Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN FARMASETIKA DASAR

PULVIS & PULVERES

OLEH
NAMA : KEVIN EFRAIM LIAN
NIM : PO530333219375
TINGKAT : I REGULER C

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2020
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian
oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Menurut Farmakope Edisi III, serbuk adalah campuran
homogen dari dua atau lebih obat yang diserbukkan sedangkan menurut Farmakope Edisi IV,
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral maupun topical. Secara kimia-fisika mempunyai ukuran antara 10.000-0,1
mikrometer. Serbuk oral dibagi menjadi serbuk bagi (Pulveres) dan serbuk tak terbagi (pulvis).
A. Pulveres (Serbuk Bagi)
1. Pengertian
Menurut Farmakope Edisi III Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus dengan menggunakan bahan pengemas
yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang
mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.

2. Keuntungan
- Serbuk dalam bentuk halus dengan luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah
didispersi dan diserap dan lebih mudah larut daripada bentuk sediaan yang
dipadatkan.
- Dapat diberikan pada anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet.
- Untuk obat-obat yang besar volumenya yang tidak dapat dibuat dalam bentuk kapsul
atau tablet.
- Dapat dibuat untuk obat-obat yang tidak stabil jika diberikan dalam bentuk larutran
atau suspensi dalam air.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
- Pemberian dosis yang sangat tepat seusai dengan permintaan dokter

3. Kerugian
- Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket, di lidah (bisa diatasi
dengan penambahan corrigens saporis).
- Pada penyimpanan yang salah dan terlalu lama bisa menyebabkan serbuk menjadi
lengket dan rusak.

4. Syarat
Serbuk harus memenuhi syarat diantaranya;
- Halus
- Kering
- Homogen
- Memenuhi keseragaman bobot
Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan
timbang sekaligus, hitung bobot isi rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan
satu persatu terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan
tidak lebih dari 10% tiap 18 bungkus.
5. Cara pembuatan
- Disiapkan timbangan dalam keadaan bersih dan seimbang.
- Disiapkan kertas perkamen dengan ukuran dan jumlah yang sesuai untuk menimbang
obat maupun membungkus obat sesuai jumlah yang diminta dalam resep.
- Bahan obat digerus sesuai dengan aturan pembuatan pulveres.
- Setelah semua serbuk tercampur homogen, serbuk dibagi dalam dua bagian sama
banyak
- Kemudian tiap bagian dibagi menjadi setengah dari jumlah bungkus akan dikerjakan.
- Bila jumlah serbuk ganjil, serbuk ditimbang secara keseluruhan kemudian dicari
bobot rata-rata lalu ditimbang satu bungkus, sisanya dibagi seperti cara ke-4
- Obat dimasukkan dalam klip plastic dan diberi etiket putih dengan aturan pakai
seperti yang tertera pada signatur dalam resep.

6. Aturan umum pembuatan serbuk bagi


- Bahan obat yang berebentuk bongkahan atau kristal digerus hingga halus.
- Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
- Bahan obat dengan bj berat digerus terlebih dahulu.
- Bahan obat berwarna digerus diantara 2 bahan tambahan.
- Bahan obat yang bobotnya dibawah 50 mg dilakukan pengenceran.

7. Pengenceran serbuk
Ketentuan dalam menimbang ialah bobot minimal zat yang boleh ditimbang adalah
50 mg. jika bobot dibawa 50 mg maka harus dibuat pengenceran. hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengenceran adalah:
- Dibuat perbandingan yang sesuai agar tidak terlalu banyak sisa pengenceran dan
hasil yang ditimbang mudah dilakukan.
- Selalu ditimbang zat aktif dengan berat 50 mg.
- Selalu koreksi hasil pengenceran yang ditimbang dengan perbandingan yang dibuat.
Ada 2 macam teknik pengenceran yaitu:
- Pengenceran biasa (jika bobot zat antara 1-49 mg)
Misalkan CTM 12,5 mg
Langkah awal adalah buat perbandingan yang tepat sehingga tidak terlalu banyak
sisa. Misalkan dibuat perbandingan 1:4.
Ditimbang :
CTM 50 mg
Zat tambahan 150 mg
200 mg (hasil pengenceran)
Yang diambil :
= Bobot zat yang diminta dalam resep x Hasil pengenceran
Bobot zat aktif pada pengenceran
= 12,5 mg x 200 mg
50 mg
= 50 mg
Sisa pengenceran 200 mg-50 mg = 150 mg
- Pengenceran bertingkat (bobot zat kurang dari 1 mg)
Misalnya metilergotamin 0,25 mg, dibuat perbandingan 1:50

