6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1986
tentang Pembentukan Peraturan PerUndang- tentang Perubahan Batas Wilayah
undangan (Lembaran Negara Republik Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal
Lembaran Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389) ; Tahun 1986 Nomor 8, Tambahan Lembaran
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Negara Republik Indonesia Nomor 332.1);
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran 11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 tentang Pengelolaan kualitas air dan
Nomor 32. Tambahan Lembaran Negara Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran
Republik Indonesia Nomor 4377) Negara Republik Indonesia Tahun 2001
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Nomor 153. Tambahan Lembaran Negara
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Republik Indonesia Nomor 4161);
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Indonesia Tahun 2006 Nomor.46 Tambahan
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Nomor 4624);
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 13. Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 2
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Republik Indonesia Nomor 4548) ; Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Kabupaten Tegal (Lembaran Daerah
tentang Perimbangan Keuangan antara Kabupaten Tegal Tahun 2008 Nomor 2 ) ;
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Dengan Persetujuan Bersama
Tahun 2004 Nomor 126. Tambahan Lembaran DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TEGAL
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dan
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara BUPATI TEGAL
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik MEMUTUSKAN
Indonesia Nomor 4725) ;
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN
TEGAL TENTANG PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
-6-
-5-
23. Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air 32. Dewan Sumber Daya Air adalah merupakan wadah
tanah yang dimulai setelah bangunan pompa sampai lahan koordinasi, integrasi kepentingan berbagai sektor, wilayah
yang diairi. dengan para pemilik kepentingan dalam bidang Sumber Daya
24. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun Air.
dan dikelola oleh masyarakat desa atau pemerintah desa. 33. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan
25. Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang penyediaan jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum
bergerak dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung ada jaringan irigasinya.
dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air maupun 34. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan
petani lainnya yang belum tergabung dalam organisasi fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau
perkumpulan petani pemakai air. kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
26. Perkumpulan petani pemakai air yang kemudian disebut P3A yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan
adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah kondisi lingkungan Daerah Irigasi.
petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang 35. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi
dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi. Daerah Irigasi.
27. Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan 36. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi
memakai atau mengusahakan air dari sumber air untuk dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup
kepentingan pertanian. pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,
28. Hak guna pakai air untuk irigasi adalah hak untuk menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian
memperoleh dan memakai air dari sumber air untuk air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan
kepentingan pertanian. data, memantau, dan mengevaluasi.
29. Hak guna usaha air untuk irigasi adalah hak untuk 37. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan
memperoleh dan mengusahakan air dari sumber air untuk mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi
kepentingan pengusahaan pertanian. dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
30. Komisi Irigasi Kabupaten kabupaten adalah lembaga mempertahankan kelestariannya.
koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah 38. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan
kabupaten, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi
Daerah Irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada seperti semula.
kabupaten. 39. Pengelolaan aset irigasi adalah proses manajemen yang
31. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan dan pendanaan
irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah sistem irigasi guna mencapai tingkat pelayanan yang
ada. ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan
pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan
aset irigasi seefisien mungkin.
-9- - 10 -
(4) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dibuat dalam (2) Wilayah kerja GP3A ditetapkan berdasarkan blok sekunder,
rapat anggota dan ditandatangani oleh Ketua gabungan beberapa blok sekunder atau 1 (satu) Daerah Irigasi
P3A/GP3A/IP3A dan sekurang-kurangnya 5 orang anggota sesuai dengan kesepakatan dan penetapan dari para anggota.
serta disyahkan oleh Bupati. (3) Wilayah kerja IP3A ditetapkan berdasarkan blok primer,
(5) Untuk P3A yang akan dikuatkan statusnya menjadi Berbadan gabungan beberapa blok primer atau 1 (satu) Daerah Irigasi
Hukum, dibuat Akta pendirian dengan Akta Notaris dan sesuai dengan kesepakatan dan penetapan dari para anggota.
didaftarkan ke Pengadilan Negeri Slawi.
(6) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perlu Bagian Kedua
disebarluaskan dan dipahami oleh masing-masing anggota Komisi Irigasi
P3A, GP3A, dan IP3A.
