Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Provinsi Riau terbentuk tahun 1957 dengan Tanjung pinang sebagai ibukota sementara.
Dikemudian hari ibukota Riau dipindah ke Pekanbaru. Tokoh yang menduduki jabatan
gubernur Riau pertama adalah S.M. Amin.

Sejarah di Riau  terkait erat dengan Kerajaan Sriwijaya. Sejumlah ahli sejarah berpendapat
bahwa kerajaan ini berpusat di Palembang karena disana ditemukan prasasti peninggalan
Sriwijaya. Beberapa ahli sejarah lain mengatakan bahwa puat Kerajaan Sriwijaya adalah di
Muaratakus (Riau). Masa kajayaan Kerajaan Sriwijaya adalah antara abad ke 11 sampai abad
ke 12. ketika itu kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi eluruh wilayah Indonesia bagian
barat dan seluruh Semenanjung Melayu.

Pasca keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, di Riau muncul beberapa kerajaan. Salah satu kerajaan
besar adalah Kerajaan Malaka yang didirikan oleh Prameswara pada awal abad ke 14.
Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Muhammad
Iskandar Syah pada awal abad ke 15. Kejayaan Malaka ini tidak lepas dari peran panglima
angkatan lautnya, yaitu, Laksamana Hang Tuah.

B. Rumusan masalah
1. Bagiamana sejarah riau?
2. Bagaimana berita kemerdekaan di riau?

C Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagiamana sejarah riau
2. Untuk mengetahui Bagaimana berita kemerdekaan di riau
BAB II
PEMBAHASAN

Kekuasaan Kerajaan Malaka berakhir tanggal 10 Agustus 1511. ketika itu, Ketika itu, Malaka
ditaklukan oleh Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Sultan Mahmud Syah I
yang berhasil menyelamatkan diri dari gempuran Portugis kemudian membangun kerajaan
baru di Bintan. Kerajaan Melayu ini mewarisi kekuasaan Kerajaan Malaka yang meliputi
Kelantan, Perak, Trenggano, Pahang, Johor, Singapura, Bintan, Lingga, Inderagiri, Kampar,
Siak, dan Rokan.

Setelah merasa kuat, Sultan Mahmud Syah I merencanakan untuk melancarkan


serangan balasan terhadap Portugis di Malaka. Dia kemudian melancarkan serangan berturut-
turut tahun 1515, 1516, 1519, 1523, dan 1524. namun semua serangan tersebut tidak berhail
menggoyahkan pertahanan Portugis. Bahkan kemudian Portugis melancarkan serangan
balasan tahun 1526 dan berhasil menguasai Bintan.

Sultan Mahmud Syah I meninggal dunia tahun 1528 di Pekantua. Posisinya digantikan oleh
putranya, yaitu, Sultan Alauddin Riayat Syah II. Dia melanjutkan kebijakan ayahnya dalam
menyikapi penjajah. Pada masa kekuasaannya terjadi banyak peperangan melawan Portugis.
Berbagai peperangan tersebut menelan korban jiwa yang tidak sedikit.

Selain itu, Kerajaan Melayu juga terlibat dalam beberapa kali pertempuran melawan Kerajaan
Aceh. Hubungan anrata Melayu dan Aceh semakin memanas ketika Melayu menjalin
kerjasama dengan Belanda untuk menghancurkan Portugis di Malaka. Permusuhan antara
kedua kerajaan tersebut berlangsung sampai Aceh mulai surut sepeninggal Sultan Iskandar
Muda yang meninggal dunia tahun 1636.

Setelah itu, kekuatan Kerajaan Melayu terpusat untuk menghancurkan Portugis di Malaka.
Pada bulan Juni 1640, Kerajaan Melayu yang bekerjasama dengan Belanda melakukan
penyerangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis kalah pada bulan Januari 1641.

Hubungan baik Kerajaan Melayu dengan Belanda berlangsung sampai tahun 1784. Tanggal
30 Oktober 1784, Kerajaan Melayu diserang Belanda dan ditaklukkan. Kerajaan Melayu
kemudian mengakui kekuasaan Belanda, mulailah era kolonialisme di Keranaan Melayu.
Sebagai mana daerah lain di Indonesia, di Riau terjadi berbagai perlawanan bersenjata
terhadap kolonialisme. Perlawanan besar dilakukan rakyat di daerah Rokan di bawah
pimpinan Tuanku Tambusai (1820-1839). Sebelum berjuang melawan Belanda di Rokan,
Tuanku Tambusai berjuang dalam perang Padri, bersama-sama gurunya, yaitu, Tuanku Imam
Bonjol. Namun tuanku Tambusai tidak berhasil menghancurkan kekuatan Belanda. Dia
kemudian menyingkir ke Malaka dan menetap di daerah Seremban.

