Anda di halaman 1dari 17

Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah

 Judul (Maksimum 12 kata)


 Identitas Penulis
 Abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (250 Kata)
Penulisan artikel ini bertujuan untuk
Terkait pembelajaran tentang analisis data yang dilakukan secara
literatur ditemukan sebagai persoalan mengenai minimnya
pengajaran di tingkat suku anak dalam. Dari hasil analisis
tersebut di harapkan supaya pemerintah dapat menciptakan
pengajaran yang mengarah terhadap pengaplikasian pengajaran
di daerah pelosok suku anak dalam.
 Keywords (3-5 kata)
Sultan Hamengkubuwono IX, Keraton Yogyakarta,
Sejarah.
PENDAHULUAN
 METODE
 HASIL
 PEMBAHASAN
 SIMPULAN
 UCAPAN TERIMA KASIH
 DAFTAR PUSTAKA, Untuk keseragaman dan
Internasionalisasi, penulisan Daftar Pustaka artikel memakai
cara penulisan kutipan menurut sistem APA (Association
Psychological Association).
www.vemale.com/teks/kemerdekaan-indonesia
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan
sebagainya.
 Atmakusumah. ed. 2011. Tahta untuk Rakyat: Celah-celah Kehidupan Sultan
Hamengku Buwono IX.
Dalam https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/24/143009169/raja-raja-yang-
berkorban-demi-bangsa Dilansir dari buku Hamengkubuwono IX: Inspiring Prophetic
Leader (2013) karya Pami Hadi dan Nasyith Majidi,

Muhammad ElBrahimy, 2012. Biografi Tokoh Presiden dan Wakil Presiden.


 Keraton Yogyakarta dalam Sejarah
Kemerdekaan Indonesia
Oleh Al Mahfira (Mahasiswi Universitas Tadulako)

PENUTUP

TELEGRAM
Bagi beliau hal ini
sudah merupakan
bagian dari
perjuangan. Bahkan
beliau memberi
amanat kepada
penerusnya untuk
tidak menghitung-
hitung apalagi
meminta kembali harta
keraton yang diberikan
untuk republik
tersebut.
Pada tahun 1949
ketika Soekarno-Hatta
beserta seluruh jajaran
staff kabinet RI harus
kembali ke Jakarta, Sri
Sultan Hamengku
Buwono IX
menyampaikan pesan perpisahan dengan sangat berat hati. “Yogyakarta
sudah tidak memiliki apa-apa lagi, silakan lanjutkan pemerintahan ini di
Jakarta,”. Demikianlah Sri Sultan HB IX menjalankan sabda pandita
ratu-nya, sesuai telegram yang beliau kirim dua hari setelah proklamasi,
bahwa beliau “sanggup berdiri di belakang pimpinan Paduka Yang
Mulia”.

ABSTRAK
Awal kemerdekaan Republik Indonesia ditandai dengan pembacaan Proklamasi oleh
Soekarno di lapangan Banteng Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini disambut
baik oleh segenap masyarakat Indonesia di seantero Nusantara. Begitu juga Sri Sultan
Hamengku Buwono (HB) IX, ketika mendengar tentang kemerdekaan Indonesia dia
langsung mengirim surat kawat (telegram) kepada Soekarno yang memberikan selamat
atas kemerdekaan Indonesia dan mendukung sepenuhnya lahirnya Republik Indonesia.
Telegram ini merupakan suatu pertanda penyatuan dua negara, antara negara
Kesultanan Yogyakarta dan negara Republik Indonesia. Kemudian Sri Sultan HB IX
mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945, yang intinya Kesultanan
Yogyakarta melebur dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1949, ada
sebuah peristiwa yang dinamakan Operasi Janur Kuning (sekarang dikenal dengan
Serangan Umum 1 Maret 1949). Dinamakan demikian karena operasi yang dipimpin oleh
Soeharto memakai janur kuning sebagai tanda, operasi itu terpusat di kota Yogyakarta
untuk mengusir pemerintahan Belanda. Pada peristiwa itu peran Sri Sultan HB IX sangat
penting karena dia merelakan keratonnya sebagai tempat persembunyian tentara
Republik Indonesia ketika mereka dikejar-kejar oleh Belanda. Kedua kisah di atas adalah
gambaran perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai seorang raja dan
seorang republiken. Pertanyaan yang muncul adalah : Mengapa Sultan HB IX repot-repot
mendukung Republik Indonesia dengan menggabungkan Kesultanan Yogyakarta ke
dalam pemerintahan Republik Indonesia? Kepentingannya apa dan apa yang akan
didapatkannya? Apa yang mendasarinya? Padahal pemerintahan Belanda
menjanjikannya sebagai raja seluruh pulau Jawa. Inilah yang membuat saya berniat
mengangkat judul di atas sebagai skripsi saya, semoga abstrak ini mendapat tindak lanjut
sehingga di masa yang akan datang bisa dijadikan salah satu referensi sejarah.

