Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

D DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DENGUE HEMORAGI FEVER (DHF) DENGAN KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG
BOUGENVILE RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:

Purnadi Nakalelu (2018.C.10a.0945)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PRSETUJUAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh


Nama : Purnadi Nakalelu
NIM : 2018.C.10a.0945
Judul Askep : Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa Medis
Dengue Hemoragi Fever (Dhf) Dengan Kebutuhan Dasar
Manusia Cairan Dan Elektrolit Di Ruang Bougenvile Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan diabetes mellitus II sebagai


persyaratan untuk menyelesaikan program PPK-1 stase Kebutuhan dasar manusia
pada program studi S-1 keperawatan ners sekolah tinggi ilmu kesehatan Eka harap
palangkaraya.

PENANGGUNG JAWAB PRAKTIK

Preseptor Akademik Penanggung jawab Klinik

Ibu Kristinawati, S.Kep, Ners Arus pandia, STT

Mengetahui
Ketua program studi,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa
Medis Dengue Hemoragi Fever (Dhf) Dengan Kebutuhan Dasar Manusia Cairan
Dan Elektrolit Di Ruang Bougenvile Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep, Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Arus pandia, STT selaku kepala ruangan Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
di ruang Flamboyan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya,19 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
1.4.1 Untuk Mahasiswa ........................................................................................ 2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga .......................................................................... 2
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) ........................................... 2
1.4.4 Untuk IPTEK .............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit dhf.................................................................................... 3
2.1.1 Definisi ........................................................................................................ 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi ....................................................................................... 3
2.1.3 Etiologi ........................................................................................................ 5
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................................... 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC) ................................................................................... 6
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ....................................................... 7
2.1.7 Komplikasi ................................................................................................. 7
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 8
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ...............................................................................10
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ............................................................10
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ..............................................................11
2.3.1 Pengkajian keperawatan ..............................................................................11
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................12
2.3.3 Intervensi Keperawatan ...............................................................................12

iii
2.3.4 Implementasi Keperawatan .........................................................................13
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................................13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...................................................................................................34
3.2 Diagnosa ......................................................................................................39
3.3 Intervensi .....................................................................................................46
3.4 Implementasi ...............................................................................................47
3.5 Evaluasi .......................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian
dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada
tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
DKI Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus
Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides
aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan
renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2009).

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya. 

5
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa
Medis Dengue Hemoragi Fever (Dhf) Dengan Kebutuhan Dasar Manusia Cairan Dan
Elektrolit Di Ruang Bougenvile Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan
Penulis mampu menggambarkan Asuhan Keperawatan pada Pasien An. D
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian menggambarkan
1) Pengkajian status kesehatan pada pasien An. D dengan Dengue Hemoragi
Fever
2) Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Dengue Hemoragi Fever
3) Intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada pasien
An.D dengan Dengue Hemoragi Fever
4) Pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien Dengue Hemoragi Fever

6
5) Evaluasi asuhan keperawatan yang benar pada pasien Dengue Hemoragi
Fever

1.4 Manfaat penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kebutuhan
Nutrisi.
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami mengenai kebutuhan cairan dan
elektrolit dan mampu mengetahuianya sehingga cairan kebutuhan tubuh mereka
bisa terpenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki laporan mengenai
kebutuhan nutrisi sehingga mampu mengembangkan ilmu untuk dibagi kepada
institusi/ mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat membuat institus
semakin berkembang menjadi lebih baik dan lebih bijak.
1.4.4 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahua di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien kebutuhan
nutrisi

7
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit DHF


2.1.1 Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian
dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada
tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
DKI Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus


Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides
aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan
renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2009).

Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang
berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi. Sistem
sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan
sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel- sel ke ginjal, paru-paru dan

8
kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem
sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.

Gambar 1 : Anatomi sistem sirkulasi (Vyas, et al, 2014)

2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak

9
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha
menuju ke belakang lutut.
9) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.

b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop.
Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya
bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut
vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :

1) Vena Cava Superior

Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari
daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.