Pasal 8
Pasal 6
(1) Dalam rangka mewujudkan keterpaduan merumuskan
(1) Susunan organisasi P3A, GP3A, dan IP3A terdiri dari
kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
pengurus, anggota dan Badan Pengawas.
dibentuk Komisi Irigasi Kabupaten oleh Bupati.
(2) Struktur kepengurusan P3A, GP3A, dan IP3A ditetapkan
(2) Keanggotaan Komisi Irigasi terdiri dari wakil Pemerintah
dalam rapat anggota.
Daerah dan wakil non Pemerintah yang meliputi wakil P3A
(3) Struktur kepengurusan P3A terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,
dan/atau wakil kelompok pengguna jaringan dengan prinsip
Sekretaris, Bendahara, Pelaksana Teknis dan Ketua Blok.
keanggotaan proporsional dan keterwakilan.
(4) Dalam hal wilayah kerja P3A juga mendapatkan sumber air
(3) Komisi Irigasi mempunyai tugas membantu Bupati dalam hal
dari jaringan irigasi pompa, kepengurusannya dapat
sebagai berikut :
dilengkapi dengan unit pengelola irigasi pompa.
a. Merumuskan kebijakan Daerah untuk mempertahankan
(5) Struktur kepengurusan GP3A dan IP3A terdiri dari Ketua,
dan meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi ;
Wakil Ketua, Sekretaris dan Bidang-bidang.
b. Merumuskan pola dan rencana tata tanam pada Daerah
(6) Struktur pengurus Badan Pengawas terdiri dari Ketua dan dua
irigasi ;
orang anggota.
c. Merumuskan rencana tahunan penyediaan air irigasi ;
(7) Kepengurusan P3A, GP3A dan IP3A wajib mengakomodir
d. Merumuskan rencana tahunan pembagian dan pemberian
keterwakilan perempuan.
air irigasi bagi pertanian dan keperluan lainnya ;
(8) Hal-hal yang menyangkut Hak, kewajiban dan
e. Merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan
Tanggungjawab Anggota, Pengurus dan Badan Pengawas
irigasi ; dan
akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
f. Memberikan pertimbangan mengenai izin alih fungsi lahan
beririgasi.
Pasal 7
(4) Susunan organisasi, tata kerja dan keanggotaan Komisi Irigasi
(1) Wilayah kerja P3A ditetapkan berdasarkan petak tersier atau ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
berdasarkan batas wilayah desa sesuai dengan kesepakatan
dan penetapan dari para anggota.
- 13 - - 14 -
(5) Dalam rangka koordinasi pengelolaan di Daerah Irigasi untuk (2) Pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air dilaksanakan
jaringan utama yang berfungsi multiguna dapat dibentuk melalui metoda sosialisasi, motivasi, latihan dan kunjungan,
forum koordinasi Daerah Irigasi. pertemuan berkala, fasilitasi, magang/studi banding,
bimbingan teknis, pelatihan, pendampingan dan metoda lain
Pasal 9 sesuai kondisi setempat serta didasarkan pada kebutuhan
lokal dari hasil profil sosioekonomi, teknik dan kelembagaan
(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Komisi
atau hasil monitoring dan evaluasi kinerja yang dilakukan
Irigasi Kabupaten, dibentuk Sekretariat tetap Komisi Irigasi
secara berkala.
Kabupaten.
(3) Pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air dilaksanakan
(2) Sekretariat tetap Komisi Irigasi Kabupaten dijabat oleh Pejabat
secara sistematis dan terus menerus oleh Dinas yang
atau staf pada dinas yang membidangi irigasi.
membidangi irigasi dan pertanian serta unsur - unsur lain.
(3) Sekretariat tetap Komisi Irigasi Kabupaten berkedudukan di
(4) Sasaran pemberdayaan adalah terbentuknya P3A, GP3A, dan
kantor dinas yang membidangi irigasi.
IP3A yang mandiri maupun dalam aspek organisasi, teknis,
(4) Dalam melaksanakan tugas-tugas rutin, di samping rapat-
keuangan dan partisipasinya maupun dalam pengembangan
rapat organisasi, Komisi Irigasi Kabupaten mengadakan rapat
dan pengelolaan sistem irigasi.
berkala yang dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali
dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan bulan September.
