Anda di halaman 1dari 48

Strategi

Kerja Sama CSR


Bidang Cipta Karya
2
Sambutan
Direktur Jenderal Cipta Karya

Keberhasilan suatu kerjasama sangat bergantung pada komitmen yang diberikan


oleh pihak yang melakukan kerjasama. Alasan ini mendorong Direktorat Jenderal
Cipta Karya mengundang keseriusan dan komitmen pimpinan perusahaan
dan pimpinan daerah untuk lebih peduli terhadap penyediaan infrastruktur
yang berkelanjutan. Pelaksanaan kegiatan CSR bidang Cipta Karya merupakan
salah satu jawaban atas undangan tersebut sehingga penyediaan infrastruktur
bidang Cipta Karya dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Melalui pemanfaatan pengetahuan, pengalaman dan “best practice”


kegiatan pengembangan masyarakat, pemerintah dan perusahaan dapat
mengkomunikasikan pembangunan infrastruktur dengan program CSR
perusahaan melalui penyelarasan kebijakan, penyusunan perencanaan
strategis, pelaksanaan mekanisme kerja hingga monitoring, evaluasi dan
pendokumentasian pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, baik pemerintah
maupun perusahaan dapat mengidentifikasi beberapa langkah prioritas
sekaligus menunjukkan bagaimana rangkaian kegiatan CSR ini secara
signifikan dapat membawa perbaikan dalam pembangunan infrastruktur yang
berkelanjutan.

Melalui pendekatan pembangunan berkelanjutan ini, saya percaya seluruh


pemangku kepentingan akan terjaga kepentingannya, sehingga akan tetap
pada jalurnya, fokus dan dapat secara terus-menerus meningkatkan kualitas
permukiman yang nantinya akan bermuara kepada kesejahteraan masyarakat.
Kami berharap buku ini dapat memberikan gambaran tentang berbagai peluang
kerjasama program CSR yang dapat dimanfaatkan Pemerintah Daerah dan
Perusahaan untuk pembangunan infrastruktur permukiman.

Jakarta, Desember 2012


3

Budi Yuwono
Direktur Jenderal Cipta Karya
4
Kata Pengantar
Direktur Bina Program

Visi pembangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah mewujudkan


permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni, produktif dan
berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur yang handal dalam
pengembangan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan penyehatan lingkungan permukiman dan penataan bangunan
dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan tujuan program tanggungjawab
sosial perusahaan (CSR), khususnya program pemberdayaan dan peran serta
masyarakat.

Berdasarkan kesamaan visi dan tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya
mencoba untuk menggali potensi program CSR perusahaan dalam rangka
mendukung pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dan pencapaian
target MDGs 2015.

Perbedaan perencanaan, sistem penganggaran, dan target prioritas antara


program CSR perusahaan dengan pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya membutuhkan upaya tersendiri agar terjalin satu kesepahaman dan
komunikasi yang baik sehingga terbentuk kerjasama yang sinergis.

Booklet ‘Strategi Kerjasama CSR’ ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pembangunan kerjasama multipihak antara program CSR perusahaan
dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang berdasarkan
prinsip tata kelola yang baik yaitu keterbukaan informasi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, kemandirian, serta kesetaraan dan kewajaran.

Jakarta, Desember 2012

5
Antonius Budiono
Direktur Bina Program
Daftar Isi
Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya 3
Kata Pengantar Direktur Bina Program 5
Pendahuluan 7
• Latar Belakang
• Maksud dan Tujuan
Sekilas Tentang Kegiatan di Ditjen Cipta Karya 11
• PAMSIMAS
• USRI PNPM
• P2KP
• RIS PNPM
Corporate Social Responsibility 17
Strategi Kerja Sama CSR 21
• Arah Strategi
• Ruang Lingkup Arah Kerja Sama CSR
• Keterkaitan Kegiatan Kerja Sama CSR dengan Program Lain
• Kerangka Strategi
6 Lampiran CD:
• Pedoman/Petunjuk Teknis
Pendahuluan

“Tidak semua pemerintah daerah bisa menggandeng


perusahaan untuk membangun infrastruktur bidang
Cipta Karya, karena umumnya perusahaan hanya
melakukan CSR di sekitar wilayah operasinya.”
Pendahuluan

S aat ini, Pemerintah Indonesia tengah menggalakan pembangunan infrastruktur bidang


Cipta Karya yang meliputi prasarana dan sarana air minum, penyehatan lingkungan
permukiman, penataan bangunan dan lingkungan serta pengembangan permukiman.

Latar Belakang

Di tingkat kabupaten/kota pemerintah telah memiliki Dengan adanya dukungan dari dunia usaha dan
rencana pembangunan yang tertuang dalam dokumen masyarakat, maka peningkatan rasa tanggungjawab
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) dalam hal kepemilikan, operasional dan pemeliharaan
bidang Cipta Karya. RPIJM bidang Cipta Karya merupakan paska konstruksi akan terwujud.
program yang terintegrasi, mulai dari kesesuaian dengan
tata ruang wilayah, kondisi riil lapangan, memperhatikan Dalam menyusun strategi kerja sama pembangunan
dampak lingkungan, serta keterlibatan seluruh stakeholder. infrastruktur bidang Cipta Karya dan program CSR,
penting untuk memahami situasi dan kondisi yang terjadi
Pemerintah selalu berupaya melakukan percepatan saat ini. Dengan demikian, keputusan dan kegiatan yang
pencapaian sasaran permbangunan yang tertuang dalam dilaksanakan akan berjalan efektif dan efisien.
RPIJM. Namun, seiring dengan keterbatasan pembiayaan
melalui APBN dan APBD, pemerintah membutuhkan Pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Cipta
alternatif sumber pendanaan yang potensial. Karya dan Pemda provinsi/kabupaten/ kota) maupun
perusahaan pelaku CSR, memiliki pemahaman dan praktek
Salah satu alternatif yang potensial adalah optimalisasi yang berbeda dalam perencanaan dan pelaksanaan
alternatif sumber pendanaan dari perusahaan melalui pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya. Secara
program CSR (Corporate Social Responsibility). teknis, pemerintah ditingkat kabupaten/kota telah
memiliki rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Peran serta dunia usaha dan juga masyarakat untuk Karya yang tertuang dalam dokumen RPIJM, sedangkan
pembangunan di daerah-daerah, sangatlah diharapkan. perusahaan umumnya memiliki rencana program pada
skala desa, dengan spesifikasi teknis yang lebih sederhana.

8 Tidak semua pemerintah daerah bisa menggandeng


perusahaan untuk membangun infrastruktur bidang
Cipta Karya, karena umumnya perusahaan hanya
melakukan CSR di sekitar wilayah operasional, disamping
itu, tidak semua perusahaan memiliki program CSR di
bidang infrastruktur ke-CiptaKaryaan.

Dalam menjalankan program CSRnya, perusahaan


mengacu pada ISO 26000 Guidance on Social Responsibility
yang merupakan standar international yang berisi
panduan mengenai tanggung jawab sosial. Berdasarkan
ISO 26000 Guidance on Social Responsibility, aspek CSR
tidak hanya pemberdayaan dan pelibatan masyarakat,
namun juga meliputi aspek tata kelola yang baik, hak
asasi manusia, lingkungan hidup, isu konsumen, isu
ketenagakerjaan, dan fair operating practices.
Maksud Penyusunan Strategi Kerjasama CSR

Agar peran serta dunia usaha dan masyarakat dapat


9
bersinergi dengan pembangunan infrastruktur yang
tertuang dalam RPIJM, Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian PU menyusun strategi kerjasama Dalam menjalankan program CSR nya,
CSR. Strategi kerjasama ini melibatkan direktorat di perusahaan mengacu pada ISO 26000 Guidance
lingkungan Ditjen Cipta Karya, Satuan Kerja di daerah,
serta Pemerintah Daerah yang terkait. on Social Responsibility yang merupakan
standar international yang berisi panduan
Melalui strategi ini diharapkan terjalin komunikasi dan
mengenai tanggung jawab sosial.
kesepahaman antara stakeholder (pusat/daerah) dengan
perusahaan yang menjalankan program CSR untuk
pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya.
Sekilas Tentang
Kegiatan di
Direktorat Jenderal Cipta Karya

“Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki beberapa ruang lingkup sektoral yang membuka
peluang kerjasama antara Ditjen Cipta Karya dengan program CSR perusahaan.
Beberapa kegiatan strategis di Ditjen Cipta Karya antara lain: Bidang Pengembangan Air
Minum; Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ; Bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan ; Bidang Pengembangan Permukiman.”
Sekilas Tentang
Kegiatan di Ditjen CIPTA KARYA

P emerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk


mencapai Millenium Development Goals (MDGs), yaitu mengurangi
setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum dan
sanitasi dasar pada tahun 2015.

Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki beberapa ruang Daerah, diamanatkan bahwa Pemerintah daerah
lingkup sektoral yang membuka peluang kerjasama bertanggungjawab penuh untuk memberikan pelayanan
antara DJCK dengan program CSR perusahaan. Beberapa dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-masing,
kegiatan strategis di Ditjen Cipta Karya antara lain: termasuk pelayanan air minum dan sanitasi. Namun
l Bidang Pengembangan Air Minum: Third Water and demikian, bagi daerah-daerah dengan wilayah perdesaan
Sanitation for Low Income Commmunity (Pamsimas) relatif luas dan berpenduduk miskin serta mempunyai
l Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman: Urban kapasitas fiskal rendah, pada umumnya kemampuan
Sanitation Rural Infrastucture (USRI) mereka sangat terbatas, sehingga memerlukan dukungan
l Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan: Program finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan - dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya
PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP) kepada masyarakat, baik untuk investasi fisik dalam
l Bidang Pengembangan Permukiman: Rural Infrastructure bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik
yang terdiri dari manajemen, teknis dan pengembangan
PAMSIMAS sumber daya manusia.

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat Kegiatan WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu
untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs), kegiatan dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah)
yaitu mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan
memiliki akses air minum dan sanitasi dasar pada tahun penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan
2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang Pemerintah derajat kesehatan masyarakat terutama dalam
Daerah dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemeritah yang ditularkan melalui air dan lingkungan.

12
miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa
Ruang lingkup kegiatan WSLIC-III/PAMSIMAS mencakup 5 tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri-urban).
(lima) komponen kegiatan yaitu: Secara lebih rinci kegiatan Pamsimas bertujuan untuk:
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan 1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di
Kelembagaan Lokal; masyarakat;
2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan 2. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki
Pelayanan Sanitasi; akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan;
3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum; 3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan
4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; kelembagaan lokal (pemerintah daerah maupun
dan masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air
5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek. minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
4. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka
Kegiatan penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan panjang pembangunan sarana dan prasarana air
akan efektif dan berkelanjutan bila berbasis pada minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
masyarakat melalui pelibatan seluruh lapisan masyarakat
dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap Sasaran kegiatan ini adalah kelompok miskin di perdesaan
terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive dan pinggiran kota (peri-urban) yang memiliki prevalensi
approach). Masyarakat dapat ikut ambil bagian dalam penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan
mengelola dan memelihara sarana tersebut, sehingga akses layanan air minum dan sanitasi.
terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap (sumber : www.pamsimas.org).
kegiatan yang dilakukan dan mengelola secara sukarela.
Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha pemberdayaan
masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif USRI PNPM
dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan
dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta Kegiatan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM)
melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di merupakan salah satu komponen Urban Sanitation and
masyarakat dan lingkungan. Rural Infrastructure (USRI) yang diselenggarakan sebagai
pendukung PNPM-Mandiri. Kegiatan ini bertujuan untuk
Tujuan kegiatan Pamsimas adalah untuk meningkatkan menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan
akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat masyarakat, baik secara individu maupun kelompok untuk

13
Sekilas Tentang
Kegitatan di Ditjen CIPTA KARYA

turut berpartisipasi memecahkan berbagai permasalahan P2KP


yang terkait pada upaya peningkatan kualitas kehidupan,
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) dilaksanakan sejak tahun1999 sebagai suatu upaya
Mekanisme penyelenggaraan Kegiatan Sanitasi Perkotaan pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat
Berbasis Masyarakat (SPBM) menerapkan pendekatan dan pemerintah daerah dalam menanggulangi
pembangunan berkelanjutan melalui pelibatan kemiskinan secara berkelanjutan. Pada dasarnya,
masyarakat secara utuh dalam seluruh tahapan kegiatan, kelompok sasaran P2KP mencakup empat sasaran utama,
mulai dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan, yakni masyarakat, pemerintah daerah, kelompok peduli
pelaksanaan, pengawasan kegiatan sampai dengan upaya setempat dan para pihak terkait (stakeholders). Kegiatan
keberlanjutan, khususnya dalam hal peningkatan kualitas ini sangat strategis karena menyiapkan landasan
prasarana dan sarana sanitasi berbasis masyarakat dalam kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan
rangka mendukung upaya pencapaian target. masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif
bagi perkembangan modal sosial (Social Capital)
Kegiatan SPBM ini dilaksanakan secara bertahap di masyarakat dimasa mendatang serta menyiapkan
1350 kelurahan yang berada di 34 kabupaten/kota di program masyarakat jangka menengah dalam
5 provinsi terpilih yang sebelumnya menjadi lokasi penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat
pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah
lokasi kelurahan tersebut telah menerima dana Bantuan dan kelompok peduli setempat.
Langsung Masyarakat sebanyak 3 kali siklus. Hal ini
merupakan perwujudan dari sinergi diantara program Saat ini, telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pada di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten lebih dari
pelaksanaan nantinya kegiatan ini akan menggunakan 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta
lembaga masyarakat yang sudah ada dan mempunyai telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk
rekam jejak dan kinerja yang baik dalam mengelola miskin), melalui 243.838 KSM.
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Pada tahun 2008 keberlanjutan pelaksanaan P2KP
diperluas lagi menjadi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan),

14
dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup Dalam pelaksanaan RIS PNPM Mandiri akan terus
signifikan pada tahun anggaran 2008 yang mencakup ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan kualitas
8.813 Kelurahan di 995 kecamatan tersebar pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran
245 kota/ kabupaten. Sejumlah 495.734 relawan dari stakeholder dalam pelaksanaan program. Hal-hal tersebut
masyarakat setempat melayani 3.509.192 KK penerima dilakukan melalui:
manfaat (Penduduk Miskin) yang tersebar di 101.280 KSM 1. Peningkatan kepekaan dan kesadaran di semua
(on progress). tingkatan melalui pelaksanaan Public Awareness
Campaign (PAC) yang optimal;
RIS PNPM 2. Peningkatan kapasitas penyelenggara melalui
pelatihan yang akan diintegrasikan ke dalam sistem
Rural Infrastructure Support Program Nasional penyelenggaraan kegiatan dan dikelola oleh Tim
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau yang dikenal Desain Pelatihan dan Manajemen atau National
dengan RIS-PNPM Mandiri, merupakan kegiatan Training Design and Management Team (NTDMT);
pemberdayaan masyarakat yang berada dibawah payung 3. Pemantauan kinerja yang akan dilakukan secara
PNPM Mandiri. Kegiatan ini berupaya untuk menciptakan berjenjang dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten,
dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik sampai ke tingkat terendah di desa;
secara individu maupun kelompok melalui partisipasi 4. Peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif
dalam memecahkan berbagai permasalahan yang terkait dalam pelaksanaan program khususnya peran serta
kemiskinan dan ketertinggalan daerahnya sebagai upaya perempuan dan masyarakat kelompok miskin,
peningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan terutama dalam proses pengambilan keputusan;
kesejahteraan masyarakat. 5. Penilaian kinerja yang dikaitkan dengan sistem,
penghargaan, dan sanksi bagi penyelenggara
Lokasi RIS PNPM Mandiri terfokus di empat provinsi program, dari tingkat propinsi, kabupaten, sampai
yaitu Jambi, Lampung, Riau, dan Sumatera Selatan, tingkat desa berdasarkan kinerja dalam pelaksanaan
dengan sasaran lokasi mengikuti ketetapan SK Menteri program; dan
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 6. Penguatan mekanisme serta implementasi
penanganan pengaduan.

