Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENELITIAN

FENOMENA BANGKITNYA KEMBALI MODE BERPAKAIAN LAWAS PADA


REMAJA USIA 17-24 TAHUN

Ardhilla Maghfirdha
NIM 121911433023
Dosen Pengampu: Moordiati, S.S., M.Hum.

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnografi Indonesia

Universitas Airlangga
Fakultas Ilmu Budaya
Program Studi Ilmu Sejarah
2021
FENOMENA BANGKITNYA KEMBALI MODE BERPAKAIAN LAWAS PADA
REMAJA USIA 17-24 TAHUN
Ardhilla Maghfirdha
NIM 121911433023
Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
ardhillamaghfirdha.af@gmail.con

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan guna menunjukkan pada masyarakat mengenai
Fenomena Bangkitnya Kembali Mode Berpakaian Lawas Pada Remaja Usia 17-24
Tahun. Fashion memang selalu mengalami pasang surut setiap zamannya, ada yang
mengalami banyak perubahan baru maupun kembali mengulang mode yang telah ada
sebelumnya. Teknologi informasi cukup berperan besar dalam perkembangan fashion di
dunia. Hadirnya public figure dan media sosial lainnya merupakan salah satu acuan
para remaja dalam penggunaan mode berpakaiannya. Penelitian ini akan mengulas lebih
dalam mengenai pandangan remaja tentang fenomena ini dan hal-hal apa saja yang
dapat menunjang ketertarikan mereka dalam gaya berpakaian lawas ini. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode wawancara dan kuesioner
dalam pencarian datanya.

