Asuhan keperawatanDHF Ruang FLAMBOYAN Purnadi Nakalelu
Asuhan keperawatanDHF Ruang FLAMBOYAN Purnadi Nakalelu
Disusun Oleh:
Mengetahui
Ketua program studi,
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.D Dengan Diagnosa
Medis Dengue Hemoragi Fever (Dhf) Dengan Kebutuhan Dasar Manusia Cairan
Dan Elektrolit Di Ruang Bougenvile Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep, Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Arus pandia, STT selaku kepala ruangan Flamboyan RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan izin,
informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
di ruang Flamboyan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 2
1.4.1 Untuk Mahasiswa ........................................................................................ 2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga .......................................................................... 2
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) ........................................... 2
1.4.4 Untuk IPTEK .............................................................................................. 2
iii
2.3.4 Implementasi Keperawatan .........................................................................13
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................................................13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...................................................................................................34
3.2 Diagnosa ......................................................................................................39
3.3 Intervensi .....................................................................................................46
3.4 Implementasi ...............................................................................................47
3.5 Evaluasi .......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian
dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada
tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
DKI Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides
aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan
renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2009).
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
5
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di
seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial
dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.
6
5) Evaluasi asuhan keperawatan yang benar pada pasien Dengue Hemoragi
Fever
7
BAB 2
PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010).
8
kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem
sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
2) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher
dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
4) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arteri karotis
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
9
6) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan telinga
7) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha
menuju ke belakang lutut.
9) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
10) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop.
Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya
bertemu satu dengan yang lain menjadi darah yang lebih besar yang disebut
vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena yang penting :
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari
daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
3) Vena jugularis
10
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-paru
3. Darah
Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang
berwarna merah yang cair disebut plasma dan yang padat di sebut sel darah
yang befungsi sabagai transfer makanan bagi sel. Volume darah pada tubuh
yang sehat / organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau
kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air
yaitu mempunyai berat jenis 1.041 – 1.067 dengan temperature 380C dan
PH 7.37 – 1.45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari :
a. Sebagai Alat Pengangkut
1) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru- paru.
3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody atau zat-
zat anti racun.
11
c. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,
yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
a. Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
1) Tulang Vertebrae
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat tulang kosta dan
klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan
processus xipoideus.
b. Hepar
12
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia.
Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar
ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan ductus hepatikus sinestra,
keduanya bertemu membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus
comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.
c. Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk setengah bulan
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal
100 – 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan
memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
2.1.3 Etiologi
13
4. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan
beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan
untuk bertelur.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Nurarif & Hardhi,
2015) yaitu :
tekanan darah
14
2.1.5 Patofisiologi
Fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah
rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi
setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik
merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala
untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera
ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya
kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponen- komponen di dalam darah yang telah hilang.
15
Gigitan nyamuk aedes aegpty
B1 B2 B3 B4 B5 B6
virus masuk ke
dalam pembuluh Aktivasi C3 dan C5
Mengaktifkan sistim Agregasi Aktivasi C3 dan C5
Pelepasan Perpindahan
komplemen trombosit darah neurotransmitter cairan ke
(histamine, bradikinin, hepato-splenomegali ekstravaskuler
Permeabilitas Menstimulasi sel prostaglandin)
Aktivasi C3 dan C5 Melepas Permeabilitas mendesak lambung
dinding pembuluh host inflamasi Peurunan
adenosin di dinding pembuluh
darah (seperti mikrofag, kebutuhan O2,
phosphat (ADP) Berikatan dengan darah
neutrofil) HCL
Pelepasan reseptor nyeri (IP-3) nutrisi
anafilatoksim Menghilangnya
(C3a,C5a) Thrombosis SGOT,SGPT
mengalami plasma melalui Memproduksi Menghilangnya Metabolism
Impuls nyeri
kerusakan endotel dinding endogenus pirogen plasma melalui Mual muntah, menurun
Permiabilitas masuk ke
metamorfosis pembuluh darah (IL-1, IL-6) endotel dinding nafsu makan
dinding Thalamus
pembuluh darah menurun
pembuluh
Endothelium Lemah, pusing,
darah Trombositopenia Kebocoran Perubahan Masukan
hipotalamus Kebocoran plasma frekuensi nadi
plasma (ke extra meningkatkan produksi kenyamanan nutrisi kurang
(keextravaskuler) dan pernapasan
vaskuler) prostaglandin dan nyeri meningkat
Menghilangnya neurotransmiter
Resiko Syok
plasma melalui Nutrisi kurang
Perdarahan
endotel dinding Syok dari kebutuhan Intoleransi
pembuluh darah Prostaglandin berikatan
Pe↓ sirkulasi ke ginjal tubuh aktivitas
dengan neuron prepiotik
Kekurangan di hipotalamus
Hipotensi, nadi volume cairan
Kebocoran plasma cepat dan lemah Ketidakefektifan
(ke ekstravaskuler) intravaskular
Meningkatkan thermostat perfusi ginjal Resiko fungsi
“set point” pada pusat hati terganggu
Penurunan O2
termoregulator
Penumpukan cairan dalam jaringan
pada pleura
16
Resiko gangguan
perfusi perifer Hipertermi
17
2.1.6 Manifestasi Klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak
berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada
anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang
berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan
terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah
(vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet
positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa
perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam
dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai
epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih
jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada
masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan
peredaran darah.