15
16
Corporate Social
Responsibility

“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen


perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik
bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya”
UU No. 40/2007
Corporate Social
Responsibility

D ewasa ini, dan kondisi sosial semakin memburuk. Keprihatinan


akan hal tersebut, memperluas agenda global dalam melaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan di masing-masing negara.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (KTT Bumi) di Rio Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR
de Janeiro tahun 1992, dirumuskan pendekatan ‘triple diberbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan
bottom line’ yaitu adanya keseimbangan aspek ekonomi, yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri
sosial dan lingkungan (atau ada yang menyebutnya di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman
Profit, People, Planet) demi mengurangi kemiskinan umum dalam penerapan CSR di mancanegara.
dan ketidakadilan sosial, serta memperbaiki keadaan
lingkungan hidup. Para wakil negara yang hadir dalam Maka untuk menyamakan persepsi tentang CSR, pada
KTT Bumi tersebut menyepakati perubahan paradigma bulan November 2010, diluncurkan ISO 26000 Guidance
pembangunan, dari pertumbuhan ekonomi (economic on Social Responsibility. ISO 26000 adalah standar
growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan international mengenai tanggung jawab sosial yang
(sustainable development). digunakan sebagai acuan oleh perusahaan dan berbagai
organisasi di seluruh dunia. Standar ini dikembangkan
Pembangunan berkelanjutan harus dilakukan oleh oleh para ahli dan praktisi dari berbagai kalangan di
semua pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, seluruh dunia, termasuk Indonesia. Standar ini berisi
masyarakat madani (civil society), dan juga kalangan pengertian, prinsip, subyek dan isu tanggung jawab sosial
bisnis (perusahaan). Untuk perusahaan, kontribusi dapat serta bagaimana cara mengintegrasikannya diseluruh
dilakukan dengan melaksanakan tanggung jawab sosial aktivitas organisasi dan dilingkaran pengaruhnya.
(Corporate Social Responsibility/CSR).
ISO 26000 menjelaskan bahwa tanggungjawab sosial bukan
hanya diperuntukkan bagi perusahaan saja namun juga
bagi semua organisasi, termasuk LSM, pemerintah, lembaga
pendidikan, koperasi, dan organisasi-organisasi lainnya. Hal
ini disebabkan karena baik perusahaan maupun organisasi-
18 organisasi tersebut mempunyai dampak yang positif dan
negatif dalam melaksanakan aktivitasnya. Tanggung jawab
sosial dilaksanakan untuk mengurangi dampak negatif
dan meningkatkan dampak positif bagi para stakeholder
perusahaan dan organisasi tersebut.

ISO 26000 mendefinisikan tanggungjawab sosial sebagai


tanggung jawab organisasi akan dampak dari keputusan
dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan
hidup, melalui perilaku etis dan transparan yang:
l Berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan,
termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
l Mengikutsertakan harapan stakeholder;
l Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan
perilaku norma internasional; dan
l Terintegrasi diseluruh aktivitas organisasi dan Community development hanyalah salah satu bagian (core
dipraktekkan dalam relasinya. subject) CSR.

Umumnya berbagai kalangan mengira bahwa perusahaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendefinisikan bahwa
melakukan CSR hanya untuk tujuan memperoleh citra community development merupakan suatu “proses”
dan profit jangka pendek semata. Namun sesungguhnya dimana usaha-usaha atau potensi-potensi yang dimiliki
ada empat argumen yang mendasari perusahaan masyarakat diintegrasikan dengan sumber daya yang
untuk melakukan program CSR, yaitu kewajiban moral, dimiliki pemerintah, untuk memperbaiki kondisi
sustainability (kontribusi terhadap solusi masalah ekonomi, sosial, dan kebudayaan, dan mengintegrasikan
lingkungan hidup dan sosial), license to operate, dan masyarakat di dalam konteks kehidupan berbangsa,
reputasi. serta memberdayakan mereka agar mampu memberikan
kontribusi secara penuh untuk mencapai kemajuan pada
Berdasarkan keempat argumen tersebut, maka CSR level nasional.
bagi perusahaan lebih dari sekedar kewajiban untuk
memenuhi undang-undang dan peraturan yang Hal lain yang juga penting adalah tentang Tanggung
berlaku. Tetapi perusahaan dapat melakukan aktivitas Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). TJSL yang diatur
lain yang dianggap bisa meningkatkan dampak positif dalam UU No. 40/2007 dan PP N0.47/2012 hanya berlaku
dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas bisnisnya bagi Perseroan Terbatas (PT) yang terkait dengan sumber
serta berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan daya alam. Pelanggaran atas kewajiban tersebut akan
(yang tidak diatur dalam undang-undang dan peraturan dikenai sanksi.
– melebihi pemenuhan hukum dan undang-undang /
beyond compliance) Menurut UU No. 40/2007, Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan
Ada 7 prinsip dan 7 core subject dalam CSR, yaitu: serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
Prinsip: meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
1. Akuntabilitas bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas
2. Transparansi setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
3. Perilaku etis
4. Menghargai kepentingan stakeholder TJSL tidak sama dengan konsep CSR. TJSL hanya menyoroti
5. Menghargai hukum dan peraturan yang berlaku kewajiban hukum perusahaan untuk memenuhi undang-
6. Menghargai norma perilaku internasional undang dan peraturan yang berlaku di bidang sosial dan
7. Menghargai hak asasi manusia lingkungan hidup. Sedangkan CSR berlaku bagi semua

Core subject:
jenis usaha dan melingkupi semua hal, baik kewajiban
hukum maupun melebihi kewajiban hukum (beyond
19
1. Tata kelola compliance).
2. Hak asasi manusia
3. Ketenagakerjaan Pemerintah dalam melaksanakan program-programnya
4. Lingkungan hidup terkendala dengan berbagai hal diantarnya adalah
5. Fair operating practices terbatasnya kemampuan pendanaan pemerintah.
6. Isu konsumen Disisi lain, perusahaan melalui program CSR- nya
7. Keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat dapat membantu pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun
Dari ketujuh core subject dalam CSR tersebut, yang bantuan pendanaan dari program CSR tidak
paling terkenal adalah keterlibatan dan pemberdayaan dimaksudkan untuk mengambil alih tugas pemerintah.
masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Community Bantuan pendanaan dari program CSR hanya merupakan
Development. Namun demikian antara CSR dan pendukung bagi program pemerintah.
Community Development tidaklah dapat disamakan.
“Bantuan pendanaan dari program CSR tidak dimaksudkan untuk
mengambil alih tugas pemerintah. Bantuan pendanaan dari program
CSR hanya merupakan pendukung
bagi program pemerintah”
Strategi
Kerja Sama CSR

“Program infrastruktur bidang Cipta Karya merupakan


program yang melibatkan berbagai sektor. Dalam hal ini,
mekanisme koordinasi yang efektif sangat diperlukan.
Mekanisme koordinasi tersebut sebaiknya dipimpin oleh
institusional yang bertindak sebagai Unit Pelaksana.”
Strategi
Kerja Sama CSR

K erangka strategi Kerja Sama CSR dalam pembangunan infrastruktur


ke-Ciptakaryaan, dibangun melalui tiga pilar, yaitu: Penguatan sistem
kelembagaan kerja sama CSR, Komunikasi eksternal, dan Pelibatan
pemangku kepentingan.

ARAH STRATEGI 4. Independency (kemandirian)


Prinsip ini mensyaratkan agar kerja sama kemitraan
VISI dilakukan secara profesional tanpa ada benturan
Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari
layak huni, produktif, dan berkelanjutan melalui penyediaan pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-
infrastrukturyanghandaldalampengembanganpermukiman, peraturan yang berlaku.
penataan bangunan lingkungan, pengembangan sistem 5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
penyediaan air minum, pengembangan penyehatan Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil
lingkungan permukiman. dalam memenuhi hak kemitraan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Diharapkan
PRINSIP fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat
Implementasi kerja sama pembangunan infrastruktur memonitor dan memberikan jaminan perlakuan
bidang Cipta Karya dengan program CSR perusahaan yang adil diantara beragam kepentingan pihak yang
dilandaskan atas lima prinsip Good Governance atau tata melakukan kerja sama kemitraan.
kelola yang baik, yaitu:
RUANG LINGKUP KEGIATAN KERJA SAMA CSR
1. Transparancy (keterbukaan informasi)
Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan Ruang kegiatan kerja sama pembangunan infrastruktur
informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, kerja sama dengan program CSR perusahaan, meliputi sektor-sektor
kemitraan dituntut untuk menyediakan informasi yang berada di bawah Direktorat Jenderal Cipta Karya, yaitu:
yang cukup, akurat, tepat waktu kepada semua pihak 1. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
yang melakukan kerja sama. 2. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
2. Accountability (akuntabilitas) 3. Penataan Bangunan dan Lingkungan
Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah 4. Pengembangan Permukiman
keberhasilan pengelolaan, kejelasan fungsi, struktur,
22 sistem dan pertanggungjawaban kemitraan. Apabila KERANGKA STRATEGI
prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada
kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang Kerangka strategi Kerja Sama CSR dalam pembangunan
serta tanggung jawab antara pihak yang melakukan infrastruktur keciptakaryaan, dibangun melalui tiga pilar,
kerja sama tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial yaitu:
terhadap para karyawan, lingkungan atau pihak lain 1) Penguatan sistem kelembagaan kerja sama CSR,
yang menentukan kesinambungan.. 2) Komunikasi eksternal,
3) Pelibatan pemangku kepentingan.
3. Responsibility (pertanggungjawaban)
Bentuk pertanggungjawaban kerja sama kemitraan I. PENGUATAN SISTEM KELEMBAGAAN KERJA SAMA CSR
adalah kepatuhan semua pihak yang melakukan kerja Pilar Strategi ini dimaksudkan untuk menjawab
sama terhadap peraturan yang berlaku, termasuk permasalahan pokok:
bertanggung jawab di antara pihak yang melakukan 1. Belum jelasnya kewenangan, tanggung jawab dan
kerja sama. alur koordinasi pada proyek CSR.
2. Pemda belum memahami cara menarik minat
perusahaan untuk bekerja sama
Tabel 1 : Pilar Strategi Kerjasama CSR

