Larutan
Larutan baku 1 Pipet 1 mL Larutan uji, masukkan baku 1 (0,4%)
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Abaikan puncak ion bromida yang muncul dekat dengan puncak
pelarut. Abaikan respons puncak kurang dari 0,5 kali respons
Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke puncak Larutan baku 2 (0,05%).
dalam labu tentukur 50-mL kedua, encerkan dengan
Fase gerak sampai tanda. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang
Larutan baku 2 Pipet 10 mL Larutan baku 1 ke 400 mg zat, larutkan dalam 50 mL air, titrasi dengan
dalam labu tentukur 20-mL, encerkan dengan Fase perak nitrat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara
gerak sampai tanda. potensiometrik menggunakan elektroda indikator
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih perak dan elektroda pembanding perak-perak klorida
kurang 5,0 mg Senyawa Sejenis E Hiosin
Butilbromida BPFI, masukkan ke dalam labu Tiap mL perak nitrat 0,1 N
tentukur 10-mL, tambahkan 1,0 mL Larutan uji, setara dengan 44,04 mg C21H30BrNO4
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. Pipet 5 mL larutan ini ke dalam labu tentukur Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. rapat.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom
4,0 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan
ukuran partikel 4 m. Laju alir lebih kurang 2 mL per INJEKSI HIOSIN BUTILBROMIDA
menit. Pertahankan suhu kolom pada 25º ± 1º. Hyoscine Butylbromide Injection
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons Injeksi Hiosin Butilbromida adalah larutan steril
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, hiosin butilbromida dalam air untuk injeksi.
antara puncak butilhiosin dan puncak senyawa Mengandung tidak kurang dari 92,5% dan tidak
sejenis E hiosin butilbromida tidak kurang dari 1,5 lebih dari 107,5%, C21H30BrNO4, dari jumlah yang
dan faktor ikutan puncak butilhiosin tidak lebih dari tertera pada etiket.
2,5; waktu retensi butilhiosin lebih kurang 7 menit
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Baku pembanding Hiosin Butilbromida BPFI
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji, Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat
Larutan baku 1 dan Larutan baku 2 ke dalam dingin. Lakukan pengerjaan di tempat kering. Hiosin
kromatograf. Rekam kromatogram 3,5 kali waktu Hidrobromida BPFI. Endotoksin BPFI [Catatan
retensi butilhiosin dan ukur semua respons puncak. Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus
Hitung masing-masing cemaran dalam zat. Masing- hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
yang tertera pada Tabel. pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari.
Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
Tabel pembeku

Cemaran Waktu Faktor Batas Identifikasi


Retensi koreksi A. Uapkan sampai kering sediaan yang
Relatif mengandung lebih kurang 0,1 g hiosin butilbromida,
Cemaran B 0,1 0,3 Tidak lebih respons puncak kocok residu dengan kloroform P, saring, uapkan
Larutan baku 1 (0,2%) filtrat hingga kering, dan triturasi residu dengan 5
Cemaran A 0,36 Tidak lebih respons puncak mL asetonitril P. Uapkan sampai kering dan
Larutan baku 2 (0,1%)
keringkan residu pada tekanan tidak lebih dari 5
Cemaran C 0,40 Tidak lebih respons puncak
Larutan baku 1 (0,2%) mmHg pada suhu 50° selama 1 jam. Spektrum
Cemaran D 0,7 Tidak lebih respons puncak serapan inframerah residu yang telah dikeringkan
Larutan baku 1 (0,2%) dan didispersikan dalam kalium bromida P
- 720 -

menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Fase gerak Campuran asam format anhidrat P-air-
gelombang yang sama dengan Hiosin Butilbromida etanol mutlak P-diklorometan P (0,5:1,5:9:9).
BPFI. Penampak bercak Campuran volume sama larutan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan pada kalium iodida P 40% dengan larutan 0,85 g bismuth
Penetapan kadar yang diukur pada panjang oksinitrat P dalam campuran 10 mL asam asetat
gelombang antara 230 nm dan 350 nm menunjukkan glasial P dan 40 mL air. Pipet 1 volume larutan ini,
maksimum pada panjang gelombang 252 nm, 257 tambah 2 volume asam asetat glasial P dan 10
nm, 264 nm. volume air. Dibuat segar.
C. Campur lebih kurang 1 mg residu yang Pengencer Gunakan asam hidroklorida 0,01 N
dihasilkan pada Identifikasi A dengan 0,2 mL asam Larutan uji 1 Pipet sejumlah volume injeksi,
nitrat P berasap dan uapkan di atas tangas air sampai encerkan dengan Pengencer hingga kadar hiosin
kering. Larutkan residu dalam 2 mL aseton P dan butilbromida lebih kurang 2 %.
tambahkan 0,1 mL larutan kalium hidroksida P 30 g Larutan uji 2 Pipet 3 mL Larutan uji 1, masukkan
per L dalam metanol P: terjadi warna ungu. ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
pH <1071> Antara 3,7 dan 5,5. Larutan uji 3 Pipet 1 mL Larutan uji 1, masukkan
ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
Hiosin Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan Pengencer sampai tanda.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Larutan uji 4 Pipet 1 mL Larutan uji 1, masukkan
tertera pada Kromatografi <931>. ke dalam labu tentukur 400-mL, encerkan dengan
Fase gerak Timbang 2,0 g natrium dodesil sulfat Pengencer sampai tanda.
P, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
larutkan dalam campuran 370 mL asam hidroklorida 2 µL Larutan uji 1, Larutan uji 2, Larutan uji 3, dan
0,001 N dan 680 mL metanol P. Larutan uji 4 pada silika gel F254 HPTLC. Masukkan
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang telah
encerkan dengan asam hidroklorida 0,001 N hingga dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak
kadar hiosin butilbromida lebih kurang 10 mg per merambat hingga lebih kurang 4 cm. Angkat
mL. lempeng, tandai batas rambat, keringkan lempeng
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hiosin pada suhu 60° selama 15 menit, dinginkan dan
Hidrobromida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan semprot dengan Penampak bercak: harga Rf bercak
asam hidroklorida 0,001 N hingga kadar lebih kurang utama Larutan uji 1 lebih kurang 0,45. Bercak
0,01 mg per mL. sekunder dengan harga Rf kurang dari bercak utama
Larutan kesesuaian sistem Pipet lebih kurang pada Larutan uji 1 tidak lebih intensif dari bercak
10 µL Larutan uji, tambahkan ke dalam 10 mL Larutan uji 2 (3%); tidak lebih dari 2 bercak
Larutan baku. sekunder dengan harga Rf kurang dari bercak utama
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja pada Larutan uji 1 lebih intensif dari bercak Larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom uji 4 (0,25%); Bercak sekunder dengan harga Rf
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7, dengan lebih dari bercak utama pada Larutan uji 1 tidak
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL lebih intensif dari bercak Larutan uji 3 (2%); tidak
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan lebih dari 1 bercak sekunder dengan harga Rf lebih
kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur dari bercak utama pada Larutan uji 1 lebih intensif
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dari bercak Larutan uji 4 (0,25%).
resolusi, R, puncak antara hiosin dan butilhiosin tidak
kurang dari 5. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Kromatografi <931>. Fase gerak dan Sistem
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatografi Lakukan penetapan seperti tertera pada
kromatogram, dan ukur respons puncak; respons Hiosin.
puncak hiosin pada Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi,
respons puncak utama Larutan baku. encerkan dengan asam hidroklorida 0,001 N hingga
kadar hiosin butilbromida lebih kurang 0,4 mg per
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat. mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hiosin
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Butilbromida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
asam hidroklorida P hingga kadar lebih kurang
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara 0,4 mg per mL.
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 721 -

kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung Batas hiosin Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan
persentase hiosin butilbromida dalam injeksi dengan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
rumus: tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Timbang 20 g natrium dodesil sulfat P,
 rU   CS  masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
     100 dalam campuran 370 mL asam hidroklorida 0,001 N dan
 rS   CU  680 mL metanol P.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
setara dengan 100 mg hiosin butilbromida, tambahkan 10
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan
mL asam hidroklorida 0,001 N, sonikasi selama 15
uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Hiosin menit, sentrifus, dan saring.
Butilbromida BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hiosin
adalah kadar hiosin butilbromida dalam mg per mL Hidrobromida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. asam hidroklorida 0,001 N hingga kadar lebih kurang
0,01 mg per mL.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Larutan kesesuaian sistem Pipet lebih kurang
atau ganda, sebaiknya dari Kaca Tipe I, terlindung 10 µL Larutan uji, tambahkan ke dalam 10 mL Larutan
cahaya. baku.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x
TABLET HIOSIN BUTILBROMIDA 25 cm berisi bahan pengisi L7, dengan ukuran partikel 10
Hyoscine Butylbromide Tablets µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Tablet Hiosin Butilbromida mengandung hiosin kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
butilbromida, C21H30BrNO4, tidak kurang dari 92,5% dan pada Prosedur: resolusi, R, puncak antara hiosin dan
tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang tertera pada butilhiosin tidak kurang dari 5.
etiket. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan uji
Baku pembanding Hiosin Butilbromida BPFI Simpan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
dalam wadah tertutup rapat, di tempat dingin. Lakukan respons puncak; Respons puncak hiosin pada Larutan uji
pengerjaan di tempat kering. Hiosin Hidrobromida BPFI. tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan
baku.
Identifikasi
A. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kurang 50 mg hiosin butilbromida, larutkan dalam 20 mL
kloroform P, saring. Uapkan filtrat hingga kering dan Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
triturasi residu dengan 5 mL asetonitril P. Uapkan sampai Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi
kering dan keringkan residu pada tekanan tidak lebih dari <931>.
5 mmHg pada suhu 50° selama 1 jam. Spektrum serapan Fase gerak Campuran asam format anhidrat P-air-
inframerah residu yang telah dikeringkan dan etanol mutlak P-diklorometan P (0,5:1,5:9:9).
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Penampak bercak Gunakan Kalium iodobismutat
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama asetat LP.
dengan Hiosin Butilbromida BPFI. Pengencer Gunakan asam hidroklorida 0,01 N
B. Campur lebih kurang 1 mg residu yang dihasilkan Larutan uji 1 Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
pada Identifikasi A dengan 0,2 mL asam nitrat P berasap setara dengan 20 mg hiosin butilbromida, tambahkan 5
dan uapkan di atas tangas air sampai kering. Larutkan mL Pengencer, kocok, dan sentrifus.
residu dalam 2 mL aseton P dan tambahkan 0,1 mL Larutan uji 2 Pipet 3 mL Larutan uji 1, masukkan ke
larutan kalium hidroksida P 3% dalam metanol P: terjadi dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
warna ungu. Pengencer sampai tanda.
C. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih Larutan uji 3 Pipet 1 mL Larutan uji 1, masukkan ke
kurang 50 mg hiosin butilbromida, larutkan dalam 20 mL dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer
kloroform P, saring. Uapkan filtrat hingga kering, kocok sampai tanda.
residu dengan 50 mL air dan saring. Spektrum serapan Larutan uji 4 Pipet 1 mL Larutan uji 1, masukkan ke
ultraviolet pada panjang gelombang antara 230 nm dan dalam labu tentukur 400-mL, encerkan dengan
350 nm menunjukkan maksimum pada panjang Pengencer sampai tanda.
gelombang 252 nm, 257 nm, 264 nm dan serapan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
maksimum kurang baik pada panjang gelombang 247 2 µL Larutan uji 1, Larutan uji 2, Larutan uji 3, dan
nm. Larutan uji 4 pada lempeng kromatografi silika gel
60 F254 HPTLC. Masukkan lempeng ke dalam Bejana
- 722 -

kromatograf yang telah dijenuhkan dengan Fase HIOSIN HIDROBROMIDA


gerak, biarkan Fase gerak merambat hingga lebih Skopolamin Hidrobromida
kurang 4 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat. Hyoscine Hydrobromide
Keringkan lempeng pada suhu 60° selama 15 menit,
dinginkan, dan semprot dengan Penampak bercak:
harga Rf bercak utama Larutan uji 1 lebih kurang
0,45. Bercak sekunder dengan harga Rf kurang dari
bercak utama pada Larutan uji 1 tidak lebih intensif
dari bercak Larutan uji 2 (3%); tidak lebih dari 2
bercak sekunder dengan harga Rf kurang dari bercak
utama pada Larutan uji 1 lebih intensif dari bercak
Larutan uji 4 (0,25%); Bercak sekunder dengan Ester 6β,7β-epoksi-1 αH,5αH-tropan-3α-ol(-)-
harga Rf lebih dari bercak utama pada Larutan uji 1 tropat hidrobromida trihidrat [6533-68-2]
tidak lebih intensif dari bercak Larutan uji 3 (2%); C17H21NO4.HBr.3H2O BM 438,31
tidak lebih dari 1 bercak sekunder dengan harga Rf Anhidrat [114-49-8] BM 384,27
lebih dari bercak utama pada Larutan uji 1 lebih
intensif dari bercak Larutan uji 4 (0,25%). Hiosin Hidrobromida mengandung tidak kurang dari
98,5% dan tidak lebih dari 102,0% C17H21NO4.HBr,
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan dihitung terhadap zat anhidrat.
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera [Perhatian Bahan beracun, tangani dengan sangat
pada Kromatografi <931>. hati-hati.]
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Batas Pemerian Hablur tidak berwarna atau putihatau
hiosin serbuk granul putih; tidak berbau dan agak merekah
Larutan uji Timbang dan serbukhaluskan tidak di udara kering.
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
serbuk tablet setara dengan 40 mg hiosin Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalametanol;
butilbromida, masukkan ke dalam labu tentukur 100- sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter.
mL, tambahkan 60 mL asam hidroklorida 0,001 N,
sonikasi selama 15 menit, encerkan dengan asam Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;
hidroklorida 0,001 N sampai tanda. Sentrifus dan lakukan pengeringan pada suhu 83º selama 2 jam,
saring, gunakan beningan. kemudian pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hiosin digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Butilbromida BPFI, larutkan, dan encerkan dengan terlindung cahaya. Bersifat higroskopik.
asam hidroklorida 0,001 N hingga kadar lebih kurang
0,4 mg per mL. Identifikasi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah A. Larutkan 3 mg zat dalam 1 mL etanol P dan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan uapkan di atas tangas uap hingga kering. Larutkan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam residu dalam 0,5 mL kloroform P, tambahkan 200
kromatogram, dan ukur respons puncak. Hitung mg kalium bromida P yang sebelumnya dikeringkan
persentase hiosin butilbromida dalam tablet dengan pada suhu 105º selama 30 menit, dan aduk selama 5
rumus: menit. Biarkan kloroform menguap hingga kering
dan aduk, diperoleh residu berupa serbuk mengalir.
 rU   CS  Keringkan residu dalam tangas uap selama 5 menit,
     100 kemudian segera dicetak. Spektrum serapan
 rS   CU  inframerah residu yang didispersikan dalam kalium
bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Hiosin
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Hidrobromida BPFI.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar B. Pada 1 mL larutan (1 dalam 20), tambahkan
Hiosin Butilbromida BPFI dalam mg per mL Larutan beberapa tetes klor LP, kocok dengan 1 mL
baku; CU adalah kadar hiosin butilbromida dalam mg kloroform P: lapisan kloroform berwarna kecoklatan.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket. Rotasi jenis <1081> Antara -24º dan -26º, dihitung
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah menggunakan larutan zat yang mengandung
tertutup rapat, terlindung cahaya. 50 mg per mL.

pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan


menggunakan larutan (1 dalam 20).
- 723 -

Air <1031>Metode III Tidak lebih dari 13,0%; dalam corong pisah 50 mL. Jika perlu encerkan
lakukan pengeringan dalam dua tahap. Tahap dengan air hingga 10 mL. Tambahkan 0,2 mL
pertama keringkan pada suhu 80º selama 2 jam, amonium hidroksida P dan ekstraksi dengan 25 mL
dilanjutkan pada suhu 105º selama 3 jam. kloroform P. Tambahkan 50 mL eter P pada larutan
kloroform dan lewatkan campuran melalui kolom
Sisa pemijaran <301> Dapat diabaikan; lakukan kromatografi 25 mm x 25 cm yang disumbat wol
penetapan menggunakan 100 mg zat. kaca pada dasar tabung, berisi 2 g tanah diatome
murni yang sebelumnya telah dicampur dengan 1 mL
Apoatropin Pada 15 mL larutan (1 dalam 100) asam fosfat 0,2 N yang dijenuhkan dengan natrium
tambahkan 0,05 mL kalium permanganat 0,1 N LV: bromida P. Eluasi dengan 25 mL eter P jenuh air dan
warna larutan tidak hilang semua dalam waktu 5 buang eluat. Eluasi dengan 100 mL kloroform P
menit. jenuh air, kumpulkan eluat dan uapkan hingga
hampir kering. Larutkan residu dalam 1 mL etanol P,
Alkaloid asing lain Pada 1 mL larutan (1 dalam 20) dan lanjutkan seperti tertera pada Identifikasi A dalam
tambahkan beberapa tetes amonium hidroksida 6 N: Hiosin Hidrobromida, mulai dari “dan uapkan di atas
tidak terbentuk kekeruhan. Tambahkan kalium tangas uap hingga kering”.
hidroksida 1 N pada 1 mL larutan lainnya: hanya B. Pada sejumlah volume injeksi, tambahkan
terbentuk sedikit kekeruhan putih. perak nitrat LP: terbentuk endapan putih kekuningan,
tidak larut dalam asam nitrat P tetapi sukar larut
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang dalam amonium hidroksida 6 N.
750 mg zat, larutkan dalam campuran 30 mL asam
asetat glasial P dan 10 mL raksa(II) asetat LP, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 555,0
hangatkan hingga larut sempurna. Dinginkan larutan unit Endotoksin FI per mg hiosin hidrobromida.
hingga suhu ruang, tambahkan 2 tetes kristal violet
LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. pH<1071> Antara 3,5 dan 6,5.
Lakukan penetapan blangko.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Tiap mL asam perklorat 0,1 N Injeksi.
setara dengan 38,43 mg C17H21NO4.HBr
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
rapat, tidak tembus cahaya. <931>.
Dapar pH 9,0 Larutkan 34,8 g kalium fosfat dibasa
P, dalam 900 mL air, atur hingga pH 9,0 dengan
INJEKSI HIOSIN HIDROBROMIDA penambahan asam hidroklorida 3 N atau natrium
Injeksi Skopolamin Hidrobromida hidroksida 1 N, tetapkan secara elektrometrik, jika
Hyoscine Hydrobromide Injection perlu dengan pengadukan.
Larutan baku internal Larutkan dan encerkan lebih
Injeksi Hiosin Hidrobromida adalah larutan steril kurang 25 mg homatropin hidrobromida dengan air
Hiosin Hidrobromida dalam Air untuk Injeksi. dalam labu tentukur 50-mL sampai tanda. Larutan
Mengandung Hiosin Hidrobromida, dibuat segar tiap hari.
C17H21NO4.HBr.3H2O, tidak kurang dari 90,0% dan Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada kurang 10 mg Hiosin Hidrobromida BPFI,
etiket. masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
dan encerkan dengan air sampai tanda. Larutan
Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI; dibuat segar tiap hari.
lakukan pengeringan pada suhu 83º selama 2 jam, Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku
kemudian pada suhu 105º selama 3 jam sebelum persediaan ke dalam corong pisah, tambahkan
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, 2,0 mL Larutan baku internal dan 5,0 mL dapar pH
terlindung cahaya. Bersifat higroskopik. Endotoksin 9, atur pH hingga 9,0 dengan penambahan natrium
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial hidroksida 1 N secara hati-hati jangan sampai
dan isinya harus hati-hati untuk menghindari berlebih. Segera ekstraksi dua kali, tiap kali dengan
kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, simpan larutan 10 mL metilen klorida P, saring ekstrak melalui 1 g
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14 natrium sulfat anhidrat P ke dalam gelas piala
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari 50 mL, uapkan dengan aliran nitrogen hingga volume
pembeku. 2,0 mL.
Larutan uji persediaan Masukkan sejumlah
Identifikasi volume injeksi yang diukur saksama, setara dengan
A. Masukkan sejumlah volume injeksi setara lebih kurang 10 mg Hiosin hidrobromida ke dalam
dengan lebih kurang 3 mg Hiosin hidrobromida ke
- 724 -

labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai kocok selama 2 menit. Lanjutkan penetapan seperti
tanda. tertera pada Identifikasi A dalam Injeksi Hiosin
Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji persediaan ke Hidrobromida, mulai dari tambahkan 0,2 mL
dalam corong pisah, lakukan seperti tertera pada amonium hidroksida P.
Larutan baku dimulai dengan “tambahkan 2,0 mL
Larutan baku internal” Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 15 menit;
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi lakukan penetapan tanpa menggunakan cakram.
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 2 mm x
1,8 m berisi bahan pengisi 3% fase cair G3 pada Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom
pada 225 dan gunakan nitrogen P sebagai gas Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak
pembawa dengan laju alir lebih kurang 25 mL per kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, serbuk tablet setara dengan lebih kurang 1,0 mg hiosin
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti hidrobromida, masukkan ke dalam corong pisah yang
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak berisi 5 mL Dapar pH 9,0, tambahkan dengan pipet
homatropin dan Hiosin tidak kurang dari 5; faktor 2,0 mL Larutan baku internal yang dibuat seperti
ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada tertera pada Penetapan kadar dalam Injeksi Hiosin
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Hidrobromida. Atur hingga pH 9,0 dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah penambahan natrium hidroksida 1 N. Ekstraksi 2 kali,
volume sama (lebih kurang 1 µL) Larutan uji dan tiap kali dengan 10 mL metilen klorida
Larutan baku ke dalam kromatograf. Rekam P, saring ekstrak ke dalam gelas piala 50 mL melalui 1
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung jumlah g natrium sulfat anhidrat P dalam corong bersumbat
dalam mg Hiosin hidrobromida, kapas. Uapkan ekstrak dengan aliran gas nitrogen
C17H21NO4.HBr.3H2O, dalam injeksi yang digunakan hingga lebih kurang 2,0 mL. Gunakan larutan ini
dengan rumus: sebagai Larutan uji dan lanjutkan penetapan seperti
yang tertera pada Penetapan kadar dalam Injeksi
𝐴𝑈 Hiosin Hidrobromida. Hitung jumlah dalam mg hiosin
× 1,141𝑊 hidrobromida, C17H21NO4.HBr.3H2O, dalam serbuk
𝐴𝑆
tablet yang digunakan dengan rumus:
AU adalah perbandingan respons puncak hiosin 𝐴𝑈 𝑊
hidrobromida terhadap baku internal dalam Larutan × × 1,141
uji; dan AS adalah perbandingan respons puncak 𝐴𝑆 10
Hiosin Hidrobromida BPFI terhadap baku internal
AU adalah perbandingan respons puncak hiosin
dalam Larutan baku; 1,141 adalah perbandingan bobot
hidrobromida terhadap baku internal dalam Larutan
molekul hiosin hidrobromida trihidrat terhadap hiosin
uji; dan AS adalah perbandingan respons puncak
hidrobromida anhidrat; W adalah bobot Hiosin
Hiosin Hidrobromida BPFI terhadap baku internal
Hidrobromida BPFI dalam mg Larutan baku.
dalam Larutan baku; W adalah bobot Hiosin
Hidrobromida BPFI dalam mg Larutan baku; 1,141
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak
adalah perbandingan bobot molekul hiosin
tembus cahaya, dosis tunggal atau dosis ganda,
hidrobromida trihidrat terhadap hiosin hidrobromida
sebaiknya dari kaca Tipe I.
anhidrat.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


TABLET HIOSIN HIDROBROMIDA
rapat, tidak tembus cahaya.
Scopolamine Hydrobromide Tablet

Tablet Hiosin Hidrobromida mengandung Hiosin


HOMATROPIN HIDROBROMIDA
Hidrobromida, C17H21NO4.HBr.3H2O, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah Homatropine Hydrobromide
yang tertera pada etiket.

Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;


lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya. Bersifat higroskopik.

Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara 1 αH,5αH-Tropan-3α-ol mandelat (ester)


dengan lebih kurang 3 mg hiosin hidrobromida ke hidrobromida [51-56-9]
dalam corong pisah 50 mL, tambahkan 10 mL air dan C16H21NO3.HBr BM 356,25
- 725 -

Homatropin Hidrobromida mengandung tidak kurang lempeng dengan Dragendorff LP, kemudian dengan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% hidrogen peroksida LP dan segera tutup dengan
C16H21NO3.HBr, dihitung terhadap zat kering. lempeng kaca ukuran sama. Amati lempeng dalam
waktu 5 hingga 10 menit setelah
Pemerian Hablur putih atau serbuk hablur putih. penyemprotan.Tetapkan bercak tropin pada
Dipengaruhi oleh cahaya. kromatogram Larutan uji dan Larutan baku sesuai
dengan bercak utama pada kromatogram Larutan
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut baku tropin. Bercak tropin dalam Larutan uji tidak
dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut lebih besar dan intensif dibanding bercak tropin
dalam eter. dalam Larutan baku.

Baku pembanding Homatropin Hidrobromida Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak


BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah lebih dari batas tertera pada Tabel; cemaran laintidak
tertutup rapat dan terlindung cahaya; Skopolamin lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
105° selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. <931>.
Larutan dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian
Identifikasi sistem, Larutan baku, Larutan uji dan Sistem
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan kadar.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih
sama seperti pada Homatropin Hidrobromida BPFI. kurang 7 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf,
B. Menunjukkan reaksi Bromida cara A dan B rekam kromatogram dan ukur respons puncak.
seperti tertera pada Uji Identifikasi umum <291>. Lanjutkan eluasi selama 2,2 kali waktu retensi
puncak homatropin. Abaikan puncak ion bromida,
Jarak lebur <1021> Antara 214° dan 217°, disertai yang terlihat dekat dengan puncak pelarut. Hitung
sedikit penguraian. persentase masing-masing cemaran dengan rumus:

pH <1071> Antara 5,7 dan 7,0; lakukan penetapan r 


menggunakan larutan (1 dalam 50). 100 i 
 rS 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS
adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan uji.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,25%.
Tabel
Tropin Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Cemaran Waktu Retensi Batas (%)
Kromatografi <931>. Relatif
Pengencer Campuran metanol P-air (9:1). Asam mandelat 0,3 0,1
Fase gerak Campuran etil asetat P-asam format Dehidrohomatropin 0,9 0,5
anhidrat P-air (67:16,5:16,5). Skopolamin 1,1 0,1
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,2 mm. Atropin 1,9 0,1
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,2 g
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Pipet 0,5 mL Larutan uji ke dalam Kromatografi <931>.
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Pengencer Dapar Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P
sampai tanda. dan 7 g natrium 1-heptansulfonat monohidrat P
Larutan baku tropin Buat larutan tropin dengan dalam 1000 mL air, atur pH hingga 2,7 dengan
kadar lebih kurang 0,4 mg per mL. penambahan asam fosfat 3 M.
Prosedur Totolkan masing-masing lebih kurang 1 Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P
µL Larutan uji, Larutan baku dan Larutan baku (67:33), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
tropin pada lempeng kromatografi. Masukkan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang berisi tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak. Biarkan Fase gerak merambat hingga Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, Homatropin Hidrobromida BPFI, larutkan dalam
tandai batas rambat dan biarkan kering. Semprot Fase gerak hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL.
- 726 -

Larutan kesesuaian sistem Buat larutan Skopolamin Baku pembanding Homatropin Hidrobromida
Hidrobromida BPFI dengan kadar lebih kurang BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
0,1 mg per mL. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu tertutup rapat terlindung cahaya.
tentukur 100-mL, tambahkan 0,5 mL Larutan baku
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Identifikasi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg A. Memenuhi Identifikasi Basa Nitrogen Organik
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, <261>.
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai B. Menunjukkan reaksi Bromida cara A dan B
tanda. seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6
mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran pH <1071> Antara 2,5 dan 5,0.
partikel 3 μm. Pertahankan suhu kolom pada 40.
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan Penetapan kadar
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera mg Homatropin Hidrobromida BPFI, masukkan ke
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan encerkan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL ke dalam labu
lebih dari 1,0%. Lakukan kromatografi terhadap tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Kadar larutan lebih kurang 100 µg per mL. Larutan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: ini harus dibuat segar.
resolusi, R, antara puncak homatropin dan puncak Larutan uji Pipet sejumlah volume larutan tetes
skopolamin tidak kurang dari 1,5. mata setara dengan 50 mg homatropin hidrobromida,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL dan
volume sama (lebih kurang 7 µL) Larutan baku dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 mL
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah encerkan dengan air sampai tanda.
dalam mg homatropin hidrobromida, Prosedur Pipet masing-masing 2 mL Larutan baku
C16H21NO3.HBr, dalam zat yang digunakan dengan dan Larutan uji ke dalam dua tabung sentrifuga 40
rumus: mL bersumbat kaca. Tambahkan ke dalam masing-
masing tabung, 3 mL air dan 1 mL larutan natrium
r  hidroksida P (1 dalam 100). Panaskan kedua tabung
50C  U  dalam tangas air mendidih selama 20 menit dan
 rS  biarkan dingin hingga suhu ruang. Pipet masing-
masing 2 mL Larutan baku dan Larutan uji,
C adalah kadar Homatropin Hidrobromida BPFI masukkan ke dalam dua tabung sentrifuga 40 mL
dalam mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut- bersumbat kaca yang lain, tambahkan masing-masing
turut adalah respons puncak homatropin 4 mL air dan gunakan kedua larutan ini sebagai
hidrobromida dari Larutan uji dan Larutan baku. blangko untuk Larutan baku dan Larutan uji. Pada
keempat tabung, tambahkan lebih kurang 2 mL
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup serium(IV) sulfat 0,2 M dalam larutan asam sulfat P
rapat,tidak tembus cahaya. (dibuat dengan melarutkan 12,6 g serium(IV) amonium
sulfat dalam 50 mL air dan 3 mL asam sulfat P dan
encerkan dengan air hingga 100 mL) dan 20,0 mL
isooktana P. Kocok secara mekanik selama 15 menit,
TETES MATA HOMATROPIN
biarkan memisah dan pisahkan lapisan isooktana dari
HIDROBROMIDA masing-masing tabung. Ukur serapan Larutan uji dan
Homatropine Hydrobromide Ophthamic Larutan baku dalam sel 1-cm pada panjang gelombang
Solution serapan maksimum lebih kurang 242 nm terhadap
masing-masing blangko. Hitung jumlah dalam mg
Tetes Mata Homatropin Hidrobromida adalah larutan homatropin hidrobromida, C16H21NO3.HBr, dalam
steril Homatropin Hidrobromida dengan dapar. larutan tetes mata yang digunakan dengan rumus:
Mengandung Homatropin Hidrobromida,
C16H21NO3.HBr, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada A 
etiket. Boleh mengandung zat antimikroba yang
0,5 C  U 
sesuai.  AS 
- 727 -

C adalah kadar Homatropin Hidrobromida BPFI 1,0%. Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi
dalam µg per mL Larutan baku; AU dan AS berturut- seperti tertera pada Kromatografi <931>.
turut adalah serapan dari Larutan uji dan Larutan baku. Fase gerak Buat campuran air yang diatur pH nya
hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat P-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup asetonitril P (1340:680), saring dan awaudarakan.
rapat. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
IBUPROFEN larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih
Ibuprofen kurang 5 mg per mL.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
ibuprofen dan valerofenon, larutkan dalam asetonitril P
hingga kadar masing-masing lebih kurang 5 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 214 nm, kolom 4 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
(±)-2-(p-Isobutilfenil)asam propionat[15687-27-1] 5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 30° + 0,2°. Laju
(±)Campuran [58560-75-1] alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
C13H18O2 BM 206,28 terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan waktu retensi relatif valerofenon dan ibuprofen
tidak lebih dari 103,0% C13H18O2, dihitung terhadap berturut-turut adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0;
zat anhidrat. resolusi, R, antara puncak
Prosedur Suntikkan lebih kurang 5 µL Larutan uji
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; ke dalam kromatograf, ukur luas puncak. Hitung
berbau khas lemah. persentase masing-masing cemaran dengan rumus:

Kelarutan Sangat mudah larut dalam etanol, r 


metanol, aseton dan kloroform; sukar larut dalam etil 100 i 
asetat; praktis tidak larut dalam air.  rT 
Baku pembanding Ibuprofen BPFI; tidak boleh ri adalah luas masing-masing puncak, selain puncak
dikeringkan. pelarut dan puncak utama; rT adalah jumlah respons
seluruh puncak, selain puncak pelarut.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Senyawa sejenis C ibuprofen Tidak lebih dari 0,1%.
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Menggunakan kromatogram Larutan uji dan Larutan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang baku senyawa sejenis C ibuprofen, seperti yang
sama seperti pada Ibuprofen BPFI. diperoleh dari Penetapan kadar, hitung persentase
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam senyawa sejenis C ibuprofen, C12H16O, dengan
4000) dalam natrium hidroksida 0,1 N menunjukkan rumus:
maksimum dan minimum pada panjang gelombang
yang sama seperti pada Ibuprofen BPFI; daya serap
C  RU 

masing-masing dihitung terhadap zat anhidrat pada 10.000 
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang W  RS 
264 dan 273 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%.
C. Waktu retensi relatif puncak utama terhadap C adalah kadar Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI
baku internal dari Larutan uji sesuai dengan Larutan dalam mg per mL Larutan baku senyawa sejenis C
baku yang diperoleh pada Penetapan kadar. ibuprofen; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji;
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Air <1031>Metode 1 Tidak lebih dari 1,0%. puncak senyawa sejenis C ibuprofen dengan
valerofenon yang diperoleh dari Larutan uji dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. Larutan baku senyawa sejenis C ibuprofen.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak Kromatografi <931>.
lebih dari 0,3% dan total cemaran tidak lebih dari
- 728 -

Fase gerak Larutkan 4,0 g asam kloroasetat P dalam SUSPENSI ORAL IBUPROFEN
400 mL air, atur hingga pH 3,0 dengan penambahan Ibuprofen Oral Suspension
amonium hidroksida P, tambahkan 600 mL asetonitril P,
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Suspensi Oral Ibuprofen mengandung Ibuprofen,
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada C13H18O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Kromatografi <931>. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku internal Timbang sejumlah valerofenon,
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang Baku pembanding Ibuprofen BPFI; tidak boleh
0,35 mg per mL. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ibuprofen Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI.
BPFI, larutkan dalam Larutan baku internal hingga kadar
lebih kurang 12 mg per mL. Identifikasi
Larutan baku senyawa sejenis C ibuprofen Timbang A. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
saksama sejumlah Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI, lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang Fase gerak Buat campuran n-heksana P-butil
0,6 mg per mL. Pipet 2 mL larutan ini ke dalam labu asetat P-asam asetat glasial P (17:3:1).
tentukur 100-mL, encerkan dengan Larutan baku internal Larutan baku Timbang sejumlah Ibuprofen BPFI,
sampai tanda, larutan ini mengandung Senyawa Sejenis C larutkan dan encerkan dengan kloroform P hingga
Ibuprofen BPFI lebih kurang 0,012 mg per mL. kadar lebih kurang 20 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1200 mg Larutan uji Pipet sejumlah volume suspensi oral
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, setara dengan lebih kurang 200 mg ibuprofen,
tambahkan Larutan baku internal sampai tanda. masukkan ke dalam corong pisah yang berisi 10 mL
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kloroform P dan kocok selama 1 menit. Biarkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi hingga lapisan memisah dan saring lapisan kloroform
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x menggunakan penyaring yang mengandung lebih
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 kurang 2 g natrium sulfat anhidrat P. Gunakan filtrat
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan sebagai larutan uji. [Catatan Sisa larutan ini
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak digunakan untuk uji identifikasi B.]
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif baku Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
internal dan ibuprofen berturut-turut adalah lebih kurang 10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
1,4 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak analit dan puncak kromatografi silika gel setebal 0,25 mm yang telah
baku internal tidak kurang dari 2,5 dan simpangan baku diaktivasi dengan pemanasan pada suhu 105° selama
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. 30 menit dan biarkan bercak mengering. Masukkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku senyawa lempeng ke dalam Bejana kromatograf yang telah
sejenis C ibuprofen dan rekam kromatogram dan ukur dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan Fase
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
retensi relatif valerofenon dan senyawa sejenis C lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
ibuprofen lebih kurang 1,0 dan 1,2; resolusi, R, antara keringkan dengan aliran udara. Amati bercak di
puncak valerofenon dan senyawa sejenis C ibuprofen bawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak
tidak kurang dari 2,5; faktor ikutan masing-masing utama dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh
puncak tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif dari Larutan baku.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. B. Uapkan lebih kurang 20 tetes Larutan uji dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sisa dari Larutan baku pada Identifikasi A, hingga
sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan Larutan uji kering dengan aliran udara, tanpa pemanasan.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respons Spektrum serapan inframerah residu yang didispersikan
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg ibuprofen, dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
C13H18O2, dalam zat yang digunakan dengan rumus: hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
pada Ibuprofen BPFI.
R 
100C  U  Disolusi <1231>
 RS  Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 7,2.
Alat tipe 2: 50 rpm.
C adalah kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per mL Waktu: 60 menit.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Prosedur: Lakukan penetapan jumlah C13H18O2
perbandingan respons puncak ibuprofen dan baku internal yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
dalam Larutan uji dan Larutan baku. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. seperti tertera pada Penetapan kadar.
- 729 -

Larutan baku internal Timbang sejumlah Senyawa sejenis C ibuprofen Tidak lebih dari
benzofenon, larutkan dan encerkan dengan asetonitril 0,25%. Lakukan penetapan dengan cara
P hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan bakuTimbang saksama sejumlah Kromatografi <931>.
Ibuprofen BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak, Pengencer, Larutan baku persediaan
Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,011 J mg dan Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera
per mL (J adalah jumlah ibuprofen dalam mg per mL pada Penetapan kadar.
yang tertera pada etiket). Pipet 10 mL larutan ini dan Larutan baku persediaan senyawa sejenis C
10 mL Larutan baku internal, campur dan saring Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis C
melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih Ibuprofen BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga
kecil. Gunakan filtrat. kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji Saring sejumlah larutan disolusi dan Larutan baku Pipet 3 mL Larutan baku persediaan
campur 10 mL filtrat dengan 10 mL Larutan baku senyawa sejenis C ke dalam labu tentukur 50-mL,
internal. Saring campuran melalui penyaring dengan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 2
porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Gunakan filtrat. mL larutan ini ke dalam labu tentukur 50-mL yang
Prosedur Pipet 10 mL suspensi oral yang telah kedua, tambahkan 18 mL Pengencer dan encerkan
dikocok dengan baik, menggunakan siring yang dengan asetonitril P sampai tanda, saring melalui
dihubungkan dengan pipa telah ditara dengan penyaring membran dengan porositas 0,22 µm.
saksama dan timbang saksama. [Catatan Pipa siring Larutan ini mengandung senyawa sejenis C ibuprofen
ditempatkan pada daerah antara permukaan Media lebih kurang 1,2 µg per mL.
disolusi dan bagian atas dayung berputar.] Larutan uji Pipet 20 mL Larutan uji persediaan
Masukkan suspensi oral tersebut ke dalam Media ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan dengan
disolusi. Timbang kembali siring dan tetapkan bobot, asetonitril P sampai tanda, saring melalui penyaring
WU, dalam g suspensi oral yang dimasukkan ke membran dengan porositas 0,22 µm.
dalam Media disolusi. Suntikkan secara terpisah Larutan kesesuaian sistem Pipet 1,5 mL Larutan
sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku persediaan senyawa sejenis C dan 9 mL
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur 25-
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung mL, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda,
persentase ibuprofen, C13H18O2, terlarut saring melalui penyaring membran dengan porositas
menggunakan rumus: 0,22 µm. Larutan ini mengandung senyawa sejenis C
ibuprofen dan ibuprofen berturut-turut lebih kurang
 C  D  RU  0,03 dan 0,4 mg per mL.
90.000    Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
 L  WU  RS  Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
C adalah kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per mL x 15 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
Larutan baku; L adalah jumlah ibuprofen yang tertera partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit.
pada etiket dalam mg per mL; D adalah bobot jenis Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam g per mL suspensi oral yang ditetapkan seperti sistem dan rekam kromatogram dan ukur respons
tertera pada Bobot jenis dalam Penetapan kadar; WU puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
adalah bobot suspensi oral dalam g yang relatif senyawa sejenis C ibuprofen dan ibuprofen
ditambahkan dalam Media disolusi;RU dan RS berturut-turut adalah lebih kurang 1,3 dan 1,0;
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak resolusi, R, antara puncak ibuprofen dan puncak
ibuprofen terhadap baku internal dari Larutan uji dan senyawa sejenis C ibuprofen tidak kurang dari 1,5
Larutan baku. dan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0. Lakukan
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
kurang dari 80% (Q) C13H18O2 dari jumlah yang kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tertera pada etiket. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Untuk suspensi oral dikemas dalam wadah dosis volume sama (lebih kurang 35 µL) Larutan baku dan
tunggal. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi persentase senyawa sejenis C ibuprofen dalam
syarat.Untuk suspensi oral dikemas dalam wadah suspensi oral, berdasarkan jumlah ibuprofen yang
dosis ganda. tertera pada etiket dengan rumus:

pH <1071> Antara 3,6 dan 4,6.


- 730 -

 12.500C  rU 

kurang 0,9 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
 
 DL  rS
benzofenon dan puncak ibuprofen tidak kurang dari
 1,5; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
C adalah kadar Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI 2,0 %.
dalam mg per mL Larutan baku; D adalah volume Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
suspensi oral dalam mL yang digunakan dalam sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku dan Larutan
pembuatan Larutan uji persediaan; L adalah jumlah uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ibuprofen dalam mg per mL suspensi oral yang ukur respons puncak utama.
tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah Hitung jumlah dalam mg per mL ibuprofen,
respons puncak senyawa sejenis C ibuprofen dari C13H18O2, dalam suspensi oral yang digunakan
Larutan uji dan Larutan baku. dengan rumus:

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara  D  RU 


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 125C   
Kromatografi <931>. WU  RS 
Larutan asam fosfat 0,01 M Encerkan 0,7 mL
asam fosfat P dengan air hingga 1000 mL. C adalah kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per mL
Fase gerak Buat campuran Larutan asam fosfat Larutan baku; D adalah bobot jenis dalam g per mL
0,01 M-asetonitril P (63:37), saring dan suspensi oral; WU adalah bobot dalam g suspensi oral
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian yang digunakan dalam Larutan uji; RU dan RS
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada berturut-turut adalah perbandingan respons puncak
Kromatografi <931>. ibuprofen dan benzofenon dari Larutan uji dan
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (1:1). Larutan baku.
Larutan baku internal Timbang sejumlah
benzofenon, larutkan dalam asetonitril P hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kadar lebih kurang 3,2 mg per mL. baik, simpan pada suhu ruang.
Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Ibuprofen BPFI, larutkan dalam Pengencer
hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per mL. TABLET IBUPROFEN
Larutan baku Pipet 20 mL Larutan baku Ibuprofen Tablet
persediaan dan 5 mL Larutan baku internal ke dalam
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan asetonitril P Tablet Ibuprofen mengandung ibuprofen, C13H18O2,
sampai tanda dan saring. Larutan baku ini tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
mengandung lebih kurang 0,48 mg per mL ibuprofen. dari jumlah yang tertera pada etiket.
Bobot jenis Timbang 50 mL suspensi oral yang
telah dikocok dengan baik, masukkan ke dalam labu Baku pembanding Ibuprofen BPFI; tidak boleh
tentukur 50-mL yang telah ditara. Dari pengamatan dikeringkan.
bobot terhadap 50 mL suspensi oral, hitung bobot
jenis dalam g per mL dari suspensi oral. Identifikasi
Larutan uji persediaan Timbang sejumlah volume A. Serbuk haluskan 1 tablet, tambahkan lebih
suspensi oral setara dengan lebih kurang 60 mg kurang 5 mL kloroform P dan goyangkan. Saring dan
ibuprofen dan masukkan ke dalam labu tentukur uapkan filtrat dengan dialiri gas nitrogen P sampai
50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai tanda. kering. Spektrum serapan inframerah residu yang
Larutan uji Pipet 20 mL Larutan uji persediaan didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
dan 5 mL Larutan baku internal ke dalam labu maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
tentukur 50-mL, encerkan dengan asetonitril P sama seperti pada Ibuprofen BPFI.
sampai tanda dan saring. [Catatan Sisa Larutan uji B.Waktu retensi relatif puncak utama terhadap
persediaan digunakan untuk uji senyawa sejenis C baku internal dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
ibuprofen.] baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Disolusi <1231>
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm Media disolusi: 900 mL dapar fosfat pH 7,2.
x 15 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran Alat tipe 2: 50 rpm.
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Waktu: 60 menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C13H18O2,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang terlarut dengan mengukur serapan alikot jika
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan
benzofenon dan ibuprofen berturut-turut adalah lebih larutan baku Ibuprofen BPFI dalam media yang sama
- 731 -

pada panjang gelombang serapan maksimum lebih sejumlah volume Larutan baku internal hingga kadar
kurang 221 nm. [Catatan Bila tablet dinyatakan larutan uji lebih kurang 12 mg ibuprofen per mL dan
bersalut gelatin, penetapan jumlah C13H18O2 yang lebih kurang 15 manik-manik kaca dan kocok hingga
terlarut menggunakan serapan ultraviolet pada tablet larut sempurna.]Sentrifus suspensi hingga
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang diperoleh beningan.
266 nm, dikurangi dengan nilai serapan pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
panjang gelombang 280 nm dan dibandingkan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan larutan baku pada pengukuran yang sama.] dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang dari 80% (Q) C13H18O2, dari jumlah yang kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi
tertera pada etiket terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. waktu retensi relatif ibuprofen dan valerofenon
berturut-turut adalah lebih kurang 0,75 dan 1,0;
Air <1031>Metode 1 Tidak lebih dari 5,0%; kecuali resolusi, R, antara puncak ibuprofen dan puncak
pada etiket dinyatakan tablet bersalut gelatin. valerofenon tidak kurang dari 2,5; faktor ikutan tidak
lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
Senyawa sejenis C ibuprofen Tidak lebih dari 0,1% penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
per tablet. Menggunakan kromatogram Larutan uji kromatografi terhadap Larutan baku senyawa sejenis
dan Larutan baku senyawa sejenis C ibuprofen C ibuprofen, rekam kromatogram dan ukur respons
seperti yang diperoleh dari Penetapan kadar, hitung puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
persentase senyawa sejenis C ibuprofen, C12H16O, relatif valerofenon dan senyawa sejenis C ibuprofen
dalam serbuk tablet dengan rumus: berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,2; resolusi, R,
antara puncak valerofenon dan puncak senyawa
 A  RU 

sejenis C ibuprofen tidak kurang dari 2,5; faktor
10.000C   ikutan tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif
 WI  RS  pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
C adalah kadar Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI volume sama (lebih kurang 5 µL) Larutan baku,
dalam mg per mL Larutan baku senyawa sejenis C Larutan uji dan Larutan baku senyawa sejenis C
ibuprofen; A adalah bobot rata-rata tablet dalam mg; ibuprofen ke dalam kromatograf, rekam
W adalah bobot serbuk tablet dalam mg yang kromatogram, ukur respons puncak utama. Hitung
digunakan dalam Larutan uji; I adalah jumlah jumlah dalam mg ibuprofen, C13H18O2, dalam tiap
ibuprofen dalam mg per tablet yang diperoleh pada tablet dengan rumus:
Penetapan kadar; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak senyawa sejenis C  A  R 
ibuprofen terhadap respons puncak valerofenon dari 100C   U 
Larutan uji dan Larutan baku.  W  RS 

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C adalah kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per mL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan baku; A adalah bobot rata-rata tablet dalam
Kromatografi <931>. mg; W adalah bobot serbuk tablet yang digunakan
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku dalam Larutan uji; RU dan RS berturut-turut adalah
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada perbandingan respons puncak ibuprofen dan baku
Penetapan kadar dalam Ibuprofen. internal yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
Larutan baku senyawa sejenis C Ibuprofen baku; atau hitung jumlah dalam mg ibuprofen,
Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis C C13H18O2, dalam tiap tablet dengan rumus:
Ibuprofen BPFI, larutkan ke dalam asetonitril P
hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL. Pipet 2
 CV  RU 

mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan  
dengan Larutan baku internal sampai tanda.  N  RS 
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk V adalah volume Larutan baku internal dalam mL,
tablet setara dengan lebih kurang 1200 mg ibuprofen, yang digunakan untuk membuat Larutan uji; N
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan adalah jumlah tablet yang digunakan.
100,0 mL Larutan baku internal, kocok selama 10
menit. [Catatan Jika dinyatakan tablet bersalut, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
masukkan sejumlah tablet yang setara tidak kurang
dari 1200 mg ibuprofen ke dalam wadah, pipet
- 732 -

setara dengan 35,41 mg C9H11IN2O5


IDOKSURIDIN Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Idoxuridine rapat, tidak tembus cahaya.

SALEP MATA IDOKSURIDIN


Idoxuridine Ophtalmic Ointment

Salep Mata Idoksuridin adalah sediaan steril


idoksuridin dalam dasar salep vaselin. Mengandung
2’ – Deoksi-5-iodouridin [54-42-2] Idoksuridin, C9H11IN2O5 tidak kurang dari 0,45% dan
C9H11IN2O5 BM 354,10 tidak lebih dari 0,55% dari jumlah yang tertera pada
etiket.
Idoksuridin mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C9H11IN2O5, dihitung Baku pembanding Idoksuridin BPFI; tidak boleh
terhadap zat kering. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Pemerian Hablur atau serbuk putih; praktis tidak
berbau. Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
yang tertera pada Penetapan kadar menunjukkan
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam etanol; maksimum dan minimum pada panjang gelombang
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. yang sama seperti pada Larutan baku dalam
Penetapan kadar.
Baku pembanding Idoksuridin BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. simpan dalam Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Partikel logam <1061> Memenuhi syarat.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Penetapan kadar
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Fase gerak Buat campuran butanol P- kloroform P
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang (1:5).
sama seperti pada Idoksuridin BPFI. Kolom kromatografi Gerus 4 g tanah silika untuk
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji kromatografi P dengan 4 mL asam hidroklorida 0,1
(35 µg per mL) dalam dapar pH 12,0 (dibuat dari N dalam mortir kaca hingga halus. Masukkan
7,46 g kalium klorida P dan 24 mL natrium campuran halus ini ke dalam tabung kromatografi
hidroksida 1 N yang dilarutkan dalam 2000 mL air) berukuran 19 mm × 250 mm yang berisi segumpal
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang wol kaca dan dilengkapi dengan kran pada dasarnya.
gelombang yang sama seperti pada larutan Padatkan dengan hati-hati hingga merata.
Idoksuridin BPFI; daya serap masing-masing Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25
dihitung terhadap zat kering, hanya untuk Larutan mg Idoksuridin BPFI, masukkan ke dalam labu
uji, pada panjang gelombang serapan maksimum tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan dengan
lebih kurang 279 nm berbeda tidak lebih dari 2,0%. metanol P sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam
labu tentukur 100-mL, encerkan dengan Fase gerak
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; sampai tanda. Larutan baku ini mengandung lebih
lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat yang kurang 25 µg/mL Idoksuridin BPFI.
dikeringkan dalam hampa udara pada suhu 60˚ Larutan uji Gerus 4 g tanah silika untuk
selama 2 jam. kromatografi P dengan 2 mL asam hidroklorida 0,1
N dalam mortir kaca hingga halus. Tambahkan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang sejumlah salep mata yang ditimbang saksama setara
250 mg zat, larutkan dalam 20 mL dimetilformamida dengan lebih kurang 5 mg idoksuridin dan campur.
P yang telah dinetralkan dengan natrium metoksida Masukkan campuran ke dalam Kolom kromatografi.
toluena 0,1 N LV, tambahkan larutan 3 mg per mL Untuk membilas dan membersihkan mortir dari sisa
biru timol P dalam metanol P sebagai indikator. salep mata, gunakan campuran 2 g tanah silika untuk
Titrasi dengan natrium metoksida toluena 0,1 N LV kromatografi P dan 2 mL asam hidroklorida 0,1 N
hingga berwarna biru. Hati-hati terhadap penyerapan yang dicampur sampai dapat mengalir. Masukkan
karbon dioksida dari udara. Lakukan penetapan lebih kurang separuh campuran di atas ke dalam
blangko dan koreksi jika perlu. Kolom Kromatografi, padatkan perlahan-lahan
hingga merata. Masukkan lagi separuhnya ke dalam
Tiap mL natrium metoksida 0,1 N Kolom kromatografi dan padatkan seperti
- 733 -

sebelumnya. Bersihkan mortir dengan segumpal wol [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
kaca dan sisipkan pada bagian atas kolom. Alirkan 50 harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
mL kloroform P melalui kolom dengan laju alir lebih Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
kurang 1 mL per menit dan buang kloroform. Eluasi pendingin digunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
dengan 200 mL Fase gerak dengan laju alir yang vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
sama, buang 20 mL eluat pertama. Kumpulkan eluat
ke dalam labu tentukur 200-mL dan encerkan dengan Identifikasi
Fase gerak sampai tanda. Larutan uji ini A. Spektrum serapan inframerah zat yang
mengandung lebih kurang 25 µg/mL idoksuridin. didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan maksimum pada bilangan gelombang yang sama
baku menggunakan sel 1-cm, pada panjang seperti pada Ifosfamid BPFI.
gelombang 320 nm dan pada panjang gelombang B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
serapan maksimum 283 nm. Lakukan penetapan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
blangko Fase gerak. Hitung persentase idoksuridin, diperoleh pada Penetapan kadar.
C9H11IN2O5, dalam salep dengan rumus:
pH <1071> Antara 4,0 dan 7,0 dalam larutan zat
(𝐴283 − 𝐴320 )𝑈 𝐶𝑆 (1 dalam 10)
( ) 100
(𝐴283 − 𝐴320 )𝑆 𝐶𝑈
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,3%.
A283 dan A320 berturut-turut adalah serapan pada
panjang gelombang 283 nm dan 320 nm dari Larutan Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Idoksuridin 0,002%.
BPFI dalam µg per mL Larutan baku; CU adalah
kadar zat dalam µg per mL Larutan uji seperti jumlah Ion Klorida Tidak lebih dari 0,018%.
yang tertera pada etiket. Larutan baku natrium klorida Timbang saksama
lebih kurang 118,7 mg natrium klorida P, masukkan
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat ke dalam labu tentukur 200-mL, larutkan dan
dilipat, pada tempat sejuk. encerkan dengan air sampai tanda. Larutan
mengandung ion klorida 360 bpj.
Prosedur Pipet 10 mL Larutan baku natrium
IFOSFAMID klorida ke dalam gelas piala, tambahkan 90 mL air
Ifosfamide dan 10 mL asam asetat P. Titrasi dengan perak nitrat
0,01 N LV (dibuat segar), tentukan titik akhir secara
potensiometri menggunakan elektroda perak dan
perak-perak klorida. Catat volume perak nitrat 0,01
N LV yang digunakan (V1). Timbang saksama lebih
kurang 2 g zat, masukkan ke dalam gelas piala,
tambahkan 90 mL air dan 10 mL asam asetat P. Pipet
10 mL Larutan baku natrium klorida masukkan ke
3-(2-Kloroetil)-[(2-kloroetil)amino])tetrahidro-2H- dalam gelas piala, dan aduk hingga larut sempurna.
1,3,2-oksazafosforin 2-oksida [3778-73-2] Titrasi dengan perak nitrat 0,01 N LV seperti
C7H15Cl2N2O2P BM 261,09 prosedur sebelumnya. Catat volume perak nitrat 0,01
N LV yang digunakan (V2). Hitung perbedaan volume
Ifosfamid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan perak nitrat 0,01 N LV yang digunakan: perbedaan
tidak lebih dari 102,0%, C7H15Cl2N2O2P. [Peringatan tidak lebih dari 1,0 mL setara dengan ion klorida
Hati-hati dalam menangani Ifosfamid, karena 0,018%.
bersifat sitotoksik kuat dan diduga karsinogenik].
Fosfat tidak larut kloroform Tidak lebih dari
Pemerian Serbuk hablur putih, melebur pada lebih 0,0415%:
kurang 40°. Larutan amonium molibdat [Catatan dibuat
segar.] Larutkan 25 g amonium molibdat P dalam
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah 300 mL air (Larutan A). Secara hati-hati tambahkan
larut dalam etanol, dalam etil asetat, dalam isopropil 75 mL asam sulfat P, ke dalam 100 mL air, dinginkan
alkohol, dalam metanol, dan dalam metilen klorida; hingga suhu ruang dan encerkan dengan air hingga
sangat sukar larut dalam heksan. 200,0 mL (Larutan B). Campur Larutan A dan
Larutan B.
Baku pembanding Ifosfamid BPFI; tidak boleh Larutan hidrokuinon Timbang 500 mg hidrokuinon
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, P, larutkan dalam 100 mL air, dan tambahkan satu
pada suhu tidak lebih dari 25°. Endotoksin BPFI; tetes asam sulfat pekat P [Catatan Jika larutan
- 734 -

berubah menjadi gelap, buang larutan dan buat 730 nm. Lakukan penetapan Blangko. Hitung
baru]. persentase fosfat tidak larut kloroform dalam zat
Larutan natrium sulfit Timbang sejumlah natrium dengan rumus:
sulfit P larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar 200 mg per mL. [Catatan Larutan dibuat  AU  C 
segar.]       100
 
Larutan fosfat persediaan Timbang saksama  AS  W 
0,1824 g kalium fosfat monobasa P, masukkan ke
labu tentukur 1000-mL, larutkan dan encerkan AU dan AS adalah serapan dari Larutan uji dan
dengan air sampai tanda, campur. Larutan baku fosfat. C adalah kadar fosfat dalam µg
Larutan baku fosfat Pipet 10 mL Larutan fosfat per mL Larutan baku fosfat, W adalah bobot
persediaan ke dalam labu tentukur 100-mL, ifosfamida yang digunakan.
encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet 10
mL larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mL, 2-Kloroetilamin hidroklorida tidak lebih dari
encerkan dengan air sampai tanda, campur. Larutan 0,25%. Lakukan penetapan dengan cara
dibuat segar. Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, <931>.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dalam 50 mL air, encerkan dengan air sampai tanda, 2-kloroetilamin hidroklorida, larutkan dan encerkan
campur. Pipet 10 mL larutan ini, masukkan ke dalam secara kuantitatif jika perlu bertahap dengan N,N-
corong pisah, tambahkan 5 mL air. Tambahkan 15 dimetilasetamid P hingga kadar lebih kurang
mL kloroform P, kocok kuat selama 30 detik, biarkan 25 µg per mL.
lapisan terpisah, buang lapisan kloroform P. Lakukan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
ekstraksi sebanyak 4 kali, tiap kali dengan 15 mL 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
kloroform P, buang lapisan kloroform setiap kali 10-mL, larutkan dan encerkan dengan N,N-
ekstraksi. Ambil bagian air, masukkan ke dalam labu dimetilasetamida P sampai tanda.
Erlenmeyer, bilas corong pisah dua kali tiap kali Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
dengan 5 mL air, gabungkan air pembilas dalam labu dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2-mm x 1,8
yang sama. Tambahkan 3 mL asam sulfat P, dan m berisi bahan pengisi 10% fase cair G16
panaskan dalam lemari asam hingga timbul asap mengandung kalium hidroksida 2% pada partikel
putih. Pindahkan labu dari pemanas, dan sambil penyangga S1A 80-100 mesh. Pertahankan suhu
digoyang tambahkan 0,6 mL hidrogen peroksida P. injektor, detektor dan oven berturut-turut pada 200º,
Panaskan hingga asap putih timbul kembali. Jika 300º dan 140º. Gunakan nitrogen P sebagai gas
warna larutan belum hilang, ulangi lagi penambahan pembawa dan laju alir lebih kurang 25 mL per menit.
hidrogen peroksida P, dilanjutkan pemanasan hingga Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
warna hilang. Dinginkan hingga suhu ruang, volume sama (lebih kurang 1,0 µL) Larutan baku dan
tambahkan 25 mL air, dan tambahkan secara hati-hati Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
10 mL amonium hidroksida P. Dinginkan hingga kromatogram dan ukur respons puncak
suhu ruang, tambahkan 2 tetes fenolftalein LP, 2-kloroetilamin hidroklorida. Hitung persentase
kemudian tambahkan asam hidroklorida P tetes demi 2-kloroetilamin hidroklorida dalam zat dengan
tetes hingga warna merah jambu hilang sempurna. rumus:
Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur 100-mL,
encerkan dengan air sampai tanda.
 rU   C 
Blangko Masukkan 3 mL asam sulfat P ke dalam       1000
labu Erlenmeyer, tambahkan 0,6 mL hidrogen  
 rS  W 
peroksida P, lakukan seperti tertera pada Larutan uji,
mulai dari “Panaskan hingga asap putih timbul rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 2-
kembali”. kloroetilamin hidroklorida dari Larutan uji dan
Prosedur Pipet masing-masing 15,0 mL Larutan Larutan baku; C adalah kadar 2-kloroetilamin
uji, Blangko dan Larutan baku fosfat ke dalam labu hidroklorida dalam mg per mL Larutan baku; W
tentukur 25-mL yang terpisah. Tambahkan 2,5 mL adalah bobot ifosfamid dalam mg yang digunakan.
Larutan amonium molibdat ke dalam masing-masing
labu, goyang dan diamkan selama 30 detik. Ke dalam Syarat lain Bila pada etiket tertera ifosfamid steril,
tiap labu, tambahkan dengan cepat 2,5 mL Larutan memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan Endotoksin
hidrokuinon dan Larutan natrium sulfit. Encerkan bakteri <201> seperti tertera pada Ifosfamid untuk
masing-masing labu dengan air sampai tanda, campur Injeksi. Jika pada etiket tertera ifosfamid harus
dan diamkan selama 30 menit. Segera ukur serapan diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan
secara berturut-turut Larutan uji dan Larutan baku injeksi, memenuhi syarat uji Endotoksin bakteri
fosfat pada panjang gelombang serapan maksimum <201> seperti tertera pada Ifosfamid untuk injeksi.
- 735 -

Penetapan kadar [Catatan Ifosfamid terurai dalam IFOSFAMID UNTUK INJEKSI


larutan. Larutan dibuat segar dan disimpan tidak Ifosfamid for Injection
lebih dari 24 jam. Siapkan larutan baku dan larutan
uji secara simultan]. Lakukan penetapan dengan cara Ifosfamid untuk Injeksi mengandung Ifosfamid,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C7H15Cl2N2O2P, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Kromatografi <931>. lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Fase gerak Campuran air-asetonitril P (70:30). etiket.
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan [Peringatan Hati-hati dalam menangani Ifosfamid,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti karena bersifat sitotoksik kuat dan diduga
tertera pada Kromatografi <931>. karsinogenik].
Larutan baku internal Timbang saksama lebih
kurang 50 mg etilparaben P, masukkan dalam labu Baku pembanding Ifosfamid BPFI; tidak boleh
tekukur 100-mL, larutkan dalam 25 mL etanol P dan dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
encerkan dengan air sampai tanda, campur. pada suhu tidak lebih dari 25°. Endotoksin BPFI;
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
15 mg Ifosfamid BPFI, masukkan ke dalam labu harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
tentukur 25-mL, tambahkan 1,0 mL Larutan baku Rekonstitusi semua isi, simpan larutan dalam lemari
internal, encerkan dengan air sampai tanda. pendingin digunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
150 mg zat, masukkan dalam labu tentukur 250-mL,
tambahkan 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan Identifikasi
dengan air sampai tanda, campur. A. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
tinggi dilengkapi dengan detektor 195 nm dan kolom Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm.
3,9 mm × 30 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir Fase gerak Campuran isopropanol P-toluen P
lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi (1:1).
terhadap Larutan baku rekam kromatogram dan ukur Larutan baku Timbang saksama 20,0 mg Ifosfamid
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, BPFI, larutkan dalam 1,0 mL etanol P .
R, antara ifosfamid dan etilparaben tidak kurang dari Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk
6,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Ifosfamid untuk injeksi setara dengan 20 mg
tidak lebih dari 2,0%. ifosfamid, larutkan dalam 1,0 mL etanol P.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan Larutan 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam Bejana
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg kromatograf berisi Fase gerak yang telah dijenuhkan
ifosfamid, C7H15Cl2N2O2P, dalam zat dengan rumus: selama 15 menit. Biarkan Fase gerak merambat
hingga 15 cm. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
R  keringkan selama 5 menit. Tempatkan lempeng
250C   U  kromatografi pada bejana berisi serbuk iodin P, amati
 RS  bercak yang terjadi: harga Rf bercak utama Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku. [Catatan Untuk
C adalah kadar Ifosfamid BPFI dalam mg per mL deteksi yang lebih baik, semprot bercak iodin dengan
dalam Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah campuran etanol-air (1:1).]
perbandingan respons puncak ifosfamid terhadap B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
puncak etilparaben dari Larutan uji dan Larutan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
baku. diperoleh pada Penetapan kadar.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan terkonstitusi Memenuhi syarat
rapat, pada suhu tidak lebih 25°. Kesempurnaan melarut dan kejernihan seperti tertera
pada Injeksi.
Penandan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
injeksi, pada etiket tertera steril atau memerlukan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
proses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi. 0,125 unit Endotoksin BPFI per mg iofosfamid.

pH <1071> Antara 4,0 dan 7,0. Lakukan penetapan


30 menit setelah sediaan direkonstitusi.

