Anda di halaman 1dari 14

Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISA LAPORAN KEUANGAN DAN DISCOUNTED CASH FLOW


(DCF)

Cahyandika Yoga Pratama (60322211157)


Analitika Bisnis, Departemen Manajemen Teknologi, Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis
Digital, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

1. STUDI KASUS

Setelah banyak berdiskusi Pak Mahatma Bhagas, mulai mempertimbangkan analisa investasi
sekuritasnya menggunakan analisa Fundamental; karena sebagian besar aset yang dimiliki sudah masuk
ke instrumen dan kondisi pasar resesi.
Tapi, pak Mahatma Bhagas sangat bingung ketika memperhatikan laporan keuangan, karena latar
belakang pendidikan pak Mahatma Bhagas adalah seorang Geologis yang sangat terbiasa dengan grafik.
Laporan keuangan perusahaan sangat kompleks dan detail, Pak Mahatma Bhagas terkejut karena ada
Perusahaan yang memiliki Laba tetapi arus Kas yang dimiliki negatif.
1. Beri contoh 3 Emiten dalam sektor yang berbeda, yang laporan laba-ruginya positif tetapi
laporan arus kas negatif!
2. Analisa laporan keuangan 3 emiten tersebut, mengapa hal tersebut bisa terjadi!
Pak Mahatma Bhagas tertaik untuk mulai membeli saham pada saat penawaran perdana, karena
berpotensi tinggi untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek. Ibu May Lova seorang analis
sekuritas menjelaskan bahwa ada fenomena underpricing dan overpricing ketika perusahaan melakukan
IPO (Initial Public offering).
3. Coba sodara buktikan salah kedua feneomena yang disampaikan ibu May Lova! (Pembuktian
dilakukan pada IPO emiten minimal 3 tahun yang lalu. Buktikan fenomena ini dengan
menggunakan metode discounted cash flow dengan membandingkan realisasi perolehan cash
flow sepanjang minimal 3 tahun setelah IPO dengan harga perdana)
4. Menurut sodara, manakah yang lebih efektif untuk dilakukan? Jelaskan

2. DASAR TEORI

2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan
sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
Laporan keuangan bagi pihak manajemen perusahaan berfungsi sebagai laporan pertanggung
jawaban keuangan pada pemilik modal. Bagi pemilik modal, laporan keuangan berfungsi untuk
megevaluasi kinerja manajer perusahaan selama satu periode. Dengan adanya laporan keuangan ini,
manajer perusahaan akan bekerja semaksimal mungkin agar kinerjanya dinilai baik.
Soemarsono (2004: 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat
keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah suatu
penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

2.2. Tujuan Laporan Keuangan

1/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan,
laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi
lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas
dan setara kas.

2.3. Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), “laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen – komponen berikut ini:
a. neraca,
b. laporan laba rugi,
c. laporan perubahan ekuitas,
d. laporan arus kas,
e. catatan atas laporan keuangan.”

2.3.1. Neraca

Dalam sistem tatabuku dobel yang mula-mula diajarkan oleh pendeta Italia Paciollo pada tahun 1494,
neraca itu asal mulanya hanya dipergunakan untuk menyatakan bahwa pembukuan perusahaan telah
“ditutup” dan membuktikan bahwa ada keseimbangan antara debit dan kredit. Baru pada akhir
abad ke 18, orang mulai menyusun suatu neraca berdasarkan urutan-urutan yang kita kenal sekarang.
Lazimnya aktiva dan pasiva disusun berdasarkan urutan menurut likwiditas, artinya disusun menurut
kemungkinan untuk mentransformasikan aktiva-aktiva tersebut menjadi uang tunai.
Daftar yang memuat informasi secara terperinci semua aktiva, kewajiban perusahaan serta modal
pemilik pada waktu tertentu disebut neraca (balance sheet). Waktu tertentu bisa akhir bulan, akhir
triwulan, akhir tahun dan waktu tertentu lainnya.
Bentuk neraca ada dua bentuk yaitu bentuk skontro (account form) dan bentuk laporan (report form).
Dalam neraca bentuk skontro, Aktiva disajikan disebelah kiri sedangkan kewajiban dan modal
disajikan disebelah kanan. Dalam neraca bentuk laporan, Aktiva disajikan paling atas sedangkan
kewajiban dan modal disajikan bawahannya. Komponen-komponen neraca dapat digolongkan
sebagai berikut :