No STRATEGI TUJUAN KEGIATAN

1 Penguatan Kelembagaan 1. Memperjelas alur koordinasi dalam 1. Pembentukan Unit Kerja Sama CSR di
Kerjasama CSR pelaksanaan program CSR pusat dan daerah
2. Pengelolaan CSR lebih fokus dan 2. Sosialiasi peran dan tanggung jawab Unit
terintegrasi di wilayah masing-masing Kerjasama CSR
3. Mengenalkan program CSR kepada 3. Pelatihan perencanaan kerja sama CSR
masing-masing stakeholder di pusat dan 4. Pilot project Unit Kerjasama CSR di
daerah beberapa kabupaten/kota
4. Meningkatkan kemampuan personil 5. Review Panduan Penyusunan RPIJM Cipta
dalam perencanaan program CSR agar Karya
sejalan dengan dokumen perencanaan 6. Pelatihan perencanaan,monitoring dan
yang ada (RPIJM) evaluasi proyek kerja sama
5. Memberikan contoh Program CSR
bidang Cipta Karya
6. Mengevaluasi Pilot Project agar sesuai
dengan yang diharapkan.

2 Komunikasi Eksternal 1. Mengenalkan dokumen RPIJM bidang 1. Publikasi RPIJM Bidang Cipta Karya,
Cipta Karya dan program-program program pemberdayaan masyarakat
unggulan bidang Cipta Karya kepada unggulan Ditjen Cipta Karya, pedoman
perusahaan teknis, pelatihan dan konsultasi teknis:
2. Menarik minat perusahaan untuk website, pameran, booklet, hotline
bekerjasama 2. Publikasi keberhasilan kerja sama: media
3. Mengenalkan kepada perusahaan- visit, majalah internal, website, buku,
perusahaan terkait infrastruktur bidang pameran
Cipta Karya yang potensial dibiayai 3. Penghargaan bagi perusahaan yang
melalui program CSR bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya
4. Memberikan apresiasi kepada membangun infrastruktur bidang Cipta
perusahaan/pemda yang sudah
melaksanakan kerjasama pembangunan
Karya
4. Penghargaan bagi Pemda
23
infrastruktur Cipta Karya melalui program 5. Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk
CSR perusahaan tentang pembangunan
5. Meningkatkan kemampuan personil infrastruktur bidang Cipta Karya
perusahaan terkait pembangunan
infrastruktur Cipta Karya

3 Pelibatan Stakeholder 1. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi 1. Kerja sama dengan Kementerian lain serta
lintas kementerian /antar satminkal LSM
melalui program CSR dalam pelaksanaan proyek, bila diperlukan
Strategi
Kerja Sama CSR

Tabel 1 : Pilar Strategi Kerjasama CSR

No STRATEGI TUJUAN KEGIATAN


2. Mengenalkan program CSR kepada 2. Penjajakan kerja sama antar Satminkal
kementerian/institusi lain. dalam Kementerian PU
3. Pelibatan Kementerian/institusi lain dalam 3. Penjajakan kerja sama dengan asosiasi
menentukan arahan/kebijakan program perusahaan lain
CSR. 4. Penjajakan penyusunan peraturan/
kebijakan di tingkat nasional dengan
Kementerian lain & Bappenas
5. Penyusunan peraturan/ kebijakan di tingkat
nasional dengan Kementerian lain &
Bappenas

3. Belum ada perencanaan lintas sektoral/ wilayah terkait aspek kelembagaan yang penting, yaitu:
isu tertentu yang menjadi perhatian CSR perusahaan i) Organisasi;
4. Tidak semua program CSR di kabupaten/ kota terkait ii) Prosedur;
infrastruktur bidang Cipta Karya. iii) Tenaga dan Pelatihannya;
5. Pemda memerlukan informasi mengenai kegiatan iv) Fasilitas Kerja
CSR, karakter perusahaan, dan kebutuhan perusahaan. v) Perlengkapan yang tersedia.

Permasalahan pokok tersebut akan diselesaikan dengan A. Unit Kerja Sama CSR
pembentukan Unit Kerja Sama CSR dan pembenahan Program infrastruktur bidang Cipta Karya merupakan
sistem keuangan. Disamping permasalahan tersebut, program yang melibatkan berbagai sektor. Dalam hal ini,
ada permasalahan lainnya yang akan diatasi dengan mekanisme koordinasi yang efektif sangat diperlukan.
penyusunan mekanisme pendanaan infrastruktur bidang Mekanisme koordinasi tersebut sebaiknya dipimpin oleh
Cipta Karya melalui CSR, yaitu: institusional yang bertindak sebagai Unit Pelaksana.
1. RPIJM Cipta Karya belum memuat informasi mengenai
alokasi sumber pendanaan dari CSR. Didalam pengelolaan infrastruktur bidang Cipta Karya,
2. Sistem tahun anggaran dan pelaksanaan proyek yang khususnya di tingkat pusat, sebaiknya Unit Kerja Sama
24 berbeda antara pemerintah dan perusahaan CSR ini berada dibawah Direktorat Bina Program yang
3. Kontribusi pembiayaan setiap pihak, agar pemerintah berfungsi mengkoordinasikan semua pihak mulai dari
tidak dianggap mengalihkan tanggung jawab ke tahap identifikasi, perencanaan, penyusunan MoA,
program CSR perusahaan. implementasi program serta monitoring dan evaluasi.
4. Belum jelasnya alokasi dana CSR: apakah dana CSR
tersebut membantu pembiayaan proyek yang dibiayai Hal ini juga sejalan dengan Tugas Pokok dari Direktorat
APBN/ APBD dan proyek tersebut sudah tertera dalam Bina Program yaitu merumuskan kebijakan dan
RPIJM, atau dana CSR tersebut menanggung seluruh penyusunan rencana, program, anggaran, serta evaluasi
biaya proyek baru (belum tertera dalam RPIJM)? kinerja pelaksanaan kebijakan dan program bidang Cipta
5. Adanya anggapan bahwa bekerja sama dengan Karya.
pemerintah rawan korupsi, dan birokratis.
Untuk pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya Peran dan tugas Unit Kerjasama CSR ini adalah :
dibutuhkan dukungan kelembagaan yang ada. Adapun 1. Unit Kerja Sama CSR ini akan berkoordinasi dengan
Gambar 1 : Permasalahan Pokok dan Strategi dalam Kerja Sama CSR

permasalahan pokok pILAR sTrategi


RPIJM bidang Cipta Karya belum memuat info mengenai Penguatan Sistem Kelembagaan
Perencanaan Teknis &

alokasi sumber pendanaan dari CSR.


Kerjasama csr
Perencanaan CSR belum berdasarkan RPIJM bidang Cipta 1. Unit Kerjasama CSR: pembentukan
pelaksanaan

Karya
unit khusus di pusat dan daerah serta
Tidak semua Program CSR di kab/kota terkait infrastruktur
bidang Cipta Karya pelatihan/sosialisasi bagi personilnya
2. Mekanisme Pendanaan: penetapan
Belum ada perencanaan lintas sektoral/wilayah terkait isu
tertentu yang menjadi perhatian CSR perusahaan alternatif mekanisme pendanaan yang
transparan dan akuntabel
Sistem penganggaran dan pelaksanaan proyek berbeda

Kewenangan, tanggung jawab & alur koordinasi pada tiap proyek? komunikasi eksternal
bagaan
kelem

Pemda belum paham cara menarik minat perusahaan untuk 1. Publikasi Produk & Program, termasuk
bekerjasama RPIJM, program pemberdayaan
masyarakat DJCK, petunjuk teknis, dll
pembiayaan

Kontribusi pembiayaan setiap pihak? sesuai kategori perusahaan


CSR membiayai proyek APBD/APBN atau proyek baru? 2. Publikasi keberhasilan kerjasama CSR,
Ketersediaan dana CSR berbeda-beda di setiap perusahaan untuk menunjukkan manfaat kerjasama
dengan PU
Info kegiatan CSR, karakter perusahaan, kebutuhan perusahaan? 3. Pelatihan Teknis untuk perusahaan,
termasuk penggunaan RPIJM bidang
komunikasi

