Booklet CSR
Booklet CSR
Budi Yuwono
Direktur Jenderal Cipta Karya
4
Kata Pengantar
Direktur Bina Program
Berdasarkan kesamaan visi dan tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya
mencoba untuk menggali potensi program CSR perusahaan dalam rangka
mendukung pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dan pencapaian
target MDGs 2015.
Booklet ‘Strategi Kerjasama CSR’ ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pembangunan kerjasama multipihak antara program CSR perusahaan
dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang berdasarkan
prinsip tata kelola yang baik yaitu keterbukaan informasi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, kemandirian, serta kesetaraan dan kewajaran.
5
Antonius Budiono
Direktur Bina Program
Daftar Isi
Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya 3
Kata Pengantar Direktur Bina Program 5
Pendahuluan 7
• Latar Belakang
• Maksud dan Tujuan
Sekilas Tentang Kegiatan di Ditjen Cipta Karya 11
• PAMSIMAS
• USRI PNPM
• P2KP
• RIS PNPM
Corporate Social Responsibility 17
Strategi Kerja Sama CSR 21
• Arah Strategi
• Ruang Lingkup Arah Kerja Sama CSR
• Keterkaitan Kegiatan Kerja Sama CSR dengan Program Lain
• Kerangka Strategi
6 Lampiran CD:
• Pedoman/Petunjuk Teknis
Pendahuluan
Latar Belakang
Di tingkat kabupaten/kota pemerintah telah memiliki Dengan adanya dukungan dari dunia usaha dan
rencana pembangunan yang tertuang dalam dokumen masyarakat, maka peningkatan rasa tanggungjawab
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) dalam hal kepemilikan, operasional dan pemeliharaan
bidang Cipta Karya. RPIJM bidang Cipta Karya merupakan paska konstruksi akan terwujud.
program yang terintegrasi, mulai dari kesesuaian dengan
tata ruang wilayah, kondisi riil lapangan, memperhatikan Dalam menyusun strategi kerja sama pembangunan
dampak lingkungan, serta keterlibatan seluruh stakeholder. infrastruktur bidang Cipta Karya dan program CSR,
penting untuk memahami situasi dan kondisi yang terjadi
Pemerintah selalu berupaya melakukan percepatan saat ini. Dengan demikian, keputusan dan kegiatan yang
pencapaian sasaran permbangunan yang tertuang dalam dilaksanakan akan berjalan efektif dan efisien.
RPIJM. Namun, seiring dengan keterbatasan pembiayaan
melalui APBN dan APBD, pemerintah membutuhkan Pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Cipta
alternatif sumber pendanaan yang potensial. Karya dan Pemda provinsi/kabupaten/ kota) maupun
perusahaan pelaku CSR, memiliki pemahaman dan praktek
Salah satu alternatif yang potensial adalah optimalisasi yang berbeda dalam perencanaan dan pelaksanaan
alternatif sumber pendanaan dari perusahaan melalui pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya. Secara
program CSR (Corporate Social Responsibility). teknis, pemerintah ditingkat kabupaten/kota telah
memiliki rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Peran serta dunia usaha dan juga masyarakat untuk Karya yang tertuang dalam dokumen RPIJM, sedangkan
pembangunan di daerah-daerah, sangatlah diharapkan. perusahaan umumnya memiliki rencana program pada
skala desa, dengan spesifikasi teknis yang lebih sederhana.
“Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki beberapa ruang lingkup sektoral yang membuka
peluang kerjasama antara Ditjen Cipta Karya dengan program CSR perusahaan.
Beberapa kegiatan strategis di Ditjen Cipta Karya antara lain: Bidang Pengembangan Air
Minum; Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ; Bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan ; Bidang Pengembangan Permukiman.”
Sekilas Tentang
Kegiatan di Ditjen CIPTA KARYA
Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki beberapa ruang Daerah, diamanatkan bahwa Pemerintah daerah
lingkup sektoral yang membuka peluang kerjasama bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan
antara DJCK dengan program CSR perusahaan. Beberapa dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing,
kegiatan strategis di Ditjen Cipta Karya antara lain: termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Namun
l Bidang Pengembangan Air Minum: Third Water and demikian, bagi daerah-daerah dengan wilayah perdesaan
Sanitation for Low Income Commmunity (Pamsimas) relatif luas dan berpenduduk miskin serta mempunyai
l Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman: Urban kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan
Sanitation Rural Infrastucture (USRI) mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan
l Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan: Program finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan - dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya
PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP) kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam
l Bidang Pengembangan Permukiman: Rural Infrastructure bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik
yang terdiri dari manajemen, teknis dan pengembangan
PAMSIMAS sumber daya manusia.
Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat Kegiatan WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu
untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs), kegiatan dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah)
yaitu mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan
memiliki akses air minum dan sanitasi dasar pada tahun penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan
2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah derajat kesehatan masyarakat terutama dalam
Daerah dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritah yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
12
miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa
Ruang lingkup kegiatan WSLIC-III/PAMSIMAS mencakup 5 tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri-urban).
(lima) komponen kegiatan yaitu: Secara lebih rinci kegiatan Pamsimas bertujuan untuk:
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan 1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di
Kelembagaan Lokal; masyarakat;
2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan 2. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki
Pelayanan Sanitasi; akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan;
3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; 3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan
4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; kelembagaan lokal (pemerintah daerah maupun
dan masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air
5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek. minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
4. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka
Kegiatan penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan panjang pembangunan sarana dan prasarana air
akan efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
masyarakat melalui pelibatan seluruh lapisan masyarakat
dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap Sasaran kegiatan ini adalah kelompok miskin di perdesaan
terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive dan pinggiran kota (peri-urban) yang memiliki prevalensi
approach). Masyarakat dapat ikut ambil bagian dalam penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan
mengelola dan memelihara sarana tersebut, sehingga akses layanan air minum dan sanitasi.
terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap (sumber : www.pamsimas.org).
kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela.
Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan
masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif USRI PNPM
dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan
dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta Kegiatan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM)
melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di merupakan salah satu komponen Urban Sanitation and
masyarakat dan lingkungan. Rural Infrastructure (USRI) yang diselenggarakan sebagai
pendukung PNPM-Mandiri. Kegiatan ini bertujuan untuk
Tujuan kegiatan Pamsimas adalah untuk meningkatkan menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan
akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat masyarakat, baik secara individu maupun kelompok untuk
13
Sekilas Tentang
Kegitatan di Ditjen CIPTA KARYA
14
dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup Dalam pelaksanaan RIS PNPM Mandiri akan terus
signifikan pada tahun anggaran 2008 yang mencakup ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan kualitas
8.813 Kelurahan di 995 kecamatan tersebar pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran
245 kota/ kabupaten. Sejumlah 495.734 relawan dari stakeholder dalam pelaksanaan program. Hal-hal tersebut
masyarakat setempat melayani 3.509.192 KK penerima dilakukan melalui:
manfaat (Penduduk Miskin) yang tersebar di 101.280 KSM 1. Peningkatan kepekaan dan kesadaran di semua
(on progress). tingkatan melalui pelaksanaan Public Awareness
Campaign (PAC) yang optimal;
RIS PNPM 2. Peningkatan kapasitas penyelenggara melalui
pelatihan yang akan diintegrasikan ke dalam sistem
Rural Infrastructure Support Program Nasional penyelenggaraan kegiatan dan dikelola oleh Tim
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau yang dikenal Desain Pelatihan dan Manajemen atau National
dengan RIS-PNPM Mandiri, merupakan kegiatan Training Design and Management Team (NTDMT);
pemberdayaan masyarakat yang berada dibawah payung 3. Pemantauan kinerja yang akan dilakukan secara
PNPM Mandiri. Kegiatan ini berupaya untuk menciptakan berjenjang dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten,
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik sampai ke tingkat terendah di desa;
secara individu maupun kelompok melalui partisipasi 4. Peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif
dalam memecahkan berbagai permasalahan yang terkait dalam pelaksanaan program khususnya peran serta
kemiskinan dan ketertinggalan daerahnya sebagai upaya perempuan dan masyarakat kelompok miskin,
peningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan terutama dalam proses pengambilan keputusan;
kesejahteraan masyarakat. 5. Penilaian kinerja yang dikaitkan dengan sistem,
penghargaan, dan sanksi bagi penyelenggara
Lokasi RIS PNPM Mandiri terfokus di empat provinsi program, dari tingkat propinsi, kabupaten, sampai
yaitu Jambi, Lampung, Riau, dan Sumatera Selatan, tingkat desa berdasarkan kinerja dalam pelaksanaan
dengan sasaran lokasi mengikuti ketetapan SK Menteri program; dan
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 6. Penguatan mekanisme serta implementasi
penanganan pengaduan.
15
16
Corporate Social
Responsibility
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (KTT Bumi) di Rio Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR
de Janeiro tahun 1992, dirumuskan pendekatan ‘triple diberbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan
bottom line’ yaitu adanya keseimbangan aspek ekonomi, yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri
sosial dan lingkungan (atau ada yang menyebutnya di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman
Profit, People, Planet) demi mengurangi kemiskinan umum dalam penerapan CSR di mancanegara.
dan ketidakadilan sosial, serta memperbaiki keadaan
lingkungan hidup. Para wakil negara yang hadir dalam Maka untuk menyamakan persepsi tentang CSR, pada
KTT Bumi tersebut menyepakati perubahan paradigma bulan November 2010, diluncurkan ISO 26000 Guidance
pembangunan, dari pertumbuhan ekonomi (economic on Social Responsibility. ISO 26000 adalah standar
growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan international mengenai tanggung jawab sosial yang
(sustainable development). digunakan sebagai acuan oleh perusahaan dan berbagai
organisasi di seluruh dunia. Standar ini dikembangkan
Pembangunan berkelanjutan harus dilakukan oleh oleh para ahli dan praktisi dari berbagai kalangan di
semua pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, seluruh dunia, termasuk Indonesia. Standar ini berisi
masyarakat madani (civil society), dan juga kalangan pengertian, prinsip, subyek dan isu tanggung jawab sosial
bisnis (perusahaan). Untuk perusahaan, kontribusi dapat serta bagaimana cara mengintegrasikannya diseluruh
dilakukan dengan melaksanakan tanggung jawab sosial aktivitas organisasi dan dilingkaran pengaruhnya.
(Corporate Social Responsibility/CSR).
ISO 26000 menjelaskan bahwa tanggungjawab sosial bukan
hanya diperuntukkan bagi perusahaan saja namun juga
bagi semua organisasi, termasuk LSM, pemerintah, lembaga
pendidikan, koperasi, dan organisasi-organisasi lainnya. Hal
ini disebabkan karena baik perusahaan maupun organisasi-
18 organisasi tersebut mempunyai dampak yang positif dan
negatif dalam melaksanakan aktivitasnya. Tanggung jawab
sosial dilaksanakan untuk mengurangi dampak negatif
dan meningkatkan dampak positif bagi para stakeholder
perusahaan dan organisasi tersebut.