2) Vena Cava Inferior

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ


tubuh bagian bawah

3) Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

10
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru
3. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :


Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian cairyang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu
jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berwarna merah.
Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.

Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah
yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh
yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau
kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air
yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperature 380C dan
PH 7.37 – 1.45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-
zat anti racun.

11
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,
yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
1) Tulang Vertebrae

Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya


dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan
fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia
mempunyai 33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas
tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga.
Bagian yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis
(Lengkung Neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut
dari otak ke semua bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol
pada vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang
belakang yang dinamakan prosesus spinosus.

2) Sternum (tulang dada)

Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan
klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan
processus xipoideus.

3) Costa (Tulang Iga)

Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang


costa vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa dibagian
posterior tubuh melekat pada tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat
pada tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan
ada yang sama sekali tidak melekat.

b. Hepar

12
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia.
Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar
ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus hepatikus sinestra,
keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus
comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.

c. Limpa

Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal
100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan
memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.

2.1.3  Etiologi

Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever


(DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi
menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne
virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan
bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama
deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-
2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara
3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul. (Meilany, 2010.
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :
1.  Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2.  Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti:
hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat
kaleng bekas  yang menampung air hujan.
3.  Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina,
sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.

13
4.  Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan
beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan
untuk bertelur.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif & Hardhi,

2015) yaitu :

DD/DBD Derajad Derajad Laoratorium


DD Demam disertai Leukopenia Serologi
2 atau lebih Trombositopenia, dengue
tanda : mialgia, tidak ditemukan positif
sakit kepala, bukti ada
nyeri kebocoran plasma
retroorbital,
artralgia
DBD I Gejala diatas Trombositopenia (<100.000/ul)
ditambah uji bukti ada kebocoran plasma
bendung positif
DBD II Gejala diatas
ditambah
perdarahan
spontan
DBD III Gejala diatas
ditambah
kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan
lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat
disertai dengan

tekanan darah

dan nadi tidak

14
2.1.5 Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah
rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi
setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik
merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala
untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera
ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya
kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponen- komponen di dalam darah yang telah hilang.

15
Gigitan nyamuk aedes aegpty

Masuknya virus dengue dalam tubuh


Kurang Kurang pengetahuan
Kontak dengan antibodi
informasi
Virus bereaksi dengan antibody -Ansietas pada anak
-Ansietas pada orangtua
Terbentuk kompleks virus antibody MRS stress hospitalisasi

B1 B2 B3 B4 B5 B6
virus masuk ke
dalam pembuluh Aktivasi C3 dan C5
Mengaktifkan sistim Agregasi Aktivasi C3 dan C5
Pelepasan Perpindahan
komplemen trombosit darah neurotransmitter cairan ke
(histamine, bradikinin, hepato-splenomegali ekstravaskuler
 Permeabilitas Menstimulasi sel prostaglandin)
Aktivasi C3 dan C5 Melepas  Permeabilitas mendesak lambung
dinding pembuluh host inflamasi Peurunan
adenosin di dinding pembuluh
darah (seperti mikrofag, kebutuhan O2,
phosphat (ADP) Berikatan dengan darah
neutrofil)  HCL
Pelepasan reseptor nyeri (IP-3) nutrisi
anafilatoksim Menghilangnya
(C3a,C5a) Thrombosis  SGOT,SGPT
mengalami plasma melalui Memproduksi Menghilangnya Metabolism
Impuls nyeri
kerusakan endotel dinding endogenus pirogen plasma melalui Mual muntah, menurun
Permiabilitas masuk ke
metamorfosis pembuluh darah (IL-1, IL-6) endotel dinding nafsu makan
dinding Thalamus
pembuluh darah menurun
pembuluh
Endothelium Lemah, pusing,
darah Trombositopenia Kebocoran Perubahan Masukan
hipotalamus Kebocoran plasma frekuensi nadi
plasma (ke extra meningkatkan produksi kenyamanan nutrisi kurang
(keextravaskuler) dan pernapasan
vaskuler) prostaglandin dan nyeri meningkat
Menghilangnya neurotransmiter
Resiko Syok
plasma melalui Nutrisi kurang
Perdarahan
endotel dinding Syok dari kebutuhan Intoleransi
pembuluh darah Prostaglandin berikatan
Pe↓ sirkulasi ke ginjal tubuh aktivitas
dengan neuron prepiotik
Kekurangan di hipotalamus
Hipotensi, nadi volume cairan
Kebocoran plasma cepat dan lemah Ketidakefektifan
(ke ekstravaskuler) intravaskular
Meningkatkan thermostat perfusi ginjal Resiko fungsi
“set point” pada pusat hati terganggu
Penurunan O2
termoregulator
Penumpukan cairan dalam jaringan
pada pleura
16