Air <1031> Metode I, tidak lebih dari 0,3%.


- 736 -

Syarat lain Memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan Kelarutan Sangat larut dalam air dan dalam metanol;
Keseragaman sediaan <911>. tidak larut atau praktis tidak larut dalam eter dan
dalam kloroform.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Baku pembanding Ioheksol BPFI; tidak boleh
Kromatografi <931>. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku terlindung cahaya, bersifat higroskopis. Senyawa Sejenis
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada A Ioheksol BPFI; Senyawa Sejenis B Ioheksol BPFI.
Penetapan kadar dalam Ifosfamid.
Larutan uji Ambil sejumlah sediaan iofosfamid untuk Identifikasi
injeksi setara dengan lebih kurang 6 g ifosfamid. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutkan tiap sediaan dengan air dan kumpulkan semua didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
isi dalam labu tentukur 1000-mL. Bilas semua wadah maksimum pada bilangan gelombang yang sama
dengan air dan masukkan ke dalam labu tentukur yang seperti pada Ioheksol BPFI.
sama. Encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet B. Waktu retensi dua puncak utama Larutan uji
10 mL dan masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, sesuai dengan Larutan kesesuaian sistem seperti yang
tambahkan 4,0 mL Larutan baku internal, encerkan diperoleh pada uji Cemaran organik.
dengan air sampai tanda, campur.
Prosedur Lakukan seperti pada Penetapan kadar Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj.
dalam ifosfamid. Hitung jumlah gram ifosfamid dalam
tiap wadah iofosfamid untuk injeksi dengan rumus: Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%.

 Ru   C  Senyawa ionik Setara dengan 0,01% senyawa ionik


      10 dihitung sebagai natrium klorida. [Catatan Bilas
 Rs   N  peralatan kaca 5 kali dengan air suling.]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah natrium
Ru dan Rs adalah perbandingan respons puncak klorida P, larutkan, dan encerkan dengan air hingga
ifosfamid terhadap puncak etilparaben dari Larutan uji kadar lebih kurang 2 µg per mL.
dan Larutan baku; C adalah kadar Ifosfamid BPFI Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
dalam mg per mL Larutan baku; N adalah jumlah 1 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
sediaan yang digunakan. larutkan, dan encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Ukur konduktivitas Larutan baku dan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Larutan uji.
untuk sediaan padatan steril seperti tertera pada
Injeksi. Simpan dalam suhu ruang terkendali. Iodida bebas Tidak lebih dari 0,001%. Timbang
saksama lebih kurang 5,0 g zat, larutkan dalam
20 mL air. Titrasi dengan perak nitrat 0,001 N LV,
IOHEKSOL tetapkan titik akhir secara potensiometri. Hitung
Iohexol persentase iodida bebas dalam zat dengan rumus:

V  N  F 
   100
 W 

V adalah volume titran yang digunakan dalam mL


Larutan uji; N adalah normalitas titran dalam mEq
per mL; F adalah bobot iodida setara dengan 0,1269
mg per mEq; dan W adalah bobot zat dalam mg.
N,N’-bis(2,3-dihidroksipropil)-5-[N-(2,3-
dihidroksipropil)asetamido]-2,4,6- Cemaran organik Senyawa O-alkilasi tidak lebih
triiodoisoftalamida [66108-95-0] dari 0,6%; masing-masing cemaran tidak lebih dari
C19H26I3N3O9 BM 821,14 0,1%; dan total cemaran tidak termasuk senyawa O-
alkilasi tidak lebih dari 0,3%. Lakukan penetapan
Ioheksol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tidak lebih dari 102,0%, C19H26I3N3O9, dihitung tertera pada Kromatografi <931>.
terhadap zat anhidrat. Larutan A Gunakan asetonitril P.
Larutan B Gunakan air.
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih; dan
tidak berbau.
- 737 -

Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A Larutan baku persediaan Larutan metanol P
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem 0,005 mg per mL dan masing-masing 0,01 mg per
kromatografi. mL isopropil alkohol P, butil alkohol sekunder P, dan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 2-metoksietanol P dalam Larutan baku internal.
sejumlah Ioheksol BPFI dan Senyawa Sejenis A Larutan baku Masukkan lebih kurang 0,25 g
Ioheksol BPFI, larutkan, dan encerkan dengan air Ioheksol BPFI dan 1,0 mL larutan baku persediaan
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 1,5 mg per ke dalam vial “headspace”, tutup vial dengan septum
mL dan 0,0075 mg per mL. dan “crimp cap”.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Larutan uji Masukkan lebih kurang 0,25 g zat dan
larutkan, dan encerkan dengan air hingga kadar lebih 1,0 mL Larutan baku internal ke dalam vial
kurang 1,5 mg per mL. “headspace”, tutup vial dengan septum dan “crimp
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja cap”.
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi
berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi dengan “headspace autosampler”, detektor ionisasi
L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih nyala dan kolom 0,53 mm x 30 m berisi bahan
kurang 1 mL per menit. Kromatograf diprogram pengisi G16 dengan tebal lapisan 1 µm. Pertahankan
sebagai berikut: suhu autosampler, jarum injektor, injektor, dan
detektor berturut-turut pada 105°, (130°-140°), 150°,
Waktu Larutan A Larutan B dan 200º. Pertahankan suhu kolom seperti tertera
(menit) (%) (%) pada Tabel 1. Gunakan helium P sebagai gas
0 1 99 pembawa dengan laju alir lebih kurang 11 mL per
60 13 87 menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Tabel 1
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons Suhu Laju suhu Suhu Waktu tahan
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, (°) (° per menit) akhir pada suhu akhir
antara senyawa sejenis A ioheksol dan isomer ekso (°) (menit)
ioheksol (puncak kedua yang lebih besar dari 40 - 40 3
ioheksol) tidak kurang dari 5,0. [Catatan Ioheksol 40 8 100 1
memberikan dua puncak tidak terpisah karena
adanya isomer ekso-endo. Puncak kecil pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
ioheksol juga muncul di awal puncak utama. Puncak rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
kecil ini memiliki waktu retensi relatif lebih kurang tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara metanol dan
1,2 menit lebih kecil dari puncak utama. Waktu isopropil alkohol tidak kurang dari 1,0; simpangan
retensi relatif untuk puncak senyawa sejenis A baku relatif pada penyuntikan ulang untuk
ioheksol, isomer endo ioheksol, isomer ekso ioheksol, perbandingan 2-metoksietanol terhadap baku internal
dan senyawa O-alkilasi berturut-turut 0,85; 0,96; 1,0 tidak lebih dari 10,0%. [Catatan Waktu retensi relatif
dan 1,1 sampai 1,4.] metanol, isopropil alkohol, butil alkohol sekunder,
Prosedur Suntikkan sejumlah volume lebih kurang dan 2-metoksietanol berturut-turut 0,5; 0,6; 1,0 dan
10 µL Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 1,9.]
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Hitung persentase senyawa O-alkilasi dan cemaran volume sama (lebih kurang 1,0 mL) Larutan baku
lain dalam zat dengan rumus: dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur respons puncak utama.
𝑟𝑖 Hitung jumlah 2-metoksietanol, dalam zat dengan
( ) × 100
𝑟𝑇 rumus:

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran;  RU   CS 


dan rT adalah jumlah total respons puncak. [Catatan     
Abaikan respons puncak kurang dari atau sama  RS   CU 
dengan 0,03% respons puncak utama.]
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
2-Metoksietanol Tidak lebih dari 20 µg per g. puncak 2-metoksietanol terhadap baku internal dari
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar 2-
seperti tertera pada Kromatografi <931>. metoksietanol dalam µg per mL Larutan baku; CU
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah adalah kadar ioheksol dalam g per mL Larutan uji.
butil alkohol sekunder P, larutkan, dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per 3-Kloropropan-1,2-diol Tidak lebih dari 0,0025%.
mL. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi gas
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 738 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3- masing-masing labu ke dalam tangas es selama 5 menit.
Kloropropan-1,2-diol, larutkan, dan encerkan dengan etil Ke dalam masing-masing labu tambahkan 1,5 mL asam
asetat P hingga kadar lebih kurang 25 µg per mL. hidroklorida 6 N, aduk, dan 1,0 mL larutan natrium nitrit
Larutan uji Masukkan 1 g zat ke dalam corong pisah. P 20 mg per mL, dan diamkan dalam tangas es selama 4
Larutkan dalam 1 mL air. Ekstraksi 4 kali masing-masing menit. Angkat labu, tambahkan 1,0 mL larutan asam
dengan 2 mL etil asetat P dan kumpulkan ekstrak. sulfamat P 40 mg per mL, goyang hingga tidak terbentuk
Keringkan kumpulan ekstrak dengan natrium sulfat gas. [Catatan Kemungkinan terjadi tekanan.] Tambahkan
anhidrat P. Saring dan bilas kertas saring dengan 1,0 mL Larutan A, encerkan dengan air sampai tanda, dan
sejumlah kecil etil asetat P. Kumpulkan bilasan dengan diamkan selama 5 menit. Ukur serapan Larutan baku dan
filtrat dan pekatkan filtrat hingga volume 0,7 mL, Larutan uji terhadap Blangko pada panjang gelombang
gunakan tangas air hangat dan aliran nitrogen. Encerkan serapan maksimum lebih kurang 495 nm menggunakan
dengan etil asetat P hingga 2 mL. sel 5-cm: serapan Larutan uji tidak lebih besar dari
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi Larutan baku.
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler 0,32
mm x 30 m berisi bahan pengisi G46 dengan tebal lapisan Warna larutan
1 µm. Pertahankan suhu injektor dan detektor berturut- Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan,
turut pada 230° dan 250º. Pertahankan suhu kolom seperti dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 647,2
tertera pada Tabel 2. Gunakan helium P sebagai gas mg per mL. Saring dengan penyaring membran dengan
pembawa dan laju alir lebih kurang 1 mL per menit. porositas 0,22 µm.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Prosedur Ukur serapan Larutan uji pada panjang
Tabel 2 gelombang lebih kurang 400 nm, 420 nm, dan 450 nm,
Suhu Laju suhu Suhu Waktu tahan gunakan air sebagai blangko, menggunakan sel 1-cm
(°) (° per menit) akhir pada suhu akhir Kriteria keberterimaan Seperti tertera pada
(°) (menit) Tabel 3.
80 - 80 2
80 15 275 - Tabel 3
275 - 275 2 Panjang gelombang Batas
(nm) (au)
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 400 0,180
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera 420 0,030
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan 450 0,015
ulang tidak lebih dari 10,0%. [Catatan Waktu retensi
puncak 3-kloropropan-1,2-diol lebih kurang 8 menit.] Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume mg ioheksol, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
sama (lebih kurang 2,0 µL) Larutan baku dan Larutan uji bersumbat 125-mL, tambahkan 25 mL natrium
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur hidroksida 1,25 N dan 500 mg serbuk zink, sambungkan
respons puncak utama: respons puncak utama Larutan uji labu Erlenmeyer dengan kondensor refluks, dan refluks
tidak lebih besar dari respons puncak utama Larutan selama 1 jam. Dinginkan labu hingga suhu ruang, bilas
baku. kondensor dengan 20 mL air, lepaskan labu Erlenmeyer
dari kondensor, dan saring campuran. Bilas labu dan
Amin aromatik bebas Tidak lebih dari 0,05%. penyaring dengan sedikit air, tambahkan bilasan ke dalam
Larutan A Timbang sejumlah N-(1-naftil) etilendiamin filtrat. Tambahkan 5 mL asam asetat glasial P. Titrasi
dihidroklorida P, larutkan dan encerkan dengan dengan perak nitrat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara
campuran propilen glikol P-air (70:30) hingga kadar lebih potensiometri. Hitung persentase ioheksol, C19H26I3N3O9,
kurang 3 mg per mL. dalam zat dengan rumus:
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Senyawa Sejenis B Ioheksol BPFI, larutkan dan encerkan
V  N  F 
dengan air hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL.    100
Larutan baku Pipet 5 mL air dan 10,0 mL Larutan  W 
baku persediaan ke dalam labu tentukur 25-mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang V adalah volume titran yang digunakan dalam mL
200 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur Larutan uji; N adalah normalitas titran dalam mEq per
25-mL, tambahkan 15 mL air, larutkan. mL; F adalah bobot ioheksol setara 273,7 mg per mEq;
Blangko Masukkan 15 mL air ke dalam labu tentukur dan W adalah bobot zat dalam mg.
25-mL.
Prosedur Gunakan Larutan baku, Larutan uji, dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Blangko [Catatan Dalam melakukan tahap ini, simpan terlindung cahaya, pada suhu ruang.
masing-masing labu dalam air es dan terlindung cahaya
sampai semua pereaksi ditambahkan.] Masukkan
- 739 -

INJEKSI IOHEKSOL Fase gerak Gunakan Larutan A dengan


Iohexol Injection peningkatan dari 1% sampai 13% pada kenaikan
0,2% per menit. Jika perlu lakukan penyesuaian
Injeksi Ioheksol adalah larutan steril ioheksol dalam menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Air untuk Injeksi. Mengandung Ioheksol, Kromatografi <931>.
C19H26I3N3O9, tidak kurang dari 95,0% dan tidak Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada sejumlah Ioheksol BPFI, Senyawa Sejenis A Ioheksol
etiket, sebagai iodin terikat secara organik. Dapat BPFI, dan Senyawa Sejenis C Ioheksol BPFI,
mengandung sejumlah kecil dapar yang sesuai dan larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar
stabilisator dinatrium kalsium edetat. Injeksi ioheksol berturut-turut lebih kurang 1,5 mg per mL; 0,0075
digunakan secara intravaskular atau intratekal, tidak mg per mL; dan 0,0069 mg per mL.
mengandung antimikroba. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih
Pemerian Cairan jernih; tidak bewarna hingga kurang 1,5 mg per mL.
kuning pucat. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
Baku pembanding Ioheksol BPFI; tidak boleh berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat L1. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan
terlindung cahaya, bersifat higroskopis. Senyawa Sejenis kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
A Ioheksol BPFI; Senyawa Sejenis C Ioheksol BPFI; rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara senyawa
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk sejenis A ioheksol dan senyawa sejenis C ioheksol
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, tidak kurang dari 20,0. [Catatan Waktu retensi relatif
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan untuk isomer ekso-ioheksol dan senyawa O-alkilasi
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka berturut-turut adalah 1,0 dan antara 1,1 dan 1,4.
dalam lemari pembeku. Respons puncak senyawa sejenis C ioheksol adalah
0,5%±0,1% dibandingkan terhadap jumlah total
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji respons puncak pada kromatogram.]
sesuai dengan Larutan kesesuaian sistem seperti yang Prosedur Suntikkan sejumlah volume lebih kurang
diperoleh pada Cemaran organik. 10 µL Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram, dan ukur semua respons puncak.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,2 unit Hitung persentase senyawa O-akilasi dan puncak
Endotoksin FI per 50 mg iodum. cemaran lain dalam injeksi dengan rumus:

pH <1071> Antara 6,8 dan 7,7.  ri 


   100
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti  rT 
tertera pada Injeksi volume kecil.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rT
Iodida bebas Tidak lebih dari 0,02% terhadap kadar adalah jumlah total respons puncak. Masing-masing
ioheksol. cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang
Prosedur Masukkan 5,0 mL volume injeksi ke tertera Tabel.
dalam wadah yang sesuai, tambahkan 20,0 mL air,
dan titrasi dengan perak nitrat 0,001 N LV, Tabel
menggunakan elektroda perak dan kombinasi Nama Batas
elektroda pembanding yang sesuai. (%)
senyawa O-akilasi 0,6
Tiap mL perak nitrat 0,001 N Masing-masing cemaran lain 0,1
setara dengan 0,1269 mg iodum Total cemaran* 0,3
*
Tidak termasuk senyawa O-akilasi
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Tidak termasuk puncak dengan waktu retensi antara 0,84 dan
1,0 (relatif terhadap isomer endo ioheksol yaitu respons puncak
Injeksi. pertama).

Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Penetapan kadar


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Pipet sejumlah volume zat setara dengan lebih
Kromatografi <931>. kurang 300 mg iodum, masukkan dalam labu
Larutan A Gunakan asetonitril P. Erlenmeyer 250 mL bersumbat. Tambahkan 25 mL
Larutan B Gunakan air. natrium hidroksida 1,25 N dan 500 mg serbuk zink P,
pasang labu ke refluks kondenser, dan refluks selama
- 740 -

1 jam. Dinginkan labu sampai suhu ruang, bilas Identifikasi


kondenser dengan 20 mL air, lepas labu dari A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kondenser dan saring. Bilas labu dan penyaring didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dengan sedikit air, tambahkan bilasan ke dalam maksimum pada bilangan gelombang yang sama
filtrat. Tambahkan 5 mL asam asetat glasial P, dan seperti pada Iopamidol BPFI.
titrasi dengan perak nirat 0,1 N LV. B. Panaskan lebih kurang 500 mg zat pada cawan
petri yang sesuai: terbentuk uap ungu.
Tiap mL perak nitrat 0,1 N C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
setara dengan 27,37 mg C19H26I3N3O9. Larutan identifikasi sesuai dengan puncak iopamidol
pada Larutan Kesesuaian sistem, seperti yang
Wadah dan penyimpanan Untuk injeksi diperoleh pada uji Cemaran organik.
intravaskuler atau intratekal, simpan Dalam wadah
dosis tunggal atau ganda, sebaiknya dari plastik atau Rotasi jenis <1081> Antara -4,6 o dan -5,2o; lakukan
gelas tipe I, pada suhu ruang terkendali, terlindung penetapan pada suhu 20°, pada panjang gelombang
cahaya, jangan dibekukan. 436 nm. Gunakan larutan zat lebih kurang 400 mg
per mL dalam air, jika perlu panaskan dalam tangas
Penandaan Cantumkan untuk langsung membuang air, saring melalui penyaring membran dengan
bagian yang tidak digunakan; jangan digunakan bila porositas 3 µm atau yang lebih halus.
larutan berubah warna atau terdapat endapan.
Cantumkan juga cara pemberian. Jika tidak ada dosis Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%,
spesifik untuk penggunaan secara intratekal, harus lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam.
dicantumkan “dapat terjadi cedera serius jika
digunakan secara intratekal”. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Amin aromatik bebas Tidak lebih dari 0,02%.


IOPAMIDOL Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
Iopamidol zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL.
Tambahkan 20 mL air, jika perlu panaskan pada
tangas air.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis A Iopamidol BPFI, larutkan, dan encerkan
dengan air hingga kadar lebih kurang 62,5 µg per
mL.
Blangko 20 mL air dalam labu tentukur 25-mL.
Prosedur [Catatan Dalam melakukan tahap ini,
simpan masing-masing labu dalam air es dan
terlindung cahaya sampai semua pereaksi
ditambahkan.] Masukkan masing-masing labu ke
dalam tangas es selama 5 menit, terlindung cahaya.
Ke dalam masing-masing labu tambahkan 1 mL asam
(S)-N,N’-bis[2-hidroksi-1-(hidroksimetil)etil]-2,4,6- hidroklorida P, aduk, diamkan selama 5 menit, dan
triiodo-5-laktamidoisoftalamida [60166-93-0] tambahkan 1,0 mL larutan natrium nitrit P (1 dalam
C17H22I3N3O8 BM 777,09 50), diamkan dalam selama 5 menit dan 1 mL larutan
ammonium sulfamat P (3 dalam 25). Kocok, diamkan
Iopamidol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan selama 5 menit [Catatan Kemungkinan terjadi
tidak lebih dari 101,0%, Iopamidol, C17H22I3N3O8, tekanan.] Tambahkan 1,0 mL N-(1-
dihitung terhadap zat kering. naftil)etilendiamin dihidroklorida P (1 dalam 1000),
campur. Angkat labu, diamkan dalam tangas air lebih
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih; praktis kurang 25 ° selama 10 menit. Encerkan dengan air
tidak berbau. sampai tanda, campur. Segera ukur serapan Larutan
baku, Larutan uji, dan Blangko pada panjang
Kelarutan Sangat larut dalam air; agak sukar larut gelombang serapan maksimum lebih kurang 500 nm
dalam metanol; praktis tidak larut dalam etanol dan menggunakan sel 1-cm: serapan Larutan uji tidak
dalam kloroform. lebih besar dari Larutan baku.

Baku pembanding Iopamidol BPFI; tidak boleh Iodum bebas Timbang saksama lebih kurang
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, 2,0 g zat, masukkan ke dalam tabung sentrifus
terlindung cahaya; Senyawa Sejenis A Iopamidol BPFI. bersumbat 50-mL. Tambahkan sejumlah air hingga
Senyawa Sejenis C Iopamidol BPFI. larut, jika perlu panaskan pada tangas air untuk
- 741 -

membantu kelarutan, encerkan dengan air hingga 25 Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
mL. Tambahkan 5 mL toluen P dan 5 mL asam sulfat tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
2 N, kocok dan sentrifus: lapisan toluen tidak berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
menunjukkan warna merah. L11. Pertahankan suhu kolom pada 60°. Laju alir
lebih kurang 2 mL per menit. Kromatograf diprogram
Iodida bebas Tidak lebih dari 0,001%. Timbang sebagai berikut:
saksama lebih kurang 6,0 g zat, masukkan ke dalam
wadah yang sesuai, larutkan dalam 50 mL air, dan Waktu Larutan A Larutan B Elusi
tambahkan 2,0 mL kalium iodida 0,001 M. Titrasi (menit) (%) (%)
secara potensiometri dengan perak nitrat 0,001 N, 0-18 100 0 isokratik
gunakan elektroda indikator perak dan elektroda 18-40 100 → 62 0→ 38 Gradien linier
40-45 62 → 50 38 →50 Gradien linier
pembanding yang sesuai. Bandingkan dengan
45-50 50 → 100 50 → 0 Gradien linier
blangko, dan buat faktor koreksi. 50-60 100 0 isokratik

Tiap mL perak nitrat 0,001 N Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian


Setara dengan 126,9 µg iodida sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
Asam atau basa bebas Timbang saksama lebih antara senyawa sejenis C iopamidol dan iopamidol
kurang 10,0 g zat, masukkan ke dalam wadah yang
tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
sesuai, larutkan dalam 100 mL air bebas karbon
Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur
dioksida P. Gunakan pH meter dan sistem elektroda respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
“calomel” berlapis kaca, tambahkan sejumlah ikutan untuk masing-masing puncak antara 0,7 dan
volume asam hidroklorida P 0,01 N atau natrium 1,5; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
hidroksida 0,01 N LP hingga pH larutan 7,0: ulang tidak lebih dari 2,0%.
dibutuhkan tidak lebih dari 1,37 mL natrium
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
hidroksida 0,01 N, setara dengan asam bebas volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan
mengandung 5 mg asam hidroklorida per 100 g, atau identifikasi, Larutan kesesuaian sistem, Larutan
tidak lebih dari 0,75 mL asam hidrokloida 0,01 N, baku, dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
setara dengan kandungan alkali bebas 3 mg natrium kromatogram dan ukur semua respons puncak.
hiroksida P per 100 g. Hitung persentase senyawa sejenis C iopamidol dan
turunan 2-kloro dalam zat dengan rumus:
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
0,001%.
 ri   C1  V 
     100
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara  
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 rS   W 
Kromatografi <931>.
Larutan A Gunakan air. ri adalah total respons puncak senyawa sejenis C
Larutan B Campuran air-asetonitril P (1:1) saring iopamidol dan turunan 2-kloro dari Larutan uji; dan
dan awaudarakan. rS adalah respons puncak senyawa sejenis C
Fase gerak Gunakan variasi campuran iopamidol dari Larutan baku; C1 adalah kadar
Larutan A dan Larutan B seperti tertera pada senyawa sejenis C iopamidol dalam mg per mL
Sistem kromatografi. Larutan baku; V adalah volume Larutan uji; W
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama adalah bobot zat dalam mg Larutan uji. Hitung
sejumlah Iopamidol BPFI dan Senyawa Sejenis C persentase total cemaran lain dalam zat dengan
Iopamidol BPFI, larutkan, dan encerkan dengan air rumus:
hingga kadar masing-masing lebih kurang 20 µg per  ri   C2  V 
mL.      100
 
Larutan baku Timbang saksama sejumlah  rS   W 
Iopamidol BPFI dan Senyawa Sejenis C Iopamidol
BPFI, larutkan, dan encerkan dengan air hingga ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
kadar berturut-turut lebih kurang 20 µg per mL dan Larutan uji; dan rS adalah respons puncak iopamidol
50 µg per mL. dari Larutan baku; C2 adalah kadar iopamidol dalam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 0,5 g mg per mL Larutan baku; V adalah volume Larutan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, uji; W adalah bobot zat dalam mg Larutan uji.
tambahkan air sampai tanda. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
Larutan identifikasi Pipet sejumlah Larutan uji, lebih dari batas yang tertera pada Tabel. [Catatan
encerkan dengan air hingga kadar iopamidol lebih Jika ditemukan cemaran lain selain cemaran pada
kurang 20 µg per mL. tabel, batas cemaran lain tidak lebih dari 0,1% dan
- 742 -

total cemaran selain senyawa sejenis C iopamidol terlindung cahaya; Senyawa Sejenis A Iopamidol
dan turunan 2-kloro tidak lebih dari 0,20%.] BPFI; Senyawa Sejenis B Iopamidol BPFI;
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
Tabel penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
Waktu Retensi Batas simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan
Cemaran
Relatif (%)
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka
Asam monokarboksilat 0,1 0,1
Senyawa sejenis B dalam lemari pembeku.
0,6 0,1
iopamidol
Senyawa sejenis C Identifikasi
iopamidol dan turunan 0,9 0,5* A. Uapkan sejumlah volume zat setara dengan
2-kloro lebih kurang 500 mg iopamidol, pada tangas uap
Iopamidol 1,0 - hingga kering. Panaskan residu pada krus yang
Isomer 2,3- sesuai: terbentuk uap ungu.
1,1 0,1
dihidroksipropil B. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Turunan Diiodo 1,2 0,1 Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>.
Analog asetil 1,3 0,1 Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-
Turunan hidroksietil 1,5 0,1
amonium hidroksida P-air (60:30:9:1).
O-Asetil Iopamidol 2,2 0,1
Pengencer Campuran metanol P-air (9:1).
Turunan N,N-
2,3 0,1 Larutan uji Pipet sejumlah zat, encerkan dengan
Dimetilamino
*Puncak ini, muncul pada waktu retensi 0,9 diintegrasikan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
bersama untuk menentukan kesesuaian. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Iopamidol BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
300 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan
bersumbat 125-mL, tambahkan 40 mL natrium uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi
hidroksida 1,25 N dan 1 g serbuk zink P, hubungkan silika gel F254. Masukkan lempeng ke dalam Bejana
labu Erlenmeyer dengan kondensor refluks, dan kromatograf yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase
refluks selama 30 menit. Dinginkan labu Erlenmeyer gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
hingga suhu ruang, bilas kondensor dengan 20 mL lempeng. Angkat lempeng dan tandai batas rambat,
air, lepaskan labu Erlenmeyer dari kondensor, dan biarkan lempeng kering di udara. Amati lempeng di
saring campuran. Bilas labu dan kertas saring, bawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga RF bercak
tambahkan bilasan ke dalam filtrat. Tambahkan 5 mL utama Larutan uji sesuai dengan harga RF bercak
asam asetat glasial P dan titrasi dengan perak nitrat utama Larutan baku.
0,1 N, tentukan titik akhir secara potensiometri.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari
Tiap mL perak nitrat 0,1 N 0,6 unit Endotoksin FI per mg Iodum.
setara dengan 25,90 mg C17H22 I3 N3O8
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
tertutup baik, terlindung cahaya, pada suhu 25º, Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
diperbolehkan pada suhu antara 15º dan 30º. tertera pada Injeksi volume kecil.

Amin aromatik bebas Tidak lebih dari 0,05%.


INJEKSI IOPAMIDOL Larutan uji Pipet sejumlah zat setara dengan lebih
Iopamidol Injection kurang 500 mg iopamidol, masukkan ke dalam labu
tentukur 25-mL. Tambahkan 20 mL air, campur.
Injeksi Iopamidol adalah larutan steril iopamidol Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
dalam Air untuk Injeksi. Mengandung iopamidol, Sejenis A Iopamidol BPFI, larutkan, dan encerkan
C17H22 I3N3 O8, tidak kurang dari 95,0% dan tidak dengan air hingga kadar lebih kurang 62,5 µg per
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada mL. Masukkan 4,0 mL larutan ini dan 16 mL air
etiket. Dapat mengandung dapar yang sesuai dan dalam labu tentukur 25-mL.
dinatrium kalsium edetat sebagai stabilisator. Injeksi Blangko 20 mL air dalam labu tentukur 25-mL.
iopamidol digunakan secara intravaskular atau Prosedur [Catatan Dalam melakukan tahap ini,
intratekal, tidak mengandung zat antimikroba. simpan masing-masing labu dalam air es dan
terlindung cahaya sampai semua pereaksi
Baku pembanding Iopamidol BPFI; tidak boleh ditambahkan.] Masukkan masing-masing labu ke
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam tangas es selama 5 menit, terlindung cahaya.
- 743 -

Ke dalam masing-masing labu tambahkan 1 mL asam berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1
hidroklorida P, aduk, diamkan selama 5 menit, dan dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan suhu kolom
tambahkan 1,0 mL larutan natrium nitrit P (1 dalam 50), pada 35°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
diamkan dalam selama 5 menit dan 1 mL larutan Kromatograf diprogram sebagai berikut:
ammonium sulfamat P (3 dalam 25). Kocok, diamkan
selama 5 menit [Catatan Kemungkinan terjadi Waktu Larutan A Larutan B
tekanan.] Tambahkan 1,0 mL N-(1-naftil)etilendiamin (menit) (%) (%)
dihidroklorida P (1 dalam 1000), campur. Angkat labu, 0-6 92,0 8,0
diamkan dalam tangas air lebih kurang 25 ° selama 10 6-18 92,0→ 65,0 8,0 → 35,0
menit. Encerkan dengan air sampai tanda, campur. 18-30 65,0 → 8,0 35,0 →92,0
Segera ukur serapan Larutan baku, Larutan uji, dan 30-34 8,0 92,0
34-36 8,0→ 92,0 92,0 → 8,0
Blangko pada panjang gelombang serapan maksimum
36-40 92,0 8,0
lebih kurang 500 nm menggunakan sel 1-cm: serapan
Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
Iodum bebas Pipet sejumlah zat, setara dengan lebih
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
kurang 2,0 g iopamidol, masukkan ke dalam tabung
senyawa sejenis B iopamidol dan iopamidol tidak
gelas bersumbat. Tambahkan 2 mL asam sulfat 2 N dan
kurang dari 7,0.
1,0 mL toluen P, kocok dan diamkan hingga lapisan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
terpisah: lapisan toluen tidak menunjukkan warna
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan
merah.
uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Iodida bebas Tidak lebih dari 3,1 mL perak nitrat 0,001
iopamidol, C17H22I3N3O8, dalam tiap mL injeksi dengan
N yang dibutuhkan. Pipet 10 mL zat ke dalam gelas
rumus:
piala, tambahkan 40 mL air, campur. Tambahkan 2,0
mL kalium iodida 0,001 M. Titrasi secara potensiometri
dengan perak nitrat 0,001 N, gunakan elektroda r 
12,5C   U 
indikator perak dan elektroda pembanding yang sesuai.
 rS 
Bandingkan dengan blangko, dan buat faktor koreksi.
C adalah kadar Iopamidol BPFI dalam µg per mL
Tiap mL perak nitrat 0,001 N
Larutan baku; ru dan rS berturut-turut adalah respons
Setara dengan 126,9 µg iodida
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Wadah dan penyimpanan Injeksi untuk intravaskuler
Injeksi.
atau intratekal, Dalam wadah dosis tunggal atau ganda,
sebaiknya gelas tipe I, terlindung cahaya.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Penandaan Cantumkan untuk membuang bagian yang
Kromatografi <931>.
tidak digunakan dan sebelum digunakan periksa adanya
Larutan A Gunakan air.
bahan partikulat. Cantumkan juga cara pemberian.
Larutan B Campuran air-metanol P (3:1) saring dan
awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. IOPROMIDA
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Iopromidae
sejumlah lebih kurang 10,0 mg Senyawa Sejenis B
Iopamidol BPFI dan Iopamidol BPFI, masukkan ke
dalam labu tentukur 1000-mL. Larutkan dan encerkan
dengan air sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Iopamidol BPFI, larutkan dalam 10 mL air dan
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan air
hingga kadar lebih kurang 80 µg per mL.
Larutan uji Pipet sejumlah zat, setara dengan lebih
kurang 1000 mg iopamidol, encerkan secara kuantitatif N,N’-bis(2,3-dihidroksipropil)-2,4,6-triiodo-5-(2-
dan bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang 80 metoksiasetamido)-N-metilisoftalamida [73334-07-3]
µg per mL. C18H24I3N3O8 BM 791,11
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom
- 744 -

Iopromida mengandung tidak kurang dari 97,0% dan dan 2 mL asam sulfat encer LP, kocok kuat: lapisan
tidak lebih dari 102,5%, C18H24I3N3O8, toluen tidak menunjukkan warna merah.
dihitung terhadap zat anhidrat bebas pelarut.
Iodida bebas Tidak lebih dari 0,002%. Timbang
Pemerian Serbuk; putih sampai sedikit kuning. saksama lebih kurang 10,0 g zat, masukkan ke dalam
labu Erlenmeyer 150 mL, larutkan dalam 70 mL air.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam dimetil Atur pH hingga 3,5 ± 0,5 dengan penambahan asam
sulfoksida; praktis tidak larut dalam etanol, dalam sulfat 0,1 N. Titrasi dengan perak nitrat 0,001 N LV,
aseton, dan dalam eter. tentukan titik akhir secara potensiometri, gunakan
elektroda platinum atau perak kombinasi dengan
Baku pembanding Iopromidaa BPFI; tidak boleh elektroda pembanding yang sesuai.
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Iopromidaa Tiap mL perak nitrat 0,001 N
BPFI. Senyawa Sejenis B Iopromidaa BPFI. setara dengan 126,9 µg iodida

Identifikasi Amin aromatik bebas tidak lebih dari 0,1%.


A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan 500 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
maksimum pada bilangan gelombang yang sama mL, tambahkan 20 mL air.
seperti pada Iopromidaa BPFI. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
B. Harga Rf bercak utama pada kromatogram Senyawa Sejenis A Iopromidaa BPFI, larutkan, dan
yang dikembangkan dalam Fase gerak basa dari encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,25
Larutan Uji sesuai dengan Larutan Baku seperti mg per mL. Pipet 2 mL larutan, masukkan ke dalam
yang diperoleh pada Cemaran umum. labu tentukur 25-mL, tambahkan 18,0 mL air.
Blangko 20 mL air dalam labu tentukur 25-mL.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,5%. Prosedur [Catatan Dalam melakukan tahap ini,
simpan masing-masing labu dalam air es dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. terlindung cahaya sampai semua pereaksi
ditambahkan.] Masukkan masing-masing labu ke
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari dalam tangas es selama 5 menit, terlindung cahaya.
0,002%. Ke dalam masing-masing labu tambahkan pelan-
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang pelan 1,0 mL asam hidroklorida 8 N, aduk, diamkan
1,00 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur selama 5 menit, dan tambahkan 1,0 mL larutan
20-mL, larutkan, dan encerkan dengan air sampai natrium nitrit P (1 dalam 50), diamkan selama 5
tanda. Pipet 12 mL larutan dan masukkan ke dalam menit dan tambahkan 0,5 mL larutan asam sulfamat
tabung reaksi, tambahkan 2,0 mL dapar asetat pH P (8 dalam 100) yang dibuat segar. Kocok kuat
3,5. beberapa kali selama 5 menit hingga tidak terbentuk
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku Timbal gas [Catatan Kemungkinan terjadi tekanan.]
(mengandung timbal 10 µg), masukkan ke dalam Tambahkan 1,0 mL N-(1-naftil)etilendiamin
tabung reaksi, tambahkan 9,0 mL air, 2,0 mL Larutan dihidroklorida P (1 dalam 1000), dalam campuran
uji, dan 2,0 mL dapar asetat pH 3,5. propilenglikol P-air (70:30), yang dibuat segar,
Pembanding warna larutan tioasetamida-gliserin campur. Angkat labu, diamkan dalam tangas air lebih
basa Campuran 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 5 kurang 25° selama 10 menit. Encerkan dengan air
mL air, tambahkan 20 mL gliserin. Pipet 1 mL larutan sampai tanda, campur. Awaudarakan dengan sonikasi
dan 0,2 mL tioasetamida LP ke dalam masing- selama 1 menit. Segera ukur serapan Larutan baku,
masing dua tabung pembanding warna, dan panaskan Larutan uji, dan Blangko pada panjang gelombang
dalam tangas air mendidih selama 20 detik. Gunakan serapan maksimum lebih kurang 495 nm
segera. menggunakan sel 1-cm. Serapan Larutan baku tidak
Prosedur Segera tambahkan Larutan uji ke dalam kurang dari 0,40. Hitung persentase amin aromatik
tabung berisi Pembanding warna larutan bebas dalam zat dengan rumus:
tioasetamida-gliserin basa, dan masukkan Larutan
baku ke tabung lainnya. Campur, diamkan selama 2  Ws   AU 
menit. Amati bagian bawah tabung dengan latar 10      
belakang bewarna putih: warna Larutan uji tidak  WU   AS 
lebih gelap dari Larutan baku.
WS jumlah Senyawa Sejenis A Iopromidaa BPFI
Iodum bebas Timbang saksama lebih kurang 2,0 g dalam mg Larutan baku; WU jumlah zat, dalam mg
zat, masukkan ke dalam tabung kaca bersumbat, Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
larutkan dalam 20 mL air. Tambahkan 2 mL toluen P Larutan uji dan Larutan baku.
- 745 -

Etanol Tidak lebih dari 0,4% etanol. Lakukan  W   A + AY 2 


penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti 20   B    Y 1 
tertera pada Kromatografi <931>.  WI   RY 1 + RY 2 
Larutan baku Ukur saksama sejumlah etanol P,
encerkan dalam dimetilformamida P hingga kadar WB adalah jumlah Senyawa Sejenis B Iopromidaa
lebih kurang 0,050 mg per mL. BPFI dalam mg Larutan baku senyawa sejenis B; W1
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, adalah jumlah iopromidaa dalam mg Larutan uji; AY1
larutkan dan encerkan dengan dimetilformamida P dan AY2 berturut-turut adalah respons puncak Y1- dan
hingga kadar lebih kurang 50 mg per mL. Y2- isomer senyawa sejenis B iopromidaa dalam
Blangko Gunakan dimetilformamida P Larutan uji; RY1 dan RY2 berturut-turut adalah respons
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi puncak Y1- dan Y2- isomer senyawa sejenis B
dengan injektor “headspace” dan detektor ionisasi iopromidaa dalam Larutan baku.
nyala 240 nm dan kolom kapiler berukuran 0,25 mm
x 30 m, berisi bahan pengisi G43 dengan tebal Cemaran umum <481> Lakukan penetapan dengan
lapisan 1,4 µm. Gunakan helium P sebagai gas cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
pembawa, laju alir lebih kurang 27 cm per detik. Kromatografi <931>.
Pertahankan suhu kolom pada 40° selama 10 menit, Penjerap Lapis tipis silika gel P setebal 0,25 mm.
kemudian dinaikkan 5° per menit hingga 70° dan Fase gerak basa Campuran dioksan P-air-
kemudian dinaikkan 30° per menit hingga 220°. amonium hidroksida P (85:15:4).
Pertahankan suhu injektor, “headspace” dan detektor Fase gerak asam Campuran kloroform P-metanol
berturut-turut pada 160°, 80° dan 250°. Lakukan P-air-asam formiat 96% (62:32:6:2).
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Penampak bercak Campuran 10 mL Larutan A, 10
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera mL Larutan B dan 2,0 mL Larutan C. Gunakan
pada Prosedur: waktu retensi etanol lebih kurang 3 dalam waktu 30 menit.
menit dan simpangan baku relatif pada tiga kali Larutan baku Buat larutan Iopromidaa BPFI
penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%. Lakukan dalam campuran metanol P-air (1:1) dengan kadar
kromatografi terhadap Blangko, rekam kromatogram 0,01; 0,05; 0,1 dan 0,2 mg per mL.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Larutan uji Buat larutan zat 10 mg per mL dalam
Prosedur: tidak ada puncak yang muncul selama campuran metanol P-air (1:1).
waktu retensi etanol. Larutan A Timbang saksama lebih kurang 2,7 g
Prosedur [Catatan gunakan respons puncak yang besi(III) klorida P, larutkan dalam 100 mL asam
teridentifikasi.] Suntikkan secara terpisah sejumlah hidroklorida 2,4 N, simpan dalam lemari pendingin.
volume sama (lebih kurang 2,0 mL) Larutan uji, Larutan B Timbang saksama lebih kurang 3,5 g
Larutan baku dan Blangko, ke dalam vial kalium besi(III) sianida P, larutkan dalam 100 mL
“headspace” terpisah, tambahkan masing-masing 10 air, simpan dalam lemari pendingin.
µL asam hidroklorida 1 N, tutup vial. Rekam Larutan C Timbang saksama lebih kurang 5,0 g
kromatogram dan ukur respons puncak utama, Hitung natrium arsenat P, larutkan dalam 30 mL natrium
kadar alkohol dalam zat dengan rumus: hidroksida 1 N yang sudah didinginkan hingga 0o.
Sambil diaduk, campur dengan 65 mL asam
 rU  C  hidroklorida 2,4 N, dan simpan pada suhu ruang.
     Gunakan beningan.
 rS  I Prosedur Totolkan secara terpisah berturut-turut 1
µL dan 2 µL Larutan uji dan 1 µL masing-masing
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan baku pada dua lempeng kromatografi.
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Masukkan satu lempeng ke dalam Bejana
alkohol (C2H5OH) dalam mg per mL dalam Larutan kromatograf yang telah dijenuhkan dengan Fase
baku; I adalah jumlah iopromidaa dalam mg per mL gerak asam, dan lempeng kedua ke dalam Bejana
dalam Larutan uji. Gunakan persentase yang kromatograf yang telah dijenuhkan dengan Fase
diperoleh untuk menghitung Penetapan kadar bebas gerak basa. Biarkan Fase gerak pada masing-masing
pelarut. lempeng merambat sampai tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
Senyawa N-asetil (senyawa sejenis B iopromida) keringkan pada suhu ruang.
Tidak lebih dari 1,5%. Lakukan penetapan dengan Pengamatan Pertama, amati masing-masing
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera lempeng di bawah cahaya ultraviolet 254 nm; kedua,
pada Kromatografi <931>. paparkan dengan uap amonia pada lempeng yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dijenuhkan dengan Fase gerak asam selama 10
Penetapan kadar. sampai 30 menit dan keringkan pada udara. Pada
Hitung persentase senyawa sejenis B iopromidaa masing-masing lempeng paparkan pada cahaya
dalam zat dengan rumus: ultraviolet 254 nm tanpa penyaring selama beberapa
- 746 -

menit sampai terjadi bercak utama berwarna kuning. berukuran 4,6 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi
Semprot dengan Penampak bercak dan amati L1 dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih
dibawah cahaya. Hitung persentase semua bercak kurang 1,2 mL per menit. Pertahankan suhu kolom
lain, kecuali bercak amin aromatik bebas dan pada 20°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
senyawa sejenis B iopromidaa. baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Batas Jumlah total bercak lain dari Larutan uji, seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
kecuali bercak amin aromatik bebas dan senyawa untuk isomer iopromidaa E1, E2, Z1 dan Z2 berturut-
sejenis B iopromida yang didapat pada uji Senyawa turut adalah 0,70; 0,75; 0,85 dan 1,0; resolusi, R,
sejenis B iopromida adalah tidak lebih dari 3,0%. antara isomer iopromida Z1 dan Z2 tidak kurang dari
2,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Distribusi isomer Lakukan penetapan dengan cara ulang untuk iopromida tidak lebih dari 2,0 %.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
Kromatografi <931>. senyawa sejenis B, rekam kromatogram dan ukur
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
Gunakan kromatogram dari Larutan uji yang retensi relatif isomer senyawa sejenis B iopromidaa
diperoleh pada Penetapan kadar. Hitung persentase Y1 dan Y2 berturut-turut 0,28 dan 0,31; dan
isomer iopromida E1 dan Z1 dalam zat dengan perbandingan “signal to noise” isomer senyawa
rumus: sejenis B iopromida Y2 tidak kurang dari 20.
Tentukan puncak pada kromatogram yang sesuai
 rE1 + rZ 1  dengan isomer E sebagai berikut: Pipet sejumlah
  100 Larutan baku ke dalam vial, tutup dengan “crimp-
 rE1 + rE 2 + rZ 1 + rZ 2  top” dan panaskan hingga 121° selama 15 menit
kemudian dinginkan. Suntikkan sejumlah larutan.
rE1, rE2, rZ1, dan rZ2, berturut-turut adalah respons Bandingkan kromatogram yang diperoleh dari
puncak isomer iopromidaa E1, E2, Z1 dan Z2 dalam Larutan baku yang tidak dipanaskan dan catat waktu
Larutan uji; Antara 40,0% dan 51,0% isomer E1 dan retensi dimana respons puncak isomer E bertambah
Z1. Hitung persentase isomer iopromidaa E2 dan Z2 setelah pemanasan.
dalam zat dengan rumus: Prosedur [Catatan Gunakan respons puncak yang
teridentifikasi.] Suntikkan secara terpisah sejumlah
 rE 2 + rZ 2  volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku,
  100 Larutan baku senyawa sejenis B dan Larutan uji ke
 rE1 + rE 2 + rZ 1 + rZ 2  dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Antara 49,0% dan 60,0% isomer E2 dan Z2. respons puncak utama. Alirkan Fase gerak selama
tidak kurang dari 60 menit antara tiap penyuntikan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara untuk mencegah gangguan dari puncak elusi amina.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Hitung jumlah dalam mg iopromidaa, C18H24I3N3O8,
Kromatografi <931>. dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Pengencer Buat campuran metanol P-air (1:1).
Fase gerak [Catatan Gunakan kloroform P, r 
metanol P dan air yang sudah disaring dan C   U 
diawaudarakan.] Campur 6 g kloroform P dengan 59  rS 
g metanol P, tambahkan 900 g air. Simpan dalam
wadah tertutup rapat, dan tidak boleh digoyang atau C adalah kadar Iopromidaa BPFI dalam mg per mL
diaduk selama digunakan. Larutan baku; rU dan rS adalah jumlah respons
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang puncak isomer iopromidaa E1, E2, Z1 dan Z2
38 mg Iopromida BPFI, masukkan ke dalam labu berturut-turut dari Larutan uji dan Larutan baku.
tentukur 20-mL. Larutkan dan encerkan dengan
Pengencer sampai tanda. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan baku senyawa sejenis B Timbang saksama baik, terlindung cahaya.
lebih kurang 1,9 mg Senyawa Sejenis B Iopromidaa
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai INJEKSI IOPROMIDA
tanda. Iopromidae Injection
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang
38 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur Injeksi Iopromida adalah larutan steril iopromida
20-mL. Larutkan dan encerkan dengan Pengencer dalam Air untuk Injeksi. Mengandung iopromida,
sampai tanda. C18H24I3N3O8, tidak kurang dari 94,0% dan tidak
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom etiket. Dapat mengandung sejumlah kecil larutan
- 747 -

dapar yang sesuai dan stabilisator dinatrium kalsium  Ws   AU 


edetat, tidak mengandung antimikroba. 10   
 CV   AS 
Baku pembanding Iopromida BPFI; tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, WS adalah jumlah Senyawa Sejenis A Iopramid BPFI
terlindung cahaya; Senyawa Sejenis A Iopromida dalam mg Larutan baku; C adalah kadar iopromida
BPFI; Senyawa Sejenis B Iopromida BPFI; yang digunakan dalam mg per mL Larutan uji
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, berdasarkan bobot yang tertera pada etiket; V adalah
penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk jumlah volume injeksi yang digunakan dalam mL
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial Larutan uji dan Larutan baku.
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari
pendingin. Senyawa N-asetil (Senyawa sejenis B iopramid)
Tidak lebih dari 1,5%. Lakukan penetapan dengan
Identifikasi cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
A. Uapkan 3 mL volume injeksi hingga kering, pada Kromatografi <931>.
dan pijarkan residu menggunakan krus di dalam Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
lemari asam: terbentuk uap ungu. Gunakan kromatogram dari Larutan uji yang
B. Harga Rf bercak utama kromatogram Larutan diperoleh pada Penetapan kadar. Hitung persentase
uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera pada senyawa sejenis B iopramid dalam injeksi dengan
Cemaran umum. rumus:

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,25 unit  WB   AY 1 + AY 2 


Endotoksin FI per mL injeksi.     
 C   RY 1 + RY 2 
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,0.
WB adalah jumlah Senyawa Sejenis B Iopromida
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada BPFI yang digunakan untuk menyiapkan Larutan
Injeksi dan memenuhi syarat Cemaran umum dalam baku senyawa sejenis B; C adalah kadar iopromida
Iopromida. dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot
yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran; AY1
Iodum bebas Pipet sejumlah volume injeksi setara dan AY2 berturut-turut adalah respons puncak isomer
dengan 2 g iopromida, masukkan ke dalam tabung senyawa sejenis B iopramid Y1 dan Y2 dalam
sentrifuga 50-mL, encerkan dengan air hingga Larutan uji; RY1 dan RY2 berturut-turut adalah respons
24 mL. Tambahkan 2 mL toluen P dan 2 mL asam puncak isomer senyawa sejenis B iopramid Y1 dan
sulfat encer LP, dan kocok: lapisan toluen tidak Y2 dalam Larutan baku senyawa sejenis B.
menunjukkan warna merah.
Distribusi isomer Lakukan penetapan dengan cara
Iodida bebas Tidak lebih dari 80 µg iodida per g Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
iopromida dari jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi <931>.
masukkan 10,0 mL injeksi dan 50 mL air, ke dalam Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
labu titrasi 150-mL. Titrasi dengan perak nitrat 0,001 Gunakan kromatogram dari Larutan uji yang
N, tentukan titik akhir secara potensiometri, gunakan diperoleh pada Penetapan kadar. Hitung persentase
elektroda platinum atau perak dalam kombinasi isomer iopromida dalam injeksi dengan rumus:
dengan elektroda pembanding.
 ri 
Tiap mL perak nitrat 0,001 N   100
setara dengan 126,9 µg iodida  rEI + rE 2 + rZI + rZ 2 

Amin aromatik bebas tidak lebih dari 0,2%. ri adalah respons puncak masing-masing isomer
Lakukan penetapan seperti tertera pada Amin iopromida; rE1, rE2, rZ1, dan rZ2 adalah respons puncak
aromatik bebas dalam Iopromida, kecuali penyiapan isomer iopromida E1, E2, Z1 dan Z2 dalam Larutan
Larutan uji. uji; Antara 8,0% dan 12,0% isomer E1; Antara 9,0%
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara dan 14,0% isomer E2; Antara 32,0% dan 40,0%
dengan lebih kurang 500 mg iopromida, masukkan ke isomer ZI; Antara 38,0% dan 46,0% isomer Z2.
dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan air
hingga 20 mL. Hitung persentase amin aromatik Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
bebas dalam injeksi dengan rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 748 -

Pengencer, Fase gerak, Larutan baku, Larutan Tambahkan 25 mL asam klorida P dan campur:
baku senyawa sejenis B dan Sistem kromatografi terbentuk endapan berat seperti resin. Enaptuangkan
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam beningan, bilas endapan dengan asam klorida 2 N
Iopromida. hingga bilasan terakhir hampir tidak berwarna.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, Pindahkan endapan ke atas kertas serap, biarkan
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan selama 10 menit dan pindahkan 10 mg endapan ke
Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,9 mg per mL. dalam labu Erlenmeyer 250 mL. Ke dalam labu
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan tambahkan 100 mL eter P, hubungkan labu dengan
kadar dalam Iopromida. Hitung jumlah dalam mg, pendingin udara, aduk selama 30 menit menggunakan
iopromida, C18H24I3N3O8, dalam tiap mL injeksi pengaduk magnetik: endapan tidak larut sempurna.
dengan rumus: B. Pada larutan (1 dalam 10) tambahkan natrium
hidroksida 1 N, panaskan hingga mendidih: terjadi
 rU  CL  gas amoniak.
    
 rS   D  Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 50,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 80º selama 8 jam
rU dan rS adalah jumlah respons puncak isomer dan dilanjutkan pada suhu 100˚ hingga bobot tetap.
iopromidaa E1, E2, Z1 dan Z2 berturut-turut dari
Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
Iopromidaa BPFI dalam mg per mL Larutan baku; L
adalah jumlah dalam mg per mL injeksi iopromida Batas amonium sulfat Tidak lebih dari 8,0%
dari yang tertera pada etiket; D adalah kadar (NH4)2SO4; lakukan penetapan sebagai berikut:
iopromida dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke
volume injeksi yang digunakan dan faktor dalam gelas piala 100 mL, tambahkan 25 mL etanol
pengenceran. P. Aduk, saring dan bilas penyaring dengan
campuran eter P dan etanol P volume sama hingga
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis bilasan terakhir jernih dan tidak berwarna. Biarkan
tunggal, terlindung dari cahaya, simpan pada suhu penyaring dan sisa mengering di udara kemudian
ruang terkendali. lewatkan 200 mL air hangat yang sedikit
diasamkan dengan asam klorida P. Panaskan filtrat
Penandaan Cantumkan jangan digunakan bila hingga mendidih, tambahkan barium klorida LP
larutan terdapat bahan partikulat dan setelah berlebih dan panaskan selama 1 jam di atas tangas
digunakan buang bagian yang tidak digunakan. uap. Kumpulkan endapan barium sulfat di atas
Cantumkan tidak digunakan untuk intratekal. penyaring, bilas dengan baik, keringkan dan pijarkan
hingga bobot tetap.

IKHTAMOL Tiap gram barium sulfat


Ikhtiol setara dengan 566,1mg (NH4)2SO4
Ichtammol
Penetapan kadar amonia Timbang saksama lebih
kurang 5 g zat, larutkan dalam 100 mL air, pindahkan
Ikhtamol [8029-68-3]
larutan ke dalam labu suling, tambahkan 3 g parafin
P dan 20 mL larutan natrium hidroksida P (4 dalam
Ikhtamol diperoleh dengan cara penyulingan
10). Hubungkan labu dengan pendingin dan celupkan
destruktif mineral batu bara muda tertentu, sulfonasi
ujung bawah pendingin ke dalam 30,0 mL asam
destilat dan netralisasi menggunakan amonia.
sulfat 0,5 N LV, destilasi perlahan-lahan, kumpulkan
Ikhtamol mengandung tidak kurang dari 2,5%
lebih kurang 50 mL destilat dan titrasi kelebihan
amonia (NH3) dan tidak kurang dari 10,0% belerang
asam dengan natrium hidroksida 0,5 N LV
total (S).
menggunakan merah metil LP sebagai indikator.
Lakukan penetapan blangko.
Pemerian Cairan kental; coklat kemerahan hingga
hitam kecoklatan; berbau khas, kuat.
Tiap mL asam sulfat 0,5 N
setara dengan 8,515 mg NH3
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, gliserin,
minyak lemak dan lemak; sebagian larut dalam etanol
Penetapan kadar belerang total Timbang saksama
dan eter.
500 sampai 800 mg zat, masukkan ke dalam labu
Kjehldahl dengan bantuan 20 mL air. Tambahkan 3 g
Identifikasi
kalium klorat P kemudian perlahan-lahan 30 mL
A. Encerkan 10 mL dengan 90 mL air dan aduk
asam nitrat P dan uapkan campuran di atas lempeng
selama 5 menit menggunakan pengaduk magnetik.
- 749 -

pemanas hingga lebih kurang 5 mL. Dinginkan, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
ulangi proses oksidasi dengan 3 g kalium klorat P Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
dan 30 mL asam nitrat P dan uapkan hingga lebih diperoleh pada Penetapan kadar.
kurang 5 mL. Tambahkan 25 mL asam klorida P, C. Larutkan 0,10 g zat dalam 2 mL etanol P,
uapkan lagi hingga lebih kurang 5 mL. Tambahkan tambahkan 1 mL asam nitrat 2 N dan 3 tetes perak
100 mL air, panaskan hingga mendidih, saring dan nitrat LP: terbentuk endapan putih, yang larut pada
bilas dengan baik. Pada filtrat panas tambahkan 25 penambahan tetes demi tetes amonium hidroksida P.
mL barium klorida LP dan panaskan di atas tangas
uap selama 1 jam. Kumpulkan barium sulfat dalam Suhu lebur <1021> Antara 170º dan 174º.
krus penyaring yang telah dipijarkan dan ditara, bilas,
keringkan dan pijarkan, kemudian dinginkan dan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
timbang. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.