MATERI’Tahun1946 Belanda melalui bendera PBB mau merebut


kembali Indonesia, tapi Jogja memberi tempat kepada Presiden
Soekarno agar ibukota dipindah (ke Jogja),
Pada awal tahun 1947 situasi keamanan di ibu kota Republik
Indonesia di Jakarta sangat tidak aman. Pasukan Sekutu (AFNEI, Allied Forces in
Netherlands East Indies), yang diboncengi Belanda dengan
nama NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mulai melakukan razia-razia
dan penangkapan atas pejuang kemerdekaan Indonesia. Beberapa kali terjadi
kontak senjata antara pejuang dengan pasukan Sekutu, terutama di daerah
perbatasan kota, seperti Meester Cornelis (Jatinegara dan Bekasi), Pasar
Minggu dan lain-lain. Penjarahan dan perampokan terjadi dimana-mana.
Pasukan Jepang pun masih belum ditarik sepenuhnya, justru diminta mendukung
operasi pengamanan ibu kota tersebut. Belum lagi muncul beberapa konflik antar
pemimpin perjuangan. Bahkan terjadi beberapa kali upaya penculikan dan
pembunuhan atas Presiden Soekarno dan pejabat tinggi pemerintah RI lainnya, baik
oleh pasukan NICA maupun laskar-laskar rakyat yang tidak sepenuhnya tunduk
kepada pemerintahan baru. Pada 2 Januari 1946, Sri Sultan Hamengku Buwono
IX dan Sri Pakualam VIII mengirimkan surat melalui kurir yang mempersilakan
apabila pemerintah RI bersedia memindahkan ibu kota RI ke Yogyakarta atas
jaminan mereka berdua. Tawaran ini pun segera disambut baik oleh Bung Karno dan
kawan-kawan yang segera membahas persiapannya keesokan harinya dalam sidang
kabinet tertutup.[2]
Setiba di Stasiun Tugu, rombongan dijemput langsung oleh Sri Sultan
Hamengkubuwana IX, Sri Pakualam VIII, Panglima TKR Jenderal Soedirman, para
pejabat tinggi negara yang sudah lebih dahulu berada di Yogyakarta dan segenap
rakyat kawula Yogyakarta. Mereka berarak-arakan menuju Gedung Agung
melewati Jalan Malioboro. Kegiatan roda pemerintahan harus segera berjalan. Hal ini
akan lebih mudah dilakukan di Yogyakarta karena tata pemerintahan di Yogyakarta
saat itu telah terkoordinasi dan tertata dengan rapi. Hal ini belum tentu bisa dilakukan
di daerah lain karena saat itu kondisi di daerah lain belum sebaik dan seaman situasi
kota Yogyakarta.
Kraton Yogyakarta juga menanggung biaya operasional para pejabat RI selama
berada di Yogyakarta. Kas Negara RI saat itu dalam kondisi sangat buruk, bahkan
boleh dikatakan sedang kosong. Untuk pembiayaan ini, jumlah yang dikeluarkan oleh
kas Kraton diperkirakan mencapai 6 juta gulden. Jumlah uang yang tidak sedikit
pada waktu itu. Dengan modal itu, pemerintahan RI yang masih sangat belia bisa
terus menjalankan roda pemerintahannya.
Istana Kepresidenan yang berlokasi di Gedung Agung yang ditinggalkan Jepang
tidak memiliki perabotan dan peralatan rumah tangga yang memadai, maka Kraton
Yogyakarta dan Puro Pakualaman menyediakan berbagai perabotan dan peralatan
secara lengkap, agar kegiatan pemerintahan bisa berjalan semestinya. Selain itu,
pihak Kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman juga memberikan tempat
penginapan kepada segenap jajaran pejabat tinggi dari Jakarta yang ikut hijrah ke
Yogyakarta. Mereka ada yang tinggal di lingkungan Kraton Yogyakarta dan Puro
Pakualaman, selain di rumah-rumah penduduk. Hal ini juga diikuti rakyat Yogyakarta
dengan menyumbangkan tenaga, makanan dan harta benda.

