OLEH
EKO CIPTO HIDAYAT
30601501773
Arranged By
EKO CIPTO HIDAYAT
30601501773
Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT atas karunia limpahan rahmat-
Nya, sehingga dapat diselesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Analisa
Power Link Budget Perancangan Jaringan Fiber To The Home Dengan Teknologi
Gigabit Passive Optical Networks Di Perumahan Citraland Tegal” dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu penulis menyampaikan rasa banyak
terima kasih kepada:
1. Orang tua, Istri dan semua keluarga yang telah memberikan dorongan
moril dan material yang tak ternilai.
2. Ibu Dr. Ir. Hj.Novi Marlyana, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung.
3. Ibu Jenny Putri Hapsari, ST, MT selaku Kepala Prodi Teknik Elektro.
4. Bapak Ir. Budi Pramono Jati, MM, MT dan Bapak Munaf Ismail, ST, MT
selaku pembimbing dalam Tugas Akhir ini,
5. Dan untuk teman - teman teknik elektro 2015 terimakasih atas segala
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa. Laporan Tugas Akhir masih kurang dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan keritik serta saran yang
bersifat memberi semangat demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata,
penulis mengharapkan semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi
mahasiswa Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung pada umumnya.
Penulis
v
ABSTRAK
Perkembangan teknologi dibidang komputer terutama jaringan
menggunakan fiber optik semakin hari semakin pesat. Perumahan Citraland Tegal
yang terdiri dari 18 blok dan 414 unit masuk kategori rumah menengah keatas
membutuhkan jaringan FTTH untuk kebutuhan internet nya.
Fiber to the home dan gigabit passive optical networks merupakan solusi
teknologi untuk kebutuhan tersebut. Dari masalah tersebut, dibuatlah desain
Perancangan jaringan fiber optik di perumahan Citraland Tegal yang terdiri dari
414 unit terbagi menjadi 18 blok menggunakan aplikasi google earth dan
perhitungan power link budget nya. Perhitungan dimulai dari perangkat OLT di
penyedia jasa internet, kemudian perhitungan di ODC dan ODP, dan terakhir
perhitungan di ONT pelanggan.
power link budget yang dihasilkan dari perancangan dan perhitungan
mulai dari OLT sampai dengan rumah pelanggan sudah sesuai standar yaitu 23 dB,
dibawah standar maksimal 28dB dan power receive yang didapatkan pelanggan
berkisar -20 dBm dari standart maksimal -27 dBm.
Kata Kunci : Fiber Optik, FTTH, GPON, Power Link Budget
vi
ABSTRACT
The development of computer technology, espescially in network
technology was increase rapidly. Perumahan citraland Tegal was included 414
unit and divided to 18 block, It was middle up housing complex category that
need ftth networks for occupied internet necessary.
Fiber to the home and gigabit passive optical networks was a solution for
the internet necessary. Based on the problem of internet necessary in perumahan
Citraland, The design of fiber optic networks masterplan need to be arranged for
occupied internet necessary of 414 unit and 18 block housing complex. It
arranged with google earth application and calculated the power link budget. It
calculated from OLT in internet providers, and then calculated in ODC and ODP.
After that, we can calculated in ONT customers.
This study proposed to design Perumahan citraland FTTH network. The
network design produced Attenuation. The Attenuation networks calculated from
OLT into customers house was calculated with standart. It was 23 dB minimun
and 28db maksimum. The power receive to customers were recieved around -20
dBm from the maximum standard was -27 dBm.
