(2-4)
Dimana :
= Kecepatan aliran (m/s)
= Debit air [0,000004167 m3/s]
Maka :
(2-4)
Dimana :
Dh = Diameter hidrolik (mm)
l = Lebar saluran masuk (mm)
t = Tinggi saluran masuk(mm)
Maka diperoleh Diameter hidrolik saluran masuk :
35
(2-5)
Di mana :
Re = Massa jenis gas Hidrogen [0,0899 gr/l]
= Massa jenis air [998 kg/m3]
= Kecepatan (m/s)
= Diameter hidrolik saluran masuk (mm)
Maka :
Dimana :
= Entrance length (m)
= Bilangan Reynold
= Diameter hidrolik (m)
Maka didapatkan Entrance length sepanjang:
36
1 0
2 10
3 20
4 30
5 40
37
6 50
7 60
8 70
9 80
10 90
38
1 0
2 10
3 20
4 30
5 40
6 50
39
7 60
8 70
9 80
10 90
40
1 0
2 10
3 20
4 30
5 40
6 50
41
7 60
8 70
9 80
10 90
42
a.
b.
c.
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara sudut turbulence promoter terhadap panjang
visualisasi pewarna;
a. Spesimen 1 dengan ukuran ribs a=1cm, b=1, c=0,5cm..
43
Berdasarkan data yang terlihat pada grafik diatas, maka hasil pengujian variasi
jarak pitch, variasi sudut kemiringan turbulator serta variasi debit air terhadap
visualisasi pewarna sesuai dengan hipotesa yang telah disimpulkan sebelumnya bahwa
semakin lebar jarak antar ribs pada suatu turbulence promoter maka kemungkinan
pewarna untuk masuk pada pitch dan memvisualisasikan vortex juga akan semakin
besar
Gambar 4.1 visualisasi vortex pada (a)Sudut 0 dan debit 150 ml/min, (b)Sudut 0 dan
debit 250 ml/min, (c)Sudut 10 dan debit 150 ml/min, (d)Sudut 10 dan debit
250 ml/min, (e)Sudut 20 dan debit 150 ml/min, (f)Sudut 20 dan debit 250
ml/min, (g)Sudut 30 dan debit 150 ml/min, (h)Sudut 30 dan debit 250
ml/min, (i)Sudut 40 dan debit 150 ml/min, (j)Sudut 40 dan debit 250
ml/min, (k)Sudut 50 dan debit 150 ml/min, (l)Sudut 50 dan debit 250
ml/min, (m)Sudut 60 dan debit 150 ml/min, (n)Sudut 60 dan debit 250
ml/min, (o)Sudut 70 dan debit 150 ml/min, (p)Sudut 70 dan debit 250
ml/min, (q)Sudut 80 dan debit 150 ml/min, (r)Sudut 90 dan debit 150
ml/min
Pada beberapa gambar diatas menunjukan pola vortex yang terjadi pada
turbulator 1 dengan pitch 15mm. Pada setiap variasi sudut dan debit terlihat vortex
yang tervisualisasi memiliki kecenderungan bentuk yang sama, dimana terlihat pusaran
45
pada bagian atas celah ribs. Ini terjadi dikarenakan jarak celah yang hanya setengah
dari tinggi ribsnya, sehingga terjadi kecenderungan pola aliran. Pada setengah bagian
atas celah ribs aliran cenderung berpusar dan setengah bagian bawah cenderung diam,
dimana terlihat dari pewarna yang hanya jatuh.
Sebagai contoh pada gambar diatas dengan sudut kemiringan 10 o dan debit 150
mm/min secara keseluruhan hampir di setiap celah terlihat vortex dengan pola yang
sama, disaat bagian atas dari celah ribs berpusar, bagian bawah dari celah ribs terlihat
tidak ada pusaran yang dengan adanya pewarna yang jatuh.
Gambar 4.2 visualisasi vortex pada (a)Sudut 0 dan debit 150 ml/min, (b)Sudut 0 dan
debit 250 ml/min, (c)Sudut 10 dan debit 150 ml/min, (d)Sudut 10 dan debit
250 ml/min, (e)Sudut 20 dan debit 150 ml/min, (f)Sudut 20 dan debit 250
ml/min, (g)Sudut 30 dan debit 150 ml/min, (h)Sudut 30 dan debit 250
ml/min, (i)Sudut 40 dan debit 150 ml/min, (j)Sudut 40 dan debit 250
ml/min, (k)Sudut 50 dan debit 150 ml/min, (l)Sudut 50 dan debit 250
ml/min, (m)Sudut 60 dan debit 150 ml/min, (n)Sudut 60 dan debit 250
ml/min, (o)Sudut 70 dan debit 150 ml/min, (p)Sudut 70 dan debit 250
ml/min, (q)Sudut 80 dan debit 150 ml/min, (r)Sudut 80 dan debit 250
ml/min, (s)Sudut 90 dan debit 150 ml/min, (t)Sudut 90 dan debit 250
ml/min
Gambar diatas menunjukan pola vortex yang terjadi pada turbulator 2 dengan
pitch 30mm. Pada setiap variasi sudut dan debit terlihat vortex yang tervisualisasi
memiliki kecenderungan bentuk yang sama. Pada turbulator 2 vortex cenderung
mempunyai bentuk oval ini dikarenakan jarak pitch yang lebar membuat vortex hampir
melewati semua bagian dari celah ribs.
Vortex yang tervisualisasi pewarna rata-rata memiliki streakline yang
cenderung tidak beraturan dimana banyak streakline yang tidak searah dengan
pathlinenya namun titik pusat vortex pada setiap variasi sudut dan debit rata-rata sama
yaitu pada pojok kanan atas pada celah ribsnya.
a b c
Gambar 4. Titik pusat vortex pada turbulator 2 (a) 0o, (b) 50o, (c) 90o
47
Gambar 4.2 visualisasi vortex pada (a)Sudut 0 dan debit 150 ml/min, (b)Sudut 0 dan
debit 250 ml/min, (c)Sudut 10 dan debit 150 ml/min, (d)Sudut 10 dan debit
250 ml/min, (e)Sudut 20 dan debit 150 ml/min, (f)Sudut 20 dan debit 250
ml/min, (g)Sudut 30 dan debit 150 ml/min, (h)Sudut 30 dan debit 250
ml/min, (i)Sudut 40 dan debit 150 ml/min, (j)Sudut 40 dan debit 250
ml/min, (k)Sudut 50 dan debit 150 ml/min, (l)Sudut 50 dan debit 250
ml/min, (m)Sudut 60 dan debit 150 ml/min, (n)Sudut 60 dan debit 250
ml/min, (o)Sudut 70 dan debit 150 ml/min, (p)Sudut 70 dan debit 250
ml/min, (q)Sudut 80 dan debit 150 ml/min, (r)Sudut 80 dan debit 250
ml/min, (s)Sudut 90 dan debit 150 ml/min, (t)Sudut 90 dan debit 250
ml/min
48
Gambar diatas menunjukan pola vortex yang terjadi pada turbulator 3 dengan
pitch 20mm. Pada setiap variasi sudut dan debit terlihat vortex yang tervisualisasi
memiliki kecenderungan bentuk yang sama. Pada turbulator 3 vortex cenderung
mempunyai bentuk lingkaran sempurna. Ini dikarenakan lebar celah dan tinggi ribs
mempunya ukuran yang sama yaitu 10mm. oleh karena itu vortex yang tervisualisasi
berpusar hampir disetiap sisi dari celah ribs.
a b c
Gambar 4. Titik pusat vortex pada turbulator 2 (a) 0 , (b) 50 , (c) 90o
o o
Titik pusat vortex yang berada hampir ditengah celah ribs menyebabkan bentuk
vortex yang hampir menyerupai lingkaran sempurna. Pada turbulator ini juga vortex
yang dihasilkan stabil dalam artian hampir tidak ada streakline yang keluar dari path
linenya, ini bisa dilihat dari gambar 4. Dimana pewarna yang memvisualisasikan vortex
terlihat halus pada setiap variasi sudut dan debit.
a b c
Gambar 4. Vortex yang terjadi dengan sudut 50o dan debit 250mm/min pada (a)
turbulator 1 (b) turbulator 2, (c) turbulator 3
setengah celah ribs, atau bisa dikatakan vortex tidak terjadi secara menyeluruh pada
permukaan celah ribs.
Jika dibandingkan dengan turbulator 1 dan turbulator 3, pada turbulator 2
vortex yang tervisualisasi memang terlihat lebih menyeluruh namun dengan posisi titik
pusat vortex yang letaknya tidak berada ditengah celah ribs dan jarak celah yang lebih
lebar menyebabkan bentuk vortex lebih menyerupai oval tetapi bentuknya tidak
beraturan dimana streakline pada vortexnya keluar dari pathline secara acak, sehingga
membuat bentuk vortex seperti oval yang tidak beraturan.
Pada turbulator 3 vortex yang tervisualisasi paling baik dibandingkan turbulator
1 dan turbulator 2. Dikatakan paling baik karena vortex yang tervisualisasi lebih
menyeluruh dibanding dua tubulator lainnya dan juga vortex terlihat lebih halus dan
stabil dengan bentuk yang menyerupai lingkaran sempurna. Ini dikarenakan titik pusat
vortex yang berada hampir ditengah celah. Dan juga dengan hampir tidak ada
streakline yang keluar dari jalur pathlinenya ini juga yang mengakibatkan bentuk
vortex yang teratur.