Pasal 11
(5) Komisi Irigasi Kabupaten memberikan laporan kepada bupati
secara berkala, sekurang-kurangnya tiap enam bulan sekali, (1) Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan
yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan program, perkumpulan petani pemakai air, meliputi :
progres pelaksanaan dan peningkatan pengelolaan irigasi di a. merumuskan dan menetapkan kebijakan daerah
daerah kerjanya serta pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi berdasarkan kebijakan nasional yang berlaku.
Irigasi Kabupaten. b. menyusun petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
(6) Komisi Irigasi Kabupaten, di samping mendudukkan wakil pemberdayaan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat dan
resmi dapat mengirim utusan untuk menghadiri kegiatan berdasar pedoman/kebijakan yang berlaku.
forum koordinasi Daerah Irigasi. c. menyediakan bantuan teknis dan pembiayaan untuk
pemberdayaan termasuk dapat mengusahakan penyediaan
modal awal yang bersifat stimulan untuk kemandirian.
BAB IV d. menyediakan Tenaga Pendamping Petani.
PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR e. menciptakan kondisi yang baik dan mendorong
Pasal 10 perkumpulan petani pemakai air untuk menerapkan
teknologi tepat guna bidang irigasi dan pertanian beririgasi
(1) Pemerintah daerah melakukan pemberdayaan perkumpulan yang sesuai kebutuhan, sumber daya dan kearifan lokal
petani pemakai air. melalui penyuluhan, pendidikan dan sebagainya.
f. melaksanakan pelatihan dan meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia yang terlibat dalam pemberdayaan.
- 15 - - 16 -
h. memberi bantuan kepada masyarakat petani apabila tidak b. menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan
mampu melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi tersier yang pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier yang
menjadi tanggung jawab masyarakat petani sesuai permintaan. menjadi tanggung jawabnya.
i. membentuk Komisi Irigasi Kabupaten yang dilengkapi dengan c. memberi persetujuan pembangunan, pemanfaatan,
sekretariat tetap dan penyediaan dana operasionalnya. pengubahan dan atau pembongkaran bangunan dan atau
j. menetapkan petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis untuk saluran irigasi pada jaringan tersier.
melakukan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air d. dapat berperanserta dalam pelaksanaan pengelolaan jaringan
dalam bidang kelembagaan, teknis, dan pembiayaan yang irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kemampuannya.
mencakup peningkatan kemandirian perkumpulan petani e. turut serta menyepakati rencana operasi dan pemeliharaan
pemakai air dalam pengembangan dan pengelolaan sistem jaringan irigasi primer dan sekunder secara tertulis antara
irigasi. pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten,
dan perkumpulan petani pemakai air serta pengguna jaringan
Bagian Kedua irigasi lainnya di setiap Daerah Irigasi.
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Desa f. turut serta melakukan pengawasan masyarakat atas
Pasal 14 pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer
dan sekunder.
Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa meliputi:
a. melaksanakan peningkatan dan pengelolaan sistem irigasi BAB VI
yang dibangun oleh Pemerintah desa. PENGELOLAAN AIR UNTUK IRIGASI
b. mengupayakan efisiensi, efektivitas, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan sistem irigasi pada Daerah Irigasi Bagian Pertama
yang dibangun oleh pemerintah desa. Hak Guna Air untuk Irigasi
c. melaksanakan inventarisasi aset irigasi meliputi jaringan
irigasi dan aset irigasi lainnya yang menjadi kewenangannya Pasal 16
d. menyusun dan mengusulkan permohonan bantuan
(1) Hak guna air diberikan oleh Bupati sesuai kewenangannya.
pembiayaan pengelolaan sistem irigasi desa kepada Bupati.
(2) Hak guna pakai air irigasi diberikan untuk pertanian rakyat
dan hak guna usaha air irigasi diberikan untuk keperluan
Bagian Ketiga
pengusahaan bidang pertanian.
Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat petani dalam
(3) Hak guna air untuk irigasi diberikan untuk jaringan irigasi
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
yang telah selesai dibangun.
Pasal 15 (4) Tata cara permohonan dan pemberian hak guna air diatur
Hak dan tanggung jawab masyarakat petani meliputi: lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
tersier.