Tiap gram barium sulfat Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
setara dengan 137,4 mg S
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Iminodibenzil Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
IMIPRAMIN HIDROKLORIDA Iminodibenzil BPFI, larutkan dalam etanol P dan
Imipramine Hydrochloride encerkan bertahap dengan etanol P hingga kadar
lebih kurang 50 g per mL. Masukkan 1,0 mL
larutan ini ke dalam labu tentukur aktinik rendah 25-
mL, tambahkan 10 mL campuran asam klorida P-
etanol P (1:1).
Larutan uji Timbang 50 mg zat, masukkan ke
dalam labu tentukur aktinik rendah 25-mL,
tambahkan 10 mL campuran asam klorida P-etanol P
(1:1).
Prosedur Pada kedua labu tentukur di atas yang
5-[3-(Dimetilamino)propil]-10,11-dihidro-5H-
masing-masing berisi Larutan baku dan Larutan uji
dibenz(b,f)-azepin monohidroklorida [113-52-0]
dan labu tentukur 25-mL ketiga yang berisi 10 mL
C19H24N2.HCI BM 316,88
campuran asam klorida P-etanol P (1:1) sebagai
blangko, tambahkan masing-masing secara perlahan
Imipramin Hidroklorida mengandung tidak kurang
5 mL larutan furfural P 0,4% v/v dalam etanol P,
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%
campur, tambahkan 5 mL asam klorida P dan biarkan
C19H24N2.HCI, dihitung terhadap zat kering.
dalam tangas air bersuhu tetap 25º selama 3 jam.
Encerkan masing-masing labu dengan campuran
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih;
asam klorida P-etanol P (1:1) sampai tanda. Ukur
tidak berbau atau praktis tidak berbau.
serapan masing-masing larutan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 565 nm.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan etanol; larut
Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan
dalam aseton; tidak larut dalam benzen dan eter.
baku.
Baku pembanding Desipramin Hidroklorida BPFI;
Cemaran organik Iminodibenzil tidak lebih dari
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
0,1%; N-(dimetilaminopropil)iminostilben tidak lebih
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
dari 0,1%; cemaran lain tidak lebih dari 0,2%; total
rapat. Imipramin Hidroklorida BPFI; lakukan
cemaran tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat;
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan
Iminodibenzil BPFI; lakukan pengeringan dengan
alat gelas aktinik rendah.]
silika gel selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan
Fase gerak, Pelarut, Larutan kesesuaian sistem,
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar.
Identifikasi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
Imipramin Hidroklorida BPFI dan Iminodibenzil
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
BPFI, larutkan dalam asetonitril P dan encerkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
dengan Pelarut hingga kadar masing-masing lebih
sama seperti pada Imipramin Hidroklorida BPFI.
kurang 2,5 µg per mL.
- 750 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 63 mg kolom pada 40. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan R, antara puncak imipramin dan puncak desipramin
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tidak kurang dari 1,3. Lakukan kromatografi terhadap
respons puncak. Waktu retensi relatif untuk N- Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
(dimetilaminopropil) iminostilben dan imipramin puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0. Hitung relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
persentase iminodibenzil dalam zat dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan
C  rU  uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
5   respons puncak. Hitung jumlah dalam mg imipramin
W  rS  hidroklorida, C19H24N2.HCl, dalam zat yang digunakan
dengan rumus:
C adalah kadar Iminodibenzil BPFI dalam g per mL
Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg yang r 
digunakan untuk membuat Larutan uji; rU dan rS 100C  U 
berturut-turut adalah respons puncak iminodibenzil dari  rS 
Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
cemaran lain dalam zat dengan rumus: C adalah kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam
mg per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
C  ri  respons puncak imipramin dari Larutan uji dan Larutan
5   baku.
W  rS 
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
C adalah kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam g rapat.
per mL Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg
yang digunakan untuk membuat Larutan uji; ri adalah
respons puncak masing-masing cemaran, tidak termasuk INDOMETASIN
iminodibenzil dari Larutan uji dan rS adalah respons Indomethacin
puncak imipramin dari Larutan baku.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan alat gelas
aktinik rendah.]
Fase gerak Buat campuran Larutan natrium perklorat
0,06 M - asetonitril P - trietilamin P (625:375:1), saring
dan awaudarakan, atur pH hingga 2,0 dengan Asam 1-(p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindol-3-
penambahan asam perklorat P. Jika perlu lakukan asetat [53-86-1]
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera C19H16CINO4 BM 357,79
pada Kromatografi <931>.
Pelarut Buat campuran air-asetonitril P (5:3). Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama masing- tidak lebih dari 102,0%C19H16CINO4, dihitung terhadap
masing lebih kurang 15 mg Imipramin Hidroklorida zat kering
BPFI dan Desipramin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, larutkan dan encerkan Pemerian Serbuk hablur, polimorf kuning pucat
dengan Pelarut sampai tanda. hingga kuning kecoklatan; tidak berbau atau hampir
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Imipramin tidak berbau. Peka terhadap cahaya; meleleh pada suhu
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan lebih kurang 162°.
Pelarut hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksamalebih kurang 30 mg zat, Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan dan dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Baku pembanding Indometasin BPFI; tidak boleh
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dilengkapi dengan detektor 269 nm dan kolom 3,9 mm tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa sejenis A
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu Indometasin; Senyawa sejenis B Indometasin.
- 751 -

Identifikasi  ri   CS 
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah       100
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan  rS   CU 
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Indometasin BPFI.
ri adalah respons puncak cemaran spesifik dari
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 25 µg
Larutan uji; rS adalah respons puncak senyawa
per mL dalam campuran asam hidroklorida P-
sejenis yang sesuai dari Larutan baku; CS adalah
metanol P (1 dalam 120) menunjukkan maksimum
kadar Indometasin BPFI dalam mg per mL Larutan
dan minimum pada panjang gelombang yang sama
baku; CU adalah kadar indometasin dalam mg per mL
seperti pada Indometasin BPFI: daya serap masing-
Larutan uji. Hitung persentase masing-masing
masing dihitung terhadap zat kering pada panjang
cemaran non-spesifik dalam zat yang digunakan
gelombang serapan maksimum lebih kurang 318 nm
dengan rumus:
berbeda tidak lebih dari 3,0%.
C. Pola difraksi sinar-X seperti tertera pada
Difraksi sinar-X <811> sesuai dengan Indometasin  ri   CS 
BPFI.       100
 rS   CU 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada tekanan kurang dari 5 ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
mmHg pada suhu 100˚ selama 2 jam. non-spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons
puncak indometasin dari Larutan baku; CS adalah
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
kadar Indometasin BPFI dalam mg per mL Larutan
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari baku; CU adalah kadar indometasin dalam mg per mL
20 bpj. Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Cemaran Organik Lakukan penetapan dengan cara Tabel.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Tabel
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, dan Pengencer Waktu
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Keberterimaan
Nama retensi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah (%)
relatif
Indometasin BPFI; Senyawa sejenis A Indometasin Senyawa sejenis A 0,24 0,1
dan Senyawa sejenis B Indometasin, larutkan dalam indometasin
Pengencer hingga kadar masing-masing 0,002; 0,002 Senyawa sejenis B 0,37 0,5
dan 0,01 mg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi. indometasin
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, Indometasin 1,0 -
Cemaran lain non- - 0,10
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
spesifik
kadar lebih kurang 2,0 mg per mL. Jika perlu lakukan Total cemaran - 1,0
sonikasi.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tinggi dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Kromatografi <931>.
ukuran partikel 5m. Pertahankan suhu kolom pada Larutan A Gunakan Asam format 0,1%.
lebih kurang 30º. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per Larutan B Gunakan asetonitril P.
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Fase gerak Campuran Larutan A-Larutan B
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti (55:45). Saring dan awaudarakan.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Pengencer Buat campuran Larutan A-Larutan B
senyawa sejenis B indometasin dan senyawa sejenis (55:45). Atur pH hingga 8,0 dengan penambahan
A indometasin tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan natrium hidroksida 0,2 N.
tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah
penyuntikan ulang untuk senyawa sejenis A Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dalam
indometasin dan senyawa sejenis B indometasin tidak Pengencer hingga kadar 0,5 mg per mL. Jika perlu
lebih dari 5,0%. lakukan sonikasi.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan larutkan dan encerkan dalam Pengencer hingga kadar
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 0,5 mg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
persentase tiap cemaran spesifik dalam zat dengan sejumlah Indomestasin BPFI; Senyawa sejenis A
rumus: Indometasin BPFI dan Senyawa sejenis B
- 752 -

Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dengan hablur. Keringkan hablur di udara, kemudian keringkan
Pengencer hingga diperoleh kadar masing-masing 2,0; pada tekanan kurang dari 5 mmHg pada suhu 100˚
0,002; dan 0,01 mg per mL. Jika perlu lakukan sonikasi. selama 2 jam; spektrum serapan inframerah zat kering
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi dan didispersikan dalam kalium bromida P,
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel gelombang yang sama seperti pada Indometasin BPFI
5m. Pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 30º. yang telah dihablurkan kembali dengan cara sama dari
Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan larutan 25 mg per 5 mL aseton P.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti pada Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>.
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
senyawa sejenis B indometasin dan senyawa sejenis A Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
indometasin tidak kurang dari 2,0. Lakukan metanol P hingga kadar 1 mg per mL.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Larutan uji Kocok sejumlah isi kapsul setara dengan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 25 mg indometasin dalam 25 mL metanol P, saring.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; dan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
lebih dari 0,73%. [Catatan Waktu retensi relatif kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm, keringkan
senyawa sejenis A indometasin dan senyawa sejenis B dengan aliran udara. Masukkan lempeng ke dalam
indometasin berturut-turut 0,24 dan 0,37]. bejana kromatograf berisi campuran kloroform P-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume metanol P (4:1). Biarkan Fase gerak merambat hingga
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur batas rambat, biarkan Fase gerak menguap dan amati di
respons puncak utama. Hitung persentase indometasin, bawah cahaya ultraviolet 254 nm: intensitas dan harga
C19H16CINO4, dalam zat dengan rumus: Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.
 rU   CS 
     100 Disolusi <1231>
 rS   CU  Media disolusi: 750 mL campuran dapar fosfat pH
7,2-air (1:4).
Alat tipe 1: 100 rpm.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Waktu: 20 menit.
indometasin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS Prosedur Lakukan penetapan jumlah indometasin,
adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per mL C19H16CINO4, yang terlarut dengan mengukur serapan
Larutan baku; CU adalah kadar indometasin dalam mg alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
per mL Larutan uji. serapan larutan baku Indometasin BPFI dalam media
yang sama pada panjang gelombang serapan maksimum
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, lebih kurang 318 nm.
tidak tembus cahaya. Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) indometasin, C19H16CINO4, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
KAPSUL INDOMETASIN
Indomethacin Capsule Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Kapsul Indometasin mengandung Indometasin, Prosedur keseragaman kandungan
C19H16CINO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Indometasin BPFI, larutkan dalam campuran metanol
P-dapar fosfat pH 7,0 (1:1) hingga kadar lebih kurang
Baku pembanding Indometasin BPFI; lakukan 25 g per mL.
pengeringan dengan tekanan kurang dari 5 mmHg, pada Larutan uji Masukkan isi 1 kapsul ke dalam labu
suhu 100˚ selama 2 jam sebelum digunakan. Simpan tentukur 100-mL, tambahkan 10 mL air dan biarkan
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. selama 10 menit, kocok sesekali. Tambahkan 60 mL
metanol P, kocok selama 10 menit, encerkan dengan
Identifikasi metanol P sampai tanda dan sentrifus. Encerkan
A. Kocok sejumlah isi kapsul, setara dengan lebih sejumlah larutan jernih secara kuantitatif, jika perlu
kurang 50 mg indometasin, dengan 10 mL aseton P bertahap dengan campuran metanol P-dapar fosfat pH
selama lebih kurang 2 menit, saring. Masukkan 5 mL
7,0 (1:1) hingga kadar lebih kurang 25 g per mL.
filtrat ke dalam labu bertutup, tambahkan 20 mL air dan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
kocok selama lebih kurang 2 menit hingga terbentuk
baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
endapan dan menghablur. Saring dan kumpulkan
kurang 318 nm terhadap blangko campuran metanol P-
- 753 -

dapar fosfat pH 7,0 (1:1). Hitung jumlah dalam mg INDOMETASIN NATRIUM


indometasin, C19H16CINO4, dalam kapsul dengan Indomethacin Sodium
rumus:

 TC   AU 

 
 D   AS 

T adalah jumlah Indometasin dalam mg per kapsul


seperti yang tertera pada etiket; C adalah kadar Natrium 1-(p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindol-3-
Indometasin BPFI dalam g per mL Larutan baku; D asetat, trihidrat [74252-25-8]
adalah kadar indometasin dalam g per mL Larutan uji; C19H15ClNNaO4. 3H2O BM 433,82
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Anhidrat BM 379,78
Larutan baku.
Indometasin Natrium mengandung tidak kurang dari
Penetapan kadar 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C19H15ClNNaO4,
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang dihitung terhadap zat kering.
25 mg Indometasin BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 200-mL, larutkan dalam 2 mL metanol P dan Pemerian Serbuk hablur kuning muda.
encerkan dengan dapar fosfat pH 7,2 sampai tanda.
Pipet 25 mL larutan ke dalam corong pisah dan Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; sangat
ekstraksi 3 kali, tiap kali dengan 25 mL metilen klorida sukar larut dalam kloroform dan dalam aseton.
P. Saring ekstrak melalui kapas, kumpulkan filtrat ke
dalam labu tentukur 100-mL, bilas penyaring dengan Baku pembanding Indometasin BPFI; tidak boleh
metilen klorida P dan encerkan dengan metilen klorida dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
P sampai tanda. Kadar Larutan baku lebih kurang 31 wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
g per mL.
Identifikasi
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
A. Lakukan seperti yang tertera pada Identifikasi
kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama, B dalam Indometasin untuk Injeksi.
hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama B. Pijarkan di atas kawat platinum dalam nyala
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 25 api yang tidak berwarna: terbentuk nyala berwarna
mg indometasin, masukkan ke dalam labu tentukur 200- kuning.
C. Waktu retensi puncak utama kromatogram
mL, tambahkan 2 mL metanol P, kocok selama 10
menit, encerkan dengan dapar fosfat pH 7,2 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
sampai tanda. Masukkan lebih kurang 50 mL ke dalam diperoleh pada Penetapan kadar.
tabung sentrifuga dan sentrifus selama 15 menit.
Pipet 25 mL beningan ke dalam corong pisah 125 mL Susut pengeringan <1121> Antara 11,5% dan
13,5%; lakukan pengeringan pada suhu 100º selama 2
dan ekstraksi 3 kali tiap kali dengan 25 mL metilen
jam dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg.
klorida P. Saring ekstrak melalui kapas ke dalam labu
tentukur 100-mL, bilas penyaring dengan metilen
klorida P, encerkan dengan metilen klorida P sampai Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 2
tanda. bpj.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
Aseton Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
dengan cara Kromatografi gas seperti yang tertera
kurang 318 nm terhadap blangko metilen klorida P.
Hitung jumlah dalam mg indometasin, C19H16CINO4, pada Kromatografi <931>.
dalam kapsul dengan rumus: Larutan baku Pipet 1 mL aseton P ke dalam labu
tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda
𝐴𝑈 dan kocok. Pipet 1 mL larutan ke dalam labu tentukur
× 0,8𝐶 200-mL, encerkan dengan air sampai tanda dan
𝐴𝑆
kocok, sumbat labu, dinginkan dalam tangas es.
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Larutan baku; C adalah kadar Indometasin BPFI dalam zat, masukkan ke dalam tabung sentrifuga 15 mL,
µg per mL Larutan baku. larutkan dalam 1,0 mL air dingin. Vorteks larutan,
tambahkan 1,0 mL asam hidroklorida 0,24 N, segera
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. sentrifus, pisahkan beningan, saring. Kumpulkan
filtrat dalam tabung yang sesuai, tutup dan dinginkan
dalam tangas es.
- 754 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi Larutan uji dan Larutan baku; WU adalah jumlah
dengan detektor ionisasi nyala, dan kolom 3 mm × dalam mg zat yang digunakan dalam Larutan uji
1,8 m berisi bahan pengisi S3. Pertahankan suhu seperti yang tertera pada Penetapan kadar; L adalah
kolom pada 165, gunakan nitrogen P sebagai gas persentase penyusutan bobot pada uji Susut
pembawa. Lakukan kromatografi terhadap Larutan pengeringan. Hitung persentase masing-masing
baku dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak selain puncak pelarut, puncak indometasin,
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: faktor puncak asam 4-klorobenzoat dan asam 5-metoksi-2-
kapasitas, k’, aseton antara 4 dan 7; simpangan baku metil-3-indolasetat pada kromatogram Larutan uji,
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 3 µL) Larutan baku dan 𝑟𝑖
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam ( ) 100
kromatogram selama 6 menit, ukur respons puncak. 𝑟𝑇
Hitung persentase aseton dalam zat, dengan rumus:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rT
𝑟𝑈 10 adalah jumlah semua respons puncak, selain puncak
( ) ( ) 0,79 pelarut.
𝑟𝑆 𝑊𝑈
Syarat lain Jika pada etiket tertera indometasin
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak natrium steril, memenuhi syarat uji Sterilitas <71>
Larutan uji dan Larutan baku; WU adalah jumlah dan Pirogen dalam Indometasin untuk Injeksi. Bila
dalam mg zat yang digunakan dalam Larutan uji; dinyatakan pada etiket dimaksudkan untuk diproses
0,79 adalah bobot jenis aseton. lebih lanjut selama penyiapan bentuk sediaan injeksi,
memenuhi syarat Pirogen seperti tertera pada
Cemaran organik Asam 4-klorobenzoat dan asam 5- Indometasin untuk Injeksi.
metoksi-2-metil-3-indolasetat tidak lebih dari 0,2%;
cemaran laintidak lebih dari 0,5% dan total cemaran Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tidak lebih dari 1,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Kromatografi <931>.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Fase gerak Buat campuran metanol P–air–
<931>. asetonitril P–asam fosfat P (550:300:150:1), saring
Fase gerak, Pengencer, dan Sistem kromatografi dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Lakukan seperti yang tertera pada Penetapan kadar. menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
Larutan baku Pipet 2 mL Larutan cemaran Kromatografi <931>.
persediaan yang diperoleh dari Penetapan kadar, Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (3:1)
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL, encerkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dengan Pengencer sampai tanda, dan kocok. Larutan Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dalam
mengandung asam 4-klorobenzoat dan asam 5- Pengencer hingga kadar 0,16 mg per mL.
metoksi-2-metil-3-indolasetat masing-masing 0,002 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
mg per mL. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Larutan uji Gunakan Larutan uji yang diperoleh larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai
dari Penetapan kadar. tanda, kocok. Pipet 10 mL larutan ke dalam labu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tentukur 50-mL, encerkan dengan Pengencer sampai
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan tanda.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Larutan cemaran persediaan Timbang sejumlah
kromatogram selama 25 menit, dan ukur respons asam 4-klorobenzoat dan asam 5-metoksi-2-metil-3-
puncak yang memiliki waktu retensi yang sama indolasetat, larutkan dan encerkan dalam Pengencer
dengan Larutan baku: simpangan baku relatif pada hingga diperoleh kadar masing-masing 0,2 mg per
penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari mL.
5,0%. Hitung persentase asam 4-klorobenzoat dan Larutan resolusi Buat campuran Pengencer -
asam 5-metoksi-2-metil-3-indolasetat dalam zat, Larutan baku-Larutan cemaran persediaan (7:2:1).
dengan rumus: Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
 rU  dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
 
 rS  mm × 15 cm berisi bahan pengisi L1, pertahankan
20 WU (1, 00 − 0 , 01 L ) suhu kolom pada 35º±1°. Laju alir lebih kurang 1,5
mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan resolusi dan rekam kromatogram dan ukur
- 755 -

respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor B. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama
kapasitas, k’, tidak kurang dari 2,5 untuk puncak Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
indometasin; efisiensi kolom tidak kurang dari 3500 diperoleh pada Penetapan kadar. Gunakan detektor
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,3; diode array 200 sampai 400 nm.
resolusi, R, antara puncak asam 4-klorobenzoat dan
asam 5-metoksi-2-metil-3-indolasetat tidak kurang Larutan terkonstitusi Saat digunakan, memenuhi
dari 3,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera pada Injeksi
baku dan rekam kromatogram dan ukur respons <1>, uji khusus, kelengkapan dan kejernihan larutan.
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 20 unit
1,0 % Endotoksin FI per mg indometasin. Lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah penetapan dengan melarutkan Indometasin untuk
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan injeksi dalam Air Pereaksi LAL hingga kadar 1,0 mg
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam per mL indometasin.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg, indometasin natrium, pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan
C19H15ClNNaO4, dalam zat yang digunakan dengan menggunakan larutan dalam air (1 dalam 2000)
rumus: mengandung 0,3 mL larutan kalium klorida jenuh per
100 mL.
𝑟𝑈 379,78
( )( ) (500𝐶) Bahan partikulat dalam injeksi <751> Memenuhi
𝑟𝑆 357,79
syarat seperti yang tertera pada Injeksi Volume Kecil.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku; 379,78 dan 357,79 Senyawa Sejenis B Indometasin Tidak lebih dari
berturut-turut adalah bobot molekul indometasin 2,2%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
natrium anhidrat dan indometasin; C adalah kadar cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Indometasin Natrium BPFI dalam mg per mL <931>.
Larutan baku. Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Larutan baku Timbang 0,22 mg Senyawa Sejenis B
baik dan terlindung dari cahaya. Indometasin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,22 mg per
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan mL. Pipet 1 mL larutan, masukkan ke dalam labu
injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau tentukur 500-mL, tambahkan 150 mL asetonitril P,
memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan encerkan dengan air sampai tanda dan kocok. Larutan
sediaan injeksi. mengandung senyawa sejenis B indometasin 0,00044
mg per mL.
Larutan uji Gunakan Larutan uji pada Penetapan
INDOMETASIN UNTUK INJEKSI kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Indomethacin for Injection Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur
Indometasin untuk Injeksi mengandung Indometasin respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Natrium setara dengan Indometasin, C19H16ClNO4, simpangan baku relatif tidak lebih dari 5%.
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dari jumlah yang tertera pada etiket. sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan Larutan
uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan
Baku pembanding Indometasin BPFI, tidak boleh ukur semua respons puncak. Hitung persentase
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, senyawa sejenis B indometasin sebagai bagian dari
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan indometasin untuk injeksi dengan rumus:
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi 𝑟𝑈 𝐶𝑆
semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
dibuka dalam lemari pembeku
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
senyawa sejenis B indometasin dari Larutan uji dan
Identifikasi
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis B
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Indometasin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
CU adalah kadar indometasin dalam mg per mL
diperoleh pada Penetapan kadar.
- 756 -

Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada INOSITOL NIKOTINAT


etiket. Inositol Nicotinate
Syarat lain Memenuhi syarat Uji Sterilitas <71>,
Keseragaman Sediaan <911>, dan memenuhi
persyaratan etiket seperti yang tertera pada Injeksi
<1>.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P–air–asam
fosfat P (600:400:1), saring melalui penyaring
membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian meso-Inositol heksanikotinat [6556-11-2]
sistem seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. C42H30N6O12 BM 810,7
Pengencer Buat campuran air–asetonitril P–asam
fosfat P (700:300:1). Inositol Nikotinat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C42H30N6O12,
Indometasin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur dihitung terhadap zat kering.
yang sesuai, larutkan dengan asetonitril P sejumlah
30% volume labu, encerkan dengan air sampai tanda. Pemerian Serbuk; putih atau hampir putih; tidak
Kadar Larutan baku 0,1 mg per mL indometasin. berbau atau hampir tidak berbau.
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
sampel tidak kurang dari 10 wadah, larutkan dan Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, etanol,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang aseton dan eter; agak larut dalam kloroform; larut
0,5 mg per mL. dalam asam mineral encer.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Baku pembanding Inositol Nikotinat BPFI.
kurang 0,1 mg per mL. Saring melalui penyaring
membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih halus. Identifikasi
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
dilengkapi dengan detektor diode array 200-400 nm didispersikan dalam kalium bromida P,
pada panjang gelombang analisis 240 nm dan kolom menunjukkam maksimum hanya pada bilangan
3,9 mm × 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir gelombang yang sama seperti pada Inositol Nikotinat
lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi BPFI.
terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan B. Larutkan dan encerkan 50 mg dalam asam
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: klorida 1 N hingga 100 mL. Pipet 5 mL larutan dan
faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; simpangan baku encerkan dengan air hingga 100 mL. Serapan larutan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. pada panjang gelombang antara 230 dan 350 nm
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing menunjukkan maksimum hanya pada 261 nm,
sejumlah volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan serapan pada 261 nm lebih kurang 0,88.
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam C. Panaskan sejumlah zat dengan natrium
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung karbonat anhidrat P sebanyak 4 kali bobot zat:
persentase indometasin, C19H16ClNO4, dalam tiap terjadi bau khas piridin.
wadah indometasin untuk injeksi dengan rumus:
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
𝑟𝑈 𝐶𝑆 penetapan menggunakan larutan 5,0% dalam asam
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 sulfat 1 N.

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Warna dan Akromisitas <1291>Metode III Warna
indometasin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan V6;
adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per mL lakukan penetapan menggunakan larutan zat 5,0%
Larutan baku; CU adalah kadar indometasin dalam mg dalam asam sulfat 1 N.
per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
pada etiket. Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
pengeringan pada suhu 105˚ hingga bobot tetap
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk menggunakan lebih kurang 1,0 g zat.
padatan steril seperti yang tertera pada Injeksi. Simpan
pada suhu ruang terkendali, terlindung dari cahaya. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
- 757 -

Klorida Tidak lebih dari 350 bpj; lakukan penetapan sesuai, tambahkan 5,0 mL dimetilformamida P dan
seperti tertera pada Klorida dalam Klorokuin Sulfat panaskan di atas tangas air hingga larut, dinginkan.
menggunakan Larutan uji yang dibuat dengan Larutan 3 Timbang saksama lebih kurang 200 mg
melarutkan 140 mg dalam jumlah secukupnya asam zat, masukkan ke dalam labu bertutup rapat yang
nitrat 2 N dan encerkan dengan air hingga 16 mL. sesuai, tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal,
panaskan di atas tangas air hingga larut, dinginkan.
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari Prosedur Lakukan penetapan dengan cara
10 bpj; lakukan penetapan menggunakan 4 g zat dan Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
4 mL Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai <931>. Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pembanding. sama Larutan 1, Larutan 2 dan Larutan 3 ke dalam
kromatograf yang dilengkapi dengan kolom kaca
Asam nikotinat bebas Pada 1 g zat tambahkan 75 4 mm x 1,5 m berisi 10% polietilen glikol 1000 P
mL air, kocok selama 15 menit dan titrasi dengan pada partikel penyangga diatome terbilas asam dan
natrium hidroksida 0,02 N LV menggunakan tersilanisasi. Pertahankan kolom pada suhu 60˚.
indikator fenolftalein LP: diperlukan tidak lebih dari Perbandingan luas puncak aseton terhadap luas
0,8 mL natrium hidroksida 0,02 N LV untuk puncak baku internal dari Larutan 3 tidak lebih besar
memperoleh warna merah muda pertama. dari perbandingan luas puncak aseton terhadap baku
internal Larutan 1.
Cemaran organik Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931> dengan cara Penetapan kadar Metode 1 Lakukan titrasi bebas air
dua dimensi. seperti tertera pada Titrimetri <711>, menggunakan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji, 200 mg zat uji dan indikator 1-naftobenzein LP.
larutkan dalam campuran kloroform P-metanol P
(9:1) hingga kadar 5%. Tiap mL asam perklorat 0,1 N
Enceran larutan uji I Pipet sejumlah volume setara dengan 13,51 mg C42H30N6O12
Larutan uji, encerkan dalam campuran kloroform P-
metanol P (9:1) hingga kadar 0,075%. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Enceran larutan uji II Pipet sejumlah volume
Larutan uji, encerkan dalam campuran kloroform P-
metanol P (9:1) hingga kadar 0,050%. IODUM
Prosedur Totolkan 5 µL Larutan uji pada pojok Iodine
sebelah kanan lempeng kromatografi silika gel
GF 254. Masukkan lempeng ke dalam bejana Iodum [7553-56-2]
kromatograf yang telah dijenuhkan dengan fase gerak I2 BM253,81
kloroform P-metanol P (90:10) hingga merambat
12 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, Iodum mengandung tidak kurang dari 99,8% dan tidak
biarkan Fase gerak menguap. Pada eluasi kedua, lebih dari 100,5% I.
putar lempeng ke kanan 90˚, totolkan secara terpisah
masing-masing 5 µL Enceran larutan uji I dan Pemerian Keping atau granul; berat; hitam keabu-
Enceran larutan uji II pada dasar lempeng sebelah abuan; bau khas; berkilau seperti metal.
kanan, masukkan lempeng ke dalam Bejana
kromatograf yang telah dijenuhkan dengan fase gerak Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
campuran etil asetat P-asam glasial P-etanol P-air dalam karbon disulfida, dalam kloroform, dalam karbon
(50:5:5:5). Angkat lempeng, biarkan fase gerak tetraklorida dan dalam eter; larut dalam etanol dan
menguap dan amati dibawah cahaya ultraviolet dalam larutan iodida; agak sukar larut dalam gliserin.
254 nm: bercak lain selain bercak utama Larutan uji
tidak lebih intensif dari bercak Enceran larutan uji I Identifikasi
dan tidak lebih dari satu bercak lebih intensif dari A. Larutan (1 dalam 1000) dalam kloroform P dan
bercak Enceran larutan uji II. dalam karbon disulfida P berwarna lembayung.
B. Pada larutan jenuh, tambahkan kanji-kalium iodida
Aseton LP: terjadi warna biru. Bila campuran dididihkan warna
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah akan hilang, tetapi timbul lagi setelah campuran dingin,
butana-2-on P, larutkan dalam dimetilformamida P kecuali dididihkan dalam waktu lama.
hingga kadar 0,020%.
Larutan 1 Ukur saksama sejumlah volume aseton Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
P, encerkan dengan Larutan baku internal hingga penetapan menggunakan 5,0 g zat dalam cawan
kadar 0,020%. porselen yang telah ditara, panaskan di atas tangas uap
Larutan 2 Timbang saksama lebih kurang 200 mg hingga iodum habis menguap dan keringkan pada suhu
zat, masukkan ke dalam labu bertutup rapat yang 105˚ selama 1 jam.
- 758 -

Klorida atau bromida Tidak lebih dari 0,028%, mendekati titik akhir. Lanjutkan titrasi hingga
dihitung sebagai klorida; lakukan penetapan sebagai berwarna biru tua. Lakukan penetapan blangko.
berikut: Gerus 250 mg serbuk halus dengan 10 mL air,
saring. Tambahkan tetes demi tetes asam sulfit bebas Tiap mL natrium tiosulfat 0,1 N
klorida P, yang telah diencerkan dengan beberapa setara dengan 12,69 mg I
bagian volume air, hingga warna iodum benar-benar
hilang. Tambahkan 5 mL amonium hidroksida 6 N, Penetapan kadar natrium iodida Pipet 10 mL
kemudian 5 mL perak nitrat LP sedikit demi sedikit. tingtur ke dalam labu 500 mL bersumbat kaca,
Saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P; larutan tambahkan 30 mL air dan tambahkan 50 mL asam
yang terjadi tidak lebih keruh dari larutan pembanding hidroklorida P. Dinginkan hingga suhu ruang. Titrasi
yang dibuat dengan jumlah pereaksi yang sama, dengan kalium iodat 0,05 M LV hingga terjadi
ditambah dengan 0,10 mL asam hidroklorida 0,020 N, perubahan warna larutan dari coklat tua menjadi
tanpa penambahan asam sulfit P. coklat muda. Tambahkan 1 mL amaran LP, lanjutkan
titrasi secara perlahan hingga terjadi perubahan
Penetapan kadar Serbukkan dan timbang saksama warna larutan dari merah menjadi kuning. Hitung
lebih kurang 500 mg zat dalam labu bersumbat kaca jumlah mg NaI dalam volume tingtur yang digunakan
yang telah ditara, tambahkan 1 g kalium iodida P yang dengan rumus:
dilarutkan dalam 5 mL air. Encerkan dengan air hingga
lebih kurang 50 mL, tambahkan 1 mL asam  1 
hidroklorida 3 N. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N 14,99V1 − V 2 
LV, menggunakan 3 mL indikator kanji LP.  2 

Tiap mL natrium tiosulfat 0,1 N V1 jumlah kalium iodat 0,05 M yang digunakan
setara dengan12,69 mg I dalam mL; V2 adalah natrium tiosulfat 0,1 N yang
digunakan dalam mL pada Penetapan kadar iodum.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat.

TINGTUR IODUM
Iodine Tincture IRBESARTAN
Irbesartan
Tingtur Iodum mengandung iodum, I, per 100 mL,
tidak kurang dari 1,8 g dan tidak lebih dari 2,2 g.
Mengandung natrium iodida, NaI, tidak kurang dari N CH3

2,1 g dan tidak lebih dari 2,6 g. Tingtur Iodum dapat


N N O N
dibuat dengan melarutkan 20 g iodum P dan 24 g
HN N
natrium iodida P dalam 500 mL etanol P kemudian
tambahkan air hingga 1000 mL.

Pemerian Cairan jernih, berwarna coklat kemerahan


berbau iodum dan etanol.
2-Butil-3-[p-(o-1H-tetrazol-5-ilfenil)benzil]-1,3-
Identifikasi diazaspiro[4,4]non-1-en-4-on. [138402-11-6]
A. Tambahkan 1 tetes tingtur ke dalam campuran 1 C25H28N6O BM 428,53
mL kanji LP dan 9 mL air: terjadi warna biru tua.
B. Uapkan beberapa mL tingtur di atas tangas uap Irbesartan mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
hingga kering: residu menunjukkan reaksi nyala pada tidak lebih dari 102,0% C25H28N6O, dihitung
uji Natrium dan reaksi Iodida seperti yang tertera terhadap zat anhidrat.
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih.
Kandungan etanol <1041> Antara 44,0% dan
50,0% C2H5OH. Kelarutan Sukar larut dalam etanol dan metilen
klorida; praktis tidak larut dalam air.
Penetapan kadar iodum Pipet 10 mL tingtur ke
dalam labu 500 mL bersumbat kaca, tambahkan 10 Baku pembanding Irbesartan BPFI, simpan dalam
mL air dan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV. wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
Tambahkan 3 mL indikator kanji LP pada saat lemari pendingin. Senyawa Sejenis A Irbesartan
BPFI.
- 759 -

Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair


A. Spektrum serapan inframerah zat yang kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan <931>.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Dapar fosfat pH 3,2 dan Fase gerak Lakukan
sama seperti pada Irbesartan BPFI. seperti tertera pada Penetapan kadar.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Larutan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti kesesuaian sistem dalam Penetapan kadar.
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
Azida Tidak lebih dari 10 bpj. Lakukan penetapan 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
tertera pada Kromatografi <931>. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,1 N, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti lebih dari 2,0 %.
tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
mg natrium azida, masukkan ke dalam labu tentukur Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
100-mL, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak dan ukur respons puncak senyawa sejenis A
sampai tanda. Pipet 250 µL larutan ini ke dalam labu irbesartan. Hitung persentase senyawa sejenis A
tentukur 200-mL, encerkan dengan Fase gerak irbesartan dalam zat dengan rumus:
sampai tanda. Larutan ini mengandung natrium azida
lebih kurang 0,312 µg per mL. C  rU 
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg 100 S  
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 5-mL, larutkan  CU  rS 
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Irbesartan BPFI
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
yang dilengkapi dengan detektor konduktimetri dan irbesartan dalam mg per mL Larutan uji; rU dan rS
kolom 4,0 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L31. berturut-turut adalah respons puncak senyawa sejenis
Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan A irbesartan dari Larutan uji dan Larutan baku.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera rumus:
pada Prosedur: perbandingan “signal to noise” untuk
puncak azida tidak kurang dari 10.
C  rU 
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 200 µL) Larutan baku
100 S  
dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam  CU  rS 
kromatogram dan ukur respons puncak azida. Hitung
jumlah dalam bpj, azida dalam zat dengan rumus: CS adalah kadar Irbesartan BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar irbesartan dalam mg
per mL Larutan uji; rU adalah respons puncak
C  42,02  rU 
1000 S    cemaran Larutan uji dan rS adalah respons puncak
 CU  65,01  rS  irbesartan Larutan baku.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


CS adalah kadar natrium azida dalam µg per mL Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku; CU adalah kadar irbesartan dalam mg Kromatografi <931>.
per mL Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah Dapar fosfat pH 3,2 Encerkan lebih kurang 5,5 mL
respons puncak azida dari Larutan uji dan Larutan asam fosfat P dengan lebih kurang 950 mL air dalam
baku. labu tentukur 1000-mL dan atur pH hingga 3,2
dengan penambahan trietilamina P tetes demi tetes.
Cemaran organik Senyawa sejenis A irbesartan Encerkan dengan air sampai tanda.
tidak lebih dari 0,2%; masing-masing cemaran selain Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 3,2 -
senyawa sejenis A irbesartan tidak lebih dari 0,1% asetonitril P (67:33), saring dan awaudarakan. Jika
dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari 0,5%.
- 760 -

perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Identifikasi


seperti tertera pada Kromatografi <931>. A. Masukkan 1 tablet ke dalam vial yang sesuai,
Larutan kesesuaian system Timbang saksama tambahkan 10 mL metanol P, sonikasi selama 10
sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A menit. Saring melalui penyaring membran serat kaca
Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan mikro dengan porositas 0,45 µm atau lebih kecil dan
metanol P hingga kadar masing-masing lebih kurang uapkan sampai kering menggunakan aliran nitrogen P.
0,05 mg per mL. Campur lebih kurang 1 mg residu dengan 250 mg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah kalium bromida P hingga diperoleh campuran yang
Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan homogen. Spektrum serapan inframerah zat yang
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, sama seperti pada Irbesartan BPFI.
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi diperoleh pada Penetapan kadar.
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,0 mm
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang Disolusi <1231>
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Media disolusi: 1000 mL asam klorida 0,1 N.
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Alat tipe 2: 50 rpm.
ukur respons puncak seperti tertera dalam Prosedur: Waktu: 20 menit.
waktu retensi relatif untuk senyawa sejenis A Prosedur Lakukan penetapan jumlah C25H28N6O
irbesartan dan irbesartan berturut-turut adalah lebih yang terlarut dengan mengukur serapan alikot yang
kurang 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak telah disaring melalui penyaring akrilik kopolimer
irbesartan dan puncak senyawa sejenis A irbesartan berpenyangga nilon dengan porositas 0,45 µm, jika
tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi Larutan perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak larutan baku Irbesartan BPFI yang diketahui kadarnya
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif dalam media yang sama pada panjang gelombang
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0 %. serapan maksimum lebih kurang 244 nm.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Hitung persentase irbesartan, C25H28N6O, terlarut
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan dengan rumus:
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung A  CS 
jumlah dalam mg irbesartan, C25H28N6O, dalam zat 1000 U  100
yang digunakan dengan rumus:  AS  L 

r  AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji


100C  U  dan Larutan baku; CS adalah kadar Irbesartan BPFI
 rS  dalam mg per mL Larutan baku; 1000 adalah volume
Media disolusi dalam mL; 100 adalah faktor konversi
C adalah kadar Irbesartan BPFI dalam mg per mL menjadi persen dan L adalah jumlah dalam mg
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons irbesartan yang tertera pada etiket.
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C25H28N6O, dari jumlah yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup tertera pada etiket.
rapat dan simpan pada suhu di bawah 30.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

TABLET IRBESARTAN Cemaran organik Senyawa sejenis A irbesartan tidak


Irbesartan Tablet lebih dari 0,2%; masing-masing cemaran tidak lebih
dari 0,2% dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari
Tablet Irbesartan mengandung Irbesartan, C25H28N6O, 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
dari jumlah yang tertera pada etiket. <931>.
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
Baku pembanding Irbesartan BPFI, simpan dalam Larutan baku, Larutan uji dan Sistem kromatografi
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam lemari Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
pendingin. Senyawa Sejenis A Irbesartan BPFI. Prosedur Suntikkan lebih kurang 15 µL Larutan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
- 761 -

ukur respons puncak. Hitung persentase masing- Hitung jumlah dalam mg irbesartan, C25H28N6O,
masing cemaran dalam serbuk tablet dengan rumus: dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:

r  r 
100 i  100C  U 
 rS   rS 
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS C adalah kadar Irbesartan BPFI dalam mg per mL
adalah jumlah semua respons puncak. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kromatografi <931>.
Dapar Encerkan lebih kurang 5,5 mL asam fosfat
P dengan lebih kurang 950 mL air dalam labu TABLET IRBESARTAN DAN
tentukur 1000-mL dan atur pH hingga 3,0 dengan HIDROKLOROTIAZIDA
penambahan trietilamina P tetes demi tetes. Encerkan Irbesartan and Hydrochlorothiazide Tablet
dengan air sampai tanda.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P Tablet Irbesartan dan Hidroklorotiazida mengandung
(60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Irbesartan, C25H28N6O, dan Hidroklorotiazida,
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti C7H8ClN3O4S2, masing-masing tidak kurang dari
tertera pada Kromatografi <931>. 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama tertera pada etiket.
sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan Baku pembanding Irbesartan BPFI, simpan dalam
metanol P hingga kadar masing-masing lebih kurang wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
0,1 mg per mL. lemari pendingin. Hidroklorotiazida BPFI; tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan rapat. Senyawa Sejenis A Irbesartan BPFI; Senyawa
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,15 mg per sejenis A Benzotiadiazin BPFI.
mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Identifikasi
dari 5 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk A. Masukkan 1 tablet yang telah digerus ke dalam
tablet setara dengan lebih kurang 15 mg irbesartan, vial yang sesuai, tambahkan 5 mL aseton P, sonikasi
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, selama 10 menit. Saring melalui penyaring membran
tambahkan 75 mL metanol P, sonikasi selama 15 dengan porositas 0,45 µm. Uapkan hingga kering.
menit sambil diaduk setiap 5 menit, kemudian Serapan inframerah residu yang didispersikan dengan
tambahkan metanol P sampai tanda. Saring melalui kalium bromida menunjukkan maksimum hanya
penyaring membran serat kaca mikro dengan pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
porositas 0,45 µm atau lebih kecil. Irbesartan BPFI.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada B. Waktu retensi relatif puncak utama
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom baku seperti diperoleh pada Penetapan kadar.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi Disolusi <1231>
terhadap Larutan kesesuaian sistem dan rekam Media disolusi: 1000 mL asam hidroklorida 0,1 N
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang Alat tipe 2: 50 rpm
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Waktu: 30 menit
irbesartan dan puncak senyawa sejenis A irbesartan Lakukan penetapan jumlah irbesartan, C25H28N6O,
tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap dan hidroklorotiazida, C7H8ClN3O4S2, yang terlarut
Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: tertera pada Kromatografi <931>.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P 1,36
lebih dari 1,5%. g per L. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah penambahan asam fosfat P 10%. Larutan stabil
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku dan selama 3 bulan.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak Campuran Dapar-metanol P -
kromatogram dan ukur respons puncak utama. asetonitril P (9:7:4). Saring dan awaudarakan. Jika
- 762 -

perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian C25H28N6O, dan hidroklorotiazida, C7H8ClN3O4S2,


sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. yang terlarut dengan rumus:
Larutan baku persediaan irbesartan (A) Timbang
saksama lebih kurang 50 mg Irbesartan BPFI,  rU  CS 
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.     V  100
Tambahkan 15 mL metanol P, sonikasi selama 5  rS  L 
menit. Encerkan dengan Media disolusi sampai
tanda. Larutan stabil selama 14 hari jika disimpan
pada suhu 4. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan baku persediaan hidroklortiazida (B) irbesartan atau hidroklorotiazida dari Larutan uji dan
Timbang saksama lebih kurang 20 mg Larutan baku; CS adalah kadar irbesartan atau
Hidroklorotiazida BPFI, masukkan ke dalam labu hidroklortiazida dalam mg per mL Larutan baku; L
tentukur 200-mL. Tambahkan 5 mL metanol P, adalah jumlah irbesartan atau hidroklortiazida yang
sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan Media tertera pada etiket dalam mg per tablet dan V adalah
disolusi sampai tanda. Larutan stabil selama 14 hari volume Media disolusi, 1000 mL.
jika disimpan pada suhu 4. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Larutan baku Pada hari akan digunakan, siapkan kurang dari 80% (Q) masing-masing, C25H28N6O, dan
pengenceran dalam Media disolusi sebagai berikut: ,C7H8ClN3O4S2, dari jumlah yang tertera pada etiket.

Irbesartan / Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


hidroklortiazida Volume Volume Volume
(mg per tablet) Larutan A Larutan B akhir Cemaran organik Lakukan penetapan dengan
yang tertera pada (mL) (mL) (mL) Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
etiket Kromatografi <931>.
75/12,5 15 12,5 100 Dapar, Fase gerak, Air diasamkan, Pengekstraksi,
150/12,5 30 12,5 100
300/12,5 60 12,5 100
Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan
300/25 60 25,0 100 uji, dan Sistem kromatografi lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kurang 10 mg Senyawa sejenis A Irbesartan BPFI, volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Tambahkan 5 mL metanol P, sonikasi hingga larut, kromatogram dan ukur semua respons puncak.
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. Pipet Hitung persentase senyawa sejenis A irbesartan
10 mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, dalam tablet dengan rumus:
tambahkan 5 mL Larutan A dan 12,5 mL Larutan B,
encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.  rU  C S 
Larutan uji Pipet sejumlah alikot, saring melalui     100
penyaring membran dengan porositas 0,45 µm, buang  rS  CU 
beberapa mL filtrat pertama.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 272 nm dan kolom rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan irbesartan dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada irbesartan dari Larutan baku; CS adalah kadar
Irbesartan BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
40. Laju alir lebih kurang 1,4 mL per menit.
CU adalah kadar irbesartan dalam mg per mL Larutan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons
Hitung persentase senyawa sejenis A benzotiadiazin
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
dalam tablet dengan rumus:
antara puncak irbesartan dan puncak senyawa sejenis
A irbesartan tidak kurang dari 2,0. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam  rU  CS  1
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera      100
pada Prosedur: simpangan baku relatif masing-  rS  CU  F
masing untuk puncak irbesartan dan hidroklortiazida
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah rU adalah respons puncak senyawa sejenis A
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan benzotiadiazin dari Larutan uji; rS adalah respons
Larutan uji, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak hidroklortiazida dari Larutan baku; CS adalah
puncak utama. Hitung persentase irbesartan, kadar Hidroklorotiazida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar hidroklorotiazida
- 763 -

dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah Pengekstraksi hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
yang tertera pada etiket dan F adalah faktor respons mL. Sonikasi selama 2 menit.
relatif seperti tertera pada Tabel. Hitung persentase Larutan baku persediaan senyawa sejenis A
cemaran laindalam tablet dengan rumus: irbesartan Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis A Irbesartan BPFI, larutkan, dan encerkan
 ri  dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg
   100 per mL. Sonikasi selama 2 menit.
 rT  Larutan baku persediaan senyawa sejenis A
benzotiazida Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis A benzotiazida BPFI, larutkan, dan encerkan
ri adalah respons puncak masng-masing cemaran lain dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,05 mg
dari Larutan uji dan rT adalah total respons puncak per mL. Sonikasi selama 2 menit.
selain puncak hidroklortiazida dan senyawa sejenis A Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
benzotiadiazin dari Larutan uji. Masing-masing persediaan irbesartan dan Larutan baku persediaan
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang hidroklorotiazida, encerkan dengan Pengekstraksi
tertera pada Tabel. hingga kadar irbesartan dan hidroklorotiazida
berturut-turut lebih kurang 0,24 mg per mL dan 0,02
Tabel mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet dan encerkan dari
Cemaran Waktu Faktor Batas larutan baku persediaan yang telah dibuat di atas
retensi respons (%) hingga kadar irbesartan, hidroklorotiazida, senyawa
relatif relatif sejenis A irbesartan dan senyawa sejenis A
Senyawa sejenis benzotiadiazin berturut-turut 0,05 mg per mL; 0,005
0,15 1,3 1,0
A benzotiadiazin mg per mL; 1,0 µg per mL dan 3,0 µg per mL.
Hidroklorotiazida 0,18 − − Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang
Senyawa sejenis
0,86 1,0 0,3 dari 5 tablet ke dalam labu tentukur yang sesuai,
A irbesartan
tambahkan Air diasamkan sejumlah 30% volume
Irbesartan 1,00 − −
labu, sonikasi hingga tablet hancur. Tambahkan
Cemaran lain − 1,0 0,2
metanol P hingga 90% volume labu, sonikasi selama
Total cemaran − − 1,5
5 menit dan kocok. Encerkan dengan metanol P,
saring melalui penyaring membran dengan porositas
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan
0,45 µm. Kadar irbesartan lebih kurang 0,75 mg per
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
mL.
Kromatografi <931>.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
Dapar Timbang 1,36 g kalium fosfat monobasa P,
encerkan dengan Pengekstraksi hingga diperoleh
larutkan dalam 900 mL air, tambahkan 2 mL
kadar irbesartan lebih kurang 0,225 mg per mL.
trietilamin P, atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan
[Catatan Kadar hidroklorotiazida dapat bervariasi
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air
tergantung perbandingan antara irbesartan dengan
hingga 1000 mL.
hidroklorotiazida di dalam tablet.]
Fase gerak Campuran asetonitril P-metanol P-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Dapar (13:20:67). Saring dan awaudarakan. Jika
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
Air diasamkan Pada sejumlah air atur pH hingga
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
2,0 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P (atau
kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur
jika perlu natrium hidroksida P).
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Pengekstraksi Campuran metanol P- Air
resolusi, R, antara puncak irbesartan dengan puncak
diasamkan (7:3).
senyawa sejenis A irbesartan; dan antara
Larutan baku persediaan irbesartan Timbang
hidroklorotiazida dengan senyawa sejenis A
saksama sejumlah Irbesartan BPFI, masukkan ke
benzotiadiazin masing-masing tidak kurang dari 1,7.
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dengan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
metanol P sejumlah 20% volume labu, encerkan
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan Pengekstraksi hingga kadar lebih kurang 0,6
pada Prosedur: simpangan baku relatif masing-
mg per mL. Sonikasi selama 2 menit.
masing puncak irbesartan dan hidroklorotiazida pada
Larutan baku persediaan hidroklorotiazida
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Hidroklorotiazida BPFI, masukkan ke dalam labu
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
tentukur yang sesuai, larutkan dengan metanol P
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
sejumlah 5% volume labu, encerkan dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
- 764 -

persentase masing-masing irbesartan, C25H28N6O, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram


dan hidroklorotiazida, C7H8ClN3O4S2, dalam tablet Larutan uji sesuai dengan irinotekan
dengan rumus: (S-enansiomer) pada Larutan identifikasi seperti
diperoleh pada Irinotekan Hidroklorida Enansiomer.
 rU  C S  C. Larutan 2 mg per mL menunjukkan reaksi
    100 Klorida cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
 rS  CU  Umum <291>.

Batas mikroba <51> Angka lempeng total mikroba


rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
aerobik tidak lebih dari 1000 unit koloni per g; angka
masing-masing irbesartan atau hidroklorotiazida dari
total kapang dan kamir tidak lebih dari 100 unit
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Irbesartan BPFI atau Hidroklorotiazida BPFI dalam koloni per g.
mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar
Air <1031> Metode I Antara 7,0% dan 9,0%.
irbesartan atau hidroklorotiazida dalam mg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
etiket.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari
10 bpj.

Enansiomer Irinotekan Hidroklorida R-


IRINOTEKAN HIDROKLORIDA
enansiomer tidak lebih dari 0,15%. Lakukan
Irinotecan Hydrochloride penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran heksana P-etanol mutlak P-
dietilamin P (250:250:1). Saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian seperti tertera pada
Kesesuaian sistem dalam Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran etanol mutlak P-dietilamin P
(250:1).
(+)-7-Etil-10-hidroksikamtotekin 10-[1,4’- Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
bipiperidin]-1’-karboksilat, monohidroklorida, sejumlah Irinotekan Hidroklorida BPFI dan Senyawa
trihidrat [136572-09-3] Sejenis D Irinotekan BPFI, larutkan dan encerkan
C33H38N4O6.HCl.3H2O BM 677,18 dengan Pengencer hingga kadar masing-masing lebih
Anhidrat BM 623,14 kurang 0,1 mg per mL.
Larutan identifikasi Timbang saksama sejumlah
Irinotekan Hidroklorida mengandung tidak kurang Irinotekan Hidroklorida, larutkan dan encerkan
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
C33H38N4O6.HCl, dihitung terhadap zat anhidrat. 1 mg per mL. [Catatan Larutan ini digunakan untuk
uji identifikasi B].
Pemerian Serbuk hablur kuning pucat sampai Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
kuning. Sejenis D Irinotekan BPFI , larutkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,5 g
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam larutan per mL.
organik. Larutan sensitivitas Pipet sejumlah Larutan baku,
encerkan dengan Pengencer hingga diperoleh kadar
Baku pembanding Irinotekan Hidroklorida BPFI; Senyawa Sejenis D Irinotekan BPFI lebih kurang 0,5
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah g per mL.
tertutup, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Senyawa Sejenis A Irinotekan BPFI. Senyawa Sejenis larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
B Irinotekan BPFI. Senyawa Sejenis C Irinotekan kadar lebih kurang 1 mg per mL.
BPFI. Senyawa Sejenis D Irinotekan BPFI. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 370 nm dan kolom
Identifikasi 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L40 dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang ukuran partikel 10 m. Laju alir lebih kurang 1,0 mL
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
sama seperti pada Irinotekan Hidroklorida BPFI. respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis D
- 765 -

irinotekan dan irinotekan tidak kurang dari 2,5. ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 40°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada sistem, rekam komatogram dan ukur respons puncak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Lakukan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam puncak senyawa sejenis B irinotekan dan senyawa
komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera sejenis C irinotekan tidak kurang dari 1,1. Lakukan
pada Prosedur: puncak senyawa sejenis D irinotekan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
harus terlihat [Catatan Waktu retensi relatif senyawa komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
sejenis D irinotekan (R-enansiomer) dan irinotekan pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
(S-enansiomer) masing-masing berturut-turut 0,7 dan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
1,00]. kromatografi terhadap Larutan sensitivitas, rekam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan pada Prosedur: Perbandingan “signal to noise” tidak
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kurang dari 10.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
persentase R-enansiomer irinotekan, dalam zat volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku dan
dengan rumus: Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
 rU   CS  persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
     100 rumus:
 rS   CU 
 ri   CS 
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak       100
senyawa sejenis D irinotekan dari Larutan uji dan  rS   CU 
Larutan baku; CS adalah kadar Senyawa Sejenis D
Irinotekan BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU ri adalah respons puncak dari masing-masing
adalah kadar irinotekan hidroklorida dalam mg per cemaran dalam Larutan Uji; rS adalah respons
mL Larutan uji. puncak dari irinotekan dalam Larutan baku; CS
adalah kadar Irinotekan hidroklorida BPFI dalam mg
Cemaran organik per mL Larutan baku; CU adalah kadar irinotekan
Prosedur 1 [Catatan Jika pada penandaan tertera hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji. Masing-
bahan diproses secara sintetik] masing cemaran dan total cemaran tidak lebih dari
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair batas yang tertera pada Tabel 1.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Tabel 1
Fase gerak, Pengencer dan Larutan uji lakukan
Nama Waktu Batas
seperti pada Penetapan kadar. retensi (%)
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang relatif
saksama sejumlah Senyawa Sejenis B Irinotekan Senyawa sejenis B irinotekan 0,55 0,15
BPFI dan Senyawa Sejenis C Irinotekan BPFI, Senyawa sejenis C irinotekan 0,60 0,10
larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga Irinotekan hidroklorida 1,00 -
kadar masing-masing lebih kurang 0,01 mg per mL. Cemaran lain - 0,10
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan Total cemaran - 0,5
kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05%
Pengencer hingga diperoleh kadar Senyawa Sejenis B
Irinotekan BPFI dan Senyawa Sejenis C Irinotekan Prosedur 2 [Catatan Jika pada penandaan tertera
BPFI masing-masing lebih kurang 1,0 g per mL. bahan diproses secara semi sintetik]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Irinotekan hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,0 g <931>.
per mL. Larutan A Timbang saksama sejumlah kalium
Larutan sensitivitas Timbang saksama sejumlah fosfat monobasa P, larutkan dan encerkan dengan air
Irinotekan hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan hingga kadar lebih kurang 2,72 g per Liter. Atur pH
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 g hingga 3,5 ± 0,05 dengan penambahan asam fosfat
per mL. encer P ( 1 dalam 20).
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Larutan B Campuran asetonitril P-metanol P (3:2).
tinggi dilengkapi dengan detektor 255 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
- 766 -

Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem Tabel 2.
kromatografi. Tabel 2
Pengencer Campuran asetonitril P- metanol P-
Nama Waktu Faktor Batas
Larutan A (1:1:2). retensi respon (%)
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama relatif relatif
sejumlah Irinotekan hidroklorida BPFI dan Senyawa (menit)
Sejenis A Irinotekan BPFI, larutkan dan encerkan 7-Desetil irinotekan 0,82 0,77 0,15
dengan Pengencer hingga kadar masing-masing Irinotekan 1,00 - -
lebih kurang 0,1 mg per mL. Senyawa sejenis A 1,15 1,4 0,15
Larutan baku Timbang saksama sejumlah irinotekan
Irinotekan hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan 11-Etil irinotekan 1,27 0,63 0,15
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 g Kamtotekin 1,35 1,4 0,15
per mL. Senyawa sejenis B 1,50 1,3 0,15
irinotekan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
7-Etilkamtotekin 1,76 1,2 0,15
larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
7,11-Dietil-10- 2,05 0,65 0,15
kadar lebih kurang 1 mg per mL. hidroksikamtotekin
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Cemaran tidak
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom - 1,0
spesifik lainnya 0,10
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan Total cemaran - - 0,50
ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL per Abaikan cemaran dengan puncak kurang dari 0,05%
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Waktu Larutan A Larutan B Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
(menit) (%) (%) Kromatografi <931>.
0 80 20 Larutan A Timbang saksama sejumlah natrium
40 30 70 fosfat monohidrat monobasa P dan garam natrium
45 30 70 1-oktanasulfonat monohidrat P, larutkan dan
50 80 20 encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut lebih
55 80 20 kurang 2,8 dan 1,8 g per Liter.
Fase gerak Campuran asetonitril P-metanol P-
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Larutan A (17:24:59). Saring dan awaudarakan. Jika
sistem, rekam komatogram dan ukur respons puncak perlu lakukan penyesuaian seperti tertera pada
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Kesesuaian sistem dalam Kromatografi <931>
puncak irinotekan dan senyawa sejenis A irinotekan Pengencer Gunakan Fase gerak, atur pH hingga
tidak kurang dari 3,0. Lakukan kromatografi terhadap 3,65 ± 0,15 dengan penambahan asam klorida encer.
Larutan baku, rekam komatogram dan ukur respons Larutan baku Timbang saksama sejumlah
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan Irinotekan hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg
2,0%. per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kadar lebih kurang 1 mg per mL.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat tinggi dilengkapi dengan detektor 255 nm dan
dengan rumus: kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu
 ri   CS  1 kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per
         100 menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
 rS   CU  F baku, rekam komatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
ri adalah respons puncak dari masing-masing lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
cemaran dalam Larutan Uji; rS adalah respons penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
puncak dari irinotekan dalam Larutan baku; CS Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
adalah kadar Irinotekan hidroklorida BPFI dalam mg volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan baku
per mL Larutan baku; CU adalah kadar irinotekan dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji. F adalah kromatogram dan ukur respons puncak utama.
faktor respons relatif. Masing-masing cemaran dan Hitung persentase irinotekan hidroklorida,
- 767 -

C33H38N4O6.HCl dalam zat yang digunakan dengan Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
rumus: dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
Sterilitas dari produk yang diuji.
 rU   CS 
     100 pH <1071> Antara 3,0 dan 3,8.
 rS   CU 
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk
Injeksi volume kecil.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Syarat lain Memenuhi persyaratan seperti tertera pada
Irinotekan hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Injeksi.
Larutan baku; CU adalah kadar irinotekan
hidroklorida dalam mg per mL Larutan uji
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
berdasarkan bobot yang ditimbang.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Larutan A Larutkan 2 g Natrium
rapat, tidak tembus cahaya dan pada suhu ruang
terkendali. 1-heksanasulfonat P dan 1 mL trietanolamin P dalam
1 Liter air. Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan
asam fosfat P .
Penandaan Jika tidak menggunakan Cemaran
Larutan B Gunakan asetonitril P.
organik Prosedur 1, Cantumkan uji Cemaran organik
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
yang digunakan
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
kromatografi.
Pengencer Campuran asetonitril P-asam fosfat P-
INJEKSI IRINOTEKAN HIDROKLORIDA Larutan A (500:15:500).
Irinotecan Hydrochloride Injection Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Irinotekan hidroklorida BPFI dan Senyawa
Injeksi Irinotekan Hidroklorida adalah larutan steril Sejenis E Irinotekan BPFI, larutkan dan encerkan
irinotekan hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. secara bertahap dengan Pengencer hingga kadar
Mengandung irinotekan hidroklorida, berturut-turut lebih kurang 0,2 mg per mL dan 0,4 g
C33H38N4O6.HCl.3H2O, tidak kurang dari 90,0% dan per mL. Sonikasi untuk membantu kelarutan.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, encerkan
etiket. dengan Pengencer, hingga kadar lebih kurang 0,2 mg
per mL.
Baku pembanding Irinotekan Hidroklorida BPFI; Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
tertutup, terlindung dari cahaya, dalam lemari mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
pendingin. Senyawa Sejenis E Irinotekan BPFI. partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 55˚ dan
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, suhu zat uji pada 15˚. Laju alir lebih kurang 1 mL per
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan Waktu Larutan A Larutan B
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka (menit) (%) (%)
dalam lemari pembeku 0 80 20
20 80 20
Identifikasi 50 65 35
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 63 50 50
4 µg per mL dalam metanol P, menunjukkan 64 80 20
maksimum dan minimum pada panjang gelombang 70 80 20
yang sama seperti pada Irinotekan Hidroklorida BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti sistem, rekam komatogram dan ukur respons puncak
diperoleh pada Penetapan kadar. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak irinotekan dan senyawa sejenis E irinotekan
Endotoksin bakteri <201>Tidak lebih dari 0,83 unit tidak kurang dari 4,0.
Endotoksin FI per mg irinotekan hidroklorida. Prosedur Suntikkan sejumlah volume Larutan uji
(lebih kurang 25 µL) ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
- 768 -

 ri  1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama


      100 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
 rT  F Irinotekan Hidroklorida BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar irinotekan hidroklorida
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang
Larutan Uji; rT adalah jumlah semua respons puncak tertera pada etiket. Mr1 adalah bobot molekul
dari Larutan uji; F adalah faktor respons relatif. irinotekan hidroklorida trihidrat, 677,18; Mr2 adalah
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih bobot molekul irinotekan hidroklorida anhidrat,
dari batas yang tertera pada Tabel. 623,14.

