Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN UNIT

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL


TKE 192126

Nama : Jhosa Eitfa Altis


NIM : H1A020024
Unit Praktikum : I

Hari / Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 15 September 2021


Jam Pelaksanaan : 13.00 – 15.40

Asisten Kelompok : Rizky Sepdi Nugroho

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PURBALINGGA
2021
UNIT I

LOGIKA DASAR DAN SISTEM BILANGAN

I.1 Dasar Teori

I.1.1 Sinyal Analog dan Sinyal Digital

Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang yang yang kontinyu, yang
membawa informasi dengan mengubah karakteristik gelombang. Dua parameter/ karakteristik
terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog
biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar
untuk semua bentuk isyarat analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis
fourier, suatu sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus. Dengan
menggunakan sinyal analog, maka jangkauan transmisi data dapat mencapai jarak yang jauh,
tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise.

Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi
kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
derau, proses informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi transmisi dengan isyarat digital
hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat. Biasanya isyarat ini juga
dikenal dengan isyarat diskret. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan
bit. Bit merupakan istilah khas pada isyarat digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu
(1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (21). Kemungkinan nilai untuk 2 bit
adalah sebanyak 4 (22), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai
yang terbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2n buah [1].

Gambar 1.1 Perbedaan sinyal analog dan digital


I.1.2 Karakteristik dan Prinsip Gerbang Logika

Gerbang Logika adalah dasar pembentuk Sistem Elektronika Digital yang berfungsi
untuk mengubah satu atau beberapa Input (masukan) menjadi sebuah sinyal Output (Keluaran)
Logis. Gerbang Logika beroperasi berdasarkan sistem bilangan biner. Terdapat 7 jenis Gerbang
Logika Dasar yang membentuk sebuah Sistem Elektronika Digital, yaitu :

A. Gerbang AND

Gerbang AND memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1
Keluaran (Output). Logika AND adalah tanda titik (“.”) atau tidak memakai tanda sama sekali.
Contohnya : Z = X.Y atau Z = XY.

Gambar 1.2 Gerbang Logika AND

B. Gerbang OR

Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1


Keluaran (Output). Simbol yang menandakan Operasi Logika OR adalah tanda Plus (“+”).
Contohnya : Z = X + Y.

Gambar 1.3 Gerbang logika OR

C. Gerbang NOT

Gerbang NOT hanya memerlukan sebuah Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya
1 Keluaran (Output). Gerbang NOT biasanya dilambangkan dengan simbol minus (“-“) di atas
Variabel Inputnya.
Gambar 1.4 Gerbang logika NOT

D. Gerbang NAND

Arti NAND adalah NOT AND, Gerbang NAND merupakan kombinasi dari Gerbang
AND dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output) Gerbang AND.

Gambar 1.5 Gerbang logika NAND

E. Gerbang NOR

Arti NOR adalah NOT OR, Gerbang NOR merupakan kombinasi dari Gerbang OR dan
Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output) Gerbang OR.

Gambar 1.6 Gerbang logika NOR

F. Gerbang X-OR

X-OR adalah singkatan dari Exclusive OR yang terdiri dari 2 masukan (Input) dan 1
keluaran (Output) logika.

Gambar 1.7 Gerbang logika XOR

G. Gerbang X-NOR

X-NOR adalah singkatan dari Exclusive NOR dan merupakan kombinasi dari Gerbang
X-OR dan NOT. Hal ini merupakan kebalikan dari Gerbang X-OR (Exclusive OR) [2].
Gambar 1.8 Gerbang logika XNOR

I.1.3 Hubungan Antar Tegangan Masukan dan Keluaran Pada IC Digital

Gambar 1.9 Gerbang logika OR dan AND

Gerbang logika di bangun atas dua tipe elemen yaitu bipolar dan Metal Oxide
Semikonduktor. Berdasarkan gambar 1.9 diatas ketika tegangan masukan pada titik A,B,C,D
lebih besar dari tegangan barier 0,7 V pada dioda maka akan mulcul sebuah tegangan di F, yang
ditentukan pula oleh karakteristik masing-masing dioda. Seperti yang telah disebutkan diatas
bahwa IC terdiri dari kumpulan resistor, semikondor, kapasitor dan lainnya. Ketika sebuah
sinyal dalam IC mengalami perubahan keadaan maka itu disebut kondisi charge dan discharge,
sedangkan dikenal istilah Rise Time yaitu waktu yang dibutuhkan untuk naiknya 10 % tegangan
maksimum ke 90 % tegangan maksimum. Sedangkan Fall Time adalah waktu yang dibutuhkan
untuk turunya tegangan dari 90 % tegangan maksikum ke 10 % tegangan maksimum [3].