A. Aktiva (Asset)

Committee on Terminology (1953 hlm. 26) mendefinsikan aktiva adalah “Sesuatu yang disajikan
di saldo debet yang akan dipindahkan setelah tutup buku sesuai dengan prinsip akuntansi (bukan
karena saldo negative yang akan dinilai sebagai utang), saldo debet ini merupakan hak milik atau
nilai yang dibeli atau pengeluaran yang dibuat untuk mendapatkan kekayaan di masa
yang akan datang”.
Aktiva dibagi menjadi dua kelompok yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Pengelompokkan aktiva
ke dalam aktiva lancar dan aktiva tetap di atur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
1 tahun 2002 (PSAK No. 1 tahun 2002).

i) Aktiva Lancar (Current Assets)

2/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aktiva lancar (current assets) adalah aktiva yang secara normal ditranformasikan menjadi kas dalam
jangka waktu setahun atau sebelum berakhirnya siklus produksi (jika siklus ini melebihi jangka
waktu setahun). Yang termasuk kedalam aktiva lancar antara lain kas, piutang usaha, wesel tagih,
persediaan barang, suplai toko, suplai kantor, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang akan diterima,
investasi jangka pendek.

ii) Aktiva Tetap (Fixed Assets)

Aktiva tetap (fixed assets) adalah aktiva yang dipergunakan dalam perusahaan dan mempunyai
kegunaan yang melebihi satu masa pembukuan. Yang termasuk kedalam aktiva tetap antara lain
peralatan, kendaraan, bangunan/gedung dan tanah.

B. Kewajiban (Liabilities)

Definisi dari entity theory yaitu “Kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan
dari saat tutup buku ke periode tahun berikutnya berdasarkan pencatatanyang sesuai dengan prinsip
akuntansi (saldo kredit bukan akibat saldo negatif aktiva”.
Kewajiban dibagi menjadi dua kelompok yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Pengelompokkan kewajiban jangka panjang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 1 tahun 2002 (PSAK No. 1 tahun 2002).

i) Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun atau
dalam siklus kegiatan normal perusahaan. Kewajiban/hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang
wesel, hutang bank, hutang gaji, bunga dan lain-lain.
Yang termasuk kedalam kelompok kewajiban jangka pendek antara lain utang usaha, wesel bayar,
semua pendapatan yang diterima dimuka, semua biaya yang belum dibayar dan kewajiban jangka
panjang yang akan jatuh tempo dua belas bulan setelah tanggal neraca.

ii) Kewjiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang adalah hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun digolongkan ke
dalam kewajiban jangka panjang. Contohnya adalah hutang obligasi, hutang bank dan lain-lain.
Yang termasuk kedalam kelompok kewajiban jangka panjang antara lain hutang hipotek dan
pinjaman obligasi.

C. Modal (Equity)

Modal (equity) adalah “suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi
kewajibannya”. Dalam perusahaan equity adalah modal pemilik. Definisi ini cenderung menganut
propriety theory.

2.3.2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba
yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2000: 26).
Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai
unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) :

1) Pendapatan,
2) Laba rugi usaha
3/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

3) Beban pinjaman
4) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
5) diperlukanmenggunakan metode ekuitas,
6) Beban pajak,
7) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,
8) Pos luar biasa,
9) Hak minoritas,
10) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

2.3.3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau
kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan
ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1 Paragraf 66,
Revisi 2009) :
1) Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,
2) Setiap pos pendapatan dan beban,
3) keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas,
4) pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan
mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,
5) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
6) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan,
7) rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
8) agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap
perubahan.
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang
saham seperti setoran modal dan pembayarandividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan
kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.

2.3.4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus
kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.

2.3.5. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan
laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (PSAK No.1 Paragraf 68, Revisi 2009) :
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih
dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secar wajar

2.4. Rasio Keuangan

4/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dalam rasio keuangan, terdapat beragam rasio yang digunakan untuk memilih saham yang akan dibeli
atau dijual. Rasio berikut ini dapat dipergunakan untuk melihat harga wajar saham, apakah
perusahaannya bertumbuh, melihat proporsi hutang, dan imbal hasil yang diberikan jika kamu
berinvestasi di saham tersebut untuk jangka panjang.
Ada 6 rasio keuangan dalam mempertimbangkan dalam memilih saham

2.4.1. Earning per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) adalah laba perusahaan yang dibagi per lembar saham.