Umumnya berbagai kalangan mengira bahwa perusahaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan bahwa
melakukan CSR hanya untuk tujuan memperoleh citra community development merupakan suatu “proses”
dan profit jangka pendek semata. Namun sesungguhnya dimana usaha-usaha atau potensi-potensi yang dimiliki
ada empat argumen yang mendasari perusahaan masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang
untuk melakukan program CSR, yaitu kewajiban moral, dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi
sustainability (kontribusi terhadap solusi masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan
lingkungan hidup dan sosial), license to operate, dan masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa,
reputasi. serta memberdayakan mereka agar mampu memberikan
kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada
Berdasarkan keempat argumen tersebut, maka CSR level nasional.
bagi perusahaan lebih dari sekedar kewajiban untuk
memenuhi undang-undang dan peraturan yang Hal lain yang juga penting adalah tentang Tanggung
berlaku. Tetapi perusahaan dapat melakukan aktivitas Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). TJSL yang diatur
lain yang dianggap bisa meningkatkan dampak positif dalam UU No. 40/2007 dan PP N0.47/2012 hanya berlaku
dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas bisnisnya bagi Perseroan Terbatas (PT) yang terkait dengan sumber
serta berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan daya alam. Pelanggaran atas kewajiban tersebut akan
(yang tidak diatur dalam undang-undang dan peraturan dikenai sanksi.
– melebihi pemenuhan hukum dan undang-undang /
beyond compliance) Menurut UU No. 40/2007, Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan
Ada 7 prinsip dan 7 core subject dalam CSR, yaitu: serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
Prinsip: meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
1. Akuntabilitas bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas
2. Transparansi setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
3. Perilaku etis
4. Menghargai kepentingan stakeholder TJSL tidak sama dengan konsep CSR. TJSL hanya menyoroti
5. Menghargai hukum dan peraturan yang berlaku kewajiban hukum perusahaan untuk memenuhi undang-
6. Menghargai norma perilaku internasional undang dan peraturan yang berlaku di bidang sosial dan
7. Menghargai hak asasi manusia lingkungan hidup. Sedangkan CSR berlaku bagi semua
Core subject:
jenis usaha dan melingkupi semua hal, baik kewajiban
hukum maupun melebihi kewajiban hukum (beyond
19
1. Tata kelola compliance).
2. Hak asasi manusia
3. Ketenagakerjaan Pemerintah dalam melaksanakan program-programnya
4. Lingkungan hidup terkendala dengan berbagai hal diantarnya adalah
5. Fair operating practices terbatasnya kemampuan pendanaan pemerintah.
6. Isu konsumen Disisi lain, perusahaan melalui program CSR- nya
7. Keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat dapat membantu pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun
Dari ketujuh core subject dalam CSR tersebut, yang bantuan pendanaan dari program CSR tidak
paling terkenal adalah keterlibatan dan pemberdayaan dimaksudkan untuk mengambil alih tugas pemerintah.
masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Community Bantuan pendanaan dari program CSR hanya merupakan
Development. Namun demikian antara CSR dan pendukung bagi program pemerintah.
Community Development tidaklah dapat disamakan.
“Bantuan pendanaan dari program CSR tidak dimaksudkan untuk
mengambil alih tugas pemerintah. Bantuan pendanaan dari program
CSR hanya merupakan pendukung
bagi program pemerintah”
Strategi
Kerja Sama CSR
1 Penguatan Kelembagaan 1. Memperjelas alur koordinasi dalam 1. Pembentukan Unit Kerja Sama CSR di
Kerjasama CSR pelaksanaan program CSR pusat dan daerah
2. Pengelolaan CSR lebih fokus dan 2. Sosialiasi peran dan tanggung jawab Unit
terintegrasi di wilayah masing-masing Kerjasama CSR
3. Mengenalkan program CSR kepada 3. Pelatihan perencanaan kerja sama CSR
masing-masing stakeholder di pusat dan 4. Pilot project Unit Kerjasama CSR di
daerah beberapa kabupaten/kota
4. Meningkatkan kemampuan personil 5. Review Panduan Penyusunan RPIJM Cipta
dalam perencanaan program CSR agar Karya
sejalan dengan dokumen perencanaan 6. Pelatihan perencanaan,monitoring dan
yang ada (RPIJM) evaluasi proyek kerja sama
5. Memberikan contoh Program CSR
bidang Cipta Karya
6. Mengevaluasi Pilot Project agar sesuai
dengan yang diharapkan.
2 Komunikasi Eksternal 1. Mengenalkan dokumen RPIJM bidang 1. Publikasi RPIJM Bidang Cipta Karya,
Cipta Karya dan program-program program pemberdayaan masyarakat
unggulan bidang Cipta Karya kepada unggulan Ditjen Cipta Karya, pedoman
perusahaan teknis, pelatihan dan konsultasi teknis:
2. Menarik minat perusahaan untuk website, pameran, booklet, hotline
bekerjasama 2. Publikasi keberhasilan kerja sama: media
3. Mengenalkan kepada perusahaan- visit, majalah internal, website, buku,
perusahaan terkait infrastruktur bidang pameran
Cipta Karya yang potensial dibiayai 3. Penghargaan bagi perusahaan yang
melalui program CSR bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya
4. Memberikan apresiasi kepada membangun infrastruktur bidang Cipta
perusahaan/pemda yang sudah
melaksanakan kerjasama pembangunan
Karya
4. Penghargaan bagi Pemda
23
infrastruktur Cipta Karya melalui program 5. Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk
CSR perusahaan tentang pembangunan
5. Meningkatkan kemampuan personil infrastruktur bidang Cipta Karya
perusahaan terkait pembangunan
infrastruktur Cipta Karya
3 Pelibatan Stakeholder 1. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi 1. Kerja sama dengan Kementerian lain serta
lintas kementerian /antar satminkal LSM
melalui program CSR dalam pelaksanaan proyek, bila diperlukan
Strategi
Kerja Sama CSR
3. Belum ada perencanaan lintas sektoral/ wilayah terkait aspek kelembagaan yang penting, yaitu:
isu tertentu yang menjadi perhatian CSR perusahaan i) Organisasi;
4. Tidak semua program CSR di kabupaten/ kota terkait ii) Prosedur;
infrastruktur bidang Cipta Karya. iii) Tenaga dan Pelatihannya;
5. Pemda memerlukan informasi mengenai kegiatan iv) Fasilitas Kerja
CSR, karakter perusahaan, dan kebutuhan perusahaan. v) Perlengkapan yang tersedia.