Keywords : Fiber Optic, FTTH, GPON, Power Budget Link
vii
DAFTAR ISI
viii
2.4.1.2 Active Star Ethernet (Point-to-Multipoint) Architecture .................. 8
2.4.2 Passive Optical Network (PON) .......................................................... 8
2.4.2.1 APON ................................................................................................ 9
2.4.2.2 BPON ................................................................................................ 9
2.4.2.3 EPON ................................................................................................ 10
2.4.2.4 GPON ................................................................................................ 10
2.5 Perangkat FTTH ...................................................................................... 10
2.5.1 Fiber Optik ........................................................................................... 10
2.5.2 Splitter .................................................................................................. 11
2.5.3 OLT ...................................................................................................... 12
2.5.4 ODC ..................................................................................................... 13
2.5.5 ODP ...................................................................................................... 13
2.5.6 ONT ...................................................................................................... 14
2.6 Power Link Budget ................................................................................. 15
BAB 3 METODE PENELITIAN PERANCANGAN ...................................... 16
3.1 Desain Sistem Perancangan ..................................................................... 16
3.2 Alur Perancangan .................................................................................... 17
3.3 Perancangan Sistem ................................................................................ 18
3.3.1 Perancangan Jalur Jaringan FTTH ....................................................... 18
3.3.2 Konfigurasi dan Pemetaan FTTH di Citraland Tegal .......................... 18
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 31
4.1 Perhitungan Link Power Budget ............................................................. 31
4.1.1 Perhitungan Redaman Loss .................................................................. 31
4.1.2 Perhitungan Power Receive ................................................................. 34
4.2 Skenario ANalisis Power Link Budget ................................................... 35
4.2.1 Skenario Analisa OLT sampai ODC .................................................... 35
4.2.2 Skenario Analisa ODC sampai ODP .................................................... 35
4.2.3 Skenario Analisa ODP sampai ONT Pelanggan .................................. 36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 36
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 37
5.2 Saran ........................................................................................................ 37
ix
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
LAMPIRAN A .................................................................................................... 39
LAMPIRAN B .................................................................................................... 52
LAMPIRAN C .................................................................................................... 65
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR ISTILAH
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dibidang komputer semakin hari semakin
pesat. Mulai dari perangkat lunak maupun perangkat keras semua
berkembang dengan cepat. Fiber to the home dan gigabit passive optical
networks merupakan solusi untuk kebutuhan tersebut dimana Fiber to the
home adalah pengembangan topologi jaringan komunikasi serat optic dan
gigabit passive optical networks merupakan metode teknologi terbaru
dalam jaringan fiber optik yang memungkinkan pertukaran data mencapai
gigabit. Gabungan sistem tersebut dapat meminimalisasi jumlah perangkat
yang digunakan dan dapat menghasilkan performansi yang maksimal.
Di perumahan Indonesia sendiri jaringan fiber optik sudah banyak
digunakan, salah satunya di Perumahan Citraland Tegal. Perancangan akan
dilakukan dari OLT penyedia jasa internet sampai dengan rumah
pelanggan menggunakan aplikasi google earth. Setelah dilakukan maka
akan dihitung nilai power link budget di rumah pelanggan sesuai dengan
standar penyedia jasa internet.
Perancangan di perumahan Citraland Tegal terdiri dari 414 unit
terbagi menjadi 18 blok, sehingga membutuhkan jaringan FTTH dan
perhitungan power link budget di area perumahan kategori menengah
keatas ini. Redaman yang dihasilkan dari perhitungan mulai dari OLT
sampai dengan rumah pelanggan sudah sesuai standar yaitu dibawah 28dB
dan power receive yang didapatkan pelanggan berkisar antara -20 dBm
sampai dengan -27 dBm
14
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam perancangan jaringan fiber to the
home dengan teknologi gigabit passive optical networks adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana merancang jaringan fiber to the home dengan teknologi
gigabit passive optical networks di perumahan citraland tegal ?
2. Bagaimana menghitung link power budget (redaman loss dan power
receive) sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan perangkat ?
15
1.5 Manfaat Penelitian
1. Menjadi model acuan untuk pengembangan jaringan FTTH bagi
engineer dan perusahaan.
2. Perusahaan dapat memberikan hasil maksimal kepada pelanggan.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan laporan.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Link Budget Analisis FTTH pada wilayah residensial untuk perancangan
yang efektif dan efisien di Puri ANjasmoro kecamatan Semarang Barat
menggunakan teknologi GPON. Perancangan jaringan FTTH pada wilayah
resisdensial dengan menggunakan 1 OLT, 1 JB, 8 MS, 12 ODP dan 96 pelanggan
serta analisis link power budget telah dikerjakan dengan hasil yang yang sesuai
dengan standar ITU-T 6.984.X. Link budget analisis pada jaringan FTTH sesuai
dengan standar pengukuran ITU-T 6.984.X yaitu di bawah 28 dB dan Power
receive atau daya yang diterima pada setiap pelanggan sudah sesuai dengan
standar. [1]
Perancangan Jaringan FTTH Link STO Arengka ke Perumahan Villa
Melati Permai II. Perhitungan link power budget dengan menggunakan 3 skenario
dengan daya pancar yang berbeda yaitu 1,5 dBm, 3,5 dBm, dan 5 dBm
menghasilkan nilai Pr pada range downstream sebesar –16,31 dBm sampai –19,85
dBm dan untuk upstream sebesar –17,05 dBm sampai – 20,63 dBm. Perhitungan
power link budget berada dikategori baik karena hasil tersebut tidak melebihi
standar yang di tetapkan oleh PT. Telkom yaitu -27 dBm. [2]
Analisis Jaringan FTTH berteknologi GPON menggunakan aplikasi
Optisystem.Setelah batas daya ditentukan dengan menghitung nilai power link
budget maka selanjutnya menentukan kelayakan fungsi suatu sistem komunikasi
dengan menghitung nilai rise time-nya. Untuk memenuhi standar kelayakan
sistem tersebut maka nilai rise time total yang didapat tidak boleh melebihi 0.2971
ns atau Ttotal< 0.2971 ns. Perhitungan nilai rise time total dipengaruhi oleh nilai
rise time pada komponen pengirim (Tx) dan penerima (Rx) dan panjang kabel.
Hasil yang didapatkan dari perhitungan data di lapangan dan simulasi tidaklah
sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai rise time pada komponen pengirim
dan penerima di lapangan dan simulasi. Namun demikian, nilai rise time yang
dihasilkan dalam sistem ini masih memenuhi standar kelayakan yakni tidak
melebihi 0.2971 ns atau Ttotal< 0.2971 ns. [3]
4
Analisis power budget jaringan komunikasi serat optik di PT Telkom
Akses Makassar. perhitungan Loss bahwa kondisi ke-tiga jaringan komunikasi
yang berada dalam cakupan area PT. Telkom Akses Makassar masih
menghasilkan nilai Loss yang kecil, kecuali untuknomor 8,12,13,15 pada Link1
ODP-Bal-Fef, nomor 5,8,10 pada Link 2 dan nomor 1,2,6,8,10,12, pada Link
3.namun dalam hal ini, kondisi ke-tiga link sudah tidak layak. [4]
Analisis Jarak Jangkauan Jaringan Fiber To The Home (FTTH) dengan
Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) Berdasarkan Link Power
Budget. Jarak jangkauan jaringan FTTH dengan teknologi GPON pada topologi
point-to-multipoint dengan jumlah pelanggan maksimal 16 adalah 19 km dengan
level daya terima ONT -27.83 dBm, untuk jumlah pelanggan maksimal 32 adalah
9 km dengan level daya terima ONT -27.83 dBm, sedangkan untuk jumlah
pelanggan maksimal 64 jarak jangkaun kurang dari 100 meter. Untuk jumlah
pelanggan 16 terdapat selisih jarak jangkauan sebesar 1 km untuk kombinasi 1:2
dan 1:8 dengan 1:4 dan 1:4, sedangkan untuk jumlah pelanggan maksimal 32 dan
64 jarak jangkaun sama untuk masing-masing kombinasi. [5]
5
Keunggulan FTTH antara lain :
1. FTTH bisa digunakan untuk multiple service, seperti data, suara, dan video.
2. FTTH memiliki konsep jaringan yang fleksibel yang dapat digunakan untuk
mengakomodasi inovasi kedepanya.
3. Penyebaran kabel FO secara langsung akan mempercepat aktifasi dan
penambahan layanan dikemudian hari.
4. Minimalnya penyebaran gangguan, sehingga akan memperkecil biaya
operasional pada perusahaan.
6
2.3.1 Fiber To The Home (FTTH)
FTTH didefinisikan sebagai arsitektur jaringan optik dimana
pemasanganya sampai dengan rumah pelanggan. Teknologi ini sepenuhnya
jaringan optik dari perusahaan penyedia internet sampai dengan pelanggan. Saat
ini penggunaan FTTH lebih banyak digunakan dibandingkan yang lain mengingat
implementasi yang mudah dan untuk menjangkau segmen perumahan.
2.3.2 Fiber To The Building (FTTB)
FTTB didefinisikan sebagai arsitektur jaringan optik dimana
pemasanganya hanya sampai ke 1 titik pusat di suatu gedung dan selanjutnya
untuk akses ke setiap rungan di gedung tersebut menggunakan kabel tembaga,
kabel LAN, ataupun kabel Coaxial. Saat ini FTTB biasanya digunakan di gedung
perkantoran atau apartemen.
2.3.3 Fiber To The Curb (FTTC)
FTTC didefinisikan jaringan fiber optik yang dibaut sampai suatu titik
distribusi (curb) yang berada sekitar dari 300m dari tempat pelanggan. dari curb
ke rumah pelanggan biasanya dilanjutkan menggunakan jaringan tembaga atau
coaxial. Saat ini penggunaan FTTC biasanya digunakan di pelanggan yang
terkumpul disuatu area terbatas tetapi tidak dalam 1 gedung.
2.3.4 Fiber To The Node (FTTN)
FTTN didefinisikan hampir sama dengan FTTC, tetapi biasanya jarak
pelanggan dengan node lebih jauh sekitar beberapa kilometer dari pelanggan dan
perangkat node ditempatkan di samping jalan.
7
2.4.1 Active Optical Network (AON)
AON adalah implementasi dimana menggunakan active node, penggunaan
AON saat ini terbatas karena biayanya yang sangat tinggi. peralatan aktif yang
digunakan pada AON seperti optical switch membutuhkan tenaga listrik.
Keuntungan menggunakan sistem AON :
1. cakupan daerah pelayanan yang bisa lebih puas
2. dapat menempuh jarak yang lebih jauh
3. bisa memberikan daya optik yang lebih besar pada pelanggan yang jauh dari
node
berdasarkan susunanya AON memiliki 2 susunan, yaitu :
2.4.1.1 Home Run (Point-to-Point) Architecture
Arsitektur Home Run Fiber adalah arsitektur fiber optik dimana pada
central office menggunakan peralatan optical line terminal (OLT) dan pada lokasi
pelanggan, fiber dihubungkan ke perangkat optical network terminal (ONT).
penggunaan arsitektur ini menawarkan bandwith yang lebih besar dikarenakan
tidak ada pemakaian bersama bersama pelanggan lain, tetapi arsitektur ini
mungkin kurang menarik dikarenakan biaya yang sangat besar dan tidak fleksibel
ketika instalasi penambahan penambahan pelanggan.
2.4.1.2 Active Star Ethernet (Point-to-Multipoint) Architecture
Arsitektur Active Star Ethernet (ASE) merupakan implementasi point-to-
multipoint dimana sejumlah pelanggan bersama-sama dalam menggunakan satu
feeder fiber dan ada penempatan switch ethernet diantara central office dan
pelanggan. Implementasi ASE bisa mengurangi jumlah fiber yang dibutuhkan dan
bisa melayani pelanggan yang jauh dari central office. tetapi ada kekurangan
dimana switch yang digunakan antara central office dan pelanggan membutuhkan
daya listrik, sehingga ketika ada pemadaman listrik di area sekitar switch maka
akan terganggu pula layanan kearah pelanggan.
2.4.2 Passive Optical Network (PON)
Passive Optical Network (PON) adalah arsitektur point-to-multipoint.
PON menggunakan fiber optik dan splitter untuk menghubungkan OLT ke ONT
pelanggan. Splitter pasif digunakan untuk keperluan membagi sinyal fiber sampai
8
64 pelanggan dan bisa digunakan sampai jarak maksimal 20km. arsitektur PON
disebut pasif karena peralatan yang digunakan seperti splitter bersifat pasif tidak
membutuhkan daya listrik dan settingan tertentu. PON merupakan sistem akses
fiber optik dengan biaya paling efektif, Operasional penggunaan PON juga lebih
mudah dan bisa menyediakan layanan broadband.
Teknologi pada PON sesuai gambar 2.2 terdiri dari berbagai jenis, seperti
APON (ATM PON), BPON (Broadband PON), EPON (Ethernet PON), dan
GPON (Gigabit PON)
2.4.2.1 APON
APON atau ATM PON adalah standard yang dikeluarkan oleh ITU-T dan
diratifikasi tahun 1998 dengan standard G.983.1. APON menggunakan ATM
sebagai transport protokolnya (layer 2). Penggunaan splitter bisa mencapai 32 dan
data rate yang bisa dilewati mencapai 622 Mbps untuk downstream dan 155 Mbps
untuk upstream.
2.4.2.2 BPON
Broadband PON atau BPON pengembangan dari APON dimana
menggunakan standart ITU-T G983.3. BPON menawarkan layanan broadband
service yang terdiri dari akses internet, vidio, dan high speed leased line. BPON
tetap menggunakan ATM sebagai transport nya dan penggunaan spliter bisa
mencapai 32, hanya memiliki performa lebih baik daripada APON, yaitu 1.2 Gbps
pada downstream dan 622 Mbps pada upstream.
9
2.4.2.3 EPON
EPON atau Ethernet PON merupakan standart IEEE 802.ah yang
diluncurkan pada tahun 2004. EPON menggunakan enskapsulasi ethernet untuk
transport data. performa EPON dapat mengirimkan data hingga 1,25 Gbps baik
downstream maupun upstream (simetris). EPON juga biasa disebut Gigabit
Ethernet PON (GE-PON). EPON dapat menggunakan splitter up to 32.
2.4.2.4 GPON
GPON atau Gigabit PON merupakan standart ITU-T G984. keunggulan
dari GPON, bandwith yang dapat dilewati mencapai 2,488 Gbps untuk
downstream dan 1,224 Gbps untuk upstream. GPON dapat menggunakan splitter
up to 64 dan saat ini GPON digunakan hampir semua penyedia jaringan internet
broadband.
10
Secara garis besar, bagian kabel fiber optik terdiri menjadi 3 bagian, yaitu
Core, Cladding, dan Coating :
1. Inti (Core)
Bagian utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya
yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari lapis
kedua. Inti (core) terbuat dari bahan kaca (glass) yang berdiameter 2 μm – 50 μm,
dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya. Ukuran core juga dapat
mempengaruhi karakteristik serat optik tersebut.
2. Jaket (Cladding)
Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat
dalam core serat optik. Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias yang
lebih kecil dari core. Cladding merupakan sekubung dari core. Diameter cladding
berkisar antara 5 μm – 250 μm. Hubungan indeks bias antara core dan cladding
akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core.
3. Mantel (Coating)
Coating merupakan bagian terluar dari suatu serat optik yang terbuat dari
bahan plastik yang berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan, pada
coating juga terdapat warna yang membedakan urutan core. Penggunaan warna ini
secara internasional sudah melalui kesepakatan standart TIA/EIA-598 yang
menggunakan 12 warna untuk menuntukan warna kabel fiber optik core.
2.5.2 Splitter
Splitter merupakan komponen pasif yang dapat membagi daya optik dari
satu input ke beberapa output sesuai jenis splitternya. splitter pada PON dikatakan
pasif karena tidak memutuhkan daya lsitrik dan tidak memerlukan settingan
tertentu. splitter tersedia dalam beberapa jenis tergantung kebutuhan dan
teknologi yang digunakan. jenis-jenis splitter antara lain adalah : 1:2, 1:4, 1:8,
1:16, 1:32, dan 1:64.
11
Tabel 2.1 Data Splitter Loss Ratio
Parameter Specification
Operating Wavelenght (nm) 1260 - 1650
Type 1:N 1:2 1:4 1:8 1:16 1:32 1:64 1:128
Insertion Loss (dB) Typical 3.6 6.8 10 13 16 19.5 23.5
2.5.3 OLT
Optical Line Network (OLT) adalah perangkat yang berada pada
perusahaan penyedia internet. OLT merupakan sebuah perangkat yang
berteknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) menggunakan konversi
dari sinyal elektrik menjadi sinyal optik sebagai jalur optik atau terminasi jalur
optik sebagai titik akhir dari layanan jaringan optik pasif yang memiliki fungsi
melakukan konversi sinyal antara sinyal listrik yang OLT dan ONT. OLT
menyediakan antarmuka antara sistem passive optical network. Penyedia layanan
data, video, maupun voice, perangkat. OLT meliputi :
1. DCS (digital cross-connect), yang melayani nonswitched dan non-locally
switched TDM trafik ke jaringan telepon
2. Voice gateway, yang melayani locally switched suara trafik ke PSTN
3. IP Router atau ATM Edge Switch, yang melayani trafik data
4. Video network device adalah yang melayani trafik video
12
2.5.4 ODC
Optical Distribution Cabinet (ODC) adalah alat berbentuk kotak besar
yang biasanya di pasang pinggir jalan yang digunakan untuk membagi jalur dari
kabel feeder utama kearah jalur distribusi sesuai manajemen core. ODC biasanya
berisi connector, splitter, kabel yang sudah diterminasi kedalam kaset ODC.
13
Gambar 2.6 Foto ODP
2.5.6 ONT
Optical Network Terminal (ONT) adalah alat jaringan fiber optik yang
ditempatkan dipelanggan sebagai titik akhir sebelum masuk ke jaringan internal
pelanggan. ONT merupakan perangkat aktif dimana penggunaanya membutuhkan
listrik dan ada settingan didalam ONT.
14
2.6 Power Link Budget
Power Link Budget adalah perhitungan untuk mengetahui dan mengukur
batasan nilai redaman total dari suatu jaringan fiber optik dari sumber sampai ke
pelanggan. Perhitungan link power budget mempunyai beberapa parameter yaitu
rugi-rugi device dan prasarana berdasarkan spesifikasi alat yang akan digunakan.
Menghitung loss suatu jaringan digunakan persamaan berikut :
(2.1)
Setelah mendapatkan nilai dari loss, dapat dilakukan perhitungan daya yang
diterima pada setiap ONT dengan persamaan sebagai berikut :
(2.2)
Keterangan :
Pt = Daya keluaran sumber optik (dBm)
Pr = Daya yang diterima pada device (dBm)
= Total loss (dB)
L = Panjang serat optik (dalam Kilometer)
αc = Redaman konektor (dB)
15
BAB 3
METODE PENELITIAN PERANCANGAN
16
3.2 Alur Perancangan
17
Dalam tahap menentukan cakupan wilayah ini ditentukan lokasi
perancangan untuk merancang jaringan FTTH dari OLT sampai dengan pelanggan
sesuai dengan standar PT Supra Primatama Nusantara maksimal 20km dan total
pelanggan yang akan dilakukan perancangan mencapai 414 unit yang terbagi
menjadi 18 blok.
Dalam tahap perancangan jaringan FTTH ini penulis mulai memasukan
data-data dan parameter hasil observasi yang sudah didapatkan untuk merancang
jaringan FTTH di Perumahan Citraland Tegal menggunakan aplikasi google earth.
Setelah dilakukan perancangan jaringan FTTH, penulis mulai menganalisa
teknis untuk mengetahui nilai teknis dari implementasi perancangan. Kemudian
penulis dapat menghitung nilai power budget (power transmit, redaman, dan
power receive).
Setelah dilakukan analisis maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan
melakukan evaluasi dari hasil perancangan yang telah dibuat dan dimasukkan ke
dalam laporan hasil penilitian.
18
Gambar 3.3 Masterplan Perumahan Citraland Tegal
19
Setelah desain penempatan ODC selesai, dilanjutkan pembagian area
distribusi kedalam perumahan untuk penempatan ODP dan pembagian area yang
akan tercover. Kabel distribusi terbagi menjadi 2, area kanan dan area kiri pintu
masuk perumahan.
Untuk area kanan pintu masuk perumahan terdiri dari 9 blok, yaitu Ruko
blok C, perumahan blok A1, A2, B1, B2, C1, C2, D1, dan D2. berikut total unit
yang ada sesuai masterplan.
Pada tabel 3.1 diketahui total ada 182 unit di 9 blok, dan selanjutkan
dibuatkan desain untuk posisi setiap ODP dan coverage nya.
20
Pada gambar 3.5 bisa diliat total ada 14 ODP dengan menggunakan
splitter 16 port setiap ODP yang digunakan untuk mengcover seluruh unit di area
sisi kanan yang berjumlah 182 unit, dengan pembagian area ODP sebagai berikut
di tabel 3.2 sampai dengn tabel 3.8 :
21
blok B1 no 15 Port Idle
blok B1 no 16 Port Idle
blok B1 no 17 Port Idle
blok B1 no 18 Port Idle
blok B1 no 19 Port Idle
22
blok D1 no 15 Port Idle
blok D1 no 16 Port Idle
blok D1 no 17 Port Idle
blok D1 no 18 Port Idle
blok D1 no 19 Port Idle
23
blok C2 no 15 blok C2 no 30
blok C2 no 16 blok C2 no 31
blok C2 no 17 blok C2 no 32
blok C2 no 18 blok C2 no 33
Port Idle Port Idle
Untuk area kiri pintu masuk perumahan terdiri dari 9 blok, yaitu Ruko
blok A, blok B, blok D, perumahan blok A3, A5, B3, B5, C3, dan C5. berikut
total unit yang ada sesuai masterplan.
24
blok B5 36
blok C3 16
blok C5 28
Pada tabel 3.9 diketahui total ada 232 unit di 9 blok, dan selanjutkan
dibuatkan desain untuk posisi setiap ODP dan coverage nya.
Pada gambar 3.6 bisa diliat total ada 17 ODP dengan menggunakan splitter
16 port setiap ODP yang digunakan untuk mengcover seluruh unit di area sisi
kanan yang berjumlah 232 unit, dengan pembagian area ODP sebagai berikut di
tabel 3.10 sampai dengn tabel 3.18 :
25
Tabel 3.10 Coverage ODP kode 0201 dan 0202
Kode DP Unit yang dicover Kode DP Unit yang dicover
Ruko blok A no 1 ruko blok B no 1
Ruko blok A no 2 ruko blok B no 2
Ruko blok A no 3 ruko blok B no 3
Ruko blok A no 5 ruko blok B no 5
Ruko blok A no 6 ruko blok B no 6
Ruko blok A no 7 ruko blok B no 7
Ruko blok A no 8 ruko blok B no 8
Ruko blok A no 9 ruko blok B no 9
ODP 0201 ODP 0202
Ruko blok A no 10 ruko blok B no 10
Ruko blok A no 11 ruko blok B no 11
Ruko blok A no 12 ruko blok B no 12
Ruko blok A no 15 ruko blok B no 15
Ruko blok A no 16 ruko blok B no 16
Ruko blok A no 17 ruko blok B no 17
Port Idle ruko blok B no 18
Port Idle ruko blok B no 19
26
Tabel 3.12 Coverage ODP kode 0205 dan 0206
Kode DP Unit yang dicover Kode DP Unit yang dicover
blok A5 no 1 blok B5 no 1
blok A5 no 2 blok B5 no 2
blok A5 no 3 blok B5 no 3
blok A5 no 5 blok B5 no 5
blok A5 no 6 blok B5 no 6
blok A5 no 7 blok B5 no 7
blok A5 no 8 blok B5 no 8
blok A5 no 9 blok B5 no 9
ODP 0205 ODP 0206
blok A5 no 10 blok B5 no 10
blok A5 no 11 blok B5 no 11
blok A5 no 12 blok B5 no 12
blok A5 no 15 Port Idle
blok A5 no 16 Port Idle
blok A5 no 17 Port Idle
blok A5 no 18 Port Idle
Port Idle Port Idle
27
Tabel 3.14 Coverage ODP kode 0209 dan 0210
Kode DP Unit yang dicover Kode DP Unit yang dicover
blok C5 no 1 blok C5 no 16
blok C5 no 2 blok C5 no 17
blok C5 no 3 blok C5 no 18
blok C5 no 5 blok C5 no 19
blok C5 no 6 blok C5 no 20
blok C5 no 7 blok C5 no 21
blok C5 no 8 blok C5 no 22
blok C5 no 9 blok C5 no 23
ODP 0209 ODP 0210
blok C5 no 10 blok C5 no 25
blok C5 no 11 blok C5 no 26
blok C5 no 12 blok C5 no 27
blok C5 no 15 blok C5 no 28
Port Idle blok C5 no 29
Port Idle blok C5 no 30
Port Idle blok C5 no 31
Port Idle blok C5 no 32
28
Tabel 3.16 Coverage ODP kode 0213 dan 0214
Kode DP Unit yang dicover Kode DP Unit yang dicover
blok A3 no 10 blok A3 no 1
blok A3 no 11 blok A3 no 2
blok A3 no 12 blok A3 no 3
blok A3 no 15 blok A3 no 5
blok A3 no 16 blok A3 no 6
blok A3 no 17 blok A3 no 7
blok A3 no 18 blok A3 no 8
blok A3 no 19 blok A3 no 9
ODP 0213 ODP 0214
blok A3 no 20 Port Idle
blok A3 no 21 Port Idle
blok A3 no 22 Port Idle
blok A3 no 23 Port Idle
blok A3 no 25 Port Idle
Port Idle Port Idle
Port Idle Port Idle
Port Idle Port Idle
29
Tabel 3.18 Coverage ODP kode 0217
Kode DP Unit yang dicover
blok C3 no 1
blok C3 no 2
blok C3 no 3
blok C3 no 5
blok C3 no 6
blok C3 no 7
blok C3 no 8
blok C3 no 9a
ODP 0217
blok C3 no 9b
blok C3 no 10a
blok C3 no 10b
blok C3 no 11
blok C3 no 12
blok C3 no 15
blok C3 no 16
blok C3 no 17
30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 menunjukan Sepanjang dari OLT sampai dengan ODC terdiri
dari panjang kabel 12core 2.52 km, total 2 sambungan, total 2 konektor, dan
splitter 4 port yang berada didalam ODC. Jumlah loss OLT menuju ODC
menghasilkan nilai dalam batas aman.
31
B. Redaman ODC menuju ODP
32
ODP 0215 0.45 0.35 3 0.25 2 0.1 13 14.11
ODP 0216 0.46 0.35 3 0.25 2 0.1 13 14.12
ODP 0217 0.49 0.35 3 0.25 2 0.1 13 14.12
Tabel 4.2 menunjukan Sepanjang dari ODC sampai dengan ODP terdiri
dari panjang kabel 12 dan 24 core 0.08 km sampai dengan 0.51 km, total 2
sambungan, total 3 konektor, dan splitter 16 port yang berada didalam ODP.
Jumlah loss ODC menuju ODP menghasilkan nilai dalam batas aman.
33
4.1.2 Perhitungan Power Receive
Hasil dari seluruh nilai redaman yang didapatkan pada setiap pelanggan
dapat kita hitung Power Receive (Pr) menggunakan nilai Power Transmit yang
ada pada OLT yaitu +3, nilai ini merupakan nilai standar yang digunakan.
Perhitungan Pr menggunakan persamaan pada bab 2.6 berikut adalah hasil
perhitungan power receive dari OLT hingga pelanggan:
= (+3) - 23.16
= - 20.16 dBm
Gambar 4.1 menunjukan diagram jaringan end to end OLT sampai dengan
pelanggan, dimana OLT terletak pada urutan pertama sebagai perangkat aktif
yang terletak di server ISP, dari OLT menuju ODC (Optical Distribution Cabinet)
atau rumah kabel dimana ODC sebagai perangkat pasif untuk melatakan hasil titik
34
sambungan kabel fiber optic dan selanjutnya akan menuju main splitter 1:4, main
splitter berfungsi sebagai perangkat pasif yang akan membagi jaringan menuju
OLT - ODP dan ODP yang selanjutnya akan menuju rumah pelanggan. Dari ODC
menuju ODP (Optical Distribution Point) dimana ODP sebagai perangkat pasif
untuk membagi sambungan kabel fiber optik ke rumah pelanggan yang
menggunakan splitter 1:16.
35
pengecekan sambungan fiber optik. Jika kendala sudah ditemukan bisa dilakukan
penggantian alat atau perangkat yang terkendala.
4.2.3 Skenario Analisa ODP Sampai ONT Pelanggan
Dalam case pengecekan power receive di output ONT terkadang kita
menemukan case power receive melebihi standar atau loss (power tidak sampai).
Standar power receive di jaringan FTTH PT Supra Primatama Nusantara adalah
input ONT -27 dBm.
Jika power receive input ONT melebihi -27 dBm atau power output ODP
loss (power tidak sampai), maka perlu pengecekan di kualitas kabel optik dari
ODP sampai ONT pelanggan, konektor yang digunakan, dan pengecekan
sambungan fiber optik. Jika kendala sudah ditemukan bisa dilakukan penggantian
alat atau perangkat yang terkendala.
36
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perancangan jaringan FTTH pada perumahan Citraland Tegal dapat
didesain dengan menggunakan 1 OLT, 8 Splitter 1:4 di ODC, 31 Splitter 1:16
di ODP, dan 414 ONT pelanggan serta analisis power link budget telah
dikerjakan dengan hasil yang yang sesuai dengan standar PT Supra
Primatama Nusantara.
2. Analisis Power Link budget pada jaringan FTTH sesuai dengan standar
pengukuran PT Supra Primatama Nusantara yaitu di bawah 28 dB dan Power
receive atau daya yang diterima pada setiap pelanggan sudah sesuai dengan
standarisasi yaitu dibawah -27dBm dan berada sekitar -20dBm.
5.2 Saran
1. Pada perancangan jaringan fiber optik disarankan untuk tidak melakukan
terlalu banyak penyambungan/splicing dan splitter karena dapat
mempengaruhi redaman pada kabel akan semakin bertambah nilainya.
37
DAFTAR PUSTAKA
[1] I. Fatah, "Link Budget Analisis Fiber To The Home Pada Wilayah
Residensial Untuk Perancangan Yang Efektif Dan Efisien Di Puri
Anjasmoro Kecamatan Semarang Barat Menggunakan Teknologi GPON"
Skripsi S1, Universitas Sultan Agung, 2017.
[2] M. W. Tejo, "Perancangan Jaringan Fiber To The Home (FTTH) Link
STO Arengka ke Perumahan Villa Melati Permai II",Skripsi S1,
Universitas Riau, 2017.
[3] A. Yusfina, "Analisis Jaringan FTTH Berteknologi GPON Menggunakan
Aplikasi Optisystem", Skripsi S1, Institut Teknologi Nasional Malang,
2017.
[4] Rahmania, "Analisis Power Budget Jaringan Komunikasi Serat Optik Di
PT. Telkom Akses Makassar", Skripsi S1, Universitas Muhammadiyah
Makassar, 2019.
[5] J. Nurwahidah, "Analisis Jarak Jangkauan Jaringan Fiber To The Home
(FTTH) dengan Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON)
Berdasarkan Link Power Budget", Skripsi S1, Politeknik Negeri
Balikpapan, 2021.
38