Anda di halaman 1dari 61

STUDI SERTIFIKASI ALAT PELINDUNG PERNAPASAN

(PROTECTIVE BREATHING EQUIPMENT)

MAJOR ASSIGNMENT

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah AE3140 Sertifikasi Kelaikudaraan

Oleh:
Silvia Amanda 13618015
Wilbert Alexsoh 13618030
Muhammad Ridho Alhafiz 13618031
Nayottama Putra Suherman 13618047
Julius Indra Permana 13618053
Aulia Sufian Adi 13618065

Dosen:
Dr. Ir. Rais Zain M.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK DIRGANTARA


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

BAB I 3
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Ruang Lingkup Kajian 5
1.3. Tujuan 5
1.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 5
1.5. Sistematika Penulisan 6
BAB II 7
2.1. Deskripsi Part 7
2.2. Produsen Luar Negri 12
2.3. Produsen Dalam Negeri 13
BAB III 15
3.1. Regulasi CASR 15
3.2. Regulasi Non-CASR 16
3.2.1. TSO (Technical Standard Order) 16
3.2.2. Service Bulletin 17
3.2.3. Airworthiness Directive 18
3.3. Alur Sertifikasi RLU 18
BAB IV 20
4.1. Deskripsi Jenis Pengujian 20
4.1.1. Pengujian Material PBE 20
4.1.2 Pengujian Performa PBE 25
4.2. Tempat Pengujian 26
4.2.1 Tempat Pengujian Material PBE 26
4.2.2. Tempat Pengujian Performa PBE 28
BAB V 30
5.1. Kesimpulan 30
2
5.2. Saran 31
REFERENSI 32
LAMPIRAN 35

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era sekarang, teknologi semakin berkembang. Begitu pula pilihan transportasi yang
ditawarkan yang kini semakin beragam. Pesawat menjadi salah satu pilihan transportasi yang
banyak digunakan untuk bepergian karena efisiensi waktu tempuh dan juga
kefleksibilitasannya yang dapat menjangkau tempat-tempat yang jauh dan terpencil. Selain
itu alasan utama dari penggunaan pesawat terbang sebagai alat transportasi adalah tingkat
resiko kecelakaan yang rendah apabila dibandingkan transportasi lain. Dikarenakan harus
terjamin dari berbagai macam kemungkinan kecelakaan, maka dibutuhkan sertifikasi yang
ketat untuk setiap part/bagian dari pesawat itu sendiri.

Pada rentang waktu 1981-1990, menurut data dari FAA (Federal Aviation Administration)
tercatat bahwa dua puluh persen dari total kecelakaan pesawat terbang disebabkan karena
munculnya api di pesawat. Kemunculan api disebabkan salah satunya oleh suhu turbin yang
mungkin terlalu tinggi dan penyebab lainnya. Saat munculnya api maka awak kabin haruslah
membantu menangani hal tersebut. Untuk menjaga keselamatan awak kabin maka dibutuhkan
alat pelindung yang dapat membantu awak kabin bernafas selama menangani munculnya api.
Alat tersebut bernama Protective Breathing Equipment.

Protective Breathing Equipment adalah alat pelindung diri berupa stadium pod pribadi yang
dirancang untuk melindungi awak kabin pesawat dari asap, karbon dioksida, gas berbahaya,
dan kurangnya oksigen akibat adanya kebakaran yang terjadi di dalam pesawat selama
penerbangan. PBE berfungsi untuk melindungi awak kabin selama mengatasi masalah
munculnya kebakaran di dalam pesawat. Di dalam PBE juga terdapat supply oksigen yang
dapat dipakai apabila terjadi kekurangan oksigen. Setiap pesawat akan melakukan
penerbangan, kondisi PBE akan selalu di cek terlebih dahulu. Jumlah PBE yang berada di
pesawat haruslah minimal sama dengan jumlah fire extinguisher pada kabin.

4
1.2. Ruang Lingkup Kajian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut adalah ruang lingkup dari kajian mengenai
part Protective Breathing Equipment (PBE).
● Deskripsi produk dari part yang dikaji.
● Penjelasan mengenai produsen-produsen luar dan dalam negeri dari part yang
dikaji.
● Penjelasan mengenai produsen dalam negeri yang berpotensial memproduksi part
yang dikaji.
● Pemaparan regulasi-regulasi yang berlaku dalam proses sertifikasi part yang dikaji.
● Penjelasan mengenai pengujian-pengujian yang perlu dilalui dalam proses
sertifikasi part yang dikaji.
● Penjelasan mengenai tempat-tempat pengujian dalam negeri yang memungkinkan
untuk digunakan untuk pengujian sesuai dengan poin sebelumnya.

1.3. Tujuan

Laporan ini dibuat dengan tujuan-tujuan sebagai berikut.


a. Memberikan penjelasan mengenai deskripsi dan fungsi dari PBE..
b. Memberikan pemaparan mengenai regulasi-regulasi yang terkait dalam mendesain
dan membuat PBE.
c. Memberikan gambaran mengenai pengujian-pengujian yang perlu dilalui dalam
proses sertifikasi PBE.
d. Memberikan gambaran mengenai tempat yang memungkinkan dan berpotensial
dilakukannya pengujian di Indonesia untuk kebutuhan sertifikasi PBE.

1.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
sebagai berikut:

● Studi Pustaka
Metode ini dimanfaatkan untuk pengambilan data dan informasi yang diperlukan
dalam proses sertifikasi dan pengujian Protective Breathing Equipment (PBE)
pesawat. Pustaka yang terkait merupakan regulasi-regulasi yang berkaitan dengan

5
persyaratan dan pengujian PBE. Terdapat referensi-referensi lain juga seperti
artikel dan dokumen di internet untuk mendukung penyusunan laporan ini.

● Diskusi
Diskusi dilakukan secara berkelompok dan untuk menentukan hal-hal apa saja yang
harus dipertimbangkan dalam proses sertifikasi serta pengujian PBE.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini terbagi atas empat bab. Bab satu merupakan bab pendahuluan yang
berisi latar belakang, ruang lingkup kajian, tujuan penulisan, metode dan teknik pengumpulan
data, serta sistematika penulisan laporan. Kemudian pada bab kedua berisi diskusi mengenai
deskripsi part yang menjelaskan mengenai definisi PBE dan jenisnya, juga produsen dalam
negeri serta produsen luar negeri yang dapat memproduksi PBE. Selanjutnya pada bab ketiga
berisi diskusi mengenai regulasi-regulasi yang berkaitan dengan pembuatan LRU untuk PBE
seperti regulasi CASR yaitu CASR 25.1439 dan CASR 25.1441, regulasi non-CASR yaitu
ETSO-C116, TSO-C116a, dan TSO-C99a, serta daftar pengujian yang harus dilakukan untuk
melakukan sertifikasi. Lalu bab keempat berisi diskusi mengenai deskripsi jenis pengujian
yang harus dilakukan untuk melakukan sertifikasi serta tempat pengujian yang dapat
digunakan untuk melakukan pengujian. Kemudian bab terakhir yaitu bab kelima berisi
kesimpulan dari hasil studi pustaka dan diskusi dalam penulisan laporan ini serta saran-saran
dan dapat diambil dari penulisan laporan ini.