Permasalahan pokok tersebut akan diselesaikan dengan A. Unit Kerja Sama CSR
pembentukan Unit Kerja Sama CSR dan pembenahan Program infrastruktur bidang Cipta Karya merupakan
sistem keuangan. Disamping permasalahan tersebut, program yang melibatkan berbagai sektor. Dalam hal ini,
ada permasalahan lainnya yang akan diatasi dengan mekanisme koordinasi yang efektif sangat diperlukan.
penyusunan mekanisme pendanaan infrastruktur bidang Mekanisme koordinasi tersebut sebaiknya dipimpin oleh
Cipta Karya melalui CSR, yaitu: institusional yang bertindak sebagai Unit Pelaksana.
1. RPIJM Cipta Karya belum memuat informasi mengenai
alokasi sumber pendanaan dari CSR. Didalam pengelolaan infrastruktur bidang Cipta Karya,
2. Sistem tahun anggaran dan pelaksanaan proyek yang khususnya di tingkat pusat, sebaiknya Unit Kerja Sama
24 berbeda antara pemerintah dan perusahaan CSR ini berada dibawah Direktorat Bina Program yang
3. Kontribusi pembiayaan setiap pihak, agar pemerintah berfungsi mengkoordinasikan semua pihak mulai dari
tidak dianggap mengalihkan tanggung jawab ke tahap identifikasi, perencanaan, penyusunan MoA,
program CSR perusahaan. implementasi program serta monitoring dan evaluasi.
4. Belum jelasnya alokasi dana CSR: apakah dana CSR
tersebut membantu pembiayaan proyek yang dibiayai Hal ini juga sejalan dengan Tugas Pokok dari Direktorat
APBN/ APBD dan proyek tersebut sudah tertera dalam Bina Program yaitu merumuskan kebijakan dan
RPIJM, atau dana CSR tersebut menanggung seluruh penyusunan rencana, program, anggaran, serta evaluasi
biaya proyek baru (belum tertera dalam RPIJM)? kinerja pelaksanaan kebijakan dan program bidang Cipta
5. Adanya anggapan bahwa bekerja sama dengan Karya.
pemerintah rawan korupsi, dan birokratis.
Untuk pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya Peran dan tugas Unit Kerjasama CSR ini adalah :
dibutuhkan dukungan kelembagaan yang ada. Adapun 1. Unit Kerja Sama CSR ini akan berkoordinasi dengan
Gambar 1 : Permasalahan Pokok dan Strategi dalam Kerja Sama CSR
Karya
unit khusus di pusat dan daerah serta
Tidak semua Program CSR di kab/kota terkait infrastruktur
bidang Cipta Karya pelatihan/sosialisasi bagi personilnya
2. Mekanisme Pendanaan: penetapan
Belum ada perencanaan lintas sektoral/wilayah terkait isu
tertentu yang menjadi perhatian CSR perusahaan alternatif mekanisme pendanaan yang
transparan dan akuntabel
Sistem penganggaran dan pelaksanaan proyek berbeda
Kewenangan, tanggung jawab & alur koordinasi pada tiap proyek? komunikasi eksternal
bagaan
kelem
Pemda belum paham cara menarik minat perusahaan untuk 1. Publikasi Produk & Program, termasuk
bekerjasama RPIJM, program pemberdayaan
masyarakat DJCK, petunjuk teknis, dll
pembiayaan
Kompetitor DJCK: Kementerian lain, Forum CSR di derah; LSM Kementerian ESDM dan Kementerian
Peluang kerjasama: Asosiasi perusahaan di tingkat nasional BUMN)
& daerah
Direktorat lain (Direktorat PAM, Direktorat PPLP, akurat tentang program CSR calon mitra perusahaan 25
Direktorat Bangkim dan Direktorat PBL) untuk lebih pada saat ini dan kecenderunganya dimasa yang akan
meningkatkan efektifitas mekanisme identifikasi datang.
potensi program dan data calon mitra. Koordinasi 3. Unit Kerja Sama CSR perlu menggerakkan Satuan
dengan ke-4 Direktorat ini juga terkait dengan Kerja Randal di tingkat Propinsi untuk melakukan
pengendalian kualitas dan standar dari prasarana dan proses sosialisasi program serta membantu koordinasi
sarana yang akan dibangun melalui program CSR. langsung dengan Pemkab/ Pemkot dan Calon Mitra
2. Unit Kerja Sama CSR juga berperan di dalam strategi Perusahaan di Provinsi.
komunikasi dan koordinasi dengan CFCD yang
selama ini menjadi salah satu forum resmi untuk Struktur Organisasi Unit Kerja Sama CSR
mengkoordinasikan program-program CSR calon Di Direktorat Jenderal Cipta Karya, fasilitasi dalam
mitra perusahaan. Hal ini penting untuk proses mendorong program CSR untuk bidang Cipta Karya
sosialisasi program dan mendapatkan data yang menjadi tugas Sub Direktorat Kerjasama Luar Negeri.