1. Jelaskan seputar peran kerajaan dalam


kemerdekaan Indonesia, apakah berpengaruh
atau tidak?
2. Kerajaan apa yang paling berpengaruh dalam kemerdekaan
Indonesia?

Kerajaan tentunya juga memiliki peran dalam


kemerdekaan Indonesia seperti Keraton Yogyakarta
Penjelasan:
Kerajaan yang paling berpengaruh adalah Keraton
Yogyakarta, Dalam hal ini Sultan Hamengkubuwono IX
memiliki peran yang besar dalam mendukung
Kemerdekaan Indonesia
Sultan Hamengku Buwono IX sangat berperan dalam
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia mulai
dari pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia, masa
Agresi Militer Belanda I maupun II sampai pada saat
penyerahan dan pengakuan resmi kedaulatan Indonesia
oleh Kerajaan Belanda.

Sejarah 4 Januari 1946:


Perpindahan Ibukota RI dari
Jakarta ke Yogyakarta
Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia selama dua periode,
yakni pada 1946-1948 dan 1949-1950. Daerah Istimewa
Yogyakarta bermakna penting bagi kemerdekaan karena
jika mereka tidak bersedia untuk menjadi ibu kota
sementara Indonesia, Belanda dengan kolonialismenya
dapat menjajah Bangsa Indonesia lagi.
Hal tersebutlah yang menyebabkan Yogyakarta memiliki
keunikan tersendiri. Selain memiliki gelar “Daerah
Istimewa”, Yogyakarta menjadi bagian dari Revolusi
Indonesia yang terjadi pada 1945-1949.
Peran terbesar Yogyakarta bagi kemerdekaan adalah
menjadi Ibu Kota Indonesia sementara. Sebagaimana
dikutip dari website resmi Kraton Jogja, saat itu Belanda
belum sepenuhnya menerima bahwa Indonesia telah
merdeka mengadakan berbagai serangan militer. Tak hanya
itu DIY juga mendukung Indonesia sebagai negara
Republik. Jakarta yang saat itu menjadi ibu kota merasa
terganggu, dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan
ibu kota Indonesia ke Yogyakarta secara diam-diam dengan
kereta api pada 4 Januari 1946.
Seperti diketahui, Indonesia mempunyai sejarah yang panjang untuk
menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Di bawah penjajahan
berbagai negara seperti Belanda, Jepang, hingga Inggris, seluruh
masyarakat Indonesia bersatu dan berjuang bersama melawan para
kolonial. Hingga pada 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia yang diwakili
oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta,
memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka.
Ternyata tidak berhenti sampai di situ, pemerintahan Indonesia
masih terus berjuang karena keberadaan Belanda yang masih
mengusik. Bahkan Soekarno dan Hatta pun tidak luput dari berbagai
teror yang ditujukan untuk melemahkan kembali pemerintahan
Indonesia. Kondisi pun kembali genting, hingga terpaksa pada 4
Januari 1946, Ibukota Republik Indonesia dipindah dari Jakarta ke
Yogyakarta.
Perpindahan Ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta ini dilakukan untuk
menghindari situasi yang semakin kacau setelah Belanda menguasai
Jakarta. Rencana perpindahan Ibukota ini pun dilakukan dengan
singkat rapat terbatas. Berdasarkan usulan dan koordinasi dari
pemerintah Daerah Yogyakarta, Soekarno memutuskan untuk
mengatur pemerintahan nasional dari kota Yogyakarta.