6
BAB II

DESKRIPSI PART DAN PRODUSEN

2.1. Deskripsi Part

Protective Breathing Equipment (Alat Pernapasan Pelindung) adalah tudung asap pribadi
portabel, yang dirancang untuk melindungi awak kabin dari efek asap, karbon dioksida, gas
berbahaya, dan kekurangan oksigen saat menangani kebakaran dalam penerbangan, asap atau
fume emergencies. PBE menggunakan level oksigen penerbangan yang terkompresi sebagai
sumber pasokannya untuk anggota kru yang memakai. PBE harus memenuhi persyaratan yaitu
uji pelepasan panas, kepadatan asap, dan toksisitas.

Ada beberapa jenis PBE yang umum digunakan dalam dunia aviasi. Berikut adalah jenis-jenis
PBE.

1. Air liquid

Gambar 1 Contoh PBE Air Liquid

Desain PBE air liquid memastikan bahwa tidak ada penyesuaian yang perlu dilakukan pada
masker oronasal ini dan memberikan detik ekstra yang berharga dalam keadaan operasional.
Kurang dari 8 detik yang diperlukan untuk mengeluarkan tudung dari kotak pelindungnya,
merobek penutupnya yang tersegel dan meletakkannya di atas kepala. Kap tidak perlu disetel
setelah dipasang karena dapat langsung menyesuaikan dengan semua konfigurasi wajah.
Begitu dipasang, alat ini secara otomatis mengirimkan oksigen dan menetralkan CO2 yang
dikeluarkan dan dapat menjamin 15 menit waktu operasi. Terdapat juga diafragma bicara yang

7
memfasilitasi komunikasi dengan sesama. Kap juga disertifikasi untuk melindungi dari
hipoksia (memegang Kualifikasi Penerbangan Sipil QAC168), hingga ketinggian 25000 kaki.
PBE jenis ini merupakan yang paling ringan dipasaran (1.5 kg) dan dengan berat total 2.4 kg.
Serta memiliki umur simpan selama 10 tahun.

Cara memakai PBE Air Liquid adalah sebagai berikut:


1. Keluarkan PBE dari storage case dengan menarik tuas pengunci case.
2. Robek plastik pembungkus PBE.
3. Buka lubang PBE dan kibaskan PBE untuk mengoperasikan.
4. Masukkan PBE ke kepala dan bernafas seperti biasa.

2. DuPont

Gambar 2 Contoh PBE DuPont

Sistem oksigen di Essex (DuPont) PBE (Alat Pernapasan Pelindung) terdiri dari dua rakitan
tabung oksigen yang dipasang di sisi bawah segel leher. PBE ini dilengkapi dengan indikator
lampu hijau dan merah bertenaga baterai yang berfungsi sebagai indikator sekunder untuk
memantau aktivasi oksigen, sehingga meyakinkan pemakainya bahwa peralatan tersebut
berfungsi. Tudung asap PBE dilipat dan disegel vakum dalam kantong penghalang tahan
lembab yang dilengkapi dengan label tanggal pengganti dan indikator kelembaban internal.
PBE ini hanya membutuhkan ruang penyimpanan yang sangat sedikit dan memiliki berat yang
ringan. Penggunaan PBE jenis DuPont ini dilakukan hanya dalam 15 detik. Kap berwarna
kuning tua memberikan jarak pandang 270° dan segel leher elastis tidak memerlukan

8
penyetelan. PBE ini menyediakan oksigen selama 15 menit dan satu ukuran PBE cocok untuk
kebanyakan orang dewasa.

Cara memakai PBE Essex (DuPont) adalah sebagai berikut:


1. Buka kantong plastik PBE dengan merobek bagian atasnya.
2. Renggangkan PBE untuk mengaktifkan oksigen.
3. Buka segel leher dengan melebarkan lubang PBE menggunakan tangan.
4. Kenakan PBE di kepala.
5. Apabila lampu indikator berwarna hijau PBE masih dapat digunakan, lepas PBE apabila
lampu indikator berwarna merah.

3. Scoot

Sistem AVOX PBE dirancang untuk memberikan perlindungan pernapasan selama minimal
15 menit dan di ketinggian maksimal 40000 ft bagi awak pesawat yang terlatih dalam
penggunaannya. Unit sudah tersedia untuk digunakan dalam wadah penyimpanan tertutupnya.
PBE ini memiliki fitur tudung berlapis ganda yang membungkus seluruh kepala yang apabila
dikenakan dengan benar, perangkat dapat mengakomodasi jenggot, rambut panjang, dan juga
kacamata. Unit supporting yang menyuplai oksigen solid-state, terletak di bagian belakang
kap. Hood PBE ini memungkinkan terjadinya komunikasi tanpa mengorbankan pelindung.
PBE ini memiliki masa simpan 10 tahun apabila disimpan dalam case yang tertutup dan
dievakuasi.

9
Gambar 3 Contoh PBE Scoot

Cara memakai PBE Avox (Scoot) adalah sebagai berikut:


1. Keluarkan PBE dari storage case.
2. Robek plastik pembungkus PBE.
3. Tarik cincin aktuasi untuk mengalirkan oksigen (ditandai dengan adanya suara aliran)
4. Saat suara aliran terdengar, buka lubang PBE dan masukkan kepala pengguna ke lubang
dari mulai dagu hingga keseluruh kepala.
5. Setelah terpasang, tarik tudung untuk menyesuaikan posisi wajah dan juga segel leher.

4. Puritan

Gambar 4 Contoh PBE Puritan

Tudung penutup PBE ini dipertahankan oleh generator kimiawi. Juga terdapat speaking
diaphragm untuk memudahkan komunikasi. Kadar air dalam tudung PBE relatif rendah dan
nyaman, juga meminimalkan kabut pada pelindung dan/atau kacamata. Pelindung leher
memanjang ke bawah dari leher tudung untuk melindungi kerah dan area bahu atas pengguna
dari kontak langsung api.