Strategi
Kerja Sama CSR
Dengan jumlah personil yang terbatas kurang dapat terlihat pada Gambar 2 dan 3 diharapkan dapat
berjalan dengan fokus dan terukur. mengefektifkan pengelolaan program.
Agar program ini berjalan dengan baik, perlu dibentuk Seluruh unsur dari unit pengelola harus memahami
unit khusus yang bertanggung jawab mulai dari tahapan maksud, tujuan dan manfaat program ini. Selain
identifikasi, perencanaan program, implementasi dan itu, unit pengelola ini harus dapat menyampaikan
monitoring dan evaluasi. pemahaman yang baik kepada para pihak di setiap
Keterlibatan personil dari unsur Direktorat lain seperti tingkat.
KETUA
Unsur
Direktorat
Bina Program
Sekretariat
KETUA
Provinsi
Tingkat
Unsur Satker
Randal
Sekretariat
Kompetensi Unit Kerja Sama CSR Kemampuan tersebut perlu dibekali kepada personil Unit
Unit Kerja Sama CSR perlu memiliki: Kerja Sama CSR, baik di tingkat pusat maupun daerah
1. Pengetahuan mengenai CSR dan karakteristik sehingga Kesepakatan Kerjasama Program CSR (MoA)
perusahaan pelaku CSR dapat lebih banyak tercapai.
2. Kemampuan menyusun perencanaan teknis di
B. Mekanisme Pendanaan
bidang Cipta Karya, termasuk perencanaan lintas
sektoral/wilayah, yang belum ada dalam RPIJM Mekanisme pendanaan perlu disusun mengingat terdapat 27
Cipta Karya, namun diminati oleh perusahaan. perbedaan sistem penganggaran antara perusahaan
Contoh: infrastruktur Cipta Karya di sepanjang dan pemerintah. Proses ini perlu dilakukan pada awal
Sungai Ciliwung, yang diminati oleh PT Bank Negara proses kerjasama agar kegiatan yang dilaksanakan dapat
Indonesia (Persero). memberikan hasil yang maksimal.
3. Kemampuan manajerial, komunikasi dan negosiasi
Strategi
Kerja Sama CSR
Tabel 2 : Contoh Kegiatan bidang air minum yang tidak dapat dibiayai melalui program CSR
3. Fasilitasi sumber pembiayaan dan pola investasi 3. DDUB (Dana Daerah Urusan Bersama). DDUB
bidang air minum yang dicantumkan harus sudah tercantum di
dalam RAPBD Kabupaten/Kota dimaksud
28
Gambar 4 : Mekanisme Koordinasi Fasilitasi Pelaksanaan Program CSR di Ditjen Cipta Karya,
Kementerian PU
Satker Laporan
Supervisi & Pelaksanaan
Konsultasi
teknis; Pelatihan;
Monitoring &
Evaluasi
Mencari Informasi
Sektor Pemda Pelaksanaan
yang siap
Mencari Evaluasi
Bina perusahaan
yang MoA
Program
berminat
Koordinasi Publikasi Dokumentasi
Ada kebutuhan
Pemda pendanaan APBN
29
Strategi
Kerja Sama CSR
Ada kebutuhan
infrastruktur CK Monev Selesai Program CSR:
Infrastruktur bidang
Cipta Karya
Supervisi &
Selesai Konsultasi teknis,
training, monev
Ya Bangun Ada dana CSR
APBD Infrastruktur Penuhi yang dialokasikan
cukup? bidang Kriteria untuk infrastruktur Ada kebutuhan
Cipta Karya bidang konsultasi teknis,
Cipta Karya koordinasi dengan
Pemda dan
stakeholder terkait
Tidak Ya di pusat/daerah
1 1
Tidak
Readiness
criteria? Kerjasama Kerjasama
dengan dengan
perusahaan Cipta Karya
Cari sumber
pendanaan Ada kebutuhan
Ya lahan, konsultasi
lain Selesai
teknis, perijinan
dan/atau legitimasi
Ajukan dalam Tidak pemda
RPIJM bidang APBD Cari sumber
Cipta Karya cukup? pendanaan
lain
Monev
Tidak
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya melalui adalah salah satu alternatif kerja sama yang bisa dipilih
CSR dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. oleh perusahaan ketika membangun infrastruktur bidang
Cipta Karya dalam program CSR-nya. Kementerian lain
II. KOMUNIKASI EKSTERNAL maupun lembaga lain seperti LSM juga melakukan
Pilar Strategi ini dimaksudkan untuk menjawab kerjasama dengan program CSR perusahaan, sehingga
permasalahan pokok sebagai berikut: Direktorat Jenderal Cipta Karya perlu menyiapkan
1. Perencanaan CSR belum berdasarkan RPIJM Cipta dukungan dan program lainnya dalam rangka menarik
Karya. minat perusahaan untuk bekerjasama melalui program
2. Ketersediaan dana CSR berbeda-beda di setiap CSR bidang Cipta Karya. Dukungan yang dapat diberikan
perusahaan. oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya lainnya, seperti
3. Perusahaan belum mengetahui informasi mengenai pedoman teknis, standar, manual, pendampingan teknis,
mekanisme kerja sama dan manfaat bekerja sama konsultasi teknis, dan lain-lain merupakan kelebihan
dengan Ditjen Cipta Karya. dari Direktorat Jenderal Cipta Karya yang tidak dimiliki