Semakin meningkat nilai EPS dari tahun ke tahun, maka perusahaan tersebut semakin baik karena laba
perusahaan meningkat, serta perusahaan dapat dikatakan bertumbuh. Apabila suatu saham memiliki
nilai EPS Rp500, maka saham tersebut menghasilkan laba sebesar Rp500 setiap lembar sahamnya.

2.4.2. Price to Earning Ratio (PER)

Price to Earning Ratio disingkat dengan PER merupakan rasio yang menggambarkan harga saham
sebuah perusahaan dibandingkan dengan keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan tersebut
(EPS).

Analisa PER suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara membandingkan PER dalam industri
sejenis.
Jika PER lebih kecil dari rata-rata emiten lainnya dalam industri sejenis, maka harga perusahaan
dianggap relatif lebih murah. Saham dengan PER yang rendah banyak diminati oleh investor.

2.4.3. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value disingkat dengan PBV, adalah rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan.
PBV digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai
bukunya.

Misalkan PBV sebesar 2x, artinya harga saham sudah sebesar dua kali lipat dibandingkan kekayaan
bersih suatu perusahaan. Dengan kata lain, harga saham tersebut 2 kali lipat lebih mahal dari modal
bersihnya. PBV rendah sering dijadikan indikator mencari saham yang murah atau undervalued.
Investor disarankan untuk mencari saham dengan PBV yang lebih rendah daripada rata-rata PBV dalam
industri sejenis.
Rasio harga terhadap nilai buku yang relatif rendah. Harga saham maksimal adalah 150% nilai bukunya.
Aturan ini boleh jika rasio P/E ada di bawah 15, dengan catatan perkalian antara PER dan PBV tidak
lebih dari 22.5.Sehingga angka 22.5 ini muncul dari perkalian PER x PBV = 15 x 150% = 22.5.

2.4.4. Return on Equity (ROE)

5/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

Return On Equity disingkat dengan ROE. Saham dengan ROE yang tinggi, maka return saham
terhadap modal dinilai tinggi. Semakin tinggi ROE, maka perusahaan tersebut semakin baik. Biasanya,
investor memilih perusahaan dengan ROE yang tinggi karena perusahaan tersebut dapat mengelola
modalnya
sehingga menghasilkan laba besar.

Cara menganalisa ROE adalah dengan membandingkan ROE pada perusahaan dalam industri sejenis
dan juga membandingkan ROE dengan periode sebelumnya. Semakin meningkat ROE, artinya
perusahaan tersebut semakin bertumbuh.

2.4.5. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio atau disingkat DER adalah rasio untuk melihat berapa besar utang dibandingkan
total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Utang yang besar dapat menjadi risiko bagi suatu perusahaan.
Dalam menilai kesehatan utang suatu perusahaan, berikut dapat dijadikan acuan dalam menganalisis:

DER > 1 : Berarti utang suatu perusahaan lebih besar daripada ekuitasnya.
DER < 1 : Berarti utang suatu perusahaan lebih kecil daripada ekuitasnya.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki DER < 1. Hal ini menunjukkan utang masih
dapat ditoleransi.

2.4.6. Dividend Yield (DY)

Dividend Yield (DY) atau rasio hasil dividen merupakan dividen per lembar saham dibagi dengan
harga saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada
pemegang saham. Apabila suatu saham memiliki dividend yield (DY) yang tinggi, biasanya harga
saham akan naik pada saat pengumuman dividen. Para investor jangka panjang sangat tertarik
dengan dividend yield (DY) karena mengharapkan return yang konsisten setiap tahunnya

https://www.most.co.id/tips-investasi/investor-pemula-ini-6-rasio-keuangan-untuk-memudahkan-
anda-memilih-saham

3. PEMBAHASAN
3.1. Contoh 3 Emiten dalam sektor yang berbeda`

Berikut contoh 3 emiten dalam sector yang berbeda dalam laporan rugi laba positif tetapi laporan
arus kas negative:

3.1.1. Emiten 1: ASGR

6/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

https://id.investing.com/equities/astra-graphia-financial-summary
3.1.2. Emiten 2: ANTM