Gangguan pola nafas


Demam

Resiko gangguan
perfusi perifer Hipertermi

17
2.1.6  Manifestasi Klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada
anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang
berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan
terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah
(vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet
positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa
perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam
dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai
epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada
masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan
peredaran darah.
untuk menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah
sebagai berikut :
1.   Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2.   Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan
bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
Rumpel leed test dengan tekhnik :
a.  Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b.  Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c.  Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa
tensimeter.
d.  Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan
sampai 5 menit.
e.  Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.

18
f.  Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.
3.  Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.

2.1.7 Komplikasi

1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah

trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya

megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,

ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.

2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7

yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,

hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan

berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah

jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS

juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan

integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung

menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan

kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel

dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.

19
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang

dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus

hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang

lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus

antibody.

4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi

cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan

dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji


rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah
tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru.
Pada DD terdapat Leukopenia  padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi
leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3,
penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan
memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat
progresif pada pemeriksaan periodik.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture)
atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang
berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap
antibodi total, IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and

Prevention, 2009), yaitu :

20
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak

istirahat.

2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu

mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama

fase demam.

3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat

anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.

4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam

5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau

output urine

6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin

perlu cairan IV.

7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian

kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.

8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah

trombosit.

9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg

normal.

10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal

dan berlangsung 24-48 jam.

21
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.2.1 Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadapstressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal 3fisiologis4
yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungansel yang relatif konstan tapi
dinamis. )emampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangancairan ini
dinamakan homeostasis.

2.2.2 Komposisi Cairan Tubuh


Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir
60% dari beratbadannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air
dari berat badannya.
2. Solut (terlarut) dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-
elektrolit.
a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Jumlah kation dan anion, yang diukur
dalam mili ekuivalen, dalam larutan selalu sama.mol/L) atau dengan berat
molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L.
b. Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utamaadalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K). Sistem pompaterdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
c. Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
d. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non elektrolit lainnya yang secara klinispenting mencakup kreatinin dan
bilirubin.
2.2.3 Mekanisme Haus
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis

22
posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen.
ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya
aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan
aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan. selain
itu,rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
2.2.4 Perpindahan Cairan Tubuh
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur
dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain
terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi
bervariasi, bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan
temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil.
Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke
larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih
cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel
biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan
garam dengan kepekatan yang berbeda dan di daiamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang
dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena
larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem
vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan

23
sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan
lebih rendah dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan
rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor
aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis.
Proses penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan
ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tekanan
cairan dan membran.
4. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik
juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membran.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, maka larutan
tersebut disebut koloid. Sedangkan, larutan yang mempunyai kepekatan yang
sama dan dapat bergabung disebut sebagai kristaloid. Sebagai contoh, larutan
kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein
bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat
penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena
mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel.
Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang
pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotik plasma akan lebih
besar dibandingkan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan
interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembus membran
semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan
yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