4. Perusahaan memerlukan informasi mengenai RPIJM, lembaga lain.
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU, Dukungan yang dapat diberikan oleh Direktorat Jenderal
pedoman, kebijakan, modul, rencana dan pedoman Cipta Karya tersebut perlu diekspos karena merupakan
teknis Direktorat Jenderal Cipta Karya. dukungan yang sangat diperlukan perusahaan dalam
5. Selain Direktorat Jenderal Cipta Karya, kementerian melaksanakan program CSR-nya masing-masing.
lain dan LSM juga melakukan kerjasama dengan CSR Perusahaan lebih membutuhkan dukungan tersebut
perusahaan. dibandingkan dengan daftar proyek yang semata-mata
perlu dibiayai oleh program CSR. Banyak perusahaan
A. Publikasi Dukungan dan kegiatan-kegiatan yang telah mandiri dalam menentukan program CSR-
Direktorat Jenderal Cipta Karya nya, mulai dari pengkajian kebutuhan, perencanaan,
Kerja sama dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasinya.
32
Direktorat di lingkungan Ditjen Cipta Karya memiliki proyek dalam RPIJM Cipta Karya. Perusahaan seperti ini
beberapa program unggulan yang umumnya berupa lebih menyukai kerjasama sejak dalam perencanaan
program yang komprehensif, multi disiplin dan multi dengan skala proyek yang tidak terlalu besar. Selain
pihak. Contohnya dalah Kegiatan PNPM Mandiri program RPIJM, perusahaan semacam ini akan berminat
perkotaan (P2KP), Rural Infrastructure Support (RIS) dengan program pemberdayaan masyarakat yang
PNPM, Pamsimas, Urban Sanitation Rural Infrastructure dimiliki Direktorat Jenderal Cipta Karya, seperti PNPM
(USRI), dan Sanimas. Program semacam ini juga diminati Mandiri Perkotaan (P2KP), Rural Infrastructure Support (RIS)
oleh perusahaan karena mengandung komponen triple PNPM, Pamsimas, Urban Sanitation Rural Infrastructure
bottom line, yaitu ekonomi, social dan lingkungan dan (USRI), dan Sanimas. Karena mereka umumnya memiliki
telah terbiasa berkoordinasi dengan dinas sosial dan perencanaan dan staf khusus yang memiliki keahlian
lembaga–lembaga terkait lainnya termasuk masyarakat dalam program infrastruktur atau pemberdayaan
dan LSM. masyarakat, maka panduan teknis dan konsultasi teknis
yang dimiliki Direktorat Jenderal Cipta Karya akan
Sebagai langkah awal, Direktorat Jenderal Cipta Karya menarik minat mereka untuk bekerjasama. Perusahaan
dapat memfokuskan komunikasi dengan perusahaan kategori ini terkadang juga memiliki isu khusus yang
tambang, minyak dan gas bumi sebagai prioritas utama. menjadi perhatiannya, yang merupakan isu nasional atau
Hal ini dapat dilakukan mengingat perusahaan tersebut regional, seperti skala sungai atau daerah aliran sungai
terikat dengan UU PT No. 40/2007 yang mewajibkan
pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Program CSR perusahaan lain mungkin tidak memiliki
Selain itu perusahaan ini memiliki alokasi dana yang cukup alokasi dana sebesar perusahaan-perusahaan tersebut.
besar, yang diambil dari persentase laba perusahaan, Namun bila Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat
sesuai Kontrak Karya yang dibuat antara perusahaan dan membina hubungan yang baik dengan banyak
Pemerintah Indonesia. perusahaan lain (selain perusahaan tambang dan migas),
maka Direktorat Jenderal Cipta Karya akan mendapatkan
Setelah fokus pada perusahaan migas dan tambang, bantuan dana yang nilai totalnya akan besar pula.
Pemerintah dapat mulai menjajaki perusahan BUMN.
Perusahaan ini memiliki alokasi dana yang cukup besar, Disamping dana PKBL dan dana yang diwajibkan dalam
yang diambil dari persentase laba perusahaan, melalui kontrak karya, perusahaan BUMN dan perusahaan
PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). tambang dan migas sering kali memiliki dana CSR yang
Perusahaan kategori ini dapat ditawari untuk membiayai bersumber dari biaya operasional. 33
proyek yang telah tercantum dalam RPIJM Cipta Karya.
Namun dana yang disalurkan melalui Program Bina
Lingkungan ini memiliki batasan yang lebih ketat,
yaitu hanya diperuntukkan bagi penerima manfaat
(beneficiaries) yang dianggap layak untuk dibina.
Komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai saluran oleh mereka, dan sebagian lagi dikerjasamakan dengan
komunikasi, baik media publikasi milik sendiri, milik pihak ketiga, seperti konsultan, lembaga swadaya
mitra, maupun media massa atau melalui public event masyarakat (LSM) atau perguruan tinggi.