I.1.4 Fenomena Delay Transmisi dari Gerbang Logika Dasar

Salah satu jenis delay adalah delay transmisi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk sebuah
pengirim mengirimkan sebuah paket. Delay dapat dipengaruhi oleh kongesti, media fisik, jarak
atau juga waktu proses yang lama. Delay transmisi bergantung pada rate data yang tersedia
pada link transmisi, tidak ada hubungannya dengan jarak antara klien dan server. Misalnya,
kamu ingin mengirimkan berkas 10 Mb melalui dua macam link: 1 Mbps dan 100 Mbps. Kamu
akan membutuhkan 10 detik untuk menaruh seluruh berkas “ke dalam kabel” dengan link 1
Mbps, dan cukup 0,1 detik saja dengan link 100 Mbps [4].
I.2 Alat dan Bahan

1. Dioda 1N4742A
2. LED Hijau
3. Resistor
4. Switch SW-SPDT
5. Dioda 1N4744A
6. Relay 12v
7. Potentiometer
8. Dioda 1N4001
9. Transistor BD139
10. IC 7400, 7402, 4011,4001
I.3 Langkah Kerja

I.3.1 Percobaan 1 : Logika dan Saklar

1. Membuat simulasi desain rangkaian logika dan saklar dengan inputan DC sebesar 50V,
menyesuaikan potensiometer RV1 agar led menyala, mengukur tegangan di P1 dan P2.

Gambar 1.10 Percobaan 1 yang pertama

2. Mengubah rangkaian seperti gambar dibawah ini. Memasukkan DC sebesar 20 Volt,


kemudian memperhatikan kondisi kedua LED saat switch on atau off.

Gambar 1.11 Percobaan 1 yang kedua

3. Membuat rangkaian seperti Gambar 1.3. Kemudian, mengatur RV2 secara perlahan
hingga state relay berubah. Lalu mengukur tegangan di P1 dan P2.

Gambar 1.12 Percobaan 1 yang ketiga


I.3.2 Percobaan 2 : Logika dan Saklar

1. Membuat rangkaian seperti Gambar 1.4. Lalu memberi masukan pada IN2 dan IN3 sesuai
pada table 1.4 lalu menghitung keluaran tegangan pada titik P4.

Gambar 1.13 Percobaan 2 yang pertama

2. Membuat rangkaian seperti Gambar 1.5. Lalu memberi masukan pada IN3 dan IN4 sesuai
pada table 1.5 lalu menghitung keluaran tegangan pada titik P5.

Gambar 1.14 Percobaan 2 yang kedua

3. Menyusun rangkaian seperti gambar 1.6. mengamati perubahan nilai yang terjadi pada P3
mulai dari 0V sampai 5V dengan kenaikan 1 Volt dan mencatat hasilnya pada sebuah
tabel.

Gambar 1.15 Percobaan 2 yang ketiga


I.3.3 Percobaan 3 : Menghitung Treshold Tegangan

1. Membuat gambar rangkaian pada proteus seperti pada gambar 1.7. Dengan input pulse
sebesar 5v, Frekuensi 10khz, dutycycle 50%. Menggambar dan mengamati sinyal pada
titik P1, P2, P3 dengan oscilloscope.

Gambar 1.16 Percobaan 3 yang pertama


2. Membuat gambar rangkaian pada proteus seperti pada gambar 1.8. Dengan input pulse
sebesar 5v, Frekuensi 10khz, dutycycle 50%. Menggambar dan mengamati sinyal pada
titik P4, P5, P6 dengan oscilloscope.

Gambar 1.17 Percobaan 3 yang kedua


I.3.4 Percobaan 4 : Karakteristik Gerbang Logika Dasar
1. Menghubungkan rangkaian dengan PULSE IN seperti gambar 1.9, sebagai masukan dari
IC TTL dengan logika NAND. Dan mengatur tegangan pulse dengan tegangan minimal 0v
dan tegangan maksimal 5v, berfrekuensi 100 KHz, 50% dutycycle.
2. Menghitung dan menggambarkan bentuk gelombang keluaran pada P6, P7,P8 dengan
oscilloscope.
3. Menghubungkan rangkaian dengan PULSE IN seperti gambar 1.9, sebagai masukan dari
IC TTL dengan logika NOR. Dan mengatur tegangan pulse dengan tegangan minimal 0v
dan tegangan maksimal 5v, berfrekuensi 100 KHz, 50% dutycycle.
4. Menghitung dan menggambarkan bentuk gelombang keluaran pada P9, P10, P11 dengan
oscilloscope.
5. Menghubungkanlah rangkaian dengan PULSE IN seperti gambar 1.9, sebagai masukan
dari IC CMOS dengan logika NAND. Dan mengatur tegangan pulse dengan tegangan
minimal 0v dan tegangan maksimal 5v, berfrekuensi 10 KHz, 50% dutycycle.
6. Menghitung dan menggambarkan bentuk gelombang keluaran pada P12, P13, P14 dengan
oscilloscope.
7. Menghubungkan rangkaian dengan PULSE IN seperti gambar 1.9, sebagai masukan dari
IC CMOS dengan logika NOR. Dan mengatur tegangan pulse dengan tegangan minimal
0v dan tegangan maksimal 5v, berfrekuensi 10 KHz, 50% dutycycle.
8. Menghitung dan menggambarkan bentuk gelombang keluaran pada P15, P16, P17 dengan
oscilloscope.

Gambar 1.18 Percobaan 4


I.3.5 Percobaan 5 : Antarmuka Antara Gerbang Logika

1. Membuat rangkaian seperti gambar 1.10 berikut. Kemudian mencatat dan mengamati
logika masukan dari SW2 dan logika keluaran pata titik P1 dan P2, pada table pengamatan.

Gambar 1.19 Percobaan 5

Anda mungkin juga menyukai