Anda di halaman 1dari 16

TEORI MICROSTRIP

Oleh : Budi B Subagio


2021

2.1. Sirkuit Microstrip

Peradaban manusia semakin maju dengan adanya perkembangan penting rekayasa dalam bidang
telekomunikasi yang berorde frekuensi tinggi, seperti komunikasi radio, navigasi dan
sebagainya. Salah satu perkembangan teknologi telekomunikasi berfrekuensi tinggi adalah
rangkaian terpadu gelombang mikro (MICS/Microwave Integrated Circuits).

Adanya MICS diperkenalkan rangkaian jalur trasmisi bentuk strip, berbeda dengan saluran
transmisi bentuk konfensional yang kebanyakan menggunakan saluran koaksial dan bumbung
gelombang (waveguide). Microstrip adalah saluran transmisi yang terdiri dari lapisan tipis
konduktor pada suatu permukaan substrat dengan panjang konduktor l, lebar kondutor w, tinggi
substrat h dan tebal konduktor t dengan konstanta permitivitas dielektrik relatif r, seperti dalam
Gambar 2.1 (Liao, 1987)

strip konduktor

w
t

h r Dielektrik substrat

Ground plane

Gambar 2.1 Struktur dasar saluran transmisi microstrip (Liao, 1987)

Microstrip memungkinkan pembentukan rangkaian lengkap, seperti komponen-komponen


resistor, transistor, kapasitor dan induktor kedalam saluran transmisi microstrip dengan ukuran
cm, mm atau mil (Liao, 1987).
Keuntungan teknologi microstrip adalah resolusi yang lebih baik dan kepadatan rangkaian yang
lebih tinggi. Resolusi tinggi yang dihasilkan oleh microstrip menjadikan teknologi ini banyak
digunakan dalam rangkaian terpadu gelombang mikro, karena suatu sistem dengan resolusi
tinggi dan rugi-rugi yang kecil sangat dibutuhkan pada aplikasi jalur transmisi dan elemen
gelombang mikro (Hong et al, 1999).

2.2. Pola Perambatan Gelombang Pada Saluran Microstrip

Microstrip mempuyai dua dielektrik yaitu dielektrik substrat yang dipakai dan dielektrik udara,
sehingga dengan adanya dua dielektrik ini, saluran microstrip mempunyai bidang batas di antara
udara dan substrat, keadaan ini akan menimbulkan perubahan mendadak pada pola radiasi
medan listrik dan medan magnet yang menyebabkan penjalaran gelombang tidak sepenuhnya
transverse electromagnetic (TEM), tetapi dalam mode quasi-TEM. Pada saluran transmisi yang
homogen, suatu mode perambatan gelombang elektromagnetik dapat ditentukan dengan tepat
dan rentang frekuensi tertentu kecepatan fasa penjalaran gelombang pada saluran microstrip
dinyatakan dengan (Hill R., 2003)

c
Vp  (m/detik) (2-1)
 re
dengan :
c = 3 x 108 m/detik
 re = Konstanta dielektrik relatif efektif substrat
Panjang gelombang g pada saluran microstrip dapat ditentukan dengan (Liao, 1987)
0
g  (meter) (2-2)
 re
dengan o = panjang gelombang sinyal di udara

Ilustrasi pola perambatan medan listrik dan medan magnet akibat adanya dua dielektrik,
sehingga ada dua nilai konstanta dielektrik yang mempengaruhi perambatan medan listrik dan
medan magnet yaitu konstanta dielektrik udara dan konstanta dielektrik substrat saluran
microstrip diperlihatkan pada Gambar 2.2
E H

(a) (b)
E

(c)

Gambar 2.2 Gelombang elektromagnetik pada microstrip (Jackson R., 2001)


a. Distribusi medan listrik
b. Distribusi medan magnet
c. Potongan melintang distribusi medan listrik dan magnet

Untuk saluran dalam mikrometer dengan t/h < 0.005 panjang gelombang dinyatakan dengan
(Liao, 1987) :
a. Untuk w/h > 0.6
1
 2
0  r 
   meter  (2-3)
 re 1  0,63(  1)( )0,01255
w
 
r
h

b. Untuk w/h < 0,6


1
 2
  r 
 0   meter  (2-4)
 re 1  0,60(  1)( w )0.0297. 
 