Cara memakai PBE Puritan adalah sebagai berikut:


1. Tarik penutup dari wadah dan keluarkan kemasan foil dan tarik label merah dengan
kencang untuk membuka kemasan foil.
2. Tarik PBE keluar dari kemasan dan kibaskan hingga terbuka.
3. Lebarkan segel leher dengan tangan terentang.
4. Gunakan tudung dengan menariknya ke atas kepala dan posisikan masker menutup
hidung dan mulut.
5. Tarik pelindung leher ke bawah untuk memastikan kerah dan area lainnya tercover.
10
6. Tarik tali pengatur ke depan untuk mengaktifkan pembentukan oksigen.
7. Tarik tali pengikat untuk mengunci masker dengan erat di hidung dan mulut.
8. Jika oksigen gagal menyala, maka oksigen dapat diaktifkan secara manual dengan
menghembuskan nafas secara paksa.

5. Drager

Gambar 5 Contoh PBE Drager

PBE ini memberikan perlindungan kepala dan dada dari panas dan plastik yang menetes.
Oksigen disediakan dalam sirkuit loop tertutup selama 20 menit. Oksigen terpasok segera
setelah menarik perangkat starter. Sumber oksigen pada PBE ini jauh dari kepala dan leher,
sehingga mengurangi tekanan panas dan kebisingan. PBE jenis ini memiliki tekanan yang
sedikit berlebih untuk melindungi pemakainya dari kontaminasi eksternal. Selain itu terdapat
ventilasi anti-kabut built-in penutup kap untuk memberikan pandangan yang 100% jernih
tanpa halangan. PBE jenis ini juga memiliki pemancar ucapan yang memungkinkan
komunikasi dengan penumpang / anggota awak, juga dengan megafon. PBE ini memiliki masa
simpan 10 tahun apabila disimpan dalam case yang tertutup dan dievakuasi.

Cara memakai PBE Drager adalah sebagai berikut:


1. Keluarkan PBE dari storage case.
2. Robek plastik pembungkus PBE dan bentangkan lebar PBE.
3. Buka lubang PBE dengan kedua tangan dan masukkan kepala ke lubang dari belakang
kepala.
11
4. Setelah terpasang, tarik tuas quickstart kemudian ikat tali yang berada di bawah hood
melingkari pinggang

2.2. Produsen Luar Negri

Berikut adalah beberapa contoh produsen luar negeri yang sudah terkemuka dalam produksi
dan penjualan PBE untuk penggunaan pada bidang aviasi.

1. Essex Industries (Amerika Serikat)

Gambar 6 Logo Essex Industries

Essex Industries adalah perusahaan manufaktur produk aerospace and defense yang
dibangun pada tahun 1947 oleh Harold Guller dan Sidney Guller. Segmen produk
utama dari Essex Industries adalah komponen pesawat, platform controls, peralatan
pernapasan darurat, regulator gas, dan peralatan LOX. Salah satu produk dari Essex
Industries adalah PBE-nya yang sudah masuk ke pasar komersial sejak 1989.

2. Collins Aerospace (Amerika Serikat)

Gambar 7 Logo Collins Aerospace

Collins Aerospace adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur produk


aerospace and defense. Collins Aerospace berdiri dari gabungan antara dua
perusahaan, yaitu UTC Aerospace Systems dan Rockwell Collins sejak tahun 2018.
Collins Aerospace menawarkan dua produk PBE, yaitu PBE biasa dan OXYCREW
Protective Breathing Hood, yang memberikan perlindungan lebih untuk awak kabin.

12
3. Air Liquide (Perancis)

Gambar 8 Logo Air Liquide

Air Liquide adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi gas untuk industri
dan kesehatan. Air Liquide berdiri sejak tahun 2012 dan menawarkan jasa dan produk
yang berhubungan dengan kebutuhan gas untuk berbagai industri. Air Liquide
memiliki produk PBE yang digunakan untuk pesawat Airbus A320.

2.3. Produsen Dalam Negeri

Dari hasil studi literatur dan studi pustaka kami, belum ada perusahaan dalam negeri yang
memproduksi PBE untuk penggunaan bidang aviasi. Maka dari itu, penulis berusaha mencari
perusahaan yang memiliki potensial untuk bisa memulai produksi PBE sendiri. Penulis
menilai sebuah perusahaan dalam negeri termasuk berpotensial jika perusahaan tersebut
memiliki pengalaman bergelut di bidang produksi barang yang berhubungan atau sejenis
dengan PBE atau produk-produk part di bidang dirgantara secara umum. Penulis menganggap
bidang produksi barang yang sejenis atau berhubungan dengan PBE adalah bidang produksi
alat-alat perlindungan kebakaran. Penulis menganggap hal tersebut ditinjau dari beberapa
pengujian yang harus dilalui PBE banyak yang sama seperti alat-alat perlindungan kebakaran,
terutama alat perlindungan kebakaran yang membutuhkan suplai oksigen ke pengguna.

Dari hasil studi pustaka kami, belum ada perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang
manufaktur peralatan keselamatan kebakaran. Di Indonesia, banyak perusahaan yang
bergerak di bidang peralatan keselamatan kebakaran bergerak sebagai supplier dan distributor

13
peralatan keselamatan kebakaran, bukan sebagai pabrikan. Maka dari itu, belum ditemukan
perusahaan yang berpotensial menjadi pabrikan PBE di Indonesia. Penulis menemukan dua
perusahaan distribusi yang juga menjual peralatan keselamatan kebakaran tipe respiratory
protection, yaitu yang satu tipe dengan PBE. Berikut adalah perusahaan-perusahaan tersebut.

1. PT. Wahana Safety Indonesia

Gambar 9 Logo PT. Wahana Safety Indonesia

PT. Wahana Safety adalah perusahaan distributor alat-alat keselamatan kerja yang berdiri
sejak tahun 2000. PT. Wahana Safety saat ini memiliki beberapa cabang di tiga kota, yaitu
Jakarta, Surabaya, dan Balikpapan. Tujuan dari perusahaan ini adalah untuk meningkatkan
keselamatan pekerja serta meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kepercayaan pada
lingkungan pekerjaan. Perusahaan ini juga menjual produk bernama Safescape Fire Escape
Smoke Hood ASE30, yaitu hood yang memiliki aliran oksigen ke dalamnya dan bertujuan
untuk melindungi kepala dari asap, yang mirip fungsinya dengan PBE.

2. PT. Kurnia Safety Supplies

Gambar 10 Logo PT. Kurnia Safety Supplies

PT. Kurnia Safety Supplies adalah perusahaan distributor alat-alat keselamatan kerja yang
berdiri sejak tahun 2003 dengan fokus awal pada alat-alat keselamatan kesehatan. Perusahaan
ini berpusat di Jakarta Utara dengan cabang di Balikpapan. Tujuan dari perusahaan ini adalah
untuk mempromosikan dan mengedukasi pelanggan kepada produk keselamatan dan
kesehatan yang berkualitas. PT. Kurnia Safety Supplies menjual produk VERSAFLO TR300-
ECK, yaitu hood pelindung dari asap dan panas yang disertai persediaan oksigen, yang mirip
fungsinya dengan PBE.

