TELEGRAM
Bagi beliau hal ini
sudah merupakan
bagian dari
perjuangan. Bahkan
beliau memberi
amanat kepada
penerusnya untuk
tidak menghitung-
hitung apalagi
meminta kembali harta
keraton yang diberikan
untuk republik
tersebut.
Pada tahun 1949
ketika Soekarno-Hatta
beserta seluruh jajaran
staff kabinet RI harus
kembali ke Jakarta, Sri
Sultan Hamengku
Buwono IX
menyampaikan pesan perpisahan dengan sangat berat hati. “Yogyakarta
sudah tidak memiliki apa-apa lagi, silakan lanjutkan pemerintahan ini di
Jakarta,”. Demikianlah Sri Sultan HB IX menjalankan sabda pandita
ratu-nya, sesuai telegram yang beliau kirim dua hari setelah proklamasi,
bahwa beliau “sanggup berdiri di belakang pimpinan Paduka Yang
Mulia”.
ABSTRAK
Awal kemerdekaan Republik Indonesia ditandai dengan pembacaan Proklamasi oleh
Soekarno di lapangan Banteng Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini disambut
baik oleh segenap masyarakat Indonesia di seantero Nusantara. Begitu juga Sri Sultan
Hamengku Buwono (HB) IX, ketika mendengar tentang kemerdekaan Indonesia dia
langsung mengirim surat kawat (telegram) kepada Soekarno yang memberikan selamat
atas kemerdekaan Indonesia dan mendukung sepenuhnya lahirnya Republik Indonesia.
Telegram ini merupakan suatu pertanda penyatuan dua negara, antara negara
Kesultanan Yogyakarta dan negara Republik Indonesia. Kemudian Sri Sultan HB IX
mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945, yang intinya Kesultanan
Yogyakarta melebur dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1949, ada
sebuah peristiwa yang dinamakan Operasi Janur Kuning (sekarang dikenal dengan
Serangan Umum 1 Maret 1949). Dinamakan demikian karena operasi yang dipimpin oleh
Soeharto memakai janur kuning sebagai tanda, operasi itu terpusat di kota Yogyakarta
untuk mengusir pemerintahan Belanda. Pada peristiwa itu peran Sri Sultan HB IX sangat
penting karena dia merelakan keratonnya sebagai tempat persembunyian tentara
Republik Indonesia ketika mereka dikejar-kejar oleh Belanda. Kedua kisah di atas adalah
gambaran perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai seorang raja dan
seorang republiken. Pertanyaan yang muncul adalah : Mengapa Sultan HB IX repot-repot
mendukung Republik Indonesia dengan menggabungkan Kesultanan Yogyakarta ke
dalam pemerintahan Republik Indonesia? Kepentingannya apa dan apa yang akan
didapatkannya? Apa yang mendasarinya? Padahal pemerintahan Belanda
menjanjikannya sebagai raja seluruh pulau Jawa. Inilah yang membuat saya berniat
mengangkat judul di atas sebagai skripsi saya, semoga abstrak ini mendapat tindak lanjut
sehingga di masa yang akan datang bisa dijadikan salah satu referensi sejarah.
Situasi yang semakin bahaya pun turut mengancam Soekarno saat itu.
Soekarno bahkan sempat mendapat beberapa kali ancaman dan teror
mengerikan.
Tidak bisa dibiarkan terlalu lama, kemudian Soekarno menggelar rapat
terbatas pada 1 Januari 1946 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur
Nomor 56 Jakarta. Dari hasil rapat tersebut, pemerintah Indonesia
sepakat untuk mengendalikan jalannya pemerintahan dasri lingkup
daerah.
Kemudian pada 2 Januari 1946, Sultan Hamengku Buwono X saat itu
menyarankan agar Ibukota ri dipindahkan sementara ke Yogyakarta. Lalu
Soekarno menanyakan kembali kesanggupan dan kesiapan pemerintah
Yogyakarta untuk menerima rencana pemindahan Ibukota. Setelah
menyanggupi, Soekarno menerima tawaran tersebut.