Dalam upaya perpindahan Ibukota Jakarta ke Yogyakarta ini


mempunyai runtutan peristiwa penting yang perlu diketahui. Ini juga
menjadi momentum sejarah yang perlu diingat bagi masyarakat
Indonesia untuk menghargai perjuangan para pahlawan. Dilansir dari
laman TNI, berikut kami merangkum sejarah 4 Januari 1946 tentang
perpindahan Ibu Kota RI ke Kota Yogyakarta.
Peristiwa pemindahan Ibukota RI ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946
bermula saat kedatangan tentara NICA Belanda yang ingin menguasai
kembali wilayah jajahan di Indonesia. Sebelumnya, Jepang telah
menyerah pada sekutu Indonesia pada 14 Agustus 1945. Kemudian 16
September 1945, tentara Indonesia berlabuh di Tanjung Priok untuk
melucuti senjata dan memulangkan tentara Jepang serta membebaskan
tawanan perang.
Namun kedatangan tentara sekutu ternyata diboncengi oleh tentara NICA
Belanda. Pada saat itu, tentara NICA ingin kembali membangun wilayah
penjajahan di Indonesia.

Kedatangan tentara Belanda semakin membuat ketegangan dengan


rakyat Indonesia. Pihak Belanda seperti menganggap bahwa Indonesia
belum merdeka dan masih menjadi wilayah penjajahannya.

Beberapa Tokoh Nasional Menjadi Sasaran

Setelah kedatangan tentara Belanda di Tanjung Priok, situasi pun


semakin kacau. Bahkan dengan sengaja, pemerintah Belanda membuka
kantor dan bersikeras kembali menguasai Ibukota Jakarta.
Bukan hanya itu, upaya Belanda yang ingin kembali berkuasa juga
dilakukan dengan upaya penculikan dan pembunuhan beberapa tokoh
nasional. Seperti pada 26 Desember 1945, di mana Menteri Sutan Sjahrir
dikejar sekelompok bersenjata dan nyaris dibunuh. Namun untungnya
berhasil diselamatkan oleh Pilisi Militer Inggris.

Bukan hanya itu, pada 28 Desember 1945 Menteri Keamanan Rakyat,


Amir Sjarifuddin pun tak luput jadi sasaran. Saar itu Menteri Amir dalam
perjalanan menuju rumah Bung Karno, ia pun nyaris terkena sasaran
tembak di depan Sekolah Tinggi Guru karena peluru meleset dan hanya
mengenai mobil. Namun sebulan sebelumnya, Ketua Komite Nasional
Indonesia Mohammad Roem tertembak di bagian paha kirinya.

Situasi yang semakin bahaya pun turut mengancam Soekarno saat itu.
Soekarno bahkan sempat mendapat beberapa kali ancaman dan teror
mengerikan.
Tidak bisa dibiarkan terlalu lama, kemudian Soekarno menggelar rapat
terbatas pada 1 Januari 1946 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 Jakarta. Dari hasil rapat tersebut, pemerintah Indonesia
sepakat untuk mengendalikan jalannya pemerintahan dasri lingkup
daerah.
Kemudian pada 2 Januari 1946, Sultan Hamengku Buwono X saat itu
menyarankan agar Ibukota ri dipindahkan sementara ke Yogyakarta. Lalu
Soekarno menanyakan kembali kesanggupan dan kesiapan pemerintah
Yogyakarta untuk menerima rencana pemindahan Ibukota. Setelah
menyanggupi, Soekarno menerima tawaran tersebut.

Proses pemindahan Ibukota Jakarta ke Yogyakarta pun segera dilakukan.


Pada 3 Januari 1946, rombongan Soekarno-Hatta dan para menteri
kabinet secara diam-diam melakukan perjalanan menuju Yogyakarta
dengan Kereta Api Luar Biasa sekitar pukul 18.00 WIB.
Berangkat dari kediaman Soekarno, 15 pasukan khusus siap mengawal
para tokoh hingga sampai di Yogyakarta. Setelah melewati 15 jam
perjalanan kereta, rombongan akhirnya sampai di Yogyakarta pada 4
Januari 1946 pukul 09.00 WIB.