14
BAB III

REGULASI KELAIKUDARAAN

3.1. Regulasi CASR

Regulasi mengenai kelaikudaraan Protective Breathing Equipment dibahas pada

CASR 25.1439 Protective Breathing Equipment

(a) If there is a class A, B, or E cargo compartment, protective breathing equipment must be


installed for the use of appropriate crewmembers. In addition, protective breathing
equipment must be installed in each isolated separate compartment in the airplane,
including upper and lower lobe galleys, in which crewmember occupancy is permitted
during flight for the maximum number of crewmembers expected to be in the area during
any operation.
(b) For protective breathing equipment required by paragraph (a) of this section or by any
operating rule, the following apply:
(1) The equipment must be designed to protect the flight crew from smoke, carbon dioxide,
and other harmful gases while on flight deck duty and while combating fires in cargo
compartments.
(2) The equipment must include–
(i) Masks covering the eyes, nose, and mouth; or
(ii) Masks covering the nose and mouth, plus accessory equipment to cover the eyes.
(3) The equipment, while in use, must allow the flight crew to use the radio equipment and to
communicate with each other, while at their assigned duty stations.
(4) The part of the equipment protecting the eyes may not cause any appreciable adverse effect
on vision and must allow corrective glasses to be worn.
(5) The equipment must supply protective oxygen of 15 minutes duration per crewmember at
a pressure altitude of 8,000 feet with a respiratory minute volume of 30 liters per minute
BTPD. If a demand oxygen system is used, a supply of 300 liters of free oxygen at 70⁰ F.
and 760 mm. Hg. pressure is considered to be of 15 minute duration at the prescribed
altitude and minute volume. If a continuous flow protective breathing system is used

15
(including a mask with a standard rebreather bag) a flow rate of 60 liters per minute at
8,000 feet (45 liters per minute at sea level) and a supply of 600 liters of free oxygen at 70⁰
F. and 760 mm. Hg. pressure is considered to be of 15 minute duration at the prescribed
altitude and minute volume. BTPD refers to body temperature conditions (that is, 37⁰C., at
ambient pressure, dry).
(6) The equipment must meet the requirements of paragraphs (b) and (c) of Sec. 25.1441.
CASR 25.1441 Oxygen Equipment and Supply

(b) The oxygen system must be free from hazards in itself, in its method of operation, and in
its effect upon other components.

(c) There must be a means to allow the crew to readily determine, during flight, the quantity
of oxygen available in each source of supply.

3.2. Regulasi Non-CASR

3.2.1. TSO (Technical Standard Order)

Dokumen TSO yang mengatur mengenai Protective Breathing Equipment adalah


sebagai berikut:

ETSO-C116: Crewmember Protective Breathing Equipment

Pada European Technical Standard Order-C116a tertanggal 24 Oktober 2003, tertulis


standar performa minimum yang perlu dipenuhi oleh crew member protective
breathing equipment seperti harus dapat menyuplai pengguna 0-5 menit pada 0.33
watts per pon berat, 5-7 pada 0.66 watt per pon berat dan lain-lain. Selain durasi
penggunaan, konsentrasi gas-gas berbahaya yang disuplai oleh PBE juga dibatasi
seperti 50 ppm karbon monoksida, 1 ppm chloride dan lain lain. Temperatur di dalam
PBE juga diatur yakni tidak boleh melebihi 40 derajat Celcius dan 50 derajat Celcius
selama tidak lebih dari 2 menit dengan kondisi luar PBE 100 derajat celcius. Terdapat
berbagai macam aturan yang diatur dalam aturan yang dikeluarkan European Aviation
Safety Agency ini, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.

TSO-C116a: Crewmember Portable Protective Breathing Equipment

16
Pada TSO ini, membahas mengenai model baru dari crewmember portable protective
breathing equipment setelah TSO ini diberlakukan efektif atau setelah 30 Juli 2009
harus memenuhi dari SAE International Aerospace Standard (AS)8047 mengenai
standar performa untuk cabin crew portable protective breathing equipment yang
digunakan selama keadaan darurat dalam pesawat. Selain itu, dalam TSO ini, PBE
juga dibagi menjadi beberapa kelas mulai dari kelas 1 sampai kelas 4 yang
mengklasifikasikan PBE berdasar ketinggian terbang pesawat dan kondisi kabin.
Dalam TSO ini juga dibahas fungsi dari PBE itu sendiri yakni untuk menyediakan
kebutuhan oksigen bagi crew member untuk memadamkan api yang berada di kabin
pesawat atau kompartemen yang dapat diakses pada ketinggian kabin. Untuk lebih
lengkapnya, TSO C-116a dapat dibaca di lampiran B.

TSO-C99a: Flight Deck (Sedentary) Crewmember Protective Breathing


Equipment

TSO yang diberlakukan efektif sejak tanggal 5 Juni 2008 ini membahas tentang model
crewmember protective breathing equipment (PBE) yang digunakan terkhusus untuk
anggota flight deck yang bersifat sedentary (diharuskan untuk berada di tempat
duduk). TSO ini menegaskan agar PBE model flight deck (sedentary) yang
dimanufaktur harus memenuhi kualifikasi SAE International Aerospace Standard
(AS) 8031A, mengenai standar pelindung anggota flight deck dari atmosfer yang
bersifat beracun dan mengiritasi. Selain itu, TSO ini juga menekankan fungsi utama
dari PBE model flight deck (sedentary) harus dapat melindungi mata dan pernapasan
selama penerbangan dalam keadaan darurat. Kemudian, alat ini juga dianjurkan untuk
digunakan hanya ketika anggota kru tetap berada di tempat duduk. Untuk lebih lanjut,
TSO-C99a telah dilampirkan seperti pada lampiran C.

3.2.2. Service Bulletin

Berikut merupakan salah satu contoh service bulletin mengenai Protective Breathing
Equipment.

B/E Aerospace Service Bulletin (SB) No. 119003-35-011, Rev. 000, tanggal 4
Februari 2015.

17
B/E Aerospace Service Bulletin No. 119003-35-009, Rev. 001, tanggal 12 April, 2016.

3.2.3. Airworthiness Directive

Airworthiness Directive terbaru yang kami dapatkan mengenai protective breathing


equipment yang mulai berlaku efektif sejak 16 Oktober 2017 memberikan penekanan
pada dorongan untuk koordinasi dengan produsen dan kesadaran tentang metode
pembuangan. Selain itu terdapat instruksi untuk mengganti, menginspeksi, dan tidak
lagi menggunakan PBE dengan nomor seri tertentu. Secara inti, Airworthiness
Directive membahas mengenai penggunaan PBE dengan part number 119003-11 dan
119003-21 pada pesawat. Lebih lengkapnya, dapat dibaca pada dokumen yang
dilampirkan.

