i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN FINAL
PEKERJAAN PENYIAPAN READINESS CRITERIA KEGIATAN SPAM 2020
Disusun oleh :
MUSTAHID, ST
TEAM LEADER
Mengetahui : Menyetujui :
Direktur PPK Perencanaan
NIP. 197909082005021004
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji bagi-Mu semesta alam, dengan memanjatkan puji dan
syukur kehadirat Allah Subhanahu WaTa’ala, dan atas Rahmat dan Petunjuk
Engkau, kami dapat menyelesaikan Laporan Final Pekerjaan “Penyiapan
Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020 Prov. Sulawesi Tenggara”.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi semua
pihak, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah khususnya maupun
pihak lain yang memanfaatkan laporan ini.
Mustahid, ST
Team Leader
i
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
Daftar Gambar .................................................................................................. v
Daftar Tabel ..................................................................................................... vi
ii
2.4.1. Karakteristik Fisik Dasar ...................................................2-40
2.4.2. Penggunaan Lahan .........................................................2-45
2.4.3. Kondisi Sarana dan Prasarana ........................................2-46
2.4.4. Kondisi Sosial Ekonomi ...................................................2-47
2.5 Kabupaten Konawe Kepulauan .................................................2-50
2.5.1. Karakteristik Fisik Dasar ...................................................2-50
2.5.2. Penggunaan Lahan ..........................................................2-57
2.5.3. Kondisi Sarana dan Prasarana .........................................2-57
2.5.4. Kondisi Sosial Ekonomi ....................................................2-59
2.6 Kabupaten Kolaka Utara ...........................................................2-63
2.6.1. Karakteristik Fisik Dasar ...................................................2-63
2.6.2. Penggunaan Lahan .........................................................2-71
2.6.3. Kondisi Sarana dan Prasarana ........................................2-71
2.6.4. Kondisi Sosial Ekonomi ...................................................2-78
2.7 Kota Baubau .............................................................................2-81
2.7.1. Karakteristik Fisik Dasar ...................................................2-81
2.7.2. Penggunaan Lahan .........................................................2-86
2.7.3. Kondisi Sarana dan Prasarana ........................................2-88
2.7.4. Kondisi Sosial Ekonomi ...................................................2-95
3
BAB 4 Hasil Verifikasi Pendampingan RISPAM ........................................4-1
DAFTAR GAMBAR
viii
1.1 Latar Belakang
Kementerian PUPR melalui Visium Kementerian PUPR Tahun 2030 telah
menargetkan 100% Smart Living di tahun 2030, yaitu 100% pelayanan air minum, 0 ha
kawasan kumuh dan 100% pelayanan sanitasi. Visium ini tertuang dalam Permen
PUPR No 26 Tahun 2017 tentang Panduan Pembangunan Budaya Integritas di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Hingga akhir tahun 2017 capaian akses air minum secara nasional sebesar
72,04%. Dari data tersebut, masih terdapat gap sebesar 28% untuk mencapai
target
100%. Target tersebut dapat dipenuhi melalui pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) Jaringan Perpipaan (JP) dan Bukan Jaringan
Perpipaan (BJP) Terlindungi.
Dalam mendukung pencapaian target tersebut, khususnya SPAM Jaringan
Perpipaan, diperlukan kegiatan pengembangan SPAM, yang tepat mutu, tepat
sasaran, dan tepat waktu. Untuk itu, perlu adanya dokumen perencanaan yang baik
dan readiness criteria yang lengkap yang wajib disiapkan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk kegiatan pengembangan SPAM yang diusulkan dibiayai
melalui APBN.
Adapun readiness criteria pengembangan SPAM melalui APBN yaitu Rencana
Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), justifikasi teknis, Detail Engineering
Design (DED), ijin air baku, Rencana Anggaran Biaya (RAB), kesiapan lahan,
kesiapan lembaga pengelola (PDAM, UPTD, Kelompok Masyarakat), kesiapan Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB), kesiapan menerima aset, dan Surat
Pernyataan Kepala Daerah yang menyatakan kesanggupan memenuhi atau
menyediakan readiness criteria di atas.
Sehubungan dengan hal tersebut, Satker BPPW Provinsi Sulawesi Tenggara
melakukan pendampingan review dokumen perencanaan serta penyiapan
readiness
BAB 1-1
criteria bagi kabupaten/kota yang mengajukan kegiatan untuk didanai APBN TA
2020 melalui kegiatan Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020.
1.3.2. Tujuan.
1) Membantu PPK Pembinaan Teknis Satker Pengembangan SPAM
Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
dalam mengevaluasi dan mereview kesiapan program
pengembangan SPAM yang dibiayai APBN sesuai kriteria program
2) Membantu Pemda dalam menyiapkan readiness criteria untuk
program pengembangan SPAM yang akan dibiayai oleh APBN
BAB 2-1
Gambar 2. 1 Peta Keberadaan Kabupaten Buton Selatan di dalam Fisiografis-
Geografis Regional Provinsi Sulawesi Tenggara dan sekitarnya
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Buton Selatan Tahun 2018 - 2038
1 Batu Atas - 7
2 Lapandewa - 7
3 Sampolawa 3 13
4 Batauga 7 5
5 Siompu Barat - 8
6 Siompu - 10
7 Kadatua - 10
Jumlah 10 60
A. Iklim
Secara umum iklim Kabupaten buton selatan sama seperti wilayah lainnya di
pulau Buton, dimana terjadi musim kemarau dan musim penghujan. Musim hujan
terjadi antara bulan November – Maret yang terbawa oleh Angin Barat yang tertiup
dari Benua Asia ke Samudra Pasifik yang membawa kandungan uap air. Sedangkan
pada musim kemarau terjadi antara bulan Mei – Oktober yang terbawa oleh angina
timur yang tertiup dari Daratan Benua Australia yang membawa angina
kering.Adapun pada bulan April terjadi musim pancaroba.
Curah hujan terendah di seluruh wilayah buton yaitu 497.00/mm/thn dan
maksimum sebesar 2.644 mm/thn, engan hari hujan 58-305 hari/tahun. Sedangkan
suhu udara berkisar antara 180C (minimum) dan 320C ( Maksimum). Berdasarkan
BAB 2-5
klasifikasi Schmidt Ferguson (1951), maka Kabupaten Buton Selatan termasuk tipe
D besar kecamatan dan lain di sekitarnya.
B. Kemiringan Lereng
Kabupaten Buton Selatan yang berada di Pulau Buton bagian selatan dan
pulau-pulau kecil yang terdapat di dalamnya berada pada ketinggian 0-800 m di atas
permukaan air laut, yang mempunyai sudut lereng 0 – 8%, 8 – 15% dan 15 – 25%
serta 25 – 45%.
C. Morfologi
Berdasarkan tatanan susunan litostatigrafi dan pola struktur geologi, serta
kondisi tipografi dan satuan geomorfologi di atas, maka perlu diantisipasi akan :
1. Terdapatnya Bidang Lemah,
2. Terdapatnya Mediun Pergerakan Tanah dan Batuan,
3. Adanya Medium Rambas Pergerakan Gelombang Gempa.
Hal ini ditambah dengan adanya pusat gempa yang dapat terdeteksi seperti
yang termuat dalam peta Seismo Tektonik Indonesia,Pusat Survei Geologi
Indonesia,2014.) sebagai berikut :
1. Sebelah Timur Pantai Kecamatan Wabula (Kabupaten Buton) yang berbatasan
dengan Kecamatan Lapandewa (Kabupaten Buton Selatan) dengan kedalaman
pusat gempa yang berada di laut diatas 150 Km dengan kekuatan gempa di
atas 6 SR.
2. Pulau Batu Atas sebelah Barat yang pusat gempanya terdapat di laut dengan
kedalaman di atas 150 Km dan kekuatan gempa antara 5 – 6 SR.
3. Pusat gempa yang terletak di antara Pulau Kadatua, tepatnya di Teluk Lasongko
dengan kedalaman di atas 150 Km, dan kekuatan gem panya di antara 5 – 6
SR.
4. Bencana Gempa juga pernah terjadi dengan kekuatan gempa sekitar 5-6 SR
terjadi di kedalaman 20 Km di kecamatan Batauga
Masalah di atas di samping merangsang terjadinya pergerakan tanah dan
batuan pada bidang Patahan yang terdapat di daratan, maka juga akan
menimbulkan terjadinya Tsunami di Laut yang dapat merusak kehidupan di laut, dan
Pantai serta Pulau-pulau kecil yang terdapat di sekitarnya.
Oleh karena itu seluruh wilayah yang dapat di indikasikan terdapat gejala-
gejala Geologi yang di sebutkan di atas perlu di petakan sejak awal untuk
menentukan kawasan yang rawan bencana, beresiko bencana, dan rawan terhadap
bencana geologi tersebut, serta merencanakan jalur evaluasi dan menetapkan ruang
yang dapat di pakai sebagai lokasi evaluasi bencana Alam.
D. Geologi
Variasi susunan batuan di Kabupaten Buton Selatan adalah cukup bervariasi
yang dapat menunjukkan umur, lingkungan pengendapan atau pembentukannya
serta sifat karakteristik daya dukungnya maupun potensinya sebagai Sumber Daya
Alam yang tidak terbarukan terhadap kebutuhan umat manusia.
Adapun variasi batuan atau litostratigrafi tersebut dari yang tua sampai yang
termuda adalah sebagai berikut:
1. Formasi Winto (TRW), perselingan serpih, batu pasir, konglomerat, dan batu
gamping, bercirikan sedimen klestika daratan dan karbonatan (laut dangkal),
mengandung sisa tumbuhan, berlapis baik, kayu trangkan dan lapisan-lapisan
tipis batubara, berstruktur kerucut dalam kerucut, pelapisan bersusun pada batu
pasir, perairan sejajar dan gelember gelombang, serta silangsiur dan
mengandung fossil foraminifera besar dan kecil. Diendapkan pada lingkungan
neritic (laut dangkal) sampai abisal/hadal (laut dalam), berumur TRIAS Atas (+
215 juta tahun lampau), dengan ketebealan lapisan 750 m dan daya dukung
sedang-tinggi.
2. Anggota batu gamping formasi TONDO (Tmtl); Batugamping Terumbu dan
Kalkaranit, mengandung foraminifera besar, berumur Miosen Awal dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal (litoral-neritik). Daya dukung tinggi (A),
diperkirakan diendapkan sekitar + 25 juta tahun lalu).
3. Formasi Tondo (Tmtc); Kongglomerat, batupasir kerikilan, batu pasir batu
lempung – Konglomerat aneka bahan yang berkomponen batuan sedimen
Mesozoikum dan kompleks batuan Ofiolit, yang setempat – setempat
memperlihatkan struktur pergentengan (imbrikasi), batu pasir kerikilan terpilah
BAB 2-7
buruk, persilangan batu pasir, batu lanan dan batu lempeng bercirikan runtuhan
turbidit distal. Satuan ini mengandung fossil foraminifera kecil yang berumur
Miosen engah – Miosen Akhir (+15 – 10 juta tahun yang lalu), dengan tebal
lapisan sekitar 1300 m dan daya dukung rendah – tinggi (2-4), sedang
diendapkan pada lingkungan darat sampai laut dalam. Ditemukan adanya
rembesan minyak dan gas bumi serta aspal.
4. Formasi SAMPOLAKOSA (Tmps); Napal berlapis tebal sampai masif, dxengan
sisipan kalkaranit pada bagian tengah dan atas banyak mengandung fossil
foraminifera kecil. Lapisan ini berumur miosen atas – pliosen awal (+ 10 – 5 juta
tahun yang lampau). Terdapat indikasi / gejala rembesan minyak dan aspal,
yang diendapkan pada lingkungan neritic (laut dangkal) dan batial (laut dalam)
dan daya dukung sangat rendah – sedang (1 – 3).
5. Formasi WAPULAKA (Qpw); batu gamping terumbu ganggang dan koral, yang
memperlihatkan undak-undak pantai purba dan topografi KARST, endapan
hancuran terumbu, batu kapur, batu gamping pasiran, batu pasir gampingan,
batu lempung dan napal yang kaya akan fossil foraminifera plankton.
Diendapkan pada lingkungan laguna litoral (dangkal-sangat dangkal) dengan
ketebalan lapisan sekitar 700 meter, terdapat rembesan aspal di Buton selatan.
Daya dukung sedang – tinggi (3-4). Berumur Plaistosen (+ 5 juta tahun lalu).
6. Endapan ALUVIUM (Qal); kerikil, kerahal, pasir, lumpur dan gambut, hasil
endapan sungai (fluviatil), rawa dan pantai. Umur pengendapan lapisan resen
atau holosen (kurang dari 2 juta tahun yang lalu).
Wilayah Kabupaten Buton Selatan berasal dari sebagian Pulau Buton diyakini
sebagai bagian dari pecahan Benua Australia dan Nugini yang bergerak bersama-
sama kepulauan Banggai-Sula. Demikian bahwa Pulau Buton mikro kontinen yang
mengalami proses pemisahan pada Mesozoikan dan Paleogen. Sedangkan indikasi
tambahan fragmen mikro kontinen tersebut terjadi pada umur Qligosen – Miosen
Awal (± 20 – 30 juta tahun yang lampau).
Bukti bahwa Pulau Buton merupakan bahagian dari Kontinen Australia Nugini
adalah kesamaan kandungan Fossil Mesozoikan, termasuk awal pengangkatan,
stratigrafi dan waktu orgemsa/pengangkatan maupun pemisahannya. Kesamaan
yang tidak terbantahkan adalah di dalam sejarah tektonik dan sejarah stratigrafi
yang menunjukkan bahwa Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Banggai Sula,dan Pulau
Timur memiliki Stratigrafi dan umur batuan yang dapat dikorelasikan satu sama lain (
Audley – Charles, 1972 & Katili, 1989). Pengaruh tambahan Pulau Buton dan Pulau
Muna oleh tekanan dari Samudra Pasifik di sebelah Timur dan tekanan Benua Asia
BAB 2-9
disebelah Barat Laut, yang yang terjadi pada Miosen Awal (±15 Juta tahun lalu)
yang ditandai hadirnya Perlipasan dan Patahan/Sisa Anjak di Buton Selatan seperti
yang tampak pada Gambar 4.6. diatas. Sedimen Klastik yang diendapkan pada saat
Penganjahan/ Pengangkatan telah berlangsung sejak Triass – Qligosen (±240 – 30
Juta tahun lampau).
Sedangkan penanjaman (“Subduction”) berlanjut sampai Miosen Tengah (±15
juta tahun lampau) di Buton Selatan. Bahwa Tumbuhan Pulau Buton di Pulau Muna
tersebut tidak mempengaruhi kondisi geologi di Buton Utara, demikian sehingga
batu gamping masif tampak melampasan dilingkungan Neritik (Laut dangkal dan laut
dalam).
Pembentukan dan Pengangkatan Pulau Buton terjadi pada Miosen Tengah
dan menghasilkan ketidak selarasan (Miosen Tengah – Miosen Akhir pada ± 13 juta
tahun yang lalu).
E. Hidrologi
Secara umum pola aliran sungai di wilayah Kabupaten Buton Selatan adalah :
1. Pola aliran dendrifik yang menjadi pertanda bahwa sifat fisik pada DAS relative
homogen terdapat di sungai Wondoke.
