PULVERES/PULVIS
Pengertian :
à Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian
oral/dalam atau untuk pemakaian luar.
Diameter 1,2 – 1,7 µm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan
oral atau topikal
Bentuk serbuk lebih efektif karena ;
- Luas permukaan yang lebih luas
- Mudah terdispersi
- Lebih larut dari bentuk lain yang dipadatkan (capsul, tablet, pil)
Digunakan untuk : anak – anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet.
Cara penggunaan ; dapat dicampur dengan air minum.
Bentuk serbuk
1. Terbagi (pulveres/divided powder/chartulae).
2. Tak terbagi (pulvis/bulk powder). Terbatas pada obat yang relative tidak poten
seperti laksansia, antasida, makanan diet, analgetika tertentu, serbuk gigi, serbuk
tabur.
Kemasan : kertas perkamen, kertas selofan atau sampul polietilena.
Serbuk oral tidak terbagi, hanya terbatas pada obat yang relative tidak poten, seperti
laksansia, antasida, makanan diet, dan beberapa analgetika tertentu sehingga pasien
dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain.
Serbuk tabur, pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat
halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
60
60
60
100
40
60
120
120
Keterangan :
1 Semua partikel serbuk melewati pengayak dengan nomor nominal tertentu
2 Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang
melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor (5,
8, 10, 22, 25, 30, 36, 44, 60, 85, 100, 120, 150, 170, 200, 300) yang meninjukkan
jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searang dengan panjang kawat.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran
derajat halus serbuk untuk sebagian besar keperluan farmasi, walaupun
penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel yang
bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna.
Jenis Pulvis
adalah serbuk yang tidak terbagi – bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis.
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak), serbuk ringan untuk pengunaan topical,
dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan
penggunaan pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat
halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
Syarat :
a) Harus halus, tidak boleh ada butiran – butiran kasar (harus melewati ayakan 100
mesh)
b) Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium tetani,
C. welcii, Bacillus antracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering).
c) Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
2. Pulvis dentrificius
Serbuk gigi, biasanya mengunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih
dahulu dalam chloroform/etanol 90 %.
3. Pulvis sternutatorius
Serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga serbuk tersebut
harus halus sekali.
4. Pulvis effervescent
Merupakan serbuk biasa yang sebelum digunakan dilarutkan terlebih dahulu dalam air
dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan mengeluarkan gas CO2,
kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih. Serbuk ini merupakan
campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat) dengan senyawa basa
(natrium carbonat atau natrium bicarbonate).
Serbuk diracik dengan cara mencampur satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai
dari bahan yang jumlahnya sedikit kemudian diayak, biasanya mengunakan pengayak
no 60 dan dicampur lagi.
1. Jangan mencampur bahan berkhasiat keras dalam mortir dalam keadaan tidak
diencerkan, untuk mencegah sebagian obat tertinggal dalam pori – pori mortir.
2. Bila mempunyai BJ yang berlainan, masukan dulu serbuk yang BJ nya besar baru
kemudian masukkan bagian serbuk yang BJ nya lebih rendah dan diaduk.
3. Jangan menggerus bahan – baha serbuk dalam jumlah banyak sekaligus. Hal ini
untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum habis.
4. Obat yang berbentuk kristal/bongkahan besar hendaknya digerus halus dulu.
5. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah
(konstituen) dalam mortir.
6. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah
merata.
7. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
1. Halus sekali
a. Tidak berkhasiat keras
1). Belerang, dalam bedak tabur tidak ikut diayak, tidak boleh diayak dengan bahan
logam.
2). Iodoform karena baunya lengket dan tidak enak harus diayak dengan ayakan
khusus atau terpisah.
3). Rifampisisn, Sb2S5 (sangat halus sehingga dapat masuk pori – pori lumpang atau
mortir maka harus digerus dalam lapisan zat tambahan.
b. Berkhasiat keras
1). Jumlah banyak ; Rifampisin, digerus dalam lapisan zat tambahan.
2).Jumlah sedikit ; Luminal, As2O3 dibuat pengenceran. Atropin sulfat, dibuat
pengenceran bertingkat.
2. Hablur/kristal
a. Camphorae, mudah mengkristal kembali, maka ditetesi terlebih dahulu dengan eter
atau etanol 95 % kemudian dikeringkan dengan ditambahkan zat tambahan yang
cocok. Cara ini pun harus hati – hati karena terlalu lama menggerus atau dengan
sedikit tekanan waktu menggerus akan menggumpal kembali.
b. Asam salisilat, sangat ringan, mudah beterbangan merangsang hidung hingga
bersin, tetesi dahulu dengan eter atau etanol 95 % kemudian ditambahkan zat
tambahan.
c. Asam benzoat, naftol, mentol, timol dan salol campurannya mudah mencair,
dikerjakan seperti pada camphorae atau asam salisilat.
d. Garam – garam yang mengandung air kristal, dapat dikerjakan dalam lumpang
panas, KI dan garam – garam Bromida, KBr, NaBr.