Pengenceran tingkat I
Metilergotamin 50 mg
Zat tambahan 2450 mg
2500 mg (Hasil pengenceran)
Yang diambil:
= Bobot zat yang diminta dalam resep x hasil pengenceran
Bobot zat aktif dalam pengenceran
= 0,25 mg x 2500 mg
50 mg
= 12,5 mg
Karena 12,5 mg tidak dapat ditimbang maka ditimbang 150 mg dengan pengertian
didalamnya terdapat 3 mg metilergotamin sehingga dibuat pengenceran tingkat II7

Pengenceran tingkat II
Timbang campuran I 150 mg
Zat tambahan 450 mg
600 mg (hasil)
Yang diambil:
= 0,25 mg x 600 mg
3 mg
= 50 mg
Sisa pengenceran tingkat II = 600 mg – 50 mg = 550 mg

8. Pengenceran obat jadi


Dalam pembuat puyer obat yang digunakan pada umumnya dalam bentuk obat jadi
seperti tablet. Sebagai contoh dibutuhkan prednisone 28 mg. didalam laboratorium
tersedia tablet prednisone 5 mg dengan bobot 1 tablet 100 mg. sehingga dibutuhkan
tablet prednisone sebanyak:
28 mg x 1 tablet = 5,6 tablet
5 mg
Caranya:
- Diambil 6 tablet dan yang 1 tablet dibuat pengenceran
Ditimbang 1 tablet ditambah SL sampai 200 mg, tablet digerus bersama SL hingga
halus dan homogen, hasilnya diambil sebanyak:
0,6 tab/1 tab x 200 mg = 120 mg
- Diambil 6 tablet dan digerus dan ditimbang, misal jumlah bobot tablet 600 mg,
pengenceran yang diambil sebanyak:
5,6 tab/6 tab x 600 mg = 560 mg
9. Berat puyer yang ideal
Berat 1 bungkus puyer yang ideal = 500 mg (anak-anak biasanya 200-300 mg) bila
berat puyer kurang, dapat ditambahkan bahan pembawa seperti lactosum (SL/gula susu).
Sebagai contoh didalam resep berikut:

dr. Wahidin Sudirohusodo


SIP: 028/158/SIP-TU/II/2016
Praktek: Jl. Singa No.25 Makassar
Telepon (0411) 872143

Makassar, 13/03/2016

R/ Paracetamol 125 mg
Lactosum qs
m.f pulv dtd no. XII
s t.dd pulv I

Pro : Dea
Umur : 4 tahun

Misalnya tiap bungkus diinginkan berat idealnya 200 mg. jadi lactosum yang
ditambahkan per bungkusnya adalah:
200 mg – 125 mg = 75 mg
Untuk 12 bungkus SL yang ditambahkan adalah:
12 bungkus x 75 mg = 850 mg

B. Pulvis (serbuk tak terbagi)


1. Pengertian
Menurut Farmakope Edisi III pulvis atau serbuk tak terbagi adalah campuran kering
obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian dalam atau luar.

2. Aturan umum pembuatan pulvis


- Jika serbuk mengandung lemak harus diayak dengan pengayak nomor 44.
- Jika obat kurang dari 50 mg maka penimbangan dilakukan dengan cara pengenceran.
- Obat serbuk kasar terutama simplisia nabati digerus lebih dahulu sampai derajat
halus yang sesuai setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C
- Obat berupa cairan misalnya tincture atau ekstrak cair, diuapkan pelarutnya hingga
tersisa 1/3 bagian atau hampir kental.
- Obat berupa massa lembek misalnya ekstrak kental maka dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai dan keringkan dengan zat tambahan yang cocok secukupnya.
- Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan dengan
pertolongan zat tambahan yang cocok.
3. Pengayak dan derajat halus
Pengayak dibuat dari kawat logam yang cocok dengan penampang melintang yang
sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan
jumlah lubang tiap 2,54 cm atau 1 inchi dihitung searah dengan panjang kawat.
Derajat kehalusan serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat kehalusan
suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor maka maksudnya semua serbuk dapat
melewati pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat kehalusan suatu serbuk
dinyatakan dengan 2 nomor, maksudnya semua serbuk dapat melewati pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% serbuk melewati pengayak dengan nomor
tertinggi.
Dalam beberapa hal, digunakan juga istilah umum untuk menyatakan kehalusan
serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:
- Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
- Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
- Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
- Serbuk halus adalah serbuk (85)
- Serbuk sangat halus adalah serbuk (120/200 [300])