2. Pola aliran radial dan sentripetal yang mengikuti puncak topografi yang relative
melingkar mengikuti pole Punggung Baratnya Buton Selatan terdapat di
kepulauan berupa aliran
3. Pola Trellis dan Rektaguler yang dikendalikan oleh pola struktur sesar atau
patahan serta perlipatan yang berarah Timur Laut – Barat Daya
4. Pola paraler di sungai DAS Sampolawada batauga.
BAB 2-11
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
BAB 2-12
Kecamatan Luas Ha Luas Km2
B. Persampahan
C. Drainase
BAB 2-18
Kecamatan yang paling luas wilayahnya dalah Kecamatan Mawasangka
dengan luas dengan luas 26.474 ha atau 30% terhadap total luas wilayah
Kabupaten Buton Tengah. Sedangkan wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan
Sangia Wambulu, dengan luas wilayah 2.127 ha atau 2,41% dari total luas wilayah
Kabupaten Buton Tengah. Secara lengkap data luasan Kabupaten Buton Tengah
pada masing-masing kecamatan tahun 2015 disajikan pada tabel dan gambar grafik
luasan pada gambar berikut ini
A. Iklim
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Buton Tengah secara umum sama
kejadiannya dengan wilayah lainnya di Indonesia yakni dipengaruhi
oleh angin muson yang berhembus setiap 6 bulan sekali berganti arah yang
menyebabkan dua pola pergantian musim dalam satu tahun, yakni musim
hujan dan musim kemarau. Kedua musim tersebut periode kejadiannya relatif
sama namun awal dan akhir periodenya tidak persis sama pada setiap wilayah
bahkan terkadang terjadi pergeseran setiap tahunnya sebagai konsekuensi
terjadinya perubahan iklim global karena Indonesia diapit oleh dua
samudera (Pasifik dan Hindia) dan dua benua (Asia dan Australia).
BAB 2-19
Di Kabupaten Buton Tengah, periode musim hujan biasanya terjadi
mulai bulan Desember sampai April yang ditandai dengan meningkatnya
curah
BAB 2-20
hujan, dimana pada saat tersebut angin Barat bertiup dari Benua Asia
melewati lautan Pasifik dengan jarak yang relatif jauh sehingga banyak
mengandung uap air dan sifatnya basah, sedangkan periode musim
kemarau biasanya terjadi mulai bulan Juli sampai Sept ember, dimana
pada saat tersebut angin Timur yang bertiup dari Benua Australia melewati
lautan Hindia dengan jarak yang relatif dekat sehingga kurang
mengandung uap dan sifatnya kering. Khusus pada bulan Mei sampai Juni
dan Oktober sampai November di wilay ah Kabupaten Buton Tengah
arah angin tidak menentu, demikian pula dengan curah hujan,
sehingga pada bulan-bulan tersebut dikenal sebagai musim peralihan atau
Pancaroba, dimana maju atau mundurnya musim hujan dan musim kemarau
sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena meteorologi, diantaranya El Nino
dan La Nina yang menyebabkan terjadinya anomali iklim.
Keadaan curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Buton Tengah disajikan
berdasarkan hasil pengamatan dari stasiun penakar hujan yang ada di
wilayah Kabupaten Buton Tengah selama 10 tahun terakhir (2004 – 2013), yakni
stasiun hujan Lombe yang meliputi kecamatan GU dan Sangia Wambulu, stasiun
hujan Lakudo yang meliputi kecamatan Lakudo, stasiun Mawasangka yang meliputi
kecamatan Mawasangka, Mawasangka Timur, dan Mawasangka Tengah, dan
stasiun Talaga yang meliputi kecamatan Talaga Raya.
B. Kemiringan Lereng
Topografi dan bentuk wilayah Kabupaten Buton Tengah yang ada sekarang
tidak terlepas dari proses struktur geologi masa lalu, yang dimulai sejak Zaman Trias
(190-225 juta tahun) dan aktivitas geomorfologi masa Resen. Aktivitas tersebut
menghasilkan bentuk-bentuk yang khas yang berbeda dengan wilayah lainnya di
Sulawesi.
Topografi wilayah Kabupaten Buton Tengah berdasarkan klasifikasi relief (van
Zuidam, 1983), terbagi menjadi pegunungan (terdapat pada sebagian besar Kec.
Talaga Raya), perbukitan (Kec. Mawasangka Timur dan Tengah, Kecamatan Gu,
Kecamatan Lakudo), dan bergelombang lemah hingga datar sebagian besar
terdapat di Kec. Mawasangka dan sebagian kecil di Kec. Sangia Wambalu.
Berdasarkan kelas kelerengan Kabupaten Buton Tengah terdiri dari 6 kelas lereng
(Tabel 3.3), dengan kondisi topografi yang dominan bergelombang/miring sekitar
49,72% dan wilayah datar hanya 3,804%. Klasifikasi dan luas lereng Kabupaten
Buton Tengah disajikan pada tabel berikut ini.
C. Morfologi
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Buton Tengah, terdiri dari deposit batuan
beku dan batuan sedimen tua dengan genesa dari bentuk awal sturktural, dan
karst. Sedangkan pada lembah-lembah daerah aliran sungai (DAS) terbentuk
tanah Aluvial. Hal ini terkait dengan kondisi wilayah Kabupaten Buton Tengah yang
banyak memiliki sungai besar dan kecil, bahkan, hampir disetiap desa/kelurahan,
terdapat sungai besar dan sungai kecil.
Jenis tanah yang berkembang di daerah perbukitan/pegunungan adalah
jenis tanah kambisiol, podsolik, oxisol, dan sebagian besar berupa
litosol. Sedangkan pada wilayah dataran, adalah jenis tanah mediteran,
podsolik, organosol, dan latosol.
D. Geologi
Secara stratigrafi, formasi batuan yang menyusun Kabupaten Buton
Tengah terdiri dari empat formasi batuan (Sikumbang, dkk. 1995).
Keempat
formasi batuan tersusun secara tidak selaras dan berbeda
fasies pengendapannya.
Karateristik keempat formasi batuan (dari umur muda ke tua) tersebut adalah :
1. Qac (Quarter alluvium coastal); sedimen aluvial sungai dan
pantai, terdiri dari lumpur, lempung, pasir, kerikil, kerakal, gambut
hasil endapan sungai, rawa dan sedimen pantai. Pada sedimen
aluvium pantai banyak ditemukan pecahan Foraminifera dengan
berbagai variasi ukuran. Sedimen alluvium di area pasang surut lebih
banyak didominasi material berukuran pasir-liat dengan warna gelap
yang mencirikan kandungan bahan organik yang banyak terikat dalam
fraksil liat.
2. Ql (Quarter Limestone); berasal dari Formasi Buara yang terdiri
dari terumbu koral, konglomerat dan batupasir. Formasi ini
mendominasi wilayah Kota Kecamatan Talaga Raya. Formasi ini diduga
terbentuk dari hasil aktivitas terumbu karang sejak masa Plistosen
Tengah dan mengalami epirogenesa (turunnya muka air laut dan naiknya
daratan) secara aktif hingga saat ini.
3. Qpw (Quarter Plistosen Wapulaka), terdiri dari batugamping te
rumbu, ganggang, koral, memperlihatkan topografi karst, endapan
hancuran terumbu, batukapur, batugamping pasiran, batupasir
gampingan, dengan sisipan batulempung dan napal kaya Foraminifera
Plankton. Foraminifera yang dijumpai dalam batuan berukuran 0,5 cm
–
30 cm, dengan warna batuan putih kehitaman hingga coklat kemerahan
4. Ku (Kompleks Ultramafik), merupakan formasi batuan yang
kaya akan kandungan silisium-magnesium berasal dari kerak
samudera terdiri dari harsburgit, dunit, wherlit, serpentinit,
gabbro, basal, dolerite, dan setempat rodingit. Batuan dari
formasi ini tergolong ke dalam jenis batuan beku ultrabasa atau
ultramafik dengan kandungan silika ≤ 45% , umumnya berwarna
hijau kehitaman karena tingginya kandungan mineral olivin, serpentin,
chrysotil dan piroksen yang terdapat didalamnya. Proses tektonik
mengakibatkan banyaknya vein-vein (urat) yang terdapat dalam
rekahan batuan. Vein-vein yang
terdapat dalam batuan ultrabasa adalah mineral magnesit yang
dihasilkan dari proses rekristalisasi mineral serpetin akibat pengaruh
pemanasan yang ditimbulkan dari aktivitas tektonik. Ketebalan vein yang
dijumpai bervariasi dari 1cm – 10cm. Dalam batuan ultrabasa mineral
utama (olivine, piroksen, dan serpenti) selalu berasosisi dengan
mineral logam seperti; Nikel, Besi, Kromit, Platina dan Tembaga.
E. Hidrologi
Di Kabupaten Buton Tengah tidak terdapat banyak sungai, karena geologinya
yang berasal dari Formasi Wapulaka. Namun diperkirakan banyak sungai-sungai
bawah tanah yang dibuktikan sangat banyaknya gua yang berisi air pada daerah
karts. Sungai terbesar di wilayah ini adalah Sungai Mawasangka yang terdapat pada
perbatasan dengan wilayah Kabupaten Muna Barat. Sungai-sungai sedang dan kecil
tersebar di setiap kecamatan. Kabupaten Buton Tengah memiliki banyak mata air
yang dijadikan sebagai sumber air PDAM untuk melayani kebutuhan air bersih
masyarakat di sekitarnya. selain itu di Kabupaten Buton Tengah juga terdapat danau
yaitu danau Pasibungi yang memiliki luas sekitar 73,6 ha yang terletak di Kecamatan
Mawasangka Timur. Danau tersebut terbentuk di wilayah daratan tanpa ada
hubungannya dengan sungai sehingga sifat airnya asin.
B. Persampahan
Hingga saat ini sistem jaringan persampahan di Kabupaten Buton Tengah
masih berupa sistem penampungan awal individu pada setiap lingkungan kelurahan
dan desa di seluruh wilayah dan Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk
setiap kecamatan tersebar di setiap kelurahan dan desa di wilayah Kabupaten Buton
Tengah.
A. Iklim
Seperti sebagian besar daerah di Indonesia, Kabupaten Buton Utara
mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata antara 25ºC – 27ºC dan memiliki dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau . Seperti halnya daerah lain pada
bulan November sampai Juni angin bertiup dari benua asia dan samudera pasifik
mengandung banyak uap air yang menyebabkan. terjadinya hujan di sebagian besar
wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Buton Utara. Sedangkan musim kemarau
terjadi antara bulan juli dan oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua
Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.
Pola angin yang berperan di Kabupaten Buton Utara secara umum sama
dengan pola angin yang berlaku di Kepulauan Indonesia, yaitu angin musim
(monsoon). Angin musim bertiup secara mantap kearah tertentu pada satu periode
sedangkan periode lainnya angin bertiup secara mantap dengan arah yang
berlainan. Pada bulan Desember – Februari terjadi musim dingin di belahan bumi
bagian utara dan musim panas di belahan bumi Selatan, sehingga angin akan
berhembus dari daratan Asia ke Australia. Keadaan ini di Indonesia dikenal sebagai
musim barat (west monsoon). Begitu pula sebaliknya, pada bulan Juli hingga
Agustus, dikenal sebagai musim timur (east monsoon). Sistem ini begitu tetap
bertiup sepanjang tahun sehingga menyebabkan angin musim bertiup secara stabil
terutama di atas lautan. Sifat ini dimanfaatkan oleh pelaut dan nelayan utamanya
yang menggunakan perahu layar. Angin musim dapat mempengaruhi angin laut dan
angin darat. Kecepatan angin (isovent) rata-rata di perairan Sulawesi Tenggara
khususnya di Pulau Buton bagian utara pada umumnya berkisar 2 – 5 m/det.
Secara umum, rata-rata curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Buton Utara
selama tahun 2010 yaitu sebesar 3.113 mm dan hari hujan sebanyak 259 hari
dimana musim penghujan terjadi pada bulan november sampai juni.
B. Kemiringan Lereng
Kabupaten Buton Utara terdiri dari barisan pegunungan yang sedikit
melengkung kearah utara–selatan, dimana hampir setengah (92.799 ha) atau
sebesar 48,26 persen luas wilayah Kabupaten Buton Utara berada pada
ketinggian
100 - 500 meter di atas permukaan laut.
Kemudian berdasarkan kemiringan, wilayah Kabupaten Buton Utara memiliki
kemiringan yang hamper merata pada setiap klasifikasi kemiringan. Kemiringan 0 -
2 persen
seluas 57.129 Hektar (29,71 persen), kemudian disusul kemiringan 15 – 40
persen seluas 55.309 Hektar atau 28,76 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Buton Utara. Selanjutnya kemiringan lebih dari 40 persen seluas 50.875 Hektar atau
26,46 persen serta kemiringan 2 - 15 persen seluas 28.990 Hektar atau 15,08
persen dari total luaswilayah Kabupaten Buton Utara.
Tabel 2. 14 Luas Wilayah Kabupaten Buton Utara Berdasarkan Klasifikasi
Kemiringan Lereng, 2017
C. Morfologi
Kabupaten Buton Utara terdiri dari barisan pegunungan yang sedikit
melengkung kearah utara–selatan, dimana hampir setengah (92.799 ha) atau
sebesar 48,26 persen luas wilayah Kabupaten Buton Utara berada pada
ketinggian
100 - 500 meter di atas permukaan laut.
D. Geologi
Kondisi wilayah Kabupaten Buton Utara ditinjau dari sudut geologis, pada
umumnya wilayah Kabupaten Buton Utara yang berada di Pulau Buton bagian Utara
memiliki jenis tanah Mediteran, Rensiana dan Litosol. Sedangkan pada wilayah
Kabupaten Buton Utara bagian selatan memiliki tanah Podsolik Merah Kuning.
Berdasarkan jenis batuan, seluas 94.457 Hektar atau 49,12 persen wilayah
Kabupaten Buton Utara memiliki jenis batuan dengan kategori TMC, disusul TMS
dan KTC dengan luas masing-masing 39.005 Hektar (20,28 persen) dan 27.718
BAB 2-32
Hektar atau 14,41 persen dari total luas wilayah Kabupaten Buton Utara.
BAB 2-33
E. Hidrologi
Letak dan Keberadaan sumber air yang sulit terjangkau merupakan salah
satu masalah yang dihadapi oleh sebagian masyarakat Kabupaten Buton Utara
dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini disebabkan oleh faktor alam, dimana
Kabupaten Buton Utara sebagian besar wilayahnya merupakan daerah karst, Pada
umumnya sebagian wilayahnya cepat kering pada saat terjadi hujan
Selain dari faktor alam tersebut, sumber air ini juga sangat dipengaruhi oleh
faktor masyarakat yang kurang menyadari pentingnya keberadaan hutan, sehingga
terjadi pengrusakan hutan yang dijadikan lahan pertanian tradisional. Hal ini,
menyebabkan banyaknya sungai dan mata air yang kering atau debit air yang
menurun.
Walaupun demikian, masih ada sungai dan mata air yang masih layak
digunakan sebagai sumber air Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Buton
Utara, antara lain: Mata Air Ma”Uso di kecamatan Kulisusu Barat dan sungai
Lakantredu kecamatan Bonegunu
Ditinjau dari keberadaan sungai, beberapa sungai yang cukup besar dan
telah melalui penelitian teknis di Kabupaten Buton Utara antara lain Sungai Lambale,
Sungai Langkumbe, Sungai Kioko, Sungai Bubu, Sungai Kambowa, Sungai
Lahumoko dan Sungai Lagito. Sungai-sungai tersebut selain sebagai jalur
transportasi yang membawa hasil pertanian dan hasil hutan dari Kabupaten Buton
Utara, juga sangat potensial sebagai sumber air irigasi bagi usaha pengembangan
pertanian di Kabupaten Buton Utara.