Kata Kunci: Fashion, Mode Berpakaian Lawas, dan Media Sosial

PENDAHULUAN
Manusia dan seleranya akan terus berkembang. Dari tahun ke tahun, ketertarikan
manusia akan suatu tren selalu berganti. Bila celana dengan rumbai sedang marak di tahun
sebelumnya, belum tentu hal yang sama akan fenomenal pula di tahun berikutnya, atau
bahkan di tahun yang sama. Tidak ada yang mengerti kapan sesuatu akan redup, atau
bahkan bangkit kembali. Saat ini berpakaian tidak lagi hanya sekadar cara berpikir bahwa
selazimnya manusia menutupi tubuh. Busana yang dikenakan juga dapat menjadi bukti
eksistensi diri dan cara menunjukkan jati diri pada pemakainya. Unsur-unsur yang
termuat dalam pakaian lantas menjadi media berekspresi. Dapat juga dikatakan kalau
gaya berpakaian merupakan etalase kecil tentang diri seseorang bagi orang lain.
Kaum remaja kerap kali peka akan apa yang tengah menjadi tren. Para remaja
sering membelanjakan uangnya untuk membeli keperluan yang menunjang penampilan
diri. Hal tersebut dikarenakan remaja ingin eksistensinya diakui oleh lingkungan tempat
ia berada dengan berusaha mengikuti tren yang ada di lingkungan tersebut, terutama
lingkungan teman sebaya. Mereka memiliki keyakinan bahwa penampilan, terutama
pakaian, merupakan sarana yang paling penting dalam penerimaan sosial akan selalu
memperhatikan penampilannya.
Dewasa ini, tampaknya pakaian-pakaian khas tahun 1980 atau 1990 sedang ramai
digunakan oleh remaja. Tidak selalu identik dengan kesan kuno ataupun cupu, gaya
berpakaian tahun 90-an kini kembali bangkit di kalangan para fashionista dengan diberi
sentuhan vintage ataupun retro sehingga membuat tampilannya tidak terlihat
membosankan. Para anak muda pun ikut membangkitkan kembali gaya berpakaian
tersebut tentunya. Seperti yang banyak kita jumpai saat ini yaitu busana remaja lebih
dominan bergaya dengan setelan celana pendek, rompi, jaket kulit hingga baju atasan
yang terbuat dari manik-manik atau busana dengan corak yang cerah.
Kaum remaja saat ini banyak memiliki ketertarikan pada hal-hal yang bersifat
klasik, lawas, atau yang sedang ramai sekarang yaitu penggunaan kata “aesthetic” pada
sesuatu yang bersifat klasik. Ungkapan “Mode tak mengenal zaman” memang sudah
terbukti dengan bangkitnya kembali mode berpakaian di masa lampau yang saat ini
kembali menjadi tren di kalangan remaja milenial. Bahkan mereka tidak merasa malu dan
justru merasa percaya diri untuk menggunakan pakaian masa muda milik orang tua yang
tentunya masih apik dan layak untuk dipakai.
Pada pengamatan kali ini, saya lebih memfokuskan pada pada alasan mengapa
penggunaan mode lawas atau vintage kembali marak di kalangan remaja, khususnya
rentang umur 17-24 tahun di Indonesia. Tentunya, ini dapat menjadi informasi baru
kepada para pembaca bahwa perubahan mode berpakaian atau fashion tidak selalu
berganti dan berubah jenisnya, namun bisa juga kembali pada mode pakaian yang telah
ada pada masa sebelumnya. Beberapa hal yang akan saya telusuri lebih dalam lagi
diantaranya yaitu: apa saja yang melatarbelakangi bangkitnya mode pakaian lawas di era
saat ini, bagaimana pandangan para remaja saat ini terhadap fenomena bangkitnya mode
berpakaian lawas ini, hal-hal yang membuat para remaja milenial memiliki ketertarikan
pada mode berpakaian lawas, kemudian cara-cara yang dilakukan para remaja milenial
untuk mendapatkan inspirasi model gaya berpakaian lawas yang mereka kenakan.
METODE
Jenis penelitian yang saya lakukan kali ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif,
merupakan penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk memahami fenomena yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Saya menggunakan jenis penelitian ini
memiliki maksud guna memperoleh informasi yang mendalam dan komprehensif
mengenai fenomena bangkitnya kembali mode berpakaian lawas pada generasi milenial
saat ini.
Demi mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas, akurat, dan memudahkan
saya dalam melakukan penelitian ini, maka saya menetapkan lokasi dan waktu di mana
penelitian akan dilakukan. Namun, dikarenakan kondisi saat ini sedang digemparkan oleh
hadirnya virus Covid-19 yang kurang memungkinkan saya untuk berinteraksi secara
langsung dengan banyak orang, maka proses pencarian informasi dilakukan secara virtual
dengan objek penelitian saya. Kemudian untuk waktu penelitian dilakukan pada kurun
waktu bulan Mei hingga Juni tahun 2021.
Pada penelitian kali ini, objek atau sasaran yang penulis teliti adalah remaja yang
berusia 17 hingga 24 tahun yang memiliki ketertarikan dalam hal mode berpakaian lawas,
serta dalam kondisi sadar dan waras. Untuk pencarian objek penelitian, saya
menggunakan media sosial Instagram guna memudahkan dalam menjaring remaja yang
sesuai dengan kriteria dan berkenan untuk mengisi kuesioner ataupun saya wawancarai
secara virtual. Setelah saya mendapatkan respon dari banyak orang yang kemudian saya
seleksi lagi sesuai dengan rentang umur yang saya fokuskan, saya pun mendapatkan
beberapa responden yang kamudian saya tawarkan berkenan untuk saya wawancarai
secara virtual baik melalui zoom maupun video call atau hanya mau mengisi kuesioner
saja. Selanjutnya, untuk poin-poin yang saya tanyakan kepada responden yaitu:
1. Sejak kapan anda mulai menyukai mode berpakaian lawas/vintage?
2. Bagaimana pandangan anda terhadap fenomena kembalinya mode
berpakaian lawas pada remaja saat ini?
3. Apa yang membuat anda tertarik dengan mode berpakaian lawas/vintage?
4. Gaya berpakaian seperti apa yang seringkali anda gunakan atau yang
menjadi favorit anda?
5. Dari mana saja anda mendapatkan inspirasi mode berpakaian
lawas/vintage seperti yang sering anda gunakan?
6. Dari mana saja anda bisa mendapatkan pakaian-pakaian maupun
aksesoris lawas tersebut?