untuk menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah
sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan
bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
Rumpel leed test dengan tekhnik :
a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa
tensimeter.
d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan
sampai 5 menit.
e. Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
18
f. Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.
2.1.7 Komplikasi
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
19
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang
hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang
lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture)
atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang
berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap
antibodi total, IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).
20
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
fase demam.
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
trombosit.
normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal
21
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
2.2.1 Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadapstressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi
kesehatan. dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal 3fisiologis4
yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungansel yang relatif konstan tapi
dinamis. )emampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangancairan ini
dinamakan homeostasis.
22
posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen.
ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya
aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan
aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan. selain
itu,rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
2.2.4 Perpindahan Cairan Tubuh
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat
padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur
dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain
terjadi melalui membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi
bervariasi, bergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan
temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil.
Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke
larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih
cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel
biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan
garam dengan kepekatan yang berbeda dan di daiamnya dimasukkan sel darah
merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang
dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena
larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem
vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan
23
sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan
lebih rendah dibanding larutan intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan
rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran
semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah
volumenya.
3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor
aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis.
Proses penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan
ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tekanan
cairan dan membran.
4. Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotik
juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel
pelarut untuk menarik larutan melalui membran.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai
konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, maka larutan
tersebut disebut koloid. Sedangkan, larutan yang mempunyai kepekatan yang
sama dan dapat bergabung disebut sebagai kristaloid. Sebagai contoh, larutan
kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein
bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus
membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat
penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang
sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena
mempunyai konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel.
Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang
pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotik plasma akan lebih
besar dibandingkan tekanan osmotik cairan interstisial karena konsentrasi
protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan
interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembus membran
semipermiabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan
yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
24
5. Membran Semipermiabel
Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul
besar tidak tergabung. Membran semipermiabel terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.
25
Bunyi jantung : Dihasilkan oleh aktifitas katup jantung
S1 : Terdengar saat kontraksi jantung / sistol ventrikel. Terjadi akibat
penutupan katup mitral dan trikuspid.
S2 : Terdengar saat akhir kotraksi ventrikel. Terjadi akibat penutupan katup
pulmonal dan katup aorta.
Dikenal dengan ventrikuler gallop, manandakan adanya dilatasi ventrikel.
Murmur : terdengar akibat adanya arus turbulansi darah. Biasanya terdengar
pada pasien gangguan katup atau CHF.
Pengisian kapiler : normal kurang dari 3 detik
Nadi perifer : ada / tidak dan kualitasnya harus diperiksa. Aritmia dapat terjadi
akibat adanya hipoksia miokardial.
PMI (Point of Maximal Impuls): Diameter normal 2 cm, pada interkostal ke
lima kiri pada garis midklavikula. Pergeseran lokasi menunjukan adanya
pembesaran ventrikel pasien hipoksemia kronis.
Edema : Dikaji lokasi dan derajatnya.
3. B3 (Brain)
Penurunan tingkat kesadaran pada pasien dengan respirator dapat terjadi akibat
penurunan PCO2 yang menyebabkan vasokontriksi cerebral. Akibatnya akan
menurunkan sirkulasi cerebral.
Untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala pengkuran yang
disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien terhadap
lingkungan. Komponen yang dinilai adalah : Respon terbaik buka mata, respon
motorik, dan respon verbal. Nilai kesadaran pasien adalah jumlah nilai-nilai
dari ketiga komponen tersebut.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
26
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen
karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam
rongga tulang kepala.
4. B4 (Bladder)
Kateter urin
Urine : warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat
menurunnya perfusi pada ginjal.
5. B5 (Bowel)
Rongga mulut Penilaian pada mulut adalah ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidarsi.
a. Bising usus
Ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji sebelum melakukan
palpasi abdomen. Bising usus dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis.