Tabel Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis


tunggal, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang
Nama Waktu Faktor Batas terkendali.
retensi respon (%)
relatif relatif
(menit)
Penandaan Pada etiket harus tertera bahwa larutan
Senyawa sejenis B 0,53 0,74 0,2 harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau
irinotekan injeksi natrium klorida 0,9% yang sesuai sebelum
Kamtotekin 0,65 - - digunakan sebagai larutan infus intravena.
Irinotekan 1,00 - -
7-Etilkamtotekin 1,16 - -
Cemaran lain - 1,0 0,2
ISOKSUPRIN HIDROKLORIDA
Total cemaran - - 1,0
Isoxsuprine Hydrochloride
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 2 g natrium 1-heksanasulfonat P
dan 2 mL trietanolamin P dalam 1 Liter air.
Fase gerak Campuran asetonitril P-Dapar (34:66).
Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat
(±)-(R*)-p-Hidroksi--[(1S*)-1-[[(1S*)-1-metil-2-
P. Jika perlu lakukan penyesuaian seperti tertera pada
fenoksi-etil]amino]etil]benzil alkohol hidroklorida
Kesesuaian sistem dalam Kromatografi <931>
[579-56-6; 34331-89-0]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
C18H23NO3.HCl BM 337,84
Irinotekan hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,04 mg
Isoksuprin Hidroklorida mengandung tidak kurang
per mL. Sonikasi dan kocok untuk membantu
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
kelarutan.
C18H23NO3.HCI dihitung terhadap zat kering.
Larutan uji pipet sejumlah volume injeksi,
encerkan dengan Fase gerak, hingga kadar lebih
Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa
kurang 0,04 mg per mL.
pahit. Melebur pada suhu lebih kurang 200º disertai
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
penguraian.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
Kelarutan Sukar larut dalam air; agak sukar larut
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
dalam etanol.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Baku pembanding Isoksuprin Hidroklorida BPFI;
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,5;
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 1 jam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
sebelum digunakan.
lebih dari 1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Identifikasi
sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
respons puncak utama. Hitung persentase irinotekan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
hidroklorida, C33H38N4O6.HCl.3H2O, dalam injeksi
sama seperti pada Isoksuprin Hidroklorida BPFI.
dengan rumus:
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
20.000) menunjukkan maksimum dan minimum pada
 rU   CS   M r1  panjang gelombang yang sama seperti pada
         100
Isoksuprin Hidroklorida BPFI.
 rS   CU   Mr2 
- 769 -

C. Pada 1 mL larutan (1 dalam 100), yang jika Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
perlu dipanaskan, tambahkan 3 mL larutan natrium zat, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-mL,
nitrit P dalam asam sulfat 2N (1 dalam 15). larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Tambahkan amonium hidroksida P tetes demi tetes: Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
terbentuk endapan kuning yang larut pada baku pada panjang gelombang serapan maksimum
penambahan larutan natrium hidroksida P (1 dalam lebih kurang antara 269 dan 300 nm terhadap
5). blangko air. Hitung dalam mg isoksuprin
D. Pada 1 mL larutan (1 dalam 100) tambahkan 1 hidroklorida, C18H23NO3.HCI, dengan rumus:
mL larutan asam fosfomolibdat P (1 dalam 100):
terbentuk endapan kuning pucat hingga putih. A − AU 300 
C  U 269 
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan  AS 269 − AS 300 
menggunakan larutan (1 dalam 100).
C adalah kadar Isoksuprin Hidroklorida BPFI dalam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
g per mL Larutan baku: Au dan As berturut-turut
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 1 jam.
adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku pada
panjang gelombang 269 dan 300 nm.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih 20 bpj.
rapat.
Cemaran organik Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
INJEKSI ISOKSUPRIN HIDROKLORIDA
Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, Isoxsuprine Hydrochloride Injection
masukkan ke dalam vial, tambahkan 1 mL N-
trimetilsililimidazol P, panaskan pada suhu 65º Injeksi Isoksuprin Hidroklorida adalah larutan steril
selama 10 menit. Tambahkan 5 mL isooktana P, isoksuprin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi.
bilas dengan 3 mL air dan biarkan lapisan memisah. Mengandung isoksuprin hidroklorida,
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi C18H23NO3.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak
dengan detektor ionisasi nyala dan kaca 0,3 cm x lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada
2,0 m berisi bahan pengisi 3% fase cair G2 pada etiket.
partikel penyangga S1A. Pertahankan suhu injektor,
detektor dan kolom berturut-turut pada 250º, 250º Baku pembanding Isoksuprin Hidroklorida BPFI;
dan 215º. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 1 jam
dengan laju alir lebih kurang 25 mL per menit. sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Prosedur Suntikkan 2 µL larutan isooktana, atur rapat. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
alat hingga diperoleh puncak utama dengan respons penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
skala penuh. Suntikkan lagi 2 µL larutan isooktana menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
dengan mengatur attenuasi 8 kali lebih peka, rekam gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
kromatogram dari 0,5 hingga 1,5 relatif terhadap yang belum dibuka dan larutan dalam lemari
waktu retensi puncak utama. Ukur luas semua puncak pendingin.
lain selain puncak utama dan lakukan koreksi
terhadap pengaturan sensitivitas yang berbeda. Identifikasi Ke dalam corong pisah 60 mL,
Hitung persentase senyawa sejenis dengan rumus: masukkan 10 mL larutan dapar pH 9,0 (campur
sejumlah volume sama kalium fosfat monobasa 0,1 M
dan natrium hidroksida 0,1 N, atur pH hingga 9,0
 A
100  dengan penambahan salah satu larutan di atas),
B tambahkan 1 mL injeksi, campur. Tambahkan 2 mL
kloroform P, kocok kuat selama 1 menit, saring
A adalah jumlah luas semua puncak selain puncak ekstrak kloroform melalui segumpal kapas, campur
utama yang telah dikoreksi; B adalah jumlah luas filtrat dengan 500 mg kalium bromida P. Uapkan
puncak utama dan puncak lain selain puncak utama kloroform, masukkan dengan hati-hati residu ke
yang telah dikoreksi. dalam labu vakum kecil. Spektrum serapan
inframerah zat yang didispersikan dalam kalium
Penetapan kadar bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah bilangan gelombang yang sama seperti pada
Isoksuprin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam air Isoksuprin Hidroklorida BPFI yang diperlakukan sama.
hingga kadar lebih kurang 50 g per mL.
- 770 -

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 35,70 C adalah kadar Isoksuprin Hidroklorida BPFI dalam
unit Endotoksin FI per mg zat. µg per mL Larutan baku; AU dan AS berturut-turut
adalah serapan dari Larutan uji dan Larutan baku.
pH <1071> Antara 4,9 dan 6,0.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Injeksi.

Penetapan kadar ISONIAZID


Dapar sitrat pH 4,0 Campur sejumlah volume Isoniazid
sama asam sitrat 0,5 M dan natrium sitrat 0,5 M.
Atur pH hingga 4,0 ± 0,2 dengan penambahan salah
satu larutan di atas.
Campuran pelarut Kocok 40 mL eter P, 160 mL
isooktana P dan 10 mL air dalam corong pisah,
buang lapisan air dan lewatkan lapisan pelarut
melalui segumpal kapas besar untuk menghilangkan
sisa air. Asam isonikotinat hidrazida [54-85-3]
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 C6H7N3O BM 137,14
mg Isoksuprin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan asam sulfat 2 Isoniazid mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
N sampai tanda dan campur. Pipet 10 mL larutan ke tidak lebih dari 102,0% C6H7N3O, dihitung terhadap
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan asam zat kering.
sulfat 2 N sampai tanda. Tiap mL larutan ini
mengandung 80 µg Isoksuprin Hidroklorida BPFI. Pemerian Hablur tidak berwarna atau putih, atau
Kolom kromatografi Lakukan dengan cara serbuk hablur putih; tidak berbau, perlahan-lahan
Kromatografi kolom partisi seperti tertera pada dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kromatografi <931>. Isi tabung kromatografi dengan
dua lapis bahan pengisi. Lapisan bawah adalah Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut
campuran 2 g Penyangga padat dan 1 mL Dapar dalam etanol; sukar larut dalam kloroform dan sangat
sitrat pH 4,0. Lapisan atas adalah campuran seperti sukar larut dalam eter.
tertera pada Larutan uji.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi Baku pembanding Isoniazid BPFI; tidak boleh
setara dengan lebih kurang 4 mg isoksuprin dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam
hidroklorida, masukkan ke dalam gelas piala 100 mL, wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, dalam
tambahkan 1 mL dimetil sulfoksida P, diamkan lebih lemari pendingin.
kurang 10 menit dan sesekali digoyang. Tambahkan
1 mL Dapar sitrat pH 4,0 dan 3 g Penyangga padat, Identifikasi
campur seperti tertera pada Kolom kromatografi dan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
masukkan ke dalam kolom. Lewatkan 75 mL didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Campuran pelarut melalui kolom dan buang eluat. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
Eluasi kolom dengan larutan yang dibuat dari sama seperti pada Isoniazid BPFI.
campuran 0,2 mL bis(2-etil heksil) asam fosfat P B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
dengan 75 mL Campuran pelarut, kumpulkan eluat Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, seperti
dalam corong pisah 125 mL. Ekstraksi eluat 2 kali, diperoleh pada Penetapan kadar.
tiap kali dengan 20 mL asam sulfat 2 N. Masukkan
ekstrak ke dalam labu tentukur 50-mL dan encerkan pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan
dengan asam sulfat 2 N sampai tanda. menggunakan larutan (1 dalam 10).
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan
baku dalam sel 1-cm pada panjang gelombang Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
serapan maksimum lebih kurang 275 nm, gunakan lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
Campuran pelarut sebagai blangko yang dilewatkan
melalui kolom. Hitung jumlah dalam mg isoksuprin Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
hidroklorida, C18H23NO3.HCl dalam injeksi yang
digunakan dengan rumus: Logam berat <371> Metode III Tidak lebih 20 bpj.

A  Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara


0,05 C  U  Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 AS  Kromatografi <931>.
- 771 -

Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Penetapan kadar. Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa P 13,6
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama g per Liter. Atur pH hingga 6,9 dengan penambahan
sejumlah Isoniazid BPFI, isoniasin, isonikotinamida, natrium hidroksida 10 N. Tambahkan trietanolamin P
pikolinohidrazida dan isonikotinonitril, larutkan dan 30 mg per Liter.
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar masing- Fase gerak Campuran Dapar-metanol P (95:5).
masing lebih kurang 1,0 g per mL. Saring dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isoniazid Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isoniazid
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Klorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
hingga kadar lebih kurang 1,0 g per mL. gerak hingga kadar lebih kurang 0,32 mg per
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan mL.
dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar 1,0 mg Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
per mL. dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kurang 0,32 mg per mL.
Penetapan kadar [Catatan Kecuali untuk kromatograf Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 266 dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
nm]. Lakukan kromatografi terhadap Larutan x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
R, antara pasangan puncak yang berdekatan tidak kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2 untuk
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak isoniazid dan simpangan baku relatif pada
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase isoniazid, C6H7N3O, dalam zat dengan
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
rumus:
 rU   CS 
 ri   CS  1        100
         100  rS   CU 
 rS   CU  F
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak isoniazid
ri adalah respons puncak masing-masing senyawa dalam Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
sejenis lain dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Isoniazid BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
isoniazid dari Larutan baku; CS adalah kadar Isoniazid adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji.
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah
kadar zat dalam mg per mL Larutan uji; F adalah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
faktor respons relatif seperti tertera pada Tabel. rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25º,
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih masih diperbolehkan antara 15º dan 30º.
dari batas yang tertera pada Tabel. Abaikan semua
puncak yang kurang dari 0,05%.
TABLET ISONIAZID
Tabel Isoniazid Tablets
Nama Waktu Faktor Batas
retensi respons (%) Tablet Isoniazid mengandung Isoniazid, C6H7N3O,
relatif relatif tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
Isoniasin 0,50 0,69 0,1 dari jumlah yang tertera pada etiket.
Isoniazid 1,0 1,0 -
Isonikotinamida 1,4 0,70 0,1 Baku pembanding Isoniazid BPFI; tidak boleh
Pikolinohidrazida 2,1 1,2 0,1 dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Isonikotinonitril 3,9 0,74 0,1 terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Cemaran yang tidak
- 1,0 0,10
diketahui
Total cemaran - - 2,0
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
- 772 -

Identifikasi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


A. Waktu retensi isoniazid dalam Larutan uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sesuai Larutan baku diperoleh pada Penetapan Kromatografi <931>.
kadar. Dapar Buat larutan kalium fosfat monobasa 0,1 M,
B. Masukkan sejumlah serbuk tablet larutkan dan atur pH hingga 6,9 dengan penambahan natrium
encerkan dalam air hingga diperoleh larutan dengan hidroksida 10 N, tambahkan trietanolamina
kadar setara isoniazid 0,1 mg per mL. Pipet 10 mL secukupnya hingga diperoleh larutan dengan kadar
larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan trietanolamina 0,2 mM, campur.
2,0 mL asam klorida 0,1 N, encerkan dengan air Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P (95:5)
sampai tanda: spektrum serapan ultraviolet larutan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
menunjukkan maksimum dan minimum hanya penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
pada panjang gelombang yang sama seperti pada tertera pada Kromatografi <931>.
Isoniazid BPFI. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Isoniazid BPFI, larutkan dalam Fase gerak jika
Disolusi <1231> perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N. dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
Alat tipe 1: 100 rpm. 0,32 mg per mL.
Waktu: 45 menit. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C6H7N3O, dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot, jika tablet setara dengan lebih kurang 32 mg isoniazid,
perlu encerkan dengan Media disolusi, dan serapan masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
Larutan baku Isoniazid BPFI dalam media yang tambahkan 40 mL Fase gerak dan sonikasi selama 10
sama pada panjang gelombang serapan maksimum menit. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan
lebih kurang 263 nm. dengan Fase gerak sampai tanda dan sentrifus selama
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak 5 menit.
kurang dari 80% (Q) C6H7N3O, dari jumlah yang Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
tertera pada etiket. tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom
3,9 mm x 30 cm dan berisi bahan pengisi L1. Laju
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Prosedur keseragaman kandungan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Pengencer Campuran asam klorida 0,1 N dan air kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
(3 dalam 100). pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2,35; efisiensi kolom tidak kurang dari 1800 lempeng
Isoniazid BPFI, larutkan dalam air sejumlah yang teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
sama yang digunakan dalam penyiapan Larutan uji, simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
encerkan dengan Pengencer hingga kadar 10 µg per lebih dari 1,0%.
mL. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji Masukkan satu tablet yang telah volume sama (lebih kurang 20 L) Larutan baku dan
diserbukkan ke dalam labu tentukur 500-mL, Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tambahkan 200 mL air, kocok secara mekanik selama kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
30 menit, tambahkan air sampai tanda. Saring dan persentase isoniazid, C6H7N3O, dalam tablet dengan
buang 20 mL filtrat pertama. Encerkan sejumlah rumus:
filtrat dengan Pengencer hingga diperoleh kadar
10 µg per mL.
 rU   CS 
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan       100
uji pada panjang gelombang serapan maksimum  rS   CU 
263 nm terhadap blangko air. Hitung persentase
isoniazid, C6H7N3O, dalam tablet dengan rumus:
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
𝐴𝑈 𝐶𝑆 isoniazid dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
( ) × ( ) × 100 adalah kadar Isoniazid BPFI dalam mg per ml
𝐴𝑆 𝐶𝑈
Larutan baku dan CU adalah kadar isoniazid dalam
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang
AU dan AS berturut-turut adalah serapan isoniazid dari
tertera pada etiket.
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Isoniazid BPFI dalam µg per mL Larutan baku dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
CU adalah kadar isoniazid dalam µg per mL Larutan
baik, tidak tembus cahaya.
uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
- 773 -

ISOSORBID DINITRAT ENCER encerkan dengan air hingga 1000 mL dan campur.
Diluted Isosorbide Dinitrate Larutan mempunyai pH lebih kurang 4,7.
Fase gerak Buat campuran air-Dapar asetat-
H
H metanol P (350:100:550). Dinginkan hingga suhu
O ruang, encerkan dengan air hingga 1000 mL, campur,
NO2
O
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
O
O2N Larutan baku internal Masukkan sejumlah
O
H
H nitrogliserin encer ke dalam labu tentukur yang
sesuai, tambahkan metanol P hingga 60% dari
1,4:3,6-Dianhidro-D-glusitol dinitrat [87-33-2] volume labu tentukur, sonikasi selama 5 menit, kocok
C6H8N2O8 BM 236,14 30 menit. Encerkan dengan metanol P sampai tanda
Isosorbid Dinitrat Encer adalah campuran kering hingga diperoleh kadar nitrogliserin lebih kurang 3
lebih kurang 25% isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, mg per mL. Biarkan mengendap, saring, masukkan
dengan laktosa, manitol atau zat tambahan lain yang filtrat dalam wadah kedap udara.
inert untuk keamanan penggunaan. Dapat Larutan baku [Catatan Buat larutan pada saat
mengandung hingga 1,0% penstabil yang sesuai, akan digunakan.] Timbang saksama lebih kurang 125
seperti amonium fosfat. Mengandung tidak kurang mg Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, masukkan ke
dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% C6H8N2O8, dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan lebih kurang
dari jumlah yang tertera pada etiket. Biasanya 30 mL Fase gerak, kocok selama 30 menit, encerkan
mengandung lebih kurang 25% isosorbid dinitrat. dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 mL larutan
[Perhatian Hati-hati, dalam penanganan isosorbid ke dalam labu tentukur 25-mL, tambahkan 4,0 mL
dinitrat yang tidak diencerkan, karena sangat mudah Larutan baku internal dan 4 mL larutan encer Dapar
meledak dan dapat meledak pada benturan atau asetat (1 dalam 10). Dinginkan hingga suhu ruang,
panas berlebih. Dalam jumlah sedikitpun harus encerkan dengan Fase gerak sampai tanda
diisolasi.] (mengandung isosorbid dinitrat 0,25 mg per mL
berdasarkan pada jumlah Isosorbid dinitrat encer
Pemerian Serbuk putih gading; tidak berbau. BPFI yang ditimbang dan yang tertera pada etiket).
Saring melalui penyaring berpori 0,45 µm.
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat Encer BPFI; Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji
campuran 25% isosorbid dinitrat dan manitol P; tidak yang baru dibuat setara dengan 30 mg isosorbid
boleh dikeringkan sebelum digunakan. dinitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL.
Lanjutkan penyiapan seperti tertera pada Larutan
Identifikasi Masukkan sejumlah zat uji setara baku, mulai dari ”tambahkan lebih kurang 30 mL
dengan lebih kurang 50 mg isosorbid dinitrat ke Fase gerak ”.
dalam penyaring kaca masir berpori sedang, alirkan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
aseton P, 3 kali, tiap kali sejumlah 5 mL. Uapkan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kumpulan ekstrak pada suhu tidak lebih dari 35º, dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4 mm
dengan mengalirkan udara secara hati-hati dan x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
keringkan residu dalam hampa udara di atas kalsium kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
klorida P pada suhu ruang selama 16 jam: spektrum terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
serapan inframerah larutan residu dalam kloroform P ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
(1 dalam 40), menunjukkan maksimum hanya pada resolusi, R, antara puncak isosorbid dinitrat dan
bilangan gelombang yang sama seperti larutan residu nitrogliserin tidak kurang dari 2,0 dan simpangan
dari Isosorbid Dinitrat Encer BPFI. baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
kalsium klorida P pada suhu ruang selama 16 jam. Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons
puncak utama. Waktu retensi relatif isosorbid dinitrat
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 dan nitrogliserin masing-masing adalah lebih kurang
bpj. 0,75 dan 1,0. Jika terdapat isosorbid dinitrat, waktu
retensi relatif adalah 0,38. Hitung jumlah dalam mg
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara isosorbid dinitrat,C6H8N2O8 dalam zat yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan dengan rumus:
Kromatografi <931>. R 
Dapar asetat Larutkan 15,4 g amonium asetat P 125C  U 
dalam air, tambahkan 11,5 mL asam asetat glasial P,  RS 
- 774 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


C adalah kadar Isosorbid Dinitrat BPFI dalam mg volume sama (lebih kurang 20 µL) filtrat alikot jika
per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah perlu diencerkan dengan Media disolusi dan Larutan
perbandingan respons puncak isosorbid dinitrat baku Isosorbid Dinitrat Encer BPFI ke dalam
terhadap baku internal dalam Larutan uji dan Larutan kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur respons
baku. puncak utama. Hitung jumlah C6H8N2O8, yang
terlarut dengan membandingkan respons puncak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup filtrat Larutan uji dan respons puncak Larutan baku
rapat. yang diketahui kadarnya.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 70% (Q) C6H8N2O8, dari jumlah yang
TABLET ISOSORBID DINITRAT tertera pada etiket.
Isosorbide Dinitrate Tablet Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

Tablet Isosorbid Dinitrat mengandung Isosorbid Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Dinitrat, C6H8N2O8, tidak kurang dari 90,0% dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Kromatografi <931>.
etiket. Dapar asetat, Fase gerak, Larutan baku internal,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat Encer BPFI; seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Isosorbid
campuran isosorbid dinitrat 25% dan manitol P, tidak Dinitrat Encer.
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet ke tablet setara dengan lebih kurang 12,5 mg isosorbid
dalam tabung sentrifuga bersumbat kaca, tambahkan dinitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL,
10 mL larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250), tambahkan lebih kurang 30 mL Fase gerak, kocok
kocok agar serbuk menjadi basah, tambahkan 15 mL segera, untuk mencegah terjadi gumpalan. Jika terjadi
heksana P dan kocok. Sentrifus campuran dan gumpalan, dispersikan dengan sonikasi atau aduk
masukkan lapisan atas ke dalam gelas piala. Uapkan, dengan batang pengaduk selama 30 menit.
keringkan residu dalam hampa udara di atas kalsium Tambahkan 8,0 mL Larutan baku internal, dinginkan
klorida anhidrat P pada suhu ruang selama 16 jam: hingga suhu ruang, tambahkan 8 mL enceran Dapar
spektrum serapan inframerah sejumlah residu dalam asetat dalam air (1 dalam 10), encerkan dengan Fase
kloroform P menunjukkan maksimum hanya pada gerak sampai tanda. Saring dengan penyaring
bilangan gelombang yang sama seperti larutan residu penukar ion.
dari Isosorbid Dinitrat Encer BPFI yang Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
diperlakukan sama. kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer. Hitung jumlah
dalam mg isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, dalam serbuk
Disolusi <1231> tablet yang digunakan dengan rumus:
Media disolusi: 1000 mL air.
Alat tipe 2: 75 rpm. R 
Waktu: 45 menit. 50C  U 
Lakukan penetapan jumlah isosorbid dinitrat  RS 
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. C adalah kadar Isosorbid Dinitrat BPFI dalam mg
Fase gerak Buat campuran amonium sulfat 0,1 M- per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
metanol P (50:50), atur pH hingga 3,0 dengan perbandingan respons puncak isosorbid dinitrat
penambahan asam sulfat P, saring dan awaudarakan. terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian baku.
Sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
mm x 5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih TABLET LEPAS LAMBAT ISOSORBID
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi DINITRAT
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Isosorbide Dinitrate Extended-Release Tablet
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Tablet Lepas Lambat Isosorbid Dinitrat mengandung
lebih dari 2,0% dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5.
Isosorbid Dinitrat, C6H8N2O8, tidak kurang dari
- 775 -

90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada etiket. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor UVdan kolom 5mm x 25
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat Encer BPFI; cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
[Perhatian Bahan yang tidak diencerkan, mudah mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
meledak oleh tekanan atau pemanasan berlebih], Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
merupakan campuran yang mengandung 25% puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
isosorbid dinitrat dalam manitol, tidak boleh tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
terhindar dari pemanasan berlebih. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Identifikasi Lakukan seperti pada uji Identifikasi Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons
dalam Tablet Isosorbid Dinitrat. Jika diperlukan puncak utama. Hitung jumlah isosorbid dinitrat,
pemisahan zat pengganggu, gunakan teknik sebagai C6H8N2O8, yang terlarut.
berikut: masukkan sejumlah serbuk tablet setara Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
dengan lebih kurang 20 mg isosorbid dinitrat ke Tabel penerimaan 2 dalam uji Disolusi <1231>.
dalam tabung sentrifuga bersumbat kaca, tambahkan Persentase jumlah C6H8N2O8 yang terlarut pada
10 mL larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250), waktu tertentu sesuai dengan tabel di bawah ini.
kocok sampai semua serbuk terbasahi, tambahkan 15
mL heksan P dan kocok. Sentrifus dan pindahkan Waktu (jam) Jumlah terlarut
lapisan atas ke dalam gelas piala. Masukkan ke dalam 1 antara 15% dan 30%
lemari pembeku pada suhu lebih kurang -14, setelah 2 antara 50% dan 70%
30 menit lakukan penyaringan dalam lemari pembeku 4 antara 65% dan 85%
6 tidak kurang dari 75%
menggunakan corong bertangkai pendek melalui
kapas yang sebelumnya telah dibilas dengan
kloroform P dan dikeringkan, tampung filtrat dalam UJI 2
gelas piala. Uapkan pelarut dan keringkan residu Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan
memenuhi Uji Disolusi 2, lakukan uji disolusi di
dalam hampa udara di atas kalsium klorida P selama
bawah ini.
16 jam: Spektrum serapan inframerah residu yang
Media disolusi: 900 mL cairan lambung buatan
telah dilarutkan dalam 0,4 mL kloroform P
tanpa pepsin pH 1,2 untuk jam pertama; 900 mL
menggunakan sel 0,1 mm menunjukkan maksimum
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti cairan usus buatan tanpa enzim pH 7,5 untuk jam
pada Isosorbid Dinitrat Encer BPFI. Puncak-puncak berikutnya.
Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‘singker’ berbentuk
utama pada bilangan gelombang lebih kurang 1650 cm-
1 spiral.
, 1284 cm-1 dan 1275cm-1 (doblet), 1106 cm1, dan 844
Waktu: 1, 3, 6 dan 12 jam.
cm-1.
Lakukan penetapan jumlah C6H8N2O6 yang terlarut
Disolusi<1231> dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
UJI 1 tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
Media disolusi: 500 mL air.
pada Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat
Alat tipe 2: 50 rpm.
Encer.
Waktu: 1, 2, 4 dan 6 jam.
Larutan baku Buat dua larutan, dalam masing-
Lakukan penetapan jumlah C6H8N2O8 yang terlarut
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti masing Media disolusi. Timbang saksama sejumlah
Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, larutkan dalam Media
tertera pada Kromatografi <931>.
disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
Dapar pH 3,0 Timbang lebih kurang 6,6 g
bertahap dengan masing-masing Media disolusi
amonium sulfat P dan tambahkan ke dalam 500 mL
hingga kadar lebih kurang 40 μg per mL.
air. Atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam
sulfat 1 N. Larutan uji Saring 5 mL larutan disolusi melalui
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar pH penyaring dengan porositas 10 μm. Larutan disolusi
yang diambil pada jam ke-3 dan 6, ganti dengan
3,0 (50:50), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Media disolusi.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, larutkan dalam Media Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer.
disolusi hingga kadar seperti Larutan uji. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan uji Gunakan sejumlah larutan disolusi
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
yang telah disaring.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0 %.
- 776 -

Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah


volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
persentase kumulatif isosorbid dinitrat, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C6H8N2O8yang terlarut pada tiap waktu pengambilan Kromatografi <931>.
sampel, koreksi jumlah yang diambil pada waktu Dapar, Fase gerak, Larutan baku internal,
pengambilan sampel sebelumnya (tidak berlaku Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan
untuk jam pertama), sebagai berikut: seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Isosorbid
Dinitrat Encer.
C  Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
CU = rU  S  dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
 rS  setara dengan lebih kurang 12,5 mg isosorbid dinitrat,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL kering,
Hitung persentase zat terlarut pada jam pertama tambahkan lebih kurang 30 mL Fase gerak, segera
dengan rumus: kocok untuk mencegah terjadinya gumpalan. Jika
terjadi gumpalan, dispersikan dengan bantuan
sonikasi atau pecahkan gumpalan dengan batang
900  100
C1  pengaduk atau hangatkan di atas tangas uap dalam
1000  LC labu tertutup atau diamkan labu sampai gumpalan
hilang. [Catatan Jika gumpalan tetap ada, buang
Hitung persentase zat terlarut pada jam ketiga dengan campuran dan ganti dengan larutan yang dibuat
rumus: sebagai berikut. Timbang saksama sejumlah zat,
 900  100  larutkan dalam 15 mL campuran Dapar-air (1:10)
C3  1000  LC  + % terlarut pada jam pertama
dengan cara dipanaskan di atas tangas uap selama 1
jam dan kocok sesering mungkin, kemudian
Hitung persentase zat terlarut pada jam keenam tambahkan 15 mL metanol P.] Kocok selama 30
dengan rumus: menit, tambahkan 8,0 mL Larutan baku internal,
dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 8 mL
900  100   5  C 3  campuran Dapar- air (1:10), encerkan dengan Fase
 C 6 +   + % terlarut pada jam pertama
1000  LC   900  gerak sampai tanda. Saring melalui penyaring
membran dengan porositas mikro.
Hitung persentase zat terlarut pada jam kedua belas Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
dengan rumus: dalam Penetapan kadar pada Isosorbid Dinitrat
Encer. Hitung jumlah dalam mg isosorbid dinitrat,
900 100   5  C6H8N2O8, dalam serbuk tablet yang digunakan
 C12 +   (C3 + C6 ) + %terlarut jam pertama
1000  LC   900  dengan rumus:

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak R 


Larutan uji dan Larutan baku; CU adalah kadar 50C  U 
sampel dalam g per mL pada waktu tertentu; CS  RS 
adalah kadar Isosorbid Dinitrat Encer BPFI dalam
μg per mL Larutan baku; 900 adalah volume media C adalah kadar Isosorbid Dinitrat Encer BPFI dalam
disolusi dalam mL; 1000 adalah faktor konversi dari mg per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut
μg menjadi mg; 100 adalah faktor konversi adalah perbandingan respons puncak analit terhadap
persentase; LC adalah jumlah isosorbid dinitrat dalam puncak baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
mg per tablet yang tertera pada etiket dan 5 adalah
volume dalam mL larutan disolusi yang diambil dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
media yang digantikan. baik.
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
Tabel penerimaan 2 dalamUji Disolusi <1231>. Penandaan Cantumkan uji disolusi yang digunakan,
Persentase jumlah C6H8N2O8 yang terlarut pada jika tidak menggunakan Uji 1.
waktu tertentu sesuai dengan tabel di bawah ini:

Waktu (jam) Jumlah terlarut TABLET SUBLINGUAL ISOSORBID


1 antara 5% dan 25%
3 antara 30% dan 50%
DINITRAT
6 antara 50% dan 80% Isosorbide Dinitrate Sublingual Tablets
12 tidak kurang dari 75%
- 777 -

Tablet Sublingual Isosorbid Dinitrat mengandung Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Isosorbid Dinitrat, C6H8N2O8, tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada etiket. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>.
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, Dapar asetat, Fase gerak, Larutan baku internal,
campuran 25% Isosorbid dinitrat dalam manitol, Larutan baku, dan Sistem kromatografi Lakukan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam
dalam wadah tertutup rapat, hindari paparan panas Isosorbid Dinitrat Encer.
berlebih. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet ke setara dengan lebih kurang 12,5 mg isosorbid dinitrat,
dalam tabung sentrifuga bersumbat kaca, tambahkan masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
10 mL larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250), lebih kurang 30 mL Fase gerak, kocok selama 30
kocok agar serbuk menjadi basah, tambahkan 15 mL menit. Tambahkan 8,0 mL Larutan baku internal,
heksan P dan kocok. Sentrifus campuran dan dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 8 mL
masukkan lapisan atas ke dalam gelas piala. Uapkan, enceran larutan Dapar asetat dalam air (1 dalam 10),
keringkan residu dalam hampa udara di atas kalsium encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring
klorida anhidrat P pada suhu ruang selama 16 jam. melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm.
Larutkan residu dalam kloroform P: spektrum Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada
serapan inframerah larutan residu menunjukkan Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Hitung jumlah dalam mg, isosorbid dinitrat,
sama seperti pada Isosorbid Dinitrat Encer BPFI C6H8N2O8, dalam serbuk tablet yang digunakan
yang diperlakukan sama. dengan rumus:

Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 2 menit; R 


lakukan penetapan seperti yang tertera pada Tablet 50C  U 
Sublingual.  RS 
Disolusi <1231> Prosedur gabungan sampel C adalah kadar Isosorbid Dinitrat Encer BPFI dalam
Media disolusi: 900 mL air mg per mL Larutan baku; RU dan RS berturut-turut
Alat tipe 2: 50 rpm adalah perbandingan respons puncak analit terhadap
Waktu: 20 menit baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C6H8N2O8
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. baik.
Fase gerak Buat campuran amonium sulfat 0,1 M-
metanol P (50:50) pH 3,0. Saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
ISOSORBID MONONITRAT ENCER
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Pipet sejumlah alikot dan saring.
Diluted Isosorbide Mononitrate
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
4,6 mm × 5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku 1,4:3,6-Dianhidro, D-glusitol 5-nitrat [16051-77-7]
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. C6H9NO6 BM 191,14
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Isosorbid Mononitrat Encer adalah suatu campuran
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kering dari isosorbid mononitrat, C6H9NO6, dengan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung laktosa atau zat tambahan yang sesuai untuk
persentase C6H8N2O8 yang terlarut. penanganan yang aman. Mengandung isosorbid
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak mononitrat, C6H9NO6, tidak kurang dari 95,0% dan
kurang dari 80% (Q) C6H8N2O8, dari jumlah yang tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
tertera pada etiket. etiket.
- 778 -

[Perhatian Hati-hati dalam penanganan isosorbid Larutan baku 3 Timbang saksama sejumlah
mononitrat yang tidak diencerkan, mudah meledak Isosorbid BPFI, encerkan secara kuantitatif dan jika
dan dapat meledak karena benturan atau pemanasan perlu bertahap dengan etanol mutlak P hingga kadar
berlebih. Dalam jumlah yang sangat kecil harus lebih kurang 0,05 mg per mL.
diisolasi.] Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
dengan lebih kurang 200 mg isosorbid mononitrat,
Baku pembanding Isosorbid BPFI; Untuk masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
penggunaan kuantitatif, lakukan penetapan kadar air 20,0 mL etanol mutlak P, sonikasi selama 10 menit
secara Titrimetri. Setelah ampul dibuka simpan dan sentrifus. Gunakan beningan.
dalam wadah tertutup rapat; [Catatan Baku Penampak bercak Larutkan 1,25 g kalium
pembanding berikut adalah campuran kering dari permanganat P dan 10 g natrium hidroksida P dalam
suatu zat aktif dan zat tambahan yang sesuai untuk 500 mL air. Larutan ini dibuat segar untuk tiap
penanganan yang aman. Untuk penggunaan lempeng.
kuantitatif, hitung konsentrasi zat aktif berdasarkan Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan
pada kandungan yang tertera pada etiket.] Isosorbid uji dan semua Larutan baku pada lempeng
Dinitrat Encer BPFI; [Perhatian Zat yang tidak kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam Bejana
diencerkan, mudah meledak dan dapat meledak kromatograf yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase
karena benturan atau pemanasan berlebih.] gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
Campuran ini mengandung isosorbid dinitrat 25% lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
dalam manitol. Tidak boleh dikeringkan sebelum keringkan dengan udara hangat selama lebih kurang
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan 10 menit, masukkan lempeng dalam penampak
terlindung dari panas berlebih. Isosorbid Mononitrat bercak dan panaskan pada suhu 105° selama 5 menit.
EncerBPFI. Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Beberapa bercak yang diperoleh pada kromatogram
Encer BPFI [1,4:3,5-dianhidro-D-glusitol 2-nitrat Larutan uji dengan harga Rf yang sesuai dengan
(C6H9NO6 BM 191,14)]. bercak yang diperoleh pada kromatogram semua
Larutan baku, tidak lebih intensif dari bercak yang
Identifikasi diperoleh pada kromatogram Larutan baku 3:
A. Kocok sejumlah zat setara dengan lebih kurang masing-masing cemaran tidak lebih dari 0,5%. Jika
25 mg isosorbid mononitrat, dengan 10 mL aseton P intensitas bercak yang diperoleh pada kromatogram
selama 5 menit. Saring, uapkan filtrat sampai kering Larutan uji hampir sama seperti bercak yang
pada suhu di bawah 40°, keringkan residu dalam diperoleh pada kromatogram Larutan baku 3,
hampa udara di atas fosfor pentoksida P selama 16 jam: encerkan Larutan uji dengan etanol mutlak P (1:1),
Spektrum serapan inframerah residuyang telah ulangi uji dan bandingkan intensitas bercak isosorbid
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, dari enceran Larutan uji dengan intensitas bercak dari
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan semua Larutan baku, yang telah dikoreksi tingkat
gelombang yang sama seperti pada Isosorbid persentasenya sesuai pengenceran Larutan uji.
Mononitrat Encer BPFI. UJI 2
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
diperoleh pada Penetapan kadar. <931>.
Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 senyawa sejenis A isosorbid mononitrat, Larutan uji
bpj. dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Cemaran organik Larutan baku isosorbid dinitrat persediaan
UJI 1 Timbang saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera BPFI, larutkan dalam metanol P, sonikasi dan jika
pada Kromatografi <931>. perlu hangatkan. Encerkan secara kuantitatif dan jika
Fase gerak Campuran etanol mutlak P-toluen P perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih
(8:2). kurang 0,125 mg per mL.
Penjerap Silika gel P setebal 0,25 mm. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke
Isosorbid BPFI, encerkan secara kuantitatif dan jika dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam air,
perlu bertahap dengan etanol mutlak P hingga kadar tambahkan secara kuantitatif sejumlah volume
lebih kurang 0,0125 mg per mL. Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid
Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah mononitrat dan Larutan baku isosorbid dinitrat
Isosorbid BPFI, encerkan secara kuantitatif dan jika persediaan, encerkan dengan air hingga kadar
perlu bertahap dengan etanol mutlak P hingga kadar isosorbid mononitrat, senyawa sejenis A isosorbid
lebih kurang 0,025 mg per mL. mononitrat dan isosorbid dinitrat berturut-turut lebih
- 779 -

kurang 2,0 mg per mL; 0,005 mg per mL dan 0,005 kurang 1,0 mg per mL. Encerkan secara kuantitatif
mg per mL. Saring larutan, buang beberapa mL filtrat larutan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,05
pertama. mg per mL.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan resolusi Pipet 10 mL Larutan baku
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat, 1 mL
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Larutan baku dan 4 mL metanol P ke dalam labu
kromatogram dan ukur repons puncak utama. Hitung tentukur 100-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
persentase senyawa sejenis A isosorbid mononitrat Saring larutan, buang beberapa mL filtrat pertama.
dan isosorbid dinitrat relatif terhadap jumlah Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat yang
isosorbid mononitrat dalam zat dengan rumus: setara dengan lebih kurang 100 mg isosorbid
mononitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
 rU  mL, larutkan dalam lebih kurang 25 mL air.
 CV 
100  Tambahkan 2 mL metanol P, encerkan dengan air
W  rS  sampai tanda. Campur dan saring, buang beberapa
mL filtrat pertama.
C adalah kadar senyawa sejenis A isosorbid Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mononitrat atau isosorbid dinitrat, dalam mg per mL Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku; V adalah volume Larutan uji dalam dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4 mm
mL; W adalah jumlah isosorbid mononitrat dalam x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
mg, dari isosorbid mononitrat encer yang digunakan kurang 1,5 mL per menit, pada menit ke 8,5 naikkan
untuk membuat Larutan uji berdasarkan jumlah yang laju alir hingga 3,0 mL per menit untuk memastikan
tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah bahwa puncak isosorbid mononitrat sudah tereluasi
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku: sempurna. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons
dinitrat, masing-masing tidak lebih dari 0,25%. puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
Hitung persentase cemaran lain(selain senyawa relatif untuk senyawa sejenis A isosorbid mononitrat,
sejenis A isosorbid mononitrat atau isosorbid dinitrat) isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat berturut-
dalam zat dengan rumus: turut lebih kurang 0,8; 1,0 dan 4,1; resolusi, R, antara
puncak senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan
puncak isosorbid mononitrat tidak kurang dari 2,0.
r  Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
100 i  kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
 rS  pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
ri adalah respons puncak cemaran laindari Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
uji dan rS adalah jumlah semua respons puncak: total volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
cemaran termasuk senyawa sejenis A isosorbid Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
mononitrat dan isosorbid dinitrat tidak lebih dari kromatogram dan ukur respons puncak isosorbid
0,5%; total cemaran dari hasil Uji 1 dan Uji 2, tidak mononitrat. Hitung jumlah dalam mg isosorbid
lebih dari 0,5%. mononitrat, C6H9NO6, dalam zat yang digunakan
dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
r 
Kromatografi <931>. CV  U 
Fase gerak Buat campuran air -metanol P (95:5),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
 rS 
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. C adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mL Larutan baku;V adalah volume Larutan uji dalam
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke mL; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dalam air, Larutan uji dan Larutan baku.
tambahkan sejumlah volume metanol P lebih kurang
4% dari volume labu, encerkan dengan air hingga Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kadar lebih kurang 2,0 mg per mL. rapat. Simpan pada suhu antara 20° dan 30°.
Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid
mononitrat Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis A Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan TABLET ISOSORBID MONONITRAT
dalam metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika Isosorbide Mononitrate Tablet
perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih
- 780 -

Tablet Isosorbid Mononitrat mengandung Isosorbid Disolusi <1231>


Mononitrat, C6H9NO6, tidak kurang dari 90,0% dan Media disolusi: 900 mL air.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Alat tipe 2: 50 rpm.
etiket. Waktu: 15 menit.
Lakukan penetapan jumlah C6H9NO6, yang terlarut
Baku pembanding Isosorbid BPFI; Untuk dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
penggunaan kuantitatif lakukan penetapan kadar air tertera pada Kromatografi <931>.
secara Titrimetri. Setelah ampul dibuka simpan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
dalam wadah tertutup rapat; [Catatan Baku Penetapan kadar.
pembanding berikut adalah campuran kering dari Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20
suatu zat aktif dan zat tambahan yang sesuai untuk mg Isosorbid mononitrat encer BPFI, masukkan ke
penanganan yang aman. Untuk penggunaan dalam labu tentukur 200-mL, larutkan dan encerkan
kuantitatif, hitung konsentrasi zat aktif berdasarkan dengan Media disolusi sampai tanda. Pipet 20 mL
pada kandungan yang tertera pada etiket.] Isosorbid larutan ke dalam labu tentukur 100-mL dan encerkan
Dinitrat Encer BPFI [Perhatian Zat yang tidak dengan Media disolusi sampai tanda.
diencerkan, mudah meledak dan dapat meledak Larutan uji Gunakan sejumlah alikot, saring
karena benturan atau pemanasan berlebih.] melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm, buang
Campuran ini mengandung isosorbid dinitrat 25% beberapa mL filtrat pertama.
dalam manitol. Tidak boleh dikeringkan sebelum Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
terlindung dari panas berlebih. Isosorbid Mononitrat dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
EncerBPFI. Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
Encer BPFI. kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan
Identifikasi ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. lebih dari 1,5%.
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P (95:5). Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Penjerap Silika gel P. kadar. Hitung persentase isosorbid mononitrat,
Penampak bercak Larutkan 1 g kanji P dalam 100 C6H9NO6 yang terlarut dengan rumus:
mL air mendidih, dinginkan, tambahkan 0,5 g kalium
iodida P, aduk sampai larut.
 C  r 
Larutan baku Larutkan Isosorbid Mononitrat 900 S  U 100
Encer BPFI dalam etanol mutlak P hingga kadar  LC  rS 
lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang CS adalah kadar Isosorbid mononitrat encer BPFI
dari 20 tablet. Timbang sejumlah serbuk setara dalam mg per mL Larutan baku; LC adalah jumlah
dengan lebih kurang 120 mg isosorbid mononitrat, dalam mg per tablet yang tertera pada etiket; rU dan rS
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
50 mL etanol mutlak P, sonikasi selama 10 menit, Larutan baku; 900 adalah volume media disolusi
sentrifus. Encerkan secara kuantitatif 10 bagian dalam mL; 100 adalah faktor konversi terhadap
beningan dengan 50 bagian etanol mutlak P. persentase.
Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi. kurang dari 80% (Q) C6H9NO6 dari jumlah yang
Masukkan lempeng ke dalam Bejana kromatograf tertera pada etiket.
yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Angkat lempeng dan tandai batas rambat, biarkan Keseragaman kandungan.
lempeng kering di udara. Amati lempeng di bawah
cahaya ultraviolet 254 nm dan tandai bercak yang Cemaran organik
sesuai dengan Larutan baku. Semprot bercak dengan UJI 1
penampak bercak dan sinari dengan cahaya Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
ultraviolet 254 nm selama lebih kurang 10 menit. pada Kromatografi <931>.
Bercak isosorbid mononitrat dan nitrat-nitrat lain Fase gerak, Penjerap, Larutan baku 1, Larutan
terlihat sebagai bercak ungu dengan latar belakang baku 2, Larutan baku 3 dan volume penotolan
putih sampai ungu muda. Lakukan seperti tertera pada UJI 1 dalam Senyawa
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram sejenis pada Isosorbid Mononitrat Encer.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
diperoleh pada Penetapan kadar. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
- 781 -

tablet setara dengan lebih kurang 100 mg isosorbid dinitrat persediaan, encerkan dengan air hingga
mononitrat, masukkan ke dalam wadah yang sesuai, kadar isosorbid mononitrat, senyawa sejenis A
tambahkan 20,0 mL etanol mutlak P, sonikasi selama isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat berturut-
10 menit dan sentrifus. Gunakan beningan. turut lebih kurang 0,1 mg per mL; 0,0005 mg per mL
Penampak bercak Larutkan 1:25 g kalium dan 0,0005 mg per mL. Saring larutan, buang
permanganat P dan 10 g natrium hidroksida P dalam beberapa mL filtrat pertama.
500 mL air. Larutan ini dibuat segar untuk tiap Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lempeng. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
uji, semua Larutan baku pada lempeng kromatografi. mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
Masukkan lempeng ke dalam Bejana kromatograf kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase gerak terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Angkat lempeng dan tandai batas rambat, biarkan resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
lempeng kering dengan aliran udara hangat selama isosorbid mononitrat dan puncak isosorbid
lebih kurang 10 menit, masukkan lempeng dalam mononitrat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
penampak bercak dan panaskan pada suhu 105° kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
selama 5 menit. Beberapa bercak yang diperoleh kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada kromatogram Larutan uji dengan harga Rf yang pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
sesuai dengan bercak yang diperoleh pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10% untuk puncak
kromatogram semua Larutan baku, tidak lebih senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid
intensif dari bercak yang diperoleh pada dinitrat.
kromatogram Larutan baku 3: masing-masing Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
cemaran tidak lebih dari 1,0%. Jika intensitas bercak volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
yang diperoleh pada kromatogram Larutan uji Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
hampir sama seperti bercak yang diperoleh dalam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
kromatogram Larutan baku 3, encerkan Larutan uji Bandingkan respons puncak cemaran yang diperoleh
dengan etanol mutlak P (1:1), ulangi uji dan dari Larutan uji dan Larutan baku. Respons puncak
bandingkan intensitas bercak isosorbid dari Larutan rata-rata cemaran Larutan uji kurang dari atau sama
uji encer dengan intensitas bercak dari semua dengan respons puncak rata-rata dari puncak yang
Larutan baku yang telah dikoreksi tingkat sama Larutan baku.
persentasenya sesuai pengenceran Larutan uji.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
UJI 2 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan Kromatografi <931>.
isosorbid dinitrat masing-masing tidak lebih dari Fase gerak Buat campuran air-metanol P (7:3),
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
<931>. tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan resolusi dan Larutan uji Larutan resolusi Buat larutan Isosorbid
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. Mononitrat Encer BPFI dan Senyawa Sejenis A
Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid Isosorbid Mononitrat Encer BPFI dengan kadar
mononitrat persediaan Timbang saksama sejumlah masing-masing lebih kurang 0,0005 mg per mL.
Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Encer Larutan baku Timbang saksama sejumlah
BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan
jika perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
lebih kurang 0,1 mg per mL. dengan air, hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per
Larutan baku isosorbid dinitrat persediaan mL. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45
Timbang saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer m atau lebih kecil.
BPFI, larutkan dalam metanol P, sonikasi dan jika Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
perlu hangatkan. Encerkan secara kuantitatif dan jika dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih tablet setara dengan lebih kurang 20 mg isosorbid
kurang 0,1 mg per mL. mononitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-
Larutan baku Timbang saksama sejumlah mL, tambahkan 100 mL air, sonikasi selama 10
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke menit, encerkan dengan air sampai tanda. Saring
dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam air, melalui penyaring dengan porositas 0,45 m atau
tambahkan secara kuantitatif sejumlah volume lebih kecil.
Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
mononitrat persediaan dan Larutan baku isosorbid Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
- 782 -

dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 Fase gerak Gunakan campuran kloroform P-metanol
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih P (95:5).
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi Penampak bercak Larutkan 1 g kanji P dalam 100
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan mL air mendidih, dinginkan, tambahkan 0,5 g kalium
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: iodida P, aduk sampai larut.
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A Larutan baku Timbang saksama sejumlah
isosorbid mononitrat dan puncak isosorbid Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan
mononitrat tidak kurang dari 1,5. Lakukan encerkan dengan etanol mutlak P hingga kadar lebih
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kurang 0,5 mg per mL.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dari 20 tablet. Timbang sejumlah serbuk setara
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%. dengan lebih kurang 120 mg isosorbid mononitrat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan 50 mL etanol mutlak P, sonikasi selama 10 menit,
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram sentrifus. Pipet 10 mL beningan ke dalam labu
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah tentukur 50 mL. Encerkan dengan etanol mutlak P
dalam mg isosorbid mononitrat, C6H9NO6, dalam sampai tanda.
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan
uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi
r  silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana
200C  U  kromatograf yang berisi Fase gerak. Biarkan Fase
 rS  gerak merambat hingga tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng dan tandai batas rambat,
C adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per biarkan lempeng kering di udara. Amati lempeng di
mL Larutan baku; rU dan rS adalah respons puncak bawah cahaya ultraviolet 254 nm dan tandai bercak
Larutan uji dan Larutan baku. yang sesuai dengan Larutan baku. Semprot bercak
dengan penampak bercak dan sinari dengan cahaya
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup ultraviolet 254 nm selama lebih kurang 10 menit.
rapat. Simpan pada suhu antara 20° dan 30°. Bercak isosorbid mononitrat dan nitrat-nitrat lain
terlihat sebagai bercak ungu dengan latar belakang
putih sampai ungu muda.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
TABLET LEPAS LAMBAT ISOSORBID
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
MONONITRAT diperoleh pada Penetapan kadar.
Isosorbide Mononitrate Extended-Release
Tablets Disolusi <1231>
UJI 1
Tablet Lepas Lambat Isosorbid Mononitrat Media disolusi: 900 mL air.
mengandung Isosorbid Mononitrat, C6H9NO6, tidak Alat tipe 2: 50 rpm, tablet diletakkan dalam
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari “singker” berbentuk spiral yang dibuat dari baja
jumlah yang tertera pada etiket. tahan karat dengan diameter 0,8 mm, panjang 25,4
cm dengan diameter lingkaran lebih kurang 0,72 cm
Baku pembanding Isosorbid BPFI; Untuk dan tinggi lebih kurang 2,5 cm.
penggunaan kuantitatif, lakukan penetapan kadar air Waktu: 1, 2, 4, 8 dan 12 jam.
secara Titrimetri. Setelah ampul dibuka simpan Lakukan penetapan jumlah isosorbid mononitrat
dalam wadah tertutup rapat; [Catatan Baku C6H9NO6, yang terlarut dengan cara Kromatografi
pembanding berikut adalah campuran kering dari cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
suatu zat aktif dan zat tambahan yang sesuai untuk <931>.
keamanan penggunaan. Untuk penggunaan Fase gerak Campuran air-metanol P (7:3), saring
kuantitatif, hitung konsentrasi zat aktif berdasarkan dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
pada kandungan yang tertera pada etiket.] Isosorbid menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Dinitrat Encer BPFI. Isosorbid Mononitrat Encer Kromatografi <931>.
BPFI. Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Encer BPFI. Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam
Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika
Identifikasi perlu bertahap dengan Media disolusi hingga kadar
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada lebih kurang L/1000. L adalah jumlah dalam mg per
Identifikasi secara Kromatografi lapis tipis <281>. tablet seperti yang tertera pada etiket.
- 783 -

Larutan uji Saring sejumlah volume alikot melalui Waktu (jam) Jumlah terlarut (%)
penyaring nilon dengan porositas 0,45 µm, buang 4-6 1 15-35
mL filtrat pertama. 2 28-48
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 4 43-68
8 65-90
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom 4,6
12 tidak kurang dari 80
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
UJI 2 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 2].
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Media disolusi: 500 mL cairan lambung buatan LP
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
(tanpa enzim).
lebih dari 1,5 %.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Waktu: 1, 2, 6 dan 12 jam.
volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
Lakukan penetapan jumlah C6H9NO6 yang terlarut
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Pada
tertera pada Kromatografi <931>.
waktu i jam, hitung jumlah dalam mg isosorbid
Fase gerak Campuran air-metanol P (3:2), saring
mononitrat, C6H9NO6, yang terlarut (ADi) dengan
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
rumus:
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
 rU  Kromatografi <931>.
   CS  V
Larutan baku persediaan Timbang saksama
 rS 
sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan
dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertahap
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang
Larutan uji dan Larutan baku pada waktu i jam; CS 1,2 mg per mL.
adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per mL Larutan baku Lakukan pengenceran Larutan baku
Larutan baku; V adalah volume dalam mL media persediaan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
disolusi dalam bejana disolusi pada tiap pengambilan kurang 60 µg per mL untuk tablet yang mengandung
sampel. Hitung jumlah dalam mg isosorbid 30 mg isosorbid mononitrat dan 120 µg per mL untuk
mononitrat, C6H9NO6 yang diambil pada tablet yang mengandung 60 mg isosorbid mononitrat.
pengambilan sampel sebelumnya dengan rumus: Larutan uji Saring sejumlah volume alikot melalui
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
 VS 
 AD   V
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja

tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom 4,6
 i
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per
AD adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
yang terlarut pada tiap titik pengambilan sampel; rekam kromatogram dan ukur respon puncak seperti
VS adalah volume dalam mL sampel yang diambil; tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Vi adalah volume dalam mL media disolusi dalam penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %.
bejana disolusi pada setiap pengambilan sampel. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Hitung persentase isosorbid mononitrat, C6H9NO6, volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
yang terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
rumus: kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
 AD + AR  jumlah dalam mg isosorbid mononitrat, C6H9NO6,
   100
 L  yang terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan
rumus:
AD adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat
yang terlarut pada tiap titik pengambilan sampel; AR  rU (i ) 
 C
adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat yang  rS  S
diambil pada pengambilan sampel sebelumnya dan L  
adalah jumlah dalam mg per tablet seperti tertera
pada etiket. rU(i) adalah respons puncak dari Larutan uji pada tiap
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada pengambilan sampel ke-I; rS adalah respons puncak
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. isosorbid mononitrat dari Larutan baku; CS adalah
Persentase jumlah isosorbid mononitrat, C6H9NO6 kadar isosorbid mononitrat dalam mg per mL
yang terlarut pada waktu tertentu, sesuai dengan tabel Larutan baku. Hitung persentase isosorbid
di bawah ini. mononitrat yang terlarut pada tiap pengambilan
sampel dengan rumus:
- 784 -

ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 mL per


 ( i −1
)
Waktu = Ci V0 − ((i − 1)Vt ) +  j −1 C jVt
100
L
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang dilepaskan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
pada tiap titik waktu i, dalam mg per mL; V0 adalah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume awal dalam mL media; Vt adalah volume volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku
sampel dalam mL yang diambil pada tiap dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
pengambilan sampel; Cj adalah kadar isosorbid kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
mononitrat yang dilepaskan dalam mg per mL, pada kadar dalam mg per mL isosorbid mononitrat yang
waktu j; L adalah jumlah isosorbid mononitrat dalam terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan rumus:
mg per tablet seperti yang tertera pada etiket.
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada  rU ( i ) 
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.    CS
Persentase jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu  S 
r
tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik
Waktu (jam) Jumlah terlarut (%)
waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS
1 25-45
2 35-60
adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per mL
6 65-90 Larutan baku. Hitung persentase isosorbid
12 tidak kurang dari 80 mononitrat yang terlarut pada tiap pengambilan
sampel dengan rumus:
UJI 3 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 3].
Media disolusi: 500 mL cairan lambung buatan

Waktu = Ci V0 − ((i − 1)Vt ) + ( i −1
j −1
C jVt )100
L
LP (tanpa enzim).
Alat tipe 2: 50 rpm. Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang dilepaskan
Waktu: 1, 2, 6 dan 12 jam. pada tiap titik waktu i, dalam mg per mL; V0 adalah
Lakukan penetapan jumlah isosorbid mononitrat, volume awal dalam mL media; Vt adalah volume
C6H9NO6 yang terlarut dengan cara Kromatografi sampel dalam mL yang diambil pada tiap
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi pengambilan sampel; Cj adalah kadar isosorbid
<931>. mononitrat yang dilepaskan dalam mg per mL, pada
Dapar Masukkan lebih kurang 15,4 g amonium waktu j; L adalah jumlah dalam mg per tablet seperti
asetat P dan 11,5 mL asam asetat P ke dalam labu tertera pada etiket.
tentukur 1000-mL yang berisi 500 mL air, atur pH Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
hingga 4,7 dengan penambahan asam asetat P. Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
Encerkan dengan air sampai tanda. Persentase jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu
Fase gerak Campuran air-metanol P-Dapar tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
(6:3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Waktu (jam) Jumlah terlarut (%)
tertera pada Kromatografi <931>. 1 20-40
Larutan baku persediaan Timbang saksama 2 30-50
sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan 6 70-90
dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertahap 12 tidak kurang dari 85
dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang
0,12 mg per mL. UJI 4 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Larutan baku Untuk tablet yang mengandung etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 4].
60 mg isosorbid mononitrat, gunakan Larutan baku Media disolusi: 500 mL natrium klorida P 0,2%
persediaan tanpa pengenceran. Untuk tablet yang dalam asam hidroklorida 0,1 N.
mengandung 30 mg isosorbid mononitrat, pipet Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‘singker’ keranjang
25 mL Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur (lihat gambar 2a pada lampiran Uji Disolusi <1231>).
50-mL. Encerkan dengan Media disolusi sampai Waktu: 1, 2, 6 dan 12 jam.
tanda. Lakukan penetapan jumlah isosorbid mononitrat,
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah C6H9NO6, yang terlarut dengan cara Kromatografi
disaring melalui penyaring dengan porositas cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
0,45 μm. <931>.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja Fase gerak Campuran air-metanol P (820:180),
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
- 785 -

penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti volume media (500 mL); VS adalah volume sampel
tertera pada Kromatografi <931>. dalam mL yang diambil dari media; dan L adalah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah jumlah dalam mg per tablet seperti yang tertera pada
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam etiket.
Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
perlu bertahap dengan Media disolusi hingga kadar Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
lebih kurang L/500. L adalah jumlah dalam mg per Persentase jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu
tablet seperti tertera pada etiket. tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
disaring melalui penyaring yang sesuai. Titik Waktu Jumlah terlarut
waktu (i) (jam) (%)
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja 1 1 20-40
tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom 4,6 2 2 30-55
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran 3 6 60-90
4 12 tidak kurang dari 85
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
UJI 5 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada
Pertahankan suhu kolom pada 30. Lakukan etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 5].
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‘singker’ berbentuk
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada helik.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Waktu: 1, 2, 4, 6 dan 10 jam.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Lakukan penetapan jumlah C6H9NO6, yang terlarut
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam tertera pada Kromatografi <931>.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Fase gerak Campuran air-metanol P (850:150),
kadar dalam mg per mL isosorbid mononitrat, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
C6H9NO6 dari bejana pada tiap pengambilan sampel penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
dengan rumus: tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
 rU ( i )  sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan
   CS dalam Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan
 S 
r jika perlu bertahap dengan Media disolusi hingga
kadar lebih kurang 0,033 mg per mL. Tambahkan
rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik Media disolusi sampai 60% volume, kocok selama 30
waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; menit, sonikasi selama 5 menit dan encerkan dengan
CS adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per Media disolusi sampai tanda.
mL Larutan baku. Hitung persentase isosorbid Larutan baku Timbang saksama sejumlah
mononitrat, C6H9NO6 yang terlarut pada tiap Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam
pengambilan sampel dengan rumus: Media disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika
perlu bertahap dengan Media disolusi hingga kadar
Hasil 1 lebih kurang 0,067 mg per mL. Tambahkan Media
disolusi sampai 60% volume, kocok selama 30 menit,
1
C1  V     100 sonikasi selama 5 menit dan encerkan dengan Media
L disolusi sampai tanda.
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah
Hasil 2 disaring melalui penyaring yang sesuai.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
C2  (V − VS ) + (C1  VS )  1   100 tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm, kolom
L 4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per
Hasil 3 menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
1
Waktu 3 = (C3  V − (2  VS ) + (C 2 + C1 )  VS )     100 respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
L simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Hasil 4 lebih dari 2,0% dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
1
Waktu 4 = (C4  V − (3  VS ) + (C3 + C2 + C1 )  VS )     100 volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
L Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Pada
Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang diambil waktu i jam, hitung kadar dalam mg per mL isosorbid
pada tiap titik waktu i, dalam mg per mL; V adalah
- 786 -

mononitrat, C6H9NO6 dari bejana pada tiap Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
pengambilan sampel dengan rumus: kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
kadar dalam mg per mL isosorbid mononitrat,
 rU ( i )  C6H9NO6 dari bejana pada tiap pengambilan sampel
   CS dengan rumus:
 rS 
 rU ( i ) 
rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik    CS
waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS  rS 
adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per mL
Larutan baku. Hitung persentase isosorbid rU(i) adalah respons puncak Larutan uji pada titik
mononitrat, C6H9NO6 yang terlarut pada tiap waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku; CS
pengambilan sampel dengan rumus: adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per mL
Larutan baku. Hitung persentase isosorbid
Hasil 1 mononitrat, C6H9NO6 yang terlarut pada tiap
1 pengambilan sampel dengan rumus:
C1  V     100
L Hasil 1
1
Hasil 2 C1  V     100
L
(C 2  V ) + (C1  VS )  1   100
L Hasil 2
Hasil 3 (C 2  V ) + (C1  VS )  1   100
L
(C3  V ) + (C2 + C1 )  VS   1   100
L
Hasil 3
Hasil 4
(C3  V ) + (C2 + C1 )  VS   1   100
(C4  V ) + (C3 + C2 + C1 ) VS   1  100 L
L
Hasil 4
(C4  V ) + (C3 + C 2 + C1 ) VS   1  100
Hasil 5
(C5  V ) + (C 4 + C3 + C 2 + C1 ) VS   1  100 L
L
Hasil 5
Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang diambil (C5  V ) + (C4 + C3 + C2 + C1 ) VS   1  100
pada tiap titik waktu i, dalam mg per mL; V adalah L
volume media (900 mL); Vs adalah volume sampel
dalam mL yang diambil dari media; dan L adalah Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang diambil
jumlah dalam mg per tablet seperti tertera pada etiket. pada tiap titik waktu i, dalam mg per mL; V adalah
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada volume media (900 mL); Vs adalah volume sampel
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. dalam mL yang diambil dari media; dan L adalah
Persentase jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu jumlah dalam mg per tablet seperti tertera pada etiket.
tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini. Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada
Tabel Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>.
Titik Waktu Jumlah terlarut Persentase jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu
waktu (i) (jam) (%) tertentu, sesuai dengan tabel di bawah ini.
1 1 20-40
2 2 30-50 Titik Waktu Jumlah terlarut
3 4 50-70 waktu (i) (jam) (%)
4 6 65-85 1 1 15-35
5 10 tidak kurang dari 80 2 2 30-50
3 4 50-70
UJI 6 [Catatan Jika produk memenuhi uji ini pada 4 8 75-95
etiket dicantumkan produk memenuhi Disolusi Uji 6]. 5 12 tidak kurang dari 80
Media disolusi, Alat tipe, Waktu, Fase gerak,
Larutan baku, Larutan uji, Kesesuaian sistem dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Uji Keseragaman kandungan. Lakukan seperti tertera
1. pada Penetapan kadar, kecuali gunakan 1 tablet
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sebagai pengganti serbuk tablet dalam Larutan uji.
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
- 787 -

Cemaran organik cemaran lain tidak lebih dari 0,25%. Total cemaran
UJI 1 termasuk senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan
Masing-masing cemaran tidak lebih dari 1,0%. isosorbid dinitrat tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
Kromatografi <931>. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran toluen P-etil asetat P- Fase gerak Campuran air-metanol P (75:25),
isopropil alkohol P (53:32:15). saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Isosorbid BPFI, larutkan dan encerkan secara tertera pada Kromatografi <931>.
kuantitatif, jika perlu bertahap dengan asetonitril P Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid
hingga kadar lebih kurang 0,0125 mg per mL. mononitrat persediaan Timbang saksama sejumlah
Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Encer
Isosorbid BPFI, larutkan dan encerkan secara BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan asetonitril perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang
P hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per mL. 0,3 mg per mL.
Larutan baku 3 Timbang saksama sejumlah Larutan baku Isosorbid dinitrat persediaan
Isosorbid BPFI, larutkan dan encerkan secara Timbang saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan asetonitril BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika
P hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per mL. perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang kurang 0,15 mg per mL.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Larutan baku persediaan Pipet Larutan baku
tablet setara dengan lebih kurang 100 mg isosorbid senyawa sejenis A isosorbid mononitrat persediaan
mononitrat, masukkan ke dalam wadah yang sesuai. dan Larutan baku Isosorbid dinitrat persediaan ke
Tambahkan 20,0 mL asetonitril P, sonikasi selama dalam labu tentukur yang sesuai. Encerkan dengan
10 menit, sentrifus. Larutan mengandung isosorbid air hingga kadar masing-masing 6,0 µg per mL.
mononitrat lebih kurang 5 mg per mL. Gunakan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
beningan. sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI setara
Penampak bercak Larutkan 1,25 g kalium dengan lebih kurang 24 mg isosorbid mononitrat,
permanganat P dan 10 g natrium hidroksida P dalam masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL,
500 mL air. Larutan ini dibuat segar untuk tiap lempeng. tambahkan 10,0 mL Larutan baku persediaan dan 20
Panaskan lempeng pada suhu 105° selama 5 menit. mL metanol P, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah 20 µL Larutan Larutan baku Pipet 10 mL Larutan baku
uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi persediaan dan 20 mL metanol P ke dalam labu
silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke tentukur 100-mL. Encerkan dengan air sampai tanda.
dalam bejana kromatograf yang berisi Fase gerak. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
Biarkan Fase gerak merambat hingga tiga per empat dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tinggi lempeng. Angkat lempeng dan tandai batas tablet setara dengan lebih kurang 60 mg isosorbid
rambat, keringkan lempeng dengan udara hangat mononitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
selama lebih kurang 10 menit, masukkan lempeng mL. Tambahkan 40 mL metanol P, sonikasi selama
dalam penampak bercak dan panaskan lempeng pada lebih kurang 30 menit dengan pendinginan.
suhu 105° selama 5 menit. Beberapa bercak pada Hangatkan sampai suhu ruang, encerkan dengan
kromatogram Larutan uji dengan harga Rf yang metanol P sampai tanda. Sentrifus pada lebih kurang
sesuai dengan bercak pada kromatogram semua 3000 rpm selama 10 menit. Pipet 10 mL beningan,
Larutan baku tidak lebih intensif dari bercak pada masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
kromatogram Larutan baku 3 [Catatan Harga Rf dengan air sampai tanda. Saring melalui penyaring
isosorbid dan isosorbid mononitrat berturut-turut dengan porositas 0,45 μm atau lebih kecil.
lebih kurang 0,2 dan 0,6]. Jika intensitas bercak pada Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
kromatogram Larutan uji hampir sama seperti bercak tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
pada kromatogram Larutan baku 3, encerkan Larutan 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
uji dengan asetonitril P (1:1), ulangi uji dan lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan kromatografi
bandingkan intensitas bercak isosorbid dari enceran terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Larutan uji dengan intensitas bercak yang diperoleh kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dari semua Larutan baku, yang telah dikoreksi pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
tingkat persentasenya sesuai pengenceran Larutan sejenis A isosorbid mononitrat dan puncak isosorbid
uji. mononitrat tidak kurang dari 1,0. [Catatan Waktu
retensi relatif untuk senyawa sejenis A isosorbid
UJI 2 mononitrat, isosorbid mononitrat dan isosorbid
Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat; isosorbid dinitrat berturut-turut lebih kurang 0,9; 1,0; dan
dinitrat masing-masing tidak lebih dari 0,25%. Total 5,6.] Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
- 788 -

rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dalam air, tambahkan 10 mL Larutan baku A,
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada tambahkan 50 mL metanol P, encerkan dengan air
penyuntikan ulang tidak lebih dari 10% untuk sampai tanda. Larutan ini mengandung isosorbid
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid mononitrat dan senyawa sejenis A isosorbid
dinitrat. mononitrat berturut-turut lebih kurang 0,12 mg per
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah mL dan 0,006 mg per mL.
volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
kromatogram dan ukur semua respons puncak. tablet setara dengan lebih kurang 60 mg isosorbid
Hitung persentase senyawa sejenis A isosorbid mononitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
mononitrat dan isosorbid dinitrat dalam tablet dengan mL, tambahkan 50 mL metanol P, sonikasi selama
rumus: lebih kurang 30 menit dengan pendinginan.
Hangatkan sampai suhu ruang, encerkan dengan
 rU   CS  metanol P sampai tanda. Sentrifus pada lebih kurang
     100 3000 rpm selama 10 menit. Pipet 10 mL beningan,
 rS   CU  masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, encerkan
dengan air sampai tanda. Larutan mengandung lebih
rU adalah respons puncak Senyawa sejenis A kurang 0,12 mg per mL. Saring larutan melalui
isosorbid mononitrat atau isosorbid dinitrat dari penyaring dengan porositas 0,45 μm atau lebih kecil.
Larutan uji; rS adalah respons puncak Senyawa Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja
Sejenis A Isosorbid Mononitrat BPFI atau Isosorbid tinggi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom
Dinitrat BPFI dari Larutan baku; CS adalah kadar 4 mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir
Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat BPFI atau lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan
Isosorbid Dinitrat Encer BPFI dalam mg per mL kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan uji. Hitung persentase cemaran lain(selain tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat atau senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan puncak
isosorbid dinitrat) dalam zat dengan rumus: isosorbid mononitrat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku B, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
 ri 
   100 pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
r 
 T  simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 1,5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
ri adalah respons puncak cemaran laindari Larutan
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku B
uji; rT adalah jumlah semua respons puncak dari
dan Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam
Larutan uji.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase isosorbid mononitrat, C6H9NO6, dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-metanol P (8:2), saring  rU   CS 
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian      100
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada  rS   CU 
Kromatografi <931>.
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat Encer Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika isosorbid mononitrat dalam mg per mL Larutan baku
perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang B; CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji.
0,15 mg per mL.
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke rapat. Simpan pada suhu antara 20° dan 30°.
dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dalam air,
tambahkan sejumlah volume metanol P lebih kurang Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji
20% dari volume labu, encerkan dengan air hingga disolusi yang digunakan, jika tidak menggunakan Uji
kadar lebih kurang 0,12 mg per mL. 1.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Isosorbid Mononitrat Encer BPFI setara
dengan lebih kurang 30 mg isosorbid mononitrat,
masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL. Larutkan
- 789 -

KALAMIN Timbal Pada 1 g zat tambahkan 15 mL air, aduk,


Calamine tambahkan 3 mL asam asetat glasial P, hangatkan di atas
tangas uap hingga larut, saring. Pada filtrat tambahkan 5
Kalamin [8011-96-9] BM 265,33 tetes kalium kromat LP: tidak terbentuk kekeruhan.