7/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

https://id.investing.com/equities/aneka-tambang-financial-summary

3.1.3. Emiten 3: ULTJ

8/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

https://id.investing.com/equities/ultrajaya-milk-financial-summary

3.2. Analisa laporan keuangan 3 emiten

9/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

Beriku analisa laporan keuangan 3 emiten tersebut, mengapa hal tersebut bisa terjadi!
Dari Analisa berita dan informasi yang didapat maka disimpulkan pada periode tersebut ada nya belanja
modal (CAPEX), sehingga terjadi adanya negative Cash Flow walaupun secara laporan rugi dan laba
terlihat baik pada laporan keuangannya dan analisa pada minus cashflow seperti pada cuplikan berita
terlampir di bawah ini:

ASGR: PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 400 miliar, naik
dua kali lipat dari realisasi tahun lalu Rp 200 miliar. Dengan alokasi tersebut, anak usaha PT Astra
Internasional Tbk. ini menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih 10% pada tahun ini. Pada
tahun lalu, pendapatan bersih ASGR tercatat Rp 3,91 triliun atau naik 44% dari tahun sebelumnya,
sedangkan laba bersih hanya tumbuh 1% menjadi Rp 257 miliar. Presiden Direktur ASGR Herrijadi
Halim mengemukakan sebagian besar belanja modal tersebut akan digunakan untuk dua hal, yaitu
pengembangan Fuji Xerox, infrastruktur bisnis dan bisnis digital. Herrijadi menyebut, hingga kuartal I-
2018, perseroan telah mengeluarkan belanja modal sebanyak 13,25% setara Rp 53 miliar.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180411125232-17-10541/anggarkan-capex-rp-400-m-asgr-
targetkan-laba-2018-tumbuh-10

ANTM: Adanya belanja modal selama tahun 2017, 208, dan 2019 yang massif, namun dari hasil
keuntungan perusahaanm . PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dapat mencapai laba bersih yang
diperoleh ANTM di sepanjang 2017 yang naik 111% menjadi Rp 136 miliar dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Laba bersih yang diperoleh ANTM pada 2017 didorong oleh pendapatan
penjualan feronikel sebesar 3,22 triliun dari total penjualan bersih pada 2017.
"Untuk feronikel, ANTM menargetkan volume produksi meningkat 19% menjadi 26 ribu ton nikel
dalam feronike (TNi) dibandingkan 2017 sebesar 21.762 TNi. Sedangkan untuk komoditas emas,
ANTM menetapkan kenaikan penjualan emas sekitar 81% menjadi 24 ribu kg dibandingkan 2017
sebesar 13.202 kg," ujar Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama ANTM di Hotel Borobudur,
Kamis (12/4/2018). Sedangkan untuk 2018, ANTM menganggarkan belanja modal atau capital
expenditure (capex) sebesar Rp 3,3 triliun. Mayoritas dana capex akan diperoleh olehinduk usaha
ANTM yaitu PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sedangkan sisanya diperoleh melalui
perbankan.

ULTJ: PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menggalang dana senilai Rp 3
triliun melalui penerbitan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN). Dana hasil emisi
tersebut akan dimanfaatkan perusahaan milik taipan Sabana Prawirawidjaja ini untuk belanja modal
(capital expenditure/capex) dan modal kerja. MTN Ultrajaya tahun 2020 ditawarkan dalam tiga seri
yakni, seri A bertenor 370 hari, seri B bertenor 2 tahun dan seri C bertenor 3 tahun. PT Pemeringkat
Efek Indonesia (Pefindo) telah memberikan peringkat AA- terhadap surat utang tanpa jaminan
khusus tersebut. Ultrajaya telah menandatangani perjanjian MTN pada 13 November, dan
pembayaran MTN dari investor ditargetkan pada 17 November. Sementara pembayaran bunga
pertama akan dilakukan pada 17 Februari 2021. https://investor.id/market-and-corporate/tingkatkan-
produksi-ultrajaya-himpun-rp-3-triliun-dari-mtn

10/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

3.3. Fenomena underpricing dan overpricing pada Emiten (ASGR)

Pembuktian Fenomena underpricing dan overpricing dilakukan pada IPO emiten minimal 3 tahun yang
lalu. Dengan menggunakan metode discounted cash flow dengan membandingkan realisasi perolehan
cash flow sepanjang minimal 3 tahun setelah IPO dengan harga perdana.