3.3. Alur Sertifikasi RLU

Gambar 11 Alur proses sertifikasi LRU

Pengajuan sertifikasi LRU di Indonesia akan dikirimkan kepada DKUPPU, yang tentunya
harus memenuhi TSO yang bersangkutan, yaitu TSO-C116a. Dalam pengajuan sertifikasi
tersebut, perlu dilampirkan data-data misalnya instruksi pengopreasian, material, spesifikasi
dan masih banyak lagi seperti yang tertera pada Application Data Requirements,

18
Manufacturer Data Requirements, dan Furnished Data Requirements dalam TSO-C116a
(lihat lampiran B).

Berdasarkan FAA Order 8110.4, terdapat 5 proses sertifikasi: conceptual design,


requirements definition, compliance planning, implementation, dan post-certification. Kelima
proses ini akan dilakukan seiring dengan pengembangan LRU mulai dari desain, pengujian
hingga proses manufaktur. Berdasarkan gambar 11, fase pengembangan produk tahap I
melibatkan pembuatan desain awal produk yang harus memenuhi regulasi dan TSO yang
bersangkutan. Kemudian setelah melewati pengecekan dan mendapatkan Certification Plan
Approval, maka LRU akan memasuki fase pengembangan produk tahap II. Dalam fase ini,
akan dilakukan pembuatan desain detail termasuk manufaktur prototipe dan pengujian agar
memastikan produk LRU yang dihasilkan dapat diimplementasikan dan berfungsi sesuai
dengan yang direncanakan. Lalu ketika proses pengembangan LRU beserta pengujiannya
telah selesai dan terbukti telah memenuhi standar regulasi yang ada, maka sertifikasi akan
disetujui oleh DKUPPU.

19
BAB IV

DESKRIPSI JENIS PENGUJIAN DAN TEMPAT PENGUJIAN

4.1. Deskripsi Jenis Pengujian

Dokumen-dokumen mengenai deskripsi pengujian-pengujian sebagian besar merupakan


dokumen berbayar sehingga penulis tidak bisa mengakses. Namun, beberapa deskripsi
umum dari pengujian dapat diakses sehingga penulis hanya bisa memberikan deskripsi
umum dari pengujian. Akibat keterbatasan tersebut, deskripsi jenis pengujian yang bisa
dipaparkan pada laporan ini hanya beberapa pengujian saja.

4.1.1. Pengujian Material PBE

Pada dasarnya, PBE dapat dibagi dua jenis, yaitu yang terbuat dari material karet,
yang terbuat dari material film, atau yang terdiri dari keduanya. Pengujian-pengujian
di bawah ini merupakan pengujian yang tertera pada referensi TSO C-116a. Pengujian
asli yang dibutuhkan tertera pada dokumen AS8047. Namun, berhubung dokumen
tersebut adalah dokumen berbayar maka penulis tidak bisa mengaksesnya. Maka dari
itu, berikut deskripsi singkat pengujian-pengujian materialnya.

1. ASTM D1149 - Accelerate Ozone Cracking of Vulcanized Rubber.

Pengujian ini bertujuan untuk membedakan antara derajat resistansi ozon di bawah
kondisi terbatas dan spesifik dari accelerated test. Derajat resistansi dinilai dari
kemunculan dan besarnya retakan pada permukaan material subjek pengujian..

Metode pengujian ini digunakan untuk memperkirakan efek paparan di bawah kondisi
regangan tarik permukaan, baik dinamis atau statis, dalam atmosfer yang mengandung
tingkat konsentrasi ozon tertentu pada karet vulkanisasi, karet senyawa, karet lunak
yang dibentuk atau diekstrusi, dan bahan khusus lainnya, atau sebagaimana dapat
ditentukan secara empiris. Pada pengujian ini efek sinar matahari atau cahaya alami
dari sumber buatan dikecualikan.

2. ASTM D624 - Rubber Property-Tear Resistance.

20
Pengujian ini dilakukan untuk menguji karet vulkanisir dan elastomer termoplastik
(TPE). Hal ini dikarenakan sering terjadinya kegagalan dalam service karena
generation dan perambatan jenis rekahan khusus yang disebut sobekan. Metode
pengujian ini mengukur ketahanan terhadap tindak robekan. Kekuatan sobek dapat
dipengaruhi hingga tingkat besar oleh anisotropi yang diinduksi stres (fibering
mekanis), distribusi tegangan, tingkat ketegangan, dan ukuran potongan uji. Hasil
yang diperoleh dalam tes kekuatan sobek hanya dapat dianggap sebagai ukuran dalam
kondisi tes tertentu dan mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan kinerja
layanan.

Metode pengujian ini menjelaskan prosedur untuk mengukur properti karet vulkanisir
konvensional dan elastomer termoplastik yang disebut juga dengan kekuatan sobek.

3. ASTM D228 - Abrasion Resistance

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan resistansi material yang digunakan


terhadap abrasi. Pengujian meliputi prosedur pengambilan sampel, pengecekan,
pengujian secara fisik, dan analisis asphalt roll roofing, cap sheets, dan shingles yang
digunakan pada roofing dan waterproofing. Komponen lain dari bahan ini boleh
diikutsertakan, namun tidak terbatas pada: felts, mats, films, foils, mineral stabilizers,
kertas, mineral surfacing. Setiap bahan ini diperbolehkan untuk dilapisi sebagian atau
seluruhnya, atau dilaminasi, atau dikombinasikan dari semuanya.

Metode pengujian ini mencakup pengujian yang tidak diharuskan oleh setiap standar
produk yang mengacu pada D228 / D228M. Hasil pemeriksaan visual, pengujian fisik,
dan analisis komposisi diperlukan untuk setiap sampel. Data analitik selanjutnya akan
digunakan untuk menghitung kemungkinan minimum untuk massa rata-rata masing-
masing komponen. Metode dan prosedur pengujian secara standar dapat dilihat dari
urutan sebagai berikut:

21
4. ASTM D750 - Rubber Deterioration

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan efek sumber open-flame carbon-arc light,
sumber cahaya carbon-arc tertutup, sumber cahaya xenon-arc, atau sumber UV
fluoresen yang diberi bersamaan dengan panas dan kelembaban pada spesimen karet
yang ditahan di penahan dengan atau tanpa regangan tertentu. Tujuan percobaan ini
adalah untuk mencoba mempercepat efek yang dihasilkan oleh cahaya, panas, dan
kelembaban di lingkungan alam. Kriteria utama yang digunakan dalam
memperkirakan ketahanan terhadap pelapukan karet adalah persentase penurunan kuat

22
tarik dan penambahan panjang hingga putus. Kriteria tambahan untuk memperkirakan
ketahanan terhadap pelapukan adalah tingkat kerusakannya. Dikarenakan perbedaan
dalam distribusi spectral power serta kondisi lain dalam berbagai jenis uji pelapukan
laboratorium, prosedur yang berbeda mungkin tidak menghasilkan ranking kinerja
atau jenis mode kegagalan bahan yang sama.