r
h
dengan f = frekuensi dalam Gigahertz
2.3 Bentuk Umum Antena Microstrip

Antena microstrip pada umumnya dipergunakan untuk aplikasi yang beroperasi pada frekuensi
100 MHz ke atas (0 < 3m) (Hill, 2003). Bentuk antena ini merupakan suatu bentuk antena yang
dibuat untuk memanfaatkan prinsip dasar saluran transmisi microstrip, yaitu dengan mencetak
elemen peradiasi (konduktor) pada salah satu sisi permukaan substrat dielektrik dan bidang
pertanahan (ground plane) terdapat pada permukaan sisi lainnya.
Gambar 2.3 memperlihatkan bentuk konfigurasi dasar antena microstrip dengan medan listrik di
sisi kanan dan kiri sepanjang elemen peradiasi.
h

patch w y
t

z
x
dielektrik substrat

Ground plane

a
l udara

t Strip konduktor
εr h Substrat dielektrik

Ground plane
Saluran koaksial

Ground plane
b

Gambar 2.3 Lay out konfigurasi dasar antena microstrip (Balanis, 2005).
a. Bentuk umum antena mikrostrip
b. Pandangan sisi
c. Pandangan sisi koneksi antara elemen peradiasi dengan saluran koaksial

Antena microstrip terdiri atas berbagai macam bentuk geometri. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
Su
Re

b
cta

str
ng atch

at
ule
p

die
rc

lek
op

trik
pe
r
Ground plane (a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.4 Lay out bentuk geometri antena microstrip (Balanis, 2005)
a. Bentuk empat persegi panjang
b. Bentuk lingkaran
c. Bentuk diamond
d. Bentuk tiga sudut
e. Bentuk larik segi empat

Pada bagian peradiasi biasanya digunakan tembaga,perak alloy antara perak dengan paladium
atau kadang-kadang juga dengan emas. Substrat yang digunakan umumnya mempunyai
konstanta dielektrik antara 1,2 sampai 51, misalnya teflon duroid dan alumina atau dari hasil
penelitian ternyata dapat digunakan bahan substrat lain asalkan nilai konstanta dielektriknya
diketahui.
Pada perancangan antena yang pertama diperoleh bentuk Antena Loop Segi Empat bentuk
tunggal dengan panjang antena 11,5 cm lebar strip konduktor 3,22 mm akan tetapi antena
tersebut masih mempunyai kelemahan, yaitu jika digunakan pada daerah yang tetutup
penghalang sinyal yang diterima sangat lemah. Hal yang pernah terjadi saat antena tersebut
dicoba di Jakarta Covention Hall Senayan Jakarta yang ruangannya di bawah tanah dengan
dinding setebal  60 cm, sinyal yang diterima menjadi sangat lemah. Saat itu untuk antena
konvensional sudah tidak dapat menerima sama sekali walaupun antena loop microstrip bentuk
tunggal masih dapat menerima, akan tetapi masih di bawah kualitas yang baik kemudian
penelitian antena yang kedua diperoleh bentuk geometri Loop Segi Empat Array 4 Elemen
menggunakan bahan substrat fiberglass-epoxy dengan nilai konstanta dielektrik relatif r = 4.8,
antena ini memperbaiki kualitas bentuk loop tunggal akan tetapi antena ini mempunyai dimensi
lebih besar. Gambar 2.5 dan Gambar 2.6 adalah dasar perancangan penelitian terdahulu,
sedangkan dalam penelitian ini akan dirancang bentuk Antena Larik Microstrip.
R

Kapasitor
Variabel

Gambar 2.5 Antena Loop Tunggal Microstrip (Subagio B.B., 2009)

R2

Gambar 2.6 Antena Spiral Microstrip (Subagio B.B., 2009)

2.4 Parameter Dasar Antena Microstrip

2.4.1 Panjang Antena

Untuk menentukan panjang antena harus diketahui nilai konstanta dielektrik relatif substrat yang
digunakan karena gelombang yang menjalar pada saluran microstrip mempunyai mode quasi-
TEM, sehingga frekuensi resonansi terjadi bila front to back dipisahkan oleh setengah panjang
gelombang, oleh karena itu panjang antena  > w dinyatakan dengan (Balanis, 2005)
1
fr  (Hz) (2-5)
2  0

Keterangan :
fr = frekuensi resonansi (Hz)
0 (permeabilitas ruang hampa) = 4 x 10-7 H/m
 = 0. r
0 (permitivitas ruang hampa) = 8,854 .10-12 F/m
r = permitivitas dielektrik relatif substrat
 = panjang antena (m)

2.4.2 Impedansi Karakteristik

Salah satu parameter yang penting dalam merancang antena microstrip adalah inpedansi
karakteristik, karena impedansi karakteristik yang tidak sesuai dengan impedansi masukan
antena akan menyebabkan beberapa masalah diantarannya sinyal pantul, distorsi, dan interferensi
antar jalur (Ginsberg, 2007).
Impedansi karakteristik antena microstrip ditentukan oleh lebar konduktor w, tinggi substrat h,
dan konstanta dielektrik r, ditentukan dengan (Liao, 1987)
377h
Z0  (ohm) (2-6)
w r

nilai 377  120  ohm merupakan impedansi intrinsik ruang bebas.

