Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN

“Kerusakan Lingkungan Hidup dan Upaya Pelestariannya”

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Lingkungan

Dosen pembimbing :

Dr. Nuradi, S.H,M.Hum.

Disusun oleh :

Dina Maria 010118409

Denardo Sihombing 010118391

Richardo Sitanggang 010118428

M Fiky Fahriza 010118411

Alicia Rizky Hizriah 010118410

KELAS K

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAKUAN


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum Lingkungan, dengan judul :

“Kerusakan Lingkungan Hidup dan Upaya Pelestariannya”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan pendidikan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..
B. Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..
A. Kerusakan Lingkungan Hidup………………………………………………………..
B. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam……………………..
a) Gunung berapi…………………………………………………………………….
b) Tsunami……………………………………………………………………………
c) Gempa Bumi………………………………………………………………………
d) Angin Topan………………………………………………………………………
C. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Manusia………………….
a) Terjadinya Banjir………………………………………………………………….
b) Terjadinya Tanah Longsor………………………………………………………...
c) Kerusakan Sungai………………………………………………………………….
d) Kerusakan Terumbu Karang………………………………………………………
e) Kerusakan Hutan…………………………………………………………………..
D. Dampak Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Manusia…………………
E. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah lingkungan di Indonesia sekarang sudah merupakan masalah khusus bagi pemerintah
dan masyarakat. Masalah lingkungan hidup memang merupakan masalah yang kompleks
dimana lingkungan lebih banyak bergantung kepada tingkah laku manusia yang semakin lama
semakin menurun, baik dalam kualitas maupun kuantitas dalam menunjang kehidupan
manusia. Ditambah lagi dengan melonjaknya pertambahan penduduk maka keadaan
lingkungan menjadi semakin kacau. Berbagai usaha penggalian sumber daya alam dan
pembangunan industri-industri untuk memproduksi barang-barang konsumsi tanpa
adanya usaha-usaha perlindungan terhadap pencemaran lingkungan oleh buangan
yang merupakan polutan bagi lingkungan disekitarnya dan tidak mustahil dapat
membawa kematian. Kecenderungan kerusakan lingkungan hidup semakin aktif dan
kompleks baik dipedesaan maupun di perkotaan. Memburuknya kondisi lingkungan hidup
secara terbuka diakui memengaruhi dinamika sosial politik dan sosial ekonomi masyarakat
baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional. Pada gilirannya krisis
lingkungan hidup secara langsung mengancam kenyamanan dan meningkatkan kerentanan
kehidupan setiap warga negara. Kerusakan lingkungan hidup telah hadir di perumahan, seperti
kelangkaan air bersih, banjir dan kekeringan, serta energi yang semakin mahal. Individu yang
bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan hidup sulit dipastikan karena
penyebabnya sendiri saling bertautan baik antar-sektor, antar-aktor, antar-institusi, antar-
wilayah dan bahkan antar-negara.

B. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1) Dapat mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada lingkungan hidup.
2) Dapat mengetahui penyebab-penyebab kerusakan lingkungan hidup.
3) Dapat mengetahui upaya pemeliharaan lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerusakan Lingkungan Hidup


Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Kerusakan Lingkungan Hidup adalah
perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati
lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan
Perusakan lingkungan hidup menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2009 adalah tindakan
orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pada ruang ini berlangsung ekosistem, yaitu suatu susunan organisme hidup dimana
diantara lingkungan abiotik dan organisme tersebut terjalin interaksi yang harmonis dan
stabil, saling memberi dan menerima kehidupan.Interaksi antara berbagai komponen tersebut
ada kalanya bersifat positif dan tidak jarang pula yang bersifat negatif.
Keadaan yang bersifat positif dapat terjadi apabila terjadi keadaan yang mendorong dan
membantu kelancaran berlangsungnya proses kehidupan lingkungan.
Interaksi yang bersifat negatif terjadi apabila proses interaksi lingkungan yang
harmonis terganggu sehingga interaksi berjalan saling merugikan. Adanya gangguan terhadap
satu komponen di dalam lingkungan hidup, akan membawa pengaruh yang negatif bagi
komponen-komponen lainnya karena keseimbangan terhadap komponen-komponen tersebut
tidak harmonis lagi.
Perkembangan jumlah penduduk yang cepat serta perkembangan teknologi yang
semakin maju, telah mengubah pola hidup manusia. Bila sebelumnya kebutuhan manusia
hanya terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder, kini kebutuhan manusia telah
meningkat kepada kebutuhan tersier yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia tidak
hanya sekedar kebutuhan primer untuk dapat melangsungkan kehidupan seperti makan dan
minum, pakaian,rumah, dan kebutuhan sekunder seperti kebutuhan terhadap pendidikan,
kesehatan, akan tetapi telah meningkat menjadi kebutuhan tersier yang memungkinkan
seseorang untuk memilih kebutuhan yang tersedia. Kebutuhan tersier telah menyebabkan
perubahan yang besar terhadap pola hidup manusia menjadi konsumtif.
Bagi yang mampu, semua kebutuhan dapat dipenuhi sekaligus, dan bagi yang
memiliki kemampuan terbatas harus memilih sesuai kemampuannya. Akan tetapi, semua
orang yang telah tersentuh oleh kemajuan jaman akan berusaha mendapatkannya. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut tidak sekedar terpenuhi akan tetapi selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan
hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

B. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam


Berikut ini adalah beberapa contoh kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh
peristiwa alam :
a) Gunung Berapi
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava)
yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat
meletus. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling
dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific
Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua
lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum
akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat
dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk
menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu
berada dalam keadaan istirahat atau telah mati. Apabila gunung berapi meletus, magma
yang terkandung didalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai
lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi
disebabkan melalui berbagai cara seperti :
1) Aliran lava.
2) Letusan gunung berapi.
3) Aliran lumpur.
4) Abu.
5) Kebakaran hutan.
6) Gas beracun.
7) Gelombang tsunami.
8) Gempa bumi.
b) Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh
perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut
tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung
berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami
dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1meter. Dengan
demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada ditengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam,
namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan
dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air
maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang
badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di
atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa
menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa
menggenangi daratan.
c) Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi
secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-
lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung
maupun tidak langsung, di antaranya :
1) Berbagai bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi didasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
d) Angin Topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke
kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu
udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra
Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan
California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan
merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun
2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain
disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global. Bahaya angin topan bisa diprediksi
melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar
terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting
beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk :
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
C. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Manusia
Berikut ini adalah beberapa contoh kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh
kegiatan manusia :
a) Terjadinya Banjir
Sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam
menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan. Selain itu,
banjir juga disebabkan kegiatan manusia yang membuang sampah sembarangan ke aliran
air yang dapat menyebabkan tersumbatnya aliran air yang menyebabkan banjir.
b) Terjadinya Tanah Longsor
Sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Beberapa ulah manusia yang baik secara
langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup
antara lain :
1) Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
2) Perburuan liar.
3) Merusak hutan bakau.
4) Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5) Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6) Bangunan liar di daerah aliran sungai.
7) Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
c) Kerusakan Sungai
1) Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
2) Terjadinya erosi yang membawa partikel-partikel tanah ke perairan.
3) Penggunaan racun dan bahan peledak.
4) Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas.
d) Kerusakan Terumbu Karang
Pada saat sekarang ini sudah banyak laporan atas dasar rusaknya terumbu karang,
terumbu karang yang memanjang di lautan adalah keajaiban bawah air dengan warna yang
berpendar berbentuk fantastis telah dicampur tangani oleh tangan-tangan kotor manusia.
Berbagai macam tekanan termasuk lumpur akibat penggundulan hutan dan polusi pantai
akibat padatnya pengunjung pantai, yang mencekik mereka, dan pengambilan berlebihan
oleh para pencari karang, nelayan, dan turis yang merusak dan mengurasnya.
e) Kerusakan Hutan