Kabupaten Buton Utara memiliki wilayah perairan laut yang cukup potensial
untuk pengembangan usaha perikanan dan hasil laut lainnya. Berbagai jenis ikan
yang banyak ditangkap oleh nelayan di Kabupaten Buton Utara antara lain cakalang,
teri, kembung, udang, serta berbagai jenis ikan lainnya. Selain jenis ikan juga
terdapat hasil laut lainnya yang sangat potensial antara lain teripang, japing-japing,
lola, mutiara serta agar-agar yang sampai saat ini masih merupakan primadona
usaha perairan laut bagi masyarakat di Kabupaten Buton Utara.
2.3.2. Penggunaan Lahan
Tabel 2. 15 Penggunaan Lahan menurut Kecamatan di
Kabupaten Buton Utara, 2017
BAB 2-34
Lanjutan Tabel
B. Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Buton Utara saat ini belum optimal.
Dari 6 Kecamatan yang ada, hanya Kecamatan Kulisusu sebagai ibukota Kabupaten
yang persampahannya dikelola.
Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi terkait pengelolaan
sampah khususnya di Kecamatan Kulisusu. Pengelolaan ini terkendala pada :
• Kekurangan jumlah tong sampah yang disebarkan di rumah masyarakat,
• Belum ada sarana dan prasarana pengelolaan persampahan
Prasarana dan Sarana untuk mengelola persampahan di Kabupaten Buton
Utara sudah adanya yaitu bak sampah biasa sebanyak 51 buah kondisi baik, tong
sampah beton 15 buah kondisi baik, tong sampah plastik 32 buah kondisi baik, pick
up sampah 1 buah kondisi baik, truk sampah 4 buah 3 kondisi baik sedangkan 1
rusak berat. Untuk TPA kabupaten Buton Utara telah memilki TPA yang berada di
Kecamatan Kulisusu.
C. Drainase
Seiring pertumbuhan penduduk kota maka permasalahan drainase juga mulai
meningkat seperti banjir dan genangan. Pada umumnya sistem ataupun kondisi
pembangunan drainase saat ini masih bersifat an sehingga belum dapat
menyelesaikan masalah banjir dan genangan secara tuntas.
Beberapa permasalahan yang timbul terkait pengelolaan drainase lingkungan
di Kabupaten Buton Utara antara lain :
1. Beberapa titik drainase tersumbat, akibat penumpukan limbah rumah tangga dan
sampah, maupun oleh sedimentasi yang berasal dari longsor tebing atau sisa
pekerjaan masyarakat atau swasta.
2. Masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki drainase
3. Beberapa saluran drainase telah ditutup secara permanen
4. Di beberapa titik, dimensi drainase sudah tidak sesuai, sehingga aliran air
menjadi tidak lancar, dan mengakibatkan genangan yang kadang bertahan cukup
lama. Bahkan bisa pula mengakibatkan banjir.
5. Konstruksi drainase yang kurang tepat. Seringkali drainase dibangun dengan
kemiringan diatas 50°, sehingga percepatan air beserta lumpur yang jatuh
semakin besar.
6. Di lingkungan permukiman, kurangnya percabangan dan gorong - gorong untuk
penyebaran air ke beberapa drainase utama.
7. Masih banyak rumah tangga yang tidak membuat daerah resapan untuk drainase
lokal mereka.
8. Beberapa pekerjaan pelebaran jalan provinsi, dilakukan di wilayah berbukit.
Pelebaran jalan dan pembangunan drainase dikerjakan bersama-sama dengan
cuttingan tebing bukit, sehingga meniadakan rumput atau tumbuhan lain yang
dapat menghambat terjadinya longsor ke drainase.
Tabel 2. 17 PDRB Kabupaten Buton Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2010-2018
Distribusi PDRB Kabupaten Buton Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Kategori Lapangan Usaha PDRB
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 44.67 43.13 42.1 41.52 40.23 39.47 38.24 38.74 38.64
B. Pertambangan dan Penggalian 4.77 5.11 5.59 5.6 5.96 6.67 7.41 7.35 7.38
C. Industri Pengolahan 4.21 4.22 4.13 4.21 4.53 4.64 4.8 4.88 4.71
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 12.34 13.37 14.45 15.18 15.87 15.96 16.05 15.84 16.12
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
11.87 12.6 13.06 13.04 12.9 12.9 13.27 13.42 13.67
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 1.42 1.35 1.33 1.38 1.32 1.34 1.54 1.51 1.53
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan
0.25 0.26 0.27 0.27 0.27 0.28 0.3 0.3 0.29
Minum
J. Informasi dan Komunikasi 0.94 0.81 0.79 0.8 0.78 0.81 0.86 0.87 0.88
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.49 0.52 0.6 0.58 0.7 0.71 0.78 0.79 0.78
L. Real Estate 2.34 2.3 2.22 2.15 1.98 1.93 1.84 1.79 1.71
M,N. Jasa Perusahaan 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
O. Administrasi Pemerintahan,
9.49 9.25 8.65 8.54 8.7 8.38 7.95 7.67 7.53
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 4.31 4.2 3.99 3.92 4.02 4.11 4.18 4.17 4.16
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.5 1.43 1.4 1.42 1.4 1.42 1.44 1.39 1.36
R,S,T,U. Jasa lainnya 1.29 1.3 1.29 1.25 1.22 1.25 1.21 1.17 1.14
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100 100 100 100 100 100 100 100 100
A. Iklim
Iklim sebagai unsur lingkungan yang dapat memberikan informasi mengenai
potensi suatu daerah, diantaranya bermanfaat untuk mendukung pengelolaan suatu
kawasan kaitannya dengan kebutuhan air baik untuk pertumbuhan suatu tanaman
maupun untuk kebutuhan rumah tangga.
Kondisi iklim di Kabupaten Konawe Utara tidak jauh berbeda dengan kondisi
iklim di Kabupaten Konawe, keduanya memiliki dua musim dalam setahun (musim
hujan dan musim panas). Pada musim hujan, angin banyak mengandung uap air
yang berasal dari Benua Asia dan Samudra Pasifik.
B. Kemiringan Lereng
Wilayah Konawe Utara berada pada ketinggian 0 - >2000 mdpl dengan
kemiringan lereng antara 0 - >40%. Kemiringan antara 25% sampai dengan
>40% berada pada hulu Sungai Lasolo yang merupakan wilayah Pegunungan
Matarombeo. Wilayah dengan kemiringan lereng 0 - 8% umumnya berada pada
kaki bukit, lembah antar sungai, dan wilayah di muara - muara sungai.
Wilayah dengan ketinggian >2000 meter dan kemiringan lebih dari 40% berada
pada sekitar hulu Sungai Konaweha, yaitu Pegunungan Mekongga mengarah ke
utara sampai Pegunungan Matarombeo umumnya berbukit hingga bergunung.
C. Morfologi
Pada dasarnya jenis tanah dapat menggambarkan sifat – sifat tanah. Dari
jenis tanah tersebut dapat diarahkan kepada pengembangan lahan sesuai dengan
kesesuaian lahannya. Klasifikasi tanah di wilayah Konawe Utara terbagi dalam
beberapa jenis antara lain: Aluvial, Gleisol, Kambisol, Litosol, Mediteran, Organosol,
Podsolik, dan Regosol.
BAB 2-42
D. Geologi
Untuk mengetahui kondisi geologi regional wilayah dan/atau kawasan
perencanaan dan daerah sekitarnya maka diperlukan data fisiografi daerah yang
lebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara
regional baik menyangkut morfologi, pola pembentuknya, pola aliran sungai, serta
kondisi litologi dan struktur geologi secara umum.
Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi Lembar Lasusua –
Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu. Lajur
Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur Hialu oleh endapan
kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk., 1985). Secara garis besar kedua mendala ini
dibatasi oleh Sesar Lasolo.
Struktur geologi yang dijumpai di wilayah perencanaan adalah sesar, lipatan,
dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat laut – tenggara searah
dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif hingga
saat ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif
kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di
daerah Wawo sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan
Lasolo, yaitu beranjaknya Batuan Ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekongga, Formasi
Meluhu, dan Formasi Matano.
E. Hidrologi
a. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan,
seperti mata air, danau, sungai, dan rawa. Pada data air permukaan ini
masing – masing jenis sumber air tersebut hendaknya diikuti besaran atau
debitnya sehingga dapat terlihat potensi air permukaan secara umum.
Khusus untuk sungai, disajikan lengkap dengan Wilayah Sungai (WS)
serta Daerah Aliran Sungai (DAS) karena masing-masing WS umumnya
mempunyai karakteristik berbeda.Demikian juga dengan DAS yang
diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde
yang terkecil.
Data sungai ini juga dilengkapi dengan pola aliran, arah aliran air
permukaan pada masing-masing DAS, dan kerapatan sungai yang secara
tidak langsung akan memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik
pengaliran maupun pengikisannya.
b. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sungai adalah sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan. Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu kesatuan
wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap
dan/atau mengalir melalui sungai dan anak – anak sungai yang
bersangkutan. Pembagian wilayah sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara
terdapat 4 (empat) wilayah sungai, yaitu :
• Wilayah sungai Lasolo Samparia dengan sub wilayah sungai terdiri dari
SWS sungai Lasolo, SWS Lalinda, SWS Tinabu, SWS Sampara, dan
SWS S. Luhumbuti.
• Wilayah sungai Paleang Roraya dengan sub wilayah sungai terdiri dari
SWS. S. Paleang, SWS Roraya, SWS S. Asole, SWS Sungai Bogora,
dan SWS S. Muna.
• Wilayah Sungai Towari Susua dengan sub wilayah sungai terdiri dari
SWS Towari, SWS S. Walulu, SWS S. Oka-oka, SWS S. Lamenkoka,
SWS S. Tambali, SWS S. Woimenda, dan SWS S. Susua.
• Wilayah sungai Kaluku Karama dengan sub wilayah sungai terdiri dari
SWS S. Mampar, SWS S. Manyamba, SWS S. Malunda SWS S.
Mamuju, SWS S. Kaluku, SWS S. karama, dan SWS S. Budong-
budong.
c. Air Tanah
Air tanah terdiri atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah
dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai
sumber air bersih berupa sumur – sumur, sehingga untuk mengetahui
potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur – sumur
penduduk dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam
kaitannya sebagai pembawa air. Selain besaran air tanah ini, perlu
diketahui mutunya secara umum dan jika memungkinkan hasil pengujian
mutu air dari laboratorium. Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah
yang memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya. Secara
umum dapat diketahui dari kondisi geologinya yang tentunya juga
memerlukan pengamatan struktur geologi yang cermat.
A. Kependudukan
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk SP2010, jumlah penduduk di
Kabupaten Konawe Utara pada tahun 2018 sebesar 62.403 jiwa. Terjadi kenaikan
sebesar 2,5 persen dari tahun 2017. Komposisi penduduk Kabupaten Konawe
Utara terdiri dari
32.720 jiwa laki-laki dan 29.683 jiwa perempuan, dengan rasio jenis sebesar
110,23.
Tabel 2. 21 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, dan Rasio Jenis
Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Konawe Utara, 2010 dan 2018
BAB 2-48
Berdasarkan lapangan usaha, pada tahun 2018, sektor yang paling besar laju
pertumbuhannya adalah sektor Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 7,84 %
dan
BAB 2-49
yang paling kecil laju pertumbuhannya adalah sektor Real Estate yaitu sebesar
0,76 %.
Tabel 2. 22 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Konawe Utara (Juta Rupiah), 2014−2018
BAB 2-52
A. Iklim
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Konawe Kepulauan
dikenal 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim hujan Keadaan musim
banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya.
1. Pada bulan november sampai dengan bulan maret, angin banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah
sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim
penghujan. Sekitar bulan april, arus angin selalu tidak menentu dengan curah
hujan berfluktuatif; dan
2. Pada bulan mei sampai dengan bulan agustus, angin bertiup dari arah timur
yang berasal dari Benua Australia kurang mengandung uap air. Hal tersebut
mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan agustus sampai
dengan bulan oktober terjadi musim kemarau. Sebagai akibat perubahan kondisi
alam yang sering tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari
kebiasaan.
Iklim pada wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan adalah termasuk iklim
tropis dengan suhu terendah 18OC. Type iklim menurut Smith-Ferquson termasuk
type iklim C dengan curah hujan tahunan secara rata-rata tercatat antara 1.500
mm/tahun hingga 2.898 mm/tahun. Curah hujan di Kabupaten Konawe Kepulauan
dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu:
1. Pola curah hujan tahunan antara 0 - 1.500 mm;
2. Pola curah hujan tahunan antara 1.500 - 1.900 mm; dan
3. Pola curah hujan lebih dari 1.900 mm.
B. Kemiringan Lereng
BAB 2-53
Tabel 2. 24 Luas masing-masing kategori penggunaan lahan pada setiap unit
kelas lereng di Wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan
E. Hidrologi
A. Air Limbah
Air limbah yang dimaksudkan yaitu air sisa buangan yang berasal dari rumah
tangga yang terdiri dari kotoran-kotoran yang sebagian berbentuk kotoran dan
sebagian lagi merupakan larutan tersuspensi. Jumlah air limbah tergantung jumlah
pemakaian air bersih dalam rumah tangga. Apabila penggunaan air bersih yang
cukup maka akan menghasilkan air limbah 100 ltr/orang/hari.
Sebagian penduduk di Kabupaten Konawe Kepulauan sudah memiliki fasilitas
pembuangan air limbah yang memadai sehingga tidak lagi menggunakan tepi-tepi
pantai dan sekitar sungai sebagai tempat pembuangan kotoran manusia. Untuk
menjaga kesehatan lingkungan, dalam wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan
setiap unit fasilitas perlu menyediakan konstruksi septic tank. Dalam menentukan
ukuran septic tank dipengaruhi oleh konstribusi buangan air bekas.
B. Persampahan
Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh penduduk Kabupaten
Konawe Kepulauan masih menggunakan cara-cara konvensional, yaitu dengan cara
membuat lubang tempat sampah yang kemudian dilakukan pembakaran atau
penimbunan. Pengelolaan sampah di Kabupaten Konawe Kepulauan, khususnya di
Kawasan Perkotaan Langara, saat ini telah menjadi permasalahan yang dialami kota
ini, sebagai akibat belum adanya sistem pengelolaan sampah, sehingga kawasan
kota terlihat adanya buangan-buangan sampah di areal lahan-lahan kosong. Kondisi
ini tentunya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan perkotaan, serta
berpengaruh terhadap estetika kota.
Pengembangan sistem jaringan persampahan berupa Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (TPPAS) di Kecamatan Wawonii Barat.
C. Drainase
Jaringan drainase, selain berfungsi sebagai saluran air hujan juga berfungsi
sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga. Sistem jaringan drainase di
Kabupaten Konawe Kepulauan mengikuti kontur alami yakni mengikuti alur-alur
sungai yang ada. Keadaan jaringan drainase yang terdapat di Kabupaten Konawe
Kepulauan, sebagian besar masih merupakan saluran pembuangan air hujan,
sedangkan untuk jaringan drainase permanen sebagain besar mengikuti jaringan
jalan primer yang ada. Sedangkan untuk pembuangan utama (jaringan primer)
umumnya bermuara ke pantai dan sungai yang ada.