5. ASTM D1922-67 - Standard Test Method for Propagation Tear Resistance of


Plastic Film and Thin Sheeting by Pendulum Method.

Metode uji ini memiliki nilai dalam ranking ketahanan sobek relatif dari berbagai film
plastik dan lembaran tipis dengan ketebalan yang sebanding. Berbagai pengujian
menunjukkan bahwa tes ini memiliki keandalan terbaik pada film dan lembaran yang
relatif tidak dapat diperpanjang. Variabel elongasi dan efek sobekan oblique pada film
yang dapat diperluas menghalangi penggunaannya sebagai alat kontrol produksi yang
tepat untuk jenis plastik ini. Metode pengujian ini sebaiknya digunakan untuk
pengujian penerimaan spesifikasi hanya setelah terbukti bahwa data untuk bahan
tertentu dapat diperbanyak. Metode pengujian ini harus digunakan untuk evaluasi
layanan hanya setelah kegunaannya untuk aplikasi tertentu ditunjukkan dengan
sejumlah film yang berbeda.

Metode pengujian ini mencakup penentuan gaya rata-rata untuk robekan merambat
melalui film plastik atau lembaran non rigid dengan panjang tertentu setelah sobekan
dimulai. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat uji sobek tipe Elmendorf.
Dua spesimen yang digunakan yaitu satu jenis persegi panjang, dan satu dengan
panjang pengujian radius konstan. Spesimen terakhir akan menjadi spesimen pilihan.

6. ASTM D1004 Tear Resistance (Graves Tear) of Plastic Film and Sheets

Ketahanan sobek dari film plastik atau lembaran adalah fungsi kompleks dari
ketahanan utamanya terhadap pecah material. Geometri spesimen dan kecepatan
pengujian dalam metode pengujian ini dikendalikan untuk menghasilkan robekan di
area kecil yang terkonsentrasi stres pada tingkat yang jauh di bawah dari yang
biasanya ditemui dalam service. Data dari metode pengujian ini melengkapi informasi
komparatif untuk peringkat ketahanan sobek spesimen plastik dengan komposisi yang
23
sama. Ketahanan terhadap robekan film plastik dan lembaran, tidak memiliki korelasi
sederhana dengan ketebalan spesimen. Oleh karena itu, gaya robek yang diukur dalam
newton (atau pound-force) tidak dapat dinormalisasi melalui berbagai ketebalan
spesimen tanpa menghasilkan data yang kurang sesuai mengenai ketahanan sobek
yang sebenarnya dari bahan. Data dari metode pengujian ini hanya sebanding dengan
spesimen, yang bervariasi tidak lebih dari ± 10 % dari nominal atau ketebalan rata-
rata semua spesimen yang diuji. Oleh karena itu, resistensi robek diekspresikan dalam
newton maksimum (atau pound-force) kekuatan untuk merobek spesimen. Disarankan
untuk merujuk pada spesifikasi materialnya sebelum menggunakan metode pengujian
ini. Tabel 1 Sistem Klasifikasi D4000 mencantumkan standar bahan ASTM yang saat
ini ada.

Metode pengujian ini mencakup penentuan ketahanan sobek dari film plastik fleksibel
dan lembaran dengan tingkat pemuatan yang sangat rendah, 51 mm (2 in.) /min dan
dirancang untuk mengukur kekuatan saat mulai terjadi robekan. Stres maksimum,
biasanya ditemukan di dekat timbulnya robek, dicatat sebagai ketahanan air mata
dalam newtons (atau pound-force). Metode ini tidak berlaku untuk materi film atau
lembaran di mana kegagalan rapuh terjadi selama pengujian atau di mana ekstensi
maksimum lebih besar dari 101,6 mm (4 in.).

7. ASTM D2582 - Standard Test Method for Puncture-Propagation Tear Resistance


of Plastic Film and Thin Sheeting

Dokumen ini menjelaskan mengenai metode standar untuk pengetesan ketahanan


propagasi sobek akibat dari tusukan untuk film plastik dan lembaran tipis. Propagasi
akibat tusukan yang dilakukan pada tes sobek dilakukan untuk mengukur resistansi
dari sebuah material terhadap sobeknya material tersebut, atau lebih tepatnya,
terhadap dinamika dari tusukan dan propagasi dari tusukan yang akan mengakibatkan
robeknya material. Dari pengalaman telah ditunjukkan bahwa untuk berbagai
material, tusukan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap gaya yang dihitung,
akibat dari ketajaman dari probe propagasi yang digunakan. Tetapi membandingkan
spesimen tes yang telah tertusuk dengan spesimen tes yang normal akan memberikan
indikasi dari resistensi tusuk. Untuk berbagai material ada kemungkinan bahwa
24
terdapat spesifikasi yang mengharuskan penggunaan dari metode tes ini, tetapi dengan
beberapa prosedur modifikasi yang harus dilakukan terlebih dahulu apabila ingin
mengikuti spesifikasi. Maka dari itu sebaiknya mengacu pada spesifikasi material
tersebut sebelum melakukan metode tes ini. Pada Tabel 1 Classification System
D4000 terdapat daftar standar material ASTM.

4.1.2 Pengujian Performa PBE

1. RTCA DO-160G
Pengujian RTCA DO-160G bertujuan untuk menguji ketahanan terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrem. Berdasarkan ETSO C-116, kondisi lingkungan yang ekstrem
tidak boleh memberi efek negatif pada PBE dan memberikan RTCA DO-160G sebagai
standar yang harus dipenuhi. RTCA DO-160G merupakan dokumen prosedur standar
pengujian efek lingkungan terhadap aircraft equipment. RTCA DO-160G terdiri dari
26 seksi yang membahas pengujian di beberapa komponen-komponen properti
lingkungan seperti variasi temperatur, kelembaban, ketahanan air, fire and
flammability, dan lain-lain.

2. Pengujian performance requirement TSO C-116a


Pengujian yang diperlukan selanjutnya adalah pengujian performance requirement
berdasarkan poin 3.0 dan 4.0 pada Appendix 1 TSO C-116a. Pengujian-pengujian
performance requirements ini bersifat spesifik dan berhubungan dengan aliran gas
yang masuk dan tidak boleh masuk ke PBE, tekanan di dalam PBE, dan temperatur di
dalam PBE. Akibat pengujian yang cukup spesifik terhadap PBE, pengujian ini perlu
disusun protokolnya dan protokol pengujian harus melibatkan 24 orang yang
merepresentasikan populasi yang dibutuhkan sesuai dengan poin 4.0 Appendix 1 TSO
C-116a. Pengujian-pengujian ini dilakukan berdasarkan AS8047, yaitu standar
performa untuk PBE cabin crew saat keadaan darurat, dan AS8031A, yaitu standar alat
pelindung untuk kondisi atmosfer yang toxic and irritating pada air transport flight
deck crew member. Sayangnya, dokumen AS8047 dan AS8031A merupakan dokumen
berbayar sehingga tidak bisa mengakses prosedur pengujian yang spesifik terhadap
PBE ini. Namun, pada pencarian tempat pengujian PBE, ditemukan sebuah
laboratorium yang memberitahukan nama pengujian-pengujian yang perlu dilewati

25
untuk sertifikasi PBE, yaitu horizontal burn testing, radiant heat flux, dripping plastic,
flame penetration, dan heat release and smoke density. Sayangnya tidak diberitahukan
spesifik prosedur dan cara pengujiannya.

4.2. Tempat Pengujian

4.2.1 Tempat Pengujian Material PBE

a. Material Rubber

Penguji : VTEC Laboratories Inc.

Tempat : 212 Manida Street, Bronx, NY 10474

Gambar 12 Logo VTEC Laboratories Inc.

Laboratorium VTEC adalah laboratorium yang menawarkan berbagai pengujian yaitu


pengujian kebakaran & mudah terbakar, pengujian material, pengujian kimia, proyek
pengujian khusus, pengujian fisik, penilaian teknik, dan pengujian lainnya. Pengujian
yang dilakukan laboratorium VTEC sudah memenuhi persyaratan lengkap yang
ditetapkan oleh grup seperti Organisasi Standar Internasional (ISO) dan ASTM. Lab
ini bahkan dapat memberikan pengujian khusus yang dibutuhkan untuk memenuhi
semua persyaratan organisasi ini. Salah satu pengujian untuk PBE yang terdapat pada
lab ini adalah pengujian ASTM D1149 yaitu accelerate ozone cracking of vulcanized
rubber.

Penguji : Laboratorium Pusat Teknologi Material BPPT

Alamat : Gedung 224, Jl. Kw. Puspiptek, Kota Tangerang Selatan, Banten

26
Gambar 13 Logo Pusat Teknologi Material BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga yang bertujuan
untuk mengkaji masalah-masalah teknologi secara mendalam. BPPT memiliki
pelayanan laboratorium pada beberapa bidang. Salah satu bidang tersebut adalah
bidang material, yaitu laboratorium pusat teknologi material BPPT. Salah satu
pengujian yang bisa dilakukan adalah pengujian karet dengan beberapa alat. Banyak
pengujian yang bisa dilakukan untuk kebutuhan sertifikasi PBE, salah satunya adalah
abrasion testing.

b. Material Plastic Film and Sheeting

Penguji : Applied Technical Service

Tempat : 1049 Triad Court, Marietta, GA 30062

Gambar 14 Logo Applied Technical Services

Laboratorium ini didirikan pada tahun 1967, dan telah membangun reputasi dengan
bisnis, industri, dan profesi hukum. Pengujian yang dilakukan diantaranya adalah
pengujian metalurgi dan material, analisis kimia, pengujian non-destruktif, teknik

27
forensik dan konsultasi, investigasi kebakaran dan ledakan, dan kalibrasi jasa. Dari
berbagai jenis industri salah satunya adalah aerospace. Sertifikasi yang dimiliki oleh
lab ini adalah:

- Beberapa Akreditasi ISO / IEC 17025: 2017 (A2LA)


- European Aviation Safety Agency (EASA)
- Sertifikasi ISO 9001-2015
- Beberapa Sertifikat Stasiun Perbaikan FAA
- EN71 Pengujian Keamanan Mainan Eropa
- Lab Terakreditasi CPSC
- Beberapa Akreditasi NADCAP
- Sertifikasi Daimler Class "A"

4.2.2. Tempat Pengujian Performa PBE

Penguji : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian

Tempat ; Jalan Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 Jawa Barat

Gambar 15 Logo Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Pada Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian terdapat
berbagai jasa pengujian sesuai kebutuhan. Salah satu pengujian yang bisa dilakukan
pada balai ini adalah pengujian-pengujian yang dibutuhkan untuk ketahanan terhadap
panas dan api. Pengujian tersebut bisa dilakukan di laboratorium elektronika di Balai
Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian.

Penguji : Aeroblaze Laboratory

Tempat : 12819 Harmon Rd. Bldg 575, Fort Worth, Texas, Amerika Serikat

28
Gambar 16 Logo Aeroblaze Laboratory

Aeroblaze Laboratory adalah laboratorium pengujian independen yang fokus ke


flammability testing untuk industri dirgantara. Aeroblaze Laboratory menawarkan jasa
pengujian dan sertifikasi produk dirgantara ke FAA kepada perusahaan-perusahaan
manufaktur produk dirgantara yang berkaitan dengan keselamatan terhadap panas dan
api. Aeroblaze Laboratory bahkan sudah menawarkan paket untuk pengujian performa
dari PBE berdasarkan TSO-C116a. Pengujian yang dilakukan termasuk horizontal
burn testing, radiant heat flux, dripping plastic, flame penetration, dan heat release
and smoke density.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Protective Breathing Equipment adalah sebuah tudung asap pribadi yang dapat digunakan
secara portable, dan digunakan untuk melindungi awak kabin dari efek asap, karbon dioksida,
gas berbahaya, dan kekurangan oksigen saat menangani kebakaran yang terjadi dalam
penerbangan, asap atau fume emergencies. Ada beberapa jenis PBE yang umum digunakan
dalam dunia aviasi yaitu Air Liquid, DuPont, Scoot, Puritan, dan Drager. Cara menggunakan
dan bentuknya berbeda untuk setiap jenis PBE. Adapun produsen-produsen untuk PBE dari
luar negeri ada tiga yaitu Essex Industries, Collin Aerospace, dan Air Liquid. Sedangkan
untuk dalam negeri, belum ada perusahaan dalam negeri yang memproduksi PBE ataupun
berpotensial untuk menjadi produsen PBE dalam penggunaan di bidang aviasi.