HASIL PEMBAHASAN
Dalam kamus Oxford, vintage dapat memiliki arti “Old and of very high quality”.
Hal tersebut berarti vintage merupakan sesuatu yang tua dan dianggap antik baik dilihat
dari segi usia objek tersebut ataupun objek baru yang dibuat dengan gaya antik. Pakaian
vintage dapat dikenal sebagai pakaian maupun aksesori yang dibuat sebelum tahun 1980-
an. Kesan feminin yang diberikan kepada pemakainya berdasar pada warna yang terlihat
pudar dan simpel, juga model yang lebih praktis dan mengandalkan corak. Gaya pakaian
vintage dapat dikatakan juga sebagai gaya pakaian klasik. Tahun 20-70an merupakan era
kejayaan vintage dalam dunia fashion.
Alasan mengapa mode yang telah redup dapat kembali marak sebenarnya
merupakan akibat dari kejenuhan masyarakat setelah melihat model pakaian yang sama
berulang-ulang, sehingga menginginkan sesuatu yang baru untuk dipandang. Sesuatu
yang baru itu haruslah berbeda dan jarang digunakan, sehingga beberapa orang memilih
untuk menggunakan kembali pakaian-pakaian yang pernah orang tua mereka kenakan.
Melihat tren tahun 1990, 1980, 1970, atau bahkan sebelumya, yang tetap terlihat apik
walaupun zaman telah berganti, perlahan pakaian-pakaian itu pun kembali marak.
Pandangan yang negatif atas toko-toko besar dan megah juga mendukung para pelanggan
untuk berpindah pada toko-toko yang lebih kecil, di antaranya adalah para penjual
pakaian bekas pakai. (Cassidy & Bennet, 2012)
Bangkitnya kembali tren-tren lama juga berhubungan dengan pandangan negatif
masyarakat atas toko-toko fast fashion, sehingga mereka memilih untuk membeli barang-
barang second-hand atau yang sudah pernah digunakan. Selain itu, pakaian yang dulu
pernah digunakan dan disimpan sekian lama juga seolah menimbulkan nostalgia bagi
penggunanya.1 Barang yang dikenakan bukan sekadar barang, tetapi yang dianggap

1
Cassidy, Tracy & Bennett, Hannah. The Rise of Vintage Fashion and the Vintage Consumer. Journal of
Fashion Practice. Vol. 4. 2012. Hal. 240-242
memiliki nilai tinggi dan susah untuk didapatkan lagi karena sudah tidak diproduksi. Hal
tersebut seperti ungkapan Shafa Salsabilla (20) sebagai berikut:

“Fenomena ini cukup menarik dan sering terjadi di dunia fashion, hal tersebut
dikarenakan fenomena ini membuat banyak orang menggunakan kreatifitasnya
dalam hal memodifikasi pakaian-pakaian lama menjadi sesuatu yang dapat
digunakan kembali tanpa menimbulkan kesan kuno, yaitu dengan diberi sedikit
sentuhan modern tanpa menghilangkan kesan vintage nya.” Dalam wawancara
pada 30 Mei 2021.

Pemakaian ini juga didasarkan pada rasa bahwa mereka berbeda dan autentik atau
asli, sehingga tidak sama dengan desain dari toko-toko ternama yang digunakan dalam
jumlah banyak. Tren ini membiarkan pemakainya merasa orisinal dan tidak serupa
dengan individu-individu lain di sekitarnya. Mereka dapat mengutak-atik gaya dan
menciptakan gaya mereka sendiri.2 Nurul Bunga (20) dalam wawancara pada 30 Mei
2021 juga mengatakan:

“Di mata saya, mode-mode berpakaian lawas ini memiliki kesan tersendiri,
warnanya yang cenderung kalem membuat pakaiannya terkesan unik dan mahal.”