Pada hari kedatangan rombongan Soekarno ke Yogyakarta, Wakil Menteri


Penerangan, Mr. Sli Sastromidjoyo mengumumkan siaran resmi
pemindahan Ibukota RI ke Yogyakarta melalui siaran RRI. Dalam siaran
tersebut, dijelaskan pemindahan Ibukota dilakukan karena
situasi Jakarta yang semakin genting dan tidak aman. Selain itu, fasilitas
yang ada di Yogyakarta dinilai sangat memadai untuk dijadikan pusat
sistem pemerintahan sementara.
Itulah yang menjadi alasan dipilihnya Kota Yogyakarta sebagai Ibukota
untuk menjalankan pusat pemerintahan sementara. Sejak saat itu, yaitu 4
Januari 1946 Yogyakarta resmi menjadi Ibukota RI dan pemerintah
Indonesia kembali meneruskan perjuangan melawan penjajah Belanda.
Pusat pemerintahan Indonesia saat itu berkantor di Gedung Agung yang
terletak di seberang bekas benteng Vredeburg.
https://www.merdeka.com/jateng/sejarah-4-januari-1946-ibukota-ri-jakarta-
pindah-ke-yogyakarta-kln.html?page=6

Prof Mahfud: Jogja Berperan Sangat Penting dalam Sejarah NKRI

 Tokoh nasional asal Madura, Prof Dr Mahfud MD menyebut


Jogja memiliki peran sangat penting dalam sejarah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).  Baik di era kemerdekaan
maupun era reformasi. ‘’Tahun 1946 Belanda melalui bendera
PBB mau merebut kembali Indonesia, tapi Jogja memberi
tempat kepada Presiden Soekarno agar ibukota dipindah (ke
Jogja),’’ kata Prof Mahfud pada acara Pidato Kebangsaan
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Universitas
Trunojoyo Madura (UTM), Bangkalan, Jawa Timur, Rabu
(12/12). https://jogjaprov.go.id/berita/detail/prof-mahfud-jogja-
berperan-sangat-penting-dalam-sejarah-nkri

Tak hanya menyediakan tempat, bahkan Raja Kraton


Ngayogyakarta Hadiningrat saat itu, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, membiayai keberlangsungan pemerintahan RI di
Jogja sampai tahun 1949 atau ketika Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia.  Selain pendanaan, sumbangsih besar
Jogja yang sangat fenomenal adalah kesediaan Kraton dan
Paku Alaman untuk bergabung dengan Indonesia yang baru
merdeka.

Raja keraton yogyakarta yang berperan sangat besar dalam


perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah
sultan hamengkubuwono IX
Peran Keraton dalam
Kemerdekaan Indonesia

Para Raja atau Sultan yang saat itu memiliki pengaruh politik di
wilayahnya, memiliki andil dalam melakukan perjuangan diplomasi dengan
para penjajah asing, yang berusaha menguasai Indonesia ketika itu.
Bahkan, tidak sedikit dari kerajaan atau keraton itu ikut terlibat dalam
perang fisik melawan kolonial Belanda.

Dan tidak sedikit pula raja-raja atau sultan-sultan yang ada ketika itu
menghibahkan tanah atau harta kekayaannya, untuk dikelola negara atau
pemerintah Indonesia.

Apa yg dimaksud menghibahkan?


Hibah adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah
menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya
kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan
barang itu. 
Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nasional (FSKN), Sultan Sepuh
XIV Cirebon, PRA Arief Natadiningrat mengatakan, jauh di masa
prakemerdekaan Republik Indonesia ratusan kerajaan yang tersebar di
seluruh wilayah Nusantara memiliki kontribusi besar terhadap
kemerdekaan Indonesia.

https://www.viva.co.id/berita/nasional/1260100-peran-
keraton-dalam-kemerdekaan-indonesia

keberlangsungan Indonesia tidak akan bisa dilepaskan dari peranan


Kerajaan–Kesultanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk
itu, Kerajaan–Kesultanan Nusantara harus tetap menghadirkan dirinya
ditengah masyarakat sebagai bagian dari sejarah, nilai-nilai adiluhung
serta adab sebagai kearifan lokal dipersatukan dalam Peradaban
Nusantara.