Kalamin adalah zink oksida dengan sebagian kecil besi Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5
oksida, mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak g zat yang baru dipijarkan, digesti dengan 50,0 mL
lebih dari 100,5% ZnO, dihitung terhadap zat yang asam sulfat 1 N LV, panaskan hati-hati hingga zat tidak
telah dipijarkan. melarut lagi.Saring, cuci residu dengan air panas
sampai air cucian bereaksi netral terhadap kertas
Pemerian Serbuk halus; merah muda; tidak berbau; lakmus P. Pada kumpulan filtrat dan air cucian
praktis tidak berasa. tambahkan 2,5 g amonium klorida P; dinginkan. Titrasi
dengan natrium hidroksida 1 N LV menggunakan
Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam indikator jingga metil LP.
asam mineral.
Tiap mL asam sulfat 1 N
Identifikasi setara dengan 40,69 mg ZnO
A. Campurkan 1 g zat dengan 10 mL asam
hidroklorida 3 N dan saring. Filtrat menunjukkan reaksi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Zink seperti tertera pada Uji identifikasi Umum <291>.
B. Campurkan 1 g zat dengan 10 mL asam
hidroklorida 3 N, panaskan hingga mendidih, saring. KALIUM IODIDA
Pada filtrat tambahkan amonium tiosianat LP: terjadi Potassium Iodide
warna kemerahan.
Kalium iodida [7681-11-0]
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung KI BM 166,00
Staphylococus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Kalium Iodida mengandung tidak kurang dari 99,0%
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,0%; lakukan dan tidak lebih dari 101,5% KI, dihitung terhadap zat
pemijaran pada suhu 500 menggunakan 2 g zat. kering.

Zat tidak larut asam Tidak lebih dari 2,0%; lakukan Pemerian Hablur heksahedral; transparan atau tidak
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 50 mL berwarna atau agak buram dan putih atau serbuk granul
asam hidroklorida 3 N. Zat yang tidak larut saring putih; agak higroskopik. Larutan menunjukkan reaksi
dengan penyaring yang telah ditara, cuci dengan air, netral atau basa terhadap lakmus.
keringkan pada suhu 105 selama 1 jam, dinginkan dan
timbang. Bobot tidak lebih dari 40 mg. Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, terlebih
dalam air mendidih; mudah larut dalam gliserin; larut
Kebasaan Digesti 1,0 g zat dengan 20 mL air di atas dalam etanol.
tangas uap selama 15 menit, saring, tambahkan 2 tetes
fenolftalein LP: untuk menghilangkan warna merah Identifikasi Larutan menunjukkan reaksi Kalium dan
yang terbentuk, dibutuhkan tidak lebih dari 0,20 mL Iodida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
asam sulfat 0,10 N.
Kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 10 mL air,
Kalsium Digesti 1 g zat dengan 25 mL asam tambahkan 0,1 mL asam sulfat 0,1 N dan 1 tetes
hidroklorida 3 N selama 30 menit, saring untuk fenolftalein LP: tidak terjadi warna.
membuang besi(III) oksida yang tidak larut. Pada filtrat
tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga endapan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
yang terbentuk larut kembali, tambahkan 5 mL lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam.
amonium hidroksida 6 N. Pada 10 mL larutan
tambahkan 2 mL amonium oksalat LP. Terbentuk Iodat Tidak lebih dari 4 bpj; lakukan penetapan sebagai
sedikit kekeruhan. berikut: Larutkan 1,1 g zat dalam air bebas amonia dan
karbon dioksida P secukupnya hingga diperoleh 10
Kalsium atau Magnesium Pada 10 mL larutan yang mL, masukkan ke dalam tabung pembanding warna.
diperoleh pada uji Kalsium tambahkan 2 mL larutan Tambahkan 1 mL kanji LP dan 0,25 mL asam sulfat 1,0
natrium fosfat dibasa P: terbentuk sedikit kekeruhan. N, campur. Bandingkan warna yang terjadi terhadap
warna larutan pembanding volume sama yang
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 8 bpj. mengandung 100 mg kalium iodida P, 1 mL larutan
baku iodat dibuat dengan mengencerkan 1 mL larutan
- 790 -

kalium iodat P (1 dalam 2500) dengan air sampai 100 Keasaman atau kebasaan Pada larutan 5,0 g zat dalam
mL, 1 mL kanji LP dan 0,25 mL asam sulfat 1,0 N: 50 mL air bebas karbon dioksida P, tambahkan 3 tetes
warna yang terjadi tidak lebih tua dari warna larutan fenolftalein LP: tidak terjadi warna merah muda.
pembanding. Kemudian tambahkan 0,30 mL natrium hidroksida
0,020 N: terjadi warna merah muda.
Nitrat, Nitrit dan Amonia Pada larutan 1 g zat dalam
5 mL air di dalam tabung reaksi 40 mL, tambahkan 5 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
mL natrium hidroksida 1 N dan lebih kurang 200 mg lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
kawat aluminium. Sisipkan segumpal kapas murni pada
bagian atas tabung reaksi dan letakkan kertas lakmus Iodida atau Bromida
merah P basah pada mulut tabung reaksi. Panaskan Iodida Tidak lebih dari 0,005%.
tabung reaksi dalam tangas uap selama 15 menit: tidak Larutan uji Larutkan 2 g kalium klorida dalam 8 mL
terjadi warna biru pada kertas lakmus merah P. air. Tambahkan 1 mL kloroform P dan asam
hidroklorida encer P, kemudian tambahkan 2 tetes
Tiosulfat dan Barium Larutkan 500 mg zat dalam 10 larutan kloramin T (0,1 dalam 100) dan kocok perlahan.
mL air bebas amonia dan karbon dioksida P, Warna ungu yang terbentuk pada lapisan kloroform
tambahkan 2 tetes asam sulfat 2 N: tidak terjadi tidak lebih tua dari Larutan baku.
kekeruhan dalam waktu 1 menit. Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
kurang 41 mg kalium iodida P, masukkan ke dalam
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj: lakukan labu tentukur 25-mL, larutkan dan encerkan dengan air
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 25 mL air. sampai tanda.
Larutan baku Pipet 1 mL Larutan baku persediaan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan dengan air
mg zat, larutkan dalam lebih kurang 10 mL air dan sampai tanda. Encerkan 2,0 mL larutan dengan 8,0 mL
tambahkan 35 mL asam hidroklorida P. Titrasi dengan air dan lakukan seperti tertera pada Larutan uji, mulai
kalium iodat 0,05 M LV sampai larutan warna coklat dari ”Tambahkan 1 mL kloroform P”.
hitam berubah menjadi coklat pucat. Tambahkan 2 atau
3 tetes amaran LP, titrasi perlahan sampai warna merah Bromida Tidak lebih dari 0,1%.
berubah menjadi kuning. Larutan uji Larutkan 2 g zat dalam 8 mL air.
Tambahkan 1 mL kloroform P dan asam hidroklorida
Tiap mL kalium iodat 0,05 M encer P, kemudian tambahkan 5 tetes larutan kloramin
setara dengan 16,60 mg KI T (1 dalam 100) dan kocok perlahan. Warna coklat
yang terbentuk pada lapisan kloroform tidak lebih tua
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dari Larutan baku.
baik. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 32 mg
natrium bromida P, masukkan ke dalam labu tentukur
25-mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
KALIUM KLORIDA Encerkan 2,0 mL larutan dengan 8,0 mL air dan
lakukan seperti tertera pada Larutan uji, mulai dari
Potassium Chloride
”Tambahkan 1 mL kloroform P”.
Kalium klorida [7447-40-7]
Aluminium <315> Tidak lebih dari 1 bpj; Jika pada
KCl BM 74,55
etiket tertera untuk digunakan dalam hemodialisis,
lakukan penetapan dengan menggunakan 2,0 g kalium
Kalium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,0%
klorida untuk penyiapan Larutan uji.
dan tidak lebih dari 100,5% KCl, dihitung terhadap zat
kering.
Kalsium dan Magnesium Pada 20 mL larutan (1
dalam 100), tambahkan 2 mL amonium hidroksida 6 N,
Pemerian Hablur bentuk memanjang, prisma atau
2 mL amonium oksalat LP dan 2 mL natrium fosfat
kubus, atau serbuk granul putih; tidak berbau; tidak
dibasa LP: tidak terjadi kekeruhan dalam waktu 5 menit.
berwarna; rasa asin; stabil di udara; larutan bereaksi
netral terhadap lakmus.
Natrium Larutan (1 dalam 20) pada pembakaran
dengan kawat platina tidak menunjukkan nyala kuning
Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam
jelas hingga nyala yang tidak terang.
etanol.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Identifikasi Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan
penetapan dengan larutan 2,0 g zat dalam 25 mL air.
reaksi Kalium dan Klorida seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
- 791 -

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 0,2


mg zat, larutkan dalam 10 mL air. Tambahkan 10 mL (𝐺𝐾 𝐿𝐾 ) + (𝐺𝑆 𝐿𝑆 )
asam asetat glasial P, 75 mL metanol P dan 3 tetes
eosin Y LP. Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga GK dan GS berturut-turut adalah jumlah kalium klorida
terjadi warna merah muda. dan natrium klorida dalam g tiap 100 mL injeksi yang
tertera pada etiket; LK dan LS berturut-turut adalah batas
Tiap mL perak nitrat 0,1 N Logam berat dalam persen yang telah ditentukan dalam
setara dengan 7,455 mg KCl Kalium Klorida dan Natrium Klorida.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
baik. Injeksi.

Penandaan Jika digunakan untuk hemodialisis harus Penetapan kadar natrium dan kalium
tertera pada etiket. Larutan natrium persediaan Timbang saksama
14,61 g natrium klorida P yang telah dikeringkan pada
suhu 105 selama 2 jam. Masukkan ke dalam labu
KALIUM KLORIDA DALAM INJEKSI tentukur 250-mL, larutkan dan encerkan dengan air
NATRIUM KLORIDA sampai tanda.
Potassium Chloride in Sodium Chloride Larutan kalium persediaan Timbang saksama 18,64 g
Injection kalium klorida P yang telah dikeringkan pada suhu
105selama 2 jam. Masukkan ke dalam labu tentukur 250-
Kalium Klorida dalam Injeksi Natrium Klorida adalah mL, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
larutan steril kalium klorida dan natrium klorida dalam Tiap mL larutan ini mengandung 39,10 mg (1 mEq)
Air untuk Injeksi. Tidak mengandung zat antimikroba. kalium.
Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih Larutan baku internal Timbang saksama 1,04 g litium
dari 110,0% kalium (K) dan klorida (Cl) dan tidak nitrat P ke dalam labu tentukur 1000-mL, tambahkan
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% natrium surfaktan nonionik yang sesuai, kemudian tambahkan air
(Na) dari jumlah yang tertera pada etiket. sampai tanda.
Larutan baku persediaan Pipet 0,1 j mL Larutan
Baku pembanding Endotoksin BPFI [Catatan kalium persediaan dan 0,1 j’ mL Larutan natrium
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- persediaan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi dengan air sampai tanda. Tiap mL larutan ini
semua isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan mengandung 0,0391 j mg kalium (K) dan 0,02299 j’ mg
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum natrium (Na). [Catatan j dan j’ masing-masing adalah
dibuka dalam lemari pembeku jumlah kalium dan natrium yang tertera pada etiket
dalam mEq per liter.]
Larutan baku Pipet 5,0 mL Larutan baku persediaan
Identifikasi ke dalam labu tentukur 500-mL, encerkan dengan
A. Larutan menunjukkan reaksi Natrium cara A Larutan baku internal sampai tanda.
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Larutan uji Pipet 5,0 mL injeksi ke dalam labu
B. Pipet 2 mL injeksi, masukkan ke dalam tabung tentukur 500-mL, encerkan dengan Larutan baku
sentrifuga, tambahkan 5 mL natrium kobaltinitrit LP: internal sampai tanda.
segera terbentuk endapan kuning. Jika perlu, sentrifus Prosedur Gunakan fotometer nyala yang sesuai, atur
larutan dan uji endapan terhadap kalium. hingga pembacaan nol dengan Larutan baku internal,
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, C, dan D ukur bersamaan emisi nyala kalium, natrium, dan litium
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Larutan baku dan Larutan uji pada masing-masing
panjang gelombang emisi maksimum lebih kurang 766
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit nm, 589 nm, dan 671 nm. Hitung jumlah dalam mg
Endotoksin FI per mL. kalium (K) dalam tiap mL injeksi yang digunakan
dengan rumus:
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,5.
𝑅𝑈,766 𝑅𝑆,671
𝐶( )( )
Logam berat <371> Lakukan penetapan sebagai 𝑅𝑈,671 𝑅𝑆,766
berikut: masukkan sejumlah volume injeksi dalam mL
ke dalam wadah yang sesuai. Atur volume dengan C adalah kadar kalium dalam mg per mL Larutan baku
penguapan atau penambahan air hingga 25 mL. Hitung persediaan; RU,766 dan RU,671 berturut-turut adalah emisi
dengan menggunakan rumus: nyala kalium dan litium pada panjang gelombang 766
nm dan 671 nm Larutan uji; RS,671 dan RS,766 berturut-
turut adalah emisi nyala litium dan kalium pada
- 792 -

panjang gelombang 671 nm dan 766 nm Larutan baku. Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam air
Tiap mg kalium setara dengan 0,02558 mEq kalium. mendidih.
Hitung jumlah dalam mg natrium (Na) dalam tiap mL
injeksi dengan rumus: Identifikasi Larutan pekat berwarna merah lembayung
tua dan larutan sangat encer berwarna merah muda;
𝑅𝑈,589 𝑅𝑆,671 menunjukkan reaksi Permanganat seperti tertera pada
𝐶( )( ) Uji Identifikasi Umum <291>.
𝑅𝑈,671 𝑅𝑆,589

C adalah kadar natrium dalam mg per mL Larutan baku Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% ;
persediaan; RU,589 dan RU,671 berturut-turut adalah emisi lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam.
nyala natrium dan litium pada panjang gelombang 589
nm dan 671 nm Larutan uji; RS,671 dan RS,589 berturut- Zat tak larut Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan
turut adalah emisi nyala litium dan natrium pada sebagai berikut: Larutkan 2,0 g zat dalam 150 mL air
panjang gelombang 671 nm dan 589 nm Larutan baku. yang telah dihangatkan hingga suhu tangas uap, saring
Tiap mg natrium setara dengan 0,04350 mEq natrium. segera dengan krus penyaring porositas medium yang
telah ditara. Cuci penyaring tiga kali, tiap kali dengan
Penetapan kadar klorida Pipet sejumlah injeksi, 50 mL air hangat, keringkan krus penyaring dan residu
setara dengan 55 mg klorida, masukkan ke dalam labu pada suhu 105º selama 3 jam: residu tidak lebih dari 4
Erlenmeyer, tambahkan 10 mL asam asetat glasial P, mg.
75 mL metanol P, dan 3 tetes eosin Y LP. Titrasi dengan
perak nitrat 0,1 N LV disertai pengocokan sampai Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
terjadi warna merah muda. zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 mL.
Tambahkan untuk tiap mg kalium permanganat 2,13
Tiap mL perak nitrat 0,1 N mg natrium oksalat P yang ditimbang saksama dan
setara dengan 3,545 mg klorida. telah dikeringkan pada suhu 110º hingga bobot tetap.
Tambahkan 150 mL air dan 20 mL asam sulfat 7 N,
Tiap mg klorida setara dengan panaskan hingga suhu lebih kurang 80º, titrasi
0,0282 mEq klorida. kelebihan asam oksalat dengan kalium permanganat
0,03 N LV, hitung presentase kalium permanganat,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca dosis KMnO4, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II atau
wadah plastik yang sesuai. [(𝐹1 × 𝑊𝑆 ) − (𝑉𝑠 × 𝑁 × 𝐹2 )] × (100⁄𝑊 )

Penandaan Pada etiket dicantumkan jumlah mEq F1 adalah faktor kesetaraan kalium permanganat 0,4718
kalium, natrium, dan klorida dalam volume tertentu. mg untuk 1 mg natrium oksalat; WS adalah bobot
Pada etiket juga dicantumkan kadar total osmolar natrium oksalat yang digunakan dalam mg; VS adalah
dalam mOsmol per L. Jika volume sediaan kurang dari volume titran yang digunakan dalam mL; N adalah
100 mL, etiket dapat mencantumkan kadar osmolar normalitas titran yang digunakan dalam mEq per mL;
total dalam mOsmol per mL. F2 adalah faktor kesetaraan kalium permanganat 31,61
mg per mEq; dan W adalah bobot zat uji dalam mg.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


KALIUM PERMANGANAT baik.
Potassium Permanganate

KMnO4 [7722-64-7] BM 158,03


KALIUM GUAIAKOLSULFONAT
Kalium Permanganat mengandung tidak kurang dari Potassium Guaiacolsulfonate
99,0% dan tidak lebih dari 100,5% KMnO4, dihitung
terhadap zat kering.
[Perhatian Penanganan kalium permanganat harus
hati-hati, dapat terjadi ledakan yang berbahaya bila
terjadi kontak dengan zat organik, atau zat mudah
teroksidasi baik sebagai larutan atau dalam keadaan
kering.] Kalium hidroksimetoksibenzensulfonat hemihidrat
Pemerian Hablur; ungu tua, hampir tidak tembus oleh [78247-49-1]
cahaya yang diteruskan dan berwarna biru metalik Kalium hidroksimetoksibenzensulfonat anhidrat
mengkilap oleh cahaya yang dipantulkan, kadang- C7H7KO5S.½H2O BM 251,30
kadang disertai warna merah tembaga tua; stabil di udara. C7H7KO5S BM 242,30
- 793 -

Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan


Kalium guaiakolsulfonat mengandung tidak kurang baku pada panjang gelombang serapan maksimum
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C7H7KO5S, lebih kurang 279 nm. Hitung persentase kalium
dihitung terhadap zat anhidrat. guaiakolsulfonat, C7H7KO5S, dalam zat dengan rumus:

Pemerian Serbuk hablur atau hablur putih; tidak 𝐴𝑈 𝐶𝑆


( ) ( ) × 100
berbau; rasa pahit. Oleh pengaruh udara dan cahaya, 𝐴𝑆 𝐶𝑈
warna perlahan-lahan menjadi merah muda; larutan
dalam air memberikan reaksi netral terhadap lakmus P. AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
Larutan baku; CS adalah kadar Kalium
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut Guaiakolsulfonat BPFI dalam g per mL Larutan
dalam etanol; tidak larut dalam eter. baku; CU adalah kadar zat dalam g per mL Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang.
Baku pembanding Kalium Guaiakolsulfonat BPFI;
simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam lemari pendingin. baik, tidak tembus cahaya.

Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah KALSITRIOL
dikeringkan pada suhu 105° selama 18 jam dan
Calcitriol
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan CH3 H3C CH3
H
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama CH3
OH
seperti pada Kalium Guaiakolsulfonat BPFI pada OH
daerah spektrum antara 7 dan 13 µm. CH2
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per H

mL yang dibuat seperti tertera pada Penetapan kadar, HO


menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Kalium (5Z,7E)-9,10-Sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,3,
Guaiakolsulfonat BPFI. 25-triol [32222-06-3]
C. Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Kalium C27H44O3 BM 416,64
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Monohidrat BM 434,65

Air <1031>Metode I Antara 3,0% dan 6,0%. Kalsitriol berbentuk anhidrat atau mengandung satu
molekul air. Bentuk anhidrat mengandung tidak kurang
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj. dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H44O3,
dihitung terhadap zat bebas pelarut. Bentuk monohidrat
Sulfat Pada 10 mL larutan (1 dalam 20) tambahkan 5 mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih
tetes barium klorida LP dan asamkan dengan asam dari 103,0% C27H44O3, dihitung terhadap zat anhidrat.
hidroklorida P: tidak terbentuk kekeruhan dalam 1 [Catatan Perlakukan dengan hati-hati untuk
menit. menghindari terhirup partikel kalsitriol dan terpapar
ke kulit.]
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan dengan melarutkan 1,0 g zat dalam 1 mL Pemerian Hablur putih atau hampir putih; peka
asam asetat 1 N, encerkan dengan air hingga 25 mL. terhadap udara, panas dan cahaya.
Penetapan kadar Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam eter
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium dan minyak lemak; praktis tidak larut dalam air.
Guaiakolsulfonat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Blangko hingga kadar lebih kurang 50 µg per mL. Baku pembanding Kalsitriol BPFI, simpan dalam
Blangko campuran air dan dapar fosfat pH 7,0 (1 lemari pendingin, terlindung cahaya.
dalam 10).
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih Identifikasi
kurang 250 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur A. Spektrum serapan inframerah zat yang
500-mL, larutkan dalam 400 mL air dan encerkan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dengan air sampai tanda. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan uji Pipet 10 mL Larutan uji persediaan ke seperti pada Kalsitriol BPFI.
dalam labu tentukur 100-mL, tambahkan dapar fosfat B. Waktu retensi puncak utama pada
pH 7,0 sampai tanda. kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
- 794 -

volume akhir. Encerkan dengan Dapar tris hingga


Air <1031> Metode I Antara 3,5% dan 5,5%; untuk kadar kalsitriol 100 g per mL. [Catatan Biarkan
bentuk monohidrat. larutan mencapai suhu ruang sebelum diencerkan
dengan Dapar tris sampai volume akhir.]
Kemurnian kromatografi [Catatan Lakukan Larutan kesesuaian sistem Panaskan 2 mL Larutan
penetapan secepat mungkin untuk menghindari larutan baku pada 80º selama 30 menit.
terpapar cahaya dan udara.] Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
Dapar tris, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti larutkan dalam asetonitril P (tanpa pemanasan)
tertera pada Penetapan kadar. menggunakan sejumlah volume hingga 55% dari
Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 µL Larutan uji volume akhir. Encerkan dengan Dapar tris hingga
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama kadar kalsitriol 100 g per mL. [Catatan Biarkan
tidak kurang dari dua kali waktu retensi puncak larutan mencapai suhu ruang sebelum diencerkan
kalsitriol. Lakukan identifikasi terhadap cemaran dengan Dapar tris sampai volume akhir.]
seperti tertera pada Tabel 1 dan ukur respons puncak. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan rumus: dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5
𝑟𝑖
100 ( ) m. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Pertahankan
𝑟𝑆 suhu kolom pada 40º. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ri adalah respons masing-masing puncak selain puncak ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
utama kalsitriol dan pre-kalsitriol dan rS adalah jumlah waktu retensi relatif pre-kalsitriol dan kalsitriol
semua respons puncak. Tidak lebih dari batas yang berturut-turut adalah lebih kurang 0,9 dan 1,0; resolusi,
tertera pada Tabel. Abaikan puncak yang kurang dari R, antara puncak pre-kalsitriol dan kalsitriol tidak
0,1%. kurang dari 3,5. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Tabel. 1 puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
Waktu retensi Batas tidak kurang dari 10.000 lempeng teoritis dan
Cemaran
relatif (menit) (%)
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Triazolin hasil samping pre-
kalsitriol
0,43 0,1 lebih dari 1,0%.
Trans-kalsitriol1 0,96 0,25 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
1β-Kalsitriol2 1,15 0,1 volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Metilen kalsitriol3 1,5 0,25 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Cemaran lain yang tak dan ukur respons puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol.
- 0,1 Hitung persentase kalsitriol, C27H44O3, dalam zat
teridentifikasi
Jumlah semua cemaran - 1,0 dengan rumus:
1
) (5Z,7E)-9,10-sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,3,25-triol
2
) (5Z,7E)-9,10-sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,3,25-triol 𝑟𝑈 𝐶𝑆
3
) (5Z,7E)-1,3- dihidroksi-17-((R)-7-hidroksi-7-metiloktan-2-il)- ( ) ( ) × 100
9,10-sekoandrosta-5,7,10(19)-triena 𝑟𝑆 𝐶𝑈

Penetapan kadar [Catatan Lakukan penetapan CS adalah kadar Kasitriol BPFI dalam mg per mL
secepat mungkin untuk menghindari larutan terpapar Larutan baku; CU adalah kadar kalsitriol dalam g per
cahaya dan udara.] Lakukan penetapan dengan cara mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; rU
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan rS berturut-turut adalah jumlah respons puncak
Kromatografi <931>. kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan uji dan
Dapar tris Timbang 1 g tris (hidroksimetil) Larutan baku.
aminometan, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
mL dan larutkan dalam 900 mL air, atur pH hingga 7,0- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
7,5 dengan penambahan asam fosfat P. Encerkan rapat, tidak tembus cahaya. Simpan seperti petunjuk
dengan air sampai tanda. pada etiket.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar tris
(55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Penandaan Mencantumkan monohidrat untuk bentuk
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera monohidrat.
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalsitriol
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai
dan larutkan dalam asetonitril P (tanpa pemanasan)
menggunakan sejumlah volume hingga 55% dari
- 795 -

KALSIUM FOSFAT DIBASA ANHIDRAT lebih keruh dari yang dihasilkan oleh 1,0 mL asam
Kalsium Hidrogen Fosfat Anhidrat sulfat 0,01 N.
Anhydrous Dibasic Calcium Phosphate
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; larutkan
Kalsium fosfat (1:1) [7757-93-9] 1,0 g zat dalam 25 mL asam hidroklorida 3 N dan
Asam fosfat, garam kalsium (1:1) encerkan dengan air hingga 55 mL: Larutan memenuhi
CaHPO4 BM 136,06 uji Batas Arsen tanpa penambahan 20 mL asam sulfat
7 N, seperti tertera pada Prosedur.
Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 103,0% kalsium Barium Didihkan 500 mg zat dalam 10 mL air,
fosfat dibasa anhidrat (CaHPO4). tambahkan 1 mL asam hidroklorida P tetes demi tetes,
aduk pada setiap penambahan. Biarkan dingin dan
Pemerian Serbuk putih; tidak berbau dan tidak berasa. saring jika perlu, tambahkan pada filtrat 2 mL kalium
Stabil di udara. sulfat LP: Tidak terbentuk kekeruhan selama 10 menit.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; tidak larut Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 30 bpj;
dalam alkohol; larut dalam asam hidroklorida 3 N dan buat larutan uji sebagai berikut: hangatkan 1,3 g zat
asam nitrat 2 N. dengan 3 mL asam hidroklorida 3 N sampai tidak lagi
melarut, encerkan dengan air hingga volume 50 mL dan
Baku pembanding Natrium Fluorida BPFI; tidak saring.
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Zat tak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,2%;
Identifikasi larutkan 5,0 g zat dalam campuran 40 mL air dan 10
A. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 10 mL mL asam hidroklorida P dengan mendidihkan hati-hati
asam hidroklorida 2 N dengan penghangatan, selama 5 menit, dinginkan, kumpulkan zat yang tidak
tambahkan 2,5 mL amonia LP tetes demi tetes dengan larut dalam kertas saring bebas abu, cuci dengan air
pengocokan, kemudian tambahkan 5 mL amonium sampai air cucian terakhir tidak memberikan reaksi
oksalat LP: terbentuk endapan putih. Klorida (tidak terbentuk kekeruhan dengan
B. Larutan amonium molibdat Larutkan 21,2 g penambahan perak nitrat LP). Pijarkan residu dan
amonium molibdat P dalam air untuk membuat 200 mL kertas saring bebas abu pada suhu 600 ± 50°. Bobot
larutan 10%. Larutan dibuat segar. residu tidak lebih dari 10 mg.
Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 5 mL asam
nitrat encer P. Hangatkan larutan pada suhu 70° dan Fluorida Tidak lebih dari 50 bpj [Catatan Siapkan dan
tambahkan 2 mL Larutan amonium molibdat: terbentuk simpan semua larutan dalam wadah plastik.]
endapan kuning amonium fosfomolibdat. Dapar Larutkan 73,5 g natrium sitrat dihidrat P
dalam air hingga volume 250 mL.
Sisa pemijaran <301> Antara 6,6% dan 8,5%; lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Natrium
pemijaran pada lebih kurang 1 g zat pada suhu 800° Fluorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
sampai 825° hingga bobot tetap. hingga kadar lebih kurang 1,1052 mg per mL. Pipet 20
mL larutan ke dalam labu tentukur 100-mL yang berisi
Karbonat Campurkan 1,0 g zat dengan 5 mL air bebas 50 mL Dapar, encerkan dengan air sampai tanda. Tiap
karbon dioksida P, segera tambahkan 2 mL asam mL larutan ini mengandung 100 µg ion fluorida.
hidroklorida P: tidak terjadi gelembung gas. Sistem elektroda Lakukan seperti tertera pada
Penetapan pH <1071>. Gunakan elektroda penunjuk
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,25%; pada 200 mg ion fluorida khusus dan elektroda pembanding perak-
zat tambahkan 20 mL air dan 13 mL asam nitrat encer perak fluorida yang dihubungkan pada pH meter yang
LP dan hangatkan perlahan jika perlu, sampai tidak lagi mampu mengukur potensial dengan reprodusibilitas
melarut. Encerkan hingga 100 mL, saring jika perlu. minimum ± 0,02 mV.
Pada 50 mL larutan ini, tambahkan 1 mL perak nitrat Garis respons baku Masukkan 50,0 mL Dapar dan
LP: larutan tidak lebih keruh dari yang dihasilkan oleh 2,0 mL asam hidroklorida P ke dalam gelas piala dan
0,70 mL asam hidroklorida 0,01 N. tambahkan air hingga 100 mL. Masukkan pengaduk
magnetik berlapis plastik, celupkan elektroda ke dalam
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,5%; larutkan 500 mg larutan, aduk selama 15 menit dan baca potensial dalam
zat dalam 5 mL air dan 5 mL asam hidroklorida encer mV. Lanjutkan pengadukan dan pada setiap interval 5
P, encerkan dengan air hingga 100 mL, saring jika menit tambah 100, 100, 300 dan 500 µL Larutan baku,
perlu. Pada 20 mL filtrat, tambahkan 1 mL asam baca potensial 5 menit setelah tiap penambahan, buat
hidroklorida encer P, encerkan dengan air hingga 50 gambar kurva logaritma kumulatif kadar ion fluorida
mL. Tambahkan 1 mL barium klorida LP: larutan tidak (0,1; 0,2; 0,5 dan 1,0 µg per mL) terhadap potensial
dalam mV.
- 796 -

Larutan uji Timbang 2,0 g zat, masukkan ke dalam Pemerian Hablur, granul atau serbuk putih; tidak
gelas piala berisi pengaduk magnetik berlapis plastik, berbau; tidak berasa. Stabil di udara.
tambahkan 20 mL air dan 2 mL asam hidroklorida P
dan aduk sampai larut. Tambahkan 50,0 mL Dapar dan Kelarutan Agak sukar (dan lambat) larut dalam air;
air secukupnya hingga volume 100 mL. mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam
Prosedur Bilas dan keringkan elektroda, masukkan etanol. Larutan bersifat netral terhadap lakmus.
ke dalam Larutan uji, aduk selama 5 menit dan baca
potensial dalam mV. Ukur potensial dan garis baku Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan
respons, tetapkan kadar C dalam µg per mL, dari ion pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º
fluorida dalam Larutan uji. Hitung persen fluorida selama 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam
dalam zat dengan mengalikan C dengan 0,005. wadah tertutup rapat.

Penetapan kadar Identifikasi


Dapar amonia-amonium klorida pH 10,7 Larutkan A. Larutan 20 mg per mL menunjukkan reaksi
53,5 g amonium klorida P dalam air. Tambahkan 570 Kalsium cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
mL amonium hidroksida P. Encerkan dengan air Umum <291>.
hingga volume larutan 1000 mL. B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
Prosedur Timbang lebih kurang 400 mg zat, pada Kromatografi <931>.
masukkan ke dalam labu tentukur 200-mL. Larutkan Fase gerak Campuran etanol P-air-amonium
dalam 12 mL asam hidroklorida encer P, jika perlu hidroksida P-etil asetat P (50:30:10:10).
dengan bantuan pemanasan dan encerkan dengan air Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25mm.
sampai tanda. Pipet 20 mL larutan ke dalam larutan Larutan baku Larutan Kalium Glukonat BPFI 10 mg
yang berisi 25 mL dinatrium edetat 0,02 M LV, 50 mL per mL.
air dan 5 mL Dapar amonia-amonium klorida pH 10,7. Larutan uji Larutan zat 10 mg per mL (jika perlu
Tambahkan 25 mg hitam eriokrom T P -natrium panaskan dalam tangas air pada suhu 60º).
klorida P dan titrasi kelebihan dinatrium edetat dengan Penampak bercak Larutkan 2,5 g amonium molibdat
zink sulfat 0,02 M LV. Lakukan penetapan blangko. P dalam lebih kurang 50 mL asam sulfat 2 N dalam labu
tentukur 100-mL, tambahkan 1,0 g serium(IV) sulfat P,
Tiap mL dinatrium edetat 0,02 M goyang sampai larut, encerkan dengan asam sulfat 2 N
setara dengan 2,721 mg CaHPO4 sampai tanda.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. 5 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase
KALSIUM GLUKONAT gerak dan biarkan Fase gerak merambat sampai tiga
Calcium Gluconate per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai
batas rambat, keringkan pada suhu 110º selama 20
menit, biarkan dingin, semprot dengan Penampak
bercak. Panaskan lempeng pada 110º selama 10 menit.
Warna, ukuran dan harga RF bercak utama yang
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan bercak utama
Larutan baku.

Kalsium D-glukonat (1:2) [299-28-5] Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0%
C12H22CaO14 (anhidrat) BM 430,37 untuk bentuk anhidrat; Tidak lebih dari 1,0% untuk
Monohidrat [18016-24-5] BM 448,39 bentuk monohidrat jika etiket menunjukkan untuk
penggunaan pembuatan sediaan injeksi; Tidak lebih
Kalsium Glukonat adalah senyawa anhidrat atau dari 2,0% untuk bentuk monohidrat jika etiket
mengandung 1 molekul air hidrat. Bentuk anhidrat menunjukkan tidak untuk penggunaan pembuatan
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih sediaan injeksi; lakukan pengeringan pada suhu 105º
dari 102,0% C12H22CaO14, dihitung terhadap zat selama 16 jam.
kering. Bentuk monohidrat mengandung tidak kurang
dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% Klorida dan Sulfat <361>
C12H22CaO14.H2O jika etiket menunjukkan untuk Klorida Lakukan penetapan menggunakan larutan
penggunaan pembuatan sediaan injeksi; tidak kurang 1,0 g zat: mengandung klorida tidak lebih dari yang
dari 98,5% dan tidak lebih dari 102,0% terdapat dalam 0,07 mL asam hidroklorida 0,020 N
C12H22CaO14.H2O jika etiket menunjukkan tidak untuk (0,005%). Jika dalam etiket dinyatakan tidak untuk
penggunaan pembuatan injeksi. sediaan injeksi, larutan 1,0 g zat mengandung klorida
- 797 -

tidak lebih dari yang terdapat dalam larutan 1 mL 𝑟𝑈 𝐶𝑆 88,03


asam hidroklorida 0,020 N (0,07%). ( )( )( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 134,00
Sulfat Lakukan penetapan menggunakan larutan zat
yang dilarutkan dalam air mendidih tidak lebih dari 0,1 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak oksalat
mL asam sulfat 0,020 N (0,005%). Jika dalam etiket dari Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
dinyatakan tidak untuk sediaan injeksi, larutan 2,0 g natrium oksalat dalam μg per mL Larutan baku; CU
dalam air mendidih mengandung sulfat tidak lebih dari adalah kadar kalsium glukonat dalam μg per mL
yang terdapat dalam larutan 1 mL asam sulfat 0,020 Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang; 88,03
N (0,05%). dan 134,00 berturut-turut adalah bobot molekul oksalat
dan natrium oksalat [Catatan Jika pada etiket kalsium
Oksalat Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan penetapan glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti sediaan injeksi,tidak harus memenuhi syarat ini.]
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Kalsium
glukonat Jika dalam etiket dinyatakan tidak untuk Fosfat Tidak lebih dari 0,01%.
sediaan injeksi, gunakan air deionisasi.] Larutan baku persediaan 1 Kalium fosfat monobasa
Fase gerak Buat larutan natrium bikarbonat 0,0017 0,716 mg per mL.
M dan natrium karbonat 0,0018 M dalam air. Saring Larutan baku persediaan 2 Pipet 1 mL Larutan baku
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian persediaan 1 ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dengan air sampai tanda.
Kromatografi <931>. Larutan baku Pipet 2 mL Larutan baku persediaan 2
Larutan supresor regenerasi Buat larutan asam ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air
sulfat 0,0125 M. sampai tanda.
Asam hidroklorida encer Encerkan 1 mL asam Larutan uji persediaan Timbang 10,0 g zat, larutkan
hidroklorida P dengan air hingga volume 1200 mL. dalam 90 mL air panas (70º-80º) dan panaskan sampai
Larutan baku Timbang saksama sejumlah natrium mendidih, goyang selama 10 detik sampai larutan
oksalat P, larutkan dalam Asam hidroklorida encer jernih.
hingga kadar lebih kurang 1,5 μg per mL. Larutan uji Pipet 1 mL Larutan uji persediaan panas
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dengan air sampai tanda.
dalam Asam hidroklorida encer, jika perlu sonikasi, Prosedur Ke dalam Larutan uji dan Larutan baku
encerkan dengan Asam hidroklorida encer sampai tambahkan masing-masing 4 mL asam sulfomolibdat
tanda. LP, campur. Pada kedua larutan tambahkan 0,1 mL
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada campuran segar asam hidroklorida 3 N-timah(II)
Kromatografi <931>. Kromatograf ion dilengkapi klorida pekat asam LP (10:1), dan campur: setelah 10
dengan detektor konduktansi dan kolom pelindung 4 menit warna Larutan uji tidak lebih intensif dari
mm x 5 cm berisi bahan pengisi L12 dengan ukuran Larutan baku. [Catatan Jika pada etiket kalsium
partikel 15 μm, kolom analisis 4 mm x 25 cm berisi glukonat tertera tidak untuk penggunaan pembuatan
bahan pengisi L12 dengan ukuran partikel 15 μm dan sediaan injeksi, tidak harus memenuhi syarat ini.]
kolom supresor anion mikromembran yang terhubung
dengan seri kolom pelindung dan analisis. Kolom Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,005%. Lakukan
supresor anion dilengkapi dengan mikromembran yang penetapan menggunakan larutan 2,0 g zat dalam air
memisahkan Fase gerak dengan Larutan supresor mendidih: tidak lebih dari yang terdapat dalam 0,1 mL
regenerasi mengalir berlawanan arah dengan Fase asam sulfat 0,020 N (setara dengan 0,005%). Jika etiket
gerak dengan laju alir lebih kurang 7 mL per menit. menunjukkan untuk penggunaan pembuatan sediaan
Kondisikan sistem dengan Fase gerak selama lebih injeksi, larutan 2,0 g zat dalam air mendidih
kurang 15 menit, dengan laju alir lebih kurang 2 mL per menunjukkan tidak lebih dari yang terdapat dalam 1
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku mL asam sulfat 0,020 N (setara dengan 0,05%).
dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom yang Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari 2500 penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,2 dan berikut: Larutkan 1,0 g zat dalam campuran 10 mL
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak asam hidroklorida P dan 20 mL air dan encerkan
lebih dari 2,0%. dengan air hingga 55 mL: larutan memenuhi Uji Batas
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Arsen, tanpa penambahan 20 mL asam sulfat 7 N,
volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan seperti tertera pada Prosedur.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj;
oksalat dalam zat dengan rumus: [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera
- 798 -

tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, dilengkapi dengan lampu “hollow” katoda besi dan
tidak lebih dari 20 bpj.] nyala asetilen– udara. Ukur serapan Larutan blangko
dan lakukan koreksi. Buat kurva yang menggambarkan
Magnesium dan Logam alkali Tidak lebih dari 0,4%. hubungan antara serapan Larutan baku terhadap kadar
Timbang 1,0 g zat, larutkan dalam 100 mL air besi dalam μg per mL dan tarik garis lurus yang sesuai
mendidih, tambahkan 10 mL amonium klorida LP, 1 mL dengan 3 titik yang mendekati garis lurus. Dari kurva
amonium hidroksida P dan 50 mL amonium oksalat LP yang diperoleh, tentukan kadar besi (C) dalam μg per
panas yang dipertahankan pada suhu 70º sampai 80º. mL Larutan uji. Hitung kadar besi dalam bpj dalam zat
Diamkan selama 4 jam, encerkan dengan air hingga 200 yang digunakan dengan rumus:
mL, saring. Uapkan 100 mL filtrat sampai kering dan
pijarkan sampai bobot tetap. Bobot residu tidak lebih 𝐶×𝑉
dari 2 mg. [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat 𝑊
tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan
injeksi, tidak harus memenuhi syarat ini.] C adalah kadar besi dalam Larutan uji yang diperoleh
dari kurva regresi (µg per mL); V adalah volume
Senyawa mereduksi Tidak lebih dari 1,0%. Larutan uji (mL); W adalah bobot kalsium glukonat
Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, yang digunakan untuk menyiapkan Larutan uji (g).
larutkan dalam 20 mL air panas, dinginkan dan [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera
tambahkan 25 mL tembaga(II) sitrat basa LP. Tutup, tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi,
didihkan hati-hati selama tepat 5 menit dan segera tidak harus memenuhi syarat ini.]
dinginkan hingga suhu ruang. Tambahkan 25 mL asam
asetat 0,6 N; 10,0 mL larutan iodum 0,1 N dan 10 mL Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800
asam hidroklorida 3 N, titrasi kembali dengan natrium mg zat, larutkan dalam 150 mL air yang mengandung
tiosulfat 0,1N LV, tambahkan 3 mL larutan kanji LP 2 mL asam hidroklorida 3 N. Sambil diaduk,
mendekati titk akhir. Lakukan penetapan blangko. sebaiknya menggunakan pengaduk magnetik,
tambahkan lebih kurang 30 mL dinatrium edetat 0,05
Tiap mL natrium tiosulfat 0,1 N M LV melalui buret 50 mL, kemudian tambahkan 15 mL
setara dengan 27 mg senyawa mereduksi (sebagai natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru
dekstrosa) hidroksi naftol LP, lanjutkan titrasi sampai titik akhir
warna biru. Lakukan penetapan blangko.
Besi Tidak lebih dari 5 bpj.
Larutan baku Pipet terpisah 2, 4 dan 10 mL Larutan Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
baku besi, seperti tertera pada Uji batas besi <331> ke setara dengan 21,52 mg C12H22CaO14
dalam labu tentukur100-mL yang berisi 1,37 g kalsium
klorida P, yang sebelumnya telah diuji dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
menunjukkan kadar besi kurang dari 5 bpj. Encerkan
dengan asam hidroklorida 2 N sampai tanda. Kadar Penandaan Etiket menunjukkan anhidrat atau
besi larutan ini berturut-turut 0,2; 0,4 dan 1,0 μg per monohidrat. Jika jumlah kalsium glukonat dinyatakan
mL. pada etiket dari sediaan yang mengandung kalsium
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, glukonat, ini merupakan kalsium glukonat anhidrat
masukkan ke dalam labu kuarsa 100-mL, tambahkan 20 (C12H22CaO14). Kalsium glukonat yang ditujukan untuk
mL asam nitrat 12 N dan panaskan sampai mendidih pembuatan sediaan injeksi harus dicantumkan dalam
hingga terbentuk asap. Tambahkan 0,5 mL hidrogen etiket. Kalsium glukonat yang tidak ditujukan untuk
peroksida P 30% dan panaskan kembali hingga pembuatan sediaan injeksi harus dicantumkan dalam
terbentuk asap. Ulangi proses ini sampai volume lebih etiket dan dapat pula ditambahkan untuk pembuatan
kurang 5 mL. Dinginkan, tambahkan 1,0 mL asam sediaan oral.
perklorat P dan panaskan sampai mendidih. [Perhatian
Tidak boleh dipanaskan di atas 190º atau diuapkan
hingga kering karena bahaya ledakan.] Masukkan INJEKSI KALSIUM GLUKONAT
larutan ke dalam labu tentukur 25-mL, encerkan Calcium Gluconate Injection
dengan asam hidroklorida 2 N sampai tanda.
Larutan blangko Gunakan 0,34 g kalsium klorida P Injeksi Kalsium Glukonat adalah larutan steril kalsium
yang sebelumnya telah diuji dan menunjukkan kadar glukonat dalam air untuk injeksi. Mengandung tidak
besi kurang dari 5 bpj. Lakukan seperti tertera pada kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
Larutan uji. jumlah kalsium yang tertera pada etiket. Kalsium
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan tersebut berupa kalsium glukonat, kecuali sejumlah
uji secara bersamaan pada garis emisi besi 248,3 nm kecil dapat digantikan dengan kalsium yang sama
dengan spektrofotometer serapan atom seperti tertera berupa kalsium sakarat, atau garam kalsium yang
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>
- 799 -

sesuai, untuk tujuan stabilisasi. Dapat mengandung KALSIUM HIDROKSIDA


penambahan natrium hidroksida untuk pengaturan pH. Calcium Hydroxide

Baku pembanding Kalsium Glukonat BPFI; Lakukan Kalsium hidroksida [1305-62-0]


pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama Ca(OH)2 BM 74,09
4 jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah
tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat Kalsium Hidroksida mengandung tidak kurang dari
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati 95,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % Ca(OH) 2.
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan Pemerian Serbuk putih; bersifat basa; rasa agak pahit.
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
dibuka dalam lemari pembeku. Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam gliserin
dan sirop; sangat sukar larut dalam air mendidih; tidak
Identifikasi larut dalam etanol.
A. Encerkan sejumlah volume larutan injeksi dengan
air hingga kadar kalsium glukonat (1 dalam 100). Identifikasi
Larutan menunjukkan reaksi uji B seperti tertera pada A. Campur sejumlah zat dengan air 3 sampai 4 kali
Identifikasi dalam Kalsium Glukonat. bobotnya: akan menjadi bubur halus. Beningan yang
B. Enceran larutan injeksi dengan air (1 dalam 5) jernih bereaksi basa terhadap kertas lakmus P.
menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera pada Uji B. Campur 1 g zat dengan 20 mL air, tambahkan asam
Identifikasi Umum <291>. asetat 6 N secukupnya hingga larut, menunjukkan
reaksi Kalsium cara A dan B seperti tertera pada Uji
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 unit Identifikasi Umum <291>.
Endotoksin FI per mg kalsium glukonat.
Zat tidak larut asam Tidak lebih dari 0,5 %; lakukan
pH <1071> Antara 6,0 dan 8,2. penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 30 mL
asam hidroklorida 4 N, panaskan sampai mendidih,
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk saring. Cuci residu dengan air panas dan pijarkan:
Injeksi Volume Kecil. bobot tidak lebih dari 10 mg.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. Karbonat Campur 2 g zat dengan 50 mL air,
tambahkan asam hidroklorida 3 N berlebih: hanya
Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume boleh terbentuk sedikit gelembung udara.
injeksi setara dengan lebih kurang 500 mg kalsium
glukonat, tambahkan 2 mL asam hidroklorida 3 N dan Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
encerkan dengan air hingga 150 mL. Sambil diaduk, penetapan menggunakan larutan uji sebagai berikut:
dengan pengaduk magnetik, tambahkan lebih kurang Larutkan 2,0 g zat dalam 20 mL asam hidroklorida 3
20 mL dinatrium edetat 0,05 M LV melalui buret 50 mL. N, uapkan di atas tangas uap hingga kering. Larutkan
Tambahkan 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 300 mg residu dalam 20 mL air, saring. Encerkan filtrat dengan
hidroksi naftol biru P, titrasi hingga titik akhir air hingga 40 mL. Pada 20 mL larutan tambahkan 1 mL
berwarna biru. asam hidroklorida 0,1 N, encerkan dengan air hingga 25
mL.
Tiap mL dinatrium edetat 0,05M Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 4,8%;
setara dengan 2,004 mg kalsium (Ca) lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan 500 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis zat dalam campuran 30 mL air dan 10 mL asam
tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I. hidroklorida 3 N, lanjutkan penetapan seperti tertera
pada Magnesium dan garam alkali dalam Kalsium
Penandaan Pada etiket dicantumkan isi, jika ada Karbonat mulai dari “panaskan larutan dan didihkan
penambahan garam kalsium lain, dihitung sebagai selama 1 menit”: bobot residu tidak lebih dari 12 mg.
persentase kalsium di dalam injeksi. Etiket menyatakan
kadar osmolar total dalam milli Osmol per liter. Jika isi Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g
kurang dari 100 mL, atau jika etiket menyatakan bahwa zat, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan 30 mL
sediaan bukan untuk injeksi langsung tapi harus asam hidroklorida 3 N sedikit demi sedikit hingga larut
diencerkan sebelum digunakan, etiket menyatakan sempurna. Masukkan larutan ke dalam labu tentukur
kadar osmolar total dalam milli Osmol per mL. Etiket 500-mL, cuci gelas piala, tambahkan cairan cucian ke
menyatakan bahwa injeksi harus jernih pada saat akan dalam labu, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 50
digunakan dan bila terjadi penghabluran, dapat mL larutan, ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 100
dihangatkan untuk melarutkan endapan. mL air, 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 300 mg biru
- 800 -

hidroksinaftol P. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05


M LV sampai titik akhir berwarna biru. Kalsium Karbonat yang telah dikeringkan pada suhu
200° selama 4 jam mengandung kalsium setara tidak
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% CaCO3.
setara dengan 3,705 Ca (OH)2
Pemerian Serbuk halus mikro hablur, putih; tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. berbau; tidak berasa; stabil di udara.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; kelarutan


LARUTAN TOPIKAL KALSIUM dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam
HIDROKSIDA amonium atau karbon dioksida; adanya alkali
hidroksida menurunkan kelarutan; tidak larut dalam
Calcium Hydroxide Topical Solution
etanol; larut dalam asam asetat 1 N, asam hidroklorida
3 N dan asam nitrat 2 N dengan membentuk gelembung
Larutan Topikal Kalsium Hidroksida adalah larutan
gas.
yang mengandung tidak kurang dari 140 mg Ca(OH) 2
per 100 mL. Larutan topikal kalsium hidroksida dibuat
Identifikasi Pada sejumlah zat tambahkan asam asetat
dengan cara menambahkan 3 g kalsium hidroksida P
P terbentuk gelembung gas, setelah dididihkan larutan
pada 1000 mL air dingin, kocok kuat dan berulang kali
menunjukkan reaksi Kalsium cara A, B seperti tertera
selama 1 jam. Biarkan kelebihan kalsium hidroksida
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
mengendap. Gunakan beningan.
[Catatan Kelarutan kalsium hidroksida bervariasi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
tergantung suhu larutan disimpan, lebih kurang 170
lakukan pengeringan pada suhu 200° selama 4 jam.
mg per 100 mL pada suhu 15° dan berkurang pada
suhu yang lebih tinggi. Kadar ditetapkan pada suhu
Senyawa tidak larut asam Tidak lebih dari 0,2%;
25°.]
lakukan penetapan sebagai berikut: Campur 5,0 g zat
Bagian yang tidak larut tidak dapat digunakan lagi
dengan 10 mL air, tambahkan asam hidroklorida P
untuk membuat larutan topikal kalsium hidroksida.
tetes demi tetes sambil dikocok, sampai tidak terbentuk
gelembung gas, kemudian tambahkan air sampai 200 mL
Identifikasi
dan saring. Cuci residu dengan air hingga air cucian
A. Menyerap karbon dioksida dari udara: terbentuk
terakhir tidak mengandung klorida dan pijarkan. Bobot
lapisan kalsium karbonat pada permukaan cairan.
residu tidak lebih dari 10 mg.
B. Jika dipanaskan menjadi keruh, karena terjadi
pemisahan kalsium hidroksida.
Fluorida Tidak lebih dari 0,005% [Catatan Siapkan
C. Menunjukkan reaksi Kalsium cara A dan B seperti
dan simpan semua larutan dalam wadah plastik.]
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Larutan dapar, Larutan baku dan Sistem elektroda
Lakukan seperti tertera pada uji Fluorida dalam
Alkali dan garam karbonat Jenuhkan sejumlah
Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat.
larutan dengan karbon dioksida dan didihkan: larutan
Garis respons baku Lakukan seperti tertera pada uji
bereaksi netral.
Fluorida dalam Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat,
gunakan 4,0 mL asam hidroklorida P sebagai
Penetapan kadar Pipet 100 mL larutan ke dalam labu
pengganti 2,0 mL asam hidroklorida P.
Erlenmeyer yang sesuai, tambahkan 50 mL air, 15 mL
Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Fluorida
natrium hidroksida 1 N dan 300 mg biru hidroksi naftol
dalam Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat, gunakan 4,0
P dan titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
mL asam hidroklorida P.
titik akhir berwarna biru.
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat
setara dengan 3,705 Ca(OH)2
sebagai berikut: Larutkan sedikit demi sedikit 1,0 g zat
dalam 15 mL asam hidroklorida P dan encerkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dengan air hingga 55 mL. Larutan memenuhi Uji Batas
rapat, terisi penuh pada suhu tidak lebih dari 25º.
Arsen, tanpa penambahan 20 mL asam sulfat 7 N,
seperti tertera pada Prosedur.
KALSIUM KARBONAT Barium Celupkan kawat platina ke dalam filtrat yang
Calcium Carbonate diperoleh dari uji Senyawa tidak larut asam, bakar:
nyala tidak berwarna hijau.
Kalsium karbonat (1:1) [471-34-1]
CaCO3 BM 100,09
- 801 -