Selain tuanku Tambusai, masih banyak tokoh lain yang mengobarkan perlawanan rakyat
terhadap kolonoalisme Belanda. Namun semua perlawanan tersebut dapat dipatahkan
Belanda. Beberapa tokoh yang memimpin perlawanan rakyat adalah Panglima Besar Sulung
yang memimpin perlawanan rakyat Retih tahun 1857, Datuk Tabano di Muara Mahat (1898),
dan Sultan Zainal Abidin di Rokan (1901-1904). Setelah berbagai perlawanan tersebut dapat
diredam, Belanda semakin menancapkan kekuatannya di Riau.

Awal abad ke 20 merupakan era munculnya semangat nasionalisme. Tahun 1916 berdiri
Serikat Dagang Islam di Pekanbaru, didirikan oleh Haji Muhammad Amin. Tahun 1930
berdiri Serikat Islam di Rokan Kanan, didirikan oleh H.M. Arif. Setelah itu muncul beberapa
organisasi lain seperti Muhammadiyah.

Tahun 1942, Jepang masuk dan menguasai daerah Riau. Di era penjajahan Jepang ini, rakyat
semakin sengsara karena seluruh kegiatan rakyat ditujukan untuk mendukung peperangan
yang sedang dilancarkan Jepang di seluruh Asia Pasifik. Hasil pertanian rakyat dirampas dan
penduduk laki-laki banyak yang dijadikan romusha.

Kabar tentang proklamasi kemerdekaan sampai ke Riau tanggal 22 Agustus 1945,


namun teks lengkapnya baru sampai ke Pekanbaru seminggu kemudian. Meskipun sudah
mengatehui dengan pasti perihal kemerdekaan, namun rakyat Riau tidak berani langsung
menyambutnya. Hal ini karena tentara Jepang masih lengkap dengan senjatanya dan belum
adanya pelopor yang meneriakan kemerdekaan.  Baru pada tanggal 15 September 1945, para
pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda PTT berinisiatif untuk menyuarakan
kemerdekaan, sejak hari tiu, pekik kemerdekaan terdengan diseluruh pelosok Riau.

Di awal kemerdekaan, Riau tidak langsung menjadi provinsi, melainkan menjadi bagian dari
provinsi Sumatera. Pada saat Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi, yaitu, Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan, Riau menjadi bagian dari Sumatera Tengah. Baru
pada tahun 1957, status Riau meningkat menjadi Provinsi

Bicara Hari Pahlawan 10 November 2016 tentunya tidak lekang dari Sutomo atau lebih
dikenal Bung Tomo, anak muda ketika itu masih berusia 25 tahun begitu berapi-api
membakar semangat juang rakyat Indonesia dari Surabaya.Cerita maupun kisahnya begitu
akrab dalam buku sejarah di bangku sekolah. Ia berdiri di bawah payung bergaris-garis,
pidato berapi-api sambil mengacungkan tangan, terbayangkan oleh kita begitu
menggeloranya Bung Tomo membakara semangat juang anak bangsa.

Namun Riau juga punya kisah perjuangan heroik yang tak kalah hebat. potretnews.com
mengajak pembaca mengingat cerita perjuangan di Bumi Lancang Kuning. Banyak kisah
yang terlupakan ataupun belum diketahui pertempuran anak Riau melawan penjajah.

Berikut kami ulas lagi cerita perjuangan yang sempat redaksi rekam dari buku sejarah,
observasi maupun wawancara veteran sebagaimana dikutip dari riauonline.co.id:

Kabar Kemerdekaan Baru Sampai di Riau Pada September 1945


"Kabar kemerdekaan baru sampai di Pekanbaru pada pertengahan bulan September 1945,
tepatnya 14 September. Padahal kemerdekaan sudah diproklamsikan di Jakarta pada 17
Agustus 1945," Kata seorang Veteran, Abdullah. Kesulitan komunikasi saat itu,menjadi
kendala utama lambatnya kabar kemerdekaan sampai di Pekanbaru.

Baku Tembak 12 Jam di Tanjungkilang Durai, Inhil


Sebuah pertempuran di Tanjungkilang Durai, Kabupaten Indragiri Hilir sekarang. Meski
Indonesia telah mardeka pada 17 Agustus 1945, namun Belanda berusaha menjajah Indonesia
kembali.

Caranya, Belanda memboncengi Nederland Indishe Civil Administraion (NICA). Tak ayal,
melihat gelagat tersebut dan ingin mempertahankan kemerdekaan, muncul berbagai
pertempuran berdarah.
Di Tanjungkilang Durai. pertempuran warga dengan Belanda terjadi. Daerah tersebut
merupakan desa kecil di Pulau Kirai, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), sekiat 60 mil dari
Sungai Guntung.

Pertempuran Usir Belanda di Bengkalis dalam Sebuah Lukisan


Awal kemerdekaan pada 1945, Tentara KNIL Belanda singgah di Pelabuhan Bengkalis.
Kedatangan tentara tersebut juga disertai permintaan untuk menurunkan bendera Merah Putih
yang berkibar di Bengkalis.

Saat itu, di Bengkalis ada beberapa lokasi bendera Merah Putih telah berkibar. Di antaranya
kantor Bea Cukai, Pos, dan kantor Telegrap. Di saat yang sama prajurit Belanda bertemu
dengan panutan pemerintah RI, dr Soemito.

Pertempuran Heroik 5 Januari 1949 di Rengat

Bagi Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), tanggal 5 Januari merupakan tanggal bersejarah.
Pasalnya, pada tahun 1949, ribuan masyarakat yang bermukim di Rengat dan kota-kota
lainnya di Inhu, dibantai secara keji oleh Belanda.

Letnan Himron Saheman, saksi sejarah perjuangan mengusir Belanda yang masih hidup saat
ini, berusaha mempertahankan markas Batalion III/Resimen IV/Divisi IX Banteng.

Bupati Toeloes, Chairil Anwar, dan Pembantaian Ribuan Warga Rengat


Tahukah Anda pembaca, jika peristiwa pembantaian Tentara Belanda pada 5 Januari 1949 di
Rengat, ternyata merenggut nyawa Bupati Indragiri pertama, Toeloes, dan dikemudian hari
dijadikan hari jadi Kota Rengat melalui Perda Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).

Duarr..Granat Nyoto Tewaskan Pasukan Belanda


Peringatan Hari Veteran Indonesia yang jatuh pada tanggal 11 Agustus 2015 menyimpan
kisah haru dari sosok lelaki tua berusia 93 tahun ini. Dialah Sanyoto, salah satu veteran
pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang kini menetap di Pekanbaru. 
Veteran Ini Menangis Lihat Warga Tak Pasang Bendera
Seorang veteran perjuangan kemerdekaan RI Soegirinoto miris dengan sikap cuek warga
Pekanbaru menyambut hari Kemerdekaan RI ke -70 yang jatuh pada 17 Agustus 2015 (tahun)
lalu. Ia melihat banyak sekali masyarakat tidak memasang bendera merah putih di depan
rumah atau di pertokoan mereka.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dibalik kemerdekaan Republik Indonesia, ternyata ada sosok penting yang telah berjasa
menyebarluaskan berita kemerdekaan ke penjuru dunia. Sang penyebar berita itu tak lain
ialah Mohammad Yusuf Ronodipuro. Yusuf meninggal dunia pada usia 89 tahun, tepat
sekitar 10 jam setelah berita duku atas kematian mantan presiden Indonesia ke-2, Soeharto.

Saat hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, tepat setelah dibacakannya teks
proklamasi oleh Soekarno dan Bung Hatta, Yusuf langsung menyebarkan kabar merdekanya
Indonesia ini ke seluruh penjuru dunia lewat siaran radio Hoso Kyoku. Dia juga merupakan
pendiri Radio Republik Indonesia (RRI) dan juga pernah menjadi Duta Besar luar biasa
Indonesia di Uruguay, Argentina dan Chili.

Mohammad Yusuf Ronodipuro lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada 30 September 1919 kala
Indonesia dibawah penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Memasuki masa penjajahan
Jepang tepatnya pada tahun 1943, Yusuf yang memiliki minat dalam bidang jurnalistik
memutuskan untuk bekerja sebagai seorang wartawan Hoso Kyoku yang merupakan radio
militer milik pemerintahan kolonial Jepang di Jakarta.

B.Saran

Indonesia sudah merdeka sebaiknya kita tetap meliharan kerukan dan kemanan agar tidak
dijajah lagi
DAFTAR PUSTAKA

http://pantauriau.com/news/detail/4470/sosok-wartawan-penyebar-berita-kemerdekaan-
indonesia-ke-penjuru-dunia

Anda mungkin juga menyukai