Manfaat kerjasama dengan PU? Info RPIJM bidang Cipta


Karya? Cipta Karya dalam perencanaan CSR
Info mekanisme kerja sama?
Info program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PU, pelibatan stakeholder
pedoman, kebijakan, modul, rencana & pedoman teknis PU?
1. Pelibatan dalam Pelaksanaan
Isu pengalihan tanggung jawab pemerintah, birokrasi & rawan 2. Pelibatan dalam penyusunan Kebijakan
eksternal

korupsi & Strategi Nasional (khususnya dengan


aspek

Kompetitor DJCK: Kementerian lain, Forum CSR di derah; LSM Kementerian ESDM dan Kementerian
Peluang kerjasama: Asosiasi perusahaan di tingkat nasional BUMN)
& daerah

Direktorat lain (Direktorat PAM, Direktorat PPLP, akurat tentang program CSR calon mitra perusahaan 25
Direktorat Bangkim dan Direktorat PBL) untuk lebih pada saat ini dan kecenderunganya dimasa yang akan
meningkatkan efektifitas mekanisme identifikasi datang.
potensi program dan data calon mitra. Koordinasi 3. Unit Kerja Sama CSR perlu menggerakkan Satuan
dengan ke-4 Direktorat ini juga terkait dengan Kerja Randal di tingkat Propinsi untuk melakukan
pengendalian kualitas dan standar dari prasarana dan proses sosialisasi program serta membantu koordinasi
sarana yang akan dibangun melalui program CSR. langsung dengan Pemkab/ Pemkot dan Calon Mitra
2. Unit Kerja Sama CSR juga berperan di dalam strategi Perusahaan di Provinsi.
komunikasi dan koordinasi dengan CFCD yang
selama ini menjadi salah satu forum resmi untuk Struktur Organisasi Unit Kerja Sama CSR
mengkoordinasikan program-program CSR calon Di Direktorat Jenderal Cipta Karya, fasilitasi dalam
mitra perusahaan. Hal ini penting untuk proses mendorong program CSR untuk bidang Cipta Karya
sosialisasi program dan mendapatkan data yang menjadi tugas Sub Direktorat Kerjasama Luar Negeri.
Strategi
Kerja Sama CSR

Dengan jumlah personil yang terbatas kurang dapat terlihat pada Gambar 2 dan 3 diharapkan dapat
berjalan dengan fokus dan terukur. mengefektifkan pengelolaan program.

Agar program ini berjalan dengan baik, perlu dibentuk Seluruh unsur dari unit pengelola harus memahami
unit khusus yang bertanggung jawab mulai dari tahapan maksud, tujuan dan manfaat program ini. Selain
identifikasi, perencanaan program, implementasi dan itu, unit pengelola ini harus dapat menyampaikan
monitoring dan evaluasi. pemahaman yang baik kepada para pihak di setiap
Keterlibatan personil dari unsur Direktorat lain seperti tingkat.

Gambar 2 : Usulan Struktur Unit Pengelola Tingkat Pusat


Tingkat Pusat

KETUA
Unsur
Direktorat
Bina Program

Sekretariat

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Struktur

Unsur Unsur Unsur Unsur


Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat
PAM PPLP Bangkim BPL
26
Fungsi

Perencanaan Keuangan Monev Komunikasi


Gambar 3: Usulan Struktur Unit Pengelola Tingkat Propinsi

KETUA

Provinsi
Tingkat
Unsur Satker
Randal

Sekretariat

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Struktur

Unsur Satker Unsur Satker Unsur Satker Unsur Satker


PK PAM PPLP Direktorat Direktorat
Bangkim BPL
Fungsi

Perencanaan Keuangan Monev Komunikasi

Kompetensi Unit Kerja Sama CSR Kemampuan tersebut perlu dibekali kepada personil Unit
Unit Kerja Sama CSR perlu memiliki: Kerja Sama CSR, baik di tingkat pusat maupun daerah
1. Pengetahuan mengenai CSR dan karakteristik sehingga Kesepakatan Kerjasama Program CSR (MoA)
perusahaan pelaku CSR dapat lebih banyak tercapai.
2. Kemampuan menyusun perencanaan teknis di
B. Mekanisme Pendanaan
bidang Cipta Karya, termasuk perencanaan lintas
sektoral/wilayah, yang belum ada dalam RPIJM Mekanisme pendanaan perlu disusun mengingat terdapat 27
Cipta Karya, namun diminati oleh perusahaan. perbedaan sistem penganggaran antara perusahaan
Contoh: infrastruktur Cipta Karya di sepanjang dan pemerintah. Proses ini perlu dilakukan pada awal
Sungai Ciliwung, yang diminati oleh PT Bank Negara proses kerjasama agar kegiatan yang dilaksanakan dapat
Indonesia (Persero). memberikan hasil yang maksimal.
3. Kemampuan manajerial, komunikasi dan negosiasi
Strategi
Kerja Sama CSR

Tabel 2 : Contoh Kegiatan bidang air minum yang tidak dapat dibiayai melalui program CSR

DIBIAYAI OLEH DITJEN CIPTA KARYA DIBIAYAI OLEH PEMDA

1. Pendampingan penyusunan NSPK (Norma, 1. Penyusunan RPIJM


Standar, Prosedur dan Kriteria)

2. Fasilitasi penguatan kapasitas kelembagaan dan 2. Ketersediaan lahan


SDM

3. Fasilitasi sumber pembiayaan dan pola investasi 3. DDUB (Dana Daerah Urusan Bersama). DDUB
bidang air minum yang dicantumkan harus sudah tercantum di
dalam RAPBD Kabupaten/Kota dimaksud

4. Penyusunan rencana induk SPAM 4. Dokumen perencanaan rinci (DED). Mencakup:


lokasi, komponen, volume kegiatan, besaran
biaya dan waktu pelaksanaan pembangunanya.

5. Bantuan program, bantuan teknis dan bantuan


manajemen untuk penyehatan PDAM

6. Fasilitasi PDAM yang mendapat pinjaman bank

7. Pengawasan kegiatan SPAM

8. Pemantauan (konsultan evaluasi, monev,


kampanye publik, supervisi), evaluasi

28
Gambar 4 : Mekanisme Koordinasi Fasilitasi Pelaksanaan Program CSR di Ditjen Cipta Karya,
Kementerian PU

Ada kebutuhan koordinasi Ada dana CSR yang Ada kebutuhan


Perusahaan dengan Pemda & Stakeholder dialokasikan untuk infrastruktur konsultasi teknis
terkait di Pusat/daerah bidang Cipta Karya

Satker Laporan
Supervisi & Pelaksanaan
Konsultasi
teknis; Pelatihan;
Monitoring &
Evaluasi
Mencari Informasi
Sektor Pemda Pelaksanaan
yang siap

Mencari Evaluasi
Bina perusahaan
yang MoA
Program
berminat
Koordinasi Publikasi Dokumentasi

Ada kebutuhan
Pemda pendanaan APBN

29
Strategi
Kerja Sama CSR

Gambar 5 : Mekanisme Kerjasama Pembangunan Infrastruktur


Bidang Cipta Karya Melalui Dana CSR

Pemda Kab/Kota Ditjen Cipta Karya, PU CSR Perusahaan

Ada kebutuhan
infrastruktur CK Monev Selesai Program CSR:
Infrastruktur bidang
Cipta Karya
Supervisi &
Selesai Konsultasi teknis,
training, monev
Ya Bangun Ada dana CSR
APBD Infrastruktur Penuhi yang dialokasikan
cukup? bidang Kriteria untuk infrastruktur Ada kebutuhan
Cipta Karya bidang konsultasi teknis,
Cipta Karya koordinasi dengan
Pemda dan
stakeholder terkait
Tidak Ya di pusat/daerah
1 1

Tidak
Readiness
criteria? Kerjasama Kerjasama
dengan dengan
perusahaan Cipta Karya

Cari sumber
pendanaan Ada kebutuhan
Ya lahan, konsultasi
lain Selesai
teknis, perijinan
dan/atau legitimasi
Ajukan dalam Tidak pemda
RPIJM bidang APBD Cari sumber
Cipta Karya cukup? pendanaan
lain
Monev