Berdasarkan hasil identifikasi, khususnya di Kawasan Perkotaan Langara
memprlihatkan bahwa sistem jaringan drainase di wilayah ini masih didominasi oleh
saluran alami berupa saluran tanah, hanya pada beberapa ruas jalan sudah ada
saluran drainasenya. Kondisi ini tentunya akan berdampak terjadinya genangan-
genangan air di lingkungan permukiman. Permasalahan mendasar jaringan drainase
di Kabupaten Konawe Kepulauan, yang memerlukan perhatian adalah dimensi dan
konstruksi jaringan yang belum memadai sehingga mengalami kerusakan dan
volume air pada musim hujan yang tidak seimbang. Untuk merencanakan jaringan
drainase di Kabupaten Konawe Kepulauan perlu adanya analisa yang akurat yang
berpatokan kepada standar/kriteria yang digunakan dengan mempertimbangkan
beberapa hal, seperti waktu konsentrasi, intensitas hujan, koefisien pengaliran, dan
koefisien penampungan.
D. Irigasi
Berdasarkan data BPS Kabupaten Konawe (Tahun 2013), persebaran sawah
di Kabupaten Konawe Kepulauan terdiri dari sawah irigasi teknis (425 Ha) di
Kecamatan Wawonii Utara. Sementara sawah tadah hujan terdapat di Kecamatan
Wawonii Selatan (656 Ha), Kecamatan Wawonii Barat (135 Ha), Kecamatan
Wawonii Tengah (343 Ha) dan Kecamatan Wawonii Timur (1.100 Ha). Produktivitas
di Kecamatan Wawonii Selatan adalah 42,98 Ku/Ha. Sementara produktifitas di
Kecamatan Wawonii Tengah adalah 42,97 Ku/Ha.
Dalam menunjang kegiatan pertanian dan peternakan, Kabupaten Konawe
Kepulauan memiliki Prasarana Irigasi yang potensial untuk dimanfaatkan.
Perbandingan luas daerah irigasi dengan areal tanam memiliki indeks pertanaman
yang baik (rata-rata 1.6%) akan tetapi hal ini bisa ditingkatkan kembali mengingat
kondisi eksisting Daerah Irigasi yang ada berada dalam kondisi rusak dan rusak
parah. Berikut adalah tabel mengenai kondisi prasarana irigasi di Kabupaten
Konawe Kepulauan.
A. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan berdasarkan proyeksi penduduk
tahun 2017 sebanyak 33.212 jiwa yang terdiri atas 16.628 jiwa penduduk laki-laki
dan 16.584 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah
penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Konawe Kepulauan mengalami
pertumbuhan sebesar 2,80 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan
penduduk laki-laki sebesar 2,55 persen dan penduduk perempuan sebesar
3,06
persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk
lakilaki terhadap penduduk perempuan sebesar 100,3.
Tabel 2. 28 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kabupaten Konawe Kepulauan (juta rupiah), 2015-2017
B. Kemiringan Lereng
Permukaan wilayah terdiri dari gunung, bukit, lembah, dan laut.
Diantara jenis permukaan tersebut terdapat lahan yang merupakan daerah
potensial untuk tingkat kemiringan sebagai berikut :
• Lahan dengan lereng antara 0°-2° seluas 1.017,49 km2 (30%)
layak untuk pemukiman, pertanian, perikanan dan kegiatan lainnya.
• Lahan dengan lereng antara 2°-15° seluas 678,32 km2 (20%)
layak untuk pemukiman, pertanian dan perkebunan.
• Lahan dengan lereng antara 15°-4° seluas 339,16 km2 (10%)
layak untuk pemukiman, pertanian dan perkebunan.
• Lahan dengan lereng antara 40° keatas seluas 1.356,65 km2 (40%)
adalah wilayah yang perlu dijaga kelestariannya.
C. Geologi dan Morfologi
Tinjauan kondisi geologi di wilayah perencanaan, dalam hal ini dilihat
berdasarkan satuan geomorfologi, satuan batuan pembentuk, dan struktur
geologinya.
(1) Satuan Geomorfologi
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Kolaka Utara dan sekitarnya, maka
wilayah ini dapat dibagi ke dalam beberapa satuan geomorfologinya secara
genetik dan parametris, yakni :
1. Satuan Geomorfologi Lipat - Patahan yang meliputi hampir 80% dari
seluruh wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
2. Satuan Morfologi Perbukitan Karst yang tersebar di sebelah Selatan
(dominan), di sebelah Barat memanjang ke arah Utara serta secara
spot-spot di bagian Tengah Kabupaten Kolaka Utara mencakup
sekitar 15%.
3. Satuan Dataran Pantai dan Alluvial sekitar 5% yang memanjang
mengikuti pantai Teluk Bone dan lembah sungai yang ada.
(2) Satuan Batuan (Litologic Units)
Dari peta Geologi tampak bahwa Kabupaten Kolaka Utara terdiri dari
beberapa satuan batuan dari tua ke muda seperti terurai berikut :
(a) Batuan Metamorf (Malihan) berumur Paleozoikum yang tersebar
sangat luas dan menutupi hampir seluruh wilayah Kabupaten Kolaka
Utara, yang disusun oleh sekis, genes, filit, kuarsit, dan sedikit pualam
(marmer).
(b) Marmer (Batu Pualam) berumur Paleozoikum yang sama umurnya
dengan Batuan Malihan Regional sebelumnya, disusun oleh marmer
dan batu gamping terdaunkan, berada pada bagian Tengah sebelah
Timur Kabupaten Kolaka Utara.
(c) Batuan Terobosan yang mengintrusi/menerobos batuan berumur
Paleozoikum, dimana batuan ini sendiri berumur Trias, tersusun oleh
aplit kuarsa, andesit, dan latit kuarsa, hanya terdapat berupa spot di
wilayah Selatan sebagai indikatif.
(d) Formasi Tokala berupa susunan batu gamping, kalsilutit, batu pasir,
serpih, napal, dan sedikit batu sabak yang berumur Trias, yang
secara morfologis memperlihatkan perbukitan karst dan tersebar di
Selatan, di Barat sepanjang pantai Teluk Bone sampai ke Utara dan
sebagian kecil di Tengah wilayah Kabupaten Kolaka Utara.
(e) Batuan Formasi Meluhu yang disusun oleh batu pasir, kuarsit, serpih
hitam, serpih merah, filit, batu sabak, batu gamping, dan batu lanau,
berumur sama dengan Formasi Tokala (Trias) tersebar di wilayah
Tengah mendekati Utara Kabupaten Kolaka Utara.
(f) Batuan Ofiolit yang terdiri dari kelompok batuan peridotit berupa
harzbugit, dunit, dan seopertinit serta ultra basa (gabbro) merupakan
bagian dari kerak Samudera Pasifik yang menganjak naik ke daratan
Sulawesi bagian Barat, berumur Kapur, tersebar di pantai Barat Daya
dan sebagian besar di wilayah Utara.
(g) Formasi Pandua yang berumur Miosen Atas disusun oleh
konglomerat, batu pasir, dan batu lempung yang tersebar sangat
sempit mendekati wilayah sebelah Utara.
(h) Formasi Matano yang berumur Paleosen disusun oleh batu gamping
hablur/kristal, kalsilutit, napal dan serpih, yang tersebar di wilayah
Utara mendekati perbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur (Provinsi
Sulawesi Selatan).
(3) Struktur Geologi
Patahan Geologi yang dominan di Kabupaten Kolaka Utara dipengaruhi
oleh Sesar Palu Koro yang merupakan kelanjutan Sesar Sorong yang
melibatkan Kerak Samudera Pasifik. Adapun beberapa pola arah
kelurusan sesar/patahan di Kabupaten Kolaka Utara dapat dikelompokkan
menjadi :
(a) Arah Barat Laut Tenggara merupakan arah dari pola pergerakan
Sesar Palu Koro yang membentuk Danau Towuti, Danau Matano dan
Danau Poso di sebelah Utara.
Kemudian di bawahnya berkembang Sesar Lasolo pada arah yang
sama melewati bagian Tengah Kabupaten Kolaka Utara, kemudian
menjadi titik intensif di bagian Selatan.
(b) Arah Timur Laut – Barat Daya yang berkembang tidak seintensif arah
Barat Laut –Tenggara, tampak merupakan orde selanjutnya kerena
memotong arah Barat Laut – Tenggara, juga berkembang luas di
sebelah Utara dan pantai Barat mendekati Teluk Bone.
D. Hidrologi
Tinjauan keadaan hidrogeologi di wilayah perencanaan (Kabupaten Kolaka
Utara), meliputi kondisi air permukaan dan air tanah, yaitu sebagai berikut :
1. Air permukaan merupakan air lapisan permukaan atau “surface run off ” dari
hasil curah hujan yang jatuh pada wilayah tangkapan hujan atau “cathchment
area ” yang mengalir melalui Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan wilayah
DASnya, maka Kabupaten Kolaka Utara dapat dibagi menjadi 2 (dua) DAS,
yang mengalir ke arah Danau Towuti yang dipengaruhi oleh Pegunungan
Verbeek dan Pegunungan Tangkelemboke dan yang mengalir ke arah Teluk
Bone yang sangat bervariasi dan masih dapat dikelompokkan menurut sub
DAS-sub DASnya masing-masing.
Demikian halnya untuk pola aliran sungai di Kabupaten Kolaka Utara ini secara
umum juga terbagi 2 (dua) kelompok yakni yang mengalir dari Timur ke arah
Barat (ke Teluk Bone) dan yang mengalir dari Selatan/Tenggara ke arah
Utara/Timur Laut ke Danau Towuti. Sehingga tampak bahwa penarikan batas
Kabupaten Kolaka Utara dengan Kabupaten Konawe dan Kabupaten Kolaka
sendiri merupakan batas alam yaitu “Morphological Water Devided ” atau batas
pemisah air secara geomorfologi. Beberapa sungai yang terdapat di wilayah
Kolaka Utara dan tersebar di beberapa kecamatan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pertanian (irigasi), pengembangan energi (listrik), perikanan dan
rumah tangga. Sebaran sungai-sungai dimaksud seperti ditunjukkan pada Tabel
berikut
2. Air tanah di Kabupaten Kolaka Utara dapat dibagi kedalam 4 (empat) kelompok,
yaitu :
(a) Kondisi air tanah pada wilayah dataran dengan batuan akuifer terdiri dari
alluvial, kerikil, batu pasir, dan konglomerat berupa akuifer air tanah bebas
dengan produktivitas sedang, maka air tanah bebas antara 0,5 - 10 meter
dengan debit air tanah dari sumur penduduk lebih kecil dari 5 liter/detik.
(b) Kondisi air tanah pada wilayah bergelombang dengan batuan akuifer
berupa batuan sedimen dan batuan metamorfosa sangat sulit menemukan
air tanah khususnya pada batuan metamorf kecuali pada batu gamping
berupa sungai-sungai bawah tanah.
(c) Kondisi air tanah pada wilayah perbukitan dengan batuan akuifer terdiri
atas dominasi batuan metamorfosa dan sedikit batuan sedimen, sehingga
keterdapatan air tanah menjadi semakin sulit dan langka.
(d) Kondisi air tanah pada wilayah pegunungan dengan kondisi geologi
disusun hampir semuanya oleh batuan metamorfosa, sehingga
keberadaan akuifer air tanah adalah sangat langka, kecuali beberapa
mata air yang menjadi hulu dari berbagai sungai besar yang mengalir di
daerah ini.
2.6.2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Kolaka Utara adalah hutan Negara
dan perkebunan. Data selengkapnya penggunaan lahan di Kabupaten Kolaka Utara
disajikan pada tabel berikut :
C. Drainase
Beberapa permasalahan yang timbul terkait pengelolaan drainase lingkungan
di Kabupaten Kolaka Utara antara lain :
1. Beberapa titik drainase tersumbat, akibat penumpukan limbah rumah tangga
dan sampah, maupun oleh sedimentasi yang berasal dari longsor tebing atau
sisa pekerjaan masyarakat atau swasta.
2. Masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki drainase
3. Beberapa saluran drainase telah ditutup secara permanen
4. Di beberapa titik, dimensi drainase sudah tidak sesuai, sehingga aliran air
menjadi tidak lancar, dan mengakibatkan genangan yang kadang bertahan
cukup lama. Bahkan bisa pula mengakibatkan banjir.
5. Konstruksi drainase yang kurang tepat. Seringkali drainase dibangun dengan
kemiringan diatas 50°, sehingga percepatan air beserta lumpur yang jatuh
semakin besar.
6. Di lingkungan permukiman, kurangnya percabangan dan gorong - gorong untuk
penyebaran air ke beberapa drainase utama.
7. Masih banyak rumah tangga yang tidak membuat daerah resapan untuk
drainase lokal mereka.
8. Beberapa pekerjaan pelebaran jalan provinsi, dilakukan di wilayah berbukit.
Pelebaran jalan dan pembangunan drainase dikerjakan bersama-sama dengan
cuttingan tebing bukit, sehingga meniadakan rumput atau tumbuhan lain yang
dapat menghambat terjadinya longsor ke drainase.
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
BAB 2-76
Sistem dan cakupan layanan merepresentasikan kondisi aktual pengelolaan
drainase wilayah. Sayangnya belum ada sistem terpadu yang digunakan untuk
pengelolaan drainase di Kolaka Utara, sehingga drainase yang dibangun hanya
dimanfaatkan secara lokal, menurut lokasi ataupun kebutuhan masyarakat.
Pengelolaan drainase tak terpadu sebenarnya berpotensi menimbulkan
masalah besar, terutama banjir. Aliran dari drainase tersier ke drainase sekunder
atau primer tidak berjalan lancar, atau tersumbat total.
D. Irigasi
Untuk prasarana irigasi atau pengairan teknis , kondisinya dirasakan masih
sangat kurang, khususnya untuk beberapa wilayah kecamatan yang memiliki areal
pertanian lahan basah, seperti di wilayah Kecamatan Rante Angin dan Kecamatan
Batu Putih. Sedangkan terkait dengan sungai-sungai besar yang ada dan beberapa
diantaranya melintasi wilayah perkotaan kecamatan, seperti Sungai Lasusua,
Sungai Batu Butih, Sungai Pakue, Sungai Puurawu, Sungai Mala-Mala, Sungai
Rante Anging, dan lainnya, ternyata kondisinya sudah cukup mengkhawatirkan,
dikarenakan tingkat pendangkalan akibat sedimentasi sudah cukup tinggi,
khususnya pada muara sungai. Sehingga pada saat musim hujan dengan curah
hujan besar, sering mengakibatkan banjir/luapan. Oleh karenanya, hampir semua
wilayah kecamatan mengalami hal yang sama terkait dengan kondisi tersebut,
sehingga diusulkan untuk dilakukan upaya normalisasi (pengurugan, pelurusan,
pengerukan) sungai–sungai yang bermasalah.
E. Sarana Transportasi
Seluruh panjang jalan di Kabupaten Kolaka Utara pada tahun 2010
seluruhnya berjumlah sepanjang 627,38 km, yang terdiri ;
a. jalan Negara 181,35 km,
b. jalan Propinsi 51 km,
c. jalan Kabupaten 395,03 km.
BAB 2-77
Tabel 2. 33 Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaan Dan Peruntukannya
menurut Kecamatan Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2010
Jalan
Jumlah
No Perincian Non Negara Provinsi Kabupaten (Km )
Status (Km ) (Km ) (Km )
A. Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kolaka Utara berdasarkan proyeksi penduduk tahun
2018 sebanyak 147.863 jiwa yang terdiri atas 76.299 jiwa penduduk laki-laki
dan
71.564 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk
tahun 2017, penduduk kolaka utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,2 persen.
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 107.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Kolaka Utara tahun 2018 mencapai 44
jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan
Penduduk di 15 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi
terletak di kecamatan Ngapa dengan kepadatan sebesar 151 jiwa/km2 dan terendah
di Kecamatan Porehu sebesar 12 jiwa/Km2. Sementara itu, jumlah rumah tangga
pada tahun 2018 sebanyak 33.931 rumah tangga.