2.4.3 Permitivitas Dielektrik Relatif Efektif


Oleh karena saluran microstrip mempunyai dua bahan dielektrik, yang terdiri oleh dielektrik
substrat dan dielektrik udara, maka muncul komponen dielektrik relatif efektif (re). Konstanta
dielektrik relatif efektif merupakan fungsi konstanta dielektrik relatif (r), lebar strip (w) dan
tinggi substrat (h). Persamaan menentukan konstanta dielektrik relatif efektif dinyatakan (Parini
dan Clive, 1994)
 r 1  r 1 1
10h  2
re =  (1  ) (2-7)
2 2 w
Jika konduktor sangat tipis (t/h < 0,0005), ketebalannya diabaikan, konstanta dielektrik relatif
efektif dinyatakan (Nakar dan P u n i t S . , 2 0 0 4 )

 r 1  r 1 12h  2
1
w
re =  [(1  )  0,04(1  ) 2 ] , untuk w/h < 1 (2-8)
2 2 w h

 r 1  r 1 1
12h  2
re =  (1  ) , untuk w/h > 1 (2-9)
2 2 w

2.4.4. Induktansi

Pada saluran microstrip karena dioperasikan pada frekuensi tinggi maka panjang kondukktor
(l), lebar konduktor (w), dan tebal konduktor (t) akan menimbulkan komponen reaktansi induktif
dan resistif, adanya komponen induktansi ini akan menentukan daerah frekuensi kerja antena
microstrip yang dirancang. Komponen resistansi akan dibahas pada sub bab 2.5 sedangkan
besarnya induktansi (L), bentuk pita dinyatakan (Jang dan Yong W, 2001)
l wt
L = 5,08 x 10-3 ( ln  1,19  0,022 ) (nH) (2.10)
wt l

2.4.5. Kapasitansi
kapasitansi dapat ditimbulkan oleh adanya dua konduktor yang saling berdekatan, terutama
pada frekuensi tinggi (Jackson R., 2001), sehingga akan sangat menentukan frekuensi kerja
antena microstrip. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian ekuivalen antena. Persamaan (2-11) untuk
menentukan kapasitansi yang ditimbulkan oleh adanya dua konduktor yang saling berdekatan
(Hyat, 1990)
 .S
C= (Farad) (2-11)
d
Keterangan :
S = Jarak permukaan konduktor
d = Jarak antara dua konduktor
C = Kapasitansi
 = o r
2.4.6 Impedansi Masukan Terminal Antena

Impedansi masukan antena merupakan salah satu parameter yang harus diketahui terlebih
dahulu. Hal ini dimaksudkan agar pemindahan daya dari atau ke antena dapat maksimum.
Impedansi masukan terminal antena dapat dinyatakan dengan (Balanis, 2005)

ZA = RA + JXA (ohm) (2-12)


Keterangan :
ZA = Impedansi masukan antena (ohm)
RA = Resistansi terminal antena (ohm)
jXA = Reaktansi terminal antena (ohm)
Oleh karena menggunakan prinsip saluran microstrip, maka resistansi antena merupakan
resistansi rugi-rugi pada saluran microstrip. Resistansi rugi-rugi pada antena microstrip sama
dengan rugi-rugi pada antena pada umumnya, yaitu terdiri dari rugi konduktor dan rugi-rugi
radiasi, dapat dilihat pada (Balanis, 2005)
RA = Rr + RL (ohm) (2-13)
Keterangan :
RA = Resistansi terminal antena (ohm)
Rr = Resistansi radiasi (ohm)
RL= Resistansi rugi (ohm)
Resistansi radiasi (Rr) pada antena penerima adalah suatu resistansi semu akibat adanya daya
yang terradiasi dan tidak ikut disalurkan ke penerima, sedangkan resistansi rugi-rugi (Rr)
merupakan daya yang hilang pada antena dalam bentuk panas. Resistansi rugi dipengaruhi oleh
konduktifitas bahan yang digunakan.
Untuk memaksimalkan pemindahan daya dari dan ke antena dibutuhkan rangkaian penyesuai
(matching) yang bertujuan untuk menghilangkan komponen reaktansinya, karena komponen
reaktansi akan memberikan daya semu dalam bentuk rugi-rugi. Selain dengan menggunakan
Persamaaan (2-12), impedansi antena ditentukan dengan mengetahui koefisien pantul yang ada
pada antena, yakni dengan (Balanis, 2005)
Z A  Z0
|| = (2-14)
Z A  Z0