Tidak

Kerjasama Ya Skema Bangun Kerjasama


dengan CSR Dana CSR 1 pembiayaan Infrastruktur bidang dengan CSR
perusahaan cukup? lain Cipta Karya perusahaan
30
Mekanisme Pengajuan Dana CSR: dinyatakan secara resmi demi transparansi dan
1. Direktorat Jenderal Cipta Karya menawarkan kerja akuntabilitas.
sama kepada perusahaan calon mitra. 2. Pemda kabupaten/kota telah memiliki kesepakatan
a. Bila perusahaan berminat bekerja sama untuk dengan perusahaan yang beroperasi di wilayahnya.
wilayah tertentu, Direktorat Jenderal Cipta a. Apabila tidak memerlukan dana lain dari pusat,
Karya segera menghubungi pemda terkait. Pemda dapat langsung melakukan MoU/MoA
Bila perusahaan berminat untuk bekerja sama dengan perusahaan dan melaksanakannya
untuk kegiatan tertentu di wilayah mana saja,
Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat memilih
langsung, dengan tembusan/laporan ke Ditjen
Cipta Karya.
31
dan menghubungi pemda yang telah siap (dapat b. Apabila dana gabungan perusahaan dan Pemda
dibantu oleh Sektor terkait). tidak mencukupi untuk program yang diinginkan,
b. Pemda tersebut harus mengajukan kegiatan pemda dapat mengajukan pendanaan melalui
sesuai dengan RPIJM bidang Cipta Karya yang APBN yang dicantumkan dalam dokumen RPIJM
telah disusunnya atau melalui mekanisme ke Ditjen Cipta Karya.
pengajuan dana lainnya yang berlaku di Direktorat c. Dana CSR yang sudah menjadi komitmen perusahaan,
Jenderal Cipta Karya, misal channeling program dituliskan dalam kolom sumber dana ‘CSR’.
PNPM Mandiri. Contoh kegiatan bidang air minum yang tidak dapat
c. Dana CSR digunakan untuk memenuhi sebagian dibiayai melalui program CSR dapat dilihat pada Tabel 2.
atau seluruh dana yang diajukan dari sumber
APBN. Perubahan sumber pendanaan ini perlu Mekanisme koordinasi internal dan kerjasama
Strategi
Kerja Sama CSR

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya melalui adalah salah satu alternatif kerja sama yang bisa dipilih
CSR dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. oleh perusahaan ketika membangun infrastruktur bidang
Cipta Karya dalam program CSR-nya. Kementerian lain
II. KOMUNIKASI EKSTERNAL maupun lembaga lain seperti LSM juga melakukan
Pilar Strategi ini dimaksudkan untuk menjawab kerjasama dengan program CSR perusahaan, sehingga
permasalahan pokok sebagai berikut: Direktorat Jenderal Cipta Karya perlu menyiapkan
1. Perencanaan CSR belum berdasarkan RPIJM Cipta dukungan dan program lainnya dalam rangka menarik
Karya. minat perusahaan untuk bekerjasama melalui program
2. Ketersediaan dana CSR berbeda-beda di setiap CSR bidang Cipta Karya. Dukungan yang dapat diberikan
perusahaan. oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya lainnya, seperti
3. Perusahaan belum mengetahui informasi mengenai pedoman teknis, standar, manual, pendampingan teknis,
mekanisme kerja sama dan manfaat bekerja sama konsultasi teknis, dan lain-lain merupakan kelebihan
dengan Ditjen Cipta Karya. dari Direktorat Jenderal Cipta Karya yang tidak dimiliki
4. Perusahaan memerlukan informasi mengenai RPIJM, lembaga lain.
program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU, Dukungan yang dapat diberikan oleh Direktorat Jenderal
pedoman, kebijakan, modul, rencana dan pedoman Cipta Karya tersebut perlu diekspos karena merupakan
teknis Direktorat Jenderal Cipta Karya. dukungan yang sangat diperlukan perusahaan dalam
5. Selain Direktorat Jenderal Cipta Karya, kementerian melaksanakan program CSR-nya masing-masing.
lain dan LSM juga melakukan kerjasama dengan CSR Perusahaan lebih membutuhkan dukungan tersebut
perusahaan. dibandingkan dengan daftar proyek yang semata-mata
perlu dibiayai oleh program CSR. Banyak perusahaan
A. Publikasi Dukungan dan kegiatan-kegiatan yang telah mandiri dalam menentukan program CSR-
Direktorat Jenderal Cipta Karya nya, mulai dari pengkajian kebutuhan, perencanaan,
Kerja sama dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasinya.

32
Direktorat di lingkungan Ditjen Cipta Karya memiliki proyek dalam RPIJM Cipta Karya. Perusahaan seperti ini
beberapa program unggulan yang umumnya berupa lebih menyukai kerjasama sejak dalam perencanaan
program yang komprehensif, multi disiplin dan multi dengan skala proyek yang tidak terlalu besar. Selain
pihak. Contohnya dalah Kegiatan PNPM Mandiri program RPIJM, perusahaan semacam ini akan berminat
perkotaan (P2KP), Rural Infrastructure Support (RIS) dengan program pemberdayaan masyarakat yang
PNPM, Pamsimas, Urban Sanitation Rural Infrastructure dimiliki Direktorat Jenderal Cipta Karya, seperti PNPM
(USRI), dan Sanimas. Program semacam ini juga diminati Mandiri Perkotaan (P2KP), Rural Infrastructure Support (RIS)
oleh perusahaan karena mengandung komponen triple PNPM, Pamsimas, Urban Sanitation Rural Infrastructure
bottom line, yaitu ekonomi, social dan lingkungan dan (USRI), dan Sanimas. Karena mereka umumnya memiliki
telah terbiasa berkoordinasi dengan dinas sosial dan perencanaan dan staf khusus yang memiliki keahlian
lembaga–lembaga terkait lainnya termasuk masyarakat dalam program infrastruktur atau pemberdayaan
dan LSM. masyarakat, maka panduan teknis dan konsultasi teknis
yang dimiliki Direktorat Jenderal Cipta Karya akan
Sebagai langkah awal, Direktorat Jenderal Cipta Karya menarik minat mereka untuk bekerjasama. Perusahaan
dapat memfokuskan komunikasi dengan perusahaan kategori ini terkadang juga memiliki isu khusus yang
tambang, minyak dan gas bumi sebagai prioritas utama. menjadi perhatiannya, yang merupakan isu nasional atau
Hal ini dapat dilakukan mengingat perusahaan tersebut regional, seperti skala sungai atau daerah aliran sungai
terikat dengan UU PT No. 40/2007 yang mewajibkan
pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Program CSR perusahaan lain mungkin tidak memiliki
Selain itu perusahaan ini memiliki alokasi dana yang cukup alokasi dana sebesar perusahaan-perusahaan tersebut.
besar, yang diambil dari persentase laba perusahaan, Namun bila Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat
sesuai Kontrak Karya yang dibuat antara perusahaan dan membina hubungan yang baik dengan banyak
Pemerintah Indonesia. perusahaan lain (selain perusahaan tambang dan migas),
maka Direktorat Jenderal Cipta Karya akan mendapatkan
Setelah fokus pada perusahaan migas dan tambang, bantuan dana yang nilai totalnya akan besar pula.
Pemerintah dapat mulai menjajaki perusahan BUMN.
Perusahaan ini memiliki alokasi dana yang cukup besar, Disamping dana PKBL dan dana yang diwajibkan dalam
yang diambil dari persentase laba perusahaan, melalui kontrak karya, perusahaan BUMN dan perusahaan
PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). tambang dan migas sering kali memiliki dana CSR yang
Perusahaan kategori ini dapat ditawari untuk membiayai bersumber dari biaya operasional. 33
proyek yang telah tercantum dalam RPIJM Cipta Karya.
Namun dana yang disalurkan melalui Program Bina
Lingkungan ini memiliki batasan yang lebih ketat,
yaitu hanya diperuntukkan bagi penerima manfaat
(beneficiaries) yang dianggap layak untuk dibina.

Perusahaan selain migas, tambang dan BUMN, umumnya


mengalokasikan dana CSR dari anggaran operasional,
dengan jumlah anggaran sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun pada tahun anggaran sebelumnya.
Perusahaan-perusahaan ini umumnya sulit menyerap
begitu saja penawaran kerjasama untuk membiayai
Strategi
Kerja Sama CSR