- 19 - - 20 -
(2) Pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi primer dan BAB VIII
sekunder dapat dilakukan oleh perkumpulan petani PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
pemakai air, badan usaha, badan sosial atau perseorangan
atas persetujuan Bupati. Pasal 24
(1) Pengelolaan jaringan irigasi dilaksanakan melalui tahap
Bagian Ketiga pengumpulan data, perencanaan operasi, pelaksanaan
Pengembangan Jaringan Irigasi oleh Pemerintah Desa operasi, monitoring dan evaluasi.
(2) Operasi dan pemeliharaan irigasi dilaksanakan sesuai
Pasal 22
dengan norma, standar, pedoman dan manual yang
Pemerintah desa bertanggung jawab dalam peningkatan jaringan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
irigasi yang menjadi kewenangannya. (3) Rehabilitasi jaringan irigasi dilaksanakan berdasarkan
urutan prioritas kebutuhan perbaikan irigasi yang
Bagian Keempat ditetapkan pemerintah daerah setelah memperhatikan
Pengembangan Jaringan Irigasi oleh Perkumpulan Petani pertimbangan Komisi Irigasi Kabupaten.
Pemakai Air
Bagian Kesatu
Pasal 23 Pengelolaan Jaringan Irigasi oleh Pemerintah Daerah.
(1) Perkumpulan petani pemakai air bertanggungjawab atas Pasal 25
pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi tersier.
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam operasi dan
(2) Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu
pemeliharaan serta rehabilitasi jaringan irigasi primer dan
melaksanakan pembangunan dan peningkatan jaringan
sekunder.
irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya, Pemerintah
(2) Pemerintah daerah menetapkan waktu pengeringan dan
daerah dapat memberikan bantuan berdasarkan permintaan
bagian jaringan irigasi yang harus dikeringkan untuk
dari perkumpulan petani pemakai air dengan
keperluan operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi
memperhatikan prinsip kemandirian.
jaringan irigasi setelah berkonsultasi dengan perkumpulan
(3) Pemberian bantuan oleh Pemerintah Daerah kepada
petani pemakai air dan Komisi Irigasi Kabupaten.
perkumpulan petani pemakai air bersifat stimulan dan
(3) Waktu pengeringan yang diperlukan untuk kegiatan
karenanya usulan permintaan bantuan harus disertai dengan
rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi harus
dukungan keswadayaan.
dijadwalkan dalam rencana tata tanam.
(4) Dalam keadaan tertentu Pemerintah Daerah dapat
(4) Pemerintah Daerah bersama perkumpulan petani pemakai
memberikan bantuan dengan tidak melihat kesiapan
air dan pengguna jaringan irigasi di setiap Daerah Irigasi
keswadayaan perkumpulan petani pemakai air.
menyusun rencana tahunan operasi dan pemeliharaan.
- 23 - - 24 -
(2) Rencana pengelolaan aset pada jaringan irigasi, dilaksanakan (3) Forum koordinasi Daerah Irigasi adalah sarana konsultasi
oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, Perkumpulan dan komunikasi antara Pemerintah Daerah, Pemerintah
Petani Pemakai Air serta Pemakai Air Irigasi untuk Desa, perkumpulan petani pemakai air dan pengguna
keperluan lainnya sesuai dengan tanggungjawabnya masing- jaringan irigasi untuk keperluan lainnya dalam rangka
masing. pengelolaan irigasi yang jaringannya berfungsi multiguna
(3) Pelaksanaan pengelolaan aset pada jaringan irigasi, pada suatu Daerah Irigasi.
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, (4) Pembentukan dan Kepengurusan Forum koordinasi daerah
Perkumpulan Petani Pemakai Air serta Pemakai Air Irigasi irigasi ditetapkan oleh Bupati setelah melalui musyawarah
untuk keperluan lainnya sesuai dengan tanggungjawabnya antar anggota forum.
masing-masing.