24
5. Membran Semipermiabel
Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul
besar tidak tergabung. Membran semipermiabel terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit)
2. PH dan berat jenis urine
3. Pemeriksaan elektrolit serum
4. Analisa gas darah

2.2.6 Penatalaksanaan Medis


1. Terapi IV
2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap
3. Terapi obat-obatan
4. Tranfusi darah (Jika diperlukan)

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian keperawatan
1. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung untuk
mengetahui masalah pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Pemeriksaan ini meliputi :
   Inspeksi bentuk dada
Untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler. Bentuk dada
yang biasa ditemukan adalah :
 Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng)
Bentuk dada thoraks en bateau (thoraks dada burung)
Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong)
 Bentuk dada thoraks pektus ekskavatus (dada cekung ke dalam)
Gerakan pernapasan : kaji kesimetrisan gerakan pernapasan klien
2. B2 (Blood)
Irama jantung : Frekuensi ..x/m, reguler atau irreguler
Distensi Vena Jugularis
Tekanan Darah : Hipotensi dapat terjadi akibat dari penggunaan ventilator

25
Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktifitas katup jantung
S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup mitral dan trikuspid.
S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat penutupan katup
pulmonal dan katup aorta.
Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya dilatasi ventrikel.
 Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya terdengar
pada pasien gangguan katup atau CHF.
Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia dapat terjadi
akibat adanya hipoksia miokardial.
PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm, pada interkostal ke
lima kiri pada garis midklavikula. Pergeseran lokasi menunjukan adanya
pembesaran ventrikel pasien hipoksemia kronis.
Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
3. B3 (Brain)
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat terjadi akibat
penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi cerebral. Akibatnya akan
menurunkan sirkulasi cerebral.
Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala pengkuran yang
disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien terhadap
lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik buka mata, respon
motorik, dan respon verbal. Nilai kesadaran pasien adalah jumlah nilai-nilai
dari ketiga komponen tersebut.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.

26
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen
karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam
rongga tulang kepala.
4. B4 (Bladder)
Kateter urin
Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi pada ginjal.
5. B5 (Bowel)
Rongga mulut Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
a. Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum melakukan
palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis.
Lakukan observasi bising usus selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus
dapat terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar selang
endotrakeal dan nasotrakeal.
b. Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui dengan
memeriksa adanya gelombang air pada abdomen. Distensi abdomen dapat
juga terjadi akibat perdarahan yang disebabkan karena penggunaan IPPV.
Penyebab lain perdarahan saluran cerna pada pasien dengan respirator adalah
stres, hipersekresi gaster, penggunaan steroid yang berlebihan, kurangnya
terapi antasid, dan kurangnya pemasukan makanan.
c. Nyeri
d. Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
e. Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
f. Mual dan muntah
6. B6 (Bone)
Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.

27
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya sianosis
(ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran mukosa). Pucat pada
wajah dan membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar
haemoglobin atau shok. Pucat, sianosis pada pasien yang menggunakan ventilator
dapat terjadi akibat adanya hipoksemia. Jaundice (warna kuning) pada pasien yang
menggunakan respirator dapat terjadi akibatpenurunan aliran darah portal akibat dari
penggunaan FRC dalam jangka waktu lama.
 Pada pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak begitu jelas
terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya demam, infeksi.
Pada pasien yang menggunkan ventilator, infeksi dapat terjadi akibat gangguan
pembersihan jalan napas dan suktion yang tidak steril.
a. Integritas kulit
b. Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitu
2.3.2 Diagnosa keperawatan
Contoh diagnosis keperawatan SDKI untuk ketidaktepatan mekanika tubuh dan
hambatan mobilisasi:
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan perfusi jaringan
3. Resiko cedera
4. Kekurangan volume cairan
5. Defisit nutrisi
6. Intoleransi aktifitas
2.3.3 Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
 Manajemen jalan nafas
 Pemantauan respirasi
2. Gangguan perfusi jaringan
 Perawatan sirkulasi
 Manajemen sendasi perifer
3. Resiko cedera
 Mana jemen kesehatan lingkungan
 Pencegahan cedera
4. Kekurangan volume cairan
 Manajemen cairan
 Pematauan cairan
5. Defisit nutrisi

28
 Manajemen nutrisi
 Promosi berat badan
6. Intoleransi aktifitas
 Manajemen energy
 Terapi aktifitas
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat
melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.