Komunikasi dapat dilakukan melalui berbagai saluran oleh mereka, dan sebagian lagi dikerjasamakan dengan
komunikasi, baik media publikasi milik sendiri, milik pihak ketiga, seperti konsultan, lembaga swadaya
mitra, maupun media massa atau melalui public event masyarakat (LSM) atau perguruan tinggi.
seperti pameran, dll. Calon mitra harus dengan mudah
dapat mengakses informasi kapan pun dan dimanapun. Perusahaan yang memiliki komitmen di bidang
Hotline atau PIC (person in charge) khusus dapat infrastruktur bidang Cipta Karya, juga memiliki
dipertimbangkan untuk memungkinkan siapapun dapat departemen atau unit kerja khusus dibidang ini. Unit ini
memperoleh informasi dengan cepat. Pelatihan berkala adalah pihak didalam perusahaan yang paling berpotensi
(bekerja sama dengan Diklat PU) dan klinik konsultasi untuk bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya. Mereka
bagi perusahaan dapat dipilih sebagai salah satu aktivitas umumnya memerlukan pedoman teknis atau konsultasi
yang efektif dalam mempromosikan apa yang ditawarkan teknis dari Ditjen Cipta Karya dalam merencanakan
oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. dan melaksanakan program CSR di pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya. Pelatihan teknis di
B. Publikasi Keberhasilan Kerja Sama CSR bidang infrastruktur merupakan salah satu kegiatan
Publikasi mengenai keberhasilan kerja sama CSR, komunikasi eksternal yang strategis.
merupakan hal penting untuk menunjukkan kepada
perusahaan-perusahaan lain, manfaat kerja sama dengan III. PELIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Aspek penting yang perlu Pilar strategi ini dimaksudkan untuk mengatasi
ditonjolkan dalam publikasi antara lain: permasalahan pokok sebagai berikut:
l Stakeholder yang terlibat 1. Banyaknya institusi lain yang juga berminat untuk
l Peran dan tanggung jawab masing-masing bekerja sama dengan perusahaan melalui program
stakeholder CSR, yaitu Kementerian lain (Kementerian Kesehatan,
l Hasil kerja sama Kementerian Sosial, Kementerian Lingkungan Hidup,
l Manfaat kerja sama bagi semua pihak yang terlibat Kementerian Perumahan Rakyat, dll), Forum CSR
dan bagi masyarakat yang dibentuk oleh Pemda, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Lembaga-lembaga ini dapat
Publikasi dapat berupa keikutsertaan dalam pameran, memperkecil potensi kerja sama Direktorat Jenderal
penulisan artikel dalam majalah atau website Kementerian Cipta Karya dengan CSR perusahaan
34 PU atau dapat pula berupa pemberian penghargaan 2. Banyaknya asosiasi perusahaan di tingkat nasional
kepada perusahaan yang dianggap telah bekerja sama dan daerah yang berpotensi untuk bekerja sama
dengan baik dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya. dengan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

C. Pelatihan Teknis untuk Perusahaan A. Kerja Sama dalam Pelaksanaan


Banyak perusahaan menunjukkan komitmen pada CSR Untuk meningkatkan peluang terjadinya kerja sama
dengan membentuk departemen atau unit khusus melalui program CSR perusahaan, Direktorat Jenderal
didalam perusahaan yang memiliki tugas dan tanggung Cipta Karya perlu menjalin kerja sama dengan semua
jawab khusus di bidang CSR. pihak. Sering kali perusahaan mengalami kesulitan
karena program yang sama dimiliki juga oleh beberapa
Departemen atau unit kerja ini bertanggung jawab mulai kementerian/dinas. Contohnya adalah program sanitasi
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan air bersih, yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan;
sampai pelaporan. Sebagian program dilakukan sendiri program penghijauan dimiliki oleh Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH); program pemberdayaan
masyarakat dimiliki oleh Kementerian Sosial. Begitu juga
LSM dan perguruan tinggi.

Komunikasi dapat dilakukan melalui pertemuan-


pertemuan tatap muka dan bila memungkinkan, perlu
dilakukan kerja sama dalam pelaksanaan program.
Selain itu, perlu adanya sosialisasi kriteria standar yang
diperlukan dalam pembangunan infrastuktur bidang
Cipta Karya yang dimiliki oleh Ditjen Cipta Karya.

B. Kerja Sama dalam Penguatan Kebijakan dan


Strategi Nasional
Banyaknya pihak yang berminat untuk bekerja sama
dengan CSR perusahaan dapat dilihat sebagai suatu
hal yang positif. Namun bila tidak dijaga dengan baik,
maka hal ini justru dapat menimbulkan situasi yang
kurang kondusif bagi iklim usaha di Indonesia, yang pada
akhirnya justru menjadi kontraproduktif.

Hal ini tidak terlepas dari persepsi publik bahwa dana


CSR dapat diakses kapan saja dan oleh siapa saja.
Publik menggunakan referensi Pasal 74 UU No. 40/2007
tentang Perseroan Terbatas dan PP No. 47/2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perseroan
Terbatas. Mereka mengira TJSL sama dengan CSR, padahal
produk hukum tersebut hanya menekankan pentingnya
perseroan terbatas mentaati peraturan hukum dibidang Bersama Satminkal lain di Kementerian PU, Direktorat
sosial dan lingkungan hidup. Anggaran juga tidak diambil Jenderal Cipta Karya dapat merumuskan kebijakan bersama 35
dari persentase laba, namun dari anggaran operasional. terkait kerja sama CSR yang lebih luas dengan Kementerian
PU. Hal ini mengingat perusahaan juga melakukan CSR
Peraturan mengenai kerja sama antara pemerintah di bidang yang berada di bawah Direktorat Jenderal lain,
dan perusahaan melalui CSR, masih perlu disusun lebih seperti Bina Marga dan Sumber Daya Air.
lanjut dengan memperhatikan kepentingan kedua belah
pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat menjadi ARAHAN PELAKSANAAN STRATEGI KERJA SAMA CSR
pelopor dalam penyusunan peraturan dan kebijakan Implementasi Strategi Kerja Sama CSR memiliki target
ini dengan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan utama pencapaian MDGs pada tahun 2015.
Satminkal lain di Kementerian PU, dengan Kementerian
lain, maupun dengan Bappenas, selaku badan perencana Langkah strategis yang perlu dilakukan dibagi dalam 3
pembangunan nasional. fase, yaitu : 1) Tahun ke-1 ; 2) Tahun ke-2 dan 3 ; 3) Setelah
tahun ke-3. Langkah strategis tersebut adalah :
Strategi
Kerja Sama CSR

Tabel 3 : Arahan Pelaksanaan Strategi Kerjasama CSR

WAKTU PELAKSANAAN
STRATEGI FASE 2 FASE 3
FASE 1 (Tahun ke-1)
(Tahun ke-2 dan ke-3) ( Tahun ke-4 dan seterusnya)
l Pembentukan Unit Kerja l Review Panduan l Sosialisasi dan Pelatihan
Sama CSR di pusat dan Penyusunan RPIJM Cipta untuk semua provinsi
daerah Karya l Unit Kerja Sama CSR di
l Sosialiasi peran dan l Pilot project Unit Kerja daerah mampu berjalan
PENGUATAN tanggung jawab Unit Kerja Sama CSR di daerah (12 mandiri (semua provinsi)
KELEMBAGAAN KERJA Sama CSR provinsi)
SAMA CSR l Pelatihan perencanaan l Pelatihan perencanaan,
kerja sama CSR (7 provinsi) monitoring dan evaluasi
l Pilot project di beberapa proyek kerja sama (12
kabupaten/kota (Unit Kerja provinsi)
Sama CSR di pusat)

Target utama: Perusahaan Target utama: Perusahaan Target: semua perusahaan


Tambang, Minyak & Gas Bumi Tambang, Minyak & Gas Bumi
dan BUMN dan BUMN

l Publikasi RPIJM Bidang Cipta Karya, program pemberdayaan masyarakat unggulan Ditjen
Cipta Karya, pedoman teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website, pameran, booklet, hotline
KOMUNIKASI l Publikasi keberhasilan kerja sama: media visit, majalah internal, website, buku, pameran
EKSTERNAL l Penghargaan bagi perusahaan yang bekerja sama dengan Ditjen Cipta Karya membangun
infrastruktur bidang Cipta Karya
l Penghargaan bagi Pemda
l Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan tentang pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya

Kerja sama dengan l Penjajakan kerja l Kerja sama dengan asosiasi

36 PELIBATAN
Kementerian lain serta LSM
dalam pelaksanaan proyek,
sama dengan asosiasi
perusahaan lain
perusahaan lain
l Kerja sama antar Satminkal
bila diperlukan l Penjajakan kerja sama dalam Kementerian PU
STAKEHOLDER
antar Satminkal dalam l Penyusunan peraturan/
Kementerian PU kebijakan di tingkat nasional
l Penjajakan penyusunan dengan Kementerian lain &
peraturan/kebijakan di Bappenas
tingkat nasional dengan
Kementerian lain &
Bappenas
FASE 1
Fase 1 ini meliputi kegiatan yang akan dilaksanakan pada
tahun ke-1 saja. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada
Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 : Kegiatan Strategis Pada Fase 1

No Kegiatan TUJUAN stakeholder

1 Sosialisasi Kerjasama CSR Terintegrasi Melalui Media Mengenalkan CSR Bina Program
Cetak dan Elektronik

2 Penyusunan Database Perusahaan Potensial Kerjasama Mendapatkan data yang akurat Bina Program
CSR untuk menjalin kemitraan

3 Pelatihan Program CSR Tingkat Pusat Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
setiap struktur

4 Publikasi RPIJM Ditjen Cipta Karya, program Mengenalkan tentang CSR Bina Program
pemberdayaan masyarakat unggulan DJCK, pedoman
teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website, pameran,
booklet, hotline