A. Iklim
Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Betoambari suhu udara di Kota
Baubau pada tahun 2018 berkisar antara 19,4ᵒC sampai dengan
36,6ᵒC.
Suhu terendah terjadi pada bulan Agustus sedangkan suhu tertinggi terjadi
pada bulan November.
Sementara itu, rata-rata tekanan udara selama tahun 2018 tercatat
antara
1.010,6 mb – 1.015,4 mb. Tekanan terendah terjadi pada bulan Januari dan tertinggi
pada bulan Agustus sedangkan rata-rata kecepatan angin tertinggi terjadi pada
bulan Februari sebesar 4,0 knot.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Stasiun Metereologi Betoambari
Kota Baubau hampir sepanjang tahun 2018 terjadi hujan,kecuali bulan Agustus dan
September.
Selama tahun 2018 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu
selama 25 hari dengan curah hujan 332,4 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Januari yaitu 335,9 mm dengan lama hujan sebanyak 22 hari.
B. Kemiringan Lereng
Kondisi topografi wilayah Kota Baubau relatif bervariasi mulai dari topografi
yang datar, bergelombang hingga berbukit. Kawasan yang mempunyai kemiringan
lahan 0 –
8% adalah kawasan yang berada dibagian Utara dan Barat wilayah Kota
Baubau, semakin ke Timur, kemiringan semakin besar dan merupakan perbukitan
yang membentang dari Utara ke Selatan.
Daerah tertinggi sebagian berada di Kecamatan Sorawolio.Topografi wilayah
datar berada pada tempat-tempat yang saat ini merupakan pusat-pusat permukiman
di Kecamatan Murhum, sebagian Kecamatan Betoambari dan Kecamatan Wolio.
Berdasarkan kondisi topografi tersebut, maka Kota Baubau dapat dibagi atas tiga
keadaan wilayah, meliputi :
1). Lahan Datar; terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian 5 meter
diatas permukaan laut dan tersebar di wilayah kecamatan dan
Kecamatan Sorawolio dengan kemiringan 0 – 8%.
2). Daerah Agak Datar; terdapat di bagian utara dan tenggara pusat Kota
Baubau dengan ketinggian 5–10 m diatas permukaan laut.
3). Daerah bergelombang; berada pada ketinggian sekitar 60 meter diatas
permukaan laut dengan kemiringan 15 – 30%, terutama terdapat di
Kecamatan Betoambari.
C. Morfologi
Secara umum kondisi fisik wilayah Kota Baubau memiliki karakteristik wilayah
pesisir. Morfologi perkembangan Kota Baubau tumbuh pada dataran rendah
disepanjang pinggir pantai dan Daerah Aliran Sungai, dengan limitasi perkembangan
berupa kondisi bentang alam yang relatif berbukit dan tandus dibeberapa bagian
daratan, menyebabkan perkembangan kawasan ini relatif lambat sehingga
membutuhkan dukungan kebijakan pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan
kawasan ini.
D. Geologi
Secara topografis fisiografis, Kota Baubau terletak pada bagian Barat Daya
dari Pulau Buton, dimana dikontrol oleh pola struktur tektonik yang berarah Timur
Laut – Tenggara dan sebagian kecil menunjukkan arah pergerakan Barat Laut –
Tenggara.
Formasi geologi sebagai pembentuk struktur batuan di wilayah Kota Baubau
yang berada di Pulau Buton Bagian Selatan memiliki karakteristik yang kompleks.
Hal ini dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat pengaruh
struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan diwilayah Kota
Baubau pada umumnya antara lain : Batuan Molasa Celebes Sarasin (Qtms)
terdapat disebagian besar Kecamatan Wolio, Kokalukuna, Bungi, Lea-Lea dan
Sorawolio;Batu Gamping (Kl) terdapat disebagian besar wilayah Kecamatan
Betoambari (bagian timur), Batuan Sedimen (S) menempati sebagian besar wilayah
Kecamatan Sorawolio; dan Batuan Ultra Basa (Ub) yang hanya terdapat di wilayah
Kecamatan Sorawolio.
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan
keterdapatan bahan galian. Dari aspek bencana geologi kemungkinan relatif kecil,
begitu pula dengan kemungkinan pengaruh gelombang laut, karena secara geografis
Kawasan Pelabuhan Baubau berada di bagian Barat Pulau Buton sehingga
terlindungi dari pengaruh gelombang Laut Banda. Walaupun demikian, dibeberapa
pesisir yang terkena arus gelombang laut musim Barat memperlihatkan abrasi
jangka panjang yang meruntuhkan tebing-tebing pantai tersebut.
E. Hidrologi
Kota Baubau memiliki dua sungai yang besar yaitu Sungai Baubau yang
membatasi Kecamatan Wolio dan Kecamatan Murhum/Kecamatan Betoambari dan
membelah ibukota Baubau dan bermuara di Selat Buton. Sungai tersebut umumnya
memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, irigasi dan kebutuhan
rumah tangga. Yang kedua adalah Sungai Bungi yang merupakan sumber air bersih
PDAM.
Keadaan hidrologi di Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air
yang berasal dari Mata Air Wakonti dan Mata Air Wamembe. Kondisi hidrologi yang
teramati meliputi air permukaan dan air tanah yang terdapat dalam wilayah Kota
Baubau.
▪ Air Permukaan, Sumber air permukaan di Kota Baubau berasal dari aliran
air Sungai Baubau yang melintas dalam wilayah Kota Baubau membagi
wilayah Kecamatan Wolio, Kecamatan Murhum dan Betoambari dan
sungai ini bermuara di Selat Buton. Di samping itu juga terdapat sumber air
bersih PDAM yang menggunakan sumber air baku dari Sungai Bungi dan
mata air dari Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio.
▪ Air Tanah Dalam, Selain air permukaan, sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Baubau dan pendatang yaitu air
tanah dalam dengan tingkat kedalaman 40 – 80 meter. Kondisi air tanah di
Kota Baubau umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari
mata air Wakonti dan mata air Wamembe berupa mata air yang berasal
dari mata air dengan debit terbatas. Beberapa sumber air mengalir
sepanjang tahun walaupun dengan debit yang terbatas, sedangkan mata
air Bungi, mata air Koba mempunyai kapasitas debit yang cukup baik
begitu juga dengan sumber air Kaongke-Ongkea di Kecamatan Sorawolio.
LUAS
NO PENGGUNAAN LAHAN
(Ha) (%)
I KAWASAN TERBANGUN 6.006,492 20,49
Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik Kota Baubau
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
BAB 2-88
Tabel 2. 38 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kota Baubau
Kondisi
Jumlah/
No Jenis Satuan Tdk Keterangan
Kapasitas Berfungsi
berfungsi
unit - - Belum
4 IPLT ; Kapasitas 1
difungsikan
B. Persampahan
Pengumpul Setempat
- Gerobak Unit - - - - - - -
1
- Motor Sampah Unit 9 2 2 √ √ √ -
- Container Unit 40 - 3 √ √ - -
4 Pengolahan Sampah
- TPS 3R Unit 2 - - √ - - -
- ITF -Unit - - - - - -
- Incinerator Unit 1 √
TPA/TPA Regional
5 Konstruksi : lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka
Operasional : lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka
- Luas Total TPA yang Ha 8,8 8,8 - - - - -
terpakai
(M3/har
- Daya Tampung TPA - - - - - -
i
Jumlah Kapasitas
/ luas / daya Kondisi
Jenis Prasarana Ritasi
No Satuan total tampung Ket
/Sarana /hari
terpaka Rusak Rusak
M3 Baik
i Ringan Berat
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)
6 Alat Berat
- Bulldozer Unit 2 - - - - - -
IPL : Sistem
7 - - - - - - -
kolam/aerasi
Hasil pemeriksaan lab
(BOD dan COD) Mg/l - - - - - - -
- Efluen di Inlet
- Efluen di Outlet
C. Drainase
Kondisi saluran drainase Kota Baubau dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Kecamatan Wolio
1 Jl.Ahmad Yani 2 1 297
2 Jl.Ahmad Yani 2 1 94
3 Jl.Ahmad Yani 2 1 148
4 Jl.Balai Kota II 1 0,60 97
5 Jl.Budi Utomo 0,50 0,80 706
6 Jl.Dr M Yamin 2 1,50 305
7 Jl.Dr Myamin 0,70 0,40 315
8 Jl.Dr Sutomo 0,80 0,40 106
9 Jl.Dr Sutomo 0,80 0,40 141
10 Jl.Emi Saelan 0,40 0,50 94
11 Jl.H Agus Salim 1 0,85 545
12 Jl.Jambu Mete 1 0,70 284
13 Jl.Jambu Mete 1 0,70 731
14 Jl.Jend Soedirman 1 0,60 740
15 Jl.K P Tendean 0,90 0,60 82
16 Jl.Kamali 1 0,50 142
17 Jl.Kapitalao 1,20 1 224
18 Jl.Kapitalao 1 0,70 114
19 Jl.M Husni Thamrin 0,70 0,50 174
20 Jl.M Husni Thamrin 0,70 0,50 237
21 Jl.Mayjen S PArman 1 0,50 122
22 Jl.Nangka 0,40 0,40 206
23 Jl.Pahlawan 1 1 507
24 Jl.Pantai Kamali 1 0,30 68
25 Jl.RA Kartini 1,4 0,80 196
26 Jl.RA Kartini 1 0,50 40
27 Jl.RA. Kartini 1 1 217
28 Jl.RA.Kartini 1 0,50 261
29 Jl.Seram 3 1 389
30 Jl.Sultan Hasanuddin 1,30 0,70 51
31 Jl.Teuku Umar 1 0,60 240
32 Jl.Teuku Umar 1 0,90 1029
33 Jl.Wr Monginsidi 1 0,80 318
34 Jl.Wr Monginsidi 1 0,70 292
35 Jl.Wr Monginsidi 2 1 520
36 Jl.Wr.Monginsidi 1 0,40 143
37 Jl.Yos Sudarso 1 0,40 119
38 Jl.Yos Sudarso 1 0,60 229
39 Jl.Yos Sudarso 1 0,40 39
40 Jl.Yos Sudarso 1 0,50 69
41 Jl.Yos Sudarso 1 5 318
42 Jl.Yos Sudarso II 1 0,30 118
43 Lr.Crizis 0,70 0,60 123
44 Lr.Crizis 0,70 0,60 115
45 Lr.KKw 0,50 0,60 78
47 Wakonti Bukiit Selamat 0,60 0,20 78
48 Wakonti Bukit Selamat 0,60 0,20 86
49 Wakonti Bukit Selamat 0,90 0,30 251
50 Wakonti Bukit Selamat 0,40 0,30 92
51 Wakonti Bukit Selamat 0,40 0,42 81
Kecamatan Batupaoro
1 Jl. Erlangga 100 60 578
2 Jl. Erlangga 100 50 512
3 Jl. Raja Wakaaka I 140 60 1027
4 Jl. Kotamara 210 120 390
5 Jl. Kotamara 100 130 646
6 Jl. Sultan Murhum 110 50 299
7 Jl. Sultan Murhum 140 50 514
8 Jl. Kanakea 1 110 80 40
9 Jl. Nasional 60 30 315
10 Jl. Betoambari 130 0 728
11 Jl. Hayam Wuruk 100 0 234
12 Jl. Waode Wau 130 100 138
13 Jl. Komp. Rusunawa 130 90 176
14 Jl. Komp. Rusunawa 130 90 133
15 Jl. Cakalang(TPI) 90 50 181
16 Jl. Laode Walanda 90 40 312
17 Jl. Hayam Wuruk 120 70 617
18 Jl. Raja Wakaaka I 50 30 50
19 Jl. Hayam Wuruk 100 0 131
20 Jl. Waode Wau 100 0 161
21 Jl. Betoambari 130 0 663
22 Jl. Syekh Abd Wahid 50 30 85
23 Jl. Kanakea 1 50 0 34
24 Jl. Laelangi 40 25 130
25 Jl. Kotamara 80 60 157
26 Jl. Laode Boha 70 30 250
27 Jl. Laode Boha 70 30 248
28 Jl. Hang Lekir 50 20 84
29 Jl. Hang Lekir 50 20 61
30 Jl. Hang Lekir 50 25 129
31 Jl. Hang Lekir 50 25 127
32 Jl. Wasilomata 60 30 30
33 Jl. Wasilomata 60 30 28
Kecamatan Murhum
1 Lr. Codet 130 70 158
Jl. Dr. Wahidin
2 Sudirohusodo 120 50 594
3 Jl. Hos Cokrominoto 130 0 800
4 Jl. Sijawangkati 130 0 446
5 Jl. Sultan Murhum 130 0 859
6 Jl. Labalawo I 120 90 612
7 Jl. Betoambari 130 0 1852
8 Jl. Bulawambona 130 0 500
9 Jl. Burasa Tongka 100 50 176
10 Jl. Bataraguru 100 50 133
11 Jl. Hos Cokrominoto 100 0 177
12 Jl. Labalawo II 100 50 161
13 Jl. Sultan Murhum 130 0 847
14 Jl. Simalui I 40 30 79
15 Jl. Hos Cokrominoto 150 100 57
16 Jl. Hos Cokrominoto 100 50 53
17 Jl. Hos Cokrominoto 130 50 181
18 Jl. Labuke 50 30 59
19 Jl. Labuke 50 30 178
20 Jl. Labuke 50 30 212
21 Jl. Sambali Keraton 100 50 208
22 Jl. Lapangan Baadia 100 50 194
23 Jl. Bataraguru 100 50 102
24 Jl. Bulawambona 110 0 231
25 Jl. Bulawambona 130 90 313
26 Jl. Labuke 50 30 52
27 Jl. Waode Wau 150 100 51
28 Jl. Labalawo II 120 90 148
29 Jl. Hos Cokrominoto 120 90 193
Kecamatan Betoambari
1 Jl. Kompleks Sulaa 100 30 99
2 Jl. Laode Malim 100 50 1297
Jl. Komp. Lapangan
110 50 667
3 Waborobo
Jl. Komp. Lapangan
110 50 627
4 Waborobo
Jl. Poros Waborobo –
120 50 469
5 Lawela
6 Jl. Tanggul Topa 50 30 270
7 Jl. Tanggul Topa 50 30 194
8 Jl. Kompleks Sulaa 100 50 88
9 Jl. Kompleks Sulaa 100 50 121
Jl. Komp. Lapangan
70 50 196
10 Waborobo
Jl. Komp. Lapangan
70 50 194
11 Waborobo
12 Jl. Poros Labuke Waborobo 120 50 199
13 Jl. Poros Labuke Waborobo 120 50 107
14 Jl. Raya Palangimata 50 30 133
15 Jl. Kompleks Sulaa 100 30 48
16 Jl. Kompleks Sulaa 100 50 106
17 Jl. Kompleks Sulaa 100 50 63
18 Jl. Kompleks Sulaa 100 30 23
19 Jl. Kompleks Sulaa 100 30 50
20 Jl. Kompleks Sulaa 100 50 34
21 Jl. Kompleks Sulaa 100 50 34
Sumber : Pemutahiran SSK Kota Baubau, 2018
D. Sarana Transportasi
Data panjang jalan negara dan jalan provinsi bersumber dari Kementrian
Pekerjaan Umum. Sedangkan jalan kabupaten/kota bersumber dari Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten/Kota, diolah dari daftar PJ-II/5.
Panjang jalan tahun 2018 di Kota Baubau secara keseluruhan adalah 343,92
km, yang terdiri dari jalan beraspal sepanjang 239,85 km, dan kerikil 81,54 km.