2.3.5 Evaluasi keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.

29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Purnadi Nakalelu


NIM : 2018.C.10a.0945
Ruang Praktek : Flamboyan
Tanggal Praktek : 19-04-2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 19-04-2020 jam 16:39

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Klien adalah seorang anak laki laki yang lahir pada tanggal 01 Juli 2007
bernama An “D” yang berusia 12 tahun, klien anak ke dua dari Tn. T usia 46
tahun dan Ny. L usia 43 tahun. Klien tinggal di daerah G.obos X , orang tua
klien beragama Islam dan pekerjaan ayah adalah karyawan swasta dan
sebagai ibu rumah tangga. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 17 april
2020 jam 19.00 WIB

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan klien mual dan muntah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun sejak tanggal 12 april
2020 dan pada saat itu juga Ibu pasien membawa anaknya kedokter dan
diberi obat sanmol dan cefotaxim namun tidak kunjung sembuh. Ibu
pasien mengatakan pada tanggal 14 april 2020 anaknya mengalami mual
muntah dan dibawa kedokter lagi dan diberi obat vosea. Hari ke 4 dan 5
muntahnya sudah berkurang. Namun anaknya mengalami keringat dingin
kemudian ibunya membawa ke IGD RSUD Dr. Doris Sylvanus pada

30
tanggal 17 april 2020 pukul 19.00 WIB dengan keluhan panas naik turun
selama 5 hari disertai dengan mual dan muntah serta keringat dingin,
hasil LAB menunjukkan anaknya positif DHF dan disarankan oleh dokter
untuk rawat inap diruang anak RSUD Dr. Doris Sylvanus kemudian
pasien dibawa ke ruang asoka pada tanggal 17 april 2020 pukul 06.30
WIB

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Ibu klien mengatakan bahwa klien sebelumnya sekitar 3 minggu yang
lalu hanya sakit batuk dan pilek. Ibu Klien mengatakan belumpernah
mendapat tindakan operasi sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu klien mengatakan bahawa keluarga tidak ada penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes dan juga penyakit menular seperti
hepatitis,TBC, atau pun HIV
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

: Laki-Laki :Meninggal

: Perempuan : Hubungan keluarga

: pasien : Tinggal Serumah

31
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :

pada saat pengkjian yang di ambil tanggal 19 april 2020 klien tampak lemah
dan gelisah kesadaran composmentis terpasang infus RL di tangan sebelah kiri .

2. Status Mental :

Tingkat kesadaran compos mentis, ekspresi wajah klien tampak lemas dan

sedikit gelisah,bentuk badan klien yaitu sedikit kurus, klien dalam posisi

supinasi. Klien berbicara dengan jelas penampilan rapi. Fungsi kognitif klien

baik

3. Tanda-tanda Vital :

Pada saat pengkajian tanda-tanda vital didapatkan hasil :,Suhu diukur di


aksila menunjukan hasil 38,2˚C, Nadi yaitu 90x/mnt, Respirasi 20x/mnt,
Tekanan Darah 110/80mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)

Pada system pernafasan pada An.D ditemukan bentuk dada simetris, pola
pernafasan teratur, irama teratur, jenis pernafasan regular, suara nafas
vesikuler, susunan ruas tulang belakang normal, vocal fremitus sama
antara kanan dan kiri perkusi thorax sonor, tidak ada alat bantu
pernafasan, tidak ada retraksi otot bantu nafas,

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Pada system Kardiovaskuler An.D ditemukan Tidak ada nyeri dada,
irama jantung regular, pulsasi kuat, bunyi jantung S1 S2 tunggal, CRT <2
detik, tidak ada cyanosis, tidak ada Clubbing Finger