4. Macam-macam serbuk tak terbagi


- Pulvis adspersorius
Pulvis adspersorius atau serbuk tebar/bedak adalah serbuk ringan untuk penggunaan
topical, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit.
Hal-hal yang harus diperhatikan (persyaratan yang harus dipenuhi)
 Harus halus, tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati ayakan
100 mesh) hal ini untuk mencegah timbulnya iritasi pada bagian yang peka.
 Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium
tetani, Clostridium welchii, Bacillus anthracis serta disterilkan dengan cara
kering.
 Tidak boleh digunakan untuk atau pada luka terbuka.
Contoh pulvis adspersorius
 Zinci undecylenatis pulvis adspersorius
 Sulfanilamidi pulvis adspersorius
 Pulvis paraformaldehydi compositus
 Pulvis salicytis compositus
- Pulvis dentrificius
Pulvis dentrificius atau serbuk gigi biasanya mengandung karmin sebagai pewarna
yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
- Pulvis sternutatorius
Pulvis sternutatorius atau serbuk bersin digunakan untuk dihisap melalui hidung,
oleh karena itu, serbuknya harus halus sekali.
- Pulvis efervesen
Pulvis efervesen adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu
dalam air hangat atau air biasa. Jika serbuk ini dilarutkan dalam air akan
mengeluarkan gas CO₂ yang kemudian membentuk larutan jernih. Serbuk ini
merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat, asam tartrat) dengan basa
(Na-karbonat, Na-bikarbonat). Dalam pembuatannya, bagian asam dan basa
dikeringkan secara terpisah. Gas CO₂ digunakan untuk pengobatan, mempercepat
absorpsi, atau menyegarkan rasa larutan.

C. Pembuatan serbuk dengan bahan-bahan


1. Bahan padat
- Halus sekali
 Tidak berkhasiat keras
 Belerang: dalam bedak tabor belerang, tidak ikut diayak dan tidak boleh
diayak dengan bahan sutera atau logam
 Iodoform: harus diayak dengan ayakan khusus/terpisah karena baunya
lengket dan tidak enak
 Sb₂S₅: sangat halus sehingga dapat masuk kedalam pori-pori
lumpang/mortir. Oleh karena itu, bahan ini harus digerus dalam lapisan
zat tambahan
 Berkhasiat keras
Jika jumlahnya banyak, bahan tersebut digerus dalam lapisan zat tambahan.
Jika jumlahnya sedikit, dilakukan pengenceran; misalnya pada luminal.
As₂O₃ (dibuat pengenceran), dan atropin sulfat (pengenceran bertingkat).
- Hablur/Kristal
 Kamfor: mudah mengkristal kembali. Oleh karena itu, ditetesi terlebih
dengan eter atau etanol 95%. Selanjutnya, dikeringkan dengan penambahan
zat tambahan yang cocok.
 Asam salisilat: sangat ringan, mudah beterbangan, dan dapat merangsang
hidung hingga bersin; tetesi dahulu dengan eter atau etanol 95% dan
tambahkan zat tambahan.
 Asam benzoat, naftol, menthol, timol, salol: campurannya mudah mencair,
dikerjakan seperti pada kamfor atau asam salisilat.
 Garam-garam yang mengandung air Kristal, misalnya Na-karbonat, Fe (II)
Sulfat, Al-Sulfat dan Kalium Sulfat, Magnesium sulfat, Natrium sulfat:
diambil bentuk yang exicatus atau bentuk keringnya, misalnya Na-karbonat
50%, Fe (II) sulfat 60%, Al- & K-Sulfat 67%, Na-sulfat 50% dari jumlah
yang tertulis di resep.
 Iodium: tetesi dengan eter atau etanol 95% dan keringkan dengan zat
tambahan; jika menggunakan amilum akan berubah warna dari putih menjadi
biru.
 FeI₂, FeCl₂, FeCO₃: gunakan resep standar untuk pillulae.