Tabel 2. 41 Panjang Jalan menurut Pemerintah yang Berwenang di
Kota Baubau
A. Kependudukan
Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 penduduk Kota Baubau
sebanyak 167.519 jiwa yang terdiri atas wa penduduk laki-laki dan 84.844 jiwa
penduduk perempuan. Dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 2010 jumlah
penduduk kota Baubau tahun 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 2,55 persen.
BAB 3-1
HASIL EVALUASI PENILAIAN PENYUSUNAN RISPAM 3. r. v
Penyi
Sapan
1. lReadi
PROPINSI : SULAWESI TENGGARA ua
KAB/KOTA : BUTON SELATAN H eness
wi
NILAI EVALUASI 82.12%
as eCriter
s
il ian
aT
Kesesuaian
Sk Kegia
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah or tanr
gg
Peta Bobot Nilai Per SPAM
Bab (%)in
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No Parameter a
27/PRT/M/2016 (%) TA
Yang Dinilai
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
g 2020
RI Po
PEMBUKAAN 2% 6 1. 89% S
COVER 1 1 1
KATA PENGANTAR 1 1 1
P
DAFTAR ISI 0 1 1 A
DAFTAR TABEL 1 1 1 M
DAFTAR GAMBAR 1 1 1
DAFTAR PUSTAKA 1 1 1
K
ab
BAB I PENDAHULUAN 5% 7 5. 00% .
1.1. Latar Belakang 1 1 1 B
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud 1 1 1 ut
1.2.2. Tujuan 1 1 1 on
1.3. Sasaran 1 1 1 Se
1.4. Lingkup Kegiatan 1 1 1
1.5 Keluaran 1 1 1
1.6. Sistem Penulisan Laporan 1 1 1
BAB III KONDISI SPAM EKSISTING KAB / KOTA 15% 15 10. 92%
3.1. Umum
3.2. Aspek Teknis
3.2.1. SPAM PDAM Kab/Kota
3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.2.1.2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.2.2. SPAM Lembaga Pengelola Non PDAM
3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.2.1.2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.1.1.3. SPAM Perdesaan
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.3. Aspek Non Teknis
3.3.1. Aspek Keuangan 1 1 1
3.3.2. Aspek Kelembagaan 1 1 1
3.3.3. Aspek Pengaturan
3.4. Kendala dan Permasalahan 1 1 1
BA 3.4.1. Aspek Teknis 1 1 1
3.4.1.1. Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM
B 3.4.1.2. Permasalahan Penyelengaraan SPAM Lembaga Non PDAM
3- 3.4.2. Aspek Non Teknis 1 1 1
3
Ke se sua ia n r. v
Penyi
Ke se sua ia n Ke te rse dia a de nga n Pe rme n Jumla h Pa Sapan
n Pe ta Bobot Nila i Pe r
Outline / Isi RISPAM Ka b/Kota Outline / Isi PUPR No ra me te r Ya lReadi
Da ta 27/PRT/M/2016
(%)
ng Dinila i
Ba b (%) ua
Ya Tida k Ya Tida k Ya Tida k Ya Tida k eness
wi
eCriter
s
BAB I V S TANDAR / KRI TERI A P ERENCANAAN 5% 8 5. 00%
ian
4.1. Standar Kebutuhan Air aT
4.1.1. Kebutuhan Domestik 1 1 1 Kegia
4.1.2. Kebutuhan Non Domestik 1 1 1 tanr
gg
4.2. Kriteria Perencanaan SPAM
4.2.1. Unit Air Baku 1 1 1 a
4.2.2. Unit Produksi 1 1 1
TA
4.2.3. Unit Distribusi 1 1 1 2020
4.2.4. Unit Pelayanan 1 1 1 Po
4. 3. P eiode P erenc anaan 1 1 1
4.4. Kriteria Daerah Pelayanan 1 1 1
BA
B
3-
7
KESEPAKATAN r. v
Penyi
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT Sapan
TINDAKAN TARGET WAKTU
lReadi
ua
Disesuaikan dengan Lamp2- eness
wi
PermenPUPR27-2016 (bila ada eCriter
BAB 3 KONDISI EKSISTING sub bab yang belum tercantum, s
BAB III KONDISI SPAM EKSISTING KAB / KOTA urutan sub bab belum sesuai diperbaiki ian
SPAM KAB BUSEL maka boleh ditambakan / aT
disesuaikan dengan data dari Kegia
kabupaten masing - masing tanr
gg
3.1. Umum 3.1. Umum SPAM
a
3.2. Aspek Teknis 3.2. Aspek Teknis TA
3.2.1. SPAM PDAM Kab/Kota 3.2.1. SPAM PDAM Kab/Kota 2020
3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota 3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
dikelola oleh PDAM Kab. Buton Po
A. Jaringan Perpipaan (JP) A. Jaringan Perpipaan (JP) dijelaskan lebih rinci diperbaiki
atau Kab. Buton Selatan ?
B. Bukan Jaringan Perpipaan
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
( B JP )
3.2.1.2. SPAM IKK 3. 2. 1. 2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) A. Jaringan Perpipaan (JP)
tidak ada BJP dalam sistem IKK
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
di kab. Busel
3.2.2. SPAM Lembaga Pengelola Non PDAM 3. 2. 1. 3. SPAM Pedes aan
3.2.2.1. SPAM Ibukota Kab/Kota A. Jaringan Perpipaan (JP)
A. Jaringan Perpipaan (JP) B. Bukan Jaringan Perpipaan
( B JP )
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
tidak ada SPAM yang dikelola
3.2.2.2. SPAM IKK oleh lembaga Non PDAM di
Kab. Busel
A. Jaringan Perpipaan (JP)
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
3.2.2.3. SPAM Perdesaan
A. Jaringan Perpipaan (JP)
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
3.3. Aspek Non Teknis 3. 3. As pek Non Tek nis
3.3.1. Aspek Keuangan 3. 3. 1. As pek Keuangan
3.4. Aspek Institusional dan disesuaikan dengan panduan
3.3.2. Aspek Institusional dan manajemen diperbaiki
manajemen dibuat sub bab anak 3.3.2. peny us unan RISPA M
3.4. Kendala dan Permasalahan 3. 5. Kendala dan Permas alahan
3.4.1. Aspek Teknis 3. 5. 1. As pek Tek nis dibuat sub bab 3.4.
3.5.1.1. Permasalahan
3.4.1.1. Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM
Peny elenggaraan SPAM PDAM
BA 3.5.1.2. Permasalahan
B 3.4.1.2. Permasalahan Penyelengaraan SPAM Lembaga Non PDA MPenyelengaraan SPAM Lembaga
Non PDAM
3- 3.4.2. Aspek Non Teknis 3. 5. 2. As pek Non Tek nis
8
KESEPAKATAN r. v
Penyi
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT Sapan
TINDAKAN TARGET WAKTU
lReadi
ua
BAB IV STANDAR / KRITERIA PERENCANAAN Bab 4 Kriteria Design
4.1. Standar Kebutuhan Air 4.1. Standar Kebutuhan Air
eness
wi
4.1.1. Kebutuhan Domestik 4.1.1. Kebutuhan Domestik
eCriter
s
4.1.2. Kebutuhan Non Domestik 4.1.2. Kebutuhan Non Domestik ian
4.2. Kriteria Perencanaan 4.2. Kriteria Perencanaan aT
Kegia
4.2.1. Unit Air Baku 4.2.1. Unit Air Baku
4.2.2. Unit Produksi 4.2.2. Unit Produksi
tanr
gg
4.2.3. Unit Distribusi 4.2.3. Unit Distribusi SPAM
a
4.2.4. Unit Pelayanan 4.2.4. Unit Pelayanan TA
4.3. Periode Perencanaan 4.3. Periode Perencanaan 2020
4.4. Kriteria Daerah Pelayanan 4.4. Kriteria Daerah Pelayanan
BAB V PROYEKSI KEBUTUHAN AIR Bab 5 Proyeksi Kebutuhan Air
Po
5.1. Rencana Pemanfaatan Ruang 5.1. Rencana Pemanfaatan Ruang
5.2. Rencana Daerah Pelayanan 5.2. Rencana Daerah Pelayanan
5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk 5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk
5.4. Proyeksi Kebutuhan Air Minum 5.4. Proyeksi Kebutuhan Air Minum
BA
B
3-
9
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT
KESEPAKATAN r. v
Penyi
TINDAKAN TARGET WAKTU Sapan
BAB VII RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPA BAB 7. RISPAM lReadi
ua
7.1. Rencana Pola Pemanfaatan eness
7.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Studi
Ruang W ilay ah Studi
wi
eCriter
7.1.1. Kebijakan Tata Ruang 7.1.1. Kebijak an Tat a Ruang s
7.1.2. Struktur tata ruang 7.1.2. Struk t ur tata ruang ian
7.4.3. Pola Pemanfaatan Ruang 7.4.3. Pola Pemanfaat an Ruang aT
7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 7.1.4. Kebijak an Tat a Ruang Kegia
7.3. Tingkat Pelayanan
7.2. Pengembangan Wilayah / tanr
gg
Daerah Pelay anan (Zonas i)
7.4. Rencana Pentahapan Pengembangan (5 tahunan) 7.3. Tingk at Pelay anan SPAM
a
TA
7.4. Rencana Pentahapan dibuat rencana pentahapn
7.4.1. Sistem Zona Pelayanan A
Pengembangan (5 tahunan) sesuai zona 1 - zona 8
diperbaiki 2020
mengurutkan zona
pengembangan langsung sesuai Po
7.4.2. Sistem Zona Pelayanan B
7.4.3. ………………………………..
7.5 Kebutuhan Air 7.5 Kebutuhan Air
7.5.1. Klasifikasi Pelanggan 7.5.1. Klas ifik as i Pelanggan
7.5.2. Kebutuhan Air Domestik 7.5.2. Kebutuhan Air Domes t ik
7.5.3. Kebutuhan Air Non
7.5.3. Kebutuhan Air Non Domestik
Domestik
kehilangan air dan rekapitulasi
diuraikan dan dibuat sub bab
7.5.4. Kehilangan Air kebutuhan air dibuat dalam 1 diperbaiki
anak
tabel
7.5.5. Rekapitulasi Kebutuhan Air
7.6. Alternatif Rencana
7.6. Alternatif Rencana Pengembangan
Pengembangan
uraikan alternatif pengembangan
7.6.1. Sistem Zona Pelayanan hanya menguraikan alternatif
7.6.1. Sistem Zona Pelayanan Sistem A di semua zona dari z ona 1 - diperbaiki
Sistem A pengembangan di Zona 1 saja
z ona 8
7.6.2. ……………………………….
7.6.3. ……………………………….
7.7. Penurunan Tingkat
7.7. Penurunan Tingkat Kebocoran
Keboc oran
7.7.1. Penurunan Kebocoran
7.7.1. Penurunan Kebocoran Teknis
Tek nis
7.7.2. Penurunan Kebocoran Non
7.7.2. Penurunan Kebocoran Non teknis
t ek nis
7.8. Potensi Sumber Air Baku 7.8. Pot ens i Sumber Air Bak u
7.8.1. Perhitungan Water Balance 7.8.1. Perhitungan Water Balance
Bab 9 Rencana
BAB IX PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAYANAN AIR MINUM
Pengembangan kelembagaan
9.1. Organisasi 9.1. Organisasi
9.1.1. Bentuk Badan Pengelola 9.1.1. Bentuk Badan Pengelola
9.2. Sumber daya Manusia 9.2. Sumber daya Manusia
9.2.1. Jumlah 9.2.1. Jumlah
9.2.2. Kualifikasi 9.2.2. Kualifikasi
9.3. Pelatihan 9.3. Pelatihan
9.4. Perjanjian Kerjasama 9.4. Perjanjian Kerjasama
9.4.1. Tujuan 9.4.1. Tujuan
9.4.2. Organisasi Mitra Yang Terlibat 9.4.2. Organisasi Mitra Yang Terlibat
BA 9.4.3. Mekanisme Kesepakatan 9.4.3. Mekanisme Kesepakatan
B LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Sosial ekonomi sesuai
3- Lampiran 2 Kualitas Air Hasil Uji Laboratorium sesuai
11 Lampiran 3 usulan Biaya
Lampiran 4 Proyeksi Kebutuhan air
sesuai
sesuai
HASIL EVALUASI PENILAIAN PENYUSUNAN RISPAM 3. r. v
Penyi
Sapan
2. lReadi
PROPINSI : SULAWESI TENGGARA ua
KAB/KOTA : BUTON TENGAH
H eness
wi
as eCriter
s
NILAI EVALUASI 41.02%
il ian
aT
Sk Kegia
Kesesuaian tanr
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah or gg
Peta Bobot Nilai Per SPAM
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No
(%)
Parameter
Bab (%)
in a
TA
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai g 2020
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
RI Po
PEMBUKAAN 2% 6 0.00% S
COVER 1 1 1 P
KATA PENGANTAR 1 1 1
DAFTAR ISI 1 1 1
A
DAFTAR TABEL 1 1 1 M
DAFTAR GAMBAR 1 1 1 K
DAFTAR PUSTAKA 1 1 1
ab
BAB I PENDAHULUAN 5% 7 1.67% .