Garam – garam yang mempunyai garam exicatusnya (kering) maka diganti/ambil yang
exicatusnya (Anhydrus)/kering dengan perbandingan :
Aluminii et Kalii Sulfas : 67 %
Ferrosi Sulfas : 67 %
Magnesi Sulfas : 67 %
Natrii Sulfas : 50 %
Natrii Carbonas : 50 %
e. Iodium, tetesi dengan eter atau etanol 95 %, kerinkan dengan zat tambahan. Jika
menggunakan amilum akan berubah warna dari putih menjadi biru.
3. Bahan cair
1. Minyak atsiri, tetesi terakhir atau dibuat elaeosacchara yaitu campuran 2 gr gula
dengan 1 tetes minyak atsiri.
2. Kalii arsenitis solutio (Liq. Fawleri) ; diuapkan dahulu sampai kering kemudian
ditambahkan zat tambahan.
3. Sol. Formaldehid (formalin), dapat diganti dengan bentuk padatnya yaitu
paraformaldehid sebanyak kadar formalin persediaan yaitu 36 % nya.
4. Tingtur (Tinct.Opii, Tinct Digitalis, Tinct Aconiti, Tinct Belladonae, Tinct
Ratanhiae).
a) Jumlah sedikit dikerjakan dalam lumpang panas, dikeringkan dengan zat tambahan.
b) Jumlah banyak diuapkan sampai 1/3 nya, kehilangan berat 2/3 diganti dengan zat
tambahan SL.
4. Ekstrak
a. Ekstrak kering (siccum), misalnya Extr. Opii, Extr. Strychnin ; dikerjakan seperti
bahan padat lain.
b. Ekstrak kental (spissum), misalnya Extr. Belladonae, Extr. Hyoscyami, Extr.
Valerian ; gunakan etanol 70 % dalam lumpang panas, sedangkan Extr. Cannabis
indicae menggunakan etanol 90 % juga dengan mortir panas.
c. Ekstrak cair (liquidum), misalnya Extr. Chinae liq. Extr. Hydrastis liq. Extr. Rhamni
purchinae dikerjakan seperti mengerjakan pada tingtur.
1. Jika mengandung zat khasiat tunggal, ambil bentuk tablet atau kapsul langsung.
Tablet digerus halus, timbang beratnya, kapsul keluarkan isinya timbang beratnya.
2. Jika mengandung zat khasiat campuran dapat diambil persediaan bentuk serbuknya
saja.
3. Bila jumlah tablet adalah pecahan, maka dibuat pengenceran dulu yang mudah
dibagi, baru ditimbang dalam perbandingan.misalkan ; tablet CTM beratnya 200 mg,
diperlukan 1/6 tablet. Ambil 1 tablet gerus dan tambahkan SL ad berat campuran 600
mg , untuk mengambil 1/6 tablet, ditimbang campuran tersebut 100 mg.
Disebabkan oleh :
1. Terjadi reaksi kimia
2. Terjadi perubahan fisika
3. Terjadi kerja farmakologis
Untuk OTT yang tidak dapat diatasi, bisa diusulkan untuk mengeluarkan salah satu
obat jika ;
Ott yang dapat diatasi, masing – masing obat dilapisi zat tambahan jika :
1. Terjadi reaksi kimia. Misalnya ; alkaloid dengan logam berat (Extr. Belladonae +
AgNO3 teroksidasi).
2. Terjadi perubahan fisika. Misalnya ; Campuran Mentol, timol dan salol à titik
didihnya akan turun, mudah mencair.
3. Terjadi kerja farmakologis. Misalnya ; Campuran obat hipnotik + obat sedativa +
caffein dalam perbandingan tertentu masih dapt diberikan.
SOAL FARMAKOLOGI
1. Fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui oral sampai dengan
pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh dan siap untuk diabsorpsi disebut fase
….
a. farmakokinetika
b. farmakodinamika
c. farmakoterapi
d. biofarmasi
e. terapetik
2. Peristiwa di mana suatu obat memberikan efek yang sama sekali berlainan dari
efek normalnya disebut…
a. efek samping c. idiosinkrasi e. toleransi
b. alergi d. tachyphylaxis
3. Antibiotika dengan mekanisme kerja menghambat sintesa dinding sel bakteri
adalah…
a. ciprofloxacin c. tetrasiklin e. penisilin
b. kloramphenikol d. rifampisisn
4. Antibiotika golongan aminoglokosida yang diperoleh dari Mycromonospora purpurea
adalah….
a. streptomysin c. gentamisin e. tetrasiklin
b. neomisin d. kanamisin
5. Antibiotika yang tidak boleh diberikan pada anak usia di bawah 8 tahun karena
berakibat gigi menjadi bercak – bercak coklat dan mudah berlubang adalah ….