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Pada system persyarafan pada An.D ditemukan kesadaran komposmentis,
GCS 4-5-6, Orientasi baik, klien tidak mengalami kejang, tidak ada nyeri
kepala, tidak ada kaku kuduk, tidak ada kesulitan tidur, dengan waktu
istirahat tidur saat sebelum sakit siang 12.00-15.00, Malam 21.00-06.00,
tidak ada kelainan nervous kranial, Ibu pasien mengatakan saat dirumah

32
anaknya tidur siang selama 2 jam dari jam 13.00 sampai 15.00, tidur
malam selama 8 jam mulai dari jam 21.00 sampai jam 05.00. Pada saat
dirumah sakit, anaknya tidur siang selama 1 jam jam 12.00 sampai jam
13.00, tidur malam selama 9 jam mulai dari jam 20.00 sampai jam 05.00.

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Pada system ini pada An D ditemukan bentuk alat kelamin normal, uretra
normal, alat kelamin bersih, frekuen si brkemih ± 4x/hari, warna kuning
jernih, bau khas urin, produksi urin ± 800cc/hari, tempat yang digunakan
yaitu kamar mandi, tidak ada alat bnatu, dan tidak ada masalah eliminasi
urin.

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Pada system pencernaan pada An.D ditemukan mukosa mulut lembab,
bibir normal, lidahnya bersih, keadaan gigi bersih, tidak ada kesulitan
menelan, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, peristaltic usus 10x/mnt,
kebiasaan BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas
feses, tempat yang biasa digunakan yaitu kamar mandi, tidak ada masalah
eliminasi alvi, tidak mengkonsumsi obat pencahar

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


pengkajian pada system tulang otot integument didapatkan : klien
memiliki kemampuan untuk menggerakan sendinya secara bebas, tidak
terdapat parese,paralise,hemiparese, krepitasi, nyeri, bengkak kekakuan,
flasiditas, dan spastisitas. Ukuran otot simetris, dan bentuk tulang
belakang normal klien. Klien tampak lemas,gelisah, uji kekuatan otot
ekstremitas atas 4|4 dan ekstremitas bawah 4|4, rentang kekuatan otot
yang dimiliki oleh klien dimana mampu menahan dorongan tanpa perlu
bantuan tidak.
Tidak ada masalah keperawatan

10. KULIT-KULIT RAMBUT :


Pada saat pengkajianklien tidak memiliki riwayat alergi pada obat
maupun, makanandan kosmetik. Suhu kulit pasien hangat, warna kulit
norma, turgor baik/ elastis kembadi dalam wakur 1 detik dan tekstur nya
halus. Pada kulit pasien tidak terdapat jaringan parut
macula,pustule,nodula,vesikula,papula dan ulkus. Tekstur trambut
pendek, berwarna hitam dan terdistribbusi secara merata. Bentk kuku
pasien juga simetris. Pada system integument tida ditemukan masalah
keperawatan

33
Tidak ada masalah keperawatan.

11. SISTEM PENGINDERAAN :


Pada system ini ditemukan pupil isokor, reflek cahaya normal,
konjungtiva anemis, sclera putih, palpebral simetris, tidak ada alat bantu
penglihatan, pada hidung ditemukan, mukosa hidung lembab, tidak ada
secret, ketajaman penciuman normal, tidak ada alat bantu, tidak ada
epistaksis, pada telinga ditemukan bentuk telinga simetris kanan dan kiri,
ketajaman pendengaran normal, tidak ada alat bantu pendengaran, perasa
manis, pahit, asam, asin, peraba normal
Tidak ada masalah keperawatan:

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Pada pemeriksaan daerah keher dan jelenjar limfe tidak ditemukan

adannya massa, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak

teraba, dan mobilitas leher klien bergerak bebas. Untuk pemerikaan pada

system reproduksi tidak dilakukan pemeriksaan.