1.1. Latar Belakang 1 1 1 B
1.2. Maksud dan Tujuan ut
1.2.1. Maksud 1 1 1
1.2.2. Tujuan 1 1 1 on
1.3. Sasaran 1 1 1 Te
1.4. Lingkup Kegiatan 1 1 1
1.5 Keluaran 1 1 1
1.6. Sistem Penulisan Laporan 1 1 1
3-
12
r. v
Penyi
Kesesuaian Sapan
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No
Peta Bobot
Parameter
Nilai Per lReadi
ua
(%) Bab (%) eness
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai wi
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak eCriter
s
ian
2.4. Kondisi Sosial Ekonomi aT
2.4.1. Kependudukan 1 1 1
Kegia
2.4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1 1 1 tanr
gg
2.5. Fungsi dan Peran Kab/Kota SPAM
a
2.5.1. Fungsi Kab/Kota 1 1 1 TA
2.5.2. Peran Kab/Kota 1 1 1 2020
2.6. Kondisi Keuangan Daerah
2.6.1. Penerimaan Daerah 1 1 1 Po
2.6.2. Pengeluaran Daerah 1 1 1
2.6.3. Pembiayaan Daerah 1 1 1
BAB VI I RENCANA I NDUK DAN PRA DESAI N PENGEMBANGAN SPAM 20% 21 3.10%
7. 1. Renc ana Pola P emanfaat an Ruang W ilay ah St udi 1 1 1 1
7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 1 1 1
BA 7.3. Tingkat Pelayanan 1 1 1
B 7.4. Rencana Pentahapan Pengembangan (5 tahunan)
3- 7.4.1. Sistem Zona Pelayanan A 1 1 1
7.4.2. Sistem Zona Pelayanan B 1 1 1
14 7.4.3. ……………………………….. 1 1 1
Kesesuaian r. v
Penyi
Kesesuaian Ketersediaan Jumlah
Sapan
dengan Permen
Peta Bobot Nilai Per lReadi
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No
(%)
Parameter
Bab (%)
ua
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai eness
wi
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak eCriter
s
ian
aT
7.5 Kebutuhan Air Kegia
7.5.1. Klasifikasi Pelanggan 1 1 1 tanr
gg
7.5.2. Kebutuhan Air Domestik 1 1 1 SPAM
a
7.5.3. Kebutuhan Air Non Domestik 1 1 1 TA
7.5.4. Kehilangan Air 1 1 1 2020
7.5.5. Rekapitulasi Kebutuhan Air 1 1 1 Po
7.6. Alternatif Rencana Pengembangan
7.6.1. Sistem Zona Pelayanan Sistem A 1 1 1
7.6.2. ………………………………. 1 1 1
7.6.3. ………………………………. 1 1 1
7.7. Penurunan Tingkat Kebocoran
7.7.1. Penurunan Kebocoran Teknis 1 1 1
7.7.2. Penurunan Kebocoran Non teknis 1 1 1
7.8. Potensi Sumber Air Baku
7.8.1. Perhitungan Water Balance 1 1 1
7.8.2. Rekomendasi Sumber Air Yang Digunakan 1 1 1
7.9. Keterpaduan dengan Prasaranan dan Sarana Sanitasi
7.9.1. Potensi Pencemar Air Baku 1 1 1
7.9.2. Rekomendasi Pengamanan Sumber Air Baku 1 1 1
7.10. Perkiraan Kebutuhan Biaya 1 1 1
LAMPIRAN 3% 2 0. 00%
Lampiran 1 Analis is Sos ial ek onomi
Lampiran 2 K ualit as A ir Has il Uji Laborat orium
Lampiran 3 Us ulan B iay a
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
16
r. v
Penyi
HASIL EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT PENYUSUNAN RISPAM
Sapan
lReadi
ua
PROPINSI : Sulawesi Tenggara eness
KAB/KOTA : Buton Tengah
wi
eCriter
s
NILAI EVALUASI 41.02% ian
aT
Kegia
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT
KESEPAKATAN tanr
gg
TINDAKAN TARGET WAKTU
SPAM
a
Disesuaikan dengan Lamp2-
TA
COVER Belum Menerima Dokumennya 2020
PermenPUPR27-2016
Disesuaikan dengan Lamp2- Po
KATA PENGANTAR Belum Menerima Dokumennya
PermenPUPR27-2016
Disesuaikan dengan Lamp2-
DAFTAR ISI Belum Menerima Dokumennya
PermenPUPR27-2016
Disesuaikan dengan Lamp2-
DAFTAR TABEL Belum Menerima Dokumennya
PermenPUPR27-2016
Disesuaikan dengan Lamp2-
DAFTAR GAMBAR Belum Menerima Dokumennya
PermenPUPR27-2016
Disesuaikan dengan Lamp2-
DAFTAR PUSTAKA Belum Menerima Dokumennya
PermenPUPR27-2016
lReadi
ua
RENCANA INDUK DAN PRA
BAB 7. Rencana
DESAIN eness
wi
BAB VII RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPA PENYELENGGARAAN SPAM ( eCriter
Pengembangan SPAM
SESUAI REFERENSI Lamp2- s
PermenPUPR27-2016 ian
aT
urutan sub bab Disesuaikan Kegia
dengan Lamp2-PermenPUPR27- tanr
gg
7.1. Kebijakan Struktur dan Pola 2016 (bila ada sub bab yang SPAM
7.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Studi Pemanfaatan Ruang Buton belum tercantum, maka boleh
a
Tengah ditambakan / disesuaikan
TA
dengan data dari kabupaten 2020
masing - masing
Po
7.1.1. Kebijakan Tata Ruang 7.1.1. Struktur Ruang
7.1.2. Struktur tata ruang 7.1.2. Pola Ruang
belum muncul zona wilayah
pelayanan, kebutuhan air,
sistem pelayanan per zona, daerah pelayanan dibuat per
7.4.3. Pola Pemanfaatan Ruang 7.2. Rencana Daerah Pelayanan
tahapan pembangunan SPAM zona berikut peta nya
jangka pendek, menengah dan
jangk a panjang
uraian per sub bab mengikuti
Lamp2-PermenPUPR27-2016
7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 7.3. Rencana Pengembangan
masih minim penyediaan data
SPAM pa abab 7 ini.
7.3.1. Permasalahan Sistem
7.3. Tingkat Pelayanan
Perpipaan
7.3.2. Permasalahan Pengelolaan
7.4. Rencana Pentahapan Pengembangan (5 tahunan)
air minum Non Perpipaan
3-
23
KESEPAKATAN r. v
Penyi
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT Sapan
TINDAKAN TARGET WAKTU
lReadi
ua
Disesuaikan dengan Lamp2- eness
wi
eCriter
PermenPUPR27-2016 (bila ada s
Bab 9 Rencana sub bab yang belum tercantum, ian
BAB IX PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAYANAN AIR urutan sub bab belum sesuai aT
MINUM
Pengembangan kelembagaan maka boleh ditambakan / Kegia
disesuaikan dengan data dari tanr
gg
kabupaten masing - masing SPAM
a
9.1. Organisasi 9.1. Lembaga Penyelenggara TA
Lembaga existing yang 2020
9.1.1. Bentuk Badan Pengelola
9.1.1. Lembaga Penyelenggara mengelola sekarang diuraikan Po
oleh Pemerintah Provinsi terlebih dahulu baru alternatif
lembaga pengelola lainny a
9.1.2. Lembaga Penyelenggara
9.2. Sumber daya Manusia
oleh s was tanis as i penuh
9.2.1. Jumlah 9.2. struktur organis asi
9.3. Rencana pengembangan
9.2.2. Kualifikasi kelembagaan pemberdayaan
masy arak at
9.3. Pelatihan 9.4. Kebutuhan SDM
9.5. Rencana pengembangan
9.4. Perjanjian Kerjasama
SDM
9.4.1. Tujuan 9.5.1. Pelatihan
9.4.2. Organisasi Mitra Yang Terlibat
9.4.3. Mekanisme Kesepakatan
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Sosial ekonomi Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 2 Kualitas Air Hasil Uji Laboratorium Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 3 usulan Biaya Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
24
HASIL EVALUASI PENILAIAN PENYUSUNAN RISPAM 3. r. v
Penyi
Sapan
3. lReadi
PROPINSI : SULAWESI TENGARA ua
KAB/KOTA : BUTON UTARA
H eness
wi
as eCriter
s
NILAI EVALUASI 80.66%
il ian
aT
Sk Kegia
Kesesuaian
or tanr
gg
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah SPAM
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No
Peta Bobot
Parameter
Nilai Per in a
TA
27/PRT/M/2016
(%)
Yang Dinilai
Bab (%)
g 2020
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak RI Po
S
PEMBUKAAN 2% 6 1.67%
COVER 1 1 1 P
KATA PENGANTAR 1 1 1 A
DAFTAR ISI 1 1 1 M
DAFTAR TABEL 1 1 1
DAFTAR GAMBAR 1 1 1
K
DAFTAR PUSTAKA ab
.
BAB I PENDAHULUAN 5% 7 5.00% B
1.1. Latar Belakang 1 1 1
1.2. Maksud dan Tujuan
ut
1.2.1. Maksud 1 1 1 on
1.2.2. Tujuan 1 1 1
1.3. Sasaran 1 1 1
1.4. Lingkup Kegiatan 1 1 1
1.5 Keluaran 1 1 1
1.6. Sistem Penulisan Laporan 1 1 1
25
Kesesuaian
r. v
Penyi
Sapan
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah
Peta Bobot Nilai Per lReadi
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No Parameter ua
(%) Bab (%) eness
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai wi
eCriter
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak s
ian
aT
2.4. Kondisi Sosial Ekonomi Kegia
2.4.1. Kependudukan 1 1 1 tanr
gg
2.4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1 1 1 SPAM
a
2.5. Fungsi dan Peran Kab/Kota TA
2.5.1. Fungsi Kab/Kota 1 1 1 2020
2.5.2. Peran Kab/Kota 1 1 1 Po
2.6. Kondisi Keuangan Daerah
2.6.1. Penerimaan Daerah 1 1 1
2.6.2. Pengeluaran Daerah 1 1 1
2.6.3. Pembiayaan Daerah 1 1 1
BAB III KONDISI SPAM EKSISTING KAB / KOTA 15% 15 11. 67%
3.1. Umum
3.2. Aspek Teknis
3.2.1. SPAM PDAM Kab/Kota
3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.2.1.2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.2.2. SPAM Lembaga Pengelola Non PDAM
3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.2.1.2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3.1.1.3. SPAM Perdesaan
BA A. Jaringan Perpipaan (JP) 1 1 1 1
B B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) 1 1 1
3- 3.3. Aspek Non Teknis
3.3.1. Aspek Keuangan 1 1 1
26 3.3.2. Aspek Kelembagaan 1 1 1
3.3.3. Aspek Pengaturan 1 1
1
Kesesuaian r. v
Penyi
Sapan
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah
Peta Bobot Nilai Per l a
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No Parameter Readi
u
(%) Bab (%) e
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai wi
ness
eCriter
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak s
ian
aT
3.4. Kendala dan Permasalahan Kegia
3.4.1. Aspek Teknis 1 1 1 tanr
gg
3.4.1.1. Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM SPAM
a
3.4.1.2. Permasalahan Penyelengaraan SPAM Lembaga Non PDAM TA
3.4.2. Aspek Non Teknis 1 1 1 2020
Po
BAB I V S TANDAR / KRI TERI A P ERENCANAAN 5% 8 5. 00%
4.1. Standar Kebutuhan Air
4.1.1. Kebutuhan Domestik 1 1 1
4.1.2. Kebutuhan Non Domestik 1 1 1
4.2. Kriteria Perencanaan
4.2.1. Unit Air Baku 1 1 1
4.2.2. Unit Produksi 1 1 1
4.2.3. Unit Distribusi 1 1 1
4.2.4. Unit Pelayanan 1 1 1
4. 3. P eiode P erenc anaan 1 1 1
4.4. Kriteria Daerah Pelayanan 1 1 1
LAMPIRAN 3% 2 1. 50%
Lampiran 1 Analis is S os ial ek onomi 1 1 1
Lampiran 2 Kualit as A ir Has il Uji Laboratorium 1 1 1
Lampiran 3 Us ulan B iay a
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
29
r. v
Penyi
Sapan
HASIL EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT PENYUSUNAN RISPAM
lReadi
ua
eness
wi
PROPINSI : Sulawesi Tenggara eCriter
KAB/KOTA : Buton Utara s
ian
aT
NILAI EVALUASI 80.66% Kegia
tanr
gg
KESEPAKATAN SPAM
a
USULAN TINDAK TA
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI
LANJUT TINDAKAN TARGET WAKTU 2020
Po
COVER ada
KATA PENGANTAR ada
DAFTAR ISI Ada
DAFTAR TABEL Ada
DAFTAR GAMBAR Ada
disesuaikan dengan kegiatan di
DAFTAR LAMPIRAN tidak ada lapangan dan data pendukung
yang ada
BAB I PENDAHULUAN
diperdalam lagi isi kandungan
1.1. Latar Belakang 1.1. latar Belakang
nya
1.2. Maksud dan Tujuan 1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud 1.2.1. maksud
1.2.2. Tujuan 1,2,2, tujuan
1.3. Sasaran 1.3. sasaran
1.4. Lingkup Kegiatan 1.4.lingkup kegiatan
1.5 Keluaran 1.5. keluaran
1.6. Sistem Penulisan Laporan 1.6. sistem penulisan laporan
BAB III KONDISI SPAM EKSISTING KAB / KOTA BAB 3 KONDISI EKSISTING SPAM
3.1. Umum 3.1. Umum
3.2. Aspek Teknis 3.2. Aspek Teknis
3.2.1. SPAM PDAM Kab/Kota 3.2.1. SPAM PDAM Kab/Kota
3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota 3.2.1.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
A. Jaringan Perpipaan (JP) A. Jaringan Perpipaan (JP)
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
3.2.1.2. SPAM IKK 3.2.1.2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) A. Jaringan Perpipaan (JP)
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
3.2.2. SPAM Lembaga Pengelola Non PDAM 3.2.2. SPAM Lembaga Pengelola Non PDAM
bisa ditambahkan skematik
3.2.2.1. SPAM Ibukota Kab/Kota 3.2.2.1. SPAM Ibukota Kab/Kota
des ain, peta lok as i, dll
A. Jaringan Perpipaan (JP) A. Jaringan Perpipaan (JP)
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) B. Buk an Jaringan Perpipaan (BJP)
3.2.2.2. SPAM IKK 3.2.2.2. SPAM IKK
A. Jaringan Perpipaan (JP) bisa ditambahkan skematik
A. Jaringan Perpipaan (JP)
des ain, peta lok as i, dll
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) B. Buk an Jaringan Perpipaan (BJP)
BA
B
3-
31
KESEPAKATAN r. v
Penyi
USULAN TINDAK TARGET
Sapan
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI
LANJUT TINDAKAN lReadi
WAKTU ua
eness
wi
eCriter
bisa ditambahkan skematik s
3.2.2.3. SPAM Perdesaan 3.2.2.3. SPAM Perdesaan
des ain, peta lok as i, dll ian
A. Jaringan Perpipaan (JP) aT
A. Jaringan Perpipaan (JP) Kegia
B. Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) B. Buk an Jaringan Perpipaan (BJP) tanr
gg
3.3. Aspek Non 3.3. As pek Non Tek nis
SPAM
a
Teknis
3.3.1. Aspek Keuangan 3.3.1. As pek Keuangan
TA
3.3.2. Aspek Institusional dan manajemen 3.3.2. As pek Ins titus ional dan manajemen
3.4. Kendala dan Permas alahan
2020
3.4. Kendala dan Permasalahan
3.4.1. Aspek Teknis 3.4.1. As pek Tek nis Po
3.4.1.1. Permasalahan Penyelenggaraan SPAM PDAM 3.4.1.1. Permas alahan Peny elenggaraan SPAM PDAM
3.4.1.2. Permasalahan Penyelengaraan SPAM Lembaga Non PDAM 3.4.1.2. Permas alahan Peny elengaraan SPAM Lembaga Non PDAM
BA
B
3-
32
r. v
Penyi
KESEPAKATAN Sapan
USULAN TINDAK TARGET l a
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI TINDAKAN Readi
LANJUT u
WAKTU e i
ness
w
eCriter
BAB VI POTENSI AIR BAKU BAB 6. Potensi Air baku s
ian
data kurang informatif, terutama Munculkan dokumentasi poto,
aT
Kegia
data sumber ar yang sudah kapasitas debit dll nya
tanr
gg
terpasang. Deskripsi sungainya Sesuaikan dengan Ref
- Potensi pengembangan sungai Lamp2PermenPUPR27-2016
SPAM
a
6.1. Potensi Air Permukaan 6.1. Potensi Air Permukaan TA
untuk ke depan (bila ada tambahan, silahkan
- Data Teknis sungai, termasuk ditambakan disesuaikan 2020
data peruntukan debit sungai dengan data di masing2 kab / Po
dalam bentuk tabulasi kota
7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 7.2. Penyelenggaraan Wilayah / Daerah Pela seharusnya pengembangan
BA
B
3-
33
r. v
Penyi
KESEPAKATAN Sapan
USULAN TINDAK lReadi
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI
LANJUT TINDAKAN
TARGET ua
WAKTU eness
wi
eCriter
s
Disesuaikan dengan Lamp2- ian
aT
PermenPUPR27-2016 (bila ada Kegia
7.4.1. Sistem Zona Pelayanan A 7.4.1. Rencana Zona Pelayanan
sub bab yang belum tercantum, tanr
gg
maka boleh ditambakan / SPAM
disesuaikan dengan data dari a
kabupaten masing - masing
TA
2020
7.4.2. Sistem Zona Pelayanan B
Po
7.4.3. ………………………………..