Sumber: https://mediaindonesia.com/nusantara/187364/peran-strategis-
kerajaan-dan-kesultanan-dalam-menjaga-nkri

Peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX


dalam Menegakkan Kemerdekaan Negara
Republik Indonesia
Iswantoro Iswantoro

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang peranan Sri Sultan Hamengku


Buwono IX dalam menegakkan kemerdekaan negara Republik
Indonesia. Di masa kemerdekaan Sultan dengan pemerintahan
di Yogyakarta senantiasa mendukung Pemerintahan RI seperti
mengirim surat ucapan selamat kepada Bung Karno dan Bung
Hatta sehari setelah proklamasi kemerdekaan dan  tahun 1946 
ibukota Negara di pindah ke Yogyakarta karena suasana yang
tidak menentu di Jakarta akibat serbuan tentara Belanda.
Kantor dan gedung milik kesultanan dipinjamkan untuk kantor
Pemerintahan RI tempat tinggal jawatan pemerintahan. Sultan
juga membuka kas kerajaan untuk membiayai Pemerintahan
Republik Indonesia di Yogyakarta itu. Pada tanggal 1 Maret
1949 Sultan menjadi salah satu tokoh sehingga serangan
tersebut bisa terwujud menguasai ibukota RI di Yogyakarta
sehingga membuktikan bahwa pemerintah RI masih efektif.

Kata Kunci: Hamengku Buwono IX, peranan, kemerdekaan.

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/
5601
Namun sebaliknya, setelah Sukarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia,
keputusan Sultan Hamengku Buwono IX adalah mendukung
Republik Indonesia dan menjadikan Kasultanan Yogyakarta
berada dalam wilayah Republik Indonesia

Keputusan yang diambil, yaitu memberi dukungan kepada


kemerdekaan Indonesia yang sudah lama dicita-citakan.
Selanjutnya, KRT Honggowongso diperintahkan
mempersiapkan sebuah telegram kepada Sukarno dan Hatta
(Darban dkk. 1998:32). Tindakan Sultan Hamengku Buwono
IX tersebut menggambarkan seorang yang berjiwa
demokratis yang merelakan status kerajaan berada di
belakang Republik Indonesia.

Agresi Militer Belanda I: Sebab dan Kronologi


Serangan
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
Indonesia tidak serta merta bebas dari penjajah. Belanda masih terus
berupaya merebut kemerdekaan Indonesia melalui sejumlah serangan,
salah satunya Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product. Operasi
Produk  (nama lain AMB 1) menghancurkan republik Indonesia yang
telah merdeka melalui beberapa tahap, fase pertama dengan
sasaran politik, ekonomi dan penghancuran militer.
Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda yang di laksanakan
di pulau jawa dan sumatera tahun 1947.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210621143011-31-
657277/agresi-militer-belanda-i-sebab-dan-kronologi-serangan.

Sebab umum terjadinya Agresi Militer Belanda 1 adalah perbedaan


penafsiran antara pemerintah Republik Indonesia dengan
pemerintah Belanda mengenai Perjanjian Linggarjati,

21 Juli 1945

daerah yang menjadi sasaran meliputi Jawa Tengah bagian Utara


(untuk pelabuhan), Jawa Timur (adanya perkebunan tebu dan
pabrik gula) dan wilayah Sumatera Timur (penghasil tembakau).
Belanda berusaha menguasai daerah vital Republik Indonesia
seperti pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

Agresi militer Belanda 1 kemudian berakhir pada tanggal 5 Agustus


1947.

https://sumbersejarah1.blogspot.com/2018/05/faktor-penyebab-terjadinya-
agresi-militer-belanda-1.html

(KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)