Tidak ada masalah keperwatan :

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Ibu Klien mengatakan bahwa kesehatan kesehatan merupakan keadaan
tidak sakit dan penting untuk menjaga kesehatan

2. Nutrisida Metabolisme

Pada pemerisaa nutrisi metabolism hasilnya adalah tinggi pasien kurang lebih

140 cm, BB sekarang kurang lebih 39 kilo diet yang diberikan kepada pasien

tidak ada.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x (tidak habis) 3x (habis)

Porsi Menurun Baik

Nafsu makan Menurun Baik

34
Jenis Makanan Bubur+ lauk Nasi + lauk

Jenis Minuman Air putih + susu Air putih, susu dan

kopi
Jumlah minuman/cc/24 600 cc 1500 cc

jam
Kebiasaan makan Menurun Baik

Keluhan/masalah Mual dan muntah Tidak ada

Masalah Keperawatan

Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan dibuktikan

dengan klien mual dan muntah.

3. Pola istirahat dan tidur


Sesudah sakit sebelum sakit

Siang = 1 jam siang = 2-3 jam

Malam = 4-5 jam malam = 6-7 jam

Masalah Keperawatan

4. Kognitif :
Klien dapat memahami penyakit yang diderita sekarang

Masalah Keperawatan

tidak ada masalah keperawatan

Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :

Klien dapat menerima keadaan dirinya sekarang, klien ingin lekas sembuh,

klien seorang anak , Pasien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya,

Peran sebagai seorang anak.

Masalah Keperawatan tidak ada

5. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit masuk rumah sakit klien dapat beraktifitas dengan baik

Masalah Keperawatan tidak ada masalah keperawatan

6. Koping –Toleransi terhadap Stress

35
Klien selalu cerita dengan orang tuannya disetiap permasalahan dalam

pelayanan

Masalah Keperawatan tidak ada

7. Nilai-Pola Keyakinan
Ibu Klien menatakan “ klien beragama muslim “tidak ada masalah dalam

tindakan keperawatan

Masalah Keperawatan tidak ada

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi

Klien cukup mampu berkomunikasi dengan baik dengan dokter perawat dan

keluarga.

2. Bahasa sehari-hari

Bahasa yang digunakan bahasa dayak/indonesia

3. Hubungan dengan keluarga :

Hubungan dengan keluarga harmonis

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :


Hubungan dengan keluarga terutama tenaga medis sangat baik dilihat dari segi

penerimaan saat perawat datang untuk merawat.

5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat adalah keluarga Ibu dan ayahnya

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :


Klien bisa menggunakan waktu luang untuk bermain dengan saudaranya

dirumah

7. Kegiatan beribadah :

36
Klien beragama muslim sebelum sakit klien rutin sholat dirumah sesudah

sakit klien hanya berdoa agar bisa cepat sembuh dari penyakitnya

F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
Tanggal 18 april 2020

N PARAMETER HASIL NILAI NORMAL


o
1 Leukosit 3,6 10^3/uL) 4,80-1080
2 Hemoglobin 12, 60 (g/dl) 12,0-16.0
3 Hematokrit 34,55 (%) 37,0-47,0
4 Trombosit 78 150-450

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

N Terapi medis Dosis Rute Indikasi


o
1. RL 20 tpm micro IV Untuk
memenuhi
kebuthhan cairan
elektrolit klien
2. Infus . asering 1500/24 jam IV
Membantu
dalam
3. Injeksi Antrain 2 x 500 g IV pemenuhan
cairan tubuh
4. Injeksi Ranitidin 2x 50 g IV Fungsi golongan
anal gesik
anti mual

Palangka Raya,
…………………………………

Mahasiswa,

(………………………………..)