Kepopuleran tren ini didukung oleh media seperti majalah, desainer, model-
model, atau figur publik yang mengenakannya pada acara-acara seperti peragaan busana
atau dalam kehidupan sehari-hari. Internet pun turut memiliki peran besar dalam
memopulerkan gaya berpakaian ini, mengingat banyaknya remaja yang kini hampir setiap
hari mengunjungi internet.3 Beberapa responden saya juga mengatakan bahwa mereka
mendapatkan banyak inspirasi gaya berpakaian lawas atau vintage ini dari figure publik
yang ada di video klip maupun film yang mereka tonton. Salah satunya yaitu Rafif
Rayhan (20) yang banyak mendapatkan inspirasi gaya berpakaian lawas ini dari video-
video klip penyanyi maupun film pengendara motor liar di Jepang tahun 80an yang sering

2
Delong, Marilyn & Heinemann, Barbara & Reiley, Kathryn. Hooked on Vintage!. Fashion Theory: The
Journal of Dress, Body & Culture. Vol. 9 No. 1. 2005. Hal. 23-42
3
Cassidy, Tracy & Bennett, Hannah. Op.cit. Hal. 245-248
ia tonton. Ia sangat menyukai gaya berpakaian pegendara motor liar di Jepang pada tahun
tersebut karena meskipun liar, tetapi tampilan mereka masih tetap terkesan rapih dan tidak
berantakan seperti geng-geng motor pada umumnya. Beberapa dari responden saya baru
terjun ke dunia mode berpakaian lawas ini semenjak pandemi, salah satunya yaitu
Akhmad Safero (18) yang mengatakan:

“Semenjak ditetapkannya kebijakan self quarantine karena adanya pandemi, saya


lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton film. Banyak dari film yang
saya tonton memiliki nuansa vintage dan klasik, hal tersebut yang mulai membuat
saya tertarik untuk mencoba merubah penampilan saya menggunakan gaya
berpakaian lama atau vintage tersebut. Tetap terlihat keren, namun memiliki kesan
unik dan misterius. Selain itu, mode berpakaian lawas ini juga kebetulan sedang
booming di kalangan remaja dan saya lihat-lihat fenomena back to 90s ini tidak
hanya pada pakaian saja, namun juga pada gaya rambut dan kendaraan.”

Jenis pakaian yang paling sering digunakan oleh para remaja dalam
menghidupkan kembali gaya berpakaian lawas ini diantaranya yaitu penggunaan kemeja
ataupun sweater oversized yang dimasukkan ke dalam celana jeans model cutbray. Untuk
menunjang penampilannya, jaket denim maupun jaket kulit yang membuat tampilan
mereka lebih terlihat retro dan membangkitkan jiwa bebas ala anak muda tahun 90an.
Rompi dan vest juga kembali digunakan pada saat ini, mereka menggandengkannya
dengan kemeja berwarna polos sehingga menciptakan kesan simple namun tetap nyentrik
untuk dilihat.
Selain gaya berpakaian yang bersifat nyentrik dan retro, beberapa remaja
perempuan juga memiliki style lawasnya sendiri untuk menunjukkan sisi feminimnya
yang lebih sering disebut dengan busana vintage. Satu yang paling banyak digunakan
untuk menonjolkan sisi feminimnya yaitu penggunaan dress berwarna kalem namun
memiliki banyak variasi corak maupun modelnya. Kerah dan bahu merupakan 2 bagian
dari dress vintage yang paling banyak memiliki variasi, dari kerah yang berbentuk V
hingga kerah yang menyerupai kemeja, untuk model bahunya lebih banyak model balon
yang menimbulkan kesan bahu yang tegak namun tetap terlihat cantik nan kalem.
Berikut saya akan menunjukkan beberapa potret remaja saat ini dengan gaya
busana lawas yang telah dipadu padankan dengan gaya mereka sendiri:

Sesuai dengan gaya favoritnya yaitu gaya pengendara


motor liar di Jepang tahun 80an, Rafif menggunakan jaket
bomber berwarna biru dan celana berwarna cerah untuk
menunjang penampilannya. Kemudian ia menggunakan
sepatu slip on kekinian sebagai sentuhan modernnya.

