Oleh
2.2.2 Fiber-Coax......................................................................................... 7
i
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 22
3.2 Data......................................................................................................... 22
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.10 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM [8] .................. 15
Gambar 2.13 Sistem Pengiriman Sinyal Upstream pada GPON [8] ..................... 17
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era modern ini, dibutuhkan komunikasi berkecepatan tinggi dan
berkapasitas besar dalam bidang telekomunikasi. Bidang telekomunikasi sangat
mempengaruhi perkembangan teknologi informasi. Informasi yang diperlukan
bukan hanya sekedar teks saja, namun berkembang meliputi informasi suara, data,
dan video (triple play). Jaringan akses tembaga dinilai belum cukup dan belum
dapat menampung kapasitas bandwidth yang besar dan kecepatan tinggi. Sehingga
penerapan fiber optik merupakan salah satu infrastruktur internet berkecepatan
tinggi pada bidang telekomunikasi. Fiber optik ini sendiri harus memiliki
performansi yang bagus dan handal untuk memberi dampak positif oleh pengguna
layanan. Peningkatan kualitas layanan dilakukan dengan migrasi jaringan menjadi
jaringan fiber optik dimana bandwidth-nya dapat mencapai 2,488 Gbps.
Fiber To The Home (FTTH) merupakan teknologi arsitektur jaringan akses
menggunakan fiber optik sebagai media utama menyalurkan layanan. Teknologi
FTTH ini memberikan keuntungan terhadap perusahaan maupun konsumen.
Minimnya biaya operasional dan kualitas layanan internet yang jauh lebih baik
menjadi alasan penggunaan fiber optik. Terdapat salah satu arsitektur yang
digunakan yaitu Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON adalah
teknologi komunikasi yang sebagian besar komponen penghantar menggunakan
fiber optik. Bandwidth yang lebar dibutuhkan untuk transfer informasi baik internet,
e-comerce, e-mail, electronic documentation transfer, video dan mobile telephony.
1
2
Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
3
Bab IV : PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan atas apa yang dilakukan dan hasil yang
diharapkan tetapi belum terjawab.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Serat Optik (Fiber Optic)
Serat optik adalah saluran transmisi sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus. Ukuran kabel ini umumnya berdiameter kurang lebih 120
µm atau lebih halus dari sehelai rambut. Komunikasi serat optik adalah metode
transmisi informsasi dari satu tempat ke tempat lain dengan mengirimkan pulsa
cahaya inframerah melalui serat optik. Sumber cahaya yang digunakan adalah
LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) atau LED (Light
Emitting Diode). Cahaya membentuk gelombang elektromagnetik yang dimodulasi
untuk membawa informasi. Serat optik dipilih karena lebih baik dalam
menghantarkan sinyal informasi daripada kabel tembaga. Jenis komunikasi ini dapat
mengirimkan informasi berupa suara, video, dan data (triple play) dengan jarak yang
jauh[1].
Sebuah kabel serat optik dibuat sekecil-kecilnya (mikroskopis) agar tak
mudah patah/retak, tentunya dengan perlindungan khusus sehingga besaran wujud
kabel akhirnya tetap mudah dipasang. Satu kabel serat optik disebut core. Untuk
satu sambungan/link komunikasi serat optik dibutuhkan dua core, dimana satu
sebagai transmitter dan satu lagi sebagai receiver. Variasi kabel yang dijual sangat
beragam sesuai kebutuhan, ada kabel 4 core, 6 core, 8 core, 12 core, 16 core, 24
core, 36 core hingga 48 core. Satu core serat optik yang terlihat oleh mata kita
adalah masih berupa lapisan pelindungnya (coated), sedangkan kacanya sendiri
yang menjadi inti transmisi data berukuran mikroskopis, tak terlihat oleh mata.[4]
Perkembangan teknologi serat optik saat ini telah dapat menghasilkan
pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur
(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi
lebih banyak dan cepat dibandingkan dengan penggunaan kabel konvensional.
Wujud dari kabel serat optik dapat dilihat pada Gambar 2.1[3].
4
5
terbatas jumlah implementasinya. Teknologi yang sudah berkembang saat ini antara
lain: DLC (Digital Loop Carrier), HFC (Hybrid Fibr Coax), AON (Active Optical
Network), dan PON (Passive Optical Network).
DLC, AON, dan PON, merupakan teknologi jaringan akses dan dapat
terintegrasi dengan copper pair, sedangkan HFC merupakan teknologi jaringan
akses yang terintegrasi dengan coaxial. Pemilihan teknologi jaringan fiber harus
memperhatikan beberapa kriteria antara lain:
▪ Jenis jasa dan kapasitas.
▪ Kemudahan O&M.
▪ Konfigurasi dan kehandalan system (reliability).
▪ Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard (compatibility).
▪ Tidak mudah usang dan dijamin produksinya.
▪ Biaya efektif
▪ Tahapan pembangunan dan pengembangan dari teknologi jaringan
akses.
2.2.1 Fiber-Copper
Teknologi fiber-copper ini sangat banyak digunakan oleh operator
telekomunikasi. Sedangkan teknologi fiber-coax banyak digunakan oleh operator
kabel TV di dunia. Beberapa teknologi fiber-copper yang sedang berkembang dan
diurut berdasarkan jumlah implementasi terbanyak ditunjukkan pada tabel 2.1[2].
Tabel 2.1 Teknologi Sistem Jaringan Akses
2.2.2 Fiber-Coax
Teknologi HFC merupakan suatu langkah teknologi yang unik, yang
menggabungkan dua teknologi jaringan yang saling bertolak belakang. Pada satu
sisi jaringan kabel tembaga termasuk jaringan kabel koaksial dituntut untuk dapat
mengikuti perkembangan layanan menuju layanan pita lebar (broadband service).
Pada sisi yang lain digunakan jaringan kabel serat optik dengan kemampuan yang
sangat tinggi. Saat ini sudah mencapai 10Gbps. Penggabungan teknologi ini
diharapkan menghasilkan performansi layanan yang baik, dapat mengimbangi
teknologi lain yang berkembang seperti FTTL (Fiber To The Loop) atau teknologi
xDSL seperti ADSL (Asymetric-data Digital Subscriber Line) dan VDSL (Very
High-data Digital Subscriber Line)[2].
telekomunikasi). Jadi fiber optik digelar mulai dari sentral dan berakhir disuatu
gedung (umumnya berupa gedung-gedung bertingkat/perkantoran). Terminal
pelanggan yang ada di dalam gedung tersebut akan dihubungkan ke perangkat
RT atau ONU dengan menggunakan kabel tembaga sesuai dengan jenis
layanannya.
dan berakhir di kabinet RT atau ONU yang memiliki daerah cakupan layanan
tertentu yang lebih kecil dari FTTZ. Terminal pelanggan dihubungkan ke
perangkat RT atau ONU dengan menggunakan kabel tembaga hingga jarak
beberapa ratus meter (maks. 500 m). bila dianalogikan dengan jaringan kabel
tembaga, maka letak kabinet pada modus aplikasi FTTC adalah kira-kira sama
dengan lokasi distribution point (DP).
dengan jarak yang cukup pendek (belasan atau puluhan meter saja). Letak
perangkat ONU pada FTTH dapat dianalogikan dengan terminal batas atau
bahkan riset pada jaringan kabel tembaga.
Tiap ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan untuk
transmisi, karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti
pengaman sinyal, dengan encryption. Sinyal optik upstream dari setiap ONU
ditransmisikan secara bersamaan dengan metode TDMA untuk menghindari
collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda. Sedangkan
panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada daerah
1310 nm dan 1490 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 984 [7].
Karena kemampuan teknologi PON untuk mengirim dengan bandwidth
yang lebih tinggi dan jarak yang jauh, sekitar 20 – 30 Km, bahkan dengan
gelombang tertentu bias menembus jarak 50 Km, PON biasanya digunakan untuk
jaringan metro atau untuk mobile backhaul yaitu koneksi antar core network atau
base station dengan core network. Posisi PON di jaringan akses ini dapat dilihat
pada Gambar 2.9.
frame GEM melakukan enkapsulasi informasi header. Proses konversi ini dapat
dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM [8]
bandwidth segera ditetapkan jika tersedia. Pada umumnya system GPON itu
berbasis teknologi PON dan dari satu core mengeluarkan tiga gelombang (full
duplex). Dapat dilihat pada Gambar 2.11.
dengan sumber cahaya (serat lain). Splitter merupakan komponen pasif yang dapat
memisahkan daya optik dari satu input serat kedua atau beberapa output serat.
Splitter pada PON dikatakan pasif sebab tidak memerlukan sumber energy
eksternal dan optimasi tidak melakukan terhadap daya yang digunakan terhadap
pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga sifatnya idle dan cara
kerjanya membagi daya optik sama rata.
Karakteristik GPON
Standarisasi ITU-T G.984
Rilis Draft Dokumen 2002
Frame ATM
Efisiensi Frame -92%
Bandwidth Downstream 2,5 Gbps
Upstream 1,25 Gbps
Bandwidth per user 2,5 / 32 = 75 Mbps / ONU
2,5 / 64 = 35 Mbps / ONU
2,5 / 128 = 15 Mbps / ONU
Layanan Data, voice, video
Jarak Maksimum 20 km
Jumlah Percabangan ONU 1 : 32
1 : 64
1 : 128
Keamanan AES 128 bit
2.7 OptiSystem
OptiSystem adalah rangkaian desain perangkat lunak komprehensif yang
memungkinkan pengguna untuk merencanakan, menguji, dan mensimulasikan
tautan optik dalam lapisan transmisi jaringan optik modern. Selain itu OptiSystem
juga mendukung untuk pengukuran jaringan seperti Power Link Budget dan Rise
Time Budget. Umumnya yang menjadi parameter pada OptiSystem adalah bentuk
dari eye diagram yang diperoleh dari hasil simulasi rangkaian yang dibentuk.
3.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh
langsung dari lapangan yang dihitung menggunakan alat penghitung terhadap
perangkat yang saling terhubung dari Telkom Akses sampai ke perumahan Debang
Taman Sarii Medan dan dibandingkan dengan perolehan hasil dari simulasi
menggunakan simulator OptiSystem.
22
23
1. Studi Literatur
Dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir yang
terdiri dari buku referensi, jurnal penelitian, layanan internet dan diskusi
dengan dosen pembimbing dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
2. Review Lapangan
Melakukan review lapangan terhadap pemasangan dan perancangan dari
Telkom STO PDB yang beralamat di Jl. Setia Budi No. 349, Tj. Sari, Kec.
Medan Selayang, Kota Medan pada perumahan Debang Taman Sari Medan
yang beralamat di Tanjung Sari, Medan Selayang, Kota Medan.
3. Pengumpulan Data
Mengambil data berupa besarnya daya dan redaman yang dihasilkan pada
tiap titik mulai dari OLT sampai pada ONT.
4. Spesifikasi Perangkat
Mencatat tipe-tipe perangkat yang digunakan untuk menjadikan referensi
pada simulasi di OptiSystem agar hasil simulasi tidak berbeda jauh dari hasil
survey lapangan.
Adapun flowchart alur penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
3.5 Jadwal
Waktu pelaksanaan dalam melakukan penelitian dari awal untuk mencapai
hasil yang diharapkan dari Tugas Akhir ini ditunjukklan pada Tabel 3.1.
Table 3.1 Jadwal Penelitian
Studi Literatur
1
dan Bimbingan
2 Proposal
Desain dan
3 analisis
komparatif
Penulisan
4
Laporan
BAB IV
PENUTUP
Pada tugas akhir ini dijelaskan bentuk dan proses perancangan arsitektur
jaringan Fiber To The Home pada perumahan Debang Taman Sari Medan yang
akan menghasilkan kualitas sinyal yang baik dan dengan bandwidth yang besar
terhadap perumahan Debang Taman Sari Medan. Dengan dilakukannya
perancangan jaringan ini, akan dapat membantu perusahaan menemukan penentuan
titik mana saja dapat dilakukan perbaikan sebelum langsung melakukan arsitektur
perancangan terhadap suatu rumah ataupun perumahan.
Diharapkan bentuk hasil dari parameter eye diagram akan membentuk
gelombang yang menyerupai seperti mata manusia yang mengartikan bahwa hasil
simulasi telah berhasil dan baik kondisinya.
26
DAFTAR PUSTAKA
[1] Keiser, Gerd, Fiber optical communication, 4 th ed, 2011. Diakses pada 15
Juli, 2020.
[2] Hamdani, Jaringan Akses Fiber, April 1999. Diakses pada 20 Juli, 2020.
[3] M. Fachri, “Analisis Kinerja Jaringan Fiber To The Home (FTTH) di Jalan
Lotus Perumahan Cemara Asri Medan,” Universitas Sumatera Utara, 2014.
[4] Puti M. F., “Analisis Link Budget Jaringan Serat Optik Gigabit Passive
Optical Network,” Universitas Sumatera Utara, 2015.
27
28
[11] A. Sanjaya, Ada 3 jenis (tipe) serat optik yang sering digunakan, Oktober 7,
2013. Diakses pada: 2 Juli, 2020.
Tersedia dari:
https://www.academia.edu/4692097/Ada_3_jenis_tipe_serat_optik_yang_s
ering_digunakan_Step_Indeks_Multimode_Grade_Indeks_Multimode_Ste
p_Indeks_Siglemode?auto=download
[12] Koonen, Ton, Fiber To The Home, Februari 16, 2010. Diakses pada 20 Juli,
2020.
Tersedia dari:
https://mandorkawat2009.wordpress.com/2009/10/19/pengantar-analisis-
teknologi-access-fiber-optic-untuk-media-telekomunikasi/
[14] Dea Sunggara, "Implementasi Jaringan Fiber Optik FTTH (Fiber To The
Home) Berbasis Sistem Noss-F STO Muara Karang Jakarta Utara," Bina
Sarana Informatika, 2018
[15] Rima Adiati, Dasar Komunikasi Fiber Optik dan FTTH (Fiber To The Home),
April 20, 2017. Diakses pada 24 Juli, 2020.
[18] J. Chen, "Design, Analysis and Simulation of Optical Access and Wide-area
Networks," Doctoral Thesis : KTH School of Information and
Communication Technologiy, Stockholm, 2009.