2. Bahan setengah padat


Bahan setengah padat biasanya digunakan dalam pembuatan bedak tabor. Jika
jumlahnya banyak, bahan tersebut dilebur terlebih dahulu. Jika jumlahnya sedikit, tetesi
dengan eter atau aseton lebih dahulu; misalnya adeps lanae, cera, parafin padat, vaselin.
3. Bahan cair
- Minyak atsiri
Tetesi terakhir atau dibuat oleum sacchara, yaitu campuran 2 g gula dengan 1 tetes
minyak atsiri.
- Kalii arsenitis solutio (fowleri liquidum)
Uapkan dahulu sampai hampir kering kemudian tambahkan zat tambahan.
- Sol. Formaldehida (formalin)
Bahan ini dapat diganti dengan bentuk padatnya, yaitu paraformaldehida sebanyak
kadar formalin persediaan. Misalnya, kadar formalin persediaan menurut FI adalah
36% jadi, paraformaldehid yang ditimbang adalah 36% dari berat formalin yang
diminta dalam resep.
- Tingtur
 Tingtur yang tidak menguap (tingtur opium, tingtur digitalis, tingtur aconite,
tingtur beladona, tingtur ratanhiae)
 Jika jumlahnya sedikit, dikerjakan dalam lumping panas. Selanjutnya,
keringkan dengan zat tambahan
 Jika jumlahnya banyak, diuapkan sampai sekental sirup. Selanjutnya,
keringkan dengan zat tambahan
 Berat yang hilang untuk serbuk tak terbagi harus diganti dengan zat
tambahan, tetapi tidak perlu untuk serbuk terbagi
 Tingtur yang mudah menguap
 Ambil zat berkhasiatnya saja jika diketahui bagian-bagiannya, seperti
pada tingtur iodium, tingtur opium benzoikum, kamfor spiritus; berat
yang kurang diganti dengan zat tambahannya.
 Uapkan pada suhu serendah mungkin jika tidak diketahui bagian-
bagiannya, seperti pada tingtur valerian dan tingtur aromatika.
- Ekstrak
 Ekstrak kering
Ekstrak kering (siccum) misalnya, ekstrak opium, ekstrak striknin--
dikerjakan seperti mengerjakan bahan padat lainnya.

 Ekstrak kental
Ekstrak kental (spissum) misalnya, ekstrak beladona, ekstrak hyoscyami,
ekstrak calis. Curniti—gunakan etanol 70% dalam lumping panas; sedangkan
untuk ekstrak cannabis indicae, gunakan etanol 90% dalam lumpang panas

4. Bahan dari bentuk tablet atau kapsul


Bahan yang diambil dari bentuk tablet atau kapsul biasanya berupa zat berkhasiat
tunggal dan campuran.
- Jika mengandung zat berkhasiat tunggal, dapat menggunakan bahan langsung dalam
bentuk tablet atau kapsul. Tablet digerus halus kemudian bobotnya ditimbang.
Selanjutnya, isi kapsul dikeluarkan dan bobotnya ditimbang.
- Jika mengandung zat berkhasiat campuran, bahan yang digunakan dapat berupa
bentuk serbuknya saja.

D. OTT (Obat tak tercampurkan)


Ott atau obat tak tercampurkan dapat terjadi akibat reaksi kimia, perubahan fisika, atau kerja
farmakologis. Pada ott yang tidak dapat diatasi, dapat diusulkan untuk mengeluarkan salah
satu obat dari campuran jika:
1. Terjadi reaksi kimia
- Campurannya berupa racun
Misalnya:
Kalomel + iodium → sublimat
Asetosal + antipirin → kinatoksin (tidak berefek antimalaria, bahkan beracun)
- Campurannya menimbulkan ledakan
Misalnya, campuran bahan pengoksidasi dengan bahan yang mudah dioksidasikan
(K-klorat + sulfur)
- Terjadi perubahan warna
Misalnya:
Antipirin + nitrit → hijau
Amilum + iodin → biru

2. Terjadi perubahan fisika obat


Misalnya, golongan alcohol akan diserap oleh norit

3. Terjadi kerja farmakologis yang merugikan


Misalnya:
- Fenasetin akan merusak ginjal, maka tidak boleh digunakan kepada pasien dengan
kerusakan ginjal
- Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus
- Heksamin dengan golongan sulfa menghasilkan kerja yang bersifat antagonis
Pada ott yang dapat diatasi, masing-masing obat dilapisi zat tambahan, yaitu jika
- Terjadi reaksi kimia
Misalnya, reaksi alkaloid dengan logam berat (ekstrak beladona + AgNO
teroksidasi)
- Terjadi perubahan fisika
Misalnya, pada campuran mentol, timol, dan salol yang titik didihnya akan turun
sehingga mudah mencair
- Terjadi kerja farmakologis
Misalnya, campuran obat hipnotik, obat sedatif, dan kafein dalam perbandingan
tertentu masih dapat diberikan.

Anda mungkin juga menyukai