Dilansir dari buku Hamengkubuwono IX: Inspiring Prophetic


Leader (2013) karya Pami Hadi dan Nasyith Majidi,
Hamengkubuwono IX mengirim telegram kepada Soekarno dan
Hatta yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya mereka
sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia

Selain itu, Hamengkubuwono IX juga mengadakan pidato 19


Agustus 1945 di bangsal Kepatihan yang berisi, sebagai
berikut:

 Kesultanan Yogyakarta merupakan bagian dari Republik


Indonesia yang bersifat kerajaan dengan sistem
pemerintahan daerah istimewa.
 Seluruh kekuasaan dan urusan dalam negeri Kesultanan
Yogyakarta berada di tangan Hamengkubuwono IX.
 Hubungan antara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintah
Indonesia bersifat langsung dan Sultan Yogyakarta
bertanggung jawab kepada RI.

Selain dukungan dalam bentuk pengakuan, Kesultanan


Yogyakarta juga memberikan dukungan berbentuk materiil.
Kesultanan Yogyakarta pernah merelakan wilayahnya untuk
menjadi Ibu Kota Republik Indonesia pada 1946. Pada masa
Agresi Militer Belanda II, Kesultanan Yogyakarta juga
mendukung operasi militer gerilya yang dilakukan oleh pasukan
Republik Indonesia dengan bantuan logistik, persenjataan dan
tentara.

PENUTUP
Keputusan yang diambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX
tersebut menggambarkan seorang pemimpin yang berjiwa
demokratis, ringan tangan dan dermawan yang merelakan
status kerajaannya dibawah kepentingan Republik Indonesia.
Tokoh raja yang rela berkorban untuk bangsa karena ia
merupakan tokoh yang mengakui, mendukung dan berani
berkorban tenaga dan harta untuk kemerdekaan Indonesia. 
Pembuka
Setelah peristiwa kemerdekaan Indonesia, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX senantiasa mendukung Pemerintah
RI.

Rangkuman Pembahasan
Kerajaan di Indonesia juga memiliki peran dalam
kemerdekaan Indonesia. Keraton Yogyakarta memiliki peran
besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dalam hal ini, raja keraton yogyakarta yang sangat berperan
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah
Sultan Hamengkubuwono IX. Setelah kemerdekaan
Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX memberikan
dukungan penuh kepada kemerdekaan yang sudah lama
dicita-citakan. Sehari setelah Sukarno dan Hatta
memperoklamasikan kemerdekaan republik Indonesia, Sultan
Hamengkubuwono IX memerintahkan bawahannya untuk
mengirimkan telegram (surat ucapan) selamat kepada
sukarno dan hatta sebagai bentuk dukungan atas
kemerdekaan Indonesia yang sudah lama dinanti-nantikan.
Dilansir dari buku Hamengkubuwono IX : Inspiring Prophetic
Leader (2013) karya Pami Hadi dan Nasyith Majidi.
Keputusan yang diambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX
tersebut menggambarkan seorang pemimpin yang berjiwa
demokratis, ringan tangan dan dermawan yang merelakan
status kerajaannya dibawah kepentingan Republik Indonesia.
Pasca kemerdekaan Indonesia, faktanya Indonesia belum
sepenuhnya merdeka dari penjajahan. Setelah menyerahnya
Jepang tanpa syarat pada 15 Agustus 1945, Sekutu dan
Belanda kembali berencana untuk menguasai Indonesia.
Sekutu dan Belanda telah melakukan Perjanjian Bersama
sebelum akhirnya datang ke Indonesia. Perjanjian itu
menyatakan perpindahan kekuasaan atas hak penjajahan
Inggris kepada pihak Belanda atau tentara NICA. Sebab itu
NICA datang ke Indonesia dengan memboncengi Sekutu.
Penderitaan rakyat Indonesia belum berakhir juga,
kedatangan tentara Belanda membuat kepanikan rakyat
Indonesia.

Bahkan Sultan Hamengku Buwono IX merelakan status


kerajaannya dan menjadikan kerajaanny berada dalam
wilayah republik Indonesia. Hal itu dibuktikan pada tahun
1946,

Anda mungkin juga menyukai