Gambar 1 Rafif Rayhan dengan gaya


ala pengendara motor tahun 80an

Sesuai dengan jenis pakaian favoritnya yang berwarna


kalem, ia menggunaan kemeja berwarna polos dengan
ditimpa vest membuat penampilannya terlihat simple
namun tetap oke untuk dibuat main, tentunya tidak
meninggalkan unsur retro nya.

Gambar 2 Bunga dengan gaya retro


favoritnya

Nadin merupakan salah satu public vigure yang banyak


digandrungi remaja saat ini karena suara dan
penampilannya yang terkesan vintage dan klasik.
Berbeda dengan gambar sebelumnya, pada gambar kali
ini merupakan busana vintage yang lebih menonjolkan
sisi feminim para perempuan dengan warna dan
coraknya yang kalem.

Gambar 3 Public Figure Nadin Amizah


menggunakan dress vintage
Aisha merupakan salah satu inspirasi anak muda saat ini
dalam hal memadu padankan pakaian agar terlihat apik
untuk dilihat. Aisha cenderung suka busana berbau
retro. Penggunaan jaket kulit dan celana corduroy
membuatnya terlihat bagai remaja tahun 90an namun
dengan diberi sentuhan modern kacamata hitam sebagai
aksesoris dan sepatu kekinian membuat gayanya sangat
keren.
Figure 4 Fashionista Aisha Ibrahim
menggunakan tampilan nyentrik ala
pemuda tahun 90an

KESIMPULAN
Fashion tidak selalu berganti dengan sesuatu yang baru, namun seringkali
berulang dengan mode yang lama namun tetap diberikan sentuhan yang sesuai dengan
zamannya. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan mengenai Fenomena Bangkitnya
Kembali Mode Berpakaian Lawas pada Remaja Usia 17-24 Tahun ini saya mendapatkan
beberapa poin penting mengenai fenomena tersebut. Banyak dari remaja sekarang mulai
terjun dan memiliki ketertarikan pada gaya berpakaian lawas sejak mereka lulus sekolah
dan mulai berlakunya self quarantine oleh pandemi ini. Film-film dan hadirnya public
figure di media sosial membawa pengaruh besar dalam berubahnya mode berpakaian
remaja saat ini, hal tersebut dikarenakan para remaja banyak menghabiskan waktunya
selama self quarantine untuk bermain media sosial dan menonton film-film lama. Selain
karena trend, beberapa dari para remaja memang sudah memiliki ketertarikannya sendiri
pada hal-hal yang berbau klasik. Banyak dari mereka mulai menyukai mode berpakaian
ini karena ingin bernostalgia seakan-akan mereka hidup di zaman muda orang tua mereka
dan hal tersebut cukup menyenangkan untuk mereka, mode pakaiannya pun tetap terlihat
nyentrik jika digunakan saat ini dengan dipadu padankan aksesoris lainnya. Thrift shop
merupakan salah satu alternatif para remaja dalam mendapatkan baju-baju lawas dengan
kualitas yang baik namun dengan harga yang lebih terjangkau. Selain itu, banyak dari
mereka yang merombak baju miliki orang tuanya dahulu untuk dapat digunakan kembali
dalam menunjang gayanya mengikuti trend mode berpakaian lawas ini.
DAFTAR PUSTAKA

Cassidy, T. D., & Bennet, H. R. (2012). The Rise of Vintage Fashion and the Vintage
Consumer. Fashion Practice, 4, 240-242.
Delong, M., Heinemann, B., & Reiley, K. (2005). Hooked on Vintage! Fashion Teory:
The Journal of Dress, Body&Culture, 9(1), 23-42.
Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai