Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


4.1.1 Data Hasil Pengujian
(terlampir)

4.1.2 Contoh Perhitungan


4.1.2.1 Perhitungan Kecepatan Fluida
Untuk mengondisikan fluida yang melewati pipa adalah laminar dibutuhkan
perhitungan kecepatan aliran yang dihitung dengan persamaan berikut :

(2-4)

Dimana :
= Kecepatan aliran (m/s)
= Debit air [0,000004167 m3/s]
Maka :

4.1.2.2 Perhitungan Diameter Hidrolik Saluran Masuk


Saluran masuk air berbentuk pipa kotak sehingga dibutuhkan perhitungan
untuk mendapatkan diameternya, diameter hidrolik saluran masuk dihitung dengan
persamaan (2-4) berikut :

(2-4)

Dimana :
Dh = Diameter hidrolik (mm)
l = Lebar saluran masuk (mm)
t = Tinggi saluran masuk(mm)
Maka diperoleh Diameter hidrolik saluran masuk :
35

4.1.2.3 Perhitungan Bilangan Reynold


Bilangan Reynold diperlukan untuk mengetahui karakteristik aliran. Pada
pengujian ini aliran dikondisikan laminar yang dapat dihitung menggunakan persamaan
(2-5) berikut :

(2-5)

Di mana :
Re = Massa jenis gas Hidrogen [0,0899 gr/l]
= Massa jenis air [998 kg/m3]
= Kecepatan (m/s)
= Diameter hidrolik saluran masuk (mm)
Maka :

4.1.2.4 Perhitungan Entrance Length Dalam Saluran Masuk


Entrance length pada pipa diperlukan untuk mencari jarak fluida dapat
berkembang penuh dalam pipa, karena fluida dikondisikan dalam aliran laminer
entrance length dihitung menggunakan persamaan (2-3) berikut :
(2-5)

Dimana :
= Entrance length (m)
= Bilangan Reynold
= Diameter hidrolik (m)
Maka didapatkan Entrance length sepanjang:
36

4.2 Visualisasi Persebaran Vortex


Tabel 4.1 Visualisasi persebaran vortex pada turbulator 1
Spesimen 1, a=1cm b=1cm c=0,5cm
No. Sudut
Q=150 ml/min Q=250 ml/min

1 0

2 10

3 20

4 30

5 40
37

6 50

7 60

8 70

9 80

10 90
38

Tabel 4.1 Visualisasi persebaran vortex pada turbulator specimen 2

Spesimen 2, a=1cm b=1cm c=2cm


No. Sudut
Q=150 ml/min Q=250 ml/min

1 0

2 10

3 20

4 30

5 40

6 50
39

7 60

8 70

9 80

10 90
40

Tabel 4.1 Visualisasi persebaran vortex pada turbulator specimen 3


Spesimen 2, a=1cm b=1cm c=2cm
No. Sudut
Q=150 ml/min Q=250 ml/min

1 0

2 10

3 20

4 30

5 40

6 50
41

7 60

8 70

9 80

10 90
42

4.3 Pembahasan Grafik


4.3.1 Grafik Hubungan Antara Sudut Turbulence Promoter Terhadap
Persebaran Vortex pada Turbulator

a.

b.

c.

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara sudut turbulence promoter terhadap panjang
visualisasi pewarna;
a. Spesimen 1 dengan ukuran ribs a=1cm, b=1, c=0,5cm..
43

b. Spesimen 2 dengan ukuran ribs a=1cm, b=1, c=2cm.


c. Spesimen 3 dengan ukuran ribs a=1cm, b=1, c=1cm.
Pada gambar 4.1 terlihat pada grafik (a) bahwa semakin besar debit air dalam
sudut yang sama, maka kecenderungannya semakin sedikit jumlah vortex yang
tervisualisasi pewarna. Hal ini dikarenakan pada debit tinggi pewarna yang
dicampurkan kedalam air yang jatuh pada celah ribs yang lebih jauh dari ujung pipa
masuk, berbeda dengan debit rendah dimana pewarna jatuh di dekat ujung pipa masuk.
Pada grafik (b) debit rendah maupun debit tinggi memiliki jumlah celah yang
tervisualisasi yang sama, ini dikarenakan jarak pitch yang lebar membuat jumlah celah
ribs semakin sedikit sehingga pewarna yang masuk mudah tercampur dan membuat
vortex tervisualisasi dengan baik. Pada grafik (c) kecenderungannya mirip dengan
grafik (a) dimana debit rendah jumlah celah yang tervisualisai lebih banyak disbanding
debit tinggi, namun pada beberapa sudut jumlah celah yang tervisualisasi antara debit
rendah dan debit tinggi sama.
Selain itu, pada gambar 4.1 juga terlihat kecenderungan bahwa semakin tinggi
sudut turbulence promoter semakin sedikit pula vortex yang tervisualisasi pewarna. Hal
ini disebabkan penambahan sudut menjadi semakin tinggi akan menyebabkan pewarna
tidak langsung jatuh pada celah ribs melainkan jatuh pada ribs lalu terdorong air dan
jatuh pada celah ribs berikutnya sehingga semakin pendek pula jarak visualisasi yang
terlihat.
Sedangkan apabila grafik (a), (b), dan (c) dibandingkan satu dengan yang
lainnya, maka terlihat bahwa jumlah visualisasi vortex terbanyak terjadi pada Spesimen
1 karena memang spesimen 1 memiliki jumlah pitch terbanyak dibandingkan
spesimen-spesimen lain yang diuji. Yang terbanyak berjumlah 13 pitch yang terlihat
vortex didalamnya. Untuk spesimen 2 dengan jarak pitch yang paling lebar diantara
spesimen-spesimen lain yaitu 2 cm, disemua vasiasi sudut dan debit, vortex
tervisualisasi dengan baik, karena disetiap celah ribs pada turbulator terlihat adanya
vortex.
Jika diurutkan pada tiap spesimen yang memiliki jumlah vortex terbanyak ke
yang paling sedikit yaitu, spesimen 1, spesimen 5 dan spesimen 2. Hal ini disebabkan
dari 3 spesimen itu memiliki jarak pitch yang berbeda – beda. Dengan debit air dan
debit pewarna pada tiap spesimen yang sudah diatur sama, maka hasil yang terlihat
seperti grafik diatas.
44

Berdasarkan data yang terlihat pada grafik diatas, maka hasil pengujian variasi
jarak pitch, variasi sudut kemiringan turbulator serta variasi debit air terhadap
visualisasi pewarna sesuai dengan hipotesa yang telah disimpulkan sebelumnya bahwa
semakin lebar jarak antar ribs pada suatu turbulence promoter maka kemungkinan
pewarna untuk masuk pada pitch dan memvisualisasikan vortex juga akan semakin
besar

4.4 Pembahasan Visualiasasi Vortex


4.4.1 Visualisasi Vortex Turbulator 1

Gambar 4.1 visualisasi vortex pada (a)Sudut 0 dan debit 150 ml/min, (b)Sudut 0 dan
debit 250 ml/min, (c)Sudut 10 dan debit 150 ml/min, (d)Sudut 10 dan debit
250 ml/min, (e)Sudut 20 dan debit 150 ml/min, (f)Sudut 20 dan debit 250
ml/min, (g)Sudut 30 dan debit 150 ml/min, (h)Sudut 30 dan debit 250
ml/min, (i)Sudut 40 dan debit 150 ml/min, (j)Sudut 40 dan debit 250
ml/min, (k)Sudut 50 dan debit 150 ml/min, (l)Sudut 50 dan debit 250
ml/min, (m)Sudut 60 dan debit 150 ml/min, (n)Sudut 60 dan debit 250
ml/min, (o)Sudut 70 dan debit 150 ml/min, (p)Sudut 70 dan debit 250
ml/min, (q)Sudut 80 dan debit 150 ml/min, (r)Sudut 90 dan debit 150
ml/min

Pada beberapa gambar diatas menunjukan pola vortex yang terjadi pada
turbulator 1 dengan pitch 15mm. Pada setiap variasi sudut dan debit terlihat vortex
yang tervisualisasi memiliki kecenderungan bentuk yang sama, dimana terlihat pusaran
45

pada bagian atas celah ribs. Ini terjadi dikarenakan jarak celah yang hanya setengah
dari tinggi ribsnya, sehingga terjadi kecenderungan pola aliran. Pada setengah bagian
atas celah ribs aliran cenderung berpusar dan setengah bagian bawah cenderung diam,
dimana terlihat dari pewarna yang hanya jatuh.

Gambar 4.2 Persebaran Vortex pada turbulator 1

Sebagai contoh pada gambar diatas dengan sudut kemiringan 10 o dan debit 150
mm/min secara keseluruhan hampir di setiap celah terlihat vortex dengan pola yang
sama, disaat bagian atas dari celah ribs berpusar, bagian bawah dari celah ribs terlihat
tidak ada pusaran yang dengan adanya pewarna yang jatuh.

4.4.2 Visualisasi Vortex Turbulator 2


46

Gambar 4.2 visualisasi vortex pada (a)Sudut 0 dan debit 150 ml/min, (b)Sudut 0 dan
debit 250 ml/min, (c)Sudut 10 dan debit 150 ml/min, (d)Sudut 10 dan debit
250 ml/min, (e)Sudut 20 dan debit 150 ml/min, (f)Sudut 20 dan debit 250
ml/min, (g)Sudut 30 dan debit 150 ml/min, (h)Sudut 30 dan debit 250
ml/min, (i)Sudut 40 dan debit 150 ml/min, (j)Sudut 40 dan debit 250
ml/min, (k)Sudut 50 dan debit 150 ml/min, (l)Sudut 50 dan debit 250
ml/min, (m)Sudut 60 dan debit 150 ml/min, (n)Sudut 60 dan debit 250
ml/min, (o)Sudut 70 dan debit 150 ml/min, (p)Sudut 70 dan debit 250
ml/min, (q)Sudut 80 dan debit 150 ml/min, (r)Sudut 80 dan debit 250
ml/min, (s)Sudut 90 dan debit 150 ml/min, (t)Sudut 90 dan debit 250
ml/min

Gambar diatas menunjukan pola vortex yang terjadi pada turbulator 2 dengan
pitch 30mm. Pada setiap variasi sudut dan debit terlihat vortex yang tervisualisasi
memiliki kecenderungan bentuk yang sama. Pada turbulator 2 vortex cenderung
mempunyai bentuk oval ini dikarenakan jarak pitch yang lebar membuat vortex hampir
melewati semua bagian dari celah ribs.
Vortex yang tervisualisasi pewarna rata-rata memiliki streakline yang
cenderung tidak beraturan dimana banyak streakline yang tidak searah dengan
pathlinenya namun titik pusat vortex pada setiap variasi sudut dan debit rata-rata sama
yaitu pada pojok kanan atas pada celah ribsnya.

a b c

Gambar 4. Titik pusat vortex pada turbulator 2 (a) 0o, (b) 50o, (c) 90o
47

4.4.3 Visualisasi Vortex Turbulator 3

Gambar 4.2 visualisasi vortex pada (a)Sudut 0 dan debit 150 ml/min, (b)Sudut 0 dan
debit 250 ml/min, (c)Sudut 10 dan debit 150 ml/min, (d)Sudut 10 dan debit
250 ml/min, (e)Sudut 20 dan debit 150 ml/min, (f)Sudut 20 dan debit 250
ml/min, (g)Sudut 30 dan debit 150 ml/min, (h)Sudut 30 dan debit 250
ml/min, (i)Sudut 40 dan debit 150 ml/min, (j)Sudut 40 dan debit 250
ml/min, (k)Sudut 50 dan debit 150 ml/min, (l)Sudut 50 dan debit 250
ml/min, (m)Sudut 60 dan debit 150 ml/min, (n)Sudut 60 dan debit 250
ml/min, (o)Sudut 70 dan debit 150 ml/min, (p)Sudut 70 dan debit 250
ml/min, (q)Sudut 80 dan debit 150 ml/min, (r)Sudut 80 dan debit 250
ml/min, (s)Sudut 90 dan debit 150 ml/min, (t)Sudut 90 dan debit 250
ml/min
48

Gambar diatas menunjukan pola vortex yang terjadi pada turbulator 3 dengan
pitch 20mm. Pada setiap variasi sudut dan debit terlihat vortex yang tervisualisasi
memiliki kecenderungan bentuk yang sama. Pada turbulator 3 vortex cenderung
mempunyai bentuk lingkaran sempurna. Ini dikarenakan lebar celah dan tinggi ribs
mempunya ukuran yang sama yaitu 10mm. oleh karena itu vortex yang tervisualisasi
berpusar hampir disetiap sisi dari celah ribs.

a b c
Gambar 4. Titik pusat vortex pada turbulator 2 (a) 0 , (b) 50 , (c) 90o
o o

Titik pusat vortex yang berada hampir ditengah celah ribs menyebabkan bentuk
vortex yang hampir menyerupai lingkaran sempurna. Pada turbulator ini juga vortex
yang dihasilkan stabil dalam artian hampir tidak ada streakline yang keluar dari path
linenya, ini bisa dilihat dari gambar 4. Dimana pewarna yang memvisualisasikan vortex
terlihat halus pada setiap variasi sudut dan debit.

4.5 Perbandingan vortex tiap turbulator

a b c
Gambar 4. Vortex yang terjadi dengan sudut 50o dan debit 250mm/min pada (a)
turbulator 1 (b) turbulator 2, (c) turbulator 3

Vortex yang terlihat pada masing-masing turbulator memiliki karakteristik yang


berbeda. Pada turbulator 1 vortex yang terjadi hanya pada bagian atas celah
dikarenakan jarak celah yang hanya setengah tinggi ribsnya. Pada turbulator ini vortex
cenderung memiliki bentuk menyerupai linkaran dan juga titik pusat vortex berada
pada bagian atas celah. Oleh karena itu dengan bentuk yang menyerupai lingkaran dan
titik pusat yang berada pada bagian atas celah ribs menyebabkan vortex hanya ada pada
49

setengah celah ribs, atau bisa dikatakan vortex tidak terjadi secara menyeluruh pada
permukaan celah ribs.
Jika dibandingkan dengan turbulator 1 dan turbulator 3, pada turbulator 2
vortex yang tervisualisasi memang terlihat lebih menyeluruh namun dengan posisi titik
pusat vortex yang letaknya tidak berada ditengah celah ribs dan jarak celah yang lebih
lebar menyebabkan bentuk vortex lebih menyerupai oval tetapi bentuknya tidak
beraturan dimana streakline pada vortexnya keluar dari pathline secara acak, sehingga
membuat bentuk vortex seperti oval yang tidak beraturan.
Pada turbulator 3 vortex yang tervisualisasi paling baik dibandingkan turbulator
1 dan turbulator 2. Dikatakan paling baik karena vortex yang tervisualisasi lebih
menyeluruh dibanding dua tubulator lainnya dan juga vortex terlihat lebih halus dan
stabil dengan bentuk yang menyerupai lingkaran sempurna. Ini dikarenakan titik pusat
vortex yang berada hampir ditengah celah. Dan juga dengan hampir tidak ada
streakline yang keluar dari jalur pathlinenya ini juga yang mengakibatkan bentuk
vortex yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai