Anda di halaman 1dari 4

MUHAMMAD NAUFAL AFI

0119101200
AUDIT INTERNAL – KELAS F

TUGAS 07 AUDIT INTERNAL

1. Pengertian Pengendalian Internal


Pengendalian Internal merupakan kumpulan kebijakan atau prosedur untuk memberikan keyakinan
memadai dalam pencapaian tujuan organisasi.
- Menurut COSO
COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan karyawan yang dirancang dalam rangka memberikan jaminan bahwa
organisasi dapat mencapai tujuannya melalui,
 efisiensi dan efektifitas produksi;
 penyajian laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan;
 ketaatan terhadap undang-undang dan aturan yang berlaku.

- Menurut IFAC (International Federation of Accountants)


IFAC mendefinisikan pengendalian internal sebagai sistem yang dimiliki organisasi untuk
mengelola risiko yang dilaksanakan, dipahami, dan diawasi oleh tingkat pimpinan, manajemen,
hingga karyawan untuk mendapatkan keuntungan dan mencegah kerugian guna mencapai
tujuan organisasi itu sendiri.

- Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan)


Menurut OJK, pengendalian internal merupakan sistem yang dirancang oleh perusahaan untuk
meningkatkan efisiensi, mengamankan harta, menjaga ketelitian data perakunan, menegakkan
disiplin, dan meningkatkan ketaatan karyawan terhadap kebijakan perusahaan.

2. Perusahaan harus menjalankan pengendalian internal karena tujuan adanya pengendalian internal
adalah agar perusahaan bisa mencapai tujuannya dengan cara mendapatkan kesempatan dan
keuntungan serta mencegah adanya kerugian. Selain itu, ada beberapa tujuan lainnya yaitu :
 Menghasilkan informasi seperti laporan keuangan yang bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan
 Memastikan segala aktivitas perusahaan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
 Meningkatkan efisiensi dan mencegah adanya pemborosan pengelolaan sumber daya
perusahaan.
 Memastikan segala anggota perusahaan atau organisasi mengetahui dan mematuhi kebijakan
yang telah dibuat.
 Menjaga aset perusahaan.
 Menjamin keamanan operasional perusahaan.
Hal yang paling jelas adalah tentu mencegah adanya tindak kecurangan karyawan
seperti administration fraud  atau financial fraud.

3. Hubungan antara pengendalian internal dan manajemen risiko


Pengendalian intern diciptakan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Peran
pengendalian intern tersebut adalah mengendalikan risiko agar berada dalam batas wajar yang bisa
diterima oleh organisasi. Oleh karena itu, sebelum merancang pengendalian intern ada proses
mengidentifikasi, memahami, menilai, dan memetakan risiko terlebih dahulu. Proses ini sebenarnya
merupakan ruh dari konsep manajemen risiko. Namun, prosesnya tidak langsung dimulai dari risiko
tapi dari penetapan tujuan terlebih dahulu. Maka kesimpulannya, penetapan tujuan adalah pra-
kondisi manajemen risiko, dan manajemen risiko adalah pra-kondisi dari pengendalian intern.

4. Contoh dalam perusahaan dari masing-masing komponen pengendalian internal :


a. Lingkungan pengendalian (control environment)
Bank X memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas. Selain itu juga terdapat kode etik profesional
dimana dewan komisaris dan direksi menerapkan komitmen integritas yang terdiri dari aspek
Good Corporate Governance (GCG) dan Code of Conduct yang berlaku bagi seluruh karyawan
dan manajemen. Ada pula aturan tertulis dan filosofi “no fraud tolerance” beserta sanksi yang
akan dikenakan jika melanggar.
Pada Bank X dilakukan pemisahan tugas dan kewenangan untuk masing – masing bagian agar
tidak terjadi penyalahgunaan otoritas dan wewenang. Untuk perekrutan karyawan dilakukan
secara ketat dan dilakukan training serta konsultasi jika diperlukan. Selain itu ada kebijakan
insentif yang diberikan sesuai dengan kinerja.
b. Penilaian risiko (risk assessment)
Bank X menggunakan mekanisme penilaian risiko sesuai level manajemen menurut Basel Accord
II. Divisi manajemen risiko Bank X melakukan analisis risiko berupa pengukuran melalui laporan
profit risiko triwulanan. Respon dari analisis risiko tersebut adalah menerapkan Key Risk
Indicators (KRI) sebagai sinyal peringatan dini serta penghitungan dan pemantauan jumlah
kegiatan berpotensi risiko melalui Loss Event Recording System (LERS). Bank X dapat melakukan
mitigasi risiko secara tepat.

c. Aktivitas pengendalian (control activities)


Untuk aktivitas pengendalian, Bank X melakukan pemisahan tugas untuk setiap bagian,
pengawasan atas tindakan karyawan dan manajemen senior, serta adanya evaluasi atas
kebijakan dan prosedur yang ada untuk memitigasi risiko. Proses pengendalian dilakukan oleh
Internal Control Department melalui pemerikasaan kredit dan operasional di cabang secara
harian. Bank X menggunakan teknologi database untuk melakukan input nasabah baru,
melaporkan komplain nasabah ke pusat, dan meng – update data nasabah jika diperlukan.

d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Bank X mengkomunikasikan informasi secara lisan dan tertulis. Informasi tersebut meliputi
aturan, prosedur, kebijakan, sanksi, job description, wewenang, dan tanggung jawab.
Komunikasi secara lisan dilakukan melalui briefing, sedangkan komunikasi secara tertulis
disampaikan melalui web intranet dan buku pedoman manual. Komunikasi internal lainnya
dilakukan dengan mekanisme pelaporan kecurangan untuk menindaklanjuti apabila terjadi
kecurangan dan pelanggaran prosedur serta kode etik. Mekanisme ini juga diperuntukan bagi
pihak eksternal seperti pengaduan melalui customer servicemaupun melalui web yang
disediakan Bank X. Informasi secara internal disampaikan melalui RUPS dan disediakan pula
laporan yang dipublikasikan untuk pihak eksternal.

e. Pemantauan (Monitoring)
Bank X melakukan evaluasi secara terpisah yang dilakukan oleh atasan setiap harinya, khususnya
divisi kartu kredit. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dari setiap marketing
yang ada. Selain itu, terdapat Komite Audit dan SKAI yang melakukan penelaahan atas
efektivitas pengendalian internal, identifikasi hal yang perlu diperhatikan Dewan Komisaris, dan
penelaahan tingkat kepatuhan Bank X terhadap peraturan perundang – undangan

5. Hubungan antara audit internal dengan pengendalian internal


Audit internal dengan pengendalian intern (internal control) memiliki hubungan yang sangat erat
satu sama lain karena dengan adanya pemeriksaan internal suatu perusahaan akan dapat
menigkatkan efektifitas dalam pengendalian internal, hal ini khususnya adalah kinerja perusahaan.

6. Pengendalian internal harus dilakukan evaluasi karena evaluasi pengendalian internal sangat
diperlukan guna mempermudah dan memberikan arahan dalam proses kegiatan perusahaan dmana
dalam hal ini Kas adalah salah satu unsur aktiva yang paling penting karena kas merupakan alat
pertukaran dan pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan. Manajemen bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran kas.

Anda mungkin juga menyukai