5 Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
tentang pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

6 Pembentukan Unit Pengelola Tingkat Provinsi Pengeloaan CSR lebih fokus dan
terintegrasi di wilayah masing-
Randal
a. Wilayah Sumatera dan Jawa masing
Randal
b. Wilayah Bali, Kalimantan dan Sulawesi
Randal
c. Wilayah Maluku, NTB, NTT, Papua dan Irjabar

37
Bina Program
Pelatihan Program CSR Tingkat Propinsi

7 Pilot project di beberapa kabupaten/kota (Unit Kerja Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
Sama CSR di Pusat) 9 Lokasi Tahap 1 tingkat daerah
a. Sektor Air Minum (3 Lokasi) Sebagai pembelajaran dan contoh PAM
b. Sektor PLP (3 Lokasi) pelaksanaan program CSR bagi PLP
c. Sektor PBL dan Bangkim (3 Lokasi) Kab/Kota dan Perusahaan. Bangkim & PBL

8 Monitoring dan Evaluasi Pilot Project Air Minum, PLP, Mendapatkan data yang akurat
PBL dan Bangkim Tingkat Pusat untuk menjalin kemitraan
Sebagai pembelajaran dan contoh
pelaksanaan program CSR bagi
Kab/Kota dan Perusahaan.
Strategi
Kerja Sama CSR
FASE 2
Usulan kegiatan Fase 2 meliputi kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahun ke 2 sampai dengan tahun ke
3. Untuk lebih lengkap maka dapat dilihat pada Tabel 5
di bawah ini.

Tabel 5 : Kegiatan Strategis Pada Fase 2

No Kegiatan TUJUAN stakeholder

1 Review Panduan Penyusunan RPIJM bidang Cipta


Karya
2 Pilot project di beberapa kabupaten/kota (Unit Kerja Sebagai pembelajaran dan contoh
Sama CSR di Propinsi) pelaksanaan program CSR bagi Kab/
a. Sektor Air Minum (5 Lokasi/tahun) Kota dan Perusahaan. Randal & PAM
b. Sektor PLP (5 Lokasi/tahun) Randal & PLP
c. Sektor PBL dan Bangkim (5 Lokasi/tahun) Randal, Bangkim & PBL
3 Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Kerjasama CSR Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
dalam mengevaluasi kegiatan di tiap -
tiap daerah
a. Wilayah Sumatera dan Jawa Randal & Sektor
b. Wilayah Bali, Kalimantan dan Sulawesi Randal & Sektor
c. Wilayah Maluku, NTB, NTT, Papua dan Irjabar Randal & Sektor
4 Publikasi RPIJM Ditjen Cipta Karya, program Mengenalkan RPIJM Bidang Cipta Bina Program
pemberdayaan masyarakat unggulan DJCK, pedoman Karya
teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website, dan kegiatan lainnya
pameran, booklet, hotline
5 Publikasi keberhasilan kerja sama CSR: media visit, Mengenalkan CSR Bina Program
majalah internal, website, buku, pameran
6 Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
tentang pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

38
39
Strategi
Kerja Sama CSR
FASE 3
Usulan Kegiatan Fase 3 meliputi kegiatan yang akan
dilaksanakan setelah tahun ke-3. Untuk lebih jelasnya
maka dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6 : Kegiatan Strategis Pada Fase 3

No Kegiatan TUJUAN stakeholder

1 Pilot project di beberapa kabupaten/kota (Unit Kerja Sebagai pembelajaran dan contoh
Sama CSR di Propinsi) 45 Lokasi Tahap 2 pelaksanaan program CSR bagi
a. Sektor Air Minum (5 Lokasi/tahun) Kab/Kota dan Perusahaan. PAM
b. Sektor PLP (5 Lokasi/tahun) PLP
c. Sektor PBL dan Bangkim (5 Lokasi/tahun) PBL & Bangkim
2 Pelatihan Monitoring dan Evaluasi Kerjasama CSR Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
a. Wilayah Sumatera dan Jawa Randal
b. Wilayah Bali, Kalimantan dan Sulawesi Randal
c. Wilayah Maluku, NTB, NTT, Papua dan Irjabar Randal
3 Publikasi RPIJM Ditjen Cipta Karya, program Mengenalkan RPIJM bidang Cipta Bina Program
pemberdayaan masyarakat unggulan Ditjen Cipta Karya, Karya dan kegiatan lainnya
pedoman teknis, pelatihan dan konsultasi teknis: website,
pameran, booklet, hotline
4 Publikasi keberhasilan kerja sama CSR: media visit, Mengenalkan tentang CSR Bina Program
majalah internal, website, buku, pameran
5 Penghargaan bagi perusahaan yang bekerja sama Memberikan apresiasi kepada Bina Program
dengan Ditjen Cipta Karya membangun infrastruktur perusahaan
bidang Cipta Karya
6 Penghargaan bagi Pemda Memberikan apresiasi kepada Bina Program
pemda
7 Pelatihan teknis & klinik konsultasi untuk perusahaan Meningkatkan kemampuan personil Bina Program
tentang pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
40 8 Pelibatan Stakeholder: Memberikan arahan/kebijakan Kementerian yang
Penyusunan peraturan/kebijakan di tingkat nasional terkait dan Bappenas
dengan Kementerian lain & Bappenas
41
Kegiatan
Kerja Sama CSR

“Landasan dalam membangun kemitraan adalah prinsip-


prinsip Good Corporate Governance, yaitu Transparancy
(keterbukaan informasi), Accountability (akuntabilitas),
Responsibility (pertanggungjawaban), Independency
(kemandirian), dan Fairness (kesetaraan dan kewajaran)”
Kegiatan
Kerja Sama CSR

Kegiatan Kerja Sama CSR antara Ditjen Cipta Karya- Selain itu, masih terdapat beberapa kegiatan kerjasama
Perusahaan CSR yang potensial namun masih dalam tahap penjajakan.
Hingga akhir Tahun 2012, terdapat beberapa pencapaian Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7
kerjasama CSR dengan perusahaan yang telah dan 8.
dilaksanakan oleh Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU.

Tabel 7 : Kegiatan CSR Yang Sedang Berlangsung

Perjanjian
No Perusahaan Kegiatan Lokasi Biaya kerjasama
1 Adaro Indonesia Pembangunan infrastruktur Kabupaten Tabalong, Rp. 70 milyar 10 Februari 2012
bidang Cipta Karya Balangan, dan Hulu
a. Air Minum Sungai Utara
b. Pengembangan PLP
c. PBL
d. Pengembangan Permukiman
2 PT. Berau Coal a. Pembangunan SPAM berupa Kabupaten Berau, Rp. 6 milyar 4 Juli 2012
penambahan 1.130 SR di 9 Kalimantan Timur
desa dengan manfaat 5.700
jiwa.
b. Pembangunan sistem
Jaringan drainase sekunder
(2.000 meter) di 3 desa untuk
mengurangi genangan banjir
seluas 60 hektar

44
Tabel 8 : Kegiatan CSR Yang Dalam Proses Penjajakan dan Potensial

No Provinsi Perusahaan Indikasi Lokasi Indikasi Kegiatan

1 Sumatera Selatan PT. Bukit Asam a. Kota Palembang Infrastruktur Bidang Cipta Karya
b. Kabupaten Banyuasin
c. Kabupaten Muara Enim
2 Sumatera Utara PT. Lafarge Cement Indonesia Belawan Pengembangan SPAM
PT. Toba Pulp Lestari Kabupaten Toba Samosir Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3 Kalimantan Timur PT. Kideco Jaya Agung Kabupaten Paser Pengembangan SPAM
PT. Indo Tambangraya Megah Kabupaten Kutai Barat a. Pengembangan PLP
b. Pengembangan SPAM
PT. Multi Harapan Utama. Kabupaten Kutai Kertanegara Infrastruktur Bidang Cipta Karya
4 Kalimantan Selatan PT. Golden Hope Kabupaten Kotabaru Pengembangan SPAM
PT. Arutmin Indonesia a. Kab. Tanah Laut Infrastruktur Bidang Cipta Karya
b. Kab. Tanah Bumbu
c. Kab. Kotabaru
5 Nusa Tenggara Timur PT. Pertamina Kabupaten Ende Pengembangan SPAM
6 Maluku Utara BUMN Peduli Morotai Kabupaten Kepulauan Morotai Pengembangan SPAM
7 DKI Jakarta PT. Bank Negara Indonesia Sepanjang Kali Ciliwung Pengembangan PLP
(Persero) Tbk.

45
48

Jl. Pattimura No. 20, Jakarta 12110


Telp./Fax: (021) 72796588
http://ciptakarya.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai