Modul I
Disusun oleh :
Claysius Dewanata - 18016002
Sudut lindung sebuah air terminal dapat diukur dengan menggambarkan daerah lindung
dengan metoda bola gelinding dimana sudut lindung adalah sudut diantara garis singgung bola
gelinding yang mengenai air terminal dengan permukaan tanah. Sudut lindung juga dapat
didekati dengan dengan persamaan Hasse dan Wiesinger berikut ini :
Arus puncak petir yang digunakan dalam menentukan jarak sambar atau sudut lindung
ditentukan dari tingkat proteksi yang diinginkan. Untuk keperluan engineering diambil arus
puncak dengan statistik 50%.
Misalkan arus puncak 40 kA dengan statistik 50% maka sistem proteksi melindungi 50% petir
dengan arus > 40 kA, sedangkan 50% sisanya (<40 kA) tidak terproteksi. Statistik lain yang
biasanya digunakan adalah 85%, 93%, 95% dan 99%.
Beberapa Persamaan Jarak Sambar r = aIb
rc = sambaran ke
rg = sambaran ke tanah kawat phasa atau
Peneliti
kawat tanah
a b a b
Wagner 14.2 0.42 14.2 0.42
Young 27.0 0.32 rg (5) 0.32
Armstrong dan Whitehead 6.0 0.80 6.7 0.80
Brown dan Whitehead 6.4 0.75 7.1 0.75
Love 10.0 0.65 10.0 0.65
Anderson dan IEEE-1985 rc (1) 0.65 8.0 0.65
IEEE-1991 T&D Committee rc (2) 0.65 8.0 0.6
IEEE-1992 T&D Committee rc (3) 0.65 10.0 0.65
Mousa dan IEEE-1995
8.0 8.0 0.65
Substations Committee (4)
Sambaran ke kawat phasa : rc = 0.84hc0.6I0.74
0.6 0.74
Eriksson Sambaran ke kawat tanah : rg = 0.84hg I
Sambaran ke tanah : -
= 0.64 untuk UHV lines, 0.80 untuk EHV lines, 1.0 untuk yang lain
= 22/y, y adadalah tinggi konduktor, 0.6<<0.9 (3) =
0.36 + 0.17 ln(43 – h), jika h>40 maka h = 40
(4) untuk mast, Mousa menggunakan a = 8.8
(5) = 444/(462 – h) untuk h>18 m, = 1 untuk h<18 m
Data Lapangan :
Tinggi tower 150 kV = 33 meter
Tinggi Tower 500 kV = 77 meter ( tiang akhir 65-70 meter)
Tiang dapat direpresentasikan sebagai impedansi surja atau induktansi. Bila tiang
direpresentasikan sebagai induktansi, maka ada penyesuaian nilai tahanan pentanahan dan
impedansi surja kawat tanah, yaitu :
dimana Zg impedansi surja kawat tanah, Zt impedansi surja tower dan Ro nilai tahanan
pentanahan tower
Gambar 2.3.2 Tegangan lebih akibat sambaran ke kawat tanah dan bayang-bayang kawat tanah pada saluran
multikonduktor.
dI
V C.IZ t R o C I.R ' o L
dt
ln( b1 / a 1 )
C
ln( 2.h g / r )
dimana a dan b adalah jarak kawat tanah dengan kawat phasa serta dengan bayangannya.
Bila tegangan lebih V yang terjadi pada kondisi diatas melebihi ketahanan isolatornya maka akan
terjadi lewat denyar - flashover pada isolator. Untuk sambaran langsung pada tiang atau kawat
tanah biasanya disebut lewat denyar balik - back flashover.
Melalui gambar tersebut dapat dilihat bahwa besar nilai arus puncak petir untuk daerah Indonesia (diukur
di Gunung Tangkuban Perahu) untuk probabilitas 50% adalah 40 kA dan 85% adalah 18 kA. Jarak
sambar dapat dihitung sebagai berikut :
r = 6.7 i0.8 = 6.7 x 400.8 = 128.15 m
Layout tersebut berdasarkan pada pengalian skala daripada layout asli yang ada pada realitanya
(tampak samping serta tampak atas). Dilakukan simulasi perlindungan dengan bola gelinding
petir 50% dan 85%.
i. 50%
Menurut simulasi dengan rolling sphere dengan petir 50%, di dapatkan radius bola gelinding
sebesar r = 128,15 meter. Dengan susunan jaringan serta jarak yang didapatkan dari realita,
komponen di GI terlindungi dari sambaran petir secara langsung oleh long rod yang terpasang di
jaringan.
ii. 85%
Menurut simulasi dengan rolling sphere dengan petir 85%, di dapatkan radius bola gelinding
sebesar r = 67,654 meter. Dengan susunan jaringan serta jarak yang didapatkan dari realita,
komponen di GI masih memiliki komponen yang tidak terlindungi (masih dapat tersambar petir),
komponen tersebut merupakan trafo 500/150kV. Namun dengan adanya arrester di belakang 150
kV maka akan meringankan kemungkinan rusak akibat overvoltage.
iii. Transmisi Tampak Depan
Untuk jarak sambar petir sebesar 128.15 meter , didapatkan gambar bola gelinding pada tower
sebagai berikut.
Dengan jarak sambar petir sebesar 128.15m, akan didapatkan sudut lindung yang diberikan
kawat tanah kepada konduktor fasa secara teoritis sebagai berikut
( )
( )
Untuk tower transimisi 500kV yang berada sebelum Dead End Tower, didapatkan 2 sudut
lindung sebagai berikut.
( )
Dari hasil perhitungan dan hasil pengukuran di lapangan, didapatkan bahwa konduktor
fasa yang terdapat pada Dead End Tower 500kV akan terlindungi untuk petir dengan statistik
50% karena sudut lindung yang diberikan oleh menara transmisi ini lebih kecil daripada sudut
lindung maksimum sebelum konduktor fasa terkena petir.
Berdasarkan simulasi metode bola gelinding, didapatkan bahwa secara tampak atas, komponen
GI 150 kV terlindung dari sambaran petir secara langsung akibat dari adanya proteksi berupa
menara serta kawat tanah. Sedangkan menurut daerah lindung yang dilihat dari tampak samping,
bagian antar 2 menara terlindungi dengan sudut lindung 79.8o dan komponen yang bukan
diantara dua menara sebesar 65.6o. Nilai sudut lindung tersebut didapatkan dari persamaan sudut
lindung:
Satu Menara :
( )
2 Menara :
Untuk data petir dengan statistik 50%, didapatkan jarak sambar petir sebagai berikut sesuai
dengan fomula Eriksson
0.8
Untuk jarak sambar petir sebesar 128.15 meter, didapatkan gambar bola gelinding pada tower
transmisi 150kV sebagai berikut.
Gambar 3.3.6 Bola Gelinding Dead End Tower 50%
Dari gambar di atas, terlihat bahwa untuk petir dengan statistik 50%, konduktor fasa yang
terdapat pada tower transmisi terlindungi dengan adanya kawat tanah yang dipasang pada tower
transmisi. Sudut lindung yang diberikan oleh menara transmisi terakhir ini secara teori adalah
sebagai berikut.
( )
( )
Sementara, dari perhitungan sudut lindung di lapangan,
didapatkan data sebagai berikut.
( )
( )
Dari hasil perhitungan dan hasil pengukuran di lapangan, didapatkan bahwa konduktor fasa yang
terdapat pada Dead End Tower 150kV akan terlindungi untuk petir dengan statistik 50% karena
sudut lindung yang diberikan oleh menara transmisi ini lebih kecil daripada sudut lindung
maksimum sebelum konduktor fasa terkena petir.
Tower 150kV
( )
( )
( )
( )
Pada pengamatan di lapangan, didapatkan bahwa DeadEnd tower memiliki Isolator sebesar 30
keping dengan BIL sebesar 2045kV. Sehingga, DeadEnd tower disambar petir dengan
probabilitas 50%, maka tidak akan terjadi Back FlashOver pada Isolator di DeadEnd tower
Bila pada DeadEnd tower dipasangkan konduktor BC 50 mm2 yang dihubungkan ke grounding
sistem di tanah bersamaan dengan kaki menara, maka :
Pada Tower 150kV
Zek = Zt1||Zt2||Zt3||Zt4||Zt5 ||Zkonduktor = 27.27 Ω
Uk = Ipetir*Zt* ( ) = 1767,03 kV
It = Uk/Zt = 15.2 kA
√
Ut = It*Rimpulsground + Lt*ht* + Vsistem* = 759.57 kV
√
Pemasangan Konduktor BC menyebabkan saat terjadi sambaran pada DeadEnd tower dengan
probabilitas 50% akan membuat tegangan pada tower yang dirasakan akan lebih rendah jika
dibandingkan dengan tanpa penggunaan Konduktor BC. Dapat disimpulkan bahwa pemasangan
Konduktor BC cukup bermanfaat karena tegangan pada tower akan menjadi lebih rendah.
Untuk mengukur pentanahan tower, digunakan earth tester. Akan tetapi, pada kunjungan
lapangan, praktikan tidak mengambil data earth tester sehingga nilai Rground tidak didapatkan.
Earth tester menginjeksikan arus DC sehingga nilai yang didapatkan merupakan R DC yang
merupakan grounding shortcircuit. Untuk mendapatkan nilai grounding untuk tegangan impuls
petir, perlu diinjeksikan arus impuls sehingga nilai resistansi yang didapatkan merupakan Rimp.
RgroundDC = ( )
Dengan Impuls
Rgroundimpuls = log10 = 19,79 Ω
Pengukuran dengan frekuensi rendah masih dilakukan oleh masyarakat engineering karena hasil
pengukuran tersebut digunakan untuk menentukan grounding short circuit. Saluran udara 150kV
yang terdapat diantara GI 500kV dan GI 150kV aman dari ancaman direct strike dikarenakan
pada saluran tersebut terdapat kawat tanah di sisi kiri atas dan kanan atas towernya sehingga
saluran udara terproteksi dari sambaran menurut teori bola gelinding.
IV. Kesimpulan
- Seluruh peralatan dalam gardu induk baik pada gardu induk 150kV maupun 500kV
berada pada area perlindungan dari system proteksinya.
- Kawat fasa pada dead end tower baik pada dead end tower 150kV maupun 500kV berada
pada area perlindungan dari Menara dan kawat tanahnya.
- Saluran udara 150kV antara GI 150kV dan 500kV aman dari sambaran langsung pada
petir tertentu.
- Pada jaringan 500 kV, arrester masih memungkinkan tersambar petir secara direct strike
ketika petir berukuran kecil terutama yang sering terjadi di Bandung Selatan (menurut
data petir sekitar 10-20 kA).
- Terdapat sela-sela antar jarak lindung ketika petir yang terjadi berukuran kecil (petir
Bandung Selatan 10-20 kA), sehingga masih dapat memasuki area peralatan listrik.
- Pada tiang 20 kV, Arrester memiliki L yang terlalu panjang sehingga kabel fasa yang ada
tidak terlindungi.
V. Saran
1. Pasang kawat tanah atau long rod sela-sela jarak yang tidak terlindungi untuk 500kV agar
pada petir kecil (10-20 kA) yang sering terjadi di Bandung Selatan dapat melindungi
peralatan.
2. Pasang kembali longrod atau kawat tanah dekat arrester setelah trafo agar dapat
terlindungi dari petir ukuran kecil yang sering terjadi di Bandung Selatan (menurut data
petir 10-20 kA).
3. Pada arrester 20kV, besar nilai L diperkecil agar kawat fasa terlindungi
Daftar Pustaka
[1] Zoro, Reynaldo, “Sistem Proteksi pada Sistem Tenaga Listrik, BUKU, Penerbit ROSDA, Bandung,
2018.
[2] Zoro, Reynaldo. 2019, „Sistem Proteksi Terhadap Sambaran Petir Langsung (Direct Strike)
Ke Gardu Induk Sudut Lindung Menara Transmisi Dan Gardu Induk‟, Bandung, ITB