a. penisilin c. eritromisin e. amoxicillin
b. tertasiklin d. sefalosporin
6. Antasida digunakan untuk mengatasi kelebihan asam lambung, mekanisme kerjanya
secara
a. fisika c. metabolisme e. subtitusi
b. kimia d. kompetisi
7. Untuk mencegah neuritis, pemberian INH pada enderita TBC sering dikombinasikan
dengan
a. Pyridoxin c. etambutol e. pyrazinamid
b. Rifampisin d. PAS
8. Jenis cacing yang menyebabkan penyakit kaki gajah (elephantiasis) adalah …
a. oxyuris vermicularis c. ankylostoam duodenale e. filaria
b. taenia saginata d. ascaris lumbricoides
9. Nama paten dari obat cacing pirantel pamoat adalah…
a. combantrin c. quantel e. vermox
b. ascaridil d. helben
10. Antifungi yang termasuk golongan antibiotika adalah …
a. mikonazol c. griseofulvin e. flukonazole
b. asam benzoat d. klotrimazol
11. Obat yang sering dikombinasikan dengan antasida untuk mencegah kembung
adalah…
a. ekstrak belladon c. klordiazepoksid e. dimetikon
b. norit d. papaverin
12. Anti diare yang dengan cara menekan peristaltik usus adalah…
a. tanalbumin c. kaolin e. norit
b. tannin d. loperamid
13. Antasida ini bekerja dengan cara perintang reseptor H2 adalah
a. ulsikur c. disflatyl e. sanmag
b. alukol d. maalok
14. Asam mefenamat adalah analgetika perifer golongan ..
a. salisilat c. pirazolon e. fenantren
b. antranilat d. para aminofenol
15. Turunan asam propionat yang berkhasit anti inflamasi analgetik dan antipiretik
adalah…
a. piroksikam c. fenilbutazon e. . ibuprofen
b. diklofenak d. indometasin
16. Dengan persetujuan dokter penulis resep, maka amoksisilin dapat digantikan
dengan obat paten….
a. Binotal c. Amoxan e. Penbritin
c. Amicain d. Duricef
17. Pil kontrasepsi yang hanya mengandung dosis kecil progesteron saja adalah…
a. pil kombinasi c. pil bertahap e. pil suntik
b. pil mini d. morning after pil
18. Peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus menerus untuk mencapai efek
terapeutik yang sama disebut…
a. adiksi c. habituasi e. alergi
b. toleransi d. resistensi
19. Ilmu yang mempelajari nasib obat dalam tubuh adalah..
a. farmakologi c. farmakokinetika e. farmakodinamika
b. farmakoterapi d. farmakogenetika
20. Dibawah ini adalah cara pemberian obat yang memberikan efek sistemik, kecuali…
a. rectal c. sublingual e. oral
b. injeksi d. intra vaginal
21. Obat TBC yang dapat menyebabkan buta warna merah/hijau adalah..
a. rifampisin c. etambutol e. INH + B 6
b. isoniazid d. pyrazinamid
22. Analgetiak berikut ini termasuk AINS yang sering dimasukkan dengan diam – diam
dalam sediaan obat tradisional, dengan maksud untuk mengobati letih, lesu, otot
lemah dan nyeri …..
a. Ibuprofen c. Indomethasin e. piroksikam
b. diklofenak d. fenilbutazon
23. Nama generik dari obat tidur dengan nama dagang Dumolid adalah ……
a. Nitrazepam c. Klorpromazin e. diazepam
b. Fenilbutazon d. Flunitrazepam
24. Antibiotika yang efektif terhadap kuman TBC dan satu - satunya yang berkhasiat
leprosid terhadap basil lepra adalah……
a. INH c. Pyrazinamid e. Rifampisin
b. Dapson d. Etambutol
25. Obat yang tidak diindikasikan untuk penyakit Reumatik adalah ……
a. Ibuprofen c. Fenilbutazon e.Asetaminofen
b. Piroksikam d. Diklofenak natrium
26. Papaverin HCl adalah obat yang dapat menghentikan diare, sebab termasuk
golongan
a. desinfektan c. spasmolitika e. adsorbensia
b. obstipansia d. kemoterapeutika
27. Fungistatik yang berkhasiat keratolitik adalah…
a. fenol c. asam salisilat e. ketokonazol
b. mikonazol d. asam undesilinat
28. Hipnotika diidindikasikan untuk penderita …
a. Stres c. Amnesia e. Insomnia
b. Depresi d. Schizoprenia
29. Pada pemakaian obat tidur/hipnotika dapat tejadi efek samping berupa hang
over, yaitu….
a. depresi pernapasan
b. penurunan tekanan darah
c. efek sisa pada keesokan harinya
d. ketergantungan dan adanya bahaya bunuh diri
e. mual dan muntah
30. Antibiotika dengan mekanisme kerja menghambat pembentukan asam - asam inti
adalah ….
a. Penisilin c. Kloramfenikol e. Ciprofloxacin
b. Tetrasiklin
d. Rifampisin
Essay !!!!!!
1. Jelaskan tentang penyebab dan cara pencegahan penyakit Tuberculosis (TBC)
2. apa yg dimaksud dgn efek2 di bawah ini
a. idiosinkrasi
b. alergi
c. fotosensitasi
d. terratogen
3. Sebutkan garis besar proses yang dialami obat yang diminum sampai terjadi efek
dan sebutkan pula fase - fasenya !