Indonesia memiliki hutan yang sangat luas begitu pula Kabupaten Penajam Paser Utara
yang berada di Provinsi Kalimantan Timur, tetapi kebanyakan hutan yang dimiliki tidak
terpelihara dengan baik, sehingga muncul permasalahan-permasalahan. Salah satu
permasalahan yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara adalah lingkungan hidup,
khususnya kehutanan, permasalahan penebangan liar serta akibatnya terhadap kerugian
kekayaan negara. Beberapa puluh tahun yang lalu hutan di Kabupaten Penajam Paser Utara
sangat luas namun apa yang terjadi sekarang hutan hanya tersisa sedikit akibat dari
penebangan liar atau yang lebih dikenal dengan istilah illegal logging. Illegal logging saat
ini bukan hanya merupakan masalah internal bangsa Indonesia saja akan tetapi telah
menjadi isu global, karena illegal logging menimbulkan masalah yang bersifat
multidimensi baik menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik, budaya dan lingkungan.
Selama diserahkannya wewenang pengelolaan lingkungan hidup kepada daerah, baik
Provinsi maupun kabupaten/kota, kondisi lingkungan tidak lebih baik dari sebelumnya.
Padahal dengan terjadinya penyerahan tersebut, pemerintah pusat dan masyarakat berharap
pengelolaan lingkungan akan lebih baik. Berbagai peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup atau peraturan perundang-undangan sektor
sumber daya alam yang berdampak terhadap ekosistem masih berorientasi pada
kewenangan pemerintah (pusat) dan sebagian kecil pada provinsi.
Pemberian wewenang dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan, khususnya
wewenang untuk melaksanakan pengendalian dampak lingkungan sangatlah terbatas,
bahkan untuk sektor-sektor tertentu pemerintah pusat tidak memberikan wewenang sama
sekali terhadap pemerintah daerah. Namun masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara
sangat berharap terhadap kebijakan pemerintah daerah dapat mencegah kerusakan hutan
yang diakibatkan oleh illegal logging.
International Center For Environmental Law (ICEL) menilai bahwa kejahatan illegal
logging disamping merugikan ekonomi dan kekayaan negara juga sebagai unsur dominan
dalam identifikasi dan klarifikasi kasus tindak pidana korupsi. Maka sudah semestinya
digolongkan sabagai transnasional crime dan extra ordinary crime karena kejahatan
tersebut berdampak besar terhadap sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Menurut pendapat Sugiarto (2004) :
Untuk memberantas illegal logging perlu dibentuk suatu badan khusus semacam Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dipilih secara independen dan dibentuk oleh
pemerintah karena illegal logging yang merupakan kejahatan yang terorganisasi
melibatkan banyak pihak guna menanggulangi kerusakan hutan, hukum dipandang sebagai
sarana untuk mencegah perluasan kerusakan demi menciptakan perlindungan untuk
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
Sehubungan dengan hal tersebut. Mertokusumo (1996: 36) berpandangan bahwa :
Pelaksanaan hukum dapat berarti menjalankan hukum tanpa ada sengketa atau
pelanggaran. Ini meliputi pelaksanaan hukum oleh setiap warga negara setiap hari yang
tidak disadarinya dan juga aparat negara, seperti misalnya polisi yang berdiri di
perempatan jalan mengatur lalu lintas (Law enforcement). Disamping itu pelaksanaan
hukum dapat terjadi kalau ada sengketa, yaitu yang dilaksanakan oleh hakim. Ini sekaligus
merupakan penegakan hukum.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan yang dimaksud dengan sumberdaya
hutan adalah benda hayati, non hayati dan jasa yang terdapat di dalam hutan yang telah
diketahui nilai pasar, kegunaan dan teknologi pemanfaatannya (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan). Hutan secara singkat dan sederhana
didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon.
Dalam buku The Dictionary of forestry yang diedit oleh John A. Helms (998:70) dalam
Didik (2000), hutan diberi pengertian sebagai berikut :
An ecosystem characterized by a more or less dense and extensive tree cover, often
consisting of stands varying in characteristics such as species composition, structure, age
class, and associated processes, andcommonly including meadows, steams, fish, and
wildlife ( suatu ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat
dan tersebar,seringkalai terdiri dari tegakkan-tegakkan yang beragam ciricirinya
sepertikomposisi jenis, struktur, klas umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya
mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil ikan, dan satwa liar ).
Definisi tersebut menekankan komponen pohon yang dominan terhadap komponen
lainnya dari ekosistem itu, dan mensyaratkan adanya (akibat dari pohon-pohon itu) kondisi
iklim dan ekologi yang berbeda dengan kondisi luarnya. Penekanan hutan sebagai suatu
ekosistem mengandung maksud bahwa di dalam hutan terjadi hubungan saling tergantung