PBE yang dihasilkan perlu memenuhi standar regulasi CASR 25.1439, CASR 25.1441, dan
beberapa regulasi non-CASR lainnya seperti ETSO-C116, TSO-C116a, TSO-C99a serta
service bulletin dan airworthiness directive yang sebagaimana telah dijelaskan di bab 3. Untuk
memenuhi ketentuan regulasi-regulasi tersebut, diperlukan adanya berbagai jenis pengujian,
mulai dari material hingga pengujian performa dari PBE itu sendiri. Berdasarkan referensi
TSO C-116a, terdapat 7 pengujian material dari ASTM seperti pengujian resistansi ozon pada
material karet (ASTM D1149), uji resistensi sobekan pada karet (ASTM D624) dan film
(ASTM D1922-67, ASTM D1004, ASTM D2582), uji resistensi abrasi (ASTM D228), dan
uji ketahanan terhadap pelapukan karet (ASTM D750). Sedangkan pengujian performa dapat
dilakukan dengan prosedur pengujian ketahanan terhadap kondisi lingkungan terutama di
lingkungan ekstrem (RTCA DO-160G) dan performance requirement dari TSO C-116a.
Beberapa tempat pengujian material seperti VTEC Laboratories Inc. dan Applied technical
service, ataupun tempat pengujian performa seperti Aeroblaze Laboratory dapat memfasilitasi
pengujian-pengujian PBE yang telah disebutkan tersebut sebagaimana telah dijelaskan pada
bab 4.

30
5.2. Saran

Dari studi yang telah kami laksanakan, diketahui bahwa di Indonesia sendiri tidak terdapat
perusahaan yang khusus memproduksi Protective Breathing Equipment. Kami hanya
menemukan perusahaan distributor seperti PT. Wahana Safety Indonesia dan PT. Kurnia
Safety Supplies. Dari temuan ini, penulis menyarankan agar pemerintah dapat mendorong
industri PBE dalam negeri sehingga nantinya Indonesia tidak perlu mengimpor part yang
harus tersedia pada tiap pesawat ini. Selain itu, dengan adanya industri yang memproduksi
PBE dan mungkin alat keselamatan lain yang berhubungan seperti masker oksigen, lapangan
kerja dapat semakin banyak dan masyarakat dapat lebih sejahtera.

Saran lain yang dapat penulis berikan kepada pihak yang hendak mengajukan sertifikasi part
Protective Breathing Equipment adalah untuk melakukan literasi lebih dalam terhadap
dokumen-dokumen yang diperlukan. Literasi ini diperlukan termasuk untuk dokumen penting
yang berbayar seperti SAE. Penulis sendiri tidak dapat mengakses dokumen tersebut
mengingat harganya yang cukup tinggi mencapai $83.

31
REFERENSI
Department of Transportation Federal Aviation Administration. 2009. Technical Standard Order:
Crewmember Portable Protective Breathing Equipment. TSO C-116a.

Department of Transportation Federal Aviation Administration. 2008. Technical Standard Order:


Flight Deck (Sedentary) Crewmember Protective Breathing Equipment. TSO C-99a.

Department of Transportation Federal Aviation Administration. 2017. Airworthiness Directive


2017-18-12 B/E Aerospace: Amendment 39-19021. AD 2017-18-12.

AIA, AEA, GAMA, dan FAA. 2017. The FAA and Industry Guide to Product Certification (Third
Edition). https://www.faa.gov/aircraft/air_cert/design_approvals/media/cpi_guide.pdf

Essex Industries. 2020. PROTECTIVE BREATHING EQUIPMENT (PBE).


https://www.essexindustries.com/products/protective-breathing-equipment-pbe/. (Diakses
14 November 2020)

Collins Aerospace. 2020. Protective Breathing Equipment (PBE).


https://www.collinsaerospace.com/en/what-we-do/Business-Aviation/Cabin/Oxygen-
And-PSU-Systems/Portable-Oxygen-Systems/Protective-Breathing-
Equipment/Protective-Breathing-Equipment. (Diakses 14 November 2020)

Avox System. 2020. Protective Breathing Equipment (PBE) P/N 802300-14


http://mavin.com/pictures/PBE1202.pdf. (Diakses 14 November 2014)

Leki Aviation. 2020. PBE P/N 15-40F-11 Protective Breathing Equipment


http://www.lekiaviation.com/media/15-40F-11_Air_Liquide_PBE.pdf. (Diakses 14
November 2020)

Essex PB&R Corporation. 2009. Essex Crewmember Protective Breathing Equipment (PBE)
http://www.saywell.co.uk/wp-content/uploads/2011/09/PRM-01-Rev-14.pdf (Diakses 14
November 2020)

32
B/E Aerospace. 2020. OXYCREW Series https://beaerospace.com/wp-
content/uploads/2013/12/BE_OxyCrewCAS-datasheet_1.2.pdf (Diakses 14 November
2020)

Collins Aerospace. 2020. What We Do. https://www.collinsaerospace.com/what-we-do (Diakses


16 November 2020)

Air Liquide. 2020. Presentation. https://www.airliquide.com/industry/presentation (Diakses 16


November 2020)

ASTM International. ASTM D228 / D228M. https://www.astm.org/Standards/D228.htm. (Diakses


25 November 2020)

ASTM International. ASTM D1149 - 18. https://www.astm.org/Standards/D1149.htm. (Diakses 25


November 2020)

ASTM International. ASTM D2582 - 16. https://www.astm.org/Standards/D2582.htm. (Diakses 25


November 2020)

ASTM International. ASTM D750 - 12 https://www.astm.org/Standards/D750.htm. (Diakses 25


November 2020)

ASTM International. ASTM D1922 - 15 https://www.astm.org/Standards/D1922.htm. (Diakses 25


November 2020)

Department Of Transportation Federal Aviation Administration. 1978. Aircrew And Passenger


Protective Breathing Equipment Studies.
https://www.faa.gov/data_research/research/med_humanfacs/oamtechreports/1970s/medi
a/AM78-04.pdf

DO 160. Environmental Conditions and Test Procedures for Airborne Equipment.


https://do160.org/rtca-do-160g/. (Diakses 25 November 2020)

Aeroblaze. 2020. Portable Breathing Equipment Testing (TSO-C116).


https://www.aeroblazelab.com/tests/portable-breathing-equipment (Diakses 1 Desember
2020)

33
PT Wahana Safety Indonesia. Our Products. http://www.wahanasafety.com/pages/products/
(Diakses 6 Desember 2020)

Kurnia Safety Supplies. About Us. https://www.kurniasafety.com/about/ (Diakses 6 Desember


2020)

BPPT. 2020. Jasa Pelayanan Laboratorium. https://ptm.bppt.go.id/produk-dan-jasa/jasa-


pelayanan-laboratorium. (Diakses 6 Desember 2020)

B4T Kementerian Perindustrian. Laboratorium Elektronika. https://www.b4t.go.id/pelayanan-


publik/fasilitas/laboratorium/laboratorium-elektronika/. (Diakses 21 Desember 2020)

34
LAMPIRAN
LAMPIRAN A: ETSO C-116

35
36
37
38
LAMPIRAN B: TSO C-116

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
LAMPIRAN C: TSO C-99a

51
52
53
54
55
56
57
LAMPIRAN D: AD 2017-18-12

58
59
60
61

Anda mungkin juga menyukai