Kegiatan investasi merupakan kegiatan memprediksi masa depan dengan memanfaatkan data-data yang
ada untuk digunakan dalam pengambilan keputusan saat ini. Dalam memanfaatkan data-data tersebut
tiap investor berbeda-beda dan kadang hasilnya juga berbeda oleh karena itu bisa dikatakan bahwa
kegiatan investasi merupakan sebuah ilmu seni bukan ilmu pasti, Metode DCF dalam valuasi saham
juga merupakan bagian dari seni dalam keilmuan investasi karena terdapat prediksi yang berbeda-beda
pada masing-masing investor dalam menggunakannya walaupun cara analisisnya sama yakni dengan
cara DCF.

Dan berikut Analisa mengenai saham emiten yang di pilih yaitu Astra Graphia (ASGR) Dan
berdasarkan data laporan keuangan Tahunan 2020 dan laporan Triwulan terakhir maka di lakukan
analysis seperti ini:

https://www.astragraphia.co.id/id/info-investor/laporan-tahunan

Detail Analysis:

Anak usaha Astra Internasional ini bergerak di bidang solusi dokumen dan teknologi informasi
telekomunikasi. Emiten ini merupakan distributor Fuji Xerox.

Triwulan II 2021 JUNI 2021

Rp
Harga Saham 705 21/10/2021

Ekuitas Rp 1,569,260,000,000 (Dari laporan triwulan terakhir)

Lembar Saham 1,306,875,000 (Dari laporan triwulan terakhir)


Rp
Nilai Buku per Lembar 1,201
PBV 0.59

Rp
Laba Bersih 47,784,000,000 (Dari laporan tahunan terakhir)
EPS 37
PER 19.28
(Undervalue apabila dibawah
PER x PBV 11.32 22,5)

Rp
Harga wajar 993.91
Kapitalisasi Pasar Rp 921,346,875,000

11/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

Dalam perhitungan di atas terlihat bahwa harga saham yang saat ini ada dibandingkan dengan
Equitas dan lembar saham yang ada maka di dapatkan Under Value dengan nilai Rp.705 dan
dengan harga wajar sekitar Rp.993.91
BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN 2020
Utang Perusahaan
Debt Equity Ratio 46.46% Ideal dibawah 100%
Aset Kas Rp479,882,000,000
Persediaan Rp416,883,000,000
Aset Lancar Rp1,742,927,000,000
(Data lapkeu triwulan terkini)
liabilitas jangka pendek Rp614,162,000,000
Liabilitas jangka panjang Rp111,891,000,000
Ekuitas Rp1,562,778,000,000
Cash Ratio 78.14% Ideal minimal sekitar 20-30%
Quick Ratio 215.91% Ideal diatas 100%

Current Ratio 283.79% Ideal diatas 100%

Liabilitas jangka
7.16% Ideal dibawah 50%
panjang/ekuitas

HISTORICAL PER dan PBV


Histori PER dan PBV
Tahun Harga Saham Nilai Buku per Lembar PBV EPS PER PER x PBV Lembar Saham
2005 Rp 295 Rp 218 1.35 Rp 28 10.69 14.46 1,306,875,000
2006 Rp 305 Rp 226 1.35 Rp 43 7.17 9.66 1,306,875,000
2007 Rp 590 Rp 240 2.45 Rp 55 10.70 26.26 1,306,875,000
2008 Rp 200 Rp 255 0.79 Rp 48 4.18 3.28 1,306,875,000
2009 Rp 300 Rp 291 1.03 Rp 51 5.86 6.03 1,306,875,000
2010 Rp 690 Rp 357 1.93 Rp 91 7.62 14.71 1,306,875,000
2011 Rp 1,090 Rp 426 2.56 Rp 107 10.21 26.14 1,306,875,000
2012 Rp 1,350 Rp 484 2.79 Rp 131 10.31 28.72 1,306,875,000
2013 Rp 1,720 Rp 357 4.81 Rp 160 10.75 51.77 1,306,875,000
2014 Rp 1,900 Rp 426 4.46 Rp 199 9.54 42.56 1,306,875,000
2015 Rp 1,800 Rp 484 3.72 Rp 203 8.87 32.97 1,306,875,000
2016 Rp 1,770 Rp 892 1.98 Rp 205 8.62 17.10 1,306,875,000
2017 Rp 1,310 Rp 1,011 1.30 Rp 195 6.72 8.71 1,306,875,000
2018 Rp 1,330 Rp 1,136 1.17 Rp 207 6.43 7.53 1,306,875,000
2019 Rp 950 Rp 1,244 0.76 Rp 192 4.95 3.78 1,306,875,000
2020 Rp 800 Rp 1,196 0.67 Rp 37 21.88 14.64 1,306,875,000
10/21/21 Rp 705 Rp 1,201 0.59 37 19.28 11.32 1,306,875,000