seperti pameran, dll. Calon mitra harus dengan mudah
dapat mengakses informasi kapan pun dan dimanapun. Perusahaan yang memiliki komitmen di bidang
Hotline atau PIC (person in charge) khusus dapat infrastruktur bidang Cipta Karya, juga memiliki
dipertimbangkan untuk memungkinkan siapapun dapat departemen atau unit kerja khusus dibidang ini. Unit ini
memperoleh informasi dengan cepat. Pelatihan berkala adalah pihak didalam perusahaan yang paling berpotensi
(bekerja sama dengan Diklat PU) dan klinik konsultasi untuk bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya. Mereka
bagi perusahaan dapat dipilih sebagai salah satu aktivitas umumnya memerlukan pedoman teknis atau konsultasi
yang efektif dalam mempromosikan apa yang ditawarkan teknis dari Ditjen Cipta Karya dalam merencanakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. dan melaksanakan program CSR di pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya. Pelatihan teknis di
B. Publikasi Keberhasilan Kerja Sama CSR bidang infrastruktur merupakan salah satu kegiatan
Publikasi mengenai keberhasilan kerja sama CSR, komunikasi eksternal yang strategis.
merupakan hal penting untuk menunjukkan kepada
perusahaan-perusahaan lain, manfaat kerja sama dengan III. PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Aspek penting yang perlu Pilar strategi ini dimaksudkan untuk mengatasi
ditonjolkan dalam publikasi antara lain: permasalahan pokok sebagai berikut:
l Stakeholder yang terlibat 1. Banyaknya institusi lain yang juga berminat untuk
l Peran dan tanggung jawab masing-masing bekerja sama dengan perusahaan melalui program
stakeholder CSR, yaitu Kementerian lain (Kementerian Kesehatan,
l Hasil kerja sama Kementerian Sosial, Kementerian Lingkungan Hidup,
l Manfaat kerja sama bagi semua pihak yang terlibat Kementerian Perumahan Rakyat, dll), Forum CSR
dan bagi masyarakat yang dibentuk oleh Pemda, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Lembaga-lembaga ini dapat
Publikasi dapat berupa keikutsertaan dalam pameran, memperkecil potensi kerja sama Direktorat Jenderal
penulisan artikel dalam majalah atau website Kementerian Cipta Karya dengan CSR perusahaan
34 PU atau dapat pula berupa pemberian penghargaan 2. Banyaknya asosiasi perusahaan di tingkat nasional
kepada perusahaan yang dianggap telah bekerja sama dan daerah yang berpotensi untuk bekerja sama
dengan baik dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya. dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya.
WAKTU PELAKSANAAN
STRATEGI FASE 2 FASE 3
FASE 1 (Tahun ke-1)
(Tahun ke-2 dan ke-3) ( Tahun ke-4 dan seterusnya)
l Pembentukan Unit Kerja l Review Panduan l Sosialisasi dan Pelatihan
Sama CSR di pusat dan Penyusunan RPIJM Cipta untuk semua provinsi
daerah Karya l Unit Kerja Sama CSR di
l Sosialiasi peran dan l Pilot project Unit Kerja daerah mampu berjalan
PENGUATAN tanggung jawab Unit Kerja Sama CSR di daerah (12 mandiri (semua provinsi)
KELEMBAGAAN KERJA Sama CSR provinsi)
SAMA CSR l Pelatihan perencanaan l Pelatihan perencanaan,
kerja sama CSR (7 provinsi) monitoring dan evaluasi
l Pilot project di beberapa proyek kerja sama (12
kabupaten/kota (Unit Kerja provinsi)
Sama CSR di pusat)
l Publikasi RPIJM Bidang Cipta Karya, program pemberdayaan masyarakat unggulan Ditjen
Cipta Karya, pedoman teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website, pameran, booklet, hotline
KOMUNIKASI l Publikasi keberhasilan kerja sama: media visit, majalah internal, website, buku, pameran
EKSTERNAL l Penghargaan bagi perusahaan yang bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya membangun
infrastruktur bidang Cipta Karya
l Penghargaan bagi Pemda
l Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan tentang pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya
36 PELIBATAN
Kementerian lain serta LSM
dalam pelaksanaan proyek,
sama dengan asosiasi
perusahaan lain
perusahaan lain
l Kerja sama antar Satminkal
bila diperlukan l Penjajakan kerja sama dalam Kementerian PU
STAKEHOLDER
antar Satminkal dalam l Penyusunan peraturan/
Kementerian PU kebijakan di tingkat nasional
l Penjajakan penyusunan dengan Kementerian lain &
peraturan/kebijakan di Bappenas
tingkat nasional dengan
Kementerian lain &
Bappenas
FASE 1
Fase 1 ini meliputi kegiatan yang akan dilaksanakan pada
tahun ke-1 saja. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada
Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 : Kegiatan Strategis Pada Fase 1
1 Sosialisasi Kerjasama CSR Terintegrasi Melalui Media Mengenalkan CSR Bina Program
Cetak dan Elektronik
2 Penyusunan Database Perusahaan Potensial Kerjasama Mendapatkan data yang akurat Bina Program
CSR untuk menjalin kemitraan
3 Pelatihan Program CSR Tingkat Pusat Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
setiap struktur
4 Publikasi RPIJM Ditjen Cipta Karya, program Mengenalkan tentang CSR Bina Program
pemberdayaan masyarakat unggulan DJCK, pedoman
teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website, pameran,
booklet, hotline
5 Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
tentang pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
6 Pembentukan Unit Pengelola Tingkat Provinsi Pengeloaan CSR lebih fokus dan
terintegrasi di wilayah masing-
Randal
a. Wilayah Sumatera dan Jawa masing
Randal
b. Wilayah Bali, Kalimantan dan Sulawesi
Randal
c. Wilayah Maluku, NTB, NTT, Papua dan Irjabar
37
Bina Program
Pelatihan Program CSR Tingkat Propinsi
7 Pilot project di beberapa kabupaten/kota (Unit Kerja Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
Sama CSR di Pusat) 9 Lokasi Tahap 1 tingkat daerah
a. Sektor Air Minum (3 Lokasi) Sebagai pembelajaran dan contoh PAM
b. Sektor PLP (3 Lokasi) pelaksanaan program CSR bagi PLP
c. Sektor PBL dan Bangkim (3 Lokasi) Kab/Kota dan Perusahaan. Bangkim & PBL
8 Monitoring dan Evaluasi Pilot Project Air Minum, PLP, Mendapatkan data yang akurat
PBL dan Bangkim Tingkat Pusat untuk menjalin kemitraan
Sebagai pembelajaran dan contoh
pelaksanaan program CSR bagi
Kab/Kota dan Perusahaan.