(4) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud BAB XI
dalam ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh bupati. PEMBIAYAAN PENGELOLAAN IRIGASI
BAB XIV (4) Pemerintah Daerah dapat memberikan Izin prinsip alokasi
PENGAWASAN air untuk ditetapkan menjadi hak guna air irigasi sesuai
Pasal 39 dengan kewenangan dengan memperhatikan ketersediaan
air, kebutuhan air irigasi, aspek lingkungan, dan
(1) Pemerintah Daerah melibatkan perkumpulan petani kepentingan lainnya.
pemakai air dan masyarakat lainnya dalam pengendalian (5) Badan usaha, badan sosial, atau perseorangan yang
dan pengawasan kegiatan yang berkaitan dengan bermaksud memanfaatkan air dari suatu sumber air melalui
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi. jaringan irigasi dapat membangun jaringannya sendiri
(2) Bentuk keterlibatan tersebut dapat berupa pemberian berdasarkan rencana induk pengembangan irigasi setelah
informasi/laporan/pengaduan kepada pemerintah daerah memperoleh ijin dari bupati sesuai kewenangannya.
melalui dinas yang membidangi irigasi. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian ijin
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi untuk memperoleh hak guna air untuk irigasi diatur lebih
kegiatan : lanjut dengan Peraturan Bupati dengan memperhatikan
a. Pemantauan dan evaluasi agar sesuai dengan norma, peraturan perundangan yang berlaku.
standar, pedoman dan manual ;
b. Pelaporan ;
c. Pemberian rekomendasi ; dan BAB XVI
d. Penertiban. ALIH FUNGSI LAHAN BERIRIGASI
(4) Pemerintah daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang membidangi irigasi wajib untuk menindaklanjuti Pasal 41
informasi/laporan/pengaduan dari masyarakat selambat-
lambatnya 7 hari setelah diterimanya laporan/pengaduan (1) Alih fungsi lahan beririgasi tidak dapat dilakukan kecuali
tersebut. terjadi :
a. Perubahan rencana tata ruang wilayah ; atau
BAB XV b. Bencana alam yang mengakibatkan hilangnya fungsi
PERIJINAN lahan dan jaringan irigasi.
Pasal 40 (2) Pemerintah Daerah mengupayakan penggantian lahan
beririgasi beserta jaringannya yang diakibatkan oleh
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan izin pembangunan, perubahan rencana tata ruang wilayah.
pemanfaatan, perubahan, dan/atau pembongkaran (3) Pemerintah Daerah bertanggungjawab melakukan penataan
bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi ulang sistem irigasi dalam hal :
primer dan sekunder dalam satu kabupaten. a. Sebagian jaringan irigasi beralih fungsi ; atau
(2) Pemerintah daerah dapat memberikan ijin penggunaan dan b. Sebagian lahan beririgasi beralih fungsi.
pengusahaan air tanah untuk kepentingan irigasi.
(3) Pemerintah Daerah dapat memberikan ijin pemanfaatan air
irigasi dari bangunan utama.
- 31 - - 32 -
(4) Badan usaha, badan sosial atau instansi yang melakukan i. menambah, merubah fungsi pada bangunan fasilitas
kegiatan yang dapat mengakibatkan alih fungsi lahan sumur pompa.
beririgasi yang melanggar tata ruang wilayah sebagaimana j. mengadakan perubahan dan atau pembongkaran
dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib mengganti lahan bangunan-bangunan dalam jaringan irigasi maupun
beririgasi beserta jaringannya. bangunan pelengkapnya;
k. mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunan-
LARANGAN-LARANGAN bangunan lain seperti yang tersebut pada huruf (a) yang
Pasal 42 berada di dalam, di atas maupun melintasi saluran;
1) Dalam rangka menjaga kelestarian air dan jaringan irigasi l. mendirikan jaring, keramba ikan di dalam saluran irigasi,
tanpa ijin dari Bupati dilarang: waduk atau bangunan irigasi lainnya yang dapat
a. menyadap air dari sungai dan saluran pembawa, selain menghambat aliran dan merusak lingkungan dan
pada tempat yang ditentukan; bangunan irigasi;
b. membuang benda-benda padat dengan atau tanpa alat-alat m. mendirikan, membangun bendung pada saluran drainase
mekanis yang dapat berakibat menghambat aliran, yang dapat mengganggu fungsi drainase;
mengubah sifat fisika, kimiawi dan mekanis air yang dapat n. mengambil bahan-bahan galian golongan C berupa pasir,
merusak fungsi air irigasi dan bangunannya; kerikil, batu atau hasil alam yang sejenis dari jaringan
c. membuat galian atau membuat selokan sepanjang saluran irigasi;
dan bangunan-bangunannya pada jarak tertentu yang 2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih
dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran dan dapat lanjut dalam Peraturan Bupati.