satu komponen dengan komponen lainnya yang terjalin sebagai suatu sistem. Apabila satu
komponen dari sistem itu rusak (atau tidak berfungsi) menyebabkan komponen lain
terganggu, dan akibatnya sistem itu tidak dapat berjalan normal. Hutan itu sendiri sebagai
bagian atau komponen dari ekosistem yang lebih besar, sehingga apabila hutan rusak akan
mengganggu sistem yang lebih besar itu.
Sumber daya hutan tercipta dengan segala bentuk keunikan dan keindahannya, dan oleh
karena itu hutan menyimpan kekayaan alam yang sangat beragam, baik langsung terkait
dengan nilai ekonomi maupun yang terkait dengan nilai lingkungan. Secara rinci nilai
hutan adalah sebagai berikut :
1) Hutan menghasilkan sejumlah kayu untuk kepentingan ekonomi negara, wilayah,
daerah dan masyarakat.
2) Hutan memungkinkan habitat satwa tertentu hidup di dalamnya, mulai biora mikro
sampai primata dan lain-lain.
3) Hutan berfungsi mengatur tata air dan sumber mata air dan oleh karena itu air
mempunyai nilai ekonomi tinggi selain kayu.
4) Hutan mampu mencegah terjadinya erosi tanah yang berlebihan, sehingga hutan bernilai
dalam mengatur kesuburan tanah pertanian di sekitarnya.
5) Hutan banyak menghasilkan barang-barang dan jasa selain kayu seperti rotan, jamur,
pangan, obat-obatan tradisional, buah-buahan, wisata, kayu bakar dan pakan ternak.
6) Hutan sebagai penghasil oksigen yang nilai ekonominya tinggi bagi kepentingan
makhluk hidup.
7) Hutan mampu menyerap karbon bebas yang dapat membahayakan kehidupan manusia.
8) Hutan sebagai penyangga kehidupan manusia dalam arti luas.
Kerusakan hutan di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh ulah para penebang liar saja,
tetapi kerusakan tersebut melibatkan banyak dimensi sebagai akibat dari konflik
kepentingan berbagai pihak terhadap sumber daya hutan.
Penebangan liar mengakibatkan kerusakan hutan, kerusakan hutan disebabkan antara
lain :
1) Tidak seimbangnya "supply-demand" kayu sebagai akibat dari industry kehutanan yang
tidak tertata dengan baik.
2) Izin pembukaan industri menengah perkayuan tidak mempertimbangkan pasokan
sumber daya kayu yang ada di hutan.
3) Fokus industri hasil hutan hanya pada kayu saja, dan mengecilkan arti bisnis hasil hutan
non-kayu.
4) Pemikiran dari Kementerian Kehutanan bahwa satu-satunya nilai hutan yang paling
cepat hasilnya adalah dari kayu, dan nilai hutan lainnya belum dihitung dengan cermat.
5) Ulah pemegang modal untuk memperoleh kayu, tetapi tidak ingin mengikuti prosedur
yang benar.
6) Kemiskinan penduduk desa yang ada disekitar kawan hutan.
7) Masyarakat meniru cara-cara Pelaku hutan yang ada di sekitar kehidupan mereka.
Maraknya penebangan liar membuat pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang pemberantasan penebangan kayu secara
illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Diharapkan pemerintah melakukan percepatan pemberantasan penebangan kayu secara
illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia, melalui
penindakan terhadap setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan :
a) Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan kayu yang berasal dari
kawasan hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.
b) Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau
memiliki dan menggunakan hasil hutan kayu yang diketahui atau patut diduga berasal
dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.
c) Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi
bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan kayu.
d) Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan
digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat
yang berwenang.
e) Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong atau membelah
pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.
Lahirnya UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan merupakan perwujudan dari sistem
dan pendekatan politik. Pendekatan politik dan negara menghendaki semakin menguatnya
peran negara dalam memahami arah dan semangat UU No. 41 Tahun 1999 akan digunakan
teori politik yang relevan untuk masalah tersebut.
UU No. 41 Tahun 1999 dibuat atas inisiatif Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
dalam kerangka pemerintah sebagai status quo dan cenderung mempertahankan kehendak
sendiri, pasal-pasal yang berkaitan dengan masyarakat, peran masyarakat dalam
pengelolaan hutan ditetapkan oleh pemerintah sendiri dan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki oleh masyarakat tidak menjadi masukan penting dalam UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan misalnya tentang perdebatan hutan adat dan masyarakat sesuai dengan
Pasal 5 ayat UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo UU No. 19 Tahun 2004 tentang
Kehutanan.
Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan tersebut sangat
jelas maksudnya bahwa negara menguasai semua hutan di wilayah Republik Indonesia.
Masyarakat adat dipandang berbahaya untuk kepentingan nasional, sehingga eksistensi
masyarakat adat dan hukum adat selalu “dicurigai” sebagai ancaman bagi keberlanjutan
kesatuan dan persatuan bangsa dan negara. Secara politik sumber daya alam hutan telah
diinterprestasikan menurut pandangan monoloyalitas oleh pemerintah hanya untuk
kepentingan pemerintah semata-mata. Dalam implementasi hak menguasai negara tersebut
selalu menimbulkan distorsi dalam masyarakat Indonesia, karena masyarakat selalu dalam
keadaan terpaksa mengakui kesepakatan nasional, yang sebenarnya tidak dipahami oleh
masyarakat itu sendiri. Instrumen untuk mencapai kemakmuran, upaya-upaya peningkatan
kesejahteraan, dan pembagian yang berkeadilan dan kebersamaan merupakan tantangan
besar bagi terlaksananya UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo UU No. 19 tahun
2004 tentang Kehutanan.
D. Dampak Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Manusia
Kerusakan lingkungan akan mengganggu berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya
adalah terganggunya keanekaragaman hayati yang meliputi flora dan fauna. Dewasa ini
tercatat berbagai jenis satwa liar di Indonesia yang kondisinya sangat mengkhawatirkan
karena kerusakan habitat satwa dan adanya perburuan liar. Salah satu fauna yang hampir
punah adalah Banteng Jawa (Bos javanicus), kendati satwa ini telah dilindungi undang-
undang di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa setiap orang dilarang untuk
menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan
memperniagakan satwa dilindungi baik dalam keadaan hidup maupun mati. namun nasib
kelangsungan satwa ini belum dapat dijamin.
Kerusakan habitat asli Banteng Jawa terjadi di Hutan Pangandaran, Jawa Barat, dan terus
berlangsung di beberapa tempat lain sehingga fauna ini hampir tidak memiliki habitatnya lagi.
Jenis mamalia langka lainnya, yaitu Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mengalami
nasib yang serupa. Hal ini diakibatkan oleh maraknya aksi pembabatan hutan, pemasangan
perangkap berat, dan pemburuan diam-diam yang terjadi di wilayah hutan Sumatera Barat.
Sehingga hal ini sangat mengancam terhadap keselamatan satwa langka yang telah dilindungi
undang-undang itu.
Jenis-jenis burung di alam tak luput juga dari gangguan manusia. Sebut saja misalnya Jalak
Putih Bali, jenis-jenis burung Cendrawasih dan Gelatik Jawa. Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) yang merupakan burung endemis di Bali Barat dan telah dilindungi undang-
undang di Indonesia, nasibnya terus terancam akibat gangguan yang cukup serius dan tak
henti dari ulah manusia, yaitu adanya perburuan liar dan perusakan habitat sebagai tempat
tinggalnya di daerah-daerah hutan. Perburuan liar banyak dilakukan oleh penduduk, karena
jenis burung itu laku dijual mahal di pasar-pasar burung di kota sehingga para pemburu liar
ini mendapat penghasilan yang cukup besar dari memperdagangkan burung itu. Gangguan
populasi burung tersebut juga diperberat lagi oleh perusakan habitat melalui penebangan kayu
secara liar yang dilakukan penduduk untuk kebutuhan kayu bakar rumah tangganya atau
untuk dijual.
Nasib serupa juga menimpa berbagai jenis burung Cendrawasih di Irian Jaya (Papua) yang
kini terancam punah akibat kerusakan hutan yang merupakan habitat burung tersebut.
Penyebab lainnya adalah perburuan liar secara besar-besaran oleh orang yang tidak
bertanggung jawab, yang menjerat burung malang tersebut dengan menggunakan jaring di
udara. Jaring-jaring biasanya dipasang dengan diikatkan pada ranting-ranting kayu persis pada
wilayah lalu lintas burung di udara. Sehingga ribuan ekor jenis-jenis burung Cendrawasih,
kakaktua hitam, kakaktua putih dan nuri dapat ditangkap dan kemudian diselundupkan ke
kota-kota untuk diperjualbelikan.
Uraian di atas menunjukkan betapa besar dan luasnya kerusakan lingkungan yang
mengancam pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Selain fauna
Indonesia yang mulai punah akibat kerusakan lingkungan, keanekaragaman hayati lain yang
terganggu adalah flora asli Indonesia. Banyak spesies pohon yang di tebang untuk keperluan
pembangunan dan digunakan sebagai keperluan rumah tangga, contohnya seperti Pelalar atau
Meranti Jawa (Dipterocarpus littoralis) yang telah punah, dulunya tanaman ini merupakan
tanaman endemis Nusakambangan. Tanaman tersebut dieksploitasi besar-besaran untuk
keperluan konstruksi pembangunan dan diperjualbelikan di pasaran sehingga dapat berakibat
pula pada kepunahan tanaman. Akibat dari penebangan liar ini lingkungan alam yang awalnya
seimbang menjadi tidak seimbang bahkan banyak warga Indonesia yang tidak mengetahui
lagi tanaman Meranti Jawa.

E. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup


Usaha-usaha pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab kita sebagai manusia.
Dalam hal ini, usaha pelestarian bumi tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah
saja, melainkan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Pada
pelaksanaannya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang dapat digunakan
sebagai payung hukum bagi aparat pemerintah dan masyarakat dalam bertindak untuk
melestarikan lingkungan hidup. Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah
tersebut, antara lain meliputi hal-hal berikut ini :
1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2) Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 148/11/SK/4/1985 tentang Pengamanan
Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri.
3) Peraturan Pemerintah (PP) Indonesia Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
4) Pembentukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup pada tahun 1991.
Selain itu, usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut ini :
1) Menanam Pohon
Menanam pohon memang terdengar seperti hal yang sepele tetapi dengan
kita menanam pohon dapat mendatangkan banyak manfaat bagi lingkungan seperti :
a. Pohon dapat menyerap gas CO2 dan mengasilkan O2 yang dapat mengurangi dampak
polusi udara.
b. Pohon dapat mengikat air dalam tanah sehingga mencegah terjadinya tanah longsor.
c. Pohon dapat menyerap air dan mencegah banjir. Dan lain-lain.
2) Tidak Membuang Sampah Sembarangan
Membuang sampah sembarangan sangat merugikan bagi lingkungan hidup Karena
membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan banjir dan berbagai macam
kerusakan ekosistem lainnya. Selain tidak membuang sampah sembarangan kita juga dapat
membuang sampah dengan membedakan berdasarkan senyawanya, misalnya sampah
organik dibuang ditempat sampah organik dan sampah anorganik dibuang di tempat
sampah anorganik.
3) Melakukan Tebang Pilih
Tebang pilih adalah menebang pohon dengan cara memilih pohon yang sudah tua untuk
ditebang dan membiarkan pohon yang masih muda agar tetap tumbuh. Ini dapat
mencegah kerusakan hutan akibat penebangan liar yang dapat merusak ekosistem.
4) Menanam Pohon Bakau Di Area Pesisir
Menanam pohon di daerah pesisir sangat bermanfaat hal ini dapat
mencegah terjadinya abrasi air laut yang dapat mengikis area pesisir, selain itu dengan
menanam pohon bakau dapat juga menciptakan ekosistem bagi biota laut.
5) Tidak Melakukan Perburuan Liar
Perburuan liar adalah pengambilan hewan liar secara ilegal dan bertentangan dengan
peraturan konservasi serta manajemen kehidupan liar. Perburuan liar merupakan
pelanggaran terhadap peraturan dan hukum perburuan. Perburuan liar merusak lingkungan
hidup dan menyiksa hewan yang seharusnya hidup di alam habitatnya.
6) Tidak Membangun Bangunan Di Sekitar Bantaran Sungai
Membangun bangunan di sekitar sungai dapat menyebabkan penyempitan area
sungaiyang dapat menyebabkan sungai menjadi banjir yang dapat merusak lingkungan.
7) Menghemat Energi
Menghemat energi dapat mengurangi kerusakan alam karena eksploitasi berlebihan.
Seperti menghemat pemakaian listrik dengan tidak menyalakan lampu ketika
tidak diperlukan, menghemat pemakaian bahan bakar minyak dengan menggunakan
kendaraan umum, dan menghemat air dengan tidak menggunakan air secara berlebihan.
8) Menggunakan Bahan Bakar Alternatif
Menggunakan bahan bakar alternatif dapat mengurangi penggunaan bahan bakar
fosildan listrik yang jumlahnya semakin lama semakin berkurang. Karena itu
bahan bakar alternatif sangatlah bermanfaat. Contohnya, menggunakan biogas dari
kotoran hewan untuk bahan bakar kendaraan bermotor ataupun kompor gas, briket, dapat
juga menggunakan panel surya untuk menyerap energi dari matahari untuk sumber listrik
dan energi lainnya.
9) Membuat Lubang Biopori
Lubang biopori adalah lubang buatan di tanah yang berdiameter ± 10cm dengan
kedalaman 10-100cm yang kemudian diisi sampah organik. Lubang biopori berfungsi
untuk menyerap air ke dalam tanah sehingga mencegah banjir. Lubang biopori
juga dapat menyuburkan tanah karena kandungan senyawa organiknya.
10) Membuat Terasiring Atau Sengkedan
Terasiring atau sengkedan merupakan metode konservasi dengan membuat teras-teras
yang dilakukan untuk mengurangi panjang lereng, menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, serta memperbesar peluang
penyerapan air oleh tanah.
Fungsi terasiring :
1) Menambah stabilitas lereng.
2) Memudahkan dalam perawatan (Konservasi Lereng).
3) Memperpanjang daerah resapan air.
4) Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng.
5) Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off).
6) Dapat digunakan untuk landscaping.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terjadinya kerusakan-kerusakan alam menyebabkan terjadinya berbagai macam
bencana seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, global warming dan lain sebagainya.
Kerusakan alam sendiri disebabkan oleh dua faktor diantaranya adalah faktor alam itu sendiri
dan faktor aktivitas manusia.
Manusia menyebabkan banyak kerusakan yang dampak buruknya dirasakan oleh semua
makhluk hidup, oleh karena itu kita harus berupaya untuk melestarikan lingkungan hidup agar
tetap terjaga.
Ada berbagai macam upaya yang dapat kita lakukan untuk melestarikan lingkungan hidup,
misalnya dengan menghemat energi, menggunakan energi alternatif, menanam pohon,
melakukan tebang pilih, membuat lubang biopori, tidak memburu hewan liar,
tidak membangun bangunan di sekitar area sungai, membuang sampah pada tempatnya dan
lain sebagainya.
Walaupun upaya pelestarian lingkungan hidup terlihat seperti hal yang kecil dan sepele,
namun jika masing-masing dari kita dapat melakukan hal kecil ini akan berdampak besar dan
positif bagi bumi. Oleh karena itu kita harus berupaya melestarikan lingkungan hidup agar
tetap terjaga dan anak cucu kita tetap dapat menikmati kelestariannya.