Timbal <401> Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan


penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
sebagai berikut: Campur 1,0 g zat dengan 5 mL air, mg zat kering pada suhu 200° selama 4 jam. Masukkan
tambahkan sedikit demi sedikit 8 mL asam ke dalam gelas piala 250 mL, basahkan dengan
hidroklorida 3 N, uapkan di atas tangas uap hingga beberapa mL air, tambahkan tetes demi tetes asam
kering, larutkan residu dalam 5 mL air. hidroklorida 3 N secukupnya hingga larut sempurna.
Tambahkan 100 mL air, 15 mL natrium hidroksida 1 N
Besi Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan sebagai dan 300 mg biru hidroksinaftol P. Titrasi dengan
berikut: Buat Larutan uji dengan melarutkan 40 mg zat dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna
dalam 5 mL asam hidroklorida 2 N, masukkan ke biru.
dalam gelas piala dan encerkan dengan air hingga 10
mL. Buat Larutan baku menggunakan 4,0 mL Larutan Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
baku besi seperti tertera pada Uji batas besi <331> setara dengan 5,004 mg CaCO3
dalam gelas piala dan encerkan dengan air hingga 10
mL. Pada masing-masing gelas piala tambahkan 2 mL Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
larutan asam sitrat P (1 dalam 5) dan 2 tetes asam
tioglikolat P, atur pH hingga 9,5 ± 0,1 dengan
penambahan amonia LP, encerkan dengan air hingga SUSPENSI ORAL KALSIUM KARBONAT
20 mL, campur, diamkan selama 5 menit. Encerkan Calcium Carbonate Oral Suspension
dengan air hingga 50 mL. Ukur serapan Larutan uji dan
Larutan baku pada panjang gelombang serapan Suspensi Oral Kalsium Karbonat mengandung kalsium
maksimum lebih kurang 530 nm menggunakan air karbonat, CaCO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
sebagai blangko: serapan Larutan uji tidak lebih dari lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku.
Baku pembanding Natrium Fluorida BPFI; tidak
Raksa <381> Metode IIa Tidak lebih dari 0,5 bpj; boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat
sebagai berikut: Pindahkan 4,0 g zat ke dalam gelas Identifikasi Pada sejumlah zat tambahkan asam asetat
piala 100 mL, larutkan hati-hati dalam 14 mL asam P, terbentuk gelembung gas, setelah dididihkan larutan
hidroklorida 6 N. Gunakan 3 mL asam hidroklorida 6 menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera pada Uji
N sebagai pengganti 3 mL asam sulfat P pada Identifikasi Umum <291>.
pembuatan Larutan baku dan Larutan uji.
pH <1071> Antara 7,5 dan 8,7.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj dihitung
berikut: Campur 1,0 g zat dalam 5 mL air, tambahkan terhadap kalsium karbonat yang tertera pada etiket;
sedikit demi sedikit 8 mL asam hidroklorida 3 N dan lakukan penetapan menggunakan Larutan uji yang
uapkan di atas tangas uap hingga kering. Larutkan dibuat sebagai berikut: larutkan sedikit demi sedikit
residu dalam 20 mL air, saring dan tambahkan air pada suspensi oral setara dengan 1,0 g kalsium karbonat
filtrat hingga 25 mL. dalam 15 mL asam hidroklorida P dan encerkan
dengan air hingga 55 mL. Larutan memenuhi Uji Batas
Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 1,0%; Arsen, tanpa penambahan 20 mL asam sulfat 7 N,
lakukan penetapan sebagai berikut: Campur 1,0 g zat seperti tertera pada Prosedur.
dengan 35 mL air, tambahkan hati-hati 3 mL asam
hidroklorida P, panaskan larutan dan didihkan selama Timbal <401> Tidak lebih dari 3 bpj dihitung terhadap
1 menit. Segera tambahkan 40 mL asam oksalat LP dan kalsium karbonat yang tertera pada etiket; lakukan
aduk kuat sampai terbentuk endapan. Segera penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat
tambahkan pada campuran hangat 2 tetes larutan merah sebagai berikut: campur sejumlah suspensi oral setara
metil LP dan tetes demi tetes amonium hidroksida 6 N dengan 1,0 g kalsium karbonat dengan 5 mL air,
sampai campuran tepat basa, dinginkan hingga suhu tambahkan sedikit demi sedikit 8 mL asam
ruang. Masukkan ke dalam gelas ukur, encerkan hidroklorida 3 N, uapkan di atas tangas uap hingga
dengan air hingga 100 mL dan diamkan selama 4 jam kering, larutkan residu dalam 5 mL air.
atau semalam. Saring, masukkan 50 mL filtrat ke dalam
cawan platina, tambahkan 0,5 mL asam sulfat P, Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj dihitung
uapkan di atas tangas uap sampai hampir kering. terhadap kalsium karbonat yang tertera pada etiket;
Panaskan perlahan-lahan di atas api bebas sampai lakukan penetapan menggunakan Larutan uji yang
kering, lanjutkan pemanasan sampai garam-garam dibuat sebagai berikut: campur sejumlah suspensi oral
amonium terurai dan menguap. Pijarkan residu sampai setara dengan 1,0 g kalsium karbonat dengan 5 mL air,
bobot tetap. Bobot residu tidak lebih dari 5 mg. tambahkan sedikit demi sedikit 8 mL asam
- 802 -

hidroklorida 3 N dan uapkan di atas tangas uap hingga Batas mikroba <51> Angka Lempeng Total tidak lebih
kering. Larutkan residu dalam 20 mL air, saring dan dari 102 koloni per mL. Uji terhadap Escherichia coli
tambahkan air pada filtrat hingga 25 mL. dan Pseudomonas aeruginosa memberikan hasil
negatif.
Fluorida Tidak lebih dari 50 bpj dihitung terhadap
kalsium karbonat seperti yang tertera pada etiket Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
[Catatan Siapkan dan simpan semua larutan dalam Titrasi langsung seperti tertera pada Titrimetri <711>.
wadah plastik.] Blangko Pipet 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 5
Larutan A Timbang saksama sejumlah natrium sitrat mL trietanolamin P, masukkan ke dalam labu tentukur
dihidrat P, larutkan, dan encerkan dengan air hingga 100-mL, campur, dan encerkan dengan air sampai
kadar lebih kurang 294 mg per mL. tanda.
Larutan baku persediaan Timbang saksama Larutan uji Pipet sejumlah suspensi oral setara
sejumlah Natrium Fluorida BPFI, larutkan dan dengan lebih kurang 1 g kalsium karbonat (kocok
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 1,1 mg terlebih dahulu), masukkan ke dalam gelas piala yang
per mL. sesuai, bilas pipet beberapa kali dengan 25 mL air.
Larutan baku Campur 20,0 mL Larutan baku Tambahkan 20 mL asam hidroklorida 1 N, panaskan
persediaan dan 50,0 mL Larutan A, masukkan ke pada tangas uap selama 30 menit, biarkan dingin.
dalam labu tentukur 100-mL, encerkan dengan air Pindahkan ke labu tentukur 100-mL, bilas gelas piala
sampai tanda. Tiap mL larutan ini mengandung 100 µg dengan sejumlah air, encerkan dengan air sampai tanda,
ion fluorida. campur, dan saring.
Larutan uji Pipet sejumlah suspensi oral setara Prosedur Pipet 20,0 mL Larutan uji, masukkan ke
dengan lebih kurang 2,0 g kalsium karbonat, masukkan dalam labu Erlenmeyer yang sesuai, encerkan dengan
ke dalam gelas piala berisi pengaduk magnetik berlapis air hingga 100 mL. Tambahkan 15 mL natrium
plastik, tambahkan 20 mL air dan 4,0 mL asam hidroksida 1 N, 5 mL trietanolamin P dan 100 mg biru
hidroklorida P, aduk hingga larut. Tambahkan 50,0 mL hidroksi naftol P sebagai indikator. Titrasi dengan
Larutan A dan air secukupnya hingga volume 100 mL. dinatrium edetat 0,05 M LV hingga titik akhir berwarna
Sistem elektroda Lakukan seperti tertera pada biru terang. Hitung persentase kalsium karbonat dalam
Penetapan pH <1071>. Gunakan elektroda penunjuk Larutan uji, dengan rumus:
ion fluorida khusus dan elektroda pembanding perak-
perak fluorida yang dihubungkan pada pH meter yang [(𝑉𝑆 − 𝑉𝐵 ) × 𝑀 × 𝐹]
mampu mengukur tegangan dengan reprodusibilitas × 100
𝑊
minimum ± 0,2 mV.
Garis respons baku Masukkan 50,0 mL Larutan A VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan
dan 4,0 mL asam hidroklorida P ke dalam gelas piala untuk Larutan uji; VB adalah volume titran dalam mL
dan tambahkan air hingga 100 mL. Masukkan yang digunakan untuk Blangko; M adalah molaritas
pengaduk magnetik berlapis plastik, celupkan elektroda dalam mmol per mL dinatrium edetat; F adalah faktor
ke dalam larutan, aduk selama 15 menit dan baca ekivalensi, 100,09 mg per mmol dan W adalah bobot
tegangan dalam mV. Lanjutkan pengadukan dan pada dalam mg kalsium karbonat yang digunakan untuk
setiap interval 5 menit tambahkan 100 µL, 100 µL, 300 pembuatan Larutan uji.
µL, dan 500 µL Larutan baku, baca tegangan 5 menit
setelah tiap penambahan, buat gambar kurva logaritma Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kumulatif kadar ion fluorida (0,1 µg per mL; 0,2 µg per rapat, hindari pembekuan.
mL; 0,5 µg per mL; dan 1,0 µg per mL) terhadap
tegangan dalam mV.
Prosedur Bilas dan keringkan elektroda, masukkan TABLET KALSIUM KARBONAT
ke dalam Larutan uji, aduk selama 5 menit dan baca Calcium Carbonate Tablets
tegangan dalam mV. Ukur tegangan dan tetapkan kadar
C dalam µg per mL menggunakan kurva baku. Hitung Tablet Kalsium Karbonat mengandung kalsium
jumlah dalam µg per g fluorida dalam zat yang karbonat, CaCO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
digunakan, dengan rumus: lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Tablet yang digunakan selain untuk antasida atau
𝑉×𝐶 ditambahkan pada antasida, mengandung kalsium
𝑊 karbonat, CaCO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 115,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
V adalah volume Larutan uji dalam mL; C adalah kadar
fluorida dalam µg per mL Larutan uji dan W adalah Identifikasi Pada tablet tambahkan asam asetat 6 N:
bobot dalam g kalsium karbonat dalam zat yang terbentuk gelembung gas dan larutan yang dihasilkan
digunakan. setelah dididihkan untuk mengeluarkan karbon
dioksida dan dinetralkan dengan amonium hidroksida 6
- 803 -

N menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera pada Uji yang direkomendasikan dan tidak kurang dari jumlah
Identifikasi Umum <291>. mEq yang dihitung berdasarkan rumus:

Disolusi <1231> Untuk tablet yang digunakan sebagai (𝐶 × 𝐴𝑁𝐶 ) × 𝐹


antasida atau ditambahkan pada antasida.
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N C adalah jumlah kalsium karbonat dalam mg zat yang
Alat tipe 2:75 rpm digunakan berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket;
Waktu:30 menit ANC adalah kapasitas penetralan asam teoritis kalsium
Lakukan penetapan menggunakan Spektrofotometer karbonat; 0,02 mEq per mg dan F adalah faktor
serapan atom seperti tertera pada Spektrofotometri dan penerimaan untuk batas bawah yang diperlukan
Hamburan Cahaya <1191>. kapasitas penetralan asam; 0,9.
Larutan lantanum klorida Larutkan 50 mg per mL
lantanum klorida P dalam asam hidroklorida 0,1 N. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku persediaan Buat larutan kalsium Titrasi langsung seperti tertera pada Titrimetri <711>.
dalam asam hidroklorida 0,1 N hingga kadar 100 μg per Blangko Campuran 150 mL air dan 15 mL natrium
mL. hidroksida 1 N.
Larutan baku Pada labu tentukur 100-mL terpisah Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
berisi 10,0 mL Larutan lantanum klorida; pipet 3 mL, dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
4 mL, 5 mL, dan 6 mL Larutan baku peresediaan, setara dengan lebih kurang 200 mg kalsium karbonat,
encerkan masing-masing dengan asam hidroklorida 0,1 masukkan ke dalam krus yang sesuai. Pijarkan hingga
N sampai tanda. Larutan mengandung kalsium berturut- bobot tetap. Dinginkan krus, tambahkan 10 mL air,
turut 3 μg per mL, 4 μg per mL, 5 μg per mL, dan 6 μg larutkan residu dengan penambahan tetes demi tetes
per mL. asam hidroklorida 3 N secukupnya hingga larut
Larutan uji Saring sejumlah alikot. Pipet sejumlah sempurna.
filtrat dengan perkiraan mengandung 1 mg kalsium Prosedur Masukkan Larutan uji ke dalam labu
dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan 25,0 mL Erlenmeyer, encerkan dengan air hingga 150 mL,
Larutan lantanum klorida dan encerkan dengan asam tambahkan 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 300 mg
hidroklorida 0,1 N sampai tanda. biru hidroksi naftol P sebagai indikator. Titrasi dengan
Blangko Campuran Larutan lantanum klorida-asam dinatrium edetat 0,05 M LV hingga titik akhir berwarna
hidroklorida 0,1 N (1:9). biru terang. Lakukan penetapan blangko. Hitung
Prosedur Ukur secara berurutan serapan Larutan persentase kalsium karbonat dalam tablet dengan rumus:
baku dan Larutan uji pada garis emisi 422,8 nm
menggunakan spektrofotometer serapan atom yang [(𝑉𝑆 − 𝑉𝐵 ) × 𝑀 × 𝐹]
dilengkapi dengan lampu “hollow” katoda kalsium dan × 100
𝑊
nyala udara-asetilen. Buat kurva kalibrasi serapan
Larutan baku terhadap kadar kalsium. Dari kurva yang VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan
diperoleh hitung kadar kalsium dalam µg per mL dalam untuk Larutan uji; VB adalah volume titran dalam mL
Larutan uji. Hitung persentase kalsium karbonat, yang digunakan untuk Blangko; M adalah molaritas
CaCO3, yang terlarut dengan rumus: dalam mmol per mL titran; F adalah faktor ekivalensi,
100,09 mg per mmol dan W adalah bobot dalam mg
𝐶 × 𝐷 × 𝑉 100,09 kalsium karbonat yang digunakan.
( )( ) × 100
𝐿 40,08
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
C adalah kadar kalsium hasil pengukuran dalam mg per baik.
mL Larutan uji; D adalah faktor pengenceran Larutan
uji; V adalah volume Media disolusi, 900 mL; L adalah Penandaan Pada etiket cantumkan penggunaan
kadar kalsium karbonat dalam mg per tablet seperti sebagai antasida atau suplemen makanan atau
tertera pada etiket; 100,09 dan 40,08 berturut-turut keduanya.
adalah bobot molekul kalsium karbonat dan bobot atom
kalsium.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak KALSIUM KLORIDA
kurang dari 75% (Q), CaCO3,, dari jumlah yang tertera Calcium Chloride
pada etiket.
Kalsium Klorida dihidrat [10035-04-8]
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. CaCl2.2H2O BM 147,01
Anhidrat [10043-52-4] BM 110,98
Kapasitas penetralan asam <451> Untuk tablet yang
digunakan sebagai antasida. Tidak kurang dari 5 mEq
asam yang digunakan pada dosis tunggal minimum
- 804 -

Kalsium Klorida mengandung sejumlah CaCl2 setara INJEKSI KALSIUM KLORIDA


tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,0% Calcium Chloride Injection
CaCl2.2H2O.
Injeksi Kalsium Klorida adalah larutan steril kalsium
Pemerian Granul atau serpihan putih; keras; tidak berbau. klorida dalam Air untuk Injeksi. Mengandung kalsium
klorida, CaCl2.2H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih; lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
mudah larut dalam air, etanol, dan etanol mendidih.
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Identifikasi Larutan zat (1 dalam 10) menunjukkan pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
reaksi Kalsium cara A, B dan reaksi Klorida cara A, B untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh
dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
pH <1071> Antara 4,5 dan 9,2; lakukan penetapan dibuka dalam lemari pembeku.
menggunakan larutan zat (1 dalam 20).
Identifikasi Menunjukkan reaksi Kalsium cara A, B
Aluminium <315> [Catatan Jika pada etiket tertera dan Klorida cara A, B, C seperti tertera pada Uji
untuk pemakaian hemodialisis.] Tidak lebih dari 1 bpj; Identifikasi Umum <291>.
lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,2 unit
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan Endotoksin FI per mg kalsium klorida.
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 25 mL air.
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan
Besi, aluminium dan fosfat Pada larutan zat (1 dalam menggunakan injeksi yang tidak diencerkan, kecuali
20) tambahkan 2 tetes asam hidroklorida 3 N dan 1 jika kadar lebih besar dari 1 dalam 20, gunakan larutan
tetes fenolftalein LP. Tambahkan tetes demi tetes injeksi yang diencerkan dengan air hingga kadar 1
amonium klorida-amonium hidroksida LP sampai dalam 20.
larutan berwarna merah muda pucat, tambahkan 2 tetes
berlebih dan panaskan sampai mendidih: tidak Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
terbentuk kekeruhan atau endapan. tertera pada Injeksi volume kecil.

Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 1,0%; Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Larutkan 1 g zat dalam 50 mL air, tambahkan 500 mg
amonium klorida P, lanjutkan penetapan menurut uji Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume
Magnesium dan garam alkali seperti tertera pada injeksi setara dengan lebih kurang 1 g kalsium klorida,
Kalsium Karbonat mulai dari ”panaskan larutan dan masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan
didihkan selama 1 menit”: bobot residu tidak lebih dari 5 mL asam hidroklorida 3 N, encerkan dengan air
5 mg. sampai tanda. Pipet 50 mL larutan ke dalam labu
Erlenmeyer, tambahkan 100 mL air, 15,0 mL natrium
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru
zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, larutkan hidroksinaftol LP dan titrasi dengan dinatrium edetat
dalam campuran air-asam hidroklorida 3 N (100:5). 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna biru tua.
Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur 250-mL,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 50 mL larutan Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 100 mL air, 15 mL setara dengan 7,351 mg CaCl2.2H2O
natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru
hidroksinaftol LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
M LV sampai titik akhir berwarna biru tua. tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I.

Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar osmolar
setara dengan 7,351 mg CaCl2.2H2O total dalam mOsmol per liter. Jika volume kurang dari
100 mL, atau tertera tidak untuk injeksi langsung tetapi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. harus diencerkan terlebih dahulu, pada etiket
dicantumkan kadar osmolar total dalam mOsmol per
Penandaan Jika digunakan untuk hemodialisis, harus mL.
dinyatakan pada etiket.
- 805 -

KALSIUM LAKTAT
Calcium Lactate Asam lemak mudah menguap Aduk lebih kurang 500
mg zat dengan 1 mL asam sulfat P, hangatkan:
O campuran tidak mengeluarkan bau uap asam lemak.
H
H3C C C O- Ca2+ . xH2O
Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah zat
OH
2 setara dengan lebih kurang 350 mg C6H10CaO6,
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan larutkan
Kalsium laktat (1:2) hidrat [41372-22-9] dalam campuran air-asam hidroklorida 3 N (150:2).
Pentahidrat [5746-47-5] BM 308,30 Sambil diaduk, sebaiknya menggunakan pengaduk
Anhidrat [814-80-2] BM 218,22 magnetik, tambahkan lebih kurang 30,0 mL dinatrium
C6H10CaO6.xH2O edetat 0,05 M LV melalui buret 50 mL, tambahkan 15
mL natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru
Kalsium Laktat mengandung tidak kurang dari 98,0% hidroksinaftol P dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir
dan tidak lebih dari 101,0% C6H10CaO6, dihitung berwarna biru. Lakukan penetapan blangko.
terhadap zat kering.
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
Pemerian Serbuk atau granul putih; praktis tidak setara dengan 10,91 mg C6H10CaO6
berbau; bentuk pentahidrat sedikit mekar pada suhu
120° menjadi bentuk anhidrat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

Kelarutan Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air; Penandaan Pada etiket harus dicantumkan bentuk
praktis tidak larut dalam etanol. kering atau hidrat; jika bentuk hidrat, harus
dicantumkan derajat hidrasinya. Jika pada etiket
Baku pembanding Kalsium Laktat BPFI. sediaan tertera mengandung kalsium laktat, diartikan
sebagai kalsium laktat pentahidrat C6H10CaO6.5H2O.
Identifikasi
A. Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Kalsium cara A dan B seperti tertera pada Uji TABLET KALSIUM LAKTAT
Identifikasi Umum <291>. Calcium Lactate Tablets
B. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Tablet Kalsium Laktat mengandung kalsium laktat,
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama C6H10CaO6.5H2O tidak kurang dari 94,0% dan tidak
seperti pada Kalsium Laktat BPFI. lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
[Catatan Kalsium laktat dengan air hidrat yang lebih
Keasaman Tidak lebih dari 0,45 % (sebagai asam kecil dapat digunakan untuk menggantikan
laktat). Titrasi 20 mL larutan zat (1 dalam 20) dengan C6H10CaO6.5H2O dalam pembuatan tablet dengan
natrium hidroksida 0,1 N LV mengggunakan indikator jumlah kalsium laktat yang setara.]
fenolftalein LP: untuk menetralkan diperlukan tidak
lebih dari 0,50 mL natrium hidroksida 0,1 N. Identifikasi
Susut pengeringan <1121> Pentahidrat antara 22,0% A. Larutkan sejumlah serbuk tablet dalam air (1
dan 27,0%; trihidrat antara 15,0% dan 20,0%; dalam 20), saring. Filtrat menunjukkan reaksi Kalsium
monohidrat antara 5,0% dan 8,0% dan bentuk anhidrat cara A dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
tidak lebih dari 3,0%. Lakukan penetapan <291>.
menggunakan 1 sampai 2 g zat dengan ketebalan tidak B. Larutkan sejumlah serbuk tablet dalam air (1
lebih dari 3 mm, panaskan pada suhu 120° selama 4 jam. dalam 20), saring. Filtrat menunjukkan reaksi Laktat
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan menggunakan 1 g zat yang dilarutkan dalam Disolusi <1231> Prosedur gabungan sampel
2,5 mL asam asetat 1 N dan encerkan dengan air hingga Media disolusi: 500 mL air.
25 mL. Alat tipe 1: 100 rpm.
Waktu: 45 menit.
Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 1,0%. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Campur 1,0 g zat dalam 40 mL air, tambahkan 1 mL C6H10CaO6.5H2O yang terlarut seperti tertera pada
asam hidroklorida P sedikit demi sedikit dan didihkan. Penetapan kadar, jika perlu lakukan modifikasi.
Lakukan seperti tertera pada uji Magnesium dan garam Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
alkali dalam Kalsium Karbonat, mulai dari “Segera kurang dari 75% (Q) C6H10CaO6.5H2O, dari jumlah
tambahkan 40 mL asam oksalat LP”: bobot residu tidak yang tertera pada etiket.
lebih dari 5,0 mg.
- 806 -

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Kalsium Pantotenat BPFI.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak B. Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah Kalsium cara A dan B seperti tertera pada Uji
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 350 mg Identifikasi Umum <291>.
C6H10CaO6.5H2O, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer, tambahkan 150 mL air dan 2 mL asam Kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 15 mL air bebas
hidroklorida 3 N, aduk menggunakan pengaduk karbon dioksida P dalam labu kecil. Segera setelah
magnetik selama 3 sampai 5 menit. Sambil diaduk, melarut sempurna, tambahkan 1,0 mL asam
tambahkan lebih kurang 20,0 mL dinatrium edetat 0,05 hidroklorida 0,10 N dan 0,05 mL fenolftalein LP,
M LV melalui buret 50 mL, tambahkan 15 mL natrium campur: tidak terjadi warna merah muda dalam waktu
hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru 5 detik.
hidroksinaftol P dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir
berwarna biru. Rotasi jenis <1081> Antara +25,0° dan +27,5°;
lakukan penetapan menggunakan larutan 50 mg per mL.
Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 15,42 mg C6H10CaO6.5H2O Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0 %;
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
Penandaan Jumlah kalsium laktat yang dicantumkan penetapan menggunakan larutan 1,0 g zat dalam 25 mL
dalam etiket adalah kalsium laktat pentahidrat. air.

Cemaran organik <481> Tidak lebih dari 1,0%.


KALSIUM PANTOTENAT Larutan uji Gunakan pelarut air.
Calcium Pantothenate Larutan baku Gunakan pelarut air. Gunakan Beta
Alanin BPFI sebagai pengganti baku Kalsium
Pantotenat BPFI.
Fase gerak Campuran etanol P-air (13:7).
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
nomor 4.
Kalsium D-pantotenat(1:2) [137-08-6] Penetapan kadar nitrogen <581> Metode I Lakukan
C18H32CaN2O10 BM 476,53 penetapan menggunakan zat yang ditimbang saksama
lebih kurang 500 mg.
Kalsium Pantotenat adalah garam kalsium isomer asam
pantotenat yang memutar bidang polarisasi ke kanan. Penetapan kadar kalsium Timbang saksama lebih
Kalsium pantotenat mengandung nitrogen (N) tidak kurang 800 mg zat, larutkan dalam 150 mL air yang
kurang dari 5,7% dan tidak lebih dari 6,0% dan mengandung 2 mL asam hidroklorida 3 N. Tambahkan
mengandung kalsium (Ca) tidak kurang dari 8,2% dan 15 mL natrium hidroksida 1 N dan 300 mg indikator
tidak lebih dari 8,6%, keduanya dihitung terhadap zat biru hidroksinaftol P. Titrasi dengan dinatrium edetat
kering. 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna biru. Lakukan
penetapan blangko.
Pemerian Serbuk; putih; agak higroskopis; tidak Hitung persentase kalsium (Ca) dalam zat dengan
berbau; rasa pahit. rumus:
[(𝑉𝑆 − 𝑉𝐵 ) × 𝑀 × 𝐹]
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; × 100
𝑊
praktis tidak larut dalam etanol, dalam kloroform dan
dalam eter. VS adalah volume titran dalam mL yang digunakan
untuk titrasi zat uji; VB adalah volume titran dalam mL
Baku pembanding Kalsium Pantotenat BPFI; lakukan yang digunakan untuk titrasi blangko; M adalah
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum molaritas titran dalam mmol per mL; F adalah faktor
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dalam ekivalensi (40,08 mg per mmol) dan W adalah bobot zat
lemari pendingin. Beta Alanin BPFI. uji dalam mg.
Identifikasi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
- 807 -

KALSIUM SULFAT akhir warna biru terang yang mantap selama tidak
Calcium Sulfate kurang dari 60 detik.

Kalsium sulfat (1:1) [7778-18-9] Tiap mL dinatrium edetat 0,05 M


CaSO4 BM 136,14 setara dengan 6,807 mg CaSO4
Dihidrat [10101-41-4] BM 172,17
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kalsium Sulfat berbentuk anhidrat atau mengandung 2
molekul air hidrasi. Mengandung tidak kurang dari
98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 % CaSO4, dihitung KAMFER
terhadap zat kering. Camphor

Pemerian Serbuk halus; putih sampai putih


kekuningan; tidak berbau.

Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam asam


hidroklorida 3 N.
2-Bornanon [76-22-2]
Identifikasi Larutkan lebih kurang 200 mg zat dengan C10H16O BM 152,23
penghangatan dalam campuran 4 mL asam
hidroklorida 3 N dan 16 mL air. Larutan ini Kamfer adalah suatu keton yang diperoleh dari
menunjukkan reaksi Kalsium cara A, B dan Sulfat cara Cinnamomum camphora (Linne) Nees et Ebermaier
A, B, C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum (Fam Lauraceae) (kamfer alam) atau dibuat secara
<291>. sintetik (kamfer sintetik).

Susut pengeringan <1121> Bentuk anhidrat: tidak Pemerian Hablur, granul atau masa hablur; putih, atau
lebih dari 1,5 % dan bentuk dihidrat: antara 19,0 % dan tidak berwarna; jernih; bau khas tajam; rasa pedas dan
23,0 %. Lakukan pengeringan pada suhu tidak lebih aromatik; menguap perlahan-lahan pada suhu
rendah dari 250º hingga bobot tetap. ruang;bobot jenis lebih kurang 0,99.

Besi <331> Tidak lebih dari 0,01 %; lakukan Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat mudah larut
penetapan menggunakan 100 mg zat dalam 8 mL asam dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter; mudah
hidroklorida 3 N dan encerkan dengan air hingga 47 larut dalam karbon disulfida, dalam heksan, dalam
mL. minyak lemak dan dalamminyak menguap.

Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 10 bpj; Jarak lebur <1021> Antara 174° dan 179°.
lakukan penetapan menggunakan Larutan uji yang
dibuat sebagai berikut: campur 2,0 g zat dengan 20 mL Rotasi jenis <1081> Antara +41° dan +43° untuk
air, tambahkan 25 mL asam hidroklorida 3 N dan kamfer alam; lakukan penetapan menggunakan
didihkan sampai larut. Dinginkan dan tambahkan larutan 100 mg per mL dalam etanol P. Kamfer
amonium hidroksida P sampai pH 7. Saring, uapkan sintetik, tidak optik aktif.
sampai volume lebih kurang 25 mL dan saring kembali
jika perlu, hingga diperoleh larutan jernih. Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
penetapan menggunakan larutan 100 mg per mL dalam
Penetapan kadar Timbang saksama, lebih kurang heksan P.
300 mg zat, larutkan dalam 100 mL air dan 4 mL asam
hidroklorida 3 N. Jika perlu didihkan untuk Sisa senyawa tidak mudah menguap Tidak lebih
melarutkan dan dinginkan sebelum titrasi. Sambil dari 0,05%; lakukan penetapan dengan cara panaskan
diaduk, sebaiknya dengan pengaduk magnetik, 2,0 g zat dalam cawan yang telah ditara di atas tangap
tambahkan secara berurutan: 0,5 mL trietanolamina P, uap hingga tersublimasi sempurna. Keringkan residu
300 mg biru hidroksinaftol P dan dari buret 50 mL lebih pada suhu 120º selama 3 jam, dinginkan dan timbang:
kurang 30 mL dinatrium edetat 0,05 M LV. Tambahkan bobot tidak lebih dari 1,0 mg.
larutan natrium hidroksida P (45 dalam 100) sampai
warna merah berubah menjadi biru jelas, kemudian Halogen Tidak lebih dari 0,035%; campur 100 mg zat
lanjutkan penambahan tetes demi tetes sampai warna yang telah dihaluskan dengan 200 mg natrium
berubah menjadi ungu, kemudian tambahkan 0,5 mL peroksida P dalam tabung reaksi kaca keras bersih,
lagi sampai pH larutan antara 12,3 dan 12,5. Lanjutkan kering, diameter dalam lebih kurang 25 mm dan
titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik panjang 20 cm. Gantung tabung dengan sudut lebih
kurang 45º dengan menjepit tabung pada ujung atas
- 808 -

dan panaskan tabung perlahan-lahan, mulai dekat


ujung atas sampai bagian bawah hingga pembakaran pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan
sempurna. Larutkan residu dalam 25 mL air hangat, menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
asamkan dengan asam nitrat P dan saring ke dalam
tabung lain. Cuci tabung reaksi dan penyaring 2 kali, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%;
tiap kali dengan 10 mL air panas. Tambahkan hasil lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
cucian ke dalam filtrat. Pada filtrat tambahkan 0,50 mL dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 5
perak nitrat 0,10 N, encerkan dengan air hingga 50 mmHg dan suhu 60º selama 3 jam menggunakan lebih
mL: larutan yang diperoleh tidak lebih keruh dari kurang 100 mg zat yang ditimbang saksama.
blangko yang dibuat dengan jumlah pereaksi yang
sama ditambah 0,050 mL asam hidroklorida 0,020 N. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0% sisa
pengarangan dibasahkan dengan 2 mL asam nitrat P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup dan 5 tetes asam sulfat P.
rapat, hindarkan dari panas berlebih.
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
Penandaan Pada etiket dicantumkan berasal dari cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
sumber alam atau sintetik. Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutan kalium fosfat monobasa P (7,5
dalam 100), jenuhkan selama 90 menit.
KANAMISIN SULFAT Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm
Kanamycin Sulfate yang sebelumnya telah diaktifkan dengan memanaskan
pada suhu 110º selama 1 jam yang segera didinginkan
sebelum digunakan.
Kanamisin Sulfat (1:1) (garam) [133-92-6; 25389-94-0]
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
C18H36N4O11.H2SO4 BM 582,58
larutkan dalam air hingga kadar 30 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kanamisin Sulfat mempunyai potensi setara dengan
Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga
tidak kurang dari 750 µg kanamisin, C18H36N4O11 per
kadar 30 mg per mL.
mg, dihitung terhadap zat kering.
Enceran Larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
baku dengan air hingga kadar 0,90 mg per mL.
Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau.
Penampak bercak Larutan ninhidrin P dalam
butanol P (1 dalam 100).
Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 1 µL
aseton, etil asetat dan benzen.
Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku
pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak dan
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
biarkan Fase gerak merambat lebih kurang tiga per
tempat sejuk dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI;
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
rambat dan biarkan kering. Semprot lempeng dengan
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Penampak bercak, keringkan lempeng pada suhu 110º
Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan dalam lemari
selama 10 menit: harga RF bercak utama Larutan uji
pendingin dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan
sesuai dengan harga RF bercak utama Larutan baku dan
vial yang belum dibuka dalam lemari pembeku.
jika terdapat bercak lain selain bercak utama pada
Kanamisin Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan.
Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak utama
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
Enceran larutan baku.
dan terlindung cahaya.
Syarat lain Jika etiket menyatakan bahwa kanamisin
Identifikasi
sulfat steril, maka harus memenuhi persyaratan
A. Larutkan lebih kurang 10 mg zat dalam 1 mL air,
Sterilitas dan Endotoksin Bakteri seperti tertera pada
tambahkan 1 mL larutan ninhidrin P (1 dalam 500)
Injeksi Kanamisin. Jika etiket menyatakan bahwa
dalam n-butanol P dan 0,5 mL piridina P. Panaskan di
kanamisin sulfat harus dilakukan proses lebih lanjut
atas tangas uap selama 5 menit dan tambahkan 10 mL
untuk pembuatan sediaan injeksi, maka harus
air: terjadi warna ungu kebiruan.
memenuhi persyaratan Endotoksin Bakteri pada Injeksi
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Kanamisin.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Kromatografi <931>.
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
- 809 -

Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,115 N, bobot dalam mg zat yang digunakan untuk membuat
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera puncak kanamisin dari Larutan uji dan Larutan baku.
pada Kromatografi <931>.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Amikasin BPFI dan Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar masing-masing berturut-turut Penandaan Jika ditujukan untuk pembuatan sediaan
lebih kurang 0,02 dan 0,008 mg per mL. injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau harus
Larutan baku Timbang saksama sejumlah dilakukan proses lebih lanjut selama pembuatan
Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga sediaan injeksi.
kadar lebih kurang 0,008 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, larutkan INJEKSI KANAMISIN SULFAT
dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5 mL Kanamycin Sulfate Injection
larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
dengan air sampai tanda. Injeksi Kanamisin mengandung kanamisin sulfat setara
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dengan kanamisin, C18H36N4O11, tidak kurang dari
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
dilengkapi dengan detektor elektrokimia, elektroda tertera pada etiket. Mengandung pengawet dan dapar
emas, elektroda pembanding perak-perak klorida, yang sesuai.
kolom pelindung yang berisi bahan pengisi L47 dan
kolom analitik 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
L47. Detektor elektrokimia digunakan dalam mode dikeringkan.Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
amperometrik terpadu dengan rentang 300 nC dan tempat sejuk dan terlindung dari cahaya. Endotoksin
keluaran 1 V skala penuh. Potensial diprogram sebagai BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
berikut: dan isi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, simpan larutan
Waktu (detik) Potensial (V) Integrasi
dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
0,00 +0,04
0,30 +0,04 mulai
hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
0,50 +0,04 akhir pembeku. Kanamisin Sulfat BPFI; tidak boleh
0,51 +0,80 dikeringkan.Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
0,70 +0,80 tempat sejuk dan terlindung cahaya.
0,71 -0,80
0,90 -0,80 Identifikasi
A. Encerkan sejumlah volume injeksi dengan air
Laju alir lebih kurang 0,5 mL per menit. Lakukan hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. Larutan ini
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam memenuhi Identifikasi seperti tertera pada Kapsul
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Kanamisin Sulfat.
pada Prosedur: waktu retensi relatif kanamisin dan B.Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
amikasin berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,3; Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
resolusi, R, antara kanamisin dan amikasin tidak kurang diperoleh pada Penetapan kadar.
dari 3. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,67 unit
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih Endotoksin FI per mg kanamisin.
dari 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%. Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah dengan cara penyaringan membran.
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram pH <1071> Antara 3,5 dan 5,0.
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
µg kanamisin, C18H36N4O11, dalam tiap mg zat yang Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
digunakan dengan rumus: tertera pada Injeksi volume kecil.

𝐶𝑃 𝑟𝑈 Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.


5000 ( ) ( )
𝑊 𝑟𝑆
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C adalah kadar Kanamisin Sulfat BPFI dalam mg per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang diperoleh
mL Larutan baku; P adalah kadar kanamisin dalam pada Kromatografi <931>.
Kanamisin Sulfat BPFI, dalam µg per mg; W adalah
- 810 -

Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku dan Prosedur Totolkan masing-masing 10 µL Larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi.
Penetapan kadar dalam Kanamisin Sulfat. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi, telah dijenuhkan selama 18 jam dengan Fase gerak dan
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap biarkan Fase gerak merambat lebih kurang tiga per
dengan air, hingga kadar kanamisin lebih kurang 0,006 empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase
mg per mL. gerak menguap dan semprot lempeng dengan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Penampak bercak. Keringkan lempeng pada suhu 110°
kadar dalam Kanamisin Sulfat. Hitung jumlah dalam selama 10 menit: harga RF bercak utama yang diperoleh
mg kanamisin, C18H36N4O11, dalam injeksi yang dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari
digunakan dengan rumus: Larutan baku.
B.Waktu retensi puncak utama kromatogram
𝐿 𝐶𝑃 𝑟𝑈 Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
( )( )( ) diperoleh pada Penetapan kadar.
𝐷 1000 𝑟𝑆

L adalah jumlah dalam mg kanamisin tiap mL injeksi Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%;
yang tertera pada etiket; D adalah kadar kanamisin lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
dalam mg per mL Larutan uji, berdasarkan jumlah per dalam hampa udara pada suhu 60º selama 3 jam
mL seperti tertera pada etiket dan jumlah pengenceran; menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
C adalah kadar Kanamisin Sulfat BPFI dalam mg per
mL Larutan baku; P adalah kadar kanamisin dalam µg Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
per mg Kanamisin Sulfat BPFI; rU dan rS berturut-turut Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,01 N.
adalah respons puncak kanamisin dari Larutan uji dan Alat tipe 1: 100 rpm.
Larutan baku. Waktu : 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C18H36N4O11,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis yang terlarut dengan cara seperti tertera pada
tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I Penetapan kadar.
atau Tipe III. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C18H36N4O11, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
KAPSUL KANAMISIN SULFAT
Kanamycin Sulfate Capsules Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kapsul Kanamisin Sulfat mengandung kanamisin Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku dan
sulfat setara dengan kanamisin, C18H36N4O11, tidak Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari Penetapan kadar dalam Kanamisin Sulfat.
jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 10
kapsul. Keluarkan semua isi kapsul, bersihkan
Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh cangkang kapsul dan timbang saksama. Hitung bobot
dikeringkan.Simpan dalam wadah tertutup rapat, di rata-rata isi kapsul.Timbang saksama sejumlah isi
tempat sejuk dan terlindung cahaya. Kanamisin Sulfat kapsul setara dengan lebih kurang 80 mg kanamisin,
BPFI; tidak boleh dikeringkan.Simpan dalam wadah masukkan ke dalam labu tentukur 250-mL, tambahkan
tertutup rapat, di tempat sejuk dan terlindung cahaya. 50 mL air, aduk hingga larut. Encerkan dengan air
sampai tanda. Pipet 5 mL larutan ke dalam labu
Identifikasi tentukur 250-mL, encerkan dengan air sampai tanda.
A. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis kadar dalam Kanamisin Sulfat. Hitung jumlah dalam
<281>. mg kanamisin, C18H36N4O11, dalam isi kapsul yang
Fasa gerak Larutan kalium fosfat monobasa P (15 digunakan dengan rumus:
dalam 100). 𝑟𝑈
Penjerap Campuran Silika gel P setebal 0,25 mm 125𝐶𝑃 ( )
yang telah dipanaskan pada suhu 110° selama 1 jam 𝑟𝑆
dan didinginkan segera sebelum digunakan.
Larutan uji Larutkan sejumlah zat dalam air hingga C adalah kadar Kanamisin Sulfat BPFI dalam mg per
kadar 1 mg per mL. mL Larutan baku; P adalah kadar kanamisin dalam µg
Larutan baku Larutkan sejumlah Kanamisin Sulfat per mg Kanamisin Sulfat BPFI; rU dan rS berturut-turut
BPFI dalam air hingga kadar 1 mg per mL. adalah respons puncak kanamisin dari Larutan uji dan
Penampak bercak Larutan ninhidrin P dalam butanol Larutan baku.
P (1 dalam 100).
- 811 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup


rapat. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang diperoleh
pada Kromatografi <931>.
KANAMISIN SULFAT UNTUK INJEKSI Fase gerak Campuran asam trifluoroasetat 0,2 M-
Kanamycin Sulfate for Injection metanol P (95:5).
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kanamisin Sulfat untuk Injeksi adalah serbuk steril dari sejumlah Kanamisin BPFI dan Kanamisin B BPFI,
kanamisin sulfat. Mengandung tidak kurang dari 65,0% larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar masing-
kanamisin, C18H36N4O11, dihitung terhadap zat kering. masing 80 µg per mL.
Mengandung tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dari 107,0% kanamisin, C18H36N4O11, dari jumlah yang Kanamisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
tertera pada etiket. hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,10; 0,15; dan
0,20 mg per mL.
Baku pembanding Kanamisin Sulfat BPFI; tidak Larutan uji Timbang tidak kurang dari 10 vial.
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Keluarkan isi semua vial dan campur, bersihkan vial
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Kanamisin dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi vial.
B BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan encerkan
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati dengan air hingga kadar lebih kurang 0,15 mg per mL.
untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan dilengkapi dengan Evaporative Light Scattering
gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum Detector (ELSD) dan kolom yang berisi bahan pengisi
dibuka dalam lemari pembeku. L1. Pertahankan suhu kolom eskursi pada 110°. Laju
alir 0,3 L per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Identifikasi Larutan kesesuaian sistem rekam kromatogram dan
A. Larutkan 1 mg zat dalam 2 mL air, tambahkan 4 ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
mL larutan antron P 0,2% dalam asam sulfat P, resolusi, R, antara puncak kanamisin dan kanamisin B
panaskan di atas tangas air selama 15 menit dan tidak kurang dari 5,0 dan simpangan baku relatif pada
dinginkan: terjadi warna ungu kebiruan. 5 kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
diperoleh pada Penetapan kadar. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
C. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti dan ukur respons puncak utama. Buat analisis regresi
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. linier untuk memperoleh kurva baku, dengan
menggunakan respons puncak setiap Larutan baku
Kejernihan larutan <881> Harus jernih, jika terbentuk terhadap masing-masing kadar. Koefisien korelasi tidak
opalesen tidak lebih dari Suspensi padanan I ; Lakukan kurang dari 0,99. Hitung kadar kanamisin dalam serbuk
penetapan menggunakan larutan 0,2 gram per mL dari injeksi dengan menggunakan persamaan regresi linier.
masing-masing isi 5 vial.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Warna dan Akromisitas <1291>Metode II Warna baik, simpan pada tempat kering.
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W4
atau X4. Lakukan penetapan menggunakan larutan 0,2
gram per mL dari masing-masing isi 5 vial. KANDESARTAN SILEKSETIL
Candesartan Cilexetil
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan dalam botol timbang, pada suhu
105º selama 3 jam menggunakan lebih kurang 1 g zat.

pH <1071> Antara 6,0 dan 8,0; lakukan penetapan


menggunakan 3 g zat dalam 10 mL air.

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari


0,40 unit Endotoksin FI per mg kanamisin.
(±)-1-Hidroksietil 2-etoksi-1-[p-(o-1H-tetrasol-5-
Sterilitas <71> Memenuhi syarat seperti tertera pada ilfenil)benzil]-7-benzimidazolkarboksilat,
Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas Produk. sikloheksilkarbonat (ester) [145040-37-5]
C33H34N6O6 BM 610,66
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
- 812 -

Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi


Kandesartan sileksetil mengandung tidak kurang dari dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
98,7% dan tidak lebih dari 101,0%, C33H34N6O6, x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
dihitung terhadap zat anhidrat. 4 m. Laju alir lebih kurang 0,8 mL per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih.
Waktu Larutan A Larutan B
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar (menit) (%) (%)
larut dalam metanol. 0 100 0
30 0 100
Baku pembanding Kandesartan Sileksetil BPFI; tidak [Catatan Fase gerak yang digunakan untuk uji
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, kesesuaian sistem adalah Larutan A 100% dalam
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. kondisi isokratik].

Identifikasi Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian


A. Spektrum serapan inframerah zat yang sistem, rekam komatogram, dan ukur respons puncak
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama kandesartan sileksetil dan asenaften, tidak kurang dari
seperti pada Kandesartan Sileksetil BPFI. Jika 5,0; faktor ikutan kandesartan sileksetil tidak lebih
spektrum yang diperoleh berbeda, lakukan penetapan besar dari 1,5; simpangan baku relatif pada
sebagai berikut: Larutkan secara terpisah sejumlah penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Kandesartan Sileksetil BPFI dan Kandesartan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
sileksetil dengan etanol P. [Catatan Panaskan larutan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
agar larut sempurna. Dinginkan dalam tangas es, Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
saring hablur, dan keringkan pada suhu 105˚.] kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang rumus:
diperoleh pada Cemaran organik.
𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,3%. 𝑟𝑆 𝐶𝑈

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
penetapan menggunakan 1 g zat. Larutan Uji; rS adalah respons puncak kandesartan
sileksetil dari Larutan baku; CS adalah kadar
Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari 0,6%. Kandesartan Sileksetil BPFI dalam mg per mL Larutan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair baku; CU adalah kadar kandesartan sileksetil dalam mg
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan A Campuran asetonitril P-asam asetat Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
glasial P-air (57:1:43). dari batas yang tertera pada Tabel.
Larutan B Campuran asetonitril P-asam asetat
glasial P-air (90:1:10). Tabel
Pengencer Campuran asetonitril P-air (3:2). Nama Waktu retensi Batas
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A relatif (%)
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. (menit)
[Catatan Biarkan mencapai kesetimbangan selama 10 Etil kandesartan 0,4 0,2
menit diantara waktu penyuntikan.] Desetil kandesartan 0,5 0,3
sileksetil
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Kandesartan sileksetil 1,0 -
sejumlah Kandesartan Sileksetil BPFI dan asenaften P, N2-Etil kandesartan 2,0 0,2
larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar sileksetil
berturut-turut lebih kurang 0,04 mg per mL dan 0,125 Masing-masing cemaran - 0,10
mg per mL. lain
Larutan baku Timbang saksama sejumlah [Catatan Hitung total cemaran dari semua puncak yang lebih
Kandesartan Sileksetil BPFI, larutkan, dan encerkan besar atau sama dengan 0.05%]
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 4
g per mL. Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah zat,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang sesuai,
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih encerkan dengan asam asetat glasial P hingga kadar
kurang 0,4 mg per mL. lebih kurang 8,33 mg per mL, titrasi dengan asam
- 813 -

perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
potensiometrik. Lakukan penetapan blangko. persediaan, larutkan, dan encerkan dengan Media
disolusi hingga kadar seperti tertera pada Tabel 1.
Tiap mL asam perklorat 0,1 N
setara dengan 61,07 mg C33H34N6O6 Tabel 1
Kekuatan Kadar
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup (mg) (mg/mL)
rapat, pada suhu ruang terkendali. 4 0,0045
8 0,009
16 0,018
32 0,036
TABLET KANDESARTAN SILEKSETIL
Candesartan Cilexetil Tablets Larutan uji Saring sejumlah alikot melalui penyaring
dengan porositas 0,45 µm.
Tablet kandesartan sileksetil mengandung kandesartan Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
sileksetil, C33H34N6O6, tidak kurang dari 90,0% dan dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm
tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel
etiket. 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30˚. Laju alir lebih
kurang 1,5 mL per menit. Lakukan kromatografi
Baku pembanding Kandesartan sileksetil BPFI; tidak terhadap Larutan baku, rekam komatogram, dan ukur
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa ikutan tidak lebih besar dari 2,0; simpangan baku relatif
sejenis A Kandesartan sileksetil BPFI. Senyawa sejenis pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
B Kandesartan sileksetil BPFI. Senyawa sejenis D Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Kandesartan sileksetil BPFI. Senyawa sejenis F volume sama (lebih kurang 50 µL) Larutan baku dan
Kandesartan sileksetil BPFI. Senyawa sejenis G Larutan uji ke dalam kromatograf, biarkan Larutan uji
Kandesartan sileksetil BPFI. tereluasi selama tidak kurang dari 1,8 kali waktu retensi
kandesartan sileksetil, dan ukur respons puncak utama.
Identifikasi Hitung persentase kandesartan sileksetil, C33H34N6O6,
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram yang terlarut dengan rumus:
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar. 𝑟𝑈 1
B. Spektrum serapan ultraviolet puncak utama Larutan ( ) × 𝐶𝑆 × 𝑉 × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐿
uji, menunjukkan maksimum dan minimum pada
panjang gelombang yang sama seperti pada Larutan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
baku, seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kandesartan
Sileksetil BPFI dalam mg per mL Larutan baku; V
Disolusi <1231>
adalah volume Media disolusi, 900 mL; L adalah
Media disolusi:
jumlah kandesartan sileksetil dalam mg per tablet
Untuk tablet yang mengandung 4 mg, 8 mg, dan
seperti yang tertera pada etiket.
16 mg kandesartan sileksetil: gunakan 900 mL
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Polisorbat 20 0,35% dalam Dapar fosfat 0,05 M, pH
kurang dari 80% (Q) ,C33H34N6O6, dari jumlah yang
6,5.
tertera pada etiket.
Untuk tablet yang mengandung 32 mg kandesartan
sileksetil: gunakan 900 mL Polisorbat 20 0,70% dalam
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Dapar fosfat 0,05 M, pH 6,5.
Alat tipe 2: 50 rpm
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Waktu: 45 menit
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Lakukan penetapan jumlah kandesartan sileksetil,
Kromatografi <931>.
C33H34N6O6, yang terlarut dengan cara Kromatografi
Larutan A Campuran asetonitril P-asam
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
trifluoroasetat P-air (10:0,1:90).
<931>.
Larutan B Campuran asetonitril P-asam
Fase gerak Campuran asetonitril P-asam
trifluoroasetat P-air (90:0,1:10).
trifluoroasetat P-air (550:1:450).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A
Larutan baku persediaan Timbang saksama
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
sejumlah Kandesartan sileksetil BPFI, larutkan, dan
Larutan kesesuaian sistem persediaan A Timbang
encerkan dengan asetonitril P, jika perlu sonikasi
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Kandesartan
hingga larut sempurna, hingga kadar lebih kurang 0,45
Sileksetil BPFI, Senyawa Sejenis B Kandesartan
mg per mL.
Sileksetil BPFI, Senyawa Sejenis D Kandesartan
- 814 -

Sileksetil BPFI, Senyawa Sejenis F Kandesartan komatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Sileksetil BPFI, larutkan, dan encerkan dengan pada Prosedur: faktor ikutan kandesartan sileksetil
asetonitril P hingga kadar masing-masing lebih kurang tidak lebih besar dari 2,0; simpangan baku relatif
0,05 mg per mL. puncak kandesartan sileksetil pada penyuntikan ulang
Larutan kesesuaian sistem persediaan B Timbang tidak lebih dari 10,0%.
saksama sejumlah Kandesartan Sileksetil BPFI, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
larutkan, dan encerkan dengan asetonitril P hingga volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Larutan kesesuaian sistem persediaan C Timbang kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
saksama sejumlah Senyawa Sejenis G Kandesartan persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
sileksetil BPFI, larutkan, dan encerkan dengan metanol rumus:
P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per mL.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan 𝑟𝑖 𝐶𝑆 1
( ) × ( ) × ( ) × 100
kesesuaian sistem persediaan A, Larutan kesesuaian 𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
sistem persediaan B, dan Larutan kesesuaian sistem
persediaan C, encerkan dengan asetonitril P hingga ri adalah respons puncak dari masing-masing cemaran
diperoleh kadar Senyawa Sejenis A Kandesartan dari Larutan Uji; rS adalah respons puncak kandesartan
Sileksetil BPFI, Senyawa Sejenis B Kandesartan sileksetil dari Larutan baku; CS adalah kadar
Sileksetil BPFI, Senyawa Sejenis D Kandesartan Kandesartan Sileksetil BPFI dalam mg per mL Larutan
Sileksetil BPFI dan Senyawa Sejenis F Kandesartan baku; CU adalah kadar kandesartan sileksetil dalam mg
Sileksetil BPFI masing-masing lebih kurang 0,0015 per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
mg per mL, kadar Kandesartan Sileksetil BPFI dan F adalah faktor respons relatif masing-masing cemaran
Senyawa sejenis G Kandesartan Sileksetil BPFI, seperti tertera pada Tabel 2. Masing-masing cemaran
berturut-turut lebih kurang 0,001 mg per mL dan 0,005 dan total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
mg per mL. Tabel 2.
Larutan baku Pipet sejumlah Larutan kesesuaian Tabel 2
Nama Waktu retensi Faktor Batas
sistem persediaan B, encerkan dengan asetonitril P
relatif (menit) respon (%)
hingga kadar Kandesartan Sileksetil BPFI lebih kurang relatif
0,001 mg per mL. Senyawa sejenis G 0,17 1,30 1,0
Larutan uji Timbang dan serbukhaluskan tidak kandesartan
kurang dari 20 tablet, masukkan sejumlah serbuk tablet sileksetil
ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan Senyawa sejenis A 0,46 1,16 -
asetonitril P hingga 60% dari volume labu, sonikasi kandesartan
selama 15 menit sambil sesekali dikocok dalam air sileksetil
dingin. Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, Senyawa sejenis B 0,77 1,00 1,5
saring melalui penyaring dengan porositas 0,45 m. kandesartan
sileksetil
Larutan mengandung kandesartan sileksetil 1 mg per
Kandesartan 1,0 - -
mL berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. sileksetil
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Senyawa sejenis D 1,15 1,00 0,5
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm kandesartan
x 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel sileksetil
3,5 m. Pertahankan suhu penyimpanan zat uji pada Senyawa sejenis F 1,47 0,88 1,5
10˚. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. kandesartan
Kromatograf diprogram sebagai berikut: sileksetil
Cemaran lain - 1,00 0,2
Waktu Larutan A Larutan B Total cemaran - - 4,0
(menit) (%) (%)
0 65 35 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
30 5 95 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
40 5 95 Kromatografi <931>.
50 65 35 Pengencer Campuran asetonitril P-air (70:30).
55 65 35 Fase gerak Campuran asetonitril P-asam
trifluoroasetat P-air (550:1:450). Saring dan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
sistem, rekam komatogram, dan ukur respons puncak Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara <931>.
puncak Senyawa sejenis B Kandesartan Sileksetil Larutan baku Timbang saksama sejumlah
BPFI dan kandesartan sileksetil tidak kurang dari 5,0; Kandesartan Sileksetil BPFI, larutkan, dan encerkan
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,8
- 815 -

mg per mL, sonikasi. Saring melalui penyaring dengan dan dikeringkan; mengandung zat pendispersi yang
porositas 0,45 µm. sesuai.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar Pemerian Serbuk putih, ringan; tidak mengandung
lebih kurang 0,8 mg per mL berdasarkan jumlah yang butiran kasar; tidak atau hampir tidak berbau.
tertera pada etiket. Masukkan sejumlah tablet tidak
kurang dari seperti tertera pada Tabel 3 ke dalam labu Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam
tentukur yang sesuai, tambahkan Pengencer hingga mineral.
70% dari volume labu, sonikasi selama 25 menit
sambil sesekali dikocok. Biarkan dingin, encerkan Identifikasi
dengan Pengencer sampai tanda, saring melalui A. Ke dalam 0,5 g zat dalam krus logam, tambahkan
penyaring dengan porositas 0,45 m. 1 g kalium nitrat P dan 3 g natrium karbonat P,
panaskan hingga campuran melebur, biarkan dingin.
Tabel 3 Masukkan 20 mL air mendidih ke dalam residu, kocok
Kekuatan dan saring. Bilas residu dengan 50 mL air dan
Jumlah tablet
(mg) tambahkan 1 mL asam hidroklorida P dan 5 mL air,
4 10
kocok dan saring kembali. Masukkan 1 mL Larutan
8 10
16 5 natrium hidroksida P 42% ke dalam filtrat, saring. Pada
32 5 filtrat tambahkan 3 mL Larutan amonium klorida P
10,7%: terbentuk endapan seperti gelatin.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi B. Menunjukkan reaksi silikat sebagai berikut:
dilengkapi dengan detektor 282 nm [Catatan Gunakan timbang lebih kurang 0,25 g zat, masukkan ke dalam
detektor foto dioda “array” untuk Identifikasi B] dan krus timbal atau krus platina, tambahkan 10 mg natrium
kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan florida P dan beberapa tetes asam sulfat P aduk dengan
ukuran partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada bantuan kawat tembaga hingga terbentuk campuran
30°. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Lakukan yang kental. Tutup wadah dengan lapisan plastik
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam transparan, tambahkan setetes air dan panaskan dengan
kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera hati-hati: terbentuk lingkaran putih dengan cepat di
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; sekitar tetesan air.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak C. Gerus 2 g zat dengan 2 mL air: terbentuk
lebih dari 2,0%. campuran yang mudah mengalir.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot
kromatogram 2,7 kali waktu retensi kandesartan tetap, menggunakan 1 g zat.
sileksetil dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase kandesartan sileksetil, C33H34N6O6, dalam Susut pemijaran <1111> Tidak lebih dari 15,0%.
tablet yang digunakan dengan rumus: Lakukan pemijaran pada suhu 600°, menggunakan 1 g
zat.
𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Klorida <361> Tidak lebih dari 330 bpj; Lakukan
penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan 80 mL air dan 20 mL asam nitrat P 2 N menggunakan
uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Kandesartan kondensor refluks selama 5 menit, dinginkan dan
Sileksetil BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU saring. 15 mL filtrat memenuhi Uji batas klorida
adalah kadar kandesartan sileksetil dalam mg per mL <361>.
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket. Arsen <321> Metode III Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan
penetapan dengan mendispersikan 500 mg zat dalam 25
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup mL air.
rapat, tidak tembus cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Logam berat <371>Metode II Tidak lebih dari 20 bpj;
lakukan penetapan menggunakan 12 mL larutan yang
KAOLIN RINGAN dibuat sebagai berikut: Refluks 6,0 g zat dalam 70 mL
Light Kaolin air dan 10 mL asam hidroklorida P di atas tangas air
selama 15 menit dan saring. Pada 40 mL filtrat
Kaolin ringan adalah aluminium silika hidrat alam; tambahkan 0,5 mL asam nitrat P dan uapkan hingga
bebas dari sebagian besar cemaran dengan cara elutriasi hampir kering. Tambahkan 20 mL air, 2 g amonium
klorida P dan 2 g amonium tiosianat P. Ekstraksi dua
- 816 -

kali, tiap kali dengan 10 mL campuran amilalkohol P-


eter P volume sama. Pada lapisan air tambahkan 2 g Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih.
asam sitrat P dan encerkan dengan air hingga 60 mL.
Gunakan Larutan baku timbal (1 bpj) sebagai Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
pembanding. dalam metanol; larut dalam asetonitril dan dalam
etanol.
Partikel kasar Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
penetapan sebagai berikut: masukkan 5 g ke dalam Baku pembanding Kapesitabin BPFI; tidak boleh
tabung tertutup, (ukuran lebih kurang 35 mm x 16 cm), dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
tambahkan 60 mL larutan natrium pirofosfat P 1%, terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Kapesitabin
kocok kuat dan diamkan selama 5 menit. Pipet 50 mL BPFI. Senyawa Sejenis B Kapesitabin BPFI. Senyawa
pada lebih kurang 5 cm di bawah permukaan cairan. Sejenis C Kapesitabin BPFI.
Pada sisa cairan, tambahkan 50 mL air, kocok, diamkan
selama 5 menit dan pipet 50 mL seperti yang dilakukan Identifikasi
sebelumnya. Ulangi dengan cara yang sama hingga A. Spektrum serapan inframerah 2 mg zat yang
diperoleh 400 mL suspensi. Pindahkan sisa cairan ke didispersikan dalam 300 mg kalium bromida P,
dalam cawan penguap dan uapkan di atas tangas air menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
hingga kering, kemudian keringkan pada suhu 105 o gelombang yang sama seperti pada Kapesitabin BPFI.
hingga bobot tetap. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Partikel halus Dispersikan 5 g zat dalam 250 mL air diperoleh pada Penetapan kadar.
dengan pengocokan kuat selama 2 menit dalam labu
bertutup, tuang segera ke dalam tabung kaca diameter Rotasi jenis <1081> Antara +96,0º dan +100,0°;
5 cm dan pipet 20 mL ke dalam cawan kaca. Uapkan lakukan penetapan menggunakan larutan dalam
hingga kering dan keringkan pada suhu 105º hingga metanol P yang mengandung 10 mg per mL zat
bobot tetap. Biarkan sisa suspensi pada suhu 20º anhidrat bebas pelarut, pada suhu 20º.
selama 4 jam dan pipet 20 mL tepat 5 cm di bawah
permukaan, tanpa mengganggu sedimen pindahkan ke Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 0,3%.
dalam cawan kaca. Uapkan hingga kering dan
keringkan pada suhu 105º hingga bobot tetap. Bobot Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
sisa bagian kedua tidak kurang dari 70% terhadap bobot
sisa bagian pertama. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.