Lakukan observasi bising usus selama ± 2 menit. Penurunan motilitas usus
dapat terjadi akibat tertelannya udara yang berasal dari sekitar selang
endotrakeal dan nasotrakeal.
b. Distensi abdomen
Dapat disebabkan oleh penumpukan cairan. Asites dapat diketahui dengan
memeriksa adanya gelombang air pada abdomen. Distensi abdomen dapat
juga terjadi akibat perdarahan yang disebabkan karena penggunaan IPPV.
Penyebab lain perdarahan saluran cerna pada pasien dengan respirator adalah
stres, hipersekresi gaster, penggunaan steroid yang berlebihan, kurangnya
terapi antasid, dan kurangnya pemasukan makanan.
c. Nyeri
d. Dapat menunjukan adanya perdarahan gastriintestinal
e. Pengeluaran dari NGT : jumlah dan warnanya
f. Mual dan muntah
6. B6 (Bone)
Warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
27
Adanya perubahan warna kulit; warna kebiruan menunjukan adanya sianosis
(ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan membran mukosa). Pucat pada
wajah dan membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar
haemoglobin atau shok. Pucat, sianosis pada pasien yang menggunakan ventilator
dapat terjadi akibat adanya hipoksemia. Jaundice (warna kuning) pada pasien yang
menggunakan respirator dapat terjadi akibatpenurunan aliran darah portal akibat dari
penggunaan FRC dalam jangka waktu lama.
Pada pasien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak begitu jelas
terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya demam, infeksi.
Pada pasien yang menggunkan ventilator, infeksi dapat terjadi akibat gangguan
pembersihan jalan napas dan suktion yang tidak steril.
a. Integritas kulit
b. Perlu dikaji adanya lesi, dan dekubitu
2.3.2 Diagnosa keperawatan
Contoh diagnosis keperawatan SDKI untuk ketidaktepatan mekanika tubuh dan
hambatan mobilisasi:
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan perfusi jaringan
3. Resiko cedera
4. Kekurangan volume cairan
5. Defisit nutrisi
6. Intoleransi aktifitas
2.3.3 Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
Manajemen jalan nafas
Pemantauan respirasi
2. Gangguan perfusi jaringan
Perawatan sirkulasi
Manajemen sendasi perifer
3. Resiko cedera
Mana jemen kesehatan lingkungan
Pencegahan cedera
4. Kekurangan volume cairan
Manajemen cairan
Pematauan cairan
5. Defisit nutrisi
28
Manajemen nutrisi
Promosi berat badan
6. Intoleransi aktifitas
Manajemen energy
Terapi aktifitas
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat
melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.
29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Klien adalah seorang anak laki laki yang lahir pada tanggal 01 Juli 2007
bernama An “D” yang berusia 12 tahun, klien anak ke dua dari Tn. T usia 46
tahun dan Ny. L usia 43 tahun. Klien tinggal di daerah G.obos X , orang tua
klien beragama Islam dan pekerjaan ayah adalah karyawan swasta dan
sebagai ibu rumah tangga. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 17 april
2020 jam 19.00 WIB
30
tanggal 17 april 2020 pukul 19.00 WIB dengan keluhan panas naik turun
selama 5 hari disertai dengan mual dan muntah serta keringat dingin,
hasil LAB menunjukkan anaknya positif DHF dan disarankan oleh dokter
untuk rawat inap diruang anak RSUD Dr. Doris Sylvanus kemudian
pasien dibawa ke ruang asoka pada tanggal 17 april 2020 pukul 06.30
WIB
Keterangan :
: Laki-Laki :Meninggal
31
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
pada saat pengkjian yang di ambil tanggal 19 april 2020 klien tampak lemah
dan gelisah kesadaran composmentis terpasang infus RL di tangan sebelah kiri .
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos mentis, ekspresi wajah klien tampak lemas dan
sedikit gelisah,bentuk badan klien yaitu sedikit kurus, klien dalam posisi
supinasi. Klien berbicara dengan jelas penampilan rapi. Fungsi kognitif klien
baik
3. Tanda-tanda Vital :
Pada system pernafasan pada An.D ditemukan bentuk dada simetris, pola
pernafasan teratur, irama teratur, jenis pernafasan regular, suara nafas
vesikuler, susunan ruas tulang belakang normal, vocal fremitus sama
antara kanan dan kiri perkusi thorax sonor, tidak ada alat bantu
pernafasan, tidak ada retraksi otot bantu nafas,
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Pada system Kardiovaskuler An.D ditemukan Tidak ada nyeri dada,
irama jantung regular, pulsasi kuat, bunyi jantung S1 S2 tunggal, CRT <2
detik, tidak ada cyanosis, tidak ada Clubbing Finger
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Pada system persyarafan pada An.D ditemukan kesadaran komposmentis,
GCS 4-5-6, Orientasi baik, klien tidak mengalami kejang, tidak ada nyeri
kepala, tidak ada kaku kuduk, tidak ada kesulitan tidur, dengan waktu
istirahat tidur saat sebelum sakit siang 12.00-15.00, Malam 21.00-06.00,
tidak ada kelainan nervous kranial, Ibu pasien mengatakan saat dirumah
32
anaknya tidur siang selama 2 jam dari jam 13.00 sampai 15.00, tidur
malam selama 8 jam mulai dari jam 21.00 sampai jam 05.00. Pada saat
dirumah sakit, anaknya tidur siang selama 1 jam jam 12.00 sampai jam
13.00, tidur malam selama 9 jam mulai dari jam 20.00 sampai jam 05.00.