Strategi
Kerja Sama CSR
FASE 2
Usulan kegiatan Fase 2 meliputi kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahun ke 2 sampai dengan tahun ke
3. Untuk lebih lengkap maka dapat dilihat pada Tabel 5
di bawah ini.
38
39
Strategi
Kerja Sama CSR
FASE 3
Usulan Kegiatan Fase 3 meliputi kegiatan yang akan
dilaksanakan setelah tahun ke-3. Untuk lebih jelasnya
maka dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
1 Pilot project di beberapa kabupaten/kota (Unit Kerja Sebagai pembelajaran dan contoh
Sama CSR di Propinsi) 45 Lokasi Tahap 2 pelaksanaan program CSR bagi
a. Sektor Air Minum (5 Lokasi/tahun) Kab/Kota dan Perusahaan. PAM
b. Sektor PLP (5 Lokasi/tahun) PLP
c. Sektor PBL dan Bangkim (5 Lokasi/tahun) PBL & Bangkim
2 Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Kerjasama CSR Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
a. Wilayah Sumatera dan Jawa Randal
b. Wilayah Bali, Kalimantan dan Sulawesi Randal
c. Wilayah Maluku, NTB, NTT, Papua dan Irjabar Randal
3 Publikasi RPIJM Ditjen Cipta Karya, program Mengenalkan RPIJM bidang Cipta Bina Program
pemberdayaan masyarakat unggulan Ditjen Cipta Karya, Karya dan kegiatan lainnya
pedoman teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website,
pameran, booklet, hotline
4 Publikasi keberhasilan kerja sama CSR: media visit, Mengenalkan tentang CSR Bina Program
majalah internal, website, buku, pameran
5 Penghargaan bagi perusahaan yang bekerja sama Memberikan apresiasi kepada Bina Program
dengan Ditjen Cipta Karya membangun infrastruktur perusahaan
bidang Cipta Karya
6 Penghargaan bagi Pemda Memberikan apresiasi kepada Bina Program
pemda
7 Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
tentang pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
40 8 Pelibatan Stakeholder: Memberikan arahan/kebijakan Kementerian yang
Penyusunan peraturan/kebijakan di tingkat nasional terkait dan Bappenas
dengan Kementerian lain & Bappenas
41
Kegiatan
Kerja Sama CSR
Kegiatan Kerja Sama CSR antara Ditjen Cipta Karya- Selain itu, masih terdapat beberapa kegiatan kerjasama
Perusahaan CSR yang potensial namun masih dalam tahap penjajakan.
Hingga akhir Tahun 2012, terdapat beberapa pencapaian Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7
kerjasama CSR dengan perusahaan yang telah dan 8.
dilaksanakan oleh Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU.
Perjanjian
No Perusahaan Kegiatan Lokasi Biaya kerjasama
1 Adaro Indonesia Pembangunan infrastruktur Kabupaten Tabalong, Rp. 70 milyar 10 Februari 2012
bidang Cipta Karya Balangan, dan Hulu
a. Air Minum Sungai Utara
b. Pengembangan PLP
c. PBL
d. Pengembangan Permukiman
2 PT. Berau Coal a. Pembangunan SPAM berupa Kabupaten Berau, Rp. 6 milyar 4 Juli 2012
penambahan 1.130 SR di 9 Kalimantan Timur
desa dengan manfaat 5.700
jiwa.
b. Pembangunan sistem
Jaringan drainase sekunder
(2.000 meter) di 3 desa untuk
mengurangi genangan banjir
seluas 60 hektar
44
Tabel 8 : Kegiatan CSR Yang Dalam Proses Penjajakan dan Potensial
1 Sumatera Selatan PT. Bukit Asam a. Kota Palembang Infrastruktur Bidang Cipta Karya
b. Kabupaten Banyuasin
c. Kabupaten Muara Enim
2 Sumatera Utara PT. Lafarge Cement Indonesia Belawan Pengembangan SPAM
PT. Toba Pulp Lestari Kabupaten Toba Samosir Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3 Kalimantan Timur PT. Kideco Jaya Agung Kabupaten Paser Pengembangan SPAM
PT. Indo Tambangraya Megah Kabupaten Kutai Barat a. Pengembangan PLP
b. Pengembangan SPAM
PT. Multi Harapan Utama. Kabupaten Kutai Kertanegara Infrastruktur Bidang Cipta Karya
4 Kalimantan Selatan PT. Golden Hope Kabupaten Kotabaru Pengembangan SPAM
PT. Arutmin Indonesia a. Kab. Tanah Laut Infrastruktur Bidang Cipta Karya
b. Kab. Tanah Bumbu
c. Kab. Kotabaru
5 Nusa Tenggara Timur PT. Pertamina Kabupaten Ende Pengembangan SPAM
6 Maluku Utara BUMN Peduli Morotai Kabupaten Kepulauan Morotai Pengembangan SPAM
7 DKI Jakarta PT. Bank Negara Indonesia Sepanjang Kali Ciliwung Pengembangan PLP
(Persero) Tbk.
45
48