7.5 Kebutuhan Air 7.5 Kebutuhan Air
diuraikan jenis pelanggan sesuai
7.5.1. Klasifikasi Pelanggan 7.5.1. Klasifikasi Pelanggan
dengan yang ada di daerah
LAMPIRAN 3% 2 1. 00%
Lampiran 1 Analis is Sos ial ek onomi 1 1 1
Lampiran 2 Kualitas Air Has il Uji Laborat orium 1 1 1
Lampiran 3 Us ulan B iaya
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
41
HASIL EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT PENYUSUNAN RISPAM r. v
Penyi
Sapan
PROPINSI : Sulawesi Tenggara
lReadi
ua
KAB/KOTA : Konawe Kepulauan eness
wi
eCriter
NILAI EVALUASI 82.90% s
ian
aT
Kegia
KESEPAKATAN tanr
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT gg
TINDAKAN TARGET WAKTU
SPAM
a
TA
sesuai dengan Lamp2-
COVER Ada sesuai 2020
PermenPUPR27-2016
KATA PENGANTAR Po
DAFTAR ISI Ada s esuai
DAFTAR TABEL Ada s esuai
DAFTAR GAMBAR Ada s esuai
Disesuaikan dengan Isi
DAFTAR PUSTAKA Belum Menerima Dokumennya
Dok umen RISPAM
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Sosial ekonomi Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 2 Kualitas Air Hasil Uji Laboratorium Belum Menerima Dokumennya
BA Lampiran 3 usulan Biaya Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 4 ……………………………..
B
3-
47
3. r. v
Penyi
HASIL EVALUASI PENILAIAN PENYUSUNAN RISPAM Sapan
5. lReadi
ua
PROPINSI : SULAWESI TENGGARA
H eness
wi
KAB/KOTA : KOLAKA UTARA as eCriter
s
il ian
NILAI EVALUASI 80.24% aT
Sk Kegia
or tanr
gg
Kesesuaian SPAM
Kesesuaian Ketersediaan
in a
TA
dengan Permen Jumlah
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No
Peta Bobot
Parameter
Nilai Per g 2020
27/PRT/M/2016
(%)
Yang Dinilai
Bab (%) RI Po
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak S
P
PEMBUKAAN 2% 6 1.67% A
COVER 1 1 1
KATA PENGANTAR 1 1 1
M
DAFTAR ISI 1 1 1 K
DAFTAR TABEL 1 1 1 ab
DAFTAR GAMBAR 1 1 1 .
DAFTAR PUSTAKA K
ol
BAB I PENDAHULUAN 5% 7 5.00%
1.1. Latar Belakang 1 1 1 ak
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud 1 1 1
1.2.2. Tujuan 1 1 1
1.3. Sasaran 1 1 1
1.4. Lingkup Kegiatan 1 1 1
1.5 Keluaran 1 1 1
1.6. Sistem Penulisan Laporan 1 1 1
LAMPIRAN 3% 2 0.00%
Lampiran 1 Analis is Sos ial ek onomi 1 1 1
Lampiran 2 Kualitas Air Has il Uji Laboratorium 1 1 1
Lampiran 3 Us ulan Biay a
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
52
r. v
Penyi
HASIL EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT PENYUSUNAN RISPAM Sapan
lReadi
ua
PROPINSI : Sulawesi Tenggara eness
wi
KAB/KOTA : Kolaka Utara eCriter
s
NILAI EVALUASI 80.24% ian
aT
Kegia
KESEPAKATAN
tanr
gg
USULAN TINDAK
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI SPAM
LANJUT TINDAKAN TARGET WAKTU a
TA
COVER ada 2020
KATA PENGANTAR ada Po
DAFTAR ISI ada
DAFTAR TABEL ada
DAFTAR GAMBAR ada
DAFTAR PUSTAKA tidak ada
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan 1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud 1.2.1. Maksud
1.2.2. Tujuan 1.2.2. Tujuan
BAB III KONDISI SPAM EKSISTING KAB / KOTA BAB 3 KONDISI SPAM existing
BAB VII RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPA MBAB 7. RISPAM
7.1. Rencana Pola Pemanfaatan
7.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Studi
Ruang W ilay ah
7.1.1. Rencana Pola Ruang
7.1.1. Kebijakan Tata Ruang
Kawas an Lindung
7.1.2 Rencana Pola Ruang
7.1.2. Struktur tata ruang
Kawas an Budiday a
7.4.3. Pola Pemanfaatan Ruang 7. 1.3. Kebijak an tat a Ruang
7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 7.1.4. Struktur tata Ruang
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Sosial ekonomi Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 2 Kualitas Air Hasil Uji Laboratorium Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 3 usulan Biaya Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
59
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
BAB 3-60
HASIL EVALUASI PENILAIAN PENYUSUNAN RISPAM 3. r. v
Penyi
Sapan
7. lReadi
PROPINSI : SULAWESI TENGGARA ua
KAB/KOTA : BAUBAU
H eness
wi
as eCriter
s
NILAI EVALUASI 51.38%
il ian
aT
Sk Kegia
Kesesuaian
or tanr
gg
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah SPAM
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No
Peta Bobot
Parameter
Nilai Per in a
TA
(%) Bab (%)
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai g 2020
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
RI Po
PEMBUKAAN 2% 6 1. 33%
S
COVER 1 1 1 P
KATA PENGANTAR 1 1 1 A
DAFTAR ISI 1 1 1
DAFTAR TABEL 1 1 1
M
DAFTAR GAMBAR 1 1 1 K
DAFTAR PUSTAKA 1 1 1 ab
.
BAB I PENDAHULUAN 5% 7 3. 10%
1.1. Latar Belakang 1 1 1
B
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud 1 1 1
1.2.2. Tujuan 1 1 1
1.3. Sasaran 1 1 1
1.4. Lingkup Kegiatan 1 1 1
1.5 Keluaran 1 1 1
1.6. Sistem Penulisan Laporan 1 1 1
BAB VI I RENCANA I NDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPAM 20% 21 5. 87%
BA 7. 1. Renc ana Pola Pemanfaat an Ruang W ilay ah S t udi 1 1 1 1
B 7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 1 1 1 1
7.3. Tingkat Pelayanan 1 1 1
3- 7.4. Rencana Pentahapan Pengembangan (5 tahunan)
63 7.4.1. Sistem Zona Pelayanan A 1 1 1
7.4.2. Sistem Zona Pelayanan B 1 1 1
7.4.3. ……………………………….. 1 1 1
Kesesuaian r. v
Penyi
Sapan
Kesesuaian Ketersediaan dengan Permen Jumlah
Peta Bobot Nilai Per lReadi
Outline / Isi RISPAM Kab/Kota Outline / Isi Data PUPR No Parameter ua
(%) Bab (%) eness
27/PRT/M/2016 Yang Dinilai wi
eCriter
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak s
ian
aT
7.5 Kebutuhan Air Kegia
7.5.1. Klasifikasi Pelanggan 1 1 1 tanr
gg
7.5.2. Kebutuhan Air Domestik 1 1 1 SPAM
a
7.5.3. Kebutuhan Air Non Domestik 1 1 1 TA
7.5.4. Kehilangan Air 1 1 1 2020
7.5.5. Rekapitulasi Kebutuhan Air 1 1 1 Po
7.6. Alternatif Rencana Pengembangan
7.6.1. Sistem Zona Pelayanan Sistem A 1 1 1
7.6.2. ………………………………. 1 1 1
7.6.3. ………………………………. 1
7.7. Penurunan Tingkat Kebocoran
7.7.1. Penurunan Kebocoran Teknis 1 1 1
7.7.2. Penurunan Kebocoran Non teknis 1 1 1
7.8. Potensi Sumber Air Baku
7.8.1. Perhitungan Water Balance 1 1 1
7.8.2. Rekomendasi Sumber Air Yang Digunakan 1 1 1
7.9. Keterpaduan dengan Prasaranan dan Sarana Sanitasi
7.9.1. Potensi Pencemar Air Baku 1 1 1
7.9.2. Rekomendasi Pengamanan Sumber Air Baku 1 1 1
7.10. Perkiraan Kebutuhan Biaya 1 1 1
LAMPIRAN 3% 2 0. 00%
Lampiran 1 Analisis Sosial ek onomi 1 1 1
Lampiran 2 Kualitas Air Has il Uji Laboratorium 1 1 1
Lampiran 3 Us ulan Biay a
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
65
HASIL EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT PENYUSUNAN RISPAM r. v
Penyi
Sapan
PROPINSI : Sulawesi Tenggara lReadi
ua
KAB/KOTA : BAUBAU eness
wi
NILAI EVALUASI 51.38% eCriter
s
ian
aT
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT
KESEPAKATAN Kegia
TINDAKAN TARGET WAKTU tanr
gg
SPAM
a
sebutkan nama provinsi dan
Hanya Menyebutkan Tahun Disesuaikan dengan Lamp2- TA
COVER Belum menyebutkan Jangka
Penyusunan RISPAM
Waktu Pelaksanaan RISPAM
PermenPUPR27-2016 2020
Po
untuk header munculkan hanya
KATA PENGANTAR Dokumen RISPAM saja, jangan
ada bahasa laporan
sesuaikan ref
urutan bab masih belum sesuai
DAFTAR ISI Ada Lamp2PemenPUPR27/2016 No
panduan
3 Dokumen Penyunan RiSPAM
BA
B
3-
71
KESEPAKATAN r. v
Penyi
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT Sapan
TINDAKAN TARGET WAKTU
lReadi
ua
eness
wi
RENCANA INDUK DAN PRA eCriter
s
DESAIN
BAB 7. rencana pengembahan ian
BAB VII RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN PENGEMBANGAN SPA PENYELENGGARAAN SPAM ( aT
SPAM
SESUAI REFERENSI Lamp2- Kegia
PermenPUPR27-2016 tanr
gg
SPAM
a
urutan sub bab Disesuaikan TA
dengan Lamp2-PermenPUPR27- 2020
2016 (bila ada sub bab yang
7.1. Kebijakan Struktur dan Pola Po
7.1. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Studi belum tercantum, maka boleh
Pemanfaatan Ruang Wilayah
ditambakan / disesuaikan
dengan data dari kabupaten
masing - masing
7.2. Pengembangan Wilayah / Daerah Pelayanan (Zonasi) 7.3. Rencana Sistem Pelayanan
dibuat rencana pentahapan
pengembangan sistem sesuai
7.4. Rencana Pengembangan
7.3. Tingkat Pelayanan zona pelayanan yaitu jangka
SPAM
pendek, menengah dan jangka
panjang
7.4. Rencana Pentahapan Pengembangan (5 tahunan) 7. 4.1. St rategi Pembangunan
7.4.1. Sistem Zona Pelayanan A 7. 4.2. St rategi Pengelolaan
7.4.2. Sistem Zona Pelayanan B 7. 5. Perk iraan Kebut uhan Biay a
7.5.1. Biaya Pembangunan dan
7.4.3. ………………………………..
Inves t as i Jangk a Pendek
7.5. Biaya Pembangunan dan
7.5 Kebutuhan Air
Inves t as i Jangk a Panjang
7.5.1. Klasifikasi Pelanggan 7. 6. Es timas i Renc ana Biay a
7.5.2. Kebutuhan Air Domestik
BA
B
3-
73
KESEPAKATAN r. v
Penyi
KAIDAH TEKNIS PENYUSUNAN RISPAM KOTA/KAB ISI RISPAM KAB/KOTA EVALUASI USULAN TINDAK LANJUT Sapan
TINDAKAN TARGET WAKTU
lReadi
ua
Disesuaikan dengan Lamp2- eness
wi
PermenPUPR27-2016 (bila ada eCriter
Bab 9 Rencana sub bab yang belum tercantum, s
BAB IX PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAYANAN AIR MINUM urutan sub bab belum sesuai ian
Pengembangan kelembagaan maka boleh ditambakan /
aT
disesuaikan dengan data dari Kegia
kabupaten masing - masing tanr
gg
9.1. Organisasi SPAM
a
Lembaga existing yang TA
mengelola sekarang diuraikan
9.1.1. Bentuk Badan Pengelola 9.1. lembaga penyelenggara
terlebih dahulu baru alternatif
2020
lembaga pengelola lainny a Po
9.2. Sumber daya Manusia 9. 2. s t ruk t ur organis as i
9.2.1. Jumlah 9. 3. k ebut uhan SDM
9.4. rencana pengembangan
9.2.2. Kualifikasi
SDM
9.3. Pelatihan 9. 4. 1. Pelat ihan
9.4. Perjanjian Kerjasama 9. 4. 2. Perjanjian Kerjas ama
9.4.1. Tujuan
9.4.2. Organisasi Mitra Yang Terlibat
9.4.3. Mekanisme Kesepakatan
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Sosial ekonomi Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 2 Kualitas Air Hasil Uji Laboratorium Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 3 usulan Biaya Belum Menerima Dokumennya
Lampiran 4 ……………………………..
BA
B
3-
74
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
BAB 3-75
Tabel 3. 2 Dokumentasi Kegiatan
Koordinasi dengan Bappeda Kota Baubau Koordinasi dengan Bappeda dan Dinas PUPR
Kab. Buton Utara
Sosialisasi Kegiatan Review RISPAM Sosialisasi Kegiatan Review RISPAM
Kab. Buton Utara Kab. Buton Utara
Survey Sumber Air Baku (Air Tanah) Survey Sumber Air Baku (Air Tanah)
Kab. Buton Utara Kab. Buton Utara
Koordinasi dengan Pokja AMPL Koordinasi dengan Pokja AMPL
Kab. Kolaka Utara Kab. Kolaka Utara
Koordinasi dengan Dinas PUPR Survey Lokasi Sumber Air Baku (Air
Kab. Konawe Kepulauan Permukaan) dengan Dinas PUPR
Kab. Konawe Kepulauan
Hasil pendampingan penyusunan / Review RISPAM yang merupakan salah
satu syarat dalam kesiapan dokumen Reasiness Criteria untuk pembangunan
SPAM pada lokasi yang akan dilaksanakan melalui anggaran APBN Tahun
2020 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
BAB 4-1
Penyiapan Readiness Criteria Kegiatan SPAM TA 2020
Prov. Sulawesi Tenggara
Pengembangan
Pembukaan
PROSENTASE
Standar Kriteria
Kabupaten / Kota Gambaran Umum
Pendahuluan
Analisa Keuangan
Proyeksi Kebutuhan Air
KESESUAIAN
Minum
RISPAM DENGAN
SPAM
No MUATAN KETERANGAN
KAB/KOTA Permen PUPR
No
Perencanaan
27/PRT/M/2016
Kab/Kota
2% 5% 10% 15% 5% 10% 15% 20% 10% 5% 3% 100%
1 Kab. Kolaka Utara 1.67% 5.00% 9.82% 10.00% 5.00% 10.00% 10.50% 18.41% 5.56% 4.29% 0.00% 80.24%
2 Kab. Buton Selatan 1.89% 5.00% 9.29% 10.92% 5.00% 10.00% 13.25% 15.56% 3.70% 4.52% 3.00% 82.12%
3 Kab. Buton Tengah 0.00% 1.67% 4.05% 6.42% 4.17% 10.00% 5.75% 3.10% 4.44% 1.43% 0.00% 41.02%
4 Kab. Buton Utara 1.67% 5.00% 9.40% 11.67% 5.00% 10.00% 6.50% 17.14% 7.78% 5.00% 1.50% 80.66%
5 Kab. Konawe Kepulauan 1.67% 5.00% 9.58% 9.67% 5.00% 10.00% 11.75% 19.37% 6.30% 3.57% 1.00% 82.90%
7 Kota Baubau 1.33% 3.10% 7.08% 8.42% 5.00% 7.08% 7.75% 5.87% 4.07% 1.67% 0.00% 51.38%
BAB 4-2