Para Raja atau Sultan yang saat itu memiliki pengaruh politik di
wilayahnya, memiliki andil dalam melakukan perjuangan diplomasi dengan
para penjajah asing, yang berusaha menguasai Indonesia ketika itu.
Bahkan, tidak sedikit dari kerajaan atau keraton itu ikut terlibat dalam
perang fisik melawan kolonial Belanda.
Dan tidak sedikit pula raja-raja atau sultan-sultan yang ada ketika itu
menghibahkan tanah atau harta kekayaannya, untuk dikelola negara atau
pemerintah Indonesia.
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1260100-peran-
keraton-dalam-kemerdekaan-indonesia
Sumber: https://mediaindonesia.com/nusantara/187364/peran-strategis-
kerajaan-dan-kesultanan-dalam-menjaga-nkri
Abstract
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/
5601
Namun sebaliknya, setelah Sukarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia,
keputusan Sultan Hamengku Buwono IX adalah mendukung
Republik Indonesia dan menjadikan Kasultanan Yogyakarta
berada dalam wilayah Republik Indonesia
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210621143011-31-
657277/agresi-militer-belanda-i-sebab-dan-kronologi-serangan.
21 Juli 1945
https://sumbersejarah1.blogspot.com/2018/05/faktor-penyebab-terjadinya-
agresi-militer-belanda-1.html
PENUTUP
Keputusan yang diambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX
tersebut menggambarkan seorang pemimpin yang berjiwa
demokratis, ringan tangan dan dermawan yang merelakan
status kerajaannya dibawah kepentingan Republik Indonesia.
Tokoh raja yang rela berkorban untuk bangsa karena ia
merupakan tokoh yang mengakui, mendukung dan berani
berkorban tenaga dan harta untuk kemerdekaan Indonesia.
Pembuka
Setelah peristiwa kemerdekaan Indonesia, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX senantiasa mendukung Pemerintah
RI.
Rangkuman Pembahasan
Kerajaan di Indonesia juga memiliki peran dalam
kemerdekaan Indonesia. Keraton Yogyakarta memiliki peran
besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dalam hal ini, raja keraton yogyakarta yang sangat berperan
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah
Sultan Hamengkubuwono IX. Setelah kemerdekaan
Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX memberikan
dukungan penuh kepada kemerdekaan yang sudah lama
dicita-citakan. Sehari setelah Sukarno dan Hatta
memperoklamasikan kemerdekaan republik Indonesia, Sultan
Hamengkubuwono IX memerintahkan bawahannya untuk
mengirimkan telegram (surat ucapan) selamat kepada
sukarno dan hatta sebagai bentuk dukungan atas
kemerdekaan Indonesia yang sudah lama dinanti-nantikan.
Dilansir dari buku Hamengkubuwono IX : Inspiring Prophetic
Leader (2013) karya Pami Hadi dan Nasyith Majidi.
Keputusan yang diambil oleh Sultan Hamengkubuwono IX
tersebut menggambarkan seorang pemimpin yang berjiwa
demokratis, ringan tangan dan dermawan yang merelakan
status kerajaannya dibawah kepentingan Republik Indonesia.
Pasca kemerdekaan Indonesia, faktanya Indonesia belum
sepenuhnya merdeka dari penjajahan. Setelah menyerahnya
Jepang tanpa syarat pada 15 Agustus 1945, Sekutu dan
Belanda kembali berencana untuk menguasai Indonesia.
Sekutu dan Belanda telah melakukan Perjanjian Bersama
sebelum akhirnya datang ke Indonesia. Perjanjian itu
menyatakan perpindahan kekuasaan atas hak penjajahan
Inggris kepada pihak Belanda atau tentara NICA. Sebab itu
NICA datang ke Indonesia dengan memboncengi Sekutu.
Penderitaan rakyat Indonesia belum berakhir juga,
kedatangan tentara Belanda membuat kepanikan rakyat
Indonesia.