sehingga diperoleh
 1
ZA = Z0 (2-15)
 1
1
VSWR = (2-16)
1
Keterangan :
ZA = Impedansi antena (ohm)
Zo = Impedasi karakteristik (ohm)
 = Koefisien pantul

2.4.7. Pola Radiasi


Pola radiasi antena secara umum dinyatakan sebagai gambaran sifat-sifat radiasi suatu antena.
Pola radiasi pada antena microstrip mempunyai fenomena yang sama dengan pola radiasi pada
pola antena konvensional. Pola radiasi antena dapat ditentukan dengan membandingkan antara
daya sudut 00 (radiasi daya maksimum) dengan daya sudut tertentu, sehingga pola radiasi (P)
dapat ditentukan dengan (Balanis, 2005).
P (dBm) = P0 (dBm) – PT (dBm) (2-17)
Keterangan :
P = Intensitas radiasi antena pada sudut tertentu
P0 = Daya yang diterima antena pada sudut 00
PT = Daya yang diterima antena pada sudut tertentu
Gambar 2.7 memperlihatkan pola radiasi yang terdiri dari arah pola radiasi yang dikehendaki
(main lobe) dan arah radiasi yang tidak diinginkan (minor lobe) serta beberapa kuncup samping
(side lobe) dan kuncup belakang (back lobe).
Gambar 2.7 Bentuk sederhana pola radiasi dalam diagram polar (Balanis, 2005)
Pola radiasi ditentukan pada daerah medan jauh dan digambarkan sebagai fungsi koordinat-
koordinat arah. Sifat radiasi meliputi intensitas radiasi, kuat medan, fasa atau polarisasi.

2.4.8. Polarisasi

Polarisasi antena pada suatu arah tertentu didefinisikan sebagai polarisasi gelombang yang
diradiasikan bila antena berfungsi sebagai pemancar atau polarisasi gelombang datang yang
menghasilkan daya terbesar pada terminal antena, bila antena berfungsi sebagai penerima
(Balanis, 2005).

Apabila arah antena tidak ditentukan, maka polartisasi ditentukan dari polarisasi pada arah yang
menghasilkan penguatan (gain) maksimum. Demikian halnya dengan polarisasi pada antena
microstrip, polarisasi dari gelombang teradiasi merupakan sifat-sifat radiasi gelombang
elektromagnetik yang menggambarkan perubahan arah dan besar relatif vektor medan listrik
sebagai fungsi waktu. Jika vektor yang dilukiskan pada suatu titik sebagai fungsi waktu yang
selalu terarah pada satu garis, maka medan ini disebut polarisasi linear, sedangkan apabila jejak
medan listrik berbentuk elips, maka medan tersebut dikatakan sebagai polarisasi ellips.

2.4.9. Penguatan Antena


Penguatan antena didefinisikan sebagai perkalian antara 4  dengan perbandingan antara
intensitas radiasi dengan daya total yang diterima antena. Penguatan antena microstrip dapat di
tentukan menggunakan metode penguatan perbandingan (comparation gain), yaitu dengan
membandingkan antara daya yang di pancarkan atau yang diterima oleh antena yang di uji
dengan daya yang di pancarkan atau di terima oleh antena isotropis. Antena dengan radiator
isotropis sebenarnya adalah suatu konsep teoretis, sedangkan pada praktisnya, penguatan antena
secara umum dibandingkan dengan intensitas penguatan sebuah antena standar dipole ½ 
dengan nilai mendekati 1.64 kali atau 2.15 dB dibandingkan dengan suatu radiator isotropis.

Besarnya penguatan relatif tersebut ditentukan dengan (Kraus, 1988)


PU
G = 10 log 1.64 (dB) (2-18)
PT
atau
G = 2.15+ Pu (dBm)- Pr (dBm) (2-19)
keterangan
G = Gain antena uji
Pu = Daya yang diterima antena uji
Pr = Daya yang di terima antena referensi

Penguatan pada antena microstrip selain dengan Persamaan (2-19) juga dapat ditentukan dengan
(Wu, et al, 2009)

 4A 
 D  D2 
G = 10 log       1  (dB) (2-20)
 0   2 
dengan :
G = Penguatan antena microstrip (dB)
D1 = panjang modul antena microstrip (cm)
D2 = lebar modul rancangan antena microstrip (cm)
A = Luas antena mikrostrip (cm2) = D1D2
 = Koefisien pelemahan pada microstrip (db/cm)

2.4.10. Keterarahan (Directivity)

Keterarahan adalah kemampuan antena untuk mengkonsentrasikan energi pada arah yang
ditentukan. Keterarahan juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan intensitas radiasi dari
sumber isotropis, dinyatakan oleh (Kraus, 1988)
D=

4 180

2

(dB) (2-21)

keterangan
D = Directivity (dB)
 = lebar berkas pola radiasi horisontal (.0)
 = lebar berkas pola radiasi vertikal (.0)

2.4.11. Lebar Pita (Bandwidth)

Lebar pita antena dapat ditentukan oleh beberapa karakteristik yang memenuhi standar yang
dispesifikasikan. Salah satu spesifikasi standar tersebut adalah Voltage standing Wave Ratio
(VSWR). Nilai pembatasan VSWR ini bermacam-macam sesuai dengan aplikasinya, untuk
komunikasi gelombang mikro dan VHF pemancar daya besar mempunyai batasan VSWR sebesar
1,1 sampai 1,3 sedangkan untuk pemancar daya kecil dengan daya pancar < 100 watt, VSWR
dibatasi sampai 2 (Kraus, 1988). Antena yang mempunyai pita sempit, lebar pita dinyatakan
dengan

fu  fl
BW = x 100% (2-22)
fc
Antena yang mempunyai pita lebar dapat ditentukan dengan
fu
BW = (2-23)
fl
Keterangan
BW = Lebar pita (Hz)
fu = Frekuensi atas pada nilai VSWR tertentu (Hz)
fl = frekuensi bawah pada nilai VSWR tertentu (Hz)
fc = frekuensi batas (cut off) (Hz)

Pada antena microstrip, jika VSWR (S) diketahui, maka lebar pita dapat ditentukan dengan
(Parini, 1994)

100( S  1)8h
BW = (2-24)
3 r  S
Lebar pita antena microstrip sebanding dengan ketebalan substrat yang digunakan. Oleh karena
ketebalan substrat yang digunakan biasanya jauh lebih kecil dari pada ¼ λd oleh karena itu
antena microstrip termasuk antena yang mempunyai lebar pita sempit (narrow band). Lebar pita
antena microstrip dinyatakan

 h 
BW = 4f 2   (MHz) (2-25)
 0,79375 

2.5. Rugi – rugi Pada Saluran Microstrip

Rugi-rugi pada saluran microstrip tergantung pada frekuensi kerja yang digunakan karena
saluran microstrip terdiri oleh beberapa bagian yaitu substrat dan konduktor. Rugi-rugi pada
saluran microstrip ada 3 jenis, yaitu rugi-rugi dielektrik (  d ), rugi-rugi konduktor (  c) dan
rugi-rugi radiasi (Rrad) (Liao, 1987).

2.5.1. Rugi-rugi Dielektrik

Rugi-rugi dielektrik disebabkan oleh adanya sifat konduktif bahan dielektrik dan dinyatakan
sebagai koefisien pelemahan dielektrik dan dapat dinyatakan dengan (Liao, 1987)

d=  tan  (Np/cm) (2.26)
2
atau
q
 d = 1,634 x 103 (dB/cm) (2-27)
 re
1Np = 8,636 dB
Pelemahan dielektrik per satuan panjang gelombang dinyatakan dengan persamaan,
 q  tan   dB 
d = 27,3  r     (2-28)
  re  g  g

tan  merupakan rugi-rugi tangen yang disebabkan oleh sifat perambatan gelombang yang
melalui dua dielektrik pada saluran microstrip. Besarnya rugi-rugi tangen dipengaruhi oleh
dielektrik dan frekuensi kerja.
Nilai tan  ditentukan dengan
.
tan  = (2-29)

q menunjukan faktor pengisian dielektrik, dan dinyatakan oleh W Heeler dengan (Liao,1987).
 re  1
q = (2-30)
r 1
Rugi-rugi dielektrik juga dapat ditentukan dengan (Jang dan Yong W, 2001)

1  re  1 o
 d  4,34  (dB/cm) (2-31)
 re r 1 r

2.5.2. Rugi-rugi Konduktor

Pada aplikasi yang menggunakan frekuensi tinggi akan menyebabkan kerapatan arus hanya akan
terkonsentrasi pada permukaan konduktor. Keadaan ini akan menimbulkan resistansi pada
permukaan konduktor dan dinotasikan dengan Rs yang besarnya dapat dinyatakan dengan (Jang
dan Yong W, 2001)

1
   2
Rs =  0  ohm (2-32)
 2 
dengan  adalah konduktivitas bahan.