37
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : ibu klien mengatakan Virus masuk kedalam Hipertermi
klien demam pembuli darah
DO :
 Klien tampak lemah Menstimulasi sel host

 Tampak gelisah inflamasi (seperti mikrofag,


 suhu klien 38, 2 ˚C neutropfil)
 Kesadaran compos
mentis
 TTV : Memproduksi endogenus
TD : 110/80 mmHG pirogen (IL-1, IL-6)
N : 90 x/menit
S : 38,2˚C Endothelium hipotalamus

RR : 20 x/menit meingkatkan produksi


prostaglandin dan
neurotransmiter

prostaglandiri berikatan
dengan neuron prepiotik di
hipotalamus

meningkatkan thermostat
“set point” pada pusat
termoregulator

demam Defisit nutrisi


DS : ibu klien mengatakan
klien mual muntah dan nafsu
Hipertermi
makan berkurang

aktifitas C3 dan C5
DO :
 Klien tampak lemah
Hepato splenomegali
 Klien tampak sulit
untuk makan mendesak lambung
 Kesadaran
comoposmentis HCL meningkat
 TTV :

38
TD : 110/80 mmHG Mual muntah
N : 90 x/menit
S : 38,2˚C Nasukan nutrisi kurang

RR : 20 x/menit
Defisit Nutrisi

PRIORITAS MASALAH

39
1. Dx : hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue dibuktikan
dengan suhu diatas nilai normal 38,2˚C
2. Dx : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
dibuktikan dengan klien mual muntah

40
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.S

Ruang Rawat : sakura

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional

1. hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh


dengan infeksi virus selama 2x24 jam diharapkan suhu 2. Identifikasi penyebab hipermia
dengue dibuktikan dengan kembali normal 3. Sediakan lingkungan yang dingin
Kriteria hasil
suhu diatas nilai normal 4. Anjurkan tirah baring
1. Suhu tubuh cukup membaik
38,2˚C 5. Kaloborasi pemberian cairan dan
dengan nilai 4
elektrolit intravena, jika perlu

2. Defisit nutrisi setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan 2. Identifikasi makanan yang disukai
kurangnya asupan nafsu makan membaik dengan 3. Monitor asupan makanan
makanan dibuktikan kriteria hasil: 4. monitor berat badan
dengan klien mual muntah 1. Porsi makan yang dihabiskan 5. berikan makanan tinggi kalori dan
cukup meningkat dengan nilai 4 tinggi protein
2. Nafsu makan membaik dengan 6. anjurkan posisi duduk

41
hasil 5 7. kaloborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

42
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S

Ruang Rawat : Sakura

Tanda tangan

Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan

Nama Perawat
Senin -19-04 2020 1. Monitor suhu tubuh S :ibu klien mengatakan demam klien sedikit menurun
2. Identifikasi penyebab hipermia O:
3. Sediakan lingkungan yang dingin
 Klien tampak lemah
5. Kaloborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
 Tampak gelisah
jika perlu
 suhu klien 37,7 ˚C
 Kesadaran compos mentis
 TTV :
Purnadi Nakalelu
TD : 110/80 mmHG
N : 90 x/menit
S : 37,7˚C
RR : 20 x/menit

43
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 5


1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipermia
3. Sediakan lingkungan yang dingin
1. kaloborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

Senin -19-04-2020 S : ibu klien mengatakan klien mulai mual dan muntah
1. Identifikasi status nutrisi berkurang
3. Monitor asupan makanan O:
5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein  Klien tampak sedikit lemas
6. anjurkan posisi duduk  Kesadaran comoposmentis
7. kaloborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah  TTV :
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu TD : 110/80 mmHG
N : 90 x/menit

44
S : 37,7˚C
RR : 20 x/menit
A : Masalah hampir teratasi
P : Lanjutkan Intervensi1,3,5,6 dan 7
1. Identifikasi status nutrisi
3. Monitor asupan makanan
5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. anjurkan posisi duduk
7. kaloborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

45
46
47
DAFTAR PUSTAKA

Bare BG., Smeltzer SC. (2010) Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta :
EGC.
Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman  nutuk
Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

48

Anda mungkin juga menyukai