33
Tidak ada masalah keperawatan.
adannya massa, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe dan tiroid tidak
teraba, dan mobilitas leher klien bergerak bebas. Untuk pemerikaan pada
2. Nutrisida Metabolisme
Pada pemerisaa nutrisi metabolism hasilnya adalah tinggi pasien kurang lebih
140 cm, BB sekarang kurang lebih 39 kilo diet yang diberikan kepada pasien
tidak ada.
34
Jenis Makanan Bubur+ lauk Nasi + lauk
kopi
Jumlah minuman/cc/24 600 cc 1500 cc
jam
Kebiasaan makan Menurun Baik
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
4. Kognitif :
Klien dapat memahami penyakit yang diderita sekarang
Masalah Keperawatan
Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Klien dapat menerima keadaan dirinya sekarang, klien ingin lekas sembuh,
klien seorang anak , Pasien tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya,
5. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit masuk rumah sakit klien dapat beraktifitas dengan baik
35
Klien selalu cerita dengan orang tuannya disetiap permasalahan dalam
pelayanan
7. Nilai-Pola Keyakinan
Ibu Klien menatakan “ klien beragama muslim “tidak ada masalah dalam
tindakan keperawatan
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien cukup mampu berkomunikasi dengan baik dengan dokter perawat dan
keluarga.
2. Bahasa sehari-hari
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat adalah keluarga Ibu dan ayahnya
dirumah
7. Kegiatan beribadah :
36
Klien beragama muslim sebelum sakit klien rutin sholat dirumah sesudah
sakit klien hanya berdoa agar bisa cepat sembuh dari penyakitnya
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Palangka Raya,
…………………………………
Mahasiswa,
(………………………………..)
37
ANALISIS DATA
prostaglandiri berikatan
dengan neuron prepiotik di
hipotalamus
meningkatkan thermostat
“set point” pada pusat
termoregulator
aktifitas C3 dan C5
DO :
Klien tampak lemah
Hepato splenomegali
Klien tampak sulit
untuk makan mendesak lambung
Kesadaran
comoposmentis HCL meningkat
TTV :
38
TD : 110/80 mmHG Mual muntah
N : 90 x/menit
S : 38,2˚C Nasukan nutrisi kurang
RR : 20 x/menit
Defisit Nutrisi
PRIORITAS MASALAH
39
1. Dx : hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue dibuktikan
dengan suhu diatas nilai normal 38,2˚C
2. Dx : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
dibuktikan dengan klien mual muntah
40
RENCANA KEPERAWATAN
41
hasil 5 7. kaloborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
42
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Tanda tangan
Nama Perawat
Senin -19-04 2020 1. Monitor suhu tubuh S :ibu klien mengatakan demam klien sedikit menurun
2. Identifikasi penyebab hipermia O:
3. Sediakan lingkungan yang dingin
Klien tampak lemah
5. Kaloborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
Tampak gelisah
jika perlu
suhu klien 37,7 ˚C
Kesadaran compos mentis
TTV :
Purnadi Nakalelu
TD : 110/80 mmHG
N : 90 x/menit
S : 37,7˚C
RR : 20 x/menit
43
A : Masalah belum teratasi
Senin -19-04-2020 S : ibu klien mengatakan klien mulai mual dan muntah
1. Identifikasi status nutrisi berkurang
3. Monitor asupan makanan O:
5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Klien tampak sedikit lemas
6. anjurkan posisi duduk Kesadaran comoposmentis
7. kaloborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah TTV :
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu TD : 110/80 mmHG
N : 90 x/menit
44
S : 37,7˚C
RR : 20 x/menit
A : Masalah hampir teratasi
P : Lanjutkan Intervensi1,3,5,6 dan 7
1. Identifikasi status nutrisi
3. Monitor asupan makanan
5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. anjurkan posisi duduk
7. kaloborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
45
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Bare BG., Smeltzer SC. (2010) Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta :
EGC.
Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk
Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.
48