B. Saran
Diharapkan peran serta berbagai pihak untuk melestarikan lingkungan sekitar, agar kita
dapat memiliki lingkungan yang bersih dan layak untuk ditempati.
1) Janganlah membuang sampah sembarangan.
2) Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya.
3) Lakukan daur ulang pada sampah.
4) Gunakan energi alternatif sebagai upaya penghematan energi.
5) Jangan melakukan perburuan liar dan penggundulan hutan.
6) Ajaklah orang-orang disekitar kita untuk berupaya melestarikan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Afifi M. 2013. “Penyebab Terjadinya Gempa Bumi”.


http://fiflowers.wordpress.com/geofisika/gempabumi/penyebab-terjadinya-gempabumi/.
Diakses pada 17 Februari 2014.
Anonimous. 2014. “Terasiring”.
http://id.wikipedia.org/wiki/Terasiring.
Diakses pada 16 Februari 2014.
Anonimous. 2014. “Tsunami”.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami.
Diakses pada 16 Februari 2014.
Oktavia I. 2009. “Fungsi Terasiring“
http://oktaviaindahpermata.blogspot.com/2013/05/fungsi-terasering.html.
Diakses pada 17 Februari 2014.
Yus S. 2013. “Kerusakan Lingkungan Hidup”.
https://www.facebook.com/permalink.php?id=499503563433081&story_fbid=499600860
090018.
Diakses pada 17 Februari 2014.

Anda mungkin juga menyukai