mengganggu stabilitas saluran serta bangunan-bangunan
lainnya;
d. menggembalakan, menambatkan atau menahan hewan BAB XVII
atau ternak di wilayah daerah sempadan saluran; SANKSI ADMINISTRASI
e. merusak dan/atau mencabut rumput atau tanaman yang
Pasal 43
ditanam pada tangkis-tangkis saluran dan bangunan yang
berguna untuk konservasi; 1) Terhadap perbuatan yang melanggar ketentuan pada Pasal 41
f. membudidayakan tanaman pada tangkis-tangkis saluran, ayat (1) dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin.
brem, alur-alur saluran dan sempadan saluran; 2) Terhadap perbuatan yang melanggar ketentuan pada Pasal 41
g. menghalangi atau merintangi kelancaran jalannya air ayat (1) huruf (c), huruf (f), huruf (j), huruf (l), huruf (m) dan
dengan cara apapun; huruf (n) selain dikenakan sanksi pencabutan izin juga
h. mendirikan bangunan di wilayah daerah sempadan dikenakan sanksi pembongkaran bangunan.
saluran kecuali bangunan untuk mendukung peningkatan
fungsi jaringan irigasi;
- 33 - - 34-
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Sumber Daya Air mengamanatkan bahwa penguasaan Irigasi sebagai pemjabaran lebih lanjut pelaksanaan
sumber daya air oleh negara diselenggarakan oleh amanat dalam pasal 41 Undang-undang Nomor 7 Tahun
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah 2004 tentang Sumber Daya Air khususnya yang mengatur
kabupaten/kota dan dipergunakan untuk sebesar-besar berbagai hal mengenai pengelolaan sumber daya air yang
kemakmuran rakyat. Di dalam penyelenggaraannya tetap antara lain mengenai pengembangan dan pengelolaan
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat sistem irigasi telah memuat berbagai ketentuan mengenai
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak irigasi secara terperinci dan komprehensif.
ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang Dalam rangka menetapkan kebijakan pengembangan
serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan dengan dan pengelolaan sistem irigasi di Kabupaten Tegal dengan
kepentingan nasional dan peraturan perUndang-undangan. prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengembangan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang dan pengelolaan, pengembangan dan pengelolaan sistem
Pemerintahan Daerah mengamanatkan penyelenggaraan irigasi dilaksanakan secara partisipatif yang didukung
pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan asas dengan pengaturan kembali tugas, wewenang, dan
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. tanggung jawab kelembagaan pengelolaan irigasi,
Dalam pelaksanaan desentralisasi diberikan keleluasaan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air,
kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah penyempurnaan sistem pembiayaan pengembangan dan
dengan prinsip pendekatan pelayanan kepada masyarakat pengelolaan jaringan irigasi untuk mewujudkan
di berbagai bidang termasuk bidang irigasi. Untuk keberlanjutan sistem irigasi.
menjamin pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi Guna mencapai tingkat pelayanan fungsi irigasi yang
yang efisien dan efektif dilakukan pembagian wewenang terpadu dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan
dan tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan
sistem irigasi antara Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin, perlu
pemerintah kabupaten/kota. Selanjutnya, Undang-undang dilakukan pengelolaan aset irigasi, yaitu proses
-3- -4-
Pasal 10 Pasal 21
Ayat (1) Cukup jelas.
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang Pasal 22
dimaksudkan tidak hanya yang berada dalam Cukup jelas.
Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pasal 23
Pemerintah Daerah, akan tetapi seluruh Ayat (1)
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang ada di Cukup jelas.
Kabupaten Tegal. Ayat (2)
Ayat (2) Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (3)
Ayat (3) Cukup jelas.
Cukup jelas. Ayat (4)
Ayat (4) Yang dimaksud keadaan tertentu antara lain
Cukup jelas. keadaan akibat terjadinya bencana alam yang
Pasal 11 menimbulkan kerusakan yang pendanaannya
Cukup jelas. tidak mampu dilaksanakan oleh perkumpulan
Pasal 12 petani pemakai air.
Cukup jelas. Pasal 24
Pasal 13 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 25
Pasal 14 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 26
Pasal 15 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 27
Pasal 16 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 28
Pasal 17 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 29
Pasal 18 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 30
Pasal 19 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 31
Pasal 20 Cukup jelas.
Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas.
-7-
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.