2.5.3. Rugi-rugi Radiasi

Resistansi pada antena penerima merupakan resistansi khayal sebagai akibat adanya daya yang
terradiasi dan tidak ikut disalurkan ke pesawat penerima. Besarnya resistansi radiasi untuk
saluran microstrip dinyatakan oleh (Liao, 1987)

2
 
Rr = 240   2
 F ( re ) (2-33)
  
F(re) adalah faktor radiasi dan dinyatakan dengan

  1   re  1    re  1 
F(re) =  re  -   -ln   (2-34)
 2  
  re  1   re re    re  1 
DAFTAR PUSTAKA

Balanis, C.A., 2005. Antena Theory: Analysis and Design, 3rd Edition. Canada. John Wiley and
Sons, Inc.
Subagio Budi S, 1996. Penyesuai Impedansi Untuk Antena Ke saluran Transmisi 300 ke 50 ohm
Dengan Teknologi Mikrostrip. Semarang : Politeknik Negeri Semarang.
Subagio Budi S, 1997. Aplikasi Teknologi Mikrostrip Pada Antena Resonansi Loop Segi Empat
Jalur UHF Dengan Substrat Fiberglass-Epoxy. Semarang : Politeknik Negeri
Semarang.
Subagio Budi S, 1998. Saluran Transmisi Untuk Empat Antena Yang Disusun Phased Array.
Semarang : Politeknik Politeknik Negeri Semarang.
Subagio Budi S, 2003. Perancangan Dan Pembuatan Laboratorium Mikrostrip Dalam Upaya
Peningkatan Relevansi Politeknik Negeri Semarang Dengan Industri Dan
Perkembangan Teknologi Telekomunikasi. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.
Subagio Budi S, 2004. Rancang Bangun Antena Spiral Memanfaatkan Teknologi Mikrostrip.
Jakarta : Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Terapan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.
Ginsberg, L. Gerald, 2007. Printed Circuit Design, Featuring Computer-Aided Technologies.
Singapore : McGraw Hill, Inc.
Hayt, H. William, 1990. Elektromagnetika Teknologi. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Hill Roger, 2003. A Practical Guide To The Design Of Microstrip Antenna Arrays. England :
Philips Research Laboratories Surrey.
Hong, Cheng, Shong, 1999. Gain-Enhanced Broadband Microstrip Antenna. Taiwan : Chien-
Kuo Junior College of Technology and Commerce. Changhua.
Jang and Yong W, 2001. Wide-Band T-Shaped Microstrip-Fed Twin-Slot Array Antenna. Jurnal
ETRI. Volume 23. Chungcheongbuk-Do. Korea.
Liao, S.Y, 1987. Microwave Circuit Analysis and Amplifier Design. New Jersey : Prentice-Hall
International, Inc.
Kraus, John, Daniel, 1988. Antennas. McGraw-Hill International, New York. Lagerqvist.
QunWu, Lu-Kui JIN, Jia-Hui FU, 2009. The Research of Millimeter Wave Low Side-lobe
Micrestrip Antenna Arrays. Journal, Dept. Of Microwave Engineering, Harbin Institute
of Technology, Harbin, P. R. China.
Nakar dan Punit, S., 2004. Design of a Compact Microstrip Patch Antenna
f o r u s e i n Wireless/Cellular Devices. Thesis, The Florida State University.
Parini and Clive. 1994. Moment-Method Analysis of a Finete Array Arbitrary Shaped Microstrip
Patch Radiating Elements. International Journal of Microwave and Millimetrewave
Computer-Aided Engineering, Vol.4. Research, Electronic Engineering. Queen Mary.
University of London.
Jackson R., David, Dr, 2001. Microstrip Antennas With Reduced Surface-Wave and Lateral-
Wave Exitation. Meeting Announcement. University of Toronto.

Anda mungkin juga menyukai