GRAFIK HARGA SAHAM

12/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

HISTORICAL DIVIDEN

Dividen
Tahun Dividen EPS Div. Yield DPR
Dividen
2006 Rp 33.00 Rp 28 11.19% 120% Rp250.00
2007 Rp 48.00 Rp 43 15.74% 113%
2008 Rp 42.00 Rp 55 7.12% 76% Rp200.00
2009 Rp 14.00 Rp 48 7.00% 29%
2010 Rp 24.00 Rp 51 8.00% 47%
Rp150.00
2011 Rp 37.00 Rp 91 5.36% 41%
2012 Rp 65.00 Rp 107 5.96% 61%
2013 Rp 79.00 Rp 131 5.85% 60% Rp100.00
2014 Rp 69.00 Rp 160 4.01% 43%
2015 Rp 93.00 Rp 199 4.89% 47% Rp50.00
2016 Rp 27.00 Rp 203 1.50% 13%
2017 Rp 76.00 Rp 205 4.29% 37%
Rp-
2018 Rp 30.00 Rp 195 2.29% 15%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2019 Rp 75.00 Rp 207 5.73% 36%
2020 Rp 5.00 Rp 192 0.38% 3% Dividen EPS

HISTORICAL PENDAPATAN

Histori Pendapatan Pendapatan


Tahun Pendapatan %Change Rp6,000,000,000,000
2001 Rp 713,679,774,732
2002 Rp 829,487,908,294 16%
2003 Rp 802,168,934,999 -3% Rp5,000,000,000,000
2004 Rp 472,270,000,000 -41%
2005 Rp 545,460,000,000 15%
2006 Rp 619,040,000,000 13%
Rp4,000,000,000,000
2007 Rp 725,580,000,000 17%
2008 Rp 1,027,740,000,000 42%
2009 Rp 1,335,240,000,000 30%
2010 Rp 1,565,570,000,000 17% Rp3,000,000,000,000

2011 Rp 1,724,640,000,000 10%


2012 Rp 2,064,050,000,000 20%
2013 Rp 2,261,250,000,000 10% Rp2,000,000,000,000
2014 Rp 2,282,230,000,000 1%
2015 Rp 2,654,640,000,000 16%
2016 Rp 2,712,780,000,000 2% Rp1,000,000,000,000
2017 Rp 3,918,430,000,000 44%
2018 Rp 4,069,980,000,000 53%
2019 Rp 4,771,800,000,000 76% Rp-
2020 Rp 3,348,870,000,000 -15% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

HISTORICAL LABA BERSIH

13/14
Program Magister Manajemen Teknologi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Manajemen Keuangan – Sem. 1, Kel. 1A, September 2021

Laba Bersih
Histori Laba Bersih
Rp300,000,000,000
Tahun Laba Bersih %Change
2001 Rp 26,673,078,069
2002 Rp 71,737,728,223 169%
2003 Rp 21,414,169,103 -70% Rp250,000,000,000
2004 Rp 37,330,000,000 74%
2005 Rp 36,070,000,000 -3%
2006 Rp 55,570,000,000 54% Rp200,000,000,000
2007 Rp 72,070,000,000 30%
2008 Rp 62,490,000,000 -13%
2009 Rp 66,950,000,000 7% Rp150,000,000,000
2010 Rp 118,410,000,000 77%
2011 Rp 139,470,000,000 18%
2012 Rp 171,190,000,000 23% Rp100,000,000,000
2013 Rp 209,010,000,000 22%
2014 Rp 260,270,000,000 25%
2015 Rp 265,120,000,000 2%
Rp50,000,000,000
2016 Rp 268,220,000,000 1%
2017 Rp 254,680,000,000 -5%
2018 Rp 270,400,000,000 6%
Rp-
2019 Rp 250,990,000,000 -7%
2020 Rp 47,784,000,000 -81%

14/14

Anda mungkin juga menyukai