Zat yang larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari 1,5%.
penetapan sebagai berikut: refluks 2 g zat dalam 100 mL Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
asam hidroklorida 0,2 N selama 5 menit, dinginkan dan kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
saring. Uapkan 50 mL filtrat hingga kering dan pijarkan Larutan B, Larutan C, Pengencer, Larutan
residu pada suhu 600º selama 30 menit. kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan uji, dan
Sistem kromatografi lakukan seperti pada Penetapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup kadar.
baik. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
KAPESITABIN kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
Capecitabine persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
rumus:

𝑟𝑖 𝐶𝑆 100
( )×( )×( )
𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹

ri adalah respons puncak dari masing-masing cemaran


dalam Larutan Uji; rS adalah respons puncak
Pentil 1-(5-deoksi-β-D-ribofuranosil)-5-fluoro-1,2- kapesitabin dari Larutan baku; CS adalah kadar
dihidro-2-okso-4-pirimidinkarbamat [154361-50-9] kapesitabin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
C15H22FN3O6 BM 359,35 adalah kadar kapesitabin dalam mg per mL Larutan uji.
F adalah faktor respons relatif masing-masing cemaran
Kapesitabin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan seperti tertera pada Tabel. Masing-masing cemaran dan
tidak lebih dari 102,0%, C15H22FN3O6, dihitung total cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
terhadap zat anhidrat bebas pelarut. Tabel.
- 817 -

Tabel “autosampler” pada 5°. Laju alir lebih kurang 1 mL per


Nama Waktu Faktor Batas menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
retensi respon (%)
relatif relatif
Senyawa sejenis A kapesitabin 0,18 1,05 0,3
Waktu Larutan B Larutan C
Senyawa sejenis B kapesitabin 0,19 0,81 0,3 (menit) (%) (%)
2’,3’-Di-O-asetil-5’-deoksi-5- 0,36 0,89 0,1 0 100 0
fluorositidin 5 100 0
5’-Deoksi-5-fluoro-N4-(2-metil- 0,95 1,01 0,5 20 49 51
1-butiloksikarbonil)sitidin +5’- 30 49 51
Deoksi-5-fluoro-N4-(3-metil-1- 31 100 0
butiloksikarbonil)sitidin 40 100 0
Kapesitabin 1,00 1,00 -
[1-[5-Deoksi-3-O-(5-deoksi-β-D- 1,06 1,00 0,3
ribofuranosil)- β-D- Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
ribofuranosil]-5-fluoro-2-okso- sistem, rekam komatogram, dan ukur respons puncak
1,2-dihidropirimidin-4-il]-ester seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
pentil asam karbamat
senyawa sejenis A kapesitabin dan senyawa sejenis B
[1-[5-Deoksi-2-O-(5-deoksi-β-D- 1,09 1,00 0,2
ribofuranosil)- β-D- kapesitabin tidak kurang dari 1,0. Lakukan
ribofuranosil]-5-fluoro-2-okso- kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
1,2-dihidropirimidin-4-il]-ester komatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
pentil asam karbamat pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5;
Senyawa sejenis C kapesitabin 1,11 0,91 0,3
[1-[5-Deoksi-3-O-(5-deoksi--D- 1,20 1,00 0,3 simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
ribofuranosil)- β-D- lebih dari 2,0%. [Catatan Identifikasi puncak dan
ribofuranosil]-5-fluoro-2-okso- waktu retensi relatif dapat dilihat pada tabel. Waktu
1,2-dihidropirimidin-4-il]-ester retensi relatif dihitung terhadap kapesitabin.]
pentil asam karbamat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
2’,3’-Di-O-asetil-5’-deoksi-5- 1,37 0,85 0,1
fluoro-N4-(pentiloksikarbonil) volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
sitidin Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Cemaran lain - 1,00 0,1 kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase kapesitabin, C15H22FN3O6, dalam zat yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara digunakan dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. 𝑟𝑈 𝐶𝑆
Larutan A Campuran asam asetat glasial P dalam air ( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dengan kadar 0,1%.
Larutan B Campuran metanol P- asetonitril P- rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
larutan A (7:1:12). Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Larutan C Campuran metanol P-asetonitril P- Kapesitabin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
larutan A (16:1:3). adalah kadar kapesitabin dalam mg per mL Larutan uji
Pengencer Campuran metanol P- asetonitril P-air berdasarkan bobot yang ditimbang.
(7:1:12).
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan B Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dan Larutan C seperti tertera pada Sistem kromatografi, rapat, pada suhu ruang terkendali.
dan sonikasi.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah kapesitabin BPFI, Senyawa Sejenis A
Kapesitabin BPFI, Senyawa Sejenis B Kapesitabin
TABLET KAPESITABIN
BPFI, dan Senyawa Sejenis C Kapesitabin BPFI, Capecitabine Tablets
larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
masing-masing lebih kurang 0,6 g per mL. Tablet kapesitabin mengandung Kapesitabin,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C15H22FN3O6, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih
kapesitabin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan, Baku pembanding Kapesitabin BPFI; tidak boleh
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
kurang 0,6 mg per mL. terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Kapesitabin
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi BPFI. Senyawa Sejenis B Kapesitabin BPFI. Senyawa
dilengkapi dengan detektor 250 nm dan kolom 4,6 mm Sejenis C Kapesitabin BPFI.
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel .
5 m. Pertahankan suhu kolom pada 40° dan suhu
- 818 -

Identifikasi Larutan uji, dan Sistem kromatografi lakukan seperti


A. Spektrum serapan inframerah zat yang pada Penetapan kadar.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
seperti pada Kapesitabin BPFI, menunjukkan pita Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
tunggal spektrum pada 1500 cm-1 hingga 1760 cm-1. Zat kromatogram, dan ukur semua respons puncak. Hitung
uji dibuat dengan menggerus satu tablet dalam persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
lumpang. Campur 1 mg zat uji dengan 300 mg kalium
bromida P. 𝑟𝑖 𝐶𝑆 100
( )×( )×( )
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai 𝑟𝑆 𝐶𝑈 𝐹
dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
Penetapan kadar. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan uji; rS adalah respons puncak kapesitabin dari
Disolusi <1231> Larutan baku; CS adalah kadar kapesitabin BPFI dalam
Media disolusi: 900 mL air, awaudarakan mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar kapesitabin
Alat tipe 2: 50 rpm dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
Waktu: 30 menit tertera pada etiket. F adalah faktor respons relatif
Lakukan penetapan presentase kapesitabin, masing-masing cemaran seperti tertera pada Tabel.
C15H22FN3O6, yang terlarut dengan cara Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih
Spektrofotometri seperti tertera pada Spektrofotometri dari batas yang tertera pada Tabel.
dan Hamburan Cahaya <1191>. l
Larutan baku untuk tablet yang mengandung 150 mg Nama Waktu Faktor Batas
kapesitabin Timbang saksama lebih kurang 17 retensi respon (%)
relatif relatif
mg Kapesitabin BPFI, larutkan, dan encerkan dalam (menit)
100 mL Media disolusi. Senyawa sejenis A kapesitabin 0,18 1,05 1,0
Larutan baku untuk tablet yang mengandung 500 mg Senyawa sejenis B kapesitabin 0,19 0,81 1,0
kapesitabin Timbang saksama lebih kurang 28 mg 2’,3’-Di-O-asetil-5’-deoksi-5- 0,36 0,89 -
Kapesitabin BPFI, larutkan, dan encerkan dalam 50 mL fluorositidin*
5’-Deoksi-5-fluoro-N4-(2-metil- 0,95 1,01 -
Media disolusi. 1-butiloksikarbonil) sitidin + 5’-
Larutan uji Saring sejumlah volume alikot melalui Deoksi-5-fluoro-N4-(3-metil-1-
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm. butiloksikarbonil) sitidin*
Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C15H22FN3O6, Kapesitabin 1,00 1,00 -
[1-[5-Deoksi-3-O-(5-deoksi-β-D- 1,06 1,00 -
yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji, ribofuranosil)- β-D-
jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan ribofuranosil]-5-fluoro-2-okso-
Larutan baku pada panjang gelombang serapan 1,2-dihidropirimidin-4-il]-ester
maksimum antara 300 nm dan 330 nm, menggunakan pentil asam karbamat*
[1-[5-Deoksi-2-O-(5-deoksi-β-D- 1,09 1,00 -
sel kuarsa 1 mm. Hitung persentase kapesitabin, ribofuranosil)- β-D-
C15H22FN3O6, yang terlarut dengan rumus: ribofuranosil]-5-fluoro-2-okso-
1,2-dihidropirimidin-4-γl]-ester
𝐴𝑈 𝑉 pentil asam karbamat*
( ) × 𝐶𝑆 × ( ) × 100 Senyawa sejenis C kapesitabin 1,11 0,91 0,5
𝐴𝑆 𝐿 [1-[5-Deoksi-3-O-(5-deoksi-- 1,20 1,00 -
D-ribofuranosil)- β-D-
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan ribofuranosil]-5-fluoro-2-okso-
1,2-dihidropirimidin-4-il]-ester
Larutan baku; CS adalah kadar Kapesitabin BPFI pentil asam karbamat*
dalam mg per mL Larutan baku; V adalah volume 2’,3’-Di-O-asetil-5’-deoksi-5- 1,37 0,85 -
Media disolusi, 900 mL; L adalah jumlah kapesitabin fluoro-N4-
dalam mg per tablet seperti yang tertera pada etiket. (pentiloksikarbonil)sitidin*
Cemaran lain - 1,00 0,1
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak *
Cemaran ini adalah cemaran proses tidak diikutkan dalam total
kurang dari 80% (Q), kapesitabin, C15H22FN3O6, dari produk yang terdegradasi
jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Cemaran organik Total produk yang terdegradasi Larutan A Campuran asam asetat glasial P dalam air
tidak lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara dengan kadar 0,1%.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan B Campuran metanol P- asetonitril P-
Kromatografi <931>. Larutan A (7:1:12).
Larutan A, Larutan B, Larutan C, Pengencer, Fase Larutan C Campuran metanol P-asetonitril P-
gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku, Larutan A (16:1:3).
- 819 -

Pengencer Campuran metanol P- asetonitril P-air rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak utama
(7:1:12). Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan B Kapesitabin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU
dan Larutan C seperti tertera pada Sistem kromatografi, adalah kadar kapesitabin dalam mg per mL Larutan uji
dan sonikasi. berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah kapesitabin BPFI, Senyawa Sejenis A Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
kapesitabin BPFI, Senyawa Sejenis B kapesitabin rapat, pada suhu ruang terkendali.
BPFI, dan Senyawa Sejenis C kapesitabin BPFI,
larutkan, dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar
masing-masing lebih kurang 0,6 g per mL. KAPREOMISIN SULFAT
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Capreomycin Sulfate
kapesitabin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL.
Larutan uji Timbang dan serbukhaluskan tidak
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
serbuk tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang
sesuai, larutkan, dan encerkan dengan Pengencer
hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per mL. [Catatan
Saring melalui penyaring PVDF dengan porositas 0,45
µm.]
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 250 nm dan kolom 4,6 mm Kapreomisin sulfat [1405-37-4]
x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel Kapreomisin 1A (basa bebas)
5 m. Pertahankan suhu kolom pada 40° dan suhu C25H44N14O8 BM 668,71
“autosampler” pada 5°. Laju alir lebih kurang 1 mL per Kapreomisin 1B (basa bebas)
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: C25H44N14O7 BM 652,71

Waktu Larutan B Larutan C Kapreomisin Sulfat adalah garam kapreomisin disulfat,


(menit) (%) (%) sebuah campuran polipeptida yang dihasilkan oleh
0 100 0 Streptomyces capreolus, sesuai untuk penggunaan
5 100 0 parenteral. Kapreomisin Sulfat mempunyai potensi
20 49 51 setara dengan tidak kurang dari 700 µg per mg dan
30 49 51 tidak lebih dari 1050 µg per mg kapreomisin.
31 100 0
40 100 0 Pemerian Serbuk amorf; putih atau praktis putih.

Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak
sistem, rekam komatogram, dan ukur respons puncak larut dalam pelarut organik.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
senyawa sejenis A kapesitabin dan senyawa sejenis B Baku pembanding Kapreomisin Sulfat BPFI; lakukan
kapesitabin tidak kurang dari 1,0. Lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam lebih dari 5 mmHg pada suhu 100º selama 4 jam
komatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih besar dari 1,5; rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Bersifat higroskopis. Setelah wadah dibuka, simpan
lebih dari 2,0%. [Catatan Identifikasi puncak dan dalam desikator. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat
waktu retensi relatif dapat dilihat pada tabel 1. Waktu pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
retensi relatif dihitung terhadap kapesitabin.] untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dibuka dalam lemari pembeku.
kromatogram, dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase kapesitabin, C15H22FN3O6, dalam serbuk Identifikasi
tablet yang digunakan dengan rumus: A. Menunjukkan reaksi Sulfat seperti tertera pada Uji
identifikasi umum <291>.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
( ) × ( ) × 100 Larutan uji sesuai dengan Larutan kesesuaian sistem
𝑟𝑆 𝐶𝑈
seperti yang diperoleh pada uji Kapreomisin 1.
- 820 -

Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,35 unit (𝑟1𝐴 + 𝑟1𝐵 )
Endotoksin FI per mg kapreomisin jika digunakan × 100
𝑟𝑇
untuk sediaan injeksi.
r1A dan r1B berturut-turut adalah respons puncak
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan kapreomisin 1A dan kapreomisin 1B; rT adalah jumlah
menggunakan larutan zat 30 mg per mL. semua respons puncak.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 10,0%; Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
lakukan pengeringan menggunakan 100 mg zat dalam pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
hampa udara pada suhu 100° selama 4 jam. Mikrobiologi <131>.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 3,0%. Sisa Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
pengarangan dibasahi dengan 2 mL asam nitrat P dan rapat.
5 tetes asam sulfat P.
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj. injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau
memerlukan proses sterilisasi untuk pembuatan sediaan
Syarat lain Jika pada etiket tertera kapreomisin sulfat injeksi.
steril, memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.

Kapreomisin 1 Tidak kurang dari 90%. Lakukan


KAPREOMISIN UNTUK INJEKSI
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Capreomycin for Injection
Larutan A Buat larutan amonium bisulfat 0,4 mg per
mL. Saring melalui penyaring yang sesuai dengan Kapreomisin untuk Injeksi mengandung kapreomisin
porositas 0,5 μm atau lebih halus. sulfat setara dengan kapreomisin tidak kurang dari
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
(2:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan tertera pada etiket.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Baku pembanding Kapreomisin Sulfat BPFI; lakukan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
sejumlah Kapreomisin Sulfat BPFI. Masukkan ke lebih dari 5 mmHg pada suhu 100º selama 4 jam
dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,25 mg rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
per mL. Bersifat higroskopis. Setelah wadah dibuka, simpan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan, dalam desikator. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat
dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati
0,25 mg per mL. untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi isi, simpan larutan dalam lemari pendingin dan
dilengkapi dengan detektor 268 nm dan kolom 4,6 mm gunakan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum
× 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran dibuka dalam lemari pembeku.
partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30. Laju
Identifikasi
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Waktu eluasi 5 kali
A. Menunjukkan reaksi Sulfat seperti tertera pada Uji
waktu retensi puncak kapreomisin 1A. Lakukan
identifikasi umum <291>.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
Larutan uji sesuai dengan Larutan kesesuaian sistem
yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
seperti yang diperoleh pada uji Kapreomisin 1.
kapreomisin 1A dan kapreomisin 1B berturut-turut
adalah lebih kurang 0,85 dan 1,0; resolusi, R, antara
Larutan konstitusi Saat digunakan, memenuhi syarat
puncak kapreomisin 1A dan kapreomisin 1B tidak
Larutan konstitusi seperti tertera pada Injeksi.
kurang dari 1,5 dan faktor ikutan puncak utama
(kapreomisin 1A dan kapreomisin 1B) tidak lebih dari
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,35 unit
3,5.
Endotoksin FI per mg kapreomisin jika digunakan
Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µL Larutan uji
untuk sediaan injeksi.
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak. Hitung persentase kapreomisin
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan
1 dalam kapreomisin sulfat yang digunakan dengan
menggunakan larutan zat 30 mg per mL.
rumus:
- 821 -

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 10,0%; Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
lakukan pengeringan menggunakan 100 mg zat dalam pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
hampa udara pada suhu 100° selama 4 jam. Mikrobiologi <131>.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 3,0%. Sisa Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk
pengarangan dibasahi dengan 2 mL asam nitrat P dan Padatan steril seperti tertera pada Injeksi.
5 tetes asam sulfat P.

Logam berat <371> Metode III; Tidak lebih dari 30 KAPTOPRIL


bpj. Captopril
Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada
Injeksi.

Kapreomisin 1 Tidak kurang dari 90,0%. Lakukan


penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan amonium bisulfat P 0,4 mg
per mL. Saring melalui penyaring yang sesuai dengan
1-[(2S)-3-Merkapto-2-metilpropionil]-L-prolina
porositas 0,5 μm atau lebih halus.
[62571-86-2]
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan A
C9H15NO3S BM 217,29
(2:3). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Kaptopril mengandung tidak kurang dari 97,5 % dan
pada Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 102,0 % C9H15NO3S, dihitung terhadap
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
zat kering.
sejumlah Kapreomisin Sulfat BPFI, larutkan, dan
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,25 mg
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih; bau
per mL.
khas seperti sulfida. Melebur pada suhu 104º sampai
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan,
110º.
dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 0,25
mg per mL.
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dalam etanol, dan dalam kloroform.
dilengkapi dengan detektor 268 nm dan kolom 4,6 mm
× 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran
Baku pembanding Kaptopril BPFI; Simpan dalam
partikel 5 m. Pertahankan suhu kolom pada 30. Laju wadah tertutup rapat. Kaptopril disulfida BPFI; tidak
alir lebih kurang 1,5 mL per menit. Waktu eluasi 5 kali boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
waktu retensi puncak kapreomisin 1A. Lakukan rapat, dalam lemari pendingin.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
kapreomisin 1A dan kapreomisin 1B tidak kurang dari maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
1,5 dan faktor ikutan puncak utama (kapreomisin 1A sama seperti pada Kaptopril BPFI.
dan kapreomisin 1B) tidak lebih dari 3,5. [Catatan
Waktu retensi relatif kapreomisin 1A dan kapreomisin Rotasi jenis <1081> Antara -125º dan -134º, lakukan
1B berturut-turut lebih kurang 0,85 dan 1,0.] penetapan menggunakan larutan dalam etanol mutlak
Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µL Larutan uji P yang mengandung 10 mg per mL.
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak. Hitung persentase kapreomisin Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
1 dalam kapreomisin untuk injeksi yang digunakan lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
dengan rumus: 60º selama 3 jam.
(𝑟1𝐴 + 𝑟1𝐵 )
× 100 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
𝑟𝑇
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.
r1A dan r1B berturut-turut adalah respons puncak
kapreomisin 1A dan kapreomisin 1B; rT adalah jumlah Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
semua respons puncak. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatrografi <931>.
- 822 -

Larutan A Buat campuran tetrahidrofluran dalam Penetapan kadar


metanol P (9 dalam 100), saring dan awaudarakan. Titran kalium iodat 0,1 N Larutkan 3,567 g kalium
Larutan B Buat larutan asam fosfat (1 dalam 2000), iodat P yang telah dikeringkan pada 110º hingga bobot
saring dan awaudarakan. tetap, dalam air hingga 1000,0 mL.
Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B Prosedur Timbang saksama lebih kurang 300 mg
(33:67). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi kaca berisi 100 mL air, larutkan, tambahkan 10 mL
<931>. asam sulfat 3,6 N, 1 g kalium iodida P dan 2 mL kanji
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama LP. Titrasi dengan Titran kalium iodat 0,1 N sampai
Kaptopril BPFI, Kaptopril disulfida BPFI dan asam 3- warna biru lemah yang bertahan selama tidak kurang
asetiltio-2-metilpropanoat, larutkan dan encerkan dari 30 detik. Lakukan penetapan blangko dan koreksi
dalam metanol P hingga kadar masing-masing 0,1 mg bila perlu.
per mL. Pipet larutan ini, encerkan dengan metanol P
hingga kadar masing-masing 10 µg per mL. Tiap mL kalium iodat 0,1 N
Larutan baku [Catatan Gunakan alat gelas aktinik setara dengan 21,73 mg C9H15NO3S
rendah]. Timbang saksama sejumlah Kaptopril
disulfida BPFI, larutkan dan encerkan dalam metanol Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
P hingga kadar lebih kurang 10 µg per mL.
Larutan uji [Catatan Gunakan alat gelas aktinik
rendah]. Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, TABLET KAPTOPRIL
masukkan ke dalam labu tentukur 25-mL, larutkan dan Captopril Tablets
encerkan dengan metanol P sampai tanda, dan segera
digunakan Tablet Kaptopril mengandung kaptopril, C9H15NO3S,
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 3,9 mm dari jumlah yang tertera pada etiket.
x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Baku pembanding Kaptopril BPFI, tidak boleh
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Kaptopril Disulfida BPFI.
resolusi, R, antara puncak kaptopril dan asam 3-
asetiltio-2-metilpropanoat tidak kurang dari 3,0; Identifikasi Lakukan uji Identifikasi secara
waktu retensi relatif kaptopril, asam 3-asetiltio-2- Kromatografi Lapis Tipis <281>.
metilpropanoat dan kaptopril disulfida berturut-turut Larutan uji Masukkan sejumlah serbuk tablet setara
0,32; 0,42; dan 1,0. dengan lebih kurang 100 mg kaptopril ke dalam labu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah bulat. Tambahkan 25 mL metanol P, aduk selama 30
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan menit menggunakan pengaduk magnetik dan sentrifus.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Gunakan beningan.
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kaptopril
persentase kaptopril disulfida dalam zat yang BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
digunakan dengan rumus: kadar lebih kurang 4 mg per mL.
Volume penotolan 50 µL.
𝑟𝑈 𝐶𝑆 Fase gerak Campuran toluen P-asam asetat glasial
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 P- metanol P (75:25:1).
Penampak bercak Buat campuran segar dari 1 bagian
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak volume amonium hidroksida P dan 6 bagian volume
kaptopril disulfida dalam Larutan uji dan Larutan larutan 5,5-ditiobis (asam 2-nitrobenzoat) P 0,04%
baku; CS adalah kadar Kaptopril disulfida BPFI dalam dalam metanol P.
µg per mL Larutan baku; CU adalah kadar kaptopril Prosedur Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
dalam µg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Tandai bercak
ditimbang. Kaptopril disulfida tidak lebih dari 1%. pada kromatogram dengan menyemprotkan Penampak
Bandingkan respons puncak selain pelarut, kaptopril bercak.
dan kaptopril disulfida dari Larutan uji dengan respons
puncak utama Larutan baku: respons puncak masing- Disolusi <1231> [Catatan Media disolusi
masing cemaran tidak lebih dari 40% respons puncak diawaudarakan secara sempurna untuk mengurangi
utama Larutan baku (0,2%), total semua respons paparan udara terhadap kaptopril dan segera lakukan
puncak cemaran tidak lebih dari respons puncak utama analisa.]
Larutan baku (0,5%). Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,01 N.
Alat tipe 1: 50 rpm.
Waktu: 20 menit.
- 823 -

Prosedur Lakukan penetapan jumlah kaptopril, Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan dari
C9H15NO3S, yang terlarut dengan mengukur serapan paparan udara. Persiapan dan pengujian tidak lebih
alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan dari 8 jam.] Lakukan penetapan dengan cara
serapan larutan baku Kaptopril BPFI dalam media yang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sama pada panjang gelombang serapan maksimum Kromatografi <931>.
lebih kurang 205 nm. Fase gerak Buat campuran 550 mL metanol P dan
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak 450 mL air yang mengandung 0,50 mL asam fosfat P,
kurang dari 80% (Q), C9H15NO3S, dari jumlah yang saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
tertera pada etiket. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kaptopril
BPFI dan Kaptopril Disulfida BPFI, larutkan dalam
Kaptopril disulfida Tidak lebih dari 3,0%. [Catatan Fase gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang
Lindungi larutan dari paparan udara. Gunakan dalam 1 mg per mL dan 0,05 mg per mL.
waktu 8 jam setelah pembuatan.] Lakukan penetapan Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 tablet,
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak lebih kurang 50% volume labu dan sonikasi
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti selama 15 menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai
tertera pada Penetapan kadar. tanda, kocok secara mekanik selama 15 menit dan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama saring. Jika perlu encerkan secara kuantitatif dan
sejumlah Kaptopril BPFI dan Kaptopril Disulfida BPFI, bertahap dengan Fase gerak hingga kadar kaptopril
larutkan dalam Fase gerak, hingga kadar masing-masing lebih kurang 1 mg per mL.
lebih kurang 0,5 mg per mL dan 1 mg per mL. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kaptopril dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm
disulfida BPFI, larutkan dalam Fase gerak dan jika x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan kandungan
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan hidrokarbon lebih kurang 15%. Laju alir lebih kurang 1
Fase gerak hingga kadar 0,05 mg per mL. mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
dengan lebih kurang 25 mg kaptopril, masukkan dalam kaptopril dan kaptopril disulfida berturut-turut adalah
tabung sentrifuga yang sesuai. Tambahkan 25,0 mL Fase 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara kaptopril dan kaptopril
gerak, sonikasi selama 15 menit dan sentrifus. Gunakan disulfida tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku
beningan sebagai Larutan uji. Kadar kaptopril 1 mg per relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
mL. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Sistem kromatografi Lakukan kromatografi terhadap volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
waktu retensi relatif kaptopril dan kaptopril disulfida mg kaptopril, C9H15NO3S, dalam tablet yang digunakan
berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, dengan rumus :
antara kaptopril dan kaptopril disulfida tidak kurang
dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, 𝐿 𝑟𝑈
( )𝐶 ( )
rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti 𝐷 𝑟𝑆
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari 2,0%. L adalah jumlah mg kaptopril dalam tiap tablet yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah tertera pada etiket; D adalah kadar kaptopril dalam mg
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan per mL Larutan uji berdasarkan jumlah per tablet yang
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, tertera pada etiket dan faktor pengenceran; C adalah
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase kadar Kaptopril BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
kaptopril disulfida dalam zat uji dengan rumus: rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak kaptopril
dalam Larutan uji dan Larutan baku.
𝐶 𝑟𝑈
2500 ( ) ( )
𝑊 𝑟𝑆 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

C adalah kadar Kaptopril Disulfida BPFI dalam mg per


mL Larutan baku; W adalah jumlah mg kaptopril dalam
serbuk tablet yang digunakan untuk Larutan uji; rU dan
rS berturut-turut adalah respons puncak kaptopril
disulfida dari Larutan uji dan Larutan baku.
- 824 -

KARBAMAZEPIN Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan


Carbamazepine penetapan menggunakan 2,0 g zat.

Klorida dan sulfat <361> Klorida Tidak lebih dari


0,014%; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat
dalam 20,0 mL air, didihkan selama 10 menit,
dinginkan, tambahkan air hingga 20,0 mL dan saring:
10,0 mL filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari
0,10 mL asam hidroklorida 0,020 N.
5H-Dibenz[b,f]azepina-5-karboksamida [298-46-4] Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
C15H12N2O BM 236,27
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Karbamazepin mengandung tidak kurang dari 98,0% Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dan tidak lebih dari 102,0% C15H12N2O, dihitung Kromatrografi <931>.
terhadap zat kering. Larutan A, Larutan B, Fase gerak, dan Pengencer
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih. Larutan baku persediaan Timbang saksama
sejumlah Karbamazepin BPFI; Senyawa sejenis A
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam Karbamazepin BPFI dan Senyawa sejenis B
etanol dan dalam aseton. Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
yang sesuai, tambahkan metanol P sejumlah 50%
Baku pembanding Karbamazepin BPFI; Simpan volume akhir dan encerkan dengan air hingga kadar
dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A masing-masing 0,02 mg per mL.
Karbamazepin BPFI; Senyawa Sejenis B Larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku
Karbamazepin BPFI. persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
diperoleh kadar masing-masing 0,002 mg per mL.
Identifikasi Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang dalam metanol P sejumlah 50% volume akhir, encerkan
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan dengan air hingga diperoleh kadar 1,0 mg per mL.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang Saring melalui penyaring dengan porositas 0,2 µm atau
sama seperti pada Karbamazepin BPFI. yang sesuai.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 2,1 mm
diperoleh pada Penetapan kadar. x 10 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran
partikel 1,8 m. Pertahankan suhu kolom pada lebih
Difraksi sinar–X <811> Difraksi sinar-X kurang 40º. Laju alir lebih kurang 0,3 mL per menit.
menunjukkan pola yang sama seperti pada Kromatograf diprogram seperti pada tabel berikut:
Karbamazepin BPFI.
Waktu Larutan A Larutan B
Keasaman Tambahkan 2,0 g zat ke dalam 40,0 mL air, (menit) (%) (%)
kocok selama 15 menit dan saring melalui kertas 0,0 80 20
saring. Pipet 10,0 mL filtrat, tambahkan 1 tetes 3,0 80 20
fenolflalein LP sebagai indikator, titrasi dengan 12,0 60 40
natrium hidroksida 0,01 N LV. Lakukan penetapan 18,0 45 55
blangko dan koreksi jika perlu: tidak lebih dari 1,0 mL 20,0 45 55
natrium hidroksida 0,01 N diperlukan untuk tiap 1,0 g 20,1 80 20
23,0 80 20
karbamazepin.

Kebasaan Pada 10,0 mL filtrat di atas tambahkan 1 Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tetes merah metil LP dan titrasi dengan asam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
hidroklorida 0,01 N LV, lakukan penetapan blangko pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
dan koreksi jika perlu : tidak lebih dari 1,0 mL asam sejenis A karbamazepin dan karbamazepin tidak
hidroklorida 0,01 N diperlukan untuk setiap 1,0 g zat. kurang dari 1,7 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. volume sama (lebih kurang 2 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
masing-masing cemaran,dalam zat dengan rumus:
- 825 -

𝑟𝑖 𝐶𝑆 Sejenis A Karbamazepin BPFI, larutkan dan encerkan


( ) × ( ) × 100 dengan metanol P sejumlah 50% volume akhir,
𝑟𝑆 𝐶𝑈
encerkan dengan air hingga kadar masing-masing 0,02
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran mg per mL.
spesfik dari Larutan uji; rS adalah respons puncak Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah Larutan
masing-masing baku pembanding yang sesuai dari kesesuaian sistem persediaan, encerkan dengan
Larutan baku; CS adalah kadar baku pembanding yang Pengencer hingga diperoleh kadar karbamazepin dan
sesuai dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar senyawa sejenis A karbamazepin masing-masing lebih
karbamazepin dalam mg per mL Larutan uji kurang 0,002 mg per mL.
berdasarkan bobot yang ditimbang. Hitung persentase Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
masing-masing cemaran tidak spesifik dalam zat dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 2,1 mm
dengan rumus: x 10 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran
partikel 1,8 m. Pertahankan suhu kolom pada lebih
𝑟𝑖 𝐶𝑆 kurang 40º. Laju alir lebih kurang 0,3 mL per menit.
( ) × ( ) × 100 Kromatograf diprogram sebagai berikut:
𝑟𝑆 𝐶𝑈

ri adalah respons puncak masing-masing cemaran tidak Waktu Larutan A Larutan B


spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons puncak (menit) (%) (%)
0,0 80 20
karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar
3,0 80 20
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; 12,0 60 40
CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per mL 18,0 45 55
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. 20,0 45 55
Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak lebih 20,1 80 20
dari batas yang tertera pada Tabel. 23,0 80 20

Waktu Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian


Batas
Nama retensi sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
(%)
relatif seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Senyawa sejenis A 0,96 0,2 senyawa sejenis A karbamazepin dan karbamazepin
karbamazepin
tidak kurang dari 1,7. Lakukan kromatografi terhadap
karbamazepin 1,00 -
Senyawa sejenis B 1,45 0,2 Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
karbamazepin puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
Cemaran lain - 0,2 tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Total cemaran - 0,5 penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,73%.
Abaikan setiap puncak cemaran yang kurang dari 0,05% Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 2 µL) Larutan baku dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
Kromatrografi <931>. karbamazepin, C15H12N2O,dalam zat dengan rumus:
Larutan A Tambahkan 0,5 mL trietilamin P dan 0,5
mL asam format P dengan air hingga 1000 mL. 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
Larutan B Tambahkan 0,25 mL asam format P 𝑟𝑆 𝐶𝑈
dengan metanol P hingga 1000 mL.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. karbamazepin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per mL
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku; Larutan uji berdasarkan bobot yang
Pengencer Campuran metanol P-air (50:50). ditimbang.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Karbamazepin BPFI, larutkan dalam metanol P Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
sejumlah 50% volume akhir, encerkan dengan
airhingga diperoleh kadar 0,1 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan SUSPENSI ORAL KARBAMAZEPIN
dan encerkan dengan metanol P sejumlah 50% volume Carbamazepine Oral Suspension
akhir, encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
0,1 mg per mL. Saring melalui penyaring dengan Suspensi Oral Karbamazepin mengandung karbamazepin,
porositas 0,02 µm atau yang sesuai. C15H12N2O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
saksama sejumlah Karbamazepin BPFI dan Senyawa
- 826 -

Baku pembanding Karbamazepin BPFI; Simpan Waktu Larutan A Larutan B


dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A (menit) (%) (%)
Karbamazepin BPFI; Senyawa Sejenis B 0,0 80 20
Karbamazepin BPFI. 3,0 80 20
12,0 60 40
18,0 45 55
Identifikasi 20,0 45 55
A. Masukkan 5 mL suspensi oral ke dalam corong 20,1 80 20
pisah yang berisi 20 mL natrium hidroksida 0,1 N dan 23,0 80 20
ekstraksi dengan 25 mL kloroform P. Lewatkan
ekstrak melalui kertas saring yang berisi natrium sulfat Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
anhidrat P ke dalam gelas piala. Bilas natrium sulfat komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
anhidrat dengan 10 mL kloroform P dan tambahkan pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
bilasan ke dalam ekstrak. Uapkan ekstrak kloroform sejenis A karbamazepin dan karbamazepin tidak
dengan bantuan aliran nitrogen P sampai kering. kurang dari 1,7; simpangan baku relatif pada
Larutkan residu dalam 10 mL metilen klorida P. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Spektrum serapan inframerah larutan ini menunjukkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama volume sama (lebih kurang 2 µL) Larutan baku dan
seperti pada Karbamazepin BPFI. Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang senyawa sejenis B karbamazepin, dalam suspensi oral
diperoleh pada Penetapan kadar. yang digunakan dengan rumus:

Batas mikroba <51> Angka Lempeng Total tidak 𝑟𝑖 𝐶𝑆


lebih dari 100 koloni per g, uji terhadap Salmonella sp ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dan Escherichia coli memberikan hasil negatif.
ri dan rS berturut-turut adalah respons puncak senyawa
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk sejenis B karbamazepin dari Larutan uji dan Larutan
suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis tunggal. baku; CS adalah kadar Senyawa sejenis B
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat untuk CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per mL
suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda. Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket. Hitung persentase masing-masing cemaran lain
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara dalam suspensi oral yang digunakan dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. 𝑟𝑖 𝐶𝑆
Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Pengencer, ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
Karbamazepin BPFI, Senyawa Sejenis A
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Karbamazepin BPFI dan Senyawa Sejenis B
karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar
Karbamazepin BPFI. masukkan ke dalam labu tentukur
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Pengencer
CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per mL
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,002 mg per
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
mL.
etiket. Masing-masing cemaran dan total cemaran tidak
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume suspensi
lebih dari batas yang tertera pada Tabel.
oral yang baru dikocok setara dengan lebih kurang 50
mg karbamazepin, masukkan ke dalam labu tentukur
Tabel
50-mL, tambahkan lebih kurang 35 mL Pengencer,
Waktu Retensi Batas
kocok secara mekanik selama lebih kurang 30 menit, Cemaran
Relatif (%)
sonikasi selama lebih kurang 2 menit, encerkan dengan Senyawa sejenis A 0,96 -
Pengencer sampai tanda, dan kocok selama 5 menit, karbamazepin
saring melalui penyaring dengan porositas 0,2 µm. Karbamazepin 1,00 -
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi Senyawa sejenis B 1,45 0,2
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 2,1 mm karbamazepin
x 10 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran Cemaran lain - 0,2
partikel 1,8 m Pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju Total Cemaran - 0,5
Abaikan respons puncak cemaran yang lebih kecil dari
alir lebih kurang 0,3 mL per menit. Kromatograf
0,05%.
diprogram sebagai berikut :
- 827 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara karbamazepin, C15H12N2O, dalam suspensi oral yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan dengan rumus:
Kromatografi <931>.
Larutan A Tambahkan 0,5 mL trietilamina P dan 0,5 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
mL asam format P ke dalam 1000 mL air. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
Larutan B Tambahkan 0,25 mL asam format P ke
dalam 1000 mL metanol P. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A karbamazepin dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
dan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per mL
Jika perlu lakukan penyesuaian seperti tertera pada Larutan baku; CU adalah kadar karbamazepin dalam
Kesesuaian sistem dalam Kromatografi <931> . mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera
Pengencer Gunakan metanol P. pada etiket.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Pengencer tertutup rapat, tidak tembus cahaya, hindari pembekuan
hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. dan panas berlebih.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah volume
suspensi oral yang baru dikocok setara dengan lebih
kurang 20 mg karbamazepin, masukkan ke dalam labu TABLET KARBAMAZEPIN
tentukur 200-mL, tambahkan lebih kurang 140 mL
Carbamazepine Tablets
Pengencer, kocok secara mekanik selama lebih kurang
30 menit, sonikasi selama lebih kurang 2 menit,
Tablet Karbamazepin mengandung karbamazepin,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
C15H12N2O, tidak kurang dari 92,0% dan tidak lebih
melalui penyaring dengan porositas 0,2 µm.
dari 108,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Karbamazepin BPFI dan Senyawa Sejenis A
Baku pembanding Karbamazepin BPFI; Simpan
Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A
yang sesuai. Larutkan dan encerkan dengan Pengencer
Karbamazepin BPFI; Senyawa Sejenis B
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,002 mg per
Karbamazepin BPFI; 9-Metilakridina BPFI.
mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Identifikasi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 2,1 mm
A. Sejumlah serbuk tablet, setara dengan lebih
x 10 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran
kurang 250 mg karbamazepin, masukkan ke dalam
partikel 1,8 m Pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju
gelas piala 50 mL, tambahkan 15 mL aseton P,
alir lebih kurang 0,3 mL per menit. Kromatograf
didihkan selama 5 menit. Saring selagi panas ke dalam
diprogram sebagai berikut :
gelas piala ke dua, cuci penyaring 2 kali, tiap kali
dengan 5 mL aseton P panas. Uapkan dengan aliran
Waktu Larutan A Larutan B
(menit) (%) (%) nitrogen P hingga lebih kurang 5 mL dan dinginkan
0,0 80 20 dalam tangas es sampai terbentuk hablur. Saring
3,0 80 20 hablur, cuci dengan 3 mL aseton P dingin dan
12,0 60 40 keringkan dalam hampa udara pada suhu 70º selama
18,0 45 55 30 menit: Spektrum serapan inframerah hablur yang
20,0 45 55 didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
20,1 80 20 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
23,0 80 20 seperti pada Karbamazepin BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
sistem, rekam komatogram dan ukur respons puncak diperoleh pada Penetapan kadar.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
senyawa sejenis A karbamazepin dan karbamazepin Disolusi <1231>
tidak kurang dari 1,7. Lakukan kromatografi terhadap UNTUK TABLET KUNYAH 100 mg
Larutan baku, rekam komatogram dan ukur respons UJI 1 Jika memenuhi uji ini pada etiket dicantumkan
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan memenuhi Disolusi Uji 1.
tidak lebih dari 2,0; simpangan baku relatif pada Media disolusi: 900 mL air yang mengandung
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. natrium lauril sulfat P 1%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Alat tipe 2: 75 rpm.
volume sama (lebih kurang 2 µL) Larutan baku dan Waktu: 60 menit.
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram Prosedur Lakukan penetapan jumlah karbamazepin,
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase C15H12N2O yang terlarut dengan mengukur serapan
- 828 -

alikot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan (900 mL); L adalah jumlah dalam mg per tablet seperti
serapan larutan baku Karbamazepin BPFI dalam media tertera pada etiket; V2 adalah volume Media disolusi
yang sama pada panjang gelombang serapan dalam mL pada waktu sampling 2; VS adalah volume
maksimum lebih kurang 288 nm. [Catatan Dapat Larutan uji pada setiap waktu sampling.
digunakan sejumlah metanol P tidak lebih dari 1% dari Toleransi Lihat Tabel 1.
jumlah volume akhir Larutan baku untuk melarutkan
karbamazepin]. Hitung persentase karbamazepin, Tabel 1
C15H12N2O, yang terlarut dengan rumus : Sampling Waktu (menit) Jumlah zat terlarut (%)
1 15 45 - 75
𝐴𝑈 1 2 60 Tidak kurang dari 75
( ) × 𝐶𝑆 × 𝑉 × ( ) × 100
𝐴𝑆 𝐿
Gunakan Tabel Penerimaan 2 seperti tertera pada Uji
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan disolusi <1231> dengan pengecualian berikut: untuk
Larutan baku; CS adalah kadar Karbamazepin BPFI waktu 15 menit, pada L2 tidak satu unit pun yang lebih
dalam mg per mL larutan baku; V adalah volume dari 5% dari jumlah yang tertera pada etiket di luar tiap
Media disolusi (900 mL); L adalah jumlah dalam mg rentang penerimaan yang dinyatakan; pada L3, tidak
per tablet seperti tertera pada etiket. satu unit pun lebih dari 10% dari jumlah yang tertera
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak pada etiket di luar tiap rentang penerimaan yang
kurang dari 75% (Q) karbamazepin, C15H12N2O, dari dinyatakan dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan
jumlah yang tertera pada etiket. Gunakan Tabel yang lebih dari 5% dari jumlah yang tertera pada etiket
Penerimaan seperti tertera pada Uji Disolusi <1231>, di luar tiap rentang penerimaan yang dinyatakan. Untuk
dengan pengecualian sebagai berikut: pada S2 tidak satu waktu 60 menit pada L2 tidak satu unit pun yang kurang
unit pun yang kurang dari Q-5%; pada S3 tidak satu unit dari Q-5%; pada L3 tidak satu unit pun yang kurang
pun yang kurang dari Q-10% dan tidak lebih dari 2 dari dari Q-10%; dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan
24 unit sediaan yang kurang dari Q-5%. yang kurang dari Q-5%.

UNTUK TABLET 200 mg UJI 3 Jika memenuhi uji ini pada etiket dicantumkan
UJI 2 Jika memenuhi uji ini, pada etiket dicantumkan memenuhi Disolusi Uji 3.
memenuhi Disolusi Uji 2. Media disolusi, Alat dan Prosedur Lakukan seperti
Media disolusi, Alat dan Prosedur lakukan seperti tertera pada Uji 1.
tertera pada Uji 1. Waktu: 15 dan 60 menit.
Waktu : 15 dan 60 menit. Prosedur Lakukan penetapan jumlah karbamazepin,
Prosedur Lakukan penetapan jumlah karbamazepin, C15H12N2O yang terlarut seperti tertera pada Uji 1.
C15H12N2O yang terlarut seperti tertera pada Uji 1. Hitung kadar (Ci) karbamazepin, C15H12N2O yang
Hitung kadar (Ci) karbamazepin, C15H12N2O yang terlarut dari setiap labu pada masing-masing waktu
terlarut dari setiap labu pada masing-masing waktu sampling (i) dengan rumus :
sampling (i) dengan rumus :
𝐴𝑈
( ) × 𝐶𝑆
𝐴𝑈 𝐴𝑆
( ) × 𝐶𝑆
𝐴𝑆
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar Karbamazepin BPFI
Larutan baku; CS adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per mL larutan baku. Hitung persentase
dalam mg per mL Larutan baku. Hitung persentase karbamazepin, C15H12N2O yang terlarut pada masing-
karbamazepin, C15H12N2O yang terlarut pada masing- masing waktu sampling (i) dengan rumus:
masing waktu sampling (i) dengan rumus:
i = 15 menit
i = 15 menit
1
𝐶1 × 𝑉 × ( ) × 100
1 𝐿
𝐶𝑖 × 𝑉 × ( ) × 100
𝐿 i = 60 menit
i = 60 menit
1
[(𝐶2 × 𝑉2 ) + (𝐶1 × 𝑉𝑆 )] ( ) × 100
1 𝐿
[(𝐶2 × 𝑉2 ) + (𝐶1 × 𝑉𝑆 )] ( ) × 100
𝐿
C1 adalah kadar karbamazepin dalam mg per mL pada
C1 adalah kadar karbamazepin dalam mg per mL pada waktu sampling 1; V adalah volume Media disolusi
waktu sampling 1; V adalah volume Media disolusi (900 mL); L adalah jumlah dalam mg per tablet seperti
- 829 -

tertera pada etiket; V2 adalah volume Media disolusi penyuntikan ulang, masing-masing untuk
dalam mL pada waktu sampling 2; VS adalah volume karbamazepin, senyawa sejenis B karbamazepin dan 9-
Larutan uji dalam mL pada setiap waktu sampling. metilakridina tidak lebih dari 10,0%.
Toleransi Lihat Tabel 2. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Tabel 2 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Sampling Waktu (menit) Jumlah zat terlarut (%) tidak kurang dari 3,5 kali waktu retensi karbamazepin
1 15 60 – 85 dan ukur respons puncak. Hitung persentase senyawa
2 60 Tidak kurang dari 75 sejenis B karbamazepin dan 9-metilakridina, dalam
tablet yang digunakan dengan rumus:
Gunakan Tabel Penerimaan 2 seperti tertera pada Uji
disolusi <1231> dengan pengecualian berikut: untuk 𝑟𝑖 𝐶𝑆
waktu 15 menit, pada L2 tidak satu unit pun yang lebih ( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dari 5% dari jumlah yang tertera pada etiket di luar tiap
rentang penerimaan yang dinyatakan; pada L3 tidak ri adalah adalah respons puncak senyawa sejenis B
satu unit pun lebih dari 10% dari jumlah yang tertera karbamazepin atau 9-metilakridina dari Larutan
pada etiket di luar tiap rentang penerimaan yang uji; rS adalah adalah respons puncak senyawa sejenis B
dinyatakan dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan karbamazepin atau 9-metilakridina dari Larutan baku;
yang lebih dari 5% dari jumlah yang tertera pada etiket CS adalah kadar Senyawa sejenis B Karbamazepin
di luar tiap rentang peneriman yang dinyatakan. Untuk BPFI atau 9-metilakridina dalam mg per mL Larutan
waktu 60 menit pada L2 tidak satu unit pun yang kurang baku; CU adalah kadar karbamazepin dalam mg per mL
dari Q-5%; pada L3 tidak satu unit pun yang kurang dari Larutan uji. Hitung persentase masing-masing cemaran
Q-10% dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan yang tidak spesifik dalam tablet yang digunakan dengan
kurang dari Q-5%. rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. 𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran tidak
Kromatografi <931>.
spesifik dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
Fase gerak, Pengencer dan Larutan kesesuaian
karbamazepin dari Larutan baku; CS adalah kadar
sistem, lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
Larutan baku persediaan Timbang saksama
CU adalah nominal kadar karbamazepin dalam mg per
sejumlah Karbamazepin BPFI, Senyawa Sejenis B
mL Larutan uji. Masing-masing cemaran dan total
Karbamazepin BPFI dan 9-metilakridina BPFI.
cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel3.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
Larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga kadar
Tabel 3
masing-masing lebih kurang 0,02 mg per mL. Jika Waktu Retensi Batas
perlu lakukan sonikasi untuk membantu kelarutan. Cemaran
Relatif (%)
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku 9-metilakridina 0,54 0,2
persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga kadar Senyawa sejenis A 0,87 -
masing-masing lebih kurang 0,001 mg per mL. karbamazepin
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang Karbamazepin 1,0 -
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk Senyawa sejenis B 3,1 0,2
tablet, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, karbamazepin
tambahkan Pengencer lebih kurang 50% dari volume Cemaran lain - 0,2
Total Cemaran - 0,30
akhir labu. Sonikasi selama 15 menit, biarkan dingin
Abaikan respons puncak cemaran yang kurang dari 0,05%.
sampai suhu ruang. Encerkan dengan Pengencer
hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL, saring melalui
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
menyaring yang sesuai, buang beberapa mL filtrat pertama.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Fase gerak Buat campuran 1000 mL metanol P-
Larutan kesesuaian sistem, rekam komatogram dan
tetrahidrofuran P-air (12:3:85) tambahkan 0,22 mL
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
asam format P, campur, kemudian tambahkan 0,5 mL
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
trietilamina P dan campur. Saring dan awaudarakan.
karbamazepin dan karbamazepin tidak kurang dari 1,7.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
komatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Pengencer Campuran metanol P-air (50:50).
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
- 830 -

Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
saksama sejumlah Karbamazepin BPFI dan Senyawa rapat, sebaiknya dari kaca. Terlindung cahaya dan
Sejenis A Karbamazepin BPFI, masukkan ke dalam kelembapan. Simpan dalam suhu ruang terkendali.
labu tentukur yang sesuai. Larutkan dan encerkan
dengan metanol P hingga kadar masing-masing Penandaan Pada etiket harus dicantumkan uji disolusi
berturut-turut lebih kurang 0,1 dan 0,5 mg per mL. Jika yang digunakan.
perlu lakukan sonikasi untuk meningkatkan kelarutan.
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume
Larutan kesesuaian sistem persediaan, masukkan ke KARBIDOPA
dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan Carbidopa
Pengencer sampai tanda hingga kadar masing-masing
berturut-turut lebih kurang 0,01 dan 0,05 mg per mL.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Karbamazepin BPFI, Larutkan dan encerkan dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 2 mg per mL. Jika
perlu lakukan sonikasi untuk meningkatkan kelarutan.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
persediaan, encerkan dengan Pengencer sampai tanda Asam(-)-L--hidrazino-3,4-dihidroksi--
hingga kadar 0,2 mg per mL. metilhidrosinamat monohidrat [38821-49-7]
Larutan uji persediaan Timbang dan serbukkan C10H14N2O4.H2O BM 244,25
tidak kurang dari 20 tablet. Masukkan ke dalam labu Anhidrat [28860-95-9] BM 226,23
tentukur yang sesuai, tambahkan metanol P hingga 80%
dari volume akhir labu, sonikasi selama lebih kurang 15 Karbidopa mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
menit. Biarkan dingin sampai suhu ruang, encerkan tidak lebih dari 101,0% C10H14N2O4.H2O.
dengan metanol P sampai tanda, campur dan saring,
buang sejumlah mL filtrat pertama. Nominal kadar Pemerian Serbuk putih sampai putih krem; tidak
karbamazepin lebih kurang 2 mg per mL. berbau atau praktis tidak berbau.
Larutan uji Pipet sejumlah Larutan uji persediaan,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, Kelarutan Sukar larut dalam air dan metanol; mudah
encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang larut dalam asam hidroklorida 3 N; praktis tidak larut
0,2 mg per mL. dalam etanol, aseton, kloroform dan eter.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,0 atau Baku pembanding Karbidopa BPFI; tidak boleh
4,6 mm x 25 cm, berisi bahan pengisi L10, dengan dikeringkan sebelum digunakan; pada sebagian bahan
ukuran partikel 7 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 mL per lain lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan 5 mmHg pada suhu 100 hingga bobot tetap dan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan gunakan sebagai koreksi pada analisis kuantitatif.
ukurrespons puncak seperti tertera pada Prosedur: Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A cahaya. Senyawa Sejenis A Karbidopa BPFI; tidak
karbamazepin dan karbamazepin tidak kurang dari 1,7. boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam terlindung cahaya. Metildopa BPFI; tidak boleh
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dikeringkan, tetapkan kadar air secara titrimetri pada
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada waktu akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. rapat, terlindung cahaya.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan Identifikasi
uji ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi tidak A. Spektrum serapan inframerah zat yang
kurang dari 1,6 kali waktu retensi karbamazepin, rekam didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
persentase karbamazepin, C15H12N2O, dalam tablet seperti pada Karbidopa BPFI.
yang digunakan dengan rumus: B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
𝑟𝑈 𝐶𝑆 diperoleh pada Penetapan kadar.
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Rotasi jenis <1081> Antara -21,0 dan -23,5 dihitung
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari sebagai monohidrat; lakukan penetapan menggunakan
Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar larutan 10 mg per mL dalam larutan aluminium klorida
Karbamazepin BPFI dalam mg per mL Larutan baku; P 0,7 g per mL (dibuat dari garam aluminium
CU adalah kadar zat dalam mg per mL Larutan uji. heksahidrat) yang telah disaring dan diatur pH
- 831 -

hingga1,5 dengan penambahan natrium hidroksida Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
0,25 N. dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per
mL.
Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 6,9% Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dan tidak lebih dari 7,9%; lakukan pengeringan dengan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 100° dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 3,9 mm
hingga bobot tetap, menggunakan 1 g zat. x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Larutan kesesuaian system, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. waktu retensi relatif metildopa dan karbidopa berturut-
turut lebih kurang 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara
Metildopa dan Cemaran organik A Karbidopa karbidopa dan metildopa tidak kurang dari 0,9.
Masing-masing tidak lebih dari 0,5%; Lakukan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Penetapan kadar. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan baku cemaran Timbang saksama sejumlah Larutan uji, ke dalam kromatograf, rekam
Metildopa BPFI dan Senyawa Sejenis A Karbidopa kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar masing- persentase karbidopa, C10H14N2O4.H2O, dalam zat
masing lebih kurang 2,5 µg per mL. dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
cemaran dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 𝑟𝑆 𝐶𝑈
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu
retensi relatif metildopa, karbidopa dan senyawa CS adalah kadar Karbidopa BPFI sebagai monohidrat
sejenis A karbidopa berturut-turut lebih kurang 0,8; 1,0 dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar zat
dan 1,8. Hitung persentase metildopa dan senyawa dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
sejenis A karbidopa dalam zat dengan rumus : tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak utama dari Larutan uji dan Larutan
𝑟𝑈 𝐶𝑆 baku.
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
CS adalah kadar Metildopa BPFI atau Senyawa Sejenis baik, tidak tembus cahaya.
A Karbidopa BPFI dalam µg per mL Larutan baku
cemaran; CU adalah kadar zat dalam µg per mL
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada KARBINOKSAMIN MALEAT
etiket; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Carbinoxamine Maleate
metildopa atau senyawa sejenis A karbidopa dari
Larutan uji dan Larutan baku cemaran.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran etanol P-natrium fosfat
monobasa 0,05 M (1:19), atur pH hingga 2,7 dengan
penambahan asam fosfat P dan awaudarakan. 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etoksi]benzil]piridin
Larutan kesesuaian system Buat larutan Karbidopa maleat (1:1) [3505-38-2]
BPFI dan Metildopa BPFI dalam Fase gerak hingga C16H19ClN2O.C4H4O4 BM 406,86
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per mL.
Karbinoksamin Maleat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C16H19ClN2O.C4H4O4,
Karbidopa BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per mL. [Catatan Jika perlu dihitung terhadap zat kering pada suhu 105° selama 2
lakukan pemanasan hati-hati dan ultrasonifikasi untuk jam.
melarutkan.]
Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau.
- 832 -

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut Karboksimetilselulosa Natrium adalah garam natrium
dalam etanol dan kloroform; sangat sukar larut dalam dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak
eter. kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium (Na)
dihitung terhadap zat kering.
Baku pembanding Karbinoksamin Maleat BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam Pemerian Serbuk atau granul putih sampai krem;
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup higroskopik.
rapat, terlindung cahaya.
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk
Identifikasi larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, eter dan
A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan pelarut organik lain.
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Identifikasi
seperti pada Karbinoksamin Maleat BPFI. Larutan uji Tambahkan 1 g zat pada 50 mL air
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per sambil diaduk hingga terdispersi homogen. Lanjutkan
mL dalam metanol P menunjukkan maksimum dan pengadukan hingga diperoleh larutan jernih dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti gunakan larutan ini untuk pengujian sebagai berikut:
pada Karbinoksamin maleat BPFI. Serapan masing- A. Encerkan 1 mL Larutan uji dengan 1 mL air
masing dihitung terhadap zat kering pada panjang dalam tabung reaksi kecil, tambahkan 5 tetes 1-naftol
gelombang serapan maksimum lebih kurang 260 nm LP. Miringkan tabung dan tuangkan 2 mL asam sulfat
berbeda tidak lebih dari 3,0%. P dengan hati-hati melalui dinding tabung: terjadi
warna merah ungu pada bidang batas antara dua
Jarak lebur <1021> Antara 116° dan 121°; lakukan lapisan.
penetapan menggunakan zat kering. B. Pada 5 mL Larutan uji, tambahkan 5 mL barium
klorida LP: terbentuk endapan halus putih.
pH <1071> Antara 4,6 dan 5,1; lakukan penetapan C. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada
menggunakan larutan zat (1 dalam 100). Uji Identifikasi Umum <291>.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. bpj; tambahkan 1 mL larutan hidroksilamina
hidroklorida P (1 dalam 5) ke dalam larutan residu.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penetapan kekentalan <1051> Tidak kurang dari
Cemaran umum <481> 80,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari yang tertera
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P. pada etiket untuk kadar larutan 2%; tidak kurang dari
Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P. 75,0% dan tidak lebih dari 140,0% dari yang tertera
Fase gerak Buat campuran sikloheksana P- pada etiket; timbang saksama sejumlah zat yang tidak
kloroform P-dietilamina P (75:15:10). dikeringkan dan bila dilarutkan setara dengan 200 g
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak larutan zat, yang telah dikeringkan, pada konsentrasi
nomor 1. yang dinyatakan. Tambahkan zat sedikit demi sedikit
sambil diaduk ke dalam lebih kurang 180 mL air dalam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 botol bermulut lebar yang telah ditara. Lanjutkan
mg zat kering, larutkan dalam 50 mL asam asetat pengadukan dengan cepat hingga seluruhnya basah.
glasial P, tambahkan 1 tetes kristal violet LP, titrasi Tambahkan air secukupnya hingga berat 200 g, biarkan
dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga titik akhir sambil sekali-kali diaduk hingga larut sempurna. Ukur
berwarna hijau biru. Lakukan penetapan blangko. kekentalan pada suhu 25° ± 0,2° menggunakan
viskosimeter rotasi, sistem mencapai kesetimbangan
Tiap mL asam perklorat 0,1 N sebelum pembacaan akhir.
setara dengan 20,34 mg C16H19ClN2O.C4H4O4
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
rapat, tidak tembus cahaya.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 10,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
KARBOKSIMETILSELULOSA NATRIUM
Carboxymethylcellulose Sodium Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
mg zat, larutkan dalam 80 mL asam asetat glasial P,
Garam selulosa karboksilmetil eter natrium panaskan di dalam tangas air mendidih selama 2 jam,
[9004-32-4]
- 833 -

dinginkan hingga suhu ruang dan titrasi dengan asam Nitrogen dioksida Perubahan indikator menunjukkan
perklorat 0,1 N LV. tidak lebih dari 2,5 bpj; atur wadah sedemikian rupa
hingga jika katup dibuka, isi bagian fase cair dilepas
Tiap mL asam perklorat 0,1 N melalui tabung yang cukup panjang untuk dapat
setara dengan 2,299 mg Na menguapkan semua cairan pada saat melewati saluran
tersebut dan untuk mencegah pembekuan pada bagian
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. dalam tabung detektor. Lepaskan ke dalam aliran
cairan secukupnya untuk memperoleh 550 mL
Penandaan Pada etiket mencantumkan kekentalan spesimen uap, ditambahkan kelebihan guna menjamin
dalam larutan yang dinyatakan konsentrasinya. pengusiran udara dari sistem. Alirkan 550 mL ± 50 mL
gas ini melalui tabung detektor nitrogen oksida-
nitrogen dioksida pada kecepatan yang ditetapkan
KARBON DIOKSIDA untuk tabung.
Carbon Dioxide
Amonia Perubahan indikator menunjukkan setara
Karbon dioksida [124-38-9] dengan tidak lebih dari 25 bpj; lakukan penetapan
CO2 BM 44,01 seperti tertera pada uji Nitrogen dioksida,
menggunakan zat uji sejumlah 1050 mL ± 50 mL yang
Karbon Dioksida mengandung tidak kurang dari dilewatkan melalui tabung detektor amonia pada
99,0% CO2. kecepatan yang ditetapkan untuk tabung.
[Catatan Pengujian berikut ini dirancang untuk
menyatakan kualitas karbon dioksida dalam kedua Belerang dioksida Perubahan indikator menunjukkan
fase yaitu uap dan cairan yang berada dalam silinder setara dengan tidak lebih dari 5 bpj; lakukan
yang sebelumnya belum pernah dibuka. Kurangi penetapan seperti tertera pada uji Nitrogen dioksida
tekanan wadah sedemikian rupa dengan alat menggunakan zat uji sejumlah 1050 mL ± 50 mL
pengatur. Lakukan pengambilan zat uji secara benar yang dilewatkan melalui tabung detektor belerang
sehingga terlepasnya karbon dioksida dari peralatan dioksida pada kecepatan yang ditetapkan untuk
pengambilan contoh sekecil mungkin. Ukur gas tabung.
dengan volume meter gas aliran menurun dari tabung
detektor untuk memperkecil kontaminasi atau Air Perubahan indikator menunjukkan setara dengan
berubahnya zat uji. Lakukan pengujian dengan urutan tidak lebih dari 150 mg per m3. Bilas regulator yang
sesuai daftar. Jenis tabung detektor yang digunakan telah dibilas dengan 5 liter atau lebih gas uji. Lewatkan
dalam pengujian ini tertera pada Pereaksi dalam 50 ± 5 liter gas yang dilepaskan dari fase uap melalui
Pereaksi, Indikator dan Larutan.] tabung detektor uap air yang dihubungkan dengan
regulator memakai pipa logam atau polietilena dengan
Identifikasi Alirkan 100 mL ± 5 mL yang dilepaskan panjang minimum. Ukur gas yang melalui tabung
dari fase uap dari isi wadah melalui tabung detektor detektor dengan alat pengukur aliran gas pada laju alir
karbon dioksida dengan kecepatan yang ditetapkan 2 liter per menit.
untuk tabung: perubahan indikator menjagkau seluruh
kisaran indikasi tabung. Penetapan kadar [Catatan Pengambilan zat uji untuk
penetapan kadar dapat dilakukan dari fase uap untuk
Karbon monoksida Perubahan indikator menunjukkan kemudahan, tetapi akibatnya akan menambah volume
setara dengan tidak lebih dari 10 bpj; alirkan 1050 mL residu. Jika spesifikasi 1 mL berlebih dari fase uap,
± 50 mL yang dilepaskan dari fase uap dari isi wadah dapat digunakan sediaan uji cairan.] Hubungkan
melalui tabung detektor karbon monoksida pada buret gas 100 mL yang dilengkapi dengan pelampung
kecepatan yang ditetapkan untuk tabung. gelembung dan kran 2 arah ke pipet serapan gas
dengan kapasitas yang sesuai dengan cara
Hibidrogen sulfida Perubahan indikator menunjukkan menghubungkan pipet dengan salah satu saluran
setara dengan tidak lebih dari 1 bpj; alirkan 1050 mL keluar buret. Isi buret dengan air yang sedikit
± 50 mL yang dilepaskan dari fase uap melalui tabung diasamkan (dengan jingga metil menjadi merah
detektor hidrogen sulfida pada kecepatan yang muda). Isi pipet dengan larutan kalium hidroksida P (1
ditetapkan untuk tabung. dalam 2). Dengan menyesuaikan pelampung
gelembung dan pelampung air, dorong larutan kalium
Nitrogen oksida Perubahan indikator menunjukkan hidroksida untuk mengisi pipet dan sambungkan
setara dengan tidak lebih dari 2,5 bpj; alirkan 550 mL kapiler sampai kran, kemudian isi buret dengan
± 50 mL yang dilepaskan dari fase uap melalui tabung pelampung air dan dorong melalui kran yang lain
detektor nitrogen oksida-nitrogen dioksida pada sedemikian sehingga semua gelembung gas
kecepatan yang ditetapkan untuk tabung. dihilangkan dari sistem. Dorong ke dalam buret 100,0
mL zat uji yang diambil dari fase cair seperti tertera
- 834 -

pada uji Nitrogen dioksida. Dengan menaikkan


pelampung botol, paksakan dengan mendorong zat uji Transmitan Tidak kurang dari 97%. Larutan
ke dalam pipet. Serapan dapat dibantu dengan karboplatin dalam air 10 mg per mL. Ukur persentase
mengosok-gosok pipet atau dengan mengalirkan zat transmitan menggunakan sel 1-cm pada panjang
uji antara pipet dan buret. Dorong setiap sisa gas ke gelombang 440 nm, dengan air sebagai blanko.
dalam buret dan ukur volumenya: tidak lebih dari 1 mL
gas yang tinggal. Zat tidak larut air Tidak lebih dari 0,5%. Timbang
saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam gelas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah silinder. piala 150 mL. Tambahkan 100 mL air dan larutkan
dengan cara mengaduk menggunakan batang pengaduk
selama 30 menit. Dengan bantuan penghisap, saring
KARBOPLATIN melalui penyaring kaca masir yang telah ditara. Bilas
Carboplatin gelas piala dengan air dan pindahkan bilasan ke dalam
penyaring. Keringkan penyaring pada suhu 130  10°
hingga bobot tetap.

Asam 1,1-siklobutanadikarboksilat Tidak lebih dari


0,5%. Lakukan penetapan secara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan A Larutkan 8,5 g tetrabutilamonium
hidrogen sulfat P dalam 80 mL air. Tambahkan 3,4 mL
asam fosfat P dan atur pH hingga 7,55 dengan
cis-Diamina(1,1-siklobutanadikarboksilato)- platinum penambahan natrium hidroksida 10 N .
[41575-94-4] Fase gerak Campuran asetonitril P-Larutan A-Air
C6H12N2O4Pt BM 371,25 (100:20:880), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Karboplatin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 102,0% C6H12N2O4Pt, dihitung Larutan baku Timbang saksama sejumlah asam
terhadap zat kering. 1,1-siklobutanadikarboksilat, larutkan dalam Fase
[Perhatian: Hati-hati dalam menangani Karboplatin gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg per mL.
karena diduga karsinogenik.] Larutan kesesuaian sistem Campur 1,0 mL Larutan
baku dengan 1,0 mL Larutan baku dalam Penetapan
Pemerian Hablur putih. kadar. Larutan ini mengandung 2,5 µg per mL asam
1,1-siklobutanadikarboksilat dan 0,5 mg per mL
Kelarutan Larut dalam air. karboplatin dalam Fase gerak.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Baku pembanding Karboplatin BPFI; tidak boleh dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, kurang 1 mg per mL.
terlindung cahaya dan dalam lemari pendingin. Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,0 mm
Identifikasi x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
A. Spektrum serapan inframerah zat yang 2 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
seperti pada Karboplatin BPFI. waktu retensi relatif lebih kurang 0,65 untuk
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram karboplatin dan 1,0 untuk asam 1,1-
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti siklobutanadikarboksilat; resolusi, R, antara puncak
diperoleh pada Penetapan kadar. karboplatin dan asam 1,1-siklobutanadikarboksilat
tidak kurang dari 2,5; simpangan baku relatif pada
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku dan
menggunakan larutan dalam air yang mengandung Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
lebih kurang 10 mg per mL. dan ukur respons puncak asam 1,1-
siklobutanadikarboksilat. Hitung persentase asam 1,1-
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; siklobutanadikarboksilat dalam zat uji dengan rumus:
lakukan pengeringan menggunakan 1 g zat pada suhu
105° hingga bobot tetap.
- 835 -

𝑟𝑢 𝐶𝑆 WU adalah bobot platinum; WS adalah bobot zat uji.


( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ru dan rS berturut-turut adalah respons Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
puncak asam 1,1-siklobutanadikarboksilat dari Kromatografi <931>.
Larutan uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar asam Fase gerak Campuran asetonitril P–air (87:13),
1,1-siklobutanadikarboksilat dalam mg per mL Larutan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
baku; CU adalah kadar karboplatin dalam mg per mL penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Larutan uji berdasarkan bobot yang ditimbang. pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara Karboplatin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. [Catatan
Kromatografi <931>. Gunakan larutan ini dalam waktu 2 jam.]
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Sistem Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
kromatografi dan Kesesuaian sistem Lakukan seperti dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 1
tertera pada Penetapan kadar. mg per mL. [Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu
Enceran larutan baku Pipet sejumlah Larutan baku 2 jam.]
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 2,5 µg Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
per mL. dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume x 25 cm berisi bahan pengisi L8 dengan ukuran partikel
sama (lebih kurang 10 µL) Enceran larutan baku dan 5 µm. Laju alir lebih kurang 2,0 mL per menit. Lakukan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tidak kurang dari 2,5 kali waktu retensi puncak kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
karboplatin dan ukur semua respons puncak. Hitung pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
rumus: lebih dari 1,2%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
𝑟𝑖 𝐶𝑆 volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
( ) ( ) × 100 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
𝑟𝑆 𝐶𝑈
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase,
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari karboplatin, C6H12N2O4Pt, dalam zat dengan rumus:
Larutan uji; rS adalah respons puncak karboplatin dari
𝑟𝑈 𝐶𝑆
Enceran larutan baku; Cs adalah kadar Karboplatin ( ) ( ) × 100
BPFI dalam mg per mL Enceran larutan baku; CU 𝑟𝑆 𝐶𝑈
adalah kadar karboplatin dalam mg per mL Larutan uji
berdasarkan bobot yang ditimbang. Masing-masing rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
cemaran dan total cemaran tidak lebih dari batas yang uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Karboplatin
tertera pada Tabel. BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
karboplatin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
Tabel bobot yang ditimbang.
Nama Waktu retensi relatif Batas (%)
Sisplatin 0,3 0,25 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
Karboplatin 1,0 - rapat, terlindung cahaya, simpan pada suhu ruang.
Cemaran lain - 0,25
Total cemaran - 0,5
Abaikan respons puncak kurang dari 0,05%. INJEKSI KARBOPLATIN
Carboplatin Injection
Kandungan platina Antara 52,0% dan 53,0%,
dihitung terhadap zat kering.
Injeksi Karboplatin adalah larutan steril karboplatin
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 0,2 g zat
dalam Air untuk Injeksi. Mengandung karboplatin,
yang diperoleh dari Susut pengeringan dalam cawan
C6H12N2O4Pt, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
porselen yang telah ditara. Pijarkan pada suhu lebih
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
kurang 800±50° hingga bobot tetap dan timbang residu.
Hitung persentase platinum dalam zat dengan rumus:
Baku pembanding Karboplatin BPFI; Simpan dalam
𝑊𝑈 wadah tertutup rapat, di tempat kering dan dingin.
( ) × 100 Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
𝑊𝑆 penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi,
- 836 -

gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial per mL. [Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu 2
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari jam.]
pendingin. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Siklobutana-1,1-Dikarboksilat BPFI, larutkan dan
Identifikasi encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada 10 µg per mL.
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Larutan kesesuaian sistem Campur 1,0 mL Larutan
[Catatan Gunakan Larutan uji dan Larutan baku uji dengan 1,0 mL Larutan baku.
dalam 2 jam setelah penyiapan.] Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Penjerap Gunakan lempeng silika gel P. dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 3,9 mm
Fase gerak Campuran air-aseton P (20:80). x 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
Penampak bercak Larutkan 5,6 g timah(II) klorida P 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
ke dalam 10 mL asam hidroklorida P [Catatan Tidak kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
perlu semua logam larut, saring jika perlu.], rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti
tambahkan 90 mL air dan 1 g kalium iodida P dan aduk. tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Dibuat segar. karboplatin dan asam siklobutana-1,1- dikarboksilat
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, encerkan tidak kurang dari 2,5.
dengan air hingga kadar karboplatin lebih kurang 10 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
mg per mL. volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan uji dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
Karboplatin BPFI, larutkan dan encerkan dengan air kromatogram, dan ukur respons puncak utama: respons
hingga kadar lebih kurang 10 mg per mL. puncak asam siklobutana-1,1-dikarboksilat tidak lebih
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing dari respons puncak utama Larutan baku (1%).
10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana Cemaran organik dan Kandungan platina
kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan Fase Persyaratan dan Penetapan dilakukan seperti tertera
gerak merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. pada Cemaran organik dan Kandungan platina dalam
Angkat lempeng dan keringkan dengan aliran udara Karboplatin.
selama 2 jam, semprot dengan Penampak bercak,
panaskan pada suhu 100° selama 10 menit. Amati Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
bercak pada kromatogram secara visual: harga Rf Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
,warna, dan intensitas bercak utama dari Larutan uji Kromatografi <931>.
sesuai dengan bercak utama Larutan baku. Fase gerak Campuran air-asetonitril P (130:870),
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
diperoleh pada Penetapan kadar. pada Kromatografi <931>.
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0. Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, encerkan
dengan air hingga kadar karboplatin lebih kurang 1 mg
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,4 unit per mL.
Endotoksin FI per mg karboplatin. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Karboplatin BPFI, larutkan, dan encerkan dengan air
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat. hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 3,9 mm
x 30 cm berisi bahan pengisi L8 dengan ukuran partikel
Asam siklobutana-1,1-dikarboksilat Tidak lebih 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Lakukan
dari 1%. Lakukan penetapan dengan cara kromatografi terhadap Larutan uji, rekam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
Kromatografi <931>. pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari
Larutan A Larutkan 8,5 g tetrabutilamonium 4,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 5000 lempeng
hidrogen sulfat P dalam 80 mL air. Tambahkan 3,4 mL teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.
asam fosfat P dan atur pH hingga 7,55 dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
penambahan natrium hidroksida 10 N. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan uji dan
Fase gerak Campuran Larutan A-asetonitril P-air Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
(20:100:880), saring dan awaudarakan. Jika perlu kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem persentase karboplatin, C6H12N2O4Pt, dalam injeksi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. yang digunakan dengan rumus:
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, encerkan
dengan air hingga kadar karboplatin lebih kurang 1 mg
- 837 -

𝑟𝑈 𝐶𝑆 kromatografi yang dijenuhkan Fase gerak selama 2 jam


( ) × ( ) × 100 hingga Fase gerak merambat lebih kurang 10 cm di atas
𝑟𝑆 𝐶𝑈
garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan biarkan fase gerak menguap, keringkan di udara pada
uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Karboplatin suhu ruang selama 2 jam. Semprot lempeng dengan
Penampak bercak, panaskan pada suhu 110° selama 10
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
menit: harga RF dan warna bercak utama yang diperoleh
karboplatin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
jumlah yang tertera pada etiket.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
diperoleh pada Penetapan kadar.
cahaya dan bebas logam.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
KARBOPLATIN UNTUK INJEKSI Sterilitas dari produk yang diuji.
Carboplatin for Injection
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,54 unit
Karboplatin untuk Injeksi adalah campuran Endotoksin FI per mg karboplatin.
terliofilisasi steril dari karboplatin dan manitol,
mengandung karboplatin, C6H12N2O4Pt tidak kurang pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah dalam larutan konstitusi seperti tertera pada etiket,
yang tertera pada etiket. gunakan Air Steril untuk Injeksi.
[Perhatian Hati-hati dalam menangani Karboplatin
karena diduga karsinogenik.] Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 3,0%. Lakukan
seperti tertera pada Air dalam Sisplatin untuk Injeksi.
Baku pembanding Karboplatin BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
terlindung cahaya dan dalam lemari pendingin.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, Asam 1,1-siklobutanadikarboksilat Tidak lebih dari
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 1,0 %. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi, cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
simpan larutan dalam lemari pendingin dan gunakan <931>.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka Larutan A, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem
dalam lemari pembeku.. dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Asam 1,1-siklobutanadikarboksilat dalam Karboplatin.
Larutan konstitusi Pada saat pemakaian, larutan Larutan baku A Timbang saksama sejumlah asam
terkonstitusi yang disiapkan dari karboplatin untuk 1,1-siklobutanadikarboksilat, larutkan dan encerkan
injeksi memenuhi syarat Larutan konstitusi seperti dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg
tertera pada Injeksi. per mL.
Larutan baku B Timbang saksama sejumlah asam
Identifikasi 1,1-siklobutanadikarboksilat, larutkan dan encerkan
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 µg per
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis <281>. mL.
Penjerap Lempeng silika gel P setebal 0,25 mm. Larutan uji Larutkan secara kuantitatif isi satu wadah
Fase gerak Campuran aseton P-air (80:20). karboplatin untuk injeksi dalam Fase gerak hingga
Penampak bercak Tambahkan 5,6 g timah(II) kadar karboplatin lebih kurang 1 mg per mL. [Catatan
klorida P ke dalam 10 mL asam hidroklorida P dan Selesaikan analisa larutan secara kromatografi dalam
aduk selama 5 menit. [Catatan Tidak perlu semua waktu 2 jam.]
logam larut.] Tambahkan 90 mL air dan 1 g kalium Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
iodida P dan aduk. Larutan dibuat segar setiap hari. volume sama (lebih kurang 100 µL) Larutan baku A
Larutan baku Timbang sejumlah Karboplatin BPFI, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kromatogram dan ukur respons puncak asam
kurang 10 mg per mL. 1,1-siklobutanadikarboksilat. Hitung persentase asam
Larutan uji Larutkan seluruh isi dari satu wadah 1,1-siklobutanadikarboksilat dalam serbuk untuk
dengan air hingga kadar karboplatin lebih kurang 10 injeksi dengan rumus:
mg per mL.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 𝑟𝑈 𝐶𝑆
10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng ( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
- 838 -

rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam 1,1-


siklobutanadikarboksilat dari Larutan uji dan Larutan Baku pembanding Karvedilol BPFI. Senyawa Sejenis A
baku A; Cs adalah kadar asam 1,1- Karvedilol BPFI. Senyawa Sejenis B Karvedilol BPFI.
siklobutanadikarboksilat dalam mg per mL Larutan Senyawa Sejenis C Karvedilol BPFI. Senyawa Sejenis D
baku A; CU adalah kadar karboplatin dalam mg per mL Karvedilol BPFI. Senyawa Sejenis E Karvedilol BPFI.
Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Campuran Kesesuaian Sistem Karvedilol BPFI.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Identifikasi


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada A. Spektrum serapan inframerah zat kering dan
Kromatografi <931>. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam seperti pada Karvedilol BPFI.
Karboplatin. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji Larutkan secara kuantitatif isi satu wadah Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
dalam air hingga kadar lebih kurang 1 mg per mL. diperoleh pada Penetapan kadar.
[Catatan Selesaikan analisa larutan secara
kromatografi dalam waktu 2 jam.] Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung penetapan menggunakan 1 g zat.
persentase, karboplatin, C6H12N2O4Pt, dalam serbuk
untuk injeksi dengan rumus: Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.

𝑟𝑈 𝐶𝑆 Cemaran organik [Catatan Berdasarkan proses,


( ) × ( ) × 100 cemaran sejenis dilakukan sesuai Uji 1 atau Uji 2. Uji
𝑟𝑆 𝐶𝑈
2 direkomendasikan jika Senyawa sejenis F karvedilol
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan adalah cemaran potensial.]
uji dan Larutan baku; Cs adalah kadar Karboplatin UJI 1 Masing-masing cemaran tidak lebih dari batas
yang tertera pada Tabel; Total cemaran tidak lebih dari
BPFI dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar
0,5%. Lakukan penetapan secara Kromatografi cair
karboplatin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
jumlah yang tertera pada etiket.
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Padatan steril seperti tertera pada Injeksi, terlindung
sejumlah Karvedilol BPFI dan Senyawa Sejenis C
cahaya.
Karvedilol BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
KARVEDILOL Karvedilol BPFI, Senyawa sejenis A Karvedilol BPFI,
Carvedilol Senyawa sejenis B Karvedilol BPFI, Senyawa sejenis C
Karvedilol BPFI, Senyawa sejenis D Karvedilol BPFI
dan Senyawa sejenis E Karvedilol BPFI, larutkan
dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,001 mg
per mL untuk Karvedilol BPFI, Senyawa Sejenis A, B,
D dan E Karvedilol BPFI dan 0,2 µg per mL untuk
Senyawa Sejenis C Karvedilol BPFI.
(±)-1-(Karbazol-4-iloksi)-3-[[2-(o-metoksifenoksi) Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
etil]amino]-2-propanol [72956-09-3] dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per
C24H26N2O4 BM 406,47 mL.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Karvedilol mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
tidak lebih dari 102,0% C24H26N2O4, dihitung terhadap dilengkapi dengan detektor dengan dua panjang
zat kering. gelombang (220 nm digunakan untuk penentuan
senyawa sejenis E karvedilol dan 240 nm untuk
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih. karvedilol dan senyawa sejenis yang lain) dan kolom
4,6-mm x 15-cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
Kelarutan Sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut partikel 5μm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
dalam air dan asam encer. Pertahankan suhu kolom pada 55º. Lakukan
- 839 -

kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, ukur BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, kurang 1,0 mg per mL.
R, antara puncak karvedilol dan puncak senyawa Larutan uji Buat larutan zat dalam Pengencer hingga
sejenis C karvedilol tidak kurang dari 17. kadar lebih kurang 1 mg per mL.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang 20 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm
respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A, x 15 cm, berisi bahan pengisi L68 dengan ukuran
B, C, D dan E karvedilol dalam zat yang digunakan partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,4 mL per menit.
dengan rumus: Pertahankan suhu kolom pada 30º. Kromatograf
diprogram sebagai berikut:
𝑟𝑖 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Waktu Larutan A Larutan B
Eluasi
(menit) (%) (%)
CS adalah kadar masing-masing cemaran dalam mg per 0-20 22 78 Isokratik
mL Larutan baku; CU adalah kadar karvedilol dalam 20-33 22→38 78→62 Gradien Linier
mg per mL Larutan uji berdasarkan bobot yang 33-45 38 62 Isokratik
ditimbang; ri adalah respons puncak masing-masing 45-55 38→55 62→45 Gradien Linier
55-65 55 45 Isokratik
cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak 65-68 55→22 45→78 Gradien Linier
masing-masing cemaran dari Larutan baku. Hitung 68-80 22 78 Kesetimbangan
persentase masing-masing cemaran lain, dengan CS
adalah kadar Karvedilol BPFI dalam Larutan baku. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem, rekam semua respons puncak seperti tertera
Tabel
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak karvedilol
Waktu
Nama retensi
Batas dan puncak senyawa sejenis F karvedilol tidak kurang
(%) dari 1,8.
relatif
Senyawa Sejenis A karvedilol1 0,52 0,1 Prosedur Suntikkan sejumlah volume tertentu (lebih
Senyawa Sejenis B karvedilol2 8,5 0,1 kurang 20 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
Karvedilol 1,0 - kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
Senyawa Sejenis C karvedilol3 3,6 0,02 persentase senyawa sejenis karvedilol dalam zat
Senyawa Sejenis D karvedilol4 5,0 0,1 dengan rumus:
Senyawa Sejenis E karvedilol5 0,35 0,1
Tiap cemaran lain - 0,10 𝑟𝑖
1
1-(4-(2-hidroksi-3-(2-(2-metoksifenoksi)etilamino) propoksi) -9-H- 100 ( )
karbazol-9-il)-3-(2-(2-fenoksi) etilamino)propan-2-ol. 𝑟𝑆
2
3,3’-(2-(2-metoksifenoksi)etilazandiil)bis(1-9H-karbazol-4-
iloksi)propan-2-ol. ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
3
(1-9H-karbazol-4-iloksi)-3-(benzil(2-(2- Larutan uji; rS adalah jumlah semua respons puncak
metoksifenoksi)etil)amino)propan-2-ol.
4
4-(Oksiran-2-ilmetoksi)-9H-karbazol. dari Larutan uji.
5
2-(2-metoksifenoksi)etil amin.
[Catatan Abaikan cemaran yang kurang dari 0,01%, dihitung Tabel
terhadap Larutan baku.] Waktu
Batas
Nama retensi
(%)
UJI 2 Masing-masing cemaran tidak lebih dari batas relatif
yang tertera pada Tabel; Total cemaran tidak lebih dari Senyawa Sejenis F Karvedilol1 1,2 0,1*
0,5%. Lakukan penetapan secara Kromatografi cair Senyawa Sejenis C Karvedilol2 1,8 0,02
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Karvedilol 1,0 -
N,O-Bis-karvedilol3 0,7 0,1
Larutan A Buat campuran asetonitril P-asam N,N-Bis-karvedilol4 2,1 0,1
trifluoroasetat P (100:0,1). N-isopropilkarvedilol5 1,6 0,1
Larutan B Buat campuran air-asam trifluoroasetat P Biskarbazol6 3 0,1
(100:0,1). Tiap cemaran lain - 0,1
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P-asam 1
1-(2-(2-metoksifenoksi)etilamino)-3(6,7,8,9-tetrahidro-5H-
trifluoroasetat P (78:22:0,1). karbazol-4-iloksi)propan-2-ol.
2
1-(9H-karbazol-4-iloksi-3-benzil[[2-(2-metoksifenoksi)etil]amino]-
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan 2-propanol.
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika 3
1-[9-[3-[2-(2-metoksifenoksi)etilamino]-2-hidroksipropil]-9H-
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem karbazol-4-iloksi]-3-[2-(2-metoksifenoksi)etilamino]-2- propanol.
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
4
1,1’-[2-(2-metoksifenoksi)etil]iminobis[3(9-H-karbazol-4-iloksi)-2-
propanol.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 5
1-(H-karbazol-4-iloksi)-3-[[2-(2-metoksifenoksi)etil]N-
sejumlah Campuran Kesesuaian Sistem Karvedilol isopropilamino]-2-propanol.
6
1,3-Bis-( 9H-karbazol-4-iloksi)-2-propanol.
- 840 -

*Cemaran ini dihitung menggunakan Uji Senyawa sejenis F penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Karvedilol pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Cemaran organik F Karvedilol (Jika ada) Lakukan sejumlah Karvedilol BPFI dan Senyawa sejenis A
penetapan secara Kromatografi cair kinerja tinggi Karvedilol BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
seperti tertera pada Kromatografi <931>. kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg per mL.
Larutan A Buat campuran air-asam trifluoroasetat P Larutan baku Timbang saksama sejumlah
(100:0,5). Karvedilol BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
Larutan B Buat campuran metanol P-asam kadar lebih kurang 0,04 mg per mL.
trifluoroasetat P (100:0,5). Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
(65:35) saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai
penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem seperti tertera tanda. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
pada Kromatografi <931>. 50-mL, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (1:1). Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
sejumlah Campuran Kesesuaian Sistem Karvedilol dilengkapi dengan detektor UV 240 nm dan kolom 4,6
BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
kurang 1,5 mg per mL. partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, dan waktu analisis lebih kurang 60 menit. Pertahankan
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan suhu kolom pada 55º. Lakukan kromatografi terhadap
tambahkan lebih kurang 1,9 mL Pengencer per mg zat. Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Sonikasi untuk melarutkan. Encerkan dengan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
pengencer hingga kadar lebih kurang 1,5 mg per mL. resolusi, R, antara puncak karvedilol dan puncak
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada senyawa sejenis A karvedilol tidak kurang dari 4,0;
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi faktor ikutan karvedilol tidak lebih dari 1,5 dan
dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 4,6 mm simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
x 3 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel lebih dari 2%.
3 µm. Laju alir lebih kurang 2 mL per menit. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Pertahankan suhu kolom pada 40º. Lakukan volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dan ukur respons puncak. Hitung persentase karvedilol,
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak C24H26N2O4, dalam zat dengan rumus:
karvedilol dan puncak senyawa sejenis F karvedilol
tidak kurang dari 2,0. 𝑟𝑖 𝐶𝑆
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang ( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈
10 µL) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung CS adalah kadar Karvedilol BPFI dalam mg per mL
persentase senyawa sejenis F karvedilol dalam zat Larutan baku; CU adalah kadar karvedilol dalam mg per
dengan rumus: mL Larutan uji berasarkan bobot yang ditimbang; rU
dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
100 𝑟𝑖
( )( ) Larutan uji dan Larutan baku.
𝐹 𝑟𝑆
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
F adalah faktor respons relatif sama dengan 1,1; ri rapat, pada suhu ruang terkendali.
adalah respons puncak senyawa sejenis F karvedilol
dari Larutan uji; rS adalah jumlah respons puncak Penandaan Cantumkan uji Senyawa sejenis yang
karvedilol dan senyawa sejenis F karvedilol dari digunakan, jika tidak menggunakan Uji 1.
Larutan uji.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


TABLET KARVEDILOL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Carvedilol Tablets
Dapar Timbang saksama 2,72 g kalium fosfat
monobasa P, larutkan dalam 1000 mL air dan atur pH Tablet Karvedilol mengandung karvedilol, C24H26N2O4,
hingga 2,0 dengan penambahan larutan asam fosfat P tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0%
(69 dalam 1000). dari jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Buat campuran dapar-asetonitril P
(69:31), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Baku pembanding Karvedilol BPFI .
- 841 -

Identifikasi Larutan uji pada 285 nm; A380 adalah serapan dari
A.Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku pada 380 nm. Hitung persentase
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang karvedilol, C24H26N2O4, yang terlarut dengan rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
B. Masukkan 10 tablet ke dalam tabung polipropilen 𝐴𝑈 𝐶𝑆
900 ( ) ( ) 100
150 mL dan hancurkan dalam metanol P (lebih kurang 𝐴𝑆 𝐿
100 mL untuk tablet dengan kadar 3,125; 6,25 dan 25
mg dan lebih kurang 50 mL untuk tablet dengan kadar 900 adalah volume dalam mL Media disolusi; AU dan
12,5 mg) menggunakan pengaduk mekanik. Pindahkan AS berturut-turut adalah serapan terkoreksi Larutan uji
campuran ke dalam labu tentukur yang sesuai dan dan Larutan baku; CS adalah kadar koreksi dalam mg
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang per mL Larutan baku, sesuai yang tertera pada etiket
0,125 mg per mL. Saring melalui penyaring PTFE dalam Tabel; L adalah jumlah karvedilol dalam mg per
dengan porositas 0,45 µm. Spektrum serapan tablet yang tertera pada etiket; 100 adalah faktor
ultraviolet larutan yang diukur dalam sel 0,2 cm pada konversi terhadap persentase.
panjang gelombang 250 sampai 400 nm menunjukkan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
maksimum dan minimum pada panjang gelombang kurang dari 80% (Q) C24H26N2O4 dari jumlah yang
yang sama seperti pada Karvedilol BPFI. tertera pada etiket.

Disolusi <1231> UJI 2


UJI 1 Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi
Media disolusi: 900 mL enceran asam hidroklorida Uji disolusi 2, lakukan uji disolusi di bawah ini.
P pH 1,45 ± 0,2 (asam hidroklorida 0,01 N atur pH Media disolusi: 900 mL cairan lambung buatan
hingga 1,45 ± 0,2 dengan penambahan asam hidroklorida tanpa enzim.
1 N), awaudarakan. Alat, Waktu, Larutan baku persediaan, Larutan
Alat tipe 2: 50 rpm baku, Larutan uji dan Prosedur Lakukan pengujian
Waktu: 30 menit seperti pada Uji 1.
Lakukan penetapan jumlah karvedilol, C24H26N2O4 Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
terlarut menggunakan metode sebagai berikut: kurang dari 80% (Q) C24H26N2O4 dari jumlah yang
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih tertera pada etiket.
kurang 7 mg Karvedilol BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 250-mL, tambahkan 5 mL metanol P dan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
sonikasi. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
dengan Media disolusi sampai tanda. kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan Dapar, Fase gerak, Pengencer, Larutan metanol dan
dengan Media disolusi sesuai dengan etiket, hingga Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kadar (CS) seperti tertera pada Tabel. Penetapan kadar.
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu
Tabel tentukur yang sesuai berdasarkan etiket. Tambahkan air
Etiket (mg) CS (mg per mL) lebih kurang 10% volume labu. Kocok sampai tablet
25 0,028 hancur, tambahkan Pengencer lebih kurang 75% dari
12,5 0,014 volume labu dan sonikasi sampai tablet hancur
6,25 0,007 sempurna (lebih kurang 30 menit). Kocok secara
3,125 0,0035 mekanik selama 30 menit, dinginkan dan encerkan
dengan Pengencer hingga kadar karvedilol lebih
Larutan uji Gunakan sejumlah alikot yang telah kurang 0,25 mg per mL, berdasarkan etiket, sentrifus
disaring melalui penyaring yang sesuai dengan sejumlah larutan pada 2400 rpm selama 10 menit. Pipet
porositas 0,45 µm. 4 mL beningan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C24H26N2O4 Tambahkan Larutan metanol lebih kurang 85% dari
yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan baku volume labu dan sonikasi selama 20 menit dan kocok
dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan sekali-sekali. Tambahkan Larutan metanol sampai
maksimum lebih kurang pada 285 dan 380 nm tanda dan saring melalui penyaring yang sesuai dengan
menggunakan sel 1-cm. Gunakan Media disolusi porositas 0,45 µm.
sebagai blangko. Hitung serapan terkoreksi dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Larutan baku dan Larutan uji dengan rumus: volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan uji dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam
(𝐴𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐴285 − 𝐴380 ) kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg karvedilol, C24H26N2O4 dalam tablet
Akoreksi adalah serapan terkoreksi dari Larutan baku atau yang digunakan dengan rumus:
Larutan uji; A285 adalah serapan dari Larutan baku atau
- 842 -

𝐶𝑠 𝑟𝑢 Dapar Timbang lebih kurang 0,7 g kalium fosfat


𝐿( )( ) monobasa anhidrat P, masukkan ke dalam labu
𝐶𝑈 𝑟𝑆
tentukur 1000-mL. Larutkan dengan 500 mL air,
L adalah jumlah karvedilol dalam mg per tablet seperti tambahkan 10 mL trietilamina P. Atur pH hingga 3,0 ±
tertera pada etiket; CS adalah kadar Karvedilol BPFI 0,1 dengan penambahan asam fosfat P, tambahkan air
dalam mg per mL Larutan baku; CU adalah kadar sampai tanda.
karvedilol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 1,04 g
jumlah tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut natrium dodesilsulfat P, masukkan ke dalam labu
adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan tentukur 2000-mL, larutkan dengan lebih kurang 150
baku. mL Dapar dan sonikasi. Tambahkan 720 mL
asetonitril P dan encerkan dengan air sampai tanda.
Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak lebih Saring melalui penyaring nilon 66 dengan porositas 0,2
dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari 1,0%. µm, awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian,
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair menurut Kesesuaian system seperti tertera pada
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Larutan metanol, Pengencer dan Pengencer Buat campuran metanol P-asam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada hidroklorida 1 M (9:1).
Penetapan kadar. Larutan metanol Buat campuran metanol P-air (1:1).
Larutan baku Encerkan secara kuantitatif dan jika Larutan baku Timbang saksama sejumlah
perlu bertahap Larutan baku yang diperoleh dari Karvedilol BPFI, larutkan dengan campuran
Penetapan kadar dengan campuran air - Pengencer Pengencer-air (9:1) dan sonikasi sampai larutan jernih.
(1:1) hingga kadar lebih kurang 1,25 µg per mL. Encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
Larutan uji Pipet 25 mL beningan dari Larutan uji dengan Larutan metanol hingga kadar lebih kurang
Tahap A yang diperoleh dari Penetapan kadar ke dalam 0,0125 mg per mL.
labu tentukur 50-mL, encerkan dengan air sampai Larutan uji Tahap A Timbang dan serbukkan tidak
tanda. Saring melalui penyaring yang sesuai dengan kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah
porositas 0,45 µm. serbuk tablet setara dengan lebih kurang 25 mg
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada karvedilol, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL.
Kromatografi <931>. Lakukan penetapan seperti Tambahkan 10 mL air, kocok dan tambahkan 70 mL
tertera pada Penetapan kadar. Lakukan kromatografi Pengencer, sonikasi selama lebih kurang 30 menit.
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Kocok secara mekanik lebih kurang 30 menit dan
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Larutan ini
ikutan untuk puncak karvedilol tidak lebih dari 2,0 dan mempunyai kadar lebih kurang 0,25 mg per mL.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Sentrifus lebih kurang 50 mL larutan pada 2000 rpm
lebih dari 3,0 %. selama 10 menit.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Larutan uji Tahap B Pipet 10 mL beningan dari
volume sama (lebih kurang 15 µL) Larutan uji dan Larutan uji Tahap A ke dalam labu tentukur 200-mL
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam dan encerkan dengan Larutan metanol sampai tanda.
kromatogram dan ukur respons puncak karvedilol dari Saring melalui penyaring yang sesuai dengan porositas
Larutan baku dan semua puncak Larutan uji selain 0,45 µm dan buang 5 mL filtrat pertama.
puncak karvedilol. Abaikan puncak dengan waktu Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
retensi relatif kurang atau sama dengan 0,04 dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
puncak kurang dari 0,05% dari nominal respons puncak dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm
karvedilol dalam Larutan baku. Hitung persentase x 5 cm, berisi bahan pengisi L7. Pertahankan suhu
senyawa sejenis dalam tablet dengan rumus: kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit
dan waktu analisis lebih kurang 30 menit. Lakukan
𝑟𝑖 𝐶𝑆 kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
( ) × ( ) × 100 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
𝑟𝑆 𝐶𝑈
pada Prosedur: faktor ikutan untuk puncak karvedilol
CS adalah kadar Karvedilol BPFI dalam mg per mL tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Larutan baku; CU adalah kadar karvedilol dalam mg per penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
etiket; ri adalah respons puncak masing-masing volume sama (lebih kurang 25 µL) Larutan baku dan
cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak Larutan uji Tahap B ke dalam kromatograf, rekam
karvedilol dari Larutan baku. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
persentase karvedilol, C24H26N2O4, dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) × ( ) × 100
Kromatografi <931>. 𝑟𝑆 𝐶𝑈
- 843 -

Pelarut basa Spektrum serapan ultraviolet larutan


CS adalah kadar Karvedilol BPFI dalam mg per mL zat (1 dalam 1250) dalam natrium hidroksida 0,01 N
Larutan baku; CU adalah kadar karvedilol dalam mg per dalam campuran air dan metanol P (1 dalam 20),
mL Larutan uji Tahap B berdasarkan jumlah yang menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah gelombang yang sama seperti pada Ketamin
respons puncak dari Larutan uji Tahap B dan Larutan Hidroklorida BPFI; daya serap masing-masing pada
baku. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
302 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya dan terlindung dari lembap. Kejernihan dan warna larutan Larutkan 1 g zat
Simpan pada suhu ruang terkendali. dalam 5 mL air: larutan jernih dan tidak berwarna.

Penandaan Cantumkan uji disolusi yang digunakan pH <1071> Antara 3,5 dan 4,1; lakukan penetapan
jika tidak menggunakan Uji 1. menggunakan larutan zat (1 dalam 10).

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


KETAMIN HIDROKLORIDA
Ketamine Hydrochloride Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj.

Cemaran organik Senyawa sejenis A Ketamin tidak


lebih dari 0,1%; cemaran lain yang tidak diketahui,
tidak lebih dari 0,3% dan total cemaran yang tidak
diketahui, tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 0,95 g natrium heksansulfonat
P dalam 1000 mL campuran air-asetonitril P (3:1).
(±)-2-(o-Klorofenil)-2-(metilamino)sikloheksanon Tambahkan 4 mL asam asetat P, saring dan
hidroklorida [1867-66-9] awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
C13H16ClNO.HCl BM 274,19 Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Ketamin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketamin
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C13H16ClNO.HCl. Hidroklorida BPFI dan Senyawa sejenis A Ketamin
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar
Pemerian Serbuk hablur putih; bau agak khas. masing-masing lebih kurang 0,005 mg per mL (jika
Kelarutan Mudah larut dalam air dan metanol; larut perlu lakukan sonikasi). Larutan dibuat segera sebelum
dalam etanol; agak sukar larut dalam kloroform. digunakan.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Baku pembanding Ketamin Hidroklorida BPFI; tidak zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, larutkan
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, jika
wadah tertutup rapat. Senyawa sejenis A Ketamin perlu lakukan sonikasi.
Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
[Perhatian Hindarkan larutan dari cahaya dan dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom
lakukan pengujian segera setelah larutan dibuat.] pelindung 4,0 mm x 4,0 cm dengan kolom analitik 4,0
mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
Identifikasi partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama pada Prosedur: urutan eluat adalah ketamin
seperti pada Ketamin Hidroklorida BPFI. hidroklorida diikuti dengan senyawa sejenis A ketamin;
B. Pelarut asam Spektrum serapan ultraviolet larutan resolusi, R, antara puncak ketamin hidroklorida dengan
zat (1 dalam 3000) dalam asam hidroklorida 0,1 N puncak senyawa sejenis A ketamin tidak kurang dari
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang 2,0; waktu retensi ketamin hidroklorida adalah antara
gelombang yang sama seperti pada Ketamin 3,0 dan 4,5 menit (jika perlu atur kadar air dan
Hidroklorida BPFI; daya serap masing-masing pada asetonitril); faktor ikutan tidak lebih dari 1,5.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
269 dan 276 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 844 -

kromatogram, identifikasi puncak ketamin hidroklorida kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dan senyawa sejenis A ketamin, ukur respons puncak pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
masing-masing. Hitung persentase masing-masing penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,6%.
cemaran dalam zat dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
𝐶 𝑟𝑖 Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
5000 ( ) ( )
𝑊 𝑟𝑆 dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
mg ketamin hidroklorida, C13H16ClNO.HCl, dalam zat
C adalah kadar Ketamin Hidroklorida BPFI dalam mg yang digunakan dengan rumus:
per mL Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg
yang digunakan untuk membuat Larutan uji; ri adalah 𝑟𝑈
100𝐶 ( )
respons puncak masing-masing cemaran dalam 𝑟𝑆
Larutan uji dan rS adalah respons puncak ketamin
hidroklorida dari Larutan baku. C adalah kadar Ketamin Hidroklorida BPFI, dalam mg
per mL Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara respons puncak ketamin dari Larutan uji dan Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku.
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 5,75 g amonium fosfat monobasa P Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dalam 1000 mL air. Tambahkan 6 mL trietilamina P tertutup baik pada suhu 25º, diperbolehkan pada suhu
dan atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat antara 15º dan 30º.
P.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P
(65:35), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan INJEKSI KETAMIN HIDROKLORIDA
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Ketamine Hydrocloride Injection
pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Injeksi Ketamin Hidroklorida adalah larutan steril
masing-masing lebih kurang 12,5 mg Ketamin ketamin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi.
Hidroklorida BPFI dan Senyawa sejenis A Ketamin Mengandung ketamin hidroklorida, setara dengan
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-mL, ketamin, C13H16ClNO, tidak kurang dari 95,0% dan
larutkan dalam Fase gerak, jika perlu sonikasi, tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 mL etiket.
larutan ke dalam labu tentukur 100-mL, encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. Baku pembanding Ketamin Hidroklorida BPFI; tidak
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg boleh dikeringkan sebelum digunakan. Endotoksin
Ketamin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial
tentukur 50-mL, tambahkan 20 mL Fase gerak, dan isi harus hati-hati untuk menghindari
sonikasi sampai larut. Encerkan dengan Fase gerak kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, simpan larutan
sampai tanda. dalam lemari pendingin dan gunakan dalam waktu 14
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg hari. Simpan vial yang belum dibuka dalam lemari
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, pembeku.
tambahkan lebih kurang 35 mL Fase gerak, sonikasi
sampai larut. Encerkan dengan Fase gerak sampai Identifikasi
tanda. A. Spektrum serapan ultraviolet enceran larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada injeksi yang mengandung lebih kurang 800 µg per mL
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi ketamin dalam natrium hidroksida metanol 0,01 N pada
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm panjang gelombang antara 250 dan 350 nm
x 25 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
5 µm. Laju alir lebih kurang 1 mL per menit. Lakukan gelombang yang sama seperti pada Ketamin
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Hidroklorida BPFI.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
tertera pada Prosedur: urutan eluat adalah ketamin menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
hidroklorida diikuti dengan senyawa sejenis A ketamin; gelombang yang sama seperti pada Larutan baku dalam
resolusi, R, antara puncak ketamin hidroklorida dengan Penetapan kadar.
puncak senyawa sejenis A ketamin tidak kurang dari
2,0; efisiensi kolom dari puncak ketamin tidak kurang Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,4 unit
dari 9400 lempeng teoritis dan faktor ikutan dari Endotoksin FI per mg ketamin hidroklorida.
puncak ketamin tidak lebih dari 1,6. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5.
- 845 -

(±) cis-1-Asetil-4-[p-[[2-(2,4-diklorofenil)-
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. 2-(imidazol-1-ilmetil)-1,3-dioksolan-4-il]
metoksi]fenil) piperazina [65277-42-1]
Penetapan kadar C26H28Cl2N4O4 BM 531,43
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketamin
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam asam sulfat 0,1 N Ketokonazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
yang dijenuhkan dengan kloroform P hingga kadar tidak lebih dari 102,0% C26H28Cl2N4O4, dihitung
lebih kurang 250 µg per mL. terhadap zat kering.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
setara dengan lebih kurang 500 mg ketamin Baku pembanding Ketokonazol BPFI; tidak boleh
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 200- dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
mL dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 20 mL Terkonazol BPFI.
larutan ini ke dalam corong pisah 125 mL, tambahkan
3 mL natrium hidroksida 0,1 N dan ekstraksi tiga kali, Identifikasi
tiap kali dengan 15 mL kloroform P. Kumpulkan A. Spektrum serapan inframerah zat yang
ekstrak kloroform dalam corong pisah 125 mL kedua didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 30mL asam maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
sulfat 0,1 N. Kumpulkan ekstrak asam dalam labu seperti pada Ketokonazol BPFI.
tentukur 200-mL dan encerkan dengan asam sulfat 0,1 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram
N yang dijenuhkan dengan kloroform P sampai tanda. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan diperoleh pada Penetapan kadar.
baku pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang 269 nm menggunakan asam sulfat 0,1 N Rotasi jenis <1081> Antara -1 dan +1; lakukan
yang dijenuhkan dengan kloroform P sebagai blangko. penetapan pada suhu 20º menggunakan larutan yang
Hitung jumlah dalam mg ketamin hidroklorida, mengandung 40 mg per mL zat dalam metanol P.
C13H16ClNO, dalam tiap mL injeksi yang digunakan
dengan rumus: Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80º
237,73 2𝐶 𝐴𝑈 selama 4 jam.
( )( )( )
274,19 𝑉 𝐴𝑆
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
237,73 dan 274,19 berturut-turut adalah bobot molekul penetapan menggunakan 2 g zat.
ketamin dan ketamin hidroklorida; C adalah kadar
Ketamin Hidroklorida BPFI dalam µg per mL Larutan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
baku; V adalah volume injeksi yang digunakan dalam bpj.
mL; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji
dan Larutan baku. Cemaran organik Masing-masing cemaran tidak
lebih dari 0,10%, total cemaran tidak lebih dari 2,0%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
terlindung cahaya dan panas. Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan
Pengencer lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
KETOKONAZOL Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Ketokonazol BPFI dan Terkonazol BPFI, larutkan dan
Ketoconazole
encerkan dengan Pengencer hingga kadar masing-
masing lebih kurang 0,01 mg per mL.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dan encerkan dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang 10,0 mg per mL.
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom
berukuran 4,6 mm × 10 cm, berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 2
mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
- 846 -

Waktu Larutan A Larutan B Waktu Larutan A Larutan B


(menit) (%) (%) (menit) (%) (%)
0 100 0 0 100 0
20 0 100 20 0 100
25 0 100 25 0 100
26 100 0 26 100 0
30 100 0 30 100 0

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara ketokonazol dan pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan
terkonazol tidak kurang dari 2,0; simpangan baku simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
relatif pada penyuntikan ulang untuk puncak lebih dari 0,73%.
ketokonazol tidak lebih dari 5,0%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan Larutan
volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan uji dan baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Larutan baku ke dalam kromatograf, rekam ukur respons puncak utama. Hitung persentase
kromatogram dan ukur semua respons puncak utama. ketokonazol, C26H28Cl2N4O4 dalam zat dengan rumus:
Abaikan puncak yang kurang dari 0,05%. Hitung
persentase masing-masing cemaran, dalam zat dengan 𝑟𝑈 𝐶𝑆
( ) ( ) × 100
rumus: 𝑟𝑆 𝐶𝑈

𝑟𝑖 𝐶𝑆 rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari


( ) ( ) × 100
𝑟𝑆 𝐶𝑈 Larutan uji dan Larutan baku; CS adalah kadar
Ketokonazol BPFI dalam mg per mL Larutan baku dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari CU adalah kadar ketokonazol dalam mg per mL Larutan
Larutan uji; rS adalah respons puncak ketokonazol dari uji berdasarkan bobot yang ditimbang.
Larutan baku; CS adalah kadar Ketokonazol BPFI
dalam mg per mL Larutan baku dan CU adalah kadar Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
ketokonazol dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan
bobot yang ditimbang.
KRIM KETOKONAZOL
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Ketoconazole Cream
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Krim ketonazol adalah ketokonazol dalam basis krim
Dapar Buat larutan tetrabutil amonium hidrogen yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan
sulfat P dalam air dengan kadar 3,4 mg per mL. tidak lebih dari 105,0%, C26H28Cl2N4O4, dari jumlah
Larutan A Campuran asetonitril P–Dapar (5:95). yang tertera pada etiket.
Larutan B Campuran asetonitril P–Dapar (50:50). Baku pembanding Ketokonazol BPFI; tidak boleh
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika tempa dingin dan terlindung dari cahaya. Ekonazol
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem Nitrat BPFI dan Campuran Senyawa Sejenis
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Ketokonazol BPFI.
Pengencer Gunakan metanol P.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Ketokonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan A. Lakukan penetapan seperti tertera pada
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL. Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan Penjerap Campuran silika gel P untuk kromatografi
dan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih lapis tipis kinerja tinggi.
kurang 0,1 mg per mL. Fase gerak Campuran amonium asetat P-dioksan P-
Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi metanol P (20:40:40).
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom Penampak bercak Gunakan uap iodum.
berukuran 4,6 mm × 10 cm, berisi bahan pengisi L1 Larutan uji Larutkan sejumlah krim setara dengan 30
dengan ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 2 mg ketokonazol dalam 16 mL metanol P dan sonikasi,
mL per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: tambahkan 2 mL air dan encerkan dengan metanol P
hingga 20 mL dan saring.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketonazol
BPFI, larutkan, dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar 0,15%.
- 847 -

Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Waktu Larutan A Larutan B Eluasi


Ketokonazol BPFI dan Ekonazol Nitrat BPFI, larutkan (menit) (%) (%)
dan encerkan dengan metanol P hingga kadar masing- 0-5 85 15 isokratik
masing lebih kurang 0,15%. 5-10 85→76 15→24 gradien linier
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10-20 76→52 24→48 gradien linier
20 µL Larutan uji, Larutan baku dan Larutan resolusi 20-21 52→0 48→100 gradien linier
21-22 0 100 isokratik
pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
22-23 0→85 100→15 gradien linier
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
23-28 85 15 kesetimbangan
dengan Fase gerak, biarkan Fase gerak merambat
hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
biarkan kering di udara. Paparkan dengan Penampak
sistem seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
bercak dan amati: harga Rf bercak utama yang
puncak cemaran 1 dan cemaran D tidak lebih dari 5,0.
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Bercak lain selain bercak utama tidak lebih intensif dari
sama (lebih kurang 25 µL) Larutan uji persediaan dan
bercak yang diperoleh dari Larutan baku. Uji ini absah
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
jika ada dua bercak utama yang berbeda nyata pada
kromatogram, dan ukur semua respons puncak; puncak
Larutan resolusi.
cemaran 2 dari Larutan uji persediaan tidak lebih besar
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
dari 2,5 kali puncak utama Larutan uji (0,5%); puncak
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
cemaran D dari Larutan uji persediaan tidak lebih
diperoleh pada Penetapan kadar.
besar 2 kali puncak utama Larutan uji (0,4%); puncak
lain dari Larutan uji persediaan tidak lebih dari puncak
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
utama dari Larutan uji (0,2%); total cemaran Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
uji persediaan tidak lebih besar 5 kali puncak utama
Kromatografi <931>.
Larutan uji (1,0%). Abaikan setiap puncak cemaran
Dapar asetat pH 6,0 Larutkan 100 g amonium asetat
yang kurang dari 0,1%.
P dalam 300 mL air, tambahkan 4,1 mL asam asetat
glasial P, jika perlu atur pH hingga 6,0 dengan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
penambahan amoniak P atau asam asetat P, encerkan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dengan air hingga 500 mL.
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan peralatan
Larutan A Campuran asetonitril P-Dapar asetat pH
gelas aktinik rendah.]
6,0 (25:75).
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan
Larutan B Campuran Dapar asetat pH 6,0-
kesesuaian sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan
asetonitril P (20:80).
seperti tertera pada Cemaran Organik.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi.
dengan 30 mg ketokonazol, tambahkan 50 mL metanol
Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
P, kocok selama 45 menit, sonikasi selama 10 menit,
krim setara dengan 30 mg ketokonazol, larutkan dalam
tambahkan 2 mL air. Biarkan dingin dan encerkan
50 mL metanol P, kocok selama 45 menit, dan sonikasi
dengan metanol P hingga 100 mL. Dinginkan larutan
selama 10 menit, tambahkan 2 mL air. Dinginkan
pada suhu 5º selama 1 jam dan saring. Pipet 1 mL
hingga suhu ruang dan encerkan dengan metanol P
larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur 10-mL,
hingga 100,0 mL. Dinginkan larutan pada suhu 5º
encerkan dengan Larutan A sampai tanda.
selama 1 jam dan saring.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan uji Pipet 1 bagian volume Larutan uji
Ketokonazol BPFI, larutkan dan encerkan dengan
persediaan, encerkan secara kuantitatif dengan Larutan
Larutan A hingga kadar 0,003%.
A hingga 500 bagian volume.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sama (lebih kurang 25 µL) masing-masing larutan ke
Campuran Senyawa Sejenis Ketokonazol BPFI,
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
larutkan dengan Larutan A hingga kadar 0,3 mg per
semua respons puncak. Hitung persentase ketokonazol,
mL.
C26H28Cl2N4O4, dalam krim dengan rumus:
Sistem Kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm
x 15 cm berisi bahan pengisi end-capped polar- 𝑟𝑈 𝐶𝑆
embeded octadecylsilyl amorphous organosilica ( ) ( ) × 100
polymer dengan ukuran partikel 5 µm. Pertahankan 𝑟𝑆 𝐶𝑈
suhu kolom pada 40°. Laju alir lebih kurang 1,2 mL per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
ketokonazol dari Larutan uji dan Larutan baku; CS
adalah kadar Ketokonazol BPFI dalam mg per mL
Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg per mL
- 848 -

Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat. Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran larutan diisopropilamina
P dalam metanol P (1 dalam 500)-larutan amonium
TABLET KETOKONAZOL asetat P (1 dalam 200) (7:3). Saring dan awaudarakan.
Ketoconazole Tablets Pelarut Campuran metanol P-metilen klorida P
(1:1).
Tablet Ketokonazol mengandung ketokonazol, Larutan baku internal Larutkan dan encerkan
C26H28Cl2N4O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih sejumlah Terkonazol BPFI dalam Pelarut hingga kadar
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. lebih kurang 5 mg per mL.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Baku pembanding Ketokonazol BPFI; lakukan Ketokonazol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80º selama 50-mL, tambahkan 5,0 mL Larutan baku internal,
4 jam sebelum digunakan. Terkonazol BPFI; tidak encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Identifikasi Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti setara dengan lebih kurang 200 mg ketokonazol,
tertera pada Kromatografi <931>. masukkan ke dalam botol bertutup ulir yang sesuai,
Fase gerak Buat campuran n-heksana P-etil asetat tambahkan 50,0 mL Pelarut, kocok menggunakan alat
P-metanol P-air-asam asetat glasial P (42:40:15:2:1). mekanik selama 30 menit dan sentrifus. Masukkan 5,0
Tidak dijenuhkan. mL beningan ke dalam labu tentukur 50-mL, tambahkan
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. 5,0 mL Larutan baku internal dan encerkan dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Pelarut sampai tanda.
Ketokonazol BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kadar 1 mg per mL. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 3,9 mm
setara dengan lebih kurang 50 mg ketokonazol, x 30 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
masukkan ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 50 3 mL per menit. Lakukan kromatografi terhadap
mL kloroform P, kocok selama lebih kurang 2 menit Larutan baku, dan rekam kromatogram dan ukur
dan saring. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing retensi relatif ketokonazol dan terkonazol berturut-turut
10 µL Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng adalah 0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
kromatografi dan biarkan bercak mengering. Masukkan ketokonazol dan puncak terkonazol tidak kurang dari
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang tidak 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
jenuh, berisi Fase gerak dan biarkan Fase gerak tidak lebih dari 2,0%.
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
Angkat lempeng, tandai batas rambat dan keringkan volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan
dengan aliran udara kering. Amati lempeng di bawah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
cahaya ultraviolet 254 nm, harga RF bercak utama yang dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. mg ketokonazol, C26H28Cl2N4O4, dalam serbuk tablet
yang digunakan dengan rumus:
Disolusi <1231>
𝑅𝑈
Media disolusi: 900 mL asam hidroklorida 0,1 N. 10𝑊𝑆 ( )
Alat tipe 2: 50 rpm. 𝑅𝑆
Waktu: 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C26H28Cl2N4O4 WS adalah bobot Ketokonazol BPFI dalam mg yang
yang terlarut dengan mengukur serapan alikot yang digunakan; RU dan RS berturut-turut adalah
telah disaring melalui penyaring yang sesuai dengan perbandingan respons puncak ketokonazol terhadap
porositas 0,45 m, jika perlu encerkan dengan Media terkonazol dari Larutan uji dan Larutan baku.
disolusi dan serapan larutan baku Ketokonazol BPFI
dalam media yang sama pada panjang gelombang 270 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
nm. baik.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C26H28Cl2N4O4, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
- 849 -

KETOPROFEN Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,


Ketoprofen larutkan dalam Fase gerak hingga diperoleh kadar
0,50%.
Enceran larutan uji Encerkan sejumlah volume
Larutan uji dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar
0,0010%.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Asam 2-(3-benzoilfenil)propionat [22071-15-4] Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C16H14O3 BM 254,3 dilengkapi dengan detektor 233 nm dan kolom 4,6 mm
x 20 cm berisi bahan pengisi L1 laju alir lebih kurang
Ketoprofen mengandung tidak kurang dari 98,5% dan 1,0 mL per menit.
tidak lebih dari 101,0% C16H14O3, dihitung terhadap zat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah
kering. Larutan baku, Larutan uji dan Enceran larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur luas
Pemerian Serbuk hablur putih atau hampir putih; tidak puncak. Lanjutkan kromatografi selama lima kali
atau hampir tidak berbau. waktu retensi ketoprofen. Puncak Larutan uji sesuai
dengan puncak Larutan baku luasnya tidak lebih besar
Kelarutan Mudah larut dalam etanol, kloroform dan dari luas puncak Enceran larutan uji, luas dari puncak
eter; praktis tidak larut dalam air. sekunder lain tidak lebih besar dari dua setengah kali
luas puncak Enceran larutan uji dan tidak lebih dari
Baku pembanding Ketoprofen BPFI; lakukan tiga puncak semacam ini mempunyai luas lebih besar
dari luas puncak Enceran larutan uji. Lanjutkan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama
kromatografi selama lima kali waktu retensi
4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
ketoprofen.
tertutup rapat.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
Identifikasi
tidak lebih dari 0,2% dan total cemaran tidak lebih dari
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
<931>.
seperti pada Ketoprofen BPFI.
Dapar pH 3,5 Larutkan 68,0 g kalium fosfat
B. Serapan larutan zat (1 dalam 100.000) dalam
monobasa P dalam 1000 mL air, atur hingga pH 3,5 +
metanol P-air (3:1) menunjukkan maksimum hanya
0,05 dengan penambahan asam fosfat P.
pada panjang gelombang 258 nm.. Berbeda tidak lebih
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 3,5
dari 3%, dihitung terhadap zat yang sudah dikeringkan.
asetonitril P-air (2:43:55), saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Jarak lebur <1021> Metode I antara 92,0 dan 97,0.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
tertentu Ketoprofen BPFI dan 3-benzoil benzoat
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5,2
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
mm Hg, pada suhu 60° hingga bobot tetap,
dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar berturut-
menggunakan 1 g zat.
turut 0,01 mg dan 5 µg per mL. [Catatan Lindungi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
larutan dari cahaya.]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Rotasi jenis <1081> Antara +1 dan -1, lakukan Ketoprofen BPFI, larutkan dalam Fase gerak sehingga
penetapan menggunakan 10 mg zat per mL dalam diperoleh kadar lebih kurang 2 µg per mL. [Catatan
etanol dehidrat P. Lindungi larutan dari cahaya].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-mL, larutkan
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara [Catatan Lindungi larutan dari cahaya.]
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Fase gerak Buat campuran larutan amonium asetat dilengkapi dengan detektor 233 nm dan kolom 4,6 mm
P 1%-metanol P-asetonitril P (55:30:15), atur pH x 15 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
hingga 6,5 dengan penambahan asam asetat glasial P,
3 m. Laju alir lebih kurang 1,0 mL per menit. Lakukan
awaudarakan. [Catatan Buat semua larutan segar.]
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3-Asetil-
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
benzofenon BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk asam
diperoleh kadar 0,0025%.
- 850 -

3-benzoilbenzoat dan ketoprofen berturut-turut lebih Identifikasi Kocok sejumlah isi kapsul yang
kurang 0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara asam 3- mengandung 500 mg ketoprofen dengan 50 mL
benzoilbenzoat dan ketoprofen tidak kurang dari 4; kloroform P selama 5 menit, saring, uapkan hingga
efisiensi kolom yang ditetapkan dari puncak kering menggunakan penguap rotasi, percepat
ketoprofen, tidak kurang dari 2250 lempeng teoritis dan penghabluran dengan menggesek bagian dalam cawan
faktor ikutan untuk puncak ketoprofen tidak lebih dari dengan pengaduk kaca. Spektrum serapan inframerah
2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan hablur yang didispersikan dalam kalium bromida P
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada gelombang yang sama seperti pada Ketoprofen BPFI.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah Disolusi <1231>
volume sama (lebih kurang 20 µL) Larutan baku dan Media disolusi: 900 mL dapar fosfat yang dibuat
Larutan uji ke dalam kromatograf, lakukan dengan melarutkan 1,46 g kalium fosfat monobasa P
kromatografi selama 7 kali waktu retensi ketoprofen, dan 20,06 g natrium fosfat dibasa P dalam air hingga
rekam kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung 1000 mL, atur pH hingga 7,5 dengan penambahan asam
persentase masing-masing cemaran dengan rumus yang fosfat P.
sama. Alat tipe 2:50 rpm.
Waktu:45 menit.
𝐶 𝑟𝑖 Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C16H14O3 yang
10.000 ( ) ( )
𝑊 𝑟𝑆 terlarut dengan mengukur serapan alikot yang
diencerkan dengan Media disolusi hingga kadar
C adalah kadar Ketoprofen BPFI dalam mg per mL ketoprofen lebih kurang 0,001% dan serapan larutan
dalam Larutan baku; W adalah berat dalam mg baku Ketoprofen BPFI dalam media yang sama pada
ketoprofen dalam Larutan uji; ri adalah respons puncak panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
masing-masing cemaran selain puncak utama ketoprofen 260 nm. Serapan jenis pada panjang gelombang
yang diperoleh dari Larutan uji; rS adalah respons maksimum 260 nm adalah 662.
puncak utama ketoprofen dari Larutan baku. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 70% (Q) C16H14O3 dari jumlah yang tertera
Cemaran organik mudah menguap <471> Metode IV pada etiket.
Memenuhi syarat.
Cemaran organik Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
mg zat, larutkan dalam 25 mL etanol P. Tambahkan 25 Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan larutan yang
mL air dan beberapa tetes merah fenol LP. Titrasi dibuat baru dan terlindung dari cahaya.]
dengan natrium hidroksida 0,1 N LV yang telah Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 3,5 -
dibakukan dengan baku primer asam benzoat. Lakukan asetonitril P - air (2:43:55) yang dibuat baru.
penetapan blangko jika perlu lakukan koreksi. Pelarut A Buat campuran asetonitril P-air (40:60).
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah Senyawa
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N Sejenis C Ketoprofen BPFI (Asam 2-(3-karboksifenil)
setara dengan 25,43 mg C16H14O3 propionat) dalam Pelarut A hingga kadar 0,0002%.

Anda mungkin juga menyukai